Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KA'IAN KADAR CHOLINESTERASE DALAM DARAH OPERATOR FOGGINGMENURUT MASA KERJA, LAMA PAPARAN DAN PENGGUNAAN APD
DI KOTA SUMBAYAGani AgustDini, Setiawan, Marlik
ABSTR.ACT
Surabaya city are scarlatina endemis area with the number of cases who are still high' Last three years
data, showing patient of scarlatina totality 3.379 people in 2010, 1.008 people in 2011 and 1.091 people in
2012. Highest of scarlatina cases purpose in long exposure frequenry pesticides to do spraying on
operatorJfogging the longer close fitting. Operators fogging have a risk exposure of pesticides. This will
be worse if not supported by the use of APD good and right. This research aimed to assess the duration
work, long exposure and using of safety aparatus with cholinesterase levels on operators fogging
The kind of research used is research that is both a moment of observational (cross sectional). Data
collecting by means of observation and spread a questionnaire, An population research is the fogging
guidancJ operator service and control a vector department of health city surabaya in the city of surabaya
*itn tne number is 70 operators fogging by samples 41 responden taken in simple random sampling. Data
next presented in table form and analyzed in descriptive.The iesults showed that the majority of operators fogging over 3 years 70.7o/o, overall long exposure
(100o/o) of less than 5 hours and as much as 78.0% operator fogging wear APD but not complete(100%)
with normal cholinesterase ( 75 - 100o/o )With see the result of this research was then suggested to operators of the pesticide fogging should
reduce exposure by them self, no smoking and eat / drink after if pesticides contact and always for
washing hands using soap with clean water.
Keyword : Cholin estera se
PEHDAHULUANKesehatan kerja (occupational health)merupakan bagian dari kesehatan masyarakatyang berkaitan dengan semua pekerjaan yang
berhubungan dengan faktor potensial yang
mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini
operator fogging). Salah satu faktor potensialyang dapat menimbulkan terjadinya gangguan
kesehatan pada tenaga kerja adalah adanyabahaya di tempat kerja (keracunan). Bahaya-bahaya yang terdapat di lingkungan kerja dapatdibagi menjadi tiga yaitu; bahaya fisik(terpeleset, terjatuh, debu), bahaya mikrobiologi(virus, parasit, bakteri, jamur) dan bahaya
kinriawi (zat kimia dalam bentuk cair, padat dangas) (Siswanto, 1991). Salah satu jenis bahaya
kimiawi yang berpotensi menimbulkan gangguan
kesehatan adalah pestisida (Dalam Punrvanti,
200s)Pestisida yang banyak direkomendasikan untukbidang pengendalian vektor penyakit adalahgolongan organofosfat, karena golongan ini
lebih mudah terurai di alam. Golonganorganofosfat mempengaruhi fungsi syarafdenEan jalan menghambat kerja enzimcholinesterase, suatu bahan kimia esensialdalam mengantarkan impuls sepanjang serabutsyaraf. Salah satu kegiatan yang berhubungandenEan pestisida adalah fogging.Fogging (pengasapan) adalah pengendalian
veKor penyakit demam berdarah menggunakanalat fog dengan metode fogging. Prinsip kerja
dani metode ini adalah mematikan seranggamelalui sistem pernapasan bertujuan untukrnembunuh nyamuk Aedes aegypti dewasa yang
lolos dari pemberian bubuk abate yang akanmemberikan knock down effect agar mata rantaipenularan penyakit demam berdarah segera
diputuskan.Dinas Kesehatan Kota Surabaya merupakan unitcontrolling dari kegiatan fogging yang ada di
dalam Kota Surabaya. Dinas Kesehatan Kota
Surabaya memiliki cakupan wilayah kerja yaitupuskesmas yang terbagi menjadi 62 wilayahkerja yang tersebar di setiap kelurahan di 5
bagian wilayah Surabaya. Dalam 3 tahunterakhir, menunjukan jumlah penderita demamberdarah di Kota Surabaya sebanyak 3379 orangtahun 2010, 1008 orang tahun 2011 dan 1091
orang tahun 2012.Tingginya kasus demam berdarahmengakibatkan frekuensi lama paparan dalam
melakukan fogging semakin banyak danpenyemprotan juga akan semakin seringdilakukan seiring dengan Programpenanggulangannya. Operator foggingmerupakan orang yang beresiko tinggi terhadapkeracunan pestisida, apalagi jlka tidak didukungdengan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)secara baik dan benar untuk tenagapenyemprot, sehingga memungkinan pestisida
dapat masuk ke dalam jaringan tubuh, baikmelalui kulit, mulut dan pernapasan. Keadaan
seperti inilah yang kurang mendapat perhatian
dan sering kali terabaikan.
TUJUANUntuk mengetahui kajian masa kerja, lamapaparan dan penggunaan APD pada operator
GEI'IA Kesehatan Lingkungan Vol. XII No. l April 2014 11
fogging dengan kadar cholinesterase dalamdarah di Kota Surabaya.METODE PENETITIANJenis PenelitianJenis penelitian ini adalah observasional yangbersifat sesaat (cross sectionall Penelitian inidilakukan di Kota Surabaya. Objek penelitianadalah operator fogging binaan Pelayanan dan
Pengendalian Vektor Dinas Kesehatan KotaSurabaya.Populasi dan SampelPopulasi pada penelitian ini adalah operatorfogging binaan Pelayanan dan PengendalianVektor Dinas Kesehatan Kota Surabayasebanyak 70 orang.Dan untuk sampel di hitung dengan rumus :
JSn- I + fu (d!) Sehingga di dapatkan sampel sebanyak 41 orang
Teknik Pengambilan Sampel Analisis DataTeknik pengambilan sampel yang dilakukan Hasil penelitian selanjutnya dianalisa secaradengan ara simple random ampling dengan deskriptif yang disajikan dalam bentuk narasicara mengundi anggota populasi (lottery dan tabel.technique) atau teknik undian. (Notoatmojo,200s)
HASIL PENELITIAN DAI{ PEMBAHASAN
a. Masa Kerja Menjadi Operator FoggingTabel 1
MASA KER'A OPERATOR FOGGINGDI KOTA SURABAYA.
TAHUN 2013
No Masa Kerja Jumlah Persentase (o/o)1 < 1 tahun 4,92 L-3 tahun 24,4
2 3 tahun 70,7fumlah 1004L
Sebagian besar responden memiliki masa kerjalebih dari 3 tahun yaitu 70,7o/o (29 operatorfogging) sehingga resiko nnenEalami keracunanpes,tisida besar. Menurut penelitian Sari (2012)menyatakan bahwa sernakin lama masa kerjaseseorang berhubungan dengan pestisida
b. Lama Paparan
semakin lama juga kontak langsung pestisidadengan tubuh, sehingga kemungkinan untukmengalami keracunan juga semakin besar untukitu dianjurkan kepada operator fogging untukmemakai APD pada saat melakukanpenyemprotan / fogging.
Tabel 2
LAMA PAPARAN OPERATOR FOGGINGDI KOTA SURABAYATAHUN 2013
No Lama Paoaran Jumlah Persentase (o/o)
<5iam25iam
47
4t
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukanmenunjukkan bahwa dari 47 respondenkeseluruhan (100o/o) melakukan penyemprotankurang dari 5 jam. Dengan rincian waktulamanya operator fogging melakukanpenyemprotan rata - rata 2 - 3 jam dan palinglanna 4 jam. Gejala keracunan pestisidaorganofosfat dan carbamat biasanya timbul
setelah 4 jam kontak, tetapi bisa timbul setelahtZ jam. Lama waktu saat penyemprotanmerupakan hal yang harus diwaspadai karenasemakin lama operator fogging kontak denganpestisida maka akan semakin besarkemungkinan mengalami keracunan. (Runia,2008)
GEMA Kesehatan Lingkungan Vo!. XII No. l April 2014 L2
c. Penggunaan APD
Tabel 3
PENGGUNAAN APD OPERATOR FOGGINGDI KOTA SURABAYA TAHUN 2013
No Penggunaan APD Jumlah Persentase (o/o)
Memakai 4,9
Memakai7 !7,13 Tidak memakai
Jumlah 4t 100
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkanbahwa sebagian besar operator foggingmemenuhi kategori memakai APD tetapi tidak 'lengkap sebesar 78,0o/o (32 operator fogging).Hal ini disebabkan oleh operator fogging merasa
tidak nyaman dan sudah menjadi kebiasaan jika
kontak dengan pestisida tidak menggunakanAPD. Sehingga pada saat kontak denganpestisida dianggap hal yang tidak berbahaya.
Sebagian besar operator fogging sudah mentaatiperaturan dalam penggunaan APD tetapi untukjenis APD tangan (sarung tangan) masih ada
tenaga penyemprot yang tidak menggunakan
dengan alasan tidak nyaman dan licin. Pestisida
dapat mudah masuk melalui kulit, termakanlewat mulut, dan terhirup oleh saluranpernafasan yang sangat beresiko terhadapkeracunan baik secara langsung maupun dalamjangka waKu yang cukup lama. Satu hal yang
sering dilupakan oleh tenaga penyemprot (di
negara tropis), umumnya adalah contad poison-
Oleh sebab itu, route of entry melalui kulitsangat efektif. Apalagi jika ada kelainan pada
kulit dan atau bersama keringat, penyerapan
pestisida melalui kulit akan lebih efektif.Kejadian kontaminasi pestisida melalui kulitmerupakan kontaminasi yang paling seringterjadi, meskipun tidak seluruhnya berakhirdengan keracunan akut. Lebih dari 90o/o kasus
keracunan diseluruh dunia disebabkan olehkontaminasi .lewat kulit. Keracunan karenapaftikel pestisida atau butiran semprot terhisapmelalui hidung merupakan kasus terbanyaknomor dua setelah kontaminasi kulit. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pembinaan danpengawasan lebih lanjut dalam menggunakanAPD. Karena mengingat pentingnya fungsipenggunaan APD tersebut yaitu untukmengurangi / mencegah masuknya pestisida
kedalam jaringan tubuh (Asyim, 2009).
d. Kadar CholinesteraseDalam Darah Pada Operator Foggingdi Kota SurabayaTabel 4
KADAR E NZI M C H O LI N ES TE RA.9f OP E RATO R FOG G I III GDI KOTA SURABAYATAHUN 2013
No Kadar Enzim Frekuensi Persentase (o/o)
CholinesteraseNormal 100
2 Keracunan3 Keracunansedang 0 I4 Keracunan, berat 0 9,
Jumlah 4L 100
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa
keseluruhan operator fogging (100o/o) memiliki
kadar cholinesterase normal yailuT5o/o - 100o/o .
Kadar cholinesterase dalam darah dlpengaruhioleh berbagai macarn faKor. Faktor - faktortersebut berasal dari dalam dan luar tubuh.Diantara faktor - faktor ada faKor dominanyang dapat mempengaruhi diantaranya :
1. UsiaBerdasarkan penelltian yang telah dilakukan rata
- rata usia operator fogging adalah 35 tahun.Hal ini dikarenakan Dinas Kesehatan Kota
Surabaya berpendapat bahwa usia berkaitan
dengan kekebalan tubuh dalam mengatasi
tingkat toksisitas suatu zat, semakin tua
seseorang maka efektivitas sistem kekebalan di
dalam tubuh akan semakin berkurang sehinggaoperator fogging yang usianya lebih dari 35
tahun tidak diperbolehkan melakukan foggingkembali.
2. Status gizi
Dinas Kesehatan Kota Surabaya mempunyaiprogram pengendalian keracunan pestisida pada
tenaga penyemprot / operator foggingbinaannya dengan memberikan makan
tambahan yang rutin setiap bulan dilaksanakan.
3. Pengetahuan, sikaP dan tindakanPengetahuan, sikap dan tindakan dalam hal ini
adalah penggunaan APD dan bahaya daripenggunaan pestisida. Pengetahuan operator
GEMA Kesehatan Lingkungan Vol. XII No. I April 2014 13
fogging sangat mempengaruhi kadarcholinesterase. Pengetahuan tentangpenggunaan APD dan bahaya pestisida dapatdiperoleh baik melalui pendidikan formal daninformal. Pengetahuan merupakan faktorpenting yang berpengaruh terhadap perilaku
seseorang / kelompok untuk bertindak. MenurutGreen, 1980 (dalam Purwanti) bahwapengetahuan merpakan faktor predisposisi /juga disebut prefensi pribadi yang dibawaseseorang / kelompok ke dalam suatupengalaman belajar, prefensi ini mendukung /menghambat perilaku sehat dalam setiapmasalah. Faktor ini berpengaruh terhadapseseorang / sekelompok orang untuk beftindak.Dari hasil obseruasi masih ditemukan beberapaoperator fogging yang merokok pada waKusesudah penyemprotan, yang pada saat - saattersebut mereka masih belum mencuci tangan /membersihkan diri dari bekas - bekas pestisida.
Hal ini memungknkan pestisida masuk ke dalamtubuh operator fogging dan kemungkinanmengalami keracunan semakin besar bila tidakadanya upaya pencegahan. Penelitian yangdilakukan. Punvanti (2009) menyatakan bahwaada hubungan antara kebiasaan merokokdengan kadar cholinestense pada tenagapenyemprot. Hal ini sepele namun hendaknyaoperator fogging memperhatikan secaraseksama tentang bahayanya untuk menimalisirterjadinya keracunan.
4. Waktu penyemprotanBerdasarkan penelitian yang telah dilakukan rata
- rata waktu penyemprotan yang dilakukanoperator fogging adalah pada pagi hari atausore hari. Ini dikarenakan operator foggingmemperhatikan waktu aktif dari nyamuk AedesAegypthy.
5. FrekuensipenyemprotanOperator fogging melakukan penyemprotanhanya ketika ditemukan kasus demam berdarahdi suatu wilayah kerja. Penyemprotan / foggingdilakukan seiring dengan tindakanpemberantasan sarang nyamuk yang terdapatpada penyelidikan epiderniologi sebagai upayauntuk memutus mata rantai penularan penyakitdemam berdarah, Dari penelitian yang telahdilakukan sebagian besar operator foggingmelakukan penyemprotan sebanyak 2 - 3 kali
dalam seminggu dan paling banyak sebanyak 4kali. Penyemprotan / fogging ini tidak dilakukansecara terus - menerus selama setiap hari,sehingga paparan pestisida yang diterimaoperator fogging terputus - putus. Frekuensipenyemprotan dapat dilihat dari banyaknyakasus demam berdarah per bulan disuatuwilayah kerja.
6. Pembinaan dan pengawasanPembinaan dan pengawasan yang dilakukanoleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya adalahupaya untuk meminimalisir terjadinya keracunan
akibat pestisida. Salah satu upaya yang rutindilaksanakan adalah dengan melakukanpemeriksaan kadar cholinesterase operatorfogging secara rutln setahun sekali. Selain ituadanya pemberian makanan tambahan sepeftisusu dan suplemen setiap sebulan sekali secaraberkala.
KESIMPULAN DAN SAR^AN
Kesimpulanl. Sebagian besar operator fogging mempunyai
masa kerja lebih dari 3 tahun yailu70,7o/o.
2. Keseluruhan operator fogging (100o/o)
mempunyai lama paparan dengan pestisidaselama kurang dari 5 jam.
3. Sebagian besar operator fogging memakaiAPD tetapi tidak lengkap yaitu 78,0o/o.
4. Kadar cholinesterase pada operator foggingadalah 1000/o normal ( 75o/o - 1000/o).
SaranL Bagi instansi terkait sebaiknya lebih
meningkatkan pengawasan terhadapoperator fogging pada waktu melakukanfogging dan penyuluhan tentangpenggunaari APD yang baik dan benar sesuaidengan persyaratan tenaga penyemprotuntuk meminimalisir terjadinya keracunanakibat pestisida
?. Bagi masyarakat khususnya operator fogginghendaknya mengurangi pemaparan pestisidadengan cara menggunakan alat pelindungdiri meliputi alat pelindung tangan (sarungtangan) dan alat pelindung pernapasan,menghindari kegiatan merokok maupunmakan / minum jika sesudah melakukankontak langsung dengan pestisida, dan selalumembiasakan diri untuk mencuci tangandengan air bersih dan menggunakan sabun.
3. Bagi peneliti lain perlu diadakan penelitianlanjutan mengenai faktor - faktor lain yangdapat mempengaruhi kadar cholinesteraseyang berasal dari dalam tubuh seperti statusgizi sefta dilakukan pembinaan danpengawasan penyemprotan pada operatorfogging sepefti program penanggulangankeracunan pestisida
DAFTAR RUJUKANAtmosoeharjo, 1991. Suatu Upaya Pengendalian
Pestisida Melalui Pendekatan llmuPengetahuan dan Teknologi. Surabaya:FKM UNAIR
Afriyanto, 2008. Kajian Keracunan PestisidaPada Petani Penyemprot Cabe Di DesaCandi Kecamatan Bandungan KabupatenSemarang. Semarang: UniversitasDiponegoro Semarang.
Anizar, 2009. Teknik Keselamatan danKesehabn Kerja Di Industri. Yogyakarta:Graha Ilmu
GEMA Kesehatan Lingkungan Vol. XII No. l April 2014 L4
Asyim, R.B., 2009. Hubungan Antara PemakaianAlat Pelindung Diri dengan AktifttasCholinesterase Darah SurabaYa:
Politeknik Kesehatan Depkes Surabaya.Depkes RI, 1992. Pemeriksaan Cholinesterase
Darah dengan Tintometer Kt. Jakarta:Di$en PPM & PLP.
Djojosumarto, Panut, 2008. Pestisida dan
Aplikasinya. lakarta : Agromedia Pustaka'
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2011.
Laporan pemantauan pajanan pestisidapada penjamah Pestisida. Bidangpengendalian penyakit dan masalahkesehatan.
Iskandar, Adang. 1985. PemberantasanSerangga dan Binatang Pengganggu.Indonesia. ProYek PengembanganPendidikan Tenaga Sanitasi Pusat.
Keppres RI Nomor 22 Tahun 1993 TentangPenyakit Yang Timbul Karena HubunganKerja.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI NO. KEP'
L87l MEN/ 1999 Tentang PengendalianBahan Kmia Berbahaya Di Tempat Kerja.
Kepmenkes Nomor 1350/ MENKES/ SK/ XII/200t Tentang Pestisida.
Notoatmodio, Soekidjo, 2010. MetodologiPenelitian Kesehatan. Jakarta, PT Rineka
Cipta: 35-187.Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1973 Tentang
Pengawasan Atas PeredaranPenyimpanan dan Pengg unaan Pestisida'
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: PER-
03i MEN/ 1986 Tentang Syarat-syaratKeselamatan dan Kesehatan Di TempatKerja Yang Mengelola Pestisida.
Purwati, Ani, 2009. Hubungan AntaraPenggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Dengan Kadar Cholinesterase Darah Pada
Tenaga Penyemprot. Surabaya: PoliteknikKesehatan Depkes SurabaYa.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI Nomor Per. 0B/ MEN/
VII/ 2010 Tentang Alat Pelindung Diri.Riduwan, 2007. Skala Pengukuran Variabel'
variabel Penelitian, Bandung : Alfabeta.Runia, Yodenca Assti, 2008. Faktor - Faktor
Yang Berhubungan Dengan KeracunanPestisida Organofosfat Dan GrbamatDan Kejadian Anemia Pada PetaniHottikultura. Magelang: UniversitasDipenogoro.
Siswanto, A., 1991. Pestisida. Balai Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Jawa Timur.Depatemen Tenaga Kerja.
Sari, Lian Ratna, 20t2. Faktor Yang
Mempengaruhi Terjadinya KeracunanPestisida Pada Petani. SurabaYa:
Politeknik Kesehatan KemenkesSurabaya.
Wanodya, Endah, 20t1. Hubungan Antara MasaKerja, Lama Paparan dan KelengkapanAPD dengan Kadar Cholinesterase DalamDarah. Surabaya: Politenik KesehatanKemenkes Surabaya.
GEMA Kesehatan Lingkungan Vol. XII No. l April 2014 15