26
1 KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR (PENJAMIN PRIBADI) DALAM PERKARA KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS JURNAL Oleh : RIRIS F PANJAITAN NIM : 140200325 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

1

KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR (PENJAMIN

PRIBADI) DALAM PERKARA KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS

JURNAL

Oleh :

RIRIS F PANJAITAN

NIM : 140200325

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Page 2: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

2

CURRICULUM VITAE

A. Data Pribadi

Nama Lengkap Riris Fatmawati Panjaitan

Jenis Kelamin Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir

Sitorang, 04 November 1996

Kewarganegaraan Indonesia

Status Belum Menikah

Identitas NIK KTP. 1212034411960001

Agama Kristen Protestan

Alamat Domisili

Jl. Jamin Ginting, Pasar 1 Padang

Bulan, Gang. Sedar No. 7 Medan,

Sumatera Utara.

Alamat Asal Sitorang, Kec. Silaen

Medan, Sumatera Utara.

No.Telp 085275573569

Email [email protected]

B. Pendidikan Formal

Tahun Institusi Pendidikan Jurusan IPK

2002 - 2008

SD 174556 Sitorang - -

2008 - 2011

SMP Negeri 1 Silaen - -

2011 – 2014

SMA Negeri 1 Silaen IPA -

2014 - 2018

Universitas Sumatera Utara Ilmu Hukum 3,62

C. Data Orang Tua

Nama Ayah/Ibu : Baktiar Panjaitan / Ampu Marpaung

Pekerjaan : Petani / Petani

Alamat : Sitorang, Kec. Silaen, Medan, Sumatera Utara.

Page 3: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

3

ABSTRAK

KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR (PENJAMIN

PRIBADI) DALAM PERKARA KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS

*) Riris F Panjaitan

**) Sunarmi

***) Tri Murti Lubis

Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kedudukan hak

istimewa personal guarantor (penjamin pribadi) dalam perkara kepailitan

Perseroan Terbatas. Dalam hal ini tidak ada pengaturan hukum yang secara jelas

mengatur hal tersebut. Adapun permasalahan yang di bahas dalam skripsi ini

adalah bagaimana pengaturan mengenai personal guarantor (penjamin pribadi) di

Indonesia, kemudian apa saja hak istimewa yang dimiliki oleh personal guarantor

(penjamin pribadi), dan yang terakhir bagaimana kedudukan hak istimewa personal

guarantor apabila terjadi kepailitan perseroan terbatas.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode hukum normatif dengan

dilakukan penelitian kepustakaan guna memperoleh data-data sekunder yang

dibutuhkan, meliputi bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang terkait

dengan permasalahan. Keseluruhan data tersebut dikumpulkan dengan

menggunakan metode pengumpulan data studi kepustakaan. Hasil penelitian

disajikan dengan secara deskriptif guna memperoleh penjelasan dari masalah yang

dibahas.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ketentuan mengenai

personal guarantor (penjamin pribadi) diatur dalam Pasal 1820 sampai Pasal 1850

KUHPerdata. Sementara dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang

Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang diatur

dalam Pasal 141, Pasal 164 dan Pasal 165. Hak-hak istimewa personal guarantor

(penjamin pribadi) terdapat pada Pasal 1430, 1431, 1821, 1831, 1833, 1837, 1843,

1847, 1848 dan 1849 KUHPerdata. Kedudukan hak istimewa Personal guarantor

(penjamin pribadi) dalam perkara kepailitan Perseroran Terbatas adalah penjamin

juga sama dengan debitor utama apabila telah melepaskan hak-hak istimewa yang

telah diberikan oleh Undang-Undang kepada dirinya. Oleh karena penjamin adalah

seorang debitor maka penjamin dapat dinyatakan pailit berdasarkan Undang-

Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Namun perlu

dilihat lagi syarat dari kepailitan tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat 1.

Kata Kunci : Penjamin pribadi, Hak istimewa, Kepailitan

*) Mahasiswa Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

**) Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

***) Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Page 4: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

4

ABSTRACT

THE POSITION OF PERSONAL GUARANTOR’S PRIVILEGE IN

BANKRUPTCY CASE OF LIMITED LIABILITY COMPANIES

*) Riris F Panjaitan

**) Sunarmi

***) Tri Murti Lubis

The objective of the research was to find out the position of a personal

guarantor’s privilage in bankruptcy case of a limited liability company. The research

problems are as follows: how about the regulation on personal guarantors in

Indonesia, what privilages owned by personal guarantors, and how about the

position of a personal guarantor’s privilage in the bankruptcy case of a limited

liability company.

The research used juridicial normative method. Library research was

conducted to obtain secondary data which included primary, secondary, and tertiary

legal materials related to the research problems. The whole data were ghatered by

conducting library research. The result of the research was presented descriptively in

order to obtain the explanation of the problems.

The result of the research showed that personal guarantor is regulated in

Article 1820 until Article 1850 of Civil Code, while Law No. 37/2004 on Bankruptcy

and the Postponement of the Obligation to pay off Debt is regulated in Article 141,

Article 164, and Article 165. Privileges of a personal guarantor’s is found in Articles

1430, 1431, 1821, 1831, 1833, 1837, 1843, 1847, 1848, and 1849 of the Civil Code.

The position of a personal guarantor’s privileges in the bankruptcy case of a limited

liability company is a guarantor that is similiar to a primary debtor when he has

released the privileges given by laws. Therefore, since a guarantor is also a debtor,

he can be considered as bankrupt based on Law on Bankruptcy and Postponement of

the Obligatuon to Pay off Debt, but the requirements for bankruptcy should be

reviewed as it stipulated in Article 2, paragraph 1.

Keywords: Personal Guarantor, Privilege, Bankrupcty

*) Student of the Economic Law Department, Faculty of Law, University of Sumatera

Utara

**) Supervisor I, Lecturer of the Faculty of Law, University of Sumatera Utara

***) Supervisor II, Lecturer of the Faculty of Law, University of Sumatera Utara

Page 5: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

5

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada umumnya penanggungan itu dapat timbul untuk menjamin perutangan

yang timbul dari segala macam hubungan hukum. Lazimnya hubungan hukum yang

bersifat keperdataan, namun dimungkinkan juga bahwa penanggungan diberikan

untuk menjamin pemenuhan prestasi yang lahir dari hubungan hukum yang bersifat

hukum publik. Asal prestasi dapat dinilai dalam bentuk uang. Dahulu penanggungan

juga lazim diberikan oleh seseorang tertentu yang tanpa mempunyai kepentingan

sesuatu dan murni atas dasar rasa persahabatan menanggung untuk memenuhi

pertanggungan orang lain. Namun perkembangannya sekarang penanggungan yang

diberikan atas dasar persahabatan demikian hampir tidak pernah terjadi.1

Keberadaan Undang-Undang Kepailitan membuat penjamin atau penanggung

yang memberikan personal guarantee seringkali mengalami hal yang kurang

menyenangkan sebagai akibat pihak kreditor meminta penetapan pengadilan untuk

memailitkan personal guarantee atau borgtocht.2 Dalam KUHPerdata, penjamin atau

penanggung diatur dalam Pasal 1820-1850.

Dari ketentuan-ketentuan di dalam KUHPerdata tersebut dapat disimpulkan

bahwa seorang penjamin atau penanggung adalah juga seorang debitor. Mengenai

penanggungan dijelaskan dalam Pasal 1820 KUHPerdata yang menyatakan bahwa

penanggungan ialah suatu persetujuan dimana pihak ketiga demi kepentingan

kreditor, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan debitor, bila debitor itu tidak

memenuhi perikatannya. Dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit pada kasus

kepailitan, jaminan perorangan cukup berperan sebagai pihak yang turut bertanggung

1 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan Di Indonesia Pokok-Pokok Hukum

Jaminan Dan Jaminan Perorangan, (Yogyakarta: Liberty Of Fset, 1980), hlm. 80. 2 Luky Pangastuti, “Pertanggung Jawaban Pihak Personal Guarantee Yang dinyatakan

Pailit”, Jurnal Repertorium Fakultas Hukum UNS, Juli Vo. 2 No. 2 tahun 2015, hlm. 145.

Page 6: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

6

jawab dalam pelunasan utang-utang debitor kepada kreditor. Pertanggungjawaban

Pihak Personal Guarantee yang dinyatakan Pailit.3

Praktek pengadilan menunjukkan belum adanya kesepakatan mengenai

apakah penjamin dapat secara langsung digugat dihadapan pengadilan atau

dimohonkan kepailitan tanpa terlebih dahulu menggugat debitor utama/debitor pokok

atau memailitkan terlebih dahulu debitor utama/debitor pokok. Dalam beberapa

gugatan yang dimajukan oleh kreditor terhadap penanggung, tanpa menggugat

debitor utama secara bersama-sama dalam satu gugatan, pengadilan menyatakan tidak

dapat menerima gugatan yang hanya diajukan terhadap penanggung saja. Hal ini

dapat terjadi karena untuk membuktikan bahwa seorang penanggung telah

berkewajiban untuk membayar dan melunasi kewajiban debitor, harus dinyatakan

terlebih dahulu bahwa debitor telah wansprestasi atau cidera janji.4

Pada dasarnya penjaminan merupakan “a second pocket to pay if the first

should be empty”. Penjamin merupakan pihak yang langsung diminta

pertanggungjawaban bila debitor tidak mampu lagi memenuhi kewajibannya.

Berdasarkan pemikiran tersebut maka undang-undang memberikan beberapa hak

istimewa kepada penjamin dalam hubungan dengan kewajibannya terhadap kreditur.5

Dengan adanya hak-hak istimewa yang dimiliki oleh penjamin pribadi

menjadi permasalahan apakah penjamin dapat diminta kepailitannya sehubungan

dengan utang yang dilakukan debitor dan dapatkah penjamin dipailitkan tanpa

terlebih dahulu debitor utama dipailitkan.

3 Ibid.

4 Gunawan Wijadja & Kartini Muljadi, Penanggungan Utang Dan Perikatan Tanggung

Menanggung, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 26. 5 Aria Suyudi, Eryanto Nugroho dan Herni Sri Nurhayanti, Kepailitan Di Negeri Pailit,

(Jakarta: Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia, 2003), hlm. 96.

Page 7: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

7

II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Defenisi Personal Guarantor (Penjamin Pribadi) Menurut Undang-Undang

dan Para Ahli

1. Menurut Undang-Undang

Perjanjian penanggungan utang diatur di dalam Pasal 1820 sampai dengan

Pasal 1850 KUHPerdata. Yang diartikan dengan penanggungan adalah:6 “Suatu

perjanjian dimana pihak ketiga demi kepentingan kreditur, mengikatkan dirinya

untuk memenuhi perikatan debitur, bila debitur itu tidak memenuhi perikatannnya”.

Demikianlah defenisi yang diberikan oleh Pasal 1820 KUHPerdata tentang

penanggungan utang. Apabila diperhatikan defenisi tersebut, maka jelaslah bahwa

ada 3 pihak yang terkait dalam perjanjian penanggungan utang, yaitu pihak

kreditur, debitur, dan pihak ketiga. Kreditur disini berkedudukan sebagai pemberi

kredit atau orang yang berpiutang, sedangkan debitur adalah orang yang yang

mendapat pinjaman uang atau kredit atau kreditur. Pihak ketiga adalah orang yang

akan menjadi penanggung utang debitur kepada kreditur manakala debitur tidak

memenuhi prestasinya.7

Tiada penanggungan, jika tidak ada suatu perikatan pokok yang sah. Namun

dapatlah seorang mengajukan diri sebagai penanggung untuk suatu perikatan,

biarpun perikatan itu dapat dibatalkan dengan suatu tangkisan yang hanya

mengenai dirinya si berutang, misalnya dalam halnya kebelum dewasaan (Pasal

1821 KUHPerdata). Ketentuan Pasal tersebut menunjukkan bahwa penanggungan

itu adalah suatu “perjanjian accesoir” seperti halnya dengan perjanjian hipotik,

yaitu perjanjian yang pemenuhannya ditanggung atau dijamin dengan perjanjian

6 Pasal 1820 KUHPerdata

7 H. Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2004), hlm. 217.

Page 8: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

8

penanggungan itu. Kemudian dapat dilihat dengan adanya kemungkinan (artinya

diperbolehkan) diadakannya suatu perjanjian penanggungan terhadap suatu

perjanjian pokok, yang dapat dimintakan pembatalannya (vernietigbaar, voidable)

misalnya suatu suatu perjanjian (pokok) yang diadakan oleh seorang yang belum

dewasa. Hal itu dapat diterima dengan pengertian, bahwa apabila perjanjian pokok

itu dikemudian hari dibatalkan, maka perjanjian penanggungan juga ikut batal.8

2. Menurut Para Ahli

Istilah jaminan perseorangan berasal dari kata bortgtoch. Ada juga yang

menyebutkan dengan istilah jaminan immateril. Pengertian jaminan perorangan

dapat dilihat dari berbagai pandangan dan pendapat para ahli. Sri soedewi

masjchoen sofwan, mengartikan jaminan immateril (perorangan) adalah:

Jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu,

hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan

debitur utamanya.

Unsur jaminan perorangan, yaitu:

a. Mempunyai hubungan langsung pada orang tertentu;

b. Hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu;

c. Terhadap harta kekayaan debitur umumnya.9

Soebekti mengartikan jaminan perorangan adalah:

Suatu perjanjian antara seorang berpiutang (kreditur) dengan seorang

ketiga, yang menjamin dipenuhinya kewajiban si berhutang (debitur). Ia bahkan

dapat diadakan di luar (tanpa) si berhutang tesebut”.10

Soebekti mengkaji jaminan perorangan dari dimensi kontraktual antara

kreditur dengan pihak ketiga. Selanjutnya ia mengemukakan bahwa maksud

8 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Op.Cit. 82.

9 H.Salim, Op.Cit, hlm. 217.

10 Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1995), hlm.164.

Page 9: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

9

adanya jaminan ini adalah untuk pemenuhan kewajiban si berhutang, yang dijamin

pemenuhannya seluruhnya atau sampai suatu bagian tertentu, harta benda si

penanggung (penjamin) dapat disita dan dilelang menurut ketentuan perihal

pelaksanaan eksekusi putusan pengadilan.11

Menurut J.satrio, S.H., jaminan perorangan adalah hak yang memberikan

kepada kreditur suatu kedudukan yang lebih baik, karena adanya lebih dari seorang

debitur yang dapat ditagih. Lebih baik disini adalah lebih baik daripada kreditur

yang tidak mempunyai hak jaminan (khusus), atau lebih baik dari jaminan umum.12

Adanya lebih dari seorang debitur, bisa karena ada debitur serta tanggung

menanggung atau karena adanya orang pihak ketiga yang mengikatkan dirinya

sebagai borg. Hak jaminan tampak sekali mempunyai arti pentingnya, kalau

kekayaan yang dimiliki oleh debitur tidak mencukupi guna melunasi semua

hutangnya atau dengan perkataan lain passivanya melebihi aktivanya.13

Kalau kekayaan debitur cukup untuk menutup semua hutangnya maka

berdasarkan Pasal 1131 semua kreditur akan menerima pelunasan, karena pada

prinsipnya semua kekayaan debitor dapat diambil untuk pelunasan hutang. Paling-

paling dalam hal seperti itu ada kreditur yang lebih muda dalam mengambil

pelunasannya, tetapi semuanya mempunyai kesempatan untuk terpenuhi.

Sutarno dalam bukunya menjelaskan bahwa penjamin ialah cadangan

artinya penjamin baru membayar hutang debitur jika debitur tidak memiliki

kemampuan lagi atau debitur sama sekali tidak mempunyai harta benda yang dapat

disita. Kalau pendapatan lelang sita atas harta benda debitur tidak mencukupi untuk

melunasi utangnya, barulah tiba gilirannya untuk menyita harta benda penjamin.

11

Ibid. 12

J.Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan kebendaan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,

2007), hlm. 13. 13

Ibid.

Page 10: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

10

Tegasnya apabila seorang penjamin dituntut untuk membayar utang debitur (yang

ditanggung olehnya), ia berhak untuk menuntut supaya dilakukan lelang sita lebih

dahulu terhadap kekayaan debitur.14

Jaminan perorangan atau yang disebut

personal guarantee merupakan pernyataan kesanggupan yang diberikan oleh pihak

ketiga untuk menjamin pemenuhan kewajiban-kewajiban debitor kepada kreditor

apabila debitor yang bersangkutan wanprestasi.15

Suatu perjanjian jaminan harus secara tegas diberikan atau dinyatakan, dan

tidak boleh secara ragu-ragu. Pada perjanjian ini pihak penjamin harus membuat

pernyataan tegas bahwa ia akan menanggung apabila yang dijamin tidak membayar

hutangnya tepat pada waktunya, maka penjamin akan melunasinya, dan penjamin

berubah kedudukannya menjadi orang yang berpiutang.16

Ketentuan yang mengatur tentang penjaminan diatur dalam Pasal 1820

sampai Pasal 1850 KUHPerdata. Pasal 1820 KUHPerdata menyebutkan bahwa:

“Penjamin atau penanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang pihak

ketiga, guna kepentingan si berpiutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan

si berutang manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya”.

Maka ada 3 pihak yang terkait dalam perjanjian penanggungan utang, yaitu

pihak kreditur, debitur, dan pihak ketiga. Kreditur disini berkedudukan sebagai

pemberi kredit atau orang yang berpiutang, sedangkan debitur adalah orang yang

yang mendapat pinjaman uang atau kredit atau kreditur. Pihak ketiga adalah orang

yang akan menjadi penanggung utang debitur kepada kreditur manakala debitur

tidak memenuhi prestasinya

14

Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.

239. 15

M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 2. 16

Wan Sadjaruddin Baros, Beberapa Sendi Hukum Perikatan, (Medan: USU Press, 1992),

hlm. 77.

Page 11: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

11

Sementara dalam Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang mengatur penjaminan dengan istilah penanggungan, yaitu

dalam Pasal 141, 164 dan Pasal 165.

B. Hak Istimewa Personal Guarantor (Penjamin Pribadi) Menurut

KUHPerdata

Dalam melaksanakan kewajibannya oleh Undang-undang si penanggung

diberikan hak-hak tertentu yang sifatnya memberikan perlindungan bagi si

penanggung. Hak tersebut antara lain: 17

1. Hak agar kreditur menuntut terlebih dahulu (Vorrect van erdere uitwining= prior

exhaustian or remedias againts the debtor), sebagaimana dimuat dalam pasal

1831 KUHPerdata. Hak istimewa ini memungkinkan bahwa kekayaan penjamin

hanya merupakan cadangan untuk menutup sisa hutang yang tidak dapat ditutup

dengan kekayaaan debitor. Kewajiban penjamin hanya sebatas kekurangan yang

tidak dapat dilunasai debitor. Dalam pasal 1831 KUHPerdata menentukan bahwa

penjamin tidak diwajibkan membayar kepada kreditor, kecuali jika debitor lalai,

sedangkan benda-benda debitor ini harus terlebih dahulu disita dan dijual untuk

melunasi hutangnya. Namun, dalam hal ini penjamin tidak dapat menggunakan

hak istimewanya bila ia telah melepaskan hak istimewanya tersebut.

2. Hak untuk meminta pemecahan utang (voorrecht van schuldplitsing=benefit of

division of debt), sebagaimana dimuat dalam pasal 1837 KUHPerdata). Hak

istimewa ini hanya penting apabila terdapat lebih dari satu orang penjamin.

Apabila terdapat lebih dari satu penjamin, maka lazimmnya para penjamin

diminta untuk melepaskan hak istimewanya tersebut sehingga dalam hal ini

diberlakukan ketentuan pasal 1836 KUHPerdata yang mengatur bahwa masing-

17

Sunarmi, Hukum Kepailitan, (Jakarta: PT Softmedia, 2010), hlm. 196.

Page 12: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

12

masing penjamin terikat untuk seluruh utang yang mereka jamin (jointly and

sevellay liable).

3. Hak untuk dibebaskan dari penjaminan bilamana karena salahnya kreditor,

sipenjamin tidak dapat mmenggantikan hak-haknya hipotik/Hak tanggungan dan

hak-hak istimewa yang dimiliki kreditor (pasal 1848 dan 1849 KUHPerdata).

Hak istimewa pertama merupakan hak terpenting adalah hak untuk

menuntut lebih dahulu (vorrect van uitwinning) agar aset debitur disita dan dilelang

terlebih sebelum diminta melaksanakan kewajibannya selaku penjamin bila terjadi

wanprestasi.18

Hal ini diatur di dalam pasal 1831 KUHPerdata yang berbunyi:19

“si

penanggung tidaklah diwajibkan membayar kepada si berpiutang, selainnya jika

berutang lalai, sedangkan benda-benda si berutang ini harus lebih dahulu disita dan

dijual untuk melunasi utangnya”.

Hak istimewa kedua adalah hak untuk meminta pembagian kewajiban di

antara para penjamin secara pro-rata bila penjamin lebih dari satu. Pada dasarnya

masing-masing penjamin terikat untuk memenuhi seluruh jumlah kewajiban yang

telah dijaminnya bersama-sama.20

Prinsip ini diatur dalam pasal 1837 KUHPerdata

yang berbunyi: “Namun itu masing-masing dari mereka, jika ia tidak melepaskan

hak istimewanya untuk tidak meminta pemecahan utangnya, pada pertama kalinya

ia digugat di muka hakim, dapat menuntut supaya si berpiutang lebih dahulu

membagi piutangnya, dan menguranginya hingga bagian maisng-maising

penanggung utang yang terikat secara sah”.21

Hak istimewa ketiga adalah hak untuk menggunakan semua eksepsi atau

tangkisan yang dimiliki oleh debitur (declinatoire exeptie ataupun dilatoire

18

Asrul Sani, Tinjauan Hukum Mengenai Praktek Pemberian Jaminan Pribadi dan

Jaminan Perusahaan”, (Jakarta: Varia Peradilan ), hlm. 147. 19

Pasal 1831 KUHPerdata 20

Asrul Sani, Op.Cit. hlm. 148 21

Pasal 1837 KUHPerdata

Page 13: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

13

exeptie), kecuali yang berhubungan dengan keadaan pribadi debitur sewaktu

mengadakan perjanjian pokok.22

Hal ini diatur dalam pasal 1847 yang berbunyi:23

“Si penanggung utang dapat menggubakan terhadap si berpiutang segala

tangkisan yang dapat dipakai oleh si berutang utama dan mengenai utangnya yang

ditanggung itu sendiri. Namun tidak boleh mengajukan tangkisan-tangkisan yang

melulu mengenai pribadi si berutang”.

C. Kedudukan Hak istimewa Personal Guarantor (Penjamin Pribadi) dalam

Perkara Kepailitan

Penjamin/guarantor tidak dapat menuntut supaya barang debitor disita

terlebih dahulu dan dijual untuk melunasi hutangnya jika penanggung telah

melepaskan hak istimewanya yang diatur dalam Pasal 1831 KUHPerdata (Pasal

1832 KUHPerdata). Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1832 KUHPerdata yang

menentukan bahwa guarantor tidak dapat menuntut supaya benda-benda Debitor

telebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi hutangnya;24

1. Apabila Guarantor telah melepaskan hak istimenya untuk menuntut supaya

benda-benda debitor terlebih dahulu disita dan dijual;

2. Apabila Guarantor telah mengikatkan dirinya bersama-sama dengan debitor

utama secara tanggung menanggung dalam hal mana akibat-akibat perikatannya

diatur menurut asas-asas yang ditetakan untuk hutang-hutangnya secara tanggung

renteng;

3. Jika debitur dapat memajukan suatu tangkisan yang hanya mengenai dirinya

sendiri secara pribadi;

4. Jika debitur berada dalam keadaan pailit;

22

Asrul Sani, Op.Cit. hlm. 148. 23

Pasal 1847 KUHPerdata 24

Djoko Prakoso, Bambang Riadi Lany, Dasar Hukum Persetujuan Tertentu di Indonesia,

(Jakarta: PT Bina Aksara, 1987), hlm. 202.

Page 14: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

14

5. Dalam hal penjaminan yang diperintahkan oleh hakim;

Dalam hal seorang Guarantor melepaskan hak istimewa yang dimilikinya

oleh berdasarkan Pasal 1831, dapat dimintakan kepailitannya, tanpa harus

dimintakan terlebih dahulu kepailitan dari debitornya. Sebab, dengan melepaskan

hak-hak istimewanya yang dimiliki oleh Guarantor itu sebenarnya sama saja

kedudukannya dengan seorang debitor, sekalipun secara formal ia tetap dinamakan

sebagai Penjamin/Guarantor.

Dalam melaksanakan kewajibannya oleh Undang-Undang si Penanggung

diberikan hak-hak tertentu yang sifatnya memberikan perlindungan bagi si

penanggung. Hak-hak penanggung tersebut menurut ketentuan Undang-Undang

berupa: 25

a. Hak untuk menuntut lebih dahulu (voorrecht van uitwinning)

Dalam hal si debitur lalai memenuhi prestasi, si penanggung baru wajib

membayar hutang kepada kreditur setelah menuntut agar harta benda si debitur

lebih dahulu disita dan dilelang/dijual untuk melunasi hutangnya (Pasal 1831

KUHPerdata). Jadi si penanggung baru wajib bertindak sebagai borg jika barang-

barang debitur setelah disita dan dijual lebih dahulu, namun tidak mencukupi untuk

membayar hutang.

Sebagai pengecualian dari hak si penanggung untuk menuntut lebih dulu

penjualan harta debitur demikian ialah:

1. Apabila telah melepaskan hak istimewanya untuk menuntut supaya benda-benda

si berhutang lebih dahulu disita dan dijual. Pelepasan hak yang demikian

biasanya diminta oleh kreditur agar ia dapat menuntut langsung pada

penanggung untuk pemenuhan piutangnya, demi kepentingan si kreditur.

25

Sri Soedewi Masjchoen, Op.Cit, hlm. 92.

Page 15: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

15

2. Apabila ia telah mengikatkan dirinya bersama-sama si berhutang utama secara

tanggung-menanggung. Dalam hal demikian akibat-akibat perutangannya diatur

menurut asas-asas yang ditetapkan untuk perutangan tanggung menanggung.

3. Jika si berhutang dapat mengajukan suatu tangkisan yang mengenai dirinya

secara pribadi.

4. Jika si berhutang berada dalam keadaan pailit.

5. Jika penanggungan itu diperintahkan oleh hakim.

Dalam keadaan-keadaan tersebut si penanggung tidak dapat mengemukakan

haknya untuk menuntut lebih dahulu, melainkan wajib langsung memenuhi

membayar hutang debitur kepada kreditur.

Hak untuk menuntut lebih dulu dari penanggung ini dalam hal-hal tertentu

baru ada artinya, jika har tersebut dengan tegas-tegas tercantum dalam perjanjian

penanggungan. Penanggung yang menuntut hak penjualan lebih dulu harus

menunjuk barang-barang tertentu dari debitur yang akan dijual dan membayar lebih

dulu ongkos-ongkosnya untuk pensitaan dan penjualan. Penanggung tidak boleh

menunjuk barang-barang debitur yang masih dalam sengketa, barang-barang yang

menjadi tanggungan hipotik, barang-barang yang diluar wilayah Indonesia.

b. Hak untuk membagi hutang

Jika dalam perjanjian penanggungan terdapat beberapa orang yang

mengikatkan diri sebagai penanggung untuk suatu hutang dan untuk seorang

debitur yang sama, maka masing-masing penanggung terikat untuk seluruh hutang

(Pasal 1836 KUHPerdata). Namun ketentuan Undang-Undang memberikan hak

bagi masing-masing penanggung ini untuk membagi hutangnya. Yaitu pada waktu

digugat untuk pemenuhan hutang dapat menuntut agar si kreditur terlebih dahulu

membagi-bagi piutangnya untuk bagian-bagian dari para penanggung (Pasal 1837

KUHPerdata). Adanya pengaturan demikian oleh Undang-Undang agak

membingungkan, pada satu pihak menentukan bahwa masing-masing penanggung

Page 16: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

16

terikat untuk seluruh hutang namun pada lain pihak memberi hak kepada para

penanggung untuk membagi-bagi utang tersebut, sehingga masing-masing hanya

bertanggung jawab untuk bagiannya.

Dalam prakteknya, terhadap hak untuk membagi hutang juga senantiasa

diperjanjikan agar sipenanggung melepaskan haknya untuk membagi hutang.

Dalam hal terjadi pelepasan hak untuk membagi hutang oleh para penanggung,

maka di sini terjadi “hoofdelijkheid” perutangan tanggung menanggung para

penanggung.

Oleh karena dianggap terhadap hoofdelijkheid maka berlakulah ketentuan

perutangan tanggung menanggung, misalnya Pasal 1280, 1283, 1284 KUHPerdata

ialah:

1. Masing-masing debitur dapat dituntut untuk seluruh hutang, dan pemenuhan

utang oleh salah seorang debitur membebaskan debitur-debitur lainnya terhadap

si berhutang.

2. Bahwa si debitur yang dipilih kreditur dapat ditagih, dengan tidak ada

kemungkinan bagi debitur untuk minta agar hutangnya dipecah (1283).

3. Tuntutan yang ditujukan pada salah seorang debitur tak menjadi halangan bagi si

kreditur untuk melaksanakan haknya terhadap debitur lainnya (1284).

Ketentuan-ketentuan tersebut berlaku pada perutangan tanggung

menanggung pasif (hoofdelijkheid yang pasif, yaitu terdapat beberapa debitur) dan

berlaku juga terhadap para penanggung yang melepaskan haknya untuk memecah

hutang.

Jika si kreditur secara sukarela telah memecah hutang tersebut bagi para

penanggung, maka ia tidak adapat menarik kembali pemecahan itu, meskipun

ternyata bahwa beberapa penanggug telah berada dalam keadaan tidak mampu

pada saat ia memecah hutang tersebut.

c. Hak untuk mengajukan tangkisan gugat

Page 17: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

17

Penanggung dalam menjalankan kewajibannya berwenang untuk

mengajukan tangkisan-tangkisan yang dapat dipakai oleh debitur terhadap kreditur,

kecuali tangkisan-tangkisan yang dapat dipakai oleh debitur terhadap kreditur,

kecuali tangkisan yang bertalian dengan pribadi debitur sendiri.

Hak untuk mengajukan tangkisan dari penanggung lahir dari perjanjian

penanggungan, jadi merupakan hak dari penanggung sendiri. Di samping itu juga

lahir karena sifat accessoir dari perjanjian penanggungan, maka penanggung juga

dapat mengajukan tangkisan-tangkisan yang dipakai oleh debitur terhadap kreditur

yang lahir dari perjanjian pokok. Tangkisan yang lahir dari perjanjian

penanggungan misalnya jika perjanjian terjadi karena kesesatan, jika perjanjian

dibuat dengan syarat atau dibuat dengan ketentuan waktu.

d. Hak untuk diberhentikan dari penanggungan karena terhalang melakukan

subrogasi akibat perbuatan/kesalahan kreditur.

Penanggung berhak untuk diberhentikan dari penanggungan jika karena

perbuatan kreditur penanggung menjadi terhalang atau tidak dapat lagi bertindak

terhadap hak-haknya, hipotiknya dan hak-hak utama dari kreditur (Pasal 1848

KUHPerdata). Hak demikian itu timbul sebagai akibat adanya ketentuan bahwa

bagi penanggung yang telah membayar karena hukum akan menggantikan semua

hak-hak kreditur terhadap debitur. Jika ini tidak terlaksana karena kesalahan dari

kreditur, maka akibatnya penanggung akan diberhentikan sebagai penanggung dan

perjanjian penanggungannya itu akan gugur.

Dalam praktek adanya hak untuk diberhentikan dari penanggung yang

demikian itu sangat merugikan kreditur. Karena biasanya jika suatu piutang

dijamin dengan jaminan-jaminan yang lain selain penanggungan, maka untuk

pemenuhannya kreditur akan berusaha untuk terlebih dahulu menjual barang-

barang jaminan itu, baru kemudian memuntut kepada penanggung, jadi tidak

langsung menuntut kepada penanggung. Bahkan sekalipun terjadi pelepasan hak

Page 18: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

18

untuk menuntut lebih dahulu dari debitur, adakalanya kreditur masih

mengutamakan untuk menjual benda-benda jaminan lebih dahulu.

Berkaitan dengan pemberian guarantee yang biasanya diminta oleh

perbankan dalam pemberian kredit bank, dengan Undang-Undang ini seorang

penjamin atau penanggung yang memberikan personal guarantee dapat

dimohonkan untuk dinyatakan pailit. Selama ini sering tidak disadari baik oleh

bank maupun para pengusaha bahwa seorang personal guarantor dapat mempunyai

konsekuensi hukum yang jauh apabila personal guarantor itu tidak melaksanakan

kewajibannya. Konsekuensinya adalah bahwa guarantor dapat dinyatakan pailit.

Banyak bankir merasa bahwa personal guarantee hanya memberikan ikatan moral

dari penjamin (guarantor) nya. Hal ini tidak benar. Menurut Pasal 24 UUK-PKPU,

dengan pernyataan pailit, debitor pailit demi hukum kehilangan hak untuk

menguasai kekayaannya yang dimasukkan dalam harta pailit sejak hari pernyataan

pailit diputuskan. Dengan demikian, seorang penjamin yang dinyatakan pailit oleh

pengadilan tidak dapat lagi melakukan bisnis untuk dan atas nama pribadinya26

.

Dalam KUHPerdata, penjaminan atau penanggungan diatur dalam Pasal

1820 sampai Pasal 1850. Dari ketentuan-ketentuan dalam KUHPerdata dapat

disimpulkan bahwa sorang penjamin atau penanggung adalah juga seorang debitur.

Penjamin atau penanggung adalah seorang debitor yang berkewajiban melunasi

utang debitor kepada kreditur atau para krediturnya apabila tidak membayar utang

yang telah jatuh waktu dan atau dapat ditagih27

. Oleh karena penjamin atau

penanggung dapat dinyatakan pailit berdasarkan UUK-PKPU.

UUK-PKPU mengatur mengenai penjaminan, dalam istilah UUK-PKPU

disebut penanggungan, dalam Pasal 141 Pasal 164 dan Pasal 165. Dari bunyi Pasal-

26

Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan memahami Undang-Undang No. 37 Tahun

2004 Tentang Kepailitan, (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 2009), hlm. 97. 27

Ibid, hlm. 98.

Page 19: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

19

Pasal tersebut tidak tertulis bahwa penjamin atau penanggung tidak dapat diajukan

permohonan pernyataan pailit terhadapnya.

Sejalan dengan ketentuan Pasal 1832 angka 1 KUHPerdata, pengajuan

permohonan pernyataan pailit terhadap seorang penjamin atau penanggung dapat

diajukan tanpa mengajukan permohonan pernyataan pailit kepada debitor apabila

penjamin atau penanggung telah melepaskan hak istimewanya untuk menuntut

supaya benda-benda atau harta kekayaan debitot disita dan dijual terlebih dahulu.28

Apabila tidak terpenuhi ketentuan Pasal 1832 KUHPerdata, sehingga

dengan demikian berlaku ketentuan Pasal 1831 KUHPerdata, maka permohonan

pernyataan pailit tidak boleh diajukan tanpa mengajukan pula permohonan

pernyataan pailit terhadap debitor. Terhadap penanggung bahkan tidak dapat

diajukan permohonan pernyataan pailit sebelum terbukti bahwa dari hasil penjualan

harta kekayaan debitor yang dinyatakan pailit itu masih terdapat sisa utang yang

belum dapat dilunasi dalam beberapa hal dapat saja diminta oleh penanggung.29

Tanggung jawab penanggung/penjamin sehubungan dengan ketentuan Pasal

165 UUK-PKPU menurut Pasal 168 UUK-PKPU, walaupun sudah ada

perdamaian, para kreditor tetap mempunyai hak terhadap para penanggung. Lebih

lanjut Pasal 165 UUK-PKPU menentukan, hak yang dapat dilakukan terhadap

barang-barang pihak ketiga tetap ada pada para kreditur solah-olah tidak terjadi

perdamaian. Dengan kata lain, terjadinya perdamaian antara debitor dengan para

kreditornya tidaklah menghapus tanggung jawab penanggung. Pasal ini tidak boleh

diartikan bahwa sekalipun telah terjadi perdamaian para kreditor dapat mengajukan

permintaan kepada penjamin atau penanggung agar melunasi utang debitor yang

28

Ibid. 29

Ibid.

Page 20: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

20

dijaminnya itu, yang pada kenyataannya telah disepakati oleh para kreditur untuk

dijadwal ulang atau direstrukturisasi berdasarkan suatu perjanjian perdamaian.30

Jika penjamin (guarantor) telah melepaskan hak-hak istimewa yang telah

diberikan oleh Undang-undang kepada dirinya, maka kedudukan debitur utama

dengan personal guarantor adalah sama-sama seorang debitor. Penjamin atau

penanggung adalah debitor yang berkewajiban melunasi utang debitor kepada

kreditor atau para kreditornya. Oleh karena penjamin adalah seorang debitor maka

penjamin dapat dinyatakan pailit berdasarkan Undang-Undang Kepailitan. Namun

perlu dilihat lagi syarat dari kepailitan tersebut sebagaimana di syaratkan dalam

Pasal 2 ayat 1, yaitu: debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak

membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih

dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2, baik atas permohonannya sendiri, maupun atas

permohonan seorang atau lebih kreditornya.

Dari ketentuan Pasal 2 ayat (1) UUK-PKPU, dapat disimpulkan bahwa

permohonan pernyataan pailit terhadap seorang debitor hanya dapat diajukan

apabila memenuhi syarat, debitor harus mempunyai paling sedikit dua kreditor,

atau dengan kata lain harus lebih dari satu kreditor, debitor tidak membayar lunas

sedikitnya satu utang kepada salah satu kreditornya, dan utang yang tidak dibayar

itu harus telah jatuh waktu dan telah dapat ditagih.

30

Ibid.

Page 21: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

21

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pentingnya keberadaan Personal Guarantor (penjamin pribadi) dalam perkara

kepailitan merupakan upaya guna memperkecil risiko apabila debitur wanprestasi

atau cidera janji. Jaminan merupakan sarana perlindungan bagi keamanan

kreditor yaitu kepastian hukum akan pelunasan utang debitor atau pelaksanaan

suatu prestasi oleh debitor atau oleh Personal Guarantor (penjamin pribadi)

tersebut. Pengaturan mengenai Personal Guarantor (penjamin pribadi) dapat

dilihat pada pasal 1820 sampai pasal 1850 KUHPerdata. Serta Pada Undang-

Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang pada Pasal

141, Pasal 164, dan pasal 165. Pasal 1820 KUHPerdata menyebutkan bahwa

penanggungan adalah suatu persetujuan dengan mana seorang pihak ketiga

(penjamin) guna kepentingan si berpiutang, mengikatkan diri untuk memenuhi

perikatannya si berutang manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya.

Demikianlah defenisi yang diberikan oleh pasal 1820 KUHPerdata tentang

penanggungan utang. Apabila diperhatikan defenisi tersebut, maka jelaslah

bahwa ada 3 pihak yang terkait dalam perjanjian penanggungan utang, yaitu

pihak kreditur, debitur, dan pihak ketiga. Kreditur disini berkedudukan sebagai

pemberi kredit atau orang yang berpiutang, sedangkan debitur adalah orang yang

yang mendapat pinjaman uang atau kredit atau kreditur. Pihak ketiga adalah

orang yang akan menjadi penanggung utang debitur kepada kreditur manakala

debitur tidak memenuhi prestasinya. Pasal 1821 ayat 1 KUHPerdata

menunjukkan sifat assesoir dari penanggungan, karena disitu dengan tegas

dinyatakan, bahwa tidak mungkin ada penanggungan jika tidak ada perjanjian

pokok yang sah. Pasal 1822 KUHPerdata menjelaskan lebih lanjut sifat-sifat

assesoir dari penanggungan yaitu bahwa keterikatan si penjamin terhadap hutang

debitor tidak bisa lebih besar atau dengan syarat-syarat yang lebih memberatkan

Page 22: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

22

daripada keterikatan si debitur terhadap hutang yang dijamin. Penanggungan tak

terbatas terhadap perikatan pokok meliputi semua akibat dari adanya hutang,

bahkan sampai pada biaya dari gugatan terhadap si debitur, termasuk juga segala

biaya yang dikeluarkan setelah penjamin diperingatkan. Jika si penjamin

meninggal maka penanggungannya beralih kepada ahli warisnya (pasal 1825

KUHPerdata).

2. Hak-Hak istimewa yang dimiliki oleh Personal Guarantor (penjamin pribadi),

yaitu:

a. Hak agar kreditur menuntut terlebih dahulu (Vorrect van erdere uitwining=

prior exhaustian or remedias againts the debtor), sebagaimana dimuat dalam

pasal 1831 KUHPerdata.

b. Hak untuk meminta pemecahan utang (voorrecht van schuldplitsing=benefit of

division of debt), sebagaimana dimuat dalam pasal 1837 KUHPerdata).

c. Hak untuk dibebaskan dari penjaminan bilamana karena salahnya kreditor,

sipenjamin tidak dapat mmenggantikan hak-haknya hipotik/Hak tanggungan

dan hak-hak istimewa yang dimiliki kreditor (pasal 1848 dan 1849

KUHPerdata).

3. Kedudukan hak istimewa Personal Guarantor (Penjamin Pribadi) dalam

perkara kepailitan Perseroan Terbatas adalah seorang penjamin atau

penanggung adalah sama-sama seorang debitor. Penjamin atau penanggung

adalah juga seorang debitor yang berkewajiban melunasi utang debitor kepada

kreditor atau para kreditornya apabila tidak membayar utang yang telah jatuh

waktu dan atau dapat ditagih. Oleh karena penjamin atau penanggung adalah

debitor, maka penjamin atau penanggung dapat dinyatakan pailit berdasarkan

UU Kepailitan. UUK-PKPU mengatur penjaminan, dalam istilah

penanggungan, dalam pasal 141 pasal 164 dan pasal 165. Apabila penjamin

atau penanggung tidak memiliki lebih dari satu kreditor, sehingga tidak

Page 23: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

23

terpenuhi asas concursus creditorum sebagaimana disyaratkan oleh Pasal 2

ayat (1) UUK-PKPU, maka terhadap penjamin atau penanggung itu tidak dapat

diajukan permohonan pernyataan pailit. Sejalan dengan ketentuan pasal 1832

angka 1 KUHPerdata, pengajuan permohonan pernyataan pailit pula kepada

debitor hanyalah apabila penjamin atau penanggung telah melepaskan hak

istimewanya untuk menuntut supaya benda-benda atau harta kekayaan debitor

disita dan dijual terlebih dahulu. Sejalan dengan ketentuan Pasal 1832 angka

2,3,4, dan 5 KUHPerdata, terhadap penjamin atau penanggung dapat diajukan

permohonan pernyataan pailit, selain karena telah melepaskan hak

istimewanya, apabila:

a. Penjamin telah melepaskan hak untuk menuntut supaya harta dari debitur

disita terlebih dahulu.

b. Penjamin telah bersama-sama dengan debitor mengikatkan dirinya secara

tanggung renteng.

c. Debitor dapat mengajukan tangkisan yang hanya menyangkut dirinya sendiri

secara pribadi.

d. Debitor dalam keadaan pailit.

e. Penjaminan (penanggungan) tersebut telah diberikan berdasarkan perintah

pengadilan.

B. Saran

1. Dalam perjanjian yang dibuat antara debitur dengan Personal Guarantor

(penjamin pribadi), penjamin harus secara tegas menyatakan dirinya

melepaskan atau tidak hak-hak istimewa yang telah diberikan Undang-Undang

kepadanya.

2. Apabila Perseroan Terbatas menjadi debitur, yang sifat managemennya

cenderung ke arah perseroan firma. Sebaik-baiknya kreditur mensyaratkan

jaminan oleh atau orang-orang yang menduduki posisi penting menurut

Page 24: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

24

struktur kekuasaan dalam perseroan tersebut. Karena sifat managemen yang

“oligarkhis” itu, dimana hidup matinya perseroan bergantung pada

kebijaksanaan dan tindakan-tindakan dari orang-orang tertentu yang

menguasai perseroan tersebut.

3. UU Kepailitan harus mengatur secara tegas apakah kreditor dapat mengajukan

Kepailitan kepada penjamin/guarantor, tanpa terlebih dahulu mengajukan

permohonan kepailitan kepada debitur utama.

Page 25: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

25

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Bahsan, M., Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2012.

Prakoso, Djoko Bambang Riyadi Lany, Dasar Hukum Persetujuan Tertentu di

Indonesia, Jakarta: PT Bina Aksara, 1987.

Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan,

Bandung: Sumur Bandung, 1987.

Sadjaruddin, Wan Baros, Beberapa Sendi Hukum Perikatan, Medan: USU Press,

1992.

Salim, H.HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2004.

Sani, Asrul, Tinjauan Hukum Mengenai Praktek Pemberian Jaminan Pribadi dan

Jaminan Perusahaan”, Jakarta: Varia Peradilan, 2003.

Satrio, J, Hukum Jaminan Hak Jaminan kebendaan, Bandung: PT Citra Aditya

Bakti, 2007.

Sjahdeini, Sutan Remi, Hukum Kepailitan Memahami Undang-Undang No. 37

Tahun 2004 Tentang Kepailitan, Jakarta: Grafiti, 2009.

Soebekti, R., Aneka Perjanjian, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1995.

Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen, Hukum Jaminan Di Indonesia Pokok-Pokok

Hukum Jaminan Dan Jaminan Perorangan, Liberty Of Fset: Yogyakarta,

1980.

Sunarmi, Hukum Kepailitan, Jakarta: PT Softmedia, 2010.

Suyudi, Aria, Eryanto Nugroho dan Herni Sri Nurhayanti, Kepailitan Di Negeri

Pailit, Jakarta: Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia, 2003.

Wijadja, Gunawan & Kartini Muljadi, Penanggungan Utang Dan Perikatan

Tanggung Menanggung, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.

Yani, Ahmad & Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Kepailitan, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 1999.

B. Peraturan-Peraturan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang.

Page 26: KEDUDUKAN HAK ISTIMEWA PERSONAL GUARANTOR …

26

C. Jurnal

Pangastuti, Luky. “Pertanggung Jawaban Pihak Personal Guarantee Yang

dinyatakan Pailit”, Jurnal Repertorium Fakultas Hukum UNS, Juli Vo. 2

No. 2 tahun 2015.