Upload
pratiwi-rukmana
View
60
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hh
Citation preview
KLASIFIKASI OBAT ANTI HIPERTENSI
1. Definisi
Antihipertensi adalah obat – obatan yang digunakan untuk mengobati hipertensi
atau menurunkan tekanan darah pada tubuh.1 Antihipertensi juga diberikan pada
individu yang memiliki resiko tinggi untuk terjadinya penyakit kardiovaskular dan
mereka yang beresiko terkena stroke maupun miokard infark. Pemberian obat bukan
berarti menjauhkan individu dari modifikasi gaya hidup yang sehat seperti
mengurangi berat badan, mengurangi konsumsi garam dan alkohol, berhenti
merokok, mengurangi stress dan berolah-raga.2,3
Pemberian obat perlu dilakukan segera pada pasien dengan tekanan darah
sistolik ≥ 140/90 mmHg. Pasien dengan kondisi stroke atau miokard infark ataupun
ditemukan bukti adanya kerusakan organ tubuh yang parah (seperti
mikroalbuminuria, hipertrofi ventrikel kiri) juga membutuhkan penanganan segera
dengan antihipertensi.2
2. Tujuan
Pada dasarnya pengobatan dengan antihipertensi itu penting agar pasien dapat
mencapai tekanan darah yang dianjurkan. Level tekanan darah yang diharapkan
pada pasien hipertensi yang tidak disertai komplikasi adalah 140/90 mmHg atau
lebih rendah bila memungkinkan, sedangkan pada pasien mengalami insiden
kerusakan organ akhir atau kondisi seperti diabetes, level tekanan darah yang
diharapkan adalah 130/90 mmHg, dan pada pasien proteinuria (>1 g / hari)
diharapkan tekanan darah di bawah 150/75 mmHg.2
Adapun tujuan pemberian antihipertensi yakni 4,5 :
1. Mengurangi insiden gagal jantung dan mencegah manifestasi yang muncul akibat
gagal jantung.
2. Mencegah hipertensi yang akan tumbuh menjadi komplikasi yang lebih parah
dan mencegah komplikasi yang lebih parah lagi bila sudah ada.
1
3. Mengurangi insiden serangan serebrovaskular dan akutnya pada pasien yang
sudah terkena serangan serebrovaskular.
4. Mengurangi mortalitas fetal dan perinatal yang diasosiasikan dengan hipertensi
maternal.
3. Klasifikasi
Dikenal lima kelompok obat lini pertama (first line drug) yang digunakan untuk
pengobatan awal hipertensi yaitu : diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik (β-
blocker), penghambat angiotensin converting enzyme (ACE-inhibitor), penghambat
reseptor angiotensin (Angiotensin-receptor blocker, ARB), dan antagonis kalsium.6
3.1 Diuretik
Mekanisme kerja : Diuretik menurunkan tekanan darah dengan
menghancurkan garam yang tersimpan di alam tubuh. Pengaruhnya ada dua
tahap yaitu : (1) Pengurangan dari volume darah total dan curah jantung; yang
menyebabkan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer; (2) Ketika
curah
jantung kembali ke ambang normal, resistensi pembuluh darah perifer juga
berkurang.7
Diuretik Tiazid HidrochlorTiazid/ HCT 8
Mekanisme kerja: Diuretik tiazid adalah diuretik dengan potensi menengah yang
menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat reabsorpsi sodium pada daerah
awal tubulus distal ginjal, meningkatkan ekskresi sodium dan volume urin. Tiazid juga
mempunyai efek vasodilatasi langsung pada arteriol, sehingga dapat mempertahankan
efek antihipertensi lebih lama. Tiazid diabsorpsi baik pada pemberian oral, terdistribusi
luas dan dimetabolisme dihati. Tiazid merupakan obat utama dalam terapi antihipertensi
pada penderita dengan fungsi ginjal yang normal. Obat ini dapat digunakan sebagai obat
tunggal pada hipertensi ringan-sedang atau dikombinasikan dengan AH lain pada
2
penderita yang TD-nya tidak dapat dikendalikan diuretik saja. Tiazid dapat
dikombinasikan karena dapat meningkatkan efek hipotensif obat lain yang mekanisme
berbeda sehingga dosisnya dapat dikurangi. Selain itu, tiazid mencegah terjadinya
retensi cairan oleh AH lainya sehingga efek hipotensif dapat dipertahankan.
Efek Samping: Gangguan metabolik pada dosis tinggi mengakibatkan Hiperglikemi &
glukosuri pada DM. Hiperurisemi yang menimbulkan serangan GOUT. Gangguan
elektrolit: hipokloremi, hipokalemi, hiponatremi, hipomagnesemi mengakibatkan mulut
kering, haus, lemah, nyeri & keram perut, kejang, oliguri, hipotensi. Gangguan GIT
Anorexia, iritasi gaster, mual, muntah, konstipasi, diare.
Dosis: per oral, untuk Hipertensi awal : 12,5 mg, 25-50 mg/hari . Untuk edema 25-100
mg. Anak: 1-2 mg/kg/hari 1 atau 2x, < 6 bulan 3 mg/kg/hari.
Sediaan: Tablet 25, 50 mg.
Peringatan: Gangguan cairan & elektrolit pada pasien tua. Gangguan hepar berat, CHF,
DM, Addison disease, hiperkalsemi, gangguan ginjal, SLE, porfiria, gout, hamil, dan
laktasi.
Loop diuretik / Furosemide (Lasix, Furosix, Farsix)
Mekanisme kerja: Loop diuretik yang membantu ekskresi natium, klorida, kalium dan
menghambat resorpsi air dan elektrolit dengan aksi langsung pada ascending limb loop
of henle Diuretik kuat, misalnya furosemid lebih efektif dibanding tiazid untuk
hipertensi dengan gangguan fungsi ginjal dan gagal jantung. Mula kerjanya lebih cepat
dan efek diuretiknya lebih kuat.
Indikasi: Hipertensi,Edema akibat gangguan jantung, paru, ginjal, dan hepar
Efek Samping: Hiponatremi, hipovolemi, hipotensi, resiko tinggi tjd trombosis ,
hipomagnesemi, hipokalsemi, hipokalemi (kadang terjadi alkalosis hipokloremi),
gangguan GIT, pankreatitis, dan ikterus.
3
Dosis: per oral dewasa usia tua: inisial 20-80 mg/dosis. Anak: 1-6 mg/kg/hari dibagi 3-4
dosis. IV/IM dewasa, usia tua 20-40 mg/dosis, Anak 1-2 mg/kg/dosis 24 x/hari,
neonatus 1-2 mg/kg/dosis 12 x/hari. Infus IV dewasa,usia tua bolus 0,1 mg/kg diikuti
infus 0,1 mg/kg/jam dapat ditingkatkan 2x lipat tiap 2 jam, maksimal 0,4 mg/kg/jam.
Anak 0,05 mg/kg/hari . Edema : PO awal 20-80 mg tunggal dpt s/d 600 mg/hari kecuali
gagal ginjal. Anak 1-2 mg/kg tunggal . IV/IM dewasa awal 20-40 mg tunggal. Anak 1
mg/kg maks 6 mg/kg.
Sediaan: Tablet 40 mg, Amp: 20 mg/2ml, Larutan infus 250 mg/25 ml.
Peringatan: Hamil, laktasi, DM, gout, gangguan keseimbangan elektrolit & cairan
tubuh, gangguan berkemih, gangguan fungsi hati, SLE, BPH, pre koma pada sirosis
hepatis, gangguan ginjal.
Diuretik hemat kalium/ Spironolakton (Aldactone, Spirolacton)
Mekanisme kerja: Diuretik hemat kalium yang mempengaruhi reabsorbsi natrium
dengan secara kompetitif menginhibisi aktivitas aldosteron di tubulus distalis, yang
menstimulasi ekskresi natrium dan air serta meningkatkan retensi kalium. Diuretik
hemat kalium merupakan diuretik lemah sehingga sering digunakan untuk pengobatan
edema. Penggunaannya dengan diuretik lain berfungsi untuk mencegah hipokalemia.
Efek Samping: Hiperkalemi pada fungsi ginjal terganggu) Hiponatremi, dehidrasi,
hiperkalsiuri, eskresi magnesium berkurang, asidosis hiperkloremik pada sirosis hepatis
dekompensata , Libido menurun , impoten, ginekomastia, gangguan menstruasi (efek
anti androgen) serta gangguan GIT.
Dosis: dewasa 100-200 mg/hari, Anak 3 mg/kg/hari.
Sediaan: tablet 100mg
Peringatan: gangguan fungsi ginjal, laktasi, hamil, pasien tua, gangguan fungsi Hepar,
DM, asidosis.
4
Gambar 1. Mekanisme kerja diuretik
Central Alfa Agonist
Mekanisme Kerja: Kerja sentral, mengalami decarboxylasi di CNS menjadi α
metilnoradrenalin pada α 2 adrenoseptor mengakibatkan penurunan tonus simpatis dan
tekanan darah
Metildopa (Dopamet, Medopa)
Indikasi: Hipertensi (pilihan utama pada kehamilan)
Efek Samping: Mengantuk, sedatif, sakit kepala, nervositas, parestesi, parkinsonoid
Dosis: Dewasa awal 125-250 mg/hari (malam) dosis dapat dinaikkan max 3 gr/hari
3x/hari. Anak : dosis awal 10 mg/kg/hari 2-4x/hari, maksimal 65 mg/kg atau 3 gr/hari.
Sediaan: Tablet 250mg
Peringatan: Penyakit hati, gangguan mental, disfungsi ginjal berat, laktasi.
5
Clonidine (catapres)
Indikasi: Krisis hipertensi
Efek Samping: Mulut kering, pembengkakan mukosa hidung, parotis dan mata kering,
mengantuk, sedasi, tidak bisa tidur, halusinasi, takut, depresi, pusing, kolaps, hipotensi
ortostatik sebagai tanda kelebihan dosis.
Dosis: per oral awal dengan 0,075-0,15 mg/hari (malam), hipertensi berat dapat
dinaikkan sampai 0,3 mg/hari, 3x/hari. IV 0,2 mcg/kg/menit. Infus IV dgn kecepatan
tidak lebih 0,5 mcg/kg/menit.
Sediaan: Tablet : 0,075; 0,15 mg. Injeksi : 0,15 mg/ml.
Peringatan: Gangguan ritme & konduksi AV, gangguan ginjal, gangguan perfusi otak
dan perifer, depresi, polineuropati, konstipasi, mengemudi atau mengoperasikan mesin,
penghentian obat tiba-tiba, hamil dan laktasi.
Gambar 2. Mekanisme kerja central alfa agonist
6
Post ganglionik simpatetik Neuro terminal bloker
Reserpine (Resapin, Serpasil)
Mekanisme Kerja: Mengurangi katekolamin dan 5hydroxytryptamine di banyak organ
termasuk otak dan medulla adrenal (menghambat proses penyimpanan/uptake
katekolamin (epinefrin & norepinefrin) kedalam vesikel mengakibatkan depresi fungsi
saraf simpatis sehingga menurunkan heart rate dan menurunkan tekanan darah arterial.
Indikasi: Hipertensi
Efek Samping: Mengantuk, depresi, lethargi, hidung tersumbat, mulut kering, gangguan
GIT, diare, perdarahan, nafsu makan meningkat, edema, impotensi, galaktore,
ginekomastia . Dosis tinggi dapat meyebabkan parkinsonisme, edema serebral,
gangguan hipotensi postural.
Dosis: Dewasa, awal: 0,5 mg/hari, kemudian 1-2 minggu 0,1-0,25 mg/hari.
Sediaan: Tablet 0,1 mg & 0,25 mg.
Peringatan: depresi, Parkinson, epilepsy, feokromositoma, ulkus peptikum, kolitis
ulserative, hamil dan l aktasi.
Gambar 3. Post ganglion sinaps
7
Adrenoresptor
Alpha adrenoreseptor bloker (α-blocker)
Mekanisme Kerja: Alpha-bloker menghambat reseptor α di pembuluh darah terhadap
efek vasokonstriksi norepinephrin dan epinephrin sehingga terjadi dilatasi vena dan
arteriol. Alfa-bloker merupakan satu-satunya golongan AH yang memerikan efek positif
pada lipid darah, (mengurangi LDL dan trigliserida serta meningkatkan HDL). Alfa-
bloker juga dapat menurunkan resistansi insulin, mengurangi gangguan vaskular perifer,
memberikan sedikit efek bronkodilatasi dan mengurangi serangan asma akibat kegiatan
fisik, merelaksasi otot polo prostat dan leher kandung kemih sehingga mengurangi
gejala hipertrofi prostat, tidak menggangu aktivitas fisik dan tidak berinteraksi dengan
AINS. Oleh karena itu, obat ini dianjurkan untuk penderita hipertensi disertai diabetes,
dislipidemia, obesitas, gangguan resistensi perifer, asma, hipertrofi prostat, perokok,
serta penderita muda yang aktif secara fisik dan mereka yang menggunakan AINS.
Prazosin (Minipress)
Efek samping: Hipotensi postural pada pemberian pertama yang mendadak dan hebat.
Rasa kantuk, halusinasi, dan depresi.
Dosis: awal: 3x/hari, dosis dapat ditingkatkan hingga 20 mg dalam dosis terbagi.
Sediaan: Prazosin HCL Tab 1mg.
Peringatan: ibu hamil dan menyusui.
Gambar 4. Alpha adrenoreseptor blocker
8
Penyekat Reseptor Beta Adrenergik (β-Blocker)
Mekanisme kerja: Beta blocker memblok beta‐adrenoseptor. Reseptor ini
diklasifikasikan menjadi reseptor beta‐1 dan beta‐2. Reseptor beta‐1 terutama terdapat
pada jantung sedangkan reseptor beta‐2 banyak ditemukan di paru‐paru, pembuluh
darah perifer, dan otot lurik. Reseptor beta‐2 juga dapat ditemukan di jantung,
sedangkan reseptor beta‐1 juga dapat dijumpai pada ginjal. Reseptor beta juga dapat
ditemukan di otak. Stimulasi reseptor beta pada otak dan perifer akan memacu
penglepasan neurotransmitter yang meningkatkan aktivitas system saraf simpatis.
Stimulasi reseptor beta‐1 pada nodus sino‐atrial dan miokardiak meningkatkan heart
rate dan kekuatan kontraksi. Stimulasi reseptor beta pada ginjal akan menyebabkan
penglepasan renin, meningkatkan aktivitas system renninangiotensin‐aldosteron. Efek
akhirnya adalah peningkatan cardiac output, peningkatan tahanan perifer dan
peningkatan sodium yang diperantarai aldosteron dan retensi air. Terapi menggunakan
beta‐blocker akan mengantagonis semua efek tersebut sehingga terjadi penurunan
tekanan darah.8
Beta Blocker selective: Bisoprolol (Concor, Maintate), Acebutolol, Atenolol.
Efek Samping: Hipotensi, pusing, mual, sakit kepala, akral dingin, lemas, konstipasi
atau diare.
Dosis: Bisoprolol:Dewasa, awal: 5 mg/hari dapat ditingkatkan 20 mg/hari. Orang tua,
awal 2.5-5 mg/hari dapat ditingkatkan 2,5-5 mg/hari Maksimal: 20 mg/hari.
Atenolol: 50-100 mg/hari.
Sediaan: Bisoprolol: tablet selaput salut 2,5 mg dan 5 mg. Atenolol: tablet 50mg, 100
mg
Perhatian: diabetes berat, bradikardi, blok jantung parsial, gagal jantung.
Beta Blocker non selective: Propranolol (Farmadral, Inderal)
Indikasi: Hipertensi, antiaritmia, profilaksis migren.
9
Efek samping: Saluran cerna: mual muntah, diare, konstipasi, kembung, keram
abdomen, xerostomia. Kardiovaskular: palpitasi, bradikardi yg parah, blok jantung A-V,
henti jantung, hipotensi. Pernafasan: dispnea, laringospasme, bronkospasme. SSP:
konfusi, agitasi, pusing, vertigo, sinkop.
Dosis: antiangina oral dewasa: 3-4x10 mg dapat dinaikkan bertahap 3-7 hari.
Antiaritmia dewasa: 4x10-20 mg , Anak-anak 0.51 mg/kg dibagi 3-4 dosis. Anti
hipertensi dewasa: 2x40 mg, dapat dinaikkan hingga 120-240 mg/hari.
Sediaan: tablet 10 mg dan 40 mg.
Peringatan: Penghentian medadak dapat mengakibatkan rebound hipertensi dan
meingkatkan resiko terjadinya stroke, angina, dan infark.
Gambar 5. Beta receptor
ACE Inhibitor
Mekanisme kerja: Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEi) menghambat secara
kompetitif pembentukan angiotensin II dari prekursor angiotensin I yang inaktif, yang
terdapat pada darah, pembuluh darah, ginjal, jantung, kelenjar adrenal dan otak.
10
Angitensin II merupakan vaso‐konstriktor kuat yang memacu penglepasan aldosteron
dan aktivitas simpatis sentral dan perifer. Penghambatan pembentukan angiotensin II ini
akan menurunkan tekanan darah. Jika sistem angiotensin‐renin‐aldosteron teraktivasi
(misalnya pada keadaan penurunan sodium, atau pada terapi diuretik) efek
antihipertensi ACEi akan lebih besar. ACE juga bertanggungjawab terhadap degradasi
kinin, termasuk bradikinin, yang mempunyai efek vasodilatasi. Penghambatan degradasi
ini akan menghasilkan efek antihipertensi yang lebih kuat
Captopril (Farmoten, Tensicap, Lotensin)
Efek Samping: batuk kering, stomatitis, ruam, pruritus, demam, hipotensi, peningkatan
ureum ceratinin.
Dosis: awal; 12,5mg-25mg /, 2-3 x/hari dapat ditingkatkan 50 mg/hari 2-3 x /hari.
Maintenance 25-150mg, 2-3x/hari.
Sediaan: tablet 12,5 mg, 25 mg dan 50 mg.
Perhatiaan: Angioedema, ibu hamil dan laktasi.
Lisinopril (Noperten, Interpril, Linoxal)
Efek samping: Sakit kepala, postural hipotensi, ruam, pruritus, demam, anemia, iritasi
GIT, angioedema,takikardia, proteinuria, peningkatan ureum, creatinin.
Dosis: dewasa 10 mg/hr, orang tua 2,5-5 mg/hr maksimal 40 mg/hr.
Sediaan: Tablet 5 dan 10 mg
Perhatian: Angioedema, ibu hamil dan menyusui.
11
Gambar 6. Angiotensi Converting Enzym
Penghambat reseptor angiotensin II
Mekanisme kerja: Reseptor angiotensin II ditemukan pada pembuluh darah dan target
lainnya. Disubklasifikasikan menjadi reseptor AT1 dan AT2. Reseptor AT1
memperantarai respon farmakologis angiotensin II, seperti vasokonstriksi dan
penglepasan aldosteron, dan oleh karenanya menjadi target untuk terapi obat. Fungsi
reseptor AT2 masih belum begitu jelas. Banyak jaringan mampu mengkonversi
angiotensin I menjadi angiotensin II tanpa melalui ACE. Oleh karena itu memblok
sistem renin‐angitensin melalui jalur antagonis reseptor AT1 dengan pemberian
antagonis reseptor angiotensin II mungkin bermanfaat.6
Losartan (Acetensa, Sartaxal, Angioten)
Efek samping: CNS : pusing, insomnia. Kardiovaskular: ortostatik hipotensi, sinkop.
THT: kongesti nasal, ggn sinus. GIT:diare.
12
Dosis: per oral 25-50 mg /hr 2x/hari, dapat ditingkatkan hingga 100 mg 1x/hari.
Sediaan: Tablet 50mg
Perhatian: Depresi volume intravascular, gangguan hepar, stenosis arteri renalis bilateral
Valsartan (Valsartan -NI)
Indikasi: Hipertensi
Efek samping: nyeri kepala, angioedema, hipotensi postural, peningkatan kadar ureum
kreatinin, diare.
Dosis: dewasa: initial 80 mg/hari 1x/hari, dapat ditingkatkan hingga 160 mg/hari 1x
/hari. Maksimal 320 mg/hari. Pada orang tua: 40 mg/hari 1x /hari.
Sediaan: tablet 80mg dan 160mg
Perhatian: wanita hamil dan menyusui, gangguan fungsi hati, hipersensitifitas, stenosis
arteri renal.
Gambar 7. ARB
13
Antagonist kalsium
Mekanisme kerja: Calcium channel blockers (CCB) menurunkan influks ion kalsium ke
dalam sel miokard, sel‐sel dalam sistem konduksi jantung, dan sel‐sel otot polos
pembuluh darah. Efek ini akan menurunkan kontraktilitas jantung, menekan
pembentukan dan propagasi impuls elektrik dalam jantung dan memacu aktivitas
vasodilatasi, interferensi dengan konstriksi otot polos pembuluh darah. Semua hal di
atas adalah proses yang bergantung pada ion kalsium. Terdapat tiga kelas CCB:
dihidropiridin (misalnya nifedipin dan amlodipin); fenilalkalamin (verapamil) dan
benzotiazipin (diltiazem). Dihidropiridin mempunyai sifat vasodilator perifer yang
merupakan kerja antihipertensinya, sedangkan verapamil dan diltiazem mempunyai efek
kardiak dan digunakan untuk menurunkan heart rate dan mencegah angina
Amlodipin (Amdixal, Norvask, Tensivask)
Efek samping: edema perifer, sakit kepala, mual, palpitasi, bradikardia, dan hipotensi.
Dosis: Dewasa awal 5 mg/hr 1x/hari Maksimal 10 mg/hari, Lansia 2,5 mg/hr.
Sediaan: Tablet 5 mg, 10 mg,
Perhatian: Hipersensitif , syok kardiogenik, stenosis aorta berat, unstable angina IMA,
hipotensi berat , dan gangguan hati.
Nifedipine (Nifecard, Nifedin)
Efek samping: Edema perifer, pusing, sakit kepala, mual, gemetar kram otot dan nyeri,
mengantuk, palpitasi, kongesti nasal, batuk, sesak, wheezing.
Dosis: awal 10 mg 3 kali sehari, maintenance 10 mg 3 kali sehari sampai 30 mg 4 kali
sehari.
Sediaan: tablet 10 mg, Cap 10 mg.
Perhatian: Hipotensi parah, DM.
14
Verapramil (Cardiover, Corpamil, Isoptin SR)
Efek samping: konstipasi, Pusing, sakit kepala, asthenia, mual, edema perifer, hipotensi.
Dosis: per oral dewasa dan org tua, awal 40-80 mg 3 kali sehari maintenance: 480
mg/hari.
Sediaan: Tablet 80 mg, ampul 2,5 mg/ml.
Perhatian: Hipertropic Cardiomyophaty, gangguan fungsi hati.
Diltiazem (Cordizem, Herbesser, Dilmen)
Efek samping: bradikardia, sakit kepala, lemas, insomnia, tremor, anorexia, nausea.
Dosis: 180-240 mg 1x/hr
Sediaan: tablet 30mg, 60mg, kaplet 240 mg dan kapsul 90 mg.
Perhatian: Hipersensitif terhadap diltiazem dan Infark miokard akut.
15
Gambar 8. Calcium Antagonist
Vasodilator
Hidralazine
Mekanisme kerja: Hidralazin merelaksasi otot polos arteriol dengan mekanisme yang
belum dapat dipastikan. Salah satu kemungkinan kerjanya adalah sama dengan kerja
nitrat organik dan natrium nitropusid, dengan melepaskan nitrogen oksida (NO) yang
mengaktifkan guanilat siklase dengan hasil akhir defosforilasi berbagai protein,
termasuk protein kontraktil dalam sel otot polos. Vasodilatasi dapat menyebabkan
peningkatan denyut dan kontaktilitas jantung, peningkatan renin plasma, dan retensi
cairan yang justru melawan efek hipotensif obat. Hidralazin menurunkan TD diastolik
16
lebih banyak daripada TD sistolik dengan menurunkan resistensi perifer. Oleh karena
itu, hidralazin lebih selektif mendilatasi arteriol dari pada vena.
Efek samping: takikardi, palpitasi, sakit kepala
Dosis: 40-50 mg/hari 3x/hari. Max: 200 mg/hari
Sediaan: merk dagang Ser-Ap-Es dengan kandungan reserpine 0.1mg, hidralazine HCL
25 mg, HCT 15mg.
Perhatian: gangguan serebrobvaskular, IMA, gagal ginjal dan hati.
Gambar 9. Hydralazine
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous. Hypertension. 2010. Di unduh dari :
(http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/highbloodpressure.html) diakses pada
(5 Juli 2012)
2. Nelson M. Drug treatment of elevated blood pressure. Australian
Prescriber. 2010;33(4):108-12.
3. Anonymous. Antihypertensive. 2010. Di unduh dari :
(http://en.wikipedia.org/wiki/Antihypertensive_drug). Diakses pada (7 Juli
2012)
4. Ferder L, Inserra F, Median F. Safety aspects of long term antihypertensive
therapy (10 years) with clonidine. Journal of Cardiovascular Pharmacology
1987;10(suppl.2):S104-8.
18
5. Shetty KS. Essentials in Medicine for Dental Students. New Delhi : Jaypee,
2003: 36-9.
6. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Farmakologi dan Terapi . Edisi 5. Jakarta : Gaya Baru, 2007: p.
329-42.
7. Ye Richard D. Pharmacology of antihypertensive agents. 2005. Diunduh
dari :
(
http://www.uic.edu/classes/pcol/pcol331/dentalhandouts2005/dentlecture23.
pdf).
Diakses pada (7 Juli 2012).
8. Lyrawati D. Farmakologi hipertensi. 2008. p.1-8. Diunduh dari:
hypertensionhosppharm.pdf. Diakses pada 8 Juli 2012.
19