Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KEEFEKTIFAN METODE SQ3R (SURVEY, QUESTION, READING, RECITE,
AND REVIEW) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS BERITA
PADA SISWA KELAS VIII SMPNEGERI 2 ANGGERAJA
KECAMATAN MALUA KABUPATEN ENREKANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
FARIDA RAHMASARI
105331107916
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Suatu keberhasilan tidak akan bias didapatkan dengan gampang begitu saja.
Dibutuhkan doa, usaha serta restu dari orang tua. Selama kita bersungguh-
sungguh, Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan usaha serta doa kita.
Kupersembahkan karya ini buat:
Kedua orang tuaku ayahanda Alm. Deni dan ibunda
Sahawi, saudaraku, teman-temanku atas keikhlasan dan doanya
dalam mendukung penulis mewujudkan harapan menjadi kenyataan.
vii
ABSTRAK
Farida Rahmasari. 2020. Keefektifan Metode SQ3R (Survey, Question, Reading,
Recite, And Review) dalam Pembelajaran Membaca Teks Berita pada Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang.
(Dibimbing oleh Syafruddin dan Nur Khadijah Razak).
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan kemampuan membaca teks
berita siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja menggunakan metode
konvensional (ceramah dan penugasan), (2) mendeskripsikan kemampuan
membaca teks berita siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja melalui metode
SQ3R (Survey, Question, Reading, Recite, And Review), dan (3) membuktikan
metode SQ3R (Survey, Question, Reading, Recite, And Review) efektif atau tidak
efektif digunakan dalam membaca teks berita siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Anggeraja.
Jenis atau Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian yang
bersifat eksperimen dengan model eksperimen semu (Quasi Eksperiment) bentuk
Prestes-Posttes Control Group Desagn. Populasi penelitian ini adalah
keseluruhan siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja yang berjumlah 86 orang
yang terbagi atas tiga kelas. Sampel penelitian ini dikelompokkan atas dua
kelompok, yaitu siswa kelas VIII A sebanyak 30 orang sebagai kelas kontrol dan
siswa kelas VIII B sebanyak 30 orang sebagai kelas eksperimen. Penarikan
sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling random yaitu teknik
sampling kluster (cluster sampling). Teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah tes membaca. Selanjutnya,
keseluruhan data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistik
deskriptif dan statistik inferensial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran membaca teks berita pada
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja dengan menerapkan metode SQ3R
(Survey, Question, Reading, Recite, And Review) dikategorikan memadai
diperoleh nilai rata-rata siswa kelas eksperimen berada pada kategori baik dengan
nilai 84 yang berada pada rentang nilai 75 – 85, sedangkan kemampuan siswa
dalam membaca teks berita kelas kontrol berada pada kategori baik, namun nilai
rata-rata yang diperoleh adalah 77,2 yang berada pada rentang nilai 75 – 85.
Selanjutnya, hasil analisis inferensial dengan menggunakan perhitungan uji t
tampak pula bahwa penerapan metode SQ3R (Survey, Question, Reading, Recite,
And Review) efektif dalam membaca teks berita pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Anggeraj. Hal ini tampak pada nilai t hitung sebesar 4,094 dibandingkan
dengan ttabel sebesar 2,04 atau t hitung > t tabel yang berarti H0 ditolak dan H1
diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima sehingga
ada perbedaan yang signifikan antara kelas yang menggunakan metode SQ3R
dengan tanpa menggunakan metode SQ3R.
Kata Kunci: Keefektifan, Metode SQ3R (Survey, Question, Reading, Recite, And
Review), Keterampilan Membaca, Teks Berita
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas segala
berkah dan rahmat, sehingga penelitian dan penyusunan Skripsi dengan judul
“Keefektifan Metode SQ3R (Survey, Question, Reading, Recite, And Review)
dalam Pembelajaran Membaca Teks Berita pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang.” dapat diselesaikan dengan
baik. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan akademik guna
memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Proses penyelesaian skripsi ini merupakan suatu perjuangan yang panjang
bagi penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini bukanlah suatu pencapaian
yang sempurna. Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi, banyak kendala
yang dihadapi. Namun, berkat arahan dan bimbingan yang tulus dari berbagai
pihak, semua masalah dapat teratasi dengan baik. Sehubungan dengan hal itu,
penulis patut menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-
tingginya kepada Dr. Syafruddin, M. Pd., sebagai dosen pembimbing I dan Nur
Khadijah Razak, S.Pd., M.Pd., sebagai dosen pembimbing II atas segala bantuan,
bimbingan, dan arahan yang tulus ikhlas dan kemurahan hati membantu penulis
Ucapan terima kasih pula disampaikan kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse,
M.Ag., sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Terima kasih pula
kepada Dr. Munirah, M.Pd., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan
ix
Sastra Indonesia, yang telah memberikan kemudahan kepada penulis, baik pada
saat pelaksanaan penelitian maupun penyusunan laporan. Mudah-mudahan
bantuan dan bimbingan yang diberikan mendapat pahala dari Allah SWT.
Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada Bapak dan Ibu dosen Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
telah menyumbangkan ilmunya kepada penulis selama mengenyam pendidikan di
bangku perkuliahan dan seluruh staf Fakultas Keguruan dan Ilmu Pedidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
banyak membantu penulis.
Ucapan terima kasih juga penulis kepada Para pihak Dinas/Sekolah yang
ada pada lingkup pemerintah Kabupaten Enrekang dan kepada Bapak Muh. Ardy
Taupan, S.Ag. M.Pd. sebagai Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Anggeraja yang
berada di Kecamatan Malua yang telah memberi izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
Terwujudnya skripsi ini juga atas doa, dorongan, dan restu keluarga. Oleh
karena itu, teristimewa penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih yang tulus kepada kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Alm. Deni dan
Ibunda Sahawia atas segala kasih sayang, cinta, pengorbanan serta do’a yang tulus
dan ikhlas yang senantiasa beliau panjatkan kepada Allah SWT sehingga menjadi
pelita terang dan semangat yang luar biasa bagi penulis dalam menggapai cita-
cita, serta seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberi semangat dan
dukungan disertai segala pengorbanan yang tulus dan ikhlas.
x
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Erman, Hijrah, Mita,
Manda, Haspia, Haryati, Pita, dan rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia angkatan 2016 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang
telah memberikan dorongan dalam perkuliahan dan penyusunan Skripsi ini, serta
sahabat yang senantiasa mendoakan penulis untuk meraih kesuksesan.
Akhirnya, harapan dan doa penulis semoga Skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan semoga segala bantuan yang telah
diberikan oleh berbagai pihak dapat bernilai ibadah di sisi Allah SWT.
Makassar, November 2020
Farida Rahmasari
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN .................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ....................................................................................... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 10
A. Penelitian Relevan ........................................................................ 10
B. Landasan Teori ............................................................................. 11
1. Membaca .......................................................................... 11
2. Teks .................................................................................. 18
xii
3. Teks Berita ....................................................................... 22
4. Penilai Pengajaran Membaca Teks Berita ........................ 28
5. Pengajaran Konvensional ................................................. 32
6. Metode SQ3R (Survey, Question, Reading, Recite, And
Review) ............................................................................. 40
C. Kerangka Pikir.............................................................................. 47
D. Hipotesis ....................................................................................... 49
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 50
A. Rancangan Penelitian .................................................................... 50
B. Populasi dan Sampel ...................................................................... 52
C. Variabel Penelitian ........................................................................ 53
D. Definisi Operasional Variabel ....................................................... 54
E. Instrumen Penelitian ...................................................................... 55
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 55
G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 62
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 62
1. Analisis Deskriptif............................................................ 63
2. Analisis Inferensial .........................................................105
B. Pembahasan .................................................................................111
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................121
A. Simpulan ......................................................................................121
B. Saran ............................................................................................122
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................124
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
No. Tabel Nama Tabel Halaman
Tabel 2.1 Profil Penilaian Kegiatan Siswa dalam pengajaran Membaca Teks
berita Siswa ........................................................................................... 29
Tabel 3.1 Desain penelitian .................................................................................... 51
Tabel 3.2 Sebaran siswa tiap-tiap kelas ................................................................ 52
Tabel 3.3 Penentuan Kriteria dengan Penghitungan Persentase untuk Skala
Empat .................................................................................................... 59
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Pretes Membaca Teks
Berita Kelas Kontrol pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2
Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang ............................. 65
Tabel 4.2 Karakteristik Rangkuman Distribusi Nilai Kemampuan Membaca
Teks Berita pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Anggeraja
Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang pada Pretes Kelas Kontrol ... 67
Tabel 4.3 Klasifikasi Nilai Pretes Membaca Teks Berita pada Siswa Kelas VIII
A SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang
pada Kelas Kontrol ............................................................................... 68
Tabel 4.4 Klasifikasi Tingkat Kemampuan Membaca Teks Berita pada Siswa
Kelas VIII A SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten
Enrekang pada Pretes Kelas Kontrol ................................................... 69
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Sikap Pengajaran
Membaca Teks Berita Kelas Kontrol pada Siswa Kelas VIII A SMP
Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang ............. 72
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Pengetahuan Membaca
Teks Berita Kelas Kontrol pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2
Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang ............................. 76
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Postes Membaca Teks
Berita Kelas Kontrol pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2
Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang ............................. 78
Tabel 4.8 Karakteristik Rangkuman Distribusi Nilai Kemampuan Membaca
Teks Berita pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Anggeraja pada
Postes Kelas Kontrol Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang .............. 81
xiv
Tabel 4.9 Klasifikasi Nilai Postes Membaca Teks Berita Siswa VIII A SMP
Negeri 2 Anggeraja pada Kelas Kontrol Kecamatan Malua
Kabupaten Enrekang ............................................................................... 83
Tabel 4.10 Klasifikasi Tingkat Kemampuan Membaca Teks Berita pada Siswa
Kelas VIII A SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten
Enrekang pada Postes Kelas Kontrol ...................................................... 84
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Pretes Membaca Teks
Berita Kelas Eksperimen Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2
Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang .............................. 86
Tabel 4.12 Karakteristik Rangkuman Distribusi Nilai Kemampuan Membaca
Teks Berita pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Anggeraja
Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang pada Pretes Kelas
Eksperimen ............................................................................................. 88
Tabel 4.13 Klasifikasi Nilai Pretes Membaca Teks Berita pada Siswa Kelas
VIII B SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten
Enrekang pada Kelas Eksperimen ......................................................... 89
Tabel 4.14 Klasifikasi Tingkat Kemampuan Membaca Teks Berita pada Siswa
Kelas VIII B SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten
Enrekang pada Pretes Kelas Eksperimen ................................................ 90
Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Sikap Pengajaran
Membaca Teks Berita Kelas Eksperimen Siswa Kelas VIII B SMP
Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang ................ 92
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Pengetahuan Teks Berita
Kelas Eksperimen Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Anggeraja
Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang ................................................. 96
Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Postes Membaca Teks
Berita Kelas Eksperimen Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2
Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang ........................ 98
Tabel 4.18 Karakteristik Rangkuman Distribusi Nilai Kemampuan Membaca
Teks Berita Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Anggeraja
Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang pada Postes Kelas
Eksperimen ............................................................................................. 101
Tabel 4.19 Klasifikasi Nilai Postes Membaca Teks Berita Siswa Kelas VIII B
SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang
pada Kelas Eksperimen ........................................................................... 103
Tabel 4.20 Klasifikasi Tingkat Kemampuan Membaca Teks Berita Siswa Kelas
VIII B SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten
Enrekang pada Postes Kelas Eksperimen ............................................... 104
xv
Tabel 4.21 Uji Normalitas Kelas Kontrol ................................................................. 106
Tabel 4.22 Uji Normalitas Kelas Eksperimen .......................................................... 107
Tabel 4.23 Hasil Uji Homogenitas (Test of Homogeneity of Variances) ................. 108
Tabel 4.24 Hasil Uji t ................................................................................................ 110
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Nama Lampiran Halaman
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen .........127
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ................141
3. Nilai Pretes dan Postes Siswa ............................................................154
4. Hasil Analisis SPSS ...........................................................................158
5. Teks Berita ..........................................................................................161
6. Dokumentasi (Foto) ...........................................................................164
7. Surat ...................................................................................................166
8. Riwayat Hidup ....................................................................................171
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah merupakan
suatu alat untuk lebih menghargai negeri sendiri dan melestarikan budaya.
Hal ini sejalan dengan fungsi bahasa dan sastra itu sendiri. Fungsi utama
bahasa adalah sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan.
Agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan lancar, maka diperlukan
keterampilan berbahasa yang memadai.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan
dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Keempat keterampilan tersebut
adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Keterampilan menyimak dan keterampilan membaca merupakan aspek
keterampilan yang bersifat reseptif atau menerima, sedangkan
keterampilan berbicara dan menulis adalah aspek keterampilan bahasa
yang bersifat produktif atau menghasilkan. Selain keterampilan
menyimak, berbicara, dan menulis salah satuh keterampilan berbahasa
yang sangat penting untuk dipelajari dan dikuasai oleh pemakai bahasa
adalah keterampilan membaca.
Keterampilan membaca merupakan salah satu cara untuk
mendapatkan informasi selain dengan mendengarkan dan melihat.
Informasi yang didapat ialah informasi tertulis. Membaca tentu saja
merupakan proses yang pasti dilalui selama menempuh pendidikan, baik
2
formal atau informal. Membaca dapat membuat pola pikir terbuka akan
hal baru dan menambah pengetahuan seiring dengan perkembangan zaman
di masa sekarang ini. Membaca memiliki banyak manfaat bagi kehidupan
manusia karena dengan membaca dapat menambah wawasan dan
pengetahuan seseorang. Namun, dilihat diera sekarang ini kesadaran siswa
akan pentignya membaca sangatlah rendah. Minat membaca yang dimiliki
para siswa masih kurang dan lebih cenderung memilih hal-hal yang lebih
menarik seperti bermain game online daripada membaca.
Apabila para siswa tidak suka membaca maka pengetahuan juga
akan sempit dan tidak akan pernah bisa berkembang, yang siswa ketahui
hanya terbatas (sedikit). Hal inilah yang menyebabkan prestasi dan
pengetahuan siswa menjadi kurang baik. Dengan demikian, perlu adanya
pengembangan kemampuan membaca pada siswa perlu dikembangkan.
Sehingga, pada tahun 2013 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
melakukan pengembangan kurikulum dari KTSP menjadi kurikulum 2013.
Dalam kurikulum 2013, pembelajaran bahasa Indonesia
diorientasikan pada pembelajaran berbasis teks. Sesuai yang tercantum
dalam silabus kurikulum 2013 pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII, KD
3.1 dan 4.1. KD 3.1 mengidentifikasi informasi dalam teks berita tentang
objek (sekolah, tempat wisata, tempat bersejarah dan atau suasana pentas
seni daerah) yang didengar dan dibaca. KD 4.1 menyimpulkan isi dari
berita (mengembangkan dan memotivasi) yang dibaca dan didengar. Teks
3
berita adalah salah satu bagian pembelajaran Bahasa Indonesia yang wajib
diajarkan pada siswa kelas VIII.
Berdasarkan kurikulum 2013, sekurang-kurangnya ada delapan hal
yang menjadi ciri pembelajaran bahasa Indonesia. Pertama, materi
pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Kedua, materi pembelajaran
bahasa Indonesia berbasis literasi. Ketiga, materi pembelajaran bahasa
Indonesia juga menggunakan pendeatan komunikatif. Keempat, materi
pembelajaran bahasa Indonesia juga menggunakan pendekatan
pembelajaran keterpaduan isi dan bahasa (content language integrated
learning). Kelima, tujuan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis
kompetensi yang ditunjukkan adanya kompetensi inti dan kompetensi
dasar yang kemudian diturunkan menjadi indikator. Keenam,
pembelajaran bahasa Indonesia juga berbasis karakter. Ketujuh,
pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah
pendekatan saintifik. Kedelapan, asesmen yang digunakan adalah asesmen
autentik (Disarikan dari hasil Harsiati 2016a: 1-31 dan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan 2016a).
Salah satu ciri kurikulum 2013 di atas menggunakan pendekatan
saitifik meliputi 5M (mengamati, menanya, menalar, mencoba dan
membentuk jaringan). Pembelajaran yang melibatkan pendekatan saintifik
akan menghasilkan kegiatan proses. Dalam hal ini kegiatan membaca teks
berita. Kenyataan di kelas membuktikan bahwa keterampilan membacakan
teks berita siswa masih rendah. Penyebab rendahnya keterampilan
4
membacakan teks berita siswa yaitu sebagian besar peserta didik belum
mempunyai minat yang tinggi terhadap kompetensi membaca. Namun,
jika siswa menyukai membaca akan banyak manfaat yang diperoleh yaitu
meningkatkan kemampuan memahami kata dan kalimat, membuat
seseorang mengenal budaya dan tempat lain, meningkatkan konsentrasi
pikiran, memperoleh informasi dan yang lebih penting pengetahuan
seseorang bertambah. Namun, rendahnya kesadaran membaca siswa
membuat ilmu pengetahuan yang dimiliki siswa juga sangat rendah.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di SMP Negeri 2
Anggeraja, Kecamatan Malua, Kabupaten Enrekang, pembelajaran
membaca teks berita lebih menekankan pada pembelajaran dengan
menggunakan metode ceramah. Pembelajaran tersebut memiliki pengaruh
pada ketercapaian hasil belajara siswa yang kurang maksimal. Nilai rata-
rata siswa masih berada di bawah KKM (75).
Sehingga dari segi proses, pembelajaran pada observasi awal masih
dilakukan dengan metode ceramah. Hal ini bisa dilihat dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia yang cenderung masih menggunakan cara
yang konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat ke guru dan
cenderung berorientasi kepada materi yang tercantum dalam kurikulum
dan buku teks, serta jarang mengaitkan yang dibahas dengan masalah-
masalah nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan
memberikan dampak yang tidak baik bagi siswa karena siswa belajar
Bahasa Indonesia hanya untuk ulangan dan ujian, sehingga pembelajaran
5
bahasa Indonesia dirasa tidak bermanfaat, tidak menarik dan
membosankan bagi siswa dan pada akhirnya bermuara pada pelajaran
Bahasa indonesiaa tidak penting.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka metode SQ3R (survey,
question, reading, recite, and review) sangat tepat digunakan sebagai
solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di sekolah, utamanya
pembelajaran membaca teks berita. Metode SQ3R (survey, question,
reading, recite, and review) adalah cara termudah untuk menumbuhkan
minat siswa, karena langkah strateginya dapat mendorong siswa untuk
meninjau, bertanya, membaca, menyatakan kembali, dan meninjau
kembali. Metode ini berfokus pada suatu bahasa atau pokok materi,
sehingga siswa dituntut untuk lebih aktif, fokus, dan kreatif pada teks
berita yang akan dibaca.
Metode SQ3R adalah metode proses membaca yang terdiri dari
lima langkah, yaitu Survey, Question, Reading, Recite, and Review.
Pembaca melakukan survei terhadap bacaan yang akan dibaca dengan
tujuan untuk mendapatkan gagasan umum tentang teks bacaan, kemudian
dilanjutkan dengan membuat pertanyaan berdasarkan bacaan, pembaca
kemudian berusaha menjawab pertanyaan yang telah dibuat sendiri dengan
membaca keseluruhan isi bacaan, setelah kegiatan membaca, pembaca
kemudian menjawab pertanyaan yang telah dibuat dan mencatat pokok-
pokok penting dari bacaan serta dapat pula membuat ringkasan atau dapat
6
menceritakan kembali apa yang telah dibaca dengan kalimat sendiri,
selanjutnya adalah tahap meninjau ulang bacaan yang telah dibaca.
Kelebihan metode SQ3R (survey, question, reading, recite, and
review) Siswa diarahkan untuk terbiasa berpikir terhadap bahan bacaan
sehingga siswa menjadi lebih aktif dan terlatih untuk bisa membuat
pertanyaan, siswa berusahan untuk memikirkan jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang mendalami isi bacaan atau teks tersebut, siswa dapat
bekerjasama dalam kelompok untuk saling bertukar pendapat dalam
memahami konsep materi yang disajikan dalam teks uraian.
Alasan peneliti ingin menerapkan metode SQ3R (survey, question,
reading, recite, and review) karena peneliti ingin mengujicobakan metode
SQ3R (survey, question, reading, recite, and review) efektif atau tidak
efektif digunakan dalam pembelajaran membaca teks berita pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten
Enrekang. Alasan lainnya mengapa penulis mengangkat judul tersebut
adalah (1) data dan informasi mengenai keefektifan penggunaan metode
SQ3R (survey, question, reading, recite, and review) dalam pembelajaran
membaca teks berita belum pernah diteliti di SMP Negeri 2 Anggeraja
Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang, (2) metode SQ3R (survey,
question, reading, recite, and review) sangat tepat digunakan dalam
membaca teks berita berdasarkan tuntunan kurikilum 2013 dan minat
siswa, dan (3) sebagai alat perbandingan hasil penelitian yang relevan.
7
Mengacuh pada uraian di atas, peneliti merasa perlu melakukan
penelitian yang searah dengan uraian tersebut. Oleh sebab itu, peneliti
berinisiatif melaksanakan penelitian dengan judul “Keefektifan Metode
SQ3R (Survey, Question, Reading, Recite and Review) Pada Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 2 Anggeraja Kecaamatan Malua Kabupaten Enrekang”.
Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi segala kendala dalam pembelajaran
membaca teks berita karena minat membaca dari hari ke hari semakin
berkurang sehingga dampak yang ditimbulkan adalah kurangnya ilmu
pengetahuan yang dimiliki siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan masalah
dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimanakah kemampuan membaca teks berita menggunakan
metode konvensional (ceramah dan penugasan) pada siswa kelas VIII
SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang?
2. Bagaimanakah kemampuan membaca teks berita menggunakan
metode SQ3R (survey, question, reading, recite, and review) pada
siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua
Kabupaten Enrekang?
3. Bagaimanakah efektifitas metode SQ3R (survey, question, reading,
recite, and review) dalam pembelajaran membaa teks berita pada
siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua
Kabupaten Enrekang?
8
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Mendeskripsikan kemampuan membaca teks berita menggunakan
metode konvensional (ceramah dan penugasan) pada siswa kelas VIII
SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang.
2. Mendeskripsikan kemampuan membaca teks berita menggunakan
metode SQ3R (survey, question, reading, recite, and review) pada
siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua
Kabupaten Enrekang.
3. Mendeskripsikan efektifitas metode SQ3R (survey, question, reading,
recite, and review) dalam pembelajaran membaca teks berita pada
siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua
Kabupaten Enrekang.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang
diharapkan dalam penelitian ini adalah manfaat teoretis dan praktis.
1. Manfaat Teoretis
Manfaat penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat menambah
wawasan dan memberi sumbangan pengetahuan dalam penelitian bidang
pendidikan sehingga mampu memperbaiki dan melengkapi pelaksanaan
keterampilan pembelajaran.
9
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, hasil penelitian dapat menjadikan siswa lebih
bersemangat dan dapat memotivasi siswa untuk semakin tertarik
terhadap pembelajaran bahasa Indonesia.
b. Bagi guru, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan untuk
melakukan proses belajar mengajar lebih maksimal.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan
sumbangan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sehingga proses
belajar mengajar menjadi lebih baik.
d. Bagi peneliti lain, hasil penelitian dapat dijadikan acuhan dan
referensi untuk mengembangkan lebih lanjut mengenai metode
pembelajaran yang kreatif yaitu metode SQ3R (survey, question,
reading, recite, and review)
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan berbagai kajiannya akan menjadi
masukan untuk melengkapi penelitian ini. Adapun penelitian relevan yang
menjadi acuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Skripsi dengan judul “Meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa
Kelas Xi Ipa-6 Melalui Metode SQ3R SMA Negeri 1 Bontonompo,
Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa”. Penulis Zainal Abidin.
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan
Sastra, Universitas Negeri Makassar Tahun 2017 (Jenis Penelitian
Tindakan Kelas). Sama-sama menggunakan metode SQ3R, penelitian
ini memiliki perbedaan. Pada penelitian Zainal Abidin tentang
meningkatkan keterampilan membaca sedangkan penelitian ini tentang
pembelajaran membaca teks berita. Selain itu, penelitian Zainal Abidin
menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) sedangkan
penelitian menggunakan jenis penelitian quasi eksperimen (eksperimen
semu).
2. Skripsi dengan judul “Keefektifan Pemodelan dalam Pembelajaran
Membaca Teks Berita Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Galesong
Selatan Kabupaten Takalar”. Penulis Nur Afrianti. Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas
Negeri Makassar Tahun 2017 (jenis penelitian eksperimen). Jenis
11
penelitian yang digunakan sama penelitian eksprimen dan berkaitan
dengan membaca teks berita, akan tetapi model dan metode yang
berbeda dengan penelitian. Nur Afianti menggunakan Pemodelan
sedangkan peniliti menggunakan metode SQ3R.
3. Jurnal dengan judul “Keefektifan Pembelajaran Mengidentifikasi
Informasi Teks Eksplanasi Menggunakan Metode SQ3R pada Siswa
Kelas VIII ”. Penulis Anita Rachmawati. Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Semarang Indonesia Tahun 2018 (jenis penelitian eksperimen). Sama-
sama menggunakan metode SQ3R dengan jenis penelitian yang sama,
penelitian ini memiliki perbedaan. Pada penelitian Anita Rachmawati
tentang Pembelajaran Mengidentifikasi Informasi Teks Eksplanasi
sedangkan penelitian ini tentang pembelajaran membaca teks berita.
B. Landasan Teori
1. Membaca
a. Pengertian Membaca
Membaca merupakan jendela dunia, slogan tersebut memang benar
adanya, dengan banyak membaca seseorang akan lebih banyak memiliki
informasi daripada yang jarang membaca. Banyak sedikitnya informasi
yang dimiliki seseorang melalui kegiatan membaca tidak terlepas dari
keterampilan menangkap atau memahami bacaan. Hal tersebut berlaku
untuk semua orang termasuk siswa. Menurut Tarigan (2008:7) membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
12
untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
kata-kata atau bahasa tulis. Membaca adalah sebuah proses yang
berkembang.
Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting untuk
mendapatakan berbagai informasi. Menurut Dalman (2013:5) membaca
merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk
menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Menurut
Dalman menunjukan bahwa membaca merupakan kegiatan yang
melibatkan proses berpikir untuk memahami teks yang dibaca dari suatu
tulisan guna mendapatkan suatu informasi. Membaca sangatlah
berpengaruh dalam hal berpikir, karena dengan membaca pola berpikir
akan terbuka dan mencerna informasi yang diperoleh dari sebuah tulisan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
membaca adalah kegiatan yang melibatkan berbagai macam kemampuan
baik visual maupun kognitif untuk memperoleh informasi dari bahasa
tertulis. Membaca bukan semata-mata menyuarkan bahasa tulis mengikuti
huruf, kata, dan kalimat. Namun, berusaha memahami tulisan tersebut
untuk mencari informasi, pesan atau pun makna dari suatu bacaan.
Membaca merupakan suatu keterampilan untuk mengamati, memahami,
menghubungkan, dan memikirkan isi suatu bacaan untuk mendapatkan
informasi serta makna yang terkandung didalam bacaan.
13
b. Tujuan Membaca
Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang
membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan
dengan orang yang tidak memiliki tujuan. Karena membaca merupakan
aktifitas aktif, memberi tanggapan terhadap arti apa yang dibaca, maka
tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi,
mencakup isi, memahami makna membaca.
Maka erat sekali dengan tujuan dalam membaca menurut Paul S.
Anderson dalam Tarigan (1990: 9-10) berikut ini:
1) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan
yang telah dilakukan sang tokoh, apa yang telah terjadi pada tokoh
khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang disebut oleh
sang tokoh. Membaca semacam ini disebut membaca untuk
memperoleh perincia-perincian atau fakta-fakta (reading for details or
facts).
2) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang
baik dan manarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang
dipelajari atau dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang
dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca untuk
memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
3) Membaca untuk menemukan, mengetahui apa yang terjadi pada setiap
bagian cerita, apa yang terjadi pada mula-mula pertama, kedua, ketiga,
dan seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah,
14
adegan-adegan dan kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca
untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for
sequence or organization).
4) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh
merasakan seperti mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh
sang pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah,
kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau
gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi
(reading for reference).
5) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak
biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam
cerita, atau apakah cerita itu benar-benar atau tidak benar. Ini disebut
membaca untuk mengelompokkan membaca untuk
mengklasifikasikan (reading for classify).
6) Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil hidup
dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang
dibuat olah sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja
dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai membaca mengevaluasi
(reading for evaluate).
7) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah
bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal
bagaimana dua cerita mempunyai perasaan, bagaimana sang tokoh
15
menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk membandingkan
atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).
Tujuan membaca dilengkapi oleh empat tujuan berbahasa secara
umum yaitu sebagai berikut:
1) Penalaran, menyangkut kesanggupan berpikir dan pengungkapan nilai
serta sikap sosial budaya, pendeknya identitas dan kepribadian
seseorang.
2) Instrumental, menyangkut penggunaan bahasa yang dipelajari itu untuk
tujuan-tujuan material dan konkret, umpamanya supaya tahu memakai
alat-alat, memperbaiki kerusakan mesin, mempelajari satu lisan,
melakukan korespondensi komersial, dan sebagainya.
3) Integrative, menyangkut keinginan seseorang menjadi anggota suatu
masyarakat yang menggunakan bahasa (atau dialek) itu sebagai bahasa
pergaulan sehari-hari dengan cara menguasai bahasa itu seperti penutur
asli, atau paling sedikit membuat orangnya tidak akan dianggap “asing”
lagi oleh penutur-penutur bahasa atau dialek tersebut. Keempat tujuan
kebudayaan terdapat pada orang secara ilmiah ingin mengetahui atau
memperdalam pengetahuannya tentang suatu kebudayaan atau
masyarakat. Ini didasarkan atas asumsi bahwa bahasa adalah suatu
inventaris dari unsur-unsur suatu kebudayaan atau masyarakat biasa.
Menurut Paul S. Anderson dalam Widyamartaya (1992:90)
mengemukakan tujuan-tujuan membaca sebagai berikut: (1) membaca
untuk memperoleh fakta atau perincian-perincian, yaitu membaca untuk
16
mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh, apa
yang telah diperbuat oleh tokoh, apa yang terjadi pada tokoh, (2) membaca
untuk memperoleh ide-ide utama, yaitu membaca untuk mengetahui
masalah, apa yang dialami tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan
tokoh untuk mencapai tujuannya, (3) membaca untuk mengetahui urutan
atau organisasi cerita, yaitu membaca untuk mengetahui setiap bagian
cerita, (4) membaca untuk menyimpulkan, yaitu membaca untuk
mengetahui mengapa tokoh berbuat demikian, apa yang dimaksud
pengarang dengan cerita atau bacaan itu, mengapa terjadi perubahan pada
tokoh, (5) membaca untuk mengelompokkan, yaitu membaca untuk
menemukan dan mengetahui hal-hal yang tidak bisa, apa yang lucu dalam
cerita atau bacaan, apakah cerita itu benar atau tidak, (6) membaca untuk
menilai, yaitu membaca untuk mengetahui apakah tokoh berhasil, apa baik
kita berbuat seperti tokoh, (7) membaca untuk membandigkan atau
mempertimbangkan, yaitu membaca untuk mengetahui bagaimana caranya
tokoh berubah, bagaimana hidupnya yang kita kenal, bagaimana dua buah
cerita mempunyai kesamaan, dsb.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penelitian menyimpulkan
bahwa tujuan membaca adalah untuk lebih memahami dan memperoleh
makna ataupun informasi dari bacaan yang telah dibaca.
c. Jenis-jenis Membaca
1) Membaca Cepat
17
Teknik membaca cepat dapat digunakan sebagai salah satu cara
belajar efektif. Membaca cepat merupakan teknik membaca dengan
memindahkan pandangan mata secara cepat, kata demi kata, frase demi
frase, atau baris demi baris. Teknik membaca cepat bertjuan agar pembaca
dapat memahami bacaan dengan cepat.
2) Membaca Sekilas
Membaca sekilas (skimming) biasa dilakukan ketika membaca
Koran atau bacaan-bacaan ringan lainnya. Teknik membaca ini dilakukan
dengan tujuan agar dapat menemukan informasi yang diperlukan.
Membaca sekilas adalah teknik membaca yang dilakukan sekilas pada
bagian-bagian teks, terutama judul, daftar isi, kata pengantar, indeks atau
hal umum lainnya.
3) Membaca Memindai
Membaca memindai disebut juga membaca scaning, yaitu teknik
membaca yang digunakan untuk mendapatkan informasi tanpa membaca
yang lain. Melainkan langsung pada masalah yang diperlukan. Teknik
membaca memindai, biasanya dilakukan ketika mencari arti kata atau
istilah di kamus, dan mencari informasi di ensiklopedia.
4) Membaca Intensif
Membaca intensif adalah teknik membaca yang dapat diterapkan
dalam upaya mencari informasi yang bersifat detail. Membaca intensif
juga dapat diterapkan juga untuk mencari informasi sebagai bahan diskusi.
Membaca intensif, disebut juga membaca secara cermat. Membaca dengan
18
cermat akan memperoleh sebuah pokok persoalan atau perihal menarik
dari suatu teks bacaan untuk dijadikan bahan diskusi.
5) Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan
dengan cara tidak begitu detail. Kegiatan membaca ekstensif ditunjukan
untuk mendapatkan informasi yang bersifat pokok-pokok penting dan
bukan hal yang sifatnya terperinci. Membaca ekstensif dapat digunakan
ketika membaca beberapa teks yang memiliki masalah utama yang sama.
2. Teks
a. Pengertian Teks
Pembelajaran bahasa Indonesia yang berbasis teks, diajarkan bukan
sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melaikan sebagai teks yang
berfungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunaannya pada
konteks sosial-budaya akademis. Teks dipandang sebagai satuan bahasa
yang bermakna secara kontekstual.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teks adalah
naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang, kutipan dari kitab suci
untuk pangkal atau alasan, bahan tertulis untuk dasar memberikan
pelajaran, berpidato, dan sebagainya. Sedangkan menurut Guy Cook
dalam Eriyanto (2001: 66) menyatakan bahwa teks adalah semua bentuk
bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga
semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek, suara, citra
dan sebagainya.
19
Haliday dan Ruqaiyah (dalam Mahsun, 2014: 1) menyebutkan
bahwa teks merupakan menuju pemahaman tentang bahasa. Itu sebabnya,
teks menurutnya merupakan bahasa dalam konteks situasi. Mahsan (2014:
1-2) mendefenisikan teks: satuan bahasa yang dipergunakan sebagai
ungkapan suatu kegiatan sosial baik secara lisan maupun tulisan dengan
struktur berpikir yang lengkap.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka
disimpulkan bahwa teks adalah semua bentuk bahasa yang dituturkan atau
dituliskan, atau juga bentuk-bentuk sarana lain yang digunakan untuk
menyatakan apa saja yang dipikirkan.
b. Jenis-jenis Teks
Dalam kehidupan ini terdapat aneka ragam teks yang digunakan
sebagai sarana komunikasi. Dari aneka ragam teks-teks itu, ada sejumlah
jenis teks yang telah ditentukan dalam kurikilum 2013 untuk dipelajari
peserta didik dalam setiap satuan pendidikan. Karena memiliki perbedaan
ciri umum, ada baiknya dibedakan antara teks sastra dan nonsastra.
Penelitian ini difokuskan pada teks nonsastra.
Adapun jenis-jenis teks nonsastra antara lain:
1) Teks Prosedur adalah suatu teks yang berisi cara, tujuan untuk membuat
atau melakukan sesuatu hal dengan langkah demi langkah yang tepat
secara berurutan sehingga menghasilkan suatu tujuan yang diinginkan.
2) Teks Deskripsi adalah teks yang mendeskripsikan atau menggambarkan
sejelas-jelasnya suatu objek, gagasan, tempat atau peristiwa sehingga
20
pembaca seolah-olah melihat, mendengar, merasakan, atau mengalami
objek dan peristiwa yang dideskripsikan.
3) Teks Iklan adalah teks yang dapat membujuk khalayak secara halus
dengan memadukan unsur gambar dengan kata-kata, unsur gerak dan
suara. Iklan dapat kita lihat di media cetak ataupun media elektronik.
4) Teks Narasi adalah teks yang berisi tentang cerita suatu peristiwa atau
kejadian sesuai dengan urutan waktunya.
5) Teks Argumentasi adalah teks yang menjelaskan berupa pendapat
berdasarkan bukti, alasan, serta contoh dari fakta yang terjadi untuk
mempengaruhi, menyakinkan, percaya, dan sependapat dengan
pemikiran penulis.
6) Teks Observasi adalah teks yang memberikan informasi dan
pengetahuan sesuai dengan pengamatan terhadap suatu objek.
7) Teks Eksposisi adalah teks yang menyampaikan sejumlah argumentasi
atapun pendapat untuk menyakinkan orang lain, yang kadang-kadang
disertai dengan bujukan (persuasi).
8) Teks Eksplanasi adalah teks yang menjelaskan proses terjadinya suatu
fenomena atau kejadian/peristiwa.
9) Teks Persuasi adalah bacaan atau teks yang isinya berupa ajakan atau
bujukan kepada pembacanya agar melakukan atau mengikuti isi dalam
teks persuasi yang telah dibuat.
21
10) Teks Berita adalah teks yang berisi tentang segala peristiwa yang
terjadi di dunia yang disebarkan melalui berbagai media seperti radio,
televisi, internet, situs web, maupum media yang lainnya.
11) Teks Editorial adalah teks yang berisi pendapat pribadi seseorang
terhadap suatu isu/masalah aktual.
12) Teks Ulasan adalah teks yang mengulas kelebihan dan kelemahan
suatu karya; resensi.
13) Teks Rekaman Percobaan adalah teks yang menceritakan mengenai
percobaan yang dilakukan oleh penulis.
14) Teks Tanggapan Kritis adalah teks yang berisi kritik tajam terhadap
suatu hal yang mengenai kesalahan.
15) Teks Diskusi adalah teks yang memberikan dua pendapat berbeda
mengenai suatu hal (pro dan kontra) yang mengakibatkan kedua belah
menjadi saling membicarakan masalah yang menjadi persoalan.
16) Teks Tantanga adalah teks yang mengandung informasi bantahan
terhadap hal yang sedang kontraversial atau menjadi perdebatan di
masyarakat yang dilengkapi dengan data-data dan argumen yang bisa
memperkuat bantahan tersebut.
17) Teks suratadalah teks yang berisis suatu sarana komunikasi untuk
menyampaikan informasi dalam bentuk tulisan pada kertas oleh satu
pihak kepada pihak lainnya, baik perorangan maupun organisasi.
22
18) Teks Pidato adalah sebuah teks yang berisi gagasan, pendapat, dan
pengetahuan terhadap suatu hal yang nantinya akan disampaikan di
depan umum.
19) Teks Eksemplum adalah teks yang menceritakan perilaku tokoh dalam
ceritanya.
20) Teks Cerita Inspirasi adalah teks berbentuk narasi yang bertujuan
memberi inspirasi kebaikan kepada banyak orang.
3. Teks Berita
a. Pengertian Teks Berita
Banyak kejadian atau peristiwa yang terjadi setiap hari. Peristiwa-
peristiwa tersebut kemudian diangkat menjadi berita, melalui berita setiap
orang dapat mengikuti perkembangan yang sedang terjadi. Menurut
Sumadiria (2008:65) menyebutkan bahwa berita merupakan laporan
tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik atau penting
bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar,
radio, televisi, atau media online internet.
Sedangkan Ishwara (2011:76) berpendapat bahwa berita adalah
peristiwa yang segar, yang baru terjadi, plus dan minus. Dari peristiwa itu,
berita memang sedikit ke masa lampau dan masa masyarakat sadar akan
sifat sementara dari suatu keadaan. Keadaan selalu berubah dan konsumen
berita ingin informasi yang paling kini. Menurut Assegaff dalam
Sumadiria (2008:64-65) menyatakan bahwa berita adalah laporan tentang
fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian
23
untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena dia
luar biasa, entah karena penting atau akibatnya, entah pula karena dia
mencakupi segi-segi human interest seperti humor, emosi, dan
ketergantungan.
Menurut Doug Newsom dan James A. Wollert dalam Sumadiria
(2008:64) mengemukakan dalam definisi sederhana, bahwa berita adalah
apa saja yang ingin dan perlu diketahui orang atau lebih luas lagi oleh
masyarakat. Dengan melaporkan berita, media massa memberikan
informasi kepada masyarakat apa yang mereka butuhkan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa berita
adalah laporan atau pemberitahuan mengenai peristiwa atau fenomena
yang faktual, mempunyai nilai penting, menarik perhatian bermanfaat bagi
pembaca atau pendengar, sehingga patut untuk diinformasikan kepada
orang banyak.
b. Jenis-jenis Teks Berita
Chaer (2010: 16-17) membagi berita menjadi tiga macam yaitu:
1) Berita Langsung (Straight News)
Berita langsung adalah berita yang disusun untuk menyampaikan
kejadian-kejadian atau peristiwa yang secepatnya harus diketahui oleh
pembaca atau anggota masyarakat. Prinsip dituliskan pada bagian
pembukaan atau teras berita. Lalu, bagian-bagian yang kurang penting
diuraikan di bawahnya. Unsur penting pada sebuah berita langsung adalah
unsur keaktualan. Artinya, berita itu masih hangat karena baru terjadi.
24
2) Berita Ringan (Soft News)
Berita ringan adalah jenis berita yang tidak mensyaratkan adanya
unsur keaktual. Berita ini lebih mementingkan unsur manusiawi dari
sebuah kejadian. Jadi, jika suatu kejadian sudah dituliskan sebagai berita
langsung, maka masih dapat dituliskan kembali sebagai berita ringan
asalkan tetap memasukan unsur manusiawi itu didalamnya. Hal utama
yang ditonjolkan bukan unsur penting dari kejadian itu, melainkan unsur
yang menarik yang menyentuh peasaan pembaca. Berita ringan dapat
bertahan lama sebab tidak terikat dengan keaktualan. Berita ini dapat
menimbulkan rasa haru gembira, sedih, dll.
3) Berita Kisah (Feature)
Berita kisah atau feature adalah tulisan yang dapat menyentuh
perasaan ataupun menambahkan pengetahuan. Berita kisah juga tidak
terikat aktualitas karena nilai utamanya juga pada unsur manusiawinya.
Berita ini dapat ditulis dari peristiwa-peristiwa masa lalu yang sudah lama
terjadi. Berita kisah dapat menyangkut manusia yang sudah meninggal
maupun yang masih hidup.
c. Bagian-bagian Teks Berita
Secara umum, berita mempunyai bagian-bagian dalam susunannya
yaitu:
1) Headine
Biasa disebut judul. Sering juga dilengkapi dengan anak judul. Ia
berguna untuk: (1) menolong pembaca agar segera mengetahui peristiwa
25
yang akan diberitakan; (2) menonjokan satu berita dengan dukungan
teknik grafika.
2) Deadine
Ada yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan
tanggal kejadian. Tujuannya adalah untuk menunjukkan tempat kejadian
dan inisial media.
3) Lead
Lazim disebut teras berita. Biasanya ditulis pada paragraf pertama
sebuah berita, yang menentukan apakah isi berita akan dibaca atau tidak.
Ia merupakan sari pati pada sebuah berita, yang melukiskan seluruh berita
secara singkat.
4) Body
Disebut juga tubuh berita. Isinya menceritakan peristiwa yang
dilaporkan dengan bahasa yang singkat, padat, dan jelas. Dengan demikian
body merupakan pengembangan berita.
d. Teknik Membaca Teks Berita
Membacakan berita berarti menyampaikan berita untuk orang lain.
Seorang pembaca berita harus memperhatikan intonasi, artikulasi (lafal),
dan volume suara. Ketepatan lafal, intonasi, dan kejelasan ucapan
merupakan keharusan bagi pembaca berita. Enak atau tidaknya seseorang
membaca berita tergantung pada hal-hal tersebut. Pembaca berita yang
baik adalah pembaca yang fasih, handal, dan cermat terhadap kata, frasa,
klausa atau kalimat yang dibaca. Seorang pembaca berita harus duduk
26
dengan tegap dan berpenampilan wajar, rapi, dan bersih saat membacakan
berita. Seorang pembaca berita juga harus mempunyai rasa percaya diri
agar tidak gugup saat membaca berita. Membaca berita berbeda dengan
membaca biasa atau karya sastra, karena membaca berita berhubungan
dengan orang lain.
Hal-hal yang diperhatikan saat membaca berita menurut Sadikin,
dkk. (2010: 136) adalah sebagai berikut:
1) Seorang pembaca berita harus memahami isi berita secara menyeluruh.
Oleh karena itu, sebelum membaca berita, ia harus membaca berita itu
terlebih dahulu dengan penuh konsentrasi dan berlatih
membacakannya.
2) Menggunakan intonasi atau memberi tekanan suara pada kata-kata
yang dianggap penting dengan tepat sehingga enak didengar. Intonasi
berarti ketetapan pengucapan bunyi bahasa. Dengan intonasi yang
tepat, dapat diucapkan sebuah kalimat yang sama dengan intonasi yang
berbeda. Contoh:
- Rahma salah paham kepda Farida
- Rahma salah paham kepada Farida?
- Rahma salah paham kepada Farida!
3) Melafalkan kata-kata dengan tepat dan jelas (menggunakan artikulasi
dengan jelas).
4) Mengatur volume suara agar jelas terdengar.
5) Memberikan jeda agar tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
27
6) Mengatur napas dengan seimbang.
7) Mengekspersikan setiap ucapan sengan tepat, seperti mimik wajah,
sikap/posisi badan, dan gerak agar tidak terkesan menonton dan
menimbulkan makna ganda bagi penyimak.
8) Pembaca berita juga harus memperhatikan faktor pendukung lainnya,
seperti penggunaan perangkat teknologi berupa computer yang berisi
gambar, foto, film teks, atau animasi di luar teks berita yang akan
dibacakan, pemilihan busana dan riasan (untuk pembaca berita yang
langsung berhadapan dengan pendengar), dll.
9) Pandangan kadang-kadang diarahkan kearah penyimak berita
(pemirsa)
10) Ekspresi wajah harus wajar. Tidak perlu menunjukkan rasa takut pada
saat membaca berita yang menyeramkan, dan tidak perlu tertawa
ketika membaca berita yang menggembirakan atau menggelikan.
e. Unsur-unsur Teks Berita
Menurut Ishwara (2011: 118) menyatakan bahwa di dalam berita
terdapat enam unsur berita yang disingkat menjadi 5W+1H (what, when,
where, who, why, dan how). Berikut adalah arti dari masing-masing istilah
tersebut.
1) Wha (apa), mendeskripsikan apa yang telah terjadi atau peristiwa apa
yang sedang terjadi.
2) Who (siapa), mendeskripsikan siapa pelaku kejadian itu atau orang-
orang yang terlibat di dalam peristiwa tersebut.
28
3) Where (di mana), mendeskripsikan di mana peristiwa atau kejadian itu
terjadi.
4) When (kapan), mendeskripsikan waktu terjadinya peristiwa atau
kejadian itu berlangsung.
5) Why (mengapa), memberikan alasan mengapa peristiwa itu terjadi.
6) How (bagaimana), mendeskripsikan bagaimana kejadiana atau
peristiwa itu berlangsung
Itulah unsur-unsur teks berita yang harus ada dalam sebuah tulisan,
sehingga tulisan itu layak disebut berita. Ada juga yang menetapkan enam
unsur berita. Jadi makin banyak sebuah peristiwa memiliki unsur nilai
berita, makin besar kemungkinan beritanya disiarkan oleh penerbitan pres,
kelengkapan unsur-unsur tersebut juga akan memudahkan pembaca dalam
menangkap informasi.
4. Penilaian Pengajaran Membaca Teks Berita
Dalam kurikulum 2013, penilaian pengajaran bahasa telah
ditetapkan ke dalam bentuk profil penilaian khususnya keterampilan
membaca teks berita pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja
Kecamatan Malua, Kabupaten Enrekang. Bentuk profil penilaian tersebut
diadobsi dari Nurgiyantoro (2012:441) dengan berbagai perubahan, yaitu
sebagai berikut ini.
Tabel 2.1 Profil Penilaian Kegiatan Siswa dalam Pengajaran
Membaca Teks Berita
Nama : ........................ Tanggal :............................
judul :.........................
29
Skor Kategori Kriteria Komentar
P
E
L
A
F
A
L
A
N
27-30
Sangat baik
Pelafalan fonem jelas, tidak ada
pengaruh pelafalan dari bahasa
daerah dan lancar melafalkan
bahasa asing
22-26
Baik
Pelafalan fonem jelas, tidak
terpengaruh pelafalan dari
bahasa daerah dan cukup jelas
melafalkan bahasa asing
17-21
Sedang
Pelafalan fonem kurang jelas,
beberapa kali terpengaruh
pelafalan dari bahasa daerah dan
cukup jelas melafalkan bahasa
asing
13-16
Sangat
kurang
Pelafalan fonem kurang jelas,
terpengaruh pelafalan dari
bahasa daerah, dan kurang jelas
pelafalan bahasa asing
P
E
N
E
M
P
A
T
A
N
J
E
D
18-20
Sangat baik
Penempatan tekanana, jeda, serta
durasi sesuai dan tepat
14-17
Baik
Penempatan tekanana, jeda, serta
durasi baik sesuai dan tepat
10-13
Sedang
Penempatan tekanana, jeda, serta
durasi cukup sesuai meskipun
kurang tepat
7-9
Sangat
kurang
Penempatan tekanana, jeda, serta
durasi cukup sesuai meskipun
kurang tepat
30
A
I
N
T
O
N
A
S
I
18-20
Sangat baik
Penempatan nada suara
bervariasi atau menarik,
penempatan intonasinya tepat,
dan suara lantang terdengar oleh
audien
14-17
Baik
Penempatan nada suara
bervariasi atau menarik,
penempatan intonasi tepat, dan
suara cukup lantang terdengar
oleh audien
10-13
Sedang
Penempatan nada suara kurang
bervariasi atau cukup menarik,
penempatan intonasi kurang
tepat, dan suara kurang lantang
terdengar oleh audien
7-9
Sangat
kurang
Penempatan nada suara kurang
bervariasi atau kurang menarik,
penempatan intonasi tidak tepat,
dan suara kurang lantang
terdengar oleh audien
K
I
N
E
S
I
K
18-20
Sangat baik
Gerak-gerik fisik tepat, sikap
tubuh tenang dan stabil
14-17
Baik
Gerak-gerik fisik tepat, sikap
tubuh cukup tenang, dan stabil
10-13
Sedang
Gerak-gerik fisik tepat, sikap
tubuh cukup tenang, tetapi
kurang stabil
7-9
Sangat
kurang
Gerak-gerik fisik kurang tepat,
sikap tubuh kurang tenang, dan
kurang stabil
M
I
Mimik wajah menarik dan
31
M
I
K
W
A
J
A
H
9-10 Sangat baik tatapan mata tepat
7-8
Baik
Mimik wajah cukup menarik dan
tatapan mata tepat
4-6
Sedang
Mimik wajah kurang menarik
tetapi tatapan mata cukup tepat
1-3
Sangat
kurang
Mimik wajah kurang menarik
dan tatapan mata kurang tepat
KOMENTAR:……………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
………..……………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
…………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
………………
JUMLAH
PENILAI :
(Adopsi Nurgiyantoro, 2012:441 dengan berbagai perubahan)
5. Pengajaran Konvensional
32
a. Pengertian Pengajatan Konvensional
Salah satu model dalam pengajaran yang masih berlaku dan sangat
banyak digunakan oleh guru adalah pengajaran konvensional. Freire (1999)
memberikan istilah terhadap pengajaran konvensional sebagai suatu
penyelenggaraan pendidikan bergaya “bank”. Artinya, penyelenggaraan
pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi
yang harus ditelan oleh siswa dan wajib dingat serta dihafal.
Hal tersebut diperjelas oleh Djamarah (2006) bahwa pengajaran
konvensional adalah suatu metode pembelajaran tradisional atau disebut
juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah digunakan
sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses
belajar dan pembelajaran. Dalam pelaksanaan pengajaran konvensional,
siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru di depan kelas dan
melaksanakan tugas jika guru memberikan tugas latihan soal-soal kepada
siswa. Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Roestiyah (2008)
bahwa pengajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki
kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada
pengertian, menekankan kepada keterampilan, mengutamakan hasil daripada
proses, dan pengajaran berpusat pada guru.
Selanjutnya, menurut Sudjana (2009:13) pengajaran konvensional
merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan kepada sejumlah
pendengar. Kegiatan ini berpusat pada ceramah dan komunikasi terjadi
searah. Sebab metode yang digunakan akan memaksimalkan pembelajaran
33
asal sesuai dengan materi, alokasi waktu dan fasilitas di sekolah. Dalam
pengajaran konvensioanl, siswa dalam proses pengajaran dipandang sebagai
orang yang belum mengetahui apa-apa dan hanya menerima bahan-bahan
ilmu pengetahuan yang diberikan guru, sedangkan Burrowes (2003)
menyampaikan bahwa pengajaran konvensional menekankan pada resitasi
konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi
materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan
pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi
kehidupan nyata.
Tujuan pengajaran konvensional adalah terbatas pada pemikiran ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu orang yang menguasi banyak ilmu
pengetahuan dipandang pasif dan bijaksana. Berdasarkan konsep tersebut
mengajar merupakan suatu rangkaian kegiatan penyampaian ilmu
pengetahuan oleh guru kepada siswa dan siswa hanya menerima apa saja
yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa
pengajaran konvensional dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran
yang lebih banyak didominasi oleh guru, komunikasi lebih banyak satu arah
dari guru ke siswa, metode yang digunakan dalam pembelajaran lebih pada
penugasan konsep-konsep bukan kompetensi. Artinya guru sebagai
“pentransfer” ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai “penerima” ilmu.
b. Ciri-ciri Pengajaran Konvensional
34
Secara umum, ciri-ciri pengajaran konvensional adalah sebagai
berikut ini.
1) Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dalam hal ini siswa
menerima pengetahuan diasumsinya sebagai badan informasi dan
keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar.
2) Belajar secara individual.
3) Interaksi antara siswa kurang.
4) Perilaku dibanguan atas kebiasaan berdasarkan motivasi.
5) Pembelajaran sangat abstrak dan teoretis.
6) Kebenaran bersifat absolute dan pengetahuan bersifat final.
7) Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.
8) Tidak ada kelompok-kelompok kooperatif.
9) Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.
10) Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan
oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
11) Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar.
c. Keunggulan dan Kelemahan Pengajaran Konvensional
Pengajaran konvensional memiliki keunggulan dan kelemahan
dalam pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan keunggulan dan
kelemahan pengajaran konvensional.
1) Keunggulan Pengajaran Konvensional
35
Pengajaran konvensioanl dipandang efektif atau mempunyai
keunggulan, sebagai berikut:
(1) Dalam berbagai informasi tidak mudah ditemukan di tempat lain;
(2) Menyampaikan informasi dengan cepat;
(3) Membangkitkan minat akan informasi;
(4) Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan; dan
(5) Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar.
2) Kelemahan Pengajaran Konvensional
Di samping keunggulan di atas, pengajaran konvensional juga
memiliki kelemahan, di antaranya:
(1) Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan;
(2) Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan
apa yang dipelajari;
(3) Pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis;
(4) Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama
dan tidak bersifat pribadi;
(5) Kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses (hands-on
activities);
(6) Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh
guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung;
(7) Para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari ini;
(8) Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas; dan
(9) Daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal.
36
d. Macam-Macam Metode dalam Pengajaran Konvensional
Ada beberapa macam metode yang dapat diterapkan dalam proses
pengajaran konvensional. Menurut Djamarah (2006) metode yang sering
digunakan pada pengajaran konvensional antara lain: metode ceramah,
metode tanya jawab, metode diskusi, dan metode penugasan. Namun,
peneliti hanya memfokuskan pada dua metode yang sesuai dan sering
digunakan oleh guru di sekolah SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua
Kabupaten Enrekang, yaitu metode ceramah dan penugasan. Kedua metode
tersebut dipaparkan sebagai berikut ini.
1) Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode mengajar yang paling banyak
dipakai oleh guru karena dianggap sebagai metode mengajar yang paling
mudah dilaksankan. Karena bila materi pengajaran sudah dikuasai, guru
tinggal menyajikan di depan kelas, siswa-siswa memperhatikan guru
menjelaskan kemudian membuat catatan untuk materi yang dianggap
penting. Menurut Sagala (2009:201), ceramah adalah suatu bentuk interaksi
melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada siswa. Artinya,
ceramah adalah penuturan lisan dari guru kepada siswa, ceramah sebagai
kegiatan memberikan informasi dengan kata-kata, alat utama dalam metode
ceramah ini adalah berhubungan dengan siswa menggunakan bahasa-bahasa
lisan.
Selanjutnya, Majid (2013:194) mengemukakan bahwa metode
ceramah merupakan suatu bentuk pembelajaran yang digunakan dalam
37
mengembangkan proses pembelajaran melalui cara penuturan. Metode
tersebut baik digunakan jika penggunaannya disiapkan dengan baik,
didukung alat dan media, serta memperhatikan isi ceramah yang mudah
diterima dan dipahami sehingga mampu menstimulasi siswa untuk
mengikuti dan melakukan sesuatu yang disampaikan oleh guru.
Adapun beberapa keunggulan dan kekurangan metode ceramah
dalam pembelajaran (Moedjino dalam Djumingin, 2011:77). Keunggulan
dari metode ceramah adalah sebagai berikut:
(1) Kegiatan pembelajaran yang murah,
(2) Guru mudah menguasai kelas dan menerangkan pembelajaran dengan
baik,
(3) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas,
(4) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang banyak,
(5) Mudah mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran, dan
(6) Dapat mengembangkan kemampuan mendengar pada diri siswa.
Namun, dari beberapa keunggulan metode ceramah, metode tersebut
juga memiliki kekurangan dalam pembelajaran di kelas, yaitu:
(1) Cenderung terjadi proses satu arah,
(2) Cenderung ke arah pembelajran berdasarkan guru,
(3) Yang visual menjadi rugi dan yang auditif (mendengar) besar
menerimanya,
(4) Bila selalu digunakan dan terlalu lama, menjadi kegiatan yang
membosankan,
38
(5) Tidak efektif untuk mengajarkan keterampilan psikomotor dan
menanamkan sikap, dan
(6) Menyebabkan siswa menjadi pasif dan dapat menurunkan perhatian
siswa.
2) Metode Penugasan
Metode penugasan pada umumnya ditandai adanya suatu pembahsan
pertanyaan dan jawaban, guru mengajukan pertanyaan, dan siswa
menyediakan sejumlah jawaban berdasarkan pada sebuah buku teks atau
penyajian pendek guru sebelum memberi tugas (Djumingin, 2011: 83).
Artinya, kegiatan penugasan sebagai suatu format interaksi belajar mengajar
yang ditandai adanya satu atau lebih tugas yang diberikan guru yang dapat
dilakukan secara perorangan atau kelompok sesuai dengan perintahnya.
Selanjutnya, Majid (2013:209) mengemukakan bahwa metode penugasan
disebut sebagai metode belajar yang mengkombinasikan penghafalan,
pembacaan, pengulangan, pengujian, dan pemeriksaan atas diri sendiri.
Adapun beberapa keunggulan dan kekurangan metode penugasan
dalam pengajaran. Keunggulan dari metode penugasan adalah sebagai beri
kut:
(1) Siswa dapat lebih memahami sendiri materi ajar sesuai dengan
pengetahuan yang dicari sehingga pengetahuan itu akan tinggal lama
dalam ingatan,
(2) Mengembangkan daya berfikir sendiri, daya inisiatif, kreatif, tanggung
jawab dan melatih mandiri.
39
(3) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas individual maupun
kelompok.
Namun, dari beberapa keunggulan metode penugasan, metode
tersebut juga memiliki kekurangan dalam pengajaran di kelas, yaitu:
(1) Siswa sulit dikontrol aktivitasnya dalam mengerjkan tugas, apakah
benar mengerjakan dengan kemampuan dan usahanya atau hanya
meniru pekerjaan temannya.
(2) Khusus tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan
menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota yang
lain tidak ikut berpartisipasi dengan baik.
(3) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu
siswa. Sering memberikan tugas yang menoton sehingga dapat
menimbulkan kebosanan siswa.
e. Langkah-langkah Pengajaran Konvensioanl
Adapun fase-fase pelaksanaan pengajaran konvensional, sebagai
berikut ini.
1) Menyampaikan tujuan-Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pelajaran tersebut.
2) Menyajikan informasi-Guru menyajikan informasi kepada siswa secara
tahap demi tahap dengan metode ceramah.
3) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik-Guru mengecek
keberhasilan siswa dan memberikan umpan balik.
40
4) Memberikan kesempatan latihan lanjutan, yaitu guru memberikan tugas
tambahan untuk dikerjakan di rumah.
6. Metode SQ3R (Survey, Question, Reading, Recite, and Review)
a. Pengertian Metode SQ3R (Survey, Question, Reading, Recite, and
Review)
Metode adalah salah satu cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode
diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Menurut Sutikno (2014:33)
menyatakan bahwa metode adalah suatu cara atau prosedur yang dipakai
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Cara-cara menyajikan materi pelajaran
yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta
didik dalam upaya untuk mencapai tujuan. Sedangkan Hamzah dan Nurdin
(2011: 7), mendefenisikan metode pembelajaran sebagai cara yang
digunakan guru dalam menjalankan fungsinya dan merupakan alat untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Satu metode dapat diaplikasikan melalui
berbagai teknik pembelajaran.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode SQ3R (Survey,
Question, Reading, Recite, and Review) dalam pembelajaran membaca teks
berita. Metode membaca ini dikemukakan oleh Francis P. Robinso pada
tahun 1941 (Soedarso, 2002:59). Metode SQ3R adalah metode proses
membaca yang terdiri dari lima langkah, yaitu Survey, Question, Reading,
Recite, and Review. SQ3R merupakan singkatan dari sejumlah kegiatan
yang seharusnya dipahami dilampaui oleh pembaca.
41
Metode ini merupakan sebuah sistem yang diterapkan dalam
melakukan aktivitas membaca atau belajar berupa survei (Survey), bertanya
(Question), membaca (Reading), menyatakan kembali (Recite), dan
mereview (Review) atau disingkat SQ3R. Dikatakan ” sistem” karena
metode ini merupakan mata rantai yang setiap bagiannya satu dengan
lainnya sehingga harus dilalui oleh pembaca apabila memperoleh
pemahaman yang maksimal. SQ3R merupakan metode pemahaman yang
membantu siswa berpikir tentang teks yang sedang mereka baca. SQ3R
membantu siswa “mendapatkan sesuatu” ketika pertama kali mereka
membaca teks.Bagi guru, SQ3R membantu mereka dalam membimbing
siswa bagaimana membaca dan berpikir layaknya pembaca efektif (Huda,
2014:244).
Metode SQ3R sebelum kegiatan membaca dilakukan terlebih dahulu
pembaca melakukan survei terhadap bacaan yang akan dibaca dengan tujuan
untuk mendapatkan gagasan umum tentang teks bacaan, kemudian
dilanjutkan dengan membuat pertanyaan berdasarkan bacaan, pembaca
kemudian berusaha menjawab pertanyaan yang telah dibuat sendiri dengan
membaca keseluruhan isi bacaan, setelah kegiatan membaca, pembaca
kemudian menjawab pertanyaan yang telah dibuat dan mencatat pokok-
pokok penting dari bacaan serta dapat pula membuat ringkasan atau dapat
menceritakan kembali apa yang telah dibaca dengan kalimat sendiri,
selanjutnya adalah tahap meninjau ulang bacaan yang telah dibaca. Dalman
(2013:189) menyatakan bahwa metode SQ3R merupakan cara yang sangat
42
efektif untuk memahami isi bacaan, sehingga teknik ini sangat baik
digunakan untuk membaca teks berita. Soedarso (2002:59) berpendapat
bahwa melalui tahap SQ3R akan lebih mudah memahami dan menguasai
bacaan, serta dapat mengingat bacaan lebih lama.
Berdasarkan uraian di atas penelitian ini menggunakan metode SQ3R
yang terdiri dari lima langkah, yaitu survey, question, reading, recite, and
review. Metode ini digunakan untuk mengetahui keefektifan metode SQ3R
pada pembelajaran membaca teks berita. Penggunaan metode ini diharapkan
dapat membantu siswa dalam mengatasi rendahnya keterampilan membaca
dan pemahaman dari hasil yang dibaca.
b. Langkah-Langkah Metode SQ3R(Survey, Question, Reading, Recite,
and Review)
Metode SQ3R terdiri dari lima langkah yaitu survey, question,
reading, recite, and review (Huda, 2014: 244). Langkah-langkah metode
SQ3R dijelaskan sebagai berikut.
1) Survey
Survey prabaca merupakan cara untuk mengenal bahan bacaan
sebelum membacanya secara lengkap.siswa menyurvei teks atau bacaan
untuk memperoleh makna awal dari judul, tulisan-tulisan yang di bold dan
bagan-bagan. Tahapan prabaca ini hanya dilakukan beberapa menit, namun
menggunakan cara yang sistematis sehingga cepat menemukan ide-ide
penting dan organisasi bacaan. Tahapan prabaca ini akan sangat membantu
mencapai tujuan membaca.
2) Question
43
Tahapan question yaitu membuat daftar pertanyaan sebanyak-
banyaknya tentang isi bacaan. Siswa mulai membuat pertanyaan-pertanyaan
tentang bacaan mereka dari hasil survey pertama. Tahapan ini dapat
dilakukan dengan mengubah judul dan subjudul menjadi kalimat pertanyaan.
Dengan hal tersebut pembaca akan lebih mudah memahami bahan bacaan
yang sedang dibaca.
3) Read
Setelah melakukan survei dan mengajukan pertanyaan, tahapan
selanjutnya adalah membaca secara keseluruhan bahan bacaan. Ketika siswa
membaca mereka harus mencari jawaban-jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan yang telah mereka formulasikan saat menyurvei teks itu
sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan ini, yang didasarkan pada struktur teks,
akan membantu konsentrasi dan fokus siswa pada bacaan. Membaca
keseluruhan untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang telah dibuat pada
tahap kedua. Konsentrasi sangat diperlukan untuk mendapat ide pokok dan
detail penting.
4) Recite
Tahapan keempat adalah recite. Tahap ini dilakukan untuk
menjawab pertanyaan yang telah dibuat, menyebutkan hal-hal penting dari
bacaan, dan dapat juga membuat catatan seperlunya. Ketika siswa tengah
melewati teks itu, mereka seharusnya membacakan dan mengulangi
jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka dan membuat catatan
mengenai jawaban mereka untuk pembelajaran selanjutnya.
44
5) Review
Tahapan ini diguankan untuk mengulangi dan menelusuri kembali
bagian-bagian penting dari bacaan, menemukan pokok-pokok penting yang
perlu diingat kembali. Tahap ini selesai siswa membaca, siswa seharusnya
mereview teks itu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah
mereka jawab sebelumnya.
Berdasarkan tahapan-tahapan tersebut pembaca atau siswa yang
menggunakan metode SQ3R akan lebih mudah memahami bacaan. Metode
SQ3R memberikan kesempatan kepada pembaca untuk bersifat fleksibel.
Jika ada siswa yang selesai membaca buku, namun mereka tidak tahu apa
yang sudah dibacanya, mereka bisa saja memperoleh manfaat degan
menerapkan metode SQ3R ini. Metode ini mengharuskan siswa untuk
mengaktifkan pemikiran ini juga mengajak siswa untuk tidak terlalu lama
menunggu dan terburu-buru belajar ketika menjelaskan teks karena lima
langkah tersebut mereka mereview informasi dan membuat catatan-catatan
dari bacaan awal tersebutlah yang akan menjadi panduan belajar mereka
(Huda, 2014: 245)
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode SQ3R (Survey, Question,
Reading, Recite, and Review)
Seperti halnya Metode pembelajaran lain, metode pembelajaran
SQ3R memiliki kelebihan dan kekurangan (Shoimin, 2014: 194-195).
Kelebihan Metode pembelajaran SQ3R antara lain:
1) Siswa diarahkan untuk terbiasa berpikir terhadap bahan bacaan sehingga
siswa menjadi lebih aktif dan terlatih untuk bisa membuat pertanyaan.
45
2) Siswa berusahan untuk memikirkan jawaban-jawaban dari pertanyaan
yang mendalami isi bacaan atau teks tersebut.
3) Siswa dapat bekerja sama dalam kelompok untuk saling bertukar
pendapat dalam memahami konsep materi yang disajikan dalam teks
uraian.
Adapun kekurangan metode pembelajaran SQ3R (Survey, Question,
Reading, Recite, and Review) antara lain:
1) Alokasi waktu yang digunnakan untuk memahami sebuah teks dengan
metode pembelajaran SQ3R mungkin tidak banyak berbeda dengan
mempelajari teks biasa.
2) Siswa sulit dikondisikan (ramai) saat berdiskusi dengan teman
sebangkunya dalam mempelajari teks materi pelajaran.
Alokasi waktu yang diperlukan untuk memahami sebuah teks
dengan model pembelajaran SQ3R, mungkin tak banyak berbeda dengan
mempelajari teks secara biasa. Akan tetapi, hasil pembelajaran siswa dengan
menggunakan metode pembelajaran SQ3R diharapakan lebih memuaskan,
karena dengan metode ini siswa menjadi pembaca aktif dan terarah langsung
dengan inti sari atau kandungan pokok yang tersirat dan tersurat dalam teks.
d. Penerapan Metode SQ3R (Survey, Question, Reading, Recite, And
Review) dalam Pembelajaran Membaca Teks Berita pada
Kurikulum 2013
Penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca teks berita
sudah tepat digunakan karena metode ini memiliki langkah-langkah yang
sangat memungkinkan untuk dapat memudahkan siswa memahami
46
informasi yang ada dalam teks berita. Dalam kurikulum 2013, pembelajaran
bahasa Indonesia diorentasikan pada pembelajaran berbasis teks dengan
menggunakan pendekatan saitifik yang meliputi 5 M.
C. Kerangka Pikir
Dalam kurikulum 2013 terdapat pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia pada tingkatan sekolah menengah pertama. Sesuai kompetensi inti
dan kompetensi dasar kurikulum 2013 terdapat tujuan penyelenggaraan
pendidikan, di mana kompetensi inti berisi tentang ketuhana, keterampilan,
kemampuan, dan karakter. Sedangkan kompetensi dasar berisi sejumlah
kompetensi yang membuat peserta didik memiliki kegiatan untuk dilakukan.
Dalam penelitian ini, difokuskan pada keterampilan berbahasa yaitu pada
aspek membaca.
Kurikulum 2013 pembelajaran bahasa Indonesia beriorentasi pada
pembelajaran berbasis teks. Materi pembelajaran kelas VIII salah satunya
pembelajaran berbasis teks berita. Untuk mengujicobakan membaca teks
berita dilakukan pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui tingkat kemapuan awal siswa sebelum menggunakan meode
SQ3R dan tanpa menggunakan metode konvensional.
Setelah mengetahui tingat kemampuan siswa sebelum
menggunakan metode pada kelas kontrol dan kelas eksperimen maka
dilakukan posttes. Posttes adalah evaluasi akhir saat materi yang diajarkan
pada hari itu telah diberikan yang mana seorang guru memberikan posttes
dengan maksud apakah siswa sudah mengerti dan memahami mengenai
47
materi yang baru saja diberikan. Dalam penelitian ini menggunakan posttes
pada kelas eksperimen dengan metode SQ3R dan kelas kontrol dengan
menggunakan metode konvensional untuk memperoleh gambaran tentang
kemampuan yang dicapai setelah berakhirnya penyampai pembelajaran.
Hasil posttes ini dibandingkan dengan hasil pretes yang telah
dilakukan yaitu dengan cara menganalisis kedua hal tersebut untuk
mendapatkan hasil apakah efektif atau tidak efektif.
48
Bagan 1Kerangka Pikir
Keterampilan Berbahasa Kurikulum 2013
Membaca Berbicara Menyimak Menulis
Membaca Teks Berita
Kelas Kontrol
(Metode Konvensional)
Kelas Eksperimen
( Menggunakan Metode
SQ3R)
Posttes Kelas Eksperimen
dan Kontrol
Analisis
Temuan
Pretes Kelas Eksperimen
dan Kontrol
49
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka yang telah diurikan
sebelumnya, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah
“Metode SQ3R (survey, question, reading, recite, and review) efektif
diterapkan dalam pembelajaran membaca teks berita kelas VIII SMP
Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang”, sebagai
hipotesis alternatif
Adapun kriteria atau ketentuan pengujian untuk menerima hipotesis
alternatif (H1), yaitu:
1. Jika thitung≥ ttabel, maka secara segnifikan hipotesis altternatif H1
diterima atau H0ditolak. Artinya, metode SQ3R (survey, question,
reading, recite and review) efektif diterapkan dalam membaca teks
berita pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan
Malua Kabupaten Enrekang.
2. Dan jika ttabel> thitung, maka secara segnifikan H1 ditolak atau H0
diterima. Artinya, metode SQ3R (survey, question, reading, recite, and
review) tidak efektif diterapkan dalam membaca teks berita pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten
Enrekang. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
sistem Statistical package for social sctence (SPSS) versi 23.
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (Quasi
Eksperiment). Eksperimen semu adalah jenis penelitian kuantitatif karena
mempunyai ciri khas tersendiri terutama adanya kelompok kontrolnya
(Sugiyono, 2016: 107). Dalam eksperimen semu melibatkan dua kelompok
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok
diasumsikan sama dalam segi dan hanya berbeda dalam pemberian metode
pembelajaran.
2. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Prestes-Posttes
Control Group Desagn. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang
masing-masing dipilih secara random yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberikan
perlakuan dan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberikan
perlakuan. Kelompok eksperimen metode yang diberikan adalah metode
SQ3R (Survey, Question, Reading, Recite, and Review) dan kelompok
kontrol diberikan metode konvensional. Agar lebih jelas desain penelitian
yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.1.
51
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelas Sebelum perlakuan Perlakuan Setelah perlakuan
(K) O1 X1 O2
(K) O3 - O4
Sumber: Adaptasi dari Sugiyono (2016:111)
Keterangan:
(K) : Kelas Eksperimen
(K) : Kelas Kontrol
O1 : Kemampuan membaca teks berita sebelum diberi perlaku dengan
menggunakan metode SQ3R (Survey, Question, Reading, Recite,
and Review)
O3 : Kemampuan membaca teks berita sebelum diberi perlakuan tanpa
menggunakan metode SQ3R (Survey, Question, Reading, Recite,
and Review)
O2 : Kemampuan membaca teks berita sesudah diberi perlakuan dengan
metode SQ3R (Survey, Question, Reading, Recite, and Review)
O4 : Kemampuan membaca teks berita sesudah diberi perlakuan tanpa
menggunakan metode SQ3R (Survey, Question, Reading, Recite,
and Review)
X1 : Metode SQ3R (Survey, Question, Reading, Recite, and Review)
- Tanpa perlakuan metode SQ3R (Survey, Question, Reading, Recite,
and Review)
52
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang yang
berjumlah 86 siswa yang tersebar kedalam tiga kelas, yaitu kelas VIII A
samapai VIII C. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari sekolah berupa
rata-rata nilai siswa setiap kelas, bahwa setiap kelas dibagi secara acak
atau random (mempunyai karakteristik yang homogen). Untuk lebih
jelasnya, diuraikan dalam tabel terperinci berikut.
Tabel 3.2 Sebaran Siswa Tiap-tiap Kelas
No Kelas Laki-laki Perempuan Total
1 VIII A 17 Siswa 13 Siswa 30 Siswa
2 VIII B 16 Siswa 14 Siswa 30 Siswa
3 VIII C 9 Siswa 17 Siswa 26 Siswa
Jumlah 42 Siswa 44 Siswa 86 Siswa
Sumber: Tata Usaha SMP Negeri 2 Anggeraja (2020)
2. Sampel
Setelah mengamati populasi penelitian ini cukup besar, maka perlu
diadakan penarikan sampel. Teknik penarikan sampel yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah teknik sampling random yaitu teknik sampling
kluster (cluster sampling) yang merupakan sampling, di mana elemen-
elemen samplenya merupakan elemen (cluster). Teknik sampling kluster
disebut juga teknik kelompok atau teknik rumpun, teknik ini dilakukan
53
dengan jalan memilih sampel yang didasarkan pada klusternya bukan
individunya.
Setelah diadakan penarikan sampel dengan menggunakan teknik
cluster random sampling, adapun kelas yang terpilih menjadi sampel, yaitu
kelas VIII A sebanyak 30 orang siswa dan VIII B sebanyak 30 orang siswa
SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang. Dalam
pengambilan sampel ini sesuai dengan teknik yang digunakan oleh peneliti
yaitu teknik cluster random sampling, dengan pertimbangan siswa
mendapatkan materi berdasarkan kurikulum yang sama, siswa diajar oleh
guru yang sama, dan pembagian kelas tidak ada kelas unggul.
C. Variabel Penelitian
Menurut Jakni (2016: 47) variabel penelitian adalah gejala-gejala
yang timbul dan menjadi fokus perhatian penelitian, selain itu pula dapat
diartikan bahwa variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulanya. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel
bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen).
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi
variabel terikat (Purwanto dalam Jakni, 2007: 88). Variabel bebas
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dinamakan
sebagai variabel bebas karena bebas mempengaruhi variabel lain. Variabel
54
terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas
(Purwanto dalam Jakni, 2007: 88). Variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel
bebas.Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah metode
SQ3R (Survei, Question, Reading, Recite, dan Review) sedangkan variabel
terikat dalam penelitian ini adalah pembelajaran membaca teks berita.
D. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel harus dirumuskan untuk menghindari
kesesatan dalam pengumpulan data. Dalam penelitian ini, devinisi
operasional variabelnya adalah sebagai berikut:
1. Keefektifan adalah keberhasilan terhadap suatu tindakan. Pada
kegiatan pembelajaran suatu tindakan yang dimaksud adalah
penggunaan pendekatan, metode atau strategi oleh guru.
2. Metode SQ3R (Survey, Question, Reading, Recite, and Review) yang
dimaksud adalah metode proses membaca yang terdiri dari lima
langkah, yaitu survei, bertanya, membaca, menyatakan kembali dan
mengulang kembali.
3. Keterampilan membaca adalah suatu keterampilan dalam mengenal
dan memahami tulisan dalam bentuk huruf, kata dan kalimat dalam
bacaannya guna memperoleh informasi yang terdapat dalam bacaan.
4. Teks berita adalah teks yang berisi laporan atau pemberitahuan
mengenai peristiwa atau fenomena yang faktual, mempunyai nilai
55
penting, menarik perhatian bermanfaat bagi pembaca atau pendengar,
sehingga patut untuk diinformasikan kepada khalayak.
E. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen.
Instrumen yang terdiri atas dua, yaitu instrumen yang berkaitan dengan
pelaksanaan pengajaran membaca teks berita dengan menggunakan
metode SQ3R (Survey, Question, Reading, Recite, and Review), yaitu
berupa rancangan penelitian. Instrumen yang kedua yaitu tes membaca
teks berita berupa pedoman membaca teks berita. Pedoman tersebut
digunakan pada tes awal dan tes akhir baik pada kelas kontrol maupun
kelas eksperimen.
Pengajaran dilaksanakan dalam dua kali pertemuan pada setiap
kelas. Pemberian perlakuan berbeda pada kelas kontrol dan eksperimen.
Kelas kontrol menggunakan pengajaran konvensional (ceramah dan
penugasan) pada perlakuannya sedangkan untuk kelas eksperimen
digunakan metode SQ3 R (Survey, Question, Reading, Recite, and
Review) terhadap perlakuan terhadap siswa. Setiap pertemuan dilakukan
dalam waktu 2 x 45 menit. Waktu yang digunakan pada jam pengajaran
pada sekolah bersangkutan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah teknik tes membaca. Data diperoleh melalui
pemberian tes yang diberikan kepada dua kelompok, yaitu kelompok
56
kontrol dan kelompok eksperimen. Tes yang diberikan kepada siswa
adalah membaca teks berita. Perangkat tes tersebut sebagai instrumen
penelitian, digunakan untuk mendapatkan data perbandingan hasil belajar
siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam membaca teks berita dengan
menggunakan metode SQ3R (Survey, Question, Reading, Recite, and
Review) dan model yang lazim digunakan saat guru menyampaikan
pengajaran pada keterampilan membaca teks berita, yaitu pengajaran
konvensional (ceramah dan penugasan).
Adapun langkah-langkah teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebelum memberikan perlakuan pada siswa kelas kontrol dan
eksperimen, terlebih dahulu peneliti melakukan observasi awal
pembelajaran, dengan memberikan tes awal (pretes) tentang membaca
teks berita, lalu memberikan penilaian dan hitung mean masing-masing
kelas/kelompok. Hal tersebut dilaksanakan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa dan keadaan siswa sebelum perlakuan
dilaksanakan (pretes atau tes awal).
2. Data tentang aktivitas siswa diperoleh dengan cara observer melakukan
pengamatan terhadap aktivitas siswa kelas kontrol dalam membaca
teks berita dengan menggunakan pengajaran konvensional (ceramah
dan penugasan).
57
3. Data tentang aktivitas siswa diperoleh dengan cara observer melakukan
pengamatan terhadap aktivitas siswa kelas eksperimen, dalam
membaca teks berita dengan menggunakan metode SQ3R (Survey,
Question, Reading, Recite, and Review).
4. Data tentang hasil belajar diperoleh melalui instrumen penelitian untuk
mengetahui kemampuan membaca teks berita siswa, sebagai indikator
untuk mengkaji keterampilan membaca teks berita siswa setelah
menggunakan metode SQ3R (Survey, Question, Reading, Recite, and
Review) dan pengajaran konvensional (ceramah dan penugasan), lalu
memberikan skor hasil tes postes dan hitung mean dari masing-masing
kelas/kelompok. Hal tersebut dilaksanakan untuk mengetahui
kemampuan hasil belajar siswa dalam membaca teks berita (postes
atau tes akhir).
5. Pada akhirnya, peneliti memperoleh data dari hasil hitungan perbedaan
antara pretes dan postes kedua kelompok dengan melakukan kegiatan
analisis data, menggunakan analisis statistik deskriptif, dan analisis
statistik inferensial.
G. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dengan menggunakan instrumen-instrumen
yang ada kemudian dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan
teknik analisis deskriptif dan analisis statistika inferensial. Hasil yang
diperoleh dianalisis dengan teknik sebagai berikut ini.
58
1. Analisis Statistika Deskriptif
a. Analisis frekuensi
Analisis frekuensi digunakan untuk mengetahui seberapa banyak
siswa yang memperoleh nilai tertentu. Analisis prekuensi ini digunakan
pada setiap tes baik itu pada tes awal dan tes akhir pada setiap kelas (kelas
kontrol dan kelas eksperimen). Sebelum melakukan analisis frekuensi
sebaiknya terlebih dahulu dibuat tabulasi skor siswa sebagai pedomana
untuk membuat analisis frekuensi.
b. Analisis persentase
Analisis persentase digunakan untuk mengetahui gambaran atau
deskripsi penilaian tes hasil belajar membaca teks berita ( pretes atau tes
awal) pada kelas eksperimen sebelum menggunakan metode metode
SQ3R dan kelas kontrol yang digunakan sebelum menggunakan
pengajaran konvensional (ceramah dan penugasan). Hal ini bertujuan
untuk mengetahui persentase awal dalam pembelajaran membaca tesks
berita siswa. Selanjutnya, penilaian tes hasil belajar (postes atau tes akhir)
siswa digunakan untuk mengetahui kemampuan membaca teks berita
siswa pada kelas eksperimen setelah menggunakan metode SQ3R dan
kelas kontrol setelah menggunakan pengajaran konvensional (ceramah dan
penugasan). Nilai tersebut kemudian dijadikan acuan untuk menetukan
persentase dan kategori keberhasilan siswa dalam membaca teks berita.
Adapun data yang dianalisis secara kuantitatif adalah data hasil
belajar kognitif siswa dalam bentuk tes hasil belajar. Kriteria seorang
59
siswa dikatakan tuntas apabila memiliki nilai 75 (KKM SMP Negeri 2
Anggeraja). Jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas tersebut kemudian
dikonversikan dalam persentase.
Keterangan:
P = Persentase siswa yang tuntas / tidak tuntas
S = Banyaknya siswa yang tuntas / tidak tuntas
n = Banyaknya siswa
Setelah itu, hasil belajar siswa dimasukkan ke dalam kategori hasil
belajar pada tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3 Penetuan Kriteria dengan Penghitungan Persentase untuk
Skala Empat
Nilai
Nilai Ubah Skala Empat
Kategori
1-4 D-A
86-100 4 A Baik Sekali
75-85 3 B Baik
56-74 2 C Cukup
10-55 1 D Kurang
Sumber : Diadopsi dari Nurgiantoro (2012:253) dengan beberapa perubahan
Indikator keberhasilan untuk hasil belajar adalah jika persentase
siswa yang tuntas sama atau lebih dari 75%.
c. Analisis Rerata
60
Analisis rerata digunakan untuk memberikan deskripsi mengenai
sifat-sifat kelompok (Borg & Gall dalam Akidah, 2012:68). Teknik ini
digunakan dengan tujuan untuk mengetahui peringkat skor rerata untuk
masing-masing variabel penelitian.
2. Analisis Statistika Inferensial
Menurut Sugiyono (2010:148), statistik inferensial adalah statistik
yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan
untuk populasi. Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian dengan menggunakan uji-t. Statistik ini akan cocok
digunakan bila sampel dari populasi itu dilakukan secara random. Namun,
dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
dan homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dengan kolmogorov-sminov digunakan untuk
mengetahui apakah populasi yang diteliti teristribusi normal atau tidak.
Pengujian normalitas data hasil belajar menggunakan sistem Statistical
Package For Social Science (SPSS) versi 23. Data hasil belajar dari
populasi akan berdistribusi normal apabila sig > dengan taraf nyata =
0,05.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang digunakan adalah test of homogeneity of
variance yang bertujuan untuk mengetahui apakah variansi kedua data
homogen atau tidak. Data hasil belajar dengan menggunakan sistem SPSS
61
(Statistical Package For Social Science) versi 23. Kriteria pengujian yang
digunakan adalah nilai sig > dengan taraf nyata = 0,05.
c. Uji Hipotesis
Setelah data dinyatakan berdistribusi normal, maka memenuhi
syarat dilakukan analisis statistik inferensial untuk menguji hipotesis
dengan menggunakan statistik uji t ( Paired sample t test) pada taraf
signifikasi = 0,05. Rumus uji t (Paired sample t test) yaitu :
√
Keterangan:
t = t hitung
= rata-rata selisih nilai pretest dan posttest
= simpangan baku
= jumlah sampel
Adapun kriterian pengujiannya adalah jika thitung < ttabel maka H0
diterima, dan jika thitung ttabel maka HO di tolak atau jika p-value >
maka H0 diterima, dan jika p-value < maka H0 ditolak. Pengujian
hipotesis untuk menjawab hipotesis penelitian yang telah diajukan.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji-t, tetapi pengujian adalah
penelitian ini menggunakan bantuan komputer, yaitu sistem Statistical
Package For Social Science (SPSS) versi 23.
62
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini hasil penelitian kuantitatif yang telah dilakukan dibahas
secara terperinci berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Sesuai dengan
jenis penelitian yang dilakukan, hasil penelitian ini adalah hasil kuantitatif
dinyatakan dalam bentuk angka untuk mengetahui keefektifan metode SQ3R
(survey, question, reading, recite, and review) dalam membaca teks berita
pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten
Enrekang.
Data yang diperoleh dari hasil penerapan metode SQ3R (survey,
question, reading, recite, and review) dalam membaca teks berita pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang
dianalisis dengan teknik analisis data pada bab III, yaitu menggunakan
analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial jenis uji
normalitas, uji homogenitas, dan uji t program SPSS versi 23 windows,
penyajian hasil analisis terdiri atas dua, yakni penyajian data nilai siswa kelas
eksperimen dan nilai siswa kelas kontrol. Sesuai dengan hasil pengundian
sampel (teknik sampling cluster) diperoleh kelas VIII A sebagai kelas kontrol
sebanyak 30 orang siiswa dan VIII B sebagai kelas eksperimen sebanyak 30
orang siswa. Kelas kontrol mendapat perlakuan seperti biasnya dalam artian
metode pembelajaran yang digunakan sesuai dengan metode yang biasa
digunakan guru dalam kelas, yaitu pengajaran konvensional (ceramah dan
63
penugasan), sedangkan untuk kelas eksperimen mendapat perlakuan baru
berupa metode SQ3R (survey, question, reading, recite, and review) yang
diterapkan oleh peneliti.
Data hasil pretes dan postes dilakukan dengan penilaian keterampilan
membaca teks berita, sedangkan pada penilaian sikap dan pengetahuan
dilakukan pada proses pe ngajaran saat diberikan perlakuan di kedua kelas,
serta di akhir pengajaran membaca teks berita. Penilian pengetahuan berupa
pemahaman siswa mengenai membaca teks berita sebanayak 5 butir soal esai.
Selanjutnya, penilaian sikap berupa beberapa kriteria sikap, yaitu spiritual,
jujur, tanggung jawab, dan santun. Sedangkan penilaian keterampilan
menggunakan lima aspek penilaian, yaitu (1) penempatan jeda; (2) pelafalan
(3) intonasi (4) kinesik; dan (5) mimik wajah. Penilaian pengetahuan dan
sikap dilakukan oleh 1 orang pemeriksa, yaitu guru mata pelajaran bahasa
Indonesia kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja, sedangkan penilaian
keterampilan dilakukan oleh 1 orang pemeriksa. Berikut dipaparkan hasil
pengajaran membaca teks berita pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
tentang data pretes dan postes siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja.
Adapun penyajiannya, dapat dilihat sebagai berikut ini.
1. Analisis Deskriptif
Pada bagian ini dideskripsikan hasil penelitian tentang keefektifan
metode SQ3R (survey, question, reading, recite, and review) pada
pembelajaran membaca teks berita pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2
64
Anggeraja dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi, persentase, mean,
median, modus, dan standar deviasi.
a) Analisis Deskriptif Hasil Pengajaran Membaca Teks Berita Kelas
Kontrol pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan
Malua Kabupaten Enrekang
Data yang diperoleh pada siswa kelas kontrol terdiri atas tiga, yaitu
data hasil pretes yang diperoleh sebelum siswa diberikan perlakuan, data
siswa selama proses pengajaran teks berita, dan tes akhir yang diperoleh
sesudah siswa diberikan perlakuan sesuai dengan perlakuan yang digunakan
oleh guru pada mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia saat pengajaran
teks berita. Perlakuan yang dimaksud, yaitu dengan menggunakan pengajaran
konvensional (ceramah dan penugasan). Data pada postes (tes akhir)
merupakan data keterampilan membaca teks berita dengan menggunakan
pengajaran konvensional (ceramah dan penugasan). Hasil belajar siswa pada
pretes, proses, dan postes akan dideskripsikan melalui analisis statistik
deskriptif.
1) Analisis Data Pretes (Tes Awal)
Berdasarkan hasil analisis data pretes dengan 30 orang siswa yang
dianalisis diperoleh gambaran, yaitu tidak ada siswa yang mampu
memperoleh nilai 100 sebagai nilai maksimal. Nilai tertinggi yang diperoleh
oleh siswa adalah 78 yang dicapai oleh 1 orang dan nilai terendah diperoleh
siswa adalah 48 yang dicapai 1 orang. Berdasarkan hasil tersebut, gambaran
lebih jelas dan tersusun rapih mulai nilai terendah ke nilai tertinggi yang
diperoleh siswa beserta frekuensinya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.
65
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Pretes Membaca
Teks Berita Kelas Kontrol pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2
Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi
yang diperoleh siswa, yaitu 87 yang diperoleh 2 orang (10%). Selanjutnya,
sampel yang mendapat nilai 86 berjumlah 2 orang (10%), sampel yang
mendapat nilai 78 berjumlah 1 orang (3,3%), sampel yang mendapat nilai 76
berjumlah 3 orang (10%), sampel yang mendapt nilai 75 berjumlah 4 orang
No Nilai Siswa Frekuensi Persentase (%)
1 58 3 10
2 60 4 13,3
3 62 3 10
4 64 1 3,3
5 65 1 3,3
6 70 3 10
7 74 3 10
8 75 4 13,3
9 76 3 10
10 78 1 3,3
11 86 2 10
12 87 2 10
Jumlah 30 100,00
66
(13,3%) , sampel yang mendapat nilai 74 berjumlah 3 orang (10%), sampel
yang mendapat nilai 70 berjumlah 3 orang (10%), sampel yang mendapat
nilai 65 berjumlah 1 orang (3,3%), sampel yang mendapat nilai 64 berjumlah
3 orang (10%), sampel yang mendapat nilai 60 berjumlah 4 orang (13,3%),
sampel yang mendapat nilai 58 berjumlah 3 orang (10%).
Berdasarkan hasil perolehan nilai dalam membaca teks berita di atas
telah diperiksa oleh dua orang penilai yang disatukan sehingga mendapat nilai
akhir perolehan siswa. Nilai tersebut menekankan pada lima aspek, yaitu
penempatan jeda, pelafalan, intonasi, kinesik, dan mimik wajah. Pada aspek
penempatan jeda, rata-rata siswa masih dikategorikan belum bisa mengatur
jeda, mereka tidak memperhatikan tanda baca titik koma pada teks berita.
Selanjutnya, pada aspek pelafalan rata-rata siswa pelafalan fonem tidak jelas,
terpengaruh pelafalan dari bahasa daerah, dan kurang jelas dalan pelafalan
bahasa asing.
Selanjutnya, pada apek intonasi rata-rata siswa masih dikategorikan
belum bisa mengatur intonasi penerapan nada suara kurang bervariasi atau
kurang menarik, kurang tepat, dan suara kurang lantang terdengar oleh
audien. Selanjutnya, pada aspek kinesik rata-rata siswa gerak-gerik fisik
kurang tepat, sikap tubuh kurang tenang, dan kurang stabil. Selanjutnya, pada
aspek mimik wajah rata-rata siswa memiliki mimik kurang menarik dan
tatapan wajah kurang menarik.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif tersebut diperoleh rangkuman
nilai. Frekuensi, dan persentase kemampuan membaca teks berita siswa kelas
67
VIII SMP Negeri 2 Anggeraja pada pretes kelas kontrol dalam berbagai
karakteristik distribusi nilai. Untuk lebih jelasnya, rangkuman karakteristik
distribusi nilai yang diperoleh siswa ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Karakteristik Rangkuman Distribusi Nilai Kemampuan
Membaca Teks Berita pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2
Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang pada
pretes kelas kontrol
No. Statistik Nilai Statistik
1. Rata-rata (mean) 70,7
2. Nilai Maksimum 87
3. Nilai Minimum 58
4. Median 72
5. Standar deviasi (Std. Deviation) 9
6. Variance 87
Berdasarkan Tabel 4.2 tersebut dapat diketahui bahwa di antara 30
siswa yang menngikuti tes membaca teks berita, nilai tertinggi yang
diperoleh siswa adalah 87 dan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah
58. Hasil tersebut berdasarkan dari hasil skor kelima aspek penilai membaca
teks berita yaitu penempatan jeda, pelafalan, intonasi, kinesik, dan mimik
wajah. Adapun nila rata-rata siswa adalah 70,7; median adalah 72; standar
deviasi 9; dan nilai variance adalah 87. Hasil nilai tersebut memberikan
68
gambaran bahwa siswa belum mampu dalam membaca teks berita karena
rata-rata nilai yang diperoleh siswa belum mencapai nilai kriteria ketuntasan
minimal, yaitu 75.
Berdasarkan karakteristik nilai tersebut, selanjutnya klasifikasi
kemampuan membaca teks berita siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja
yang dideskripsikan berdasarkan kategori nilai. Hal ini dapat diamati pada
Tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3 Klasifikasi Nilai Pretes Membaca Teks Berita pada Siswa
Kelas VIII A SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua
Kabupaten Enrekang pada Kelas Kontrol
Sumber: Diadopsi dari Nurgiyantoro (2012:253) dengan beberapa perubahan.
Hasil klasifikasi kategori tersebut dapat dinyatakan bahwa ada
siswa 4 orang (13%) yang memperoleh nilai pada kategori kemampuan baik
sekali. Selanjutnya, sampel yang memperoleh nilai pada kategori
kemampuan baik sebanyak 8 orang (27%), sedangkan sampel yang
No. Nilai Frekuensi (f) Persentase (%) Kategori
1.
2.
3.
4.
86 – 100
75 – 85
56 – 74
10 – 55
4
8
18
13%
27%
60%
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah 30 100%
69
memperoleh nilai pada kategori kemampuan cukup sebanyak 18 orang
(60%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pretes siswa kelas kontrol dalam
membaca teks berita dengan menggunakan pembelajaran konvensional
(ceramah dan penugasan) dikategorikan cukup.
Selanjutnya, nilai tersebut dikonfirmasikan ke dalam kriteria
ketuntasan yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah dalam hal ini SMP
Negeri 2 Anggeraja untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu 75. Sesuai
dengan nilai perolehan siswa pada pretes membaca teks berita yang
dikonfirmasikan terhadap nilai KKM Bahasa Indonesia, dapat
dikonfirmasikan ke dalam tabel klasifikasi tingkat kemampuan siswa yang
terdapat pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Klasifikasi Tingkat Kemampuan Membaca Teks Berita Siswa
Kelas VIII A SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua
Kabupaten Enrekang pada Pretes Kelas Kontrol
Nilai Frekuensi Persentase
(%)
Kategori
≥ 75
< 75
12
18
40
60
Tuntas
Tidak tuntas
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dinyatakan bahwa tingkat
keterampilan membaca teks berita siswa kelas VIII SMP Negeri 2
70
Anggeraja dapat dikatakan belum memadai karena sebagian besar siswa
masih berada di bawah nilai KKM yang telah ditetapkan. Hal ini dibuktikan
dari sampel yang memperoleh nilai 75 ke atas berjumlah 12 siswa (40%)
dan sampel yang belum mampu memperoleh nilai KKM atau hanya
mendapatkan nilai di bawah 75 berjumlah 18 siswa (60%). Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa nilai yang diperoleh siswa sampel yang
memperoleh nilai 75 ke atas belum mencapai kriteria tingkat kemampuan
siswa sampel, yaitu 85%.
Fenomena menunjukkan bahwa pada kelas kontrol siswa
mengalami kendala dan hambatan dalam membaca teks berita. Hal ini
tampak pada sebagian siswa mengalami kebingugan, hanya tinggal diam,
kurang bersemangat, dan tidak percaya diri. Semua masalah pribadi yang
dihadapi oleh siswa dalam proses belajar mengajar sulit diselesaikan karena
dalam pengajaran sebelumnya mengeai teks berita, guru tidak pernah
memberikan kepada siswa untuk melakukan diskusi dan bertukar gagasan
dengan siswa lain sebagai sarana penyelesaian masalah belajar. Selain itu,
terkadang ada langkah-langkah membaca teks berita yang sulit dipahami
oleh siswa. fenomena lain yang tampak, yaitu ketika siswa membaca teks
berita, waktu yang digunakan rata-rata melewati batas waktu 2x45 menit.
Hal ini disebabkan karena kurang percaya diri untuk tampil membaca teks
berita.
71
2) Analisis Data Penilaian Kompetensi Sikap Kelas Kontrol
Hasil analisis data dari kelas kontrol mencakup kompetensi sikap,
yaitu penilaian proses siswa dalam pengajaran membaca teks berita.
Penilaian tersebut adalah hasil nilai siswa yang menekankan empat kriterial
penilaian sikap, yaitu spiritual, jujur, tanggung jawab, dan santun. Kriterial
penilai pada kompetensi sikap berbeda dengan penilaian kompetensi
pengetahuan dan keterampilan. Nilai tertinggi pada penilaian sikap adalah
4,00 dengan kategori sangat baik dan nilai terendah adalah 1,66 pada
kategori kurang. Hal ini merupakan ketetapan Permendikbud No. 81A
kurikulum 2013.
Berdasarkan data tersebut diperoleh gambaran bahwa tidak ada
siswa yang mampu memperoleh nilai 4,00 sebagai nilai maksimal dalam
penilaian proses atau sikap. Nilai tertinggi 2,80 yang dicapai oleh 3 orang
(6,7%) dan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 1,10 yang dicapai
oleh 2 orang (10%). Berdasarkan uraian tersebut, gambaran lebih jelas
mulai nilai terendah ke nilai tertinggi yang diperoleh siswa beserta
frekuensinya dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.
72
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Sikap Pengajaran
Membaca Teks berita Kelas Kontrol pada Siswa Kelas VIII A
SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang
No. Nilai Siswa Frekuensi Persentase (%)
1. 1,10 3 10
2. 1,40 1 3,3
3. 1,60 2 6,7
4. 1,80 6 20
5. 2,00 14 47
6. 2,20 1 3,3
7. 2,40 1 3,3
8. 2,80 2 6,7
Jumlah 30 100,0
Hasil perolehan nilai pada Tabel 4.5 tersebut memberikan gambaran
bahwa tidak ada siswa yang mampu memperoleh nilai tertinggi atau pada
kategori sangat bai. Rata-rata siswa memperoleh nilai 1,9 pada kategori
cukup. Siswa yang mendapat nilai dengan kategori baik pada rentang nilai
(2,66 – 3,65) sebanyak 2 orang (6,7%), siswa yang mendapat nilai dengan
kategori cukup pada rentang nilai (1,66 - 2,65) sebanyak 22 orang (73,3%),
73
siswa yang mendapat nilai dengan kategori kurang pada rentang nilai (
1,66) sebanyak 6 orang (20%), dan tidak ada siswa (0%) yang mendapat
nilai dengan kategori sangat baik pada rentang nilai (3,66 – 4,00).
Berdasarkan data hasil nilai sikap tersebut memberikan gambaran
bahwa proses mengajaran membaca teks berita siswa ketika diberikan
perlakuan, yaitu penerapan pengajaran konvensional (ceramah dan
penugasan) masih sangat rendah, penerapan pengajaran konvensional
(ceramah dan penugasan) dalam membaca teks beritapada kelas kontrol
diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama proses
pengajaran berlangsung. Proses pengajaran membaca teks berita
dilaksanakan 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung selama 2 x 45
menit. Berdasarkan hasil observasi tersebut, siswa kurang menunjukkan
empat kriteria penilai sikap, yaitu spiritual, jujur, tanggung jawab, dan
santun.
Rendahnya nilai pada kriteria penilaian sikap spiritual yang
diperoleh siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Rata-rata siswa
menunjukkan sikap yang tidak tampak sebagai siswa yang menghargai dan
menghayati ajaran agama yang dianutnya. Pada saat siswa memulai proses
pengajaran dengan berdoa, sebagian siswa hanya bercerita dan melakukan
kegiatan lain sehingga kegiatan berdoa menjadi tidak tenang. Selanjutnya,
dikarenakan guru yang lebih aktif pada proses pengajaran sehingga kegiatan
persentasi dengan mengucapkan salam dan menunjukkan rasa syukur tidak
tampak dalam proses pengajaran berlangsung. Namun, ketika siswa diberi
74
tugas oleh guru, sebagai siswa menunjukkan rasa syukur setelah
mengerjakan tugas tersebut. Di akhir pengajaran, siswa tidak menutup
pengajaran dengan berdoa.
Selanjutnya, pada kriteria sikap jujur, rata-rta siswa tidak
menunjukkan sikap tersebut. Dari 30 siswa hanya 9 orang yang dapat
bersikap jujur selama proses pengajaran berlangsung maupun di akhir
pengajaran. Tradisi menyontek sebagai salah satu hal yang sering
didapatkan ketika siswa diberikan tugas di sekolah, PR, maupun ujian. Hal
ini pun tampak pada kelas kontrol yang membuat kegiatan menyontek itu
adalah suatu hal yang bisa mereka lakukan. Ketika siswa diberikan tugas
ataupun ujian kebanyakan siswa pada kelas kontrol merasa kebingungan dan
akhirnya mereka melihat pekerjaan temanya.
Selanjutnya, pada kriteria sikap tanggung jawab, rata-rata siswa pada
kelas kontrol kadang-kadang menunjukkan sikap tanggung jawab. Tampak
ketika siswa tersebut melakukan kesalahan, mereka kadang meminta maaf
atas kesalahan yang dilakukannya. Namun, ketika berhubungan dengan
tugas rata-rata siswa tidak menyelesaikan tugas individunya dengan baik.
Kriteria penilaian yang terakhir adalah sikap santun. Rata-rata siswa
ketika meminta bantuan kepada temanya tidak mengucapkan terima kasih
setelah menerima bantuan tersebut. Ketika siswa melaksanakan pengajaran
konvensional siswa pun menunjukkan sikap yang tidak santun. Hal ini
terbukti dari siswa yang tidak menggunakan bahasa santun saat mengkritik
pendapat teman. Selanjutnya, ketika siswa diberikan kesempatan untuk
75
menyampaikan pendapat rata-rata siswa tidak menggunakan bahasa santun
saat menyampaikan pendapat.
Berdasarkan hasil deskripsi kelima kriteria penilaian sikap
disimpulkan bahwa siswa kurang menunjukkan sikap spiritual, jujur,
tanggung jawab, dan santun saat pelaksaanaan proses pengajaran membaca
teks berita dengan menerapkan pengajaran konvensional (ceramah dan
penugasan).
3) Analisis Data Penilain Kompetensi Pengetahuan Kelas Kontrol
Hasil analisis data dari kelas kontrol mencakup penilai aspek
pengetahuan, yaitu pemahaman siswa mengenai teks berita. Hasil analisis
siswa pada aspek pengetahuan diperoleh setelah siswa mengerjakan 5 butir
soal esai mengenai pengertian teks berita, ciri-ciri teks berita, unsur-unsur
berita, dan struktur berita. Berdasarkan hasil data siswa yang berjumlah 30
orang siswa maka diperoleh gambaran bahwa tidak ada siswa yang
mencapai nilai 100 sebagai nilai maksimal. Nilai tertinggi yang diperoleh
siswa adalah 85 yang dicapai oleh 4 orang (13,3%) dan nilai terendah yang
diperoleh siswa adalah 50 yang dicapai oleh 2 orang (6,7%). Berdasarkan
hasil tersebut, gambaran lebih jelas mulai nilai terendah ke nilai tertinggi
yang diperoleh siswa beserta frekuensinya dapat dilihat pada tabel 4.6
berikut ini.
76
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Dan Presentase Nilai Pengetahuan Teks
Berita Kelas Kontrol Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2
Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang
No. Nilai Siswa Frekuensi Persentase (%)
1. 50 2 6,7
2. 56 3 10
3. 62 2 6,7
4. 69 2 6,7
5. 72 4 13,3
6. 78 11 37
7. 80 2 6,7
8. 85 4 13,3
Jumlah 30 100,0
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai
yang diperoleh siswa adalah 78 pada kategori baik. Siswa yang mendapat
nilai < 75 atau tidak tuntas sebanyak 17 orang (57%), sedangkan siswa yang
mencapai nilai 75 atau dinyatakan tuntas sebanyak 13 orang (43,3%).
Hasil analisis nilai tersebut memberikan gambaran bahwa setelah
pengajaran konvensional diterapkan dalam pengajaran membaca teks berita,
rata-rata siswa menjawab soal pengetahuan dengan kurang baik, walaupun
ada sebagian siswa yang sudah mencapai nilai KKM. Perolehan nilai
77
tersebut dipengaruhi dari beberapa kriteria penilaian, yaitu dapat
menjelaskan soal dengan tepat, lengkap, dan logis.
Siswa yang mencapai nilai tertinggi, yaitu 85 karena dalam
menjawab soal esai, mereka dapat menjelaskannya dengan tepat, tidak
lengkap tetapi beberapa soal dijawabnya dengan logis. Oleh karena itu, rata-
rata skor yang diperoleh dari soal pertama dan kedua adalah 2 skor,
sedangkan soal ketiga sampai kelima adalah 5 skor. Selanjutnya, siswa yang
mendapat nilai terendah dikarenakan dalam menjawab 5 butir soal esai,
mereka menjawab beberapa soal dengan tidak jelas dan tidak logis, sehingga
rata-rata skor diperoleh siswa adalah 2 skor.
4) Analisis data postes (tes akhir) kelas kontrol
Hasil analisis data dari postes kelas kontrol mencakup hasil nilai
siswa pada aspek keterampilan dalam membaca teks berita. Berdasarkan
hasil analisis data postes dengan 30 orang siswa yang dianalisis, diperoleh
gambaran bahwa tidak ada siswa yang mampu memperoleh nilai 100
sebagai nilai maksimal. Nilai tertinggi tyang diperoleh siswa adalah 95 yang
dicapai oleh 1 orang siswa (3,3%) dan nilai terendah yang diperoleh siswa
adalah 64 yang dicapai oleh 2 orang siswa (6,7%). Berdasarkan hal tersebut,
gambaran yang lebih jelas mulai nilai terendah ke nilai tertinggi yang
diperoleh siswa beserta frekuensinya dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini.
78
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Postes Membaca
Teks Berita Siswa Kelas Kontrol pada Siswa Kelas VIII A SMP
Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang
No. Nilai Siswa Frekuensi Persentase (%)
1. 64,00 2 6,7
2. 68,00 3 10
3. 70,00 1 3,3
4. 72,00 1 3,3
5. 73,00 2 6,7
6. 74,00 1 3,3
7. 75,00 3 10
8. 77,00 1 3,3
9. 78,00 1 3,3
10. 79,00 3 10
11. 80,00 1 3,3
12. 81,00 5 16,7
13. 83,00 3 10
14. 87,00 1 3,3
79
15. 90,00 1 3,3
16. 95,00 1 3,3
Jumlah 30 100,0
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi
yang diperoleh siswa, yaitu 95 yang dicapai oleh 1 orang (3,3%).
Selanjutnya, sampel yang mendapat niali 90 berjumlah 1 orang (3,3%),
sampel yang mendapat nilai 87 berjumlah 1 orang (3,3%), sampel yang
mendapat nilai 83 berjumlah 3 orang (10%), sampel yang mendapat nilai 81
orang berjumlah 5 orang (16,7%), sampel yang mendapat nilai 80 berjumlah
1 orang (3,3%), sampel yang mendapat nilai 79 berjumlah 3 orang (10%),
sampel yang mendapat nilai 78 berjumlah 1 orang (3,3%), sampel yang
mendapat nilai 77 berjumlah 1 orang (3,3%), sampel yang mendapat nilai 75
berjumlah 3 orang (10%), sampel yang mendapat nilai 74 berjumlah 1 orang
(3,3%), sampel yang mendapat nilai 73 orang berjumlah 2 orang (6,7%),
sampel yang mendapat nilai 72 berjumlah 1 orang (3,3%), sampel yang
mendapat nilai 70 berjumlah 1 orang (3,3%), sampel yang mendapat nilai 68
berjumlah 3 orang (10%), dan sampel yang mendapat nilai 64 berjumlah 2
orang (6,7%).
Berdasarkan hasil perolehan nilai dalam membaca teks beritadi atas
telah diperiksa oleh 2 orang penilai yang disatukan sehingga mendapatkan
nilai akhir perolehan siswa. Nilai tersebut menekankan pada lima aspek
80
penilaian, yaitu penempatan jeda, pelafalan, intonasi, kinesik dan mimik
wajah. Jika dibandingkan dengan data hasil siswa pada pretes dan postes
terdapat peningkatan namun, perbedaanya tidak signifikan. Kekurangan dan
kesalahan siswa saat membaca teks berita sebelumnya masih banyak
didapatkan dalam membaca teks berita pada postes. Hal tersebut dibuktikan
dari hasil skor beberapa aspek kriteria penilaian berita masih pada kategori
sedang.
Rendahnya nilai kemampuan siswa dalam membaca teks berita
berdasarkan pada lima aspek penilaian membaca teks berita. Aspek
penilaian teks berita pertama adalah penempatan jeda rata-rata siswa pada
aspek ini penempatan tekanan, jeda, serta durasi cukup sesuai meskipun
kurang tepat. Selanjutnya, pada aspek pelafalan rata-rata siswa pelafalan
fonem kurang jelas, beberapa kali terpengaruh pelafalan dari bahasa daerah
dan cukup jelas melafalkan bahasa asing.
Selanjutnya, pada aspek intonasi rata-rata siswa penerapan nada
suara cukup bervariasi atau cukup menarik, penempatan intonasi kurang
tepat, dan suara kurang lantang terdengar oleh audien. Selanjutnya pada
aspek kinesik rata-rata siswa gerak-gerik fisik tepat, sikap tubuh cukup
tenang, tetapi kurang stabil. Selanjutnya, pada aspek yang terakhir mimik
wajah rata-rata siswa mimik wajahnya kurang menarik tetapi tatapan
matanya cukup tepat.
Berdasarkan hasil penilai dari kelima aspek penilaian membaca teks
berita membuktikan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja
81
merasa kesulita dalam membaca teks berita. Tampak dari hasil membaca
teks berita masih kurang baik, guru terlalu fokus pada satu sisi tanpa
memperhatikan sisi lainnya. Artinya, guru hanya menjelaskan tentang apa
itu teks berita, apa unsur-unsur teks berita, ciri-ciri teks berita, dan struktur
teks berita, sedangkan cara membaca berita yang baik meliputi penjedaan,
pelafalan, intonasi, kinesik dan mimik wajah tidak di perhatikan dan tidak
dijelaskan oleh guru, sedangkan dalam hal ini yang lebih diutamakan adalah
hasil membaca teks berita.
Hasil analisis deskriptif tersebut diperoleh rangkuman nilai,
frekuensi, dan persentase kemampuan membaca teks berita siswa kelas VIII
SMP Negeri 2 Anggeraja pada postes kelas kontrol dalam berbagai
karakteristik distribusi nilai. Untuk lebih jelasnya, rangkuman karakteristik
distribusi nilai yang diperoleh siswa ditunjukkan pada tabel 4.8 berikut ini.
Table 4.8 Karakteristik Rangkuman Distribusi Nilai Kemampuan
Membaca Teks Berita pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2
Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang
No. Statistik Nilai statistik
1. Rata-rata (mean) 77,2
2. Nilai Maksimum 95
3. Nilai Minimum 64
4. Median 79
82
5. Standar deviasi (Std. Deviation) 7
6. Variance 52
Berdasarkan tabel 4.8 tersebut dapat diketahui bahwa diantara 30
siswa yang mengikuti tes, nilai yang dapat dicapai siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Anggeraja berada pada rentang 95 sampai dengan 64. Nilai
tertinggi yang diperoleh siswa adalah 95 dan nilai terendah yang diperoleh
siswa adalah 64. Hasil tersebut berdasarkan hasil skor kelima aspek penilai
membaca teks berita. Adapun nilai rata-rata siswa adalah 77,2; median
adalah 79; standar deviasi adalah 7; dan niali variance adalah 52. Hasil nilai
memberikan gambaran bahwa siswa belum maksimal dalam membaca teks
beritakarena nilai rata-rata yang diperoleh siswa hanya mencapai nilai 77,2
tidah jauh dari nilai standar yang ditetapkan sekolah yaitu 75.
Berdasarkan karakteristik nilai tersebut, selanjutnya dilakukan
kemampuan membaca teks berita pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Anggeraja yang dideskripsikan berdasarkan kategori nilai. Nilai ini dapat
dilihat pada tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4.9 Klasifikasi Nilai Postes Membaca Teks Berita pada Siswa
Kelas VIII A SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua
Kabupaten Enrekang
No. Nilai Frekuensi (f) Persentase (%) Kategori
1. 86 – 100 3 10% Baik Sekali
83
2.
3.
4.
75 – 85
56 – 74
10 – 55
17
10
-
56,67%
33,33%
-
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah 30 100%
Sumber: Diadopsi dari Nurgiyantoro (2012: 253) dengan beberapa
perubahan.
Hasil klasifikasi kategori pada postes yang ditunjukkan pada tabel 4.9
tersebut dapat dinyatakan bahwa hanya ada 3 orang siswa yang memperoleh
nilai pada kategori kemampuan baik sekali (10%). Selanjutnya, sampel yang
memperoleh nilai pada kategori kemampuan baik berjumlah 17 orang
(56,67%), sedangkan sampel yang memperoleh nilai pada kategori
kemampuan cukup berjumlah 10 (33,33%). Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat kemampuan postes siswa kelas kontrol dalam membaca teks berita
dengan menggunakan pengajaran konvensional (ceramah dan penugasan)
dikategorikan cukup.
Selanjutnya, nilai tersebut kemudian dikonfirmasikan ke dalam
kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah untuk mata
pelajaran bahasa Indonesia. Kriteri ketuntasan minimal (KKM) yang telah
ditetapkan oleh pihak sekolah SMP Negeri 2 Anggeraja untuk mata
pelajaran bahasa Indonesia, dapat dikonfirmasikan ke dalam tabel klasifikasi
tingkat kemampuan siswa yang terdapat pada tabel 4.10 berikut ini.
84
Table 4.10 Klasifikasi Tingkat Kemampuan Membaca Teks Berita
pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan
Malua Kabupaten Enrekang pada Postes Kelas Kontrol
Nilai Frekuensi (f) Persentase (%) Kategori
≥ 75
< 75
20
10
66,67%
33,33%
Tuntas
Tidak tuntas
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, dapat dinyatakan bahwa tingkat
keterampilan membaca teks berita siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Anggeraja kelas kontrol dapat dikatakan cukup memadai sebab sebagian
besar siswa masih berada di atas nilai KKM yang telah ditetapkan. Hal ini
dibuktikan dari sampel yang memperoleh nilai 75 keatas berjumlah 20
orang siswa (66,67%) dan sampel yang belum mampu memperoleh nilai
KKM atau hanya mendapatkan nilai di bawah 75 berjumlah 10 orang siswa
(33,33%).
Berdasarkan hasil analisis deskriptif data pretes dan postes kelas
kontrol menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan membaca teks
berita siswa dengan menggunakan pengajaran konvensional (ceramah dan
penugasan), tetapi tidak terlalu signifikan karena peningkatanya hanya
26,67%.
85
b) Analisis Deskriptif Hasil Pembelajaran Membaca Teks Berita
Kelas Eksperimen pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2
Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang
Data yang diperoleh pada siswa eksperimen terdiri atas dua, yaitu
data hasil pretes (tes awal) yang diperoleh sebelum siswa diberikan
perlakuan, dan data tes akhir (postes) yang diperoleh setelah siswa diberikan
perlakuan berupa metode SQ3R. Data pada postes (tes akhir) merupakan
data keterampilan membaca teks berita dengan menggunakan metode
SQ3R. Hasil belajar siswa pada pretes, dan postes akan dideskripsikan
melalui analisis deskriptif.
1) Analisis Data Pretes (Tes Awal) Kelas Eksperimen
Berdasarkan hasil analisis data tes awal (pretes) dengan jumlah siswa
30 orang yang dianalisis sebagai nilai maksimal. Nilai tertinggi yang
diperoleh siswa adalah 84 yang dicapai oleh 1 orang (3,3%) dan nilai
terendah yang diperoleh 56 yang dicapai 2 orang (6,7%). Berdasarkan hal
tersebut, gambaran lebih jelas mulai nilai tertinggi ke nilai terendah yang
diperoleh siswa beserta frekuensinya dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini.
86
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Pretes Membaca
Teks Berita Kelas Eksperimen pada Siswa Kelas VIII B SMP
Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang
No. Nilai Siswa Frekuensi Persentase (%)
1. 56,00 2 6,7
2. 60,00 1 3,3
3. 64,00 1 3,3
4. 67,00 4 13,3
5. 69,00 4 13,3
6. 70,00 3 10
7. 72,00 6 20
8. 74,00 2 6,7
9. 75,00 2 6,7
10. 77,00 1 3,3
11. 78,00 2 6,7
12. 82,00 1 3,3
13. 84,00 1 3,3
Jumlah 30 100,0
Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi
yang diperoleh siswa, yaitu 84 yang dicapai oleh 1 orang (3,3%). Selanjutnya,
sampel yang mendapat niali 82 berjumlah 1 orang (3,3%), sampel yang
mendapat nilai 78 berjumlah 2 orang (6,7%), sampel yang mendapat nilai 77
berjumlah 1 orang (3,3%), sampel yang mendapat nilai 75 orang berjumlah 2
87
orang (6,7%), sampel yang mendapat nilai 74 berjumlah 2 orang (6,6%),
sampel yang mendapat nilai 72 berjumlah 6 orang (20%), sampel yang
mendapat nilai 70 berjumlah 3 orang (10%), sampel yang mendapat nilai 69
berjumlah 4 orang (13,3%), sampel yang mendapat nilai 67 berjumlah 4
orang (13,3%), sampel yang mendapat nilai 64 berjumlah 1 orang (3,3%),
sampel yang mendapat nilai 60 orang berjumlah 1 orang (3,3%), sampel yang
mendapat nilai 56 berjumlah 2 orang (6,7%).
Berdasarkan hasil perolehan nilai dalam membaca teks berita di atas
telah diperiksa oleh dua orang penilai yang disatukan sehingga mendapat
nilai. Nilai tersebut menekankan pada lima aspek, yaitu penempatan jeda,
pelafalan, intonasi, kinesik, dan mimik wajah. Pada aspek penempatan jeda,
rata-rata siswa masih dikategorikan belum bisa mengatur jeda, mereka tidak
memperhatikan tanda baca titik koma pada teks berita. Selanjutnya, pada
aspek pelafalan rata-rata siswa pelafalan fonem tidak jelas, terpengaruh
pelafalan dari bahasa daerah, dan kurang jelas dalan pelafalan bahasa asing.
Selanjutnya, pada apek intonasi rata-rata siswa masih dikategorikan
belum bisa mengatur intonasi penerapan nada suara kurang bervariasi atau
kurang menarik, kurang tepat, dan suara kurang lantang terdengar oleh
audien. Selanjutnya, pada aspek kinesik rata-rata siswa gerak-gerik fisik
kurang tepat, sikap tubuh kurang tenang, dan kurang stabil. Selanjutnya, pada
aspek mimik wajah rata-rata siswa memiliki mimik kurang menarik dan
tatapan wajah kurang menarik.
88
Berdasarkan hasil analisis deskriptif tersebut diperoleh rangkuman
nilai, frekuensi, dan persentase kemampuan membaca teks berita kelas VIII
SMP Negeri 2 Anggeraja pada pretes kelas eksperimen dalam berbagai
karakteristik distribusi nilai. Untuk lebih jelasnya, rangkuman karakteristik
distribusi nilai yang diperoleh siswa ditunjukkan pada Tabel 4.12 berikut ini.
Tabel 4.12 Karakteristik Rangkuman Distribusi Nilai Kemampuan
Membaca Teks Berita pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2
Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang pada Pretes
Kelas Eksperimen
No. Statistik Nilai Statistik
1. Rata-rata (mean) 70,6
2. Nilai Maksimum 84
3. Nilai Minimum 56
4. Median 71
5. Standar deviasi (Std. Deviation) 6
6. Variance 40
Berdasarkan Tabel 4.12 tersebut dapat diketahui bahwa di antara 30
siswa yang mengikuti tes, nilai yang dapat dicapai siswa kelas VIII B SMP
Negeri 2 Anggeraja (kelas eksperimen) berada pada rentang 84 sampai dengan
nilai 56. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 84 dan nilai terendah yang
diperoleh siswa adalah 56. Hasil tersebut berdasarkan dari hasil skor kelima
89
aspek penilaian membaca teks berita, yaitu pelafalan, penempatan jeda,
intonasi, kinesik, dan mimik wajah. Adapun nilai rata-rata siswa adalah 70,6;
median adalah 71; standar deviasi adalah 6; dan nilai variance adalah 40. Hasil
nilai tersebut memberikan gambaran bahwa siswa belum mampu dalam
membaca teks berita karena rata-rata nilai yang diperoleh siswa belum
mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal, yaitu 75.
Berdasarkan karakteristik nilai tersebut, selanjutnya klasifikasi
kemampuan membaca teks berita siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Anggeraja
(kelas eksperimen) yang dideskripsikan berdasarkan kategori nilai. Hal ini
dapat diamati pada tabel 4.13 berikut ini.
Tabel 4.13 Klasifikasi Nilai Pretes Membaca Teks Berita pada Siswa
Kelas VIII B SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua
Kabupaten Enrekang pada Kelas Eksperimen
No. Nilai Frekuensi (f) Persentase (%) Kategori
1.
2.
3.
4.
86 – 100
75 – 85
56 –74
10 – 55
-
7
23
-
-
23,33%
76,67%
-
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah 30 100%
Sumber: Diadopsi dari Nurgiyantoro (2012:253) dengan beberapa perubahan.
90
Hasil klasifikasi kategori tersebut dapat dinyatakan bahwa tidak ada
siswa (0%) yang memperoleh nilai pada kategori kemampuan baik sekali.
Selanjutnya, sampel yang memperoleh nilai pada kategori kemampuan baik
sebanyak 7 orang (23,3%), sedangkan sampel yang memperoleh nilai pada
kategori kemampuan cukup sebanyak 23 orang (76,67%). Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pretes siswa kelas eksperimen dalam membaca
teks berita dengan menggunakan metode SQ3R dikategorikan cukup.
Selanjutnya, nilai tersebut dikonfirmasikan ke dalam kriteria
ketuntasan yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah dalam hal ini SMP
Negeri 2 Anggeraja untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu 75. Sesuai
dengan nilai perolehan siswa pada pretes membaca teks berita yang
dikonfirmasikan terhadap nilai KKM Bahasa Indonesia, dapat
dikonfirmasikan ke dalam tabel klasifikasi tingkat kemampuan siswa yang
terdapat pada tabel 4.14 berikut ini.
Tabel 4.14 Klasifikasi Tingkat Kemampuan Membaca Teks Berita Siswa
Kelas VIII B SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua
Kabupaten Enrekang pada Pretes Kelas Eksperimen
Nilai Frekuensi Persentase (%) Kategori
≥ 75
< 75
7
23
23,33%
76,67%
Tuntas
Tidak Tuntas
jumlah 30 100
91
Berdasarkan tabel 14.4 di atas dapat dinyatakan bahwa tingkat
kemampuan membaca teks berita siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Anggeraja dapat dikatakan belum memadai karena sebagian besar siswa
masih berada di bawah nilai KKM yang telah ditetapkan. Hal ini dibuktikan
dari sampel yang memperoleh nilai 75 ke atas berjumlah 7 siswa (23,33%)
dan sampel yang belum mampu memperoleh nilai KKM atau hanya
mendapatkan nilai di bawah 75 berjumlah 23 siswa (76,67%). Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa nilai yang diperoleh siswa sampel yang
memperoleh nilai 75 ke atss belum mencapai kriteria tingkat kemampuan
siswa sampel, yaitu 85%.
2) Analisis data penilaian kompetensi sikap kelas eksperimen
Hasil analisis data dari kelas eksperimen mencakup kompetensi
sikap, yaitu penilaian proses siswa dalam pengajaran membaca teks berita.
Penilaian tersebut adalah hasil nilai siswa yang menekankan lima kriterial
penilaian sikap, yaitu spiritual, jujur, tanggung jawab, dan santun. Kriterial
penilai pada kompetensi sikap berbeda dengan penilaian kompetensi
pengetahuan dan keterampilan. Nilai tertinggi pada penilaian sikap adalah
4,00 dengan kategori sangat baik dan nilai terendah adalah 1,66 pada
kategori kurang. Hal ini merupakan ketetapan kemendikbud No. 81A
kurikulum 2013.
Berdasarkan data tersebut maka diperoleh gambaran bahwa
sebanyak 2 orang (6,7%) siswa yang mampu memperoleh nilai 4,00 sebagai
nilai maksimal dan nilai terendah 1,62 yang dicapai oleh 1 orang (3,3%).
92
Berdasarkan hal tersebut, gambaran lebih jelas mulai nilai terendah ke nilai
tertinggi yang diperoleh siswa beserta frekuensinya dapat dilihat pada Tabel
4.15 berikut ini.
Table 4.15 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Sikap Pengajaran
Membaca Teks berita Kelas eksperimen Siswa Kelas VIII B SMP
Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang
No. Nilai Siswa Frekuensi Persentase (%)
1. 1,62 1 3,3
2. 2,60 2 6,7
3. 2,30 1 3,3
4. 2,67 3 10
5. 2,90 4 13,3
6. 3,00 6 20
7. 3,20 6 20
8. 3,65 2 6,7
9. 3,67 3 10
10. 4,00 2 6,7
Jumlah 30 100,0
93
Hasil perolehan nilai pada Tabel 4.15 tersebut memberikan gambaran
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil penilaian sikap siswa
pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen siswa mampu
memperoleh nilai tertinggi atau rata-rata pada kategori baik. Tampak dari rata-
rata nilai yang diperoleh siswa adalah 2,97. Siswa yang mendapat nilai dengan
kategori sangat baik pada rentang nilai (3,66 - 4,00) sebanyak 5 orang
(16,7%), siswa yang mendapat nilai dengan kategori baik pada rentang nilai
(2,66 – 3,65) sebanyak 21 orang (70%), siswa yang mendapat nilai dengan
kategori kurang pada rentang nilai ( 1,66) sebanyak 4 orang (13,3%).
Berdasarkan data hasil nilai sikap tersebut memberikan gambaran
bahwa proses pengajaran membaca teks berita siswa ketika diberikan
perlakuan, yaitu penerapan metode SQ3R (survey, question, reading, recite,
and review) sangat memadai. Proses penerapan metode SQ3R (survey,
question, reading, recite, and review) dalam membaca teks berita pada kelas
eksperimen diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama
proses pengajaran berlangsung. Pengajaran membaca teks berita dilaksanakan
selama 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan berlangsun 2x45 menit. Selama
pengajaran berlangsung, hampir seluruh siswa mengikutinya dengan baik.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, siswa menunjukkan empat kriteria sikap,
yaitu spiritual, jujur, tanggung jawab, dan santun.
Pada kriteria nilai sikap penilaian spiritual, rata-rata siswa telah
menunjukkan sikap yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Rata-rata siswa menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
94
Pada saat siswa memulai pengajaran dengan berdoa, di pertemuan pertama,
sebagian siswa hanya bercerita dan melakukan kegiatan lain sehingga kegitan
berdoa menjadi tidak tenang. Namun, ketika siswa dikenakan dengan
penerapan metode SQ3R (survey, question, reading, recite, and review), di
akhir pengajaran sampai pada pertemuan berikutnya, siswa tidak lagi
mengulang sikap yang dilakukanya, tetapi membuka dan penutup pengajaran
dengan berdoa sehingga suasana kelas menjadi tenang dan tertib.
Selanjutnya, pada kriterial sikap jujur, rata-rta siswa telah
menunjukkan sikap tersebut selama proses pengajaran berlangsung maupun di
akhir pengajaran.Tradisi menyontek sebagai salah satu hal yang sering
didapatkan ketika siswa diberikan tugas di sekolah, PR, maupun ujian.
Namun, siswa pada kelas eksperimen tampak percaya diri menyelesaikan
tugasnya sendiri apabila diberi tugas individu dan terlihat kompak apabila
diberi tugas secra berkelompok. Bahkan ketika mereka diberikan tugas untuk
tampil di depan kelas membaca teks berita sebagian siswa dengan percaya
dirinya maju ke depan untuk tampil.
Selanjutnya, pada kriteria sikap tanggung jawab, rata-rata siswa pada
kelas eksperimen menunjukkan sikap tanggung jawab. Tampak ketika guru
memberikan tugas individu, mereka menyelesaikannya dengan baik dan ketika
guru memerikan tugas secara berkelompok mereka bertanggung jawab untuk
menyelesaikan tugas tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Kadang-kadang
menunjukkan sikap tanggung jawab. Tampak ketika siswa tersebut melakukan
kesalahan, mereka kadang meminta maaf atas kesalahan yang dilakukannya.
95
Namun, ketika berhubungan dengan tugas rata-rata siswa tidak menyelesaikan
tugas individunya dengan baik. Namun, ada beberapa siswa ketika ia
melakukan kesalahan, ia kadang tidak meminta maaf atas kesalahan yang
dilakukannya.
Kriteria penilaian yang terakhir adalah sikap santun. Rata-rata siswa
setelah meminta bantuan kepada temannya telah mengucapakan terima kasih.
Ketika siswa melaksanakan pengajaran dengan menggunakan metode SQ3R
(survey, question, reading, recite, and review) siswa mampu menunjukkan
sikap yang santun. Hal ini terbuktinya dengan siswa menyampaikan pendapat
dengan menggunakan bahasa yang santun. Rata-rata siswa telah
menggunakan bahasa santun ketika mengkritik pendapat temannya.
Walaupun, ada beberapa siswa yang masih tidak sopan ketika mengkritik
pendapat teman karena faktor kebiasaan siswa yang sulit untuk diubah.
Berdasarkan hasil deskripsi penilaian sikap pada kelas eksperimen,
disimpulkan bahwa siswa telah menunjukkan sikap spiritual, jujur, tanggung
jawab, dan sopan saat pelaksaanaan proses pengajaran. Selain itu, penggunaan
suatu metode pembelajaran dan inovasi pengajaran yang dilakukan guru dapat
Mempengaruhi Proses Pengajaran.
3) Analisis Data Penilain Kompetensi Pengetahuan Kelas Eksperimen
Hasil analisis data dari kelas eksperimen mencakup penilain aspek
pengetahuan, yaitu pemhaman siswa mengenai teks berita. Hasil analisis nilai
siswa pada aspek pengetahuan diperoleh setelah siswa mengerjkan 5 butir soal
esai yang mencakup pengertian teks berita, ciri-ciri teks berita, unsur-unsur
96
teks berita, dan dapat menjelasakan strukut teks berita. Berdasarkan hasil data
siswa yang berjumlah 30 orang siswa maka diperoleh gambaran bahwa
sebanyak 3 orang (10%) yang mampu memperoleh nilai 98 sebagai nilai
maksimal dan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 56 yang dicapai oleh
2 orang (6,7%). Berdasarkan hal tersebut, gambaran lebih jelas mulai nilai
terendah ke nilai tertinggi yang diperoleh siswa beserta frekuensinya dapat
dilihat pada tabel 4.16 berikut ini.
Table 4.16 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Pengetahuan Teks
Berita Kelas Eksperimen Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2
Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang
No. Nilai Siswa Frekuensi Persentase (%)
1. 56,00 2 6,7
2. 57,00 1 3,3
3. 64,00 1 3,3
4. 69,00 1 3,3
5. 70,00 2 6,7
6. 75,00 5 16,7
7. 82,00 3 10
8. 90,00 12 40
97
9. 98,00 3 10
Jumlah 30 100,0
Berdasarkan tabel 4.16 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai
yang diperoleh siswa adalah 73,4 pada kategori cukup. Siswa yang mendapat
nilai 75 atau tidak tuntas sebanyak 7 orang (23,3%), sedangkan siswa yang
mencapai nilai 75 atau dinyatakan tuntas sebanyak 23 orang (76,7%).
Hasil analisis nilai tersebut memberikan gambaran bahwa setelah
pengajaran konvensional diterapkan dalam pengajaran membaca teks berita,
rata-rata siswa menjawab soal teori dengan baik, walaupun ada sebagian
siswa yang belum mencapai KKM. Perolehan nilai tersebut dipengaruhi dari
beberapa kriteria penilaian, yaitu dapat menjelaskan soal dengan tepat,
lengkap, dan logis.
Siswa yang mencapai nilai tertinggi, yaitu 98 karena menjawab 5 butir
soal esai, mereka dapat menjelaskannya dengan tepat, lengkap, dan logis.
Oleh karena itu, rata-rata skor yang diperoleh dari soal pertama dan kedua
adalah 5 skor sebagai skor tertinggi dari soal tersebut, sedangkan soal ketiga
sampai soal kelima adalah 10 skor sebagai skor tertinggi dari soal tersebut.
Selanjutnya, siswa yang mendapat nilai terendah dikarenakan dalam
menjawab 5 soal esai, mereka menjawab beberapa soal dengan tidak jelas dan
tidak logis, namun soal lainnya dijawab dengan tepat, lengkap, dan logis.
Sehingga rata-rata skor diperoleh 2 dan 10 skor.
98
4) Analisis Data Postes (Tes Akhir) Kelas Eksperimen
Hasil analisis data dari protes kelas eksperimen adalah hasil nilai
siswa pada keterampilan dalam membaca teks berita. Berdasarkan hasil
analisis data dari postes kelas eksperimen yang berjumlah 30 orang siswa
diperoleh gambaran bahwa tidak ada siswa yang mampu memperoleh nilai
100 sebagai nilai maksimal. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 95
yang dicapai oleh 2 orang (6,7%) dan nilai terendah yang diperoleh siswa
adalah 72 dicapai 1 orang (3,3%). Berdasarkan hal tersebut, gambaran lebih
jelas mulai nilai terendah ke nilai tertinggi yang diperoleh siswa beserta
frekuensinya dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut ini.
Table 4.17 Distribusi Frekuensi dan Persentase Membaca Teks Berita
Kelas Eksperimen pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2
Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang
No. Nilai siswa Frekuensi Persentase (%)
1. 72,00 1 3,3
2. 75,00 2 6,7
3. 77,00 1 3,3
4. 79,00 1 3,3
5. 80,00 6 20
6. 84,00 4 13,3
99
7. 85,00 3 10
8. 86,00 3 10
9. 87,00 2 6,7
10. 90,00 3 10
11. 92,00 2 6,7
12. 95,00 2 6,7
Jumlah 30 100,0
Berdasarkan tabel 4.17 tersebut dapat diketahui bahwa nilai
tertinggi yang diperoleh siswa adalah 95 yang dicapai oleh 2 orang (6,7%).
Selanjutnya, sampel yang mendapat nilai 92 berjumlah 2 orang (6,7%),
sampel yang mendapat nilai 90 berjumlah 3 orang (10%), sampel yang
mendapat nilai 87 berjumlah 2 orang (6,7%), sampel yang mendapat nilai
86 berjumlah 3 orang (10%), sampel yang mendapat nilai 65 berjumlah 3
orang (10%), sampel yang mendapat nilai 84 berjumlah 4 orang (13,3%),
sampel yang mendapat nilai 80 berjumlah 6 orang (20%), sampel yang
mendapat nilai 79 berjumlah 1 orang (3,3%), sampel yang mendapat nilai
77 berjumlah 1 orang (3,3%), sampel yang mendapat nilai 75 berjumlah 2
orang (6,7%), sampel yang mendapat nilai 72 berjumlah 1 orang (3,3%).
100
Berdasarkan hasil perolehan nilai dalam membaca teks berita di
atas diperiksa oleh 2 orang penilai yang disatukan sehingga mendapat nilai
akhir perolehan siswa. Nilai tersebut menekankan pada lima aspek
penilaian. Jika dibandingkan dengan hasil nilai siswa pada pretes dan
postes dalam membaca teks berita terdapat peningkatan yang signifikan.
Kekurangan dan kesalahan siswa ketika membaca teks berita sebelumnya
dapat mereka perbaiki dengan baik pada tes akhir membaca teks berita
setelah diterapkan metode SQ3R (survey, question, reading, recite, and
review). Perbedaan hasil penilaian membaca teks berita siswa kelas VIII
SMP Negeri 2 Anggeraja pada pretes dan postes di kelas eksperimen
menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal tersebut terbukti dari hasil
skor beberapa aspek kriteria penilaian teks beritarata-rata pada kategori
baik.
Pada aspek penilain pertama Pada aspek penempatan jeda, rata-rata
siswa masih dikategorikan baik bisa mengatur jeda, serta durasi cukup
sesuai dan tepat. Selanjutnya, pada aspek pelafalan rata-rata siswa
pelafalan fonem jelas, tidak ada pengaruh pelafalan dari bahasa daerah,
dan cukup jelas dalan pelafalan bahasa asing.
Selanjutnya, pada apek intonasi rata-rata siswa dikategorikan sudah
bisa mengatur intonasi penerapan nada suara bervariasi atau menarik,
penempatan intonasinya tepat, dan suara lantang terdengar oleh audien.
Selanjutnya, pada aspek kinesik rata-rata siswa gerak-gerik fisik tepat,
sikap tubuh tenang, dan stabil. Selanjutnya, pada aspek mimik wajah rata-
101
rata siswa memiliki mimik wajah menarik dan tatapan wajah tepat. Selain
penilain ke lima aspek tersebut terdapat penilai tes melalui LKS
menggunakan penerapan metode SQ3R (survey, question, reading, recite,
and review).
Proses pembelajaran pada kelas eksperimen dilakukan dengan
mengikuti langkah-langkah pelaksanaan metode SQ3R (survey, question,
reading, recite, and review). Pelaksanaan pembelajaran di kelas
eksperimen siswa sangat antusias karena pembelajaran berpusat pada
siswa sehingga siswa lebih senang dalam belajar. guru memberikan
penjelasan sesuai dengan topik pembelajaran. Pada kegiatan ini, guru
memberikan tugas kepada masing-masing kelompok yang didalamnya
terdapat teks berita. Siswa bekerja sama saling berdiskusi (survey) dan
membuat daftar pertanyaan berdasarkan unsur-unsur berita (Question).
Siswa membaca teks beritasecara keseluruhan dan saling bekerja sama
(Reading). Setelah membaca teks berita secara bersama dan memahami isi
teks berita yang telah dibaca (Recite). Selanjutnya, setelah siswa
menjawab pertanyaan, kemudian siswa mereview kembali jawaban yang
telah dijawab sesuai dengan isi teks berita (Review).
Hasil analisis deskriptif tersebut diperoleh rangkuman nilai,
frekuensi, dan persentase keterampilan membaca teks berita siswa kelas
VIII SMP Negeri 2 Anggeraja pada postes kelas eksperimen dalam
berbagaia karakteristik distribusi nilai. Untuk lebih jelasnya, rangkuman
102
karakteristik distribusi nilai yang diperoleh siswa ditunjukkan pada tabel
4.18 berikut ini.
Table 4.18 Karakteristik Rangkuman Distribusi Nilai Keterampilan
Membaca Teks Berita pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2
Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang
No. Statistik Nilai Statistik
1. Rata-rata (mean) 84
2. Nilai Maksimum 95
3. Nilai Minimum 72
4. Median 84,5
5. Standar deviasi (Std. Deviation) 6
6. Variance 32
Berdasarkan tabel 4.18 tersebut dapat diketahui bahwa di antara 30
siswa yang mengikuti tes, nilai yang dapat dicapai siswa kelas VIII B SMP
Negeri 2 Anggeraja berada pada rentang 95 sampai dengan 72. Nilai
tertinggi yang diperoleh siswa adalah 95 dan nilai terendah yang diperoleh
siswa adalah 72. Hasil tersebut berdasarkan dari hasil skor keenam aspek
penilai membaca teks berita. Adapun nilai rata-rata siswa adalah 84;
median adalah 84,5; standar deviasi adalah 6; dan nilai variance adalah 32.
Hasil nilai tersebut memberikan gambaran bahwa siswa mampu dalam
103
membaca teks beritakarena rata-rata nilai yang diperoleh siswa telah
mencapai di atas nilai kriteria ketuntasan minimal dalam membaca teks
berita.
Berdasarkan karakteristik nilai tersebut, selanjutnya dilakukan
klasifikasi kemampuan membaca teks berita siswa kelas eksperimen yang
dideskripsikan berdasarkan kategori nilai. Hal ini dapat diamati pada tabel
4.19 berikut ini.
Tabel 4.19 Klasifikasi Nilai Postes Membaca Teks Berita pada Siswa
Kelas VIII B SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua
Kabupaten Enrekang Kelas Eksperimen
No. Nilai Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
Kategori
1.
2.
3.
4.
86 – 100
75 – 85
56 –74
10 – 55
12
17
1
-
40%
56,67%
3,33%
-
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah 30 100%
Sumber: Diadopsi dari Nurgiyantoro (2012:253) dengan beberapa
perubahan.
Hasil dari klasifikasi kategori pada postes yang ditunjukkan pada
tabel 4.19 tersebut dapat dinyatakan bahwa ada 12 orang siswa yang
memperoleh nilai pada kategori kemampuan baik sekali (40%). Selanjutnya,
sampel yang memperoleh nilai pada kategori kemampuan baik berjumlah 17
104
orang (56,67%), sedangkan sampel yang memperoleh nilai pada kategori
kemampuan cukup hanya berjumlah 1 orang (3,33%). Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat kemampuan postes siswa kelas eksperimen dalam membaca
teks beritadengan menggunakan metode pembelajaran SQ3R dikategorikan
baik.
Selanjutnya nilai tersebut dikonfirmasikan ke dalam kriteria
ketuntasan yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah untuk mata pelajaran
bahasa Indonesia. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan
oleh pihak sekolah dalam hal ini SMP Negeri 2 Anggeraja untuk mata
pelajaran bahasa indonesia, yaitu 75. Sesuai dengan nilai perolehan siswa
pada postes membaca teks berita yang dikonfirmasikan terhadap nilai KKM
bahasa Indonesia, maka dapat dikonfirmasikan ke dalam tabel klasifikasi
tingkat kemampuan siswa yang terdapat pada tabel 4.20 berikut ini.
Table 4.20 Klasifikasi Tingkat Kemampuan Membaca Teks Berita
Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan
Malua Kabupaten Enrekang Kelas Eksperimen
Nilai Frekuensi Persentase (%) Kategori
≥ 75
< 75
29
1
96,7%
3,3%
Tuntas
Tidak Tuntas
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 4.20 di atas, dapat dinyatakan bahwa tingkat
keterampilan membaca teks berita siswa kelas VIII B SMP Negeri 2
105
Anggeraja kelas eksperimen dapat dikatakan sangat memadai karena
sebagaian besar siswa berada pada kategori tuntas sesuai dengan nilai KKM
yang telah ditetapkan. Hal ini dibuktikan dari sampel yang lulus atau
memperoleh nilai 75 ke atas berjumlah 29 orang siswa (96,7%) dari jumlah
keseluruhan 30 orang siswa dan sampel yang belum mampu memperoleh
nilai KKM atau hanya mendapatkan nilai di bawah 75 berjumlah 1 orang
siswa (3,3%) saja.
Dapat diketahui bahwa metode SQ3R (survey, question, reading,
recite, and review) dalam membaca teks berita sangat tepat karena langkah-
langkah metode ini, yaitu penelaan pendahuluan, membuat pertanyaan,
mengutarakan kembali, dan mengulang kembali untuk menemukan ide-ide
pokok berita yang dibaca serta menekankan pada keefektifan siswa selama
proses pengajaran. Wujud keefektifan tersebut tidak hanya pada hasil kerja
siswa, tetapi juga pada tahap proses membaca teks berita, sehingga dapat
melatih siswa untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban yang mereka
cari, mengajarkan siswa dalam keterampilan memecahkan masalah, serta
tanggung jawab pada hasil kerja mereka.
2. Analisis Inferensial
Berdasarkan hasil analisis data tes kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapat diketahui keefektifan metode SQ3R (survey, question,
reading, recite, and review) dalam membaca teks berita kelas VIII SMP
Negeri 2 Anggeraja. Untuk menganalisis keefektifan penggunnaan metode
digunakan teknik analisis statistik inferensial atau uji t. Hasil analisis
106
statistik inferensial dimaksudkan untuk menjawab hipotesis penelitian yang
telah dirumuskan sebelumnya. Sebelum melakukan analisis inferensial
terlebih dahulu dilakukan beberapa pengujian persyaratan analisis, yaitu uji
normalitas, dan uji homogenitas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
apakah data yang diperoleh dari hasil penelitian berdistribusi normal dan
homogen. Selanjutnya, barulah dapat dikatakan uji hipotesis untuk
mengetahui data yang diperoleh dari hasil penelitian (kelas kontrol dan
kelas eksperimen).
a. Uji Persyaratan
1) Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
perhitungan kolmogorov-Smirnov dengan kriteria jika nilai p-value > α atau
Sig. > 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal, namun jika nilai sig.
< 0,05 maka data dinyatakan data tidak berdistribusi normal dengan
hipotesis sebagai berikut
H0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 : Data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Adapun uji normalitas untuk data yang berasal dari kelas kontrol
dan kelas eksperimen terlihat pada tabel 4.21 dan tabel 4.22 berikut ini.
107
Tabel 4.22 Uji Normalitas Kelas Eksperimen
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Kelas
Eksperimen ,129 30 ,200
* ,972 30 ,589
Berdasarkan hasil analisis uji normalitas dengan menggunakan
program SPSS versi 23 for windows pada tabel 4.21 dapat diketahui bahwa
untuk kelas kontrol memiliki nilai p-value = 0,200 untuk uji kolmograv-
Smirnov. Artinya, p-value lebih besar dari α = 0,05 sehingga
H0: Data dari populasi berdistribusi normal tidak dapat ditolak.
Selanjutnya, untuk uji normalitas pada kelas eksperimen, sesuai
pada tabel 4.22 diperoleh data bahwa nilai p-value = 0,002, untuk uji
normalitas kolmograv-Smirnov. Artinya, p-value lebih besar dari α = 0,05
sehingga
H0: Data dari populasi yang berdistribusi normal tidak dapat ditolak.
Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan data dari kedua kelas
(kelas kontrol dan kelas eksperimen) berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. Selanjutnya, setelah data tersebut dinyatakan normal maka dapat di
Tabel 4.22 Uji Normalitas Kelas Kontrol
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Kelas
Kontrol ,112 30 ,200
* ,973 30 ,610
108
analisis melalui uji kolmograv-Smirnov homogenitas untuk mengetahui data
tersebut homogen atau tidak sebelum di analisis melalui uji t (hipotesis).
2) Uji Homogenitas
Prasyarat kedua yang harus dipenuhi sebelum melakukan uji t adalah
kehomogenan variansi data. Hadi (2004) mengemukakan kriteria uji
homogenitas adalah jika nilai signifikansi > 0,05 maka data dinyatakan
homogen dan jika nilai signifikansi < 0,05 maka data dinyatakan tidak
homogen. Uji homogenitas variansi populasi data hasil membaca teks
beritasiswa dengan penerapan metode pembelajaran SQ3R untuk populasi
penelitian ini menggunakan Teks of Homogeneity of Variances. Adapun
hasil analisis dapat dilihat pada tabel 4.23 berikut ini.
Tabel 4.23 hasil uji homogenitas (Test of Homogeneity of Variances)
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1,207 1 58 ,276
Analisis data pada SPSS dengan menggunakan perhitungan
homogenitas variansi populasi, diperoleh nilai p-value = 0,276. Ketentuan
yang harus dipenuhi sebagai syarat agar data berasal dari populasi yang
homogen (sama), yaitu p-volue > , = 0,05. Karena nilai p-value = 0,276
> = 0,05 maka, berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan
bahwa variansi populasi berasal dari populasi yang sama (homogen).
Setelah dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas, sebagai uji prasyarat untuk melakukan uji t, selanjutnya akan
dilakukan uji t untuk menguji dan menjawab hipotesis penelitian ini.
109
Adapun uji t yang dimaksud seperti yang diuraikan berikut ini.
3) Uji hipotesis (t)
Gain score yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
menggunakan uji t independen sehingga diperoleh hasil. Adapun hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Jika thitung≥ ttabel, maka secara segnifikan hipotesis altternatif H1 diterima
atau H0 ditolak. Artinya, metode SQ3R (survey, question, reading, recite
and review) efektif diterapkan dalam membaca teks berita pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten
Enrekang.
2. Dan jika ttabel> thitung, maka secara segnifikan H1 ditolak atau H0
diterima. Artinya, metode SQ3R (survey, question, reading, recite, and
review) tidak efektif diterapkan dalam membaca teks berita pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten
Enrekang. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan sistem
Statistical package for social sctence (SPSS) versi 23
Uji hipotesis yang digunakan adalah teknik analisis uji t
independen (independent sampel t test) setelah sebelumnya dilakukan uji
prasyarat analisis, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas, dan diperoleh
hasil bahwa data tersebut normal dan homogen. Nilai yang dijadikan
perhitungan pada uji t independen adalah nilai akhir setelah diadakan
110
postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun nilai akhir
perolehan siswa dapat dilihat pada lampiran.
Nilai perolehan siswa kemudian dianalisis dengan menggunakan
uji t independen sehingga diperoleh hasil bahwa hopotesis alternatif (H1)
diterima apabila nilai t hitung nilai t tabel atau p-value < 0,05%.
Sebaliknya H1 ditolak apabila nilai t hitung nilai t tabel. Dengan kata lain,
hipotesis diterima apabila t hitung lebih besar atau sama dengan t tabel pada
taraf signifikan 0,05%. Hasil dari uji t independen tersebut diuraikan
sebagai berikut ini.
Tabel 4.24 Hasil Uji t
Berdasarkan hasil analisis statistik infersial pada tabel 4.24 tersebut
menunjukkan nilai keterampilan membaca teks berita dengan metode
SQ3R (survey, question, reading, recite, and review) pada siswa kelas VIII
SMP Negeri 2 Anggeraja yang dijadikan sebagai subjek penelitian. Nilai
keefektifan metode SQ3R (survey, question, reading, recite, and review)
dalam membaca teks berita siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja
sebesar 4,094. Berdasarkan nilai t hitung tersebut dapat dibandingkan
dengan nilai t table dengan db = N-1 = 30-1 dan t0 0,975 2,04. Sementara, t
111
hitung = 4,094 dan t tabel = 2,04 (signifikan 0,975%). Dengan demikian, t
hitung = 4,094 > t tabel = 2,04 dan p-value 0,000 < 0,05% yang berarti
hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima. Hal ini
membuktikan bahwa metode SQ3R efektif digunakan dalam membaca
teks berita siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja.
B. Pembahasan
Pada bagian ini di uraikan temuan yang diperoleh dari hasil data
penelitian tentang keefektifan metode SQ3R (survey, question, reading,
recite, and review) dalam membaca teks berita pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Anggeraja.
1. Kemampuan Membaca Teks Berita siswa Melalui Pengajaran
Konvensional (Ceramah dan Penugasan) Pada Kelas Kontrol
Hasil pengamatan selama proses pengajaran membaca teks berita
melalui pengajaran konvensional (ceramah dan penugasan) membuktikan
bahwa siswa kurang menunjukkan sikap spiritual, jujur, tanggung jawab,
dan santun. Rata-rata siswa memperoleh nilai 1,9 pada kategori cukup.
Rendahnya nilai sikap yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu sebagian siswa menjadi malas dan tidak santun,
mengalami kebingungan, hanya tinggal diam, kurang semangat, merasa
bosan, sulit menciptakan ide, dan kurang percaya diri. Segala masalah
pribadi yang dihadapi siswa dalam pengajaran sulit diselesaikan karena guru
lebih dominan dan kurang kreatif dalam melakukan inovasi pengajaran,
kurangnya motivasi yang diberikan siswa dalam pengajaran, sehingga tidak
adanya interaksi antara guru dan siswa untuk memahami materi mengenai
112
teks berita. Terbukti tidak ada siswa yang mendengarkan penjelasan guru
dengan baik, tidak adanya keberanian dan keingintahuan siswa dalam
mengajukan pertanyaan untuk lebih memahami teks berita, karena dari 30
orang siswa dari awal hingga akhir pengajaran mengenai teks berita, hanya
4 orang siswa yang mengajukan pertanyaan. Selain itu, tidak adanya diskusi
dalam mencurahkan gagasan siswa untuk memecahkan masalah yang
dialami siswa dalam pengajaran membaca teks berita.
Kegiatan tersebut berpengaruh negatif terhadap pengetahuan siswa
dalam memahami teks berita dan kemampuan membaca teks berita. Hal
tersebut tidak sejalan dengan tuntutan kurikulum 2013 yang menekankan
pada penilaian autentik, yaitu keseimbangan antara penilaian kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kemampuan berbahasa siswa dapat
terwujud melalui pengajaran berkelanjutan dimulai dengan meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dengan menyajikan secara baik dan spontan
ataupun terencana, serta bermuara pada pembentukan sikap.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif data pretes dan postes kelas
kontrol melalui pengajaran konvensional (ceramah dan penugasan)
mengalami peningkatan, namun tidak signifikan karena peningkatannya
hanya 26, 67%. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata hasil pretes siswa berada
pada kategori cukup dengan nilai 72 yang berada pada rentang nilai 56 – 74.
Adapun hasil postes siswa kelas eksperimen berada pada kategori baik
dengan nilai 77 yang berada pada rentang nilai 75 – 85. Hal tersebut
113
menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol mengalami kendala dan
hambatan dalam membaca teks berita.
Selanjutnya, ketika siswa diberikan tes pengetahuan untuk
mengetahui pemahaman siswa mengenai teks berita, rata-rata hasil penilaian
yang diperoleh siswa berada pada kategori cukup dengan nilai 69. Siswa
yang mendapatkan nilai tertinggi pada aspek pengetahuan mengenai
membaca teks beritajuga mendapat nilai tertinggi pada aspek sikap dan
keterampilan. Begitu pun siswa yang memperoleh nilai terendah pada aspek
pengetahuan mengenai membaca teks berita juga mendapat nilai terendah
pada aspek sikap dan keterampilan. Artinya, ada pengaruh yang besar
dengan model yang digunakan guru dalam pengajaran teks berita terhadap
peningkatan proses pengajaran siswa, pemahaman siswa mengenai teks
berita, maupun keterampilan siswa dalam membaca teks berita.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perubahan yang sangat signifikan setelah diterapkannya pengajaran
konvensional (ceramah dan penugasan) dalam membaca teks berita siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja.
2. Kemampuan Membaca Teks Berita Siswa Melalui Metode SQ3R
(Survey, Question, Reading, Recite, And Review) pada Kelas
Eksperimen
Hasil pengamatan selama proses pengajaran membaca teks berita
melalui metode SQ3R (survey, question, reading, recite, and review)
membuktikan bahwa siswa telah menunjukkan sikap sipritual, jujur,
tanggung jawab, dan sopan. Rata-rata siswa memperoleh nilai pada kategori
114
baik. Kegiatan siswa dalam mengajukan pertanyaan dan menyampaikan
pendapat, mengerjakan tugas dengan jujur dan disiplin, serta tanggung
jawab terhadap tugas kelompok yang diberikan didominasi oleh keaktifan
siswa selama proses pengajaran berlangsung. Kegiatan tersebut berpengaruh
positif terhadap pengetahuan siswa dalam memahami teks berita dan
kemampuan membaca teks berita. Hal tersebut sejalan dengan tuntutan
kurikulum 2013 yang menekankan pada penilaian autentik, yaitu
keseimbangan antara penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Hasil belajar pada keterampilan membaca teks berita menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan antara pretes dan postes. Berdasarkan
hasil analisis deskriptif data pretes kelas eksperimen dapat diketahui bahwa
rata-rata hasil tes siswa berada pada kategori cukup dengan nilai 72 yang
berada pada rentang nilai 56 – 74. Adapun hasil postes siswa kelas
eksperimen rata-rata berada pada kategori baik dengan nilai 84 yang berada
pada rentang nilai 75 – 85.
Selanjutnya, hal yang berbeda pula dibuktikan dari nilai koefisien
beda antara pretes dengan postes kelas eksperimen setelah dilakukan uji-t
yang menunjukkan nilai t sebesar 4,094 pada taraf signifikansi atau p-value
= 0,000, karena nilai p-value < 0,05, maka terdapat perbedaan yang
signifikan keterampilan membaca teks berita antara nilai pretes dan nilai
postes. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan membaca teks berita
115
siswa sebelum diberikan tindakan (treatmen) dan setelah diberikan tindakan
(treatmen).
Selanjutnya, pada tes pengetahuan siswa untuk mengetahui
pemahaman siswa mengenai teks berita, rata-rata nilai yang diperoleh siswa
adalah 84 pada kategori baik. Siswa yang mendapatkan nilai tertinggi pada
aspek pengetahuan mengenai membaca teks berita juga mendapat nilai
tertinggi pada aspek sikap dan keterampilan. Begitu pun siswa yang
memperoleh nilai terendah pada aspek pengetahuan mengenai membaca
teks berita juga mendapat nilai terendah pada aspek sikap dan keterampilan.
Artinya, ada pengaruh yang positif dengan metode yang digunakan oleh
guru dalam pengajaran membaca teks berita terhadap peningkatan proses
pembelajaran siswa, pemahaman siswa mengenai teks berita, maupun
keterampilan siswa dalam membaca teks berita.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh metode SQ3R (survey, question, reading, recite, and review)
setelah diberlakukan oleh peneliti dan guru dalam pengajaran membaca teks
berita. Peneliti memilih metode SQ3R (survey, question, reading, recite,
and review) untuk merangsang keinginan atau motivasi belajar yang tinggi
setelah adanya perangsangan yang diberikan oleh guru. Perangsangan yang
dimaksud oleh peneliti, yaitu dengan memberikan bahan bacaan berupa
contoh teks berita dan pemberian motivasi yang sesuai dengan tema yang
diberikan sebelumnya kepada siswa, yaitu memberitahukan langkah-
langkah metode SQ3R (survey, question, reading, recite, and review) agar
116
siswa mampu memahami bacaan tersebut untuk menemukan ide pokok
dalam teks berita. Hal tersebut untuk mendapatkan bahan serta informasi
dalam membaca teks berita. Oleh karena itu, secara tidak langsung siswa
bertahap mengetahui dan memahami bentuk teks berita.
Metode SQ3R (survey, question, reading, recite, and review) yang
dilaksanakan oleh guru dapat mengubah sikap, kreatifitas, cara belajar, rasa
ingin tahu, dan pemahaman siswa tentang bagaimana memahami materi
yang diberikan khususnya langkah-langkah membaca teks berita. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa termotivasi dalam membaca teks berita
menggunakan langkah-langkah metode SQ3R yaitu survey (penelaan
terdahulu), Question (bertanya), reading (membaca), recite (mengutarakan
kembali), dan review (mengulang kembali).
3. Perbedaan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol dalam Membaca
Teks Berita
Hasil analisis dan inferensial antara kelas eksperimen (VIII B) dan
kelas kontrol (VIII A) dengan menggunakan perhitungan uji t (hipotesis)
jenis independent sampel test menunjukkan bahwa penerapan metode SQ3R
efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca teks berita siswa kelas
VIII SMP Negeri 2 Anggeraja. Hal ini berdasarkan hasil t hitung sebesar
4,094 yang selanjutnya dibandingkan dengan t tabel sebesar 2,04 atau t
hitung > t tabel yang berarti HO ditolak dan H1 diterima. Hipotesis altertatif
(H1) diterima apabila nilai t hitung nilai t tabel atau p-value < 0,05%.
Sebaliknya, H1 ditolak apabila t hitung < nilai t tabel atau p- value > 0,05.
117
Dengan kata lain, hipotesis (H1) diterima apabila nilai t hitung lebih besar
atau sama dengan t tabel pada taraf signifikan 0,05%.
Berdasarkan hasil analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan membaca teks berita antara
kelas eksperimen yang menggunakan metode SQ3R (survey, question,
reading, recite, and review) dengan kelas kontrol yang menggunakan
pengajaran konvensional (ceramah dan penugasan).
Selanjutnya pada aspek kategori kemampuan membaca teks berita
siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum pemberian
tindakan menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan karena kedua
kelas berada pada kategori cukup dengan rentang nilai 56 – 74. Hal ini
sesuai dengan yang diharapkan pada penelitian eksperimen, yaitu hasil
pretes dinyatakan baik bila siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak
memiliki perbedaan secara signifikan. Berdasarkan hasil analisis deskriptif
data postes kelas kontrol (VIII A) dapat diketahui bahwa rata-rata hasil tes
siswa berada pada kategori baik dengan nilai 75 pada rentang nilai 75 – 85,
sedangkan hasil postes siswa kelas eksperimen rata-rata berada pada
kategori baik dengan nilai 83,5 yang berada pada rentang nilai 75 – 85.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif tersebut diperoleh gambaran
secara umum mengenai hasil pengajaran membaca teks beritadengan
menggunakan pengajaran konvensional (ceramah dan penugasan), lebih dari
separuh siswa belum mampu mencapai nilai KKM atau nilai yang telah
ditetapkan oleh pihak sekolah. Hasil pengajaran membaca teks berita yang
118
diperoleh siswa pada kelas kontrol masih belum memadai dikarenakan tidak
adanya semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga
siswa tidak termotivasi untuk menyelesaikan tugas dengan baik.
Hasil belajar keterampilan membaca teks berita siswa melalui
pengajaran konvensional (ceramah dan penugasan) yang diberlakukan pada
kelas kontrol belum memadai. Hal ini diakibatkan dari proses pengajaran
yang belum terlalu maksimal. Siswa tidak memiliki motivasi atau dorongan
yang kuat untuk mengikuti proses pembelajaran. Hanya beberapa siswa saja
yang secara serius mengikuti penjelasan materi yang disampaikan oleh guru
di depan kelas.
Dalam metode ceramah, peran guru sangat dominan. Guru harus
mengelola kelas agar tetap tenang dan memerhatikan penjelasan guru
mengenai teks berita hingga akhirnya mereka diberikan tugas membaca teks
berita. Bahkan pada saat mereka deberikan kesempatan untuk bertanya,
hanya sebagian siswa mengambil kesempatan tersebut.
Selanjutnya, pada kelas eksperimen, yaitu pengajaran membaca teks
beritamemberikan hasil yang positif. Penggunaan metode SQ3R (survey,
question, reading, recite, and review) yang diberlakukan dalam pengajaran
sangat berdampak positif pada diri siswa terutama dari cara siswa dalam
merespon kegiatan pengajaran yang dilangsungkan oleh guru. Metode
SQ3R (survey, question, reading, recite, and review) mendorong siswa
untuk lebih sering mengulang-ulang membaca teks berita untuk menjawab
pertanyaan yang mereka buat. Artinya, metode tersebut dapat mengubah
119
gaya belajar siswa dan hasil belajar siswa dibandingkan dengan metode atau
pengajaran lainnya, sehingga dapat membuktikan bahwa metode SQ3R
(survey, question, reading, recite, and review) efektif digunakan dalam
membaca teks berita siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja.
Hal tersebut terbukti pada keefektifan siswa selama proses
pengajaran. Wujud keefektifan tersebut tidak hanya pada hasil kerja siswa,
tetapi juga pada tahap proses membaca teks berita, sehingga dapat melatih
siswa untuk kreatif, berinovasi, berimajinasi, serta bertanggung jawab pada
hasil kerja siswa secara berkelompok maupun individu.
Proses pengajaran ini didukung dengan metode lain agar pengajaran
menjadi menarik. Salah satu metode yang digunakan, yaitu metode diskusi
kelompok. Hal ini dimaksudkan agar siswa terampil dalam bekerja sama
dan saling berbagi pengetahuan dalam kelompok belajar yang dibentuk di
kelas. Pembentukan kelompok ini bertujuan agar siswa dapat berpartipasi
aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini senada dengan pendapat
Suyosubroto (dalam Isjoni, 2009:20) mengemukakan bahwa belajar
kelompok dibentuk dengan harapan para siswa dapat berpartipasi secara
aktif dalam pengajaran.
Sehubungan dengan penelitian teks berita yang dilakukan peneliti ini
bukanlah hal baru. Ada tiga penelitian yang telah melakukan penelitian
sebelumnya, yaitu Zainal Abidin, Nur Afrianti, dan Anita Racmawati.
Ketiga peneliti tersebut menggunakan jenis penelitian tindakan kelas dan
eksperimen yang sama dengan penelitian ini. Zainal Abidin (2017)
120
menerapkan metode SQ3R, tetapi dalam keterampilan membaca.
Selanjutnya, Nur Afrianti (2017) menerapkan pemodelan dalam
pembelajaran membaca teks berita, sedangkan Anita Racmawati (2018)
menerapkan metode SQ3R, tetapi dalam Pembelajaran Mengidentifikasi
Informasi Teks Eksplanasi.
Hasil penelitian ketiga penelitian tersebut, Zainal Abidin
menunjukkan keberhasilan dan peningkatan pada minat serta kreativitas
siswa dan guru dalam meningkatkan keterampilan pengetahuan, selanjutnya
hasil penelitian Nur Afrianti menunjukkan secara integral (keseluruhan)
keterampilan membaca teks berita sudah mencapai kualifikasi baik, serta
efektif dalam kemampuan membaca teks berita, sedangkan hasil penelitian
Anita Racmawati menunjukkan secara keseluruhan bahwa pembelajaran
mengidentifikasi informasi teks berita sudah mencapai kualifikasi baik, serta
efektif di gunakan dalam pembelajaran mengidentifikasi informasi teks
eksplanasi dibuktikan dengan proses, sikap, dan hasil belajar siswa.
Bertolak dari temuan yang dikemukakan di atas, motivasi belajar
yang diberikan kepada siswa merupakan salah satu unsur terpenting yang
harus dihadirkan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam proses
pembelajaran sebaiknya dihadirkan motivasi belajar bagi siswa. Cara
penyampaian dan bahan yang diberkan siswa harus divariasikan agar siswa
tidak jenuh pada ha-hal yang terus berulang.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa hasil penelitian ini, yaitu:
1. Hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan teknik analisis
statistik deskriptif pada kelas kontrol yang menggunakan pengajaran
konvensional (ceramah dan penugasan) menunjukkan bahwa hasil
pembelajaran yang dicapai oleh siswa yang memperoleh nilai memenuhi
KKM hanya 20 orang siswa atau 66,67% dan yang belum mencapai KKM
sebanyak 10 orang siswa atau 33,33%. Dengan perolehan nilai rata-rata
berada pada kategori baik.
2. Hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan teknik analisis
statistik deskriptif dibandingkan dengan kelas kontrol, jumlah siswa kelas
eksperimen dengan menggunakan metode SQ3R (survey, question,
reading, recite, and review) mencapai KKM sebanyak 29 orang siswa
atau 96,7% dan yang belum mampu mencapai KKM hanya 1 orang siswa
saja atau 3,33%. Dengan perolehan nilai rata-rata berada pada kategori
yang baik.
3. Metode SQ3R (survey, question, reading, recite, and review) efektif
diterapkan dalam membaca teks berita siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Anggeraja. Hal ini dibuktikan dari adanya perbedaan yang signifikan
pengajaran membaca teks berita menggunakan metode SQ3R (survey,
122
question, reading, recite, and review) dengan pengajaran membaca teks
berita menggunakan pengajaran konvensional (ceramah dan penugasan).
Perbandingan hasil kemampuan kelas eksperimen dan kelas kontrol
tampak dari hasil uji t (hipotesis) menggunakan uji inferensial jenis uji-t
independent sample test dan dioeroleh nilai t hitung = 4,094 dibandingkan
dengan t tabel sebesar 2,04 atau t hitung > t tabel yang berarti H0 ditolak dan
H1 diterima. Kaidah yang digunakan yaitu hipotesis alternatif (H1)
diterima apabila nilai t hitung nilai t tabel. Sebaliknya, H1 ditolak apabila t
hitung < nilai t tabel . Dengan kata lain, hipotesis (H1) diterima apabila nilai t
hitung lebih besar atau sama dengan t tabel pada taraf signifikan 0,05%.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil
penelitian ini sebagai berikut:
1. Hendaknya pengajaran Bahasa Indonesia lebih ditingkatkan dengan
memberikan pelatihan kepada siswa dan pengajaran membaca teks berita
khususnya siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Anggeraja.
2. Untuk memperoleh hasil belajar yang baik, hendaknya dalam proses
belajar mengajar guru dapat menerapkan metode SQ3R (survey, question,
reading, recite, and review) dalam keterampilan membaca karena metode
ini terbukti efektif diterapkan dalam membaca teks berita siswa kelas VIII
SMP Negeri 2 Anggeraja.
3. Hendaknya siswa lebih giat berlatih membaca teks sehingga kemampuan
siswa dalam membaca dapat semakin baik. Selain itu, siswa hendaknya
123
lebih menanamkan dalam diri tentang sifat kerja dalam kelompok
pembelajaran sehingga metode SQ3R (survey, question, reading, recite,
and review) yang diterapkan berjalan dengan baik.
vi
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Saleh. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah
Dasar. Jakarta: Dirjen Dikti.
Abdul Majid. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Abidin, Zainal. 2017. Meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa Kelas Xi Ipa-
6 Melalui Metode SQ3R SMA Negeri 1 Bontonompo, Kecamatan
Bontonompo, Kabupaten Gowa. Skripsi Universitas Negeri
Makassar.(tidak dipublikasikan)
Achmad dan Alek. 2011. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana.
Afrianti, Nur. 2017. Keefektifan Pemodelan Dalam Pembelajaran Membaca Teks
Berita Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Galesong Selatan Kabupaten
Takalar. Skripsi Universitas Negeri Makassar.
Antari, Yuni K. 2019. Jenis-Jenis Teks dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesai.
Artikel Zenius blog, (Online), https://www.zenius.net/blog/22831/jenis-
jenis-teks-yang-ada-dalam-materi-bahasa-indonesia, diakses 05 januari
2020.
Chaer, Abdul. 2010. Bahasa jurnalistik. Jakarta: PT Rineka Cipta
Baryadi, I. Praptomo. 2017. Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Jurnal
ilmiah kebudayaan, (Online), Vol. 11. No 1,
https://ejournal.usd.ac.id/index.php/sintesis/article/view/927, diakses 01
Januari 2020.
B, Hamzah., & Nurdin (2011). Belajar dengan pendekatan PAILKEM. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Burrowes. 2003. http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/20/pendekatan-
pembelajaran-konvensional-40376.html
Dalman. 2013. Keterampilan Membaca. Jakarta: Rajawali pers.
Djamarah, Syaiful Bahri, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka
Cipta
Djumingin, Sulastriningsih. 2011. Strategi dan Aplikasi Model Pembelajaran
Inovatif Bahasa dan Sastra. Makassar: Badan Penerbit UNM
124
vii
Eriyanto. 2001. Analisis wacana:. Yogyakarta: LKIS.
Freire, Paulo. 1999. Pendidikan yang Membebaskan, Pendidikan yang
Memanusiakan(dalam buku Menggugat Pendidikan Fundamentalis
Konservatif Liberal Anarkis). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Harsiati, 2016a.Buku Guru Bahasa Indonesia SMP/Mts Kelas VII. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaanrepublik Indonesia
Huda, Miftahul. 2014: Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Ishwara, Luwi. 2011. Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas Media Nusantara.
Jakni. 2016. Metodologi Penelitian Eksperimen Bidang Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
KBBI, 2019.Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI). (Online),
https://www.google.com/amp/s/kbbi.web.id/teks.html, diakses 05 Januari
2020.
Kosasi, E. 2017. Buku Teks Bahasa Indonesia SMP/Mts Kelas VIII Edisi Revisi
2017. Jakarta. Kemendikbud.
Mahsun M.S. 2014. Teks dalam pembelajaran bahasa Indonesia (kurikulum
2013). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nurgiyantoro, B. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE
. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Rachmawati, Anita. 2018. Keefektifan Pembelajaran Mengidentifikasi Informasi
Teks Eksplanasi Menggunakan Metode SQ3R pada Siswa Kelas VIII.
Jurnal. dipublikasikan Universitas Negeri Semarang Indonesia
Razak, Nur Khadijah. 2014. Keefektifan Model Pembelajaran Penemuan
(Discovery Learning) dalam Menulis Teks Eksposisi Siswa Kelas X Smk-
Smti Makassar. Tesis. Tidak dipublikasikan. Makassar: Pascasarjana
UNM.
Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Sagala, Syaiful. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alvabeta
viii
Shoimin, Aris. 2014. Model Pembelajaran Inovatif dan Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Soedarso. 2002.SpeedReading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
.2010. Metode Penelitian Kuantitatif ,kualitatif dan R&D. Alfabeta :
Bandung
.2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT
Alfabet.
Sudjana, Nana, Penilain Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaj
Rosdakarya, 2009.
.2016.Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif Dan
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumadiria, Haris. 2008. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature
Panduan Praktis Jurnalis Propesional. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media.
Sutikno, Sobry. 2014. Metode dan Model-Model Pembelajaran.
Lombok:Holistica
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahas.
Bandung: Angkasa.
. 1990. Membaca Merupakan Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Widyamartaya, A. 1992.Seni Membaca untuk Studi. Yogyakarta: Kanisius
126
127
LAMPIRAN
128
129
Lampiran I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 2 Anggeraja
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Tahun Pelajaran : 2019/2020
Materi Pelajaran : Teks Berita
Kelas :VIII B
Jumlah pertemuan : 2 X Pertemuan
Alokasi Waktu : 4 X 40 menit
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan Menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar Indikator
3.1 Mengidentifikasi teks berita
yang didengardan dibaca.
3.1.1 Menjelaskan Pengertian teks
berita
3.1.2 Menjelaskan ciri-ciri teks berita
3.1.3 Menganalisis Unsur-unsur berita
(5 W+1H)
3.1.4 Menjelakan struktur teks berita
3.1.5 Hal-hal yang diperhatikan dalam
membaca teks berita.
130
4.1 Menyimpulkan isi dari
berita yang dibacakan didengar
4.1.1 Membuat Ringkasan dan
penyimpulan berita.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah siswa melakukan pembelajaran, siswa dapat:
1. Menjelaskan pengertian teks berita.
2. Menjelaskan ciri-ciri teks berita
3. Menganalisis unsur-unsur berita (5W+1H).
4. Menjelaskan struktur teks berita
5. Menganalisis hal-hal yang diperhatikan dalam membaca teks berita.
D. Materi pembelajaran
1. Teks Berita
2. Ciri-ciri teks berita
3. Unsur-unsur dalam teks berita
4. Struktur teks berita
5. Hal-hal yang diperhatikan dalam membaca teks berita
E. Metode pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Model Pembelajaran : Metode SQ3R (Survey, Question, Reading,
Recite, and Review)
F. Media Pembeljaran
1. Media LCD projector,
2. Laptop,
3. Bahan Tayang
G. Sumber Belajar
1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Buku Siswa Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Buku Guru Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
3. Modul/bahan ajar,
4. Internet,
5. Sumber lain yang relevan
131
H. Langkah- langkah pembelajaran
Pertemuan ke 1 (2x45 menit)
Kegiatan Deskripsi Alokasi
waktu
Pendahuluan 1. Guru memberikan salam, menyiapkan dan
memotivasi peserta didik untuk mengikuti
pembelajaran.
2. Guru memberikan informasi tentang kompetensi,
materi, tujuan, manfaat dan langkah pembelajaran
yang akan dilaksankan.
3. Guru memberikan informasi tentang kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan
menggunakan metode SQ3R (Survey, Question,
Reading, Recite, Review)
4. Guru mulai menyampaikan materi dan
pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar.
20220 menit
Inti 1. Siswa memahami apa yang dimaksud dengan teks
berita.
2. Siswa mengamati contoh teks berita yang sudah
disediakan dan ditampilkan oleh guru.
3. Siswa melakukan langkah survey, yaitu siswa
mengenal terlebih dahulu materi teks berita yang
akan dibaca secara detail.
4. Siswa melakukan kegiatan pra-baca guna
memperoleh pengetahuan yang luas terhadap topik
bacaan sebelum membaca.
5. Siswa melakukan langkah question, yaitu siswa
membuat pertanyaan- pertanyaan prediksi sebagai
langkah menentukan maksud dan tujuan membaca
sesuai dari hasil survai pertama. Pertanyaan
tersebut mengarahkan siswa tentang materi isi teks
berita
6. Siswa melakukan langkah reading, yaitu siswa
membaca teks berita yang telah diberikan guru.
7. Siswa melakukan langkah review, yaitu siswa
mengulang dan mengingat-ingat kembali hal yang
telah yang telah dipahami dalam isi teks berita.
8. Siswa dapat melihat point di setiap paragraf yang
kemudian dapat menganalisis unsur-unsur berita
(5W+1H)
9. Siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan
kesalahan pemahaman, memberikan penguatan,
60 menit
63
132
Pertemuan ke 2 (2x45 menit)
dan penyimpulan.
Penutup 1. Siswa bersama guru menyimpulkan kegiatan
pembelajaran.
2. Siswa bersama guru merefleksi terhadap kegiatan
pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
3. Siswa menyimak informasi mengenai tindak lanjut
pembelajaran.
4. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan
salam.
10 menit
Kegiatan Deskripsi Alokasi
waktu
Pendahuluan 1. Guru memberikan salam, menyiapkan dan
memotivasi peserta didik untuk mengikuti
pembelajaran.
2. Guru memberikan informasi tentang kompetensi,
materi, tujuan, manfaat dan langkah pembelajaran
yang akan dilaksankan.
3. Guru memberikan informasi tentang kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan
menggunakan metode SQ3R (Survey, Question,
Reading, Recite, Review)
4. Guru mulai menyampaikan materi dan
pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar.
20220 menit
Inti 1. Siswa mengamati contoh teks berita yang sudah
disediakan dan ditampilkan oleh guru.
2. Siswa melakukan langkah survey, yaitu siswa
mengenal terlebih dahulu materi teks berita yang
akan dibaca secara detail.
3. Siswa melakukan kegiatan pra-baca guna
memperoleh pengetahuan yang luas terhadap
topik bacaan sebelum membaca.
4. Siswa melakukan langkah question, yaitu siswa
membuat pertanyaan- pertanyaan prediksi sebagai
langkah menentukan maksud dan tujuan membaca
sesuai dari hasil survai pertama. Pertanyaan
tersebut mengarahkan siswa tentang materi isi
60 menit
133
I. Penilaian Pembelajaran
1. Teknik Penilaian
a. Sikap : Observasi
b. Pengetahuan : Tertulis
c. Keterampilan : Praktik
2. Instrumen penilaian
a. Penilaian Proses
Penilaian sikap
teks berita
5. Siswa melakukan langkah reading, yaitu siswa
membaca teks berita yang telah diberikan guru.
6. Siswa melakukan langkah review, yaitu siswa
mengulang dan mengingat-ingat kembali hal yang
telah yang telah dipahami dalam isi teks berita.
7. Siswa dapat melihat point di setiap paragraf yang
kemudian dapat membuat ringkasan dan
penyimpulan berita.
8. Siswa dapat menyajikan isi dari berita yang
dibaca dan didengar
9. Siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan
kesalahan pemahaman, memberikan penguatan,
dan penyimpulan.
Penutup 1. Siswa bersama guru menyimpulkan kegiatan
pembelajaran.
2. Siswa bersama guru merefleksi terhadap kegiatan
pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
3. Siswa menyimak informasi mengenai tindak
lanjut pembelajaran.
4. Guru memberi tugas.
5. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan
salam.
10 menit
NO. NAMA
SISWA
KRITERIA SIKAP
JUMLAH
SKOR
PROFIL
SIKAP
SECARA
UMUM
Sipirtual Jujur Tanggung
Jawab
Santun
134
KRITERIA SIKAP PETUNJUK PENSKORAN SKOR
Spiritual:
1. Berdoa sebelum dan sesudah
melakukan sesuatu
2. Mengucapkan rasa syukur atas
karunia Tuhan
3. Memberi salam sebelum dan
sesudah menyampaikan pendapat
atau presentasi
4. Mengungkapkan kekaguman
secara lisan maupun tulisan
terhadap Tuhan saat melihat
kebesaran Tuhan
5. Merasakan keberadaan dan
kebesaran Tuhan saat
mempelajari ilmu pengetahuan
Selalu, apabila selalu melakukan sesuai
pernyataan
4
Sering, apabila sering melakukan sesuai
pernyataan dan kadang-kadang tidak
melakukan
3
Kadang-kadang, apabila kadang-kadang
melakukan dan sering tidak melakukan
2
Tidak pernah, apabila tidak pernah
melakukan
1
Jujur:
1. Tidak menyontek dalam
mengejarkan ujian atau ulangan
atau tugas
2. Tidak melakukan plagiat
(mengambil atau menyalin karya
orang lain tanpa menyebutkan
sumber) dalam mengerjakan
setiap tugas
Selalu, apabila selalu melakukan sesuai
pernyataan
4
Sering, apabila sering melakukan sesuai
pernyataan dan kadang-kadang tidak
melakukan
3
Kadang-kadang, apabila kadang-kadang
melakukan dan sering tidak melakukan
2
1.
2.
3.
4.
5.
dst.
135
3. Mengungkapkan perasaan
terhadap sesuatu apa adanya
4. Melaporkan dan atau informasi
apa adanya
Tidak pernah, apabila tidak pernah
melakukan
1
Tanggung jawab:
1. Melakukan tugas individu dengan
baik
2. Menerima resiko dari tindakan
yang dilakukan
3. Tidak menuduh orang lain tanpa
bukti yang akurat
4. Mengembalikan barang yang
dipinjam
Selalu, apabila selalu melakukan sesuai
pernyataan
4
Sering, apabila sering melakukan sesuai
pernyataan dan kadang-kadang tidak
melakukan
3
Kadang-kadang, apabila kadang-kadang
melakukan dan sering tidak melakukan
2
Tidak pernah, apabila tidak pernah
melakukan
1
Santun:
1. Menghormati orang lain
2. Mengucapkan terima kasih
setelah menerima bantuan orang
lain
3. Menggunakan bahasa santun
saat menyampaikan pendapat
4. Menggunakan bahasa santun
saat mengkritik pendapat teman
5. Bersikap 3S (salam, seyum,
sapa) saat bertemu orang lain
Selalu, apabila selalu melakukan sesuai
pernyataan
4
Sering, apabila sering melakukan sesuai
pernyataan dan kadang-kadang tidak
melakukan
3
Kadang-kadang, apabila kadang-kadang
melakukan dan sering tidak melakukan
2
Tidak pernah, apabila tidak pernah
melakukan
1
Skor maks Jumlah pernyataan
Nilai sikap (Jumlah Skor : Skor Maksimal) 4
136
KRITERIA RENTANG SKOR
Sangat baik (SB) 3.66 – 4.00
Baik (B) 2.66 – 3.65
Cukup (C) 1.66 – 2.65
Kurang (K) ≤ 1.66
b. Penilaian Pengetahuan
NO. INDIKATOR
PENCAPAIAN
KOMPETENSI
TEKNIK
PENILAIAN
BENTUK
PENILAIAN
INSTRUMEN
1. Memahami pengertian
atau definisi teks berita
Tes tulis Uraian bebas Jelaskan
pengertian teks
berita!
2. Memahami unsur-
unsur teks berita
Tes tulis Uraian bebas Jelaskan unsur-
unsur teks berita!
3. Menetukan ciri-ciri
teks berita
Tes tulis Uraian bebas Jelaskan ciri-ciri
teks berita!
4. Menjelaskan struktur
teks berita
Tes tulis Uraian bebas Jelaskan struktur
teks berita!
5. Menganalisis hal-hal
yang diperhatikan
dalam membaca teks
berita.
Tes tulis Uraian bebas Tuliskan hal-hal
yang diperhatikan
dalam membaca
teks berita!
Pedoman Penskoran Pengetahuan
NO. SOAL PETUNJUK PENSKORAN SKOR
1. Menjelaskan dengan tepat, lengkap, dan
logis 5
Menjelaskan dengan tepat, tidak lengkap, 3
137
tetapi logis
Tidak jelas dan tidak logis 1
2. Menjelaskan dengan tepat, lengkap, dan
logis 5
Menjelaskan dengan tepat, tidak lengkap,
tetapi logis 3
Tidak jelas dan tidak logis 1
3.
Menjelaskan dengan tepat, lengkap, dan
logis 10
Menjelaskan dengan tepat, tidak lengkap,
tetapi logis 5
Tidak jelas dan tidak logis 2
4. Menjelaskan dengan tepat, lengkap, dan
logis 10
Menjelaskan dengan tepat, tidak lengkap,
tetapi logis 5
Tidak jelas dan tidak logis 2
5. Menjelaskan dengan tepat, lengkap, dan
logis 10
Menjelaskan dengan tepat, tidak lengkap,
tetapi logis 5
Tidak jelas dan tidak logis 2
Keterangan:
Nilai Perolehan Siswa =
x 100 =
c. Penilaian Kererampilan
INDIKATOR
PENCAPAIAN
KOMPETENSI
TEKNIK
PENILAIAN
BENTUK
PENILAIAN
INSTRUMEN
Membaca teks
berita
Tes membaca
Uraian bebas
1. Bucalah teks berita yang
berjudul “Siswi Smp
Asal Semarang Raih Juara
Lomba Kartun
138
Internasional”!
2. Dalam membaca teks
berita, siswa harus
memperhatikan:
a. Penempatan Jeda;
b. Pelafalan;
c. Intonasi;
d. Kinesik;
e. Mimik Wajah.
Pedoman Penskoran Keterampilan
PROFIL PENILAIAN KEGIATAN SISWA
DALAM PELAJARAN MEMBACA TEKS BERITA
Nama : ........................ Tanggal :............................
judul :.........................
Skor Kategori Kriteria Komentar
P
E
L
A
F
A
L
A
N
27-30
Sangat baik
Pelafalan fonem jelas, tidak
ada pengaruh pelafalan dari
bahasa daerah dan lancar
melafalkan bahasa asing
22-26
Baik
Pelafalan fonem jelas, tidak
terpengaruh pelafalan dari
bahasa daerah dan cukup
jelas melafalkan bahasa asing
17-21
Sedang
Pelafalan fonem kurang jelas,
beberapa kali terpengaruh
pelafalan dari bahasa daerah
dan cukup jelas melafalkan
bahasa asing
13-16
Sangat
kurang
Pelafalan fonem kurang jelas,
terpengaruh pelafalan dari
bahasa daerah, dan kurang
jelas pelafalan bahasa asing
P
Penempatan tekanana, jeda,
139
E
N
E
M
P
A
T
A
N
J
E
D
A
18-20 Sangat baik serta durasi sesuai dan tepat
14-17
Baik
Penempatan tekanana, jeda,
serta durasi baik sesuai dan
tepat
10-13
Sedang
Penempatan tekanana, jeda,
serta durasi cukup sesuai
meskipun kurang tepat
7-9
Sangat
kurang
Penempatan tekanana, jeda,
serta durasi cukup sesuai
meskipun kurang tepat
I
N
T
O
N
A
S
18-20
Sangat baik
Penempatan nada suara
bervariasi atau menarik,
penempatan intonasinya
tepat, dan suara lantang
terdengar oleh audien
14-17
Baik
Penempatan nada suara
bervariasi atau menarik,
penempatan intonasi tepat,
dan suara cukup lantang
terdengar oleh audien
10-13
Sedang
Penempatan nada suara
kurang bervariasi atau cukup
menarik, penempatan intonasi
kurang tepat, dan suara
kurang lantang terdengar oleh
140
I audien
7-9
Sangat
kurang
Penempatan nada suara
kurang bervariasi atau kurang
menarik, penempatan intonasi
tidak tepat, dan suara kurang
lantang terdengar oleh audien
K
I
N
E
S
I
K
18-20
Sangat baik
Gerak-gerik fisik tepat, sikap
tubuh tenang dan stabil
14-17
Baik
Gerak-gerik fisik tepat, sikap
tubuh cukup tenang, dan
stabil
10-13
Sedang
Gerak-gerik fisik tepat, sikap
tubuh cukup tenang, tetapi
kurang stabil
7-9
Sangat
kurang
Gerak-gerik fisik kurang
tepat, sikap tubuh kurang
tenang, dan kurang stabil
M
I
M
I
K
W
A
J
A
9-10
Sangat baik
Mimik wajah menarik dan
tatapan mata tepat
7-8
Baik
Mimik wajah cukup menarik
dan tatapan mata tepat
4-6
Sedang
Mimik wajah kurang
menarik tetapi tatapan mata
141
H
cukup tepat
1-3
Sangat
kurang
Mimik wajah kurang
menarik dan tatapan mata
kurang tepat
KOMENTAR:…………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………..………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
……
JUMLAH :
PENILAI :
(Adopsi Nurgiyantoro, 2012:441 dengan berbagai perubahan)
Keterangan:
Nilai Perolehan Siswa =
x 100 =
Penentuan Kriteria dengan Perhitungan Persentase untuk Skala Empat
NILAI NILAI UBAH SKALA EMPAT KATEGORI
1-4 D-A
86 – 100 4 A Baik Sekali
142
Sumber: Diadopsi dari Nurgiyantoro (2012: 253) dengan beberapa perubahan
75 – 85 3 B Baik
56 – 74 2 C Cukup
10 – 55 1 D Kurang
143
Lampiran II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS KONTROL
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 2 Anggeraja
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Tahun Pelajaran : 2019/2020
Materi Pelajaran : Teks Berita
Kelas/Semester :VIII
Jumlah pertemuan : 2 X Pertemuan
Alokasi Waktu : 4 X 40 menit
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan Menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong
royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar Indikator
3.1 Mengidentifikasi unsur-
unsur teks berita
(membanggakan dan
memotivasi) yang didengardan
dibaca.
3.1.6 Menjelaskan Pengertian teks
berita
3.1.7 Menjelaskan ciri-ciri teks berita
3.1.8 Menganalisis Unsur-unsur berita
(5 W+1H)
3.1.9 Menjelakan struktur teks berita
3.1.10 Hal-hal yang diperhatikan dalam
membaca teks berita.
144
4.1 Menyimpulkan isi dari
berita(membanggakan dan
memotivasi) yang dibacadan
didengar
4.1.2 Membuat Ringkasan dan
penyimpulan berita.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah siswa melakukan pembelajaran, siswa dapat:
1. Menjelaskan pengertian teks berita.
2. Menjelaskan ciri-ciri teks berita
3. Menganalisis unsur-unsur berita (5W+1H).
4. Menjelaskan struktur teks berita
5. Menganalisis hal-hal yang diperhatikan dalam membaca teks berita.
D. Materi pembelajaran
1. Teks Berita
2. Ciri-ciri teks berita
3. Unsur-unsur dalam teks berita
4. Struktur teks berita
5. Hal-hal yang diperhatikan dalam membaca teks berita
E. Metode pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Metode Pembelajaran : Konvensional (ceramah dan penugasan)
F. Media Pembelajaran 1. Media LCD projector,
2. Laptop,
3. Bahan Tayang
G. Sumber Belajar
a. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Buku Siswa Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
b. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Buku Guru Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
c. Modul/bahan ajar,
d. Internet,
e. Sumber lain yang relevan
145
H. Langkah- langkah Pembelajaran
Pertemuan ke 1 (2x45 menit)
Pertemuan ke 2 (2x45 menit)
Kegiatan Deskripsi Alokasi waktu
Pendahuluan 1. Guru memberikan salam, menyiapkan dan
memotivasi peserta didik untuk mengikuti
pembelajaran.
2. Guru memberikan pertanyaan dengan kondisi dan
pembelajaran sebelumnya.
3. Guru memberikan informasi tentang kompetensi,
materi, tujuan, manfaat dan langkah pembelajaran
yang akan dilaksankan.
4. Guru mulai menyampaikan materi dan
pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar.
20 menit
Inti 1. Siswa memahami apa yang dimaksud dengan teks
berita, ciri-ciri teks berita, unsur-unsur teks berita,
struktur teks berita, dan hal-hal yang diperhatikan
dalam membaca teks berita.
2. Guru mempersihlakan siswa bertanya ketika ada yang
kurang dipahami tentang teks berita, ciri-ciri teks
berita, unsur-unsur teks berita, struktur teks berita, dan
hal-hal yang diperhatikan dalam membaca teks berita.
3. Guru memberikan tugas kepada siswa
60 menit
Penutup 1. Siswa bersama guru menyimpulkan kegiatan
pembelajaran.
2. Siswa bersama guru merefleksi terhadap kegiatan
pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
3. Siswa menyimak informasi mengenai tindak lanjut
pembelajaran.
4. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam.
10 menit
Kegiatan Deskripsi Alokasi waktu
Pendahuluan 1. Guru memberikan salam, menyiapkan dan memotivasi
peserta didik untuk mengikuti pembelajaran.
2. Guru memberikan pertanyaan dengan kondisi dan
pembelajaran sebelumnya.
20220 menit
146
I. Penilaian Pembelajaran
1. Teknik Penilaian
d. Sikap : Observasi
e. Pengetahuan : Tertulis
f. Keterampilan : Praktik
2. Instrumen penilaian
b. Penilaian Proses
Penilaian sikap
3. Guru memberikan informasi tentang kompetensi,
materi, tujuan, manfaat dan langkah pembelajaran yang
akan dilaksankan.
4. Guru mulai menyampaikan materi dan pembelajaran
sesuai dengan kompetensi dasar.
Inti 1. Guru mengingatkan kembali pengertian tentan teks
berita, ciri-ciri teks berita, unsur-unsur teks berita,
struktur teks berita, dan hal-hal yang diperhatikan
dalam membaca teks berita.
2. Guru memberikan contoh teks berita dengan judul
“Siswi Smp Asal Semarang Raih Juara Lomba Kartun
Internasional” untuk dibaca dengan waktu 5 menit
3. Siswa membaca teks berita selama 5 menit semaksimal
mungkin
4. Guru menjelaskan tentang tugas yang akan diberikan
5. Guru memberikan tugas kepada siswa
60 menit
Penutup 1. Siswa bersama guru menyimpulkan kegiatan
pembelajaran.
2. Siswa bersama guru merefleksi terhadap kegiatan
pembelajaranyang sudah dilaksanakan.
3. Siswa menyimak informasi mengenai tindak lanjut
pembelajaran.
4. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam dan
berdoa.
10 menit
NO. NAMA
SISWA
KRITERIA SIKAP
JUMLAH
SKOR
PROFIL
SIKAP
SECARA
UMUM
Sipirtual Jujur Tanggung
Jawab
Santun
147
KRITERIA SIKAP PETUNJUK PENSKORAN SKOR
Spiritual:
1. Berdoa sebelum dan sesudah
melakukan sesuatu
2. Mengucapkan rasa syukur atas
karunia Tuhan
3. Memberi salam sebelum dan
sesudah menyampaikan pendapat
atau presentasi
4. Mengungkapkan kekaguman
secara lisan maupun tulisan
terhadap Tuhan saat melihat
kebesaran Tuhan
5. Merasakan keberadaan dan
kebesaran Tuhan saat
mempelajari ilmu pengetahuan
Selalu, apabila selalu melakukan sesuai
pernyataan
4
Sering, apabila sering melakukan sesuai
pernyataan dan kadang-kadang tidak
melakukan
3
Kadang-kadang, apabila kadang-kadang
melakukan dan sering tidak melakukan
2
Tidak pernah, apabila tidak pernah
melakukan
1
Jujur:
1. Tidak menyontek dalam
mengejarkan ujian atau ulangan
atau tugas
2. Tidak melakukan plagiat
(mengambil atau menyalin karya
orang lain tanpa menyebutkan
sumber) dalam mengerjakan setiap
tugas
Selalu, apabila selalu melakukan sesuai
pernyataan
4
Sering, apabila sering melakukan sesuai
pernyataan dan kadang-kadang tidak
melakukan
3
Kadang-kadang, apabila kadang-kadang
melakukan dan sering tidak melakukan
2
1.
2.
3.
4.
5.
dst.
148
3. Mengungkapkan perasaan
terhadap sesuatu apa adanya
4. Melaporkan dan atau informasi
apa adanya
Tidak pernah, apabila tidak pernah
melakukan
1
Tanggung jawab:
1. Melakukan tugas individu dengan
baik
2. Menerima resiko dari tindakan
yang dilakukan
3. Tidak menuduh orang lain tanpa
bukti yang akurat
4. Mengembalikan barang yang
dipinjam
Selalu, apabila selalu melakukan sesuai
pernyataan
4
Sering, apabila sering melakukan sesuai
pernyataan dan kadang-kadang tidak
melakukan
3
Kadang-kadang, apabila kadang-kadang
melakukan dan sering tidak melakukan
2
Tidak pernah, apabila tidak pernah
melakukan
1
Santun:
1. Menghormati orang lain
2. Mengucapkan terima kasih
setelah menerima bantuan orang
lain
3. Menggunakan bahasa santun saat
menyampaikan pendapat
4. Menggunakan bahasa santun saat
mengkritik pendapat teman
5. Bersikap 3S (salam, seyum, sapa)
saat bertemu orang lain
Selalu, apabila selalu melakukan sesuai
pernyataan
4
Sering, apabila sering melakukan sesuai
pernyataan dan kadang-kadang tidak
melakukan
3
Kadang-kadang, apabila kadang-kadang
melakukan dan sering tidak melakukan
2
Tidak pernah, apabila tidak pernah
melakukan
1
Skor maks Jumlah pernyataan
Nilai sikap (Jumlah Skor : Skor Maksimal) 4
KRITERIA RENTANG SKOR
Sangat baik (SB) 3.66 – 4.00
149
Baik (B) 2.66 – 3.65
Cukup (C) 1.66 – 2.65
Kurang (K) ≤ 1.66
a. Penilaian Pengetahuan
NO. INDIKATOR
PENCAPAIAN
KOMPETENSI
TEKNIK
PENILAIAN
BENTUK
PENILAIAN
INSTRUMEN
1. Memahami pengertian
atau definisi teks berita
Tes tulis Uraian bebas Jelaskan
pengertian teks
berita!
2. Memahami unsur-
unsur teks berita
Tes tulis Uraian bebas Jelaskan unsur-
unsur teks berita!
3. Menetukan ciri-ciri
teks berita
Tes tulis Uraian bebas Jelaskan ciri-ciri
teks berita!
4. Menjelaskan struktur
teks berita
Tes tulis Uraian bebas Jelaskan struktur
teks berita!
5. Menganalisis hal-hal
yang diperhatikan
dalam membaca teks
berita.
Tes tulis Uraian bebas Tuliskan hal-hal
yang diperhatikan
dalam membaca
teks berita!
Pedoman Penskoran Pengetahuan
NO. SOAL PETUNJUK PENSKORAN SKOR
1. Menjelaskan dengan tepat, lengkap, dan
logis 5
Menjelaskan dengan tepat, tidak lengkap,
tetapi logis 3
Tidak jelas dan tidak logis 1
150
2. Menjelaskan dengan tepat, lengkap, dan
logis 5
Menjelaskan dengan tepat, tidak lengkap,
tetapi logis 3
Tidak jelas dan tidak logis 1
3.
Menjelaskan dengan tepat, lengkap, dan
logis 10
Menjelaskan dengan tepat, tidak lengkap,
tetapi logis 5
Tidak jelas dan tidak logis 2
4. Menjelaskan dengan tepat, lengkap, dan
logis 10
Menjelaskan dengan tepat, tidak lengkap,
tetapi logis 5
Tidak jelas dan tidak logis 2
5. Menjelaskan dengan tepat, lengkap, dan
logis 10
Menjelaskan dengan tepat, tidak lengkap,
tetapi logis 5
Tidak jelas dan tidak logis 2
Keterangan:
Nilai Perolehan Siswa =
x 100 =
b. Penilaian Kererampilan
INDIKATOR
PENCAPAIAN
KOMPETENSI
TEKNIK
PENILAIAN
BENTUK
PENILAIAN
INSTRUMEN
Membaca teks
berita
Tes membaca
Uraian bebas
1. Bucalah teks berita yang
berjudul “Mantap!
Pelajar Indonesia Raih
Medali di Ajang ICYS
151
2017”!
2. Dalam membaca teks
berita, siswa harus
memperhatikan:
a. Penempatan Jeda;
b. Pelafalan;
c. Intonasi;
d. Kinesik;
f. Mimik Wajah.
Pedoman Penskoran Keterampilan
PROFIL PENILAIAN KEGIATAN SISWA
DALAM PELAJARAN MEMBACA TEKS BERITA
Nama : ........................ Tanggal :............................
judul :.........................
Skor Kategori Kriteria Komentar
P
E
L
A
F
A
L
A
N
27-30
Sangat baik
Pelafalan fonem jelas, tidak
ada pengaruh pelafalan dari
bahasa daerah dan lancar
melafalkan bahasa asing
22-26
Baik
Pelafalan fonem jelas, tidak
terpengaruh pelafalan dari
bahasa daerah dan cukup
jelas melafalkan bahasa asing
17-21
Sedang
Pelafalan fonem kurang jelas,
beberapa kali terpengaruh
pelafalan dari bahasa daerah
dan cukup jelas melafalkan
bahasa asing
13-16
Sangat
kurang
Pelafalan fonem kurang jelas,
terpengaruh pelafalan dari
bahasa daerah, dan kurang
jelas pelafalan bahasa asing
152
P
E
N
E
M
P
A
T
A
N
J
E
D
A
18-20
Sangat baik
Penempatan tekanana, jeda,
serta durasi sesuai dan tepat
14-17
Baik
Penempatan tekanana, jeda,
serta durasi baik sesuai dan
tepat
10-13
Sedang
Penempatan tekanana, jeda,
serta durasi cukup sesuai
meskipun kurang tepat
7-9
Sangat
kurang
Penempatan tekanana, jeda,
serta durasi cukup sesuai
meskipun kurang tepat
I
N
T
O
N
18-20
Sangat baik
Penempatan nada suara
bervariasi atau menarik,
penempatan intonasinya
tepat, dan suara lantang
terdengar oleh audien
14-17
Baik
Penempatan nada suara
bervariasi atau menarik,
penempatan intonasi tepat,
dan suara cukup lantang
terdengar oleh audien
Penempatan nada suara
kurang bervariasi atau cukup
menarik, penempatan intonasi
153
A
S
I
10-13 Sedang kurang tepat, dan suara
kurang lantang terdengar oleh
audien
7-9
Sangat
kurang
Penempatan nada suara
kurang bervariasi atau kurang
menarik, penempatan intonasi
tidak tepat, dan suara kurang
lantang terdengar oleh audien
K
I
N
E
S
I
K
18-20
Sangat baik
Gerak-gerik fisik tepat, sikap
tubuh tenang dan stabil
14-17
Baik
Gerak-gerik fisik tepat, sikap
tubuh cukup tenang, dan
stabil
10-13
Sedang
Gerak-gerik fisik tepat, sikap
tubuh cukup tenang, tetapi
kurang stabil
7-9
Sangat
kurang
Gerak-gerik fisik kurang
tepat, sikap tubuh kurang
tenang, dan kurang stabil
M
I
M
I
K
W
A
J
9-10
Sangat baik
Mimik wajah menarik dan
tatapan mata tepat
7-8
Baik
Mimik wajah cukup menarik
dan tatapan mata tepat
Mimik wajah kurang
154
A
H
4-6 Sedang menarik tetapi tatapan mata
cukup tepat
1-3
Sangat
kurang
Mimik wajah kurang
menarik dan tatapan mata
kurang tepat
KOMENTAR:…………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………..………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
……
JUMLAH :
PENILAI :
(Adopsi Nurgiyantoro, 2012:441 dengan berbagai perubahan)
Keterangan:
Nilai Perolehan Siswa =
x 100 =
155
Penentuan Kriteria dengan Perhitungan Persentase untuk Skala Empat
Sumber: Diadopsi dari Nurgiyantoro (2012: 253) dengan beberapa perubahan
NILAI NILAI UBAH SKALA EMPAT KATEGORI
1-4 D-A
86 – 100 4 A Baik Sekali
75 – 85 3 B Baik
56 – 74 2 C Cukup
10 – 55 1 D Kurang
156
Nilai Pretes Siswa Membaca Teks Berita
Kelas Kontrol
NO
Kode Siswa Nilai Siswa Kategori
1 S01 60 C
2 S02 62 C
3 S03 70 C
4 S04 60 C
5 S05 70 C
6 S06 76 B
7 S07 58 C
8 S08 86 B
9 S09 58 C
10 S10 64 C
11 S11 78 B
12 S12 70 C
13 S13 62 C
14 S14 60 C
15 S15 76 B
16 S16 74 C
17 S17 62 C
18 S18 60 C
19 S19 75 B
20 S20 65 C
21 S21 75 B
22 S22 87 B
23 S23 74 C
24 S24 75 B
25 S25 87 B
26 S26 76 B
27 S27 86 B
28 S28 58 C
29 S29 74 C
30 S30 75 B
Lampiran III
157
Nilai Postes Siswa Membaca Teks Berita
Kelas Kontrol
No. Kode Siswa Nilai Siswa Kategori
1 S01 73 C
2 S02 64 C
3 S03 79 B
4 S04 68 C
5 S05 78 B
6 S06 79 B
7 S07 73 C
8 S08 87 B
9 S09 64 C
10 S10 79 B
11 S11 81 B
12 S12 68 C
13 S13 80 B
14 S14 68 C
15 S15 90 B
16 S16 81 B
17 S17 75 B
18 S18 70 C
19 S19 81 B
20 S20 74 C
21 S21 83 B
22 S22 87 B
23 S23 81 B
24 S24 83 B
25 S25 87 B
26 S26 83 B
27 S27 95 B
28 S28 72 C
29 S29 75 B
30 S30 77 B
158
Nilai Pretes Siswa Membaca Teks Berita
Kelas Eksperimen
No. Kode Siswa Nilai Siswa Kategori
1 S01 56 C
2 S02 69 C
3 S03 72 C
4 S04 67 C
5 S05 69 C
6 S06 56 C
7 S07 72 C
8 S08 70 C
9 S09 67 C
10 S10 72 C
11 S11 72 C
12 S12 60 C
13 S13 67 C
14 S14 72 C
15 S15 64 B
16 S16 67 B
17 S17 70 B
18 S18 72 C
19 S19 74 B
20 S20 69 C
21 S21 75 B
22 S22 69 B
23 S23 77 B
24 S24 78 B
25 S25 70 B
26 S26 84 B
27 S27 75 B
28 S28 74 C
29 S29 82 B
30 S30 74 B
159
Nilai Postes Siswa Membaca Teks Berita
Kelas Eksperimen
No. Kode Siswa Nilai Siswa Kategori
1 S01 75 B
2 S02 77 B
3 S03 95 B
4 S04 75 B
5 S05 80 B
6 S06 92 B
7 S07 80 B
8 S08 92 B
9 S09 80 B
10 S10 90 B
11 S11 90 B
12 S12 87 B
13 S13 86 B
14 S14 87 B
15 S15 72 C
16 S16 86 B
17 S17 85 B
18 S18 80 B
19 S19 90 B
20 S20 85 B
21 S21 80 B
22 S22 85 B
23 S23 79 B
24 S24 78 B
25 S25 84 B
26 S26 84 B
27 S27 80 B
28 S28 84 B
29 S29 95 B
30 S30 84 B
160
Lampiran IV
Nilai Hasil SPSS
A. Uji Normalitas
1. Hasil analisis SPSS kelas kontrol
a. Lilliefors Significance Correction * This is a lower bound of the true significance
2. Hasil analisis SPSS kelas eksperimen
Tests of Normality
a. Lilliefors Significance Correction * This is a lower bound of the true significance
B. Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1,207 1 58 ,276
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Kelas
Kontrol ,112 30 ,200
* ,973 30 ,610
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Kelas
Eksperimen ,129 30 ,200
* ,972 30 ,589
161
C. Uji Hipotesis (t)
T tabel
162
Lampiran V
Teks Berita kelas Eksperimen
Siswi Smp Asal Semarang Raih Juara Lomba Kartun
Internasional
SEMARANG - Siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri
17 Semarang Hannani Trisima Anjani (15) menjuarai lomba
kartun internasional bertajuk "Cartoon Competition on
Environmental Protection 2017" di Tiongkok."Pengumuman
pemenangnya baru kemarin Jumat (23/3).Alhamdulillah, saya
bangga bisa membawa nama baik sekolah dan orang tua," kata
Hannani yang meraih titel "Bronze Award" kategori pelajar itu, di
Semarang, baru-baru ini.Ia menceritakan kontes kartun tersebut
dibuka pendaftarannya pada Desember 2017 dengan mengangkat
tema perlindungan terhadap lingkungan dan setidaknya ada 3.000
karya yang masuk dari para kartunis di 34 negara.
Pada ajang tersebut, remaja yang tinggal di Jalan Cempaka Nomor
24, RT 11/RW 7, Srondol Wetan, Banyumanik, Semarang, itu
mengirimkan karyanya yang mengangkat isu tentang kekeringan
di suatu wilayah."Kartun saya menampilkan visual tank yang
mampu mengeluarkan air bersih, di depannya ada sejumlah orang
mengantre.Idenya, dari negara-negara yang sering kekurangan air,
dan juga dilanda perang," katanya.
Akhirnya, kata dia, kedua problematika dan isu dunia, yakni
kekeringan dan perang itu digabung dalam satu karya kartunnya
yang kemudian dikirimkannya ke ajang yang menjadikannya
sebagai juara itu.Selama ini, Hannani juga kerap mengirimkan
karya kartunnya dalam berbagai lomba tingkat internasional dan
sering masuk sebagai finalis, namun baru pada ajang kali ini
karyanya berhasil memenangkan titel "bronze".
163
Dari 50 besar kategori pelajar yang mengikuti kontes kartun
internasional itu, Hannani juga termasuk paling belia karena para
peserta lainnya merupakan mahasiswa dari berbagai perguruan
tinggi di dunia.Kepala SMP Negeri 17 Semarang Hariyanto
merasa bangga dengan prestasi yang diraih anak didinya tersebut
yang diakuinya termasuk siswa berprestasi dengan nilai akademik
yang baik di sekolah.
Teks Berita Kelas Kontrol
Mantap! Pelajar Indonesia Raih Medali
di Ajang ICYS 2017
JAKARTA - Sejumlah pelajar Indonesia kembali menorehkan
prestasi di ajang International Conference of Young Scientist
(ICYS) 2017 di Jerman. Tim Indonesia berhasil meraih satu medali
emas, dua medali perak, dan dua special award dalam kompetisi
penelitian ini.
Mereka adalah Fira Fatmasiefa dan Bramasto Prasodjo. Siswa
Chanda Kusuma School, Medan, itu berhasil meraih medali emas.
Keduanya meneliti terkait Braille Learning Algorithm Research
Computer Science yaitu cara memformalkan tata belajar huruf
braille ke dalam komputasi.
Peserta lainnya yakni Alfian Sulung Budi yang merupakan siswa
SMA Saint Angela Bandung. Ia berhasil meraih medali perak
dengan mengangkat penelitian terkait akustika musikal sasando.
Sementara Nicholas Patrik yang merupakan siswa SMP Cita Hati
Surabaya berhasil menyabet medali perak di kategori best scientific
164
poster mathematics yang mengusung tema 'New Model of
Complex
Plan with Clyndrical Grap'.
Tim dari Indonesia lainnya yakni Sabrina Sabila dan Gusti
Salsabila yang merupakan siswa SMA Negeri 1 Sampit
Kalimantan Tengah. Ia berhasil meraih Special Award Life
Science dengan penelitiannya terkait riset tanaman dayat
tradisional kalapa.
Selain itu, Kartika Pertiwi meraih Best Poster Research terkait
arsitektur pohon untuk pencegahan erosi. Siswa asal SMA Negeri 2
Wonosari ini berhasil meraih medali perak. Kemudian ada Carissa
Setiawan Ichtus School yang meraih medali perak dengan poster
risetnya tentang limbah industri ikan. Selamat kepada para pelajar
Indonesia yang sudah mengharumkan nama bangsa
165
Lampiran VI Dokumentasi Penelitian
Lokasi Penelitian di SMP Negeri 2 Anggeraja
Pembelajaran di Kelas Kontrol dan Eksperimen
166
167
168
169
170
171
RIWAYAT HIDUP
Farida Rahmasari. Dilahirkan di Tantido
Kabupaten Enrekang pada tanggal 11 Januari 1998.
Penulis lahir dari pasangan Alm. Deni dan Sahawia
merupakan anak ke empat dari sembilan bersaudara.
Penulis memasuki jejang pendidikan dasar di bangku MIS
Guppi Dakdah Kabupaten Enrekang pada tahun 2004 dan
tamat pada tahun 2010. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan ke SMP
Negeri 2 Anggeraja pada tahun 2010 dan tamat pada tahun 2013. Kemudian di
tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Enrekang
dan tamat pada tahun 2016. Pada tahun 2016, penulis kembali melanjutkan
pendidikan ke Universitas Muhammadiyah Makassar dan diterima sebagai
mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, program Strata Satu
S-1, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan selesai tahun 2020.
Berkat perlindungan dan pertolongan Allah Swt. Serta iringan doa dari
orang tua, sehingga perjuangan panjang dan kerja keras penulis dalam mengikuti
pendidikan di perguruan tinggi dapat diselesaikan dengan tersusunnya skripsi
yang berjudul “Keefektifan Metode SQ3R (Survey, Question, Reading, Recite,
And Review) dalam Pembelajaran Membaca Teks Berita pada Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 2 Anggeraja Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang”.