26
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) Disusun Oleh: ERLITA NULUL AZMI 021011060

Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kekerasan Dalam Rumah Tangga

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)

Disusun Oleh:

ERLITA NULUL AZMI 021011060

Page 2: Kekerasan Dalam Rumah Tangga

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DESEMBER 2010

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kekerasan dalam Rumah

Tangga (KDRT)”  ini dengan baik dan lancar. Penulisan makalah ini tidak lain bertujuan

untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengajar mata kuliah Ilmu Sosial

Budaya Dasar saya: Bapak Tro Joko Sri Haryono, Drs., M.Si.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh

dari buku panduan yang berkaitan dengan kekerasan dalam rumah tangga , serta infomasi dari

media massa yang berhubungan, tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada pengajar mata

kuliah Ilmu sosial dan budaya dasar atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.

Juga kepada semua pihak yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.

Saya berharap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita

semua . Juga dapat menambah wawasan kita mengenai solusi kekerasan dalam rumah tangga.

Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran

dari kalian demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Surabaya, 23 desember 2010

2

Page 3: Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Erlita Nulul Azmi

3

Page 4: Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Daftar isi

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang...........................................................................................4

1.2 Rumusan masalah......................................................................................5

1.3 Tujuan........................................................................................................5

1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................5

BAB 2 Pembahasan

2.1 Definisi kekerasan dalam rumah tangga...................................................6

2.2 Gejala – gejala kekerasan dalam rumah tangga........................................6

2.3 Bentuk – bentuk kekerasan dalam rumah tangga......................................6

2.4 Faktor – faktor kekerasan dalam rumah tangga.......................................7

2.5 Dampak kekerasan dalam rumah tangga...................................................9

BAB 3 Kasus........................................................................................................10

BAB 4 Solusi........................................................................................................14

BAB 5 Kesimpulan...............................................................................................16

Daftar pustaka.................................................................................................................17

4

Page 5: Kekerasan Dalam Rumah Tangga

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kekerasan Dalam Rumah Tangga memiliki tren yang terus meningkat dari tahun ke

tahun. Data yang diperoleh dari Junal perempuan edisi ke 45, menunjukkan bahwa dari tahun

2001 terjadi 258 kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Tahun 2002 terjadi sebanyak 226

kasus, pada 2003 sebanyak 272 kasus, tahun 2004 terjadi 328 kasus dan pada tahun 2005

terjadi 455 kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Jurnal Perempuan edisi 45). Kekerasan

Dalam Rumah Tangga menjadi kasus yang tak pernah habis dibahas karena meskipun

berbagai instrumen hukum, mulai dari internasional sampai pada tingkat nasional belum

mampu menekan angka kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang terjadi. Kasus

Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang paling aktual adalah kekerasan yang terjadi di

Pasuruan pada pertengahan tahun 2006 dialami oleh Siti Nur Jazilah yang disiram air keras

oleh suaminya dan mengakibatkan wajahnya melepuh. Hal ini dipicu sikap suaminya yang

tidak ingin Siti beraktifitas lagi di luar rumah karena takut Siti kembali menjadi PSK (Pekerja

Seks Komersial) yang merupakan pekerjaan Siti sebelum ia menikah. (Lisa face off, 2005)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Mitra Perempuan didapati bahwa perkembangan

kekerasan perempuan meningkat dari tahun ke tahun, hal ini tampak pada tabelberikut:

Tabel 1.1 Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga dari tahun 2001 – 2005

Tahun Kasus

2005 455

2004 328

2003 272

2002 226

2001 258

Sumber: Jurnal perempuan no. 45

Dari data di atas dapat diketahui bahwadaritahun ke tahun Kekerasan Dalam Rumah

Tangga cenderung meningkat karena kekerasan yang dihadapi perempuan juga meningkat.

Sedangkan dari sumber yang sama disapati bahwa jenis kekerasan yang paling sering

dihadapi adalah kekerasan secara psikis (45,83%).

5

Page 6: Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Dari semua data yang ada dapat ditarik sebuah kesimpulan yaitu kekerasan yang

dihadapi perempuan dari tahun ke tahun meningkat dan jenis kekerasan psikis adalah yang

paling banyak di derita.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu kekerasan dalam rumah tangga?

2. Apa saja faktor penyebab kekerasan dalam rumah tangga?

3. Apa saja dampak kekerasan dalam rumah tangga?

4. Apa saja solusi kekerasan dalam rumah tangga?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui faktor penyebab kekerasan dalam rumah tangga;

2. Mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.

1.4 Manfaat

1. Mahasiswa dapat lebih mengenal permasalahan sosial;

2. Menambah pengetahuan tentang kekerasan dalam rumah tangga;

3. Membuat masyarakat Indonesia lebih bijak dalam menyikapi permasalahan rumah

tangga.

6

Page 7: Kekerasan Dalam Rumah Tangga

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

KDRT terhadap istri adalah segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh

suami terhadap istri yang berakibat menyakiti secara fisik, psikis, seksual dan ekonomi,

termasuk ancaman, perampasan kebebasan yang terjadi dalam rumah tangga atau keluarga.

Selain itu, hubungan antara suami dan istri diwarnai dengan penyiksaan secara verbal, tidak

adanya kehangatan emosional, ketidaksetiaan dan menggunakan kekuasaan untuk

mengendalikan istri. Setelah membaca definisi di atas, tentu pembaca sadar bahwa kekerasan

pada istri bukan hanya terwujud dalam penyiksaan fisik, namun juga penyiksaan verbal yang

sering dianggap remeh namun akan berakibat lebih fatal dimasa yang akan datang.

2.2 GEJALA-GEJALA KEKERASAN TERHADAP ISTRI

Gejala-gejala istri yang mengalami kekerasan adalah merasa rendah diri, cemas,

penuh rasa takut, sedih, putus asa, terlihat lebih tua dari usianya, sering merasa sakit kepala,

mengalami kesulitan tidur, mengeluh nyeri yang tidak jelas penyebabnya, kesemutan, nyeri

perut, dan bersikap agresif tanpa penyebab yang jelas. Jika anda membaca gejalagejala di

atas, tentu anda akan menyadari bahwa akibat kekerasan yang paling fatal adalah merusak

kondisi psikologis yang waktu penyembuhannya tidak pernah dapat dipastikan.

2.3 BENTUK-BENTUK KEKRASAN DALAM RUMAH TANGGA

Bentuk-bentuk kekerasan terhadap istri tersebut, antara lain:

1. Kekerasan Fisik

Kekerasan fisik adalah suatu tindakan kekerasan (seperti: memukul, menendang, dan lain-

lain) yang mengakibatkan luka, rasa sakit, atau cacat pada tubuh istri hingga menyebabkan

kematian.

2. Kekerasan Psikis

Kekerasan psikis adalah suatu tindakan penyiksaan secara verbal (seperti: menghina, berkata

kasar dan kotor) yang mengakibatkan menurunnya rasa percaya diri, meningkatkan rasa

7

Page 8: Kekerasan Dalam Rumah Tangga

takut, hilangnya kemampuan untuk bertindak dan tidak berdaya. Kekerasan psikis ini, apabila

sering terjadi maka dapat mengakibatkan istri semakin tergantung pada suami meskipun

suaminya telah membuatnya menderita. Di sisi lain, kekerasan psikis juga dapat memicu

dendam dihati istri.

3. Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual adalah suatu perbuatan yang berhubungan dengan memaksa istri untuk

melakukan hubungan seksual dengan cara-cara yang tidak wajar atau bahkan tidak memenuhi

kebutuhan seksual istri.

4. Kekerasan Ekonomi

Kekerasan ekonomi adalah suatu tindakan yang membatasi istri untuk bekerja di dalam atau

di luar rumah untuk menghasilkan uang dan barang, termasuk membiarkan istri yang bekerja

untuk di-eksploitasi, sementara si suami tidak memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Sebagian suami juga tidak memberikan gajinya pada istri karena istrinya berpenghasilan,

suami menyembunyikan gajinya,mengambil harta istri, tidak memberi uang belanja yang

mencukupi, atau tidak memberi uang belanja sama sekali, menuntut istri memperoleh

penghasilan lebih banyak, dan tidak mengijinkan istri untuk meningkatkan karirnya.

2.4 FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KEKERASAN DALAM RUMAH

TANGGA

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan suami terhadap istri,

antara lain:

1. Masyarakat membesarkan anak laki-laki dengan menumbuhkan keyakinan bahwa anak

laki-laki harus kuat, berani dan tidak toleran.

2. Laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat.

3. Persepsi mengenai kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga harus ditutup karena

merupakan masalah keluarga dan bukan masalah sosial.

4. Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama mengenai aturan mendidik istri,

kepatuhan istri pada suami, penghormatan posisi suami sehingga terjadi persepsi bahwa

laki-laki boleh menguasai perempuan.

5. Budaya bahwa istri bergantung pada suami, khususnya ekonomi.

6. Kepribadian dan kondisi psikologis suami yang tidak stabil.

7. Pernah mengalami kekerasan pada masa kanak-kanak.

8. Budaya bahwa laki-laki dianggap superior dan perempuan inferior.

8

Page 9: Kekerasan Dalam Rumah Tangga

9. Melakukan imitasi, terutama anak laki-laki yang hidup dengan orang tua yang sering

melakukan kekerasan pada ibunya atau dirinya.

10. Masih rendahnya kesadaran untuk berani melapor dikarenakan dari masyarakat sendiri

yang enggan untuk melaporkan permasalahan dalam rumah tangganya, maupun dari

pihak- pihak yang terkait yang kurang mensosialisasikan tentang kekerasan dalam rumah

tangga, sehingga data kasus tentang (KDRT) pun, banyak dikesampingkan ataupun

dianggap masalah yang sepele. Masyarakat ataupun pihak yang tekait dengan KDRT,

baru benar- benar bertindak jika kasus KDRT sampai menyebabkan korban baik fisik

yang parah dan maupun kematian, itupun jika diliput oleh media massa. Banyak sekali

kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT) yang tidak tertangani secara langsung dari

pihak yang berwajib, bahkan kasus kasus KDRT yang kecil pun lebih banyak dipandang

sebelah mata daripada kasus – kasus lainnya.

11. Masalah budaya, Masyarakat yang patriarkis ditandai dengan pembagian kekuasaan yang

sangat jelas antara laki –laki dan perempuan dimana laki –laki mendominasi perempuan.

Dominasi laki – laki berhubungan dengan evaluasi positif terhadap asertivitas dan

agtresivitas laki – laki, yang menyulitkan untuk mendorong dijatuhkannya tindakan

hukum terhadap pelakunnya. Selain itu juga pandangan bahwa cara yang digunakan

orang tua untuk memperlakukan anak – anaknya , atau cara suami memperlakukan

istrinya, sepenuhnya urusan mereka sendiri dapat mempengaruhi dampak timbulnya

kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT).

12. Faktor Domestik Adanya anggapan bahwa aib keluarga jangan sampai diketahui oleh

orang lain. Hal ini menyebabkan munculnya perasaan malu karena akan dianggap oleh

lingkungan tidak mampu mengurus rumah tangga. Jadi rasa malu mengalahkan rasa sakit

hati, masalah Domestik dalam keluarga bukan untuk diketahui oleh orang lain sehingga

hal ini dapat berdampak semakin menguatkan dalam kasus KDRT.

13. Lingkungan. Kurang tanggapnya lingkungan atau keluarga terdekat untuk merespon apa

yang terjadi, hal ini dapat menjadi tekanan tersendiri bagi korban. Karena bisa saja

korban beranggapan bahwa apa yang dialaminya bukanlah hal yang penting karena tidak

direspon lingkungan, hal ini akan melemahkan keyakinan dan keberanian korban untuk

keluar dari masalahnya.

14. Selain itu, faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap istri berhubungan dengan

kekuasaan suami/istri dan diskriminasi gender di masyarakat. Dalam masyarakat, suami

memiliki otoritas, memiliki pengaruh terhadap istri dan anggota keluarga yang lain,

suami juga berperan sebagai pembuat keputusan. Pembedaan peran dan posisi antara

9

Page 10: Kekerasan Dalam Rumah Tangga

suami dan istri dalam masyarakat diturunkan secara kultural pada setiap generasi, bahkan

diyakini sebagai ketentuan agama. Hal ini mengakibatkan suami ditempatkan sebagai

orang yang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi daripada istri. Kekuasaan suami

terhadap istri juga dipengaruhi oleh penguasaan suami dalam sistem ekonomi, hal ini

mengakibatkan masyarakat memandang pekerjaan suami lebih bernilai. Kenyataan juga

menunjukkan bahwa kekerasan juga menimpa pada istri yang bekerja, karena

keterlibatan istri dalam ekonomi tidak didukung oleh perubahan sistem dan kondisi

sosial budaya, sehingga peran istri dalam kegiatan ekonomi masih dianggap sebagai

kegiatan sampingan.

2.5 DAMPAK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Kekerasan terhadap istri menimbulkan berbagai dampak yang merugikan.

Diantaranya

adalah :

Dampak kekerasan terhadap istri yang bersangkutan itu sendiri adalah: mengalami sakit fisik,

tekanan mental, menurunnya rasa percaya diri dan harga diri, mengalami rasa tidak berdaya,

mengalami ketergantungan pada suami yang sudah menyiksa dirinya, mengalami stress pasca

trauma, mengalami depresi, dan keinginan untuk bunuh diri.

Dampak kekerasan terhadap pekerjaan si istri adalah kinerja menjadi buruk, lebih banyak

waktu dihabiskan untuk mencari bantuan pada Psikolog ataupun Psikiater, dan merasa takut

kehilangan pekerjaan.

Dampaknya bagi anak adalah: kemungkinan kehidupan anak akan dibimbing dengan

kekerasan, peluang terjadinya perilaku yang kejam pada anak-anak akan lebih tinggi, anak

dapat mengalami depresi, dan anak berpotensi untuk melakukan kekerasan pada pasangannya

apabila telah menikah karena anak mengimitasi perilaku dan cara memperlakukan orang lain

sebagaimana yang dilakukan oleh orang tuanya.

10

Page 11: Kekerasan Dalam Rumah Tangga

BAB 3

KASUS

Berita Indonesia- Wajah Baru Untuk Jilah

Mukanya sedikit berubah ketika dr Sjaifuddin

menunjukkan wajah di monitor. Dia langsung

menghela napas panjang, sambil sesekali

menghapus airmata. Siti Nur Jazilah menangis.

Tiga tahun lamanya ia tak lagi bercermin sejak

peristiwa mengerikan itu terjadi. Wajahnya tak menyisakan kecantikan yang pernah

dimilikinya. Ia menyadari itu sehingga cermin menjadi benda paling menakutkan dalam

hidupnya kemudian. Siti Nur Jazilah, 22, menjadi contoh bagi siapa saja betapa banyak

perempuan yang masih mengalami kekerasan dalam rumah tangga.

 Berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik, mempublikasikan kisah perempuan

malang itu setiap hari. Harian Indo Pos yang paling intensif memberitakan, bahkan

menelusuri asal-usul, hingga menemukan kakek-neneknya dan ayahnya yang sudah lama

terpisah darinya. Bahkan, berkat penelusuran harian ini, polisi berhasil mengembangkan

kasus penganiayaan terhadap perempuan yang awalnya disamarkan namanya menjadi Lisa.

Adalah Mulyono Eko, suami Lisa, yang menyiram air keras ke wajahnya sehingga menjadi

seperti itu. Saat ini, lelaki itu telah menjadi tersangka dan mendekam di sel tahanan.

Hari-hari menjelang operasi Lisa adalah hari yang paling ditunggu. Berbagai media mengulas

persiapan yang dilakukan Rumah Sakit Umum Dr. Sutomo, Surabaya.

Media Indonesia, 29 Maret 2006 mengetengahkan judul “Saya Ingin Menjadi Manusia Baru”.

Menurut harian ini, sejarah kembali tercatat di Indonesia. Rumah Sakit Umum Dr Soetomo

Surabaya melakukan gawe besar dengan menggelar operasi mengganti wajah (face off)

pertama di Indonesia. Hingga operasi yang disebut operasi face off itu dilakukan, tidak ada

informasi siapa pelaku  itu dan mengapa tega menyiram wajah Lisa dengan air keras. Tak

sepatah kata pun keluar dari mulut Lisa. Bahkan Dr Nalini, psikiater yang selalu

mendampinginya, tidak berhasil mengoreknya.

11

Page 12: Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Aksi tutup mulut Lisa tentu memancing rasa penasaran. Begitu pula halnya dengan petugas

polisi, karena jika penyiraman air keras itu dilakukan dengan sengaja, maka itu adalah suatu

tindak pidana yang tidak bisa dibiarkan. Dimulailah pelacakan keluarga Lisa oleh berbagai

media.

Lagi-lagi Indo Pos berhasil melaporkan lebih intensif. Dalam terbitannya 30 Maret 2006,

mereka berhasil melacak keluarga Lisa. Alamat di Malang diburu. Di salah satu desa sekitar

40 kilometer dari kota Malang, Lisa dirawat sejak kecil. Di sana sebuah rumah sangat

sederhana berukuran sekitar 5m x 8m, tinggal pasangan suami istri yang sudah renta, Samsuri

Kusnoto, 65, dan Wakinah, 60. Mereka itu kakek nenek Lisa.

Ketika didatangi wartawan harian ini dan diberitahu bahwa foto

yang dimuat di koran itu Lisa (wartawan koran ini menunjukkan foto

Lisa di koran kepada Samsuri dan Wakinah), Wakinah langsung

menangis. “Jilah (nama kecil Lisa-Red) sejak tiga setengah tahun

lalu meninggalkan rumah ini,” kata nenek 60 tahun itu dengan

bahasa Jawa kromo inggil. Sejak itulah, Wakinah tak pernah

bertemu dengan cucu kesayangannya itu.

Dari cerita Wakinah dan Samsuri, kedua orangtua Lisa bercerai

sejak 10 tahun lalu. ”Lisa itu sekolahnya tidak sampai lulus madrasah tsanawiyah (setingkat

SMP),” kata Samsuri dikutip Indo Pos.

Lisa alias Jilah adalah anak kedua dari pasangan Siti Zulaikah-Saring. Sejak kecil, Lisa

tinggal bersama orangtua ibunya. Rupanya, nasib Lisa tidak semujur teman-teman sebayanya.

Karena kendala ekonomi, Siti Zulaikah terpaksa pergi meninggalkan Lisa ketika Lisa

berumur tiga tahun. Siti merantau ke Arab Saudi, menjadi TKW.

Sementara itu, ayah Jilah, Saring, baru mengetahui perihal anaknya setelah membaca

berbagai koran yang ditunjukkan tetangga dan kerabatnya. Semula dia tidak percaya karena

wajah anaknya sulit dikenali lagi. Dia baru percaya setelah melihat foto anaknya sebelum

kecelakaan ditampilkan di koran.

Seperti diberitakan Kompas, 1 April 2006, ia mengaku sudah lama kehilangan kontak dengan

anaknya yang terakhir diketahuinya pergi ke Kalimantan.

12

Page 13: Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Masa Lalu Terungkap

Lisa datang ke Rumah Sakit Dr Sutomo karena ia kesulitan bernapas. Salah satu lubang

hidupnya tertutup kulit yang meleleh akibat air keras itu. Dokter menawarinya operasi wajah

dan ia setuju. Sejak itu, orang mulai penasaran dengan jati dirinya. Masa lalu Lisa yang

akhirnya terungkap ternyata sungguh gelap. Ia adalah korban calo jual beli perempuan untuk

dijadikan pekerja seks komersial (PSK). Lisa yang saat itu berumur 15 tahun dijanjikan

bekerja di restoran, namun ternyata dijual kepada germo di lokalisasi Bangun Rejo seharga

satu juta rupiah. Harga yang cukup mahal karena Lisa masih perawan.

Di sanalah ia bertemu Mulyono sebagai salah satu langganannya. Mereka jatuh cinta dan

Mulyono menikahinya dengan janji akan mengentaskan Lisa dari lembah hitam itu. Namun

alangkah kecewanya Lisa, karena setelah menikah Mulyono malah membuka rumah bordil

dan mempekerjakan dirinya sebagai PSK seperti semula.

Dari berbagai keterangan yang dikumpulkan media, perangai Mulyono sangat buruk.

Mulyono yang sebenarnya sudah punya isteri sebelum menikahi Lisa, dikenal doyan gonta-

ganti perempuan dan pergi ke lokalisasi. Ia juga kerap kasar dan memukuli isterinya. Lisa tak

tahan lagi dan memutuskan lari ke Kalimantan. Itulah awal tragedi yang menimpa Lisa.

Ketika Lisa sedang berjuang melewati masa-masa sulitnya pascaoperasi wajah total (face

off), polisi mencari orang yang tega membuat sengsara perempuan itu.

“Kami sedang mencari pelaku yang menjual Lisa sebagai pelacur.

Juga yang menyiram wajahnya dengan air keras hingga rusak

seperti itu,” kata Kasat Reskrim Polwiltabes Surabaya AKBP

Mujiyono, dikutip Indo Pos.

Mulyono yang selama ini mengaku tidak tahu siapa pelaku

pengrusakan wajah isterinya mulai dibidik.

Akhirnya, ia mengaku sebagai pelaku penyiraman air keras ke

wajah istrinya. Penyiraman air keras itu dilakukan di rumahnya di

Gempol, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Selain itu, ia juga mengaku telah memalsukan

surat nikahnya dengan korban.

13

Page 14: Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Atas perbuatannya itu pelaku dikenai Pasal 354 Kitab Undang-undang Hukum Pidana

(KUHP) tentang Penganiayaan dengan ancaman hukuman penjara 10 tahun dan Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga

dengan ancaman hukuman paling sedikit lima tahun penjara dan paling banyak 20 tahun

penjara serta denda 500 juta. Adapun untuk kasus pemalsuan buku nikah, tersangka dikenai

Pasal 263 KUHP.

Kasus penyiraman air keras itu terungkap setelah polisi mendapatkan keterangan dari teman

korban saat bekerja di Pontianak. Lisa sempat menelepon saksi dan mengaku suaminya tega

menyiram air keras ke wajahnya.

Kata Mulyono, peristiwa itu terjadi September 2004. Tindakan keji itu dilakukan sekitar

pukul delapan pagi. Malamnya, mereka baru pulang dari Pontianak. Setelah dua tahun

mencari, Mulyono akhirnya berhasil menemukan Lisa yang meninggalkannya.

Setelah berhasil menjemput Lisa dari Pontianak, Mulyono membawanya ke Pasuruan.

Namun, wanita 22 tahun itu terus memberontak. Berkali-kali dia mengancam akan

meninggalkan Mulyono. “Pagi itu karena jengkel, saya siram wajahnya dengan air keras,”

aku Mulyono. Ia berharap setelah disiram dengan air keras, isterinya tidak akan pergi

meninggalkannya.

Sehari setelah tragedi penyiraman air keras itu, wajah Lisa langsung melepuh. “Baru dua hari

setelahnya, kulitnya menjadi tidak karu-karuan. Semakin lama semakin nglembreh…,” tutur

pria belakangan mengaku menyesali perbuatannya itu.

Apa saja aktivitas Lisa setelah tragedi penyiraman air keras itu? Menurut Mulyono, Lisa lebih

banyak mengurung diri di kamar. “Kalau keluar, dia memakai cadar. Sehari-hari dia bermain-

main dengan kucing-kucingnya,” jelasnya. Lisa punya 12 ekor kucing. Semuanya dirawatnya

dengan baik.RH,DA (Berita Indonesia 12)

BAB 4

SOLUSI

14

Page 15: Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Untuk menurunkan kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga maka masyarakat

perlu digalakkan pendidikan mengenai HAM dan pemberdayaan perempuan; menyebarkan

informasi dan mempromosikan prinsip hidup sehat, anti kekerasan terhadap perempuan dan

anak serta menolak kekerasan sebagai cara untuk memecahkan masalah; mengadakan

penyuluhan untuk mencegah kekerasan; mempromosikan kesetaraan jender; mempromosikan

sikap tidak menyalahkan korban melalui media.

Sedangkan untuk pelaku dan korban kekerasan sendiri, sebaiknya mencari bantuan

pada Psikolog untuk memulihkan kondisi psikologisnya. Bagi suami sebagai pelaku, bantuan

oleh Psikolog diperlukan agar akar permasalahan yang menyebabkannya melakukan

kekerasan dapat terkuak dan belajar untuk berempati dengan menjalani terapi kognitif.

Karena tanpa adanya perubahan dalam pola pikir suami dalam menerima dirinya sendiri dan

istrinya maka kekerasan akan kembali terjadi.

Sedangkan bagi istri yang mengalami kekerasan perlu menjalani terapi kognitif dan

belajar untuk berperilaku asertif. Selain itu, istri juga dapat meminta bantuan pada LSM yang

menangani kasus-kasus kekerasan pada perempuan agar mendapat perlidungan. Suami dan

istri juga perlu untuk terlibat dalam terapi kelompok dimana masingmasing dapat melakukan

sharing sehingga menumbuhkan keyakinan bahwa hubungan perkawinan yang sehat bukan

dilandasi oleh kekerasan namun dilandasi oleh rasa saling empati. Selain itu, suami dan istri

perlu belajar bagaimana bersikap asertif dan memanage emosi sehingga jika ada perbedaan

pendapat tidak perlu menggunakan kekerasan karena berpotensi anak akan mengimitasi

perilaku kekerasan tersebut. Oleh karena itu, anak perlu diajarkan bagaimana bersikap empati

dan memanage emosi sedini mungkin namun semua itu harus diawali dari orangtua.

Mengalami KDRT membawa akibat – akibat negatif yang berkemungkinan mempengaruhi

perkembangan korban di masa mendatang dengan banyak cara. Dengan demikian, perhatian

utama harus diarahkan pada pengembangan berbagai strategi untuk mencegah terjadi

penganiayaan dan meminimalkan efeknya yang merugikan ada beberapa solusi untuk

mencegah KDRT antara lain :

1. Membangun kesadaran bahwa persoalan KDRT adalah persoalan sosial bukan individual

dan merupakan pelanggaran hukum yang terkait dengan HAM.

2. Sosialiasasi pada masyarakat tentang KDRT adalah tindakan yang tidak dapat dibenarkan

dan dapat diberikan sangsi hukum. Dengan cara mengubah pondasi KDRT di tingkat

masyarakat pertama – tama dan terutama membutuhkan.

3. Adanya konsensus bahwa kekerasan adalah tindakan yang tidak dapat diterima.

15

Page 16: Kekerasan Dalam Rumah Tangga

4. Mengkampanyekan penentangan terhadap penayangan kekerasan di media yang

mengesankan kekerasan sebagai perbuatan biasa, menghibur dan patut menerima

penghargaan.

5. Peranan Media massa. Media cetak, televisi, bioskop, radio dan internet adalah

macrosystem yang sangat berpengaruh untuk dapat mencegah dan mengurangi kekerasan

dalam rumah tangga ( KDRT). Peran media massa sangat berpengaruh besar dalam

mencegah KDRT bagaimana media massa dapat memberikan suatu berita yang bisa merubah

suatu pola budaya KDRT adalah suatu tindakan yang dapat melanggar hukum dan dapat

dikenakan hukuman penjara sekecil apapun bentuk dari penganiayaan.

6. Mendampingi korban dalam menyelesaikan persoalan (konseling) serta kemungkinan

menempatkan dalam shelter (tempat penampungan) sehingga para korban akan lebih

terpantau dan terlindungi serta konselor dapat dengan cepat membantu pemulihan secara

psikis.

BAB 5

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

16

Page 17: Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Banyak sekali kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dan dari tahun ke tahun

terjadi peningkatan jumlah kasus kekerasan di Indonesia. Ini dapat terjadi karena beberapa

faktor yaitu:

1. Laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat.

2. Budaya bahwa istri bergantung pada suami, khususnya ekonomi.

3. Budaya bahwa laki-laki dianggap superior dan perempuan inferior.

4. Melakukan imitasi, terutama anak laki-laki yang hidup dengan orang tua yang

sering melakukan kekerasan pada ibunya atau dirinya.

5. kekuasaan suami/istri dan diskriminasi gender di masyarakat.

5.2 Saran

Untuk mencegah terjardinya kekerasan dalam rumah tangga perlu modul

konseling dan terapi perilaku yang bertujuan :

1. Memahami tentang KDRT serta dampaknya dan konsekuensi hukum

2. Memahami tentang HAM dan Kesetaraan gender

3. Menyadari KDRT adalah perilaku salah à klien menyadari memiliki kekuatan

untuk berubah

4. Mampu mengolah konflik dengan cara tanpa kekerasan

5. Mampu mengenali emosi/pikiran negatifnya yang relevan dengan KDRT

DAFTAR PUSTAKA

17

Page 18: Kekerasan Dalam Rumah Tangga

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2001. Rencana Strategis Nasional

“Making Pregnancy Safer" di Indonesia 2001-2010. Jakarta: Depkes RI.

2. ____. 2008. Peningkatan Pelayanan Obstetri Ginekologi dalam Upaya Mningkatkan

Kualitas Hidup Perempuan dan Keluarga. Jakarta: Depkes RI.

3. Program Pembangunan Nasional 2000-2004. Jakarta.

4. World Health Organization. 2002. The Millennium Development Goals for Health: A

Review of The Indicators. Jakarta: Depkes RI.

5. Ferry Efendi, Makhfudli, Ferry Efendi, Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan

Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Salemba Medika.

6. http://psikologi.or.id

7. http://www.anneahira.com/kdrt.htm

8. http://www.beritaindonesia.co.id/humaniora/wajah-baru-untuk-jilah

18