KelasB2013 Labling1-Kel.12 AlkalinitasAsiditas

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 KelasB2013 Labling1-Kel.12 AlkalinitasAsiditas

    1/23

    LAPORAN

    PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN I

    ASIDITAS, ALKALINITAS DAN co 

    KELOMPOK 12

    1. 

    Riestidy Dwicaesa Putri (082001300035)

    2.  Siti Amira (082001300039)

    3. 

    Maya Putri Dayanti (082001300053)

    ASISTEN : Fajriani Widya Haryanti

    JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

    FAKULTAS ARSITEKTUR LANSEKAP DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN

    UNIVERSITAS TRISAKTI

    JAKARTA

    2015

  • 8/18/2019 KelasB2013 Labling1-Kel.12 AlkalinitasAsiditas

    2/23

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Asiditas adalah kemampuan air untuk menetralkan larutan basa kuat untuk

    mencapai pH tertentu, sedangkan alkalinitas adalah kemampuan air untuk

    menetralkan larutan asam. Asiditas dan alkalinitas ditentukan dengan

    melakukan titrasi menggunakan fenolftalin (PP) dan metil jingga. Titrasi adalah

    cara penetapan kadar suatu larutan dengan menggunakan larutan standar yang

    sudah diketahui konsentrasinya. Pada percobaan asiditas dan alkalinitas, jenis

    titrasi yang digunakan adalah titrasi asam basa.

    Alkalinitas mampu menetralisir keasaman didalam air. Sifat alkalinitas

    dipengaruhi oleh ion hidroksida, ion karbonat, dan ion

    hidrokarbonat/bikarbonat. Secara khusus alkalinitas sering disebut sebagai

     besaran yang menunjukkan kapasitas pembufferan dari ion bikarbonat, dan

    tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut dalam

    air akan bereaksi dengan ion hydrogen sehingga menurunkan kemasaman dan

    menaikkan Ph. Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk

    mendukung pertumbuhan alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan:

    a.   pengaruh system buffer dari alkalinitas

     b.  alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organic. Sehingga

    alkalinitas diukur sebagai factor kesuburan air.

    Asiditas (keasaman) adalah banyaknya basa yang diperlukan untuk

    menetralkan asam dalam air, merupakan kapasitas kuantitatif air untuk bereaksi

    dengan basa kuat sehingga menstabilkan Ph hingga mencapai 8,3 atau

    kemampuan air untuk mengikat OH- untuk mencapai pH 8,3 dari pH asal yang

    rendah. Semua air yang memiliki Ph

  • 8/18/2019 KelasB2013 Labling1-Kel.12 AlkalinitasAsiditas

    3/23

     bersama dengan air akan membentuk karbondioksida dan oksigen. Dalam hal

    fotosintesis ada perbedaan yang sangat mendasar antara fotosintesis yang

     berlangsung dalam ekosistem teristerial dibandingkan dengan yang berlangsung

     pada ekosistem air.sumber karbondioksida yang dibutuhkan pada proses

    fotosintesis yang berlangsung pada ekosistem teristerial sepenuhnya langsung

    diambil dari atmosfer, sementara proses fotosintesis pada ekosistem air

     bergantung kepada sumber karbondioksida yang terdapat di dalam air.

    Ada jenis-jenis tumbuhan air yang dapat mengasimilasi karbondioksida

     bebas yang terlarut dalam air secara langsung. Tetapi, sumber karbondioksida

     penting lainnya adalah berupa ion karbonat dan ion bikarbonat karena pH di

    suatu perairan umumnya berkisar pada pH netral, maka jarang ditemukan

    karbondioksida dalam bentuk lepas.CO2 yang terlarut dalam air biasanya

    merupakan factor terbesar pengaruh asiditas pada air. CO2 itu sendiri biasanya

    lebih banyak terkandung di dalam tanah dibandingkan pada air permukaan, dan

    CO2 dapat menimbulkan korosi.

    1.2 

    Tujuan Penelitian

    1.2.1  Asiditas

    Mempelajari cara menentukan asiditas dan melakukan pemeriksaan asiditas

     pada sampel air yang dititrasi dengan menggunakan indicator metil jingga.

    1.2.2  Alkalinitas

    Mempelajari cara menentukan alkalinitas dan melakukan pemeriksaan

    alkalinitas pada sampel air yang dititrasi dengan menggunakan indicator

    fenolftalin (PP)

    1.2.3 CO2

    Melakukan pemeriksaan CO2 yang terkandung dalam sampel air.

  • 8/18/2019 KelasB2013 Labling1-Kel.12 AlkalinitasAsiditas

    4/23

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Asiditas

    Asiditas didefinisikan sebagai kemampuan air menetralkan basa kuat untuk

    mencapai pH tertentu. Asiditas air disebabkan oleh adanya asam-asam mineral kuat

    (HCL, H2SO4), garam-garam berasal dari reaksi antara asam kuat dengan basa

    lemah, dan CO2  yang terlarut dalam air. CO2 yang terlarut dalam air biasanya

    merupakan faktor terbesar penyebab asiditas terhadap air.

    Asiditas pada sistem air alami adalah kapasitas air untuk menetralisir OH -. Air

    asam biasanya tidak diperhitungkan, kecuali untuk kasus polusi berat. Asiditas

     biasanya merupakan hasil dari adanya asam lemah seperti H2SO4-, CO2, H2S,

     protein, asam-asam lemak dan ion-ion logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih

    sukar ditentukan daripada alkalinitas, karena dua kontributor utama, CO2 dan H2S,

    merupakan larutan volatil yang segera hilang dari sampel (Mindriany Syafila, 1994)

    :

    CO2 + OH- → HCO3-

    H2S + OH- → HS + H2O

    Suatu titrasi basa kuat terhadap sampel air yang mengandung karbon dioksida-

     bikarbonat-karbonat yang sudah ditetesi indicator fenolftalein menunjukkan adanya

     proses netralisasi dari bentuk asam karbonat (H2CO3) menjadi bikarbonat (HCO3-)

     pada pH 8,3. Pada pH 8,3 terjadi perubahan warna larutan yang nyata yaitu dari

    warna bening menjadi keunguan. Oleh karena itu, pada pH 8,3 disebut sebagai titik

    akhir titrasi. Apabila pada larutan ditetesi oleh indikator metil jingga, titik

    ahkhirnya berubah menjadi pada pH 4,5 yang ditandai dengan perubahan warna

    larutan nyata, yaitu dari warna merah menjadi jingga. Berdasarkan itu, pada pH 8,3

    dan pH 4,5 dijadikan sebagai acuan titik akhir titrasi dalam penentuan asiditas.

    Dengan perngertian tersebut kita mengenal:

      Asiditas total

    Asiditas total ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik

    akhir fenolftalein.

     

    Asiditas asam kuat atau asiditas mineral

  • 8/18/2019 KelasB2013 Labling1-Kel.12 AlkalinitasAsiditas

    5/23

    Asiditas mineral merupakan asiditas yang disebabkan oleh asam

    mineral. Dapat juga disebut asiditas metil orange karena untuk

    menentukan titik akhir titrasi digunakan indikator metil orange untuk

    mencapai pH 3,7. Asiditas mineral di dalam air dapat berasal dari

    industri metalurgi, produksi materi organik sintetik, drainase buangan

    tambang, dan hidrolisis garam-garam logam berat.

    Asiditas mineral terdapat di limbah industri, terutama industri metalurgi

    dan produksi materi organik sintetik. Beberapa air alami juga

    mengandung asiditas mineral. Kebanyakan dari limbah industri

    mengandung asam organik. Kehadirannya di alam dapat ditentukan

    dengan titrasi elektrometrik dan gas chromatografi.

    Asiditas merupakan sifat air yang perlu diperhatikan, karena asam

    menunjukkan sifat yang sangat korosif dan dapat mempengaruhi proses kimiawi

    dan proses biologis tertentu.

    Asiditas air ditentukan berdasarkan proses netralisasi ion-ion H+ dengan larutan

    standaralkali (basa kuat) pada pH tertentu yang disebut sebagai titik akhir titrasi.

    Keberadaan ion-ion H+ dalam larutan tersebut merupakan hasil disosiasi ataupun

    hidrolisis ketika bereaksi dengan standar alkali (basa kuat). Titik akhir titrasi

    ditandai dengan adanya perubahan warna larutan yang sudah diberikan indikator.

    Umumnya indikator yang digunakan adalah metil jingga dan fenolftalein. Asam

    kuat ditetapkan dengan menggunakan indikator metil jingga yang memberikan

    warna merah pada pH kurang dari 4,5 dan warna jingga pada pH lebih dari 4,5.

    Sementara asiditas CO2  terlarut ditetapkan dengan menggunakan indikator

    fenolftalein yang tidak memberikan warna pada pH kurang dari 8,3 tetapi

    memberikan warna ungu pada pH lebih dari 8,3.

    2.2 Alkalinitas

    Alkalinitas air merupakan kemampuan air untuk menetralkan asam. Secara

    umum sifat alkalinitas air disebabkan oleh adanya garam-garam basa lemah dan

     basa kuat yang terkandung. Beberapa ion yang menyebabkan sifat alkalinitas pada

    air yaitu:

  • 8/18/2019 KelasB2013 Labling1-Kel.12 AlkalinitasAsiditas

    6/23

    -  Ion hidroksida (OH-)

    Ion karbonat (CO32-)

    -  Ion hidrokarbonat/bikarbonat (HCO3-)

    Pada awalnya, alkalinitas adalah gambaran pelapukan batuan yang terdapat

     pada sistem drainase. Alkalinitas dihasilkan dari karbondioksida dan air yang dapat

    melarutkan sedimen batuan karbonat menjadi bikarbonat. Jika Me merupakan

    logam alkali tanah (misalnya kalsium dan magnesium), maka reaksi yang

    menggambarkan pelarutan batuan karbonat ditunjukkan dalam reaksi

    MeCO3 + CO2 + H2O → Me2+

     + 2HCO32-

     

    Kalsium karbonat merupakan senyawa yang memberi kontribusi terbesar

    terhadap nilai alkalinitas dan kesadahan di perairan tawar. Senyawa ini terdapat di

    dalam tanah dalam jumlah yang berlimpah sehingga kadarnya di perairan tawar

    cukup tinggi. Kelarutan kalsium karbonat menurun dengan meningkatnya suhu dan

    meningkat dengan keberadaan karbondioksida. Kalsium karbonat bereaksi dengan

    karbondioksida membentuk kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) yang memiliki daya

    larut lebih tinggi dibandingkan dengan kalsium karbonat (CaCO3) (Cole, 1983dalam Effendi 2003).

    Selain itu, alkalinitas juga ditimbulkan oleh garam-garam yang berasal dari

    asam lemah seperti borat, silikat, dan fosfat. Namun tidak terlalu berpengaruh

    karena umumnya keberadaan senyawa tersebut hanya dalam konsentrasi lemah.

    Hasil pengukuran alkalinitas pada air digunakan dalam mengontrol pengolahan

    air bersih dan air limbah. Air limbah rumah tangga mempunyai alkalinitas yang

    lebih tinggi daripada alkalinitas air bersih.

     Nilai alkalinitas berkaitan erat dengan korosivitas logam dan dapat

    menimbulkan permasalahan pada kesehatan manusia, terutama yang berhubungan

    dengan iritasi pada sistem pencernaan (gastro intestinal). Nilai alkalinitas yang baik

     berkisar antara 30 –  500 mg/liter CaCO3. Perairan dengan nilai alkalinitas lebih dari

    40 mg/liter CaCO3 disebut perairan sadah (hard water), sedangkan perairan dengan

    nilai akalinitas lebih dari 40 mg/liter disebut perairan lunak (soft water). Untuk

    kepentingan pengolahan air, sebaiknya nilai alkalinitas tidak terlalu bervariasi.

  • 8/18/2019 KelasB2013 Labling1-Kel.12 AlkalinitasAsiditas

    7/23

    Ada dua macam alkalinitas, yaitu:

    1. 

    Alkalinitas fenolftalein

    Alkalinitas phenophtalein dapat diketahui dengan titrasi asam sampai

    mencapai pH dimana HCO3- merupakan spesies karbonat dominan (pH =

    8,3).

    2.  Alkalinitas total

    Alkalinitas total dapat diketahui dengan titrasi asam untuk mencapai titik

    akhir metil orange (pH = 4,5) dimana spesies karbonat dan bikarbonat telah

    dikonversi menjadi CO2.

    Alkalinitas pada air memberikan sedikit masalah kesehatan. Alkalinitas

    yang tinggi menyebabkan rasa air yang tidak enak (pahit). Pengukuran

    asiditasalkalinitas harus dilakukan sesegera mungkin dan biasanya

    dilakukan di tempat pengambilan contoh. Batas waktu yang dianjurkan

    adalah 14 hari.

    Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung

     pertumbuhan alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan (Anonymous A,

    2010) :

    1. Pengaruh sistem buffer dari alkalinitas;

    2. Alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organik. Sehingga

    alkalinitas diukur sebagai faktor kesuburan air.

    2.3 Penetapan CO2 Bebas

    Air permukaan mengandung CO2  bebas kurang dari 10 mg/L sedangkan air

    tanah umumnya memiliki kadar CO2 bebas dapat lebih tinggi dari air permukaan.

    Keberadaan CO2 dalam air dapat menimbulkan korosi, oleh karena itu dalam proses

     pengolahan air dilakukan rekarbonisasi pada tahapan akhir.

    CO2  bebas bereaksi dengan natrium karbonat atau natrium hidroksida

    membentuk natrium bikarbonat.

    CO2 + NaOH NaHCO3

    Telah sempurnanya reaksi pembentukkan natrium bikarbonat ditandai adanya

     perubahan warna larutan menjadi merah muda pada titik ekivalen, yaitu sekitar pH

  • 8/18/2019 KelasB2013 Labling1-Kel.12 AlkalinitasAsiditas

    8/23

    8,3 dengan bantuan penambahan indikator fenolftalein sebelumnya pada larutan

    sampel. Penentuan CO2 bebas harus dilakukan segera setelah pengambilan sampel.

  • 8/18/2019 KelasB2013 Labling1-Kel.12 AlkalinitasAsiditas

    9/23

    BAB III

    METODA

    3.1 Waktu dan tempat

    Hari dan tanggal : Selasa, 24 Maret 2015

    Jam : 7.00

    Tempat : Jalan Daan Mogot 1 no. 103, Grogol Petamburan,

    ………………………..Jakarta Barat, 11510

    Koordinat : 6°10'00.3"S

    106°46'46.4"E

    Gambar 3.1.1 Lokasi sampling

  • 8/18/2019 KelasB2013 Labling1-Kel.12 AlkalinitasAsiditas

    10/23

    Gambar 3.1.1 Lokasi sampling dalam peta

    3.2 Alat dan Bahan

       Nama Alat

    Tabel 3.2.1 Alat praktikum

     No. Nama Alat Ukuran Jumlah

    1 Pipet gondok 50 ml 1

    2 Labu erlenmeyer 100, 200 dan

    1000 mL

    1

    3 Buret 1

    5 Gelas piala 100 mL 1

    Lokasi

    sampling

  • 8/18/2019 KelasB2013 Labling1-Kel.12 AlkalinitasAsiditas

    11/23

       Nama Bahan

    Tabel 3.2.1 Alat praktikum

    3.3 Cara Kerja

    3.3.1 Asiditas

    1.  Masukkan air sampel sebanyak 50 mL ke dalam labu erlenmayer. Lalu ukur

     pH dari air sampel tersebut.

    2. 

    Teteskan 3 tetes indikator fenolftalein ke dalam air sampel tersebut.

    Goyang-goyangkan tabung erlenmayernya agar tercampur.

    3.  Titrasi dengan larutan NaOH 0,02 N hingga warna beningnya berubah

    menjadi warna ungu muda.

    4.  Catatlah volume dari NaOH yang terpakai.

    3.3.2 Alkalinitas

    1.  Masukkan air sampel sebanyak 50 mL ke dalam labu erlenmayer. Lalu ukur

     pH dari air sampel tersebut.

    2. 

    Teteskan 3 tetes indikator metil jingga ke dalam air sampel tersebut.

    Goyang-goyangkan tabung erlenmayernya agar tercampur.

    3.  Titrasi dengan larutan H2SO4  0,02 N hingga warnanya berubah menjadi

    warna kuning kemerahan.

    4. 

    Catatlah volume dari H2SO4 yang terpakai.

     No. Nama Bahan Konsentrasi

    1 H2SO4 0,02 N & 0,1 N

    2 NaOH 0,1 N & 0,02 N

     No. Nama Bahan Konsentrasi

    4 Indicator metil jingga 3 tetes

    5 Indicator fenolftalin 3 tetes

  • 8/18/2019 KelasB2013 Labling1-Kel.12 AlkalinitasAsiditas

    12/23

    3.3.3 Penetapan CO2 Bebas

    1. Masukkan air sampel sebanyak 50 mL ke dalam labu erlenmayer. Lalu ukur

     pH dari air sampel tersebut.

    2. Teteskan 3 tetes indikator fenolftalein ke dalam air sampel tersebut.

    Goyang-goyangkan tabung erlenmayernya agar tercampur.

    3. Titrasi dengan larutan NaOH 0,02 N hingga warna beningnya berubah

    menjadi warna ungu muda.

    4. Catatlah volume dari NaOH yang terpakai.

    3.4  Metode

    Metode titrimetri yang dikenal juga sebagai metode volumetri merupakan cara

    analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip stoikiometri reaksi kimia. Dalam

    setiap metode titrimetri selalu terjadi reaksi kimia antara komponen analit dengan

    zat pendeteksi yang disebut titran. Titran ditambahkan ke dalam larutan analit

    menggunakan peralatan khusus yang disebut buret sampai mencapai jumlah

    tertentu hingga mencapai titik ekuivalen. Pencapaian tiik ekuivalen umumnya

    ditandai oleh perubahan zat tertentu yang sengaja dimasukkan ke dalam analit yang

    dikenal sebagai indikator. Perubahan indikator terjadi bila semua analit telah

     bereaksi dengan titran. Kelebihan sedikit titran bereaksi dengan indikator, sehingga

    terjadi perubahan pada indicator, yang biasa ditunjukkan oleh perubahan warna.

    Kelebihan titran harus diupayakan sekecil mungkin melalui penambahan titran

    setetes demi tetes agar tercapai kesalahan sekecil mungkin (Ibnu,2004).

    Titrimetri atau analisis volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan jumlah zat

    kimia yang luas pemakaiannya. Hal ini disebabkan karena beberapa alasan. Pada

    satu segi cara ini menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat,

    ketelitian dan ketepatannya cukup tinggi. Pada segi lain, cara ini menguntungkan

    karena dapat digunakan untuk menentukan kadar berbagai zat yang mempunyai

    sifat yang berbeda-beda (Harizul, 2002).

    Mengukur volume larutan adalah jauh lebih cepat dibandingkan dengan

    menimbang berat suatu zat dengan suatu metode gravimetri. Akurasinya sama

    dengan metode gravimetri. Analisis volumetri juga dikenal sebagai titrimetri,

  • 8/18/2019 KelasB2013 Labling1-Kel.12 AlkalinitasAsiditas

    13/23

    dimana zat yang akan dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang

    konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi

    larutan yang tidak diketahui (analit) kemudian dihitung. Syaratnya adalah reaksi

    harus berlangsung secara cepat, reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi

    samping. Selain itu, jika reagen penitrasi yang diberikan berlebih maka harus dapat

    diketahui dengan suatu indikator. Metode volumetric secara garis besar dapat

    diklasifikasikan dalam empat kategori sebagai :

    1.  Titrasi asam basa yang meliputi reaksi asam dan basa baik kuat maupun

    lemah.

    2.  Titrasi redoks adalah titrasi yang meliputi hampir semua reaksi oksidasi

    reduksi.

    3.  Titrasi pengendapan adalah titrasi yang meliputi pembentukan endapan,

    seperti titrasi Ag atau Zn dengan K 4FE(CN)6  dengan indikator

     pengadsorpsi.

    4.  Titrasi kompleksometri sebagian besar meliputi titrasi EDTA seperti titrasi

    spesifik dan juga dapat digunakan untuk melihat perbedaan pH pada

     pengompleksan (Khopkar,2008).

  • 8/18/2019 KelasB2013 Labling1-Kel.12 AlkalinitasAsiditas

    14/23

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Pengamatan

    4.1.1 Pengamatan Insitu

    Tabel 4.1 Tabel Pengamatan insitu

     No. Nama

    PengukuranHasil Gambar

    1. Cuaca Lokasi Cerah

    Berawan

    2. Suhu Lokasi 29◦C 

    3. Bau Air Busuk

    4. Tampak

    Warna Air

    Hitam

    5. Kedalaman

    Sungai

    ±80 cm

    6. Q (debit) 0,499

  • 8/18/2019 KelasB2013 Labling1-Kel.12 AlkalinitasAsiditas

    15/23

    4.1.2 Pengukuran Exsitu

    Tabel 4.2 Tabel pengukuran exsitu

     No Hasil Gambar

    1. Suhu Sampel 29◦C 

    2. DHL 717

    3. pH 7,14

  • 8/18/2019 KelasB2013 Labling1-Kel.12 AlkalinitasAsiditas

    16/23

    4.1.2.1 Asiditas

    Tabel 4.3 tabel hasil pengamatan asiditas

     No Gambar Keterangan

    1. Air sampel sebanyak 50 ml

    tambahkan indikator fenolftalein (3

    tetes)

    2. Air sampel + indikator fenolftalein

    yang sudah dititrasi dengan NaOH

    0,1 M

    4.1.2.2  bebas

    Tabel 4.4 tabel hasil pengamtan CO2 bebas

     No Gambar Keterangan

    1. Air sampel sebanyak 50 ml

    tambahkan indikator fenolftalein (3

    tetes)

  • 8/18/2019 KelasB2013 Labling1-Kel.12 AlkalinitasAsiditas

    17/23

     No Gambar Keterangan

    2. Air sampel + indikator fenolftalein

    yang sudah dititrasi dengan NaOH

    0,1 M

    4.1.2.3 Alkalinitas

    Tabel 4.4 tabel hasil pengamatan alkalinitas

     No Gambar Keterangan

    1. Air sampel sebanyak 50 ml

    tambahkan indikator metil jingga (3

    tetes)

    2. Air sampel + indikator metil jingga

    yang sudah dititrasi dengan HSO 

    0,1 M

  • 8/18/2019 KelasB2013 Labling1-Kel.12 AlkalinitasAsiditas

    18/23

    4.2 Perhitungan

     Asiditas

    Rumus : Asiditas Total =(+)  N

    L p x 1000 x CaCO 

    A : Volume NaOH unntuk titrasi dengan indikator metil jingga

    B :Volume NaOH untuk titrasi dengan indikator fenolptalein.

    BE : Berat ekivalen CaCO 

    Asiditas Total =(+)  N

    L p

     x 1000 x CaCO 

    A : 0

    B :, +,8

     = 1ml

    BE : 50 gr ekivalen / mol

     N : 0,1 N

    Asiditas total =(+)  ,

     x 1000 x 50 

    = 20 mg/L

      Alkalinitas

    Rumus: Alkalinitas m. j. sebagai CaCO3 =(−)  N

    p r x 1000 x BE CaCO3 

    A : Volume larutan standard asam untuk titrasi tahap I (P.P)

    B : Volume larutan standard asam untuk titrasi tahap II (m.j.)

    BE : Berat ekivalen CaCO 

     N : Normalitas larutan asam

    Alkalinitas m. j. sebagai CaCO3 =(−)  N

    p r x 1000 x BE CaCO3 

    A : 0

    B : +

     = 23ml

    BE : 50 gr ekivalen / mol

  • 8/18/2019 KelasB2013 Labling1-Kel.12 AlkalinitasAsiditas

    19/23

     N : 0,1 N

    Alkalinitas m. j. sebagai CaCO3 =(−)  ,

     x 1000 x 50 

    = 460 mg/L

     CO2 Bebas

    Rumus : 2

    =

    N

    p r x 1000 x BE CO2 

    A : Volume NaOH yang terpakai

    BE : Berat ekivalen CO2

     N : Normalitas NaOH

    2

    =

    N

    p r x 1000 x BE CO2 

    A :, +,8

     = 1ml

    BE : 44 gr ekivalen / mol

     N : 0,1 N

    2

    =

    ,

     x 1000 x 44 

    = 17,6 mg/L

    4.3 Pembahasan

    Pada praktikum kali ini, dilakukan analisis sampel air sungai grogol. Lebih

    spesifiknya sampel air ini diambil pada sungai grogol dekat dengan waduk tomang,

    dan termasuk pada daerah transisi sungai.

    Sampel diambil dengan menggunakan cara grab sampling. Pada saat

     pengambilan sampel air, cuaca di lokasi pengambilan sampel cerah berawan.

    Matahari tidak terik menyinari tetapi tidak hujan juga. Diperkirakan sejam sebelum

     pengambilan sampel, lokasi tidak dituruni hujan juga. Kecepatan aliran air sungai

  • 8/18/2019 KelasB2013 Labling1-Kel.12 AlkalinitasAsiditas

    20/23

    grogol relatif tenang dan lambat yaitu sebesar 0,048 m/s. Setelah dilakukan

     perhitungan, didapati sungai grogol memiliki debit sebesar 0,499 m3/detik.

    Suhu sampel yang diukur pada lokasi pengambilan sampel menunjukkan

    29◦C. suhu tersebut sama dengan suhu lokasi saat dilakukannya pengambilan

    sampel. Sungai grogol pada bagian lokasi pengambilan sampel ini memiliki

    kedalaman sekitar 80 cm. diduga sungai ini tidak begitu dalam dikarenakannya

    sudah terjadi pengendapan pada dasar sungai sehingga mempengaruhi sungai

    menjadi dangkal.

    Hasil pengamatan kali ini akan dibandingkan dengan dua baku mutu. Yang

     pertama adalah baku mutu untuk sungai golongan c, atau sungai yang

    diperuntukkan untuk perikanan dan peternakan. Baku mutu kedua adalah baku

    mutu untuk air minum yang dikeluarkan oleh kementrian kesehatan.

    Pertama akan dibahas mengenai bau dari sungai grogol. Jika kita melihat ke

     baku mutu dari permenkes no. 492 tahun 2010, air yang akan dipergunakan sebagai

    air minum tidak boleh berbau. Dari hasil pengamatan sungai grogol, tercium bau

    menyengat lebih mengarah kearah bau busuk. Dari situ dapat diartikan secara

     baunya, sungai grogol sudah tidak memenuhi syarat baku mutu untuk dijadikan air

    minum.

    Lalu jika ditinjau secara warna, warna air sungai grogol menunjukkan

    warna hitam sedangkan jika bandingkan dengan baku mutu, pada baku mutu sudah

    tertulis bahwa air yang dapat digunakan untuk air minum adalah air yang tidak

     berwarna atau bening (jernih). Dapat diartikan dalam segi warna kasat mata, air

    sungai grogol tidak memenuhi syarat jika ingin dijadikan air minum.

    Dilakukan juga pengukuran pH sampel air sungai grogol. Didapati nilai pH

    sungai grogol sebesar 7,14. Nilai pH sebesar itu masih termasuk netral. Pada baku

    mutu permenkes untuk air minum, pH yang diperbolehkan adalah 6,5 sampai 8,5.

    Jadi untuk dijadikan air minum, sungai grogol masih memenuhi syarat. Sedangkan

     jika kita bandingkan dengan baku mutu golongan c, dimana nilai pH diharuskan

     berada di antara nilai 6 sampai dengan 8,5. Dapat diartikan bahwa air sungai grogol

    masih memenuhi syarat untuk difungsikan dibidang perikanan maupun

     pertenakkan.

  • 8/18/2019 KelasB2013 Labling1-Kel.12 AlkalinitasAsiditas

    21/23

      Selanjutnya, pengamatan konduktivitas pada air sampel sungai grogol.

    Dengan menggunakan alat conductcivity metre, didapati DHL sebesar 717 µoscm.

    Dapat kita bandingkan hasil nilai DHL tersebut dengan baku mutu air sungai

    golongan c dimana nilai DHL maksimum adalah 750 µos/cm. dapat diartikan

     bahwa jika ingin dipergunakan sebagai perikanan maupun peternakan, air sungai

    grogol masih memenuhi syarat scara DHL nya.

    Pada praktikum ini diamati alkalinitas dari sampel air sungai grogol.

    Dilakukan titrasi sampel sebanyak dua kali agar mengecilkan kemungkinan untuk

    terjadinya kesalah. Setelah dilakukan titrasi dan dihitung, didapati nilai alkalinitas

    sungai grogol sebesar 460 ppm. Karena sungai grogol memiliki alkalinitas lebih

    dari 20 ppm, sungai grogol dapat digolongkan sebagai perairan yang stabil.

    Diketahui bahwa nilai alkalinitas suatu air jumlahnya relatif sama dengan

    nilai kesadahan air tersebut. Oleh karena itu, kita dapat melihat nilai kesadahan

     pada baku mutu dan membandingkannya. Pada baku mutu dari meteri kesehatan,

    nilai kesadahan suatu air yang akan digunakan sebagai air minum tidak boleh

    melebihi 500 ppm. Dapat diartikan jika ditinjau dari alkalinitasnya, air sungai

    grogol masih bisa digunakan sebagai air minum karena nilai alkalinitasnya tidak

    melebihi 500 ppm. Air yang memiliki nilai alkalinitas atau kesadahan lebih dari

    500 ppm biasanya memiliki kadar garam natrium yang tinggi dan tidak disukai oleh

    organisme aquatic.

    Dicari juga nilai asiditas dari air sungai grogol. Sama seperti alkalinitas,

    dilakukan dua kali titrasi agar mengecilkan kemungkinan terjadi kesalahan. Akan

    tetapi pada titrasi asiditas ini, didapati volume NaOH yang digunakan selama dua

    kali titrasi memiliki perbedaan lebih dari 0,1 ml. kesalahan ini terjadi

    dikarenakannya kuran hati-hati saat meneteskan NaOH sehingga terlalu banyak

     NaOH yang dititrasi pada air sampel.

    Setelah volume NaOH yang digunakan di rata-rata dan dilakukan

     perhitungan, didapati bahwa air sungai grogol memiliki nilai asiditas mg/L CaCO3

    sebesar 20 mg/L dan nilai mg/L CO2 sebesar 17,6 mg/L.

  • 8/18/2019 KelasB2013 Labling1-Kel.12 AlkalinitasAsiditas

    22/23

    BAB V

    KESIMPULAN

    Dapat disimpulkan dari percobaan penentuan asiditas alkalinitas dan CO 

    dalam air adalah sebagai berikut:

    5.1 Asiditas

    1. 

     Nilai asiditas dari air sungai grogol adalah sebesar 20 mg/L.

    2.  Setelah di rata-rata, digunakan NaOH sebanyak 1 ml untuk melakukan

    titrasi.

    5.2 Alkalinitas

    1.   Nilai alkalinitas dari air sungai grogol adalah sebesar 460 mg/L.

    2.  Ditinjau dari nilai alkalinitas, sungai grogol masih bisa digunakan sebagai

     bahan baku air minum.

    3.  Digunakan HSO 0,1 N sebanyak 23 ml untuk melakukan titrasi.

    5.3 CO Bebas

    1.   Nilai CO bebas dari air sungai adalah 17,6 mg/L.

  • 8/18/2019 KelasB2013 Labling1-Kel.12 AlkalinitasAsiditas

    23/23

    DAFTAR PUSTAKA

    Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

     Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

    Harizul,Rivai. 2002. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : Universitas Indonesia.

    http://analisisairdanmineralarmilah16.blogspot.com/2015/03/penetapan-asiditas-

    dan-alkalinitas.html

    (diakses pada 29 maret 2015 pukul 12.43)

    https://elfianpermana010.wordpress.com/2013/05/14/hubungan-alkalinitas-

    dengan-parameter-lain/

    (diakses pada 29 maret 2015 pukul 12.45)

    https://jujubandung.wordpress.com/2012/06/08/parameter-fisika-kimia-biologi-

     penentu-kualitas-air-2/

    (diakses pada 29 maret 2015 pukul 12.21)

    http://www.o-fish.com/parameter_air.html. 

    (diakses pada 29 maret 2015 pukul 12.50)

    Ibnu,Sodiq. 2004. Kimia Analitik. Malang : JICA

    Khopkar,S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik . Jakarta : Universitas

    Indonesia Press 

    Lindu, Muhammad, Diana Hendrawan, Pramiati Purwaningrum, dan Fahima

    Hernita Sari. 2015. Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan I .

    Jakarta: Universitas Trisakti.

    Syafilia, Mindriany. 1994. Kimia Lingkungan I . Bandung : ITB.

    http://analisisairdanmineralarmilah16.blogspot.com/2015/03/penetapan-asiditas-dan-alkalinitas.htmlhttp://analisisairdanmineralarmilah16.blogspot.com/2015/03/penetapan-asiditas-dan-alkalinitas.htmlhttps://elfianpermana010.wordpress.com/2013/05/14/hubungan-alkalinitas-dengan-parameter-lain/https://elfianpermana010.wordpress.com/2013/05/14/hubungan-alkalinitas-dengan-parameter-lain/https://jujubandung.wordpress.com/2012/06/08/parameter-fisika-kimia-biologi-penentu-kualitas-air-2/https://jujubandung.wordpress.com/2012/06/08/parameter-fisika-kimia-biologi-penentu-kualitas-air-2/http://www.o-fish.com/parameter_air.htmlhttp://www.o-fish.com/parameter_air.htmlhttps://jujubandung.wordpress.com/2012/06/08/parameter-fisika-kimia-biologi-penentu-kualitas-air-2/https://jujubandung.wordpress.com/2012/06/08/parameter-fisika-kimia-biologi-penentu-kualitas-air-2/https://elfianpermana010.wordpress.com/2013/05/14/hubungan-alkalinitas-dengan-parameter-lain/https://elfianpermana010.wordpress.com/2013/05/14/hubungan-alkalinitas-dengan-parameter-lain/http://analisisairdanmineralarmilah16.blogspot.com/2015/03/penetapan-asiditas-dan-alkalinitas.htmlhttp://analisisairdanmineralarmilah16.blogspot.com/2015/03/penetapan-asiditas-dan-alkalinitas.html