Kestabilan Lereng Tambang (Slope Stability of Mining) _ Kestabilan Lereng Tambang

  • Upload
    dhyfor

  • View
    225

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/21/2019 Kestabilan Lereng Tambang (Slope Stability of Mining) _ Kestabilan Lereng Tambang

    1/19

    6th August 2013

    [http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2196285015933069646]

    KESTABILAN LERENG PADA TAMBANG PERMUKAAN(SLOPE STABILITY OF SURFACE MINING)

    A. Pengantar Umum

    Kestabilan dari suatu lereng pada kegiatan penambangan dipengaruhi oleh kondisi geologi daerah

    setempat, bentuk keseluruhan lereng pada lokasi tersebut, kondisi air tanah setempat, faktor luar seperti getaran

    akibat peledakan ataupun alat mekanis yang beroperasi dan juga dari teknik penggalian yang digunakan dalam

    pembuatan lereng. Faktor pengontrol ini jelas sangat berbeda untuk situasi penambangan yang berbeda dan

    sangat penting untuk memberikan aturan yang umum untuk menentukan seberapa tinggi atau seberapa landai

    suatu lereng untuk memastikan lereng itu akan tetap stabil.

    Apabila kestabilan dari suatu lereng dalam operasi penambangan meragukan, maka analisa terhadap

    kestabilannya harus dinilai berdasarkan dari struktur geologi, kondisi air tanah dan faktor pengontrol lainnya

    yang terdapat pada suatu lereng.

    Kestabilan lereng penambangan dipengaruhi oleh geometri lereng, struktur batuan, sifat fisik dan

    mekanik batuan serta gaya luar yang bekerja pada lereng tersebut. Suatu cara yang umum untuk menyatakan

    kestabilan suatu lereng penambangan adalah dengan faktor keamanan. Faktor ini merupakan perbandingan

    antara gaya penahan yang membuat lereng tetap stabil, dengan gaya penggerak yang menyebabkan terjadinya

    KESTABILAN LERENG TAMBANG (SLOPE STABILITY OFMINING)

    http://lerengtambang.blogspot.com/2013/08/kestabilan-lereng-tambang-slope.htmlhttp://lerengtambang.blogspot.com/2013/08/kestabilan-lereng-tambang-slope.htmlhttp://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2196285015933069646http://lerengtambang.blogspot.com/2013/08/kestabilan-lereng-tambang-slope.htmlhttp://lerengtambang.blogspot.com/2013/08/kestabilan-lereng-tambang-slope.html
  • 7/21/2019 Kestabilan Lereng Tambang (Slope Stability of Mining) _ Kestabilan Lereng Tambang

    2/19

    longsor.

    Faktor keamanan (FK) lereng tanah dapat dihitung dengan berbagai metode. Longsoran dengan bidang

    gelincir (slip Surface), F dapat dihitung dengan metode sayatan (slice method) menurut Fellinius atau Bishop.

    Untuk suatu lereng dengan penampang yang sama, cara Fellinius dapat dibandingkan nilai faktor keamanannya

    dengan cara Bishop.

    Data yang diperlukan dalam suatu perhitungan sederhana untuk mencari nilai FK (Faktor keamanan

    lereng) adalah sebagai berikut :

    a. Data lereng atau geometri lereng (terutama diperlukan untuk membuat penampang lereng). Meliputi :

    sudut Kemiringan lereng, tinggi lereng dan lebar jalan angkut atau berm pada lereng tersebut.

    b. Data mekanika tanah

    Sudut geser dalam ()

    Bobot isi tanah atau batuan ()

    Kohesi (c)

    Kadar air tanah ()

    c. Faktor Luar

    - Getaran akibat kegiatan peledakan,

    - Beban alat mekanis yang beroperasi, dll.

    Data mekanika tanah yang diambil sebaiknya dari sampel tanah yang tidak terganggu (Undisturb soil).

    Kadar air tanah () diperlukan terutama dalam perhitungan yang menggunakan computer (terutama bila

    memerlukan data dryatau bobot satuan isi tanah kering, yaitu : dry= wet/ ( 1 + ).

  • 7/21/2019 Kestabilan Lereng Tambang (Slope Stability of Mining) _ Kestabilan Lereng Tambang

    3/19

    Umumnya formula untuk menentukan Faktor Keamanan (FK) suatu lereng tambang, pada lereng yang

    dipengaruhi oleh muka air tanah nilai F adalah sbb :

    Pada lereng yang tidak dipengaruhi oleh muka air tanah, nilai F adalah sbb.:

    Dimana :

    c = kohesi (kN/m2)

    = sudut geser dalam (derajat)

    = sudut bidang gelincir pada tiap sayatan (derajat)

    = tekanan air pori (kN/m2)

    l = panjang bidang gelincir pada tiap sayatan (m)

    L = jumlah panjang bidang gelincir

    i x li = tekanan pori di setiap sayatan (kN/m)

    W = luas tiap bidang sayatan (M2) x bobot satuan isi tanah (, kN/m3

    )

    B. Faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng

    Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menganalisa kestabilan lereng penambangan adalah sebagai

    berikut : (Ir. Karyono M.T,Diklat Perencanaan Tambang Terbuka, Unisba).

  • 7/21/2019 Kestabilan Lereng Tambang (Slope Stability of Mining) _ Kestabilan Lereng Tambang

    4/19

    B.1. Kuat Geser Tanah atau Batuan

    Kekuatan yang sangat berperan dalam analisa kestabilan lereng terdiri dari sifat fisik dan sifat

    mekanik dari batuan tersebut. Sifat fisik batuan yang digunakan dalam menganalisa kemantapan lereng

    adalah bobot isi tanah (), sedangkan sifat mekaniknya adalah kuat geser batuan yang dinyatakan dengan

    parameter kohesi (c) dan sudut geser dalam (). Kekuatan geser batuan ini adalah kekuatan yang

    berfungsi sebagai gaya untuk melawan atau menahan gaya penyebab kelongsoran.

    a. Bobot isi tanah atau batuan

    Nilai bobot isi tanah atau batuan akan menentukan besarnya beban yang diterima pada

    permukaan bidang longsor, dinyatakan dalam satuan berat per volume. Bobot isi batuan juga

    dipengaruhi oleh jumlah kandungan air dalam batuan tersebut. Semakin besar bobot isi pada suatu

    lereng tambang maka gaya geser penyebab kelongsoran akan semakin besar. Bobot isi diketahui dari

    pengujian laboratorium. Nilai bobot isi batuan untuk analisa kestabilan lereng terdiri dari 3 parameter

    yaitu nilai Bobot isi batuan pada kondisi asli (n), kondisi kering (d) dan Bobot isi pada kondisi

    basah (w).

    b. Kohesi

    Kohesi adalah gaya tarik menarik antara partikel dalam batuan, dinyatakan dalam satuan berat

    per satuan luas. Kohesi batuan akan semakin besar jika kekuatan gesernya makin besar. Nilai kohesi

    (c) diperoleh dari pengujian laboratorium yaitu pengujian kuat geser langsung (direct shear strength

    test) dan pengujian triaxial (triaxial test).

    c. Sudut geser dalam ()

  • 7/21/2019 Kestabilan Lereng Tambang (Slope Stability of Mining) _ Kestabilan Lereng Tambang

    5/19

    Sudut geser dalam merupakan sudut yang dibentuk dari hubungan antara tegangan normal dan

    tegangan geser di dalam material tanah atau batuan. Sudut geser dalam adalah sudut rekahan yang

    dibentuk jika suatu material dikenai tegangan atau gaya terhadapnya yang melebihi tegangan

    gesernya. Semakin besar sudut geser dalam suatu material maka material tersebut akan lebih tahan

    menerima tegangan luar yang dikenakan terhadapnya.

    Untuk mengetahui nilai kohesi dan sudut geser dalam, dinyatakan dalam persamaan berikut :

    nt = n tan + c

    Dimana :

    nt = tegangan geser

    n = tegangan normal

    = sudut geser dalam

    c = kohesi

    Prinsip pengujian direct shear strength test atau juga dikenal dengan shear box test adalah

    menggeser langsung contoh tanah atau batuan di bawah kondisi beban normal tertentu. Pergeseran

    diberikan terhadap bidang pecahnya, sementara untuk tanah dapat dilakukan pergeseran secara

    langsung pada conto tanah tersebut. Beban normal yang diberikan diupayakan mendekati kondisi

    sebenarnya di lapangan.

    Untuk perhitungan dalam pengujian di laboratorium digunakan rumus-rumus perhitungan sebagai

    berikut :

    Tegangan geser:

    Tegangan normal (normal stress) :

  • 7/21/2019 Kestabilan Lereng Tambang (Slope Stability of Mining) _ Kestabilan Lereng Tambang

    6/19

    Dimana :

    nt = Tegangan Geser

    n = Tegangan Normal

    P = Beban normal

    A = Luas silinder sampel direct shear test

    H = Kalibrasi Directian = 0,45 . x

    X = PembacaanDial

    Dari perhitungan-perhitungan tersebut diperoleh harga tegangan geser (nt) dan tegangan

    normal (n) yang kemudian diplotkan pada grafik dengan kuat geser sebagai ordinat dan tegangan

    normal sebagai absis. Dari grafik tersebut diperoleh kurva kekuatan geser massa batuan yaitu harga

    kohesi (c) dan harga sudut geser dalamnya ().

    Hubungan tegangan geser (nt) dan tegangan normal (n) dapat dilihat pada gambar 3.1.

    berikut.

  • 7/21/2019 Kestabilan Lereng Tambang (Slope Stability of Mining) _ Kestabilan Lereng Tambang

    7/19

    Gambar a.

    Hubungan tegangan geser (nt) dan tegangan normal (n)

    B.2. Struktur geologi

    Keadaan struktur geologi yang harus diperhatikan pada analisa kestabilan lereng penambangan

    adalah bidang-bidang lemah dalam hal ini bidang ketidakselarasan (discontinuity).

    Ada dua macam bidang ketidakselarasan yaitu :

    1. Mayor discontinuity, seperti kekar dan patahan.

    2.

    Minor discontinuity, seperti kekar dan bidang-bidang perlapisan.Struktur geologi ini merupakan hal yang penting di dalam analisa kemantapan lereng karena

    struktur geologi merupakan bidang lemah di dalam suatu masa batuan dan dapat menurunkan atau

    memperkecil kestabilan lereng.

    B.3. Geometri lereng

    Geometri lereng yang dapat mempengaruhi kestabilan lereng meliputi tinggi lereng, kemiringan

    lereng dan lebar berm (b), baik itu lereng tunggal (Single slope) maupun lereng keseluruhan (overall

    slope). Suatu lereng disebut lereng tunggal (Single slope) jika dibentuk oleh satu jenjang saja dan disebut

    keseluruhan (overall slope)jika dibentuk oleh beberapa jenjang.

  • 7/21/2019 Kestabilan Lereng Tambang (Slope Stability of Mining) _ Kestabilan Lereng Tambang

    8/19

    Gambar b.

    Geometri lereng tambang

    Lereng yang terlalu tinggi akan cenderung untuk lebih mudah longsor dibanding dengan lereng

    yang tidak terlalu tinggi dan dengan jenis batuan penyusun yang sama atau homogen. Demikian pula

    dengan sudut lereng, semakin besar sudut kemiringan lereng, maka lereng tersebut akan semakin tidak

    stabil. Sedangkan semakin besar lebar berm maka lereng tersebut akan semakin stabil.

    B.4. Tinggi muka air tanah

    Muka air tanah yang dangkal menjadikan lereng sebagian besar basah dan batuannya mempunyai

    kandungan air yang tinggi, kondisi ini menjadikan kekuatan batuan menjadi rendah dan batuan juga akan

    menerima tambahan beban air yang dikandung, sehingga menjadikan lereng lebih mudah longsor.

    B5. Iklim

    Iklim berpengaruh terhadap kestabilan lereng karena iklim mempengaruhi perubahan temperatur.

  • 7/21/2019 Kestabilan Lereng Tambang (Slope Stability of Mining) _ Kestabilan Lereng Tambang

    9/19

    Temperatur yang cepat sekali berubah dalam waktu yang singkat akan mempercepat proses pelapukan

    batuan. Untuk daerah tropis pelapukan lebih cepat dibandingkan dengan daerah dingin, oleh karena itu

    singkapan batuan pada lereng di daerah tropis akan lebih cepat lapuk dan ini akan mengakibatkan lereng

    mudah tererosi dan terjadi kelongsoran.

    B.6. Gaya luar

    Gaya luar yang mempengaruhi kestabilan lereng penambangan adalah beban alat mekanis yang

    beroperasi diatas lereng, getaran yang diakibatkan oleh kegiatan peledakan, dll.

    C. Klasifikasi Kelongsoran

    Jenis atau bentuk longsoran tergantung pada jenis material penyusun dari suatu lereng dan juga struktur

    geologi yang berkembang di daerah tersebut. Karena batuan mempunyai sifat yang berbeda, maka jenis

    longsorannya pun akan berbeda pula.

    Longsoran pada kegiatan pertambangan secara umum diklasifikasikan menjadi empat bagian, yaitu :

    longsoran bidang (plane failure), longsoran baji (wedge failure), longsoran guling (toppling failure) dan

    longsoran busur (circular failure). Made Astawa Rai, Dr. Ir, (1998) Laboratorium Geoteknik, Pusat Ilmu

    Rekayasa Antar Universitas ITB Bandung.

    C.1. Longsoran Bidang (plane failure)

    Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi disepanjang bidangluncur yang

    dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa rekahan, sesar maupun bidang perlapisan batuan.

    Syarat-syarat terjadinya longsoran bidang adalah (Gambar 3.4) berikut :

    - Bidang luncur mempunyai arah yang tidak berbentuk lingkaran.

  • 7/21/2019 Kestabilan Lereng Tambang (Slope Stability of Mining) _ Kestabilan Lereng Tambang

    10/19

    - Jejak bagian bawah bidang lemah yang menjadi bidang luncur dapat dilihat di muka lereng,

    dengan kata lain kemiringan bidang gelincir lebih kecil dari kemiringan lereng.

    - Kemiringan bidang luncur lebih besar dari pada sudut geser dalamnya.

    - Terdapat bidang bebas pada kedua sisi longsoran.

    C.2. Longsoran Baji (wedge failure)

    Sama halnya dengan longsoran bidang, longsoran baji juga diakibatkan oleh adanya struktur

    geologi yang berkembang. Perbedaannya adalah adanya dua struktur geologi (dapat sama jenis atau

    Gambar c.

    Longsoran bidang

  • 7/21/2019 Kestabilan Lereng Tambang (Slope Stability of Mining) _ Kestabilan Lereng Tambang

    11/19

    berbeda jenis) yang berkembang dan saling berpotongan.

    Syarat terjadinya longsoran baji adalah sebagai berikut :

    - Longsoran baji ini terjadi bila dua buah jurus bidang diskontinyu saling berpotongan pada

    muka lereng

    - Sudut garis potong kedua bidang tersebut terhadap horizontal (i

    ) lebih besar dari pada sudut

    geser dalam () dan lebih kecil dari pada sudut kemiringan lereng (i).

    - Longsoran terjadi menurut garis potong kedua bidang tersebut.

    C.3. Longsoran Guling (toppling failure)

    Longsoran guling terjadi pada lereng terjal untuk batuan yang keras dengan bidang-bidang

    Gambar d.

    Longsoran Baji

  • 7/21/2019 Kestabilan Lereng Tambang (Slope Stability of Mining) _ Kestabilan Lereng Tambang

    12/19

    lemah tegak atau hampir tegak dan arahnya berlawanan dengan arah kemiringan lereng. Kondisi untuk

    menggelincir atau mengguling ditentukan oleh sudut geser dalam dan kemiringan sudut bidang

    gelincirnya. Kelongsoran guling pada suatu lereng diasumsikan sebagai berikut, suatu balok dengan

    tinggi h dan lebar dasar balok b terletak pada bidang miring dengan sudut kemiringan sebesar yang

    gambarkan dibawah ini.

  • 7/21/2019 Kestabilan Lereng Tambang (Slope Stability of Mining) _ Kestabilan Lereng Tambang

    13/19

    Gambar e.

    Kriteria terjadinya longsoran guling

    Dari gambar diatas terdapat empat kondisi yaitu :

    - Jika < dan b/h > tan , balok dalam kondisi stabil, artinya lereng tersebut dalam kondisi

    Aman.

    - Jika > dan b/h > tan , balok akan menggelincir, artinya material pada lereng tersebut akan

    menggelincir (Tidak Aman)

    - Jika > dan b/h < tan , balok akan menggelincir dan mengguling, artinya material pada

    lereng tersebut akan menggelincir dan mengguling (Tidak Aman)

    - Jika < dan b/h < tan , balok akan langsung mengguling, artinya material pada lereng

    tersebut akan langsung mengguling atau terjadi longsoran guling (Tidak Aman).

    C.4. Longsoran Busur (circular failure)

    Longsoran busur merupakan longsoran yang paling umum terjadi di alam, terutama pada tanah

    dan batuan yang telah mengalami pelapukan sehingga hampir menyerupai tanah. Pada batuan yang

    keras longsoran busur hanya dapat terjadi jika batuan tersebut sudah mengalami pelapukan dan

    mempunyai bidan-bidang lemah (rekahan) dengan jarak yang sangat rapat kedudukannya.

    Dengan demikian longsoran busur juga terjadi pada batuan yang rapuh atau lunak serta banyak

    mengandung bidang lemah, maupun pada tumpukan batuan yang hancur.

  • 7/21/2019 Kestabilan Lereng Tambang (Slope Stability of Mining) _ Kestabilan Lereng Tambang

    14/19

    D. Metode Analisis Kestabilan Lereng

    Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk melakukan analisis kestabilan lereng, baik untuk lereng

    batuan maupun lereng tanah.

    Metode yang dibahas pada tulisan ini yaitu metode Bishop (Bishop method), aplikasi program GeoStudio

    2004 Slope/W. Pemilihan metode bishop ini dikarenakan lapisan tanah dilokasi adalah lapisan tanah yang

    tidak terlalu keras atau lunak dan berpotensi membentuk longsoran berbentuk busur lingkaran atau circular

    failure slope. Berikut dijelaskan aplikasi metode bishop dalam menganalisa kestabilan lereng tambang.

    D.1. Metode Bishop

    Metode ini digunakan dalam menganalisa kestabilan lereng dengan memperhitungkan gaya-gaya

    antar irisan yang ada dan memperhitungkan komponen gaya-gaya (horizontal dan vertikal) dengan

    memperhatikan keseimbangan momen dari masing-masing potongan. Metode Bishop mengasumsikan

    bidang longsor berbentuk busur lingkaran atau circular.

    Pertama yang harus diketahui adalah geometri dari lereng dan juga titik pusat busur lingkaran

    bidang luncur. Tahap selanjutnya dalam proses analisis adalah membagi massa material di atas bidang

    Gambar f.

    Longsoran Busur

  • 7/21/2019 Kestabilan Lereng Tambang (Slope Stability of Mining) _ Kestabilan Lereng Tambang

    15/19

    longsor menjadi beberapa elemen atau potongan.

    Pada umumnya jumlah potongan minimum yang digunakan adalah lima potongan untuk

    menganalisis kasus yang sederhana. Untuk profil lereng yang kompleks atau yang terdiri dari banyak

    material yang berbeda, jumlah elemen harus lebih besar.

    Gambar g.

    Elemen Gaya yang bekerja menurut Metode Bishop

    Faktor keamanan untuk metode Bishop dapat dirumuskan sebagai berikut :

    dimana :

    W = berat segmen tanah

    C = kohesi tanah

    = sudut antara bidang horizontal dengan segmen bidang longsor

  • 7/21/2019 Kestabilan Lereng Tambang (Slope Stability of Mining) _ Kestabilan Lereng Tambang

    16/19

    = sudut geser dalam

    b = lebar horizontal segmen

    Parameter yang mutlak dimiliki untuk tiap-tiap elemen adalah kemiringan dari dasar elemen yaitu

    sebesar , tegangan vertikal yang merupakan perkalian antara tinggi h dan berat jenis tanah atau batuan

    (), tekanan air yang dihasilkan dari perkalian antara tinggi muka air tanah dari dasar elemen (hw) dan

    berat jenis air (w) dan kemudian lebar elemen (b). Disamping parameter tersebut kuat geser dan kohesi

    juga diperlukan di dalam perhitungan.

    Proses selanjutnya adalah interasi faktor keamanan. Masukkan asumsi faktor keamanan = 1.00

    untuk memecahkan persamaan faktor keamanan. Seandainya nilai faktor keamanan yang didapat dari

    perhitungan mempunyai selisih lebih besar dari 0,001 terhadap faktor keamanan yang diasumsikan, maka

    perhitungan diulang dengan memakai faktor keamanan hasil perhitungan sebagai asumsi kedua dari F.

    Demikian seterusnya hingga perbedaan antara ke dua F kurang dari 0,001, dan F yang terakhir tersebut

    adalah faktor keamanan yang paling tepat dari bidang longsor yang telah dibuat.

    E. Program GeoStudio 2004 - Slope/W

    GeoStudio 2004 - Slope/W merupakan suatu program (software) yang menggunakan teori keseimbangan

    batas untuk menghitung faktor keamanan dari lereng suatu lereng. Formulasi yang komprenhensif dari

    GeoStudio 2004 - Slope/W membuatnya mampu menganalisis dengan mudah kasus stabilitas lereng baik yang

    sederhana maupun yang kompleks dengan menggunakan metode variasi dalam perhitungan faktor

    keamanannya.

  • 7/21/2019 Kestabilan Lereng Tambang (Slope Stability of Mining) _ Kestabilan Lereng Tambang

    17/19

    GeoStudio 2004 - Slope/W dapat diterapkan pada analisa dan perancangan dalam bidang geoteknik, sipil

    dan pertambangan. Di bidang pertambangan program ini sangat cocok digunakan untuk menganalisa kestabilan

    lereng baik pada rencana desain lereng penambangan, lereng produksi penambangan maupun untuk lereng

    penimbunan material hasil penambangan.

    F. Faktor Keamanan (FK) Lereng Minimum

    Kelongsoran suatu lereng penambangan umumnya terjadi melalui suatu bidang tertentu yang disebut

    dengan bidang gelincir (slip surface).

    kestabilan lereng tergantung pada gaya penggerak dan gaya penahan yang bekerja pada bidang gelincir

    tersebut. Gaya penahan (resisting force) adalah gaya yang menahan agar tidak terjadi kelongsoran, sedangkan

    gaya penggerak (driving force) adalah gaya yang menyebabkan terjadinya kelongsoran. Perbandingan antara

    gaya-gaya penahan terhadap gaya-gaya yang menggerakkan tanah inilah yang disebut dengan faktor keamanan

    (FK) lereng penambangan.

    Secara sistematis faktor keamanan suatu lereng dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :

    FK > 1,0 : Lereng dalam kondisi stabil.

    FK < 1,0 : Lereng tidak stabil.

    FK = 1,0 : Lereng dalam kondisi kritis.

    Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi tingkat kestabilan lereng penambangan maka hasil

    Dengan ketentuan, jika :

  • 7/21/2019 Kestabilan Lereng Tambang (Slope Stability of Mining) _ Kestabilan Lereng Tambang

    18/19

    analisa dengan FK = 1.00 belum dapat menjamin bahwa lereng tersebut dalam keadaan stabil. Hal ini

    disebabkan karena ada beberapa faktor yang perlu diperhitungkan dalam analisa faktor keamanan lereng

    penambangan, seperti kekurangan dalam pengujian conto di laboratorium serta conto batuan yang diambil

    belum mewakili keadaan sebenarnya di lapangan, tinggi muka air tanah pada lereng tersebut, getaran akibat

    kegiatan peledakan di lokasi penambangan, beban alat mekanis yang beroperasi, dll.

    Dengan demikian, diperlukan suatu nilai faktor keamanan minimum dengan suatu nilai tertentu yang

    disarankan sebagai batas faktor keamanan terendah yang masih aman sehingga lereng dapat dinyatakan stabil

    atau tidak. Sehingga pada penelitian ini, faktor keamanan minimum yang digunakan adalah FK (sama

    dengan atau lebih besar) dari 1.25, sesuai prosedur dariJoseph E. Bowles(2000), Dengan ketentuan :

    FK 1,25 : Lereng dalam kondisi Aman.

    FK < 1,07 : Lereng dalam kondisi Tidak Aman.

    FK > 1,07

  • 7/21/2019 Kestabilan Lereng Tambang (Slope Stability of Mining) _ Kestabilan Lereng Tambang

    19/19

    Keluar

    Beri tahu saya

    Masukkan komentar Anda...

    Beri komentar sebagai: adhy paulus (

    Publikasikan

    Pratinjau