23
Acara I KINETIKA FERMENTASI DALAM PRODUKSI MINUMAN VINEGAR LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI FERMENTASI Disusun oleh : Nama : Talentea Cezar Juniarti NIM : 12.70.0191 Kelompok A3 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2015

Kinetika_Talentea Cezar Juniarti_12.70.0191_A3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pembuatan cuka apel dilakukan dengan menambahkan inokulum yeast Saccharomyces cerevisiae ke dalam media cair sari buah apel yang dilakukan secara aseptis. Saccharomyces cerevisiae merupakan yeast uniseluler yang sering digunakan dalam berbagai proses fermentasi seperti pembuatan roti, asam laktat, dan alkohol (termasuk vinegar)

Citation preview

  • Acara I

    KINETIKA FERMENTASI DALAMPRODUKSI MINUMAN VINEGAR

    LAPORAN RESMI PRAKTIKUMTEKNOLOGI FERMENTASI

    Disusun oleh :Nama : Talentea Cezar Juniarti

    NIM : 12.70.0191Kelompok A3

    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG

    2015

  • 11. HASIL PENGAMATAN1.1. Tabel Pengamatan Kinetika Fermentasi dalam Produksi Minuman VinegarHasil pengamatan kinetika fermentasi dalam produksi minuman vinegar (cuka apel) dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Hasil Pengamatan Kinetika Fermentasi dalam Produksi Minuman Vinegar

    Kel Perlakuan Waktu mikroba tiap petak Rata-rataRata-rata/tiap cc OD pH Total asam1 2 3 4

    A1 Sari apel + Saccharomycescereviceae

    N0 17 4 4 8 8,25 3,3 x 107 0,1090 3,14 10,56N24 71 54 58 62 61,25 2,45 x 108 0,4995 3,11 13,44N48 38 39 30 32 34,75 1,39 x 108 0,6428 3,20 12,67N72 36 31 20 27 28,5 1,14 x 108 1,2812 3,24 12,48N96 21 26 19 8 18,5 7,4 x 107 0,8054 3,28 12,67

    A2 Sari apel + Saccharomycescereviceae

    N0 5 8 1 2 4 1,6 x 107 0,0889 3,13 10,56N24 78 80 90 96 86 3,44 x 108 0,6578 3,11 12,48N48 127 130 129 126 128 5,12 x 108 0,7935 3,20 12,29N72 170 185 168 162 171,25 6,85 x 108 1,2631 3,25 12,10N96 180 198 192 183 188,25 7,53 x 108 0,6415 3,28 12,48

    A3 Sari apel + Saccharomycescereviceae

    N0N24N48N72N96

    2768088140

    3647794152

    2728590177

    1808198182

    273

    80,7592,5162,75

    8 x 1062,92 x 1083,23 x 1083,7 x 1086,51 x 108

    0,10450,73670,85301,16750,5377

    3,143,133,192,903,29

    10,3713,0612,6712,4812,86

    A4 Sari Apel +Saccharomyces cereviceae

    N0 76 64 72 80 73 2,92 x 108 0,7367 3,13 13,06N24 80 77 85 81 80,75 3,23 x 108 0,8530 3,19 12,67N48 88 94 90 98 92,5 3,7 x 108 1,1675 2,90 12,48N72 140 152 177 182 162,75 6,51 x 108 0,5377 3,29 12,86N96 107 105 137 131 120 4,8 x 108 1,1055 3,29 12,48

  • 2A5 Sari apel + Saccharomycescereviceae

    N0 4 4 5 3 4 1,6 x 107 0,1022 3,18 11,14N24 119 83 57 53 78 3,12 x 108 0,6539 3,14 12,86N48 36 36 40 39 37,75 1,51 x 108 0,7191 3,19 12,67N72 34 47 45 41 41,75 1,67 x 108 1,3256 3,26 12,10N96 25 36 37 26 31 1,04 x 108 0,3242 3,29 12,86

    Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 1 dapat dilhat bahwa produksi minuman vinegar dengan menggunakan sari apel ditambahdengan kultur Saccharomyces cereviceae didapatkan hasil yang berbeda pada tiap kelompok. Hasil rata-rata jumlah MO tiap petakmaupun tiap CC yang dihasilkan kelompok A1, A4, dan A5 mengalami fluktuasi sedangkan kelompok A2 dan A3 mengalami kenaikansetiap harinya. Hasil OD yang didapatkan kelompok A1, A2, A3, dan A5 meningkat sdari hari ke-1 sampai hari ke-3 kemudian padahari ke-4 mengalami penurunan hingga hari ke-5, sedangkan pada kelompok A4 nilai OD yang didapatkan mengalami peningkatanhanya sampai hari ke-2, selanjutnya mengalami penurunan sampai hari k-5. pH yang dihasilkan kelompok A1, A2, dan A5 mengalamipenurunan pada hari ke-2 tetapi pada hari ke-3 samapi hari ke-5 terus meningkat, sedangkan pada kelompok A3 dan A4 mengalamifluktuasi. Untuk total asam, pada semua kelompok mengalami fluktuasi.

  • 31.2. Grafik Pengamatan Kinetika Fermentasi dalam Produksi Vinegar1.2.1. Grafik Hubungan OD dengan WaktuHasil pengamatan hubungan OD dengan waktu dapat dilihat pada Grafik 1.

    Grafik 1. Hubungan OD Produksi Minuman Vinegar dengan Waktu Inkubasi

    Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa hubungan OD dengan waktu padakelompok A1, A2, A3, dan A5, OD meningkat hingga hari ke 4, kemudianmengalami penurunan. Sedangkan untuk kelompok A4 terjadi fluktuasi.

    1.2.2. Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan WaktuHasil pengamatan hubungan jumlah sel dengan waktu dapat dilihat pada Grafik 2.

    Grafik 2. Hubungan Jumlah Sel dengan Waktu InkubasiBerdasarkan grafik diatas, dapat dilihat hubungan jumlah sel dengan waktu padakelompok A2 dan A3 setiap harinya jumlah sel semakin meningkat, sedangkanuntuk kelompok A1, A4, dan A5 jumlah sel mengalami fluktuatif.

  • 41.2.3. Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan pHHasil pengamatan hubungan jumlah sel dengan pH dapat dilihat pada Grafik 3.

    Grafik 3. Hubungan Jumlah Sel dengan pH

    Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat hubungan jumlah sel dengan pH, padamasing-masing kelompok mendapatkan hasil yang fluktuatif.

    1.2.4. Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan ODHasil pengamatan hubungan jumlah sel dengan OD dapat dilihat pada Grafik 4.

    Grafik 4. Hubungan Jumlah Sel dengan Optical Density (OD)

    Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat hubungan jumlah sel dengan OD padasemua kelompok mendapatkan hasil yang fluktuatif, dimana semakin banyakjumlah sel, OD yang dihasilkan tidak stabil (naik turun).

  • 51.2.5. Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan Total AsamHasil pengamatan antara hubungan jumlah sel dengan total asam dapat dilihat padaGrafik 5.

    Grafik 5. Hubungan Jumlah Sel dengan Total Asam

    Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat hubungan jumlah sel dan total asam padamasing-masing kelompok mengalami fluktuatif, dimana kenaikan jumlah sel tidaksebandinga dengan total asam yang dihasilkan.

  • 62. PEMBAHASAN

    Pada praktikum ini membahas tentang kinetika fementasi di dalam produksiminuman vinegar. Salah satu contoh poduk vinegar adalah produk cuka apel bahanyang digunakan dalam pembuatan cuka apel adalah apel malang, dan inokulumyeast Saccharomyces cerevisiae. Buah apel merupakan buah yang memilikikandungan gula yang dapat digunakan yeast sebagai media (sumber makanan)dalam proses fermentasi (Sevda & Rodrigues, 2011). Pembuatan cuka apeldilakukan dengan menambahkan inokulum yeast Saccharomyces cerevisiae kedalam media cair sari buah apel yang dilakukan secara aseptis. Saccharomycescerevisiae merupakan yeast uniseluler yang sering digunakan dalam berbagai prosesfermentasi seperti pembuatan roti, asam laktat, dan alkohol (termasuk vinegar)(Thontowi et al, 2007). Azizah (2012) dalam jurnalnya yang berjudul PengaruhLama Fermentasi Terhadap Kadar Alkohol, pH, dan Produksi Gas Pada ProsesFermentasi Bioetanol dari Whey dengan Substrat Kulit Nanas, menambahkanbahwa Saccharomyces cereviceae tidak hanya menghasilkan alkohol, tetapi jugadapat menghasilkan gas CO2.

    Yeast dapat memproduksi alkohol dengan memfermentasikan glukosa dalam buah.,dimana glukosa/ pati akan dipecah menjadi alkohol dan karbondioksida (CO2). Saatdilakukan fermentasi alkohol terjadi proses sakarifikasi pati oleh enzim amilaseyang diproduksi oleh kapang dan kemudian proses fermentasinya dilanjutkan olehkhamir. Reaksi yang berlangsung selama proses fermentasi adalah sebagai berikut :

    C6H12O6 (karbohidrat) 2 C2H5OH (alkohol) + 2 CO2 (karbon dioksida)(Rahman, 1992)

    2.1. Cara Kerja Pembuatan Minuman Vinegar (Cuka Apel)Dalam pembuatan minuman vinegar (cuka apel), sampel yang digunakan adalahsari apel malang. Untuk mendapatkan sari apel ini mula-mula sampel dicuci bersih,dipotong, dan di juicer. Setelah di juicer didapatkan sari apel berwarna coklat, halini terjadi karena apel mengandung senyawa fenolik sehingga menyebabkan reaksi

  • 7enzimatis (Chang, 1991). Lalu sari apel yang didapatkan disaring dengan kainsaring untuk mendapatkan sari apel bersih dari ampasnya. Sari apel yang digunakanpada masing-masing kelompok sebanyak 250 ml. Kemudian dimasukkan kedalamwadah botol kaca, ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet gelang. Laludisterilisasi menggunakan autoklaf selama 1 jam. Tujuan dilakukannya sterilisasiyaitu untuk membunuh semua mikroorganisme yang ada dalam sari buah apel(Fardiaz, 1992). Kemudian sari buah apel yang sudah diterilisasi didinginkanhingga sari apel agak dingin.

    Gambar 1. Pencucian Apel Malang sebelum di juicer.

    Gambar 2. Apel malang di juicer.

    Gambar 3. Sari apel malang yang diperoleh dan disaring.

  • 8Gambar 4. Sari apel malang yang siap di sterilisasi.

    Gambar 5. Proses pendinginan sari apel

    Setelah dingin, sari apel diberi 30 ml yeast (pemindahan dilakukan dengan pipet ukursecara aseptis). Pemindahan biakan mikroorganisme dilakukan secara aseptis untukmenghindari terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme yang tidak diinginkan dalambiakan murni yang akan dibuat (Hadioetomo, 1993). Kemudian sari apel di shaker dandiambil secara aseptis sebanyak 25 ml untuk dilakukan pengujian. Shaker pada sampel(sari apel) bertujuan memberikan sistem aerasi untuk pertumbuhan yeast agar dapattumbuh secara optimal. Jika aerasi terlalu sedikit, maka akan dihasilkan alkohol padaproses pertumbuhannya. Sedangkan jika terlalu banyak aerasinya, maka akanmenghasilkan respirasi yang berlebih dan suhu panas pada sari apel sehingga dapatmenurunkan pertumbuhan sel khamir (Said, 1987). Dari 25 ml sari apel yang telahdiambil, 3 ml untuk pengujian OD (optical density), 10 ml untuk pengujian total asam,sisanya untuk pengujian haemocytometer, dan setelah pengujian haemocytometer barudilakukan pengujian pH.

  • 9Gambar 6. Penambahan inokulum secara aseptis

    Gambar 7. Pengujian OD (optical density)

    Gambar 8. Pengujian Total Asam

  • 10

    Gambar 9. Hasil titrasi pada total asam

    Gambar 10. Penetesan sari apel pada haemocytometer

    Gambar 11. Salah satu contoh hasil haemocytometer pada mikroskop

  • 11

    Gambar 12. Pengujian pH

    Semua pengujian ini dilakukan berulang-ulang selama 5 hari dengan proses inkubasipada suhu ruang (25-30C) sambil di shaker. Kemudian hasil yang telah didapatdicatat. Inkubasi pada suhu ruang bertujuan untuk mengecilkan gelembung udarasehingga transfer oksigen meningkat dan dapat mengurangi terjadinya difusi.Kecepatan shaker harus diperhatikan agar mikrobadapat menciptakan kondisi stabildengan lingkungannya (Stanburry & Whittaker, 1984). Semakin tinggi persediaanoksigen, maka akan semakin tinggi pertumbuhan mikroba dalam kultur (Said, 1987).Winarno et al, (1980) mengatakan bahwa untuk mecapai pertumbuhan khamir danpertumbuhan Saccharomyces cereviceae yang optimal dibutuhkan bantuan oksigen.

    2.1.1. Pengukuran Biomassa dengan HaemocytometerPengukuran biomassa dilakukan dengan menggunakan alat haemocytometer,dilakukan dibawah mikroskop. Haemocytometer dilakukan untuk pengujian tingkatkepadatan dari Saccharomyces cereviceae. Pengujian dan pengamatan dilakukanselama 5 hari (setiap 24 jam sekali) selama 5 kali (N0, N24, N48, N72, N96).Haemocytometer merupakan alat yang digunakan menghitung jumlah mikroba, jikalarutan yang akan dihitung jumlah mikrobanya sangat keruh, maka perlu dilakukanpengenceran jumlah sel mikroorganisme dapat dihitung dengan mudah (Fardiaz,1992). Chen & Pei (2011) menambahkan Haemocytometer memiliki 9 kotak besar

  • 12

    dibatasi 3 garis di setiap sisinya di mana masing-masing 9 kotak terdapat 16 kotakyang lebih kecil. Berikut merupakan gambar kotak haemocytometer.

    Gambar 13. Kotak Haemocytometer

    2.1.2. Pengukuran Total Asam Selama FermentasiPengujian total asam dilakukan dengan metode titrasi. Sampel diambil sebanyak 10ml, kemudian ditambahakan indicator PP sebanyak 2 tetes dan dititrasi dneganmenggunakan NaOH 0,1 N hingga warnanya berubah. Hal ini sesuai dengan teoriKwartiningsih & Nuning (2005) bahwa uji kuantitatif asam asetat dilakukan denganuji titrasi menggunakan larutan NaOH 0,1 N dan ditambahkan indicator PP. LarutanNaOH 0,1 N merupakan larutan standar yang digunakan untuk netralisasi asam kuatatau basa kuat dan mengetahui kadar zat terlarut (Petrucci & Suminar, 1987).Sedangkan penggunaan indikator PP ini dikarenakan dalam larutan netral maupunlarutan asam tidak berwarna, akan tetapi dalam larutan basa berubah warna menjadimerah (Chang, 1991). Perhitungan total asam dapat dihitung dengan menggunakanrumus:

    Total asam (mg/ml) :

    2.1.3. Pengukuran pH Minuman VinegarPengukuran pH dilakukan dengan mengambil sisa larutan sampel yang sebelumnyadiambil 25 ml. Larutan kemudian dimasukkan kedalam beaker glass dan dilakukanpengukuran pH dengan menggunakan pH meter. Hasil tiap kelompok dicatat dankemudian dibandingkan.

    1 234

  • 13

    2.1.4. Penentuan Hubungan Absorbansi Dengan Kepadatan SelPenentuan absorbansi dengan kepadatan sel dengan pengukuran OD (optical density)menggunakan spektrofotometer. Nilai absorbansi dipengaruhi oleh konsentrasi dantingkat kejernihan senyawa tersebut (Fox, 1991). Panjang gelombang yangdigunakan pada absorbansi sampel (cuka apel) adalah 660 nm. Panjang gelombangyang digunakan pada praktikum ini sesuai dengan teori Sevda & Rodrigues (2011)dalam jurnnya yang berjudul Fermentative Behavior of Saccharomyces StrainsDuring Guava (Psidium Guajava L) Must Fermentation and Optimization of GuavaWine Production yang menyatakan bahwa pengukuran OD (Optical Density) yangdigunkan untuk Saccharomyces cereviceae adalah 660 nm.

    2.2. HasilHasil yang didapatkan pada masing-masing kelompok dengan menggunakan sampelyang sama berbeda-beda. Ada yang menurun dan ada yang naik. Selama 5 haripengamatan dihasilkan bahwa untuk OD, pH dan total asam pada semua kelompokmenghasilkan nilai yang fluktatif. Rata-rata pada hasil pengamatan OD mengalamipeningkatan selama 4 hari dan terjadi penurunan setelah hari ke 5. Seharusnya nilaiOD yang dihasilkan semakin naik seiring dengan kenaikan jumlah sel yangmenyebabkan sampel keruh akibat dari aktivitas yeast. Sama halnya dengan pH,yaitu semakin hari seharusnya pH yang didapatkan semakin tinggi karena produksiasam organik yang dilakukan oleh yeast. Hasil praktikum sesuai dengan teoriRahman (1992), yang menyatakan bahwa proses fermentasi yang lebih lanjut dapatditandai dengan timbulnya rasa asam pada makanan. Tetapi untuk nilai OD dan pHyang dihasilkan tidak sesuai dengan teori karena semakin asam pH dan OD semakintinggi nilainya.

    Untuk ratarata jumlah mikroorganisme yang tumbuh pada tiap petak maupun tiapcc didapatkan hasil bahwa hanya pada kelompok A2 dan A3 yang semakin harijumlahnya akan semakin bertambah banyak dan pada kelompok A1, A4 dan A5mengalami pertumbuhan mikroorganisme yang fluktuasi. Shuler (1989)mrngungkapkan bahwa mikroorganisme akan mengambil nutisi dari mediumnutrien cair yang diinokulasikan dengan bibit kultur dengan mengubahnya menjadi

  • 14

    biomassa. Setelah proses inokulasi, mikroorganisme akan menyesuaikan denganlingkungannya yang disebut dengan fase lag. Kemudian fase log, yaitu sel sudahdapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang baru. Mikroorganismeberadaptasi kemudian sel akan mengganda dengan sangat cepat sehingga jumlah seldan densitas sel meningkat secara eksponensial. Sedangkan pada fase deselerasi(penurunan pertumbuhan), terjadi akibat nutrisi yang ada telah menurun dan telahterjadi penumpukan racun, waktu pertumbuhan ini sangat singkat dan pada akhirfase ini terjadi kematian pada pertumbuhan mikroorganisme. Hasil pengamatanhaemocytometer menggunakan mikroskop pada N0 sampai N96 pada kelompok A3dapat dilihat pada Gambar 14.

    N0 N24 N48 N72 N96Gambar 14. Pengukuran biomassa dengan haemocytometer pada kelompok A3

    2.2.1. Hubungan antara Optical Density (OD) dengan Waktu InkubasiHubungan antara OD dengan waktu inkubasi pada kelompok A1, A2, A3, dan A5mengalami perunan nilai OD pada waktu inkubasi ke 4, sedangkan kelompok A4hasilnya mengalami fluktuasi dimana pada waktu 3 dan 5 mengalami penurunan.Hasil yang berbeda-beda ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yangdiungkapkan oleh Ewing (1976) seperti pengambilan atau persiapan larutan sampelmaupun blanko kurang sesuai, ukuran kuvet yang tidak seragam, adanya gelembungudara pada kuvet, kuvet yang kotor, serta penempatan kuvet kurang tepat.

    2.2.2. Hubungan antara Jumlah Sel dengan Waktu InkubasiPada hasil pengamatan tentang hubungan jumlah sel dengan waktu inkubasi,didapatkan hasil yang berbeda-beda pada tiap kelompok. Menurut Cheng et al.,(2009) dalam jurnal yang berjudul Production of Ethanol By Fed-BatchFermentation, peningkatan jumlah sel terjadi karena adanya substrat yang banyakdapat digunakan untuk pertumbuhan sel, dan pertumbuhan sel akan menurun ketika

  • 15

    substrat yan digunakan untuk pertumbuhan sudah habis. Hasil untuk kelompok A2dan A3 sesuai dengan teori Clark (2007), yang menyatakan bahwa peningkatanjumlah sel mikroorganisme akan berbanding lurus dengan lamanya waktu inkubasi.Sedangkan untuk kelompok A1, A4, dan A5 mengalami penurunan pertumbuhansel pada hari ke-2 dan ke-3. Menurut Stanburry & Whitaker (1984), penurunanjumlah sel terjadi akibat yeast memasuki fase akhir atau pada fase kematian.Arroyo-Lopez et al (2009) dalam jurnal yang berjudul Effects of Temperature, pH,and Sugar Concentration on The Growth Parameters of Saccharomyces cereviceae,S. kudriavzevii and Their Interspecific Hybrid menambahkan bahwa waktu tidakterlalu mempengaruhi pertumbuhan Saccharomyces cereviceae.

    2.2.3. Hubungan antara Jumlah Sel dengan pHPada hasil pengamatan hubungan jumlah sel dengan pH didapatkan data pH padakelompok A1-A5 antara 2,90 hingga 3,29. Hal ini tidak sesuai dengan teori Roukas(1994), yang menyatakan bahwa pH optimum pertumbuhan Saccharomycescereviceae pada rentang 3,5 hingga 6,5. Selain itu pada praktikum dihasilkan pHyang fluktuatif pada semua kelompok, seharusnya apabila jumlah mikroorganismeyang tumbuh semakin banyak maka nilai pH semakin rendah. Seperti yangdikatakan Galaction et al (2010), semakin lama proses fermentasi jumlahmikroorganisme akan semakin meningkat, maka pH yang dihasilkan akan semakinasam, karena kandungan alkohol mengalami peningkatan.

    2.2.4. Hubungan antara Jumlah Sel dengan Optical Density (OD)Hubungan antara jumlah sel dengan OD seharusnya semakin tinggi tingkatabsorbansi, maka jumlah sel mikroorganisme akan semakin banyak. Dari hasilpengamatan didapatkan hasil yang fluktuatif. Hal ini tidak sesuai dengan teoriPelezar & Chan (1976), yang menyatakan bahwa nilai OD (optical density) akanberbanding lurus dengan jumlah sel mikroba. Anagnostopoulos et al., (2010) dalamjurnalnya yang berjudul Effect of Growth Conditions on Biosorption of Cadmiumand Copper by Yeast Cells menambahkan bahwa semakin tinggi sel maka tingkatkekeruhan akan semakin meningkat yang menunjukkan bahwa nilai OD juga akansemakin meningkat.

  • 16

    2.2.5. Hubungan antara Jumlah Sel dengan Total AsamHubungan antara jumlah sel dengan total asam pada semua kelompok menghasilkannilai yang fluktuatif. Menurut pendapat Kwartiningsih, et. al. (2005), bahwa totalasam akan lebih berhubunganpertumbuhan Acetobacter aceti yang kanmenghasilkan asam asetat. Bakteri ini memiliki peran sebagai penghasil asam asetatatau asam cuka pada vinegar.

  • 17

    3. KESIMPULAN

    Glukosa dalam buah apel berfungsi sebagai sumber karbon dalam fermentasi. Dalam proses fermentasi, glukosa dipecah menjadi alkohol dan karbondioksida. Apel mengandung senyawa fenolik yang menyebabkan reaksi enzimatis Saccharomyces cereviceae dapat tumbuh dengan baik pada pH 3,5 hingga 6,5

    serta pada kisaran suhu 28-32C. Saccharomyces cereviceae tidak hanya menghasilkan alkohol, tetapi juga dapat

    menghasilkan gas CO2. Pertumbuhan Saccharomyces cereviceae yang optimal membutuhkan bantuan

    oksigen. Perlakuan inkubasi dengan shaker bertujuan untuk mensuplai oksigen pada

    media dan sebagai sumber karbon untuk membantu pertumbuhan mikrobiasecara aerobik.

    Pengukuran Optical Density (OD) menggunakan panjang gelombang 660 nm. Semakin keruh dengan meningkatnya waktu inkubasi, menyebabkan nilai OD

    semakin besar. Semakin lama waktu inkubasi maka semakin banyak jumlah sel yang dihasilkan. Nilai OD berbanding lurus dengan jumlah sel mikroorganisme. Semakin banyak jumlah sel yang dihasilkan maka pH semakin asam. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme yaitu nutrien

    yang berada di dalam substrat, suhu, kelembaban, oksigen dan pH.

    Semarang, 27 Juni 2015 Asisten dosen:- Bernardus Daniel- Metta Meliani- Catherine Meilani

    Talentea Cezar Juniarti(12.70.0191)

  • 18

    4. DAFTAR PUSTAKA

    Anagnostopoulos, V.A.; Symeopoulos, B.D. and Soupioni, M.J. (2010). Effect ofGrowth Conditions on Biosorption of Cadmium and Copper by Yeast Cells.Global NEST Journal, Vol 12 (3) pp 288-295.

    Arroyo-Lopez, F.N.; Orlic, S.; Querol, A.; and Barrio, E. 2009. Effects ofTemperature, pH, and Sugar Concentration on The Growth Parameters ofSaccharomyces cereviceae, S. kudriavzevii and Their Interspecific Hybrid.International Journal of Food Microbiology 131: 120-127.

    Azizah, N.; Al-Baarri, N. dan Mulyani, S. (2012). Pengaruh Lama FermentasiTerhadap Kadar Alkohol, pH, dan Produksi Gas Pada Proses FermentasiBioetanol dari Whey dengan Substrat Kulit Nanas. Jurnal Aplikasi TeknologiPangan 1 (2): 72-77.

    Chang, R. (1991). Chemistry. MC Graw Hill. USA. Chen, Y.W. and Pei, J.C.(2011). Automatic Cell Counting for Hemocytometers through ImageProcessing . World Academy of Science, Engineering and Technology.

    Chen, Y.W. and Pei, J.C. (2011). Automatic Cell Counting for Hemocytometersthrough Image Processing. World Academy of Science, Engineering andTechnology.

    Cheng, N. G., Masitah H., Andri C. K., Chew F. L., Margaret T. (2009). Productionof ethanol by fed-batch fermentation. Pertanika J. Sci. & Technol. 17(2): 399408.

    Clark, Jim. (2007). Hukum Beer-Lambert. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/spektrum_serapan_ultraviolet-tampak__uv-vis_/hukum_beer_lambert/

    Ewing, G.W. (1976). Instrumental Methods of Chemical Analysis. Mc GrowhillBook Company. USA.

    Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan. P.T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

    Fox, P.F. (1991). Food Enzymology Vol 2. Elsevier Applied Science. London.

    Hadioetomo, R. S. (1993). Mikobiologi Dasar dalam Praktek, Teknik dan ProsedurDasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

    Kwartiningsih, E dan Ln. Nuning S.M. (2005). Fermentasi Sari Buah NanasMenjadi Vinegar. Ekuilibrium 4(1) : 8-12.

    Pelezar, M.J. and Chan, E.C.S. (1976). Turbidimetric Measurement of Plant CellCulture Growth. Massachussets : MIT.

  • 19

    Petrucci, R.H. dan Suminar. (1987). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern EdisiKeempat Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

    Rahman, A. (1992). Teknologi Fermentasi. Penerbit Arcan. Jakarta.Hayes (1995).

    Roukas, T. (1994). Continous ethanol productions from carob pod extract byimmobilized Saccharomyces cereviseae in a packed bed reactor. JournalChemical Technology Biotech. 59: 387-393.

    Said, E. G. (1987). Bioindustri: Penerapan Teknologi Fermentasi. PT. MediyatamaSarana Perkasa. Jakarta.

    Sevda, S. and Rodrigues, L. (2011). Fermentative Behavior of SaccharomycesStrains During Guava (Psidium Guajava L) Must Fermentation andOptimization of Guava Wine Production. Journal Food Process Technology 2:4.

    Shuler, L.M. (1989). Bioprocess Engineering Basic Concepts. Prentice Hallinternational Incorporation. London.

    Stanburry, P.F. & Whitaker. (1984). Principles of Fermentation Technology.Pergamon Press. New York.

    Winarno, F.G.; Fardiaz, S. dan Fardiaz, D. (1980). Pengantar Teknologi Pangan.PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

  • 20

    5. LAMPIRAN5.1. Perhitungan

    = 2,5 x 10-7 cc

    Kelompok A1:Rata-rata MO tiap petakN0 = = 8,25

    N24 = = 61,25

    N48 = = 34,75

    N72 = = 28,5

    N96 = = 18,5

    Rata-rata MO tiap ccN0 = = 3,3 x 107

    N24 = = 2,45 x 108

    N48 = = 1,39 x 108

    N72 = = 1,14 x 108

    N96 = = 7,4 x 107

    Total asamN0 = = 10,56 mg/ml

    N24 = = 13,44 mg/ml

    N48 = = 12,67 mg/ml

    N72 = = 12,48 mg/ml

    N96 = = 12,67 mg/ml

    Kelompok A2:Rata-rata MO tiap petakN0 = = 4

    N24 = = 86

    N48 = = 128

    N72 = = 171,25

    N96 = = 188,25

    Rata-rata MO tiap ccN0 = = 1,6 x 107

    N24 = = 3,44 x 108

    N48 = = 5,12 x 108

    N72 = = 6,85 x 108

    N96 = = 7,53 x 108

    Total asamN0 = = 10,56

    N24 = = 12,48

    N48 = = 12,29

    N72 = = 12,10

    N96 = = 12,48

  • 21

    Kelompok A3:Rata-rata MO tiap petakN0 = = 2

    N24 = = 73

    N48 = = 80.75

    N72 = = 92.5

    N96 = = 162.75

    Rata-rata MO tiap ccN0 = = 8,00 x 107

    N24 = = 29,2 x 107

    N48 = = 32,3x 107

    N72 = = 37 x 107

    N96 = = 65,1 x 107

    Total asamN0 = = 10,368 mg/ml

    N24 = = 13,056mg/ml

    N48 = = 12,67 mg/ml

    N72 = = 12,48 mg/ml

    N96 = = 12,86 mg/ml

    Kelompok A4:Rata-rata MO tiap petakN0 = = 4

    N24 = = 96,5

    N48 = = 104,5

    N72 = = 89,5

    N96 = = 120

    Rata-rata MO tiap ccN0 = = 1,6 x 107

    N24 = = 3,86 x 108

    N48 = = 4,18 x 108

    N72 = = 3,58 x 108

    N96 = = 4,8 x 108

    Total asamN0 = = 10,94

    N24 = = 12,29

    N48 = = 12,10

    N72 = = 12,48

    N96 = = 12,48

    Kelompok A5:Rata-rata MO tiap petakN0 = = 4

    N24 = = 78

    N48 = = 37,75

    N72 = =41,75

    N96 = = 31

  • 22

    Rata-rata MO tiap ccN0 = = 1,6 x 107

    N24 = = 3,12 x 108

    N48 = = 1,51 x 108

    N72 = = 1,67 x 108

    N96 = = 1,04 x 108

    Total asamN0 = = 11,14

    N24 = = 12,86

    N48 = = 12,67

    N72 = = 12,10

    N96 = = 12,86

    5.2. Jurnal5.3. Laporan Sementara