Upload
phamhuong
View
329
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
KELUARGA SAKINAH DAN DZIKIR
(Studi Atas Peran Majelis Dzikir Al-Khidmah dalam
Pembentukan Keluarga Sakinah di Kabupaten Semarang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah dalam Hukum Islam
Oleh:
Khoirul Anam
NIM : 211 11 017
JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS SYARI'AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015
ii
iii
iv
v
MOTTO
“Barang siapa menginginkan kebahagiaan didunia maka haruslah dengan ilmu,
barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di akhirat haruslah dengann ilmu,
dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan
pada keduanya maka haruslah
dengan ilmu juga”
(HR. Ibnu as-Asakir)
Jadikanlah ilmu berguna bagi diri sendiri dan orang lain
Berjuang dan berkhidmah (melayani) di jalan kebajikan merupakan kunci
keberkahan hidup di dunia dan di akhirat (Khoirul Anam)
vi
PERSEMBAHAN
“Sebagai Ungkapan Rasa Syukurku dan tanda Bakti Kepada
Kedua Orang Tuaku”
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Pertama
Kedua orang tuaku tercinta Ibundaku “SUSILOWATI” dan Ayahandaku
“SURATMAN” yang senantiasa membimbing, mendorong, mendukung dengan penuh
kesabaran,
keikhlasan, kegigihan dan tidak henti-hentinya mendoakan
anak-anaknya supaya menjadi orang yang sholih,
bermanfaat bagi Agama, Nusa dan Bangsa.
Amiin Yaa Rabbal’alamiin.
Ke-dua
Kyai saya Simbah KH. Fachrur Rozi Midkhol, Abah KH. Saiful Hadi, AH. Simbah
Kyai Slamet Idris, Ustadz Asyiq Ma’ruf, Ustadz Nur Hudaya, Ustadz Farid Abdullah
dan Abah KH. Mudzakir AH. yang selalu
mendoakan dan mebemri nasihat-nasihat
yang Bermanfaat untuk saya.
Ke-tiga
Adikku tersayang SITI MUNAWAROH dan calon pendamping hidupku
yang ku sayang neng LAILA
yang ikut serta memberi dorongan, semangat dan doanya
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Ke-empat
Yang terakhir dan yang terspesial
Almamaterku Fakultas Syari’ah Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
atas segala limpahan nikmat, karunia, serta hidayah-nya. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa
terhaturkan dan tercurahkan kepada Khatamul Anbiya’ wal Mursalin (penutup
para Nabi dan Rasul) baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, shahabat
dan pengikutnya serta orang-orang yang mencintainya, hingga yaumil qiyamah.
Semoga kita semua, orang tua kita, keluarga kita, guru-guru kita diberi tetap Iman,
Islam, Ihsan, istiqamah dalam beribadah dan dibimbing oleh Allah SWT dan
pada akhirnya jika kita di panggil menghadap Allah SWT menetapi ‘ala ar-Ridha
wa khusnil khatimah. Amin yaa Rabbal ‘Alamiin.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Syari’ah Hukum Islam pada Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga. Berawal dari kebodohan dan keterbatasan, akhirnya
penulis dapan menyelesaikan skripsi yang berjudul “KELUARGA SAKINAH
DAN DZIKIR” (Studi Atas Peran Majelis Dzikir Al Khidmah dalam
Pembentukan Keluarga Sakinah di Kabupaten Semarang) dengan baik. Sebagai
hamba yang lemah dan banyak kesalahan, penulis menyadari bahwa dalam
viii
menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang ikut serta memberikan bantuan moril
maupun materil. Oleh karenanya dengan kerendahan hati perkenankan penulis
untuk menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi. M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga.
3. Bapak Syukron Makmun, S.HI., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ahwal Al-
Syakhshiyyah IAIN Salatiga.
4. Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag. yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesantunan, kesabaran, keikhlasan
dan kebijakan.
5. Ibu Evi Ariyani, SH., MH. selaku dosen Pembimbing Akademik selama
kuliah di jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah IAIN Salatiga yang selalu memberi
motivasi belajar bagi penulis.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh civitas akademika IAIN Salatiga terlebih
kepada dosen-dosen di jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah IAIN Salatiga yang
banyak berjasa kepada penulis.
7. Jama’ah Majelis Dzikir Al khidmah yang telah berkenan menjadi obyek
penelitian untuk penulisan skripsi ini. Terutama kepada pengurus dan
Jama’ah Al Khidmah Kabupaten Semarang dan sekitarnya.
8. Para Staff Perpustakaan IAIN Salatiga, PERSIPDA Kota Salatiga dan
perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, terima kasih atas bantuan
penyediaan buku-buku kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
ix
9. Pengelola beasiswa BIDIK MISI IAIN Salatiga Tahun 2011 yang telah
memberi kesempatan kepada saya mendapatkan beasiswa tersebut dan
semoga bermanfaat.
10. Secara khusus penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada
Ibundaku tercinta beliau ibu Susilowati dan ayahandaku beliau bapak
Suratman yang penulis mulayakan dan banggakan. Berkat kesabaran dan
ketulusan beliau dalam membimbing, memberi dukungan, pengorbanannya
serta tidak henti-hentinya selalu mendoakan setiap hari untuk anak-anaknya.
Penulis berharap semoga seluruh amal dan jerih payah beliau tercatat sebagai
amal sholih yang bisa mendapatkan ridho dari Allah SWT, dan bisa
menghantarkan keharibaan Allah SWT. Teruntuk kepada adikku tersayang
Siti Munawaroh, semoga kamu bisa menjadi kebanggaan kedua orang tua
yang selalu mendoakannya dan semoga menjadi anak yang sholihah. Amiin.
11. Pengasuh Pon-Pes Al-Faqih Kauman Selo Tawangharjo simbah KH. Fachrur
Rozi, Abah KH. Saiful Hadi. AH yang telah membimbing dan mengajarkan
ilmu-ilmunya, sehingga sekarang bermanfaat bagi penulis. kepada guru MTs
dan MA Diniyyah Sunniyyah Selo Ustadz Khumaidi yang berkenan
membiayai selama belajar dan selalu menasihatiku unuk menjadi orang yang
berguna bagi masyarakat. Tidak lupa juga kepada para sesepuh sekaligus
pengasuh Pon-Pes Al-Ishlah simbah Kyai Slamet Idris, simbah KH. Moh.
Zainal Abidin, Ustadz Asyiq Ma’ruf dan Ustadz Nur Hudaya, Ustadz Farid
Abdullah beserta keluarganya yang meberikan semangat belajar, mendoakan
dan memberikan bimbingannya untuk selalu menjadi insan yang berakhlak
x
mulia dan berkepribadian luhur. Semoga beliau-beliau diberi umur panjang,
berkah hidupnya, diberi kesabaran membimbing santri-santinya dan pada
akhirnya kelak jika sowan keharibaan Allah SWT menetapi Alar Ridha
wakhusnil khatimah, ma’anaili syafa’atil udzma mirrosulillahhi SAW. Amin.
12. Bapak M. Zaenuri selaku ketua Al Khidmah Kabupaten Semarang beserta
jajaran kepengurusan dan juga para jama’ah Majelis Dzikir Kabupaten
Semarang yang bersedia meberikan informasi, data-data dan arahan-
arahannya sehingga mempermudah penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
13. Mas Mirza Faishol., S.Pd.I. dan mas M. Irsyad., S.Pd.I selaku Pembina Al
Khidmah Kampus Kota Salatiga yang selalu memberi motivasi dan masukan-
masukan dalam menyelesaiakan skripsi ini.
14. Dinda Layla yang ikut membantu dan selalu meberikan semangat supaya
cepat dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kamu juga cepat
menyelesaikan studinya di D3 Perbankan dan cepat meyelesaikan Tugas
Akhirnya.
15. Mbah Kasman dan keluarganya yang telah menyediakan rumahnya untuk
ditempati dan sebagai tempat proses terselesaikannya skripsi ini. Semoga
amal baik panjenengan di terima dan mendapat ridho dari Allah SWT. Amiin
16. Mas Amir Yusuf dan kang Ali Muhtadin yang berkenan berbagi pengalaman
dalam pembuatan skripsi ini, dan meluangkan waktunya menemani ke
perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk mencari buku-buku
sebagai referensi pembuatan skripsi ini dan juga sudah diajak melihat
keindahan malam kota pelajar tersebut.
xi
17. Sahabat-sahabat penulis yang menemani belajar di IAIN Salatiga yang berada
di Kota yang sejuk ini. Kota Salatiga yang penuh suka-duka dan penuh
kenangan indah ini sebagai kebanggaan tersendiri. Teriama kasih kepada
teman-teman Bidik Misi 2011, kang Imam, kang Sunarnoto, kang Salim,
kang Rokhim, gus Afif, kang Tisna, kang Sahal, kang Habban, kang Hanafi,
kang Rofiq, kang Syukron, kang Majid, kang Idris, kang Angga, mbak
Annur, mbak Azalia, mbak Uswah, mbak Nanik, mbak Amel, mbak Anis,
mbak pipit, mbak Puput, Mbak Rif’ah, mbak Fadhilah, mbak, mbak Khusnul,
mbak Dina, mbak Fajar, mbak, Ana, mbak Atin, mbak Yani, mbak Mujiati,
mbak Munziroh, dan mbak Ayuk. Sekali lagi terima kasih atas
kebersamaannya selama IAIN Salatiga. Semoga kelak jika ada yang menjadi
orang yang sukses jangan lupakan kebersamaan Bidik Misi (YA
BISMILLAH 2011).
18. Gus Anas Habibi dan teman-teman Pon-Pes Al-Ishlah Tingkir Lor, yang telah
banyak memberi semangat dan motivasi selama belajar di Pondok. Semoga
kelak panjenengan semua bisa menjadi kyai atau tokoh masyarakat dan
menjadi panutan bagi masyarakat luas.
19. Teman-teman Al Khidmah Kampus Kota Salatiga saya ucapkan terima kasih
kekompakannya, ketulusannya, keakrabannya dan kesantunannya lebih-lebih
atas doanya sehingga skripsi ini bisa penulis selesaikan dengan baik. Ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada mbak Nikmah, mbak Ella, mbak
Niswah, mbak Zahro, kang Qorib, kang Zainudin, mbak Puji, mbak Yeni,
mabk Dian dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
xii
20. Semua teman-teman satu angkatan 2011 Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah
yang telah bersama-sama berjuang dan belajar bersama selama kuliah di IAIN
Salatiga dengan didukung oleh Kota yang sejuk nan indah ini.
21. Yang terkhir teruntuk siapapun yang belum penulis sebutkan satu persatu.
Teruntuk semuanya Jazakumullahu ahsanal jazaa’ syukran katsiraan.
semoga skripsi ini bermanfaat. Amiin
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya saran dan kritik yang konstruktif dari
semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan. Penulis
berharap skripsi ini dapat dijadikan acuan dan bahan referensi oleh pihak
siapapun. Maka dari itu penulis minta dukungan dan sarannya kepada siapapun
yang membaca skripsi ini untuk berkelajutan yang lebih baik lagi nantinya.
Pada akhirnya semua usaha dan upaya penulis dari Allah SWT. Tanpa
adanya kekuatan dan pertolongan dari Allah SWT, skripsi ini tidak mungkin
terselesaikan dengan baik dan hanya kepada Allah-lah semua urusan di
kembalikan. Oleh karena itu penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca yang budiman
pada umumnya. Iyyakana’budu waiyyaka nasta’iin. Amiin.
Salatiga, 26 September 2015
Penulis
Khoirul Anam
NIM: 211 11 017
xiii
ABSTRAK
Anam, Khoirul. 2015. Keluarga Sakinah dan Dzikir (Studi Atas Peran Majelis
Dzikir Al Khidmah dalam Pembentukan Keluarga Sakinah di Kabupaten
Semarang). Skripsi. Fakultas Syari’ah Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Kata Kunci: Keluarga Sakinah, Dzikir, Majelis Dzikir Al Khidmah.
Keluarga sakinah merupakan suatu hal yang didambakan oleh setiap orang
yang sudah berumah tangga supaya menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah
dan rahmah. Banyak persoalan yang muncul dalam keluarga yaitu kurang
terpenuhinya faktor ekonomi, kurangnya pemahaman tentang agama sehingga
mudah marah dan hatinya tidak tenang. Dari faktor tersebut akan berdampak pada
ketidak harmonisan keluarga. Karena tujuan dari suatu pernikahan adalah untuk
mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah. Salah satu upaya untuk
mengatasi ketidak tenangan jiwa yaitu dengan memperbanyak berdzikir dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah merupakan salah satu jalan dan
wadah untuk berdzikir kepada Allah SWT. Majelis Dzikir tersebut semata-mata
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, mendoakan kepada kedua orang tua,
guru-guru, sesepuh masyarakat, dan para Salafuna al-Shalih. Dengan berdzikir
diharapkan dapat menjadi pribadi yang shalih-shalihah sabar dan tenang dalam
menghadapi berbagai macam persoalan kehidupan. Hal tersebut selaras dengan
visi dan misi Al Khidmah yaitu membentuk Keluarga yang shalih-shalihah
sejahtera lahir dan batin. Atas dasar tersebut penulis ingin meneliti dan
mendeskripsikan bagaimana peran dan keterkaitannya Majelis Dzikir Al Khidmah
dalam pembentukan keluarga yang sakinah. Penulis juga mendeskripsikan
kegiatan, amaliyah-amaliyah dan pengalaman para jama’ah majelis Dzikir Al
Khidmah di Kabupaten Semarang.
Atas dasar latar belakang di atas penulis melakukan penelitian tentang
peran Majelis Dzikir Al khidmah dalam pembentukan keluarga sakinah, dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif bersifat deskriptif analitis
denganmengunakan pendekatan sosiologis dan fenomenologis. kemudian
menganalisis dengan jenis penelitian lapangan (field research) dan mengambil
data-data dengan melakukan observasi dan interview secara langsung. Metode
pengumpulan data yang digunakan berupa participant observation dan
indepthinterview sebagai metode pengumpulan data utama.
Hasil penelitian bahwa kegiatan dan amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah
berpengaruh dalam pembentukan keluarga sakinah yitu timbulnya kasih sayang
antara orang tua kepada anak, anak kepada orang tua ataupun semua anggota
keluarga. Pengalaman jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah memberikan dorongan
lebih baik dan meningkatnya kualitas beribadah. Peran Majelis Dzikir Al
Khidmah Kabupaten Semarang mampu memberikan ketenangan, kenyamanan,
kesabaran serta membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah serta
sejahtera secara lahir dan batin kepada para jama’ah.
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
NOTA PEMBIMBING ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ........................................... iv
MOTTO ..................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................. xiii
DAFTAR ISI .......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
D. Metode Penelitian .............................................................................. 8
1. Manfaat Teoritis .......................................................................... 8
2. Manfaat Praktis ............................................................................ 8
E. Penegasan Istilah ................................................................................ 9
1. Keluarga Sakinah dan Dzikir ...................................................... 9
2. Majelis Dzikir Al Khidmah ...................................................... 10
F. Telaah Pustaka ................................................................................. 11
G. Moetode Penelitian .......................................................................... 15
xv
1. Jenis Penelitian ......................................................................... 15
2. Sifat Penelitian .......................................................................... 16
3. Sumber Data ............................................................................. 16
4. Tektik Pengumpulan Data ........................................................ 17
5. Analisis Data ............................................................................. 19
H. Sistematika Pembahasan .................................................................. 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 22
A. Keluarga Sakinah ............................................................................. 22
1. Pengertian Perkawinan ................................................................ 22
2. Tujuan Perkawinan ...................................................................... 24
3. Pengertian Keluarga Sakinah ...................................................... 27
4. Konsep Keluarga Sakinah dalam Islam ....................................... 31
5. Kriteria Keluarga Sakinah ........................................................... 35
B. Dzikir ................................................................................................ 40
1. Pengertian Dzikir ....................................................................... 40
2. Keutamaan Dzikir ...................................................................... 45
3. Manfaat Dzikir ........................................................................... 51
4. Macam-Macam Dzikir ............................................................... 58
BAB III TINJAUAN UMUM MAJELIS DZIKIR AL KHIDMAH .. 62
A. Sejarah Majelis Dzikir Al Khidmah ................................................ 62
1. Tinjauan Historis ....................................................................... 62
xvi
2. Visi dan Misi Al Khidmah ........................................................ 67
3. Dasar Pemikiran Lahirnya Al Khidmah ................................... 68
4. Al Khidmah Sebagai Wadah ..................................................... 70
5. Lambang, Makna dan arti simbolik Al Khidmah ..................... 73
6. Perkembangan Al Khidmah ...................................................... 74
7. Susunan Pengurus Al Khidmah Kabupaten Semarang ............. 78
B. Kegiatan dan Amaliyah Al Khidmah ............................................... 82
1. Kegiatan Al Khidmah ............................................................... 82
2. Amaliyah Al Khidmah .............................................................. 83
3. Bentuk Amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah ......................... 93
4. Bentuk Amaliyah Majelis Khushusy ........................................ 101
C. Standart Operating Prosedure (SOP) Kegiatan Al Khidmah ......... 107
1. Penetapan Tempat Majelis Khushusy ...................................... 107
2. Pelaknaa Majelis Khushusy ..................................................... 108
3. Penyelenggaraan Majelis Dzikir, Maulid, Manakib dan Ta’lim
……………………………………………………….108
D. Pengalaman jama’ah Al Khidmah Membentuk Keluarga Sakinah 109
1. Bapak Kyai Mohammad Zaenuri ............................................ 112
2. Bapak KH. Masykur ............................................................... 114
3. Bapak Amir Mahmud ............................................................. 115
4. Bapak Amir Safrudin .............................................................. 116
5. Bapak Guritno ......................................................................... 117
6. Mas Mohammad Irsyadi, S.Pd.I. ............................................ 119
xvii
7. Bapak Mohammad Suhudi ...................................................... 120
8. Bapak Muhamad Turkhamun ................................................. 121
9. Mas M. Abdul Aziz ................................................................ 122
BAB IV ANALISIS PERAN MAJELIS DZIKIR AL KHIDMAH DALAM
PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH DI KABUPATEN
SEMARANG ..................................................................................... 124
A. Pembentuk Keluarga Sakinah Melalui Tarbiyah Ruhiyah dan
Tarbiyah Imaniyah ...................................................................... 124
B. Pembentukan Keluarga Sakinah Melalui Kegiatan dan Amaliyah
Dzikir Al Khidmah ...................................................................... 128
C. Pembentukan Keluarga Sakinah Melalui Pembersihan Hati ....... 131
D. Pembentukan Keluarga Sakinah Melalui Muidhoh Hasanah....... 131
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 138
B. Saran-saran .................................................................................. 139
1. Kepada Pengurus .................................................................... 130
2. Kepada Jama’ah ...................................................................... 131
3. Kepada Pemerintah ................................................................. 131
4. Kepada Masyarakat ................................................................. 132
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 133
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan merupakan salah satu ajaran agama Islam yang
menganjurkan bagi yang telah memiliki kemampuan untuk melaksanakannya,
sehingga akan membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera. Dalam
perkawinan tentunya seseorang menginginkan keluarganya menjadi keluarga
yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Keluarga sakinah merupakan suatu hal
yang didambakan oleh setiap orang yang sudah berkeluarga atau berumah
tangga supaya menjadi keluarga yang harmonis. Akan lebih harmonis lagi
jika dalam pembentukan keluarga itu selalu dihiasi dengan berdzikir,
bersholawat dan melakukan ibadah-ibadah lain yang dapat mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
Tanpa perkawinan, manusia tidak dapat melanjutkan sejarah hidupnya,
karena keturunan dan perkembangbiakkan manusia disebabkan oleh adanya
perkawinan. Jika perkawinan manusia tanpa didasarkan pada hukum Allah,
sejarah dan peradaban manusia akan hancur oleh bentuk-bentuk perzinaan.
Dengan demikian, manusia tidak berbeda dengan binatang yang tidak berakal
dan hanya mementingkan hawa nafsunya (Saebani, 2001: 16-17). Sangat
penting sekali bagi umat manusia untuk selalu menjaga keturunan generasi
selanjutnya. Tetapi semua itu harus dilakukan dengan cara yang benar dan
diridhai Allah SWT. Dalam masalah ini, dibolehkannya berhubungan antar
2
seorang laki-laki dan seorang perempuan tidak lain harus dengan suatu akad
perkawinan yang sah.
Dijelaskan di dalam Al-Qur'an, bahwa Allah SWT telah menciptakan seorang
laki-laki dan perempuan agar dapat berhubungan satu sama lain, saling mencintai,
menghasilkan keturunan, dan hidup berdampingan secara damai dengan perintah
Allah SWT dan petunjuk Rasulullah.
Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an Surat al-Rum ayat 21 yaitu:
Artinya: “Dan diantaratanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapal tanda-tanda gagi kaum yang berfikir”.
(Departemen Agama RI, 2006:572).
Dalam Undang-Undang No. l Tahun 1974 tentang Perkawinan
memberikan pengertian perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang
pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa. Hal tersebut merupakan rumusan arti dan tujuan
perkawinan. Oleh Karena itu perkawinan tidak hanya cukup dengan adanya
ikatan lahir atau ikatan batin saja, tetapi harus kedua-duanya.
Dijelaskan juga dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 2 dan 3
perkawinan adalah akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalizhan untuk
3
mentaati perintah Allah SWT dan melaksanakannya merupakan ibadah
(Saebani, 2001: 15). Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan rumah tangga
yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Ketika rumah tangga sudah bisa
mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah, maka secara
otomatis kehidupannya akan menjadi semakin lebih baik. Dengan begitu
ketengan jiwa seseorang akan selalu terjaga dan akan lebih dekat kepada
Allah SWT.
Dalam kenyataannya pada masyarakat masih banyak fenomena-
fenomena perceraian. Penyebab perceraian itu diantaranya kurang adanya
keharmonisan dalam keluarga, fartor ekonomi, kurangnya akhlak, moralitas,
kurangnnya tanggung jawab dan lain-lain. Dalam berumah tangga terciptanya
keluarga sakinah sangatlah penting karena bisa menentramkan hati dan jiwa
untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat. Dari keluarga
sakinah inilah kelak akan terwujud masyarakat yang rukun, damai, tentram,
makmur material dan spiritual.
Baik dalam Islam maupun sistem hukum di Indonesia tujuan
perkawinan adalah pada intinya membentuk sebuah keluarga yang sakinah.
Untuk mencapai tujuan tersebut banyak sekali hal-hal yang harus dipenuhi
dalam membentuk keluarga sakinah. Keluarga sakinah adalah suatu keluarga
yang dibina atas keluarga yang sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual
dan material secara layak dan seimbang, meliputi suasana kasih sayang antara
para anggota keluarga dan lingkungannya secara selaras, serasi, serta mampu
mengamalkan, menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan,
4
ketakwaan dan akhlak mulia (Departemen Agama RI, 2005:13). Dari
pengertian tersebut maka dapat dipahami bahwa keluarga sakinah yaitu
keluarga yang terbentuk atas keseimbangan hidup antara urusan dunia dan
urusan akhirat.
Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan lahir maupun batin.
Akan tetapi kebutuhan itu tidak semuanya bisa terpenuhi karena kemampuan
manusia itu terbatas. Manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yaitu
agama. Manusia merasa lebih memiliki ketenangan jiwa dengan
melaksanakan berbagai ritual keagamaan, salah satunya adalah dzikir.
Dengan berdzikir mampu mengingatkan manusia bahwa yang membuat dan
menentukan sesuatu hanyalah Allah SWT semata.
Salah satu upaya yang dilakukan seorang hamba untuk mengingat Allah
adalah dengan berdzikir. Dzikir adalah upaya seseorang untuk
menghubungkan diri seorang hamba secara langsung dengan Allah SWT.
baik dengan lisan dan hati, ataupun dengan memadukan keduanya. Banyak
pakar-pakar ahli yang sudah membuktikan dan menyatakan bahwa dzikir
merupakan perwujudan komitmen keagamaan seseorang. Sedangkan
keimanan seseorang merupakan kekuatan spiritual yang dapat dikembangkan
dan mampu mengatasi penyakit seseorang yang dideritanya. Terlebih pada
penyakit rohaniyah maupun penyakit bathiniyah.
Dalam keseharianya manusia tidak lepas dari dua kebutuhan yaitu
kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmani atau yang biasa
disebut dengan kebutuhan duniawiyah adalah kebutuhan manusia yang
5
bersifat fisik seperti makan, minum, kesehatan, dan kebutuhan yang bersifat
material lainya. Sedangkan kebutuhan rohani atau kebutuhan ukhrawiyah
adalah kebutuhan manusia yang berhubungan dengan jiwa atau hati, seperti
ketentraman jiwa, kedamaian hati dan kesejahteraan hidup. Urgensi dari
terpenuhinya dua kebutuhan tersebut adalah tercapainya kebahagiaan dunia
dan akhirat. Salah satu upaya untuk mewujudkan ketenangan jiwa dan hati
salah satunya adalah dengan berdzikir. Seperti dijelaskan dalam firman Allah
dalam al-Qur’an surat ar-Ra'du ayat 28 yaitu:
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-
lah hati menjadi tenteram (Departemen Agama RI, 2006:341).
Majelis dzikir adalah sebagai sarana mengkaitkan hati seorang hamba
dengan Allah SWT. Majelis dzikir juga dapat melunakkan hati dan
menjernihkan pikiran dari sifat keduniawian. Di dalam majelis dzikir tidak
sedikit seseorang yang meneteskan air matanya karena terhanyut oleh
dorongan rohani dan sanubarinya yang mengharapkan kelak di akhirat bisa
bertemu dengan Dzatnya Allah SWT.
Seorang yang secara intensitas melakukan dzikir maka akan merasakan
manfaat dan keutamaan spesifik dari dzikir yaitu: a. dzikir akan
menghidupkan hati; b. dengan dzikir hati akan tentram; c. dzikir membawa
pelakunya dekat kepada Allah; d. dengan dzikir, sedih dan khawatir tidak
akan pernah singgah (Sholikin, 2008:24). Selain itu majelis dzikir banyak
sekali fadhilah (keutamaan), diantaranya yaitu sebab turunnya rahmah,
6
ketengangan batin, dikelilingi oleh para malaikat dan akan di puji oleh Allah
SWT di hadapan para malaikat-Nya. Tidak hanya itu saja, majelis dzikir juga
bisa memberikan siraman rohani yang sangat dibutuhkan oleh setiap
pasangan suami istri. Dzikir juga merupakan jalan alternatif untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Jika dzikir dilakukan dengan bersungguh-
sungguh maka seorang hamba dapat mengingat akan kemulyaan, keagungan,
kekuasaan dan keberadaan Allah yang sangat dekat dengannya dan begitu
juga pastinya Allah akan mengingatnya. Allah berfirman dalam al-Qur’an
Surat al-Baqarah ayat 152 yaitu:
Artinya: "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-Ku." (Departemen Agama RI, 2006:29).
Jama'ah Al Khidmah merupakan majelis dzikir yang menyelenggarakan
kegiatan lebih kompleks karena mempunyai ritual-ritual yang jarang sekali
ditemukan di majelis dzikir lainnya. Majelis dzikir Al Khidmah tidak hanya
orang yang yang sudah ikut tarekat saja, tetapi sudah merambah mulai
pelajar, remaja dan orang yang sudah tua. Sebagian dari Jama'ah dzikir Al
Khidmah ada yang sudah menikah lama dan ada juga yang baru menikah.
Bagi seseorang yang sudah menikah tersebut selalu berusaha untuk
mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah dengan cara
mengikuti majelis dzikir tersebut dan berharap keinginannya untuk
menciptakan keluarga sakinah dapat terwujud.
7
Berdasarkan pada latar belakang di atas penulis ingin melakukan
penelitian dan menyusun sebuah skripsi yang berjudul "KELUARGA
SAKINAH DAN DZIKIR" (Studi Atas Peran Majelis Dzikir Al Khidmah
dalam Pembentukan Keluarga Sakinah di Kabupaten Semarang).
B. Rumusam Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dideskripsikan di atas,
penulis akan merumuskan beberapa pokok masalah. Pokok permasalahan
tersebut yaitu:
1. Bagaimana kegiatan dan amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah?
2. Bagaimanakah pengalaman jama'ah Majelis Dzikir Al Khidmah
Kabupaten Semarang dalam pembentukan keluarga sakinah?
3. Bagaimana peran Majelis Dzikir Al Khidmah dalam membentuk keluarga
sakinah?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menjawab pertanyaan dari
rumusan pokok masalah yang telah disebutkan di atas, adalah:
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kegiatan dan amaliyah Majelis
Dzikir Al Khidmah.
2. Untuk mengetahui pengalaman jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah
Kabupaten Semarang dalam membentuk keluarga sakinah.
3. Untuk menjelaskan peran Majelis Dzikir Al Khidmah dalam pembentukan
keluarga sakinah.
8
D. Manfaat Penelitian
Adapun dalam penelitian ini ada dua manfaat yang dapat diperoleh,
yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangsih dan kontribusi pada Fakultas Syari'ah
khususnya Jurusan Ahwal Al-Syakshiyyah di bidang fikih munakahat
dan akhlak tasawuf.
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dalam menerapkan
konsep-konsep dan mengembangkan pemikiran tentang keluarga
sakinah.
c. Menambah wawasan khasanah keilmuan sekaligus bisa dijadikan
bahan acuan dalam penulisan lebih lanjut yang kritis dan representatif.
d. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber bahan referensi bagi para
peneliti di bidang akhlak tasawuf, fikih dan pendidikan keagamaan.
2. Manfaat Praktis
a. Mengetahui konsep keluarga sakinah melaalui Majelis Dzikir Al
Khidmah.
b. Penelitian ini memberikan kontribusi kajian dan pengetahuan tentang
pembentukan keluarga sakinah.
c. Mengetahui peran dzikir dalam pembentukan keluarga sakinah
melalui Majelis Dzikir Al Khidmah.
9
d. Bagi para anggota Majelis Dzikir Al Khidmah, hasil penelitian ini
dapat membantu dan menciptakan keluarga yang sakinah mawaddah
dan rahmah.
e. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk
memberikan pendidikan Hukum Islam bagi lembaga dan mahasiswa
IAIN Salatiga.
f. Bagi peneliti, untuk memotivasi diri dan menjadikan bekal hidup
dalam bermasyarakat, beribadah kepada Allah SWT dan berharap
menjadi hamba yang beruntung di dunia dan di akhirat.
E. PenegasanIstilah
Untuk menghindari kesalahfahaman dan penafsiran makna pada skripsi
ini, maka penulis menjelaskan terlebih dahulu maksud dari istilah-istilah yang
ada dalam judul skripsi. Dalam memberikan beberapa pengertian dan
gambaran pada judul skripsi ini yang nantinya mudah dipahami secara
konkrit dan lebih operasional. Penegasan istilah yang penulis ingin jelaskan
yaitu:
1. Keluaga Sakinah dan Dzikir
a. Keluarga Sakinah
Keluarga sakinah adalah dambaan setiap orang yang hidup
berumah tangga. Yaitu rumah tangga yang damai dan bahagia, karena
kata sakinah itu berarti damai bahagia (Ulfatmi, 2011: 8). Jadi maksud
dari keluarga sakinah adalah keluarga yang setiap anggota keluarganya
senantiasa merasa aman, tentram, damai dan bahagia. Dalam
10
keluarganya merasakan cinta kasih, keamanan, ketentraman,
perlindungan, keberkahan, kehormatan dan dirahmati oleh Allah SWT.
b. Dzikir
Secara etimologi, dzikir berakar pada kata , artinya
mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran,
mengenal atau mengerti. Di dalam Ensiklopedi Islam menjelaskan
bahwa istilah dzikir memiliki multi interpretasi, diantara pengertian-
pengertian dzikir adalah menyebut, menuturkan, mengingat, menjaga
atau mengerti perbuatan baik (Masyhudi dan Wahyu, 2006:7). Jadi
yang dimaksud majelis dzikir disini adalah tempat untuk duduk atau
tempat berkumpul dalam rangka mendekatkan diri pada Allah SWT.
2. Majelis Dzikir Al-Khidmah
a. Majelis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberikan
pengertian tentang arti kata majelis yaitu rapat, pertemuan,
perkumpulan, bangunan atau ruangan tempat untuk sidang (Fajri, dan
Senja, 2004:542). Tetapi arti majelis yang di maksud penulis adalah
duduknya dan berkumpulnya seorang hamba karena berdzikir kepada
Allah (dzikrullah), besholawat kepada Nabi Muhammad SAW dan
mengerjakan amalan-amalan shalih (perbuatan baik) lainnya.
b. Al-Khidmah
Al-Khidmah dari asal kata bahasa Arab yaitu
khadama,yakhdimukhidmatan yang artinya secara bahasa “melayani”
11
orang-orang yang membantu atau dalam bahasa jawa ngeladeni (PP Al
Khidmah Pelajar dan Mahasiswa, 2013:15). Jama'ah Al Khidmah
berarti suatu jama'ah atau sekumpulan orang-orang yang tanpa ikatan
tertentu, secara suka rela membantu orang yang perlu dibantu, baik
sesama maupun untuk orang yang lebih mulia (guru). Majelis dzikir Al
Khidmah juga sebagai sarana beribadah mendekatkan diri kepada
Allah SWT seperti Istighatsah (minta pertolongan), dzikir tahlil,
pembacaan Manakib dan Maulidurrasul SAW dengan bertujuan
melestarikan (istiqamah) ritual para Salafuna as-Shalih.
F. Telaah Pustaka
Secara spesifik sudah banyak buku-buku, penelitian, maupun judul
skripsi yang berhubungan tentang dzikir dan keluarga sakinah. Berdasarkan
tinjauan pustaka tersebut antara lain:
Pertama, skiripsi yang di susun oleh Khusnul Chotimah mahasiswa
jurusan syari'ah program studi Ahwal Al Syakhshiyyah STAIN Salatiga tahun
2009. Skripsi tersebut berjudul "Peran Badan Penasihatan Pembinaan dan
Pelestarian Perkawinan (BP4) Dalam Membina Keluarga Sakinah di Kota
Salatiga Tahun 2008." Skripsi tersebut memberikan kesimpulan BP4 di
Salatiga merupakan lembaga resmi yang bertugas membamtu Departemen
Agama Kota Salatiga dalam meningkatkan mutu perkawinan dengan
mengembangkan gerakan keluarga sakinah. BP4 Kota Salatiga juga
memberikan penataran atau penyuluhan pranikah kepada calon suami istri
agar mempunyai bekal tentang pengetahuan arti penting perkawinan dan
12
membantu menyelesaikan permasalahan suami istri dengan memberikan
nasihat-nasihat yang berhubungan dengan konflik yang dihadapinya.
Kedua, Skripsi yang disusun oleh Muhammad Faiz Fuadi Jurusan Al-
Ahwal Asy-Syakhsiyah Fakultas Syaria’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta dengan judul “Peran Majelis Dzikir dan Sholawat An-Najah
Krapyak Yogyakarta Terhadap Pembentukan Keluarga Sakinah.” tahun 2012.
Dalam penelitian tersebut memberi kesimpulan bahwa peran majelis dzikir
dan sholawat An-Najah terhadap jama’ah memberikan shock teraphy dan
memberikan solusi untuk menjalani kehidupan yang lebih baik lagi terutama
dalam pembentukan keluarga sakinah. Dilihat dari tinjauan hukum Islam
majelis dzikir dan sholawat an-Najah Krapyak Yogyakarta itu selaras dengan
tujuan pembentukan keluarga sakinah karena berdasarkan dalil-dalil yang
jelas baik dari Al-Qur’an maupun Hadis.
Ketiga, Skripsi yang disusun oleh Sigit Purwanto Mahasiswa STAIN
Salatiga jurusan Tarbiyah program studi Pendidikan Agama Islam pada tahun
2013 dengan judul "Kontribusi Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon
Dalam Pembentukan Akhlakul Karimah Mahasiswa STAIN Salatiga Tahun
2014." Dalam skripsi tersebut memberi kesimpulan bahwa majelis ilmu dzkir
ajeg Seloso Kliwon merupakan lembaga non formal yang berperan dalam
membina jamaah yang terdiri dari sebagian Mahasiswa STAIN Salatiga
tentang keagamaan, khususnya dalam bidang akhlak. Yaitu melalui dzikir
tahlil dengan bacaan surat fatihah, al-ikhlas, al- Falaq, an Nas, al-Baqarah
ayat 1-5 dan ayat 255. Kemudian disambung kalimat istighfar
13
(Astaghfirullahal Adzim), bacaan sholawat (Allahumma Sholli ‘Ala Sayyidina
Muhammad), kalimat Tahlil (Laa Ilaaha Illallah). Serta dzikir ditutup dengan
do’a dan Sholawat Asyraqal. Sholawat-sholawat dari Selasa Kliwon diiringi
dengan musik dengan memadukan alat musik dari perkusi, alat-alat elektrik
dan alat-alat musik khas jawa yaitu saron dan demung. Kemudian dilanjutkan
dengan paparan materi sesuai dengan tema dan diskusi. Selain diskusi
dilakukan Tanya jawab tentang permasalahan keagamaan. Do’a bersama
menjadi penutup dalam majelis ilmu dzikir ajeg Seloso Kliwon. Kemudian
dilanjutkan dengan jabat tangan antar jama’ah untuk mengakhiri majelis ilmu
dzikir ajeg Seloso Kliwon.
Keempat, skripsi yang berjudul "Hubungan Keaktifan Mengikuti
Majelis Dzikir Dengan Sikap Sabar Jama'ah Al Khidmah Kecamatan Tingkir
Kota Salatiga Tahun 2013" disusun oleh Nur Ikhsan Ari Wibowo mahasiswa
STAIN Salatiga tahun 2013 jurusan Tarbiyah program studi Pendidikan
Agama Islam. Dalam skripsi tersebut menyimpulkan adanya implementasi
sikap sabar pada jama'ah Al Khidmah Kecamatan Tingkir Kota Slatiga Tahun
2013, tergolong dalam ketegori tinggi, terbukti dari 35 responden yang
mengisi angket. Dengan demikian ada pengaruh signifikan antara mengikuti
majelis dzikir dengan sikap sabar pada jama'ah Al Khidmah Kecamatan
Tingkir Kota Salatiga Tahun 2013. Adanya hubungan signifikan tersebut,
jama'ah Al Khidmah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang mengikuti
majelis dzikir mengetahui secara mendalam makna, tujuan, manfaat dzikir
dan profil Al Khidmah.
14
Kelima, skripsi yang di susun oleh Ana Syarifah mahasiswa STAIN
Salatiga tahun 2012 jurusan Tarbiyah program studi Pendidikan Agama Islam
dengan judul "Pengaruh Intensitas mengikuti kegiatan Majlis Dzikir Terhadap
Kecerdasan Emosional Jama'ah Dzikir Al Hikmah Desa Pedut Kelurahan
Wonodoyo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali Tahun 2012." Di dalam
skripsi tersebut memberikan kesimpulan bahwa intensitas mengikuti majelis
dzikir di Desa Pedut Pada tahun 2012 mempunyai kategori tingkat
kecerdasan emosional pada taraf yang baik, cukup dan taraf kurang. Dengan
adaya tingkatan taraf tersebut kecerdasan emosional jama'ah majlis dzikir
pada tahun 2012 tergolong pada taraf cukup yaitu mencapa 56,66%. maka
dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan "ada pengaruh antara
intensitas mengikuti majlis dzikir terhadap kecerdasan emosional jama'ah
dzikir Al-Hikmah di desa Pedut" dinyatakan diterima berdasarkan uji analisis.
Pada penelitian-penelitian di atas secara global memberikan kesimpulan
bahwa majelis dzikir meberikan kontribusi besar pada masyarakat. Karena
setiap majelis dzikir mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Oleh
karena itu penulis mencoba untuk melakukan penelitian yang berbeda dengan
penelitian-penelitian di atas. Dalam skripsi ini penulis akan menjelaskan tata
cara dan amaliyah Al Khidmah, pengalaman Jama’ah Majelis Dzikir Al
Khidmah Kabupaten Semarang serta peran Majelis Dzikir Al Khidmah dalam
pembentukan keluarga sakinah. Karena pada Majelis Dzikir Al Khidmah bagi
penulis mempunyai keunikan yang berbeda dengan majelis-majelis dzikir
lainnya. Diantara keunikannya yaitu bagi jama'ah Majelis Dzikir Al Khidmah
15
diharapkan memakai pakaian serba putih-putih, tidak diperbolehkan
membawa perkara yang berhubungan dengan partai politik apalagi menjelek-
jelekan orang atau organisasi lain.
G. Metode Penelitian
Untuk penulisan skripsi ini, penulis memerlukan sebuah metode
penelitian untuk memperoleh data yang akan dikaji lebih mendalam. Supaya
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah yang dapat menjelaskan dan
menyimpulkan obyek pembahasannya.
Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah
penelitian karena berhasil tidaknya suatu penelitian sangat ditentukan oleh
bagaimana peneliti memilih metode yang tepat (Arikunto, 1996: 22). Metode
penelitian yang di gunakan oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1.Jenis Penelitian
Penulis dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif
atau merupakan penelitian lapangan (field research). Karena data yang
dikumpulkan lebih banyak dari data kualitatif, yakni yang disajikan dalam
bentuk data verbal bukan dalam bentuk angka. Jadi dalam penelitian ini
akan mengetahui peranan Majelis Dzikir Al Khidmah terhadap
pembetukan keluaga sakinah.
Disamping itu, penelitian kualitatif juga ditandai dengan penggunaan
metode pengumpulan data yang berupa participant
16
observation(pengamatan terlibat) dan indepthinterview (wawancara
mendalam) sebagai metode pengumpulan data utama (Susanto, 2006,15).
2.Sifat Penelitian
Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitik yaitu penelitian yang
menuturkan menganalisa dan mengklasifikasikan kualitatif. Metode
deskritif analitik itu dapat diartikan sebagai prosdur pemecahan masalah
yang diteliti berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagai mana adanya
(Chotimah, 2009:16). Dalam penelitian ini menggambarkan kegiatan
(amaliah) Majelis Dzikir Al Khidmah, peran Majelis Dzikir Al-Khidmah
tentang keluarga sakinah kemudian dianalisis kaitanya dengan
pembentukan keluarga sakinah.
3. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data dari
beberapa literatur pustaka sebagai bahan teoritik dan untuk memperoleh
informasi yang nyata. Metode Pendekatan penelitian ini menggunakan
data primer dan skunder yaitu:
a. Termasuk data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara
(interview) dengan jama'ah Majelis Dzikir Al Khidmah Kabupaten
Semarang yang terlibat langsung sebagai jama'ah dari majelis tersebut
dan pihak-pihak lain yang sekiranya memberikan informasi dan data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Khususnya yang berhubungan
dengan dzikir dan kekeluargaan.
17
b. Sedangkan untuk data skunder, yaitu data yang diperoleh dari studi
pustaka, majalah, hasil penelitian, makalah dan buku-buku lain yang
berhubungan dengan permasalahan di atas sebagai bahan pendukung
dari penelitian skripsi ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaanya, penelitian ini menggali informasi dan data
dari pengurus jama'ah Al Khidmah Kabupaten Semarang dan dari
beberapa keluarga yang mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah.
Data tersebut akan dikumpulkan melalui riset kepustakaan dengan
membaca dan menelaah buku-buku, tulisan-tulisan yang masih ada
kaitannya dengan variabel yang akan diteliti. Selain itu data dikumpulkan
melalaui riset lapangan dengan mencari informasi dan data tentang
masalah yang diteliti ke objek penelitian.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menggunanakan beberapa
teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang akurat dan valid.
Dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa tektik dalam pengumpulan
data diantaranya:
a. Interview (Wawancara)
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang
lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarka tujuan
tertentu (Maslikhah, 2013:321). Metode wawancara adalah tektik
18
pengumulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan
keteranga-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan
muka untuk melakukan tanya jawab dengan orang yang dapat
memberikan keterangan pada peneliti (Chotimah, 2009:17). Dalam
penelitian ini penulis akan melakukan wawancara secara langsung pada
pihak yang terkait, yaitu dari para jama'ah Majelis Dzikir Al Khidmah
di Kabupaten Semarang yang sudah berkeluarga.
b. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu menacari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen, rapat agenda, dan sebagainya (Arikunto, 1996: 234).
Dengan tersebut maka, memudahkan bagi penulis untuk memperoleh
data secara tertulis yang kaitannya dengan peran Majelis Dzikir Al
Khidmah dalam pembentukan keluarga sakinah. Metode ini juga
digunakan untuk melengkapi dan mencari data sesuai yang ada di
lapangan yang diperoleh dari observasi, interview (wawancara), foto-
foto kegiatan, buku-buku dan kitab-kitab amaliyah Majelis Dzikir Al
Khidmah.
c. Observasi
Metode observasi atau metode pengumpulan data dengan cara
mencari data melalui pengamatan dan pencatatan yang sistematis
mengenai fenomena-fenomena yang diteliti. Supaya tidak adanya upaya
penulis untuk memanipulasi data-data yang ada di lapangan, maka
19
dalam observasi ini penulis melihat dan mengamati sendiri, kemudian
mencatat dan mengikuti kegiatan Majelis Dzikir Al Khidmah tersebut
secara langsung. Tujuan dari metode ini agar bisa diperoleh dan
diketahui data yang semestinya. pada Majelis Dzikir jama'ah Al-
Khidmah di Kabupaten Semarang yang berkaitan dengan tata cara dan
amaliyah Al Khidmah, pengalaman para jama’ah dan peran Majelis
Dzikir Al Khidmah dalam pembentukan keluarga sakinah.
5.Analisis Data
Analisa data adalah proses pencarian dan penyusunan secara
sistematis semua daftar wawancara dan bahan-bahan lain yang telah
dikumpulkan untuk memperoleh pemahaman mengenai apa yang diteliti
dan mengungkapkan atau mempresentasikan apa yang telah ditemukan
orang lain (Susanto, 2006:17). Metode analisis data yang dipakai adalah
metode kualitatif secara induktif. Metode ini dilakukan dengan cara data
dikumpulkan, disusun dan diklarifikasikan ke dalam tema-tema yang akan
disajikan kemudian dianalisis dan dipaparkan dengan kerangka peneliti
lalu diberi interpretasi sepenuhnya dengan jalan dideskripsikan apa adanya
(Fuadi, 2012: 15). Maka langkah-langkah yang digunakan penulis dalam
analisis data tersebut dengan cara mengumpulkan data-data yang didapat
pada saat observasi, interview dan data dokumen. Menyusun data yang
diperoleh sesuai dengan urutan pembahasan dan melakuakan intrepretasi
data yang sudah disusun untuk menjawab rumusan masalah.
20
H. Sistematika Pembahasan
Dalam penyusunan skripsi ini penulis akan menjelaskan sintematika
pembahasannya supaya lebih fokus dan lebih komprehensif. Pada penelitian
ini penulis membagi dalam lima bab, sebagaimana di uraikan dalam
rangakaian berikut:
Bab pertama, merupakan gambaran umum sebagai pendahuluan yang
terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka, metode penelitian, dan
sitematika pembahasan.
Bab kedua, kajian pustaka yang berisi tentang tinjauan umum tentang
keluarga sakinah dan dzikir, terdiri dari beberapa sub bab, diantaranya yaitu
pengertian perkawinan, tujuan perkawinan, pemgertian keluarga sakinah,
konsep keluarga sakinah, dan kriteria keluarga sakinah. Sedangkan tentang
dzikir meliputi pengertian, keutamaan, manfaat dan macam-macam dzikir
Bab ketiga, menjelaskan tentang uraian data-data yang didapat dari
lapangan yaitu gambaran umum Majelis Dzikir Al Khidmah meliputi Sejarah
Majelis Dzikir Al Khidmah, visi dan misi Al Khidmah, dasar pemikiran
lahirnya Al Khidmah, Al Khidmah sebagai wadah, lambing, makna dan arti
simbolik Al Khidmah, perkembangan Al Khidmah susunan pengurus Al
Khidmah Kab. Semarang dan kegiatan serta bentuk amaliah-amaliah Al
Khidmah. Standart Operating Prosedure (SOP) Kegiatan Al Khidmah dan
pengalaman jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah.
21
Bab keempat, menjelaskan tentang analisissosiologis yang di peroleh
dari lapangan yaitu tentang Majelis Dzikir Al Khidmah dalam konteks
pembentukan keluarga sakinah, kemudian dikaitkan dengan pandangan-
pandangan peran majelis Dzikir Al Khidmah dalam pembentukan keluarga
sakinah.
Bab kelima yaitu penutup, dalam bab ini penulis menarik kesimpulan
dengan menjawab rumusan masalah yang ada, saran-saran kepada pemabaca
yang bermanfaat dan membangun kemudian diakhiri dengan lampiran-
lampiran.
22
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Keluarga Sakinah
1. Pengertian Perkawinan
Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang No. l Tahun 1974
tentang Perkawinan memberikan pengertian perkawinan adalah ikatan
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan kata lain, keluarga
yang dibentuk dari perkawinan tersebut merupakan keluarga bahagia dan
sejahtera atau keluaga sakinah.
Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat
Islam dan Haji Nomor: D/71/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah Bab III Pasal 3 menyatakan bahwa
keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan material secara layak dan
seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan
lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan,
menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlak
mulia (Departemen Agama RI, 2005:23). Jadi keimanan, kataqwaan dan
akhlak mulia sangat penting peranannya untuk membangun keluarga yang
sakinah sejahtera lahir dan batin setiap jiwa manusia.
23
Menurut bahasa pernikahan terambil dari kata nakaha, yankihu,
nakahan, wanikaahan,yang mempunyai arti berhimpun, bersatu dan
berkumpul. Dalam kamus bahasa Indonesia nikah diartikan sebagai
perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan
resmi. Adapula yang mengartikan nikah dengan istilah perkawinan secara
kiasan disebut dengan hubungan seks (Fadlillah, 2014: 2-3). Bagi suami
istri yang sudah terikat dengan suatu akad pernikahan diperbolehkan
melakukan hubungan fisik untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya.
Tetapi kebutuhan yang terpenting adalah melangsungkan keturunan dan
menciptakan suatu keluarga yang harmonis dengan didasari ketakwaan
kepada Allah SWT.
Pernikahan (perkawinan) dalam bahasa Arab berati az-Zawaj yang
menunjukkan pertemuan dua perkara. Maksudnya adalah roh itu
dipertemukan dengan badan supaya ia bangkit dan hidup. Karena kata az-
Zawaj menunjukkan pada pertemuan, maka dapat dikatakan akad nikah
berati pertemuan antara pria dan wanita (Ahid, 2010: 73). Maka dari itulah
pentingnya suatu akad perkawinan yang mempertemukan antara laki-laki
dan perempuan untuk menjalin hubungan asmara. Dari jalinan tersebut
diharapkan bisa menjadi keluarga yang harmonis tanpa ada tekanan dari
pihak lain.
Sedangkan menurut istilah pernikahan atau perkawinan adalah akad
yang menghalalkan pergaulan atau hubungan seksual antara seorang laki-
laki dan perempuan yang bukan mahram, sehingga menimbulkan hak dan
24
kewajiban antara keduanya. Bisa juga dikatakan sebagai perjanjian
seorang pria dan seorang wanita untuk menjadi suami istri dengan tujuan
membina rumah tangga yang harmonis, bahagia penuh rasa cinta dan kasih
sayang, serta mendapat ridha dari Allah SWT.
Pengertian di atas senada dengan pendapat Dr. Soejono Sukanto, SH.
MA., yang mengatakan bahwa pernikahan atau perkawinan adalah suatu
proses yang telah melembaga dimana pria dan wanita memulai dan
memelihara suatu hubungan timbal balik yang merupakan dasar bagi suatu
keluarga, sehingga timbullah hak dan kewajiban, baik di antara pria dan
wanita maupun anak-anak yang kemudian dilahirkan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa inti dari
sebuah pernikahan adalah mempersatukan dua sejoli (pria dan wanita
bukan mahram) menjadi satu dalam ikatan yang sah sesuai dengan
ketentuan syari'at agama dan Undang-Undang pemerintah dalam rangka
membina keluarga yang sakinah, mawaddah,warahmah lahir dan batin
untuk menggapai ridha Allah SWT (Fadlillah, 2014: 3).
2. Tujuan Perkawinan
a. Melaksanakan Perintah Allah SWT dan Rasul-Nya
Tujuan pertama dan yang paling utama dalam sebuah pernikahan
adalah untuk melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Orang
yang telah mampu melaksanakan pernikahan berarti ia telah
melaksanakan apa yang dianjurkan oleh Allah SWT dan Rasulullah
SAW. Bahkan seandainya ada orang yang belum menikah, kita
25
diperintahkan untuk menikahkannya atau mencarikan pasangan untuk-
nya. Sebagaimana Allah SWT telah berfirman dalam al-Qur’an Surat
an-Nur ayat 32 yaitu:
Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu,
dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba
sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan
mereka dengan arrunia-Nya. dan Allah Maha luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Departemen
Agama RI, 2006:494).
Selain melaksanakan anjuran Allah nikah juga termasuk perintah
Rasulullah, seperti sabdanya:
.
Artinya: “Pernikahan adalah sunnahku, barang siapa yang benci kepada
sunnahku, bukanlah ia termasuk umatku.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
b. Melestarikan Keturunan yang Baik dan Berkualitas
Tujuan yang selanjutnya dari sebuah pernikahan atau perkawinan
yaitu untuk membina rumah tangga yang bahagia dan sejahtera yang
dapat memberikan keturunan yang baik, banyak dan berkualitas dalam
mengabdikan diri kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam al-Qur’an Surat an-Nahl ayat 72 yaitu:
26
Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu
sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu,
anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang
baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang
bathil dan mengingkari nikmat Allah?" (Departemen
Agama RI, 2006:374).
c. Menjaga Kehormatan (kemaluan) dari Berzina
Pernikahan dimaksutkan untuk menjaga kesucian diri seseorang
dari perbuatan zina yang sangat dilaknat oleh Allah SWT. Oleh
karenanya, orang yang telah memiliki kemampuan dianjurkan untuk
segera melaksanakan pernikahan, supaya tidak terjerumus ke dalam
lembah kemaksiatan. Allah SWT telah berfirman di dalam al-Qur’an
Surat al-Mu’minun ayat 1-6 yaitu:
Artinya: 1). Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, 2).
(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, 3). Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna, 4). Dan orang-orang yang
menunaikan zakat, 5). Dan orang-orang yang menjaga
kemaluannya, 6). Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau
budak yang mereka miliki Maka Sesungguhnya mereka dalam
hal ini tiada terceIa.” (Departemen Agama RI, 2006:475).
27
Tujuan yang tertinggi dalam perkawinan adalah memelihara
regenerasi manusia, memelihara gen manusia dan masing-masing suami
istri mendapat ketenangan jiwa karena kecintaan dan kasih sayangnya
dapat disalurkan. Demikian juga pasangan suami istri sebagai tempat
peristirahatan disaat-saat lelah dan tegang, keduaya dapat
melampiaskan kecintaan dan kasih sayangnya selayaknya sebagai
suami istri (Azzam, 2009:36). Perlu diketahui bahwa mewujudkan
keluarga yang bahagia sejahtera itu tidaklah mudah. Karena setiap
pribadi seseorang mempunyai tujuan dan karakter yang berbeda-beda.
Tetapi dalam membentuk keluarga jika menginginkan atau tercapainya
keluarga sakinah maka perlu mempersatukan tujuan dalam perkawinan
tersebut.
3. Pengertian Keluarga Sakinah
Di dalam buku yang berjudul Bimbingan Keluarga & Wanita Islam
mengungkap Rahasia Isu Emansipasi karya Husain ‘Ali Turkamani
(1992:30) terjemahan dari buku “The Center of Stability” menjelaskan
yang dimaksud keluarga adalah unit dasar dan unsur fundamental
masyarakat, yang dengan itu kekuatan-kekuatan yang tertib dalam
komunitas sosial dirancang dalam masyarakat. Ikatan perkawinan adalah
indikasi tahap awal yuridiksi hukum dalam masyarakat. Perpaduan mental
dan sprirtual antara pria dan wanita membentuk sebuah organisme yang
bagian-bagiannya saling melengkapi satu sama lain.tujuan organisme ini
adalah menegakkan keadilan dan menciptakan peradaban.
28
Pengertian keluarga menurut etimologi berasal dari dua kata yakni
kawulan dan warga, kawulan berarti hamba dan warga berarti anggota.
Sedangkan menurut terminologi keluarga adalah satu kesatuan (unit) di
mana anggota-anggotanya mengabdikan diri kepada kepentingan dan
tujuan unit tersebut. Keluarga juga terdiri dari beberapa pengertian antara
lain menurut Hurlock (1999:220) Keluarga adalah ”Lingkungan
pendidikan pertama dan utama bagi anak. Keluarga juga berfungsi sebagai
transmater budaya atau mediator sosial anak.
Menurut Sayekti, keluarga suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama
atau seoarang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian atau
tanpa anak-anak, baik anak sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah
rumah tangga (Ulfatmi, 2011:19). Keluarga merupakan suatu unit, terdiri
dari beberapa orang masing-masing mempunyai kedudukan dan peranan
tertentu. Keluarga itu dibina oleh sepasang suami dan istri yang telah
sepakat untuk mengarungi hidup bersama dengan tulus dan setia, didasari
kenyakinan yang dikukuhkan melalui pernikahan, dipateri dengan kasih
sayang, ditujukan untuk saling melengkapi dan meningkatkan diri dalam
menuju ridha Allah SWT.
Istilah keluarga adalah “sanak saudara yang bertalian dengan
perkawinan atau sanak keluarga yang bertalian dengan keturunan”. Atau
yang dimaksud dengan keluarga adalah masyarakat terkecil yang terdiri
dari suami istri yang terbentuk melalui perkawinan yang sah, baik
29
mempunyai anak maupun tidak sama sekali. Sedangkan sakinah menurut
arti bahasa adalah tenang atau tentram. Keluarga sakinah berarti keluarga
yang tenang, damai dan tidak banyak konflik, dan mampu menyelesaikan
problem-problem yang dihadapi (WJS, 1995:675). Permasalahan yang ada
pada keluarga jika bisa diselesaiakan dan dikendalikan dengan
kebijaksanaan dan merasa memiliki tanggung jawab bersama maka
kesakinahan dalam berumah tangga akan mudah dicapai.
Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga diartikan dalam berbagai arti
ada yang kaitannya dengan hubungan darah dan ada kaitannya dengan
hubungan sosial. Baik keluarga yang didasarkan pada hubungan darah
maupun hubungan sosial dapat kita temukan dalam arti luas dan dalam arti
sempit.
Keluarga dalam arti luas yaitu keluarga yang berkaitan dengan
hubungan yang meliputi semua pihak yang ada hubungan darah.
Sedangkan keluarga dalam arti sempit yaitu keluarga yang di dasarkan
pada hubungan darah yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang dijuluki
dengan istilah keluarga inti (Solaeman, 1994:6). Pengertian keluarga
dalam arti luas maupun sempit semuanya mempunyai tujuan yang sama
yaitu bisa membangun keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah sejahtera
lahir dan batin.
Dari penjelasan tersebut di atas keluarga sakinah berarti keluarga
yang bahagia atau juga keluarga yang diliputi rasa cinta-mencintai
(mawaddah) dan kasih sayang (rahmah). Dasar pembentukan keluarga
30
tersebut Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an Surat ar-Rum ayat 21
yaitu:
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir
(Departemen Agama RI, 2006:572).
Istilah keluarga sakinah merupakan dua kata yang saling
melengkapi. Kata sakinah sebagai kata sifat, yaitu untuk mensifati atau
menerangkan kata keluarga. Keluarga yang tenang, tenteram bahagia dan
sejahtera. Dengan demikian dari teori dan ayat di atas, bahwa keluarga
sakinah dapat berarti keluarga yang tangguh dan di dalamnya setiap
anggota menemukan ketenangan dan ketenteraman jiwa. Keluarga sakinah
tidak lain adalah keluarga yang bahagia lahir batin, penuh diliputi cinta
kasih mawaddah dan rahmah (Subhan, 2004:6).
Keluarga adalah kelompok sosial kecil yang terdiri dari suami, istri
dan anak-anak. Keluarga lazimnya disebut rumah tangga yang merupakan
unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah dalam pergaulan hidup
(Murtiningsih, 2008:6). Sakinah adalah bermakna tenang, tentram dan
tidak gelisah, mawaddah bermakna penuh cinta dan rahmah adalah saling
mencintai dan saling berkasih sayang antara suami istri dan anak-anaknya,
yang tenang, yang tenang damai, damai saling mencintai dan menyayangi.
31
Untuk mencapai keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah bukanlah suatu
hal yang mudah, tetapi sangatlah sulit dan benar-benar harus dicari untuk
mencapai tujuan hidup yang sejahtera. Karena jalan menuju hal tersebut
banyak duri dan batu sandung yang harus dihilangkan lebih dahulu
(Chotimah, 2009:31). Tetapi sesulit apapun dalam berkeluarga jika bisa
menyatukan tujuan dan persepsi yaitu menikah dengan di dasari iman,
taqwa dan niat ibadah maka semua urusan keluarga yang sulit akan jadi
mudah.
4. Konsep Keluarga Sakinah Dalam Islam
Allah menciptakan makhluk serba berpasangan, demikian juga
manusia, jadi berkeluarga adalah fitrah hidup. Telah menjadi Sunnatullah,
bahwa setiap orang yang memasuki pintu gerbang pernikahan, apakah ia
pria atau wanita, apakah ia tua atau muda pada dasarnya semuanya ingin
menciptakan pernikahan itu menjadi sebuah rumah tangga dan keluarga
yang bahagia dan sejahtera. Pasangan secara konsepsional harus
melahirkan harmoni atau dinamika, salah satu konsep hidup berkeluarga
adalah keluarga sakinah, yakni keluarga yang berlangsung dengan
mengikuti panduan agama Islam. Rumah tangga itu tidak seindah seperti
yang kita duga kalau tidak tahu rumusnya. Rumah tangga yang kurang
harmonis salah satu penyebabnya adalah karena kurangnya pemahaman
dan ilmu, sehingga visinya tidak jelas akan dibawa kemana. Ada yang
arahnya hanya duniawi saja dimana alat ukurnya hanya harta atau
kedudukan. Justru karena alat ukur yang salah menyebabkan cara
32
menilainya pun menjadi salah, anak yang pendidikannya kurang tinggi
dianggap tidak sukses, bapak yang penghasilannya sedikit dianggap gagal.
Begitulah yang terjadi kalau alat ukurnya salah.
Keluarga yang baik pastilah merupakan suatu masyarakat yang
ideal. untuk mewujudkan cita-cita yang baik dan melahirkan amal shalih.
Di dalam keluarga seperti ini akan ditemukan kehangatan dan kasih sayang
yang wajar, tiada rasa tertekan, tiada ancaman, dan jauh dari saling
sengketa dan perselisihan. Jika si anak telah mencapai usia sekolah dan
belajar dengan baik, maka seluruh potensinya dapat tumbuh dan
berkembang seoptimal mungkin, ia belajar dengan penuh semangat dan
gairah. Dalam keluarga semacam ini akan tumbuh ketenangan batin bagi
seluruh anggotanya, sehingga akan tercipta sakinah atau ketenangan yang
diliputi dengan mawaddah dan rahmah atau cinta dan kasih sayang.
Membina rumah tangga menuju sebuah keluarga yang sakinah,
mawaddah, dan rahmah, jelas tidak semudah yang dibayangkan.
Membangun sebuah keluarga sakinah adalah suatu proses. Keluarga
sakinah bukan berarti keluarga yang diam tanpa masalah, namun lebih
kepada adanya keterampilan untuk mengelola konflik yang terjadi di
dalamnya (Chotimah, 2009:47-48). Dengan demikian suatu proses
pembinaan keluarga sangatlah penting bagi pasangan suami istri. Ketika
sudah terbiasa menyelesaikan masalah bersama, maka lambat laun
kebahagian akan mudah dicapai.
33
Kehidupan keluarga, apabila diibaratkan sebagai satu bangunan,
demi terpeliharanya bangunan itu dari hantaman badai dan guncangan
gempa, maka ia harus didirikan di atas satu pondasi yang kuat dengan
bahan bangunan yang kokoh serta jalinan perekat yang lengket. Pondasi
kehidupan kekeluargaan adalah ajaran agama, disertai dengan kesiapan
fisik dan mental calon-calon ayah dan ibu (Ahid, 2010:78). Kebahagiaan
akan muncul dalam rumah tangga jika didasari ketakwaan, hubungan yang
dibangun berdasarkan percakapan dan saling memahami, urusan yang
dijalankan dengan bermusyawarah antara suami, istri, dan anak-anak.
Semua anggota keluarga merasa nyaman karena pemecahan masalah
dengan mengedepankan perasaan dan akal yang terbuka. Apabila terjadi
perselisihan dalam hal apa saja, tempat kembalinya berdasarkan
kesepakatan dan agama, karena syariat dalam hal ini bertindak sebagai
pemisah.
Dalam al-Qur’an Surat an-Nisa’ ayat 57, Allah SWT berfirman:
Artinya: “Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya” (Departemen Agama RI, 2006:113).
Keluarga yang beriman adalah keluarga yang mengambil jalan
tengah, tidak bersikap berlebihan juga tidak minim berinteraksi. Keadilan
34
yang tidak membebani pemimpin keluarga dan tidak mendorong untuk
merusak pengatur rumah tangga. Ada perbedaan yang sangat besar antara
merasakan kenikmatan Allah dalam batas yang wajar dan pemborosan atau
kebahilan. Apabila pemborosan merusak kebanyakan rumah tangga,
kebahilan juga sangat berpotensi menghancurkan hubungan kekeluargaan.
Sering di dapatkan seorang istri meminta cerai suaminya karena alasan
bahil. Berapa banyak para suami yang merasa sempit akibat tingkah laku
istrinya yang bahil. Sikap tengah sebagaimana yang diterangkan
merupakan metode terbaik dan cara terpenting
(http://qultummedia.com/55-kabar-qultum/review/701-konsep-
membangun-keluarga-sakinah-dan-sejahtera).
Oleh karena itu keluarga mempunyai kedudukan sebagai
penghubung anak dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial. Agar
anak dapat melakukan bersikap selektif dan aruf dalam menyaring norma
sosial. Keluarga harus terlebih dahulu memiliki dasar dan keyakinan yang
kuat atau komitmen moral yang tinggi. Keluarga yang melaksanakan
fungsi sosialisasi ini akan dapat membentuk pola pikir, idealism, karakter
dan kepribadian anak yang terintegritas, sehingga mengantarkannya dapat
menegakkan eksistensi dirinya sebagai seorang individu yang memiliki
kecerdasan sosial dan menemukan tempat dalam kehidupan sosial.
Salah satu kebutuhan yang fundamental dalam diri manusia adalah
kasih sayang. Suami isteri yang mendapatkan kasih sayang yang cukup
dari pasangannya akan memberi kontribusi positif dalam diri pasangannya
35
untuk menjadi setia dan lebih besemangat dalam melakukan kewajibannya
terhadap anggota keluarga. Sebaliknya isteri atau suami yang tidak
mendapatkan cinta dan kehangatan yang cukup dari pasangannya akan
mudah beralih hati kepada lawan jenis yang memberikan perhatian dan
kasih sayang kepada dirinya (Ulfatmi, 2011:23). Jadi pernikahan yang baik
adalah mampu menjaga sebuah ikatan seumur hidup. Islam memandang
potret keluarga yang ideal adalah keluarga yang dapat menggabungkan
antara sakinah, mawaddah dan rahmah sebagai satu kesatuan dan dapat
merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari
5. Kriteri Keluarga Sakinah
Islam telah menjadikan rumah tangga sebagai biduk untuk berlayar
dengan nama-nama (asma) Allah yang akan melewati jalur dan kebiasaan,
yakni melalui panasnya gelombang kehidupan yang bergelora. Dengan
ketinggian jalan iman, mereka tidak akan tenggelam, bahkan
mengantarkannya kepuncak kemuliaan membawa amanah dan
mendatangkan sebuah misi, sehingga mengeluarkan mereka dari
kesempitan dunia dan membimbingnya menuju alam akhirat yang penuh
dengan keadilan.
Membina rumah tangga Islami adalah kewajiban setiap muslim.
Kewajiban suami istri untuk memperbaiki kehidupannya, kewajiban ibu
bapak untuk mendidik anak-anaknya agar taat kepada Allah dan Rasul-
Nya agar menjadi belahan jiwa dan tumpuan harapan (Kisyik, 2015:8).
36
Sangat diperlukan sekali adanya saling mengerti antara suami istri dan
diharapkan juga bisa timbulnya cinta kasih dan sayang.
Syahrin Harahap (1996:164) merumuskan kriteria keluarga bahagia
(sakinah) setidaknya memiliki sepuluh ciri, yaitu:
a. Saling menghormati dan saling menghargai antara suami isteri,
sehingga terbina kehidupan yang rukun dan damai.
b. Setia dan saling mencintai sehingga dapat dicapai ketenangan dan
keamanan lahir batin yang menjadi pokok kekalnya hubungan.
c. Mampu menghadapi segala persoalan dan segala kesukaran dengan arif
dan bijaksana, tidak terburu-buru, tidak saling menyalahkan dan
mencari jalan keluar dengan kepala dingin.
d. Saling mempercayai, tidak melakukan hal yang menimbulkan
kecurigaan dan kegelisahan.
e. Saling memahami kelebihan dan kekurangan.
f. Konsultatif dan musyawarah, tidak segan minta maaf jika bersalah.
g. Tidak menyulitkan dan menyiksa pikiran tetapi secara lapang dada dan
terbuka.
h. Dapat mengusahakan sumber penghasilan yang layak bagi seluruh
keluarga.
i. Semua anggota keluarga memenuhi kebahagiaannya.
j. Menikmati hiburan yang layak.
37
Menurut Dadang Hawari (1996:117) mengutip pemikiran Nick
Stinnet dan John De Prain dari Universitas Nebraska, AS. dalam studinya
berjudul The National Study of Family Strenght, ada enam kriteria untuk
mewujudkan keluarga sakinah, yaitu:
a. Ciptakan kehidupan religius dalam keluarga. Sebab dalam agama
terdapat nilai-nilai moral atau etika kehidupan yaitu antara lain kasih
sayang, cinta mencintai dan kasih mengasihi dalam arti yang baik.
b. Tersedianya waktu untuk bersama-sama keluarga. harus ada acara
keluarga, tidak ingin diganggu urusan kantor, organisasi dan lain-lain.
c. Keluarga harus menciptakan hubungan yang baik antar anggota.
artinya, terjadi segi tiga interaksi, komunikasi yang baik, demokratis
dan timbal balik antara ayah, ibu dan anak.
d. Saling menghargai dalam interaksi ayah, ibu dan anak.
e. Jika mengalami masalah, prioritas utama adalah keutuhan keluarga,
maka disini diperlukan kesadaran masing-masing anggota keluarga
untuk saling pengertian, lebih mengutamakan kebersamaan dan tidak
egois.
f. Keluarga sebagai unit terkecil antara ayah, ibu dan anak adanya
hubungan yang erat dan kuat.
Sedangkan menurut Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji
dalam Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah
(Departemen Agama RI, 2005:23-25) disusun kriteria-krteria umum
kelurga sakinah yang terdiri dari keluarga Pra sakinah, Keluarga Sakinah I,
38
Kelurga Sakinah II, Keluarga Sakinah III, dan Keluarga Sakinah III plus
yang dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kondisi masing-
masing daerah. Uraian masing-masing kriteria sebagai berikut:
a. Keluarga Pra Sakinah
Keluarga pra sakinah yaitu keluarga-keluarga yang dibentuk
bukan melalui ketentuan perkawinan yang sah, tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasar spiritual dan material secara minimal, seperti
keimanan, shalat, zakat fitrah, puasa, sandang, pangan, papan dan
kesehatan.
b. Keluarga Sakinah I
Keluarga sakinah I yaitu keluarga-keluarga yang dibangun atas
perkawinan yang syah dan telah dapat memenuhi kebutuhan spiritual
dan material secara minimal tetapi masih belum dapat memenuhi
kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan akan pendidikan,
bimbingan keagamaan dalam keluarganya, mengikuti interaksi sosial
keagamaan dengan lingkungannya.
c. Keluarga Sakinah II
Keluarga Sakinah II yaitu keluarga-keluarga yang dibangun atas
perkawinan yang sah dan disamping telah dapat memenuhi kebutuhan
kehidupannya juga telah mampu memahami pentingnya pelaksanaan
ajaran agama serta bimbingan keagamaan dalam keluarga serta mampu
mengadakan interaksi sosial keagamaan dengan lingkungannya, tetapi
belum mampu menghayati serta mengembangkan nilai-nilai keimanan,
39
ketaqwan dan akhlaqul karimah, infaq, zakat, amal jariah, menabung
dan sebagainya.
d. Keluarga Sakinah III
Keluarga Sakinah III yaitu keluarga-keluarga yang dapat
memenuhi seluruh kebutuhan keimanan, ketaqwaan, akhlaqul karimah
sosial psikologi, dan pengembangan keluarganya, tetapi belum mampu
menjadi suri tauladan bagi lingkungannya.
e. Keluarga Sakinah III Plus
Keluarga sakinah III Plus yaitu keluarga-keluarga yang telah
dapat memenuhi seluruh kebutuhan keimanan, ketakwaan dan akhlak
al-Karimah secara sempurna, kebutuhan sosial psikologis, dan
pengembangannya serta dapat menjadi suri tauladan bagi
lingkungannya.
Dari penjelasan di atas bahwa untuk mewujudkan keluarga
sakinah maka perlu adanya kerja sama yang baik antara suami dan istri
yaitu terutama dalam hal akhlak al-Karimah. Karena untuk
mewujudkan keluarga sakinah maka peran dan pengetahuan tentang
agama menjadi penting. Ajaran agama itu tidak cukup dengan diketahui
dan dipahami, akan tetapi harus dengan dihayati dan diamalkan oleh
setiap anggota keluarga. Maka dengan hal tersebut akan lebih mudah
dalam memujudkan dan mencerminkan kehidupan yang penuh dengan
ketentraman, keamanan dan kedamaian yang dilandasi oleh ketakwaan.
Ketakwaan menjadi hal penting dalam kehidupan demi mewujudkan
40
kesakinahan sebuah keluarga. Setiap anggota keluarga harus senantia
mendekatkan diri dan selalu ingan kepada Allah SWT. dengan
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Karena dengan
mendekatkan diri kepada Allah SWT akan tumbuh dan terwujudnya
nilai-nila keimanan dan ketakwaan yang dapat mempermudah
penyelesaian urusan atau permasalahan dalam rumah tangga. Salah satu
upaya untuk menjadikan kehidupan dan keluarga yang sakinah adalah
dengan cara mingingat Allah SWT (dzikrullah). Karena inti dari
kebahagiaan dalam kehidupan seseorang adalah dengan cara
memperbanyak berdzikir.
B. Dzikir
1. Pengertian Dzikir
Secara etimologi, dzikir berakar pada kata , artinya
mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal
atau mengerti. Di dalam Ensiklopedi Islam menjelaskan bahwa istilah
dzikir memiliki multi interpretasi, diantara pengertian-pengertian dzikir
adalah menyebut, menuturkan, mengingat, menjaga atau mengerti
perbuatan baik (Masyhudi dan Wahyu, 2006:7). Adapun menurut istilah
fiqh dzikrullah sering dimaknai sebagai amal qauliyah (ucapan) melalui
bacaan-bacaan tertentu. Dzikir memiliki cakupan makna yang sangat luas,
karena setiap amalan baik yang dilakukan karena Allah merupakan bagian
dari berdzikir kepada-Nya. (Amin dan Al-Fandi, 2013:1). Dzikir juga
dapat dimaknai sebagai doa dan wirid, atau melafalkan suatu bacaan-
41
bacaan yang baik dan mengucapkannya itu bernilai ibadah sebagaiman
yang telah diajarkan Rasulullah SAW.
Dalam kitab al-Adzkar karangan Imam Nawawi (631-676 H),
dijelaskan dzikir itu bisa dengan hati bisa dengan lisan. Dan yang tebaik
adalah dengan hati dan dengan lisan sekaligus. Kalau harus memilih
diantara keduanya, maka dzikir denga hati saja lebih baik dari dzikir
dengan lisan saja (Bisri, 1999:169). Dzikir dapat berarti ingat atau eling.
Perbuatan apa saja tanpa ingat/eling akan menimbulkan kecelakaan,
kesengsaraan, bahkan dapat menimbulkan bencana. Ingat adalah sumber
dari keselamatan, apa lagi ingat/dzikir kepada Allah SWT. Dalam dzikir
kita akan menjadi lebih berhati-hati dan waspada (Soetjipto, 1986:1).
Kata dzikir dalam berbagai bentuknya ditemukan dalam al-Qur’an
tidak kurang dari 280 kali. Kata tersebut pada mulanya digunakan oleh
pengguna bahasa Arab dalam arti antonim lupa. Ada juga sebagian pakar
yang berpendapat bahwa kata itu pada mulanya berarti mengucapkan
dengan lidah/menyebut sesuatu. Makna ini kemudian berkembang menjadi
“mengingat”, karena mengingat sesuatu sering kali mengantar lidah
menyebutnya. Demikian juga, menyebut dengan lidah dapat mengantar
hati untuk mengingat lebih banyak lagi apa yang disebut-sebut itu (Shihab,
2008:11)
Dzikir menurut syari’at adalah setiap ucapan yang dilakukan bagi
tujuan memuji dan berdoa yaitu lafadz yang digunakan untuk beribadah
kepada Allah SWT, berkaitan dengan mengagungkan-Nya dengan
42
menyebut nama-nama-Nya atau sifat-sifat-Nya, memuliakan dan
mentauhidkan-Nya, bersykukur dan mengagungkan dzat-Nya, membaca
kitab-Nya dan berdoa kepada-Nya (Wibowo, 2013:21). Wawasan al-
Qur’an tentang dzikir dan doa, karangan M. Quraish Shihab (2008: 128).
Dalam teorinya beliau menjelaskan bahwa dzikir ada dampak bagi
kehidupan manusia. Beliau juga menyimpulkan betapapun mewahnya,
tidak akan menyenangkan jika dibarengi dengan ketentraman hati baru
dapat dirasakan bila manusia yakin dan percaya bahwa ada sumber yang
tidak terkalahkan yang selalu mendampingi dan memenuhi harapan. Yang
berdzikir merenung dan mengingat Allah SWT selalu akan merasa ramai
walau sendirian, kaya walau hampa tangan, dan berani walau tanpa kawan.
Dzikir secara literal berarti mengingat, pada dasarnya merupakan
amaliah yang selalu terkait dengan berbagai ibadah ritual dalam Islam.
Dalam pengertian ini, dzikir berarti suatu bentuk kesadaran yang dimiliki
oleh seorang makhluk akan hubungan yang menyatukan seluruh
kehidupannya dengan sang pencipta (Subandi, 2009: 33). Dzikir bisa pula
berupa doa, mengingat para Rasul-Nya, Nabi-Nya, wali-Nya, melalui
sarana dan perbuatan tertentu seperti membaca, mengingat, bersyair,
menyanyi, ceramah, dan bercerita (Al-Sakandari, 2000:29).
Berdzikir merupakan suatu amalan yang diperintahkan oleh Allah
dan Rasul-Nya sebagai salah satu sarana dan metode untuk mendekatkan
diri seorang hamba kepada Allah SWT. Dalam al-Qur’an Surat Ali Imran
ayat 41 Allah SWT berfirman yaitu:
43
Artinya: “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta
bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari" (Departemen
Agama RI, 2006:69).
Menurut Abubakar Aceh (1996: 276) dzikir adalah ucapan yang
dilakukan dengan lidah atau mengingat akan Allah SWT dengan hati
dengan ucapan atau ingatan yang mempersucikan Allah SWT dan
membersihkannya dari sifat-sifat tercela selanjutnya memuji dengan
pujian-pujian dan sanjungan dengan sifat-sifat yang sempurna, sifat-sifat
yang menunjukkan kebesaran dan kemurnian.
Dzikir dalam pengertian mengingat Allah SWT sebaiknya di lakukan
setiap saat, baik secara lisan maupun dalam hati. Artinya kegiatan apapun
yang dilakukan oleh seorang muslim sebaiknya jangan sampai melupakan
Allah SWT. Dimanapun seorang muslim berada, sebaiknya selalu ingat
kepada Allah SWT sehingga akan menimbulkan cinta beramal shalih
kepada Allah SWT, serta malu berbuat dosa dan maksiat kepada-Nya.
Menurut Syeh Ibnu Athaillah al-Sakandari (2010:123-124) dalam
kitabnya al-Hikam dijelasakan bahwa dzikir itu sebenarnya tidak hanya
dengan lisan. Setiap perilaku, tindakan untuk mengingat Allah boleh
disebut dzikir. Ada dzikir dengan hati, ada dengan lisan, ada dengan
pikiran, dan ada dengan perbuatan. Boleh dzikir dengan berjalan, dengan
duduk, dengan bekerja, dengan berbaring, atau dzikir dengan tegak, duduk,
dan beberapa cara selama tidak bertentangan dengan sunah Nabi
44
Muhammad SAW. Hal tersebut dijelaskan di dalam al-Qur’an Surat Ali
Imran ayat 191, yaitu:
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha
Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
(Departemen Agama RI, 2006:96).
Sedangkan dzikrullah sebagai proses pengingatan akan Allah adalah
dengan mengerjakan segala bentuk ketaatan, sehingga hal ini tidak hanya
meliputi peribadatan pribadi, namun juga meliputi majlis taklim, majlis
dzikir berjama’ah, sidang-sidang atau forum dialog yang membicarakan
persoalan umat, semua termasuk dalam kerangka dzikrullah, semua
aktivitas yang menghasilkan jalan mengingat Allah SWT, mengenang dan
menghampiri Allah SWT itulah dzikrullah (Sholikin, 2008:5).Pada
akhirnya dari definisi-definisi di atas, bahwa dzikir merupakan sarana
untuk menempuh perjalanan menuju dan menghamba pada Allah SWT
dan merupakan wujud keimanan bagi orang Islam.
2. Keutamaan Dzikir
Seandainya tidak ayat al-Qur’an atau hadits Nabi yang menerangkan
tentang dzikrullah, maka dzikir yang hakiki kepada Yang Maha Pemberi
45
nikmat ini tetaplah sangat penting. Sebab, kita adalah hamba-Nya, maka
kita harus selalu mengingat-Nya jangan sampai melalaikan-Nya. Dialah
Yang Maha Pemberi yang telah memberi nikmat dan kebaikan yang tidak
terhitung banyaknya tanpa batas waktu. Karena itu, berdzikir kepada Allah
dan mensyukuri karunia-Nya merupakan sesuatu yang fitrah bagi seorang
hamba (al-Kandalawi, 2003: 357).
Dzikir juga menumbuh-suburkan rahmat Allah, dan menghapus
dosa-dosa kecil. Keterangan tersebut termaktub dalam al-Qur’an Surat al-
Ahzab ayat 43yaitu:
Artinya: Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya
(memohonkan ampunan untukmu), supaya dia mengeluarkan kamu
dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah dia Maha
Penyayang kepada orang-orang yang beriman (Departemen Agama
RI, 2006:599).
Dalam ayat tersebut, Allah menegaskan akan melimpahkan
rahmatnya kepada orang-orang yang berdzikir, dan malaikat juga
memohon kepada-Nya, supaya dosa-dosa orang yang berdzikir diampuni
dan dikeluarkan dari kehidupan gelap (tanpa cahaya), kepada kehidupan
yang penuh cahaya (nur)-Nya. Rasulullah SAW bersabda:
46
Artinya: “Setiap kali ada sekelompok kaum yang berkumpul untuk
berdzikir kepada Allah, dan dengan majelis dzikir ini mereka
hanya bertujuan untuk Allah semata, niscaya mereka akan
dipanggil oleh Dzat yang memanggil dari langit, “berdzikirlah
kalian sementara dosa-dosa kalian sudah diampuni, Aku telah
mengganti kejelekan kalian dengan kebaikan” (HR. Ahmad,
Abu Ya’la dan ath-Thabrani), (Al-Ghazali, 1998:11).
Penegasan Allah SWT tersebut menunjukkan, adanya perlakuan
khusus Allah SWT dan para malaikat kepada orang-orang yang banyak
berdzikir. Perlakuan khusus tersebut, diberikan oleh Allah dan para
malaikat, sebagai suatu petunjuk bahwa kegiatan dzikrullah, merupakan
suatu ibadah wajib yang memiliki kekhususan tersendiri, dibandingkan
dengan ibadah-ibadah yang lain, dan karenanya kepada pelaksanaan
ibadah tersebut, akan diberikan berbagai keutamaan (Majid dan Aziz,
2004: 19).
Dzikrullah adalah amalan yang sangat tinggi nilainya dan sangat
mulia dalam pandangan Allah. Dzikrullah juga menjadi pembeda antara
orang yang dikasihi oleh Allah SWT dan orang yang dibenci-Nya.
Sebagaimana dikisahkan bahwa : “Nabi Musa a.s, bertanya : “Ya Allah
bagaimana cara mengetahui perbedaan antara kekasih-Mu dengan
kebencian-Mu? Jawab Allah; Hai Musa bagi kekasih-Ku ada dua tanda
bukti, yaitu:
a. Mudah berdzikir kepada-Ku, sehingga akupun dzikir kepadanya di alam
malakut langit - bumi.
b. Terpelihara dari segala yang haram dan kemarahan-Ku, sehingga ia
selamat dari siksa dan marah-Ku.
47
Demikian pula bagi kebencian-Ku ada tanda bukti, yaitu:
a. Mudah lupa dzikir kepada-Ku
b. Mudah menuruti nafsu, sehingga terjerumus kedalam kancah
kemungkaran dan haram, akhirnya mereka disiksa.
Syaikh al-Faqih Abul Laits as-Samarqandi dalam kuliahnya
mengatakan: “Dzikir kepada Allah adalah amal ibadah yang paling unggul,
setiap ibadah di tentukan kapasitasnya (kadarnya) dan waktunya, bahkan
terkadang ada yang dilarang jika tidak menepati waktunya atau melebihi
ketentuan yang berlaku, tetapi dzikir kepada Allah, tiada ketentuan batas
waktunya dan berapa jumlahnya (Al-Aziz, 1978:186-187). Sebagaimana
Firman Allah SWT dalam al-Qur’an Surat al-Ahzab ayat 41yaitu:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut
nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya” (Departemen
Agama RI, 2006:599).
Betapa mulianya bila seorang mampu selalu mengingat Allah SWT
dalam dzikirnya. Orang yang berdzikir akan diingat Allah SWT, bahkan
dalam diri Allah SWT itu sendiri, sebagaimana yang disebutkan dalam
hadits qudsi, bahwa Rasulullah SAW bersabda, Allah SWT berfirman,
yaitu:
48
.
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA. Bahwa Rasulullah SAW. Bersabda,
Allah berfirman: Aku (Allah) bersama prasangka hamba-Ku
kepada-Ku, dan bersama jika mengingat-Ku ,kalau ia
mengingat-Ku dalam jiwanya, maka Aku akan ingat dia dalam
diri-Ku, jika ia menyebut nama-Ku dalam suatu perkumpulan,
maka Aku menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih baik
dari mereka. jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku
akan mendekat kepadanya sehasta, jika ia mendekat kepada-Ku
sehasta, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa, jika ia
datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku
mendatanginya dengan berjalan cepat” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Dzikir adalah cara mengingat Allah SWT yang sebaik-baiknya.
Allah SWT akan ingat kepada orang yang ingat kepada-Nya, mengingat
Allah dalam keadaan apa saja, saat berdiri, duduk, berjalan dan lain-lain.
Apabila kita mengingat Allah SWT ditengah kerumunan orang ramai,
maka Allah akan mengingat kita di dalam kerumunan yang lebih baik dari
mereka.
Sebuah hadits menyebutkan bahwa tanda-tanda mencintai Allah
SWT adalah mencintai dzikirullah, Abu Darda r.a. Berkata, “Barang siapa
lidahnya senantiasa basah karena dzikir kepada Allah, ia akan masuk
surga dengan tersenyum”. Dari Abu Darda’ Rasulullah Saw bersabda,”
49
,.(
Artinya:“Maukah kamu aku beritahu tentang amal yang baik, paling mulia
dan paling suci disisi Allah, dan paling tinggi derajatnya, lebih
berharga dari menginfakkan emas dan perak, dan bila bertemu
musuh maka kalian akan memenggal lehernya,” para sahabat
bertanya, “apa itu ya Rasulullah?”, dzikir kepada Allah.” (HR.
Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah) (Soejtipto, 1986: 5-6).
Setiap muslim tentu mengetahui, betapa utamanya berdzikir itu dan
betapa besar manfaatnya, dzikir merupakan pekerjaan yang mulia dan
sangat bermanfaat, sebagai sarana untuk mendekatkan diri pada Allah
SWT. Para ulama’ dan shalihin (orang-orang yang shalih) telah
menguatkan keutamaan dzikir ini, dengan menyatakan, seorang yang dapat
memadukan antara tafakkur (hatinya tentang siksa, nikmat, dan
kesempurnaan kekuasaan Allah SWT, dengan sikap hati-hati (wara’) dari
mendekati sesuatu yang haram dan syubhat (perkara yang belum jelas
halam dan haram) serta menerima ketentuan-ketentuan-Nya, dan dzikir
kepada Allah SWT, maka sesungguhnya ia mendekati tindakan para wali,
para shiddikin (orang-orang yang benar), dan Muqarrabin (orang-orang
yang dekat dengan Allah).
Sebagian para ulama’ menafsirkan dengan beberapa interpretasi
sebagai berikut :
Pertama, sesungguhnya dzikir kepada Allah SWT lebih besar dari
segala sesuatu, dzikir adalah taat yang paling utama. Arti taat disini adalah
menegakkan dzikir kepada-Nya, sedang dzikir adalah ketaatan dan daya
50
ketaatan itu sendiri. Kedua, sesungguhnya jika kamu sekalian, kaum
muslimin, ingat kepada-Nya, maka Allahpun akan ingat kepadamu,
sedangkan dzikir Allah SWT kepadamu lebih besar daripada dzikir kamu
kepada-Nya. Ketiga, sesungguhnya dzikir kepada Allah SWT adalah lebih
besar daripada tetapnya fakhsya’ (perbuatan keji) dan kemungkaran.
Bahkan jika dzikir dibaca secara sempurna, ia akan dapat menghilangkan
segala kesalahan dan maksyiat. Keempat, sesungguhnya amal shaleh, bila
ingin diterima oleh Allah SWT, harus diakhiri dengan dzikir, jika tidak
diakhiri dengan dzikir dan pujian maka amal itu akan sia-sia belaka.
Dengan demikian, manakala seseorang berdzikir kepada Allah,
dengan tasbih, tahlil, takbir atau berdzikir dalam keadaan sholat, berdo’a,
membaca al-Qur’an atau dalam segala aktivitas hidupnya, maka Allah juga
akan ingat kepadanya dengan dzikir yang lebih besar daripada dzikir yang
mereka lakukan kepada Allah SWT. Allah SWT pun akan membanggakan
itu kepada para malaikat, maka turunlah hidayah rahmat, dan maghfirah
(ampunan) kepada sang dzakir (orang yang berdzikir). Ia akan diberi
keistimewaan sepanjang hidupnya dan menjadi orang pilihan hingga pada
hari kiamat.
Menurut Ibnul Qayyim al-Jauziyah bahwa dzikir adalah ibadah
paling mudah, namun paling agung dan utama, karena gerakan lisan adalah
gerakan anggota tubuh yang paling ringan dan mudah. Selain itu,
dzikrullah merupakan amal yang paling dapat menyelamatkan manusia
dari siksa Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yaitu:
51
(
Artinya: “Tidak ada amal yang dapat dilakukan oleh anak adam (manusia)
untuk menyelamatkannya dari siksa kubur, kecuali berdzikir
kepada Allah.”(HR. Imam Ahmad).
Dan dengan dzikir pula, hati dapat menjadi mengkilap, menjadi bersih
dari segala kotoran. Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: “Sesungguhnya tiap-tiapsesuatu ada alat pembersihnya, dan yang
membersihkan hati itu ialah dzikir kepada Allah (ingat pada
ajaran tuntunan Allah) (Soetjipto, 1986:7).
3. Manfaat Dzikir
Menurut Abu Yusuf (2009: 27) menyatakan bahwa diantara sebab-
sebab terbesar mendapatkan kelapangan dada dan kelapangan jiwa adalah
memperbanyak dzikir kepada Allah SWT. Sebab dzikir memiliki pengaruh
yang menakjubkan dalam melapangkan dan memperbaiki ketentraman
dalam dada, serta menghilangkan kesedihan dan kegundahan.
Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an Surat ar-Ra’du ayat 28
yaitu:
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (Departemen
Agama RI, 2006:599).
Dengan demikian mengingat Allah SWT (dzikrullah) mempunyai
pengaruh yang besar sekali bagi ketenangan hati dan jiwa bagi seorang
52
hamba akan mendapat keistimewaan pahala yang agung dan lebih-lebih
akan mendapatkan ridho Allah SWT. Karena pokok dan tujuan dalam
berdzikir bagi seorang hamba adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dari penjelasan tersebut di atas, maka berdzikir mempunyai manfaat
yang banyak sekali bagi seorang hamba. Manafaat berdzikir yang hendak
dicapai bagi seorang hamba diantaranya yaitu:
a. Dzikir Menjadikan Cerdas
Kebanyakan orang meyakini bahwa untuk mencapai kecerdasan,
baik kecerdasan intelektual, emosional maupun spiritual, harus diraih
dengan belajar giat dan pantang menyerah. Padahal, tuntunan agama
memberikan banyak kemudahan. Dengan kata lain, kecerdasan akan
datang jika dalam ikhtiar atau belajar diikuti dengan dzikir sebagai
senjata utamanya.
Dzikir yang dilandasi dengan kesadaran pikiran serta kesucian
hati, yang merupakan entitas (quantum), mengandung daya yang sangat
tinggi sehingga mempu menyetrum yang bersangkutan dari lubuk hati
yang paling dalam dan membuat perbuatan lahiriyah dengan pemikiran
yang orisinal dan brilian (Suyadi. 2008: 44). Berdzikir kepada Allah
merupakan suatu rangka dari rangkaian iman dan Islam yang mendapat
perhatian khusus dan istimewa dari Al-Qur’an dan Sunnah. Dzikrullah
merupakan peringkat doa yang paling tinggi, yang di dalamnya
tersimpan hikmah serta manfaat yang besar bagi hidup dan kehidupan
dunia dan juga di akhirat (Amin dan Al-Fandi, 2013:2).
53
b. Dzikir Mengundang Rahmat Allah
Dzikir mempunyai fadhilah yang luar biasa, salah satunya
mengundang kasih sayang atau rahmat dari Allah SWT. Sesuai dengan
sabda Rasulullah SAW, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim sebagai
berikut.
Artinya: “Manakala suatu kelompok duduk bersama, seraya berdzikir
kepada Allah SWT, niscaya para malaikat akan mengelilingi
mereka dan mereka pun akan diliputi rahmah dan Allah SWT
akan menyebut mereka diantara siapa saja yang berada dari
sisi-Nya” (Al- Ghazali. 1994: 19).
Dengan berdzikir maka, rahmat, ketengangan jiwa dan
keberkahan dalam berumah tangga akan diperoleh bagi seseorang yang
benar-benar melakukannya dengan rasa khusyu’ dan tawadhu’.
c. Dzikir Membersihkan Hati
Membersihkan hati bermakna menghapus darinya kecintaan pada
dunia dan hal-hal duniawi serta menghilangkan darinya segenap
kesedihan, kedukaan dan kekhawatiran atas segala sesuatu yang tidak
berguna.
Setiap manusia terkadang merasakan gelisah dan terfokus hanya
kepada permasalahan dunia semata. Namun jika seseorang mampu
memutuskan dirinya dari berbagai kesedihan dan ketakutan dunia, dan
54
mencurahkan perhatiannya pada dzikir, maka hijab-hijab pun akan
tersingkap dari hatinya. Orang yang senantiasa berdzikir, maka maka
Allah membebaskan hatinya dari semua belenggu keduniawian
(Valiuddin, 1997:46). Dzikir memberikan sinaran kepada hati dan
menghilangkan kekeruhan jiwa, juga dapat melepaskan diri dari resah
dan gelisah (Amin dan Al-Fandi, 2013:3). Pada dasarnya dzikir akan
lebih utama jika dilakukan dengan istiqamah dan penuh kesopanan.
Ditambah lagi dengan nilai-nilai di dalam al-Qur’an yang dicontohkan
oleh Rasulullah SAW yaitu dilakukan dengan rendah hati dan merasa
hina dihadapan Allah SWT.
d. Dzikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis
Dipandang dari kesehatan, dzikir mengandung unsur
psikoterapeutik yang mendalam. Psikoreligius terapi ini sangatlah
penting karena mengandung kekuatan spiritual/kerohanian yang
membangkitkan rasa percaya diri dan rasa optimisme. Dua hal ini, yaitu
rasa percaya diri (self confident) dan optimisme, merupakan dua hal
yang amat esensial bagi penyembuhan suatu penyakit, di samping obat-
obatan dan tindakan medis yang diberikan.
Dr. Dale A. Matthews dari Universitas Georgetown, Amerika
Serikat mengatakan dalam pertemuan tahunan “The American
Psychiatric Assotiation”, antara lain bahwa mungkin suatu saat para
dokter akan menuliskan doa dan dzikir pada kertas resep, selain resep
obat pada pasien. Dikatakan bahwa dari 212 studi yang telah dilakukan
55
oleh para ahli, ternyata 75% menyatakan bahwa komitmen agama (doa
dan dzikir) menunjukkkan pengaruh positif pada pasien (Hawari, 1997:
8). Sangat dahsyat sekali kekuatan atau energi dzikir pada diri manusia.
Jika berdoa dan dzikir sudah ditanamkan pada diri seseorang mulai
sejak dini, kemungkinan besar manusia akan tahan dari penyakit
dhahiriyah maupun bathiniyah.
M. Quraish Shihab mengutip pendapat, bahwa Imam Ghozali
menyebutkan ada empat puluh manfaat, dua puluh di dunia dan dua
puluh lainnya di akhirat. Diantara manfaat yang diraih oleh pedzikir di
dunia antara lain:
1) Dia akan disebut-sebut atau di ingat, dipuji dan di cintai Allah
SWT.
2) Allah SWT menjadi wakil dalam menangani segala urusannya.
3) Allah akan menjadi teman yang menghibur.
4) Memiliki harga diri sehingga tidak merasa butuh kepada siapapun
selain Allah SWT.
5) Memiliki semangat yang kuat, kaya hati, dan lapang dada.
6) Memiliki cahaya kalbu yang menerangi guna meraih pengetahuan
dan hikmah.
7) Memiliki wibawa yang mengesankan.
8) Meraih mawaddah atau kecintaan pihak lain.
9) Keberkahan dalam jiwa, ucapan perbuatan, pakaian, bahkan tempat
melangkah dan duduk.
56
10) Pengabul doa (Shihab, 2008: 131-132).
11) Memperoleh rahmat dan inayah Allah SWT.
12) Memberikan sinar kepada hati serta menghilangkan kekacauan jiwa
dan kegelisahan pikiran.
13) Menghsilkan ampunan dari Allah SWT.
14) Menjadi ukuran derajat yang diperoleh di sisi Allah SWT.
15) Di jaga dan dikawal oleh malaikat.
16) Memelihara diri dari setan dan perbuatan maksiat.
17) Memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
18) Mendapat sebutan dari Allah SWT dihadapan hamba-hamba yang
pilihan.
19) Menegakkan dan menguatkan iman.
20) Menjadikan berderajat tinggi di sisi Allah SWT (Soejtipto,
1986:78).
Menurut Ibnul Qoyyim al-Jauziah (2002:50) menjelaskan bahwa
manfaat dzikir salah satunya adalah dzikir akan dapat memalingkan
lidah dari menggunjing, mengadu domba, berbohong, berkata jorok,
dan kebatilan.
Beliau juga menambahkan bahwa tidak ada sesuatu jalan
selamatpun kecuali dengan dzikir kepada Allah SWT. Realita dan
praktik telah membuktikannya. Barang siapa lidahnya telah terbiasa
berdzikir kepada Allah SWT, maka ia akan terjaga dari perkataan yang
batil dan sia-sia. Dan barang siapa lidahnya kering dari mengingat
57
Allah SWT, maka akan basah dengan segala kebathilan, perkataan sia-
sia dan kejelekan.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa dzikrullah sangat
perlu bagi kehidupan manusia. Oleh karenanya perlu adanya keserasian
dan menyeimbangkan antara kebutuhan dunia dan akhirat. Kesucian
hati atau pembersihan hati mampu menghapus dari kecintaan pada
duniawiyah yang berlebihan. Disinilah perlu adanya menumbuhkan
sifat qana’ah (menerima atas pemberian-nya) dan sifat sabar dalam
kehidupan, lebih-lebih dalam rumanh tangga. Karena sifat qana’ah dan
sabar perlu ditumbuh kembangkan dalam keluarga. Karena sifat
qana’ah dan sifat sabar seorang suami atau istri akan merasa rela dan
cukup atas apa yang dimilikimya dan dapat menyadari bahwa semua
yang dimilikinya hanyalah titipan dari Allah SWT semata.
Dimasa modern dan era globalisasi seperti sekarang ini yang
ditandai banyaknya tuntutan-tuntutan kebebasan setiap individu yang
lebih menonjolkan sifat materialistis di tengah masyarakat itu akan
berdampak dan akan menimbulkan perpecahan bahkan dapat
mengancam ketentraman dan kesejahteraan keluarga. Karena itulah
sifat qana’ah dan sifat sabar harus dijadikan sebuah benteng untuk
menjaga dan mewujudkan kehidupan dan keluarga yang sakinah serta
dapat membendung keretakan dan kehancuran dalam rumah tangga.
4. Macam-Macam Dzikir
58
Menurut pendapat Moh. Saefullah al-Aziz (1978:193-194) di dalam
bukunya Risalah memahami ilmu tasawwuf secara umum dzikir dibagi
menjadi dua macam, yaitu dzikir dengan hati dan dzikir dengan lisan.
Masing-masing dari keduanya terbagi pada dua arti, yaitu:
a. Dzikir dari arti ingat dari yang tadinya lupa
b. Dzikir dalam arti kekal ingatannya
Sedangkan yang dimaksud dengan dzikir lisan dan hati adalah sebagai
berikut:
a. Dzikir dengan lisan berarti menyebut Nama Allah SWT, berulang-ulang
kali, sifat-sifat-Nya berulang-ulang kali pula atau pujian-pujian kepada-
Nya. Untuk dapat kekal dan senantiasa melakukannya, hendaknya
dibiasakan atau dilaksanakan berkali-kali atau berulang-ulang kali.
b. Dzikir kepada Allah dengan hati, ialah menghadirkan kebesaran dan
keagungan Allah di dalam diri dan jiwanya sendiri sehingga mendarah
daging.
Kerjasama antara lisan (lidah) dan qalb (hati) dalam hal dzikir ini
sangatlah baik, sebab bilamana seseorang telah mengamalkan dan
melakukan dengan disiplin, dengan sendirinya akan meningkat menjadi
dzikir a’dha’a, artinya seluruh badannya akan terpelihara dari berbuat
maksiat kepada Allah SWT. Bagi seorang yang hatinya telah bening dan
jernih akan dapat mengontrol anggota badannya untuk tetap disiplin,
ucapannya akan sesuai dengan perbuatannya, lahiriyahnya akan sesuai
dengan batiniyahnya.
59
Dzikir bisa dilakukan dengan lisan, hati, anggota badan, ataupun
dengan ucapan yang terdengar menggabungkan semua unsur tersebut
berarti telah melakukan dzikir secara sempurna. Setiap dzikir memiliki
pengaruh tertentu. Dzikir yang disertai kesiapan akan bisa membuka tirai,
tetapi hal itu disesuaikan dengan kondisi orang yang melakukannya. Al-
Hasan pernah berkata “dzikir itu ada dua macam, yaitu berdzikir kepada
Allah SWT di antara disi sendiri dengan Allah SWT. Tetapi dzikir yang
lebih utama (afdhal) adalah berdzikir kepada Allah SWT ketika Dia tidak
memberikan apa yang kita inginkan (Al-Ghazali, 1998:7). Menurut Imam
al-Ghazali, hakikat dzikir adalah berkuasanya Allah di dalam kalbu
disertai kesirnaan dzikir itu sendiri. Namun dalam pandangan beliau, ia
memiliki tiga kulit atau lapisan yang salah satunya lebih dekat kepada inti
(lubb) daripada yang lainnya. Inti (lubb) tersebut berada dibalik tiga tadi.
Kuit-kulit itu adalah sebagai jalan menuju inti (lubb). Kulit yang paling
luar adalah dzikir lisan semata (Al-Sakandari, 2000:30-32). Itulah
pentingnya berdzikir bagi setiap orang yang tidak dilakukan dengan lisan
saja, tetapi harus bisa direalisasikan dengan prilaku yang baik.
Imam Nawawi berkata, dzikir dilakukan dengan lisan dan hati secara
bersama-sama. Kalau hanya salah satu saja yang berdzikir, maka dzikir
hati lebih utama. Seseorang tidak boleh meninggalkan dzikir lisan hanya
karena takut riya’ (pamer). Berdzikirlah dengan keduanya dan niatkan
hanya mencari ridha Allah SWT semata. Suatu hari saya mengunjungi Al-
Fadhil untuk menanyakan orang yang meninggalkan amal perbuatan
60
karena takut riya’ dihadapan manusia. Beliau menjawab, ”kalau seseorang
menyempatkan diri memperhatikan tanggapan orang lain padanya, berhati-
hati atas persangkaan jelek mereka, maka pintu-pintu kebaikan tidak
terbuka lebar untuknya. Ia telah menghilangkan bagian agama yang sangat
vital. Ini bukan jalan yang ditempuh orang-orang bijak” (Mahmud,
2004:78).
Hal ini dengan simpel dan sederhana di sampaikan syaikh Ibnu
Athaillah r.a. Beliau berkata : ”janganlah engkau tinggalkan dzikir semata-
mata karena tidak adanya kehadiran hatimu bersama Allah SWT di
dalamnya. Sebab kelalaian hatimu (kepada Allah) tanpa adanya dzikir
adalah lebih berbahaya daripada kelalaian hatimu di dalam dzikir.
Barangkali Allah SWT akan mengangkatmu dari dzikir yang lalai menuju
dzikir dengan sadar, dari dzikir yang sadar menuju dzikir yang hadir.
Allah SWT dalam al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 20 yaitu:
Artinya: “Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sukar bagi
Allah”.(Departemen Agama RI, 2006:348), (Ghozali,
2006:183).
Sedangkan menurut ahli tashawuf, dzikir itu terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu:
a. Dzikir lisan atau disebut juga dzikir nafi isbat, yaitu ucapan La Ilaaha
Illallah. Pada kalimat ini terdapat hal yang menafikan yang lain dari
Allah dan mengisbatkan Allah. Dzikir nafi isbat ini dapat juga disebut
61
dzikir yang nyata karena ia diucapkan dengan lisan secara nyata, baik
dzikir bersama-sama maupun dzikir sendirian.
b. Dzikir qalbu atau hati, disebut juga dzikir: Asal dan kebesaran,
ucapannya Allah, Allah. Dzikir qalbu ini dapat juga disebut dzikir
ismu dzat karena ia langsung berdzikir dengan menyebut nama Dzat.
c. Dzikir sirri atau rahasia, disebut juga dzikir isyarat dan nafas, yaitu
berbunyi; Hu, Hu. Dzikir ini adalah makanan utama sir (rahasia). Oleh
karena itu ia bersifat rahasia, maka tidaklah sanggup lidah
menguraikannya, tidak ada kata-kata yang dapat melukiskannya (al-
Aziz, 1978:194-195).
BAB III
TINJAUAN UMUM MAJELIS DZIKIR AL KHIDMAH
A. Sejarah Majelis Dzikir Al Khidmah
1. Tinjauan Historis
Sejarah Al Khidmah tidak lepas dari seorang tokoh ulama sufi
kharismatik di wilayah Surabaya Jawa Timur. Pendiri Al Khidmah dan
sekaligus seoarang Pengasuh Pondok Pesantren Al Fitrah Surabaya yakni
KH. Ahmad Asrori al-Ishaqi. Beliau adalah salah satu pasangan putra dari
KH. Utsman al-Ishaqy dan Nyai Qomariyah binti kyai Munaji. Kata al-
Ishaqi dinisbatkan kepada maulana Ishaq, ayah dari Sunan Giri. Kyai
62
Asrori merupakan putra ke lima dari Sembilan bersaudara. Kyai Utsman
merupakan seorang murid Thariqah Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah
penerus dari mursyid sebelumnya yakni KH. Romli Tamim Jombang Jawa
Timur (Yusuf, 2014:20-21).Dalam dunia Islam, tarekat Naqsyabandiyah
dikenal sebagai tarekat yang penting dan memiliki penyebaran paling luas;
cabang-cabangnya bisa ditemukan di banyak negeri antara Yugoslavia dan
Mesir di belahan barat serta Indonesia dan Cina di belahan timur.
Sepeninggal Kiai Utsman tahun 1984, atas penunjukan langsung Kiai
Utsman, Kiai Ahmad Asrori meneruskan kedudukan mursyid ayahnya.
Tugas sebagai mursyid dalam usia yang masih muda ternyata bukan
perkara mudah. Banyak pengikut Kyai Utsman yang menolak mengakui
Kyai Asrori sebagai pengganti yang sah. Sebuah riwayat menceritakan
bahwa para penolak itu, pada tanggal 16 Maret 1988 berangkat
meninggalkan Surabaya menuju Kebumen untuk melakukan baiat kepada
Kyai Sonhaji. Tidak diketahui dengan pasti bagaimana sikap Kyai Asrori
terhadap aksi tersebut namun sejarah mencatat bahwa Kyai Asrori tak
surut. Ia mendirikan pesantren Al-Fithrah di Kedinding Lor, sebuah
pesantren dengan sistem klasikal, yang kurikulum pendidikannya
menggabungkan pengetahuan umum dan pengajian kitab kuning. Ia juga
seorang penggagas Al Khidmah, sebuah jama’ah yang sebagian
anggotanya adalah pengamal Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.
Jamaah ini menarik karena sifatnya yang inklusif, ia tidak memihak salah
satu organisasi sosial manapun. Meski dihadiri tokoh-tokoh ormas politik
63
dan pejabat negara, majelis-majelis yang diselenggarakan Al Khidmah
berlangsung dalam suasana murni keagamaan tanpa muatan-muatan politis
yang membebani. Kyai Asrori seolah menyediakan Al Khidmah sebagai
ruang yang terbuka bagi siapa saja yang ingin menempuh perjalanan
mendekat kepada Allah SWT tanpa membedakan baju dan kulit luarnya.
Pelan tapi pasti organisasi ini mendapatkan banyak pengikut. Saat ini
diperkirakan jumlah mereka jutaan orang, tersebar luas di banyak provinsi
di Indonesia, hingga Singapura, Malaisia, Thailan, Saudi Arabia dan
Filipina. Dengan kesabaran dan perjuangannya yang luar biasa, kyai
Asrori terbukti mampu meneruskan kemursyidan yang ia dapat dari
ayahnya. Bahkan lebih dari itu, ia berhasil mengembangkan Tarekat
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah ke suatu posisi yang mungkin tidak pernah
ia bayangkan.
Kyai Asrori adalah pribadi yang istimewa. Pengetahuan agamanya
dalam dan kharisma memancar dari sosoknya yang sederhana. Tutur
katanya lembut namun seperti menerobos relung-relung di kedalaman hati
pendengarnya. Menurut keluarga dekatnya, sewaktu muda Kyai Asrori
telah menunjukkan keistimewaan-keistimewaan. Mondoknya tidak teratur,
Ia belajar di Rejoso satu tahun, di Pare satu tahun, dan di Bendo satu
tahun. Di Rejoso ia malah tidak aktif mengikuti kegiatan ngaji. Ketika hal
itu dilaporkan kepada pimpinan pondok, Kyai Mustain Romli, ia seperti
memaklumi, “biarkan saja, anak macan akhirnya jadi macan juga”.
Meskipun belajarnya tidak tertib, yang sangat mengherankan, kyai Asrori
64
mampu membaca dan mengajarkan kitab Ihya’ Ulum al-Din karya Imam
al-Ghazali dengan baik. Di kalangan pesantren, kepandaian luar biasa yang
diperoleh seseorang tanpa melalui proses belajar yang wajar semacam itu
sering disebut ilmu Laduni (ilmu yang diperoleh langsung dari Allah
SWT). Adakah kyai Asrori mendapatkan ilmu Laduni sepenuhnya itu
adalah rahasia Allah SWT, (wallahu a’lam). Ayahnya sendiri juga kagum
atas kepintaran anaknya. Suatu ketika kyai Utsman pernah berkata
“seandainya saya bukan ayahnya, saya mau kok ngaji kepadanya.”
Barangkali itulah yang mendasari kyai Utsman untuk menunjuk kyai
Asrori (bukan kepada anak-anaknya yang lain yang lebih tua) sebagai
penerus kemursyidan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah padahal saat
itu Kyai Asrori masih relatif muda, yaitu 30 tahun.
(http://alkhidmahrobayan.blogspot.com/2012/06/kh.html).
Konon jauh sebelum nama Al Khidmah muncul sekitar tahun 1980-
an KH. Ahmad Asrori waktu masih muda sering bergaul untuk mendekati
para pemuda di Gresik. Pemuda yang pertama di dekati KH. Achmad
Asrori waktu itu adalah bernama Syamsul Hadi atau panggilannya
“Puyuh”. ia adalah salah satu anak jalanan “anak embongan” juga seorang
seniman yang sering mangkal di Terminal Bundar Kota Gresik. Puyuh
setiap malam suka maksiat, sering minum-minuman keras dan sebagainya.
KH. Ahmad Asrori akhirnya mulai mendekati Puyuh nama panggilannya
anak jalanan tadi, sambil membimbing dan mengerahkan dengan penuh
kesabaran, keuletan, pelan tapi pasti dan akhirnya Puyuh lambat laun
65
bertaubat dan akhirnya pengikut jama’ah KH. Ahmad Asrori dan bersedia
untuk dibimbing menuju jalan yang benar. Dari sinilah kemudian Puyuh
mengajak temannya yang lain untuk diajak gabung mengikuti arahan dari
KH. Ahmad Asrori seperti halnya dirinya. Akhirnya Puyuh berhasil
mengumpulkan sekitar 15 orang temannya untuk mengadakan suatu
perkumpulan anak-anak muda yang kegiatannya berdzikir mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Kemudian lambat laun dari 15 orang pemuda
tersebut merasa antusias dalam mengikuti perkumpulan majelis dzikirnya
KH. Ahmad Asrori. Sampai kemudian dari 15 pemuda tadi berhasil
mengajak pemuda lainnya yakni sekitar 500 orang pemuda untuk
mengadakan Majelis Dzikir dalam skala yang lebih besar dan sempat
menyewa sebuah wisma di daerah Kota Gresik. Akhirnya KH. Ahmad
Asrori memberi nama perkumpulan pemuda yang suka berdzikir tersebut
dengan sebuah nama Orong-orong.Orong-orong (hewan sejenis jangkrik)
atau hewan kecil yang muncul di waktu gelap yang mencari cahaya
dimalam hari dan mengelilinginya. Dengan nama itulah kyai Asrori
mengkiaskan hal itu, yakni mengajak para pemuda yang awalnya
kehidupannya gelap penuh dengan perbuatan maksiat dan dosa dibimbing
menuju kehidupan cahaya kebenaran dengan Ahklak al-Karimah. Sekitar
tahun 1984-an kyai Ahmad Asrori yang ketika itu masih belum menikah
berinisiatip untuk mendirikan Mushalla (tempat untuk shalat) yang berada
tepat disamping rumahnya di daerah kedinding Surabaya. Disana kyai
Ahmad Asrori mulai mengajak santri-santri lama untuk mengikuti kegiatan
66
majelisan dan pengajain setiap hari malam jum’at. Kegiatan tersebut
meneruskan dari amaliah ayahanya yaitu kyai Utsman yang sebelumnya
pernah juga menghadiri mejelis-majelis yang sama di berbagai tempat.
Kemudian dari tempat tinggal ini, selanjutnya menjadi awal cikal bakal
tempat ia mendirikan Pondok Pesantren yang diberi nama Al-Fitrah
(Yusuf, 2014:22-24).
Awalnyanama Al Khidmah muncul, ketika para santri Pondok
Pesantren Al-Fitrah setiah kali menulis undangan majelisan untuk
disebarkan kepada jama’ah, mereka tidak lupa menulis di bagian pojok
kanan bawah kertas undangan tersebut, ditului dengan kata “Al Khidmah”
yang berarti pelayan atau melayani. Konon dari kebiasaan santri dalam
menulis undangan mereka senantiasa mencantumkan kata Al Khidmah,
akhirnya warga atau orang-orang dilingkungan pondok yang mendapat
undangan dari santri Pondok Pesatren Al-Fitrah menyebut acara majelis
dzikir itu dengan nama Majelis Al Khidmah. Sehingga nama itu sampai
sekarang terkenal dengan sebutan nama Al Khidmah yakni majelis dzikir
yang dipimpin oleh Kyai Ahmad Asrori (Yusuf, 2014:24-25).
2. Visi dan Misi Al Khidmah
a. Visi Al Khidmah
Mewujukan generasi yang shalih shalihah sejahtera lahir dan
batin, yang pandai bersyukur, dapat menyenangkan hati keluarganya,
orang tuanya, guru-gurunya hingga Nabi Besar Muhammad SAW
67
sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan hadis serta tuntunan ahklak para
Salafuna as-Shalih.
b. Misi Al Khidmah
1) Mewujudkan keluarga yang shalih shalihah sejahtera lahir dan
batin, yang senang berkumpul dalam majelis dzikir, maulid dan
manaqib serta kirim doa kepada orang tua.
2) Mewujudkan masyarakat yang shalih shalihah sejahtera lahir dan
batin, yang senang berkumpul dalam majelis dzikir, maulid dan
manaqib serta kirim doa kepada orang tua.
3) Mewujudkan pejabat yang shalih shalihah sejahtera lahir dan batin,
yang senang berkumpul dalam majelis dzikir, maulid dan manaqib
serta kirim doa kepada orang tua.
4) Mewujudkan pengurus jama’ah Al Khidmah yang mampu
memfasilitasi terselenggaranya majlis dzikir, maulid dan manaqib
serta kirim doa kepada orang tua.
5) Mewujudkan pengurus Al Khidmah di seluruh tanah air dan
dibeberapa Negara tetangga.
6) Mewujudkan usaha-usaha yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, sehingga lebih istiqamah beribadah (Pengurus Pusat
Al Khidmah. 2014:4).
3. Dasar Pemikiran Lahirnya Al Khidmah
Dasar pemikiran lahirnya Al Khidmah ini dibentuk karena untuk
membentengi generasi muda Indonesia dari maraknya ajaran-ajaran yang
68
menyimpang dari ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Diatara munculnya
dasar pemikiran lahirnya Al Khidmah yaitu:
a. Makin susah dan beratnya memegang teguh aqidah, keyakinan, dan
perjalanan agama yang benar, tegak dan lurus, seperti menggenggam
bara api dalam telapak tangan.
b. Makin berkurangnya sikap menyayangi dan menghargai sesama, akibat
berkurang atau tiada rasa malu.
c. Makin banyaknya orang sering mencampuri urusan-urusan dan hak-hak
orang lain, sehingga sering timbul dan bangkit kesalahpahaman dan
salah pengertian, sampai ke perpecahan dan permusuhan.
d. Ahlul amanah dikhiyanati, sebaliknya Ahlul khiyanah dipercaya,
menjadikan yang dekat menjadi yang jauh, sebaliknya yang jauh
menjadi dekat.
e. Makin terselubung dan kaburnya persoalan, sehingga sulit
membedakan antara yang hak dengan yang bathil, akibat karena
beraninya selalu membawa-bawa nama: “Demi Allah, demi Rasulullah
SAW, demi agama dan demi kebenaran yang mutlak serta demi bangsa
dan negara”.
f. Makin terbaliknya pemikiran dan sudut pandang, yang baik dikatakan
mungkar sebaliknya yang mungkar dikatakan baik.
g. Persoalan Ijtihadiyah, Khilafiah dan Furu’iyyah yang seharusnya untuk
saling mengerti, menyayangi, menghargai, memulyakan dan menaungi
69
serta melindungi sesama umat, lebih-lebih umat Islam, disejajarkan
dengan persoalan mungkar dan ditduh sebagai perkara bid’ah yang
sesat dan menyesatkan, yang menimbulkan makin jauhnya persatuan
dan kesatuan umat, lebih-lebih ukhuwah islamiyah.
h. Makin terjeratnya hanya oleh daya pikiran dan wawasan, dan tersekap
hanya oleh kemampuan ilmu pengetahuan, tanpa disadari hampa dan
kosongnya rahasia dan cahaya dari Allah SWT, yang mengiringi,
menuntun dan memimbing kearah satu titik “Sidqu at-Tawajjuh”
(kebenaran, ketepatan, kemantapan, dan kesungguhan) dalam mengabdi
dan berkhidmah kepada Allah SWT.
i. Makin berani dalam menangani persoalan, menduduki kedudukan dan
dalam menguasai segala kekuasaan, lebih-lebih yang berkaitan dengan
persoalan agama, di luar ilmu, keahlian dan kemampuannya.
j. Makin banyak yang membanggakan dan mengagungkan pikiran,
wawasan dan pendapatnya sendiri, seakan-akan yang paling benar
secara mutlak.
k. Makin banyak yang men-Tuhankan dan mengedepankan hawa nafsu
dan kepentingan pribadi dan kelompok-kelompok, golongan-golongan.
l. Makin sedikit dan berkurangnya para tokoh agama, tokoh masyarakat
dan para pemimpin yang shalih, yang menjadi suri tauladan dan
panutan yang baik, secara lahir dan batin.
70
m. Makin banyak kelompok-kelompok, golongan-golongan yang sesat dan
menyesatkan, dengan terang-terangan menampakkan dirinya dengan
segala aneka warna yang mengaburkan dan mensilaukan, dan dengan
segala macam raut muka yang berbeda-beda (PP Al Khidmah Pelajar
dan Mahasiswa, 2013:15-16).
4. Al Khidmah Sebagai Wadah
Sadar bahwa manusia tidak akan hidup di dunia selamanya, kyai
Asrori telah berfikir jauh ke depan untuk keberlangsungan pembinaan
jama’ah yang sudah jutaan jumlahnya. Perkembangan jumlah murid cukup
menggembirakan ini sekaligus mengundang kekawatiran. Banyaknya
murid yang berbaiat di Thariqah Qadiriyah wan Naqsabandiyah Al-
Utsmaniyah menunjukkan bahwa ajaran ini memiliki daya tarik tersendiri.
Apalagi murid-murid yang telah berbaiat terus dibina melalui berbagai
majelis, sehingga amalan-amalan dari sang guru tetap terpelihara.
Di sisi lain banyaknya murid juga mengundang kekhawatiran sang
guru. Karena mereka tidak terurus dan terorganisir dengan baik, sehingga
pembinaannya pun kurang termonitor. Kondisi inilah yang mendorong
beberapa murid senior memiliki gagasan untuk perlunya membentuk
wadah di samping dorongan yang cukup kuat dari kyai Asrori sendiri,
sehingga diharapkan dengan terbentuknya wadah bagi para murid-
muridnya dapat lebih mudah melaksanakan amalan amalan dari gurunya.
Maka dibentuklah wadah bernama “Jama’ah Al Khidmah”.
Organisasi ini resmi dideklarasikan tanggal 25 Desember 2005 di
71
Semarang Jawa Tengah, dengan kegiatan utamanya ialah
menyelenggarakan Majelis Dzikir, Majelis Khotmil al-Qur’an, Maulid dan
Manaqib serta kirim do’a kepada orang tua dan guru-gurunya. Kemudian
menyelenggarakan Majelis Sholat Malam, Majelis Ta’lim, Majelis
Lamaran, Majelis Akad nikah, Majelis Tingkepan, Majelis Memberi nama
anak dan lain lain.
Jika diruntut, Kyai Ahmad Asrori memiliki darah keturunan hingga
Rasulullah SAW yang ke 38, yakni Ahmad Asrori putra kyai Utsman al-
Ishaqi. Namanya dinisbatkan pada Maulana Ishaq ayah Sunan Giri. Karena
kyai Utsman masih keturunan Sunan Giri. kyai Utsman berputra 13 orang.
berikut silsilahnya :
Ahmad Asrori al-Ishaqi-Muhammad Utsman-Surati-Abdullah-
Mbah Deso-Mbah Jarangan-Ki Ageng Mas-Ki Panembahan Bagus-Ki
Ageng Pangeran Sedeng Rana-Panembahan Agung Sido Mergi-Pangeran
Kawis Guo-Fadlullah Sido Sunan Prapen-Ali Sumodiro-Muhammad Ainul
Yaqin Sunan Giri-Maulana Ishaq-Ibrahim Al Akbar-Ali Nurul Alam-
Barokat Zainul Alam-Jamaluddin Al Akbar Al Husain-Ahmad Syah
Jalalul Amri-Abdullah Khan-Abdul Malik-Alawi-Muhammad Shohib
Mirbath-Ali Kholi’ Qasam-Alawi-Muhammad-Alawi-Ubaidillah-Ahmad
Al Muhajir-Isa An Naqib Ar Rumi-Muhammad An Naqib-Ali Al Uraidli-
Ja’far As Shodiq-Muhammad Al Baqir-Ali Zainal Abidin-Hussain bin Ali-
Ali bin Abi Thalib/Fathimah binti Rasulullah SAW.
(http://alkhidmahrobayan.blogspot.com/2012/06/kh.html).
72
Bapak H. Hasanuddin, S.H. (ketua Al Khidmah pusat masa
khidmah 2006-2014) menjelaskan, organisasi Al Khidmah sengaja
dibentuk bukan karena latah apalagi berorientasi ke politik praktis, akan
tetapi semata mata agar pembinaan jama’ah lebih terarah dan teratur.
Siapapun bisa menjadi anggotanya, baik yang sudah baiat atau yang
belum baiat. Banyak kalangan orang umum baik dari kalangan pejabat
maupun rakyat kecil mengikuti acaranya Al Khidmah. Al Khidmah adalah
organisasi yang tidak berepihak pada golongan dan partai manapun.
Seperti yang telah ditekankan oleh KH. Ahmad Asrori dalam sebuah
catatan khusus bahwa berdirinya dan terbentuknya jama’ah Al Khidmah
sekali lagi bukan sebagai cikal bakal awal berdirinya suatu partai atau
pendukukng dan pembela salah satu organisasi partai. Organisasi Al
Khidmah ini jangan dibawa kemana-mana, tetapi selalu berada dimana-
mana (al-Ishaqi, 2011:31).
5. Lambang, Makna dan Arti Simbolik Al Khidmah
a. Lambang Al Khidmah
Gambar 1.1. Lambang/simbul jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah
Lambang Al Khidmah terdiri dari gambar, yaitu:
1) Pena sebagai alat untuk menulis
2) Arah pena yang menunjuk ke arah bawah
73
3) Kitab, 4 buah
4) Bintang, 3 buah
5) Tasbih
6) Pentolan tasbih yang mengarah ke dalam lingkaran
7) Pentolan tasbih yang panjang yang berada di bawah, mengarah ke
atas.
b. Lambang Al Khidmah mengandung arti dan makna :
1) Menjujung tinggi kefitrahan
2) Mengabdi keharibaan Allah SWT
3) Meneladani Rasulullah SAW
4) Menegakkan dan meneruskan jejak Salafuna as-Shalih
5) Berbakti demi Nusa dan Bangsa
6) Dalam naungan dan lindungan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
c. Arti Simbolik dari lambang Al Khidmah :
1) Pena sebagai lambang mencari ilmu.
2) Arah pena ke bawah, melambangkan menuntut ilmu semenjak lahir
hingga masuk liang lahat (sampai wafat).
3) Empat buah kitab, merujuk dan mengembalikan semua itu atas
dasar al-Qur’an, al-Hadis, al-Ijma’ dan al-Qiyas.
4) Tiga buah bintang melambangkan: menegakkan dan
membesarkan al-Islam, al-Iman dan al-Ihsan.
5) Tasbih melambangkan mengikuti ketetapan dan amaliah para
ulama’ Salafuna as-Shalih.
74
6) Pentolan tasbih yang mengarah ke dalam menunjukkan
kesungguhan dan keikhlasan dalam mengabdi kepada Allah SWT.
7) Pentolan tasbih yang panjang yang berada di bawah, mengarah ke
atas, melambangkan bersikap rendah hati agar mawas diri dan
toleransi serta arif , bijaksana demi meraih rahmat dan ridha serta
keutamaan dan kemuliaan di sisi Allah SWT.
6. Perkembangan Al Khidmah
Perkembangan Al Khidmah dari waktu ke waktu telah mengalami
kemajuan yang sangat pesat dan menyebar ke luar negeri (Malaysia,
Thailand, Singapura, Arab Saudi, Brunai Darussalam, dan lain-lain).
Kemajuan tersebut telah menjadikan Al Khidmah menembus dan
menyentuh ke berbagai golongan dan kelompok masyarakat, bahkan
institusi pemerintahan dan negara. Al Khidmah Kabupaten Semarang
mengadakan kegiatan selapanan, maupun majelis yang lain berupa
tasyakuran haji/umroh, Walimatul Aqiqah, Walimatunnikah, dan kegiatan
peringatan hari besar Islam. Dalam perkembangannya Al khidmah juga
masuk di perguruan tinggi dengan nama Al Khidmah kampus. Al
Khidmah kampus tidak jauh berbeda dengan Al Khidmah yang dimaksud,
hanya saja para mahasiswa sebagai panitia pelaksana. Al Khidmah kampus
sendiri sudah tersebar di ± 93 Peguruan Tinggi di Indonesia seperti UI,
UII, IAIN, UDINUS, STAIN, UIN, UNDIP, UNES, POLINES, ITB dan
lain-lain) dan Universitas luar negeri seperti Malaysia, Singapura,
Thailand. Organisasi ini adalah cikal bakal bagi civitas akademika kampus
75
untuk mewujudkan kehidupan kampus yang berpedoman pada ajaran
Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Gambar 1.2. Jambore Nasional Al Khidmah Indonesia di Yogyakarta dan Majelis Dzikir
Haul Akbar di Country home, Rawang, Malaysia.
7. Sejarah Masuknya Al Khidmah ke Kabupaten Semarang
Al Khidmah masuk ke Kabupaten Semarang diperkenalkan kepada
masyarakat oleh KH. Abdul Wahab (pengasuh Pondok Pesantren Al-
Mansur Ungaran) dan KH. Hasanudin, SH. Pada tahun 2003. Awal
mulanya mengadakan majelis-majelis tahlil (iklilan)dari masjid ke masjid
secara berkeliling (safari) dengan ruang lingkup Kota Ungaran dan
sekitarnya. Al Khidmah waktu itu berpusat di kantor Radio Rasika Jl.
Semanggka No. 7 Ungaran Timur yang pimpinannya adalah bapak H.
Hasanudin SH.
Berkembangnya para jama’ah di Kota Ungaran dan mendapat
dukungan dari masyarakat maka Majelis Dzikir Al Khidmah dibentuklah
sebuah kepengurusan. Terpilihlah ketua umum pertama jamaa’ah Majelis
Dzikir Al Khidmah yaitu bapak Budiono (Anggota TNI aktif pada saat
itu). Pada rintisan dan kepenguruan tersebut diselenggrakanlah majelis
Khushushiyah yang masih menginduk di Masjid Baitur Rahman Simpang
76
Lima Semarang dan mengadakan mejelis manakib selapanan di Masjid-
masjid Kota Ungaran.
Pada tanggal 25 Desember tahun 2005 Hadratus Syekh KH Ahmad
Asrori al-Ishaqi r.a. mendeklarasikan jama’ah Al Khidmah di Meteseh
Semarang. Sekarang dijadikan Pondok Pesantren Assalafi Al-Fitrah dan
sebagai pusat kegiatan majelis manakib selapanan tingkat Jawa Tengah.
Dalam deklarasi sekaligus acara sarasehan jama’ah Al Khidmah Indonesia
dan Asia di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Semarang
menyetujui dan menyepakati secara resmi bapak H. Hasanudin terpilih
sebagai ketua umum pertama. Jadi terbentukya kepengurusan Majelis
Dzikir Al Khidmah di Ungaran itu sebelum deklarasi Al Khidmah
Indonesia.
Setelah deklarasi di Meteseh, kemudian kepengurusan di Ungaran
yang masih di ketuai bapak Budiono diadakanlah pemilihan ketua atau
kepengurusan yang baru. Melalui Musyawarah Daerah (Musda) ke I,
terpilihlah ketua yang baru yaitu bapak Drs. Imam Sunaryo. Pada
kepengurusannya bapak Imam Sunaryo tersebut kegiatan Al Khidmah
mulai merambah dan berkembang di 5 kecamatan yang ada di Kabupaten
Semarang. Majelis Khusushusi juga bertambah menjadi 5 tempat, 30
majelis iklilan dan manakib dengan estimasi jama’ah sekitar 5. 000 orang.
Pada akhirnya di tahun 2006 menyelenggarakan majelis Haul Akbar yang
pertama Kabupaten Semarang di Masjid Ikatan Persatuan Haji Indonesia
77
(IPHI) Ungaran Timur, yang sekarang di jadikan pusat majelis manakib
selapanan Kabupaten Semarang.
Pada tanggal 06 Mei 2009 Pengurus Pusat Al Khidmah
mengamanatkan kepada team 9 untuk melakukan reshuffle kepada
pengurus Al Khidmah Kabupaten Semarang masa Khidmah tahun 2007-
2010. Setelah mendapat amanat secara langsung dari Pengurus Pusat Al
Khidmah kemudian di tindak lanjuti dengan mengadakan Musayawarah
Daerah (MUSDA) ke II Kabupaten Semarang di Masjid Jabal Khoir
kampus UNDARIS Ungaran. Hasil MUSDA tersebut terpilihlah bapak
kyai M. Zaenuri sebagai ketua umum masa khidmah tahun 2010-2013.
Pada fase pengembangan yang kedua ini, jama’ah Majelis Dzikir Al
Khidmah tumbuh dan berkembang yang semula hanya ada 5 kecamatan di
Kabupaten Semarang menjadi 16 kecamatan diantaranya yaitu Kecamatan
Ungaran Timur, Ungaran Barat, Prengapus, Bergas, Tuntang, Pabelan,
Bringin, Susukan, Suruh, Tengaran, Bawen, Bandungan, Banyubiru,
Sumowono, Bancak dan Kaliwungu. Juga di tambah lagi di dua
Kecamatan Kota Madya Semarang yaitu Gunung Pati dan Banyumanik
(Pudak Payung). Mulai tahun 2006 sampai 2012 Al Khidmah Kabupaten
Semarang sudah menyelenggarakan Haul Akbar sebanyak 7 kali.
Bertambah dan berkembangnya Al Khidmah pada tahun 2013
terdapat 75 tempat majelis Iklilan/Manakiban yang tersebar di 19
Kecamatan. Kemudian pengurus Al Khidmah Kabupaten Semarang pada
tanggal 03 Februari 2013 mengadakan Rakerda yang ke 6, di MI Ma’arif
78
Keji, Ungaran Barat. Para peserta Musda ke 6 tersebut masih memberi
kepercayaan kepada kyai M. Zaenuri yang terpilih kembali menjadi Ketua
Umum masa khidmah tahun 2013-2016. Hingga sekarang majelis dzikir Al
Khidmah dari bebagai acara di beberapa kecamatan sudah menyebar luas
di masyarakat dan di berbagai kalangan yang tidak membedakan-bedakan
jabatan, kedudukan, kekayaan dan partai politik manapun. Organisasi Al
Khidmah telah tercatat secara resmi di Kementrian Hukum dan HAM
Republik Indonesia dengan Nomor Akte AHU 25 AH 01.06 Tahun 2011.
(wawancara dengan bapak kyai M. Zaenuri).
8. Susunan Pengurus Al Khidmah Kabupaten Semarang
Jama’ah majelis dzikir Al Khidmah Kabupaten Semarang derdiri
dari Dewan Penasihat, Dewan Pengawas Keuangan, Dewan Pengurus dan
Bidang-bidang diantaranya yaitu:
a. Dewan Penasehat
Dewan penasehat majelis Dzikir Al Khidmah Kabupaten
Semarang terdiri dari penasehat di beberapa kecamatan atau sebagai
imam Khushusy atau sebagai perwakilan. Diantanya penasehat tersebut
adalah:
1) KH. Hasanuddin, SH.
2) KH. Mashudi
3) KH. Asyifudin
4) Kyai Kabul
5) Kyai Masykur
79
6) Kyai Syamsudin
7) Kyai Zuhri al-Hafidz
8) Gus Indana Zulfa
9) KH. Nur Kholis
10) KH. Fatkhur Rahman
11) KH. Aris As’ad Nasution
12) KH. Fathan
13) KH. Agus Masna Sofa Fauza
14) KH. Zaenal Muttaqin Wahab
15) Kyai Mahsun
16) Kyai Muhdi Taufiq Wahab
17) H. Nurseri
18) Drs. Imam Sunaryo
19) Drs. H. Abdul Kholiq Rifa’i
20) H. Sumarno Atmojo, SE.
b. Dewan Pengawas Keuangan
Dewan Pengawas keuangan bertugas untuk mengawasi dan
mengoreksi kas masuk dan kas keluar sebagai controlling. Dewan
Pengawas Keuangan terdiri dari:
1) Abdullah Maskur, SE., M.SI.
2) H. M. Pujiyanto.
3) H. Nur Budiarso.
c. Dewan Pengurus
80
Dewan pengurus berarti sebagai pelaksana atau mengurusi
dalam suatu ornanisasi untuk menjalakan program kerja yang telah
ditetapkan melalu Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Kabupaten
Semarang. Kepengurusan dibatasi waktu masa khidmah empat tahun
dan bisa terpilih lagi setelah diadakn Rakerda berikutnya. Susunan
kepengurusan jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah masa Khidmah
2014-2018 adalah sebagai berikut:
1) Ketua : M. Zaenuri
2) Wakil Ketua I : H. M. Aris Muji Widodo, SH, M.Hum.
Wakil Ketua II : Kardiman
3) Sekretaris : Syahrul Munir, SE.
a) Wakil Sekretaris : Ali Sujiono, S,Pd.
b) Wakil Sekretaris : M. Solihin, ST.
4) Bendahara : M. Nur Kholis
a) Wakil Bendahara : M. Sutrisno
b) Wakil Bendahara : M. Sholeh
d. Bidang-Bidang
1) Kepala Bidang Organisasi : Supriyono, S.Pd.
Anggota : Shohibul Makmun, S.Pd.
2) Kepala Bidang Penyelenggaraan Majelis : Ustadz Faqih Al Hafidz
Anggota : Ustadz Harisun, Ust adz Mukhlasin
3) Kepala Bidang Pelajar & Mahasiswa : Abdul Ghoni, S.Pd.I.
Anggota : Adli Hidayat, SH.
81
4) Kepala Bidang Dana & Usaha : Roni Pujiyanto
Anggota : Pintoko Ariwibowo, H. As’ad, M. Qosim.
5) Kepala Bidang Pendidikan : Sasmito
Anggota : M. Sokhib, Rokan, Gus Birun
6) Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan : ibu Siti Rohmah
Anggota : Ibu Wahyu, ibu Muthomimah, Titik Indriyana, S.
Sos.I, dan ibu Ihsan.
7) Kepala Bidang Humas/ Kominfo : M. Ardiyanto
Anggota : Bambang Riyanto, SH. Aris, Fatin, M. Soleh,
8) Kepala Bidang Mobilisasi Jama’ah : Mukhlisin
Anggota : Rohmiyadi, Sutrisno, Warseno, Dulrohman, Amir Bener,
Tohir, Hanafi Faiz.
9) Kepala Bidang Kesekretariatan : Muh Kamadun
Anggota : H. Imam Rosyidi, Beny Setiawan Gundong, Agusnanto,
Wagiman, Mohayen, Mujiono, Ahmad Rodli, Rohman, Hidlayat
Jawas (Dokumen Al Khidmah Kabupaten Semarang).
B. Kegiatan dan Amaliah Al Khidmah
Kegiatan dan amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah sudah tercantum di
dalam buku Pedoman Kepemimpinan, Kepengurusan dalam Kegiatan,
Amaliyah Ath-Thoriqoh dan Al Khidmah tentang Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga AD/ART. Di dalam AD/ART tersebut berisi
tentang kegiatan-kegiatan Al Khidmah, diantaranya yaitu:
82
1. Kegiatan Al khidmah
a. Bidang Agama
1) Menyelenggarakan majelis dzikir, Maulid dan manakib serta kirim
doa kepada orang tua dan guru-gurunya.
2) Menyelenggarakan majelis Shalat malam
3) Menyelenggarakan Majelis Ta’lim
4) Menyelenggarakan majelis lamaran atau Khitbah
5) Menyelenggarakan majelis Akad nikah
6) Menyelenggarakan majelis Tingkepan atau selamatan tujuh bulan
kandungan
7) Menyelenggarakan majelis memberi nama anak atau Walimah at-
Tasmiyyah
8) Menyelenggarakan majelis Sunatan atau Khitanan
9) Menyelenggarakan majelis Khotmil al-Qur’an
10) Menyelenggarakan Majelis Sya’ban dan lain-lain.
b. Bidang pendidikan
1) Proses belajar mengajar dengan sistem Pondok Pesantren as-Salafi.
2) Menyelenggarakan pendidikan formal (TK s/d Universitas).
c. Bidang Sosial berfungsi untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
masyarakat.
d. Bidang Ekonomi
1) Mengupayakan tumbuhnya ekonomi kerakyatan
83
2) Mendorong tumbuh kembangnya KOPERASI masyarakat (al-
Ishaqi, 2003:17).
2. Amaliyah Al Khidmah
Rangkaian amaliyah yang dilakukan oleh jama’ah Majelis Dzikir
Al Khidmah dalam berbagai majelis sangatlah banyak sekali. Majelis
tersebut dilakukan di beberapa daerah mulai tingkat Desa, tingkat
Kecamatan, tingkat Kabupaten, tingkat Provinsi dan sampai tingkat
Manca Negara. Amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah diantaranya
meliputi:
b. Majelis dzikir, Maulid, Manakib dan Ta’lim
Majelis Dzikir, Maulid, Manakib serta ta’lim adalah mejelis
yang mengamalkan bacaan al-Fatihah, Istighatsah, Maulid Nabi
Muhammad SAW. dan Manakib Syekh Abdul Qadir al-Jailani r.a.
majelis ini dipimpin oleh Imam Majelis Dzikir, maulid dan manakib
serta ta’lim.
Adapun urutan acaranya adalah sebagai berikut:
1) Membaca surat al-Fatihah (hadharah)
2) Membaca Istighatsah
3) Membaca surat Yasin
4) Membaca Manakib Syekh Abdul Qadir al-Jailani r.a
5) Doa manakib
6) Tahlil
7) Doa tahlil
84
8) Mauidzoh hasanah
9) Doa (Al-Ishaqi, 2011:88).
c. Majelis dzikir, Maulid, Manakib Kubro serta Majelis Ta’lim
Adalah kegiatan gabungan dari majelis yag sama dari beberapa
tempat dan daerah atau wilayah, pada waktu dan tempat yang telah
diputuskan bersama dengan para pengurus Thariqah dan para pengrus
Al Khidmah.
1) Membaca surat al-Fatihah (hadharah)
2) Membaca Istighatsah
3) Membaca surat Yasin
4) Membaca Manakib Syekh Abdul Qadir al-Jailani r.a
5) Doa Manakib
6) Tahlil
7) Doa tahlil
8) Maulidurrasul SAW (Fihubby/Asyraqal)
9) Sambutan shohibul bait/pinisepuh
10) Sambutan mewakili pejabat
11) Mauidhah hasanah
12) Penutup doa Maulidurrasul SAW (Al-Ishaqi, 2011:91).
85
Gambar 1.3. Sambutan Bapak Emil Sanif Tarigan (ketua Al Khidmah Pusat)
dan para sesepuh Al Khidmah bersama Bapak Mohammad Nuh
(mantan Menteri Pendidikan RI).
d. Majelis Haul atau Haul Akbar
Majelis Haul Akbar adalah majelis dzikir, Maulidurrasul SAW
dan kirim doa kepada guru-guru, Ibadillahisshalihin (hamba-hamba
Allah yang shalih-shalih), serta untuk kirim doa kepada orang tua,
pinisepuh, juga kepada Arwahul Muslimin wal Muslimat wal
Mu’minin wal Mu’minat. Majelis ini dilaksanakan dalam kawasan
wilayah terbatas, pada waktu dan tempat yang telah diputuskan
bersama oleh para dewan penasihat, pengurus Thariqah dan pengrus
Al Khidmah yang disampaikan kepada guru Thariqah (al-Ishaqi,
2011:93).
Adapun urutan acaranya adalah sebagai berikut:
1) Membaca Surat al-Fatihah (hadharah)
2) Membaca Istighatsah
3) Membaca Surat Yasin
4) Membaca doa Surat Yasin
5) Manakib
6) Doa manakib
7) Tahlil
8) Doa tahlil
9) Maulidurrasul SAW (Fihubby/Asyraqal)
86
10) Sambutan shohibul bait/pinisepuh
11) Sambutan mewakili pejabat
12) Mauidhah hasanah
13) Penutup doa MaulidurrasulSAW. (Dokumen rangkaian amaliah
jama’ah Al Khidmah dalam berbagai majelis).
Gambar. 1.4. Haul Akbar di halaman kantor Kec. Susukan Kab. Semarang.
e. Majelis khotmil Qur’an
Urutan acaranya adalah sebagai berikut:
1) Membaca surat al-Fatihah (hadharah)
2) Membaca Istighatsah
3) Membaca al-Qur’an bersama-sama, setiap orang mebaca satu juz
dengan diakhiri membaca surat al-Fatihah satu kali surat al-
Ihklash tujuh kali. Bagi para jama’ah yang tidak membaca al-
Qur’an satu juz maka dimohon untuk membaca surat al-Ihklash
sebanyak-banyaknya sampai khatam membaca al-Qur’an.
4) Doa Khotmil al-Qur’an
87
5) Tahlil dzikir bersama
6) Doa tahlil
7) Doa Birrul Walidain
8) Doa Bihaqqil Fatihah (al-Ishaqi, 2011:97).
f. Shalat Malam
Urutan acaranya sebagai berikut:
1) Membaca surat al-Fatihah (hadharah)
2) Istighatsah
3) Khotmil Qur’an atau baca surat Yasin
4) Doa pendek khotmil Qur’an
5) Tahlil lengkap (Iklil)
6) Shalat tasbih
7) Shalat hajat
8) Doa shalat tasbih.
Gambar 1.5. Majelis sholat tasbih dan ramah tamah di Masjid Subulus Salam,
Nyatnyono, Ungaran Barat.
g. Majelis as-Syuro (Sepuluh Muharam)
1) Shalat Magrib
2) Sholat tasbih
88
3) Membaca Surat al-Ihklash 1000 kali atau semampunya
4) Doa Sholat tasbih dan doa hari as-syura’ (al-Ishaqi, 2011:98).
h. Majelis akhir dan awal tahun Hijriyah
1) Akhir tahun
a) Membaca surat al-Fatihah (hadharah)
b) Membaca Istighatsah
c) Membaca surat Yasin
d) Membaca doa Surat Yasin
e) Membaca Tahlil
f) Doa akhir tahun (dibaca tiga kali secara bersama).
2) Awal tahun
a) Sholat magrib sampai selesai
b) Shalat tasbih dan doa shalat tasbih
c) Dzikir
d) Doa awal tahun (dibaca tiga kali secara bersama)
e) Istirahat diselingi makan hidangan
f) Shalat isya’.
3) Sambutan Shohibul bait/pinisepuh
4) Sambutan mewakili pejabat
5) Mauidhah hasanah
6) Penutup doa Maulidurrasul SAW. (Dokumen rangkaian amaliah
jama’ah Al Khidmah dalam berbagai majelis).
i. Acara Dies Natalis Perguruan Tinggi
89
Urutan acaranya sebagai berikut:
1) Membaca surat Al-Fatihah (hadharah)
2) Istighatsah
3) Khotmil Qur’an
4) Membaca shalawat ‘Ibadallah
5) Membaca shalawat Yaa Arhamarrohimin
6) Dzikir dan nadhoman
7) Doa tahlil
8) Maulidurrasul SAW
9) Sambutan-sambutan
10) Mauidhah hasanah
11) Doa penutup.
j. Acara Majelis Maulid Nabi Muhammad SAW tanggal 12 Rabi’ul
awal
Urutan acaranya sebagai berikut:
1) Al-Fatihah (hadharah)
2) Istighatsah (tidak memakai dzikir dan tahlil, setelah membaca
Yaa Arhamarrohimin langsung membaca maulid)
3) Maulidurrasul SAW/Mahalul qiyam (dengan diiringi rebana atau
terbang)
4) Doa Maulidurrasul SAW
5) Mauidhoh hasanah
6) Membaca sholawat Fii Hubby Sayyidina Muhammad
90
7) Ceremony lempar buah (oleh habaib dan para kyai) (Dokumen
rangkaian amaliah jama’ah Al Khidmah dalam berbagai majelis).
Gambar. 1.6. Majelis Haul Akbar Kedinding Surabaya 2015
k. Majelis Nisfu Sya’ban
Urutan acaranya sebagai berikut:
1) Membaca surat Al-Fatihah (hadharah)
2) Istighatsah
3) Membaca surat Yasin
4) Doa suarat Yasin
5) Doa Nisfu Sya’ban.
l. Majelis tahlil/iklil
Urutan acaranya adalah sebagai berikut:
1) Membaca surat al-Fatihah (hadharah)
2) Membaca Istighatsah
3) Membaca surat Yasin
4) Membaca doa Surat Yasin
5) Tahlil (mengacu pada kitab al-Iklil)
6) Doa tahlil
7) MaulidurrasulSAW (Fihubby/Asyraqal)
91
8) Sambutan Shohibul bait/pinisepuh
9) Mauidhah hasanah atau ceramah agama
10) Penutup doa.
m. Majelis lamaran (khithbah)
Urutan acaranya adalah sebagai berikut:
1) Membaca surat al-Fatihah (Hadharah)
2) Maulidurrasul SAW (Fihubby/Asyraqal)
3) Pengajuan lamaran dari wali pihak laki-laki atau wakilnya
4) Jawaban pihak perempuan ataua wakilnya
5) Doa.
n. Majelis akad nikah
Urutan acaranya adalah sebagai berikut:
1) Taukili wali (kalau memang diwakilkan)
2) Pembukaan dengan membaca surat al-Fatihah
3) Maulidurrasul SAW (Fihubby/Asyraqal)
4) Khutbah nikah
5) Akad nikah
6) Doa akad nikah
7) Sambutan shohibul bait
8) Mauidhah hasanah atau ceramah agama
9) Penutup doa Maulidurrasul SAW.
92
Gambar 1.7. Akad Nikah di rumah Bapak Junaedi di Kalirejo Ungaran Timur
dan mauidhoh hasanah oleh Habib Umar al-Jilanani (Makah).
o. Majelis Walimatul Ursy
Urutan acaranya adalah sebagai berikut:
1) Pembukaan dengan membaca surat al-Fatihah
2) Pembacaan ayat suci al-Qur’an al-Karim
3) Maulidurrasul SAW (Fihubby/Asyraqal)
4) Sambutan Shohibul bait (atau tuan rumah)
5) Mauidhah hasanah
6) Penutup doa Maulidurrasul SAW.
p. Majelis Walimatul Hamli/tujuh bulan masa kehamilan
Urutan acaranya adalah sebagai berikut:
1) Membaca surat al-Fatihah
2) Membaca Istighatsah
3) Pembacaan surat Muhammad, surat Thoha, surat Yusuf, Surat
Maryam (dibaca secara perorangan dan bersama-sama)
4) Doa
5) Maulidurrasul SAW (Fihubby/Asyraqal)
6) Sambutan Shohibul bait/pinisepuh
7) Mauidhah hasanah atau ceramah agama
93
8) Penutup doa MaulidurrasulSAW.
q. Majelis Walimatut Tasmiyah/pemberian nama potong rambut bayi
Urutan acaranya adalah sebagai berikut:
1) Membaca surat al-Fatihah (hadharah)
2) Membaca Istighatsah
3) Membaca surat Yasin
4) Membaca doa surat Yasin
5) MaulidurrasulSAW (Asyraqalan) disertai dengan potong rambut
kepala bayi
6) Sambutan Shahibul bait/tuan rumah
7) Mauidhah hasanah atau ceramah agama
8) Penutup doa MaulidurrasulSAW.
r. Kegiatan Al Khidmah atas undangan pribadi atau lembaga lain.
Seluruh agenda acara dikordinaskan dengan pengurus Al Khidmah.
Adapun acara yang dapat dipenuhi adalah sebagai berikut:
1) Haul
2) Tahlil
3) Tasyakuran
4) Keselamatan lamaran atau Khitbah
5) Akad nikah
6) Walimatul Ursy
7) Walimatul Hamli
8) Walimatut Tasmiyah
94
9) Serta kegiatan kegiatan-kegiatan agama lainnya (Al-Ishaqi,
2011:98-102).
3. Bentuk Amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah
Kegiatan Majelis Dzikir Al Khidmah yang dilakukan di Kabupaten
Semarang yaitu majelis rutinan atau disebut dengan Selapanan. Majelis
Dzikir Selapanan tersebut dilakukan setiap hari Jum’at pahing malam
Sabtu Pon di Masjid Agung Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI)
Kabupaten Semarang tepatnya di depan rumah Dinas Bupati Kabupaten
Semarang. Majelis Selapanan di Kabupaten Semarang dengan acara
initinya pembacaan Manakib Syeh Abdul Qadir al-Jailani r.a. dan
MaulidurrasulSAW. Majelis tersebut dihadiri oleh segenap jama’ah Al
Khidmah se-Kabupaten Semarang dan dari berbagai daerah atau
kecamatan. Dari beberapa daerah terdiri dari Kecamatan Ungaran Barat,
Ungaran Timur, Gunung Pati, Bergas, Pringapus, Suruh, Tuntang,
Bandungan, Ambarawa, Tengaran, Bancak, Bringin, Pabelan, Susukan,
Kaliwungu dan Kota Madya Salatiga. Acara Selapanan dimulai dari
pukul 18.00 WIB dengan melakukan sholat magrib berjama’ah sampai
pukul 23.00 WIB. Karena jama’ah Al Khidmah setiah ada mejlisan bisa
dipastikan jam 23.00 WIB sudah selesai jikalau lebih kira-kira 15 menit
(wawancara dengan Kyai M. Zaenuri).
Adapun tata cara dan urutan kegiatanMajelis Dzikir Al Khidmah
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Pembacaan Wasilah (lantaran)
95
Pembacaan wasilah yaitu upaya sebagai tawasul yang ditujukan
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya Nabi, para sahabat,
Tabi’in,Tabi’ut Tabi’in, para guru-guru, masyayikh, orang tua yang
telah mendahului kita dan muslimin muslimat. Tawasulan di baca oleh
seorang imam majelis yang duduk di depan berhadapan denga para
jama’ah. Ketika pembacaan tawasulan para jama’ah membaca surat al-
Fatihah setelah imam majelis membaca sampai syai’ul lillaahi lanaa
walahum al-Faatihah. Dengan membaca wasilah dan surat al-Fatihah
tersebut para jama’ah berharap mendapat syafaat dari Rasulullah SAW
di dunia maupun di akhirat dan berharap mendapat barokahnya majelis
tersebut.
Adapun bacaan wasilah yang dilakukan oleh jama’ah Al Khidmah
adalah sebagai berikut:
96
b. Pembacaan Istighotsah
Pembacaan Istighotsah yaitu membaca bacaan-bacaan dzikir yang
isinya memohon ampunan kepada Allah SWT, berisi pujian-pujian, dan
pengagungan nama-nama Allah SWT. Majelis Dzkikr Al Khidmah
dalam membaca Istighotsah masing-masing dibaca sebanyak 7/11/100
kali. Bacaan Istighotsah tersebut yaitu:
97
(Al-Ishaqy, 2012:12)
c. Pembacaan surat Yasin
Pembacaan surat Yasin dilakukan oleh orang yang sudah ditunjuk
sebagai pembaca. Pembaca tersebut bisa disebut juga sebagai team
(anggota) pembaca. Tim pembaca terdiri dari pembacaan surat Yasin,
pembacaan maulid ad-Diba’i, manakib dan sholawat.
d. Doa surat Yasin
Doa yasin dibaca oleh salah satu dari imam majelis dzikir atau
kyai, sesepuh yang berkenan untuk membacanya. Ketika doa surat
yasin sedang dibaca maka para jama’ah mengikuti dan mengamini
bacaan doa surat yasin tersebut. Adapun doa surat yasin yang dibaca
yaitu:
e. Pembacaan Manakib Syeh Abdul Qadir Al-Jailani r.a.
Membaca manakib Syeh Abdul Qadir al-Jailani r.a. berati
membaca sejarah biografi kehidupan, karamah, dan kemulyaannya
98
sebagai Sulthanul Auliya’ (pemimpinnya para wali). Dalam manakib
selain berisi tentang sejarah tetapi juga berisi doa-doa yang dipanjatkan.
Majelis Dzikir Al Khidmah dalam membaca manakibnya Syeh Abdul
Qadir al-Jailani r.a. Dengan dilagukan yang unik dan khas ala Al
Khidmah. Manakibnya Syeh Abdul Qadir al-Jailani r.a. terdiri dari
tujuh bab. Ada doa yang dipanjatkan para jama’ah yang dibaca secara
serentak oleh majelis dzikir yaitu ketika berpindah dari bab satu ke bab
berikutnya. Selain itu juga di dalam manakib ketika disebut nama Syeh
Abdul Qadir al-Jailani r.a. Para jama’ah membaca surat al-Fatiah secara
bersama. Bacaan doa yang ada di dalam manakibnya Syeh Abdul Qadir
al-Jailani r.a. yaitu:
f. Pembacaan Doa Manakib
Setelah selesai pembacaan manakib maka dilanjutkan dengan
membaca doa manakib dan membaca nadham atau puji-pujian kepada
Allah SWT. Nadhaman tersebut dibaca oleh team (anggota) yang
bertugas dan bacaannya juga mempunyai lagu yang khas. Bacaan
Nadhaman tersebut yaitu:
99
.(Al-Ishaqy, 2012: 123-124
Setelah pembacaan nadham di atas, amak dilanjutkan
dengan membaca Nadham al-Istiqbaalaat wat Tawajjuhaat
wal Munaajaat dengan dilagukan khas Majelis Dzikir Al Khidmah.
Dalam pembacaan nadham tersebut dibaca oleh tim pembaca manakib
dan untuk para jama’ah membaca tahlil La Ilaha Illallah sampai selesai
pembacaan nadham. Adapun nadham al-Istiqbalat wa Tawajuhat
wal Munajat tersebut yaitu:
.(al-Ishaqy, 2012: 161-162)
g. Pembacaan Doa Tahlil
Pembacaan doa tahlil bisa dimintakan atau dibaca oleh kyai dan
masyayikh ataupun seseorang yang dianggap mampu. Doa tahlil bisa
menggunakan doa dengan kalimat yang panjang atau bisa juga
semampu dan sekehendak yang berdoa. Ketika Kyai atau sesepuh
membaca doa para jama’ah mengamini doa tahlil tersebut dengan
khusyuk dan penuh ta’dzim.
100
h. Pembacaan MaulidurrasulSAW
Majelis dzikir Al Khidmah dalam pembacaan Maulidurrasul
SAW bisa dilakukan dengan membaca shalawat Fihubby Sayyidina
Muhammad atau membaca Maulidad-Diba’iy karangan al-Imam al-
Hafidz Abdurrahman ad-Diba’i. Ditengah-tengah pembacaan maulid
semua jama’ah berdiri ketika pembacaan Mahal al-Qiyam atau disebut
juga Asroqalan dengan dengan diiringi rebana. Para jama’ah mengikuti
dengan khusyuk dan bahkan sampai ada yang meneteskan air mata,
karena para jama’ah meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW hadir
dalam majelis tersebut. Adapun Asyraqalan yang biasa dibaca oleh
jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah adalah sebagai berikut:
i. Pembacaan Doa Maulidurasul SAW
Doa Maulidurrasul SAW dibaca oleh salah seorang kyai,
masyayikh atau ustadz setelah pembacaan Mahal al-Qiyam.
101
j. Sambutan-Sambutan
Sambutan yang pertama dimintakan kepada Ketua Al Khidmah
sebagai ungkapan rasa syukur atas terselenggaranya kegiatan Majelis
Dzikir Al Khidmah tersebut. Sambutan yang kedua dimintakan oleh
ketua panitia, ketua ta’amir masjid atau pejabat pemerintah.
k. Mauidhah Hasanah
Untuk mengisi acara sebagai penceramah atau bisa disebut
mauidhah hasanah itu biasanya disampaikan oleh seorang kyai, atau
ustadz yang diundang dari luar daerah. Terkadang juga Mauidhah
hasanah dimintakan langsung kepada ketua toariqoh pusat. Tetapi jika
momentnya dalam rangka Haul Akbar di Kedinding Surabaya,
Tausiyyah atau Mauidhah hasanah diisi secara langsung oleh cucu
Syeh Abdul Qadir Al-Jailani r.a. yang ke 17 yakni al-Habib Umar al-
Hadi al-Jailani r.a. dari Kota Suci Makah al-Mukarromah.
Dalam penyampaian mauidhah hasanah mengenai pembahasan
atau tausiyah yang disampaikan bervariasi, diantarnya yaitu yang
berkaitan dengan ilmu fikih, tauhid, muamalah, Qishat al-Ulama’,
akhlak dan lain-lain. Tetapi biasanya lebih ditekankan pada kajian ilmu
tasawuf dan akhlak.
l. Doa Penutup
Doa penutup berati akhir dari serangkaian acara Majelis Dzikir,
biasanya di baca oleh seoarang kyai atau masyayikh. Setelah pembacaan
doa penutup dilanjutkan dengan acara ramah tamah bagi para habaib,
102
para kyai, para masyayikh dan para tamu undangan termasuk dari
pejabat pemerintah.
4. Bentuk Amaliyah Majelis Khusushiyah
Majelis khushushy merupakan salah satu bagian dari kegiatan
rutinitas yang dilakukan oleh Majelis Dzikir Al Khidmah. Majelis
khushushymerupakan“Rabithoh al-Qolbiyyah wa Shilaturruhiyyah” yaitu
untaian, rangkaian, jalinan, dan ikatan detak hati, desah nafas, langkah
perjalanan lahir batin, jasmani dan rohani, bersama-guru-guru, sampai
kehadirat Baginda Habibillah, Rasulullah SAW. dan Malaikat Jibril a.s.
dimohonkan, dihantarkan dan dihaturkan keharibaan Allah SWT. Majelis
Khushushy betujuan demi meraih lembut, halus, besar dan agungnya kasih
sayang, pengampunan, keberkahan dan kemulyaan dari Allah SWT.
Ternaungi dan terlindungi, selamat dan aman dari segala ujian, cobaan,
mushibah, malapetaka dan dari sesiapa yang berencana atau berbuat buruk
dan jahat dan dari segala fitnah di dunia dan di akhirat.
Majelis Khushushy juga dapat menjadikan seseorang terobati dan
tersembuhkan dari segala penyakit dan sakit lahir, batin, jasmani dan
rohani. Terurai dan terlepas dari segala persoalan, permasalahan,
keresahan, keriasuan, kegelisahan, kesediahan dan kegoncangan.
Terpenuhi dan teratasinya segala hajat, kebutuhan, kepentingan, amanat
dan tanggung jawab. Terbuka dan bersinarnya penuh cahaya hati serta
rohani, di dalam bersimpuh, menghadap keharibaan Allah SWT. seakan-
103
akan menatap dan melihat Allah SWT. Atau merasa ditatap, diperhatikan
dan dilihat oleh Allah SWT (Al-Ishaqy, 2011: – ).
Majelis khususiyah di kabupaten semarang dilakukan diberbagai
daerah maupun kecamatan. Pelaksanaan tempat dan waktu majelis
khushusy diberbagai daerahpun juga berbeda-beda. Bagi para jama’ah
sudah mengikuti Mubaya’ahThariqahQadiryah wa Naqsyabandiyah al-
Utsmaniyah oleh KH. Ahmad Asrori al-Ishaqi wajib mengikuti majelis
khushusiyah. Tetapi bagi jama’ah yang belum pernah baiat tetap
diperkenankan untuk mengikuti majelis Khushusiyah. Bacaan Khushushy
al-Khotmy tersebut adalah sebagai berikut:
a. Membaca Tawasulan
.(al-Ishaqy, 2012: 1)
b. Membaca shalawat
c. Membaca surat Al-Insyirah 79 kali, atau kurang dari 79 kali.
104
d. Membaca surat Al Ikhlash 100 kali, atau kurang dari 100 kali.
e. Membaca tawasul singkat untuk di tujukan kepada guru-guru.
f. Membaca shalawat dan doa (atau kurang 100 x) yiatu sebagai berikut:
g. Membaca tawasulan (al-Fatihah) dilanjutkan dengan shalawat, yaitu:
105
h. Kemudian berhenti dan diam sejenak dengan penuh ketenangan,
hadapkan dan dekatkan hati keharibaan Allah SWT yang Maha Besar
dan Maha Agung, dengan disertai rasa rendah diri, diletakkan dirinya di
bawah telapak kaki semua makhluk Allah SWT, dan tidak sekali-kali
merasa dirinya lebih baik dan utama dari orang lain, merasa penuh lalai,
lemah, serba kurang, sembrono (tidak hati-hati), durhaka dan hina (Al-
Ishaqy, 2012: 14-30). Atau bisa berdoa sesuai apa yang menjadi hajat
dan keinginan pribadi masing-masing jama’ah. Kemudian ditutup doa
yaitu:
.
i. Setelah berdoa dilanjutkan membaca shalawat lagi, yaitu:
106
j. Kemudian diam sejenak berdoa lagi dengan penuh hadhir dan khusyu’
(tenang) hati dan rohani dengan ketenangan, hadapkan dan dekatkan
hati kehadirat Allah SWT yang Maha Besar dan Agung. Setelah itu
membaca doa:
(Al-Ishaqy, 2012:31-40).
k. Membaca shalawat (nadhaman) al-Fariidatul Jaliilah fii Nadlmi
Asmaa’i Masyayihissilsilah, yaitu:
107
l. Kemudian yang terakhir membaca Ash-Shalawat ar-Roliyyah, yaitu
sholawat karangan syekh Romli Tamim Rejoso Jombang seorang
Mursyid Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah guru dari Kyai
Utsman al-Ishaqy (ayahanda KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi). Adapun
bacaan sholawatnya yaitu:
m. Mauidhah Hasanah dan Ta’lim
Dalam memberikan Mauidhah hasanah ketika majelis
khushusydisampaikan oleh Imam Khushushy atau sesepuh yang hadhir,
atau biasanya secara langsung disampaikan langsung oleh ketua Al
Khidmah Kabupaten Semarang yaitu kyai M. Zaenuri. Setelah Mauidah
hasanah selesai dilanjutkan membaca kitab Al-Muntakhabat (karangan
KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqy) oleh para sesepuh, masyayikh dan kyai-
kyai di tempat diadaknnya majelis Khushusiyah.
n. Mushafahah (berjabat tangan)
108
Pada acara Mushafahah ini para jama’ah Al Khidmah membentuk
lingkaran dengan berbaris. Mushafahah di mulai dari imam khushusy
yang kemudian diikuti oleh para jama’ah dengan diiringi lantunan
sholawat Allahumma sholli ‘Ala Muhammad.
o. Ramah-tamah (makan bersama) di serambi masjis-masjid dimana
tempat yang diselenggarakannya majelis Khusushyah se-Kabupaten
Semarang, dengan hidangan dan minuman alakadarnya.
C. Standar Operating Prosedure (SOP) Kegiatan Al Khidmah
Untuk mneyelenggarakan majelis dzikir Al Khidmah diberbagai tempat
maka mepunyai syarat-syarat dan hal-hal yang harus memenuhi Standar
Operatting Procedur (SOP), diantaranya yaitu:
1. Penetapan Tempat Majelis Khushushy
a. Pengurus Thoriqoh mengajukan penetapan tempat kepada Guru
Thoriqoh, melalui pengurus pusat.
b. Tempat majelis Khushusy harus segera ditempati setelah
disampaikan / diahturkan kepada guru Thoriqoh.
c. Pengurus Al Khidmah bertanggung jawab untuk mencari beberapa
alternatif calon tempat majelis Khushusy, dengan memperhatikan
beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1) Mendapat restu dari pinisepuh, Kepala Desa, dan masyarakat
desa setempat dan apabila di Masjid/Musholla juga mendapat
restu dari takmir/nadzir (ketua/pengurus masjid).
109
2) Luas tempatnya dapat menampung seluruh calon jama’ah
majelis Khushusy.
3) Mudah di jangkau dari berbagai jurusan/arah dan tempat.
4) Tidak bersamaan dan terganggu dengan acara kegiatan lain.
5) Jarak dengan tempat majelis khushusy lainnya minimal 3 km
atau lain desa yang berjauhan/secara bergilir antara desa yang
berdekatan.
2. Pelaksanaan Majelis Khushushy
1) Setelah tempat dan waktu khushusy disampaikan/dihaturkan kepada
guru Thoriqoh dan meneriam penetapannya maka para
murid/jama’ah di desa dan daerah yang terdekat, harus segera
melaksanakan Majelis Khushusy.
2) Pada putaran 1-5 yang menjadi imam Khushusy adalah Imam
Khushusy yang ditinjuk oleh guru Thoriqoh atau Imam Khushusydari
daerah terdekat dengan sepengetahuan dan persetujuan pengurus
Thoriqoh wilayahnya.
a. Selanjutnya pengurus Thoriqoh memilih 2-3 orang calon Imam
Khushusy setempat, disampaikan/dihaturkan kepada guru Thoriqoh
(Pedoman Kepemimpinan, Kepengurusan dalam kegiatan, amaliah
ath-Thoriqoh dan Al Khidmah, 2003:18-19).
3. Penyelenggaraan Majelis Dzikir, Maulid, Manakib dan Ta’lim
a. Setiap majelis Khushusy wajib menyelenggarakan majelis dzikir,
maulid, dan manakib sertta ta’lim minimal sebulan sekali
110
b. Di setiap desa boleh diselenggarakan secara istiqomah / tetap dan
secara bergilir antara tempat pertempat atau rumah per rumah
c. Majelis dzikir maulid dan manakib serta ta’lim dipimpin oleh
seseorang yangtelah dipilih dan ditetapkan oleh jama’ah dari imam
khushusy/kyai dan ustadz dan pinisepuh yang diundang dari luar
murid dan selain jama’ah Al Khidmah
d. Majelis tersebut yerbuka umtuk umum dan mengundang para
kyai/ustadz/pinisepuh dan tokoh masyarakat setempat
e. Dalam mejelis yang lebih besar (kubro) juga mengundang para
kyai/ustadz, para pinisepuh, para pejabat pemerintahan, kumpulan-
kumpulan dan lembaga-lembaga serta organisasi-organisasi dari
dalam dan luar daerah dan wilayahnya (Pedoman Kepemimpinan,
Kepengurusan dalam kegiatan, amaliyah Ath-Thoriqoh dan Al
Khidmah, 2003:22).
D. Pengalaman Jama’ah Al Khidmah Kabupaten Semarang dalam
Membetuk Keluarga Sakinah
Jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah di Kabupaten semarang
mempunyai motivasi dan pengalaman spiritual yang berbeda-beda dalam
mengikuti majelis dzikir. Setelah penulis melakukan wawancara terhadap
jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah Kabupaten Semarang pengalamannya,
yaitu:
Peran yang diharapkan dan yang hendak di capai bagi jama’ah Majelis
Dzikir Al Khidmah diantaranya adalah yang terdapat dalam misi Al Khidmah
111
itu sendiri yaitu mewujudkan keluarga yang sholih sholihah sejahtera lahir
dan batin yang senang berkumpul dalam majelis dzikir, maulid dan manakib
serta kirim doa kepada orang tua. Kunci dari ketenanagn jiwa dan keluarga
adalah Waladin Sholihin Yad’ulah (anak sholih yang bisa mendoakan orang
tuanya). Mendoakan bukan hanya kepada kedua orang tuanya saja, tetapi juga
kepada para guru, masyarakat. Jika menginginkan keluarganya sakinah maka
harus di dasari dengan kesabaran, estu (sungguh-sungguh) dan di imbangi
dengan dzikir tentunya. Tetapi perlu di ingat bahwa keharmonisan dalam
keluarga tidak hanya terpicu pada mengikuti majelis dzikir saja, tetapi harus
dengan ikhtiar bekerja.
Tawasulan dan tabarukan kepada Syekh Abdul Qadir al-Jailani r.a
melalai pembacaan manakibnya itu juga merupakan kunci untuk mewujudkan
keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah. Selain itu, jama’ah majelis
dzikir Al Khidmah berharap akan mendapatkan syafa’at dari Rasulullah
dengan melantunkan sholawat Nabi Muhammad, kirim do’a kepada
masyayikh, kirim doa kepada kedua orang tua dan muslimin muslimat.
Para jama’ah merasakan dan mengakui bahwa peran dari kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh Majelis Dzikir Al Khidmah sangatlah besar.
Salah satu peran dari mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah yaitu untuk
mewujudkan pribadi yang bertakwa kepada Allah SWT dan mewujudkan
keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah serta suka mendoakan kepada
kedua orang tua, guru-guru sehingga dengan harapan bisa mencontoh akhlak
para Salafuna as-Sholih lebih-lebih dapat mencontoh akhlak Rasulullah
112
SAW. Kemudian diantara manfaatnya mengikuti kegiatan majelis dzikir Al
Khidmah yakni hati menjadi tenang tidak tergesa-gesa dalam melakukan
sesuatu, beban berat menjadi terasa ringan, dan menjadi salah satu sebab
berkah rizqinya. Karena barang siapa berdzikir maka hatinya akan menjadi
tenang. Seperti firman Allah dalam al-Qur’an “Alaa Bidzikrillahi
Tathmainnul Quluub” (dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang).
Para jama’ah sangat antusias sekali dalam mengikuti kegiatan Majelis
Dzikir Al Khidmah, selain mengajak dirinya pribadi untuk berdzikir kepada
Allah, tetapi juga mengajak keluarga, kerabat, tetangga, teman kerja ataupun
kepada masyarakat yang ada di lingkungannya untuk berbondong-bondong
mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah. Para jama’ah yang sudah punya
keyakinan dan I’tiqad yang sangat kuat, majelis dzikir dijadikan sebagai
wadah dan sarana untuk mewujudkan keluarga yang sakianh, mawaddah dan
rahmah. Tidak heran jika di dalam majelis dzikir banyak jama’ah yang
meneteskan air mata ketika do’a maupun dzikir Fida’ (membaca Laa ilaha
illallah).
Dalam bahasan peran Majelis Dzikir Al Khidmah dalam membentuk
keluarga sakinah, bahwa Majelis Dzikir Al Khidmah mempunyai peran dan
manfaat yang sangat besar dalam mensucikan jiwa (Tazkiyatun nufus),
menjernihkan akal pikiran dan menjadikan hati tenang. Ketika hati selalu di
ajak untuk berdzikir maka hati akan menjadi sehat, bukan hati saja tetapi
seluruh anggota tubuh juga akan merasakan efek positif dari dalam hati.
Itulah perlunya berdzikir setiap saat, dzikir tidak harus mengkhususkan pada
113
waktu-waktu tertentu tetapi dzkir bisa dilakukan di manapun dan dalam
keadaan apapun. Jika tidak bisa dengan lisan maka dzikir bisa dilakukan di
dalam hati (wawancara dengan bapak kyai M. Zaenuri).
1. Bapak Kyai Moh. Zaenuri
Peran yang diharapkan dan yang hendak di capai bagi jama’ah
Majelis Dzikir Al Khidmah diantaranya adalah yang terdapat dalam misi
Al Khidmah itu sendiri yaitu mewujudkan keluarga yang sholih sholihah
sejahtera lahir dan batin yang senang berkumpul dalam majelis dzikir,
maulid dan manakib serta kirim doa kepada orang tua. Kunci dari
ketenanagn jiwa dan keluarga adalah Waladin Sholihin Yad’ulah (anak
sholih yang bisa mendoakan orang tuanya). Mendoakan bukan hanya
kepada kedua orang tuanya saja, tetapi juga kepada para guru, masyarakat.
Jika menginginkan keluarganya sakinah maka harus di dasari dengan
kesabaran, estu (sungguh-sungguh) dan di imbangi dengan dzikir tentunya.
Tetapi perlu di ingat bahwa keharmonisan dalam keluarga tidak hanya
terpicu pada mengikuti majelis dzikir saja, tetapi harus dengan ikhtiar
bekerja.
Salah satu peran dari mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah yaitu
untuk mewujudkan pribadi yang bertakwa kepada Allah SWT dan
mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah serta suka
mendoakan kepada kedua orang tua, guru-guru sehingga dengan harapan
bisa mencontoh akhlak para Salafuna as-Sholih lebih-lebih dapat
mencontoh akhlak Rasulullah SAW. Kemudian diantara manfaatnya
114
mengikuti kegiatan majelis dzikir Al Khidmah yakni hati menjadi tenang
tidak tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu, beban berat menjadi terasa
ringan, dan menjadi salah satu sebab berkah rizqinya. Karena barang siapa
berdzikir maka hatinya akan menjadi tenang. Seperti firman Allah dalam
al-Qur’an “Alaa Bidzikrillahi Tathmainnul Quluub” (dengan mengingat
Allah-lah hati menjadi tenang).
Para jama’ah sangat antusias sekali dalam mengikuti kegiatan
Majelis Dzikir Al Khidmah, selain mengajak dirinya pribadi untuk
berdzikir kepada Allah, tetapi juga mengajak keluarga, kerabat, tetangga,
teman kerja ataupun kepada masyarakat yang ada di lingkungannya untuk
berbondong-bondong mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah. Para jama’ah
yang sudah punya keyakinan dan I’tiqad yang sangat kuat, majelis dzikir
dijadikan sebagai wadah dan sarana untuk mewujudkan keluarga yang
sakianh, mawaddah dan rahmah. Tidak heran jika di dalam majelis dzikir
banyak jama’ah yang meneteskan air mata ketika do’a maupun dzikir
Fida’ (membaca Laa ilaha illallah).
Majelis Dzikir Al Khidmah mempunyai peran dan dalam mensucikan
jiwa (Tazkiyatun nufus), menjernihkan akal pikiran dan menjadikan hati
tenang. Ketika hati selalu di ajak untuk berdzikir maka hati akan menjadi
sehat. Bukan hati saja tetapi seluruh anggota tubuh juga akan merasakan
efek positif dari hati. Itulah perlunya berdzikir setiap saat, dzikir tidak
harus mengkhususkan pada waktu-waktu tertentu tetapi dzkir bisa
dilakukan di manapun dan dalam keadaan apapun. Jika tidak bisa dengan
115
lisan maka dzikir bisa dilakukan di dalam hati (wawancara dengan bapak
kyai M. Zaenuri).
2. Bapak KH. Masykur
KH. Masykur selaku imam khusushy sekaligus penasihat Al
Khidmah Kabupaten Semarang menjelaskan, bahwa dzikir itu sangat
penting sekali bagi seorang hamba. Karena dzikir itu melebihi dari semua
ibadah. Bahkan dzikir itu lebih utama dan lebih penting dari pada berdoa.
Dzikir dapat menenangkan hati, pikiran, jiwa, ruh dan dapat di jadikan
terapi dalam berkeluarga. Bukan hanya dalam hal keluarga saja tetapi
dzikir itu bisa di gunakan sebagai jembatan apapun. Ketika menginginkan
keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah serta kehidupan yang damai
sejahtera itu lewat dzikir.
Majelis Dzikir Al Khidmah adalah sebagai wadah untuk menampung
umat supaya diselamatkan di dunia dan di akhirat. Dengan cara mengajak
keluarga, kerabat terdekat, tetangga dan para masyarakat untuk bersama-
sama berdzikir mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kuncinya jika
menginginkan keluarga yang sakinah, itu harus di dasari dengan keyakinan
dan kesungguhan dalam beribadah. Pada zaman sekarang jika orang tua
menasihati anak-anaknya itu terasa berat sekali. Tetapi dengan ikhtiyar
orang tua untuk menjembatani dan mengantarkan menjadi anak sholih
sholihah maka di ajak ke tempat-tempat majelis dzikir. Mengajak keluarga
untuk di antarkan ke tempat-tempat majelis dzikir supaya mendapat nur
para auliya’ karena di dalam mejelis dzikir itu para masyayikh,
116
Auliya’illah (wali-wali Allah) dan Rasulullah SAW itu hadir di tempat
majelis tersebut.
Adanya ikatan batin antara jama’ah Al Khidmah dengan guru maka
akan merasa selalu mendapat bimbingan dan arahan supaya menjadi orang
yang beruntung baik dirinya sendiri maupun keluarganya. Dengan cara
mencontoh kehidupan Rasulullah SAW dan para guru di dalam majelis
dzikir. Supaya hati kita tidak merasa sombong dan merasa yang paling
benar sendiri. Cobaan yang berupa apapun itu harus di jalani dengan penuh
kesabaran dan tawakal yang kuat. Karena amalan-amalan yang dilakuakn
oleh Majelis Dzikir Al Khidmah itu banyak sekali nur (cahaya) dan sirr
(rahasia-rahasia) yang tidak tampak (wawancara dengan KH. M.
Masykur).
3. Bapak Amir Mahmud
Peran majelis Dzikir Al Khidmah dalam membentuk keluarga
sakinah menjadi controlling dalam diri sendiri dan keluaga, hati tidak
mudah marah (penyabar), senantiasa di cintai keluarga terlebih istri,
hubungan dengan masyarakat menjadi lebih erat dan jiwa sosial semakin
tinggi serta dapat mengahadipi suatu masalah dengan bijaksana. Peran
Majelis Dzikir Al Khidmah tidak sebatas itu saja, tetapi bisa lebih dalam
lagi maknanya yakni pada hakikatnya dzikir itu sebagai sarana seorang
hamba untuk menuju dan taqarrub keharibaan Allah SWT untuk
menggapai ridha-Nya. Menjalankan perintah guru, mengikuti jejak para
117
Salafuna as-Sholih adalah sebagai media dan pengharapan akan dilirik,
dilihat dan diakui sebagai umatnya Rasulullah SAW.
Bahwa semua kegiatan keagamaan yang dilakukan majelis Dzikir Al
Khidmah adalah bertujuan untuk mengharap ridha dari Allah SWT dan
mengharap berkah dari para guru-guru dan para masyayikh. Selain amalan-
amalan dzikir juga ada mejelis kirim doa kepada kedua orang tua, para
guru-guru dan para sesepuh pini sepuh (orang tua yang di tuakan) yang
telah mendahului kita. (wawancara dengan ustadz Amir Mahmud).
4. Bapak Amir Safrudin
Bapak Amir Safrudin adalah seorang wiraswasta yang merupakan
bagian dari jama’ah majelis dzikir Al Khidmah sejak tahun 2005. Awal
mula yang memotivasi beliau ikut Majelis Dzikir Al Khidmah karena
keluarganya merasa masih kurang harmonis dan seringnya terjadi
percekcokan dalam rumah tangga dan hati yang masih gelisah. Beranjak
dari situlah ketika ia mendengarkan radio Rasika FM Ungaran
mendengarkan ceramah seoarng kyai yang menurutnya pas dan enak di
dengar, dengan tutur bahasa yang santun dan ceramahnya mengena.
Penceramah yang santun itu adalah KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi, beliau
adalah pengasuh pondok pesantren kedinding Surabaya sekaligus pendiri
Jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah. kemuadian ia mencari informasi
tentang jama’ah Al Khidmah dengan mendengarkan jadwal majelisan yang
disiarkan radio Rasika FM. Pertama kali ia mengikuti Majelis Dzikir Al
Khidmah bertempat di SD Islam Srondol Semarang dalan acara haul dan
118
pembacaan manakib Syeh Abdul Qadir al-Jailani. Pada waktu itu ia
terkagum dan hatinya gemetar melihat jama’ah yang memakai pakaian dan
peci putih-putih. Sepulang dari majelis tersebut ia merasa senang dan ingin
mengikuti terus. Tetapi tidak semulus yang ia banyangkan karena keluarga
yang belum mendukung lebih-lebih mendapat cercaan dan kritikan dari
mertuanya yang tidak mendukungnya juga.
Tiga tahun setelah mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah ia baru
merasakan manfaat dan perubahan yang sangat luar biasa. Keluarga yang
awalnya tidak mendukung akhirnya malah ikut juga menjadi jama’ah
Majelis Dzikir Al Khidmah. rasakan yaitu jiwanya menjadi tenang tidak
grusa-grusu (tergesa-gesa), menjadi penyabar, tidak mudah mengeluh,
lebih tawakal dan keluarga terasa lebih harmonis dibanding sebelum
mengikuti majelis dzikir ibarat mobil itu ada remya. Ia mengatakan jika
bisa istiqomah mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah Insya Allah rizqi
akan selalu ada, hati tidak merasa grangsang (hampa) dan hati akan
terhiasi dengan ketenangan. Atas keyakinannya tersebut beliau
menambahkan jika orang mencari bekal akhirat maka dunia akan
mengikutinya (wawancara dengan bapak Amir Syafrudin).
5. Bapak Guritno
Bapak Guritno adalah seorang wiraswasta, yang berprofesi sebagai
seorang parkir di rumah makan mbok Yem Mbener, Tengaran. Tetapi
beliau juga salah satu orang kepercaayaannya Wali Kota Salatiga (bapak
119
Yuliyanto, SE. MM). Bapak Guritno bertempat tinggal di desa Tegal
Waton Rt 29/08 Tengaran, Kab. Semarang mempunyai istri satu dua anak.
Pertama kali kenal Majelis Dzikir Al Khidmah pada tahun 2003
mendengarkan suara dan ceramahnya KH. Asrori dari tetangga yang
sedang mendengarkan radio Rasika FM. Ia tersadar dan termotivasi ingin
mencari guru pembimbing dunia dan akhirat. Karena guru (kyai) yang ia
hormati sejak kecil mengalami kecelakaan dan menjadi lupa ingatan. Dari
situlah beliau memantapkan hatinya untuk masuk Thariqohnya KH.
Ahmad Asrori Al-Ishaqy. Ia mengikuti majelis mubaya’ah (perjanjian
seorang mursyid dengan calon murid Thoriqoh) di Masjid Baitur Rahman
Semarang hatinya tambah yaqin dan tambah mantap, menurutnya inilah
amaliyah yang bisa dijadikan pegangan dunia akhirat.
Kaitannya dengan peran majelis dzikir maupun amaliyah sebelum
dan sesudah mengikuti Al Khidmah Bapak Guritno menuturkan bahwa
manfaat dan efek samping dari dzikiran banyak sekali. Sebelumnya ia
merasa resah dan khawatir jika tidak punya uang, dan istrinya sering
marah-marah jika Bapak Guritno pulangnya sampai larut malam. Tetapi
pada akhirnya menjadi baik setelah adanya keyakinan yang kuat bahwa
dzikir mampu mejadikan hati lebih lunak dan kehidupan lebih baik
diantaranya yaitu dari segi ekonomi semakin membaik, dari pihak keluarga
juga semakin mendukung, mendpat rizqi yang tak terduga, hidup menjadi
tenang, rumah tangga lebih harmonis. Intinya dari semunya tersebut adalah
ketakwaan dan keikhlasan (wawancara dengan bapak Guritno).
120
6. Mas Mohammad Irsyadi, S.Pd.I.
Mas Mohammad Irsyadi, S.Pd.I. adalah salah seorang jama’ah Al
Khidmah yang masih relatif muda. Ia saat ini berumu 28 tahun mempunyai
istri satu dan satu anak. Ia mengikuti Al Khidmah pada tahun 2012, karena
termotivasi dari temannya bernama M. Ikhsan Ari Wibowo, yaitu salah
seorang jama’ah Al Khidmah Kampus. Dari obrolan kecil sambil minup
kopi akhirnya ya Ikhsan bercerita tentang ceramahnya KH. Ahmad Asrori
Al Ishaqi. Kemudian Mas Mohammad Irsyadi tertarik sesosok kyai yang
kharismatik yaitu KH Ahmad Asrori Al Ishaqy. Kemudian ia mengikuti
majelis Khushusy di Masjid Sabilal Muttaqin Tingkir Lor, yang sampai
sekarang ia aktif dalam bebagai kegiatan di Al Khidmah.
Berhubungan dengan peran Majelis Dzikir Al Khidmah dengan
pembentukan keluarga sakinah ia menjelaskan, bahwa istrinya adalah
seorang yang tomboy, agamanya masih awam dan terkadang masih sering
marah tanpa mengetahui penyebabnya. Tetapi setelah menjadi bagian dari
jama’ah majelis Dikir Al Khidmah lambat laun keluarganya menjadi baik
dan hatinya terasa ada kedamaian. Hingga sekarang yang ia rasakan ketika
dalam keluarga menjadi tumbuhnya kasih sayang saling mengerti dan
memahami satu sama lain. Ia menegaskan ketika seseorang berdzikir
kepada Allah SWT, maka semua urusan, masalah dalam rumah tangga dan
kehidupan sehari-hari dengan sendirinya akan cepat terselesaikan. Ibarat
seperti air yang selalu mengalir tanpa adanya hambatan (wawancara
dengan Mas Mohammad Irsyadi, S.Pd.I.).
121
7. Bapak Mohammad Suhudi
Bapak Moh. Suhudi adalah seorang wiraswasta berumur 63 tahun. Ia
menjadi pegikut jama’ah Al Khidmah sejak tahun 1988. Waktu masih
muda dulunya ia adalah seorang pemabuk, terminal adalah tempat
kesehariannya. Pada akhirnya ia diajak oleh tetangganya yaitu mbah
Sholeh, dalam majelis khushushy di Semarang. Pertama kali ia marasa
minder karena merasa tak pantas ikut dalam majelis dzikir tersebut. Tetapi
setelah selesai majelis tersebut ia dinasihati mbah Sholeh untuk menjadi
orang yang lebih baik dan mencari keselamatan di dunia dan di akhirat.
Baru kemudian ia berubah drastis yang semula sering minum-minuman
dan ke terminal setelah taubat majelis dzkir di manapun kalau ia bisa di
kunjunginya, misalnya di Pekalongan, Kendal, Demak, Semarang, Gresik,
Surabaya dan di berbagai tempat.
Bapak Mohammad Suhudi menuturkan bahwa majelis dzkir Al
Khidmah itu luar biasa manfaat dan perannya. Sebelumnya ia seorang
pemabuk keluarga amburadul (hidup yang tidak teratur) tetapi setelah
mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah kehidupannya jadi lebih baik,
keluarga jadi tenteram, dan urusan dunia terasa menjadi berkah. Ia
menjelaskan lagi itu semua karena anugrah dari Allah SWT dan sebuah
motivasi hidup untuk jadi lebih baik. Ia juga berpesan kepada penulis
ketika sudah berkeluarga nanti, pastinya banyak permasalahan yang
muncul dari perkara kecil maupun besar. Untuk meredamkan dan
122
menjadikan obatnya adalah dengan berdzikir (wawancara dengan bapak
Mohammad Suhudi).
8. Bapak Muhamad Turkhamun
Merupakan pengikut jama’ah Al Khidmah sejak tahun 2002. Yang
mulanya kenal Al Khidmah lantaran kerja di Surabaya jarak 1 kilo meter
dengan Pondok Pesantren Al-Fitrah. Ketika shalat jum’at di salah satu
Masjid di Kedinding Lor, kebetulan yang menjadi khatib khutbah jum’at
Kyai Ahmad Asrori Al-Ishaqy. Dari situ ia tertarik dengan isi khutbah
dengan penyampaian tutur bahasa yang halus dan berkharisma. Ia mencari
informasi tantang sesosok kyai kharismatik terebut, yang pada akhirnya di
antar di pondok oleh seseorang di Pondok Pesantren Al-Fitrah Surabaya.
Dalam hal peran Majelis Dzikir Al Khidmah dengan pembentukan
keluarga sakinah bapak Turkhamun menjelaskan, bahwa mengikuti
Majelis Dzikir Al Khidmah termotivasi ingin diarahkan dan mendapat
bimbingan dari seorang guru dalam hal ini kyai. Saya sangat beruntung
sekali bisa berkumpul dengan orang-orang sholih dan para ulama’. Bagiku
Al Khidmah sangat berberan dalam keluarga dan banyak manfaatnya,
diantarnya ibadah bisa lebih giat, lebih dewasa dalam menyikapi
permasalahan, keluarga tambah adem ayem (damai sejahtera), hati jadi
tenang, masalah berat jadi ringan dan tentunya istri makin sayang dan
lebih perhatian. saya merasakan perubahan sejak ikut Majeleis Dzikir Al
Khidmah, yaitu ekonomi semakin baik, keluarga tidak banyak menuntut,
123
anak tidak nakal dan dengan lingkungan masyarakat semakin erat
(grapyak) (wawancara dengan bapak Turkhamun).
9. Mas M. Abdul Aziz
Mas M. Abdul Aziz lahir di Kabupaten Semarang taggal 9
September 1984. Ia bekerja sebagai wiraswasta yang sekarang tinggal di
Desa Beji Lor Rt. 03/05 Kecamatan Suruh. Ia menjelaskan awal mulanya
kenal majelis Dzikir Al Khidmah mulai tahun 2003 sewaktu diajak
kyainya untuk menghadiri majelis Haul di Desa Ngroto Kecamatan Gubug
kabupaten Grobogan dengan status santri Pondok Pesantren Tajul Ulum
Brabo Kabupaten Grobogan.
Ia menikah pada tahun 2007 yang sekarang sudah mempunyai 1
anak. Kaitannya dengan peran majelis dzikir Al Khidamh dalam
pembentukan keluarga sakinah ia menjelaskan, ketika ia masih dipondok
itu sangat mbeling (nakal) dan sering melanggar peraturan pondok. Setelah
keluar dari pondok saya menikah dengan seorang gadis dari Suruh.
Kaitannya dengan pembentukan keluarga sakinah majelis dzikir Al
Khidmah yang saya ikuti sekarang ternyata lama-kelamaan memberi
pengaruh positif dan kehidupan bagi keluarga. Dulu ketika masih muda
sering berpacaran dan menggoda cewek. Tetapi sekarang karena ia sudah
mengikuti Majelis Dzikir dan setiap ada majelis menggunakan baju dan
kopiah putih, ia merasa malu jika kelakuan tidak baik bahkan melakukan
perbuatan maksiat. Dzikir itu bisa mendatangkan ketenangan dalam hati,
bisa dijadikan sebagai control keluarga, rizqi selalu ada dan istri semakin
124
sayang. Kasih sayang sangat perlu sekali, karena dengan adanya cinta dan
kasih sayang akan mensuport untuk menjadi lebih baik dan semangat
dalam beribadah (wawancara dengan mas M. Abdul Azis).
BAB IV
PERAN MAJELIS DZIKIR
AL KHIDMAHDALAM PEMBENTUKAN
KELUARGA SAKINAH DI KABUPATEN SEMARANG
A. Pembentukan Keluarga Sakinah Melalui Tarbiyah Ruhiyah dan
Tarbiyah Imaniyah
125
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis pada
Majelis Dzikir Al Khidmah di Kabupaten Semarang bahwa kegiatan dan
amaliyah yang dilakukan itu mengarahkan dan memberikan pendidikan
bagi jama’ahnya. Melalui tarbiyah ruhiyah (pendidikan ruh) dan tarbiyah
imaniyah (pendidikan keimanan) jama’ah majelis Dzikir Al Khidmah di
Kabupaten Semarang mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari.
M. Quraish Shihab (2008:131) mengutip pendapat Imam Ghozali
diantara manfaat dzikir yaitu:
1. Memiliki semangat yang kuat, kaya hati, dan lapang dada.
2. Meraih mawaddah atau kecintaan pihak lain.
3. Keberkahan dalam jiwa, ucapan perbuatan, pakaian, bahkan tempat
melangkah dan duduk.
4. Pengabul doa
Dijelaskan pada BAB II hasil dari wawancara dengan KH. Masykur
yaitu adanya ikatan batin antara jama’ah Al Khidmah dengan guru maka
akan merasa selalu mendapat bimbingan dan arahan supaya menjadi orang
yang beruntung baik dirinya sendiri maupun keluarganya. Dengan cara
mencontoh kehidupan Rasulullah SAW dan para guru di dalam majelis
dzikir.
Manfaat dzikir bimbingan dari seorang guru tersebut di atas bahwa
Majelis Dzikir Al Khidmah berperan dalam pembentukan keluarga
126
sakinah. Karena dengan kelapangan dada dan mengaplikasikan kehidupan
sehari-hari lebih-lebih bisa memncontoh perilaku Rasulullah dengan
membiasakan perilaku dan mengucapkan perkataan yang santun. Hal
tersebut dapat mulai dari seorang suami sebagai kepala rumah tangga
dengan memberikan contoh kepada istri dan anak-anaknya.
Demi terbentuknya keluarga sakinah seorang suami harus pandai
memelihara dan menjaga istrinya secara lahir dan batin. Sehingga suami
dapat menjadi istrinya sebagai istri idaman dan istri yang ideal, ibu rumah
tangga yang baik dan bertanggung jawab. Jika suami bertanggung jawab
memberikan nafkah lahir dan batin maka seorang istri bertanggung jawab
atas pendidikan anak, controlling perekonomian keluarga dan mampu
berupaya untuk menjadiakn rumahnya seperti taman surga. Suasana
harmonis dan kesakinahan keluarga sangat ditentukan dengan kerja sama
yang bagus antara suami istri dalam menciptakan suasana yang kondusif
dan hangat, tidak membosankan, apalagi menjenuhkan.
Setiap orang yang sudah berkeluarga dan berumah tangga dituntut
untuk berperilaku sesuai dengan syari’ah Islam. Karena perilaku seseorang
dapat menentukan baik atau tidaknya suatu perbuatan. Dengan demikian
setiap anggota keluarga diharapkan mempunyai aklak yang baik dan
berbudi pekerti yang luhur. Hal tersebut akan memberikan dampak yang
positif juga terhadap masyarakat dan keluarga. Maka orang tua perlu
memberikan pendidikan agama kepada anggota keluarga dan anak-
anaknya supayanya menjadi anak-anak yang sholih dan sholihah. Tentu
127
hal tersebut tidaklah mudah, tetapi bukan berati tidak akan bisa
mewujudkannya.
Hal tersebut dapat diperkuat dari hasil wawancara penulis dengan
jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah (bapak Kyai M. Zaenuri) Peran dari
mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah yaitu untuk mewujudkan pribadi
yang bertakwa kepada Allah SWT dan mewujudkan keluarga yang
sakinah, mawaddah dan rahmah serta suka mendoakan kepada kedua
orang tua, guru-guru sehingga dengan harapan bisa mencontoh akhlak para
Salafuna as-Sholih lebih-lebih dapat mencontoh akhlak Rasulullah SAW.
Kemudian diantara manfaatnya mengikuti kegiatan Majelis Dzikir Al
Khidmah yakni hati menjadi tenang tidak tergesa-gesa dalam melakukan
sesuatu, beban berat menjadi terasa ringan, mensucikan jiwa (Tazkiyatun
nufus), yaitu dapat menjernihkan akal pikiran dan menjadi salah satu sebab
berkah rizqinya. Ketika hati selalu di ajak untuk berdzikir maka hati akan
menjadi sehat, bukan hati saja tetapi seluruh anggota tubuh juga akan
merasakan efek positif dari dalam hati.
Berhubungan dengan peran Majelis Dzikir Al Khidmah dengan
pembentukan keluarga sakinah (mas Mohammad Irsyadi, S.Pd.I.)
menjelaskan, bahwa sebelum mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah
istrinya adalah seorang yang tomboy, agamanya masih awam dan
terkadang masih sering marah tanpa mengetahui penyebabnya. Tetapi
setelah menjadi bagian dari jama’ah Majelis Dikir Al Khidmah lambat
laun keluarganya menjadi baik dan hatinya terasa ada kedamaian. Hingga
128
sekarang yang ia rasakan ketika dalam keluarga menjadi tumbuhnya kasih
sayang saling mengerti dan memahami satu sama lain.
Senada dengan yang di tuturkan oleh mas Abdul Aziz setelah
mengikuti majelis Dzikir Al Khidmah lambat laun memberi pengaruh
positif dan kehidupan bagi keluarga. Ketika masih muda ia sering
berpacaran dan menggoda cewek. Tetapi sekarang karena ia sudah
mengikuti Majelis Dzikir dan setiap ada majelis menggunakan baju dan
kopiah putih, ia merasa malu jika kelakuan tidak baik bahkan melakukan
perbuatan maksiat.
Peran Majelis Dzikir Al Khidmah dengan pembentukan keluarga
sakinah bapak Turkhamun menjelaskan, bahwa mengikuti Majelis Dzikir
Al Khidmah termotivasi ingin diarahkan dan mendapat bimbingan dari
seorang guru dalam hal ini kyai. Saya sangat beruntung sekali bisa
berkumpul dengan orang-orang sholih dan para ulama’.
Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa Majelis Dzikir Al
Khidmah memberikan peran dan pengaruh yang signifikan. Hal tersebut
berati jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah mendapatkan manfaat
dariadanya tarbiyah ruhiyah (pendidikan ruh/jiwa) dan tarbiyah imaniyah
(pendidikan keimanan) dalam pembentukan keluarga sakinah. Melalui
pendidikan tersebutlah para jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah akan
terdidik, terlatih dan terarah supaya menjadi manusia bertakwa
mempunyai keimanan yang kuat, pandai bersyukur kepada Allah SWT,
129
pandai mendoakan kepada orang tua, guru-guru, para salafuna as-Sholih
lebih-lebih dapat menyenangkan hati Rasulullah SAW.
B. Pembentukan Keluarga Sakinah Melalui Kegiatan dan Amaliyah
Dzikir Al Khidmah
Rangkaian amaliyah yang dilakukan oleh jama’ah Majelis Dzikir Al
Khidmah dalam berbagai majelis sangatlah banyak sekali. Majelis tersebut
dilakukan di beberapa daerah mulai tingkat Desa, tingkat Kecamatan,
tingkat Kabupaten, tingkat Provinsi dan sampai tingkat Manca Negara.
Seperti yang di jelaskan penulis pada BAB ke III rangkaian amaliyah
Majelis Dzikir Al Khidmah diantaranya meliputi:
Majelis Dzikir, Maulid, Manakib serta ta’lim adalah mejelis yang
mengamalkan bacaan al-Fatihah, Istighatsah, Maulid Nabi Muhammad
SAW. dan Manakib Syekh Abdul Qadir al-Jailani r.a. serta ta’lim.
Jika seseorang melakukan dzikir dan membaca sejarahnya
auliyaillah (para keksaih Allah SWT) seperti dalam manakibnya syeh
Abdul Qadir al-Jailani r.a. dan bersholawat kepada Rasulllah SAW maka
diharapkan bisa meneladani kehidupannya. Maka hal tersebut sangat
didambakan bagi pasangan suami istri supaya dapat mencontoh kehidupan
Rasulullah SAW. Dengan begitu kehidupan dan pembentukan keluarga
sakinah dikit demi sedikit akan menjadi lebih baik dan lebih harmonis.
Dari serangkaian kegiatan dan amaliyah yang dilakukan oleh
Majelis Dzikir Al Khidmah mampu memberikan dorongan motivasi untuk
meningkatkan keharmonisan keluarga dan meningkatkan kualitas ibadah.
130
Karena antara dzikir dan kesakinahan sebuah keluarga sangat erat sekali
hubungannya. Amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah sangatlah bervariasi
mulai dari majelis khotmil qur’an, majelis manakib, majelis haul, majelis
akad nikah dan lain-lain. Amaliyah tersebut berguna dan berdampak pada
perubahan para jama’ahnya. Perubahan tersebut dirasakan oleh pelakunya
sendiri maupun oleh oleh kelurganya. Bahkan manfaat dampak tersebut
merambah sampai lingkungannya dan masyarakat.
Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan KH. Masykur
bahwa Majelis Dzikir Al Khidmah dengan memberi penjelasan bahwa
amaliyah yang ada pada Majelis Dzikir Al Khidmah mampu menenangkan
hati, pikiran, jiwa, ruh dan dapat di jadikan terapi dalam berkeluarga.
Bukan hanya dalam hal keluarga saja tetapi dzikir itu bisa di gunakan
sebagai jembatan apapun. Ketika menginginkan keluarga sakinah,
mawaddah dan rahmah serta kehidupan yang damai sejahtera itu lewat
dzikir. Jika punya cita-cita atau apapun hajat dan keinginan seseorang itu
bisa lewat dzikir, minta dimasukkan surga atau minta diselamatkan dari
neraka lewat dzikir, ketika sakit meminta kesembuhan lewat dzikir, rizqi
yang kurang berkah supaya menjadi berkah juga lewat dzikir.
Bapak Amir Safrudin menuturkan, tiga tahun setelah mengikuti
Majelis Dzikir Al Khidmah merasakan manfaat dan perubahan yang
sangat luar biasa. Keluarga yang awalnya tidak mendukung akhirnya
malah ikut juga menjadi jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah.
131
Peran majelis dzikir maupun amaliyahthariqat sebelum dan
sesudah mengikuti Al Khidmah Bapak Guritno menuturkan bahwa
manfaat dan efek samping dari dzikiran banyak sekali. Sebelumnya ia
merasa resah dan khawatir jika tidak punya uang, dan istrinya sering
marah-marah jika Bapak Guritno pulangnya sampai larut malam. Tetapi
pada akhirnya menjadi baik setelah adanya keyakinan yang kuat bahwa
dzikir mampu mejadikan hati lebih lunak dan kehidupan lebih baik
diantaranya yaitu dari segi ekonomi semakin membaik, dari pihak
keluarga juga semakin mendukung, mendpat rizqi yang tak terduga, hidup
menjadi tenang, rumah tangga lebih harmonis. Intinya dari semunya
tersebut adalah ketakwaan dan keikhlasan
Bapak Mohammad Suhudi menuturkan bahwa majelis dzkir Al
Khidmah itu luar biasa manfaat dan perannya. Sebelumnya ia seorang
pemabuk keluarga amburadul (hidup yang tidak teratur) tetapi setelah
mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah kehidupannya jadi lebih baik,
keluarga jadi tenteram, dan urusan dunia terasa menjadi berkah.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa adanya suatu keterlkaitan
dan suatu efek (pengaruh) antara amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah
dengan pembentukan keluarga sakinah. Walaupun sebelumya para
jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah masih banyak kekurangan dan
keterbatasan, mulai dari ekonomi yang pas-pasan, anak nakal dan
permasalahan lain yang dihadapi dalam rumah tangga. Tetapi setelah
132
melakukan amaliyah-amaliyah dan mengikuti menjelis dzikir perubahan
yang dirasakan sangat besar sekali manfaatnya.
Maka hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan dan amaliyah
Majelis Dzikir Al Khidmah mampu dijadikan sebagai media ketenangan
jiwa dan hati. Ketika jiwa dan hati menjadi tenang maka kehidupannya
menjadi sejahtera. Sejahtera bukan berati banyaknya harta yang melimpah
ruah, tetapi yang dimksud sejahtera karena tenangnya hati dan pikiran
yang menjadikannya bersikap sabar dan tawadhu’. Dengan tersebut secara
otomatis akan memberikan dampak kepada keluarga untuk membentuk
keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.
C. Pembentukan Keluarga Sakinah Melalui Pembersihan Hati
Salah satu dai fungsi berdzikir adalah bertujuan untuk
membersihkan hati. Karena hati merupakan anggota tubuh yang sangat
penting (ungen). Hati untuk mengontrol anggota tubuh manusia. Hati
manusia itu diumpamakan seperti selembar kertas putih yang bersih,
ketika seseorang berbuat dosa maka munculah sebuah titik hitam pada
kertas tersebut. Tetapi ketika ia beristighfar dan mengerjakan amal sholih
bintik hitam itupun menjadi hilang. Demikian seterusnya hati akan tetap
bersih selama ia tetap beristghfar dan mengerjakan amal-amal sholih. Jika
ia tidak pernah beristighfar ataupun berdzikir maka hati itu akan dipenuhi
bintik hitam yang pada akhirnya akan menutupi seluruh hatinya menjadi
hitam legam penuh kegelapan. Sesuai yang tertera pada BAB II bahwa
Setiap manusia terkadang merasakan gelisah dan terfokus hanya kepada
133
permasalahan dunia semata. Namun jika seseorang mampu memutuskan
dirinya dari berbagai kesedihan dan ketakutan dunia, dan mencurahkan
perhatiannya pada dzikir, maka hijab-hijab pun akan tersingkap dari
hatinya. Orang yang senantiasa berdzikir, maka maka Allah membebaskan
hatinya dari semua belenggu keduniawian.
Dengan demikian seseorang yang hanya terfokus pada hal-hal yang
berhubungan dengan duniawiyah semata, maka dalam menjalani hidup
pasti lebih mementingka nafsu atau kepuasan meteriil semata. Berbeda
dengan seseorang yang tekun beribadah dan memperbanyak berdzikir
dengan tujuan akhirat tetapi secara kesinambungan urusan dunia akan
mengikutinya. Ketekunan dalam beribadah juga bisa dijadikan sebagai
barometer (tolak ukur) kesakinahan sebuah keluarga. Ketika keluarga yang
dilandasi dengan saling mengerti satu sama lain.
Seperti yang termaktub pada BAB III pengalaman jama’ah Majelis
Dzikir Al Khidmah bapak Amir Safrudin dan bapak Turkhamun, hasil
wawancara tersebut menunjukkan adanya perubahan yang ia rasakan yaitu
jiwanya menjadi tenang tidak grusa-grusu (tergesa-gesa), menjadi
penyabar, tidak mudah mengeluh, lebih tawakal dan keluarga terasa lebih
harmonis dibanding sebelum mengikuti majelis dzikir, ibarat mobil itu ada
remya. Ia juga mengatakan jika bisa istiqomah mengikuti Majelis Dzikir
Al Khidmah Insya Allah rizqi akan selalu ada. Al Khidmah sangat
berberan dalam keluarga dan banyak manfaatnya, diantarnya ibadah bisa
lebih giat, lebih dewasa dalam menyikapi permasalahan, keluarga tambah
134
adem ayem (damai sejahtera), hati jadi tenang, masalah berat jadi ringan
dan tentunya istri makin sayang dan lebih perhatian. Dzikir mempunyai
Peran dan manfaat yang sangat besar dalam mensucikan jiwa (Tazkiyatun
nufus), menjernihkan akal pikiran dan menjadikan hati tenang. Ketika hati
selalu di ajak untuk berdzikir maka hati akan menjadi sehat, bukan hati
saja tetapi seluruh anggota tubuh juga akan merasakan efek positif dari
dalam hati.
Dari keterangan di atas menunjukkan bahwa antara teori dengan
hasil penelitian adanya keterkaitan dalam pembersihan hati dalam
membentuk keluarga sakinah. Bahwa setiap jama’ah Majelis Dzikir Al
Khidmah diharapkan menjadi pribadi yang sabar, tidak mudah mengeluh
dan lebih tawakal. Sifat-sifat tersebut merupakan upaya untuk
membersihkan hati dari sifat-sifat tercela dan maksiat. Mewujudkan
pribadi yang bertakwa kepada Allah SWT dan mewujudkan keluarga yang
sakinah, mawaddah dan rahmah adalah harapan setiap orang. Mendoakan
kepada kedua orang tua, guru-guru juga berupakan bentuk dari berbakti
kepada orang tua.
D. Pembentukan Keluarga Sakinah Melalui Mauidhoh Hasanah
Peran yang diharapkan dan yang hendak di capai bagi jama’ah
Majelis Dzikir Al Khidmah diantaranya dijelaskan pada BAB III yang
terdapat dalam visi Al Khidmah itu sendiri yaitu mewujudkan keluarga
yang sholih sholihah sejahtera lahir dan batin yang senang berkumpul
dalam majelis dzikir, maulid dan manakib serta kirim doa kepada orang
135
tua. Dengan didukung oleh salah satu misinya yaitu Mewujudkan keluarga
dan masyarakat yang shalih-shalihah sejahtera lahir dan batin, yang senang
berkumpul dalam majelis dzikir, maulid dan manaqib serta kirim doa
kepada orang tua.
Seseorang jika melakukan sesuatu dengan kemauan sendiri akan
merasa berat. Tetapi jika sesuatau itu atas saran dan dorongan dari seorang
guru atau kyai maka terasa lebih diperhatikan. Melalui maudhoh hasanah
para jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah mendapatkan ilmu tambahan
selain manfaat dari amaliyah dzikirnya. Nasihat atau arahan dari seoarang
kyai selalu dinantikan bagi seseorang yang masih awam tentang
agamanya. Ketidak mampuannya untuk belajar mengkaji suatu ayat atau
kitab-kitab klasik tinggalan para salafuna as-Sholih maka jama’ah lebih
memilih untuk mendengarkan mauidhoh hasanah dari seorang kyai atau
orang yang lebih alim.
Isi dari mauidhoh hasanah diantaranya juga menyangkut masalah
kekeluargaan. Seperti yang di tuturkan oleh bapak Mohammad Suhudi
Tetapi setelah selesai majelis tersebut ia dinasihati mbah KH. M. Sholih
yang merupakan sesepuh sekaligus sebagai imam Khushusy. Bapak
Suhudi ingin menjadi orang yang lebih baik dan mencari keselamatan di
dunia dan di akhirat. Ia berubah drastis yang semula sering minum-
minuman ke terminal-terninal. Pada akhirnya ia bertaubat dan menjadi
aktif menghadiri majelis dzikir di berbagai daerah. Ia juga berpesan
kepada penulis ketika sudah berkeluarga nanti, pastinya banyak
136
permasalahan yang muncul dari perkara kecil maupun besar. Untuk
meredamkan dan menjadikan obatnya adalah dengan berdzikir.
Dapat dipahami bahwa mauidhoh hasanah dari para kyai juga
mampu memberikan dorongan dan perubahan individu dan keluarga
menjadi lebih baik. Membentuk pribadi yang sholih tidaklah mudah.
Ketika seseorang bertaubat yang semula melakukan kejelekan belum tentu
orang lain mau memaafkan perbuatan yang sebelum bertaubat. Dengan
adanya nasihat dan perkataan yang bijak dari oarang yang alim (berilmu)
itu berdampak pada kesakinah dalam keluarga. Dari hal tersebut mauidhoh
hasanah yang dilakukan oleh para sesepuh, kyai jama’ah Majelis Dzikir Al
Khidmah dapat membentuk keluarga sakinah yang sejahtera lahir maupun
bathin.
Peran majelis Dzikir Al Khidmah dalam membentuk keluarga
sakinah yaitu menjadi controlling dalam diri sendiri dan keluaga, hati
tidak mudah marah (penyabar), senantiasa di cintai keluarga terlebih istri,
hubungan dengan masyarakat menjadi lebih erat dan jiwa sosial semakin
tinggi serta dapat mengahadipi suatu masalah dengan bijaksana. Peran
Majelis Dzikir Al Khidmah tidak sebatas itu saja, tetapi bisa lebih dalam
lagi maknanya yakni pada hakikatnya dzikir itu sebagai sarana seorang
hamba untuk menuju dan taqarrub keharibaan Allah SWT untuk
menggapai ridha-Nya. Menjalankan perintah guru, mengikuti jejak para
Salafuna as-Sholih adalah sebagai media dan pengharapan akan dilirik,
dilihat dan diakui sebagai umatnya Rasulullah SAW. Majelis Dzikir Al
137
Khidmah adalah majelis dzikir yang sangat kompleks, karena bayak sekali
amaliah-amaliahnya yang dilakukan. Mulai dari majelis istighotsah,
manakib, tahlil, majleis haul, maulid,khotmil qur’an, majelis akad nikah,
khitanan dan lain-lain.
Selain hal tersebut di dalam amaliyah-amaliyah Majelis Dzikir Al
Khidmah terdapat doa-doa yang di panjatkan kepada Allah SWT.
Memohon semoga selalu diberi tetap Iman, Islam, ihsan, istiqomah dalam
beribadah, kesabaran, deberi kelancaran rizqi, dikabulkan segala hajat dan
urusanya, dijadikannya anak yang sholih sholihah dan keturunannya,
keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah serta mendoakan kepada
para guru-guru dan orang tua.
Sesuai analisis penulis kegiatan dan amaliyah jama’ah Majelis
Dzikir Al Khidmah menunjukkan pernyataan yang sama, bahwa Majelis
Dzikir Al Khidmah mempunyai peran untuk mewujudkan dan membentuk
keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah serta sejahtera lahir dan batin
bagi para jama’ah maupun pengurus Al Khidmah. selain itu juga Majelis
Al Khidmah sebagai wadah umat yang senang berdzikir dan
hendakmendekatkan diri kepada Allah SWT dan sebagai terapi ketenangan
jiwa. Maka setiap jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah diharapkan bisa
menjadi contoh dan teladan bagi masyarakat serta dapat meneruskan
amaliyah-amaliyah para salafuna as- Sholih ila yaumil qiyamat. Terlebih
bisa berkontribusi untuk ikut serta membangun umat dan mewujudkan
138
baldatun thoyyibatun warobbun ghafur (Negara yang baik dan Negara
yang mendapatkan ampunan oleh Allah SWT).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
139
Setelah penulis melakukan penelitian dan observasi terhadap Majelis
Dzikir Al Khidmah di Kabupaten Semarang, maka dari pembahasan dan
analisis dalam skripsi ini, penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. Kegiatan dan amaliyah yang dilakukan oleh Majelis Dzikir Al Khidmah
meliputi istighasah, majelis tahlil, maulid, manakib, khotmil qur’an
majelis kirim doa kepada oran tua dan guru-guru. Amaliyah tersebut
merupakan bagian dari ajaran para Rasulullah SAW dan salafuna as-
Sholih yaitu mempunyai tujuan yang baik. Dengan berdzikir dan
mendoakan orang tua berati merupakan bentuk bakti anak kepada orang
tua. Orang tua akan senang ketika anaknya mendoakannya. Maka akan
timbullah rasa kasih sayang antara anak dengan orang tua, orang tua
dengan anak atau seluruh anggota keluarganya.
2. Pengalaman jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah Kabupaten Semarang
selama mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah merasakan ketenangan
jiwa dan rohani ketika mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah. sebelum
mengikuti majelis dzikir al khidmah jiwa dan pikiran jama’ah kurang
tenang yang sering kali marah-marah tampa adanya sebab. Setelah
mengikuti majelis dzikir Al Khidmah masalah dan urusan keluarga yang
membebaninya menjadi cepat terselesaikan serta mencari rizqi menjadi
mudah dan berkah. Bertambahnya kasih sayang antara suami istri, saling
pengertian itu dapat menjadi bekal kehidupan yang sejahtera lahir
maupun batin. Sehingga perubahan yang di alami jama’ah Al Khidmah
mampu membawa keluarganya untuk menuju keluarga sakinah dan
140
berharap menjadi orang yang beruntung di dunia dan di akhirat dengan
ridho Allah SWT.
3. Majelis Dzikir Al Khidmah mempunyai peran dan manfaat dalam
membentuk kelurga sakinah. Diantaranya yaitu para jama’ah yang aktif
dan istiqomah dalam mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah merasakan
ketenangan, kenyamanan, ketentraman kesabaran hati dan lebih tawakal
yang membawa dirinya menjadi lebih baik. Ditambah dengan mendapat
ilmu agama dari penyampaian seorang kyai (penceramah) serta semakin
bertakwa kepada Allah. Jiwa tenang berdampak pada kejernihan pikiran
yang jernih dan membawa pengaruh pada perkataan, tindakan dan budi
pekerti yang luhur. Sehinga hal tersebut berpengaruh pada kepribadian
yang mulia naik bagi diri sendiri, keluarga maupun lingkungan
masyarakat.
B. Saran-saran
Setelah penulis mengetahui dan melakukan observasi, yang kaitannya
dengan kegiatan Majelis Dzikir Al Khidmah di Kabupaten Semarang menurut
penulis masih ada hambatan dan kendala yang sekiranya perlu dibenahi atau
diperbaiki. Karena dengan adanya saran dari penulis ini, bertujuan demi
mewujudkan suatu majelis dzikir yang kuat dan solid (kompak).Oleh
karenanya penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Kepada Pengurus
141
a. Lebih menggiatkan dalam sosialisasi dan menginformasi apapun
bentuk kegiatannya kepada para jama’ah baik melalui Undangan,
SMS, Facebook ataupun dengan media-media yang lain.
b. Perlu adanya kaderisai tim pembaca manakib, penabuh terbang dan
MC supaya ketika tim inti berhalangan maka sudah ada
penggantinya.
c. Menjalin keharmonisan pengurus dengan pengurus, pengurus dengan
jama’ah, jama’ah dengan jama’ah ataupun dengan pemerintahan dan
sering-sering melakukan silaturrahim dengan para kyai dan sesepuh.
d. Harus mempunyai komitmen dan bisa mengajak jama’ah untuk tidak
terpengaruh dan ikut dengan partai politik.
2. Kepada Jama’ah
a. Untuk bisa lebih istiqomah dan ikhlas dalam mengikuti Majelis
Dzikir Al Khidmah.
b. Untuk bisa mengajak keluarga, saudara, teman dan tetangga di setiap
ada kegiatan Majelis Dzikir Al Khidmah, dengan harapan cita-cita Al
Khidmah sebagai oase dunia bisa terealisasikan.
c. Diniatkan dalam mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah semata-mata
untuk mencari ridha para guru, orang tua dan Allah SWT.
3. Kepada Pemerintah
a. Hendaknya dapat meberikan ijin dan dukungan penuh di setiap
terselenggaranya Majelis Dzikir Al Khidmah dimanapun berada
142
lebih-lebih memberikan bantuan moril demi ikut mensukseskan
penyelenggaraan maejelis dzikir.
b. Untuk bisa menjaga keharmonisan masyarakat dan mewujudkan
kabupaten Semarang menjadi damai, aman, sejahtera dan mapan.
c. Jangan memanfaatkan Majelis Dzikir Al Khidmah untuk kepentingan
pribadi dan semisal kampaye demi maksud politik tertentu.
4. Kepada asyarakat
a. Senantiasa memberikan kenyamanan di linggkungan masyarakat
yang diadakkannya suatu Majelis Dzikir Al Khidmah.
b. Senantiasa mengikuti kegiatan Majelis Dzikir Al Khidmah walaupun
tidak sebagai jama’ahnya.
c. Ikut serta mensosialisasikan program dan kegiatan jama’ah Al
Khidmah dimanapun tempat.
DAPFTAR PUSTAKA
Ahid, Nur. 2010. Pendidikan Keluarga Dalam Perspektif Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Al-Ishaqy, Ahmad Asrori. 2003. Pedoman Kepemimpinan dan Kepengurusan
dalam Kegiatan dan Amaliyah Ath-Thariqah dan Al Khidmah, cet. Ke-1.
Semarang: Jama’ah Al Khidmah.
Al-Ishaqy, Ahmad Asrori. 2011. Pedoman Kepemimpinan dan Kepengurusan
Dalam Kegiatan dan Amaliah ath-Thariqah dan Al Khidmah, cet. Ke-VII.
Semarang: Jama’ah Al Khidmah.
Al-Ishaqy, Ahmad Asrori. 2011. Al-Anwar Al-Khushushy Al-Khotmiyyah. Cet.
Ke-9. Surabaya: Al-Wafa.
Al-Ishaqy, Al-Faqir, Al-Mudznib, Az-Zalil Ibnu Al-Yaum. 2011. Al-Faidhur
Rahmani. Surabaya: Al-Wafa.
Al-Ishaqi, Ahmad Asrori. 2006. Pedoman Kepemimpinan, Kepengurusan dalam
Kegiatan, Amaliyah Ath-Thoriqoh dan Al Khidmah. Surabaya: Pengurus
Pusat Al Khidmah.
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. 2002. Fawaidu Al-Adzkar (Dzikir Cahaya
Kehidupan), cet. Ke-1. Jakarta: Gema Insani Press.
Al-Aziz, Moh Saefullah. 1978. Risalah Memahami Ilmu Tasawwuf. Surabaya:
Terbit Terang.
Al-Kandahlawi, Maulana Moh. Zakariyya. 2003. Fadhilah Amal. Yogyakarta:
Ash-Shaaf.
Al-Ghazali, Abu Hamid. 1994. Rahasia Zikir dan Do’a. Bandung: Kharisma.
Al-Ghazali, Munajat. 1998. Dzikir dan Doa Wacana Amaliah Keseharian (judul
asli “Al-Adzkar wad-Da’awaat, Ad-Da’awaat al-Mustajabah wa Mafatih
al-Faraj”). Surabaya: Risalah Gusti.
Al-Sakandari, Ahmad Ibnu Athaillah. 2010. Terjemah Al Hikam. Surabaya:
Mutiara Ilmu.
Al-Sakandari, Ibn Athaillah. 2000. Zikir Penentram Hati. Jakarta: Zaman.
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Aceh, Abubakar. 1996. Pengantar Ilmu Tarekat (Uraian Tentang Mistik) Cet ke -
XIII. Solo: Ramadhani.
Azzam, Abdul Azis Muhammad. 2009. Fikih Munakahat. Jakarta: Amza.
Amin, Samsul Munir dan Al-Fandi, Haryanto. 2013. Etika Berdzikir, Cet. Ke-2.
Jakarta: Amzah.
Bisri, Musthofa. 1999. Pesan Islam Sehari-hari Ritus Dzikir dan Gempita Ummat.
Surabaya: Risalah Gusti.
Chotimah, Khusnul. 2009. Peran Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan (BP4) Dalam Membina Keluarga Sakinah di Kota Salatiga
Tahun 2008. Salatiga: STAIN.
Departemen Agama RI. 2005. Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan Keluarga
Sakinah. Jakarta: Ditjen Bimas PH.
Departemen Agama RI, 2006. Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-30 Edidi Baru.
Surabaya: CV. Pustaka Agung Harapan.
Fadlillah, M. 2014. Menikah Itu Indah. Yogyakarta: Elangit7 Publishing.
Fuadi, Muhammad Faiz. 2012. Peran Majelis Dzikir Dan Sholawat An-Najaah
Krapyak Yogyakarta Terhadap Pembentukan Keluarga Sakinah.
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Fajri, Em Zul dan Senja, Ratu Aprilia. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
Edisi Revisi. Jakarta: Difa Publisher.
Ghozali, Muh Luthfi. 2006. Percikan Samudra Hikam, jilid 1. Semarang: Abshor.
Ghozali, Ahmad. 2006. Zikir dan Amalan Nabi Sehari-hari. Jakarta : Zahra
Hurlock, Elizabeth, B. 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Ruang Kehidupan, Edisi 5. Jakarta: Erlangga.
Hawari, Dadang. 1996. al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Ilmu Kesehatan
Jiwa. Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa.
Hawari, Dadang. 1997. Doa dan Dzikir sebagai Pelengkap Terapi Medis.
(Jakarta: Dana Bhakti Primayasa).
Harahap, Shahrin. 1996. Islam Dinamis Menegakkan Nilai-Nilai Ajaran al-
Qur’an dalam Kehidupan Modern di Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Masyhudi, In’ammuzahiddin dan Wahyu, A. Nurul. 2006. Berdzikir dan Sehat
Ala Ustad Haryono. Semarang: Syifa Press.
Kisyik, Abdul Hamid. 2005. Bimbingan Islam Untuk Mencapai Keluarga
Sakinah. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Majid, M. Amin, dan Aziz, Tirmidzi Abdul. 2004. Analisa Zikir dan Doa. Jakarta:
Pinbuk Press.
Mahmud, Abdul Halim. 2004. Terapi Dengan Dzikir Mengusir Kegelisahan &
Merengkuh Ketenangan Jiwa. Jakarta: Misykat PT. Mizan Publika.
Murtiningsih, Sri. 2008. Keluarga Sejahtera & Kesehatan Reproduksi dalam
Pandangan Islam. Jakarta: KIE.
Maslikhah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Masiswa.
Yogyakarta: Trust Media.
Pengurus Pusat Al Khidmah. 2014. Kebijakan Umum Pengurus Pusat Al Khidmah
Masa Khidmah 2014-2018. Malang:
Pengurus Pusat Al Khidmah Pelajar & Mahasiswa. 2013. Pendidikan Anggota
Dasar Al Khidmah Kampus Se-Jawa Tengah. Semarang: Pengurus Al
Khidmah Kampus Indonesia.
Saebani, Beni Ahmad. 2001. Fiqh Munakahah 1. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Shihab, M.Quraish. 2008. Wawasan al-Qur’an Tentang Dzikir dan Doa. Jakarta:
Lentera Hati.
Soetjipto, Ahmad. 1986. Dzikrullah. Yogyakarta: LPPM IAIN Sunan Kalijaga.
Sholikhin, Muhammad. 2008. Tamasya Qalbu. Yogyakarta: Mutiara Media.
Soelaeman, M.I. 1994. Pendidikan dalam Keluarga. Bandung: Alfabeta.
Subandi. 2009. Psikologi Dzikir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Subhan, Zaitunah. 2005. Membina Keluarga Sakinah. Yogyakarta: LKiS.
Susanto, Faisal Bahar. 2006. Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah (Tinjauan
Historis Dan Kritik Edukatif Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah di Balak
Kabupaten Semarang). Surakarta: Tesis Program Pasca Sarjana Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Suyadi. 2008. Quantum Dzikir. Yogyakarta: Diva Press.
Turkamani, Husain ‘Ali. 1992. Bimbingan Keluarga & Wanita Islam mengungkap
Rahasia Isu Emansipasi. Jakarta: Pustaka Hidayah.
Ulfatmi, 2011. Keluarga Sakinah Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kementrian
Agama RI.
Wibowo, Nur Ikhsan Ari. 2013. Hubungan Keaktifan Mengikuti Majelis Dzikir
Dengan Sikap Sabar Jama'ah Al-Khidmah Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga Tahun 2013. Salatiga. STAIN.
WJS, Perwadarminto. 1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Yusuf, Muhammad Amir. 2014. Pengaruh Majelis Dzikir Terhadap
Keharmonisan Keluarga (Studi kasus majelis dzikir Al-Khidmah di pondok
pesantren Hidayatul Falah Bantul Yogyakarta. Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga.
http://qultummedia.com/55-kabar-qultum/review/701-konsep-membangun-
keluarga-sakinah-dan-sejahtera. diakses pada tanggal 9 Agustus 2015
http://alkhidmahrobayan.blogspot.com/2012/06/kh.html diakses pada tanggal 17
Agustus 2015.
Dokumen Rangkaian dan Amaliyah Jama’ah Al Khidmah Kabupaten Semarang.
Wawancara dengan ketua Umum Al Khidmah Kabupaten Semarang Bapak kyai
M. Zaenuri.
Wawancara dengan penasihat (Imam khushushy) Al Khidmah Kabupaten
Semarang Bapak KH. M. Masykur.