23
KISAH PENGUSAHAN SUKSES Lulusan STM bangunan ini mengawali bisnisnya hanya dengan dua gerobak. Kini, ia memiliki 10 pabrik dan 2.000 outlet Edam Burger yang tersebar di seluruh Indonesia. Segalanya tentu tak mudah diraih. Bahkan, ia pernah menjalani hidup yang keras di Jakarta. (Di rumah mungil di kawasan Perumnas Klender, Jakarta Timur, belasan pegawai berkaus merah kuning terlihat sibuk. Roti, daging, sosis, hingga botol-botol saus kemasan bertuliskan Edam Burger disusun rapi dalam wadah-wadah plastik siap edar. Seorang lelaki bercelana pendek berhenti bekerja, lalu keluar menyambut NOVA. Pembawaannya sederhana, tak ubahnya seperti pegawai lain. Sambil tersenyum hangat, ia pun memperkenalkan diri. “Aduh maaf, ya, saya tidak terbiasa rapi, hanya pakai oblong dan celana pendek,” tutur Made Ngurah Bagiana, sang pemilik Edam Burger. Beberapa saat kemudian, Made bercerita.) Terus terang, saya suka malu dibilang pengusaha sukses yang punya banyak pabrik dan outlet. Bukan tidak mensyukuri, tapi saya hanya tak mau dicap sombong. Saya mengawali semua usaha ini dengan niat sederhana: bertahan hidup. Makanya, sampai sekarang saya ingin tetap menjadi orang yang sederhana. Sesederhana masa kecil saya di Singaraja, Bali. Orang tua memberi saya nama Made Ngurah Bagiana. Saya lahir pada 12 April 1956 sebagai anak keenam dari 12 bersaudara. Sejak kecil, saya terbiasa ditempa bekerja keras. Malah kalau dipikir-pikir, sejak kecil pula saya sudah jadi pengusaha. Bayangkan, tiap pergi ke sekolah, tak pernah saya diberi uang jajan. Kalau mau punya uang, ya saya harus ke kebun dulu mencari daun pisang, saya potong-potong, lalu dijual ke pasar.

Kisah Hidup Orang sukses.doc

Embed Size (px)

Citation preview

KISAH PENGUSAHAN SUKSES

KISAH PENGUSAHAN SUKSES

Lulusan STM bangunan ini mengawali bisnisnya hanya dengan dua gerobak. Kini, ia memiliki 10 pabrik dan 2.000 outlet Edam Burger yang tersebar di seluruh Indonesia. Segalanya tentu tak mudah diraih. Bahkan, ia pernah menjalani hidup yang keras di Jakarta.

(Di rumah mungil di kawasan Perumnas Klender, Jakarta Timur, belasan pegawai berkaus merah kuning terlihat sibuk. Roti, daging, sosis, hingga botol-botol saus kemasan bertuliskan Edam Burger disusun rapi dalam wadah-wadah plastik siap edar. Seorang lelaki bercelana pendek berhenti bekerja, lalu keluar menyambut NOVA.

Pembawaannya sederhana, tak ubahnya seperti pegawai lain. Sambil tersenyum hangat, ia pun memperkenalkan diri. Aduh maaf, ya, saya tidak terbiasa rapi, hanya pakai oblong dan celana pendek, tutur Made Ngurah Bagiana, sang pemilik Edam Burger. Beberapa saat kemudian, Made bercerita.)

Terus terang, saya suka malu dibilang pengusaha sukses yang punya banyak pabrik dan outlet. Bukan tidak mensyukuri, tapi saya hanya tak mau dicap sombong. Saya mengawali semua usaha ini dengan niat sederhana: bertahan hidup. Makanya, sampai sekarang saya ingin tetap menjadi orang yang sederhana. Sesederhana masa kecil saya di Singaraja, Bali.Orang tua memberi saya nama Made Ngurah Bagiana. Saya lahir pada 12 April 1956 sebagai anak keenam dari 12 bersaudara. Sejak kecil, saya terbiasa ditempa bekerja keras. Malah kalau dipikir-pikir, sejak kecil pula saya sudah jadi pengusaha. Bayangkan, tiap pergi ke sekolah, tak pernah saya diberi uang jajan. Kalau mau punya uang, ya saya harus ke kebun dulu mencari daun pisang, saya potong-potong, lalu dijual ke pasar.

Menjelang hari raya, saya pun tak pernah mendapat jatah baju baru. Biasanya, beberapa bulan sebelumnya saya memelihara anak ayam. Kalau sudah cukup besar, saya jual. Uangnya untuk beli baju baru. Lalu, sekitar usia 10 tahun, saya harus bisa memasak sendiri. Jadi, kalau mau makan, Ibu cukup memberi segenggam beras dan lauk mentah untuk saya olah sendiri.PENSIUN JADI PREMAN

Begitulah, hidup saya bergulir hingga menamatkan STM bangunan tahun 1975. Bosan di Bali, saya pun merantau ke Jakarta tanpa tujuan. Saya menumpang di kontrakan kakak saya di Utan Kayu. Untuk mengisi perut, saya sempat menjadi tukang cuci pakaian, kuli bangunan, dan kondektur bis PPD.Kerasnya kehidupan Jakarta, tak urung menjebloskan saya pada kehidupan preman. Bermodal rambut gondrong dan tampang sangar, ada-ada saja ulah yang saya perbuat. Paling sering kalau naik bis kota tidak bayar, tapi minta uang kembalian. (Sambil berkisah, Made terbahak tiap mengingat pengalaman masa lalunya. Berulang kali ia menggeleng, lalu membenarkan letak kacamatanya).Toh, akhirnya saya pensiun jadi preman. Gantinya, saya berjualan telur. Saya beli satu peti telur di pasar, lalu diecer ke pedagang-pedagang bubur. Ternyata, usaha saya mandeg. Saya pun beralih menjadi sopir omprengan. Bentuknya bukan seperti angkot ataupun mikrolet zaman sekarang, masih berupa pick-up yang belakangnya dikasih terpal. Saya menjalani rute Kampung Melayu Pulogadung Cililitan.Tahun 1985, saya pulang ke kampung halaman. Pada 25 Desember tahun itu, saya menikah dengan perempuan sedaerah, Made Arsani Dewi. Oleh karena cinta kami bertaut di Jakarta, kami memutuskan kembali ke Ibu Kota untuk mengadu nasib. Kami membeli rumah mungil di daerah Pondok Kelapa. Waktu itu saya bisnis mobil omprengan. Awalnya berjalan lancar, tapi karena deflasi melanda tahun 1986-an, saya pun jatuh bangkrut. Kerugian makin membengkak. Saya harus menjual rumah dan mobil. Lalu, saya hidup mengontrak.NYARIS TERSAMBAR PETIR

Titik cerah muncul di tahun 1990. Saya pindah ke Perumnas Klender. Tanpa sengaja, saya melihat orang berjualan burger. Saya pikir, tak ada salahnya mencoba. Saya nekad meminjam uang ke bank, tapi tak juga diluluskan. Akhirnya saya kesal dan malah meminjam Rp 1,5 juta ke teman untuk membeli dua buah gerobak dan kompor.Bahan-bahan pembuatan burger, seperti roti, sayur, daging, saus, dan mentega, saya ecer di berbagai tempat. Dibantu seorang teman, saya menjual burger dengan cara berkeliling mengayuh gerobak. Burger dagangannya saya labeli Lovina, sesuai nama pantai di Bali yang sangat indah.Banyak suka dan duka yang saya alami. Susahnya kalau hujan turun, saya tak bisa jalan. Roti tak laku, Akhirnya, ya, dimakan sendiri. Masih untung karena istri saya bekerja, setidaknya dapur kami masih bisa ngebul. Pernah juga gara-gara hujan, saya nyaris disambar petir. Ketika itu saya tengah memetik selada segar di kebun di Pulogadung. Tiba-tiba hujan turun diiringi petir besar. Saya jatuh telungkup hingga baju belepotan tanah. Rasanya miris sekali.Di awal-awal saya jualan, tak jarang tak ada satu pun pembeli yang menghampiri, padahal seharian saya mengayuh gerobak. Mereka mungkin berpikir, burger itu pasti mahal. Padahal, sebenarnya tidak. Saya hanya mematok harga Rp 1.700 per buah. Baru setelah tahu murah, pembeli mulai ketagihan. Dalam sehari bisa laku lebih dari 20 buah.Untuk mengembangkan usaha, saya mengajak ibu-ibu rumah tangga berjualan burger di depan rumah atau sekolah. Mereka ambil bahan dari saya dengan harga lebih murah. Sungguh luar biasa, upaya saya berhasil. Dalam dua tahun, gerobak burger saya beranak menjadi lebih dari 40 buah. Saya pun pensiun menjajakan burger berkeliling dan menyerahkan semua pada anak buah.Tak berhenti sampai di situ, tahun 1996 saya mencoba membuat roti sendiri dan membuat inovasi cita rasa saus. Seminggu berkutat di dapur, hasilnya tak mengecewakan. Saya berhasil menciptakan resep roti dan saus burger bercita rasa lidah orang Indonesia. Rasanya jelas berbeda dengan burger yang dijual di berbagai restoran cepat saji. Sumber : cepiar.blogspot.comOleh : Dewi Sunarti / X Akuntansi

BOB SADINO PENGUSAHAN SUKSES INDONESIA

Bob Sadino (Lampung, 9 Maret 1933), atau akrab dipanggil om Bob, adalah seorang pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan. Ia adalah pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Dalam banyak kesempatan, ia sering terlihat menggunakan kemeja lengan pendek dan celana pendek yang menjadi ciri khasnya. Bob Sadino lahir dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19 tahun mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan.

Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.

Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.

Pekerjaan pertama yang dilakoninya setelah keluar dari perusahaan adalah menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu ketika ia mendapatkan kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah. Karena tak punya uang untuk memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi tukang batu. Gajinya ketika itu hanya Rp.100. Ia pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup yang dialaminya.

Suatu hari, temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan depresi yang dialaminya. Bob tertarik. Ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa.

Sebagai peternak ayam, Bob dan istrinya, setiap hari menjual beberapa kilogram telor. Dalam tempo satu setengah tahun, ia dan istrinya memiliki banyak langganan, terutama orang asing, karena mereka fasih berbahasa Inggris. Bob dan istrinya tinggal di kawasan Kemang, Jakarta, di mana terdapat banyak menetap orang asing.

Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun. Namun mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek.

Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah.

Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap peluang.

Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. Yang paling penting tindakan, kata Bob.

Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian praktik, lalu menjadi trampil dan profesional.Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain.

Sedangkan Bob selalu luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.

Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan.

Anak Guru

Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah bertahun-tahun di Eropa dengan pekerjaan terakhir sebagai karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg, Bob, anak bungsu dari lima bersaudara, hanya punya satu tekad, bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi guru kepala di SMP dan SMA Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob berusia 19.

Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Satu ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri sopirnya.

Suatu kali, mobil itu disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. Hati saya ikut hancur, kata Bob. Kehilangan sumber penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli bangunan. Padahal, kalau ia mau, istrinya, Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri, bisa menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, Sayalah kepala keluarga. Saya yang harus mencari nafkah.

Untuk menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan sayur sistem hidroponik. Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah warung shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan, dan 100 ton sayuran segar.

Saya hidup dari fantasi, kata Bob menggambarkan keberhasilan usahanya. Ayah dua anak ini lalu memberi contoh satu hasil fantasinya, bisa menjual kangkung Rp 1.000 per kilogram. Di mana pun tidak ada orang jual kangkung dengan harga segitu, kata Bob.

Om Bob, panggilan akrab bagi anak buahnya, tidak mau bergerak di luar bisnis makanan. Baginya, bidang yang ditekuninya sekarang tidak ada habis-habisnya. Karena itu ia tak ingin berkhayal yang macam-macam.

Haji yang berpenampilan nyentrik ini, penggemar berat musik klasik dan jazz. Saat-saat yang paling indah baginya, ketika shalat bersama istri dan dua anaknya.

Oleh : NUR MAJIDINAH / X Akuntansi

KISAH NYATA :

KISAH SUKSES SEORANG PEMULUNG SAMPAHInilah kisah Bapak Sunarno, seorang mantan pemulung yang sekarang menjadi

orang kaya berkat ketekunannya menjalankan bisnis MLM Forever Young

Indonesia. Kesuksesannya menarik perhatian Rhenald Kasali sehingga Bapak

Sunarno menjadi bintang tamu dalam acara SOLUSI RHENALD KASALI di ANTeve di

awal tahun 2002. Tulisan ini diambil dari Majalah berWirausaha (EDISI

01/Tahun/2002, halaman 10-11) dengan judul Sunarno: *Sing Penting Niat dan

Mau.*

*Dulu ia mencari nafkah dengan mengais-ngais sampah. Kini ia jadi jutawan

MLM karena mensukseskan orang lain. *

**

*Bapak Sunarno, dalam majalah berWirausaha*

Jangan sekali-kali meremehkan pemulung. Lewat bisnis MLM, pemulung pun bisa

jadi jutawan. Setidaknya begitulah yang dialami Sunarno. "Saya sendiri tidak

membayangkan, setelah menemukan usaha ini ternyata kok lebih cepat daripada

rekan-rekan yang lebih mapan dan berpendidikan," tutur pria kelahiran Solo,

5 Agustus 1961 ini.

Kesuksesan Pak Sunarno menarik perhatian Bapak Rhenald Kasali, sehingga Pak

Rhenald secara khusus mengundang Pak Sunarno dalam acara SOLUSI Rhenald

Kasali di ANTeve di awal tahun 2002 lalu

Prestasi yang diraihnya memang paling cepat dibanding yang lain. Hanya dalam

kurun 27 bulan, ia berhasil menempati peringkat Senior Network Director,

posisi tertinggi di Forever Young MLM. Jaringannya kini sudah lebih dari 100

ribu orang, tersebar di seluruh Indonesia. Seiring dengan itu, penghasilan

di atas Rp15 juta per bulan, sepeda motor, mobil, rumah, dan berbagai bonus

wisata ke luar negeri telah dinikmatinya.

*Berebut bonggol kubis*

Lantaran lahir dari keluarga miskin, Sunarno hanya bisa menamatkan SD. Lebih

prihatin lagi, sejak kecil ia sudah yatim piatu. Terpaksa ikut orang ke

beberapa kota, jadi kacung untuk sekedar bisa hidup. Tapi itu tidak lama

dilakoni. Ketika kembali ke Solo, akhirnya ia memilih profesi pemulung. Kok

jadi pemulung? "Saya bosan jadi kacung yang selalu disuruh-suruh orang. Jiwa

saya ingin kebebasan," jawabnya.

Tinggal di daerah kumuh yang berjarak 500 meter dari tempat pembuangan

sampah. Pekerjaannya mengais-ngais sampah, mengumpulkan barang bekas.

Plastik dan kardus jadi incarannya. Setiap hari ia bersama teman-teman

menanti datangnya truk sampah. Begitu mobil pembawa rejeki tiba, mereka

berlarian mendekat, lalu berebut barang-barang bekas - siapa cepat, dia

dapat. "Apalagi yang namanya balung (tulang sapi - red). Itu ibarat emas

bagi kami. Nilainya tinggi kalau dijual," jelas ayah dua anak ini.

Ia sendiri pernah merasa amat bahagia sewaktu mendapatkan bonggol kubil

(kol). Soalnya "benda berharga" itu didapatnya setelah mengalahkan beberapa

saingan. Lewat "kompetisi" yang ketat ia berhasil mendapatkannya. "Hati saya

bangga dan puas karena itu suatu prestasi," katanya tersenyum. Ada satu hal

lagi yang membahagiakan hatinya, yaitu saat menyetel radio tatkala masih

hidup di kolong jembatan."Sayangnya tak terkira, sama bahagiannya dengan

orang naik Mercy atau Volvo," tambah ayah tiga anak ini.

Sinar terang perubahan hidup mulai tampak pada 1994, ketika tetangganya

memperkanalkan bisnis MLM. Hampir tiap hari tetangga sebelah bercerita,

walau kadang-kadang ia tidak menangkap maksudnya. Maklum cuma lulusan SD.

Jangankan ngerti, untuk hafal nama MLM yang berbahasa Inggris itu saja susah

banget. "Seminggu belum hafal," katanya tertawa. "Tadinya saya nggak

mikirin. Tapi lantaran sering dengar dan lihat, lama-lama hafal juga."

*Kuncinya keyakinan*

Setelah belajar dan ditempa dalam berbagai training dan seminar, dalam

hatinya timbul keyakinan. Mulailah ia menjalani bisnis MLM sepenuh hati.

Pagi hari, sesuai profesi, ia cari barang-barang bekas. Siangnya, setelah

mandi, pergi memprospek orang.

Di usaha apa saja pasti ada tantangan. Sunarno pun begitu. Dibilang ngeyel

atau mimpi, itu masih halus. Soalnya, ada yang mencercanya bagai cicak makan

tiang. Namun itu tidak mengecilkan hatinya, sebab sejak kecil ia sudah

terbiasa dengan kompetisi dan tantangan. "Itulah yang mendorong saya untuk

maju. Orang gagal itu biasanya engga mau menghadapi tantangan. Kalau engga

siap mental, yang paling mudah dilakukan adalah berhenti," kata pria yang

gemar bertani ini.

Menurut Sunarno, kunci keberhasilannya hanya satu: keyakinan. Sebab

keyakinan itu seakan-akan kenyataan. Ia tumbuh dari penguasaan materi dan

belajar dari orang-orang sukses. Bila ingin sukses, bergabunglah dengan

orang-orang sukses, minimal ketularan. Motivasinya dalam berusahan sederhana

saja: kalau orang lain bisa, kenapa saya tidak bisa. Pasti bisa!

"Sekarang usaha itu persaingannya ketat, minimal butuh modal besar. Tapi di

bisnis MLM yang saya tekuni ini, sing penting niat dan mau. Nggak perlu jadi

pemulung dulu kayak saya. Setelah itu, tinggal melakukan. Perlu tindakan.

Itulah modal yang paling utama," tandasnya.

Lucunya, dulu karena tinggal di tempat kumuh, sebagian orang belum mau

menerima ajakannya. "Kalau kamu berhasil, baru saya mau ikut," kata mereka.

Namun setelah berhasil, Sunarno menagih janji. Mereka menjawab, Lha iya,

terang saja Pak Narno sekarang sudah berhasil kok." Jadi lagi-lagi saya yang

disalahkan," katanya sembari tertawa kecil. "Itu soal mental. Semua itu

kembali ke pribadi masing-masing."

Bila teringat kehidupan masa lalu, Sunarno masih diliputi rasa haru. Jadi

ketika dapat fasilitas rumah dari MLM, Sunarno sengaja memilih di Mojosongo,

daerah yang ia huni dulu agar tidak lupa pada sejarah. Tapi bila dulu orang

meremehkannya, sekarang lain, "Kalau lingkungan butuh sesuatu, saya yang

lebih dulu dimintai sumbangan," ujarnya.

*Ingin mengukir sejarah*

Banyak sudah suka duka yang dialami Sunarno selama menjalankan MLM. Yang

berkesan adalah rekan-rekan, khususnya dalam jaringannya, selalu merujuk

pada latar belakangnya. "Pak Narno yang pemulung saja bisa, kok saya tidak

bisa." Mereka terpacu dengan itu. Juga sewaktu dinobatkan sebagai Manager

pertama kali, ia tidak mengira bakal dimintai bicara di depan umum. "Saya

sangat terharu. Dengan terbata-bata saya ceritakan perjalanan hidup saya."

Kehidupan itu, menurut Sunarno, ibarat tiada gelombang yang indah tanpa

menerjang karang. Banyak orang mendambakan hidup aman, damai, tenteranm,

bahagia dan sejahtera. Hidup seperti ini ideal sekali. "Bagi saya hidup itu

sederhana saja, minimal kita punya cita-cita, yaitu sukses dalam segala

bidang. Tapi untuk itu diperlukan tindakan, rencana, tujuan, komitmen,

keyakinan, mengenal diri, dan cinta. Itu semua merupakan mata rantai yang

tak terpisahkan."

Ia mengaku, waktu kecil tidak punya cita-cita lantaran miskin. Semua

dijalani saja. Cita-cita itu baru terbentuk setelah ia bergabung dengan MLM.

Sunarno ingin berbakti pada bangsa dan negara. "Ukuran saya bukan

penghasilan lagi. Tapi tanggungjawab kepada negara untuk menciptakan suasana

yang baik lewat usaha MLM. Misi saya ingin menolong orang yang tidak punya,

karena falsasah hidup untuk mengasihi dan melayani telah tertanam dalam diri

saya. Falsafah dan misi itu penting dalam segala usaha."

Selain itu Sunarno ingin umur panjang. Dalam arti bisa mengukir sejarah

sehingga tetap dikenang walau kelak sudah tiada. Maka, dalam kamusnya tidak

ada kata terlambat untuk belajar. Tiga tahun lalu bersama sang istri, ia

mangambil penyesuaian SMP dan SMA. Bahkan kini ia kuliah dobel. Pagi ambil

Pertanian di Universitas Pembangunan Solo, malam kuliah di Fakultas Hukum

Unisri.

Kok sampai dobel? "Saya tertarik di pertanian karena melihat Indonesia jauh

tertinggal di bidang itu. Padalah kondisi alamnya sangat kaya. Orientasi

saya adalah membudayakan pola tanam organik, dan hasil dari pertanian ini

kita bisa memberikan sumbangan kepada negara. Sementara itu, saya kuliah di

hukum supaya tahu mana benar dan mana yang perlu diluruskan," paparnya.

Sebelum berpisah, ia berpesan kepada rekan-rekan dalam jaringannya agar

tidak gampang menyerah, siap dikritik, semangat menyala-nyala, selalu

berjuang, rela berkorban, dan berdoa. "Beranilah mengambil keputusan, karena

keputusan itulah langkah awal sukses."

Oleh :

TRI FITRIANI

X / AKUNTANSI

Mark Elliot Zuckerberg Pendiri Facebook

Sejak muda sudah keranjingan komputer. Ketika di Harvard sempat jadi pemberontak dengan membuka website data mahasiswa, ia pun diperkarakan. Lalu Facebook yang dibuatnya menggoncangkan dunia dan membawanya menjadi anak muda terkaya di dunia.

Namanya Mark Elliot Zuckerberg, dilahirkan di Dobb Ferry, West chester County, New York, 14 Mei 1984. Sekolah menengah di Ardsley High School, Ardsley, New York (1998-2000) dan Phillips Exeter Academy, Exeter, New Hamshire (2000-2002). Pendidikan universitas di bidang psikologi, Harvard University (drop-out). Perusahaan yang dimiliki, Facebook Inc. Kekayaan US$ 1,5 miliar (sekitar Rp 13,5 triliun), ranking ke-785 orang terkaya dunia versi Majalah Forbes 2008.

Adakah yang tidak mengejutkan dari data tersebut? Zuckerberg baru akan genap berusia 24 tahun pada Mei ini. Ia tak menyelesaikan kuliah di Harvard University tetapi berhasil membangun Facebook yang membuatnya mengumpulkan kekayaan sampai Rp 13,5 triliun. Siapapun akan menyebutnya luar biasa. Dia adalah billionaire termuda di dunia saat ini, dan kami yakin ia adalah billionaire ter muda sepanjang sejarah yang mengumpulkan sendiri kekayaannya, ujar Matthew Miller, associate editor Majalah Forbes.

Sebelum ini Forbes pernah memasukkan anak belia di deretan orang terkaya dunia namun mereka mendapatkannya dari warisan orangtuanya yang meninggal. Sedangkan Zuckerberg mendapatkannya dari hasil kerjanya. Lalu majalah ini menobatkan Zuckerberg sebagai The Youngest `Self-made Billionaire on the Planet tahun ini.

Awalnya Direktori Mahasiswa Zuckerberg lahir di kawasan bernama Dobbs Ferry, Westchester County, kota New York. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara dari orang tua pasangan dokter gigi psikiater. Sejak kecil Zuckerberg suka mengu tak-atik komputer, mencoba berbagai program komputer dan belajar membuatnya. Ayahnya sendiri membelikannya komputer sejak ia beru sia delapan tahun. Saat di sekolah menengah Phillips Exeter Academy, ia dan rekannya, DAngelo, membuat plug-in untuk MP3 player Winamp. Plug-in adalah program komputer yang bisa berinteraksi dengan aplikasi host seperti web browser atau email untuk keperluan tertentu.

Zuckerberg dan DAngelo membuat plug-in untuk menghimpun kesukaan orang terhadap aneka jenis lagu dan kemudian membuat play list-nya sesuai selera mereka. Mereka mengirimkan program itu ke berbagai perusahaan termasuk ke AOL (American Online) dan Microsoft. Pada tahun terakhimya di Phillips ia direkrut oleh Microsoft dan AOL untuk suatu proyek.

Saat melanjutkan sekolah ke perguruan ting gi keduanya harus berpisah. DAngelo masuk Caltech sedangkan Zuckerberg masuk Harvard. Di Harvard inilah Zuckerberg menemukan ide membuat buku direktori mahasiswa online karena universitasnya tak membagikan face book (buku mahasiswa yang memuat foto dan identitas mahasiswa di universitas itu) pada mahasiswa baru sebagai ajang pertemanan di antara mereka. Namun setiap kali ia menawarkan diri membuat direktori itu, Harvard menolaknya. Mereka mengatakan punya alasan untuk tidak mengumpulkan informasi (mahasiswa) ini, ujar Zuckerberg kemudian.

Meski ditolak ia selalu mencari cara untuk mewujudkannya. Saya ingin menunjukkan kalau hal itu bisa dilakukan, lanjutnya soal kengototannya membuat direktori itu.Proyek pertamanya adalah CourseMatch (www.coursematch.com) yang memungkinkan teman-teman sekelasnya berkomunikasi satu sama lain di website tersebut. Suatu malam di tahun kedua ia kuliah di Harvard, Zuckerberg menyabot data mahasiswa Harvard dan memasukkannya ke dalam website yang ia buat bernama Facemash. Sejumlah foto rekan mahasiswanya terpampang di situ. Tak lupa ia membubuhkan kalimat yang meminta pengun jungnya menentukan mana dari foto-foto ini yang paling hot. Pancingannya mengena. Dalam tempo empat jam sejak ia meluncurkan webiste itu tercatat 450 orang mengunjungi Facemash dan sebanyak 22.000 foto mereka buka. Pihak Harvard mengetahuinya dan sambungan internet pun diputus. Zuckerberg diperkarakan karena dianggap mencuri data. Anak muda berambut keriting ini pun meminta maaf kepada rekan-rekan yang fotonya masuk di Facemash. Tetapi ia tak menyesali tinda kannya. Saya kira informasi seperti itu harus tersedia (online), ujamya.

Alih-alih kapok ia malah membuat website baru dengan nama Facebook (www.thefacebook.com). Website ini ia luncurkan pada Februari 2004. Facebook merupakan penyempurnaan dari Facemash. Sasarannya tetap sebagai tempat pertemuan sesama mahasiswa Harvard. Dalam penjelasan di website-nya sekarang disebutkan bahwa Facebook adalah suatu alat sosial untuk membantu orang berko munikasi lebih efisien dengan rekan, keluarga, atau rekan kerjanya. Facebook menawarkan navigasi yang mudah bagi para penggunanya. Setiap pemilik account punya ruang untuk memajang fotonya, teman-temannya, network, dan melakukan hal lainnya seperti bisa berkirim pesan dan lain sebagainya.

Banyaknya aplikasi yang bisa digunakan oleh anggotanya membuat Facebook digan drungi banyak orang. Konon hingga saat ini sudah lebih dari 20.000 aplikasi dimasukkan ke dalam Facebook yang bisa digunakan para anggotanya. Setidaknya 140 aplikasi baru ditambahkan ke Facebook setiap harinya dan 95% pemilik account Facebook telah menggu nakan minimal satu aplikasi.

Penyertaan banyak aplikasi ini membuat Facebook berbeda dengan website jejaring sosial terdahulu seperti MySpace. Lalu orang berbondong-bondong mengunjungi website nya dan mendaftar jadi anggotanya. Dalam waktu dua minggu setelah diluncurkan, separuh mahasiswa Harvard sudah memiliki account di Facebook. Ternyata tak hanya mahasiswa Harvard yang tertarik, beberapa kampus di sekitar Harvard pun meminta dimasukkan dalam jejaring Facebook. Ini membuat Zuckerberg kewalahan. Ia lalu meminta bantuan dua temannya untuk ikut mengem bangkan Facebook. Dalam tempo empat bulan Facebook sudah bisa menjaring 30 kampus. Hingga akhir 2004 jumlah pengguna Facebook sudah mencapai satu juta.

Pengguna Facebook terus meningkat. Malah ada sejumlah orang yang tak lagi jadi mahasiswa atau yang masih di sekolah ingin bergabung. Tingginya desakan ini membuat Zuckerberg dan kawan-kawan memutuskan Facebook membuka jaringan untuk para siswa sekolah menengah (di sini SMU) pada Sep tember 2005. Tak lama kemudian mereka juga membuka jejaring para pekerja kantoran. Kesibukan yang luar biasa ini membuat Zuckerberg harus memutuskan keluar dari Harvard. Apa yang saya inginkan sudah ada di tangan. Saya tidak ingin punya ijazah kemudian bekerja. Menurut saya, pekerjaan hanyalah untuk orang-orang yang lemah, ujarnya pada Majalah Current.

Zuckerberg dan kawan-kawan kemudian mengembangkan Facebook lebih jauh lagi. Pada September 2006 Facebook membuka pendaftaran untuk jejaring umum dengan syarat memiliki email. Sejak itulah jumlah anggota Facebook melesat.Saat ini jumlah anggota aktifnya mencapai 70 juta di seluruh dunia. Jejaring yang dihimpunnya mencapai enam juta jaringan (ke lompok pertemanan) meliputi 55.000 jaringan berdasarkan demografi, pekerjaan, sekolah, kolegial, dan sebagainya. Setiap harinya ada 14 juta foto di-upload (dimasukkan ke Facebook). Dan dalam hal jumlah trafik pengakses Facebook menjadi website teraktif ke-6 di dunia dan menjadi website jejaring sosial kedua terbesar versi camScore.

Jual Saham Jadi Kaya, Jumlah anggota Facebook yang jutaan or ang itu menjadi tambang emas yang meng giurkan. Zuckerberg dan kawan-kawan pun menangkap peluang bisnis yang besar. Karena itu ketika jumlah user-nya melebihi satu juta mereka menggandeng Accel Part ners, perusahaan modal ventura, untuk membiayai pengembangannya. Modal yang ditanamkan adalah US$ 12,7 juta. Ini adalah investasi kedua yang masuk ke Facebook setelah sebelumnya (Juni 2004) mendapatkan dan dari pendiri PayPal sebesar US$ 500.000. Pembenahan pertama dengan tambahan modal itu adalah dengan meng ganti domain-nya dari www. thefacebook. corn menjadi www.facebook.com pada Agustus 2005. Setelah itu jangkauan keanggotaannya diperluas menjadi internasional. Hingga Desember 2005 jumlah anggotanya sudah mencapai 5,5 juta.

Meski jumlah user-nya meningkat tajam pada tahun 2005 disebutkan Facebook menga lami kerugian sampai US$ 3,63 juta. Facebook kemudian mendapatkan dana sebesar US$ 25 juta dari Greylock Partners dan Meritech Capi tal Partners. Dana itu digunakan untuk meluncurkan versi mobile-nya.

Pada September 2007 Microsoft melakukan pendekatan dan menawarinya membeli 5% saham senilai sekitar US$ 300 juta hingga US$ 500 juta. Jika nilai itu disetujui maka nilai kapitalisasi Facebook sudah mencapai US$ 6 miliar hingga US$ 10 miliar atau sekitar Rp 54 triliun hingga Rp 90 triliun. Namun Microsoft akhirnya mengumumkan hanya membeli 1,6% saham Facebook dengan nilai US$ 240 juta pada Oktober 2007. Transaksi ini menunjukkan nilai kapitalisasi Facebook ternyata lebih tinggi yaitu sekitar US$ 15 miliar (sekitar US$ 135 triliun).Setelah itu sejumlah tawaran mengepung Facebook. Li Ka-shing disebut-sebut ikut menginvestasinya sekitar US$ 60 juta pada November 2007. Lalu ada berita yang menyebutkan Viacom, Yahoo, Google, dan sebagainya pun ikut menawar untuk membeli Facebook. Sejauh ini Zackerberg me ngatakan Facebook tak akan dijual.

Melesatnya bisnis Facebook membuat Zackerberg menampuk kekayaan yang luar biasa. Majalah Forbes menyebutkan kekayaan Zackerberg sendiri mencapai US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 13,5 triliun. Jangankan untuk anak seusia Zackerberg, untuk orang dewasa pun harta sebanyak itu tentu jumlah yang luar biasa besar. Maka wajar jika majalah itu menobatkannya sebagai The Youngest `Self-made Billionaire on the Planet.

Prestasi yang diraih Zackerberg tak benar -benar mulus. Sejumlah perkara ia dapatkan sehubungan dengan Facebook. Termasuk dari rekannya di Harvard yang menyebutkan rancangan Facebook sebenarnya tiruan dari ConnectU. Namun Zackerberg tetap bergeming bahwa Facebook merupakan hasil karyanya. Meskipun ConnectU kalah dalam persidangan pertama, perusahaan ini mendaftarkan gugatan baru pada Maret 2008.

Kontroversi juga datang dari negara-negara seperti Myanmar, Bhutan, Syria, Arab Saudi, Iran dan sebagainya yang menyebutkan kalau Facebook mempromosikan serangan terhadap otoritas pemerintahannya sehingga akses terhadap Facebook di negara tersebut ditutup.

Di tengah sejumlah kontroversi itu, nama Facebook dan Mark Zackerberg tetap digan drungi banyak orang. Zackerberg sendiri di tengah kepopuleran namanya dan jumlah kekayaan yang dimilikinya, ia tetap sederhana. Ia masih tinggal di apartemen sewaan dan di kamarnya hanya tersedia sebuah meja dan kursi. Kasurnya diletakkan di lantai. Kala datang ke kantornya di Palo Alto, Zackerberg kerap berjalan kaki atau mengendarai sepeda. Tak tampak sebagai miliuner (dalam US$ dol lar, tentunya) atau triliuner (dalam rupiah).Oleh : PUPUT ERNAWATIGoogle Inc

Google lahir dari sebuah pertemuan tanpa disengaja dari Larry Page dan Sergey Brin di Universitas Stanford . Pada Januari 1996 Lary dan Sergey mulai melakukan kolaborasi dalam pembuatan Search Enggine yang diberi nama BackRub. 1998 Teknologi Search Enggine itu terus di sempurnakan, keduanya mulai mencari Investor untuk mengembangkan kecanggihan teknologi mesin pencari mereka.

Sehingga, mereka mendapatkan suntikan dana dari Andy Bechtolsheim teman kampus sekaligus pendiri Sun Microsystem. Sebuah cek senilai 100 ribu dolar AS, yang uniknya di cek itu tertulis atas nama Google yang bahkan pada saat itu belum didirikan oleh Sergey dan Larry.

Larry dan Sergey sebelumnya pernah menawarkan kemungkinan dengan Alta Vista, tetapi ditolak dengan alasan perusahaan induk Alta Vista yaitu Digital Equipment Corp tidak suka bergantung pada orang dari luar perusahaan.

Investor di Silicon Valley, Michael Moritz (Sequa Capital) dan Jhon Doer (Kleiner Perkins) yang saling berkompetisi akhirnya bisa diyakinkan untuk menyuntik modal senilai 12,5 juta dolar AS ke perusahaan Google yang pada 7 Desember 1998 ini didirikan.Kantor pertamanya adalah sebuah ruang garasi rumah teman mereka di Menlo Park, California. Pada tahun 1999, Google pindah ke kantor di 165 University Ace Palo Alto California sebelum akhirnya pindah ke Googleplex pada akhir tahun tersebut.

Larry dan Sergey terus menjalankan mesin pencari Google hingga tahun 2001. Setelah itu mereka merekrut Eric E. Schdimt untuk menjadi ketua umum dan CEO Google.

Google kini menjadi perusahaan yang paling berpengaruh di Internet, termasuk karena Blogger.com sudah mereka kuasai.

Googleplex menjadi tempat kerja yang sangat nyaman, karena dilengkapi sarana dan prasarana yang lengkap seperti kolam renang, bar, billiard room, futsal, voli pantai, makanan gratis, minuman kesehatan cuma-cuma, dan cemilan yang melimpah. Terlebih lagi, suasana kerja yang rileks karena karyawan google diperbolehkan untuk hanya mengenakan kaus dan celana jeans, sehingga apabila ketika kita datang ke googleplex dan melihat sesorang yang mengenakan pakaian resmi, jas dan sebagainya, hampir bisa dipastikan dia adalah Tamu.

Satu lagi yang menarik, di Google diterapkan sistem , karyawan diberikan 20 % waktu kerja mereka untuk bebas mengerjakan apa yang di minati-nya - kira-kira dalam 1 minggu sehari. Sehingga kreativitas karyawan meningkat, dan lahirlah seperti misal google earth dll. Dengan begitu google sangat konsen pada Sumber Daya Manusia yang mereka miliki.

Sebuah artikel yang ditulis oleh seorang wartawan dari Fortune, Freg Vogelstein, berjudul " Why Google Scares Bill Gates " menjelaskan persaingan antaran Google dengan Microsoft. Ini membuktikan betapa hebatnya google saat ini, sehingga raksasa seperti Microsoft yang sudah berusia 25 tahun lebih, menerapkan berbagai strategi untuk bersaing dengan google. Ini terlihat nyata, dengan rencana Akusisi Yahoo.com oleh Microsoft baru-baru ini, meskipun akhirnya kandas.Di balik itu, Google juga melakukan kerja-kerja filantropis ( sosial ) dengan mendirikan Google.org. Misi dari organisasi itu adalah membantu kampanye soal perubahan iklim, pemanasan global, juga kesehatan dan kemiskinan global. Direktur dari Google.org ini adalah Dr. Larry Brilliant.

Diposkan oleh Elvis Kasmir di 20:00 2 komentar

Bill Gates : Pendiri Microsoft

Jika mendengar nama ini, orang akan langsung ingat dua hal, yakni Microsoft dan kekayaan. Yah, memang tak bisa dimungkiri, orang mengenal Bill Gates sebagai pendiri perusahaan piranti lunak terbesar di dunia. Selain itu, kekayaan yang diperolehnya dari perusahaan itu telah membuatnya jadi orang terkaya di dunia beberapa tahun berturut-turut, tanpa pernah tergeser ke posisi kedua sekalipun. Konon, kekayaannya mencapai 71% nilai anggaran belanja negara kita, yakni lebih dari Rp500 triliun. Sungguh fantastis!

Tapi, semua itu tentu melalui proses panjang. Semua berawal dari impian Bill Gates saat masih muda. Ketika itu, sekitar tahun 70-an, ia yang hobi mengutak-atik program komputer memimpikan bisa menghadirkan komputer ke rumah-rumah. Sesuatu yang dianggap sulit diwujudkan pada masa itu. Sebab, pada tahun itu komputer masih berukuran sangat besar dan hanya dimanfaatkan untuk hal-hal tertentu saja.

Kelahiran Seattle dari pasangan seorang pengacara dan pegawai bank ini memang terkenal cukup ambisius. Pada saat masih sekolah dasar, semangatnya yang cenderung menyulitkannya dalam pergaulan membuat orang tuanya memindahkan sekolahnya ke sekolah unggulan khusus laki-laki di Lakeside School. Di sekolah itulah ia pertama kali berkenalan dengan dunia yang mengantarkan pada bakatnya di bidang pemrograman. Saat itu ia mengenal mesin teletype, semacam mesin ketik yang bisa diberi program sederhana. Dari mesin itu, kemudian dia mulai menguasai dengan baik bahasa pemrograman BASIC. Ia pun lantas bertemu dengan komunitas penggemar program dan sering menghabiskan waktunya berjam-jam untuk menekuni hobi tersebut.

Ayah tiga anak ini kemudian mengembangkan bakatnya saat kuliah di Universitas Harvard. Namun, saat kuliah di universitas elit di Amerika itu, lagi-lagi ambisi Bill Gates membuatnya lebih memilih untuk mewujudkan impiannya, dibandingkan harus menyelesaikan studi. Ia memilih drop out dan berkomitmen kuat untuk mewujudkan ambisinya.

Komitmen itu diwujudkan dengan ketekunan, ketelatenan, dan keuletan, sehingga pelan tapi pasti hobinya membuat program telah menjadi bisnis yang kian menguntungkan. Ia kemudian juga bertemu dengan Paul Allen, rekan yang kemudian turut membantunya mewujudkan impian menghadirkan komputer ke rumah-rumah. Duet mereka banyak menghasilnya program-program unggulan, salah satunya MS-DOS yang kemudian banyak dipakai sebagai software di berbagai komputer.

Berbagai inovasi tak henti dilakukannya. Hasilnya? Seperti yang dilihat banyak orang saat ini. Impian Bill Gates telah menjadi nyata. Hampir setiap rumah, kini mempunyai komputer. Dan, hebatnya, sistem operasinya kebanyakan menggunakan produk Microsoft. Inilah yang membuat pundi-pundinya terus mengembang.

Kini, dengan kekayaannya tersebut, Bill Gates dan istrinya, Melinda, kemudian mendirikan Bill & Melinda Gates Foundation. Yayasan bentukan Gates ini digunakan untuk berbagai kegiatan sosial. Mulai dari menyalurkan beasiswa kepada kaum minoritas, berperang melawan penyakit seperti AIDS dan berbagai penyakit lainnya, hingga memerangi kelaparan dan kemiskinan. Tak tanggung-tanggung, pasangan suami istri ini menyumbangkan lebih dari US$ 5 miliar untuk kepentingan yayasan ini. Sebuah sumbangan terbesar di dunia yang pernah diberikan pada sebuah yayasan sosial.

Sebuah impian, jika disertai dengan keyakinan kuat dan kerja keras, serta dilandasi komitmen perjuangan tanpa henti, akan memberi hasil yang gemilang. Bill Gates adalah bukti nyata bahwa impiannya yang pernah dianggap mustahil, kini mampu diwujudkannya. Nilai keyakinan dan perjuangan inilah yang bisa kita contoh dalam kehidupan kita. Selain itu, kepedulian Bill Gates untuk berbagi juga bisa dijadikan teladan bahwa sukses akan lebih berarti jika kita bisa saling berbagi.

SOICHIRO HONDA, Pendiri Honda

SOICHIRO HONDA : "Lihat Kegagalan Saya"

Saat merintis bisnisnya Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan. Iasempat jatuh sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah. Namun iaterus bermimpi dan bermimpi...

Cobalah amati kendaraan yang melintasi jalan raya. Pasti, mata Andaselalu terbentur pada Honda, baik berupa mobil maupun motor.Merk kendaran ini menyesaki padatnya lalu lintas, sehinggalayak dijuluki "raja jalanan".

Namun, pernahkah Anda tahu, sang pendiri "kerajaan" Honda - SoichiroHonda diliputi kegagalan. Ia juga tidak menyandang gelar insinyur,lebih-lebih Profesor seperti halnya B.J. Habibie, mantan Presiden RI.Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidakpernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru.

"Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia sayadisekitar mesin, motor dan sepeda," tutur tokoh ini, yang meninggalpada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo, akibatmengindap lever.

Kecintaannya kepada mesin, mungkin 'warisan' dari ayahnya yang membukabengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, JepangTengah,ctempat kelahiran Soichiro Honda. Di bengkel, ayahnya membericathut (kakak tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain ditempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang menjadi motorpenggeraknya.

Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906, ini dapat berdiam diriberjam-jam. Di usia 8 tahun, ia mengayuh sepeda sejauh 10 mil, hanyaingin menyaksikan pesawat terbang.

Ternyata, minatnya pada mesin, tidak sia-sia. Ketika usianya 12 tahun,Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki.Tapi, benaknya tidak bermimpi menjadi usahawan otomotif. Ia sadarberasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak tampan,sehingga membuatnya rendah diri.

Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke Jepang, bekerja Hart Shokai Company.Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda telitidan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan, setiapoli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerjadisitu, menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21tahun, bosnya mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu.Tawaran ini tidak ditampiknya.

Di Hamamatsu prestasi kerjanya tetap membaik. Ia selalu menerimareparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepatmemperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jamkerjanya larut malam, dan terkadang sampai subuh. Otak jeniusnya tetapkreatif.

Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baikmeredam goncangan. Ia punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itudengan logam. Hasilnya luarbiasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dandiekspor ke seluruh dunia. Di usia 30, Honda menandatangani patennyayang pertama.

Setelah menciptakan ruji, Honda ingin melepaskan diri dari bosnya,membuat usaha bengkel sendiri. Ia mulai berpikir, spesialis apa yangdipilih?

Otaknya tertuju kepada pembuatan Ring Pinston, yang dihasilkan olehbengkelnya sendiri pada tahun 1938. Sayang, karyanya itu ditolak olehToyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring buatannya tidaklentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadapkegagalan itu. Mereka menyesalkan dirinya keluar dari bengkel.

Kuliah Karena kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulankemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya.Tapi, soal Ring Pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencarijawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin.Siang hari, setelah pulang kuliah - pagi hari, ia langsung ke bengkel,mempraktekan pengetahuan yang baru diperoleh. Setelah dua tahunmenjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikutikuliah.

"Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan,melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan danpengaruhnya,

" ujar Honda, yang gandrung balap mobil. Kepada Rektornya,ia jelaskan maksudnya kuliah bukan mencari ijasah.

Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan.

Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya diterima. Pihak Toyotamemberikan kontrak, sehingga Honda berniat mendirikan pabrik. Ehmalangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang, tidakmemberikan dana. Ia pun tidak kehabisan akal mengumpulkan modal darisekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibahdatang.Setelah perang meletus, pabriknya terbakar dua kali.

Namun, Honda tidak patah semangat. Ia bergegas mengumpulkankaryawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yangdibuang oleh kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan mendirikanpabrik. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya,sehingga diputuskan menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Toyota. Setelahitu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal.

Akhirnya, tahun 1947, setelah perang Jepang kekurangan bensin. Di sinikondisi ekonomi Jepang porak-poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapatmenjual mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya. Dalam keadaanterdesak, ia memasang motor kecil pada sepeda. Siapa sangka, "sepedamotor" cikal bakal lahirnya mobil Honda - itu diminati oleh paratetangga.

Mereka berbondong-bondong memesan, sehingga Honda kehabisan stok.Disinilah, Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu,kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda berikutmobinya, menjadi "raja" jalanan dunia, termasuk Indonesia.

Bagi Honda, janganlah melihat keberhasilan dalam menggeluti industriotomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya. "Orangmelihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka tidak melihat99% kegagalan saya", tuturnya. Ia memberikan petuah ketika Andamengalami kegagalan, yaitu mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi baru.

Kisah Honda ini, adalah contoh bahwa Suskes itu bisa diraih seseorangdengan modal seadanya, tidak pintar di sekolah, ataupun berasal darikeluarga miskin.

5 Resep keberhasilan Honda :1. Selalulah berambisi dan berjiwa muda.2. Hargailah teori yang sehat, temukan gagasan baru, khususkan waktumemperbaiki produksi.3. Senangilah pekerjaan Anda dan usahakan buat kondisi kerja Andasenyaman mungkin.4. Carilah irama kerja yang lancar dan harmonis.5. Selalu ingat pentingnya penelitian dan kerja sama.

Sumber : Majalah $ukse$, Vol V/20 Juli-20 Agustus 2002/Th.1, hal 24-25.

Diposkan oleh Elvis Kasmir di 19:14 11 komentar

Beranda

Langgan: Entri (Atom)

Links Partner

Regina Adventures Devin Jasa Web

Arsip Blog

Juni (2)

Mei (3)