Upload
adventus-kristian-tambunan
View
24
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
PEMBAHASAN
KEPUTUSAN INVESTASI
Keputusan investasi tidak lain output dari studi kelayakan yang lazimnya harus dilakukan
sebagai bagian dari prosedur suatu perusahaan sebelum melakukan investasi dengan maksud
mengetahui tingkat kelayakan finansial proyek agar terhindar dari resiko akibat kesalahan
penanaman modal. Namun pemahaman tersebut sesungguhnya hanya bagian kecil dari studi
kelayakan, kenyataannya selain melakukan studi kelayakan finansial suatu perusahaan harus
melakukan studi pada aspek-aspek lain seperti kelayakan aspek pasar, teknis, manajemen,
hukum, dan sosial ekonomi.
Pihak yang nantinya sangat berkepentingan terhadap hasil studi kelayakan keputusan investasi
adalah mereka yang berposisi sebagai share holder bagi proyek yang harus didanai, termasuk
didalamnya :
1. Investor yang fokus pada prospek usaha dengan memperhatikan tingkat keuntungan dan
resiko proyek.
2. Perbankan/kreditur yang fokus pada sisi keamanan dana pinjaman dengan
memperhatikan ketepatan angsuran pokok serta bunga pinjaman.
3. Pemerintah yang fokus pada manfaat proyek untuk perekonomian nasional.
Pada lingkup yang lebih sempit, manajemen perusahaan yang baik adalah yang memiliki
kerangka berfikir yang terintegrasi dalam mengelola seluruh sumber daya perusahaan, salah
satunya pengelolaan adalah menyangkut pendanaan sebagai salah satu faktor penentu
keberhasilan atau gagalnya suatu proyek perusahaan mulai sejak perencanaan hingga
pengoperasian. Salah satu pihak yang bertanggung jawab dalam hal pengelolaan modal
adalah manager keuangan sebagai salah satu decision maker suatu keputusan investasi proyek
perusahaan. Keputusan investasi yang tepat menjadi salah satu penentu kemajuan proyek
perusahaan seperti pengembangan bisnis perusahaan melalui ekspansi dengan membuka cabang
baru, perluasan usaha, pendirian perusahaan baru hingga investasi baru, dan lain-lain.
Keputusan investasi perlu mendapat perhatian khusus karena konsekuensinya yang berdampak
jangka panjang bagi perusahaan. Berikut ini beberapa hal yang membuat keputusan investasi
menjadi sangat penting untuk dikaji :
1. Dana yang harus dikeluarkan untuk melakukan suatu keputusan investasi umumnya
tidaklah kecil, berkonsekuensi jangka panjang bagi perusahaan, serta modal tidak dapat
diperoleh kembali dalam waktu yang relatif singkat.
2. Dengan relatif lamanya pengembalian modal yang diinvestasikan maka kondisi tersebut
akan sangat mempengaruhi perusahaan dalam hal penyediaan dana untuk keperluan lain.
3. Keputusan investasi berpijak pada harapan-harapan profit perusahaan di masa akan
datang, sehingga kesalahan dalam membuat asumsi-asumsi serta peramalan dapat
menyebabkan over maupun under investmentyang berakibat merugikan perusahaan
karena pengeluaran dana untuk kebutuhan operasional, biaya tetap (sementara kapasitas
redudan), atau kerugian akibat kehilangan kesempatan.
4. Investasi umumnya sebagai keputusan jangka panjang, akibatnya bila terjadi kesalahan
dalam perencanaan akan berdampak jangka panjang bagi perusahaan, sedangkan
keputusan investasi yang sudah dieksekusi sulit untuk diperbaiki bila telah terlaksana.
Cash Flow
Dana investasi diharapkan dapat tertutupi dari rencana-rencana penerimaan kas perusahaan
sebagai akibat operasional di masa akan datang. Penerimaan tersebut diperoleh dari hasil
penyelenggaraan investasi yang telah dilakukan di awal operasi proyek perusahaan.
Keuntungan/laba yang dimaksudkan sebenarnya memiliki dua pengertian yaitu :
1. Laba Akuntansi. Merupakan laba yang nilainya dapat diperoleh dari Performa Rugi/laba
operasional proyek perusahaan pada periode analisis tertentu.
2. Laba Tunai. Laba berupa aliran kas (Cash Flow).
Pada kenyataanya laba tunai lebih sering digunakan untuk analisis keputusan investasi
karena laba akuntansi belum pasti berbentuk kas, akibatnya sering dijumpai jumlah kas yang
lebih besar dari keuntungan yang ada pada laporan laba akuntansi. Sebagai pemahaman, pada
performa rugi/laba post biaya-biaya yang dikeluarkan (cost expenditure) seperti pembelian bahan
baku, upah & gaji, biaya promosi, biaya umum & Administrasi, dan lain-lain serta biaya tidak
tunai seperti penyusutan (Depresiation and Amortization) akan dihitung secara keseluruhan,
padahal kenyataannya penyusutan bukanlah pengeluaran sesungguhnya yang dikeluarkan tunai
oleh perusahaan pada periode tertentu tapi telah dikeluarkan saat asset tertentu dibeli. Alasan
perusahaan sendiri melibatkan penyusutan dalam performa Rugi/laba bertujuan untuk menekan
beban pajak perusahaan (penyusutan sebagai tax deductable). Dari pemahaman tersebut maka
dapat kita buat suatu persamaan yang memenuhi :
Cash Flow = EAT (earn after tax) + Penyusutan
Secara naratif, Cash flow dapat dibagi menjadi :
1. Initial Cash Flow. Merupakan aliran kas yang berhubungan dengan pengeluaran
(expense) di awal pendirian proyek untuk keperluan investasi seperti pembelian tanah,
pembangunan pabrik, pembelian mesin, peralatan-peralatan lain, kendaraan, dan lain-lain
dalam rangka memperoleh aktiva tetap perusahaan. Kebutuhan untuk modal kerja juga
dikategorikan dalam cash flow ini.
2. Operational Cash Flow. Merupakan aliran kas yang dipergunakan untuk menutupi
investasi. Operational cash flow biasanya diterima dalam periode tahunan selama usia
investasi berupa aliran kas bersih (EAT/Earn After Tax). Permasalahan muncul saat
proses penentuan cash flow jenis ini ketika ada sumber pendanaan investasi yang berasal
dari hutang, pada kasus ini akan menyebabkan nilai EAT berbeda. Dari pengertian di atas
dapat dibuat formula matematisnya sebagai berikut :
Cash Flow = EAT + Penyusutan + Bunga (1 – Tax)
3. Terminal Cash Flow. Merupakan aliran kas yang diterima sebagai akibat dari habisnya
umur ekonomis suatu proyek. Penerimaan ini biasanya berasal dari nilai sisa modal kerja
atau penjualan aktiva tertentu yang masih dapat digunakan. Penerimaan ini biasanya
disebut nilai residu (Salvage).
1. Analisis Kelayakan Pelaksanaan Proyek.
1. Tools yang Digunakan untuk Analisis Kelayakan (Studi Kasus).
1. Metode Average (Accounting) Rate Of Return/ARR.
Merupakan metode penilaian kelayakan investasi dengan mengukur seberapa besar
tingkat keuntungan terhadap investasi. Metode ini menggunakan data laba akuntansi
EAT yang dibandingkan dengan rata-rata investasi.
Rata-RataEAT= Total EAT pada perioda analisis tertentu dibagi perioda
analisis tersebut.
Rarta-RataInvestasi= Jumlah investasi yang digunakan untuk kebutuhan
pelaksanaan proyek dijumlahkan dengan nilai sisa (Salvage) dan dibagi dua.
Setelah nilai ARR diperoleh, selanjutnya analisis dilakukan dengan
membandingkan ARR bersama tingkat/rate keuntungan yang disyaratkan (nilai rate yang
ditentukan manajemen berdasarkan berbagai pertimbangan). Bila ARR relatif besar
dibanding rate keuntungan maka proyek profitable dan berpeluang untuk layak
dilaksanakan, berlaku sebaliknya.
Kelebihan dari metode ini adalah sederhana dan mudah digunakan karena data-data
yang dibutuhkan dapat diperoleh dari performa rugi/laba, namun kelemahannya masih
mengabaikan nilai waktu uang (time value of money) dan tidak mempertimbangkan cash
flow.
Studi Kasus.
Dari data performa rugi/laba PT Bangkrut Abis-Abisan Tbk diperoleh data EAT
dan Investasi sebagai berikut* :
*Catatan : Semua perhitungan yang menggunakan investasi perusahaan tidak
memperhitungkan dana operasional.
Bangunan Rp150.000
Mesin dan Peralatan
Rp490.000
Tools dan Sparepart
Rp10.000
Perlengkapan Kantor
Rp25.000
TOTAL nilai Asset
Rp675.000
Periode Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
EAT Rp118.667 Rp70.933 Rp143.200 Rp235.467 Rp287.733
Perhitungan.
Metode Average Rate of Return
Rata-Rata EAT Rp 171.200
Rata-Rata Investasi
Rp 337.500
ARR = 50,73%
Analisis.
Hasil perhitungan menggunakan metode Average Rate of Return diperoleh
nilai 50,73%. Sebagai asumsi, bila perusahaan menargetkan rate pencapaian keuntungan
sebesar 21% maka proyek ini dinilai layak dengan rate ARR jauh di atas yang
ditargetkan, maka proyek dapat dipertimbangkan untuk dilaksanakan.
i. Metode Payback Period.
Dalam analisis kelayakan terkadang share holder ingin mengetahui estimasi waktu
pengembalian dana yang ditanam untuk investasi, hal ini penting karena semakin lama
waktu yang diperlukan untuk pengembalian modal maka semakin beresiko suatu proyek
untuk dilaksanakan.
Payback merupakan waktu yang diperlukan proyek perusahaan untuk menutupi
pengeluaran dana Investasi menggunakan aliran kas yang dihasilkan pada periode
tertentu. Secara matematis metode Payback Period merupakan perbandingan
antara Payback Period (masa pengembalian modal) dengan target pengembalian modal
yang diinginkan share holder. Semakin kecil/pendek masa Payback Period semakin
layak proyek untuk dilaksanakan, atau sebaliknya. Sama halnya dengan metode Average
Rate of Return, metode ini masih belum mempertimbangkan time value of money. Berikut
ini formula untuk menentukanPayback Period :
Investasi merupakan total pendanaan yang harus digunakan untuk membangun
proyek (Asset/aktiva) hingga menjalankannya (dana operasional). Kadang dalam
penggunaan persamaan Payback Period sering melibatkan persamaan Interpolasi agar
lebih praktis.
Studi Kasus.
Bersumber dari data performa rugi/laba PT Bangkrut Abis-Abisan Tbk diperoleh
data investasi dan Cash Flow sebagai berikut :
Bangunan Rp150.000
Mesin dan Peralatan
Rp490.000
Tools dan Sparepart
Rp10.000
Perlengkapan Kantor
Rp25.000
TOTAL nilai Asset
Rp675.000
Cash Flow (EAT+Depresiasi)
Periode Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
Cash Flow
Rp235.334 Rp164.267 Rp213.200 Rp282.134 Rp311.067
Perhitungan.
Metode PayBack Period
Nilai
Investasi (Tahun 0) Rp 675.000
Cash Flow (Tahun 1) Rp 235.334
Rp 439.666
Cash Flow (Tahun 2) Rp 164.267
Rp 275.399
Cash Flow (Tahun 3) Rp 213.200
Rp 62.199
Cash Flow (Tahun 4) Rp 282.134
Rp (219.935)
Cash Flow (Tahun 5) Rp 311.067
Rp (531.002)
Tahun PBP = 3,22
Analisis.
Diperoleh hasil tahun PBP selama 3,22 (sekitar 3 tahun 3 bulan), artinya untuk
mengembalikan dana investasi senilai Rp. 675.000.000 dibutuhkan waktu sekitar 3 tahun
3 bulan. Untuk membuat keputusan, dengan membandingkan tahun PBP terhadap target
lama pengembalian yang telah ditentukan share holder maka dapat ditentukan apakah
waktu pengembalian sekitar 3 tahun 3 bulan ini termasuk layak atau tidak, namum
umumnya untuk investasi senilai Rp 675.000.000 selama sekitar 3 tahun masih dianggap
layak.
ii. Metode Net Present Value.
Jika kedua metode di atas mengabaikan nilai uang maka metode Net Present
Value pada cash flow akan mempertimbangkannya dengan menghitung nilai uang di
masa akan datang menggunakan discount rate tertentu. Metode Net Present Value sendiri
secara matematis merupakan penjumlahan antara nilai investasi yang dikeluarkan saat ini
dengan cash flow yang terjadi di masa akan datang (Future Cash Flow) dengan cara
mengubah nilai cash flow tersebut menjadi Present Cash Flow dengan mengalikannya
terhadap faktor (i+r)-n. Jika P adalah nilai uang saat ini (periode 0), dan F adalah nilai
uang (periode n), maka dapat persamaan matematisnya adalah :
F=P.(1+r)-n
Studi Kasus.
Bersumber dari data performa rugi/laba PT Bangkrut Abis-Abisan Tbk diperoleh
data Investasi dan Cash Flow tiap periode sebagai berikut :
Metode Net Present Value
Periode Cash Flow Discount Rate
Present Value of
Cash Flow
Asumsi :r=16%
Tahun 1 Rp235.334 0,86 Rp202.874
Tahun 2 Rp164.267 0,74 Rp122.077
Tahun 3 Rp213.200 0,64 Rp136.588
Tahun 4 Rp282.134 0,55 Rp155.820
Tahun 5 Rp311.067 0,48 Rp148.103
TOTAL Present Value of Cash Flow Rp765.463
Present Value of Investment Rp675.000
Net Present Value (NPV) Rp90.463
Nilai r yang digunakan di atas sebesar 16%, nilai ini digunakan untuk
menyesuaikan tingkat inflasi nasional di bulan Oktober 2005. Inflasi digunakan karena
menyangkut nilai uang relatif terhadap harga barang pada periode finansial tertentu di
suatu wilayah/negara.
Analisis.
Pada Kolom Cash flow data diperoleh dari Performa Rugi/Laba, sedang
kolom discount rate diperoleh dari persamaan F=P.(1+r)-n sebagai contoh, untuk periode
tahun 2 nilai 0,74 diperoleh dari (1+16%)-2, dan seterusnya. Pada kolom Present Value of
Cash Flow diperoleh dari perkalian Cash Flow dengan discount rate, maksud dari hasil
perkalian ini adalah bila cash flow di tahun ke-3 (Future Value) ditarik ke tahun ke-0
(Present Value) maka akan sebesar Rp. 136.588 bukan Rp. 213.200 lagi, hal ini terjadi
akibat penurunan nilai uang, demikian halnya penjelasan untuk tahun-tahun yang lain.
Selanjutnya TOTAL Present Value of Cash Flow dikurangi Present Value of
Investment (nilai investasi di tahun ke-0) sebesar Rp. 675.000 hingga diperoleh NPV
sebesar Rp. 90.463. NPV yang bernilai positif menumjukkan bahwa proyek
ini profitable sehingga layak dipertimbangkan untuk dilaksanakan.
iii. Metode Internal Rate of Return.
Bila Net Present Value digunakan untuk mengkaji profitabilitas proyek pada nilai
uang saat ini (discount rate tertentu), maka metode Internal Rate of Return digunakan
untuk mencari rate yang dapat menyamakan antara nilai Present Value Cash
Flow dan Present Investment. Artinya Internal Rate of Return mencari rate saat present
profit = 0 (Present Value Cash Flow - Present Investment = 0). Berikut ini formula
menentukan Internal Rate of Return, namun sesungguhnya rumus berikut merupakan
turunan dari Interpolasi :
Studi Kasus.
Bersumber dari data performa rugi/laba PT Bangkrut Abis-Abisan Tbk diperoleh
data Investasi dan Cash Flow tiap periode sebagai berikut :
Metode Internal Rate of Return
Periode Cash Flow Discount RatePresent Value of Cash Flow
Asumsi : ri = 21%
Tahun 1 Rp235.334 0,83 Rp194.490,91
Tahun 2 Rp164.267 0,68 Rp112.196,57
Tahun 3 Rp213.200 0,56 Rp120.345,84
Tahun 4 Rp282.134 0,47 Rp131.617,59
Tahun 5 Rp311.067 0,39 Rp119.929,79
TOTAL Present Value of Cash Flow Rp678.581
Present Value of Investment Rp675.000
Net Present Value (NPV) Rp3.581
Periode Cash Flow Discount RatePresent Value of Cash Flow
Asumsi : rj = 22%
Tahun 1 Rp235.334 0,82 Rp192.897
Tahun 2 Rp164.267 0,67 Rp110.365
Tahun 3 Rp213.200 0,55 Rp117.411
Tahun 4 Rp282.134 0,45 Rp127.355
Tahun 5 Rp311.067 0,37 Rp115.095
TOTAL Present Value of Cash Flow Rp663.122
Present Value of Investment Rp675.000
Net Present Value (NPV) -Rp11.878
IRR = 21,23%
Menggunakan metode trial and error (menghindari penyimpangan yang berlebih)
untuk menemukan discount rate posisi terdekat nilai NPV positif dan negatif untuk
menentukan NPV = Rp 0, diperolehDiscount rate sebesar 21,23%. Selanjutnya dengan
membandingkan nilai rate tertentu yang telah ditentukan share holder dengan ketentuan
bila IRR>rateketentuan share holder maka proyek profitable dan dipertimbangkan untuk
dilaksanakan. Pada kasus tertentu biasanya IRR dibandingkan dengan rate yang dikenal
dengan MARR (Minimal Atractive Rate of Return). MARR merupakan nilai yang
berhubungan dengan tingkat suku bunga bank sebagai pertimbangan apakah lebih baik
menanamkan investasi di proyek atau menanamkan dana di bank saja sebagai deposit.
Untuk kasus ini IRR dibandingkan dengan inflasi dan resiko sehingga rateketentuan share
holder ± 21%. IRR memang bernilai lebih besar dari 21%, walaupun layak namun
keputusan dikembalikan pada tingkat keyakinan share holder.
iv. Profitable Index.
Secara matematis metode ini digunakan untuk menghitung tingkat penerimaanPresent
Value terhadap InvestasiPresent Value. Bila ternyata Indeks Profitabilitas (IP)>1 maka
proyek profitable dan dipertimbangkan untuk dilaksanakan.
Studi Kasus.
Bersumber dari data performa rugi/laba PT Bangkrut Abis-Abisan Tbk diperoleh
data Investasi dan Cash Flow tiap periode menggunakan rate sebesar 16% (inflasi) :
Net Present Value
Periode Cash Flow Discount RatePresent Value of Cash Flow
Asumsi : mengikuti Inflasi 2005 r=16%
Tahun 1 Rp235.334 0,86 Rp202.874
Tahun 2 Rp164.267 0,74 Rp122.077
Tahun 3 Rp213.200 0,64 Rp136.588
Tahun 4 Rp282.134 0,55 Rp155.820
Tahun 5 Rp311.067 0,48 Rp148.103
TOTAL Present Value of Cash Flow Rp765.463
Present Value of Investment Rp675.000
Perhitungan.
Metode Profitabilitas Indeks
Profitabilitas indeks = 1,13
Analisis.
Dengan membagi nilai TOTAL Present Value of Cash Flow sebesar Rp. 765.463
dengan nilai Present Value of Investment sebesar Rp. 675.000, maka diperoleh
Profitabilitas indeks (PI) sebesar 1,13. Karena PI bernilai >1 maka proyek ini layak untuk
dipertimbangkan agar dilaksanakan karena profitable.
2. Kesimpulan.
Dari studi kasus menggunakan 5 tools kelayakan investasi di atas, diperoleh data
sebagai berikut :
Metode Hasil Hitung Acuan KelayakanKeputusan Investasi
Average Rate of Return
50,73%> 21% (inflasi+resiko)
Layak Investasi
PayBack Period3 tahun 3 bulan
Harus relatif cepatLayak Investasi
Net Present Value Rp90.463 NPV > Rp 0Layak Investasi
Internal Rate of Return
21,23%> 21% (inflasi+resiko)
Layak Investasi
Profitabilitas Indeks 1,13 > 1Layak Investasi
Karena ke-5 tools kelayakan investasi proyek perusahaan memberikan hasil positif
terhadap harapan share holder, maka proyek ini disimpulkan layak untuk dilaksanakan.
2. Analisis Kelayakan Penggantian/Pembelian Fix Asset.
Pada sebuah kasus, suatu proyek perusahaan yang telah layak dan telah
dioperasionalkan dengan kinerja baik memutuskan untuk melakukan investasi asset baru, hal
ini harus dilakukan mengingat asset yang dimiliki telah kuno baik dari segi proses teknologi
dan alasan lainnya, termasuk pertimbangan adanya asset canggih yang menawarkan efisiensi
biaya operasional yang lebih rendah dari segi biaya tenaga kerja, bahan baku dan lain-lain.
Hanya saja permasalahan yang dihadapi berikutnya adalah asset yang masih dimiliki ternyata
umur ekonomisnya masih panjang serta dapat beroperasi dengan baik.
Dari kasus diatas dapat kita simpulkan bahwa investasi penggantian adalah mengganti
aktiva tetap lama yang masih memiliki umur sisa ekonomis (nilai buku) dengan aktiva tetap
baru yang lebih menguntungkan. Nilai Buku merupakan selisih harga perolehan aktiva-
akumulasi penyusutannya. Aktiva tetap lama memiliki harga jual, sehingga bila diganti
dengan aktiva baru harus dihitung laba/rugi aktiva lama tersebut. Dikatakan laba penjualan
bila harga jual aktiva tetap lama bernilai lebih tinggi dari nilai bukunya, rugi adalah kondisi
sebaliknya. Layak atau tidaknya penggantian aktiva tetap lama harus menghitung investasi
bersih dan tambahan cash flow.
Bila kita masih menggunakan data perusahaan PT Bangkrut Abis-Abisan Tbk yang
memiliki data asset tetap sebagai berikut :
Bangunan Rp150.000
Mesin dan Peralatan Rp490.000
Tools dan Sparepart Rp10.000
Perlengkapan Kantor Rp25.000
TOTAL nilai Asset Rp675.000
DEPRESIASI
Periode Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Salvage
Bangunan Rp25.000 Rp20.000 Rp15.000 Rp10.000 Rp5.000 Rp75.000
Mesin dan Peralatan
Rp81.667 Rp65.333 Rp49.000 Rp32.667 Rp16.333 Rp245.000
Tools danSparepart
Rp1.667 Rp1.333 Rp1.000 Rp667 Rp333 Rp5.000
Perlengkapan Kantor
Rp8.333 Rp6.667 Rp5.000 Rp3.333 Rp1.667 Rp0
TOTAL Depresiasi
Rp116.667 Rp93.333 Rp70.000 Rp46.667 Rp23.333 Rp325.000
Akumulasi Depresiasi
Rp116.667 Rp210.000 Rp280.000 Rp326.667 Rp350.000
Studi Kasus.
Mesin dan peralatan yang bernilai Rp. 490.000.000, menjelang akhir tahun ke-3
manajemen berencana melakukan pembelian asset tetap baru senilai Rp. 600.000.000 dan
menjual aktiva lama senilai Rp. 320.000.000. Perusahaan memperkirakan umur ekonomis
aktiva baru selama 3 tahun dengan nilai sisa Rp. 150.000.000. Harapan perusahaan adalah
dengan menggunakan aktiva baru dapat menghemat biaya tenaga kerja, pemanfaatan bahan
baku yang lebih efisien serta perawatan yang ekonomis mencapai Rp. 100.000.000/tahun.
Tingkat pajak sebesar 20% dan rate return diharapkan sebesar 16%.
Tambahan Cash Flow (Incremental Cash Flow).
Data Incremental Cash Flow dibutuhkan dalam rangka menilai kelayakan dalam
pembelian aktiva baru. Incremental Cash Flow sendiri diperoleh sebagai hasil dari
penggantian aktiva tersebut seperti aspek penghematan ataupun peningkatan penjualan.
Perhitungan.
Penyusutan dengan metode Sum of Year Digits
Aktiva InvestasiTahun 1
Tahun 2
Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Salvage
Baru Rp 600.000 Rp225.000 Rp150.000 Rp75.000
LamaRp 490.000
Rp 81.667
Rp 65.333
Rp 49.000
Rp 32.667 Rp 16.333 Rp - Rp -
Rp 245.000
Rate of return 16%
Benefit atas pengalihan Asset (pertahun) Rp100.000.000
Perhitungan penjualan aktiva tetap lama
Harga beli aktiva lamaRp 490.000
Akumulasi penyusutan (3 tahun)Rp 196.000
Nilai buku (aktiva tetap lama)Rp 294.000
Harga jual aktiva lamaRp 320.000
Laba (rugi) penjualan Aktiva Tetap lama Rp 26.000
Pajak (20%) Rp 5.200
Laba (rugi) bersih penjualan Aktiva tetap lama Rp 20.800
Perhitungan penerimaan bersih dan Investasi bersih
Nilai buku (aktiva tetap lama)Rp 294.000
Laba (rugi) penjualan aktiva tetap lama Rp 20.800
Penerimaan bersihRp 314.800
Harga beli aktiva tetap baruRp 600.000
Investasi bersihRp 285.200
Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7
Penghematan tunai
Rp 100.000
Rp 100.000
Rp 100.000
Tambahan penyusutan
Aktiva baru Rp225.000 Rp150.000 Rp 75.000
Aktiva lama Rp 16.334 Rp - Rp -
Rp 208.666
Rp 150.000
Rp 75.000
Tambahan EBIT Rp (108.666)
Rp (50.000)
Rp 25.000
Pajak (20%) Rp - Rp - Rp 5.000
Tambahan EAT Rp (108.666)
Rp (50.000)
Rp 20.000
Tambahan Penyusutan
Rp 208.666
Rp 150.000
Rp 75.000
Tambahan Cash Flow
Rp 100.000
Rp 100.000
Rp 95.000
Incremental Cash Flow
Future Value Present Value
Tahun 5 Rp100.000 Rp86.207
Tahun 6 Rp100.000 Rp74.316
Tahun 7 Rp95.000 Rp60.862
TOTAL PV Cash Flow Rp221.386
Investasi bersih Rp285.200
NPV (Rp63.814)
Analisis.
Perusahaan telah memiliki aktiva lama selama 2 tahun senilai Rp. 294.000.000 nilai
sisa akibat penggunaan (dikurangi penyusutan) menjadi Rp. 245.000.000 di tahun ke-6.
Sementara di tahun ke-3 akan dilakukan penggantian aktiva senilai Rp. 600.000.000 dengan
umur ekonomis 3 tahun dan nilai sisa di tahun ke-4 senilai Rp. 150.000.000. Dengan
metode Incremental Cash Flow maka digunakan cash flow kedua aktiva tersebut pada
periode yang sama yaitu tahun ke-3 sampai ke-5 (relatif terhadap umur ekonomis aktiva
lama). Perhitungan dilakukan pada tabel Perhitungan penjualan aktiva tetap
lama dan Perhitungan penerimaan bersih dan Investasi bersih agar diperoleh besar
pembiayaan aktiva baru dari sumber modal baru dan nilai buku penjualan aktiva lama setelah
pajak. Berikutnya akan diperoleh Investasi bersih senilai Rp. 285.200.000, nilai ini menjadi
nila. investasi inisialisasi pembelian aktiva baru pada tahun ke-3. Untuk melakukan studi
kelayakan maka dihitung proyeksi Incremental Cash Flow di tahun ke-3 hingga berakhirnya
umur ekonomis aktiva lama (tahun ke-5). Langkah selanjutnya menentukan Net Present
Value (rate 16%) sehingga diperoleh rugi (Rp. 63.814). Kesimpulan dari perhitungan NPV
maka pergantian aktiva lama atas aktiva baru dinilai tidak efektif dan jangan dilakukan.
BAB III
Kesimpulan
Dengan mengggunakan tools di atas manajer keuangan akan dapat lebih mudah
melakukan analisa secara sistematis sebelum membuat keputusan investasi, dengan demikian
dapat meminimasi kemungkinan resiko kerugian akibat kesalahan pengambilan keputusan
investasi. Diketahui pula bahwa keputusan investasi mempunyai dimensi waktu jangka panjang,
sehingga keputusan yang diambil harus dipertimbangkan dengan baik, karena mempunyai
konsekuensi jangka panjang pula.