36
KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA DI RSUD PRAMBANAN TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Disusun Oleh : AYU NINGSIH 1313023 PROGRAM STUDI PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN (D-3) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2016

KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA

DI RSUD PRAMBANAN

TAHUN 2016

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya

Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Disusun Oleh :

AYU NINGSIH

1313023

PROGRAM STUDI

PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN (D-3)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

2016

Page 2: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

ii

Page 3: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

iii

Page 4: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

iv

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT,karena atas berkat

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik,

yang akan diajukan guna memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan

Perekam Medis dan Informasi Kesehatan (D-3) Stikes Jenderal Achmad Yani

Yogyakarta dengan judul: “Ketepatan Pengodean Diagnosis Pada Kasus Cedera di

RSUD Prambanan”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada berbagai pihak yang membantu dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini yaitu:

1. Kuswanto Hardjo,dr., M.Kes sebagai Ketua Stikes Jenderal Achmad Yani

Yogyakarta sekaligus pembimbing dalam penyusunan karya tulis ilmiah

yang senantiasa mencurahkan waktunya untuk memberikan pengarahan dan

bimbingan hingga selesai karya ini.

2. Sis Wuryanto, A.Md,PerKes, SKM., MPH sebagai Ketua Prodi Perekam

Medis dan Informasi Kesehatan (D-3) Stikes Jenderal Achmad Yani

Yogyakarta.

3. Segenap dosen dan karyawan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

yang membekali penulis ilmu pengetahuan yang bermanfaat selama

perkuliahan.

4. Alamamaterku Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

5. drg.Isa Dharmawidjaja, M.Kes sebagai Direktur RSUD Prambanan yang

telah menerima saya untuk melakukanpenulisan ini.

6. Nuzul Yudha, A.Md selaku Koordinator Rekam Medis RSUD Prambanan.

7. Bapakku dan Almh.mamak yang saya sayangi.

Page 5: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

v

8. Bule Ningsih yang telah banyak membantu saya selama di Yogyakarta.

Karenamu aku kuat dalam menjalani hidup.

9. Teman-teman dan sahabat yang selalu mendoakan dan memotivasi hingga

saat ini

10. Serta semua pihak yang tidak dapatdisebutkan satu persatu atas bantuan

dalam penyelesaiankarya tulis ilmiah ini. Terima kasih semuanya.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

sempurna. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan masukan dari berbagai

pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis berharap semoga Karya

Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 27 Agustus 2016

Ayu Ningsih

Page 6: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

vi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................. ii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................................iv

DAFTAR ISI .......................................................................................................................vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... x

INTISARI ........................................................................................................................... xi

ABSTRACT ......................................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 4

E. Keaslian Penelitian ..................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 9

A. Landasan Teoritis ...................................................................................................... 9

B. Kerangka Teori........................................................................................................ 25

C. Kerangka Konsep .................................................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 27

A. Desain Penelitian ..................................................................................................... 27

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................................. 28

C. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................................. 28

D. Variabel Penelitian .................................................................................................. 29

Page 7: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

vii

E. Definisi Operasional ................................................................................................ 29

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 29

G. Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................................................... 30

H. Etika Penelitian ....................................................................................................... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 31

A. Gambaran Umum .................................................................................................... 31

B. Hasil Penelitian ....................................................................................................... 35

C. Pembahasan ............................................................................................................. 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 43

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 43

B. SARAN ................................................................................................................... 44

Page 8: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Kelengkapan Pengodean Diagnosis Pada Kasus Cedera di RSUD

Prambanan Tahun 2016……………………………………………………….….35

Tabel 4.2 Ketepatan Pengodean Diaghnosis Pada Kasus Cedera di RSUD

Pramabanan Tahun 2016…………………………………………………...…....36

Page 9: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Teori Penelitian .................................................................... 25

Gambar 2 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................ 26

Gambar 3 Struktur Organisasi Instalasi Rekam Medis RSUD Prambanan….…..34

Page 10: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Keterangan Studi Pendahuluan

Lampiran 2 : Studi Pendahuluan

Lampiran 3 : Jadwal Kegiatan Bimbingan

Lampiran 4 : Informed Consent

Lampiran 5 : Tabel Penentuan Jumlah Sampel Dari Populasi tertentu Dengan

Taraf Kesalahan 1, 5 dan 10%

Lampiran 6 : Daftar Hadir Mengikuti Ujian Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 7 :Surat Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 9 : SPO Prosedur Pemberian Kode dan Penulisan Index Penyakit

Page 11: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

xi

KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA DI

RSUD PRAMBANAN TAHUN 2016

Ayu Ningsih1, Kuswanto Hardjo

2

INTISARI

Latar Belakang : Seorang perekam medis harus mampu menetapkan kode

penyakit dengan tepat sesuai klasifikasi yang diberlakukan di indonesia (ICD-10)

tentang penyakit dalam pelayanan dan manajemen kesehatan. Pelaksanaa

pengodean diagnosis harus lengkap dan tepat sesuai dengan arahan ICD-10.

Pengodean diagnosis pada kasus cedera di RSUD Prambanan masih terdapat

ketidaktepatan dengan kode ICD-10.

Tujuan :Mengetahui angka kelengkapan dan angka ketepatan pengodean

diagnosis pada kasus cedera di RSUD Prambanan tahun 2016.

Metodologi Penelitian :Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

diskriftif dengan pendekatan kuantitatif. Alat pengumpulan data dalam penulisan

ini yaitu lembar checklist mengenai ketepatan pengodean diagnosis pada kasus

cedera. Penelitian ini dilaksanakan di bagian rekam medis RSUD Prambananyang

beralamat di Jl. Prambanan-Piyungan km.07,Delegan Sumber Harjo Prambanan

Daerah Istimewa Yogyakarta.

Hasil :Dari 135 sampel rekam medis gawat darurat dengan kasus cedera, ditinjau

dari kelengkapan pengodean diagnosis pada kasus cedera di RSUD Prambanan

yang terisi lengkap sebanyak 136 dari 171 total kode. Sedangkan ditinjau dari

ketepatan yang tepat berjumlah 2 kode (1%). Ketidaktepatan ini yang paling

banyak adalah ketidaktepatan pengodean pada karakter 1, 2, 3, 4 yaitu berjumlah

46 kode (30%). Selain itu ketidaktepatan karena kurang karakter ke 5 berjumlah

32 kode (21%).

Kata Kunci : Ketepatan, Pengodean, ICD-10

1Mahasiswa (D-3) Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Stikes Jenderal

Achmad Yani Yogyakarta 2Dosen Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Page 12: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

xii

THE ACCURACY OF CODING DIAGNOSES IN CASES OF INJURIES IN

HOSPITALS PRAMBANAN

Ayu Ningsih1, Kuswanto Hardjo

2

ABSTRACT

Background : A medical recorder must be able to establish a code of disease with

the appropriate classification imposed on Indonesia (ICD-10) about the disease

and health management services. Deploy coding must be complete and precise

diagnosis according to ICD-10 directives. In coding the diagnosis on case of an

injury in hospital Prambanan still there is inaccuracies with ICD-10 code.

Objective : To determine the number of completeness and accuracy rate of

diagnosis coding in hospital Prambanan injury cases in 2016.

Research Methodology : This type of research is descriptive research with

quantitative approach. Data collection tools in this research use sheet checklist

regarding the accuracy of coding the diagnosis in case of injury. This research was

conducted at the medical records of hospital Prambanan located at Jl. Prambanan-

Piyungan km.07, Delegan Sumber Harjo Prambanan Yogyakarta.

Results : From the 135 samples emergency medical record with injury cases, in

terms of completeness of coding the diagnosis in case of an injury at the General

Hospital of the completed Prambanan as much 136 of the 171 total code. While,

the exact terms of accuracy there are 2 code (1%). This most inaccuracies is in

character 1, 2, 3, 4 the number of this inaccuracies is 46 code (30%). Besides

inaccuracy due to lack character code to 5 amounted to 32 (21%).

Keywords : Accuracy, coding, ICD-10.

Keywords : accuracy, coding, ICD-10

1

(D-3) student of medical record and health information Stikes Lecturer Achmad

Yani General Yogyakarta 2Stikes lecturer Achmad Yani Generals Yogyakarta

Page 13: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Untuk menjaga dan

meningkatkan mutu, rumah sakit harus mempunyai suatu ukuran yang

menjamin peningkatan mutu di semua tingkatan, salah satunya a

dalah rekam medis yang bermutu.

Menurut Ismainar (2015), rekam medis merupakan berkas yang berisi

catatan dan dokumen tentang identitas, anamnesa, diagnosis, pengobatan,

tindakan, dan pelayanan penunjang yang diberikan kepada pasien selama

mendapat pelayanan di unit rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat,

serta catatan yang juga harus dijaga kerahasiaannya dan merupakan

sumber informasi tentang pasien yang datang berobat ke rumah sakit.

Menurut Hardjodisastro (2006), diagnosis adalah istilah yang menunjuk

pada nama penyakit yang ada pada pasien yang perlu dirumuskan

(ditentukan) oleh dokter. Salah satu bentuk pengelolaan dalam rekam

medis adalah pengodean diagnosis.

Menurut Hatta (2008) kegiatan pengodean adalah penetapan kode

dengan menggunakan angka atau kombinasi antara huruf dan angka yang

mewakili komponen data. Kualitas data terkode merupakan hal penting

bagi kalangan tenaga personel manajemen informasi kesehatan, fasilitas

Page 14: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

2

asuhan kesehatan, dan para profesional manajemen informasi kesehatan.

Ketepatan data diagnosis sangat krusial di bidang manajemen data klinis,

penagihanbiaya, beserta hal-hal lain yang berkaitan dengan asuhan dan

pelayanan kesehatan. Hal tersebut dikarenakan pengodean memiliki peran

penting dalam manajemen di rumah sakit. Pelaksanaan pengodean

diagnosis harus lengkap dan akurat sesuai dengan arahan ICD-10 (WHO,

2002).

Dalam pengodean standar klasifikasi yang digunakan adalah

International Statistical Classification of Diseases and Related Health

Problems 10th

revision (ICD-10). ICD-10 memuat tentang statistik dan

klasifikasi penyakit serta masalah yang berkaitan dengan kesehatan.ICD-

10 terbagi dalam 3 volume, salah satunya adalah volume 1 yang memuat

daftar tabulasi yang diklasifikasikan dalam 22 Bab yang salah satu

diantaranya tentang klasifikasi pada kasus cedera dalam Bab XIX yaitu

tentang cedera, keracunan, dan konsekuensi tertentu lainnya dari penyebab

luar.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Firza (2015) bahwa

dari total 43 kode diagnosis diperoleh 17 diagnosis penyakit, diagnosis

tepat sesuai dengan ICD-10 adalah 19 kode (44,18%), dan 24 kode

(55,81%) kurang tepat. Hasil ini senada dengan penulisan yang dilakukan

oleh Haryati (2010) yang menjunjukkan bahwa ketepatan kode penyebab

luar cedera kecelakaan sepeda bermotor tepat sampai digit kelima sebesar

0%.

Page 15: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

3

Dalam pengodean Bab XX merupakan bab yang digunakan untuk

mendampingi bab XIX (WHO, 2004). Menurut buku ICD-10 pengodean

pada bab XIX harus dilengkapi dengan kode karakter ke-5 untuk

menunjukkan fraktur tertutup atau terbuka seperti pada cedera

intracranial, intrathoracic, dan intraabdominal dengan atau tanpa luka

terbuka. Dan pengodean pada bab XX juga harus dilengkapi dengan kode

karakter ke-5 yaitu subdivisi untuk menunjukkan macam aktivitas yang

dilakukan pada waktu kejadian.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 25

Juni 2016 pada 15 berkas rekam medis gawat darurat dengan kasus

cedera di bagian rekam medis RSUD Prambanan, seluruhnya tidak diberi

kode penyebab luar (bab XX) yang digunakan untuk mendampingi bab

XIX 100%. Berdasarkan diagnosis dari 15 berkas, terdapat 20 diagnosis

kelainan akibat cedera, dan yang kodenya dinilai tepat hanya 1 (5%) dan

tidak tepat sebanyak 19 (95%). Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik

untuk mengambil judul penelitian“Ketepatan Pengodean Diagnosis

Pada Kasus Cedera di RSUD Prambanan Tahun 2016”.

Page 16: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

4

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kelengkapan pengodean diagnosis pada kasus cedera di

RSUD Prambanan tahun 2016?

2. Bagaimana ketepatan pengodean diagnosis pada kasus cedera di RSUD

Prambanan tahun 2016?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengetahui angka kelengkapan dan angka ketepatan pengodean diagnosis

pada kasus cedera di RSUD Prambanan tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Menghitung angka kelengkapan pengodean diagnosis pada kasus

cedera di RSUD Prambanan tahun 2016.

b. Menghitung angka ketepatan pengodean diagnosis pada kasus cedera

di RSUD Prambanan tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit dalam rangkapeningkatan

kualitas dalam penyelenggaraan rekam medis dari segi pengodean

sehingga mutu pelayanan dapatditingkatkan.

Page 17: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

5

b. Bagi peneliti

Mengetahui perbandingan antara teori yang didapat di bangku

perkuliahan dengankenyataan yang ada di rumah sakit.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi institusi pendidikan

Menjadi bahan masukan dalam pembelajaran dan peningkatan

pengetahuan tentang ilmu rekam medis, serta mengukur sejauh manailmu

rekam medis dapat diaplikasikan di lapangan.

b. Bagi peneliti lain

Dapat digunakan sebagai acuan dan referensi dalam pendalaman materi

peneliti lain untuk kelanjutan penelitian dengan topik yangrelevan.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian dengan topik “KetepatanPengodean Diagnosis Pada Kasus Cedera di

RSUD Prambanan tahun 2016” belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun,

beberapa penelitian yang hampirsama yang pernah dilakukan antara lain:

1. Haryati (2010)meneliti “Ketepatan Kode Penyebab Luar Cedera

Kecelakaan Sepeda Motor Berdasarkan ICD-10 Pasien Rawat Inap di

RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten”. Penelitian ini memiliki tujuan

yaitu untuk mengetahui pelaksanaan pengodean penyebab luar cedera

kecelakaan sepeda motor serta mengetahui ketepatan kode penyebab luar

cedera kecelakaan sepeda motor pada berkas rekam medis pasien rawat

inap. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan

rancangan cross sectional.Teknik pengumpulan data yang digunakan

Page 18: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

6

adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.Hasil penelitian ini

adalah proses pengodean dilakukan dengan membaca anamnesa penyebab

luar cederanya serta memeriksa lembaran lain yang ada di rekam medis,

kemudian mencari kode penyebab luar cedera kecelakaan sepeda motor

dengan menggunakan “buku pintar”, menuliskan kode pada kolom ICD-10

penyebab luar cedera pada kolom riwayat masuk keluar. Ketepatan kode

penyebab luar cedera kecelakaan sepeda motor tepat dan sesuai sampai

digit ke-5 sebesar 0%. Sedangkan peneliti menggunakkan metode

penelitian deskriptif kuantitatif dari data sekunder. Perbedaan lain adalah

penelitian ini lebih difokuskan pada ketepatan pengodean diagnosis pada

kasus cedera, serta penelitian ini mengambil tempat di RSUD Prambanan.

2. Suparyanta (2010) meneliti “Pelaksanaan Pendokumentasian External

Causes Pada Berkas Rekam Medis Kasus Kecelakaan Lalu Lintas Pasien

Rawat Inap di RSUD Sleman”. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu

mengkaji proses pendokumentasian external causes pada berkas rekam

medis kasus kecelakaan lalu lintas pasien rawat inap di RSUD Sleman,

mengkaji persentase keterisian, serta mengkaji ketidakerisiannya external

causes tersebut. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan

rancangan cross sectional. Hasil penelitian ini adalah pelaksanaan

pendokumentasian exernal causes masih sering dilupakan oleh dokter dan

terabaikan pendokumentasian kodenya oleh petugas pengodean.

Persentase keterisian external causes belum ada yang kategori baik. Faktor

penyebab tidak terdokumentasiannya external causes adalah karena

Page 19: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

7

kesibukan dokter yang membuat mereka lupa menuliskan external causes

di Instalasi Rekam Medis serta belum adanya protap atau aturan serta

sosialisasi terkait pendokumentasian external causes. Sedangkan peneliti

menggunakkan metode penelitian deskriptif kuantitatif dari data sekunder.

Perbedaan lain adalah penulisan ini lebih difokuskan pada ketepatan

pengodean diagnosis pada kasus cedera, serta penelitian ini mengambil

tempat di RSUD Prambanan.

3. Sulchana (2011) meneliti “Keterisian Data External Causes Pada Lembar

Gawat Darurat Kasus Trauma di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta”.

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui keterisian data

external causes pada lembar gawat darurat kasus trauma di RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta. Metode penelitian ini adalah deskriptif

dengan pendekatan kualitatif, yang menggunakan rancangan cross

sectional.

Teknik pengumpulan data dengan studi dokumentasi, wawancara, dan

observasi. Hasil penelitian ini yaitu dari 304 berkas yang diteliti, sebanyak

211 berkas data external causesnya terisi secara spesifik, sedangkan 86

berkas data external causesnya terisi tetapi tidak spesifik, seperti misalnya

hanya terisi (tertulis) KLL (kecelakaan lalu lintas) saja atau jatuh saja,

sementara itu sebanyak 7 berkas data external causesnya tidak terisi. Baik

dokter IGD (instalasi gawat darurat) maupun petugas IRM (instalasi rekam

medis) menyatakan bahwa keterisian data external causes untuk kasus

trauma penting.

Page 20: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

8

Pemanfaatan data external causes oleh dokter IGD (instalasi gawat

darurat) dapat merencanakan tindak lanjut yang lebih tepat. Sementara

pemanfaatan data external causes oleh petugas IRM adalah sebagai

sumber data untuk pembuatan Laporan Data Keadaan Morbiditas Pasien

(RL 2), yang secara rutin dilaporkan ke Dinas Kesehatan, yang salah

satunya berisi data penyebab luar penyakit pasien. Sedangkan peneliti

menggunakkan metode penelitian deskriptif kuantitatif dari data sekunder.

Perbedaan lain adalah penelitian ini lebih difokuskan pada ketepatan

pengodean diagnosis pada kasus cedera, serta penelitian ini mengambil

tempat di RSUD Prambanan.

Page 21: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Gambaran umum RSUD Prambanan

a. Sejarah

Pada tahun 2010 berdiri Rumah Sakit Umum Daerah Prambanan

sebagai rumah sakit yang kedua dalam rangka pemerataan akses pelayanan

kesehatan strata kedua bagi masyarakat Kabupaten Sleman. Rumah Sakit

Umum Daerah Prambanan terletak di Jl. Prambanan-Piyungan

km.07,Delegan, Desa Sumber Harjo Kecamatan Prambanan Kabupaten

Sleman. Berdiri pada akhir tahun 2009 berdasarkan surat izin Bupati

Sleman Nomor : 503/2316/DKS/2009 tentang Izin Penyelenggaraan

Sementara Rumah Sakit Umum Daerah Prambanan. Kemudian diperkuat

dengan terbitnya Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun

2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman.

Pelaksanaan tugas, fungsi, dan tata kerja diatur dalam Peraturan Bupati

Sleman Nomor 49 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas, Fungsi, dan Tata

Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Prambanan. Sebagai pengakuan legal

terhadap berdirinya RSUD Prambanan dilakukan pengurusan izin

operasional yang kemudian terbit Surat Keterangan Kode RSUD

Prambanan 3404168 dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, Direktorat Jenderal

Pelayanan Medik Nomor : IR.02.01/I.1/2456/2010 tertanggal 30 April

2011.

Page 22: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

32

Pada tanggal 29 Desember 2011 sesuai dengan SK Bupati Sleman

Nomor 362/Kep.KDH/A/2011 RSUD Prambanan menerapkan pola

pengelolaan keuangan BLUD bertahap berdasarkan pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Sejak tanggal 22 Desember 2014

status BLUD bertahap berubah menjadi BLUD penuh dengan SK Bupati

Sleman Nomor 88.1/Kep.KDH/A/2014. Pada tahun 2015 RSUD

Prambanan terakreditasi C Paripurna.

b. Visi

“Menjadi Rumah Sakit Pilihan Masyarakat”.

c. Motto

“Melayani dengan IKHLAS” yaitu : Iman-Ketulusan-Hormat-Lestari-

Amanah-Santun. Iman memberikan arti bahwa pelayanan diberikan atas

dasar perwujudan iman dan ketakwaan sebagai bagian dari ibadah.

Ketulusan artinya bahwa pelayanan diberikan atas dasar ketulusan hati

sebagai wujud keikhlasan. Hormat artinya bahwa dalam memberikan

pelayanan tidak membeda-bedakan pasien, dan menempatkan pelanggan

sebagai orang yang dihormati. Lestari artinya pelayanan diberikan secara

berkesinambungan dan paripurna serta akan memberikan kesan abadi atas

pelayanan yang prima. Amanah memberikan makna bahwa pelayanan

dilaksanakan sebaik-baiknya karena tanggung jawab moral dan agama.

Santun artinya bahwa petugas memberikan pelayanan dengan tetap

memegang norma kesopanan dan menjunjung tinggi harkat manusia.

Page 23: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

33

d. Misi

1) Memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna sesuai standar

2) Meningkatkan profesionalisme petugas

3) Mewujudkan manajemen kinerja yang akuntabel

4) Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai

2. Gambaran Umum Instalasi Rekam Medis RSUD Pramabanan

Instalasi rekam medis merupakan salah satu Sub Seksi yang ada di

RSUD Prambanan yang berfungsi mendukung proses pelayanan rumah

sakit. Instalasi rekam medis beranggung jawab langsung kepada Seksi

Pelayanan Medis dan Keperawatan RSUD Prambanan. Visi instalasi

rekam medis RSUD Prambanan yaitu memberikan pelayanan informasi

yang cepat, tepat, dan akurat serta terwujudnya pelayanan rekam medis

yang efektif dan efisien berbasis Teknologi Informasi. Misi Instalasi

rekam medis RSUD Prambanan yaitu menggunakan teknologi informasi

untuk input, proses maupun output di instalasi rekam medis sesuai SPO

yang ditetapkan. Falsafah instalsi rekam medis RSUD Prambanan yaitu

dokumen pasien yang akurat merupakan dasar untuk menentukan

pelayanan kesehatan bagi pasien.

Nilai instalasi rekam medis adalah CERMAT, yaitu:

a. C : Cepat yaitu “memberikan pelayanan secara cepat kepada mitra

kerja, pasien dan keluarga”.

b. E : Efektif yaitu “efektif dalam pelayanan administratif dan informasi

kesehatan”.

Page 24: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

34

c. R : Rahasia yaitu “kerahasiaan informasi medis pasien aman dan

terjaga dengan baik”.

d. M : Memuaskan yaitu “memuaskan artinya pelayanan rekam medis

yang diberikan dapat memuaskan semua pihak”.

e. A : Akurat yaitu “informasi yang dikeluarkan selalu akurat”.

f. T : Tepat dan Terpercaya yaitu “menunjang terciptanya tertib

administrasi yang tepat dan terpercaya dalam rangka upaya

peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit”.

Struktur Organisasi Instalasi Rekam Medis RSUD Prambanan

yaitu:

Gambar 3 Struktur Organisasi Instalasi Rekam Medis RSUD Prambanan

Sumber :surat keputusan direktur RSUD Prambanan No

445/137/RSUDPramb/2015 tentang struktur organisasi dan uraian tugas instalasi

rekam medis RSUD Prambanan.

Petugas rekam medis di RSUD Prambanan berjumlah 7 orang.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh koordinator rekam medis bahwa

Page 25: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

35

seharusnya petugas rekam medis berjumlah 14 orang. Kualifikasi pengolahan

rekam medis di RSUD Prambanan yaitu D3 rekam medis, pendaftaran SLTA

atau D3 rekam medis atau SMK administrasi. Petugas rekam medis belum

mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan rekam medis.

B. Hasil Penelitian

1. Kelengkapan pengodean diagnosis pada kasus cedera di RSUD Prambanan

tahun 2016

Tabel 4.1 Kelengkapan Pengodean Diagnosis Pada Kasus Cedera di RSUD

Prambanan Tahun 2016

No Jumlah

Diagnosis

Jumlah

Berkas

Lengkap Tidak Lengkap

(hanya 1 kode)

Jumlah Kode

Total Terisi

1 Satu 106 106 - 106 106

2 Dua 23 1 22 46 24

3 Tiga 5 - 5 15 5

4 Empat 1 - 1 4 1

Jumlah 135 107 28 171 136 (79,5%)

Berdasarkan tabel diatas, Kelengkapan pengodean diagnosis pada

kasus cedera di RSUD Prambanan sudah baik yaitu diketahui bahwa dari

135 sampel rekam medis gawat darurat dengan kasus cedera, ditinjau dari

kelengkapan pengodean diagnosis pada kasus cedera di RSUD Prambanan

yang terisi lengkap sebanyak 136 (79,5%) dari 171 total kode.

Page 26: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

36

2. Ketepatan pengodean diagnosis pada kasus cedera di RSUD Prambanan

tahun 2016

Tabel 4.2 Ketepatan Pengodean Diagnosis Pada Kasus Cedera di RSUD

Prambanan Tahun 2016

No Uraian Jumlah Persentase

1 Tepat 2 1%

2 Tidak dapat dinilai 3 2%

3 Tidak tepat

a. Kurang karakter ke 5

b. Karakter 4

c. Karakter 3

d. Karakter 2, 4

e. Karakter 3, 4

f. Karakter 1,2, 3

g. Karakter 1, 2, 4

h. Karakter 2, 3, 4

i. Karakter 1, 2, 3, 4

32

38

1

2

3

7

3

17

47

21%

25%

1%

1%

2%

4%

2%

11%

30%

Jumlah 150 97%

Total 155 100%

Ditinjau dari ketepatan dinilai sangat kurang karena kode yang tepat

berjumlah 2 kode (1%). Ketidaktepatan ini yang paling banyak adalah

ketidaktepatan pengodean pada karakter 1, 2, 3, 4yaitu berjumlah 46

(30%) kode. Selain itu ketidaktepatan karena kurang karakter ke 5

berjumlah 32 (21%) kode. Catatan: Satu kode yang memiliki 2 aspek

tidak tepat sebanyak 19.

Page 27: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

37

C. Pembahasan

1. Kelengkapan pengodean diagnosis pada kasus cedera di RSUD Prambanan

tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.1 kelengkapan pengodean diagnosis pada kasus

cedera dibagi menjadi jumlah diagnosis satu, jumlah diagnosis dua, jumlah

diagnosis tiga, dan jumlah diagnosis empat. Kelengkapan jumlah diagnosis

satu 100% dari jumlah yang ada lengkap. Jumlah diagnosis

duakelengkapannya sebanyak 4%, lebih banyak yang tidak lengkap.

Jumlah diagnosis tiga sama sekali tidak lengkap (tidak terisi kodenya),

begitu juga berlaku dengan jumlah diagnosis empat.

Dapat disimpulkan bahwa mayoritas pengodean pada kasus cedera di

RSUD Prambanan minimal dikode satu, padahal setiap diagnosis menurut

ICD-10, tidak hanya satu yang dikode. Jika diagnosis lebih dari satu dan

memiliki tipe yang berbeda, misalnya ada diagnosis fraktur dan dislokasi

maka kedua-duanya dikode, tetapi jika ada diagnosis eksoriasi dimana-

mana misalnya di lengan atas terdapat eksoriasi ganda maka dikode satu

yaitu dikode S, tetapi jika eksoriasinya dimana-mana dengan berbeda

lokasi tubuh maka dikode T.

Keterangan jumlah diagnosis satu artinya diagnosis yang terisi ada satu

dan dikode lengkap. Dari diagnosis satu juga bervariasi yaitu belum tentu

dari diagnosis yang ada, dikode yang utama. Dari penelitian yang

dilakukan peneliti, dari satu berkas ada dua kelaianan yang terjadi yaitu

ada yang berat dan ada yang ringan, di RSUD Prambanan yang lebih

ringan yang dikode, misalnnya: Multiple vulnus eksoriasi dengan fraktur,

Page 28: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

38

multiple vulnus eksoriasi dengan vulnus laceration, multiplevulnus

eksoriasi dengan CKR (commotio cerebri), vulnus laceration dengan

CKR. Diambil dari salah satu contoh diagnosis di atas adalah CKR dan

Eksoriasi, lalu dikode yang eksoriasi, seharusnya kode yang dipilih kode

yang lebih menitikberatkan yang lebih parah kondisinya yaitu pada CKR

Sama juga halnya dengan diagnosis VL dan CKR, lalu yang dikode

Vulnus lacerasinya, maka seharusnya jika diagnosis ada dua dan semuanya

harus dikode, jika akan dikode hanya satu saja maka lebih tepat jika

memilih kode yang menitikberatkan tingkat keparahannya. Berdasarkan

ICD-10 urutan tingkat keparahan tipe cedera semakin kebawah semakin

tingkat keparahannya tinggi, yaitu mulai superficial injury, open wound,

fraktur, dislocation, dan seterusnya.

Variasi yang lain dari jumlah diagnosis satu yaitu jika dari diagnosis

tersebut harus dikode S maka dikode S atau jika dari diagnosis tersebut

harus dikode T maka dikode T, misalnya:

Diagnosis : Vulnus laceration pada regio parietal

Kode diagnosis : T14.1

Kode yang seharusnya ditulis : S01.8

Alasan dikode S01.8 karena kode T14.1 digunakan untuk kode “open

wound of unspecified body region” sedangkan kode S01.8 digunakan

untuk kode “open wound of other parts of head”.

Page 29: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

39

2. Ketepatan pengodean diagnosis pada kasus cedera di RSUD Prambanan

tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.2 ketepatan pengodean pada kasus cedera dibagi

menjadi 3 yaitu tepat, tidak dapat dinilai, dan tidak tepat. Pengodean

diagnosis pada kasus cedera dianggap tepat apabila diagnosis yang ada

sudah dikode lengkap dan benar sesuai ICD-10.

Pengodean diagnosis pada kasus cedera dianggap tidak tepatmemiliki

dua kelompok yaitu secara kuantitas (jumlah) dan kualitas (mutu). Secara

kuantitas berarti kode kurang karakter ke lima.Berdasarkan WHO (1992),

dalam ICD-10 volume 1 terdapat petunjuk bahwa pada pengodean kasus

fraktur terdapat catatan mempunyai karakter sampai digit kelima yaitu

kode tambahan (additional code).“The following subdivisions are provided

for optional use in a supplementary character position where it is not

possible or not desired to use multiple coding to identify fracture and open

wound; a fracture not indicated as closed or open should be classified as

closed. “closed (0), open (1). (Bagian-bagian yang berikut disediakan

untuk penggunaan opsional suatu posisi karakter tambahan untuk

mengidentifikasi fraktur terbuka; fraktur yang tidak disebutkan apakah itu

tertutup atau terbuka maka dinyatakan sebagai fraktur tertutup. Karakter

“nol (0)” digunakan jika fraktur tertutup, karakter “satu (1)” digunakan

jika fraktur terbuka).

Pada karakter tambahan ini tidak hanya untuk mengidentifikasi fraktur

terbuka (1) atau fraktur tertutup(0) saja namun juga untuk mengidentifikasi

Page 30: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

40

apakah tanpa luka terbuka intracranium (0) atau dengan luka terbuka

intracranium (1).

Contoh :commotio cerebri atau biasa disebut cedera kepala ringan

(CKR) dengan kode S06.0, seharusnya kode ditulis hingga karakter ke

lima yang digunakan untuk menunjukkan apakah “without open

intracranial wound (0)” atau “with open intracranial wound (1)”. Kode

yang seharusnya ditulis adalah S06.00.

Contoh lain untuk karakter kelima adalah:

Diagnosis : Fraktur colles

Kode diagnosis : S52.5

Kode yang seharusnya ditulis :S52.50

Diagnosis : Complete fraktur femur (S) 1/3 proximal

Kode diagnosis : S72.9

Kode yang seharusnya ditulis : S72.00

Seharusnya kode yang ditulis hingga karakter kelima yaitu untuk

mengetahui apakah fraktur terbuka atau tertutup. Dari hasil yang diperoleh

bahwa dalam keterangan fraktur terbuka dan tertutup yang terdapat dalam

diagnosis kurang lengkap dan spesifik sehingga berpengaruh terhadap

kode yang dihasilkan, maka perlu adanya sosialisasi untuk dokter

mengenai kelengkapan dalam mendokumentasikan diagnosis fraktur,

disertai dengan keterangan fraktur terbuka atau tertutup,fraktur pada tulang

panjang harus disertai bagian tulang mana yang patah, sehingga dapat

menghasilkan kode yang tepat dan spesifik sesuai dalam ICD-

Page 31: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

41

10.Abdelhak, dkk (2001) data yang dikode secara lengkap dan tepat dapat

digunakan untuk pengambilan keputusan. Sedangkan secara kualitas ada 8

variasi ketidaktepatan karakter (ada kode namun tidak sesuai berdasarkan

ICD-10 atau jumlahnya sama tetapi angka dan hurufnya tidak sesuai).

Berikut uraiannya:

1) Ada yang 1 karakter yaitu pada karakter 3 atau 4, artinya kode tidak

tepat pada (karakter ke 3) atau kode tidak tepat pada (karakter ke 4)

Contoh : Kode diagnosis tidak tepat pada karakter ke 4

Diagnosis : Multiple vulnus eksoriasi

Kode diagnosis : T00.9

Kode yang seharusnya ditulis : T00.8

Dalam ICD-10 volume 2 (WHO, 1993) disebutkan bahwa

subkategori empat karakter atau digit keempat digunakan paling

tepat untuk identifikasi, misalnya variasi tempat yang berbeda pada

kategori tiga karakter untuk penyakit tunggal. Meskipun tidak

dianjurkan untuk pelaporan pada tingkat internasional, kebanyakan

kategori tiga karakter dibagi dalam karakter keempat setelah titik

desimal hingga sepuluh subkategori. Kode tersebut dibakukan

untuk prosesing data, sehingga ketepatan pemilihan digit keempat

merupakan hal yang penting.

2) Ada yang 2 karakter yaitu (3, 4) dan (2, 4), artinya kode tidak tepat

pada karakter ke 3 dan karakter ke 4 serta kode tidak tepat pada

karakter ke 2 dan karakter ke 4

Page 32: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

42

Contoh :Kode diagnosis tidak tepat pada karakter (3, 4)

Diagnosis : Trauma musculoskeletal manus (D),

Status lokalis ; edem (+), hyperemia (+)

Kode diagnosis : S66.9

Kode yang seharusnya ditulis : S60.2

3) Ada yang 3 karakter yaitu (1, 2, 3), (1, 2, 4), atau (2, 3, 4), artinya

kode tidak tepat pada karakter ke-1, karakter ke-2, dan karakter ke-3,

dan seterusnya.

Contoh : Kode tidak tepat pada karakter (2, 3, 4)

Diagnosis : Vulnus laserasi pada regio nasal + palpebra (S)

Kode diagnosis : T14.1

Kode yang seharusnya ditulis : T01.0

4) Ada yang empat karakter yaitu (1, 2, 3, 4) artinya kode tidak tepat tiap

karakter (karakter ke-1, karakter ke-2, karakter ke-3, dan karakter ke-

4).

Contoh : Kode tidak tepat pada karakter (1, 2, 3, 4)

Diagnosis : Vulnus punctum plantar pedis sinistra

Kode diagnosis : T14.1

Kode yang seharusnya ditulis : S91.3

Catatan : karakter ke-1 dengan 1 karakter berbeda, karakter ke-1

berarti urutan 1, 2, 3, dan 4. Contoh; kode S00.0 seharusnya dikode T00.8.

Sedangkan 1 karakter berarti 1 dengan 2, 2 dengan 4, atau 1 dengan 4.

Contoh ; kode S01.3 seharusnya dikode S31.1

Page 33: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

43

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kelengkapan pengodean diagnosis pada kasus cedera di RSUD

Prambanan

Dari 135 sampel rekam medis gawat darurat dengan kasus cedera,

ditinjau dari kelengkapan pengodean diagnosis pada kasus cedera di

RSUD Prambanan yang terisi lengkap sebanyak 136 (79,5%) dari 171

total kode. Maka dapat disimpulkan untuk kelengkapan pengodean

diagnosis pada kasus cedera di RSUD Prambanan tahun 2016

dikatakan sudah baik.

2. Ketepatan pengodean diagnosis pada kasus cedera di RSUD

Prambanan

a. Dari ketepatan yang tepat berjumlah 2 kode (1%). Ketidaktepatan

yang paling banyak adalah ketidaktepatan pengodean pada

karakter 1, 2, 3, 4 yaitu berjumlah 46 kode (30%). Selain itu juga

ketidaktepatan karena kurang karakter ke 5 yaitu berjumlah 32

kode (21%). Selain itu terdapat 3 kode diagnosis yang tidak dapat

dinilai yaitu pada fraktur tulang panjang tidak disebutkan bagian

mana yang terkena. Sehingga dalam pengodean diagnosis pada

kasus cedera di RSUD Prambanan tahun 2016 untuk ketepatannya

dikatakansangatkurang.

Page 34: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

44

b. SOP pengodean di RSUD Prambanan mengacu pada ICD-10,

dalam ICD-10 untuk karakter ke-5 harus disertakan namun

pengode belum menggunakan karakter ke-5 sepenuhnya.

B. SARAN

1. Kelengkapan pengodean diagnosis pada kasus cedera di RSUD

Prambanan, agar di tiap diagnosis diberi kode sesuai ICD-10

2. Ketepatan pengodean diagnosis pada kasus cedera di RSUD

Prambanan

a. Diharapkan ketepatan pengodean diagnosis pada kasus cedera

meningkat. Seperti kurangnya karakter kelima, berdasarkan ICD-

10 karakter kelima harus disertakan. Selain itu untuk diagnosis

fraktur tulang panjang harus disebutkan bagiannya (proksimal,

shaft/tengah, distal).

b. Sebaiknya dari pengodean diagnosis pada kasus cedera di RSUD

Prambanan perlu dilakukan audit coding.

Page 35: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdelhak, M., Grostik, S., Hanker, M. A., & Jacob, E. (2001). Health

Information: Management of A Strategic Resource Second Edition.

Philadelphia: W.B. Sounder Company.

Azwar, S. (2012). Metode penulisan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dorland, W. A. (2012). Dorland's Pocket Medical Dictionary. In A. A.

Mahode, Kamus Saku Kedokteran Dorland edisi 28 (p. 309).

Jakarta: EGC.

Firza, F.Q. (2015). Tinjauan Ketepatan Pengodean Klinis Kasus

Kebidanan Bayi Baru Lahir Dengan Gangguan Tahun 2015 di

Rumah Sakit Atma Jaya. Jakarta: Program Studi D-III Rekam

Medis dan Informasi Kesehatan-FIKES, Universitas Esa Unggul.

[Internet: digilib.esaunggul.ac.id/tinjauan-ketepatan-pengkodean-

klinis-kasus-kebidanan-bayi-baru-lahir-dengan-gangguan-tahun-

2015-di-rumah-sakit-atma-jaya-6231-html] Diakses: Sabtu, 20

Agustus 2016. 10.23 AM

Gruendemann, Barbara J.2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, Vol.

2 Praktik (Terjemahan dari: Comprehensive Perioperative

Nurshing, Vol.2 Practice). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Hatta, G.R. (2008). Pedoman Manajemen Kesehatan di sarana pelayanan

kesehatan. Jakarta: Penerbit universtas Indonesia.

Hatta, G.R. (2013). Pedoman Manajemen Kesehatan di sarana pelayanan

kesehatan. Jakarta: Penerbit universtas Indonesia.

Hardjodisastro, Daldiyono, dr., Prof. (2006). Menuju Seni Ilmu

Kedokteran. Bagaimana dokter berfikir, bekerja, dan menampilkan

diri. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Haryati, G. I. (2010). Ketepatan Kode Penyebab Luar Cedera Kecelakaan

Sepeda Motor Berdasarkan ICD-10 Pasien Rawat Inap di RSUP

Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Yogyakarta: Program Studi

Diploma 3 Universitas Gadjah Mada.

Ismainar, Hetty. (2015). Administrasi Kesehatan Masyarakat.

Jakarta:Deepublish

Kurwanzari, Amy (2013). Tinjauan Kesesuaian Dan Ketepatan Kode

Diagnosis Pada Lembar Verifikasi Dengan Berkas Rekam Medis

Pasien Jiwa Jamkesmas Di Rumah Sakit Jiwa Dr. Rm Soedjarwadi

Klaten. Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta : DIII Rekam Medis dan

Informasi Kesehatan FMIPA UGM (Tidak Dipublikasikan).

Page 36: KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSIS PADA KASUS CEDERA …

46

Notoatmodjo, S.( 2005). Metodolgi penulisan kesehatan edisi revisi.

Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S.( 2010). Metodolgi penulisan kesehatan edisi revisi.

Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Noor, J. (2012). Metodologi Penelitan : Skripsi, Tesis, Disertasi, dan

Karya Ilmiah. Jakarta: Prenada Media.

Oktaviana, Firma (2008) Pola Cedera Kecelakaan pada Kendaraan

Bermotor Roda Dua Berdasarkan Data RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo, Jakarta Tahun 2003-2007, Skripsi, Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Permenkes RI No 55 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Perekam

Medis [Internet]. Tersedia dalam www.hukor.depkes.go.id

[Diakses 07 Mei 2015].

Permenkes RI no. 269/MENKES/PER/III/2008 Tentang Rekam Medis

[Internet]. Tersedia dalam www.depkes.go.id [Diakses 28 April

2015].

Pujihastuti, Antik dan Sudra, Rano Indriadi. 2014. Hubungan Kelengkapan

informasi dengan keakuratan kode diagnosis dan tindakan pada

dokumen rekam medis rawat inap.

Rustiyanto.2012.Etika Profesi Perekam Medis & Informasi

Kesehatan.Yogyakarta:Graha Ilmu

Sugiyono, 2009. Metode Penulisan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta

Sulchana, arifah. 2011. Keterisian Data External Causes Pada Lembar

Gawat Darurat Kasus Trauma di RS Muhammadiyah Yogyakarta.

Tugas Akhir. Yogyakarta: Program D3 Rekam Medis Universitas

Gadjah Mada (Tidak Diterbitkan).

Suparyanta, edi. 2010. Pelaksanaan Pendokumentasian External Causes

Pada Berkas Rekam Medis Kasus Kecelakaan Lalu Lintas Pasien

Rawat Inap di RSUD Sleman. Tugas Akhir. Yogyakarta: Program

D3 Rekam Medis Universitas Gadjah Mada (Tidak Diterbitkan).

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah

Sakit.

WHO. 1992. International Statistical Classification of Disease and

Related Helath Problems of tenth revision volume 1. Geneva: Worl

Health Organization.

WHO. 2002. Medical Record Manual: A Guide for Developing Countries.

World Health Organization. 2010. ICD-10 Vol 1, 2, 3Second Edition Th

2010.

WHO.2004.International Statistical Classification of Disease and Related

Helath Problem Tenth Revision, Vol.2.Geneve.

Yuliana, Rina dkk.(2014).Riview For External Cause Coding Of Injury

Case On Medical Record Inpatient Of Orthopedic Specialist

Surgery In RSKB Banjarmasin Siaga in 2013. Jurnal Manajemen

Informasi Kesehatan Indonesia.Vol 2, 46.