Keuntungan Klinis Pemberian Suplemen Vitamin a Pada Bayi Dan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

IKA

Citation preview

Keuntungan Klinis Pemberian Suplemen Vitamin A Pada Bayi dan Anak-anak dengan Pneumonia Berat

9

Jurnal Reading

Keuntungan Klinis Pemberian Suplemen Vitamin A Pada Bayi dan Anak-anak dengan Pneumonia Berat

Prisca T., J. S. Lisal, Azis Tanra, Dasril Daud

Disusun Oleh :

Oleh :

Doni AkbarG 0001077

Tegar Fadeli AG 0002146

Pembimbing 1

dr. Iskandar Zulkarnaen, Sp.A(K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2008

Keuntungan Klinis Pemberian Suplemen Vitamin A Pada Bayi dan Anak-anak dengan Pneumonia Berat

Prisca T., J. S. Lisal, Azis Tanra, Dasril Daud

ABSTRAK

Latar Belakang : Kira-kira 190 juta anak-anak sekolah dasar yang ada di negara berkembang beresiko mengalami defisiensi vitamin A. Defisiensi vitamin A dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah merupakan masalah kesehatan di negara berkembang. Anak-anak dengan defisiensi vitamin A lebih rentan terkena campak, ISPA dan infeksi lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa vitamin A bisa mengurangi beratnya ISPA, dan komplikasi sistemik dari campak dan diare.

Objektif

Untuk mengevaluasi efek vitamin A pada bayi dan anak-anak dengan pneumonia berat.

Metode

Penelitian ini menggunakan random sampling pada anak-anak dengan pneumonia berat. Peserta diambil secara acak untuk mendapatkan pengobatan vitamin A sebagai tambahan pada pengobatan standart (grup A) atau hanya diberikan pengobatan standart (grup C). Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai rata-rata respirasi normal, untuk mencapai hilangnya retraksi subcostal dan ronchi basah halus dibandingkan dalam kedua kelompok.

Hasil

Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam mencapai rata-rata respirasi normal diantara kelompok vitamin A dan kelompok kontrol (3,08 hari : 3,29 hari). Tidak ada juga perbedaan yang signifikan pada hilangnya retraksi subcostal diantara kedua kelompok (2,30 hari : 2,48 hari). Bagaimanapun juga ada perbedaan yang signifikan pada hilangnya ronchi basah halus pada 2 kelompok. Hilangnya ronchi basah halus pada kelompok vitamin A lebih cepat (rata-rata 3,72 hari) dari pada kelompok kontrol (rata-rata 4,04 hari) (P < 0,01)

Kesimpulan

Penelitian ini mengindikasikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam peningkatan rata-rata respirasi normal dan hilangnya retraksi subcostal diantara kelompok vitamin A dengan kelompok kontrol, tetapi ada perbedaan yang signifikan dari hilangnya rinchi basah halus diantara kedua kelompok [Paediatr Indones 2007;47:120-123]

Kata kunci : suplementasi vitamin A, pneumonia berat, anak-anak

Defisiensi vitamin A dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah masalah kesehatan utama di negara berkembang. Anak-anak dengan defisiensi vitamin A lebih mudah terserang campak, ISPA, dan infeksi lainnya 2. Hal tersebut bisa meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas 3. Vitamin A sangat penting untuk daya tahan tubuh pasien 4. Vitamin A berikatan dengan inti sel untuk mengatur diferensiasi sel lewat transkripsi gen, oleh karena itu vitamin A mempunyai banyak kegunaan pada berbagai proses didalam tubuh seperti regenerasi sel, fungsi imunitas, dan peningtakan daya tahan tubuh dari infeksi. Seseorang yang kekurangan vitamin A akan mengalami kemunduran fungsi imunitas seluler dan humoral, keratinisasi epitel saluran pernafasan, dan reduksi sekresi mukus. Oleh karena itulah kekurangan vitamin A dapat menyebabkan melemahnya mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi 5,6. Barclay et al 7 melaporkan bahwa vitamin A digunakan untuk terapi pada anak yang menderita campak dengan dosis minimum 400.000 IU untuk anak-anak dan 200.000 IU untuk bayi. Lebih dari itu, vitamin A menurunkan angka kasus yang fatal, sakit yang berat, dan durasi pneumonia pada komplikasi campak dengan pneumonia.

Hubungan vitamin A dan pneumonia tanpa campak masih kontroversi. Sebuah uji klinik secara random sampling di Peru melaporkan bahwa pemberian suplemen vitamin A memperberat pneumonia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keuntungan pemberian suplemen vitamin A yang diberikan dengan terapi standart pada bayi dan anak-anak.

Metode

Sebuah uji random sampling dilakukan dari 1 September 2005 sampai 15 januari 2006. Anak-anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang dirawat di bagian Pediatri RS Wahidin Sudirohusodo dan RS Labuang Baji, Makasar, yang menderita pneumonia berat dimasukkan dalam penelitian ini. Kami memasukkan pasien berumur 6 bulan sampai 5 tahun. Kami menyingkirkan anak-anak yang bukan pneumonia, anak-anak dengan status gizi buruk yang mendapatkan vitamin A dosis tinggi pada 4 bulan yang lalu, anak-anak yang mendapatkan terapi antibiotik sebelum perawatan rumah sakit, asma bronkial, xeropthalmia, atau penyakit hati. Setiap pasien dipilih secara acak untuk mendapatkan pengobatan standart ditambah vitamin A (grup A) atau pengobatan standart ditambah placebo (grup C). Data dikelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin, berat badan, batuk, respirasi, retraksi subcostal, sianosis dan adanya ronchi basah halus.

Subjek penelitian pada grup A memperoleh vitamin A yang ditambahkan dalam 2 ml sirup rasa jeruk yang diteteskan dengan pipet. Dosis vitamin A tergantung umur, anak umur 6 bulan 1 tahun diberikan 100.000 IU dan anak diatas 1 tahun diberikan 200.000 IU. Vitamin A diberikan sekali selama perawatan setelah diagnosis ditegakkan. Grup kontrol diberikan sirup jeruk 2 ml diteteskan dalam mulut sekali selama perawatan. Semua subjek (pasien) dinilai respirasinya, retraksi subcostalnya, dan ronchi basah halusnya setiap hari. Data dianalisis dengan chi square dan Mann Whitney test dengan nilai p < 0,05 dianggap signifikan.

Hasil

98 subjek yang terlibat, 50 anak dalam grup A (suplementasi vitamin A) dan 48 anak pada grup C.Tabel 1. Menunjukkan karakteristik dasar dari subjek penelitian pada kedua grup; tidak ada perbedaan yang penting.

Tabel 2. Menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada peningkatan nilai normal respirasi diantara kedua grup. Tabel 3. Menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada hilangnya retraksi subcostal diantara kedua grup (p > 0,05). Tabel 4. Menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada hilangnya ronchi basah halus diantara kedua grup, dengan nilai rata-rata 3,7 hari dibanding 4,0 hari (p < 0,01).

Tabel 1. Karakteristik dasar subjek penelitian pada kedua grup

Vitamin A

n = 50

Kontrol

n = 48

Umur

Mean (tahun)

Jenis kelamin

Laki-laki %

Perempuan %

Status nutrisi

Bergizi baik %

Bergizi jelek %

Temperatur

Mean

1,86

44

56

64

36

38,5

1,96

58

42

60

40

38,3

Tabel 2. Waktu pencapaian nilai normal respirasi diantara kedua grup

Peningkatan nilai normal respirasi (hari)

Grup A

n = 50

Grup C

n = 48

Mean

Median

SD

Range

3,1

3,0

0,92

1-5

3,3

3,0

0,77

2-5

Tabel 3. Lama menghilangnya retraksi subcostal diantara kedua grup

Lama menghilangnya retraksi subcostal (hari)

Grup A

n = 50

Grup C

n = 48

Mean

Median

SD

Range

2,3

2,0

0,5

1-3

2,5

2,0

0,6

1,4

Mann Whitney test z = - 1,601 p = 0,109

Tabel 4. Lama menghilangnya ronchi basah halus diauntara kedua grup

Lama menghilangnya ronchi basah halus (hari)

Grup A

n = 50

Grup C

n = 48

Mean

Median

SD

Range

3,7

4,0

0,57

3-5

4,0

4,0

0,54

3-5

Mann Whitney test z = -2,769 p = 0,006

Diskusi

100 subjek penelitian dengan pneumonia yang memenuhi kriteria; dimana 2 subjek penelitian keluar selama penelitian pada grup C, 1 menolak dimondokkan pada hari ke-5 pengobatan dan 1 subjek penelitian pergi pada hari ke-2 perawatan. Oleh karena itu, masih tersisa 98 subjek penelitian yang dimasukkan dalam penelitian, terdiri dari 50 anak yang diberikan suplemen vitamin A (grup A) dan 48 anak dimasukkan kedalam grup kontrol (grup C)

Karakteristik dari subjek penelitian dibandingkan (tabel 1.). Barley et al 7 melaporkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan diantara grup vitamin A dan grup kontrol dalam umur, status gizi, lama penyakit, prevalensi komplikasi, dan konsentrasi serum vitamin A, tetapi angka mortalitas dua kali lebih tinggi pada kelompok kontrol.

Pencapaian nilai respirasi normal tidak ada perbedaan antara kedua grup: 3,1 hari pada grup A dan 3,3 hari pada grup C; ini sama dengan penelitian Fauzi et al .1 Pada sebuah penelitian di Chili menunjukkan bahwa suplementasi vitamin A memberikan resolusi berulang dari takipneu dari anak-anak dengan hipoksemia berat yang sisebabkan RSV 9. Penelitian di Vietnam 10 melaporkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan diantara kedua grup pada lama perawatan, peningkatan nilai normal respirasi dan normalisasi demam. Bagaimanapun juga, percepatan perawatan (6,7 hari) terjadi pada grup yang diberikan suplementasi vitamin A dibandingkan grup kontrol (8,6 hari) (p = 0,04)

Juga tidak ada perbedaan yang signifikan pada lama peningkatan retraksi subcostal diantara kedua grup dengan nilai rata-rata pada grup A dan grup C adalah 2,3 hari dan 2,5 hari (p = 0,109). Stephensen et al 8 pada uji kontrol klinik dengan placebo pada anak usia 3 bulan sampai 10 tahun dengan pneumonia dilaporkan bahwa nilai prevalensi retraksi dan kebutuhan oksigen lebih rendah pada grup placebo dari pada kelompok vitamin A.

Ada perbedaan yang signifikan pada lama hilangnya ronchi basah halus diantara kedua grup, walaupun secara klinis perbedaannya sangatlah marginal (3,7 hari pada grup A : 4,0 hari pada grup C). Itu berarti bahwa keuntungan pemberian suplementasi vitamin A penting pada diferensiasi dan pertumbuhan epitel respirasi, sebagai anti inflamasi. Kegunaan vitamin A dalam mencegah inflamasi dihubungkan interaksinya dengan leukosit, partikel netrofil, karena vitamin A mereduksi produksi netrofil superoksid, 5 salah satu penyebab inflamasi saluran pernafasan.

Kami menyimpulkan bahwa penambahan vitamin A pada pengobatan standart bayi dan anak-anak dengan pneumonia berat tidak efektif untuk mencapai nilai respirasi normal dan hilangnya retraksi subcostal, tetapi menghilangkan ronchi basah halus.

Daftar Pustaka

Fawzi WW, Mbise RL, Fataki MR, Herrera MG, Kawau F, Hertzmark E, et al. Vitamin A suplementation and severity of pneumonia in children admitted to the hospital in Dar es Salaam, Tanzania. Am J Clin Nutr 1998;68: 182-92

ARI News. In: Vitamin A. 1990; p. 1-8.

Munazir Z. Peran mikronutrien pada respon imun. Presented at IDAI SUL-SEL KAMAS, Makassar, 2003.

Combs GF. Vitamin A. In: the vitamins. San Diego New York: Academic Press; 1992. p. 121-40.

Reifen R. Vitamin A as an anti-inflammatory agent. Proceedings of the Nutrition Society 2002;61:397-400.

West KP. Preventing Vitamin A deficiency: translating science to action. In: Black RE, Michaellsen KF, editors. Nestle nutrition workshop series pediatric program. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2002. p. 71.

Barclay AJG, Foster A, Sommer A. Vitamin A supplements and mortality related to measles: andomized clinical trial. BMJ 1987;294:294-6.

Stephensen CB, Franci LM, Hernandez H, Campos M, Gilman RH, Alvarez JO. Adverse effects of high dose vitamin A supplements in children hospitalized with pneumonia.Pediatrics 1998;101:e3.

Dowel S, Papic Z, Bresee J, Larranaga C, Mendez M, Sowell AL, et al. Treatment of respiratory syncytial virus infection with vitamin A: a randomized placebo-controlled trial in Santiago, Chile. Pediatr Infect Dis J 1996;15:782-6.

Si NV, Grytter C, Vy NNT, Hue NB, Karup Pedersen F.High dose vitamin A supplementation in the course of pneumonia in Vietnamese children. Acta Pediatrica 1997;86:1052-5.