23
PENGEMBANGAN PARIWISATA BANDUNG PERSEPSI WISTAWAN Oleh : E.Maryani *) ABTRACK A. Latar Belakang Masalah Pariwisata mempunyai peran yang sangat strategis, baik masa kini maupun masa yang akan datang. Pengembangan pariwisata di Indonesia telah menjadi bagian yang integral dengan pembangunan nasional. Pentingnya peranan pariwisata bagi Indonesia diperkuat oleh Kakanwil Departemen Parpostel Jawa Barat tentang “Pembangunan Kepariwisataan menuju Visi Pariwisata Jawa Barat Tahun 2005” meng emukakan bahwa pada tahun 1985 pariwisata Indonesia menduduki urutan kelima dalam menghasilkan devisa setelah migas, kayu karet dan tekstil. Tahun 1990 menduduki urutan keempat setelah migas, tekstil dan kayu. Tahun 1995 menduduki urutan ketiga setelah migas dan tekstil. Di lihat dari jumlahnya, migas cenderung terus menurun, sedangkan pariwisata terus mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan, pariwisata akan menjadi sektor andalan penghasil devisa pada masa yang akan datang. *) Dr. Enok Maryani, Dosen Geografi Pariwisata di Universitas Pendidikan Indonesia dan STIEPAR YAPARI AKTRIPA Bandung The city of Bandung is relatively close to Jakarta which is the main gate of Indonesia. This region provides accumulated facilities and tourists attraction. The amount tourists coming are always increasing. A survey to find information of tourist aattraction and tourist development in Bandung has been a through 150 tourists with accidental samples. The result is that Cihampelas, Saung Angklung Ujo, Cibaduyut, Karang Setra, Musium Geologi and Zoo are interesting tourists objects. In general some other tourist objects are not specially managed. They are usually run by the government or private company as a sightseeing object only. The variety of objects, the people hospitality and the various and specific food are the most interesting part for them. In their opinion the development should be focused on the transportation management parking areas, the existence of culture performance and the clean, and neat surroundings.

kemenarikkan pariwisata bandung dilihat dari sisi wistawan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: kemenarikkan pariwisata bandung dilihat dari sisi wistawan

PENGEMBANGAN PARIWISATA BANDUNG PERSEPSI WISTAWAN

Oleh :

E.Maryani *)

ABTRACK

A. Latar Belakang Masalah

Pariwisata mempunyai peran yang sangat strategis, baik masa kini maupun masa

yang akan datang. Pengembangan pariwisata di Indonesia telah menjadi bagian yang

integral dengan pembangunan nasional. Pentingnya peranan pariwisata bagi Indonesia

diperkuat oleh Kakanwil Departemen Parpostel Jawa Barat tentang “Pembangunan

Kepariwisataan menuju Visi Pariwisata Jawa Barat Tahun 2005” mengemukakan bahwa

pada tahun 1985 pariwisata Indonesia menduduki urutan kelima dalam menghasilkan

devisa setelah migas, kayu karet dan tekstil. Tahun 1990 menduduki urutan keempat

setelah migas, tekstil dan kayu. Tahun 1995 menduduki urutan ketiga setelah migas dan

tekstil. Di lihat dari jumlahnya, migas cenderung terus menurun, sedangkan pariwisata

terus mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan, pariwisata akan menjadi sektor andalan

penghasil devisa pada masa yang akan datang.

*) Dr. Enok Maryani, Dosen Geografi Pariwisata di Universitas Pendidikan Indonesia dan STIEPAR

YAPARI AKTRIPA Bandung

The city of Bandung is relatively close to Jakarta which is the main gate of

Indonesia. This region provides accumulated facilities and tourists attraction. The

amount tourists coming are always increasing.

A survey to find information of tourist aattraction and tourist development in

Bandung has been a through 150 tourists with accidental samples. The result is that

Cihampelas, Saung Angklung Ujo, Cibaduyut, Karang Setra, Musium Geologi and

Zoo are interesting tourists objects. In general some other tourist objects are not

specially managed. They are usually run by the government or private company as a

sightseeing object only. The variety of objects, the people hospitality and the various

and specific food are the most interesting part for them. In their opinion the

development should be focused on the transportation management parking areas, the

existence of culture performance and the clean, and neat surroundings.

Page 2: kemenarikkan pariwisata bandung dilihat dari sisi wistawan

Krisis yang dialami Indonesia pada pertengahan tahun 1997, yang diikuti pula

oleh berbagai kerusuhan, memang telah menurunkan jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara di 13 pintu masuk utama, namun pada kondisi yang sama, penyebaran

wisatawan nusantara juga mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dengan

meningkatnya jumlah hunian kamar hotel berbintang sebesar 14,3 %. Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur, Bali dan Yogyakarta adalah propinsi yang berturut-turut mendapat

kunjungan terpadat (Pariwisata Dalam Angka, Februari 1999, Departemen Pariwisata,

Seni dan Budaya).

Kota Bandung merupakan kota yang relatif dekat dengan Jakarta sebagai pintu

gerbangnya Indonesia, menjadi pusat pelayanan (services center) dan kutub

pertumbuhan (growth pole) bagi Jawa Barat. Di kawasan ini terakumulasi fasilitas

pelayanan, kegiatan ekonomi dan menjadi simpulnya transportasi Jawa Barat. Di Kota

Bandung terdapat sekitar 22 objek Dilihat dari jumlah wisatawan yang datang, dari

tahun ke tahun cenderung terus meningkat, tahun 2000 mencapai 2.117.255 orang.

Mengingat potensi lokasi, alam dan sosial budaya, Bandung telah dijadikan sebagai

“Tirai Seni Indonesia ke Dunia” oleh Direktorat Jenderal Pariwisata Indonesia (1996),

dengan Visi “Genah, Merenah tur Tumaninah” (Enak, Tepat, dan Nyaman).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang tersebut dalam studi ini mencoba mengetahui :

1. Bagaimana karakteristik wisatawan yang datang ?

2. Bagaimana kemenarikan objek wisata yang ada di Bandung persepsi wisatawan ?

3. Komponen apa yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan daya tarik objek

wisata di kawasan Bandung ?.

C. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Pariwisata dan Wisatawan

Intosh dan Goeldner (1984) mengartikan pariwisata sebagi ilmu, seni, dan bisnis

yang berhubungan dengan menarik, memindahkan, mengakomodasikan secara ramah

Page 3: kemenarikkan pariwisata bandung dilihat dari sisi wistawan

untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan para pengunjung. Cooper dkk. (1993) lebih

rinci menjelaskan bahwa pariwisata adalah aktivitas yang multidimensional dan

multifacet, karena menyentuh berbagai sisi kehidupan, perbedaan aktivitas, latarbelakang

sosial, ekonomi dan budaya.

Undang-Undang RI No. 9 tahun 1990 pasal 1 butir 3, mengartikan pariwisata

sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek

dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dengan bidang itu. Wisata (pasal 1

butir 1) diartikan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang

dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik

wisata. Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka dalam pariwisata mengandung

unsur orang sebagai pelaku, perjalanan, waktu atau lamanya meninggalkan tempat asal,

tujuan atau maksud perjalanan, daerah tujuan dan aktivitas yang dilakukan di tempat

tujuan.

Orang yang mengadakan perjalanan sangat bervariasi, WTO tahun 1981

membedakan antara visitor, tourist dan excursionists. Visitor adalah seseorang yang

datang ke suatu negara yang bukan tempat tinggalnya, orang itu datang sebagai (a)

pengunjung yang bertujuan untuk rekreasi, penyembuhan kesehatan, agama, observasi,

urusan keluarga, olah raga (penonton atau pemain), konferensi, studi atau transit dari

negara lain; (b) anggota/crew pesawat terbang atau kapal laut yang sedang transit di

suatu negara; (c) orang yang melakukan perjalanan bisnis yang tinggal kurang dari satu

tahun; (d) karyawan dari suatu badan internasional atau misi tertentu yang bertugas di

suatu negara kurang dari satu tahun.

Orang itu bukan sebagai visitor bila (a) bermaksud untuk mencari pekerjaan dan

tinggal secara menetap; (b) berkunjung dalam kapasitas sebagai diplomat atau angkatan

bersenjata; (c) sebagai orang tanggungan dalam katagori di atas; (d) pelarian, nomad dan

pekerja di daerah perbatasan; (e) pergi dan tinggal lebih dari satu tahun.

Visitor tersebut dibedakan lagi menjadi international tourist dan international

excursionists. International tourist adalah pengunjung yang menghabiskan waktu paling

sedikit 24 jam di daerah tujuan. International excursionists kurang dari 24 jam,

termasuk di dalamnya penumpang kapal yang sedang transit. Organisasi Pariwisata

Page 4: kemenarikkan pariwisata bandung dilihat dari sisi wistawan

Dunia (WTO) juga menjelaskan bahwa domestic tourist adalah orang-orang yang

mengunjungi daerah tujuan yang masih berada di dalam negerinya sendiri atau di mana

ia tinggal, dengan waktu yang dimanfaatkan lebih dari 24 jam, tapi kurang dari satu

tahun. Tujuannya untuk rekreasi, liburan, olah raga, bisnis, pertemuan dan konferensi,

pendidikan, mengunjungi teman atau saudara, kesehatan dan agama. Domestic

excursionists adalah orang yang mengadakan perjalanan di dalam negerinya sendiri atau

di mana ia tinggal dengan waktu yang dimanfaatkan kurang dari 24 jam.

Pengertian wisatawan di Indonesia adalah semua orang yang mengadakan

perjalanan rekreasi, termasuk didalamnya tourist dan excursionists. Undang-Undang

Pariwisata No. 9 tahun 1990 menjelaskan bahwa wisatawan adalah orang yang

melakukan kegiatan wisata. Wisatawan dibedakan menjadi wisatawan domestik atau

wisatawan nusantara, dan wisatawan mancanegara atau internasional. Wisatawan

internasional sering ditandai dengan adanya perjalanan lintas negara atau melewati batas

negara, umumnya ada perbedaan bahasa, mata uang, keharusan memiliki visa dan

passport.

2. Daerah Tujuan Wisata dan Kemenarikannya

Daerah tujuan wisata atau destination zones adalah daerah dengan satuan

geografis tertentu yang dapat menampung sejumlah wisatawan. Daerah itu memiliki

cukup banyak dan beragam atraksi wisatanya, memiliki berbagai pelayanan untuk

memenuhi kebutuhan wisatawan (Gunn, 1994). Hadinoto (1996) mengartikan destinasi

atau daerah tujuan wisata sebagai satuan kawasan terencana, yang sebagian atau

seluruhnya dilengkapi dengan amenities dan pelayanan wisata seperti hotel, restoran,

atraksi, fasilitas rekreasi, hiburan, toko dan sebagainya yang dibutuhkan oleh

pengunjung. Dengan demikian daerah tujuan wisata merupakan satu kawasan yang

secara terencana dipersiapkan untuk dipilih sebagai daerah tujuan rekreasi. Daerah

tersebut dapat memberikan kenyamanan dan kepuasan wisatawan.

Kriteria daerah tujuan wisata menurut Direktorat Jenderal Pariwisata Jawa Barat

(1996) adalah (a) tersedianya objek wisata yang telah siap dikembangkan; (b)

tersedianya prasarana transportasi yang mendukung aksesibilitas; (c) tersedianya sarana

Page 5: kemenarikkan pariwisata bandung dilihat dari sisi wistawan

pariwisata; (d) kesiapan masyarakat untuk menerima kunjungan wisatawan; (e) memiliki

dinas pariwisata daerah; (f) memiliki perangkat peraturan untuk mengatur usaha wisata

dan objek wisata.

Atraksi wisata atau kemenarikan objek (tourism attraction) wisata merupakan

segala sesuatu yang dapat menarik (pull factors) wisatawan untuk datang, melihat, dan

melakukan aktivitas wisata. Sumberdaya yang mernilai terdapat dalam ruang atau

geosfer. Geosfer tersebut dapat berupa objek wisata (1) iklim dan cuaca (atmosfer) yaitu

berupa panas, sejuk dan dingin. Masing-masing cuaca tersebut memiliki daya tarik

sendiri dan dapat mem-pengaruhi aktivitas wisata yang dilakukan; (2) bentuk lahan

(litosfer), seperti perbukitan, dataran, pegunungan, dan gunung api. Bentuk lahan ini

berkorelasi dengan cuaca dan landuse, sehingga menghasilkan berbagai agrowisata,

wisata gunung api dengan berbagai fenomenanya, air panas, gua dan sebagainya; (3) tata

air (hidrosfer) berupa danau, sungai dan laut; (4) flora dan fauna menghasilkan objek

wisata yang berupa kebun binatang, taman nasional cagar alam; (5) kehidupan manusia

(antroposfer) yang akan menghasilkan objek wisata sosial dan budaya, berupa adat

istiadat, kesenian, kepercayaan, bangunan bersejarah, hasil budaya (artefact) dengan

teknologi prinitif dan hasil teknologi modern seperti dunia fantasi.

3. Pengembangan Pariwisata

Dalam pengembangan kawasan wisata, perbedaan keruangan (spatial

differentiation) perlu diperhatikan, pertama menentukan prioritas pengembangan di

antara sejumlah situs yang memiliki potensi, sehingga dalam hal ini diperlukan seleksi,

kedua melakukan evaluasi secara umum untuk perencanaan regional dan nasional yang

mengacu kepada identitas dan pembagian (deliniasi) wilayah-wilayah yang cocok untuk

dikembangkan (Gunn, 1979a).

Metode yang umum diterapkan dalam kasus perencanaan wilayah wisata yaitu

mengidentifikasi, menyeleksi, mengevaluasi situs, atau wilayah dan mengukur potensi

wisata. Elemen pengembangan pariwisata itu terdiri atas atraksi, transportasi, akomodasi,

fasilitas pendukung dan infrastruktur (Pearce,1989).

Page 6: kemenarikkan pariwisata bandung dilihat dari sisi wistawan

Secara fungsional tahapan perencanaan dilakukan melalui (1) pengelompokkan

objek dan daya tarik wisata yang dapat memberikan kepuasan pengunjung. Kelompok

atraksi ini disebut attraction cluster atau satuan kawasan wisata; (2) menghubungkan

semua objek atau atraksi dengan pusat-pusat pelayanan yang disebut community service

center atau pusat pelayanan wisata; (3) jalur transportasi yang disebut linkage corridor

atau jalan penghubung, antara daerah tujuan, pusat pelayanan dengan jalur regional

antarkota. Analisis destinasi SWOT menentukan strength (kekuatan), weaknesses

(kelemahan), opportunities (kesempatan) dan threats (ancaman atau saingan) (Hadinoto,

1996).

C. Presedur Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang dipergunakan dalam studi ini adalah survai, yaitu melakukan

pengumpulan data primer kepada wisatawan dengan mempergunakan kuesioner sebagai

alat pengumpul data. Selain itu observasi untuk memahami karakteristik atraksi wisata,

aksesibilitas dan fasilitas wisata juga dilakukan sehingga dapat memberikan gambaran

sisi penawaran kemenarikan kawasan Bandung sebagai daerah tujuan wisata.

Studi dokumentasi berupa pengumpulan data sekunder dari berbagai lembaga baik

pemerintah maupun non pemerintah di berbagai tingkatan. Lembaga tersebut hanya

dipilih lembaga-lembaga yang terkait dengan kepariwisataan. Dari studi ini diperoleh

tentang kebijakan dan program pariwisata, jumlah wisatawan, keberadaan fasilitas

pariwisata, pengelolaan dan pemasaran pariwisata. Kepada tokoh-tokoh kepariwisataan

dilakukan wawancara secara terbuka untuk menggali informasi secara mendalam dengan

mempergunakan checklist.

2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan dan objek wisata yang ada di

Kota Bandung. Wisatawan diartikan sebagai orang-orang yang secara faktual sedang

melakukan perjalanan ke objek wisata di Kota Bandung. untuk mengisi waktu luang

dengan tujuan atau maksud yang beragam. Wisatawan tersebut dapat dibedakan atas

Page 7: kemenarikkan pariwisata bandung dilihat dari sisi wistawan

wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. Populasi dalam hal ini adalah semua

objek wisata yang ada di Kota Bandung dan wisatawan yang datang ke Bandung.

Mengingat populasi pada tahun di mana studi dilakukan tidak diketahui dengan pasti

maka sampel diambil secara aksidental, yaitu dijaring di 5 objek wisata yaitu Saung

angklung Ujo, Kebon Binatang, Kalang Setra, Pusat perbelanjaan Cihampelas dan

Cibaduyut, jumlahnya sebanyak 150 responden (30 diantaranya wisatawan

manacanegara).

4. Analisis Data

Data yang telah terkumpul dianalisis sesuai dengan jenisnya, dan untuk data primer

dilolah dengan mempergunakan analisis (a) Analisis frekuensi untuk mengetahui

kecenderungan distribusi, dari distribusi tersebut dapat dideskripsikan mengenai

segmentasi wisatawan. (b) Analisis kemenarikan, dengan mempergunakan rumus :

Aj =

N

i

IijVi1

))(( (Smith, 1989)

Aj = Daya tarik objek j

Vi = Pentingnya atau nilai kepuasan dari karakter i

Iij = Penerimaan alternatif j

N = Jumlah total karakteristik

D. Hasil Penelitian

1. Rona Kawasan Wisata Bandung

Kota Bandung mempunyai multifungsi, yaitu sebagai pusat pemerintahan,

pendidikan tinggi, perdagangan, industri, kebudayaan dan pariwisata. Kondisi ini

membuat Kota Bandung menjadi magnit bagi daerah sekitarnya. Secara geografis Kota

Bandung menempati posisi sentral di Jawa Barat, menjadi poros lalu lintas antara barat

dengan timur, dan antara utara dengan selatan. Kota Bandung terletak di tengah-tengah

Kabupaten Bandung, luasnya 16. 730 hektar.

Iklim menjadi faktor yang cukup dominan dalam memilih aktivitas rekreasi dan

tempat wisata. Kondisi atmosfirik pada saat tertentu dan meliputi tempat tertentu yang

terbatas disebut cuaca. Unsur cuaca adalah penyinaran matahari, suhu, curah hujan,

Page 8: kemenarikkan pariwisata bandung dilihat dari sisi wistawan

angin, tekanan udara, penguapan udara, dan kelembaban udara. Berdasarkan pemantauan

Dinas Meteorologi dan Geofisika Bandung, keadaan cuaca kawasan Bandung sebagai

berikut.

a). Suhu rata-rata tiap bulan adalah 22,9º C, dengan suhu maksimum 28,4º C dan suhu

minimum 19,0 C.

b). Curah hujan tahunan adalah 2050 mm, dengan jumlah hari hujan mencapai 215 hari

dalam satu tahun, dan rata-rata curah hujan 234,4 mm dengan jumlah hari hujan

20,2 hari per bulan. Bulan Juli dan Agustus adalah bulan terkering, sedangkan

Nopember dan Desember adalah bulan terbasah.

c). Lamanya penyinaran matahari rata-rata setahun adalah 56 %;

d). Kecepatan angin rata-rata 4 knot dengan arah angin kebanyakan dari arah barat

menuju timur, kecepatan angin terbesar adalah 12 knot dengan arah timur-selatan

terjadi pada bulan Agustus.

e). Penguapan rata-rata 3,1 mm

f). Tekanan udara mencapai 921, 5 mb

g). Kelembaban nisbi mencapai 77 %.

Berdasarkan kondisi iklim khususnya suhu, kelembaban dan kecepatan angin,

mendekati ideal untuk rekreasi di luar rumah (out door recreation).

Kawasan Bandung merupakan cekungan yang dikelilingi oleh pegunungan.

Cekungan tersebut terletak di daerah yang relatif tinggi yaitu 650 meter di atas

permukaan laut, karena itu Bandung disebut dengan Dataran Tinggi Bandung atau Plato

Bandung. Komplek pegunungan yang mengelilingi Bandung di sebelah utara adalah Peg.

Tangkuban Perahu, sedangkan di selatan adalah Peg. Patuha dan Malabar. Di sebelah

timur dan barat dibatasi oleh perbukitan. Kondisi ini menghasilkan udara Bandung

menjadi sejuk segar dan memiliki pemandangan indah.

Pada saat pertama kali buka, Kota Bandung hanya diperuntukkan ratusan jiwa

saja. Rancangan Bandung tempo dulu dibuat dengan sangat baik dan spesifik sebagai

kota ideal khas tropis (Kunto, 1986). Karena daya tariknya itu fungsi kota terus

berkembang. Kota Bandung menjadi magnit bagi daerah sekitarnya. Untuk

meningkatkan daya dukungnya, Kota Bandung sudah lima kali mengalami perluasan

Page 9: kemenarikkan pariwisata bandung dilihat dari sisi wistawan

kota. Pada awal Kota Bandung menjadi daerah otonomi yaitu 1 April 1906 luasnya

hanya 1 922 ha, tahun 1917 diperluas menjadi 2 871 ha, tahun 1942 luasnya mencapai 5

413 ha, tahun 1949 mengalami perluasan lagi menjadi 8 098 ha, dan yang paling akhir

adalah tahun 1987 diperluas lebih dari dua kali yaitu 16 729,65 ha. Dari 16 kecamatan

menjadi 26 kecamatan.

2. Strategi Pengembangan dan Objek Wisata di Kawasan Bandung

Kebijakan kepariwisataan Kota Bandung seperti yang tercantum dalam buku Master

Plan Pariwisata (RIPP) Kota Bandung (1997/1998) diarahkan pada (1) peningkatan

kesempatan berusaha, lapangan kerja, pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat; (2)

pengembangan pariwisata melalui penataan dan pemeliharaan objek wisata alam, budaya

dan buatan, khususnya pemanfaatan bangunan-bangunan bersejarah, serta menciptakan

objek baru, dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama dan kepribadian bangsa; (3)

meningkatkan promosi pariwisata baik di dalam maupun di luar negeri; (4)

meningkatkan pendidikan dan pelatihan; (5) meningkatkan kesadaran dan peran aktif

masyarakat dalam kegiatan pariwisata melalui kelompok penggerak pariwisata

(kompepar); (6) meningkatkan prasarana dan sarana pariwisata terutama

perhotelan, restoran, musium, dan gedung-gedung pertunjukkan; (7) penyuluhan sadar

wisata dan sapta pesona pada masyarakat; (8) penyelenggaraan program wisata kota.

Menurut RIPP Kota Bandung (1997/1998) Kegiatan wisata yang dikembangkan

adalah wisata belanja, hiburan dan MICE.

Tabel 1 Kegiatan Wisata di Kota Bandung Kegiatan Utama Kegiatan Penunjang

a. Sightseeing berupa city sight

b. Daya tarik wisata khusus : arsitektur gedung

/bangunan dan monumen

c. MICE

a. Hiburan

b. Kehidupan malam dan bioskop

c. Berbelanja

Sumber : Pedoman Operasional WPW D (dengan sedikit perubahan)

Objek yang dapat dinikmati umumnya berupa budaya (98 %). Objek wisata alam

sangat sedikit. Hal ini sangat wajar mengingat pariwisata di Bandung berbasis perkotaan.

Objek budaya itu antara lain atraksi budaya (3,2 %), musium (5,3 %), taman (8,6 %),

Page 10: kemenarikkan pariwisata bandung dilihat dari sisi wistawan

olah raga (10,8 %), gedung untuk meeting dan pameran (14 %), belanja (17,2 %), dan

gedung-gedung bersejarah (19,3 %). Objek wisata tersebut dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Objek Wisata di Kota Bandung No

Nama Objek Wisata Jenis Objek Pengelolaan

A l a m

1. 2.

Dago Tea house Punclut

Alam (pemandangan ) Alam (jalur tracking)

Komersial (Pemerintah) Belum (Pemerintah)

Pendidikan

3. 4. 5. 6. 7

Musium Geologi Musium Mandala Wangsit Gedung Asia Afrika Musium Pos dan Giro Musium Sri Baduga

Budaya(musium batuan dan purbakala) Budaya (musium ABRI) Budaya (musium Konfrensi Asia Afrika) Budaya (musium barang pos) Budaya (musium Jawa Barat)

Komersial (Pemerintah) Belum (Pemerintah) Belum (Pemerintah) Belum (Pemerintah) Komersial (Pemerintah)

Arsitektur Gedung dan Nuansa Historis

8. 9. 10.

11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.

19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.

Pusat Dawah Islam Gedung Pakuan Gedung Isola

Gedung Ganesa Gedung Sate Poltabes Unpad Prianger Jalan Braga Kelenteng Gereja Kathedral

Bank Indonesia (Braga) Kantor Pos Besar Kodam III Siliwangi Kologdam (Kodiklat) SMA 3 dan 5 Sekolah st Angela Hotel Savoy Homan

Budaya (Pusat keagamaan) Budaya (gubernur) Budaya (UPI Bandung)

Budaya (ITB) Budaya (Pemda Jabar) Budaya (Poltabes) Budaya (pusat pendidikan) Budaya (hotel) Budaya (keagamaan) Budaya (keagamaan) Budaya (keagamaan)

Budaya Budaya Budaya Budaya Budaya Budaya Budaya

Tidak komersialpemerintah) Tidak komersial (pemerintah) Tidak komersial (pemerintah)

Tidak komersial (pemerintah) Tidak komersial (pemerintah) Tidak komersial (pemerintah) Tidak komersial (pemerintah) Tidak komersial (pemerintah) Tidak komersial (pemerintah) Tidak komersial (pemerintah) Tidak komersial (pemerintah)

Tidak komersial (pemerintah) Tidak komersial (pemerintah) Tidak komersial (pemerintah) Tidak komersial (pemerintah) Tidak komersial (pemerintah) Tidak komersial (pemerintah) Tidak komersial (pemerintah)

Olah raga

26. 27.

28.29. 30. 31. 32. 33. 34. 35

Eldorado Arcamanik

Tirtalega Lapangan Golf Dago Stadion Siliwangi Tenis Taman Maluku GOR Pajajaran GOR Jln. Jakarta Lapangan Hokey Cikutra Karang Setra

Budaya (pusat kebugaran) Budaya (pacuan kuda)

Budaya (renang) Budaya (golf) Budaya (Sepak bola) Budaya (tenis) Budaya (aneka olah raga) Budaya (aneka olah raga) Budaya (Hokey) Budaya (renang dan taman rekreasi)

Komersial (swasta) Komersial (swasta)

Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (Pemerintah) Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta)

Page 11: kemenarikkan pariwisata bandung dilihat dari sisi wistawan

Konvensi

36. 37. 38.

39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47.

48

Sasana Budaya Ganesa Landmark Building Grand Preanger

Panghegar Savoy Homan Papandayan Horizon Jayakarta Sheraton Inn Topaz Galeria Chedi Perdana Wisata

Grand Aquila

Budaya (IPTEK dan pameran) Budaya (Pameran/promisi) Budaya (fasilitas hotel)

Budaya (fasilitas hotel) Budaya (fasilitas hotel) Budaya (fasilitas hotel) Budaya (fasilitas hotel) Budaya (fasilitas hotel) Budaya (fasilitas hotel) Budaya (fasilitas hotel) Budaya (fasilitas hotel) Budaya (fasilitas hotel)

Budaya(fasilitas hotel)

Komersial (pemerintah) Komersial (swasta) Komersial (swasta)

Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta)

Komersial (swasta)

Komersial (swasta)

Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta)

Komersial (swasta)

Taman Bertema dan Taman Kota

49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56.

Kebun Binatang Taman Lalu Lintas Taman Maluku Taman Cilaki Taman Ganesa Taman Badak Putih Taman Pramuka Taman Merdeka

Budaya (taman margasatwa) Budaya (taman permainan) Budaya (taman kota) Budaya (taman kota) Budaya (taman kota) Budaya (taman kota) Budaya (taman kota) Budaya (taman kota)

Komersial (pemerintah) Komersial (pemerintah) Tidak komersial (pemerintah) Tidak komersial (pemerintah) Tidak komersial (pemerintah) Tidak komersial (pemerintah) Tidak komersial (pemerintah) Tidak komersial (pemerintah)

Belanja

57. 58.

59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66.

67. 68. 69. 70. 71. 72.

Kawasan Tamim Kawasan Cibaduyut

Kawasan Cihampelas Kawasan Jatayu Kawasan Cikapundung Kawasan Tegalega Bandung Plaza Bandung Indah Plaza (BIP) Kosambi Cicadas

Gatot Subroto Pasar Baru Caringin Gede Bage Alun-Alun Dago, Riau dan jalan utama

Pusat jean Pusat sepatu

Pakaian Suku cadang elektronik Elektronik Tas pakaian dan bekas Mall elektronik Pertokoan dan mall Pertokoan dan mall Pertokoan dan mall

Super mall Pertokoan dan pasar tradisonal Pasar induk tradisional Pasar induk tradisional Pertokoan dan mall Outlet (sekitar 58 buah)

Komersial (swasta) Komersial (swasta)

Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta)

Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta)

Event budaya

72. 73.

74.

Long March Bdg Lautan Api Padepokan Seni Jln. Peta

Saung Ujo

Penelusuran sejarah Tempat pagelaran seni

Pegelaran angklung

Tidak komersial Komersial (pemerintah)

Komersial (swasta)

Page 12: kemenarikkan pariwisata bandung dilihat dari sisi wistawan

Hiburan Malam

75. 76. 77.

78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86.

87. 88. 89. 90. 91. 92.

Sogo Pub Enhii Café Meintje Dutch Pub

Kintamani North Sea Bar O’hara Town Sidewalk Café Talaga Bodas Pandan Wangi Coffie house Terrace Florence Restorant &Bar Caesar Palace

Studio East Polo Room LA Dream Palace Fire Hollywood

Pub, café dan bar Pub, café dan bar Pub, café dan bar

Pub, café dan bar Pub, café dan bar Pub, café dan bar Pub, café dan bar Pub, café dan bar Pub, café dan bar Pub, café dan bar Pub, café dan bar Diskotik dan karoke

Diskotik dan karoke Diskotik dan karoke Diskotik dan karoke Diskotik dan karoke Diskotik dan karoke Diskotik dan karoke

Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta)

Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta)

Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta) Komersial (swasta)

Bandung sebagai pusat pemerintahan dan pusat pelayanan, kerapkali menjadi

pusat pertemuan. Di Bandung terdapat pusat kegiatan regional seperti Telkom, Pos dan

Giro, Perumka, PT Inti, Seskoad, Seskopol, dan sebagainya. Di Bandung pun terdapat

berbagai perguruan tinggi yang menjadi pusat perkembangan akademik seperti ITB,

UNPAD, UPI, ITENAS, Unpar, Unpas, IAIN, STBA dan sebaginya. Bandung pernah

menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika tahun 1955, Konferensi Pelajar Asia Afrika

tahun 1956, Konferensi Islam 1964, Telekomunikasi Dunia tahun 1995.

3. Segmenatasi Wisatawan

Segmentasi wisatawan berlandaskan kepada asumsi bahwa perjalanan muncul

karena adanya faktor pendorong (push factors) dan penarik (pull factors). Faktor

pendorong umumnya dari daerah asal (generating area), dan faktor penarik dari daerah

tujuan (destination area).

a) Daerah Asal

Pariwisata Inti Bandung Raya masih berlevel regional, karena daya jaring

respondennya berasal dari Inti Bandung Raya (42%), kota-kota yang ada di Jawa Barat

(22,1 %), DKI (13,5%), propinsi di dalam Pulau Jawa (8,9%), seperti Yogya, Jawa

Timur, Jawa Tengah dan Banten. Responden yang berlevel nasional hanya sekitar 3,4 %

yaitu dari Sumatera dan Sulawesi. Responden mancanegara sebanyak 10, 1 % yaitu

Page 13: kemenarikkan pariwisata bandung dilihat dari sisi wistawan

sebagian besar dari Eropa (8,6%), negara-negara ASEAN (0,9%), Afrika dan India

(0,3%). Belanda, Prancis, Jerman, Swiss, dan Malaysia, negara asal wisatawan

mancanegara terbanyak. Negara lain yang terjaring dengan jumlah sama adalah

Skotlandia, Nigeria, Norwegia, Vietnam, Irlandia, Italia, dan India. Objek wisata yang

banyak dikunjungi oleh responden mancanegara adalah Gn. Tangkuban Perahu (alam di

Bandung Utara) dan Saung Angklung Ujo (atraksi budaya di Kota Bandung).

b) Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden tidak menunjukkan adanya perbedaan yang kentara,

laki-laki 57,4 % dan perempuan 42,6 %. Perbedaan cukup kentara adalah responden yang

berasal dari dalam Pulau Jawa, 75 % laki-laki dan 25 % perempuan. Untuk daerah lain,

termasuk responden mancanegara komposisinya hampir berimbang.

c) Komposisi Menurut Usia

Berdasarkan usia responden, produktif penuh (25-55 tahun) menempati posisi

dominan (52,6%), kemudian menyusul usia remaja (<25 tahun) mencapai 40,6%, dan

manula (> 55 tahun) terkecil yaitu 6,8 %. Responden yang berasal dari Inti Bandung

Raya banyak (49 %) yang berusia remaja, sedangkan manula dari mancanegara. Hal ini

sepaham dengan teori bahwa kegiatan wisata menjadi suatu kebutuhan yang penting pada

saat tingginya produktivitas kerja.

d) Status Marital

Berdasarkan status marital, responden yang belum menikah cukup dominan

(54,4%), hal ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai waktu luang yang cukup

sebagai syarat utama untuk menjadi wisatawan. Responden yang sudah menikah

menduduki persentase terbesar kedua (44,3%), dengan anak antara 1 sampai 2 orang saja.

Mereka yang berstatus janda dan duda mencapai 1,4 %. Hal ini juga menunjukkan bukti

yang memperkuat teori yaitu perubahan persepsi tentang keluarga kecil telah mendorong

semakin banyaknya waktu untuk melakukan kegiatan wisata.

Page 14: kemenarikkan pariwisata bandung dilihat dari sisi wistawan

e) Tingkat Pendidikan

Berdasarkan pendidikan, responden banyak yang tamat SMU (47,2%) dan PT

(35,3%). Mereka yang berpendidikan SLTP mencapai 10,1 % dan SD terkecil 7,1 %.

Mereka yang berpendidikan SD dan SLTP sebagian besar berasal dari Inti Bandung

Raya, sedangkan SMU ke atas dari daerah lainnya. Hal ini membuktikan bahwa

kebutuhan pariwisata akan meningkat seiring dengan meningkatnya pendidikan.

f). Mata Pencaharian

Mata pencaharian di sektor swasta menjadi mata pencaharian dominan (57,4%)

bagi responden, baru kemudian PNS (14,1 %) TNI dan POLRI (3,5 %) serta pensiunan

(2,5 %). Berdasarkan komposisi mata pencaharian ini, dapat diinterpretasikan bahwa

karyawan swasta mempunyai kebutuhan rekreasi yang lebih tinggi. Hal ini dapat

disebabkan padatnya jam kerja, tingginya tuntutan produktivitas, termasuk rutinitas dan

adanya kepastian dalam waktu libur termasuk cuti kantor.

Para pelajar dan mahasiswa cukup besar komposisinya yaitu 22,7%. Pelajar dan

mahasiswa mempunyai waktu senggang yang lebih banyak, jiwa petualangnya lebih

besar, dorongan keingintahuannya tinggi, dan motivasi untuk mencari hiburan pun besar.

Walaupun demikian, biaya yang dikeluarkan biasanya lebih hemat dan sangat tergantung

kepada kondisi ekonomi orangtua.

g) Pendapatan dan Biaya Tour

Berdasarkan pendapatan, responden domestik sebagian besar (46,3 %) berpendapatan

kurang dari Rp.1.000.000,-/bulan. Kemudian menyusul antara Rp.1.000.000,- sampai Rp.

2.000.000,-/bulan (36,8 %) dan berpendapatan di atas Rp. 2.000.000,-/bulan (16,9 %).

Menurut daerah asal, responden dari Inti Bandung Raya dan Jabar umumnya

berpendapatan < Rp. 1.000.000,-/bulan, sedangkan dari DKI, P. Jawa dan nasional

umumnya lebih dari Rp. 1.000.000.- /bulan

Berdasarkan pengeluaran, responden mengeluarkan uang < Rp. 250.000,- (52,4 %);

sebanyak 28,7 % antara Rp. 250.000,-sampai Rp.500.000,-, dan sebanyak 7,1 % antara

Rp. 500.000,- sampai Rp. 750.000,-. Relatif rendahnya tingkat pengeluaran wisatawan,

Page 15: kemenarikkan pariwisata bandung dilihat dari sisi wistawan

selain erat kaitannya dengan pendapatan, juga berhubungan dengan kondisi objek wisata

yang ada di Bandung pada khususnya dan Bandung raya pada umumnya. Objek wisata

umumnya menyajikan atraksi pasif, bertumpu pada alam dan kegiatan wisatanya

terbatas.. Cinderamata dominan yang dapat dibeli adalah makanan dan pernak pernik

yang relatif murah. Barang-barang yang mengandung nilai seni, seperti lukisan, ukiran

sangat langka.

Wisatawan mancanegara dihitung dengan dollar, untuk wisatawan ASEAN dan

Asia pengeluaran berkisar antara $ 5000 - $ 10.000, sedangkan untuk wisatawan Eropa

lebih dari $ 10.000, mereka umumnya berkunjung sebagai bagian dari meeting atau

konferensi, serta pembeli paket wisata.

Kegiatan berwisata memang perlu dukungan faktor ekonomi. Rendahnya rata-rata

pendapatan penduduk Indonesia, berpengaruh terhadap gaya berpariwisata. Gaya

berpariwisata masyarakat Indonesia, cenderung tidak hanya sekedar refreshing, tapi juga

membina keakraban antarteman dan antaranggota keluarga. Mengadakan perjalanan

pariwisata identik dengan makan bersama dengan bekal yang dibawa dari rumah, ngobrol

atau mengadakan permainan ringan, serta aktivitas yang cenderung mempererat

silaturahmi. Pariwisata cenderung untuk memenuhi kebutuhan tarap paling rendah yatu

fisiologi saja, belum menjadi kebutuhan aktualisasi diri (selfactualization) atau

selfesteem.

h) Waktu Tour

Waktu berpariwisata yang paling sering mereka lakukan adalah pada saat libur

sekolah anak-anak (26,9%) dan libur nasional (28,9%). Cuti kantor dan akhir pekan

mencapai 18 % dan 10,9 %. Cuti kantor umumnya diambil pada akhir tahun. di

Indonesia biasanya akhir tahun, bertepatan pula dengan liburan sekolah, hari raya

keagamaan, dan libur nasional tahun baru. Liburan sekolah yang relatif lama biasanya

pada akhir semester yaitu bulan Juni dan Desember, sehingga bulan Desember adalah

musim liburan yang paling tinggi peluangnya untuk mengadakan perjalanan wisata.

Bulan Juni dan Desember, bertepatan pula dengan musim summer di belahan bumi utara

(Juni) dan belahan bumi selatan (Desember). Pada summer kegiatan wisata optimal

Page 16: kemenarikkan pariwisata bandung dilihat dari sisi wistawan

dilakukan oleh wisatawan mancanegara. Keputusan pemerintah untuk menetapkan libur

kerja pada hari Sabtu, khususnya di DKI dan kota besar lainnya termasuk Bandung,

menyebabkan hari libur mingguan (weekend) menjadi lebih panjang. Demikian pula

dengan kebijakan untuk menggabung atau menggeser hari libur nasional ke hari yang

mendekati Sabtu dan Minggu, membuat peluang untuk berpariwisata menjadi semakin

besar. Kota yang menjadi kantung wisatawan, seperti Jakarta, Bekasi, Serang,

mempunyai peluang yang sangat besar untuk mengadakan parjalanan wisata ke Inti

Bandung Raya.

Wisatawan mancanagera banyak yang melakukan wisata pada saat cuti kantor.

Cuti kantor tersebut umumnya bersamaan dengan musim summer, pada bulan Desember

(selatan) dan Juni (utara). Libur sekolah, libur nasional dan weekend adalah waktu libur

yang umum dipergunakan oleh wisatawan domestik

I) Lama Tour dan Tempat Menginap

Berdasarkan lamanya tour, responden yang mengadakan pariwisata kurang dari

24 jam dengan lebih dari 24 jam (lebih dari 1 hari) hampir berimbang. Responden yang

termasuk pada rekreasi atau piknik saja, mencapai 48,2 %. Responden yang mengadakan

perjalanan pariwisata antara 1 sampai 3 hari sebanyak 38 %, antara 4 –6 hari sebanyak

8,3 %., dan lebih dari 6 hari 5,5 %.

Responden yang berasal dari Inti Bandung Raya dan Jabar umumnya < 24 jam.

Responden dari DKI, P. Jawa, luar P. Jawa (Indonesia) dan mancanegara berimbang

antara < dari 24 jam dengan lebih dari 24 jam. Wisatawan mancanegara yang tinggal

kurang dari 24 jam, umumnya wisatawan overland dari Jakarta menuju ke objek wisata

lain seperti Yogyakarta dan Bali.

j) Pendapat Daya Tarik Objek Wisata

Pendapat responden mengenai daya tarik objek wisata sebagian besar menyatakan

bahwa keindahan alam dan kesejukan udara adalah daya tarik utamanya (41,4 %).

Keindahan alam dan kesejukan udara ini ada pula yang dipadukan dengan kehidupan

masyarakat (11 %), budaya yang bernilai historis (1,5 %) dan kehidupan perkotaan

Page 17: kemenarikkan pariwisata bandung dilihat dari sisi wistawan

(19,9). Bila responden yang berpendapat mengenai keindahan dan kesejukan digabung

antara yang tunggal dan jamak, menjadi 74,8 %. Kesejukan iklim yang dianggap ideal

menurut mereka adalah antara 18 – 22° C. Kehidupan masyarakat menduduki urutan

kedua yang dianggap paling menarik (10,4 %), budaya perkotaan (8,3 %), nuansa

pendidikan (4,9 %) dan budaya yang bernilai historis yang paling sedikit (2,5 %).

Berdasarkan daerah asal, responden dari Inti Bandung Raya berpendapat bahwa

keindahan alam dan kesejukan udara merupakan daya tarik utama, baru kemudian

keindahan alam dan kehidupan masyarakatnya secara terpadu menjadi daya tarik kedua.

Responden Jawa Barat, DKI dan P. Jawa umumnya berpendapat yang sama

dengan responden dari Inti Bandung Raya. Responden mancanegara berpendapat sedikit

berbeda, dimana mereka beranggapan bahwa kehidupan masyarakat dengan segala

budayanya adalah daya tarik utama, baru kemudian keindahan alam dan kehidupan

perkotaannya. Saung angkung Ujo menurut mereka adalah atraksi yang paling menarik.

k) Motivasi Perjalanan

Motivasi erat kaitannya dengan tujuan yang ingin dipenuhi dalam perjalanan wisata

dan pemilihan objek wisata. Responden yang memiliki motivasi tunggal sebanyak 71,8

%, terdiri dari memperluas wawasan dan pengetahuan (32,5 %), kebugaran jasmani dan

rohani (23,8 %), menjalin persaudaraan (12 %), dan supaya tidak ketinggalan jaman (3,4

%). Motivasi ganda, campuran antar berbagai motivasi tunggal tersebut di atas mencapai

28,2 %. Dalam motivasi ganda tersebut, kebugaran jasmani dan rohani tetap menjadi

pilihan, dipadukan atau divariasikan dengan motivasi lain, sehingga kalau dijumlahkan

(ganda dan tunggal ) menjadi 52,1 %.

Dengan demikian motivasi fisik yaitu untuk memperoleh kebugaran fisik dan

fsihis merupakan dorongan utama wisatawan melakukan perjalanan. Acara refreshing

ini seringkali dipadukan pula dengan motivasi sosial, status dan prestige.

Untuk responden yang berasal dari mancanegara, motivasi pariwisata umumnya

bersifat tunggal. Dominannya adalah untuk kebugaran, menambah wawasan, prestige dan

sosial. Responden dari luar P. Jawa yang utama adalah gabungan antara kebugaran dan

sosial, serta kebugaran secara tunggal. Responden dalam P. Jawa menambah wawasan

Page 18: kemenarikkan pariwisata bandung dilihat dari sisi wistawan

paling besar persentasenya, baru kemudian kebugaran dan wawasan. Untuk responden

dari DKI yang paling utama adalah kebugaran, wawasan, sosial dan campuran antara

ketiganya. Untuk responden dari Jawa dan Inti Bandung Raya kebugaran, wawasan dan

campuran adalah motivasi utamanya.

l) Aktivitas Wisata

Aktivitas pariwisata yang diakukan oleh responden erat kaitannya dengan motivasi

dan kondisi objek wisata. Rekreasi atau hanya sekedar rilek untuk melepaskan dari

segala ketegangan merupakan aktivitas dominan yang dilakukan oleh wisatawan (58,9

%). Rilek ini banyak pula yang memadukannya dengan mengunjungi teman (3.7 %),

studi (6.7 %), belanja (7.1 %), mencari peluang bisnis dan belanja (3.4 %). Total

persentase yang melakukan aktivitas rilek atau rekreasi baik dalam bentuk tunggal

maupun ganda mencapai 79,8 %. Aktivitas wisata lain yang banyak dilakukan adalah

MICE (8,3 %), belanja (1,2 %), mengunjungi teman (0,9 %) dan pengamatan atau studi

(9,8 %).

Berdasarkan daerah asal sesuai dengan jumlah sampel yang terjaring, maka

responden mancanegara aktivitas yang dominan mereka lakukan adalah MICE dan rilek.

Nasional rilek dan melihat-lihat saja, untuk menambah wawasan. P. Jawa rilek, meeting

dan studi. DKI sekedar rilek dan belanja. Jabar rilek, belanja dan menambah wawasan,

dari Inti Bandung Raya rileks dan menambah wawasan.

3. Kemenarikan dan Pengembangan Objek Wisata Bandung Persepsi Wisatawan

Pariwisata merupakan bidang yang multifacet, baik dilihat dari sisi permintaan

(demand side) maupun penawaran (supply side). Dilihat dari permintaan, objek wisata

harus menarik untuk dilihat oleh wisatawan, dan dapat memberikan berbagai alternatif

dalam beraktivitas. Daerah tujuan wisata dapat memberikan pelayanan-pelayanan yang

dibutuhkan, sehingga wisatawan menjadi senang, nyaman dan terpenuhi kebutuhannya

selama berwisata..

Dilihat dari sisi penawaran, pariwisata membutuhkan keterpaduan berbagai

sumberdaya. Sumberdaya tersebut dapat berupa iklim, variasi landscape, variasi penutup

Page 19: kemenarikkan pariwisata bandung dilihat dari sisi wistawan

lahan, keindahan, kenyamanan, kebersihan, keselamatan, keunikan, variasi aktivitas

wisata, atraksi budaya, cenderamata yang dapat dibeli, kemudahan untuk menjangkau

dan fasilitas objek wisata yang berupa toilet, rambu-rambu berwisata, informasi tentang

objek wisata, openspace untuk Tempat Istirahat Penumpang (TIP) dan pusat penerangan

bagi wisatawan (TIC).

Analisis kemenarikan secara faktual dapat dilihat dari banyaknya wisatawan yang

datang dan daya jaring wisatawan. Jumlah tamu asing yang datang ke Indonesia tahun

2001 terjadi peningkatan, demikian pula tamu asing yang datang ke Jakarta. Idealnya

tamu asing yang datang ke Jakarta dapat terjaring oleh Jawa Barat lebih dari 75 %,

namun pada kenyataannya tamu asing yang berkunjung ke Jawa Barat jauh lebih kecil

bila dibandingkan ke Jakarta yaitu hanya sekitar 26 %. Pada tahun 2001 mengalami

penurunan bila dibandingkan tahun 2000. Pertumbuhan wisatawan yang datang ke Jawa

Barat memang telah mengalami pertumbuhan yaitu 6,5 %. Pertumbuhan ini lebih rendah

dari target yang dicanangkan pemerintah yaitu 9 % sampai 13 %.

Tabel 3 Jumlah Tamu Asing yang Datang ke Indonesia, Jakarta dan Jawa Barat,

Tahun 2000 dan 2001

Datang ke Tahun 2000

(orang)

Daya Jaring

(%)

Tahun 2001

(orang)

Daya Jaring (%)

Indonesia 4 471 274 4 648 687

DKI Jakarta 625 007 13,98 682 425 14,68

Jawa Barat 162 776 26,04 174 017 25,50

Sumber : Biro Pusat Statistik Indonesia.

Dilihat dari lama tinggal menunjukkan adanya pernurunan, dari 2,77 hari pada

tahun 2000 menjadi 2,32 hari pada tahun 2001. Lama tinggal ini di bawah rata-rata

lamanya tinggal di Indonesia (3,31 hari tahun 2001), dan Jakarta (2,85 hari) pada tahun

yang sama. Kalau jumlah tamu asing yang datang ke Jawa Barat lebih rendah dari

Jakarta, tidak demikian halnya untuk wisatawan domestik yang menginap di hotel dan

bukan hotel.

Tabel 4 Jumlah Tamu Indonesia yang Menginap di Hotel dan Bukan Hotel

Datang ke Tahun 2000

(orang)

Daya Jaring

(%)

Tahun 2001

(orang)

Daya Jaring

(%)

Indonesia 28 484 619 11 100 865

DKI Jakarta 2 708 284 9,51 2 084 839 18,78

Jawa Barat 6 799 129 251,05 7 256 670 348,07

Page 20: kemenarikkan pariwisata bandung dilihat dari sisi wistawan

Sumber : Biro Pusat Statistik Indonesia.

Jumlah tamu Indonesia yang datang dan menginap di Jawa Barat menunjukkan

persentase yang jauh lebih tinggi dari Jakarta, melebihi 100 %. Menurut Data Pariwisata

Jawa Barat pada tahun 2000, jumlah wisatawan nusantara atau domestik pada tahun 2000

mencapai 19 174 141 orang, berarti 64,54 % wisatawan domestik tidak memanfaatkan

fasilitas akomodasi. Lama tinggal wisatawan domestik ternyata lebih singkat bila

dibandingkan dengan mancanegara yaitu hanya 1,73 hari untuk Indonesia, 2,10 hari

untuk Jakarta, dan Jawa Barat di bawah rata-rata Indonesia dan juga Jakarta yaitu 1,39

hari. Hal ini menunjukkan daya tarik Jawa Barat bagi wisatawan domestik cukup tinggi,

walaupun kemampuan menahan wisatawan untuk lebih lama tinggal masih terbatas,

sehingga pemanfaatan akomodasipun menjadi terbatas pula.

Tabel 5 Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan di Bandung

No Tahun Kunjungan Kunjungan Jumlah

Wisnus Wisman (orang)

1 1997 - - 1 581 119

2 1998 - - 1 722 618

3 1999 - - 1 918 981

4 2000 1 888 484 64 874 1 953 358

Daya jaring Inti Bandung Raya (termasuk di dalamnya Bandung) terhadap

wisatawan mancanegara mencapai 55,45 %. Untuk wisatawan nusantara, persentasenya

lebih kecil yaitu hanya 45,77 %. Berarti wisatawan yang datang ke Jawa Barat, hanya

sebagian saja yang berkunjung ke Bandung. Padahal Inti Bandung Raya objek wisatanya

paling banyak (56,16%) bila dibandingkan dengan seluruh objek wisata yang ada di Jawa

Barat.

Tabel 6 Daya Jaring Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara Inti Bandung

Raya, Tahun 2000

Wilayah Jumlah Wisnus

(orang)

Daya Jaring

(%)

Jumlah Wisman

(orang)

Daya Jaring

(%)

Jawa Barat 6 799 129 162 776

Inti Bandung Raya 3 112 224 45,77 90 264 55,45

Page 21: kemenarikkan pariwisata bandung dilihat dari sisi wistawan

Respon wisatawan terhadap kondisi objek wisata diukur dari variabel (a)

keragaman objek dalam satu kawasan wisata (b) keunikan objek berdasarkan persepsi

wisatawan (c) penataan lingkungan (d) kebersihan dan kerapihan (e) pelayanan (f)

Keramahtamahan penduduk (g) kelengkapan fasilitas wisata (h) kelancaran lalu lintas

menuju objek (i) keberadaan tempat parkir (j) keragaman kegiatan wisata (k) keragaman

dan keunikan cendera mata yang dapat dibeli (l) atraksi budaya yang digelar (m)

kekhasan makanan. Selain itu ditanyakan pula pentingnya vaiabel tersebut dalam

pariwisata. Akumulasi nilai penerimaan responden terhadap objek wisata menghasilkan

nilai seperti yang tercantum pada table

Tabel 7 Rangking Objek Wisata

No. Objek wisata Nilai Rangking

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Kebun Binatang

Karang Setra

Cihampeulas

Cibaduyut

Musium

Saung Ujo

278,15

292,06

307,62

301,10

287,70

305,08

6

4

1

3

5

2

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan penerimaan tiap variabel di objek wisata, berturut-turut dari yang paling

puas sampai tidak puas tercantum pada tabel

Tabel 8 Urutan Kemenarikan Komponen Pariwisata

Urutan Komponen Nilai

Pertama

Kedua

Ketiga

Keempat

Kelima

Keenam

Ketujuh

Kedelapan

Kesembilan

Kesepuluh

Kesebelas

Keduabelas

Ketigabelas

Keragaman objek

Keramahtamahan

Makanan khas

Kemenarikan objek versi wisatawan

Kualitas pelayanan

Keunikan dan keragaman cendera mata

Penataan lingkungan

Keberadaan dan kenyamanan tempat parkir

Keragaman kegiatan wisata

Kebersihan dan kerapihan

Atraksi budaya yang gelar

Kelengkapan fasilitas wisata

Kelancaran lalu lintas

477,10

442,83

438,60

434,30

373,45

327,32

316,09

316,09

306,00

289,10

281,67

280,46

243,20

Page 22: kemenarikkan pariwisata bandung dilihat dari sisi wistawan

Penerimaan responden di atas, variabel yang harus dibenahi (nilainya kecil)

adalah kelengkapan fasilitas wisata, atraksi budaya (pertunjukan seni), dan keragaman

kegiatan wisata. Menurut responden, kelancaran lalu lintas (termasuk tempat parkir),

kebersihan dan kerapihan serta penataan lingkungan menjadi prioritas yang harus

dibenahi.

Prioritas Pengembangan Pariwisata Bandung adalah :

Lalu lintas

Parkir

Atraksi budaya

Bersih & rapih

Penataan

Aktivitas wisata

Fasilitas wisata

Pelayanan

Cenderamata

Kemenarikan

Makanan khas

Ramah tamah

Keragaman

E. Kesimpulan dan Saran

Kota Bandung mempunyai banyak objek, tetapi objek wisata yang dikelola secara

khusus dan dipasarkan ke masyarakat luas hanya sebagian kecil saja (8,7 %). Penyebaran

objek mengelompok, yaitu di bagian tengah dan utara. Karakter objek umumnya budaya

khususnya MICE, belanja, tempat olah raga, gedung-gedung bersejarah dan musium.

Sebagian besar objek wisata tersebut milik swasta, seperti hotel (MICE), pusat

perbelanjaan, tempat olah raga dan tempat hiburan lainnya. Gedung-gedung bersejarah

dipergunakan sebagai gedung pendidikan, pemerintahan, perbankan, ABRI dan Polisi,

serta instansi swasta. Gedung tersebut tidak secara khusus dibuka untuk kepentingan

pariwisata. Pusat perbelanjaan menjadi objek wisata favorit bagi wisatawan nusantara,

sedangkan saung angkung Ujo bagi wisatawan mancanegara.Berdasarkan komponen

pariwisata, prioritas pengembangan berturut-turut diarahkan kepada kelancaran lalu

lintas, atraksi budaya dan keragaman kegiatan wisata.

Page 23: kemenarikkan pariwisata bandung dilihat dari sisi wistawan

Kerapihan, kebersihan, penataan lingkungan, baik di sekitar objek wisata maupun

lingkungan secara luas adalah suatu keharusan untuk memberikan rasa aman, nyaman,

genah, merenah dan tumaninah. Penataan pedagang kaki lima baik di objek wisata

maupun di pusat perbelanjaan menjadi sangat penting di Inti Bandung Raya. Hal ini tidak

hanya dapat mengatasi lalu lintas tetapi juga kenyamanan dalam berpariwisata.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Daerah Jawa Barat, 2000, Identifikasi Rumusan Forum Dialog

Menuju Masyarakat Pariwisata Jawa Barat, Makalah, Bandung.

Badan Perencanaan Nasional, homepage http://www.bappenas.go.id. Diakses tanggal 21

Setember 2001.

Biro Pusat Statistik Indonesia, homepage http://www.bps.go.id. Diakses tanggal 18

Oktober 2000, 21 September 2001, 25 Januari 2002, dan 23 Januari 2003.

Cooper, Chris, John Fletcher, David Gilbert dan Stephen Wanhill, 1993, Tourism,

Principles and Practice, London : Pitman Publishing.

Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi-Direktorat Jenderal Pariwisata-Badan

Proyek Studi Pengembangan Pariwisata,1992, Rencana Induk Pengembangan

Kawasan Pariwisata Jawa Barat, Bandung : Hexagon PT.

Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Jawa Barat, 1996, Program Kerja

Kanwil VI Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Jawa Barat Tahun

Anggaran 1995/1996.

Departemen Pariwisata Seni dan Budaya, 1999, Pariwisata Dalam Angka, Jakarta.

Direktorat Jenderal Pariwisata Jawa Barat, 1996, Pembangunan dan Prospek Pariwisata

Jawa Barat, Bandung..

Gunn, Clare A., 1979a, Tourism Planning, New York : Crana Russak.

Gunn, Clare A., 1979b, “Land Assessment for Tourism Development:” dalam

Proceeding, Tourism Strategies Their Development and Implementation, Canada :

The Travel Research Association.

Hadinoto, 1996, Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata, Jakarta UI Press.

Intosh, Mc. Robert dan Charles Geoldner, 1984, Tourism Principles, Practices,

Philosophies, Ohio : Gris Publishing.

Kunto, Haryono, 1984, Wajah Bandoeng Tempo Doeloe, Bandung : Granesia

Maryani, 1997, “Kiprah Geografi Dalam Kepariwisataan”. dalam Geosfer 1-1, hal. 25-

31.

Pearce Douglas.G, 1989, Tourism Development, London : Longman

Pemerintah Kota Bandung Dinas Pariwisata, 2000, Rencana Strategis Dinas Pariwisata

Kota Bandung Tahun 2001-2007.

Smith, Stephen, 1983, Recreation Geography, London : Longman.

World Tourism organization, Juni 2002, homepage http://www.world-tourism.org/market_research/data/mean.html Diakses 23 Januari 2003.