Upload
putripermata23
View
113
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN KASUS
IDENTIFIKASI 14 April 2012
Nama : SN
Umur : 10 tahun
Alamat : Vila Kenali
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
ANAMNESA
Keluhan Utama : Pandangan kabur saat melihat jauh.
Anamnesa Khusus Sejak 3 bulan yang lalu pasien merasakan
kabur saat melihat jauh, pasien tidak dapat
melihat tulisan di papan tulis jika pasien
duduk di belakang. Pasien lebih senang
melihat jarak dekat. Pasien merasa
matanya cepat lelah dan pasien tidak
merasakan pusing.
Riwayat Penyakit Yang Lalu : Pasien tidak pernah mengalami keluhan
yang sama sebelumnya.
Anamnesa Keluarga : Keluarga pasien tidak ada yang mengalami
keluhan yang sama
Riwayat Gizi : Baik
Keadaan Sosial Ekonomi : Menggunakan askes
Penyakit Sistemik : Tidak ada keluhan lain
I. Pemeriksaan Visus dan
1
Refraksi
OD OS
Visus :
6/60
Koreksi = 6/6 dengan lensa - 275
Visus :
6/60
Koreksi = 6/6 dengan lensa - 275
II. Muscle Balance
- Pergerakan Bola Mata
Baik
Baik
III. Pemeriksaan Eksternal
- Palpebra Superior :
Hiperemis (-), edema (-)
Hiperemis (-), edema (-)
- Palpebra Inferior :
Hiperemis (-), edema (-)
Hiperemis (-), edema (-)
- Cilia : Trikiasis (-) Trikiasis (-)
- Ap. Lacrimalis : Sumbatan
(-)
Sumbatan (-)
- Conj. Tars Sup : papil (-),
folikel (-)
Papil (-), folikel (-)
- Conj. Tars Inf : papil (-),
folikel (-)
Papil (-), folikel (-)
- Conj. Bulbi : injeksi siliar
(-), injeksi konjungtiva (-)
Injeksi konjungtiva (-), injeksi siliar (-)
- Kornea : Jernih Jernih
- Coa : sedang Sedang
- Pupil : bulat Bulat
2
- Diameter : 3 mm 3 mm
- Refleks cahaya
(+)
(+)
- Iris : Kripta iris jelas,
berwarna coklat
Kripta iris jelas, berwarna coklat
- Lensa : jernih Jernih
IV. Pemeriksaan Slit
Lamp dan
Biomicroscopy
Tidak dilakukan
V. Diagnosa Miopia ODS
VI. Anjuran pemeriksaan Oftalmoskop, funduskopi
VII. Pengobatan Pemakaian kacamata
VIII. Prognosa Dubia ad bonam
3
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Mata dapat dianggap sebagai kamera potret, dimana sistem refraksinya
menghasilkan bayangan kecil terbalik di retina. Rangsangan ini diterima oleh sel
batang dan kerucut di retina yang diteruskan melalui saraf optik (N II) ke korteks
serebri pusat penglihatan, yang kemudian tampak sebagai bayangan yang tegak.
Supaya bayangan tidak kabur, kelebihan cahaya diserap oleh lapisan epitel
pigmen di retina. Bila intensitas cahaya terlalu tinggi, pupil akan mengecil untuk
menguranginya.1
Alat-alat refraksi mata terdiri dari permukaan kornea, humor akuos (cairan
bilik mata), permukaan anterior dan posterior lensa, badan kaca (corpus vitreum).
Daya refraksi kornea hampir sama dengan humor akuos, sedang daya refraksi
lensa hampir sama pula dengan badan kaca. Keseluruhan sistem refraksi mata ini
membentuk lensa yang cembung dengan fokus 23 mm. Dengan demikian, pada
mata emetrop, dalam keadaan mata istirahat, sinar yang sejajar yang datang di
mata akan dibiaskan tepat di fovea sentralis dari retina. Fovea sentralis meupakan
posterior principal fokus dari sistem refraksi mata ini, dimana cahaya yang
datangnya sejajar setelah melalui sistem refraksi ini bertemu. Letaknya 23 mm di
4
belakang kornea tepat di bagian macula lutea. Pembiasan yang terbesar terdapat
pada permukaan anterior dari kornea, ditambah dengan permukaan anterior dan
posterior lensa.1,2,3
Refraksi mata merupakan perubahan jalannya cahaya, akibat media
refrakta mata, dimana mata dalam keadaan istirahat. Mata dalam keadaan istirhat
berarti mata dalam keadaan tidak berakomodasi.1
Akomodasi
Pada keadaan normal cahaya tidak terhingga akan terfokus pada retina,
demikin pula bila benda jauh didekatkan. Maka dengan adanya daya akomodasi
benda dapat difokuskan pada retina atau macula lutea. Dengan berakomodasi,
maka benda pada jarak yang berbeda-beda akan terfokus pada retina. Akomodasi
adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot
siliar. Akibat akomodasi, daya pembiasan lensa bertambah kuat. Kekuatan
akomodasi akan meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda makin
kuat mata harus berakomodasi (mencembung). Kekuatan akomodasi diatur oleh
refleks akomodasi. Refleks akomodasi akan bangkit bila mata melihat kabur dan
pada waktu konvergensi atau melihat dekat.1,2
Dikenal beberapa teori akomodasi seperti :
1. Teori akomodasi Hemholtz : Dimana zonula Zinn kendor akibat kontraksi
otot siliar sirkuler, mengakibatkan lensa yang elastis menjadi cembung dan
diameter menjadi kecil.
2. Teori akomodasi Thsernig : Dasarnya adalah bahwa nucleus lensa tidak
dapat berubah bentuk, sedang yang dapat berubah bentuk adalah bagian
lensa superficial atau korteks lensa. Pada waktu akomodasi terjadi
tegangan pada zonula Zinn sehingga nucleus lensa terjepit dan bagian
lensa superficial di depan nukleus akan mencembung.
Anak-anak dapat berakomodasi dengan kuat sekali sehingga memberikan
kesukaran pada pemeriksaan kelainan refraksi.2
Dikenal beberapa titik di dalam bidang refraksi, seperti Pungtum
Proksimum merupakan titik terdekat dimana seseorang masih dapat melihat degan
jelas. Pungtum Remotum adalah titik terjauh dimana seseorang dapat melihat
5
dengan jelas, titik ini merupakan titik dalam ruang yang berhubungan dengan
retina atau foveola bila mata istirahat. 1,2
Emetropia
Emetropia berasal dari kata Yunani emetros yang berarti ukuran normal
atau dalam keseimbangan wajar sedang arti opsis adalah penglihatan. Mata
dengan sifat emetropia adalah mata tanpa adanya kelainan refraksi pembiasan
sinar mata dan berfungsi normal.
Pada mata ini daya bias mata adalah normal, dimana sinar jauh difokuskan
sempurna di daerah macula lutea di daerah macula lutea tanpa bantuan
akomodasi. Bila sinar sejajar tidak difokuskan pada macula lutea disebut
ametropia.
Mata emetropia akan mempunyai penglihatan normal atau 6/6 atau 100%.
Bila media penglihatan seperti kornea, lensa, dan badan kaca keruh maka sinar
tidak dapat diteruskan ke macula lutea. Keseimbangan dalam pembiasan sebagian
besar ditentukan oleh dataran depan dan kelengkungan kornea dan panjangnya
bola mata. Kornea mempunyai daya pembiasan sinar terkuat disbanding bagian
mata lainnya. Lensa memegang peranan membiaskan sinar terutama pada saat
mata melakukan akomodasi atau bila melihat benda yang dekat. Panajang bola
mata seseorang dapat berbeda-beda . bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh
kornea (mendatar, mencembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang,
lebih pendek) bola mata maka sinar normal tidak dapat terfokus pada macula.
Keadaan ini disebut sebagai emetropia yang dapat berupa myopia, hipermetropia,
atau astigmat.
Kelainan lain pada pembiasan mata normal adalah gangguan perubahan
kecembungan lensa yang dapat berkurang akibat berkurangnya elastisitas lensa
sehingga terjadi gangguan akomodasi. Gangguan akomodasi dapat terlihat pada
usia lanjut sehingga terlihat keadaan yang disebut presbiopia.1,2,4
Ametropia
Dalam bahasa Yunani, ametros berarti tidak sebanding atau tidak
seimbang, sedang ops berarti mata. Sehingga yang dimaksud dengan ametropia
adalah keadaan pembiasan mata dengan panjang bola mata yang tidak seimbang.
6
Hal ini akan terjadi akibat kelainan kekuatan pembiasan sinar media penglihatan
atau kelainan bentuk bola mata.2
Ametropia dalam keadaan tanpa akomodasi atau dalam keadaan istirahat
memberikan bayangan sinar sejajar pada fokus yang tidak terletak pada retina.
Pada keadaaan ini bayangan pada selaput jala tidak smepurna terbentuk.
Dikenal berbagai bentuk ametropia :
1. Ametropia aksial
Ametropia yang terjadi akibat sumbu optik bola mata lebih panjang, atau
lebih lebih pendek sehingga bayangan benda difokuskan di depan atau di
belakang retina. Pada miopia aksial fokus akan terlihat di depan retina
kerena bola mata lebih panjang dan pada hipermetropia aksial fokus
bayangan terletak di belakang retina.
2. Ametropia refraktif
Ametropia akibat kelainan system pembiasan sinar dalam mata. Bila daya
bias kuat maka bayangan benda terletak di depan retina (miopia), atau bila
daya bias kurang maka bayangan benda akan terletak di belakang retina
(hipermetropia refraktif).
Ametropia dapat disebabkan kelengkungan kornea atau lensa yang tidak
(ametropia kurvatur) atau indeks bias abnormal di dalam mata (ametropia indeks.
Panjang bola mata normal.
Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk-bentuk kelainan :
1. Miopia
2. Hipermetropia
3. Astigmat
Gambar Perbedaan Bentuk Kelainan Ametropia
MIOPIA
7
DEFINISI
Miopia merupakan keadaan refraksi mata, dimana sinar sejajar yang
datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan istirahat, dibiaskan di
depan retina, sehingga pada retina didapatkan lingkungan difus dan bayangan
kabur.1
Gambar mata normal dan mata miopia
ETIOLOGI
Pada miopia dapat disebabkan oleh sumbu mata (jarak kornea-retina)
terlalu panjang, daya bias kornea, lensa atau akuos humor terlalu kuat.4
KLASIFIKASI
Dikenal beberapa bentuk miopia seperti :
1. Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti
terjadi katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung
sehingga pembiasan lebih kuat. Sama dengan miopia bias atau miopia
indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan
kornea dan lensa yang terlalu kuat.1,2
2. Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan
kelengkungan kornea dan lensa yang normal. Dapat merupakan
kelainan kongenital ataupun akwisita, juga ada faktor herediter. Yang
8
kongenital didapatkan pada makroftalmus, sedang yang akwisita
terjadi :
Bila anak membaca terlalu dekat, maka ia harus
berkonvergensi berlebihan. M. rektus internus berkontraksi
berlebihan, bola mata terjepit oleh otot-otot mata luar yang
menyebabkan polus posterior mata, tempat yang paling lemah
dari bola mata memanjang.
Muka yang lebar, juga menyebabkan konvergensi berlebihan
bila hendak mengerjakan pekerjaan dekat.
Bendungan, perangan atau kelemahan dari lapisan yang
mengelilingi bola mata, disertai dengan tekanan yang tinggi
disebabkan penuhnya vena dari kepala akibat membungkuk,
dapat menyebabkan tekanan pula pada bola mata sehingga
polus posterior menjadi memanjang.1,2
Menurut derajatnya miopia dibagi dalam :
1. Miopia ringan, dimana miopia < 3 dioptri
2. Miopia sedang, dimana miopia 3-6 dioptri
3. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri2
Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk :
1. Miopia simpleks, miopia stasioner, miopia fisiologik. Miopia yang
timbul pada umur masih muda, kemudian berhenti. Dapat juga naik
sedikit pada waktu atau segera setelah pubertas, atau didapat kenaikan
sedikit sampai umur 20 tahun.1,2
2. Miopia progresif, miopia yang dapat ditemukan pada semua umur dan
mulai sejak lahir. Kelainan mencapai puncaknya waktu masih remaja
bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola
mata.1,2
3. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif yang dapat
mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan miopia
pernisiosa = miopia maligna = miopia degenerative.
Miopia degeneratatif atau miopia maligna biasanya bila miopia lebih
dari 6 dioptri disetai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya
9
bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada
bagian temporal papil disetai dengan atrofi korioretinal.1,2
GEJALA KLINIK
Penglihatan kabur atau mata berkedip ketika mata mencoba melihat suatu
objek dengan jarak jauh (anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di papan
tulis tetapi mereka dapat dengan mudah membaca tulisan dalam sebuah
buku.Penglihatan untuk jauh kabur, sedangkan untuk dekat jelas.
Jika derajat miopianya terlalu tinggi, sehingga letak pungtum remotum
kedua mataterlalu dekat, maka kedua mata selalu harus melihat dalam posisi
kovergensi,dan hal ini mungkin menimbulkan keluhan (astenovergen) . Mungkin
juga posisi konvergensi itu menetap, sehingga terjadi strabismus konvergen
(estropia). Apabila terdapat miopia pada satu mata jauh lebih tinggi dari matayang
lain dapat terjadi ambliopia pada mata yang miopianya lebih tinggi. Mata
ambliopia akan bergulir ke temporal yang disebut strabismus divergen
(eksotropia).2
Pasien dengan miopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering
disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit. Seseorang penderitamyopia
mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk mencegahaberasi sferis atau
untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil). Pasien miopia mempunyai
pungtum remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang dekat sehingga
mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yangakan menimbulkan
keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita
akan terlihat juling kedalam atau esoptropia.2
Pasien miopia mempunyai pungtum remotum yang dekat sehingga mata
selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan
astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan
terlihat juling ke dalam atau esoptropia. Pada pemeriksaan funduskopi terdapat
miopik kresen yaitu gambaran bulan sabit yang terlihat pada polus posterior
fundus mata miopia, yang terdapat pada daerah papil saraf optik akibat tidak
tertutupnya sklera oleh koroid. Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat pula
kelainan pada fundus okuli seperti degenerasi makula dan degenerasi retina
bagian perifer.1,2
10
DIAGNOSIS
Dalam menegakkan diagnosis miopia, harus dilakukan dengan
anamnesa, dan pemeriksaan opthalmologis. Pada anamnesa, pasien
mengeluh penglihatan kabur saat melihat jauh, cepat lelah saat membaca atau
melihat benda dari jarak dekat. Pada pemeriksan opthalmologis dilakukan
pemeriksaan refraksi yang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara subjektif
dan cara objektif1,2,5.
1. Cara subjektif dilakukan dengan penggunaan kartu Snellen dan trial
lenses. Pada pasien kooperatif, refraksi subjektif memberikan hasil
yang lebih akurat dibandingkan refraksi objektif.
Pemeriksaan dengan optotipe Snellen dilakukan dengan jarak
pemeriksa dan penderita sebesar 5-6 m, sesuai dengan jarak tak terhingga, dan
pemeriksaan ini harus dilakukan dengan tenang, baik pemeriksa maupun
penderita. Pada pemeriksaan terlebih dahulu ditentukan tajam penglihatan atau
visus (VOD/VOS) yang dinyatakan dengan bentuk pecahan :
Jarak antara penderita denga huruf optotipe Snellen
Jarak yang seharusnya dilihat oleh penderita yang normal
Visus yang terbaik adalah 6/6, yaitu pada jarak pemeriksaan 6 m dapat
terlihat huruf yang seharusnya terlihat pada jarak 6 meter.
Bila huruf terbesar dari optotipe Snellen tidak dapat terlihat, maka
pemeriksaan dilakukan dengan cara meminta penderita menghitung jari
pada dasar putih, pada bermacam-macam jarak. Hitung jari pada penglihatan
normal terlihat pada jarak 60 meter. Jika penderita hanya dapat melihat pada jarak
3 meter, maka visus sebesar 3/60. Jika pada jarak terdekatpun hitung jari tidak
dapat terlihat, maka pemeriksaan dilakukan dengan cara pemeriksa menggerakkan
tangannya pada macam-macam, arah dan penderita harus dapat mengatakan arah
gerakan tersebut pada macam-macam jarak. Jarak tangan harus dapat terlihat pada
jarak 300 meter. Jika penderita hanya dapat melihat gerakan tangan pada jarak 1
m, maka visusnya 1/300.
Namun apabila gerakan tangan tidak dapat terlihat pada jarak terdekat
sekalipun, maka pemeriksaan dilanjutkan dengan menggunakan
11
sinar/cahaya dari senter pemeriksa dan mengarahkan sinar tersebut
pada mata penderita dari segala arah, dengan salah satu mata penderita
ditutup. Pada pemeriksaan ini penderita harus dapat melihat arah sinar dengan
benar, apabila penderita dapat melihat sinar dan arahnya benar, maka fungsi retina
baguan perifer masih baik dan dikatakan visusnya 1/~ dengan proyeksi baik.
Namun jika penderita hanya dapat melihat sinar dan tidak dapat
menentukan arah dengan benar atau pada beberapa tempat tidak dapat
terlihatmaka berarti retina tidak berfungsi dengan baik dan dikatakan sebagai
proyeksi buruk. Bila cahaya senter sama sekali tidak terlihat oleh penderita maka
berarti terjadi kerusakan dari retina secara keseluruhan dan dikatakan dengan
visus 0 (nol) atau buta total. Ketajaman penglihatan yang kurang baik dapat
dikoreksi dengan menggunakan lensa sferis + (S+), sferis – (S-), siindris +/-
(C+/-). Pada kelainan refraksi miopia, ketajaman penglihatan dapat dikoreksi
dengan menggunakan sferis negatif terkecil yang akan memberikan ketajaman
penglihatan terbaik tanpa akomodasi.1,2
2. Cara objektif, dilakukan dengan menggunakan retinoskopi.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada anak-anak, orang yang tidak dapat
membaca, karena tidak dibutuhkan kerjasama dari penderita. Pemeriksaan
dilakukan di kamar gelap. Jarak pemeriksa dan penderita 1 meter.1,6
Seberkas cahaya yang dikenal sebagai intercept, diproyeksikan ke mata
pasien untuk menghasilkan pantulan berbentuk sama, refleks retinoskopik di
pupil. Kesejajaran antara intercept dan refleks retinoskopik menandakan hanya
ada kelainan sferis, atau terdapat kelainan silindris tambahan dengan intercept
yang bersesuaian dengan salah satu meridian utama. Rotasi berkas yang
diproyeksikan tersebut akan menentukan mana diantara kelainan tersebut yang
terjadi dan letak meridian utama lainnya pada kasus kelainan silindris.
Intercept kemudian disapukan melintasi pupil pasien, dan efeknya pada
refleks retinoskopik dicatat. Bila efek tersebut bergerak dalam arah yang sama
(mengikuti gerakan), ditempatkan lensa plus di depan mata pasien, dan bila
bergerak dalam arah berlawanan (melawan gerakan), ditambahkan lensa minus
sampai refleks pupil mengisi seluruh lubang pupil dan tidak lagi terdeteksi adanya
gerakan (titik netralisasi). Bila titik netralisasi telah tercapai, kelainan refraksi
12
pasien telah terkoreksi dengan suatu koreksi tambahan yang berkaitan dengan
jarak antara pasien dengan pemeriksa (jarak kerja). 5
PENYULIT
1. Strabismus divergens
2. Ablasio retina
3. Perdarahan badan kaca1
PENGOBATAN
Seorang dengan miopia diberi lensa (S-) yang terkecil agar ia tanpa
akomodasi dapat melihat baik.
Koreksi kelainan refraksi yaitu :
1. Lensa Kacamata
Kacamata masih merupakan metode paling aman untuk memperbaiki refraksi
Keuntungan kacamata pada orang miopia adalah kemampuannya untuk
membaca huruf-huruf cetak yang paling kecil tanpa memakai kacamata walaupun
usianya
lebih lanjut.
Kerugian memakai kacamata pada mata dengan miopia:
- Walaupun kacamata memberikan perbaikan penglihatan ia akan bertambah berat
bila ukuran bertambah, selain mengganggu penampilan atau kosmetik.
- Ukuran benda yang dilihat akan lebih kecil dari sesungguhnya, setiap -1.00
dioptri akan memberi kesan pengecilan benda 2%.
- Bila memakai kacamata dengan keuatan -10.00 D maka akan terjadi pengecilan
sebesar 20%.
- Tepi gagang disertai tebalnya lensa akan mengurangi lapang pandangan tepi.
Kacamata yang diperlukan seseorang dengan hipermetropia adalah lensa positif
atau konveks yang merupakan lensa yang tebal di tengah.
2. Lensa Kontak:
Lensa kontak keras, yang terbuat dari polimetilmetakrilat, merupakan
lensa kontak pertama yang bernar-benar berhasil
13
dan memperoleh penerimaan yang luas sebagai pengganti kacamata.
Pengembangan selanjutnya antara lain adalah lensa kaku yang permeabel-udara,
yang terbuat dari asetat bultirat selulosa, silikon, atau berbagai polimer plastik dan
silikon dan lensa kontak lunak, yang terbuat dari bermacam-macam plastik
hidrogel, yang semuanya menghasilkan kenyamanan yang lebih baik tetapi resiko
penyulit serius lebih besar.
Lensa kontak lunak, terutama bentuk-bentuk yang lebih lentur,
mengadopsi bentuk kornea pasien. Dengan demikian,
daya refraksinya terdapat hanya pada perbedaan antara kelengkungan depan dan
belakang, dan lensa ini hanya sedikit mengoreksi astigmatisma kornea kecuali
apabila disertakan koreksi silindris. Lensa kontak mengurangi masalah
penampilan atau kosmetik akan tetapi perlu diperhatikan kebersihan dan ketelitian
pemakaiannya. Selain masalah pemakaiannya, perlu diperhatikan masalah lama
pemakaian, infeksi, dan alergi terhadap bahan yang dipakai.
3. Bedah keratorefraktif
Bedah Keratorefraktif mencakup serangkaian metode untuk mengubah
kelengkungan permukaan anterior mata. Adalah tidak mungkin untuk
memendekkan bola mata pada miopia. Pada keadaan tertentu miopia dapat diatasi
dengan pembedahan pada kornea.
Pada saat ini terdapat berbagai cara pembedahan pada miopia seperti:
- Keratotomi radial, radial keratotomy (RK)
- Keratotomi fotorefraktif, Photorefractive Keratotomy (PRK)
- Laser Assisted in Situ Interlameral Keratomilieusis (LASIK)7
PROGNOSIS
Miopia simpleks dengan koresksi yang baik, disertai dengan pemeliharaan
kesehatan mata dan badan yang baik, maka prognosisnya baik. Miopia progresif
yang disertai penyulit yang gawat, kadang-kadang membutuhkan pengurangan,
bahkan penghentian dari pekerjaan dekat. Miopia maligna prognosisnya buruk.1
PEMBAHASAN
14
Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan pada tanggal 14 April 2012
didapatkan pasien mengalami miopia ODS dimana pasien mengeluhkan
penglihatan kabur saat melihat jauh.
Pemeriksaan visus dasar pasien didapatkan visus dasar 6/60, kemudian
dilakukan koreksi dengan menggunakan lensa negatif dan positif ditanyakan pada
pasien pandangan yang lebih jelas menggunakan lensa yang mana. Kemudian
pasien merasa jelas dengan lensa negatif, dicobakan lensa S -150 didapatkan visus
6/20, kemudian dicoba S -2 didapatkan visus 6/12, dicoba lagi dengan S -250
didapatkan visus 6/9, dicoba lagi dengan lensa S -275 didapatkan hasil visus 6/6.
Pasien diresepkan menggunakan kacamata sesuai dengan hasil yang
dilakukan terhadap penilaian kelainan refraksinya. Hal ini sesuai dengan tinjauan
pustaka yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
15
1. Wijaya, N. Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-6. 1993.
2. Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2004.
3. Ilyas, S. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia;2009
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter
Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : CV. Sagung Seto; 2002.
5. Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: EGC. 2009.
6. Sloane, A.E. Manual of Refraction. Ed. Ke-3. 1979
7. Yani, A.D. Kelainan Refraksi dan Kacamata. 2009. Diunduh dari
http://www.surabaya-eye-clinic.com/index2.php?
option=com_content&do_pdf=1&id=54
16