Upload
bungabta
View
240
Download
16
Embed Size (px)
DESCRIPTION
KWN
Citation preview
Kelebihan dan Kekurangan Otonomi Daerah
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa Yunani, auto yang berarti sendiri
dannomous yang berarti hukum atau peraturan. Ada dua ciri hakikat dari otonomi yakni legal
self sufficiency dan actual independence. Dalam kaitannya dengan politik atau pemerintahan,
otonomi daerah berarti self government atau the condition of living under one’s own laws.
Jadi otonomi daerah adalah daerah yang memiliki legal self sufficiencyyang bersifat self
government yang diatur dan diurus oleh own laws. Karena itu otonomi daerah menitik
beratkan aspirasi daripada kondisi. Dari pemahaman tentang otonomi daerah tersebut, maka
otonomi daerah pada hakikatnya adalah hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu
daerah otonom. Hak tersebut bersumber dari wewenang pangkal dan urusan-urusan
pemerintah (pusat) yang diserahkan kepada daerah. Istilah sendiri dalam hak mengatur dan
mengurus rumah tangga merupakan inti keotonomian suatu daerah: penetapan kebijaksanaan
sendiri, pelaksanaan sendiri, maka hak itu dikembalikan kepada pihak yang memberi, dan
berubah kembali menjadi urusan Pemerintah pusat.
Berbicara otonomi daerah berarti berbicara tentang suatu spekrtum yang luas,
karena hampir semua bangsa di dunia ini menghendaki adanya otonomi, yaitu hak untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri tanpa adanya campur tangan dari intervensi
pihak lain. Karena itu akan keperluan otonomi bukan hanya sebatas pada pemerintah daerah
saja, tetapi juga pemerintah negara. Keperluan adanya otonomi dalam negara dilatarbelakangi
oleh pengalaman masa lalu, karena keberadaan negara hanya dianggap sebagai instrument
belaka dari kaum kapitalitas. Kondisi ini kemudian melahirkan konsepsi Marx
tentang Instrumental State. Demikian halnya negara-negara social yang menghendaki adanya
otonomi dari pengaruh partai politik (partai komunis) yang cendrung mengintervensi
kehidupan negara. Dalam hubungan ini Negara menhendaki otonomi untuk memperkecil dan
bahkan menghilangkan pengruh-pengaruh maupun intervensi kaum kapitalis atau sosialis.
Berbeda halnya dengan keperluan otonomi dalam pemerintahan lokal, yaitu untuk
memperbesar kewengan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri. Karena itu
keperluan otonomi pada tingkat lokal pada hakikatnya adalah untuk memperkecil intervensi
pemerintah pusat dalam urusan rumah yangga daerah. Dalam negara kesatuan otonomi
daerah itu diberikan oleh pemerintah daerah pusat, sedangkan pemerintah daerah hanya
menerima penyerahan dari pemerintah pusat. Berbeda halnya dengan otonomi daerah di
negara federal, yaitu otonomi daerah telah melekat pada negara-negara bagian, sehingga
urusan yang dimiliki oleh pemerintah federal pada hakikatnya adalah yang diserahkan oleh
negara bagian.
Konstelasi tersebut menunjukkan bahwa dalam negara kesatuan kecendrungan
kewenangan yang besar berada di central government, sedangkan dalam negara federal
kecendrungan kewenangan yang besar berada pada local government. Hal ini menyebabkan
pemerintah daerah dalam Negara kesatuan seperti Indonesia lebih banyak menggantungkan
otonominya pada political will pemerintah pusat, yaitu sampai sejauhmana pemerintah pussat
mempunyai niat baik untuk memperdayakan local government.melalui pemberian wewenagn
yang lebig besar.
Dengan demkian hubungan ini dikenal adanya otonomi daerah yang terbatas dan
otonomi daerah luas. Pada hakikatnya kedua bentuk otonomi tersebut hanya dibedakan oleh
kewenangan yang dimiliki, yaitu untuk daerah yang memiliki otonomi terbatas hanya
memiliki kewenangan yang relatif kecil, sedangkan daerah yang memiliki otonom yang laus
cenderung memiliki kewenangan yang besar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terkait dengan kelebihan dan kekurangan
otonomi daerah, maka masalah yang timbul dirumuskan berikut ini.
1. Apa yang menjadi maksud dan tujuan dari otonomi daerah?
2. Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan dari otonomi daerah?
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Maksud dan Tujuan Otonomi Daerah
Otonomi daerah, sebagai salah satu bentuk ‘desentralisasi’ pemerintahan, pada
hakikatnya ditujukan untuk memenuhi kapentingan bangsa secara keseluruhan, yaitu upaya
untuk lebih mendekati tujuan-tujuan penyelenggaraan pemerintahan untuk mewujudkan cita-
cita masyarakat yang labih baik, suatu masyarakat yang lebih adil dan lebih makmur.
Pemberian, pelimpahan, dan penyerahan sebagian tugas-tugas.
Keberadaan pembangunan daerah diarahkan untuk memacu pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka kesejahteraan rakyat, mengalakkan prakarsa
dan peran aktif masyarakat serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara optimal
dan terpadu dalam mengisi otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung
jawab, serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Maksud dan tujuan pemberian otonomi daerah secara tegas digariskan dalam
GBHN adalah berorentasi pada pembangunan. Yang dimaksud dengan pembangunan adalah
pembangunan dalam arti luas, yang meliputi segala segi kehidupan dan penghidupan. Adlah
kewajiban bagi daerah untuk ikut melancarkan jalannya pembangunan sebagai sarana
mencapai kesejahteraan rakyat yang diterima dan dilaksanakan dengan penuh tanggung
jawab.
Berdasarkan pada ide yang hakiki dalam konsep otonomi daerah yang tercermin
dalam kesamaan pendapat dan kesepakatan the founding fathers tentang perlunya
desentralisasi dan otonomi daerah, ditegaskan bahwa tujuan pemberian otonomi kepada
daerag setidak-tidaknya akan meliputi 4 aspek sebagai berikut:
1) Dari segi politik adalah untuk mengikut sertakan, menyalukan inspirasi dan aspirasi
masyarakat, baik untuk kepentingan daerah sendiri, maupun untuk mendukung politik dan
kebijaksanaan nasional dalam rangka pembangunan dalam proses demokrasi di lapisan
bawah.
2) Dari segi menejemen pemerintahan, adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat
dengan memperluas jenis-jenis pelayanan dalam berbagai bidang kebutuhan masyarakat.
3) Dari segi kemasyarakatan, untuk meningkatkan partisipasi serta menumbuhkan kemandirian
masyarakat, dengan melakukan usaha pemberdayaan (empowerment)masyarakat, sehingga
masyarakat semakin mandiri, an tidak terlalu banyak tergantung pada pemberian pemerintah
serta memiliki daya saing yang kuat dalam proses penumbuhanya.
4) Dari segi ekomonomi pembangunan, adalah untuk melancarkan pelaksanaan program
pembangunan guna tercapainya kesejahteraan rakyat yang semakin meningkat.
2.2 Keuntungan dan Kekurangan Otonomi Daerah
Pada prinsipnya, kebijakan otonomi daerah dilakukan dengan mendesentralisasikan
kewenangan-kewenangan yang selama ini tersentralisasi di tangan pemerintah pusat. Dalam
proses desentralisasi ini, kekuasaan pemerintah pusat dialihkan dari tingkat pusat ke
pemerintahan daerah sebagaimana mestinya sehingga terwujud pergeseran kekuasaan dari
pusat ke daerah kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. Jika dalam kondisi semula arus
kekuasaan pemerintahan bergerak dari daerah tingkat pusat maka diidealkan bahwa sejak
diterapkannya kebijakan otonomi daerah itu, arus dinamika kekuasaan akan bergerak
sebaliknya, yaitu dari pusat ke daerah.
Kebijakan otonomi dan desentralisasi kewenangan ini di lihat sangat penting,
terutama untuk menjamin agar proses integrasi nasional dapat dipelihara dengan sebaik-
baiknya. Karena dalam sistem yang belaku sebelumnya sangat dirasakan oleh daerah-daerah
besarnya jurang ketidakadilan struktural yang tercipta dalam hubungan antara pusat dan
daerah-daerah. Untuk menjamin perasaan diberlakukan tidak adil yang muncul di berbagai
daerah Indonesia tidak makin meluas dan terus meningkat pada gilirannya akan sangat
membahayakan integrasi nasional, maka kebijakan otonomi daerah ini dinilah mutlak harus
diterapkan dalam waktu yang secepat-cepatnya sesuai dengan tingkat kesiapan da- erah
sendiri.
Dengan demikian, kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi kewenangan tidak
hanya menyangkut pengalihan kewenangan dari atas ke bawah, tetapi perlu juga diwujudkan
atas dasar prakarsa dari bawah untuk mendorong tumbuhnya kemandiriaan pemerintahan
daerah sendiri sebagai faktor yang menentukan keberhasilan kebijakan otonomi daerah itu.
Dalam kultur masyarakat Indonesia yang paternalistik, kebijakan desentralisasi dan otonomi
daerah itu tidak akan berhasil apabila tidak diimbangi dengan upaya sadar untuk membangun
keprakarsaan dan kemandirian daerah sendiri.
Beberapa keuntungan dengan menerapkan otonomi daerah dapat dikemukakan
sebagai berikut ini.
a. Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintahan.
b. Dalam menghadapi masalah yang amat mendesak yang membutuhkan tindakan yang cepat,
sehingga daerah tidak perlu menunggu intruksi dari Pemerintah pusat.
c. Dalam sistem desentralisasi, dpat diadakan pembedaan (diferensial) dan pengkhususan
(spesialisasi) yang berguna bagi kepentingan tertentu. Khususnya desentralisasi teretorial,
dapat lebih muda menyesuaikan diri pada kebutuhan atau keperluan khusu daerah.
d. Dengan adanya desentralisasi territorial, daerah otonomi dapat merupakan semacam
laboratorium dalam hal-hal yang berhubungan dengan pemerintahan, yang dapat bermanfaat
bagi seluruh negara. Hal-hal yang ternyata baik, dapat diterapkan diseluruh wilayah negara,
sedangkan yang kurang baik dapat dibatasi pada suatu daerah tertentu saja dan oleh karena itu
dapat lebih muda untuk diadakan.
e. Mengurangi kemungkinan kesewenang-wenangan dari Pemerintah Pusat.
f. Dari segi psikolagis, desentralisasi dapat lebih memberikan kewenangan memutuskan yang
lebuh beser kepada daerah.
g. Akan memperbaiki kualitas pelayanan karena dia lebih dekat dengan masyarakat yang
dilayani.
Di samping kebaikan tersebut di atas, otonomi daerah juga mengandung kelemahan
sebagaimana pendapat Josef Riwu Kaho (1997) antara lain sebagai berikut ini.
a. Karena besarnya organ-organ pemerintahan maka struktur pemerintahan bertambah
kompleks, yang mempersulit koordinasi.
b. Keseimbangan dan keserasian antara bermacam-macam kepentingan dan daerah dapat lebih
mudah terganggu.
c. Khusus mengenai desentralisasi teritorial, dapat mendorong timbulnya apa yang disebut
daerahisme atau provinsialisme.
d. Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama, karena memerlukan perundingan
yang bertele-tele.
e. Dalam penyelenggaraan desentralisasi, diperlukan biaya yang lebih banyak dan sulit untuk
memperoleh keseragaman atau uniformitas dan kesederhanaan.
BAB IIIPENUTUP
Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, terkait dengan kelebihan dan kekurangan otonomi
daerah, maka simpulan dapat diuraikan berikut ini.
1. Pemberian kewenangan yang seharusnya diberikan oleh pemerintah pusat kepada
pemerintaah daerah (hubungan kewenangan) adalah sebagai konsekuensi logis untuk
tercapainya maksud dan tujuan pemberian otonomi kepada daerah, serta untuk imbalan
terhadap kewajiban dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi
daerahnya.
2. a). Kelebihan dari Otonomi Daerah
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya otonomi daerah para pelaksana
tingkat daerah akan lebih mudah mengambil keputusan. Hal ini secara tidak langsung telah
mendidik para pengambil keputusan pada tingkat bawah untuk bertanggung-jawab atas
keputusan yang diambil. Selain itu, dengan adanya otonomi daerah akan terbangun kesadaran
publik bahwa mereka memiliki pemerintahan dan bukan pemerintahan yang memiliki
masyarakat, karena rakyat merupakan konsep kebangsaan, yaitu kedaulatannya berada di
tangannya.
b). Kekurangan dari Otonomi Daerah
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa permasalahan di seputar otonomi daerah yang
tidak kunjung selesai dan bahkan telah memunculkan ide beberapa daerah untuk melepaskan
diri dari wilayah Indonesia. Perimbangan keuangan antara pusat dan daerah dinilai kurang
adil pembagiannya, karena ternyata daerah hanya memperoleh sebagian kecil dari potensi
yang dimilikinya. Di sisi lain pemerintah daerah juga diperhadapkan pada berbagai
tantangan baik internal maupun eksternal. Tantangan internal yang dihadapi oleh pemerintah
antara lain adalah lemahnya sumber daya aparatur pemerintah daerah, sementara masyarakat
telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga tuntutan terhadap pengelolaan
pemerintahan daerah yang sangat demokratis akan mewarnai perjalan pemerintahan itu
sendiri. Sedangkan secara eksternal pemerintah daerah diberhadapkan pada arus perubahan
yang semakin cepat dan mengglobal yang harus direspons oleh pemerintah daerah..
Saran
Berdasarkan bahasan pada paparan tersebut, adapun saran terhadap keuntungan dan
kekurangan otonomi daerah, yaitu berkaitan dengan hal-hal yang dibutuhkan untuk
keberhasilan otonomi daerah adalah perlu kepemimpinan yang kuat pada tingkat pertama
dengan visi yang jelas. Selain itu otonomi daerah memerlukan profesionalisme dalam
pemerintahan serta memerlukan solidaritas kolektif antara aparatur dengan sektor
masyarakat, swasta maupun kelompok sosial budaya.
Selain itu di sisi lain, berbagai masalah dan tantangan tersebut tidak dapat dihindari
oleh pemerintah daerah di Indonesia masa depan. Karena itu, agar menjaga pemerintah
daerah tetap eksis dan survive dalam kompetisi global, maka tidak ada jalan lain selain harus
melakukan reformasi. Reformasi pemerintah daerah dalam memasuki abad 21 mempunyai
makna perubahan dan pembaruan atas berbagai kelemahan yang menimbulkan permasalahan-
permasalahan masa lalu dan juga sebagai langkah antisipatif dalam menghadapi tuntutan
perubahan global yang sarat dengan berbagai tantangan yang kesemuanya menunjukkan
adanya arus balik kekuasaan pusat ke daerah. Karena itu, salah satu sasaran reformasi
pemerintah daerah adalah untuk membentuk organisasi pemerintah daerah yang mampu
menjawab permasalahan yang terjadi selama ini dan juga mampu memenuhi tuntutan
perubahan global.
DAFTAR PUSTAKA
Marbun, BN. Otonomi Daerah 1945-2005. Jakarta: CV Muliasari, 2005.
Mughni, A. Syafig. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Papringan Yogyakarta, 2007.
Sarundajang, SH. Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999.
Widjaja, AW. Titik Berat Otonomi. Jakarta: CV Rajawali, 1992.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
OTONOMI DAERAH
Oleh:
YETTI HIDAYATILLAH
NIM. 07350007
JURUSAN CIVIC HUKUMFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2009KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah dengan judul, “Kelebihan dan
Kekurangan Otonomi Daerah”, dapat terselesaikan. Sholawat serta salam selalu terlimpah
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta sahabat-sahabat-Nya yang telah membawa
kita dari zaman jahiliah ke alam yang terang-menderang seperti sekarang ini.
Selama penyusunan makalah ini, bantuan dari berbagai pihak sangat besar sekali
artinya bagi penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. Rohmad Widodo M.Si., selaku Ketua Jurusan Civic Hukum dan Dosen
pembimbing yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam penyusunan makalah ini.
2. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan doa restu dan segalanya yang begitu
berarti bagi penulis, sehingga terselesaikannya penyusunan makalah ini.
3. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, yang tiada
bosan-bosannya memberikan pendapat dan saran, sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.
4. Semua lembaga dan orang-orang yang telah membantu dan memberikan semangat
pada penulis, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca, tentang
“Kelebihan dan Kekurangan Otonomi Daerah, yang keberadaannya di arahkan untuk
memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Kritik dan saran sangat dibutuhkan agar penyusunan makalah ini
menjadi lebih baik.
Malang, 18 Maret 2009
PenulisDAFTAR ISI
HALAMAN COVER . ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3
2.1 Maksud dan Tujuan dari Otonomi Daerah ................................. 3
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Otonomi Daerah ............................. 4
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 7
3.1 Simpulan ..................................................................................... 7
3.2 Saran ........................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA