83
KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MENYUSUN TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DAN MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN MEDIA POP UP BERWAWASAN LINGKUNGAN PADA SISWA SMP KELAS VII SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Khusniatus Solihah NIM : 2101412031 Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MENYUSUN TEKS …lib.unnes.ac.id/30078/1/2101412031.pdf · penelitian ini adalah penerapan model TS-TS dengan media pop up berwawasan ... M.Hum. yang dengan

Embed Size (px)

Citation preview

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MENYUSUN TEKS TANGGAPAN

DESKRIPTIF MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY

TWO STRAY DAN MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

DENGAN MEDIA POP UP BERWAWASAN LINGKUNGAN PADA SISWA

SMP KELAS VII

SKRIPSI

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Nama : Khusniatus Solihah

NIM : 2101412031

Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang berjudul “Keefektifan Pembelajaran Menyusun Teks Tanggapan

Deskriptif Menggunakan Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dan Model

Team Assisted Individualization dengan Media Pop Up Berwawasan Lingkungan

pada Siswa Kelas VII SMP” ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan

ke Sidang Panitia Ujian Skripsi.

Semarang, Februari 2017

Pembimbing I Pembimbing II

Santi Pratiwi Tri Utami, S.Pd., M.Pd Drs. Bambang Hartono, M.Hum.

NIP 198307212008122001 NIP 196510081993031002

ii

iii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar

hasil karya sendiri. Pendapat atau temuan yang terdapat dalam skripsi ini dikutip

dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Februari 2017

Khusniatus Solihah

NIM 2101412031

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN

“Manusia yang paling tinggi kedudukannya ialah yang tidak melihat tinggi

kedudukan dirinya manusia yang paling besar keutamaannya ialah yang tidak

melihat besar keutamaan dirinya”.

-Imam Syafi’i

“ Manusia takkan tahu kekuatan maksimalnya sampai ia berada dalam kondisi

dimana ia dipaksa kuat untuk bisa bertahan “

-Merry Riana

Persembahan

Skripsi ini peneliti persembahkan kepada

1. Bapak, Ibu, dan adik yang selalu

mendoakan dan memberi semangat kepada

Peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini;

2. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Bahasa dan

Sastra Indonesia tercinta;

3. Teman-teman Rombel 1 yang selalu

mendukung peneliti.

4. Teman-teman yang selalu mendukung dan

membantu peneliti.

v

SARI

Solihah, Khusniatus. 2017. “Keefektifan Pembelajaran Menyusun Teks

Tanggapan Deskriptif Menggunakan Model Kooperatif Tipe Two Stay

Two Stray dan Model Team Assisted Individualization dengan Media Pop

Up Berwawasan Lingkungan Pada Siswa Kelas VII SMP”.

Kata kunci : menyusun teks deskriptif, Two Stay Two Stray, Team Assisted

Individualization, Pop Up

Keterampilan menyusun teks secara tertulis adalah istilah yang dipakai

dalam kurikulum 2013 untuk jenjang SMP/MTs pada keterampilan menulis teks

tanggapan deskriptif. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada

kegiatan PPL di SMP Negeri 9 Magelang, ditemukan beberapa faktor yang

mempengaruhi hasil menyusun teks tanggapan deskriptif siswa. Faktor tersebut

meliputi (a) kurangnya pemahaman siswa terhadap tahapan menyusun, (b)

mengalami hambatan dalam menentukan topik, dan (c) hambatan dalam

menuangkan ide. Penggunaan model pembelajaran menjadi upaya untuk

meningkatkan motivasi siswa, memberikan pembelajaran yang menyenangkan

bagi siswa, gaya belajar siswa, serta merangsang siswa untuk berkreativitas dan

berimajinasi. Penggunaan model TS-TS (Two Stay Two Stray) dan TAI (Team

Asisted Individualization) sebagai model dalam keterampilan menyusun teks

tanggapan deskriptif. Kedua model tersebut dipilih karena memiliki kelebihan

diantaranya: (1) model pembelajaran tersebut akan melatih siswa untuk bekerja

sama dengan teman sebaya, sehingga siswa berkemampuan lebih dapat

membelajarkan kepada siswa berkemampuan sedang. (2) menyelesaikan masalah

secara cepat, (3) kedua model tersebut juga melatih siswa untuk berpikir bersama,

dan (4) sekaligus melatih siswa untuk berbicara atau menyampaikan pendapat.

Model pembelajaran tersebut akan dibantu dengan mengunakan media

pembelajaran. Media pop up berwawasan lingkungan sebagai penghubung

komunikasi antara guru dan siswa untuk memulai tugas atau perintah yang

diberikan oleh guru, pop up tersebut akan berisi gambar tiga dimensi, dengan

tema berwawasan lingkungan yang akan dijadikan objek dalam keterampilan

menyusun teks tanggapan deskriptif. Untuk itu perlu dilakukan pengujian guna

mengetahui keefektifan model TS-TS dan model TAI dengan media pop up

berwawasan dan Model Team Assisted Individualization dengan Media Pop Up

berwawasan Lingkungan terhadap keterampilan menyusun teks tanggapan

deskriptif.

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah

kemampuan menyusun teks tanggapan deskriptif dengan model two stay two

stray (TS-TS) menggunakan media pop up berwawasan lingkungan pada siswa

kelas VII SMP? (2) Bagaimana kemampuan menyusun teks tanggapan deskriptif

dengan model team assisted individualization (TAI) menggunakan media pop up

berwawasan lingkungan pada siswa kelas VII SMP? (3) Bagaimanakah tingkat

signifikansi perbedaan kemampuan menyusun teks tanggapan deskriptif dengan

model two stay two stray (TS-TS) dan model team assisted individualization

(TAI) menggunakan media pop up berwawasan lingkungan pada siswa kelas VII

vi

SMP? (4) Model manakah yang lebih efektif diterapkan dalam pembelajaran

menyusun teks tanggapan deskriptif dengan model two stay two stray (TS-TS)

atau model team assisted individualization (TAI) menggunakan media pop up

pada siswa kelas VII SMP?. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti

menawarkan solusi berupa dua model pembelajaran yang akan digunakan dalam

menyusun teks tanggapan deskriptif serta penggunaan media sebagai alat bantu

dalam menguji kedua model. Kedua model tersebut yaitu model TS-TS dan model

TAI sekaligus model tersebut akan dibandingkan manakah yang lebih efektif

dalam pembelajaran menyusun teks tanggapan deskriptif dengan media pop up

berwawasan lingkungan.

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII MTs Ma’arif Nu 1 Cilongok

tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 8 kelas menggunakan metode eksperimen

semu dengan desain Non equivalent Control Grup Design, bertujuan untuk

mendapatkan perbandingan hasil pembelajaran dari dua metode yang berbeda. .

Data penelitian diambil dari kelas VII E dengan kelompok model kooperatif tipe

two stay two stray sebagai kelas eksperimen 1 dan VII F model team assisted

individualization sebagai kelas eksperimen 2. Tes awal, pemberian perlakuan, dan

tes akhir. Pengambilan data dilakukan dengan metode tes instrumen berupa soal

untuk menyusun teks tangapan deskriptif dengan media pop up berwawasan

lingkungan.

Hasil penelitian ini menunjukan keterampilan siswa dalam menyusun teks

tanggapan deskriptif setelah diberikan perlakuan model two stay two stray

memiliki nilai rata-rata = 82,00 dengan jumlah siswa sebanyak 31 siswa.

Pemberian perlakuan menggunakan model team assisted individualizatoin rata-

rata pada nilai posttest =81,43 dengan jumlah siswa sebanyak 31 siswa. Data

tersebut menunjukan terdapat perbedaan rata-rata pada kedua model tersebut.

Hasil uji perbedaan dua rata-rata (uji t) sig = 0,697 > 0,05 maka H0 diterima dan

Ha ditolak. Hal ini berati tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara nilai

penggunaan model TS-TS dan nilai penggunaan model TAI untuk keterampilan

menyusun teks tanggapan deskriptif. Namun dalam proses pembelajaran model

TS-TS lebih efektif digunakan dibandingkan dengan model TAI. Simpulan akhir

penelitian ini adalah penerapan model TS-TS dengan media pop up berwawasan

lingkungan lebih efekif dibanding penerapan model TAI dengan media pop up

berwawasan dalam keterampilan menyusun teks tanggapan deskriptif siswa kelas

VII SMP.

Berdasarkan temuan tersebut, disarankan (1) guru bahasa Indonesia

hendaknya berinovasi dalam menggunakan model pembelajaran, strategi, dan

media pembelajaran yang tepat untuk materi pembelajaran yang akan diajarkan.

Pembelajaran menggunakan model two stay two stray dapat menjadi alternatif

dalam keterampilan menyusun teks tanggapan deskriptif dengan media pop up

berwawasan lingkungan. (2) peneliti lain hendaknya dapat melakukan penelitian

mengenai keterampilan menusun teks tanggapan deskriptif dengan menerapkan

model dan media pembelajaran yang sesuai. Selain itu, peneliti dapar

menggunakan hasil penelitian keterampilan menyusun teks tanggapan deskriptif

dengan media pop up berwawasan lingkungan sebagai referensi untuk

meningkatkan kemampuan menyusun teks lain

vii

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah Yang Mahakuasa yang telah memberikan

kemudahan dan kelancaran sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan

skripsi yang berjudul “Keefektifan Pembelajaran Menyusun Teks Tanggapan

Deskriptif Menggunakan Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dan Model

Team Assisted Individualization dengan Media Pop Up Berwawasan Lingkungan

pada Siswa Kelas VII SMP” sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana.

Usaha dan kerja keras dari peneliti tidak terlepas dari dorongan serta bimbingan

dari dosen pembimbing I, Santi Pratiwi Tri Utami, S.Pd., M.Pd yang telah berbaik

hati, sabar, tulus, dan berkenan meluangkan waktu untuk membimbing peneliti.

Begitu juga dengan dorongan dan bimbingan dari dosen pembimbing II, Drs.

Bambang Hartono, M.Hum. yang dengan senang hati, sabar, tulus, berkenan

meluangkan waktu untuk membimbing peneliti, dan telah memberikan saran-

saran terbaik kepada peneliti.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas juga dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih

kepada

1. Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin

kepada peneliti untuk melakukan penelitian;

2. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah menyediakan segala

hal yang dibutuhkan selama penulisan skripsi;

3. Kepala MTs Ma’arif NU 1 Cilongok yang telah memberikan izin kepada

peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut;

viii

4. Pendidik mata pelajaran Bahasa Indonesia MTs Ma’arif NU 1 Cilongok,

yang telah berbaik hati memberikan izin untuk melakukan penelitian di

kelas yang diampu;

5. Bapak dan Ibu yang senantiasa selalu mendoakan dan memberikan

dukungan;

6. saudara, sahabat, Teman-teman yang senantiasa selalu memberikan

dukungan; dan

7. berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang

tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Semarang, Februari 2017

Peneliti

ix

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. ii

PENGESAHAN ........................................................................................... iii

PERNYATAAN ........................................................................................... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ v

SARI ............................................................................................................. vi

PRAKATA ................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvii

DAFTAR BAGAN ...................................................................................... xviii

DAFTAR GRAFIK .................................................................................... xix

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xx

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................................... 7

1.3 Pembatasan Masalah .................................................................................... 8

1.4 Rumusan Masalah ........................................................................................ 8

1.5 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9

1.6 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka ..............................................................................................

11

2.2 Landasan Teori ............................................................................................. 21

2.2.1 Hakikat Menyusun Teks Tanggapan Deskriptif ........................................ 21

x

2.2.2 Teks Deskriptif .......................................................................................... 22

2.2.2.1 Pengertian Teks Deskriptif ..................................................................... 22

2.2.2.2 Jenis-jenis Teks Deskriptif ..................................................................... 24

2.2.2.3 Struktur Teks Deskriptif ......................................................................... 26

2.2.2.4 Kaidah Kebahasaan ................................................................................ 27

2.2.2.5 Langkah-Langkah Menyusun Teks Tanggapan Deskriptif .................... 29

2.2.3 Aspek-aspek yang Dinilai dalam Menyusun Teks Tanggapan

Deskriptif ................................................................................................

30

2.2.4 Model Pembelajaran Koperatif Tipe Two Stay Two Stray dan

Team Assisted Individualization .............................................................

33

2.2.4.1 Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray ......................................... 33

2.2.4.2 Unsur-unsur Model Two Stay Two Stray ............................................... 34

2.2.4.3 Model Team Assisted Individualization ................................................. 39

2.2.5 Media Pembelajaran .................................................................................. 43

2.2.5.1 PengertianMedia ................................................................................... 43

2.2.5.2 Pengertian Pop up .................................................................................. 43

2.2.5.3 Keunggulan Media Pop Up .................................................................... 45

2.3 Penilaian Sikap ............................................................................................. 46

2.3.1 Sikap Religius ........................................................................................... 46

2.3.2 Sikap Sosial .............................................................................................. 47

2.3.2.1 Sikap Santun .......................................................................................... 47

2.3.2.2 Sikap Tanggung Jawab .......................................................................... 48

2.3.2.3 Sikap Percaya Diri ................................................................................. 49

2.3.2.4 Sikap Peduli ........................................................................................... 50

2.4 Kerangka Berpikir ........................................................................................ 50

2.5 Hipotesis ....................................................................................................... 53

BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ..........................................................................................

56

3.2 Populasi dan Sampel .................................................................................... 57

3.2.1 Populasi ..................................................................................................... 57

3.2.2 Sampel ....................................................................................................... 57

xi

3.3 Variabel Penelitian .......................................................................................

3.3.1 Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dengan Media Pop Up

59

Berwawasan Lingkungan .........................................................................

3.3.2 Model Team Assisted Individualization dengan Media Pop Up

60

Berwawasan Lingkungan .......................................................................... 60

3.3.3 Keterampilan Menyusun Teks Tanggapan Deskriptif .............................. 60

3.4 Instrumen Penelitian ..................................................................................... 61

3.4.1 Instrumen Tes ............................................................................................ 61

3.4.1.1 Uji Validitas ........................................................................................... 62

3.4.1.2 Uji Reabilitas .......................................................................................... 64

3.4.2 Instrumen Nontes ...................................................................................... 64

3.4.2.1 Pedoman Obsevasi ................................................................................. 65

3.4.2.2 Pedoman Wawancara ............................................................................. 65

3.4.2.3 Dokumentasi .......................................................................................... 66

3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 66

3.5.1 Teknik Tes ................................................................................................. 66

3.5.2 Teknik Nontes ........................................................................................... 67

3.5.2.1 Observasi ................................................................................................ 67

3.5.2.2 Dokumentasi .......................................................................................... 68

3.5.2.3 Wawancara ............................................................................................. 68

3.6 Teknik Analisis Data .................................................................................... 68

3.6.1 Pengujian Sampel ...................................................................................... 69

3.6.1.1 Uji Normalitas ........................................................................................ 69

3.6.1.2 Uji Homogenitas .................................................................................... 69

3.6.2 Uji Hipotesis ............................................................................................. 70

3.6.2.1 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata (Uji t) ..................................................... 70

3.7 Prosedur Penelitian ....................................................................................... 71

3.7.1 Kegiatan Sebelum Pemberian Perlakuan .................................................. 71

3.7.2 Kegiatan Pemberian Perlakuan .................................................................

3.7.2.1 Perlakuan pada Kelas Eksperimen 1 Menggunakan Model Two Stay

72

Two Stray ................................................................................................ 72

xii

3.7.2.2 Perlakuan pada Kelas Eksperimen 2 Mengunakan Model Team

Assisted individualization ....................................................................... 74

3.7.3 Kegiatan Setelah Pemberian Perlakuan .................................................... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................... 77

4.1.1 Data Tes Awal (Pretest) Kelompok Eksperimen Model Two Stay

Two Stray .................................................................................................. 77

4.1.2 Data Tes Akhir (Posttest) Kelompok Eksperimen Model Two Stay

Two Stray .................................................................................................. 78

4.1.3 Hasil Kualitas Perbedaan Hasil Tes Awal (Pretest) dan Hasil Tes

Akhir (Posttest) Pada Model Two Stay Two Stray ................................... 82

4.1.4 Data Tes Awal (Pretest) Kelompok Kontrol Model Team Assisted

Individualization ....................................................................................... 85

4.1.5 Data Tes Akhir (Posttest) Kelompok Kontrol Model Team Assisted

Individualization ....................................................................................... 85

4.1.6 Hasil Kualitas Perbedaan Tes Awal (Pretest) dan Hasil Tes Akhir

(Posttest) pada Model team assisted individualization ............................ 90

4.1.7 Uji Prasyarat Analisis ................................................................................ 92

4.1.7.1 Uji Normalitas ........................................................................................ 93

4.1.7.1.1 Uji Normalitas Data Tes Awal (Pretest) ............................................. 93

4.1.7.1.2 Uji Normalitas Data Tes Akhir (Posttest) ........................................... 96

4.1.7.2 Uji Homogenitas .................................................................................... 98

4.1.7.2.1 Uji Homogenitas Data Tes Awal (Pretest) ......................................... 99

4.1.7.2.2 Uji Homogenitas Data Tes Akhir (Posttest) ....................................... 100

4.1.8 Uji Hipotesis Akhir ................................................................................... 100

4.1.8.1 Uji Perbedaan Dua Rata-rata (Uji t) ....................................................... 100

4.1.8.1.1 Uji t Tes Awal dan Tes Akhir (Pretest dan Posttest) Kelompok

Eksperimen 1 Model Two Stay Two Stray ........................................... 101

4.1.8.1.2 Uji t Tes Awal dan Tes Akhir (pretest dan Posttest) pada Kelas

Eksperimen 2 Model Team Assisted Individualization......................... 102

4.1.8.2 Uji t Perbedaan Dua Rata-Rata Nilai Tes Awal (Prettest) .................... 103

xiii

4.1.8.3 Uji t Perbedaan Dua Rata-Rata Nilai Tes Akhir (Posttest) ................... 105

4.1.9 Hasil Uji Hipotesis .................................................................................... 107

4.1.9.1 Hasil Uji Hipotesis Pertama ................................................................... 107

4.1.9.2 Hasil Uji Hipotesis Kedua ...................................................................... 108

4.1.9.3 Hasil Uji Hipotesis Ketiga ..................................................................... 110

4.2 Tingkat Signifikansi Model Two Stay Two Stray dan model Team Assisted

Individualiztion terhadap Keterampilan Menyusun Teks Tanggapan

Deskriptif pada Siswa Kelas VII SMP ........................................................ 111

4.3 Pembahasan .................................................................................................. 113

4.3.1 Keefektifan Model Two Stay Two Stray terhadap Keterampilan

Menyusun Teks Tanggapan Deskriptif pada Siswa Kelas VII SMP ......... 113

4.3.1.1 Proses Keterampilan Menyusun Teks Tanggapan Deskriptif

Menggunakan Model Two Stay Two Stray ............................................ 113

4.3.1.2 Hasil Keterampilan Menyusun Teks Tanggapan Deskriptif

Menggunakan Model Two Stay Two Stray ............................................ 121

4.3.2 Keefektifan Model Team Assisted Individualization terhadap

Keterampilan Menyusun Teks Tanggapan Deskriptif pada Siswa

Kelas VII SMP........................................................................................... 123

4.3.2.1 Proses Keterampilan Menyusun Teks Tanggapan Deskriptif Model

Team Assisted Individualization ............................................................. 123

4.3.2.2 Hasil Keterampilan Menyusun Teks Tanggapan Deskriptif

Menggunakan Model Team Assisted Individualization ......................... 131

4.3.3 Perbedaan Keefektifan Model Two Staya Two Stray dan Model Team

Assisted Individualization terhadap Keterampilan Menyusun Teks

Tanggapan Deskriptif pada Siswa Kelas VII SMP ................................... 133

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ..................................................................................................... 136

5.2 Saran ............................................................................................................ 137

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 138

LAMPIRAN ...................................................................................................... 142

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Profil Penilaian Karangan ................................................................... 30

Tabel 2.2 Pedoman Penilaian Sikap Religius ..................................................... 47

Tabel 2.3 Pedoman Penilaian Sikap Santun........................................................ 48

Tabel 2.4 Pedoman Penilaian Sikap Tanggung Jawab........................................ 48

Tabel 2.5 Pedoman Penilaian Sikap Percaya Diri............................................... 49

Tabel 2.6 Pedoman Penilaian Sikap Peduli......................................................... 50

Tabel 3.1 Uji Validitas ........................................................................................ 63

Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................... 64

Tabel 4.1 Frekuensi Skor Tes Awal Model TS-TS ............................................. 78

Tabel 4.2 Frekuensi Skor Tes Akhir (Postest) Model TS-TS ............................ 79

Tabel 4.3 Frekuensi Skor Tes Awal Model TAI................................................ 85

Tabel 4.4 Frekuensi Skor Tes Akhir Model TAI ................................................ 86

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Tes Awal (Pretest) ............................................ 93

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Tes Akhir (Posttest) .......................................... 96

Tabel 4.7 Uji Homogenitas Data Tes Awal (Pretest) ......................................... 99

Tabel 4.8 Uji Homogenitas Model TS-TS dan Model TAI ................................ 100

Tabel 4.9 Uji-t Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen 1 Model Two Stay

Two Stray ............................................................................................ 101

Tabel 4.10 Perbedaan Rata-Rata Nilai Tes Awal Dan Tes Akhir (Pretest dan

Posttest) Kelompok Eksperimen Model Two Stay Two Stray............ 102

Tabel 4.11 Uji-t Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen 2 Model Team

Assisted Individualization................................................................... 103

Tabel 4.12 Perbedaan Rata-Rata Nilai Tes Awal dan Tes Akhir (Pretest dan

Posttest) Kelompok Eksperimen 2 Model Team Assisted

Individualization ................................................................................ 103

Tabel 4.13 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata (Uji t) Skor Tes Awal (Pretest) ........ 104

Tabel 4.14 Uji t Perbedan Dua Rata-Rata Nilai Tes Awal (Pretest) pada

kelompok Model TS-TS dan Model TAI ......................................... 104

Tabel 4.15 Uji t Dua Rata-Rata Skor Test Akhir (Posttest)................................ 106

xv

Tabel 4.16 Uji t Perbedan Dua Rata-Rata Nilai Tes Akhir (Prosttest) pada

Kelompok Model TS-TS dan Model TAI ........................................ 106

Tabel 4.17 Uji t Kelompok TS-TS ...................................................................... 112

Tabel 4.18 Hasil Uji t Model TAI ....................................................................... 112

Tabel 4.19 Sintakmatik Keterampilan Menyusun Teks Tanggapan Deskriptif

Menggunakan Model Two Stay Two Stray ...................................... 114

Tabel 4.20 Hasil Observasi Penilaian Sikap Spiritual dan Sikap Sosial Kelas

Eksperimen ....................................................................................... 119

Tabel 4.21 Sintakmatik Keterampilan Menyusun Teks Tanggapan Deskriptif

Menggunakan Model TAI. ............................................................... 124

Tabel 4.22 Hasil Observasi Penilaian Sikap Spiritual dan Sikap Sosial Kelas

Eksperimen ....................................................................................... 129

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Contoh Hasil Siswa dalam Interval 61-74....................................... 80

Gambar 4.2 Contoh Hasil Siswa dalam Interval 75-84....................................... 81

Gambar 4.3 Contoh Hasil Siswa dalam Interval 85-100..................................... 82

Gambar 4.4 Hasil Peningkatan Siswa dengan Skor Posttest 72 ......................... 83

Gambar 4.5 Hasil Peningkatan Siswa dengan Skor Posttest 91 ......................... 84

Gambar 4.6 Hasil Peningkatan Siswa dengan Skor Posttest 81 ......................... 88

Gambar 4.7 Hasil Peningkatan Siswa dengan Skor Posttest 73 ......................... 89

Gambar 4.8 Hasil Peningkatan Siswa dengan Skor Posttest 87 .........................

Gambar 4.9 Hasil Peningkatan Siswa dengan Skor Posttest 93 sebagai nilai

90

tertinggi .......................................................................................... 91

Gambar 4.10 Hasil Peningkatan Siswa dengan Skor Posttest 71 sebagai nilai

terendah ......................................................................................... 92

Gambar 4.11 Proses Pembagian Kelompok Oleh Guru ...................................... 115

Gambar 4.12 Aktivitas Siswa pada Kegiatan berkelompok................................ 116

Gambar 4.13 Aktivitas Siswa dalam Mengerjakan Tugas Kelmpok dalam

Model TS-TS .................................................................................. 117

Gambar 4.14 Aktivitas Kunjungan Siswa dari Kelompok Lain ......................... 118

Gambar 4.15 Kegiatan Anggota Kelompok Membacakan Hasil Diskusinya ..... 118

Gambar 4.16 Kegiatan Siswa Mencocokan Hasil dari Kelompok Lain ............. 119

Gambar 4.17 Kegiatan Siswa Berkelompok ....................................................... 126

Gambar 4.18 Aktivitas Guru dalam Menyampaian Materi................................. 127

Gambar 4.19 Kegiatan Pemahaman Siswa Terhadap Isi Materi Menyusun

Teks Tanggapan Deskriptif pada Media Pop Up .......................... 127

Gambar 4.20 Aktivitas Siswa dalam Menyusun Teks Tanggapan Deskriptif .... 127

Gamabar 4.21 Aktivitas Siswa dalam Mendengarkan Penjelasan Guru ............. 128

Gambar 4.22 Sikap Siswa Saat Mengikuti Keterampilan Menyusun Teks

Tanggapan Deskriptif ....................................................................... 130

xvii

DAFTAR BAGAN

2.1 Bagan Kerangka Berpikir.............................................................................. 53

3.1 Bagan Desain Penelitan ................................................................................ 56

xviii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Pretest Model TS-TS............................. 93

Grafik 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pretest Model TAI................................. 94

Grafik 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Posttest Model TS-TS............................. 96

Grafik 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Posttest Model TAI................................. 97

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Two Stay Two Stray............... 142

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Team Assisted

Individualization............................................................................... 161

Lampiran 3 Pedoman Dokumentasi ................................................................... 182

Lampiran 4 Hasil Pretest Kelompok TS-TS ...................................................... 183

Lampiran 5 Posttest Kelompok Eksperimen 1 Model Two Stay Two Stray ....... 185

Lampiran 6 Pretest Kelompok Eksperimen 2 Model Team Assisted

Individualization............................................................................... 187

Lampiran 7 Posttest Kelompok Eksperimen 2 Model Team Assisted

Individualization............................................................................... 189

Lampiran 8 Daftar Nama Kelas VII E (Kelompok Eksperimen1)...................... 191

Lampiran 9 Daftar Nama Kelas VII F (Kelompok Eksperimen 2) ..................... 193

Lampiran 10 Uji Validitas Kelompok Model TS-TS dan Model TAI................ 195

Lampiran 11 Uji Reliabilitas Model TS-TS dan Model TAI .............................. 196

Lampiran 12 Uji Normalitas Pretest Model TS-TS............................................ 197

Lampiran 13 Uji Normalitas Posttest Model TS-TS .......................................... 198

Lampiran 14 Uji Normalitas Pretest Model TAI ................................................ 199

Lampiran 15 Uji Normalitas Postest Model TAI................................................ 200

Lampiran 16 Uji Homogenitas Pretest Kelompok TS-TS dan Pretest

Kelompok TAI ............................................................................... 201

Lampiran 17 Uji Homogenitas Prosttest Kelompok TS-TS dan Pretest

Kelompok TAI .............................................................................. 202

Lampiran 18 Uji t Pretest Model TS-TS dan Pretest Model TAI ..................... 203

Lampiran 19 Uji t Posttest Model TS-TS dan Posttest Model TAI.................. 204

Lampiran 20 Uji t Pretest dan Posttest Model TS-TS ........................................ 206

Lampiran 21 Uji t Pretest dan Posttest Model TAI ............................................ 206

Lampiran 22Pedoman Wawancara Kelas Eksperimen1 ..................................... 207

Lampiran 23 Pedoman Wawancara Kelas Eksperimen 2 ................................... 209

Lampiran 24 Surat Penelitian.............................................................................. 211

Lampiran 25 Surat Bukti Penelitian .................................................................... 212

xx

Lampiran 26 Surat Tugas Pembimbing............................................................... 213

Lampiran 27 Surat Keterangan Lulus UKDBI.................................................... 214

xxi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kegiatan menulis melibatkan berbagai keterampilan untuk mengungkapkan

ide, pikiran, pengetahuan, pengalaman-pengalaman hidup dalam bahasa tertulis

yang jelas, runtut, ekspresif, dan mudah dipahami oleh orang lain. Keterampilan

menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja, tetapi dilaksanakan

melalui praktik dan latihan secara teratur. Kejelasan organisasi tertulis bergantung

pada cara berpikir, penyusunan yang tepat, dan struktur kalimat yang baik

(Hasani, 2005:2).

Keterampilan menyusun teks secara tertulis adalah istilah yang dipakai

dalam kurikulum 2013 untuk jenjang SMP pada keterampilan menulis teks

tanggapan deskriptif. Keterampilan menyusun teks tanggapan deskriptif terdapat

pada materi siswa SMP/MTs kelas VII kurikulum 2013. Keterampilan tersebut

mengajarkan siswa untuk mengeluarkan gagasan yang terdapat dalam pikirannya

untuk dituangkan ke dalam tulisan. Kegiatan menyusun teks tanggapan deskriptif

mengharuskan siswa untuk menjelaskan apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan

secara jelas. Penulis harus mempunyai pengamatan yang tajam dan menggunakan

semua alat indra manusia (Datang dan Parera 2000:166).

Keterampilan menyusun teks tanggapan deskriptif memiliki peran penting

bagi siswa. Menyusun teks tanggapan deskriptif dapat mengembangkan suatu

pemahaman terhadap objek yang diamati dan kemampuan bahasa dalam

1

2

menyampaikan gagasan. Gagasan yang berupa hasil pemikiran siswa akan

tertuang ke dalam tulisan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada kegiatan PPL di

SMP Negeri 9 Magelang, ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil

menyusun teks tanggapan deskriptif siswa. Faktor tersebut meliputi (a) kurangnya

pemahaman siswa terhadap tahapan menyusun, (b) mengalami hambatan dalam

menentukan topik, dan (c) hambatan dalam menuangkan ide. Dalam tanggapan

deskriptif, penulis memindahkan kesan yang terdapat dalam pikirannya untuk

dituangkan dalam tulisan sehingga pembaca seolah-olah merasakannya.

Penuangan ide berupa pengamatan, wujud, dan perasaan yang ditemukan dalam

objek tersebut.

Penggunaan model pembelajaran menjadi upaya untuk meningkatkan

motivasi siswa, memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, gaya

belajar siswa, serta merangsang siswa untuk berkreativitas dan berimajinasi.

Winataputra (2001:3) menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan

karangan konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman

bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merancang dan

melaksanakan aktivitas pembelajaran. Selama ini penggunaan model

pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar masih menggunakan metode

ceramah dan tidak menggunakan media yang menarik sehingga tidak sesuai

dengan kebutuhan siswa. Guru diharapkan menggunakan model pembelajaran

yang sesuai dengan keadaan siswa sehingga dapat disukai dan mempermudah

3

siswa dalam memahami materi yang diberikan. Pemilihan model pembelajaran

yang diberikan guru akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Model pembelajaran kooperatif dapat dijadikan sebagai alat untuk

meningkatkan keterampilan belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif juga

dapat meningkatkan kemampuan dan memberikan pengalaman belajar yang

interaktif bagi guru. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ahmadi dan Mahmood (2010) yang menyimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif dapat meningkatkan prestasi akademik siswa, lebih menyenangkan dan

memberikan pengalaman belajar yang interaktif jika dibandingkan dengan

pembelajaran tradisional. Model pembelajaran merupakan cara yang dapat

ditempuh guru untuk menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan dan

mendukung bagi proses belajar dan tercapainnya prestasi belajar anak yang

memuaskan (Isriani 2012:13). Pendapat tersebut membuktikan bahwa model

pembelajaran memiliki peran penting dalam keberhasilan pembelajaran siswa.

Model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam proses

pembelajaran di kelas banyak jenisnya, antara lain (a) STAD (Student Team

Achievement Division), (b) NHT (Numbered Head Together), (c) Jigsaw, (d) Role

Playing, (e) TS-TS (Two Stay Two Stray), (f) TAI (Team Asisted

Individualization). Berdasarkan jenis model kooperatif tersebut, peneliti memilih

menggunakan model TS-TS (Two Stay Two Stray) dan TAI (Team Asisted

Individualization) sebagai model dalam keterampilan menyusun teks tanggapan

deskriptif. Kedua model tersebut dipilih karena memiliki kelebihan diantaranya:

(1) model pembelajaran tersebut akan melatih siswa untuk bekerja sama dengan

4

teman sebaya, sehingga siswa berkemampuan lebih dapat membelajarkan kepada

siswa berkemampuan sedang. (2) menyelesaikan masalah secara cepat, (3) kedua

model tersebut juga melatih siswa untuk berpikir bersama, dan (4) sekaligus

melatih siswa untuk berbicara atau menyampaikan pendapat.

Model two stay two stray merupakan sistem pembelajaran kelompok

dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling

membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk

berprestasi. Menurut Hamiddin (2012:100) “TS-TS is strategy providess the

studentd to express a desire to be active articipants in comprehending poems.

They also haave posittive attitudes group work in order to complete the purpose

of learning”. Strategi TS-TS memfasilitasi siswa untuk mengekspresikan

keinginan mereka untuk menjadi aktif dalam memahami materi. Mereka juga

harus mempunyai perilaku yang positif dalam kerja kelompok agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Pembelajaran dengan menggunakan model TS-TS

melatih siswa untuk berkelompok dengan kemampuan siswa yang berbeda agar

berfikir bersama menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru.

Model Team Assisted Individualization adalah salah satu bentuk kooperatif

yang menempatkan siswa dalam pembelajaran sesuai dengan kemampuannya.

Siswa memiliki kemampuan homogen atau kemampuan yang sama kecepatannya

dalam menerima pelajaran dan memecahkan masalah yang diberikan. Tipe ini

dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena

itu kegiatan pembelajaran lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah. TAI

mengajarkan siswa bekerja dalam tim, mengemban tanggung jawab, mengelola,

5

memeriksa secara rutin, saling membantu satu sama lain dalam menghadapi

masalah, dan saling memberi dorongan untuk maju. Selain itu, pembelajaran

model tersebut juga melatih siswa untuk bersosialisasi bersama anggota kelas.

Model pembelajaran tersebut akan dibantu dengan mengunakan media

pembelajaran. Media pembelajaran sebagai alat untuk meningkatkan keaktifan,

baik berupa bentuk atau fungsinya yang unik sehingga menarik perhatian dan

antusias siswa. Media dapat digunakan sebagai alat untuk mengefektifkan

komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan

mengajar di sekolah (Hamalik 1986:23). Banyak jenis media pembelajaran yang

dapat digunakan dalam keterampilan menyusun teks tanggapan deskriptif,

diantaranya (a) komik, (b) poster, (c) audio visual, (d) audio, (e) kartun, dan (f)

pop up. Berdasarkan jenis tersebut peneliti menggunakan media pop up sebagai

media yang digunakan dalam menyusun teks tanggapan deskriptif karena media

tersebut dapat menarik perhatian dan memotivasi siswa untuk menyelesaikan

masalah secara nyata. Media pop up sebagai penghubung komunikasi antara guru

dan siswa untuk memulai tugas atau perintah yang diberikan oleh guru. Menurut

Okamura dan Takeo (2010) dalam artikelnya yang berjudul “An Assistant

Interface to Desiggn and Produce a Pop-up Card” kartu pop up adalah selembar

kertas yang dilipat tiga-dimensi (3D) dengan struktur kertas pop up ketika

dibuka. Pada media pop up akan berisi gambar tiga dimensi, dengan tema

berwawasan lingkungan yang akan dijadikan objek dalam keterampilan menyusun

teks tanggapan deskriptif. Tujuan penggunaan media pop up adalah untuk

6

merangsang keaktifan siswa sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang

sudah ditetapkan oleh guru.

Pop up berwawasan lingkungan merupakan pop up yang berisi gambaran

suatu keadaan lingkungan sekitar yang akan dideskripsikan. Pengetahuan

lingkungan yang diterapkan dalam media pembelajaran baik digunakan untuk

siswa SMP kelas VII. Pada masa ini siswa diajarkan untuk mengetahui atau

memahami lingkungan, keadaan alam, makhluk hidup, dan kesatuan ruang dengan

semua benda yang ada di tengah kehidupan manusia. Selain itu, wawasan

lingkungan juga dekat dengan kehidupan manusia, sehingga dengan mudah siswa

akan memahaminya.

Model pembelajaran tidak diketahui efektif apabila tidak dilakukan ujicoba

pada suatu mata pelajaran. Perlu adanya seleksi pada setiap model pembelajaran

mana yang paling baik untuk diajarkan pada materi tertentu. Untuk itu, perlu

dilakukan pengujian guna mengetahui keefektifan model TS-TS dengan media

pop up dan Model Team Assisted Individualization dengan Media Pop Up

Berwawasan Lingkungan terhadap keterampilan menyusun teks tanggapan

deskriptif.

Dari permasalahan tersebut peneliti mengadakan penelitian dengan judul

“Keefektifan Pembelajaran Menyusun Teks Tanggapan Deskriptif Menggunakan

Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dan Model Team Assisted

Individualization dengan Media Pop Up Berwawasan Lingkungan pada Siswa

SMP Kelas VII”.

7

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, identifikasi masalah dalam

penelitian ini yaitu adanya kesulitan yang dialami siswa dalam keterampilan

menyusun teks tanggapan deskriptif diantaranya siswa mengalami hambatan

dalam menentukan topik, hambatan dalam menuangkan ide, dan kurangnya

pemahaman siswa terhadap tahapan menyusun. Faktor yang menyebabkan hasil

tersebut adalah penerapan model dan media pembelajan menyusun teks tanggapan

deskriptif yang kurang disesuaikan dengan kesulitan yang dialami siswa sehingga

beranggapan bahwa menyusun teks tanggapan deskriptif itu sulit.

Media pop up berwawasan lingkungan digunakan dalam keterampilan

menyusun teks tanggapan deskriptif. Penggunaan nilai berwawasan lingkungan

merupakan upaya pengenalan lingkungan sekitar sekaligus diajarkan untuk

mengetahui atau memahami lingkungan, keadaan alam, makhluk hidup, dan

kesatuan ruang yang berada di lingkungan siswa.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti menawarkan solusi berupa

dua model pembelajaran yang akan digunakan dalam menyusun teks tanggapan

deskriptif serta penggunaan media sebagai alat bantu dalam menguji kedua model.

Kedua model tersebut yaitu model TS-TS dan model TAI sekaligus model

tersebut akan dibandingkan manakah yang lebih efektif dalam pembelajaran

menyusun teks tanggapan deskriptif dengan media pop up berwawasan

lingkungan.

8

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan idendifikasi masalah di atas, maka penelitian dibatasi pada

masalah keefektifan pembelajaran menyusun teks tanggapan deskriptif

menggunakan model kooperatif tipe TS-TS dan model TAI dengan media pop up

berwawasan lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar peneliti mendapatkan hasil

yang maksimal.

1.4 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah kemampuan menyusun teks tanggapan deskriptif dengan

model two stay two stray (TS-TS) menggunakan media pop up berwawasan

lingkungan pada siswa kelas VII SMP?

2. Bagaimanakah kemampuan menyusun teks tanggapan deskriptif dengan

model team assisted individualization (TAI) menggunakan media pop up

berwawasan lingkungan pada siswa kelas VII SMP?

3. Bagaimanakah tingkat signifikansi perbedaan kemampuan menyusun teks

tanggapan deskriptif dengan model two stay two stray (TS-TS) dan model

team assisted individualization (TAI) menggunakan media pop up

berwawasan lingkungan pada siswa kelas VII SMP?

4. Model manakah yang lebih efektif diterapkan dalam pembelajaran menyusun

teks tanggapan deskriptif dengan model two stay two stray (TS-TS) atau

model team assisted individualization (TAI) menggunakan media pop up

pada siswa kelas VII SMP?

9

1.5 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Mendeskripsi kemampuan menyusun teks tanggapan deskriptif dengan model

two stay two stray (TS-TS) menggunakan media pop up pada siswa kelas VII

SMP.

2. Mendeskripsi kemampuan menyusun teks tanggapan deskriptif dengan

model team assisted individualization (TAI) menggunakan media pop up

pada siswa kelas VII SMP.

3. Mendeskripsi tingkat signifikansi perbedaan kemampuan menyusun teks

tanggapan deskriptif menggunakan model two stay two stray (TS-TS) atau

model team assisted individualization (TAI) menggunakan media pop up

pasa siswa kelas VII SMP.

4. Mengetahui model yang lebih efektif diterapkan dalam pembelajaran

menyusun teks tanggapan deskriptif dengan model two stay two stray (TS-

TS) dan model team assisted individualization (TAI) menggunakan media

pop up pada siswa kelas VII SMP.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat secara teoretis dan praktis. Manfaat

penelitian yang ingin diperoleh adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil dari penelitian ini akan menambahkan keilmuan yang

dapat dirujuk oleh para peneliti berikutnya serta menambah variasi penggunaan

1010

model pembelajaran bahasa indonesia, khususnya pada kompetensi dasar

menyusun.

2. Memanfaatkan praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian adalah sebagai berikut.

a. Bagi pendidik, dengan adanya penelitian ini dapat memberikan kemudahan

dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan upaya pendidikan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, terutama dalam penggunaan

model dan media pembelajaran dan memberian motivasi pendidikan untuk

dapat melakukan penelitian-penelitian terkait dalam masalah pembelajaran.

b. Bagi siswa, penelitian ini dapat memberikan kemudahan, yaitu siswa lebih

termotivasi atau semangat saat kegiatan pembelajaran karena adanya inovasi

dari kegiatan pembelajaran.selain itu siswadapat berlatih untuk berdiskusi dan

bekerja sama dengan kelompok.

c. Bagi sekolah, penelitian ini dapat memberikan semangat bagi para pendidik

di sekolah tersebut, untuk melaksanakan penelitian-penelitian yang berkaitan

dengan pembelajaran.

d. Bagi peneliti, penelitian ini bdapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi

peneliti untuk mengadakan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan

penerapan modal dan media pembelajaran.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka

Peneliti menemukan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian

ini. Penelitian tersebut memerlukan penelitian lanjutan. Oleh karena itu

memerlukan penelitian lanjutan untuk melengkapi dan menyempurnakan

penelitian awal. Penelitian yang berkaitan dengan model Two Stay Two Stray dan

model Team Assisted Individualization serta teks tanggapan deskriptif telah di

lakukan oleh Khasanah (2011), Istirikoh (2013), Faisal dan Suwandita. (2013),

Simburani (2013), Noviyanti, dkk. (2013), L Anetha dan Tilaar (2014), Malik

(2014), Anugrah (2014), Fatimah (2014), Arifin (2015).

Khasanah (2011) membuat penelitian dengan judul “Keefektifan

Penggunaan Metode Two Stay Two Stray (TS-TS) pada Pembelajaran

Keterampilan Membaca Bahasa Jerman di SMA N 1 Sedayu”. Hasil perhitungan

uji-t menunjukan bahwa t hitung 6,502 > t tabel 2,000 dan db sebesar 63, hal ini

menunjukan adanya perbedaan atara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Bobot

kefektifan adalah 9.04%. Nilai rata-rata yang di peroleh dalam membaca bahasa

jerman dengan kelas eksperimen adalah 27,81 lebih besar daripada kelas kontrol

yakni 25,53. Nilai tersebut menunjukan bahwa terdapat perbedaan kemampuan

membaca bahasa jerman yang signifikan antara siswa yang diajar dengan

menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TS-TS)

dengan siswa yang diajar dengan menggunakan metode konvensional dalam

pembelajaran membaca bahasa jerman.

11

1212

Hal ini dibuktikan dengan hasil uji-t diketahui posttest adalah

6.502 dengan p< 0,05 dan db 63. Pada taraf signifikan α = 0,05 dan db 63,

diperoleh 2,000. Hal ini menunjukan bahwa nilai lebih besar

daripada (th = 6,502 > tt= 2,000). Berdasarkan hasil penghitungan

tersebut, kesimpulan dari penelitian ini bahwa pemberian perlakuan atau treatment

berbeda kepada kedua kelas sempel menyebabkan adanya perbedaan hasil akhir

prestasi membaca bahasa jerman pada kedua kelas tersebut. Peningkatan nilai

siswa pada

kelas eksperimen tersebut tidak terlepas dari penggunaan metode pembelajaran

kooperatif tipe two stay two stray (TS-TS) selama perlakuan. Pembelajaran dengan

menggunakan metode pembelajaran tipe two stay two stray (TS-TS) membuat

siswa menjadi lebih aktif dalam belajar karena siswa tidak hanya menjadi

pendengar penjelasan yang disampaikan oleh guru, sedangkan guru dalam proses

ini lebih bersifat sebagai pendamping atau fasilitator agar pembelajaran tetap

dapat berjalan.

Penelitian yang ditulis oleh Khasanah merupakan penelitian eksperimen.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Uswatun

Khasanah adalah menggunaan metode pembelajaran two stay two stray (TS-TS)

dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa jerman. Perbedaan yang

menonjol adalah jenis teks yang diajarkan dan model yang digunakan.

Penggunaan model pada penelitian tersebut hanya menggunakan satu model,

sedangkan penelitian ini menggunakan dua model yaitu model kooperatif tipe two

stay two stray dan model team assisted individualization.

1313

Istirokah (2013) membuat penelitian dengan judul “Penerapan Model Two

Stay Two Stray (TSTS) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Kompetensi

Dasar Mengidentifikai Persyaratan Personil Administrasi Kantor pada Siswa

Kelas X AP di SMK Cut Nya’dien Semarang”. Hasil penelitian menunjukan kelas

dengan tretment two stay two stray siklus 1, menunjukan hasil rata-rata siswa

sebesar 71 dan persentase ketuntasan klasikal sebesar 54% dengan nilai tertinggi

90, nilai terendah 50 dengan banyak siswa yang tuntas 25 siswa dan sisanya 21

siswa yang tidak tuntas. Pada siklus II, menunjukan rata-rata siswa sebesar 80 dan

persentase ketuntasan klasikal sebesar 83% dengan nilai tertinggi 95, nilai

terendah 65 serta banyaknya siswa yang tuntas 38 siswa dan 8 siswa yang tidak

tuntas. Hasil penelitian tersebut dapat menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan

hasil belajar siswa kelas X AP di SMK Cut Nya’dien Semarang pada kompetensi

dasar (MPPAP) dengan menggunakan model Two Stay Two Stray.

Penelitian yang dilakukan oleh Istirikoh termasuk dalam penelitian tidakan

kelas. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada

penggunaan model pembelajaran TS-TS sebagai model yang akan diuji dalam

pembelajaran teks tanggapan deskriptif. Selain itu terdapat perbedaan pada

penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu. (1) terletak pada pasangan model

yang digunakan, (2) jenis penelitian tersebut termasuk jenis penelitian tindakan

kelas sedangkan penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen, (3)

kompetensi atau materi yang digunakan dalam penelitian.

Faisal dan Suwandita. (2013) melakukan penelitian dengan judul “The

Effectivenes of Fresh Technique to Teach Descriptive Paragraph”. Hasil

1414

penelitian menunjukan hasil rata-rata dari pre-test dan post-test dengan hasil

46.45 dan 72.47. Berdasarkan evaluasi, terungkap bahwa di kelas kontrol, nilai

rata-rata dari pre-test 48.74, dan post-test 70.26. Maka nilai t-test dan t-tabel

1.968>1.664 dengan signifikasi α=0,05. Disimpulkan bahwa hipotesis diterima

atau teknik FRESH efektif untuk mengajarkan menulis teks deskripsi pada siswa

kelas X salah satu Madrasah Aliyah Negeri di Purwokerto pada tahun akademik

2012/2013.

Relevasi penelitian yang dilakukan oleh Faisal dan Suwandita dengan

penelitian ini terdapat pada jenis teks yang digunakan dan jenis penelitian.

Penelitian tersebut termasuk dalam penelitian eksperimen dan materi

pembelajaran yang digunakan adalah paragraf deskriptif. Perbedaan penelitian

yang dilakukan faisal dan Suwandhita dengan penelitian ini terdapat pada model

yang digunakan dan jumlah model. Pada penelitian ini menggunakan dua model,

yaitu Two Stay Two Stray dan model Team Assisted Individualization, dalam

penelitian Faisal dan Suwandita hanya menggunakan satu model untuk diuji yaitu

teknik fresh.

Simburani (2013) dalam jurnal International Journal of Language Learning

and Applied Linguistics World, dengan judul “Improving Students Achievement

on Writing Descriptive Text Through Think Pair Share”. Dalam jurnalnya

dijelaskan, bahwa kemampuan menulis teks deskriptif siswa meningkat setelah

diterapkan model thing pair share. TPS bekerja secara efektif dan efisien dalam

membantu siswa meningkatkan prestasi menulis teks deskriptif. Jadi, metode TPS

ini menciptakan lingkungan yang baik dalam belajar-mengajar menulis, siswa

1515

menjadi aktif dalam proses penulisan, memfokuskan pikiran mereka untuk

penjelasan guru, berbagi ditim dan pasangan kemudian menulis individual.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Simburani (2013) dengan

penelitian ini terdapat pada jenis teks yang digunakan yaitu teks deskriptif.

Perbedan penelitian yang dilakukan oleh Simburani (2013) dengan penelitian ini

terletak pada jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian tindakan kelas.

Penelitian tersebut menguji peningkatan menulis teks deskriptif siswa dengan

menggunakan model TPS. Pada penelitian ini akan menggunakan dua model

yaitu TS-TS dan TAI sebagai model yang diuji.

Noviyanti, dkk. (2013) menulis jurnal pendidikan dengan judul

“Keefektifan Penggunaan Kartu Bergambar Berbentuk Pop Up Card pada

Pembelajaran Siswa MTs”. Hasil penelitian menunjukan bahwa soal pretest

dilakukan dengan perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 2,695,

sedangkan kelas kontrol adalah 2,391. Walaupun ada selisih tapi tidak jauh

berbeda hanya selisih 0,3 sehingga bisa dikatakan tingkat pengetahuan awal siswa

kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama. Hasil posttest menunjukan

bahwa kelas eksperimen mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan kelas

kontrol, yaitu mengalami kenaikan sebesar 4,827 dari 2,695 menjadi 1,522.

Kelompok kontrol memiliki kenaikan sebesar 2,652 dari 2,391 menjadi 5,043.

Dari hasil tersebut menunjukan bahwa media pop up card layak digunakan

sebagai media pembelajaran berbasis kebudayaan pada siswa MTs. Media pop up

card dapat digunakan sebagai sarana belajar yang membantu belajar siswa untuk

mengenal dan memahami keanekaragaman budaya indonesian. Penggunaan media

1616

gambar pop up card memudahkan guru untuk memberikan gambaran kepada

siswa dan menguranngi adanya kesalahan konsep oleh siswa ataupun guru itu

sendiri.

Penggunaan media pada penelitian tersebut sama dengan penelitain ini.

Kesamaan pada penelitian ini terletak pada media pembelajaran yang di gunakan

untuk memahami suatu materi yaitu penggunaan gambar pop up card sebagai

sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran. Perbedan pada penelitian ini tidak

menggunakan metode atau model pembelajaran sebagai pelengkap dalam

pembelajaran.

L Anetha dan Tilaar (2014) dengan jurnal penelitiannya yang berjudul

“Effect of Cooperative Learning Models Type of Team Assisted Individualization

(TAI) and the Performance Assessment of Learning Achievement to Linear

Program Course”. Dalam jurnal tersebut ia mengungkapkan hasil penelitian

bahwa terjadi signifikan antara penilaian hasil belajar siswa menggunakan model

TAI dan model klasik setelah mengendalikan kemampuan awal. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sekelompok siswa dengan penilaian kinerja model

pembelajaran kooperatif pemecahan masalah TAI berhasil mengembangkan pola

pikir dan mampu bekerja sama untuk membahas dan memecahkan masalah

Program Linear, dibandingkan dengan siswa bekerja sendiri.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh L Anetha dan Tilaar (2014)

menunjukan jika model kooperatif tipe TAI baik jika digunakan untuk siswa

dalam pembelajaran. Relevansi penelitian yang dilakukan oleh L Anetha dan

Tilaar (2014) dengan penelitian ini yaitu sama-sama mengkaji mengenai

1717

keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan model pembelajaran

lain. Model tersebut dikaji untuk mengefektifkan kegiatan menyusun teks

tanggapan deskriptif.

Penelitian yang dilakukan oleh Anetha dan Tilaar (2014) merupakan

penelitian eksperimen. Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian

ini yaitu pada jenis penelitian dan model pembelajaran yang digunakan. Dalam

penelitian ini menggunakan model TS-TS dan TAI, pada penelitian tersebut

menggunakan model TAI dan program linier. Perbedaan penelitian tersebut

terletak pada jenis teks yang digunakan.

Malik (2014) “Keefektifan Model Team Assisted Individualization (TAI)

dan Model Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) dalam

Pembelajaran Menulis Teks Berita Kelas VIII MTs Negeri 5 Purwodadi”. Hasil

penelitian menunjukan bahwa kemampuan menulis berita dengan Uji t Motode

TAI dengan skor akhir =2.00 dan =-6.168, sedangkan hasil Uji t

model CIRC menemukan perbedaan kondisi akhir pada kelompok CIRC. Skor

akhir lebih baik dari pada skor tes awal di dapatkan = 2.00 dan =-

3.338 berada di daerah penolakan . Sementara hasil uji t data posttest kelompok

TAI dan CIRC(dengan taraf signifikansi 5%) diperoleh =2.00 dan =

2.119 berada di daerah penolakan . Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model TAI lebih efektif dibandingkan dengan model CIRC

dalam pembelajaran menulis teks berita siswa kelas VIII MTs Negeri 5

Purwodadi.

1818

Penelitian yang dilakukan Malik merupakan penelitian eksperimen.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah penggunaan model

TAI. Perbedaan dengan penelitian ini adalah teks yang digunakan dan model

pembanding. Malik menggunakan model TAI untuk mengetahui keefektifan

model tersebut dalam menulis teks berita. Berbeda dengan penelitian ini

menggunakan motode TAI untuk pembelajaran menyusun teks deskripsi.

Anugrah (2014) dengan penelitiannya yang berjudul “Keefektifan Model

Scaffolded Writing untuk Pembelajaran Menyusun Teks Tanggapan Deskriptif

pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 15 Yogyakarta”. Hasil penelitian pertama,

terdapat perbedaan kemampuan menyusun teks tanggapan deskriptif yang

signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model

Scaffolded Writing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa

menggunakan model Scaffolded Writing, pada siswa kelas VII MTs Negeri 15

Yogyakarta.

Perbedaan dapat diketahui dari hasil uji-t skor tes akhir kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh nilai p sebesar 0,000 sehingga

p<taraf signifikan 0,05 yang berarti signifikan. Kedua, model scaffolded writing

terbukti efektif digunakan dalam pembelajaran menyusun teks tanggapan

deskriptif siswa kelas VII MTs Negeri 15 Yogyakarta. Efektivitas model

scaffolded writing dapat diketahui dari hasil uji-t tes awal dan tes akhir kelompok

eksperimen diperoleh nilai p sebesar 0,000 sehingga p<taraf 0,05 yang berarti

signifikan. Skor kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas

kontrol 9,82. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model

1919

scaffolded writing berpengaruh terhadap proses belajar menyusun teks tanggapan

deskriptif pada siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Jalu Anugrah merupakan penelitian

eksperimen. Penelitian tersebut menguji kemampuan siswa dalam menyusun teks

tanggapan deskriptif dengan model scaffolded writing. Persamaan pada penelitian

tersebut terletak pada teks pembelajaran yang akan digunakan untuk meneliti

sebuah model ataupun metode. Perbedaan pada penelitian tersebut dengan

penelitian ini adalah terletak pada model yang akan diuji, penggunaan satu model

pada pembelajaran tersebut menjadi perbedaan yang mencolok dengan penelitian

ini. Pembelajaran yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan dua model,

yaitu model two stay two stray dan model team assisted individualization.

Fatimah (2014) membuat penelitian yang berjudul “Peningkatan

Keterampilan Menyusun Teks Tanggapan Deskriptif Secara Tertulis

Menggunakan Pendekatan Saintifik melalui Metode Mind Map (Peta Pikiran)

dengan Media Foto pada Siswa Kelas VII C MTs N 1 Gabus Kabupaten Pati”.

Hasil penelitian menunjukan pada siklus I, nilai rata-rata yang diperoleh siswa

pada tes keterampilan mencapai 73.185. Sedangkan tes keterampilan pada siklus

II menjadi 80.562, presentase juga ketuntasan juga mengalami peningkatan, yaitu

sebesar 32.762. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pendekatan saintifik dapat

digunakan mulalui metode mind map dengan media foto dalam pembelajaran

menyusun teks deskripsi secara tertulis agar pembelajaran yang dilakukan

menjadi lebih optimal.

2020

Penelitian tersebut termasuk dalam penelitian tindakan kelas. Penelitian

tersebut untuk menaikkan tingkat kemampuan siswa dalam menyusun teks

deskripsi agar mendapatkan hasil yang maksimal. Penelitian tersebut berbeda

dengan penelitian ekperimen yang menguji kelayakan sebuah model atau media

yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penelitian ini akan menguji

dua model pembelajaran yang hasil penelitiannya dapat digunakan sebagai cara

untuk menguji keefektifan sebuah model. Persamaan pada penelitian ini terdapat

pada variabel terikat, yaitu menyusun teks deskripsi.

Arifin (2015) melakukan penelitian berjudul “Efektivitas Model

Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) terhadap Aktivitas dan Hasil

Belajar Ekonomi Siswa Kelas X SMA Teunku Umar Semarang Tahun

2014/2015”. Hasil penelitian menunjukan bahwa model team assisted

individualization efektif dalam pembelajaran ekonomi dengan ketuntasan aktivitas

belajar siswa pertemuan kedua untuk kelas eksperimen 72,5 dan kelas kontrol

67,86. Sedangkan aktivitas pertemuan ketiga kelas eksperimen 87,5 dan kelas

kontrol 71,43. Aktivitas belajar untuk kelas eksperimen meningkat 15 dan

aktivitas belajar untuk kelas kontrol meningkat 3,57.

Hasil penelitian sebelum tretment menunjukan nilai rata-rata untuk kelas

eksperimen 73,03 dan kelas kontrol 72,34. Nilai rata-rata posttest untuk kelas

eksperimen 85,11 dan nilai untuk kelas kontrol 80,26. Hasil belajar untuk kelas

eksperimen meningkat 12,08 dan hasil untuk kelas kontrol meningkat 7,92, maka

disimpulkan model TAI dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar ekonomi

2121

kompetensi dasar PDB, PDRB, PNB,dan PN dibandingkan dengan model

konvensional.

Penelitian yang dilakukan oleh Arif merupakan penelitian eksperimen.

Penelitian tersebut menguji tingkat keefektifan model team assisted

individualization (TAI) dalam pembelajaran ekonomi. Persamaan penelitian

tersebut terletak pada variabel bebas yaitu model team assisted individualization.

Perbedaan muncul pada variabel terikat dan motode yang akan diuji. Pada

penelitain ini akan menggunakan dua model yaitu two stay two stray dan model

team assisted individualization, sedangkan penelitian tersebut menggunakan satu

model yaitu team assisted individualization.

Penelitian ini dilaksanakan untuk menambahkan atau menginovasi jenis

model yang dapat diterapkan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran tersebut. Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai

tambahan pengetahuan peneliti lain dalam penelitian yang berbeda.

2.2 Landasan Teoretis

Beberapa teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini meliputi (1)

hakikat menyusun, (2) hakikat menulis, (3) langkah-langkah menyusun, (4) model

kooperatif tipe two stay two stray, dan (5) model team assisted individualization,

dan (6) media pop up.

2.2.1 Hakikat Menyusun Teks Tanggapan Deskriptif

Kegiatan menyusun suatu teks secara tertulis adalah istilah yang dipakai

dalam kurikulum 2013 untuk jenjang SMP yang dapat diartikan sebagai kegiatan

mengurutkan atau membangun susunan teks sesuai dengan struktur dan kaidah

2222

dalam bentuk lisan maupun tulisan. Pengertian menyusun dalam KBBI (1572)

berkaitan dengan keterampilan menulis, yaitu (1) mengatur dengan menumpuk

secara tindih-menindih; (2) mengatur secara baik; (3) menempatkan secara teratur;

dan (4) mengarang buku. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa definisi

menyusun teks secara tertulis, yaitu keterampilan dalam menyampaikan ide,

gagasan, atau pemikiran dari seseorang dalam bentuk tulisan secara beraturan dan

sistematis sesuai dengan struktur dan kaidah yang sudah ditetapkan. Pembaca

memahami apa yang penulis sampaikan dan keterampilan tersebut dapat

berkembang jika penulis lebih sering membaca untuk memperluas pengetahuan

dan menambah kosakata yang dimiliki.

2.2.2 Teks Deskriptif

2.2.2.1 Pengertian Teks Deskriptif

Menurut (Keraf:1982:93) Deskripsi merupakan sebuah bentuk tulisan yang

bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari

objek yang sedang dibicarakan. Selain itu Semi (1990:42) berpendapat deskripsi

adalah tulisan yang tujuannya memberikan perincian atau detail tentang objek

sehingga dapat memberi pengaruh pada sensitivitas dan imajinasi pembaca atau

pendengar, bagaikan mereka ikut melihat, mendengar, merasakan, atau

mengalami langsung objek tersebut. Karangan yang melukiskan kesan atau

pancaindra semata dengan peneliti dan sehidup-hidupnya agar pembaca atau

pendengar dapat melihat, mendengar, merasakan, menghayati dan menikmati

seperti yang dilihat, didengar, dirasakan dan dihayati, serta dinikmati oleh penulis

(Marahimin, 1994:33).

2323

Kata deskripsi diambil dari bahasa inggris description yang mempunyai

hubungan dengan kata kerja to describe (melukiskan dengan bahasa) Finoza

(2005:198). Uraian tersebut mengandung pengertian bahwa deskripsi merupakan

karangan yang lebih menonjolkan pelukisan aspek sebuah benda secara rinci

sebagaimana adanya dengan penggunaan bahasa yang baik.

Karangan deskripsi dapat menggambarkan sesuatu dengan jelas dan nyata

sehingga seseorang akan lebih mudah untuk mengenali dan menemukan benda

tersebut. Pendeskripsian suatu benda ataupun seseorang dapat dijadikan sebagai

ciri benda maupun seseorang. Deskripsi adalah gambaran verbal ihwal manusia,

objek, penampilan, pemandangan, atau kejadian (Alwasilah 2013:114).

Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya imajinasi atau

daya khayal pembaca sehingga seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan

sendiri apa yang dialami penulis. Deskripsi merupakan bentuk tuliskan yang

menjelaskan mengenai objek yang diamatinya sehingga pembaca merasakan atau

seolah-olah melihat dan merasakannya. Deskripsi harus memberikan daya khayal,

kesan atau sugestif yang dirasakan oleh pembaca.

Menurut Finoza dalam Dalman (2014:93) deskripsi adalah bentuk tulisan

yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan

melukiskan hakikat objek yang sebenarnya. Deskripsi memungkinkan terciptanya

daya khayal pembaca seolah-olah mengalaminya sendiri. Deskripsi banyak

digunakan oleh seseorang sebagai petunjuk untuk menemukan objek yang

dilukiskan.

2424

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa deskripsi

merupakan tulisan yang menjelaskan suatu objek sesuai dengan keadaan

sebenarnya agar pembaca dapat merasakan, mendengar, dan seolah-olah melihat

objek tersebut. Deskripsi dapat menjelaskan objek apapun sesuai dengan

keinginan penulis yang ingin orang lain atau pembaca merasakan atau melihat

objek tersebut.

2.2.2.2 Jenis-jenis Teks Deskriptif

Jenis teks tanggapan deskriptif dapat dikelompokkan berdasarkan kategori

yang sudah ditetapkan oleh masing-masing ahli. Berikut adalah jenis teks

deskriptif. Menurut Semi (1990:43) deskripsi dibagi menjadi dua yaitu:

1. Deskripsi ekspositorik (deskripsi teknis)

Deskripsi ekspositorik bertujuan menjelaskan sesuatu dengan perincian

yang jelas sebagaimana adanya tanpa menekankan unsur inspirasi atau sugesti

kepada pembaca.

2. Deskripsi aristik (disebut juga literer, imprisionistik atau sugestif).

Deskripsi yang mengarah kepada pemberian pengalaman kepada pembaca

bagaikan berkenalan langsung dengan objek yang disampaikan, dengan jalan yang

menciptakan sugesti dan impresif melalui keterampilan penyampaian dengan gaya

yang memikat dan pilihan kata yang menggugah perasaan. Sasaran deskripsi

sugestif adalah dengan perantara tenaga rangkaian kata-kata yang dipilih oleh

penulis untuk merangkai kata-kata menggambarkan ciri, sifat, watak dari suatu

objek, dengan diciptakan suatu sugesti tertentu pada pembaca (Keraf. 1982:94).

2525

Berbeda dengan Semi pendapat yang diberikan oleh Suparno dan Yunus

(2007:47) jenis atau macam-macam teks deskripsi dibagi menjadi dua kategori

sebagai berikut:

1. Deskripsi orang

Karangan deskripsi tentang orang. Dalam mendeskripsikan orang harus ada

hal yang menarik dari orang tersebut untuk di deskripsikan, kemudian kemukakan

informasi yang terdapat pada orang tersebut dengan pengungkapan yang

memungkinkan pembaca seolah-oleh menganalinya.

2. Deskripsi tempat

Tempat memegang peranan yang penting dalam setiap peristiwa . Tidak ada

peristiwa yang terlepas dari lingkungan dan tempat, semua kisah akan mempunyai

latar belakang tempat. Jalannya sebuah peristiwa akan lebih menarik jika

dikaitkan dengan tempat terjadinya peristiwa Alkhadiah (1997:147).

Menurut Anwar dan Ade (2007:95) jenis deskripsi ada dua macam yaitu

deskripsi teksnis dan deskripsi sugestif.

1. Deskripsi teknis adalah deskripsi yang diterangkan dalam karangan atau

paragraf yang memberikan uraian langsung dan objektif mengenai rupa, letak,

atau struktur dari sesuatu. Deskripsi tersebut dirancang terutama untuk

memberikan informasi, ditunjukan atau dialamatkan pada pembaca, dan secara

ekstensial merupakan ekspositori.

2. Deskripsi sugestif adalah deskripsi yang membangkitkan kesan atau impresi

tentang tempat, pemandangan, atau orang, yang membentuk atau menyusun

2626

wacana khusus. Deskripsi sugestif yang bersifat emosional ditandai dengan

penekanan, perhatian, atau imbauan.

Menurut Dalman (2014:97) berdasarkan teknik pendekatannya dapat

dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut.

1. Deskripsi Ekspositoris

Deskripsi ekspositoris adalah deskripsi yang sangat logis, yang isinya

merupakan daftar, rincian, semuanya, atau yang menurut penulisnnya hal yang

penting-penting saja, yang di susun menurut sistem dan urutan-urutan logis objek

yang diamati itu.

2. Deskripsi Impresionistis

Deskripsi impresionistis atau deskripsi simulatif adalah deskripsi yang

menggambarkan inspirasi penulisnya, atau untuk menstimulus pembacanya.

Dapat disimpulkan bahwa terdapat jenis deskriptif yang dapat digunakan

untuk mendeskripsikan suatu objek, namun pada intinya dalam masyarakat lebih

banyak mendeskripsikan tempat dan orang. Jenis-jenis deskripsi yang lain dapat

diklasifikasikan berdasarkan kategori yang sudah ditentukkan oleh ahli.

2.2.2.3 Struktur Teks Deskriptif

Dalam teks deskripsi terdapat tiga struktur yang digunakan adalah sebagai

berikut.

1. Identifikasi

Menurut KBBI (517) (1) Tanda kenal diri; bukti diri; dan (2) penentu atau

penetapan identitas seseorang, benda dan sebagainnya. Identifikasi dilakukan

2727

untuk mengetahui asal mula atau identitas suatu benda maupun seseorang

sebagai ciri atau tanda.

2. Klasifikasi

Klasifikasi adalah pengelompokkan atau pemisahan suatu benda atau

seseorang berdasarkan ciri dan jenis dari suatu objek. Klasifikasi pada suatu

objek dibutuhkan untuk mempermudah pencarian ketika dibutuhkan sebagai

data, arsip, yang berguna sebagai bahan penelitian.

3. Deskripsi bagian

Pendeskripsian bagian merupakan penjelasan yang dilakukan untuk

menjelaskan bagian-bagian suatu objek. Deskripsi bagian sebagai penjelas

suatu objek setelah diklasifikasikan, sehingga objek semakin jelas.

2.2.2.4 Kaidah Kebahasaan

Teks tanggapan deskriptif memiliki tiga unsur kebahasaan yang digunakan

sebagai panduan untuk menyusun teks tanggapan deskriptif adalah sebagai

berikut.

1. Rujukan kata

Rujukan kata adalah sesuatu kata yang merujuk kepada kata lain yang

memperlihatkan keterikatannya. Beberapa kata lain yang sering digunkan

dalam merujuk kata, diantaranya adalah ini, itu, dan dia. Rujukan kata juga

disebut padanan kata. Berikut ini adalah contoh rujukan kata (1) Lawang Sewu

adalah tempat peninggalan bersejarah pada zaman belanda, ditempat itu banyak

orang berwisata sejarah. Pada kata (itu) menunjuk kata Lawang Sewu yang

terdapat pada kata sebelumnya. (2) Pak Muslim adalah pedagang sayuran di

2828

pasar sampangan, dia merupakan pedagang sukses yang memiliki banyak

mobil. Penggunaan kata (dia) memiliki arti atau merujuk pada kata

sebelumnya, yaitu Pak Muslim yang seorang pedagang.

2. Kata Berimbuhan (Afiks)

Afiks adalah proses morfologis yang mengubah sebuah leksem menjadi

kata setelah mendapat afiks (Arifin dan Junaiyah 2009:10). Afiks atau

pengimbuhan dalam bahasa kita meliputi pemberian awalan (Prefiks), akhiran

(Sufiks), sisipan (infiks), imbuhan gabungan (simulfiks), imbuhan terbelah

(konfiks), atau kombinasinya. Contoh afiks, kata membaca berasal dari leksem

baca yang mengalami proses morfologis afiksasi dengan memperoleh afiks

meng-. Kata dilibat berasal dari leksem lihat yang mengalami proses

morfologis afiksasi dengan perolehan afiks di-.

Awalan dapat berkombinasi dengan berbagai kategori kata. Contohnya;

ber-angkat, meng-uap, ter-jadi, peng-huni, se-lama, ke-mari, per-. Akhiran

yang digunakan dalam proses morfologis adalah –an, -kan, -i, seperti dalam

kawasan, saluran, tuliskan, dudukkan, lemparkan , tambahi, tulisi, dan cabuti.

Penggunaan sisipan (infiks) tidak seproduktif imbuhan yang lain. Sisipan yang

dapat digunakan adalah –el, em, -er, dan –in.

3. Kelompok kata (frasa)

Frasa menurut (Rusyana dan Syamsuri 1976 dalam Arifin 2008) frasa

adalah salah satu gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat

nonpredikatif atau satu kontruksi ketatabahasaan yang terdiri atas dua kata atau

lebih. Frasa adalah bagan kalimat yang terbentuk dari dua kata atau lebih yang

2929

hanya menduduki satu fungsi atau jabatan. Di dalam kalimat terdapat Subjek

(S), Predikat (P), Objek (O), Keterangan (K), dan pelengkap (Pel). Contoh

frasa (1) Dokter membaca buku, dokter dalam kalimat tersebut menduduki

sebagai (S), membaca menduduki sebagai (P), dan buku menduduki sebagai

(O). (2) Hany membeli gula di pasar, kalimat tersebut Hany menduduki

sebagai (S), membeli menduduki sebagai (P) ,gula menduduki sebagai (O), dan

di pasar menduduki sebagai (K.Tempat).

Frasa memiliki beberapa jenis menurut distribusi unsurnya: (1) Frasa

eksosentris, adalah frasa yang sebagian atau seluruhnya tidak memiliki perilaku

sintaksis yang sama dengan semua komponennnya, (2) frasa endosentris adalah

frasa yang seluruhnya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan perilaku

salah satu komponennya.

2.2.2.5 Langkah-Langkah Menyusun Teks Deskriptif

Dalam melakukan kegiatan menulis, terdapat tahapan-tahapan yang harus

diikuti untuk mendapatkan hasil yang baik. Menurut Achmad dan Alek

(2011:106) langkah-langkah menulis ada beberapa tahapan yang harus diikuti,

dengan tahapan sebagai berikut.

1. Persiapan (preparation): (a) membuat kerangka tulisan. Kerangka tulisan

diperlukan pada tahapan sebelum menulis digunakan sebagai acuan untuk

menulis, (b) temukan Idiom yang menarik, dan (c) temukan kata kunci.

2. Menulis: (a) ingatkan diri agar tetap logis, (b) baca kembali setelah

menyelesaikan satu paragraf, dan (c) Percaya diri akan apa yang telah ditulis.

3030

3. Editing: (a) perhatikan kesalahan kata, tanda baca, dan tanda hubung, (b)

perhatikan hubungan antar paragraf, dan (c) baca isi secara keseluruhan.

Penggunaan langkah-langkah atau tahapan dalam setiap kegiatan

pembelajaran diperlukan untuk mempermudah siswa dalam menyelesaikan tugas.

Bukan hanya dalam pembelajaran, tahapan diperlukan dalam semua kegiatan

untuk mencapai sebuah tujuan. Pencapaian tujuan pembelajaran yang sudah

ditentukan maka siswa dianggap menguasai pembelajaran dengan baik.

2.2.3 Aspek-aspek yang Dinilai dalam Menyusun Teks Tanggapan Deskripsi

Penilaian yang dilakukan terhadap karangan siswa biasanya bersifat

menyeluruh berdasarkan kesan yang diperoleh dari pembaca secara selintas. Agar

guru menilai secara lebih objektif dan dapat memperoleh dari membaca lebih

objektif dan dapat memperoleh informasi yang lebih rinci tentang kemampuan

siswa untuk keperluan diagnostik-edukasi, penilaian ini hendaknya sekaligus

disertai dengan penilaian yang bersifat analitis. Berikut ini adalah profil penilaian

teks.

Tabel 2.1 Profil Penilaian Karangan

Unsur Skor Kriteria

Isi 27-30

22-26

Sangat Baik-Sempurna: menguasai topik tulis;

subtansif; pengembangan teks observasi

lengkap; relevansi dengan topik yang dibahas

Cukup-Baik: cukup menguasai permasalahan;

cukup memadai; pengembangan observasi

terbatas; relevan dengan topik tetapi kurang

3131

17-21

11-16

terperinci.

Sedang-Cukup: penguasaan permasalahan;

cukup memadai; pengembangan observasi

terbatas; subtansi kurang; pengembangan topik

tidak memadai.

Sangat-kurang: tidak menguasai

permasalahan; tidak ada subtansi; tidak relevan;

atau tidak layak dinilai.

Struktur

Teks

18-20

14-17

10-13

7-9

Sangat Baik-sempurna: ekspresi lancar;

gagasan diungkapkan dengan jelas; padat;

tertata dengan baik; urutan logis; kohesif.

Cukup-Baik: kurang lancar; kurang

terorganisasi tetapi ide utama ternyatakan;

pendukung terbatas; logis tetapi tidak lengkap.

Sedang-Cukup: tidak lancar; gagasan kacau

atau tidak terkait; urutan dan pengembangan

kurang logis.

Sangat-Kurang: tidak komunikatif; tidak

terorganisasi; atau tidak layak nilai.

Kosa kata 18-20

14-17

Sangat baik-sempurna: penguasaan

kata;canggih; pilihan kata dan ungkapan efektif;

menguasai pembentukan kata; penggunaan

register tepat.

Cukup-Baik:penguasaan kata memadai;

pilihan, bentuk, dan penggunaan kata atau

ungkapan kadang-kadang salah, tetapi tidak

3232

10-13

7-9

mengganggu.

Sedang-Cukup: penguasaan kata terbatas;

sering terjadi kesalahan bentuk; pilihan, dan

penggunaan kosakata atau ungkapan;makna

membingungkan atau tidak jelas.

Sangat Kurang: pengetahuan tentang

kosakata, ungkapan, dan pembentukan kata

rendah; tidak layak nilai.

Kalimat 18-20

14-17

10-13

7-9

Sangat baik-Sempurna: konstruksi komplek

dan efektif; terjadi hanya sedikit kesalahan

penggunaan bahasa (urutan atau fungsi kata,

artike, pronomina, preposisi).

Cukup-Baik: konstruksi sederhana tetapi

efektif; terdapat kesalahan kecil pada konstruksi

kompleks; terjadi sejumlah kesalahan

penggunaan bahasa (fungsi atau urutan kata,

artikel, pronomina, preposisi), tetapi makna

cukup jelas.

Sedang-Cukup: terjadi banyak kesalahan

dalam konstruksi kalimat tunggal atau kompleks

(sering terjadi kealahan pada kalimat negasi,

urutan atau fungsi kata, artikel, pronomina,

kalimat fragmen, pelepasan); makna

membingungkan atau kabur.

Sangat kurang: tidak menguasai tata kalimat;

terdapat banyak kesalahan; tidak komunikatif;

tidak layak dinilai.

3333

Mekanik 10

6

4

2

Sangat baik-Sempurna:menguasai aturan

penulisan; terdapat sedikit kesalahan ejaan,

tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan

penataan paragraf.

Cukup Baik: kadang-kadang terjadi kesalahan

ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital,

dan penataan paragraf, tetapitidak mengaburkan

makna.

Sedang-Cukup: sering terjadi kesalahan ejaan,

tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan

penataan paragraf; tulisan tangan tidak jelas;

makna membingungkan.

Sangar kurang: tidak menguasai aturan

penulisan; terdapat banyak kesalahan ejaan,

tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan

penataan paragraf; tulisan tidak terbaca; tidak

layak nilai.

2.2.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dan Team

Assisted Individualization

2.2.4.1 Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Menurut Huda (2013:207) model TS-TS merupakan sistem pembelajaran

kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung

jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama

lain untuk berprestasi. Two stay two stray adalah model pembelajaran yang

mampu melatih siswa dalam berdiskusi didalam kelompoknya untuk saling

3434

bekerja sama dalam mengatasi sebuah masalah. Model kooperatif tipe two stay

two stray dikembangkan oleh Spencer Kagan. Model ini dapat digunakan dalam

semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia siswa. Pembelajaran model

two stay two stray adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman

dengan kelompok lain Ngalimun (2014:170). Model ini juga melatih siswa untuk

bersosialisasi dengan baik. Model ini termasuk dalam model kooperatif karena

model ini mengandalkan siswa berdiskusi dalam kelompok.

2.2.4.2 Unsur-unsur Model Two Stay Two Stray

Menurut Suprijono (2011:93-94) Berikut ini adalah sintak model

kooperatif tipe two stay two stray.

1. Siswa membentuk kelompok masing-masing beranggotakan empat anak.

2. Guru memberikan permasalahan yang harus di diskusikan jawabannya.

3. Setelah berdiskusi intra kelompok usai, dua orang dari tiap-tiap kelompok

meninggalkan kelompoknya untuk bertemu dan berdiskusi dengan kelompok

lain.

4. Anggota kelompok yang tidak mendapatkan tugas sebagai duta (tamu)

mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok dan berdiskusi.

5. Setelah kembali ke kelompok asal, baik siswa yang bertugas bertemu maupun

yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang

telah mereka tunaikan.

Dalam pembelajaran terdapat unsur model yang harus dipenuhi diantaranya

sebagai berikut.

1. Sintak Model

3535

Sintak berisi aktivitas siswa yang harus dilaksanakan dalam pembelajaran.

Pada penelitian ini menggunakan teori Huda (2013:207) sebagai acuan dalam

proses pembelajaran siswa. Adapun langkah-langkah model two stay two stray

menurut Huda (2013:207) sebagai berikut.

1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang setiap kelompoknya

terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok

heterogen. Misalnya satu kelompok terdiri dari satu siswa berkemampuan

tinggi, dua siswa berkemampuan sedang, dan satu siswa berkemampuan

rendah. Hal ini dilakukan karena model kooperatif TS-TS bertujuan untuk

memberikan kesempatan siswa untuk saling membelajarkan (Peer Tutoring)

dan saling mendukung.

2. Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas

secara bersama-sama dengan anggota kelompok masing-masing.

3. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang. Hal

ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat

terlibat secara aktif dalam proses berpikir.

4. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan

kelompoknya untuk bertemu dengan kelompok lain.

5. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja

dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain.

6. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan

temuan mereka dari kelompok lain. Kelompok mencocokkan dan membahas

hasil-hasil kerja mereka.

3636

7. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajar mereka.

2. Sistem Sosial

Dalam kegiatan belajar mengajar tentu ada interaksi sosial atau interaksi

antarmanusia. Interaksi dalam pembelajaran dapat terjadi antara guru dan

siswa, antar siswa dengan siswa, dan antar kelompok dengan antar kelompok.

Dalam model two stay two stray interaksi antara guru dan siswa terjadi ketika

guru menyampaikan subpokok bahasan yang harus diselesaikan oleh siswa.

interaksi antar siswa terjadi pada saat kegiatan berdiskusi dalam menyelesaikan

subpokok bahasan. Kegiatan antar kelompok terjadi pada saat kunjung tamu.

3. Prinsip Reaksi

Prinsip reaksi merupakan cara memberikan respon pada siswa sesuai dengan

pola dalam sebuah model pembelajaran. Respon yang dilakukan guru terhadap

siswa pada pembelajaran dengan model two stay two stray adalah dengan

memberikan penguatan dalam akhir pembelajaran.

4. Sistem Pendukung

Agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif maka diperlukan sistem

pendukung. Sistem pendukung tersebut dapat berupa sarana, bahan dan alat

yang digunakan dalam pembelajaran. Sistem pendukung dalam model

pembelajaran two stay two stray antara lain materi pembelajaran, alat tulis, dan

media pop up berwawasan lingkungan.

5. Dampak Intruksional dan Dampak Pengiring

Dampak intruksional adalah hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara

mengarahkan siswa pada tujuan yang diharapkan. Dampak pengiring adalah

3737

hasil belajar lainnya yang dihasilkan pada suatu proses pembelajaran, sebagai

akibat terciptanya suasana belajar. Dampak intruksional dalam model two stay

two stray adalah nilai belajaran siswa hasil dari proses pembelajaran. Dampak

pengiring dari model pembelajaran two stay two stray yaitu siswa bekerja sama

dalam menyelesaikan subpokok bahasan yang diberikan dalan teks tanggapan

deskriptif.

Untuk mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan tahapan,

pembelajaran akan dirancang sebagai berikut.

1. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing

kelompok terdiri atas empat siswa yang mempunyai kemampuan yang

berbeda-beda.

2. Siswa diberikan media pop up yang terdapat materi serta tugas pembelajaran

untuk di diskusikan bersama kelompoknya.

3. Siswa berdiskusi bersama kelompoknya untuk mengerjakan tugas dari guru.

4. Siswa selesai berdiskusi kemudian dua siswa berkunjung ke kelompok lain

untuk mendengarkan hasil diskusi kelompok lain yang kemudian di

sampaikan kepada kelompoknya, dua siswa berada di kelompoknya untuk

menerima tamu dari kelompok lain kemudian menjelaskan hasil diskusi

kelompoknya.

5. Siswa mempresentasikan hasil diskusi dikelompoknya di depan kelas.

Penggunaan model TS-TS dalam pembelajaran sangat penting bagi guru,

untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pembelajaran maupun kemampuan

berbicara dalam menyampaikan pendapatnya kepada kelompok lain. Di dalam

3838

model TS-TS bukan hanya kemampuan mengetahui kemampuan berfikirnya

namun, dapat pula mengetahui kemampuan berbicara setiap siswa dalam

menyampaikan pendapatnya. Pada dasarnya metode pembelajaran kooperatif TS-

TS ini melibatkan siswa untuk berpartisipasi secara aktif dengan bekerjasama

antar siswa yang memilik karakter yang berbeda dalam mencapai tujuan

pembelajaran yang telah dirancang guru sebelumnya dan pada model ini guru

berperan sebagai fasilitator. Maka pembelajaran ini dimaksudkan agar siswa

benar-benar menerima ilmu dari pengalaman belajar bersama-sama.

Model TS-TS ini siswa bukan hanya belajar dan menerima yang disajikan

guru, melainkan dapat belajar dari siswa lain. Proses pembelajaran dengan model

TS-TS ini mampu merangsang potensi siswa secara optimal dalam suasana belajar

pada kelompok-kelompok kecil. Oleh karena itu, pada saat belajar akan

berkembang suasana belajar yang terbuka karena pada saat itu akan terjadi proses

belajar kolaboratif dalam hubungan pribadi yang saling membutuhkan. Dari

skema penjelasan mengenai model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS maka

dapat disimpulkan bahwa belajar dalam kelompok kecil yang sesuai dengan

prinsip kooperatif akan sangat baik digunakan untuk mencapai tujuan belajar,

karena siswa akan mengerti dan memahami materi dengan lebih baik. Suasana

belajar yang berlangsung dalam interaksi yang terbuka, saling percaya dan rileks

antar anggota kelompok akan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk

memperoleh dan memberi masukan diantara mereka dalam mengembangkan

pengetahuan, keterampilan dan nilai dalam pembelajaran. Di dalam kelompok

selalu terjadi perbedaan pendapat yang akan membuat siswa untuk saling

3939

mengoreksi kemampuan masing-masing yang akan menimbulkan rasa

kebersamaan dalam belajar.

2.2.4.3 Model Team Assisted Individualization

Menurut Ngalimun (2014:168) Team assisted individualization adalah

bantuan individual dari kelompok dengan karakteristik bahwa tanggung jawab

belajar adalah siswa. Oleh karena itu, siswa harus membangun pengetahuan tidak

menerima bentuk yang sudah jadi dari guru. Team assisted individualization

merupakan sebuah program yang berusaha mengadaptasi pembelajaran dengan

perbedaan individual siswa secara akademik. Pengembangan TAI dapat

mendukung praktik ruang kelas, seperti pengelompokan kemampuan di dalam

kelas, pengajaran terprogram. Hal tersebut membuktikan bahwa dalam

pembelajaran guru tidak berperan aktif dalam pembelajaran namun, siswa yang

harus lebih aktif dalam pembelajaran.

Dalam pembelajaran terdapat unsur model yang harus dipenuhi diantaranya

sebagai berikut.

1. Sintakmatik

Sintakmatik merupakan aktivitas yang harus dilaksanakan dalam proses

pembelajaran. Pada penelitian ini menggunakan teori Huda (2013:199) sebagai

panduan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Berikut ini merupakan sintak

model team assisted individualization menurut Huda (2013:199).

1. Team–dalam TAI, siswa dibagi kedalam tim-tim yang beranggotakan 4-5 orang

sebagaimana dalam STAD.

4040

2. Tes penempatan–siswa diberikan pretes. Mereka ditempatkan pada tingkatan

yang sesuai dalam program individual berdasarkan kinerja mereka pada tes

ini.

3. Materi–siswa mempelajari materi pembelajaran yang akan didiskusikan.

4. Skor dan rekognisi–hasil kerja siswa di score pada akhir pengajaran, dan setiap

tim yang memenuhi kriteria sebagai “tim super” harus menperoleh

penghargaan (recognition) dari guru.

5. Kelompok pembelajaran – guru memberikan pembelajaran pada setiap

kelompok tentang materi yang sudah didiskusikan.

6. Tes fakta-guru meminta siswa untuk mengerjakan tes–tes untuk membuktikan

kemampuan mereka yang sebenarnya.

2. Sitem Sosial

Dalam kegiatan belajar mengajar tentu ada interaksi sosial atau interaksi

antarmanusia. Interaksi dalam pembelajaran dapat terjadi antara guru dan

siswa, antar siswa dengan siswa, dan antar kelompok dengan antar kelompok.

Dalam model team assisted individualization interaksi antara guru dan siswa

terjadi ketika guru menyampaikan subpokok bahasan yang harus diselesaikan

oleh siswa dan ketika guru menjelaskan materi pada setiap kelompok. interaksi

antar siswa terjadi pada saat kegiatan berdiskusi dalam menyelesaikan

subpokok bahasan.

3. Prinsip Reaksi

Prinsip reaksi merupakan cara memberikan respon pada siswa sesuai dengan

pola dalam sebuah model pembelajaran. Respon yang dilakukan guru terhadap

4141

siswa pada pembelajaran dengan model team assisted individualization adalah

dengan memberikan penjelasan materi pada setiap kelompok.

4. Sistem Pendukung

Agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif maka diperlukan sistem

pendukung. Sistem pendukung tersebut dapat berupa sarana, bahan dan alat

yang digunakan dalam pembelajaran. Sistem pendukung dalam model

pembelajaran team assisted individualization antara lain materi pembelajaran,

alat tulis, dan media pop up berwawasan lingkungan.

5. Dampak Intruksional dan Dampak Pengiring

Dampak intruksional dalam model team assisted individualization adalah nilai

belajaran siswa hasil dari proses pembelajaran. Dampak pengiring dari model

pembelajaran team assisted individualization yaitu siswa bekerja sama dalam

menyelesaikan subpokok bahasan yang diberikan dalan teks tanggapan

deskriptif.

Pendapat berbeda disampaikan oleh Slavin dalam Ngalimun (2014:168)

bahwa sintak model team assisted individualization adalah sebagai berikut.

1. Buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupa modul.

2. Siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok

secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi.

3. Penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.

Untuk mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan tahapan,

pembelajaran akan dirancang sebagai berikut. (a) Siswa diberikan tes kemampuan

awal untuk menentukan kelompok, (b) siswa berkelompok sesuai dengan hasil tes

4242

awal, dengan masing-masing kelompok terdiri atas 4 siswa, (c) siswa diberikan

media pop up yang di dalamnya terdapat materi pembelajaran beserta tugas untuk

dikerjakan bersama kelompok yang sudah ditentukan. (d) siswa diberikan nilai

dari tugas yang telah dikerjakan, dengan nilai tertinggi mendapatkan kelompok

super, (e) guru mereview kembali tugas yang telah diberikan untuk diberikan

penguatan atau pemahaman kembali mengenai materi pembelajaran dan (f) siswa

melaksanakan tes akhir untuk menguji pemahaman atau kemampuan yang

sebenarnya.

Alasan yang menyebabkan model pembelajaran TAI perlu diterapkan

sebagai model pembelajaran yaitu tidak ada persaingan antar siswa atau

kelompok, karena bekerja sama untuk menyelesaikan masalah dalam mengatasi

cara berpikir yang beda. Bukan hanya mengharapkan bantuan dari guru, serta

siswa termotivasi untuk belajar cepat dan akurat seluruh materi guru. Guru

setidaknya menggunakan setengah dari waktunya mengajar dalam kelompok kecil

sehingga lebih mudah dalam pemberian bantuan secara individu.

Pengelompokan berdasarkan masing-masing kemampuan menjadi usaha

agar siswa lebih berusaha dalam menyelesaikan tugas pada proses pembelajaran

yang dilaksanakan. Penggunaan model TAI diharapkan dapat menarik siswa

untuk belajar dengan teman sebaya, sehingga yang mengalami kesulitan tanpa

malu menanyakan hal yang belum dipahaminya. Penerapan model TAI oleh guru

sangatlah penting, sehingga mengetahui kemampuan siswa yang sebenarnya.

4343

2.2.5 Media Pembelajaran

2.2.5.1 Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Media adalah suatu alat yang dipakai

sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi dari suatu

sumber kepada penerimannya. Media dalam proses belajar mengajar cenderung

diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap,

memproses, menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Media merupakan bagian tak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi

tercapainnya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di

sekolah pada khususnya. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan jika media

pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi atau

informasi pembelajaran sekaligus sebagai penunjang proses pembelajaran.

2.2.5.2 Pengertian Pop up

Menurut Dungworth dan Gibson (2005: 2-4) Pop up adalah suatu kartu yang

terbuat dari kertas apabila dibuka dengan sudut tertentu maka akan memunculkan

sebuah bentuk tampilan gambar yang timbul. Kartu pop up ini merupakan

pengembangan dari kartu bergambar yang didesain menurut kreativitas

pembuatnya agar gambar dapat timbul atau berdiri menjadi bentuk. Pop up dalam

bahasa inggris yang berarti “muncul keluar”, sedangkan buku pop up dapat

diartikan sebagai buku catatan atau kertas bergambar tiga dimensi yang

mengandung unsur interaktif pada saat dibuka seola-olah ada sebuah benda yang

muncul dari dalam buku Robert (2012:46).

4444

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pop up adalah buku bergambar apabila halaman dibuka dengan sudut 90° akan muncul gambar

berbentuk tiga dimensi. Setiap gambar atau objek yang ada disetiap halaman pop

up akan merangsang semua siswa untuk berpikir dan menuangkan isi pikirannnya

ke dalam bahasa tulis.

Media pop up yang akan digunakan dalam pembelajaran memiliki tema

berwawasan lingkungan. Pop up tersebut akan menyajikan sebuah gambar 3D

yang harus di deskripsikan oleh siswa. Gambar-gambar tersebut memiliki topik

yang sama, dan harus dideskripsikan bersama teman kelompoknya. Pada buku

pop up sudah tersedia kerangka karangan yang memudahkan siswa untuk

mendeskripsikannya.

Berikut ini adalah gambaran isi media pop up. (1) pop up dengan topik

tempat bercocok tanam, pada gambar tersebut menjelaskan mengenai tempat

untuk bercocok tanam dengan gambar sawah sebagai mediannya. Di dalam media

juga terdapat kerangka karangan yang berfungsi sebagai alat bantu siswa dalam

menyusun teks tanggapan deskriptif. Di dalam pop up tersebut juga terdapat ciri-

ciri yang akan mempermudah siswa dalam menentukan topik, (2) pop up dengan

topik tempat jual beli, pada media tersebut terdapat gambar pasar sebagai objek

yang harus diamati siswa. Selain terdapat gambar, pada media tersebut juga

terdapat kerangka karangan yang harus dikembangkan siswa bersama

kelompoknya. Media tersebut digunakan dalam kegiatan posttest pertama, dan (3)

pada tahapan posttest ke dua, pop up yang akan digunakan memiliki topik pesona

alam, dengan gambar keadaan bawah laut. Pada media ketiga tidak disertai

4545

kerangka karangan, sehingga siswa harus berfikir untuk menentukan kerangka

karangan secara mandiri.

Penggunaan media pop up tersebut dapat membantu siswa dalam menyusun

teks tanggapan deskriptif. Media pop up yang menarik dapat menambah antusias

siswa atau keaktifan siswa, sehingga siswa akan lebih mudah memahami dan

mudah menyusun teks tanggapan deskriptif.

2.2.5.3 Keunggulan Media Pop Up

Penggunaan media pop up akan memberikan visualisasi cerita yang lebih

menarik. Susunan gambar yang terlihat dalam bentuk tiga dimensi akan menarik

perhatian siswa. Beberapa kelebihan dari media pop up yang dikemukakan oleh

Yudhistira (2012 : 46) sebagai berikut.

1. Dapat mengatasi ruang dan waktu pengamatan

Melalui media pop up, benda-benda yang ukurannya terlalu besar,

letaknya jauh dari sekolah dapat diamati oleh siswa. Hal ini dikarenakan objek-

objek yang diamati oleh siswa. Hal ini dikarenakan objek-objek yang diamati

tersebut dapat diperkecil ukurannya dan disusun dalam pop up sedemikian rupa

sehingga menyerupai objek aslinya. Dengan demikian media pop up dapat

mengatasi batas ruang dan waktu pengamatan.

2. Bersifat konkret

Media pop up merupakan media yang bersifan konkrit yang berarti lebih

realistis dari pada media verbal. Media ini juga sesuai dengan usia anak yang

berada pada tahap konkrit atau nyata.

3. Menjadi sumber belajar untuk berbagai tingkat usia

4646

Pada media pop up dapat diisi gambar dengan informasi dan cerita sesuai

konsep yang diinginkan. Gambar pada pop up yang dibuat dapat disesuaikan

dengan karakteristik anak pada tahapan usianya, sehingga siswa lebih tertarik.

Ukuran dan betuk dari gambar yang disajikan akan menjadi lebih menarik

siswa dalam belajar.

4. Pop up memiliki ruang-ruang dimensi

Media pop up yang memiliki struktur tiga dimensi, media menjadi lebih

menarik untuk digunakan siswa. Adanya daya tarik, maka konsentrasi siswa

meningkat karena perhatian siswa terfokus. Tingkat konsetrasi siswa

dipengaruh banyak hal, dari media maupun dalam penggunaan model

pembelajaran tertentu.

2.3 Penilaian Sikap

Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu sikap

spiritual yang terkait dengan pembentukan siswa yang beriman dan bertakwa,

sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik agar percaya diri,

peduli, santun, dan tanggung jawab. Pada jenjang SMP kompetensi sikap spiritual

mengacu pada KI-1 sedangkat sikap sosial mengacu pada KI-2.

2.3.1 Sikap Religius

Aqib dan Sujak (2011:7) menyatakan bahwa sikap religius adalah sikap

yang pikiran, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada

nilai-nilai ketuhanan dan ajaran agamanya. Sikap religius diterapkan dalam

kurikulum 2013 dapat melatih siswa untuk belajar menaati perintah Tuhan Yang

4747

Maha Esa, pikiran, perkataan, perbuatan serta sifat bertoleransi terhadap agama

lain.

Tabel 2.2 Pedoman Penilaian Sikap Religius

No. Sikap yang Diamati dan Dinilai Indikator Sikap

1. Religius 1. Berdoa Sebelum dan sesudah

pembelajaran.

2. Menunjukan sikap antusias

mengikuti pembelajaran.

2.3.2 Sikap Sosial

Sikap sosial merupakan sikap yang berhubungan dengan diri sendiri dan

orang lain. Sikap sosial dapat ditanamkan pada diri seseorang agar timbul sikap

peduli terhadap sesuatu dilingkungannya. Banyak jenis sikap sosial didalam

masyarakat meliputi percaya diri, peduli, sikap santun, dan tanggung jawab. Sikap

tersebut terdapat dalam kurikulum 2013 yang sudah disesuaikan dengan tingkatan

pendidikan dan kompetensi dasar. Berikut penjelasan mengenai sikap sosial,

percaya diri, peduli, sikap santun, dan tanggung jawab.

2.3.2.1 Sikap Santun

Menurut kurikulum 2013, sikap santun dikategorikan sebagai sikap baik

dalam pergaulan baik dalam bahasa maupun bertingkah laku. Dianggap santun

atau baik apabila dapat menempatkan diri ditempat maupun waktu yang tepat

sesuai dengan norma yang ada didalam masyarakat. Penggunaan penilaian sikap

4848

santun dapat mengetahui siswa dalam berperilaku dan berbahasa didalam

kelompoknya.

Tabel. 2.3 Pedoman Penilaian Sikap Santun

No Sikap yang Diamati dan Dinilai Indikator Sikap

1. Santun 1.Berperilaku dan bertutur kata yang

baik ketika bertanya kepada teman

sejawat atau guru saat menyusun

teks tanggapan deskriptif.

2.3.2.2 Sikap Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan

tugas dan kewajiban yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat,

lingkungan, negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. Wujud perilaku bertanggung

jawab diterapkan dalam kurikulum 2013 sebagai salah satu sikap yang baik jika

diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Contoh sifat bertanggung jawab dalam

pembelajaran (1) berperilaku selalu melaksanakan tugas dan kewajibannya

dengan baik pada kegiatan pembelajaran menyusun teks tanggapan deskriptif, dan

(2) berperilaku selalu menyelesaikan tugas yang dapat dipercaya pada kegiatan

menyusun teks tanggapan deskriptif.

Tabel. 2.4 Pedoman Penilaian Sikap Tanggung Jawab

No Sikap yang Diamati dan Dinilai Indikator Sikap

4949

1. Tanggung jawab 1. Berperilaku selalu melaksanakan

tugas dan kewajibannya dengan

baik pada kegiatan pembelajaran

menyusun teks tanggapan

deskriptif.

2. Berperilaku selalu

menyelesaikan tugas yang dapat

dipercaya pada kegiatan menyusun

teks tanggapan deskriptif.

2.3.2.3 Sikap Percaya Diri

Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting

dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri atau yakin dengan

kemampuan mereka sendiri akan mendapatkan hasil yang maksimal dan akan

menjadi seseorang yang optimistis. Sikap percaya diri dalam kurikulum 2013

dapat menilai sikap dari keberanian siswa saat bertanya, dan sikap tidak putus asa

yang ditunjukan dalam mengerjakan tugas. Berikut adalah pedoman penilaian siap

percaya diri.

Tabel. 2.5 Pedoman Penilaian Sikap Percaya Diri

No Sikap yang Diamati dan Dinilai Indikator Sikap

1. Percaya Diri 1. Berani bertanya pada teman

5050

sejawat atau guru jika belum

paham materi pembelajaran.

2. Menyusun teks tanggapan

deskriptif tanpa ragu-ragu.

3. Tidak mudah putus asa.

2.3.2.4 Sikap Peduli

Sikap peduli digunakan dalam kurikurum 2013 sebagai sarana penilaian

sikap kepekaan atau kepedulian siswa terhadap teman sebaya untuk pemahaman

materi yang disampaikan oleh guru. Sikap kepedulian siswa sangat membantu

dalam pemecahan masalah yang diberikan oleh guru agar setiap anggota

kelompok mampu memahami dan menyelesaikan masalah dengan benar. Berikut

adalah pedoman penilain sikap peduli.

Tabel. 2.6 Pedoman Penilaian Sikap Peduli

No Sikap yang Diamati dan Dinilai Indikator Sikap

1. Peduli 1. Membantu menjelaskan

kepada teman yang belum

paham materi menyusun

teks tanggapan deskriptif

2.4 Kerangka Berpikir

Keterampilan menyusun teks tanggapan deskriptif merupakan salah satu

bagian dalam kesatuan pembelajaran bahasa indonesia yang tersusun dalam

kurikulum 2013 pada siswa kelas VII SMP. Ketidak efektifan penggunaan model

5151

dan media pembelajaran dalam kegiatan menulis teks tanggapan deskriptif

menjadi suatu objek penelitian oleh peneliti dengan memberikan perlakuan pada

kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Dengan penggunaan model

konvensional membuat pembelajaran menjadi kurang berkualitas, selain itu

keterbatasan pemanfaatan media dan sarana prasarana dapat dijadikan sebagai

alasan perlakuan kelas eksperimen. Siswa merasa bosan dan tidak tertarik dengan

pembelajaran konvensional.

Model pembelajaran two stay two stray dan model team assisted

individualization dengan media pop up digunakan sebagai rangsangan siswa

dalam kegiatan menyusun teks tanggapan deskriptif lebih efektif. Selain dapat

melatih siswa untuk cepat menemukan topik dan gagasan pada setiap kalimat,

keduanya memiliki kekhasan dalam melatih kerjasama dalam kelompoknya untuk

saling membantu untuk pemahaman dan pemecahan masalah terhadap sebuah

persoalan atau isi pelajaran.

Proses pembelajaran pada penelitian ini diawali dengan mengkaji hasil

pretest. Pretest dilakukan pada kelas VII E dan kelas VII F setelah dilakukan

pembelajaran dengan metode langsung. Hasil pretest tersebut digunakan untuk

menguji homogenitas dan normalitas. Jika kedua kelas tersebut homogen dan

distribusi normal, kelas tersebut dapat dijadikan kelas eksperimen 1 dan

eksperimen 2. Kelas ekperimen 1 pada penelitian ini akan melaksanakan

keterampilan menyusun teks tanggapan deskriptif dengan model TS-TS.

Sementara kelas eksperimen 2 pada penelitian ini akan melaksanakan

pembelajaran dengan model TAI.

5252

Setelah pelaksanaan proses keterampilan menyusun teks tanggapan

deskriptif melalui model TS-TS dan TAI, maka akan diperoleh perbedaan hasil

keterampilan menyusun teks tanggapan deskriptif (posttest). Dari hasil posttest

kemudian akan diperoleh perbedaan hasil keterampilan menyusun teks tanggapan

deskriptif menggunakan model TS-TS dan TAI dengan media pop up.

5353

Keterampilan menyusun teks

tanggapan deskriptif pada siswa SMP

kelas VII

Prettest

Proses pembelajaran menggunakan

Model Two Stay Two Stray dengan

Media Pop Up Berwawasan

Lingkungan

Proses pembelajaran menggunakan

Model Team Assisted Individualization

dengan Media Pop Up Berwawasan

Lingkungan

Posttest

Membandingankan hasil belajar dan

menentukan keefektifan model

Pembelajaran menggunakan model two stay two stray menggunakan media Pop

Up berwawasan lingkungan lebih efektif diterapkan dalam pembelajaran

menyusun teks tanggapan deskriptif pada siswa SMP kelas VII.

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

2.5 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. H0 : =

5454

Ha : ≠

: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara menyusun teks tanggapan

deskriptif pada kelompok eksperimen 1 setelah mendapat perlakuan

menggunakan model Two Stay Two Stray dengan pembelajaran menyusun

teks tanggapan deskriptif pada kelompok eksperimen 2 sebelum mendapat

perlakuan menggunakan model Team Asisted Individualization.

: Ada perbedaan yang signifikan antara keterampilan menyusun teks

tanggapan deskriptif pada kelompok eksperimen 2 setelah mendapatkan

perlakuan menggunakan model Team Asisted Individualization.

2. H0 : =

Ha : ≠

H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran menyusun

teks tanggapan deskriptif pada kelompok eksperimen 1 setelah mendapat

perlakuan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray

dengan pembelajaran menyusun teks tanggapan deskriptif pada

kelompok ekperimen 1 sebelum mendapat perlakuan menggunakan

model pembelajaran Two Stay Two Stray.

Ha : Ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran menyusun teks

tanggapan deskriptif pada kelompok eksperimen 1 setelah mendapat

perlakuan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray

dengan pembelajaran menyusun teks tanggapan deskriptif pada

kelompok ekperimen 1 sebelum mendapat perlakuan menggunakan

model pembelajaran Two Stay Two Stray.

55

3. H0 : = Ha : ≠

H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran menyusun teks

tanggapan deskriptif menggunakan model pembelajaran Team Assisted

Individualization pada kelompok eksperimen 2 dengan pembelajaran

menyusun teks tanggapan deskriptif menggunakan model Two Stay Two

Stray pada kelompok eksperimen 1.

Ha : Ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran menyusun teks

tanggapan deskriptif menggunakan model pembelajaran Team Assisted

Individualization pada kelompok eksperimen 2 dengan pembelajaran

menyusun teks tanggapan deskriptif menggunakan model Two Stay Two

Stray pada kelompok eksperimen 1.

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Keterampilan menyusun teks tanggapan deskriptif dengan menggunakan

model TS-TS memperoleh nilai tes akhir dengan presentase 94% dari jumlah

31 siswa. Rata-rata pada kelas ini mencapai 82,00 dengan nilai terendah 72

dan nilai tertinggi 91, tetapi masih terdapat 2 siswa yang belum mencapai

kriteria ketuntasan minimal.

2. Keterampilan menyusun teks tanggapan deskriptif dengan menggunakan

model TAI memperoleh nilai tes akhir dengan presentasi ketuntasan sebesar

87% dari jumlah 31 siswa. Rata-rata pada kelas ini 81,44 dengan nilai

terendah 71 dan tertinggi 93, tetapi masih terdapat 4 siswa yang belum

mencapai kriteria.

3. Tingkat signifikansi siswa pada kelompok TAI sebesar 10,55% sedangkan

pada kelompok model TS-TS nilai rata-rata sebesar 13,12%. Selisih

persentase rata-rata nilai kedua kelompok sampel tersebut sebesar 2,57%. Jadi

diperoleh simpulan bahwa kelompok pembelajaran model TS-TS lebih

unggul 2,57% dibanding kelompok pembelajaran model TAI. Hasil

penghitungan yang diperoleh dari analisis uji t pada data akhir kelompok

pembelajaran model TS-TS dan kelompok pembelajaran model TAI

menunjukkan bahwa nilai p yang diperoleh melalui sig (2-tailed) adalah

136

137

0,697sehingga p > 0,05, jadi H0 diterima dan Ha di tolak. Sehingga dapat

dikatakan tidak berbeda secara signifikan.

4. Keterampilan menyusun teks tanggapan deskriptif menggunakan model TS-

TS dengan media pop up berwawasan lingkungan lebih efektif dibandingkan

dengan keterampilan menyusun teks tanggapan deskriptif menggunakan

model TAI. Penggunaan model TS-TS dalam proses pembelajaran siswa

lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan siswa lebih memahami

pembelajaran dengan model TS-TS

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan sebagai berikut.

1. Guru bahasa Indonesia hendaknya berinovasi dalam menggunakan model

pembelajaran, strategi, dan media pembelajaran yang tepat untuk materi

pembelajaran yang akan diajarkan. Pembelajaran menggunakan model two

stay two stray dapat menjadi alternatif dalam keterampilan menyusun teks

tanggapan deskriptif dengan media pop up berwawasan lingkungan.

2. Peneliti lain hendaknya dapat melakukan penelitian mengenai

keterampilan menyusun teks tangapan deskriptif dengan menerapkan

model dan media pembelajaran yang sesuai. Selain itu, peneliti dapat

menggunakan hasil penelitian keterampilan menyusun teks tanggapan

deskriptif dengan media pop up berwawasan lingkungan sebagai referensi

untuk meningkatkan kemampuan menyusun teks lain.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Z. & Mahmood, N. 2010. Effects of Cooperative Learning vs Traditional

Instruction on Prospective Teachers Learning Experience and Achievement.

Journal of Faculty of Educational Sciences. Vol: 43, No: 1: 151-164.

Alwasilah, A chaedar dan Senny Suzanna. 2004. Pokoknya menulis. Bandung.

kiblat buku utama.

Akhadiah, dkk. 1997. Menulis I. Jakarta: Universitas Terbuka.

Anwar, Nanang Chaerul dan Ade Husnul. 2007. Modul Bahasa Indonesia Kelas

X. Bogor: Yudhistira.

Achmad, dan Alek. 2011. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:

Kencana.

Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2008. Sintaksis.Jakarta: PT Grasindo.

Arifin, Amirul. 2015. “Efektivitas Model Pembelajaran Team Assisted

Individualization terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas

X SMA Teungku Umar Semarang Tahun 2014/2016”. Skripsi. Universitas

Negeri Semarang.

Arikunto. Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta. Rineka Cipta.

Anugrah, Jalu. 2014. “Keefektifan Model Scaffolded writing Untuk Pembelajaran

Menyusun Teks Tanggapan Deskriptif pada Siswa Kelas VII MTS Negeri 15

Yogyakarta”. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Aqib, Zaenal dan Sujak. 2011. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter.

Jakarta: Gaung Persada.

Azwar, Saefuddin. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Dalman. 2012. Keterampilan Menulis. Jakarta: Rajagrafindo.

Dungworth, Richard dan Ray Gibson. (2005). Kreasi Pop Up. Jakarta: Erlangga.

Datang, Frans Asisi dan Jos Daniel Parera. 2000. Pelajaran Berbahasa

Indonesia1. Jakarta: Erlangga.

Faisal, dan Krisna Suwandita. (2013). “The Effectiveness of FRESH Technique to

Teach Descriptive Paragraph”. Journal of Education and Learning. Vol.7 (4)

138

139139139

pp. 239-248. Muhammadiyah University of Purwokerto. Finoza, Lamuddin.

2004-2005. Komposisi Bahasa Indonesia. Bandung: Mawar Gempita.

Fatimah, Siti. 2014. “Peningkatan Keterampilan Menyusun Deskripsi Secara

Tertulis Menggunakan Pendekatan Saintifik melalui Metode Mind Map (Peta

Berpikir) dengan Media Foto pada Siswa Kelas VII C MTS N 1 Gabus

Kabupaten Pati”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Finoza, Lamuddin. 2005. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia

Hamiddin. 2012. Improving Student’ Comprehension of Poem Using Two Stay

Two Stray strategy. Jurnal Vidya Karya. Volume 27 (1).

Hamalik. Oemar. 1986. Media Pendidikan. Bandung: Alumni.

Hasani. Aceng. 2005. Ikhwal Menulis. Serang: Universitas Sultan Agung

Tirtayasa Press.

Huda, Miftahul. 2013. Model Pengajaran dan Pembelajaran:Isu-isu Metodis

Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Isriani. 2012. Pembelajaran Kreatif. Jakarta: Kencana.

Istirikoh. 2013. “Penerapan Model Two Stay Two Stray Dalam Meningkatkan

Hasil Belajar Mengidentifikasi Persyaratan Personil Administrasi Kantor

Pada Siswa Kelas X AP Di SMK Cut Nya’ Dien Semarang”. Skripsi.

Universitas Negeri Semarang.

Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi

Prees Indo.

Khasanah, Usatun. 2011. “Keefektifan Penggunaan Model Two Stay Two Stray

pada Pembelajaran Keterampilan Membaca Bahasa Jerman di SMA N 1

Sedayu”. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Keraf, Gorys. 1982. Eksposisi dan Deskripsi. Ende: Nusa Indah.

L, Anetha dan F Tilaar. 2014. “Effect of Cooperative Learning Model Type of

Team Assisted Individualization (TAI) and the Performance Assessment of

Learning Achievement to Linear Program Course”. International Journal of

Science and Engineering Investigations. 2014. Vol. 3, issue 24. ISSN: 2251-

8843. Manado state University.

Marahimin, Ismail. 1994. Menulis Sejarah Populer. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

140140140

Malik, Abdul Muhammad. 2014. “Keefektifan Model Team Assisted

Individualization (TAI) dan Model Cooperative Integrated Reading And

Composition (CIRC) dalam Pembelajaran Menulis Teks Berita Kelas VIII

MTS Negeri 5 Purwodadi”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Ngalimun. 21014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja

Pressindo.

Noor, Juliansyah. 2011. Metode Penelitian: Skripsi, Tesis, Diesertasi dan Karya

Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Noviyanti, Linda, dkk. 2013. Keefektifan Penggunaan Kartu Bergambar

Berbentuk Pop Up Card pada Pembelajaran Siswa SMP. Jurnal

Pendidikan.

Okamura,Sosuke. & Takeo Igarashi. 2010. An Assistant Interface to Desiggn and

Produce a Pop-up Card. University of Tokyo: Japan. Journal of Education

and Learning. 1 (2), 40-50.

Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja.

Yogyakarta: Diva Press.

Robert. 2012. Ilustrasi karya seni. Jakarata: PT alumni.

Semi, Atar. 1990. Menulis Efektif. Padang. Padang: Angkasa Raya.

Simburani, Tiur Asih. 2013. “Improving Student’s Achievement on Writing

Descriptive Text Through Think Pair Share”. International Journal of

Language Learning and Applied Linguistics World. Volume 3 (3), July 2013;

30- 43. Medan. Universitas Negeri Medan.

Sukardi. 2005. Metodoogi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktisnya.

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Suparno dan Mohamad Yunus. 2008. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bansung: PT

Remaja Rosdakarya.

141141141

Winataputra, Udin S. 2001. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Yudhistira, Cecep. 2012. Sekilas tentang Pop Up. Bandung:Alumni.

214214214

LAMPIRAN 27

Surat Keterangan Lulus UKDBI