26
PERHITUNGAN A. SHIFT D (08.00-11.00) Dik: Absorbansi standar = 0,540 Absorbansi sampel 1 = 0, 253 Absorbansi sampel 2 = 0, 359 Absorbansi sampel 3 = 0,291 Absorbansi sampel 4 = 0,243 Kadar lar. Standar = 300 mg/dL Dit: Kadar kolesterol total = ? - Kadar kolesterol sampel 1 = absorbansisampel 1 absorbansistandar x Kadar standar = 0 , 253 0,540 x 300 mg/dL = 140, 56 mg/dL - Kadar kolesterol sampel 2 = absorbansisampel 2 absorbansistandar x Kadar standar = 0 , 359 0,540 x 300 mg/dL = 199, 45 mg/dL - Kadar kolesterol sampel 3 = absorbansisampel 3 absorbansistandar x Kadar standar

Ko Lester Ol

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ko Lester Ol

PERHITUNGAN

A. SHIFT D (08.00-11.00)

Dik: Absorbansi standar = 0,540

Absorbansi sampel 1 = 0, 253

Absorbansi sampel 2 = 0, 359

Absorbansi sampel 3 = 0,291

Absorbansi sampel 4 = 0,243

Kadar lar. Standar = 300 mg/dL

Dit: Kadar kolesterol total = ?

- Kadar kolesterol sampel 1 = absorbansi sampel1absorbansi standar

x Kadar standar

= 0 ,2530,540

x 300 mg/dL

= 140, 56 mg/dL

- Kadar kolesterol sampel 2 = absorbansi sampel2absorbansi standar

x Kadar standar

= 0 ,3590,540

x 300 mg/dL

= 199, 45 mg/dL

- Kadar kolesterol sampel 3 = absorbansi sampel3absorbansi standar

x Kadar standar

= 0,2910,540

x 300 mg/dL

= 161, 67 mg/dL

- Kadar kolesterol sampel 4 = absorbansi sampel4absorbansi standar

x Kadar standar

= 0,2430,540

x 300 mg/dL

Page 2: Ko Lester Ol

= 135 mg/dL

Tabel 1. Hasil Pengamatan

Kadar (x)

mg/dL

A x

mg/dL

¿- x ) |x−x|2

Blangko - 0

159,17

- -

Standar 300 0,540

Sampel 1 140,56 0,253 18,61 346,33

Sampel 2 199,45 0,359 -40,28 1622,47

Sampel 3 161,67 0,291 -2,5 6,25

Sampel 4 135 0,243 24,17 584,18

Σ|x−x|2 = 2.559,23

Standar Deviasi (SD) = √ Σ|x−x|2n−1

=√ 2.559,234−1

= 29,2

Range = x ± SD

= (x - SD) mg/dL - (x + SD) mg/dL

= (159,17 – 29,2 ) mg/dL - (159,17+29,2 ) mg/dL

= 129,97 mg/dL – 188,37 mg/dL

B. SHIFT E (11.00-14.00)

Dik: Absorbansi standar = 0,576

Absorbansi sampel 1 = 0, 306

Absorbansi sampel 2 = 0, 279

Absorbansi sampel 3 = 0,255

Absorbansi sampel 4 = 0,298

Kadar lar. Standar = 300 mg/dL

Page 3: Ko Lester Ol

Dit: Kadar kolesterol total = ?

- Kadar kolesterol sampel 1 = absorbansi sampel1absorbansi standar

x Kadar standar

= 0,3060,576

x 300 mg/dL

= 159, 37 mg/dL

- Kadar kolesterol sampel 2 = absorbansi sampel2absorbansi standar

x Kadar standar

= 0,2790,576

x 300 mg/dL

= 145, 31 mg/dL

- Kadar kolesterol sampel 3 = absorbansi sampel3absorbansi standar

x Kadar standar

= 0,2550,576

x 300 mg/dL

= 132, 81 mg/dL

- Kadar kolesterol sampel 4 = absorbans i sampel4absorbansi standar

x Kadar standar

= 0,2980,576

x 300 mg/dL

= 155,2 mg/dL

Tabel 1. Hasil Pengamatan

Kadar (x)

mg/dL

A x

mg/dL

¿- x ) |x−x|2

Blangko - 0 148,17 - -

Page 4: Ko Lester Ol

Standar 300 0,576

Sampel 1 159,37 0,306 -11,2 125,44

Sampel 2 145,31 0,279 2,86 8,18

Sampel 3 132,81 0,255 15,36 235,93

Sampel 4 155,2 0,298 -7,03 49,42

Σ|x−x|2 = 418,97

Standar Deviasi (SD) = √ Σ|x−x|2n−1

=√ 418,974−1

= 11,82

Range = x ± SD

= (x - SD) mg/dL - (x + SD) mg/dL

= (148,17 – 11,2) mg/dL - (148,17+ 11,2 ) mg/dL

= 136,97 mg/dL – 159,37 mg/dL

C. SHIFT F (14.00-17.00)

Dik: Absorbansi standar = 0,564

Absorbansi sampel 1 = 0, 175

Absorbansi sampel 2 = 0, 270

Absorbansi sampel 3 = 0,291

Absorbansi sampel 4 = 0,338

Kadar lar. Standar = 300 mg/dL

Dit: Kadar kolesterol total = ?

- Kadar kolesterol sampel 1 = absorbansi sampel1absorbansi standar

x Kadar standar

= 0 ,1750,564

x 300 mg/dL

= 93,08 , mg/dL

- Kadar kolesterol sampel 2 = absorbansi sampel2absorbansi standar

x Kadar standar

Page 5: Ko Lester Ol

= 0 ,2700,564

x 300 mg/dL

= 143,62 mg/dL

- Kadar kolesterol sampel 3 = absorbansi sampel3absorbansi standar

x Kadar standar

= 0,2910,564

x 300 mg/dL

= 154,79 mg/dL

- Kadar kolesterol sampel 4 = absorbansi sampel4abso rbansi standar

x Kadar standar

= 0,3380,564

x 300 mg/dL

= 179,78 mg/dL

Tabel 1. Hasil Pengamatan

Kadar (x)

mg/dL

A x

mg/dL

¿- x ) |x−x|2

Blangko - 0

142,82

- -

Standar 300 0,564

Sampel 1 93,08 0,175 49,74 2474,06

Sampel 2 143,62 0,270 -0,8 0,64

Sampel 3 154,79 0,291 -10,97 120,34

Sampel 4 179,78 0,338 36,96 1.366,04

Σ|x−x|2 = 3.960,5

Standar Deviasi (SD) = √ Σ|x−x|2n−1

=√ 3.960,54−1

= 36, 3

Page 6: Ko Lester Ol

Range = x ± SD

= (x - SD) mg/dL - (x + SD) mg/dL

= (142,82 – 36,3 ) mg/dL - (142,82+ 36,3 ) mg/dL

= 106,52 mg/dL – 179,12 mg/dL

Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan pemeriksaan kadar

kolesterol total dalam plasma. Penentuan kadar kolesterol total ini bermanfaat

untuk mempelajari ketepatan mendiagnosa penyakit, sehingga perlakuan

pengobatan/terapi farmakologis maupun non-farmakologis, pencegahan, dan

skrining kesehatan dapat dilakukan dengan tepat.

Kolesterol adalah senyawa yang memiliki inti steroid yang tidak larut air

tetapi larut dalam pelarut organik. Kolesterol membentuk lipoprotein dengan lipid

lain dalam plasma sehingga dapat larut dalam plasma tersebut. Berdasarkan

densitasnya Lipoprotein yang berikatan dengan kolesterol dalam tubuh terbagi

menjadi 5 golongan besar yaitu Kilomikron, VLDL, IDL, LDL dan HDL.

(Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Hal 375-377).

Kilomikron adalah lipoprotein yang berfungsi untuk membawa trigliserida

dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka, juga membawa kolesterol

makanan ke hati. VLDL (Very Low Density Lipoprotein) adalah lipoprotein yang

disekresi oleh hati untuk mengangkut trigliserida ke jaringan perifer. IDL

(Intermediate Density Lipoprotein) adalah lipoprotein yang merupakan zat

perantara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menajdi LDL. LDL (Low

Density Lipoprotein) adalah lipoprotein yang merupakan pengangkut kolesterol

terbesar pada manusia(70% total), LDL berfungsi untuk membawa kolesterol dari

hati ke sel-sel tubuh. Sedangkan HDL (High Density Lipoprotein) adalah

lipoprotein yang berfungsi untuk membawa kolesterol dari jaringan kedalam hati.

(Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Hal 375-377).

Page 7: Ko Lester Ol

Pengukuran kadar kolesterol dilakukan karena peningkatan kadar kolesterol

dalam darah berarti meningkatnya resiko terakumulasinya kolesterol dalam tubuh

yang dapat menin gkatkan resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK). Kadar

kolesterol dalam plasma dapat dihubungkan dengan PJK karena Hiperlipidemia

merupakan salah satu penyakit yang meningkatkan resiko PJK. Ketika kadar

kolesterol dalam plasma tinggi (Hiperlipidemia) maka kadar LDL (Low Density

Lipoprotein) yang membawa kolesterol dari hati ke jaringan tubuh tinggi,

sedangkan kadar HDL (High Density Lipoprotein) yang berfungsi untuk

membawa kolesterol dari jaringan kedalam hati cukup rendah sehingga terjadi

penumpukan (akumulasi) kolesterol dalam tubuh yang tidak dapat di

metabolisme. Apabila kadar kolesterol dalam darah lebih tinggi dar normal dalam

jangka waktu yang lama maka akan terjadi penyumbatan pembuluh koroner (arteri

koronaria) yang mengangkut oksigen kedalam jantung. Ketika arteri koronaria

tersumbat oleh lemak (Plak) maka arteri menyempit dan mengurangi aliran darah

ke jantung, sehingga plak yang terbentuk kemudian retak, gumpalan darah

terbentuk pada daerah yang retak yang menghentikan darah ke bagian otot jantung

sehingga terjadi PJK.

(http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/category_news.asp?IDCategory=25)

Penentuan kadar kolesterol dapat dilakukan dengan metode kolorimetri,

kromatografi dan enzimatis. Dalam percobaan ini metode yang digunakan adalah

one point methode melalui reaksi enzimatis. Pemilihan metode enzimatik

dikarenakan metode ini memiliki berbagai macam kelebihan dibandingkan

metode kolorimetri dan kromatografi. Pada metode kolorimetri reaksinya kurang

spesifik karena dapat terganggu oleh senyawa lain misalnya senyawa lain dalam

darah yang menyerupai kolesterol yang dapat menganggu pembacaan absorbansi

pada spektrofotometri karena dengan adanya senyawa mirip kolesterol dapat

meningkatkan absorbansi yang berarti meningkatkan kadar kolesterol total.

Sedangkan dengan cara kromatografi yang sering digunakan adalah kromatografi

gas. Kromatografi gas digunakan untuk melarutkan dan menghitung lipid seperti

triasilgliserol dan turunan-turunannya. Kromatografi gas sangat sesuai untuk

Page 8: Ko Lester Ol

memisahkan, ester kolestrol, mono-ditriacylglycerols, asam lemak bebas,

kolestrol dan lipid.

Pemeriksaan kadar kolesterol dilakukan secara quarto. Fungsi dilakukan

secara quarto yaitu untuk mempersempit kesalahan data dengan cara

membandingkan hasil pengulangan, dimana pengulangan yang satu dan yang lain

hasil yang diperoleh tidak boleh berbeda signifikan. Absorban yang diukur yaitu

absorbansi spesimen, standar, dan blanko. Pengujian spesimen dilakukan oleh 4

kelompok dan pengujian standar dilakukan 1 kelompok, serta blanko dibuat 1

untuk semua kelomok. Spesimen diperoleh dari darah relawan perempuan di yang

diambil pukul 07.30 WIB pagi, pelarut yang digunakan aquadest, larutan standar,

dan reagen warna yang digunakan 4-aminiantipirin, serta menggunakan enzim

kolesterol esterase, kolesterol oksidase dan hidrogen peroksidase.

Pada percobaan ini enzim beserta reagen yang telah disiapkan. Kemudian

disiapkan blanko yang terdiri dari 1 ml larutan reagen yang ditambah dengan 10

μL aquadest. Penambahan aquadest bertujuan untuk menyamakan volume dengan

larutan uji dan larutan standar karena pada saat pengujian perlakuan yang

diberikan harus sama. Pembuatan larutan blanko bertujuan untuk kalibrasi atau

sebagai larutan pembanding dalam analisis fotometri. Larutan blanko tidak berisi

larutan yang dianalisis hanya saja berisi pelarut dan reagen yang dilakukan untuk

mengkalibrasi spektrofotometri. setelah pembuatan larutan blanko maka dibuat

larutan standar dan larutan uji. Larutan standar dibuat dengan mencampurkan 1 ml

reagen dengan 10 μL larutan standar. Sedangkan larutan uji terdiri dari 1 ml

reagen yang dicampurkan dengan 10 μL serum. Pembuatan larutan standar ini

diperlukan untuk menentukan kadar asam urat dalam darah dengan

membandingkan absorbansi antara larutan uji dan larutan standar.

Pengambilan sampel pada praktikum ini menggunakan mikropipet dengan

kapasitas 10-100 μL dan mikropipet kapasitas 100 – 1000 μL. Sampel – sampel

pada praktikum kimia klinik ini menggunakan sampel yang sangat sedikit dengan

ukuran mikro sehingga sangat kuantifikasi dalam pengerjaannya sehingga

diperoleh data yang akurat. Teknik pengambilan campuran ini harus dilakukan

dengan teliti untuk menghindari kesalahan data atau variasi analitik. Cairan yang

Page 9: Ko Lester Ol

dimasukan kedalam tabung harus melalui dinding tabung dan sedekat mungkin

dengan dasar tabung untuk menghindari cipratan yang dapat menyebabkan

berkurangnya volume cairan yang sudah ditentukan, dengan begitu hal ini dapat

mencegah volume yang hilang. Suhu dan waktu inkubasi merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi kesetimbangan reaksi oleh karena itu campuran harus

dikocok dan di tunggu 20 menit pada suhu kamar (20-250C), pengocokan

(pengocokan yang dilakukan menggunakan pengocokan manual) berguna untuk

menghomogenitas campuran larutan sehingga reaksi yang terjadi dapat berjalan

merata hingga diperoleh kesetimbangan reaksinya dan 20 menit merupakan waktu

inkubasi agar tercapainya kesetimbangan reaksi. Warna campuran yang diperoleh

berwarna pink muda (bening), warna merupakan salah satu indikasi dari suatu

reaksi, semakin pekat maka semakin banyak konsentrasi zat yang bereaksi, selama

warna larutan masih berubah berarti dapat dikatakan reaksi masih berjalan untuk

mencapai kesetimbangan. Kemudian setelah 20 menit di ukur absorbansinya,

semakin tinggi absorbansi maka semakin banyak kolesterol yang terkandung

dalam darah.

Dalam serum yang diperoleh dari relawan, terdapat kolesterol dalam bentuk

kolesterol ester yang diperoleh baik dari makanan yang dikonsumsi ataupun yang

dibentuk oleh tubuh. Ketika serum yang mengandung kolesterol, maka terjadi

reaksi enzimatik yang terdiri dari reaksi utama dan reaksi indikasi, dimana reaksi

utamanya dapat digambarkan seperti di bawah ini:

Pada reaksi diatas, enzim kolesterol esterase akan mengubah kolesterol ester

yang terdapat dalam tubuh menjadi kolesterol dalam bentuk bebas dan asam

lemak, karena yang diukur dengan metode ini adalah kadar kolesterol bebas.

Kemudian kolesterol bebas yang terbentuk akan dioksidasi dengan katalis enzim

Page 10: Ko Lester Ol

koletserol oksidase membentuk Kolesterol-3-one dengan hasil samping Hidrogen

Peroksida (H2O2). Hasil samping dari reaksi ini yaitu Hidrogen peroksida (H2O2)

yang akan menjadi dasar reaksi indikasi, dimana hidrogen peroksida akan bereaksi

dengan 4 aminoantipirin dan fenol menghasilkan Quinoneimina denganwarna

merah muda (pink) yang kemudian intensitas warnanya dapat diukur dengan

spektrofotometer Uv-Vis. Enzim kolesterol esterase pada reaksi berperan dalam

mempercepat reaksi kolesterol ester menjadi kolesterol bebas, enzim koletserol

oksidase berperan sebagai katalis dalam oksidasi kolesterol bebas menjadi

Kolesterol-3-one dengan hasil samping Hidrogen Peroksida (H2O2), sedangkan

enzim hidrogen peroksidase berperan dalam mengkatalisis reaksi pembentukan

quinoneimina dari hidrogen peroksida.

Enzim memiliki energi aktifasi yang lebih rendah dibandingkan reaksi kimia

dan reaksinya berlangsung cepat, serta spesifik terhadap substratnya karena

substrat dalam jumlah sedikit masih dapat dideteksi oleh enzim dan karena enzim

mengkatalisasi pada reaksi pertama lalu mengecek apakah produk reaksinya benar

pada langkah kedua, sehingga cara kerja enzim sangat spesifik. 4 aminoantipirin

berperan sebagai reagen warna yang membentuk warna merah muda pada reaksi

sehingga dapat terbaca absorbansinya. Sedangkan fenol akan membuat 4-

aminoantipirin lebih reaktif yang akan membantu pembentukan konjugat sehingga

kromogen yang dihasilkan lebih berwarna dan intensitas warnanya dapat dibaca

oleh spektrofotometri Uv-vis.

Setelah didiamkan selama 20 menit dalam suhu ruangan, maka larutan uji,

blanko dan standar dimasukkan kedalam spektrofotometri. Ketika larutan uji

dimasukkan dalam spektrofotometri, maka terjadi penyerapan gelombang

elektromagnetik pada daerah visible (380-780 nm) yaitu pada panjang gelombang

492-546 nm oleh senyawa yang memiliki gugus kromofor yang terdapat dalam

larutan uji (Quinineimina). Karena cahaya yang ditembakkan mengandung energi

(E= h. c/λ) menyebabkan terjadinya eksitasi elektron molekul tersebut dari

keadaan dasar (ground state) ke tingkat energi yang lebih tinggi. Ketika elektron-

elektron tersebut tereksitasi, maka spektrofotometer menghasilkan nilai

absorbansi, dimana absorbansi ini setara dengan jumlah energi yang dioabsorpsi

Page 11: Ko Lester Ol

oleh molekul untuk mengeksitasi elektron dari keadaan dasar ke tingkat energi

yang kebih tinggi, dimana perpindahan tersebut dapat digambarkan seperti

dibawah ini:

Gambar 3

Proses eksitasi elektron dari ground state ke tingkat energi yang lebih tinggi

Terdapat berbagai persyaratan yang harus dipenuhi dalam suatu pengujian

baik secara kualitatif ataupun kuantitatif. Syarat tersebut terdiri dari spesifisitas,

sensitivitas, presisi dan akurasi. Akurasi adalah kemampuan metode untuk

mengukur dan mendeteksi nilai aktual atau nilai sebenarnya dari dalam sampel,

akurasi merupakan ukuran ketepatan atau kedekatan hasil pengujian dengan hasil

yang sebenarnya. Presisi adalah tingkat kesesuaian antara hasil pengujian

individual dengan hasil rata-rata pengujian berulang pada sampel yang homogen

dengan kondisi pengujian yang sama. Sensitifitas atau kepekaan adalah

kemampuan metode untuk mendeteksi atau mengukur sampel dalam jumlah

sekecil mungkin. Spesifisitas adalah kemampuan metode untuk meendeteksi atau

mengukur sampel tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya bahan atau

matriks lain. (Ibrahim, 2010).

Keempat persyaratan tersebut diusahakan dapat dipenuhi dalam percobaan

ini walaupun tidak dapat dilakukan dengan sempurna. Hal tersebut dikarenakan

keterbatasan alat, personal, kondisi ruangan, dan lain-lain. Alat yang digunakan

Page 12: Ko Lester Ol

yaitu spektrofotometri yang mempunyai spesifitas dan sensitifitas yang tinggi,

untuk memenuhi akurasi dan presi, pengujian juga diulang sebanyak empat kali

walupun orang yang mengerjakannya tidak sama.

Setelah diukur dengan spektrofotometri, pada shift pertama pada larutan

standar didapat absorbansi sebesar 0,540. Pada larutan uji dari kelompok pertama

diperoleh absorbansi sebesar 0253, pada kelompok kedua diperoleh absorbansi

0,359, pada kelompok ketiga diperoleh absorbansi sebesar 0,291 dan pada

kelompok empat sebesar 0,243. Dilihat dari nilai absorbansi yang diperoleh dari

keempat kelompok, nilainya memenuhi persyaratan dimana nilai yang didapat

berada pada rentang 0,2 sampai 0,8.

Pada shift ke 2 pada larutan standar didapat absorbansi sebesar 0,576. Pada

larutan uji dari kelompok pertama diperoleh absorbansi sebesar 0,306 pada

kelompok kedua diperoleh absorbansi 0,279, pada kelompok ketiga diperoleh

absorbansi sebesar 0,255 dan pada kelompok empat sebesar 0,298. Dilihat dari

nilai absorbansi yang diperoleh dari keempat kelompok, nilainya memenuhi

persyaratan dimana nilai yang didapat berada pada rentang 0,2 sampai 0,8.

Pada shift ke 3 pada larutan standar didapat absorbansi sebesar 0,564. Pada

larutan uji dari kelompok pertama diperoleh absorbansi sebesar 0,175 pada

kelompok kedua diperoleh absorbansi 0,270 pada kelompok ketiga diperoleh

absorbansi sebesar 0,291 dan pada kelompok empat sebesar 0,338. Dilihat dari

nilai absorbansi yang diperoleh dari keempat kelompok, nilainya memenuhi

persyaratan dimana nilai yang didapat berada pada rentang 0,2 sampai 0,8.

Pada shift 1 berdasarkan hasil percobaan dan setelah dibandingkannya

absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan kadar kolesterol dari rata-

rata seluruh kelompok adalah 159,17 mg/dL, standar deviasinya 29,2 mg/dL dan

range hasil percobaan adalah 129,97 mg/dL sampai 188,37 mg/dL. Standar

deviasi merupakan salah satu teknik statistik yg digunakan untuk menjelaskan

homogenitas kelompok. Standar Deviasi merupakan variasi sebaran data, semakin

kecil nilai standar deviasi maka semakin homogen data yang didapatkan dan

semakin besar nilai standar deviasi, maka data yang dihasilkan kurang homogen

atau bervariasi. Dilihat dari kadar yang didapat, kadar kolesterol dari relawan

Page 13: Ko Lester Ol

tersebut merupakan kadar normal yaitu 159,17 mg/dL, berada pada rentang kadar

normal yaitu 140 – 250 mg/dL. Akan tetapi standar deviasi yang didapat cukup

tinggi yaitu 29,2 mg/dL yang menunjukkan bahwa tingkat presisi dari percobaan

ini cukup rendah dengan diperolehnya hasil percobaan yang kurang homogen.

Dari data-data pada perhitungan, didapat range dari hasil percobaan adalah 129,97

mg/dL sampai 188,37 mg/dL. Dari data masing-masing kelompok, terdapat 1

kelompok dimana kadarnya tidak berada pada range tersebut, sehingga kesalahan-

kesalahan yang dilakukan menyebabkan data yang didapat memiliki homogenitas

yang rendah.

Pada shift 2 berdasarkan hasil percobaan dan setelah dibandingkannya

absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan kadar kolesterol dari rata-

rata seluruh kelompok adalah 148,12 mg/dL, standar deviasinya 11,2 mg/dL dan

range hasil percobaan adalah 136,97 mg/dL sampai 159,37 mg/dL. Standar

deviasi merupakan salah satu teknik statistik yg digunakan untuk menjelaskan

homogenitas kelompok. Standar Deviasi merupakan variasi sebaran data, semakin

kecil nilai standar deviasi maka semakin homogen data yang didapatkan dan

semakin besar nilai standar deviasi, maka data yang dihasilkan kurang homogen

atau bervariasi. Dilihat dari kadar yang didapat, kadar kolesterol dari relawan

tersebut merupakan kadar normal yaitu 148,12 mg/dL, berada pada rentang kadar

normal yaitu 140 – 250 mg/dL. Akan tetapi standar deviasi yang didapat cukup

tinggi yaitu 11,82 mg/dL yang menunjukkan bahwa tingkat presisi dari percobaan

ini cukup rendah dengan diperolehnya hasil percobaan yang kurang homogen.

Dari data-data pada perhitungan, didapat range dari hasil percobaan adalah 136,97

mg/dL sampai 159,37 mg/dL. Dari data masing-masing kelompok, kadar

kolesterol pada m asing-masing kelompok berada pada rentang tersebut sehingga

kesalahan-kesalahan pada shift ke 2 dapat lebih ditoleransi dibandingkan pada

shift 1.

Pada shift 3 berdasarkan hasil percobaan dan setelah dibandingkannya

absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan kadar kolesterol dari rata-

rata seluruh kelompok adalah 142,82 mg/dL, standar deviasinya 36,3 mg/dL dan

range hasil percobaan adalah 106,52 mg/dL sampai 179,12 mg/dL. Standar

Page 14: Ko Lester Ol

deviasi merupakan salah satu teknik statistik yg digunakan untuk menjelaskan

homogenitas kelompok. Standar Deviasi merupakan variasi sebaran data, semakin

kecil nilai standar deviasi maka semakin homogen data yang didapatkan dan

semakin besar nilai standar deviasi, maka data yang dihasilkan kurang homogen

atau bervariasi. Dilihat dari kadar yang didapat, kadar kolesterol dari relawan

tersebut merupakan kadar normal yaitu 142 ,82 mg/dL, berada pada rentang kadar

normal yaitu 140 – 250 mg/dL. Akan tetapi standar deviasi yang didapat cukup

tinggi yaitu 36,3 mg/dL yang menunjukkan bahwa tingkat presisi dari percobaan

ini cukup rendah dengan diperolehnya hasil percobaan yang kurang homogen.

Dari data-data pada perhitungan, didapat range dari hasil percobaan adalah 106,52

mg/dL sampai 179,12 mg/dL. Dari data masing-masing kelompok, terdapat 1

kelompok dimana kadarnya tidak berada pada range tersebut, sehingga kesalahan-

kesalahan yang dilakukan menyebabkan data yang didapat memiliki homogenitas

yang rendah.

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan variasi kadar kolesterol

pada tiap-tiap kelompok pada masing-masing shift, ataupun variasi kadar

kolesterol antara tiap shift. Semua kelompok dan semua shift padahal

menggunakan sampel yang sama, sehingga seharusnya memiliki data yang

homogen karena sampel yang digunakan sama dan perlakuan yang diberikan juga

sama.

Faktor pertama yang mempengaruhi adalah variasi pengocokan.

Pengocokan dengan cara manual antara praktikan yang satu dengan yang lain

berbeda sehingga hasil warna campuran yang diperoleh antara kelompok atau

antar shift yang satu dengan yang lain, kepekatan warna pink mudanya berbeda

pula sedangkan pengocokan seharusnya dilakukan seoptimal mungkin agar reaksi

yang terjadi berjalan dengan baik. Untuk memperoleh pengocokan yang optimal

seharusnya tidak dengan cara manual, paling tidak salah satu caranya dapat

menggunakan sentrifugal, karena pengerjaan quarto tidak dilakukan pada orang

yang sama, sehingga cara pengocokan manual antara praktikan yang satu dengan

yang lain sangat besar kemungkinan berbedanya sehingga mengakibatkan

campuran didalam tabung kurang bercampur dengan baik dan juga berdampak

Page 15: Ko Lester Ol

pada lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai kesetimbangan reaksi.

Kesetimbangan reaksi sangat penting karena kesetimbangan reaksi menandakan

reaksi yang sempurna, sehingga nilai absorbansi yang diperoleh akan dapat

menunjukan semua kadar asam urat yang ada pada sampel standar dan sampel

test, sedangkan apabila sampel diukur absorbansinya sebelum tercapainya

kesetimbangan reaksi maka nilai absorban tidak menunjukan kadar asam urat

yang tepat karena kolesterol dalam larutan belum bereaksi seluruhnya. Jadi variasi

pengocokan merupakan salah satu faktor penyebab kemungkinan

ketidakhomogenan data yang diperoleh.

Faktor kedua yang mempengaruhi hasil percobaan adalah waktu inkubasi.

Waktu inkubasi bertujuan untuk memperoleh kesetimbangan reaksi. Waktu

inkubasi dalam prosedur 20 menit tetapi saat pengujian setiap kelompok tidak

tepat 20 menit semua karena spektrofotometer visibel yang digunakan hanya satu

dan dilakukan bergantian. Waktu inkubasi juga dipengaruhi pengocokan sampel,

seperti yang sudah diulas diatas apabila pengocokan kurang optimal maka waktu

inkubasi akan bertambah lama. Waktu inkubasi dipengaruhi pula oleh suhu. Jadi

waktu inkubasi menjadi salah satu satu faktor penyebab kemungkinan

ketidakhomogenan data yang diperoleh.

Faktor ketiga yang mempengaruhi hasil percobaan adalah suhu. Semakin

tinggi suhu maka reaksi semakin cepat berlangsung, tetapi suhu yang terlalu tinggi

dapat mengakibatkan protein didalam darah terdenaturasi sehingga suhu

disesuaikan dengan suhu optimal sampel yaitu disuhu tubuh 370C namun, suhu

inkubasi yang digunakan praktikan berada disuhu ruangan antara 20-250C

sehingga waktu inkubasi menjadi 20 menit. Prosedur pengerjaan pada tiap

kelompok berbeda-beda, dimana suhu mungkin mempengaruhi, misalnya ada

beberapa kelompok yang menyentuh atau tidak menyentuh tabung dibagian

bawah yang berisi larutan, sehingga suhu tubuh praktikan mempengaruhi suhu

inkubasi sampel. Jadi faktor suhu menjadi salah satu satu faktor penyebab

kemungkinan ketidakhomogenan data yang diperoleh.

Faktor keempat yang mempengaruhi hasil percobaan adalah lama

penyimpanan spesimen. Spesimen yang digunakan merupakan spesimen yang

Page 16: Ko Lester Ol

diperoleh dari jam 07.30 pagi dan baru digunakan untuk diuji oleh praktikan pada

jam 08.00 (Shift D), 11.00 (Shift E) dan 14.00 (Shift F), sehingga lama

penyimpanan sampel ini sangat mempengaruhi kualitas dan kestabilan spesimen.

Pada penyimpanan spesimen yang benar spesimen dapat tahan beberapa

hari. Spesimen disimpan dalam kulkas, tetapi ketika siang spesimen digunakan

secara bergantian oleh 3 kelompok sehingga spesimen yang tidak segar berada

terlalu lama di suhu kamar dan dapat terkontaminasi oleh lingkungan sekitar.

Suhu penyimpanan yang baik untuk spesimen yaitu 2-80C sedangkan ketika

preparasi sampel spesimen berada lama di suhu ruang yaitu 20-250C sehingga

kemungkinan spesimen dapat terkontaminasi oleh kuman atau bahan kimia,

terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen, terjadi penguapan, terkena

paparan sinar matahari sehingga kualitas spesimen menurun. Suhu mempengaruhi

aktifitas enzim yang berada didalam spesimen, karena enzim adalah protein maka

enzim memperlihatkan sifat yang sama dengan protein yang salah satunya enzim

akan kehilangan aktifitasnya oleh apa saja yang menyebabkan denaturasi protein

seperti; panas, asam-basa kuat, logam-logam kuat, pelarut organik, dan

sebagainya. Adanya kesalahan pada penyimpanan spesimen dapat terlihat dimana

kadar kolesterol dari shift 1 sampai shift ke tiga terus mengalami penurunan, hal

tersebut terjadi karena karena lama penyimpanan membuat kolesterol berkurang.

KESIMPULAN

Pada shift D (08.00-11.00) berdasarkan hasil percobaan dan setelah

dibandingkannya absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan

kadar kolesterol dari rata-rata seluruh kelompok adalah 159,17 mg/dL,

standar deviasinya 29,2 mg/dL dan range hasil percobaan adalah 129,97

mg/dL sampai 188,37 mg/dL.

Pada shift E (11.00-14.00) berdasarkan hasil percobaan dan setelah

dibandingkannya absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan

kadar kolesterol dari rata-rata seluruh kelompok adalah 148,12 mg/dL,

standar deviasinya 11,2 mg/dL dan range hasil percobaan adalah 136,97

mg/dL sampai 159,37 mg/dL.

Page 17: Ko Lester Ol

Pada shift F (14.00-17.00) berdasarkan hasil percobaan dan setelah

dibandingkannya absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan

kadar kolesterol dari rata-rata seluruh kelompok adalah 142,82 mg/dL,

standar deviasinya 36,3 mg/dL dan range hasil percobaan adalah 106,52

mg/dL sampai 179,12 mg/dL.