Upload
liesdapriyanto
View
55
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
keperawatan medikal bedah
Citation preview
5/26/2018 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
1/14
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangHipoglikemi adalah salah satu kegawatan yang mengancam bila tidak segera
teratasi, dimana terjadi akibat menurunnya kadar glukosa darah kurang dari 70
mg/dl(Price, 2006). Hipoglikemi dapat disebabkan oleh puasa, khususnya puasa yang
disertai olahraga, karena olahraga meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel-sel otot.
Hipoglikemia lebih sering disebabkan kelebihan dosis insulin pada pengidap diabetes
dependent insulin (IDDM). Otak memerlukan glukosa darah sebagai sumber energi
utama. Oleh sebab itu jika gula darah terlalu rendah maka organ pertama yang terkena
dampaknya adalah sistem saraf pusat, seperti sakit kepala akibat perubahan aliran
darah otak, konfusi, iritabilitas, kejang, dan koma. Selain itu, hipoglikemia juga
menyebabkan pengaktifan sistem saraf simpatis yang menstimulasi rasa lapar, gelisah,
berkeringat dan takikardia.
Studi yang berlangsung dari tahun 1998-2002, melibatkan 1.465 partisipan
dengan DM tipe 2 dan berusia rata-rata 65 tahun yang pernah mengalami sekali atau
lebih episode hipoglikemia, menunjukkan sebanyak 17% menderita demensia,
dibandingkan dengan 10,3% dari mereka yang tidak ada riwayat hipoglikemia. Risiko
terjadinya demensia ada 26% pada kelompok pasien yang memiliki riwayat
hipoglikemia berat sebanyak 1 kali, meningkat 15% pada pasien yang memiliki
riwayat hipoglikemia berat sebanyak 2 kali, dan menjadi 16% pada pasien yang
memiliki riwayat hipoglikemia 3 kali atau lebih. (Soemadji 2007, 1870)
B. TujuanAdapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui
pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta penanganan pada hipoglikemia.
C. ManfaatSetelah membaca makalah tentang hipoglikemia ini diharapkan dapat
memberikan manfaat :
1.
Dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran pada khususnya danpembaca pada umumnya mengenai konsep hipoglikemi.
5/26/2018 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
2/14
2
2. Dapat menjadi referensi ilmu bagi fakultas keperawatan dalam rangkapengembangan sumber daya manusia.
5/26/2018 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
3/14
3
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
A. PengertianHipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam,
sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Adapun batasan
hipoglikemia adalah:
1. Hipoglikemi murni : ada gejala hipoglikemi, glukosa darah < 60 mg/dl2. Reaksi hipoglikemi : gejala hipoglikemi bila gula darah turun mendadak,
misalnya dari 400 mg/dl menjadi 150 mg/dl
3. Koma hipoglikemi : koma akibat gula darah < 30 mg/dl4. Hipoglikemi reaktif : gejala hipoglikemi yang terjadi 35 jam sesudah makan
B. Anatomi FisiologiPeristiwa glukoneogenesis berperan penting dalam penyediaan energi bagi
kebutuhan tubuh, khususnya sistem saraf dan peredaran darah (eritrosit). Kegagalan
glukoneogenesis berakibat fatal, yaitu terjadinya disfungsi otak yang berakibat koma
dan kematian. Hal ini terjadi bilamana kadar glukosa darah berada di bawah nilai
kritis. Nilai normal laboratoris dari glukosa dalam darah ialah : 65 110 ml/dL atau
3.6 6.1 mmol/L. Setelah penyerapan makanan kadar glukosa darah pada manusia
berkisar antara 4.5 5.5 mmol/L. Jika orang tersebut makan karbohidrat kadarnya
akan naik menjadi sekitar 6.5 7.2 mmol/L. Saat puasa kadar glukosa darah turun
berkisar 3.33.9 mmol/L.
Pengaturan kadar glukosa darah dilakukan melalui mekanisme metabolik dan
hormonal, pengaturan tersebut termasuk bagian dari homeostatik. Aktivitas metabolikyang mengatur kadar glukosa darah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :
1. Mutu dan jumlah glikolisis dan glukoneogenesis.2. Aktivitas enzim-enzim, seperti glukokinase dan heksokinase.hormon penting yang
memainkan peranan sentral dalam pengaturan kadar glukosa darah adalah insulin.
Insulin dihasilkan dari sel-sel dari pulau-pulau langerhans pankreas dan
disekresikan langsung ke dalam darah sebagai reaksi langsung bila keadaan
hiperglikemia.
5/26/2018 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
4/14
4
Proses pelepasan insulin dari sel pulau Langerhans Pankreas dijelaskan
sebagi berikut :
1. Glukosa dengan bebas dapat memasuki sel-sel Langerhans karena adanyaTransporter glut 2. glukosa kemudian difosforilasi oleh enzim glukokinase yang
kadarnya tinggi. Konsentrasi glukosa darah mempengaruhi kecepatan
pembentukan ATP dari proses glikolisis, glukoneogenesis, siklus Kreb dan
Electron Transport System di mitokondria.
2. Peningkatan produksi ATP akan menghambat pompa kalium ( K+ pump) sehinggamembran sel-sel mengalami depolarisasi sehingga ion-ion Kalsium ( Ca2+ )
masuk ke dalam membran dan mendorong terjadinya eksositosis insulin.
Selanjutnya insulin dibawa darah dan mengubah glukosa yang kadarnya tinggi
menjadi glikogen.
3. Enzim yang kerjanya berlawanan dengan insulin adalah glukagon. glukoagondihasilkan oleh sel-sel langerhans pancreas, sekresi hormon ini distimulasi oleh
keadaan hipoglikemia, bila glukoagon yang dibawa darah sampai di hepar maka
akan mengaktifkan kerja enzim fosforilase sehingga mendorong terjadinya
glukoneogenesis.
C. Etiologi1. Puasa yang disertai dengan olahraga atau latihan fisik yang berlebihan.
Olahraga meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel-sel otot rangka
2. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas akibat adanya tumor atau CaPankreas
3. Dosis insulin atau OAD yang diberi pada penderita diabetes terlalu tinggi,Hipoglikemi terjadi jika dosis pemberian insulin atau obat sulfonilurea terlalutinggi.
4. Terlambat makan setelah pemberian insulin atau OAD.5. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
Hipopituitarisme dan hipoadrenalisme mempunyai sifat penambah sensitivitas
terhadap insulin
6. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati
5/26/2018 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
5/14
5
Glikogen hati sangat fital dalam respon homeostasis terhadap penurunan glukosa
darah. Pengurangan glikogen pada penyakit hati yang berat pada penderita diabetes
merupakan sebab lain yang menambah beratnya hipoglikemi.
7. Gagal ginjalGinjal normal membuang insulin sekitar 7,0 unit/hari sedangkan ginjal yang sakit
berat hanya mampu membuang insulin < dari 0,5 unit/ hari.
D. Faktor predisposisiFaktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat pengobatan
insulin atau sulfonilutea.
1. Factor-faktor yang berkaitan dengan pasien pengurangan atau keterlambatan makan
kesalahan dosis obat
pelatihan jasmani yang berlebihan
perubahan tempat penyuntikan insulin
penurunan kebutuhan insulin
hari-hari pertama persalinan
penyakit hati berat
gastroparesis diabetic
2. Factor yang berkaitan dengan dokter pengendalian gula darah yang tepat
pemberian obat obat yang mempnyai potensi hipoglikemik
penggantian jenis insulin
5/26/2018 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
6/14
6
E. PatofisologiKetergantungan otak setiap saat pada glukosa yang disuplai oleh sirkulasi diakibatkan
oleh ketidak mampuan otak untuk membakar asam lemak berantai panjang, kurangnya
simpanan glukosa sebagai glikogen didalam otak orang dewasa, dan ketidak tersediaan
keton dalam fase makan atau posabsorbtif.
Puasa / intake kurang
Glikogenolisis
Deficit glikogen pada hepar
Gula darah menurun < 60 mg/dl
Penurunan nutrisi jaringan otak
Respon SSP
Respon Otak Respon Vegetatif
Kortek serebri Pelepasan norepinefrin &
kurang suplai energi ( < 50mg/dl) adrenalin
Kekaburan yang dirasa dikepala Takikardia, pucat, gemetar,
Sulit konsentrasi / berfikir berkeringatGemetar
Kepala terasa melayang Tidak sadar
Gangguan proses berfikir Stupor, kejang, koma
5/26/2018 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
7/14
7
F. Manifestasi Klinis dan Klasifikasi hipoglikemiaMenurut Soemadji (2006) dan Rush & Louies (2004) manifestasi klinis dan
klasifikasi hipoglikemia sebagai :
Jenis Hipoglikemi Tanda dan Gejala
Ringan Dapat diatasi sendiri dan tidak mengganggu aktivitassehari-hari
Penurunan, glukosa merangsang saraf simpatis berupasekresi adrenalin mengakibatkan tremor, takikardi,
palpitasi, gelisah
Penurunan glukosa merangsang parasimpatismengakibatkan lapar, mual, tekanan darah turun.
Sedang Dapat diatasi sendiri, mengganggu aktivitas sehari-hari Otak mulai kurang mendapat glukosa sebagai sumber
energi akibatnya timbul gangguan pada SSP berupa
headache, vertigo, gangguan konsentrasi, penurunan
daya ingat, perubahan emosi, perilaku irasional,
penurunan fungsi rasa, gangguan koordinasi gerak,
double vision.
Berat Membutuhkan orang lain dan terapi glukosa Fungsi SSP mengalami gangguan berat seperti
disorientasi, kejang, penurunan kesadaran
G. Pemeriksaan Diagnostik1. Pemeriksaan kadar glukosa darah
Bila terdapat kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl. Pemeriksaan dilakukan saat
sebelum dan sesudah diberikan bolus dekstrosa.
2. Pemeriksaan Urine(Moelianto et al 2001, 391)
5/26/2018 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
8/14
8
H. Penatalaksanaan1. Tujuan Penatalaksanaan Hipoglikemi
a. Memenuhi kebutuhan glukosa otak agar tidak terjadi gangguan yangirreversible.
b.Tidak mengganggu regulasi diabetes mellitus.2. Pedoman Tatalaksana Hipoglikemi
a. Menurut PERKENI (2006) pedoman tatalaksana hipoglikemi sebagai berikut : Glukosa darah di arahkan ke kadar glukosa puasa, yaitu 120 mg/dl. Bila diperlukan pemberian glukosa cepat (iv) satu flakon (25 cc) Dex 40 %
(10 gr Dex) dapat menaikkankadar glukosa 25-30 mg/dl.
b.Manajemen hipoglikemi menurut Soemadji (2006) dan Rush & Louies (2004);Smeltzer dan Bare (2003), tergantung derajat hipoglikemi : :
Hipoglikemi ringano Diberikan 150-200 ml the manis atau jus buah atau 6-10 butir permen
atau 2-3 sendok teh sirup atau madu.
o Bila gejala tidak berkurang dalam 15 menit ulangi pemberiannya.o Tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori (coklat,
kue, donat, ice cream, cake).
Hipoglikemi berato Tergantung pada tingkat kesadaran pasieno Bila klien dalam keadaan tiddak sadar jangan berikan makanan atau
minuman untuk menghindari aspirasi.
c. Terapi Hipoglikemi : Glukosa oral Glukosa intravena Glukagon 1 mg (SC/IM) Thiamine 100 mg (IV/IM) pada pasien alkoholik Monitoring
5/26/2018 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
9/14
9
Petunjuk praktis rumus pemberian terapi adalah 3-2-1
Kadar glukosa
mg/dl
Terapi Hipoglikemi dengan rumus 3-2-1
Glukosa 1 flakon (25 ml) 40 % (10 g), menaikkan kadar
glukosa 25-50 mg/dl
< 30 mg/dl Inj. Iv dekstrosa 40%, bolus 3 flakon
3060 mg/dl Inj. Iv dekstrosa 40%, bolus 2 flakon
60-100 mg/dl Inj. Iv dekstrosa 40%, bolus 1 flakon
FOLLOW UP
Periksa kadar gula darah lagi, 30 menit sesudah injeksi iv Sesudah bolus 3 atau 2 atau 1 flakon setelah 30 menit dapat diberikan 1
flakon lagi sampai 2-3 kali untuk mencapai kadar 120 mg/dl.
I. PrognosisKeadaan hipoglikemia lebih membahayakan jika dibandingkan dengan
keadaan hiperglikemia, kematian dapat terjadi karena keterlambatan dalam
pengobatan. (Arif Mansjoer, 2001).
J. Asuhan KeperawatanPengkajian
a. Airway (jalan napas)
Kaji adanya sumbatan jalan napas. Terjadi karena adanya penurunan
kesadaran/koma sebagai akibat dari gangguan transport oksigen ke otak.
b. Breathing (pernapasan)
c. Circulation (sirkulasi)
Kebas , kesemutan dibagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi, nadi lemah,
tekanan darah menurun
d. Disability (kesadaran)
Terjadi penurunan kesadaran, karena kekurangan suplai nutrisi ke otak.
e. Exposure.
Pada exposure kita melakukan pengkajian secara menyeluruh. Karena hipoglikemi
adalah komplikasi dari penyakit DM kemungkinan kita menemukan adanya
luka/infeksi pada bagian tubuh klien / pasien.
5/26/2018 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
10/14
10
Diagnosa Keperawatan Dan Fokus Intervensi
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d adanya benda asing
Intervensi :
1) Kaji adanya sumbatan jalan napas (lidah jatuh ke belakang, sputum)
sehubungan dengan penurunan kesadaran
R/ adanya sumbatan mempengaruhi proses respirasi
2) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan
R/ Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan
3) Kaji atau awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa.
R/ sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir
atau daun telinga). Keabu-abuan dan sianosis sentral mengindikasikan beratnya
hipoksemia.
4) Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan atau bunyi
tambahan.
R/ bunyi napas mungkin redup karena penurunan aliran udara. Adanya mengik
mengindikasikan spasme bronkus atau tertahannya secret.
5) Awasi tingkat kesadaran atau status mental dan Selidiki adanya perubahan.
R/ Dapat menunjukkan peningkatan hipoksia atau komplikasi.
6) Pasang spatel
R/ Merasa kekurangan oksigen dan napas tersengalsengal , sianosis.
b. Pola napas tidak efektif b/d adanya depresan pusat pernapasan.
intervensi :
1) Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernapasan.
R/ frekuensi dan kedalaman pernapasan menunjukan usaha pasien mendapatkan
oksigen.2) Auskultasi bunyi napas.
R/ Bunyi napas mungkinterjadi redup karena penurunan aliran udara.
3) Pantau penurunan bunyi napas
R/ penurunan bunyi napas mengindikasikan
4) Pertahankan posisi semi fowler.
R/ untuk mengurangi sesak yang dialami klien.
5)
Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernapasanR/ mengindikasikan adanya kemajuan dalam pengobatan.
5/26/2018 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
11/14
11
6) Berikan oksigen sesuai advis Dokter
R/ Memaksimalkan sediaan O2.
c. Gangguan perfusi jaringan b/d hipoksia jaringan. Ditandai dengan peningkatan
TIK, nekrosis jaringan, pembengkakan jaringan otak, depresi SSP dan oedema.
Intervensi :
1) Catat status neurologi secara teratur, bandingkan dengan nilai standart.
R/ Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial
peningkatan TIK dan bermanfaat dalam menentukan lokasi, dan perkembangan
kerusakan SSP.
2) Catat ada atau tidaknya refleks-refleks tertentu seperti refleks menelan, batuk
dan Babinski.
R/ Penurunan refleks menandakan adanya kerusakan pada tingkat otak tengah atau
batang otak dan sangat berpengaruh langsung terhadap keamanan pasien.
Kehilangan refleks berkedip mengisyaratkan adanya kerusakan pada daerah pons
dan medulla. Tidak adanya refleks batuk meninjukkan adanya kerusakan pada
medulla. Refleks Babinski positif mengindikasikan adanya trauma sepanjang jalur
pyramidal pada otak.
3) Pantau tekanan darah
R/ tekanan darah yang menurun mengindikasikan terjadinya penurunan aliran
darah ke seluruh tubuh.
4) Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai.
R/ adanya gelisah menandakan bahwa terjadi penurunan aliran darah ke
hipoksemia.
5) Tinggikan kepala tempat tidur sekitar 15-45 derajat sesuai toleransi atau
indikasi. Jaga kepala pasien tetap berada pada posis netral.R/ Peningkatan aliran vena dari kepala akan menurunkan TIK.
6) Berikan oksigen sesuai indikasi
R/ Menurunkan hipoksemia, yang mana dapat meningkatkan vasodilatasi dan
volume darah serebral yang meningkatkan TIK.
d. Resiko tinggi injuri b/d penurunan kesadaran.
Intervensi :
1)
Berikan posisi dengan kepala lebih tinggi.R/ Memonilisasi rangsangan yang dapat menurunkan TIK
5/26/2018 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
12/14
12
2) Kaji tanda-tanda penurunan kesadaran.
R/ Menentukan tindakan keperawatan selanjutnya
3) Observasi TTV
R/ Mengetahui keadaan pasien
4) Atur posisi pasien untuk menghindari kerusakan karena tekanan.
R/ Perubahan posisi secara teratur menyebabkan penyebaran terhadap BB dan
meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian tubuh
5) Beri bantuan untuk melakukan latihan gerak.
R/ melakukan mobilisasi fisik dan mempertahankan kekuatan sendi
5/26/2018 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
13/14
13
BAB III
PENUTUP
A. KesimpulanHipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam,
sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Tanda dan gejala
hipoglikemia dapat diklasifikasikan dalam skala ringan, sedang, berat, penanganan
terhadap hipoglikemi dilakukan sesuai skala hipoglikemia yanga terjadi.
Pengkajian khusus pada hipoglikemia adalah airway tidak ada gangguan, breathing
merasa kekurangan oksigen dan napas tersengal-sengal dan circulation,
kebas,kesemutan di bagian ekstremitas, keringat dingin,hipotermi, dan penurunan
kesadaran
B. SaranUntuk memudahkan pemberian tindakan keperawatan dalam keadaan darurat
secara cepat dan tepat, mungkin perlu dilakukan prosedur tetap/protokol yang
dapat digunakan setiap hari. Bila memungkinkan , sangat tepat apabila pada setiap
unit keperawatan di lengkapi dengan buku-buku yang di perlukan baik untuk
perawat maupun untuk klien.
5/26/2018 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
14/14
14
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito (1997), L.J Nursing Diagnosis, Lippincott , New York
Marino (1991), ICU Book, Lea & Febiger, London
Nelson (1993), Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta
Suparman (1988), Ilmu Penyakit Dalam , Universitas Indonesia, Jakarta.
Wong and Whaley (1996) Peiatric Nursing ; Clinical Manual, Morsby, Philadelpia
Waspadji S. Kegawatan pada diabetes melitus. Dalam: Prosiding simposium:
penatalaksanaan kedaruratan di bidang ilmu penyakit dalam. Jakarta: Pusat Informasi dan
Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2000. hal.83-4.
Askep gadar hipoglikemia (Diunduh tanggal 3 Maret 2014). Tersedia di
http://boeddadharma.blogspot.com/2013/01/askep-gadar-hipoglikemia.html.
Manual tatalaksana hipoglikemia dan hiperglikemia (diunduh tanggal 3 maret 2014).
Tersedia dihttp://ners.unair.ac.id/materikuliah/MP-HPOHIPERGLIKEMIA.pdf
http://boeddadharma.blogspot.com/2013/01/askep-gadar-hipoglikemia.htmlhttp://ners.unair.ac.id/materikuliah/MP-HPOHIPERGLIKEMIA.pdfhttp://ners.unair.ac.id/materikuliah/MP-HPOHIPERGLIKEMIA.pdfhttp://boeddadharma.blogspot.com/2013/01/askep-gadar-hipoglikemia.html