Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA
DALAM RANGKA MEMERANGI ISLAMIC STATE
OF IRAQ AND SYRIA (ISIS) PERIODE 2014-2017
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Devina Febrianti
11141130000053
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019/1440 H
v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM
RANGKA MEMERANGI ISLAMIC STATE OF IRAQ AND
SYRIA (ISIS) PERIODE 2014-2017
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 4 April 2019
Devina Febrianti
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Devina Febrianti
NIM : 11141130000053
Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
“KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM
RANGKA MEMERANGI ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA (ISIS)
PERIODE 2014-2017”
dan telah memenuhi syarat untuk diuji,
Jakarta, 4 April 2019
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi, Pembimbing,
Ahmad Alfajri, M.A Badrus Sholeh
NIP: NIP
iv
v
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kebijakan
pengiriman militer Australia dalam rangka memerangi ISIS. Irak adalah negara
yang menjadi target teror dan serangannya hingga ke wilayah Suriah.
Serangkaian teror yang dilakukan ISIS membuat negara-negara yang dipimpin
oleh Amerika Serikat membuat koalisi Global. Upaya ini terus dilakukan hingga
ISIS bisa dikalahkan dan dimusnahkan karena dianggap mengancam stabilitas
negara lain. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Cara pengumpulan data yaitu dengan menggunakan studi kepustakaan,
yakni melalui buku, jurnal, dokumen pemerintah, serta sumber terkait lainnya.
Selain itu, penelitian ini juga mengumpulkan data dengan cara wawancara.
Kemudian, skripsi ini menggunakan Neorealis dan teori aliansi serta konsep
kontra terorisme untuk menjelaskan alasan. Australia terlibat dalam militernya.
Penemuan dalam skripsi ini berupa adanya pengiriman delapan pesawat tempur
jenis RAAF F/A18, satu pesawat Peringatan Dini dan Kendali jenis Wedgetail
Airbone E-7A, dan satu pesawat transportasi dan tangki multi-fungsi jenis KC-
30A.
Kata Kunci : ISIS, Koalisi Global, Australia, Militer
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrrahim, puji serta syukur penulis ucapkan kepada
Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kebijakan pengiriman militer Australia
ke Irak dan Suriah dalam rangka memerangi ISIS tahun 2014-2017”. Shalawat serta salam tak lupa diucapkan kepada Baginda Nabi Muhammad
SAW selaku tauladan bagi seluruh umat manusia.
Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan program S1 Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis kemudian menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan
dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, disini penulis sampaikan rasa terima kasih
sedalam-dalamnya kepada :
1. Allah SWT, terimakasih atas limpahan rahmat dan karunia atas
kelancaran dalam mengerjakan skripsi ini,
2. Kedua orangtua penulis, Achmad Lukman Hakim dan Ratu Ratna Ria
yang selalu memberikan dukungan tiada henti secara moril dan materil
kepada penulis. Adik penulis, Firdaus Farhan dan Raihan Anwar atas
dukungan yang diberikan kepada penulis agar semangat walau disaat-saat
tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka Eka,
Ka Lia yang memberikan semangat agar segera menyelesaikan skripsi
penulis, serta anggota keluarga besar lain yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu,
3. Bapak Badrus Sholeh selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah
membimbing, membantu, dan memberi dukungan tiada henti dalam
menyelesaikan skripsi ini. Tiada kata yang dapat saya ucapkan selain
syukur mempunyai dosen yang baik hati semoga selalu dalam
lindunganNYA,
4. Segenap jajaran staff dan dosen Prodi HI UIN Jakarta yang telah
memberikan ilmu dan wawasan yang bermanfaat bagi penulis dan
mahasiswa HI lainnya,
5. Sahabatku, Richa Octaviana yang merupakan sahabat setia sejak TK
namun tidak pernah lelah memberi dukungan,
6. Teman-teman penulis semasa kuliah Dina, Karbel, Zahra, Khirana, Putri,
Namira, Sakhna, Rifda, Wirda, Aisyah, Cesa, Ahda, Wina, Nanda, Tami,
Yoga, Aden, Purwo, Darma, Gema, Dhika, Arman, Aldi dan teman-teman
HI 2014 lainnya, terima kasih tiada hentinya saling menyemangati agar
penulisan cepat selesai,
7. Keluarga besar Fisip Mengajar yang setia menyemangati penulis,
8. Keluarga besar TBM Kolong yang memberikan motivasi, semangat,
dukungan agar penulis dapat segera menyelesaikan skripsinya,
9. Agen SPAK Jakarta yang selalu memeberikan motivasi untuk segera
menyelesaikan studi.
vii
Penulis juga berdoa agar segala dukungan dan bantuan yang diberikan
kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis juga
menyadari banyaknya kekurangan dari skripsi ini. Oleh karena itu saran dan
masukan untuk skripsi ini dapat disampaikan melalui email penulis, yaitu
[email protected]. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat serta
memberikan wawasan baru bagi setiap pembacanya.
Jakarta, 4 April 2019
Devina Febrianti
viii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................................. iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................................ iv
ABSTRAK ........................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pernyataan Masalah....................................................................1
1.2. Pertanyaan Masalah...................................................................6
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................6
1.4. Tinjauan Pustaka .......................................................................7
1.5. Kerangka Pemikiran ..................................................................12
1.5.1. Neorealis ........................................................................13
1.5.2. Teori Aliansi....................................................................15
1.5.3. Kontra Terorisme ............................................................16
1.6. Metode Penelitian ......................................................................19
1.7. Sistematika Penulisan ................................................................20
BAB II PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA KE IRAK DAN
SURIAH 2.1. Operasi Militer Australia ke Irak dan Suriah ............................23
2.2. Perluasan Serangan Militer Australia ........................................26
BAB III MEMERANGI ISIS PADA TAHUN 2014-2017
3.1. Sejarah Terbentuknya Koalisi Global .......................................30
3.2. Upaya Koalisi Global dalam Menghalau ISIS .........................34
3.3. Pejuang ISIS yang Kembali ke Negara Asalnya .......................37
BAB IV KEBIJAKAN PENGIRIMAN PASUKAN MILITER
AUSTRALIA KE IRAK DAN SURIAH DALAM
RANGKA MEMERANGI ISIS PADA TAHUN 2014-
2017 4.1. Implementasi Kebijakan Militer Australia dalam Rangka
Memerangi ISIS Tahun 2014-2017 ........................................45
ix
4.2. Keterlibatan Australia dalam Penyerangan bersama Koalisi
Global ....................................................................................... 50
4.3. Kebijakan Menghentikan Operasi Militer ................................ 53
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... xiii
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Rapat Pertemuan Koalisi Anti-ISIS di Brussels............................ 32
Gambar 3.2 Sharrouf dan anaknya sebagai pejuang ISIS................................. 41
xi
DAFTAR SINGKATAN
ISIS Islamic State of Iraq and Syria
AQ Al Qaeda
AUSTRAC Australian Transactions and Reports Analysis Centre
DK PBB Dewan Keamanan PBB
UU Undang-undang
RTST The Returning Terrorist Suspects Team
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil wawancara dengan Jamal Abdullah
Lampiran 2 Hasil wawancara dengan Keara Shaw
Lampiran 3 Dukungan militer yang diberikan anggota Koalisi untuk
operasi di Irak dan Suriah
Lampiran 4 Serangan ISIS tahun 2014-2017 di Australia
Lampiran 5 Lowy Institute Asia Power Index
Lampira 6 Letter dated 25 June 2014 from the Permanent
Representative of Iraq to the United Nations addressed to
the Secretary-Genera
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pernyataan Masalah
Terorisme telah menghadirkan ancaman yang semakin besar di dunia.
Islamic State of Irak and Syria (ISIS) adalah kelompok teroris yang menuntut
didirikannya negara Islam yang beroperasi di wilayah Timur Tengah khususnya
di wilayah Irak dan Suriah. Kelompok ini telah mendeklarasikan sebagai negara
Islam pada tanggal 29 juni 2014.1
ISIS adalah kelompok ekstremis yang berbasis di Irak dan Suriah yang
menganut jihadis global. Kelompok ekstrimis ini dikatakan menjadi masalah
besar dan baru bagi negara-negara internasional yang bertujuan untuk
mendirikan negara Islam yang berorientasi Salafi mencakup Irak, Suriah, dan
bagian lain dari Levant dan beroperasi di beberapa bagian Suriah dan Irak. ISIS
mengklaim wilayah dari Aleppo di Suriah hingga Diyala di Irak.2
ISIS dikenal karena tindakan yang keras pada Islam dan mengajarkan
kekerasan untuk mencapai tujuannya, seperti melalui bom bunuh diri, menyiksa
dan memukuli orang yang tidak sependapat, menjarah bank serta kegiatan
negatif lainnya. Kekuatan ISIS yang meningkat dan mulai terorganisir membuat
1 Robert G. Rabil, “The ISIS Chronicles: A History”, The National Interest, 17 Juli
2014 https://nationalinterest.org/feature/the-isis-chronicles-history-10895 (Diakses pada 10
Desember 2018) 2 Ibid.,
2
pendekatan dengan kekerasan lebih sering dilakukan dari pada diplomasi oleh
pihak pemerintah Suriah.3
Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah menciptakan ketidakstabilan di
Irak, Suriah dan Timur Tengah yang lebih luas dan menimbulkan ancaman bagi
perdamaian dan keamanan internasional. ISIS secara aktif melakukan beberapa
pelanggaran HAM berat dan menghadirkan ancaman teroris global yang telah
merekrut ribuan pejuang asing ke Irak dan Suriah dari seluruh dunia dan
memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan ideologi ekstremis dan untuk
menghasut tindakan teroris.4
Irak merupakan daerah utama dan salah satu dari dua medan perang
utama ISIS. Bangkitnya kelompok teroris dimulai pada Januari 2014, ketika ISIS
(terpisah dari Al-Qaeda) menguasai kota Fallujah dan bagian Ramadi, di
provinsi Anbar Irak, dan memuncak pada Juni 2014 ketika serangan besar-
besaran ISIS berhasil masuk hanya beberapa hari untuk mengambil alih kota
utara Mosul, difasilitasi oleh desersi secara massal pasukan keamanan Irak.5
ISIS di Irak berkaitan dengan jatuhnya pemerintahan rezim Saddam
Hussein. Kelompok transnasional berlabel religius Islam ke Irak, baik yang
berasal dari kelompok sunni maupun syiah menciptakan ketidakstabilan wilayah
3 Patricia J Campbell, Aran MacKinnon, Christy R, An Introduction to Global Studies,
New York: Wiley-Blackwell, 2010. 4 “The Global Coalition To Defeat ISIS”, U.N Department of State,
https://www.state.gov/s/seci/index.htm (Diakses 28 September 2018) 5“The international coalition to counter ISIL/Da'esh (the 'Islamic State')”, European
Parliament, 17 Maret 2015,
http://www.europarl.europa.eu/RegData/etudes/BRIE/2015/551330/EPRS_BRI%282015%2955
1330_EN.pdf (Diakses 28 September 2018)
3
Irak. Keterlibatan negara lain seperti Amerika Serikat menjadikan masalah baru
yang belum ada solusi penyelesaiannya.6
Wilayah Suriah juga berdampak setelah Hafiz al-Assad dilaporkan
meninggal dunia pada tanggal 10 Juni 2000. Perubahan konstitusi terjadi dan
putra Hafiz al Assad, Bashar al-Assad, terpilih sebagai presiden. Pada awal
pemerintahannya, terdapat beberapa konflik seperti konflik agama dan kejadian
Arab Spring. Konflik agama berupa sengketa antara masyarakat pemeluk agama
Islam Syi‟ah dan Islam Sunni, sedangkan kejadian Arab Spring adalah kejadian
demo besar-besaran pada awal tahun 2011 di Timur Tengah yang menuntut
berakhirnya era kediktatoran negara menjadi era baru demokrasi. Era demokrasi
tersebutlah yang akhirnya membuka pintu kesempatan bagi pihak-pihak oposisi
untuk semakin mengencangkan suara dan pergerakannya, termasuk di Suriah.7
Pada 15 Maret 2011, terjadi aksi protes besar-besaranyang menuntut
kebebasan sipil dan pembebasan tahanan politik setelah 40 tahun berada di
bawah kekuasaan keluarga Assad. Rezim Assad melakukan tindakan terhadap
demonstrasi di Damaskus dan Dara'a dengan alasan untuk menghalau aksi
“pemberontakan bersenjata oleh kelompok Salafi.8
6 Mulyana Yan, “Power Negara Islam Irak dan Suriah”, Jurnal Ilmu Politik dan
Komunikasi, Volume VI No. 1, Juni 2016 https://jipsi.fisip.unikom.ac.id/_s/data/jurnal/volume-
06-no-1/2-deasy-hi-unpad-edited.pdf/pdf/2-deasy-hi-unpad-edited.pdf (Diakses 1 Oktober 2018) 7 Charles C Caris, Samuel Reynold, ISIS Governance in Syria, Institute for the Study of
War, 2014.
8S Pascal, “Enam Tahun Perang S uriah dari Aksi Damai Hingga Tembakan 60 Rudal
AS”, Kompas, 7 April 2017,
https://internasional.kompas.com/read/2017/04/07/19251371/enam.tahun.perang.suriah.dari.aksi.
damai.hingga.tembakan.60.rudal.as (Diakses pada 2 Oktober 2018)
4
Suriah adalah wilayah yang juga mendapat ancaman dari ISIS.
Diperkirakan sepertiga wilayah Suriah (sebagian besar tidak berpenghuni), dan
mayoritas ladang minyak dan gasnya, berada di bawah kendali ISIS tetapi belum
berhasil mempertahankan wilayah penting di Suriah utara dan timur, termasuk
kota Raqqa, ibu kota dari kekhalifahan yang menyatakan diri sebagai kelompok.9
Keterlibatan ISIS mengancam dunia internasional. Dua negara yang
menyatakan ISIS sebagai kelompok teroris paska deklarasi ISIS yaitu Inggris
pada tanggal 20 Juni 2014 dan Australia pada tanggal 11 Juli 2014. ISIS
diketahui secara aktif merekrut pejuang dan keluarga dari Asia yang lebih luas,
termasuk Australia, Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar dan mencari
suaka di Indonesia dan Malaysia, serta Uighur di Xinjiang. Pada November
2015, sekitar 700 orang Indonesia dan sekitar 100 orang Malaysia berjuang
untuk ISIS. Asia Tenggara telah diidentifikasi sebagai pusat perekrutan kunci
dan target kemungkinan serangan sebagai bagian dari strategi untuk
kekhalifahan global.10
Tidak hanya di Asia Tenggara, ancaman ISIS juga tersebar di kawasan
Asia Pasifik seperti di Australia dan mendesak negara-negara Asia dan Pasifik
melawan kelompok ISIS seperti yang dikatakan oleh Perdana Menteri Australia
Tony Abbott. Australia telah menaikkan tingkat ancaman ke level tinggi tahun
2015. Abbott menambahkan kini tantangannya adalah mencegah kaum muda
9 Wawancara dengan Dr. Jamal Abdullah, International Fellows Pusat Studi Timur
Tengah dan Perdamaian Global Fisip UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tanggal 8 Oktober
2018 di Gedung FISIP UIN Jakarta Ruang 402. 10
Elish O‟Gara, “ISIS Look to Recruit Rohingya Muslims Fleeing Myanmar”, Europe
News Week, 2015, http://europe.newsweek.com/isis-look-recruit-rohingya-muslims-fleeing-
myanmar-328087(Diakses pada 6 Mei 2017)
5
bergabung dengan ISIS. Di tengah kekhawatiran dampak domestik kelompok
ekstremis, Australia memperkenalkan langkah-langkah keamanan nasional salah
satunya mengalokasikan dana tambahan kepada polisi dan lembaga keamanan
guna mencegah aksi terorisme yang lebih besar lagi.11
Australia ikut dalam menjaga perdamaian dunia dengan masuk sebagai
anggota Koalisi global. Koalisi global sudah mendapat bantuan dari 66 negara
yang sepakat bekerjasama untuk menekan ISIS dalam lima hal yaitu,
mendukung Operasi Militer, peningkatan kapasitas, dan pelatihan (dipimpin oleh
AS dan Irak), menghentikan arus teroris asing (dipimpin oleh Belanda dan
Turki), menghentikan pendanaan ISIS (dipimpin oleh Italia, Arab Saudi, dan
AS), menangani bantuan kemanusiaan dan krisis asosiasi (dipimpin Jerman dan
UEA) dan mengekspos sifat ISIS (dipimpin oleh UEA, Inggris, dan AS).12
Beberapa negara lain pun mengambil langkah militer dan kemanusiaan
untuk menghalau ISIS di Suriah. Australia merupakan salah satu negara yang
turut mengambil peran dengan sekutunya Amerika Serikat dalam upaya
menghalau terorisme oleh ISIS tersebut dalam hal militer. Australia memastikan
pihaknya siap melakukan intervensi militer ke Suriah, seperti yang dilakukan
oleh negara lain.13
11
Ani, Nursalikah, “PM Australia Desak Negara Asia Pasifik Lawan ISIS”, Republika ,
11 Juni 2015, https://republika.co.id/berita/internasional/global/15/06/11/nprzy5-pm-australia-
desak-negara-asia-pasifik-lawan-isis (Diakses pada 3 Oktober 2018) 12
Kathleen, Mc.Innis, “Coalition Contributions to Countering the Islamic State”,
Congressional Research Service, 2016, hal. 2-9 13
“Islamic State: Tony Abbott refuses to rule out combat forces as Syria air strikes
announced”, The Sydney Morning Herald, https://www.smh.com.au/politics/federal/islamic-
state-tony-abbott-refuses-to-rule-out-combat-forces-as-syria-air-strikes-announced-20150909-
gjih49.html (Diakses pada 21 Desember 2018)
6
Pada tahun 2014, Australia di bawah kepemimpinan Tony Abbott
menyatakan diri bahwa Australia akan turut serta dalam misi memerangi ISIS di
Irak yang diprakarsai oleh Amerika Serikat. Australia pun sebelumnya telah
mengirimkan 600 pasukan, Australia juga mengirimkan delapan pesawat tempur
jenis RAAF F/A18, satu pesawat Peringatan Dini dan Kendali jenis Wedgetail
Airbone E-7A, dan satu pesawat transportasi dan tangki multi-fungsi jenis KC-
30A akan dikirim ke wilayah operasi di Uni Emirat Arab.14
Oleh karenanya, makalah ini akan membahas tentang implementasi
kebijakan Australia untuk mengirim pasukan ke Irak Suriah dalam upaya
memerangi ISIS dan analisis terhadap kebijakan tersebut dengan menggunakan
Neorealis, Teori Aliansi dan konsep Kontra Terorisme.
1.2. Pertanyaan Masalah
Berdasarkan pemaparan yang dijelaskan pada latar belakang penelitian,
maka pertanyaan yang akan menjadi acuan dalam penelitian ini adalah
Bagaimana implementasi kebijakan pengiriman pasukan militer Australia dalam
rangka memerangi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) Periode 2014-2017?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu:
14
“Australia Kirim 600 Tentara Tumpas ISIS”, JPNN, 15 September 2014,
https://www.jpnn.com/news/australia-kirim-600-tentara-tumpas-isis (Diakses pada 1 November
2017)
7
1. Menganalisis keterlibatan Australia dalam Koalisi Global
2. Menganalisis implementasi kebijakan pengiriman pasukan militer Australia
ke Irak dalam rangka memerangi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS)
periode 2014-2017
Penelitian juga memiliki manfaat penelitian, yaitu:
1. Penelitian ini bermanfaat bagi pembaca dan memberikan gambaran terhadap
ISIS dan mampu dengan cermat menilai kebijakan Militer Australia
terhadap ISIS.
2. Penelitian ini dapat dijadikan menjadi referensi ilmiah bagi para penstudi
Ilmu Hubungan Internasional.
1.4. Tinjauan Pustaka
Untuk menunjang penelitian ini, studi tertentu dijadikan sebagai bahan
rujukan yang sebelumnya pernah dilakukan. Diharapkan referensi ini dapat
memberikan kontribusi baru, memperkuat penelitian serta menjelaskan posisi
penelitian terhadap penelitian yang sudah diteliti sebelumnya.
Literatur pertama ialah ditulis oleh Anggriani N yang merupakan
Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional Universitas Hasanuddin Makassar.
Penelitian beliau berjudul “Sikap Amerika terhadap gerakan ISIS di Irak dan
Suriah”.15
15
Nining, Anggraini, “Sikap Amerika terhadap gerakan ISIS di Iraq dan Suriah”,
Repository Unhas,
8
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap
Amerika Serikat terhadap gerakan ISIS di Irak dan Suriah, dan bertujuan untuk
melihat faktor apa saja yang membuat Amerika Serikat berupaya untuk
memberantas ISIS, serta bagaimana Amerika Serikat melakukan tindakan
pencegahan terhadap gerakan ISIS tersebut. Sikap Amerika Serikat terhadap
gerakan ISIS di Irak dan Suriah, di mana Amerika Serikat merasa memiliki
kepentingan dan tanggung jawab sebagai “hegemon” di Irak dan Suriah.
Persamaan yang dapat dilihat ialah bagaimana negara menyikapi ISIS
dengan kebijakan militer baik yang bersifat mencegah semakin bertambah
meluasnya gerakan ISIS dan yang bersifat menekan dengan kekerasan bersenjata
terhadap basis-basis kekuatan ISIS di kedua negara tersebut.
Referensi yang diambil melihat bahwa AS melakukan suatu aliansi
dengan negara yang akan diteliti nantinya. Sedangkan hal yang membuat
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang ditulis oleh Anggriani N ialah
negaranya. Oleh karena itu penelitian yang akan dilakukan akan melihat dari
perspektif kebijakan Australia. Bagaimana konsep Konter Terorisme dapat
melihat hubungan kerjasama militer.
Anggriani N menggunakan konsep kepentingan nasional. Charles W.
Kegley dan Eugene R. Wittkopf menyatakan bahwa tujuan dari sebuah negara
dalam mencapai kepentingan nasional adalah kepentingan nasional dari sebuah
negara hendaknya tidak hanya didasarkan pada upaya meningkatkan
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/15775/SKRIPSI%20REKTORAT.pdf?
sequence=1 (Diakses pada 22 September 2018)
9
kesejahteraan bagi setiap warga negaranya, menyediakan pertahanan terhadap
serangan dari luar, dan melindungi nilai-nilai negara dan cara hidup.
Lebih jauh mereka juga menyatakan bahwa tidak mungkin sebuah negara
dapat mencapai kepentingan nasionalnya dengan mengurangi keamanan dan
kesejahteraannya terhadap pesaingnya. Namun gerakan ISIS yang sudah meluas
melewati batas Timur Tengah mengundang reaksi dari negara-negara yang
menjadikannya sebagai kepentingan global.16
Kepentingan global tersebut
adalah negara-negara bekerjasama karena adanya suatu permasalahan bersama
yang perlu ditangani dunia Internasional. Di mana kepentingan global
merupakan sebuah upaya mencapai kepentingan umum. Amerika Serikat sebagai
pencetus koalisi internasional kini didukung banyak negara. Koalisi ini bertujuan
untuk mencegah pergerakan ISIS yang akan meluas. Ini menunjukan bahwa
setiap negara merasa terancam dengan keberadaan ISIS sehingga diperlukan
kerjasama internasional untuk mencapai kepentingan global.
Dari Penelitian yang merujuk pada skripsi Anggraini N ini, maka
nantinya akan melihat pandangan berbeda dengan menggunakan konsep counter
terorism yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Selain itu akan melengkapi
pula penelitian sebelumnya dengan memperbaharui kasus yang kali ini peneliti
akan fokus pada periode 2014-2017.
Literatur kedua diambil dari jurnal berjudul “Strategic Counter-
Terrorism: A Game Changer in Fighting Terrorism?”. Jurnal ini ditulis oleh
16
Charles J Kegley, Eugene R. Wittkopf, World Politics Trend and Transformation ,
8th ed, (Boston: Bedford/St. Martin‟s, 2001).
10
Gunaratna R yang banyak membahas mengenai strategi untuk menanggulangi
terorisme yang sudah mulai ada sejak peristiwa 9/11 dan lahirnya ISIS atau IS
tahun 2014.17
Terorisme dan ekstrimisme agama saling terkait dan mereka
menghadirkan ancaman yang semakin besar terhadap stabilitas sosial di seluruh
dunia.
Tantangan keamanan yang disajikan oleh keunggulan Al Qaeda (AQ),
yang disebut Negara Islam (IS), dan kelompok lain yang berfokus pada negara
seperti Taliban Afghanistan, Pakistan Taliban dan Filipina Abu Sayyaf Group di
antara yang lain, mengancam harmoni dan stabilitas sosial. Dengan demikian,
jika pemerintah gagal untuk mengelola atau mengekang ancaman dari
kelompok-kelompok ini dan kelompok-kelompok lain yang serupa, keluhan-
keluhan yang kelompok-kelompok teroris yang disebutkan di atas dengan cerdik
mengeksploitasinya dapat meningkat menjadi konflik dan meluasnya
pemberontakan di dalam wilayah geografis langsung dan di luarnya.
Persamaan penelitian yaitu melihat dari teori yang digunakan salah
satunya Kontra Terorisme. Teori ini sama sama digunakan untuk menganalisa
sejauh mana negara dapat menghalau serangan atau pengaruh yang
disebarluaskan oleh ISIS di wilayahnya. Perbedaan terlihat pada aspek ruang
lingkupnya karena penelitian yang ditulis Gunaratna R lebih umum sedangkan
17
Rohan, Gunaratna, “Strategic Counter-Terrorism: A Game Changer in Fighting
Terrorism?”, A Journal of the International Center for Political Violence and Terrorism
Research, Volume 9 No. 6, https://www.rsis.edu.sg/wp-
content/uploads/2017/06/CTTA_June_2017.pdf (Diakses pada 11 Januari 2019)
11
dalam penelitian ini lebih bersifat khusus yaitu bagaimana Australia dapat
menghalau serangan dari teroris yaitu ISIS.
Diharapkan bahwa pemaparan yang dilakukan oleh Gunaratna R dapat
dijadikan acuan dalam penelitian ini dan membantu melengkapi tulisan agar
datanya lebih akurat.
Literatur ketiga diambil dari jurnal berjudul Power Negara Islam Irak
dan Suriah Ditulis ole Yan Mulyana, Akim, Deasy Silvya Sari yang merupakan
Dosen Hubungan Internasional, FISIP, UNPAD.18
Jurnal ini membahas
mengenai Arab Springs di Timur Tengah yang melahirkan konflik yang
berkepanjangan bagi kawasan Timur Tengah yang efeknya berimbas ke dalam
stabilitas hubungan internasional.
Salah satu wujudnya adalah lahir dan meluasnya Islamic State of Iraq
and Suriah (ISIS). Eksistensi ISIS memberikan teror baru pada dunia terkait
tindak kekerasan yang mereka lakukan disertai dengan okupasi radikal. Upaya-
upaya beberapa negara telah dilakukan untuk melenyakpan ISIS. Sayangnya,
koalisi internasional tidak mudah menundukkan ISIS karena power yang
dimilikinya, baik hard power maupun soft power.
Tulisan ini bertujuan untuk menelaah muncul dan berkembangnya ISIS
serta bentuk dan kapabilitas power yang dimiliki. Temuan dari penelitian ini
menujukkan bahwa ISIS memiliki kapabilitas power yang mumpuni dari sisi
18
Yan, Mulyana, Akim, Deasy Silvya Sari, “Power Negara Islam Irak dan Suriah”, Ilmu
Politik dan Komunikasi, Volume 06 No. 1, (Juni 2016),
https://jipsi.fisip.unikom.ac.id/_s/data/jurnal/volume-06-no-1/2-deasy-hi-unpad-edited.pdf/pdf/2-
deasy-hi-unpad-edited.pdf (Diakses pada 1 Oktober 2018)
12
hard power dan soft power. Okupasi ISIS berbasis power menimbulkan respon
kuat dari negara-negara dalam hubungan internasional. Diharapkan telaahan
transnasional movement berbasis keislaman dapat memberikan kontribusi bagi
Studi Hubungan Internasional.
Persamaan penulisan terdapat pada topik utama pembahasan yaitu
mengenai ISIS. Pada jurnal ini lebih menitikberatkan pada ISIS secara umum
sehingga perbedaan dapat dilihat bahwa penelitian yang akan dilakukan lebih
fokus pada ISIS di Australia dan kebijakan militernya.
Diharapkan Jurnal ini dapat membantu mengetahui secara jelas sejarah
keberadaan ISIS DI Irak dan Suriah.
1.5. Kerangka Pemikiran
Untuk melengkapi penelitian dibutuhkan beberapa teori-teori atau
konsep-konsep yang relevan yang mendukung masalah penelitian. Kerangka
pemikiran merupakan merupakan kajian teoritis berdasarkan pengujian secara
empiris terhadap kesimpulan analisis teoritis.19
Dalam menganalisis alasan Australia mengeluarkan kebijakan untuk
mengirim pasukan militer ke Irak dalam upaya melawan ISIS akan
menggunakan satu grand teori yaitu Neorealis menurut John Mearsheimer serta
konsep kontra-terorisme.
19
Jujun S, Suriasumantri, filsafat ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka
Sinar Rajawali, 1990, hal. 128.
13
1.5.1 Neorealis
Neorealisme berawal dari sebuah kritik atas asumsi dasar realisme yang
menganggap sifat dasar manusia sebagai perebutan kekuasaan dalam hubungan
internasional. Pandangan neorealisme, sifat dasar manusia yang konfiktual tidak
berdampak pada perilaku negara dalam politik internasional. Menurut
pandangan neorealisme, yang lebih berpengaruh adalah struktur anarki
internasional. Struktur ini memaksa negara untuk bertindak agresif.20
Teori Mearsheimer memiliki lima asumsi dasar. Pertama adalah bahwa
ada anarki dalam sistem internasional, yang berarti bahwa tidak ada kekuatan
yang unggul secara hirarki yang dapat menjamin batas-batas pada perilaku
negara. Kedua, semua kekuatan besar memiliki kemampuan militer ofensif, yang
mampu mereka gunakan untuk melawan negara lain. Ketiga, negara-negara tidak
pernah dapat memastikan bahwa negara-negara lain akan menahan diri untuk
tidak menggunakan kemampuan militer ofensif tersebut. Keempat, negara
berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka di atas semua
tujuan lain, karena merupakan sarana untuk semua tujuan lainnya. Kelima,
negara adalah aktor rasional, yang berarti bahwa mereka mempertimbangkan
konsekuensi langsung dan jangka panjang dari tindakan mereka, dan berpikir
secara strategis tentang cara untuk bertahan hidup. 21
20
Glenn H. Snyder, “A Review Essay, “Mearsheimer s World: Offensive Realism and
the Struggle for Security”, Perpustakaan nasional,
http://eresources.perpusnas.go.id:2048/login?url=http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=t
rue&db=edsjsr&AN=edsjsr.3092155&site=eds-live (Diakses pada 25 Februari 2019) 21
John J Mearsheimer, The Tragedy of Great Power Politics, (New York: W. W.
Norton, 2001).
14
Mearsheimer dalam Realisme Offensif memulai dengan pernyataan
bahwa kekuatan yang besar ialah dengan memaksimalkan kekuatan relatif.
Masing-masing negara didorong untuk mengumpulkan kekuatan dalam
menghalau serangan lawan. Mearsheimer berpendapat dari pandangan Waltz
bahwa kekuasaan dan keamanan tidak akan pernah terpuaskan. Mempertahankan
dan meningkatkan kekuatan adalah tujuan utama negara. Realis ofensif
berasumsi bahwa sistem internasional menciptakan insentif yang kuat bagi
negara untuk mencari peluang ketika manfaat lebih besar untuk mendapatkan
kekuasaan dan untuk mengambil keuntungan dari situasi-situasi. Tujuan utama
negara adalah menjadi hegemon dalam sistem.22
Kondisi ketidakpastian yang dialami setiap negara dalam politik
internasional tersebut yang menyebabkan setiap negara berusaha untuk
mencapai kapabilitas keamanan dan kekuatan semaksimal mungkin. Kekuatan
dalam pandangan neorealisme adalah kapabilitas material yang mampu dikontrol
oleh negara. Maka, dalam pandangan neorealisme, negara yang kuat adalah
negara yang mempunyai kapasitas militer dan ekonomi yang kuat.
Negara hegemon berusaha mempertahankan keseimbangan kekuatan
antara setidaknya dua kekuatan besar dalam wilayah yang berdampingan,
sehingga perhatian dan energi dari kekuatan ini akan saling bersaing. Dia tidak
menekankan bahwa ekspansi dapat berkontribusi (positif atau negatif) untuk
nilai selain kekuasaan dan keamanan. Fokus Mearsheimer yang tak henti-
hentinya pada persaingan kekuasaan-keamanan antara kekuatan besar tentu
22
Ibid.,
15
berarti bahwa banyak aspek politik internasional yang secara esensial dianggap
esensial diberikan sedikit perhatian atau dihilangkan sama sekali. Sebaliknya,
perebutan kekuasaan mengasumsikan peran yang membengkak jauh melampaui
apa yang disatukan, atau perlindungan hak asasi manusia.23
Australia bergabung dengan aliansi Amerika Serikat dalam memerangi ISIS
dengan bekerjasama dalam bidang militer seperti mengirim pasukan ke Irak,
penempatan pangkalan militer Amerika di Australia, pengiriman pesawat tempur
ke Suriah, dan kerjasama lainnya. Dengan kata lain, Australia akhirnya
memutuskan untuk berkoalisi dengan Amerika Serikat untuk memerangi ISIS di
Suriah karena mereka memang mempunyai kedekatan (beraliansi). Australia
berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup agar tetap aman dan
memutuskan untuk meningkatkan militernya.
1.5.2. Teori Aliansi
Negara adidaya memahami bahwa mereka perlu menjalankan self help
dengan aliansi dengan negara lain yang berguna untuk menghadapi bahaya
lawan. Namun tetap saja dalam aliansi tersebut, negara berkumpul dalam suatu
kepentingan yang sama ,yang disebut dengan Aliansi. Negara dituntut untuk
dapat menyediakan segala kebutuhannya sendiri. Namun bukan berarti negara
tersebut tidak memerlukan negara lain. Seperti diketahui bahwa tidak ada negara
23
John J Mearsheimer, Op.cit., hlm. 146
16
yang dapat bertahan tanpa adanya negara lain. Bantuan dari negara lain juga
termasuk bagian dari self help system. 24
Dalam sebuah pertemuan informal yang dihadiri enam menteri
pertahanan dari Inggris, Perancis, Australia dan enam negara lain, Menteri Luar
Negeri Amerika Serikat John Kerry menyatakan bahwa dunia internasional
membutuhkan strategi dan gagasan yang solid serta sumbangan masing-masing
negara untuk memerangi ISIS.25
Australia bergabung dengan Amerika Serikat dalam memerangi ISIS
dengan bekerjasama dalam bidang militer seperti mengirim pasukan ke Suriah
dan Irak, penempatan pangkalan militer Amerika di Australia, pengiriman
pesawat tempur ke Suriah, dan kerjasama lainnya.
1.5.3. Konsep Kontra Terorisme
Kontra Terorisme diartikan sebagai tindakan untuk melawan ancaman
terorisme, mencegah terorisme, dan mengurangi pengaruh organisasi terorisme.
Kita dapat menggunakan dari strategi kontra-terorisme yang dilakukan oleh
European Union Counter-Terrorism Strategy pada tahun 2005.26
Kemudian, konsep Counter Terrorism tersebut akan diaplikasikan dengan
operasi Counter Terrorist. Counter Terrorism dibagi ke dalam beberapa jenis,
yaitu preventif (upaya pencegahan terorisme), represif (upaya yang dilakukan
24
John J Mearsheimer, Op.cit., hlm. 79 25
Kathleen, Mc.Innis, (2016), “Coalition Contributions to Countering the Islamic
State”, Congressional Research Service, hal. 2-9 26
Budi Winarno, Dinamika Isu-Isu Glabal Kontemporer, (Yogyakarta: CAPS, 2014),
Hal. 185.
17
saat terorisme terjadi), dan kuratif (upaya setelah terorisme terjadi).27
Operasi
tersebut tentunya berupaya untuk mewujudkan komitmen sebuah negara untuk
menjaga keamanan warga negaranya pada khususnya dan warga dunia pada
umumnya.
Pemerintah Australia tentu saja khawatir jika warga negaranya merasa
terancam dan tidak aman karena penyebaran kelompok terorisme ISIS di dunia.
Oleh karena itu, Australia telah melakukan upaya preventif dalam mengkonter
terorisme, Australia sudah memiliki Undang Undang Hukum Pidana 1995
(Criminal Code Act 1995) mengenai Pelanggaran Tindak Terorisme di
Australia.28
Tidak hanya kebijakan undang-undang yang dikeluarkan oleh Australia,
negara ini juga mempunyai sebuah badan khusus yang menggunakan sebuah
teknologi bernama Australian Transactions and Reports Analysis Centre
(AUSTRAC). Badan ini yang memantau rekening bank dan pergerakan uang di
Australia sehingga dapat terkontrol dengan baik. Kesempatan ini untuk
menangkap orang yang terlibat dalam pendanaan terorisme cukup besar. Juga
memungkinkan untuk membekukan rekening bank di Australia jika dana dalam
27
Eko, Sulistyo, Upaya Preventif Melawan Terorisme, 2017, http://ksp.go.id/upaya-
preventif-melawan-terorisme/ (Diakses pada 2 Januari 2019) 28
“Australia's counter terrorism laws”, Australian Goverment,
https://www.ag.gov.au/NationalSecurity/Counterterrorismlaw/Pages/AustraliasCounter
TerrorismLaws.aspx
18
rekening tersebut terdeteksi dimiliki atau berasal dari organisasi teroris
terdaftar.29
Bisa dikatakan bahwa pemerintah Australia pun membuat kebijakan-
kebijakan Counter Terrorism yang diterapkan dengan cara pendekatan ekonomi,
sosial, dan budaya, serta menjalin kerjasama dengan sejumlah negara lain untuk
sama-sama melawan terorisme, khususnya terorisme yang dilakukan oleh ISIS.
Hal tersebut dilakukan karena pengaruh ISIS bisa saja melebar ke kawasan
Australia dan sekitarnya.
Kontra Terorisme dalam bidang militer pun telah dilakukan oleh Australia
dengan mengirimkan pasukan ke Irak, serta mengirimkan pesawat seperti
delapan pesawat jet RAAF F/A18 dan dua pesawat tempur yang berbasis di Uni
Emirat Arab. Hal ini dilakukan pemerintah Australia mengingat ISIS juga
memiliki anggota yang besar serta memiliki persenjataan yang cukup canggih
dalam melawan pasukan pemerintah Irak serta pasukan koalisi dalam
mewujudkan tujuan mereka mendirikan negara Islam.30
1.6. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Cresswell
mendefinisikan penelitian deskriptif sebagai “Qualitative research is descriptive
29
Council of Australia Governments, “Australian Counter Terorism Strategy”,
https://www.nationalsecurity.gov.au/Media-and-
publications/Publications/Documents/Australias-Counter-Terrorism-Strategy-2015.pdf (Diakses
pada15 April 2018) 30
”Australia Kirim 600 Tentara dan 8 Pesawat Tempur Melawan ISIS”, VOA Indonesia,
https://www.voaindonesia.com/a/australia-kirim-600-tentara-dan-8-pesawat-tempur-
melawan-isis/2449316.html (Diakses pada 10 April 2018)
19
in that the research is interested in process, meaning, and understanding gained
through words or pictures”31
. Pernyataan ini menjelaskan bahwa penelitian
deskriptif adalah penelitian yang menitikberatkan pada sebuah proses,
pemaknaan dan pemahaman yang kemudian dijabarkan dalam bentuk kata-kata
atau gambar.
Teknik pengumupulan data yang digunakan dalam penelitian, yaitu telaah
Pustaka. Dengan mengumpulkan data teoritis yang bersumber dari literatur,
berupa buku, artikel, makalah, koran, jurnal, dokumen, dan situs-situs resmi
yang memuat kebijakan pemerintah Australia dalam mengirimkan militernya ke
Suriah.
Selain telaah pustaka, dilakukan wawancara dengan berbagai sumber yang
berkaitan dengan penulisan mengenai kebijakan Australia terhadap pengiriman
militernya ke Suriah. Dalam KBBI disebutkan bahwa pengertian
wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk
dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal. Hasil wawancara ini
dapat dijadikan referensi untuk membantu melengkapi analisa yang akan
dituliskan penulis dalam makalah berjudul kebijakan pengiriman militer
Australia dalam upaya memerangi ISIS di Suriah.
Wawancara akan dilakukan dengan beberapa responden yang ahli dan
berkaitan dalam bidangnya yaitu Prof. Dr. Jamal Abdullah yaitu sebagai Ahli
Kebijakan dan Keamanan Luar Negeri Teluk. Dari wawancara dengan beliau
31John, “Research Design, Qualitative, Quantitative Approaches”, 145.
20
diharapkan dapat menemukan informasi mengenai Perkembangan ISIS di
Suriah.
Respoden kedua yaitu dengan Kedutaan Australia di Indonesia yaitu Keara
Shaw. Dari responden kedua, diharapkan akan melengkapi penelitian mengenai
sikap Australia dalam Pengimplementasian kebijakan melawan ISIS.
Data Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data
kualitatif. Dengan menganalisis dan menjelaskan permasalahan berdasarkan
data yang diperoleh lalu mengaitkannya dengan teori yang digunakan. Data
statistik akan digunakan sebagai data pendukung teoritis saja.
Metode penulisan yang digunakan adalah metode penulisan deduktif.
Pembahasan akan dimulai dengan menggambarkan masalah secara umum
terlebih dahulu bagaimana awal kemunculan ISIS di kawasan Australia
kemudian menggambarkan masalah secara khusus berdasarkan pemaparan
sebelumnya yaitu mengenai implementasi pengiriman militer ke Irak dan
Suriah.
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan proposal penelitian mengenai Kebijakan Militer
Australia dalam upaya memerangi ISIS di Suriah maka penulis membagi dalam
lima bab utama, yang terdiri dari
Bab I yang berisi Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan dan
manfaat penulisan, tinjauan pustaka, teori, metode penelitian dan sistematika
21
penulisan. Latar belakang dalam penulisan ini akan berfokus pada awal
kemunculan ISIS serta pengaruhnya terhadap negara lain terutama di kawasan
Australia. Sehingga dalam latar belakang akan dijelaskan langkah awal Australia
untuk mencegah terjadinya teror yang dilakukan ISIS salah satunya dengan
bergabung dalam koalisi anti ISIS.
Bab II berisi bagaimana pengiriman militer Australia dalam rangka
memerangi ISIS tahun 2014-2017. Dijelaskan pula mengenai operasi militer
yang dilakukan Australia.
Bab III berisi mengenai Perang Melawan ISIS tahun 2014-2017. Pada
bab ini akan dijelaskan mengenai Respon Australia terhadap ISIS sehingga
Australia memutuskan untuk bergabung bersama Koalisi global Anti ISIS agar
kekuatannya bisa dimaksimalkan dalam menghalau serangan yang datang.
Dijelaskan pula pembentukan koalisis Anti ISIS oleh Amerika Serikat serta
langkah upaya apa saja yang sudah dilakukan dalam serangan ke Irak dan Suriah.
Bab IV berisi bagaimana implementasi kebijakan pengiriman militer
Australia dalam rangka memerangi ISIS Periode 2014-2017. Pada bab ini akan
dijelaskan bentuk pengiriman militer Australia seperti dalam hal pengiriman
pesawat Australia dalam hal serangan ke Australia. Selain itu akan ditambahkan
beberapa analisis mengenai keberhasilan Australia dibidang militer.
Terakhir yaitu Bab V akan menjelaskan mengenai penutup yang berisi
kesimpulan. Kesimpulan diperlukan sebagai Argumen akhir penulis yang akan
dipaparkan berupa penjelasan yang didapat dari bab sebelumnya. Daftar Pustaka
22
yang merupakan lampiran wajib dalam penulisan proposal ilmiah sebagai
pendukung penulisan agar tidak dikatakan sebagai plagiarisme.
23
BAB II
PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA KE IRAK DAN
SURIAH
Bab ini akan membahas bagaimana Australia mengirimkan militernya
dan bagaimana operasi militer Australia ke Irak dan Suriah. Australia telah
mengirimkan 600 pasukan serta delapan pesawat tempur jenis RAAF F/A18,
satu pesawat Peringatan Dini dan Kendali jenis Wedgetail Airbone E-7A, dan
satu pesawat transportasi dan tangki multi-fungsi jenis KC-30A akan dikirim ke
wilayah operasi di Uni Emirat Arab.32
2.1. Operasi OKRA Australia ke Irak dan Suriah
Australia di bawah kepemimpinan Tony Abbott akan memperpanjang
jarak tempurnya dari Irak ke Suriah atas permintaan AS dengan Royal
Australian Air Force (RAAF). Serangan udara untuk pertama kalinya ke Suriah
berlangsung pada 14 September 2015, yaitu sehari sebelum Tony Abbott
digantikan oleh Perdana Menteri Malcolm Turnbull.33
Ia juga mengumumkan
bahwa Australia akan menerima 12.000 pengungsi Suriah dari kaum minoritas.
Namun dalam memerangi ISIS di Suriah, Australia harus
32
”Australia Kirim 600 Tentara dan 8 Pesawat Tempur Melawan ISIS”, VOA Indonesia,
https://www.voaindonesia.com/a/australia-kirim-600-tentara-dan-8-pesawat-tempur-
melawan-isis/2449316.html (Diakses pada 10 April 2018) 33
“2 Bom Pertama Australia Gempur ISIS di Suriah”, Liputan 6,
https://www.liputan6.com/global/read/2116385/2-bom-pertama-australia-gempur-isis-di-suriah
24
mempertimbangkannya dengan lebih matang. Dalam Pidatonya pada tahun
2015, Tony Abbot Berkata:
We have a formal request from the Americans to extend our airstrikes
into Syria,” the prime minister told reporters in the western city of
Perth. (ISIS) is a movement of almost incalculable, unfathomable evil
and it’s very important that Australia play its part in the campaign to
disrupt, degrade and ultimately destroy this death cult. While there is a
little difference between the legalities of airstrikes on either side of the
border, there’s no difference in the morality.34
Permintaan resmi dari Amerika untuk memperluas serangan
udara ke Suriah, "perdana menteri mengatakan kepada wartawan di
kota Perth barat. (ISIS) adalah gerakan kejahatan yang hampir tak
terhitung, tak terduga dan sangat penting bahwa Australia
memainkan perannya dalam upaya untuk menghancurkan gerakan
ini. Meskipun ada sedikit perbedaan antara legalitas serangan udara
di kedua sisi perbatasan, tidak ada perbedaan dalam moralitas.
Dari pidato Tony Abbot dapat dipandang sebagai suatu komitmen
kebijakan militer Australia untuk menjaga keamanan wilayah Australia.
Perluasan pengiriman militer dari Irak menuju Suriah ialah langkah konkrit
Australia yang ikut serta dalam hal memberantas keberadaan ISIS yang semakin
terorganisir dan mengancam kehidupan warga dunia. Upaya peningkatan ini
terus dilakukan karena Australia melihat bahwa keamanan wilayahnya harus
tetap terjaga.
Partisipasi militer Australia disebut Operasi Okra dan termasuk aktivitas
di wilayah Irak dan Suriah. Operasi Okra adalah kontribusi Angkatan Pertahanan
Australia (ADF) untuk operasi internasional yang dipimpin AS terhadap ISIS di
34
“U.S., allies hit ISIS militants in Iraq with 15 air strikes”, World Defense,
https://world-defense.com/threads/war-against-isis.1272/page-37 (Diakses pada 11 Januari
2019).
25
Irak dan Suriah. Hingga Juni 2017, sekitar 780 personel Australia dikerahkan ke
Timur Tengah sebagai bagian dari misi ini.35
Kontribusi ADF adalah bagian dari komitmen pasukan berjumlah 9.000
dari 23 negara, meskipun 72 negara adalah bagian dari Koalisi Global yang lebih
luas untuk melawan ISIS dan memberikan bantuan non-militer seperti dukungan
keuangan, peralatan, kemanusiaan, dan logistik.36
Koalisi Global melibatkan Pemerintah Irak, Negara-negara Teluk dan
mitra internasional. Hingga Agustus 2017, sekitar 780 personel Australia
dikerahkan ke Timur Tengah untuk mendukung Operasi Okra. Personel ini
dibagi menjadi tiga elemen.
Air Task Group (ATG) sekitar 300 personil yang beroperasi di Irak,
Suriah dan di seluruh Timur Tengah. Dari mulai operasi hingga akhir Juni 2017,
Hornet F / A-18 melakukan 50 sorti di Suriah, dan mengirimkan 68 amunisi.
Selama periode yang sama di Irak, ADF melakukan 2.399 sorti dan 2.100
amunisi yang digunakan. Refueller KC-30A memasuki wilayah udara Suriah
pada 116 kesempatan antara September 2014 dan Juni 2017. E-7A AEW & C
memasuki wilayah udara Suriah 194 kali antara September 2014 dan Juni 2017.
22 Pesawat pendukung Australia tidak hanya membantu pesawat Australia
35
“Operation Okra”, Air Force, https://www.airforce.gov.au/operations/middle-
east/operation-okra 36
“Syrian Military Operation”, Parliament of Australia,
https://www.aph.gov.au/About_Parliament/Parliamentary_Departments/Parliamentary_Library/p
ubs/rp/rp1718/SyriaMilitaryOps (Diakses pada 3 Januari 2019)
26
selama misi mereka, tetapi juga pesawat Koalisi lainnya baik, yang sebagian
mungkin menjelaskan tingkat upaya yang lebih tinggi.37
Special Operation Task Group (SOTG) sekitar 80 personil dan yang
terakhir ialah Task Group Taji (TG Taji) sekitar 300 personil di Irak. Pasukan
Australia juga telah bergabung dengan pasukan Selandia Baru dalam Kelompok
Tugas Gabungan sebagai bagian dari misi Membangun Kapasitas Mitra koalisi.
Ini dirancang untuk membangun ketahanan dan kapasitas Irak melalui pelatihan
pasukan Irak.38
2.2. Perluasan Serangan Militer Australia
Pada Juli 2016, lebih dari 23.000 personel Irak telah menerima pelatihan
melalui program ini. Pemerintah baru-baru ini mengumumkan akan memperluas
upaya Australia untuk memasukkan pelatihan bagi petugas penegak hukum
sejalan dengan upaya untuk meningkatkan elemen-elemen lain dari negara Irak
yang diperlukan untuk stabilitas jangka panjang.39
Pada tanggal 14 September 2015, Menteri Pertahanan Kevin Andrews
mengkonfirmasi ATG telah menyelesaikan serangan pertamanya terhadap target
ISIS di Suriah timur, dengan F / A-18 menghancurkan sebuah pengangkut
personel lapis baja yang disembunyikan di sebuah kompleks. Pesawat tempur
37
“Operation OKRA”, Air Force, https://www.airforce.gov.au/operations/middle-
east/operation-okra (Diakses pada 22 Maret 2019) 38
Ibid., 39
Opcit.,
27
yang melakukan misi di Suriah juga beroperasi dengan peringatan dini udara dan
pesawat kendali dan pesawat pendukung lainnya, seperti refueller.40
Pada 1 September 2016, Perdana Menteri Turnbull dan Menteri
Pertahanan Marise Payne merilis pernyataan yang mengkonfirmasi ADF
memiliki otoritas penuh untuk menargetkan semua anggota ISIS, sesuai dengan
hukum internasional. Jumlah korban sipil yang dilaporkan tinggi sebagai akibat
dari serangan udara Koalisi Global telah menjadi masalah yang sedang
berlangsung dalam konflik ini, meskipun secara luas diakui bahwa sifat perang
perkotaan dan taktik ISIS memperburuk potensi korban sipil. Koalisi udara di
Libya, Suriah, dan Yaman menunjukkan bahwa korban sipil tidak hanya
mungkin terjadi, tetapi juga tak terhindarkan terlepas dari langkah-langkah yang
diambil untuk menghindarinya.41
LSM AirWars memperkirakan bahwa dari awal operasi pada 2014 hingga 8
Agustus 2017, antara 14.056 dan 20.543 warga sipil kemungkinan besar telah
meninggal pada 1.995 insiden. Koalisi yang dilaporkan secara terpisah di Irak
dan Suriah, yang menyatakan bahwa koalisi global bertanggung jawab atas lebih
banyak kematian warga sipil daripada Rusia. Terlepas dari tantangan signifikan
dalam memverifikasi korban, perkiraan ini secara radikal berbeda dengan total
40
“Jet Tempur Australia Mulai Mengebom Suriah”, Detik News,
https://news.detik.com/abc-australia/d-3020093/jet-tempur-australia-mulai-mengebom-suriah 41
Ibid.,
28
603 di mana koalisi global menilai itu bertanggung jawab sejak awal operasi
militer pada Agustus 2014.42
ISIS akan mampu melancarkan serangan terhadap kepentingan
Australia maupun negara-negara Barat lainnya yang ada di wilayah
Indonesia dan sekitarnya. Mencuatnya ISIS di Timur Tengah menjadi hal
yang mendestabilisasi keamanan Australia, juga mendestabilisasi keamanan
Indonesia dan mendestabilisasi keamanan negara di dunia.43
42
“Australian military operations”, Parliament of Australia,
https://www.aph.gov.au/About_Parliament/Parliamentary_Departments/Parliamentary_Library/p
ubs/rp/rp1718/SyriaMilitaryOps (Diakses pada 23 November 2018) 43
“Peringatan Australia ISIS Incar Indonesia Jadi Wilayah Kekhalifahan”, Detik,
https://news.detik.com/internasional/3101960/peringatan-australia-isis-incar-indonesia-jadi-
wilayah-kekhalifahan
29
BAB III
MEMERANGI ISIS PERIODE 2014-2017
Dalam menjalin hubungan internasional, ketika suatu negara dihadapkan
pada ancaman dari luar, negara tersebut akan cenderung melakukan dengan
melawan sumber ancaman ataupun dengan cara beraliansi dengan sumber
ancaman tersebut. Aliansi yang seperti ini juga nampak pada pola hubungan yang
dibangun oleh Australia dalam inisiatifnya untuk membangun aliansi bersama
dengan Amerika Serikat dan New Zealand melalui ANZUS Treaty. Australia
memandang Amerika Serikat sebagai negara hegemoni dalam perpolitikan dunia,
sehingga ia tetap mempertahankan diri dalam perjanjian yang dibangun dengan
Amerika Serikat.44
Dalam sebuah pertemuan informal yang dihadiri enam menteri
pertahanan dari Inggris, Perancis, Australia dan negara lainnya, Menteri Luar
Negeri Amerika Serikat John Kerry menyatakan bahwa dunia internasional
membutuhkan strategi dan gagasan yang solid serta kontribusi masing-masing
negara untuk memerangi ISIS ysng masuk dalam kejahatan luar biasa.45
Australia bergabung dengan aliansi Amerika Serikat dalam memerangi
ISIS dengan bekerjasama dalam bidang militer seperti mengirim pasukan ke Irak,
44
“Australia Invokes ANZUS Treaty to Stand by the US”, Australian Defence
Magazine, dari http://www.australiandefence.com.au/D8C208B0F806118DFE0050568 C22C9
(Diakses pada 15 April 2017) 45
Kathleen, Mc.Innis, Coalition Contributions to Countering the Islamic State,
Congressional Research Service, 2016, hal. 2-9.
30
penempatan pangkalan militer Amerika di Australia, pengiriman pesawat tempur
ke Suriah, dan kerjasama lainnya.
Setelah ISIS mendeklarasi menjadi negara Islam, pada bulan Juni 2014
hingga Februari 2017 telah melakukan aksi teroris sekitar 143 serangan di 29
negara. Menurut Soufan Center jumlah anggota ISIS di Suriah September 2015
yaitu sejumlah 30.000 dari 110 negara dengan rincian dari negara Eropa
sejumlah 5000, Rusia sekitar 4.800, Amerika utara sekitar 280, Balkan 875,
Afrika 8000, Timur tengah 8240 dan Asia Pasifik sejumlah 900. September
2017, INTERPOL telah mengumpulkan nama-nama sekitar 19.000 orang
dikonfirmasi telah bergabung dengan ISIS. 46
3. 1. Sejarah Terbentuknya Koalisi Global
Pada 9 September 2015, Perdana Menteri Australia bernama Tony Abbott
mengumumkan Australia akan memperluas komitmen militernya untuk
melakukan operasi terhadap militan ISIS yang berada di sana dari Irak ke Suriah.
Dijelaskan pula pembentukan koalisi global oleh Amerika Serikat serta langkah
upaya apa saja yang sudah dilakukan dalam serangan ke Irak dan Suriah. Respon
Australia terhadap ISIS sehingga Australia memutuskan untuk bergabung
46
“Foreign Fighters”, The Soufan Group, http://soufangroup.com/wp-
content/uploads/2015/12/TSG_ForeignFightersUpdate3.pdf (Diakses pada 22 Maret 2019)
31
bersama Koalisi Anti ISIS agar kekuatannya bisa dimaksimalkan dalam
menghalau serangan yang datang.47
Sebelum pembentukan koalisi global, pada tanggal 25 juni 2014 Irak
telah mengirim surat kepada PBB untuk meminta perlindungan dan pengamanan
untuk masyarakat Irak dari ancaman ISIS. Dalam suratnya Mentri Luar Negeri
Irak bernama Ibrahim al-Ushayqir al-Ja„fari mengatakan bahwa
We have previously requested the assistance of the international
community. While we are grateful for what has been done to date, it has
not been enough. We therefore call on the United Nations and the
international community to recognize the serious threat our country and
the international order are facing. These international terrorist groups
seek to eliminate borders, exacerbate violence and fan the flames of civil
war. On the other hand, the Iraqi Government is seeking to avoid falling
into a cycle of violence. To that end, we need your support in order to
defeat ISIL and protect our territory and people. In particular, we call on
Member States to assist us by providing military training, advanced
technology and the weapons required to respond to the situation, with a
view to denying terrorists staging areas and safe havens.48
Kami sebelumnya telah meminta bantuan komunitas internasional.
Meskipun kami bersyukur atas apa yang telah dilakukan hingga saat
ini. Karena itu kami menyerukan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan
komunitas internasional untuk mengakui ancaman serius yang
dihadapi negara kita dan tatanan internasional. Kelompok-kelompok
teroris internasional ini berusaha menghilangkan perbatasan,
memperburuk kekerasan dan mengobarkan api perang saudara. Di
sisi lain, Pemerintah Irak berusaha untuk menghindari jatuh ke dalam
siklus kekerasan. Untuk itu, kami membutuhkan dukungan Anda
untuk mengalahkan ISIS dan melindungi wilayah dan orang-orang
kami. Secara khusus, kami meminta Negara-negara anggota untuk
membantu kami dengan memberikan pelatihan militer, teknologi
canggih, dan senjata yang diperlukan untuk menanggapi situasi
tersebut, dengan pandangan untuk menyangkal teroris yang sedang
melakukan pentas dan tempat perlindungan.
47
“Tindakan Australia membuat Rusia marah”, Jakarta Greater,
https://jakartagreater.com/tindakan-australia-membuat-rusia-marah/ (Diakses pada 22 Maret
2019) 48
“Letter dated 24 June 2014 from the Permanent Representative of Iraq to the United
Nations addressed to the President of the Security Council”, Security Council,
http://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-4E9C-8CD3-
CF6E4FF96FF9%7D/s_2014_440.pdf (Diakses pada 23 Februari 2019)
32
Beberapa negara anggota koalisi menjadikan surat dari Irak tersebut
sebagai dasar pemberian bantuan kepada Irak. Awalnya bantuan yang diberikan
hanya berupa bantuan pengamanan masyarakat Irak saja, Dewan Keamanan PBB
merasa bahwa penggunaan kekuatan militer juga dibutuhkan dalam upaya koalisi
untuk melawan ISIS. Koalisi global memerangi ISIS dimulai pada 8 Agustus
2014 berdasarkan Undang-Undang Otoritas Penggunaan Kekuatan Militer
Melawan Teroris (AUMF) 2001. AUMF merupakan undang undang yang dibuat
sepekan setelah peristiwa 9/11. Sekitar 27 negara telah bergabung dengan tujuan
memerangi ISIS di Irak dan Suriah, menghentikan penyebarannya ke seluruh
dunia, dan melindungi semua tanah air khususnya Irak dan Suriah. 49
Koalisi global dibentuk pada 10 September 2014 oleh Presiden Obama
berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2178 yang
bertujuan untuk mengalahkan ISIS. Koalisi global melibatkan lebih dari 60
negara dan mitra organisasi. Setiap negara memberikan kontribusi berdasarkan
kepentingan negaranya dengan kekuatan militer atau non militer. AS
menekankan bahwa setiap negara memiliki peran untuk mengalahkan ISIS.
Beberapa anggota koalisi berkontribusi dalam hal militer, dengan menyediakan
senjata, peralatan, pelatihan, atau saran. Koalisi ini termasuk negara-negara di
Eropa dan di kawasan Timur Tengah yang berkontribusi melawan target ISIS.50
Terdapat beberapa negara yang tergabung dalam Koalisi Global baik
dukungan militer ataupun kemanusiaan di antaranya adalah Albania, Liga Arab,
49
Ibid., 50
“The Global Coalition To Defeat ISIS”, US Department of State, 2014,
https://www.state.gov/s/seci/index.htm (Diakses pada 12 Februari 2019).
33
Australia, Austria, Bahrain, Belgia, Bosnia Herzegovina, Bulgaria, Kanada,
Kroatia, Siprus, Ceko, Denmark, Mesir, Estonia, Uni Eropa, Finlandia, Perancis,
Georgia, Jerman, Turki, Hungaria, Islandia, Irak, Irlandia, Italia, Jepang,
Jordania, Kosovo, Kuwait, Latvia, Lebanon, Lithuania, Luxembourg, Macedonia,
Moldova, Montenegro, Moroko, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Oman,
Panama, Polandia, Portugal, Qatar, Korea Selatan, Romania, Arab Saudi, Serbia,
Singapua, Slovakia, Slovenia, Somalia, Spanyol, Swedia, Taiwan, Turki,
Ukraina, Uni Emirat Arab, Inggris dan Amerika Serikat. Data ini menurut
Departemen Kenegaraan Amerika Serikat. 51
Selain negara diatas yang tergabung sejak berdirinya Koalisi Global,
terdapat 72 negara yang mendukung aksi baik dalam hal militer ataupun bantan
kemanusiaan. Dalam Pertemuan dibahas upaya untuk mengalahkan ISIS akan
membutuhkan penguatan berbagai upaya, termasuk mencegah aliran dana dan
pejuang ke ISIS. Bantuan kemanusiaan sama pentingnya untuk memenuhi
kebutuhan mendesak dan menjaga stabilitas regional.
Gambar 2.1 Pertemuan Koalisi Anti-ISIS di Brussels, 3 Desember 2014
Sumber: The Global Coalition To Defeat ISIS https://www.state.gov/s/seci/index.htm
51
Kathleen J. McInnis, Coalition Contributions to Countering the Islamic State,
Congressional Research Service, 2015.
34
Pada 10 September 2014, Jaksa Agung George Brandis menjelaskan
dasar hukum yang mencatat tindakan-tindakan Australia dengan tegas
didasarkan pada hukum internasional dan berdasarkan pada prinsip pertahanan
diri kolektif Irak berdasarkan Pasal 51 piagam PBB.52
Dilaporkan pada 22 September 2014 sebagai serangan pertama ke Suriah
yang menargetkan IS dan kelompok al-Nusrah.53
Serangan pertama Ke Irak
dilanjutkan ke Suriah ini ialah salah satu bentuk komitmen Australia dalam
upaya kontribusi Australia dalam hal militer agar stabilitas negara dapat terjaga.
Ketidakamanan dunia membuat setiap negara khususnya Australia meningkatkan
militernya bahkan ke level yang lebih tinggi seperti di tahun 2015.
3.2. Upaya Koalisi Global dalam Menghalau ISIS
Berdasarkan Department of Defense (DOD) pada 15 Maret 2016, koalisi
Global sudah melakukan serangan sebanyak 10.962 serta serangan udara 7.336
serangan untuk ISIS di Irak dan sisanya untuk ISIS di wilayah Suriah. Serangan
demi serangan tersebut berhasil menghancurkan 22.779 target operasi.54
Operasi
militer Australia ikut terlibat sebagai bagian dari Koalisi Global untuk melawan
ISIS.
52
Ibid., 53
Jessica Stern & J. M. Berger, ISIS The State of Terror, (London: William Collins,
2015) hal. 48-49. 54
Moon Cronk, Terri. “Carter: Counter-ISIL Defense Ministers Unanimously Support
Objectives”, US Dept of Defence, http://www.defense.gov/News/Article/Article/655155/carter-
86counter-isil-defense-ministersunanimously-support-objectives (Diakses pada 27 Desember
2018)
35
Pemerintah Australia menyatakan keamanan nasional menjadi prioritas
utama demi keberlangsungan hidup masyarakat wilayah Australia. Menanggapi
ancaman tersebut, Pemerintah telah bergabung dengan USle koalisi militer
melawan ISIS dengan memberikan $ 630 juta dalam pendanaan ekstra untuk
badan intelijen dan keamanan, dan memperkenalkan undang-undang anti-
terorisme.
Australia telah sepakat untuk menyebarkan kekuatan militer ke wilayah
tersebut dan akan memainkan bagian dalam serangan udara yang dipimpin AS.
Pasukan Khusus Australia melatih pasukan Irak. Dana $ 5 juta dalam bantuan
kemanusiaan ke Irak serta pesawat, sistem peringatan dini dan peralatan militer.
Perdana Menteri Tony Abbott telah mendukung posisi Obama, selain itu ada pula
negara lainnya seperti Italia, Republik Ceko, Albania, Belanda, Estonia,
Hungaria, Turki, Belgia, Denmark, Inggris, Kanada Lebanon.55
Pada saat itu pemerintah berhati-hati bahwa tujuan dan keterlibatan
militer Australia terbatas pada penargetan ISIS melalui serangan udara, daripada
mengejar tujuan politik yang lebih luas yang bertujuan menggulingkan rezim
Suriah. Di bawah Perdana Menteri Turnbull, Pemerintah terus menekankan
bahwa tujuan di Suriah adalah untuk menghentikan kekuasaan ISIS. Tetapi di
luar ini, belum ada diskusi publik atau debat parlemen tentang rencana atau
strategi jangka panjang di Suriah atau Irak, terlepas dari evolusi konflik dan
55
“Ini Dia 62 Negara Koalisi Anti Negara Islam”, Warta Perang,
http://www.wartaperang.com/2014/09/62-negara-koalisi-anti-isis-dan-langkah-mereka.html
(Diakses pada tanggal 8 Mei 2017 pukul 15.00 wib).
36
kesimpulan yang akan datang dari operasi militer perkotaan besar-besaran
terhadap kelompok itu.
Pertengahan Mei 2015, koalisi ini sudah merilis serangan udara lebih dari
4,000 serangan. Khusus di Irak, Amerika Serikat menyediakan 1000 pasukan
untuk melatih Peshmerga yang diawali dengan 1,500 serangan pada awal Mei
2015 yang 70% berasal dari Amerika Serikat.56
Koalisi global pimpinan AS
merilis laporan korban sipilnya pada 1 Mei 2017, yang menemukan sedikitnya
352 orang telah terbunuh oleh serangan udara koalisi di Irak dan Suriah sejak
2014.57
Menurut Departemen Pertahanan (DOD), per 28 Juni 2016, koalisi
global melakukan 13.470 serangan udara, 9099 dari mereka yang ada di Irak dan
sisanya di Suriah. Hingga 31 Mei 2016, 26.374 target dihancurkan. Amerika
Serikat telah menghabiskan $ 7,5 miliar untuk militer yang beroperasi sejak 8
Agustus 2014, dengan biaya harian rata-rata $ 11,7 juta.58
Secara terbuka keterlibatan Australia dalam koalisi global mendapat
kecaman ISIS dan menyerukan akan melakukan serangan terhadap Australia.
ISIS mengancam dengan mengirimkan materi propaganda, video pejuang asing
dan pidato oleh pemimpin senior. Serangkaian serangan yang pernah dilakukan
oleh ISIS diantaranya ialah menikam dua petugas polisi anti terorisme di
56
“The Islamic State”, Foreign Affairs, http://www.cfr.org/iraq/islamic-state/p14811
(Diakses pada 22 Desember 2018). 57
Caitlyn Gribbin, “Australian Defence Force to begin releasing Syria, Iraq airstrike
targets in fortnightly reports”, ABC Net, https://www.abc.net.au/news/2017-05-02/adf-to-start-
releasing-syria-iraq-airstrike-reports/8488470 (Diakses pada 11 Desember 2018). 58
“Operation Inherent Resolve: Targeted Operations against ISIL Terrorists”, U.S.
Department of Defense, http://www.defense.gov/News/Special-Reports/0814_Inherent-Resolve
(Diakses pada 25 Januari 2018).
37
Victoria pada 23 September 2014. Lalu terjadi pengepungan di Martin Place
Sydney pada 15-16 Desember 2014 dan pada tahun 2015 tepatnya tanggal 2
Oktober terjadi penembakan terhadap warga sipil polisi yang tidak bersenjata di
New South Wales.59
Menurut data yang diambil dari website National Security, hingga awal
tahun 2017 terdapat beberapa serangan ISIS yang mengancam kedaulatan
wilayah Australia. Kejadian ini juga telah memakan korban yang jumlahnya
tidak sedikit seperti pada 17 juli 2015 memakan korban 15 orang tewas dan 170
orang terluka.60
Sepanjang konflik, jumlah keseluruhan militer Australia di Suriah tetap
relatif sama, meskipun upaya itu merupakan proporsi kecil dari keseluruhan
upaya Australia di Irak dan Suriah. Australia telah memainkan peran penting
sepanjang konflik dalam hampir dua tahun dan menyelesaikan lebih dari 1.600
misi pemogokan dan mengirimkan hampir 1.300 amunisi. ADF mencatat bahwa
pasukan darat Irak melanjutkan misi mereka untuk mengalahkan ISIS.61
3.3. Pejuang ISIS yang Kembali ke Negara Asalnya
ISIS memiliki keanggotaan hampir diseluruh wilayah. Jumlah pasukan
ISIS antara 28.600 sampai 31.600 orang di Irak dan Suriah menurut Departemen
59
“Islamic State”, Australian Government,
https://www.nationalsecurity.gov.au/listedterroristorganisations/pages/islamicstate.aspx (Diakses
pada 21 November 2018) 60
Ibid., 61
“Iraq and Syria: far from simple”, Parliament Australia,
https://www.aph.gov.au/About_Parliament/Parliamentary_Departments/Parliamentary_Library/p
ubs/BriefingBook45p/IraqAndSyria (Diakses pada 21 November 2018)
38
Pertahanan Amerika Pada masa jayanya tahun 2015, para pejabat intelijen
Amerika memperkirakan pasukan ISIS berjumlah 33.000 orang di Irak dan
Suriah, dan jumlah itu terus bertambah dengan ribuan orang lagi tiap bulannya,
karena kedatangan para pendukung ISIS dari luar negeri.Mengutip angka yang
diberikan oleh pihak berwenang di 33 negara, menurut Soufan Center setidaknya
5.600 pejuang asing diyakini telah kembali ke negara masing-masing. Sisanya
menghilang atau sudah tewas.62
Sejumlah 900 pejuang kembali ke Turki. Lebih dari 3.000 pejuang dari
Arab Saudi pergi berperang, dan 760 telah kembali ke rumah. Sekitar 1.200
pejuang telah kembali ke Eropa: 400 ke Inggris, 271 ke Prancis, dan sekitar 300
ke Jerman. Dari 3.400 orang Rusia yang bergabung dalam pertempuran di Suriah
dan Irak; 400 kembali.63
Afrika Utara juga memiliki pejuang yang kembali, dengan 800 yang
pulang ke Tunisia dan hampir 200 ke Maroko. Menurut laporan itu, tujuh
pejuang akan kembali ke Amerika Serikat. Lebih dari 250 orang Amerika
berusaha bergabung dengan Negara Islam di Irak dan Suriah, dengan 129 orang
bepergian untuk bergabung dengan perang. Pada Agustus 2017, Amerika Serikat
mendakwa 135 orang dengan pelanggaran terkait terorisme karena interaksinya
dengan Negara Islam, dan 77 orang telah dihukum.64
62
“World Middle East”, ABC News, https://www.bbc.com/news/world-middle-east-
41734069 (Diakses pada 25 Desember 2018). 63
“ISIS Returning Fighters”, Washington Post,
https://www.washingtonpost.com/graphics/2018/world/isis-returning-fighters/?noredirect=on
(Diakses pada 22 Desember 2018) 64
Ibid.,
39
Australia merupakan salah satu negara yang melarang warga negaranya
bepergian ke kawasan-kawasan tempat kelompok militan beroperasi. Dalam
undang-undang yang diperkuat pada Desember 2014, Menteri Luar Negeri Julie
Bishop secara khusus melarang warga Australia pergi ke atau tetap berada di
provinsi al-Raqqa, Suriah, yang dianggap sebagai ibu kota de fakto Suriah dan
basis utama ISIS.
Pengumuman itu menandai pertama kalinya Australia membuat
pernyataan semacam itu untuk suatu area geografis dalam hukum pidananya,
yang sudah menyatakan ISIS sebagai organisasi teroris. Pihak berwenang
memperingatkan warga Australia yang berada di al-Raqqa tanpa alasan sah
untuk berada di sana untuk segera pergi. Siapa pun yang dituntut dan dihukum
karena melanggar undang-undang ini bisa dikenai hukuman penjara hingga 10
tahun.
Jika melihat angka biasanya ialah total keseluruhan. Sehingga angka
radikal digabung begitu saja. Yang membuat masalah biasanya yang ingin ke
Suriah seringkali tidak langsung ke negara tersebut tapi transit dahulu ke negara
lain, sehingga sulit menentukan mana yang benar pergi dan mana yang teroris.
Keberadaan ISIS membuat negara-negara di dunia rentan terhadap
ideologi ekstremis yang mempengaruhi seseorang ke arah yang radikal.
Keterlibatan warga Australia berjumlah 100 orang yang ikut dalam keanggotaan
ISIS di Irak dan Suriah. Negara Australia terbukti terlibat dalam aksi kekerasan
termasuk dalam pengeboman diri dan menahan kepala tentara Suriah. Data ini
40
dikeluarkan resmi oleh pemerintah Australia melalui website National
Security.65
ASIO memperkirakan bahwa, pada Februari 2015, sekitar 100 warga
Australia berjuang untuk kelompok jihadis di Suriah dan Irak, hingga 40 telah
kembali, dan lebih dari 20 telah meninggal. Beberapa telah muncul dalam video
propaganda untuk Jabhat al-Nusra dan IS, tiga diyakini telah melakukan bom
bunuh diri, dan beberapa warga Australia menduduki posisi kepemimpinan.
Beberapa juga membual tentang perang kejahatan, dan secara eksplisit
mengancam Australia.66
Setiap negara memiliki kebijakan yang berbeda bagaimana cara
mengatasi para pengungsi yang kembali. Banyak yang dipenjara, sementara
yang lain mungkin direhabilitasi. Program rehabilitasi ini sulit dirancang dan
dijalankan. Sementara para pejuang yang kembali tidak secara langsung
bertanggung jawab atas serangan teror atau ancaman, mereka berfungsi sebagai
inspirasi atau model bagi mereka yang mungkin menjadi teradikalisasi.
Menurut Washiongton Post tanggal 22 februari 2018, jumlah pejuang
ISIS yang kembali ke negara asalnya sebagai berikut:
65
“Islamic State”, Australian National Security,
https://www.nationalsecurity.gov.au/listedterroristorganisations/pages/islamicstate.aspx (Diakses
pada 22 Januari 2019) 66
“Islamic State Recruiting More Australian Fighters Brandis Wams”, ABC News,
https://www.abc.net.au/news/2015-01-24/islamic-state-recruiting-more-australian-fighters-
brandis-warns/6044556 (Diakses pada 18 Februari 2019).
41
Tabel 3.C.1 Jumlah pejuang ISIS yang kembali
No Negara Jumlah Pejuang ISIS yang kembali
1. Turkey 900
2. Tunisia 800
3. Saudi Arabia 760
4. UK 425
5. Rusia 400
6. German 300
7. Jordan 250
8. Morocco 198
9. Afganistan 120
10. Australia 40
Sumber: https://www.washingtonpost.com/graphics/2018/world/isis-returning-
fighters/?noredirect=on&utm_term=.026c13c5e2f2
Pemerintah Australia mempunyai kebijakan untuk melakukan tindakan
pada para pejuang ISIS. Sebagai contoh ialah Sharrouf mengajak anaknya
tergabung dalam aksi dengan ISIS. Istrinya bernama Duman yang merupakan
warga negara Australia asal Melbourne.
Gambar 3.2 Sharrouf dan anaknya sebagai pejuang ISIS
42
Sumber: https://www.dailymail.co.uk/news/article-6751439/Australias-jihadi bride-claims-
notorious-terrorist-Khaled-Sharroufs-children-alive.html
Kasus lainnya yaitu akan dicabutnya status kewarganegaraan Neil
Prakash karena yang bersangkutan menjadi perekrut utama untuk Negara Islam
Irak dan Suriah (ISIS). Pemerintah Australia sebelumnya juga telah berencana
mengamandemen undang-undang agar dapat mencabut kewarganegaraan semua
rakyatnya yang terbukti melakukan aksi terorisme. Selama ini UU yang berlaku
mengatur hanya orang yang memiliki dua kewarganegaraan saja yang boleh
dicabut kewarganegaraannya.67
Menurut Keara Shaw jumlah pejuang ISIS di Irak dan Suriah terbilang
sulit dideteksi. Ini diakibatkan bahwa banyaknya warga yang secara tidak
langsung pergi ke wilayah tersebut
Bisa dilihat di website dan itu merupakan data valid dari pemerintah
Australia. Saya pikir tahun ini tidak banyak bertambah bahkan tidak
ada. Yang terpenting memilah. Jika melihat angka biasanya ialah
total keseluruhan. Sehingga angka radikal digabung begitu saja.
Yang membuat masalah biasanya yang ingin ke Suriah seringkali
tidak langsung ke negara tersebut tapi transit dahulu ke negara lain,
sehingga sulit menentukan mana yang benar pergi dan mana yang
teroris.
Kembalinya Pejuang ISIS Ke masing-masing negara menjadi tantangan
sendiri dalam hal penangannya. Setiap negara memiliki kebijakan berbeda. Jika
melihat Australia, maka pemerintah memiliki kebijakan bukan hanya soal
undang-undang yang ketat tetapi ada organisasi kemanusiaan yang disiapkan
khusus untuk menjadikan pejuang asing tidak kembali lagi menyebarkan
aksinya.
67
“Australia Cabut Kewarganegaraan Terduga Perekrut ISIS”, CNN Indonesia,
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20181229144857-113-357261/australia-cabut-
kewarganegaraan-terduga-perekrut-isis (Diakses pada 30 Desember 2018)
43
BAB IV
KEBIJAKAN PENGIRIMAN PASUKAN MILITER
AUSTRALIA DALAM RANGKA MEMERANGI ISIS PADA
TAHUN 2014-2017
Aksi terorisme memang selalu mengancam terutama ancaman domestik
wilayah di Asia Pasifik, khususnya Indonesia dan Australia. Australia dan
Indonesia memiliki ancaman yang sama antarkedua negara. Ada unsur lintas
perbatasan sehingga ancaman dari Timur tengah dapat diatasi dengan berbagi
informasi seputar terorisme.
Menurut Prof. Dr. Jamal Abdullah, Ahli Kebijakan dan Keamanan Luar
Negeri Teluk menyatakan bahwa “ISIS present since 2014. Since the time, US
decided to create coalition to fight ISIS. But there is no any kind of cooperation between
this coalition and the regime of Syria. Actually the coalition is very affected.”68 ISIS
hadir sejak 2014. Sejak saat itu, AS memutuskan untuk membuat koalisi untuk
melawan ISIS. Namun tidak ada kerjasama apa pun antara koalisi ini dan rezim
Suriah. Sebenarnya koalisi sangat terpengaruh.
Koalisi Global dianggap sebagai sebagai upaya untuk menghalau ISIS di
Irak dan Suriah. Upaya terus dilakukan walaupun ada dampak buruk yang akan
dirasakan, misalnya ketika militer dikerahkan oleh koalisi US ataupun Koalisi
Rusia banyak pihak juga yang menjadi korban khususnya anak dan wanita.
68
Wawancara dengan Dr. Jamal Abdullah, Ahli kebijakan dan keamanan luar negeri
Teluk, di Ciputat pada 8 Oktober 2018.
44
Tetapi menurut Perspektif Neorealis yang fokus terhadap negara dan tidak
memihak pada individu dalam upaya untuk stabilitas negara dan menjaga
keamanan global, aksi militer perlu dilakukan dan untuk keamanan wilayah
setiap negara dapat menghalau negaranya dengan kebijakan masing-masing.
Tindakan ISIS telah mengancam keamanan wilayah Australia seperti
yang diungkapkan oleh narasumber yaitu Keara Shaw bahwa
Aksi terorisme memang selalu mengancam terutama ancaman
domestik wilayah di Asia pasifik khususnya Indonesia dan Australia.
Australia dan Indonesia memiliki ancaman yang sama antar kedua
negara. Ada unsur lintas perbatasan sehingga ancaman dari Timur
tengah dapat diatasi dengan berbagi informasi seputar terorisme.
ISIS tidak perduli dengan perbatasan negara, Hampir di seluruh Asia
Pasifik ada, pelakunya tidak melulu dari negara yang bersangkutan.
Ada ancaman bahwa kelompok teroris akan menafikaan kepentingan
dari negara barat.
Persamaan dalam menindak terorisme sehingga membuat adanya
kerjasama Australia dan Indonesia sebagai negara tetangga. Upaya terus
dilakukan seperti mengeluarkan beberapa kebijakan yang diharapkan dapat
memerangi ISIS di wilayah Pasifik.
Ditambah data terbaru April 2019 menyebutkan bahwa pejuang asal
Australia memiliki posisi penting di ISIS sebagai “Head Of Media Knight”.
Pentingnya posisi pejuang Australia akan menjadi tantangan baru dimana bisa
menumbuhkan dan menyebarkan ideologi ekstremis. Ini menjadi ancaman serius
di wilayah global di mana pemerintah diharuskan untuk terus komitmen dalam
menjaga stabilitas dan kedaulatan negaranya termasuk berkomitmen dengan
Koalisi Global untuk memerangi di wilayah Irak dan Suriah.
45
4.1 Implementasi Kebijakan Militer Australia dalam Rangka Memerangi
ISIS Periode 2014-2017
Sejak ISIS mendeklarikan dirinya menjadi negara Islam maka ada upaya
yang dilakukan negara guna untuk meningkatkan militernya untuk melindungi
negara dari ancaman militer. Menurut Neorealis, setiap negara bersifat anarki
yang berusaha mempertahankan dan meningkatkan kekuatan yang menjadi
tujuan utama suatu negara. Sehingga ini merupakan upaya yang diambil oleh
koalisi global untuk menghalau ISIS.
Aksi teror terus dilakukan oleh ISIS bukan hanya di wilayah Timur
Tengah tetapi hingga lintas batas negara. Australia sendiri tahun 2014 mendapat
serangan seperti pada tanggal 23 September 2014 di Victoria dan bulan
Desember sempat menyerang wilayah Sydney. Akhir tahun 2015, Amerika
Serikat meminta Australia untuk meningkatkan kapasitas militernya untuk
melawan ISIS di Irak dan Suriah serta memperluas komitmennya dari Irak ke
Suriah, dengan serangan udara Australia akan diperluas ke target ISIS di Suriah
timur. Perdana Menteri Abbott juga mencatat bahwa operasi yang diperluas akan
mencerminkan upaya negara-negara sekutu lainnya membantu melindungi Irak
dan rakyatnya dari serangan ISIS di Irak dan Suriah.
Pada 10 September 2015, Jaksa Agung George Brandis menjelaskan
bahwa keputusan itu didasarkan kuat pada hukum internasional, dan didasarkan
pada prinsip self-kolektif pertahanan berdasarkan Pasal 51 piagam PBB.69
69
“Diminta AS Tingkatkan Bantuan Perangi ISIS Australia Menolak”, Detik News,
https://news.detik.com/internasional/d-3118356/diminta-as-tingkatkan-bantuan-perangi-isis-
australia-menolak (Diakses pada 2 Maret 2019).
46
Meski demikian, Australia berkomitmen untuk meningkatkan bantuan
humaniter di Irak dan Suriah. Permintaan Amerika Serikat pun masih
dipertimbangkan ulang. Berikut ialah Pidato Menteri Luar Negeri Australia
Marise Payne tahun 2016:
The government has advised Secretary Carter that our existing
contributions will continue. Australia was well placed to make an
important contribution to command roles, and would increase the
number of ADF personnel in coalition headquarters from 20 to 30.
Our aircraft in the Middle East are available to provide additional
airlift support to benefit coalition humanitarian efforts. The
government would, however, keep our contribution under ongoing
review in consultation with our coalition partners.70
Pemerintah melalui Sekretaris Carter bahwa kontribusi kami yang ada
akan terus berlanjut. Australia berada di posisi yang tepat untuk
memberikan kontribusi penting bagi peran komando, dan akan
menambah jumlah personel ADF di markas besar koalisi dari 20
menjadi 30. Pesawat kami di Timur Tengah tersedia untuk
memberikan dukungan pengangkutan udara tambahan untuk
mendapatkan manfaat dari upaya kemanusiaan koalisi. Akan tetapi,
pemerintah akan menjaga kontribusi kami dalam tinjauan yang sedang
berlangsung dengan berkonsultasi dengan mitra koalisi kami
Semakin aktifnya keterlibatan Australia dalam hal militer maka kapabilitas
militernya tidak diragukan lagi. Hal ini merupakan kabar baik bahwa keberadaan
Australia di dunia internasional dipandang baik, terlebih ketika Australia
memilih bergabung dengan koalisi global menjadikan kekuatan semakin besar.
Kekuatan Australia meningkat dengan memilih bergabung dengan koalisi global.
Menurut Lowy Institute Asia Power Index, Australia menduduki peringkat
keenam dari keseluruhan kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing negara.
70
“Australia's contribution to the fight against Daesh”, Minister for Defence,
https://www.minister.defence.gov.au/minister/marise-payne/statements/minister-defence-
australias-contribution-fight-against-daesh (Diakses pada 5 Oktober 2018)
47
Kekuatan militer Australia masuk dalam Middle Power yang militernya hampir
menyaingi Jepang, India serta Rusia.
Kondisi ketidakpastian yang dialami setiap negara dalam politik
internasional tersebut yang menyebabkan setiap negara berusaha untuk
mencapai kapabilitas keamanan dan kekuatan semaksimal mungkin. Seperti yang
dilakukan oleh Australia yang memilih untuk berkontribusi dalam hal militer.
Kekuatan dalam pandangan Neorealisme adalah kapabilitas material yang
mampu dikontrol oleh negara.71
Menurut Keara Shaw dalam wawancaranya menyatakan bahwa tidak ada
satu-satunya kebijakan dalam menghalau ISIS. Jika melihat di website resmi
pemerintah Australia yaitu National Security, ada keluasan kebijakan yang ada.
Ini membuktikan bahwa upaya pemerintah Australia dalam pengiriman militer
ke Irak dan Suriah selalu berbeda tetapi yang paling signifikan ialah terjadi
peningkatan militer yang didukung oleh Koalisi Global.
Aksi kejahatan yang luar biasa dilakukan oleh ekstremis ISIS menjadikan
negara Australia selalu berupaya aktif untuk mengeluarkan kebijakan yang terus
diperbaharui. Selain itu sebagai negara di Asia pasifik menghalau ISIS dengan
melakukan kerjasama baik bilateral maupun kerjasama dalam lingkup global.
Aliansi dengan negara lain yang berguna untuk menghadapi bahaya lawan.
Kondisi ini kemudian memaksa negara untuk meningkatkan kemampuan seperti
71
Glenn H. Snyder. A Review Essay, “Mearsheimer s World: Offensive Realism and the
Struggle for Security”, Perpustakaan Nasional, http://e-
resources.perpusnas.go.id:2048/login?url=http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&d
b=edsjsr&AN=edsjsr.3092155&site=eds-live (Diakses pada 25 Februari 2019)
48
melakukan penambahan persenjataan dan angkatn militer. Australia terus
melakukan upaya penyerangan dengan beraliansi dengan negara lain yang
tergabung dengan koalisi global. Aliansi ini menjadikan kekuatan besar dalam
melawan pengaruh ISIS khususnya di wilayah Irak dan Suriah.
Australia telah melakukan upaya preventif dalam mengkonter terorisme,
Australia sudah memiliki Undang Undang Hukum Pidana 1995 yaitu, Criminal
Code Act 1995 mengenai Pelanggaran Tindak Terorisme di Australia. Tidak
hanya undang-undang, Australia juga mempunyai sebuah badan khusus bernama
Australian Transactions and Reports Analysis Centre (AUSTRAC), yang
memantau rekening bank dan pergerakan uang. Ini berarti kesempatan untuk
menangkap orang yang terlibat dalam pendanaan terorisme cukup besar. Juga
memungkinkan untuk membekukan rekening bank di Australia jika dana dalam
rekening tersebut dimiliki atau berasal dari organisasi teroris terdaftar.72
Bisa dikatakan bahwa pemerintah Australia pun membuat kebijakan-
kebijakan Counter Terrorism yang diterapkan dengan cara pendekatan ekonomi,
sosial, dan budaya, serta menjalin kerjasama dengan sejumlah negara lain untuk
sama-sama melawan terorisme, khususnya terorisme yang dilakukan oleh ISIS.
Hal tersebut dilakukan karena pengaruh ISIS bisa saja melebar ke kawasan
Australia dan sekitarnya.
72
“Australian Counter Terorism Strategy”, Council of Australia Governments,
https://www.nationalsecurity.gov.au/Media-and-
publications/Publications/Documents/Australias-Counter-Terrorism-Strategy-2015.pdf (Diakses
pada15 April 2017).
49
Kontra Terorisme dalam bidang militer pun telah dilakukan oleh Australia
dengan mengirimkan pasukan ke Irak, serta mengirimkan pesawat seperti
delapan pesawat jet RAAF F/A18 dan dua pesawat tempur yang berbasis yaitu
pesawat Airbone Early Warning and Control E-74 Wedgetail dan pesawat
transportasi serta Multitrole Tanker KC-30A. Hal ini dilakukan pemerintah
Australia mengingat ISIS juga memiliki anggota yang besar serta memiliki
persenjataan yang cukup canggih dalam melawan pasukan pemerintah Irak serta
pasukan koalisi dalam mewujudkan tujuan mereka mendirikan negara Islam.73
Pada 1 September 2016, Perdana Menteri Turnbull dan Menteri
Pertahanan Marise Payne merilis pernyataan yang mengkonfirmasi ADF
memiliki otoritas penuh untuk menargetkan semua anggota ISIS sesuai dengan
hukum internasional. RUU Amandemen KUHP (Perang Kejahatan) RUU 2016
bertujuan untuk memperbaiki masalah yang dilaporkan bermasalah selama
operasi ADF di mana aktor non-negara terlibat sebagai pihak yang berperang.74
Perdana Menteri Turnbull juga menguraikan sifat amandemen ini dalam
pidatonya di Konferensi Negara Bagian Partai Liberal Nasional Queensland:
This legislation for the first time enables our soldiers and aviators in the field
in the Middle East to kill terrorists wherever they are, not simply when they've
got a gun in their hand. Where there was a legal barrier to them having
unrestricted targeting access.75
Undang-undang ini untuk pertama kalinya memungkinkan tentara dan
penerbang kami di lapangan di Timur Tengah untuk membunuh teroris di mana
pun mereka berada, bukan hanya ketika mereka memiliki senjata di tangan
73
“Syrian Military Operation”, Parliament of Australia,
https://www.aph.gov.au/About_Parliament/Parliamentary_Departments/Parliamentary_Library/p
ubs/rp/rp1718/SyriaMilitaryOps (Diakses pada 22 Oktober 2018) 74
Ibid., 75
Ibid.,
50
mereka. Di mana ada hambatan hukum bagi mereka untuk memiliki akses
penargetan yang tidak terbatas.
Kebijakan ini menjadikan perluasan target ISIS yang dilakukan Australia.
Australia memilih untuk meningkatkan militernya karena menganggap bahwa
keamanan di Australia perlu ditingkatkan agar tidak terjadi lagi suatu
penyerangan terhadap wilayah teritori Australia dan ingin menjamin bahwa
warga negaranya aman dari serangan ISIS.
4.2. Keterlibatan Australia dalam Penyerangan Bersama Koalisi Global
Pada 18 September 2016, pesawat Australia terlibat dalam serangan udara
pimpinan-Koalisi yang menargetkan apa yang diyakini sebagai pejuang ISIS di
dekat Dayr az Zawr, Suriah. Tetapi Amerika Serikat beserta koalisinya,
termasuk Australia, melakukan kesalahan fatal. Pada hari Minggu, tanggal 18
September 2016, empat misil yang menghantam daerah timur Aleppo di Suriah
menewaskan hampir 100 orang tentara Suriah dalam serangan udara yang
melibatkan pesawat-pesawat tempur Australia.76
Kejadian tersebut diakui
sebagai kesalahan dalam perhitungan atau salah sasaran oleh pihak Amerika
Serikat dan koalisinya. Mereka pun mengungkapkan rasa penyesalan terhadap
hal tersebut.
Setelah para komandan koalisi diberitahu oleh Rusia bahwa ada pasukan
Suriah yang menjadi korban, operasi itu dihentikan. Keterlibatan
Australia di Suriah adalah untuk menarget gerakan kelompok Negara
76
“sesalkan serangan udara di Suriah”, VOA Indonesia,
https://www.voaindonesia.com/a/australia-sesalkan-serangan-udara-di-suriah/3514950.html
(Diakses pada 22 November 2018)
51
Islam (ISIS). Australia berbelasungkawa atas semua personel di Suriah
yang tewas dan luka-luka.77
Meski Australia juga tersudutkan atas kejadian tersebut, Senator Payne
membenarkan bahwa keterlibatan Australia dalam serangan udara di Suriah akan
terus berlanjut sementara penyelidikan dan kajian akan dilakukan pula. Juru
bicara pertahanan dari Partai Hijau, Scott Ludlam, mendukung dilakukannya
investigasi independen atas kejadian tersebut.
Ini adalah insiden yang sangat buruk sehingga mengancam gencatan
senjata yang rapuh yang baru saja dilakukan, dan jika kita membutuhkan
pengingat yang lebih mendesak mengenai pentingnya deeskalasi dan
demiliterisasi konflik di Suriah, maka inilah saat yang tepat untuk
melakukannya.78
Senator Australia Selatan, Nick Xenophon, turut mengatakan bahwa
kajian apapun perlu dilakukan dengan cakupan yang luas.
Jadi kita akan belajar dari insiden ini dengan cara yang berarti, sehingga
kita tidak mengulangi kesalahan di masa lalu Jika kita memang
mengulangi kesalahan - bahkan dalam tingkat yang jauh lebih rendah -
lebih dekat ke negara kita, misalnya di Laut Cina Selatan, konsekuensi
bagi ke Australia bisa cukup mendalam.79
Hingga saat ini, AS adalah satu-satunya negara Koalisi yang mengakui
telah memakan korban warga sipil secara tidak sengaja. AS, melalui Satuan
Tugas Gabungan, merilis laporan korban sipil bulanan. Dalam laporan
kecelakaan bulan April 2017, Komando Sentral AS menyatakan, 'selain itu,
diperkirakan bahwa 80 korban sipil yang disebabkan oleh serangan Koalisi
77
Ibid., 78
“Genjatan senjata diberlakukan Amerika”, Jalur militer,
https://www.jalurmiliter.com/2016/10/genjatan-senjata-diberlakukan-amerika.html 79
“Australia Mengaku Lanjutkan Terlibat dalam Serangan Udara di Suriah”,
Hidayatullah,
https://www.hidayatullah.com/berita/internasional/read/2016/09/20/101150/australia-mengaku-
lanjutkan-terlibat-dalam-serangan-udara-di-suriah.html (Diakses pada 22 November 2018)
52
untuk mengalahkan ISIS di Irak dan Suriah dari Agustus 2014 hingga saat ini
belum pernah diumumkan sebelumnya.80
Investigasi gabungan Foreign Policy Airwars mencatat bahwa pejabat
komando sentral AS mengkonfirmasi korban ini disebabkan oleh sekutu. Tidak
satu pun dari 12 mitra Koalisi global yang telah beroperasi di Suriah termasuk
Australia yang secara terbuka mengakui peran apa pun dalam insiden-insiden
ini, atau yang lain yang telah mengakibatkan korban sipil. Sebelum serangan
udara, Kelompok Tugas Udara Australia melakukan perencanaan misi yang
cermat dan komprehensif termasuk persetujuan nasional dan internasional.
Setelah misi selesai, staf ADF meninjau secara menyeluruh setiap serangan
senjata untuk memastikan serangan itu konsisten dengan persetujuan pra-
serangan.81
Pada November 2016, Kepala Operasi Gabungan, Wakil Laksamana
David Johnston, menyampaikan temuan penyelidikan Koalisi ke dalam insiden
tersebut. Dia mencatat bahwa dua pesawat tempur F / A-18 dan satu E-7A
AW&C Controller telah terlibat, tetapi penyelidikan menemukan bahwa
serangan itu dilakukan dengan kepatuhan penuh terhadap aturan keterlibatan dan
Hukum Konflik Bersenjata.
Sepanjang konflik, banyak mitra Koalisi Global, termasuk AS, Inggris,
Kanada, dan Prancis, secara umum telah memberikan rincian lebih lanjut tentang
80
“Syrian Military Operation”, Parliament of Australia,
https://www.aph.gov.au/About_Parliament/Parliamentary_Departments/Parliamentary_Library/p
ubs/rp/rp1718/SyriaMilitaryOps (Diakses pada 22 November 2018) 81
Ibid.,
53
misi, target, dan hasil mereka relatif terhadap Australia. Mereka berpendapat
bahwa penyediaan informasi semacam itu tidak membahayakan keamanan
operasional atau misi mereka, dan bahwa kebutuhan akan transparansi dan
akuntabilitas adalah penting.
4.3. Kebijakan Menghentikan Operasi Militer
Setahun setelah insiden tersebut, pada 9 Desember 2017, Perdana Menteri
Irak Haider al-Abadi mendeklarasikan perang melawan ISIS berakhir setelah
gabungan pasukan pemerintah dan paramiliter Irak membersihkan kawasan
gurun dari ISIS.82
Kebijakan Australia selanjutnya yaitu Australia telah menghentikan
operasi militer di Irak dan Suriah dan akan menarik pejuang dari Timur Tengah
sebagai tanggapan atas kemenangan terhadap ISIS. Menteri Pertahanan Marise
Payne mengatakan enam pesawat Super Hornet Royal Australian Air Force akan
pulang pada Januari. Keberhasilan melawan ISIS berarti Operasi Okra telah
mencapai titik transisi dan akan kembali ke Australia.83
Keputusan itu diambil setelah dua kota penting ISIS berhasil direbut,
yakni Mosul di Irak 21 Juni, dan Raqqa di Suriah yang berhasil direbut 17
Oktober lalu. Selain itu. Menteri Pertahanan Marise Payne menyatakan,
82
“Perang melawan ISIS telah Berakhir”, BBC News,
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-42297488 (Diakses pada 12 Januari 2019) 83
“Aussie Strike Aircraft Head Home After Victory Over ISIS”, The Australian,
https://www.theaustralian.com.au/national-affairs/defence/aussie-strike-aircraft-head-home-after-
victory-over-isis/news-story/79f55f4d3d6bcf907b21d13318fcd917 (Diakses pada 3 Maret 2019).
54
Canberra bakal menarik enam jet tempur F/A-18 Hornets setelah tiga tahun
bertugas di Timur Tengah.84
Keamanan wilayah Australia terus dijaga karena hal yang tidak
diinginkan mungkin terjadi dan kekuatan militer terus ditingkatkan. Menurut
Kiera Shaw, Sekertaris satu Kedutaan Besar Australia di Indonesia bahwa:
Australia mempunyai undang-undang yang ketat. Jika ada sesuatu
yang membahayakan, ada upaya untuk penegakan hukum agar
dipastikan bahwa mereka benar-benar akan dihukum supaya tidak
mengancam warga Australia. Kalo ada yang belum terlibat tetapi
udah radikal, ada program dari pemerintah pusat untuk
kemasyarakatan sehingga bisa menjadi masyarakat utuh. Disinilah
payung hukum Australia lebih komplit.85
Berdasarkan wawancara diatas maka, dalam menghalau serangan ISIS
dan menjaga keamanan wilayah Australia maka pemerintah berupaya terus
untuk meningkatkan peraturan dan beberapa kebijakan yang bertujuan agar
penyebaran ideologi ISIS tidak terlalu besar seperti contohnya lembaga The
Returning Terrorist Suspects Team (RTST).
The Returning Terrorist Suspects Team (RTST) telah dibentuk untuk
mengelola ancaman pejuang asing yang kembali ke Australia, terutama mereka
yang terlibat dalam konflik Irak dan Suriah. RTST telah mengembangkan dan
menerapkan teknik dan strategi investigasi tradisional bersama dengan gangguan
dan kemampuan pengalihan untuk mencegah, mengganggu, dan menuntut.
Bekerja sama dengan lembaga persemakmuran, RTST mengkoordinasikan
84
“Australia Expected To End Airstrikes in Iraq”, ABC Net,
https://www.abc.net.au/news/2017-12-22/australia-expected-to-end-air-strikes-in-iraq/9281600 85
Wawancara dengan Kiera Shaw, Sekertaris satu Kedutaan Besar Australia di
Indonesia , Tanggal 26 November 2018 di Kedutaan Besar Australia pukul 13.00.
55
lembaga penegak hukum negara bagian dan federal untuk memastikan seluruh
pendekatan pemerintah dalam menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh
tersangka terorisme yang kembali dari zona konflik.86
Menurut Kiera Shaw, sekertaris satu Kedutaan Besar Australia di
Indonesia juga berpendapat bahwa:
Jika sudah bergabung dengan ISIS di Timur Tengah akan diadili.
Jika tidak melakukan aksi tindak pidana mereka akan dimasukan ke
program kemasyarakatan. Kebanyakan yang sudah ikut ISIS akan
dihukum87
Perjalanan lebih sulit dan harus lebih hati-hati. Di Indonesia banyak
jaringan teroris salah satunya JID. Di Australia sendiri ada 18.750 pengungsi
setiap tahunnya datang. Ini merupakan hal yang harus diwaspadai karena
ancaman di Australia sedikit berbeda, yaitu tidak ada jaringan besar seperti di
Indonesia, lebih banyak bergerak sendiri yang terinspirasi dari ISIS. Australia
harus merespon cepat dan memisahkan mana yang sebenarnya pengungsi dan
mana yang pejuang ISIS.
Menurut Prof. Dr. Jamal Abdullah Ahli Kebijakan dan Keamanan Luar
Negeri Teluk menyatakan bahwa
The solution of this war sould be based by diplomatic. Regional
organization like OIC should face around the table and the the
solution will be true. If they starting to discuss sit on the table it
will be good.88
86
“Fighting terrorism overseas”, Australian Federal Police,
https://www.afp.gov.au/what-we-do/crime-types/fighting-terrorism/fighting-terrorism-overseas
(Diakses pada 22 februari 2019) 87
Ibid., 88
Wawancara dengan Dr. Jamal Abdullah, International Fellows Pusat Studi Timur
Tengah dan Perdamaian Global Fisip UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tanggal 8 Oktober
2018 di Gedung FISIP UIN Jakarta Ruang 402.
56
Solusi dalam penyelesaian kasus ini harus terus diupayakan. Walaupun
dengan kekuatan militer dan keterlibatan banyak negara membuat kondisi
wilayah Irak dan Suriah semakin buruk dan stabilitas internasional perlu dijaga.
Negara hegemon berusaha mempertahankan keseimbangan kekuatan antara
setidaknya dua kekuatan besar dalam wilayah yang berdampingan, sehingga
perhatian dan energi dari kekuatan ini akan saling bersaing. Fokus Mearsheimer
yang tak henti-hentinya pada persaingan kekuasaan-keamanan antara kekuatan
besar yaitu koalisi Amerika dan Rusia Sebaliknya, perebutan kekuasaan
mengasumsikan peran yang jauh melampaui apa yang disatukan, atau
perlindungan hak asasi manusia.
57
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Aksi terorisme memang selalu mengancam terutama ancaman domestik
wilayah di Asia Pasifik khususnya Australia. Kejahatan ini termasuk kejahatan
luar biasa yang tidak mengenal batas negara sehingga ancaman dapat diatasi
dengan berbagi informasi seputar terorisme. Pelakunya tidak hanya dari negara
yang bersangkutan tetapi dapat siapa saja.
Tidak hanya di Asia Tenggara, ancaman ISIS juga tersebar di kawasan
Asia Pasifik. Perdana Menteri Australia Tony Abbott mendesak negara-negara
Asia dan Pasifik melawan kelompok ISIS. Tahun 2015 lalu, Australia menaikkan
tingkat ancaman ke level tinggi dari Irak hingga Suriah.
Ancaman terorisme bukanlah yang eksistensial bagi Asia Tenggara.
Meskipun menghapuskan terorisme sama sekali akan menjadi tatanan yang
tinggi, ancamannya pasti dapat dikelola jika keseimbangan perspektif dan
kebijakan yang benar diambil, dan kerjasama antarnegara regional ditingkatkan.
Kemampuan operasional kelompok militan dan teroris Asia Tenggara, termasuk
yang disejajarkan dengan ISIS, tetap terbatas.
Pemerintah Australia tentu saja khawatir jika warga negaranya merasa
terancam dan tidak aman karena penyebaran kelompok terorisme ISIS di dunia.
Oleh karena itu, Australia telah melakukan upaya preventif dalam mengkonterr
terorisme. Kontra Terorisme dalam bidang militer pun telah dilakukan oleh
58
Australia dengan mengirimkan pasukan ke Irak, serta mengirimkan pesawat
seperti delapan pesawat jet RAAF F/A18 dan dua pesawat tempur yang berbasis
yaitu pesawat Airbone Early Warning and Control E-74 Wedgetail dan pesawat
transportasi serta Multitrole Tanker KC-30A. Hal ini dilakukan pemerintah
Australia mengingat ISIS juga memiliki anggota yang besar serta memiliki
persenjataan yang cukup canggih dalam melawan pasukan pemerintah Irak serta
pasukan koalisi dalam mewujudkan tujuan mereka mendirikan negara Islam.
Australia berperan aktif dalam menyerang ISIS dan melakukan beberapa
kebijakan. Kondisi ini menjadikan perluasan target ISIS yang dilakukan
Australia. Australia memilih untuk meningkatkan militernya karena menganggap
bahwa keamanan di Australia perlu ditingkatkan agar tidak terjadi lagi suatu
penyerangan terhadap wilayah teritori Australia.
Keikutsertaan Australia tidak hanya faktor kekuatan militer di dunia
internasional yang menjadikan Australia saat ini berada di posisi keenam
menurut Lowy Institute, tetapi lebih dari itu Australia memiliki kepentingan
nasional untuk bergabung di Irak dan Suriah. Aliansi keamanan sebagaimana
yang dinyatakan Mearsheimer ialah untuk stabilitas dan keamana internasional.
Negara berkumpul dengan tujuan yang sama seperti beraliansi.
Membangun kemitraan juga termasuk salah satu cara lain untuk menangani
masalah ini. Seperti biasa, kunci untuk memerangi organisasi teror melalui
koalisi global , kerjasama antar-lembaga, keterlibatan swasta-publik, dan
komunikasi strategis yang efektif sangat disarankan oleh berbagai pihak. Hal ini
59
pulalah yang kemudian dilakukan oleh Australia, yaitu berkoalisi dengan
Amerika Serikat dan negara-negara lain dalam upaya penanganan terorisme
global.
The Returning Terrorist Suspects Team (RTST) telah dibentuk untuk
mengelola ancaman pejuang asing yang kembali ke Australia, terutama mereka
yang terlibat dalam konflik Irak dan Suriah. RTST telah mengembangkan dan
menerapkan teknik dan strategi investigasi tradisional bersama dengan gangguan
dan kemampuan pengalihan untuk mencegah, mengganggu, dan menuntut.
xiii
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Campbell, Patricia J, Aran MacKinnon, Christy R. An Introduction to Global
Studies. New York: Wiley-Blackwell, 2010.
Caris, Charles C, Samuel Reynold. ISIS Governance in Syria. Institute for the
Study of War, 2014.
Kegley, Charles J, Eugene R. Wittkopf. World Politics Trend and Transformation
, 8th ed. Boston: Bedford/St. Martin’s, 2001.
Mas’oed, Mohtar. Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi. Jakarta
:LP3ES, 1990. hal. 140.
Suriasumantri, Jujun S. filsafat ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Rajawali, 1990. hal. 128.
Winarno, Budi. Dinamika Isu-Isu Glabal Kontemporer. Yogyakarta: CAPS, 2014.
Hal. 185.
Nawawi, Hadari. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada
Press, 1991. hal. 31.
Stern, Jessica, J. M. Berger. ISIS The State of Terror. London: William Collins,
2015. hal. 48-49.
Mearsheimer, John J. The Tragedy of Great Power Politics. New York: W.
W. Norton, 2001.
Jurnal
Anggraini, Nining. “Sikap Amerika terhadap gerakan ISIS di Iraq dan Suriah”.
Repository Unhas.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/15775/SKRIPSI
%20REKTORAT.pdf?sequence=1 (Diakses pada 22 September 2018)
Gunaratna, Rohan. “Strategic Counter-Terrorism: A Game Changer in Fighting
Terrorism?”. A Journal of the International Center for Political Violence
and Terrorism Reserch, Volume 9 No. 6. https://www.rsis.edu.sg/wp-
content/uploads/2017/06/CTTA_June_2017.pdf (Diakses pada 11 Januari
2019)
Mulyana, Yan, Akim, Deasy Silvya Sari. “Power Negara Islam Irak dan Suriah”
Ilmu Politik dan Komunikasi, Volume 06 No. 1, (Juni 2016).
https://jipsi.fisip.unikom.ac.id/_s/data/jurnal/volume-06-no-1/2-deasy-hi-
unpad-edited.pdf/pdf/2-deasy-hi-unpad-edited.pdf (Diakses pada 1
Oktober 2018)
xiv
McInnis, Kathleen J. Coalition Contributions to Countering the Islamic State,
(Congressional Research Service, 2016). hal. 2-9
Snyder. A Review Essay. “Mearsheimer s World: Offensive Realism and the
Struggle for Security. http://e-
resources.perpusnas.go.id:2048/login?url=http://search.ebscohost.com/logi
n.aspx?direct=true&db=edsjsr&AN=edsjsr.3092155&site=eds-live
(Diakses pada 25 Februari 2019)
Laporan
The Lowy Institute. Andrew Zammit. Australian foreign fighters: Risks and
responses. https://power.lowyinstitute.org/ (Diakses pada 22 Januari 2019)
Situs dan Dokumen Resmi Pemerintah
Rabil, Robert G. The ISIS Chronicles: A History. 17 Juli 2014.
https://nationalinterest.org/feature/the-isis-chronicles-history-10895
(Diakses pada 10 Desember 2018)
U.N Department of State. The Global Coalition To Defeat ISIS.
https://www.state.gov/s/seci/index.htm (Diakses 28 September 2018)
European Parliament. The international coalition to counter ISIL/Da'esh (the
'Islamic State'). 17 Maret 2015.
http://www.europarl.europa.eu/RegData/etudes/BRIE/2015/551330/EPRS
_BRI%282015%29551330_EN.pdf (Diakses 28 September 2018)
Council of Australia Governments. Australian Counter Terorism Strategy.
https://www.nationalsecurity.gov.au/Media-and-
publications/Publications/Documents/Australias-Counter-Terrorism-
Strategy-2015.pdf (Diakses pada15 April 2017)
Australian Defence Magazine. Australia Invokes ANZUS Treaty to Stand by the
US. Dari
http://www.australiandefence.com.au/D8C208B0F806118DFE0050568
C22C9 (Diakses pada 15 April 2017)
US Department of State. The Global Coalition To Defeat ISIS. 2014.
https://www.state.gov/s/seci/index.htm (Diakses pada 12 Februari 2019)
Cronk, Terri Moon. Carter: Counter-ISIL Defense Ministers Unanimously
Support Objectives.
http://www.defense.gov/News/Article/Article/655155/carter- 86counter-
isil-defense-ministersunanimously-support-objectives (Diakses pada 27
Desember 2018)
xv
Australian National Security. Islamic State.
https://www.nationalsecurity.gov.au/listedterroristorganisations/pages/isla
micstate.aspx (Diakses pada 22 Januari 2019)
Council of Australia Governments. Australian Counter Terorism Strategy.
https://www.nationalsecurity.gov.au/Media-and-
publications/Publications/Documents/Australias-Counter-Terrorism-
Strategy-2015.pdf (Diakses pada15 April 2017)
Situs Berita Online
Kompas. Pascal, S. Enam Tahun Perang S uriah dari Aksi Damai Hingga
Tembakan 60 Rudal AS. 7 April 2017, dari
https://internasional.kompas.com/read/2017/04/07/19251371/enam.tahun.p
erang.suriah.dari.aksi.damai.hingga.tembakan.60.rudal.as (Diakses pada 2
Oktober 2018)
Europe News Week. ISIS Look to Recruit Rohingya Muslims Fleeing Myanmar.
2015, dari http://europe.newsweek.com/isis-look-recruit-rohingya-
muslims-fleeing-myanmar-328087(Diakses pada 6 Mei 2017)
Republika. PM Australia Desak Negara Asia Pasifik Lawan ISIS. 11 Juni 2015.
https://republika.co.id/berita/internasional/global/15/06/11/nprzy5-pm-
australia-desak-negara-asia-pasifik-lawan-isis (Diakses pada 3 Oktober
2018)
The Sydney Morning Herald. Islamic State: Tony Abbott refuses to rule out
combat forces as Syria air strikes announced.
https://www.smh.com.au/politics/federal/islamic-state-tony-abbott-refuses-
to-rule-out-combat-forces-as-syria-air-strikes-announced-20150909-
gjih49.html (Diakses pada 21 Desember 2018)
JPNN. Australia Kirim 600 Tentara Tumpas ISIS. 15 September 2014.
https://www.jpnn.com/news/australia-kirim-600-tentara-tumpas-isis
(Diakses pada 1 November 2017)
Warta Perang. Ini Dia 62 Negara Koalisi Anti Negara Islam.
http://www.wartaperang.com/2014/09/62-negara-koalisi-anti-isis-dan-
langkah-mereka.html (Diakses pada tanggal 8 Mei 2017 pukul 15.00 wib).
ABC Net. Islamic State Recruiting More Australian Fighters Brandis Wams.
https://www.abc.net.au/news/2015-01-24/islamic-state-recruiting-more-
australian-fighters-brandis-warns/6044556 (Diakses pada 18 Februari
2019).
Washington Post. ISIS Returning Fighters.
https://www.washingtonpost.com/graphics/2018/world/isis-returning-
fighters/?noredirect=on&utm_term=.026c13c5e2f2 (Diakses pada 22
Februari 2019)
xvi
BBC. World Middle East. https://www.bbc.com/news/world-middle-east-
41734069 (Diakses pada 25 Desember 2018).
CNN Indonesia. Australia Cabut Kewarganegaraan Terduga Perekrut ISIS.
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20181229144857-113-
357261/australia-cabut-kewarganegaraan-terduga-perekrut-isis (Diakses
pada 30 Desember 2018)
Detik News. Diminta AS Tingkatkan Bantuan Perangi ISIS Australia Menolak.
https://news.detik.com/internasional/d-3118356/diminta-as-tingkatkan-
bantuan-perangi-isis-australia-menolak (Diakses pada 2 Maret 2019)
The Australian. Aussie Strike Aircraft Head Home After Victory Over ISIS.
https://www.theaustralian.com.au/national-affairs/defence/aussie-strike-
aircraft-head-home-after-victory-over-isis/news-
story/79f55f4d3d6bcf907b21d13318fcd917 (Diakses pada 3 Maret 2019).
ABC Net. Australia Expected To End Airstrikes in Iraq.
https://www.abc.net.au/news/2017-12-22/australia-expected-to-end-air-
strikes-in-iraq/9281600 (Diakses 3 Maret 2019)
Wawancara
Wawancara dengan Kiera Shaw, Sekertaris satu Kedutaan Besar Australia di
Indonesia , Tanggal 26 November 2018 di Kedutaan Besar Australia.
Wawancara dengan Dr. Jamal Abdullah, International Fellows Pusat Studi Timur
Tengah dan Perdamaian Global Fisip UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Tanggal 8 Oktober 2018 di Gedung FISIP UIN Jakarta Ruang 402.
xvii
Lampiran wawancara 1
Dr. Jamal Abdullah
International Fellows Pusat Studi Timur Tengah dan Perdamaian Global
Senin 8 Oktober 2018 pukul 13.00
Di Gedung FISIP UIN Jakarta Ruang 402
1. What is Syria situation before the ISIS established and operated in
Syria and Iraq?
Answer: Syria was very stabil country in the Middle East. 1945 When the
world war 2 end syrian got their independence. Syria has been governed
by the family of Assad since 1971. The father of Bassar al Assad who get
the power from 2000 until now and his father Abdul Al Assad 1971-2000.
Syria is very closed to Rusia with the party governed called al Bath its
like komunis.
2. How war started ? And why the war still continued? Why that
happened?
Answer: in the end of 2010, something happened called Arab Spring.
Start from Tunisia arrived to egypt, Libya, Yaman, and Syria was the last
country attacked by arab spring. On 15th of March some young boys, they
tried to do kind of invitation to wrote something in the wall against the
regime of syria. The boys have been arrested by the authority and have
been jail for a while. People started to go up in the street start to make of
revolution and the war started. The army, the police sense forces attacked
people and start to kill them. Many parties from outside, from Iraq from
all around the world came to Syria and make it complicated to jihad and
make a khilafah. Many Countries participate in this war and very difficult.
Actually the revolution is very peacefull but Syrian people found the
Occasion around them. They need they freedom.
3. Who gets the big effect due to ISIS attacked Syria?
xviii
Answer: The single part of syria has been protected until now is the
capital, Damaskus. We can see nothing happened, Damaskus is very safe.
Otherwise all other part of Syria from North until South, From East until
West have been attacked. Most important largest has been attacked was
family it means woman and children is the civil people.
4. How is the current defence and security of Syria?
Answer: is very bad actually, Syrian regime supported by Iran dan Rusia,
get a lot of land in Syria under the countrol supported by Turkey. All of
land of Syria under the control of regime this is situation today.
5. What do you know about the American coalition involved in fighting
the ISIS?
Answer: ISIS present since 2014. Since the time, US decided to create
coalition to fight Rusia and to firght ISIS. But there is no any kind of
cooperation between this coalition and the regime of Syria. Actually the
coalition is very affected.
6. Does the involvement of another countries help solving the problem?
Answer: i dont think so. The solution of this war sould be based by
diplomatic. Regional organization like OIC should face around the table
and the the solution will be true. If they starting to discuss sit on the table
it will be good.
7. Could foriegn countries help ending the war?
There is no solutions. Each parties comes with own ideas. Negotiation
means that i have idea and other too and we have to discuss thats why we
can approach together but in the real there is no willing to find revolution.
8. What is the responsibility of the Gulf states after the fall of ISIS? The
returnees endangered the regional security?
Answer: Gulf State like Saudi Arabia, they control the war because this
countries supported some parties in Syria. Gulf State lead by US. It is
very bad situation until now.
xix
Lampiran wawancara 2
Keara Shaw
Sekertaris Satu (Bidang Politik)
Kedutaan Besar Australia di Indonesia
26 November 2018 pukul 13.00
Di kedutaan besar Australia
9. Bagaimana ISIS mengancam wilayah Asia Pasifik?
Jawaban: Aksi terorisme memang selalu mengancam terutama ancaman
domestik wilayah di Asia pasifik khususnya Indonesia dan Australia.
Australia dan Indonesia memiliki ancaman yang sama antar kedua negara.
Ada unsur lintas perbatasan sehingga ancaman dari Timur tengah dapat
diatasi dengan berbagi informasi seputar terorisme. ISIS tidak perduli
dengan perbatasan negara, Hampir di seluruh Asia Pasifik ada, pelakunya
tidak melulu dari negara yang bersangkutan. Ada ancaman bahwa
kelompok teroris akan menafikaan kepentingan dari negara barat.
10. Bagaimana respon negara Asia pasifik terhadap ancaman ISIS?
Jawaban: Perjalanan lebih sulit dan harus lebih hati-hati. Di Indonesia
banyak jaringan teroris salah satunya JID. Di Australia sendiri ada 18.750
pengungsi setiap tahunnya datang. Ini merupakan hal yang harus
diwaspadai karena ancaman di Australia sedikit berbeda yaitu tidak ada
jaringan besar seperti di Indonesia, lebih banyak bergerak sendiri yang
terinspirasi dari ISIS. Australia harus merespon cepat dan memisahkan
mana yang sebenarnya pengungsi dan mana yang pejuang ISIS.
11. Bagaimana kerjasama Australia dan Indonesia dalam Menghalau
terorisme?
Answer: Kerjasama Australia dan Indonesia sudah sejak lama terutama
sejak Bom bali 2. Kerjasama terus dilakukan antara pemerintah Indonesia
dan Australia, Di tahun 2018 sekitar bulan oktober terjadi serangan di
xx
Melbourne yang dikabarkan adanya sumber online dan komunikasi
langsung dari Timur Tengah. Australia dan Indonesia harus menghadapi
ancaman yang hampir mirip sehingga diantara keduanya berbagi
ninformasi bagaimana cara efektif untuk menghadapi serangan. Untuk
menghadapi masalah terprime, ada unsur lintas batas sehingga harus ada
kerjasamanya seperti berbagi informasi dalam hal jenis ancaman yang ada,
bagaimana kemampuan ancaman, cara paling efektif menghadapi ancaman
dan lain lain. Alasan Australia ingin bekerja sama dengan Indonesia
karena jumlah korban Australia terbesar di Indonesia sehingga kita target
di Indonesia. Program kerjasama Indonesia dan Australia ada di AIPJ pilar
3 tentang radikalisme. Beberapa pertemuan juga terjadi karena ingin
menggabungkan semua negara untuk memikirkan ide bagaimana setiap
negara bisa bekerjasama lebih baik termasuk berbagi keterangan dengan
polisi.
12. Apakah kebijakan Australia dalam menghalau terorisme?
Jawaban: Tidak ada satu-satunya kebijakan. Jika melihat di website resmi
pemerintah Australia yaitu National Security, ada keluasan kebijakan yang
ada.
13. Berapa jumlah Orang Australia yang bergabung dengan ISIS?
Jawaban: Bisa dilihat di website dan itu merupakan data valid dari
pemerintah Australia. Saya pikir tahun ini tidak banyak bertambah bahkan
tidak ada. Yang terpenting memilah, Jika melihat angka biasanya ialah
total keseluruhan. Sehingga angka radikal digabung begitu saja. Yang
membuat masalah biasanya yang ingin ke Suriah seringkali tidak langsung
ke negara tersebut tapi transit dahulu ke negara lain, sehingga sulit
menentukan mana yang benar pergi dan mana yang teroris.
14. Bagaimana pemerintah Australia mencegah adanya penyebaran
ekstrimis khususnya ISIS?
xxi
Jawaban: Kami punya undang-undang yang ketat. Jika ada sesuatu yang
membahayakan, kami punya “resources” untuk penegakan hukum untuk
dipastikan bahwa mereka benar-benar akan dihukum supaya tidak
mengancam warga Australia. Kalo ada yang belum terlibat tetapi udah
radikal, ada program dari pemerintah pusat untuk kemasyarakatan
sehingga bisa menjadi masyarakat utuh. Disinilah payung hukum Australia
lebih komplit.
15. Bagaimana pemerintah merespon orang Australia yang kembali lagi
setelah bergabung dengan ISIS?
Jawaban : Jika sudah bergabung dengan ISIS DI timur tengah akan diadili.
Jika tidak melakukan aksi tindak pidana mereka akan dimasukan ke
program kemasyarakatan. Kebanyakan yang susdah ikut ISIS akan
dihukum.
xxii
Dukungan militer yang diberikan anggota Koalisi untuk operasi di Irak dan
Suriah
Negara Kontribusi
Amerika Serikat Pesawat F-22 Raptor dan F-18 Super
Hornet jets serta drones dan misil
untuk membantu pasukan Irak serta
tentara Kurdi berdasarkan kesepakatan
dengan pemerintah Irak serta
membantu menyerang ISIS lewat
udara ke Suriah bersama 5 negara
Arab lainnya. Amerika Serikat telah
mengirim 1,600 pasukan ke Irak untuk
melatih tentara Irak dan tentara Kurdi.
800 dari pasukan tersebut bertugas
untuk menjaga keamanan tentara.
Bantuan pasukan terus ditingkatkan
Amerika Serikat hingga dua kali lipat
menjadi 3,100 dan terus meningkat
hingga 4,850 pasukan.
Inggris 6 RAF Tornados diterbangkan dari
Siprus untuk langsung menyerang IS
di Irak sedangkan pasukan khusus
Inggris menyerang pangkalan minyak
yang dikuasai oleh IS melalui
serangan darat. Inggris juga
berkontribusi dalam bentuk
pengiriman amunisi serta bantuan
persenjataan udara untuk Kurdistan.
Arab Saudi mengirim 305 pesawat tempur yang
langsung menargetkan Suriah dan
telah berpasrtisipasi di Suriah dalam
memberikan bantuan serangan udara
serta bantuan tentara untuk melatih
pasukan pemberontak Suriah.
Uni Emirat Arab Mengirimkan 201 combat aircraft di
Suriah bersama dengan Dubai dalam
memberikan bantuan serangan udara
serta bantuan tentara untuk melatih
pasukan pemberontak Suriah.
Jordania Serangan udara dengan mengirimkan
xxiii
85 pesawat tempur untuk menargetkan
Suriah serta membantu memutuskan
aliran pendanaan terhadap
kelompokkelompok ekstremis.
Belanda Mengirim 6 unit jet tempur F-16 ke
Iraq, 130 ahli militer untuk
mendukung Iraqi and pasukan Kurdi,
1,000 helm dan 1,000 peluru.
Perancis Perancis meluncurkan serangan ke
Irak melalui serangan udara melalui
Uni Emirat Arab dengan melibatkan
750 personil. Perancis juga telah
meluncurkan serangan untuk melawan
IS melalui 2 jet tempur, pesawat
perdamainan angkatan laut
Kanada Mengirimkan tentara untuk membantu
Irak dengan 70 tentara operasi khusus
untuk melatih Kurdistan di bagian
Utara Irak serta bantuan berupa 5
hingga 8 CF-18 fighter aircraft serta
61 tanker aircraft. Kanada,
berkontribusi dalam mengirimkan
ribuan tentara ke Irak serta membantu
Albania untuk memberikan 500 ton
bantuan militer ke Irak. Kanada juga
memberikan bantuan nonmiliter
sebanyak 10 juta dolar Amerika dan
bantuan kemanusiaan sebanyak 5 juta
dolar Amerika
Bahrain Bahrain sebagai negara yang
berdekatan dengan Arab Saudi ini
lebih berkontribusi pada serangan
udara dalam upaya mendukung
Amerika Serikat sebagai salah satu
aliansi kuat dengan berpartisipasi di
Suriah baik dalam bentuk bantuan
serangan udara maupun bantuan
tentara untuk melatih pasukan
pemberontak Suriah melalui
pemberian fasilitas militer.
Belgium Mengirim 6 unit F-16 jets dan
beberapa pesawat kargo tipe C-130.
Belgia juga mengirimkan 120 staf
pendukung termasuk di dalamnya 8
xxiv
pilot yang berbasis di Jordania serta
13 ton bantuan untuk Irak
Denmark Denmark memberikan bantuan 7 unit
jet tempur tipe F-16, 4 unit pesawat
operasional serta staf pendukung
selama 12 bulan. Denmark juga
berkontribusi dalam mengirimkan ahli
militer untuk melatih pasukan Kurdi
yang beroperasi di darat. Denmark
berperan penting dalam menyediakan
pesawat untuk transportasi bantuan
kemanusiaan di bagian Utara Irak.
Turki Turki juga ikut berkontribusi pada
perlengkapan serangan udara serta
memberikan dukungan di bidang
militer dan bantuan logistik untuk
menyerang ISIS ke Suriah. Turki telah
memberikan bantuan kemanusiaan
sebanyak 1.5 juta mata uang Turki
terhadap bagian Utara Irak serta
membangun tempat pengungsi untuk
menampung 20,000 pengungsi dari
Irak. Turki juga memberikan bantuan
dalam bentuk latihan militer Kurdish
Peshmerga di bagian Utara Irak.
Sumber:
https://www.aph.gov.au/About_Parliament/Parliamentary_Departments/Parliamentary_Library/pu
bs/rp/rp1718/SyriaMilitaryOps
xxv
Serangan ISIS
No Tanggal Kronologi Korban
1 17 Juli 2015 Bom mobil yang meledak di pasar
yang ramai di kota Irak Khan Bani
Saad
15 orang tewas
dan 170 orang
terluka
2 10 Agustus
2015
Dua pemboman di Baquba dan
Kanaan di Provinsi Diyala
Hampir 60 orang
tewas dan 105
orang terluka
3 11 Januari 2016 Serangkaian serangan terhadap sipil
di Irak
51 orang tewas
4 11-28 Januari
2016
Gelombang serangan terhadap
tentara irak dan pejuan pro
pemerintah di Ramadi
Lebih dari 80
orang tewas
5 1 Februari 2016 Bom mobil diikuti oleh dua bom
bunuh diri di dekat kuil Syiah
Sayyida Zaynab di Damaskus
Suriah
70 orang tewas
dan 40 orang
terluka
6 3 Juli 2016 Meledakan bom rakitan yang
dilakukan di luar sebuah restaurant
di komplek perbelanjaan distrik
Shia Karrada di Baghdad Irak
292 orang tewas
dan ratusan orang
terluka
7 4-10 Januari
2017
Dua operasi bunuh diri dan lima
bahan peledak yang menargetkan
warga sipil syiah di Baghdad
Sekitar 300 orang
tewas dan terluka
Sumber:https://www.nationalsecurity.gov.au/listedterroristorganisations/pages/isl
amicstate.aspx
xxvi
Lowy Institute Asia Power Index
Negara Keseluruhan Kekuatan Peringkat
Klasifikasi
United States 85,0 1 Super Powers
China 75,5 2
Japan 42,1 3 Major Powers
India 41,5 4
Russia 33,3 5 Middle Powers
Australia 32,5 6
Korea, South 30,7 7
Singapore 27,9 8
Malaysia 20,6 9
Indonesia 20,0 10
Thailand 19.2 11
New Zealand 18.9 12
Vietnam 16.5 13
Pakistan 15.1 14
Taiwan 14.9 15
Philippines 12.4 16
North Korea 11.4 17
Bangladesh 8.7 18 Minor Powers
Brunei 8.2 19
Myanmar 7.6 20
Srilanka 7.6 21
Kamboja 6.1 22
Mongolia 5.0 23
Laos 4.8 24
Nepal 3.1 25
Sumber:https://power.lowyinstitute.org/downloads/LowyInstitute_AsiaPowerIndex_2018-
Summary_Report.pdf
xxvii
xxviii
xxix