9
ILMU KALAM ALIRAN KHAWARIJ DAN MURJI’AH A. Latar Belakang Agama yang diturunkan Allah kemuka bumi menempatkan Tauhid ditempat yang pertama dan utama, karena itu setiap Rasul yang di utus Allah SWT mengemban tugas menanamkan tauhid kedalam jiwa umatnya, mengajak mereka agar beriman kepada Allah, menyembah, mengabdi, dan berbakti kepada-Nya, melarang mereka menyekutukan Allahdalam bentuk apapun, baik Zat, Sifat, maupun Af'al-Nya. Misi risalah inilah yang diemban Nabi Muhammad Saw. karena itu keutamaan setiap dakwah dan seruannya adalah berupa tauhid. Selama di Mekah, beliau memfokuskan perhatian serta pembinaan terhadap tauhid, sehingga semua aktifitas dakwahnya selalu diarahkan kepada tauhid. Semua itu dibuktikan dengan Ayat-ayat Al-Qur'an yang turun pada periode mekah yaitu berisikan tentang ketauhidan. Dan pada periode Madinah baru diarahkan kepada pembinaan hukum-hukum Allah, Tujuannya juga untuk memperkokoh tauhid itu sendiri. Pada zaman Rasulullah SAW, sampai pada masa Khalifah Usman bin Affan (644-656 M), problem ketauhidan (teologis) dikalangan umat Islam belum muncul. Masalah ini mulai timbul pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib (656-661 M), Dengan munculnya beberapa kelompok/aliran dikarenakan perbedaan pendapat mengenai tahkim antara Ali dengan Muawiyah

khawarij

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penerangan tentang segalanya di khawarij

Citation preview

ILMU KALAM ALIRAN KHAWARIJ DAN MURJIAH

A. Latar BelakangAgama yang diturunkan Allah kemuka bumi menempatkan Tauhid ditempat yang pertama dan utama, karena itu setiap Rasul yang di utus Allah SWT mengemban tugas menanamkan tauhid kedalam jiwa umatnya, mengajak mereka agar beriman kepada Allah, menyembah, mengabdi, dan berbakti kepada-Nya, melarang mereka menyekutukan Allahdalam bentuk apapun, baik Zat, Sifat, maupun Af'al-Nya. Misi risalah inilah yang diemban Nabi Muhammad Saw. karena itu keutamaan setiap dakwah dan seruannya adalah berupa tauhid. Selama di Mekah, beliau memfokuskan perhatian serta pembinaan terhadap tauhid, sehingga semua aktifitas dakwahnya selalu diarahkan kepada tauhid. Semua itu dibuktikan dengan Ayat-ayat Al-Qur'an yang turun pada periode mekah yaitu berisikan tentang ketauhidan. Dan pada periode Madinah baru diarahkan kepada pembinaan hukum-hukum Allah, Tujuannya juga untuk memperkokoh tauhid itu sendiri.Pada zaman Rasulullah SAW, sampai pada masa Khalifah Usman bin Affan (644-656 M), problem ketauhidan (teologis) dikalangan umat Islam belum muncul. Masalah ini mulai timbul pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib (656-661 M), Dengan munculnya beberapa kelompok/aliran dikarenakan perbedaan pendapat mengenai tahkim antara Ali dengan Muawiyah bin Abi Sufyan (gubernur syam pada waktu perang shiffin).[footnoteRef:1] [1: Harun Nasution.dkk. Teologi Islam. Aliran-aliran sejarah analisis perbandingan. U.I pers,Jakarta. hlm. 327.]

B. Rumusan MasalahDalam makalah yang berjudul Aliran Khawarij dan Mur'jiah ini, penyaji mengemukakan rumusan-rumusan tentang:1. Bagaimana asal-usul kemunculan aliran khawarij dan murji'ah?2. Apa pokok ajaran dari aliran khawarij dan murji'ah?3. Dan Sekte-sekte yang ada pada aliran Khawarij dan Murji'ah?Tujuannya adalah untuk mengetahui tentang pembahasan (isi-isi pokok) yang terdapat dalam rumusan masalah.ALIRAN KHAWARIJ

1. Asal-usul Munculnya Aliran KhawarijSecara etimologis Khawarij berasal bahasa arab, yaitu kharaja yang artinya keluar, muncul, timbul, memberontak. Atas dasar inilah Syahrastani menyebutkan kelompok khawarij sebagai orang yang memberontak imam yang sah. Berdasarkan etimologi ini pula, khawarij berarti setiap muslim yang ingin keluar dari kesatuan umat Islam.[footnoteRef:2] [2: Prof. Dr. Abdul Rozak, M.Ag., Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, Ilmu Kalam. Pustaka Setia, Bandung. cet. VII. 2001. hlm. 49.]

Meski awal kemunculan khawarij karena persoalan politik, tetapi perkembangannya golongan ini banyak berbicara masalah teologis. Persoalan politik yang menyebabkan golongan ini menyatakan keluar dari barisan Ali adalah ketidak setujuan mereka terhadap arbitrase atau tahkim yang dijalankan Ali dalam menyelesaikan masalah dengan Muawiyah Bin Abi Sufyan dalam perang shiffin pada tahun 37 H/648 M perihal persengketaan Khilafah. [footnoteRef:3] [3: Roli Abdul Rahman, M. Khamzah. Akidah dan Akhlak. Tiga Serangkai, Solo. 2009. Hlm. 15.]

Kelompok Khawarij pada mulanya memandang Ali beserta pasukannya ada dipihak yang benar karena Ali merupakan khalifah yang sah yang telah dibaiat umat Islam waktu itu, sementara Muawiyah adalah pihak yang salah karena memberontak khalifah yang sah, yaitu kepemimpinan Ali.[footnoteRef:4] Namun setelah tahkim yang dilakukan oleh Ali, golongan khawarij merasa tidak puas dan memutuskan keluar dari barisan Ali. Menurut golongan khawarij, seharusnya permasalahan tersebut diselesaikan dengan jalan merujuk kepada hukum-hukum Allah, hal itu dikemukakan berdasar pada QS.Al-Maidah ayat 44 yang artinya, Barang siapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir. Maka atas dasar ayat ini, golongan khawarij menganggap bahwa Ali beserta pengikutnya dan Muawiyah beserta pengikutnya telah menjadi kafir, karena mereka memutuskan perkara tidak merujuk kepada Al-Quran.[footnoteRef:5] [4: Prof. Dr. Abdul Rozak, M.Ag., Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, op. cit. hlm. 49-50.] [5: Roli Abdul Rahman, M. Khamzah. op. cit. hlm. 16.]

Kisah awal mulanya golongan khawarij menyatakan keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib. Pada masa itu terjadi peperangan antara pasukan Ali dengan pasukan muawiyah, perang tersebut dinamakan perang shiffin. Pada saat perang berlangsung, Kelompok Ali sudah hampir menang. Namun karena Ali menerima tipu daya licik dari Muawiyah yaitu berupa ajakan damai, walaupun sebenarnya Ali ingin menolak ajakan tersebut, tapi karena desakan dari sebagian pengikutnya, terutama ahli qurra seperti Al-Asy'ats bin Qais, Mas'ud bin Fuddaki At-Tamimi, dan Zaid bin Husein Ath-Tha'i. Maka Ali-pun dengan terpaksa memerintahkan Al-Asytar (komandan pasukan) untuk menghentikan peperangan.[footnoteRef:6] [6: Amir An-Najjar, Al-Khawarijmi: Aqidatan wa fikratan wa falsafatan terj. Afif Muhammad dkk., Lentera. Cet. I. Bandung, 1993. hlm. 5.]

Setelah perang dihentikan, Ali bermaksud mengirim Abdullah bin Abbas sebagai delegasi juru damai. Tetapi orang-orang khawarij menolaknya. Dengan alasan, bahwa Abdullah bin Abbas berasal dari kelompok Ali sendiri, merekapun mengusulkan yang diutus menjadi delegasi juru damai adalah Abu Musa Al-Asy'ari dengan harapan dia dapat memutuskan perkara berdasarkan Al-Qur'an.Keputusan Tahkim, yakni Ali diturunkan dari jabatannya sebagai khalifah oleh utusannya, dan mengangkat Muawiyah menjadi khalifah menggantikan Ali. Hal ini sangat mengecewakan orang-orang khawarij, mereka mengatakan bahwa "kalian berhukum kepada manusia. Tidak ada hukum selain hukum yang ada di sisi Allah". Pada saat itu juga orang-orang khawarij keluar dari pasukan Ali dan langsung menuju Harura. Itulah sebabnya Khawarij disebut juga dengan nama Hururiah.[footnoteRef:7] [7: Abdul Rozak, Rosihon Anwar, op. cit. hlm. 50.]

Dengan arahan Abdullah Al-kiwa, akhirnya sampailah mereka di Harura. Di sana mereka mengangkat seorang pimpinan yang bernama Abdullah bin Shahab Ar-rasyibi. Dari sanalah mereka melanjutkan perlawanan terhadap Muawiyah dan juga kepada Ali.[footnoteRef:8] [8: Harun Nasution, op. cit., hlm. 53.]

2. Doktrin-doktrin Pokok khawarij

Diantaranya adalah sebagai berikut:a. Khalifah atau Imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat Islam.b. Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab. Setiap orang muslim berhak menjadi khalifah apabila memenuhi syarat.c. Khalifah dipilih secara permanen, selama yang bersangkutan berlaku adil dan menjalankan syariat Islam. Dia harus dijatuhkan bahkan dibunuh kalau melakukan kedzaliman.d. Khalifah sebelum Ali adalah sah.e. Khalifah Ali adalah sah tetapi setelah terjadi arbitrase (tahkim), ia dianggap telah menyimpang.f. Muawiyah dan Amr bin Al-Ash serta Abu Musa Al-Asy'ari juga dianggap telah menyeleweng dan telah menjadi kafir.[footnoteRef:9] [9: Abdul Rozak, Rosihon Anwar., op. cit. hlm. 51.]

g. Pasukan perang jamal yang melawan Ali juga kafir.h. Seseorang yang berdosa besar dia bukan lagi muslim sehingga harus dibunuh. Seorang muslim dapat menjadi kafir apabila ia tidak mau membunuh muslim lain yang telah dianggap kafir.[footnoteRef:10] [10: Nurcholis Madjid, (Ed.). Khazanah Intelektual Islam. Bulan Bintang, cet. II, Jakarta. 1985. hlm. 12.]

i. Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka. Apabila tidak mau, ia wajib diperangi karena hidup dalam dar al-harb (negara musuh), sedangkan golongan mereka sendiri dianggap berada dalam dar al-islam (negara Islam).j. Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng.k. Adanya Wa'ad dan Wa'id. (orang baik harus masuk surga, orang jahat harus masuk neraka).l. Amar ma'ruf nahi munkar.m. Memalingkan ayat-ayat Al-Qur'an yang tampak mutasyabihat (samar).n. Qur'an adalah makhluk.o. Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan tuhan.[footnoteRef:11] [11: Abdul Rozak, Rosihon Anwar,. op. cit. hlm. 51-53.]

Dilihat secara keseluruhan, doktrin khawarij dapat dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu: politik, teolog, teologis sosial.Dari poin a-g masuk kategori politik. Karena poin tersebut membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah kenegaraan, khususnya tentang kepala negara (khilafah).Poin h dan k masuk dalam kategori teologi.Doktrin berikutnya yakni dari poin j sampai o dapat dikategorikan sebagai doktrin teologis sosial. Jadi, diketahui bahwa doktrin sentral khawarij ialah imamah-khilafah (politik). Dapat dikatakan bahwa, pada dasarnya orang-orang khawarij ini merupakan orang-orang baik. Hanya saja keberadaan mereka sebagai penganut minoritas garis keras , yang aspirasinya dikucilkan serta diabaikan penguasa, ditambah lagi dengan pola pikir mereka yang simplitis menjadikan mereka bersikap ekstrim.[footnoteRef:12] [12: Abdul Rozak, Rosihon Anwar,. op. cit. hlm 52-54.]

3. Perkembangan Khawarij beserta sekte-sektenya

Radikalitas yang melekat pada watak dan perbuatan kelompok khawarij mengakibatkan mereka mereka sangat rentan pada perpecahan, baik internal dengan kaum khawarij sendiri maupun eksternal dengan kelompok Islam lainnya.Terjadi beberapa perbedaan pendapat tentang jumlah sekte yang terbentuk akibat perpecahan yang terjadi dalam kelompok khawarij. Al-Bagdadi mengatakan bahwa ini telah terpecah menjadi 18 sekte. Sedangkan Al-Asfarayani mengatakan ada 22 sekte. Tapi, terlepas dari perbedaan itu, di sepakati bahwa subsekte khawarij yang diakui ada 8 sekte, yaitu:a. Al-Muhakkimahb. Al-Azriqahc. An-nadjiyatd. Al-Baihasiyahe. Al-Ajaridahf. As-Saalabiyahg. Al-Ibadiyahh. As-Sufriyah

Semua sekte tersebut membicarakan tentang persoalan hukum bagi orang yang berbuat dosa besar, apakah ia masih dianggap mukmin atau telah menjadi kafir. Hal ini adalah pemikiran penting bagi mereka, sedangkan doktrin-doktri yang lain hanya pelengkap saja.Namun, pemikiran mereka ini lebih bersifat praktis daripada teoritis. Sehingga ketetapan mukmin atau kafirnya seseorang menjadi tidak jelas.Hal ini menyebabkan dalam satu kondisi seseorang dapat dikatakan mukmin, namun juga dikatakan kafir. Tindakan kelompok khawarij ini membuat orang Islam pada waktu itu agak ketakutan, karena dengan cap kafir yang diberikan oleh satu subsekte tertentu khawarij, jiwa seseorang bisa/harus melayang, walaupun oleh subsekte lain ia masih dikategorikan mukmin.Meski demikian, ada sekte-sekte khawarij tertentu yang masih ada kompromi, yaitu sekte Nadjiyat dan Ibadiyah. Keduanya sama-sama membedakan antara kafir nikmat dan kafir agama. Kafir nikmat hanya melakukan dosa tidak berterimakasih kepada Allah. Orang seperti ini tidak perlu dikucilkan dari masyarakat apalagi dibunuh.

Berkenaan dengan ini, Harun Nasution mengidentifikasi beberapa indikasi aliran yang dapat dikategorikan sebagai aliran khawarij,yaitu:a. Mudah mengkafirkan orang yang tidak segolongan dengan mereka walaupun orang itu penganut agama Islam.b. Islam yang benar adalah Islam yang mereka pahami dan mereka amalkan, selain dari itu tidak benar.c. Orang-orang Islam yang sesat dan menjadi kafir perlu dibawa kembali ke Islam yang sebenarnya, yaitu Islam menurut penafsiran dan pengamalan mereka.d. Pemerintahan dan ulama yang tidak sepaham dengan mereka adalah sesat, oleh karena itu mereka memilih pemimpin dari golongan mereka sendiri.e. Bersifat fanatik dalam paham dan tidak segan-segan menggunakan kekerasan ataupun membunuh demi mencapai tujuan mereka.[footnoteRef:13] [13: Abdul Rozak, Rosihon Anwar,. op. cit. hlm. 54-56.]