20
KHUTBAH IDUL ADHA 1435 H / 2014 M “MERAIH TAQWA DENGAN IBADAH KURBAN” KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN SEMIDANG AJI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU 1

Khutbah Idul Adha 1433 H

Embed Size (px)

Citation preview

KHUTBAH IDUL ADHA 1435 H / 2014 MMERAIH TAQWA DENGAN IBADAH KURBAN

KANTOR URUSAN AGAMAKECAMATAN SEMIDANG AJIKABUPATEN OGAN KOMERING ULUJl. Lintas Sumatera KM. 32 Baturaja Desa Bedegung

KHUTBAH IDUL ADHA 1434 H / 2013 MMERAIH TAQWA DENGAN IBADAH KURBANOleh Ricky Mustakim

9x, , , , , , . . : .

Allahu Akbar 3x walillahilhamKaum Muslimin yang dirahmati Allah.

Alhamdulillah pada pagi hari ini, kita diberi kesehatan dan kekuatan bisa hadir di majlis yang mulia ini menyambut Hari Raya Idul Adha 1435 H. Bersama- sama kita dapat bersimpuh melantunkan takbir membesarkan Asma Allah. Sujud dan ruku shalat ied menyembah semata kepada Allah.

Di suasana yang syahdu ini mari kita lebih resapi betapa besarnya karunia Allah, yang kadang kurang kita sadari. Helaan nafas yang kita hirup, berdetaknya jantung, peredaran darah, otot- otot yang masih kuat dan jaringan syaraf yang normal, sering dirasa berjalan begitu saja. Kita kadang kurang menghargai karunia ini. Sadarilah itu semua adalah pemberian dan pengaturan Allah.

Hangatnya mentari yang terbit pagi ini, terangnya bumi setelah gelapnya malam, air yang turun dan tetumbuhan serta buah- buahan dan lainnya seakan sesuatu yang biasa. Resapilah sesungguhnya itu semua tanda- tanda yang menakjubkan dari kebesaran- Nya. Semua itu berjalan harmonis karena pengaturan Allah. Mulai dari partikel kecil electron, sampai bintang gemintang yang bermilyar jumlahnya, tunduk pada aturan Allah. Subhanallah..

Banyaknya karunia Allah yang kita rasakan dan besarnya tanda- tanda kekuasaanya di depan mata sudah semestinya membuat hati ini tersentuh seraya dengan tunduk dan merendah kepada- Nya melantunkan takbir, tahmid dan tahlil dengan khusyu. Andai setiap nafas, kita basahi dengan dzikir dan syukur, tentu masih belum seimbang dengan banyaknya nikmat Allah yang tiada terhitung itu. Saat menggunakan nikmat untuk semakin mendekat kepada- Nya, kita merasakan ada nikmat yang ditambahkan. Kita semakin merasakan kelembutan belaian kasih sayang- Nya. Hati pun terasa lapang dan damai.

Pada saat yang sama kita terus menyaksikan berbagai bencana alam yang menimpa negeri ini. Banjir ,Tsunami, Letusan Merapi seolah tak henti menyapa bangsa ini, dan yang tidak kalah penting betapa sekarang kita berada pada krisis moral yang mengakibatkan maksiat tumbuh subur di negeri tercinta ini. Apakah kita telah diuji oleh Allah atau justru tengah menerima azab-NYa Allahul mustaan hanya kepada Allah kita berserah diri dan memohon perlindungan.

Kita semua merasakan sendiri betapa lemahnya diri ini di hadapan kekuasaan Allah. kita mohon ampun andai ini semua karena akibat perbuatan dan dosa kita. Dan sudah semestinya, bencana yang sudah datang silih berganti itu jangan sampai sia- sia. Tapi kita jadikan peringatan yang kita ambil pelajaran dan hikmahnya, bahwa kita hanyalah hamba- Nya yang tak pantas menyombongkan diri dan sangat membutuhkan perlindungan- Nya.

Kepada Allah saja kita berserah diri dan memohon diberikan kesabaran. Dengan memperbaiki diri dan menyadari bahwa semua adalah milik Allah dan kita semua akan kembali kepada- Nya, musibah yang menimpa itu berbuah menjadi hikmah dan berkah. Insya Allah. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun." Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al Baqarah: 154- 157)

Allahu Akbar 3x walillahilhamKaum Muslimin yang dirahmati Allah.

Agar hidup kita senantiasa bermakna dan bernilai di sisi Allah, mari kita perteguh lagi orientasi dan arah hidup ini dengan senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Apa pun profesi kita dan di mana pun posisi kita, ketakwaan hendaklah menjadi spiritnya. Hanya dengan senantiasa membawa nilai takwa itu hidup kita akan senantiasa mendapatkan ridha Allah SWT. Kita utamakan hal ini, karena nilai kemuliaan dan kesuksesan hakiki manusia di hadapan Allah dalam hidup di dunia ini semata- mata diukur dari nilai takwa kepada- Nya.

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al Hujuraat: 13)

Melalui Idul Adha ini, Allah menunjukkan betapa tingginya nilai takwa itu. Kita bersama kembali mengenang hamba Allah yang telah dimuliakan karena mengutamakan nilai takwa itu dalam hidupnya; yaitu Nabi Ibrahim alaihissalam dan keluarganya. Wujud dari mengutamakan nilai takwa itu antara lain dilakukan oleh Ibrahim dengan membangun kehidupan yang berperadaban Tauhid. Untuk itu Ibrahim berhijrah memboyong anak keturunannya ke lembah yang sepi, kering kerontang, tiada tanaman, demi menyelamatkan mereka dari peradaban syirik yang mendominasi saat itu. Di sana ia berdoa dan memohon pertolongan Allah agar keturunannya mau menegakkan shalat menyembah Allah.

Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur.(QS. Ibrahim:37)

Sudahkah kita menyelamatkan anak dan keluarga kita sebagaimana Ibrahim? Kehidupan yang saat ini dibanjiri informasi pornografi, godaan dunia dan kemaksiatan sungguh merupakan tantangan yang sangat berat. Kita dikepung dengan gaya hidup hedonisme yang mengejar kenikmatan dunia dengan segala cara. Jika kita tidak sungguh- sungguh menyelamatkan anak dan keluarga kita, bisa jadi kita terseret arus global ini.

Kita contoh Ibrahim. Upaya sungguh- sungguh menempatkan anak pada lingkungan yang dapat menyuburkan nilai taqwa sungguh sangat penting dan sangat mendesak. Tempatkan anak- anak kita ke lembaga pendidikan yang bisa menjaga dan memelihara kesucian jiwanya serta menumbuhkan nilai taqwa. Itulah yang menjadi bekal kita kelak menghadap Allah.

Allahu Akbar 3x walillahilhamKaum Muslimin yang dirahmati Allah.

Nilai ketaqwaan Ibrahim juga ditunjukkan dengan kesiapan tunduk dan patuh untuk berkorban di jalan Allah. Setelah Ibrahim memboyong keluarganya, Allah memerintahkan agar dia meninggalkan anak dan istrinya di lembah itu. Kita dapat merasakan, betapa beratnya meninggalkan keluarga sendirian di lembah yang panas dan kering kerontang itu. Tapi Hajar istrinya memiliki nilai ketaqwaan yang luar biasa. Kalau Allah yang memerintahkan, tentu Dia tak akan menyia- nyiakan hamba- Nya, demikian pernyataan keyakinannya. Ia tetap istiqamah dengan tetap sabar dan teguh mendampingi anaknya. Tingginya nilai perjuangan Hajar berlari- lari dari bukit shafa dan Marwah diabadikan dalam ibadah sai dalam Haji.

Mungkin saja langkah- langkah kita dalam kehidupan ini juga seperti Hajar. Berlari dan berlari, memeras keringat dan membanting tulang untuk anak dan keluarga. Tetapi sudahkah perjuangan kita itu dalam rangka nilai takwa? Atau hanya sekedar motivasi fisik semata? Sudahkah hidup kita menjadi bagian gerakan membangun peradaban tauhid, atau justru peradaban materi? Agar setiap tetes keringat kita bernilai, hendaklah kita pancangkan nilai takwa itu dalam kehidupan kita dengan membangun peradaban tauhid sebagaimana Nabi Ibrahim alaihis salam.

Iman dan ketakwaan ini akan terus ditempa dan diuji untuk meningkatkan kualitasnya. Seberapa besar pengorbanan kita. Nilai seseorang di hadapan Allah, bukanlah dari banyaknya harta yang dimiliki, jabatan yang diduduki, tetapi dari pengorbanan yang telah ia berikan di jalan Allah. Nabi Ibrahim telah diuji dengan perintah mengorbankan anaknya. Lalu apa yang telah kita korbankan dalam hidup ini di jalan Allah? Di Idul Adha ini penyembelihan hewan kurban menjadi tanda pengorbanan kita di hadapan Allah.

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni`mat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. (QS. Al Kautsar: 1-3)

Mari kita sisihkan sebagian rizki kita untuk meringankan beban saudara kita yang sedang terkena musibah dan kemiskinan. Kita syukuri berlimpahnya rizki dari Allah dengan berbagi pada mereka yang kurang beruntung.

Di Hari Raya Idul Adha ini, Rasulullah mengecam orang yang tak mau berkorban, padahal ia diberi kemampuan dan kelapangan. Beliau bersabda:

( )

Barangsiapa yang memiliki kelapangan (rezki) lalu tidak melakukan kurban, maka janganlah mendekati tempat shalatku. (HR. Ahmad).

Harta yang memiliki nilai abadi di sisi Allah adalah yang telah dikorbankan di jalan Allah itu. Sedangkan yang belum dikorbankan, kelak akan lepas juga. Kita meninggalkan dunia dan menghadap Allah dengan berbungkus kafan saja. Hanya iman dan taqwa kita yang akan menyertai kita menghadap Allah. Berbagai kenikmatan Allah yang telah kita terima akan diminta pertanggungjawaban, sudahkah kita gunakan sesuai dengan perintah Allah? Dengan ketakwaan segala langkah kita akan bernilai. Berbagai halangan akan menambah nilai kita dihadapan Allah. Tak ada yang sia- sia jika sudah di jalan takwa.

Allahuakbar 3x walillahilhamKaum Muslimin yang dirahmati Allah.

Hari ini jutaan saudara kita menapaktilasi perjalanan hidup Ibrahim itu di tanah suci Makkah. Mereka berkumpul mengunjungi Baitullah dari berbagai negeri. Mereka berbeda bangsa dan warna kulit, namun dapat disatukan dengan nilai takwa. Mereka datang memenuhi panggilan dan undangan Allah sebagai ummat yang bertauhid. Semoga mereka semua mendapat haji mabrur.

Semangat ketakwaan inilah yang perlu terus diperkuat dalam hidup kita. Semangat berkorban. Semangat berjuang semata karena ridha Allah. Inilah antara lain buah kehidupan yang penuh nilai dan makna yang diteladankan oleh Nabi Ibrahim alaihis salam. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang- orang yang datang kemudian, (yaitu) Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim. (QS. Ash Shaffat: 108- 109)

Dengan nilai takwa ini, setiap langkah hidup kita bernilai di sisi Allah. Dengan nafas takwa ini pengorbanan kita bermakna. Dan dengan istiqamah dalam takwa berbagai musibah yang mungkin menimpa dalam perjalanan hidup ini, insya Allah berbuah rahmat dan berkah. Amiin.

KHUTBAH KEDUA

, , .

4