31
ADAPTASI FISIOLOGIS PADA NEONATUS Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, Anak Prasekolah Dosen : SITI AMINAH WALUYO Spd, Mkes Disusun Oleh : Amanda Putri Asri Lestari Intan Rosyanti Randina Muthiah Retno Safitri Utami ii

kelompok 1 adaptasi fisiologis neonatus.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kelompok 1 adaptasi fisiologis neonatus.doc

Citation preview

Page 1: kelompok 1 adaptasi fisiologis neonatus.doc

ADAPTASI FISIOLOGIS PADA NEONATUS

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan

Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, Anak Prasekolah

Dosen : SITI AMINAH WALUYO Spd, Mkes

Disusun Oleh :

Amanda Putri

Asri Lestari

Intan Rosyanti

Randina Muthiah

Retno Safitri Utami

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA IJURUSAN KEBIDANAN

Jalan RS. Fatmawati, Cilandak-Jakarta SelatanTelp/Fax. 021-7656536

TAHUN 2013

ii

Page 2: kelompok 1 adaptasi fisiologis neonatus.doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ADAPTASI FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR”. Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak pra sekolah Politeknik Kementerian Kesehatan Jakarta 1.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan keterbatasan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi mahasiswa Politeknik Kementerian Kesehatan Jakarta 1 sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.

Penulis,

ii

Page 3: kelompok 1 adaptasi fisiologis neonatus.doc

DAFTAR ISI

Table of Contents

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................................3

1.1 PENDAHULUAN..................................................................................................................................3

1.2 TUJUAN PENULISAN..........................................................................................................................4

1.2.1 Tujuan Umum......................................................................................................................4

1.2.2 Tujuan Khusus......................................................................................................................4

1.2.3 Manfaat...............................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................................5

Penyesuaian pada bayi baru lahir............................................................................................................5

Sistem pernapasan..............................................................................................................................6

Sistem Imun.........................................................................................................................................9

System thermoregulasi......................................................................................................................12

Perubahan Pada Sistem Sirkulasi.......................................................................................................13

Sistem Pencernaan Neonatus............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................24

ii

Page 4: kelompok 1 adaptasi fisiologis neonatus.doc

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 PENDAHULUAN

Bayi baru lahir adalah usia bayi semenjak 0-28 hari atau satu bulan. Kelahiran seorang

bayi adalah peristiwa yang besar untuk si bayi, karena harus segera menyesuaikan diri dengan

dunia luar. Pada masa ini, organ bayi mengalami penyesuaian dengan keadaan diluar kandungan,

dan inilah yang diperlukan untuk kehidupan selanjutnya. Kalau saat-saat ini gagal atau tidak

sempurna maka kelanjutannya bayi terancam kelangsungan hidupnya. Resiko kematian pada

jam-jam pertama itu lebih besar dari pada saat sehari sesudahnya, seminggu sesudahnya, apalagi

setahun setelahnya. Organ-organ mengalami proses pematangan. karena itu masa itu sangat peka,

dan bila tidak dilalui dengan baik, akan pula membahayakan kelangsungan hidupnya. Karena itu

penting ditentukan pada bayi baru lahir: keadaan fisiknya, antara lain ditentukan oleh berat

badan, umur kehamilan bayi lahir, keadaan prenatalnya. Bayi perlu mendapatkan pemeriksaan

pertamanya sesudah ia mengalami proses adaptasi pada awal kelahirannya diluar kandungan ibu.

Juga perlu diperiksa kemampuannya menerima rangsangan.

Sebagai seorang tenaga kesehatan, bidan harus mampu memahami tentang beberapa

adaptasi atau perubahan fisiologi bayi baru lahir (BBL). Hal ini sebagai dasar dalam memberikan

asuhan kebidanan yang tepat. Setelah lahir, BBL harus mampu beradaptasi dari keadaan yang

sangat tergantung (plasenta) menjadi mandiri secara fisiologi. Setelah lahir, bayi harus

mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi per

oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan

setiap penyakit /infeksi.

iv

Page 5: kelompok 1 adaptasi fisiologis neonatus.doc

1.2  TUJUAN PENULISAN

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran secara umum tentang adaptasi fisiologis bayi baru lahir dari

kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Untuk memahami apa itu adaptasi fisiologis bayi baru lahir dari intrauterin ke

ekstrauterin.

b. Untuk mengetahui apa saja perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir dari

intrauterin ke ekstrauterin.

c. Untuk memahami tentang bayi baru lahir serta gangguan yang mungkin terjadi pada bayi

baru lahir.

1.2.3 Manfaat

a. Mampu memahami apa itu adaptasi fisiologis bayi baru lahir dari intrauterin ke

ekstrauterin.

b. Mampu mengetahui apa saja perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir dari

intrauterin ke ekstrauterin.

c. Mampu memahami tentang bayi baru lahir serta gangguan yang mungkin terjadi pada

bayi baru lahir.

ii

Page 6: kelompok 1 adaptasi fisiologis neonatus.doc

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyesuaian pada bayi baru lahir

Dalam uterus semua kebutuhan janin secara sempurna dilayani pada kondisi normal yaitu :

1. Nutrisi dan oksigen disuplai oleh sirkulasi ibu melaui plasenta

2. Produk buangan tubuh dikeluarkan dari janin melalui plasenta

3. Lingkungan yang aman disekat oleh plasenta, membrane dan cairan amnion untuk

menghindari syok dan truma, infeksi dan perubahan dalam temperature

Perubahan fisiologis yang menonjol yang diperlukan pada bayi baru lahir adalah

peralihandari sirkulasi plasenta atau janin ke pernapasan sendiri. Kehilangan hubungan plasenta

berarti kehilangan penopang metabolis seluruhnya, terutama suplai oksigen dan pelepasan

karbondioksida. Stress persalinan yang normal menimbulkan perubahan pola pertukaran gas

plasenta, keseimbangan asam basa dalam darah dan aktifitas normal ini meningkatkan asfiksia

janin (suatu kondisi hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis) akan mempengaruhi penyesuaian

janin ke kehidupan diluar uterus.

Pada saat bayi lahir, perubahan fisiologis telah terjadi dengan tujuan untuk memfasilitasi

peyesuaian pada kehidupan diluar uterus. Penyesuaian bayi baru lahir yang utama adalah sebagai

berikut :

1. Memulai dan memelihara pernapasan paru-paru

2. Memulai perubahan sirkulasi dengan tujuan untuk memastikan oksigenasi yang kuat

pada seluruh tubuh.

3. Kemampuan untuk mengatur temperature tubuh

4. Kemampuan mencerna, mempertahankan dan mengabsorbsi zat makanan melalui

saluran pencernaan.

5. Kemampuan untuk mengeliminasi semua sisa-sisa buangan tubuh

6. Kemampuan untuk mempertahankan semua fungsi pada sistem tubuh

7. Kemampuan untuk melindungi tubuh terhadap penyakit

vi

Page 7: kelompok 1 adaptasi fisiologis neonatus.doc

2.1.1 Sistem pernapasan

Penyesuaian yang paling kritis dan segera terjadi yang dialami bayi baru lahir adalah

penyesuain sistem pernapasan. Udara harus diganti oleh cairan yang mengisi saluran pernapasan

sampai alveoli. Dari cairan menuju udara bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya.

Pada saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar

dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan secara sectiocesaria kehilangan keuntungan dari

kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama.

Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus

BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan

darah.

Awal adanya napas

 Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :

1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang

merangsang pusat pernapasan di otak.

2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama

persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis.

Interaksi antara sistem pernapasan,kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan

pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan

untuk kehidupan.

3) Penimbunan karbondioksida (CO2).

Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang

pernapasan.Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernapasan janin, tetapi

sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan

janin.

4) Perubahan suhu.

Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.

 

Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas. Upaya pernapasan pertama seorang bayi

berfungsi untuk :

1) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru

2) Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.

ii

Page 8: kelompok 1 adaptasi fisiologis neonatus.doc

Selama kehidupan dalam uterus, janin tidak membutuhkan paru-paru untuk mendapatkan

oksigen, karena oksigen didapat dari darah ibu dengan cara sirkulasi plasenta. Bagaimanapun,

jauh sebelum lahir, mekanisme bernapas telah dibentuk. Kuncup paru-paru janin mulai terbentuk

pada usia kehamilahn 4 mgg, maka pada saat ini gerakan prapernapasan telah dimulai.

Pembentukan cabang terus berlangsung. Dari buan ke enam, lobulus berkembang menjadi duktus

alveolus dan duktus berkembang menjadi sakus alveolus yang menjadi alveoli sebenarnya pada

bulan ke 2 kahidupan setelah lahir.

Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin /sfingomielin)

yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu

kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu

kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu

untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.Tidak adanya

surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit

bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan

glukosa.Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah

terganggu.

Karena sakus alveolus berkembang, epitel yang membatasi sakus tersebut menipis.

Kapiler-kapiler paru menekan dinding sakus karena paru-paru dipersiapkan untuk pertukaran

oksigen dan karbondioksida, menjelang akhir bulan ke-6 kehamilah. Selama minggu terakhir

kehamilan, paru-paru mengeluarkan surfaktan yang mencegah sakus alveolus kolaps selama

ekspirasi, menyebabkan atelektasis (dalam keadaan kolaps) di antara gangguan-gangguan lain.

Pada saat lahir, oksigen dari plasenta terputus, terbentuk karbondioksida dalam darah bayi, dan

bayi secara tiba-tiba terpapar pada lingkungan yang mengejutkan. Sebagai respon bayi berupaya

untuk bernapas pertama kali, mengisi paru-paru dengan udara dan dibantu dengan menangis

pada saat ekspirasi pertama.

Lendir dan cairan amnion harus dibuang dari jalan udara sehiingga bayi tidak akan

mengaspirasi cairan dan lendir tersebut. Selama minggu pertama kecepatan pernapasan mungkin

tidak teratur karena imaturitas pusat pernapsan dalam otak. Kecepatannya harus tidak dibawah

viii

Page 9: kelompok 1 adaptasi fisiologis neonatus.doc

30 atau meningkat diatas 60. Pernapsan abdomen adalah normal. retraksi sternum dan

pernapasan dada serta sionasis adalah tidak normal dan menandakan dispneau.

Fisiologi dan kebutuhan bayi baru lahir:

Keadaan hipoksik dalam uterus sering menyebabkan terjadinya komplikasi pada saat

awal dan pemeliharaan pernapasan. Sebelum setiap kelahiran, semua paralatan

diperlukan untuk mengatasi asfiksia seharusnya dalam keadaan sudah tersedia dan siap

pakai. Ibu dan janin selama kelahiran dan bayi baru lahir semuanya memerlukan

penatalaksanaan optimal dengan tujuan untuk memfasilitasi permulaan atau inisiasi dan

pemeliharaan pernapasan normal.

Penanganan yang hati-hati adalah penting karena otot bayi baru lahir belum

berkembang dengan baik dan sangkar iga masih lunak dan mudah terkompresi dan oleh

karena itu, kandungan atau isinya mudah rusak. Selain itu membrane mukosa sangat

lembut dan mudah menimbulkan trauma dan kapiler-kapiler rapuh sehingga tindakan

mensuction pasase atau aliran udara seharusnya dilakukan dengan sangat hati-hati.

Setelah lahir, bayi seharusnya diobservasi dengan sangat hati-hati selama sekurang-

kurangnya 24 jam. Bayi baru lahir bernapas melalui hidung dan adanya beberapa

obstruksi hidung seperti mucus atau lendir dan bahkan kematian.

2.1.2 Sistem Peredaran Darah

Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.

Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam sistem pembuluh darah:

1.   Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.

2.   Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh  darah paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume  darah

ii

Page 10: kelompok 1 adaptasi fisiologis neonatus.doc

dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, foramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri, foramen avali secara fungsional akan menutup.

Perbedaan sirkulasi darah janin dan bayi

Sistem sirkulasi janin

Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatica meninggalkan hepar dan mengambalikan darah ke vena cava inferior. 

Ductus venosus : adalah cabang-cabang dari vena umbilicalis dan mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.

Vena cava inferior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstermitas superior ke atrium dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena cava inferior melewati vulvula tricuspidalis masuk ke dalam venriculus dexter.

Arteri pulmonalis : mengalirakan darah campuran ke paru-paru yang nonfungsional masuk ke dalam venriculus dexter.

Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari vena venticulus dexter ke dalam aorta descendens untuk memasok darah bagiabdomen, pelvis dan ekstermitas inferior.

Arteri hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna,membawa darah kembali ke plasenta dengan mengandung lebih banyak oksigen dan nutrien yang di pasok dari peredaran darah maternal.

Sirkulasi darah janin

Darah yang kaya oksigen dan nutrisi yang berasal dari plasenta melalui vena umbilicalis masuk ke dalam tubuh janin. Sebagian besar darah tersebut melewati duktus venosus arantii mengalir ke vena kava inferior. Dalam atrium dekstra sebagian darah akan mengalir ke atrium sinistra malalui foramen ovale, dar atrium sinistra darah mengalir ke ventrikel kiri kemudian ke aorta.

Sebagian kecil darah dari atrium kanan mengalir ke ventrikal kanan bersama dengan darah yang berasal dari vena kava superior. Karena terdapat tekanan pada paru-paru yang belum berkembang maka darah yang seharusnya dari ventrikal kanan melalui arteri pulmonalis ke paru-paru akan mengalir ke aorta melalui duktus botalli. Sebagian kecil akan ke paru-paru, selanjutnya ke atrium sinistra melalui vena pulmonalis. Darah dari aorta akan mengalir ke seluruh tubuh. Darh hasil sisa pembengkakandialirkan ke plasenta dengan 2 arteri umbilikalis.

x

Page 11: kelompok 1 adaptasi fisiologis neonatus.doc

Ketika janin lahir, bayi akan menangis kuat dan menghirup udara maka paru-paru akan berkembang, tekanan dalam paru-paru akan mengecil dan seolah darah terhisap ke paru-paru maka duktus batolli tidak berfungsi lagi. Karena tekanan dalam atrium kiri meningkat, foramen ovale akan ertutup, dan akibat tali pusat dipotong dan diikat maka arteri umbilikalis dan duktus venosus arentii mengalami obiliterasi.

Perubahan pada saat lahir

Perubahan Sirkulasi Fetal Waktu Lahir

a. Hilangnya aliran darah dalam jumlah besar melalui plasenta.

Sebenarnya hal ini meningkatkan tekanan aorta serta tekanan atrium kiri.

b. Tahapan vaskular paru sangat menurun.

Sebagai akibat dari pengembangan paru-paru. Pada janin yang tidak mengembang,

pembuluh darah tertekan karena volume paru yang kecil. Segera setelah

mengembang, pembuluh darah tersebut tidak lagi tertekan dan tahanan terhadap

aliran darah berkurang.

c.  Penutupan foramen ovale

Tekanan atrium kanan yang rendah dan tekanan atrium kiri yang tinggi, secara

sekunder akan berpengaruh terhadap perubahan tahanan paru dan sistem waktu

lahir sehingga menyebabkan kecenderungan darah mengalirkan balik dari atrium

kiri ke atrium kanan bukan sebaliknya,seperti yang terjadi dalam kehidupan fetal.

Akibatnya katup kecil yang terletak diatas foramen ovale pada sisi kiri septum

atrium menutup lubang tersebut karena hal tersebut dapat mencegah aliran lebih

lanjut.

d.  Penutupan duktus arteriosus

Efek yang sama terjadi dalam hubungannya dengan duktus arteriosus karena

meningkatkan tahanan pada paru dan mengurangi tahanan pada arteri pulmonalis.

Sebagai akibatnya, segera setelah lahir, darah mulai mengalir balik dari aorta ke

arteri pulmonalis bukan dengan arah sebaliknya dari aorta seperti kehidupan fetal.

Akan tetapi, hanya setelah beberapa jam dinding otot duktus arteriosus

mengadakan kontraksi nyata, dan dalam 8 hari kontraksi cukup untuk

menghentikan aliran darah. Hal ini dinamakan penutupan fungsional duktus

ii

Page 12: kelompok 1 adaptasi fisiologis neonatus.doc

arteriosus. Kemudian, terkadang selama bulan ke-2 kehidupan, biasanya duktus

arteriosus tertutup secara anatomi oleh pertumbuhan jaringan fibrosa.

2.1.3 Sistem Gastrointestinal

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan

mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan

(pengunyahan,penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang dari

mulai mulut (oris) sampai anus. Bayi Baru Lahir (BBL, newborns) harus memulai untuk

memasukkan, mencerna dan mengabsrobsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah

melakukan fungsi ini (Gorrie, et al., 1998).

Faktor Yang Berperan dalam Sistem Pencernaan Neonatus

a.   Organ Pencernaan

Susunan saluran pencernaan terdiri dari:

-       Oris (mulut) -Usus besar

-       Faring -Rektum

-       Esofagus (kerongkongan) -Anus

-       Usus halus

b.   Pembentukan enzim sistem pencernaan pada neonatus

xii

Page 13: kelompok 1 adaptasi fisiologis neonatus.doc

Enzim-enzim penting untuk mencerna karbohidrat, protein, dan lemak sederhana ada pada

minggu ke-36-38 usia gestasi. Bayi baru lahir cukup bila mampu menelan, mencerna,

memetabolisme dan mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana serta mengemulsi lemak

(Jensen et al., 2004). Amilase pankreas mengalami defisiensi selama 3-6 bulan pertama setelah

lahir. Sebagai akibat, BBL tidak bisa mencerna jenis karbohidrat yang kompleks seperti yang

terdapat pada sereal. Kolostrum terutama kaya akan amilase mamaria. Perkembangan aktifitas

laktase berlangsung relatif lambat dan mencapai tingkat adekuat pada usia gestasi 36 minggu,

namun banyak bayi prematur dapat mencerna laktosa dengan memuaskan karena laktosa yang

diserap dapat dicerna oleh bakteri kolon menjadi asam lemak rantai pendek, yang kemudian

dapat diserap sehingga energi dapat diselamatkan. Selain itu BBL juga mengalami defisiensi

lipase pankreas. Lemak yang ada di dalam Asi lebih bisa dicerna dan lebih sesuai untuk bayi dari

pada lemak yang terdapat pada susu formula ( Gorrie, et al., 1998).

Usus bayi baru lahir relative tidak matur. Sistem otot yang menyusun organ tersebut lebih

tipis dan kurang efisien dibandingkan pada orang dewasa sehingga gelombang peristaltic tidak

dapat diprediksikan. Lipatan dan vili dinding usus belum erkembang sempurna. Sel epitel yang

melapisi usus halus bayi baru lahir tidak berganti dengan cepat sehingga meningkatkan absorbs

yang paling efektif. Awal pemberian makan oral menstimulasi lapisan usus agar matur dengan

meningkatkan pergantian sel yang cepat dan produk enzimmikrovilus, seperti amylase, tripsin,

dan lipase pancreas. Dukungan bidan untuk pemberian makan segera pada bayi baru lahir

membantu maturasi kemampuan usus halus ini.

c. Adaptasi fisiologis sistem pencernaan neonatal

Intrauteri

Janin mulai menunjukkan aktifitas gerakan menelan sejak usia gestasi 14 minggu. Gerakan

menghisap aktif tampak pada 26-28 minggu. Cairan empedu mulai diproduksi sejak akhir

trimester pertama, diikuti dengan seluruh enzim-enzim pencernaan lainnya. Proses pencernaan

belum terjadi secara aktif (inaktif). Kebutuhan janin akan nutrisi tidak dipenuhi dengan sistem

pencernaannya tetapi diperoleh dari plasenta. Refleks makan pada janin didalam kandungan

sudah mulai terlihat dari kegiatan menelan amnion dan menghisap. Mekonium, isi yang utama

terutama pada saluran pencernaan janin, tampak mulai usia 16 minngu, mekonium tidak

dikeluarkan selama janin berada didalam uterus (tidak terjadi proses defekasi) hanya urin

ii

Page 14: kelompok 1 adaptasi fisiologis neonatus.doc

mekonium karena peristaltik belum aktif kecuali pada fetal distres. Pada janin yang mengalami

fetal distres, terjadi penekanan pada abdomen dan spingter anal mengalami relaksasi sehingga

mekonium yang tersimpan dalam usus keluar dan bercampur air ketuban. Enzim-enzim penting

untuk mencerna karbohidrat, protein, dan lemak sederhana ada pada minggu ke-36-38 usia

gestasi sudah mulai dibentuk untuk mempersiapkan kelahiran (kehidupan janin ekstrauterin).

Oksigenasi janin utama tetap berasal dari sirkulasi maternal-fetal melalui plasenta dan tali pusat.

Ekstrauterine

Neonatus aterm mampu mencerna dan menyerap susu dari lahir. Faktor pertumbuhan

spesifik-spesies di air susu penting untuk mendorong perkembangan pencernaan pasca natal.

Usus neonatus memiliki kapasitas pencernaan dan penyerapan yang imatur tetapi terdapat

sejumlah mekanisme kompensasi, terutama untuk bayi yang medapat air susu ibu (Lebenthal &

Leung, 1988). Spingter cardiac antara esophagus dan lambung pada neonatus masih immature

(Olds, et al., 1980), mengalami relaksasi sehingga dapat menyebabkan regurgitasi makanan

segera setelah diberikan (Gorrie, et al., 1998). Regurgitasi juga dapat terjadi karena kontrol

persarafan pada lambung belum sempurna (Olds, et al., 1980).

Saat lahir kapasitas lambung BBL sekitar 6 ml/kg BB, atau rata-rata sekitar 50-60 cc, tetapi

segera bertambah sampai sekitar 90 ml selama beberapa hari pertama kehidupan. Lambung akan

kosong dalam 3 jam (Olds, et al., 1980) untuk pemasukan makanan dan kosong sempurna dalam

2 sampai 4 jam. (Gorrie, et al., 1998).

BBL mempunyai usus yang lebih panjang dalam ukurannya terhadap besar bayi dan jika

dibandingkan dengan orang dewasa. Keadaan ini menyebabkan area permukaan untuk absorbsi

lebih luas (Gorrie, et al., 1998).

Bising usus pada keadaan normal dapat didengar pada 4 kuadran abdomen dalam jam

pertama setelah lahir akibat bayi menelan udara saat menangis dan system saraf simpatis

merangsang peristaltic (Simpson & Creehan, 2001).

Saat lahir saluran cerna steril. Sekali bayi terpapar dengan lingkungan luar dan cairan mulai

masuk, bakteri masuk ke saluran cerna. Flora normal usus akan terbentuk dalam beberapa hari

pertama kehidupan (Gorrie, et al., 1998) sehingga meskipun saluran cerna steril saat lahir, pada

kebanyakan bayi bakteri dapat dikultur dalam 5 jam setelah lahir. Bakteri ini penting untuk

pencernaan dan untuk sintesa vitamin K (Olds, et al., 1980).

xiv

Page 15: kelompok 1 adaptasi fisiologis neonatus.doc

Refleks Makan

Sejak lahir, seorang bayi normal dapat menghisap dari puting payudara, menyalurkan air

susu ke bagian belakang mulut dan menelannya selama 5-10 menit sambil bernafas normal.

Terdapat program reflek dan perilaku bawaan, yang menjadi semakin jelas dalam sekitar satu

jam setelah persalinan, termasuk kemampuan bergerak dari perut ibu ke payudara, aktifitas

tangan terkoordinasi, gerakan mencari puting payudara, melekat kepayudara, dan makan secara

rakus sebelum bayi tidur.

Sentuhan pada langit-langit memicu reflek menghisap. Neonatus memperlihatkan kerja

rahang ritmik, yang memicu tekanan negatif dan kerja peristaltik lidah dan rahang memeras air

susu dari payudara dan memindahkannya kekerongkongan yang kemudian memicu reflek

menelan. Pada neonatus normal, refleks menyusu ini kuat saat lahir dan sudah tampak pada bayi

premature sejak usia sekitar 32 minggu (sekitar 1200g). Bayi yang sangat prematur dan mereka

yang beresiko sakit atau berat lahirnya sangat rendah memperlihatkan penurunan yang mencolok

atau tidak adanya refleks. Bayi lain yang mengalami masalah makan misalnya mereka mengidap

gangguan fisik misalnya bibir atau langit-langit sumbing dan mereka yang terkena sedasi atau

analgesia obstetrik atau stres berat saat persalinan.

Reflek menghisap dan menelan dibantu oleh konfigurasi morfologis mulut neonatus yang

khusus, langit-langit lunaknya secara proporsional lebih panjang. Neonatus juga memiliki refleks

ekstrusi sebagai respon terhadap adanya bahan padat atau setengah padat didalam mulutnya.

Refleks ini hilang pada usia 4-6 bulan dan diganti oleh suatu pola gerakan menggigit ritmik yang

bersamaan dengan tumbuhnya gigi pertama pada usia 7-9 bulan.

        Defekasi

Feses pertama yang dieksresi oleh bayi disebut mekonium, berwarna gelap, hitam kehijauan,

kental, konsistensinya seperti aspal, lembut, tidak berbau, dan lengket. Pengeluaran mekonium,

suatu campuran mukus, sel epitel, asam lemak, dan pigmen empedu (yang menyebabkan warna

khas hitam kehijauan).

Mekonium berasal dari:

1. Sel-sel mukosadinding saluran cerna yang mengalami deskuamasi dan rontok

ii

Page 16: kelompok 1 adaptasi fisiologis neonatus.doc

2. Cairan/enzim yang disekresi sepanjang saluran cerna,mulai dari saliva sampai enzim-enzim

pencernaan

3. Cairan amnionyang diminum janin, yang kadang juga mengandung lanugo dan sel-sel dari

kulit janin atau membran amnion yang rontok.

Feses mekonium pertama biasanya keluar dalam 24 jam pertama setelah lahir. Jika tidak

keluar dalam 36-48 jam, bayi harus diperiksa patensi anus, bising usus dan distensi abdomen dan

dicurigai kemungkinan obstruksi (Gorrie, et al., 1998 & Simpson & Creehan, 2001).

Tipe kedua feses yang dikeluarkan oleh bayi disebut feses transisional, bewarna coklat

kehijauan dan konsistensinya lebih lepas dari pada feses mekonium. Feses ini merupakan

kombinasi dari mekonium dan feses susu. Keadaan feses selanjutnya sesuai tipe makanan yang

didapat oleh bayi (Gorrie, et a., 1980).

Kolon pada bayi baru lahir kurang efisien menyimpan cairan dari pada kolon orang dewasa

sehingga bayi baru lahir cenderung mengalami komplikasi kehilangan cairan. Kondisi ini

membuat penyakit diare kemungkinan besar menjadi serius pada bayi muda.

Tabel berikut menjelaskan karaktertisik penting sistem pencernaan sebelum dan setelah lahir.

Aspek Intrauteri Ekstrauteri

Sistem Gastrointestinal

Relatif Inaktif (tidak ada makanan yang diterima melalui organ gastrointestinal)

Aktif(ada makanan yang masuk melalui organ gastrointestinal)

Reflek makan Sudah ada, bayi Menelan cairan amnion dan memperlihatkan gerakan menghisap

Ada dan semakin baik,Bayi sudah mampu mencerna dan mengeliminasi ASI atau susu formula

Refleks peristaltik dan Defekasi

Pada bagian bawah abdomen refleks peristaltik tidak aktif sehingga tidak terjadi pengeluaran mekonium. Kecuali pada fetal distres (air ketuban bercampur mekonium)

Pada bagian bawah abdomen peristaltik sudak aktif, sehingga bayi mengeluarkan feses. Tidak adanya feses dalam 48 jam pertama mengidikasikan obstruksi isi usus

Tabel 1. Karakteristik sistem pencernaan sebelum dan setelah kelahiran

2.1.4 System thermoregulasi

xvi

Page 17: kelompok 1 adaptasi fisiologis neonatus.doc

Thermogenesis berarti produksi panas (thermo = panas, genesis = asal usul). Setelah

pernapasan, pengaturan panas adalah hal yang paling penting untuk kelagsungan hidup bayi yang

baru lahir. Themperatur pada bayi pada saat lahir adalah sekitar tiga drajat lebih tinggi dari

ibunya. Namun, pada detik kedua, terdapat penurunan yang tajam dalam temperatur tubuh yang

dikeluarkan melalui konveksi, evaporasi, konduksi, dan radiasi.

Meskipun kemampuan bayi baru lahir untuk memproduksi panas adekuat, factor yang

mempengaruhi bayi baru lahir terdapat kehilangan panas yangn berlebihan. Pertama, area

permukaan yang besar pada bayi baru lahir memudahkan kehilangan panas ke lingkungan.

Factor kedua yang memperlambat penyimpanan panas tubuh adalah lapisan lemak subkutan

yang tipis pada bayi baru lahir. Factor ketiga adalah mekanisme untuk memproduksi panas pada

bayi baru lahir. Tidak seperti orang dewasa yang dapat memproduksi panas dengan cara

menggigil (shivering) bayi baru lahir yang kedinginan tidak dapat menggigil tetapi memproduksi

panas melalui non shivering thermogenesis atau NST (pengaturan panas tidak dengan cara

menggigil). NST diproduksi dengan menstimulasi respirasi seluler. Sumber thermogenesis yang

unik lainnya pada bayi baru lahir aterm (cukup bulan) adalah dengan adanya jaringan lemak

adipose coklat atau lemak coklat (brown fat) (blackborn, lepper, 1992) dan kemudian dibentuk

akibat peningkatan metabolism diotak, dijantung, dan dihati. Lemak cokelat terdapat dalam

cadangan permukaan, yaitu didaerah interscapula, sekitar leher dan diaksila, serta dibagian yang

lebih dalam, yaitu pintu masuk toraks, disepanjang kolumna vertebralis dan disekitar ginjal.

Lokasi lemak cokelat bisa menjelaskan mengapa bagian tengkuk leher sering terasa lebih hangat

dari pada bagian tubuh lainnya dan lemak coklat dapat mempengaruhi keakuratan pengukuran

temperatur aksila. Lemak cokelat memiliki vaskularisasi dan persyarafan yang lebiih kaya dari

lemak biasa.panas yang dihasilkan aktifitas lipid di dalam lemak cokelat dapat menghangatkan

bayi baru lahir dengan meningkatkan produksi panas sebesar 100%. Cadangan lemak cokelat ini

bertahan selama beberapa minggu setelah bayi baru lahir dan menurun dengan cepat jika terjadi

stress dingin (cold stress). Bayi premature memiliki cadangan lemak coklelat lebih sedikit pada

saat lahir.

ii

Page 18: kelompok 1 adaptasi fisiologis neonatus.doc

Fisiologis dan kebutuhan bayi bar lahir

1. Dalam situasi yang ideal, kecepatan produksi panas dan oleh adanya konsumsi oksigen

rendah dan hal ini memungkinkan energy diarahkan pada pertumbuhan. Pada keadaan

ini keseimbangan kehilangan panas ke produksi panas diatur oleh hipotalamus, yang

menyebabkan pembuluh darah perifer berkonstriksi untuk menghemat panas atau untuk

berdilatasi untuk meningkatkan kehilangan panas. Jika bayi dapat mempertahankan

themperatur 36.2-36.8oc, status thermoneutal telah tercapai.

2. Dalam berespon pada panas berlebihan atau over heating (themperatur kulit yang

terekspos pada 37-37.5oc), panas yang tidak cukup hilang melalui vasodilatasi dan

keringat yang terjadi pada bayi aterm, menyebabkan pendinginan karena evaporasi

yang cepat. Namun, bayi premature tidak dapat berkeringat dan maka dapat dengan

mudah menjadi overheated (sangat kepanasan).

3. Oleh karena itu, pada intinya bahwa bayi harus terjaga kehangatannya segera setelah

lahir (tetapi tidak terlalu panas) dan bahwa temperatur diukur dengan serig dalam 24

jam pertama untuk mengetahui dengan pasti apakah bayi mampu mempertahankan

panas tubuh. Bayi kemudian dikelola sedemikian rupa.

2.1.5 Sistem Imunnologi

Pada masa awal kehidupan janin, sel-sel yang menyuplai imunitas bayi sudah mulai

berkembang. Namun sel-sel ini tidak aktif selama beberapa bulan selama tiga bulan pertama

kehidupannya, bayi baru lahir dilindungi oleh kekebalan pasif yang diterima dari ibunya. Namun

bayi sangat rentan terhadap penyebaran mikroorganisme, oleh karena itu septicemia yang lebih

sering dialami bayi baru lahir. Maka dari itu penatalaksanaan dan asuhan pada bayi baru lahir

pada saat lahir dan setelah lahir bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi. Akan selalu

terdapat bahaya infeksi silang dikamar bersalin dan ruang perawatan bayi baru lahir. Oleh karena

itu seluruh staf harus menerapkan teknik anti-infeksi yang ketat, seperti sering cuci tangan yang

benar, membersihkan linen, peralatan makan dan lain-lain.

Imunoglobulin meningkatkan imunitas pada janin dan bayi baru lahir. Imunoglobulin ini, merupakan tipe antibody yang disekresikan oleh limfosit dan sel-sel plasma dan ditemukan

xviii

Page 19: kelompok 1 adaptasi fisiologis neonatus.doc

dalam cairan ibu. Immunoglobulin yang ditemukan pada bayi adalah vaksin antibody IgG, IgM, IgA.

Imunoglobulin G(IgG)Janin memperoleh immunoglobulin G didalam uterus, karena berat molekul IgG kecil

maka mampu melintas dari ibu ke janin melalui plasenta. Jumlah IgG yang diterima oleh bayi

tergantung dari infeksi yang telah dilawan dari imunitas yang disusul ibunya, kuantitas dalam

system ibu dan usia kehamilan pada janin. Bayi yang premature kurang mendapatkan

perlindungan dari pada bayi yang cukup bulan. Lamanya imunitas sangat bervariasi dan dapat

berlangsung dari usia dari 1-4 bulan tergantung pada penyakit dan kuantitas IgG yang diterima.

Fraksi antibody ini terdapat pada semua cairan tubuh baik intravaskuler maupun ekstravaskuler.

Tipe imunitas seperti ini diistilahkan sebagai imunitas yang didapat secara pasif. Namun, segera

setelah lahir system imunologis bayi sendiri mulai membentuk IgG. Akan tetapi, sintesis

antibody aktif yang seharusnya terjadi setelah prosedur imunisasi dalam bebeapa bulan pertama

kehidupan bayi bisa terganggu dengan antibody IgG yang didapat secara pasif ini.

Yang termasuk fraksi antibody IgG yang memiliki transfer transplasenta yang baik adalah :

Virus : rubella measles, mumps, variola, dan poliomyelitis

Bakteri : pada diphteri dan tetanus dan antibodi anttistapilokokus

Yang termasuk fraksi antibody yang memiliki transfer transplasenta yang buruk dalah :

Virus, bakteri dan organisme-organisme lain : Haemophilis influenzae, bacillus pertusis,

striptokokus, dan organisme penyebab disentri.

Fraksi antobodi pada Escherichia coli tidak memiliki transfer pasif. Bayi mulai mensintesis IgG

dan mencapai sekitar 40% kadar IgG orang dewasa pada usia 1 tahun.

Imunoglobulin M (IgM)

Antibodi Imunoglobulin M, mempunyai berat molekul yang lebih besar dan oleh karena

itu, tidak mampu melintasi dari ibu ke janin melalui plasenta. Normalnya, bayi membentuk IgM

setelah lahir. Namun, IgM bisa ditemukan pada darah tali pusat jika ibu terkena infeksi selama

kehamilan dan janin juga terpengaruh kondisi ini. Antibodi IgM kemudian dibentuk oleh system

imunologis janin. Ini merupakan pemeriksaan yang sangat penting, karena darah tali pusat yang

ii

Page 20: kelompok 1 adaptasi fisiologis neonatus.doc

mengandung IgM terhadap organisme spesifik, mengindikasikan bahwa janin telah mendapatkan

infeksi dalam rahim dan oleh karena itu harus dilakukan pengobatan secara berturut-turut.

Beberapa kondisi dimana janin dapat berkontraksi dalam uterus dan yang menyebabkan

janin memproduksi IgM adalah:

Yang disebut dengan penyakit “TORCH” : Toxoplasmosis, Others: seperti sifilis, Rubella,

penyakit yang termasuk dalam Cytomegalic, Herpes.

Tipe antibodi ini terutama terdapat dalam aliran darah dan tipe imunitasnya dikenal sebagai

imunitas aktif.

Imunoglobulin A (IgA)

Imunoglobulin A tidak mampu melintas melalui plasenta, dan hanya diproduksi oleh

dalam bayi lahir dalam beberapa minggu pertama di dalam kehidupannya. Antibodi ditemukan

dalam aliran darah dan juga di dalam sekresi saluran pernapasan dan pencernaan. Fungsi sekresi

ini aktif dalam melawan beberapa virus, seperti poliomielitis dan juga melawan beberapa rantai

E.Coli. Tipe imunitas ini dikenal sebagai imunitas aktif yang di dapat secara alami.

Air Susu Ibu (ASI)

Semua tipe imunoglobulin diatas ditemukan didalam ASI. ASI juga mengandung

laktoferin dan transferin yang meningkatkan pertumbuhan flora usus yaitu laktobasilus.

Imunitas Bermediasi Sel

Alat imunitas lainnya pada bayi baru lahir adalah limfosit T dan B yang berasal dari

kelenjar timus dan yang melindungi melawan berbagai macam infeksi virus, jamur, dan basilus.

Limfosit T dan B ini tidak menjadi berfungsi sepenuhnya sampai beberapa minggu setelah lahir.

Pembentukan Genetik Umum

Sintesis imunoglobulin berhubungan dengan lokus gen pada kromosom X. Oleh karena

itu membuat bayi wanita dengan 2 kromosom X yang berasal dari setiap orang tuanya.

Sedangkan pada bayi laki-laki hanya 1 kromosom X yang berasal dari ibunya.

xx

Page 21: kelompok 1 adaptasi fisiologis neonatus.doc

DAFTAR PUSTAKA

Maryunani Anik, Nurhayati (2008). Asuhan Bayi Baru Lahir Normal, Jakarta: Trans Info Media

ii