12
KEHAMILAN EKTOPIK I. PENDAHULUAN Kehamilan Ektopik adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih da berada di saluran telur. Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang dapat diha setiap dokter, karena sangat beragamnya gambaran klinik kehamilan ektopik t itu. Tidak jarang yang menghadapi penderita pertama kali adalah dokter umum dokter ahli lainnya, maka dari itu, perlu diketahui oleh setiap dokter klin ektopik terganggu serta diagnosis diferensialnya. Hal yang perlu diingat ia pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah, perlu difikirkan ke terganggu. II. DEFINISI Kehamilan ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tu luar endometriumkavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidaksinonim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars interstisialis tuba dan kanali masuh termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik. Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba. Sangat jar implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, ta rudimenter, dan divertikel pada uterus. Berdasarkan implantasi hasil tuba, terdapat kehamilan pars interstisialis tuba, kehamilan pars ismika tu pars ampullaris tuba, dan kehamilan infundibulum tuba. Kehamilan di luar tuba adalah kehamilan ovarial, kehamilan int kehamilan servikal, dan kehamilan abdominal yang bisa primer atau sekunder. Jarcho ( 1949 ) menganalisis 1.225 kasus kehamilan ektopik berbagai je sembilan penulis dan mendapatkan lokalisasi sebagai berikut : ampulla 578, fimbria 71, pars interstisialis tuba 45, infundibulum 31, seluruh hematosalping yang mengandung hasil konsepsi )31, abdomen 17, setengah dist

KEHAMILAN EKTOPIK noi

Embed Size (px)

Citation preview

KEHAMILAN EKTOPIK

I.

PENDAHULUAN Kehamilan Ektopik adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari 95% berada di saluran telur. Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang dapat dihadapi pleh setiap dokter, karena sangat beragamnya gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu itu. Tidak jarang yang menghadapi penderita pertama kali adalah dokter umum atau dokter ahli lainnya, maka dari itu, perlu diketahui oleh setiap dokter klinik kehamilan ektopik terganggu serta diagnosis diferensialnya. Hal yang perlu diingat ialah, bahwa pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah, perlu difikirkan kehamilan ektopik terganggu.

II.

DEFINISI Kehamilan ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars interstisialis tuba dan kanalis servikalis masuh termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik. Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba. Sangat jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter, dan divertikel pada uterus. Berdasarkan implantasi hasil konsepsi pada tuba, terdapat kehamilan pars interstisialis tuba, kehamilan pars ismika tuba, kehamilan pars ampullaris tuba, dan kehamilan infundibulum tuba. Kehamilan di luar tuba adalah kehamilan ovarial, kehamilan intraligamenter, kehamilan servikal, dan kehamilan abdominal yang bisa primer atau sekunder. Jarcho ( 1949 ) menganalisis 1.225 kasus kehamilan ektopik berbagai jenis dari sembilan penulis dan mendapatkan lokalisasi sebagai berikut : ampulla 578, ismus 265, fimbria 71, pars interstisialis tuba 45, infundibulum 31, seluruh tuba ( termasuk hematosalping yang mengandung hasil konsepsi )31, abdomen 17, setengah distal tuba

10, dua pertiga distal tuba 6, ligamentum latum 5, seluruh tuba dan ovarium 5, kornu uteri, tuba ovarial 2, dan tanduk rudimenter 1. Pada 164 kasus lokalisasi tidak disebut atau bila dinyatakan, tidak dibuktikan. Kehamilan intrauterin dapat ditemukan bersamaan dengan kehamilan

ekstrauterin. Dalam hal ini dibedakan dua jenis, yaitu combined ectopic pregnancy di mana kehamilan intra uterin terdapat pada waktu yang sama dengan kehamilan ekstrauterin dan compound ectopic pregnancy yang merupakan kehamilan intrauterin pada wanita dengan kehamilan ekstra uterin lebih dahulu dengan janin sudah mati dan menjadi litopedion.

III.

FREKUENSI

Frekuensi kehamilan ektopik yang sebenarnya sukar ditentukan. Gejala kehamilan ektopik terganggu yang dini tidak selalu jelas, sehingga tidak dibuat diagnosisnya. Tidak semua kehamilan ektopik berakhir dengan abortus dalam tuba atau rupture tuba. Sebagian hasil konsepsi mati dan pada umur muda kemuadian diresorbsi. Pada hal yang terakhir ini penderita hanya mengeluh haidnya terlambat untuk beberapa hari. Di RSCM pada tahun 1987 terdapat 153 kehamilan ektopik di antara 4.007 persalinan, atau 1 di antara 26 persalinan. Dalam kepustakaan frekuensi kehamilan ektopik dilaporkan antara 1 : 28 sampai 1 : 329 tiap kehamilan. Pemakaian antibiotika dapat meningkatkan frekuensi kehamilan ektopik. Antibiotika dapat mempertahankan terbukanya tuba yang mengalami infeksi, tetapi perlekatan menyebabkan pergerakan silia dan peristalsis tuba terganggu dan menghambat perjalanan ovum yang dibuahi dari ampulla ke rahim, sehingga implantasi terjadi pada tuba. Kontrasepsi juga dapat mempengaruhi frekuensi kehamilan ektopik terhadap jumlah kelahiran di rumah sakit atau masyarakat. Banyak wanita dalam masa reproduksi tanpa faktor predisposisi untuk kehamilan ektopik membatasi kelahiran dengan kontrasepsi, sehingga jumlah kelahiran turun, dan frejuensi kehamilan ektopik terhadap kelahiran secara relative meningkat. Selain itu IUD dapat mencegah secara efektif kehamilan intrauterine, tetapi tidak mempengaruhi kejadian kehamilan ektopik.

Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 10 40 tahun dengan umur rata rata 30 tahun. Frekuensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0% - 14,6%.

IV.

ETIOLOGI Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur di bagian ampulla tuba, dan dalam perjalan ke uterus telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah. Faktor faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai berikut. 1. Faktor dalam lumen tuba : a.) Endosalpingitis dapat mnyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu. b.) Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berkeluk keluk dan hal ini sering disertai gangguan fungsi silia endosalping. c.) Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit. 2. Faktor pada dinding tuba : a.) Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba. b.) Divertikel tuba congenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur yang dibuahi di tempat itu. 3. Faktor di luar dinding tuba : a.) Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan telur. b.) 4. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempit lumen tuba. Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus, pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi premature. b.) fertilisasi in vitro.

Faktor lain : a.)

V.

PATOLOGI Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner. Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian diresobsi. Pada nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua yang dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba tidak sempurna malahan kadang kadang tidak tampak, dengan mudah villi korialis menembus endosalping dan masuk ke dalam lapisan otot otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa faktor, seperti tempat implantasi, tebalnya dinding tuba, dan banyaknya

perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas. Di bawah pengaruh hormone estrogen dan progesterone dari korpus luteum graviditatis dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah pula menjadi desidua. Dapat ditemukan pula perubahan perubahan pada endometrium yang disebut fenomena Arias Stella. Sel epitel membesar dengan intinya hipertrofik, hiperkromatik, lobuler, dan berbentuk tak teratur. Sitoplasma sel dapat berlubang lubang atau berbusa, dan kadang kadang ditemukan mitosis. Perubahan tersebut hanya ditemukan pada sebagian kehamilan ektopik. Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi dan kemudian dikeluarkan berkeping keeping, tetapi kadang kadang dilepaskan secara utuh. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus dan disebabkan oleh pelepasan desidua yang degeneratif. Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan. Karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin bertumbuh secara utuh seperti dalm uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu. 1. Hasil konsepsi mati dini dan diresobsi Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi kurang, dan dengan mudah terjadi resobsi total. Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa apa, hanya haidnya terlambat untuk beberapa hari.

2.

Abortus ke dalam lumen tuba Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh pembuluh darah oleh villi koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya, tergantung pada derajat perdarahan yang timbul. Bila pelepasan meneyeluruh, mudigah dengan selaputnya dikeluarkan dalam lemen tuba dan kemudian didorong oleh darah ke arah ostiumtuba abdominal. Frekuensi abortus dalam tuba tergantung pada impalantasi telur yang dibuahi. Abortus ke lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars ampullaris, sedangkan penembusan dinding tuba oleh villi koriales ke arah peritoneum biasanya terjadi pada kehamilan pars ismika. Perbedaan ini disebabkan karena lumen pars ampullaris lebih luas, sehingga dapat mengikuti lebih mudah pertumbuhan hasil konsepsi dibandingkan denganbagian ismus dengan lumen sempit. Pada pelepasan hasil konsepsi yang tak sempurna pada abortus, perdarahn akan terus berlangsung, dari sedikit sedikit oleh drah, sehingga berubah menjadi mola kruenta. Perdarahan yang berlangsung terus menyebabkan tuba membesar dan kebiru biruan ( hematosalping ), dans elanjutnya darah mengalir ke rongga perut melalui ostium tuba. Darh ini akan berkumpul di kavum douglas dan akan membentuk hematokel retrouterina.

3.

Ruptur dinding tuba Ruptur tuab sering terjdi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Sebalikya rupture pada pars interstisialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan rupture adalah penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi secara spontan, atau karena trauma ringan seperti koitus dan pemeriksaan viginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang kadang sedikit, kadang kadang banyak, sampai menimbilkan syok dan kematian. Bila pseudokapsularis ikut pecah, maka terjadi pula perdarahn dalam lumen tuba. Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium tuba abdominale. Bila pada abortus dalam tuba ostium tuba tersumbat,, rupture sekunder dapat terjadi. Dalam hal ini dinding tuba, yang telah menipis oleh invasi trofoblas, pecah karena tekanan darah dalam tuba. Kadang kadang rupture tejadi di arah

ligamentum latum dan terbentuk hematoma intraligamenter antara 2 lapisan ligamentum itu. Jika janin hidup terus, terdapat kehamilan intraligamenter. Pada rupture ke rongga perut seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba, tetapi bila robekan tuba kecil, perdarahn terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba. Bila penderita tidak dioperasi, penderita dapat meninggal karena peradarahan, nasib janin bergantung pada kerusakan yang diderita dan tuanya kehamilan. Bila janin mati dan masih kecil, dapat diresobsi seluruhnya, bila besar kelak dapat diubah menjadi litopedion. Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantong amnion dan denga plasenta masih utuh, kemungkinan tumbuh terus dalm rongga perut, sehingga akan terjadi kehamilan abdominal sekunder. Untuk mencukupi kebutuhan makanan bagi janin, palsenta dari tuba akan meluaskan impalntasinya ke jaringan sekitarnya, mislanya ke sebagian uterus, ligamentum latum, dasar panggul dan usus.

VI. GAMBARAN KLINIK Pada umumnya penderita menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda, dan mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa. Pada pemeriksaan vaginal uterus membesar dan lembek walaupun mungkin tidak sebesar tuanya kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada pemeriksaan bimanual. Pada pemeriksaan USG sangat membantu menegakkan diagnosis kehamilan ini apakah intrauterus atau kehamilan ektopik. Untuk itu memeriksakan kehamilan muda sebaiknya dilakukan pemeriksaan USG. Bila kehamilan ektopik mengalami penyulit atau terjadi ruptur pada tuba tempat lokasi nidasi kehamilan ini akan memberi gejala dan tanda yang khas yaitu timbulnya sakit perut mendadak yang kemudian disusul dengan syok atau pingsan. Ini adalah pertanda khan terjadinya kehamilan ektopik yang terganggu. Gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi, keadaan umum penderita sebelum hamil.

Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya disertai dengan pedarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk ke dalam syok. Biasanya pada abortus tuba nyeri tidak seberapa hebat dan tidak terus-menerus. Rasa nyeri mula-mula terdapat pada satu sisi, tapi setelah darah masuk ke dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau ke seluruh perut bawah. Darah dalam rongga perut dapat merangsang difragma, sehingga menyebabkan nyeri bahu dan bila membentuk hematokel retrouterin, menyebabkan defekasi nyeri. Perdarahan pervaginam juga tanda penting kedua pada kehamilan ektopik yang terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin, dan berasal dari kavum uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan yang berasal dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna coklat tua. Frekuensi perdarahan dari 51 93 %. Perdarahan berarti gangguan pembentukan human chorionic gonadotropin. Amenorea juga merupakan tanda penting walaupun sering tidak jelas, karena gejala dan tanda bisa langsung terjadi beberapa saat setelah terjadi nidasi pada saluran tuba yang kemudian disusul dengan ruptur tuba karena tidak bisa menampung peertumbuhan mudigah selanjutnya. Lamanya amenorea bergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi. Sebagian penderita tidak mengalami ameorea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya. Frekuensi berkisar 23 97 %. Pada kehamilan ektopik terganggu ditemukan pada pemeriksaan vaginal bahwa usaha menggerakkan serviks uteri menimbulkan rasa nyeri, yang disebut dengan nyeri goyang (+) atau slinger pijn. Juga kavum Douglasi menonjol dan nyeri pada perabaan oleh karena terisi oleh darah.

Gambaran gangguan mendadak Peristiwa ini tidak sering ditemukan. Penderita, setelah mengalami amenore dengan tiba tiba, menderita rasa nyeri yang hebat di daerah perut bagian bawah dans erring muntah muntah. Nyri dapat demikian hebatnya, sehingga penderita jatuh pingsan. Penderita tidak lama kemudian masuk ke dalam keadaan syok akibat perdarahan dengan tekanan darah turun, nadi kecil dan cepat, ujung ekstremitas basah, pucat dan dingin. Seluruh perut agak membesar, nyeri tekan, dan tanda tanda cairan intraperitoneal mudah ditemukan. Pada pemeriksaan vaginal forniks posterior menonjol dan nyeri raba, pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Kadang kadang uterus teraba sedikit membesar dengan di sebelahnya suatu adnex tumor, tetapi biasanya sulit karena dinding abdomen tegang.

Gambaran gangguan tidak mendadak Gambaran klinik ini lebih ditemukan dan biasnya berhubungan dengan abortus tuba atau yang terjadi perlahan lahan. Setelah haid terlambat beberapa minggu, penderita mengeluh rasa nyeri ini yang tidak terus menerus di perut bagian bawah, kadang kadang rasa nyeri ini dapat hebat pula. Dengan adanya darah dalam rongga perut, rasa nyeri menetap. Tanda tanda anemia menajdi nyata karena perdarahan yang berulang. Mula mula perut masih lembek, tetapi kemuadian dapat mengembung karena terjadi ileus parsialis. Di sbelah uterus terdapat tumor ( hematoslaping ) yang kadang kadang menjadi satu dengan hematokel retrouterina. Denga adanya hematokel retrouterina, kavum Douglas sangat menonjol dan heri raba, pergerakan serviks juga mneyebabkan rasa nyeri. Selain itu, penderita mnegeluh rasa penuh di daerah rectum dan merasa tenesmus. Setelah seminggu merasa nyeri, biasanya terjadi perdarahan dari uterus dengan kadang kadang disertai oleh pengeluaran jaringan desidua.

Gambaran gangguan atipik Kadang kadang gambaran klinik begitu tidak jelas, sehingga diagnosis tidak divuat. Tidak jarang pada keadaan ini penderita diobati untuk infeksi pelvic selama beberapa minggu sebelum keadaan yang sebenarnya diketahui. Pada beberapa keadaan diagnosis kehamilan ektopik baru dibuat pada laparotomi.

VII.

DIAGNOSIS Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum terganggu

demikian besarnya, sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus tuba atau ruptur tuba sebelum keadaan menjadi jelas. Bila diduga ada kehamilan ektopik yang belum terganggu, penderita segera dirawat di rumah sakit. Alat bantu diagnostik yang dapat digunakan ialah ultrasonografi, laparoskopi, atau kuldoskopi. Pada jenis mendadak tidak banyak mengalami kesukaran, tapi pada jenis menahun atau atipik bisa sulit sekali. Untuk mempertajam diagnosis, maka pada tiap perempuan dalam masa reproduksi dengan keluhan nyeri perut bagian bawah atau kelainan haid, kemungkinan kehamilan ektopik harus dipikirkan. Umumnya dengan anamnesis yang teliti dan pemeriksaan yang cermat diagnosis dapat ditegakkan, walaupun biasanya alat bantu diagnostik seperti kuldosentesis, USG, dan laparoskopi masih diperlukan anamnesis. Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang terdapat gejala subjektif

kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus, dapat dinyatakan. Perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah. Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit dapat dilakukan secara serial dengan jarak satu jam selama 3 kali berturut-turut. Bila ada penurunan hemoglobin dan hematokrit dapat mendukung diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Pada jenis ini kasus tidak mendadak ditemukan anemia; tapi penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam. Bila leukosit meningkat, menunjukkan adanya perdarahan. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik, dapat diperhatian jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi 20.000 biasanya menunjuk pada keadaan yang terakhir. Diagnosis kehamilan ektopik sering keliru dengan abortus insipiens atau abortus inkompletus yang kemudian dilakukan kuretase. Bila hasil kuretase meragukan jumlah sisa hasil konsepsinya, maka kita perlu curiga terjadinya kehamilan ektopik yang gejala dan tandanya tidak khas. Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah. Cara ini sangat berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik. Kuldosentesis dilaksanakan dengan urutan: Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam serviks; dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak. Jarum spinal no. 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan semprit 10 ml dilakukan pengisapan. Bila ada pengisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain kasa dan perhatikan darah yang dikeluarkan: o Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku, darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk. o Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang berupa bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk kehamilan ektopik apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain meragukan. Melalui prosedur

laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas, dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk dilakukan laparotomi.

VIII.

DIAGNOSIS DIFFENTIAL 1. Infeksi pelvic Gejala yang menyertai infeksi pelvic biasanya timbul waktu haid dan jarang setelah mengalami amenore. Nyeri perut bagian bawah dan tahanan yang dapat diraba pada pemeriksaan viginal pada umumnya bilateral. Pada infeksi pelvic perbedaan suhu rectal dan ketiak melebihi 0,5 derajat celcius, selain itu leukositosis lebih tinggi daripada kehamilan ektopik dan tes kehamilan negative.

2.

Abortus imminens atau insipiens Perdarahan lebih banyak dan lebih merah sesudah amenore, rasa nyeri yanglebih kurang berlokasi di daerah median dan bersifat mules lebih menunjukkan kea rah abortus imminens atau permulaan abortus insipiens. Pada abortus tidak dapat diraba tahanan di smaping atau di belakang uterus, dan gerakan serviks uteri tidak menimbulkan rasa nyeri.

3.

Ruptur korpus luteum Peristiwa ini biasanya terjadi pada pertengahan siklus haid. Perdarahan pervaginam tidak ada dan tes kehamilan negative.

4.

Torsi kista ovarium dan appendicitis Gejala dan tanda kehamilan muda, amenore, dan perdarahan pervaginam biasanya tidak ada. Tumor pada kista ovarium lebih besra dan lebih bulat daripada kehamilan ektopik. Pada appendicitis tidak ditemukan tumor dan nyeri pada gerakan serviks tidak seberapa nyata seperti pada kehamilan ektopik. Nyeri perut bagian bawah pada appendicitis terletak pada titik McBurney. Kesalah diagnosis pada kedua keadaan ini tidak menjadiu soal karena keduanya memerlukan operasi juga.

IX.

PENANGANAN Umumnya adalah laparotomi. Hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan

dalam tindakan; kondisi penderita saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomik organ pelvis, kemampuan teknik bedah mikro dokter operator, dan kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat. Hal ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan salpingostomi atau reanastomosis tuba. Bila penderita dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi.

X.

PROGNOSIS Kematian karena kehamilan ektopik cenderung turun dengan diagnosis dini dan

persediaan darah yang cukup. Akan tetapi bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi. Umumnya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat bilateral. Sebagian perempuan menjadi steril setelah mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba yang lain. Angka kehamilan ektopik berulang dilaporkan antara 0%-14,6%. MACAM MACAM KEHAMILAN EKTOPIK Kehamilan pars interstisialis tuba Kehamilan ektopik ganda Kehamilan ovarial Kehamilan servikal Kehamilan ektopik kronik (hematokel)

XI.

XII.

PEMERIKSAAN USG PADA KEHAMILAN EKTOPIK Struktur kantong gestasi intrauterin dapat dideteksi mulai kehamilan 5 minggu,

diameter sudah mencapai 5 10 mm. Gambar USG kehamilan ektopik sangat bervariasi bergantung pada usia kehamilan, ada tidaknya gangguan kehamilan (ruptur, abortus), serta banyak dan lamanya perdarahan intraabdomen. Diagnosis pasti kehamilan ektopik secara USG hanya bisa ditegakkan bila terlihat kantong gestasi berisi mudigah/janin hidup yang letaknya di luar kavum uteri. Uterus mungkin besarnya normal, atau mengalami sedikit pembesaran yang tidak sesuai dengan usia kehamilan. Endometrium menebal ekogenik sebagai akibat reaksi desidua.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono, Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.