Upload
lehanh
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN (PPL) TANAMAN
PANGAN DI UPT KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN
LAMPUNG SELATAN
(Skripsi)
Oleh
Shandy Andika
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ABSTRACT
PERFORMANCE OF AGRICULTURAL EXTENSION WORKERS (AEWs)IN UPT JATI AGUNG SUBDISTRICT, LAMPUNG SELATAN DISTRICT
By
Shandy Andika
The purposes of this study are to analyze level of performance of AgriculturalExtension Workers (AEWs) in Technical Implementation Unit Jati Agung Subdistrictof Lampung Selatan District, and factors related to the level of performance of theAEWs. This research was conducted in Jati Agung Subdistrict of LampungSelatan District in September-October 2017. The sample in this research were 76rice farmers randomly selected respondents. Data analysis uses descriptiveanalysis and Rank Spearman correlation test. The results indicated that the levelof performance of AEWs in Technical Implementation Unit jati Agung Subdistrictincluded in middle classification. Reward system is significantly related to thelevel of AEWs’ performance, while motivation level, income level, education level,number of farmers, and distance of residence are not significantly related to thelevel of AEWs’ performance in Technical Implementation Unit Jati AgungSubdistrict.
Keywords: AEW, Performance, UPT.
ABSTRAK
KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN (PPL) TANAMANPANGAN DI UPT KECAMATAN JATI AGUNG
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh
Shandy Andika
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat kinerja penyuluhpertanian pangan di UPT Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan,faktor-faktor apa saja yang berhubungan terhadap tingkat kinerja penyuluhpertanian tanaman pangan di UPT Kecamatan Jati Agung Kabupaten LampungSelatan, penelitian dilakukan pada bulan September-Oktober 2017 . Penelitian inidilaksanakan di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. Sampelpenelitian ini adalah 76 petani padi yang dipilih responden secara acak. Metodeanalisis data menggunakan analisis deskriptif dan korelasi Rank Spearman.tingkat kinerja PPL di UPT Kecamatan Jati Agung termasuk dalam klasifikasisedang. Sistem penghargaan berhubungan nyata dengan tingkat kinerja PPL,sedangkan tingkat motivasi, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah petanibinaan, dan jarak tempat tinggal tidak berhubungan nyata dengan tingkat kinerjapenyuluh pertanian di UPT Kecamatan Jati Agung.
Kata kunci: Kinerja, UPT, PPL.
KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN (PPL) TANAMANPANGAN DI UPT KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN
LAMPUNG SELATAN
Oleh
SHANDY ANDIKA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan AgribisnisFakultas Pertanian Universitas Lampung
JURUSAN AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Tanjung Ratu Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way
Kanan pada tanggal 20 Maret 1993. Penulis merupakan putra ke Empat dari
empat bersaudara, dari pasangan Bpk. Abu Hasan dan Ibu Enchy Hartatik (Alm).
Riwayat pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah tingkat Sekolah Dasar di
SD Negeri1 Pakuan Baru Way Kanan pada tahun 2006, Sekolah Menengah
Pertama di SMP Negeri 8 Bandar Lampung pada tahun 2009, dan tingkat
Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 14 Bandar Lampung pada tahun 2012,
penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung Fakultas Pertanian,
Program Studi Agribisnis melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SBMPTN).
Pada tahun 2013, penulis mengikuti kegiatan homestay ( Praktik Pengenalan
Pertanian) selama 5 hari di Dusun 2 Desa Margodadi, Kecamatan Padang Cermin,
Kabupaten Pesawaran. Pada Tahun2016, penulis melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di DesaSumber Agung, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Tulang
Bawang selama 60 hari. Pada tahun 2015, penulis juga melaksanakan Praktik
Umum (PU) di Agropolitan Cianjur, Jawa Barat. Selama menjadi mahasiswa di
Universitas Lampung, penulis pernah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa
Sosial Ekonomi Pertanian ( Himaseperta ) Universitas Lampung.
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdullilahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala curahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah
Muhammad SAW, semoga kelak kita mendapatkan syafaatnya. Aamiin ya
Rabbalalaamiin. Banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan,
nasihat, serta saran-saran yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini yang
berjudul “Kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Tanaman Pangan Di
UPT Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan “ Oleh karena itu
pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa., M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian.
2. Ir. Begem Viantimala, M.Si., sebagai Pembimbing Pertama, atas ketulusan
hati dan kesabaran, bimbingan, pengarahan, dukungan, dan nasihat yang telah
diberikan selama proses penyelesaian skripsi.
3. Ir. Indah Nurmayasari, M.Sc., selaku pembimbing kedua penulis yang telah
memberikan pengarahan, ilmu, bimbingan, dukungan dan motivasi selama
penyusunan skripsi.
4. Dr. Ir. Kordiyana K Rangga, M.S., selaku pembahas yang telah memberikan
saran dan arahan untuk penyempurnaan skripsi ini.
5. Dr.Ir. R Hanung Ismono, M.P., selaku Pembimbing Akademik (PA) atas
arahan dan bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan
di Universitas Lampung.
6. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P., selaku Ketua Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
7. Seluruh Dosen di Jurusan Agribisnis, terima kasih atas ilmu dan dukungan
selama menempuh pendidikan di Jurusan Agribisnis.
8. Karyawan di Jurusan Agribisnis ( Mba Iin, Mba Ayi, Mba Tunjung, Mas
Bukhari dan Mas Boim ) terima kasih atas semua bantuan yang telah
diberikan.
9. Teruntuk kedua orang tua Bapakdan ibu tercinta, Bpk Abu Hasan dan Ibu
Hartatik (Alm ), terima kasih atas doa, dukungan, nasihat, saran dan segala
limpahan cinta serta kasih sayang yang tulus ikhlas membesarkan dan
mendidik penulis dengan penuh kesabaran.Seluruh saudara-saudara kandung
beserta kakak ipar penulis, Kak Yudi Adinata, Susiana, Mbk Richa Desbianti,
S.Kom., Mahta Eko Wahyudi, kak Beny efendi, S.St., Mbk Yeni Arita,
A.Md., terima kasih atas dukungan selama ini dalam menyelesaikan skripsi.
10. Teruntuk sahabat- sahabat terbaik penulis (Yudhi Hermansyah, Tri Nugroho,
S.P., Fauzi Nurdewangga, S.P., Riki Misgiantoro, S.P., Zupika Audina,
Agustya Ratna P, S.P., Desi Darmilayanti, S.P.) terima kasih selalu setia
mengajari penulis, menemani di kala susah dan senang, memberikan
semangat, motivasi serta dukungan hingga skripsi ini tercapai.
11. Sahabat- sahabat terbaik penulis semasa sekolah, “ Salman Firdaus, Riki
Misgiantoro,S.P., Linda Angraini, Heni Mardianta,Muhammad Robin
Araffat, Rizza Neila Amelia ” dan lain – lain yang tidak bias disebutkan satu
per satu terima kasih selalu memberikan dukungan dan doa hingga skripsi ini
tercapai.
12. Keponakan tercinta, Rangga Adi Pratama, Agiel Radika Candra, Razwa
Zhafira Viorenza, Rafif Dinata, Azkha Reinan Efendi, Cheryl Ayudia
Azzahra. Sepupu tercinta Elida susanti, S.Pd.., Enita sari, S.Pd, terimakasih
dukungan serta doa yang sudah diberikan kepada penulis.
13. Sahabat- sahabat Agribisnis angkatan 2012,“ Bernadus, Hari Murti, Milna,
Mamong Made, Agung, Dolly, Imam, Erwin, Pindo, Riyan, Susi, Nadia,
Syafri, Yohilda, Meiska, Dhevi, Selvi, Febi, Karin, Delia, Rahma, Gessa,
Audina, Adel, Rofiqoh, Dewi, Arin, Eka, Erni, Ayu Oke, Fitri, Imung,
Yolanda, Ulfa, Parastry, Afsani, Evy, Mukti, Okta, Via, Andre, Eva, Dayu,
Ramon, Sofian, Rendi, Bayu, Agung Tukil, Nuri, Innaka, Rio, Muher, Riska,
Fernaldy, Agnes ”, dan lain-lain yang tidak bias disebutkan satu persatu,
terima kasih atas pengalaman dan kebersamaannya selama ini. Semoga kelak
kesuksesan menyertai kita semua, Amin.
14. Keluarga besar KKN Desa Sumber Agung Kecamatan Batanghari Kabupaten
Tulang bawang ( Bapak Dan Ibu Sobari, Melly, Mia, Vera, Rani, Yoga,
Dhevi ), dan lain – lainnya yang tidak bias disebutkan satu persatu, terima
kasih untuk semua pengalaman, kasih sayang, persaudaraan, serta doa dan
dukungannya.
15. Keluarga Besar Pesisir Barat, RinggoSaputra, S.Kom., Yudi Irnando, S.Kom.,
Junarly, S.Pt., Widya Zairu, A.Md, Puspita, S.Sos., Ryan Sangaras, S.Sos.,
Yeni Diana, lidya Sari, S.Kep., Septo Randika S.Pd., Surya Dinata, S.Kom.,
Putri Mariyantika, A.Md., Rita Zairu, A.md., Giska Regina, S.Pd., Yosa,
Doni, terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
16. Atu dan Kiyai Agribisnis 2011, adinda Agribisnis 2013, 2014,dan 2015,
terima kasih atas doa, dukungan dan bantuan kepada penulis.
17. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan selama proses penulisan skripsi
ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang
telah diberikan. Aamiin ya Rabbalalaamiin.
Wassalamu’alaikumWr.Wb.
Bandar Lampung, September 2018
Penulis,
SHANDY ANDIKA
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang dan masalah ..................................................................... 1
B. Tujuan penelitian ..................................................................................... 9
C. Manfaat Penelitian .................................................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS ............................................................................................. 11
A. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 11
1. Penyuluhan ...................................................................................... 11
2. Penyuluh Pertanian Lapangan ......................................................... 14
3. Kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan ............................................ 15
4. Manajemen Kinerja ......................................................................... 22
5. Penilaian Kinerja ........................................................................... 23
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian .... 25
7. Balai Penyuluhan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) .. 34
B. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 37
C. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 40
D. Hipotesis ................................................................................................... 45
ii
III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 46
A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ....................... 46
B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian............................... 52
C. Jenis Data dan Teknik Analisis Data ........................................................ 55
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 60
A. Hasil dan Pembahasan .............................................................................. 60
B. Keadaan Umum Responden ...................................................................... 65
C. Deskripsi Faktor-Faktor yang Diduga Berhubungan dengan
Tingkat Kinerja PPL di UPT Kecamatan Jati Agung
Kabupaten Lampung selatan ..................................................................... 68
D. Deskripsi Variabel Y (Tingkat Kinerja PPL di UPT
Kecamatan Jati Agung) ............................................................................ 80
E. Pengujian Hipotesis .................................................................................. 95
V. Kesimpulan .............................................................................................. 103
A. Kesimpulan ............................................................................................... 103
B. Saran ..................................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Paradigma kinerja Penyuluh Pertanian lapangan (PPL) di
UPT Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan ................. 44
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas padi di
ProvinsiLampung tahun 2010-2015 .......................................................... 2
2. Luas panen, produksi dan produktivitas padi per Kabupaten/Kota
di Provinsi Lampung tahun 2015. ............................................................. 3
3. Luas panen, produksi dan produktivitas padi per Kecamatan di
Kabupaten Lampung Selatan tahun 2015 ................................................. 4
4. Pengukuran variabel terikat (tingkat kinerja PPL) ................................... 49
5. Jumlah petani sampel setiap wilayah binaan penyuluh pertanian di
Kecamatan Jati Agung ............................................................................. 54
6. Jumlah penduduk berdasarkan golongan umur tahun 2016 ..................... 61
7. Keadaan responden PPL berdasarkan umur ............................................. 66
8. Keadaan responden Petani berdasarkan umur ......................................... 66
9. Keadaan umum responden PPL berdasarkan tingkat pendidikan ............ 67
10. Keadaan umum responden Petani berdasarkan tingkat pendidikan ......... 68
11. Sebaran tingkat motivasi PPL di UPT Kecamatan Jati Agung ................. 69
12. Sebaran jumlah PPL berdasarkan tingkat pendapatan ............................. 72
13. Sebaran jumlah PPL berdasarkan jumlah petani binaan ........................... 75
14. Sebaran hasil penilaian PPL di UPT Kecamatan Jati Agung
terhadap sistem penghargaan .................................................................... 78
15. Sebaran jumlah PPL berdasarkan jarak tempat tinggal dengan WKPP .... 79
16. Sebaran tingkat kinerja PPL dalam persiapan penyuluhan pertanian
di UPT Kecamatan Jati Agung menurut PPL ........................................... 81
17. Sebaran tingkat kinerja PPLdalam persiapan penyuluhan pertanian
v
di UPT Kecamatan Jati Agung menurut petani binaan ............................. 85
18. Sebaran tingkat kinerja PPLdalam pelaksanaan penyuluhan
pertanian di UPT Kecamatan Jati Agung menurut PPL ........................... 87
19. Sebaran tingkat kinerja PPL dalam pelaksanaan penyuluhan
pertanian di UPT Kecamatan Jati Agung menurut petani binaan ............. 90
20. Sebaran tingkat kinerja PPL dalam evaluasi dan pelaporan
penyuluhan pertanian ................................................................................ 92
21. Tingkat kinerja PPL di UPT Kecamatan Jati Agung secara
keseluruhan menurut PPL dan petani ....................................................... 94
22. Hasil analisis korelasi Rank Spearman antara faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat kinerja PPL terhadap tingkat
kinerja PPL di UPT Kecamatan Jati Agung.............................................. 95
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Sektor pertanian merupakan prioritas pembangunan di negara sedang
berkembang. Pembangunan pertanian tersebut memiliki tujuan memperbaiki
mutu konsumsi dan memenuhi kebutuhan bahan pangan secara nasional. Proses
pembangunan pertanian menunjukkan secara nyata mengenai peranan pendidikan
sebagai unsur yang esensial dalam proses pembangunan pertanian itu sendiri.
Keberhasilan pembangunan pertanian itu sendiri ditentukan oleh kemampuan
sumber daya manusia dalam mengelola sistem pertanian yang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, pemberdayaan
sumber daya manusia di bidang pertanian perlu ditingkatkan melalui pendidikan,
pelatihan, dan penyuluhan pertanian (Deptan, 2008).
Menurut Soekartiwi (1998) pelaksanaan pembangunan pertanian di Indonesia
memiliki berberapa tujuan yang mencakup upaya untuk meningkatkan produksi
dan memperluas penganekaragaman hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan
pangan dan industri dalam negeri serta memperbesar ekspor, meningkatkan taraf
hidup petani, peternak dan nelayan mendorong perluasan dan pemerataan
kesempatan berusaha dan lapangan kerja serta mendukung pembangunan daerah.
2
Pembangunan pertanian di Indonesia sudah saatnya beralih strategi, yaitu tidak
hanya terpaku pada satu komoditas saja melainkan semua komoditas yang
berpotensi untuk dikembangkan termasuk tanaman pangan. Padi sebagai tanaman
pangan, merupakan subsektor pembangunan pertanian yang layak mendapat
perhatian yang cukup besar, terutama untuk peningkatan produksi dan sistem
pemasarannya. Usahatani padi di Indonesia mempunyai peranan yang sangat
penting. Usahatani padi dapat menghasilkan beras yang merupakan bahan
makanan pokok yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia.
Ketidak cukupan bahan makanan tersebut dapat menjadi masalah nasional Negara
Indonesia (Mardikanto,1993).
Provinsi lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang sebagian besar
masyarakatnya bermata pencaharian di sektor pertanian,antara lain di sektor
pertanian tanaman pangan sebagai petani penghasil padi. Berdasarkan data
perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas tanaman padi yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Stastitik Provinsi Lampung (2015), menunjukkan
bahwa produksi dan produktivitas padi di Provinsi Lampung mengalami
peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1:
Tabel 1. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas padi di
ProvinsiLampung tahun 2010-2015
Tahun Luas panen
(ha)
Produksi
(ton)
Produktivitas
(ton/ha)
2010 590.608 2.807.676 4,75
2011 606.973 2.940.795 4,84
2012 641.876 3.101.455 4,85
2013 584.479 3.042.419 5,54
2014 600.750 3.170.191 5,28
2015 693.775 3.711.922 5,57
Sumber: Badan Pusat Stastistik tahun 2015
3
Produksi padi di Provinsi Lampung terus mengalami kenaikan dari tahun ke
tahun. Tahun 2015 produksi padi mencapai 3.711.922 ton, naik sekitar 541.731
ton dibandingkan tahun 2014. Produktivitas padi di Provinsi Lampung juga
mengalami peningkatan dari tahun 2010 hingga pada tahun 2015. Pada tahun
2015 produktivitas padi di Provinsi Lampung sebesar 5,57 ton/ha meningkat dari
tahun 2014 yaitu 5,28 ton/ha.
Sentra produksi padi di Provinsi Lampung terdapat di Kabupaten Lampung
Tengah dengan produksi 764.1819 ton atau 25,19 persen dari total produksi padi
di Provinsi Lampung. Produksi padi terbesar kedua dan ketiga di Provinsi
Lampung terdapat di Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Selatan dengan
produksi masing- masing sebesar 520.7912 ton dan 445.6959 ton. Produksi padi
per kabupaten/kota di Propinsi Lampung disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas panen, produksi dan produktivitas padi per Kabupaten/Kota di
Provinsi Lampung tahun 2015
Kabupaten Luas Panen
(ha)
Produksi
(ton)
Produtivitas
(ton/ha)
Lampung Barat 25.076 112.3405 4.4800
Tanggamus 40.069 221.9823 5.4500
Lampung Selatan 80.596 445.6959 5.5300
Lampung Timur 95.383 520.7912 5.4600
Lampung Tengah 138.690 764.1819 5.5100
Lampung Utara 32.242 153.4719 4.7600
Way Kanan 33.084 157.8107 4.7700
Tulang Bawang 47.309 228.0294 4.8200
Pesawaran 26.700 146.316 5.4800
Pringsewu 24.334 134.0803 5,5100
Mesuji 27.555 131.7129 4.7800
Tulang Bawang Barat 16.699 79.48724 4.7600
Bandar Lampung 1.655 8.937 5.4000
Pesisir Barat 15.018 72.0864 4.8000
Metro 3.413 18.56672 5.4400
Sumber : Badan Pusat Stastistik tahun 2015
4
Tabel 2 berdasarkan produktivitas bahwa Kabupaten Lampung Selatan
merupakan Kabupaten yang menghasilkan produktivitas padi terbesar 5.53
ton/ha di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan memiliki luas
lahan terbesar ke tiga dan produktivitas yang tinggi sehingga menjadikan
Lampung Selatan sebagai Kabupaten yang memiliki potensi besar untuk
dikembangkannya budidaya padi. Kabupaten Lampung Selatan memiliki
potensi yang hendaknya dapat dijaga dan justru lebih ditingkatkan, agar
kebutuhan pangan penduduk Lampung khususnya Lampung Selatan dapat
tepenuhi dan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Lampung Selatan
memiliki 17 kecamatan yang dapat dikembangkan menjadi sentra padi
sawah. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas padi per
kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, dapat dilihat padaTabel 3
Tabel 3. Luas panen, produksi dan produktivitas padi per Kecamatan di
Kabupaten Lampung Selatan tahun 2015
Kecamatan Luas Panen
(ha)
Produks i
(ton)
Produtivitas
(ton/ha)
Natar 7.900 44.028 5,7732
Jati Agung 4.635 25.363 5,4741
Tanjung Bintang 2.757 15.089 5,4371
Tanjung Sari 1.456 7.969 5,4730
Katibung 1.686 9.228 5,4732
Merbau Mataram 2.984 16.332 5,4733
Way Sulan 3.418 18.707 5,4732
Sidomulyo 3.835 20.989 5,4731
Candipuro 8.753 47.906 5,4730
Way Panji 2.668 14.602 5,4731
Kalianda 5.486 30.026 5,4730
Rajabasa 3.310 18.116 5,4732
Palas 13.948 76.339 5,4731
Sragi 5.249 28.728 5,4731
Penengahan 5.096 27.891 5,4730
Ketapang 6.468 35.400 5,4731
Bakauheni 947 5.183 5,0055
Sumber : Badan Pusat Stastistik Provinsi Lampung tahun 2015
5
Tabel 3 berdasarkan produktivitas Kecamatan Jati Agung memiliki produktivitas
padi terbesar 2 yaitu 5,4741 ton/ha setelah kecamatan Natar yang memiliki
produktivitas sebesar 5,7732 ton/ha. Selain dari pada itu Kecamatan Jati Agung
mempunyai luas lahan yang cukup untuk sektor pertanian dan tidak kalah
dengan kecamatan yang lain pada Kabupaten Lampung Selatan dengan luas
4,635 ha, sehingga Kecamatan Jati Agung merupakan Kecamatan yang sangat
potensial untuk terus dapat dikembangkan usahatani padi sawah.
Peran penting sektor pertanian dalam pembangunan perekonomian tidak
terlepas dari peranan kelompok tani sebagai pelaksana kegiatan. Peran
kelompok dalam mengembangkan usahatani petani adalah wadah bagi petani
untuk saling belajar dan mengembangkan usahataninya. Menurut Departemen
Pertanian (2006), dengan paradigma baru pembangunan pertanian yang
arahnnya lebih melihat petani sebagai subyek atau pelaku pembangunan maka
kelompok tani berperan sebagai lembaga petani yang dapat mengubah
perilaku anggotanya untuk meningkatkan keberhasilan usahataninya dan dapat
membawa anggotannya menjadi petani modern dengan mampu mengadopsi
inovasi di bidang pertanian.
Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan sektor pertanian menjadi
sebuah sektor yang maju adalah dengan cara melakukan pengesahan UU No.
16 tahun 2006 Mengenai sistem penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian
merupakan suatu cara atau sistem pendidikan non formal (di luar bangku
sekolah) untuk para petani dan keluarganya di pedesaan. Menurut Sugarda
(1975, dalam Effendi,2005), penyuluh pertanian merupakan usaha atau
kegiatan pendidikan nonformal untuk menimbulkan perubahan atau kegiatan
6
pendidikan nonformal untuk menimbulkan perubahan perilaku dari sasaran
sesuai dengan yang dikehendaki atau diinginkan. Kegiatan penyuluhan
pertanian mampu memberikan kontribusi yang nyata dalam meningkatkan
produksi komoditi pertanian dan pendapatan petani. Menurut Mosher (1986
dalam Effendi, 2005), penyuluhan pertanian adalah suatu pendidikan di luar
bangku sekolah yang mempunyai sifat:
a. diberikan kepada masyarakat pedesaan yang sesuai dengan kepentingan dan
kebutuhan yang dirasakan pada waktu tertentu yang berhubungan dengan
matapencahariannya serta usaha untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat,
b. Mempergunakan teknik pendidikan khusus,
c. Dijalankan dengan bantuan berbagai kegiatan, alat-alat, survey, percobaan,
evaluasi dan lain-lain dan
d. Diselenggarakan dalam suasana kerja sama dengan saling harga menghargai.
Kelembagaan penyuluhan pemerintah yang disebutkan dalam Undang Undang
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan yaitu, pada tingkat pusat berbentuk badan yang
menangani penyuluhan, pada tingkat Provinsi berbentuk Badan Koordinasi
Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Bakorluh PPK), pada tingkat
kabupaten atau kota berbentuk Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan,
dan Kehutanan (BP4K) dan pada tingkat kecamatan berbentuk Balai Penyuluhan
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K). BP3K merupakan wadah bagi
penyuluh di kecamatan untuk melaksanakan berbagai aktivitas penyuluhan.
Keberadaan penyuluh di lingkungan masyarakat akan lebih membantu petani
7
dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi petani, khususnya dalam hal
usahatani sebagai mata pencahariaan utama petani. Dengan demikian, petani
dapat meningkatkan produksi pertaniannya sehingga membantu peningkatan
kesejahteraan petani.
Permasalahan pembangunan pertanian di Indonesia meliputi permasalahan lahan
pertanian, infrastruktur, benih, regulasi atau kelembagaan, permodalan dan
sumber daya manusia (SDM). Salah satu permasalahan dalam hal SDM adalah
keterbatasan tenaga penyuluh pertanian baik dari segi kuantitas maupun
kualitasnya. Oleh karena itu, arah kebijakan pembangunan pertanian tahun 2015-
2019 yang dirumuskan untuk mengatasi permasalahan SDM tersebut adalah
dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas kinerja penyuluh pertanian tersebut
(Kementerian Pertanian, 2014). Menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 91
Tahun 2013, untuk membangun SDM pertanian yang berkualitas dan handal,
diperlukan kinerja penyuluh pertanian yang profesional, kreatif, inovatif, dan
berwawasan Global. Hal tersebut diperlukan agar penyuluhan pertanian dapat
dilaksanakan dengan efektif dan efisien dalam menjalankan program-program
yang rancang oleh pemerintah.
Kecamatan Jati Agung merupakan salah satu yang menghadapi berbagai
permasalahan pertanian seperti lahan pertanian, infrastuktur, benih, regulasi atau
kelembagaan, permodalan. Sumber daya manusia yang terdidik dalam hal ini
petani akan dapat menghadapi berbagai permasalahan tersebut. Peran penyuluh
dalam mengarahkan dan membina petani dalam menghadapi permasalahan yang
ada menjadi sangat penting. Selain itu, pemerintah juga memberikan berbagai
8
program untuk mengatasi permasalahan pertanian yang dihadapi. Oleh karena itu
sangat dibutuhkan kinerja penyuluh profesional, kreatif, inovatif, dan berwawasan
global untuk menghadapi permasalahan pertanian yang dihadapi.
Rasio penyuluh dan petani binaan di Kecamatan Jati Agung pada saat ini tidak
seimbang disebabkan oleh kekurangan penyuluh untuk membina petani, jumlah
petani binaan dengan tenaga penyuluh tidak seimbang dan untuk saat ini jumlah
penyuluh adalah 17 dari total penyuluh yang ada di Kecamatan Jati Agung,
sedangkan untuk petani binaan di seluruh desa di Kecamatan Jati Agung
berjumlah 9.065 petani binaan dari 21 desa, perbandingan antara penyuluh dengan
petani binaan adalah 1:530 dari masing-masing penyuluh. Namun seharusnya
menurut undang-undang tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan
petani, perbandingan ideal antara tenaga penyuluh dan petani binaan adalah
1:300 untuk masing-masing penyuluh, karena apabila perbandingan penyuluh
dengan petani binaan tidak seimbang maka aktivitas atau kegiatan disektor
pertanian akan terhambat dan berdampak pada penurunan kualitas produksi
disektor pertanian itu sendiri, sedangkan untuk Kecamatan Jati Agung untuk
jumlah petani melebihi batas ideal. seharusnya untuk penyuluh yang ada di
Kecamatan Jati Agung ditambah kuantitasnya sehingga para penyuluh untuk
melakukan kegiatan di masing-masing desa lebih stabil, dengan jumlah penyuluh
saat ini yang sangat minim maka kegiatan para penyuluh sedikit terhambat dalam
kegiatan pembinaan petani binaan.
Kinerja penyuluh dalam melaksanakan kegiatan meningkatkan produksi dan
produktivitas tanaman Pangan, dengan kondisi kuantitas dan kualitas yang ada
9
perlu dikaji, untuk mengetahui optimal atau tidaknya kinerja penyuluh di
Kecamatan Jati Agung. Peningkatan kinerja menjadi sangat penting, karena
sebagian besar UPT memiliki kinerja yang sangat memprihatikan. Lemahnya
kinerja sebagian besar UPT tidak terlepas dari rendahnya kapasitas SDM yang
ada, lemahnya kemampuan menyusun program jangka panjang dan berkelanjutan,
serta lemahnya daya dukung biaya operasional (Gitosaputra, dkk. 2012).
Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah:
1. Bagaimana tingkat kinerja Penyuluh Pertanian tanaman pangan di UPT
Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan ?
2. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kinerja penyuluh tanaman
pangan ?
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Tingkat kinerja penyuluh pertanian tanaman pangan di UPT Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan
2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kinerja penyuluh pertanian
tanaman pangan di UPT Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan
10
C. Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian yang diharapkan dapat berguna sebagai:
1. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat menjadi sarana dalam
mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari selama perkuliahan di Jurusan
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung .
2. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam
peningkatan kelembagaan penyuluhan pertanian yang sejalan dengan
pembangunan pertanian.
3. Bagi Civitas akademika, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
informasi yang digunakan untuk penelitian selanjutnya.
II.TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Penyuluhan
Penggunaan Istilah “penyuluhan” akhir-akhir ini di Indonesia kurang tepat,
terutama oleh banyak kalangan yang sebenarnya “tidak memahami” esensi makna
yang terkandung dalam istilah penyuluhan itu sendiri, sehingga dengan mereka
tidak memahami dari istilah penyuluan tersebut maka mereka tidak paham akan
arti dari penyuluhan, disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pemahaman
dari masing-masing kalangan. Seiring dengan perbaikan tingkat pendidikan
masyarakat dan kemajuan teknologi informasi, peran penyuluhan semakin
menurun dibanding sebelum dasawarsa 80-an (Mardikanto, 2009).
Penyuluhan merupakan suatu sitem pendidikan non formal yang ditujukan kepada
masyarakat tani, khususnya yang tinggal di pedesaan agar mereka tahu, mau dan
mampu melaksanakan anjuran atau teknologi baru sehingga mereka dapat
meningkatkan produksi, dan produktivitas pendapatannya yang pada akhirnya
dapat meningkatkan kesejahteraannya. Karena sifatnya non formal proses
penyuluhan dapat berlangsung kapan saja, di mana saja, karakteristik pesertanya
beragam, tidak memiliki kurikulum yang pasti, tidak adanya sanksi yang jelas,
hubungan antara peserta dan penyuluh lebih akrab, tidak adanya tanda kelulusan
peserta dan sebagainya (Sumaryo,Listiana I., dan Gultom DT, 2012).
12
Penyuluhan merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan informasi, menanamkan keyakinan serta mengerjakan pengetahuan
dan keterampilan sehingga bukan saja masyarakat sadar, tahu dan mengerti tetapi
juga mau dan mampu melaksanakan sesuatu anjuran (Effendi, 2005).
Menurut UU No. 16 Tahun 2006,penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi
pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Pelaku
utama dalam kegiatan penyuluhan adalah masyarakat di dalam dan di sekitar
kawasan hutan, petani, pekebun, peternak, nelayan, pembudidaya ikan, pengolah
ikan serta keluarga intinya. Sedangkan yang dimaksud pelaku usaha adalah
perorangan warga negara Indonesia atau koorporasi yang dibentuk menurut
hukum Indonesia yang mengelolah usaha pertanian, perikanan dan kehutanan.
Ilmu penyuluhan pertanian adalah ilmu terpakai (applied science) yang
merupakan perpaduan antara berbagai macam ilmu, antara lain ilmu sosiologi
perdesaan, ilmu pendidikan, psikologi sosial, ilmu komunikasi, manajemen dan
teknik-teknik pertanian (Effendi, 2005). Menurut Mosher (dalam Effendi, 2005),
penyuluhan pertanian adalah suatu pendidikan di luar bangku sekolah yang
mempunyai sifat: a) diberikan kepada masyarakat pedesaan yang sesuai dengan
kepentingan dan kebutuhan dan dirasakan pada waktu tertentu, yang berhubungan
dengan mata pencahariannya dan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan dan
13
kemakmuran masyarakat, b) mempergunakan teknik pendidikan khusus, c)
dijalankan dengan bantuan berbagai kegiatan, bantuan alat-alat, survei, percobaan,
evaluasi dan lain-lain, d) diselenggarakan dalam suasana kerja sama dengan saling
harga menghargai. Penyuluhan pertanian adalah usaha atau kegiatan pendidikan
non formal untuk menimbulkan perubahan perilaku dari sasaran sesuai dengan
yang dikehendaki atau diinginkan ( Effendi, 2005 ).
Menurut Kartasapoetra (1987), penyuluh pertanian adalah orang yang
mengemban tugas memberikan dorongan kepada para petani agar mau mengubah
cara berfikir, cara kerja dan cara hidupnya yang lama dengan cara-cara yang lebih
sesuai dengan perkembangan zaman, perkembangan teknologi pertanian yang
lebih maju. Seorang penyuluh pertanian dalam tugasnya mempunyai tiga peranan
penting, yaitu:
1. Berperan sebagai pendidik, memberikan pengetahuan atau cara-cara baru
dalam budidaya tanaman, agar para petani lebih terarah dalam usahataninya,
meningkatkan hasil dan mengatasi kegagalan-kegagalan dalam usaha taninya.
2. Berperan sebagai pemimpin yang dapat membimbing dan memotivasi para
petani agar mengubah cara berfikir, cara kerjanya agar timbul keterbukaan
dan mau menerapkan cara-cara bertani baru lebih berdaya guna dan berhasil
guna, sehingga hidupnya akan lebih sejahtera.
3. Berperan sebagai penasehat, yang dapat melayani, memberikan petunjuk-
petunjuk dan membantu petani baik dalam bentuk peragaan atau memberikan
contoh-contoh kerja dalam usahatani dalam memecahkan segala masalah
yang dihadapi petani
14
2. Penyuluhan Pertanian Lapangan
Penyuluhan pertanian lapangan merupakan sarana kebijaksanaan yang dapat
digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian. Selain itu,
petani mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak saran yang diberikan
agen penyuluhan pertanian. Penyuluhan hanya dapat mencapai sasarannya jika
perubahan yang diinginkan sesuai dengan kepentingan petani. Tujuan utama
kebijakan pembangunan pertanian adalah meningkatkan produksi pangan dalam
jumlah yang sama dengan permintaan akan bahan pangan yang semakin
meningkat dengan harga bersaing di pasar dunia. Pembangunan seperti ini harus
berkelanjutan dan seringkali harus dilakukan dengan cara yang berbeda dari cara
yang terdahulu. Oleh karena itu, organisasi penyuluhan pertanian yang efektif
sangat penting di dalam situasi tersebut terutama di negara yang sedang
berkembang (Effendi, 2005).
Menurut UU No. 16 Tahun 2006, tentang sistem penyuluhan pertanian, perikanan
dan kehutanan, sasaran dalam penyuluhan pertanian adalah pelaku utama dan
pelaku usaha. Pelaku utama adalah petani beserta keluarganya atau koperasi yang
mengelola usaha dibidang pertanian, wanatani, minatani, agropastur, penangkaran
satwa dan tumbuhan di dalam dan di sekitar hutan, yang meliputi : usaha hulu,
usahatani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang. Sedangkan yang dimaksud
dengan Pelaku usaha adalah perorangan atau koorporasi yang dibentuk menurut
hukum Indonesia yang mengelola usaha pertanian, perikanandan kehutanan.
15
3. Kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan.
Definisi kinerja menurut Lawler dan Portner (1967, dalam Sutrisno, 2010) kinerja
adalah kesuksesan yang di capai seseorang dalam melaksanakan tugas . Menurut
Prawirosentono (1999, dalam Sutrisno, 2010), kinerja adalah hasil kerja yang
dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi,
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka
upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar
hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika.
Menurut Mahmudi (dalam Sayekti, 2011), kinerja merupakan fungsi dari
pengetahuan, keterampilan, dan motivasi, sehingga dapat dirumuskan: Kinerja = f
(knowledge, skill, dan motivasi). Menurut Schermerhorn dkk. (dalam Sayekti,
2011), kinerja secara formal didefinisikan sebagai kualitas prestasi tugas individu,
kelompok, atau keorganisasian (Performance is formally defined as the quality of
task accomplishment-individual, group, or organizational).
Kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan, (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2001. Hasibuan (2007) menjelaskan bahwa kinerja
merupakan hasil kerja yang dicapai seorang dalam melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman,
kesungguhan serta waktu tertentu. Wirawan (2009) menjelaskan kinerja
merupakan keluaran yang di hasilkan oleh fungsi indikator suatu pekerjaan atau
suatu profesi dalam kurun waktu tertentu.
16
Mathis (2002) mengemukakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang
dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Karyawan adalah yang mempengaruhi
seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi yang antara lain
yaitu: kuantitas output, kualitas output, jangka waktu output, kehadiran di tempat
kinerja dan sikap kooperatif. Sedangkan penilaian kinerja (performance appraisal)
adalah proses evaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan pekerjaan mereka
dibandingkan dengan satu set Standar dan kemudian mengkomunikasikannya
dengan karyawan.
Manullang (2001) juga mengemukakan bahwa pengukuran kerja adalah suatu alat
untuk menentukan banyaknya pekerjaan yang seharusnya dihasilkan oleh seorang
pekerja atau sekelompok pekerja dalam kurun waktu tertentu. Pengukuran kerja
juga merupakan sebuah prosedur pengukuran formal yang digunakan untuk
menempatkan suatu dimensi waktu dengan ketepatan yang wajar atas suatu unit
pekerjaan. Sasaran dari pengukuran kerja itu sendiri adalah menciptakan standar-
standar yang didasarkan atas waktu serta keterampilan yang diperlukan seorang
karyawan guna melaksanakan suatu tugas.
Menurut Miner (1990, dalam Sutrisno, 2010), kinerja adalah bagaimana seseorang
diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang telah
dibebankan kepadanya. Menurut Irianto (2001, dalam Sutrisno, 2010), kinerja
adalah prestasi yang diperoleh seseorang dalam melakukan tugas. Kinerja
menurut Cormick dan Tiflfin (1980, dalam Sutrisno, 2010) adalah kuantitas,
kualitas, dan waktu yang digunakan dalam menjalankan tugas. Kuantitas adalah
hasil yang dapat dihitung sejauh mana seseorang dapat berhasil mencapai tujuan
17
yang telah ditetapkan. Kualitas adalah bagaimana seseorang dalam menjalankan
tugasnya, yaitu mengenai banyaknya kesalahan yang dibuat, kedisiplinan dan
ketepatan. Waktu kinerja adalah mengenai jumlah absen yang dilakukan,
keterlambatan, dan lamanya masa kerja dalam tahun yang telah dijalani.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas, disimpulkan bahwa yang dimaksud
kinerja adalah hasil kerja seseorang dilihat pada aspek kualitas, kuantitas, waktu
kinerja, dan kinerja sama untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan (Sutrisno,
2010). Miner (1990, dalam Sutrisno, 2010), mengemukakan secara umum dapat
dinyatakan empat aspek dari kinerja, yaitu :
1. Kualitas yang dihasilkan, menerangkan tentang jumlah kesalahan, waktu, dan
ketepatan dalam melakukan tugas.
2. Kuantitas yang dihasilkan, berkenaan dengan beberapa produk atau jasa yang
dapat dihasilkan.
3. Waktu kerja, menerangkan akan berapa jumlah absen, keterlambatan, serta
masa kerja yang telah dijalani seseorang tersebut.
4. Kerja sama, menerangkan akan bagaimana individu membantu atau
menghambat usaha dari teman kerjanya.
Keempat aspek kinerja di atas dapat dikatakan bahwa seseorang mempunyai
kinerja yang baik bila dia berhasil memenuhi keempat aspek tersebut sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Swanson dan Graudous (2000, dalam
Sutrisno, 2010), menjelaskan bahwa dalam sistem, berapapun ukurannya, semua
pekerjaan saling berhubungan. Hasil dari seperangkat pekerjaan adalah masukan
bagi usaha kinerja lainnya.
18
Kartasapoetra (1987), sifat-sifat yang harus dimiliki penyuluh pertanian yang
sebenarnya dapat menggambarkan kinerja penyuluh adalah memiliki disiplin kerja
yang kuat, tekun, tahu akan tugasnya, dan tidak cepat putus asa. Menurut
Suhardiyono (1992), syarat-syarat yang harus ada dalam diri penyuluh pertanian
adalah:
a. Kemampuan berkomunikasi dengan petani. Agar dapat berkomunikasi dengan
petani, maka seorang penyuluh harus memiliki dasar-dasar pengetahuan
praktik usahatani, dapat memahami bagaimana kehidupan petani, kemampuan
mengenal orang desa dan mau mendengarkan serta mau mengerti terhadap
keluhan-keluhan yang disampaikan oleh mereka.
b. Kemampuan bergaul dengan orang lain. Agar dapat menyatu dengan petani,
maka seorang penyuluh harus memiliki kemampuan untuk bergaul dengan
orang lain.
c. Antusias terhadap tugasnya. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang penyuluh
memerlukan tanggung jawab yang besar, karena sebagian besar waktunya
dipergunakan untuk bekerja sendiri dengan bimbingan dan pengawasan yang
sangat minim, sehingga sebelum bertugas seorang penyuluh harus mengerti
dan menghayati betapa besar tanggung jawab yang harus dipikulnya.
d. Berpikir logis dan berinisiatif. Berpikir logis merupakan pengertian praktis
yang harus dimiliki oleh seseorang, biasanya diperoleh dari pengalaman hidup,
sedangkan inisiatif adalah kemampuan seseorang untuk melihat apakah ada
sesuatu hal yang perlu dilakukan dan mempunyai keberanian untuk berusaha
melakukan sesuatu hal tersebut tanpa perintah atau saran dari orang lain.
19
Menurut Kartasapoetra (1987), para Penyuluh Pertanian Lapangan akan
mengemban tugas pokok sebagai berikut: menyebarkan informasi pertanian yang
bermanfaat, mengajarkan keterampilan yang lebih baik, memberikan saran-saran
atau rekomendasi bagi usahatani yang lebih menguntungkan, membantu
mengikhtiarkan sarana produksi, fasilitas kerja serta bahan informasi pertanian
yang diperlukan para petani dan mengembangkan swakarya dan swasembada para
petani agar taraf kehidupannya dapat lebih meningkat.
(Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Departemen Pertanian,
2010) menyatakan bahwa tugas pokok penyuluh pertanian di BP3K adalah
sebagai berikut:
1. Menyusun program penyuluhan pertanian
Program penyuluhan pertanian merupakan rencana tertulis yang disusun secara
sistematis untuk memberikan arah dan pedoman pelaksanaan penyuluhan serta
sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan pertanian. Program
penyuluhan pertanian disusun setiap tahun memuat rencana panyuluhan tahun
berikutnya dengan memperhatikan siklus anggaran pada masing-masing
tingkatan dengan cakupan pengorganisasian dan pengelolaan sumberdaya
sebagai pelaksanaan penyuluhan serta didasarkan pada kebutuhan pelaku
utama/petani dan pelaku usaha/pengusaha di bidang pertanian.
Program untuk tingkat desa, digali secara langsung dari pelaku utama dan
pelaku usaha melalui pelaksanaan PRA. Penggalian data dan informasi
meliputi data potensi desa, monografi Desa, jenis komoditas unggulan desa dan
tingkat produktivitasnya, keberadaan kelompok tani/gabungan kelompok tani,
20
keberadaan kelembagaan Agribisnis Desa, masalah-masalah yang dihadapi
oleh pelaku utama dan pelaku usaha. Penggalian data dan informasi ini
dilakukan bersama-sama dengan tokoh dan anggota masyarakat guna
menjaring kebutuhan nyata, aspirasi pelaku utama dan pelaku usaha. Hasil
penggalian data informasi tersebut dijadikan masukan untuk membuat RDK
dan RDKK. Penyusunan program telah selesai disusun paling lambat bulan
September tahun berjalan, untuk dilaksanakan pada tahun berikutnya.
2. Menyusun Rencana Kerja Tahunan (RKT) penyuluhan pertanian Rencana kerja
penyuluhan pertanian adalah jadwal kegiatan yang disusun oleh penyuluh
pertanian berdasarkan program penyuluhan pertanian setempat yang
mencantumkan hal-hal yang perlu disiapkan dalam berinteraksi dengan pelaku
utama dan pelaku usaha pertanian.
3. Menyusun data peta wilayah untuk pengembangan teknologi spesifik lokasi
Peta wilayah merupakan gambaran suatu wilayah dengan skala tertentu yang
disertai dengan keterangan-keterangan tentang batas desa, jalan, pemukiman
penduduk, serta potensi sumber daya alam daerah tersebut. Penyusunan data
peta wilayah dilakukan penyuluh secara bersama- sama dengan koordinator
penyuluh berdasarkan data yang diperoleh dari identifikasi potensi wilayah per
desa.
4. Menyebarluaskan informasi teknologi pertanian secara merata. Penyuluh
berkewajiban mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha
ke sumber informasi teknologi agar petani dapat mengembangkan usahanya.
Dengan kata lain Penyuluh juga bertugas menyediakan dan menyebar
21
informasi teknologi kepada petani.
5. Menumbuhkembangkan keberdayaan dan kemandirian pelaku utama dan
pelaku usaha. Penyuluh berkewajiban memfasilitasi proses pembelajaran
pelaku utama dan pelaku usaha serta meningkatkan kemampuan
kepemimpinan, manajerial dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha.
6. Mewujudkan kemitraan usaha antara pelaku utama dan pelaku usaha yang
menguntungkan. Penyuluh berkewajiban memfasilitasi pertemuan antara
pelaku usaha dan pelaku utama guna membangun kemitraan yang saling
menguntungkan.
7. Mewujudkan akses petani ke lembaga keuangan, informasi dan sarana produksi
Penyuluh berkewajiban memfasilitasi informasi akses lembaga keuangan dan
sarana produksi yang berguna bagi pelaku utama dan pelaku usaha.
Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap organisasi
penyuluhan di manapun, karena kineija merupakan cerminan dari kemampuan
organisasi penyuluhan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya.
Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi tenaga
penyuluh pertanian dalam mencapai sasaran organisasi penyuluhan dan dalam
mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan
tindakan dan hasil yang diharapkan.
Pengukuran kinerja sangat berperan nantinya dalam proses evaluasi kinerja
organisasi penyuluhan. Evaluasi kinerja adalah proses membandingkan antara
kinerja aktual dan target yang telah direncanakan oleh manajemen, untuk
22
mengidentifikasikan tindakan-tindakan perbaikan yang perlu dilakukan untuk
menjamin tercapainya tujuan organisasi penyuluhan dan untuk
mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berwenang. Berdasarkan teori-
teori yang telah dikemukakan diatas, kinerja penyuluh pertanian dapat dinilai dari
pelaksanaan tugas pokok Penyuluh Pertanian.
4. Manajemen Kinerja
Manajemen merupakan suatu istilah yang berasal dari kata kerja dalam bahasa
inggris to manage, yang artinya mengurus, mengatur, melaksanakan dan
mengelola (Gomes, 2001). Manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang
dilakukan untuk meningkatkan kinerja organisasi, termasuk kinerja setiap
individu dan kelompok kerja. Kinerja individu dan kinerja kelompok dipengaruhi
oleh banyak faktor intern dan ekstern organisasi (Simanjuntak, 2003). Menurut
Wibowo (2007), manajemen kinerja adalah manajemen tentang menciptakan
hubungan dan memastikan komunikasi yang efektif. Manajemen kinerja
memfokuskan pada apa yang diperlukan oleh organisasi, manajer dan pekerja
untuk berhasil.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan yang dimaksud dengan
manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan kinerja organisasi, termasuk kinerja setiap individu dan kelompok
kerja untuk menciptakan hubungan dan memastikan komunikasiyang efektif
secara terus-menerus.
23
5. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja yang didasarkan pada standar atau ukuran tertentu dengan
parameter yang dimensinya terlebih dahulu ditetapkan oleh organisasi dan
dijadikan acuan oleh organisasi dalam penilaian dan pengukuran kinerja.
Penilaian kinerja seperti yang dikutip Sudarmanto (2009) dari Bohlander (2001)
mengemukakan bahwa standar kinerja seharusnya didasarkan pada pekerjaan,
dikaitkan dengan persyaratan yang dijabarkan dari analisis pekerjaan dan
tercermin dalam deskripsi dan spesifikasi pekerjaan.
Menurut Kreitner dan Kinicki (dalam Sayekti, 2011), evaluasi kinerja merupakan
pendapat yang bersifat evaluatif atas sifat, perilaku seseorang atau prestasi sebagai
dasar untuk keputusan dan rencana pengembangan personil. Pendapat lain dari
Newstrom dan Davis (1997) dalam Wibowo (2007), memandang bahwa evaluasi
kinerja sebagai suatu proses mengevaluasi kinerja pekerja, membagi informasi
dengan mereka, dan mencari cara memperbaiki kinerjanya.
Departemen Pertanian (2009), merinci standar kinerja penyuluh diukur
berdasarkan sembilan indikator yakni: (a) tersusunnya program penyuluhan
pertanian; (b) tersusunnya recana kerja tahunan penyuluh pertanian; (c)
tersusunnya data peta wilayah untuk pengembangan teknologi spesifik lokasi; (d)
terdesiminasinya informasi teknologi pertanian secara merata; (e) tumbuh
kembangnya keberdayaan dan kemandirian pelaku utama dan pelaku usaha; (f)
terwujudnya kemitraan pelaku utama dan pelaku usaha yang menguntungkan; (g)
terwujudnya akses pelaku utama dan pelaku usaha ke lembaga keuangan,
informasi, dan sarana produksi; (h) meningkatnya produktivitas agribisnis
24
komoditas unggulan di wilayahnya; dan (i) meningkatnya pendapatan dan
kesejahteraan pelaku utama.
Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 91/Permentan/OT.140/9/2013
penilaian kinerja diukur berdasarkan tiga indikator. Indikator tersebut yaitu: 1)
persiapan penyuluhan pertanian, meliputi (a) membuat data potensi wilayah dan
agro ekosistem; (b) memandu (pengawalan dan pendampingan) penyusunan
RDKK; (c) penyusunan program penyuluhan pertanian desa dan kecamatan; (d)
membuat Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian (RKTPP), 2) pelaksanaan
penyuluhan pertanian, meliputi (a) melaksanakan desiminasi/penyebaran materi
penyuluhan sesuai kebutuhan petani; (b) melaksanakan penerapan metoda
penyuluhan pertanian di wilayah binaan; (c) melakukan peningkatan kapasitas
petani terhadap akses informasi pasar, teknologi, sarana prasarana, dan
pembiayaan; (d) menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan petani dari
aspek kuantitas dan kualitas; (e) menumbuhkan dan mengembangkan
kelembagaan ekonomi petani dari aspek kuantitas dan kualitas; (f) meningkatnya
produktivitas (dibandingkan produktivitas sebelumnya berlaku untuk semua
subsektor), 3) evaluasi dan pelaporan penyuluhan pertanian, meliputi (a)
melakukan evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian; (b) membuat laporan
pelaksanaan penyuluhan pertanian.
Menurut Gomes (dalam Sudarmanto, 2009), mengukur kinerja pegawai terkait
dengan alat pengukuran kinerja, secara garis besar diklasifikasikan dalam dua,
yaitu: (a) tipe penilaian yang dipersyaratkan yaitu dengan penilaian relatif dan
25
penilaian absolut. Penilaian relatif merupakan model penilaian dengan
membandingkan kinerja seseorang dengan orang lain dalam jabatan yang sama.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian
Kinerja penyuluh pertanian menjadi hal yang sangat penting dalam peningkatan
produktivitas Tanaman Pangan. Karena semakin baik kinerjanya maka petani
akan semakin mudah dalam memahami dan menerapkan informasi yang diberikan
oleh penyuluh. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluh
pertanian diantaranya umur, jenis kelamin, pengalaman, motivasi, pendapatan,
pendidikan, pelatihan, jumlah petani binaan, sistem penghargaan, jarak tempat
tinggal, dan fasilitas. Faktor-faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Umur
Robbins (2003) menyatakan bahwa kinerja akan merosot dengan bertambahnya
usia. Umur berbanding terbalik terhadap pengunduran diri, dimana pekerja
yang tua lebih kecil kemungkinan untuk berhenti bekerja. Umur juga
berpengaruh terhadap produktivitas, dimana makin tua pekerja makin merosot
produktivitasnya, karena keterampilan, kecepatan, kecekatan, kekuatan dan
koordinasi menurun dengan berjalannya waktu.
Umur merupakan salah satu faktor utama yang mempengarui efisiensi belajar,
karena akan berpengaruh terhadap minatnya pada macam pekerjaan tertentu
sehingga umur seseorang juga akan berpengaruh terhadap motivasinya untuk
belajar. Bertambahnya umur seseorang akan menumpuk pengalaman-
26
pengalamannya yang merupakan sumber daya yang sangat berguna bagi
kesiapannya untuk belajar lebih lanjut (Mardikanto, 1993).
Semakin tua umur seseorang,berarti masa jabatan mereka juga sudah panjang,
dimana hal ini cenderung memberikan mereka kompensasi yang relatif baik
berupa gaji yang relatif tinggi, paket wisata/cuti yang menarik, maupun paket
pensiun yang baik. Banya korang percaya bahwa produktivitas akan menurun
seiring dengan bertambahnya usia karena melemahnya kekuatan yang dimiliki
oleh seorang individu. Namun beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
tidak ada hubungan antara usia dan kinerja karyawan (Suprihanto dkk., 2003).
2) Jenis Kelamin
Robbins (2003) menyatakan bahwa wanita lebih mematuhi wewenang sedang
pria lebih agresif dan lebih besar kemungkinannya dalam memiliki
pengharapan untuk sukses. Tidak ada perbedaan berarti dalam produktivitas
pekerjaan antara pria dan wanita,dan tidak ada bukti yang menunjukkan jenis
kelamin karyawan mempengaruhi kepuasan kerja. Gibsonetal. (1996),
menyatakan bahwa tidak ada data pendukung yang menyatakan bahwa pria
atau wanitaa dalah pekerja yang lebih baik,dalam hal absensi wanita lebih
besar, karena wanita mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap
keluarganya.
3) Masa Kerja atau Pengalaman
Menurut Padmowihardjo (1994) pengalaman adalah suatu kepemilikian
pengetahuan yang dialami seseorang dalam kurun waktu yang tidak
ditentukan. Seseorang akan berusaha menghubungkan hal yang dipelajari
27
dengan pengalaman yang dimiliki dalam proses ajar. Pengalaman kerja
merupakan penentu yang lebih besar terhadap perilaku seseorang. Pengalaman
baik yang menyenangkan maupun yang mengecewakan, akan berpengaruh
pada proses belajar seseorang. Seseorang yang pernah mengalami
keberhasilan dalam proses belajar, maka dia akan memiliki perasaan
optimisakan keberhasilan dimasa mendatang. Sebaliknya seseorang yang
pernah mengalami pengalaman yang mengecewakan, maka dia telah memiliki
perasaan pesimis untuk dapat berhasil. Masa kerja berkaitan erat dengan
pengalaman kerja. Pengalaman adalah segala sesuatu yang muncul dalam
riwayat hidup seseorang. Pengalaman seseorang menentukan perkembangan
keterampilan, kemampuan, kompetensi, dan Kinerja. Pengalaman seorang
bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Pengalaman seseorang dapat
ukur secara kuantitatif berdasarkan jumlah tahun seseorang bekerja dalam
bidang yang dijalani (Bandura,1986).
4) Motivasi
Menurut Sayekti (2011), manusia di dalam hidupnya akan selalu melakukan
berbagai kegiatan, kegiatan tersebut tentu saja dimaksudkan untuk mencapai
suatu tujuan. Selanjutnya, mengingat manusia dalam kehidupannya memiliki
berbagai peran, maka kegiatan atau tindakan yang akan dilakukan adalah
dalam rangka menjalankan peran tersebut. Apa pun peran yang dijalankan,
manusia melakukan suatu tindakan pasti didasari oleh suatu dorongan tertentu.
Dorongan atau menggerakkan dalam bahasa latinnya adalah movere, dari
sinilah muncul istilah motivasi.
28
Menurut Hasibuan (dalam Sayekti, 2011), motivasi dalam manajemen hanya
ditunjukkan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya.
Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya potensi
bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan
mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Motivasi merupakan hal yang
penting karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan
mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai
hasil yang optimal. Motivasi adalah dorongan atau kekuatan yang
menyebabkan seseorang berperilaku tertentu, yang ada kaitannya dengan
pemenuhan kebutuhan, keinginan, maupun minat. Padmowihardjo (1994)
menyatakan bahwa motivasi merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk
menimbulkan dorongan berbuat atau melakukan tindakan. Motivasi belajar
merupakan gabungan antara pendekatan behavioral yang menekankan pada
outcomes dari perilaku (motivasi ekstrinsik) dengan pendekatan kognitif yang
melihat dampak belajar pada keyakinan seseorang (motivasi intrinsik).
Motivasi kognitif dalam mencari informasi merupakan unsur penting yang
memotivasi penyuluh untuk selalu memperbaiki kinerjanya. Seseorang akan
terus bekerja sampai tujuannya tercapai. Jika sumber motivasi tersebut tidak
ada, maka motivasi untuk bekerja mencapai tujuan tersebut tidak akan ada.
Dengan demikian, motivasi terkait dengan kebutuhan atau harapan untuk
mencapai tujuan tertentu. Secara umum, motivasi diartikan sebagai hal-hal
yang mendasari kenapa seorang penyuluh pertanian mau melakukan atau
berprofesi sebagai seorang penyuluh pertanian (Huda,2010).
29
Makmun (2003), menyatakan bahwa indikator pengukuran motivasi dilihat dari
delapan indikator yaitu 1) durasi kegiatannya, 2) frekuensi kegiatannya, 3)
persistensinya, 4) devosi (pengabdian) dan pengorbanan, 5) ketabahan,
keuletan, kemauannya, 6) tingkatan aspirasinya, 7) tingkat kualifikasi dari
prestasi, produk atau output yang dicapai dari kegiatannya, 8) arah sikapnya
terhadap sasaran kegiatannya.
Setiap individu cenderung melakukan sesuatu karena dilatar belakangi oleh
tingkat motivasinya. Tingkat motivasi sangat dipengaruhi oleh motif yang
berlandaskan pada sejauh mana kebutuhannya dapat terpenuhi. Jadi seorang
penyuluh pertanian yang mempunyai motivasi yang tinggi akan berdampak
pada kinerja yang tinggi pula dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan
oleh lembaga atau organisasinya. Kenaikan pangkat sering terhambat dan pola
karier yang tidak jelas dapat mengurangi motivasi dan kinerja para penyuluh
pertanian untuk bekerja lebih baik dan sering kali menyebabkan frustasi
(Slamet, 2001).
5) Pendapatan
Pendapatan adalah “arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah
entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama
satu periode dari aktivitas ekonomi. Pendapatan penyul yang didapatkan
merupakan jumlah aktiva yang didapatkan penyuluh dari kewajiban yang
dilaksanakan sebagai penyuluh. Semakin besar pendapatan yang didapatkan
penyuluh makan akan semakin baik kinerja penyuluh pertanian.
30
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Simanungkalit (2014)
dalam skripsinya yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
penyuluh Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K)
Padang Cermin Kabupaten Pesawaran sebagai BP3K model Center of
Exellence menyimpulkan bahwa tingkat pendapatan rumah tangga penyuluh
berpengaruh terhadap tingkat kinerja penyuluh pertanian di BP3K Padang
Cermin.
6) Pendidikan
Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang sistematis yang terorganisir
baik teknis maupun manajerial yang berlangsung dalam waktu yang relatif
lama. Menurut Suprihanto dkk., (2003) pendidikan mempunyai fungsi
penggerak sekaligus pemacu terhadap potensi kemampuan sumber daya
manusia dalam melakukan prestasi kerjanya, dan nilai kompetensi seorang
pekerja dapat dipupuk melalui program pendidikan, pengembangan dan
pelatihan.
Notoatmojo (2003) menyatakan bahwa pendidikan merupakan upaya untuk
menjadikan sumber daya manusia yang lebih baik, terutama untuk
mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian. Pendidikan
berkaitan dengan mempersiapkan calon tenaga yang diperlukan oleh suatu
instansi atau organisasi sehingga cara pekerjaannya pada kemampuan
psikomotor menjadi baik. Menurut Slamet (2001), pendidikan didefenisikan
sebagai usaha untuk menghasilkan perubahan-perubahan pada perilaku
manusia, pendidikan adalah suatu proses terencana untuk mengubah perilaku
31
seseorang yang dilandasi adanya perubahan pengetahuan, keterampilan, dan
sikapnya. Hakekat pendidikan adalah untuk meningkatkan kemampuan
manusia agar dapat mempertahan kan bahkan memperbaiki mutu
keberadaannya agar menjadi semakin baik. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, semakin tinggi pula pengetahuan, sikap dan ketrampilan, efisien
bekerja dan semakin banyak tahu cara-cara dan teknik bekerja yang lebih baik
dan lebih menguntungkan. Pendidikan formal yang diikuti penyuluh dapat
mempengaruhi kinerja penyuluh, karena dengan pendidikan formal seorang
penyuluh dapat meningkatkan kinerjanya sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
7) Pelatihan
Terdapat tiga kondisi yang memungkinkan seseorang memerlukan pelatihan
yakni; (1) bila seseorang tidak dapat mengerjakan pekerjaan atau tugas sehari-
hari, baik seluruhnya maupun sebagian, (2) bila seseorang mendapat tambahan
tugas baru yang sebagian atau sama sekali asing baginya, dan (3) bila
seseorang ditempatkan dalam jabatan yang baru yang memerlukan
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang baru. Pendidikan dan latihan
(diklat) adalah proses belajar yang dirancang untuk mempengaruhi dan
mengubah kompetensi kerja seseorang sehingga dia dapat berprestasi lebih
baik dalam jabatannya dan bertambah kompetensinya melalui peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan sikapnya (Padmowihardjo, 1994)
32
8). Jumlah Petani Binaan
Menurut Rodjak (2006) petani adalah orang yang melakukan kegiatan
bercocok tanam hasil bumi atau memelihara ternak dengan tujuan untuk
memperoleh kehidupan dari kegiatannya itu. Petani binaan merupakan petani-
petani yang terggabung dalam kelompok tani di wilayah kerja penyuluh
pertanian dan mendapatkan binaan dari penyuluh pertanian. Mardikanto(1993)
mengatakan bahwa sejak pelaksanaan Repelital (1969-1974) di Indonesia
mulai dikembangkan pembentukan kelompok tani, diawali dengan kelompok-
kelompok kegiatan (kelompok pemberantasan hama, kelompok pendengar
siaran pedesaan) dan sejak 1976 dikembangkan kelompok tani berdasarkan
hamparan lahan pertanian sejalan dilaksanakannya Proyek Penyuluhan
Tanaman Pangan (National Food Extension Project).
Berdasarkan hasil penelitian Bahua (2010), dalam skripsinya yang berjudul
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian dan dampaknya
pada perilaku petani jagung di Provinsi Gorontalo menyimpulkan bahwa
jumlah petani binaan penyuluh pertanian berpengaruh terhadap tingkat kinerja
penyuluh pertanian.
9). Sistem Penghargaan
Sistem manajemen organisasi yang mendukung karyawan seperti adanya
administrasi yang baik dan rapi, tunjangan finansial yang mendukung, sistem
reward yang jelas, promosi jabatan, sistem penggajian yang adil, serta sistem
pendidikan dan latihan yang terus berkesinambungan akan menimbulkan
profesionalisme yang tinggi bagi seorang karyawan dalam mengoptimalkan
33
kinerjanya (Wibowo, 2007). Sistem penghargaan adalah pengakuan dan
berbagai penghargaan yang diterima atau yang diperoleh penyuluh dalam
pelaksanaan tugas pokok dan pengembangan profesinya sebagai penyuluh yang
diperoleh dari jumlah skor berbagai indikator seperti kesempatan pelaksanaan
tugas pokoknya, kemudahan perolehan angka kredit, kemudahan urusan
kenaikan pangkat, mendapatkan kesempatan pendidikan, kesempatan
mengikuti petatihan fungsional, dan besarnya dana operasional (Sapar, 2012).
Menurut Siagian (2002), kebutuhan ingin dirinya dihargai atau dihormati
sesuai dengan kedudukannya. Pimpinan yang bijak akan selalu memberikan
penghargaan pada karyawan yang telah menunjukkan prestasi membanggakan
sebagai faktor motivasi yang efektif bagi peningkatan prestasi kerja
pegawainya. Begitupun halnya dengan penyuluhan pertanian yang
memperoleh penghargaan akan dapat meningkatkan semangat kinerjanya
(Sapar, 2012).
10). Jarak Tempat Tinggal
Tempat tinggal penyuluh yang terlalu jauh dengan Wilayah Kerja Penyuluh
Pertanian (WKPP) tempat penyuluh bertugas bisa menjadi penyebab penyuluh
tidak mengetahui masalah-masalah yang dihadapi petani, karena petani tidak
bisa menceritakan masalahnya kepada penyuluh. Selain itu, penyuluh juga
akan mengeluarkan biaya yang lebih besar jika jarak tempat tinggal penyuluh
dengan WKPP tempat penyuluh bertugas terlalu jauh, dan dapat menyebabkan
keterlambatan hadir dalam kegiatan penyuluhan (Sari, 2013).
34
11). Fasilitas
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi tingkat kinerja seorang penyuluh
adalah sejauh mana kegiatan penyuluhan yang dijalankannya ditunjang dengan
ketersediaan sarana/prasarana yang memadai. Menurut Slamet (2001),
melemahnya kemampuan penyuluh selain disebabkan oleh faktor pengkotakan
dalam kelembagaan penyuluhan, juga disebabkan oleh kurangnya fasilitas
penyuluh untuk menjangkau petani. Upaya perubahan usahatani yang
disampaikan oleh penyuluh kepada petani sangat bergantung pada ketersediaan
sarana dalam bentuk jumlah, mutu danwaktu yang tepat. Jika sarana ini
tersedia, maka keberhasilan penyuluh akan tercapai (Mardikanto, 1993).
7. Balai Penyuluhan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K)
Berdasarkan surat keputusan kepala sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan No. 800/071/TV.01/2010, BP3K merupakan
percontohan kelembagaan peyuluhan di tingkat kecamatan yang dirancang untuk
menyediakan fasilitas pembelajaran dan jasa konsultasi Agribisnis sesuai
komoditas unggulan di wilayah setempat yang memadai dan mampu memberi
pelayanan kepada pelaku utama dan pelaku usaha. BP3K tahun 2010
dialokasikan kepada 366 balai penyuluhan , dengan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
a. Pelaksanaan Participatory Rural Appraisal (PRA)
PRA merupakan suatu teknik untuk menyusun dan mengembangkan program
operasional dalam pembangunan tingkat desa. Tujuan utama dari PRA adalah
menjaring rencana atau program pembangunan pedesaan yang memenuhi
35
persyaratan. Syarat tersebut yaitu dapat diterima oleh masyarakat setempat,
secara ekonomi menguntungkan dan berdampak positif bagi lingkungan.
b. Penyusunan Rencana Definitif Kelompok (RDK) dan Rencana Definitif
Kebutuhan Kelompok (RDKK). RDK adalah rencana kinerja usaha tani dari
kelompok tani untuk satu tahun, yang disusun melalui musyawarah dan berisi
rincian kegiatan dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan usahatani.
RDKK adalah rencana kebutuhan kelompok tani untuk satu musim tanam
meliputi kebutuhan benih, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian serta
modal kinerja yang disusun berdasarkan musyawarah anggota kelompok tani.
Pelaksanaan RDK dan RDKK dapat membantu petani dalam merencanakan
kegiatan usahataninya agar dapat berjalan dengan baik.
c. Kaji terap
Kaji terap merupakan salah satu metode penyuluhan pertanian untuk
meningkatkan kemampuan petani dalam memilih paket teknologi usahatani
yang telah direkomendasikan sebelum di demonstrasikan atau dianjurkan.
Tujuan pelaksanaan kaji terap adalah meyakinkan paket teknologi usahatani
yang paling sesuai dengan kebutuhan, kemampuan serta kondisi usahatani
petani dan sosial ekonomi petani di wilayahnya serta mempercepat penyebaran
informasi teknologi pertanian yang telah direkomendasikan secara umum.
d. Percontohan atau Demplot
Demplot merupakan wahana percontohan penerapan teknologi yang benar-
benar sesuai dengan rekomendasi untuk dapat dicontoh oleh petani peserta
kursus tani sekaligus sebagai media pembuktian keunggulan pendekatan dan
teknologi yang dianjurkan. Teknologi yang telah dicontohkan diharapkan lebih
36
baik dari yang tidak menerapkan teknologi, dan hasil teknologi yang
diterapkan dalam demplot ini akan menjadi acuan bagi petani dalam
melaksanakan budidaya usahatani. Demplot merupakan kegiatan lanjutan
setelah kaji terap yang dilaksanakan oleh peserta kursus tani dan kaji terap.
e. Kursus Tani
Kursus tani merupakan tindak lanjut dari kegiatan PRA, sehingga dilaksanakan
setelah kegiatan PRA. Tujuan pelaksanaan kursus tani yaitu meningkatkan
pengetahuan, kecakapan dan keterampilan petani serta mampu menerapkan
teknologi yang menguntungkan yang diberikan melalui penyampaian materi-
materi pada kursus tani.
f. Latihan dan Kunjungan (LAKU)
Latihan dan kunjungan merupakan salah satu kegiatan penyuluhan pertanian
dan menjadi kegiatan yang rutin dilakukan dalam penyuluhan. Latihan adalah
suatu kegiatan alih pengetahuan dan keterampilan baik berupa teori maupun
praktik fasilitator ke penyuluh melalui metode partisipatif. Sedangkan
kunjungan adalah kegiatan penyuluh kepada kelompok tani di wilayah
kerjanya yang dilakukan secara teratur, terarah dan berkelanjutan.
g. Media informasi
BP3K yang sudah dibentuk harus memiliki sarana dan prasarana yang
memadai bagi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengembangkan
usahanya dan mendukung penyuluh dalam kapasitasnya memfasilitasi proses
pembelajaran. Media informasi dan data base meliputi sarana informasi
(brosur, leaflet, papan display informasi database), monografi wilayah, data
kelompok tani atau gabungan kelompok tani atau penyuluh pertanian beserta
37
jenis usaha dan kepemilikan lahan dan lain sebagainya.
h. Pemutakhiran data base kelembagaan/ketenagaan penyuluhan
Pemutakhiran data base kelembagaan ketenagaan penyuluhan adalah
pembuatan data base kelembagaan penyuluhan yang akurat dan aktual.
Menurut Departemen Pertanian (2007) balai penyuluhan pada tingkat kecamatan
mempunyai tugas:
a) Menyusun program penyuluhan pada tingkat kecamatan sejalan dengan
program penyuluhan Kabupaten/kota.
b) Melaksanakan penyuluhan berdasarkan program penyuluhan, menyediakan
dan menyebarkan informasi teknologi, sarana produksi, pembiayaan dan
pasar.
c) Memfasilitasi pengembangan kelembagaan dan kemitraan pelaku utama dan
pelaku usaha.
d) Memfasilitasi peningkatan kapasitas penyuluh pegawai negeri sipil, Penyuluh
swadaya dan penyuluh swasta melalui proses pemebelajaran secara
berkelanjutan.
e) Melaksanakan proses pemebelajaran melalui percontohan dan pengembangan
model usahatani bagi pelaku utama dan pelaku usaha.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu mengenai kinerja Penyuluh Pertanian menjadi salah satu
literatur acuan atau landasan untuk penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan
hasil penelitian terdahulu, maka penelitian dan pengembangan dalam kinerja
38
penyuluhan pertanian dan faktor-faktor yang mempengaruhinya Tingkat kinerja
penyuluh.
Mohamad Ikbal Bahua (2010) melakukan penelitian dengan judul faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian dan dampaknya pada perilaku
petani jagung di Provinsi Gorontalo. Disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
berhubungan nyata terhadap kinerja penyuluh pertanian adalah ,umur, masa kerja,
jumlah petani binaan, kemampuan merencanakan program penyuluhan,
pengembangan potensi diri, kebutuhan untuk berafilasi, kemandirian intelektual
dan kemandirian sosial.
Penelitian lain dilakukan oleh Thoriq (2008), dalam skripsinya yang berjudul
Kinerja Penyuluh Lapang dan Hubungan dengan Tingkat Kemajuan Usahatani
Jeruk di Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian tersebut adalah Koefisien Kontingensi dan Uji Fisher,
Variabel (X) yang direkomendasikan meliputi umur (X1), pendidikan formal
(X2), Pendidikan Nonformal (X3), Pendapatan Rumah Tangga (X4), Lama
Bertugas (X5), dan Jarak Tempat dengan Tempat Bertugas (X6) Berdasarkan
hasil penelitian tersebut, faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja PPL adalah :
umur, pendidikan formal, dan jarak tempat tinggal dengan tempat bertugas.
Silalahi (2005) yang melakukan penelitian untuk mengetahui kinerja PPL dan
Faktor-faktor yang berhubungann dengan Kinerja PPL Kota Bandar Lampung
menunjukkan bahwa kinerja PPL dalam melaksanakan tugas-tugas pokok
Penyuluhan Pertanian termasuk ke dalam klasifikasi sedang. Metode hasil
analisis korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa ada hubungan yang nyata
39
antara pendidikan formal dengan Kinerja PPL. Variabel lainnya lama bertugas,
jarak tempat tinggal ke tempat bertugas, fasilitas kerja dan sikap terhadap
kebijakan pemerintah tidak berhubungan nyata terhadap kinerja PPL.
Puji Hastuti (2011) melakukan penelitian untuk menganalisis Kinerja Penyuluh
Pertanian di Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan. Metode analisis yang
digunakan adalah analisis distribusi frekuensi. Dari hasil penelitian diketahui
kinerja penyuluh termasuk kategori tinggi baik pada tahap persiapan, pelaksanaan,
evaluasi, maupun pengembangan diri secara profesional.
Murniati dan Avanti (2005) melakukan penelitian mengenai kinerja penyuluh
pertanian dalam penerapan teknologi pertanian sawah di Lampung Selatan. Alat
Analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah Koefisien Kontingensi
dan Uji Fisher. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa kinerja penyuluh pertanian
lapangan mencakup kegiatan dalam hal membantu dan mengajar pada kursus tani,
mengembangkan swadaya dan swakarsa petani, membantu dan menyiapkan
petunjuk informasi pertanian, menggali dan mengembangkan sumberdaya serta
menyusun laporan di Lampung Selatan masih dalam kategori sedang. Kinerja
penyuluh pertanian lapangan berhubungan nyata dengan tingkat kemampuan
kelompok tani dan pendapatan penyuluh wanita. Tingkat penerapan teknologi
pertanian padi sawah di Kabupaten Lampung Selatan tidak berhubungan nyata,
karena tingkat penerapan teknologi yang ada sudah berada pada tingkat tinggi
mengingat irigasi sudah baik
40
C. Kerangka Pemikiran
Pembangunan pertanian di masa mendatang perlu memberikan perhatian lebih
terhadap penyuluh pertanian, karena penyuluh pertanian merupakan salah satu
kegiatan yang strategis dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan pertanian.
Melalui kegiatan penyuluhan, petani dibina dan ditingkatkan kemampuannya agar
dapat mengelola usahatani dengan lebih produktif, efisien dan menguntungkan,
sehingga petani dan keluarganya dapat meningkatkan kesejahteraannya.
Kegiatan penyuluhan pertanian mampu memberikan kontribusi yang nyata dalam
meningkatkan produksi hasil pertanian dan pendapatan petani. Kelembagaan
penyuluhan pemerintah yang disebutkan dalam Undang Undang Nomor 16 Tahun
2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan yaitu, pada
tingkat pusat berbentuk badan yang menangani penyuluhan, pada tingkat provinsi
berbentuk Badan Koordinasi Penyuluhan, pada tingkat kabupaten atau kota
berbentuk badan pelaksana penyuluhan dan pada tingkat kecamatan berbentuk
Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K).
UPT merupakan salah satu lembaga yang melaksanakan program-program yang
digulirkan oleh pemerintah. Kaitan program pemerintah dengan BP3K sangat erat.
Program yang dilaksanakan oleh pemerintah tidak akan berjalan dengan baik
tanpa kinerja yang optimal dari UPT
Kinerja Penyuluh Pertanian adalah hasil kerja yang dicapai seorang penyuluh
pertanian sesuai dengan tugas pokok dan fungsi penyuluh. Kinerja penyuluh
pertanian dinilai dengan merujuk pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor
41
91/Permentan/OT.140/9/2013 yang diukur berdasarkan tiga indikator. Indikator
tersebut yaitu 1) persiapan penyuluhan pertanian, meliputi (a) membuat data
potensi wilayah dan agro ekosistem; (b) memandu penyusunan RDKK; (c)
penyusunan program penyuluhan pertanian desadan kecamatan; (d) membuat
Rencana KerjaTahunan Penyuluh Pertanian (RKTPP), 2) pelaksanaan penyuluhan
pertanian, meliputi (a) melaksanakan penyebaran materi penyuluhan sesuai
kebutuhan petani; (b) melaksanakan penerapan metoda penyuluhan pertanian di
wilayah binaan; (c) melakukan peningkatan kapasitas petani terhadap akses
informasi pasar, teknologi, saranaprasarana, dan pembiayaan; (d) menumbuhkan
dan mengembangkan kelembagaan petani dari aspek kuantitas dan kualitas; (e)
menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan ekonomi petani dari aspek
kuantitas dan kualitas; (f) meningkatnya produktivitas (dibandingkan
produktivitas sebelumnya berlaku untuk semua subsektor.
Penelitian ini menggunakan dua variable, yaitu variabel terikat (Y) dan variabel
bebas (X) mengacu kepada hasil penelitian yang meliputi tingkat motivasi (X1),
tingkat pendapat (X2), (Santi, 2016) tingkat pendidikan (X3), jumlah petani
binaan (X4), (Huda 2010) sistem penghargaan (X5), dan jarak tempat tinggal (X6).
Varibel tingkat motivasi(X1) berkaitan dengan tingkat kinerja penyuluh, motivasi
merupakan dorongan atau kekuatan tertentu yang mendasari seseorang melakukan
sesuatu hal. Semakin tinggi motivasi yang dimilki penyuluh maka akan semakin
tinggi kinerja penyuluh tersebut.
Varibel tingkat pendapatan (X2) memiliki kaitan terhadap tingkat kinerja
penyuluh, pendapatan merupakan salah bentuk penghargaan atas kerja keras yang
42
dilakukan penyuluh, semakin tinggi pendapatan semakin penyuluh dapat
memenuhi kebutuhannya, sehingga semakin tinggi pendapatan penyuluh akan
semakin tinggi pula tingkat kinerja penyuluh tersebut.
Tingkat pendidikan(X3) memiliki fungsi penggerak sekaligus pemacu terhadap
potensi kemampuan sumber daya manusia, semakin tinggi pendidikan maka
semakin tinggi pula potensi dan pengetahuan yang dimiliki penyuluh, sehingga
semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pula kinerja penyuluh pertanian.
Jumlah petani binaan (X4) berhubungan tingkat kinerja petani, semakin banyak
jumlah petani binaan semakin baik keterampilan yang dimiliki petani, sehingga
tingkat kinerja petani semakin baik.
Sistem penghargaan (X5) merupakan pengakuan dan berbagai penghargaan yang
diterima atau diperoleh penyuluh dalam pelaksanaan tugasnya, semakin baik
penghargaan yang diberikan maka semakin baik kinerja yang dilakukan. Jarak
tempat tinggal (X6) berhubungan kinerja petani karena semakin dekat jarak maka
penyuluh dapat lebih memahami kendala dan masalah yang dihadapi petani,
karena petani lebih mudah berkomukasi, dan sebaliknya, sehingga semakin dekat
jarak akan semakin baik tingkat kinerja petani.
Keberhasilan petani dalam meningkatkan hasil produksi salah satunya adalah
karena adanya campur tangan dari para penyuluh pertanian. Penyuluh pertanian
memberikan pembinaan dan pemecahan terhadap permasalahan- permasalahan
yang dihadapi oleh para petani. Selain itu juga menyebarkan inovasi serta
teknologi kepada para petani sehingga petani dapat mengembangkan dan
meningkatkan produksi usahataninya. Salah satu keberhasilan dalam
43
meningkatkan produktivitas campur tangan penyuluh dalam perkembangan
usahatani petani binaannya yaitu tingkat kinerja penyuluh pertanian itu sendiri.
Apabila kinerja penyuluh dalam menjalankan tugasnya telah baik, maka
perkembangan petani yang dibinapun akan maksimal dan diharapkan
kesejahteraan petani binaannya meningkat melalui peningkatan produksi dan
pendapatan hasil sahataninya. Berdasarkan uraian di atas, dapat dibuat suatu
kerangka remikiran yang dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini:
44
Gambar 1. Paradigma kinerja Penyuluh Pertanian lapangan (PPL) di UPT
Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan
D. Hipotesis
Kinerja penyuluh(Y)
Faktor-faktor yang berhubugan
dengan kinerja penyuluh (X)
1. Persiapan PenyuluhanPertanian
a. Membuat datapotensi wilayah dan agro
ekosistem;
b. Memandu (pengawalan dan
pendampingan) penyusunan RDKK;
c. Penyusunan program penyuluhan
pertanian desa dan kecamatan membuat
RKTPP
2. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian
a. Melaksanakan penyebaran materi
penyuluhan
b. Melaksanakan penerapan metoda
penyuluhan pertanian
di wilayah binaan;
c. Melakukan peningkatan kapasitas petani
terhadap akses informasi pasar, teknologi,
sarana prasarana, dan pembiayaan;
d. Menumbuh kembangkan kelembagaan
petani dari aspek kuantitas dan kualitas;
e. Menumbuh kembangkan kelembagaan
ekonomi petani dari aspek kuantitas dan
kualitas;
f. Meningkatnya produktivitas
3. Evaluasi dan pelaporan penyuluhan
pertanian, meliputi
(a) melakukan evaluasi pelaksanaan
penyuluhan pertanian; (b) membuat
laporan pelaksanaan penyuluhan pertanian.
Tingkat Motivasi PPL X1
Tingkat Pendapatan PPL X2
Tingkat Pendidikan PPL X3
Tingkat Petani Binaan PPL X4
Tingkat penghargaan PPL X5
Jarak Tempat Tinggal PPL X6
45
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Tingkat motivasi berhubungan nyata dengan tingkat kinerja penyuluh
pertanian di UPT Kecamatan Jati Agung.
2. Tingkat pendapatan berhubungan nyata dengan tingkat kinerja penyuluh
pertanian di UPT Kecamatan Jati Agung.
3. Tingkat pendidikan berhubungan nyatadengan tingkat kinerja penyuluh
pertanian di UPT Kecamatan Jati Agung.
4. Jumlah petani binaan penyuluh pertanian berhubungan nyata dengan tingkat
kinerja penyuluh pertanian di UPT Kecamatan Jati Agung.
5. Tingkat penghargaan yang diberikan oleh pemerintah berhubungan nyata
dengan tingkat kinerja penyuluh pertanian di UPT Kecamatan Jati Agung.
6. Jarak tempat tinggal penyuluh pertanian berhubungan nyata dengan tingkat
kinerja penyuluh pertanian di di UPT Kecamatan Jati Agung.
46
III. METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
1) Konsep dan Definisi Operasional Variabel
Konsep dan definisi operasional dalam rencana penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Kinerja adalah hasil kerja dalam bentuk kualitas maupun kuantitas yang
dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tugas
dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya selama periode waktu
tertentu.
Batasan pengertian penyuluh pertanian yang diteliti yaitu penyuluh
pertanian di UPT Jati Agung yang fokus pekerjaan khusus pada tanaman
pangan yakni pada komoditas padi sawah.
Petani adalah orang yang melakukan kegiatan bercocok tanam hasil bumi
dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatannya itu.
Petani binaan merupakan petani-petani yang tergabung dalam kelompok
tani di wilayah kerja penyuluh pertanian dan mendapatkan binaan dari
penyuluh pertanian.
47
Tingkat motivasi penyuluh pertanian (X1) adalah dorongan yang
bersumber dari dalam diri penyuluh yang menggerakkan semangatnya
untuk mencapai tujuannya dalam bekerja, diukur dengan menggunakan
teknik skoring berdasarkan delapan indikator yaitu 1) durasi kegiatannya,
2) frekuensi kegiatannya, 3) persistensinya, 4) devosi (pengabdian) dan
pengorbanan, 5) ketabahan, keuletan dan ketekunannya 6) tingkatan
aspirasinya, 7) tingkat kualifikasi dari prestasi, produk atau output yang
dicapai dari kegiatannya, 8) arah sikapnya terhadap sasaran kegiatannya.
Tingkat pendapatan penyuluh pertanian (X2) adalah hasil yang diperoleh
penyuluh dalam suatu kegiatan usaha utama sebagai penyuluh pertanian
maupun dari usaha sampingan lainnya. Tingkat pendapatan penyuluh
pertanian diukur dengan satuan rupiah dalam waktu satu bulan terakhir.
Tingkat pendidikan penyuluh pertanian (X3) adalah lamanya penyuluh
sukses menjalankan pendidikan formal yang diukur dalam satuan tahun.
Jumlah petani binaan (X4) adalah total petani yang tergabung dalam
anggota kelompok tani di wilayah kerja penyuluh pertanian, diukur dalam
satuan orang.
Sistem penghargaan (X5) adalah imbalan atau ganjaran yang diberikan
pemerintah kepada penyuluh pertanian yang bersifat positif (reward)
dalam bentuk material dan non material agar dapat bekerja dengan
motivasi yang tinggi dan berprestasi dalam mencapai tujuan kegiatan
penyuluhan, diukur dengan teknik skoring. Reward merupakan suatu
48
ganjaran yang diberikan atau dilakukan dalam hasil penerimaan yang
positif berupa pemberian tunjangan, dana operasional, maupun pemberian
penghargaan berupa hadiah.
Jarak tempat tinggal penyuluh pertanian (X6) adalah rentang jarak tempat
tinggal seorang penyuluh dengan wilayah petani binaan penyuluh
pertanian. Jarak tempat tinggal penyuluh pertanian dengan wilayah
binaan diukur dengan satuan kilometer (km).
Kinerja penyuluh pertanian (Y) adalah hasil kerja yang dicapai seorang
penyuluh pertanian sesuai dengan tugas pokok dan fungsi penyuluh, diukur
melalui tiga indikator yang merujuk pada Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 91/Permentan/OT.140/9/2013 yaitu: 1) persiapan penyuluhan
pertanian, 2) pelaksanaan penyuluhan pertanian, 3) evaluasi dan pelaporan
penyuluhan pertanian. Indikator-indikator pengukuran tersebut diukur
dengan satuan skor 1 sampai 3. Skor 1 berarti kinerja penyuluh pertanian
tinggi, skor 2 berarti kinerja penyuluh pertanian sedang, dan skor 3 berarti
kinerja penyuluh pertanian rendah. Definisi Operasional Kinerja Penyuluh
mengacu kepada penelitian (Santi, 2016).
49
Tabel 4. Pengukuran variabel terikat (tingkat kinerja PPL)
Kinerja PPL Definisi Operasional Indikator pengukuran Ukuran
(skor)
1 .Persiapan
Penyuluhan Pertanian
1) Membuat data potensi wilayah
dan agroekosistem yang
terdiri atas beberapa aspek berikut:
a. PetaWilayah Kerja
b. Peta Potensi WilayahKerja
c. Monografi Wilayah Kerja
d. RKPD (Rencana Kegiatan
Penyuluhan Desa)
a. 4 aspek dibuat
b. 2 – 3 aspek dibuat
c. Hanya 1 aspek dibuat
3
2
1
2) Memandu (pengawalan &
pendampingan) Penyusunan RDKK
a. RUK/RUB (Rencana Usaha
Kelompok / Rencana Usaha
Bersama)
b. RDK (Rencana Definitif Kelompok)
rancangan kegiatan kelompok
c. RDKK (Rencana Definitif
Kebutuhan Kelompok)
kredit/permodalan kelompok tani
d. RDKK (Rencana Definitif
Kebutuhan Kelompok) pupuk, benih
dan saprodi bersubsi disesuai dengan
kebutuhan petani
a. Memandu merumuskan 4
aspek
b. Memandu merumuskan
2–3 aspek
c. Hanya memandu
merumuskan 1 aspek
3
2
1
3) Penyusunan program penyuluhan
pertanian desa dan kecamatan yang
meliputi kegiatan:
a. Penyusunan program penyuluhan
pertanian desa/kelurahan
b. Rekapitulasi Program
Desa/Kelurahan
c. Pemeringkatan Masalah
d. Pembuatan Draft Program
e. Sinkronisasi Kegiatan Penyuluhan
a. Terlibat dalam 4–5
kegiatan
b. Terlibat dalam 2–3
kegiatan
c. Hanya terlibat dalam 1
kegiatan
3
2
1
4) Membuat Rencana KerjaTahunan
Penyuluh Pertanian (RKTPP) yang
memuat aspek:
a. Keadaan Wilayah (potensi,
produktivitas, lingkungan usaha
pertanian, perilaku petani dll)
b. Penetapan Tujuan
c. Penetapan Masalah
d. Rencana Kegiatan (apa yang
dilakukan untuk mencapai tujuan,
bagaimanacaranya, siapa yang
melakukannya, siapa sasarannya,
dimana, kapan, berapa biaya, dana
penghasil yang akan dicapai yang
dituangkan dalam bentuk matrik)
a. 4 aspek dibuat
b. 2 – 3 aspek dibuat
c. Hanya 1 aspek dibuat
3
2
1
50
Tabel 4. Lanjutan
Kinerja PPL Definisi Operasional Indikator
pengukuran
Ukuran
(skor)
2. Pelaksanaan
Penyuluhan
Pertanian
1) Melaksanakan
desiminasi/penyebaran materi
penyuluhan sesuai kebutuhan
petani( dalam satu tahun terakhir):
a. Menyebarkan
>6 topik
b. Menyebarkan
1s/d5 topik
c. Tidak pernah
menyebarkan
judul topik
3
2
1
2) Melaksanakan penerapan metoda
penyuluhan pertanian di wilayah
binaan dalam bentuk
Kunjungan/tatap muka (perorangan
/ kelompok / massal) (dalam satu
tahun terakhir):
a. ≥24 kali
b. 12 s/d24 kali
c. < 12 kali
3
2
1
3) Melaksanakan penerapan metoda
penyuluhan pertanian diwilayah
binaan dalam bentuk
Demontrasi/SL ( dalam satu tahun
terakhir)
a. ≥ 6 kali
b. 4 s/d 6 kali
c. 1< 3 kali
3
2
1
4) Melaksanakan penerapan metoda
penyuluhan dalam bentuk Temu-
temu (temu lapang, temu wicara,
temu teknis, temu karya, temu
usaha) (dalam satu tahun terakhir)
a. ≥12 kali
b. 6 s/d12 kali
c. < 6 kali
3
2
1
5) Melaksanakan penerapan metoda
penyuluhan pertanian diwilayah
binaan dalam bentuk Kursus (1
tahun terakhir)
a. ≥12 kali
b. 6 s/d 12 kali
c. < 6 kali
3
2
1
6) Melakukan peningkatan kapasitas
petani terhadap akses informasi
dalam mengembangkan usahatani:
a. Memberi informasi dan
menunjukkan sumber Informasi
b. Membangun kerjasama antar
petani
c. Membangun kemitraan
d. Memandu membuat proposal
a. 4 kegiatan
dilakukan
b. 2 – 3 kegiatan
dilakukan
c. Hanya 1
kegiatan
dilakukan
3
2
1
7) Meningkatkan kelas kelompok
tani:
a. Kelompok tani Pemula ke
Lanjut, lanjut ke madya, madya
ke utama
b. Kelompok tani madya ke utama
c. Kelompok tani pemula ke lanjut
a. Lebih dari 3
kelas
Kelompok
tani
b. 1 – 3 kelas
Kelompok
tani
c. Tidak ada
3
2
1
51
Tabel 4. Lanjutan
8) Menumbuhkan dan
mengembangkan kelembagaan
ekonomi petani dari aspek
jumlah,dan kualitas:
a. BUMP berbentuk
PerseroanTerbatas dan sudah
berbadan hukum
b. BUMP yang berbentuk PT dan
belum berbadan hukum
c. BUMP berbentuk Koperasi
Tani sudah berbadan hukum
d. BUMP berbentuk Koperasi
Tani belum berbadan hukum
a. Memfasilitasi
1- 4 BUMP
b. Memfasilitasi
2 – 3 BUMP
c. Hanya
memfasilitasi
1 BUMP
3
2
1
3. Evaluasi dan
Pelaporan
1) Melakukan evaluasi pelaksanaan
penyuluhan pertanian (satu tahun
terakhir)
a. ≥12 kali
b. 6 s/d 12 kali
c. < 6 kali
3
2
1
2) Membuat laporan pelaksanaan
penyuluhan pertanian:
a. Laporan Setiap Bulan
b. Laporan Setiap Tri Wulan
c. Laporan Setiap Semester
d. Laporan Setiap Tahun
a. 4 laporan
dibuat
b. 2 – 3 laporan
dibuat
c. 1 laporan
dibuat
3
2
1
Banyaknya kelas dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja yakni sebanyak
tiga kelas. Hal ini berdasarkan pertimbangan untuk memudahkan
pengklasifikasian atau berdasarkan kepraktisan semata-mata Besarnya interval
kelas bagi tiap-tiap kelas pada penelitian ini mengacu pada
rumus Sturges (dalam Dajan, 1986) sebagai berikut:
k
YXZ
Keterangan:
Z = Interval kelas
X = Nilai tertinggi
Y = Nilai terendah
k = Banyaknya kelas atau kategori
52
B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di UPT Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung
Selatan. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive)
dengan pertimbangan Kecamatan Jati Agung memiliki potensi luas lahan
pertanian padi yang cukup luas dan produktivitas usahatani padi yang tinggi serta
memiliki keadaan geografi, topografis tanah dan iklim yang menunjang untuk
usahatani padi. UPT memiliki 9.065 petani terdiri dari 21 desa dan 285
kelompok tani. Waktu penelitian dimulai bulan September 2017 sampai bulan
Oktober 2017.
Populasi penelitian ini adalah penyuluh pertanian dan petani binaannya di
Kecamatan Jati Agung. Jumlah penyuluh pertanian di UPT Kecamatan Jati
Agung sebanyak 17 orang, sedangkan jumlah petani binaan penyuluh pertanian
sebanyak 9,065 orang. Sampel penyuluh pertanian dipilih secara sengaja
(purposive sampling ) yaitu hanya meneliti penyuluh pertanian yang fokus utama
pekerjaannya pada bidang komoditi tanaman pangan dan memiliki petani binaan
dari wilayah binaan yang telah ditentukan sehingga di peroleh 10 orang penyuluh
sebagai sampel penelitian. Jumlah petani sampel dipilih dari 10 WKPP (wilayah
kerja penyuluh pertanian). Penentuan jumlah sampel petani secara proporsional
ditentukan dengan teori Sugiarto (2003) dengan rumus berikut :
222
22
)( SZdN
SNZn
76)05,0()96,1()05,0(065.9
)05,0()96,1)(065.9(22
2
n orang
53
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi binaan (9.065 orang)
Z = Tingkat kepercayaan (95% = 1,96)
S2 = Variasi sampel (5% = 0,05)
d = Derajat penyimpangan (5% = 0,05)
Jumlah sampel petani binaan keseluruhan adalah 76 orang yang tersebar di 21
Gapoktan yang berada di wilayah kerja penyuluh pertanian Kecamatan Jati
Agung. Berdasarkan dari jumlah petani yang didapatkan kemudian ditentukan
alokasi proporsional sample petani yang ada di setiap wilayah kerja penyuluh
pertanian dengan rumus (Nasir, 1998), yaitu sebagai berikut :
nxN
Nana (1.1)
Keterangan:
na = Jumlah sampel petani di 21 desa binaan penyuluh pertanian
n = Jumlah sampel petani keseluruhan
N = Jumlah populasi petani keseluruhan
Na = Jumlah populasi petani di 21 desa binaan penyuluh pertanian
54
Tabel 5 . Jumlah petani sampel setiap wilayah binaan penyuluh pertanian di
Kecamatan Jati Agung
No. Penyuluh Nama Wilayah
Binaan
Jumlah Populasi
Petani Binaan
Jumlah Sampel
Petani Binaan
1. Tutik Suwarsiah, A.Md. Fajar Baru
Karang Sari
369
138
3
1
2. Suyadi A,Md. Rejo Mulyo
Banjar Agung
977
232
8
2
3. Yomi Marieska, S.P. Marga Kaya
Gedung
Agung
559
256
5
2
4. Suad Mauli, S.P. Jati Mulyo
Marga Agung
522
785
4
7
5. Pelita Ningrum, S.TP. Sinar Rezeki
Gedung
Harapan
990
100
8
1
6. Badriatus Sholihah, S.Pt Sidoharjo,
Purwotani
516
359
4
3
7. Bimo Setyo Pakerti, A.Md Karang Anyar
Margo Lestari
611
323
5
3
8. AH. Jauhari, S.P. Margo Dadi,
Way Huwi
339
181
3
1
9. Prayitno Margo
Mulyo,
Sidodadi Asri
323,
689
3
6
10. Emlia, A.md Karang Rejo
Margo Rejo
477
334
4
3
Jumlah 21 desa 9.065 petani 76 petani
.
Metode pangambilan petani sampel dilakukan dengan menggunakan metode acak
sederhana (simple random sampling) yaitu metode yang digunakan untuk memilih
sampel dari populasi dengan cara sedemikian rupa sehingga setiap anggota
populasi mempunyai peluang yang sama besar untuk diambil sebagai sampel
(Sugiarto dkk., 2003). Petani sampel berjumlah 76 diambil secara acak dari
masing-masing wilayah binaan PPL. Pengambilan petani sampel pada masing-
masing wilayah binaan PPL dilakukan dengan menggunakan tabel acak, dengan
pertimbangan bahwa populasi petani yang ada di Kecamatan Jati Agung sangat
banyak yaitu 9.065 orang.
55
Prosedur penggunaan tabel acak yaitu sebagai berikut:
a) Menentukan titik awal dan angka terpilih pada tabel acak. Pada umumnya
cara yang dilakukan adalah dengan menunjuk suatu titik awal pada tabel acak
dengan menutup mata. Pemilihan angka acak yang berikutnya ditentukan
atas dasar titik awal tersebut. Angka yang diambil adalah angka yang
terdepan atau yang paling belakang, bila belum cukup pindah kekolom
berikutnya dengan menjaga konsistensi.
b) Menyalin angka-angka yang terambil dari tabel acak.
c) Menentukan kelipatan maksimal dari jumlah anggota populasi.
d) Menentukan anggota populasi dalam kerangka sampling yang terambil
sebagai sampel atas dasar angka dari tabel acak yang terambil (Sugiarto, dkk
2003). Kerangka sampling pada penelitian ini disusun berdasarkan populasi
petani binaan yang ada di wilayah binaan masing-masing PPL.
C. Jenis Data dan Teknik Analisis Data
1. Jenis dan Sumber Data
Dilihat dari jenis dan sumber data, maka data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang didapat langsung dari responden. Data primer pada
penelitian ini bersumber dari penyuluh pertanian dan petani binaan
penyuluh pertanian sebagai responden penelitian. Data sekunder adalah
data yang diperoleh melalui catatan atau laporan yang ada di UPT
Kecamatan Jati Agung, BPS Provinsi Lampung, BPS Kabupaten
Lampung Selatan dan sumber lain yang terpercaya.
56
2. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yaitu
metode penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok
(Singarimbun dan Effendi, 1989).
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik yaitu :
a) Wawancara langsung kepada penyuluh pertanian dan petani binaan
yang menjadi sampel penelitian dengan menggunakan kuesioner
terstruktur yang merujuk pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor
91/Permentan/OT.140/9/2013 tentang penilaian kinerja penyuluh
pertanian, merujuk teori Makmun (2003), tentang pengukuran tingkat
motivasi, dan merujuk penelitian terdahulu Sari (2013), tentang
pengukuran tingkat pendapatan, pendidikan, jumlah petani binaan,
bentuk system penghargaan dan jarak tempat tinggal penyuluh
pertanian dengan wilayah binaan. Wawancara kepada penyuluh
pertanian dilakukan dengan cara mendatangi responden ke kantor
BP3K Jati Agung sedangkan untuk petani dilaksanakan di lokasi
petani binaan.
b) Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara meneliti
dokumen-dokumen yang ada untuk dapat digunakan menurut
keperluan peneliti, dilakukan dengan cara mengambil data sekunder
dari catatan atau buku yang ada pada instansi BP3K Kecamatan Jati
Agung, Badan Pusat Statistik Kabupaten lampung Selatan dan lainnya
57
seperti jumlah penyuluh dan petani, keadaan umum daerah penelitian
dan lain-lain.
3. Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan tabulasi dan analisis data dilakukan
dengan menggunakan analisis deskriptif. Hipotesis pada penelitian ini
diuji menggunakan analisis Rank Spearman. Uji korelasi Rank Spearman
juga disebut uji korelasi berjenjang (rs). Kegunaan uji korelasi Rank
Spearman adalah untuk mengukur tingkat keeratan hubungan antara dua
variabel atau variabel bebas dengan variabel terikat yang berskala ordinal
(Riduwan, 2010). Tingkat motivasi, tingkat pendapatan, tingkat
pendidikan, jumlah petani binaan,tingkat penghargaan dan jarak tempat
tinggal dengan tingkat kinerja penyuluh pertanian masing-masing diuji
dengan menggunakan uji koefisien korelasi Rank Spearman. Penelitian
ini menggunakan uji korelasi Rank Spearman karena (a) skala pengukuran
data yang digunakan pada penelitian ini adalah skala ukur ordinal dan
rasio, (b) data yang diteliti merupakan data berpasangan dari populasi
yang sama, dan (c) jenis hipotesis yang digunakan yaitu hipotesis korelasi
yang meramalkan derajad hubungan antara variabel X dan variabel Y.
58
Menurut Siegel (1986), rumus korelasi Rank Spearman yang digunakan
yaitu sebagai berikut:
rs =
Keterangan:
rs : Nilai korelasi Rank Spearman
di : Selisih setiap pasang jenjang
N : Jumlah pasang jenjang untuk Spearman
Jika terdapat peringkat yang sama atau kembar dalam variabel X maupun
Y, maka memerlukan faktor koreksi T, dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
: Jumlah kuadrat variabel X yang diberi koreksi.
: Jumlah kuadrat variabel Y yang diberi koreksi.
T : Faktor Koreksi.
T : Jumlah obsevasi yang mempunyai peringkat sama.
Tx : Jumlah faktor koreksi variabel X.
Ty : Jumlah faktor koreksi variabel Y.
N : Jumlah responden petani.
Kaidah pengambilan keputusan (Sulaiman, 2003):
59
1. Jika thitung≥ ttabel atau jika sig. (2-tailed) ≤ α/2, maka hipotesis diterima,
pada (α) =0,05 berarti terdapat hubungan antara kedua variabel yang
diuji.
2. Jika thitung<ttabel atau jika sig. (2-tailed > α/2), maka hipotesis ditolak,
pada (α) =0,05 berarti tidak terdapat hubungan antara kedua variabel
yang diuji.
103
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Tingkat kinerja PPLdi UPT Kecamatan Jati Agung termasuk dalam
klasifikasi sedang. Tingkat kinerja PPL pada indikator persiapan
penyuluhan pertanian berada pada klasifikasi tinggi, indikator pelaksanaan
penyuluhan pertanian berada pada klasifikasi sedang, evaluasi dan
pelaporan penyuluhan pertanian berada pada klasifikasi tinggi.
2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja PPL terhadap tingkat
kinerja PPL di UPT Jati Agung adalah sistem penghargaan, sedangkan
tingkat motivasi, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah petani
binaan, dan jarak tempat tinggal tidak memiliki hubungan yang signifikan
dengan tingkat kinerja penyuluh pertanian di BP3K Kecamatan Jati
Agung.
104
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat diberikan yaitu:
1. Bagi BP3K Kecamatan Jati Agung, hendaknya mampu melengkapi sarana
dan prasarana penunjang bagi kinerja PPL agar dapat memberikan
perubahan nyata seperti yang dianjurkan menurut Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 28/Permentan/OT.140/4/2012.
2. Bagi PPL, hendaknya tidak hanya melibatkan pengurus kelompok tani
dalam menyusun persiapan penyuluhan, tetapi juga melibatkan anggota
kelompok tani. Selain itu, hendaknya PPL lebih aktif dalam
mendampingi, memfasilitasi, dan melibatkan petani binaan baik yang
berasal dari kelompok tani aktif maupun kelompok tani yang kurang aktif
dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian, agar petani mampu
mengambangkan usahataninya dan mampu menjalin kemitraan dengan
pelaku usaha lainnya.
3. Bagi peneliti lain, disarankan agar dapat meneliti faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan tingkat kinerja PPL di UPT Kecamatan Jati Agung,
seperti faktor efektivitas komunikasi penyuluhan dan pemanfaatan sarana
penyuluhan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Stastistik. 2012. Perkembangan Luas Panen, Produksi danProduktivitas Padi. Lampung: BP
Badan Pusat Penyuluhan Pertanian. 2015. Pelaksanaan Penggunaan DanaDekonsentrasi penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian. Jakarta.Kementrian Pertanian
Bakorluh. 2010. Keputusan Kepala Sekretariat Badan Koordinasi PenyuluhanPertanian. Lampung
Bahua, M, Iqbal.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertaniandan Dampaknya pada Perilaku Petani Jagung di Provinsi Gorontalo.Junal Ilmiah Agropolitan Volume 3 No 1. Fakultas Pertanian. UniversitasGorontalo. gorontalo
BP4K. 2015. Jumlah kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani LampungSelatan. Lampung
Dajan, A. 1986. Pengantar Metode Statistik Jilid II. LP3ES. Jakarta.
Departemen Pertanian.2007. Undang-undang Republik Indonesia No. 16 Tahun2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.Deptan. Jakarta.
________________. 2009. Pedoman Kerja Penyuluh Pertanian. Deptan.Jakarta
Departemen Pertanian.2010. Modul Pendidikan dan Pelatihan fungsionalpenyuluhan pertania. Lampung. Kementerian pertanian
Dinas Pertanian. 2007. Pembangunan Pertanian Pedesaan. Lampung.Kementerian Pertanian
Effendi, I. 2005. Dasar-Dasar penyuluhan pertanian. Buku ajar penerbitUniversitas Lampung. Bandar Lampung. 111 hlm.
Gibson,J.L.,J.M.Ivancevich, dan J.H.Donnelly. 1996. Organisasi,Perilaku,Struktur, dan Proses. Bina Rupa Aksara. Jakarta.
Gomes,F.C.2001. Manajemen Sumberdaya Manusia. Andi offset.Yogyakarta
Hasan, Hamid S. (2000). Pendidikan Ilmu Sosial. Dirjen Dikti DepartemenPendidikan dan Kebudayaan. Jakarta
Huda,N.2010. Pengembangan Kompetensi Penyuluh Pertanian LulusanPendidikan Jarak Jauh Universitas Terbuka. Disertasi. Sekolah PascaSarjana. IPB Bogor
Kartasapoetra, A.G. 1987. Teknologi Penyuluhan Pertanian. P.T. Bina Aksara.Jakarta. 160 hlm
Kementerian Pertanian. 2013. Peraturan Menteri Pertanian No 91 /Permentan/OT. 140/9/2013 Tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian.Kementan. Jakarta.
___________________. 2014. Kebijakan Pembangunan Pertanian 2015-2019.Kementan. Jakarta.
Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta:Sebelas Maret University Press
Makmun, A.S. 2003. Psikologi Pendidikan. PT Rosda Karya Remaja. Bandung.
Mathis, L. 2002. Manajemen Sumber Dasar Manusia. PT salemba Emban Patria,Jakarta. 369 hlm.
Manullang, M. 2001. Manajemen Sumerdaya Manusia. BPFE. Yogyakarta
Murniati, K.,Aviati, Y.2005. Kinerja Penyuluh Pertanian dalam PenerapanTeknologi Pertanian Padi Sawah di Lampung Selatan. Jurnal SosioEkonomika. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Bandar Lampung
Notoatmodjo, S. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta.Jakarta
Nugroho. 2005. Efektivitas Komunikasi Interpersonal. Rineka Cipta. Jakarta.
Padmowihardjo, S. 1994. Psikologi Belajar Mengajar. Universitas Terbuka.Jakarta.
Perikanan dan kehutanan Propinsi Lampung No. 800/071/IV.01/2010. Bakorluh.Bandar Lampung. 3 hlm.
Rakhmat, J. 2002. Metodelogi Penelitian Komunikasi. PT. Rosda Karya.Bandung.
Riduwan. 2010.Metodedan Teknik Menyusun Tesis. PT Alfabeta. Bandung.
Rodjak.2006. Manajemen Usahatani. Pustaka Gitaguna. Bandung.
Robbins, S. 2003.Perilaku Organisasi. PT. Indeks.Jakarta
Santi.2016.Tingkat Kinerja pertanian Tanaman Pangan di Kecamatan Gading RejoKabupaten Pringsewu.UNILA. Lampung
Sapar. 2012. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Kinerja Penyuluh Pertaniandan Dampaknya pada Kompetensi Petani Kakao di Empat WilayahSulawesi Selatan. Jurnal Penyuluhan Maret 2012, Vol. 8 (1).IPB. Bogor.
Sayekti, W.D. 2011. Kompetensi, Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasional,Motivasi dan Kinerja. UNPAD Press. Bandung.
Simanjuntak,P.J.2003. Manajemen Hubungan Industri. Pustaka Sinar Harapan.Jakarta
Slamet, M.2001.Menata Sistem Penyuluhan Pertanian Menuju Pertanian Modern.Departemen Pertanian. Jakarta
Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia(UI, Press). Jakarta .
Sumaryo, Listiana I., dan Gultom DT. 2012. Dasar-Dasar Penyuluhan DanKomunikasi Pertanian. Anugrah Utama Raharja. Bandar Lampung
Sutrisno, E. 2010. Budaya Organisasi. Kencana Perdana Media Group. Jakarta.338 hlm.
Suprihanto, J., TH.A.M. Harsiwi, danP. Hadi. 2003. Perilaku OrganisasiTraining Trainers.Tugu.Yogyakarta.
Siegel, S. 1997. Statistik Non-Parametrik Ilmu-ilmu Sosial. PT Gramedia PustakaUtama. Jakarta
Silalahi, L. 2005.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh BalaiPenyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan BP3K Model Center ofExcellence Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Singarimbun,M.danS . Effendi.1989. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta.
Sudarmanto.2009.Kinerjadan Pengembangan KompetensiSDM. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
Sugiarto, D.Siagian, L.T. Sunaryanto, dan D.S. Oetomo. 2003. TeknikSampling.PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sulaiman, W. 2003.Statistik Non-Parametrik Contoh Kasus dan Pemecahannyadengan SPSS. ANDI OFFSET.Yogyakarta.
Thoriq. M. 2008. Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang dan Hubungannya denganTingkat Kemajuan Usahatani Jeruk di Kecamatan Banjar Agung KabupatenTulang Bawang. Skripsi. FP Universitas Lampung
BP3k. 2015. Produktivitas Tanaman Padi Kecamatan Natar. Lampung
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
.
.