16
BAB 4 KERANGAKA PEMIKIRAN DASAR 4.1. 4.1. DEFINISI DEFINISI Berbeda dengan definisi e-Commerce maupun e-Business yang cenderung universal, e-Government (selanjutnya disingkat e-Gov) sering dideskripsikan secara beragam oleh masing-masing individu atau komunitas. Hal ini disebabkan berbagai hal: Walaupun sebagai sebuah konsep e-Gov memiliki prinsip-prinsip dasar yang universal, namun karena setiap negara memiliki skenario implementasi yang berbeda maka definisi dan ruang lingkup e-Gov pun menjadi beraneka ragam. Spektrum implementasi e-Gov sangatlah lebar mengingat sedemikian banyaknya tugas dan tanggung jawab pemerintah sebuah negara yang berfungsi untuk mengatur masyarakatnya melalui berbagai jenis interaksi dan transaksi. Pengertian dan penerapan e-Gov di sebuah negara tidak dapat dipisahkan dengan kondisi internal baik secara makro maupun mikro dari negara yang bersangkutan, sehingga pemahamannya sangat ditentukan oleh sejarah, budaya, pendidikan, pandangan politik, dan kondisi ekonomi dari negara yang bersangkutan. Visi, misi dan strategi pembangunan sebuah negara yang sangat unik mengakibatkan terjadinya beragam pendekatan dan skenario dalam proses pengembangan bangsa sehingga berpengaruh terhadap penyusunan prioritas pengembangan bangsa. (Indrajit, 2006). Definisi e-Goverment di beberapa negara: 1

Kerangka pemikiran dasar.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kerangka pemikiran dasar egovermnet

Citation preview

BAB 1

KERANGAKA PEMIKIRAN DASAR 4.1. Definisi

Berbeda dengan definisi e-Commerce maupun e-Business yang cenderung universal, e-Government (selanjutnya disingkat e-Gov) sering dideskripsikan secara beragam oleh masing-masing individu atau komunitas. Hal ini disebabkan berbagai hal:

Walaupun sebagai sebuah konsep e-Gov memiliki prinsip-prinsip dasar yang universal, namun karena setiap negara memiliki skenario implementasi yang berbeda maka definisi dan ruang lingkup e-Gov pun menjadi beraneka ragam.

Spektrum implementasi e-Gov sangatlah lebar mengingat sedemikian banyaknya tugas dan tanggung jawab pemerintah sebuah negara yang berfungsi untuk mengatur masyarakatnya melalui berbagai jenis interaksi dan transaksi.

Pengertian dan penerapan e-Gov di sebuah negara tidak dapat dipisahkan dengan kondisi internal baik secara makro maupun mikro dari negara yang bersangkutan, sehingga pemahamannya sangat ditentukan oleh sejarah, budaya, pendidikan, pandangan politik, dan kondisi ekonomi dari negara yang bersangkutan.

Visi, misi dan strategi pembangunan sebuah negara yang sangat unik mengakibatkan terjadinya beragam pendekatan dan skenario dalam proses pengembangan bangsa sehingga berpengaruh terhadap penyusunan prioritas pengembangan bangsa. (Indrajit, 2006).Definisi e-Goverment di beberapa negara:

1. Menurut Pemerintah Fedeal A.S.: E-Government refers to the delivery of government information and services online through the Internet and other digital means.

2. Menurut Pemerintah New Zealand: E-Government is a way for government to use the new technology to provide people with more convenient access to government information and services, to improve the quality of the services and to provide greater opportunities to participate in our democratic institutions and processes.

3. Menurut Pemerintah Italy: E-Government is the use of modern ICT in the modernization of our administration, which comprise the following classes of action: a). Computerization designed to enhance operational efficiency within individual departments and agencies; b). Computerization of services to citizens and firms, often implying integration among the services of different departments and agencies; c). Provision of ICT access to final users of government services and information.

4. Menurut Pemerintah Malaysia: "E-Government offers a collaborative and integrated environment not just for enhanced internal operations but more significantly for a heightened level of government services through a variety of electronic delivery channels thereby providing convenience to citizens and business."5. Menurut Bank Dunia : E-Government berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi (seperti: wide area network, internet, dan komunikasi bergerak) oleh lembaga pemerintah yang mempunyai kemampuan untuk mentransformasikan hubungan Pemerintah dengan warganya, pelaku dunia usaha (bisnis), dan lembaga pemerintah lainnya. Teknologi ini dapat mempunyai tujuan yang beragam, antara lain: pemberian layanan pemerintahan yang lebih baik kepada warganya, peningkatan interaksi dengan dunia usaha dan industri, pemberdayaan masyarakat melalui akses informasi, atau manajemen pemerintahan yang lebih efisien. Hasil yang diharapkan dapat berupa pengurangan korupsi, peningkatan transparansi, peningkatan kenyamanan, pertambahan pendapatan dan/atau pengurangan biaya1.Dari beberapa definisi di atas, setidaknya terdapat tiga kesamaan karakteristik dari setiap definisi e-Gov. Pertama, imlementasi e-Gov merupakan suatu mekanisme interaksi baru (modern) antara pemerintah dengan masyarakat dan kalangan lain yang berkepentingan (stakeholder). Kedua, implementasi e-Gov melibatkan penggunaan teknologi informasi (terutama internet). Ketiga, implementasi e-Gov bertujuan memperbaiki mutu pelayanan pemerintah kepada public.Dari definisi tersebut dapat ditarik unsur-unsur obyek, tujuan dan alatnya sebagai terlihat pada gambar berikut:

Gambar 41. Unsur-unsur pada definisi e-governmentTUJUAN DAN MANFAAT PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT

Tujuan pengembangan e-Gov berdasarkan Inpres No. 3 Tahun 2003, adalah pertama, untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Melalui pengembangan e-Gov dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimalkan pemanfaatan ICT. Pemanfaatan ICT tersebut mencakup dua aktivitas yang berkaitan yaitu: (1) pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronis; (2) pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat di seluruh wilayah negara. Kedua, untuk melaksanakan maksud tersebut pengembangan e-government diarahkan untuk mencapai 4 (empat) tujuan, yaitu: (1). Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang memiliki kualitas dan lingkup yang dapat memuaskan masyarakat luas serta dapat terjangkau di seluruh wilayah Indonesia pada setiap saat tidak dibatasi oleh sekat waktu dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat; (2) Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk meningkatkan perkembangan perekonomian nasional dan memperkuat

kemampuan menghadapi perubahan dan persaingan perdagangan internasional; (3). Pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi dengan lembaga-lembaga negara serta penyediaan fasilitas dialog publik bagi masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam perumusan kebijakan Negara; (4). Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan dan efisien serta memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga pemerintah dan pemerintah daerah otonom.

Adapun manfaat dari pengembangan e-Gov adalah:

1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada stakeholder-nya (masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja, efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara.

2. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Corporate Governance.

3. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi relasi, dan interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholder-nya untuk keperluan aktivitas seharihari.4. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan.

5. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan tepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan global dan trend yang ada.

6. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan demokratis. Dengan kata lain, implementasi e-Gov yang tepat akan secara signifikan memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat di suatu negara secara khusus, dan masyarakat dunia secara umum. Oleh karena itu implementasinya di suatu negara tidak dapat ditunda-tunda dan harus pula dilaksanakan secara serius di bawah suatu kepemimpinan dan kerangka pengembangan yang holistik, yang pada akhirnya akan memberikan keunggulan kompetitif secara nasional.

4.2. pengembangan e-goverment

Sesuai dengan Inpres No. 3/2003 tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government, setiap Gubernur dan Bupati / Walikota diamanatkan untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya masing-masing guna terlaksananya pengembangan e-Government secara nasional.

Menurut Inpres No. 3/2003:

Pengembangan e-Government merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Melalui pengembangan egovernment dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi. Pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup 2 (dua) aktivitas yang berkaitan yaitu :

(1) pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronis;

(2) pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat. 4.3. Macam interaksi antar pelaku dalam E-GovernmentE-government bertujuan untuk meningkatkan interaksi antar pelaku. Dari definisi di atas terdapat interaksi antar pelaku sebagai berikut:

Gambar 42. Macam interaksi dalam e-government4.4. Macam cara/alur interaksi dengan Pemerintah dalam E-GovernmentDisamping cara interaksi tradisional, e-government memberi kemudahan bagi warga dan dunia usaha untuk mengakses layanan pemerintah. Dalam hal ini, terdapat beberapa macam cara atau alur interaksi dari pengguna layanan ke pemberi layanan (Pemerintah) seperti dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 43. Macam cara interaksi dengan Pemerintah dalam e-government (sumber: PIU UK, 2000, dimodifikasi dari Fig. 6.3 hal. 48)4.5. Tingkatan layanan atau tahapan pengembangan E-Government secara umum Pengembangan e-government dapat dilakukan dalam beberapa tahap atau tingkatan. Beberapa sumber pustaka menjelaskan tentang tingkatan layanan egovernment sebagai berikut:

Gambar 44. Tingkatan layanan e-government (sumber: PIU UK, 2000, Fig. 4.1 hal. 22)Sedangkan kerangka berpikir untuk tahapan pengembangan e-Government mengacu pada usulan tahapan pengembangan oleh Hermawan Kertajaya yaitu :

(I) Sekedar menjalankan kewajiban sebagai penyedia layanan publik, tapi sudah mulai dilewatkan jaringan komputer (LAN/WAN).

(II) Penyediaan layanan publik dilewatkan internet (dapat diakses dari manapun).

(III) Menuju layanan yg berorientasi pada pembangunan ekonomi nasional jangka panjang (layanan pada kalangan bisnis, pemasok, dan lembaga pemerintah lainnya)layanannya dilewatkan LAN/WAN; belum semuanya lewat internet (ekstranet).

(IV) Berorientasi ke pembangunan ekonomi jangka panjang dan semua layanannya lewat internet (ekstranet).

(sumber:Hermawan Kertajaya, dkk., 2002:331)Gambar 45. Kerangka Berpikir Tingkatan Pengembangan e-Government 4.6. Tingkatan pengembangan E-Government berkaitan dengan pembangunan daerah

Mengingat pengembangan e-Government merupakan sebuah proses transformasi dari manual ke elektronik, maka dibutuhkan upaya-upaya sistematis yang menyangkut subyek, obyek dan metoda yang terkait dengan proses transformasi tersebut.

Proses transformasi ini mengacu pada tiga hal, yaitu perundang-undangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi, kondisi saat ini dan pengaruh lingkungan yang bersumber pada tuntutan layanan publik dan kemajuan teknlogi informasi dan komunikasi. Kerangka berpikir tersebut dapat dilihat seperti Gambar 1.

Gambar 46. Kerangka Berpikir Pengembangan e-Government

4.7. Kebijakan Pengembangan E-GoverntmentKebijakan pengembangan e-Gov telah diletakkan oleh pemerintah Indoensia, antara lain tertuang dalam Inpres No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government dan Keputusan Menteri Komunikasi dan Informasi Nomor: 57/Kep/M.Kominfo/12/2003 Tentang Panduan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan E-Government Lembaga.

Ada dua issu besar yang menjadi latar belakang keluarnya kebijakan nasional tersebut:

1. Tuntutan Perubahan

Indonesia pada saat ini tengah mengalami perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara secara fundamental menuju ke sistem kepemerintahan yang demokratis transparan serta meletakkan supremasi hukum. Perubahan yang tengah dialami tersebut memberikan peluang bagi penataan berbagai segi kehidupan berbangsa dan bernegara, dimana kepentingan rakyat dapat kembali diletakkan pada posisi sentral.

Namun setiap perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara selalu disertai berbagai ketidakpastian. Dengan demikian pemerintah harus mengupayakan kelancaran

komunikasi dengan lembaga-lembaga tinggi negara, pemerintah daerah serta mendorong partisipasi masyarakat luas, agar ketidakpastian tersebut tidak mengakibatkan perselisihan paham dan ketegangan yang meluas, serta berpotensi menimbulkan permasalahan baru. Pemerintah juga harus lebih adaptif terhadap aspirasi rakyat dan mampu menanggapinya secara cepat dan efektif.

Penataan berbagai segi kehidupan berbangsa dan bernegara itu terjadi pada lingkungan kehidupan antar bangsa yang semakin terbuka, di mana nilai-nilai universal di bidang ekonomi dan perdagangan, politik, kemanusiaan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup saling berkaitan secara kompleks. Apa yang dilaksanakan tidak akan lepas dari pengamatan masyarakat internasional. Dalam hal ini pemerintah harus mampu memberikan informasi yang komprehensif kepada masyarakat internasional agar tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat meletakkan bangsaIndonesia pada posisi yang serba salah. Perubahan yang sedang dijalani terjadi pada saat dunia sedang mengalami transformasi menuju era masyarakat informasi. Kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan, dan pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat. Kenyataan telah menunjukkan bahwa penggunaan media elektronik merupakan faktor yang sangat penting dalam berbagai transaksi internasional, terutama dalam transaksi perdagangan. Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan kecenderungan global tersebut akan membawa bangsa Indonesia ke dalam jurang digital divide, yaitu keterisolasian dari perkembangan global karena tidak

mampu memanfaatkan informasi. Oleh karena itu penataan yang tengah kita laksanakan harus pula diarahkan untuk mendorong bangsa Indonesia menuju masyarakat informasi.

2. Pemerintahan yang Diharapkan

Perubahan-perubahan di atas menuntut terbentuknya kepemerintahan yang bersih, transparan, dan mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif. Pemerintah harus mampu memenuhi dua modalitas tuntutan masyarakat yang berbeda namun berkaitan erat, yaitu: (a). Masyarakat menuntut pelayanan publik yang memenuhi kepentingan masyarakat luas di seluruh wilayah negara, dapat diandalkan dan terpercaya, serta mudah dijangkau secara interaktif; (b) Masyarakat

menginginkan agar aspirasi mereka didengar dengan demikian pemerintah harus memfasilitasi partisipasi dan dialog publik di dalam perumusan kebijakan negara.

Untuk menjawab tantangan tersebut pemerintah pusat dan daerah harus mampu membentuk dimensi baru ke dalam organisasi, sistem manajemen, dan proses kerjanya yang antara lain meliputi: (a) Selama ini pemerintah menerapkan sistem dan proses kerja yang dilandaskan pada tatanan birokrasi yang kaku. Sistem dan proses

kerja semacam itu tidak mungkin menjawab perubahan yang kompleks dan dinamis, dan perlu ditanggapi secara cepat. Oleh karena itu di masa mendatang pemerintah harus mengembangkan sistem dan proses kerja yang lebih lentur untuk memfasilitasi berbagai bentuk interaksi yang kompleks dengan lembaga-lembaga negara lain, masyarakat, dunia usaha, dan masyarakat internasional; (b) Sistem manajemen pemerintah selama ini merupakan sistem hirarki kewenangan dan komando sektoral yang mengerucut dan panjang. Untuk memuaskan kebutuhan masyarakat yang semakin beraneka ragam di masa mendatang harus dikembangkan sistem manajemen modern dengan organisasi berjaringan sehingga dapat memperpendek lini pengambilan keputusan serta memperluas rentang kendali; (c) Pemerintah juga harus melonggarkan dinding pemisah yang membatasi interaksi dengan sektor swasta, organisasi pemerintah harus lebih terbuka untuk membentuk kemitraan dengan dunia usaha (public-private partnership); (d) Pemerintah harus mampu memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan mengelola, menyalurkan, dan mendistribusikan informasi dan pelayanan publik.

Dengan demikian pemerintah harus segera melaksanakan proses transformasi

menuju e-Gov. Melalui proses transformasi tersebut, pemerintah dapat mengoptimalkan pemanfaatan ICT untuk mengeliminasi sekat-sekat organisasi birokrasi, serta membentuk jaringan sistem manajemen dan proses kerja yang memungkinkan instansi-instansi pemerintah bekerja secara terpadu untuk menyederhanakan akses ke semua informasi dan layanan publik yang harus disediakan oleh pemerintah. Sehingga seluruh lembaga negara, masyarakat, dunia usaha, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya dapat setiap saat memanfaatkan informasi dan layanan pemerintah secara optimal. Untuk itu dibutuhkan kemauan yang kuat di masing-masing institusi agar proses transformasi menuju e-gov dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

4.8. STRATEGI NASIONAL PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT

Untuk menjamin keterpaduan sistem pengelolaan dan pengolahan dokumen dan informasi elektronik dalam mengembangkan pelayanan publik yang transparan, pengembangan e-Gov pada setiap instansi harus berorientasi pada kerangka Sistem Informasi Nasional (Sisfonas). Pada gambar 1 di bawah ini terlihat bahwa Sistem Informasi merupakan bentuk aplikasi pada masing-masing bidang (dinas atau badan) yang berada pada masing-masing instansi pemerintah. Secara bertahap Sistem Informasi ini dipadukan menjadi Sistem Informasi Nasional yang bersinergi antara satu sistem dengan sistem lainnya. Pada akhirnya terwujudlah suatu Sistem e-Gov yang menjamin interaksi Government to Government (G2G), Government to Business (G2B), dan Government to Citizens (G2C), dan Government to Employees (G2E).

Gambar 1:

Kerangka Sisfonas dan E-Government

Dengan menyusun kerangka e-Gov yang sistematis, akan diperoleh manfaatnya yang antara lain: (1) menurunkan biaya administrasi; (2) meningkatkan kemampuan respon terhadap berbagai permintaan dan pertanyaan tentang pelayanan publik baik dari sisi kecepatan maupun akurasi; (3) dapat menyediakan akses pelayanan untuk semua departemen atau LPND pada semua tingkatan; (4) memberikan asistensi kepada ekonomi lokal maupun secara nasional; (5) sebagai sarana untuk menyalurkan umpan balik secara bebas, tanpa perlu rasa takut. Berbagai manfaat tersebut pada akhirnya diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan kepemerintahan secara umum.

Sementara itu untuk menjamin pengembangan e-Gov secara sistematik dan terpadu, maka perlu disusun kebijakan, peraturan dan perundang-undangan, standardisasi, dan panduan yang konsisten dan saling mendukung. Oleh karena itu perumusannya mengacu pada kerangka yang utuh, serta diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pembentukan pelayanan dan penguatan pengelolaan dan pengolahan informasi yang andal dan terpercaya. Seperti digambarkan di bawah ini (gambar 2), kerangka tersebut mengaitkan semua kebijakan, peraturan dan perundang-undangan, standardisasi, dan panduan sehingga terbentuk landasan untuk mendorong pembentukan kepemerintahan yang baik.

Gambar 47. Sistem Manajemen & Kelembagaan Back Office

Pengembangan e-Gov memiliki lingkup kegiatan yang luas dan memerlukan investasi dan pembiayaan yang besar. Oleh karena itu pengalokasian anggaran untuk pengembangan e-Gov harus dilakukan secara hati-hati dan bertanggung jawab agar anggaran yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien dan dapat menghasilkan system pengelolaan pemerintahan yang baik. Dengan demikian diperlukan perencanaan, pengalokasian, pemanfaatan, dan pengevaluasian implementasi e-Gov, sehingga tujuan penyelenggaraan e-Gov dapat tercapai.

4.9. KONSEP PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT LEMBAGA

Konsep pengembangan e-Gov di setiap lembaga pemerintah sangat ditentukan oleh: (a) tugas pokok dan fungsi dari setiap lembaga; (b) jenis informasi sumberdaya;

(c) jenis layanan yang diberikan oleh masing-masing lembaga. Hal ini menentukan

struktur data dan proses bisnis yang menjadi dasar penyusunan rencana induk e-Gov di setiap lembaga pemerintah. Jenis layanan yang diberikan dan jenis informasi yang dibutuhkan, menentukan prioritas pengembangan e-Gov suatu lembaga pemerintah, menyangkut hubungan Governmen to Government (G2G), Government to Business (G2B) dan Government to Citizen (G2C). Menurut Indrajit (2006), perlu ditambah satu hubungan lagi, yaitu Government to Employee (G2E).

Dalam pengembangan e-Gov lembaga, perlu diperhatikan dan disiapkan aspek kepemimpinan (e-leadership), aspek kesadaran akan manfaat e-Gov (awareness building), aspek sumber daya manusia dan peraturan perundangan yang mendukung.

Seluruh aspek berperan dalam menentukan arsitektur sistem informasi yang akan dibangun (enterprise architecture).

1. Konsep Pengembangan Infrastruktur e- Government

Pengembangan e-Gov di suatu lembaga pemerintah, dilandasi oleh 4 (empat) infrastruktur utama, meliputi:

a. Suprastruktur e-Gov yang memuat antara lain kepemimpinan manajemen lembaga (e-leadership), sumberdaya manusia (human resources) dan peraturan di tingkat lembaga yang terkait dengan pengembangan e-Gov (regulation).

b. Infrastruktur jaringan yang memuat antara lain protokol komunikasi, topologi, teknologi dan keamanan, yang lebih lanjut dapat dilihat pada Panduan Pembangunan Infrastruktur Portal Pemerintah.

c. Infrastruktur informasi yang memuat antara lain struktur data, format data, metoda berbagi data (data sharing), dan sistem pengamanannya, yang lebih lanjut dapat dilihat pada Panduan Sistem Manajemen Dokumen Elektronik.

d. Infrastruktur aplikasi yang memuat antara lain aplikasi layanan publik, aplikasi antar muka (interface), dan aplikasi back office yang lebih lanjut dapat dilihat pada Panduan Standar Mutu, Jangkauan Layanan dan Pengembangan Aplikasi. Seluruh infrastruktur tersebut akan dibangun dalam satu kerangka berpikir yang utuh, yang selanjutnya dikembangkan menjadi cetak biru (blue print) pengembangan e-Gov di setiap lembaga pemerintah.

Konsep pengembangan infrastruktur diarahkan kepada pemanfaatan semaksimal mungkin sumberdaya informasi yang telah ada sebagai modal utama dalam mengembangkan e-Gov. Pengembangan e-Gov pada setiap lembaga, selain akan meningkatkan pemanfaatan sistem informasi yang dimiliki, juga diharapkan meningkatkan layanan publik dan operasional pengelolaan pemerintahan secara lebih efektif dan efisien.

2. Konsep Pengintegrasian Sistem Informasi

Perlu disadari bahwa setiap lembaga pemerintah memiliki berbagai jenis informasi yang saling terkait. Untuk menuju sistem informasi yang terintegrasi, setiap lembaga pemerintah harus memiliki rencana pengembangan system informasi dan pentahapannya. Pengintegrasian sistem informasi pada suatu lembaga menjadi hal yang sangat penting untuk mencapai tahap pematangan, pemantapan dan pemanfaatan

sebagai langkah lebih lanjut dalam penerapan e-Gov. Strategi pengintegrasian sistem informasi merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas layanan publik sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan kewenangan setiap lembaga pemerintah. Rencana pengintegrasian ini dapat dijadikan dasar untuk pengembangan lebih lanjut menuju sistem informasi antar lembaga pemerintah. Konsep pengintegrasian dilakukan dalam 2 tahap :

a. Pengintegrasian sistem informasi yang ada saat ini melalui antar muka (interface) tanpa merubah sistem yang digunakan. b. Pengintegrasian sistem informasi ke dalam satu kesatuan pada setiap lembaga pemerintah.

4.10. PENERAPAN E-GOVERNMENT LEMBAGA

Penerapan e-Gov di setiap lembaga pemerintah mengacu kepada pentahapan pengembangan e-Gov secara nasional, dan disesuaikan dengan kondisi yang ada di setiap lembaga pemerintah yang mencakup: prioritas layanan elektronik yang akan diberikan; kondisi infrastruktur informasi yang dimiliki; kondisi kegiatan layanan saat ini; kondisi anggaran dan sumber daya manusia yang dimiliki. Jangka waktu penerapan e-Gov di setiap lembaga pemerintah bervariasi sesuai dengan kondisi yang ada, tetapi tetap dalam kerangka rencana penerapan e-Gov secara nasional sebagai berikut:

1. Tingkat Persiapan, meliputi kegiatan: a. pembuatan situs web pemerintah (lihat:uku Panduan Penyelenggaraan Situs Web Pemerintah Daerah) di setiap lembaga;

b. Pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia menuju penerapan e-Gov; c. Penyediaan sarana akses publik antara lain dalam bentuk Multipurpose Community Center (MCC), Warung dan kios Internet, dan lain-lain; d. Sosialisasi keberadaan layanan informasi elektronik, baik untuk public maupun penggunaan internal; e. Pengembangan motivasi kepemimpinan (e-leadership) dan kesadaran akan pentingnya manfaat e-Gov (awareness building); f. penyiapan peraturan pendukung.

2. Tingkat Pematangan, meliputi kegiatan: a. pembuatan situs informasi layanan publik interaktif, dengan menambahkan fasilitas search engine, fasilitas tanya jawab dan lain-lain; b. pembuatan hubungan dengan situs informasi lembaga lainnya (hyperlink).

3. Tingkat Pemantapan, meliputi kegiatan: a. Penyediaan fasilitas transaksi secara elektronik dengan menambahkan fasilitas penyerahan formulir, fasilitas pembayaran dan lain-lain; b. penyatuan penggunaan aplikasi dan data dengan lembaga lain (interoperabilitas).

4. Tingkat Pemanfaatan, meliputi kegiatan: a. pembuatan berbagai aplikasi untuk pelayanan G2G (Governmen to Government), G2B (Government to Bussines) dan G2C (Government to Community) yang terintegrasi; b. pengembangan proses layanan e-Gov yang efektif dan efisien; c. Penyempurnaan menuju kualitas layanan terbaik (best practice).

4-13

4-12