25
BAB II PEMBAHASAN KEPUTUSAN INVESTASI Keputusan investasi tidak lain output dari studi kelayakan yang lazimnya harus dilakukan sebagai bagian dari prosedur suatu perusahaan sebelum melakukan investasi dengan maksud mengetahui tingkat kelayakan finansial proyek agar terhindar dari resiko akibat kesalahan penanaman modal. Namun pemahaman tersebut sesungguhnya hanya bagian kecil dari studi kelayakan, kenyataannya selain melakukan studi kelayakan finansial suatu perusahaan harus melakukan studi pada aspek-aspek lain seperti kelayakan aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, dan sosial ekonomi. Pihak yang nantinya sangat berkepentingan terhadap hasil studi kelayakan keputusan investasi adalah mereka yang berposisi sebagai share holder bagi proyek yang harus didanai, termasuk didalamnya : 1. Investor yang fokus pada prospek usaha dengan memperhatikan tingkat keuntungan dan resiko proyek. 2. Perbankan/kreditur yang fokus pada sisi keamanan dana pinjaman dengan memperhatikan ketepatan angsuran pokok serta bunga pinjaman. 3. Pemerintah yang fokus pada manfaat proyek untuk perekonomian nasional. Pada lingkup yang lebih sempit, manajemen perusahaan yang baik adalah yang memiliki kerangka berfikir yang terintegrasi dalam mengelola seluruh sumber daya perusahaan, salah satunya pengelolaan adalah menyangkut pendanaan sebagai salah satu faktor

KEPUTUSAN INVESTASI.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEPUTUSAN INVESTASI.docx

BAB II

PEMBAHASAN

KEPUTUSAN INVESTASI

Keputusan investasi tidak lain output dari studi kelayakan yang lazimnya harus dilakukan

sebagai bagian dari prosedur suatu perusahaan sebelum melakukan investasi dengan maksud

mengetahui tingkat kelayakan finansial proyek agar terhindar dari resiko akibat kesalahan

penanaman modal. Namun pemahaman tersebut sesungguhnya hanya bagian kecil dari studi

kelayakan, kenyataannya selain melakukan studi kelayakan finansial suatu perusahaan harus

melakukan studi pada aspek-aspek lain seperti kelayakan aspek pasar, teknis, manajemen,

hukum, dan sosial ekonomi.

Pihak yang nantinya sangat berkepentingan terhadap hasil studi kelayakan keputusan investasi

adalah mereka yang berposisi sebagai share holder bagi proyek yang harus didanai, termasuk

didalamnya :

1. Investor yang fokus pada prospek usaha dengan memperhatikan tingkat keuntungan dan

resiko proyek.

2. Perbankan/kreditur yang fokus pada sisi keamanan dana pinjaman dengan

memperhatikan ketepatan angsuran pokok serta bunga pinjaman.

3. Pemerintah yang fokus pada manfaat proyek untuk perekonomian nasional.

Pada lingkup yang lebih sempit, manajemen perusahaan yang baik adalah yang memiliki

kerangka berfikir yang terintegrasi dalam mengelola seluruh sumber daya perusahaan, salah

satunya pengelolaan adalah menyangkut pendanaan sebagai salah satu faktor penentu

keberhasilan atau gagalnya suatu proyek perusahaan mulai sejak perencanaan hingga

pengoperasian. Salah satu pihak yang bertanggung jawab dalam hal pengelolaan modal

adalah manager keuangan sebagai salah satu decision maker suatu keputusan investasi proyek

perusahaan. Keputusan investasi yang tepat menjadi salah satu penentu kemajuan proyek

perusahaan seperti pengembangan bisnis perusahaan melalui ekspansi dengan membuka cabang

baru, perluasan usaha, pendirian perusahaan baru hingga investasi baru, dan lain-lain.

Page 2: KEPUTUSAN INVESTASI.docx

Keputusan investasi perlu mendapat perhatian khusus karena konsekuensinya yang berdampak

jangka panjang bagi perusahaan. Berikut ini beberapa hal yang membuat keputusan investasi

menjadi sangat penting untuk dikaji :

1. Dana yang harus dikeluarkan untuk melakukan suatu keputusan investasi umumnya

tidaklah kecil, berkonsekuensi jangka panjang bagi perusahaan, serta modal tidak dapat

diperoleh kembali dalam waktu yang relatif singkat.

2. Dengan relatif lamanya pengembalian modal yang diinvestasikan maka kondisi tersebut

akan sangat mempengaruhi perusahaan dalam hal penyediaan dana untuk keperluan lain.

3. Keputusan investasi berpijak pada harapan-harapan profit perusahaan di masa akan

datang, sehingga kesalahan dalam membuat asumsi-asumsi serta peramalan dapat

menyebabkan over maupun under investmentyang berakibat merugikan perusahaan

karena pengeluaran dana untuk kebutuhan operasional, biaya tetap (sementara kapasitas

redudan), atau kerugian akibat kehilangan kesempatan.

4. Investasi umumnya sebagai keputusan jangka panjang, akibatnya bila terjadi kesalahan

dalam perencanaan akan berdampak jangka panjang bagi perusahaan, sedangkan

keputusan investasi yang sudah dieksekusi sulit untuk diperbaiki bila telah terlaksana.

Cash Flow

Dana investasi diharapkan dapat tertutupi dari rencana-rencana penerimaan kas perusahaan

sebagai akibat operasional di masa akan datang. Penerimaan tersebut diperoleh dari hasil

penyelenggaraan investasi yang telah dilakukan di awal operasi proyek perusahaan.

Keuntungan/laba yang dimaksudkan sebenarnya memiliki dua pengertian yaitu :

1. Laba Akuntansi. Merupakan laba yang nilainya dapat diperoleh dari Performa Rugi/laba

operasional proyek perusahaan pada periode analisis tertentu.

2. Laba Tunai. Laba berupa aliran kas (Cash Flow).

Pada kenyataanya laba tunai lebih sering digunakan untuk analisis keputusan investasi

karena laba akuntansi belum pasti berbentuk kas, akibatnya sering dijumpai jumlah kas yang

lebih besar dari keuntungan yang ada pada laporan laba akuntansi. Sebagai pemahaman, pada

performa rugi/laba post biaya-biaya yang dikeluarkan (cost expenditure) seperti pembelian bahan

baku, upah & gaji, biaya promosi, biaya umum & Administrasi, dan lain-lain serta biaya tidak

tunai seperti penyusutan (Depresiation and Amortization) akan dihitung secara keseluruhan,

padahal kenyataannya penyusutan bukanlah pengeluaran sesungguhnya yang dikeluarkan tunai

oleh perusahaan pada periode tertentu tapi telah dikeluarkan saat asset tertentu dibeli. Alasan

Page 3: KEPUTUSAN INVESTASI.docx

perusahaan sendiri melibatkan penyusutan dalam performa Rugi/laba bertujuan untuk menekan

beban pajak perusahaan (penyusutan sebagai tax deductable). Dari pemahaman tersebut maka

dapat kita buat suatu persamaan yang memenuhi :

Cash Flow = EAT (earn after tax) + Penyusutan

Secara naratif, Cash flow dapat dibagi menjadi :

1. Initial Cash Flow. Merupakan aliran kas yang berhubungan dengan pengeluaran

(expense) di awal pendirian proyek untuk keperluan investasi seperti pembelian tanah,

pembangunan pabrik, pembelian mesin, peralatan-peralatan lain, kendaraan, dan lain-lain

dalam rangka memperoleh aktiva tetap perusahaan. Kebutuhan untuk modal kerja juga

dikategorikan dalam cash flow ini.

2. Operational Cash Flow. Merupakan aliran kas yang dipergunakan untuk menutupi

investasi. Operational cash flow biasanya diterima dalam periode tahunan selama usia

investasi berupa aliran kas bersih (EAT/Earn After Tax). Permasalahan muncul saat

proses penentuan cash flow jenis ini ketika ada sumber pendanaan investasi yang berasal

dari hutang, pada kasus ini akan menyebabkan nilai EAT berbeda. Dari pengertian di atas

dapat dibuat formula matematisnya sebagai berikut :

Cash Flow = EAT + Penyusutan + Bunga (1 – Tax)

3. Terminal Cash Flow. Merupakan aliran kas yang diterima sebagai akibat dari habisnya

umur ekonomis suatu proyek. Penerimaan ini biasanya berasal dari nilai sisa modal kerja

atau penjualan aktiva tertentu yang masih dapat digunakan. Penerimaan ini biasanya

disebut nilai residu (Salvage).

1. Analisis Kelayakan Pelaksanaan Proyek.

1. Tools yang Digunakan untuk Analisis Kelayakan (Studi Kasus).

1. Metode Average (Accounting) Rate Of Return/ARR.

Merupakan metode penilaian kelayakan investasi dengan mengukur seberapa besar

tingkat keuntungan terhadap investasi. Metode ini menggunakan data laba akuntansi

EAT yang dibandingkan dengan rata-rata investasi.

Page 4: KEPUTUSAN INVESTASI.docx

Rata-RataEAT= Total EAT pada perioda analisis tertentu dibagi perioda

analisis tersebut.

Rarta-RataInvestasi= Jumlah investasi yang digunakan untuk kebutuhan

pelaksanaan proyek dijumlahkan dengan nilai sisa (Salvage) dan dibagi dua.

Setelah nilai ARR diperoleh, selanjutnya analisis dilakukan dengan

membandingkan ARR bersama tingkat/rate keuntungan yang disyaratkan (nilai rate yang

ditentukan manajemen berdasarkan berbagai pertimbangan). Bila ARR relatif besar

dibanding rate keuntungan maka proyek profitable dan berpeluang untuk layak

dilaksanakan, berlaku sebaliknya.

Kelebihan dari metode ini adalah sederhana dan mudah digunakan karena data-data

yang dibutuhkan dapat diperoleh dari performa rugi/laba, namun kelemahannya masih

mengabaikan nilai waktu uang (time value of money) dan tidak mempertimbangkan cash

flow.

Studi Kasus.

Dari data performa rugi/laba PT Bangkrut Abis-Abisan Tbk diperoleh data EAT

dan Investasi sebagai berikut* :

*Catatan : Semua perhitungan yang menggunakan investasi perusahaan tidak

memperhitungkan dana operasional.

Bangunan Rp150.000

Mesin dan Peralatan

Rp490.000

Tools dan Sparepart

Rp10.000

Perlengkapan Kantor

Rp25.000

Page 5: KEPUTUSAN INVESTASI.docx

TOTAL nilai Asset

Rp675.000

Periode Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

EAT Rp118.667 Rp70.933 Rp143.200 Rp235.467 Rp287.733

Perhitungan.

Metode Average Rate of Return

Rata-Rata EAT Rp 171.200

Rata-Rata Investasi

Rp 337.500

ARR = 50,73%

Analisis.

Hasil perhitungan menggunakan metode Average Rate of Return diperoleh

nilai 50,73%. Sebagai asumsi, bila perusahaan menargetkan rate pencapaian keuntungan

sebesar 21% maka proyek ini dinilai layak dengan rate ARR jauh di atas yang

ditargetkan, maka proyek dapat dipertimbangkan untuk dilaksanakan.

i. Metode Payback Period.

Dalam analisis kelayakan terkadang share holder ingin mengetahui estimasi waktu

pengembalian dana yang ditanam untuk investasi, hal ini penting karena semakin lama

waktu yang diperlukan untuk pengembalian modal maka semakin beresiko suatu proyek

untuk dilaksanakan.

Payback merupakan waktu yang diperlukan proyek perusahaan untuk menutupi

pengeluaran dana Investasi menggunakan aliran kas yang dihasilkan pada periode

tertentu. Secara matematis metode Payback Period merupakan perbandingan

antara Payback Period (masa pengembalian modal) dengan target pengembalian modal

yang diinginkan share holder. Semakin kecil/pendek masa Payback Period semakin

layak proyek untuk dilaksanakan, atau sebaliknya. Sama halnya dengan metode Average

Page 6: KEPUTUSAN INVESTASI.docx

Rate of Return, metode ini masih belum mempertimbangkan time value of money. Berikut

ini formula untuk menentukanPayback Period :

Investasi merupakan total pendanaan yang harus digunakan untuk membangun

proyek (Asset/aktiva) hingga menjalankannya (dana operasional). Kadang dalam

penggunaan persamaan Payback Period sering melibatkan persamaan Interpolasi agar

lebih praktis.

Page 7: KEPUTUSAN INVESTASI.docx

Studi Kasus.

Bersumber dari data performa rugi/laba PT Bangkrut Abis-Abisan Tbk diperoleh

data investasi dan Cash Flow sebagai berikut :

Bangunan Rp150.000

Mesin dan Peralatan

Rp490.000

Tools dan Sparepart

Rp10.000

Perlengkapan Kantor

Rp25.000

TOTAL nilai Asset

Rp675.000

Cash Flow (EAT+Depresiasi)

Periode Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

Cash Flow

Rp235.334 Rp164.267 Rp213.200 Rp282.134 Rp311.067

Perhitungan.

Metode PayBack Period

Nilai

Investasi (Tahun 0) Rp 675.000

Cash Flow (Tahun 1) Rp 235.334

  Rp 439.666

Cash Flow (Tahun 2) Rp 164.267

Page 8: KEPUTUSAN INVESTASI.docx

  Rp 275.399

Cash Flow (Tahun 3) Rp 213.200

  Rp 62.199

Cash Flow (Tahun 4) Rp 282.134

  Rp (219.935)

Cash Flow (Tahun 5) Rp 311.067

  Rp (531.002)

Tahun PBP = 3,22

Analisis.

Diperoleh hasil tahun PBP selama 3,22 (sekitar 3 tahun 3 bulan), artinya untuk

mengembalikan dana investasi senilai Rp. 675.000.000 dibutuhkan waktu sekitar 3 tahun

3 bulan. Untuk membuat keputusan, dengan membandingkan tahun PBP terhadap target

lama pengembalian yang telah ditentukan share holder maka dapat ditentukan apakah

waktu pengembalian sekitar 3 tahun 3 bulan ini termasuk layak atau tidak, namum

umumnya untuk investasi senilai Rp 675.000.000 selama sekitar 3 tahun masih dianggap

layak.

ii. Metode Net Present Value.

Jika kedua metode di atas mengabaikan nilai uang maka metode Net Present

Value pada cash flow akan mempertimbangkannya dengan menghitung nilai uang di

masa akan datang menggunakan discount rate tertentu. Metode Net Present Value sendiri

secara matematis merupakan penjumlahan antara nilai investasi yang dikeluarkan saat ini

dengan cash flow yang terjadi di masa akan datang (Future Cash Flow) dengan cara

mengubah nilai cash flow tersebut menjadi Present Cash Flow dengan mengalikannya

terhadap faktor (i+r)-n. Jika P adalah nilai uang saat ini (periode 0), dan F adalah nilai

uang (periode n), maka dapat persamaan matematisnya adalah :

F=P.(1+r)-n

Page 9: KEPUTUSAN INVESTASI.docx

Studi Kasus.

Bersumber dari data performa rugi/laba PT Bangkrut Abis-Abisan Tbk diperoleh

data Investasi dan Cash Flow tiap periode sebagai berikut :

Metode Net Present Value

Periode Cash Flow Discount Rate

Present Value of

Cash Flow

Asumsi :r=16%

Tahun 1 Rp235.334 0,86 Rp202.874

Tahun 2 Rp164.267 0,74 Rp122.077

Tahun 3 Rp213.200 0,64 Rp136.588

Tahun 4 Rp282.134 0,55 Rp155.820

Tahun 5 Rp311.067 0,48 Rp148.103

TOTAL Present Value of Cash Flow Rp765.463

Present Value of Investment Rp675.000

Net Present Value (NPV) Rp90.463

Nilai r yang digunakan di atas sebesar 16%, nilai ini digunakan untuk

menyesuaikan tingkat inflasi nasional di bulan Oktober 2005. Inflasi digunakan karena

menyangkut nilai uang relatif terhadap harga barang pada periode finansial tertentu di

suatu wilayah/negara.

Analisis.

Page 10: KEPUTUSAN INVESTASI.docx

Pada Kolom Cash flow data diperoleh dari Performa Rugi/Laba, sedang

kolom discount rate diperoleh dari persamaan F=P.(1+r)-n sebagai contoh, untuk periode

tahun 2 nilai 0,74 diperoleh dari (1+16%)-2, dan seterusnya. Pada kolom Present Value of

Cash Flow diperoleh dari perkalian Cash Flow dengan discount rate, maksud dari hasil

perkalian ini adalah bila cash flow di tahun ke-3 (Future Value) ditarik ke tahun ke-0

(Present Value) maka akan sebesar Rp. 136.588 bukan Rp. 213.200 lagi, hal ini terjadi

akibat penurunan nilai uang, demikian halnya penjelasan untuk tahun-tahun yang lain.

Selanjutnya TOTAL Present Value of Cash Flow dikurangi Present Value of

Investment (nilai investasi di tahun ke-0) sebesar Rp. 675.000 hingga diperoleh NPV

sebesar Rp. 90.463. NPV yang bernilai positif menumjukkan bahwa proyek

ini profitable sehingga layak dipertimbangkan untuk dilaksanakan.

Page 11: KEPUTUSAN INVESTASI.docx

iii. Metode Internal Rate of Return.

Bila Net Present Value digunakan untuk mengkaji profitabilitas proyek pada nilai

uang saat ini (discount rate tertentu), maka metode Internal Rate of Return digunakan

untuk mencari rate yang dapat menyamakan antara nilai Present Value Cash

Flow dan Present Investment. Artinya Internal Rate of Return mencari rate saat present

profit = 0 (Present Value Cash Flow - Present Investment = 0). Berikut ini formula

menentukan Internal Rate of Return, namun sesungguhnya rumus berikut merupakan

turunan dari Interpolasi :

Studi Kasus.

Bersumber dari data performa rugi/laba PT Bangkrut Abis-Abisan Tbk diperoleh

data Investasi dan Cash Flow tiap periode sebagai berikut :

Metode Internal Rate of Return

Periode Cash Flow Discount RatePresent Value of Cash Flow

Asumsi : ri = 21%

Tahun 1 Rp235.334 0,83 Rp194.490,91

Tahun 2 Rp164.267 0,68 Rp112.196,57

Tahun 3 Rp213.200 0,56 Rp120.345,84

Tahun 4 Rp282.134 0,47 Rp131.617,59

Tahun 5 Rp311.067 0,39 Rp119.929,79

TOTAL Present Value of Cash Flow Rp678.581

Page 12: KEPUTUSAN INVESTASI.docx

Present Value of Investment Rp675.000

Net Present Value (NPV) Rp3.581

Periode Cash Flow Discount RatePresent Value of Cash Flow

Asumsi : rj = 22%

Tahun 1 Rp235.334 0,82 Rp192.897

Tahun 2 Rp164.267 0,67 Rp110.365

Tahun 3 Rp213.200 0,55 Rp117.411

Tahun 4 Rp282.134 0,45 Rp127.355

Tahun 5 Rp311.067 0,37 Rp115.095

TOTAL Present Value of Cash Flow Rp663.122

Present Value of Investment Rp675.000

Net Present Value (NPV) -Rp11.878

IRR = 21,23%

Menggunakan metode trial and error (menghindari penyimpangan yang berlebih)

untuk menemukan discount rate posisi terdekat nilai NPV positif dan negatif untuk

menentukan NPV = Rp 0, diperolehDiscount rate sebesar 21,23%. Selanjutnya dengan

membandingkan nilai rate tertentu yang telah ditentukan share holder dengan ketentuan

bila IRR>rateketentuan share holder maka proyek profitable dan dipertimbangkan untuk

dilaksanakan. Pada kasus tertentu biasanya IRR dibandingkan dengan rate yang dikenal

dengan MARR (Minimal Atractive Rate of Return). MARR merupakan nilai yang

berhubungan dengan tingkat suku bunga bank sebagai pertimbangan apakah lebih baik

menanamkan investasi di proyek atau menanamkan dana di bank saja sebagai deposit.

Untuk kasus ini IRR dibandingkan dengan inflasi dan resiko sehingga rateketentuan share

Page 13: KEPUTUSAN INVESTASI.docx

holder ± 21%. IRR memang bernilai lebih besar dari 21%, walaupun layak namun

keputusan dikembalikan pada tingkat keyakinan share holder.

iv. Profitable Index.

Secara matematis metode ini digunakan untuk menghitung tingkat penerimaanPresent

Value terhadap InvestasiPresent Value. Bila ternyata Indeks Profitabilitas (IP)>1 maka

proyek profitable dan dipertimbangkan untuk dilaksanakan.

Studi Kasus.

Bersumber dari data performa rugi/laba PT Bangkrut Abis-Abisan Tbk diperoleh

data Investasi dan Cash Flow tiap periode menggunakan rate sebesar 16% (inflasi) :

Net Present Value

Periode Cash Flow Discount RatePresent Value of Cash Flow

Asumsi : mengikuti Inflasi 2005 r=16%

Tahun 1 Rp235.334 0,86 Rp202.874

Tahun 2 Rp164.267 0,74 Rp122.077

Tahun 3 Rp213.200 0,64 Rp136.588

Tahun 4 Rp282.134 0,55 Rp155.820

Tahun 5 Rp311.067 0,48 Rp148.103

TOTAL Present Value of Cash Flow Rp765.463

Present Value of Investment Rp675.000

Perhitungan.

Page 14: KEPUTUSAN INVESTASI.docx

Metode Profitabilitas Indeks

Profitabilitas indeks = 1,13

Analisis.

Dengan membagi nilai TOTAL Present Value of Cash Flow sebesar Rp. 765.463

dengan nilai Present Value of Investment sebesar Rp. 675.000, maka diperoleh

Profitabilitas indeks (PI) sebesar 1,13. Karena PI bernilai >1 maka proyek ini layak untuk

dipertimbangkan agar dilaksanakan karena profitable.

Page 15: KEPUTUSAN INVESTASI.docx

2. Kesimpulan.

Dari studi kasus menggunakan 5 tools kelayakan investasi di atas, diperoleh data

sebagai berikut :

Metode Hasil Hitung Acuan KelayakanKeputusan Investasi

Average Rate of Return

50,73%> 21% (inflasi+resiko)

Layak Investasi

PayBack Period3 tahun 3 bulan

Harus relatif cepatLayak Investasi

Net Present Value Rp90.463 NPV > Rp 0Layak Investasi

Internal Rate of Return

21,23%> 21% (inflasi+resiko)

Layak Investasi

Profitabilitas Indeks 1,13 > 1Layak Investasi

Karena ke-5 tools kelayakan investasi proyek perusahaan memberikan hasil positif

terhadap harapan share holder, maka proyek ini disimpulkan layak untuk dilaksanakan.

2. Analisis Kelayakan Penggantian/Pembelian Fix Asset.

Pada sebuah kasus, suatu proyek perusahaan yang telah layak dan telah

dioperasionalkan dengan kinerja baik memutuskan untuk melakukan investasi asset baru, hal

ini harus dilakukan mengingat asset yang dimiliki telah kuno baik dari segi proses teknologi

dan alasan lainnya, termasuk pertimbangan adanya asset canggih yang menawarkan efisiensi

biaya operasional yang lebih rendah dari segi biaya tenaga kerja, bahan baku dan lain-lain.

Hanya saja permasalahan yang dihadapi berikutnya adalah asset yang masih dimiliki ternyata

umur ekonomisnya masih panjang serta dapat beroperasi dengan baik.

Dari kasus diatas dapat kita simpulkan bahwa investasi penggantian adalah mengganti

aktiva tetap lama yang masih memiliki umur sisa ekonomis (nilai buku) dengan aktiva tetap

baru yang lebih menguntungkan. Nilai Buku merupakan selisih harga perolehan aktiva-

Page 16: KEPUTUSAN INVESTASI.docx

akumulasi penyusutannya. Aktiva tetap lama memiliki harga jual, sehingga bila diganti

dengan aktiva baru harus dihitung laba/rugi aktiva lama tersebut. Dikatakan laba penjualan

bila harga jual aktiva tetap lama bernilai lebih tinggi dari nilai bukunya, rugi adalah kondisi

sebaliknya. Layak atau tidaknya penggantian aktiva tetap lama harus menghitung investasi

bersih dan tambahan cash flow.

Bila kita masih menggunakan data perusahaan PT Bangkrut Abis-Abisan Tbk yang

memiliki data asset tetap sebagai berikut :

Bangunan Rp150.000

Mesin dan Peralatan Rp490.000

Tools dan Sparepart Rp10.000

Perlengkapan Kantor Rp25.000

TOTAL nilai Asset Rp675.000

DEPRESIASI

Periode Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Salvage

Bangunan Rp25.000 Rp20.000 Rp15.000 Rp10.000 Rp5.000 Rp75.000

Mesin dan Peralatan

Rp81.667 Rp65.333 Rp49.000 Rp32.667 Rp16.333 Rp245.000

Tools danSparepart

Rp1.667 Rp1.333 Rp1.000 Rp667 Rp333 Rp5.000

Perlengkapan Kantor

Rp8.333 Rp6.667 Rp5.000 Rp3.333 Rp1.667 Rp0

TOTAL Depresiasi

Rp116.667 Rp93.333 Rp70.000 Rp46.667 Rp23.333 Rp325.000

Akumulasi Depresiasi

Rp116.667 Rp210.000 Rp280.000 Rp326.667 Rp350.000

Page 17: KEPUTUSAN INVESTASI.docx

Studi Kasus.

Mesin dan peralatan yang bernilai Rp. 490.000.000, menjelang akhir tahun ke-3

manajemen berencana melakukan pembelian asset tetap baru senilai Rp. 600.000.000 dan

menjual aktiva lama senilai Rp. 320.000.000. Perusahaan memperkirakan umur ekonomis

aktiva baru selama 3 tahun dengan nilai sisa Rp. 150.000.000. Harapan perusahaan adalah

dengan menggunakan aktiva baru dapat menghemat biaya tenaga kerja, pemanfaatan bahan

baku yang lebih efisien serta perawatan yang ekonomis mencapai Rp. 100.000.000/tahun.

Tingkat pajak sebesar 20% dan rate return diharapkan sebesar 16%.

Tambahan Cash Flow (Incremental Cash Flow).

Data Incremental Cash Flow dibutuhkan dalam rangka menilai kelayakan dalam

pembelian aktiva baru. Incremental Cash Flow sendiri diperoleh sebagai hasil dari

penggantian aktiva tersebut seperti aspek penghematan ataupun peningkatan penjualan.

Perhitungan.

Penyusutan dengan metode Sum of Year Digits

Aktiva InvestasiTahun 1

Tahun 2

Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Salvage

Baru        Rp 600.000 Rp225.000 Rp150.000 Rp75.000

LamaRp 490.000

Rp 81.667

Rp 65.333

Rp 49.000

Rp 32.667 Rp 16.333 Rp - Rp -

Rp 245.000

Rate of return 16%

Benefit atas pengalihan Asset (pertahun) Rp100.000.000

Perhitungan penjualan aktiva tetap lama

Page 18: KEPUTUSAN INVESTASI.docx

Harga beli aktiva lamaRp 490.000

Akumulasi penyusutan (3 tahun)Rp 196.000

Nilai buku (aktiva tetap lama)Rp 294.000

Harga jual aktiva lamaRp 320.000

Laba (rugi) penjualan Aktiva Tetap lama Rp 26.000

Pajak (20%) Rp 5.200

Laba (rugi) bersih penjualan Aktiva tetap lama Rp 20.800

Perhitungan penerimaan bersih dan Investasi bersih

Nilai buku (aktiva tetap lama)Rp 294.000

Laba (rugi) penjualan aktiva tetap lama Rp 20.800

Penerimaan bersihRp 314.800

Harga beli aktiva tetap baruRp 600.000

Investasi bersihRp 285.200

Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7

Penghematan tunai  

Rp 100.000  

Rp 100.000  

Rp 100.000

Page 19: KEPUTUSAN INVESTASI.docx

Tambahan penyusutan

Aktiva baru Rp225.000   Rp150.000  Rp 75.000  

Aktiva lama Rp 16.334   Rp -   Rp -  

   Rp 208.666  

Rp 150.000  

Rp 75.000

Tambahan EBIT  Rp (108.666)  

Rp (50.000)  

Rp 25.000

Pajak (20%)   Rp -   Rp -   Rp 5.000

Tambahan EAT  Rp (108.666)  

Rp (50.000)  

Rp 20.000

Tambahan Penyusutan  

Rp 208.666  

Rp 150.000  

Rp 75.000

Tambahan Cash Flow  

Rp 100.000  

Rp 100.000  

Rp 95.000

Incremental Cash Flow

Future Value Present Value

Tahun 5 Rp100.000 Rp86.207

Tahun 6 Rp100.000 Rp74.316

Tahun 7 Rp95.000 Rp60.862

TOTAL PV Cash Flow Rp221.386

Investasi bersih Rp285.200

NPV (Rp63.814)

Page 20: KEPUTUSAN INVESTASI.docx

Analisis.

Perusahaan telah memiliki aktiva lama selama 2 tahun senilai Rp. 294.000.000 nilai

sisa akibat penggunaan (dikurangi penyusutan) menjadi Rp. 245.000.000 di tahun ke-6.

Sementara di tahun ke-3 akan dilakukan penggantian aktiva senilai Rp. 600.000.000 dengan

umur ekonomis 3 tahun dan nilai sisa di tahun ke-4 senilai Rp. 150.000.000. Dengan

metode Incremental Cash Flow maka digunakan cash flow kedua aktiva tersebut pada

periode yang sama yaitu tahun ke-3 sampai ke-5 (relatif terhadap umur ekonomis aktiva

lama). Perhitungan dilakukan pada tabel Perhitungan penjualan aktiva tetap

lama dan Perhitungan penerimaan bersih dan Investasi bersih agar diperoleh besar

pembiayaan aktiva baru dari sumber modal baru dan nilai buku penjualan aktiva lama setelah

pajak. Berikutnya akan diperoleh Investasi bersih senilai Rp. 285.200.000, nilai ini menjadi

nila. investasi inisialisasi pembelian aktiva baru pada tahun ke-3. Untuk melakukan studi

kelayakan maka dihitung proyeksi Incremental Cash Flow di tahun ke-3 hingga berakhirnya

umur ekonomis aktiva lama (tahun ke-5). Langkah selanjutnya menentukan Net Present

Value (rate 16%) sehingga diperoleh rugi (Rp. 63.814). Kesimpulan dari perhitungan NPV

maka pergantian aktiva lama atas aktiva baru dinilai tidak efektif dan jangan dilakukan.

BAB III

Kesimpulan

Page 21: KEPUTUSAN INVESTASI.docx

Dengan mengggunakan tools di atas manajer keuangan akan dapat lebih mudah

melakukan analisa secara sistematis sebelum membuat keputusan investasi, dengan demikian

dapat meminimasi kemungkinan resiko kerugian akibat kesalahan pengambilan keputusan

investasi. Diketahui pula bahwa keputusan investasi mempunyai dimensi waktu jangka panjang,

sehingga keputusan yang diambil harus dipertimbangkan dengan baik, karena mempunyai

konsekuensi jangka panjang pula.