Upload
dothu
View
243
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
KINERJA POSYANDU DALAM PELAKSANAAN PEMBINAAN GIZI
MASYARKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN
KEMBANGAN JAKARTA BARAT TAHUN 2014
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
SKRIPSI
OLEH :
MUSFIKA RAHMAN BADAWI
NIM : 109101000023
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H
2014 M
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI
Skripsi, Mei2014
Musfika Rahman Badawi, NIM : 109101000023
Analisis Kinerja Posyandu Dalam Pelaksanaan Pembinaan Gizi Masyarakat Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat Tahun 2014
xvii +109 halaman,4 bagan, 25tabel, 30lampiran
ABSTRAK
Posyandu adalah bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan. Kurang berfungsinya posyandu sehingga kinerja menjadi rendah. Kinerja
posyandu dilihat dari penyelenggaraan posyandu, sehingga mencapai strata kemandirian
posyandu. Kemandirian posyandu dapat dilihat dari frekuensi penimbangan, kader yang
bertugas, cakupan partisipasi masyarakat (D/S), dan rogram tambahan, dan cakupan dana
sehat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja posyandu dalam
pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan, Jakarta Barat. Penelitian ini menggunakan metode kuatitatif dengan desain
penelitian cross sectional. Untuk Penelitian dilakukan selama bulan Juni 2013 hingga
April 2014.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja posyandu wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Kembangan secara keseluruhan tergolong kurang. Hal tersebut disebabkan
oleh rendahnya komponen output posyandu, sehingga mempengaruhi perolehan kinerja
posyandu. Hasil penelitian untuk swadaya masyarakat, pembinaan posyandu, dan
partisipasi tokoh masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun
2014 secara keseluruhan juga tergolong kurang. Kemudian untuk hasil uji statistik yang
dilakukan menunjukan bahwa, dari ketiga faktor tersebut hanya swadaya masyarakat dan
pembinaan posyandu yang memiliki hubungan dengan kinerja posyandu.
Selain memiliki hubungan dengan kinerja posyandu, diketahui pula bahwa
swadaya masyarkat dan pembinaan posyandu memiliki hubungan dengan komponen
kinerja, yaitu proses kinerja posyandu. Hal ini menunjukan bahwa, dukungan masyarakat
dana bimbingan dari petugaskesehatan, maupun instansi terkait sebagai sangat penting
pada kegiatan posyandu guna meningkatkan kinerja posyandu.
Daftar bacaan : 31 (2003 –2012)
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH
MAJOR OF NUTRITION
Undergraduated Thesis, May2014
Musfika Rahman Badawi, NIM : 109101000023
Integrited Health Services (Posyandu) Performances Analysis in Implementing
aCommunity Nutrition Coaching in KembanganDistrict Health Center (Puskesmas), West
Jakarta 2014
ABSTRACT
Posyandu isa public health efforts that took form in order to empower people and
provide ease in obtaining health care, which were managed and organized from, by, for
and within the community. Posyandu insufficiency led to the lower of its performances.
Posyandu performance could be assedby the way it getting organized, thus achieving the
strata of independence posyandu. Posyandu independence could be assed by the
frequency of weighing in, an average cadres in charge, the scope of public participation,
additional programs, and coverage of health funds.
The purpose of the research is integrited health service (Posyandu) performance
analysis in implementing a community nutrition coaching in Kembangan District health
center (Puskesmas), West Jakarta. This study uses quantitative methods with cross-
sectional research design.This study is conducted in June 2013 through April 2014.
Theresults indicated that the Posyandu in Kembangan District Puskesmas overall
relatively lack in performances. Those caused by the low output components of posyandu,
thus affecting the performance gains by it. Theresults for governmental, posyandu
coaching, and community leaders inKembangan District Puskesmas participation, showed
that overall is low in 2014. Hence, the results of statistical tests showed that between
those three factors, only the non-governmental and posyanducoaching that have a
significant relationship toposyandu performances.
In addition having a relationship with Integrited Health Services (Posyandu)
Performances, note also that the non-governmental and coaching component linked to
performance, is the process of performance. This shows that, good community support
and guidance form health professionals, and related institutions is essential to the
implementation of activities to improve Integrited Health Services (Posyandu)
performances.
Reading list : 31 (2003 – 2012)
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
KINERJA POSYANDU DALAM PELAKSANAAN PEMBINAAN GIZI
MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN
KEMBANGAN JAKARTA BARAT TAHUN 2014
Skripsi
Telah Disetujui, Diperiksa, dan Dipertahankan Tim Penguji Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 19 Juni 2014
Mengetahui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Catur Rosidati, SKM, M.KM Minsarnawati T, SKM, M.Kes
v
PENGESAHAN PANITIAN UJIAN
Skripsi dengan judul Analisis Kinerja Posyandu dalam Pelaksanaan Pembinana Gizi
Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun
2014 telah diajukan dalam sidang ujian skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 20 Mei 2014. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
(SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat.
Jakarta, 28 Mei 2014
Sidang Ujian Skripsi
Ketua
Ratri Ciptaningtyas, M.HS
Anggota,
Riastuti Kusuma W, M.KM Puput Oktamianti, SKM, M.M
vi
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, April 2014
Musfika Rahman Badawi
vii
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Musfika Rahman Badawi
Jenis Kelamin Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir Jakarta, 26 Agustus 1991
Alamat Jl. Pondok Randu RT: 006 RW: 02 No. 46 Kec. Cengkareng, Kel.
Durikosambi, Jakarta Barat 11750
Agama Islam
Status Perkawinan Belum Menikah
Nomor Telepon/HP 085695545095
RIWAYAT PENDIDIKAN
2009 –2014 Gizi - Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2006-2009 SMA Terpadu Baiturrahman, Bandung
2003-2006 SMP Terpadu Baiturrahman, Bandung
1997-2003 SDN 06 Pagi Jakarta
1995-1997 TK RA Tarbiyatun Nufus, Jakarta
RIWAYAT PEKERJAAN
2013 Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas Kecamatan Kembangan,
Jakarta Barat
2012 Praktek Kerja Lapangan II di Puskesmas Ciputat, Tangerang
Selatan
2011 Praktek Kerja Lapangan I di Puskesmas Ciputat, Tangerang Selatan
2010
Staff panitia Seminar Nasional Jurusan Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
RIWAYAT ORGANISASI
2004 OSIS SMP Terpadu Baiturrahman, Bandung
2007 OSIS SMA Terpadu Baiturrahman, Bandung
2011 BEM Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
RIWAYAT PENELITIAN DAN PELATIHAN
2011 Pelatihan Gizi Kedaruratan Nutrition Expo 2011 di Universitas
Indonesia, Depok
2011
Inter Profesional Education dengan tema “Work Together For
Better Health” dibawah bimbingan dr. Dwi Tyastuti Kusuma, MPH
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2010 Peserta Lomba Karya Tulis Ilmiah Kesehatan Islam (LKTKI II) di
Badan PPSDM Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
KETERAMPILAN Microsoft Office Word
Microsoft Office Excel
Microsoft Office Power Point
Program Nutri survei
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum WR. Wb
Puji syukur kepada Illahi Rabbi yang telah memberikan berbagai nikmat kepada
kita semua. Shalawat dan salam tak lupa kita panjatkan kepada nabi Muhammad SAW.
Dengan memanjatkan rasa syukur, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Kinerja Posyandu dalam Pelaksanaan Pembinaan Gizi Masyarakat di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014”. Penyusunan skripsi
ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan, perhatian dan kasih sayang
yang sangat luar biasa.
2. Bapak Prof. DR. (HC) dr. MK Tadjuddin, Sp. Dan selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ibu Febrianti, M. Si, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM dan Ibu Minsarnawati Tananghaca, SKM, M.Kes
selaku pembimbing skripsi.
5. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, khususnya
Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah membantu dalam kelancaran
penelitian hingga penyelesaian masa studi.
6. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat yang telah memberikan
izin penulis untuk melakukan penelitian di Puskesmas Kecamatan Kembangan.
7. Ibu Diany Lusia, SKM dan seluruh Staff Puskesmas Kecamatan Kembangan yang
telah membantu dalam kelancaran penelitian.
8. Seluruh Kader Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan yang
telah berpartisipasi dalam penelitian.
ix
9. Teman-teman Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan
2009 yang telah memberikan semangat yang luar biasa untuk menyelesaikan
studinya.
10. Terima kasih kepada sahabat seperjuangan Affan Muhammad, Rifqi Nasrul Haq,
dan Rijal Nurul Azam yang selalu memberikan dukungan kepada penulis, serta
teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak kekurangan
sehingga penulis sangat menerima setiap kritik dan saran yang diberikan untuk
memperbaiki skripsi ini. Semoga tulisan yang sedikit ini dapat bermanfaat dengan
menambah khazanah keilmuan Kesehatan Masyarakat.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, Juni 2014
Penulis
x
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ................................................................................................................ i
ABSTRAK ............................................................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................ vi
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ x
DAFTAR BAGAN ................................................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5
1.3.Pertanyaan Penelitian ....................................................................................................... 6
1.4.Tujuan Penelitian ............................................................................................................. 6
1.4.1. Tujuan Umum ................................................................................................ 6
1.4.2. Tujuan Khusus ............................................................................................... 6
1.5.Manfaat Penelitian …………………………………………………………................... 7
1.5.1. Bagi Pengelola Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Jakarta ....................... 7
1.5.2. Bagi Puskesmas Kecamatan Kembangan ...................................................... 7
1.5.3. Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ................................................. 7
1.5.4. Bagi Penulis ................................................................................................... 8
1.6.Ruang Lingkup ……………………………………………………………..................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat ............................................................................. 9
2.1.1. Sasaran Pembinaan Gizi Masyarakat ...………………………….................... 9
xi
2.1.2. Pencapaian Indikator Kinerja Pembinaan Gizi 2010-2014 .....…..................... 11
2.1.2.1. Balita Ditimbang Berat Badannya (Cakupan D/S) ............................. 12
2.1.2.2. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan .............................................. 15
2.1.2.3. Balita Usia 6-59 Bulan Mendapat Kapsul Vitamin A ......................... 16
2.1.2.4. Bayi Usia 0-6 Bulan Mendapat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ........... 18
2.1.2.5. Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe ........................................................... 20
2.1.2.6. Rumah Tangga Mengonsumsi Garam Beriodium ............................... 22
2.1.2.7. Pelaksanaan Surveilans Gizi ............................................................... 24
2.1.2.8. Penyediaan Buffer Stock MP-ASI untuk Daerah Bencana ................. 25
2.2. Posyandu ….................................................................................................................... 26
2.2.1. Kegiatan Gizi Posyandu ..............……............................................................ 28
2.2.2 Tingkat Perkembangan Posyandu ...............………………………………….. 31
2.3.Kinerja ……………………………………………………………………...................... 33
2.3.1 Pengertian …………………………………………………………...................... 33
2.4. Penilaian Kinerja Posyandu …………............................................................................ 34
2.4.1. Komponen Input ...........................…………………............................................ 37
2.4.2. Komponen Proses .........…………………………………………….................... 43
2.4.3. Komponen Output ....………………………………………………..................... 44
2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Posyandu .................................................... 47
2.6.1 Faktor Lingkungan Sosial Posyandu ................................................................... 47
2.6.2. Pembinaan Posyandu .......................................................................................... 49
2.6.3. Motivasi Kader ................................................................................................... 53
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep ……………....................................................................................... 58
3.2. Definisi Operasional ...................................................................................................... 61
3.3. Hipotesis Penelitian ……………………………………………………….................... 65
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ………………....................………………………………………….. 66
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian …………………...................…………………………… 66
4.2.1. Lokasi Penelitian ................................................................................................ 66
xii
4.2.2. Waktu Penelitian ................................................................................................. 67
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ……………………………………………................... 67
4.3.1. Populasi Penelitian .............................................................................................. 67
4.3.2. Sampel Penelitian ............................................................................................... 67
4.4 Instrumen Penelitian ……………………………………………….……........................ 69
4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ………………………………………....................... 69
4.6 Pengolahan Data …………………………………………………………....................... 70
4.7 Analisis Data ……………………………………………………………….................... 71
4.7.1 Analisisi Univariat ............................................................................................... 71
4.7.2. Analisis Bivariat ................................................................................................. 72
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Kembangan .................................................. 73
5.1.1. Kondisi Geografis ............................................................................................... 73
5.1.2. Kondisi Demografis ............................................................................................ 74
5.1.3. Visi dan Misi Puskesmas Kecamatan Kembangan ............................................. 75
5.1.4. Upaya Kesehatan Puskesmas Kecamatan Kembangan ...................................... 75
5.2. Gambaran Kinerja Posyandu ........................................................................................... 77
5.2.1. Gambaran Input Posyandu .................................................................................. 78
5.2.2. Gambaran Proses Posyandu Dalam Pelaksanaan Pembinaan Gizi Masyarakat.. 78
5.2.3. Gambaran Output Posyandu ............................................................................... 80
5.3. Gambaran Variabel Independen ...................................................................................... 81
5.3.1. Gambaran Swadaya Masyarakat ......................................................................... 81
5.3.2. Gambaran Pembinaan Posyandu ........................................................................ 82
5.3.3. Gambaran Partisipasi Tokoh Masyarakat ........................................................... 84
5.4. Hasil Analisis Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen .................. 85
5.4.1. Hasil Analisi Hubungan antara Swadaya Masyarakat dengan Kinerja
Posyandu .......................................................................................................... 85
5.4.2. Hasil Analisi Hubungan antara Pembinaan Posyandu dengan Kinerja
Posyandu .......................................................................................................... 87
5.4.3. Hasil Analisi Hubungan antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Kinerja 89
xiii
Posyandu ..........................................................................................................
BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Gambaran Kinerja Posyandu ........................................................................................... 91
6.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Posyandu ................................ ................... 98
6.2.1. Hubungan Swadaya Masyarakat dengan Kinerja Posyandu ................................ 98
6.2.2. Hubungan Pembinaan Posyandu dengan Kinerja Posyandu ................................ 101
6.2.3. Hubungan Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Kinerja Posyandu ................... 104
BAB VII KESIMPILAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ..................................................................................................................... 107
7.2. Saran ................................................................................................................................ 108
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Konsep Pelayanan Gizi 10
Bagan 2.2 Struktur Organisasi Posyandu Berdasarkan
Kondisi Wilayah Setempat
42
Bagan 2.3 Kerangka Teori 57
Bagan 3.1 Kerangka Konsep 60
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Pembinaan Gizi Tahun 2010-2014 12
Tabel 4.1 Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data 70
Tabel 5.1 Luas Wilayah, Jumlah RW dan RT Kecamatan Kembangan Menurut
Kelurahan
74
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Puskesmas Kecamatan Kembangan 75
Tabel 5.3 Persentase Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Tahun Jakarta Barat 2014
77
Tabel 5.4 Persentase Komponen Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
77
Tabel 5.5 Persentase Input Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
78
Tabel 5.6 Persentase Proses Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Tahun 2014
79
Tabel 5.7 Persentase Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
79
Tabel 5.8 Persentase Output Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Tahun 2014
80
Tabel 5.9 Hasil Rata-rata Nilai Skor Swadaya Masyarakat Terhadap Posyandu Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
82
Tabel 5.10 Hasil Rata-rata Nilai Skor Pembinaan Terhadap Posyandu Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
83
Tabel 5.11 Hasil Rata-rata Nilai Skor Partisipasi Tokoh Masyarakat Terhadap Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
84
Tabel 5.12 Gambaran Kinerja Posyandu Berdasarkan Swadaya Masyarakat Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
85
Tabel 5.13 Gambaran Input Kinerja Posyandu Berdasarkan Swadaya Masyarakat
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
86
Tabel 5.14 Gambaran Proses Kinerja Posyandu Berdasarkan Swadaya Masyarakat 86
xvi
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
Tabel 5.15 Gambaran Output Kinerja Posyandu Berdasarkan Swadaya Masyarakat
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
86
Tabel 5.16 Gambaran Kinerja Posyandu Berdasarkan Pembinaan Posyandu Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
87
Tabel 5.17 Gambaran Input Kinerja Posyandu Berdasarkan Pembinaan Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
87
Tabel 5.18 Gambaran Proses Kinerja Posyandu Berdasarkan Pembinaan Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
88
Tabel 5.19 Gambaran Output Kinerja Posyandu Berdasarkan Pembinaan Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
88
Tabel 5.20 Gambaran Kinerja Posyandu Berdasarkan Partisipasi Tokoh Masyarakat
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
89
Tabl 5.21
Gambaran Input Kinerja Posyandu Berdasarkan Partisipasi Tokoh
Maasyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta
Barat Tahun 2014
89
Tabel 5.22
Gambaran Proses Kinerja Posyandu Berdasarkan Partisipasi Tokoh
Maasyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta
Barat Tahun 2014
90
Tabel 23
Gambaran Output Kinerja Posyandu Berdasarkan Partisipasi Tokoh
Maasyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta
Barat Tahun 2014
90
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Analisis Kinerja Posyandu
Lampiran 2 Persentase Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Tahun 2014
Lampiran 3 Persentase Komponen Input Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Lampiran 4 Persentase komponen Porses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Lampiran 5 Persentase Kegiatan Persiapan Pada Komponen Proses Posyandu Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Lampiran 6 Persentase Kegiatan Penimbangan zada Komponen Proses Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Lampiran 7 Persentase Kegiatan Penyuluhan Pada Komponen Proses Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Lampiran 8 Persentase Kegiatan Pelaporan dan Rencana Tindak Lanjut Pada
Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Tahun 2014
Lampiran 9 Persentase Kegiatan Pelayanan Gizi dan Kesehatan Pada Komponen
Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun
2014
Lampiran 10 Persentase komponen Output Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Lampiran 11 Hasil Uji T-Independen antara Swadaya Masyarakat dengan Kinerja
Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Lampiran 12 Hasil Uji T-Independen antara Swadaya Masyarakat dengan Komponen
Input Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun
2014
Lampiran 13 Hasil Uji T-Independen antara Swadaya Masyarakat dengan Komponen
Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun
xviii
2014
Lampiran 14 Hasil Uji T-Independen antara Swadaya Masyarakat dengan Komponen
Output Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Tahun 2014
Lampiran 15 Hasil Uji T-Independen antara Pembinaan Posyandu dengan Kinerja
Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Lampiran 16 Hasil Uji T-Independen antara Pembinaan Posyandu dengan Komponen
Input Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun
2014
Lampiran 17 Hasil Uji T-Independen antara Pembinaan Posyandu dengan Komponen
Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun
2014
Lampiran 18 Hasil Uji T-Independen antara Pembinaan Posyandu dengan Komponen
Output Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Tahun 2014
Lampiran 19 Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan
Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Tahun 2014
Lampiran 20 Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan
Komponen Input Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Tahun 2014
Lampiran 21 Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan
Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Tahun 2014
Lampiran 22 Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan
Komponen Output Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Tahun 2014
Lampiran 23 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Komponen Kinerja Posyandu Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamtan Kembangan
Lampiran 24 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Komponen Input Menurut Ketersediaan
Sarana Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
xix
Tahun 2014
Lampiran 25 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Persiapan Posyandu Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Lampiran 26 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Penimbangan Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Lampiran 27 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Penyuluhan Posyandu Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Lampiran 28 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Pelayanan Pertolongan Gizi
dan Kesehatan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Tahun 2014
Lampiran 29 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Pelaporan dan Rencana Tindak
Lanjut di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Tahun 2014
Lampiran 30 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Komponen Output Menurut Cakupan
Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat dan memberikan pelayanan
kesehatan dasar, dengan tujuan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu
dan bayi (Kemenkes RI, 2011).
Depdagri dan Otda, et al (2001) dalam Nusi (2006) membuktikan bahwa bila
penyelenggaraan posyandu baik, maka upaya untuk pemenuhan kebutuhan dasar
pengembangan anak akan baik pula, seperti tercapainya cakupan imunisasi yang
2
cukup tinggi dan adanya peningkatan umur harapan hidup. Sebaliknya bila kinerja
posyandu tidak baik, seperti dalam pemantauan pertumbuhan anak, maka
perkembangan status gizi anak dapat terganggu.
Kurang berfungsinya posyandu menunjukan kinerja menjadi rendah,
disebabkan oleh rendahnya kemampuan kader dan pembinaan dari unsur pemerintah
dan instansi terkait, hal tersebut mengakibatkan menurunnya minat masyarakat untuk
memanfaatkan posyandu (Nusi, 2006).
Berdasaran hasil Riskedas 2007, secara nasional diperoleh 27,3% rumah
tangga memanfaatkan posyandu sebagai pelayanan kesehatan dasar berbasis
masyarakat, sedangkan 62,5% rumah tangga tidak memanfaatkan posyandu karena
tidak membutukan dan 10,3% tidak memanfaatkan posyandu karena alasan lainnya.
Hal tersebut menunjukan bahwa masih banyak masyarakat yang belum memanfaatkan
posyandu sebagai fasilitas pelayanan kesehatan terutama untuk memantau tumbuh
kembang anak (Depkes, 2008).
Sedangkan di tingkat provinsi, Provinsi DKI Jakarta memiliki persentase
25,4% rumah tangga yang memanfaatkan posyandu sebagai pelayanan kesehatan
dasar berbasis masyarakat, 66,7% rumah tangga yang tidak memanfaatkan posyandu
karena tidak membutuhkan dan 7,9% tidak memanfaatkan karena alasan lainnya. Hal
ini juga membuktikan bahwa masih banyak masyarakat Provinsi DKI Jakarta yang
belum memanfaatkan posyandu sebagai fasilitas pelayanan kesehatan terutama untuk
memantau tumbuh kembang anak (Depkes, 2008).
Kemudian persentase nasional balita ditimbang berat badannya ≥ 4 kali
(penimbangan rutin dilakukan) dalam 6 bulan terakir adalah 45,4%. Pada tingkat
3
provinsipersentase balita di timbang berat badannya ≥ 4 kali dalam 6 bulan terakhir,
Provinsi DKI Jakarta mencapai 57,6% lebih tinggi dari prevalensi nasional. Sebagai
pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat, secara nasional posyandu merupakan
sarana penimbangan balita yang paling banyak digunakan yaitu 78,3% dibandingkan
dengan pelayanan kesehatan lainnya seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Polindes, dan
lainnya. Di Provinsi DKI Jakarta, persentase penimbangan balita yang dilakukan di
posyandu mencapai 67,2% (Depkes, 2008).
Selain itu, berdasarkan laporan Susenas 2007-2009 cakupan pemberian Air
Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia berfluktuasi dalam 3 tahun,
menurun dari 62,2% tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008, dan kembali terjadi
sedikit peningkatan di tahun 2009 menjadi 61,3%. Demikian pula cakupan pemberian
ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan menurun dari 28,6% di tahun 2007 menjadi
24,3% pada tahun 2008, dan kembali meningkat menjadi 34,3% pada tahun 2009
(Kemenkes, 2012).
Pada tahun 2011 cakupan partisipasi masyarakat (D/S) di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Kembangan paling tinggi mencapai 64% di Bulan Febuari,
hingga sampai pada akhir bulan cakupan D/S menurun menjadi 58% pada Bulan
Desember (Laporan Tahunan Puskemas Kecamatan Kembangan, 2012). Hal sama
terjadi di tahun 2012, berdasaran Laporan Bulanan Gizi (LB3 Gizi) Puskesmas
Kecamatan Kembangan dimana cakupan D/S wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan paling tinggi mencapai 80% di Bulan Maret, kemudian hingga sampai
pada Bulan Desember terjadi penurunan menjadi 66%. Hal ini menunjukan bahwa
pastisipasi masyarakat dalam memanfaatkan posyandu sebagai fasilitas untuk
4
memantau tumbuh kembang anak masi rendah dan meningkat pada waktu-waktu
tertentu.
Kemudian cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi di tahun 2011
mencapai 23,9% dan cakupan balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali pada tahun
2011 yaitu mencapai 72,89%. Hal ini menunjukan bahwa masih banyak bayi usia 0-6
bulan tidak mendapatkan ASI eksklusif (Laporan Tahunan Puskemas Kecamatan
Kembangan, 2012).
Sedangkan Kementerian Kesehatan telah menetapkan dalam Standar
Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan di kabupaten/kota bahwa target cakupan
deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah adalah 90%, cakupan balita
mendapatkan ASI eksklusif adalah 80%, dan cakupan balita mendapat kapsul vitamin
A 2 kali per tahun yaitu 90% (Kemenkes, 2003).
Pelaksanaan kegiatan pembinana gizi masyarakat diantaranya mencakup
kegiatan promotif, kegiatan preventif, dan kegiatan kuratif. Kegiatan promotif
diantaranya meliputi pemantauan pertumbuhan, penyuluhan, konseling, pemberian
kapsul vitamin A, pemberian tabelt Fe, promosi garam beriodium, serta pelacakan dan
tindak lanjut kasus gizi buruk. kemudian kegiatan preventif meliputi pemberian
makanan tambahan (PMT), sedangkan kegiatan kuratif berupa tatalaksanan gizi buruk
rawat inap maupun rawat jalan (Kemenkes, 2012). Oleh karena itu, Rencana Aksi
Pembinaan Gizi Masyarakat juga menetapkan target bahwa 85% balita ditimbang
berat badannya, 80% bayi mendapatkan ASI eksklusif, dan 85% balita usia 6-59 bulan
mendapat kapsul vitamin A (Kemenkes 2012).
5
Kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai atau
kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu (Sulistiayani dan Rosidah,
2003 dalam Puspita, 2011). Gibson, et al (1996) dalam Pusita (2011) juga
menyebutkan bahwa kinerja adalah hasil yang diinginkan dari perilaku dan kinerja
individu adalah dasar kinerja organisasi. Penilaian kinerja merupakan proses menilai
hasil karya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam suatu organisasi melalui instrument
penilaian kinerja (Kepmenkes, 2009).
Ridwan (2007) dalam Jasmawaty (2012) mengatakan bahwa kinerja posyandu
dilihat dari penyelenggaraan pelaksanaan posyandu, sehingga mencapai strata
kemandirian posyandu. Kemandirian posyandu tersebut dilihat dari frekuensi
penimbangan, rata-rata kader yang bertugas, cakupan partisipasi masyarakat (D/S),
program tambahan dan cakupan dana sehat.
Berdasarkan uraian diatas, cakupan D/S, cakupan ASI eksklusif, dan cakupan
pemberian vitamin A yang merupakan hasil dari pelaksanaan kegiatan posyandu di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat belum mencapai
target yang telah ditentukan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang
kesehatan di kabupaten/kota maupun dalam Rencana Aksi Pembinaan Gizi
Masyarakat (RAPGM). Hal ini mengindikasikan adanya permasalahan yang terjadi di
posyandu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat.
Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti kinerja posyandu dalam
pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan
Kembangan Jakarta Barat tahun 2014.
1.2 Rumusan Masalah
6
Diketahui bahwa wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan memiliki
cakupan partisipasi masyarakat (D/S) pada tahun 2011 dan 2012 mengalami
peningkatan pada bulan tertentu dan kembali menurun di akhir tahunnya. Selain itu,
cakupan D/S, cakupan pemberian ASI eksklusif dan cakupan balita mendapat kapsul
vitamin A pada tahun 2011 belum mencapai target, baik taget yang telah ditentukan
pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan kabupaten/kota maupun
target Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat (RAPGM).
Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat permasalahan pada kinerja posyandu
dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Kembangan Jakarta Barat.
Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang kinerja posyandu dalam
pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan, Jakarta Barat tahun 2014.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat
Tahun 2014 meliputi input, proses, dan output?
2. Bagaimana gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja posyandu dalam
pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014?
3. Bagaimana hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja posyandu dalam
pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014?
7
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja
posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyaraktat di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat tahun 2014.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan
gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat Tahun 2014 meliputi input, proses, dan output.
2. Mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014.
3. Mengetahui hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Pengelola Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Jakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi
sehingga dapat digunakan sebagai bahan dalam pengambilan tindakan,
perencanaan jangka pendek dan menengah, serta perumusan kebijakan guna
meningkatkan kinerja posyandu khususnya dalam pelaksanaan pembinaan gizi
masyarakat.
1.5.2 Bagi Puskesmas Kecamatan Kembangan
8
Hasil penelitian secara tidak langsung akan memberikan informasi
khususnya mengenai kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi
masyarakat. Sehingga informasi tersebut dapat dijadikan sebagai acuan
menyusun program atau kegiatan untuk meningkatkan kinerjanya.
1.5.3 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai tambahan pustaka mengenai
analisis kinerja posyandu, dan dapat dijadikan bahan referensi dan
rekomendasi oleh peneliti lain untuk dikembangkan pada penelitian
selanjutnya, khususnya terkait kinerja posyandu.
1.5.4 Bagi Penulis
Penelitian merupakan aplikasi mata kuliah yang didapat selama
proses perkuliahan. Serta membandingkan teori dengan fakta yang didapat di
masyarakat pada saat penelitian berlangsung.
1.6 Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi peminatan gizi Program Studi
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang dilaksanakan pada Bulan Juni tahun 2013 hingga April
tahun 2014. Penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain
cross sectional.
Penelitian dilakukan di posyandu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan, mengenai kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembahasan teori pada penelitian ini, akan membahas diantaranya mengenai :
kegiatan pembinaan gizi masyarakat, posyandu, dan kinerja, serta faktor-faktor yang
berhubungan dengan kinerja posyandu.
2.1 Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat
2.1.1 Sasaran Pembinaan Gizi Masyarakat
Kegiatan pembinaan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan
cakupan dan kualitas pelayanan gizi keluarga untuk meningkatkan status gizi
ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita. Secara konseptual pelayanan gizi
dapat dilihat pada bagan 2.1 (Kemenkes, 2012).
9
Bagan 2.1
Konsep Pelayanan Gizi
Tidak naik berat badan/kurus Balita gizi buruk
PROMOTIF PREVENTIF KURATIF
Sumber : Kemenkes. 2012. Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Tahun 2011. Dirjen Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak. Dirjen
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Pemantauan pertumbuhan
Konseling ASI/Makanan
Pendamping –ASI
Pemberian kapsul vitamin A
Pemberian tablet Fe ibu
hamil
Promosi garam beryodium
Skrining aktif
Taburia
Pemberian Makanan
Tambahan ibu hamil KEK
Balita gizi kurang
diberi Pemberian
Makanan
Tambahan (PMT)
pemulihan
Balita gizi buruk
mendapat perawatan
- Rawat Inap/TFC
- Rawat Jalan
10
2.1.2 Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi 2010-2014
Secara operasional kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun 2011
mencakup 2 indikator utama dan 6 indikator penunjang, diantaranya
(Kemenkes, 2012) :
1. Indikator utama :
a. 70% balita ditimbang berat badannya (D/S)
b. 100% balita gizi buruk mendapat perawatan
2. Indikator penunjang :
a. 78% balita usia 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A
b. 67% bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif
c. 86% ibu hamil mendapat 90 tablet tambah darah
d. 77% rumah tangga mengonsumsi garam beriodium
e. 100% kabupaten dan kota melaksanakan surveilans gizi
f. 100% penyedian buffer stock Makanan Pendamping (MP) ASI untuk
daerah bencana
Secara garis besar, beberapa indikator berikut merupakan kegiatan
yang rutin dilakukan di tingkat Desa/Kelurahan (Posyandu). Indikator-
indikator tersebut akan dijelaskan selengkapnya dibawah ini (Kemenkes RI,
2012) :
11
Tabel 2.1
Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Pembinaan Gizi Tahun 2010-2014
No Indikator Kinerja Target
2010 2011 2012 2013 2014
1 Persentase balita ditimbang berat
badannya (% D/S) 85 70 75 80 85
2 Balita gizi buruk mendapat
perawatan 100 100 100 100 100
3 Persentase balita 6-59 bulan
mendapat kapsul vitamin A 75 78 80 83 85
4 Persentase bayi usia 0-6 bulan
mendapat ASI eksklusif 65 67 70 75 80
5 Persentase ibu hamil mendapat 90
tablet Fe 84 86 90 93 95
6 Cakupan rumah tangga yang
mengonsumsi garam beriodium 75 77 80 85 90
7 Persentase kabupaten/kota
melaksanakan surveilans gizi 100 100 100 100 100
8 Persentase penyediaan buffer stock
Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI) untuk daerah bencana
100 100 100 100 100
Sumber : Kemenkes. 2012. Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizi. Dirjen Bina
Gizi dan Kesehatan ibu dan Anak Kementerian Kesehatan.Jakarta : Kemenkes
2.1.2.1 Balita Ditimbang Berat Bandannya (cakupan D/S)
Balita yang ditimbang berat badannya akan dibedakan kedalam 2
kelompok yaitu balita dengan umur 0-23 bulan (baduta) dan balita
dengan umur 24-59 bulan (balita), sebagai berikut (Kemenkes, 2012) :
a. Baduta (0-23 bulan) :
12
- Data S baduta adalah jumlah baduta yang berasal dari seluruh
posyandu yang melaporkan di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
- Data D baduta adalah jumlah baduta yang ditimbang diseluruh
posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
b. Balita (24-59 bulan) :
- Data S balita adalah seluruh balita yang berasal dari seluruh
posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
- Data D balita adalah balita yang ditimbang di seluruh posyandu
yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
13
Kinerja penimbangan baduta dan balita dinilai baik, apabila
persentase D/S setiap bulannya sesuai dengan target.Pemantauan dan
pelaporan kegiatan penimbangan baduta dan balita dilakukan setiap
bulan (Kemenkes, 2012).
Cakupan penimbangan balita (D/S) merupakan indikator yang
berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan
pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi, tingkat partisipasi
masyarakat, serta prevalensi gizi kurang. Dimana semakin tinggi
cakupan D/S, maka semakin tinggi pula cakupan vitamin A, kemudian
semaki tinggi cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi
kurang (Kemenkes, 2012).
Menurut Kementerian Kesehatan (2012) bahwa masalah yang
berkaitan dengan rendahnya minat masyarakat datang ke posyandu
diantaranya : dana operasional, sarana prasarana, tingkat pengetahuan
kader dan kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan
konseling, tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat akan manfaat
posyandu, serta pelaksanaan pembinaan kader (Kemenkes, 2012).
2.1.2.2 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Balita menurut Kementerian Kesehatan (2012) merupakan anak
yang berumur dibawah 5 tahun (0-59 bulan).Giziburuk adalah keadaan
kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeks berat badan
14
menurut tinggi badan (BB/TB) < -3 SD dan atau ditemukannya tanda-
tanda klinis (Depkes, 2008).
Kasus balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita
dengan gizi buruk yang dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas
pelayanan kesehatan dan masyarakat (Kemenkes, 2012).
Jumlah kasus gizi buruk yang dilaporkan dari tahun 2006
sampai 2008 cenderung menurun, namun terjadi peningkatan jumlah
kasus balita gizi buruk di tahun 2009. Sedangkan pada tahun 2010 dan
2011 dilaporkan jumlah kasus gizi buruk kembali menurun masing-
masing menjadi 43.616 kasus dan 40.412 kasus (Kemenkes, 2012).
Persentase kasus gizi balita gizi buruk mendapat perawatan
menurut Kementerian Kesehatan (2012), adalah jumlah kasus balita
gizi buruk yang dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas pelayana
kesehatan masyarkat dibagi jumlah kasus balita gizi buruk yang
ditemukan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dikali
100%, seperti dibawah ini :
Kinerja penanganan kasus balita gizi buruk dinilai baik jika
seluruh balita gizi buruk yang ditemukan mendapat perawatan, baik
rawat inap maupun rawat jalan sesuai dengan tata laksana gizi buruk di
pelayanan kesehatan dan masyarakat.Pengamatan balita gizi buruk
15
mendapat perawatan dilakukan setiap saat, termasuk pada saat
investigasi Kejadian Luar Biasa (KLB) gizi buruk, sedangkan kegiatan
pelaporan dilakukan setiap bulannya (Kemenkes, 2012).
2.1.2.3 Balita Usia 6-59 Bulan Mendapat Kapsul Vitamin A
Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama
ditemukan.Vitamin A sangat berperan dalam berbagai fungsi faali
tubuh, diantaranya untuk penglihatan, diferensiasi sel, fungsi
kekebalan, pertumbuhan dan perkembangan reproduksi, pencegahan
kanker dan penyakit jantung, dan lain sebagainya (Almatsier, 2006).
Kapsul vitamin A adalah kapsul yang mengandung vitamin A
dosis tinggi, yaitu 100.000 SI untuk bayi umur 6-11 bulan dan 200.000
SI untuk anak balita 12-59 bulan. Tujuan pemberian kapsul vitamin A
adalah untuk menurunkan prevalensi dan mencegah kekurangan
vitamin A pada balita (Kemenkes, 2012).
Persentase balita mendapat kapsul vitamin A adalah jumlah
bayi 6-11 bulan ditambah jumlah balita 12-59 bulan yang mendapat 1
kapsul vitamin A pada periode 6 bulan dibagi jumlah seluruh balita 6-
59 bulan yang ada di satu wilayah kabupaten/kota dalam periode 6
bulan yang didistribusikan setiap bulan Febuari dan Agustus.
Persentase tersebut dapat dilihat sebagai berikut (Kemenkes, 2012) :
16
Kinerja pemberian kapsul vitamin A dinilai baik jika,
persentase balita 6-59 bulan mendapat vitamin A sesuai
target.Pengamatan pemberian vitamin A pada balita 6-59 bulan
dilakukan setiap 6 bulan.Pelaporan dilakukan setiap 6 bulan yaitu pada
bulan Febuari dan bulan Agustus (Kemenkes, 2012).
Kekurangan (defisiensi)vitamin A tertutama terdapat pada anak
balita dapat merupakan kekurangan primer yaitu akibat kurang
konsumsi, atau kekurangan sekunder yaitu karena gangguan
penyerapan dan penggunaan dalam tubuh, kebutuhan yang meningkat,
ataupun adanya gangguan pada konveri karoten menjadi vitamin A
(Almatsier, 2006).
Dampak dari kekurangan vitamin A diantaranya buta senja
yang merupakan tanda awal kekurangan vitamin A, perubahan pada
mata dimana kornea mata secara dini akan terpengaruh akibat
kekurangan vitamin A, terjadi perubahan pada kulit, gangguan
pertumbuhan, dan lain sebagainya (Almatsier, 2006).
2.1.2.4 Bayi Usia 0-6 Bulan Mendapat Air Susu Iibu (ASI) Eksklusif
Bayi usia 0-6 bulan menurut Kementerian Kesehatan (2012)
adalah seluruh bayi usia 0 hari sampai 5 bulan 29 hari. Bayi mendapat
17
ASI eksklusif adalah bayi usia 0-6 bulan yang hanya diberi ASI saja
tanpa makanan atau cairan lain keculai obat, vitamin dan mineral
berdasarkan recall 24 jam.
Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif adalah
jumlah bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif dibagi jumlah
seluruh bayi usia 0-6 bulan yang tercatat dalam register
pencatatan/Kartu Menuju Sehat (KMS) di wilayah tertentu dikali
100%, seperti dibawah ini (Kemenkes, 2012) :
Data pemberian ASI eksklusif dicatat dari KMS seluruh bayi
usia 0 hari sampai 5 bulan 29 hari pada formulir pencatatan pemberian
ASI eksklusif, sesuai dengan simbol-simbol berikut (Kemenkes, 2012)
:
√ = bayi diberi ASI saja
X = bayi sudah diberi makan/minuman lain selain ASI, kecuali obat,
vitamin dan mineral
A = bayi tidak datang penimbangan
Kinerja pencatatan bayi 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif
dinilai baik, jika persentase bayi 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif
sesuai target.Pencatat pada KMS dilakukan setiap bulannya,
18
bersamaan dengan kegiatan penimbangan di posyandu.Frekuensi
laporan diberikan setiap 6 bulan yaitu pada bulan Febuari dan bulan
Agustus, sedangkan cakupan tahunan menggunakan penjumlahan data
bulan Febuari dan bulan Agustus (Kemenkes, 2012).
Langkah-langkah perhitungan cakupan pemberian ASI
eksklusif pada bayi 0-6 bulan, diantaranya meliputi (Kemenkes, 2012)
:
a. Siapkan KMS balita dan hitung umur bayi pada saat penimbangan
bulanan. Umur bayi dihitung berdasarkan bulan penuh, dengan
kata lain umur dihitung 1 bulan apabila telah genap 30 hari.
b. Tanyakan ibu apakah 1 hari sebelumnya bayi telah diberikan
makan/minuman lain kecuali obat, vitamin dan mineral, kemudian
catat jawaban tersebut kedalam KMS pada kolom pemberian ASI
eksklusif sesuai dengan simbol-simbol ASI eksklusif.
c. Pindahkan catatan informasi ASI pada KMS seuai dengan simbol-
simbol ke dalam register bayi. Hal ini dilakukan setiap bulan bayi
berkunjung ke pposyandu. Pada kunjungan terakhir (Febuari atau
Agustus), hitung jumlah untuk masing-masing symbol.
d. Kemudian bidan desa merekapitulasi jumlah masing-masing
symbol pada kunjungan terakhir (Febuari atau Agustus) di
posyandu kedalam formulir rekapitulasi di desa/kelurahan. Begitu
pula dengan Tugas Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas dan
memasukannya kedalam formulir rekapitulasi di puskesmas.
19
e. Selanjutnya petugas kabupaten/kota merekapitulasi dan
menghitung persentase pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan setiap 6
bulan sekali bersamaan dengan bulan vitamin A yaitu pada bulan
Febuari dan Agustus.
f. Hasil rekapitulasi di kabupaten/kota selanjutnya dilaporkan ke
tingkat provinsi dan pusat pada saat yang bersamaan (Febuari dan
Agustus).
Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan dapat
disebabkan oleh rendahnya pemahaman masyarakat termasuk petugas
kesehatan tentang manfaat dan pentingnya pemberian ASI eksklusif
(Kemenkes, 2012).
2.1.2.5 Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe
Besi (Fe) merupakan zat mineral mikro yang paling banyak
terdapat dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di
dalam tubuh manusia dewasa.Beberapa fungsi esensial zat besi (Fe) di
dalam tubuh yaitu sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke
jaringan tubuh, sebagai alat angkut electron di dalam sel, dan sebagi
bagian terpadu berbagai reaksi enzim dalam jaringan tubuh.Fungsi
lainnya dari zat besi (Fe) adalah untuk membantu metabolisme energi,
kemampuan belajar, membantu kekebalan tubuh, dan pelarut obat-
obatan (Almatsier, 2006).
Pada umunya ketersedian biologik zat besi (Fe) paling tinggi
terdapat dalam daging, ayam, dan ikan, sedangkan dalam kacang-
20
kacangan dan serealian mengandung ketersedian biologik sedang. Besi
yang sebagian besar terdapat dalam sayuran seperti bayam memiliki
ketersediaan biologik rendah (Almatsier, 2006).
Anemia gizi besi adalah rendahnya kadar Hemoglobin (Hb)
dalam darah, hal ini disebabkan oleh kekurangan zat besi yang
diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Intervensi yang telah
dilakukan dalam penanggulangan masalah tersebut adalah dengan
mendistribusikan tablet besi (Fe) (Kemenkes, 2012).
Tablet Tambah Darah (TTD) adalah tablet yang mengandung
Fe dan asam folat, baik yang berasal dari program maupun mandiri.
TTD program adalah tablet yang mengandung 60 mg zat besi dan 0,25
mg asam folat yang disediakan oleh pemerintah dan diberikan secara
gratis pada ibu hamil. Sedangkan TTD mandiri adalah TTD atau multi
vitamin dan mineral, minimal mengandung zat besi dan asam folat
yang diperoleh secara mandiri sesuai anjuran (Kemenkes, 2012).
Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe adalah ibu yang selama masa
kehamilannya minimal mendapat 90 TTD program maupun TTD
mandiri (Kemenkes, 2012).
21
Perhitungan cakupan tersebut dilakukan untuk menghitung
cakupan dalam 1 tahun. Kinerja pemberian tablet Fe pada ibu hamil
dinilai baik, jika persentase ibu hamil mendapat 90 tablet Fe sesuai
target.
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2011,
secara nasional cakupan pemberian tablet Fe sebesar 83,3%. Cakupan
tersebut belum mencapai target nasional yaitu 85% (Kemenkes, 2012).
2.1.2.6 Rumah Tangga Mengonsumsi Garam Beriodium
Iodium merupakan mineral yang ada di dalam tubuh dalam
jumlah yang sangat sedikit.Sekitar 75% dari iodium ini terdapat di
dalam kelenjar tiroid, yang digunakan untuk mensistesis hormon
tiroksin, tetraiodotironin (T4), dan triiodotironin (T3).Sisa iodium
lainnya terdapat di dalam jaringan, terutama di dalam kelenjar-kelenjar
ludah, payudara, dan lambung serta di dalam ginjal (Almatsier, 2006).
Laut merupakan sumberiodium.Oleh karena itu, makanan laut
seperti ikan, udang, dan kerang serta ganggang laut merupakan sumber
iodium yang baik.Semakinjauh suatu daerah dari laut maka semakin
sedikit pula kandungan iodiumnya termasuk tanaman yang
tumbuh.noleh sebabitu, salah satu cara penanggulangan kekurang
iodium adalah melalui fortifikasi garam dapur dengan iodium
(Almatsier, 2006).
22
Garam beriodium adalah garam (NaCl) yang diperkaya dengan
iodium melalui proses iodisasai sesuai Standar Nasional Indonesia
(SNI) dengan kandungan Kalium Iodat (KIO3) (Kemenkes, 2012).
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah
sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kurang unsur
iodium secara terus-menerus dalam jangka waktu lama. Akibat
kekurangan iodium akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia
secara luas, meliputi gangguan tumbuh kembang, termasuk
perkembangan otak sehingga terjadi penurunan potensi tingkat
kecerdasan (Kemenkes, 2012).
Metode yang digunakan untuk pemeriksanan garam dengan
menggunakan tes kit iodium yang dilakukan pada murid sekolah. Tes
kit iodium (larutan uji garam beriodium) adalah larutan yang
digunakan untuk menguji kandungan iodium dalam garam secara
kualitatif yang dapat membedakan ada/tidaknya iodium dalam garam
melalui perubahan warna menjadi ungu (Kemenkes, 2012).
Rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium adalah
seluruh anggota rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium,
dan pemantauannya dilakukan melalui Sekolah Dasar (SD) atau
Madrasah Ibtidaiyah (MI) pada tiap desa/kelurahan (Kemenkes, 2012).
23
Kinerja dinilai baik, jika persentase rumah tangga
mengonsumsi garam beriodium sesuai target.Frekuensi pengamatan
dilakukan setiap bulan Febuari dan Agustus.Pelaporan kegiatan
dilakukan 1 kali dalam setahun, yaitu pada bulan Febuari atau Agustus
dengan menggunakan formulir F6 (6 bulan) (Kemenkes, 2012).
2.1.2.7 Pelaksanaan Surveilans Gizi
Surveilans adalah proses pengamatan berbagai masalah yang
berkaitan dengan suatu program secara terus menerus melalui
pengumpulan, pengolahan, analisis dan intepretasi secara sistematis
serta penyebaran informasi kepada unit terkait dalam rangka
pengambilan tindakan. Surveilans memiliki peran penting dalam
penyediaan informasi kinerja dan dampak dari program yang
dilaksanakan (Depkes, 2006).
Menurut Kementrian Kesehatan RI (2012) bahwa surveilans
gizi adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan dan deseminasi
informasi hasil pengolahan data secara terus menerus dan teratur
tentang indikator yang terkait dengan kinerja pembinaan gizi
masyarakat.
24
Kinerja dinilai baik, jika persentase kabupaten/kota yang
melaksanakan surveilans gizi sesuai dengan target.Frekuensi
pengamatan dan laporan dilakukan setiap bulannya (Kemenkes, 2012).
2.1.2.8 Penyediaan Buffer Stock MP-ASI untuk Daerah Bencana
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan
yang diberikan kepada bayi dan anak umur 6-24 bulan untuk
memenuhi kebutuhan gizi. Sedangkan Buffer Stock MP-ASI adalah
MP-ASI yang disediakan untuk antisipasi darurat akibat bencana,
Kejadian Luar Biasa (KLB) gizi dan situasi sulit lainnya (Kemenkes,
2012).
Kinerja penyediaan buffer stock MP-ASI dinilai baik, jika
pengadaannya sesuai dengan taget.Frekuensi laporan diberikan setipa
bulannya (Kemenkes, 2012).
25
2.2 Posyandu
Sebelum sampai pada definisi posyandu, maka terlebih dahulu mengetahui
hubungan posyandu dengan kegiatan pembinaan gizi masyarakat yang telah dijelaskan
sebelumnya. Kegiatan pembinaan gizi masyarakat merupakan indikator yang
digunakan dalam pelaksanaan surveilans gizi, dimana informasi yang diperoleh dapat
dimanfaatkan untuk pengambilan tindakan segera, perencanaan program jangka
pendek, menengah maupun jangka panjang, serta perumusan kebijakan (Kemenkes,
2012).
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam surveilans gizi diantaranya
pengumpulan data, pengolahan data dan penyajian informasi. Sumber data yang
dikumpulkan dibagi kedalam 2 kelompok, yaitu ((Kemenkes, 2012) :
1. Data Rutin : meliputi data penimbangan bulanan, pemantauan dan pelaporan
kasus gizi buruk, pendistribusian tablet Fe ibu hamil, pendistribusian kapsul
vitamin A balita, dan pemberian ASI eksklusif.
2. Data Survei Khusus : data ini dilakukan berdasarkan kebutuhan, seperti data
konsumsi garam beriodium, pendistribusian Makanan Pendamping (MP)-ASI dan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT), pemantauan status gizi anak dan ibu
hamil serta Wanita Usia Subur (WUS) risiko Kurang Energi Kronik (KEK), atau
studi yang berkaitan dengan masalah gizi lainnya.
Dari kedua sumber data diatas, data rutin merupakan sumber data yang sering
dilakukan di posyandu. Oleh karena itu, posyandu memiliki peran penting dalam
kegiatan pembinaan gizi masyarakat yang digunakan sebagai indikator pada
pelaksanaan kegiatan surveilans gizi (Kemenkes, 2012).
26
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), Posyandu merupakan salah satu
bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
bayi. Pelayanan kesehatan dasar yang diberikan posyandu mencakup 5 kegiatan
pokok, yaitu : kesehatan ibu dan anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi,
gizi dan penanggulanan diare untuk para ibu di tingkat masyarakat.
Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) adalah kebutuhan
masyarakat yang dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan
bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya
(Kemenkes RI, 2010). Pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan adalah proses
untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Mubarak, dkk (2009) posyandu merupakan suatu forum komunikasi,
alih tekhnologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang
mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini.
Pernyataan tersebut kemudian didukung dengan fungsi posyandu menurut
Kementerian Kesehatan RI (2011), yaitu sebagai wadah pemberdayaan masyarakat
dalam alih informasi dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar
sesama masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA).
27
Selain itu, untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan
penurunan AKI, AKB, dan AKBA.
Secara umum tujuan diselenggarakannya posyandu yaitu untuk menunjang
penuruanan AKI, AKB, dan AKABA di Indonesia melalui pemberdayaan
masyarakat. Sasaran posyandu meliputi seluruh masyarakat, terutama bayi, anak
balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, dan Pasangan Usia Subur (PUS)
(Kemenkes RI, 2010).
2.2.1 Kegiatan Gizi Posyandu
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan/pilihan. Secara rinci kegiatan gizi posyandu adalah sebagai
berikut (Kemenkes RI, 2010) :
A. Kegiatan Utama :
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) :
a. Ibu hamil :
Pelayananyang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup
penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran
tekanan darah, pengukuran lingkar lengan ataas, status gizi,
pemberian tablet Fe, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi
Tetanus Toxoid, konseling, serta KB pasca persalinan. Selain itu,
diadakannya kelas ibu hamil.
b. Ibu nifas dan menyusui :
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan
menyusui mencakup penyuluhan atau konseling kesehatan, pasca
28
persalinan, KB, IMD, ASI eksklusif, dan gizi. Kemudian
pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI, perawatan
payudara, serta dilakukannya pemeriksaan kesehatan umum,
pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus uteri dan
pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan.
c. Bayi dan Anak Balita :
Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak balita harus
dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreativitas
tumbuh kembangnya. Untuk itu perlu disediakan sarana permainan
yang sesuai dengan umur balita.
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan posyandu
untuk balita mencakup penimbangan berat badan, penetuan status
pertumbuhan, penyuluhan dan konseling.Jika ada tenaga kesehatan
Puskesmas maka dilakukan pemeriksaan kesehatan, pemberian
imunisasi, deteksi dini tumbuh kembang.
2. Keluarga Berencana (KB) :
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader
adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan.Jika terdapat
tenaga kesehatan Puskesmas, pelayanan yang dapat diberikan yaitu
suntikan KB dan konseling KB.Apabila tersedia ruangan dan peralatan
yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat pula dilakukan
pemasangan IUD dan implant.
29
3. Imunisasi :
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh
petugas Puskesmas.Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan
program terhadap bayi dan ibu hamil.
4. Gizi :
Pelayanan gizi di posyandu dilakukan oleh kader. Jenis
pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi
dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian
makanan tambahan (PMT) local, suplementasi vitamin A dan tablet Fe.
Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK),
balita yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada
di bawah garis merah (BGM), kader wajib segera melakukan rujukan
ke Puskesmas atau Poskesdes.
5. Pencegahan dan penanggulangan Diare :
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).Penanggulangan diare di
Posyandu dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan
penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas
kesehatan.
B. Kegiatan Pengembangan atau pilihan :
Dalam kegiatan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan
posyandu dengan kegiatan baru, seperti : perbaikan kesehatan lingkungan,
pengendalian penyakit menular, dan berbagai program pembangunan
30
masyarakat desa lainnya. Posyandu seperti ini disebut juga Posyandu
Terintegrasi. Beberapa kegiatan tambahan posyandu yang telah
diselenggarakan, antara lain :
a. Bina Keluarga Balita (BKB).
b. Kelas ibu hamil dan balita.
c. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensi Kejadian Luar
Biasa (KLB).
d. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
e. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
f. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman
(PAB-PLP).
g. Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan
pekarangan, melalui Tanaman Obat Keluarga (TOGA).
h. Kegiatan ekonomi produktif.
i. Tabungan ibu bersih, tabungan masyarakat.
j. Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia.
k. Kesehatan reproduksi remaja.
l. Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan
penyandang masalah kesejahteraan sosial.
2.2.2 Tingkat Perkembangan Posyandu
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), perkembangan pada masing-
masing posyandu berbeda-beda, sehingga pembinaan yang dilakukan pada
31
masing-masing posyandu juga berbeda-beda. Secara umum, tingkat perkembangan
posyandu dibedakan atas 4 tingkat, diantaranya :
1. Posyandu Pratama : Posyandu pratama adalah posyandu belum mantap,
ditandai dengan kegiatan yang dilakukan belum rutin, dan terbatasnya
kader yang aktif yakni ≤ 5 orang.Selain terbatasnya kader, kurang siapnya
masyarakat kemungkinan yang menyebabkan kegiatan dilakukan di
posyandu belum rutin.Intervensi yang dilakukan pada jenjang ini adalah
memotivasi masyarakat dan menambahkan jumlah kader.
2. Posyandu Madya : Posyandu madya adalah posyandu sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali setiap tahun, dengan rata-rata
jumlah kader 5 orang atau lebih, tetapi cakupan program kegiatan
Posyandu seperti KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare di
bawah 50 %. Intervensi yang dilakukan pada jenjang ini adalah
meningkatkan cakupan dengan menyertakan tokoh masyarakat sebagai
motivator dan penggiat kader. Sebagai contoh intervensi yang dapat
dilakukan antara lain :pelatihan tokoh masyarakat dengan metode simulasi,
dan menerapkan SMD dan MMD di posyandu.
3. Posyandu Purnama : Posyandu purnama adalah posyandu yang telah dapat
melaksanakan kegaiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah
kader 5 orang atau lebih, cakupan kegiatan utama lebih dari 50 %, sudah
ada program tambahan seperti sanitasi dasar, kesehatan lingkungan,
pengobatan dasar. Meskipun ada kegiatan dana sehat, tetapi belum optimal,
32
sehingga intervensi yang dilakukan adalah pelatihan dana sehat untuk
kader gizi.
4. Posyandu Mandiri : Posyandu mandiri adalah posyandu yang sudah mantap
karena dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan
rata-rata jumlah kader 5 orang atau lebih, cakupan 5 program utama sudah
di atas 50%, dengan dana sehat yang kuat. Intervensi yang harus dilakukan
adalah pembinaan dana sehat oleh petugas kesehatan dan memperbanyak
program tambahan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
2.3 Kinerja
2.3.1 Pengertian
Kinerja merupakan suatu hasil kerja (outcome) personal atau kelompok
professional dalam organisasi baik pada pemangku jabatan struktural dan
fungsional maupun pada seluruh jajaran dalam organisasi selama periode
waktu tertentu (Gomes, 1998 ; Yalis Ilyas, 1999 dalam Rohmadi, 2003).
Pengertian yang sama juga dikemukakan menurut Gibson (1996)
dalam Suparti (2010) bahwa kinerja merupakan catatan keluaran hasil pada
suatu fungsi jabatan atau seluruh aktivitas kerja dalam periode tertentu. Agar
dapat menghasilkan kinerja yang baik, seseorang memiliki kemampuan,
kemauan, usaha, serta dukungan dari lingkungan. Kemauan dan usaha akan
menghasilkan motivasi, sehingga seseorang akan menampilkan perilaku untuk
bekerja.
Pengertian lain menurut Mahsun (2009) dalam Wirasata (2010) dari
berbagai literatur secara umum bahwa kinerja adalah gambaran mengenai
33
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam
perencanaan stategi suatu organisasi.
Berdasarkan pengertian dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa
kinerja (performance) merupakan hasil kerja atau tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam suatu organisasi untuk
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam
perencanaan selama periode waktu tertentu.
2.4 Penilaian Kinerja Posyandu
Pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-
target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategi organisasi (Lohman, 200 dalam
Wirasata, 2010). Pengertian serupa menurut Setyani (1999) dalam Rohmadi (2003),
penilaian kinerja merupakan suatu tindakan untuk melihat apakah segala sesuatunya
berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Sementara menurut Gomes (1998) dalam Rohmadi (2003) penilaian kinerja
adalah suatu cara mengukur kontribusi dari individu-individu anggota organiasi
kepada organisasinya dan diperlukan untuk menentukan tingkat kontirbusi individu.
Pengertian penilaian kinerja lainnya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
penilaian berarti proses atau perbuatan memperkirakan atau menghargai sesuatu.
Sedangkan indikator adalah alat pemantauan atau sesuatu yang dapat memberikan
petunjuk atau keterangan. Kinerja adalah pencapaian kegiatan mulai dari masukan,
proses, sampai hasil. Indikator kinerja posyandu berarti alat pemantau untuk kegiatan
34
posyandu yang meliputi input, process, dan output posyandu (Moeliono, 1989 dalam
Pakhri, 2002).
Berdasarkan difinisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa penilaian atau
pengukuran kinerja posyandu merupakan suatu metode atau alat yang digunakan
untuk menilai kegiatan atau aktivitas berdasarkan tujuan atau target yang telah
ditentukan sebelumnya meliputi input, process, dan output, sehingga segala
sesuatunya berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Penilaian kinerja dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan atau ktriteria,
menurut Putri (1990) dalam Puspita (2011) menggunakan metode penilaian kinerja
berdasarkan konsep input-proses-output. Sementara menurut Ainsworth et al, (2002)
dalam Puspita (2011) pengukuran kinerja menggunakan skala dua faktor, yakni skala
hasil dan skala usaha, dimana ukuran ini memfokuskan pada : produktivitas, biaya,
mutu, kepuasan pelanggan, dan tenggat waktu.
Sedangkan Menurut K-State Cooperative Extension Service ukuran kinerja bagi
penyuluh dapat dicapai melalui beberapa dimensi, diantaranya : kualitas kerja,
kuantitas kerja, keterikatan pada jadwal kerja, alokasi kerja, sikap dan ketenangan,
dan kepuasan organisasi dan pelanggan. Terziovski dan Dean menyatakan bahwa
peningkatan atau pengembangan kualitas kerja mengacu pada dimensi yang paling
efektif dalam memengaruhi kinerja pegawai (Khalil et al,.2008 dalam Puspita, 2011).
Berdasarkandari uraian diatas, Puspita (2011) menyimpulkan bahwa penilaian
kinerja dapat dilakukan dari aspek input-proses-output ataupun dari aspek hasil dan
usaha. Dalam penyuluhan publik, penilaiannya relatif lebih sulit, karena harus
mencakup berbagai aspek, baik kualitas maupun kuantitas pelayanan.
35
Hardiansyah (1999) dalam Pakhri (2002) telah menyusun instrument penilaian
kinerja posyandu yang dapat melihat kelemahan atau kekuatan posyandu setiap 6
bulan. Instrument penelitian tersebut meliputi : input, proses, dan output yang masing-
masing diberi skor dan kemudian dijumlahkan, dengan skor maksimal 500. Kinerja
posyandu dinyatakan baik, jika total skor yang diperoleh ≥ 80%. Komponen input
diantaranya terdiri dari : alat bantu, bahan, kader dan organisasi. Komponen proses
diantaranya meliputi : persiapan dan penimbangan, penyuluhan, pelayanan paket
pertolongan gizi dan kesehatan, serta pelaporan dan tindak lanjut. Sedangkan
komponen output diantaranya meliputi : pelaporan dan cakupan SKDN, cakupan
vitamin A, dan cakupan Fe.
Berdasarakan hasil Hatoyo, dkk (2000) dalam Pakhri (2002) mengenai uji coba
penilaian kinerja posyandu pada 10 posyandu di Kabupaten Bogor, banyak pada
pertanyaan input, proses, dan output memiliki skor jawaban yang rendah. Sehingga 7
posyandu dinyatakan memiliki tingkat kinerja yang kurang.
Hasil penelitian Kasmita dkk (2000), menunjukan bahwa kinerja posyandu di
Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat secara umum dikategorikan
sedang dengan rata-rata skor 63,7% dan hanya 3 posyandu (10%) yang memiliki
kinerja baik. Beberapa ha1 yang menyebabkan rendahnya komponen input, meliputi
ketersediaan alat peraga dan obat-obatan, formulir pencatatan dan KMS, tidak ada
uraian tugas bagi masing-masing kader, dan jadwal pelaksanaan Posyandu.
Pada komponen proses tidak berjalan dengan baik, berkenaan dengan persiapan
kader sebelum pelaksanaan posyandu belum maksimal, pencatatan hasil penimbangan
pada formulir register dan KMS belum dikerjakan sendiri oleh kader, penyuluhan
36
yang belum terarah, pembuatan laporan dan tindak lanjut dari suatu kasus di
Posyandu. Sedangkan komponen output, berkaitan dengan pencapaian target dari K/S,
D/S dan N/D serta cakupan pemberian obat-obatan seperti pil besi dan vitamin A serta
target penurunan jumlah balita BGM (Kasmita dkk, 2000). Dari hasil tersebut
menunjukan bahwa komponen pertanyaan masih membutuhkan penyesuaian.
Begitu pula dengan hasil penelitian Nusi (2006) menunjukan bahwa secara
keseluruhan kinerja posyandu tergolong sedang. Hal tersebut diketahui dimana dari
ketiga komponen kinerjanya (input, proses, dan output) hanya komponen proses yang
tergolong sedang, sedangkan komponen input dan output sudah tergolong baik.
Penilaian kinerja tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya
standar kerja.esensi penilaian kinerja adalah perbandingan kinerja ternilai dengan
standar kinerjanya. Jika penilaian kinerja dilaksanakan tanpa standar kinerja, maka
hasilnya tidak memiliki nilai (Wirawan, 2009 dalam Suparti, 2010).
2.4.1 Komponen Input
Masukan (input) merupakan bagian atau elemen yang terdapat dalam
suatu sistem yang diperlukan, untuk dapat berfungsisnya sistem tersebut.
Masukan (input) berupa sumber-sumber daya dalam suatu organisasi
(Sulaeman, 2009).
Menurut Sulaeman (2009), sumber-sumber daya dibagi kedalam 2
kelompok yaitu sumber daya manusia dan sumber daya non manusia, yang
terdiri atas sumber daya fisik, sumberdaya finansial, serta sumber daya sistem
dan teknologi. Dimana organisasi yang dimaksud adalah Posyandu. Berikut
37
sumber-sumber daya yang diperlukan dan merupakan penilaian terhadap
komponen input terhadap posyandu :
1. Tersedianya kader Posyandu :
Kader adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan
memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara
sukarela. Pemilihan kader posyandu dapat dilakukan dengan dipilih
dari dan oleh masyarakat pada saat musyawarah pembentukan
posyandu (Kemenkes RI, 2011). Kader posyandu dipilih dari anggota
masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk
menyelenggarakan kegiatan posyandu secara sukarela (Depkes,
2006).
Kriteria yang harus dimiliki kader posyandu diantaranya :
dapat membaca dan menulis, berjiwa sosial dan menerima bekerja
secara relawan, mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat,
mempunyai waktu yang cukup, berdomisili di wilayah kerja
posyandu, berpenampilan ramah, simpatik, dan mampu diterima
masyarakat (Makmur, 2009).
Kader posyandu memiliki 3 tugas utama diantaranya :
persiapan sebelum hari bukan posyandu (H-1), pada saat hari buka
posyandu (hari H), dan setelah hari buka posyandu (H+1), berikut
penjelasannya (Kemenkes RI, 2011) :
1) Sebelum hari buka posyandu (H-1) :
38
a. Menyebarluaskan hari buka posyandu melalui pertemuan
warga setempat.
b. Mempersiapkan tempat pelaksanaan posyandu.
c. Mempersiapkan sarana posyandu.
d. Melakukan pembagian tugas antar kader.
e. Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas
lainnya.
f. Mempersiapkan bahan PMT penyuluhan.
2) Pada hari buka posyandu (hari H) : Pada proses ini
menggunakan sistem 5 meja seperti tabel 2.2 :
a. Melaksanakan pendaftaran pengunjung posyandu.
b. Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang
berkunjung di posyandu.
c. Mencatat hasil penimbangan di buku KIA atau KMS dan
mengisi buku registrasi posyandu.
d. Pengukuran LILA pada ibu hamil dan WUS.
e. Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling
kesehatan dan gizi sesuai dengan hasil penimbangan serta
memberikan PMT.
f. Membentu petugas kesehatan memberikan pelayanan
kesehatan dan KB sesuai kewenangannya.
39
g. Setelah pelayanan selesai, kader bersama petugas
kesehatan melengkapi pencatatan dan membahas hasil
kegiatan serta tindak lanjut.
3) Setelah hari buka posyandu (H+1) :
a. Mengadakan pemutakhiran data sasaran posyandu : ibu
hamil, ibu nifas, dan ibu menyusui, serta bayi dan balita.
b. Membuat diagram batang SKDN.
c. Melakukan tindak lanjut terhadap : saran yang tidak
datang, dan sasaran yang memerlukan penyuluhan
lanjutan.
d. Memberitahkan kepada kelompok sasaran untuk datang
ke posyandu pada hari buka.
e. Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat,
menghadiri pertemua rutin seperti pengajian dan atau
arisan masyarakat.
Salah satu indikator dalam tingkat perkembangan posyandu
menurut Kemenkes (2011), yaitu rerata kader yang bertugas adalah 5
orang atau lebih.
Selain rerata kader yang bertugas di posyandu, jumlah kader
yang bertugas pada hari pelaksanaan posyandu juga dapat dijadikan
indikasi lancar tidaknya kegiatan posyandu (Nusi, 2006).
Berdasarkan penelitian Hayati (2000) dan Juarsa (2004) dalam
Makmur (2009), dimana keterampilan kader memiliki hubungan
40
yang signifikan untuk meningkatkan cakupan penimbangan balita
dengan memotivasi ibu balita untuk datang ke posyandu.
Sandang (2004) dalam Dewi, dkk (2012) menyatakan bahwa
seseorang dalam bekerja akan lebih baik hasilnya bila memiliki
keterampilan dalam melaksanakan tugas, dan keterampilan seseorang
dapat terlihat pada lamanya bekerja.
2. Ketersediaan Sarana Posyandu :
Menurut Depkes (2000) dalam Nusi (2006), sarana kesehatan
merupakan salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan. Adanya sarana kesehatan diharapkan dapat
menunjang berbagai upaya pelayanan kesehatan baik di tingkat
individu maupun masyarakat.
Hasil penelitian Murniati (2007) membuktikan bahwa
ketersediaan pelayanan memiliki hubungan dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Hasanah (2012) juga
menunjukan bahwa, fasilitas posyandu yang lengkap memiliki
pengaruh terhadap kinerja kader posyandunya. Dengan kata lain,
tersedianya sarana yang memadai di posyandu akan meningkatkan
minat ibu untuk membawa anaknya ditimbang ke posyandu.
Sarana yang terdapat di posyandu diantaranya meliputi : alat
timbang berat badan, alat ukur Lingkar Lengan Atas (LLA), tablet
besi, kapsul vitamin A, buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau
41
Kartu Menuju Sehat (KMS), formulir pendataan, pencatatan dan
pelaporan, serta poster blanko SKDN (Kemenkes, 2011).
3. Struktur Organisasi
Menurut Depkes (2006), struktur organisasi posyandu
ditetapkan oleh musyawarah masyarakat pada saat pembentukan
posyandu. Sturktur organisasi minimal terdiri dari ketua, sekretaris,
bendahara, dam kader posyandu merangkap sebagai anggota.
Beberapa posyandu yang ada di suatu wilayah (kelurahan/desa
dan sebagainya), selayaknya dikelola oleh suatu unit/kelompok
pengelola posyandu yang keanggotaannya dipilih dari kalangan
masyarakat setempat. Pengorganisasian posyandu di desa/kelurahan
dapat dilihat pada bagan 2.2 (Kemenkes, 2011).
Bagan 2.2
Struktur Organisasi Posyandu Berdasarkan Kondisi Wilayah
Setempat
Sumber : Kementerian Kesehatan. 2011. Pedoman Umum
Pengelolaan Posyandu. Sekjen Kementerian Kesehatan RI. Jakarta
42
2.4.2 Komponen Proses
Menurut Sulaeman (2009), tahapan proses yaitu merubah masukan
menjadi keluaran dengan melaksanakan fungsi-fungsi menejemen dan
pelayanan kesehatan yang ditunjang oleh standar mutu pelaksanaan dan
standard operating procedure (SOP) serta sistem informasi.
Tahapan poses pada kegiatan posyandu terdapat pada
penyelenggaraan kegiatan posyandu. Tahapan ini merupakan indikator untuk
menilai kegiatan posyandu, tahapan tersebut diantaranya (Nusi, 2006) :
1. Tahap Persiapan: Tahapan ini merupakan tahapan sebelum hari buka
posyandu (H-1), diaman kader bertugas mempersiapkan kebutuhan
yang dibutuhkan seperti tempat pelaksanaan kegiatan posyandu,
sarana posyandu, bahan PMT, sekaligus pembagian tugas antar kader
agar kegiatan penimbangan berjalan dengan baik (Nusi, 2006).
2. Tahap Pendaftaran dan Penimbangan : Kegiatan pendaftaran dan
penimbangan yang merupakan tugas kader posyandu pada saat hari
buka posyandu.Pada pelaksanaannya berdasarkan sistem 5 meja,
pendaftaran dan penimbangan berada pada meja ke 1 dan ke 2 (Nusi,
2006).
3. Tahap Penyuluhan : Rendahnya pelaksanaan penyuluhan berkaitan
dengan penguasaan kader terhadap materi penyuluhan yang
akandiberikan. Selain itu, ada rasa sungkan pada kader yang lebih
muda memberika penyuluhan kepada kader yang lebih tua (Kasmita,
dkk, 2000). Penyuluhan yang diberikan kader sedikitnya menjelaskan
43
tentang makna grafik perkembangan berat badan balita yang tertera
pada KMS balita kepada ibunya, menjelaskan makna pengukuran
LILA pada ibu hamil, dan memberikan penyuluhan pada ibu hamil
yang mengacu pada KMS ibu hamil (Nusi, 2006). Oleh sebab itu,
kualitas kader akan memberikan pengaruh pada kinerja posyandu.
4. Tahap Pelayanan paket Gizi dan Kesehatan : Pada tahap ini, tugas
kader posyandu yaitu mendistribusikan tablet besi, vitamin A untuk
bayi dan balita, dan pemberian PMT. Selain itu, jika ditemukan
adanya kasus gizi buruk, maka kader menganjurkan untuk ibu
membawa anaknya ke Puskesmas (Nusi, 2006).
5. Tahap Pembuatan Laporan dan Rencana Tindak Lanjut : Tahap
pembuatan laporan dan tindak lanjut berdasarkan hasil penelitian
Kasmita dkk (2000) memiliki hubungan yang signifikan dengan
jumlah balita dengan status gizi kurang, dengan kata lain semakin
rendah pelaksanaan pelaporan dan tindak lanjut maka, semakin tinggi
jumlah anak dengan status gizi kurang. Oleh Karena itu, pembuatan
laporan dan tindak lanjut memiliki peran penting pada kinerja
posyandu.
2.4.3 Komponen Output
Hasil antara (output) yaitu hasil langsung dari proses berupa
pencapaian cakupan indikator hasil antara yang terdiri atas 3 indikator pilar
Indonesia Sehat 2010 yang akan mempengaruhi hasil akhir (outcome), yaitu
indikator-indikator keadaan lingkungan, indikator-indikator perilaku hidup
44
masyarakat, serta indikator-indikator akses dan mutu pelayanan kesehatan
dengan tolok ukur Indonesia Sehat 2010 dan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) kabupaten/kota bidang kesehatan (Sulaeman, 2009).
Hasil langsung (output) dari kegiatan posyandu diantaranya berupa
pencapaian pelaporan posyandu, cakupan penimbangan (SKDN), cakupan
ASI eksklusif, cakupan pemberian kapsul vitamin A, dan cakupan pemberian
tablet Fe dengan menggunakan tolok ukur Standar Pelayanan Minimal (SPM)
kabupaten/kota bidang kesehatan dan Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat
Tahun 2011 (Pakhri, 2002). Cakupan penimbangan (data SKDN) dapat
diuraikan sebagai berikut (Sembiring, 2004) :
Data S : adalah data jumlah semua balita di wilayah kerja puskesmas.
Data K : adalah adalah data jumlah balita yang terdaftar dan
mendapat Kartu Menuju Sehat (KMS).
Data D : adalah data jumlah balita yang datang dan menimbang berat
badannya ddi bulan tersebut.
Data N : adalah data jumlah balita yang ditimbang dan naik berat
badannya.
Data BGM : adalah data jumlah balita yang ditimbang dan berada
pada Bawah Garis Merah (BGM).
Hasil dari pengolahan dan analisis data cakupan penimbangan dihitung
dalam bentuk proporsi, diantaranya (Sembiring, 2004) :
45
Proporsi D/S : yaitu jumlah balita yang ditimbang berat badannya
pada periode waktu tertentu dibandingkan dengna jumlah seluruh
balita tertentu. Hal tersebut menunjukan tinggi rendahnya tingkat
partisipasi masyarakat terhadap posyandu.
Proporsi K/S: yaitu balita yang tercatat dan memiliki KMS
dibandingkan dengan jumlah seluruh balita tertentu. Hal tersebut
menunjukan cakupan penimbangan yang dilakukan di wilayah
tersebut.
Proporsi N/D : yaitu jumlah balita yang ditimbang dan naik berat
badannya dibandingkan dengan jumlah balita yang datang dan
menimbang berat badannya pada periode waktu tertentu. Hal ini
menunjukan bahwa berhasil tidaknya program posyandu.
Proporsi BGM/D : yaitu jumlah balita yang timbang dan berat
badannya berada pada Bawah Garis Merah dibandingkan dengan
jumlah balita yang datang dan menimbang berat badannya pada
periode waktu tertentu.
Cakupan N/S : yaitu jumlah balita yang ditimbang dan naik berat
badannya dibandingkan dengan jumlah seluruh balita tertentu. Hal ini
menunjukan hasil program posyandu (Nusi, 2006).
Standar Pelayanan Minimal (SPM) kabupaten/kota bidang kesehatan
menetapkan target cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra
sekolah adalah 90%, cakupan balita mendapat ASI eksklusif adalah 80%, dan
46
cakupan balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali per tahun adalah 90%
(Kemenkes, 2003).
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Posyandu
2.5.1 Faktor Lingkungan Sosial Posyandu
Menurut Notoatmodjo (2007), dimana tokoh masyarkat adalah
jembatan antara sektor kesehatan dengan masyarakat. Berdasarkan hasil
penelitian Sudarti (1990) dalam Yamin (2003) menunjukan bahwa di daerah,
tokoh masyarakat berpartisipasi aktif dan memberikan perhatian terhadap
kader menghasilkan kegiatan Posyandu yang maju.
Menurut Sucipto (2009) dalam Sari, dkk (2012) dukungan tokoh
masyarakat (Kepala Desa) kepada kader posyandu sangat penting, hal ini
disebabkan tokoh masyarakat merupakan tokoh yang paling disegani dan
berpengaruh di wilayah tersebut. Dukungan dan saran dari tokoh masyarakat
merupakan salah satu bentuk motivasi dan semangat bagi kader dalam
melaksanakan tugasnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pakhri (2002), membuktikan
bahwa partisipasi tokoh masyarakat mempengaruhi input, output, dan total
kinerja posyandu. Selain itu partisipasi tokoh masyarakat juga mempengaruhi
kegiatan pelaporan dan tindak lanjut di posyandu. Tjukarni (2002) dalam
Pakhri (2002), menemukan sikap tokoh masyarkat terhadap kegiatan
posyandu positif, namun pengetahuan mereka tentang masalah gizi umumnya
masuih kurang.
47
Hasil penelitian Kasmita (2000) dalam Pakhri (2002) menemukan
bahwa jika tokoh masyarakat berperan membantu kelancaran pelaksanaan
posyandu dan sangat berpengaruh positif. Namun pada kenyataannya
umumnya peran tokoh agama dan tokoh masyarakat dirasakan masih kurang.
Peran tokoh masyarakat untuk meningkatkan kinerja posyandu
berdasarkan hasil penelitian Widagdo (2007), seperti selalu melakukan
peninjauan terhadap pelaksanaan kegiatan posyandu dan mengikuti kegiatan
lainnya, pemberian tugas kepada kader sebagai salah satu bentuk kepedulian
terhadap kegiatan posyandu, selalu berusahan memperbaik hubungan dengan
kader posyandu, dan memberikan petunjuk ketika menghadiri kegiatan
posyandu.
Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota
masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat
tersebut. Dalam hal ini dimana masyarakat aktif memikirkan, merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi program-program kesehatan masyarakatnya
(Notoatmodjo, 2007).
Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(Depdikbud), swadaya masyarakat dalam posyandu merupakan kekuatan
sendiri dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan posyandu agar kegiatan
dapat terlaksana dengan baik, terutama dalam pengadaan sarana, tenaga atau
dana sendiri seperti tempat posyandu, bahan penyuluhan, bahan Pemberian
Makanan Tambaan (PMT), buku pencatatan, papan data dan kesejahteraan
kader (Nusi, 2006).
48
Hal tersebut didukung pula menurut Direktorat Jendral Pemberdayaan
Masyarakat Desa Departeman Dalam Negeri (Dirjen PMD Depdagri) bahwa
pelayanan posyandu akan berjalan dengan baik apabila potensi yang ada
dalam masyarakat dapat dioptimalkan dengan baik (Nusi, 2006).
Rendahnya dukungan masyarakat diduga karena kelemahan dalam
pelaksanaan program kemasyarakatan saat ini yang tidak melibatkan
masyarakat sejak awal. Masyarakat hanya sekedar diperkenankan
berpartisipasi dalam pelaksanaan fisiknya dilapangan (Pakhri, et al, 2002
dalam Nusi, 2006).
Penelitian Tjukami, dkk (2000) dalam Pakhri (2002) di 4 desa di Nusa
Tenggara Barat menemukan bahwa Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
umumnya diselenggarakan atas bantuan pemerintah atau pihak luar, dan hanya
beberapa posyandu yang menyelenggarakannya atas biaya swadaya sendiri,
seperti Kas Desa, Majelis Ta’lim, atau jimpitan beras. Menurut Sander (1999)
dalam Pakhri (2002) bahwa, keberlangsungan program sangat tergantung pada
kemampuan keuangan masyarakat setempat dan pemelihaaan.
2.5.2 Pembinaan Posyandu
Pembinaan merupakan kegiatan prioritas yang direncanakan dan
berkesinambungan agar hasil kegiatan meningkat. Pembinaan posyandu perlu
dilakukan agar posyandu berfungsi dengan baik (Pakhri, 2002). Departeman
Kesehatan (1995) dalam Rohmadi (2003) mendefinisikan supervisi sebagai
suatu kegiatan, bimbingan dan pengawasan, oleh pengelola program terhadap
pelaksana di tingkat administrasi yang lebih rendah, dalam rangka
49
memantapkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan.
Pengertian lain diungkapkan oleh Stoner et al (1996) dalam Suparti
(2010) bahwa supervisi atau pembinaan adalah salah satu upaya pengarahan
dengan memberikan petunjuk serta saran, setelah menemukan alasan dan
keluhan pelaksana dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi. Tujuan
supervisi adalah untuk meningkatkan performance dari petugas kesehatan
secara kontinyu.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
pembinaan atau supervisi merupakan suatu kegiatan pengarahan atau
bimbingan secara berlanjut dalam rangka mengatasi permasalahan yang
dihadapi sehingga kegiatan meningkat sesuai dengan tujuan dan sasaran.
Pembinaan dan pengawasan posyandu dilakukan secara berjenjang
dari tingakt pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan
(Kemenkes, 2011). Bentuk pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui
Menteri Dalam Negeri yang melakukan pembinaan dan pengawasan di tingkat
provinsi, Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan di tingkat
kabupaten/kota, kemudian Bupati melakukan pembinaan dan pengawasan di
tingkat kecamatan, dan Kepala Desa melakukan pembinaan terhadap
pelaksanaan layanan kesehatan dasar dan layanan sosial dasar lainnya di
posyandu.
Menurut Depdagri et al (2001) dalam Nusi (2006), untuk mendukung
kegiatan posyandu sebagai sarana pelayanan kesehatan dasar pengembangan
50
kualitas sumber daya manusia sejak dini, diperlukan institusi pembina
posyandu yang berfungsi memfasilitasi, membina, memantau, dan
mengevaluasi kegiatan posyandu sesuai kebutuhan.
Adapun kelembagaan yang mengkoordinasikan fungsi pembinaan dari
pemerintah tersebut, diorganisasikan melalui wadah Kelompok Kerja
Operasional Posyandu (Pokjanal Posyandu), sedangkan di tingkat
Desa/Kelurahan dikoordinasikan melalui Pokja Posyandu (Kemenkes, 2011).
Tujuannya adalah untuk mengkoordinasikan berbagai upaya pembinaan yang
berkaitan dengan peningkatan fungsi dan kinerja posyandu, yang secara
operasional dilaksanakan oleh unit atau kelompok pengelola posyandu di desa
(Kemenkes, 2011).
Sifat dari pembinaan tersebut adalah mengayomi dan mendukung
pelaksanaan kegiatan yang diwujudkan dalam rangkaian upaya yang
dilakukan oleh pembina terhadap kader, dengan tujuan membantu mengatasi
berbagai masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan posyandu
maupun pemberian perhatian dan penghargaan terhadap upaya yang telah
dilakukan kader dan masyarakat dalam rangka mengingkatkan kegiatan
posyandu (Nusi, 2006).
Pembinaan yang dilakukan mencakup dua hal, yaitu pembinaan secara
langsung dan pembinaan tidak langsung. Pembinaan langsung meliputi
kunjungan posyandu dan kontak langsung dengan kader, sedangkan
pembinaan tidak langsung meliputi rapat atau pertemuan berkala tim pembina
maupun pertemuan berkala dengan kader. Tujuannya adalah memberikan
51
perhatian dan penghargaan kepada para pelaksana kegiatan, membimbing
pelaksanaan kegiatan agar berjalan dengan lancar, dan membantu
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh para pelaksana kegiatan (Nusi,
2006).
Kunjungan yang dilakukan oleh pembina posyandu tidak hanya
berkaitan dengan petugas kesehatan Puskesmas saja, melainkan petugas diluar
kesehatan juga turut berperan dalam kunjungan tersebut, seperti Petugas
Lapangan Keluarga Berencana (PKLB) memperhatikan kegiatan kader yang
menyangkut pencatatan dan pelaporan serta cara kader memberikan
penyuluhan perseorangan di meja 4 atau penyuluhan kelompok kepada para
ibu yang sedang menunggu giliran anaknya menimbang (Depkes et al, 1995
dalam Nusi, 2006).
Kemudian Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) atau mantri
tani mengadakan kontak dengan kader untuk mengetahui perkembangan
produksi tanaman perkarangan dan pemeliharaan kebun kelompok yang turut
disumbangkan untuk pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan (PMT),
bimbingan serta penyuluhan mengenai cara pemanfaatan perkarangan atau
pemeliharaan kebun kelompok. Petugas Kantor Urusan Agama (KUA) atau
pemuka agama mengadakan pembinaan melalui kontak langsung dengan
kader untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat yang dilihat dari
cakupan D/S, dan cakupan N/D, dan dukungan masyarakat terhadap kegiatan
pengumpulan dana melalui pengajian, dan lain-lain (Depkes et al, 1995 dalam
Nusi, 2006).
52
Hasil penelitian Pakhir (2002) menunjukan bahwa pembinaan
memiliki hubungan yang bermakna dengan kinerja posyandu meliputi input,
proses, dan output posyandu. Pembinaan juga mempengaruhi penimbangan,
pelayanan paket gizi dan kesehatan, dan pelaporan & tindak lanjut. Hasil
penelitian Sambas (2002) dalam Makmur (2009) membuktikan bahwa faktor
supervisi petugas kesehatan memiliki hubungan bermakna terhadap cakupan
penimbangan balita di posyandu. Selain itu Sambas juga membuktikan bahwa
pembinaan kader juga memiliki hubungan yang positif terhadap kunjungan
ibu balita ke posyandu.
Begitu pula dengan hasil penelitian Simanjuntak (2012) bahwa,
pemberian pelatihan pada kader posyandu memberikan pengaruh dalam
meningkatkan kinerjanya. Hasanah (2012) dalam penelitiannya juga
menunjukan bahwa gaji atau upah yang diberikan memiliki hubungan dengan
kinerja kader posyandu. Dimana gaji/upah sangat memotivasi keaktifan kader
dalam pelaksanaan kegiatan posyandu.
2.5.3 Motivasi Kader
Motif atau Motivasi berasal dari kata latin moreve yaitu dorongan dari
dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Pengertian tersebut erat
kaitannya dengan kata kebutuhan atau need. Kebutuhan adalah suatu “potensi
” dalam diri manusia yang perlu ditanggapi atau direspon (Notoatmodjo,
2007).
Frederick Herzberg (1950) dalam Notoatmodjo (2007) telah
mengembangkan teori motivasi “dua faktor”. Pada teori ini menjelaskan
53
bahwa, 2 faktor yang mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan tugas
atau pekerjaannya, yaitu :
1. Faktor-faktor penyebab kepuasan (satisfierr) atau faktor motivasional.
Faktor motivasional ini diantaranya mencakup : prestasi, penghargaan,
tanggung jawab, kesempatan untuk maju, dan pekerjaan itu sendiri.
Apabila kepuasan itu dicapai dalam pekerjaan, maka akan
menggerakan tingkat motivasi yang kuat untuk bekerja, sehingga dapat
menghasilkan kinerja yang tinggi.
2. Faktor-faktor penyebab ketidakpuasan (dissatisfaction) atau faktor
higien. Faktor-faktor ini menyangkut kebutuhan akan pemeliharaan
yang merupakan hakikat manusia ingin memperoleh kesehatan
badaniah. Faktor ini meliputi : kondisi kerja, hubungan interpersonal,
kebijakan dan administrasi perusahaan, pengawasan, gaji, dan
keamanan kerja. Hilangnya faktor-faktor tersebut akan menimbulkan
ketidakpuasan untuk bekerja.
Motivasi adalah konsep yang digunakan untuk menguraikan
keadaan ekstrinsik yang menstimulasi perilaku tertentu dan respon instrinsik
yang kemudian ditampilkan dalam perilaku.Keadaan ekstrinsik dapat berupa
hadiah atau insentif, dimana dengan adanya keadaan tersebut mendorong
individu melakukan atau mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain, motivasi
adalah interaksi intrinsik dan ekstrinsik yang dapat dilihat berupa prilaku atau
penampilan. Motivasi tenaga kerja perlu dikelola untuk mengahasilkan
54
penampilan kerja (kinerja) yang diharapkan untuk mencapai tujuan institusi
(Anna Kelia, 1996) dalam Rohmadi, 2003).
Pernyataan tersebut juga diungkapkan oleh Handoko (1998) dalam
Rohmadi (2003) bahwa motivasi adalah keadaan pribadi seseorang yang
mendorong keinginan untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai
tujuan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah keadaan seseorang (ekstrinsik) yang mendorong atau
menrespon keadaan instrinsik seseorang untuk melakukan kegiatan untuk
mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan teori Herzberg, faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi seseorang untuk meningkatkan kinerja adalah
kelompok faktor kepuasan.
Faktor yang termasuk pemotivasi ekstrinsik adalah penghargaan fisik
dan pengaruh orang lain. Penghargaan fisik yang diterima dapat berupa uang,
baju seragam, pelayanan kesehatan/KB gratis dan bingkisan lebaran.
Sedangkan faktor instrinsik merupakan motivasi yang dodorong oleh
keinginan dari kader sendiri seperti menyukai kegiatan sosial kemasyarakatan,
keinginan untuk memajukan desa, keinginan tampil, keinginan memperoleh
ilmu pengetahuan dan mengamalkannya serta mengisi waktu luang
(Permanasari, Kusharto dan Baliwati, 1997 dalam Pakhri, 2002). Menurut
Pakhri (2002), banyaknya kader yang drop out menunjukan bahwa motivasi
kader masih rendah.
55
Hasil penelitian Kasmita (2000) mendapatkan jumlah kader per
posyandu umumnya kurang dari 4 orang. Selain itu, pengetahuan dan
keterampilan kader umumnya masih kurang, sehingga belum dapat berperan
optimal dalam kegiatan posyandu, seperti pengisian Kartu Menuju Sehat
(KMS), membuat laporan dan melakukan penyuluhan, akibatnya sebagian
kader kurang aktif.
Hasil penelitian Pakhri (2002) mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan kinerja posyandu di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan
menunjukan bahwa motivasi memiliki hubungan yang bermakna dengan
komponen input posyandu. Penelitian Rohmadi (2003) juga menunjukan
bahwa individu dengan motivasi yang tinggi memiliki hubungan yang
signifikan (p < 0,05) untuk menghasilkan kinerja yang tinggi.
Penelitian tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Makmur
(2009) bahwa, motivasi seseorang menjadi kader posyandu dikarenakan
menyukai anak-anak, sehingga mendapatkan hiburan atau refreshing dalam
pekerjaannya, kemudian memiliki tujuan untuk memajukan masyarakat
desanya, meningkatkan pengetahuan, pengalaman, dan yang paling utama
adalah merupakan suatu ibadah.
Berdasarkan penelitian Suparti (2010) mengenai kinerja bidan PNS
dalam penjaringan balita gizi buruk di Kabupaten Kendal menunjukan bahwa,
responden dengan tingkat motivasi yang baik, memiliki proporsi kinerja yang
baik pula.
56
Oleh sebab itu, motivasi kader yang tinggi akan meningkatkan kinerja
kader yang tinggi pula, sehingga posyandu berjalan sesuai fungsinya. Dengan
kata lain, kinerja kader memilliki peranan penting dalam memajukan
posyandu.
57
Bagan 2.3
Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi penelitian Pakhri (2002), Rohmadi (2003), Nusi (2006), Puspita (2011) dan teori Sulaeman (2009)
Input
• sarana dan bahan
• kader
• struktur organisasi
Proses
• persiapan
• Penimbangan
• Penyuluhan
• Paket pelayanan gizi dan kesehatan
• Penyusunan laporan dan tindak lanjut
Output
• Pelaporan
• Cakupan SKDN
• cakupan ASI eksklusif
• cakupan vitamin A
• cakupan tablet Fe
Faktor Lingkungan
Sosial Posyandu :
1. Dukungan tokoh
masyarakat
2. Swadaya
masyarakat
Pembinaan Posyandu
Motivasi Masyarakat
Kinerja Posyandu
58
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja posyandu dan faktor-
faktor yang berhubungan dengan kinerja posyandu di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat tahun 2014. Metode penilaian kinerja
berdasarkan pendekatan komponen input, proses, dan output posyandu (Puspita,
2011). Metode yang sama juga digunakan pada penelitian Kasmita, dkk (2000) dan
Pakhri (2002), dimana kinerja posyandu merupakan hasil kumulatif dari komponen
input, proses, dan output posyandu.
Komponen input posyandu diantaranya terdiri dari ketersediaan sarana,
kader, dan struktur organisasi. Kemudian untuk komponen proses posyandu
meliputi 5 kegiatan yaitu : kegiatan persiapan, penimbangan, penyuluhan, pelayanan
gizi dan kesehatan, serta penyusunan laporan dan rencana tindak lanjut. Sedangkan
untuk komponen output posyandu terdiri dari pelaporan, cakupan SKDN, cakupan
ASI eksklusif, cakupan vitamin A, dan cakupan tablet Fe (Pakhri, 2002).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja posyandu dalam penelitian
Pakhri (2002) diantaranya adalah faktor motivasi kader, swadaya masyarakat,
adanya pembinaan posyandu, dan partisipasi tokoh masyarakat. Hasil penelitian
tersebut juga memiliki beberapa kesamaan dengan penelitian lainnya seperti pada
penelitian Rohmadi (2003) dan Makmur (2009) yang menunjukan bahwa motivasi
59
memiliki pengaruh terhadap kinerja kader. Penelitian Kasmita (2000) dalam Pakhri
(2002) dan Nusi (2006) juga menunjukan bahwa partisipasi tokoh masyarakat dan
swadaya masyarakat membantu dalam kegiatan posyandu.
Berdasarkan uraian diatas, diketahui terdapat beberapa faktor yang diguga
berhubungan dengan kinerja posyandu diantaranya faktor lingkungan sosial
posyandu (partisipasi tokoh masyarakat dan swadaya masyarakat), motivasi kader,
dan pembinaan posyandu. Akantetapi, pada variabel motivasi hanya dapat menilai
secara individual, dan tidak dapat menggambarkan atau mewakili motivasi kader
secara keseluruhan. Oleh sebab itu variabel motivasi kader tidak digunakan pada
penelitian ini.
Berdasarkan kerangka teori diatas dan segala keterbatasannya, maka peneliti
merumuskan kerangka konsep yang menjadiacuandalampenelitian ini, adalah sebagai
berikut :
60
Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Input
• sarana dan bahan
• kader
• struktur organisasi
Proses
• persiapan
• Penimbangan
• Penyuluhan
• Paket pelayanan gizi dan kesehatan
• Penyusunan laporan dan tindak lanjut
Output
• Pelaporan
• Cakupan SKDN
• Cakupan ASI eksklusif
• Cakupan vitamin A
• Cakupan tablet Fe
Faktor Lingkungan
Sosial Posyandu :
- Partisipasi tokoh
masyarakat
- Swadaya
masyarakat
Pembinaan Posyandu
Kinerja Posyandu
61
3.2 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat ukur Hasil Ukur Skala
1 Kinerja
posyandu
Hasil yang dicapai posyandu dalam
melaksanakan kegiatan posyandu yaitu
berdasarkan hasil akumulasi nilai skoring
komponen input, proses, dan output
melalui pengisian kuesioner (Pakhri,
2002).
Komponen input merupakan
ketersediaan sarana/alat dan kader
posyandu, seperti : timbangan,
KMS, peraga penyuluhan, kapsul
vitamin A, tablet Fe, formulir
pendataan, formulir pencatatan,
formulir pelaporan, blanko SKDN,
tempat kegiatan posyandu, dan
jadwal pelaksanaan kegiatan
(Pakhri, 2002).
Komponen proses merupakan alur
kegiatan posyandu meliputi
Pengisian
kuesinoer
Kuesioner
a. Rendah : nilai skor
< 80 %
b. Tinggi : nilai skor
≥80%
(Pakhri, 2002)
Ordinal
62
kegiatan persiapan, penimbangan,
penyuluhan, pelayanan gizi dan
kesehatan, serta kegiatan pelaporan
dan rencana tindak lanjut (Pakhri,
2002).
Komponen output merupakan hasil
langsung dari kegiatan posyandu,
yaitu pelaporan, cakupan
penimbangan (SKDN), cakupan
ASI eksklusif, cakupan tablet Fe,
dan cakupan vitamin A (Pakhri,
2002).
2 Swadaya
masyarakat
Upaya masyarakat desa untuk memenuhi
kebutuhan posyandu dalam pelaksanaan
kegiatan posyandu, meliputi :
pengumpulan dana sehat/sarana untuk
posyandu, peminjaman tempat untuk
kegiatan posyandu, tenaga untuk kegiatan
persiapan atau memasak, dan sumbangan
untuk perlombaan kader, dalam 6 bulan
Pengisian
kuesinoer
Kuesioner Skor (Pakhri, 2002) Rasio
63
terakhir yang ditunjukan melalui pengisian
kuesioner (Pakhri, 2002)
3 Pembinaan
posyandu
Cara-cara yang digunakan petugas
kesehatan dan sektor lain untuk
meningkatkan cakupan-cakupan posyandu
melalui bimbingan saat persiapan,
pemberian insentif untuk kader, bantuan
usaha untuk kader dari pemerintah
desa/sektor terkait, sarana posayndu oleh
puskesmas, peningkatan keterampilan
kader, upaya regenerasi kader, undangan
pertemuan untuk kader, bantuan
dana/sarana untuk posyandu, petugas
kesehatan turut hadir dalam kegiatan
posyandu, dan petugas kesehatan atau
sektor lain mengadakan penyuluhan
kepada masyarakat dalam 6 bulan terakhir
yang ditunjukan melalui pengisian
kuesioner (Pakhri, 2002)
Pengisian
kuesinoer
Kuesioner Skor (Pakhri, 2002) Rasio
4 Partisipasi Keikutsertaan pimpinan informal setempat Pengisian Kuesioner Skor (Pakhri, 2002) Rasio
64
tokoh
masyarakat
seperti ketua RT/RW, ustad/ustadzah, dll
yang “dihormati” dalam memberikan
dukungan kepada masyarakat atau kader
untuk mengikuti kegiatan posyandu,
menyediakan sarana/tenaga dalam
pelaksanaan kegiatan posayndu, atau hadir
pada kegiatan posyandu dalam 6 bulan
terakhir yang ditunjukan melalui pengisian
kuesioner (Pakhri, 2002)
kuesinoer
65
3.3 Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara partisipasi tokoh masyarakat dengan kinerja posyandu dalam
pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014.
2. Ada hubungan antara swadaya masyarakat dengan kinerja posyandu dalam
pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014.
3. Ada hubungan antara pembinaan posyandu dengan kinerja posyandu dalam
pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014.
66
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
metode cross sectional, yaitu data variabel independen dan variabel dependen
dikumpulkandalam waktu yang bersamaan dan hanya dilakukan sekali (Notoatmodjo,
2007).
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah swadaya
masyarakat, pembinaan posyandu, dan partisipasi tokoh masyarakat. Sedangkan
variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja posyandu yang
terdiri dari komponen input, proses, dan output.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokasi Penelitian
Berdasarkan laporan tahun 2011, dimana Puskesmas Kecamatan
Kembangan Jakarta Barat memperoleh cakupan penimbangan (D/S), cakupan
ASI eksklusif, dan cakupan distribusi kapsul vitamin A belum mencapai target
dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) kabupaten/kota maupun Rencana
Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat (RAPGM). Oleh sebab itu, penelitian
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan, yang bertujuan
untuk mengetahui kinerja posyandu di seluruh wilayah kerja Puskesmas
tersebut.
67
4.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni Tahun 2013 hingga bulan
April tahun 2014.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh posyandu wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat dengan total populasi 100
posyandu.
4.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah posyandu wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Perhitungan jumlah sampel dengan
menggunakan rumus Uji Beda 2 Rata-rata (Lameshow et al, 1990 dikutip
Ariawan, 1998 dalam Notoatmodjo, 2010) yaitu :
n = 2 2 [Z1-α/2+Z1-β]
2
(µ1-µ2)2
Keterangan :
n : Besar sampel
Z1-α/2 : Derajat kemaknaan (α = 5%)
Z1-β : Kekuatan uji 80% atau 0,84
: Standar Deviasi populasi (SD) = 50
2 : Variasi gabungan = 2500
µ1 : Rata-rata populasi 1, yaitu rata-rata swadaya masyarakat yang
68
(Nilai Standar Deviasi (SD), µ1 dan µ2 diperoleh dari penelitian Pakhri, 2006)
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh jumlah sampel minimal
sebanyak 44 sampel. Untuk menjaga bila terjadi ketidaklengkapan data, maka
besar sampel ditambah 10%, sehingga besar sampel dalam penelitian ini
sebanyak 48,4 atau 50 sampel posyandu.
Teknik untuk pengambilan sampel posyandu dengan cara acak
sederhana (simple random sampling), yaitu dari 100 posyandu wilayah kinerja
Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat, dipilih sebanyak 50
posyandu secara acak dengan cara diundian. Nomor urut posyandu yang keluar
adalah posyandu yang dijadikan sampel penelitian.
Dari tiap posyandu akan dipilih 1 orang kader sebagai responden
dengan keaktifan sedang di posyandu tersebut. Responden dengan keaktifan
sedang diperoleh dengan cara meminta petugas kesehatan pembina posyandu
mengurutkan nama kader menurut tingkat keaktifannya di masing-masing
posyandu. Responden yang terpilih berada pada urutan median.Jika jumlah
kader genap, maka akandipilih pada urutan sebelumnya.
Selain itu, kriteria lain yang terpilih menjadi responden diantaranya
bukan merupakan ketua kader, atau isteri dari Kepala Desa, dan minimal telah
1 tahun menjadi kader. Kemudian untuk melengkapi data, maka dilakukan
pula wawancara dengan petugas pembina posyandu dan observasi data.
kinerja posyandunya rendah = 20
µ2 :
Rata-rata populasi 2, yaitu rata-rata swadaya masyarakat yang
kinerja posyandunya tinggi = 50
69
4.4 Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen kueasioner. Kuesioner merupakan daftar
pertanyaan yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data dari sumber secara
langsung melalui proses komunikasi atau mengajukan pertanyaan. Kuesioner dalam
penelitian ini mengacu pada formulir penilaian kinerja dari Hardiansya, dkk (1999)
dalam Pakhri (2002) mengenai komponen-komponen kinerja posyandu meliputi :
komponen input, proses, dan output.
Sedangkan instrumen tentang faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan
kinerja posyandu (swadaya masyarakat, partisipasi tokoh masyarakat, dan pembinaan
posyandu) mengacu pada penelitian Pakhri (2002).
4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data-data yang dikumpulkan berkaitan dengan variabel penelitian, yaitu
data kinerja posyandu (input, proses, dan output), dan data faktor-faktor yang diduga
berhubungan dengan kinerja posyandu (swadaya masyarakat, partisipasi tokoh
masyarakat, dan pembinaan posyandu). Berikut rincian data-data yang dikumpulkan
meliputi :
70
Tabel 4.1
Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data
No Variabel Jenis Data Cara
pengumpulan
Alat
Pengumpulan
Data
Sumber atau
Responden
1 Komponen input : sarana, bahan,
kader, dan struktur organisasi
Primer
Sekunder
Observasi
data
Kuesioner
Data sekunder Kader
2
Komponen proses : persiapan,
pendaftaran dan penimbangan,
penyuluhan, paket pelayanan gizi
dan kesehatan, penyusunan
laporan dan rencana tindak lanjut.
Primer Wawancara kuesioner Kader
3
Komponen output : pelaporan,
cakupan SKDN, cakupan vitamin
A, dan cakupan tablet Fe
Primer
Sekunder
Observasi
data
Kuesioner
Data sekunder
Kader
Arsip laporan
posyandu,
balok SKDN
4 Swadaya masyarakat Primer Wawancara Kuesioner Kader
5 Pembinaan posyandu Primer Wawancara Kuesioner Kader
6 Partisipasi tokoh masyarakat Primer Wawancara Kuesioner Kader
4.6 Pengolahan Data
Pertanyaan pada setiap komponen (input, proses, output, faktor lingkungan
sosial posyandu, motivasi kader, dan pembinaan posyandu) akan diberikan skor 0, 5
dan 10.
Proses pengolahan data dilakukan dengan cara mengkode data, mengedit data,
membuat struktur data, memasukan data pada templet yang telah di buat, dan
membersihkan data dari kesalahan baik pada saat pengkodean maupun dalam
membaca kode. Dengan demikian diharapkan data tersebut benar-benar siap untuk
dianalisis.
Selanjutnya pengolahan data dengan melakukan penjumlahan skor dari masing-
masing pertanyaan. Nilai skor angka variabel kinerja, komponen input, proses dan
71
output yang diperoleh akan ditransformasikan kedalam persentase (%), sehingga nilai
variabel akan berkisar 0-100%.
Skor maksimal dari variabel komponen input adalah 135 dari 16 pertanyaan,
skor maksimal variabel komponen proses adalah 200 dari 25 pertanyaan, dan skor
maksimal dari variabel komponen output adalah 95 dari 10 pertanyaan. Sedangkan
Skor tingkat kinerja posyandu diperoleh dengan cara menjumlahkan skor pada
komponen input, komponen proses, dan komponen output, sehingga total skor
maksimal dari skor tingkat kinerja posyandu adalah 430.
Kemudian jumlah skor maksimal dari swadaya masyarakat, dan pembinaan
posyandu masing-masing adalah 100 dari 10 pertanyaan, sedangkan skor maksimal
dari variabel partisipasi tokoh masyarakat adalah 60 dari 6 pertanyaan.
4.7 Analisis Data
Tujuan dilakukannya analisi adata adalah agar data yang telah dikumpulkan
memiliki arti atau makna yang dapat berguna untuk mengatasi masalah kesehatan.
Selain itu, hasil analisis yang diperoleh perlu diinterpretasikan, dengan kata lian
memberikan penjelasan terhadap hasil analisis sehingga diketahui arti atau maknanya
(Amran, 2012). Analisis data pada penelitian ini meliputi analisis data univariat, dan
analisis bivariat, dan analisis multivariat.
4.7.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran distribusi
frekuensi masing-masing variabel baik variabel independen maupun variabel
dependen.Keseluruhan data yang ada dalam kuesioner diolah dan disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi (Amran, 2012).
72
4.7.2 Analisis Bivariat
Analisis data bivariat pada penelitian ini menggunakan Uji Beda Dua
Mean (Uji t-independen). Uji ini digunakan untuk menganalisis dua variabel
yang saling berhubungan dimana salah satu variabel merupakan berjenis
numerik dan variabel lainnya berjenis kategorik sama dengan 2 kategori
(Amran, 2012).
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui perbedaan mean antar
dua kelompok data independen. Dengan syarat atau ketentuan seperti : data
harus berdistribusi normal atau simetris, kedua kelompok data independen,
dan variabel yang dihubungkan dalam bentuk data numerik dan data kategorik
(hanya 2 kategorik) (Hastono dan Sabri, 2009).
73
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Kembangan
5.1.1 Kondisi Geografis
Puskesmas Kecamatan Kembangan dibangun pada tahun 1997/1998
dengan dana APBN yang terletak di Jalan Topas Raya, Blok F II/3 RT 08 RW
011, Komplek Taman Meruya Ilir, Kelurahan Meruya Utara, Jakarta Barat.
Luas tanah Puskesmas Kecamatan Kembangan mencapai 3500 m2 dan luas
bangunan mencapai 1500 m2. Secara geografis wilayah Puskesmas
Kecamatan Kembangan berbatasan dengan :
1. Sebelah Utara : Provinsi Banten dan kali pesanggrahan.
2. Sebelah Barat : Kecamatan Kebon Jeruk, Kelurahan Kedoya.
3. Sebelah Selatan : Jalan Alur Taman Alfa Indah dan Jalan Hamka Jakarta
Selatan.
4. Sebelah Timur : Kecamatan Cengkareng, Kelurahan Rawa Buaya
Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan terdiri dari enam
Kelurahan dan membawahi delapan Puskesmas Kelurahan, diantaranya :
1. Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara, yang dipimpin oleh dr. Zayanah.
2. Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan, yang dipimpin oleh drg. FT
Yulisbet.
3. Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, yang dipimpin oleh dr. Maria C.
Hartati.
74
4. Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan 1, yang di pimpin oleh drg. Ani
Riani Bawahi.
5. Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan 2, yang dipimpin oleh dr. Tiku
Perura.
6. Puskesmas Kelurahan Joglo 1, yang dipimpin oleh drg. Yenfri.
7. Puskesmas Kelurahan Joglo 2, yang dipimpin oleh dr. Nikmah.
8. Puskesmas Kelurahan Srengseng, yang dipimpin oleh dr. Yasmin.
5.1.2 Kondisi Demografi
Jumlah penduduk wilayah Kecamatan Kembangan sebanyak 280.605
jiwa. Kepadatan penduduk rata-rata 116 jiwa/ha yang terdiri dari 34.277
Kepala Keluarga (KK), 62 Rukun Warga (RW), dan 604 Rukun Tetangga
(RT) dengan luas wilayah 2.417 Ha. Berikut luas wilayah berdasarkan
Kelurahan :
Tabel 5.1
Luas Wilayah, Jumlah RW dan RT Kecamatan Kembangan
No Kelurahan Luas wilayah
(km2)
Jumlah
RW RT
1 Kembangan Utara 365 10 110
2 Kembangan Selatan 361 9 77
3 Meruya Utara 433 11 126
4 Meruya Selatan 280 11 82
5 Joglo 486 9 113
6 Srengseng 492 12 94
Jumlah 2.417 62 602
Sumber : Laporan Tahunan 2012 Puskesmas Kecamatan Kembangan
75
Tabel 5.2
Jumlah Penduduk Puskesmas Kecamatan Kembangan
No Kelurahan Laki-laki Perempuan
1 Kembangan Utara 33.188 32.710
2 Kembangan Selatan 16.473 17.246
3 Meruya Utara 25.073 24.832
4 Meruya Selatan 22.734 22.144
5 Joglo 19.696 18.231
6 Srengseng 24.253 24.025
Jumlah 141.417 139.188
Sumber : Laporan Tahunan 2012 Puskesmas Kecamatan Kembangan
5.1.3 Visi dan Misi Puskesmas Kecamatan Kembangan
5.1.3.1 Visi
Visi yang dijunjung oleh Puskesmas Kecamatan Kembangan
adalah menjadi pusat pelayanan kesehatan prima yang profesional
menuju masyarakat sehat dan mandiri.
5.1.3.2 Misi
Adapun misi Puskesmas Kecamatan Kembangan yang
mendukung terwujudnya visi, diantaranya.
1. Meningkatkan profesionalsime Sumber Daya Manusia (SDM)
2. Meningkatkan sarana dan prasarana
3. Meningkatkan peran serta masyarakat
4. Meningkatkan kemitraan
5. Meningkatkan sistem informasi kesehatan
6. Mengembangkan dan meningkatkan jenis pelayanan
7. Mengembangkan sistem menejemen mutu
76
5.1.4 Upaya Kesehatan Puskesmas Kecamatan Kembangan
Upaya kesehatan yang terdapat di Puskesmas Kecamatan Kembangan
terbagi menjadi dua kelompok, yaitu upaya kesehatan wajib, dan upaya
kesehatan pengembangan. Keduanya dapat diuraikan seperti dibawah ini :
1. Upaya kesehatan wajib : yaitu upaya kesehatan yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global serta mempunyai
daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Upaya tersebut meliputi :
a. Upaya promosi kesehatan
b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana
d. Upaya perbaikan gizi masyarakat
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f. Upaya pengobatan dasar
2. Upaya kesehatan pengembangan : yaitu apabila upaya kesehatan wajib
telah terlaksana secara optimal dengan target cakupan serta peningkatan
mutu pelayanan tercapai. Upaya kesehatan pengembangan meliputi :
a. Upaya kesehatan sekolah
b. Upaya kesehatan olah raga
c. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
d. Upaya kesehatan gigi dan mulut
e. Upaya kesehatan jiwa
f. Upaya kesehatan mata
77
g. Upaya kesehatan usia lanjut
5.2 Gambaran Kinerja Posyandu
Tabel 5.3
Persentase Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat Tahun 2014
Kinerja Posyandu Jumlah Persen (%)
Rendah 35 70
Tinggi 15 30
Total 50 100
Berdasarkan hasil analisis diatas, menunjukan bahwa kinerja posyandu di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan secara keseluruhan tergolong
rendah (70%). Rendahnya kinerja posyandu juga dapat dilihat dari hasil perolehan
persentase komponen kinerjanya, seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 5.4
Persentase Komponen Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
No Komponen
Kategori Total
Rendah Tinggi
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Input 14 28 36 72 50 100
2 Proses 19 38 31 62 50 100
3 Output 48 96 2 4 50 100
4 Total Kinerja 35 70 15 30 50 100
Hasil penelitian menemukan dari ketiga komponen kinerja posyandu yaitu
input, proses, dan output diketahui bahwa, hanya output posyandu yang tergolong
rendah. Rendahnya output posyandu hingga mencapai 96% diduga menjadi penyebab
kinerja posyandu menjadi rendah.
Perolehan persentase kinerja posyandu, merupakan hasil akumulasi skor dari
komponen kinerja posyandu yaitu input, proses, dan output posyandu. Hasil
78
akumulasi skor kinerja posyandu tersebut dapat juga menunjukan bahwa, hanya
output kinerja posyandu yang memperoleh skor paling rendah dibandingkan dengan
komponen kinerja lainnya (Lampiran 24).
5.2.1 Gambaran Input Posyandu
Input posyandu merupakan salah satu komponen kinerja posyandu.
Komponen input posyandu diantaranya terdiri dari ketersediaan sarana
prasarana posyandu, termasuk didalamnya ketersediaan kader dan struktur
organisasi posyandu.
Tabel 5.5
Persentase Input Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
Input Posyandu Jumlah Persen (%)
Rendah 14 28
Tinggi 36 72
Total 50 100
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa, input kinerja
posyandu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan secara
keseluruhan tergolong tinggi (72%). Dengan kata lain, ketersediaan sarana
prasarana disebagian besar posyandu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan telah tercukupi.
Jika dilihat lebih rinci pada komponen input posyandu, hasil
penelitian juga menemukan bahwa masih terdapat beberapa sarana posyandu
yang belum tercukupi atau perlu ditingkatkan, yaitu ketersediaan Kartu
Menuju Sehat (KMS) anak, Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil, dan
ketersediaan alat peraga penyuluhan (Lampiran 24).
79
5.2.2 Gambaran Proses Posyandu Dalam Pelaksanaan Pembinaan Gizi
Masyarakat
Pada tahap inilah dimana tersedianya sarana prasarana posyandu
(input posyandu ) akan digunakan dalam kegiatan posyandu, termasuk
kegiatan dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat. Komponen proses
posyandu terdiri dari 5 kegiatan diantaranya, kegiatan persiapan, kegiatan
penimbangan, kegiatan penyuluhan, pelayanan gizi dan kesehatan serta
kegiatan penyusunan laporan dan rencana tindak lanjut.
Tabel 5.6
Persentase Proses Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
Proses Posyandu Jumlah Persen (%)
Rendah 19 38
Tinggi 31 62
Total 50 100
Berdasarkan hasil analisis diatas menunjukan bahwa, proses kinerja
posyandu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun 2014 secara
keseluruhan tergolong tinggi (62%). Dengan kata lain, komponen porses yang
terdiri dari 5 kegiatan tersebut telah berjalan dengan baik di sebagian besar
posyandu. Hal ini tentu saja berkaitan dengan sarana prasaran posyandu yang
telah tersedia dan tercukupi.
80
Tabel 5.7
Persentase Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
No Komponen Proses
Posyandu
Kategori Total
Rendah Tinggi
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Persiapan 35 70 15 30 50 100
2 Penimbangan 1 1 49 99 50 100
3 Penyuluhan 31 62 19 38 50 100
4 Pelayanan
Pertolongan Gizi
dan Kesehatan
20 40 30 60
50 100
5 Pelaporan dan
Tindak Lanjut 13 26 37 74
50 100
Hasil penelitian juga menemukan bahwa dari 5 kegiatan dalam
komponen proses, terdapat 2 kegiatan yang tergolong rendah dan 3 kegiatan
yang tergolong tinggi. Kegiatan yang tergolong rendah yaitu kegiatan
persiapan dan penyuluhan. Sedangkan kegiatan yang tergolong tinggi meliputi
kegiatan penimbangan, pelayanan gizi dan kesehatan, dan kegiatan
penyusunan laporan dan rencana tindak lanjut.
Hal tersebut berkaitan dengan perolehan nilai skor dari masing-
masing kegiatan. Rendahnya skor pada kegiatan persiapan berkaitan dengan
menggerakan potensi masyarakat oleh kader untuk membantu posyandu
dalam bentuk dana maupun sarana (Lampiran 25). Sedangkan rendahnya skor
pada kegiatan penyuluhan berkaitan dengan penyuluhan kader kepada ibu
hamil yang mengacu pada KMS ibu hamil (Lampiran 27).
81
5.2.3 Gambaran Output Posyandu
Tabel 5.8
Persentase Output Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
Output Kinerja Posyandu Jumlah %
Rendah 48 96
Tinggi 2 4
Total 50 100
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa output kinerja
posyandu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan secara
keseluruhan tergolong rendah (96%). Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya
skor yang diperoleh pada komponen output posyandu.
Hasil penelitian menemukan bahwa dari 10 cakupan yang ada dalam
komponen output, terdapat enam cakupan yang memiliki rata-rata skor
rendah, yaitu cakupan ASI eksklusif, cakupan D/S, cakupan N/D, cakupan
N/S, rasio balita lulus penimbangan, dan cakupan tablet Fe (Lampiran 30).
Penilaian komponen output posyandu dilakukan pula validasi data
dengan menggunakan data sekunder dari masing-masing posyandu. Hal ini
bertujuan untuk meminimalisir kesalahan dalam penilaian komponen output
posyandu. Hasil observasi data sekunder yang dilakukan pada masing-masing
posyandu juga diketahui bahwa, baik cakupan penimbangan (SKDN) maupun
cakupan program posyandu lainnya berkisar antara 50% sampai 80%,
sehingga banyak skor komponen output yang kurang dari skor maksimal yaitu
95.
82
5.3 Gambaran Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini meliputi faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi kinerja posyandu. Faktor-faktor tersebut diantaranya swadaya
masyarakat, pembinaan posyandu, dan partisipasi tokoh masyarakat.
5.3.1 Gambaran Swadaya Masyarakat
Hasil penelitian menunjukan bahwa swadaya masyarakat terhadap
posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun 2014,
secara keseluruhan tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari perolehan rata-
rata skor swadaya masyarakat, seperti pada tabel 5.10.
Tabel 5.9
Hasil Rata-rata Skor Swadaya Masyarakat Terhadap Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat Tahun 2014
No Komponen Swadaya Masyarakat Rata-rata Skor
(95% CI)
Standar
Deviasi
Nilai
Terendah-
tertinggi
1 Kegiatan pengumpulan dana/meterial
rutin 1.89 – 4.11 3.91 0 - 10
2 Sumbangan sukarela dana/sarana untuk
operasional posyandu 1.19 – 2.81 2.86 0 - 10
3 Sumbangan masyarakat untuk pembuatan
papan data/monografi data/papan nama 0.16 – 1.64 2.61 0 - 10
4 Sumbangan/pinjaman untuk penyediaan
tempat termasuk meja-kursi 2.49 – 4.71 3.91 0 - 10
5 Sumbangan untuk kursus kader,
pertemuan kader atau lomba kader 0.20 – 1.40 2.11 0 - 10
6 Sumbangan untuk kesejahteraan kader 0.64 – 2.16 2.68 0 - 10
7 Pengumpulan dana sehat 1.19 – 2.81 2.86 0 - 10
8 Tenaga masyarakat selain kader
membantu kegiatan persiapan atau
memasak
2.39 – 4.41 3.56 0 - 10
9 Terdapat masyarakat (selain kader dan
tokoh masyarakat) yang membantu
memotivasi datang ke posyandu
2.85 – 4.55 2.99 0 - 10
83
No Komponen Swadaya Masyarakat Rata-rata Skor
(95% CI)
Standar
Deviasi
Nilai
Terendah-
tertinggi
10 Kegiatan posyandu/kader memberikan
pendapatan untuk posyandu 2.19 – 3.81 2.86 0 - 10
Rendahnya perolehan skor pada semua kegiatan swadaya masyarakat
yang menyebabkan tingkat swadaya masyarakat menjadi kurang. Rendahnya
swadaya masyarakat berkaitan dengan pemberian sumbangan atau pinjaman
masyarakat secara sukarela pada kegiatan posyandu, baik dalam bentuk dana
maupun material lainnya.
5.3.2 Gambaran Pembinaan Posyandu
Hasil penelitian menunjukan bahwa pembinaan terhadap posyandu
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun 2014, secara
keseluruhan tergolong rendah. Hal tersebut dapat dilihat pada perolehan rata-
rata nilai skor pembinaan posyandu, berikut ini :
Tabel 5.10
Hasil Rata-rata Nilai Skor Pembinaan Terhadap Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat Tahun 2014
No Komponen Pembinaan Posyandu Rata-rata Skor
(95% CI)
Standar
Deviasi
Nilai Terendah-
tertinggi
1 Pemberian motivasi/bimbingan dari
petugas kesehatan saat hari pelaksanaan
posyandu
4.78 – 6.22 2.53 0 - 10
2 Pemberian insentif untuk kader oleh
Puskesmas/bidan 2.84 – 4.36 2.68 0 - 10
3 Kader mendapat bantuan
usaha/peningkatan penghasilan dari
pemerintah desa/sektor terkait
1.78 – 3.22 2.53 0 - 10
4 Sarana posyandu (dacin, formulir, KMS,
tablet Fe, blanko SKDN) oleh Puskesmas 8.77 – 9.87 1.93 0 - 10
5 Upaya Puskesmas meningkatan
keterampilan kader 6.34 – 8.26 3.38 0 - 10
84
No Komponen Pembinaan Posyandu Rata-rata Skor
(95% CI)
Standar
Deviasi
Nilai Terendah-
tertinggi
6 Upaya Puskesmas mengganti kader yang
drop out (keluar) 3.95 – 6.45 4.39 0 - 10
7 Undangan pertemuan
desa/PKK/Puskesmas untuk kader 5.96 – 7.44 2.60 0 - 10
8 Bantuan dana/sarana dari pemerintah
desa/PKK untuk posyandu 6.24 – 7.76 2.67 0 - 10
9 Petugas diluar kesehatan yang ikut hadir
dalam kegiatan posyandu 3.53 – 5.67 3.76 0 - 10
10 Petugas kesehatan/PKK/sektor lain yang
mengadakan penyuluhan ke masyarakat
atau tokoh masyarakat
3.93 – 5.78 3.42 0 - 10
Berdasarkan hasil penelitian diatas diketahui bahwa hanya terdapat 3
kegiatan dalam pembinaan yang memiliki rata-rata nilai skor tinggi, yaitu
sarana posyandu yang disediakan oleh Puskesmas, upaya peningkatan
keterampilan kader, dan bantuan dana atau sarana untuk posyandu dari
pemerintah desa/PKK.
Sedangkan kurangnya pembinaan pada posyandu dari hasil penelitian
diatas berkaitan dengan pemberian motivasi atau bimbingan dari petugas
kesehatan pada hari pelaksanaan posyandu, pemberian penghargaan atau
insentif untuk kader dan partisipasi petugas kesehatan maupun petugas diluar
kesehatan yang turut hadir dan mengikuti kegiatan posyandu.
5.3.3 Gambaran Partisipasi Tokoh Masyarakat
Hasil penelitian menunjukan bahwa, partisipasi tokoh masyarakat
terhadap posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun
2014 secara keseluruhan tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat pada
perolehan rata-rata nilai skor pembinaan posyandu, berikut ini :
85
Tabel 5.11
Hasil Rata-rata Nilai Skor Partisipasi Tokoh Masyarakat Terhadap Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat Tahun 2014
No Komponen Partisipasi Tokoh
Masyarakat
Rata-rata Skor
(95% CI)
Standar
Deviasi
Nilai
Terendah-
tertinggi
1 Tokoh masyarakat ikut hadir dalam
pelaksanaan posyandu 1.78 – 3.62 3.23 0 - 10
2 Tokoh masyarakat berperan memotivasi
peserta posyandu untuk hadir ke posyandu 2.74 – 4.46 3.04 0 - 10
3 Tokoh masyarakat membantu
mengupayakan dana/sarana posyandu dari
masyarakat, pemerintah atau lainnya
2.05 – 3.95 3.35 0 - 10
4 Tokoh masyarakat memberi motivasi pada
kader untuk kegiatan posyandu 2.08 – 3.72 2.87 0 - 10
5 Tokoh masyarakat memberi
bantuan/pinjaman sarana/dana untuk
posyandu
0.05 – 1.15 1.93 0 - 10
6 Tokoh masyarakat berperan dalam
penyuluhan/ceramah di masjid, balai desa,
atau tempat lainnya untuk mengajak
masyarakat hadir pada kegiatan posyandu
2.94 – 4.86 3.39 0 - 10
Rendahnya partisipasi tokoh masyarakat berdasarkan hasil penelitian,
berkenaan dengan kurangnya bantuan tokoh masyarakat baik dalam bentuk
dana ataupun sarana untuk membantu memenuhi kebutuhan posyandu, serta
pemberian dukungan kepada anggota masyarakat khususnya ibu bayi-balita
untuk datang ke posyandu baik secara langsung maupun dalam bantuk
ceramah di masjid atau tempat lainnya.
Ini menunjukan bahwa, tokoh masyarakat terutama tokoh informal
yang ada di wilayah kerja posyandu masih kurang peduli terhadap kegiatan
posyandu sebagai fasilitas kesehatan dalam memantau perkembangan dan
pertumbuhan anak bayi dan balita.
86
5.4 Hasil Analisis Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen
Analisis hubungan yang dilakukan pada variabel independen meliputi
swadaya masyarkat, pembinaan posyandu, dan partisipasi tokoh masyarakat.
Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja posyandu.
5.4.1 Hasil Analisis Hubungan antara Swadaya Masyarakat dengan Kinerja
Posyandu.
Tabel 5.12
Gambaran Kinerja Posyandu Berdasarkan Swadaya Masyarakat
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat Tahun 2014
Kinerja posyandu Jumlah Mean Standar
Deviasi Pvalue
Swadaya
Masyarakat
Rendah 35 20.86 13.42 0,032
Tinggi 15 30.67 16.46
Dari hasil uji statistik diatas diperoleh Pvalue sebesar 0,032, artinya
swadaya masyarakat memiliki hubungan yang dengan kinerja posyandu.
Selain itu, dalam penelitian ini juga akan melihat hubungan antara swadaya
masyarakat dengan komponen kinerja posyandu yaitu input, proses, dan
output, seperti pada uraian berikut ini.
Tabel 5.13
Gambaran Input Kinerja Posyandu Berdasarkan Swadaya Masyarakat
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat Tahun 2014
Input Jumlah Mean Standar
Deviasi Pvalue
Swadaya
Masyarakat
Rendah 14 21.79 17.05 0.557
Tinggi 36 24.58 14.21
87
Hasil uji statistik antara swadaya masyarakat dengan input kinerja
posyandu memperoleh Pvalue sebesar 0,557. Artinya, swadaya masyarakat
tidak memiliki hubungan dengan input kinerja posyandu.
Tabel 5.14
Gambaran Proses Kinerja Posyandu Berdasarkan Swadaya Masyarakat
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat Tahun 2014
Komponen Proses Jumlah Mean Standar
Deviasi Pvalue
Swadaya
Masyarakat
Rendah 19 16.05 8.75 0.003
Tinggi 31 28.55 16.03
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas, memperoleh Pvalue
sebesar 0,003. Artinya, swadaya masyarakat memiliki hubungan dengan
proses kinerja posyandu. Hal ini membuktikan bahwa peran serta masyarakat
dalam kegiatan posyandu di lapangan sangat penting.
Tabel 5.15
Gambaran Output Kinerja Posyandu Berdasarkan Swadaya Masyarakat
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat Tahun 2014
Kinerja posyandu Jumlah Mean Standar
Deviasi Pvalue
Swadaya
Masyarakat
Rendah 48 23.13 14.72 0,118
Tinggi 2 40 14.14
Hasil uji statistik antara swadaya masyarakat dengan output kinerja
posyandu memperoleh Pvalue sebesar 0,118. Artinya, swadaya masyarakat
tidak memiliki hubungan dengan output kinerja posyandu.
88
5.4.2 Hasil Analisis Hubungan antara Pembinaan Posyandu dengan Kinerja
Posyandu
Tabel 5.16
Gambaran Kinerja Posyandu Berdasarkan Pembinaan Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat Tahun 2014
Kinerja posyandu Jumlah Mean Standar
Deviasi Pvalue
Pembinaan
Posyandu
Rendah 35 52.46 10.73 0.000
Tinggi 15 66.33 11.57
Dari hasil uji statistik diatas memperoleh Pvalue sebesar 0,000.
Artinya, pembinaan posyandu memiliki hubungan dengan kinerja posyandu.
Selain itu, hasil penelitian juga akan melihat hubungan antara pembinaan
posyandu dengan komponen kinerja posyandu yaitu input, proses, dan output.
Hal tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini.
Tabel 5.17
Gambaran Input Kinerja Posyandu Berdasarkan Pembinaan Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat Tahun 2014
Input Jumlah Mean Standar
Deviasi Pvalue
Pembinaan
Posyandu
Rendah 14 56.50 11.30 0.967
Tinggi 36 56.67 13.26
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas, diperoleh Pvalue
sebesar 0,967. Artinya, tidak ada hubungan antara pembinaan dengan input
kinerja posyandu.
89
Tabel 5.18
Gambaran Proses Kinerja Posyandu Berdasarkan Pembinaan Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat Tahun 2014
Kinerja posyandu Jumlah Mean Standar
Deviasi Pvalue
Pembinaan
Posyandu
Rendah 19 51.32 10.25 0,018
Tinggi 31 59.87 12.98
Hasil uji statistik berdasarkan tabel diatas, memperoleh Pvalue sebesar
0,018. Artinya, pembinaan posyandu memiliki hubungan dengan proses
kinerja posyandu. Hal ini tentu saja berkaitan dengan 5 kegiatan posyandu,
dimana adanya bimbingan atau pembinaan dari petugas dan instansi terkait
akan mempengaruhi kinerja posyandunya.
Tabel 5.19
Gambaran Output Kinerja Posyandu Berdasarkan Pembinaan Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat Tahun 2014
Kinerja posyandu Jumlah Mean Standar
Deviasi Pvalue
Pembinaan
Posyandu
Rendah 48 56.48 12.70 0,703
Tinggi 2 60 14.14
Sedangkan hasil uji statistik antara pembinaan dengan output kinerja
posyandu seperti pada tabel diatas, memperoleh Pvalue sebesar 0,703.
Artinya, tidak terdapat hubungan antara pembinaan posyandu dengan output
kinerja posyandu.
90
5.4.3 Hasil Analisis Hubungan antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan
Kinerja Posyandu
Tabel 5.20
Gambaran Kinerja Posyandu Berdasarkan Partisipasi Tokoh Masyarakat
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat Tahun 2014
Kinerja posyandu Jumlah Mean Standar
Deviasi Pvalue
Partisipasi Tokoh
Masyarakat
Rendah 35 25.24 17.33 0,118
Tinggi 15 33.89 18.22
Dari hasil uji statistik antara partisipasi tokoh masyarkat dengan
kinerja posyandu memperoleh Pvalue sebesar 0,118. Artinya, tidak terdapat
hubungan antara partisipasi tokoh masyarakat dengan kinerja posyandu.
Dalam penelitian ini juga akan melihat hubungan antara partisipasi
tokoh masyarakat dengan komponen kinerja posyandu yaitu input, proses, dan
output. Hal ini dapat dilihat pada uraian berikut ini :
Tabel 5.22
Gambaran Input Kinerja Posyandu Berdasarkan Partisipasi Tokoh Masyarakat
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat Tahun 2014
Kinerja posyandu Jumlah Mean Standar
Deviasi Pvalue
Partisipasi Tokoh
Masyarakat
Rendah 14 22.02 17.17 0,154
Tinggi 36 30.09 17.84
Berdasarkan hasil penelitian diatas, diperoleh Pvalue sebesar 0,154.
Artinya, tidak terdapat hubungan antara partisipasi tokoh masyarakat dengan
input kinerja posyandu.
91
Tabel 5.23
Gambaran Proses Kinerja Posyandu Berdasarkan Partisipasi Tokoh
Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat Tahun 2014
Kinerja posyandu Jumlah Mean Standar
Deviasi Pvalue
Partisipasi Tokoh
Masyarakat
Rendah 19 22.81 17.53 0.120
Tinggi 31 30.91 17.64
Sedangkan pada hasil uji statistik antara partisipasi tokoh masyarakat
dengan proses kinerja posyandu seperti pada tabel diatas, memperoleh nilai
Pvalue sebesar 0,120. Artinya, pada alpha 5% tidak terdapat hubungan antara
partisipasi tokoh masyarakat dengan proses kinerja posyandu.
Tabel 5.24
Gambarna Output Kinerja Posyandu Berdasarkan Partisipasi Tokoh
Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat Tahun 2014
Kinerja posyandu Jumlah Mean Standar
Deviasi Pvalue
Partisipasi Tokoh
Masyarakat
Rendah 48 27.08 17.82 0.148
Tinggi 2 45.83 5.89
Berdasarkan hasil penelitian antara partisipasi tokoh masyarakat
dengan output kinerja posyandu seperti pada tabel diatas, memperoleh Pvalue
sebesar 0,148. Artinya, tidak terdapat hubungan antara partisipasi tokoh
masyarakat dengan output kinerja posyandu.
92
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Gambaran Kinerja Posyandu
Kinerja merupakan hasil kerja atau tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan atau program dalam suatu organisasi dalam mewujudkan sasaran, tujuan
yang telah tertuang dalam perencanaan selama periode waktu tertentu. Penilaian atau
pengukuran kinerja posyandu yang dilakukan merupakan suatu metode atau alat untuk
menilai kegiatan atau aktivitas yang telah ditentukan sebelumnya meliputi komponen
input, proses, dan output.
Penilaian input kinerja posyandu merupakan penilaian tahap awal pada kinerja
posyandu. Masukan (input) posyandu merupakan sumber-sumber daya yang
diperlukan dalam kegiatan posyandu, diataranya kader posyandu, sarana dan
prasarana posyandu seperti alat timbang berat badan, alat ukur Lingkar Lengan Atas
(LLA), tablet besi, kapsul vitamin A, buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau Kartu
Menuju Sehat (KMS), formulir pendataan, pencatatan dan pelaporan, serta poster
blanko SKDN (Kemenkes, 2011).
Hasil penelitian pada input kinerja posyandu wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Kembangan tahun 2014, secara keseluruhan diketahui tergolong tinggi
(72%). Hal ini menunjukan bahwa sarana prasarana posyandu telah tersedia atau
tercukupi disebagian besar posayndu. Akantetapi, jika dilihat lebih rinci rata-rata skor
yang diperoleh dari komponen input, terdapat tiga sarana yang memiliki rata-rata skor
rendah yaitu ketersedian alat peraga penyuluhan, dan Kartu Menuju Sehat (KMS)
93
anak dan Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil, ini menunjukan bahwa ketersediaan
ketiga sarana tersebut perlu ditingkatkan (lampiran 24).
Adanya Kartu Menuju Sehat (KMS) anak dan ibu hamil, serta alat peraga
penyuluhan di posyandu dapat menunjang serta meningkatkan kemampuan kader
dalam memberikan pelayanan yang lebih baik. Kementerian Kesehatan (2012) telah
menetapkan bahwa ketersediaan Kartu Menuju Sehat (KMS) merupakan peran Dinas
Kesehatan dalam membantu pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan seperti
pengadaan alat timbangan, distribusi buku KIA atau KMS, obat-obatan, dan vitamin
yang didukung pula oleh tenaga teknis kesehatan. Sedangkan tersedianya alat peraga
penyuluhan dapat berasal dari inisiatif dan kreativitas dari penyelenggara posyandu
seperti kader bersama petugas Puskesmas membuat majalah dinding (mading)
mengenai informasi-informasi kesehatan.
Penelitian Kasmita, dkk (2000) dan Pakhri (2002) mendapatkan hasil yang
serupa, dimana ketersediaan KMS dan alat peraga termasuk kedalam sarana posyandu
yang belum lengkap, dan termasuk sarana posyandu yang memiliki rata-rata skor
sangat rendah. Begitupula pada penelitian Nusi (2006), bahwa komponen input yang
masih kurang tersedia salah satunya adalah alat peraga penyuluhan.
Depkes (2000) dalam Nusi (2006) menyatakan bahwa, sarana kesehatan
merupakan salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, dan diharapkan dapat menunjang berbagai upaya pelayanan kesehatan baik
di tingkat individu maupun di tingkat masyarakat. Hal tersebut didukung dengan hasil
penelitian Hasanah (2012) dimana fasilitas posyandu yang lengkap memiliki pengaruh
terhadap kinerja kader posyandunya.
94
Komponen input posyandu yang sudah tercukupi, selanjutnya akan
mempengaruhi pelaksanaan kegiatan pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat
terutama kegiatan yang dilaksanakan di posyandu. Hasil penelitian pada proses kinerja
posyandu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun 2014, diketahui
tergolong tinggi (62%). Hal ini menunjukan bahwa, kegiatan pembinaan gizi
masyarakat di posyandu telah berjalan dengan baik disebagian besar posyandu.
Komponen proses kinerja posyandu terdiri dari 5 kegiatan, meliputi : kegiatan
persiapan, kegiatan penimbangan, kegiatan penyuluhan, kegiatan paket pelayanan
pertolongan gizi dan kesehatan, serta kegiatan pelaporan dan rencana tindak lanjut.
Akantetapi, jika komponen proses dilihat lebih rinci pada masing-masing kegiatannya
terdapat beberapa subkegiatan yang perlu ditingkatkan, yaitu pada kegiatan persiapan
dengan subkegiatannya adalah kader menggerakan potensi masyarakat untuk
membantu posyandu dalam bentuk dana maupun sarana (Lampiran 25). Kemudian
kegiatan penyuluhan dengan subkegiatannya adalah kader memberikan penyuluhan
kepada ibu hamil yang mengacu pada Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil
(Lampiran 27).
Pada dasarnya pembiayaan atau dana posyandu dapat berasal dari masyarakat
sebagai pengguna, swasta atau dunia usaha sebagai penunjang, hasil usaha sebagai
hasil karya pengurus posyandu, dan pemerintah. Dana yang berasal dari masyarakat,
diantaranya meliputi iuran pengguna atau pengunjung posyandu, iuran dalam bentuk
dana sehat, sumbangan atau donatur dari perorangan maupun kelompok masyarakat.
Sedangkan bantuan pemerintah terutama pada tahap awal pembentukan posyandu,
yakni berupa dana stimulan atau sarana dan prasarana posyandu yang bersumber dari
95
APBM, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, APBDes, dan sumber lain yang sah
dan tidak mengikat (Kemenkes, 2011).
Kegiatan penyuluhan kepada ibu hamil yang diberikan kader sedikitnya
menjelaskan makna pengukuran Lingkar Lengan Atas (LLA), dan memberikan
penyuluhan mengacu pada Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil (Nusi, 2006).
Rendahnya kegiatan penyuluhan kader kepada ibu hamil mengacu pada Kartu Menuju
Sehat (KMS) ibu hamil diduga berkaitan dengan rendahnya kunjungan ibu hamil ke
posyandu, serta ketersediaan Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil dan alat peraga
penyuluhan yang belum lengkap. Selain itu, adanya rasa kurang percaya diri pada
kader dalam memberikan penyuluhan kepada ibu hamil diduga menjadi penyebab
kegiatan penyuluhan menjadi rendah.
Kasmita, dkk (2000) dalam penelitiannya menyatakan bahwa, rendahnya
pelaksaanan penyuluhan berkaitan dengan pengetahuan kader terhadap materi
penyuluhan, dan adanya rasa sungkan pada kader dalam memberikan penyuluhan.
Oleh sebab itu, perlu cara lain untuk meningkatkan kunjungan ibu hamil ke posyandu
sehingga kegiatan penyuluhan dan pendistribusian tablet Fe pada ibu hamil dapat
meningkat, seperti kader membuat tim untuk memberikan penyuluhan dan tablet Fe ke
secara door to door pada waktu yang telah ditentukan.
Hasil dalam penelitian Pakhri (2002) juga menemukan bahwa kegiatan
persiapan dan penyuluhan terutama pada kegiatan penyuluhan dengan mengacu pada
Kartu Menuju Sehat (KMS) dan penggerakan potensi masyarakat menjadi kegiatan
dengan skor paling rendah. Penelitian Hartoyo (2000) dalam Pakhri (2002)
menunjukan bahwa kegiatan persiapan, penimbangan, dan penyuluhan di posyandu
96
merupakan kegiatan yang masih kurang. Begitupula hasil penelitian Kasmita, dkk
(2000) dimana kegiatan persiapan kader yang belum maksimal, pencatatan hasil
penimbangan ke formulir register dan Kartu Menuju Sehat (KMS), penyuluhan yang
belum terarah, dan pembuatan laporan dan tindak lanjut menyebabkan pelaksanaan
proses tidak berjalan dengan baik.
Berbeda dengan hasil dari input dan proses kinerja posyandu yang tergolong
tinggi, hasil penelitian pada output kinerja posyandu wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Kembangan tahun 2014, secara keseluruhan tergolong rendah (96%). Hal
tersebut ditunjukan dengan rendahnya rata-rata skor yang diperoleh pada beberapa
komponen output, diantaranya cakupan ASI eksklusif, cakupan D/S, cakupan N/D,
cakupan N/S, rasio balita lulus penimbangan, dan cakupan pemberian tablet Fe
(lampiran 30).
Rendahnya cakupan-cakupan tersebut, berkaitan dengan kegiatan
penimbangan dan pelayanan gizi dan kesehatan. Ini membuktikan bahwa walaupun
kegiatan penimbangan telah berjalan dengan baik, tetapi tidak selalu memperoleh
hasil cakupan sesuai dengan target yang telah ditentukan. Oleh sebab itu, perlu cara
lain untuk meningkatkan minat masyarakat khususnya ibu bayi dan balita terhadap
kegiatan penimbangan, seperti memberikan motivasi kepada ibu bayi dan balita,
memvariasikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), dan mengadakan kelas ibu
hamil. Kemudian adanya upaya untuk meningkatkan motivasi dan keterampilan kader,
dapat meningkatkan kegiatan penyuluhan dalam kegiatan posyandu.
Hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat
khususnya ibu bayi dan balita dalam memperoleh kesehatan dasar, serta meningkatkan
97
pengetahuan ibu bayi dan balita tentang kesehatan anak dan cara pola asuh anak yang
baik dan benar. Adanya variasi Pemberian Makanan Tambahan (PMT), diharapkan
dapat meningkatkan partisipasi masyarakat khususnya ibu bayi dan balita dalam
memberikan PMT yang baik dan sehat. Sedangkan adanya kelas ibu hamil diharapkan
dapat meningkatkan minat ibu hamil pada kegiatan posyandu.
Sebagaimana tertuang dalam pengertian posyandu sebagai suatu forum
komunikasi, alih tekhnologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk
masyarakat yang memiliki nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya
manusia sejak dini (Mubarak, dkk, 2009).
Hayati (2000) dan Juarsa (2004) dalam Makmur (2009) membuktikan bahwa
kader yang terampil akan meningkatkan cakupan penimbangan dengan memotivasi
ibu balita datang ke posyandu.
Pakhri (2002) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa cakupan D/S
(partisipasi masyarakat), anak balita naik berat badannya, cakupan tablet Fe, dan
pengarsipan laporan bulanan merupakan komponen output yang memiliki skor paling
lemah. Begitu pula hasil penelitian Nusi (2006) di Gorontalo menunjukan bahwa
cakupan D/S, cakupan N/S, dan cakupan distribusi table Fe merupakan cakupan dalam
komponen output yang masih kurang pada semua posyandu.
Berdasarkan hasil penelitian dari ketiga komponen kinerja yaitu input, proses,
dan output posyandu, maka diketahuilah hasil kinerja posyandu wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014, secara keseluruhan kinerja
posyandunya tergolong rendah (70%). Hal tersebut diduga disebabkan oleh rendahnya
98
output posyandu hingga mencapai 96%, sehingga mempengaruhi perolehan kinerja
posyandunya.
Dari hasil penelitian diatas, dapat diketahui bahwa untuk meningkatkan
kinerja posyandu menjadi lebih baik maka perlu ditingkatkan output kinerja
posyandunya. Sedangkan komponen output kinerja posyandu berhubungan dengan
kegiatan posyandu (kompen proses), untuk itu perlu diadakan evaluasi dan diskusi
mengenai kegiatan posyandu baik sesama kader posyandu, kader dengan pembina
posyandu maupun dengan mengikutsertakan masyarakat khususnya ibu bayi-balita,
sehingga upaya untuk meningkatkan kegiatan posyandu dapat dilakukan tepat sasaran.
Serupa dengan hasil penelitian Pakhri (2002) di Provinsi Gorontalo, dimana
kinerja posyandunya tergolong kurang (79%). Begitu pula Hartoyo, dkk (2000) dalam
Pakhri (2002) di Kabupaten Bogor menunjukan 70% kinerja posyandu tergolong
kurang. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya komponen output posyandu, terutama
pada cakupan D/S (partisipasi masyarakat, cakupan balita naik berat badannya,
cakupan tablet besi, dan pengarsipan laporan bulanan. Sedangkan hasil penelitian
Kasmita (2000) di Sumatera Barat menemukan bahwa kinerja posyandu tergolong
sedang. Hal ini juga disebabkan oleh rendahnya komponen output posyandu. Sama
halnya dengan hasil penelitian Nusi (2006) di Kota Gorontalo juga menunjukan secara
keseluruhan kinerja posyandunya tergolong sedang.
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu kinerja posyandu yang diperoleh tidak
bisa menggambarkan kinerja posyandu berdasarkan tingkat perkembangan
posyandunya. Tingkat perkembangan posyandu dibedakan atas 4 tingkat yaitu :
99
posyandu pratama, posyandu madya, posyandu, purnama, dan posyandu mandiri. Hal
ini disebsbkan oleh terbatasnya data sekunder yang tersedia dalam penelitian ini.
6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Posyandu
6.2.1 Hubungan Swadaya Masyarakat Dengan Kinerja Posyandu
Sasaran utama posyandu adalah bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas,
ibu menyusui, dan Pasangan Usia Subur (PUS), dengan kata lain sasaran
posyandu adalah seluruh masyarakat (Kemenkes, 2011). Oleh sebab itu,
adanya posyandu sudah seharusnya menjadi milik dan tanggung jawab
masyarakat sekitar wilayah kerja posyandu, sehingga masyarakat selalu
berperan aktif dalam penyelenggaraan kegiatan posyandu.
Sebagaimana tertuang dalam pengertian posyandu menurut
Kementerian Kesehatan (2011), merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.
Bentuk dari peran masyarakat dalam kegaiatan posyandu dapat
dilakukan dengan cara membantu posyandu dalam memenuhi kebutuhannya,
seperti membantu pengadaan tempat kegiatan, pengadaan Pemberian
Makanan Tambahan (PMT), memberikan sumbangan baik dalam bentuk
iuaran kegiatan maupun dana sehat, pengadaan alat-alat posyandu seperti
timbangan berat badan, buku catatan, papan data, dan bahan penyuluhan, serta
pengadaan pemberian penghargaan untuk kader (Nusi, 2006). Oleh sebab itu,
100
adanya swadaya masyarakat sangat diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan
posyandu.
Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan menunjukan bahwa,
swadaya masyarakat memiliki hubungan dengan kinerja posyandu. Selain itu,
diketahui pula bahwa swadaya masyarakat juga memiliki hubungan dengan
komponen kinerja posyandu, yaitu proses kinerja posyandu.
Hal ini membuktikan bahwa, pelaksanaan kegiatan posyandu tidak
terlepas dari peran serta masyarakat sebagai penyelenggara sekaligus
pengguna posyandu. Semakin tinggi swadaya masyarakat, maka semakin baik
pula pelaksanaan kegiatan posyandu, begitu pula sebaliknya.
Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat Desa Departeman
Dalam Negeri (Dirjen PMD Depdagri) meyatakan bahwa pelayanan posyandu
akan berjalan dengan baik apabila potensi yang ada dalam masyarakat dapat
dioptimalkan dengan baik (Nusi, 2006).
Bentuk dari swadaya masyarakat dalam kegiatan posyandu
berdasarkan hasil penelitian, seperti pemninjaman tempat kegiatan posyandu,
anggota masyarakat (selain kader) sukarela membantu kegiatan persiapan atau
memasak, dan memotivasi anggota masyarakat lainnya untuk datang ke
posyandu (tabel 5.9), akan tetapi bentuk swadaya masyarakat tersebut masih
sangat rendah.
Hal ini menunjukan bahwa posyandu sebagai salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) belum diterapkan
sepenuhnya. Hal tersebut diduga disebabkan oleh masyarakat yang tidak
101
dilibatkan sejak awal dalam pelaksanaan kegiatan posyandu, sehingga
masyarakat tidak merasa memiliki dan hanya mengetahui bahwa posyandu
merupakan tanggung jawab Puskesmas.
Pakhri, dkk (2002) dalam Nusi (2006) menyatakan bahwa, kurangnya
dukungan masyarakat tersebut diduga karena masyarakat tidak dilibatkan
sejak awal, dan hanya sekedar diperkenankan berpartisipasi dalam
pelaksanaan fisiknya dilapangan.
Hasil penelitian serupa juga di temukan dalam penelitian Nusi (2006)
bahwa, rendahnya rata-rata skor swadaya masyarakat berkenaan dengan
pengumpulan dana sehat dan sumbangan kesejahteranan kader. Penelitian
Tjukami, dkk (2000) dalam Pakhri (2002) juga menemukan bahwa Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) umumnya diselenggarakan atas bantuan
pemerintah atau pihak luar, dan hanya beberapa posyandu yang
menyelenggarakannya atas biaya swadaya sendiri, seperti Kas Desa, Majelis
Ta’lim, atau jimpitan beras.
Untuk meningkatkan swadaya masyarakat terhadap posyandu dapat
dilakukan dengan cara terlebih dahulu memberikan penjelasan kepada
masyarakat mengenai pengertian posyandu dan kedudukannya baik di tingkat
Pemerintah Desa/Kelurahan, Puskesmas hingga di tingkat Masyarakat.
Kemudian meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat mengenai isu-isu
kesehatan terutama mengenai pemantauan tumbuh kembang anak dalam
kegiatan penyuluhan, meningkatkan motivasi masyarakat untuk datang ke
posyandu, melibatkan peran masyarakat pada pelaksanaan kegiatan posyandu
102
baik dalam bentuk dana maupun tenaga, sehingga menjadikan posyandu
sebagai salah satu program kesehatan yang menjadi perhatian masyarakat di
lingkungan kerja posyandu.
6.2.2 Hubungan Pembinaan Posyandu Dengan Kinerja Posyandu
Menurut Pakhri (2002), pembinaan merupakan kegiatan prioritas yang
direncanakan dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil
kegiatan. Pembinaan posyandu perlu dilakukan agar posyandu dapat berfungsi
dengan baik.
Selain itu, menurut Stoner, et al (1996) dalam Suparti (2010) bahwa
pembinaan merupakan salah satu upaya pengarahan dengan memberikan
petunjuk serta saran, setelah menemukan alasan dan keluhan pelaksana dalam
mengatasi permasalahan yang dihadapi. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan performance dari petugas kesehatan secara kontinyu.
Bantuan pemerintah terhadap posyandu dapat berupa fasilitas,
bimbingan teknis, pemenuhan sarana atau prasarana dasar seperti bantuan
vaksin, obat-obatan, dacin, dan sebagainya. Dengan kata lain fungsi
pembinaan dari pemerintah terhadap posyandu pada hakekatnya tetap ada.
Oleh karena itu, fungsi pembinaan dari pemerintah perlu dikoordinasikan dan
diorganisasikan (Kemenkes, 2011).
Adapun kelembagaan yang mengkoordinasikan fungsi pembinaan dari
pemerintah tersebut, diorganisasikan melalui wadah Kelompok Kerja
Operasional Posyandu (Pokjanal Posyandu), sedangkan di tingkat
Desa/Kelurahan dikoordinasikan melalui Pokja Posyandu (Kemenkes, 2011).
103
Tujuannya adalah untuk mengkoordinasikan berbagai upaya pembinaan yang
berkaitan dengan peningkatan fungsi dan kinerja posyandu, yang secara
operasional dilaksanakan oleh unit atau kelompok pengelola posyandu di desa
(Kemenkes, 2011).
Hasil uji statistik dari pembinaan posyandu wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Kembangan menunjukan bahwa, pembinaan posyandu memiliki
hubungna dengan kinerja posyandu. Selain itu, hasil penelitian juga
menemukan bahwa terdapat hubungan antara pembinaan dengan komponen
kinerja posyandu yaitu proses kinerja posyandu.
Hal ini membuktikan bahwa, pelaksanaan kegiatan posyandu tidak
luput dari bimbingan dan perhatian dari pembina posyandu baik dari tokoh
masyarakat Desa/Kelurahan setempat, petugas Puskesmas maupun instansi
terkait untuk meningkatkan kinerja posyandunya. Akan tetapi hasil penelitian
juga menemukan bahwa, skor yang diperoleh dari pembinaan posyandu masih
rendah.
Rendahnya skor pembinaan yang diperoleh berkenaan dengan
pemberian penghargaan atau insentif untuk kader, partisipasi dari petugas
kesehatan dan petugas diluar kesehatan yang ikut hadir pada kegiatan
posyandu, dan pengadaan penyuluhan oleh petugas kesehatan/PKK/sektor lain
(tabel 5.10).
Bentuk pembinaan posyandu yang dilakukan pembina posyandu
Puskesmas Kecamatan Kembangan salah satunya berupa pemberian arahan
dan petunjuk dalam mengisi buku laporan kegiatan posyandu setelah kegiatan
104
dilakukan. Akan tetapi, hal tersebut tidak dapat dilakukan setiap bulan
penimbangan di masing-masing posyandu. Hal ini disebabkan oleh cakupan
posyandu binaan yang cukup banyak dengan lokasi yang berjauhan antar
posyandu.
Redahnya rata-rata skor pembinaan posyandu juga ditemukan pada
hasil penelitian Pakhri (2002), berkenaan dengan kegiatan penyuluhan
petugas/PKK ke masyarakat, dan bantuan usaha untuk kader posyandu.
Akantetapi, hasil penelitiannya menunjukan bahwa pembinaan posyandu
memiliki hubungan yang nyata dengan kinerja posyandu. Selain itu, hasil
penelitian Nusi (2006) juga menunjukan bahwa faktor dukungan pemerintah
dalam hal ketersediaan tenaga pembina posyandu memiliki hubungan yang
positif dengan kinerja posyandu terutama pada posyandu madya.
Hasil penelitian Sambas (2002) dalam Makmur (2009) juga
membuktikan bahwa faktor supervisi petugas kesehatan memiliki hubungan
bermakna terhadap cakupan penimbangan balita di posyandu. Selain itu,
Sambas juga membuktikan bahwa pembinaan yang dilakukan pada kader
memiliki hubungan yang positif terhadap kunjungan ibu balita ke posyandu.
Pembinaan merupakan kegiatan prioritas yang direncanakan dan
berkesinambungan agar hasil kegiatan meningkat. Oleh karena itu, pembinaan
posyandu perlu dilakukan agar posyandu berfungsi dengan baik (Pakhri,
2002). Bentuk pembinaan yang diberikan kepada kader posyandu dapat
berupa pelatihan, pemberian penghargaan, dan pemberian insentif untuk
105
kader. Hal tersebut ternyata memiliki pengaruh atau terbukti dapat
meningkatkan kinerja kader dalam pelaksanaan kegiatan posyandu.
Dalam penelitian Simanjuntak (2012) membuktikan bahwa, pelatihan
dan pemberian insentif mampu meningkatkan kinerja kader posyandu. Hasil
penelitian Hasanah (2012) juga mendapatkan bahwa, pemberian upah/gaji
dapat meningkatkan motivasi kader untuk lebih aktif sehingga dapat
meningkatkan kinerjanya dalam pelaksanaan kegiatan posyandu. Permanasari,
dkk (1997) dalam Pakhri (2002) menyatakan bahwa pembinaan berupa
pemberian penghargaan fisik dan dorongan dari pihak lain penting untuk
meningkatkan keaktifan kader posyandu.
Selain itu, Dirjen Binkesmas (1999) dalam Pakhri (2002) menemukan
bahwa sebagian besar kader yang telah lama mengabdi dan bangga menjadi
kader, tidak mendapatkan imbalan uang, akantetapi mereka mendapatkan
pengakuan dari masyarakat serta berbagai macam penghargaan berupa
peningkatan pengetahuan, pelayanan gratis di Puskesmas, dan piagam
penghargaan.
6.2.3 Hubungan Partisipasi Tokoh Masyarakat Dengan Kinerja Posyandu
Tokoh masyarakat adalah jembatan antara sektor kesehatan dengan
masyarkat (Notoatmodjo, 2007). Tokoh masyarakat dalam penelitian ini
adalah tokoh informal terdekat di lingkungan kerja posyandu tersebut, seperti
ketua RW/RT, tokoh agama, dan tokoh masyarakat lain yang disegani.
Hasil uji statistik yang dilakukan menunjukan bahwa partisipasi tokoh
masyarakat tidak memiliki hubungan dengan kinerja posyandu. Selain itu,
106
hasil penelitian juga menemukan bahwa partisipasi tokoh masyarakat tidak
memiliki hubungan dengan semua komponen kinerja posyandu. Kurangnya
rata-rata nilai skor yang diperoleh pada partisipasi tokoh masyarakat diduga
menjadi penyebab tidak adanya hubungan dengan kinerja dan komponen
kinerja posyandunya.
Kurangnya nilai skor tersebut berdasarkan hasil temuan berkaitan
dengan bantuan atau pinjaman dalam bentuk dana maupun sarana untuk
kegiatan posyandu, pemberian motivasi kepada masyarakat untuk datang ke
posyandu baik secara langsung maupun melalui penyuluhan atau ceramah,
serta turut hadir dalam kegiatan posyandu (tabel 5.11).
Kurangnya tingkat pasrtisipasi tokoh masyarakat juga ditemukan
dalam penelitian Kasmita, dkk (2000) di Sumatera Barat bahwa partisipasi
tokoh masyarakat pada posyandu masih kurang, walaupun sebenarnya peran
tokoh masyarakat memiliki pengaruh besar pada keaktifan posyandu.
Menurut Tjukarni, dkk (2000) dalam Pakhri (2002), rendahnya partisipasi
tokoh masyarakat salah satunya disebabkan oleh pengetahuan gizi mereka
yang masih rendah, sehingga belum berperan aktif dengan aktifitas posyandu.
Hasil penelitian Sudarti (1990) dalam Yamin (2003) menunjukan bahwa di
daerah, tokoh masyarakat berpartisipasi aktif dan memberikan perhatian
terhadap kader menghasilkan kegiatan Posyandu yang maju.
Pada dasarnya bentuk partisipasi tokoh masyarakat khusunya tokoh
informal setempat terhadap kegiatan posyandu tidak selalu dalam bentuk
pemberian sumbangan dana atau material lainnya, melainkan dapat berupa
107
pemberian motivasi kepada masyarakat untuk selalu berkunjung ke posyandu,
pemberian motivasi kepada kader untuk selalu berperan aktif dalam kegiatan
posyandu, turut hadir dan memantau pelaksanaan kegiatan posyandu, serta
memberikan saran/ide kepada kader untuk meningkatkan keterampilan kader
dalam kegiatan posyandu, sehingga masyarakat khususnya ibu bayi dan balita
lebih tertarik untuk datang ke posyandu.
Widagdo (2007) dalam penelitiannya, dimana bentuk partisipasi tokoh
masyarakat dapat berupa turut hadir dalam kegiatan posyandu atau kegiatan
lainnya, memberikan petunjuk ketika menghadiri kegiatan posyandu, dan
selalu berusaha memperbaiki hubungan dengan baik dengan kader ketika
terjadi kesalahan oleh kader. Partisipasi tersebut terbukti memiliki hubungan
yang bermakna dalam meningkatkan peran serta kader serta kinerja
posyandunya.
108
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1. Kinerja posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan secara
keseluruhan tergolong kurang. Kinerja tersebut dihasilkan berdasarkan akumulaisi
skor komponen input, proses, dan output, seperti uraian berikut ini :
a. Komponen input dari kinerja posyandu secara keseluruhan telah tercukupi,
akan tetapi masih terdapat sarana yang perlu di tingkatkan yaitu ketersediaan
Kartu Menuju Sehat (KMS) anak, Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil, dan
ketersediaan alat penyuluhan.
b. Komponen proses dari kinerja posyandu secara keseluruhan telah berjalan
dengan baik, akan tetapi masih terdapat kegiatan yang perlu di tingkatkan yaitu
kegiatan persiapan dengan subkegiatan menggerakan potensi masyarakat oleh
kader untuk membantu posyandu dalam bentuk dana atau sarana, dan kegiatan
penyuluhan dengan subkegiatan kader memberikan penyuluhan kepada ibu
hamil mengacu pada Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil.
c. Komponen output dari kinerja posyandu berdasarkan hasil cakupan posyandu
masih rendah. Rendahnya komponen output diantaranya cakupan ASI
eksklusif, cakupan N/D, cakupan N/S, rasio balita lulus penombangan, dan
cakupan tablet Fe.
2. Swadaya masyarkat, pembinaan posyandu, dan partisipasi tokoh masyarakat pada
pelaksanaan kegiatan posyandu secara keseluruhan tergolong rendah.
109
3. Hasil uji statistik menunjukan bahwa dari ketiga faktor yang diduga berhubungan
dengan kinerja posyandu, diketahui bahwa hanya swadaya masyarakat dan
pembinaan posyandu yang memiliki hubungan dengan kinerja posyandu.
7.2 Saran
1. Peningkatan kinerja posyandu dapat dilakukan dengan meningkatkan cakupan-
cakupan posyandu. Sedangkan cakupan posyandu berhubungan dengan
pelaksanaan kegiatan posyandu. Pelaksanaan kegiatan posyandu tidak hanya
menjadi tanggung jawab kader dan petugas kesehatan yang bertugas, tetapi juga
tanggung masyarakat sebagai pengguna pelayanan bersama tokoh masyarakat
(ketua RT/RW, tokoh agama, dan tokoh lainnya yang disegani oleh masyarakat)
dan lembaga atau instansi terkait sebagai penyelenggara posyandu. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan cara membentuk tim yang di pimpin oleh kepala wilayah
setempat dengan melibatkan tokoh masyarakat setempat. Tujuannya adalah
memberikan perhatian kepada kader serta membantu kader dalam mengatasi
permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan posayndu
2. Meningkatkan swadaya masyarakat terhadap posyandu dapat dilakukan melalui
pengumpulan dana rutin setiap kegiatan penimbangan berlangsung secara
sukarela, secara bergilir anggota masyarakat turut membantu dalam menyediakan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT), turut membantu kader dalam memberikan
motivasi kepada masyarakat khususnya ibu bayi-balita untuk datang ke posyandu.
3. Meningkatkan pembinaan posyandu dapat dilakukan melalui pemberian pelatihan
kepada kader tentang materi penyuluhan, makna grafik kenaikan berat badan, dan
manfaat dari pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) pada waktu yang telah
110
ditentukan. Selain itu, pemberian perhargaan baik dalam bentuk insentif,
pemberian seragam, pengobatan gratis, ataupun pemberian piagam penghargaan
dapat meningkatkan motivasi dan kinerja kader, sehingga akan berpengaruh pula
pada kinerja posyandu.
111
DAFTAR PUSTAKA
Agus Nusi R. 2006. Analisis Kinerja Posyandu Di Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo.
Skripsi. IPB
Almatsir Sunita. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Rineka Cipta
Amran Yuli. 2012. Pengolahan dan Analisis Data Statistik di Bidang Kesehatan. FKIK
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Direktur
Jendral Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Jakarta
_____________________ . 2008. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007. Jakarta : Badan
Penelitian dan Pengambangan Depkes RI
Hasanah. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Kader Posyandu di
Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012 Dalam Jurnal Kesehatan
Masyarakat. STIKES U’budiyah. Banda Aceh
Hastono S P, dkk. 2009. Statistik Kesehatan. Jakarta : Rajawali Pers
Jasmawaty, dkk. 2012. Kinerja Kelompok Gizi Masyarakat dan Cakupan di Posyandu
Kabupaten Jeneponto. Media Gizi Masyarakat. Volume 2, Nomor 1, Agustus
2012. Universitas Hasanuddin. Makassar
Kasmita dkk. 2000. Kinerja Posyandu Dan Status Gizi Anak Balita Di Kabupaten Padang
Pariaman Provinsi Sumatera Barat. Dalam Media Gizi dan Keluarga. Volume 24
No. 2 Desember 2000.
Kementerian Kesehatan RI. 2003. Standar Pelayanan Minimal Kabupaten/Kota.
Kementerian Kesehatan RI
_______________________. 2010. Pedoman Pelaksanaan Surveilans Gizi Di
Kabupaten/Kota. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat. Kementerian Kesehatan RI.
Jakarta
_______________________. 2011. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Sekjen
Kementrian Kesehatan RI. Jakarta
_________________________. 2012. Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizi. Dirjen Bina
Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta
112
________________________ . 2012. Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Tahun 2011.
Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Kementerian Kesehatan RI.
Jakarta
Keputusan Menteri Kesehatan RI. 2009. Pedoman Penilaian Kinerja Sumber Daya
Manusia Kesehatan di Puskesmas. Kementerian Kesehatan RI
Makmur Asmilia. 2009. Analisis Pelaksanaan Usaha Perbaikan Gizi Balita Di Posyandu
Terintegrasi Taman Posyandu Di Desa Kedawung Kabupaten Kebumen Tahun
2008 : Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok
Mubarak W I, dkk. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasinya. Salemba
Medika ; Jakarta
Murniati. 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan
Antenatal oleh Ibu Hamil di Kabupaten Aceh Tenggara. Tesis. Universitas
Sumatera Utara
Notoatmodjo Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.
Jakarta
Pakhri Asmarudin. 2002. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Posyandu di
Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Tesis. IPB
Puskesmas Kecamatan Kembangan. 2012. Laporan Tahunan dan Tabel Profil Puskesmas
Kecamatan Kembangan Tahun 2011. Jakarta Barat
Puspita Dyah R. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Keluarga
Berencana dan Dampaknya Pada Kinerja Kader KB di Tiga Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Barat. Tesis. IPB
Rohmadi. 2003. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Dan Penyusunan
Rekomendasi Peningkatan Kinerja Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Di
Kabupaten Wonosobo Tahun 2003. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang
Sari Dewi G, dkk. 2012. Hubungan Peran Serta Kader dengan Pelaksanaan Posyandu
Balita Dalam Jurnal Kesehatan. Volume 4, No.1, Juni 2012. Akademi Kebidanan
Estu Utomo. Boyolali
Sembiring. 2004. Posyandu Sebagai Saran Peran Serta Masyarakat dalam Usaha
Peningkatan Kesehatan Masyarakat. Bagian Kependudukan dan Biostatistik.
Universitas Sumatera Utara
Simanjuntak Megawati. 2012. Karakteristik Sosial Demografi dan Faktor Pendorong
Peningkatan Kinerja Kader Posyandu Dalam Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil.
Volume 2, No.1 April 2012. IPB. Bogor
113
Sulaeman E S. 2009. Manajemen Kesehatan Teori dan Praktik di Puskesmas. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Suparti Padmi. 2010. Analisis Kinerja Bidan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Di Desa Dalam
Penjaringan Balita Gizi Buruk Di Kabupaten Kendal Tahun 2010. Tesis.
Universitas Diponegoro. Semarang
Widagdo Laksmono. 2007. Ciri-ciri Kepala Desa yang Berpengaruh Terhadap Peran-
Serta Kader Kesehatan dalam Meningkatkan Kinerja Posyandu Dalam Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia. Volume 2 No.1 Januari 2007. Universitas
Diponegoro
Wirasata Putu. 2010. Analisis Kinerja RSUD Tg. Uban Provinsi Kepulauan Riau dengan
Metode Balance Scorecard. Tesis. UI
Yamin, Ahmad. 2003. Analisis Perbedaan Faktor Yang Berkontribusi Terhadap
Pemanfaatan Posyandu oleh Pengunjung Rutin dan Tidak Rutin dalam Konteks
Keperawatan Komunitas di Wilayah Kecamatan Limus Nunggal Baros dan
Cikundul Kota Sukabumi Tahun 2002. Tesis. Program Studi Ilmu Keperawatan
Pasca Sarjana UI
Lampiran 1.
Kuesioner Penelitian Analisis Kinerja Ppsyandu
(Hardinsyah, dkk, 1999 dalam Pakhri, 2002)
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1 Posyandu (Madya/Purnama/Mandiri)
2 Alamat Lengkap Posyandu (RT/RW: __ / __)
3 Kelurahan/Kecamatan
4 Nama
5 No Tlp/HP
LINGKARI JAWABAN PADA SOAL PERTANYAAN SESUAI DENGAN PENGALAMAN
ANDA
B. TINGKAT KINERJA POSYANDU
No PERTANYAAN (KOMPONEN INPUT)
KODE
(DIISI
OLEH
PENELITI)
1
Apakah tersedia alat timbangan berat badan selama 6 bulan terakhir ?
a. Tidak tersedia
b. Tersedia tapi rusak/pinjaman
c. Tersedia dan berfungsi baik
[ ] B1
2
Apakah tersedia alat peraga/bahan penyuluhan/food model/poster/lembar
balik selama 6 bulan terakhir?
a. Tidak ada
b. Ada,1 sejenis
c. Ada lebih dari 1 jenis
[ ] B2
3
Apakah tersedia tablet/pil besi selama 6 bulan terakhir?
a. Tidak ada
b. Ada, tapi tidak cukup/tidak setiap bulan ada
c. Selalu ada dan cukup
[ ] B3
4
Apakah tersedia kapsul vitamin A untuk pemberian terakhir?
a. Tidak ada
b. Ada tidak cukup
c. Ada dan cukup jumlahnya
[ ] B4
5
Apakah tersedia KMS anak balita selama 6 bulan terakhir?
a. Tidak ada
b. Ada
[ ] B5
6
Apakah tersedia KMS ibu hamil selama 6 bulan terakhir?
a. Tidak ada
b. Ada
[ ] B6
7
Apakah tersedia persediaan PMT / MP-ASI selama 6 bulan terakhir?
a. Tidak tersedia
b. Tersedia, hanya salah Satu
c. Tersedia, kedua-duanya
[ ] B7
8
Apakah tersedia formulir pendataan (Ro) kegiatan posyandu?
a. Tidak ada
b. Ada , tapi tidak lengkap
c. Ada lengkap
[ ] B8
9
Apakah tersedia formulir pencatatan (R1) kegiatan posyandu?
a. Tidak ada
b. Ada, tapi tidak lengkap
c. Ada lengkap
[ ] B9
10
Apakah tersedia formulir pelaporan sesuai pedoman?
a. Tidak ada
b. Ada, tapi tidak cukup
c. Ada dan cukup
[ ] B10
11
Apakah tersedianya poster blanko SKDN?
a. Tidak ada
b. Ada, tapi tidak cukup
c. Ada dan cukup
[ ] B11
12
Tersedianya tempat kegiatan (pos pelayanan)?
a. Ada, tidak tetap
b. Ada dan tetap
[ ] B12
13
Berapa jumlah kader aktif di posyandu?
a. Ada, tetapi kurang dari 4
b. Ada, 4 atau lebih
[ ] B13
14
Apakah terdapat struktur organisasi?
a. Tidak ada
b. Ada, tapi tidak lengkap
c. Ada, lengkap
[ ] B14
15
Apakah terdapat pembagian tugas diantara kader/pihak yang terlibat kegiatan
posyandu dan pelaksanaannya?
a. Tidak ada
b. Ada, tetapi tidak lengkap
c. Ada dan menyeluruh
[ ] B15
16
Apakah terdapat jadwal pelaksanaan kegiatan posyandu?
a. Tidak ada
b. Ada
[ ] B16
No PERTANYAAN (KOMPONEN PROSES : PERSIAPAN)
KODE
(DIISI
OLEH
PENELITI)
17
Apakah ada pertemuan kader untuk perencanaan kegiatan (selama 6 bulan
terakhir)?
a. Tidak ada
b. Tidak selalu ada/ada, tapi yang hadir sering tidak lengkap
[ ] B17
c. Selalu ada dan lengkap
18
Apakah kader mengajak/menggerakan kelompok sasaran setiap bulan untuk
datang ke posyandu?
a. Tidak ada
b. Kadang ada
c. Selalu ada
[ ] B18
19
Apakah kader menggerakan potensi masyarakat untuk membantu dana/sarana
posyandu?
a. Tidak ada
b. Ada, tapi tidak dapat bantuan
c. Ada dan dapat bantuan
[ ] B19
20
Apakah kader menghubungi petugas kesehatan, PLKB, dan PPL untuk hadir
di kegiatan posyandu selama 6 bulan terakhir?
a. Tidak
b. Ya, hanya salah satu/kadang-kadang
c. Selalu
[ ] B20
21
Apakah kader melakukan pendekatan kepada kepala RW/tokoh formal dan
informal untuk mendapat dukungan dalam memotivasi sasaran datang ke
posyandu?
a. Tidak
b. Ada, hanya salah Satu
c. Ada, pada beberapa tokoh
[ ] B21
No PERTANYAAN (KOMPONEN PROSES : PENIMBANGAN )
KODE
(DIISI
OLEH
PENELITI)
22
Apakah kegiatan penimbangan pada anak balita dilaksanakan setiap bulan?
a. Tidak
b. Ya
[ ] B22
23
Apakah kader selalu mendaftar nama anak balita yang datang ke posyandu?
a. Tidak
b. Ya, kadang-kadang
c. Ya, selalu
[ ] B23
24
Apakah kegiatan penimbangan dilakukan oleh kader?
a. Tidak
b. Ya, kadang-kadang
c. Ya, selalu
[ ] B24
25
Apakah hasil penimbangan dicantumkan oleh kader pada KMS anak?
a. Tidak
b. Ya, kadang
c. Ya, selalu
[ ] B25
26 Apakah hasil penimbangan dicatat oleh kader pada formulir register?
a. Tidak [ ] B26
b. Ya, kadang
c. Ya, selalu
No PERTANYAAN (KOMPONEN PROSES : PENYULUHAN)
KODE
(DIISI
OLEH
PENELITI)
27
Apakah kader menjelaskan makna grafik perkembangan berat badan anak
balita kepada ibunya?
a. Tidak
b. Ya, kadang/tanpa penyuluhan
c. Ya, selalu dan dengan penyuluhan
[ ] B27
28
Apakah kader memberikan penyuluhan kepada ibu anak balita mengacu pada
data KMS anak tersebut?
a. Tidak
b. Ya, kadang-kadang
c. Ya, selalu
[ ] B28
29
Apakah kader menjelaskan manfaat ASI eksklusif bagi bayi 0-6 bulan pada
ibu hamil/ibu menyusui?
a. Tidak
b. Ya, kadang/tanpa penyuluhan
c. Ya, selalu dan dengan penyuluhan
[ ] B29
30
Apakah kader memberikan penyuluhan kepada ibu hamil mengacu pada data
KMS ibu hamil?
a. Tidak
b. Ya, kadang-kadang
c. Ya, selalu
[ ] B30
31
Apakah kader mencatat pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di KMS
anak kepada peserta yang datang ke posyandu?
a. Tidak
b. Ya, kadang-kadang
c. Ya, selalu
[ ] B31
No PERTANYAAN (KOMPONEN PROSES : PELAYANAN
PERTOLONGAN GIZI DAN KESEHATAN)
KODE
(DIISI
OLEH
PENELITI)
32
Apakah kader/bidan memberikan kapsul vitamin A bagi balita setiap 1x6
bulan?
a. Tidak
b. Ya
[ ] B32
33
Apakah kader/bidan memberikan suplemen tablet besi bagi ibu hamil?
a. Tidak
b. Ya
[ ] B33
34
Apakah Ada pelayanan untuk mendapatkan MP-ASI/PMT penyuluhan?
a. Tidak
b. Ya
[ ] B34
35
Apakah kader mengirimkan rujukan ke Puskesmas bila terjadi kasus gizi
buruk?
a. Tidak
b. Ya
[ ] B35
36
Apakah ada pelayanan untuk anak balita dan ibu hamil untuk memperoleh
imunisasi?
a. Tidak ada
b. Ada, hanya untuk anak balita saja/hanya untuk ibu hamil saja
c. Ada, untuk anak balita dan ibu hamil
[ ] B36
No PERTANYAAN (KOMPONEN PROSES : PELAPORAN & TINDAK
LANJUT)
KODE
(DIISI
OLEH
PENELITI)
37
Apakah kader membuat laporan bulanan kegiatan posyandu (F/I/Gizi/85)?
a. Tidak
b. Ya
[ ] B37
38
Apakah laporan ditulis dengan jelas dan lengkap sesuai petunjuk pengisian
laporan?
a. Tidak
b. Ya,
[ ] B38
39
Apakah kader membuat balok SKDN pada tingkat posyandu?
a. Tidak
b. Ya,
[ ] B39
40
Apakah ada diskusi sesame kader mengenai evaluasi kegiatan posyandu?
a. Tidak
b. Ya
[ ] B40
41
Apakah kader posyandu mengunjungi rumah peserta (balita dan ibu hamil)
yang 2 bulan terakhir tidak datang ke posyandu?
a. Tidak
b. Ya,
[ ] B41
No PERTANYAAN (KOMPONEN OUTPUT : LAPORAN & CAKUPAN-
CAKUPAN)
KODE
(DIISI
OLEH
PENELITI)
42
Apakah laporan posyandu diserahkan ke Puskesmas paling lambat seminggu
setelah penimbangan?
a. Tidak
b. Ya
[ ] B42
43 Berdasarkan laporan posyandu selama 6 bulan terakhir, berapa rata-rata [ ] B43
cakupan ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan?
a. <60%
b. 60-80%
a. > 80%
44
Berdasarkan laporan posyandu selama 6 bulan terakhir, berapa rata-rata rasio
K/S (cakupan KMS) dari laporan SKDN selama 6 buan terakhir?
c. <60%
d. 60-80%
e. > 80%
[ ] B44
45
Berdasarkan laporan posyandu selama 6 bulan terakhir, berapa rata-rata rasio
D/S (cakupan partisipasi) dari laporan SKDN selama 6 buan terakhir?
a. <60%
b. 60-80%
c. > 80%
[ ] B45
46
Berdasarkan laporan posyandu selama 6 bulan terakhir, berapa rata-rata rasio
N/D (mutu pelayanan) dari laporan SKDN selama 6 buan terakhir?
a. <60%
b. 60-80%
c. > 80%
[ ] B46
47
Berdasarkan laporan posyandu selama 6 bulan terakhir, berapa rata-rata
cakupan pemberian kapsul vitamin A pada anak balita?
a. <60%
b. 60-80%
c. > 80%
[ ] B47
48
Berapa rata-rata rasio N/S dari data SKDN selam 6 bulan?
a. <60%
b. 60-80%
c. > 80%
[ ] B48
49
Berapa rata-rata rasio balita yang lulus penimbangan (usia 36 bulan) selama 6
bulan terakhir?
a. <60%
b. 60-80%
c. > 80%
[ ] B49
50
Berdasarkan laporan posyandu selama 6 bulan terkahir, berapa cakupan
pemberian tabel besi pada ibu hamil trimester 3?
a. <60%
b. 60-80%
c. > 80%
[ ] B50
51
Bagaimana jumlah anak balita penderita gizi buruk (BGM) selama 6 bulan
terakhir di tingkat desa?
a. Meningkat
b. Tetap
c. Berkurang
[ ] B51
C. SWADAYA MASYARAKAT
No PERTANYAAN
KODE
(DIISI
OLEH
PENELITI)
1
Apakah terdapat kegiatan pengumpulan dana/material rutin dari masyarakat
untuk posyandu?
a. Tidak ada
b. Kurang lancar
c. Lancar
[ ] D1
2
Apakah terdapat sumbangan sukarela berupa dana/sarana dari masyarakat
untuk operasional posyandu?
a. Tidak ada
b. 1-2 kali
c. > 2 kali
[ ] D2
3
Apakah terdapat sumbangan masyarakat untuk pembuatan papan
data/monografi data/papan nama?
a. Tidak ada
b. Ada, sebagian
c. Ada lengkap
[ ] D3
4
Apakah terdapat sumbangan/pinjaman masyarakat untuk penyediaan tempat
posyandu termasuk meja-kursi?
a. Tidak ada
b. Kadang ada
c. Selalu ada
[ ] D4
5
Apakah terdapat sumbangan masyarakat untuk kursus kader, pertemuan kader
atau lomba kader?
a. Tidak ada
b. Kadang ada
c. Selalu ada
[ ] D5
6
Apakah terdapat sumbangan masyarakat untuk kesejahteraan kader (insentf,
baju seragam, transport)?
a. Tidak ada
b. Kadang ada
c. Selalu ada
[ ] D6
7
Apakah terdapat kegiatan pengumpulan dana sehat dari masyarakat peserta
posyandu?
a. Tidak ada
b. Cakupan < 50%
c. Cakupan > 50%
[ ] D7
8
Apakah terdapat tenaga masyarakat selain kader yang membantu persiapan
kegiatan menimbang anak atau memasak dalam pelaksanaan posyandu?
a. Tidak ada
b. Kadang ada
c. Selalu ada
[ ] D8
9
Apakah sebelum pelaksanaan posyandu terdapat anggota masyarakat (selain
kader dan tokoh masyarakat) yang membantu memotivasi datang ke
posyandu?
a. Tidak ada
b. Kadang ada
c. Selalu ada
[ ] D9
10
Apakah kegiatan posyandu/kader memberikan pendapatan untuk posyandu?
a. Tidak ada
b. Ada, tak tentu
c. Ada tentu
[ ] D10
D. PEMBINAAN POSYANDU
No PERTANYAAN
KODE
(DIISI
OLEH
PENELITI)
1
Apakah kader sering diberikan motivasi/bimbingan oleh petugas kesehatan
saat hari pelaksanaan kegiatan posyandu?
a. Tidak
b. 1-3 kali
c. > 3 kali
[ ] E1
2
Apakah kader diberikan insentif oleh Puskesmas/bidan (berobat gratis, piaga,
uang saku, material)?
a. Tidak ada
b. 1-2 macam
c. > 2 macam
[ ] E2
3
Apakah kader mendapat bantuan usaha/peningkatan penghasilan dari
pemerintah/sektor-sektor terkait?
a. Tidak ada
b. Hanya latihan usaha/keterampilan
c. Bantuan modal/material
[ ] E3
4
Apakah sarana posyandu (dacin, KMS, formulir, tablet besi, balok SKDN)
dicukupi oleh Puskesmas?
a. Tidak
b. Sebagian cukup
c. Cukup semua
[ ] E4
5
Adakah upaya puskesmas meningkatkan keterampilan kader?
a. Tidak ada
b. Memberikan bimbingan saat tugas/memberikan buku
c. Memberikan kursus kader/bimbingan khusus dan buku
[ ] E5
6
Adakah upaya puskesmas mengganti kader yang drop out (keluar) atau kader
< 4 orang?
a. Tidak ada
b. Mengganti tanpa bimbingan
c. Mengganti disertai kursus kader/bimbingan
[ ] E6
7
Apakah kader sering diundang dalam pertemuan desa/PKK/Puskesmas ?
a. Tidak ada
b. 1-2 kali
c. > 2 kali
[ ] E7
8
Adakah bantuan dana/sarana dari pemerintah desa/PKK untuk posyandu ?
a. Tidak ada
b. 1-2 kali
c. > 2 kali
[ ] E8
9
Apakah petugas diluar kesehatan (PKLB/pamong/PKK) hadir pada hari
kegiatan posyandu?
a. Tidak ada
b. 1-2 kali
c. > 2 kali hadir
[ ] E9
10
Apakah petugas kesehatan/sektor/PKK mengadakan penyuluhan ke
masyarakat/ tokoh masyarakat tentang posyandu?
a. Tidak ada
b. 1-2 kali
c. > 2 kali
[ ] E10
E. PARTISIPASI TOKOH MASYARAKAT
No PERTANYAAN
KODE
(DIISI
OLEH
PENELITI)
1
Apakah tokoh masyarakat ikut hadir dalam pelaksanaan kegiatan posyandu?
a. Tidak ada
b. 1-2 kali hadir
c. > 2 kali hadir
[ ] F1
2
Apakah tokoh msyarakat berperan mengajak/memotivasi sasaran untuk hadir
pada kegiatan posyandu?
a. Tidak ada
b. Ya, 1-2 kali
c. > 2 kali
[ ] F2
3
Apakah tokoh masyarakat membantu mengupayakan dana/sarana posyandu
baik dari masyarakat, bantuan pemerintah atau lainnya?
a. Tidak ada
b. Ada, 1 kali
c. > 1 kali
[ ] F3
4
Apakah tokoh masyarakat sering memberi motivasi/saran ke kader untuk
merangsang kegiatan posyandu?
a. Tidak ada
b. Ada, 1 kali
c. > 1 kali
[ ] F4
5 Apakah tokoh masyarakat memberi bantuan/pinjaman sarana/dana untuk
posyandu? [ ] F5
a. Tidak ada
b. Ya, 1-2 kali
c. Ya, > 2 kali
6
Apakah tokoh masyarakat berperan dalam penyuluhan/ceramah di masjid,
balai desa atau tempat lain untuk mengajak masyarakat hadir di posyandu?
a. Tidak ada
b. Ada, 1 kali
c. > 1 kali
[ ] F6
Lampiran 2.
Persentase Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun
2014
kinerjaKAT
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 52 54.2 54.2 54.2
cukup 44 45.8 45.8 100.0
Total 96 100.0 100.0
Lampiran 3.
Persentase Komponen Input Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Tahun 2014
inputKAT
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 26 27.1 27.1 27.1
cukup 70 72.9 72.9 100.0
Total 96 100.0 100.0
Lampiran 4.
Persentase Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Tahun 2014
prosesKAT
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 26 27.1 27.1 27.1
cukup 70 72.9 72.9 100.0
Total 96 100.0 100.0
Lampiran 5.
Persentase Kegiatan Persiapan Pada Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
persiapanKAT
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 64 66.7 66.7 66.7
cukup 32 33.3 33.3 100.0
Total 96 100.0 100.0
Lampiran 6.
Persentase Kegiatan Penimbangan Pada Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
timbangKAT
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 1 1.0 1.0 1.0
cukup 95 99.0 99.0 100.0
Total 96 100.0 100.0
Lampiran 7.
Persentase Kegiatan Penyuluhan Pada Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
suluhKAT
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 52 54.2 54.2 54.2
cukup 44 45.8 45.8 100.0
Total 96 100.0 100.0
Lampiran 8.
Persentase Kegiatan Pelayanan Gizi dan Kesehatan Pada Komponen Proses Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
yankesKAT
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 29 30.2 30.2 30.2
cukup 67 69.8 69.8 100.0
Total 96 100.0 100.0
Lampiran 9.
Persentase Kegiatan Pelaporan dan Rencana Tindak Lanjut Pada Komponen Proses
Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
lapTLKAT
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 15 15.6 15.6 15.6
cukup 81 84.4 84.4 100.0
Total 96 100.0 100.0
Lampiran 10.
Persentase Kegiatan Persiapan Pada Komponen Output Posyandu Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
outputKAT
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 83 86.5 86.5 86.5
cukup 13 13.5 13.5 100.0
Total 96 100.0 100.0
Lampiran 11.
Hasil Uji T-Independen antara Swadaya Masyarakat dengan Kinerja Posyandu Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Group Statistics
kinerja
KAT N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
swadayaPERSE
N
kurang 35 20.8571 13.42110 2.26858
cukup 15 30.6667 16.46063 4.25012
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
swadayaP
ERSEN
Equal
variances
assumed
.017 .896 -2.211 48 .032 -9.80952 4.43597 -18.72864 -.89041
Equal
variances not
assumed
-2.036 22.366 .054 -9.80952 4.81767 -19.79128 .17223
Lampiran 12.
Hasil Uji T-Independen antara Swadaya Masyarakat dengan Komponen Input Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Group Statistics
inputKAT N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
swadayaPERSE
N
KURAN
G 14 21.7857 17.05276 4.55754
CUKUP 36 24.5833 14.21141 2.36857
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
swadayaP
ERSEN
Equal
variances
assumed
1.505 .226 -.591 48 .557 -2.79762 4.73528 -12.31855 6.72331
Equal
variances not
assumed
-.545 20.417 .592 -2.79762 5.13627 -13.49767 7.90243
Lampiran 13.
Hasil Uji T-Independen antara Swadaya Masyarakat dengan Komponen Proses Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Group Statistics
prosesKA
T N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
swadayaPERSE
N
KURAN
G 19 16.0526 8.75261 2.00799
CUKUP 31 28.5484 16.03088 2.87923
Lampiran 13.
Hasil Uji T-Independen antara Swadaya Masyarakat dengan Komponen Proses Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
swadayaP
ERSEN
Equal
variances
assumed
5.308 .026 -3.117 48 .003 -12.49576 4.00918 -20.55676 -4.43475
Equal
variances
not assumed
-3.560 47.537 .001 -12.49576 3.51027 -19.55540 -5.43611
Lampiran 14.
Hasil Uji T-Independen antara Swadaya Masyarakat dengan Komponen Output Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Group Statistics
outputK
AT N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
swadayaPERSE
N
kurang 48 23.1250 14.71810 2.12437
cukup 2 40.0000 14.14214 10.00000
Lampiran 14.
Hasil Uji T-Independen antara Swadaya Masyarakat dengan Komponen Output Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
swadayaP
ERSEN
Equal
variances
assumed
.055 .816 -1.590 48 .118 -16.87500 10.61338 -38.21462 4.46462
Equal
variances not
assumed
-1.651 1.092 .331 -16.87500 10.22316 -123.51121 89.76121
Lampiran 15.
Hasil Uji T-Independen antara Pembinaan Posyandu dengan Kinerja Posyandu Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Group Statistics
kinerja
KAT N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
pembinaanPERSE
N
kurang 35 52.4571 10.73023 1.81374
cukup 15 66.3333 11.56761 2.98674
Lampiran 15.
Hasil Uji T-Independen antara Pembinaan Posyandu dengan Kinerja Posyandu Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
pembin
aanPER
SEN
Equal
variances
assumed
.436 .512 -4.095 48 .000 -13.87619 3.38883 -20.68989 -7.06249
Equal
variances not
assumed
-3.971 24.839 .001 -13.87619 3.49432 -21.07525 -6.67713
Lampiran 16.
Hasil Uji T-Independen antara Pembinaan Posyandu dengan Komponen Input Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Group Statistics
inputKAT N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
pembinaanPERSE
N
KURAN
G 14 56.5000 11.29840 3.01962
CUKUP 36 56.6667 13.25573 2.20929
Lampiran 16.
Hasil Uji T-Independen antara Pembinaan Posyandu dengan Komponen Input Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
pembinaan
PERSEN
Equal
variances
assumed
.646 .426 -.041 48 .967 -.16667 4.01754 -8.24448 7.91115
Equal
variances not
assumed
-.045 27.695 .965 -.16667 3.74154 -7.83465 7.50132
Lampiran 17.
Hasil Uji T-Independen antara Pembinaan Posyandu dengan Komponen Proses Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Group Statistics
prosesKA
T N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
pembinaanPERSE
N
KURAN
G 19 51.3158 10.25266 2.35212
CUKUP 31 59.8710 12.98138 2.33152
Lampiran 17.
Hasil Uji T-Independen antara Pembinaan Posyandu dengan Komponen Proses Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
pembinaan
PERSEN
Equal
variances
assumed
2.875 .096 -2.441 48 .018 -8.55518 3.50529 -15.60303 -1.50732
Equal
variances
not
assumed
-2.583 44.800 .013 -8.55518 3.31187 -15.22645 -1.88391
Lampiran 18.
Hasil Uji T-Independen antara Pembinaan Posyandu dengan Komponen Output Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Group Statistics
outputK
AT N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
pembinaanPERSE
N
kurang 48 56.4792 12.70448 1.83373
cukup 2 60.0000 14.14214 10.00000
Lampiran 18.
Hasil Uji T-Independen antara Pembinaan Posyandu dengan Komponen Output Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Lampiran 19.
Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Kinerja Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Group Statistics
kinerja
KAT N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
ptmPERSEN kurang 35 25.2381 17.32590 2.92861
cukup 15 33.8889 18.22116 4.70468
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
pembinaan
PERSEN
Equal
variances
assumed
.018 .895 -.383 48 .703 -3.52083 9.19148 -22.00154 14.95987
Equal
variances
not assumed
-.346 1.068 .785 -3.52083 10.16674 -114.71707 1.07675E2
Lampiran 19.
Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Kinerja Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
ptmPE
RSEN
Equal
variances
assumed
.030 .863 -1.593 48 .118 -8.65079 5.42892 -19.56638 2.26479
Equal
variances
not
assumed
-1.561 25.383 .131 -8.65079 5.54173 -20.05549 2.75390
Lampiran 20.
Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Komponen Input
Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Group Statistics
inputKAT N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
ptmPERSEN KURAN
G 14 22.0238 17.17405 4.58996
CUKUP 36 30.0926 17.84832 2.97472
Lampiran 20.
Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Komponen Input
Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
ptmPE
RSEN
Equal
variances
assumed
.014 .907 -1.450 48 .154 -8.06878 5.56498 -19.25792 3.12035
Equal
variances
not assumed
-1.475 24.602 .153 -8.06878 5.46961 -19.34291 3.20535
Lampiran 21.
Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Komponen Proses
Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Group Statistics
prosesKA
T N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
ptmPERSEN KURAN
G 19 22.8070 17.53350 4.02246
CUKUP 31 30.9140 17.63750 3.16779
Lampiran 21.
Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Komponen Proses
Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
ptmPER
SEN
Equal
variances
assumed
.002 .965 -1.581 48 .120 -8.10696 5.12749 -18.41647 2.20255
Equal
variances not
assumed
-1.583 38.391 .122 -8.10696 5.12007 -18.46853 2.25461
Lampiran 22.
Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Komponen Output
Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Group Statistics
outputK
AT N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
ptmPERSEN kurang 48 27.0833 17.82334 2.57258
cukup 2 45.8333 5.89256 4.16667
Lampiran 22.
Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Komponen Output
Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
ptmPER
SEN
Equal
variances
assumed
2.308 .135 -1.471 48 .148 -18.75000 12.74298 -44.37149 6.87149
Equal
variances not
assumed
-3.829 1.902 .067 -18.75000 4.89686 -40.89659 3.39659
Lampiran 23.
Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Komponen Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Kembangan Tahun 2014
No Komponen Kinerja Rata-rata Skor
(95% CI) Standar Deviasi
Nilai Terendah-
tertinggi
1 Input 113.02 – 118.12 12.58 85 – 135
2 Proses 166.54 – 173.87 18.1 110 – 200
3 Output 53.16 – 59.75 16.27 10 – 95
4 Total Kinerja 334.87 – 349.61 36.39 245 - 425
Lampiran 24.
Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Komponen Input Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Kembangan Tahun 2014
No Komponen Sarana Rata-rata Skor
(95% CI)
Standar
Deviasi
Nilai Terendah-
tertinggi
1 Tersedianya timbangan 9.52 – 10 0.99 5 – 10
2 Tersedianya alat penyuluhan 3.82 – 6.18 4.17 0 - 10
3 Tersedianya KMS anak 4.55 – 5.25 1.23 0 - 10
4 Tersedianya KMS ibu hamil 0.35 – 1.45 1.94 0 – 5
5 Tersedianya PMT/MP-ASI 6.19 – 7.81 2.86 0 - 10
6 Tersedianya formulir pendataan 9.21 – 9.99 1.37 5 - 10
7 Tersedianya formulir pencatatan 8.85 – 9.95 1.93 0 - 10
No Komponen Sarana Rata-rata Skor
(95% CI)
Standar
Deviasi
Nilai Terendah-
tertinggi
8 Tersedianya formulir pelaporan 9.36 – 10 1.19 5 - 10
9 Tersedianya blanko SKDN 7.80 – 9.60 3.16 0 - 10
10 Tersedianya tablet Fe 7.26 – 9.14 3.31 0 - 10
11 Tersedianya vitamin A 10 0.00 0 – 10
12 Tersedianya tempat posyandu 3.80 – 4.80 1.75 0 - 5
13 Tersedianya struktur organisasi 7.11 – 9.09 3.48 0 - 10
14 Tersedianya pembagian tugas 8.55 – 9.65 1.94 5 - 10
15 Tersedianya jadwal kegiatan
posyandu 4.70 - 5 0.88 0 – 5
16 Terdapat kader aktif 4.52 – 5 0.72 0 - 5
Lampiran 25.
Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Persiapan Posyandu Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
No Komponen Persiapan Rata-rata Skor
(95% CI)
Standar
Deviasi
Nilai Terendah-
tertinggi
1 Pertemuan kader 6.58 – 8.22 2.90 0 - 10
2 Mengajak sasaran ke posyandu 8.60 – 9.80 2.11 0 - 10
3 Menggerakan potensi masyarakat 3.49 – 6.11 4.63 0 - 10
4 Menghubungi petugas kesehatan,
PLKB, dan PPL 7.14 – 8.86 3.03 0 - 10
5 Pendekatan kepada kepala
RW/tokoh masyarakat 7.03 - 8.57 2.70 0 - 10
Lampiran 26.
Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Penimbangan Posyandu Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
No Komponen Penimbangan Rata-rata Skor
(95% CI)
Standar
Deviasi
Nilai Terendah-
tertinggi
1 Bayi dan balita melakukan
penimbangan setiap bulan 5 0.00 5
2 Kader mendaftarkan nama bayi dan
balita 9.70 – 10 0.71 5 - 10
3 Penimbangan dilakukan oleh kader 10 0.00 10
4 Hasil penimbangan dicantumkan di
KMS anak 10 0.00 10
5 Hasil penimbangan dicatat di
formulir register oleh kader 9.12 – 10 1.70 0 - 10
Lampiran 27.
Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Penyuluhan Posyandu Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
No Komponen Penyuluhan Rata-rata Skor
(95% CI)
Standar
Deviasi
Nilai Terendah-
tertinggi
1 Kader menjelaskan makna grafik
berat badan anak 7.89 – 9.31 2.48 0 - 10
2 Kader memberikan penyuluhan pada
ibu balita mengacu KMS anak 8.48 – 9.72 2.19 0 - 10
3 Kader menjelaskan ASI eksklusif 7.67 – 9.13 2.56 0 - 10
4 Kader memberikan penyuluhan pada
ibu hamil mengacu KMS ibu hamil 3 – 5.20 3.87 0 - 10
5 Kader mencatat pemberian ASI
eksklusif di KMS anak 6.10 – 8.10 3.51 0 - 10
Lampiran 28.
Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Pelayanan Pertolongan Gizi dan
Kesehatan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun
2014
No Komponen Pertolongan Gizi dan
Kesehatan Rata-rata Skor
(95% CI)
Standar
Deviasi
Nilai
Terendah-
tertinggi
1 Kader/bidan memberikan kapsul
Vitamin A 4.70 – 5.10 0.71 0 - 5
2 Kader/bidan memberikan tablet Fe
pada ibu hamil 1.88 – 3.2 2.52 0 - 5
3 Pelayanan pemberian PMT/MP-ASI
penyuluhan 4.21 – 4.99 1.37 0 - 5
4 Kader memberikan rekomendasi pada
balita gizi buruk/BGM ke Puskesmas 4.70 – 5.10 0.71 0 - 5
5 Pelayanan imunisasi untuk anak balita
dan ibu hamil 5.72 – 7.48 3.10 0 - 10
Lampiran 29.
Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Pelaporan dan Rencana Tindak Lanjut
di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
No Komponen Pelaporan dan Rencana
Tindak Lanjut
Rata-rata
Skor (95%
CI)
Standar
Deviasi
Nilai
Terendah-
tertinggi
1 Kader membuat laporan bulanan
posyandu 5 0.00 0 - 5
2 Laporan ditulis dengan jelas dan lengkap 4.52 – 5 0.99 0 - 5
No Komponen Pelaporan dan Rencana
Tindak Lanjut
Rata-rata
Skor (95%
CI)
Standar
Deviasi
Nilai
Terendah-
tertinggi
3 Kader membuat blanko SKDN 3.80 – 4.80 1.75 0 - 5
4 Kader melakukan evaluasi kegiatan
posyandu 4.36 – 5 1.19 0 - 5
5 Kader mengunjungi peserta posyandu
yang tidak datang 2 bulan terakhir 3.67 – 4.73 1.85 0 - 5
Lampiran 30.
Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Komponen Output Menurut Cakupan Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
No Komponen Rata-rata Skor
(95% CI)
Standar
Deviasi
Nilai Terendah-
tertinggi
1 Laporan diserahkan ke Puskesmas
paling lambat 1 minggu setelah
kegiatan posyandu
4.21 – 4.99 1.37 0 - 5
2 Cakupan ASI eksklusif 0.61 – 1.99 2.44 0 - 10
3 Cakupan K/S 9.40 – 10 1.41 0 - 10
4 Cakupan D/S 4.89 – 6.51 2.86 0 - 10
5 Cakupan N/D 3.70 – 5.50 3.17 0 - 10
6 Cakupan N/S 2.11 – 4.09 3.48 0 - 10
7 Rasio balita lulus penimbangan 0.61 – 1.99 2.44 0 - 10
8 Penurunan jumlah balita gizi
buruk/BGM 8.66 – 9.94 2.26 0 - 10
9 Cakupan tablet Fe 0.13 – 1.27 2.02 0 - 10
10 Cakupan vitamin A 5.54 – 7.26 3.04 0 - 10