Upload
hakhue
View
247
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM GERAKAN
BERSAMA RAKYAT ATASI KAWASAN PADAT, KUMUH
DAN MISKIN DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI
KECAMATAN TIGARAKSA KABUPATEN TANGERANG
TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Administrasi Publik pada Konsentrasi Kebijakan Publik
Program Studi Administrasi Publik
Oleh :
Eko Nurcahyo
NIM 6661131712
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, JANUARI 2018
ABSTRAK
EKO NURCAHYO. 6661131712. 2018. Implementasi Kebijakan Program
Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat Kumuh dan Miskin dalam
Pembangunan Daerah di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang
Tahun 2016. Program Studi Ilmu Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik. Dosen Pembimbing I: Anis Fuad, S.Sos., M.Si. dan Dosem
Pembimbing II: Yeni Widyastuti, S.Sos., M.Si.
Latar belakang masalah dalam penelitian ini masih banyaknya wilayah kumuh dan
rumah-rumah tidak layak huni di Kabupaten Tangerang. Program GEBRAK
PAKUMIS adalah program dari Pemerintah Kabupaten Tangerang yang bertujuan
untuk mengatasi kawasan-kawasan padat, kumuh dan miskin dengan cara
merevitalisasi rumah-rumah yang tidak layak huni. Namun dalam pelaksanaannya
masih ada beberapa masalah yang menghambat jalannya Program GEBRAK
PAKUMIS, seperti kurangnya anggaran dana yang disediakan dalam Program
GEBRAK PAKUMIS ini, kurang maksimalnya kinerja ketua Kelompok Penerima
Manfaat yang menjadi perwakilan warga di lingkungannya, keterbatasan jumlah
sumber daya manusia yang ikut terlibat dalam Program GEBRAK PAKUMIS,
lamanya proses birokrasi dalam Program GEBRAK PAKUMIS. Informan
Penelitian ini adalah Pihak BAPPEDA, Pihak UPK Kecamatan Tigaraksa, Pihak
KPM dan warga penerima bantuan Program GEBRAK PAKUMIS. Teori yang
digunakan adalah Van Metter dan Van Horn dalam buku Winarno Halaman 156
Tahun 2008 dengan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data
dengan melakukan wawancara, observasi non partisipatif dan dokumentasi.
Dalam menguji keabsahan data dengan menggunakan triangulasi sumber dan
member check. Hasil menunjukan bahwa Implementasi Kebijakan Program
GEBRAK PAKUMIS di Kecamatan Tigaraksa Tahun 2016 sudah cukup baik,
namun masih ada beberapa kendala yang dapat menghambat jalannya proses
implementasi kebijakan Program GEBRAK PAKUMIS seperti minimnya
anggaran yang disediakan, Kurang maksimalnya kinerja pihak KPM,
Keterbatasan jumlah SDM, dan Lamanya proses birokrasi. Saran dari penelitian
ini adalah meningkatkan pengawasan terhadap kinerja KPM, meningkatkan
jumlah anggaran yang disediakan, menambah jumlah SDM, harus lebih banyak
melibatkan dinas-dinas lain.
Kata Kunci : Implementasi, GEBRAK PAKUMIS, Pembangunan Daerah
ABSTRACT
EKO NURCAHYO. 6661131712. 2016. Implementation of the People's
Movement Program Resolve Densely, slum and Poor Areas in Regional
Development in Tigaraksa Sub-district, Tangerang Regency, 2016. Public
Administration Science Program. Faculty of Social Science and Political
Science. Supervisor I: Anis Fuad, S.Sos., M.Si. and Supervisor II: Yeni
Widyastuti, S.Sos., M.Si.
The background of the problem in this research is still many of slum areas and
uninhabitable houses in Tangerang Regency. GEBRAK PAKUMIS program is a
program of the Tangerang District Government that aims to resolve densely, slum
and poor areas by revitalizing non-habitable homes. However, in the
implementation there are still some problems that hamper the program GEBRAK
PAKUMIS, such as lack of budget funds provided in this GEBRAK PAKUMIS
Program, lack of maximum performance of the Chairman of Beneficiary Group
who became the representative of the people in the environment, limited number
of human resources involved in the GEBRAK PAKUMIS Program, length of the
bureaucratic process in GEBRAK PAKUMIS Program. The Informant of this
research is BAPPEDA Parties, UPK Tigaraksa Parties, KPM parties and the
people recipient of assistance GEBRAK PAKUMIS Program. The theory used is
Van Metter and Van Horn in Winarno’s book, pages 156, 2008. with qualitative
descriptive method. Technique of collecting data was conducting interviews, non
participatory observation and documentation. In testing the validity of data by
using source triangulation and member check. The results showed that The
Implementation of Policy GEBRAK PAKUMIS Program in Tigaraksa Sub-district
in 2016 is good enough, but there were still some obstacles that can hamper the
implementation process of GEBRAK PAKUMIS Program policy, such as the lack
of budget, lack of performance KPM parties, limited number of human resources,
and length process of bureaucracy. Suggestions from this research was to
improve supervision on KPM performance, increase the amount of budget
provided, increase the number of human resources, should involve more other
departements.
Keywords : Implementation, GEBRAK PAKUMIS, Regional Development
Hidup ini hanya sekali
Teruslah bermimpi untuk sesuatu
yang belum pernah kamu dapatkan
Teruslah berjuang untuk melakukan sesuatu
yang belum pernah kamu lakukan
Hingga tak lagi ada jarak antara
mimpi dengan kenyataan.
Skripsi ini saya persembahkan untuk almarhumah mamah saya
yang berada di surga sana.
Dan untuk bapak dan keluarga saya yang sudah menyanyangi saya
Hingga saya bisa memperoleh gerlar sarjana.
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul Implementasi Kebijakan Program Gerakan Bersama
Rakyat Atasi Kawasan Padat, Kumuh dan Miskin dalam Pembangunan Daerah
di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang Tahun 2016. Skripsi ini dibuat
sebagai salah satu syarat tugas akhir Studi Strata Satu (S1) untuk mendapat gelar
kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
Peneliti meyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan dan kesempurnaan pada
penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan dari berbagai
pihak yang telah membantu dalam memberikan motivasi dan masukan untuk
menambah wawasan terkait bidang yang diteliti oleh penulis. Oleh sebab itu,
maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Kepada kedua orang tuaku tercinta yaitu Ayahanda Sukirman dan Alm.
Ibunda Rina Riyanti yang senantiasa mendoakan, mendidik, membantu
baik materil maupun non-materil dengan sentuhan kasih saying.
2. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
3. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Ibu Rahmawati, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
ii
5. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan III Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
7. Ibu Listyaningsih, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Bapak Riswanda, Ph.D Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
9. Bapak Juliannes Cadith, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan waktu, tenaga, arahan dan motivasi dalam proses
kegiatan akademik peneliti.
10. Bapak Anis Fuad, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah
memberikan waktu, tenaga, arahan dan motivasi dalam menyelesaikan
skripsi peneliti.
11. Ibu Yeni Widyastuti, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah
memberikan waktu, tenaga, arahan dan motivasi dalam menyelesaikan
skripsi peneliti.
12. Kepada seluruh Dosen dan Staff Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
yang tidak bisa Saya sebutkan satu persatu, yang telah membekali ilmu
selama perkuliahan dan membantu dalam memberikan informasi selama
proses perkuliahan.
iii
13. Kepada kepala bidang dan seluruh staff bidang fasilitas umum Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang yang telah
memberikan informasi dan data terkait Program GEBRAK PAKUMIS.
14. Kepada para sahabat seperjuanganku Randi Alifio, Ahmad Hidayat, Syaiful
Rahman, Maulana Aditya, Saka Mada, dan Ferdy Ardyansyah yang selalu
dapat dijadikan tempat untuk selalu bertukar fikiran untuk mendapatkan
solusi dalam setiap masalah dan memotivasi dalam menyelesaikan proposal
skripsi peneliti.
15. Kepada teman-temen seperjuangan Angkatan 2013, khususnya kelas C
Administrasi Negara yang telah menjadi sumber kebahagiaan dan selalu
ada selama menjalani perkuliahan.
16. Kepada om Iis, om Yani, tante Siti, Palind, Desta dan Atha yang selalu
menjadi tempatku mengadu segala keluh kesah yang terjadi setiap hari
ketika saya sampai dirumah.
17. Kepada sahabat-sahabatku dirumah yang dipanggil “Assist” yang selalu ada
disaat saya susah, senang, sedih dan bahagia dalam menjalani kehidupan
ini, karena kita adalah keluarga.
18. Serta semua pihak yang terlibat dalam membantu peneliti untuk
memberikan arahan, bimbingan, semangat, dan doa yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa sebagai manusia yang tak luput dari
kesempurnaan yang tentunya memiliki keterbatasan yang terdapat kekurangan
dalam penyusunannya. Oleh sebab itu, peneliti meminta maaf apabila ada
iv
kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini. Peneliti mengharapkan segala
masukan baik kritik maupun saran dari pembaca yang dapat membangun demi
penyempurnaan skripsi ini.
Serang, Januari 2018
Peneliti,
Eko Nurcahyo
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PERSEMBAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................. 16
1.3 Batasan Masalah ................................................................... 16
1.4 Rumusan Masalah ................................................................ 16
1.5 Tujuan Penelitian .................................................................. 17
1.6 Manfaat Penulisan ................................................................. 17
1.7 Sistematika Penulisan ........................................................... 18
vi
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN
ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Landasan Teori ..................................................................... 21
2.1.1. Pengertian Kebijakan ............................................... 22
2.1.2. Pengertian Publik ..................................................... 23
2.1.3. Pengertian Kebijakan Publik .................................... 23
2.1.4. Pengertian Implementasi Kebijakan ......................... 26
2.1.5. Pendekatan Implementasi Kebijakan ....................... 28
2.1.6. Model Implementasi Kebijakan ............................... 29
2.1.7. Pengertian Pembangunan Daerah ............................ 34
2.1.8. Pengertian Gebrak Pakumis ..................................... 35
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................ 42
2.3 Kerangka Berfikir ................................................................. 44
2.4 Asumsi Dasar Penelitian ....................................................... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ................................................................. 47
3.2 Ruang Lingkup / Fokus Penelitian........................................ 47
3.3 Lokasi Penelitian ................................................................. 48
3.4 Instrumen Penelitian ............................................................ 48
3.5 Informan Penelitian .............................................................. 52
3.6 Teknik Pengumpulan Data ................................................... 53
vii
3.7 Teknik Analisis Data ........................................................... 54
3.8 Uji Keabsahan Data ………………………………………. 55
3.9 Waktu Penelitian ………………………………………….. 57
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ……………………………… .... 59
4.1.1 Profil Kabupaten Tangerang ……………………. 59
4.1.2 Profil Kecamatan Tigaraksa ……………………… 65
4.2 Tinjauan Umum Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah Kabupaten Tangerang …………………….…… .... 69
4.2.1 Profil Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah Kabupaten Tangerang ………………… ........... … 69
4.2.2 Struktur Organisasi Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang ………. ..... 70
4.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi di Badan Perencanaan
dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang
……… ................................................................................. 72
4.3 Deskripsi Informan Penelitian ………………………………… 73
4.4 Implementasi Kebijakan Program Gerakan Bersama Rakyat
Atasi Kawasan Padat, Kumuh dan Miskin dalam
Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang di Kecamatan
Tigaraksa .. ................................................................................ 74
viii
4.4.1 Proses Implementasi Kebijakan Program
Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat,
Kumuh dan Miskin dalam Pembangunan Daerah di
Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang
………………………………… ......................................... 74
4.4.2 Aspek-aspek yang Mempengaruhi Implementasi
Kebijakan Program Gerakan Bersama Rakyat Atasi
Kawasan Padat, Kumuh dan Miskin dalam
Pembangunan Daerah di Kecamatan Tigaraksa
Kabupaten Tangerang .......................................................... 75
4.5 Pembahasan ...………………………………………..……… 114
BAB V KESIMPULAN dan SARAN
5.1 Kesimpulan ……………………………………………….... 131
5.2 Saran ……………………………………………………….. 132
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar I.1 Peta Sebaran Kumuh Kabupaten Tangerang Tahun 2016 ...... 9
Gambar II.1 Kerangka Berfikir ................................................................... 45
Gambar III.1 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman ...................... 55
Gambar IV.1 Struktur Organisasi Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah Kabupaten Tangerang ................................................. 70
Gambar IV.2 Rumah warga yang sudah mendapat bantuan dan yang belum
mendapatkan bantuan Program GEBRAK PAKUMIS ............ 80
Gambar IV.3 Warga saling bergotong royong dalam merevitalisasi rumah
warga yang menerima Program GEBRAK PAKUMIS .......... 83
Gambar IV.4 Bahan – bahan material yang disediakan dalam Program
GEBRAK PAKUMIS ............................................................... 89
Gambar IV.5 Pihak implementor mengkomunikasikan dengan warga
terkait Program GEBRAK PAKUMIS .................................... 93
Gambar IV.6 Pihak implementor melakukan peletakan batu pertama dalam
Program GEBRAK PAKUMIS ............................................... 98
Gambar IV.7 Pihak implementor melakukan pengawasan pada tahap
pembangunan fisik Program GEBRAK PAKUMIS ............... 99
Gambar IV.8 Pihak Implementor melakukan peresmian rumah warga
dalam Program GEBRAK PAKUMIS .................................... 99
Gambar IV.9 Peneliti sedang bersosialisasi dengan warga penerima
bantuan Progam GEBRAK PAKUMIS ................................... 103
x
Gambar IV.10 Konsumsi yang disediakan warga untuk tukang atau warga
yang ikut membantu dalam merevitalisasi rumahnya .......... 106
Gambar IV.11 Kondisi rumah warga yang sudah mendapat bantuan
Program
GEBRAK PAKUMIS ........................................................... 113
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I.1 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten / Kota se Provinsi Banten
Tahun 2015 ……………………………………………………... 3
Tabel I.2 Data Lokasi Kegiatan dan Jumlah Penerima Manfaat Program
GEBRAK PAKUMIS Tahun 2016 .............................................. 6
Tabel III.1 Pedoman Wawancara ................................................................... 49
Tabel III.2 Informan Penelitian ...................................................................... 52
Tabel III.3 Jadwal Penelitian .......................................................................... 58
Tabel IV.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Tangerang Tahun 2015 ................ 61
Tabel IV.2 Jumlah Masyarakat Miskin di Kabupaten Tangerang Tahun
2015
.................................................................................................... 63
Tabel IV.3 Jumlah Kawasan Kumuh yang Berada di Kecamatan Tigaraksa
Tahun 2016 ................................................................................ 66
Tabel IV.4 Jumlah Penduduk di Kecamatan Tigaraksa Berdasarkan Jenis
Kelamin Tahun 2016 ................................................................. 67
Tabel IV.5 Tingkat Kepadatan Penduduk di Kecamatan Tigaraksa Tahun
2016
.................................................................................................... 68
Tabel IV.6 Deskripsi Informan Penelitian ................................................... 73
Tabel IV.7 Ringkasan Hasil Penelitian ........................................................ 124
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah
Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terus berupaya
melakukan suatu proses pembangunan secara perlahan-lahan. Karena Indonesia
sangat mempunyai potensi untuk menjadi sebuah negara maju dan mandiri. Tapi
untuk mewujudkan itu, Indonesia harus terus berbenah melakukan pembangunan
dan merevolusi segala aspek yang ada. Indonesia bukan negara kecil yang bisa
untuk dilakukan revolusi dan pembangunan secara cepat dan merata, karena
jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak dan Indonesia memiliki adat dan
budaya yang berbeda-beda.
Indonesia menjadi negara yang maju itu bukan menjadi sebuah impian
lagi, dan bukan hanya soal kerja keras saja yang harus dilakukan tapi harus
menjalin kekompakan dari segala macam aspek yang ada. Karena itu semua
bukan hanya tugas pemerintah semata untuk membenahi Indonesia tapi itu
menjadi kewajiban kita semua untuk mulai merevolusi diri kita sendiri untuk
segara berbenah kearah yang lebih baik. Karena untuk melakukan sebuah
pembangunan yang berskala besar, pembangunan itu harus diawali dari dalam diri
kita sendiri terlebih dahulu.
2
Indonesia terus melakukan pembangunan nasional yang dapat menyentuh
segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, karena lewat
pembangunan nasional kita bisa terus meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat Indonesia. Pembangunan nasional itu mencakup berbagai
aspek yang ada, seperti : aspek sosial, aspek budaya, aspek politik, aspek
kesehatan, aspek ekonomi, aspek psikologi, aspek lingkungan, aspek pertahanan,
aspek keamanan dan lain-lain.
Pembangunan nasional juga bertujuan untuk mewujudkan agar rakyat
Indonesia bisa sebanding atau sejajar dengan rakyat yang ada di negara maju.
Karena dalam proses pembangunan suatu negara, rakyat lah yang memiliki
peranan penting dalam berjalan atau tidaknya suatu proses pembangunan. Karena
awal dari sebuah pembangunan itu berawal dari dalam diri kita sendiri, apakah
kita mau berubah ke arah yang lebih baik atau tetap berjalan di tempat yang
nantinya tidak bisa mengikuti perkembangan sebuah zaman.
Pemerintah Indonesia menerbitkan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang
otonomi daerah, yang merupakan pengembangan dari UU nomor 32 tahun 2004.
Karena Pemerintah pusat dianggap tidak dapat mengakomodir segala keperluan
dan kebutuhan yang ada di tingkat daerah. Dengan adanya UU tersebut
pemerintah pusat mengharapkan agar para pemerintah daerah dapat mengelola
daerahnya masing-masing, karena pemerintah daerah yang mengetahui segala
macam keadaan yang ada di daerahnya sendiri dan mampu mengatasi segala
macam permasalahan yang ada.
3
Provinsi Banten belum sepenuhnya menjadi provinsi yang dapat
mengoptimalkan adanya UU otonomi daerah tersebut, karena masih banyaknya
permasalahan sosial, ekonomi, politik dan lain-lain. Salah satunya masih terdapat
banyaknya masyarakat miskin yang ada di Provinsi Banten.
Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten / Kota se-Provinsi Banten Tahun 2015
Kabupaten / Kota
Jumlah Penduduk
Miskin
(dalam 000)
Jumlah Penduduk
Banten
Rasio
Kabupaten Pandeglang 124,42 1.194.911 10.4%
Kabupaten Lebak 126,24 1.269.812 9.9%
Kabupaten Tangerang 191,12 3.370.594 5.6%
Kabupaten Serang 74,85 1.474.301 5.07%
Kota Tangerang 102,56 2.047.105 5.01%
Kota Cilegon 16,96 412.106 4.1%
Kota Serang 40,19 643.205 6.2%
Kota Tangerang
Selatan 25,89
1.543.209 1.6%
Jumlah 702,23 11.955.243 5.8%
Sumber : BPS Provinsi Banten Tahun 2015
Dari data tersebut Kabupaten Pandeglang yang paling tinggi angka rasio
penduduk miskinnya di Provinsi Banten pada Tahun 2015 dengan 10,4%. Dan
Kota Tangerang Selatan yang memiliki angka rasio paling rendah di Provinsi
Banten dengan 1,6% pada Tahun 2015. Pemerintah Provinsi Banten
mengharapkan seluruh pemerintah daerah yang berada di wilayah Banten dapat
menekan angka jumlah penduduk miskin di tiap tahunnya.
Pemerintah Kabupaten Tangerang juga tidak diam begitu saja, Pemerintah
Kabupaten Tangerang juga terus berbenah dan melakukan sebuah pembangunan
untuk menuju Tangerang Gemilang sesuai dengan slogannya. Pemerintah
Kabupaten Tangerang juga memiliki 25 program unggulan yang sudah termaktub
4
dalam RPJMD Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018 yang salah satunya
adalah Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat Kumuh dan Miskin atau
yang sering disingkat dengan nama GEBRAK PAKUMIS.
Program GEBRAK PAKUMIS ini bertujuan untuk merevitalisasi kawasan
kawasan padat, kumuh dan miskin yang berada di seluruh kabupaten tangerang,
agar kawasan kawasan tersebut menjadi layak huni dan nyaman untuk didiami.
Program GEBRAK PAKUMIS ini dilakukan karena melihat berbagai fakta di
Kabupaten Tangerang masih banyak sekali kawasan yang padat kumuh dan
miskin yang merupakan salah satu masalah yang dapat perhatian lebih dari
pemerintah Kabupaten Tangerang. Targetnya pada Tahun 2016 ini dengan adanya
Program GEBRAK PAKUMIS ini dapat merevitalisasi 29 kawasan padat kumuh
dan miskin dan sekitar 1041 rumah yang tidak layak huni. (Hasil wawancara
dengan Pak Chamdani sebagai Ketua Tim Fasilitasi).
Program GEBRAK PAKUMIS memiliki pedoman pelaksanaan kegiatan
yang tertuang dalam Peraturan Bupati Tangerang Nomor 59 Tahun 2014 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Program Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat
Kumuh dan Miskin Kabupaten Tangerang. Adanya peraturan Bupati tersebut,
akan membantu BAPPEDA dalam mengimplementasikan Program GEBRAK
PAKUMIS. Peraturan Bupati Tangerang Nomor 59 Tahun 2014 memiliki kriteria
kawasan yang akan ditetapkan dalam pelaksanaan Progam GEBRAK PAKUMIS,
meliputi :
5
a. Kawasan perumahan dan permukiman swadaya dalam kondisi
padat, kumuh dan miskin;
b. Terdapat paling sedikit 10 rumah tidak layak huni yang berada
dalam satu kawasan;
c. Bukan merupakan kawasan perumahan dan permukiman yang
sedang dalam sengketa dan dilarang oleh pemerintah;
d. Diutamakan bagi kawasan perumahan dan permukiman padat,
kumuh dan miskin yang belum pernah menerima program
peningkatan kualitas rumah.
Kawasan yang telah dianggap memenuhi kriteria dalam pelaksanaan
Program GEBRAK PAKUMIS juga harus memenuhi kriteria rumah tidak layak
huni sesuai dengan Peraturan Bupati Tangerang Nomor 59 Tahun 2014, dari 4
komponen yang ada rumah tersebut harus memliki paling sedikit 3 komponen,
meliputi :
a. Atap rumah terbuat dari rumbia / genteng / asbes / bahan lain
dalam kondisi rusak, tidak berfungsi atau dapat membahayakan
penghuninya;
b. Dinding rumah terbuat dari bilik bambu / kayu / batu-bata /
bahan lain dalam kondisi rusak, tidak berfungsi atau dapat
membahayakan penghuninya;
c. Lantai rumah masih berupa lantai tanah atau lantai semen dalam
kondisi rusak;
d. Tidak memiliki sarana sanitasi rumah tangga (jamban keluarga).
6
Setelah memenuhi minimal 3 komponen kriteria rumah tidak layak huni
yang telah ditetapkan diatas, warga yang ditetapkan menjadi penerima manfaat
Program GEBRAK PAKUMIS juga harus memenuhi kriteria calon penerima
manfaat yang telah ditetapkan dalam Peraturan Bupati Tangerang Nomor 59
Tahun 2014, meliputi :
a. Penduduk Kabupaten Tangerang;
b. Masayarakat Berpenghasilan Rendah;
c. Merupakan satu-satunya rumah yang dimiliki dan dalam kondisi
tidak layak huni;
d. Menghuni rumah yang akan diperbaiki;
e. Bersungguh-sungguh mengikuti program Gebrak Pakumis;
f. Belum pernah mendapatkan bantuan perbaikan rumah;
g. Luas bangunan rumah tidak layak huni paking besar 45 meter
persegi.
Pada Tahun 2016 BAPPEDA telah menetapkan 15 kecamatan dengan total
1071 rumah kumuh yang akan menerima bantuan Program Gebrak Pakumis ini.
Tabel 1.2
Data Lokasi Kegiatan dan Jumlah Penerima Manfaat Program GEBRAK
PAKUMIS di Kabupaten Tangerang Tahun 2016
No Kecamatan Desa / Kelurahan Kampung RT RW Jumlah Rumah Kumuh
1 RAJEG 1 Lembang Sari
1 Kp. Guha Pabuaran
06 03 23
2 Kp. Kebon Kelapa
02 01 15
2 Ranca Bangau
3 Kp. Guha Pabuaran
17 05 17
7
3 Sukasari 4 Kp. Jati Gemblok
02 02 35
5 Kp. Nanggul Kecil
04 03 23
Jumlah 113
2 SUKADIRI 4 Pekayon 6 Kp. Pekayon
01-05
03 58
5 Karang Serang
7 Kp. Kebon Nangka
05 - 01
01 40
Jumlah 98
3 KRESEK 6 Talok 8 Kp. Soge Pasir
12-13-14
04 64
7 Ranca Ilat 9 Kp. Cayur 02 01 17
Jumlah 81
4 BALARAJA 8 Gembong 10 Kp. Jeret Sukasosno
02 05 15
11 Kp. Ampel 01-02
06 48
9 Saga 12 Kp. Kepuh 04 03 40
Jumlah 103
5 JAYANTI 10 Pangkat 13 Kp. Kuya 01-05
03 70
Jumlah 70
6 TIGARAKSA 11 Sodong 14 Kp. Sodong 01-02-03
01 65
12 Pematang 15 Kp. Picung 02-03
02 18
13 Margasari 16 Kp. Tigaraksa
01 03 15
Jumlah 98
7 TELUKNAGA 14 Tanjung Burung
17 Kp. Sukabakti
02 01 43
Jumlah 43
8 GUNUNG KALER 15 Tamiang 18 Kp. Kandang
11 03 17
16 Ranca Gede
19 Kp. Pasir Semut
17 04 20
17 Cibetok 20 Kp. Bayur / Masigit
06-07
03 35
Jumlah 72
9 KRONJO 18 Bakung 21 Kp. Bakung 03-04
01 49
19 Blukbuk 22 Kp. 04 03 35
8
Blukbuk
Jumlah 84
10 SEPATAN TIMUR
20 Tanah Merah
23 Kp. Tanah Merah
02 04 28
24 Kp. Utan Jati
03 02 16
21 Jati Mulya 25 Kp. Utan Jati
03 01 24
26 Kp. Buaran 03 02 16
Jumlah 84
11 KEMIRI 22 Ranca Labuh
27 Kp. Gabusan
15 03 49
Jumlah 49
12 SINDANG JAYA 23 Sindang Asih
28 Kp. Nangka 01-02-03
09 21
24 Wanakerta 29 Kp. Kawaron Girang
01-02-03
04 15
Jumlah 36
13 SOLEAR 25 Cikareo 30 Kp. Cirendey
01-04
01-02
43
31 Kp. Ancol 10 05 15
Jumlah 36
14 SUKAMULYA 26 Buniayu 32 Kp. Gagunung
01 05 45
Jumlah 45
15 PAKUHAJI 27 Kiara Payung
33 Kp. Tanah Asin
05 06 37
Jumlah 37
TOTAL UNIT RUMAH KUMUH 1071
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Tangerang 2016
Disini peneliti menentukan lokasi penelitiannya di Kecamatan Tigaraksa
karena Kecamatan Tigaraksa merupakan ibukota dari Kabupaten Tangerang.
Dalam membangun sebuah kawasan harus terlebih dahulu daerah yang menjadi
pusat pemerintahan yang harus dibenahi agar daerah tersebut nantinya bisa
menjadi daerah percontohan untuk daerah yang lain, dan menjadi cerminan wajah
Kabupaten Tangerang. Dan Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang berada di
9
Desa Margasari. Desa Sodong juga memiliki RTLH yang terbanyak kedua dengan
jumlah 65 RTLH hanya kalah dari Desa Jayanti dengan 70 RTLH. Dibandingkan
dengan beberapa Kecamatan yang berada di sekitar wilayah pusat pemerintahan
Kabupaten Tangerang, Kecamatan Tigaraksa yang memiliki jumlah kawasan
kumuh yang paling banyak dibandingkan dengan kecamatan yang lain.
Dalam program GEBRAK PAKUMIS di Kecamatan Tigaraksa ada 3 desa
yang mendapat bantuan program GEBRAK PAKUMIS ini, Yaitu : Desa Sodong,
Desa Pematang, Desa Margasari dan total ada 98 rumah yang akan menerima
bantuan Program GEBRAK PAKUMIS pada Tahun 2016.
Gambar I.1
Peta Sebaran Kumuh Kabupaten Tangerang Tahun 2016
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Tangerang 2016
10
Kecamatan Tigaraksa adalah kecamatan yang paling luas sebaran wilayah
kumuhnya jika dibandingkan dengan kecamatan lain yang berada di daerah
selatan Kabupaten Tangerang seperti, Kecamatan Cisoka, Kecamatan Solear,
Kecamatan Jambe, Kecamatan Tigaraksa, Kecamatan Panongan dan Kecamatan
Legok. Bahkan Kecamatan Cikupa yang bersebelahan langsung dengan
Kecamatan Tigaraksa itu sebaran kumuhnya berwarna putih dan itu menandakan
bahwa tidak ada kawasan kumuh di Kecamatan Cikupa. Kita lihat dari peta
sebaran kumuh diatas Kecamatan Tigaraksa adalah kecamatan yang paling banyak
memilki rumah-rumah kumuhnya dengan jumlah 1449 rumah kumuh dengan luas
10.53 Ha kawasan kumuh di Kecamatan Tigaraksa pada Tahun 2016.
Maka disini peneliti menentukan lokasi penelitiannya di Kecamatan
Tigaraksa karena Kecamatan Tigaraksa membutuhkan penanganan yang paling
pertama dalam merevitalisasi kawasan kumuh yang berad di Kabupaten
Tangerang. Karena Kecamatan Tigaraksa merupakan ibukota dari Kabupaten
Tangerang dan juga letak dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang.
Program GEBRAK PAKUMIS sudah diimplementasikan sejak Tahun
2012 sampai saat ini pun masih terus dilakukan, karena banyak dampak positif
juga yang diberikan kepada lingkungan tersebut. Program GEBRAK PAKUMIS
ini diawali dengan survey langsung kelokasi atau kawasan yang dianggap perlu
mendapatkan program GEBRAK PAKUMIS yang dilakukan oleh tim fasilitasi
dan tim tekhnik yang dipilih langsung dari BAPPEDA, kemudian hasil surveinya
dijadikan bahan untuk pertimbangan di ranah BAPPEDA nantinya.
11
Setelah semua sepakat dengan lokasi yang ditentukan barulah disampikan
kepada pihak kecamatan dan pihak desa yang dimana lokasinya dijadikan tempat
untuk Program GEBRAK PAKUMIS. Kemudian pihak RT maupun RW harus
membuat proposal pengajuan rumah mana sajakah yang akan mendapatkan
Program GEBRAK PAKUMIS. Agar nantinya proposal tersebut bisa dievaluasi
oleh BAPPEDA untuk menentukan apakah rumah tersebut layak atau tidak untuk
mendapatkan bantuan Program GEBRAK PAKUMIS.
Dalam perjalananya program GEBRAK PAKUMIS ini sudah berjalan dari
tahun 2012 sampai sekarang berarti sudah 4 tahun berjalan. Dalam perjalannanya
Program GEBRAK PAKUMIS ini tidak selalu mulus dalam perjalanannya
banyak kendala-kendala yang menghambat berjalannya Program GEBRAK
PAKUMIS dengan baik.
Dari hasil observasi awal, peneliti menemukan permasalahan-
permasalahan yang sering terjadi dalam Program GEBRAK PAKUMIS ini, Yaitu:
Pertama, anggaran dana yang terlalu minim yang disediakan dalam
Program GEBRAK PAKUMIS ini. Program GEBRAK PAKUMIS ini dananya
hanya didapat dari APBD Kabupaten Tangerang, dan disalurkan melalui BPKAD
Kabupaten Tangerang. BAPPEDA Kabupaten Tangerang hanya menganggarkan
dana untuk Program GEBRAK PAKUMIS ini hanya 13 juta untuk satu unit
rumah, karena Pemerintah Kabupaten Tangerang hanya menganggarkan sekitar 14
milyar rupiah dalam Program GEBRAK PAKUMIS di tahun 2016 dan harus
membangun 1000 rumah lebih. (Hasil wawancara dengan Pak Yunus sebagai
12
Ketua UPK Kecamatan Tigaraksa pada tanggal 7 November 2016 pukul 14.32 di
ruangan Ketua UPK Kecamatan Tigaraksa.)
Karena dana yang terlalu minim membuat pekerjaan yang dilakukan juga
akan menjadi lambat dan terbilang hanya seadanya saja. Belum lagi ditambah
dengan banyaknya jalur yang harus dilalui sebelum melakukan renovasi rumah
tersebut, yang pastinya dana tersebut akan terpotong juga karena dana operasional
yang akan dikeluarkan menjadi lebih besar. Menurut Sri Puji Astuti (2015)
Dibandingkan dengan Kota Bandar Lampung dalam pekerjaan rumah tidak layak
huni bantuan anggaran yang disediakan sebesar RP. 15.000.000,- setiap rumah.
Bahkan menurut Siti Hawiyah (2016) di Kota Batam dalam pekerjaan rumah tidak
layak huni bantuan anggaran yang disediakan sebesar RP. 20.000.000,- setiap
rumah.
Kedua, kurang maksimalnya kinerja ketua Kelompok Penerima Manfaat.
Kelompok Penerima Manfaat adalah individu yang ditunjuk dari pihak desa untuk
dijadikan perwakilan untuk seluruh warga yang rumahnya mendapatkan bantuan
Program GEBRAK PAKUMIS. Disini Ketua Kelompok Penerima Manfaat
bertugas untuk berkoordinasi secara langsung dengan pihak UPK dan BAPPEDA,
dan juga menjadi penghubung antara warga penerima bantuan Porgram GEBRAK
PAKUMIS dengan pihak-pihak implementor.
Tapi Ketua Kelompok Penerima Manfaat seringkali bekerja tidak sesuai
dengan apa yang diperintahkan sebelumnya oleh pihak BAPPEDA. Ketua
Kelompok Penerima Manfaat itu hanya sering untuk mengusulkan rumah yang
13
harus direvonasi, masih memiliki hubungan keluarga dengan Ketua Kelompok
Penerima Manfaat. Itulah yang seringkali membuat warga sedikit kecewa karena
seringkali salah sasaran, harusnya Program GEBRAK PAKUMIS ini diberikan
kepada warga yang lebih membutuhkan. (Hasil wawancara dengan Pak Tami
sebagai warga penerima manfaat bantuan Progam Gebrak Pakumis pada tanggal
15 November 2017 pukul 16.10 di rumah sementara Pak Tami)
Ketiga, keterbatasan jumlah Sumber Daya Manusia yang ikut terlibat
dalam Progam GEBRAK PAKUMIS ini. Peneliti melakukan wawancara dengan
Pak Erwin sebagai Ketua Tim Teknis dan Kepala Bidang Perencanaan Prasarana
Wilayah, pada tanggal 27 Oktober 2016 pukul 13.25 di ruangan bidang
Perencanaan dan Prasarana wilayah BAPPEDA, beliau mengatakan bahwa dari
pihak BAPPEDA yang menjabat sebagai Tim Teknis juga hanya beranggotakan 7
orang dan tim fasilitator yang beranggotakan 5 orang. Dari Sumber Daya Manusia
yang ada di BAPPEDA ditargetkan untuk merevitalisasi minimal 1000 rumah
setiap tahunnya.
Sementara dari pihak kecamatan yaitu UPK (Unit Pengelola Kegiatan)
Kecamatan hanya ada 3 orang saja, yaitu ketua, sekretaris, bendahara. Ditambah
lagi Pihak UPK di setiap kecamatan tidak hanya difokuskan untuk mengurusi
Program GEBRAK PAKUMIS ini saja, masih banyak program dari Pemerintah
Kabupaten Tangerang yang diurusi oleh UPK seperti : GERBANG MAPAN,
SANISEK, GERBANG SIPINTAR, JALIN RASA, GEMARIPAH dan lain-lain.
14
Kemudian pihak desa menunjuk satu individu untuk ditetapkan menjadi
ketua Kelompok Penerima Manfaat untuk seluruh warga yang ditetapkan sebagai
penerima bantuan Program GEBRAK PAKUMIS. Dengan Sumber Daya Manusia
yang ada masih dirasa sangat kurang sekali dalam melaksanakan Program
GEBRAK PAKUMIS yang harus melibatkan banyak SDM yang terlibat di
dalamnya. Menurut Ruvi Indayu (2013) Jika dibandingkan dengan program
rumah tidak layak huni di Kabupaten Karimun, Sumber Daya Manusia terdiri dari
10 orang dari Tim Survei dan Tim Monitoring, 1 orang dari Dinas Sosial, 1 orang
dari pihak kecamatan beserta 2 pendamping kecamatan untuk satu desa dan 1
kelompok dari pihak desa yang terdiri dari 3 orang. Jumlah tersebut lebih
memadai dibandingkan dengan jumlah SDM dalam Program GEBRAK
PAKUMIS di Kabupaten Tangerang.
Keempat, Lamanya proses birokrasi yang ada dalam Program GEBRAK
PAKUMIS ini, menyebabkan para warga yang menerima manfaat bantuan
Program GEBRAK PAKUMIS kerap mengeluhkan lamanya turunnya bantuan
untuk disetiap rumahnya. Warga cukup menunggu lama dan banyak yang nanya-
nanya juga. Karena dari pengajuan proposal bulan Juni, baru peletakan batu
pertamanya pada bulan Desember. ( Hasil Wawancara dengan Pak Oyo sebagai
KPM Desa Pematang pada tanggal 14 Desember 2016 pukul 14.00 WIB di
Rumah Pak Oyo.)
BAPPEDA selaku pihak pelaksana memberikan penjelasan lamanya
proses birokrasi yang terjadi di dalam Program GEBRAK PAKUMIS,
dikarenakan hanya pihak BAPPEDA saja, dinas yang terlibat dalam Program
15
GEBRAK PAKUMIS dari tahap awal pendataan, ke tahap penetapan kawasan, ke
tahap perencanaan, ke tahap pembangunan sampai ke tahap evaluasi itu semua
dilakukan oleh Pihak BAPPEDA sendiri. Ditambah lagi BAPPEDA kan tidak
hanya mengurusi Program GEBRAK PAKUMIS saja setiap tahunnya. BAPPEDA
hanya dibantu oleh pihak UPK di setiap masing-masing kecamatan untuk
berkoordinasi dengan masyarakat penerima bantuan. Jadi kita membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk memastikan dan bekerja bahwa program ini sudah
sesuai dengan aturan dan standar yang telah ditetapkan. ( Hasil Wawancara
dengan Pak Erwin selaku kepala bidang perencanaan dan prasarana wilayah pada
tanggal 18 Desember 2016 pukul 10.25 WIB di ruangan bidang perencanaan dan
prasarana wilayah. )
Berdasarkan uraian permasalah-permasalan yang peneliti temukan dalam
obervasi awal, Program GEBRAK PAKUMIS ini belum sepenuhnya menjawab
persoalan-persoalan dari masyarakat miskin yang mengharapkan hunian yang
layak dan kawasan lingkungan yang sehat. Perlu adanya perbaikan-perbaikan lagi
yang dilakukan oleh pihak implementor agar nantinya warga setempat merasakan
suatu perubahan yang signifikan ke arah yang lebih baik lagi dalam hal
pembangunan dengan adanyan Program GEBRAK PAKUMIS ini.
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan peneliti diatas,
maka peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian yang berjudul “
Implementasi Program Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat,
Kumuh dan Miskin (GEBRAK PAKUMIS) dalam Pembangunan Daerah di
Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang Tahun 2016.”
16
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasikan
masalah-masalah yang hendak diteliti, Yaitu:
1. Kurangnya anggaran dana yang disediakan dalam Program GEBRAK
PAKUMIS ini.
2. Kurang maksimalnya kinerja Kelompok Penerima Manfaat yang menjadi
perwakilan warga di lingkungannya.
3. Keterbatasan jumlah sumber daya manusia yang ikut terlibat dalam
Program GEBRAK PAKUMIS.
4. Lamanya proses birokrasi dalam Program GEBRAK PAKUMIS
1.3 Batasan Masalah
Dari uraian-uraian latar belakang dan identifikasi masalah dan karena
peneliti memiliki keterbatasan kemampuan dan berfikir secara menyeluruh,
peneliti coba membatasi penelitiannya yakni mengenai Implementasi Program
Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat, Kumuh dan Miskin dalam
Pembangunan Daerah di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang Tahun 2016
1.4 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Implementasi Program Gerakan Bersama Rakyat Atasi
Kawasan Padat, Kumuh dan Miskin dalam Pembangunan Daerah di
Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang Tahun 2016?
17
2. Hambatan-Hambatan apa saja yang terjadi dalam Implementasi
Program Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat, Kumuh dan
Miskin dalam Pembangunan Daerah di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten
Tangerang Tahun 2016?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui Implementasi
Kebijakan Program GEBRAK PAKUMIS dalam Pembangunan daerah di
Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang Tahun 2016. Dan membahas segala
permasalahan-permasalahan yang muncul dalam perjalanan Program GEBRAK
PAKUMIS ini.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis penelitian :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan studi
ilmu administrasi negara baik dari organisasi public dan non public sehingga
dapat memperbanyak kajian ilmiah yang nantinya bisa dijadikan bahan
referensi untuk penelitian selanjutnya. Selain itu, hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan disiplin ilmu sosial, yang
dapat memberikan kontribusi positif di bidang pendidikan, riset dan
teknologi.
18
Manfaat Praktis Penelitian :
1. Bagi peneliti sendiri bisa bermanfaat dalam menambah ilmu pengetahuan
yang luas terkait masalah yang diteliti dan dapat mendeskripsikan temuan
dan fakta di lapangan dengan pemikiran teoritis dari peneliti sendiri.
2. Bagi pemerintah adalah sebagai bahan referensi dan masukan dalam
memberikan sebuah evaluasi terhadap Program GEBRAK PAKUMIS
ini. Dan nantinya diaharapkan Program GEBRAK PAKUMIS ini akan
semakin membaik.
3. Bagi mahasiswa adalah dapat dijadikan bahan referensi dalam penulisan
tugas, makalah atau bahan penelitian selanjutnya. Dan dapat memperkaya
pengetahuan dan wawasan mahasiswa itu sendiri dalam mengembangkan
ilmu pengetahuannya.
1.7 Sistematika Penulisan
Pada penelitian ini, peneliti membagi pembahasan kedalam lima bab,
dimana setiap bab dibagi atas beberapa sub-sub bab. Sistematika penulisannya
adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini peneliti memaparkan mengenai masalah dan uraian
pembahasan, yang berisikan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan sistematika
penulisan.
19
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR
Pada bab ini peneliti memaparkan teori-teori yang relevan terhadap
masalah dan variabel penelitian. Kemudian peneliti menuliskan penelitian
sebelumnya untuk dijadikan bahan acuan penelitian ini. Setelah memaparkan
teori-teori yang ada dan mendapat bahan acuan dari penelitian sebelumnya,
kemudian peneliti membuat kerangka berfikir yang menggambarkan alur fikiran
peneliti dan teori apa yang digunakan dalam penelitian ini dan apa output yang
akan dihasilkan dari penelitian ini. Terakhir adalah asumsi dasar yang merupakan
jawaban sementara yang diteliti.
BAB III METODE PENELITIAN
Metode Penelitian mencakup beberapa uraian penjelasan mengenai
metodologi penelitian, yaitu desain penelitian, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, pedoman wawancara, informan penelitian, teknik analisis data,
uji keabsahan data dan jadwal penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini memaparkan mengenai mengenai objek penelitian, yaitu
lokasi penelitian, profil dan struktur organisasi di dinas terkait dan lain-lain yang
berhubungan dengan objek penelitian. Kemudian deskripsi informan yang
memberikan informasi nya dalam penelitian ini. Kemudian kita mendeskripsikan
data hasil penelitian kita dari wawancara atau temuan yang kita temukan di
lapangan. Terakhir adalah pembahasan yang bertujuan untuk merangkum semua
data mentah untuk menjadi sebuah data yang utuh dan kredibel.
20
BAB V PENUTUP
Pada bab ini memaparkan mengenai kesimpulan dan saran dari penelitian
kita, yang nantinya diharapkan penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk
penelitian dimasa yang akan datang dan bisa menjadi kritik yang membangun
untuk dinas terkait atau kepada masyarakat.
21
BAB II
DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN ASUMSI DASAR
PENELITIAN
2.1 Landasan Teori
Berdasarkan pada uraian bab sebelumnya, peneliti menggunakan
beberapa istilah yang berkaitan dengan masalah penelitian. Untuk pada
bab ini peneliti ingin menjelaskan terkait beberapa teori-teori yang
digunakan dalam penelitian ini yang dapat membantu peneliti dalam
menemukan solusi dalam setiap permasalahan yang muncul dalam
penelitian.
Menurut Kerlinger dalam Pasolong (2011:9) teori adalah
serangkaian konsep, batasan, dan proposisi yang menyajikan suatu
pandangan sitematis tentang fenomena dengan fokus hubungan dengan
merinci hubungan hubungan antar variabel, dengan tujuan menjelaskan
dan memprediksi gejala itu.
Teori dalam ilmu administrasi mempunyai peranan yang sama
seperti ilmu lain-lainnya, yaitu berfungsi untuk menjadi sebuah pedoman
dalam sebuah penelitian. Dan teori juga berfungsi sebagai alat yang kita
gunakan untuk menggali sebuah informasi dalam memecahkan setiap
permasalahan yang ada dalam penelitian.
22
2.1.1 Pengertian Kebijakan
Kata kebijakan itu berasal dari terjemahan kata policy. Kebijakan
merupakan kesepakatan bersama dari berbagai persoalan yang timbul
dalam masyarakat dan sudah disahkan oleh masyarakat itu sendiri melalui
lembaga yang berwenang untuk dilaksanakan. (Nugroho, 2003:164).
Menurut Anderson dalam Tahir (2014:12), kebijakan adalah suatu
tindakan yang mempunyai tujuan yang dilakukan sesorang pelaku atau
sejumlah pelaku untuk memecahkan suatu masalah.
Menurut Eulau dan Prewitt dalam Thoha (2002:61) merumuskan
kebijakan sebagai suatu keputusan yang teguh dan disifati oleh adanya
perilaku yang konsisten, serta pengulangan pada bagian keduanya, yakni
bagi orang-orang yang membuatnya dan bagi orang-orang yang
melaksanakannya.
Dari pengertian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
kebijakan adalah suatu pilihan yang dilakukan oleh seorang individu atau
kelompok yang memiliki suatu tujuan yang jelas dan juga memiliki target
sasaran. Yang nantinya dijadikan sebuah pedoman dalam menjalani
kehidupan bermasyarakat dan acuan dalam mengatasi masalah-masalah
yang sering timbul didalam masyarakat.
23
2.1.2 Pengertian Publik
Kata publik sebenarnya identik dengan khalayak atau masyarakat,
namun banyak definisi publik yang dikemukakan oleh para ahli,
diantaranya: Menurut Kriyantono (2012:14) mendefinisikan publik sebagai
sekumpulan orang/kelompok dalam masyarakat yang memiliki
kepentingan atau perhatian yang sama terhadap suatu hal.
Sedangkan menurut Gruth & Marsh dalam Estawara ( 2012:56 )
mendefinisikan publik sebagai: “Any group of people who share common
interests or values in a particular situations especially interests or values
they might be willing act upon”. Dapat diartikan bahwa yang dimaksud
dengan public adalah setiap kelompok orang memiliki minat atau nilai-
nilai bersama dalam situasi tertentu, terutama kepentingan atau nilai-nilai
mereka mungkin bertindak atas kesediaan.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh dua ahli di atas maka
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan publik adalah
sekumpulan individu atau masyarakat yang memiliki kepentingan dan
tujuan yang sama, dan sama sama mencari sebuah solusi dalam
permasalahan yang ada di sekitarnya dengan tindakan yang konkret.
2.1.3 Pengertian Kebijakan Publik
Kebijakan publik atau yang sering disebut public policy,
merupakan sebuah aturan yang dibuat untuk mengatasi sebuah masalah
yang ada di lingkungan publik dan kebijakan publik juga berperan dalam
24
terwujudnya sebuah kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang
tentram, nyaman dan damai.
Dalam studi ilmu administrasi, kebijakan publik akan selalu
membutuhkan seorang administrator atau seseorang yang dianggap
mampu menerjemahkan ilmu administrasinya. Karena kebijakan publik
akan selalu berkaitan dengan ilmu administrasi.
Kebijakan publik pada umumnya adalah sebuah keputusan –
keputusan yang diambil dalam mengatasi masalah masalah publik yang
sering terjadi, kemudian dirumuskan bersama lalu ditetapkan. Kebijakan
publik juga dibuat untuk membatasi perilaku masyarakat agar perilaku
masyarakat tersebut sesuai dengan norma-norma yang telah ditetapkan
bersama.
Kebijakan publik itu dibuat berdasarkan isu-isu masalah yang
muncul di masyarakat yang harus dicari tahu terlebih dahulu apa akar dari
masalah tersebut baru kemudian dicarikan solusinya. Karena sumber
utama dari penyusunan kebijakan public itu adalah masyarakat.
Menurut Anderson dalam Tachjan, (2006:16) mengatakan bahwa,
“Public Policies are those policies developed by governmental bodies and
officials”. Maksudnya adalah sebuah kebijakan public itu merupakan
sekumpulan kebijakan yang dirancang dan dihasilkan oleh badan badan
pemerintah dan para pejabat pemerintah. Tujuan dari kebijakan tersebut
dibuat dimaksudkan untuk :
25
1. Memelihara Ketertiban umum (Negara sebagai Stabilisator)
2. Melancarkan perkembangan masyarakat dalam berbagai hal
(Negara sebagai stimulator)
3. Menyesuaikan berbagai macam aktivitas ( Negara sebagai
coordinator)
4. Memperuntukkan dan membagi berbagi materi ( Negara
sebagai alokator
Sementara itu kebijakan publik menurut Thomas R Dye dalam
Agustino, (2008:7) “ whatever governments choose to do or not to do ”
Kebijakan publik adalah apa yang pemerintah pilih untuk melakukan
sesuatu atau tidak melakukan suatu tindakan. Karena suatu kebijakan
publik itu harus dilkasnakan terlebih dahulu agar pemerintah itu
mengetahui apakah kebijakan itu berdampak baik setelah diterapkan atau
berdampak buruk setelah diterapkan di dalam lingkungan masyarakat.
Apakah kebijakan tersebut sangat bermanfaat terhadapa masyarakat
masyarakat atau sangat merugikan terhadap masyarakat. Dari situlah
pemerintah harus bisa bersikap adil dalam memilih atau menetapkan suatu
kebijakan.
Sedangkan menurut Nugroho (2011:64) mengemukakan
pendapatnya bahwa kebijakan publik juga bisa disebut hukum dalam
pengertian yang luas, karena setiap kebijakan publik itu sifatnya mengikat
dan memaksa bagi para target sasarannya. Karena setiap kebijakan yang
dilanggar pasti akan ada sanksi yang berlaku sesuai dengan yang
sebelumnya telah ditentukan bersama.
26
Dari sisi pembuat kebijakan publik di Indonesia itu ada tiga jenis
yaitu : yang dibuat pihak legislatif, yang dibuat pihak eksekutif dan yang
dibuat pihak legislatif bersama pihak eksekutif begitupun sebaliknya.
(Nugroho, 2011:147)
Berdasarkan beberapa definisi teori tersebut, kita dapat simpulkan
bahwa, kebijakan publik itu bersumber atas permasalahan-permasalahn
yang terjadi di masyarakat kemudian dirumuskan secara bersama-sama
oleh pemerintah untuk dicarikan solusinya dalam mengatasi permasalahan
masyarakat tersebut, barulah kebijakan tersebut diterapkan oleh
pemerintah. Agar nantinya pemerintah bisa tahu apakah kebijakan itu
bermanfaat atau malah merugikan masayarakat.
Kebijakan publik itu dikembangkan dan dihasilkan oleh badan-
badan dan pejabat-pejabat yang ada di lingkungan pemerintahan. Jadi
pemerintah juga harus jeli dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang
seperti apa yang harus terus dilakukan atau yang tidak dilakukan lagi.
Karena sebuah kebijakan publik itu bertujuan untuk membuat masyarakat
berperilaku sesuai dengan norma-norma dan adat yang berlaku. Setiap
kebijakan publik itu sifatnya memasa bagi para pelakunya dan memiliki
sanksi terhadap setiap pelanggaran yang dilakukan.
2.1.4 Pengertian Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan merupakan tahap dimana ketika kebijakan
itu sudah melewati proses formulasi yang berdasarkan akibat-akibat dari
27
kebijakan yang telah dilakukan sebelumnya.. Karena nantinya dapat
membantu pengambil kebijakan pada tahap implementasi kebijakan
dengan menggunakan berbagai indikator kebijakan di bidang pendidikan,
kesehatan, perumahan, kesejahteraan, dan lain-lain. Dan implementasi
kebijakan ketika pelaksanaannya harus memobilisasikan sumber daya
manuisa, financial, fasilitas dan lain-lain. (Dunn, 2000:24)
Van Meter dan Van Horn telah membatasi implementasi kebijakan
sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau
kelompok), pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan
sebelumnya. (Nugroho, 2003:123)
Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah
keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun
waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk
mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh
keputusan-keputusan kebijakan.
Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting
dalam keseluruhan struktur kebijakan, karena melalui prosedur ini proses
kebijakan secara keseluruhan dapat dipengaruhi tingkat keberhasilan atau
tidaknya tercapai sebuah tujuan. J.O. Udoji dalam Agustino, (2006 : 154)
mengatakan bahwa :
28
“Pelaksanaan kebijakan adalah seuatu yang penting bahkan mungkin
lebih jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-
kebijakan hanya akan sekedar berupa impian atau rencana bagus
yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan”.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang dinamis, di mana
pelaksana kebijakan kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan,
sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan
tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri
2.1.5 Pendekatan Implementasi Kebijakan
Ada dua pendekatan untuk memahami pendekatan Top Down dan
pendekatan Bottom Up menurut Lester dan Stewart dalam Agustino
(2006:155)
Dalam pendekatan Top Down implementasi kebijakan dilakukan
secara tersentralisasi dan dimulai dari pejabat-pejabat yang berada di
tingkat pusat, serta keputusannya pun di ambil di tingkat pusat.
Sedangkan dalam pendekatan Bottom Up implementasi kebijakan
yang dilakukan dengan membuat sebuah formulasi kebijakan itu
menginisiasikan masyarakat setempat untuk ikut dalam membuatnya,
karena yang mengerti masalah yang ada di daerah yaitu masyarakat itu
sendiri.
29
2.1.6 Model Implementasi Kebijakan
Disini peneliti ingin memaparkan 4 model implementasi kebijakan
yang seringkali digunakan dalam sebuah penelitian :
1. Model Van Meter dan Van Horn
Dalam pandangan van Meter dan van Horn, kita mempunyai
harapan yang besar untuk menguraikan proses-proses dengan cara melihat
bagaimana keputusan-keputusan kebijakan dilaksanakan dibandingkan
hanya sekedar menghubungkan variabel bebas dan variabel terikat dalam
suatu cara yang semena-mena. Variabel-variabel tersebut dijelaskan oleh
van Meter dan van Horn sebagai berikut (dalam Winarno 2008 : 156) :
a. Ukuran-ukuran dasar dan Tujuan-tujuan kebijakan
Variabel ini didasarkan pada kepentingan utama
terhadap faktor-faktor yang menentukan kinerja kebijakan.
Identifikasi indikator-indikator kinerja merupakan tahap yang
paling krusial dalam proses implementasi kebijakan untuk
menilai sejauh mana ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan
kebijakan telah direalisasikan. Ukuran-ukuran dasar dan tujuan-
tujuan kebijakan berguna dalam menguraikan tujuan-tujuan
keputusan kebijakan secara menyeluruh dan juga merupakan
bukti itu sendiri.
b. Sumber Daya
Disamping ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan
kebijakan, yang perlu diperhatikan dalam proses implementasi
kebijakan adalah sumber daya. Sumber daya layak mendapatkan
perhatian karena menunjang keberhasilan implementasi
kebijakan. Sumber daya yang dimaksud mencakup dan atau
perangsang lain yang mndorong dan mmperlancar implementasi
yang efektif.
30
c. Komunikasi antar organisasi dan kegiatan pelaksanaan
Implementasi akan berjalan efektif bila ukuran-ukuran
dan tujuan-tujuan dipahami oleh individu-individu yang
bertanggung jawab dalam kinerja kebijakan, oleh karena itu
menurut van Meter dan van Horn, prospek-prospek tentang
implementasi yang efektif ditentukan oleh kejelasan ukuran-
ukuran dan tujuan-tujuan yang dinyatakan oleh ketepatan dan
konsistensi dalam mengkomunikasikan ukuran-ukuran dan
tujuan-tujuan tersebut.
d. Karakteristik badan-badan pelaksana
Dalam melihat karakteristik badan-badan pelaksana
maka tidak bisa lepas dari struktur birokrasi. Struktur birokrasi
diartikan sesuai karakteristik-karakteristik, norma-norma dan
pola-pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan-
badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial
maupun nyata dengan apa yang mereka miliki dalam
menjalankan kebijakan. Komponen ini terdiri dari ciri-ciri
struktur formal dari organisasi-organisasi dan atribut-atribut
yang tidak formal dari personil mereka. Di samping itu,
perhatian juga perlu ditujukan kepada ikatan-ikatan badan
pelaksana dengan pemeran-pemeran serta dalam sistem
penyampaian kebijakan.
e. Kondisi-kondisi ekonomi, sosial, dan politik.
Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan
yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan,
sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan memberikan
dukungan bagi implemntasi kebijakan, karaktersitik para
partisipan, bagaimana sifat opini publik yang ada dilingkungan,
dan apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.
f. Disposisi Pelaksana
Disposisi pelaksana menakup tiga hal yang penting,
yakni : (a) respons pelaksana terhadap kebijakan, yang akan
mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan. (b)
kognisi, yakni pemahaman terhadap kebijakan. dan (c) intensitas
disposisi pelaksana, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh
pelaksana.
31
2. Model Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier
Model implementasi kebijakan publik lain ditawarkan oleh Daniel
Mazmanian dan Paul Sebastier. Kedua ahli kebijakan ini berpendapat
bahwa peran penting dari implementasi kebijakan public adalah
kemampuannya dalam mengidentifikasikan variabel-variabel yang
mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal pada keseluruhan proses
implementasi. Variabel-variabel yang dimaksud dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kategori besar, yaitu (dalam Agustino 2006 : 163) :
a. Mudah atau Tidaknya Masalah yang akan Digarap, meliputi :
1) Kesukaran-kesukaran Teknis
2) Keberagaman Perilaku yang Diatur
3) Presentase Totalitas Penduduk yang Tercakup dalam
Kelompok Sasaran
4) Tingkat dan Ruang Lingkup Perubahan Perilaku yang
dikehendaki
b. Kemampuan Kebijakan Menstruktur Proses Implementasi Secara
Tepat
Para pembuat kebijakan mendayagunakan wewenang yang
dimilikinya untuk menstruktur proses implementasi secara tepat
melalui beberapa cara:
1) Kecermatan dan kejelasan penjenjangan tujuan-tujuan
resmi yang akan dicapai
2) Keterandalan teori kausalitas yang diperlukan
3) Ketetapan alokasi sumberdana
4) Keterpaduan hirarki di dalam lingkungan dan di antara
lembaga-lembaga atau instansi-instansi pelaksana
5) Aturan-aturan pembuat keputusan dari badan badan
pelaksana
32
6) Kesepakatan para penjabat terhadap tujuan yang
termaktub dalam undang-undang
7) Akses formal pihak-pihak luar
c. Variabel-variabel di luar undang-undang yang mempengaruhi
implementasi
1) Kondisi social-ekonomi dan teknologi
2) Dukungan publik
3) Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok
masyarakat
4) Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat
pelaksana
3. Model George C. Edwards III
Menurut George Edwards III terdapat empat variabel yang sangat
menetukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan, yaitu (dalam
Agustino, 2006 : 156) :
a. Komunikasi
Komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian
tujuan dari implmenetasi kebijakan public. Komunikasi
diperlukan agar para pembuat keputusan dan para
implementor semakin konsisten dalam melaksanakan setiap
kebijakan yang akan diterapkan dalam masyarakat.
b. Sumber daya
Sumber daya juga hal yang sangat penting dalam
mengimplementasikan kebijakan dengan baik. Ada 4
indikator yang digunakan untuk melihat sejauhmana
semberdaya dapat berjalan dengan baik, yaitu : Staf,
Informasi, Wewenang, Fasilitas.
c. Disposisi
Disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan. Jika
pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka para
pelaksana kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa yang
akan dilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan
33
untuk melaksanakannya, sehingga dalam praktiknya tidak
terjadi bias.
d. Struktur Birokrasi
Walaupun sumber-sumber untuk melaksanakan suatu
kebijakan tersedia, atau para pelaksana kebijakan
mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan mempunyai
dan mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu
kebijakan, tetapi kemungkinan kebijakan tersebut tidak
dapat terlaksana atau terealisasi masih tetap ada karena
terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi.
Kebijakan yang begitu kompleks menuntut kondusif pada
kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan menyebabkan
sumber-sumberdaya menjadi tidak efektif dan menghambat
jalannya kebijakan.
4. Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle
Menurut Grindle, Keberhasilan suatu implementasi kebijakan juga
ditentukan oleh tingkat implementasi kebijakan itu sendiri. Model
implementasi kebijakan dibagi menjadi dua, Content of Policy dan Contect
of Policy yaitu (dalam Agustino, 2006 : 168) :
a. Content of Policy meliputi :
1) Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi.
2) Tipe manfaat
3) Derajat perubahan yang ingin dicapai
4) Letak pengambilan keputusan
5) Pelaksana Program
b. Context of Policy meliputi :
1) Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari
actor yang terlibat
2) Karateristik lembaga dan rezim yang berkuasa
3) Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana
34
Disini peneliti menggunakan teori Van Meter dan Van Horn,
karena teori ini dianggap relevan dengan masalah yang peneliti temukan di
lapangan. Di masalah pertama disitu kurangnya anggaran dana yang
disediakan oleh pihak BAPPEDA. Masalah kedua yaitu terkait pihak KPM
yang belum bekerja secara maksimal. Masalah ketiga, Lamanya proses
birokrasi yang ada di dalam Program GEBRAK PAKUMIS. Masalah
keempat yaitu kurangnya jumlah Sumber Daya Manusia yang ikut terlibat
dalam Program GEBRAK PAKUMIS. Masalah kelima yaitu terlalu
panjangnya alur birokrasi dalam Program GEBRAK PAKUMIS.
2.1.7 Pengertian Pembangunan Daerah
Menurut Samugyo Ibnu Redjo (2013) Melalui tiga pendekatan
utama pembangunan daerah yang dilakukan secara simultan dan didukung
dengan komitmen pembiayaan serta konsistensi antara perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan diharapkan sejumlah masalah jangka pendek
dan menengah yang sedang dihadapi daerah dapat dipecahkan. Sudah
tentu, konsistensi dan komitmen pemerintah daerah untuk mewujudkan
seluruh program dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam jangka waktu 5
(lima) tahun ke depan sangat dibutuhkan.
Adapun sejumlah aspek penting pendekatan-pendekatan
pembangunan tersebut di atas berlandaskan pada prinsip berikut:
a. Berorientasi pada masyarakat.
Masyarakat didaerah adalah pelaku sekaligus pihak yang
mendapatkan manfaat dari program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan. Sehingga program pembangunan diarahkan untuk
35
kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan praktis dan
strategis masyarakat yang hasil dan dampaknya dapat dirasakan
langsung oleh masyarakat.
b. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Proses perencanaan pembangunan, pelaksanaan sampai kepada
pengawasan melibatkan masyarakat. Sehingga aspirasi, kebutuhan
daerah dan masyarakat terakomodir dan hasil-hasil pembangunan
dapat dinikmati secara langsung serta dapat memberdayakan
masarakat.
c. Sesuai dengan Adat dan Budaya Masyarakat
Pengembangan kegiatan dilaksanakan dengan memperhatikan adat,
budaya dan norma-norma yang terpelihara dan berkembang dalam
masyarakat sebagai sebuah kerifan lokal yang memperkaya
kasanah budaya bangsa dalam kerangka orientasi lokal, nasional,
regional, dan global.
d. Berwawasan Lingkungan
Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya daerah harus
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Prinsip ini
mempertimbangkan dampak kegiatan terhadap kondisi lingkungan,
ekonomi, sosial dan budaya masyarakat didaerah dalam jangka
pendek, menengah dan panjang.
e. Tidak Diskriminatif
Pelaksanan pembangunan tersebar keseluruh wilayah kecamatan,
kampung/kelurahan sesuai pengembangan 6 klaster wilayah
kepulaun serta tidak diskriminatif sara. Sehingga tidak akan bias
pada kepentingan tertentu.
f. Kemitraan
Pelaksanaan pembangunan berdasarkan prinsip kemitraan antara
masyarakat, swasta dan pemerintah.
g. Berbasis Pemerintahan yang Bersih
Penyelenggaraan pemerintahan berbasis pada clean governments
dan good governance.
h. Anggaran Berbasis Kinerja
Pengelolaan anggaran dilaksanakan berdasarkan sistim anggaran
berbasis kinerja.
2.1.8 Pengertian GEBRAK PAKUMIS
Salah satu persoalan pokok pelaksanaan urusan wajib
pemerintahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang saat
ini adalah masih terdapatnya kualitas lingkungan permukiman atau
kawasan yang masih dianggap tidak layak huni, padat dan miskin.
36
Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari bertambahnya jumlah
penduduk di wilayah Kabupaten Tangerang, sementara dengan
bertambahnya penduduk tidak diseimbangi dengan penyediaan rumah
yang layak huni beserta prasarana, sarana, dan utilitasnya baik yang
disediakan secara swadaya oleh masyarakat maupun yang disediakan oleh
pemerintah dan swasta tidak mampu mengimbangi pertambahan jumlah
penduduk tersebut yang pada akhirnya mengakibatkan kesenjangan yang
sangat terasa disetiap wilayahnya.
Dengan fenomena tersebut, Pemerintah Kabupaten Tangerang
berupaya mewujudkan sebuah lingkungan permukiman yang layak huni
dan sehat bagi penduduk Kabupaten Tangerang. Hal tersebut menjadi
sebuah tantangan tersendiri bagi Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat di Kabupaten Tangerang.
Pemerintah Kabupaten Tangerang memberikan sebuah solusi dengan
fenomena tersebut dengan membuat sebuah program yang bernama
gerakan bersama rakyat atasi kawasan padat, kumuh dan miskin atau yang
disingkat dengan nama “ GEBRAK PAKUMIS”.
Program GEBRAK PAKUMIS merupakan salah satu terobosan
dari Pemerintah kabupaten Tangerang dalam upaya peningkatan kualitas
hidup masyarakat miskin melalui pembangunan fisik, sosial, dan ekonomi.
Program GEBRAK PAKUMIS ini telah diatur di Peraturan Bupati
Tangerang Nomor 59 Tahun 2014 tentang pedoman pelaksanaan program
37
gerakan bersama rakyat atasi kawasan padat, kumuh dan miskin
(GEBRAK PAKUMIS) Kabupaten Tangerang.
BAPPEDA adalah SKPD yang bertanggung jawab terhadap
Program GEBRAK PAKUMIS. BAPPEDA membentuk Tim Teknis dan
Tim Fasilitasi untuk membantu dalam pelaksanaan Program GEBRAK
PAKUMIS. Tim Teknis terdiri dari 1 orang ketua, 1 orang sekretaris dan 5
orang anggota. Tim Teknis memiliki tugas dan fungsinya sebagai berikut :
a. Melaksanakan sosialisasi kebijakan dan tata cara
pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS pada tingkat
kabupaten;
b. Melaksanakan koordinasi perencanaan, monitoring dan
evaluasi pelaksanaan kegiatan Program GEBRAK
PAKUMIS;
c. Menunjuk fasilitator;
d. Memberikan bimbingan dan arahan kepada fasilitator
tentang tata cara pelaksanaan kegiatan sesuai pedoman
pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS;
e. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait dan
fasilitator dalam pengajuan permintaan pembayaran /
pencairan dana stimulan peningkatan kualitas hunian;
f. Melakukan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan Program GEBRAK PAKUMIS yang
38
dilaksanakan oleh Unit Pengelola Kegiatan dan
Kelompok Penerima Manfaat;
g. Melaksanakan koordinasi dan penyusunan laporan
program berdasarkan laporan Tim Fasilitasi, Unit
Pengelola Kegiatan dan Kelompok Penerima Manfaat;
h. Menetapkan standar gambar teknis dan menetapkan
standar biaya;
i. Membuat nota perjanjian hibah antara Bupati dengan
Unit Pengelola Kegiatan.
Tim Fasilitasi beranggotakan dari 1orang ketua, 1 orang sekretaris,
dan 3 orang anggota. Tim Fasilitasi memiliki tugas dan fungsi sebagai
berikut :
a. Melaksanakan Verifikasi administrasi dan factual
terhadap keberadaan dan kesiapan Unit Pengelola
Kegiatan;
b. Melaksanakan verifikasi terhadap proposal usulan
masyarakat, Rukun Tetangga atau Kepala Desa/Lurah
dan Camat;
c. Membuat Laporan hasil verifikasi dan menyusun
dokumen calon lokasi sasaran dan calon penerima
manfaat program yang dituangkan dalam bentuk laporan
profil pemukiman kumuh hasil pemetaan dan verifikasi
39
Masyarakat Berpenghasilan Rendah calon penerima
manfaat Program GEBRAK PAKUMIS;
d. Menyusun dan menetapkan dokumen laporan hasil
verifikasi yang disampaikan kepada Bupati melalui Tim
Teknis;
e. Memberikan Pembekalan teknis, pendampingan dalam
pelaksanaan kegiatan dan pelaporan kegiatan kepada
Unit Pengelola Kegiatan dan Kelompok Penerima
Manfaat;
f. Memfasilitasi Unit Pengelola Kegiatan dan Kelompok
Penerima Manfaat terkait administrasi pengajuan
pencairan, pelaporan dan pelaksanaan Program
GEBRAK PAKUMIS.
g. Mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan
Program GEBRAK PAKUMIS kepada Pelaksana;
h. Merekomendasikan kepada Tim Teknis untuk
menghentikan pelaksanaan kegiatan apabila terjadi
ketidaksesuaian antara ketentuan program dengan
pelaksanaan kegiatan dilapangan.
Di tingkat kecamatan, pihak BAPPEDA juga dibantu dalam
pelaksanaan GEBRAK PAKUMIS ini oleh Unit Pengelola Kegiatan. Unit
Pengelola Kegiatan adalah unit yang dibentuk oleh masing-masing
kecamatan di seluruh Kabupaten Tangerang untuk mengelola seluruh
40
kegiatan dari setiap SKPD yang ada. Dalam Program GEBRAK
PAKUMIS, UPK beranggotakan 1 orang ketua, 1 orang sekretaris, dan 1
orang bendahara. UPK memiliki tugas dan fungsi dalam Program
GEBRAK PAKUMIS sebagai berikut:
a. Melaksanakan sosialisasi dan validasi data penerima
Program GEBRAK PAKUMIS pada Kelompok
Penerima Manfaat bersama-sama dengan fasilitator;
b. Melaksanakan koordinasi dengan Camat, Lurah/Kepala
Desa dalam pengelolaan kegiatan;
c. Melaksanakan rembug / musyawarah dan dengan
Kelompok Penerima Manfaat;
d. Membuat permohonan pencairan dana kepada Bupati
diketahui oleh Tim Fasiitasi melalui Tim Teknis;
e. Melaksanakan pengelolaan keuangan kegiatan
pembangunan rumah tidak layak huni berbasis kawasan
sesuai dengan ketentuan Program GEBRAK
PAKUMIS;
f. Melaksanakan penyediaan kebutuhan material dam
tukang berdasarkan usulan Kelompok Penerima
Manfaat;
g. Menyelesaikan permasalahan / kendala di wilayah
kerjanya;
41
h. Membuat dokumentasi pelaksanaan kegiatan
pembangunan rumah (0%, 30%, 60% dan 100%)
i. Membuat dan menyerahkan laporan pertanggung
jawaban fisik dan pengelolaan keuangan kepada Bupati
Tangerang melalui Tim Teknis
Dari pihak UPK, kemudian diteruskan ke pihak Desa untuk
menunjuk satu individu sebagai ketua Kelompok Penerima Manfaat yang
dianggap mampu berkoordinasi dan menjadi penghubung yang baik antara
warga yang menerima bantuan Progam GEBRAK PAKUMIS dengan
pihak implementor. Ketua Kelompok Penerima Manfaat memiliki tugas
dan fungsi sebagai berikut :
a. Memfasilitasi kegiatan di tingkat masyarakat;
b. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan diwilayah
masing-masing;
c. Mengadministrasikan pelaksanaan kegiatan diwilayah
masing-masing;
d. Membantu UPK dalam melaksanakan kegiatan fisik
pembangunan peningkatan rumah tidak layak huni
diwilayah masing-masing;
e. Melaporkan pelaksanaan kegiatan yang dibantu oleh
Tim Fasilitasi dan UPK.
42
Tujuan dari Program GEBRAK PAKUMIS ini adalah membantu
masyarakat berpenghasilan rendah agar mampu membangun atau
meningkatkan kualitas huniannya sehingga dapat menempati rumah yang
lebih layak melalui peran serta Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan
masyarakat di kawasannya.
2.2 Penelitian Terdahulu
Disini peneliti menuliskan 2 penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
sebelumnya untuk dilakukan sebelumnya untuk dijadikan bahan acuan dan
bahan dalam penyusunan skripsi. Yaitu :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Agisthia Lestari di Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 2012 dengan judul “Implementasi
Program Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat Kumuh dan
Miskin (GEBRAK PAKUMIS) Dalam Pemberdayaan Masyarakat di
Kabupaten Tangerang (Studi Kasus Kecamatan Kresek). Peneliti
menggunakan teori implementasi dari George Edward III, yaitu
komunikasi, sumber daya, Disposisi dan Birokrasi. Kesimpulan dari
penelitian tersebut adalah Program gebrak pakumis di kecamatan
kresek pada tahun 2012 tidak berjalan dengan optimal. Hal itu
diperkuat dengan adanya ketidaksesuaian jumlah rumah dalam
dokumen rencana tindak komunitas dengan realisasi pembangunan.
Tidak adanya kejelasan kriteria dalam penetapan masyarakat penerima
bantuan karena kondisi yang hampir sama di wilayah penerima
43
bantuan. Bantuan terhadap KPM hanya berupa bahan bangunan karena
adanya ketidakmampuan masyarakat dalam mengelola keuangan.
Tidak maksimalnya proses pemberdayaan KPM yang dilakukan oleh
Tim Pendamping Masyarakat. Persamaan dengan penelitian ini adalah
program yang diteliti sama yaitu mengenai Program GEBRAK
PAKUMIS. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah lokus
penelitian dan teori yang digunakan berbeda. BAPPEDA juga sekarang
menjadi satu satunya SKPD yang menjalankan Program GEBRAK
PAKUMIS, tidak lagi dibantu dengan SKPD yang lain.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Emi Marta Sari di Universitas
Lampung pada tahun 2016 dengan judul “Implementasi Program
Neighborhood Upgrading Shelter and Project Phase 2 (NUSP
PHASE2) di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota
Bandar Lampung ” Pada tahun 2016. Peneliti menggunakan teori
George Edward III, yaitu komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan
struktur birokrasi. Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Kemudian teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, dokumentasi
dan observasi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dari empat
indikator implementasi program yang digunakan dalam penelitian ini
tiga diantaranya sudah dapat tercapai dengan baik, yakni pada
indicator komunikasi, disposisi dan struktur birokrasi karena dalam
pelaksanaan program NUSP Phase 2 pelaksana dan penerima sasaran
44
sudah maksimal. Sedangkan satu indikator yaitu sumberdaya belum
mampu tercapai dengan baik. Hambatan dalam pelaksanaan program
NUSP Phase 2 ini adalah masih ada beberapa buku petunjuk teknis
yang belum di keluarkan oleh Kementerian Cipta Karya sehingga
menghambat proses pengerjaan, masih ada beberapa prioritas yang
belum dapat terselesaikan dengan tepat waktu, masyarakat banyak
yang tidak membantu dalam proses pengerjaan. Persamaannya adalah
tujuan programnya yaitu untuk meningkatkan taraf kawasan dan
hunian. Perbedaannya adalah Program yang diteliti berbeda dan
SKPD yang menjalankannya pun berbeda.
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Kerangka Berfikir ialah penjelasan sementara terhadap gejala yang
menjadi objek permasalahan kita. Kerangka berfikir disusun berdasarkan tinjauan
pustaka dan hasil penelitian yang relevan. Untuk mengetahui bagaimana alur
berfikir peneliti dalam menjelaskan permasalahan peneliti, maka dibuatlah
kerangka berfikir sebagai berikut :
45
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
Implementasi Kebijakan Program Gebrak Pakumis dalam Pembangunan
Daerah di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang Tahun 2016
Identifikasi Masalah :
1. Anggaran dana yang terlalu minim yang disediakan dalam
Program Gebrak Pakumis ini.
2. Kelompok Penerima Manfaat yang menjadi perwakilan di
lingkungannya tidak bekerja secara maksimal.
3. Keterbatasan jumlah sumber daya manusia yang ikut terlibat
dalam program Gebrak Pakumis.
4. Lamanya proses birokrasi dalam Progam Gebrak Pakumis
Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn :
1. Ukuran-Ukuran Dasar dan tujuan-tujuan Kebijakan
2. Sumberdaya
3. Komunikasi antar organisasi dan kegiatan Pelakasaan
4. Karakteristik Badan-Badan Pelaksana
5. Kondisi-kondisi sosial, ekonomi dan politik
6. Disposisi Pelaksana
Winarno (2008-156)
Gambaran keseluruhan tentang pembangunan suatu daerah dalam proses
pelaksanaan program Gebrak Pakumis di Kabupaten Tangerang studi
kasus di Kecamatan Tigaraksa sesuai dengan Perbup no 59 tahun 2014
Peraturan Bupati Tangerang Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Gebrak Pakumis Kabupaten Tangerang
46
2.4 Asumsi Dasar Penelitian
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berfikir yang dijelaskan
di atas, dan berdasarkan obervasi awal yang dilakukan oleh peneliti. Maka
peneliti berasumsi bahwa Kebijakan Program GEBRAK PAKUMIS di
Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang di Tahun 2016 masih belum
berjalan dengan baik terutama dalam hal pelaksanaannya.
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif ini berusaha menggambarkan kondisi objek atau sebuah keadaan
serta fenomena sosial yang sebenarnya dan permasalahan yang seringkali
kita temui. Bogdan dan Taylor berpendapat bahwa penelitian kualitatif
sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Penelitian deskriptif digunakan untuk mempelajari masalah-masalah
dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta
situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap,
pandangan serta proses yang berlangsung dari suatu fenomena (Nazir,
2003 : 55)
Dalam penelitian ini, peneliti memakai jenis penelitian deskriptif
kualitatif karena peneliti hanya menggambarkan atau menjelaskan tentang
Implementasi Program GEBRAK PAKUMIS dalam Pembangunan Daerah
di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang Tahun 2016 beserta
hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses implmenetasi kebijakan
tersebut.
3.2 Ruang lingkup / Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah menentukan pokok permasalahan apa yang
menjadi pusat perhatian atau tujuan dalam penelitian ini. Dalam penelitian
ini yang menjadi fokus kajian adalah disini peneliti ingin mengetahui
dampak apa saja yang ditimbulkan terhadap kawasan dan masyarakat
setempat setelah dilakukannya kebijakan Program GEBRAK PAKUMIS
di Kecamatan Tigaraksa pada Tahun 2016.
48
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitiannya adalah di Kecamatan Tigaraksa, pada tahun
2016 kebijakan gebrak pakumis di Kecamatan Tigaraksa ada 3 desa yang
mendapat bantuan Program GEBRAK PAKUMIS yaitu Desa Sodong,
Desa Pematang dan Desa Margasari.
Alasan peneliti memilih Kecamatan Tigaraksa untuk dijadikan
lokasi penelitian adalah karena Kecamatan Tigaraksa merupakan ibukota
dari Kabupaten Tangerang dan juga merupakan pusat pemerintahan
Kabupaten Tangerang. Sebagai ibukota dari Kabupaten Tangerang harus
menjadi cerminan untuk daerah-daerah yg berada di luar kawasan
Kabupaten Tangerang. Dan pasti menjadi contoh untuk kawasan-kawasan
lainnya yang berada di Kabupaten Tangerang.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri
adalah peneliti itu sendiri sehingga saya sebagai peneliti disini itu harus
memiliki wawasan yang luas mengenai kebijakan GEBRAK PAKUMIS
itu sendiri. Dan saya harus menggali lebih dalam lagi tentang
Implementasi Program GEBRAK PAKUMIS dalam Pembangunan Daerah
di Kabupaten Tangerang.
Dalam penelitian ini penulis harus menguasai dimensi teori yang
dijadikan acuan analisis yaitu teori implementasi model Van Meter dan
Van Horn yaitu, Ukuran-ukuran dasar dan Tujuan-tujuan kebijakan,
Sumber daya, Komunikasi antar organisasi dan kegiatan pelaksanaan,
49
Karakteristik badan-badan pelaksana, Kondisi-kondisi ekonomi, sosial,
dan politik dan Disposisi Pelaksana. Pengetahuan penulis terhadap teori
dan fenomena yang akan diteliti akan menentukan keabsahan data
penelitian ini.
Berikut peneliti telah membuat pedoman wawancara yang akan
digunakan dalam penelitian ini :
Tabel III.1
Pedoman Wawancara
Dimensi
Teori
Indikator Pernyataan Informan Ket
Model
Implementasi
Kebijakan
Van Meter
dan Van
Horn
Ukuran-
ukuran
Kebijakan
dan Tujuan-
tujuan
kebijakan
1. Faktor-faktor apa saja
yang menentukan
keberhasilan kinerja
dalam pelaksanaan
kebijakan Program
Gebrak Pakumis
1.Kabid
Perencanaan dan
Prasarana
Wilayah
Bappeda
2.Tim Teknis
Gebrak Pakumis
3. Tim Fasilitasi
Gebrak Pakumis
4. Kepala UPK
Kecamatan
Tigaraksa
5.Kelompok
Penerima
Manfaat
6.Warga
penerima
Program Gebrak
Pakumis
1. Key
Informan
2. Key
Informan
3. Key
Informan
4. Key
Informan
5. Key
Informan
6.Secondary
Informan
2. Aturan dasar seperti
apa yang diterapkan
dalam kebijakan
Program Gebrak
Pakumis dan Tujuan
Kebijakan dari
diadakannya Program
GEBRAK PAKUMIS
3. Kelompok sasaran
dalam kebijakan
Program Gebrak
Pakumis sudah sesuai
dengan kriteria yang
dibutuhkan
Sumber Daya 1. Sumber Daya Manusia
yang ada di Bappeda
sudah memadai dan
bekerja dengan baik
dalam pelaksanaan
kebijakan program
Gebrak Pakumis.
1.Kabid
Perencanaan dan
Prasarana
Wilayah
Bappeda
2. Tim Teknis
Gebrak Pakumis
1. Key
Informan
2. Key
Informan
3. Key
Informan
4. Key
50
2. Sumber Daya Anggaran
yang tersedia sudah
cukup membantu dalam
pelaksanaan Program
GEBRAK PAKUMIS
3. Tim Fasilitasi
Gebrak Pakumis
4. Kepala UPK
Kecamatan
Tigaraksa
5.Kelompok
Penerima
Manfaat
6.Warga
penerima
Program Gebrak
Pakumis
Informan
5. Key
Informan
6.Secondary
Informan
Komunikasi
antar
organisasi
dan kegiatan
pelaksanaan
1. Bappeda sudah
mengkomunikasikan
dengan efektif kepada
pihak-pihak yang
berkaitan dengan
kebijakan Program
Gebrak Pakumis
1.Kabid
Perencanaan dan
Prasarana
Wilayah
Bappeda
2. Tim Teknis
Gebrak Pakumis
3. Tim Fasilitasi
Gebrak Pakumis
4. Kepala UPK
Kecamatan
Tigaraksa
5.Kelompok
Penerima
Manfaat
6.Warga
penerima
Program Gebrak
Pakumis
1. Key
Informan
2. Key
Informan
3. Key
Informan
4. Key
Informan
5. Key
Informan
6.Secondary
Informan
2. Sudah terjalin
koordinasi yang baik
antar instansi-instansi
yang terkait dalam
kebijakan Program
Gebrak Pakumis
Karakteristik
badan-badan
pelaksana
1. Sikap implementor
sudah baik dalam
melaksanakan
kebijakan Program
Gebrak Pakumis
terhadap kelompok
sasaran
1.Kabid
Perencanaan dan
Prasarana
Wilayah
Bappeda
2. Tim Teknis
Gebrak Pakumis
3. Tim Fasilitasi
Gebrak Pakumis
4. Kepala UPK
Kecamatan
Tigaraksa
5.Kelompok
Penerima
Manfaat
1. Key
Informan
2. Key
Informan
3. Key
Informan
4. Key
Informan
5. Key
Informan
6.Secondary
Informan
2. Implementor sudah
bekerja sesuai dengan
aturan dan standar yang
telah ditentukan dalam
kebijakan Program
Gebrak Pakumis
51
6.Warga
penerima
Program Gebrak
Pakumis
Kondisi
sosial,
ekonomi dan
politik
1. Program Gebrak
Pakumis ini dapat
membantu
meningkatkan
kondisi sosial di
kawasan tersebut
1.Kabid
Perencanaan dan
Prasarana
Wilayah
Bappeda
2. Tim Teknis
Gebrak Pakumis
3. Tim Fasilitasi
Gebrak Pakumis
4. Kepala UPK
Kecamatan
Tigaraksa
5.Kelompok
Penerima
Manfaat
6.Warga
penerima
Program Gebrak
Pakumis
1. Key
Informan
2. Key
Informan
3. Key
Informan
4. Key
Informan
5. Key
Informan
6.Secondary
Informan
2. Program Gebrak
Pakumis ini dapat
membantu
meningkatkan
kondisi ekonomi di
kawasan tersebut
3. Program Gebrak
Pakumis ini dapat
membantu
meningkatkan
kondisi politik di
kawasan tersebut
Disposisi
Pelaksana
1. Implementor sudah
bertanggung jawab
dengan baik dan
memliki
kemampuan yang
mumpuni dalam
menjalankan
kebijakan Program
Gebrak Pakumis
1.Kabid
Perencanaan dan
Prasarana
Wilayah
Bappeda
2. Tim Teknis
Gebrak Pakumis
3. Tim Fasilitasi
Gebrak Pakumis
4. Kepala UPK
Kecamatan
Tigaraksa
5.Kelompok
Penerima
Manfaat
6.Warga
penerima
Program Gebrak
Pakumis
1. Key
Informan
2. Key
Informan
3. Key
Informan
4. Key
Informan
5. Key
Informan
6.Secondary
Informan
2. Implementor sudah
sangat memahami
makud dan tujuan
dari kebijakan
Program Gebrak
Pakumis ini.
Sumber : Peneliti 2017
52
3.5 Informan Penelitian
Informan Penelitian adalah narasumber yang dianggap memiliki
pengetahuan dan pengalaman lebih terkait masalah yang sedang diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik penentuan infromasi
secara purposive, yaitu narasumber sudah ditentukan sejak awal dan sudah
menemukan key informan yang pasti yang sudah ditentukan sejak awal
sesuai dengan tema pembahasan dalam penelitian ini, Yaitu :
Tabel III.2
Informan Penelitian
Kode
Informan Informan Keterangan
I1 Instansi Pemerintah
Key Informan
I1.1 1.Kepala Bidang Perencanaan
Prasarana Wilayah di Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Kabupaten Tangerang dan Ketua Tim
Teknis Progam GEBRAK PAKUMIS
I1.2 2.Ketua Tim Fasilitator Program
GEBRAK PAKUMIS
I1.3 3.Kepala Unit Pengelola Kegiatan
Kecamatan Tigaraksa
I2 Stakeholder
Key Informan
I2.1 Kelompok Penerima Manfaat Desa
Sodong
I2.2 Kelompok Penerima Manfaat Desa
Pematang
I2.3 Kelompok Penerima Manfaat Desa
Margasari
I3 Masyarakat
Secondary Informan
I3.1 Warga Penerima Manfaat Desa Sodong
I3.2 Warga Penerima Manfaat Desa
Pematang
I3.3 Warga Penerima Manfaat Desa
Margasari
Sumber : Peneliti, 2017
53
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini akan menggunakan 3 metode pengumpulan data. Antara lain
sebagai berikut :
1. Metode Wawancara
Disini seorang peneliti melakukan sebuah wawancara kepada
pihak-pihak yang dapat membantu untuk memberikan sebuah gambaran
atau informasi tentang program gebrak pakumis yaitu seorang informan
yang dapat memberikan pemahaman lebih mendalam lagi mengenai
penelitian.
2. Metode Observasi non Partisipatif
Dalam penelitian ini teknik observasi berperan pasif, dimana
peneliti tidak terlibat langsung dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek
penelitian. Peneliti hanya mengamati kegiatan yang sedang berlangsung
dari objek penelitian. Pengamatan dilakukan pada saat proses
penyelenggaraan Program GEBRAK PAKUMIS itu sendiri untuk melihat
secara nyata bagaimana prosesnya dan melihat hal-hal yang berhubungan
dengan Program GEBRAK PAKUMIS itu sendiri.
3. Metode Dokumentasi
Disini peneliti mendapatkan referensi dari penelitian-penelitian
yang sudah ada untuk dijadikan bahan awal penulisan di penelitian ini.
Dokumen-dokumen yang berhubungan tentang Program Gebrak Pakumis,
dan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam implementasi kebijakan
Program Gebrak Pakumis juga dijadikan bahan dasar dalam penelitian ini.
54
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis merupakan sebuah proses pencarian dan perencanaan
secara sistematis semua data dan arahan yang telah terkumpul agar peneliti
mengerti benar makna yang telah dikemukakannya dan dapat menyajikan
kepada orang lain. Proses analisis dalam penelitian kualitatif, kegiatannya
pada dasarnya dilakukan secara bersamaan dengan proses pelaksanaan
pengumpulan data. Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono ( 2012
: 88) analisis data dalam metodologi kualitatif terdiri dari empat jalur
kegiatan secara bersamaan, yaitu:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah peneliti mengumpulkan seluruh data
yang masih bersifat kasar yang belum diolah data nya yang didapat dari
hasil penelitiannya di lapangan.
2. Reduksi Data
Reduksi data sebagai proses seleksi, penyederhanaan,
penggolongan, pengabstrakan dan transformasi dari catatan lapangan yang
masih datanya bersifat kasar. Proses ini terus berlangsung sepanjang
pelaksanaan penelitian ini, yang dimulai dari sebelum pengumpulan data
dilakukan.
3. Penyajian Data
Penyajian data adalah pendeskripsian rangkaian informasi yang
tersusun dan memungkinkan adanya pengambilan tindakan dan penarikan
kesimpulan terhadap masalah yang diteliti. Penyajian data dapat berupa
55
suatu cerita, kalimat, table, ataupun grafik yang diharapkan mampu
memberikan penjelasan terhadap apa yang diteliti oleh peneliti.
4. Penarikan Kesimpulan
Pada permulaan pengumpulan data, dapat dilakukan pernyataan
dan analisa yang mungkin terjadi, kemudian disusun sebab akibatnya
berdasarkan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan untuk mengumpulkan data. Kemudian barulah ditarik
kesimpulan yang dianggap kredibel.
Gambar III.1
Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman
Sumber: Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012:88)
3.8 Uji Keabsahan Data
Pada Uji Keabsahan Data, peneliti akan menggunakan metode
triangulasi dan member check.
1. Metode Triangulasi merupakan teknik pemeriksaaan keabsahan
data yang memanfaatkan sumber yang lain diluar data itu, untuk
pengecekan atau pembanding terhadap data itu. Hal ini berarti
56
membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan
informasi yang diperoleh waktu dan alat yang berbeda dalam
metode kualitatif.
Ada empat macam triangulasi yaitu, Triangulasi Sumber,
Triangulasi Metode, Triangulasi Penyidik, Triangulasi Teori
(dalam Sugiyono, 2012 : 273). Dalam penelitian ini
menggunakan triangulasi sumber, peneliti disini mengecek data
melalui wawancara dengan berbagai narasumber. Keabsahan
data dilakukan melalui wawancara mengenai kebenaran
informasi yang diberikan oleh narasumber melalui wawancara
dengan sumber dari pihak implementor yaitu BAPPEDA dengan
target sasaran yaitu kawasan padat, kumuh dan miskin. Ataupun
dari sumber lain yang bisa memberikan tambahan informasi
bagi peneliti.
2. Member check adalah proses pengecekan data yang berasal dari
informan yang bertujuan untuk mengetahui seberapa valid data
yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan atau
disampaikan oleh seorang informan. Apabila data yang
ditemukan disepakati oleh seorang informan, berarti data
tersebut valid sehingga semakin kredibel. Namun, jika data yang
diperoleh peneliti tidak disepakati oleh informan, peneliti perlu
melakukan diskusi dengan informan dan apabila terdapat
kerancuan informasi yang diterima setelah dilakukan diskusi,
57
peneliti harus mengubah temuannya dan menyesuaikannya
dengan data yang diberikan oleh informan tersebut.
3.9 Jadwal Penelitian
Pada penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitiannya di Desa
Sodong, Desa Pematang dan Desa Margasari yang terletak di Kecamatan
Tigaraksa Kabupaten Tangerang pada Tahun 2016. Karena pada tahun
2016 Program GEBRAK PAKUMIS yang ada di Kecamatan Tigaraksa
berada di Desa Sodong, Desa Pematang dan Desa Maragasari.
58
Waktu penelitian di lakukan pada bulan Oktober 2016 sampai bulan
Maret 2017, seperti pada tabel yang akan digambarkan dibawah ini:
Tabel III.3
Jadwal Penelitian
N
o Kegiatan
Bulan Ke-
2016 2017 2018
1
1
1
2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
0
1
1
1
2
1
1 Pengajuan
Judul
2 Observasi
Awal
3 Pengumpula
n Data
4
Penulisan
BAB I,II dan
III
5
Bimbingan
BAB I,II dan
III
6 Seminar
Proposal
7 Revisi
Proposal
8
Wawancara
dan
Observasi ke
lapangan
9
Penulisan
BAB IV dan
V
10
Bimbingan
BAB IV dan
V
11 Sidang
Skripsi
12 Revisi
Skripsi
Sumber : Peneliti, 2017
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Profil Kabupaten Tangerang
1. Keadaan Geografis
Kabupaten Tangerang memiliki titik koordinat 106°20’-106°43’
Bujur Timur dan 6°00’-6°20’ Lintang Selatan. Secara geografis letak
Kabupaten Tangerang berbatasan sebelah utara dengan Laut Jawa,
sebelah timur dengan Provinsi DKI Jakarta, sebelah barat dengan
Kabupaten Lebak dan Serang, dan sebelah selatan dengan Kabupaten
Bogor. Letak Kabupaten Tangerang dengan Pusat Pemerintahan
Indonesia berjarak 30 km. Keduanya dihubungkan dengan jalur lintas
darat bebas hambatan Jakarta Merak yang menjadi jalur utama lalu lintas
perekonomian antara pulau Jawa dengan Sumatra, itulah yang
menyebabkan Kabupaten Tangerang memiliki banyak sekali sektor-
sektor industri, karena memiliki wilayah yang strategis dan ditambah lagi
dengan jumlah penduduk yang sangat banyak.
Luas wilayah Kabupaten Tangerang 959,61 km2 dibagi kedalam 29
kecamatan, 28 kelurahan dan 316 desa. Wilayah Kabupaten Tangerang
juga dibagi ke dalam tiga wilayah pusat pertumbuhan yaitu:
60
1. Pusat Pertumbuhan Balaraja dan Tigaraksa, berada di bagian barat,
difokuskan sebagai daerah sentra industri, permukiman, dan pusat
pemerintahan.
2. Pusat Pertumbuhan Teluknaga, berada di wilayah pesisir,
mengedepankan industri pariwisata alam dan bahari, industri
maritim, perikanan, pertambakan, dan pelabuhan.
3. Pusat Pertumbuhan Curug, Kelapa Dua, Legok dan Pagedangan,
berada di bagian timur dekat perbatasan dengan Kota Tangerang
Selatan, difokuskan sebagai pusat pemukiman, dan kawasan bisnis
di Serpong, Balaraja dan Tigaraksa.
2. Keadaan Penduduk
Kabupaten Tangerang merupakan wilayah di provinsi Banten
yang memiliki jumlah penduduk yang paling banyak. Kabupaten
Tangerang memiliki 3 juta lebih penduduk pada tahun 2015 dan
memiliki rasio sebesar 27,57 %.
61
Tabel IV.1
Jumlah Penduduk Kabupaten Tangerang Tahun 2015
No Kecamatan Jumlah Penduduk
1 Cisoka 91753
2 Solear 88213
3 Tigaraksa 149564
4 Jambe 44375
5 Cikupa 270630
6 Panongan 130273
7 Curug 200904
8 Kelapa Dua 220982
9 Legok 117770
10 Pagedangan 113738
11 Cisauk 79792
12 Pasar Kemis 313945
13 Sindang Jaya 91278
14 Balaraja 128451
15 Jayanti 71407
16 Sukamulya 64679
17 Kresek 64782
18 Gunung Kaler 51618
19 Kronjo 57681
20 Mekar Baru 36968
21 Mauk 82220
22 Kemiri 42540
23 Sukadiri 55943
24 Rajeg 165112
25 Sepatan 114145
26 Sepatan Timur 92949
27 Pakuhaji 112459
28 Teluknaga 159300
29 Kosambi 157123
Jumlah 3370594
(Sumber : BPS Kabupaten Tangerang Tahun 2015).
Kabupaten Tangerang memiliki 29 wilayah kecamatan dan memiliki jumlah
penduduk yang paling banyak di Provinsi Banten dengan jumlah 3.370.594
penduduk. Kecamatan Pasar Kemis adalah kecamatan dengan penduduk yang
paling banyak di Kabupaten Tangerang dengan jumlah 313.945 penduduk.
62
Sedangkan Kecamatan Mekar Baru adalah kecamatan dengan penduduk yang
paling sedikit di Kabupaten Tangerang dengan jumlah 36.968 penduduk.
Sebagai wilayah dengan penduduk paling banyak di Provinsi Banten,
Pemerintah Kabupaten Tangerang harus bisa meningkatkan kualitas sumber daya
manusia nya agar sektor pertumbuhan di wilayah Kabupaten Tangerang terus
bertambah. Jika kualitas sumber daya manusia nya rendah itu akan menjadi “bom
waktu” tersendiri bagi Pemerintah Kabupaten Tangerang.
Banyaknya jumlah penduduk di Kabupaten Tangerang tidak berarti
masyarakat di Kabupaten Tangerang memiliki tingkat kesejahteraan sosial yang
baik. Masih banyak masyarakat di Kabupaten Tangerang yang tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, memiliki rumah yang tidak layak huni atau
dikategorikan sebagai penduduk yang miskin.
63
Tabel IV.2
Jumlah Masyarakat Miskin di Kabupaten Tangerang Tahun 2015
No Kecamatan
Kemiskinan
Kategori Masyarakat Miskin
Hampir
Miskin Miskin
Sangat
Miskin Jumlah
1 Cisoka 1484 3201 4331 9016
2 Solear 1423 3345 2651 7449
3 Tigaraksa 1322 3246 3514 8262
4 Jambe 1076 1811 1613 4500
5 Cikupa 561 1121 1962 3244
6 Panongan 744 1773 2146 4663
7 Curug 541 972 1785 3298
8 Kelapa Dua 231 479 817 1527
9 Legok 991 2431 2813 6235
10 Pagedangan 817 1677 1811 4305
11 Cisauk 921 1589 1968 4078
12 Pasar Kemis 867 1841 2018 4746
13 Sindang Jaya 1411 2671 2216 6298
14 Balaraja 779 1842 2219 4840
15 Jayanti 991 1918 1937 4866
16 Sukamulya 1087 2531 2915 6528
17 Kresek 1321 2916 2998 7235
18 Gunung Kaler 1121 2413 2922 6456
19 Kronjo 1029 2237 2981 6247
20 Mekar Baru 1048 2210 2469 5727
21 Mauk 1697 3117 3611 8425
22 Kemiri 1712 2412 2249 6373
23 Sukadiri 717 1876 2369 4962
24 Rajeg 4111 3324 3361 12796
25 Sepatan 812 2014 2431 5257
26 Sepatan Timur 1622 3354 3115 8094
27 Pakuhaji 3996 6126 3323 13645
28 Teluknaga 2961 3112 4945 13015
29 Kosambi 1546 3321 3428 8293
Jumlah 38989 75062 76341 190392
Sumber : BPS Kabupaten Tangerang 2015
64
Kabupaten Tangerang memiliki jumlah masyarakat miskin yang cukup
banyak di Provinsi Banten. Desa Pakuhaji adalah desa yang memiliki jumlah
masyarakat miskin paling banyak di Kabupaten Tangerang dengan total 13645
penduduk. Sedangkan Desa Kelapa Dua adalah desa yang memiliki jumlah
masyarakat miskin paling sedikit di Kabupaten Tangerang dengan total 1527
penduduk.
Dengan data tersebut, Pemerintah Kabupaten Tangerang terus
menggalakan program – program yang bertujuan untuk mengentaskan
kemiskinan. Program GEBRAK PAKUMIS adala salah satu program yang
dijalankan Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk mengentaskan kemiskinan,
dengan cara merevitalisai kawasan kawasan kumuh padat, dan membangun rumah
– rumah tidak layak huni.
3. Visi dan Misi Kabupaten Tangerang
VISI :
"Menuju Masyarakat Kabupaten Tangerang yang Beriman,
Sejahtera, Berorientasi Industri dan Berwawasan Lingkungan"
MISI :
1) Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan
pengamalannya dalam kehidupan bermasyarakat.
2) Membangun Sumberdaya manusia melalui pen ingkatan mutu
pendidikan diseluruh jenjang secara bertahap serta peningkatan
derajat kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat
serta peningkatan kesejahteraan sosial.
3) Meningkatkan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi melalui
fasilitas pengembangan usaha di bidang industri, agribisnis, agro
industri, dan jasa, serta memberikan akses lebih besar
pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah, dan sektorr
informal.
65
4) Mewujudkan keserasian dan keseimbangan pembangunan yang
berwawasan lingkungan melalui sistem perencanaan dan
pengendalian tata ruang yang terstruktur.
5) Menciptakan tata kepemerintahan yang bersih, transparan, dan
bertanggung jawab(Good Governance)
6) Meningkatkan pembangunan infrastruktur bagi percepatan
aspek-aspek pembangunan.
7) Memenuhi hak-hak politik dan sosial warga untuk melakukan
partisipasi kritis dalam proses pembangunan
8) Memberdayakan perempuan dan kesetaraan gender dalam
pembangunan
4.1.2 Profil Kecamatan Tigaraksa
1. Keadaan Geografis
Kecamatan Tigaraksa adalah sebuah wilayah kecamatan yang berada di
Kabupaten Tangerang, Kecamatan Tigaraksa juga merupakan ibukota dari
Kabupaten Tangerang. Kecamatan Tigaraksa memiliki jumlah penduduk pada
Tahun 2016 154,897 dengan luas wilayah 52.798 Km2
dan memiliki kepadatan
penduduk 2933,76 Penduduk/Km2.
Kecamatan Tigaraksa memiliki batas-batas wilayah dengan daerah-daerah
lain. Batas sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cikupa dan Kecamatan
Balaraja. Batas sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cikupa dan
Kecamatan Panongan. Batas sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Jambe
dan Kabupaten Bogor. Batas sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Solear
dan Kecamatan Cisoka. Wilayah Pemerintahan Kecamatan Tigaraksa memiliki 12
desa dan 2 kelurahan.
66
Disini peneliti melakukan penelitiannya di 3 desa yang berada di
Kecamatan Tigaraksa yaitu, Desa Sodong, Desa Pematang dan Desa Margasari.
Peneliti memberikan keadaan geografis Kecamatan Tigaraksa yang berkaitan
dengan penelitian ini, yaitu banyaknya jumlah kawasan kumuh yang berada di
Kecamatan Tigaraksa pada Tahun 2016 :
Tabel IV.3
Jumlah Kawasan Kumuh yang Berada di Kecamatan Tigaraksa Tahun 2016
No Desa / Kelurahan Kawasan
Jumlah
Rumah
Kumuh
Luas Tingkat
Kekumuhan
1 Desa Cisereh RW 01 58 0,42 Ha Kumuh Ringan
2 Desa Cisereh RW 04 68 0,49 Ha Kumuh Ringan
3 Kelurahan Kadu Agung RW 03 64 0,47 Ha Kumuh Ringan
4 Desa Marga Sari RW 01 61 0,44 Ha Kumuh Ringan
5 Desa Marga Sari RW 04 77 0,56 Ha Kumuh Ringan
6 Desa Marga Sari RW 05 62 0,45 Ha Kumuh Ringan
7 Desa Marga Sari RW 06 77 0,56 Ha Kumuh Ringan
8 Desa Mata Gara RW 03 85 0,62 Ha Kumuh Ringan
9 Desa Pematang RW 03 93 0,68 Ha Kumuh Ringan
10 Desa Pete RW 04 95 0,69 Ha Kumuh Ringan
11 Desa Sodong RW 01 106 0,77 Ha Kumuh Ringan
12 Desa Sodong RW 02 70 0,51 Ha Kumuh Ringan
13 Desa Tapos RW 01 116 0,84 Ha Kumuh Ringan
14 Desa Tapos RW 04 101 0,73 Ha Kumuh Ringan
15 Desa Tapos RW 05 91 0,66 Ha Kumuh Ringan
16 Desa Tapos RW 06 104 0,76 Ha Kumuh Ringan
17 Desa Cileles RW 02 121 0.88 Ha Kumuh Sedang
Jumlah 17 1449 10.53 Ha
Sumber : BPS Kabupaten Tangerang Tahun 2016
2. Keadaan Penduduk
Keadaan penduduk di Kecamatan Tigaraksa memiliki jumlah
penduduk laki-laki yang lebih banyak ketimbang jumlah penduduk
perempuannya.
67
Tabel IV.4
Jumlah Penduduk di Kecamatan Tigaraksa Berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun 2016
No Desa / Kelurahan Jenis Kelamin
Jumlah Laki – laki Perempuan
1 Cileles 3421 3187 6608
2 Bantar Panjang 3228 3149 6377
3 Tapos 3956 3708 7663
4 Sodong 4130 3850 7980
5 Tigaraksa 6209 5980 12189
6 Pete 11191 10626 21817
7 Tegalsari 2062 1894 3956
8 Cisereh 2822 2454 5276
9 Pematang 5708 5539 11247
10 Pasir Nangka 15671 15241 30912
11 Pasir Bolang 3336 3259 6595
12 Matagara 5684 5422 11106
13 Kaduagung 3861 3675 7536
14 Margasari 7873 7762 15635
Jumlah 79151 75746 154897
Sumber : BPS Kabupaten Tangerang 2016
Kecamatan Tigaraksa memiliki jumlah penduduk sebanyak 154.897 jiwa
penduduk, dengan Desa Pasirnangka memiliki jumlah penduduk yang paling
tinggi dengan 30.912 jiwa penduduk. Dan Desa Tegalsari memiliki jumlah
penduduk yang paling sedikit dengan 3.956 jiwa penduduk. Menurut data BPS
Kabupaten Tangerang Tahun 2016 Kecamatan Tigaraksa menempati peringkat ke
8 dalam jumlah penduduk terbanyak di Kabupaten Tangerang.
Banyaknya jumlah penduduk yang berada di setiap desa, akan
mempengaruhi tingkat kepadatan penduduk di setiap desanya. Desa yang
memiliki jumlah penduduk yang banyak belum tentu memiliki tingkat kepadatan
penduduk yang tinggi. Dan untuk desa yang memiliki jumlah penduduk yang
sedikit, belum tentu memiliki tingkat kepadatan penduduk yang rendah. Karena
luas wilayah akan menentukan tingkat kepadatan penduduk di setiap daerah.
68
Tabel IV.5
Tingkat Kepadatan Penduduk di Kecamatan Tigaraksa Tahun 2016
No Desa / Kelurahan Jumlah
Penduduk
Luas Wilayah
(Km2)
Kepadatan
Penduduk
1 Cileles 6608 5,783 1142,65
2 Bantar Panjang 6377 3,552 1795,32
3 Tapos 7663 4,100 1869,02
4 Sodong 7980 4,340 1838,70
5 Tigaraksa 12189 3,110 3919,29
6 Pete 21817 2,680 8140,67
7 Tegalsari 3956 2,840 1392,95
8 Cisereh 5276 4,043 1304,97
9 Pematang 11247 3,560 3159,27
10 Pasir Nangka 30912 3,920 7885,71
11 Pasir Bolang 6595 3,900 1691,02
12 Matagara 11106 3,180 3492,45
13 Kaduagung 7536 4,290 1756,64
14 Margasari 15635 3,500 4467,14
Jumlah 154897 52,798 2933,76
Sumber : BPS Kabupaten Tangerang 2016
Desa Pete memiliki tingkat kepadatan penduduk yang paling tinggi
diantara desa lainnya di Kecamatan Tigaraksa dengan 8140,67 Penduduk/Km2.
Sedangkan Desa Cileles adalah desa yang memiliki tingkat kepadatan penduduk
paling rendah dengan 1142,65 Penduduk/Km2. Kecamatan Tigaraksa sendiri
memiliki tingkat kepadatan penduduk 2933,76 Penduduk/Km2 dan menempati
peringkat ke 14 dalam tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Tangerang.
69
4.2 Tinjauan Umum Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Kabupaten Tangerang
4.2.1 Profil Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Kabupaten Tangerang
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang atau
yang sering disingkat BAPPEDA, adalah badan yang berperan sebagai pusat
koordinasi untuk segala perencanaan dan pembangunan daerah yang ada di
Kabupaten Tangerang dan terintegrasi dengan seluruh dinas ataupun UPD yang
ada di Kabupaten Tangerang.
VISI
Mewujudkan Institusi Perencanaan yang Profesional
Adapun Pemahaman institusi perencanaan yang profesional yakni:
1. Mampu dalam menyelenggarakan perencanaan pembangunan
daerah berbasis regulasi dan kebutuhan wilayah.
2. Mampu dalam mensinergikan perencanaan pembangunan daerah
dengan stakeholders.
3. Mampu dalam menindaklanjuti hasil evaluasi pengendalian
pembangunan daerah.
4. Mampu dalam menyediakan SDA yang berkompeten dalam
bidang perencanaan dan pengendalian pembangunan daerah
MISI
1. Memantapkan Penyelenggaraan Sistem Perencanaan Pembangunan
Daerah.
2. Mengembangkan Sistem Pengelolaan Data dan Pengendalian
Perencanaan Pembangunan Daerah
3. Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan dan Profesionalisme
Sumber Daya Manusia.
70
TUJUAN
1. Mewujudkan Perencanaan Pembangunan yang Berkualitas dan
Akuntabel
2. Meningkatkan Efektifitas Pengendalian Program dan Pelaporan
Pembangunan
3. Mewujudkan Tata Kelola Perencanaan Pembangunan yang Efektif
dan Efisien.
4.2.2 Struktur Organisasi Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah Kabupaten Tangerang
Gambar IV.1
Struktur Organisasi Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Kabupaten Tangerang
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Tangerang 2017
71
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang
dipimpin oleh seorang Kepala Badan, yang berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Tangerang terdiri dari :
1. Kepala Badan;
2. Sekretariat :
1. Sub Bagian Perencanaan;
2. Sub Bagian Umum dan kepegawaian;
3. Sub Bagian Keuangan;
3. Bidang Perencanaan Sosial Budaya dan Pemerintahan :
1. Sub Bidang Pendidikan, Kebudayaan dan Kepemudaan;
2. Sub Bidang Kesehatan dan Pemberdayaan Keluarga
3. Sub Bidang Lembaga Penunjang Pemerintahan
4. Bidang Perencanaan Prasarana Wilayah :
1. Sub Bidang Lingkungan Hidup Perumahan dan Permukiman;
2. Sub Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang;
3. Sub Bidang Pengembangan Wilayah
5. Bidang Perencanaan Ekonomi Daerah :
1. Sub Bidang Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Masyarakat;
2. Sub Bidang Investasi dan Usaha Daerah;
3. Sub Bidang Tugas Pembantuan dan Kerja Sama
6. Bidang Penelitian dan Pengembangan:
7. Sub Bidang Litbang Sosial Budaya dan Pemerintahan;
8. Sub Bidang Litbang Ekonomi dan Prasarana Wilayah;
9. Bidang Penyusunan Pengendalian dan Pelaporan :
10. Sub Bidang Pengendalian Evaluasi dan Pelaporan Program Pembangunan;
11. Sub Bidang Pengolahan Data dan Informasi Pembangunan
12. Sub Bidang Penyusunan Program Pembangunan;
13. Kelompok Jabatan Fungsional;
72
4.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi di Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang
Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2014, tentang
Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tangerang ditetapkan sebagai salah
satu Badan Daerah di Kabupaten Tangerang.
Operasionalisasi pelaksanaan dari tugas pokok dan wewenang Bappeda
tersebut secara teknis diatur dalam peraturan Bupati Tangerang Nomor 15 Tahun
2014 tentang Rincian Tugas pokok, Fungsi, rincian tugas dan Tata Kerja Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang. Mengacu kepada
Peraturan Bupati tersebut, Bappeda Kabupaten Tangerang mempunyai Tugas
Pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang
perencanaan pembangunan daerah.
Untuk melaksanakan Tugas Pokok sebagaimana dimaksud di atas, badan
mempunyai fungsi :
1. Perumusan bahan kebijakan teknis di bidang perencanaan pembangunan
daerah;
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
perencanaan pembangunan daerah;
3. Pembinaan dan Koordinasi dengan instansi/lembaga lain terkait di bidang
perencanaan pembangunan daerah;
4. Pengawasan dan pengendalian di bidang perencanaan pembangunan
daerah;
73
5. Pelaksana pengkajian dan evaluasi serta pelaporan di bidang perencanaan
pembangunan daerah;
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya;
4.3 Deskripsi Informan Penelitian
Disini peneliti menggunakan 9 orang informan dalam penelitian ini, dan
diantaranya adalah :
Tabel IV.6
Deskripsi Informan Penelitian
No Kode
Informan Nama Jabatan
1 I1.1 Pak Erwin Mawandy
ST, M.Si
Kepala Bidang Perencanaan
Prasarana Wilayah dan Ketua
Tim Teknis Program GEBRAK
PAKUMIS.
2 I1.2 Pak Chamdani, SE,
MM
Ketua Tim Fasilitator Program
GEBRAK PAKUMIS
3 I1.3 Pak Mad Yunus Kepala Unit Pengelola Kegiatan
Kecamatan Tigaraksa
4 I2.1 Pak Adis Darori Ketua Kelompok Penerima
Manfaat Desa Sodong
5 I2.2 Pak Oyo Ketua Kelompok Penerima
Manfaat Desa Pematang
6 I2.3 Pak Udin Ketua Kelompok Penerima
Manfaat Desa Margasari
7 I3.1 Pak Dadang Warga Penerima Manfaat Desa
Sodong
8 I3.2 Pak Tami Warga Penerima Manfaat Desa
Pematang
9 I3.3 Bu Surtiah Warga Penerima Manfaat Desa
Margasari
Sumber : Peneliti 2017
74
4.4 Implementasi Kebijakan Program Gerakan Bersama Rakyat Atasi
Kawasan Padat, Kumuh dan Miskin dalam Pembangunan Daerah di
Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang.
4.4.1 Proses Implementasi Kebijakan Program Gerakan Bersama
Rakyat Atasi Kawasan Padat, Kumuh dan Miskin dalam
Pembangunan Daerah di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten
Tangerang
Proses implementasi merupakan tahapan yang paling penting dalam suatu
proses kebijakan, karena itulah implementasi merupakan hal yang paling sulit
dalam proses kebijakan publik. Implementasi mencakup banyak kegiatan yang
dilakukan oleh aparat pelaksana untuk dapat membuat program yang sudah
direncanakan itu berjalan. Demikian pula dalam pelaksanaan implementasi
kebijakan Program Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat, Kumuh dan
Miskin di Kabupaten Tangerang.
Program GEBRAK PAKUMIS sudah berjalan dari tahun 2012 sampai saat
ini, proses implementasi kebijakan Program GEBRAK PAKUMIS selalu bisa
dirasakan oleh masyarakat, walaupun ada beberapa kendala dalam segi teknis
ataupun non teknisnya yang masih harus dilakukan suatu perbaikan agar
kedepannya Program GEBRAK PAKUMIS menjadi program yang sangat baik
dan bisa diunggulkan.
75
4.4.2 Aspek-aspek yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan
Program Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat,
Kumuh dan Miskin dalam Pembangunan Daerah Kabupaten
Tangerang di Kecamatan Tigaraksa
1. Ukuran-Ukuran dasar dan tujuan kebijakan
Program implementasi kebijakan Program GEBRAK PAKUMIS di
Kabupaten Tangerang ini berawal dari amanat UU nomor 1 TAHUN 2011 tentang
Perumahan dan Permukiman yang bertujuan untuk bisa merevitalisasi Perumahan
yang tidak layak huni dan Pemukiman yang padat dan kumuh yang ada di
Indonesia. Dan sesuai mandat dalam UU tersebut dalam merevitalisasi
Perumahan yang tidak layak huni dan Pemukiman padat dan kumuh menjadi
kewajiban kepada Pemerintah Daerah di wilayahnya masing-masing. Seperti yang
diungkapkan oleh I1.2 bahwa:
“ Dalam menjalankan Program GEBRAK PAKUMIS ini kita dilandasi oleh
UU nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Pemukiman. Pemerintah
pusat menjelaskan dalam UU tersebut bahwa Perumahan dan Pemukiman
yang berada di wilayah administrasi Pemerintah Daerah yang ada di
Indonesia itu menjadi tanggung jawab untuk Pemerintah Daerah itu sendiri. “
(Wawancara dilakukan pada Tanggal 9 November 2017 Pukul 19.30 WIB)
Untuk menyikapi adanya mandat dari UU nomor 1 tahun 2011 tentang
Perumahan dan Pemukiman, Pemerintah Kabupaten Tangerang membuat sebuah
program yang bertujuan untuk mengurangi angka kemiskinan dengan cara
melakukan revitalisasi terhadap kawasan- kawasan kumuh dan padat dan rumah-
rumah yang tidak layak huni yang berada di Kabupaten Tangerang, yaitu Program
Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat, Kumuh dan Miskin atau yang
sering disingkat dengan GEBRAK PAKUMIS.
76
Pemerintah Kabupaten Tangerang mengeluarkan Peraturan Bupati nomor 21
tahun 2011 tentang Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat, Kumuh dan
Miskin, diharapkan dengan adanya Peraturan Bupati tersebut Program GEBRAK
PAKUMIS dapat berjalan sesuai dengan aturan dan standar yang telah ditetapkan.
Pada tahun 2014, Pemerintah Kabupaten Tangerang melakukan pembaharuan
terhadap Peraturan Bupati Tangerang nomor 21 tahun 2011 menjadi Peraturan
Bupati Tangerang nomor 59 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program
Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat, Kumuh dan Miskin. Hal tersebut
senada dengan yang diungkapkan oleh I1.1 bahwa :
“ Pemerintah Pusat mengeluarkan UU nomor 1 tahun 2011 tentang
Perumahan dan Permukiman, yang harus ditingkatkan di tingkat daerah
karena urusan perumahan dan pemukiman itu menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah. Dalam Program GEBRAK PAKUMIS, Pemerintah
Kabupaten Tangerang mengeluarkan Peraturan Bupati Tangerang yang
sampai saat ini masih digunakan yaitu nomor 59 tahun 2014 tentang Pedoman
Pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS.” (Wawancara dilakukan pada
tanggal 8 November 2017 pada pukul 15.10 WIB)
Program GEBRAK PAKUMIS sudah berjalan dari tahun 2012 dan masih
berlanjut sampai sekarang, dalam waktu 5 tahun Program GEBRAK PAKUMIS
sudah menciptakan kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang telah lama hilang di
masyarakat, karena ini merupakan salah satu tujuan dari kebijakan Program
GEBRAK PAKUMIS ini, seperti yang diungkapan oleh I1.3 bahwa :
“ Program GEBRAK PAKUMIS ini adalah program bedah rumah yang
sangat melibatkan masyarakat sesuai dengan judulnya GEBRAK kan
gerakan bersama rakyat. Kita berharap adanya program ini dapat
menciptakan nuansa gotong royong yang telah lama hilang di masyarakat,
baik yang menerima atau tidak menerima bantuan harus saling membantu
warga di lingkungannya sendiri, sehingga nantinya kita bisa ciptakan
adanya keseimbangan sosial.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 13
November 2017 pukul 14.10 WIB)
77
Di pihak masyarakat juga merasakan adanya program dari pemerintah
daerah yang bisa dirasakan secara nyata oleh masyarakat manfaatnya.
Menciptakan kembali kebiasaan tolong menolong di lingkungan masyarakat, hal
tersebut senada seperti yang diungkapkan oleh I2.3 bahwa :
“ Program GEBRAK PAKUMIS sudah cukup membantu masyarakat
dalam membangun rumah rumah yang tidak layak huni disini bahkan
banyak masyarakat yang masih menunggu adanya program ini lagi ke
lingkungan kita lagi pak. Ya saya rasa sih program ini sudah bisa
dirasakan oleh masyarakat manfaatnya dan sudah cukup membantu lah
pak.” ( Wawancara dilakukan pada tanggal 25 November 2017 pukul
10.00 WIB)
Sementara pihak masyarakat masih ada yang merasakan kurangnya
pemahaman dari tujuan kebijakan Program GEBRAK PAKUMIS ini, hal tersebut
diungkapkan oleh I3.3 bahwa :
“ Ya awalnya saya cuman tahu nya bersih saja lah pak, adanya program
bedah rumah ini dibangun gitu rumahnya semuanya. Ternyata ya memang
kalau ada yang kurang ya kita nambah nambahin sendiri pak dari dana
sendiri, ya saya juga flapond ga dapet ini pak. Kirain saya mah bener-
bener direnovasi semuanya gitu pak.” (Wawancara dilakukan pada tanggal
25 November 2017 pukul 11.15 WIB)
Disini peran pihak implementor dianggap masih kurang dalam
memberikan pemahaman terkait maksud dan tujuan diadakannya Program
GEBRAK PAKUMIS kepada salah satu warga, bahwa Program GEBRAK
PAKUMIS ini mempunyai tujuan untuk memberikan stimulus semata, dan
berusaha untuk meningkatkan kualitas hunian yang menjadi layak huni, peran
masyarakat tetap dibutuhkan dalam keberhasilan Program GEBRAK PAKUMIS.
Sebenarnya pemaparan terkait tujuan kebijakan sudah bisa dirasakan oleh
masyarakat, tapi masyarakat berharap tujuan kebijakan Program GEBRAk
78
PAKUMIS tidak hanya sekedar untuk stimulus semata. Seperti yang diungkapkan
oleh I3.1 bahwa :
“ Ya kita tahu bahwa Program GEBRAK PAKUMIS ini untuk merenovasi
rumah seadanya, yang penting kita tidak kebocoran dan lantai tidak tanah.
Ya terkait kalau ada yang kurang ya kita memang harus nambahin sendiri
pak. Ya saya harap ya kedepannya bisa sampai di keramik pak, terus juga
pakai genteng, ya bisa lebih kaya rumah seutuhnya gitu pak.” (
Wawancara dilakukan pada tanggal 15 November 2017 pukul 11.30 WIB.)
Maksud dan tujuan Program GEBRAK PAKUMIS sudah bisa dirasakan
oleh sebagian masyarakat di setiap kawasannya, bagi masyarakat yang belum bisa
memahami maksud dan tujuan Program GEBRAK PAKUMIS pihak KPM yang
seharusnya bisa memberikan pemahaman yang jelas kepada setiap warganya,
karena pihak KPM yang berkoordinasi secara langsung kepada masyarakat. Tapi
masyarakat tetap mengharapkan kedepannya Program GEBRAK PAKUMIS
dapat membangun mereka seutuhnya.
Dalam menentukan kriteria calon penerima manfaat juga pihak BAPPEDA
sudah menentukannya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Seperti yang
diungkapkan oleh I1.1 bahwa :
“ Ya kita menjalankan Program GEBRAK PAKUMIS selalu dengan
aturan dan standar yang telah ditetapkan. Dalam hal menentukan
kelompok sasaran juga saya rasa sudah tepat dan sesuai dengan aturan
yang telah ditetapkan. Kalau masih ada warga yang belum dapet bantuan
Program GEBRAK PAKUMIS, ya harap untuk menghubungi lagi pihak
KPM di daerahnya masing-masing saja, karena kita akan melakukan
verifikasi dan validasi data sesuai dengan proposal yang diserahkan oleh
pihak KPM nantinya.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 8 November
2017 pukul 15.10 WIB)
Standar dan aturan yang telah ditetapkan dalam menentukan kriteria calon
penerima manfaat dalam Program GEBRAK PAKUMIS sudah tertuang dalam
79
Peraturan Bupati Tangerang nomor 59 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan
Program GEBRAK PAKUMIS.
Sementara di pihak masyarakat ada yang mengeluhkan terkait siapa yang
lebih diutamakan dalam menerima bantuan ini, seperti yang diungkapkan oleh I3.2
bahwa :
“ Saya rasa sih masih banyak warga yang rumahnya sudah sangat tidak
layak huni seperti saya, tapi belum menerima bantuan. Ya walaupun saya
sudah dapet, tapi yang rumahnya kondisinya ya bisa dibilang sedikit lebih
baik dari saya, malah diduluin gitu padahal masih banyak rumah yang
kualitasnya masih dibawah saya tapi mereka belum menerima bantuan.
Soalnya KPM juga ikut nentuin sih pak siapa yang dapat duluan pak.” (
Wawancara dilakukan pada tanggal 18 November 2017 pukul 11.30 WIB.)
Terkait siapa yang lebih diutamakan dalam Program GEBRAK
PAKUMIS, itu merupakan keputusan dari KPM di daerahnya masing-masing
seperti yang diungkapkan oleh I3.3 bahwa :
“ KPM nya kadang suka tidak adil pak, kemarin saja pak ada 2 rumah
warga yang sudah sangat tidak layak huni, tapi tidak menerima program
bantuan ini. Malah orang lain yang rumahnya sedikit baik lah pak yang
malah didahuluin. Ya katanya sih masih saudara pak yang dapetnya jadi
didahuluin gitu pak. Ya tapi saya mah alhamdulilah dapet pak.” (
Wawancara dilakukan pada tanggal 25 November 2017 pukul 11.15 WIB.)
Dalam menetapkan kriteria calon penerima manfaat ini memang sudah
jelas tertuang dalam Peraturan Bupati Tangerang nomor 59 tahun 2014 tentang
pedoman pelaksanaan kegiatan Program GEBRAK PAKUMIS. Tapi dalam
menerapkan kirteria calon penerima manfaat, pihak KPM yang memiliki tugas
untuk menentukan rumah-rumah mana saja yang harus direnovasi di masing-
masing kawasannya, kemudian rumah-rumah yang sudah ditetapkan mengajukan
persyaratannya untuk diserahkan kepada pihak UPK dan BAPPEDA. Kemudian
80
Pihak BAPPEDA akan melakukan validasi dan verifikasi untuk setiap
persayaratannya. Disini masih banyak warga yang masih merasa belum puas
dalam penetapan calon penerima manfaat karena masih banyak warga yang
rumahnya tidak layak huni, tapi masih belum mendapatkan bantuan Program
GEBRAK PAKUMIS.
GAMBAR IV.2
Rumah warga yang sudah mendapat bantuan dan yang belum mendapatkan
bantuan Program GEBRAK PAKUMIS
Sumber : Peneliti 2017
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, masih ada rumah warga
yang belum menerima Program GEBRAK PAKUMIS di tahun 2016, walaupun di
sebelah rumah warga tersebut sudah dapat menerima bantuan Program GEBRAK
PAKUMIS. disini peneliti menemukan kejadiannya di Desa Margasari bahwa ada
rumah warga yang masih bersebelahan posisinya tapi yang anehnya ada satu
rumah warga yang sudah mendapat bantuan Program GEBRAK PAKUMIS dan
yang disebelahnya belum menerima bantuan Program GEBRAK PAKUMIS.
Setelah peneliti melakukan observasi di lapangan ternyata kedua warga tersebut
81
sudah mengumpulkan seluruh persyaratan yang ada kepada Pihak KPM, tapi
warga yang belum menerima Program GEBRAK PAKUMIS dikarenakan berkas
yang dia kumpulkan tidak sampai ke Pihak BAPPEDA, jadinya Pihak BAPPEDA
belum bisa memberikan bantuan kepada warga tersebut yang rumahnya masih
terbuat dari bilik bambu.
Dalam perjalanannya Program GEBRAK PAKUMIS ini tingkat
keberhasilannya sangat bergantung dari masyarakat itu sendiri, seperti yang
diungkapkan oleh I1.2 bahwa :
“ Ya kalo yang menjadi kendala dalam Program GEBRAK PAKUMIS ya
belum ada sih pak, semuanya berjalan baik-baik saja. Tapi yang
menentukan tingkat keberhasilannya ya masyarakat itu sendiri pak.
Bagaimana respon masyarakat terhadap program ini, ya kalo responnya
baik ya hasilnya akan baik juga.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 9
November 2017 pukul 19.30 WIB.)
Hal ini senada seperti yang diungkapkan oleh I1.3 bahwa :
“ Program GEBRAK PAKUMIS ini sudah berjalan cukup baik, belum ada
yang menjadi masalah yang cukup berarti, ya tinggal bagaimana
masyarakatnya aja sih pak. Ya kalo masyarakatnya dapat menciptakan
budaya gotong royong lagi itu akan sangat membantu kita, seperti
masyarakat yang belum menerima bantuan ya dibantu-bantu lah
tetangganya yang lagi menerima bantuan. Ya karena program ini memang
dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat.” (Wawancara
dilakukan pada tanggal 13 November 2017 pukul 14.10 WIB.)
Dari sisi Ukuran-ukuran dasar kebijakan dan tujuan kebijakan, Program
GEBRAK PAKUMIS sudah memiliki dasar peraturan yang jelas, baik dari tingkat
pusat sampai ke tingkat daerah. Tujuan kebijakannya juga sudah jelas bahwa
program ini hanya untuk stimulus semata, dan selebihnya menjadi urusan
masyarakat di wilayahnya masing-masing. Karena faktor-faktor yang menentukan
berhasil atau tidaknya program ini di sebuah kawasan adalah masyarakat itu
82
sendiri. Karena program ini memang di desain dari masyarakat, oleh masyarakat
dan untuk masyarakat.
Dalam menentukan warga yang dapat menerima bantuan Program
GEBRAK PAKUMIS masih belum optimal, awalnya pihak BAPPEDA sudah
menentukan kawasan-kawasan mana saja yang dapat menerima Program
GEBRAK PAKUMIS sesuai dengan aturan dan standar yang telah ditetapkan.
Tapi banyak masyarakat yang mengeluhkan kinerja KPM di daerahnya masing
masing yang masih pilih kasih dalam menentukan rumah mana saja yang dapat
menerima bantuan terlebih dahulu. Masyarakat masih mengeluhkan kinerja KPM
yang kerap mendahulukan kepentingan pribadinya dibandingkan fakta di
lapangannya.
2. Sumberdaya
Sumber Daya merupakan salah satu indikator dalam menentukan
keberhasilan kebijakan ataupun sebuah program, baik sumber daya manusia,
sumber daya financial dan juga sumber daya fasilitas. Ketiga aspek tersebut
sangat berpengaruh dalam keberhasilan suatu kebijakan yang sedang
diimplementasikan. Program GEBRAK PAKUMIS memiliki Sumber Daya
Manusia yang sudah cukup ideal, seperti yang diungkapkan oleh I1.1 bahwa :
“ Saya rasa SDM nya sudah cukup ideal, karena sudah ada Tim Teknis dan
Tim Fasilitasi yang berasal dari masyarakat juga, dan didampingi juga oleh
pihak UPK. Ya sudah cukup ideal lah. Ya kalau untuk menilai kemampuan
seseorang ya eko liat kelapangan saja, tanyakan ke warga apakah SDM
nya sudah cukup mumpuni atau belum menangani program ini, saya rasa
sih sudah cukup mumpuni.” ( Wawancara dilakukan pada tanggal 8
November 2017 pukul 15.10 WIB.)
83
Namun, I1.2 memiliki pandangan yang berbeda terkait kualitas dan jumlah
SDM, seperti yang diungkapkan oleh beliau, bahwa :
” Kalo bicara SDM tidak ada yang bisa disebut berkualitas, yang penting
mereka harus tetap mau belajar dan harus ada juga yang memberikan
sebuah pembelajaran yang baik juga. Kita harus selalu bisa melakukan
pemberdayaan kepada setiap orang yang tadinya tidak tau, menjadi tau dan
bisa. Kalau untuk terkait jumlahnya, kita untuk SDM nya ada sekitar 15-20
terdiri dari Tim Teknis, Tim Fasilitasi, UPK, KPM dan beberapa penerima
bantuan. Tapi untuk di pihak UPK saya harap ada penambahan pegawai,
karena jumlahnya masih sangat sedikit disana. Biar lebih efektif untuk
pengerjaan di setiap desanya.” ( Wawancara dilakukan pada tanggal 9
November 2017 pukul 19.30 WIB.)
SDM yang berada di dalam Program GEBRAK PAKUMIS ini sudah
cukup mumpuni baik dalam hal kualitas namun dalam masalah jumlah alangkah
baiknya ditambah lagi, seperti yang diungkapkan oleh I1.3 bahwa :
“Insha Allah SDM nya sudah sangat berkualitas, dari tingkat kabupaten
sampai pihak UPK dan KPM sudah cukup dan sudah bisa membantu
masyarakat. Yang penting kita bisa jaga amanat dari pemda untuk bertugas
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Kalau terkait jumlah si masih
kurang saya rasa harusnya ditambah lagi, apalagi terkait jumlah SDM yang
berada di Pihak UPK, karena pihak UPK ini kan tidak hanya mengurusi
Program GEBRAK PAKUMIS saja.” ( Wawancara dilakukan pada
tanggal 13 November 2017 pukul 14.10 WIB.)
Memang jumlah SDM juga menjadi perhatian dari kelompok kalangan
masayarakat yang menerima bantuan, Seperti yang diungkapkan oleh I2.2 bahwa :
“ Ya kalo terkait SDM nya sih saya rasa jumlah SDM nya yang harus
ditambah lagi, saya juga berkoordinasi dengan pak amin saja pak, yang
dimana pak amin juga harus mengurusi 3 desa di Kecamatan Tigaraksa,
bukan hanya di desa saya saja pak. Ya kalau bisa setiap satu desa ada satu
orang gitu lah yang pak mengurusi, biar lebih efektif saja pak.” (
Wawancara dilakukan pada tanggal 18 November 2017 pukul 10.00
WIB.)
Namun I3.1 memiliki pandangannya tersendiri atas jumlah SDM yang
tersedia dalam Program GEBRAK PAKUMIS ini, bahwa :
84
“ Ya sebagai warga sih ya kalau jumlah SDM nya saya rasa masih butuh
tambahan jumlahnya lah pak, ya namanya kan ini juga bangun rumah ya
harus lebih banyak tenaga nya pak, ya terlebih dari tukangnya agar
ditambah lagi, kan setiap warga beda-beda yah pak ada yang mau bantu
ada juga yang diem saja. Ya kalau tukang nya bisa lebih banyak kan bisa
lebih cepat pak.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 15 November 2017
pukul 11.30 WIB.)
Gambar IV.3
Warga saling bergotong royong dalam merevitalisasi rumah warga yang
menerima Program GEBRAK PAKUMIS
Sumber : Peneliti 2017
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, disini peneliti melihat
para warga yang sedang bergotong royong dalam merevitalisasi rumah warga
yang mendapat bantuan Program GEBRAK PAKUMIS. Warga yang menerima
program bantuan Program GEBRAK PAKUMIS dirumah tersebut itu adalah
seorang perempuan tua yang harus mendapatkan bantuan dari tetangganya.
Karena memang tujuan diadakannya Program GEBRAK PAKUMIS adalah untuk
dapat menciptakan kembali nuansa gotong royong yang telah lama hilang, karena
85
tingkat keberhasilan dari Program GEBRAK PAKUMIS itu berada di masyarakat.
Masyarakat harus ikut berpartisipasi dalam setiap pembangunan rumah tidak
layak huni yang berada di setiap lingkungannya, agar pembangunan yang
dilakukan bisa lebih cepat dan efektif.
Dalam Program GEBRAK PAKUMIS ini juga tidak hanya Sumber Daya
Manusia saja yang berperan dalam program ini, ada Sumber Daya Anggaran yang
juga sangat berperan di dalam program ini. Namun semua elemen pihak merasa
bahwa dana yang disediakan dalam program ini masih dirasa sangat kecil dan
belum cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam membangun atau meningkatkan
sebuah rumah yang layak huni. Seperti yang diungkapkan oleh I1.1 bahwa :
“ Program GEBRAK PAKUMIS ini sumber pendanaanya hanya berasal
dari APBD saja, karena sudah sesuai dengan perbup yang berlaku. Terkait
jumlah dana nya saya rasa masih sangat kurang, kita hanya dianggarkan 13
juta untuk membangun satu unit rumah, saya rasa masih sangat kurang.
Jika dibandingkan dengan daerah lain, Program GEBRAK PAKUMIS
nilai nominalnya masih dibawah dibandingkan dengan program serupa.”
(Wawancara dilakukan pada tanggal 8 November 2017 pukul 15.10 WIB.)
Dana yang disediakan pemerintah Kabupaten Tangerang dalam Program
GEBRAK PAKUMIS pada tahun 2016 yaitu 13 juta rupiah yang diperuntukkan
untuk meningkatkan kualitas rumah tidak layak huni sesuai dengan Peraturan
Bupati Nomor 59 Tahun 2014 tentang pedoman pelaksanaan Program GEBRAK
PAKUMIS yang meliputi :
1. Bagian atap dari atap rumbia/bahan lain menjadi atap asbes atau
genteng;
2. Bagian lantai dari lantai tanah menjadi lantai semen atau keramik;
86
3. Bagian dinding dari bilik/kayu menjadi dinding batako, GRC atau
batu bata; dan
4. Pembangunan sarana sanitasi rumah tangga (jamban keluarga).
Dibandingkan dengan program yang serupa yang berada di daerah lain,
Program GEBRAK PAKUMIS nilai anggarannya masih dibawah, menurut Sri
Puji Astuti (2015) program bedah rumah di Kota Bandar Lampung pada tahun
2015 anggaran yang disediakan RP. 15.000.000 per satu unit rumahnya sedangkan
menurut Siti Hawiyah (2016) di Kota Batam dalam pekerjaan rumah tidak layak
huni bantuan anggaran yang disediakan sebesar RP. 20.000.000,- setiap rumah.
Hal tersebut senada seperti yang diungkapkan oleh I1.2 dan beliau
memberikan pendapat yang agak sedikit “menyentil” para pejabat, bahwa :
“ Kalau anggaran saya bilang masih sangat kurang, karena per 1 unit
rumahnya hanya 13 juta. Karena untuk tahun 2016 kita dianggarkan oleh
Pemerintah Kabupaten Tangerang sekitar 14 milyar dan kita harus
membangun 1000 rumah lebih di Tahun 2016, jadi ya saya rasa masih
kurang untuk terkait dananya. Karena menurut pemerintah pusat melalui
program BSPS, dana yang harus dianggarkan per 1 unit rumahnya adalah
15 juta rupiah. Bayangin saja kalau duit 11 juta bagi para pejabat mah ya
cukup untuk garasinya saja. Tapi kan kalau kita buatkan 1 unit rumah
untuk masyarakat tidak mampu ya pasti banyak manfaatnya.” (Wawancara
dilakukan pada tanggal 9 November pukul 19.30 WIB.)
Pada tahun 2016 Pemerintah Kabupaten Tangerang menyediakan
anggaran untuk Program GEBRAK PAKUMIS senilai 14 milyar rupiah untuk
membangun 1076 rumah di tahun 2016 dan itu sudah termasuk biaya revilitalisasi
rumah tidak layak huni, ongkos tukang, biaya operasional dan pembuatan
septictank. Karena dana yang disediakan dalam Program GEBRAK PAKUMIS
ini merupakan dana hibah, jadi tidak ada potongan pajak sama sekali.
87
Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat mengalokasikan anggaran untuk sebuah program bedah rumah yang
berada di setiap daerah yaitu RP. 15.000.000 per satu unit rumah pada tahun 2016,
dan dana tersebut digunakan untuk peningkatan kualitas sebuah rumah-rumah
yang tidak layak huni yang berada di setiap daerah.
Menurut I1.3 juga memberikan pendapat yang sama dalam menyikapi
anggaran dana yang disediakan dalam Program GEBRAK PAKUMIS, bahwa :
“ Kalau masalah anggaran masih sangat jauh untuk dibilang cukup.
Karena untuk 1 unit rumah hanya dengan anggaran 13 juta saja. Dan kita
juga harus bisa membangun rumah, atap dan juga septic tank.”
(Wawancara dilakukan pada tanggal 13 November 2017 pukul 14.10
WIB.)
Sementara warga sudah cukup merasa terbantu dengan adanya Program
GEBRAK PAKUMIS tapi beberapa warga mengungkapkan bahwa materialnya
semoga bisa ditambah lagi kedepannya, seperti yang diungkapkan oleh I2.3 bahwa:
“ Ya kalau saya Alhamdulillah sih pak masih ada tabungan sedikit lah yah
pak untuk nambah-nambah kekurangan dari bahan materialnya. Seperti
plafond dan ya paling nambah batakonya sedikit pak. Ya tapi saya rasa sih
sudah cukup.” ( Wawancara dilakukan pada tanggal 25 November 2017
pukul 10.00 WIB.)
Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh I3.3 tapi tetap
beliau menginginkan tetap ada tambahan untuk kedepannya, bahwa :
“ Saya juga rasa sudah cukup membantu lah pak, yang penting sekarang
saya bisa tidur nyaman saja pak. Ya walaupun dapur saya tidak ikut
dibangun dapur saya masih daun juga atapnya. Ya saya juga nambah
nambahin kayu-kayu sedikit lah pak. Ya saya harap sih kedepannya bisa
dibangun semua gitu pak, ya bisa dikeramik juga lah pak.” (Wawancara
dilakukan pada tanggal 25 November 2017 pukul 11.45 WIB.)
88
Menurut I3.1 yang berada di lingkungan Desa Sodong memberikan
pendapat yang berbeda, karena Desa Sodong sudah 2 kali mendapatkan bantuan
Program GEBRAK PAKUMIS ini, bahwa :
“ Alhamdulilah warga sini sudah cukup bisa merasakan Program
GEBRAK PAKUMIS ini pak. Ya kita sih udah bisa mensiasati kalau ada
kekurangannya pak. Kita dari awal pengajuan proposal warganya sudah
patungan terlebih dahulu sih pak, ya karena nantinya takut ada kekurangan
pak ya kita udah siap nambahin pak, dari uang patungan warga tersebut.
Soalnya di daerah sini masih sangat banyak pak rumah tidak layak huninya
pak. Jadinya kita saling membantu saja lah pak.” (Wawancara dilakukan
pada tanggal 15 November 2017 pukul 11.30 WIB.)
Karena masyarakat hanya menerima bahan-bahan material yang nantinya
digunakan dalam membangun rumahnya, tidak mengetahui jelasnya besaran
nominal yang disediakan dalam satu rumah. Karena memang masyarakat sudah
cukup berterimakasih sudah mendapatkan bantuan Program GEBRAK
PAKUMIS. Dalam pedomannya juga tidak tertera datanya dikarenakan pasti
setiap tahunnya jumlah anggaran yang disediakan pasti akan mengalami
perubahan, karena harga bahan-bahan materialnya pun juga akan berubah. Untuk
Tahun 2016 ini sudah ditetapkan untuk bantuan Program GEBRAK per 1 unit
rumah bantuannya senilai 13 juta rupiah.
89
Gambar IV.4
Bahan – bahan material yang disediakan dalam Program GEBRAK
PAKUMIS
Sumber : Peneliti 2017
Berdasarkan hasil obervasi yang peneliti lakukan di lapangan, terkait
memang bahan material yang diberikan tidak terlalu banyak dan terkesan
seadanya tapi memang sudah cukup untuk merevitalisasi rumah sebuah warga.
Bahan bantuan yang diberikan harus bisa membangun rumah dengan luas 5 x 6 m.
Dengan bahan-bahan material yang ada seperti pasir, semen, batako, besi rangka,
asbes dan lain-lain. Bahan-bahan yang ada masih dirasakan sangat kurang oleh
para warga, warga masih mengharapkan agar anggaran yang disediakan bisa lebih
besar lagi agar bahan material yang ada bisa lebih diperbanyak lagi.
Tapi tidak semua masyarakat terbantu sepenuhnya dengan adanya Program
GEBRAK PAKUMIS ini, Seperti yang diungkapkan oleh I3.2 bahwa :
90
“ Ya dibilang terbantu ya terbantu sih pak, tapi ya saya juga harus
nambahin yang kekurangannya itu, mana penghasilan saya juga kan cuman
sebagai petani saja pak, yang ga tentu hasilnya. Terus juga kan ngasih
tukangnya kopi atau makan juga pak, ya walaupun emang ga wajib ya
cuman saya tetep ga enak saja lah pak dia sudah kerja buat saya. Ya mau
ngerjain sendiri saya juga udah tua lah pak, yaudahlah pak yang penting
rumah saya sudah jadi dan saya bisa tidur enak aja gitu pak.” ( Wawancara
dilakukan pada tanggal 18 November 2017 pada pukul 11.30 WIB.)
Dari sisi aspek Sumber Daya Program GEBRAK PAKUMIS menuai
pendapat yang beragam di kalangan masyarakatnya. Pertama dari aspek Sumber
Daya Manusia, Program GEBRAK PAKUMIS sudah memiliki kualitas SDM
yang sudah cukup mempuni dan dapat menjalankan program ini sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan. Tapi terkait jumlahnya dinilai masih kurang untuk
menjalankan Program GEBRAK PAKUMIS terutama di pihak UPK harus ada
penambahan pegawai lagi, karena jumlah SDM yang berada di UPK masih sangat
sedikit dan harus menangani banyak program, bukan hanya Program GEBRAK
PAKUMIS saja.
Kedua dari aspek Sumber Daya Anggaran semua pihak merasa dana yang
dianggarkan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk Program GEBRAK
PAKUMIS dirasa masih kurang dan belum cukup untuk memenuhi proses
perbaikan rumah tidak layak huni. Pemerintah Kabupaten Tangerang Hanya
menganggarkan 13 juta untuk per 1 unit rumah dan itu dirasa masih sangat
kurang. Dana 13 juta per 1 rumah diperuntukan untuk mengganti atap dari rumbia
menjadi atap asbes atau genteng, mengganti lantai dari tanah menjadi semen atau
keramik, mengganti dinding bilik/kayu menjadi dinding batako, GRC / batu bata,
dan membangun sarana sanitasi rumah tangga (jamban keluarga).
91
3. Komunikasi Antar Organisasi dan Kegiatan Pelaksana
Dalam suatu proses implementasi kebijakan, aspek yang sangat penting
adalah Terjalinnya Komunikasi Antar Organisasi yang baik. Agar nantinya
progam tersebut bisa berjalan dengan baik juga bila antar organisasinya sudah
menciptakan komunikasi yang baik. Sebagai implementor juga harus memiliki
kegiatan yang terstruktur dan jelas agar nantinya mudah dipahami oleh semua
pihak dan elemen masyarakat. Program GEBRAK PAKUMIS sudah bisa
menciptakan komunikasi antar organisasi yang sudah baik, seperti yang
diungkapkan oleh I1.1 bahwa ;
“Saya rasa BAPPEDA sudah bisa mengkomunikasikan dengan baik untuk
Program GEBRAK PAKUMIS ini. Karena BAPPEDA sebagai
koordinator program ini, BAPPEDA juga harus bisa memfasilitasi semua
yang terjadi di lapangan dan mengevaluasi ketika program nya sudah
selesai. Namun yang menjadi masalah untuk kita, pasti warga
mengeluhkan lamanya proses birokrasi yang ada di kita, ya kita terima
saja, karena bayangkan setiap tahunnya BAPPEDA harus bisa merenovasi
1000 rumah lebih di Kabupaten Tangerang. Karena dinas yang terlibat
hanya BAPPEDA saja dalam Program GEBRAK PAKUMIS, jadi kita
harus bekerja dari tahap awal sampai tahap akhir, dan memastikan setiap
pihak yang terlibat sudah melakukan pekerjaanya sesuai dengan standard
an aturan yang telah ditetapkan.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 8
November 2017 pukul 15.10 WIB.)
Karena menurut survei yang dilakukan oleh pihak BAPPEDA pada tahun
2013 masih ada 81 ribu lebih rumah tidak layak huni yang berada di Kabupaten
Tangerang. Dengan adanya temuan tersebut, pihak BAPPEDA ditargetkan oleh
Pemerintah Kabupaten Tangerang harus bisa merenovasi 1000 lebih rumah tidak
layak huni yang berada di kawasan Kabupaten Tangerang setiap tahunnya.
92
Proses komunikasi dalam Program GEBRAK PAKUMIS ini sebenarnya
sudah baik, tapi I1.2 memiliki pandangan terkait lamanya proses birokrasi dalam
Program GEBRAK PAKUMIS, bahwa :
“ Saya jawab yang komunikasi dulu yah. Saya kira kita selaku pelaksana
sudah bisa mengkomunikasikan dengan baik lah. Karena lewat Program
GEBRAK PAKUMIS ini kita sudah dapat menerima beberapa
penghargaan dari pemerintah pusat. BAPPEDA sudah bisa
mengkomunikasikan dengan baik secara informasi, sosialisasi dan
anggaran terhadap Program GEBRAK PAKUMIS ini. Secara tupoksi juga
kita sudah betul. Tapi untuk lamanya proses birokrasi ya kita kan harus
setiap tahunnya bisa memperbaiki 1000 lebih rumah tidak layak huni di
Kabupaten Tangerang, ditambah lagi juga kita sendiri yang harus
memvalidasi dan memverifikasi seluruh data-data yang berkaitan dengan
Program GEBRAK PAKUMIS, kita juga harus mengevaluasi hasil
Program GEBRAK PAKUMIS untuk setiap tahun, dan harus
mempersiapkan lagi kawasan mana saja yang harus direnovasi. BAPPEDA
kan programnya juga banyak, ditambah lagi jumlah SDM dalam Program
GEBRAK PAKUMIS ini sangat terbatas ya itu lah yang menyebabkan
lamanya proses birokrasi di dalam Program GEBRAK PAKUMIS.” (
Wawancara dilakukan pada tanggal 9 November 2017 pukul 19.30 WIB. )
Pihak BAPPEDA beranggapan sudah mengkomunikasikan dengan baik
Program GEBRAK PAKUMIS kepada para kelompok penerima manfaat, namun
di kalangan masyarakat masih ada masyarakat yang belum mengetahui secara
jelas terkait proses implementasi dalam Program GEBRAK PAKUMIS, seperti
yang diungkapkan oleh I3.3 bahwa :
“ Ya saya hanya tahunya program ini kaya program bedah rumah pak,
terus ntar dikirim bahan-bahan materialnya, terus ntar ada tukangnya. Ya
taunya saya tinggal terima bersih gitu pak. Kalau jumlahnya saya kurang
tau, tapi bahan-bahan materialnya cukup lah pak untuk ngebenerin rumah
saya pak.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 25 November 2017 pukul
11.45 WIB.)
Komunikasi yang baik, akan menciptakan koordinasi yang terjalin secara
baik dalam Program GEBRAK PAKUMIS antar setiap pihak yang terlibat.
93
Dengan terjalinnya koordinasi yang baik masyarakat juga bisa lebih mudah untuk
memahami program ini, tapi memang lama nya proses birokrasi sulit untuk
dihindari seperti yang diungkapkan oleh I1.3 bahwa :
“ Saya yakin BAPPEDA juga sudah menjalin komunikasi yang baik,
sehingga dapat menciptakan koordinasi yang baik dan dapat bekerjasama
dengan baik juga dengan para instansi yang terkait program ini. Dan
semua pihak yang terlibat sudah memberikan pemahaman yang sangat
jelas di masyarakat terkait standar dan aturan yang berlaku dalam program
ini, paling masyarakat hanya mengeluhkan lamanya bantuan program itu
sampai ke rumah masyarakat itu sendiri, ya saya juga mau bagaimana lagi
kalau dari atasnya belum turun, ya saya juga belum bisa bekerja. Ditambah
lagi kan pihak UPK tidak hanya mengurusi Program GEBRAK
PAKUMIS.” ( Wawancara dilakukan pada tanggal 13 November 2017
pukul 14.10 WIB. )
Gambar IV.5
Pihak implementor mengkomunikasikan dengan warga terkait
Program GEBRAK PAKUMIS
Sumber : Peneliti 2016
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan dalam Program
GEBRAK PAKUMIS, para pihak implementor berkumpul dengan para warga
yang akan menerima bantuan Program GEBRAK PAKUMIS. Pihak implementor
94
harus bisa mengkomunikasikan dengan baik terkait adanya Program GEBRAK
PAKUMIS, agar Program ini bisa diterima dikalangan masyarakat dan
diharapkannya tidak terjadi kendala-kendala yang dapat menghambat jalannya
Program GEBRAK PAKUMIS. Tapi ketika progam ini dilaksanakan sayangnya
komunikasi yang terjalin belum sepenuhnya baik, karena masih banyak warga
yang mengeluhkan terkait kapan turunnya bantuan Program GEBRAK PAKUMIS
di lingkungannya.
Komunikasi yang terjalin dengan cukup baik dalam program ini, sudah
bisa dirasakan di tingkat masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh I2.2 bahwa:
“ Masyarakat sejauh ini sudah cukup mengerti terkait adanya bantuan
Program GEBRAK PAKUMIS ini, sudah cukup jelas juga untuk
prosesnya. Karena pihak UPK sering kesini juga mas untuk
mensosialisasikan Program GEBRAK PAKUMIS dan pihak BAPPEDA
juga sering kesini untuk mengontrol jalannya program ini mas. Saya rasa
sih masyarakat sudah cukup paham terkait adanya Program GEBRAK
PAKUMIS, paling yang masyarakat pertanyakan lama turunnya aja waktu
itu, kapan nih tidak turun-turun bantuannya gitu. Kalau di desa saya sih
pengajuan proposalnya bulan juni, pengerjaannya baru mulai awal bulan
Desember. Ya jadi memang cukup lama pak.” ( Wawancara dilakukan
pada tanggal 18 November 2017 pukul 10.00 WIB. )
Dalam peraturan Bupati Tangerang nomor 59 tahun 2014 tentang pedoman
pelaksaan Program GEBRAK PAKUMIS memang tidak ditentukan kapan waktu
pembangunannnya dilaksanakan, karena memang setiap kawasan yang menerima
bantuan Program GEBRAK PAKUMIS tidak dilakukan dalam waktu yang
bersamaan untuk pelaksanaan kegiatan fisik di setiap kawasannya. Program
GEBRAK PAKUMIS akan dilaksanakan tergantung kawasan mana yang sudah
siap secara persyaratan dan pendataanya yang nantinya akan dibangun terlebih
dahulu.
95
Pihak masyarakat sependapat bila komunikasi yang terjalin sudah cukup
baik antara pihak pelaksana dan kelompok sasaran, tapi masyrakat seringkali
mengeluhkan lamanya proses birokrasi yang ada di dalam Program GEBRAK
PAKUMIS, Seperti yang diungkapkan oleh I3.2 bahwa :
“ Ya kalau komunikasi dengan BAPPEDA sih sering pak kesini dari awal
sosialisasi program ini, pas pengerjaan rumah juga ada, sampai pas tahap
akhir juga ada pak. Ya paling kendalanya lamanya bantuannya turun pak,
warga juga banyak yang nanya kapan turunnya, karena kita tidak dikasih
tahu kapan turunnya, jadi ya saya sama warga lainnya belum siap-siap
untuk menyiapkan semuanya pak.” ( Wawancara dilakukan pada tanggal
18 November 2017 pukul 11.30 WIB.)
Menurut I3.1 memiliki pendapat yang senada, terkait komunikasi yang
terjalin dalam Program GEBRAK PAKUMIS, bahwa :
“ Ya seperti yang saya bilang di awal pak, komunikasi yang terjalin sudah
cukup baik antara masyarakat, UPK dan BAPPEDA, ya sudah sering
ketemu lah pak dalam program ini. Sudah sering ngobrol juga kalau ada
masalah gitu pak. Ya mungkin kendalanya lamanya bahan-bahan
materialnya turun pak, ya saya juga sempet nanya di desa lain ya tapi sama
saja pak, sama-sama belum turun pak. Iyah warga paling suka nanyain
kapan turunnya nih bantuannya kepada pihak KPM.” ( Wawancara
dilakukan pada tanggal 15 November 2017 pukul 11.30 WIB.)
Dari sisi aspek Komunikasi Antar Organisasi dan Kegiatan Pelaksana
dalam Program GEBRAK PAKUMIS, BAPPEDA selaku dinas yang bertanggung
jawab dalam program ini pun masih berusaha menciptakan komunikasi yang baik
antar pihak-pihak yang terlibat dalam program ini. Karena masih banyak warga
yang masih belum mengetahui kapan bantuannya turun langsung ke tangan warga,
karena warga masih menunggu waktu yang lama untuk turunnya bantuan program
GEBRAK PAKUMIS. Program GEBRAK PAKUMIS ini sudah sangat jelas dan
terstruktur baik dalam tahap perencanaan, ke tahap implementasinya bahkan
96
sampai ke tahap evaluasinya sudah baik, jadi Pihak BAPPEDA harus
menciptakan komunikasi yang baik agar nantinya tercipta koordinasi yang baik
juga antara pihak-pihak yang terlibat.
Tapi yang menjadi kendalanya adalah lamanya proses birokrasi di pihak
BAPPEDA dalam melakukan validasi dan verifikasi terhadap para kelompok
penerima manfaat yang jumlahnya sangat banyak, sehingga dananya pun akan
lama turunnya. Ditambah lagi dengan hanya BAPPEDA, dinas yang satu-satunya
terlibat dalam Program GEBRAK PAKUMIS, jadi pihak BAPPEDA harus bisa
mengatur program ini mulai dari tahap perencanaan sampai tahap evaluasi. Dan
ditambah lagi dengan jumlah SDM yang terbatas untuk menjalankan Program
GEBRAK PAKUMIS.
4. Karakteristik Badan-Badan Pelaksana
Karakteristik Badan-Badan Pelaksana adalah bagaimana sikap
implementor dalam menjalankan suatu program sudah baik atau belum terhadap
suatu kelompok sasaran dalam sebuah program. Sikap implementor dalam
menjalankan suatu program sudah sesuai dengan aturan dan standar yang telah
ditetapkan dalam sebuah program. Dalam Program GEBRAK PAKUMIS, pihak
BAPPEDA sebagai implementor sudah menjalankan Program GEBRAK
PAKUMIS dengan baik terhadap kelompok sasaran yang ada. Seperti yang
diungkapkan oleh I1.1 bahwa :
“ Saya rasa kita sudah menjalankan progam dengan baik, kita juga sudah
memperlakukan kelompok sasaran dengan baik, karena kelompok sasaran
kita juga jelas. Kita menentukannya berdasarkan jumlah masyarakat
miskin di Kabupaten Tangerang, kemudian kita crosscek langsung dan
semuanya sudah tepat. Ya pokoknya sudah sesuai dengan aturan yang
97
berlaku. Ya kita juga sering monitoring di lapangan apakah pihak-pihak
yang terlibat juga sudah sesuai bekerja dengan aturan yang telah
ditetapkan dan memperlakukan dengan baik para masyarakat yang
menerima bantuan.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 8 November
2017 pukul 15.10 WIB.)
Hal tersebut senada yang diungkapkan oleh I1.2 bahwa :
“ Saya kira Program GEBRAK PAKUMIS sudah dijalankan dengan baik
dan sudah sesuai aturan juga. Dan sejauh ini juga belum banyak warga
yang memberikan keluhannya. Kita sebagai pihak implementor setiap
melakukan pekerjaan harus mengacu sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan. Kita juga sering turun langsung ke warga untuk mengecek
sudah sejauh mana pengerjaannya.” ( Wawancara dilakukan pada tanggal
9 November 2017 pukul 19.30 WIB.)
I1.3 memberikan pendapatnya yang lebih jelas lagi, karena beliau yang
lebih sering bertemu warga secara langsung di Kecamatan Tigaraksa, bahwa :
“ Ya saya rasa sudah yah, sudah baik dalam menjalankan Program
GEBRAK PAKUMIS ini di masyarakat. Saya malah jarang ada di kantor
pak, saya lebih suka turun di lapangan pak. Untuk Program GEBRAK
PAKUMIS ini saya kira masyarakat juga sudah benar benar merasakan
manfaat dari Program GEBRAK PAKUMIS. Banyak masyarakat yang
cerita sama saya bahwa sekarang mereka sudah terbantu dengan adanya
program ini. Ya berarti itu sudah menunjukkan bahwa pihak implementor
sudah bekerja dengan baik dan hasilnya pun terasa sangat positif di
masyarakat. Ya kalau dalam bekerja kita sudah sesuai dengan aturan
Peraturan Bupati Tangerang nomor 59 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pelaksanaan GEBRAK PAKUMIS yang masih berlaku sampai saat ini.
Contohnya kita tidak akan membangun sebuah kawasan jika hanya ada 2-3
unit rumah saja yang tidak layak huni.” (Wawancara dilakukan pada
tanggal 13 November 2017 pukul 14.10 WIB.)
Di kalangan masyarakat, pihak implementor juga sudah sangat bisa
dirasakan masyarakat dampak baiknya. Seperti yang diungkapkan oleh I2.1
bahwa:
“ Ya kalau pihak BAPPEDA mah sering kesini, dari peletakan batu
pertama, tahap pengerjaan sampai tahap finishing juga suka kesini. Ya
untuk sekedar monitoring aja pak katanya. Kalau dari pihak UPK mah
sering kesini pak, kaya pak amin, sering banget datang kesini untuk
98
ngecek ngecek gitu aja. Ya nanya-nanya ke warga juga sudah sejauh mana
progress pembangunannya. Ya saya rasa sih sudah cukup baik
pelayanannya.” ( Wawancara dilakukan pada tanggal 15 November 2017
pukul 10.30 WIB.)
Pihak pelaksana selalu mendokumentasikan setiap pengerjaan Program
GEBRAK PAKUMIS baik dalam bentuk foto kegiatan, faktur-fakur, surat-surat
dan laporan hasil evaluasi, mulai dari tahap penetapan kawasan sampai ke tahap
evaluasi. Karena nantinya laporan dan dokumentasi tersebut akan menjadi sebuah
pertanggungjawaban pihak BAPPEDA kepada Bupati.
Gambar IV.6
Pihak implementor melakukan peletakan batu pertama dalam Program
GEBRAK PAKUMIS
Sumber : Peneliti 2016
99
Gambar IV.7
Pihak implementor melakukan pengawasan pada tahap pembangunan fisik
Program GEBRAK PAKUMIS
Sumber : Peneliti 2016
Gambar IV.8
Pihak Implementor melakukan peresmian rumah warga dalam Program
GEBRAK PAKUMIS
Sumber : Peneliti 2017
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, pihak implementor
dalam Program GEBRAK PAKUMIS sering datang ke lapangan untuk
memastikan bahwa program itu berjalan sudah sesuai dengan standar dan aturan
yang telah ditetapkan. Dari mulai tahap peletakan batu pertama, para pihak
100
implementor harus diwajibkan datang kemudian ketika tahap pembangunan fisik
dilakukan pihak implementor juga suka datang dan sampai ke tahap ke peresmian
rumah warga yang menjadi rumah layak huni . Pihak implementor harus memiliki
karakteristik yang baik terhadap para kelompok sasaran, agar sinergi yang tercipta
antara warga dengan pihak implementor menjadi lebih baik dan Program
GEBRAK PAKUMIS akan berjalan lancar.
I2.3 juga memberikan pendapat yang sama dalam hal sikap implementor
dalam menjalankan Program GEBRAK PAKUMIS di kalangan masyarakat,
bahwa :
“ BAPPEDA cukup sering lumayan kesini pak. Ya mereka juga
mengawasi jika ada yang tidak sesuai dengan aturan atau ada kesalahan
dari tukang, barulah ntar pihak BAPPEDA komplen ke pihak UPK." (
Wawancara dilakukan pada tanggal 25 November 2017 pukul 10.00 WIB.)
I2.2 menambahkan beberapa pendapat yang berada diatas, bahwa :
“ Ya saya rasa sih BAPPEDA sudah cukup baik yah untuk menjalankan
program ini, udah ada yang mengontrol juga ada yang mengawasi juga
waktu dalam pengerjaannya pak.” ( Wawancara dilakukan pada tanggal 18
November 2017 pukul 10.00 WIB.)
Dari sisi aspek Karakteristik Badan-badan Pelaksana di Program
GEBRAK PAKUMIS ini, pihak BAPPEDA sudah bekerja dengan baik terhadap
kelompok sasaran. Karena para masyarakat yang termasuk kelompok sasaran
sudah merasakan dampak baik dengan adanya Program GEBRAK PAKUMIS.
Pihak BAPPEDA selaku implementor sudah memiliki sikap yang cukup baik
dalam menjalankan Program GEBRAK PAKUMIS. Seluruh pihak-pihak yang
terlibat dalam Program GEBRAK PAKUMIS juga sering datang ke lapangan, dari
awal tahap peletakan batu pertama, melakukan monitoring pada saat pekerjaan,
101
dan melakukan evaluasi setelah pekerjaanya selesai. Tidak ada dinas lain yang
ikut terlibat dalam Pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS, hanya BAPPEDA
saja dinas yang bertanggung jawab untuk melaksanakan Program GEBRAK
PAKUMIS.
5. Kondisi-kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik
Dalam implementasi kebijakan suatu program haruslah dapat
meningkatkan segala macam aspek yang berada di lokasi program itu
diimplementasikan. Implementasi kebijakan haruslah dapat menyentuh kondisi-
kondisi sosial, ekonomi dan politik. Ketiga kondisi tersebut harus bisa
ditingkatkan ke arah yang lebih baik setelah program itu diimplementasikan.
Program GEBRAK PAKUMIS sudah dapat meningkatkan kondisi sosial
masyarakat yang menerima bantuan, seperti yang diungkapkan oleh I1.2 bahwa :
“ Ya jelas sudah cukup meningkatkan secara sosial, karena selama
rumahnya masih tidak layak huni, pemilik rumah itu akan sulit bergaul
ataupun pasti akan malu untuk berkegiatan di lingkungannya. Setelah
rumahnya menjadi layak, pasti secara psikologi pastinya akan sangat
terbantu. Dia akan menjadi lebih percaya diri nantinya.” ( Wawancara
dilakukan pada tanggal 9 November 2017 pukul 19.30 WIB.)
Namun I1.1 memiliki pendapat yang sedikit berbeda terkait kondisi sosial
yang ada di masyarakat, bahwa :
“ Kondisi sosial agak sulit kita ukur indikatornya. Yang terpenting harapan
saya secara sosial masyarakat bisa percaya ke pemda. Agar selanutnya
program pemda bisa didukung dengan baik oleh masyarakat kedepannya.
Dan nantinya ada ikatan yang kuat antara pemda dengan masyarakat.” (
Wawancara dilakukan pada tanggal 8 November 2017 pukul 15.10 WIB.)
102
Dengan adanya Program GEBRAK PAKUMIS sudah cukup
meningkatkan kondisi sosial yang ada di masyarakat, seperti yang diungkapkan
oleh I1.3 bahwa :
“ Saya rasa masyarakat sudah cukup terbantu secara sosial. Karena
program ini kan program yang yang bisa dibilang program yang dikerjakan
secara sosial. Jadilah harus bisa dapat menyentuh aspek sosialnya. Tapi
alangka baiknya kamu nanti tanyakan langsung kepada masyarakatnya,
Karena yang dapat merasakan warga itu sendiri, tapi kalau dari saya sudah
cukup membantu lah di masyarakat, karena banyak yang bilang
masyarakat sudah cukup terbantu dengan adanya Program GEBRAK
PAKUMIS.” ( Wawancara dilakukan pada tanggal 13 November 2017
pukul 14.10 WIB.)
Masyarakat sudah dapat merasakan meningkatnya kondisi sosial setelah
adanya Program GEBRAK PAKUMIS, seperti yang diungkapkan oleh I2.1 bahwa:
“ Ya saya rasa sudah cukup membantu lah pak, ya kondisi sosial juga
sudah mulai terangkat lah pak, ya keluarga bisa tidur nyaman sekarang
mah pak. Ga perlu khawatir lagi kalau mau tidur sekarang mah. Ya anak-
anak juga merasakan bisa lebih bersih dan enak lah buat pergi ke
sekolahnya lah pak.” ( Wawancara dilakukan pada tanggal 15 November
2017 pada pukul 10.30 WIB. )
Hal tersebut juga senada, seperti yang diucapkan oleh I3.2 bahwa :
“ Ya untuk kondisi sosial keluarga saya sih sudah cukup meningkat lah
yah pak, sekarang saya bisa disebut cukup enak lah tinggal dirumahnya
lah. Ya dulunya sih saya malu pak, punya rumah masih bilik lantainya
masih tanah, ya sekarang mah alhamdulilah pak rumahnya udah dibangun
sampai begini.” ( Wawancara dilakukan pada tanggal 18 November 2017
pukul 10.00 WIB. )
103
Gambar IV.9
Peneliti sedang bersosialisasi dengan warga penerima bantuan
Program GEBRAK PAKUMIS
Sumber : Peneliti 2017
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di lapangan, disini
warga sedang bersosialisasi bersama peneliti dan dengan warga lainnya terhadap
hasil dari Program GEBRAK PAKUMIS yang telah selesai dilaksanakan di
tempatnya. Warga memberikan beberapa keluhan dan saran terkait perjalan
Program GEBRAK PAKUMIS di lingkungannya. Program GEBRAK PAKUMIS
sudah cukup dapat meningkatkan kondisi sosial kepada warga yang menerima
bantuan Program GEBRAK PAKUMIS, sekarang warga sudah tidak malu lagi
dan secara psikis warga sudah siap untuk bersosialisasi lagi dengan warga yang
lain dan tidak lagi ada rasa minder jika ada kegiatan bersama yang ada di
lingkungannya.
Secara kondisi sosial, masyarakat sudah cukup terangkat dengan adanya
Program GEBRAK PAKUMIS. Namun dalam kondisi ekonomi Program
104
GEBRAK PAKUMIS ini belum dapat menyentuh kondisi ekonomi warga
sepenuhnya, seperti yang diungkapkan oleh I1.1 bahwa :
“ Sayangnya program ini hanya masih menyentuh fisik saja, tapi disini
juga nantinya akan menjadi sebuah tantangan untuk kita bisa
meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat tersebut. Entah dalam hal
menumbuhkan pusat-pusat ekonomi di kawasan tersebut atau memberikan
pelatihan, agar masyarakatnya bisa mempunyai skill yang bisa bersaing.
Saya harap SKPD lainnya juga harus ikut terlibat dengan Program
GEBRAK PAKUMIS kedepannya.” ( Wawancara dilakukan pada tanggal
8 November 2017 pukul 15.10 WIB. )
Dalam peraturan Bupati Tangerang nomor 59 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS, masih ditargetkan hanya
untuk merevitalisasi sebuah kawasan kawasan yang masih dianggap kumuh, padat
dan miskin. Dan program GEBRAK PAKUMIS memang masih hanya difokuskan
untuk pembangunan fisik dalam sebuah kawasan, dan belum ditagertkan ke aspek
yang lain.
I1.2 memiliki pandangan yang sedikit berbeda, mengenai kondisi ekonomi
yang tercipta, setelah adanya Program GEBRAK PAKUMIS bahwa :
“ Untuk segi ekonomi, kita perkirakan rumahnya bisa tahan 10 tahun ke
depan, uang yang harusnya dipergunakan untuk merenovasi rumah, ya kan
uangnya bisa ditabung untuk hal yang lain, seperti pendidikan dan
kesehatan. Karena jika rumahnya tidak nyaman juga masyarakat akan
lebih sering terkena penyakit, dan nantinya untuk berobat pasti akan
mengeluarkan biaya yang lebih lagi.” ( Wawancara dilakukan pada tanggal
9 November 2017 pukul 19.30 WIB.)
Dalam kondisi ekonomi, I1.3 memiliki pendapat yang senada, bahwa :
“ Kalau kondisi ekonomi juga sudah sangat membantu masyarakat. Karena
uang yang seharusnya dipakai untuk memperbaiki rumah, kan bisa
ditabung oleh masyarakat bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih
bermanfaat.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 13 November 2017
pukul 14.10 WIB. )
105
Untuk kalangan masyarakat, dalam menyikapi kondisi ekonomi banyak
memiliki pendapat yang cukup beragam. Ada yang sudah sangat terbantu dari segi
kondisi ekonominya, seperti yang diungkapkan oleh I2.3 bahwa :
“ Saya syukur alhamdulilah pak dapat bantuan program seperti ini, ya
karena pekerjaan saya juga begini pak serabutan aja, kalau ada kerjaan ya
saya kerjakan ya kalau tidak ada saya tidak dapat uang pak. Uang nya juga
hanya cukup makan sehari-sehari saja pak tidak kefikiran untuk
membangun rumah. Ya untung saya dapat program ini pak, saya dan
keluarga saya jadi lebih enak tinggal dirumahnya sekarang pak.” (
Wawancara dilakukan pada tanggal 25 November 2017 pukul 10.00 WIB.)
Masyarakat lainnya pun memberikan pendapat untuk keadaaan ekonomi
belum sepenuhnya terbantu, seperti yang diungkapkan oleh I3.3 bahwa :
“ Ya kalau untuk terbantu ya terbantu sih pak untuk keadaan ekonomi
saya, ya tapi tetep saya ngeluarin duit juga buat nambahin ada yang kurang
atau buat ngasih makan tukang, jadi ya belum sepenuhnya terbantu.” (
Wawancara dilakukan pada tanggal 25 November 2017 pukul 10.00 WIB.)
Namun I3.1 memberikan pendapat yang sedikit berbeda, ya walaupun
sudah cukup terbantu dalam segi ekonomi, tapi belum untuk meingkatkan kondisi
ekonominya, bahwa :
“ Saya rasa juga sudah cukup terbantu pak untuk kondisi ekonomi saya, ya
uangnya kan bisa saya tabung untuk keperluan lainnya pak. Tapi ya
keadaan ekonomi saya tetap gini-gini saja pak, ya penghasilannya cukup
buat makan sehari-hari saja pak, tidak cukup untuk membeli apa-apa. Ya
saya harapnya sih ada pelatihan-pelatihan juga gitu pak untuk kita-kita nya
agar kita bisa meningkatkan penghasilan gitu pak, atau dikasih modal
usaha gitu pak.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 15 November 2017
pukul 11.30 WIB. )
106
Gambar IV.10
Konsumsi yang disediakan warga untuk tukang atau warga yang ikut
membantu dalam merevitalisasi rumahnya
Sumber : Peneliti 2017
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di lapangan disini ada
warga yang sedang menyiapkan minum atau makanan ringan untuk kepada para
tukang atau kepada warga yang ikut membantu dalam merevitalisasi rumahnya.
Ini murni kesadaran dari para warga yang ingin berterimakasih kepada tukang
atau warga yang ikut membantu dalam proses pembangunan rumanya, walaupun
memang tidak diwajibkan dalam peraturannya. Tapi memang warga juga sedikit
mengeluhkan karena setiap warga yang menerima bantuan Program GEBRAK
PAKUMIS itu memang berkriteria Masyarakat Berpenghasilan Rendah, jadi
kondisi ekonominya harus bisa lebih diperhitungkan lagi dan tidak bisa dipakai
untuk hal-hal yang tidak berkaitan dengan pembangunan rumahnya.
107
Untuk kondisi politiknya, Program GEBRAK PAKUMIS ini sama sekali
tidak ada unsur politiknya, dan tidak ada kaitannya dengan kondisi politik di
setiap kawasannya. Seperti yang diungkapkan oleh I1.1 bahwa :
“ Program GEBRAK PAKUMIS ini sifatnya sosial pak, jadi tidak ada
unsur politiknya sama sekali, mengarah kesitu pun tidak apalagi
menyentuhnya. Jadi saya rasa tidak sama sekali berkaitan dengan aspek
politik.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 8 November 2017 pukul
15.10 WIB.)
I1.2 juga memberikan pendapat yang senada terkait kondisi politik, bahwa :
“ Tidak ada sama sekali mas, kita mah program sosial saja, kita saja
berjalannya dari awal, kasihan melihat kondisi warga yang rumahnya
masih tidak layak huni ya jadi kita hanya ingin membantu. Tidak ada
unsur politiknya sama sekali.” ( Wawancara dilakukan pada tanggal 9
November 2017 pukul 19.30 WIB.)
Bahkan I3.1 bingung terkait pertanyaan untuk kondisi politik yang dia
rasakan selama program ini berjalan, bahwa :
“ Saya kurang tahu, untuk politik-politik gitu pak di program ini, saya rasa
sih tidak ada.” ( Wawancara dilakukan pada tanggal 15 November 2017
pukul 11.30 WIB.)
Dari sisi aspek kondisi sosial, kondisi ekonomi dan kondisi politik di
dalam Program GEBRAK PAKUMIS. Pertama dari aspek kondisi sosial, dengan
adanya Program GEBRAK PAKUMIS masyarakat sudah cukup meningkatkan
kondisi sosial untuk dirinya sendiri dan lingkungannya. Dengan memiliki rumah
yang lebih layak masyarakat akan lebih bisa untuk ikut gabung bersama
masyarakat lainnya untuk berkegiatan sosial bersama-sama, dan bisa terhindar
dari segala macam penyakit yang bersumber dari kawasan yang kumuh dan kotor.
108
Kedua dari aspek kondisi ekonomi, dengan adanya Program GEBRAK
PAKUMIS masyarakat sudah cukup terbantu dari segi anggarannya. Memang
untuk sekedar membantu masyarakat tidak mengeluarkan uang lebih Program
GEBRAK PAKUMIS sudah cukup membantu, tapi untuk meningkatkan kondisi
ekonomi warga yang menerima bantuan Program GEBRAK PAKUMIS masih
menjadi sebuah tantangan untuk pemerintah daerah kedepannya.
Ketiga untuk kondisi politik, Program GEBRAK PAKUMIS ini sama
sekali tidak ada unsur politik di dalamnya, karena program ini dari awalnya
bergerak untuk sosial. Jadi tidak ada sama sekali unsur politik atau berhubungan
dengan kegiatan politik dalam program GEBRAK PAKUMIS. Terkait dengan visi
misi Kabupaten Tangerang untuk mengentaskan kemiskinan di wilayah
Kabupaten Tangerang, dengan adanya Program GEBRAK PAKUMIS sudah bisa
untuk mengurangi kawasan kawasan miskin yang berada di Kabupaten
Tangerang. Tapi di dalam Program GEBRAK PAKUMIS hanya sampai untuk
mewujudkan tujuan politik Bupati Tangerang untuk mengentaskan kemiskinan,
tapi tidak untuk menyentuh dan berhubungan dengan kondisi politik di setiap
kawasannya.
109
6. Disposisi Pelaksana
Diposisi Pelaksana adalah sifat dan karakteristik dari pihak pelaksana
dalam menjalankan sebuah program. Pihak pelaksana harus memiliki tanggung
jawab yang baik dan kemampuan yang mumpuni dalam menjalankan sebuah
program. Pihak pelaksana juga harus memahami terlebih dahulu maksud dan
tujuan yang akan diterapkan agar nantinya bisa disosialisasikan kepada
masyarakat secara jelas. Dalam Program GEBRAK PAKUMIS, pihak BAPPEDA
selaku pihak pelaksana dalam program ini sudah memiliki tanggung jawab yang
baik dan kemampuan yang mumpuni, seperti yang diungkapkan oleh I1.1 bahwa :
“ Saya rasa untuk terkait tanggung jawab, semua pihak yang terlibat harus
bertanggung jawab terhadap pekerjaannya masing-masing. Karena kita
punya aturan main dan prosedur. Kita sudah bekera secara optimal dari
tahap perencanaan, implementasi dan evaluasi. Jika ada pihak yang tidak
berjalan sesuai dengan prosedur yang telah diterapkan, kita akan selalu
kasih surat peringatan. Karena setiap tahunnya program kita selalu diaudit
oleh BPK, jadi ya harus punya tanggung jawab yang tinggi terhadap
pekerjaan. Pihak BAPPEDA saya rasa sudah cukup mumpuni dalam
menjalankan program ini, terbukti kita sudah meraih 2 penghargaan dari
pemerintah pusat maupun televisi swasta.” ( Wawancara dilakukan pada
tanggal 8 November 2017 pukul 15.10 WIB. )
Program GEBRAK PAKUMIS meraih dua penghargaan di tingkat
nasional dan di tv swasta pada tahun 2015, yang didapat dari pemerintah pusat
yaitu penghargaan “ Government Award ” sebagai program percontohan nasional.
Dan dari tv swasta yaitu penghargaan “ SINDO Weekly Award. ”
Karena tanggung jawab dan kemampuan yang baik dimiliki para pihak-
pihak yang terlibat, Program GEBRAK PAKUMIS ini menjadi program unggulan
yang berada di Kabupaten Tangerang, seperti yang diungkapkan oleh I1.2 bahwa :
110
“ Secara kemampuan dalam menjalankan program sudah cukup baik, ya
karena kita setiap tahunnya program ini sejauh ini selalu dijadikan
program unggulan. Untuk tanggung jawab mah kita pasti sangat
bertanggung jawab dengan baik dalam menjalankan program ini, karena
kita juga punya aturan dan standar yang harus selalu diikuti.” ( Wawancara
dilakukan pada tanggal 9 November 2017 pukul 19.30 WIB.)
Program GEBRAK PAKUMIS dari tahun pertama hingga tahun sekarang,
program ini sudah berjalan baik, seperti yang diungkapkan oleh I1.3 bahwa:
“ Saya pikir kita selaku pelaksana sudah bertanggung jawab dengan baik.
Karena program ini sudah berjalan dari tahun 2012. Dan dari tahun
pertama sampai sekarang kita sudah memilki kemampuan yang baik juga
dalam bekerja di masyarakat walaupun dengan dana yang cukup minim.”
(Wawancara dilakukan pada tanggal 13 November 2017 pukul 14.10
WIB.)
Pihak masyarakat sudah merasa sudah cukup terbantu dengan para pihak
pelaksana yang selalu mendampingi dari tahap awal sampai tahap akhir, seperti
yang diungkapkan oleh I2.1 bahwa :
“ Ya pihak BAPPEDA saya rasa sudah cukup bertanggung jawab dengan
baik lah, soalnya dari awal survey sampai tahap akhir pihak BAPPEDA
selalu mendampingi kita, BAPPEDA juga sering datang untuk mengawasi
pekerjaan orang di lapangannya. Tapi pihak UPK sih yang lebih sering
datang mah pak, ya untuk tanggung jawab sudah cukup baik lah dalam
program ini.” ( Wawancara dilakukan pada tanggal 15 November 2017
pukul 10.30 WIB. )
I2.3 juga memiliki pendapat yang sama terkait para pihak pelaksana yang
sudah cukup membantu berjalannya program ini, bahwa :
“ Semuanya sudah cukup membantu lah pak, dalam sama-sama
mensukseskan program ini gitu pak, dari pihak BAPPEDA, pihak UPK,
KPM dan para tetangga juga sama-sama bertanggung jawab menjalankan
program ini dengan baik. Ya kalau terkait kemampuan saya kurang paham
yah pak. Ya tapi sudah cukup baik jalannya program ini.” ( Wawancara
dilakukan pada tanggal 25 November 2017 pukul 10.00 WIB. )
111
Tapi warga Desa Pematang cukup mengeluhkan terkait lamanya waktu
verifikasi Program GEBRAK PAKUMIS, seperti yang diungkapkan oleh I3.2
bahwa :
“ Ya untuk tanggung jawab atau kemampuan saya bingung dalam
menjawabnya, tapi saya cukup menunggu lama untuk berjalnnya Program
GEBRAK PAKUMIS ini, saya sudah ngasih proposal dari bulan juni, baru
ada kabar lagi untuk peletakan batu pertama pada bulan Desember pak. Itu
juga saya tidak dikasih tahu dari jauh-jauh hari gitu. Karena kita juga harus
nyediain tabungan juga takut ada bahan-bahan material yang kurang dan
ngasih makan tukang juga kan pak. ( Wawancara dilakukan pada tanggal
18 November 2017 pukul 11.30 WIB.)
Terkait maksud dan tujuan diadakannya Program GEBRAK PAKUMIS,
pihak BAPPEDA sudah bisa memberikan pemahaman yang jelas terhadap
masyarakat, seperti yang diungkapkan oleh I1.1 bahwa :
“ Saya rasa sudah cukup jelas yah kita memberikan pemahaman maksud
dan tujuan diadakannya program ini kepada masyarakat, dan masyarakat
juga saya rasa sudah cukup mengerti. Karena hukumnya wajib untuk kita
paham terlebih dahulu apa yang hendak kita terapkan di masyarakat, agar
nantinya tidak terjadi kesalahpahaman dan kendala saat program itu
dilaksanakan di masyarakat.” ( Wawancara dilakukan pada tanggal 8
November 2017 pukul 15.10 WIB.)
Program GEBRAK PAKUMIS sudah dapat diterima di masyarakat
dengan cukup baik, dan masyarakat juga mengerti maksud dan tujuan
diadakannya program ini, seperti yang diungkapkan oleh I1.2 bahwa :
“ Saya kira kita sudah cukup memahami maksud dan tujuan program ini.
Kalau kita tidak mampu menjelaskan secara jelas dan secara teknis,
program ini tidak akan berjalan. Kalau maksud dan tujuannya tidak jelas
masyarakat juga akan ragu dalam program ini, nanti takutnya setelah
dibongkar rumahnya malah tidak jadi. Saya kira masyarakat juga sudah
cukup memahami maksud dan tujuannya, bahkan masyarakat selalu ikut
bergotong royong jika ada warganya yang tidak mampu.” ( Wawancara
dilakukan pada tanggal 9 November 2017 pukul 19.30 WIB.)
112
Masyarakat juga sudah cukup memahami maksud dan tujuan diadakannya
Program GEBRAK PAKUMIS. Seperti yang diungkapan oleh I2.2 bahwa :
“ Ya masyarakat saya rasa sudah tahu tujuan diadakannya Program
GEBRAK PAKUMIS, ya untuk membangun rumah yang tidak layak huni,
tapi dana yang dianggarkan tidak banyak, jadi masyarakat harus siap bila
ada yang kekurangan dalam pengerjaannya. Karena ini hanyalah bersifat
dorongan saja seperti yang sudah dijelaskan oleh pihak BAPPEDA.” (
Wawancara dilakukan pada tanggal 18 November 2017 pukul 10.00 WIB.)
Tapi masyarakat tetap memiliki harapan yang besar kedepannya untuk
Program GEBRAK PAKUMIS, seperti yang diungkapkan oleh I3.1 bahwa :
“ Ya saya harap kedepannya, warga yang menerima Program GEBRAK
PAKUMIS bisa benar-benar terbantu gitu pak. Bisa diselesaikan dengan
baik juga dan kalau bisa bahan-bahan materialnya ditambah juga pak. Dan
lebar luas rumahnya juga bisa lebih diperbesar pak. Plafon juga kalau bisa
mah dapet pak. Jadi seperti dibedah beneran gitu pak.” ( Wawancara
dilakukan pada tanggal 15 November 2017 pukul 11.30 WIB. )
Masyarakat sudah cukup memahami maksud dan tujuan dalam Program
GEBRAK PAKUMIS, tapi I3.3 memberikan pesan kepada pihak pelaksana agar
bisa lebih banyak lagi jumlah masyarakat yang menerima bantuan di setiap desa
nya, bahwa :
“ Ya saya sudah cukup berterimakasihlah dengan adanya Program
GEBRAK PAKUMIS ini, walaupun saya masih harus nambah
kekurangannya. yang penting saya udah tidak tinggal di bilik lagi pak. Ya
walaupun rumahnya seadanya dan masih banyak kekurangan tapi ya sudah
cukuplah bagi saya. Tapi ya semoga ke depannya bantuannya bisa lebih
banyak bahan-bahan materialnya yah pak. Terus juga ya semoga yang
dapat bedah rumah gini, bisa lebih banyak yah pak, di desa saya juga
masih banyak yang rumahnya bilik tapi belum menerima bantuan. (
Wawancara dilakukan pada tanggal 25 November 2017 pukul 11.45 WIB.)
113
Gambar IV.11
Kondisi rumah warga yang sudah mendapat bantuan Program
GEBRAK PAKUMIS
Sumber : Peneliti 2017
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di lapangan bahwa,
benar adanya bahwa bantuan yang didapatkan belum maksimal, dan masih
terkesan seadanya untuk kondisi rumahnya. Kondisi rumah warga masih terlihat
tidak cukup nyaman walaupun sudah mendapat bantuan Program GEBRAK
PAKUMIS, masih banyak beberapa elemen rumah yang masih dibilang belum
layak huni masih harus ada penambahan bahan material untuk kedepannya. Warga
masih mengharapkan bantuan yang diberikan bisa lebih banyak lagi kedepannya.
Seperti bantuan yang diberikan sampai ke flapond, bisa sampai dikeramik dan
bisa sampai pakai genteng untuk atapnya. Agar rumah yang ditempatinya bisa
lebih nyaman lagi untuk para penghuninya dan bisa merasakan rumah yang
seutuhnya.
114
Dari sisi aspek Disposisi Pelaksana dalam Program GEBRAK PAKUMIS
ini, sudah bisa dibilang cukup baik dalam hal tanggung jawab dan kemampuan
yang dimiliki dalam menjalankan Program GEBRAK PAKUMIS, karena dalam
menjalankan pekerjaannya seluruh pihak yang terlibat sudah bekerja sesuai
dengan aturan dan standar yang berlaku. Tapi warga tetap mengeluhkan lamanya
proses turunnya bantuan Program GEBRAK PAKUMIS.
Kemudian untuk pemahaman maksud dan tujuan dalam Program
GEBRAK PAKUMIS, pihak BAPPEDA selaku pelaksana sudah memberikan
pemahaman yang jelas terkait maksud dan tujuan diadakannya Program
GEBRAK PAKUMIS. Masyarakat tetap memiliki harapan yang besar agar
Program GEBRAK PAKUMIS ini dapat membantu sepenuhnya dalam
merenovasi rumah tidak layak huni, dan bisa lebih menambah jumlah penerima
masyarakat yang menerima bantuan Program GEBRAK PAKUMIS setiap
tahunnya.
4.5 Pembahasan
Penelitian mengenai Implementasi Kebijakan Program Gerakan Bersama
Rakyat Atasi Kawasan Padat, Kumuh dan Miskin dalam Pembangunan Daerah di
Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang Tahun 2016 ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana dan hambatan apa saja yang terjadi dalam proses
implementasi kebijakan Program GEBRAK PAKUMIS. Peneliti menggunakan
teori implementasi kebijakan dari Van Meter dan Van Horn yaitu :
115
1. Ukuran atau Dasar-dasar Kebijakan dan Tujuan Kebijakan
2. Sumber Daya
3. Komunikasi Antar Organisasi dan Kegiatan Pelaksana
4. Karakteristik Agen Pelaksana.
5. Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Politik
6. Disposisi Pelaksana
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai
Implementasi Kebijakan Program Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat
Kumuh dan Miskin dalam Pembangunan Daerah Di kecamatan Tigaraksa
Kabupaten Tangerang Tahun 2016 dinilai masih ada beberapa kendala yang
terjadi dalam pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS. Karena hasil dari
observasi di lapangan dan didukung dengan hasil wawancara peneliti dengan para
informan yang terlibat dalam pelaksaan Program GEBRAK PAKUMIS. Hal ini
sesuai dengan pembahasan dimensi-dimensi yang peneliti gunakan sebagai
pedoman penelitian, yaitu :
1. Ukuran-ukuran dasar Kebijakan dan Tujuan Kebijakan
Dalam aspek Ukuran-ukuran dasar kebijakan dan tujuan kebijakan,
Program GEBRAK PAKUMIS ini sudah sesuai berjalan dengan aturan
dan standar kebijakan yang telah ditetapkan. Para stakeholder yang
terlibat dalam program ini sudah menjalankan Program GEBRAK
PAKUMIS sudah sesuai dengan standar dan aturan yang telah ditetapkan.
Program GEBRAK PAKUMIS berawal dari pemerintah pusat yang
116
mengeluarkan UU nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan
Pemukiman.
Kemudian pemerintah daerah mengeluarkan Peraturan Bupati
nomor 59 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Gerakan
Bersama Rakyat Atasi Kawasan Kumuh, Padat dan Miskin. Program
GEBRAK PAKUMIS sudah memiliki aturan yang jelas dan terstruktur
baik dari tingkat pemerintah pusat ke tingkat pemerintah daerah, dan para
pihak yang terlibat sudah sesuai menjalankan Program GEBRAK
PAKUMIS sesuai dengan aturan dan standar yang telah ditetapkan.
Dalam menentukan kelompok penerima manfaat juga pihak
BAPPEDA sudah sesuai dengan kriteria kelompok penerima manfaat
yang telah ditentukan. Tapi masyarakat banyak yang mengeluhkan terkait
penentuan warga yang menerima bantuan, mereka bilang masih banyak
warga yang rumahnya tidak layak tapi belum menerima bantuan dan tidak
diutamakan terlebih dahulu. Disini kurangnya kinerja KPM dalam
menentukan siapa saja yang layak menerima bantuan Program GEBRAK
PAKUMIS, karena masih mendahulukan kepentingan pribadinya
dibandingkan fakta di lapangan.
Karena di dalam Program GEBRAK PAKUMIS, ketika
masyarakat setempat mau ikut turun langsung membantu tetangganya
yang sedang menerima bantuan akan semakin mempermudah kerja dari
pihak pemerintah daeranya. Karena program ini memang di desain dari
masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Karena masyarakat
117
sendiri yang nantinya akan menentukan keberhasilan dalam Program
GEBRAK PAKUMIS di setiap masing-masing kawasannya.
2. Sumber Daya
Dalam aspek Sumber Daya Program GEBRAK PAKUMIS menuai
pendapat yang beragam di kalangan masyarakatnya. Pertama dari aspek
Sumber Daya Manusia, Program GEBRAK PAKUMIS sudah memiliki
kualitas SDM yang sudah cukup mumpuni dan dapat menjalankan
program ini sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. SDM yang
tersedia juga sudah sangat berkualitas dari tingkat BAPPEDA, Tim
Teknis, Tim Fasilitasi, UPK dan KPM.
Dalam Peraturan Bupati Tangerang nomor 59 tahun 2014 tentang
pedoman pelaksanaan program GEBRAK PAKUMIS, Sumber Daya
Manusia yang tersedia dalam Program GEBRAK PAKUMIS terdiri dari
Tim Teknis yang beranggotakan 1 orang ketua, 1 orang sekretaris, 5
orang anggota. Tim Fasilitasi yang beranggotakan 1 orang ketua, 1 orang
sekretaris dan 3 orang anggota. Tim UPK yang beranggotakan 1 orang
ketua, 1 orang sekretaris dan 1 orang bendahara. Ketua kelompok
penerima manfaat 1 orang yang ditunjuk untuk menjadi perwakilan
warga. Dan warga penerima manfaat bantuan Program GEBRAK
PAKUMIS itu sendiri yang harus ikut terlibat.
Untuk terkait jumlah SDM yang berperan dalam Program
GEBRAK PAKUMIS memang masih kurang dan harus ditambah lagi
jumlah individunya atau melibatkan pihak lain yang bisa bekerjasama
118
dalam menjalankan Program GEBRAK PAKUMIS. Terutama di tingkat
UPK, harus ditambah lagi jumlah pegawainya karena di UPK hanya
mengandalkan satu individu saja untuk berkoordinasi dengan seluruh
masyarakat yang menerima bantuan di 3 desa atau di satu kecamatan.
Jika jumlah pegawai nya lebih ditambah lagi nampaknya Program
GEBRAK PAKUMIS ini akan menjadi lebih efektif.
Kedua dari aspek Sumber Daya Anggaran semua pihak merasa
dana yang dianggarkan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang dirasa
masih kurang dan belum mencukupi untuk memenuhi proses perbaikan
rumah tidak layak huni. Karena 13 juta untuk per 1 unit rumah dirasa
masih sangat kurang, tapi terlepas daripada itu banyak masyarakat yang
merasa dirinya sudah cukup terbantu dengan adanya Program GEBRAK
PAKUMIS ini, terkait untuk kekurangannya masyarakat bisa memahami
dan itu akan menjadi tanggung jawab masyarakat di kawasannya masing-
masing. Karena memang diharapkannya untuk masyarakat dapat
menimbulkan lagi budaya untuk saling gotong royong dan saling tolong
menolong sesama warga masyarakat.
3. Komunikasi Antar Organisasi dan Kegiatan Pelaksana
Dalam aspek Komunikasi Antar Organisasi dan Kegiatan
Pelaksana dalam Program GEBRAK PAKUMIS ini sudah berjalan cukup
baik dan sudah sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. BAPPEDA
selaku dinas yang bertanggung jawab dalam program ini pun masih
berusaha menciptakan komunikasi yang baik antar pihak-pihak yang
119
terlibat dalam program ini. Karena masih banyak warga yang masih
belum mengetahui kapan bantuannya turun langsung ke tangan warga,
karena warga masih menunggu waktu yang lama untuk turunnya bantuan
program GEBRAK PAKUMIS. Program GEBRAK PAKUMIS ini sudah
sangat jelas dan terstruktur baik dalam tahap perencanaan, ke tahap
implementasinya bahkan sampai ke tahap evaluasinya sudah baik, jadi
Pihak BAPPEDA harus menciptakan komunikasi yang baik agar nantinya
tercipta koordinasi yang baik juga antara pihak-pihak yang terlibat.
Tapi lamanya proses birokrasi adalah satu kendala yang sering
dikeluhkan oleh masyarakat, masyarakat masih menunggu cukup lama
terkait kepastian turunnya bantuan Program GEBRAK PAKUMIS. Pihak
UPK menyebutkan mereka juga hanya bisa menunggu, jika belum
mendapat anggaran yang disediakan dalam Program GEBRAK
PAKUMIS mereka pun tidak bisa untuk menyalurkan bahan-bahan
materialnya kepada warga. Lamanya proses birokasi ini disebabkan oleh
hanya satu dinas saja yang terlibat dalam Program GEBRAK PAKUMIS
ini, yaitu hanya dinas BAPPEDA saja yang bertanggung jawab dalam
program ini, dari mulai perencanaan dan perancanangan program,
pengumpulan data, melakukan validasi dan verifikasi, memointoring
pekerjaan di lapangan sampai ke tahap melakukan evaluasi.
Karena pihak BAPPEDA juga tidak hanya menjalankan Program
GEBRAK PAKUMIS semata, masih banyak program yang dijalankan
oleh BAPPEDA setiap tahunnya. Dan setiap tahunnya BAPPEDA harus
120
bisa merenovasi 1000 lebih rumah tidak layak huni yang berada di
Kabupaten Tangerang, dan itu akan memakan waktu yang cukup lama.
4. Karakteristik Badan-badan Pelaksana
Dalam aspek Karakteristik Badan-badan Pelaksana di Program
GEBRAK PAKUMIS ini, pihak BAPPEDA sudah bekerja dengan baik
terhadap kelompok sasaran. Karena para masyarakat yang termasuk
kelompok sasaran sudah merasakan dampak baik dengan adanya Program
GEBRAK PAKUMIS. Bahkan banyak masyarakat yang merasa dirinya
telah sudah sangat terbantu untuk memenuhi kebutuhan tempat
tinggalnya.
Pihak BAPPEDA selaku implementor sudah sangat baik dalam
menjalankan Program GEBRAK PAKUMIS. BAPPEDA juga selalu
bekerja mengacu kepada aturan dan standar yang telah ditetapkan.
Bahkan para pihak implementor juga sering datang ke lapangan, dari awal
tahap peletakan batu pertama, melakukan monitoring pada saat pekerjaan,
dan melakukan evaluasi setelah pekerjaaanya selesai. Dengan adanya
BAPPEDA di lapangan masyarakat merasa sudah cukup terbantu, bila ada
yang ingin dibicarakan atau ada keluhan bisa disampaikan langsung ke
pihak BAPPEDA saat berada di lapangan.
Pihak UPK selaku pihak yang berkoordinasi langsung dengan
masyarakat juga sering datang ke lapangan, untuk sekedar melakukan
pengecekan dan melihat kekurangan apa saja yang berada di lapangan.
Pihak UPK juga sering datang ke lapangan untuk melihat apakah
121
pengerjaannya sudah sesuai dengan aturan dan standar yang telah
ditetapkan, bila ada yang tidak sesuai dengan aturan dan standarnya, akan
langsung ditegur dan akan diberikan peringatan oleh pihak BAPPEDA.
5. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik
Dalam aspek kondisi sosial, kondisi ekonomi dan kondisi politik di
dalam Program GEBRAK PAKUMIS. Pertama dari aspek kondisi sosial,
dengan adanya Program GEBRAK PAKUMIS masyarakat sudah cukup
meningkatkan kondisi sosial untuk dirinya sendiri dan lingkungannya.
Dengan memiliki rumah yang lebih layak masyarakat akan lebih bisa
untuk gabung bersama masyarakat lainnya untuk berkegiatan sosial
bersama-sama, tidak ada lagi rasa minder terhadap rumahnya yang tidak
layak huni. Dengan rumah yang lebih layak juga dapat meningkatkan
kondisi para penghuni rumah tersebut agar lebih tidak mudah terkena
penyakit untuk dibidang kesehatannya dan lebih nyaman untuk belajar
dan selalu semangat untuk bersekolah di bidang pendidikan.
Terkait kondisi sosial, masyarakat merasa sudah cukup terbantu
dengan adanya Program GEBRAK PAKUMIS. Kedua dari aspek kondisi
ekonomi, dengan adanya Program GEBRAK PAKUMIS masyarakat
sudah cukup terbantu dari segi anggarannya. Uang yang seharusnya
mereka pakai untuk merenovasi rumahnya yang tidak layak huni, bisa
disimpen untuk tabungan kesehatan ataupun pendidikan. Bahkan uangnya
bisa digunakan untuk keperluan sehari-sehari.
122
Tapi untuk meningkatkan kondisi ekonomi tersebut masih menjadi
sebuah tantangan untuk pemerintah daerah, harapannya nanti kedepannya
Program GEBRAK PAKUMIS juga dapat memberdayakan
masyarakatnya, seperti pemberian modal usaha atau pelatihan-pelatihan
yang bisa digunakan untuk bersaing dan nantinya dapat menambah
penghasilan masyarakat. Dan secara otomatis kondisi ekonomi
masyarakat akan meningkat, dan nantinya bukan rumahnya saja yang
layak tapi masyarakatnya juga bisa hidup sejahtera.
Terakhir untuk kondisi politik, Program GEBRAK PAKUMIS ini
sama sekali tidak ada unsur politik di dalamnya, karena program ini dari
awalnya bergerak untuk sosial. Para pihak yang terlibat menaruh
kepeduliannya kepada masyarakat yang berada di Kabupaten Tangerang
yang masih memiliki rumah-rumah yang tidak layak huni, jadi tidak ada
unsuk politiknya sama sekali. Terkait hubungan dengan pemerintah pusat,
Program GEBRAK PAKUMIS ini hanya didanai dari dana APBD
Kabupaten Tangerang. Jadi tidak ada unsur politik dalam Program
GEBRAK PAKUMIS baik di tingkat pemerintah pusat maupun di tingkat
pemerintah daerah.
6. Disposisi Pelaksana
Dalam aspek Disposisi Pelaksana dalam Program GEBRAK
PAKUMIS ini, sudah bisa dibilang cukup baik dalam hal tanggung jawab
dan kemampuan yang dimiliki dalam menjalankan Program GEBRAK
PAKUMIS. Para pihak yang terlibat selalu menjalankan program ini
123
mengacu kepada aturan yang berlaku. Karena jika ada salah satu pihak
yang tidak mentaati peraturan yang berlaku akan mendapati surat
peringatan yang bertujuan agar program tersebut tidak semakin salah.
Kemampuan dan tanggung jawab para stakeholder sudah cukup
baik untuk menyakinkan masyarakat bahwa program ini sudah jelas
secara teknis maupun non teknis. Tapi warga tetap mengeluhkan lamanya
proses verifikasi dalam program GEBRAK PAKUMIS, sehingga
membuat warga bingung terkait kapan program ini akan berlangsung di
wilayahnya. Kemudian untuk pemahaman maksud dan tujuan dalam
Program GEBRAK PAKUMIS, pihak BAPPEDA selaku pelaksana sudah
memberikan pemahaman yang jelas terkait maksud dan tujuan
diadakannya Program GEBRAK PAKUMIS.
Tapi masih ada beberapa warga yang mengira awalnya Program
GEBRAK PAKUMIS ini program yang terima bersih, jadi warga hanya
tinggal menunggu rumahnya jadi. Tapi disini peran warga sangat penting
dalam tingkat keberhasilan Program GEBRAK PAKUMIS karena warga
harus ikut berpartisipasi secara langsung dalam progam ini. Pihak
implementor harus melakukan pendekatan yang lebih dekat lagi kepada
warga, karena tidak semua warga bisa menerima informasi secara jelas.
Karena jika nantinya pihak pelaksana tidak cukup baik untuk
memberikan pemahaman yang jelas kepada masyarakat, nantinya mereka
akan ragu akan berjalan atau tidaknya program ini. Dan kedepannya
diharapkan masyarakat bisa selalu percaya kepada pemerintah daerah dan
124
selalu mendukung program-program yang dilaksanakan oleh pemerintah
daerah. Tapi masyarakat tetap memiliki harapan yang besar agar Program
GEBRAK PAKUMIS ini dapat membantu sepenuhnya dalam merenovasi
rumah tidak layak huni, seperti bisa ditambah lagi bahan-bahan material
dalam pembangunan rumahnya dan bisa lebih menambah jumlah
penerima masyarakat yang menerima bantuan Program GEBRAK
PAKUMIS setiap tahunnya.
Tabel IV.7
Ringkasan Hasil Penelitian
No Indikator Aspek Temuan Lapangan
1
Ukuran-ukuran
Dasar Kebijakan
atau Tujuan-
tujuan Kebijakan
Ukuran – ukuran
Dasar Kebijakan
Hasil penelitian, dalam Program
GEBRAK PAKUMIS ukuran yang
digunakan adalah Peraturan Bupati
Tangerang nomor 59 tahun 2014
tentang Pedoman Pelaksanaan
Program Gerakan Bersama Rakyat
Atasi Kawasan Kumuh, Padat dan
Miskin. Program GEBRAK
PAKUMIS sudah memiliki aturan
yang jelas dan terstruktur baik dari
tingkat pemerintah pusat ke tingkat
pemerintah daerah, dan para pihak
yang terlibat sudah sesuai
menjalankan Program GEBRAK
PAKUMIS sudah sesuai dengan
aturan dan standar yang telah
ditetapkan.
Tujuan – tujuan
Kebijakan
Hasil penelitian, Program
GEBRAK PAKUMIS memiliki
tujuan kebijakan yaitu dapat
membantu masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR) agar
mampu membangun atau
meningkatkan kualitas huniannya
sehingga dapat menempati rumah
yang lebih layak, dan di 3 desa
tersebut, dengan adanya Program
125
GEBRAK PAKUMIS sudah cukup
terbantu dan masyarakat sudah
cukup merasakan dampak dari
bantuan Program GEBRAK
PAKUMIS, tapi masalah yang
sering terjadi di Desa Sodong dan
Desa Pematang kinerja dari KPM
nya dirasa masih kurang maksimal,
dalam penentuan warga yang
didahulukan dalam menerima
bantuan. Dan besar harapan warga
agar bantuan yang diberikan bisa
lebih banyak lagi, terkait bahan
materialnya seperti genteng,
keramik dan flapond.
2 Sumber Daya Sumber Daya
Manusia
Hasil penelitian, dalam Program
GEBRAK PAKUMIS jumlah
Sumber Daya Manusia yang
terlibat masih sangat terbatas
dalam jumlahnya, terutama di
Pihak UPK yang dirasa masih
harus ada penambahan jumlah
SDM. Karena hanya ada 1 staff
dari pihak UPK yang bertugas
untuk berkoordinasi dengan 3 desa
yang berada di Kecamatan
Tigaraksa. Karena hanya ada 1
orang yang bertugas nantinya akan
membuat kinerjanya menjadi
kurang maksimal dan membuat
warga akan semakin lama jika
ingin berkoordinasi dengan Pihak
Implementor Program GEBRAK
PAKUMIS.
Sumber Daya
Anggaran
Hasil penelitian, jumlah Sumber
Daya Anggaran yang ada didalam
Program GEBRAK PAKUMIS
masih sangat minim dalam
memenuhi pembangunan rumah
tidak layak huni, semua pihak yang
terlibat juga sependapat bahwa
anggaran yang disediakan masih
terlalu minim, dengan hanya
dianggarkan 13 juta per 1 unit
rumahnya dan sudah termasuk
dalam pembangunan fisik,
126
septictank dan pembayaran tukang.
Bantuan tersebut berupa bahan-
bahan material yang akan diterima
oleh warga.
3 Komunikasi
Antar Organisasi
dan Kegiatan
Pelaksana
Komunkasi Antar
Organisasi
Hasil penelitian, komunikasi yang
tejalin dalam Program GEBRAK
PAKUMIS belum sepenuhnya baik
yang terjadi di masyarakat setiap
desanya. Seperti di desa Margasari
masih ada warga yang masih
belum paham mengenai adanya
Program GEBRAK PAKUMIS,
sedangkan di desa sodong dan
Desa Margasari masih
mengeluhkan terkait tidak adanya
komunikasi kapan bantuan
Program GEBRAK PAKUMIS itu
turun di setiap desanya, jadi warga
masih sering menanyakannya
kepada pihak KPM, kapan
bantuannya turun agar warga bisa
mempersiapkan terlebih dahulu
jika bantuannya datang ke
rumahnya.
Organisasi
Pelaksana
Hasil Penelitian, karena hanya satu
dinas yang terlibat dalam Program
GEBRAK PAKUMIS yaitu hanya
Bappeda. Bappeda yang
bertanggung jawab secara penuh
dalam berjalannya Program
GEBRAK PAKUMIS dari tahap
perencanaan hingga ke tahap
evaluasinya. Itulah yang
menyebabkan lamanya proses
birokrasi yang ada di dalam
Program GEBRAK PAKUMIS,
jadi Bappeda harus bisa
memverifikasi dan memvalidasi
semua data yang berhubungan
dengan Program GEBRAK
PAKUMIS. Dan setiap tahunnya
BAPPEDA harus bisa merenovasi
1000 lebih rumah tidak layak huni
yang berada di Kabupaten
Tangerang, dan itu akan memakan
waktu yang cukup lama. Warga
127
kerap kali mengeluhkan terkait
lamanya proses bantuan turunnya,
di Desa Sodong bantuan turun
pada bulan November sedangkan
untuk Desa Pematang dan Desa
Margasari di bulan Desember, dan
untuk pengajuan proposalnya
serentak di bulan juni.
4 Karakteristik
Agen-agen
Pelaksana
Sikap
Implementor
dalam
menjalankan
Program
GEBRAK
PAKUMIS
Hasil penelitian, sikap
implementor dalam menjalankan
Program GEBRAK PAKUMIS
sudah dibilang cukup baik kepada
warga yang menerima bantuan
Program GEBRAK PAKUMIS,
karena para pihak implementor
juga sering datang ke lokasi untuk
memastikan bahwa pekerjaan yang
sedang dilakukan itu sudah sesuai
dengan standard an aturan yang
telah ditetapkan. Pihak
implementor juga datang untuk
sekedar menanyakan keluhan yang
ingin warga sampaikan, dan warga
pun sudah cukup puas terhadap
sikap implementor yang ada.
Memang masih ada yang belum
optimal seperti terbatas jumlah
SDM dan kinerja dari sikap KPM
yang sering menjadi keluhan warga
dalam Program GEBRAK
PAKUMIS.
5 Kondisi-kondisi
Sosial, Ekonomi
dan Politik
Kondisi Sosial Hasil penelitian, Program
GEBRAK PAKUMIS sudah cukup
untuk bisa meningkatkan kondisi
sosial di lingkungan tersebut,
terutama kepada warga yang
menerima bantuan Program
GEBRAK PAKUMIS, para warga
sekarang sudah mulai percaya diri
jika harus bersosialisasi dengan
tetangganya, dulu mereka masih
malu karena hanya memiliki rumah
yang hanya terbuat dari bilik
bambu. Karena dengan memiliki
rumah yang layak huni membuat
para warga juga terhindar dari
128
berbagai macam penyakit dan akan
membuat kondisi rumah menjadi
nyaman sebelum melakukan
aktifitas.
Kondisi Ekonomi Hasil penelitian, Program
GEBRAK PAKUMIS sudah cukup
dapat membantu kondisi ekonomi
para warga yang menerima
Program GEBRAK PAKUMIS.
Karena warga yang menerima
Program GEBRAK PAKUMIS
tidak lagi mengeluarkan biaya
yang sangat banyak dalam
merenovasi rumahnya yang sudah
tidak layak huni, para warga hanya
tinggal sedikit memberi makan
kepada tukang, dan sedikit
nambahin apabila ada yang kurang
bahan-bahan materialnya seperti
yang diutarakan warga di desa
Margasari. Tapi Program
GEBRAK PAKUMIS ini hanya
masih bersifat untuk pembangunan
fisik bangunannya saja, dan belum
ada program untuk meningkatkan
kondisi ekonomi warga penerima
bantuan Program GEBRAK
PAKUMIS. Warga di desa Sodong
masih mengharapkan agar
kedepannya Program GEBRAK
PAKUMIS ini juga dapat
memberikan pelatihan-pelatihan
kepada warga, agar nantinya warga
tersebut juga mempunyai
kemampuan dan keahlian dalam
dunia kerja. Sedangkan warga di
Desa Pematang sudah merasa
cukup terbantu dengan adanya
Program GEBRAK PAKUMIS
tapi mengharapkan agar
bantuannya bisa lebih diperbanyak,
agar warga tidak terlalu banyak
nambah-nambah jika ada
kekurangannya.
Kondisi Politik Hasil penelitian, Program
GEBRAK PAKUMIS sama sekali
129
tidak berkaitan atau berhubungan
dengan kondisi politik di setiap
lingkungannya, dan setiap warga
atau KPM yang ditanya tentang
kondisi politik juga warga terlihat
bingung, karena dalam Program
GEBRAK PAKUMIS ini tidak ada
hubungannya dengan kondisi
politik. Program GEBRAK
PAKUMIS ini bergerak atas nama
sosial, dan murni dari kepedulian
Pemerintah Daerah kepada
warganya yang masih memiliki
rumah tidak layak huni.
6 Disposisi
Pelaksana
Implementor
sudah memiliki
tanggung jawab
yang baik dalam
Program
GEBRAK
PAKUMIS.
Hasil penelitian, pihak
implementor Program GEBRAK
PAKUMIS sudah memiliki
tanggung jawab yang cukup baik,
dalam menjalankan Program ini,
semua pihak yang terlibat sudah
sesuai dengan aturan dan standar
yang telah ditetapkan. Karena jika
ada salah satu pihak yang tidak
mentaati peraturan yang berlaku
akan mendapati surat peringatan
yang bertujuan agar program
tersebut tidak semakin salah.
Kemampuan dan tanggung jawab
para stakeholder sudah cukup baik
untuk menyakinkan masyarakat
bahwa program ini sudah jelas
secara teknis maupun non teknis.
Tapi warga tetap mengeluhkan
lamanya proses verifikasi dalam
program GEBRAK PAKUMIS,
sehingga membuat warga bingung
terkait kapan program ini akan
berlangsung di wilayahnya. Seperti
yang terjadi di Desa Sodong dan
Desa Pematang karena masih harus
menunggu cukup lama setelah
penyerahan proposal.
Pihak
Implementor dan
Kelompok sasaran
memahami
Hasil Penelitian, Program
GEBRAK PAKUMIS ini sedikit
berbeda dengan Program bedah
rumah atau program serupa yang
130
maksud dan tujuan
diadakannya
Program
GEBRAK
PAKUMIS
terjadi di daerah lain, karena
Program GEBRAK PAKUMIS ini
tingkat keberhasilannya berada di
tangan masyarakat, karena
masyarakat harus ikut
berpartisipasi secara langsung
dalam Program GEBRAK
PAKUMIS. Sayangnya masih ada
warga yang belum mengetahui
terkait maksud dan tujuan yang
diadakannya Program GEBRAK
PAKUMIS, warga masih banyak
yang mengira terkait bahwa
Program ini masyarakat hanya
tinggal menerima bersih saja,
seperti yang terjadi di Desa
Margasari dan Desa Pematang.
Butuh pendekatan yang lebih jelas
lagi, karena tidak semua warga
bisa menerima informasi secara
jelas. Tapi warga sudah bisa
merasakan tujuan diadakannya
Program GEBRAK PAKUMIS,
karena sekarang warga bisa hidup
lebih nyaman lagi, ditempat yang
sudah layak huni. Tapi besar
harapan warga agar kedepannya
Program GEBRAK PAKUMIS
bisa dapat membantu sepenuhnya
dalam merevitalisasi rumah-rumah
tidak layak huni, terutama
bantuannya bisa lebih diperbanyak
lagi bahan materialnya dan jumlah
penerima bantuannya.
Sumber : Peneliti 2017
131
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan di lapangan mengenai
pelaksanaan Implementasi Kebijakan Program Gerakan Bersama Rakyat Atasi
Kawasan Padat, Kumuh dan Miskin dalam Pembangunan Daerah di Kecamatan
Tigaraksa Kabupaten Tangerang Tahun 2016 masih belum berjalan secara optimal
karena masih ditemukan beberapa kendala yang menghambat pelaksanaan
Program GEBRAK PAKUMIS.
Kurangnya dana yang dianggarkan dalam Program GEBRAK PAKUMIS
untuk per 1 unit rumahnya, karena hanya dianggarkan 13 juta per 1 unit
rumahnya. Kemudian kurang maksimalnya kinerja kelompok penerima manfaat,
Kelompok Penerima Manfaat lebih sering mendahulukan kepentingan pribadinya
dibandingkan fakta yang berada di lapangan.
Keterbatasan jumlah Sumber Daya Manusia yang terlibat dalam Program
GEBRAK PAKUMIS. Terutama di pihak UPK harus ditambah lagi jumlah
Sumber Daya Manusianya. Lamanya proses birokrasi yang ada di dalam Program
GEBRAK PAKUMIS. Warga sering mengeluhkan terkait lamanya proses
turunnya bantuan Program GEBRAK PAKUMIS. Lamanya proses birokrasi
dikarenakan hanya ada satu dinas yang menjalankan Progam GEBRAK
PAKUMIS ini, yaitu hanya BAPPEDA.
132
5.2 Saran
1. Pihak BAPPEDA dan pihak UPK harus melakukan pengawasan lebih
ketat lagi terhadap kinerja dari KPM yang berada di setiap desa. Pihak
BAPPEDA dan UPK harus melakukan pengecekan ulang terhadap warga
yang menerima bantuan baik secara kondisi rumahnya agar dapat
menentukan tingkat kelayakan huni dalam satu rumah dan dapat
mendahulukan warga yang komdisi rumahnya sudah sangat tidak layak
huni, dan harus memvalidasi dan memverifikasi ulanh persyaratan yang
harus dipenuhi dalam memenuhi kriteria masyarakat penerima bantuan
Program GEBRAK PAKUMIS.
2. BAPPEDA harus menambah lagi jumlah SDM yang berada di pihak UPK,
dikarenakan jumlah SDM di pihak UPK hanya ada 3 orang, dan ditambah
pihak UPK tidak hanya mengurusi Program GEBRAK PAKUMIS semata.
BAPPEDA setidaknya harus menambah 2 orang pegawai lagi di setiap
desanya untuk menjadi pendamping pihak UPK. Pemerintah Kabupaten
Tangerang melalui Pihak BAPPEDA harus menyediakan anggaran
tambahan untuk melakukan tambahan pembayaran honorarium di tingkat
pihak UPK, yang diperuntukkan untuk tambahan pegawai tersebut.
3. Jumlah anggaran yang disediakan harus bisa ditambah lagi per 1 unit
rumahnya, agar luas bangunan yang akan dibangun bisa lebih besar lagi,
dan bahan-bahan materialnya bisa lebih banyak lagi, seperti plafon,
keramik dan genteng agar masyarakat bisa semakin nyaman. Karena di
dalam Peraturan Bupati Tangerang nomor 59 Tahun 2014 tentang
133
pedoman pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS sudah tertulis
bahwa lantai terbuat dari semen / keramik dan atap terbuat genteng / asbes.
Anggaran yang disediakan juga harus bisa ditambah dalam permasalahan
mengentaskan kesmiskinan, karena Kabupaten Tangerang masih termasuk
dalam daerah penyangga ibukota dan memiliki tingkat UMP terbesar
ketiga di Provinsi Banten. Sumber : BPS Provinsi Banten Tahun 2016
4. BAPPEDA harus melibatkan banyak dinas lagi yang terlibat dalam
Program GEBRAK PAKUMIS, agar pembagian tugasnya bisa dibagi-bagi
dan tidak hanya dipegang oleh BAPPEDA saja. Seperti Dinas Perumahan
dan Pemukiman yang bertugas untuk menentukan standarisasi dan
memilih kawasan-kawasan dan rumah-rumah yang tidak layak huni yang
dapat menerima bantuan Program GEBRAK PAKUMIS dan Dinas Cipta
Karya yang untuk melakukan perancangan dalam melakukan kegiatan
fisik dalam Porgram GEBRAK PAKUMIS. Supaya Program GEBRAK
PAKUMIS ini bisa lebih menjadi efektif.
Daftar Pustaka
Sumber Buku
Agustino, Leo. 2006. Politik & Kebijakan Publik. Bandung: AIPI Bandung
. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta
Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press
Estaswara, Helpris. 2010. Stakeholder Relationship in Integrated Marketing Communication.
Jakarta : Universitas Pancasila
Kriyantono, R. 2012. Public Relation & Crisis Management: Pendekatan Critical Public
Relations Etnografi Kritis & Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Group
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Cetakan Kelima. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nugroho, D., Riant. 2003. Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta:
Elex Media Komputindo
. 2011. Public Policy Dinamika Kebijakan – Analisis Kebijakan – Manajemen
Kebijakan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Pasolong, H. 2011. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tachjan. 2006. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: AIPI.
Tahir, Arifin. 2014. Kebijakan Publik & Transparansi Penyelenggaran Pemerintah Daerah.
Bandung: Alfabeta.
Thoha, Miftah. 2002. Perilaku Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Winarno, Budi. 2008. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Jakarta: PT Buku Kita.
Peraturan Daerah
Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 5 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Tahun 2013-2018
Peraturan Bupati Tangerang Nomor 59 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program
Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat, Kumuh, dan Miskin (Gebrak Pakumis)
Kabupaten Tangerang
Dokumen - Dokumen Lain
Badan Pusat Statistik Provinsi Banten. 2015. Kabupaten Tangerang Dalam Angka. Tangerang
Skripsi
Emi Marta Sari di Universitas Lampung pada tahun 2016 dengan judul “Implementasi Program
Neighborhood Upgrading Shelter and Project Phase 2 (NUSP PHASE2) di Kelurahan
Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung ”.
Agisthia Lestari di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 2012 dengan judul
“Implementasi Program Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat Kumuh dan Miskin
(GEBRAK PAKUMIS) Dalam Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Tangerang (Studi
Kasus Kecamatan Kresek).
Siti Hawiyah di Universitas Maritim Raja Ali Haji pada tahun 2016 dengan judul “ Evaluasi
Kebijakan Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni Masyarakat Kelurahan
Sijantung Kecamatan Galang Kota Batam Tahun 2014”.
Ruvi Indayu di Universitas Riau pada tahun 2013 dengan judul “Pembangunan Rehabilitasi
Rumah Tidak Layak Huni Termasuk Jamban / Sanitasi Keluarga Oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Karimun di Kecamatan Tebing Tahun 2012.”
Thesis
Sri Puji Astuti di Universitas Lampung pada tahun 2015 dengan judul “Implementasi Kebijakan
Program Bedah Rumah Kota Bandar Lampung Tahun 2014”
Jurnal Ilmiah
Samugyo Ibnu Redjo berjudul “Strategi dan Aksi Percepatan Pembangunan Daerah” di
Universitas Komputer Indonesia Tahun 2013
LAMPIRAN
Lampiran : Dokumentasi Penelitian
Dokumentasi wawancara peneliti dengan semua narasumber dalam penelitian ini :
1. Wawancara dengan Pak Erwin Mawandy
2. Wawancara dengan Pak Chamdani
3. Wawancara dengan Pak Yunus
4. Wawancara dengan Pak Adis Darori dan Pak Dadang
5. Wawancara dengan Pak Oyo KPM Desa Pematang
6. Wawancara dengan Pak Tami sebagai warga penerima manfaat Desa Pematang
7. Wawancara dengan Pak Udin Sebagai KPM Desa Margasari
8. Wawancara dengan Bu Surtiah sebagai warga penerima manfaat Desa Margasari
Rumah warga yang masih berbentuk bilik di Desa Margasari
Rumah warga yang menerima Program Bantuan GEBRAK PAKUMIS Desa Margasari
Peneliti Bersama Ketua KPM Desa Margasari melihat rumah Warga Penerima Bantuan
Rumah warga penerima bantuan Desa Pematang
Kondisi rumah warga di Desa Pematang yang tidak mendapat flapond
Peneliti dan Ketua KPM Desa Pematang melihat rumah warga penerima bantuan
Kondisi Rumah warga yang masih bilik di Desa Sodong
Bahan-bahan material yang disediakan di Desa Sodong
Proses pembangunan rumah warga penerima Bantuan di Desa Sodong
Pembangunan pondasi rumah warga penerima bantuan di Desa Sodong
Situasi kamar mandi di salah satu rumah warga penerima bantuan Desa Pematang
Lampiran : Kategorisasi Data
No Pertanyaan Jawaban Kode
Informan
1 Apa dasar peraturan yang
digunakan dalam Program
GEBRAK PAKUMIS dan
tujuan kebijakan dari Program
GEBRAK PAKUMIS?
1. Dalam menjalankan Program GEBRAK
PAKUMIS ini kita dilandasi oleh UU
nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan
dan Pemukiman. Pemerintah pusat
menjelaskan dalam UU tersebut bahwa
Perumahan dan Pemukiman yang berada
di wilayah administrasi Pemerintah
Daerah yang ada di Indonesia itu menjadi
tanggung jawab untuk Pemerintah Daerah
itu sendiri. Dan kemudian untuk tujuan
Program GEBRAK PAKUMIS untuk
mengurangi angka kemiskinan yang
berada di Kabupaten Tangerang dengan
cara merevitalisasi rumah-rumah tidak
layak huni. Program GEBRAK
PAKUMIS dirancang untuk tidak
mencari profit dan tender. Ini murni
sinergi antara pemerintah dengan
masyarakat.
2. Pemerintah Pusat mengeluarkan UU
nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan
dan Permukiman, yang harus
ditingkatkan di tingkat daerah karena
urusan perumahan dan pemukiman itu
menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah. Dalam Program GEBRAK
PAKUMIS, Pemerintah Kabupaten
Tangerang mengeluarkan Peraturan
Bupati Tangerang yang sampai saat ini
masih digunakan yaitu nomor 59 tahun
2014 tentang Pedoman Pelaksanaan
Program GEBRAK PAKUMIS. Tujuan
dari diadakannya Program GEBRAK
PAKUMIS ini adalah wilayah Kabupaten
Tangerang ini terbebas dari kawasan-
kawasan kumuh, padat dan miskin dan
bisa merevitalisasi rumah-rumah yang
tidak layak huni. Dan diharapkan
masyarakat harus mau ikut turun
langsung dalam Program GEBRAK
PAKUMIS.
3. Sebenarnya saya kurang bisa menjawab
pertanyaan untuk dasar peraturannya tapi
mungkin saya bisa jawab untuk tujuan
kebijakannya, PGP ini bertujuan untuk
memberantas kemiskinan dan penataan
I1.2
I1.1
I1.3
lingkungan. Program GEBRAK
PAKUMIS ini adalah program bedah
rumah yang sangat melibatkan
masyarakat sesuai dengan judulnya
GEBRAK kan gerakan bersama rakyat.
Kita berharap adanya program ini dapat
menciptakan nuansa gotong royong yang
telah lama hilang di masyarakat, baik
yang menerima atau tidak menerima
bantuan harus saling membantu warga di
lingkungannya sendiri, sehingga nantinya
kita bisa ciptakan adanya keseimbangan
sosial.
2 Fakrot-faktor apa saja yang
menyebabkan kinerja Program
GEBRAK PAKUMIS semakin
membaik atau memburuk?
1. Kuncinya adalah keterlibatan
masyarakat itu sendiri, karena dana
yang diberikan kepada masyarakat
hanya bersifat stimulan. Masyarakat
juga harus proaktif dalam program ini.
Karena dana yang diberikan belum
mencukupi untuk membangun satu
unit rumah. Disini juga UPK harus
bisa mensosialisasikan secara jelas
kepada masyarakat.
2. Ya kalo yang menjadi kendala dalam
Program GEBRAK PAKUMIS ya
belum ada sih pak, semuanya berjalan
baik-baik saja. Tapi yang menentukan
tingkat keberhasilannya ya
masyarakat itu sendiri pak.
Bagaimana respon masyarakat
terhadap program ini, ya kalo
responnya baik ya hasilnya akan baik
juga.
3. Program GEBRAK PAKUMIS ini
sudah berjalan cukup baik, belum ada
yang menjadi masalah yang cukup
berarti, ya tinggal bagaimana
masyarakatnya aja sih pak. Ya kalo
masyarakatnya dapat menciptakan
budaya gotong royong lagi itu akan
sangat membantu kita, seperti
masyarakat yang belum menerima
bantuan ya dibantu-bantu lah
tetangganya yang lagi menerima
bantuan. Ya karena program ini
memang dari masyarakat, oleh
masyarakat dan untuk masyarakat
I1.1
I1.2
I1.3
4. Program GEBRAK PAKUMIS sudah
cukup membantu masyarakat dalam
membangun rumah rumah yang tidak
layak huni disini bahkan banyak
masyarakat yang masih menunggu
adanya program ini lagi ke lingkungan
kita lagi pak. Ya saya rasa sih
program ini sudah bisa dirasakan oleh
masyarakat manfaatnya dan sudah
cukup membantu lah pak.
I2.3
3 Apakah kelompok sasaran
Program GEBRAK PAKUMIS
sudah sesuai dengan kriteria
yang dibutuhkan?
1. Ya kita menjalankan Program
GEBRAK PAKUMIS selalu dengan
aturan dan standar yang telah
ditetapkan. Dalam hal menentukan
kelompok sasaran juga saya rasa
sudah tepat dan sesuai dengan aturan
yang telah ditetapkan. Kalau masih
ada warga yang belum dapet bantuan
Program GEBRAK PAKUMIS, ya
harap untuk menghubungi lagi pihak
KPM di daerahnya masing-masing
saja, karena kita akan melakukan
verifikasi dan validasi data sesuai
dengan proposal yang diserahkan oleh
pihak KPM nantinya.
2. Saya rasa kriteria penerima bantuan
Program GEBRAK PAKUMIS sudah
sesuai tepat saran dan sudah sesuai
dengan aturan yang berlaku. Dilihat
secara indikatornya rumah sendiri, ya
saya kira juga sudah cukup tepat,
seperti atap masih rumbia, tembok
juga masih bilik, ya saya kira
semuanya sudah tepat sasaran.
3. Kriteria yang kita tetapkan dari awal,
persyaratan awal yang diajukan foto
rumah dan fotocopy KTP, kemudian
pihak BAPPEDA memverifikasi
kembali setelah itu. Dan saya rasa
sudah 100% layak menerima bantuan.
4. Saya rasa sih masih banyak warga
yang rumahnya sudah sangat tidak
layak huni seperti saya, tapi belum
menerima bantuan. Ya walaupun saya
sudah dapet, tapi yang rumahnya
kondisinya ya bisa dibilang sedikit
I1.1
I1.2
I1.3
I3.2
lebih baik dari saya, malah diduluin
gitu padahal masih banyak rumah
yang kualitasnya masih dibawah saya
tapi mereka belum menerima bantuan.
Soalnya KPM juga ikut nentuin sih
pak siapa yang dapat duluan pak.
5. KPM nya kadang suka tidak adil pak,
kemarin saja pak ada 2 rumah warga
yang sudah sangat tidak layak huni,
tapi tidak menerima program bantuan
ini. Malah orang lain yang rumahnya
sedikit baik lah pak yang malah
didahuluin. Ya katanya sih masih
saudara pak yang dapetnya jadi
didahuluin gitu pak. Ya tapi saya mah
alhamdulilah dapet pak.
I3.1
4 Apakah sumber daya manusia
dalam Program GEBRAK
PAKUMIS sudah memadai dan
mampu meningkatkan kinerja
Program GEBRAK
PAKUMIS?
1. Saya rasa SDM nya sudah cukup
ideal, karena sudah ada Tim Teknis
dan Tim Fasilitasi yang berasal dari
masyarakat juga, dan didampingi juga
oleh pihak UPK. Ya sudah cukup
ideal lah. Ya kalau untuk menilai
kemampuan seseorang ya eko liat
kelapangan saja, tanyakan ke warga
apakah SDM nya sudah cukup
mumpuni atau belum menangani
program ini, saya rasa sih sudah
cukup mumpuni.
2. Kalo bicara SDM tidak ada yang bisa
disebut berkualitas, yang penting
mereka harus tetap mau belajar dan
harus ada juga yang memberikan
sebuah pembelajaran yang baik juga.
Kita harus selalu bisa melakukan
pemberdayaan kepada setiap orang
yang tadinya tidak tau, menjadi tau
dan bisa. Kalau untuk terkait
jumlahnya, kita untuk SDM nya ada
sekitar 15-20 terdiri dari Tim Teknis,
Tim Fasilitasi, UPK, KPM dan
beberapa penerima bantuan. Tapi
untuk di pihak UPK saya harap ada
penambahan pegawai, karena
jumlahnya masih sangat sedikit
disana. Biar lebih efektif untuk
pengerjaan di setiap desanya.
I1.1
I1.2
3. Insha Allah SDM nya sudah sangat
berkualitas, dari tingkat kabupaten
sampai pihak UPK dan KPM sudah
cukup dan sudah bisa membantu
masyarakat. Yang penting kita bisa
jaga amanat dari pemda untuk
bertugas sesuai dengan aturan yang
telah ditetapkan. Kalau terkait jumlah
si masih kurang saya rasa harusnya
ditambah lagi, apalagi terkait SDM
yang terkait di pihak UPK ini kan
tidak hanya mengurusi Program
GEBRAK PAKUMIS saja.
4. Ya kalo terkait SDM nya sih saya rasa
jumlah SDM nya yang harus ditambah
lagi, saya juga berkoordinasi dengan
pak amin saja pak, yang dimana pak
amin juga harus mengurusi 3 desa di
Kecamatan Tigaraksa, bukan hanya di
desa saya saja pak. Ya kalau bisa
setiap satu desa ada satu orang gitu
lah yang pak mengurusi, biar lebih
efektif saja pak.
5. Ya sebagai warga sih ya kalau jumlah
SDM nya saya rasa masih butuh
tambahan jumlahnya lah pak, ya
namanya kan ini juga bangun rumah
ya harus lebih banyak tenaga nya pak,
ya terlebih dari tukangnya agar
ditambah lagi, kan setiap warga beda-
beda yah pak ada yang mau bantu ada
juga yang diem saja. Ya kalau tukang
nya bisa lebih banyak kan bisa lebih
cepat pak.
I1.3
I2.2
I3.1
5 Apakah sumber daya anggaran
sudah cukup dan dapat
menunjang Program GEBRAK
PAKUMIS?
1. Program GEBRAK PAKUMIS ini
sumber pendanaanya hanya berasal
dari APBD saja, karena sudah sesuai
dengan perbup yang berlaku. Terkait
jumlah dana nya saya rasa masih
sangat kurang, kita hanya dianggarkan
11 juta untuk membangun satu unit
rumah, saya rasa masih sangat kurang.
Jika dibandingkan dengan daerah lain,
Program GEBRAK PAKUMIS nilai
nominalnya masih dibawah
dibandingkan dengan program serupa.
I1.1
2. Kalau anggaran saya bilang masih
sangat kurang, karena per 1 unit
rumahnya hanya 11 juta. Karena
untuk tahun 2016 kita dianggarkan
oleh Pemerintah Kabupaten
Tangerang 13 milyar dan kita harus
membangun 1000 rumah lebih di
Tahun 2016, jadi ya saya rasa masih
kurang untuk terkait dananya. Karena
menurut pemerintah pusat melalui
program BSPS, dana yang harus
dianggarkan per 1 unit rumahnya
adalah 15 juta rupiah. Bayangin saja
kalau duit 11 juta bagi para pejabat
mah ya cukup untuk garasinya saja.
Tapi kan kalau kita buatkan 1 unit
rumah untuk masyarakat tidak mampu
ya pasti banyak manfaatnya.
3. Kalau masalah anggaran masih sangat
jauh untuk dibilang cukup. Karena
untuk 1 unit rumah hanya dengan
anggaran 11 juta saja. Dan kita juga
harus bisa membangun rumah, atap
dan juga septictank.
4. Ya kalau saya Alhamdulillah sih pak
masih ada tabungan sedikit lah yah
pak untuk nambah-nambah
kekurangan dari bahan materialnya.
Seperti plafond dan ya paling nambah
batakonya sedikit pak. Ya tapi saya
rasa sih sudah cukup.
5. Saya juga rasa sudah cukup
membantu lah pak, yang penting
sekarang saya bisa tidur nyaman saja
pak. Ya walaupun dapur saya tidak
ikut dibangun dapur saya masih daun
juga atapnya. Ya saya juga nambah
nambahin kayu-kayu sedikit lah pak.
Ya saya harap sih kedepannya bisa
dibangun semua gitu pak, ya bisa
dikeramik juga lah pak.
6. Alhamdulilah warga sini sudah cukup
bisa merasakan Program GEBRAK
PAKUMIS ini pak. Ya kita sih udah
bisa mensiasati kalau ada
kekurangannya pak. Kita dari awal
I1.2
I1.3
I2.3
I3.3
I3.1
pengajuan proposal warganya sudah
patungan terlebih dahulu sih pak, ya
karena nantinya takut ada kekurangan
pak ya kita udah siap nambahin pak,
dari uang patungan warga tersebut.
Soalnya di daerah sini masih sangat
banyak pak rumah tidak layak
huninya pak. Jadinya kita saling
membantu saja lah pak.
7. Ya dibilang terbantu ya terbantu sih
pak, tapi ya saya juga harus nambahin
yang kekurangannya itu, mana
penghasilan saya juga kan cuman
sebagai petani saja pak, yang ga tentu
hasilnya. Terus juga kan ngasih
tukangnya kopi atau makan juga pak,
ya walaupun emang ga wajib ya
cuman saya tetep ga enak saja lah pak
dia sudah kerja buat saya. Ya mau
ngerjain sendiri saya juga udah tua lah
pak, yaudahlah pak yang penting
rumah saya sudah jadi dan saya bisa
tidur enak aja gitu pak.
I3.2
6 Apakah bappeda sudah bisa
mengkomunikasikan dengan
baik kepada pihak-pihak yang
berkaitan dengan Program
GEBRAK PAKUMIS ?
1. Saya rasa BAPPEDA sudah bisa
mengkomunikasikan dengan baik
untuk Program GEBRAK PAKUMIS
ini. Karena BAPPEDA sebagai
koordinator program ini, BAPPEDA
juga harus bisa memfasilitasi semua
yang terjadi di lapangan dan
mengevaluasi ketika program nya
sudah selesai.
2. Saya kira kita pihak implementor
sudah mengkomunikasikan dengan
baik, dan beberapa kali sudah
mendapat penghargaan dari
pemerintah pusat. Bappeda sudah bisa
mengkomunikasikan baik secara
informasi, sosialisasi dan anggaran
terhadap Program GEBRAK
PAKUMIS ini. Secara tupoksi juga
sudah betul.
3. Saya yakin Bappeda sudah
mengkomuniskan dengan baik, karena
sudah dapat menjalin koordinasi yang
baik juga dengan pihak-pihak terkait.
I1.1
I1.2
I1.3
4. Ya saya hanya tahunya program ini
kaya program bedah rumah pak, terus
ntar dikirim bahan-bahan materialnya,
terus ntar ada tukangnya. Ya taunya
saya tinggal terima bersih gitu pak.
Kalau jumlahnya saya kurang tau, tapi
bahan-bahan materialnya cukup lah
pak untuk ngebenerin rumah saya pak.
I3.3
7 Apakah koordinasi yang
tercipta sudah baik antar
instansi instansi yang terkait
dalam Program GEBRAK
PAKUMIS ?
1. Koordinasi yang tercipta juga sudah
baik antara instansi-instansi yang
terkait dalam Program GEBRAK
PAKUMIS. Karena Bappeda selaku
koordinator program ini, jadi Bappeda
harus bisa memfasilitasi dan
mengevaluasi.
2. Saya kira Bappeda sudah bisa
mengkomunikasikan dengan baik,
karena pasti sudah bisa menciptakan
koordinasi yang baik juga antar
instansi-instansi terkait dalam
Program GEBRAK PAKUMIS.
Karena jika tidak tercipta dengan baik
maka Program GEBRAK PAKUMIS
tidak akan berlanjut sampai tahun ini.
3. Saya yakin BAPPEDA juga sudah
menjalin komunikasi yang baik,
sehingga dapat menciptakan
koordinasi yang baik dan dapat
bekerjasama dengan baik juga dengan
para instansi yang terkait program ini.
Dan semua pihak yang terlibat sudah
memberikan pemahaman yang sangat
jelas di masyarakat terkait standar dan
aturan yang berlaku dalam program
ini, paling masyarakat hanya
mengeluhkan lamanya bantuan
program itu sampai ke rumah
masyarakat itu sendiri, ya saya juga
mau bagaimana lagi kalau dari
atasnya belum turun, ya saya juga
belum bisa bekerja. Ditambah lagi kan
pihak UPK tidak hanya mengurusi
Program GEBRAK PAKUMIS.
4. Masyarakat sejauh ini sudah cukup
mengerti terkait adanya bantuan
I1.1
I1.2
I1.3
I2.2
Program GEBRAK PAKUMIS ini,
sudah cukup jelas juga untuk
prosesnya. Karena pihak UPK sering
kesini juga untuk mensosialisasikan
Program GEBRAK PAKUMIS dan
pihak BAPPEDA juga sering kesini
untuk mengontrol jalannya program
ini mas. Saya rasa sih masyarakat
sudah cukup paham terkait adanya
Program GEBRAK PAKUMIS,
paling yang masyarakat pertanyakan
lama turunnya aja waktu itu, kapan
nih tidak turun-turun bantuannya gitu.
Kalau di desa saya sih pengajuan
proposalnya bulan juni, pengerjaannya
baru mulai awal bulan Desember. Ya
jadi memang cukup lama pak.
5. Ya kalau komunikasi dengan
BAPPEDA sih sering pak kesini dari
awal sosialisasi program ini, pas
pengerjaan rumah juga ada, sampai
pas tahap akhir juga ada pak. Ya
paling kendalanya lamanya
bantuannya turun pak, warga juga
banyak yang nanya kapan turunnya,
karena kita tidak dikasih tahu kapan
turunnya, jadi ya saya sama warga
lainnya belum siap-siap untuk
menyiapkan semuanya pak.
6. Ya seperti yang saya bilang di awal
pak, komunikasi yang terjalin sudah
cukup baik antara masyarakat, UPK
dan BAPPEDA, ya sudah sering
ketemu lah pak dalam program ini.
Sudah sering ngobrol juga kalau ada
masalah gitu pak. Ya mungkin
kendalanya lamanya bahan-bahan
materialnya turun pak, ya saya juga
sempet nanya di desa lain ya tapi
sama saja pak, sama-sama belum
turun pak. Iyah warga paling suka
nanyain kapan turunnya nih
bantuannya kepada pihak KPM.
I3.2
I3.1
8 Apa yang menyebabkan
lamanya proses birokrasi yang
berada di dalam Program
1. Namun yang menjadi masalah untuk
kita, pasti warga mengeluhkan
lamanya proses birokrasi yang ada di
I1.1
GEBRAK PAKUMIS? kita, ya kita terima saja, karena
bayangkan setiap tahunnya
BAPPEDA harus bisa merenovasi
1000 rumah lebih di Kabupaten
Tangerang. Karena dinas yang terlibat
hanya BAPPEDA saja dalam Program
GEBRAK PAKUMIS, jadi kita harus
bekerja dari tahap awal sampai tahap
akhir, dan memastikan setiap pihak
yang terlibat sudah melakukan
pekerjaanya sesuai dengan standard an
aturan yang telah ditetapkan.
2. Tapi untuk lamanya proses birokrasi
ya kita kan harus setiap tahunnya bisa
memperbaiki 1000 lebih rumah tidak
layak huni di Kabupaten Tangerang,
ditambah lagi juga kita sendiri yang
harus memvalidasi dan memverifikasi
seluruh data-data yang berkaitan
dengan Program GEBRAK
PAKUMIS, kita juga harus
mengevaluasi hasil Program
GEBRAK PAKUMIS untuk setiap
tahun, dan harus mempersiapkan lagi
kawasan mana saja yang harus
direnovasi. BAPPEDA kan
programnya juga banyak, ditambah
lagi jumlah SDM dalam Program
GEBRAK PAKUMIS ini sangat
terbatas ya itu lah yang menyebabkan
lamanya proses birokrasi di dalam
Program GEBRAK PAKUMIS.
3. Paling masyarakat hanya
mengeluhkan lamanya bantuan
program itu sampai ke rumah
masyarakat itu sendiri, ya saya juga
mau bagaimana lagi kalau dari
atasnya belum turun, ya saya juga
belum bisa bekerja. Ditambah lagi kan
pihak UPK tidak hanya mengurusi
Program GEBRAK PAKUMIS.
I1.2
I1.3
9 Apakah sikap implementor
sudah baik dalam
melaksanakan program
GEBRAK PAKUMIS ini?
1. Saya rasa kita sudah menjalankan
progam dengan baik, kita juga sudah
memperlakukan kelompok sasaran
dengan baik, karena kelompok sasaran
kita juga jelas. Kita menentukannya
I1.1
berdasarkan jumlah masyarakat
miskin di Kabupaten Tangerang,
kemudian kita crosscek langsung dan
semuanya sudah tepat. Ya pokoknya
sudah sesuai dengan aturan yang
berlaku. Ya kita juga sering
monitoring di lapangan apakah pihak-
pihak yang terlibat juga sudah sesuai
bekerja dengan aturan yang telah
ditetapkan dan memperlakukan
dengan baik para masyarakat yang
menerima bantuan.
2. Ya saya rasa sudah yah, sudah baik
dalam menjalankan Program
GEBRAK PAKUMIS ini di
masyarakat. Saya malah jarang ada di
kantor pak, saya lebih suka turun di
lapangan pak. Untuk Program
GEBRAK PAKUMIS ini saya kira
masyarakat juga sudah benar benar
merasakan manfaat dari Program
GEBRAK PAKUMIS. Banyak
masyarakat yang cerita sama saya
bahwa sekarang mereka sudah
terbantu dengan adanya program ini.
Ya berarti itu sudah menunjukkan
bahwa pihak implementor sudah
bekerja dengan baik dan hasilnya pun
terasa sangat positif di masyarakat.
3. Saya kira Program GEBRAK
PAKUMIS sudah dijalankan dengan
baik dan sudah sesuai aturan juga.
Dan sejauh ini juga belum banyak
warga yang memberikan keluhannya.
Kita sebagai pihak implementor setiap
melakukan pekerjaan harus mengacu
sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan. Kita juga sering turun
langsung ke warga untuk mengecek
sudah sejauh mana pengerjaannya.
4. Ya kalau pihak BAPPEDA mah
sering kesini, dari peletakan batu
pertama, tahap pengerjaan sampai
tahap finishing juga suka kesini. Ya
untuk sekedar monitoring aja pak
katanya. Kalau dari pihak UPK mah
I1.2
I1.3
I2.1
sering kesini pak, kaya pak amin,
sering banget datang kesini untuk
ngecek ngecek gitu aja. Ya nanya-
nanya ke warga juga sudah sejauh
mana progress pembangunannya. Ya
saya rasa sih sudah cukup baik
pelayanannya.
5. BAPPEDA cukup sering lumayan
kesini pak. Ya mereka juga
mengawasi jika ada yang tidak sesuai
dengan aturan atau ada kesalahan dari
tukang, barulah ntar pihak BAPPEDA
komplen ke pihak UPK.
6. Ya saya rasa sih BAPPEDA sudah
cukup baik yah untuk menjalankan
program ini, udah ada yang
mengontrol juga ada yang mengawasi
juga waktu dalam pengerjaannya pak.
I2.3
I2.2
10 Apakah implementor sudah
bekerja sesuai dengan aturan
dan standar yang telah
ditetapkan dalam Program
GEBRAK PAKUMIS?
1. Ya pokoknya sudah sesuai dengan
aturan yang berlaku. Ya kita juga
sering monitoring di lapangan apakah
pihak-pihak yang terlibat juga sudah
sesuai bekerja dengan aturan yang
telah ditetapkan dan memperlakukan
dengan baik para masyarakat yang
menerima bantuan.
2. Kita sebagai pihak implementor setiap
melakukan pekerjaan harus mengacu
sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan. Kita juga sering turun
langsung ke warga untuk mengecek
sudah sejauh mana pengerjaannya.
3. Ya kalau dalam bekerja kita sudah
sesuai dengan aturan Peraturan Bupati
Tangerang nomor 59 Tahun 2014
tentang Pedoman Pelaksanaan
GEBRAK PAKUMIS yang masih
berlaku sampai saat ini. Contohnya
kita tidak akan membangun sebuah
kawasan jika hanya ada 2-3 unit
rumah saja yang tidak layak huni
I1.1
I1.2
I1.3
11 Apakah Program GEBRAK
PAKUMIS dapat membantu
meningkatkan kondisi sosial
lingkungan tersebut?
1. Kondisi sosial agak sulit kita ukur
indikatornya. Yang terpenting harapan
saya secara sosial masyarakat bisa
percaya ke pemda. Agar selanutnya
program pemda bisa didukung dengan
I1.1
baik oleh masyarakat kedepannya.
Dan nantinya ada ikatan yang kuat
antara pemda dengan masyarakat.
2. Ya jelas sudah cukup meningkatkan
secara sosial, karena selama rumahnya
masih tidak layak huni, pemilik rumah
itu akan sulit bergaul ataupun pasti
akan malu untuk berkegiatan di
lingkungannya. Setelah rumahnya
menjadi layak, pasti secara psikologi
pastinya akan sangat terbantu. Dia
akan menjadi lebih percaya diri
nantinya.
3. Saya rasa masyarakat sudah cukup
terbantu secara sosial. Karena
program ini kan program yang yang
bisa dibilang program yang dikerjakan
secara sosial. Jadilah harus bisa dapat
menyentuh aspek sosialnya. Tapi
alangka baiknya kamu nanti tanyakan
langsung kepada masyarakatnya,
Karena yang dapat merasakan warga
itu sendiri, tapi kalau dari saya sudah
cukup membantu lah di masyarakat,
karena banyak yang bilang
masyarakat sudah cukup terbantu
dengan adanya Program GEBRAK
PAKUMIS.
4. Ya saya rasa sudah cukup membantu
lah pak, ya kondisi sosial juga sudah
mulai terangkat lah pak, ya keluarga
bisa tidur nyaman sekarang mah pak.
Ga perlu khawatir lagi kalau mau tidur
sekarang mah. Ya anak-anak juga
merasakan bisa lebih bersih dan enak
lah buat pergi ke sekolahnya lah pak.
5. Ya untuk kondisi sosial keluarga saya
sih sudah cukup meningkat lah yah
pak, sekarang saya bisa disebut cukup
enak lah tinggal dirumahnya lah. Ya
dulunya sih saya malu pak, punya
rumah masih bilik lantainya masih
tanah, ya sekarang mah alhamdulilah
pak rumahnya udah dibangun sampai
begini.
I1.2
I1.3
I2.1
I3.2
12 Apakah Program GEBRAK
PAKUMIS dapat membantu
meningkatkan kondisi ekonomi
di lingkungan tersebut?
1. Sayangnya program ini hanya masih
menyentuh fisik saja, tapi disini juga
nantinya akan menjadi sebuah
tantangan untuk kita bisa
meningkatkan kemampuan ekonomi
masyarakat tersebut. Entah dalam hal
menumbuhkan pusat-pusat ekonomi
di kawasan tersebut atau memberikan
pelatihan, agar masyarakatnya bisa
mempunyai skill yang bisa bersaing.
Saya harap SKPD lainnya juga harus
ikut terlibat dengan Program
GEBRAK PAKUMIS kedepannya.
2. Untuk segi ekonomi, kita perkirakan
rumahnya bisa tahan 10 tahun ke
depan, uang yang harusnya
dipergunakan untuk merenovasi
rumah, ya kan uangnya bisa ditabung
untuk hal yang lain, seperti
pendidikan dan kesehatan. Karena jika
rumahnya tidak nyaman juga
masyarakat akan lebih sering terkena
penyakit, dan nantinya untuk berobat
pasti akan mengeluarkan biaya yang
lebih lagi.
3. Kalau kondisi ekonomi juga sudah
sangat membantu masyarakat. Karena
uang yang seharusnya dipakai untuk
memperbaiki rumah, kan bisa
ditabung oleh masyarakat bisa
digunakan untuk hal-hal yang lebih
bermanfaat.
4. Saya syukur alhamdulilah pak dapat
bantuan program seperti ini, ya karena
pekerjaan saya juga begini pak
serabutan aja, kalau ada kerjaan ya
saya kerjakan ya kalau tidak ada saya
tidak dapat uang pak. Uang nya juga
hanya cukup makan sehari-sehari saja
pak tidak kefikiran untuk membangun
rumah. Ya untung saya dapat program
ini pak, saya dan keluarga saya jadi
lebih enak tinggal dirumahnya
sekarang pak.
5. Ya kalau untuk terbantu ya terbantu
sih pak untuk keadaan ekonomi saya,
I1.1
I1.2
I1.3
I2.3
I3.3
ya tapi tetep saya ngeluarin duit juga
buat nambahin ada yang kurang atau
buat ngasih makan tukang, jadi ya
belum sepenuhnya terbantu.
6. Saya rasa juga sudah cukup terbantu
pak untuk kondisi ekonomi saya, ya
uangnya kan bisa saya tabung untuk
keperluan lainnya pak. Tapi ya
keadaan ekonomi saya tetap gini-gini
saja pak, ya penghasilannya cukup
buat makan sehari-hari saja pak, tidak
cukup untuk membeli apa-apa. Ya
saya harapnya sih ada pelatihan-
pelatihan juga gitu pak untuk kita-kita
nya agar kita bisa meningkatkan
penghasilan gitu pak, atau dikasih
modal usaha gitu pak.
I3.1
13 Apakah Program GEBRAK
PAKUMIS dapat membantu
meningkatkan kondisi politik di
lingkungan tersebut?
1. Program GEBRAK PAKUMIS ini
sifatnya sosial pak, jadi tidak ada
unsur politiknya sama sekali,
mengarah kesitu pun tidak apalagi
menyentuhnya. Jadi saya rasa tidak
sama sekali berkaitan dengan aspek
politik.
2. Tidak ada sama sekali mas, kita mah
program sosial saja, kita saja
berjalannya dari awal, kasihan melihat
kondisi warga yang rumahnya masih
tidak layak huni ya jadi kita hanya
ingin membantu. Tidak ada unsur
politiknya sama sekali.
3. Kalau terkait kondisi politik kita tidak
berhubungan sama sekali yah, karena
program ini memang program sosial,
jadi setiap pihak yang terlibat harus
menyadari itu.
4. Saya kurang tahu, untuk politik-
politik gitu pak di program ini, saya
rasa sih tidak ada.
I1.1
I1.2
I1.3
I3.1
14 Apakah implementor sudah
bertanggung jawab dengan baik
dan sudah memiliki
kemampuan yang mumpuni
dalam menjalankan Program
GEBRAK PAKUMIS ?
1. Saya rasa untuk terkait tanggung
jawab, semua pihak yang terlibat
harus bertanggung jawab terhadap
pekerjaannya masing-masing. Karena
kita punya aturan main dan prosedur.
Kita sudah bekera secara optimal dari
tahap perencanaan, implementasi dan
I1.1
evaluasi. Jika ada pihak yang tidak
berjalan sesuai dengan prosedur yang
telah diterapkan, kita akan selalu kasih
surat peringatan. Karena setiap
tahunnya program kita selalu diaudit
oleh BPK, jadi ya harus punya
tanggung jawab yang tinggi terhadap
pekerjaan. Pihak BAPPEDA saya rasa
sudah cukup mumpuni dalam
menjalankan program ini, terbukti kita
sudah meraih 2 penghargaan dari
pemerintah pusat maupun televisi
swasta.
2. Secara kemampuan dalam
menjalankan program sudah cukup
baik, ya karena kita setiap tahunnya
program ini sejauh ini selalu dijadikan
program unggulan. Untuk tanggung
jawab mah kita pasti sangat
bertanggung jawab dengan baik dalam
menjalankan program ini, karena kita
juga punya aturan dan standar yang
harus selalu diikuti.
3. Saya pikir kita selaku pelaksana sudah
bertanggung jawab dengan baik.
Karena program ini sudah berjalan
dari tahun 2012. Dan dari tahun
pertama sampai sekarang kita sudah
memilki kemampuan yang baik juga
dalam bekerja di masyarakat
walaupun dengan dana yang cukup
minim.
4. Ya pihak BAPPEDA saya rasa sudah
cukup bertanggung jawab dengan baik
lah, soalnya dari awal survey sampai
tahap akhir pihak BAPPEDA selalu
mendampingi kita, BAPPEDA juga
sering datang untuk mengawasi
pekerjaan orang di lapangannya. Tapi
pihak UPK sih yang lebih sering
datang mah pak, ya untuk tanggung
jawab sudah cukup baik lah dalam
program ini.
5. Semuanya sudah cukup membantu lah
pak, dalam sama-sama mensukseskan
program ini gitu pak, dari pihak
I1.2
I1.3
I2.1
I2.3
BAPPEDA, pihak UPK, KPM dan
para tetangga juga sama-sama
bertanggung jawab menjalankan
program ini dengan baik. Ya kalau
terkait kemampuan saya kurang
paham yah pak. Ya tapi sudah cukup
baik jalannya program ini.
6. Ya untuk tanggung jawab atau
kemampuan saya bingung dalam
menjawabnya, tapi saya cukup
menunggu lama untuk berjalnnya
Program GEBRAK PAKUMIS ini,
saya sudah ngasih proposal dari bulan
juni, baru ada kabar lagi untuk
peletakan batu pertama pada bulan
Desember pak. Itu juga saya tidak
dikasih tahu dari jauh-jauh hari gitu.
Karena kita juga harus nyediain
tabungan juga takut ada bahan-bahan
material yang kurang dan ngasih
makan tukang juga kan pak.
I3.2
15 Apakah implementor sudah
memahami maksud dan tujuan
dari Program GEBRAK
PAKUMIS?
1. Saya rasa sudah cukup jelas yah kita
memberikan pemahaman maksud dan
tujuan diadakannya program ini
kepada masyarakat, dan masyarakat
juga saya rasa sudah cukup mengerti.
Karena hukumnya wajib untuk kita
paham terlebih dahulu apa yang
hendak kita terapkan di masyarakat,
agar nantinya tidak terjadi
kesalahpahaman dan kendala saat
program itu dilaksanakan di
masyarakat.
2. Saya kira kita sudah cukup memahami
maksud dan tujuan program ini. Kalau
kita tidak mampu menjelaskan secara
jelas dan secara teknis, program ini
tidak akan berjalan. Kalau maksud
dan tujuannya tidak jelas masyarakat
juga akan ragu dalam program ini,
nanti takutnya setelah dibongkar
rumahnya malah tidak jadi. Saya kira
masyarakat juga sudah cukup
memahami maksud dan tujuannya,
bahkan masyarakat selalu ikut
bergotong royong jika ada warganya
I1.1
I1.2
yang tidak mampu.
3. Saya rasa kita sudah bisa memberikan
pemahaman yang jelas yah terkait
maksud dan tujuan diadakannya
Program GEBRAK PAKUMIS,
karena jika kita selaku implementor
tidak paham atau tidak bisa maksimal
dalam memberikan pemahaman yang
jelas terkait maksud dan tujuannya,
nantinya warga akan menjadi bingung
dan ragu akan jalannya program ini,
dan saya harap warga juga dapat
mengerti nantinya terkait maksud dan
tujuannya.
4. Ya masyarakat saya rasa sudah tahu
tujuan diadakanny Program GEBRAK
PAKUMIS, ya untuk membangun
rumah yang tidak layak huni, tapi
dana yang dianggarkan tidak banyak,
jadi masyarakat harus siap bila ada
yang kekurangan dalam
pengerjaannya. Karena ini hanyalah
bersifat dorongan saja seperti yang
sudah dijelaskan oleh pihak
BAPPEDA.
5. Ya saya harap kedepannya, warga
yang menerima Program GEBRAK
PAKUMIS bisa benar-benar terbantu
gitu pak. Bisa diselesaikan dengan
baik juga dan kalau bisa bahan-bahan
materialnya ditambah juga pak. Dan
lebar luas rumahnya juga bisa lebih
diperbesar pak. Plafon juga kalau bisa
mah dapet pak. Jadi seperti dibedah
beneran gitu pak.
6. Ya saya sudah cukup
berterimakasihlah dengan adanya
Program GEBRAK PAKUMIS ini,
walaupun saya masih harus nambah
kekurangannya. yang penting saya
udah tidak tinggal di bilik lagi pak. Ya
walaupun rumahnya seadanya dan
masih banyak kekurangan tapi ya
sudah cukuplah bagi saya. Tapi ya
semoga ke depannya bantuannya bisa
lebih banyak bahan-bahan materialnya
I1.3
I2.2
I3.1
I3.3
yah pak. Terus juga ya semoga yang
dapat bedah rumah gini, bisa lebih
banyak yah pak, di desa saya juga
masih banyak yang rumahnya bilik
tapi belum menerima bantuan.
Member Check
Nama : Erwin Mawandy ST, M.Si
Jabatan : Kepala Bidang Perencanaan dan Prasarana Wilayah BAPPEDA
Waktu Wawancara : Wawancara dilakukan pada tanggal 8 November 2017 pukul 15.10 WIB
Lokasi Wawancara : Kantor Bidang Perencanaan dan Prasarana Wilayah BAPPEDA
Hasil Wawancara
1. Apa dasar peraturan yang digunakan dalam program gebrak pakumis?
Pemerintah Pusat mengeluarkan UU nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan
Permukiman, yang harus ditingkatkan di tingkat daerah karena urusan perumahan dan
pemukiman itu menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Dalam Program GEBRAK
PAKUMIS, Pemerintah Kabupaten Tangerang mengeluarkan Peraturan Bupati
Tangerang yang sampai saat ini masih digunakan yaitu nomor 59 tahun 2014 tentang
Pedoman Pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS.
2. Apakah kelompok sasaran dalam program gebrak pakumis sudah sesuai dengan kriteria
yg dibutuhkan?
Ya kita menjalankan Program GEBRAK PAKUMIS selalu dengan aturan dan standar
yang telah ditetapkan. Dalam hal menentukan kelompok sasaran juga saya rasa sudah
tepat dan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan
3. Apakah sumber daya manusia di bappeda sudah memadai dan mampu meningkatkan
kinerja program gebrak pakumis?
Saya rasa SDM nya sudah cukup ideal, karena sudah ada Tim Teknis dan Tim Fasilitasi
yang berasal dari masyarakat juga, dan didampingi juga oleh pihak UPK. Ya sudah cukup
ideal lah. Ya kalau untuk menilai kemampuan seseorang ya eko liat kelapangan saja,
tanyakan ke warga apakah SDM nya sudah cukup mumpuni atau belum menangani
program ini, saya rasa sih sudah cukup mumpuni.
4. Apakah sumber daya anggaran sudah cukup dan dapat menunjang program gebrak
pakumis?
Program GEBRAK PAKUMIS ini sumber pendanaanya hanya berasal dari APBD saja,
karena sudah sesuai dengan perbup yang berlaku. Terkait jumlah dananya saya rasa
masih sangat kurang, kita hanya dianggarkan 13 juta untuk membangun satu unit rumah,
saya rasa masih sangat kurang.
5. Apakah bappeda sudah bisa mengkomunikasikan dengan baik kepada pihak-pihak yang
berkaitan dengan program gebrak pakumis?
Saya rasa BAPPEDA sudah bisa mengkomunikasikan dengan baik untuk Program
GEBRAK PAKUMIS ini. Karena BAPPEDA sebagai koordinator program ini,
BAPPEDA juga harus bisa memfasilitasi semua yang terjadi di lapangan dan
mengevaluasi ketika program nya sudah selesai. Namun yang menjadi masalah untuk
kita, pasti warga mengeluhkan lamanya proses birokrasi yang ada di kita, ya kita terima
saja, karena bayangkan setiap tahunnya BAPPEDA harus bisa merenovasi 1000 rumah
lebih di Kabupaten Tangerang. Karena dinas yang terlibat hanya BAPPEDA saja dalam
Program GEBRAK PAKUMIS, jadi kita harus bekerja dari tahap awal sampai tahap
akhir, dan memastikan setiap pihak yang terlibat sudah melakukan pekerjaanya sesuai
dengan standard an aturan yang telah ditetapkan
6. Apakah sikap implementor (bappeda) sudah baik dalam melaksanakan program gebrak
pakumis ini?
Saya rasa kita sudah menjalankan progam dengan baik, kita juga sudah memperlakukan
kelompok sasaran dengan baik, karena kelompok sasaran kita juga jelas. Kita
menentukannya berdasarkan jumlah masyarakat miskin di Kabupaten Tangerang,
kemudian kita crosscek langsung dan semuanya sudah tepat.
7. Apakah implementor sudah bekerja sesuai dengan aturan dan standar yang telah
ditetapkan dalam program gebrak pakumis?
Ya sudah sesuai dengan aturan yang berlaku. Ya kita juga sering monitoring di lapangan
apakah pihak-pihak yang terlibat juga sudah sesuai bekerja dengan aturan yang telah
ditetapkan dan memperlakukan dengan baik para masyarakat yang menerima bantuan.
8. Apakah program gebrak pakumis dapat membantu meningkatkan kondisi sosial di
lingkungan tersebut?
Kondisi sosial agak sulit kita ukur indikatornya. Yang terpenting harapan saya secara
sosial masyarakat bisa percaya ke pemda. Agar selanutnya program pemda bisa didukung
dengan baik oleh masyarakat kedepannya. Dan nantinya ada ikatan yang kuat antara
pemda dengan masyarakat.
9. Apakah Program gebrak Pakumis dapat membantu meningkatkan kondisi ekonomi di
lingkungan tersebut?
Sayangnya program ini hanya masih menyentuh fisik saja, tapi disini juga nantinya akan
menjadi sebuah tantangan untuk kita bisa meningkatkan kemampuan ekonomi
masyarakat tersebut. Entah dalam hal menumbuhkan pusat-pusat ekonomi di kawasan
tersebut atau memberikan pelatihan, agar masyarakatnya bisa mempunyai skill yang bisa
bersaing. Saya harap SKPD lainnya juga harus ikut terlibat dengan Program GEBRAK
PAKUMIS kedepannya.
10. Apakah implementor sudah bertanggung jawab dengan baik dan sudah memiliki
kemampuan yang mumpuni dalam menjalankan program gebrak pakumis?
Saya rasa untuk tanggung jawab, semua pihak yang terlibat harus bertanggung jawab
terhadap pekerjaannya masing-masing. Karena kita punya aturan main dan prosedur. Kita
sudah bekera secara optimal dari tahap perencanaan, implementasi dan evaluasi. Jika ada
pihak yang tidak berjalan sesuai dengan prosedur yang telah diterapkan, kita akan selalu
kasih surat peringatan. Karena setiap tahunnya program kita selalu diaudit oleh BPK, jadi
harus punya tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaan. Pihak BAPPEDA saya rasa
sudah cukup mumpuni dalam menjalankan program ini, terbukti kita sudah meraih 2
penghargaan dari pemerintah pusat & televisi swasta.
11. Apakah implementor sudah memahami maksud dan tujuan dari program gebrak pakumis
tersebut?
Saya rasa sudah cukup jelas yah kita memberikan pemahaman maksud dan tujuan
diadakannya program ini kepada masyarakat, dan masyarakat juga saya rasa sudah cukup
mengerti. Karena hukumnya wajib untuk kita paham terlebih dahulu apa yang hendak
kita terapkan di masyarakat, agar nantinya tidak terjadi kesalahpahaman dan kendala saat
program itu dilaksanakan di masyarakat.
Tanda Tangan
Erwin Mawandy ST, M.Si
NIP. 197905172005011012
Member Check
Nama : Chamdani SE, MM
Jabatan : Kepala Koordinator Tim Fasilitator Program GEBRAK PAKUMIS
Waktu Wawancara : Wawancara dilakukan pada tanggal 9 November 2017 pukul 19.30 WIB
Lokasi Wawancara : Kediaman Pak Chamdani
Hasil Wawancara
1. Apa dasar peraturan yang digunakan dalam program gebrak pakumis?
Dalam menjalankan Program GEBRAK PAKUMIS ini kita dilandasi oleh UU nomor 1
tahun 2011 tentang Perumahan dan Pemukiman. Pemerintah pusat menjelaskan dalam
UU tersebut bahwa Perumahan dan Pemukiman yang berada di wilayah administrasi
Pemerintah Daerah yang ada di Indonesia itu menjadi tanggung jawab untuk Pemerintah
Daerah itu sendiri.
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kinerja program Gebrak Pakumis semakin
membaik atau memburuk?
Ya kalo yang menjadi kendala dalam Program GEBRAK PAKUMIS ya belum ada sih
pak, semuanya berjalan baik-baik saja. Tapi yang menentukan tingkat keberhasilannya ya
masyarakat itu sendiri pak. Bagaimana respon masyarakat terhadap program ini, ya kalo
responnya baik ya hasilnya akan baik juga.
3. Apakah sumber daya manusia di bappeda sudah memadai dan mampu meningkatkan
kinerja program gebrak pakumis?
Kalo bicara SDM tidak ada yang bisa disebut berkualitas, yang penting mereka harus
tetap mau belajar dan harus ada juga yang memberikan sebuah pembelajaran yang baik
juga. Kita harus selalu bisa melakukan pemberdayaan kepada setiap orang yang tadinya
tidak tau, menjadi tau dan bisa. Kalau untuk terkait jumlahnya, kita untuk SDM nya ada
sekitar 15-20 terdiri dari Tim Teknis, Tim Fasilitasi, UPK, KPM dan beberapa penerima
bantuan. Tapi untuk di pihak UPK saya harap ada penambahan pegawai, karena
jumlahnya masih sangat sedikit disana. Biar lebih efektif untuk pengerjaan di setiap
desanya.
4. Apakah sumber daya anggaran sudah cukup dan dapat menunjang program gebrak
pakumis?
Kalau anggaran saya bilang masih sangat kurang, karena per 1 unit rumahnya hanya 13
juta. Dan setiap tahunnya kita harus membangun 1000 rumah lebih ya saya rasa masih
kurang. Bayangin saja kalau duit 13 juta bagi para pejabat mah ya cukup untuk garasinya
saja. Tapi kan kalau kita buatkan 1 unit rumah untuk masyarakat tidak mampu ya pasti
banyak manfaatnya.
5. Apakah bappeda sudah bisa mengkomunikasikan dengan baik kepada pihak-pihak yang
berkaitan dengan program gebrak pakumis?
Saya jawab yang komunikasi dulu yah. Saya kira kita selaku pelaksana sudah bisa
mengkomunikasikan dengan baik lah. Karena lewat Program GEBRAK PAKUMIS ini
kita sudah dapat menerima beberapa penghargaan dari pemerintah pusat. BAPPEDA
sudah bisa mengkomunikasikan dengan baik secara informasi, sosialisasi dan anggaran
terhadap Program GEBRAK PAKUMIS ini. Secara tupoksi juga kita sudah betul. Tapi
untuk lamanya proses birokrasi ya kita kan harus setiap tahunnya bisa memperbaiki 1000
lebih rumah tidak layak huni di Kabupaten Tangerang, ditambah lagi juga kita sendiri
yang harus memvalidasi dan memverifikasi seluruh data-data yang berkaitan dengan
Program GEBRAK PAKUMIS, kita juga harus mengevaluasi hasil Program GEBRAK
PAKUMIS untuk setiap tahun, dan harus mempersiapkan lagi kawasan mana saja yang
harus direnovasi. BAPPEDA kan programnya juga banyak, ditambah lagi jumlah SDM
dalam Program GEBRAK PAKUMIS ini sangat terbatas ya itu lah yang menyebabkan
lamanya proses birokrasi di dalam Program GEBRAK PAKUMIS.
6. Apakah sikap implementor (bappeda) sudah baik dalam melaksanakan program gebrak
pakumis ini?
Saya kira Program GEBRAK PAKUMIS sudah dijalankan dengan baik dan sudah sesuai
aturan juga. Dan sejauh ini juga belum banyak warga yang memberikan keluhannya. Kita
sebagai pihak implementor setiap melakukan pekerjaan harus mengacu sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan. Kita juga sering turun langsung ke warga untuk mengecek
sudah sejauh mana pengerjaannya.
7. Apakah program gebrak pakumis dapat membantu meningkatkan kondisi sosial di
lingkungan tersebut?
Ya jelas sudah cukup meningkatkan secara sosial, karena selama rumahnya masih tidak
layak huni, pemilik rumah itu akan sulit bergaul ataupun pasti akan malu untuk
berkegiatan di lingkungannya. Setelah rumahnya menjadi layak, pasti secara psikologi
pastinya akan sangat terbantu. Dia akan menjadi lebih percaya diri nantinya.
8. Apakah Program gebrak Pakumis dapat membantu meningkatkan kondisi ekonomi di
lingkungan tersebut?
Untuk segi ekonomi, kita perkirakan rumahnya bisa tahan 10 tahun ke depan, uang yang
harusnya dipergunakan untuk merenovasi rumah, ya kan uangnya bisa ditabung untuk hal
yang lain, seperti pendidikan dan kesehatan. Karena jika rumahnya tidak nyaman juga
masyarakat akan lebih sering terkena penyakit, dan nantinya untuk berobat pasti akan
mengeluarkan biaya yang lebih lagi.
9. Apakah implementor sudah bertanggung jawab dengan baik dan sudah memiliki
kemampuan yang mumpuni dalam menjalankan program gebrak pakumis?
Secara kemampuan dalam menjalankan program sudah cukup baik, ya karena kita setiap
tahunnya program ini sejauh ini selalu dijadikan program unggulan. Untuk tanggung
jawab mah kita pasti sangat bertanggung jawab dengan baik dalam menjalankan program
ini, karena kita juga punya aturan dan standar yang harus selalu diikuti.
10. Apakah implementor sudah memahami maksud dan tujuan dari program gebrak pakumis
tersebut?
Saya kira kita sudah cukup memahami maksud dan tujuan program ini. Kalau kita tidak
mampu menjelaskan secara jelas dan secara teknis, program ini tidak akan berjalan.
Kalau maksud dan tujuannya tidak jelas masyarakat juga akan ragu dalam program ini,
nanti takutnya setelah dibongkar rumahnya malah tidak jadi. Saya kira masyarakat juga
sudah cukup memahami maksud dan tujuannya, bahkan masyarakat selalu ikut bergotong
royong jika ada warganya yang tidak mampu.
Tanda Tangan
Chamdani SE, MM.
Member Check
Nama : Mad Yunus
Jabatan : Kepala Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan Tigaraksa
Waktu Wawancara : Wawancara dilakukan pada tanggal 13 November 2017 pukul 14.10 WIB
Lokasi Wawancara : Ruangan Kantor Kepala Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan Tigaraksa
Hasil Wawancara
1. Apa dasar peraturan yang digunakan dalam program gebrak pakumisdan apa tujuan
kebijakan diadakannya Program GEBRAK PAKUMIS?
Sebenarnya saya kurang bisa menjawab pertanyaan untuk dasar peraturannya tapi mungkin saya
bisa jawab untuk tujuan kebijakannya, PGP ini bertujuan untuk memberantas kemiskinan dan
penataan lingkungan. Program GEBRAK PAKUMIS ini adalah program bedah rumah yang
sangat melibatkan masyarakat sesuai dengan judulnya GEBRAK kan gerakan bersama rakyat.
Kita berharap adanya program ini dapat menciptakan nuansa gotong royong yang telah lama
hilang di masyarakat, baik yang menerima atau tidak menerima bantuan harus saling membantu
warga di lingkungannya sendiri, sehingga nantinya kita bisa ciptakan adanya keseimbangan
sosial.
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kinerja program Gebrak Pakumis semakin
membaik atau memburuk?
Program GEBRAK PAKUMIS ini sudah berjalan cukup baik, belum ada yang menjadi
masalah yang cukup berarti, ya tinggal bagaimana masyarakatnya aja sih pak. Ya kalo
masyarakatnya dapat menciptakan budaya gotong royong lagi itu akan sangat membantu
kita, seperti masyarakat yang belum menerima bantuan ya dibantu-bantu lah tetangganya
yang lagi menerima bantuan. Ya karena program ini memang dari masyarakat, oleh
masyarakat dan untuk masyarakat
3. Apakah kelompok sasaran Program GEBRAK PAKUMIS sudah sesuai dengan kriteria
yang dibutuhkan?
Kriteria yang kita tetapkan dari awal, persyaratan awal yang diajukan foto rumah dan
fotocopy KTP, kemudian pihak BAPPEDA memverifikasi kembali setelah itu. Dan saya
rasa sudah 100% layak menerima bantuan.
4. Apakah sumber daya manusia di bappeda sudah memadai dan mampu meningkatkan
kinerja program gebrak pakumis?
Insha Allah SDM nya sudah sangat berkualitas, dari tingkat kabupaten sampai pihak
UPK dan KPM sudah cukup dan sudah bisa membantu masyarakat. Yang penting kita
bisa jaga amanat dari pemda untuk bertugas sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
Kalau terkait jumlah si masih kurang saya rasa harusnya ditambah lagi, apalagi terkait
SDM yang berada di Pihak UPK, karena pihak UPK ini kan tidak hanya mengurusi
Program GEBRAK PAKUMIS saja.
5. Apakah sumber daya anggaran sudah cukup dan dapat menunjang program gebrak
pakumis?
Kalau masalah anggaran masih sangat jauh untuk dibilang cukup. Karena untuk 1 unit
rumah hanya dengan anggaran 13 juta saja. Dan kita juga harus bisa membangun rumah,
atap dan juga septictank.
6. Apakah bappeda sudah bisa mengkomunikasikan dengan baik kepada pihak-pihak yang
berkaitan dengan program gebrak pakumis?
Saya yakin Bappeda sudah mengkomuniskan dengan baik, karena sudah dapat menjalin
koordinasi yang baik juga dengan pihak-pihak terkait.
7. Apakah koordinasi yang tercipta sudah baik antar instansi instansi yang terkait dalam
Program GEBRAK PAKUMIS?
Saya yakin BAPPEDA juga sudah menjalin komunikasi yang baik, sehingga dapat
menciptakan koordinasi yang baik dan dapat bekerjasama dengan baik juga dengan para
instansi yang terkait program ini. Dan semua pihak yang terlibat sudah memberikan
pemahaman yang sangat jelas di masyarakat terkait standar dan aturan yang berlaku
dalam program ini, paling masyarakat hanya mengeluhkan lamanya bantuan program itu
sampai ke rumah masyarakat itu sendiri, ya saya juga mau bagaimana lagi kalau dari
atasnya belum turun, ya saya juga belum bisa bekerja. Ditambah lagi kan pihak UPK
tidak hanya mengurusi Program GEBRAK PAKUMIS.
8. Apa yang menyebabkan lamanya proses birokrasi yang berada di dalam Program
GEBRAK PAKUMIS?
Paling masyarakat hanya mengeluhkan lamanya bantuan program itu sampai ke rumah
masyarakat itu sendiri, ya saya juga mau bagaimana lagi kalau dari atasnya belum turun,
ya saya juga belum bisa bekerja. Ditambah lagi kan pihak UPK tidak hanya mengurusi
Program GEBRAK PAKUMIS.
9. Apakah sikap implementor (bappeda) sudah baik dalam melaksanakan program gebrak
pakumis ini?
Saya kira Program GEBRAK PAKUMIS sudah dijalankan dengan baik dan sudah sesuai
aturan juga. Dan sejauh ini juga belum banyak warga yang memberikan keluhannya. Kita
sebagai pihak implementor setiap melakukan pekerjaan harus mengacu sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan. Kita juga sering turun langsung ke warga untuk mengecek
sudah sejauh mana pengerjaannya.
10. Apakah implementor sudah bekerja sesuai dengan aturan dan standar yang telah
ditetapkan dalam Program GEBRAK PAKUMIS ?
Ya kalau dalam bekerja kita sudah sesuai dengan aturan Peraturan Bupati Tangerang
nomor 59 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan GEBRAK PAKUMIS yang masih
berlaku sampai saat ini. Contohnya kita tidak akan membangun sebuah kawasan jika
hanya ada 2-3 unit rumah saja yang tidak layak huni.
11. Apakah program gebrak pakumis dapat membantu meningkatkan kondisi sosial di
lingkungan tersebut?
Saya rasa masyarakat sudah cukup terbantu secara sosial. Karena program ini kan
program yang yang bisa dibilang program yang dikerjakan secara sosial. Jadilah harus
bisa dapat menyentuh aspek sosialnya. Tapi alangka baiknya kamu nanti tanyakan
langsung kepada masyarakatnya, Karena yang dapat merasakan warga itu sendiri, tapi
kalau dari saya sudah cukup membantu lah di masyarakat, karena banyak yang bilang
masyarakat sudah cukup terbantu dengan adanya Program GEBRAK PAKUMIS.
12. Apakah Program gebrak Pakumis dapat membantu meningkatkan kondisi ekonomi di
lingkungan tersebut?
Kalau kondisi ekonomi juga sudah sangat membantu masyarakat. Karena uang yang
seharusnya dipakai untuk memperbaiki rumah, kan bisa ditabung oleh masyarakat bisa
digunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat.
13. Apakah Program GEBRAK PAKUMIS dapat membantu meningkatkan konidisi politik
di lingkungan tersebut?
Kalau terkait kondisi politik kita tidak berhubungan sama sekali yah, karena program ini
memang program sosial, jadi setiap pihak yang terlibat harus menyadari itu.
14. Apakah implementor sudah bertanggung jawab dengan baik dan sudah memiliki
kemampuan yang mumpuni dalam menjalankan program gebrak pakumis?
Saya pikir kita selaku pelaksana sudah bertanggung jawab dengan baik. Karena program
ini sudah berjalan dari tahun 2012. Dan dari tahun pertama sampai sekarang kita sudah
memilki kemampuan yang baik juga dalam bekerja di masyarakat walaupun dengan dana
yang cukup minim.
15. Apakah implementor sudah memahami maksud dan tujuan dari program gebrak pakumis
tersebut?
Saya rasa kita sudah bisa memberikan pemahaman yang jelas yah terkait maksud dan
tujuan diadakannya Program GEBRAK PAKUMIS, karena jika kita selaku implementor
tidak paham atau tidak bisa maksimal dalam memberikan pemahaman yang jelas terkait
maksud dan tujuannya, nantinya warga akan menjadi bingung dan ragu akan jalannya
program ini, dan saya harap warga juga dapat mengerti nantinya terkait maksud dan
tujuannya.
Tanda Tangan
Mad Yunus
Member Check
Nama : Adis Darori
Jabatan : Ketua Kelompok Penerima Manfaat Desa Sodong
Waktu Wawancara : Wawancara dilakukan pada tanggal 13 November 2017 pukul 14.10 WIB
Lokasi Wawancara : Ruangan Kantor Kepala Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan Tigaraksa
Hasil Wawancara
1. Bagaiamana proses berjalannya Program GEBRAK PAKUMIS di Desa Sodong pada
tahun 2016?
Alhamdulilah Program GEBRAK PAKUMIS sudah berjalan lancar di desa kami dan
belum ada kendala yang berarti di daerah kami. Kemudian Program GEBRAK
PAKUMIS ini berbasis zona dalam penentuan kawasan yang akan menerima Program
GEBRAK PAKUMIS. Pihak BAPPEDA tetap yang menentukan kawasan mana saja
yang akan menerima bantuan Program GEBRAK PAKUMIS.
2. Bagaimana sikap BAPPEDA selama pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS di Desa
Sodong ?
Ya kalau pihak BAPPEDA mah sering kesini, dari peletakan batu pertama, tahap
pengerjaan sampai tahap finishing juga suka kesini. Ya untuk sekedar monitoring aja pak
katanya. Kalau dari pihak UPK mah sering kesini pak, kaya pak amin, sering banget
datang kesini untuk ngecek ngecek gitu aja. Ya nanya-nanya ke warga juga sudah sejauh
mana progress pembangunannya. Ya saya rasa sih sudah cukup baik pelayanannya.
3. Apakah dengan adanya Program GEBRAK PAKUMIS sudah dapat meningkatkan
kondisi sosial bapak sendiri ?
Ya saya rasa sudah cukup membantu lah pak, ya kondisi sosial juga sudah mulai
terangkat lah pak, ya keluarga bisa tidur nyaman sekarang mah pak. Ga perlu khawatir
lagi kalau mau tidur sekarang mah. Ya anak-anak juga merasakan bisa lebih bersih dan
enak lah buat pergi ke sekolahnya lah pak.
4. Apakah BAPPEDA sudah cukup bertanggung jawab dalam Pelaksanaan Program
GEBRAK PAKUMIS di Desa Sodong?
Ya pihak BAPPEDA saya rasa sudah cukup bertanggung jawab dengan baik lah, soalnya
dari awal survey sampai tahap akhir pihak BAPPEDA selalu mendampingi kita,
BAPPEDA juga sering datang untuk mengawasi pekerjaan orang di lapangannya. Tapi
pihak UPK sih yang lebih sering datang mah pak, ya untuk tanggung jawab sudah cukup
baik lah dalam program ini.
5. Apakah persyaratan awal yang harus dikumpulkan oleh para warga untuk bisa menerima
bantuan Program GEBRAK PAKUMIS?
Ya pertama para warga harus mengumpulkan persyaratan dulu pertamanya, seperti KK,
KTP sama materai saja pak. Nanti setelah dikumpulkan ke saya baru kemudian di survei
sama timnya untuk menentukan warga mana saja yang dapat menerima program bantuan.
6. Apa saja yang warga dapat untuk membangun rumahnya menjadi layak huni dalam
Program GEBRAK PAKUMIS ?
Ya pokoknya konsep bangunan rumahnya 5x6 ukuran rumahnya nanti. Nanti setelah itu
kita dapat bahan-bahan materialnya seperti pasir, semen, batu bata, celcom, asbes, kayu
dan beberapa besi-besi gitu pak. Septictank dan jamban juga kita dibikinin pak. Ya sudah
segitu saja pak. kalau ada yang masih dirasa kurang, harus warga sendiri yang nambahin
7. Apakah bahan-bahan material yang ada sudah cukup membantu bapak dalam
membangun rumah yang layak huni ?
Ya kalau ditanya cukup atau belum, ya rasa mah masih belum cukup pak, tapi ya bagi
saya dan keluarga sudah cukup membantu lah pak, kit amah boro-boro untuk memikirkan
untuk bangun rumah untuk makan sehari-hari saja masih kurang pak. Ya tapi bahan-
bahan material yang ada sudah cukup membantu saya lah pak membuat rumah saya
menjadi lebih nyaman.
8. Apa harapan bapak kedepannya untuk Program GEBRAK PAKUMIS kedepannya?
Harapan saya untuk tahun depan mah pak bisa sampai ke pasang keramik gitu pak, ya
untuk tahun depan juga bisa ditambahin lah pak untuk bahan-bahan materialnya. Terus
juga semoga kita dapat dibuatkan sarana air bersih juga sih gitu pak. Tapi saya sudah
sangat berterimakasih dengan adanya Program GEBRAK PAKUMIS, sudah cukup
memabntu dan terus dinanti-nantikan oleh warga yang belum dapat.
Tanda Tangan
Adis Darori
Member Check
Nama : RT Oyo
Jabatan : Ketua Kelompok Penerima Manfaat Desa Pematang
Waktu Wawancara : Wawancara dilakukan pada tanggal 18 November 2017 pukul 10.10 WIB
Lokasi Wawancara : Ruangan Kantor Sekretaris Desa Pematang
Hasil Wawancara
1. Bagaiamana proses berjalannya Program GEBRAK PAKUMIS di Desa Pematang pada
tahun 2016 ?
Ya Program GEBRAK PAKUMIS di desa pematang sudah berjalan cukup baik saya rasa
pak, masih banyak warga yang menginginkan untuk desa kita bisa kebagian lagi di tahun
berikutnya, karena masih banyak rumah-rumah warga yang masih tidak layak huni di
desa kita pak.
2. Bagaimana sikap BAPPEDA selama pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS di Desa
Pematang ?
Kalau pihak BAPPEDA pas lagi pelaksanaannya mereka pernah dateng kesini untuk
selalu melakukan pengecekan pembangunannya pak, dari tahap peletakan batu pertama
sampai peresmian rumah kita juga pihak BAPPEDA selalu datang, kalau warga ada
keluhan juga saya sampaikan ke pihak BAPPEDA. Ya sejauh ini BAPPEDA sudah
cukup baik lah dalam pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS.
3. Apakah dengan adanya Program GEBRAK PAKUMIS sudah dapat meningkatkan
kondisi sosial dan ekonomi bapak sendiri ?
Ya suduh cukup membantu lah pak, kondisi sosial juga terbantu dengan adanya Program
GEBRAK PAKUMIS ya jadi saya sudah tidak malu-malu lagi untuk berbaur dengan
tetangga, maklum pak rumah saya jelek. Ya kalau segi ekonomi juga sudah cukup
terbantu akhirnya kita sudah punya rumah yang layak huni pak, ya paling kita nambah-
nambah sedikit saja pak. Tapi saya sudah cukup bersyukur pak.
4. Apakah BAPPEDA sudah cukup bertanggung jawab dalam Pelaksanaan Program
GEBRAK PAKUMIS di Desa Pematang?
Ya saya rasa sih BAPPEDA sudah cukup bertanggung jawab yah untuk menjalankan
program ini, udah ada yang mengontrol juga ada yang mengawasi juga waktu dalam
pengerjaannya pak.
5. Apakah warga penerima bantuan Program GEBRAK PAKUMIS sudah mengerti maksud
dan tujuan dari Program GEBRAK PAKUMIS ?
Ya masyarakat saya rasa sudah tahu tujuan diadakannya Program GEBRAK PAKUMIS,
ya untuk membangun rumah yang tidak layak huni, tapi dana yang dianggarkan tidak
banyak, jadi masyarakat harus siap bila ada yang kekurangan dalam pengerjaannya.
Karena ini hanyalah bersifat dorongan saja seperti yang sudah dijelaskan oleh pihak
BAPPEDA
6. Apakah SDM yang tersedia dalam Program GEBRAK PAKUMIS sudah cukup
membantu dalam pengerjaan Program GEBRAK PAKUMIS ?
Ya kalo terkait SDM nya sih saya rasa jumlah SDM nya yang harus ditambah lagi, saya
juga berkoordinasi dengan pak amin saja pak, yang dimana pak amin juga harus
mengurusi 3 desa di Kecamatan Tigaraksa, bukan hanya di desa saya saja pak. Ya kalau
bisa setiap satu desa ada satu orang gitu pak yang mengurusi, biar lebih efektif saja pak.
7. Apakah warga sudah cukup mengerti terkait adanya Progra GEBRAK PAKUMIS di
Desa Pematang dan apa yang sering dikeluhkan oleh warga ?
Masyarakat sejauh ini sudah cukup mengerti terkait adanya bantuan Program GEBRAK
PAKUMIS ini, sudah cukup jelas juga untuk prosesnya. Karena pihak UPK sering kesini
juga mas untuk mensosialisasikan Program GEBRAK PAKUMIS dan pihak BAPPEDA
juga sering kesini untuk mengontrol jalannya program ini mas. Saya rasa sih masyarakat
sudah cukup paham terkait adanya Program GEBRAK PAKUMIS, paling yang
masyarakat pertanyakan lama turunnya aja waktu itu, kapan nih tidak turun-turun
bantuannya gitu. Kalau di desa saya sih pengajuan proposalnya bulan juni, pengerjaannya
baru mulai awal bulan Desember. Ya jadi memang cukup lama pak.
Tanda Tangan
RT Oyo
Member Check
Nama : Pak Udin
Jabatan : Ketua Kelompok Penerima Manfaat Desa Margasari
Waktu Wawancara : Wawancara dilakukan pada tanggal 25 November 2017 pukul 10.00 WIB
Lokasi Wawancara : Kediaman Pak Udin
Hasil Wawancara
1. Bagaiamana proses berjalannya Program GEBRAK PAKUMIS di Desa Margasari pada
tahun 2016 ?
Program GEBRAK PAKUMIS sudah berjalan cukup baik di Desa Margasari dan sudah
cukup membantu masyarakat juga dalam membangun rumah rumah yang tidak layak
huni disini, bahkan banyak masyarakat yang masih menunggu adanya program ini lagi ke
lingkungan kita lagi pak. Ya saya rasa sih program ini sudah bisa dirasakan oleh
masyarakat manfaatnya dan sudah cukup membantu pak.
2. Bagaimana sikap BAPPEDA selama pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS di Desa
Margasari ?
BAPPEDA cukup sering lumayan kesini pak. Ya mereka juga mengawasi jika ada yang
tidak sesuai dengan aturan atau ada kesalahan dari tukang, barulah ntar pihak BAPPEDA
komplen ke pihak UPK.
3. Apakah dengan adanya Program GEBRAK PAKUMIS sudah dapat meningkatkan
kondisi sosial dan ekonomi bapak sendiri ?
Ya kalau saya Alhamdulillah sih pak sudah cukup meningkatkan lah kondisi sosial
keluarga saya pak dan untuk keadaan ekonomi mah saya masih ada tabungan sedikit lah
yah pak untuk nambah-nambah kekurangan dari bahan materialnya. Seperti plafond dan
ya paling nambah batakonya sedikit pak. Ya tapi saya rasa sih sudah cukup membantu.
4. Apakah BAPPEDA sudah cukup bertanggung jawab dalam Pelaksanaan Program
GEBRAK PAKUMIS di Desa Margasari ?
Ya BAPPEDA sudah cukup bertanggung jawab pak, dari mulai pengerjaan dan finishing
juga pak, karena Lokasi BAPPEDA berada di desa saya juga pak, jadi mereka cukup
sering lah pak ketempat saya. Mereka juga suka nanya sudah sampai mana
pembangunannya dan bila ada yang tidak sesuai dengan aturan biasanya langsung ditegur
pak tukang yang bangun rumahnya. Ya saya rasa sudah cukup bertanggung jawab.
5. Apakah warga penerima bantuan Program GEBRAK PAKUMIS sudah mengerti maksud
dan tujuan dari Program GEBRAK PAKUMIS ?
Ya insha allah masyarakat sudah cukup tahu untuk maksud dan tujuan diadakannya
program ini. Ya kalau masih ada warga yang belum tahu dan belum paham ya kita harus
memaklumin saja karena kan setiap warga pasti berbeda-beda dalam menerima informasi
yang diberikan pihak implementornya pak.
6. Apakah SDM yang tersedia dalam Program GEBRAK PAKUMIS sudah cukup
membantu dalam pengerjaan Program GEBRAK PAKUMIS ?
SDM yang berada di Pihak UPK harus bisa ditambah lagi, karena kita kan berkoordinasi
jika ada keluhan warga atau jika ada masalah itu ke pihak UPK terlebih dahulu, dan
untuk di kecamatan Tigaraksa hanya ada 1 orang saja pak yaitu pak amin. Jadi saya
hanya berkoordinasi dengan dia saja pak, nah kan pak amin megang 3 desa di setiap
Program GEBRAK PAKUMIS jadi dia juga harus bisa membagi waktunya pak. Jadi
harus ada penambahan lagi pak. Setidaknya 1 desa mempunyai 1 pendamping.
7. Apakah warga sudah cukup terbantu terkait adanya Program GEBRAK PAKUMIS di
Desa Margasari ?
Saya syukur alhamdulilah pak dapat bantuan program seperti ini, ya karena pekerjaan
saya juga begini pak serabutan aja, kalau ada kerjaan ya saya kerjakan ya kalau tidak ada
saya tidak dapat uang pak. Uang nya juga hanya cukup makan sehari-sehari saja pak
tidak kefikiran untuk membangun rumah. Ya untung saya dapat program ini pak, saya
dan keluarga saya jadi lebih enak tinggal dirumahnya sekarang pak.
Tanda Tangan
Pak Udin
Member Check
Nama : Pak Dadang
Jabatan : Warga Penerima Manfaat Desa Sodong
Waktu Wawancara : Wawancara dilakukan pada tanggal 15 November 2017 pukul 11.30 WIB
Lokasi Wawancara : Kediaman Pak Dadang
Hasil Wawancara
1. Bagaimana sikap implementor selama pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS di
Desa Sodong ?
Kalau pihak BAPPEDA dan pihak UPK sudah cukup baik pak dalam menjalankan
Program GEBRAK PAKUMIS menurut say amah pak. Tapi di pihak KPM nya kadang
suka tidak adil pak, kemarin saja pak ada 2 rumah warga yang sudah sangat tidak layak
huni, tapi tidak menerima program bantuan ini. Malah orang lain yang rumahnya sedikit
baik lah pak yang malah didahuluin. Ya katanya sih masih saudara pak yang dapetnya
jadi didahuluin gitu pak. Ya tapi saya mah alhamdulilah dapet pak.
2. Apakah SDM dan anggaran yang disediakan dalam Program GEBRAK PAKUMIS ini
sudah cukup menunjang dan membantu warga ?
Ya sebagai warga sih ya kalau jumlah SDM nya saya rasa masih butuh tambahan
jumlahnya lah pak, ya namanya kan ini juga bangun rumah ya harus lebih banyak tenaga
nya pak, ya terlebih dari tukangnya agar ditambah lagi, kan setiap warga beda-beda yah
pak ada yang mau bantu ada juga yang diem saja. Ya kalau tukang nya bisa lebih banyak
kan bisa lebih cepat pak. Ya untuk terkait anggaran nya mah kita kurang paham yah pak
tapi ya semoga bahan-bahan materialnya bisa ditambah lagi pak, karena bahan-bahan
materialnya juga masih cukup terbatas saja pak. Jadi ya bisa lebih meringankan lagi kan
pak kalau bahan material yang disediakan bisa lebih banyak.
3. Apakah bapak sudah cukup bisa merasakan manfaat dari diadakannya Program
GEBRAK PAKUMIS di Desa Sodong ?
Alhamdulilah warga sini sudah cukup bisa merasakan Program GEBRAK PAKUMIS ini
pak. Ya kita sih udah bisa mensiasati kalau ada kekurangannya pak. Kita dari awal
pengajuan proposal warganya sudah patungan terlebih dahulu sih pak, ya karena nantinya
takut ada kekurangan pak ya kita udah siap nambahin pak, dari uang patungan warga
tersebut. Soalnya di daerah sini masih sangat banyak pak rumah tidak layak huninya pak.
Jadinya kita saling membantu saja lah pak.
4. Apakah Komunikasi yang terjalin antara pihak implementor dengan warga sudah baik ?
Ya seperti yang saya bilang di awal pak, komunikasi yang terjalin sudah cukup baik
antara masyarakat, UPK dan BAPPEDA, ya sudah sering ketemu lah pak dalam program
ini. Sudah sering ngobrol juga kalau ada masalah gitu pak. Ya mungkin kendalanya
lamanya bahan-bahan materialnya turun pak, ya saya juga sempet nanya di desa lain ya
tapi sama saja pak, sama-sama belum turun pak. Iyah warga paling suka nanyain kapan
turunnya nih bantuannya kepada pihak KPM.
5. Apakah Program GEBRAK PAKUMIS sudah cukup membantu dalam meningkatkan
kondisi sosial, ekonomi dan politik ?
Saya rasa juga sudah cukup terbantu pak untuk kondisi ekonomi saya, ya uangnya kan
bisa saya tabung untuk keperluan lainnya pak. Tapi ya keadaan ekonomi saya tetap gini-
gini saja pak, ya penghasilannya cukup buat makan sehari-hari saja pak, tidak cukup
untuk membeli apa-apa. Ya saya harapnya sih ada pelatihan-pelatihan juga gitu pak untuk
kita-kita nya agar kita bisa meningkatkan penghasilan gitu pak, atau dikasih modal usaha
gitu pak. Saya kurang tahu, untuk politik-politik gitu pak di program ini, saya rasa sih
tidak ada.
6. Apa harapan Bapak kedepannya untuk Program GEBRAK PAKUMIS?
Ya kita tahu bahwa Program GEBRAK PAKUMIS ini untuk merenovasi rumah
seadanya, yang penting kita tidak kebocoran dan lantai tidak tanah. Ya terkait kalau ada
yang kurang ya kita memang harus nambahin sendiri pak. Ya saya harap kedepannya,
warga yang menerima Program GEBRAK PAKUMIS bisa benar-benar terbantu gitu pak.
Bisa diselesaikan dengan baik juga dan kalau bisa bahan-bahan materialnya ditambah
juga pak. Dan lebar luas rumahnya juga bisa lebih diperbesar. Plafon juga kalau bisa mah
dapet pak. Jadi seperti dibedah beneran gitu pak.
Tanda Tangan
Pak Dadang
Member Check
Nama : Pak Tami
Jabatan : Warga Penerima Manfaat Desa Pematang
Waktu Wawancara : Wawancara dilakukan pada tanggal 18 November 2017 pukul 11.30 WIB
Lokasi Wawancara : Kediaman Pak Tami
Hasil Wawancara
1. Bagaimana sikap implementor selama pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS di
Desa Pematang ?
Sejauh ini sudah cukup membantu banget sih pak, pihak implementor dalam pelaksanaan
Program GEBRAK PAKUMIS di desa saya, cuman yang masih sangat disayangkan
adalah masih banyak warga yang rumahnya sudah sangat tidak layak huni seperti saya,
tapi belum menerima bantuan. Ya walaupun saya sudah dapet, tapi yang rumahnya
kondisinya ya bisa dibilang sedikit lebih baik dari saya, malah diduluin gitu padahal
masih banyak rumah yang kualitasnya masih dibawah saya tapi mereka belum menerima
bantuan. Soalnya KPM juga ikut nentuin sih pak siapa yang dapat duluan pak.
2. Apakah SDM dan anggaran yang disediakan dalam Program GEBRAK PAKUMIS ini
sudah cukup menunjang dan membantu warga ?
Kalau SDM sih saya rasa cukup-cukup saja sih pak, alhamdulilah saya juga sudah cukup
terbantu sejauh ini, ya alhamdulilah apalagi orang tua seperti saya harus ya setidaknya
terima bersih sajalah pak. Sudah tidak kuat kalau harus ikut mengerjakan juga. Ya kalau
bisa sih anggaran nya ditambah biar bisa lebih banyak bahan-bahan materialnya jadi biar
warga kalau nambahinnya tidak terlalu banyak pak.
3. Apakah pihak BAPPEDA sudah bisa mengkomunikasikan dengan baik adanya Program
GEBRAK PAKUMIS di Desa Pematang ?
Ya kalau komunikasi dengan BAPPEDA sih sering pak kesini dari awal sosialisasi
program ini, pas pengerjaan rumah juga ada, sampai pas tahap akhir juga ada pak. Ya
paling kendalanya lamanya bantuannya turun pak, warga juga banyak yang nanya kapan
turunnya, karena kita tidak dikasih tahu kapan turunnya, jadi ya saya sama warga lainnya
belum siap-siap untuk menyiapkan semuanya pak.
4. Apakah pihak implementor sudah cukup bertanggung jawab dalam melaksanakan
Program GEBRAK PAKUMIS ?
Ya untuk tanggung jawab atau kemampuan saya bingung dalam menjawabnya, tapi saya
cukup menunggu lama untuk berjalannya Program GEBRAK PAKUMIS ini, saya sudah
ngasih proposal dari bulan juni, baru ada kabar lagi untuk peletakan batu pertama pada
bulan Desember pak. Itu juga saya tidak dikasih tahu dari jauh-jauh hari gitu. Karena kita
juga harus nyediain tabungan juga takut ada bahan-bahan material yang kurang dan
ngasih makan tukang juga kan pak.
5. Apakah Program GEBRAK PAKUMIS sudah cukup membantu dalam meningkatkan
kondisi sosial, ekonomi dan politik ?
Ya untuk kondisi sosial keluarga saya sih sudah cukup meningkat lah yah pak, sekarang
saya bisa disebut cukup enak lah tinggal dirumahnya lah. Ya dulunya sih saya malu pak,
punya rumah masih bilik lantainya masih tanah, ya sekarang mah alhamdulilah pak
rumahnya udah dibangun sampai begini. Untuk keadaan ekonomi juga belum cukup
terbantu sih pak dikarenakan saya juga harus nambahin yang kekurangannya itu, mana
penghasilan saya juga kan cuman sebagai petani saja pak, yang ga tentu hasilnya. Terus
juga kan ngasih tukangnya kopi atau makan juga pak, ya walaupun emang ga wajib ya
cuman saya tetep ga enak saja lah pak dia sudah kerja buat saya. Ya mau ngerjain sendiri
saya juga udah tua lah pak, yaudahlah pak yang penting rumah saya sudah jadi dan saya
bisa tidur enak aja gitu pak.
6. Apa harapan Bapak kedepannya untuk Program GEBRAK PAKUMIS?
Ya harapan saya sih kedepannya Program GEBRAK PAKUMIS dapat bisa lebih banyak
membantu warga yang masih belum dapet bantuan Program GEBRAK PAKUMIS
terutama di Desa Pematang. Terus juga flapond kedepannya bisa dimasukan kedalam
anggaran pak, sayang kalau ga ada flapond nya juga pak. Terus bisa sampai dikeramik
juga lah pak biar bisa lebih bagus rumahnya juga.
Tanda Tangan
Pak Tami
Member Check
Nama : Bu Surtiah
Jabatan : Warga Penerima Manfaat Desa Margasari
Waktu Wawancara : Wawancara dilakukan pada tanggal 25 November 2017 pukul 11.15 WIB
Lokasi Wawancara : Kediaman Bu Surtiah
Hasil Wawancara
1. Bagaimana proses pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS di Desa Margasari?
Ya awalnya saya cuman tahu nya bersih saja lah pak, adanya program bedah rumah ini
dibangun gitu rumahnya semuanya. Ternyata ya memang kalau ada yang kurang ya kita
nambah nambahin sendiri pak dari dana sendiri, ya saya juga flapond ga dapet ini pak.
Kirain saya mah bener-bener direnovasi semuanya gitu pak.
2. Apakah dengan adanya Program GEBRAK PAKUMIS ini sudah cukup menunjang dan
membantu warga ?
Saya juga rasa sudah cukup membantu lah pak, yang penting sekarang saya bisa tidur
nyaman saja pak. Ya walaupun dapur saya tidak ikut dibangun dapur saya masih daun
juga atapnya. Ya saya juga nambah nambahin kayu-kayu sedikit lah pak. Ya saya harap
sih kedepannya bisa dibangun semua gitu pak, ya bisa dikeramik juga lah pak.
3. Apakah pihak BAPPEDA sudah bisa mengkomunikasikan dengan baik adanya Program
GEBRAK PAKUMIS di Desa Margasari ?
Ya saya hanya tahunya program ini kaya program bedah rumah pak, terus ntar dikirim
bahan-bahan materialnya, terus ntar ada tukangnya. Ya taunya saya tinggal terima bersih
gitu pak. Kalau jumlahnya saya kurang tau, tapi bahan-bahan materialnya cukup lah pak
untuk ngebenerin rumah saya pak.
4. Apakah dengan adanya Program GEBRAK PAKUMIS sudah cukup membantu dalam
meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi ibu ?
Ya kalau untuk terbantu ya terbantu sih pak untuk keadaan ekonomi saya, ya tapi tetep
saya ngeluarin duit juga buat nambahin ada yang kurang atau buat ngasih makan tukang,
jadi ya belum sepenuhnya terbantu. Ya kalau keadaaan sosial sih cukup terbantu, dulu
mah saya malu pak rumah saya nya masih bilik gitu pak, tapi alhamdulilah sekarang mah
pak udah ada temboknya, udah ada asbesnya juga gitu sekarang mah dulu mah cuman
daun pak.
5. Apakah ibu sudah cukup merasakan manfaat dari diadakannya Program GEBRAK
PAKUMIS ?
Ya saya sudah cukup berterimakasihlah dengan adanya Program GEBRAK PAKUMIS
ini, walaupun saya masih harus nambah kekurangannya. yang penting saya udah tidak
tinggal di bilik lagi pak. Ya walaupun rumahnya seadanya dan masih banyak kekurangan
tapi ya sudah cukuplah bagi saya. Tapi ya semoga ke depannya bantuannya bisa lebih
banyak bahan-bahan materialnya yah pak. Terus juga ya semoga yang dapat bedah rumah
gini, bisa lebih banyak yah pak, di desa saya juga masih banyak yang rumahnya bilik tapi
belum menerima bantuan.
6. Apa harapan ibu kedepannya untuk Program GEBRAK PAKUMIS?
Ya harapan saya sih kedepannya Program GEBRAK PAKUMIS bisa diperluas lagi
bangunannya pak, itu saja dapur saja tidak dapat pak karena luas nya sudah pas sampai di
kamar saja pak. Ya akhirnya saya yang ikut nambah-nambah pak. Terus juga materialnya
bisa lebih banyak juga pak ya semoga juga tahun depan mah dapetnya genteng gitu pak
dan bisa sampai dikeramik juga. Terus di kelurahan Kadu Agung semoga ditahun
berikutnya bisa dapet bantuan Program GEBRAK PAKUMIS juga pak, karena kasian
pak disana masih banyak banget rumah-rumah tidak layak huninya pak.
Tanda Tangan
Bu Surtiah
Member Check
Nama : Erwin Mawandy ST, M.Si
Jabatan : Kepala Bidang Perencanaan dan Prasarana Wilayah BAPPEDA
Waktu Wawancara : Wawancara dilakukan pada tanggal 8 November 2017 pukul 15.10 WIB
Lokasi Wawancara : Kantor Bidang Perencanaan dan Prasarana Wilayah BAPPEDA
Hasil Wawancara
12. Apa dasar peraturan yang digunakan dalam program gebrak pakumis?
Pemerintah Pusat mengeluarkan UU nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan
Permukiman, yang harus ditingkatkan di tingkat daerah karena urusan perumahan dan
pemukiman itu menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Dalam Program GEBRAK
PAKUMIS, Pemerintah Kabupaten Tangerang mengeluarkan Peraturan Bupati
Tangerang yang sampai saat ini masih digunakan yaitu nomor 59 tahun 2014 tentang
Pedoman Pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS.
13. Apakah kelompok sasaran dalam program gebrak pakumis sudah sesuai dengan kriteria
yg dibutuhkan?
Ya kita menjalankan Program GEBRAK PAKUMIS selalu dengan aturan dan standar
yang telah ditetapkan. Dalam hal menentukan kelompok sasaran juga saya rasa sudah
tepat dan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan
14. Apakah sumber daya manusia di bappeda sudah memadai dan mampu meningkatkan
kinerja program gebrak pakumis?
Saya rasa SDM nya sudah cukup ideal, karena sudah ada Tim Teknis dan Tim Fasilitasi
yang berasal dari masyarakat juga, dan didampingi juga oleh pihak UPK. Ya sudah cukup
ideal lah. Ya kalau untuk menilai kemampuan seseorang ya eko liat kelapangan saja,
tanyakan ke warga apakah SDM nya sudah cukup mumpuni atau belum menangani
program ini, saya rasa sih sudah cukup mumpuni.
15. Apakah sumber daya anggaran sudah cukup dan dapat menunjang program gebrak
pakumis?
Program GEBRAK PAKUMIS ini sumber pendanaanya hanya berasal dari APBD saja,
karena sudah sesuai dengan perbup yang berlaku. Terkait jumlah dananya saya rasa
masih sangat kurang, kita hanya dianggarkan 13 juta untuk membangun satu unit rumah,
saya rasa masih sangat kurang.
16. Apakah bappeda sudah bisa mengkomunikasikan dengan baik kepada pihak-pihak yang
berkaitan dengan program gebrak pakumis?
Saya rasa BAPPEDA sudah bisa mengkomunikasikan dengan baik untuk Program
GEBRAK PAKUMIS ini. Karena BAPPEDA sebagai koordinator program ini,
BAPPEDA juga harus bisa memfasilitasi semua yang terjadi di lapangan dan
mengevaluasi ketika program nya sudah selesai. Namun yang menjadi masalah untuk
kita, pasti warga mengeluhkan lamanya proses birokrasi yang ada di kita, ya kita terima
saja, karena bayangkan setiap tahunnya BAPPEDA harus bisa merenovasi 1000 rumah
lebih di Kabupaten Tangerang. Karena dinas yang terlibat hanya BAPPEDA saja dalam
Program GEBRAK PAKUMIS, jadi kita harus bekerja dari tahap awal sampai tahap
akhir, dan memastikan setiap pihak yang terlibat sudah melakukan pekerjaanya sesuai
dengan standard an aturan yang telah ditetapkan
17. Apakah sikap implementor (bappeda) sudah baik dalam melaksanakan program gebrak
pakumis ini?
Saya rasa kita sudah menjalankan progam dengan baik, kita juga sudah memperlakukan
kelompok sasaran dengan baik, karena kelompok sasaran kita juga jelas. Kita
menentukannya berdasarkan jumlah masyarakat miskin di Kabupaten Tangerang,
kemudian kita crosscek langsung dan semuanya sudah tepat.
18. Apakah implementor sudah bekerja sesuai dengan aturan dan standar yang telah
ditetapkan dalam program gebrak pakumis?
Ya sudah sesuai dengan aturan yang berlaku. Ya kita juga sering monitoring di lapangan
apakah pihak-pihak yang terlibat juga sudah sesuai bekerja dengan aturan yang telah
ditetapkan dan memperlakukan dengan baik para masyarakat yang menerima bantuan.
19. Apakah program gebrak pakumis dapat membantu meningkatkan kondisi sosial di
lingkungan tersebut?
Kondisi sosial agak sulit kita ukur indikatornya. Yang terpenting harapan saya secara
sosial masyarakat bisa percaya ke pemda. Agar selanutnya program pemda bisa didukung
dengan baik oleh masyarakat kedepannya. Dan nantinya ada ikatan yang kuat antara
pemda dengan masyarakat.
20. Apakah Program gebrak Pakumis dapat membantu meningkatkan kondisi ekonomi di
lingkungan tersebut?
Sayangnya program ini hanya masih menyentuh fisik saja, tapi disini juga nantinya akan
menjadi sebuah tantangan untuk kita bisa meningkatkan kemampuan ekonomi
masyarakat tersebut. Entah dalam hal menumbuhkan pusat-pusat ekonomi di kawasan
tersebut atau memberikan pelatihan, agar masyarakatnya bisa mempunyai skill yang bisa
bersaing. Saya harap SKPD lainnya juga harus ikut terlibat dengan Program GEBRAK
PAKUMIS kedepannya.
21. Apakah implementor sudah bertanggung jawab dengan baik dan sudah memiliki
kemampuan yang mumpuni dalam menjalankan program gebrak pakumis?
Saya rasa untuk tanggung jawab, semua pihak yang terlibat harus bertanggung jawab
terhadap pekerjaannya masing-masing. Karena kita punya aturan main dan prosedur. Kita
sudah bekera secara optimal dari tahap perencanaan, implementasi dan evaluasi. Jika ada
pihak yang tidak berjalan sesuai dengan prosedur yang telah diterapkan, kita akan selalu
kasih surat peringatan. Karena setiap tahunnya program kita selalu diaudit oleh BPK, jadi
harus punya tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaan. Pihak BAPPEDA saya rasa
sudah cukup mumpuni dalam menjalankan program ini, terbukti kita sudah meraih 2
penghargaan dari pemerintah pusat & televisi swasta.
22. Apakah implementor sudah memahami maksud dan tujuan dari program gebrak pakumis
tersebut?
Saya rasa sudah cukup jelas yah kita memberikan pemahaman maksud dan tujuan
diadakannya program ini kepada masyarakat, dan masyarakat juga saya rasa sudah cukup
mengerti. Karena hukumnya wajib untuk kita paham terlebih dahulu apa yang hendak
kita terapkan di masyarakat, agar nantinya tidak terjadi kesalahpahaman dan kendala saat
program itu dilaksanakan di masyarakat.
Tanda Tangan
Erwin Mawandy ST, M.Si
NIP. 197905172005011012
Member Check
Nama : Chamdani SE, MM
Jabatan : Kepala Koordinator Tim Fasilitator Program GEBRAK PAKUMIS
Waktu Wawancara : Wawancara dilakukan pada tanggal 9 November 2017 pukul 19.30 WIB
Lokasi Wawancara : Kediaman Pak Chamdani
Hasil Wawancara
11. Apa dasar peraturan yang digunakan dalam program gebrak pakumis?
Dalam menjalankan Program GEBRAK PAKUMIS ini kita dilandasi oleh UU nomor 1
tahun 2011 tentang Perumahan dan Pemukiman. Pemerintah pusat menjelaskan dalam
UU tersebut bahwa Perumahan dan Pemukiman yang berada di wilayah administrasi
Pemerintah Daerah yang ada di Indonesia itu menjadi tanggung jawab untuk Pemerintah
Daerah itu sendiri.
12. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kinerja program Gebrak Pakumis semakin
membaik atau memburuk?
Ya kalo yang menjadi kendala dalam Program GEBRAK PAKUMIS ya belum ada sih
pak, semuanya berjalan baik-baik saja. Tapi yang menentukan tingkat keberhasilannya ya
masyarakat itu sendiri pak. Bagaimana respon masyarakat terhadap program ini, ya kalo
responnya baik ya hasilnya akan baik juga.
13. Apakah sumber daya manusia di bappeda sudah memadai dan mampu meningkatkan
kinerja program gebrak pakumis?
Kalo bicara SDM tidak ada yang bisa disebut berkualitas, yang penting mereka harus
tetap mau belajar dan harus ada juga yang memberikan sebuah pembelajaran yang baik
juga. Kita harus selalu bisa melakukan pemberdayaan kepada setiap orang yang tadinya
tidak tau, menjadi tau dan bisa. Kalau untuk terkait jumlahnya, kita untuk SDM nya ada
sekitar 15-20 terdiri dari Tim Teknis, Tim Fasilitasi, UPK, KPM dan beberapa penerima
bantuan. Tapi untuk di pihak UPK saya harap ada penambahan pegawai, karena
jumlahnya masih sangat sedikit disana. Biar lebih efektif untuk pengerjaan di setiap
desanya.
14. Apakah sumber daya anggaran sudah cukup dan dapat menunjang program gebrak
pakumis?
Kalau anggaran saya bilang masih sangat kurang, karena per 1 unit rumahnya hanya 13
juta. Dan setiap tahunnya kita harus membangun 1000 rumah lebih ya saya rasa masih
kurang. Bayangin saja kalau duit 13 juta bagi para pejabat mah ya cukup untuk garasinya
saja. Tapi kan kalau kita buatkan 1 unit rumah untuk masyarakat tidak mampu ya pasti
banyak manfaatnya.
15. Apakah bappeda sudah bisa mengkomunikasikan dengan baik kepada pihak-pihak yang
berkaitan dengan program gebrak pakumis?
Saya jawab yang komunikasi dulu yah. Saya kira kita selaku pelaksana sudah bisa
mengkomunikasikan dengan baik lah. Karena lewat Program GEBRAK PAKUMIS ini
kita sudah dapat menerima beberapa penghargaan dari pemerintah pusat. BAPPEDA
sudah bisa mengkomunikasikan dengan baik secara informasi, sosialisasi dan anggaran
terhadap Program GEBRAK PAKUMIS ini. Secara tupoksi juga kita sudah betul. Tapi
untuk lamanya proses birokrasi ya kita kan harus setiap tahunnya bisa memperbaiki 1000
lebih rumah tidak layak huni di Kabupaten Tangerang, ditambah lagi juga kita sendiri
yang harus memvalidasi dan memverifikasi seluruh data-data yang berkaitan dengan
Program GEBRAK PAKUMIS, kita juga harus mengevaluasi hasil Program GEBRAK
PAKUMIS untuk setiap tahun, dan harus mempersiapkan lagi kawasan mana saja yang
harus direnovasi. BAPPEDA kan programnya juga banyak, ditambah lagi jumlah SDM
dalam Program GEBRAK PAKUMIS ini sangat terbatas ya itu lah yang menyebabkan
lamanya proses birokrasi di dalam Program GEBRAK PAKUMIS.
16. Apakah sikap implementor (bappeda) sudah baik dalam melaksanakan program gebrak
pakumis ini?
Saya kira Program GEBRAK PAKUMIS sudah dijalankan dengan baik dan sudah sesuai
aturan juga. Dan sejauh ini juga belum banyak warga yang memberikan keluhannya. Kita
sebagai pihak implementor setiap melakukan pekerjaan harus mengacu sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan. Kita juga sering turun langsung ke warga untuk mengecek
sudah sejauh mana pengerjaannya.
17. Apakah program gebrak pakumis dapat membantu meningkatkan kondisi sosial di
lingkungan tersebut?
Ya jelas sudah cukup meningkatkan secara sosial, karena selama rumahnya masih tidak
layak huni, pemilik rumah itu akan sulit bergaul ataupun pasti akan malu untuk
berkegiatan di lingkungannya. Setelah rumahnya menjadi layak, pasti secara psikologi
pastinya akan sangat terbantu. Dia akan menjadi lebih percaya diri nantinya.
18. Apakah Program gebrak Pakumis dapat membantu meningkatkan kondisi ekonomi di
lingkungan tersebut?
Untuk segi ekonomi, kita perkirakan rumahnya bisa tahan 10 tahun ke depan, uang yang
harusnya dipergunakan untuk merenovasi rumah, ya kan uangnya bisa ditabung untuk hal
yang lain, seperti pendidikan dan kesehatan. Karena jika rumahnya tidak nyaman juga
masyarakat akan lebih sering terkena penyakit, dan nantinya untuk berobat pasti akan
mengeluarkan biaya yang lebih lagi.
19. Apakah implementor sudah bertanggung jawab dengan baik dan sudah memiliki
kemampuan yang mumpuni dalam menjalankan program gebrak pakumis?
Secara kemampuan dalam menjalankan program sudah cukup baik, ya karena kita setiap
tahunnya program ini sejauh ini selalu dijadikan program unggulan. Untuk tanggung
jawab mah kita pasti sangat bertanggung jawab dengan baik dalam menjalankan program
ini, karena kita juga punya aturan dan standar yang harus selalu diikuti.
20. Apakah implementor sudah memahami maksud dan tujuan dari program gebrak pakumis
tersebut?
Saya kira kita sudah cukup memahami maksud dan tujuan program ini. Kalau kita tidak
mampu menjelaskan secara jelas dan secara teknis, program ini tidak akan berjalan.
Kalau maksud dan tujuannya tidak jelas masyarakat juga akan ragu dalam program ini,
nanti takutnya setelah dibongkar rumahnya malah tidak jadi. Saya kira masyarakat juga
sudah cukup memahami maksud dan tujuannya, bahkan masyarakat selalu ikut bergotong
royong jika ada warganya yang tidak mampu.
Tanda Tangan
Chamdani SE, MM.
Member Check
Nama : Mad Yunus
Jabatan : Kepala Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan Tigaraksa
Waktu Wawancara : Wawancara dilakukan pada tanggal 13 November 2017 pukul 14.10 WIB
Lokasi Wawancara : Ruangan Kantor Kepala Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan Tigaraksa
Hasil Wawancara
16. Apa dasar peraturan yang digunakan dalam program gebrak pakumisdan apa tujuan
kebijakan diadakannya Program GEBRAK PAKUMIS?
Sebenarnya saya kurang bisa menjawab pertanyaan untuk dasar peraturannya tapi mungkin saya
bisa jawab untuk tujuan kebijakannya, PGP ini bertujuan untuk memberantas kemiskinan dan
penataan lingkungan. Program GEBRAK PAKUMIS ini adalah program bedah rumah yang
sangat melibatkan masyarakat sesuai dengan judulnya GEBRAK kan gerakan bersama rakyat.
Kita berharap adanya program ini dapat menciptakan nuansa gotong royong yang telah lama
hilang di masyarakat, baik yang menerima atau tidak menerima bantuan harus saling membantu
warga di lingkungannya sendiri, sehingga nantinya kita bisa ciptakan adanya keseimbangan
sosial.
17. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kinerja program Gebrak Pakumis semakin
membaik atau memburuk?
Program GEBRAK PAKUMIS ini sudah berjalan cukup baik, belum ada yang menjadi
masalah yang cukup berarti, ya tinggal bagaimana masyarakatnya aja sih pak. Ya kalo
masyarakatnya dapat menciptakan budaya gotong royong lagi itu akan sangat membantu
kita, seperti masyarakat yang belum menerima bantuan ya dibantu-bantu lah tetangganya
yang lagi menerima bantuan. Ya karena program ini memang dari masyarakat, oleh
masyarakat dan untuk masyarakat
18. Apakah kelompok sasaran Program GEBRAK PAKUMIS sudah sesuai dengan kriteria
yang dibutuhkan?
Kriteria yang kita tetapkan dari awal, persyaratan awal yang diajukan foto rumah dan
fotocopy KTP, kemudian pihak BAPPEDA memverifikasi kembali setelah itu. Dan saya
rasa sudah 100% layak menerima bantuan.
19. Apakah sumber daya manusia di bappeda sudah memadai dan mampu meningkatkan
kinerja program gebrak pakumis?
Insha Allah SDM nya sudah sangat berkualitas, dari tingkat kabupaten sampai pihak
UPK dan KPM sudah cukup dan sudah bisa membantu masyarakat. Yang penting kita
bisa jaga amanat dari pemda untuk bertugas sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
Kalau terkait jumlah si masih kurang saya rasa harusnya ditambah lagi, apalagi terkait
SDM yang berada di Pihak UPK, karena pihak UPK ini kan tidak hanya mengurusi
Program GEBRAK PAKUMIS saja.
20. Apakah sumber daya anggaran sudah cukup dan dapat menunjang program gebrak
pakumis?
Kalau masalah anggaran masih sangat jauh untuk dibilang cukup. Karena untuk 1 unit
rumah hanya dengan anggaran 13 juta saja. Dan kita juga harus bisa membangun rumah,
atap dan juga septictank.
21. Apakah bappeda sudah bisa mengkomunikasikan dengan baik kepada pihak-pihak yang
berkaitan dengan program gebrak pakumis?
Saya yakin Bappeda sudah mengkomuniskan dengan baik, karena sudah dapat menjalin
koordinasi yang baik juga dengan pihak-pihak terkait.
22. Apakah koordinasi yang tercipta sudah baik antar instansi instansi yang terkait dalam
Program GEBRAK PAKUMIS?
Saya yakin BAPPEDA juga sudah menjalin komunikasi yang baik, sehingga dapat
menciptakan koordinasi yang baik dan dapat bekerjasama dengan baik juga dengan para
instansi yang terkait program ini. Dan semua pihak yang terlibat sudah memberikan
pemahaman yang sangat jelas di masyarakat terkait standar dan aturan yang berlaku
dalam program ini, paling masyarakat hanya mengeluhkan lamanya bantuan program itu
sampai ke rumah masyarakat itu sendiri, ya saya juga mau bagaimana lagi kalau dari
atasnya belum turun, ya saya juga belum bisa bekerja. Ditambah lagi kan pihak UPK
tidak hanya mengurusi Program GEBRAK PAKUMIS.
23. Apa yang menyebabkan lamanya proses birokrasi yang berada di dalam Program
GEBRAK PAKUMIS?
Paling masyarakat hanya mengeluhkan lamanya bantuan program itu sampai ke rumah
masyarakat itu sendiri, ya saya juga mau bagaimana lagi kalau dari atasnya belum turun,
ya saya juga belum bisa bekerja. Ditambah lagi kan pihak UPK tidak hanya mengurusi
Program GEBRAK PAKUMIS.
24. Apakah sikap implementor (bappeda) sudah baik dalam melaksanakan program gebrak
pakumis ini?
Saya kira Program GEBRAK PAKUMIS sudah dijalankan dengan baik dan sudah sesuai
aturan juga. Dan sejauh ini juga belum banyak warga yang memberikan keluhannya. Kita
sebagai pihak implementor setiap melakukan pekerjaan harus mengacu sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan. Kita juga sering turun langsung ke warga untuk mengecek
sudah sejauh mana pengerjaannya.
25. Apakah implementor sudah bekerja sesuai dengan aturan dan standar yang telah
ditetapkan dalam Program GEBRAK PAKUMIS ?
Ya kalau dalam bekerja kita sudah sesuai dengan aturan Peraturan Bupati Tangerang
nomor 59 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan GEBRAK PAKUMIS yang masih
berlaku sampai saat ini. Contohnya kita tidak akan membangun sebuah kawasan jika
hanya ada 2-3 unit rumah saja yang tidak layak huni.
26. Apakah program gebrak pakumis dapat membantu meningkatkan kondisi sosial di
lingkungan tersebut?
Saya rasa masyarakat sudah cukup terbantu secara sosial. Karena program ini kan
program yang yang bisa dibilang program yang dikerjakan secara sosial. Jadilah harus
bisa dapat menyentuh aspek sosialnya. Tapi alangka baiknya kamu nanti tanyakan
langsung kepada masyarakatnya, Karena yang dapat merasakan warga itu sendiri, tapi
kalau dari saya sudah cukup membantu lah di masyarakat, karena banyak yang bilang
masyarakat sudah cukup terbantu dengan adanya Program GEBRAK PAKUMIS.
27. Apakah Program gebrak Pakumis dapat membantu meningkatkan kondisi ekonomi di
lingkungan tersebut?
Kalau kondisi ekonomi juga sudah sangat membantu masyarakat. Karena uang yang
seharusnya dipakai untuk memperbaiki rumah, kan bisa ditabung oleh masyarakat bisa
digunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat.
28. Apakah Program GEBRAK PAKUMIS dapat membantu meningkatkan konidisi politik
di lingkungan tersebut?
Kalau terkait kondisi politik kita tidak berhubungan sama sekali yah, karena program ini
memang program sosial, jadi setiap pihak yang terlibat harus menyadari itu.
29. Apakah implementor sudah bertanggung jawab dengan baik dan sudah memiliki
kemampuan yang mumpuni dalam menjalankan program gebrak pakumis?
Saya pikir kita selaku pelaksana sudah bertanggung jawab dengan baik. Karena program
ini sudah berjalan dari tahun 2012. Dan dari tahun pertama sampai sekarang kita sudah
memilki kemampuan yang baik juga dalam bekerja di masyarakat walaupun dengan dana
yang cukup minim.
30. Apakah implementor sudah memahami maksud dan tujuan dari program gebrak pakumis
tersebut?
Saya rasa kita sudah bisa memberikan pemahaman yang jelas yah terkait maksud dan
tujuan diadakannya Program GEBRAK PAKUMIS, karena jika kita selaku implementor
tidak paham atau tidak bisa maksimal dalam memberikan pemahaman yang jelas terkait
maksud dan tujuannya, nantinya warga akan menjadi bingung dan ragu akan jalannya
program ini, dan saya harap warga juga dapat mengerti nantinya terkait maksud dan
tujuannya.
Tanda Tangan
Mad Yunus
Member Check
Nama : Adis Darori
Jabatan : Ketua Kelompok Penerima Manfaat Desa Sodong
Waktu Wawancara : Wawancara dilakukan pada tanggal 13 November 2017 pukul 14.10 WIB
Lokasi Wawancara : Ruangan Kantor Kepala Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan Tigaraksa
Hasil Wawancara
9. Bagaiamana proses berjalannya Program GEBRAK PAKUMIS di Desa Sodong pada
tahun 2016?
Alhamdulilah Program GEBRAK PAKUMIS sudah berjalan lancar di desa kami dan
belum ada kendala yang berarti di daerah kami. Kemudian Program GEBRAK
PAKUMIS ini berbasis zona dalam penentuan kawasan yang akan menerima Program
GEBRAK PAKUMIS. Pihak BAPPEDA tetap yang menentukan kawasan mana saja
yang akan menerima bantuan Program GEBRAK PAKUMIS.
10. Bagaimana sikap BAPPEDA selama pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS di Desa
Sodong ?
Ya kalau pihak BAPPEDA mah sering kesini, dari peletakan batu pertama, tahap
pengerjaan sampai tahap finishing juga suka kesini. Ya untuk sekedar monitoring aja pak
katanya. Kalau dari pihak UPK mah sering kesini pak, kaya pak amin, sering banget
datang kesini untuk ngecek ngecek gitu aja. Ya nanya-nanya ke warga juga sudah sejauh
mana progress pembangunannya. Ya saya rasa sih sudah cukup baik pelayanannya.
11. Apakah dengan adanya Program GEBRAK PAKUMIS sudah dapat meningkatkan
kondisi sosial bapak sendiri ?
Ya saya rasa sudah cukup membantu lah pak, ya kondisi sosial juga sudah mulai
terangkat lah pak, ya keluarga bisa tidur nyaman sekarang mah pak. Ga perlu khawatir
lagi kalau mau tidur sekarang mah. Ya anak-anak juga merasakan bisa lebih bersih dan
enak lah buat pergi ke sekolahnya lah pak.
12. Apakah BAPPEDA sudah cukup bertanggung jawab dalam Pelaksanaan Program
GEBRAK PAKUMIS di Desa Sodong?
Ya pihak BAPPEDA saya rasa sudah cukup bertanggung jawab dengan baik lah, soalnya
dari awal survey sampai tahap akhir pihak BAPPEDA selalu mendampingi kita,
BAPPEDA juga sering datang untuk mengawasi pekerjaan orang di lapangannya. Tapi
pihak UPK sih yang lebih sering datang mah pak, ya untuk tanggung jawab sudah cukup
baik lah dalam program ini.
13. Apakah persyaratan awal yang harus dikumpulkan oleh para warga untuk bisa menerima
bantuan Program GEBRAK PAKUMIS?
Ya pertama para warga harus mengumpulkan persyaratan dulu pertamanya, seperti KK,
KTP sama materai saja pak. Nanti setelah dikumpulkan ke saya baru kemudian di survei
sama timnya untuk menentukan warga mana saja yang dapat menerima program bantuan.
14. Apa saja yang warga dapat untuk membangun rumahnya menjadi layak huni dalam
Program GEBRAK PAKUMIS ?
Ya pokoknya konsep bangunan rumahnya 5x6 ukuran rumahnya nanti. Nanti setelah itu
kita dapat bahan-bahan materialnya seperti pasir, semen, batu bata, celcom, asbes, kayu
dan beberapa besi-besi gitu pak. Septictank dan jamban juga kita dibikinin pak. Ya sudah
segitu saja pak. kalau ada yang masih dirasa kurang, harus warga sendiri yang nambahin
15. Apakah bahan-bahan material yang ada sudah cukup membantu bapak dalam
membangun rumah yang layak huni ?
Ya kalau ditanya cukup atau belum, ya rasa mah masih belum cukup pak, tapi ya bagi
saya dan keluarga sudah cukup membantu lah pak, kit amah boro-boro untuk memikirkan
untuk bangun rumah untuk makan sehari-hari saja masih kurang pak. Ya tapi bahan-
bahan material yang ada sudah cukup membantu saya lah pak membuat rumah saya
menjadi lebih nyaman.
16. Apa harapan bapak kedepannya untuk Program GEBRAK PAKUMIS kedepannya?
Harapan saya untuk tahun depan mah pak bisa sampai ke pasang keramik gitu pak, ya
untuk tahun depan juga bisa ditambahin lah pak untuk bahan-bahan materialnya. Terus
juga semoga kita dapat dibuatkan sarana air bersih juga sih gitu pak. Tapi saya sudah
sangat berterimakasih dengan adanya Program GEBRAK PAKUMIS, sudah cukup
memabntu dan terus dinanti-nantikan oleh warga yang belum dapat.
Tanda Tangan
Adis Darori
Member Check
Nama : RT Oyo
Jabatan : Ketua Kelompok Penerima Manfaat Desa Pematang
Waktu Wawancara : Wawancara dilakukan pada tanggal 18 November 2017 pukul 10.10 WIB
Lokasi Wawancara : Ruangan Kantor Sekretaris Desa Pematang
Hasil Wawancara
8. Bagaiamana proses berjalannya Program GEBRAK PAKUMIS di Desa Pematang pada
tahun 2016 ?
Ya Program GEBRAK PAKUMIS di desa pematang sudah berjalan cukup baik saya rasa
pak, masih banyak warga yang menginginkan untuk desa kita bisa kebagian lagi di tahun
berikutnya, karena masih banyak rumah-rumah warga yang masih tidak layak huni di
desa kita pak.
9. Bagaimana sikap BAPPEDA selama pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS di Desa
Pematang ?
Kalau pihak BAPPEDA pas lagi pelaksanaannya mereka pernah dateng kesini untuk
selalu melakukan pengecekan pembangunannya pak, dari tahap peletakan batu pertama
sampai peresmian rumah kita juga pihak BAPPEDA selalu datang, kalau warga ada
keluhan juga saya sampaikan ke pihak BAPPEDA. Ya sejauh ini BAPPEDA sudah
cukup baik lah dalam pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS.
10. Apakah dengan adanya Program GEBRAK PAKUMIS sudah dapat meningkatkan
kondisi sosial dan ekonomi bapak sendiri ?
Ya suduh cukup membantu lah pak, kondisi sosial juga terbantu dengan adanya Program
GEBRAK PAKUMIS ya jadi saya sudah tidak malu-malu lagi untuk berbaur dengan
tetangga, maklum pak rumah saya jelek. Ya kalau segi ekonomi juga sudah cukup
terbantu akhirnya kita sudah punya rumah yang layak huni pak, ya paling kita nambah-
nambah sedikit saja pak. Tapi saya sudah cukup bersyukur pak.
11. Apakah BAPPEDA sudah cukup bertanggung jawab dalam Pelaksanaan Program
GEBRAK PAKUMIS di Desa Pematang?
Ya saya rasa sih BAPPEDA sudah cukup bertanggung jawab yah untuk menjalankan
program ini, udah ada yang mengontrol juga ada yang mengawasi juga waktu dalam
pengerjaannya pak.
12. Apakah warga penerima bantuan Program GEBRAK PAKUMIS sudah mengerti maksud
dan tujuan dari Program GEBRAK PAKUMIS ?
Ya masyarakat saya rasa sudah tahu tujuan diadakannya Program GEBRAK PAKUMIS,
ya untuk membangun rumah yang tidak layak huni, tapi dana yang dianggarkan tidak
banyak, jadi masyarakat harus siap bila ada yang kekurangan dalam pengerjaannya.
Karena ini hanyalah bersifat dorongan saja seperti yang sudah dijelaskan oleh pihak
BAPPEDA
13. Apakah SDM yang tersedia dalam Program GEBRAK PAKUMIS sudah cukup
membantu dalam pengerjaan Program GEBRAK PAKUMIS ?
Ya kalo terkait SDM nya sih saya rasa jumlah SDM nya yang harus ditambah lagi, saya
juga berkoordinasi dengan pak amin saja pak, yang dimana pak amin juga harus
mengurusi 3 desa di Kecamatan Tigaraksa, bukan hanya di desa saya saja pak. Ya kalau
bisa setiap satu desa ada satu orang gitu pak yang mengurusi, biar lebih efektif saja pak.
14. Apakah warga sudah cukup mengerti terkait adanya Progra GEBRAK PAKUMIS di
Desa Pematang dan apa yang sering dikeluhkan oleh warga ?
Masyarakat sejauh ini sudah cukup mengerti terkait adanya bantuan Program GEBRAK
PAKUMIS ini, sudah cukup jelas juga untuk prosesnya. Karena pihak UPK sering kesini
juga mas untuk mensosialisasikan Program GEBRAK PAKUMIS dan pihak BAPPEDA
juga sering kesini untuk mengontrol jalannya program ini mas. Saya rasa sih masyarakat
sudah cukup paham terkait adanya Program GEBRAK PAKUMIS, paling yang
masyarakat pertanyakan lama turunnya aja waktu itu, kapan nih tidak turun-turun
bantuannya gitu. Kalau di desa saya sih pengajuan proposalnya bulan juni, pengerjaannya
baru mulai awal bulan Desember. Ya jadi memang cukup lama pak.
Tanda Tangan
RT Oyo
Member Check
Nama : Pak Udin
Jabatan : Ketua Kelompok Penerima Manfaat Desa Margasari
Waktu Wawancara : Wawancara dilakukan pada tanggal 25 November 2017 pukul 10.00 WIB
Lokasi Wawancara : Kediaman Pak Udin
Hasil Wawancara
8. Bagaiamana proses berjalannya Program GEBRAK PAKUMIS di Desa Margasari pada
tahun 2016 ?
Program GEBRAK PAKUMIS sudah berjalan cukup baik di Desa Margasari dan sudah
cukup membantu masyarakat juga dalam membangun rumah rumah yang tidak layak
huni disini, bahkan banyak masyarakat yang masih menunggu adanya program ini lagi ke
lingkungan kita lagi pak. Ya saya rasa sih program ini sudah bisa dirasakan oleh
masyarakat manfaatnya dan sudah cukup membantu pak.
9. Bagaimana sikap BAPPEDA selama pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS di Desa
Margasari ?
BAPPEDA cukup sering lumayan kesini pak. Ya mereka juga mengawasi jika ada yang
tidak sesuai dengan aturan atau ada kesalahan dari tukang, barulah ntar pihak BAPPEDA
komplen ke pihak UPK.
10. Apakah dengan adanya Program GEBRAK PAKUMIS sudah dapat meningkatkan
kondisi sosial dan ekonomi bapak sendiri ?
Ya kalau saya Alhamdulillah sih pak sudah cukup meningkatkan lah kondisi sosial
keluarga saya pak dan untuk keadaan ekonomi mah saya masih ada tabungan sedikit lah
yah pak untuk nambah-nambah kekurangan dari bahan materialnya. Seperti plafond dan
ya paling nambah batakonya sedikit pak. Ya tapi saya rasa sih sudah cukup membantu.
11. Apakah BAPPEDA sudah cukup bertanggung jawab dalam Pelaksanaan Program
GEBRAK PAKUMIS di Desa Margasari ?
Ya BAPPEDA sudah cukup bertanggung jawab pak, dari mulai pengerjaan dan finishing
juga pak, karena Lokasi BAPPEDA berada di desa saya juga pak, jadi mereka cukup
sering lah pak ketempat saya. Mereka juga suka nanya sudah sampai mana
pembangunannya dan bila ada yang tidak sesuai dengan aturan biasanya langsung ditegur
pak tukang yang bangun rumahnya. Ya saya rasa sudah cukup bertanggung jawab.
12. Apakah warga penerima bantuan Program GEBRAK PAKUMIS sudah mengerti maksud
dan tujuan dari Program GEBRAK PAKUMIS ?
Ya insha allah masyarakat sudah cukup tahu untuk maksud dan tujuan diadakannya
program ini. Ya kalau masih ada warga yang belum tahu dan belum paham ya kita harus
memaklumin saja karena kan setiap warga pasti berbeda-beda dalam menerima informasi
yang diberikan pihak implementornya pak.
13. Apakah SDM yang tersedia dalam Program GEBRAK PAKUMIS sudah cukup
membantu dalam pengerjaan Program GEBRAK PAKUMIS ?
SDM yang berada di Pihak UPK harus bisa ditambah lagi, karena kita kan berkoordinasi
jika ada keluhan warga atau jika ada masalah itu ke pihak UPK terlebih dahulu, dan
untuk di kecamatan Tigaraksa hanya ada 1 orang saja pak yaitu pak amin. Jadi saya
hanya berkoordinasi dengan dia saja pak, nah kan pak amin megang 3 desa di setiap
Program GEBRAK PAKUMIS jadi dia juga harus bisa membagi waktunya pak. Jadi
harus ada penambahan lagi pak. Setidaknya 1 desa mempunyai 1 pendamping.
14. Apakah warga sudah cukup terbantu terkait adanya Program GEBRAK PAKUMIS di
Desa Margasari ?
Saya syukur alhamdulilah pak dapat bantuan program seperti ini, ya karena pekerjaan
saya juga begini pak serabutan aja, kalau ada kerjaan ya saya kerjakan ya kalau tidak ada
saya tidak dapat uang pak. Uang nya juga hanya cukup makan sehari-sehari saja pak
tidak kefikiran untuk membangun rumah. Ya untung saya dapat program ini pak, saya
dan keluarga saya jadi lebih enak tinggal dirumahnya sekarang pak.
Tanda Tangan
Pak Udin
Member Check
Nama : Pak Dadang
Jabatan : Warga Penerima Manfaat Desa Sodong
Waktu Wawancara : Wawancara dilakukan pada tanggal 15 November 2017 pukul 11.30 WIB
Lokasi Wawancara : Kediaman Pak Dadang
Hasil Wawancara
7. Bagaimana sikap implementor selama pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS di
Desa Sodong ?
Kalau pihak BAPPEDA dan pihak UPK sudah cukup baik pak dalam menjalankan
Program GEBRAK PAKUMIS menurut say amah pak. Tapi di pihak KPM nya kadang
suka tidak adil pak, kemarin saja pak ada 2 rumah warga yang sudah sangat tidak layak
huni, tapi tidak menerima program bantuan ini. Malah orang lain yang rumahnya sedikit
baik lah pak yang malah didahuluin. Ya katanya sih masih saudara pak yang dapetnya
jadi didahuluin gitu pak. Ya tapi saya mah alhamdulilah dapet pak.
8. Apakah SDM dan anggaran yang disediakan dalam Program GEBRAK PAKUMIS ini
sudah cukup menunjang dan membantu warga ?
Ya sebagai warga sih ya kalau jumlah SDM nya saya rasa masih butuh tambahan
jumlahnya lah pak, ya namanya kan ini juga bangun rumah ya harus lebih banyak tenaga
nya pak, ya terlebih dari tukangnya agar ditambah lagi, kan setiap warga beda-beda yah
pak ada yang mau bantu ada juga yang diem saja. Ya kalau tukang nya bisa lebih banyak
kan bisa lebih cepat pak. Ya untuk terkait anggaran nya mah kita kurang paham yah pak
tapi ya semoga bahan-bahan materialnya bisa ditambah lagi pak, karena bahan-bahan
materialnya juga masih cukup terbatas saja pak. Jadi ya bisa lebih meringankan lagi kan
pak kalau bahan material yang disediakan bisa lebih banyak.
9. Apakah bapak sudah cukup bisa merasakan manfaat dari diadakannya Program
GEBRAK PAKUMIS di Desa Sodong ?
Alhamdulilah warga sini sudah cukup bisa merasakan Program GEBRAK PAKUMIS ini
pak. Ya kita sih udah bisa mensiasati kalau ada kekurangannya pak. Kita dari awal
pengajuan proposal warganya sudah patungan terlebih dahulu sih pak, ya karena nantinya
takut ada kekurangan pak ya kita udah siap nambahin pak, dari uang patungan warga
tersebut. Soalnya di daerah sini masih sangat banyak pak rumah tidak layak huninya pak.
Jadinya kita saling membantu saja lah pak.
10. Apakah Komunikasi yang terjalin antara pihak implementor dengan warga sudah baik ?
Ya seperti yang saya bilang di awal pak, komunikasi yang terjalin sudah cukup baik
antara masyarakat, UPK dan BAPPEDA, ya sudah sering ketemu lah pak dalam program
ini. Sudah sering ngobrol juga kalau ada masalah gitu pak. Ya mungkin kendalanya
lamanya bahan-bahan materialnya turun pak, ya saya juga sempet nanya di desa lain ya
tapi sama saja pak, sama-sama belum turun pak. Iyah warga paling suka nanyain kapan
turunnya nih bantuannya kepada pihak KPM.
11. Apakah Program GEBRAK PAKUMIS sudah cukup membantu dalam meningkatkan
kondisi sosial, ekonomi dan politik ?
Saya rasa juga sudah cukup terbantu pak untuk kondisi ekonomi saya, ya uangnya kan
bisa saya tabung untuk keperluan lainnya pak. Tapi ya keadaan ekonomi saya tetap gini-
gini saja pak, ya penghasilannya cukup buat makan sehari-hari saja pak, tidak cukup
untuk membeli apa-apa. Ya saya harapnya sih ada pelatihan-pelatihan juga gitu pak untuk
kita-kita nya agar kita bisa meningkatkan penghasilan gitu pak, atau dikasih modal usaha
gitu pak. Saya kurang tahu, untuk politik-politik gitu pak di program ini, saya rasa sih
tidak ada.
12. Apa harapan Bapak kedepannya untuk Program GEBRAK PAKUMIS?
Ya kita tahu bahwa Program GEBRAK PAKUMIS ini untuk merenovasi rumah
seadanya, yang penting kita tidak kebocoran dan lantai tidak tanah. Ya terkait kalau ada
yang kurang ya kita memang harus nambahin sendiri pak. Ya saya harap kedepannya,
warga yang menerima Program GEBRAK PAKUMIS bisa benar-benar terbantu gitu pak.
Bisa diselesaikan dengan baik juga dan kalau bisa bahan-bahan materialnya ditambah
juga pak. Dan lebar luas rumahnya juga bisa lebih diperbesar. Plafon juga kalau bisa mah
dapet pak. Jadi seperti dibedah beneran gitu pak.
Tanda Tangan
Pak Dadang
Member Check
Nama : Pak Tami
Jabatan : Warga Penerima Manfaat Desa Pematang
Waktu Wawancara : Wawancara dilakukan pada tanggal 18 November 2017 pukul 11.30 WIB
Lokasi Wawancara : Kediaman Pak Tami
Hasil Wawancara
7. Bagaimana sikap implementor selama pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS di
Desa Pematang ?
Sejauh ini sudah cukup membantu banget sih pak, pihak implementor dalam pelaksanaan
Program GEBRAK PAKUMIS di desa saya, cuman yang masih sangat disayangkan
adalah masih banyak warga yang rumahnya sudah sangat tidak layak huni seperti saya,
tapi belum menerima bantuan. Ya walaupun saya sudah dapet, tapi yang rumahnya
kondisinya ya bisa dibilang sedikit lebih baik dari saya, malah diduluin gitu padahal
masih banyak rumah yang kualitasnya masih dibawah saya tapi mereka belum menerima
bantuan. Soalnya KPM juga ikut nentuin sih pak siapa yang dapat duluan pak.
8. Apakah SDM dan anggaran yang disediakan dalam Program GEBRAK PAKUMIS ini
sudah cukup menunjang dan membantu warga ?
Kalau SDM sih saya rasa cukup-cukup saja sih pak, alhamdulilah saya juga sudah cukup
terbantu sejauh ini, ya alhamdulilah apalagi orang tua seperti saya harus ya setidaknya
terima bersih sajalah pak. Sudah tidak kuat kalau harus ikut mengerjakan juga. Ya kalau
bisa sih anggaran nya ditambah biar bisa lebih banyak bahan-bahan materialnya jadi biar
warga kalau nambahinnya tidak terlalu banyak pak.
9. Apakah pihak BAPPEDA sudah bisa mengkomunikasikan dengan baik adanya Program
GEBRAK PAKUMIS di Desa Pematang ?
Ya kalau komunikasi dengan BAPPEDA sih sering pak kesini dari awal sosialisasi
program ini, pas pengerjaan rumah juga ada, sampai pas tahap akhir juga ada pak. Ya
paling kendalanya lamanya bantuannya turun pak, warga juga banyak yang nanya kapan
turunnya, karena kita tidak dikasih tahu kapan turunnya, jadi ya saya sama warga lainnya
belum siap-siap untuk menyiapkan semuanya pak.
10. Apakah pihak implementor sudah cukup bertanggung jawab dalam melaksanakan
Program GEBRAK PAKUMIS ?
Ya untuk tanggung jawab atau kemampuan saya bingung dalam menjawabnya, tapi saya
cukup menunggu lama untuk berjalannya Program GEBRAK PAKUMIS ini, saya sudah
ngasih proposal dari bulan juni, baru ada kabar lagi untuk peletakan batu pertama pada
bulan Desember pak. Itu juga saya tidak dikasih tahu dari jauh-jauh hari gitu. Karena kita
juga harus nyediain tabungan juga takut ada bahan-bahan material yang kurang dan
ngasih makan tukang juga kan pak.
11. Apakah Program GEBRAK PAKUMIS sudah cukup membantu dalam meningkatkan
kondisi sosial, ekonomi dan politik ?
Ya untuk kondisi sosial keluarga saya sih sudah cukup meningkat lah yah pak, sekarang
saya bisa disebut cukup enak lah tinggal dirumahnya lah. Ya dulunya sih saya malu pak,
punya rumah masih bilik lantainya masih tanah, ya sekarang mah alhamdulilah pak
rumahnya udah dibangun sampai begini. Untuk keadaan ekonomi juga belum cukup
terbantu sih pak dikarenakan saya juga harus nambahin yang kekurangannya itu, mana
penghasilan saya juga kan cuman sebagai petani saja pak, yang ga tentu hasilnya. Terus
juga kan ngasih tukangnya kopi atau makan juga pak, ya walaupun emang ga wajib ya
cuman saya tetep ga enak saja lah pak dia sudah kerja buat saya. Ya mau ngerjain sendiri
saya juga udah tua lah pak, yaudahlah pak yang penting rumah saya sudah jadi dan saya
bisa tidur enak aja gitu pak.
12. Apa harapan Bapak kedepannya untuk Program GEBRAK PAKUMIS?
Ya harapan saya sih kedepannya Program GEBRAK PAKUMIS dapat bisa lebih banyak
membantu warga yang masih belum dapet bantuan Program GEBRAK PAKUMIS
terutama di Desa Pematang. Terus juga flapond kedepannya bisa dimasukan kedalam
anggaran pak, sayang kalau ga ada flapond nya juga pak. Terus bisa sampai dikeramik
juga lah pak biar bisa lebih bagus rumahnya juga.
Tanda Tangan
Pak Tami
Member Check
Nama : Bu Surtiah
Jabatan : Warga Penerima Manfaat Desa Margasari
Waktu Wawancara : Wawancara dilakukan pada tanggal 25 November 2017 pukul 11.15 WIB
Lokasi Wawancara : Kediaman Bu Surtiah
Hasil Wawancara
7. Bagaimana proses pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS di Desa Margasari?
Ya awalnya saya cuman tahu nya bersih saja lah pak, adanya program bedah rumah ini
dibangun gitu rumahnya semuanya. Ternyata ya memang kalau ada yang kurang ya kita
nambah nambahin sendiri pak dari dana sendiri, ya saya juga flapond ga dapet ini pak.
Kirain saya mah bener-bener direnovasi semuanya gitu pak.
8. Apakah dengan adanya Program GEBRAK PAKUMIS ini sudah cukup menunjang dan
membantu warga ?
Saya juga rasa sudah cukup membantu lah pak, yang penting sekarang saya bisa tidur
nyaman saja pak. Ya walaupun dapur saya tidak ikut dibangun dapur saya masih daun
juga atapnya. Ya saya juga nambah nambahin kayu-kayu sedikit lah pak. Ya saya harap
sih kedepannya bisa dibangun semua gitu pak, ya bisa dikeramik juga lah pak.
9. Apakah pihak BAPPEDA sudah bisa mengkomunikasikan dengan baik adanya Program
GEBRAK PAKUMIS di Desa Margasari ?
Ya saya hanya tahunya program ini kaya program bedah rumah pak, terus ntar dikirim
bahan-bahan materialnya, terus ntar ada tukangnya. Ya taunya saya tinggal terima bersih
gitu pak. Kalau jumlahnya saya kurang tau, tapi bahan-bahan materialnya cukup lah pak
untuk ngebenerin rumah saya pak.
10. Apakah dengan adanya Program GEBRAK PAKUMIS sudah cukup membantu dalam
meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi ibu ?
Ya kalau untuk terbantu ya terbantu sih pak untuk keadaan ekonomi saya, ya tapi tetep
saya ngeluarin duit juga buat nambahin ada yang kurang atau buat ngasih makan tukang,
jadi ya belum sepenuhnya terbantu. Ya kalau keadaaan sosial sih cukup terbantu, dulu
mah saya malu pak rumah saya nya masih bilik gitu pak, tapi alhamdulilah sekarang mah
pak udah ada temboknya, udah ada asbesnya juga gitu sekarang mah dulu mah cuman
daun pak.
11. Apakah ibu sudah cukup merasakan manfaat dari diadakannya Program GEBRAK
PAKUMIS ?
Ya saya sudah cukup berterimakasihlah dengan adanya Program GEBRAK PAKUMIS
ini, walaupun saya masih harus nambah kekurangannya. yang penting saya udah tidak
tinggal di bilik lagi pak. Ya walaupun rumahnya seadanya dan masih banyak kekurangan
tapi ya sudah cukuplah bagi saya. Tapi ya semoga ke depannya bantuannya bisa lebih
banyak bahan-bahan materialnya yah pak. Terus juga ya semoga yang dapat bedah rumah
gini, bisa lebih banyak yah pak, di desa saya juga masih banyak yang rumahnya bilik tapi
belum menerima bantuan.
12. Apa harapan ibu kedepannya untuk Program GEBRAK PAKUMIS?
Ya harapan saya sih kedepannya Program GEBRAK PAKUMIS bisa diperluas lagi
bangunannya pak, itu saja dapur saja tidak dapat pak karena luas nya sudah pas sampai di
kamar saja pak. Ya akhirnya saya yang ikut nambah-nambah pak. Terus juga materialnya
bisa lebih banyak juga pak ya semoga juga tahun depan mah dapetnya genteng gitu pak
dan bisa sampai dikeramik juga. Terus di kelurahan Kadu Agung semoga ditahun
berikutnya bisa dapet bantuan Program GEBRAK PAKUMIS juga pak, karena kasian
pak disana masih banyak banget rumah-rumah tidak layak huninya pak.
Tanda Tangan
Bu Surtiah
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN
PERATURAN BUPATI TANGERANG
NOMOR 59 TAHUN 2014
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN BERSAMA RAKYAT
ATASI KAWASAN PADAT, KUMUH, DAN MISKIN (GEBRAK PAKUMIS) KABUPATEN TANGERANG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TANGERANG,
Menimbang : a. bahwa pelaksanan Program Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan
Padat, Kumuh dan Miskin (GEBRAK PAKUMIS) telah ditetapkan berdasarkan Peraturan
Bupati Nomor 19 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat, Kumuh dan Miskin (GEBRAK PAKUMIS) di Kabupaten Tangerang, namun masih terdapat kawasan permukiman padat kumuh dan miskin serta lingkungan yang belum tertata sehingga Peraturan Bupati tersebut perlu ditinjau kembali;
b. bahwa dalam rangka efektifitas penanganan kawasan kumuh dan pengedalian kawasan kumuh, perlu dilaksanakan Program Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat, Kumuh dan Miskin (GEBRAK PAKUMIS) lanjutan melalui bantuan hibah Pemerintah Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b diatas, maka perlu menetapkan Peraturan Bupati Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat, Kumuh, dan Miskin (GEBRAK PAKUMIS).
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang
pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan
dan kawasan permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7);
4. Undang-Undang….
-2-
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dua kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4212);
8. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan; 9. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2010 tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan; 10. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007
Tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan; 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010
tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota;
12. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun 2011
Tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 489);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011
tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan Bantuan Sosial Yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 450);
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 atas
perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan Bantuan Sosial Yang bersumber dari anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 540);
15. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 01 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 0108);
16. Peraturan ….
-3-
16. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 5 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2013-2018 (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 05 Tahun 2013);
MEMUTUSKAN Menetapkan : PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN
BERSAMA RAKYAT ATASI KAWASAN PADAT, KUMUH DAN MISKIN (GEBRAK PAKUMIS) KABUPATEN TANGERANG.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pengertian
Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Tangerang. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Bupati Tangerang adalah Kepala Daerah pada tingkat Kabupaten Tangerang.
4. Camat adalah kepala wilayah pada tingkat Kecamatan. 5. Kepala Desa/Lurah adalah kepala wilayah pada tingkat Desa/Kelurahan. 6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah perangkat
Daerah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Urusan Pemerintahan di daerah.
7. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah selanjutnya disebut BAPPEDA
adalah SKPD yang bertanggung jawab dalam Program GEBRAK PAKUMIS. 8. Tim Teknis Program GEBRAK PAKUMIS yang selanjutnya disebut Tim Teknis
adalah Unsur SKPD yang bertanggungjawab dalam koordinasi, perencanaan, monitoring dan evaluasi Program GEBRAK PAKUMIS yang keanggotaannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
9. Tim Fasilitasi Program GEBRAK PAKUMIS yang selanjutnya disingkat TF PGP
adalah perseorangan dari unsur masyarakat yang memiliki pengalaman, kualifikasi dan kompentensi dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat yang keanggotaannya ditunjuk oleh Tim Teknis dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
10. Unit Pengelola Kegiatan/Badan Keswadayaan Masyarakat yang selanjutnya
disingkat UPK/BKM adalah organisasi masyarakat atau kelembagaan masyarakat yang proses pembentukannya di fasilitasi melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan/perkotaan yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
11. Kelompok Penerima Manfaat yang selanjutnya disingkat KPM adalah kelompok
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) penerima bantuan program GEBRAK PAKUMIS yang diketuai oleh Ketua Rukun Tetangga (RT) setempat.
12. Program ….
-4-
12. Program Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Permukiman Padat, Kumuh, dan Miskin yang selanjutnya disebut Program GEBRAK PAKUMIS adalah program peningkatan kualitas rumah tidak layak huni berbasis kawasan bagi masyarakat berpenghasilan rendah melalui bantuan hibah untuk mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang berpola hidup bersih dan sehat.
13. Kawasan adalah lokasi yang memiliki ciri khas tertentu atau berdasarkan
pengelompokan fungsional kegiatan tertentu. 14. Kawasan perumahan dan permukiman padat, kumuh dan miskin adalah suatu
kawasan perumahan dan pemukiman yang dijadikan sebagai tempat tinggal yang bangunannya berkondisi substandar atau tidak layak yang dihuni oleh Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
15. Peningkatan kualitas rumah tidak layak huni berbasis kawasan adalah kegiatan
memperbaiki komponen rumah yang tidak layak huni atau dalam kondisi rusak, tidak berfungsi atau dapat membahayakan penghuninya.
16. Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnya disingkat MBR adalah
masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli. 17. Hibah Pemerintah Daerah adalah fasilitasi dari Pemerintah Daerah berupa
sejumlah dana yang diberikan kepada penerima manfaat untuk kegiatan peningkatan kualitas rumah tidak layak huni berbasis kawasan.
18. Penerima Manfaat adalah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) sebagai
penerima dan pemanfaat Program GEBRAK PAKUMIS berdasarkan hasil verifikasi yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
19. Penduduk kabupaten Tangerang adalah warga masyarakat yang berdomisili di
Kabupaten Tangerang yang dibuktikan dengan identitas kependudukan.
Tujuan
Pasal 2 Tujuan Program GEBRAK PAKUMIS adalah membantu masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) agar mampu membangun atau meningkatkan kualitas huniannya sehingga dapat menempati rumah yang lebih layak melalui pendekatan penanganan serta sinergi antara masyarakat dan Pemerintah Daerah.
BAB II PELAKSANAAN PROGRAM
Bagian Kesatu
Prinsip Dasar Pasal 3
(1) Prinsip dasar pelaksanaan program GEBRAK PAKUMIS meliputi:
a. berorientasi pada kawasan perumahan dan permukiman padat, kumuh, dan miskin;
b. partisipatif ….
-5-
b. partisipasitif;
c. transparansi; dan
d. akuntabilitas. (2) Yang dimaksud dengan partisipasif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
adalah keterlibatan masyarakat sebagai penerima dan pemanfaat program kepada pencapaian tujuan Program GEBRAK PAKUMIS.
(3) Yang dimaksud dengan transparansi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang kebijakan program GEBRAK PAKUMIS, proses pelaksanaan, dan hasil-hasil yang dicapai.
(4) Yang dimaksud dengan akuntabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d adalah kewajiban-kewajiban dari individu-individu yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya program GEBRAK PAKUMIS untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggung-jawaban fiskal, manajerial, dan program.
Bagian Kedua
Strategi Operasional Pasal 4
Strategi operasional pelaksanaan program GEBRAK PAKUMIS yaitu: a. menguatkan peran pemerintah daerah baik di tingkat desa/kelurahan, tingkat
kecamatan dan kabupaten; b. mengembangkan lembaga kemasyarakatan yang dipercaya dan akuntabel; c. meningkatkan pemberdayaan kelompok masyarakat dalam memahami kebutuhan
dan potensi serta memecahkan berbagai masalah yang dihadapi; dan d. menerapkan pola partisipatif dalam pelaksanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan.
Bagian Ketiga Kriteria Kawasan
Pasal 5
Kriteria Kawasan pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS meliputi : a. kawasan perumahan dan permukiman swadaya dalam kondisi padat, kumuh, dan
miskin; b. terdapat paling sedikit 10 (sepuluh) rumah tidak layak huni yang berada dalam satu
areal/kawasan; c. bukan merupakan kawasan perumahan dan permukiman yang sedang dalam
sengketa dan dilarang oleh pemerintah; dan d. diutamakan bagi kawasan perumahan dan permukiman padat, kumuh, dan miskin
yang belum pernah menerima program peningkatan kualitas rumah.
Bagian ….
-6- Bagian Keempat
Kriteria Rumah Tidak Layak Huni Berbasis Kawasan
Pasal 6 Kriteria rumah tidak layak huni berbasis kawasan adalah rumah tidak layak huni yang memenuhi kriteria paling sedikit 3 (tiga) komponen meliputi: a. atap rumah terbuat dari rumbia/genteng/asbes/bahan lain dalam kondisi rusak, tidak
berfungsi atau dapat membahayakan penghuninya; b. dinding rumah terbuat dari bilik bambu/kayu/batu-bata/bahan lain dalam kondisi
rusak, tidak berfungsi atau dapat membahayakan penghuninya;
c. lantai rumah masih berupa lantai tanah atau lantai semen dalam kondisi rusak; dan
d. tidak memiliki sarana sanitasi rumah tangga (jamban keluarga).
Bagian Kelima Kriteria Calon Penerima Manfaat
Pasal 7
Kriteria calon penerima manfaat meliputi: a. Penduduk kabupaten Tangerang; b. Masyarakat Berpenghasilan Rendah; c. merupakan satu-satunya rumah yang dimiliki dan dalam kondisi tidak layak huni;
d. menghuni rumah yang akan diperbaiki; e. bersungguh-sungguh mengikuti program GEBRAK PAKUMIS; f. belum pernah mendapatkan program bantuan perbaikan rumah; dan g. luas bangunan rumah tidak layak huni paling besar 45 (empat puluh lima) meter
persegi;
Bagian keenam Persyaratan
Calon Penerima manfaat
Pasal 8 Persyaratan calon penerima manfaat program GEBRAK PAKUMIS meliputi: a. surat permohonan bantuan peningkatan kualitas rumah tidak layak huni berbasis
kawasan dari calon penerima manfaat; b. surat pernyataan belum pernah menerima bantuan perbaikan rumah dari program
manapun; c. surat pernyataan dari calon penerima manfaat akan menghuni rumah yang telah
diperbaiki; d. surat pernyataan dari calon penerima manfaat tidak akan menjual rumah yang telah
diperbaiki; e. surat pernyataan dari calon penerima manfaat mengenai kepemilikan tanah dan
rumah; f. rencana kebutuhan material peningkatan kualitas rumah tidak layak huni sebagai
dasar untuk dilakukan verifikasi; dan g. melampirkan fotocopy KTP atau surat keterangan penduduk setempat dari
Kepala Desa.
Bagian ….
-7-
Bagian Ketujuh
Mekanisme Penetapan Kawasan dan Calon Penerima Manfaat
Pasal 9 Penetapan kawasan dan calon penerima manfaat Program GEBRAK PAKUMIS meliputi: a. berdasarkan usulan masyarakat yang diusulkan oleh Rukun Tetangga (RT), Rukun
Warga (RW), Kepala Desa/Lurah dan/atau Camat yang ditujukan kepada Pemerintah Kabupaten Tangerang;
b. usulan masyarakat sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan verifikasi,
pemetaan dan pendataan ulang oleh TF PGP yang ditugaskan dalam Program GEBRAK PAKUMIS;
c. sketsa kawasan, daftar nama dan alamat calon penerima manfaat hasil
verifikasi dan pendataan ulang TF PGP dituangkan dalam bentuk dokumen laporan atau profil permukiman kumuh berbasis kawasan untuk disampaikan kepada Tim Teknis sebagai bahan dalam proses perencanaan dan penganggaran Program GEBRAK PAKUMIS;
d. berdasarkan dokumen laporan hasil verifikasi atau profil permukiman kumuh
berbasis kawasan, Tim Teknis mengusulkan kepada Bupati untuk ditetapkan sebagai daftar nominatif calon penerima manfaat Program GEBRAK PAKUMIS dengan Keputusan Bupati.
Bagian Kedelapan Komponen Kegiatan
Pasal 10
(1) Peningkatan kualitas rumah adalah kegiatan pembangunan rumah yang tidak
layak huni meliputi:
a. bagian atap dari atap rumbia/bahan lain menjadi atap asbes atau genteng;
b. bagian lantai dari lantai tanah menjadi lantai semen atau keramik;
c. bagian dinding dari dinding bilik/kayu menjadi dinding batako, GRC, atau batu bata; dan
d. pembangunan sarana sanitasi rumah tangga (jamban keluarga).
(2) Fasilitasi dan pendampingan.
Bagian Kesembilan Pelaksana Kegiatan
Pasal 11
(1) Pelaksana kegiatan program GEBRAK PAKUMIS yaitu:
a. Tim Teknis; b. TF PGP; c. UPK/BKM PNPM Mandiri; dan d. KPM.
(2) Tim Teknis, TF PGP, UPK/BKM dan KPM ditetapkan dengan keputusan
Bupati.
(3) Susunan ….
-8-
(3) Susunan pelaksana program GEBRAK PAKUMIS sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri dari : a. Tim Teknis terdiri dari :
Ketua : 1 orang Sekretaris : 1 orang Anggota : 5 orang
b. Tim Fasilitator terdiri dari:
Ketua : 1 orang Sekretaris : 1 orang Anggota : 3 orang
c. Unit Pengelola Kegiatan (UPK) terdiri dari :
Ketua : 1 orang
Sekretaris : 1 orang Bendahara : 1 orang
d. Kelompok Penerima Manfaat (KPM) terdiri dari : Ketua : 1 orang (ketua RT setempat)
Anggota : sesuai jumlah calon penerima manfaat
Tim Teknis
Pasal 12 Tim Teknis melaksanakan tugas dan fungsi: a. melaksanakan sosialisasi kebijakan dan tata cara pelaksanaan program GEBRAK
PAKUMIS pada tingkat Kabupaten; b. melaksanakan koordinasi perencanaan, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan Program GEBRAK PAKUMIS; c. menunjuk fasilitator; d. memberikan bimbingan dan arahan kepada fasilitator tentang tata cara
pelaksanaan kegiatan sesuai pedoman pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS;
e. melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait dan fasilitator dalam pengajuan permintaan pembayaran/pencairan dana stimulan peningkatan kualitas hunian;
f. melakukan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan GEBRAK
PAKUMIS yang dilaksanakan oleh UPK dan KPM; g. melaksanakan koordinasi dan penyusunan laporan program berdasarkan laporan
TF PGP, UPK dan KPM; h. membuat standar gambar teknis dan menetapkan standar biaya; dan i. membuat Nota Perjanjian Hibah antara Bupati dengan UPK.
Tim Fasilitasi
Pasal 13 Tim Fasilitasi Program GEBRAK PAKUMIS melaksanakan tugas dan fungsi sebagai berikut: a. melaksanakan verifikasi terhadap proposal usulan masyarakat, Rukun Tetangga
(RT) atau Kepala Desa/Lurah dan/atau Camat;
b. Membuat ….
-9-
b. membuat laporan hasil verifikasi dan menyusun dokumen calon lokasi sasaran dan calon penerima manfaat program yang dituangkan dalam bentuk laporan /profil permukiman kumuh hasil pemetaan dan verifikasi MBR calon penerima manfaat program GEBRAK PAKUMIS;
c. menyusun dan menetapkan dokumen laporan hasil verifikasi yang disampaikan
kepada Bupati melalui Tim Teknis; d. memberikan pembekalan teknis, pendampingan dalam pelaksanaan kegiatan dan
pelaporan kegiatan kepada UPK dan KPM; e. memfasilitasi UPK dan KPM terkait adminstrasi pengajuan pencairan, pelaporan
dan pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS; f. mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS
kepada Pelaksana; dan g. merekomendasikan kepada Tim Teknis untuk menghentikan pelaksanaan kegiatan
apabila terjadi ketidaksesuaian antara ketentuan program dengan pelaksanaan kegiatan dilapangan.
Unit Pengelola Kegiatan (UPK)
Pasal 14 (1) Unit Pengelola Kegiatan (UPK) melaksanakan tugas dan fungsi sebagai berikut:
a. melaksanakan sosialisasi dan validasi data penerima program GEBRAK
PAKUMIS pada KPM bersama-sama dengan fasilitator;
b. melaksanakan koordinasi dengan Camat, Lurah/Kepala Desa dalam pengelolaan kegiatan;
c. melaksanakan rembug/musyawarah dan dengan KPM;
d. membuat proposal kegiatan peningkatan kualitas rumah berdasarkan rencana kebutuhan material yang diusulan oleh KPM dan atau hasil verifikasi lapangan;
e. membuat permohonan pencairan dana kepada Bupati diketahui oleh TF PGP
melalui Tim Teknis; f. menandatangani Nota Perjanjian Hibah dengan Bupati Tangerang; g. menandatangani Pakta Integritas;
h. melaksanakan pengelolaan keuangan kegiatan pembangunan rumah tidak
layak huni berbasis kawasan sesuai dengan ketentuan program GEBRAK PAKUMIS;
i. melaksanakan penyediaan kebutuhan material dan tukang berdasarkan
usulan KPM; j. menyelesaikan permasalahan/kendala di wilayah kerjanya;
k. menerima dan melaksanakan masukan/pengarahan yang diberikan oleh TF
PGP dan Tim Teknis; l. membuat dokumentasi pelaksanaan kegiatan pembangunan rumah
MBR (0%, 30%/60%, dan 100%)
m. membuat dan menyerahkan laporan progres (60%) dan laporan akhir (100%) disertai dengan bukti dokumentasi pelaksanaan kegiatan pembangunan rumah MBR penerima manfaat kepada Bupati melalui Tim Teknis; dan
n. membuat dan menyerahkan laporan pertanggung jawaban fisik dan pengelolaan keuangan Kepada Bupati Tangerang melalui Tim Teknis.
(2) TF PGP dan KPM harus membantu UPK dalam melaksanakan fungsinya.
Kelompok ….
-10- Kelompok Penerima Manfaat (KPM)
Pasal 15
(1) Ketua KPM melaksanakan tugas dan fungsi sebagai berikut :
a. memfasilitasi kegiatan di tingkat masyarakat; b. mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan diwilayah masing-masing; c. mengadministrasikan pelaksanaan kegiatan diwilayah masing-
masing;
d. membantu UPK dalam melaksanakan kegiatan fisik pembangunan peningkatan rumah tidak layak huni diwilayah masing-masing; dan
e. melaporkan pelaksanaan kegiatan yang dibantu oleh TF PGP dan UPK. (2) Anggota KPM melaksanakan tugas dan fungsi sebagai berikut:
a. mengikuti kegiatan rembug/musyawarah pelaksanaan kegiatan;
b. mengajukan permohonan pencairan dana kegiatan peningkatan kualitas rumah tidak layak huni berbasis kawasan yang difasilitasi oleh TF PGP dan UPK;
c. bersama UPK melaksanakan pembangunan peningkatan kualitas rumah tidak
layak huni sesuai dengan rencana pelaksanaan yang telah ditetapkan; dan
d. melaporkan hasil pelaksanaan pembangunan peningkatan kualitas rumah
tidak layak huni dibantu oleh TF PGP dan UPK.
Bagian Kesepuluh Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Pasal 16 Tahapan pelaksanaan kegiatan meliputi: a. persiapan; b. sosialisasi; c. penyusunan proposal pencairan dana; d. penandatanganan nota hibah; e. pengajuan pembayaran/pencairan dana; f. pelaksanaan kegiatan fisik; g. monitoring dan evaluasi; dan h. pelaporan.
Bagian Kesebelas Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan fisik
Pasal 17 (1) Pelaksanaan kegiatan fisik pembangunan rumah mengacu pada standar gambar
teknis yang telah ditetapkan oleh Tim Teknis; (2) Apabila kondisi tanah dan bangunan tidak memungkinkan untuk dibangun sesuai
dengan standar gambar teknis yang telah ditetapkan, dapat dilakukan perubahan atau disesuaikan dengan kondisi kebutuhan rumah MBR berdasarkan hasil fasilitasi dan verifikasi oleh TF PGP yang dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh UPK dan TF PGP, disetujui Tim Teknis dengan besaran bantuan stimulan yang tetap sama.
Bab III ….
-11- BAB III
PENDANAAN
Bagian Kesatu Alokasi Dana
Pasal 18
Alokasi dana bantuan peningkatan kualitas rumah tidak layak huni berbasis kawasan bagi masing-masing MBR penerima manfaat dan alokasi dana bantuan biaya operasional pelaksanaan program Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Permukiman Padat, Kumuh, dan Miskin (GEBRAK PAKUMIS) akan ditetapkan dengan keputusan Bupati.
Bagian Kedua
Sumber Dana Pasal 19
Alokasi dana bantuan peningkatan kualitas rumah tidak layak huni berbasis kawasan bagi masing-masing MBR penerima manfaat dan alokasi dana bantuan biaya operasional pelaksanaan program Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Permukiman Padat, Kumuh, dan Miskin (GEBRAK PAKUMIS) bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
Bagian Ketiga Mekanisme Pencairan Dana
Pasal 20 (1) Kelembagaan UPK membuat surat permintaan pembayaran /pencairan dana
kegiatan Program GEBRAK PAKUMIS dilampiri proposal yang ditujukan kepada Bupati.
(2) Proposal kelembagaan UPK yang dimaksud pada ayat (1) dibuat atas dasar
usulan MBR yang berisikan: a. surat permintaan pembayaran /pencairan dana kegiatan program
GEBRAK PAKUMIS yang ditanda tangani oleh ketua dan sekretaris UPK.
b. jumlah kebutuhan dana bantuan yang diperlukan; c. daftar nama kelompok penerima manfaat; d. jadwal pelaksanaan peningkatan kualitas rumah;
e. surat pernyataan kesanggupan dari UPK untuk melaksanakan Program
GEBRAK PAKUMIS bersedia mengikuti aturan yang di tetapkan dalam program GEBRAK PAKUMIS dan bersedia memperbaiki rumah sesuai dengan standar yang ditetapkan;
f. menandatangani Pakta Integritas; g. melampirkan foto copy rekening atas nama UPK yang mengusulkan;
h. melampirkan foto copy surat keputusan pembentukan/pengangkatan UPK;
i. melampirkan nomor pokok wajib pajak (NPWP) ketua UPK; dan j. Proposal KPM.
(3) Proposal KPM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf j berisi persyaratan
penerima manfaat sebagaimana tertuang dalam Pasal 8;
(4) Proposal ….
-12- (4) Proposal dari Kelembagaan UPK yang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan penelitian adminitrasi oleh fasilitator pendamping, diketahui oleh ketua fasilitator dan Tim Teknis Program GEBRAK PAKUMIS.
(5) Tata cara pencairan dana mengikuti ketentuan dan mekanisme yang berlaku.
Bagian Keempat Mekanisme Pengelolaan Keuangan
Pasal 21 (1) Mekaniske pengelolaan keuangan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. (2) Pengelolaan keuangan dicatat dalam buku kas umum UPK/BKM yang disertai
dengan kwitansi dan nota-nota pembelian berdasarkan prinsip akuntansi.
Bagian Kelima Penggunaan Keuangan
Pasal 22 (1) UPK/BKM mengelola dana alokasi bantuan peningkatan kualitas rumah untuk
pembelian bahan material dan upah tukang secara bertahap berdasarkan usulan KPM disertai rincian daftar kebutuhan perbaikan rumah untuk masing-masing MBR penerima manfaat.
(2) UPK/BKM mengelola dana alokasi biaya operasional kegiatan untuk dipergunakan
sebagai berikut:
a. pembayaran honorarium pengurus UPK/BKM;
b. pembayaran honorarium fasilitator;
c. pembayaran honorarium ketua RT selaku ketua KPM;
d. biaya pembuatan proposal dan pelaporan UPK/BKM; dan
e. biaya pembuatan laporan TF PGP. (3) Besaran biaya operasional kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan
ayat (2) huruf a sampai dengan huruf e ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
BAB IV
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN Pasal 23
Monitoring, evaluasi dan pelaporan wajib dilaksanakan oleh Tim Teknis, untuk mengetahui progres pelaksanaan kegiatan meliputi: a. kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan; b. pencapaian sasaran dan atau target dari kegiatan yang sedang dilaksanakan;
c. progres/gambaran kemajuan dari pelaksanaan kegiatan; dan d. kendala dan permasalahan yang dihadapi, termasuk tindak lanjutnya.
Pasal 24 (1) UPK wajib membuat laporan akhir pelaksanaan Program GEBRAK
PAKUMIS berupa: a. Kegiatan ….
-13-
a. kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan; b. seluruh capaian target sasaran yang telah dilaksanakan; c. dokumentasi pelaksanaan 0%, 30%, 100%; dan
d. berita acara serah terima hasil pembangunan rumah serta kesediaan
pemanfaatan yang ditanda tangani oleh MBR; (2) UPK wajib membuat laporan pertanggung jawaban keuangan dibantu oleh TF
PGP berupa:
a. Foto Copy Rekening program GEBRAK PAKUMIS atas nama UPK penerima hibah tertanggal akhir pelaksanaan program;
b. Buku Kas umum UPK;
c. Realisasi dana pembangunan rumah MBR berupa daftar nama penerima disertai dengan dokumentasi 0 %, 30% dan 100%;
d. Realisasi biaya bagi perbaikan rumah MBR dilengkapi bukti pengeluaran dana
berupa Nota/Kwitasi pembelian; e. UPK menyampaikan laporan pertanggung jawaban keuangan kepada
Bupati melalui Tim Teknis Program GEBRAK PAKUMIS.
BAB VII KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan Bupati Tangerang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Permukiman Padat, Kumuh, dan Miskin (GEBRAK PAKUMIS) Kabupaten Tangerang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 26 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati Tangerang ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Tangerang.
Ditetapkan di Tigaraksa Pada tanggal 8 Oktober 2014
BUPATI TANGERANG,
Ttd.
A. ZAKI ISKANDAR Diundangkan di Tigaraksa Pada tanggal 8 Oktober 2014
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TANGERANG,
Ttd.
ISKANDAR MIRSAD
BERITA DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 NOMOR 59