Upload
tutus-prasetyo
View
265
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kesehataaaannnnnnn
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUMOR GINJAL
Oleh
Kelompok 4
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
ii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUMOR GINJAL
TUGAS
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik VIB
Dosen pengampu: Ns.Ratna Sari Hardiani, M. Kep.
Oleh
Ikbar N Imaniar NIM 122310101004
Risha Putri M. NIM 122310101016
Helda Puspitasari NIM 122310101018
Lidatu Nara S. NIM 122310101048
Sandi Budi D. NIM 122310101050
Alisa Miradia P. NIM 122310101074
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Tumor Ginjal” dengan tepat waktu. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Ilmu Keperawatan Klinik V B.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ns. Ratna Sari Hardiani, M.Kep selaku dosen pengajar mata Kuliah
Keperawatan Klinik VB;
2. teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2012,
yang telah memberi dorongan dan semangat; dan
3. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca.
Jember,November 2014
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................... .....
i
HALAMAN JUDUL........................................................................ ..... ii
KATA PENGANTAR..................................................................... ..... iii
DAFTAR ISI.................................................................................... ..... iv
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................... ..... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................... 1
1.2 Tujuan.......................................................................... ..... 1
1.3 Implikasi Keperawatan.................................................. 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................... 3
2.1 Pengertian…………………........................................... ..... 3
2.2 Klasifikasi..................................................................... .... 4
2.3 Epidemiologi…………………….. ................................ ..... 5
2.4 Etiologi………………………….................................... ..... 6
2.5 Tanda dan Gejala…………………..................................... 7
2.6 Patofisiologi………………………………………………… 8
2.7 Komplikasi dan Prognosis………………………………… 10
2.8 Pemeriksaan Penunjang................................................ ..... 11
2.9 Penatalaksanaan………………………………………… 11
2.10Pencegahan………………………………………………… 13
BAB 3. PATHWAY............................................................................... 14
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN………………………………. 16
4.1 Pengkajian…………………………………………………. 16
4.2 Diagnosa Keperawatan…………………………………… 22
4.3 Intervensi Keperawatan………………………………….. 24
4.4 Implementasi dan Evaluasi...........………………………. 27
BAB 5. PENUTUP......................................................................... .... 30
5.1 Kesimpulan.................................................................. .... 30
5.2 Saran........................................................................... .... 30
v
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... ...... 31
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekitar 28.000 tumor ginjal terdiagnosis setiap tahunnya di Amerika
Serikat, yang merupakan 2% dari seluruh keganasan pada dewasa dan 20%
keganasan pada anak-anak. (Otto, 2003). Walaupun penyebab pasti karsinoma sel
ginjal belum diketahui, ada faktor risiko tertentu yang dikaitkan dengan kanker
ginjal. Sekitar 3% dari tumor ginjal malignan adalah adenokarsinoma. Karsinoma
sel ginjal jarang terjadi sebelum usia 30 tahun, tetapi sering tampak pada usia 40-
70 tahun.
Wilms Tumor adalah keganasan t
erbanyak ke lima dan merupakan tumor ginjal tersering pada usia anak-
anak. Tumor ini terbanyak muncul pada usia tiga tahun dan jarag ditemukan
setelah usia 8 tahun. Tumor ini biasanya muncul sebagai massa ginjal padat
dengan atau tanpa disertai oleh hematuria. Massa padat ini bisa disertai oleh
bagian cystic oleh proses nekrosis fokal dan degenerasi. Tumor ini dapat muncul
pada satu atau kedua ginjal.
Adanya massa besar pada abdomen, terutama pada anak-anak usia 1 – 5
tahun harus menimbulkan kecurigaan adanya Wilms Tumor. Wilms tumor bila
terdiagnosa dan mendapatkan terapi yang tepat mempunyai angka kesembuhan
yang cukup tinggi yaitu mencapai 90%.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tumor ginjal.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. mahasiswa mampu menjelaskan pengertian tumor ginjal;
b. mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi tumor ginjal;
2
c. mahasiswa mampu menjelaskan etiologi kelainan tumor ginjal;
d. mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala tumor ginjal;
e. mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi tumor ginjal;
f. mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dan prognosis tumor ginjal;
g. mahasiswa mampu menjelaskan pengobatan dan pencegahan tumor
ginjal;
h. mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan
tumor ginjal.
1.3 Implikasi Keperawatan
1.3.1 Perawat sebagai edukator
Perawat memberikan informasi kepada keluarga dan masyarakat mengenai
penyakit tumor ginjal, etiologi, komplikasi, sehingga keluarga dan masyarakat
mengidentifikasi anggota keluarga dan masyarakat yang menderita dengan cepat
dan melakukan pencegahan dan penangannnya dengan mandiri.
1.3.2 Perawat sebagai konselor
a. Perawat memberikan konseling mengenai prosedur dalam menjalani terapi
penyembuhan.
b. Perawat memberikan konseling kepada keluarga mengenai nutrisi yang
harus dipenuhi oleh pasien tumor ginjal.
c. Perawat membantu klien dalam memecahkan masalah dengan memberikan
pilihan-pilihan yang terbaik guna mendapatkan pelayanan dan pengobatan
untuk klien tumor ginjal.
1.3.3 Perawat sebagai advokasi
a. Perawat melindungi hak-hak klien dan keluarga klien dengan tumor ginjal
dalam mendapatkan pelayanan dan pengobatan yang sesuai prosedur.
b. Perawat memberikan saran-saran kepada orang tua, keluarga atau klien
ketika dihadapkan pada suatu permasalahan, dengan membantu
menyelesaikannya dan tidak lupa menjelaskan tentang baik buruknya dari
setiap pilihan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Tumor adalah proliferasi sel yang abnormal tanpa terkendali dan
bisa merupakan kelainan yang benigna atau maligna. Tumor ginjal sering
disebut juga hipernefroma, carcinoma alveolar, dan clear cell carcinoma.
Pada fase awal biasanya asimtomatik, dan baru diketahui sebagai massa
abdomen yang teraba setelah dilakukan pemeriksaan fisik yang rutin. Tipe
tumor ginjal yang paling sering ditemukan adalah adenocarsinoma renal
atau sel renal yang menyebabkan lebih dari 85% dari semua tumor ginjal.
Tumor ini dapat melakukan metastase sampai ke paru-paru, tulang, hati,
otak dan ginjal yang lain. Seperempat hingga setengah dari bagian pasien
tumor ginjal sudah mengalami kelainan metastasi pada saat penyakitnya
didiagnostik (Smeltzer dan Barre: 2002).
Tumor ginjal adalah massa abnormal yang berkembang di ginjal.
Tumor Ginja terbentuk ketika sel tumbuh terlalu cepat dalam ginjal.
Biasanya, sel yang lebih tua mati dan diganti oleh sel baru. Ketika proses
ini berjalan kacau, sel-sel tua tidak mati, dan sel-sel baru tumbuh ketika
mereka tidak dibutuhkan, membuat tumor. Ketika tumor ginjal jinak, tidak
kanker dan tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya. Namun, kadang-
kadang tumor dapat mengganggu fungsi organ, sehingga mereka bisa
diangkat melalui pembedahan.
Wilms tumor merupakan tumor ginjal tersering pada usia anak-
anak, tumor ini banyak muncul ada usia tiga tahun dan jarang ditemukan
setelah usia 8 tahun. Tumor ginjal merupakan tumor urogenitalia nomor
tiga terbanyak setelah tumor prostat dan tumor kandung kemih. Tumor
ginjal dapat berasal dari tumor primer di ginjal ataupun merupakan tumor
sekunder yang berasal dari metastasis keganasan di tempat lain. Tumor
ginjal primer dapat mengenai parenkim ginjal maupun mengenai sistem
saluran ginjal. Selain tumor ganas, beberapa tumor jinak dapat mengenai
4
ginjal. Sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat) adalah kanker,
sedangkan kista (rongga berisi cairan) atau tumor biasanya jinak.
2.2 Klasifikasi
2.2.1 Tumor Jinak
a. Hamartoma Ginjal
Hamartoma atau angiomiolipoma ginjal adalah tumor ginjal yang terdiri atas
komponen lemak, pembuluh darah dan otot polos. Lesi ini bukan
merupakan tumor sejati, tetapi paling cocok disebut sebagai hamartoma.
Tumor jinak ini biasanya bulat atau lonjong dan menyebabkan terangkatnya
simpai ginjal. Kadang tumor ini ditemukan juga pada lokasi ektrarenal
karena pertumbuhan yang multisentrik (De Jong, 2000). Lima puluh persen
dari hamartoma ginjal adalah pasien Tuberous sklerosis atau penyakit
Bournville yaitu suatu kelainan bawaan yang ditandai dengan retardasi
mental, epilepsi, adenoma seseum dan terdapat hamartoma di retina, hepar,
tulang, pankreas dan ginjal. Tumor ini lebih banyak menyerang wanita
daripada pria dengan perbandingan 4 : 1 (Basuki, 2003).
b.Fibroma Renalis
Tumor jinak ginjal yang paling sering ditemukan ialah fibroma renalis atau
tumor sel interstisial reno-medulari. Tumor ini biasanya ditemukan secara
tidak sengaja sewaktu melakukan autopsi, tanpa adanya tanda ataupun
gejala klinis yang signifikan. Fibroma renalis berupa benjolan massa yang
kenyal keras, dengan diameter kurang dari 10 mm yang terletak dalam
medula atau papilla. Tumor tersusun atas sel spindel dengan kecenderungan
mengelilingi tubulus di dekatnya.
c. Adenoma Korteks Benigna
Tumor jinak ginjal yang paling sering ditemukan ialah fibroma renalis atau
tumor sel interstisial reno-medulari. Tumor ini biasanya ditemukan secara
tidak sengaja sewaktu melakukan autopsi, tanpa adanya tanda ataupun
gejala klinis yang signifikan. Fibroma renalis berupa benjolan massa yang
kenyal keras, dengan diameter kurang dari 10 mm yang terletak dalam
5
medula atau papilla. Tumor tersusun atas sel spindel dengan kecenderungan
mengelilingi tubulus di dekatnya.
d.Onkositoma
Onkositoma merupakan subtipe dari adenoma yang sitoplasma granulernya
(tanda terhadap adanya mitokondria yang cukup besar dan mengalami
distorsi) banyak ditemukan. Onkositoma kadang-kadang dapat begitu besar
sehingga mudah dikacaukan dengan karsinoma sel renalis.
e. Tumor Jinak Lainnya
Tumor jinak dapat timbul dari jenis sel apapun dari dalam ginjal. Beberapa
menyebabkan masalah klinis, seperti hemangioma yang dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan, sehingga memberikan rasa nyeri atau merupakan
predisposisi kehilangan darah yang banyak sewaktu terjadi trauma.Tumor
yang jarang ditemukan ialah tumor sel jukstaglomerulor yang memproduksi
renin yang merupakan penyebab terjadinya hipertensi (Underwood, 2000).
Jenis tumor lain yang pernah ditemui adalah lipoma dan leiomioma (De
Jong, 2000).
2.2.2 Tumor Ganas (kanker)
Tumor ginjal yang ganas biasanya berupa tumor padat yang berasal dari
urotelium, yaitu karsinoma sel transisional atau berasal dari sel epitel
ginjal atau adenokarsinoma, yaitu tumor Grawitz atau dari sel nefroblas,
yaitu tumor Wilms.
a. Adenokarsinoma Ginjal
Adenokarsinoma ginjal adalah tumor ganas parenkim ginjal yang berasal
dari tubulus proksimalis ginjal (Basuki, 2003). Tumor ini dikenal dengan
nama lain sebagai : tumor Grawitz, Hipernefroma, Karsinoma sel Ginjal
atau Internist tumor (Basuki, 2003). Serupa dengan sel korteks adrenal
tumor ini diberi nama hipernefroma yang dipercaya berasal dari sisa
kelenjar adrenal yang embrionik (Underwood, 2000).
b. Nefroblastoma
6
Nefroblastoma adalah tumor ginjal yang banyak menyerang anak berusia
kurang dari 10 tahun dan paling sering dijumpai pada umur 3,5 tahun.
Tumor ini merupakan tumor urogenitalia yang paling banyak menyerang
anak-anak. Kurang lebih 10% tumor ini menyerang kedua ginjal secara
bersamaan (Basuki, 2003). Insiden puncaknya antara umur 1- 4 tahun.
Anak perempuan dan laki-laki sama banyaknya. (Underwood, 2000).
Tumor Wilms merupakan 10% dari semua keganasan pada anak. Tumor
ini mungkin ditemukan pada anak dengan kelainan aniridia, keraguan
genitalia pada anak dan sindrom Beckwith-Wiedemann (makroglosi,
omfalokel, viseromegah dan hipoglikemia neonatal). Satu persen dari
tumor Wilms ditemukan familial dan diturunkan secara dominan
autosomal. Onkogen tumor Wilms telah dilokasi pada garis p 13
kromosom 11 (De Jong, 2000). Nefroblastoma sering dikenal dengan
nama tumor Wilm atau karsinoma sel embrional. Tumor Wilm sering
diikuti dengan kelainan bawaan berupa: anridia, hemihipertrofi dan
anomali organ urogenitalia (Basuki, 2003).
2.3 Epidemiologi
Tumor ginjal merupakan tumor pembunuh nomer 3 terbanyak
setelah tumor prostat dan bladder. Insidensi Wilms Tumor adalah 0,8
kasus per 100.000 orang. Terdapat 500 kasus baru tiap tahun di Amerika
serikat, dan sebanyak 6% darinya melibatkan kedua ginjal. Resiko acak
untuk terkena Wilms Tumor adalah 1 diantara 10.000 kelahiran. Wilms
Tumor terutama terjadi pada anak anak dibawah usia 5 tahun. Insidensi
tertinggi terjadi antara usia 1-3 tahun. Diperkirakan tumor ini terjadi pada
7 diantara sejuta anak di Amerika Serikat dan lebih banyak mengenai ras
Afro-Amerika. Ratio penderita perempuan dan laki-laki hampir
berimbang.
Nephroblastoma (WilmsTumor): EpidemiologiIncidence5 to 6 % of all Childhood Cancers in United States
8.1 per million children
7
Cases per year in United StatesAfrican-AmericansGender Ratio (bilateral tumors)Mean Age for unilateral tumorsMaleFemaleMean Age for bilateral tumorsMaleFemale
460Highest Incidence0.9 M : 1.0 F (0.6 M : 1.0 F)
41 months47 months
29 months33 months
2.4 Etiologi
Normalnya sel-sel di dalam saluran kemih tumbuh dan membelah secara
wajar, jika sel-sel mulai membelah secara berlebihan dan menghasilkan sel-sel
baru meskipun tubuh tidak memerlukannya maka akan menyebabkan
terbentuknya suatu massa yang dikenal sebagai tumor. Penyebabnya tidak di
ketahui secara pasti, tetapi juga diduga melibatkan faktor genetik. Kurang dari
2% terjangkit karena faktor keturunan. Kebanyakan kasus terjadi secara sporadik
dan merupakan hasil dari mutasi genetik yang mempengaruhi perkembangan sel-
sel di ginjal. Dapat berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu, seperti :
1. Kelainan saluran kemih.
2. Hemyhipertrofi ( pembesaran separuh bagian tubuh)
Selain itu juga konsumsi makanan yang mengandung zat karsinogenik
juga dapat mempengaruhi kecepatan perkembangan sel-sel tumor.
2.5 Tanda dan Gejala
Tanda gejala yang dapat muncul ketika terjadi tumor ginjal adalah sebagai
berikut:
1. Banyak tumor ginjal tidak menunjukkan gejala-gejala dan ditemukan pada
pemeriksaan fisik rutin sebagai massa abdomen yang terpalpasi;
2. Trias klasik, terjadi pada perjalanan akhir penyakit, darah dalam urine
(hematuria), nyeri, dan massa pada panggul;
3. Tanda biasa yang mengundang perhatian pertama terhadap tumor adalah
hematuria yang tidak terasa sakit, baik intermitten, dan mikroskopis atau
berkelanjutan dan gros hematuria;
8
4. Nyeri tumpul pada punggung akibat tekanan dari desakan ureter, ekstensi
tumor, atau hemoragi ke dalam ginjal;
5. Nyeri kolik terjadi jika bekuan atau merasa sel-sel tumor melewati ureter;
6. Gejala-gejala dari metastasis dapat merupakan manifestasi pertama dari
tumor ginjal termasuk kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya,
peningkatan kelemahan, dan anemia (Diane & Joann, 2000).
2.6 Patofisiologi
Tumor ini berasal dari sel tubulus ginjal yang dapat dimulai dari
korteks maupun daerah medulla. Tumor dari daerah korteks cenderung
meluas ke daerah sekitar ginjal. Tumor ini mempunyai pseudo kapsul yang
terdiri dari jaringan parenkim yang tertekan serta jaringan fibrous dan sel-
sel inflamasi. Infiltrasi tumor ke daerah luar menyebabkan tonjolan yang
dapat digunakan sebagai tanda diagnostik pada pemeriksaan USG atau CT
scan. Ukuran sangat bervariasi mulai dari yang berukuran kecil sampai
ukuran 8-9 cm. Secara makroskopik akan terlihat pewarnaan kekuningan
atau orange oleh karena mengandung banyak lemak. Permukaan tumor
yang lebih kecil tampak homogen sedang yang besar biasanya disertai
kista sekunder di dalamnya dengan daerah perdarahan dan daerah nekrosis
serta kadang ditemukan kalsifikasi didaerah perifer (Smeltzer dan Barre:
2002).
Penyebaran tumor Wilms menurut TNM:
T Tumor Primer
T1 Unilateral permukaan (termasuk ginjal) <60 cm2
T2 Unilateral permukaan >80 cm2
T3 Unilateral ruptur sebelum penanganan
T4 Bilateral
N Metastasis Limfe
N0 Tidak ditemukan metastasis
N1 Ada metastasis limfe
M Metastasis Jauh
9
M0 Tidak ditemukan
M+ Ada metastasis jauh
Staging tumor ginjal pada anak berdasarkan NWTSG V (National
Wilm’s Tumor Study), terdiri dari:
1. Stadium I:
Tumor terbatas pada ginjal dan dapat direseksi secara lengkap atau dieksisi
secara sempurna dengan kapsul ginjal yang utuh. Tidak terjadi ruptur atau
robekan kapsul. Pembuluh darah sinus renal tidak terlibat. Tidak ada
metastasis limfanogen (N0).
2. Stadium II:
Tumor sudah melewati kapsul ginjal namun dapat dieksisi secara lengkap.
Terdapat ekstensi regional tumor yang dibuktikan dengan penetrasi kapsul
atau dengan invasi ekstensif sinus renal. Dalam hal ini, tumor telah
mengadakan penetrasi ke jaringan lemak perirenal, limfonodi para aorta atau
ke vasa renalis (N0). Pembuluh darah di luar sinus renal dapat mengandung
tumor. Tumor mengalami cedera akibat biopsi atau tercecer terbatas di
daerah flank. Tidak ada bukti tumor pada atau di luar batas reseksi.
3. Stadium III:
Terdapat sisa tumor nonhematogen yang terbatas pada abdomen yang
mungkin berasal dari biopsi atau ruptur yang terjadi sebelum atau selama
operasi (N+), atau yang meliputi berikut ini:
a) keterlibatan kelenjar getah bening pada hilus atau pelvis;
b) penetrasi tumor melalui permukaan peritoneum;
c) implan tumor pada permukaan peritoneum;
d) tumor gross atau mikroskopik pada atau di luar batas reseksi bedah;
e) tumor tidak dapat direseksi secara lengkap karena infiltrasi lokal ke
dalam struktur vital;
f) tumor menyebar tidak terbatas pada daerah flank.
4. Stadium IV:
10
Metastasis hematogen ke paru-paru, hepar, tulang atau otak atau metastasis
ke kelenjar getah bening di luar abdomen dan pelvis (M+). Nodul paru
tampak pada CT scan harus dibiopsi untuk diagnosis definitif stadium IV.
5. Stadium V:
Tumor bilateral. Keterlibatan kedua ginjal pada diagnosis. Setiap sisi harus
didiagnosis secara individu menurut kriteria di atas (Basuki, 2003).
2.7 Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi yang dapat terjadi pada anak dengan tumor ginjal
adalah sebagai berikut:
1. tumor lokal yang lebih lanjut
2. tumor bilateral
3. ekstensi intracaval dan atrium
4. obstruksi usus halus
5. tumor maligna sekunder: setelah keluar dari kapsul ginjal, tumor dapat
mengadakan invasi ke organ di sekitarnya dan menyebar secara limfogen
melalui kelenjar limfe para aorta. Penyebaran secara hematogen melalui
vena renalis ke vena kava kemudian mengadakan metastasis ke paru
(85%), hati (10%) dan bahkan pada stadium lanjut menyebar ke ginjal
kontralateral (Basuki, 2003).
Selain komplikasi tersebut, terdapat komplikasi-komplikasi lain
yang dapat timbul pada anak dengan tumor ginjal akibat pengobatan atau
tindakan medis yang dilakukan, seperti:
1) kerusakan fungsi ginjal (akibat nefrotektomi, terapi radiasi)
2) gagal ginjal (akibat neftotektomi bilateral/pengangkatan kedua ginjal
3) kerusakan pada hati (akibat pengobatan Dactinomycin dan iradiasi)
4) gagal jantung kongestif (akibat pengobatan Anthracyclines)
5) kerusakan fungsi paru: kapasitas paru total dan kapasitas vital dari pasien
yang menerima radiasi paru bilateral dapat diperkirakan akan turun 50-
70% dari nilai yang diperkirakan.
11
6) gagal ovarium pada wanita yang menerima iradiasi seluruh perut pada
masa kanak-kanak
7) resiko kegagalan testis pada laki-laki setelah terapi radiasi seluruh perut
atau beberapa jenis kemoterapi, terutama yang melibatkan agen alkylating
8) resiko kanker ganas sekunder (akibat iradiasi perut dan pengobatan
Doxorubicin).
Prognosis buruk pada pasien dengan tumor ginjal yang telah
bermetastasis ke kelenjar getah bening, paru-paru, dan hepar. Kekambuhan
dapat terjadi pada tumor ginjal dengan variabel subtipe dan stadium
histologi (Behrman, dkk.; 2000). Kekambuhan ini dapat pula
menyebabkan prognosis yang buruk.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Tumor ginjal (Tumor Wilm's) harus dicurigai pada setiap anak
kecil dengan massa di abdomen. Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk menentukan diagnosis tumor ginjal pada anak adalah
sebagai berikut.
1) USG abdomen: menunjukkan adanya massa intrarenal
2) CT scan atau MRI abdomen: mengevaluasi tumor (besar tumor, perluasan
tumor, keterlibatan pembuluh darah besar, dan adanya nekrosis pada
ginjal)
3) Rontgen abdomen: untuk mengetahui adanya metastasis ke hati
4) Rontgen dada/CT Scan dada: untuk melihat adanya penyebaran tumor ke
paru, adanya kubah metastatik di bawah diafragma
5) Pemeriksaan darah lengkap: untuk mengetahui ada tidaknya anemia
6) BUN, Kreatinin, Urinalisis: analisa air kemih, bisa menunjukkan adanya
darah atau protein dalam urine
7) Pielogram intravena (Behrman, dkk; 2000: 1784-1786).
2.9 Penatalaksanaan
12
Tindakan medis yang dilakukan pada anak dengan tumor ginjal
adalah sebagai berikut:
1. Nefrektomi
Tumor yang masih dalam stadium dini dilakukan nefrektomi radikal
yaitu mengangkat ginjal beserta kapsula gerota. Beberapa kasus yang
sudah dalam stadium lanjut tetapi masih mungkin untuk dilakukan operasi,
masih dianjurkan untuk dilakukan nefrektomi paliatif. Pada beberapa
tumor yang telah mengalami metastasis, setelah tindakan nefrektomi ini
sering didahului dengan embolisasi arteri renalis yang bertujuan untuk
memudahkan operasi.
2. Kemoterapi
Pemberian kombinasi kemoterapi dengan vinkristin (Onkovin) dan
daktinomisin (Cosmegen) lebih baik dibanding terapi obat tunggal pada
penderita tumor lokal. Doksorubisin (Adriamycin) merupakan tambahan
yang nyata berguna bagi penderita dengan penyakit lanjut.
3. Hormonal
Penggunaan terapi hormonal belum banyak diketahui hasilnya.
Preparat yang dipakai adalah hormon progestagen. Dari berbagai literatur
disebutkan bahwa pemberian preparat hormon tidak banyak memberi
manfaat.
4. Imunoterapi
Pemberian imunoterapi dengan memakai interferon atau
dikombinasikan dengan interleukin saat ini sedang dicoba di negara-
negara maju. Karena harganya sangat mahal dan hasil terapi dengan obat-
obatan imunoterapi masih belum jelas, maka pemakaian obat ini masih
sangat terbatas.
5. Radiasi Eksterna
Radiasi eksterna tidak banyak memberi manfaat pada adenokarsinoma
ginjal karena tumor ini adalah tumor yang radioresisten.
6. Sitostatika
13
Demikian pula pemakaian sitostatika tidak banyak memberikan
manfaat pada tumor ginjal (Basuki, 2003).
Tindakan operasi merupakan tindakan untuk terapi sekaligus
penentuan stadium tumor. Berdasarkan rekomendasi NWTSG, nefrektomi
primer dilakukan pada semua keadaan, kecuali pada tumor unilateral yang
unresectable, tumor bilateral, dan tumor yang sudah berekstensi ke vena
cava inferior di atas vena hepatika. Tumor yang unresectable dinilai
intraoperatif, diiberikan kemoterapi seperti stadium III dan pengangkatan
tumor dilakukan setelah 6 minggu. Pada tumor bilateral, dilakukan biopsi
untuk menentukan jenis tumor dan diberikan kemoterapi biasanya dalam
8-10 minggu. Nefrektomi dilakukan pada kasus tumor bilateral jika sisa
parenkim ginjal setelah reseksi tumor masih lebih dari 2/3. Hal yang
penting dalam pembedahan meliputi insisi transperitoneal, eksplorasi
ginjal kontralateral, dilakukan nefrektomi radikal, hindari tumpahan
tumor, dan biopsi kelenjar getah bening yang dicurigai.
Terapi lanjutan dengan kemoterapi atau radioterapi tergantung
pada hasil staging dan histologi (favourable atau non-favourable) dari
tumor. Berdasarkan NWTS-5 berikut algoritma pemberian kemoterapi dan
radioterapi pada tumor Wilms. Nefrektomi parsial hanya dianjurkan pada
pasien dengan tumor bilateral, solitary kidney, dan insufisiensi renal. Pada
kasus tumor Wilms bilateral yang perlu dilakukan nefrektomi bilateral,
transplantasi dilakukan setelah 1 tahun setelah selesai pemberian
kemoterapi. Prognosis buruk dapat dijumpai pada pasien dengan
metastasis ke kelenjar getah bening, paru-paru dan hepar.
2.10 Pencegahaan
Pencegahan terhadap ancaman penyakit ini adalah dengan
menerapkan hal-hal berikut:
1) gaya hidup yang sehat;
14
2) mengonsumsi makanan yang sehat, yang dapat menurunkan risiko
terjadinya penyakit tumor ginjal ini (menghindari makanan yang
mengandung zat karsinogenik);
BAB 3. PATHWAY
Faktor genetic, paparan bahan kimia, kegemukan,sosio ekonomi rendah, penggunaan diuretik kronik
mutasi DNA di dalam sel korteks atau medulla yang terakumulasi
Mutasi DNA semakin melebar ke tubulus proksimal ginjal
Kerusakan DNA terlalu berat
Sel merusak dirinya dengan apoptosis
Pertumbuhan jaringan baru/ pengumpulan cairan
(kista/benjolan berisi darah)
Pertumbuhan jaringan baru/ pengumpulan cairan
Benjolan tumbuh dan terus membesar
benjolan tumbuh membesar tapi tdk menyebar
benjolan tumbuh membesar & menyebar
Tumor jinak (Benigna) Menyerang seluruh tubuh dan tidak terkendali
Tumor ganas (Maligna)
Resiko Infeksi
Kurang Pengetahuan
Ansietas
Merangsang sekresi aldosteron
Pe ↑ curah jantung
Nyeri Akut
Metabolisme ↑Hipertermi
Gangguan Pola NafasSesak Nafas
FatigueKelelahan
Urin terakumulasi dalam Saluran Kemih
Terhambatnya saluran Kemih
Oliguri
Reabsorbsi Air meningkat
Edema EkstremetasKelebihan Vol. Cairan
Terjadi Perdarahan
Reabsorpsi mineral ↓ tekanan balik
Darah+urin
Penurunan absorpsi NaNyeri Pinggang
Hematuria
Meluas ke daerah perineal
Menekan organ abdomen
Membesar dari korteks ke medulla ginjal
Fungsi reabsorpsi ↓Kompresi Ureter Tidak nyaman pada abdomen
Mual Muntah
Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Gangguan Glomerulus
Gangguan Pola Eliminasi Urin
15
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian Keperawatan Anak
Ruangan : di isi nama ruangan pasien dirawat
Tgl. / Jam MRS : di isi tanggal dan jam MRS
Dx. Medis : Tumor Ginjal
No. Reg. : di isi nomer registrasi
Tgl/Jam Pengkajian : di isi tanggal dan jam pengkajian perawat
a. Identitas Klien
1. Nama: diisi dengan nama lengkap dan nama panggilan anak
2. Tempat tanggal lahir: diisi tempat tanggal lahir dan usia
3. Jenis kelamin: diisi jenis kelamin pasien.
4. Agama: Tumor ginjal dapat dipengaruhi oleh agama, dari segi pola
kebiasaan yang dihubungkan dengan kepercayaan masyarakat sekitar,
misalnya tentang pola makan, kebersihan dan pantangan-pantangan
makanan yang sebenarnya itu berguna bagi kebaikan tubuh.
5. Pendidikan: Tingkat pengetahuan juga dapat mempengaruhi terjadinya
penyaki tumor ginjal dari segi preventif dan mengenali gejala awal pada
saat terjadi penyakit. Sehingga tumor ginjal dapat terjadi ataupun tidak
disadari telah mengidap tumor ginjal sehingga penyakit tersebut
semakin parah.
6. Alamat: terjadinya tumor ginjal yaitu akibat adanya paparan zat toksik
yang tinggi.
b. Identitas Orang Tua/Wali
1. Nama: diisi nama lengkap ayah dan ibu
2. Usia: diisi usia ayah dan ibu klien
3. Pendidikan: tingkat pendidikan yang kurang, mencerminkan kurangnya
paparan informasi dan mempengaruhi tingkat pengampilan keputusan
orangtua.
17
4. Pekerjaan/sumber penghasilan: sumber penghasilan yang kurang
mencerminkan makanan yang dikonsumsi klien.
5. Agama dan kepercayaan: pola kebiasaan yang dihubungkan dengan
kepercayaan masyarakat sekitar, misalnya tentang pola makan,
kebersihan dan pantangan-pantangan makanan.
6. Alamat: alamat disini dapat mempengaruhi terjadinya tumor ginjal
yaitu akibat adanya paparan zat kimia yang tinggi.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang adalah keadaan klien saat ini yang
biasanya merupakan keluhan utama klien dibawa ke pelayanan
kesehatan. Keluhan utama yang paling umum dirasakan klien yaitu
pasien sulit berkemih dan keluhan nyeri tumpul pada punggung pasien.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat penyakit terdahulu yang perlu dikaji adalah Infeksi Saluran
Kemih (ISK), diabetes mellitus (DM), dan gangguan hematologi.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga biasanya dikarenakan genetik atau
keturunan. Riwayat penyakit keluarga yang dikaji apakah ada anggota
keluarga yang mengalami penyakit tumor ginjal atau memiliki
keturunan yang terdapat riwayat penyakit kanker.
4. Riwayat Perinatal
a) Perinatal
1) Ibu memeriksakan kehamilannya setiap minggu ke tenaga medis
atau tidak. (menunjukkan adanya pemeriksaan rutin yang
dilakukan oleh ibu pada saat kehamilan sehingga dapat
berpengaruh pada terjadinya tumor ginjal)
2) Keluhan selama hamil dan tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi (mengetahui apa saja tindakan yang telah dilakukan
pada saat keluhan itu dirasakan sehingga dapat berpengaruh pada
terjadinya tumor ginjal).
18
3) Riwayat terkena radiasi (terpapar radiasi tinggi dapat berpengaruh
pada terjadinya tumor ginjal)
4) Riwayat nutrisi (perlu dikaji terkait makanan yang dikonsumsi.
Makanan siap saji sangat memungkinkan terjadinya tumor ginjal)
b) Intranatal
1) Jenis persalinan: normal atau sesar
2) Penolong persalinan: tenaga kesehatan atau dukun
c) Post natal:
a. Kondisi bayi (baik, tidak ada gangguan konginetal) APGAR
(normal)
5. Genogram
Perlu digambarkan silsilah keluarga klien untuk mengetahui adanya
penyakit turunan.
6. Riwayat Immunisasi
Perlu ditanyakan kepada keluarga apakah klien pernah dilakukan
imunisasi. Seperti diantaranya BCG, DPT (I, II, III), Polio (I, II, III,
IV), campak, dan hepatitis. Berdasarkan etiologi, pemberian imunisasi
dapat berpengaruh pada kekebalan tubuh yang dimiliki anak.
7. Riwayat Nutrisi
a) Nafsu makan: nafsu makan anak berkurang atau tidak.
b) Pola makan: pola makan sebelum dan selama sakit.
c) Pola minum: berapa gelas per hari minum air putih
d) Pola eliminasi: jumlah dan frekuensi BAK dan BAB
e) Kebiasaan mengkonsumsi makanan: makanan karsinogenik
8. Pola Gordon
a) Pola Persepsi dan Tatalaksana Kesehatan
Kaji kebiasaan orang tua jika anak sakit dibawa ke pelayanan
kesehatan atau ke tenaga non medis.
b) Perubahan Pola Eliminasi
1) Kaji frekuensi, urgensi, dan jumlah urine output.
2) Kaji adanya kesulitan berkemih
19
3) Kaji adanya hematuria
c) Pola Nutrisi-Metabolik
1) Kaji nyeri yang dirasakan klien yang menyebabkan tidak nafsu
makan.
2) Kaji adanya dehidrasi.
3) Kaji adanya anoreksia, mual, dan muntah. Keadaan tersebut dapat
mempengaruhi asupan nutrisi klien.
d) Pola Aktivitas/Bermain
Kaji bagaimana aktivitas klien saat sebelum dan sesudah mengalami
gejala, apakah mempengaruhi pola aktivitas atau bermainnya.
Biasanya anak akan mengalami perubahan aktivitas karena anak
merasakan nyeri akibat tumor ginjal yang dialami.
e) Pola Istirahat dan Tidur
Kaji bagaimana pola istirahat atau tidur klien saat sebelum dan
sesudah mengalami gejala, apakah sering terbangun saat tidur,
berapa lama waktunya untuk tidur, dan apakah tidurnya efektif atau
tidak. Biasanya anak akan mengalami gangguan istirahat dan tidur
karena anak merasa terganggu dengan nyeri dan preputiumnya yang
memerah.
f) Pola Konsep Diri
Kaji apakah klien mengalami permasalahan harga diri rendah akibat
kondisi yang dialaminya, klien bisa jadi mengalami rasa malu akibat
penyakit yang dialaminya.
g) Pola Mekanisme Koping
Kaji bagaimana cara klien dalam menghadapi stressor yang dialami,
apakah adaptif atau maladaptif.
g) Pola Seksualitas dan Reproduksi:__
h) Pola Peran dan Hubungan
Perannya sebagai anak menjadi kurang dalam bermain, karena
penyakit yang dialami. Hubungannya akan semakin ketergantungan
kepada orang tuanya.
20
i) Pola Manajemen Koping-Stress
Anak biasanya sering rewel, jika kondisi badannya sedang tidak
baik. Orang tua harus lebih terampil dalam mengkondisikan anak
dalam menghadapi penyakit yang dialami.
j) Sistem Nilai dan Keyakinan
Support sistem dalam keluarga, kegiatan keagamaan, persepsi
keluarga terkait pantangan dan sebagainya.
9. Pemeriksaan Fisik
Kondisi Umum : kaji tingkat kesadaran klien GCS (E4 V5 M6)
Tanda-Tanda Vital:
a. TD: 90/60 mmHg
b. FN: 90 x/ menit
c. RR: 30 x/ menit
d. Suhu: 37,8oC
1. Inspeksi
Normal:
a. Kulit berwarna putih, kuning, coklat atau kekuningan bukan
ikterus (tergantung warna kulit klien), tekstur kulit halus.
b. Abdomen simetris
c. Mukosa (mulut bagian dalam) pucat atau tidak
d. Nafas tidak berbau
e. Tidak terjadi distensi abdomen
f. JVP tidak terlihat
g. Jari normal, tidak jari tabuh
h. Pitting edema ekstremitas bawah ++/++
Abnormal:
a. Warna kulit pucat, hitam kebiruan, kelabu kekuningan. Kulit
kering bersisik, rambut kering rapuh, dan terdapat bekuan uremik.
b. Klien mengalami hematuria
2. Palpasi
Normal:
21
a. Ginjal kiri tidak teraba, ginjal bagian bawah kadang-kadang
teraba.
b. Kandung kemih tidak teraba
c. Kulit halus
d. Tidak ada nyeri tekan ginjal
e. Pemeriksaan CVA (costo vertebrae angle), ditekan menggunakan
ibu jari
f. Arteri dorsalis pedis teraba
g. Tidak adanya pembesaran JVP
Abnormal:
a. Terdapat adanya benjolan di abdomen
b. Adanya nyeri tekan CVA (costae vertebrae angle)
3. Perkusi
Perkusi dilakukan pada seluruh lapang abdomen sampai simfisis
pubis dengan didapatkan suara pekak.
4. Auskultasi
Normal: Bunyi vaskuler tidak terdengar,
Abnormal: Adanya bunyi rales.
10. Test Diagnostik
1. Nefrektomi
Tumor yang masih dalam stadium dini dilakukan nefrektomi radikal
yaitu mengangkat ginjal beserta kapsula gerota. Beberapa kasus yang
sudah dalam stadium lanjut tetapi masih mungkin untuk dilakukan
operasi, masih dianjurkan untuk dilakukan nefrektomi paliatif. Pada
beberapa tumor yang telah mengalami metastasis, setelah tindakan
nefrektomi ini sering didahului dengan embolisasi arteri renalis yang
bertujuan untuk memudahkan operasi.
2. Sitostatika
Tindakan operasi merupakan tindakan untuk terapi sekaligus
penentuan stadium tumor. Berdasarkan rekomendasi NWTSG,
nefrektomi primer dilakukan pada semua keadaan, kecuali pada tumor
22
unilateral yang unresectable, tumor bilateral, dan tumor yang sudah
berekstensi ke vena cava inferior di atas vena hepatika. Tumor yang
unresectable dinilai intraoperatif, diiberikan kemoterapi seperti stadium
III dan pengangkatan tumor dilakukan setelah 6 minggu. Pada tumor
bilateral, dilakukan biopsi untuk menentukan jenis tumor dan diberikan
kemoterapi biasanya dalam 8-10 minggu. Nefrektomi dilakukan pada
kasus tumor bilateral jika sisa parenkim ginjal setelah reseksi tumor
masih lebih dari 2/3. Hal yang penting dalam pembedahan meliputi insisi
transperitoneal, eksplorasi ginjal kontralateral, dilakukan nefrektomi
radikal, hindari tumpahan tumor, dan biopsi kelenjar getah bening yang
dicurigai.
4.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan obstruksi saluran kemih
yang ditandai dengan kaki klien tampak bengkak dan terdapat pitting
edema
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses pertumbuhan tumor yang ditandai
dengan klien mengatakan nyeri pada bagian pinggang dan klien tampak
meringis kesakitan
3. Gangguan pola eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi saluran
kemih yang ditandai dengan klien mengatakan jarang berkemih dan
jumlah urin klien sangat sedikit
4. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolism yang ditandai
dengan suhu tubuh klien 38 derajat celcius
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan proses
pertumbuhan tumor yang ditandai dengan klien mengatakan mual dan
terlihat klien muntah, berat badan klien mengalami penurunan, klien
tampak pucat dan lemas
23
6. Gangguan pola nafas berhubungan dengan peningkatan metabolism yang
ditandai dengan klien mengatakan sesak, RR 30x/menit, adanya otot bantu
pernafasan
7. Risiko infeksi berhubungan dengan rusaknya glomerulus ditandai dengan
klien mengatakan ketika buang air kecil urinnya berwarna kemerahan dan
terlihat urin klien bercampur darah
8. Fatigue berhubungan dengan peningkatan metabolism yang ditandai
dengan klien tampak lemah, klien tidak mampu untuk turun dari tempat
tidur
9. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan yang ditandai
dengan klien tampak gelisah saat urin yang dikeluarkan berwarna
kemerahan
24
4.3 Perencanaan Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Kelebihan volume
cairan
berhubungan
dengan obstruksi
saluran kemih
yang ditandai
dengan kaki klien
tampak bengkak
dan terdapat
pitting edema
Tujuan:
Adanya intake dan output
volume cairan yang
seimbang.
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan 2x24 jam klien
mampu menunjukkan:
a. Intake cairan adekuat
b. Tidak ada edema
ektremitas
c. Suhu tubuh dalam batas
normal (36,7-37,7oC)
d. Tekanan darah normal
120/80 mmHg
1. Tentukan lokasi dan derajat
edema perifer, sakral, dan
periorbital pada skala 1+
sampai 4+
2. Kaji edema ekstremitas atau
bagian tubuh terhadap
gangguan sirkulasi dan
integritas kulit.
3. Kaji adanya tanda-tanda
perubahan volume cairan :
muntah, diare, suhu tubuh
naik, tekanan darah naik.
4. Catat intake dan output cairan
secara akurat
5. Anjurkan klien untuk puasa
sesuai dengan kebutuhan
6. Tinggikan ekstremitas klien
1. Mengetahui tingkat edema.
2. Mengetahui dampak edema
terhadap sirkulasi dan
integritas kulit.
3. Muntah, diare, suhu tubuh
naik, tekanan darah naik adalah
kompensasi tubuh akibat reaksi
kekurangan volume cairan.
4. Monitoring asupan cairan bagi
tubuh pasien
5. Membatasi intake cairan klien.
6. Untuk meningkatkan aliran
25
darah balik vena
2. Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
pertumbuhan
tumor yang
ditandai dengan
klien mengatakan
nyeri pada bagian
pinggang dan
klien tampak
meringis
kesakitan
Tujuan: pasien mampu
mengungkapkan secara
verbal rasa nyaman dengan
nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil:
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x24
jam diharapkan pasien:
a. Respon verbal dan non-
verbal pasien
mengatakan nyeri
berkurang dengan
tingkat nyeri rentang 1-5
(ekstrim, berat, sedang,
ringan atau tidak ada)
b. RR 16-20x/menit
c. Nadi 60-100x/menit
d. Pasien tampak rileks
1. Kaji nyeri secara
komprehensif meliputi
lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan
intensitas.
2. Beri penjelasan secara umum
tentang penyakit pasien,
program perawatan dan
pengobatan
3. Intruksikan pentingnya
pemeriksaan yang rutin
4. Ajarkan teknik distraksi bagi
pasien serta berikan
dukungan pikiran positif
5. Berikan kompres hangat pada
bagian nyeri
6. Kolaborasi dengan dokter
terkait pemberian analgesik
1. Mengidentifikasi skala nyeri
klien
2. Menambah pengetahuan
pasien sehingga dapat
mengurangi kecemasan.
3. Mengetahui kondisi pasien
secara berkala
4. Membantu pasien lebih rileks
dan mengalihkan respon nyeri
pada pasien
5. Sebangai vasodilatasi
menguramgi nyeri
6. Mengurangi nyeri pasien dari
segi medis
26
3. Gangguan pola
eliminasi urin
berhubungan
dengan obstruksi
saluran kemih
yang ditandai
dengan klien
mengatakan
jarang berkemih
dan jumlah urin
klien sangat
sedikit.
Tujuan: Pola eliminasi
klien kembali normal
Kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24
jam klien mampu
menunjukkan:
1. Tidak ada residu urine
>100-200 cc
2. Tidak ada spasme
bladder
3. Balance cairan seimbang
4. Tidak ada tanda ISK
-
1. Monitor intake dan output
cairan klien.
2. Monitor derajat distensi
bladder
3. Instruksikan pada pasien
dan keluarga untuk
mencatat output urine
4. Stimulasi reflek bladder
dengan kompres dingin
pada abdomen.
5. Lakukan kateterisasi jika
perlu
6. Monitor tanda dan gejala
ISK (panas, hematuria,
perubahan bau dan
konsistensi urine)
1. Mengetahui dan memantau
balance cairan
2. Mengetahui derajat ditensi
bladder
3. Output urin diperlukan untuk
pengkajian, pemantauai
balance cairan
4. Reflek dingin pada abdomen
mendorong agar klien
berkemih
5. Kateterisasi sebagai tindakan
bila urin tidak mampu keluar
atau dalam jumlah sedikit.
6. ISK dapat muncul akibat
adanya retensi urin
27
4.3 Implementasi dan Evaluasi
Tanggal/Waktu Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf dan
Nama
(diisi tanggal dan
waktu tindakan
diberikan)
Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan
obstruksi saluran kemih
yang ditandai dengan kaki
klien tampak bengkak dan
terdapat pitting edema
a. Mengkaji lokasi dan derajat
edema perifer, sakral, dan
periorbital.
b. Mengkaji edema ekstremitas
atau bagian tubuh.
c. Mengkaji adanya tanda-tanda
perubahan volume cairan :
muntah, diare, suhu tubuh
naik, tekanan darah naik.
d. Mencatat intake dan output
cairan.
e. Menganjurkan klien untuk
puasa.
f. Meninggikan ekstremitas
klien.
S: Klien mengatakan,
“bengkak pada di kaki
saya sudah berkurang
O: Intake output adekuat
A: Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Ns. A
28
(diisi tanggal
dan waktu
tindakan
diberikan)
Nyeri akut berhubungan
dengan proses
pertumbuhan tumor yang
ditandai dengan klien
mengatakan nyeri pada
bagian pinggang dan
klien tampak meringis
kesakitan
1. Mengkaji nyeri secara
komprehensif
2. Memberi penjelasan secara
umum tentang penyakit
pasien, program perawatan
dan pengobatan
3. Mengajarkan teknik
distraksi dan memberi
dukungan pikiran positif
4. Memberikan kompres
hangat pada bagian nyeri
5. Memberi analgesik sesuai
advise dokter
S : Klien mengatakan: “sus
nyeri yang saya rasakan
sudah berkurang.”
O: TTV dalam batas
normal :
- RR 16-20x/menit
- Nadi
60-100x/menit
- Klien mampu
beristirahat dan
beraktivitas lebih
rileks
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Ns. A
(diisi tanggal dan
waktu tindakan
diberikan)
Gangguan pola eliminasi
urin berhubungan dengan
obstruksi saluran kemih
yang ditandai dengan
klien mengatakan jarang
1. Memonitor intake dan
output cairan klien.
2. Memonitor derajat distensi
bladder.
3. Menginstruksikan pada
S: Klien mengatakan: “sus
sekarang saya sudah
bisa BAK dengan
lancar.”
O: Klien sudah tidak
Ns. A
29
berkemih dan jumlah urin
klien sangat sedikit.
pasien dan keluarga untuk
mencatat output urine.
4. Memberikan kompres
dingin pada abdomen.
5. Memasang kateterisasi.
6. Memonitor tanda dan gejala
ISK.
terpasang kateter.
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tumor ginjal sering disebut juga hipernefroma, carcinoma alveolar, dan
clear cell carcinoma. Tumor ginjal merupakan tumor urogenitalia nomor tiga
terbanyak setelah tumor prostat dan tumor kandung kemih. Tumor ginjal dapat
berasal dari tumor primer di ginjal ataupun merupakan tumor sekunder yang
berasal dari metastasis keganasan di tempat lain. Tumor ginjal primer dapat
mengenai parenkim ginjal maupun mengenai sistem saluran ginjal. Selain tumor
ganas, beberapa tumor jinak dapat mengenai ginjal. Sebagian besar tumor ginjal
yang solid (padat) adalah kanker, sedangkan kista (rongga berisi cairan) atau
tumor biasanya jinak.
Pencegahan terhadap ancaman penyakit ini adalah dengan menerapkan
hal-hal berikut:
1. gaya hidup yang sehat;
2. mengonsumsi makanan yang sehat, yang dapat menurunkan risiko
terjadinya penyakit tumor ginjal ini;
3. tidak merokok, karena merokok salah satu yang dapat mengakibatkan
terjadinya tumor ginjal.
5.2 Saran
Saran yang dapat kami ambil yaitu membiasakan diri untuk gaya hidup
sehat, karena dengan ini membuat kita terhindar dari berbagai macam penyakit.
Kita bisa hidup sehat sehingga kita pun tidak mudah untuk terkena tumor ginjal.
31
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliegman, & Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 3, Ed 15.
Jakarta: EGC.
Delp & Manning. 1996. Major Diagnostik Fisik. Alih bahasa oleh Moelia Radja
Siregar. Jakarta: EGC.
Diane C. Baughman & Joann C. Hackley. 2000. Keperawatan Madikal Bedah:
Buku Saku Untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC
Grace a. Pierce & Borley R. Neil. 2007. At a Glance Ilmu Bedah.
Jakarta :Erlangga.
Chrestella, Jessy. 2009. Wilms Tumor.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2045/1/10E00542.pdf [15
September 2013]
Marilynn E. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien. Edisi III. Jakarta: EGC.
Nuqsah, Mujtahidah Intan. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. A dengan
Tumor Ginjal di Lantai IV Utara Gedung Teratai Rsup Fatmawati. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Otto, Shirley E. 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Alih bahasa oleh Jane
Freyana Budi. Jakarta: EGC.
Schwartz, M. William. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Alih bahasa oleh Brahm
U. Pendit, dkk. Jakarta: EGC.
Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed. Ke-2. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, Suzanne C., dan Bare, Brenda G. 2002. Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta: EGC.