48
ii KEBIJAKAN WAR ON DRUGS PRESIDEN RODRIGO DUTERTE DAN PENGARUHNYA TERHADAP STABILITAS KEAMANAN NEGARA-NEGARA ASEAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HAM INTERNASIONAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Bagian Studi Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Oleh: NOVI ASALAMU 02011281520375 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2019

KEBIJAKAN WAR ON DRUGS PRESIDEN RODRIGO ...repository.unsri.ac.id/349/1/RAMA_74201_02011281520375...meluangkan waktu dan berbagi ilmunya dalam KKL dan penulisan Skripsi. 13. Segenap

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • ii

    KEBIJAKAN WAR ON DRUGS PRESIDEN RODRIGO DUTERTE DAN

    PENGARUHNYA TERHADAP STABILITAS KEAMANAN

    NEGARA-NEGARA ASEAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF

    HUKUM HAM INTERNASIONAL

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

    Hukum pada Bagian Studi Hukum Internasional

    Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

    Oleh:

    NOVI ASALAMU

    02011281520375

    FAKULTAS HUKUM

    UNIVERSITAS SRIWIJAYA

    INDRALAYA

    2019

  • iii

    KEBIJAKAN WAR ON DRUGS PRESIDEN RODRIGO DUTERTE DAN

    PENGARUHNYA TERHADAP STABILITAS KEAMANAN

    NEGARA-NEGARA ASEAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF

    HUKUM HAM INTERNASIONAL

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

    Hukum pada Bagian Studi Hukum Internasional

    Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

    Oleh:

    NOVI ASALAMU

    02011281520375

    FAKULTAS HUKUM

    UNIVERSITAS SRIWIJAYA

    INDRALAYA

    2019

  • iv

  • v

  • vi

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    Motto:

    “If you can’t be the best, let’s do your best”

    Start it with ‘YES’, cause every chance won’t come for twice.

    -N.A-

    Skripsi ini dipersembahkan kepada:

    1. Allah SWT

    2. Burhan’s Family (ayah, bunda,

    yuk mi, yuk ia, yuk yi, isan)

    3. Organisasi dan Komunitas:

    - IMM AR Fakhruddin

    - HMI FH UNSRI

    - BEM FH UNSRI

    - B.O THEMIS

    - GENBI SUMSEL

    - ALSA LC UNSRI

    - Ketimbang Ngemis Palembang

    - UKM BAHASA

    4. My Friends and Staff FH UNSRI

    Almamater, Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum Wr. Wb.

    Puji syukur dihaturkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan

    hidayah-Nya dalam meridhoi pembuatan skripsi yang ditujukan sebagai syarat akhir

    dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) di Fakultas Hukum Universitas

    Sriwijaya. Penulis berharap skripsi dengan judul “Kebijakan War on Drugs Presiden

    Rodrigo Duterte dan Pengaruhnya Terhadap Stabilitas Keamanan Negara-Negara

    ASEAN Ditinjau dari Perspektif Hukum HAM Internasional” dinilai baik untuk

    dapat dipergunakan sebagai bahan acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi setiap

    pembaca yang menempuh pendidikan ilmu hukum di kemudian hari.

    Penulis berupaya dalam memaksimalkan penelitian ini dengan menganalisis

    literatur dan bahan pustaka yang terakses. Bertitik tolak dari penelitian ini tidak dapat

    mencapai tujuan tanpa bantuan berbagai pihak, terkhusus kepada Bapak Dr. Mada

    Apriandi Zuhir, S.H., MCL dan Bapak Nurhidayatulloh, S.HI.,S.Pd., S.H., LL.M.,

    M.H., M.HI. yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan inovasi hingga

    menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa, dukungan serta bantuan dari teman seperjuangan

    yang telah berkontribusi tidak terlepaskan dari rasa terima kasih. Seluruh pihak

    merupakan motivasi terbaik yang penulis upayakan.

    Terlepas dari garis haluan diatas, penulis masih dalam proses menimba ilmu,

    dimana penulis meyakini bahwasanya masih terdapat kekurangan baik dari tata

    penulisan maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis menerima kritik yang

    disandingkan dengan saran secara terbuka. Akhir kalimat, penulis berharap untuk

    dapat mengguncang nilai keseimbang hak demi mencapai keadilan yang telah tercatat

    dapat berada dalam alur hukum.

    Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

    Indralaya, Maret 2019

    Penulis

  • viii

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Assalamu’alaikum Wr. Wb.

    Puji syukur dihaturkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-

    Nya dalam meridhoi penyelesaian skripsi “Kebijakan War on Drugs Presiden

    Rodrigo Duterte dan Pengaruhnya Terhadap Stabilitas Keamanan Negara-Negara

    ASEAN Ditinjau dari Perspektif Hukum HAM Internasional”. Dalam kesempatan ini,

    penulis ingin berterima kasih kepada setiap pihak yang telah berkontribusi dengan

    waktu, tenaga, serta pikiran demi terselesaikannya skripsi ini. Wujud terimakasih

    diberikan khusus kepada:

    1. Allah SWT, yang telah melimpahkan setiap umat dengan rahmat dan hidayah-

    Nya.

    2. Burhan’s Family, Ayahanda Burhanuddin (Alm) dan Ibunda Choiriah (Alm)

    yang telah menjaga amanah yang dititipkan-Nya. Saudara-saudara kandungku,

    Romiyanti,S.Si, Siti Marian,S.Pd, Nurhidayati (Alm), dan Adiku Muhammad

    Ikhsan, yang selalu mendengar curahan hati, membantu dalam doa, memberikan

    kasih dan sayang, namun selalu mendesak untuk segera lulus.

    3. Bapak Dr. Febrian, S.H., M.S. sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas

    Sriwijaya.

    4. Bapak Dr. Firman Muntaqo, S.H., M.Hum. sebagai Wakil Dekan I Fakultas

    Hukum Universitas Sriwijaya.

    5. Bapak Dr. Ridwan, S.H., M.Hum. sebagai Wakil Dekan II Fakultas Hukum

    Universitas Sriwijaya.

  • ix

    6. Bapak Prof. Dr. H. Abdullah Ghofar, S.H., M.H. sebagai Wakil Dekan III

    Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

    7. Bapak Dr. Mada Apriandi Zuhir, S.H., MCL sebagai Dosen Pembimbing Utama

    yang telah berupaya membantu, mengarahkan, membimbing, dan memotivasi

    penulis dalam menyelesaikan penelitian.

    8. Bapak Nurhidayatulloh, S.HI.,S.Pd., S.H., LL.M., M.H., M.HI. sebagai Dosen

    Pembimbing Pembantu yang turut serta membantu, mengarahkan, membimbing,

    dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan penelitian.

    9. Bapak Akhmad Idris, S.H., M.H. sebagai Ketua Bagian Hukum Internasional,

    Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

    10. Bapak Agus Ngadino, S.H., M.H. sebagai pembimbing akademik, sekaligus

    Ketua Laboratorium Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

    11. Syahmin AK, S.H., M.H. sebagai Pembimbing Kuliah Kerja Lapangan (KKL)

    penulis di Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Penang, Malaysia.

    12. Bapak H. Achmad Romsan, S.H., M.H.,LL.M sebagai Dosen Pengajar yang telah

    meluangkan waktu dan berbagi ilmunya dalam KKL dan penulisan Skripsi.

    13. Segenap dosen pengajar dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

    yang telah berbagi ilmu, tenaga serta motivasinya dalam masa perkuliahan.

    14. Seluruh staf di Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Penang, Malaysia. Staf

    Imigrasi, Staf Konsuler, Staf Pensosbud, Staf Polri, Penghuni shelter, dan seluruh

    karyawan dan petugas yang telah berbagi ilmu yang sangat bermanfaat dalam

    penelitian ini.

  • x

    15. Muhammad Nasir, S.T. yang telah membantu memberikan arahan penelitian,

    motivasi serta doa.

    16. Sahabat-sahabatku dari SDN 255, SMPN 24, SMA N SUMSEL (Sampoerna

    Academy), Konferensi Ahli Hukum (Rahma, Faridah, Indah, Miska, Tari,

    Sadana, Willy Eka), Penang Squad ( Hafiz K, Roby F, Kamila P), Organisasi

    masa perkuliahan (HMI FH UNSRI, IMM AR Fakhruddin, UKM Bahasa, BEM

    FH UNSRI, ALSA LC UNSRI, BO THEMIS, GENBI SUMSEL, Ketimbang

    Ngemis Palembang)

    17. Teman-teman Novi yang tidak dapat ditulis satu-persatu, terimakasih telah

    menjadi energy supplier dalam menyelesaikan skripsi.

    Akhir kalimat, Novi bersyukur telah diberikan Allah SWT kenikmatan yang tiada

    henti dengan kehadiran sosok seperti kalian. Semoga kalian semua diberikan

    keberkahan dalam hidup, keridho-an dalam tindakan dan hidayah untuk menjadi lebih

    baik. Novi harap penulisan ini dapat menjadi amal jariyah bagi pembaca, dan mohon

    maaf atas kesalahan yang tidak disengaja.

    Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

    Indralaya, Maret 2019

    Penulis

    Novi Asalamu

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL............................................................................................ i

    HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii

    HALAMAN PERNYATAAN.............................................................................. iii

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................... iv

    KATA PENGANTAR......................................................................................... v

    UCAPAN TERIMA KASIH............................................................................... vi

    DAFTAR ISI........................................................................................................ ix

    DAFTAR TABEL................................................................................................ xi

    DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xi

    DAFTAR SINGKATAN..................................................................................... xii

    ABSTRAK............................................................................................................ xiv

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang............................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah........................................................................ 7

    C. Tujuan .......................................................................................... 7

    D. Manfaat ........................................................................................ 8

    E. Kerangka Teori............................................................................ 9

    F. Kerangka Konsep........................................................................ 13

  • xii

    G. Metode Penelitian......................................................................... 21

    BAB II. HAM DALAM HUKUM INTERNASIONAL

    A. Keberlakuan Hukum Internasional........................................... 25

    B. HAM dalam Hukum Internasional............................................ 30

    C. Tinjauan umum tentang War on Drugs.................................... 33

    D. Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)...................... 36

    BAB III. WAR ON DRUGS

    A. Kebijakan War on Drugs Presiden Duterte............................... 38

    B. Kebijakan War on Drugs Presiden Duterte Menurut

    Hukum Internasional...................................................................

    41

    C. Pengaruh Kebijakan War on Drugs di Filipina Terhadap

    Stabilitas Keamanan Negara-negara ASEAN...........................

    59

    BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    A. Kesimpulan................................................................................... 70

    B. Rekomendasi................................................................................. 71

    DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 74

    LAMPIRAN.......................................................................................................... 82

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Tabel perbandingan beberapa konvensi HAM, badan yang

    dibentuk, dan mekanisme pelaporanya.................................................

    31

    Tabel 2. Table of drugs addicts by case status................................................... 64

    Tabel 3. Table of drugs addicts by type of drugs................................................ 65

    Tabel 4. Tabel narkoba di Singapura berdasarkan jenisnya............................. 66

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Hakikat keadilan menurut Aristoteles (384-322 SM)..................... 10

    Gambar 2. Analisis Kebijakan............................................................................ 14

    Gambar 3. Proses membuat kebijakan............................................................... 15

    Gambar 4. Diagram pengguna metamfetamin di negara-negara ASEAN...... 40

    Gambar 5. Five stages of Project TokHang....................................................... 44

    Gambar 6. Pernyataan tertulis pengguna narkoba di Filipina............................ 47

    Gambar 7. Flowchart of Pre-TokHang.............................................................. 48

    Gambar 8. Drugs-cleared Barangays 2018........................................................ 50

    Gambar 9. Memorandum Circular (10 oktober 2017)....................................... 51

    Gambar 10. Peta negara-negara ASEAN........................................................... 60

    Gambar 11. Diagram produk hukum narkoba di Indonesia............................. 63

    Gambar 12. Diagram narkoba berdasarkan jenisnya di Thailand...................... 67

  • xiv

    DAFTAR SINGKATAN

    ADACs Anti-Drug Abuse Councils

    AHRD ASEAN Human Rights Declaration

    AICHR ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights

    AMM ASEAN Ministerial Meeting

    ASEAN Association of Southeast Asian Nations

    BADAC Barangay Anti-Drug Abuse Council

    BNN Badan Narkotika Nasional

    CAIDSOTG City Anti-Illegal Drug Special Operations Task Group

    CIL Customary International Law

    CMC Command Memorandum Cirlular

    DAIDSOTG District Anti-Illegal Drug Special Operations Task Group

    DDB Dangerous Drugs Board

    HAM Hak Asasi Manusia

    HRW Human Rights Watch

    HVT High Value Target

    ICCPR International Covenant on Civil and Political Rights

    ICESCR The International Convenant on Economic, Sosial and Cultural

    Rights

    INCSR International Narcotics Control Strategy Report

    KTT Konferensi Tingkat Tinggi

    LGUs the Local Government Units

  • xv

    NADA National Anti-Drugs Agency

    NGOs Non-Government Organizations

    PAIDSOTG Provincial Anti-Illegal Drug Special Operations Task Group

    PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa

    PDEA Philippine Drug Enforcement Agency

    PNP Philippine National Police

    RAIDSOTG Regional Anti-Illegal Drug Special Operations Task Group

    SAIDSOTG Station Anti-Illegal Drug Special Operations Task Group

    UNDOC United Nations Office on Drugs and Crime

    USG United States Goverment

  • xvi

  • xvii

  • xviii

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    International Narcotics Control Strategy Report (INCSR) menjelaskan bahwa

    perdagangan narkoba diluar jalur hukum terus menimbulkan ancaman nasional dan

    internasional yang serius, khususnya di negara Filipina. United Nations World Report

    of Drug tahun 2009 menerbitkan laporan tahunan yang menempatkan Filipina pada

    urutan kelima sebagai negara produsen shabu jenis mariyuana untuk kawasan Asia

    Timur, Asia Tenggara, dan Oceania.1 Proses perdangangan narkoba ini di dukung

    oleh faktor geografis Filipina yang memiliki 7.641 pulau dan garis pantai sepanjang

    36.289km.2 Hal tersebut menjadi rintangan bagi kepolisian, angkatan laut, dan militer

    dalam melakukan pengawasan serta peninjauan terhadap peredaran narkoba. Pada

    akhirnya, negara Filipina tidak hanya menjadi titik jalur perdagangan (transshipment)

    tetapi juga produsen utama obat berbahaya jenis mariyuana untuk seluruh Asia.

    Kala kini, negara Filipina dipimpin oleh Rodrigo Rody Roa Duterte sejak

    pemilihan Presiden pada tahun 2016. Sebelum menjabat menjadi presiden, Duterte

    merupakan seorang walikota kota Davao dan pengacara Filipina keturunan Visayan.

    Selama karir politiknya, Duterte terkenal kontroversial karena berhasil menjadikan

    1 World Drugs Report, United Nations Office on Drugs and Crime : Philippines Country Report,

    dalam https://www.unodc.org/documents/wdr2015/World_Drug_Report_2015.pdf, diakses pada

    tanggal 20 Juli 2018. 2 2013 Philippines Drugs Situations, Total Population of Philippines, dalam

    http://pdea.gov.ph/images/AnnualReport/2013AR/2013thephilippinedrugsituation.pdf, diakses pada

    tanggal 22 Juli 2018

    http://pdea.gov.ph/images/AnnualReport/2013AR/2013thephilippinedrugsituation.pdf

  • xix

    kota dengan kriminalitas serta perang antar kelompok tertinggi di Filipina menjadi

    kota teraman. Perubahan di kota Davao ini dapat diatasi oleh Duterte dengan

    memimpin sendiri pasukan untuk memberantas kejahatan yang dikenal sebagai

    Davao Death Squad (DDS). Pasukan yang memiliki tugas mengeksekusi para

    kriminal kelas bawah seperti pencuri, pemerkosa, atau bandar narkoba.3

    Diawal kedudukan sebagai Presiden Negara Filipina, Duterte tetap membasmi

    illegal-drugs secara terang-terangan untuk menetralisir peredaran narkoba dalam

    enam bulan. Kesungguhannya terlihat dengan kampanye “War on Drugs” dalam

    bentuk operasi “double barrel”. Tidak butuh waktu lama, kampanye ini dilaksanakan

    dengan diiringi terbitnya peraturan-peraturan Anti-illegal drugs dari lembaga yang

    terkait (PDEA, PNP, DDB, Baragays, dll). Salah satu wujud legalitasnya ialah

    Command Memorandum Cirlular (CMC) No.16-2016 tentang operasi double barrel

    yang menjadi landasan penerapan kampanye war on drugs bagi Kepolisian Nasional

    Filipina (PNP).

    Penerapan war on drugs dalam proyek double barrel dilaksanakan melalui dua

    cabang, Tokhang dan High Value Target (HVT). Operasi Tokhang lebih menargetkan

    pengguna dan pengedar narkoba dalam skala kecil. Operasi HVT menjadi operasi

    besar-besaran dalam mengejar sindikat narkoba. Kedua operasi ini memiliki tujuan

    untuk membersihkan dan membongkar sindikat narkoba yang terjadi di Filipina.4

    3 Amado Picardal, CBCP News: The Victims of the Davao Death Squad: Consolidated Report

    1998-2015, diakses di http://www.cbcpnews.com/cbcpnews/?p=76531, pada tanggal 17 Febuari 2019. 4 Lihat di No.4 Mission of Command Memorandum Cirlular No.16-2016, The PNP shall

    implement the PNP Anti-Illegal Drugs Campaign Plan — PROJECT: "DOUBLE BARREL"in order to

    clear all drug affected barangays across the country, conduct no let up operations against illegal

    drugs personalities and dismantle drug syndicates.

    http://www.cbcpnews.com/cbcpnews/?p=76531

  • xx

    Namun yang perlu digaris bawahi ialah eksekusi yang dilakukan untuk mengatasi

    peredaran narkoba tersebut dengan menetralisasi pelaku narkoba.5

    Makna menetralisasi ini berujung petaka bagi pengedar dan pengguna narkoba

    khususnya dalam operasi Tokhang. Operasi yang seharusnya berjalan dengan

    prosedur penyerahan diri dan menulis surat pernyataan untuk direhabilitasi,

    senyatanya dibersihkan dengan cara dibunuh tanpa melalui proses hukum. Alhasil

    operasi ini banyak menuai kematian pelaku narkoba di wilayah-wilayah kecil yang

    rata-rata berekonomi menengah kebawah.

    Hingga akhirnya operasi penerapan war on drugs ini mengutuk para pegiat

    HAM. Sehingga mendorong Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK

    PBB) mengajukan laporan mengenai tindakan extrajudicial killing6 di Negara

    Filipina ke International Criminal Court (ICC) di Den Haag7. ICC melakukan

    serangkaian prosedur sesuai pengadilan untuk menyikapi pelaporan tersebut. Namun

    pada sebuah laporan berita dari GMA News tertanggal Desember 2016, Duterte

    5 Lihat No.5 Execution, Command Memorandum Cirlular No.16-2016, The PNP intends to

    equally address illegal drug problems in the barangays and at the same time pursue the neutralization

    of illegal drug personalities as well as the backbone of illegal drugs network operating in the country. 6 Lihat Section 3 (a) Torture Victim Protection Act of 1991 defined EXTRAJUDICIAL KILLING-

    For the purposes of this Act, the term `extrajudicial killing' means a deliberated killing not authorized

    by a previous judgment pronounced by a regularly constituted court affording all the judicial

    guarantees which are recognized as indispensable by civilized peoples. Such term, however, does not

    include any such killing that, under international law, is lawfully carried out under the authority of a

    foreign. nation. (Baca Statue-106 Page 73, PUBLIC LAW 102-256—MAR. 12, 1992

    https://www.gpo.gov/fdsys/pkg/STATUTE-106/pdf/STATUTE-106-Pg73.pdf, diakses 15 Agustus 2018) 7 Internatinal Criminal Court (ICC) merupakan mahkamah pidana internasional yang diadopsi dari

    Statuta Roma 1998, memiliki wewenang untuk mengadili kejahatan yang tergolong serius. Kejahatan

    yang dimaksud ialah kejahatan genosida (the crime of genoside), kejahatan terhadap kemanusiaan

    (crimes against humanity), kejahatan perang (war crimes), dan agresi (aggression). Menurut Pasal

    12(2) Statuta Roma, ICC hanya boleh melaksanakan kewenangannya jika kejahatan terjadi di wilayah

    negara anggota, atau jika pelaku adalah warga negara anggota. Negara anggota yang dimaksud ialah

    negara yang meratifikasi Statuta Roma.

    https://www.gpo.gov/fdsys/pkg/STATUTE-106/pdf/STATUTE-106-Pg73.pdf

  • xxi

    membatalkan kunjungan yang direncanakan dari pelapor untuk melangsungkan

    proses penyelidikan.8 Kemudian pada tahun 2018, Mrs Fatou Bensouda membuka

    kasus dugaan kejahatan terhadap kemanusiaa ke Mahkamah Pidana Internasional.

    Ongoing Cases of International Criminal Court, kasus dugaan kejahatan yang

    dilakukan sejak setidaknya juli 2016 dalam konteks kebijakan war on drugs hingga

    kini telah melalui proses pemeriksaan pendahuluan.9 Kasus ini masih berlanjut ke

    proses pemeriksaan karna tergolong dalam kejahatan serius dan bertentangan dengan

    Articel 5, The Universal Declaration of Human Rights 1948, “No one shall be

    subjected to torture or to cruel, inhuman or degrading treatment or punishment.”10

    bahwa tidak seorang pun akan mengalami penyiksaan atau perlakuan atau hukuman

    yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat. Pengadilan memandang

    bahwa semua orang berhak atas perlindungan meskipun telah melakukan tindak

    kejahatan yang merugikan masyarakat secara luas.

    Dalam konteks ini, ASEAN (Assosiation of Southeast Asian Nations) sebagai

    organisasi internasional yang mewadahi negara-negara di Asia Tenggara memegang

    peranan sebagai garda terdepan dalam hal mengintegrasikan negara-negara

    anggotanya, termasuk Filipina untuk bersama-sama mengupayakan aksi penanganan

    tindak kejahatan transnasional di kawasan. Sebagai wujud nyata keinginan negara-

    negara ASEAN, dalam pertemuan para menteri ASEAN di ASEAN Ministerial

    8 A Times, “Philippines post-election analysis: How Duterte shot to the top”,

    http://www.atimes.com/article/philippines-post-election-analysis-how-duterte-shot-to-the-top//,

    diakses pada 29 Juli 2018. 9 International Criminal Court, Alleged crimes committed since at least 1 July 2016, in the context

    of the "war on drugs" campaign, diakses di https://www.icc-cpi.int/philippines, pada 18 Febuari 2019. 10 The Universal Declaration of Human Rights 1948, Article 5.

    http://www.atimes.com/article/philippines-post-election-analysis-how-duterte-shot-to-the-top/https://www.icc-cpi.int/philippines

  • xxii

    Meeting (AMM) ke-33 di Bangkok, Thailand, menghasilkan ASEAN Leader’s

    Declaration on Drug-Free ASEAN 2015 yang membahas tentang komitmen

    organisasi untuk mempercepat target tercapainya kawasan ASEAN bebas narkoba

    menjadi tahun 2015.11

    Pada akhirnya, narkoba dibahas kembali saat digelarnya Konferensi Tingkat

    Tinggi ASEAN (pertemuan kepala negara ASEAN) ke-33 pada tahun 2015 di

    Manila, Filipina, telah menyepakati untuk menandatangani deklarasi bersama

    mengenai Drug-Free ASEAN 2020 yang menegaskan tentang komitmen organisasi

    untuk menghapuskan produksi, pengolahan, perdagangan, dan konsumsi narkoba

    pada tahun 202012. ASEAN semakin mempertegas tentang ancaman yang

    ditimbulkan dari kegiatan perdagangan narkoba karena memiliki dampak yang

    berkaitan dengan aktivitas kejahatan transnasional lainnya. Setiap negara anggota

    ASEAN wajib berkontribusi untuk merealisasikan Drug-Free ASEAN 2015,

    memberikan dukungan politik-keamanan secara penuh untuk bersama-sama

    menghadapi ancaman perdagangan narkoba demi keamanan dan stabilitas sosial.

    Kebijakan war on drugs diberlakukan oleh Negara Filipina dibawah

    kepemimpinan Duterte ialah wujud pemberantasan Narkoba sebagai salah satu

    anggota ASEAN. Meskipun telah diduga melanggar hak asasi manusia, ASEAN tidak

    dapat berkutik untuk mencampuri urusan nasional Negara Filipina. Hal ini

    dilatarbelakangi oleh prinsip-prinsip ASEAN untuk menjaga harmonisasi dan

    nonintervensi negara-negara anggota. Namun kebijakan war on drugs telah

    11 A Times, loc.cit., 12 UNODC. Drug-Free ASEAN 2015: Status and Recommendation, (Bangkok: United Nations

    Publication, 2008).

  • xxiii

    berdampak secara tidak langsung terhadap stabilitas negara-negara ASEAN.

    kebijakan war on drugs mengakibatkan peningkatan keamanan di sebagian negara.

    Hal ini dikarnakan dibeberapa negara anggota (Indonesia, Malaysia, Singapore,

    Thailand) mengalami peningkatan illegal-drugs pada narkoba jenis metamfetamin

    melalui penyelundupan di perbatasan negara.

    Penelitian yang serupa sebelumnya telah dilaksanakan oleh Hanfi Ahada13.

    Konsep teori yang digunakan ialah bahaya pengedaran narkoba yang terjadi diantara

    dua negara, Indonesia dan Filipina. Spesifikasi penelitian ini lebih mengenai

    persamaan dan perbedaan antara kebijakan dua negara untuk menanggulangi

    pengedaran narkoba ilegal di kedua negara. Teori yang digunakan terbagi atas tiga

    hal; kasus narkoba di Indonesia, kasus narkoba di Filipina dan perbandingan kasus

    narkoba di indonesia dan filipina. Metode yang digunakan lebih berpusat pada

    perbandingan antara negara Indonesia dan negara Filipina. Subjeknya tertuju pada

    analisis implementasi kebijakan dan dampaknya terhadap pengedar dan/atau

    pengguna narkoba dengan membandingkan kebijakan di antar negara. Sehingga

    penulis mencoba untuk mengaitkan kebijakan war on drugs tidak hanya pada satu

    negara dengan tujuan politik, akan tetapi penelitian ini lebih dipusatkan dalam sudut

    pandang hukum HAM Internasional dan pengaruhnya terhadap stabilitas keamanan

    negara-negara ASEAN. Oleh karena itu, dinamika ini menjadi suatu hal yang patut

    untuk diteliti dan dipahami oleh penulis dalam penelitian yang berjudul “Kebijakan

    13 Hanafi Ahada, War on Drugs Case Study: Drugs Policy under Joko Widodo’s and Rodrigo

    Duterte’s Administration sebagai undergraduate thesis International Program of Governmental

    Studies (IGOV) di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta:

    Yogyakarta, 2017).

  • xxiv

    War on Drugs Presiden Rodrigo Duterte dan Pengaruhnya Terhadap Stabilitas

    Keamanan Negara-Negara ASEAN Ditinjau dari Perspektif Hukum HAM

    Internasional.”

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan

    yaitu:

    1. Mengapa Presiden Rodrigo duterte membuat kebijakan war on drugs di

    Negara Filipina?

    2. Bagaimana kebijakan war on drugs presiden Rodrigo Duterte ditinjau dari

    hukum HAM Internasional?

    3. Apakah kebijakan war on drugs Presiden Duterte dapat mempengaruhi

    stabilitas keamanan negara-negara ASEAN?

    C. Tujuan

    Tujuan penulis dalam mengulas penelitian ini secara garis besar ialah;

    1. Mengetahui dan memahami latarbelakang Presiden Rodrigo duterte membuat

    kebijakan war on drugs di Negara Filipina.

    2. Memahami dan mengetahui kebijakan war on drugs presiden Duterte ditinjau

    dari hukum HAM Internasional.

    3. Memahami dan mengetahui pengaruh kebijakan war on drugs Presiden

    Duterte di Filipina terhadap stabilitas keamanan negara-negara ASEAN.

  • xxv

    D. Manfaat

    Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah;

    1. Manfaat Teoretis

    a. Bahwa penulisan skripsi ini dapat dijadikan bahan bacaan maupun

    referensi yang dikonsumsi secara umum bagi yang berkeinginan untuk

    membahas topik serupa dikemudian hari.

    b. Dapat memberi sumbangan pikiran dalam bidang hukum

    transnasional, nasional, maupun regional yang berkaitan dengan

    problematika war on drugs.

    2. Manfaat Praktis

    a. Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi tuntutan kurikulum

    2012 yang dicandangkan fakultas dan untuk memperoleh penilaian

    akhir dalam proses menuntut ilmu di Strata-1.

    b. Penulisan ini juga berguna untuk memberikan gambaran mengenai

    peredaran narkoba yang menjamur di negara Filipina sebagai salah

    satu negara yang tergabung dalam ASEAN dan pengaruhnya ke

    negara-negara anggota yang ditinjau dari sudut hukum HAM

    Internasional.

    c. Harapan dengan penulisan skripsi ini, penulis dapat memberikan solusi

    bagi pihak-pihak peduli hak asasi dan yang terkait dalam

    menanggulangi narkoba dengan langkah war on drugs.

  • xxvi

    E. Kerangka Teori

    1. Teori Keadilan

    Pelbagai teori mengartikan keadilan sebagai suatu hal yang ideal, suatu

    tindakan yang menempatkan subjek hukum dengan kondisi yang semestinya

    tanpa ada ketidak seimbangan rasa. Namun keadilan memiliki pengertian

    yang tidak sepenuhnya dipahami oleh setiap orang. Apabila keadilan

    dinyatakan dalam keseimbangan hak dan kewajiban, maka setiap orang akan

    memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai keadilan baginya dan bagi

    orang lain.

    Pemahaman keadilan yang dimaksud ialah sudut pandang yang

    merefleksikan bahwa manusia tidak tinggal sendirian dan dituntut untuk tidak

    mengabaikan tanggung jawab kepada manusia lainya. Keadilan merupakan

    salah satu tujuan hukum selain kepastian hukum dan kemanfaatan. Idealnya

    keadilan lebih diutamakan dari pada kedua tujuan lainya, karna keadilan

    bernilai kemanfaatan dan hukum adalah sarana dan tujuannya.14

    14 Muhammad Erwin, Filsafat Hukum (Refleksi Kritis Terhadap Hukum dan Hukum Indonesia

    dalam Dimensi Ide dan Aplikasi), (rev.ed., cet.4; Jakarta:Rajawali Pers, 2015. Hlm.290.

  • xxvii

    (Sumber: Ilmu Hukum, Satjipto Rahardjo)

    Gambar 1. Hakikat keadilan menurut Aristoteles (384-322 SM)

    Menurut Aristoteles, keadilan adalah kebajikan yang berkaitan dengan

    hubungan antar manusia. Aristoteles menyatakan adil dapat diartikan

    menurut hukum, dan apa yang sebanding yakni yang semestinya. Hal lainya

    ialah apabila seseorang mengambil lebih dari bagian semestinya. Bagi

    manusia yang tidak menghiraukan hukum disebut juga tindakan yang tidak

    adil, karena semua hal yang didasarkan kepada hukum dapat dinyatakan

    sebagai adil.15

    Keadilan merupakan mata rantai dalam sistem penegakan hukum yang

    menyeimbangkan antara hak dan kewajiban yang harus berfungsi menurut

    kedudukannya masing-masing. Persamaan di hadapan hukum (equality

    before the law) mengartikan bahwa setiap warga negara harus diperlakukan

    adil oleh aparat penegak hukum dan pemerintah. Apabila ditinjau dari hukum

    tata negara, maka setiap instansi pemerintah, terutama aparat penegak

    15 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 163.

    KEADILAN

    Keadilan Distributif

    (Sesuai dengan tempatnya)

    Keadilan Korektif

    (Sesuai dengan hukum)

  • xxviii

    hukum, terikat secara konstitusional dengan nilai keadilan yang harus

    diwujudkan dalam praktiknya.

    2. Teori Hak Asasi Manusia

    Hak asasi manusia ialah hak yang dimiliki setiap individu yang secara tegas

    telah dijamin oleh perundang-undangan, yakni mengenai hak-hak sipil,

    politik, ekonomi, sosial dan budaya. Konstitusi indonesia UUD RI tahun

    1945 dalam bab XA yang secara khusus menegaskan bahwa hak sipil dan

    politik warga negara telah menjadi hak-hak konstitusional yang menjadikan

    keharusan bagi negara untuk melindungi nya.16

    Aturan yang memperkuat jaminan atas hak-hak tersebut tertera dalam

    Undang-undang No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Undang-

    undang yang menaungi seluruh aturan mengenai hak asasi manusia di

    indonesia. Peraturan tentang HAM mempertegas konstitusi dengan

    menjabarkan hak dasar warga negara dan kewajiban negara untuk

    menghormati (respect), melindungi (protect), menegakan dan memajukan

    ham. Disamping kedua aturan tersebut, Indonesia telah meratifikasi 8

    (delapan) konvensi HAM Internasional yang menunjukan komitmen untuk

    16 Mada Apriandi Zuhir, Kewajiban Internasional dan Diplomasi Indonesia di Bidang Hak Asasi

    Manusia, Simbur Cahaya No.41 tahun XV, januari 2010, hlm.1480.

  • xxix

    menghargai, menghormati, serta melindungi harkat dan martabat dari nilai-

    nilai kemanusiaan (human dignity).17

    Salah satu hak yamng dijunjung tinggi dalam konstitusi, peraturan

    perundang-undangan nasional dan internasional ialah hak untuk hidup (the

    right to life). Hak ini ialah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi

    dalam keadaan apa pun (non-derogable rights). Secara mutlak dimiliki setiap

    orang dan mendapatkan jaminan konstitusional. Sehingga, apabila terjadi

    perampasan hak untuk hidup, hal ini dapat menjadi perdebatan yang menarik

    di seluruh masyarakat dunia.

    3. Hukum Internasional

    Mochtar Kusumaatmadja mengartikan hukum internasional sebagai

    keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan atau

    persoalan yang melintasi batas-batas negara-negara antara negara dengan

    negara; negara dengan subjek hukum lain bukan negara; atau subyek hukum

    bukan negara satu sama lain.18 Dalam suatu mazhab yang mencoba

    menjelaskan dasar mengikatnya hukum internasional dengan konstruksi

    pemikiran yang berbeda. Mazhab ini dikenal sebagai mazhab prancis, dalam

    garis besarnya meletakkan dasar mengikat hukum internasional pada faktor-

    faktor yang berasal dari fakta-fakta kemasyarakatan/(fait social), yaitu berupa

    17 Ibid., hlm.1483. 18 Mochtar Kesumaatmadja dan Etty R. Agoes, ”Pengantar Hukum Internasional”, (Bandung: PT

    Alumni, 2015), hlm.1-2.

  • xxx

    faktor-faktor biologis, sosial, dan sejarah kehidupan manusia. Artinya, dasar

    mengikatnya hukum internasional itu kembali kepada sifat alami manusia

    sebagai mahluk sosial yang memiliki hasrat untuk hidup, bergabung dengan

    manusia lain dan kebutuhan akan solidaritas. Kebutuhan dan naluri sosial

    manusia sebagai individu itu juga dimiliki oleh negara-negara atau bangsa-

    bangsa (yang merupakan kumpulan manusia). Singkatnya, hal dasar yang

    mengikat hukum internasional ialah sama dengan hal dasar mengikatnya

    setiap hukum dalam kenyataan sosial yaitu, pada kebutuhan manusia untuk

    hidup bermasyarakat.

    F. Kerangka Konsep

    1. Kebijakan

    Menurut Kraft, Furlong kebijakan merupakan “A course of government

    action (or inaction) taken in response to social problems. Social problems

    are conditions the public widely perceives to be unacceptable and therefore

    requiring intervention.”19 Respon (bertindak/tidak bertindak) yang diambil

    oleh pemerintah sebagai tanggapan terhadap masalah sosial yang secara luas

    dianggap tidak dapat diterima oleh publik dan oleh karena itu memerlukan

    intervensi. Sedangkan menurut William N. Dunn, kebijakan merupakan suatu

    pola yang saling berhubungan secara kompleks dari pilihan kolektif.

    Termasuk juga keputusan-keputusan untuk bertindak maupun tidak

    19 Rian Nugroho, Metode Penelitian Kebijakan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013), hal.3.

  • xxxi

    bertindak, yang dibuat oleh lembaga atau pemerintah. Proses analisis

    kebijakan terdiri dari beberapa elemen penting yang saling berkaitan (lihat

    gambar 2).20

    (Sumber: Public Policy Analysis, integrated approach by William N. Dunn)

    Gambar 2. Analisis Kebijakan21

    Kebijakan yang dibuat oleh atribut pemerintahan harus mengacu pada

    rencana atau strategi yang diusulkan terkait dengan problema dalam negara.

    Kebijakan yang dibuat semata-mata bermaksud untuk mencapai problem

    solving secara publik, karna fungsi pemerintah sebagai atribut negara.

    Apabila disimpulkan, maka kebijakan publik merupakan keputusan-

    20 William N. Dunn, Sixth Edition: Public Policy Analysis, an integrated approach, (New-

    York:Routledge, 2018), part 1. 21 Ibid.,

  • xxxii

    keputusan yang dibuat oleh pemegang otoritas publik (pemerintah) pada

    tataran strategi yang mengikat orang banyak (society).

    (Sumber: Wellcome Trust Educational Resources)

    Gambar 3. Proses membuat kebijakan22

    Proses pembuatan kebijakan didahuli dengan adanya masalah yang

    teridentifikasi masuk ke dalam agenda kebijakan (agenda setting).

    Selanjutnya, setelah mengumpulkan informasi yang dibutuhkan akan ada

    berbagai pilihan dan alternative kebijakan, kemudian disusun menjadi

    kebijakan (policy formulation). Setelah itu, diambil keputusan mengenai

    rancangan kebijakan yang paling efektif dan efisien untuk dijadikan

    kebijakan dengan kekuatan hukum (decision making). Kemudian hasilnya

    ialah kebijakan yang hampir ideal dan optimal. Hal ini disebabkan kebijakan

    22 Ibid.

    http://www.wellcome.ac.uk/Education-resources/Engagement-with-your-research/Public-engagement-opportunities/Government-and-science-policy/WTS040421.htm

  • xxxiii

    harus dijalankan (policy implementation) dan dievaluasi (monitoring &

    evaluation) untuk menganalisis ketepatannya. Namun apabila ditemukan

    masalah-masalah baru, masalah tersebut akan masuk menjadi agenda

    kebijakan dan memulai siklus ini kembali.23

    2. War on Drugs

    Pada Juni 1971, Presiden Nixon mendeklarasikan "war on drugs" yang secara

    dramatis meningkatkan ukuran dan kehadiran badan-badan pengawas obat-

    obatan terlarang, serta mendorong langkah-langkah seperti mandat untuk

    dihukum dan surat perintah tanpa ketukan. Namun, hanya dalam beberapa

    tahun, war on drugs kian bergeser. Langkah untuk mendekriminalkan

    narkoba ditinggalkan karena orang tua menjadi semakin khawatir tentang

    tingginya tingkat penggunaan narkoba bagi remaja. Hingga akhirnya obat-

    obatan terlarang telah terjebak dalam reaksi budaya yang lebih luas terhadap

    permisif yang dirasakan pada tahun 1970-an.24

    Di era 20-an, pada masa pemilihan presiden di negara Filipina, Rodrigo

    Duterte menjadi kandidat dengan kampanye “war on drugs”. Meskipun pada

    akhirnya mendapat kecaman keras dari masyarakat, Duterte tetap terpilih

    menjadi presiden di negara Filipina. Setelah mendapatkan kekuasaan menjadi

    pemimpin negara, Duterte semakin membuktikan tekadnya dalam membasmi

    narkoba. War on drugs atau perang terhadap narkoba merupakan suatu

    23 Ibid. 24 Drug Policy Aliance, A Brief History of the Drug War, diakses di

    http://www.drugpolicy.org/issue /brief-histor-drug-war, pada 15 Januari 2019.

    http://www.drugpolicy.org/issue%20%20/brief-histor-drug-war

  • xxxiv

    tindakan bersenjata yang melawan narkotika, psikotropika dan zat adiktif

    lainya dengan maksud untuk keamanan negara. Teknik yang dilakukan oleh

    Duterte dalam keberhasilan dari kebijakannya ialah dengan cara pembunuhan

    diluar pengadilan. Setiap tahunnya akan ada peningkatan pengedar narkoba

    yang dinyatakan meninggal dunia tanpa proses pengadilan sehingga media

    menyimpulkan tindakan ini telah melanggar HAM. Namun sayangnya,

    desakan yang diberikan organisasi HAM dan masyarakatpun tidak menjadi

    penghalang dalam keberlanjutan kebijakan perang terhadap narkoba.

    3. Pengaruh

    Ditinjau dari pembahasan sebelumnya, pengaruh merupakan salah satu konsep

    dasar dari politik. Peran pengaruh dalam dunia perpolitikan digunakan sebagai

    aplikasi/ teknik dalam menggapai politik. Pengaruh memiliki aktor yakni

    setiap orang yang mempunyai kekuasaan. Sehingga ada keterkaitan satu sama

    lain, setiap orang yang memiliki kekuasaan, akan mempengaruhi orang atau

    negara lain dengan menggunakan kebijakan atau keputusan.

    4. Stabilitas

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) stabilitas ialah keseimbangan,

    kemantapan, dan/atau kestabilan. Stabilitas yang dimaksud ialah keadaan

    tenang suatu negara dari gejolak-gejolak atau gangguan-gangguan yang

    bersifat politis, ideologis, sosial ekonomis, militer, dan lain-lain. Kondisi

    yang kondusif di segala bidang dalam penyelenggaraan negara, bidang sosial

  • xxxv

    budaya, politik, pemerintahan, keamanan, perekonomian, perdagangan, dan

    bidang-bidang lainnya dalam ruang nasional dan internasional.

    5. Keamanan

    Konsep keamanan merupakan inti dari Hubungan Internasional, terutama

    berkaitan dengan masalah perang dan perdamaian. Pada tahun-tahun setelah

    Perang ke-II, keamanan telah menjadi pusat perhatian dengan fokus yang

    berbeda pada sektor militer. Namun, semakin kompleksnya hubungan

    internasional, menyebabkan munculnya tantangan keamanan baru yang

    membuat esensinya menjadi terlalu sempit. Pada akhirnya melahirkan aturan-

    aturan untuk menjaga wewenang kawasan.

    Sebelum melangkah lebih jauh, perlu untuk mengklarifikasi apa yang

    dimaksud dengan keamanan. Definisi Buzan mengatakan bahwa "keamanan

    mengejar kebebasan dari ancaman"25, namun pemahaman itu kurang

    dipahami dengan jelas. Kemudian Mely Caballero-Anthony menjelaskan

    lebih terperinci bahwa terdapat tiga klasifikasi pemahaman tentang

    keamanan. Pertama bahwa ruang lingkup keamanan lebih luas daripada

    keamanan militer (military security). Kedua berlawanan dengan pemahaman

    pertama bahwa keamanan lebih cenderung menjabarkan tentang status quo.

    Pemahaman ke-tiga menyatakan bahwa keamanan tidak hanya luas dari

    ancaman militer dan ancaman negara, namun berusaha untuk memperlancar

    25Buzan, B., Waever, O. and de Wilde, J. Security – A New Framework for Analysis, (Colorado:

    Lynne Rinner Publishers,1998).

  • xxxvi

    proses pencapaian emansipasi manusia (human emancipation). Kemudian

    pemahaman tentang keamanan digolongkan dalam dua jenis, paradigma

    keamanan non-tradisional dan paradigma keamanan alternatif (alternatif

    security). Paradigma non-tradisional merupakan pemahaman yang

    beranggapan ruanglingkup keamanan lebih luas dari keamanan militer dan

    selain pemahaman tersebut dianggap paradigma keamanan alternatif 26

    6. The Association of Southeast Asian Nations

    The Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) merupakan

    perhimpunan negara-negara tergabung yang terletak di Benua Asia, antara

    lain Brunei Darussalam, Cambodia, Indonesia, Lao PDR, Malaysia,

    Nyanmar, Philippines, Singapore,Thailand, dan Vietnam.27 Organisasi ini

    bermula dari hasrat untuk menciptakan kawasan yang damai, mencapai

    pertumbuhan ekonomi, perkembangan sosial-budaya, serta perdamaian dan

    stabilitas kawasan. ASEAN mengedepankan penyelesaian sengketa secara

    damai, tidak mencampuri urusan dalam negeri negara-negara anggota dan

    menghormati kebebasan yang mendasar, pemajuan dan pelindungan hak asasi

    manusia, serta pemajuan keadilan sosial.

    26 Heru Susetyo, Menuju Paradigma Keamanan Komprehensif Berperspektif Keamanan Manusia

    dalam Kebijakan Keamanan Nasional Indonesia, Lex Jurnalica, Desember 2008, Vol. 6, No.1, hal. 1-

    10 27 ASEAN, loc.cit, ASEAN member states, diakses di https://asean.org/asean/asean-member-states/,

    tanggal 23 januari 2019 pukul 16.52.

    https://asean.org/asean/asean-member-states/

  • xxxvii

    7. Hukum

    Hukum menurut Prof.Dr. Van Kan ialah keseluruhan peraturan yang berlaku

    dan bersifat memaksa untuk melindungi kepentingan setiap manusia dalam

    kehidupan bermasyarakat.28 Definisi lain tentang hukum ialah seperangkat

    kaidah atau aturan yang disusun dalam suatu sistem, yang menetukan apa

    yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh manusia sebagai warga

    masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat. Bersumber dari masyarakat

    sendiri maupun dari sumber lain, yang diakui berlakunya oleh otoritas

    tertinggi dalam masyarakat tersebut. Kaidah ini benar-benar diberlakukan

    oleh warga masyarakat sebagai suatu keseluruhan dalam kehidupannya

    dan jika kaidah tersebut dilanggar akan memberikan kewenangan bagi

    otoritas tertinggi untuk menjatuhkan sanksi yang sifatnya memaksa.29

    8. Hak Asasi Manusia

    Artikel 1 (1) ICCPR dan ICESCR tahun 1966 mendefinisikan hak asasi

    manusia sebagai “All people have the rights of self-determination, by virtue

    of that right they freely determine their political status and freely pursue their

    economic, social and cultural development”. Bahwa setiap orang memiliki

    hak untuk menentukan nasib sendiri, berdasarkan hak tersebut mereka bebas

    untuk menentukan status politik, bebas mengembangkan ekonomi, sosial dan

    budaya. Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang dimiliki oleh setiap

    28 Muchsin dan Fadillah P., Hukum dan Kebijakan Publik-Analisis atas Praktek Hukum dan

    Kebijakan Publik dalam Pembangunan Sektor Perekonomian di Indonesia, (Malang : Universitas

    Sunan Giri Surabaya dan Averroes Press, 2002), hal.17. 29 Peter Mahmud Marzuki, “Pengantar Ilmu Hukum”, (Surabaya: Kencana, 2016).

  • xxxviii

    manusia sebagai wujud penganugerahan dari Tuhan yang melekat pada setiap

    diri manusia sejak lahir (hak untuk hidup, hak merdeka, dan hak memiliki).

    Pertalian hak asasi manusia tidak hanya dalam suatu wilayah saja, dalam

    istilah “she or he is human being”, setiap orang yang tergolong manusia dari

    kelahiran hingga kematianya, dimana dan kapanpun akan terikat satu sama

    lain dengan hak asasi manusia. Hubungan HAM akan saling berdampak satu

    sama lain, seirama dengan filosopi Golden Rule, “Do unto others as you

    would have them do unto you” mengartikan hak asasi manusia sebagai

    tindakan yang dilakukan terhadap orang lain sebagaimana orang lain akan

    bertindak kembali. Sehingga keterikatan setiap manusia meskipun berbeda

    ras, agama, wilayah, negara dan lain sebagainya berada dalam hak

    fundamental.

    G. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Penelitian skripsi ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif, yakni

    penelitian yang dilaksanakan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data

    sekunder. Setiap data yang dipergunakan untuk penelitian ini bersumber dari,

    sumber-sumber hukum international (statue), jurnal internasional dan jurnal

    nasional yang berkaitan, perpustakaan Universitas Sriwijaya dan

    perpustakaan lainnya, serta website online dari instansi-instansi yang selaras

    dengan tema penulisan.

  • xxxix

    2. Pendekatan Penelitian

    Penelitian hukum normatif ini menggunakan metode pendekatan secara

    deskriptif yuridis analitis, yang bertujuan untuk memberikan gambaran

    mengenai masalah politik war on drugs di negara filipina dalam sudut

    pandang hukum HAM Internasional. Isu yang sedang hangat dikalangan

    masyarakat internasional serta urgensinya untuk segera diselesaikan. Penulis

    mencoba menjalani pendekatan dengan melakukan analisis pengkajian

    terhadap kebijakan yang diimplementasikan dan pengaruhnya terhadap

    beberapa Negara anggota ASEAN. Proses yang menelusuri sebab dan akibat

    kebijakan dengan tinjauan dari sumber dasar hukum internasional dan data

    resmi pemerintahan.

    3. Sumber Data

    Pada penyususnan skripsi ini, penulis menggunakan data sekunder dengan

    maksud dari berbagai informasi yang sudah berbentuk bahan tertulis, dalam

    bidang hukum dikenal sebagai bahan hukum:

    a. Bahan hukum primer

    Bahan-bahan hukum yang mengikat seperti konstitusi, peraturan

    perundang-undangan, konvensi-konvensi internasional, traktat, dan

    yurespudensi yang berkaitan.

    b. Bahan hukum sekunder

    Memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti hasil-

    hasil penelitian, hasil karya kalangan hukum. Bahan yang didapatkan

  • xl

    dengan mempertimbangkan keabsahan data dan keakuratannya. Sehingga

    penelitian ini dapat memiliki kepastian informasi untuk kepentingan

    penelitian lainya.

    c. Bahan hukum tersier atau penunjang

    Bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan

    hukum premier dan bahan hukum sekunder, contohnya kamus hukum,

    ensiklopedia, indeks kumulatif, dan lainnya. Serta bahan-bahan hukum

    premier, sekunder, dan tersier di luar bidang hukum, misalnya yang

    berasal dari bidang sosiologi, filsafat, ekologi, teknik, dan lain sebagainya

    yang dipergunakan untuk melengkapi ataupun menunjang data penelitian.

    4. Teknik Pengumpulan Data

    Bahan hukum dikumpulkan melalui prosedur inventarisasi dan identifikasi

    peraturan perundang-undangan, serta klasifikasi dan sistematisasi bahan

    hukum sesuai permasalahan penelitian. Oleh karena itu, teknik pengumpulan

    data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi kepustakaan.

    Studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca, menelaah, mencatat

    membuat ulasan bahan-bahan pustaka yang ada kaitannya dengan politik war

    on drugs yang diimplementasikan oleh Presiden Duterte di Filipina.

    5. Teknik Analisis Data

    Berdasarkan teknik pengumpulan data dalam penyususnan skripsi ini, peneliti

    berupaya dalam menganalisis data secara kualitatif serta didukung dengan

    analisis data kuantitatif. Penulis telah mengamati gejala-gejala hukum yang

  • xli

    terjadi berupa informasi melalui perbandingan das dein dan das sollen.

    Pengamatan yang dilakukan melalui penilaian dengan menggunakan

    peraturan perundang-undangan, pandangan para ahli dan buah pikir penulis

    yang ditunjang dengan menggunakan alat ukur yang menghasilkan, seperti

    data-data hasil penelitian ahli yang dikombinasikan untuk melengkapi

    argumentasi penulis.

    6. Teknik Penarikan Kesimpulan

    Dari analisis data kepustakaan yang telah dikumpulkan, penulis dapat

    menarik kesimpulan yang bersifat khusus atau deduktif. Hal ini berguna

    untuk menyatukan dalam garis lurus terkait permasalahan kebijakan di

    Filipina untuk dapat dipertimbangkan jika di implementasikan di negara

    ASEAN khususnya Indonesia. Sehingga hal ini dapat menjawab

    permasalahan yang ada dan memberikan solusi.

  • xci

    DAFTAR PUSTAKA

    Literatur (Buku)

    Erwin, M. 2015. Filsafat Hukum (Refleksi Kritis Terhadap Hukum dan Hukum

    Indonesia dalam Dimensi Ide dan Aplikasi). (rev.ed.). cetakan ke-4.

    Jakarta:Rajawali Pers

    Kesumaatmadja, M, Etty. 2015. Pengantar Hukum Internasional. Bandung: PT

    Alumni

    Mahmud Marzuki, P. 2016. Pengantar Ilmu Hukum. Surabaya: Kencana

    Muchsin, Fadillah P. 2002. Hukum dan Kebijakan Publik-Analisis atas Praktek

    Hukum dan Kebijakan Publik dalam Pembangunan Sektor Perekonomian di

    Indonesia. Malang: Universitas Sunan Giri Surabaya dan Averroes Press

    N. Dunn, William. 2018. Sixth Edition: Public Policy Analysis, an integrated

    approach. New-York:Routledge

    N. Shaw, Malcom. 2008. International Law. Ed.6. United State: Cambridge

    University Press

    Partodiharjo,S. 2006. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaanya. Jakarta:

    Esensi

    Rahardjo,S. 2000. Ilmu Hukum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti

  • xcii

    T Djani, Rian. 2008. Selayang Pandang ASEAN. Jakarta: Direktorat Jendral

    Kerjasama ASEAN

    UNODC. 2008. Drug-Free ASEAN 2015: Status and Recommendation. Bangkok:

    United Nations Publication

    Jurnal

    Agussalim. 2012. Memahami Kesulitan Implementasi Nilai-Nilai Universal Hak-Hak

    Asasi Manusia Internasional. Neliti Repositori Ilmiah Indonesia. 16(1):5 –

    13

    Apriliantin Putri Pamungkas. 2017. Peran ASEANAPOL dalam Pemberantasan

    Peredaran Narkoba di Indonesia. Journal of International Relations. 3(2):91-

    99

    Carpenter, Ted Galen. 2009. Troubled Neighbor: Mexico’s Drug Violence Poses a

    Threat to the United States, Policy Analysis. CATO Institute. 631:1 – 21.

    Christopher R Maboloc. 2018. The Radical Politics of Nation-States: The Case of

    President Rodrigo Duterte. Journal of ASEAN Studies. 6(1): 82-96

    Danilo Andres Reyes. 2016. The Spectacle of Violence in Duterte’s “War on Drugs”.

    Current Southeast Asian Affairs. 35(3):111–137

    Heru Susetyo. 2008. Menuju Paradigma Keamanan Komprehensif Berperspektif

    Keamanan Manusia dalam Kebijakan Keamanan Nasional Indonesia. Lex

    Jurnalica. 6(1):1-10

  • xciii

    Ikhwan Matondang. 2008. Universalitas dan Relativitas Ham. MIQOT, 32(2): 203 –

    214.

    John B. Houck. 1986. Restatement of the Foreign Relations Law of the United States

    (Revised): Issues and Resolutions. The international Lawyer. 20(4): 1361-

    1390

    Mada Apriandi Zuhir. 2010. Kewajiban Internasional dan Diplomasi Indonesia di

    Bidang Hak Asasi Manusia. Simbur Cahaya. 2(41):1480

    Nurhidayatuloh dan Leni Marlina. 2011. Perkawinan Dibawah Umur Prespektif

    HAM (Studi Kasus di Desa Bulungihit, Labuhan Batu, Sumatera Utara). Al-

    mawarid. 11(2):211

    Yasuaki, O. 2003. International Law in and With International Politics: The

    Functions of International Law in International Society. EJIL. 14(1):105-139

    Artikel

    Drug Policy Aliance. 2016. A Brief History of the Drug War. Dalam

    http://www.drugpolicy.org/issues/brief-histor -drug-war, 15 Januari 2019

    Human Rights Watch: Dutertes “Drug War” Migrates to Indonesia. Dalam

    https://www.hrw.org/news/2017/08/23/dutertes-drug-war-migrates-

    indonesia,15 Juli 2018.

    http://www.drugpolicy.org/issues/brief-histor%20-drug-warhttps://www.hrw.org/news/2017/08/23/dutertes-drug-war-migrates-indonesiahttps://www.hrw.org/news/2017/08/23/dutertes-drug-war-migrates-indonesia

  • xciv

    Josh Marcus. 2018 Vice: Perang Narkoba Brutal ala Duterte Akhirnya Diusut

    Mahkamah Pidana Internasional, Dalam:

    https://www.vice.com/id_id/article/bj5nk3/ perang-narkoba-brutal-ala-

    duterte-akhirnya-diusut-mahkamah-pidana-internasional, 19 Januari 2018.

    Michael Bueza. 2017. In Numbers: The Philippines ‘war on drugs’.Rappler. Dalam

    http://www.rappler.com/newsbreak/iq/145814-numbers-statistics-

    philippines-war drugs, 29 Desember 2018

    Phelim Kine. 2018. Human Right Watch: World Must Pressure Philippines on Drug

    War Accountability. Dalam https://www.hrw.org/news/2018/02/08/world-

    must-pressure-philippines-drug-war-accountability, 11 januari 2019

    Rambo Talabong. 2018. Philippines: PNP suspends Oplan Double Barrel, again.

    Dalam: https://www.rappler.com/nation/185030-pnp-suspends-project-

    double-barrel-again, 13 Januari 2019.

    Sofia Tomacruz. 2018. Duterte gov't tally: 'Drug war' deaths breach 5,000-mark

    before 2019. Dalam: https://www.rappler.com/nation/220013-duterte-

    government-tally-killed-war-on-drugs-november-2018, 11 januari 2019.

    Sumber Daring

    ASEAN, ASEAN member states. Dalam https://asean.org/asean/asean-member-

    states/, 23 januari 2019

    https://www.vice.com/id_id/article/bj5nk3/%20perang-narkoba-brutal-ala-duterte-akhirnya-diusut-mahkamah-pidana-internasionalhttps://www.vice.com/id_id/article/bj5nk3/%20perang-narkoba-brutal-ala-duterte-akhirnya-diusut-mahkamah-pidana-internasionalhttp://www.rappler.com/newsbreak/iq/145814-numbers-statistics-philippines-war%20drugshttp://www.rappler.com/newsbreak/iq/145814-numbers-statistics-philippines-war%20drugshttps://www.hrw.org/news/2018/02/08/world-must-pressure-philippines-drug-war-accountabilityhttps://www.hrw.org/news/2018/02/08/world-must-pressure-philippines-drug-war-accountabilityhttps://www.rappler.com/nation/185030-pnp-suspends-project-double-barrel-againhttps://www.rappler.com/nation/185030-pnp-suspends-project-double-barrel-againhttps://asean.org/asean/asean-member-states/https://asean.org/asean/asean-member-states/

  • xcv

    Badan Narkotika Nasional. 2019. JDIH BNN: Statistik Produk Hukum Berdasarkan

    Tahun. Dalam https://jdih.bnn.go.id/statistik/, 13 Febuari 2018

    Dangerous Drugs Board. 2018. Board Resolution No. 6 Series 2018: Adopting and

    Institionalizing The Philippine Anti-Illegal Drugs Strategy. Dalam

    https://www.ddb.gov.ph/images/Board_Resolution/2018/2018Board_RESOL

    UTION_No._6.pdf, 3 Febuari 2019

    National Anti-Drugs Agency. 2018. NADA: Drugs Statistic. Dalam

    https://www.adk.gov.my/en/public /drugs-statistics/, 25 Febuari 2019

    RD Eisenhart. A Brief History of the US Drug War History, Colombia, and Mexico,

    Dalam https://www.hamilton.edu/documents/Eisenhart%20paper.pdf, 25

    Febuari 2019.

    Penelitian Skripsi, Thesis dan Laporan

    ASEAN-NARCO. 2018. ASEAN Drugs Monitoring Report 2017 [Report], Bangkok:

    ASEAN Narcotics Cooperation Center (ASEAN-NARCO) 2017

    Halili. 2015. Hak Asasi Manusia: dari Teori ke Pedagogi [Thesis], Yogyakarta

    (ID):Universitas Negeri Yogyakarta

    Hanafi Ahada. 2017. War on Drugs Case Study: Drugs Policy under Joko Widodo’s

    and Rodrigo Duterte’s Administration [Thesis] Yogyakarta (ID):Universitas

    Muhammadiyah Yogyakarta

    https://jdih.bnn.go.id/statistik/https://www.ddb.gov.ph/images/Board_Resolution/2018/2018Board_RESOLUTION_No._6.pdfhttps://www.ddb.gov.ph/images/Board_Resolution/2018/2018Board_RESOLUTION_No._6.pdfhttps://www.adk.gov.my/en/public%20/drugs-statistics/https://www.hamilton.edu/documents/Eisenhart%20paper.pdf

  • xcvi

    PDEA. 2018. 2013 Philippines Drugs Situations, Total Population of Philippines.

    Laporan. Dalam: http://pdea.gov.ph/images/AnnualReport/2013AR.pdf, 22

    Juli 2018

    Peter Bouckaert. 2017. Human Rights Watch: “Lisence to Kill” philippine police

    killings dutertes “war on drugs”. Laporan. Dalam https://www.hrw.org/, 5

    febuari 2019

    World Drugs Report. 2015. United Nations Office on Drugs and Crime : Philippines

    Country Report. Laporan. Dalam: https://www.unodc.org/, 20 Juli 2018.

    News (Berita)

    A Times. 2016. Philippines post-election analysis: How Duterte shot to the top.

    Dalam http://www.atimes.com/article/philippines-post-election-analysis-

    how-duterte-shot-to-the-top//, 29 Juli 2018

    Amado Picardal. 2019. CBCP News: The Victims of the Davao Death Squad:

    Consolidated Report 1998-2015. Dalam

    http://www.cbcpnews.com/cbcpnews/, 17 Febuari 2019.

    Benny D Koestanto. 2017. Kompas Internasional: ASEAN, Duterte, dan Perang

    Lawan Narkoba. Dalam: https://kompas.id/baca/internasional/2017/05/02

    /asean-duterte-dan-perang-lawan-narkoba/, 01 Febuari 2019

    http://pdea.gov.ph/images/AnnualReport/2013AR.pdfhttps://www.hrw.org/report/2017/03/02/license-killhttp://www.atimes.com/article/philippines-post-election-analysis-how-duterte-shot-to-the-top/http://www.atimes.com/article/philippines-post-election-analysis-how-duterte-shot-to-the-top/http://www.cbcpnews.com/cbcpnews/?p=76531https://kompas.id/baca/internasional/2017/05/02%20/asean-duterte-dan-perang-lawan-narkoba/https://kompas.id/baca/internasional/2017/05/02%20/asean-duterte-dan-perang-lawan-narkoba/

  • xcvii

    DW. 2018. Perang Duterte Terhadap Narkoba Dinilai Sukses. Dalam:

    https://www.dw.com/id/perang-duterte-terhadap-narkotika-dinilai-sukses/a-

    39488744, 18 Januari 2019

    Pia L Brago. 2017. Philstar: ASEAN host Philippines: No compromise on human

    rights. Dalam: https://www.philstar.com/headlines/2017/08/04/1725171

    /asean-host-philippines-no-compromise-human-rights, 01 Febuari 2019

    Sumber Hukum

    ASEAN. 2012. ASEAN Human Rights Declaration and The Phnom Penh Statement

    on The Adoption of The AHRD and Its Translations. Kamboja

    General Assembly of the United Nations. 1984. Treaties: Convention against torture

    and other cruel, inhuman or degrading treatment or punishment.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa. 1945. Charter of The United Nations and Statute of The

    International Court of Justice. San Francisco

    Republic of the Philippine. 1987. The 1987 Constitution of The Republic of The

    Philippines

    Republic of the Philippine. 2016. Command Memorandum Circular No. 16 – 2016

    Subject : PNP Anti-Illegal Drugs Campaign Plan - Project: "Double

    Barrel”. National Police Commission

    https://www.dw.com/id/perang-duterte-terhadap-narkotika-dinilai-sukses/a-39488744https://www.dw.com/id/perang-duterte-terhadap-narkotika-dinilai-sukses/a-39488744https://www.philstar.com/headlines/2017/08/04/1725171%20/asean-host-philippines-no-compromise-human-rightshttps://www.philstar.com/headlines/2017/08/04/1725171%20/asean-host-philippines-no-compromise-human-rights

  • xcviii

    Republic of the Philippines. 2002. Republic Act No. 9165 An Act Instituting The

    Comprehensive Dangerous Drugs Act Of 2002, Repealing Republic Act No.

    6425, Otherwise Known As The Dangerous Drugs Act Of 1972, As

    Amended, Providing Funds Therefor, And For Other Purposes. Philippines

    Statuta Roma 1998 of The International Criminal Court 1998

    United Nation. 2015. The Universal Declaration of Human Rights 1948.

    United State. 1991. Torture Victim Protection Act of 1989.

    Pernyataan Resmi

    Dangerous Drugs Board. 2018. Philippine Anti-Illegal Drugs Strategy. Filipino

    International Criminal Court. 2016. Alleged crimes committed since at least 1 July

    2016, in the context of the "war on drugs" campaign. Dalam

    https://www.icc-cpi.int/philippines, 18 Febuari 2019

    Republic of the Philippines. 2017. Presidential Communication Office: Winning The

    First Phase of Drug War. Manila

    https://www.icc-cpi.int/philippines