Upload
truonghanh
View
236
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
KEPEMIMPINAN KH. AHMAD ZABIDI
DALAM MENGEMBANGKAN TAREKAT SYATTARIYAH
DI GIRILOYO, WUKIRSARI, IMOGIRI, BANTUL
(1991-2007)
SKRPISI
Diajukan Kepada Fakultas Adab Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)
Program Studi Sejarah Kebudayaan Islam
Oleh:
SAIFUDDIN NIM. 02121034
FAKULTAS ADAB JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2008
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
ii
MOTTO
“Jika pemimpin menunjukkan kecakapan, perhatian kepada orang lain
secara tulus, dan karakter yang terpuji maka rakyat akan mengikutinya”∗
∗ Jhon C. Macwell, 101 Kepemimpinan : Inspirasi dan Wacana bagi Pemimpin, Jakarta:
Mitra Media Publisher, 1997, hlm. 132
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan memanjatkan puji Syukur kepada Allah SWT
Kupersembahkan skripsi ini untuk :
Bapak dan Ibu yang tak kenal lelah membimbing dan mengarahkan
dengan kesabaran dan penuh kasih sayang, Adik dan kekasihku, serta
25 tahun kehidupanku.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
iv
KATA PENGANTAR
.الرحيم الرمحن اهللا بسم إالّاهللا الإله ان أشهد .والدين الدنيا أمور على نستعني وبه العاملني رب هللا احلمد األنبياء أشرف على وبارك وسلّم صلّ اللّهم .اهللا رسول حممدا أن وأشهد
.بعد أما .أمجعني وأصحابه أله وعلى حممد سيدنا واملرسلني
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya yang tiada terhingga kepada semua
makhluk ciptaan-Nya dan shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, para sahabat serta pengikutnya
hingga akhir zaman.
Skripsi dengan judul “Kepemimpinan KH. Ahmad Zabidi Dalam
Mengembangkan Tarekat Syattariyah di Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul
1991-2007”, adalah merupakan persembahan penulis kepada almamater tercinta
sebagai tugas akhir untuk mencapai gelar sarjana Humaniora (S.Hum) jenjang
pendidikan Strata Satu. Semoga hasil penelitian yang selama ini penulis lakukan
dapat bermanfaat dan dimanfaatkan bagi kepentingan umum. Penulis menyadari
bahwa skripsi yang penulis susun ini tidak akan terwujud sesuai yang diharapkan
tanpa adanya bantuan yang berharga dari berbagai pihak, baik berupa bantuan
moril maupun spiritual.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis berharap semoga bantuan
yang telah mengiringi segala aktifitas penulis selama penelitian dan penyusunan
skripsi ini menjadi amal dan mendapatkan balasan serta ridlo Allah SWT.
Penulis ingin menghaturkan terima kasih yang teramat dalam kepada:
1. Bapak Dr. H. Syihabuddin Qalyubi, Lc., M.Ag selaku Dekan Fakultas Adab
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
v
2. Bapak Drs. H. Mundzirin Yusuf, M.Si, selaku Kajur SKI dan Bapak Drs.
Sujadi, MA selaku Sekjur SKI
3. Bapak Drs. Dudung Abdurahman, M.Hum, selaku pembimbing skripsi yang
penuh kesabaran dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi
4. Bapak Maharsi, SS., M.Hum, selaku penasehat Akademik
5. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
6. Para informan yang telah memberikan data yang diperlukan dalam penulisan
skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan perhatian, do’a dan kasih sayangnya.
8. Teman-teman angkatan 2002 baik kelas A, B dan C yang saya cintai, terima
kasih atas kebersamaan yang telah kalian berikan.
9. Sahabat jiwaku “Handaliana” terimakasih atas motivasinya yang telah
diberikan selama ini.
Akhirnya penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan dalam arti sebenarnya, oleh karena itu kritik dan saran dari
berbagai pihak akan menjadi suatu sumbangan yang sangat berarti yang akan
penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat
bagi semua pihak khususnya penulis sendiri dan umumnya bagi perkembangan
ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 31 Maret 2008
Penyusun
Saifuddin
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah.................................................. 7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................ 8
D. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 8
E. Landasan Teori ........................................................................... 10
F. Metode Penelitian....................................................................... 13
G. Sistematika Pembahasan ............................................................ 15
BAB II GAMBARAN UMUM TAREKAT SYATTARIYAH DI
GIRILOYO, WUKIRSARI, IMOGIRI, BANTUL……………... 17
A. Pengertian dan Asal-usul............................................................ 17
B. Ajarannya ................................................................................... 29
C. Struktur Organisasi Tarekat........................................................ 34
D. Pengaruh Tarekat terhadap Masyarakat .................................... 46
BAB III AUTOBIOGRAFI KH. AHMAD ZABIDI.................................... 50
A. Keluarga...................................................................................... 50
B. Pendidikan................................................................................... 52
C. Sosial Keagamaan....................................................................... 55
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
vii
BAB IV TIPE KEPEMIMPINAN KH. AHMAD ZABIDI DALAM
MENGEMBANGKAN TAREKAT SYATTARIYAH DI
GIRILOYO, WUKIRSARI, IMOGIRI, BANTUL……………. 58
A. Kharismatik dalam Pembinaan Jama’ah .................................... 58
B. Tradisional dalam Interaksi dengan Masyarakat........................ 61
C. Rasional dalam Pengembangan organisasi................................. 62
BAB V PENUTUP………………………………………………………… 66
A. Kesimpulan................................................................................. 66
B. Saran........................................................................................... 67
C. Kata Penutup .............................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
ABSTRAKSI
Tarekat Syattariyah adalah tarekat yang mengacu pada Abdullah Syattar. Tarekat ini termasuk salah satu organisasi dari perkumpulan tarekat mu’tabarah yaitu tarekat-tarekat yang telah diselidiki dan diterima dalam kalangan Nahdatul Ulama (NU) yang diadakan pada tanggal 19 dan 20 Rabi’ul Awal 1377H/10 Oktober 1957 M. Didalam ajarannya, tarekat Syattariyah lebih menekankan pada pengucapan tahlil yang ditujukan untuk mengagungkan asma Allah dan keindahan Allah. Lafal tahlil ini diucapkan setelah sholat Isya’ dan Shubuh sebanyak 100 kali dalam setiap harinya.
Menurut beberapa sejarawan, tarekat Syattariyah pada abad XVI telah dikembangkan oleh Abdurrauf dari Aceh, tarekat ini disebarkan sampai ke Jawa yang diawali dari Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, sampai Jawa Timur oleh seorang muridnya, yaitu Abdul Muhyi.
Sedangkan tarekat Syattariyah di Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul pertama kali diperkenalkan oleh KH. Mohammad Romli kemudian diteruskan oleh KH. Ahmad Mazuqi dan KH. Ahmad Zabidi sampai sekarang. Di bawah kepemimpinannya, tarekat Syattariyah dibawanya mengalami perkembangan yang sangat berarti dimulai dengan adanya pembukuan kitab amalan untuk para jama’ah dilanjutkan dengan terstukturisasinya pelaksanaan amalan harian tarekat sampai dengan terencananya pengajian rutin untuk para jama’ah. Dalam setiap pelaksanaanya (pengajian), jama’ah yang datang tidak hanya datang dari lingkungan wilayah masyarakat Giriloyo saja akan tetapi datang dari berbagai lapisan penjuru Bantul. Bahkan sangking ramainya jama’ah yang mengikuti pengajian maka pada tahun 2000 dikembangkan sistem visualisasi melalui TV yang dipasang di rumah-rumah penduduk kompleks sekitar dan halaman terbuka.
Berdasarkan kecenderungan ini, penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang tarekat Syattariyah. Agar pembahasannya tidak terlalu melebar maka penulis memfokuskan pembahasannya pada kepemimpinan KH. Ahmad Zabidi dalam mengembangkan tarekat Syattariyah di Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul (1991- 2007). Tahun 1991 KH. Ahmad Zabidi menjabat sebagai mursyid, sedangkan tahun 2007 M sebagai batas akhir dari penelitian ini, karena pada tahun ini tarekat mengalami perkembangan yang sangat berarti.
Sedangkan untuk metode penelitiannya penulis menggunakan empat metode yaitu: Heuristik, Kritik Sumber, Intepretasi dan Penafsiran, Historiografi.
Mengenai landasan teori, penulis menggunakan teorinya Max Weber yakni tentang teori kepemimpinan. Weber membagi tipe kepemimpinan yang muncul kedalam tiga kategori yang berbeda yaitu kharismatik, tradisional, dan Rasional. Didalam pendekatannya penulis menggunakan pendekatan historis dan biografis yaitu pendekatan yang menjelaskan tentang catatan masa lampau kehidupan seorang tokoh.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Para ahli berpendapat bahwa Islamisasi Indonesia sampai sekarang masih
berlanjut. Ini harus diartikan bahwa Islam yang datang ke Indonesia harus melewati
jalan, rentang waktu, serta corak pemikiran yang panjang dimulai dari Islam datang
dari pelabuhan-pelabuhan, diperkenalkan, disebarkan, dikembangkan, dan
dimantapkan.
Islam yang datang ke Indonesia melalui transportasi laut menyusuri pantai
laut Merah, Yaman, Handramaut, Gujarat, pulau Seylon, teluk Benggala selanjutnya
sampai Patani (Thailand) baru sampai ke Perlak. Dari Perlak menyusuri Banten,
Gresik terus ke timur melalui Mataram (Lombok) ke Maluku, tempat itu masing-
masing mempunyai peranan dalam perkembangan Islam. Dalam perkembangannya
kemudian, jaringan hubungan seperti ini terus berlanjut timbal balik dari abad ke
abad, generasi ke generasi. Mula-mula berupa jaringan perdagangan, berlanjut kepada
jaringan ulama sebagaimana disebutkan oleh Azyumardi Azra, selanjutnya kepada
jaringan tasawuf-tarekat, sehingga perubahan apapun yang terjadi di pusat Islam
Timur Tengah akan sangat mempengaruhi keadaan Islam di Indonesia.
Ajaran Islam dibawa oleh Nabi Muhammad yang pada masa awal
dilaksanakan secara murni. Ketika Rasulullah wafat, cara beramal dan beribadah para
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2
sahabat dan tabi’in masih tetap memelihara dan membina ajaran Rasul, disebut
amalan salaf al-shalih.
Pada abad pertama Hijriah mulai ada perbincangan tentang teologi,
dilanjutkan pula ada formalisasi syari’ah. Abad dua Hijriah mulai muncul tasawuf.
Tasawuf terus berkembang, meluas dan mulai terkena pengaruh luar. Salah satu
pengaruh luar adalah filsafat, baik filsafat Yunani, India, maupun Persia. Muncullah
sesudah abad ke dua Hijriah golongan sufi yang mengamalkan amalan-amalan
dengan tujuan kesucian jiwa untuk taqarub kepada Alllah. Para sufi kemudian
membedakan pengertian-pengertian syari’ah, tareqat, haqiqat, dan makrifat. Menurut
mereka syari’ah itu memperbaiki amalan-amalan lahir, thariqat untuk memperbaiki
amalan-amalan batin (hati), haqiqat untuk mengamalkan segala rahasia yang ghaib,
sedangkan makrifat adalah tujuan akhir yaitu mengenal hakikat Allah baik zat, sifat,
maupun perbuatannya.1 Orang yang telah sampai ke tingkat makrifat dinamakan
Wali. Kemampuan luar biasa yang dimilikinya disebut keramat (supranatural),
sehingga dapat terjadi pada dirinya hal-hal yang luar biasa yang tidak terjangkau oleh
akal, baik di masa hidup maupun meninggal. Syaikh Abdul Qadir Jaelani (471-561
H/1078-1168 M) menurut pandangangan sufi adalah wali tertinggi.
1 Abubakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat: Kajian Historis Tentang Mistik (Solo:
Ramadhani, 1993), hlm. 5.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
3
Pada abad lima Hijriah atau 13 Masehi barulah muncul tarekat sebagai
kelanjutan kaum sufi sebelumnya.2 Istilah tarekat berasal dari bahasa Arab
“Thariqah”. Menurut istilah perkataan tarekat berarti jalan menuju surga, yakni
waktu seorang melakukan amalan-amalan tarekat ia berusaha mengangkat dirinya
melampui batas-batas kehadirannya sebagai manusia dan mengangkat dirinya ke sisi
Allah SWT.
Adapun istilah tarekat secara khusus, lebih sering dikaitkan dengan
“organisasi tarekat”, yaitu suatu kelompok organisasi yang melakukan amalan-
amalan dzikir tertentu dalam menyampaikan suatu sumpah yang telah ditentukan oleh
pemimpin organisasi tarekat.3 Organisasi tarekat yang tersusun baik dalam
masyarakat Islam, mempunyai pengaruh kuat dan mendalam atas seluruh struktur ke
masyarakatan.4 Di Indonesia masyarakat juga sudah materialisme dan sekularistik.
Materi menjadi tolak ukur segalanya, kesuksesan, dan kebahagiaan ditentukan oleh
materi. Orang berlomba-lomba mendapatkan materi sebanyak-banyaknya. Akibatnya
manusia sering lepas kontrol. Semakin terlihat manusia menghalalkan segala cara
untuk mencapai tujuan. Nilai-nilai kemanusiaan semakin surut, toleransi sosial,
solidaritas serta ukhuwah Islamiyah sesama umat Islam semakin memudar manusia
makin individual. Di tengan suasana seperti itu manusia merasakan kerinduan akan
nilai-nilai ketuhanan, nilai-nilai Illahiyah, nilai-nilai yang dapat menuntun manusia
2 Azyumardi Azra, Renaisans Islam di Asia Tenggara, Sejarah Wacana dan Kekerasan (Bandung: Rosdakarya, 1999), hlm. 34.
3 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren : Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES, 1982), hlm. 135.
4 Sayyid Husein Nasr, Tasawuf Dulu dan Sekarang, Terj. Abd Hadi W.M (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991), hlm. 11.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
4
kembali kepada fitrahnya. Karena itu manusia mulai tertarik untuk mempelajari
tarekat dan berusaha untuk mengamalkannya. Hal ini terlihat dengan tumbuhnya
majelis-mejelis pengajian tarekat dengan segala amalan-amalan dan dzikir-dzikirnya.5
Dikatakan oleh Zamakhsyari Dhofier, bahwa tarekat yang paling banyak pengikutnya
di Jawa adalah tarekat Qodariah wa Naqsyabandiah. Namun terdapat pula empat
kelompok organisasi tarekat lain, yaitu tarekat Syattariyah, Siddiqiah, dan Wahidiyah.
Penyebaran tarekat-tarekat tersebut pada umumnya melalui pondok-pondok pesantren
yang terdapat di berbagai daerah. Demikian pula nama organisasi tarekat mengacu
pada nama tokoh pendirinya.6 Misalnya tarekat Syattariyah, perintisnya Abdullah Al-
Syattar (w. 1429 M/ 833 H), maka tarekat ini oleh para pengikutnya dinamakan
Syattariyah.
Menurut beberapa sejarawan, tarekat Syattariyah pada abad XVI telah
dikembangkan oleh Abdul Rauf Singkel dari Aceh. Tarekat ini disebarkan sampai ke
Jawa yang diawali dari Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, sampai Jawa Timur oleh
salah satu seorang muridnya, yaitu Abdul Muhyi.7 Dalam perkembangannya tarekat
Syattariyah ini sampai ke Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul.
Adapun tarekat Syattariyah di Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul pertama
kali diperkenalkan oleh K.H Mohammad Romli, seorang ulama yang menjadi
mursyid tarekat Syattariyah. Seluruh murid-muridnya diberi ijazah tarekat tersebut,
5 Sri Mulyani (et.al), Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia
(Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 5. 6 Dhofier, Tradisi Pesantren, hlm. 140. 7 Mulyani (et.al), Mengenal dan Memahami, hlm. 153.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
5
dengan maksud agar mereka memiliki amalan-amalan harian yang pada akhirnya bisa
lebih mendekatkan diri kepada Allah. Keseriusan dan ketekunan dalam mengelola
pengajian harian ini membuat K.H Mohammad Romli seakan-akan melupakan
Sunnah Rasul yang lain, yaitu melangsungkan pernikahan. Maka ketika dirasa
jama’ah pengajian yang dibinanya itu semakin lama menunjukkan peningkatan,
beliau segera melakukan pernikahan dengan putri dari dari kyai Ali yaitu Siti
Syarifah. Dari pernikahannya lahir lima orang putra yang salah satunya bernama
Ahmad Marzuqi. KH Ahmad Marzuqi lahir pada tahun 1901 M, di desa tempat
ayahnya tinggal, yaitu desa Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul. Sebagai putra
bungsu, KH. Mohammad Romli sangat berkeinginan kepada si bungsu untuk dapat
menggantikan perjuangan yang dirintisnya, mendidik orang-orang untuk lebih dekat
kepada Allah, sehingga pada tahun 1905 oleh KH. Mohammad Romli, Ahmad
Marzuqi dipondokkan di berbagai pondok pesantren seperti; Pleret Bantul (KH
Zaini), Termas (KH Hafidz Dimyati), Watu Congol Muntilan Magelang (KH
Dimayati), Somolangu Kebumen Jawa Tengah (KH Abdul Rauf), Lirap Kebumen
Jawa Tengah, Jamasaren Solo Jawa Tengah (KH Idris), dan Krapyak Yogyakarta
(KH Munawwir).
Sepulang dari ngangsu kawruh diberbagai pondok pesantren sekitar tahun
1931 M, KH. Ahmad Marzuqi mulai melakukan pengajian-pengajian diberbagai
tempat terutama di desa-desa di Gunung Kidul sampai akhir hayatnya. Tanggal 9
Jumadil Akhir 1411 H/14 Desember 1991 M, pada hari Sabtu malam Ahad, KH.
Ahmad Marzuqi meninggalkan empat orang putra dan satu orang putri yang salah
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
6
satunya bernama KH Ahmad Zabidi.8 Di bawah kepemimpinannya, tarekat
Syattariyah dibawanya mengalami perkembangan yang sangat berarti dimulai dengan
adanya pembukuan kitab amalan untuk para jama’ah dilanjutkan dengan
terstrukturisasinya pelaksanaan amalan harian tarekat sampai dengan terencananya
pengajian rutin untuk para jama’ah. Dalam setiap pelaksanaanya (pengajian), jama’ah
yang datang tidak hanya datang dari lingkup wilayah masyarakat Giriloyo saja akan
tetapi datang dari berbagai lapisan dari penjuru Bantul. Bahkan semakin ramainya
jama’ah yang mengikuti pengajian maka pada tahun 2000 dikembangkan sistem
visualisasi melalui televisi yang dipasang dirumah-rumah penduduk kompleks sekitar
dan halaman terbuka.
Untuk kitab-kitab yang diajarkan dalam pengajian tersebut diantaranya yaitu
tasawuf, fikih dan tauhid, karena menurut KH. Ahmad Zabidi kitab-kitab ini wajib
dipelajari oleh kaum muslimin. Selain itu dalam pengajian tersebut bukan hanya isi
kitab yang dibahas dan dijelaskan kepada jama’ahnya tetapi sekali-sekali KH. Ahmad
Zabidi menyisipkan dalam pengajiannya menyentuh lapangan politik, ekonomi,
kebudayaan dan sosial dalam keseharian umat Islam di Giriloyo, Bantul umumnya,
yang menjadi acuan dalam berinteraksi urusan duniawi dan kemaslahatan umat
umumnya. 9
8 Sekretariat Pondok Pesantren Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta, Panduan PPNU
(Yogyakarta: Nurma Media, 2003), hlm. 3-9. 9 Wawancara dengan KH. Ahmad Zabidi, pada tanggal 25 Juli 2007 di rumahnya Giriloyo,
Wukirsari, Imogiri, Bantul.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
7
Dari latar belakang inilah kemudian penulis merasa tertarik untuk meneliti
tentang kepemimpinan KH. Ahmad Zabidi dalam mengembangkan tarekat
Syattariyah di Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Penulisan skripsi ini dibatasi pada tahun 1991-2007 M. Tahun 1991 KH.
Ahmad Zabidi menjadi mursyid, sedangkan tahun 2007 M sebagai batas akhir dalam
penelitian ini, karena pada tahun ini tarekat mengalami perkembangan yang sangat
berarti. Adapun fokus dari penelitian ini adalah pada kepemimpinan KH. Ahmad
Zabidi dalam mengembangkan tarekat Syattariyah di Giriloyo, Wukirsari, Imogiri,
Bantul.
Untuk memperjelas pembahasan dan lebih terarah penjabarannya maka
penulisan ini perlu dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran umum tarekat Syattariyah di Giriloyo, Wukirsari,
Imogiri, Bantul?
2. Bagaimana autobiografi KH. Ahmad Zabidi?
3. Bagaimana tipe kepemimpinan KH. Ahmad Zabidi dalam mengembangkan
tarekat Syattariyah di Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul?
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
8
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mencari jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah. Dengan lebih rinci
tujuan itu dapat diungkapkan sebagai berikut :
1. Mengetahui sejarah, ajaran, struktur organisasi tarekat Syattariyah serta
pengaruhnya dengan masyarakat.
2. Member penjelasan mengenai kehidupan yang dilakukan KH. Ahmad
Zabidi.
3. Mengetahui tipe kepemimpinan KH. Ahmad Zabidi dalam
mengembangan tarekat Syattariyah.
Adpun Kegunaan penelitian ini adalah :
1. Sebagai kontribusi terhadap khasanah intelektual muslim pada khususnya
dan sejarah Islam pada umumnya.
2. Memberi sumbangan pengetahuan terhadap masyarakat pendukung tarekat
Syattariyah maupun masyarakat luas.
3. Sebagai acuan atau pembanding dalam permasalahan penelitian yang
sama.
D. Tinjauan Pustaka
Studi mengenai tarekat sudah banyak dilakukan. Namun sejauh ini penulis
belum mendapatkan sumber yang khusus, yang membahas tentang tarekat Syattariyah
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
9
di Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul. Beberapa sumber yang membahas tema
tarekat di antaranya :
Skripsi berjudul, “Tarekat Syattariyah Sejarah dan Perkembangannya di
Kecamatan Kewarsan Kabupaten Kebumen (1944-1966)” ditulis oleh Siti Nur
Khamadah, Skripsi ini pembahasannya difokuskan pada sejarah dan
perkembangannya. Dengan demikian skripsi ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan. Karena penelitian ini lebih menfokuskan pada kepemimpinan KH. Ahmad
Zabidi dalam mengembangkan tarekat Syattariyah di Giriloyo, Wukirsari, Imogiri,
Bantul.
Skripsi yang berjudul “Konflik Tarekat Syattariyah dan Tarekat
Naqsabandiyah di Minangkabau Sumatera Barat (1850-1890)”, ditulis oleh Watsirah.
Skripsi ini pembahasannya difokuskan tentang perang Padri, karena mempengaruhi
timbulnya konflik antara dua tarekat tersebut. Perbedaan penulis dengan penulis yang
terdahulu terletak pada daerah dan orientasi dalam pengembangan pengikut tarekat.
Skripsi yang berjudul “Tarekat Syattariyah di Cirebon” ditulis oleh Kun
Aminah. Skripsi ini kajiannya difokuskan pada sejarah tarekat Syattariyah di Cirebon
serta ajaran-ajarannya, akan tetapi tidak dibatasi dengan tahun. Disamping itu juga
daerah penelitiannya berbeda, dan silsilah keguruan serta wilayah pengaruhnya tidak
sama, sehingga walaupun sama-sama menggunakan pendekatan sejarah dipastikan
dapat menunjukkan fakta-fakta yang berbeda.
Skripsi yang berjudul “Tarekat Syattariyah di Wonokromo, Pleret, Bantul
(1946-2000)”. Ditulis oleh Saifudin dalam skripsi ini pembahasannya difokuskan
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
10
pada kegiatan-kegiatan organisasi tarekat dan hubungan tarekat dengan lingkungan.
Desa Wonokromo yang menjadi lokasi penelitiannya mempunyai kedudukan yang
sama didalam sejarahnya dengan Giriloyo, yaitu sama-sama merupakan desa santri.
Demikian pula tarekat yang dipelajarinya sama dengan penelitian ini, tetapi
pembahasan dalam skripsi ini tetap dipandang berbeda dengannya, karena perbedaan
lokasi, batasan waktu dan juga tekanan pembahasan.
Skripsi yang berjudul “Tarekat Syattariyah dalam perubahan sosial di
Pemalang (1958-1996)”, ditulis Syamsuri. Dalam skripsi ini pembahasannya
difokuskan pada segi perkembangannya. Sedangkan pembahasan tentang
kepemimpinan seorang tokoh tidak dibahas sama sekali.
E. Landasan Teori
Dalam setiap kelompok kehidupan masyarakat selalu memiliki kecenderungan
akan munculnya orang-orang tertentu yang memiliki pengaruh terhadap orang-orang
lain. Mereka adalah pemimpin yang dengan segala bentuknya merupakan simbol dan
perwujudan dari sistem nilai dan sistem sosial masyarakat. KH. Ahmad Zabidi adalah
sosok yang dapat dikategorikan dari pernyataan di atas.
Pendekatan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
historis dan biografis yaitu pendekatan yang menjelaskan tentang catatan masa
lampau kehidupan seorang tokoh. 10 KH. Ahmad Zabidi dengan karakter yang kuat
10 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Jogja, 2003), hlm. 171.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
11
menjadikan tarekat Syattariyah di Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul berkembang
sangat pesat.
Pendekatan lain yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan
sosiologis. Pendekatan sosiologis adalah pendekatan yang menjelaskan gejala-gejala
sosial dan jaringan hubungan sosial yang mencakup kelakuan manusia.11 Dengan
mengetahui perilaku KH. Ahmad Zabidi dalam mengembangkan tarekat Syattariyah
maka akan diketahui tipe kepemimpinannya.
Dalam penulisan skripsi ini menggunakan teorinya Max Weber yakni tentang
teori kepemimpinan. Weber membagi tipe kepemimpinan yang muncul ke dalam tiga
kategori yang berbeda yaitu kharismatik, tradisional, dan rasional.
Tipe kepemimpinan kharismatik dalam bukunya Leader and Leadership Max
Weber mengemukakan munculnya seorang pemimpin dalam suatu masyarakat yang
membangun karena adanya sifat-sifat kharismatik, yaitu sifat yang timbul karena
kesaktian atau kekuatan yang dianggap luar biasa, dan melekat atau dimiliki
seseorang yang menurun sebagai warisan dari leluhurnya. Pemimpin seperti ini
disebut pemimpin kharismatik.12
Kepemimpinan tradisional menurut Weber adalah kepemimpinan yang timbul
sebagai warisan turun temurun, misalnya raja. Pandangan lain tentang tipe
kepemimpinan tradisional yaitu tipe kepemimpinan yang banyak terdapat di
11Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia,
1992), hlm. 4. 12 Rustam E. Tamburaka, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat,
dan IPTEK (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), hlm. 94.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
12
lingkungan masyarakat yang masih bersifat tradisional. Salah satu ciri utama dari
masyarakat tradisional adalah rasa hormat yang tinggi dan ditunjukkan oleh anggota
masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan. Orang-orang tua atau
orang-orang yang dituakan dan dihormati terutama karena orang-orang demikian
biasanya memproyeksikan sifat-sifat dan gaya hidup yang pantas dijadikan teladan
atau panutan oleh masyarakat lainnya. Biasanya orang-orang yang dituakan terdiri
dari tokoh-tokoh adat, para ulama dan guru.13 Penunjukkan pemimpin menurut tipe
ini biasanya dipengaruhi oleh kuatnya ikatan primordial dan masih dimungkinkan
hubungan pribadi yang intim antara seorang anggota masyarakat dengan anggota
masyarakat lainnya.
Sementara itu tipe kepemimpinan rasional adalah pemimpin yang diangkat
karena kemampuan individu yang menyebabkan ia dapat diterima secara rasional
(karena sifat pribadi yang jujur, kebapakan, cerdas, dan sifat-sifat terpuji lainnya).14
Sifat-sifat yang disebutkan itu telah dimiliki oleh KH. Ahmad Zabidi. Maka tidak
heran bila beliau dipercaya untuk mengembangkan tarekatnya.
Meskipun dalam setiap masyarakat selalu terdapat kecenderungan
memunculkan individu-individu tertentu yang berposisi sebagai pemimpin, corak dan
sifat kepemimpinan yang dilahirkan akan berbeda-beda. Kepemimpinan KH. Ahmad
Zabidi akan dilihat sebagai aktualisasi pemahaman keagamaan serta referensi yang
13 Sondang P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003),
hlm. 34. 14 Tamburaka, Pengantar Ilmu, hlm. 95.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
13
menjadi acuannya. Dalam hal ini penulis mengemukakan analisis kepemimpinan
yang diberikan oleh Max Weber sebagaimana disebutkan di atas.
F. Metode Penelitian
Penelitian ini menfokuskan pada kepemimpinan KH. Ahmad Zabidi dalam
mengembangkan tarekat Syattariyah di Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul. Sebagai
sebuah tulisan yang nantinya memuat deskripsi dan analisis sejarah, maka metode
yang dipakai dalam penelitian adalah metode sejarah. Metode sejarah ini bertujuan
untuk merekontruksi masa lalu secara sistematis dan obyektif dengan cara
mengumpulkan dan mengevaluasi, menverifikasi, serta mensintesiskan bukti-bukti
untuk menerangkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat.15 Dalam metode
sejarah ada empat langkah kegiatan yang perlu ditempuh yaitu :
1. Heuristik
Heuristik yaitu menghimpun data sejarah yang diperoleh melalui sumber tertulis
dan lisan. Sumber tertulis diperoleh dari buku-buku atau majalah, sedangkan sumber
lisan diperoleh melalui wawancara dengan keluarga, sahabat, masyarakat serta para
ulama jama’ahnya.
2. Kritik Sumber
Dalam proses ini penulis menyeleksi apakah data itu akurat atau tidak, baik dalam
segi bentuk maupun isinya, sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Untuk sumber
tertulis, diteliti dari segi fisik dan isinya, sedangkan data dari sumber lisan, maka
15 Sunardi Surabrata, Metode Penelitian (Jakarta: Rajawali Press, cet. Ke-4, 1987), hlm. 30.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
14
penulis mencari informasi tidak hanya dari satu saksi, artinya sumber lisan harus
didukung oleh saksi berantai. Dengan langkah ini diharapkan dapat diperoleh data
yang valid dan kredibel, yaitu penelusuran yang berdasarkan proses dalam
kesaksian.16
3. Intepretasi dan Penafsiran
Intepretasi yaitu menafsirkan fakta yang saling berkaitan dari data yang telah diuji
kebenarannya. Diharapkan penulisan ini mencapai pengertian tentang faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya peristiwa.17 Dalam tahapan ini peneliti melakukan
analisa terhadap sumber-sumber yang telah diverifikasi di bawah tema-tema tertentu.
Apabila terdapat fakta yang berbeda dalam suatu permasalahan yang sama peneliti
membandingkan satu dengan yang lainnya untuk menentukan yang lebih mendekati
kebenarannya. Berdasarkan teori yang dipakai penulis mencoba mengorganisasikan
fakta berdasarkan tema-tema yang dibuat dan kemudian ditarik kesimpulan.
4. Historiografi
Historiografi yaitu penulisan dari hasil penelitian yang merupakan langkah
terakhir dalam penelitian dengan menghubungkan peristiwa yang satu dengan yang
lainnya, sehingga menjadi sebuah rangkaian cerita sejarah. Historiografi ini
merupakan pemaparan hasil penelitian yang telah dilakukan.18
16 Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),
hlm. 58-63. 17 Ibid., hlm. 69. 18 Ibid., hlm. 44.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
15
G. Sistematika Pembahasan
Dalam pembahasan skripsi ini diperlukan lima bab yang merupakan suatu
rangkaian yang sistematis. Hal ini dikarenakan antara bab yang satu dengan yang
lainnya saling berkaitan. Untuk mempermudah bahasan skripsi ini maka penulis
mengajukan satu bab pendahuluan, tiga bab isi, dan satu bab penutup.
Bab pertama, merupakan bab pendahuluan. Pada bab ini berisikan latar
belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Dengan bab ini diketahui maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan, serta
menampilkan gambaran umum dari latar belakang penelitian.
Bab kedua, membahas gambaran umum tarekat Syattariyah di Giriloyo,
Wukirsari, Imogiri, Bantul. Dalam bab ini berisikan tentang pengertian dan asal-usul,
ajarannya, struktur organisasi tarekat serta pengaruh tarekat terhadap masyarakat.
Bab ketiga membahas tentang autobiografi kehidupan KH. Ahmad Zabidi
antara lain latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan, latar belakang sosial
keagamaan KH. Ahmad Zabidi. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran
tentang faktor-faktor yang mendukung dan membentuk KH. Ahmad Zabidi sebagi
seorang mursyid tarekat Syattariyah di Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul yang
sangat dihormati oleh masyarakat
Bab keempat, pada bab ini membahas tentang tipe kepemimpinan KH. Ahmad
Zabidi dalam mengembangkan tarekat Syattariyah di Giriloyo, Wukirsari, Imogiri,
Bantul. Di dalamnya memuat tentang tipe kepemimpinan kharismatik dalam
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
16
pembinaan jama’ah, tradisional dalam interaksi dengan masyarakat, dan rasional
dalam pegembangan organisasi.
Bab kelima, merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari hasil
pembahasan secara keseluruhan dan disertai saran-saran.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian hasil penelitian yang dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya dapat
ditarik benang merah sebagai kesimpulan antara lain :
1. Tarekat Syattariyah di Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul muncul pada
pertengahan abad ke-18 M, dibawa oleh KH. Mohammad Romli, selaku
mursyid tarekat Syattariyah di desa ini hingga tahun 1900-an, kemudian
diganti oleh putranya yang bernama KH. Ahmad Marzuqi (1901-1991),
kemudian diganti oleh cucunya yang bernama KH. Ahmad Zabidi (1991-
2007). Dzikir yang diamalkan oleh penganut tarekat Syattariyah di
Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul setiap harinya adalah dzikir la illaha
illa Allah sebanyak 100 kali dan dibaca setelah sholat Isya’ dan Shubuh,
dan memperbanyak membaca shalawat dan khalwat. Tarekat Syattariyah
hampir berkembang di seluruh daerah-daerah, khususnya di wilayah
Yogyakarta yang menganut tarekat Syattariyah, seperti Gunung Kidul dan
sekitarnya, Wates dan sekitarnya, Sleman dan sekitarnya, Bantul dan
sekitarnya, Kotagede dan sekitarnya, dan sebagainya.
2. KH. Ahmad Zabidi merupakan seorang yang terlahir dan dibesarkan
dalam lingkungan pesantren yang memang mendukung kemajuan
keilmuan agamanya. Ia termasuk keturunan kalangan keluarga yang
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
67
terhormat dan keturunan Kyai, yakni KH.Ahmad Marzuqi mursyid
tarekat Syattariyah terdahulu. Pendidikan masa kecil KH. Ahmad Zabidi
di bawah asuhan langsung ayahnya di pesantren ar-Romli, kemudian pada
masa remaja ia menuntut ilmu di beberapa lembaga pendidikan seperti al-
Munawwir, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Universitas Baghdad,
Iraq.
3. Kepemimpinan KH. Ahmad Zabidi sebagai mursyid tarekat Syattariyah
di Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul yang berlangsung selama periode
1991-2007 adalah bersifat kharismatik. Sifat kharismatik ditunjukkan
oleh lamanya KH. Ahmad Zabidi menjabat sebagai mursyid membuat
masyarakat selalu beranggapan bahwa segala tindak-tanduk baik itu
perkataan maupun perbuatan dari seorang kyai mempunyai nilai kekuatan
magis. Sebagai contohnya dalam setiap harinya selalu dijumpai
sekelompok masyarakat, baik itu masyarakat setempat atau masyarakat
luas yang sowan ke kediaman beliau hanya untuk meminta restu dari
kyai.
B. Saran
Penelitian bukanlah suatu tugas yang bisa dianggap mudah, karena penelitian
membutuhkan ketrampilan dalam menggali hal yang baru kemudian disebarkan
kepada khalayak ramai untuk diuji kebenarannya. Untuk itu, penelitian yang
dilakukan oleh seorang mahasiswa, sangat erat sekali hubungan dengan almamater
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
68
yang diembannya. Orang akan memandang penelitian itu berhasil, jika penelitian itu
mampu mengangkat derajat dan martabat almamater. Artinya bahwa, peneliti dalam
melakukan penelitian tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma, baik
norma yang ditetapkan oleh almamater (lembaga penelitian) atau norma yang
terdapat pada obyek yang diteliti. Sebaliknya, penelitian akan dianggap gagal, jika
penelitian ini mencoreng almamater yang dimilikinya. Artinya bahwa, peneliti dalam
melakukan penelitiannya tidak mengindahkan kode etik yang ditetapkan oleh
almamaternya. Untuk itu peneliti menyarankan kepada peneliti lain, agar dalam
melakukan penelitian, hendaklah menjunjung tinggi norma-norma yang ada, baik
norma yang ditetapkan oleh almamaternya (lembaga Penelitian), atau norma yang
terdapat pada obyek/daerah penelitian. Jika hal ini dipegang dan dilaksanakan maka
penelitian akan dianggap berhasil dan sukses.
C. Kata Penutup
Atas rahmat Allah, maka penulis telah dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini dengan harapan sempurna mungkin. Penulis berharap semoga penyusunan
ini dapat berguna bagi penelitian di masa yang akan datang.
Dalam penyusunan ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, karena
terbatasnya pengetahuan yang penyusun miliki. Dengan kerendahan hati penulis
mengharap kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
69
Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan mendorong selesainya skripsi ini dan semoga dapat
bermanfaat bagi pengembangan pengetahuan bagi para pembaca.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
70
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar Atjeh. Pengantar Ilmu Tarekat: Kajian Historis Tentang Mistik. Solo:
Ramadhani, 1993. Abubakar Atjeh. Pengantar Ilmu Tarekat. Solo: Ramadhani, 1998. Abubakar Atjeh. Sejarah Sufi dan Tasawuf. Solo: Ramadhani, 1994. Azyumardi Azra. Renaisans Islam di Asia Tenggara, Sejarah Wacana dan
Kekerasan. Bandung: Rosdakarya, 1999. Christine Dhobine. Kebangkitan Islam Dalam Ekonomi Petani Yang Sedang
Berubah, Sumatera Barat 1784-1847. Jakarta: INIS, 1992. Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya. Bandung: Diponegoro, 2000. Dudung Abdurahman. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999. Hadari Nawawi. Kepemimpinan Menurut Islam. Yogyakarta: UGM, 1993. H.A Fuad Said. Hakikat Tarekat Naqsyabandiyah. Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna
baru, 2005. Harun Nasution. Tariqat Qadiriah Naqsyabandiyah Sejarah Asal Usul dan
Perkembangannya. Tasikmalaya: IAILM, 1990. H.M Syukur Amin. Menggugat Tasawuf: Sufisme dan Tanggung Jawab Sosial Abad
XXI. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999. J. Riberu. Dasar-Dasar Kepemimpinan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992. Kartini Kartono. Pemimpin Dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2001. Khalili al-Bamar. Ajaran Tarekat Suatu Pendekatan Diri Terhadap Allah SWT .
Surabaya: Bintang Remaja, 1990. Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Jogja, 2003.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
71
Louis Gottschalk. Mengerti Sejarah. Terj. Nugroho Notosusanto. Jakarta: UII Press, 1986.
Mahmud Sujuthi. Politik Tarekat Qadariyah Wa Naqsyabandiyah Jombang: Studi
tentang Hubungan Agama, Negara, dan Masyarakat. Yogyakarta: Galang Press, 2001.
Martin van Bruinessen. Tariqat Naqsyabandiyah di Indonesia. Bandung: Mizan,
1992. Oman Faturrahman. Mengenal Wahdatul Wujud: Kasus Abdul Rauf Singkel di Aceh
Abad ke-17. Bandung; Mizan, 1999. Proyek Pembinaan PTIAIN Sumatera Utara. Pengantar Ilmu Tasawuf . Jakarta: T.P,
1982. Rustam E. Tamburaka. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah
Filsafat, dan IPTEK. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999. Sartono Kartodirdjo. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta:
Gramedia, 1992. Sayyid Husein Nasr. Tasawuf Dulu dan Sekarang. Terj. Abd Hadi W.M. Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1991. Sekretariat Pondok Pesantren Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta. Panduan PPNU.
Yogyakarta: Nurma Media, 2003. Shahabuddin. Metode Mempelajari Ilmu Tasawuf. Surabaya: Media Faria Ilmu, 1995. Soekama Karya. Ensklopedi Mini: Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1996. Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2001. Sondang P. Siagian. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2003. Sondang P. Siagian. Manajemen Stratejik. Jakarta: Bumi Aksara, 1995. Sri Mulyani (et.al). Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di
Indonesia. Jakarta: Kencana, 2005.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
72
Sunardi Surabrata. Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali Press, cet. Ke-4, 1987. Team Penulis Panitia Mu’tamar ke-10 Jami’iyah Ahli Thariqah Al- Mu’tabarah An
Nahdliyah 1426/2005. Mengenal Thariqoh. Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2005.
van Hoove. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru, 1980. Zamakhsyari Dhofier. Tradisi Pesantren : Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai.
Jakarta: LP3ES, 1982. Zuhairi, dkk. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, cet. III, 1992.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
LAMPIRAN
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : KH. Ahmad Zabidi
Umur : 53 Tahun
Jabatan : Mursyid Tarekat Syattariyah
Alamat : Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul
2. Nama : KH. Mashudi Marzuqi
Umur : 55 Tahun
Jabatan : Pimpinan NU Imogiri/Jama’ah Tarekat Syattariyah
Alamat : Karang Kulon, Wukirsari, Imogiri, Bantul
3. Nama : M. Zuhdan
Umur : 25 Tahun
Jabatan : Jama’ah Tarekat Syattariyah
Alamat : Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul
4. Nama : M. Amrullah
Umur : 30 Tahun
Jabatan : Kepala Dusun/Jama’ah Tarekat Syattariyah
Alamat : Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul
5. Nama : Mahyudin Ismail
Umur : 40 Tahun
Jabatan : Lurah PP. Ar-Ramli/Jama’ah Tarekat Syattariyah
Alamat : Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul
6. Nama : Hj. Yasunnah
Umur : 49 Tahun
Jabatan : Jama’ah Tarekat Syattariyah
Alamat : Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
بوكو توندا أمنفى اجازه
طريقة شطارية
:ساكغ املكرم الشيخ كياهى احلاج أمحد مرزوقى
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
)فونيكا نيىت ادوس(
نويت غسل للخروج من الغفلة اىل احلضور سنة على هللا تعاىل
)فونيكا نيىت فوصا(
نويت صوم الغد لدخول ىف طريقة الصاحلني سنة على هللا تعاىل
رمحن الرحيمبسم اهللا ال
:احلمد هللا ووس انرميا ووروك ذكر طريقة شطارية
الفقري اىل اهللا تعاىل
سكغ الشيخ احلاج حممد رملى سكغ الشيخ احلاج حممد عبد الرؤوف سكغ الشيخ
احلاج أشعرى سكغ الشيخ حممد أسعد سكغ كغ راما الشيخ سعيد طاهر املدىن سكغ
الشيخ حممد طاهر سكغ كغ راما الشيخ كغ راما الشيخ إبراهيم طاهر سكغ كغ راما
أمحد شناوى سكغ سيد صبغة منال إبراهيم سكغ الشيخ أمحد قشاشى سكغ الشيخ
اهللا سكغ سيد وجيه الدين العلوى سكغ سيد حممد غوث سكغ الشيخ احلاج
سكغ الشيخ قاضى شطارى سكغ الشيخ حضورى سكغ الشيخ هداية اهللا سرمست
خ حممد عارف سكغ الشيخ حممد عاشق سكغ الشيخ عبد اهللا الشطارى سكغ الشي
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
حذ قلى سكغ الشيخ أىب احلسن احلرقاىن سكغ الشيخ أىب املظفرترك الطوسى سكغ
الشيخ يزيد العسقى سكغ الشيخ حممد املغرب سكغ الشيخ أىب يزيد البسطامى سكغ
إمام جعفر صادق سكغ إمام الباقر سكغ إمام زين العابدين سكغ إمام حسني شهيد
سكغ سيدنا على ابن أىب طالب رضى اهللا عنه سكغ كنجغ نىب حممد صلى اهللا عليه
وسلم سكغ سيدنا جربيل عليه السالم من رب األرباب ومعتق الرقاب هو اهللا سبحانه
انتهى -وتعاىل
***
لن سيوكيا كدووى أناء مريد سأووسى ذكر عشاء لن صبح ارف ماجا فاحته مراغ
. السلسلة لن كنجغ نىب صلى اهللا عليه وسلم لن صحابةأرواح الشيخ لن أهل
}ايكى نيىت ذكر طريقة{
نويت الذكر تقربا إىل اهللا تعاىل بإذن أستاذى أفضل الذكر فاعلم أنه ال إله إال اهللا
. حممد رسول اهللا عليها حنيا وعليها منوت وعليها نبعث إن شاء اهللا تعاىل من اآلمنني
: نوىل ماجا, ذكر كفيغ ساتونوىل, دى وجا فيغ تلو
اىل حضرة شيخنا وأصوله وفروعه واآلخذين عنه شيئ هللا الفاحتة -
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
واىل حضرة أهل السلسلة أمجعني واصوهلم وفروعهم واآلخذين عنهم شيئ هللا -
الفاحتة
واىل حضرة النيب املصطفى رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم وعلى آله وأصحابه -
احتةأمجعني شيئ هللا الف
: نوىل جما دعاء
اللهم أحسن عاقبتنا ىف األمور كلها وأجرنا من خزى الدنيا . احلمد هللا رب العاملني
اللهم . اللهم إنا نسألك رضاك واجلنة ونعوذبك من سخطك والنار. وعذاب اآلخرة
. ال تسلط علينا بذنوبنا من الخيافك وال يرمحنا اللهم إنك عفو حتب العفو فاعف عنا
بالصاحلات أعمالنا وتوفنا جعل خري أيامنا يوم نلقاك وأنت راض عنا واختم اللهم ا
مسلمني وأحلقنا بالصاحلني واغفرلنا ولوالدينا وجلميع املسلمني واملسلمات األحياء
. منهم واألموات برمحتك يا أرحم الرامحني
. رضيت باهللا ربا وباإلسالم دينا ومبحمد نبيا ورسوال
***
}نيىت منجغ بيعة/ىايكى فرتغكاه{
. نويت اخلروج من الغفلة اىل احلضور ىف طريق الصاحلني سنة علي هللا تعاىل
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
. أصلى سنة ركعتني هللا تعاىل اهللا أكرب
ركعة كغ أخري بعد فاحتة , كفيغ امن) إنا أنزلنه(ركعة أول بعد فاحتة جما سورة القدر
ركعة , الكفرون فيغ ففاتقل يأيها صالة كفيغ فيندو بعد فاحتة جما . كفيغ ففات
. أخري فيغ فيندو
, كفيغ تلو) قل هو اهللا أحد(صالة كفيغ تلو ركعة أول بعد فاحتة جما سورة اإلخالص
. ركعة كغ أخري فيغ فيندو
أعا توراكن إغسون إغ توان إغ كاجنارانيفون أغكني : بعداىن صالة كغ أول عوجف
مريغنا 2غ كنجغ نىب حممد مكاكوال صالة كاليه ركعة مكى توان فاريغاكن دات
ديفون 2 يفون بوكاها متوىل دينيغ اهللا لن موكا2كوال منيكا موكا, شفاعة داتغ كوال
ديفون أونتوغنا متوىل دينيغ فتوت بورى كوال 2تولوغنا متوىل دينيغ اهللا لن موكا
. كنجغ نىب حممد صلى اهللا عليه وسلم
ماريغنا بركه داتغ 2موكا, سكيهى فرانىببعداىن صالة كغ كفيغ فيندو كفارغنا داتغ
). تروس كيا كغ عارف ماهو(كوال
2كفارغنا داتغ سكيهى أهل السلسلة كابيه موكا, بعداىن صالة كغ كافيغ تلو
). ماهوتروس كيا عارف(غنا بركه داتغ كوال ماري
***
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
بسم اهللا الرمحن الرحيم
. اوهللا األمساء احلسىن فادعوه : قال اهللا تعاىل
من أخصاها دخل , إن هللا تعاىل تسعة وتسعني امسا: وقال النىب صلى اهللا عليه وسلم
. اجلنة
: معناىن
موال فدا يوونا ) أمساء احلسىن(اهللا ايكو كاكوعان امسا كغ باكوس : فغريان عنديكا
. سريا كابيه كانطى أمساء احلسىن
سغاغ (99 ايكو كاكوغان أمسا ساء متىن اهللا: كنجغ نىب صلى اهللا عليه وسلم غنديكا
: ايكو واجاىن. بكال ملبو سواركا) عافالكن(سيغ سفاووغى عيتوغ , )فولوه ساغا
–هو اهللا الذى ال إله إال هو
الرمحن الرحيم امللك القدوس السالم املؤمن املهيمن العزيز اجلبار املتكرب اخلالق البارئ
العليم القابض الباسط اخلافض الرافع املعز املصور الغفار القهار الوهاب الرزاق الفتاح
املذل السميع البصري احلكم العدل اللطيف اخلبري احلليم العظيم الغفور الشكور العلي
الكبري احلفيظ املقيت احلسيب اجلليل الكرمي الرقيب ايب الواسع احلكيم الودود ايد
د احملصى املبتدئ املعيد احملىي الباعث الشهيد احلق الوكيل القوى املتني الوىل احلمي
املميت احلى القيوم الوجد املاجد الواحد االحد الصمد القادر املقتدر املقدم املؤخر
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
االول االخر الظاهر الباطن الواىل املتعاىل الرب التواب املنتقم العفو الرءوف مالك امللك
لنافع النور اهلادى البديع ذواجلالل واالكرام املقسط اجلامع الغىن املغىن املانع الضار ا
ليس – الذى مل يلد ومل يولد ومل يكن له كفوا أحد – الباقى الوارث الرشيد الصبور
.كمثله شيئ ىف األرض وهو السميع البصري
*****
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
KH. AHMAD ZABIDI Mursyid Tarekat Syattariyah
Di Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul
Rumah kediaman KH. Ahmad Zabidi di Giriloyo Wukirsari, Imogiri, Bantul
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Masjid ar- Rohmani, tempat yang digunakan untuk aktivitas keagamaan tarekat Syattariyah
Komplek Pondok Pesantren ar- Romli, tempat yang digunakan untuk aktivitas keagamaan tarekat Syattariyah
Aktivitas keagamaan jama’ah laki-laki setiap Jum’at malam
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Pengajian Minggu Pahing, Aktivitas keagamaan yang dilakukan para santri Pondok Pesantren ar- Romli
Pengajian malam Selasa, Aktivitas keagamaan jama’ah putri
Haul alm. KH. Ahmad Marzuqi
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
CURRICULUM VITAE
Nama Lengkap : Saifuddin
TTL : Kudus, 03-10-1983
Alamat Lengkap : Lorom Kulon Rt 04/03 Jati Kudus 59344
Nama Bapak : Sutarlan
Nama Ibu : Maslichah
Pekerjaan : Wiraswasta
Riwayat Pendidikan : Lulus SDN Getas Pejatan II Tahun 1995
Lulus SLTPN 1 Jati Tahun 1998
Lulus SMU Muhammadiyah Kudus Tahun 2001
Masuk UIN SUKA Yogyakarta Tahun 2002
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta