Upload
iebekasep
View
772
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
PENGANTAR CARA BERPIKIR DASAR BERSAMA BERJUANG BERSATU MELAWAN TUNTASKAN REVOLUSI DEMOKRATIK
2008
IEBE PARASIT
PENGANTAR CARA BERPIKIR DASAR BERSAMA BERJUANG BERSATU MELAWAN TUNTASKAN REVOLUSI DEMOKRATIK
2008
IEBE PARASIT
PENGANTAR CARA BERPIKIR DASAR BERSAMA BERJUANG BERSATU MELAWAN TUNTASKAN REVOLUSI DEMOKRATIK
2008
IEBE PARASIT
BERSAMA BERJUANG BERSATU MELAWAN TUNTASKAN REVOLUSI DEMOKRATIK Page 1 of 33
I. PENDAHULUAN
1. Apakah Filsafat itu?
Banyak orang mengira bahwa filsafat itu tidak dapat atau sulit dimengerti oleh rakyat
biasa, dan merupakan salah satu mata kuliah yang paling sulit dan abstrak di dalam perguruan
tinggi. Dengan kata lain, filsafat itu di pandang sebagai sesuatu yang tak ada atau sedikit
sekali hubungannya dengan kehidupan manusia sehari-hari. Padahal tidak demikian. Pada
setiap hari dapat kita jumpai jejak-jejak atau potongan-potongan pikiran filsafat.
Si A yang sudah puluhan tahun merantau di luar negeri pada suatu waktu berkenan
untuk pulang ke tanah air Indonesia. Begitu tiba di Jakarta ia dikejutkan dengan wajah betawi
yang baru sama sekali baginya, sehingga ia tidak mengenali lagi kampung-kampung yang ia
tempati puluhan tahun yang lalu. Jalan-jalan kini lebar-lebar dan licin, bermalang melintang dan
penuh dengan berbagai kendaraan bermotor yang membisingkan, gedung-gedung pencakar
langit pun menjulang di sana-sini dengan aneka lampu neon yang memberikan pandangan indah
pada malam hari, banyak pusat pusat perbelanjaan, Super market atau plaza di samping pasar
loak dan kaki lima. Pendek kata, betawi sekarang tidak jauh beda dengan kota-kota besar di
Eropa dan Amerika sana, walaupun nampak sangat jorok dengan tumpukan sampah di mana-
mana, yang tak pernah dijumpainya di jaman kolonial. Tetapi yang lebih mengejutkan dan juga
membanggakan ialah bahwa penguasa kolonial telah tidak ada lagi, penguasa bangsa sendiripun
ternyata mampu menjalankan roda pemerintahan. Polisi dan tentara juga tidak kalah galak dan
bengisnya dari pada polisi dan tentara di jaman kolonial. Ketika ia di tengah tengah kerabatnya
ia mendapati kenyataan banyak di antara mereka yang sudah meninggal dan ada yang menjadi
pembesar dan kaya raya, dst.
Hasil pengamatan seperti ini telah memberikan kesan yang mendalam kepadanya bahwa
segala sesuatu itu berubah, tidak langgeng. Dan pikiran bahwa SEGALA SESUATU ITU
BERUBAH, TIDAK LANGGENG ini adalah sepotong pikiran filsafat, menurut ilmu
filsafat inilah pikiran dialektis, yang merupakan bagian dari suatu sistim filsafat dialektika.
Mari kita lanjutkan contoh di atas tadi. Pada suatu ketika si A tadi yang setelah beberapa
waktu kembali ke tanah air, memperhatikan lebih dalam kehidupan rakyat kecil, kehidupan
kaum buruh, kaum tani dan kaum miskin di perkotaan, serta pengrajin dan nelayan, dan
Page 2 of 33
mengetahui bahwa nasib mereka tetap miskin dan sengsara. Di lain pihak, ia melihat pemilik-
pemilik modal raksasa asing (kaum Imperialis) masih tetap merajalela dan bahkan menguasai
kehidupan perekonomian dan keuangan Indonesia walaupun pemerintahan kolonial sudah tidak
ada lagi. Kenyataan-kenyataan yang keras ini telah memberikan suatu kesan padanya bahwa
segala sesuatu TETAP TIDAK BERUBAH, SEMUA TETAP DAN LANGGENG.
Pikiran semacam inipun, merupakan sepotong pikiran filsafat. Dan dalam ilmu filsafat ini
dikenal dengan pikiran stastis, merupakan sebagian dari sistim filsafat metafisika, dalam
pengertian non-dialektis.
Dari contoh di atas dapat kita ketahui dengan jelas bahwa suatu pikiran filsafat itu
dilahirkan dari pikiran-pikiran yang hidup dalam perjuangan manusia sehari-hari untuk
mempertahankan dan memperbaiki kehidupannya dan mempertinggi martabat kemanusiaan.
Sungguhpun demikian, pikiran filsafat tidaklah sama dengan pikiran yang hidup sehari-hari. Di
antara keduanya terdapat perbedaan kualitas atau sifat. Sebagaimana yang kita ketahui dari
contoh di atas itu, bahwa pikiran sehari-hari itu adalah KHUSUS dan KONGKRIT,
misalnya "wajah jakarta berubah", "keadaan politik di Indonesia berubah", "nasib kaum tani dan
buruh di indonesia tetap miskin dan sengsara", "penanaman modal asing di Indonesia semakin
besar", dsb. Sedangkan pikiran filsafat, yang merupakan penyimpulan dari pikiran-pikiran
sehari-hari yang mencerminkan kenyataan-kenyataan khusus dan kongkrit, dan bersifat hakiki,
umum dan abstrak.
Kembali pada contoh di atas. bahwa si A pada situasi tertentu timbul kesan: "segala
sesuatu senantiasa berubah", tapi pada situasi lain timbul kesan sebaliknya. Lalu bagaimana
sebenarnya, apakah segala sesuatu itu berubah atau tidak berubah? Bagi si A yang tidak pernah
belajar filsafat atau tidak punya pegangan pada suatu sistim filsafat tertentu, sudah tentu
menjadi bingung dan tidak dapat menjawabnya, dan ia akan selalu diombang-ambing oleh
perkembangan situasi. DI SINILAH LETAK SALAH SATU ARTI PENTING DARI
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN KEHIDUPAN KITA SEHARI-HARI, APA
LAGI BAGI KAUM PROGRESIF-REVOLUSIONER.
Mungkin ada kawan yang mengatakan bahwa kenyataan menunjukkan, orang yang
tidak belajar filsafat atau tidak memiliki sistim filsafat tertentu toh juga bisa hidup. Memang,
tidak memiliki sistim filsafat tertentu bukan berarti tidak bisa hidup, tapi hidupnya akan selalu
Page 3 of 33
dalam keadaan meraba-raba atau terombang-ambing oleh keadaan. Lagi pula banyak orang,
secara tak sadar memegang sebuah sistim filsafat tertentu, misalnya mereka yang patuh
menjalankan ajaran agamanya, sudah mengandung sebuah sistim filsafat tertentu. Demikian
juga bagi mereka yang yakin bahwa nasibnya sudah ditentukan hanya oleh Yang Maha Esa,
sehingga menerima apa saja adanya, maka secara tidak sadar ia telah berpegang pada fatalisme,
bagi mereka yang hidup tanpa pegangan filsafat tertentu, sadar atau tidak selain mudah
terombang-ambing oleh keadaan, juga mudah terjerumus ke dalam dunia mistik atau dunia
spekulatip, yang tak lain adalah perjudian, yang lebih banyak kegagalan daripada keberhasilan,
ia suka bersikap avonturis atau labil
Mengapa sebuah sistim filsafat dapat memberi pedoman hidup pada kita? Sebagaimana
yang dikemukakan di atas bahwa pikiran filsafat yang merupakan penyimpulan dari pikiran
sehari-hari yang khusus dan kongkrit adalah bersifat hakiki, umum dan abstrak. Oleh karena itu
maka pikiran-pikiran filsafat dapat memberikan petunjuk kepada kita untuk mengenal hal-hal
yang khusus dan konkrit yang selalu kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pikiran-pikiran filsafat yang dilahirkan dari berjuta-juta manusia dalam
perjuangan hidupnya sehari-hari, maka para filosof, menurut keyakinannya masing-masing
mengadakan penelitian dan seterusnya menyusun sistim filsafat tertentu yang lengkap dan
konsisten. Dengan perkataan lain suatu sistim filsafat mencerminkan keadaan dunia semesta
ini (alam masyarakat dan pikiran) secara menyeluruh, mendasar dan umum, atau sebuah sistim
filsafat itu menyatakan keadaan dunia secara teori; dan dengan teori itu kita gunakan untuk
memecahkan masalah-masalah konkrit dan khusus yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-
hari.
Sudah tentu, filsafat itu mengalami perkembangan. Bermula pada jaman Yunani kuno,
filsafat sudah mencakup segala macam pengetahuan bahkan segala macam keterampilan, semua
seni dan kerajinan tangan (art and craft), sehingga filsafat pada saat itu mengandung arti: suka
mengejar segala macam keterangan, pengetahuan dan kebijaksanaan, hingga merupakan bidang
yang sangat luas. Dengan makin berkembangnya pengetahuan manusia terhadap dunia
sekelilingnya, maka timbulah spesialisasi dalam pengetahuan, terciptalah berbagai macam ilmu
pengetahuan khusus, alam ataupun sosial. Akibatnya pengetahuan-pengetahuan satu demi satu
keluar dari bingkai filsafat dan memasuki cabang-cabang ilmu khusus masing-masing. Filsafat
Page 4 of 33
alam masuk ke dalam ilmu alam, filsafat hukum masuk ke dalam ilmu hukum, filsafat sejarah
masuk ke dalam ilmu sejarah dsb. Dan yang terakhir yang keluar dari filsafat adalah ilmu
psikologi. Lalu apakah yang masih tertinggal dalam ilmu filsafat? Yang tertinggal adalah cara
berpikir atau metode berpikir. Sungguhpun demikian sampai sekarang filsafat masih
mempertahan lima subyek persoalan yang diakui oleh umum yaitu: etika, politik, logika, estetika
dan metafisika. Secara umum ilmu filsafat adalah suatu bidang studi tentang saling hubungan
antara pikiran manusia atau dunia subyektif dengan keadaan di sekelilingnya atau dunia
obyektif.
2. Masalah terpokok dalam Filsafat
Seperti yang telah dikemukakan bahwa filsafat adalah studi tentang hubungan antara
pikiran manusia dan keadaan sekelilingnya, antara dunia subjektif dan dunia objektif. Dalam
hubungan antara pikiran atau ide manusia dan keadaan atau kenyataan di sekelilingnya itu,
sudah tentu banyak terdapat persoalan. Tetapi di antaranya, yang paling pokok dan mendasar
adalah antara pikiran dan keadaan atau antara ide dan materi, yang manakah yang lebih dahulu.
Ini menjadi masalah yang terpokok dan paling mendasar, karena setiap sistim filsafat atau
pandangan dunia, mau tak mau harus menjawab hal ini. Dan jawabannya adalah menjadi
pangkal tolak pandangan filsafatnya.
Dalam dunia filsafat terdapat banyak macam aliran atau sistim filsafat, tetapi jawaban
terhadap masalah pokok ini terbagi dalam dua kubu sistim filsafat yang besar. bagi mereka yang
berpendapat bahwa pikiran atau ide ada terlebih dahulu atau primer dan keadaan atau materi
adalah sekunder, karena dilahirkan atau ditentukan oleh pikiran, maka mereka tergolong dalam
kubu IDEALISME. Misalnya mereka yang mengatakan: sebelum gedung pencakar langit itu
ada, terlebih dahulu ia sudah ada di dalam otak sang insinyur yang merancang
pembangunannya. Kemudian idenya itu dituangkan dalam gambar cetak biru dan akhirnya
dibangunlah gedung itu berdasarkan gambar tadi. Jadi gedung itu adalah perwujudan kongkrit
dari ide yang sudah ada lebih dahulu. Demikian pula sebelum Indonesia merdeka, ide atau
gagasan tentang indonesia itu sudah ada lebih dahulu dalam pikiran pejuang nasional kita, di
dalam pikiran rakyat indonesia.
Page 5 of 33
Sebaliknya mereka yang berpendapat, bahwa keadaan atau materi itu primer dan pikiran
atau idea itu sekunder, tergolong dalam kubu MATERIALISME. Terlihat misalnya, bahwa
keadaan penghidupan manusia yang membutuhkan tempat berteduh telah melahirkan ide di
alam pikirannya untuk membangun rumah. Oleh karena di dalam kota-kota besar jumlah
penduduk membesar, maka kebutuhan tanah untuk perumahan akan makin besar pula, sehingga
harga tanah akan membumbung tinggi, dan keadaan ini yang menimbulkan ide untuk
membangun rumah bertingkat. Demikian juga idea tentang Indonesia merdeka dilahirkan oleh
keadaan hidup bangsa dan rakyat Indonesia yang menderita karena penindasan dan
penghisapan kolonialisme. Jadi idea atau pikiran itu tak lain adalah pemurnian atau refleksi
keadaan atau kenyataan yang material.
Dua kubu besar filsafat itu, Idealisme dan Materialisme, sejak dari dulu kala sampai
sekarang, saling berlawanan dalam segala pandangannya, justru karena jawaban mereka
terhadap masalah terpokok tersebut berlawanan. Dengan perkataan lain titik tolak pandangan
mereka bertentangan satu sama lain, masing-masing berkeras mempertahankannya. Oleh
karena itu, sejarah filsafat pada dasarnya adalah sejarah perjuangan antara materialisme dan
Idealisme. Pengalaman sejarah selama ini menunjukkan, pada umumnya, bahwa materialisme
selalu mewakili pandangan dunia kelas yang maju, sedangkan idealisme mewakili pandangan
dunia kelas yang reaksioner. Ketika borjuasi Eropa melawan kekuasaan feodal, mereka
mengangkat materialisme sebagai senjata perlawanan mereka. Misalnya borjuasi Perancis
mengibarkan tinggi-tinggi materialisme sewaktu menjelang revolusi besar perancis (1789).
Tetapi setelah revolusi demokratis borjuis menang dan kaum borjuis naik tahtah, mereka
melemparkan materialisme dan mengibarkan kembali idealisme yang tadinya menjadi senjata
ideologis kelas feodal. Kini materialisme umumnya menjadi senjata ideologi dari kelas dan
rakyat revolusioner dalam perjuangannya untuk demokrasi dan kebebasannya, dan idealisme
menjadi senjata ideologi dari kelas dan penguasa yang reaksioner dan kontra revolusi, anti
demokrasi dan anti rakyat.
Di antara dua kubu besar filsafat yang bertentangan keras itu, terdapat suatu aliran
filsafat yang kelihatannya sebagai aliran ketiga atau non-blok, tidak berpihak pada monoisme-
idealis ataupun monisme-materialis. Mereka berpendapat bahwa antara ide dan materi, antara
pikiran dan keadan kongkrit, tak ada yang primer atau sekunder, tak ada yang satu menentukan
Page 6 of 33
keadaan yang lain, masing masing saling mempengaruhi. Pendek kata kedua kubu itu "ko-
eksistensi secara damai". Aliran ini dalam ilmu filsafat disebut DUALISME. Tokohnya yang
terkenal adalah Immanuel kant, bapak filsafat kelasik jerman abad 19.
Kantianisme ini nampak jelas hendak menempuh jalan kompromi, "jalan tengah", tak
mau membenarkan atau berpihak pada manapun, berdiri di tengah-tengah kedua belah bihak
yaitu antar materialisme dan idealisme. Padahal ia adalah bagian dari salah satu bentuk
idealisme, karena pandangan yang menjadi titik tolaknya adalah karangan idea subjektifnya,
tidak sesuai dengan kenyataan objektif. Pandangan yang idealis ini banyak kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari, malahan juga masih terdapat dalam kelompok kaum progresif ataupun
yang revolusioner. Misalnya tidak sedikit mereka dapat menerima materialisme, tapi di pihak
lain masih belum bisa melepaskan dirinya dari ikatan-ikatan idealisme (mistik, tahyul dsb) dan
banyak di antaranya akhirnya melepaskan materialisme dan jatuh sepenuhnya dalam jurang-
jurang idealisme itu.
Sudah tentu dalam kubu idealisme terdapat berbagai aliran atau cabangnya, tapi pada
pokoknya dapat dibagi menjadi dua golongan berdasarkan pangkal atau titik tolak
pandangannya. Golongan pertama, IDEALISME OBJEKTIF, yaitu mereka yang berpangkal
tolak dari ide yang secara objektif ada di luar manusia, misalnya, ide Tuhan menurut filsafat
agama dan ide absolut menurut filsafat Hegel. Golongan ini umumnya berpendapat, misalnya
adanya kehidupan dan alam semesta karena perwujudan dari ide Tuhan sang pencipta. Dalam
kehidupan keseharian, pikiran filsafat semacam ini kita jumpai antara lain misalnya:" apa mau
dikata, nasibku memang sudah ditakdirkan demikian " dsb.
Golongan kedua adalah IDEALISME SUBJEKTIF, ialah mereka yang berpendapat
bahwa ide subjektif kita manusia menentukan keadaan dunia sekeliling. Tokoh yang terkenal
adalah Bishop George Berkeley, seorang filsuf Inggris yang menyangkal adanya dunia material
secara objektif. Dalam kehidupan keseharian dapat kita jumpai misalnya: " keadaan dunia ini
tergantung dari suasana hatimu, bila hatimu bahagia, dunia ini menjadi cerah, tapi bila hati
muram, maka dunia menjadi gelap gulita"; " Dunia menjadi hitam jika kamu memakai kaca mata
hitam, tapi ia akan menjadi semarak jika mengenalkan warna merah."
Dalam kubu materialisme pun terdapat aneka ragam aliran yang pada pokoknya dibagi
menjadi dua golongan. Tetapi, berbeda dengan pembagian dalam kubu idealisme yang
Page 7 of 33
berdasarkan pada titik tolak pandang, maka dalam kubu materialisme ini berdasarkan pada
metode berpikirnya. Sebab titik pangkal tolak pandangannya adalah sama ialah dunia
kenyataan material yang berada di sekeliling kita. Tapi karena cara atau metode memandangnya
berbeda, maka hasilnyapun berbeda. Golongan pertama adalah MATERIALISME
DIALEKTIS, yaitu filsafat yang memandang dunia semesta ini secara keseluruhan, tidak
sepotong-sepotong atau berat sebelah, tidak beku atau statis, melainkan dalam suatu proses
perkembangan yang terus menerus tiada akhirnya. Pikiran-pikiran materialisme dialektik inipun
dapat kita jumpai dalam kehidupan misalnya, "bumi berputar terus, ada siang ada malam",
"habis gelap timbullah terang", "patah tumbuh hilang berganti" dsb. Semua pikiran ini
menunjukkan bahwa dunia dan kehidupan kita senantiasa berkembang.
Golongan lainnya adalah MATERIALISME METAFISIK, yang memandang dunia
secara sepotong-sepotong atau dikotak-kotak, tidak menyeluruh dan statis. Pikiran-pikiran
berazaskan golongan ini misalnya:"sekali maling tetap maling", memandang orang sudah
ditakdirkan, tidak bisa berubah.
3. Titik pandang, Metode berpikir dan asal-usul kelas
Dari uraian di atas dapat kita ketahui, bahwa setiap sistim filsafat atau pandangan
dunia mempunyai dua unsur fundamental, yakni titik tolak atau pangkal pandangan dan metode
berpikir Suatu sistim filsafat yang dapat mencerminkan secara tepat keadaan dunia objektip di
sekeliling kita sudah tentu harus memiliki titik tolak-pangkal pandangan dan metode berpikir
yang tepat. Persoalannya sekarang ialah: Apa titik tolak-pangkal pandang yang tepat itu dan
bagaimana metode berpikir yang tepat itu?
Sudah dikemukakan bahwa titik tolak pandang pada dasarnya ada dua: Idealis dan
materialis. Dari contoh-contoh yang diberikan masing-masing mempunyai alasan yang cukup
kuat untuk mengklaim dirinya benar. Sudah tentu tidak mungkin keduanya benar atau salah,
kecuali kalau kita menganut dualisme. Di antara meraka pasti hanya ada satu yang benar. Yang
manakah? Idealis atau materialis?
Titik tolak pandangan yang benar adalah yang berdasarkan pada kenyataan objektip
sebagaimana adanya, tanpa diberi bumbu subjektip sedikit pun, harus berdasarkan hasil-hasil
studi dan penelitian ilmiah dari data dan fakta dunia objektip di sekeliling, harus berdasarkan
Page 8 of 33
penyimpulan-penyimpulan ilmiah dari pengalaman praktis perjuangan rakyat dalam proses
produksi dan revolusi. Sekali-kali jangan berdasarkan terkaan-terkaan subjektip dan spekulatip,
atau main "sekiranya mesti Begini". Sebagai sebuah ilustrasi:
'Pada suatu waktu si kelinci sedang asik bermain dengan temannya, tiba-tiba ia berlari
sambil berteriak "Api!", diikuti temannya mengejar di belakang. Si kambing yang sedang
merumput melihat kelinci berteriak sambil berlari, berpikir dalam benaknya "kobaran api
melahap hutan dengan mengerikan", maka ia segera melompat dan mengajak anak-anaknya
untuk lari dan berteriak keras-keras "Api-Api!! " dan semua penghuni hutan yang melihat
mereka berlari ikut berlari, tanpa banyak tanya. Dan bertemulah mereka dengan si Kancil yang
menghentikan mereka dan bertanya sampai sejauh mana api menjalar dan tak satu pun yang
dapat menjawab. Si kancil pun mengusut dan akhirnya bertanya pada kelinci, si kelinci
menjawab bahwa ia semula bermain dengan temannya yang sedang menjadi lakon "api", dan
setelah melihat sikambing lari terbirit-birit dan berteriak "Api" maka kelinci mengira ada
kebakaran sungguhan. Kancil tertawa dan mengajak mereka melihat kebelakang "kalau ada
kebakaran tentu ada asapnya mengepul. ternyata tidak ada sedikitpun asap".
Dongeng ini menunjukkan bahwa si kelinci, kambing dsb., dalam menghadapi persoalan
(kenyataan objektip) bertitik tolak dari dugaan, interprestasi, perkiraan subjektip, sedang si
kancil bertitik tolak pada kenyataan objektip, sebagaimana adanya, bebas dari segala dugaan,
dari tafsiran subjektif. Dongeng-dongeng seperti ini banyak kita jumpai.
Yang paling parah adalah pembumbuan subjektip yang sesungguhnya sangat berbahaya
dalam perjuangan. Cara atau metode berpikir yang benar tidak dapat dilepaskan dari pangkal
pandangan yang benar, dengan perkataan lain, metode berpikir yang benar itu adalah metode
yang sesuai dengan kenyataan objektip. Karena kenyataan objektip itu bergerak dan
berkembang, maka kita harus memandangnya secara dinamis, mengikuti gerak dan
perkembangannya. Oleh karena kenyataan itu punya banyak segi, maka kita harus berusaha
mengenal segala seginya. karena kenyataan objektip mempunyai saling hubungan internal
(antar bagian-bagiannya) dan hubungan eksternal(antar kenyataan itu dengan kenyatan-
kenyataan yang lain di sekitarnya), maka kitapun harus menelitinya. hanya dengan cara
demikian kita baru bisa mengenal atau mencerminkan kenyataan itu sebagaimana adanya,
Page 9 of 33
tanpa ada sedikitpun unsur subjektip di dalamnya. Inilah metode berpikir dialektika materialis.
Inilah metode ilmiah yang digunakan oleh para ilmuan dalam ilmu alam maupun Sosial.
Jika dunia yang bergerak ini kita pandang sebagai hal yang diam atau statis, kita akan
menganggap sebagian kenyataan sebagai keseluruhan kenyataan, kenyatan yang saling
berhubungan kita anggap terpisah-pisah, maka kita tidak dapat memahami kenyataan itu
sebagaimana adanya atau secara tepat. Cara atau metode berpikir yang semikian kita sebut
metode berpikir metafisika dalam pengertian non-dialektik.
Kita yang percaya pada perubahan radikal dan revolusioner, menjadi harus dengan teguh
dan konsisten serta ilmiah menggunakan metode berpikir yang dialektik materialis. dalam
menghadapi apapun dan kondisi yang bagaimanapun. Setiap orang mempunyai kedudukan
tertentu dalam masyarakat. Dalam masyarakat berkelas ia tergolong ke dalam dan mempunyai
kepentingan kelas tertentu. Keadaan ini sangat mempengaruhi pikiran dan pandangannya.,
dengan perkataan lain, asal-usul kelas seseorang ikut menentukan pandangan kelasnya. Oleh
karenanya,walaupun seseorang mempunyai pandangan filsafat yang benar, tapi bila hasilnya itu
ternyata bertentangan dengan kepentingan kelasnya, maka kaum borjuis, mereka dihadapkan
pada suatu pilihan: menghianati kelasnya atau melepaskan pandangan filsafatnya yang benar
itu. Kalau ia hendak mempertahankan kepentinagan kelasnya ia tak dapat secara konsisten
mempertahankan sistim pandangan filsafatnya yang benar itu.
Kaum Borjuis Eropa ketika sebagai kelas tertindas (walaupun ia juga bagian dari kelas
yang ikut menghisap tenaga kerja orang lain), sebagai kelas yang progresip dan revolusioner,
melawan kekuasaan feodal, mempersenjatai diri dengan materialisme (sekalipun materialisme
perancis pada abad 18 adalah materialisme mekanis). Tetapi sewaktu kaum borjuis ini berkuasa
mereka menjadi penindas dan penghisap kelas pekerja dan menjadi kelas yang reaksioner atau
kontra revolusi. Mereka berbalik mengibarkan panji-panji idealisme. Dalam hal-hal tertentu,
kaum borjuis misalnya menggunakan pandangan dan metode ilmiah atau materialisme dialektik
terhadap gejala alam dan tehnologi, karena penguasaan terhadap tehnologi dan alam itu sesuai
dengan kepentingan mereka. Tetapi mengenai gejala-gejala sosial dan peristiwa-peristiwa
sejarah mereka tidak konsisten menggunakan titik pandang dan metode yang ilmiah lagi.
Mengapa? Tidak lain karena materialisme dialektis akan mengungkapkan kenyataan
masyarakat kapitalis apa adanya, di mana terdapat penghisapan modal (kapitalis) terhadap
Page 10 of 33
tenaga kerja, penghisapan kelas kapitalis terhadap kelas buruh dan rakyat pekerja lainnya,
terhadap kepincangan-kepincangan dan stagnasi yang menghambat perkembangan masyarakat
untuk lebih maju. Dan hanya kelas pekerja yang mampu mengubur sistim sosial kapitalisme dan
akan membawa manusia ke tingkat yang lebih tinggi, masyarakat adil dan makmur, yang bebas
dari kemiskinan dan segala macam ketidak adilan, bebas dari penghisapan atas manusia oleh
manusia. Semua itu tentu saja tidak akan menguntungkan kelas kapitalis. Maka mereka sangat
memusuhi dan selalu menyebarkan idealisme menyesatkan yang membohongi rakyat pekerja.
Sebaliknya Filsafat materialisme dialektik yang dapat mencerminkan kenyatan dengan objektip
menjadi senjata paling ampuh bagi rakyat yang tertindas dalam perjuangan untuk pembebasan
mereka.
Jadi untuk dapat memiliki suatu sistim filsafat yang tepat, tidak hanya titik tolak dan
metode yang tepat dan benar, tapi juga mempunyai pendirian kelas yang tetap, artinya
keberpihakan terhadap kelas yang paling tertindas yaitu kelas pekerja. Untuk dapat
memilikinya dan mempertahankan dengan konsisten: pangkal pandang, metode berpikir, dan
pendirian kelas yang tepat, tidak hanya cukup belajar memahami dan menguasai materialisme
dialektika, tapi yang lebih penting: ikut ambil bagian, aktif dalam kerja untuk perjuangan kelas
yang paling tertindas secara aktual. Hanya dengan ikut serta langsung dalam proses
perjuangan kita dapat memahami, menguasai, mempertahankan secara konsisten pandangan
filsafat yang tepat dan benar ini.
II. MATERIALISME DIALEKTIK
1. Latar belakang sejarah Materialisme Dialektik
Sebagaimana kita telah ketahui, bahwa materialisme dialektik bersumber pada filsafat
kelasik Jerman abad ke 19, atau dengan perkataan lain Materialisme dialektik (MD) merupakan
pengembangan lebih lanjut dari filsafat kelasik jerman itu. Fisafat kelasik jerman merupakan
filsafat yang paling maju di Eropa pada waktu itu. Mengapa tidak di Inggris atau Perancis yang
tingkat perkembangan masyarakatnya jauh lebih maju dari pada di Jerman. Ini tentu bukan hal
yang kebetulan.
Page 11 of 33
Pada abad ke 19, kapitalisme mulai berkembang di Jerman, kaum borjuis Jerman berada di
telapak kaki kekuasaan feodal Kaum Jongker. Sedang di Inggrris dan Perancis, kapitalisme
sudah berkembang maju, dan borjuasinya sudah berhasil menumbangkan kekuasaan feodal,
borjuis Jerman membutuhkan sebuah filsafat sebagai sebuah senjata ideologis yang mampu
memberikan bimbingan dan pimpinan dalam perjuangan itu. Filsafat kelasik Jerman abad ke 19
itu justru merupakan proses perkembangan dari perjuangannya untuk mendapatkan senjata
ideologi itu. Pada batas-batas tertentu perjuangan kelas antara kaum feodal dan kaum borjuis
lebih berat daripada apa yang terjadi sebelumnya di Inggris dan Perancis, karena baik kaum
feodal yang berkuasa, maupun kaum borjuis yang berkuasa di Jerman, masing-masing telah
dapat menarik pelajaran dari pengalaman sejarah, pengalaman perjuangan kelas, dari negeri-
negeri tersebut. Sementara itu perkembangan kapitalisme secara tak terhindarkan melahirkan
suatu kelas baru, yaitu kelas pekerja, kelas proletar yang makin tumbuh membesar dan kuat,
sebagai musuh utama kelas borjuis dalam masyarakat kapitalis. Gerakan kaum buruh yang
sudah mulai bangkit di Inggris, Perancis dsb., juga mempengaruhi alam pikiran kaum borjuis
Jerman.
Sudah tentu di samping itu semua, ilmu pengetahuan dan tehnologi berkembang dengan
pesat, karena dorongan perkembangan kapitalisme saat itu, yang ikut mempengaruhi
perkembangan dunia pikiran dan filsafat. Dalam situasi demikian, kaum borjuis Jerman di satu
pihak berkepentingan menumbangkan kekuasaan feodal untuk mengembangkan kapitalisme,
sedang di pihak lain mereka juga mengkuatirkan ancaman kebangkitan gerakan kelas proletar,
sehingga hal ini menimbulkan keraguan dalam diri mereka. Ini tercermin dalam filsafat kelasik
jerman pada abad 19 waktu itu, mulai dari filsafat dualisme Kant yang kompromis, filsafat
Hegel yang dialektik tapi idealis, sampai ke filsafat Feuerbach yang materialis tapi mekanis dan
tak konsekwen.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa tokoh-tokoh yang sangat erat hubungannya
dengan kelahiran materialisme dealektik adalah Hegel dan Feuerbach. Hegel berjasa dalam
mensistimatisir pikiran-pikiran dialektis yang terdapat sepanjang sejarah filsafat, ini yang
menunjukkan bagian progresip dari filsafatnya, tapi dialektika Hegel itu berdasarkan idealisme,
yang menunjukkan segi yang reaksioner dari filsafatnya. Menurut Hegel, gejala alam dan sosial
Page 12 of 33
adalah perwujudan dari 'ide absolut yang senantiasa bergerak dan berkembang. Marx
berpendapat bahwa dialektika Hegel itu berjalan dengan kaki di atas dan kepala di bawah.
Filsafat Feuerbach adalah filsafat materialis mekanis yang pernah menjadi senjata
ideologis kaum borjuis Perancis dalam revolusi abad 18. Sungguhpun demikian, adalah juga
feuerbach yang berani menghidupkan kembali materialisme dan mengibarkan tinggi-tinggi di
tengah lautan idealisme yng menguasai seluru Eropa pada abad itu. Dengan materialisme yang
terbatas, Feuerbach mengkritik agama Katholik yang berkuasa pada saat itu, karena mereka tak
lebih dari anjing penjilat dan alat negara kerajaan pada saat itu, dan hendak mendirikan sebuah
agama baru di atas bumi yang nyata, bukan di awang-awang. Ini justru menunjukkan ketidak
konskwenan pandangan materialisme Feuerbach.
Marx secara kritis mengubah dialektika Hegel yang idealis menjadi Materialis, dan
materialisme Feuerbach yang mekanis (non-dialektis) menjadi dialektis. Dengan demikian
terciptalah suatu sistim filsafat materialisme dialektik.
Berdasarkan sistim filasafat materialisme dialektik, marx mengadakan penyelidikan
dalam bidang sejarah, menelaah sejarah perkembangan masyarakat manusia, maka lahirlah apa
yang dikenal Materialime Historis atau pandangan sejarah materialis. Menurut materialisme
historis Marx, masyarakat berkembang menurut hukum-hukumnya dan tidak dapat ditentukan
oleh ide atau kehendak seseorang atau golongan, dan menurut hukum-hukum perkembangan
masyarakat yang objektip ini, terutama hukum yang menguasai masyarakat kapitalis, Marx
menyimpulkan, bahwa masyarakat kapitalis pasti akan tumbang dan akan diganti oleh
masyarakat yang lebih maju. Ini adalah suatu keharusan sejarah. Dan keharusan sejarah ini
akan diwujudkan dan hanya dapat diwujudkan oleh kelas pekerja, proletariat. Kelas pekerja
yang paling banyak dan paling tertindas itu telah mendapatkan filsafatnya sebagai senjata
ideologis yaitu materialisme dialektika. Dan materialisme dialektika mendapatkan kekuatan
realnya pada Kelas pekerja.
2. Dunia kenyataan objektip adalah material
Sama seperti filsafat materialis lainnya, materialisme dialektik pertama-tama mengakui,
bahwa materi atau keadaan (being) adalah primer dan idea atau pikiran itu adalah sekunder.
Materi yang dimaksudkan di sini tidak berarti hanya benda tapi segala sesuatu yang adanya
Page 13 of 33
secara nyata (riil), yang dapat ditangkap oleh indera, dilihat, dibaui, didengar, diraba dan
dirasakan. Selain itu yang lebih penting bahwa materialisme dialektik mengakui materi atau
kenyataan objektip itu berada di luar kesadaran subjektip, artinya adanya suatu materi itu tidak
ditentukan oleh kesadaran atau pengetahuan kita.
Misal, adanya pengaruh resesi dunia kapitalis dalam kehidupan ekonomi kita, kita sadari
atau tidak kenyataan itu tetap ada. Ada sementara orang yang hanya mau mengakui suatu hal
sebagai suatu kenyataan apabila sudah ia sadari, dengan kata lain ada atau tidak adanya suatu
kenyataan itu ditentukan oleh kesadaran subjektif. Inilah pandangan idealisme subjektif. Sering
secara tidak sadar tergelincir kedalam pandangan yang demikian, hingga jatuh dalam jurang
subjektivisme.
Dasar material dari pendirian kita bahwa idea atau pikiran itu sekunder adalah sebagai
berikut:
1. Suatu ide atau pikiran mesti dilahirkan oleh suatu materi yang dinamakan otak, tanpa otak
tak akan ada idea atau pikiran.
2. Menurut isinya, suatu idea mesti merupakan suatu pencerminan dari suatu kenyatan
objektip atau materi, sekalipun betapa abstraknya materi itu, misalnya ide masyarakat adil
makmur, adalah pencerminan yang berpangkal dari suatu kenyataan masyarakat yang serba
tidak adil dan miskin, hingga menimbulkan angan atau cita-cita akan sebuah masyarakat
yang adil dan makmur.
Dalam mencerminkan kenyataan objektif, ide atau pikiran tidak hanya seperti sebuah
cermin atau alat pemotret yang dapat mencerminkan objek sebagaimana adanya, tapi dapat
juga mengembangkannya lebih jauh; menghubungkan, membandingkan dengan kenyataan-
kenyataan lain lalu menarik kesimpulan atau keputusan, hingga melahirkan suatu idea untuk
merubah kenyataan itu. Peranan aktif ide ini mendapatkan tempat yang sangat penting dalam
pandangan materialisme dialektik, karena motif berpikir kita pada umumnya untuk memecahkan
persoalan atau mengubah kenyataan, dan tidak hanya sekedar mencerminkan kenyataan begitu
saja.
Meskipun demikian, ide itu sendiri tidak dapat secara langsung mengubah kenyataan
atau keadaan, dan untuk dapat mewujudkannya ide memerlukan dukungan kekuatan material.
Dan seterusnya kekuatan material inilah yang secara kongkrit mengubah kenyataan atau
Page 14 of 33
keadaan itu, Gagasan Indonesia tidak akan dapat menjadi kenyataan apabila tak dapat
menghimpun dan menggerakkan Rakyat Indonesia untuk mewujudkannya. Kegunaaan praktis
dari prinsip pertama filsafat materialisme dialektik adalah, bahwa dalam menghadapi suatu
persoalan kita harus bertolak dari kenyataan objektif sebagaiman adanya, bukan dari dugaan
atau pikiran subjektif kita. Dan dengan pengetahuan kita yang lengkap mengenai kenyataan itu
kita baru dapat menyusun suatu ide atau cara yang tepat untuk pemecahannya.
3. Dunia kenyataan objektip merupakan suatu kesatuan organik
Dunia materiil atau kenyataan objektip merupakan suatu kesatuan organik, artinya
setiap gejala atau peristiwa yang terjadi di dunia sekeliling kita, tidak berdiri sendirian, tapi
saling berhubungan satu dengan yang lainnya. seperti tubuh kita, setiap bagian badan
mempunyai saling hubungan dengan bagian badan lainnya secara tak terpisah.
Oleh karena itu, sebuah gejala dapat dimengerti dan diterangkan kalau dipandang dalam
hubungannya dengan keadaan-keadaan yang tak terpisahkan dengan gejala-gejala di
sekelilingnya, sebagai gejala-gejala yang ditentukan oleh gejala-gejala di sekitarnya.
Pertumbuhan padi hanya dapat dimengerti hanya bila kita mengetahui saling hubungannya
dengan keadaan tanah, air, dan matahari dsb. yang ada di sekitarnya; di samping keadaan saling
hubungan antara bagian-bagian dari pohon padi tadi yaitu, akar, batang, daun, dsb. Saling
hubungan antara gejala-gejala di sekitar kita itu banyak corak dan ragamnya, ada yang langsung
dan ada yang tak langsung; ada saling hubungan yang penting dan yang tak penting; ada saling
hubungan keharusan dan kebetulan dsb. Semua harus dipelajari dan dapat dibedakan. Terutama
saling hubungan keharusan dan yang kebetulan. Salah satu bentuk saling hubungan kausal atau
sebab-akibat. Dan kita hanya dapat memahami sesuatu hal apabila kita mengetahui sebab dan
syarat-syarat serta faktor yang melahirkan hal-hal tersebut.
Dengan mengenal baik saling hubungan internal suatu hal-ikhawal, serta saling
hubungannya dengan keadaan sekeliling (ekstern), kita tidak hanya dapat memahami sifat dan
kualitas nya, tapi juga dapat mengetahui hukum-hukum yang menguasai perkembangannya.
Dengan mengenal baik saling hubungan antar kelas yang barada dalam masyarakat kita serta
hubungannya dengan dunia sekitar sebagai keseluruhan, kita dapat memahaami watak
masyarakat kita. Materialisme dialektika memandang suatu hal ikhwal tidak secara terpisah
Page 15 of 33
dari hubungannya dengan keadaan sekitarnya. Supaya kita saling mengenal baik saling
hubungan kenyataan di sekitarnya. sehingga kita dapat mengetahui hukum yang menguasainya.
Dan hanya berdasarkan hukum-hukum yang kita ketahui, kita dapat mengubah hal ikhwal
tersebut.
4. Dunia kenyataan objektip senantiasa bergerak dan berkembang
Materialisme dialektis selanjutnya menunjukkan bahwa, dunia materi atau kenyataan
objektip itu senantiasa dalam keadaan bergerak dan berkembang terus menerus. Keadaan diam
atau statis, hanya bersifat sementara atau relatif, disebabkan karena kekuatan di dalamnya
serta hubungannya dengan kekuatan-kekuatan yang ada di sekitarnya dalam keadaan seimbang.
Misalnya air dalam satu panci, dalam keadaan temperatur dan tekanan udara yang bias,
nampaknya diam, padahal molukel-molukel air itu dalam keadaan bergerak, hanya saja dalam
kecepatan yang rendah dan stabil, dan tak dapat dilihat dengan mata telanjang. Demikian juga
kekuatan-kekuatan antara air dengan dinding-dinding panci itu, tapi setelah panci dipanasi
maka gerakan-gerakan molukel air makin cepat hingga makin nampak geraknya, akhirnya
sampai pada 100 derajat celsius. Pecahlah keseimbangan mereka hingga air berubah menjadi uap
dan meninggalkan panci tersebut.
Materialisme dialektika tidak hanya berpendapat, bahwa materi itu senantiasa dalam
keadaan bergerak dan berkembang, tapi juga berpendapat bahwa gerak materi itu adalah gerak
sendiri, bukan digerakkan oleh kekuatan di luarnya. Gerak bumi kita adalah gerak sendiri, bukan
digerakkan oleh "gerak pertama", sebagaimana yang dikemukakan Newton, Yang pada
hakekatnyanya adalah pandangan idealisme --"gerak pertama" itu digerakkan Tuhan.
Materialisme dialektika lebih lanjut menjelaskan. bahwa gerak materi banyak ragamnya,
tidak terbatas pada gerak mekanis saja, yang hanya membawa perubahan kuantitas, juga bukan
gerak lingkaran setan atau gerak berulang-ulang yang tetap. Setiap materi mempunyai bentuk
gerakan sendiri. Berpikirpun merupakan suatu gerak dari materi tertentu yang kita sebut otak.
Sungguhpun gerak mempunyai banyak bentuk, mereka pada umumnya berada dalam proses
perkembangan "tumbuh, hilang berganti"di mana sesuatu itu senantiasa timbul dan
berkembang, dan sesuatu itu senantiasa rontok dan mati; senantiasa dalam 'gerak yang maju
Page 16 of 33
dan naik', sebagai peralihan dari keadaaan kualitatif yang lama ke kualitatif yang baru,
perkembangan dari yang sederhana ke yang rumit, dari yang rendah ke yang lebih tinggi.
Materialisme dialektik juga menjelaskan bahwa gerak materi itu tidak tergantung atau
ditentukan oleh keinginan atau kehendak subjektif manusia, melainkan menurut hukum-hukum
yang menguasainya. Setiap hal yang khusus mempunyai hukum-hukum gerak yang khusus.
Hukum perkembangan dunia tumbuhan berlainan dengan hewan; hukum perkembangan
masyarakat desa berlainan dengan yang di kota. Hukum-hukum gerak itu disebut hukum
dialektika. Di samping hukum-hukum dialektika yang berlaku khusus dari hal-hal yang khusus,
sudah tentu juga ada hukum-hukum yang berlaku umum, yang berlaku buat semua hal. Prinsip-
prinsip dialektika secara praktis mengajar kita agar supaya selalu berpandangan ke depan,
jangan selalu ke belakang, supaya selalu berorientasi pada hal-hal atau kekuatan yang sedang
tumbuh dan berkembang, jangan pada sesuatu yang sedang lapuk atau mati. Dengan kata lain,
supaya kita selalu berpandangan progresip revolusioner.
III. DIALEKTIKA MATERIALISME
1. Hukum dialektika dan metode dialektika
Apakah metode dialektika itu?, Metode ini memandang, menyelidiki dan menganalisa
segala hal-hal yang kongkrit kita hadapi, dengan menggunakan dasar-dasar hukum-hukum
dialektika yang berlaku secara objektif, oleh karena, metode dialektika itu sebetulnya tergantung
oleh dua hal subjektif yaitu:
a. lengkap tidaknya, tepat tidaknya, pengetahuan seseorang ten tang hukum dialektika,
b. banyak atau sedikitnya pengalaman dia dalam praktek menggunakan metode tersebut, atau
dengan perkataan lain sejauh mana ketrampilan dia menggunakannya.
Dengan mengetahui secara jernih tentang perbedaan atau hukum dialektika yang objektif
dengan metode dialektika yang subjektif, kita dapat memiliki kegunaan secara praktis sbb:
a. Kita hendaknya terus melatih pandangan dialektika materialis kita, selain dengan rajin
mempelajari teori-teori revolusioner dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan umum
secara cermat, juga dan terutama ikut terjun dalam praksis, terjun dalam kancah perjuangan
massa rakyat revolusioner.
Page 17 of 33
b. Melatih cara pandang dengan menggunakan metode dialektika, meneliti dan menganalisa,
memecahkan setiap hal yang kita hadapi, misalnya dengan jalan berusaha mengenal sesuatu
hal seobjektif mungkin dan selengkap mungkin, mengumpulkan data dan mendiskusikannya
dengan kawan-kawan, dengan mengadakan dialog dengan massa rakyat, memperhatikan
pendapat orang lain, mempelajari tulisan, analisa atau karya-karya ilmiah orang lain,
berusaha untuk mampu mengadakan penyimpulan atau analisa serta menguraikan secara
sistimatis baik dengan lisan maupun tulisan.
Orang menggunakan metode dialektik berdasarkan hukum umum dialektik, sebagai
pedoman untuk mendekati, mengenal dan menganalisa hal-hal yang khusus dan kongkrit, dan
untuk menemukan hukum-hukum dialektik yang khusus untuk menguasai hal-hal tertentu
tersebut. Sifat hukum dialektik yang umum itu abstrak, ia merupakan abstraksi dari hukum-
hukum dialektika yang khusus dan kongkrit, dalam dunia kenyataan yang kongkrit.
Hukum umum dialektik itu sebenarnya tidak ada, yang ada hanyalah hukum-hukum
dialektik yang khusus dan kongkrit. Setiap hal atau soal mempunyai hukum dialektiknya sendiri
yang khusus dan kongkrit.
Karena itu, memecahkan suatu persoalan tertentu berarti memecahkan atau menemukan
dan memahami secara tepat hukum dialektikanya yang khusus mengenai persoalan itu.
Sedangkan hukum-hukum yang umum hanyalah pedoman. Seperti apa yang pernah dikatakan
oleh orang-orang revolusioner sepanjang sejarah pergerakan rakyat: jangan banyak bicara umum
dan abstrak, tapi pecahkan sesuatu hal secara khusus dan kongkrit.
2. Hukum umum dialektika yang pertama: Kesatuan dari segi-segi yang berlawanan
Dalam 'Anti Duhring', Engels mengemukakan tiga hukum umum dialektika. Hukum
dialektika yang pertama, Kesatuan dari segi-segi yang belawanan atau kontradiksi,
menunjukkan bahwa gerak dunia materiil atau dunia kenyataan objektip ada karena segi-segi,
faktor-faktor yang berlawanan dalam dirinya. Oleh karena itu menurut arti sebenarnya,
'dialektika adalah studi tentang kontradiksi di dalam hakekat segala sesuatu itu sendiri'.
Dengan kata lain hukum kontradiksi itu adalah jiwanya dialektika. Tanpa adanya
kontradiksi intern, berarti tidak ada gerak dan perkembangan. berarti tidak ada hal ikhwal itu
sendiri.
Page 18 of 33
a. Pengertian tentang Kontradiksi
Dalam pengertian filsafat, sangatlah luas, tidak sebatas pada segi-segi yang saling
berlawanan atau bertentangan, tapi segi yang berlainan dan berbeda sekalipun termasuk
dalam kontradiksi.
b. Keumuman kontradiksi
Ada dua pengertian: pertama, bahwa di dalam segala hal terdapat segi-segi yang
berkontradiksi. Kedua, bahwa di dalam segala hal dalam seluruh proses perkembangannya,
dari satu tingkat ke tingkat yang lain selalu terdapat kontradiksi di dalamnya. Setelah satu
kontradiksi pada suatu tingkat perkembangan selesai, timbullah kontradiksi baru pada
tingkat perkembangan yang baru. Begitu seterusnya tiada habis-habisnya. Arti praktis dari
pengertian keumuman kontradiksi ini adalah bahwa kita tak boleh melarikan diri dari
kontradiksi atau persoalan, bahwa kita tak boleh merasa jemu atau jera menghadapi dan
memecahkan kontradiksi (persoalan). Di dunia ini tidak ada satu hal atau masalah yang
dapat dengan satu kali diselesaikan untuk selama-lamanya, tanpa timbul persoalan baru.
c. Kekhususan kontradiksi
Mempunyai dua pengertian, pertama bahwa di dalam setiap hal terdapat kontradiksinya
sendiri secara khusus, yang berbeda dengan kontradiksi di dalam hal yang lain. kedua, bahwa
suatu hal dalam proses perkembangannya, maka di setiap tingkat perkembangannya terdapat
kontradiksinya yang khusus, sehingga kita dapat membedakan tingkat perkembangannya
yang satu dengan yang lain. Misalnya dalam proses perkembangan kupu-kupu, kontradiksi
yang terkandung pada tingkat perkembangannya sebagai telur berbeda dengan yang pada
tingkat perkembangannya sebagai ulat, dan seterusnya. Pengertian ini mempunyai arti
praktis, bahwa sekali lagi kita dalam mengenal dan memecahkan persoalan harus secara
kongkrit, tidak boleh secara umum dan garis besar saja, tidak boleh asal menjiplak saja. Cara
pemecahan suatu persoalan tertentu tak dapat digunakan mentah-mentah untuk
memecahkan persoalan yang lain. Demikian juga pemecahan untuk suatu tingkat
perkembangan tertentu dari suatu persoalan tak dapat dipakai begitu saja untuk pemecahan
tingkat perkembangannya yang lain.
d. Kontradiksi dasar
Page 19 of 33
Dalam suatu materi atau kenyataan objektif terdapat lebih dari satu kontradiksi. Kontradiksi
atau kontradiksi-kontradiksi yang menentukan kualitas suatu materi atau kenyataan objektif,
atau dengan perkataan lain, yang menentukan adanya materi atau kenyataan objektif itu,
disebut kontradiksi atau kontradiksi-kontradiksi dasar. Perubahan kontradiksi dasar berarti
terjadi perubahan dari kualitas yang satu menjadi kualitas yang lain, berarti terjadinya suatu
perubahan dari suatu materi pertama menjadi materi yang lain. Misalnya, Penghisapan kaum
kapitais terhadap kaum buruh merupakan suatu kontradiksi dasar dari masyarakat kapitalis,
dan dengan lenyapnya kontradiksi itu berarti lenyaplah pula masyarakat kapitalis yang
berubah menjadi masyarakat yang lain.
Arti praktis dari pengertian ini ialah, kita hanya bisa mengambil sesuatu hal dengan baik,
apabila kita mengetahui dengan jelas apa kontradiksi dasarnya. Hanya dengan demikian kita
akan mengetahui dengan jelas pula suatu hal itu mengalami perubahan yang kualitatif
ataukah tidak, juga dengan hanya demikian kita baru bisa mengusahakan untuk
mengubahnya.
e. Kontradiksi Pokok atau kontradiksi utama
Pada setiap tingkat perkembangan sesuatu hal, tidak semua kontradiksi yang terkandung
memainkan peranan yang sama. Di antaranya pasti ada satu dan hanya satu kontrdiksi yang
mamainkan peranannya yang paling menonjol. Kontradiksi ini disebut kontradiksi pokok atau
utama. Misalnya, kontradiksi antara rakyat Indonesia (terutama rakyat pekerja) dengan
kaum penjajah kolonial sebelum kemerdekaan 45 merupakan kontradisi pokok dalam
masyarakat Indonesia pada tahap itu. Arti praktis dari ini adakah bahwa kita harus dapat
mengenal kunci persoalan atau kontradiksi pokok ini, maka kontradiksi-kontradiksi lainnya
dapat diselesaikan dengan lebih mudah. Tanpa memecahkan kontradiksi antara rakyat
Indonesia dengan penguasa kolonial, kita tidak akan dapat me-nyelesaikan kontradiksi antara
kaum petani dengan tuan-tuan feudal, suatu kelas yang dipertahankan oleh sistim kolonial.
f. Mutasi
Kontradiksi pokok itu tidak tetap kedudukannya. dalam keadaan dan syarat tertentu bisa
diambil alih oleh kontradiksi yang tadinya bukan pokok. Pergeseran atau pergantian ini
disebut mutasi kontradiksi pokok.Misalnya kaum imperialis pernah berusaha agar
kontradiksi antar daerah atau suku bermutasi menjadi kontradiksi pokok di Indonesia, hingga
Page 20 of 33
bangsa kita dapat dipecah belah dan tetap mereka kuasai. Arti praktisnya ialah, bahwa kita
harus mengenal baik keadaan atau syarat-syarat yang dibutuhkan oleh suatu kontradiksi
hingga dapat bermutasi menempati kedudukan sebagai kontradiksi pokok. Hanya dengan
demikian kita baru dapat mendorong/mempercepat atau sebaliknya mencegah/menghambat
terjadinya mutasi itu. Hanya dengan mengetahui dengan jelas dan tepat syarat-syarat yang
diperlukan telor ayam untuk mendapat menetas menjadi anak ayam, maka manusia dapat
menciptakan mesin penetas.
g. Kedudukan dua segi dalam suatu kontradiksi
Dua segi yang berkontradiksi itu tentu berbeda kualitasnya. di antaranya pasti akan ada yang
mewakili kekuatan lama, yang tak mempunyai hari depan, dan segi lainnya mewakili
kekuatan baru atau yang sedang tumbuh. Kedudukan mereka dalam proses perkembangan
adalah tidak sama pula. Segi lama yang nampak besar dan kuat pada awal perkembangan
kontradiksi itu menempati kedudukan yang menguasai dan yang memimpin. Sebaliknya segi
yang baru yang semula nampak masih kecil dan lemah, berkedudukan sebagai yang dikuasai
dan yang dipimpin. Tapi dalam perkembangan selanjutnya segi baru itu berkembang besar
dan makin kuat. sedang segi lama makin lemah dan makin lapuk sehingga suatu saat segi
baru yang berkedudukan dipimpin berkembang dan bermutasi menjadi yang memimpin. Ini
berarti arah perkembangan kontradiksi itu mengalami perubahan. Kalau tadinya ke kanan
misalnya, sekarang ke kiri. Lebih lanjut, segi baru yang tadinya dikuasai sekarang bermutasi
ke tempat yang menguasai. Dengan perkataan lain, terjadi perubahan kwalitatip, hal yang
lama berubah menjadi yang baru.Arti praktis dari pengertian itu adalah kita harus selalu
berusaha mengenal sebaik-baiknya segi-segi yang berkontradiksi. Baik kualitasnya, maupun
kedudukan atau posisinya dalam proses perkembangannya. Jadi kalau kita mau mengalahkan
musuh-musuh rakyat yang tertindas, kita harus mempelajari mendalam mengenai segi-segi
dan keadaan musuh dan posisinya, dan dari pihak kita sendiri. Di samping itu, bagi kita yang
menginginkan perubahan dan pembebasan, harus selalu berorientasi pada kekuatan-kekuatan
yang sedang tumbuh, yang mempunyai hari depan dan syarat-syarat yang diperlukan bagi
perkembangannya, agar kita membantu mempercepat pertumbuhannya.
Page 21 of 33
h. Kesatuannya relatif, pertentangannya mutlak
Apabila kita memperhatikan dua segi dalam suatu kontradiksi maka kita dapat melihat,
bahwa dua segi itu sejak dari awal sampai akhir proses perkembangannya selalu
bertentangan satu sama lainnya, selalu dalam perjuangan mengenyahkan lawannya tanpa
syarat. Artinya pertentangan dua segi itu adalah mutlak, tak peduli dalam keadaan
bagaimanapun juga. Kesatuannya bisa terjadi karena kedua segi itu berbeda kualitasnya, dan
menempati kedudukan yang berbeda pula dalam kesatuan itu, ada yang menguasai dan ada
yang dikuasai. Dan hal ini dikatakan bersifat sementara karena dalam perkembangannya
kedua segi itu akan terjadi mutasi, yang semula dikuasai akan menguasai, sehingga terjadi
perubahan kwalitatip, kesatuan yang lama diganti dengan kesatuan yang baru. Pengertian ini
berarti, sikap kompromi dengan musuh itu relatif sementara (taktis), sedangkan perjuangan
melawan musuh itu mutlak (strategis), tetap berlangsung terus, bervariasi dalam bentuk dan
bidangnya.
Dalam kontradiksi hal ini mempunyai dua pengertian:
Pertama, menurut wataknya ada yang antagonistik, misalnya kaum buruh dan kaum kapitalis,
buruh tani lawan tuan-tuan feodal, yang langsung berlawanan kepentingannya. Ada pula
kontradiksi yang non-antagonistik.
Kedua, menurut bentuknya perjuangan dari kedua segi yang berkontradiksi ada yang bersifat
antagonistik dan ada yang non-antagonistik. Yang dimaksud dengan perjuangan yang non-
antagonistik itu adalah perjuangan yang terbuka dan dengan kekerasan. Misalnya perjuangan
kaum buruh melawan majikan selama masih dalam bentuk pernyataan protes dan berunding di
meja perundingan, atau bahkan merupakan pemogokkan dengan tata tertib, masih dapat
digolongkan dalam bentuk perjuangan yang antagonistik. Tetapi kalau sudah terjadi pengambil
alihan pabrik atau penindas dan dari majikan dengan kekerasan sehingga terjadi perkelahian,
maka perjuangan tersebut disebut perjuangan yang antagonistik. Kontradiksi yang menurut
wataknya antagonis belum tentu harus sudah mengambil bentuk perjuangan yang antagonistik,
dapat jua masih mengambil bentuk perjuangan yang non antagonistik. Misalnya kontradiksi
antara rakyat dan musuh-musuh rakyat, menurut watak-nya adalah antagonistik. Namun
bentuk perjuangannya dalam proses perkembangan masih bisa bersifat non-antagnistik
misalnya aksi-aksi reform. jadi tidak mutlak sudah harus angkat senjata atau dengan kekerasan.
Page 22 of 33
Semua tergantung pada kondisi dan situasi serta syarat-syarat kongkrit yang ada. Akan tetapi
pada tingkat terakhir di tingkat perkembangannya, pada pokoknya secara mutlak mengambil
perjuangan antagonistik. Karena tidak ada penguasa yang rela menyerahkan kekuasaannya
dengan suka rela, malah mereka akan mempertahankan dengan kekerasan.
Pengertian ini mengingatkan kita supaya kita pada satu pilihan memperkuat persatuan
kita dengan kelompok progresif lainnya dengan menciptakan dan mempertahankan syarat-
syarat yang diperlukan. Di pihak lain kita harus berusaha supaya musuh terus terpencil dari
sekutunya dan memperlemah persatuan mereka. Di samping itu kita harus melihat dengan
cermat, bahwa pada keadaan yang bagaimana kita akan mengambil bentuk perjuangan yang
antagonistik atau non-antagonistik dalam menghadapi musuh.
3. Hukum umum dialektika ke dua: Perubahan kuantitatif ke perubahan kwalitatif
Hukum umum dialektika yang kedua ini menyatakan, bahwa proses perkembangan dunia
material atau dunia kenyataan objektip terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah perubahan
kuantitatif yang berlangsung secara perlahan, berangsur atau evolusioner. Kemudian meningkat
ketahap kedua, yaitu perubahan kualitatif yang berlangsung dengan cepat, mendadak dalam
bentuk lompatan dari satu keadaan ke keadaan lain, atau revolusioner. Perubahan kuantitatif
dan perubahan kualitatif merupakan dua macam bentuk dasar dari segala perubahan. Segala
perubahan yang terjadi dalam dunia kenyataan objektif itu kalau bukan dalam bentuk perubahan
kuantitatif, maka dalam bentuk kualitatif.
a. Pengertian tentang kuantitas
adalah jumlah dalam arti seluas-luasnya tidak terbatas mengenai ruang (banyak-sedikit,
besar-kecil, panjang-pendek, tebal-tipis) dan waktu (lama-sebentar, cepat-lambat) saja tapi
juga mengenai pikiran dan perasaan (tinggi-rendahnya kesadaraan politik, kuat-lemahnya
keyakinan atau kepercayaan, dalam-dang-kalnya pengetahuan, besar-kecilnya minat atau
pengetahuan) sebagai
contoh:
Kuantitas-kuantitas tertentu yang dimiliki seorang juara bulu tangkis, selain kuat keadaan
fisiknya, stamina, cepatnya gerak, pengalaman bertanding dan latihan dll. Demikian pula
bagi seorang kader revolusioner, selain ketentuan-ketentuan formal dalam konstitusi
Page 23 of 33
organisasi, seperti umur dan masa calon anggota, maka yang terpenting lainnya ialah
kesadaran kelas dan kesadaran politik, yang hal itu terbentuk dari aktivitasnya dalam
keterlibatan dalam perjuangan massa rakyat pekerja, dan semangat juangnya yang tinggi.
Dari uraian di atas maka dapat dilihat bahwa kuantitas dan kualitas itu tak dapat
dipisahkan satu sama lain, kuantitas tertentu membentuk kualitas tertentu pula.
b. Pengertian tentang kualitas
adalah ciri yang membedakan hal yang satu dengan yang lain. Kita dapat membedakan
minyak dari air, demikian jua kita dapat membedakan antara kaum buruh dan kaum tani,
antara desa dan kota, karena kualitas mereka berbeda satu dan lainnya. Telah dinyatakan,
bahwa kuantitas-kuantitas tertentu yang dimiliki oleh sesuatu hal membentuk dan
menunjukkan kualitas tertentu dalam sesuatu hal itu. misalnya, antara ormas kaum buruh
dan partai politik kelas buruh, mempunyai ketentuan susunan intern yang berlainan, antara
lain adalah keterikatan para anggota dari organisasi massa kaum buruh itu berdasarkan
terutama pada kepentingan sosial ekonominya, sedangkan dalam partai buruh, sangat
berdasarkan pada cita-cita politiknya. Ketentuan susunan intern mereka secara praktis
dinyatakan selengkapnya dalam anggaran dasar organisasi mereka masing-masing dan
aktivitas mereka sehari-hari dalam mewujudkan program mereka masing-masing. Jelas
kiranya bahwa kualitas yang mencirikan sesuatu hal itu adalah pernyataan dari ketentuan
susunan internnya.
c. Perubahan kuantitatif
Perubahan kuantitatif seperti telah dikemukakan berlangsung secara perlahan-lahan dan
tidak menyolok. selama dalam proses perubahan kuantitatif tersebut, kualitasnya nampak
tidak berubah. Keadaan itu disebut kemantapan relatip kualitas.
Keadaan kemantapan relatip kualitas tersebut mempunyai batas tertentu. Bila
perubahan kuantitatif melampaui batas itu maka rusaklah kemantapan relatip kualitas itu
yang berarti kualitasnya mengalami perubahan. Misal, seceret air dibawah tekanan udara
biasa, apabila penambahan suhunya tidak melampaui batas 100 derajat celcius, cirinya
sebagai cairan masih dapat dipertahankan, tapi bila perubahan suhu melampaui batas itu,
maka kualitas cairan mengalami perubahan menjadi uap. Demikian pula perkembangan
rakyat revolusioner bila melampaui batas tertentu, akan menjadi suatu revolusi sosial, hingga
Page 24 of 33
kualitas masyarakat lama akan disingkirkan oleh masyarakat baru. Oleh karena itu dalam
proses perubahan kuantitatif, kualitas nampaknya tidak mengalami perubahan apa-apa, maka
seakan-akan perubahan kuantitatif itu tak ada hubungannya dengan kualitas. Dari uraian
singkat di atas kita dapat melihat bahwa perubahan kuantitatif adalah persiapan untuk
perubahan kualitatif, atau dengan kata lain, bahwa perubahan kualitatif menyelesaikan atau
mengakhiri perubahan kuantitatif yang sedang berlangsung, dan menimbulkan atau
melahirkan perubahan-perubahan kuantitatif yang baru.
Hal yang sangat sederhana ini perlu ditandaskan karena ada sebagian orang hanya mau
mengakui perubahan kuantitatif saja tetapi tidak mengakui adanya perubahan kualitatif.
Mereka berpendapat di dunia ini tak ada perubahan yang melahirkan hal yang baru, karena
menurut mereka anak ayam itu sejak semula telah berada di dalam telur hanya saja masih
terlalu kecil dan tersembunyi di dalam telur hingga tak dapat kita lihat. Kemudian setelah
mengalami perubahan kuantitatif, ia tumbuh semakin besar hingga pada saat ia mampu
memecahkan kulit dinding telur yang melindunginya dan menampakkan dirinya di dunia ini.
Demikian juga kata mereka, bahwa penindasan dan penghisapan oleh manusia atas manusia
sudah ada sejak adanya manusia di bumi ini. Kalau semula penindasan dan penghisapan itu
dilakukan dengan cara primitif, sederhana, terbuka dan tidak intensif, tepi setelah mengalami
perubahan-perubahan kuantitatif maka penghisapan mengambil bentuk yang terselubung,
halus dan makin intensif.
Pandangan metafisik (non-dialektis) semacam ini dapat menyesatkan kita. Dia
merupakann basis filosofis kesalahan-kesalahan reformis di dalam bidang politik, hingga
membuat orang merasa puas dengan hanya perubahan-perubahan reformis atau perbaikkan
tambal sulam rakyat pekerja, tanpa menghendaki adanya pembebasan rakyat pekerja dari
penghisapan manusia lainnya, tidak menghendaki adanya perubahan revolusioner untuk
mengubah sistim masyarakat penindasan. Sudah tentu pandangan filosofis semacam ini
menguntungkan dan dipelukan oleh kelas-kelas penghisap dalam mempertahankan kekuasaan
dan penghisapannya. Padahal, satu abad yang lalu Hegel telah mengemukakan dengan tepat,
bahwa peralihan dari alam yang tak berperasaan ke alam berperasaan, dari alam an-organik
ke alam kehidupan organik, merupakan lompatan keadaan yang baru sama sekali.
Page 25 of 33
Pernyataan Hegel ini bukanlah spekulatif, melainkan berdasarkan pada hasil-hasil
pengembangan ilmu pengetahuan pada waktu itu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial.
Masyarakat komune primitif waktu itu belum mengenal penghisapan manusia oleh manusia
dan masyarakat penghisapan ini baru lahir setelah komune primitif ini mengalami
keruntuhannya, di mana kerja seseorang dengan alat-alat kerja yang relatif lebih maju dapat
menghasilkan hasil lebih, sehingga memungkinkan terjadinya penghisapan atas manusia oleh
manusia dan melahirkan sistim pemilikan budak.
Dengan memiliki pengertian, bahwa perubahan-perubahan kuantitatif menyiapkan suatu
perubahan kualitatif yang revolusioner, maka kita tak akan mudah terjebak oleh teori-teori
seperti: kapitalisme kerakyatan, negara kapitalis yang berorientasi sosialis, perkembangan
kapitalisme ke sosialisme secara damai, memperjuangkan masyarakat industri yang non-
kapitalis dan non-sosialis dan sebagainya, yang dijajakan oleh teoritikus-teoritikus borjuis
dan revisionis.
Sebagaimana selalu diingatkan oleh pejuang-pejuang besar revolusi, bahwa kelas penghisap
yang berkuasa tak akan pernah dengan sukarela menyerahkan kekuasaannya, bahwa rakyat
tertindas harus melakukan perjuangan revolusioner untuk membebaskan dirinya.
d. Perubahan kualitatif
Sebagaimana telah dikemukan sebelumnya bahwa perubahan kualitatif itu terjadi secara
mendadak, cepat dalam bentuk lompatan dari satu keadaan ke satu keadaan lainnya. Sedikit
mengulangi tentang telur ayam selama dalam proses perubahan kualitatif dalam masa
pengeraman, cirinya yang berbentuk telur itu nampak tepat tak berubah, masih tetap
bertahan, atau masih dalam kemantapan relatif. Tetapi begitu perubahan kuantitatif
melampaui batas relatif kualitasnya, terjadilah perubahan kualitatif dengan mendadak.
Perubahan kuantitatif yang berlangsung dalam telur itu segera berhenti atau terputus,
kemantapan relatif kualitasnya sebagai telur tak dapat dipertahankan lagi dan lenyap
seketika itu juga. Sebagai gantinya muncullah anak ayam yang ciri atau kualitasnya
berlainan dengan telur tadi. Demikianlah kita melihat perubahan dari telur ke anak ayam itu
merupakan suatu lompatan yang disebut keterputusan kesinambungan. Artinya terputusnya
keadaan kesinambungan perubahan kuantitatif atau kemantapan relatif kualitasnya.
Mengenai perubahan kualitatif ini, Engels di dalam bukunya "Dialektika alam" mengemukan
Page 26 of 33
bahwa "kimia boleh dikatakan ilmu tentang perubahan kualitatif yang terjadi dalam benda
sebagai akibat perubahan kuantitatif komposisinya. Contohnya oksigen atau zat asam
apabila molekul itu terdiri dari 3 atom dan bukan 2 sebagaimana biasanya maka kita
mendapatkan ozon yaitu suatu benda yang dalam hal bau dan reaksi kimianya sangat
berlainan dengan zat asam biasa. "
Kelanjutannya, oleh karena perubahan kualitatif itu terjadi secara mendadak, merupakan
lompatan dari suatu lompatan keadaan ke keadaan lainnya, atau terputus sama sekali
kesinambungannya dengan keadaan sebelumnya, maka ada sementara orang mengira bahwa
perubahan kualitatif itu terlepas dari perubahan kuantitatif, tak ada hubungan sama sekali
dengan kuantitas atau perubahan kuantitatif. Mereka tak mau mengeakui perubahan
kuantitatif, dan hanya mengakui perubahan kualitatif saja. Meletusnya gunung krakatau
satu abad yang lampau hingga gunung tenggelam ke dasar laut, menurut mereka, merupakan
perubahan kualitatif yang mendadak tanpa melalui perubahan kuantitatif. Demikian juga
mereka menganggap, misalnya meletusnya revolusi '45 terjadi secara mendadak dalam
momentum yang kebetulan, sama sekali tak ada hubungannya dengan perubahan-perubahan
kuantitatif sebelumnya, yang berupa gerakan massa rakyat. Katanya lagi, ibarat meletusnya
sebuah petasan, yang hanya dengan menyulut sumbunya saja (maksudnya, cukup dengan
agitasi atau menghasut massa rakyat)
Pandangan ini juga suatu jenis metafisik, yang dapat menyesatkan kita dengan
melakukan kesalahan-kesalahan avonturis di bidang politik, misalnya kendak menyelesaikan
suatu revolusi sosial dengan kudeta militer atau avonturisme militer. Padahal pejuang-
pejuang besar revolusi, selalu mengingatkan kita bahwa revolusi adalah urusan dan karya
rakyat, merupakan puncak dari perjuangan rakyat untuk membebaskan dirinya. Rakyat
pekerja tak akan dapat dibebaskan oleh siapapun, kecuali oleh perjuangan mereka sendiri.
Kesadaran politik dan organisasional pada rakyat sangat menentukan sebuah revolusi rakyat.
Telah diketahui, bahwa setiap perubahan yang terjadi dalam kuantitas dengan
sendirinya menimbulkan perubahan juga dalam kualitas. Sebagai contoh, air yang dipanasi
sehingga suhunya meningkat, perubahan kuantitatif ini dengan sendirinya menimbulkan
perubahan dalam kualitas atau cirinya. Sebagaimana dapat kita saksikan, misalnya gerak
molukel makin cepat, daya kohesi antar molukel makin longgar, hingga kita dapat
Page 27 of 33
membedakan air panas dan air dingin. Akan tetapi perubahan semacam ini tidak termasuk
dalam pengertian perubahan kualitatif. (selesai bagian pertama)
IV. Materialisme Dialektika (9)
Berbarengan dengan cara pandang materialis dan pengetahuan ilmiah bergerak maju dan
menjadi penting pada waktu kebangkitan kapitalisme (abad 17 dan 18) materialisme mengambil
bentuk materialisme mekanis. Yakni, bahwa alam dan masyarakat dilihat sebagai sebuah mesin
raksasa di mana bagian-bagiannnya bekerja secara mekanis. Pandangan ini memudahkan orang
memahami bagian-bagian dari sesuatu hal dan bagaimana mereka "bekerja", tetapi hal ini tidak
mampu menjelaskan asal-usul dan perkembangan sesuatu hal.
Namun demikian, akibat perkembangan masyarakat yg cepat pada saat itu, perubahan
sesuatu hal tidak bisa diabaikan begitu saja. Ilmu Alam pada jamannya Marx dan Engels
membuat lompatan besar dalam memahami perkembangan, memahami perubahan dan
transformasi dalam tubuh alam. satu contoh kunci soal ini adalah teori Evolusi Darwin, yang
memperlihatkan bagaimana bentuk-bentuk kehidupan bergerak, berubah secara kualitatif
sepanjang beberapa tahun. Ilmu Alam kemudian mulai menggunakan konsep dialektika (paling
kurag secara implisit), menegaskan kembali perkembangan, kontradiksi dan transformasi dalam
memahami materi dan kehidupan. Seperti yg ditulis oleh Engels, "Alam adalah batu uji
dialektika, dan harus dikatakan bahwa ilmu pengetahuan modern sudah melampaui ujian ini
dengan bahan-bahan yng sangat kaya dan melimpah, dan dengan demikian memperlihatkan
bahwa pada bagian yg menentukan alam bekerja secara dialektik..." (Anti-Duhring) MD (10)
Namun demikian, perubahan dan perkembangan bukan saja konsep yang penting ntuk
memahami alam, tetapi konsep-konsep ini secara sadar bisa diterapkan atas seluruh area
kenyataan, khususnya, pekrmbangan masyarakat. Marx dan Engels mewarisi periode kamjuan-
kemajuan ilmu pengetahuan dan dari filsafat dialektik hegel (yang secara berat dipengaruhi oleh
idelisme) dan merumuskan pandangan dialektika materislis secara sistematik.
Prinsip dialektika dijabarkan dari analisa bagaimana dunia sebenarnya berkembang; jadi
bukan sekadar jatuh dari pikiran orang. Jadi dialektika bukanlah skema yg dipaksakan atas
kenyataan, tapi ia merupakan seperangkat prinsip-prinsip ilmiah untuk memudahkan orang
memahami kompleksitas perubahan dan perkembangan.
Page 28 of 33
Metode dialektika hanya dapat dipahami dalam pertentangannya dengan cara pandang
metafisik. berikut ini diringkaskan ciri-ciri pokok dialektika dan melawankannya dengan cara
pandang metafisik.
(1) Inter-koneksi atau saling hubungan
Dunia merupakan kesatuan, keseluruhan yg saling berhubngan di mana semua hal saling
berkaitan dan bergantung. Sebaliknya, metafisika melihat bahwa dunia sebagai kumpulan hal
yg berdikari, independent, terpisah.
Seorang MD dan metafisika, seabagai misal akan mengambil pendekatan yg berbeda
dalam memahami seorang individu. Seorang metafisika akan bertanya apa yg dipirkan orang itu,
apa aktivitas mereka, bagaimana penampilannya, apa yg mereka sukai dan apa yang tidak
disukai, dan seterusnya. tetapi seorang MD akan berusaha memahmi orang tersebut dengan
memeriksa hubungannya dengan orang lain dan dunia sekitarnya dan memperlihatkan
pengalaman orang tersebut sebagai bagian dari keluarga tertentu, kelas tertentu, ras dan
masyarakat tertentu.
Arti penting pendekatan yg berbeda-beda ini adalah bahwa jika metode MD
memudahkan menemukan mengapa sesuatu itu dengan menganalisa konteks darimana mereka
muncul dan saling hubungan dengan sesuatu yg lain; sementara itu seorang pendekatan
metafisika hanya menjelaskannya pada tingkat menggambarkan sesuatu sebatas dari dirinya
sendiri.
(2) Materi
Materi selalu dan terus-menerus dalam gerak. Dunia ini ada dalam keadaan gerak dari
dia ada, berkembang, berubah dan lenyap. Metafisika memandang bahwa dunia ada dalam
keadaan diam, segala sesuatu statik, diam, tetap dan tak berubah.
Jadi MD dan metafisika memiliki pandangan yg berlawanan mengenai kapitalisme yg
permanen. Perbedan ini jelas menunjukkan pendirian konsevatif metafisika dan pendirian
revolusioner dari dialektika. Pendekatan metafisika secara implisit mempertahankan bahwa "tak
ada sesuatu pun yang berubah di dunia ini" dan "ini adalah dunia yg terbaik dari semua
kemungkinan yg ada" dalam pandangannya atas kapitalisme sebagai sistem yg permanen. Ini
Page 29 of 33
semua menyatakan bahwa pemilikan pribadi dan persaingan bebas sebagai kebal-nilai (tak
dapat dibantah), dan bahwa nilai-nilai ini berasal dari kualitas sifat manusia seperti persaingan,
ketamakan dsb. MD mempunyai pandangan yang panjang dan obyektif atas bentangan sejarah
dan mengakui bahwa kapitalisme tidak selalu ada, dan bahwa ia telah mendominasi dunia
selama ratusan tahun, dan selanjutnya ia dalam proses digantikan oleh sosialisme. Tidak ada
satupun sistem sosial yg permanen, apa yang tetap adalah perkembangan dan transformasi
masyarakat secara terus menerus.
(3) Kontradiksi
Kontradiksi internallah yg secara mendasar menentukan pertumbuhan dan
perkmbangannya. faktor-faktor ekternal dan kekuatan-kekuatan luar meletakkan kondisi
material bagi sesuatu hingga ia berkembang, tetapi tidak menentukan watak mendasar sesuatu,
dan bukan merupakan penyebab pokok geraknya.
Menegaskan kontradiksi internal sebagai dasar perkembangannya berarti melihat
sesuatu sebagai "persatuan dari aspek-aspek yg berlawanan" di mana keduanya saling
berlawanan dan bersatu, dan pertarungan adalah sumber dari gerak sesuatu. Jadi kapitalisme
terdiri dari kesatuan dari hal-hal yg berlawanan, yakni kaum borjuis dan kelas pekerja. Di bawah
kapitalisme, dua kelas ini adalah tergantung satu sama lain, yaitu memiliki kepentingan yang
berlawanan dan karena itu terlibat dalam perjuangan kelas yg terus-menerus. Pertarungan
antara kelas dalam masyarakat kapitalis ini yang menyebabkan perkembangan dan
transformasinya.
Hanya dengan memahami persatuan dan perjuangan dari aspek-aspek internal yang
saling berlawanan ini barulah kita bisa paham mengapa sesuatu terus berubah. Ini akan jadi
jelas jika kita kontraskan dengan metafisika yang melihat sesuatu sebagai kesatuan dalam
dirinya sendiri dan menjelaskan terjadinya perubahan sebagai akibat faktor-faktor luar.
Misalnya, kaum borjuis menggunakan metafisika untuk menjelaskan revolusi di dunia tertindas
sebagai akibat "Iblis kekaisaran Soviet", atau akibat campur tangan luar komunis subversif.
Tentu saja, ini adalah penolakan menyeluruh atas kontradiksi internal dalam masyarakat-
masyarakat tersebut yg menyebabkan revolusi.
Page 30 of 33
(4) Kuantitas ke dalam kualitas
Sesuatu (barang atau peristiwa) berkembang melalui perubahan secara kuantitatif yg
pada umumnya bertahap dan secara halus; dan secara kualitatif berubah secara sekonyong-
konyong yang merubah menjadi sesuatu yang baru. Perubahan kualitatif merupakan hasil
akumulasi/penumpukkan perubahan kuantitatif dan membawa perkembangan progresif dari
sesuatu yang lama/tua menjadi baru, dan dari sederhana menjadi kompleks.
Metafisika, pada tingkat tertentu mengakui perubahan, hanya melihat perubahan
kuantitatif di mana sesuatu tumbuh menjadi lebih besar, lebih kecil, lebih kuat, lebih lemah dsb,
dan masa lalu mengulangi dirinya sendiri. pandangan metafisika menolak perubahan kualitatif
yang merubah sesuatu dan mendorong maju menjadi sesuatu yang baru.
Perubahan dialektik yang bergerak dari kuantitas ke kualitas niscaya terjadi dalam
banyak bidang. Esai Stalin menyebutkan hal ini, termasuk contoh yg menyolok mata adalah
evolusi. melewati adaptasi dan perkembangan selama ratusan tahun, spesies awal berubah
secara kualitatif menjadi spesies baru, homo sapiens atau manusia. Dalam kehidupan sehari-
hari dari perubahan kuantitas ke kualitas, contohnya adalah bagaimana air, secara bertahap
berubah menjadi lebih panas atau lebih dingin (perubahan kuantitas) berubah menjadi uap atai
es (berubahan secara kualitas).
Dan dalam soal masyarakat juga terdapat jurang perbedaan yang memisahkan
pandanagan metafisika yg konservatif dengan pandanagn dialektika yg revolusioner mengenai
bagaimana dunia berubah. Sudah tentu, dalam dunia sosial perubahan terjadi tidak secara
otomatis sifatnya, sebagaimana terjadi dalam alam. Perubahan sosial disebabkan oleh rakyat
melalui aksi dan saling aksi. Jadi, pandangan rakyat yg menentukan apa jenis perubahan dan
bagaimana dilakukan, dibentuk oleh kondisi sosial mereka dan kedudukan kelasnya.
Cara pandang metafisika kelas berkuasa perubahan revolusioner dan kualitatif dalam
perubahan masyarakat dan berpendirian bahwa perubahan secara bertahap, gradual, perubahan
kuantitaif lah yang diperlukan untuk mengembangkan dan menyempurnakan masyarakat
kapitalis sekarang ini.
Pandangan MD dari kelas pekerja, di pihak lain, memandang perubahan kualitatif,
revolusioner sebagai puncak perjuangan untuk mengembangkan medan memajukan masyarakat.
Page 31 of 33
Kehendak revolusi bukan untuk menyempurnakan kapitalisme, melainkan untuk
menggantikannya dengan sosialisme. MD (16)
Relevansi pertarungan antara Dilektika dan Metafisika dengan Perjuangan kelas
Contoh-contoh sebelumnya sudah menggambarkan bagaimana pandangan metafisika
atas masyarakat mewakili kepentingan kaum borjuis. Hal ini tidak mengejutkan karena
keinginannya (dan juga kelas-kelas berkuasa sebelumnya) untuk mamamerkan kepentingan
kelasnya sebagai permanen dan tak berubah. Kelas borjuis tak pernah henti-hentinya
menganjurkan cara berpikir metafisika kepada kelas pekerja, sebagai usaha untuk membuktikan
bahwa sistem kapitalis berharga dan permanen dan menyingkirkan adanya pertentangan kelas.
Cara berpikir metafisika juga menyusup ke dalam gerakan revolusioner sendiri, dalam
bentuk pikiran yang menganjurkan jalan damai, reformis dan evolusioner dari kapitalisme ke
sosialisme. Mereka ini gagal dan tidak mengakui bahwa revolusi sosialis sebagai perubahan
kualitatif bagi masyarakat kapitalis.
Bagi kelas pekerja, dialektika merupakan alat penting untukmemahami mengapa dunia
seperti sekarang ini, menganlisanya bagaimana ia berubah dan mengerti bagaimana rakyat yang
sadar bisa merubahnya.
KESIMPULAN
Sebelum pendirian MD oleh Marx, bentuk materialis yang ada adalah pandangan yang
mekanis, non-dialektika, dan Hegel, seorang dialektikus, menganjurkan versi idealis dari
dialektika. Kaum filsuf tidak mampu mengembangkan materislisme yang konsisiten dan
meneyeluruh karena pada analisa akhir, mereka menerima pandangan borjuis yang ada.
Mereka tidak sudi melihat secara lengkap, termasuk privelese kelas, hak milik perorangan
dan ketimpangan sosial sebagai faktor bagi perubahan sosial.
Marx dan Engels akhirnya berhasil mengembangkan sintesis materialisme dan dialektika
sebab mereka mendasarkan filsafatnya pada aspirasi revolusioner dan cara pandang kelas
pekerja. kelas pekerja memiliki kepentingan dalam memahami masyarakat sebagaimana
adanya "tanpa terkecuali" dan sebuah kelas untuk perubahan, termasuk perubahan
revolusioner, dapat menjadi kekuatan pembebas.
Page 32 of 33
MD adalah filsafat revolusioner kelas pekerja. Ia memberikan arah umum bagi dunia dan
peranan manusia dan menyediakan seperangkat prinsip-prinsip ilmiah untuk menjawab
masalah-masalah politik dan parktis; namun demikian ia menyediakan kerangka yang pasti
untuk memperoleh jawaban. Juga MD merupakan dasar-dasar dari semua teori Marxis dan
pandangan khusus terhadap sejarah, ekonomi dan politik.
Studi kita yg singkat sudah meletakkan garis besar MD, arti petingnya filsafat Marxis
dalam memahami dunia, perjuangan kelas dan kerja politik di mana kita terlibat. Untuk bisa
paham sepenuhnya sudah tentu harus dilanjutkan dalam proses yang akan terus berjalan, dan
mendalaminya dalam studi dan praktek.
Ringkasan MD
Idealisme dan materialisme menjawab masalah hubungan antara dunia ide dan dunia
material. Dua cara pandang filsafat ini muncul untuk menjawab yang manakah yang lebih
utama dan menentukan.
A. Idealisme:
1. Ide-ide, spirit sebagai kenyataan pokok/prinsip.
2. Ide-ide dan spirit membentuk dan menentukan dunia material.
3. Dunia ini penuh berisi segala sesuatu yang tidak bisa dipahami oleh manusia dan ilmu
pengetahuan.
B. Materialisme
1. Dunia material adalah kenyataan pokok.
2. Dunia material adalah sumber ide-ide.
3. Dunia material ini dapat dijelaskan dan dipahami melalui pengalaman manusia dan ilmu
pengetahuan.
Metafisika dan Dialektika keduanya berkaitan dan menjawab masalah perkembangan dan
perubahan yang terjadi dalam alam dan masyarakat.
A. Metafisika
1. Fenomena atau gejala dilihat secara terpisah
2. Keadaan alamiah adalah statik, diam.
Page 33 of 33
3. Segala sesuatu bersatu dalam dirinya sendiri dan perubahan disebabkan oleh faktor-
faktor luar.
4. Hanya ada perubahan kuantitatif.
B. Dialektika
1. Fenomena dilihat dalam salinghubugannya dan salingketergantungannya.
2. Keadaan alamiah sesuatu hal adalah terus-menerus berubah.
3. Kontradiksi ada secara internal dalam suatu hal dan perubahan pada dasarnya akibat
faktor-faktor internal ini.
4. Ada perubahan kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan terjadi dari sederhana ke rumit,
dari rendah ke tinggi.