Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
KERAGAMAN LOKUS HEMOGLOBIN ( Hb)
PADA AYAM KAMPUNG KULIT KUNING
HASIL PERSILANGAN MENGGUNAKAN PEJANTAN
DARI LOMBOK TIMUR
PUBLIKASI ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Peternakan
Oleh:
AHSANUL FAIZIN
B1D 010 031
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2016
2
KERAGAMAN LOKUS HEMOGLOBIN ( Hb)
PADA AYAM KAMPUNG KULIT KUNING
HASIL PERSILANGAN MENGGUNAKAN PEJANTAN
DARI LOMBOK TIMUR
PUBLIKASI ILMIAH
Diserahkan Guna Memenuhi Sebagian Syarat yang Diperlukan
untuk Mendapat Drajat Sarjana Peternakan
pada Program Studi Peternakan
Oleh
AHSANULFAIZIN
B1D 010 031
Menyetujui :
Pembimbing Utama
(Ir. Hj. Lestari, MP )
NIP : 19580618 198403 2001
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2016
3
KERAGAMAN LOKUS HEMOGLOBIN ( Hb)
PADA AYAM KAMPUNG KULIT KUNING
HASIL PERSILANGAN MENGGUNAKAN PEJANTAN
DARI LOMBOK TIMUR
OLEH
AHSANUL FAIZIN
B1D 010 031
INTISARI
Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Mataram
Jl. Majapahit No. 62 Matarm – NTB Tlp/Fax : (0370) 633603/640592
Email : [email protected]
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman lokus protein
hemoglobin pada sample darah hasil persilangan ayam kampung kulit kuning dari
empat kabupaten di Pulau Lombok dengan pejantan dari Lombok Timur. Sampel
yang digunakan sebanyak 92 ekor: 24 ekor hasil persilangan induk Lombok Barat
dengan pejantan Lombok Timur; 21 ekor hasil persilangan induk Kota Mataram
dengan pejantan Lombok Timur; 19 ekor hasil persilangan induk Lombok Tengah
dengan pejantan Lombok Timur; 28 ekor hasil persilangan induk Lombok Timur
dengan pejantan Lombok Timur. Setiap ayam diambil darahnya sebanyak 1 ml.
Darah dipisahkan antara plasma dan hemolisat. Hemolisat di elektroforesis di
Laboratorium Imunobiologi Universitas Mataram untuk mendapatkan lokus
hemoglobin (Hb). ditemukan genotipe HbAD, HbBD dan HbCD dengan frekuensi
genotip (0,946),(0,011) dan (0,043), Pengaturan sistem perkawinan menggunakan
pejantan Lombok Timur dengan induk dari empat daerah, belum berpengaruh
terhadap keseimbangan H-W (P>0,05).
Kata Kunci : Keragaman, Lokus Hemoglobin, Persilangan, Ayam Kampung Kulit
Kuning.
4
DIVERSITY LOCUS HEMOGLOBIN OF CROSSING SKIN LOCAL
YELLOW CHICK CROSS WITH MALES FROM EAST lOMBOK
BY
AHSANUL FAIZIN
B1D 010 031
ABSTRACT
This study aims to determine the diversity of protein hemoglobin locus on a
blood sample of cross-breeding the yellow local hen from four districts of lombok
island to the rooster of east Lombok. It has been used about 92 chickens as the sample
24 chickens of crossbreding the hen of West Lombok,to the roosters of East Lombok;
21 chickens of crossbreeding the hen of mataram to the rooosters East Lombok; 19
chickens of crossbreeding the hen of Central Lombok to the roosters of Eas Lombok;
28 chickens of croosbreeding the hen of East Lombok to the roosters of East Lombok.
1 ml of the blood was taken from each of the chicken ( blood plasma was separated
from the hemolisate). We perform an electrophoresis test to diagnose and measure
hemoglobin (Hb) locus of hemolysate in imunobiology laboratory of Mataram
University. As a result. Genotypes that had been found were HbAD, HbBD and HbCD
with genotype frequency (0,946), (0,011) and (0,043). In sum, the croosing system of
the roosters from East Lombok to the hen of four district, had not affect the balance of
H-W.
Keywords : Diversity, Hemoglobin locus, Cross-breeding, yellow skin local hen.
.
5
PENDAHULUAN
Ayam kampung (Gallus domesticus) adalah salah satu jenis ternak unggas
yang merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik
perunggasan ditanah air. Ayam kampung termasuk ayam bukan ras (buras) yang
merupakan jenis ayam yang cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia yang tersebar
dan berkeliaran bebas diperumahan baik pedesaan maupun perkotaan.
Ayam kampung mempunyai peranan penting dalam pembagunan peternakan,
bahkan untuk menyongsong era globalisasi sekarang ini. Ayam kampung telah
mempunyai segmen pasar tersendiri. Ayam kampung mempunyai kelebihan pada
daya adaptasi tinggi karena mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi,
kondisi lingkungan dan perubahan iklim serta cuaca setempat.
Ayam kampung memiliki fenotip yang bervariasi diantara variasi warna kulit.
Ayam kampung yang dipelihara di pedesaan yaitu memiliki warna kulit putih ,
kuning, hitam dan abu abu atau kehijauan ( Mansjoer et al, 1989 ). Menurut
Budiwati (1982) dan Rasyaf (1994) bahwa ayam kampung memiliki warna kulit
putih, kuning dan campuran. Sedangkan hasil penelitian Lestari (1998) hanya
menemukan dua macam warna kulit yaitu putih dan kuning pada ayam kampung.
Crawford (1990) menyatakan bahwa warna kulit kuning pada ayam ras
petelur disebabkan oleh tetuanya yang berkulit kuning dan makanan yang
mengandung xantophyl yang berasal dari makanan seperti jagung kuning atau alfalfa
yang menyebabkan warna kuning pada yolk telur, lemak tubuh, kulit, kaki, dan
paruh.
6
Warna kulit kuning disebabkan juga karena kelebihan Fe yang disimpan
dalam bentukferitin. Fe adalah prekursor Hb. Variasi warna kulit kuning di sebabkan
karena variasi lokus Hb.
Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen didalam darah. Hemoglobin
akan menjadi merah cerah jika mengandung banyak oksigen dan akan menjadi merah
gelap jika mengandung banyak karbondioksida. Hemoglobin dapat bergabung dengan
oksigen udara yang terdapat dalam paru-paru, sehingga terbentuklah oksihemoglobin
yang kemudian oksigen tersebut dilepaskan ke sel-sel jaringan tubuh.
Metode deteksi polimorfisme protein dengan teknik elektroforesis dapat
digunakan untuk mengetahui variasi genetik dalam populasi (Statio, 1997 ; Legates
dan Warwick, 1990 ).
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang
keragaman lokus protein hemoglobin untuk mengetahui keragaman genotif dari gen
Na pada hemolisat darahayam kampung kulit kuning menggunakan pejantan Lombok
Timur.
7
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan sampel darah yang diambil dari 92 ekor ayam
kampung kulit kuning hasil persilangan induk dari 4 kabupaten yaitu Kota Mataram,
Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur dengan menggunakan pejantan dari
Lombok Timur.
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Acrylamide, Bis
acrylamide, Gliserol, TCA, Tris Amino Metan, Ponceau, Amonium persulfat, Asam
Asetat Glasial, TEMED, CBB,Glisin, dan aquabides.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Mikropipet berbagai
ukuran, Vortex, Shaker, Sentrifus, pH meter, dan Electroforesis.
Variabel yang diamati pada penelitian ini yaitu keragaman lokus Hb pada
sample darah ayam kampung.
Diawali dengan pengambilan sampel darah ayam kampung di Peternakan
Pagutan. Sampel darah diambil sebanyak 1 ml pada bagian vena sayap dengan
menggunakan alat suntik yang kemudian dimasukkan kedalam tabung EDTA.
Selanjutnya dibawa ke Laboratorium untuk dianalisa Elektroforesis.
Hasil penelitian ditabulasikan berdasarkan genotip dan alel lokus Hb hasil
elektroforesis hemolisat sample darah, kemudian dicari frekuensinya . frekuensi alel
dicari menggunakan rumus (Warwick et, al 1979).
𝑞A =∑ alel A
∑alel A + ∑ alel a
(1 − 𝑞)a =∑ alel A
∑alel A + ∑ alel a
8
Keterangan:
qA = Frekuensi alel A
(1-q)a = Frekuensi alel a
Untuk mengetahui dan menguji keseimbangan genetic diuji menggunakan uji X2
(Suryo, 1994), sbb :
X2 = 𝑑2
e
Keterangan :
X2
= Chi Square
∑ = Sigma (jumlah)
d = Deviasi/Penyimpangan yaitu selisih antara hasil yang
diproleh dengan hasil yg diharapkan
e = Hasil yang diramal/diharapkan
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaman Genotip pada Protein Hemoglobin
Hasil analisis elektroforesis sampel hemolisat darah lokus Hb ayam kampung
kulit kuning hasil persilangan pejantan Lombok Timur dengan induk dari 4 daerah di
Pulau Lombok hanya ditemukan 3 macam genotip yaitu HbAD, HbBD HbCD dengan
frekuensi 0,946 0,011 0,043 masing-masing dapat dilihat pada Gambar 1.Lokus Hb
dikontrol oleh 4 macam alel. Pita tercepat disebut dengan alel A, diikuti dengan pita
dibelakangnya yaitu B, C dan D, sehingga kombinasi yang diharapkan yaitu AA, AB,
AC, AD, BB, BC, BD, CC, CD dan DD.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Gambar 1. Contoh hasil elektroforesis hemolisat pada hasil persilangan
pejantan Lombok Timur.
Katoda (-)
Anode (+)
Hb D
Hb B
Hb C
Hb A
Sampel
10
Menurut Haris (1994), bahwa polimorfisme ditampilkan sebagai dua atau
lebih alel pada satu lokus. Polimorfisme terjadi karena adanya perbandingan asam
amino yang menyusun protein globin. Polimorfisme digunakan untuk menetapkan
suatu keadaan dimana populasi secara alami terdiri dari individu-individu yang
heterogen. Variasi genotip antar individu menghasilkan perbedaan distribusi
frekuensi gen pada suatu populasi (Leary dan Booke, 1990).
Tabel 1. Frekuensi genotipe dan alel sampel hemolisat darah ayam kampung kulit
kuning hasil persilangan menggunakan pejantan Lombok Timur.
Genotife Jumlah Frekuensi
Alel
A B C D
AB
0 0 0 0 0 0
AC 0 0 0 0 0 0
AD 87 0,946 0,473
0 0 0,473
BC 0 0 0
0 0 0
BD 1 0,011 0 0,005 0 0,005
CD 4 0,043 0 0 0,022 0,022
DD 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 92 1 0,473 0,005 0,022 0,5
Jurnal Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Mataram 2014
11
Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan hasil temuan Gunawan (2014)
yang menemukan 3 pita pada hasil persilangan dengan menggunakan pejantan
Lombok Barat dikontrol 3 alel yaitu A,B,C sedangkan lokus Hb hasil persilangan
menggunakan pejantan Lombok Timur ditemukan 4 alel yaitu A,B,C,dan D. Menurut
Suryo (1994) setiap 3 basa nitrogen disebut dengan kodon empat macam basa
nitrogen yaitu A,T,S,G diangggap sebagai alfabet mulekul DNA. Apabila terjadi
perubahan susunan kodon maka terjadinya perubahan kode asam amino sehingga
diduga perubahan jumlah pita lokus Hb disebabkan karena perubahan susunan basa
nitrogen. Terjadinya perubahan susunan basa nitrogen pada penelitian ini tidak
menyebabkan perubahan keseimbangan genetik sehingga Hb ayam kampung, yaitu
masih dalam keseimbangan alami atau tidak berbeda nyata (P>0,05)
Uji Keseimbangan Genetik
Hasil uji x2 (Chi Square) menunjukkan bahwa lokus Hb pada hasil persilangan
ayam kampung pejantan Lombok Timur dengan induk ayam kampung dari empat
daerah tidak ada pebedaan yang nyata atau masih dalam keseimbangan alami.
Menurut Noor (1996), Sulistyowati (1995), Warwick et al., (1990) dan Yatim (1980)
bahwa, dalam suatu populasi yang besar dimana terjadi perkawinan acak dan tidak
terjadi mutasi, migrasi, seleksi, genetic drift dan miotic drift, maka frekuensi gen dan
frekuensi genotipe dari generasi ke generasi adalah sama dan populasi berada dalam
keseimbangan alami.
Menurut Yatim (1980) bahwa, pengaruh genetic drift dapat diabaikan pada
populasi ternak besar, tetapi berpengaruh pada populasi ternak kecil. Pada populasi
yang kecil, perkawinan sekerabat dekat banyak berlangsung sehingga kemungkinan
Jurnal Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Mataram 2014
12
jumlah ternak yang homozigot semakin meningkat, sedangkan heterozigot semakin
berkurang dari generasi kegenerasi.
Penggunaan pejantan Lombok Timur hasil penelitian Lestari (2000)
Mengatakan bahwa pejantan Lombok Timur memiliki hubungan kekerabatan terjauh
dibandingkan dengan ayam dari daerah lain, sehingga diharapkan terjadi perubahan
frekuensi genotipe.
Hasil penelitian Lestari dkk (2000) bahwa pejantan Lombok Barat memiliki
hubungan kekerabatan terjauh dibandingkan dengan ayam dari daerah lain.Perubahan
pengaturan sistem perkawinan menggunakan pejantan dari Lombok Timur tidak
merubah keseimbangan genotipe lokus pada Hb.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Hasil persilangan Pejantan Lombok Timur dengan induk dari empat
kabupaten di Pulau Lombok ditemukan genotip adalah HbAD,HbBD, dan
HbCD sehingga dikontrol oleh alel A, B, C dan D.
2. Hasil persilangan menunjukkan masih dalam keseimbangan H-W (P>0,05).
Saran
Untuk merubah keseimbangan H-W silangkan ayam yang memiliki hubungan
kekerabatan jauh seperti ayam kampung dengan ayam ras.
Jurnal Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Mataram 2014
13
DAFTAR PUSTAKA
Aman, Y, 2011. Ayam Kampung Unggul. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Anonimus, 2008. Anemia Defisiensi Besi.http//cafepojok. Com/ forum/archive/
index.Php/1-3118.html
Bakrie and Manwell. 1986. Population Genetics, Molecular Marker and Gene
Conservation of Bovine Breeds.In : Neimann and Hickman (Ed).
WorldAnimal Science. Elsevier Healt Sciences. London.
Budiwati, T. 1982. Beberapa Sifat Kuantitatif Ayam Sebagai Dasar Pertimbangan
Seleksi. Poult Ind. 46.
Crawford. R.D. 1990. Original and History of Poultrey Species. R.D Crawford (ed).
Poultrey Breeding and Geneties.Elseveir Science Publishing company inc.
Canada.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gajah Mada Uneversity Press,
Yogyakarta.
Ganong, W. F. 1995. Review of Medical Physiology.17th ed. Lange Medical
Publiscations, California.
Gunawan R.A. 2014. Studi Keragaman Lokus Hemoglobin Hasil Persilangan (F1)
Ayam Kampung kulit kuning di Pulau Lombok dengan pejantan dari Lombok
Barat. .(Skripsi)Fakultas Peternakan. Universitas Mataram.
Harper, H. A., V. W. Rodwell, dan P. A. Mays. 1984. Biochemistry. Large Medical
Publication Drawer L., Los Altas. California.
Harris, H. 1994. Dasar-Dasar Biokimia Manusia. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Leary, R. F. and H. E. Booke. 1990. Starch Gel Elektroforesis and Species
Distinection. Am. Fish. Soc. Bethesda, Maryland, USA. Pp. 141-170.
Legates, J. E and Warwick. 1990. Breeding and Improvement of Farm Animals. 8th
Edition. McGraw-Hill Publising Company, New York.
Lestari. 1998. Pengkajian Kekerabatan Ayam Kampung dan Ayam Ras Berdasarkan
Analisis Elektroforesis Protein Darah. Thesis. Program Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Jurnal Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Mataram 2014
14
Lestari dan J. Rahma, 1999. Estimasi Jarak Genetik Antar Populasi Ayam Kampung
Di Pulau Lombok Berdasarkan Polimorfisme Protein Darah. Laporan
Penelitian. Fakultas Peternakan. Universitas Mataram. Mataram.
Lestari. 2000. Polimorfisme Protein Plasma Darah Ayam Kampung DenganTeknik
PAGE Pada Konsentrasi Akrilamid Berbeda.Laporan Penelitian. Fakultas
Peternakan. Universitas Mataram. Mataram.
Lestari, S. Prasetyo dan N. K. D. Haryani. 2013. Mengangkat Potensi Genetik dan
Produktivitas Ayam Kampung yang Memiliki Gen Na Di Pulau Lombok.
Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan. Universitas Mataram. Mataram.
Mansjoer, SS, 1989. Pengembangan ayam lokal di Indonesia. Prosiding Seminar
Peran Unggas Lokal di Indonesia, Lustrum V. Fakultas Peternakan,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Mansjoer, I.,S.S. Mansjoer dan D. Sayuthi.1989. Studi Banding Sifat-sifat Biologis
Ayam Kampung, Ayam Pelung Dan Ayam Bangkok. Buletin Penelitian IPB.
7 (I) :77-86.
Noor, R. R. 2000. Genetika Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nurfilaliyati. 2013. Studi Keragaman Lokus Protein Hemoglobin Pada Hemolisat
Darah Ayam Kampung berkulit Kuning. Di Pulau Lombok. Fakultas
Peternakan. (Skripsi) Universitas Mataram.
Ogita, Z. I. & Markert. 1979. A Miniaturized System for Electrophoresis on
Polyacrilamide Gels. Anal.Biochem. 99: 233-241.
Rasyaf, M. 1994. Beternak Ayam Kampung. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Stansfield, W. D. dan S. L. Elrod. 2002. Genetika. Edisi ke-4. Terjemahan: Damaring
Tyas W. Erlangga, Jakarta.
Statio, D. L. 1997. Biochemical Genetics Sheep. Edited by Piper L. and Ruvisky A.,
Cab Internationals, Oxon.
Stenesh, J. 1983. Immunochemistry, Precipitin Curve and Immunodiffusin. Exp.
Bio..39 : 491-501.
Sulistyowati, D.I. 1994. Genetika Populasi Fakultas Perikanan. Institut Tekhnologi
Bandung. Bandung.
Suryo. 1994. Genetika. Universitas Gadjah Mada, Uninversity PressYogyakarta.
Tjahjaningsih, D. P. 1991. Studi Karakteristik Fenotipe Ayam Kampung, Ayam
Pelung, dan Ayam Bangkok dan Keturunan Pertamanya (F2) Melalui
Jurnal Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Mataram 2014
15
Polimorfisme Protein Darah.Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Warwick, E. J. and J. E. Legates. 1979. Breeding and Improvement of Farm Animals.
McGrawh Hill Book Compan, New York, USA.
Warwick, E. J., J. M. Astuti dan W. Hardjosoebroto.1990. Pemuliaan Ternak. Edisi
ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.