21
14 Masalah Kenajisan Babi Mata Kuliah :Perbandingan Madzhab DosenPengampu :Ali Trigiyatno, M.Ag Disusunoleh : Achmad Munif : 201109009 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI Masalah Kenajisan babi

kenajisan bagi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MASALAH KENAJISAN BABI

Citation preview

Page 1: kenajisan bagi

14

Masalah Kenajisan Babi

Mata Kuliah :Perbandingan Madzhab

DosenPengampu :Ali Trigiyatno, M.Ag

Disusunoleh :

Achmad Munif : 201109009

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) PEKALONGAN

Masalah Kenajisan babi

Page 2: kenajisan bagi

14

KATA PENGANTAR

Allhamdulillah, segala puji hanya semata-mata bagi Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayah bagi kita semua sehingga kita biasa menjalankan aktifitas

yang mudah-mudahan diridhoi oleh Allah SWT.

Dan semoga shalawat serta salam tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi agung

Muhammad SAW yang mana beliau adalah rohmatul umat sohibussafa`ah, serta mudah-

mudahan shalawat beliau sampai kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya dan orang-orang

menjalankan syari`atnya amiin allhuma amiin.

Al-Qur`an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan sekaligus menjadi

pedoman bagi umat muslim dimana sudah pasti didalamnya terkandung semua pedoman

hidup yang perlu dikaji difahami dan diaplikasikan serta dapat mempelajari hal-hal yang

berkaitan dengan pemberian.

Maha Adil dan Maha Suci Allah, Tuhan yang tidak bisa kita kenali dengan indera dan

akal pikiran, Tuhan yang tidak bisa dipahami pemerintahan dan kerajaan-Nya oleh jiwa raga

manusia. Cukuplah Allah SWT bagi saya, dan Dia sebaik – baik tempat berserah diri.Segala

kekurangan dan kehilafan adalah milik kita sebagai manusia biasa dan kesempurnaan adalah

milik Allah SWT, maka apabila terdapat kesalahan pada penyusunan makalah ini saya mohon

maaf yang sebesar – besarnya.

Penulis

Masalah Kenajisan babi

Page 3: kenajisan bagi

14

A. Pendahuluan

Babi adalah sejenis hewan ungulata yang bermancung panjang danberhidung leper dan

merupakan hewan yang aslinya berasal dari Eurasia.Kadang juga dikenali sebagai khinzir

(perkataan Arab). Babi adalahomnivora, yang berarti mereka mengkonsumsi baik daging

maupun tumbuh-tumbuhan.Selain itu, babi adalah salah satu mamalia yang paling pintar,dan

dilaporkan lebih pintar dan mudah dipelihara dibandingkan dengananjing dan kucing.

Babi adalah binatang yang paling jorok dan kotor, Suka memakan bangkaidan

kotorannya sendiri & kotoran manusia pun dimakannya. Sangat sukaberada pada tempat yang

kotor, tidak suka berada di tempat yang bersih dankering. Babi hewan pemalas dan tidak suka

bekerja (mencari pakan), tidaktahan terhadap sinar matahari, tidak gesit, tapi makannya rakus

(lebih sukamakan dan tidur), bahkan paling rakus di antara hewan jinak lainnya. Jikatambah

umur, jadi makin malas dan lemah (tidak berhasrat menerkam danmembela diri). Suka dengan

sejenis dan tidak pencemburu. A.V. Nalbandovdan N.V. Nalbandov (Buku : Adaptive

physiology on mammals and birds).

Umumnya para ulama menyamakan hukum babi dengan anjing. Sehingga yang

berpendapat seluruh anggota badan anjing najis mughaladzah akan menajiskan pula seluruh

badan babi. Begitu juga dengan yang lain1. Dalil yang digunakan adalah Firman Allah ta’ala :

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan

binatang yang disebut selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa sedang dia

tidak menginginkannya dan tidak melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Baqarah: 173)

1Pernyataan itu juga di jelaskan oleh Teungku Muhammad Hasbi Ash-shiddieqy dalam bukunya “Hukum-hukum fiqih islam” Cet. 1. Semarang: Pustaka Rizki Putra. Hal. 17. Dan Al Ustaz H. Idris Ahmad S.H. Fiqih Syafi’i, Fiqih Islam menurut Mazhab Syafi’i .Cetakan kelima. Jakarta: Karya indah. Hal. 24.

Masalah Kenajisan babi

Page 4: kenajisan bagi

14

B. Ragam Pendapat Ulama

Para ulama’ berbeda pendapat dalam menetapkan bagian mana saja dari tubuh

anjing/babi yang bisa menerbitkan najis berat tersebut. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

Rahimahullah berkata:  “Adapun anjing, para ulama terbagi atas tiga pendapat:

Asy Syafi’i dan Jumhur (mayoritas) ulama serta salah satu dari dua riwayat (pendapat)

Imam Ahmad berpendapat bahwa najisnya adalah umum untuk seluruh badan dan

bulunya, dan mencuci dengan cara seperti ini juga berlaku secara umum.

Pendapat yang Masyhur dari Imam Malik dan Dawud berpendapat bahwa hukum

tersebut hanya sebatas untuk lidah dan mulut anjing, anjing adalah suci termasuk

liurnya,2mereka memandang bahwa perkara mencuci ini adalah dalam rangka

ta’abbudi (ibadah) bukan semata-mata karena najis.3 Perkara ibadah hanya dibatasi

pada nash dan tidak melebihinya karena tidak adanya illah (alasan hukum).

Madzhab Malikiyah juga ber pendapat bahwa secara mutlak tidak ada kenajisan pada

semua jenis hewan bahkan hewan anjing dan babi sekalipun dan sesuatu yang lahir

dari keduanya dianggap suci.4

madzhab yang masyhur dari Abu Hanifah berpendapat bahwa Bahwa air liurnya

adalah najis, dan bulunya adalah suci, ini merupakan riwayat yang didukung oleh

mayoritas pengikutnya, dan ini juga riwayat lain dari Ahmad. Inilah pendapat yang

lebih kuat.” (Majmu’ al Fatawa, 5/51)

Madzhab Hanafiyah juga berpendapat bahwa tidak ada kenajisan dalam diri hewan

kecuali hanya babi saja.5

Pendapat lain yang sedikit senada dengan pendapat Madzhab Malikiyah juga di

kemukakan oleh A. Hassan dkk dalam bukunya yang berjudul soal jawab tentang berbagai

masalah agama di sebutkan bahwa : daging babi itu menurut qur’an haram dimakan tetapi

tidak ada keterangan yang mengatakan wajib dicuci badan, pakaian, atau tempat shalat yang

terkena babi. Dalam hal ini ia alasanya ialah Daging babi serupa racun. Racun haram

2Abdurrahman bin Muhammad ‘audh al-Jaziriy. Kitab al-Fiqh ‘Ala al-Madzahib al-Arba’ah. Beirut Lebanon: Daru Ihya’ al-Turats al-Araby. Juz l. Hal. 203 M. Quraish Shihab. Menjawab 1001 Soal Keislaman yang patut anda ketahui. 2008. Jakarta: Lentera Hati. Hal. 8024Abdurrahman bin Muhammad ‘audh al-Jaziriy.Op.cit., Hal. 165Ibid.,Hal. 16

Masalah Kenajisan babi

Page 5: kenajisan bagi

14

dimakan, tetapi tidak ada keterangan yang menyatakan itu najis yang mesti dicuci. Begitu

juga arak.6

Adapun daging babi itu najis dalam syara’, masuk bagian kedua, yaitu najis yang tidak

boleh dimakan dan bukan najis menurut bahasa, karena manusia tidak memandang babi najis,

melainkan orang islam, lantaran diharamkan oleh agamanya.7

C. Dalil-Dalil Masing-Masing Dan Metode Istinbathnya

Dalil yang digunakan Asy Syafi’i dan Ahmad serta Jumhur (mayoritas) ulama:

Dalil yang digunakan kelompok ini adalah : Bahwasanya Rasulullah shallallahu

'alaihi wasallam diundang ke rumah satu kaum lalu beliau memenuhi undangan tersebut,

kemudian baginda diundang ke rumah satu kaum yang lain namun beliau tidak memenuhinya.

Lalu ketika ditanyakan hal ini,  beliau menjawab: “Sesungguhnya pada rumah si fulan itu ada

anjing.” Lalu dikatakan lagi: “Dalam rumah si fulan (undangan pertama) ada kucing.

Rasulullah Saw menjawab: “Sesungguhnya kucing bukan najis.”

Keterangan hadits :

Hadits diatas diriwayatkan oleh Daraquthni, dan juga oleh imam Ahmad, al-Hakim,

al-‘Uqaili dalam al-Dhu‘afa’ dan al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra; semua dari  jalan

‘Isa bin al-Musayyab, dari Abi Zur’ah, daripada Abi Hurairah.

Al Imam Daruqutni dan al Hakim memandang bahwa isnad hadits ini baik, tetapi di

dha’ifkan oleh Syaikh ‘Adl Ahmad ‘Abd al-Mawjud dan Syaikh ‘Ali Muhammad

Ma’wudh ketika mentakhrij hadis tersebut.

Berkata al-Hakim: “Dan ‘Isa bin al-Musayyab berseorangan daripada Abi Zur’ah

kecuali bahawasanya beliau benar (shaduq) dan tidak tidak dicela secara pasti.”

Namun ini kemudiannya diikuti dengan komentar al-Zahabi: “Berkata Abu Daud

(tentang ‘Isa bin al-Musayyab): Dha’if. Berkata Abu Hatim: Tidaklah dia kuat.”

Imam Ash Shan’aniRahimahullah berkata : “perintah membasuh bejana adalah

karena liurnya anjing, hal ini menunjukkan dhahir (isyarat nyata) bahwa Mulut anjing adalah

6 A. Hasan, soal-jawab tentang berbagai masalah agama. Cet l, Bandung: CV.Diponegoro, 1997, Jilid l, Hal. 35-367Ibid, Hal. 39

Masalah Kenajisan babi

Page 6: kenajisan bagi

14

najis (karena tempat melekatnya air liur). Ketika dia menjilati seluruh badannya maka itu

menjadi qiyas (atas kenajisan seluruh badannya).” (Subulus Salam, 1/22).

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dasra-dasar istibath kelompok ini

yaitu berupa hadits dan qiyas. Wallahu A’lam bish shawab.

Dalil yang digunakan Masyhur dari Imam Malik dan Dawud:

Mereka berdalil dengan firman Allah Swt :

“Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang Dihalalkan bagi mereka?". Katakanlah:

"Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang

telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang

telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan

sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya). dan bertakwalah kepada

Allah, Sesungguhnya Allah Amat cepat hisab-Nya.” (Al Maidah : 4)

Dalam Hal ini A. Hassan juga mempunyai dalil, dalil yang digunakan yaitu babi

menurut ayat al-Qur’an haram dimakan, dan tidak ada keterangan yang mengatakan najisnya.

Allah berfirman:

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi,(Q. Al-Maidah 3)

Haram dalam ayat tersebut tidak menunjukkan kepada kenajisannya, begitu juga arak

dan lain sebagainya seperti racun umpamanya, haram dimakan tetapi tidak najis untuk

dipegang.

Dalam asas islam bahwa suatu barang itu asalnya suci dan halal, maka tidak ada

pernyataan najis atau haram kalau tidak ada keterangan yang mengharamkan atau yang

menajiskan. Dalam firman Allah:

Masalah Kenajisan babi

Page 7: kenajisan bagi

14

Sesungguhnya Allah Telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, (Q. Al-An’am, 119)8

An-Nawawi juga mengatakan: pendapat yang rajih menurut dalil, ialah kita cukup

membasuh sesuatu yang dinajiskan babi sekali saja dengan tidak memakai tanah. Alasanya,

mengingat bahwa asal suatu hukum ialah tidak wajib mengerjakan sesuatu sehingga datang

dalil syar’i yang mewajibkan.9

Kelompok ini memaknai Al-qur’an secara letterlek mengenai masalah kenajisan babi,

sehingga mereka menganggap bahwa tidak ada dalil atau hadits yang menerangkan/

menyatakan bahwa babi itu najis secara keseluruhan. Dan ini menjadi dasar mereka

menetapkan bahwa kenajisan itu hanya ada pada lidah dan mulutnya saja.

Dalil yang digunakan Madzhab yang masyhur dariAbu Hanifah:

Berikut ini diantara pernyataan ulama yang memegang pendapat ini :

Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah:  “ Jika anjing menjilat ke dalam wadah yang

berisi makanan kering, hendaklah dibuang bagian yang terkena jilatan dan sekelilingnya,

sedangkan yang sisanya masih tetap bisa digunakan. Ada pun bulu anjing, menurut pendapat

yang kuat adalah yang menyebutnya najis.” (Fiqhus Sunnah, 1/28).

Perkataan Sayid Sabiq yang mengatakan bulu, artinya adalah seluruh badan Anjing, karena

tubuh anjing tertutupi oleh bulunya.

D. Kritik Terhadap Dalil Dan Istidlalnya

Malikiyah - berkata, setiap sesuatu yang hidup itu suci secara aini, bahkan anjing

atau babi sekalipun, dan Hanafi setuju atas kesucian anjing selama anjing itu masih hidup, itu

pendapat yang rajih, tetapi Imam Hanafi mengatakan najis air liur pada saat masih

hidup tergantung pada kenajisan daging setelah kematiannya. Jika anjing atau babi itu masuk

8A. Hasan, soal-jawab tentang berbagai masalah agama. Cet l, Bandung: CV.Diponegoro, 1997, Jilid l, Hal. 33-349Teungku Muhammad Hasbi Ash-shiddieqy dalam bukunya “Hukum-hukum fiqih islam” Cet. 1. Semarang: Pustaka Rizki Putra. Hal. 17.

Masalah Kenajisan babi

Page 8: kenajisan bagi

14

ke sumur dan keluar masih dalam keadaan hidup, dan mulutnya tidak mengenai air serta tidak

merubah sifat-sifat air ,maka hukum air tersebut tetap dihukumi suci dan tidak menajiskan.10

Hadits yang digunakan malikiyah adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اب� ��ر �الت ب �ه%ن# %وال أ ات* م�ر# �.ع ب �س �ه% ل �غ.س� ي �ن. أ �ل.ب% .ك ال ف�يه� ��غ و�ل �ذ�ا إ %م. �ح�د�ك أ �اء� �ن إ ط%ه%ور%“Sucinya bejana di antara kalian yaitu apabila anjing menjilatnya adalah dengan dicuci

tujuh kali dan awalnya dengan tanah.” (HR. Muslim no. 279)

Dalam hadits lain dikatakan,

�ل.ب% .ك ال ��غ و�ل �ذ�ا إ“Apabila anjing menjilat (bejana).” (HR. Muslim no. 279)

Seluruh hadits yang menjelaskan hal ini, semuanya menggunakan

lafazh walagho (minum dengan ujung lidah) dan tidak menyebutkan anggota tubuh yang

lainnya. Kalau bagian tubuh anjing lainnya mau dikatakan najis, maka ini hanya bisa

dilakukan melalui qiyas (analogi).

Berikut beberapa qiyas yang bisa dilakukan, namun hal ini disanggah oleh Syaikhul Islam

Ibnu Taimiyah.

Pendapat Imam Syafi’i, Semua jenis hewan itu hukumnya suci, kecuali anjing dan

babi dan sesuatu yang keluar dari keduanya atau salah satu dari keduanya. Baik itu keturunan

(anak), kotoran ataupun air kencingnya. Karena keduanya merupakan najis ‘aini. Hal ini

sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat al-An’am ayat 145:

Katakanlah: "Tiadalah Aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang

diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau

darah yang mengalir atau daging babi - Karena Sesungguhnya semua itu kotor - atau

binatang yang disembelih atas nama selain Allah. barangsiapa yang dalam keadaan

terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka

Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha penyayang".

10Abdurrahman bin Muhammad ‘audh al-Jaziriy, Op.cit., hal.20

Masalah Kenajisan babi

Page 9: kenajisan bagi

14

Bahkan najis anjing dan babi lebih berat dari pada najis-najis yang lainnya

(mughaladhah), menurut DR. Musthafa dieb al-Bigha dalam kitabnya At-Tadzhib fi Adillat

Matn Al-Ghayat wa at-Taqrib menyatakan bahwa “bejana yang terkena jilatan anjing dan

babi harus dibasuh tujuh kali dan salah satunya dicampur dengan debu”.11 Hal ini sebagaiman

diterangkan dalam hadit:

ول0 الل,ه*) س0 ال) ر) ال) : ق) ي) الل,ه0 ع)ن7ه0 ق) ض* ة) ر) ي7ر) ر) ب*ي ه0( و)ع)ن7 أ

يه* ال7ك)ل7ب0 ل)غ) ف* د*ك0م7 إذ)ا و) ور0 إن)اء* أ)ح) ل,م) ط0ه0 ل,ى الل,ه0 ع)ل)ي7ه* و)س) ص)ل*مU و)ف*ي ه0 م0س7 ج) ر) اب* أ)خ7 ه0ن, ب*الت]ر) ات أ0وال) ر, ب7ع) م) ل)ه0 س) أ)ن7 ي)غ7س*

dذ*ي م* ل*لتdر7 ه0 و) ل7ي0ر*ق7 ظ ل)ه0 ف) ه0ن,  ل)ف7 و7 أ0وال)( اه0ن, أ ر) أ0خ7

E. Tarjih Dengan Menyebutkan Alasan-Alasannya

Memperhatikan keterangan dan penjelasan dalil-dalil diatas dapat disimpulkan bahwa

Pendapat pertama lebih rajih (unggul) dengan alasan-alasan sebagai berikut:

Ditemukan di dalam badan anjing/babi beberapa bagian yang lebih najis dan lebih

kotor dari mulut dan lidahnya.

Asal di dalam hukum adalah ta’lil, maka dibawa kepada yang umum.

Sekarang tampak bahwa najisnya anjing/babi adalah najis mikroba, maka sudah tidak

menjadi hukum yang bisa dicari illahnya, hanyalah hukumnya berdasarkan hikmah

yang jelas.Imam Asy Syafi’i berkata, “seluruh anggota badan anjing berupa

tangannya, telinganya, kakinya, atau anggota badan apapun jika masuk ke dalam

wadah, maka wadah tersebut dicuci tujuh kali setelah menumpahkan isi (air) di dalam

wadah.12

Dalam fiqh empat mazhab al Jaziri disebutkan tentang penetapan kalangan syafi’iyah

bahwa seluruh badan anjing/ babi adalah najis. karena tingkah babi tidak jauh beda

dengan anjing.13

Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh imam muslim dalam haditsnya, dari Nabi saw

bersabda:

11DR. Musthafa dieb al-Bigha. At-Tadzhib fi Adillat Matn Al-Ghayat wa at-Taqrib. Beirut: Darul Fikri. Hal. 34-

35

12Di kutip dari freeware Bulughul Marom yang diterjemahkan dari kitab Taudhihul Ahkam min Bulughil Marom karya Syaikh Abdullah Al Bassam hafizhohullah.13 Abdurrahman bin Muhammad ‘audh al-Jaziriy. Kitab al-Fiqh ‘Ala al-Madzahib al-Arba’ah. Beirut Lebanon: Daru Ihya’ al-Turats al-Araby. Juz l. Hal.20

Masalah Kenajisan babi

Page 10: kenajisan bagi

14

اذا ولllغ الكلب في إنllاء أحllدكم فليرقllه ثم ليغسllله

سبع مرات

Dan pendapat ini pula yang dipegang oleh sebagian besar ulama kalangan Hanbaliyah. (Lihat

Fiqh al-Islami wa ‘Adilatuhu,1/305, Mughni Al-Muhtaj, 1/78, Kasy-syaaf Al-Qanna` 1/ 208,

Al-Mughni 1/52)

Kelompok pertama ini berargumen dengan hadits :  “Jika Seekor Anjing minum di

bejana kalian, maka cucilah tujuh kali.” (Mutafaqqun ‘alaih)

Mereka mengatakan : Perintah dalam hadits untuk membasuh bejana ketika anjing

menjilatnya menunjukkan bahwa apa yang terbit dari anjing/babi adalah benar-benar

najis yang berat. Jika tidak demikian, tentu Nabi cukup memerintahkan untuk

membuang sisa  air yang diminum anjing/babi tersebut. Sehingga kalangan yang

memegang pendapat ini menyatakan,  adalah tidak mungkin najisnya anjing/babi

hanya berasal dari mulut dan air liurnya saja. Sebab sumber air liur itu dari badannya.

Maka badannya itu juga merupakan sumber najis. Termasuk air yang keluar dari tubuh

itu juga, baik kencing, kotoran dan juga keringatnya. Lagi pula anjing memiliki

kebiasaan menjilat-jilat tubuhnya, sehingga tubuhnya terlumuri oleh liurnya yang

najis.

Prof. Thobaroh berkata di dalam bukunya “ruhuddin al islamiy”, “di antara hukum

islam adalah menjaga badan dari najisnya anjing/babi. Ini adalah mukjizat ilmiah bagi Islam

yang telah mendahului ilmu kedokteran modern, dimana telah ditetapkan bahwa anjing/babi

menularkan kebanyakan dari penyakit kepada manusia. Sebab anjingmengandung cacing pita

yang dapat menyebabkan penyakit kronis berbahaya bagi manusia. Telah ditetapkan bahwa

seluruh jenis anjing tidak terlepas dari cacing pita ini, maka harus dijauhi dari seluruh hal

yang berhubungan dengan makanan dan minuman manusia.”14

14Di kutip dari freeware Bulughul Marom yang diterjemahkan dari kitab Taudhihul Ahkam min Bulughil Marom karya Syaikh Abdullah Al Bassam hafizhohullah.

Masalah Kenajisan babi

Page 11: kenajisan bagi

14

PENUTUP

KESIMPULAN

Para ulama’ berbeda pendapat dalam menetapkan bagian mana saja dari tubuh

anjing/babi yang bisa menerbitkan najis berat tersebut.

Asy Syafi’i dan Jumhur (mayoritas) ulama serta salah satu dari dua riwayat (pendapat)

Imam Ahmad berpendapat bahwa najisnya adalah umum untuk seluruh badan dan

bulunya.

Pendapat yang Masyhur dari Imam Malik dan Dawud berpendapat bahwa hukum

tersebut hanya sebatas untuk lidah dan mulut anjing.

madzhab yang masyhur dari Abu Hanifah berpendapat bahwa Bahwa air liurnya

adalah najis, dan bulunya adalah suci.

Dari ketiga pendapat diatas qaul yang lebih rajih/unggul yaitu pendapat kelompok pertama,

yang menyatakan bahwa semua badan anjing atau babi dihukumi najis.

SARAN

Saya selaku penulis, hanyalah manusia biasa yang banyak salah tentunya, dan kami

meminta partisipasi dari pembaca untuk mengoreksi dan mengkritisi makalah ini.

Untuk itu saya sangat membuka lebar-lebar pintu kritik dan saran yang membangun untuk

materi makalah selanjutnya.

Masalah Kenajisan babi

Page 12: kenajisan bagi

14

DAFTAR PUSTAKA

DR. Musthafa dieb al-Bigha. At-Tadzhib Fi Adillat Matn Al-Ghayat Wa At-Taqrib.Beirut:

Darul Fikri

DR. Musthafa al-Khin dan DR. Musthafa al-Bigha. Al-Fiqh Al-Manhaji ‘Ala Madzhab Al-

Imam Al-Syafi’i. Dimasyqa: Darul Qalam

Hassan dkk.. Soal-jawab Tentang Berbagai Masalah Agama, Cet. 1. Bandung: CV.

Diponegoro. 1997 Jilid l

Al-Hafidz Ibn Hajar Al-‘Asqalany. Bulughul Maram Min Adilat Al-Ahkam, Surabaya: Toko

Kitab Al-Hidayah. Beserta E-Booknya Bulughul Maram Min Adilat Al-Ahkam. Versi

3.01

Abi Abdil Mu’thi Muhammad Ibn Umar Ibn Ali Nawawie. Nihayatu Az-Zain Fi Irsyadi Al-

Mubtadi’in. Beirut Lebanon: Darul Fikri

Abdurrahman bin Muhammad ‘Audh al-Jaziriy. Kitab Al-Fiqh ‘Ala al-Madzahib Al-Arba’ah.

Beirut Lebanon: Daru Ihya’ al-Turats al-Araby. Juz l

http://ad-dai.blogspot.com/2011/03/masalah-kenajisan-anjing.html. di akses pada tanggal

07/04/2012 jam 12:12

M. Quraish Shihab. Menjawab 1001 Soal Keislaman Yang Patut Anda Ketahui. Jakarta:

Lentera Hati. 2008

Google. fakta-ilmiah-tentang-keharaman-babi./ yogapw.wordpress.com. Di akses pada

tanggal 02-04-2012

http://rumaysho.com/hukum-islam/thoharoh/2982-apakah-seluruh-tubuh-anjing-itu-najis.html.

di akses pada tanggal 10/04/2012 10:57

Teungku Muhammad Hasbi Ash-shiddieqy. Hukum-hukum Fiqih Islam. Cet. 1. Semarang: Pustaka Rizki Putra. 1997

Al Ustaz H. Idris Ahmad S.H. Fiqih Syafi’i, Fiqih Islam menurut Mazhab Syafi’i.Cet kelima. Jakarta: Karya indah. 1984

Muhammad Bagir Al-Habsyi. Fiqih Praktis, Menurut Al-Qur’an, As-Sunnah, Dan Pendapat para Ulama. Cet. Pertama. Bandung: Penerbit Mizan. 1999

Masalah Kenajisan babi

Page 13: kenajisan bagi

14

Biografi Singkat Pemakalah

Achmad Munif lahir pada tanggal 21 Mei 1988 di suatu desa, tepatnya di

desa pegangon kec, karangdadap kab, Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia.

Anak ke enam dari H. Jamal dan Hj. Rukayah.

Pendidikan formalnya ditempuh di MI Bustanul Iman Pegandon (angkatan

2001), kemudian hijrah dari tempat kelahiran untuk melanjutkan

pendidikannya di suatu desa yang terpencil tepatnya di desa Tremas kec,

Arjosari kab, Pacitan jawa timur hingga tamat aliyah pada tahun 2008 M.

Saat ini penulis sedang mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

Pekalongan(STAIN) jurusan Syari’ah Ahwal Asy-Syakhshiyyah program S1 angkatan 2009.

Pemuda ini memiliki keinginan untuk menjadi seorang yang berguna dan bermanfaat untuk

masyarakat setempat sebagaimana hadits Nabi:

خير الناس أنفعهم للناسSelain itu berkeinginan besar dan usaha untuk suatu hari nanti dapat menginjakan kakinya di

tanah suci Mekkah.Motto hidupnya “hidup didunia

hanya sekali” dengan tekad dan kepercayaan terhadap Allah SWT penulis selalu

berusaha untuk tidak menyia-nyiakan setiap waktu yang diberikan untuknya.

Masalah Kenajisan babi