10
JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 2, Oktober 2012, halaman: 19 KETAHANAN AGREGAT ALAM KRUENG PEUDADA PADA CAMPURAN LASTON AC-WC BERDASARKAN VARIASI TUMBUKAN Sulaiman Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe Email: [email protected] ABSTRACT The surface layer (surface course) is the top layer in flexible pavement construction system. Aggregate used to the material consisting of coarse aggregate, medium aggregate, fine aggregate and filler. The aggregate of road pavement construction on flexible pavement system of Bina Marga used to the aggregate has broken field (Split), but not explicitly how the field is broken. The author conducted research on mixed laston AC-WC based on the variation of collisions that using the natural aggregates from Krueng Peudada. This place as the one that the aggregate used to the construction taking place at the Regional District (Bireuen and North Aceh) in Aceh Province. In the present study used a binder in the form of penetration bitumen 60/70, produced by Pertamina. Experiments sieve analysis is the beginning of the implementation of activities in Laboraorium. Furthermore manufacture marshall specimens with various collision is 2 X75, 2 x 125, 2 x 150, 2 x 200, 2 x 250 and 2 x 300. Implementation procedures based on the Indonesian National Standard (SNI), AASHTO and ASTM and the specifications are used the standard specifications of Highways in 2007. Terms spesifiaksi authors make use of the standard specification 2007 Highways. In the experimental results obtained marshall on every variation of the collision as above meet the standards set except FVB value lower than the standards required at each variari collision. The extraction mixture AC-WC laston of variation collision damage occurred coarse and fine aggregate grains at 2 x 75, 2 X125, 2 x 150, 2 x 200, 2 x 250 and 2 x 300 collision, grain greatest destruction occurred in 2 x 300 collisions. The need for material / aggregate for road construction continues to increase every year, the willingness of the rock in the machine pmecah district. Bireuen and Kab. North Aceh limited, necessary to study the combination of a mixture of natural and crushed stone aggregate to mix laston AC-BC and AC-WC. Keyword: Aggregate Resistance, Marshall , Variations collision Laston Mix AC-WC PENDAHULUAN Krueng Peudada merupakan salah satu tempat pengambilan material yang digunakan untuk bahan pembangunan di wilayah Kab. Bireuen, baik pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah, swasta maupun masyarakat. Krueng Peudada termasuk salah satu sumber yang dapat memproduksi material batuan, kerikil, pasir yang terjadi pada aliran sungai. Tempat pengambilan material di lokasi Krueng Peudada mempunyai areal sepanjang ± 4 km dari hulu kehilir. Pada lokasi ini terdapat material batuan, kerikil dan pasir. Selama ini penelitian yang dilakukan terkait dengan material agregat pada tempat tersebut masih sangat minim, baik gradasi maupun kekuatan atau ketahanan agregat. Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan penelitian yang berkaitan dengan ketahanan agregat berdasarkan variasi tumbukan campuran lapisan aspal beton (laston) AC-WC. Penelitian dengan melakukan percobaan dan pengujian terhadap material tersebut yang dilakukan di Laboratorium Transportasi Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe. Jalan raya sebagai prasarana transportasi harus mempunyai kenyamanan dan keamanan bagi pengguna/ pengemudi, mempunyai kebebasan untuk memilih kecepatan dalam perjalanan tidak terganngu oleh faktor lain diluar lalu lintas. Mempunyai konstruksi yang kokoh dan stabil, permukaanya tidak silau, tidak bergelombang, hal tersebut dapat dicapai bila agregat yang digunakan mempunyai kemampuan dalam menahan beban lalu lintas, tidak pecah/ degradasi bila dilalui kenderaan dan pada

KETAHANAN AGREGATALAMKRUENGPEUDADA …jurnal.pnl.ac.id/wp-content/plugins/Flutter/files_flutter/... · 1 Pengambilansampeldi quary SNI 03-6889-2002. 2 Analisaayakan(siev analysis)

Embed Size (px)

Citation preview

JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 2, Oktober 2012, halaman: 19

KETAHANAN AGREGAT ALAM KRUENG PEUDADA PADA CAMPURAN LASTON AC-WC BERDASARKAN VARIASI TUMBUKAN

SulaimanStaf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe

Email: [email protected]

ABSTRACT

The surface layer (surface course) is the top layer in flexible pavement construction system. Aggregate used to the material consisting of coarse aggregate, medium aggregate, fine aggregate and filler. The aggregate of road pavement construction on flexible pavement system of Bina Marga used to the aggregate has broken field (Split), but not explicitly how the field is broken. The author conducted research on mixed laston AC-WC based on the variation of collisions that using the natural aggregates from Krueng Peudada. This place as the one that the aggregate used to the construction taking place at the Regional District (Bireuen and North Aceh) in Aceh Province. In the present study used a binder in the form of penetration bitumen 60/70, produced by Pertamina. Experiments sieve analysis is the beginning of the implementation of activities in Laboraorium. Furthermore manufacture marshall specimens with various collision is 2 X75, 2 x 125, 2 x 150, 2 x 200, 2 x250 and 2 x 300. Implementation procedures based on the Indonesian National Standard (SNI), AASHTO and ASTM and the specifications are used the standard specifications of Highways in 2007. Terms spesifiaksi authors make use of the standard specification 2007 Highways. In the experimental results obtained marshall on every variation of the collision as above meet the standards set except FVB value lower than the standards required at each variari collision. The extraction mixture AC-WC laston of variation collision damage occurred coarse and fine aggregate grains at 2 x 75, 2 X125, 2 x 150, 2 x 200, 2 x 250 and 2 x 300 collision, grain greatest destruction occurred in 2 x 300 collisions. The need for material / aggregate for road construction continues to increase every year, the willingness of the rock in the machine pmecah district. Bireuen and Kab. North Aceh limited, necessary to study the combination of a mixture of natural and crushed stone aggregate to mix laston AC-BC and AC-WC.

Keyword: Aggregate Resistance, Marshall , Variations collision Laston Mix AC-WC

PENDAHULUAN

Krueng Peudada merupakan salah satu tempat pengambilan material yang digunakan untuk bahan pembangunan di wilayah Kab. Bireuen, baik pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah, swasta maupun masyarakat. Krueng Peudada termasuk salah satu sumber yang dapat memproduksi material batuan, kerikil, pasir yang terjadi pada aliran sungai. Tempat pengambilan material di lokasi Krueng Peudada mempunyai areal sepanjang ± 4 km dari hulu kehilir. Pada lokasi ini terdapat material batuan, kerikil dan pasir. Selama ini penelitian yang dilakukan terkait dengan material agregat pada tempat tersebut masih sangat minim, baik gradasi maupun kekuatan atau ketahanan agregat. Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan penelitian yang berkaitan dengan ketahanan agregat berdasarkan variasi tumbukan campuran lapisan aspal beton (laston) AC-WC. Penelitian dengan melakukan percobaan dan pengujian terhadap material tersebut yang dilakukan di Laboratorium Transportasi Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe.

Jalan raya sebagai prasarana transportasi harus mempunyai kenyamanan dan keamanan bagi pengguna/ pengemudi, mempunyai kebebasan untuk memilih kecepatan dalam perjalanan tidak terganngu oleh faktor lain diluar lalu lintas. Mempunyai konstruksi yang kokoh dan stabil, permukaanyatidak silau, tidak bergelombang, hal tersebut dapat dicapai bila agregat yang digunakan mempunyai kemampuan dalam menahan beban lalu lintas, tidak pecah/ degradasi bila dilalui kenderaan dan pada

JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 2, Oktober 2012, halaman: 20

waktu pelaksanaan, juga pengunaan aspal sebagai bahan pengikat sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kadar aspal (KAO) yang diperoleh pada perancangan campuran. Sistim konstruksi perkerasan lentur (Flaxible Pavement) jalan raya, lapisan permukaan merupakan lapisan yang paling awal merima beban kenderaan yang disalurkan melalui roda, dari kenderaan ringan (kenderaan roda empat) sampai kenderaan berat (trailer dan peti kemas). Beban dari lapisan permukaan seterusnya dilimpahkan kelapisan di bawahnya yaitu lapisan pondasi atas (base course), lapisan pondasi bawah (sub base course) dan terakhir lapisan tanah dasar (subgrade). Material yang digunakan harus mempunyai ketahanan terhadap beban yang diterima, tidak pecah (degradasi) menjadi butiran-butiran kecil baik pada saat pelaksanaan maupun pada masa pelayanan (dilalui oleh kenderaan) jalan tersebut.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data bagi instansi yang membutuhkan berkaitan dengan ketahanan agregat pada quarry Krueng Peudada. Quarry ini yang banyak menghasilkanmaterial berupa agregat kasar, agregat sedang dan agregat halus serta batuan. Tersedianya material tersebut dapat menjadi pedoman dalam penentuan boleh tidaknya menggunakan agregat KruengPeudada untuk konstruksi perkerasan jalan atau pada lapisan mana yang dapat digunakan, dengansusunan lapisan dimulai dari lapisan permukaan, lapisan pondasi dan lapisan pondasi bawah.

Pelaksanaan campuran aspal beton (laston) baik AC- base, AC-BC dan AC-WC dengan rancangan benda uji untuk job mix formula (JMF) penumbukan dilakukan berdasarkan lalu lintas ringan sebanyak 2 x 35 tumbukan, lalu lintas sedang 2 x 50 tumbukan dan lalu lintasa berat sebanyak 2 x 75 tumbukan, dengan menggunakan agregat yang mempunyai bidang pecah. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya penelitian untuk melihat bagaimana ketahanan agregat dan stabilitas marshal bila digunakan variasi tumbukan di atas 2 x 75 tumbukunan yaitu 2x 100 tumbukan, 2 x 125 tumbukan dan2 x 150 tumbukan

Konstruksi perkerasan jalan diletakkan diatas tanah dasar yang mempunyai daya dukung sesuai dengan spesifikasi, tanah dasar tersebut akan menerima beban baik dari berat sendiri dari konstruksi maupun beban kendaraan. Di atas tanah dasar diletakkan lapisan perkerasan lapisan pondasi bawah, lapisan pondasi atas dan lapisan permukaan, lapisan tersebut terdiri dari agregat, bahan pengisi untuk lapisan pondasi bawah dan pondasi atas, sedangkan lapisan permukaan terdiri dari agregat, bahan pengisi dan bahan pengikat.

Agregat

Agregat merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung 90- 95% agregat berdasarkan berat atau 75 – 85 % berdasarkan persentase volume (Asphalt Institute, 2007). Secara umum Bina Marga (1983) mendefinisikan agregat adalah batu pecah, kerikil, pasir atau komposisi material lainnya baik berupa hasil alam maupun hasil pengolahan (pemecahan penyaringan) yang merupakan bahan utama untuk kontruksi jalan. Sukirman, 2003 (ASTM (1974) mendefinisikan agregat sebagai suatu bahan yang terdiri dari minerel padat, berupa massa berukuran besar atupun fragmen-fragmen.

Berdasarkan tempat pengambilan agregat Sukirman (2003) mengemukakan agregat alam yang sering digunakan dalam konstruksi perkerasan yaitu kerikil dan pasir. Berdasarkan tempat asal agregat alam dibedakan atas: pitrun yaitu agregat yang diambil dari tempat terbuka di alam danbanktrun yaitu agregat yang berasal dari sungai/ endapan sungai.

Gradasi

Gradasi didefinisikan secara umum adalah distribusi partikel-partikel berdasarkan ukuran agregat yang saling mengisi sehingga terjadi suatu ikatan (interlocking). Gradasi juga merupakan salah satu faktor kunci untuk mencapai mutu konstruksi perekerasan jalan.

JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 2, Oktober 2012, halaman: 21

u

c

Saodang (2004) mengemukaan gradasi agregat diperoleh dari hasil analisa saringan dengan menggunakan 1 set saringan dimana saringan yang paling besar diletakkan di atas dan yang paling kecil diletakkan paling bawah, berdasarkan hal tersebut gradasi agregat dibedakan atas:1. Gradasi rapat (Dense Graded);2. Gradasi seragam (Uniform Graded);3. Gradasi buruk atau gradasi Senjang (Poorly Graded).

Gradasi Rapat (Dense Graded)

Pada gradasi rapat komposisi butir lebih kecil hanya untuk mengisi rongga-rongga antara butiran yang lebih besar. Dengan demikiam, masing-masing butir punya kontak antar butir yang baik dan semua pori terisi oleh butir yang lebih halus, tingkat kepadatan tinggi.Menurut Krebs dan Walker (1971) menjelaskan agregat dikatakan baik sebagai gradasi jika memenuhi

P = 100.(d

)n ................................................................................................... (1)D

Nilai koefisien yang menentukan pada posisi butir kasar atau halus (n) berkisar antara 0,2 sampai 0,5. Lebih lanjut Sukirman (1995), menjelaskan kriteria penilaian gradasi baik (well graded) dan gradasi buruk (poor graded) sebagai berikut: Well graded (WG) besarnya nilai coeficient uniformity (Cu ) > 4 dan coeficient of curvature, (Cc ) antara 1 dan 3. Sedangkan poor graded ( GP) besarnya nila Cu ≤ 4 dan nilai Cc tidak diantara 1 dan 3. Nilai Cu dan Cc dihitung dengan rumus:

CD60

D10

(D

........................................................................................................... (2)

) 2

C 30

(D10 x D60)............................................................................................... (3)

Daya Tahan Agregat

Bukhari dkk (2004) menjelaskan ketahanan/kekerasan agregat (toughness) sebagai kekuatan yang dimiliki oleh suatu agregat untuk menahan retak akibat beban yang diterima. Pada semua bentuk perkerasan lentur, agregat harus cukup tahan untuk mendukung berat roller selama pelaksanaan konstruksi dan gaya tumbukan berulang dari lalu lintas. Efek tumbukan meningkat dengan naiknya kekasaran permukaan jalan, kecepatan kenderaa dan karakteristik lainnya.

AspalAspal merupakan sebagai pengikat agregat pada konstruksi perkerasan jalan lentur (flexible

pavement). Aspal berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen, aspal dapat diperoleh di alam ataupun residu dari hasil pengilingan minyak, pada temperatur ruang berbentuk padat atau agak padat. Aspal akan mecair jika dipanaskan pada suhu tertentu atau sebesar (60 s/d 90 8C) di atas titik lembek, dan kembali membeku bila temperatur turun (Asphalt Institute 2007).

Pencampuran Agregat

Agregat yang terdapat pada quarry yang merupakan agregat alam atau di stockpile sebagai baik agregat alam, ataupun hasil pengolahan dengan stone crusher belum memenuhi syarat agregat

JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 2, Oktober 2012, halaman: 22

untuk pencampuran dengan aspal ditinjau dari distribusi gradasi. Agregat yang digunakan untuk pencampuran dengan aspal, harus memenuhi spesifikasi yang ditentukan, terdiri dari agregat kasar (split), agregat sedang (scren), abu batu serta filler, masing-masing dengan jumlah atau persentase yang sesuai (Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan Departemen Pekerjaan Umum2005). Pencampuran agregat dengan aspal terdiri dari 3 fraksi agregat seperti tersebut di atas, pencampuran ketiga praksi tersebut dengan menggunakan cara grafis metode Rothluchs type A.

Gradasi Agregat Campuran Aspal Laston AC-WC

Gradasi aspal concrete wearing course (AC-WC) merupakan gradasi menerus yang saling mengisi antar susunan butir dalam campuran aspal panas. Sukirman (2003) mengemukakan gradasi untuk campuran panas AC-WC terdiri dari agregat kasar, agregat sedang, agregat halus/abu batu dan filler sebagai bahan pengisi bila diperlukan. Jenis gradasi yang digunakan adalah gradasi menerus (weel grade). Sebagai pengontrol dari gradasi menerus ini yaitu menggunakan rumus Fuller (Balitbang PU,2009) dimana persyaratan gradasi gabungan untuk masing-masing jenis campuran beraspal harus mempunyai jarak terhadap batas-batas toleransi.

Penentuan Kadar Aspal Otimum Campuran Aspal Laston AC-WC

Kadar aspal dalam campuran aspal panas/ laston adalah kadar aspal efektif yang menyelimuti atau membungkus butir-butir agregat, mengisi pori-pori antar agregat, ditambah dengan kadar aspal yang akan terserap masuk kedalam pori masing-masing butir agregat.

Sukirman (2003) mengemukakan biasanya kadar aspal campuran telah ditetapkan dalam spesifikasi sifat campuran, maka untuk menentukan rancangan campuran di Laboratorium dipergunakan kadar aspal tengah/ ideal seperti pada gambar grafik di atas. Kadar aspal tengah yang juga disebut kadar aspal optimum adalah nilai tengah dari kadar aspal dalam spefikasi campuran.

Kadar aspal tengah/ optimum dapat dihitung dengan mengunakan rumus yang dikemukan olehyaitu:

P = 0,035 (% CA) + 0,045 (% FA) + 0,18 (% Filler) +K ......................................... (4)

K = Konstanta

= 0,5 – 1,0 untuk laston

= 2,0 – 3,0 untuk lataston

Pemadatan Campuran Laston AC-WC

Pemadatan campuran aspal panas laston AC-WC besarnya energi yang diberikan pada campuran aspal AC-WC yang telah ditempatkan cetakan benda uji dengan ukuran & 4 “ dan tinggi (t)= 2,5”. Campuran yang terisi dalam cetakan ditumbuk dengan penumbuk dengan berat 4,536 kg, tinggijatuh 45,7“. Jumlah tumbukan untuk campuran aspal panas/laston tergantung pada rencana tebal perkerasan yang akan dilaksanakan yaitu jumlah lalu lintas dan tonase kendaraan yang akan melewati tersebut dalam masa pelayanan. Jumlah tumbukan standar berpariasi sesuai dengan karakteristik dan katagori lalu lintas, menurut Balai Bahan dan Perkerasan Jalan Litbang PU (2005) jumlah tumbukanstandar sebagai berikut:

JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 2, Oktober 2012, halaman: 23

a. Lalu lintas berat = 75 x tumbukanb. Lalu lintas sedang = 50 x tumbukan c. Lalu lintas ringan = 35 x tumbukan

Bila dilakukan jumlah tumbukan untuk keperluan penelitian atau kajian, sebagai standar dasar diambil jumlah tumbukan standar yang telah ditentukan, kemudian diambil variabel kebawah dan keatas dari standar tersebut yang dapat mempengaruhi terhadap perubahan ketahanan agregat pada campuran aspal panas/laston.

Pengujian Stabilitas Marshall

Metode marshall dengan pendekatan kepadatan mutlak merupakan salah satu cara dalam merencanakan campuran aspal beton. Cara marshall ini hanya berlaku bagi campuran aspal beton panas untuk hamparan jalan, dengan menggunakan jenis aspal semen grade penetrasi, dan mengandung agregat dengan besar butir maksimum 1 inci (2.54 cm). Cara ini dapat dipakai baik untuk cara perencanaan campuran dilaboratorium atau dilapangan, bagi campuran aspal beton panas untuk hamparan. Perencanaan dengan menggunakan metode marshall ini akan ditentukan nilai dari pada kepadatan, kadar rongga, stabilitas dan flow sehingga didapatkan besarnya prosentase nilai kadar aspal yang memenuhi syarat dalam campuran aspal beton tersebut.

Pembuatan benda uji pada percobaan marshall dibedakan dengan tiga buah macam percobaan, begitu pula dengan pemeriksaannya, percobaan-percobaan tersebut meliputi:1. Percobaan Marshal2. Percobaan Marshall setelah perendaman 24 jam (Immertion)

Ekstraksi Campuran Aspal Panas/ Laston AC-WC

Campuran beraspal pada perkerasan jalan terdiri dari campuran agregat dan aspal, (RSNI M-05-2004) keawetan perkerasan jalan tergantung pada kualitas dan komposis bahan yang digunakan sebagai campuran beraspal. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perencanaan campuran beraspal untuk perkerasan jalan sangat diperlukan. Perencanaan dan komposisi bahan yang tepat dapat meningkatkan kualitas perkerasan jalan sehingga akan meningkatkan umur perkerasan jalan. Bahan keras tidak mudah hancur bila berikan beban atau dilalui oleh lalu lintas sesuai dengan rencana sampai akhir umur rencana, tetapi bahan yang digunakaan memenuhi standar kekerasan akan mudah pecah bila dibeban oleh lalu lintas. Hasil dari ekstraksi diperoleh kadar aspal gradasi agregat yang digunakan, selanjutnya dibandingkan dengan kadar aspal yang digunakan dan ketahanan agregat terhadap pecah dan dibuat grafik gradasi.

METODE PENELTIAN

Penelitian mengetahui ketahanan, perilaku material berdasarkan variasi tumbukan pada campuran campuran panas aspal beton AC-WC, menggunakan agregat alam Krueng Peudada, yang terdiri dari agregat kasar, agregat sedang dan agregat halus. Bahan pengikat digunakan aspal peneterasi 60/70 produksi Pertamina. Penelitian dilakukan pada Laboratorium Transportasi Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe.

JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 2, Oktober 2012, halaman: 24

Rancangan Percobaana. Pengujian analisa ayakan (siev analysis)b. Pengujian berat jenis agregatc. Pengujian penyerapan agregatd. Pengujian kelekatan aspal pada agregate. Analisa campuran laston AC-WC berdasarkan nilai kadar aspal ideal (Pb), penumbukan dilakukan

2 x 75 tumbukan, variasi kadar aspal (Pb-1), (Pb-0,5), (Pb), (Pb+0,5) dan (Pb+1) setiap variasi tersebut dibuat 5 benda uji.

f. Vriasi tumbukan tumbukan untuk melihat ketahanan agregat campuran aspal panas AC-WC kadar aspal optimum (KAO) bedasarkan hasil pengujian marshall pada variasi kadar aspal.

Mengetahui ketahanan agregat terhadap kehancuran campuran aspal beton AC-WC dengan variasi tumbukan, variasi tumbukan direncanakan sebagai berikut:1. 2 x 50 tumbukan sebanyak 5 benda uji2. 2 x 75 tumbukan sebanyak 5 benda uji3. 2 x 100 tumbukan sebanyak 5 benda uji4. 2 x 125 tumbukan sebanyak 5 benda uji5. 2 x 150 tumbukan sebanyak 5 benda uji6. 2 x 200 tumbukan sebanyak 5 benda uji7. 2 x 250 tumbukan sebanyak 5 benda uji8. 2 x 300 tumbukan sebanyak 5 benda uji

Prosedur Percobaan/ Kajian

Prosedur pecobaan atau pengujian pada penelitian ini menggunakan standar yang baku untuk pengujian material perkerasan jalan, yang diterbitkan oleh Dirjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum RI atau Standar Nasional Indonesia (SNI) serta serta Standar AASHTO dan ASTM. Prosedur tersebut mengatur tentang langkah kerja, bahan dan peralatan yang digunakan dalam suatu objek pengujian, standar yang penulis gunakan untuk setiap jenis pengujian seperti pada tabel 1 berikut:

Tabel 1 Standar Pengujian Agregat

No Jenis Pengujian Standar yang digunakan1 Pengambilan sampel di quary SNI 03-6889-2002.

2 Analisa ayakan (siev analysis) SNI-03-6819-2002 dan SNI-03-1968-1990

3 Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan SNI 03-1969-1990 dan SNI 03-1970-1990

4 Pengujian berat isi agregat AASHTO T-19-74 dan ASTM D 29-71

5 Pemeriksaan kelekatan agregat terhadap aspalSNI 03 – 2439 – 1991, dan ASTM C. 136– 2001

6 Pemeriksaan keausan agregat SNI 03 – 2417 – 19917 Pengujian Marshall SNI 06-2489-19918 Pengujian Ekstraksi campuran aspal AC-WC RSNI M-05-2004

JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 2, Oktober 2012, halaman: 25

PE

RS

EN

LOLO

S

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan meliputi pengujian sifat fisis dan sifat mekanis dari agregat, Pengujian Marshall dan ekstraksi campuran aspal laston AC-WC, berdasarkan variasi tumbukan dan pembahasannya sebagai berikut:

Campuran Agregat Untuk Rancangan Campuran Laston AC-WC

Campuran agregat untuk rancangan campuran laston AC-WC disebut juga gradasi gabungan, penentuan persentase dari masing agregat yang terdiri dari agregat kasar (Split) agregat sedang (screen) dan agregat halus digunakan dari abu batu dan filler sebagai bahan pengisi. Persentase dari masing-masing dari hasil perhutungan dengan cara analitis sebesar split sebesar 15 %, screen sebesar 35 %, abu batu sebesar 45 % dan pengisi filler sebesar 5 %. Hasil perhitungan digambarkan dalam bentuk grafik seperti pada gambar 1.

1009080706050403020100

GRAFIK AGREGAT RANCANGAN LASTON AC-WC

0.01 0.10 1.00 10.00UKURAN SARINGAN (MM)

Gradasi gabungan gradasi Fuller

Gambar 1. Grafik Gabungan Gradasi Krueng Peudada Kab. Bireuen

Hasil Pengujian Marshall Berdasarkan Variasi Tumbukan

Hasil pengujian marshall yaitu density, stabilitas, void mineral of agregate (VMA), kelelahan (flow), mashall quantin, dan VFB, dari perhitungan dengan tabel digambarkan dalam bentuk grafik berikut:

1.90

1.88

1.86

DENSITY970

960

1.84 950

1.82

1.80

1.78

940

930

1.76 920

1.74

1.72

2 X 75 Tu2mXbu1k0a0nT2umXb1u2k5aTnu2mxb1u5k0anTu2mxb2u0k0aTnu2mxb2u5k0aTnu2mxb3u0k0aTnumbuka

910

900

2 X 75 Tu2mXb1u0k0anT2uXm1b2u5kaT2numx b1u5k0aTn2uxm2b0u0kaT2nuxm2b5u0kaT2nuxm3b0u0kaTnumbu

JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 2, Oktober 2012, halaman: 26

2

MQ

(kg/

mm

)V

MA

(%)

35 2.75

30 2.70

25 2.65

2.6020

2.5515

10

5

0

2 X 75 Tum2 bXu1k0a0nTu2mXb1u2k5anTu2mxbu1k5a0nTu2mxb2u0k0anTu2mxb2u5k0anTu2mxb3u0k0anTumbuk

2.50

2.45

2.40

2 X 75 T2umXb1u0k0anT2uXm1b2u5kaT2nuxm1b5u0kaT2nuxm2b0u0kaT2nuxm2b5u0kaT2nuxm3b0u0kaTnumbuk

400

350

300

250

200

150

100

50

0

Grafik MQ35

30

25

0

15

10

5

0

2 X 75 Tu2mXbu1k0a0nT2uXmb1u2k5aTn2umxb1u5k0aTn2umxb2u0k0aTn2umxb2u5k0aTn2umxb3u0k0aTnumbuk 2 X 75 Tu2mXbu1k0a0nT2uXmb1u2k5aTnu2mxb1u5k0anT2umxb2u0k0aTn2umxb2u5k0aTn2umxb3u0k0aTnumb

Gambar 2. Hasil Pengujian Marshall Dari Variasi Tumbukan

Nilai kepadatan/ density variasi tumbukan dari 2 x 75 tumbukan sampai dengan 2 x 125, 2 x200 tumbukan sampai dengan 2 x 300 tumbukan, mengalami peningkatan secara linear, hanya pada 2 x 150 tumbukan yang menurun sebesar 0,07 grm/cm3 atau sebesar 2,7 % dari titik 2 x 125 tumbukan.

Nilai stabilitas marshall paling rendah 926 kg, tertinggi sebesar 965 kg dan setiap variasi tumbukan mengalami kenaikan rata-rata sebesar 7,8 kg, menurut spesifikasi tahun 2007, nilai stabilitas di atas spesifikasi yang ditentukan sebesar 800 kg.

Besarnya nilai Voids in the mineral aggregate (VMA) pada penelitian ini berpariasi pada 2 x75tumbukan nilai VMA sebesar 32,6 %, tetai pada 2 x 100 dan 2 x 125 tumbukan terjadi penurunan dengannya masing-masing sebesar 17,4 dan 16,7 %, selanjutnya pada 2 x150 tumbukan nilai VMA meningkat sebesar 14,2 %. variasi selanjutnya pada 2 x 200 tumbukan, 2 x 250 tumbukan dan 2 x300 tumbukan mempunyai nilai masing-masin 28,7 %, 27,3 % dan 27 %, besarnya nilai VMA yang diperoleh pada pariasi tumbukan di atas nilai standar minimumspesifikasi yaitu sebesar 15 %.

Flow/kelelahan campuran campuran aspal beton AC-BC hasil dari pengujian variasi tumbukan diperoleh nilai terendah 2,5 mm dan terbesar 2,69 mm, berdasarkan variasi tumbukan yang dilakukan cenderung meningkat dari variasi 2 x 75 tumbukan sampai dengan 2 x 300 tumbukan. berdasarkan spesifikasi 2007, besar nilai flow untuk lalu lintas 0,5 juta >ESA> 1 juta kelehan minimum 2 mm, nilai yang diperoleh di atas 2 mm.

Marshall quentin (MQ) pada penetian ini berdasarkan grafik di atas nilainya dari variasi 2 x 75 tumbukan sampai dengan 2 x 150 tumbukan cenderung menurun dan dari 2 x 150 sampai dengan 2 x300 tumbukan nilai MQ meningkat. Spesifikasi 2007 mensyaratkan nilai Marshall quentin minimum

JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 2, Oktober 2012, halaman: 27

Per

sen

Lolo

(%

)

200 kg/mm, hasil yang diperoleh pada tiap variasi tumbukan di atas 200 kg/mm dan rata-rata nilaiMarshall quentin 272,86 kg/mm.

VFB besarnya nilai dari VFB pada 2 x 75 tumbukan 20,8 %, 2 x 100 tumbukan 23,2 %, 2 x 125 tumbukan 28,7 %, 2 x 150 tumbukan 22,5 %, 2 x 200 tumbukan 23,4 %, 2 x 250 tumbukan 24,1 % dan2 x 300 tumbukan sebesar 24, 6. Pada 2 x 75 tumbukan sampai 2 x 125 tumbukan nilai VFBmengalami peningkatan tetapi dari 2 x 125 tumbukunan ke 2 x 150 tumbukan menurun, dan dari 2 x150 tumbukan sampai dengan 2 x 300 tumbukan terjadi kenaikan nilai VFB. Nilai dari VFB pada tiap variasi tumbukan dibawah nilai yang disyaratkan pada spesifikasi 2007 sebesar untuk lalu linta > 1 ESA65 %, < 1 juta ESA 68 % dan untuk < 0,5 juta ESA sebesar 75 %.

Seletah selesai pengujian marshall dari setiap varia tumbukan dilanjutkan proses pengujian ekstraksi campuran laston AC-WC, hasil ekstraksi dihitung secara tabelaris selanjut di buat grafik distribusi ukuran agregat variasi tumbukan seperti pada gambar 3 berikut:

1009080706050403020100

Grafik Gradasi Hasil Ekstraksi

0.01 0.1 1 10 100Ukuran Butir (mm)Agregat Asli 2 x 75 tumbukan

Gambar 3. Grafik Distribusi Butiran Agregat Hasil Ekstraksi Berdasarkan VariasiTumbukan

Hasil dari distribusi ukuran butiran agregat berdasarkan variasi tumbukan pada variasi tumbukan 2 x 75 tumbukan, 2 x125 dan 2 x 150 tumbukan tumbukan ukuran butiran agregat kasar tidak mengalami pecah hanya pada kondisi agregat harlus terajadi perubuhan ukuran sebesar 11 %.

Pada variasi variasi tumbukan 2 x 200 tumbukan dan 2 x 250 tumbukan mengalami perubahan ukuran butir bbaik agregat kasar dan halus, amsing-masing untuk agregat halus sebesar 14 % dan agregat kasar sebesar 16 %.

Variasi tumbukan 2 x 300 tumbukan mengalami perubuhan ukuran butiran atau pecah lebih besar dari variasi tumbukan yang lainnya, yaitu untuk agregat kasar sebesar 24 % dan agregat halus sebesar 29 %.

KESIMPULAN

1. Hasil pengujian marshall memenuhi standar spesifikasi Bina Marga tahun 2007 untuk lalu lintas berat, kecuali pada nilai VFB yang disyaratkan sebesar 65 – 65 % hasil, yang diperoleh yaitu 20,8 -28,7 %.

JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 2, Oktober 2012, halaman: 28

2. Bina Marga menetapkan 2 x 75 pukulan untuk lalu lintas berat, pada penelitian ini pada tumbukan 2 x 125 tumbukan mempunyai nilai stabilitas, density, VFB dan flow di atas standar spesifikasi yang ditetapkan.

3. Ketahanan agregat berdasarkan variasi tumbukan terjadi perubahan ukuran butir agregat kasar dan halus pada 2 x 75 tumbukan, 2 x125 dan 2 x 150 tumbukan, 2 x 200 tumbukan, 2 x 250 dan 2 x300 tumbukan, paling besar terjadi perubahan ukuran butir pada 2 x 300 tumbukan.

SARANKrueng Peudada salah satu quarry pengambilan material untuk pembangunan khususnya

pembangunan jalan diwilayah Kab. Bireuen dan Kab. Aceh utara Provinsi Aceh, dan terbatasnya mesin pemecah batu sedang kebutuhan akan material sangat besar, maka perlu dilakukan penelitian kombinasi antara agregat alam dan batu pecah untuk campuran laston AC-BC maupun AC-WC.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2005, Spesifikasi Umum Bidang Jalan Dan Jembatan, Badan Penelitian dan pengembanganPusat Litbang Prasarana Transportasi jakarta.

Asphalt Institute (2007), The Asphalt Hanbdbook, Seventh Edition, Printed in USA.

Bukhari,RA..dkk, 2004, Rekayasa Bahan dan Tebal Perkerasan Jalan Raya, Fakultas Teknik Unsyiah.

Direktorat Jenderal Bina Marga, 1999, Modul Bahan Untuk Campuran Beraspal Panas, DepartemenPekerjaan Umum.

Direktorat Jenderal Bina Marga, 2007, Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan Dan Jembatan, Divisi 6,Seksi 6.3, Departemen Pekerjaan Umum.

Krebs,R.D, and R.D. Walker, 1971, Higway Material, Mc.Graw Hill Book Company, New York.

RSNI-M-05-2004, Cara Uji Ekstraksi Kadar Aspal Dari Campuran Beraspal Menggunakan TabungFefluk Gelas, Badan Standar Nasional, 2004, Jakarta

Saodang Hamirhan (2004) Konstruksi Jalan Raya Buku 2 Perancanagn Perkerasan Jalan Raya, NovaBandung.

Sulaiman (2012) Kinerja Campuran Aspal Beton AC-BC Berdasarkan Variasri Suhu Pencampuran, Portal Jurnal Teknik Sipil Volume 4 No.1- April 2012 (11-12)

Sukirman, silvia, 2003, Beton Aspal Campuran Panas, Granit Jakarta.