118
KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB GAUL DALAM RUBRIK FASHION MAJALAH ANNISA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.) Oleh: Intan Purwatih NIM: 1110051000123 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

  • Upload
    vankiet

  • View
    228

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND

BERJILBAB GAUL DALAM RUBRIK FASHION

MAJALAH ANNISA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi

Islam (S.Kom.I.)

Oleh:

Intan Purwatih

NIM: 1110051000123

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian
Page 3: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian
Page 4: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarja Strata Satu (S1) Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini, saya telah

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat

atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 8 September 2014

Intan Purwatih

Page 5: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

i

ABSTRAK

Nama : Intan Purwatih

Judul : Komodifikasi Isi Media Terhadap Trend Berjilbab Gaul dalam

Rubrik Fashion Majalah Annisa

NIM : 1110051000123

Jilbab tidak hanya digunakan oleh para perempuan dewasa, namun juga digunakan oleh remaja, yang selalu mengikuti mode yang sedang tren. Kini kita melihat jilbab sebagai bagian dari gaya hidup remaja muslim. Bahkan, saat ini mulai banyak bermunculan butik yang dengan khusus menjual jilbab yang telah dimodifikasi dengan berbagai cara. Jilbab yang merupakan kewajiban dari perempuan muslimah menutup aurat banyak ditampilkan dalam majalah. Majalah tersebut menilai bahwa perempuan Indonesia menyukai model jilbab gaul yang saat ini menjadi tren. Maka majalah pun berlomba-lomba menampilkan berbagai model jilbab yang lebih fashionable. Majalah tersebut seakan-akan menjadikan jilbab sebagai barang dagangan (komoditas) yang dapat laku dipasaran sehingga mendapatkan keuntungan yang lebih. Fenomena jilbab yang gaul tanpa mengedepankan syariat Islam, hal tersebut terjadi pada majalah Annisa karena terdapat kerjasama majalah Annisa dengan majalah asing.

Pertanyaan penelitian, yaitu: Bagaimana makna denotasi, konotasi dan mitos pada foto-foto jilbab gaul muslimah dengan motif lasercut di rubrik fashion pada majalah Annisa edisi Juni tahun 2013? Bagaimanakah komodifikasi isi media mewujudkan nilai guna ke nilai tukar di majalah Annisa?

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah konstruktivis dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis wacana semiotika. Teknik pengumpulan data yaitu, wawancara mendalam dengan direktur majalah Annisa, dan observasi yang digunakan yaitu observasi non partisipan, serta dokumentasi yaitu mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian berupa rubrik fashion yang terdapat di majalah Annisa.

Penelitian ini menggunakan kerangka teori ekonomi politik media Vincent Mosco, yaitu komodifikasi khususnya pada komodifikasi isi media dan konsep foto semiotika Roland Barthes diantaranya, trick effect, pose, objects, photogenia, aesthetiscism, dan syntax.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa makna denotasi yang ditemukan menggambarkan bahwa jilbab yang disajikan Annisa, pakaiannya ketat, membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian laki-laki. Makna konotasinya, penggunaan jilbab pada Annisa tidak dalam kategori syar’i dan hanya mengedepankan mode. Mitosnya penggunaan jilbab yang tidak syar’i sama saja berbusana tapi tanpa pakaian karena membentuk lekuk tubuh. Adanya komodifikasi isi media pada majalah Annisa yang dipengaruhi oleh beberapa kultur dari internasional, sehingga barang atau jasa yang awalnya hanya merupakan nilai guna menjadi nilai tukar. Isi media dirubah sedemikian rupa, dengan cara seperti pemilihan model, teknik fotografer, jilbab gaul, dan iklan sehingga mendapat keuntungan untuk majalah Annisa.

Keyword: fashionable, lasercut, ekonomi politik, semiotika, trend

Page 6: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirabbil’alamiin. Segala puji dan syukur dipanjatkan

kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan karunia

nikmat-Nya serta ridho-Nya kepada peneliti agar dapat menyelesaikan skripsi ini

yang berjudul “Komodifikasi Isi Media Terhadap Trend Gaya Jilbab Gaul

Muslimah Modern dalam Rubrik Fashion Majalah Annisa”. Tidak lupa shalawat

dan salam juga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta para

sahabat dan keluarganya.

Skripsi ini merupakan tugas akhir peneliti yang disusun guna melengkapi

salah satu syarat yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata

Satu (S1). Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa terwujudnya skripsi ini tidak

lepas dari bantuan dukungan dan bimbingan serta perhatian berbagai pihak. Oleh

karena itu peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Dr. H. Arif Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Dr. Suprapto, M.Ed, Ph.D, selaku Wakil Dekan I bidang

Akademik, Drs. Jumroni, M.Si, selaku Wakil Dekan II bidang

Administrasi Umum dan Dr. H. Sunandar Ibnu Noor, M.A selaku Wakil

Dekan III bidang Kemahasiswaan.

2. Rachmat Baihaky, M.A selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam.

3. Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam sekaligus dosen pembimbing peneliti yang selalu

Page 7: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

iii

memberikan waktu luang, tenaga dan pikiran, motivasi serta memberikan

pengarahan dengan penuh kesabaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Prof. Dr. Murodi, M.A selaku Dosen Penasehat Akademik Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah

memberikan ilmu yang tak ternilai, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

studi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Segenap staf akademik dan staf perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Teruntuk yang mulia kedua orang tuaku tersayang, Ibunda Siti Komariyah

dan Ayahanda Kemas Ali Kosim, yang senantiasa mencurahkan cinta,

kasih dan sayangnya dikala sehat maupun sakit, dikala susah maupun

senang, dikala mudah maupun sulit. Membantu dengan segenap

kemampuan dan doa-doa dalam setiap sholatnya, doa yang selalu

mengiringi tiap langkah kaki ini sehingga peneliti mampu menyelesaikan

skripsi ini.

8. Ibu Avi Budimansyah selaku Direktur majalah Annisa, mba Ade Nur

Sa’adah selaku managing editor, kak Andini Aprilliana selaku Asst.

Fashion Stylist majalah Annisa beserta staf yang telah memberikan

kesempatan dan kemudahan kepada peneliti untuk melaksanakan

penelitian.

Page 8: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

iv

9. Adik-adikku tercinta, Randy Nurluddyn dan Salsa Nurapriyanda kalian

semua adalah inspirasi dalam hidupku untuk terus menjadi kakak yang

sukses dan dapat menjadi contoh untuk kalian, kakak sayang kalian.

10. Teman sejawat KPI 2010 dan sahabat KPI D Cory, Nadia, Arista (Madeh),

Ucin, Rika, Erfa, Ibel, Dwinovita, Itha, Anis, Ewy, Anggy, Fitri, Nurul,

Bobby, Abdurrahman, Agung, Ichsan, Mantri, Rachmat, Enjang Zaki,

Helmi, Fahmi, dan Syehab terima kasih sudah menjadi sahabat terbaik

selama ini, melewati waktu dalam suka duka, tawa canda, serta

memberikan motivasi kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini,

pokoknya sayang kalian semuanya.

11. Special thanks to Nurmalisa Nazarani yang selalu siaga dan menemani

peneliti disaat melakukan penelitian serta memberi masukan kepada

peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini serta selalu memberi semangat.

12. Terimakasih pula kepada Om JR yang sudah meluangkan waktu disela-

sela kesibukan kerjanya untuk membantu peneliti dalam melakukan

penyelesaian skripsi ini dan juga tak pernah absen dalam memberikan

motivasi kepada peneliti.

13. Sahabat KKN PETA 2013, Rezza Fahlevi, Imas, Novi (Ipil), Bebsy,

Savira, Dian, Willy, Dio, Yogi, Muha, Umam, dan Makin, terimakasih

sudah menjadi sahabat yang selalu memberikan masukan dan motivasi

kepada peneliti.

14. Sahabat terbaikku Siti Ratna (Nyonyo) yang selalu setia dan bersedia

meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluh kesah peneliti dalam

Page 9: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

v

proses penyelesaian skripsi ini dan juga tak henti-hentinya memberikan

motivasi kepada peneliti. Dan untuk semua pihak yang pernah terlibat

dalam penyelesaian skripsi ini, yang tak bisa peneliti sebutkan satu

persatu, mengucapkan banyak terima kasih untuk bantuannya sehingga

dapat terselesaikannya skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, peneliti akan menerima segala kritik dan saran sehingga dapat

menjadi acuan pembelajaran peneliti.

Peneliti berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

pembaca khususnya mahasiswa/i Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan

sebagai bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya.

Jakarta, 8 September 2014

Intan Purwatih

Page 10: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... viii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Batas dan Rumusan Masalah ....................................................................... 10

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 11

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 11

E. Metodologi Penelitian .................................................................................. 12

F. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 18

G. Sistematika Penulisan .................................................................................. 20

BAB II. LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP

A. Landasan Teori............................................................................................. 21

1. Komodifikasi pada Media ....................................................................... 21

2. Tinjauan Umum Tentang Semiotika ....................................................... 26

B. Kerangka Konsep ......................................................................................... 43

1. Media Cetak ............................................................................................ 43

2. Majalah ................................................................................................... 45

3. Jilbab ....................................................................................................... 51

4. Jilbab Gaul .............................................................................................. 55

Page 11: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

vii

BAB III. GAMBARAN UMUM MAJALAH ANNISA

A. Gambaran Umum Majalah Annisa ............................................................... 58

B. Sasaran Pembaca dan Pendistribusian Majalah Annisa ............................... 60

C. Rubrikasi Majalah Annisa ............................................................................ 60

D. Struktur Redaksi Majalah Annisa ................................................................ 61

BAB IV. TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Analisis Semiotika Roland Barthes.............................................................. 66

1. Analisis Data Foto 1 .............................................................................. 67

2. Analisis Data Foto 2 .............................................................................. 77

B. Analisis Pemaknaan Komodifikasi Isi Media di Majalah Annisa ................ 85

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................. 89

B. Saran ............................................................................................................ 91

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 92

LAMPIRAN

Page 12: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

viii

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar Peta Tanda Roland Barthes ........................................... 38

2. Gambar 1 Data Foto 1 ................................................................. 67

3. Gambar Foto 2 ........................................................................... 75

4. Gambar 3 Data Foto 2 ................................................................. 77

5. Gambar Foto 4 ........................................................................... 84

Page 13: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini masyarakat di Indonesia telah akrab dengan media massa.

Fenomena ini mulai tampak pasca era Orde Baru sekitar tahun 1998 ketika

terjadi reformasi. Masyarakat merasakan perbedaan dalam diri mereka dimana

semula pada era Orde Baru kebebasan media sangat terbatas, sangat tidak

leluasa, namun kini menjadi begitu terbuka dan amat bebas.

Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni

media massa cetak dan elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria

sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah.1 Media cetak adalah

berita-berita yang disiarkan melalui benda cetak.2

Salah satu media cetak yang paling tua di Indonesia adalah surat

kabar. Keberadaan surat kabar di Indonesia ditandai dengan perjalanan

panjang melalui empat (4) periode, yakni masa penjajahan Belanda,

penjajahan Jepang, menjelang kemerdekaan dan awal kemerdekaan. Serta

zaman Orde Lama dan Orde Baru. Sedangkan keberadaan majalah sebagai

media massa terjadi tidak lama setelah surat kabar. Sebagaimana surat kabar,

sejarah majalah diawali dari negara-negara Eropa dan Amerika.

Edisi perdana majalah yang diluncurkan di Amerika pada pertengahan

1930-an memperoleh kesuksesan besar, majalah telah memuat segmentasi

1Elvinaro Ardianto, dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi (Bandung:

Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 103. 2Zaenuddin HM, The Journalist (Jakarta: Prestasi Pusta Karya, 2007), h. 12.

Page 14: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

2

pasar tersendiri dan membuat fenomena baru dalam dunia media massa cetak

di Amerika.3

Keberadaan majalah sebagai media massa di Indonesia dimulai

menjelang awal kemerdekaan Indonesia. Di Jakarta pada tahun 1945 terbit

majalah bulanan dengan nama Pantja Raja pimpinan Markoem

Djojohadisoeparto (MD) dengan prakata dari Ki Hajar Dewantoro selaku

menteri Pendidikan pertama Republik Indonesia.

Majalah merupakan media cetak yang paling simpel organisasi atau

struktur redaksinya, relatif mudah mengelolanya, serta tidak membutuhkan

modal yang banyak. Majalah juga dapat diterbitkan oleh setiap kelompok

masyarakat, dimana mereka dapat dengan leluasa dan luwes menentukan

bentuk, jenis dan sasaran khalayaknya. Majalah mempunyai karakteristik

tersendiri dibanding dengan media cetak lainnya, salah satunya adalah

frekuensi terbit majalah pada umumnya adalah mingguan, selebihnya dwi

mingguan, bahkan bulanan, dalam majalah juga terdapat jumlah halaman yang

lebih banyak sehingga menampilkan gambar atau foto yang lengkap dengan

ukuran besar dan kadang-kadang berwarna serta kualitas kertas yang lebih

baik. Di samping foto dan cover atau sampul majalah juga merupakan daya

tarik tersendiri, karena cover adalah ibarat pakaian. Cover majalah biasanya

menggunakan kertas yang bagus dengan gambar dan warna yang menarik.

Majalah merupakan salah satu media cetak di Indonesia yang sangat

berkembang, memiliki pengaruh yang besar terhadap pola pikir dan perilaku

3Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi (Bandung:

Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 116.

Page 15: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

3

masyarakat, karena dalam media cetak terdiri atas rubrik-rubrik yang biasa

dijadikan sebagai inspirasi, tak terkecuali bagi media cetak nasional, seperti

Majalah Annisa banyak memuat foto-foto dengan jilbab yang fashionable,

yang mengikuti masukan tren dari Barat, sehingga banyak dijadikan inspirasi

bagi perempuan muslimah masa kini. Dan yang menjadi persoalan adalah

majalah Annisa sebagai majalah Islam dengan mengedepankan nilai-nilai

Islam dan identitas Islam justru melakukan komodifikasi tentang makna jilbab

yang sesungguhnya dalam Islam. Makna jilbab berubah karena tren atau gaya,

bukan lagi mengedepankan syariat Islam.

Keunikan lain yang peneliti nilai dari majalah Annisa adalah target

pasar atau pembacanya kalangan aktif muslimah. Dimana muslimah dalam

ajaran Islam diwajibkan menggunakan jilbab sesuai dengan perintah berjilbab

dalam Al-Qur’an surat Al- Ahzab ayat 59:

“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak

perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin: Hendaklah mereka

menutup jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar

mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu.

Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S Al-Ahzab,

33:59)

Wanita merupakan pasar pembaca potensial, dan majalah banyak

membuka diri bagi pekerja wanita dibandingkan dengan surat kabar. Majalah

Page 16: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

4

juga menjadi instrumen penting dalam perubahan sosial.4 Sejalan dengan

majalah-majalah muslimah yang bermunculan, majalah tersebut menjadi salah

satu tolak ukur bagi perempuan muslimah dalam berjilbab masa kini, yang

lebih modis dan mudah ditiru oleh para pembaca majalah muslimah agar

berpenampilan lebih menarik dan tidak dianggap kuno. Peneliti khawatir

dengan adanya isi media tentang gaya jilbab yang majalah Annisa tampilkan

dapat merubah makna jilbab yang sebenarnya.

Dari fenomena tren berjilbab muslimah pada masa sekarang ini,

terutama yang dimuat di majalah Annisa tentang rubrik fashion yang berisi

foto-foto penggunaan tren aksesoris lasercut dalam jilbab muslimah, harusnya

tidak lepas dari syariat Islam beragama aturan berjilbab sesuai dalam Al-

Qur’an.

Nilai guna jilbab “kaffah” Islam memang sejalan dengan visi misi

majalah Annisa yang menuliskan bahwa “Annisa menghadirkan informasi

yang mencakup semua aspek kehidupan muslimah modern sesuai dengan tren

lokal dan global, masih dalam nilai dan identitas Islam”. Namun pada

kenyataannya majalah Annisa bertolak belakang dengan visi misinya, Annisa

menyajikan model jilbab gaul yang awalnya dari nilai guna menjadi nilai

tukar. Ini dikarenakan adanya faktor tren, ekonomi dan kerja sama dengan

majalah asing. Dengan demikian, Annisa mengkomodifikasikan isi media

melalui tren jilbab gaul. Maksudnya, mentrendikan gaya jilbab yang tidak

sesuai dengan aturan Islam, kultur Islam, dan estetika.

4Shirley Biagi, Media/ Impact Pengantar Media Massa (Jakarta: Salemba Humanika,

2010), Edisi 9, h. 94.

Page 17: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

5

Salah satu yang selalu dilihat dalam berpenampilan adalah bagaimana

cara berpakaian seseorang. Berbicara tentang pakaian sesungguhnya berbicara

sesuatu yang erat kaitannya dengan diri kita. Hal itu menunjukkan bahwa apa

yang dipakai sehari-hari dapat menggambarkan kepribadian yang dimiliki.

Cara berpakaian tentu mencirikan penampilan fisik. Berpakaian bukan sekadar

untuk menutupi tubuh atau asal pantas, namun juga berusaha menciptakan

kesan yang positif pada orang lain.5 Nilai-nilai agama, kebiasaan, tuntutan

lingkungan (tertulis atau tidak), nilai kenyamanan, semua itu memengaruhi

cara kita berdandan.6

Salah satu cara berpakaian yang berkaitan dengan nilai agama dan

yang sering menjadi pusat perhatian adalah dengan menggunakan jilbab.

Jilbab adalah pakaian yang wajib hukumnya dikalangan perempuan muslim.

Agamalah yang mewajibkan perempuan muslim untuk menutup aurat mereka

dengan jilbab. Tentu saja dengan alasan mereka menggunakan jilbab hanyalah

karena agama. Namun, jilbab bukan hanya menutup badan semata badan,

tetapi jilbab itu menghilangkan rasa birahi yang menimbulkan syahwat.7

Berjilbab adalah sebuah hukum dan syariat agama Islam yang berakar kuat

dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW., bukan kultur Arab atau cara

berpakaian masyarakat Timur Tengah. Memakainya sesuai dengan ajaran

tersebut termasuk dalam kategori ibadah kepada Allah SWT. Dalam ajaran

Islam, para wanita dianjurkan mengenakan jilbab untuk menutupi seluruh

5Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2007), h. 394. 6Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, h. 392.

7Fuad Mohd. Fachruddin, Aurat dan Jilbab Dalam Pandangan Mata Islam (Jakarta: CV

Pedoman Ilmu Jaya, 1991), h. 33.

Page 18: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

6

badan, kecuali telapak tangan, kaki dan wajah. Tujuannya untuk menghindari

pandangan yang mengundang syahwat.

Perempuan-perempuan yang menggunakan jilbab sering kali dinilai

perempuan yang memiliki fanatisme tentang agamanya. Tidak jarang

perempuan yang menggunakan jilbab mendapat diskriminasi pada bidang

politik, dikeluarkan dari sekolah, dan mendapat perlakuan buruk dari agama

lain. Berjilbab tidak boleh dijadikan alasan untuk menghalangi kemajuan karir

wanita.8 Pada saat itu jilbab hanya dipakai di kalangan terbatas dari segelintir

keluarga aktivis Islam, pelajar muslim di pesantren atau sekolah umum

sebagai ungkapan kepatuhan pada ajaran agama, sekaligus ungkapan

perlawanan terhadap status quo.9 Hal tersebut yang membuat perempuan kini

menciptakan bentuk-bentuk jilbab yang menarik agar jilbab dapat diterima

oleh masyarakat.

Saat ini jilbab tidak hanya digunakan oleh para perempuan dewasa,

namun juga digunakan oleh remaja, bahkan oleh remaja akhir yang selalu

mengikuti mode yang sedang tren. Kini kita melihat jilbab sebagai bagian dari

gaya hidup remaja muslim. Bahkan, saat ini mulai banyak bermunculan butik

yang dengan khusus menjual jilbab yang telah dimodifikasi dengan berbagai

cara. Berjilbab tidak boleh menjadi sekadar tren, sehingga apabila tren tersebut

berubah maka jilbab ditinggalkan.10

8Husein Shahab, Jilbab Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah (Bandung: Mizan 2008),

h.10. 9Malcolm Barnard, Fashion Sebagai Komunikasi. Mengkomunikasikan Identitas Sosial,

Seksual, Kelas, dan Gender (Yogyakarta: Jalasutra 1996), h. 11. 10

Shahab, Jilbab Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, h. 11.

Page 19: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

7

Hal itu yang seharusnya difikirkan oleh para perempuan. Penggunaan

jilbab yang mereka lakukan seharusnya memang benar-benar atas dasar agama

bukan karena adanya perkembangan jilbab yang saat ini sedang marak di

pasaran. Pola, warna, dan aksesoris lainnya bisa saja berubah, tetapi

substansinya, yakni seorang perempuan muslimah wajib berjilbab, tidak

pernah berubah. Penggunaan aksesoris seperti bros, tentu tidak dilarang,

namun kaidah penggunaan jilbab yang menutupi dada dan pakaian yang tidak

menonjolkan bentuk tubuh tetap harus diperhatikan.

Kini jilbab pun mulai berubah bentuk. Dahulu yang hanya berupa kain

besar yang digunakan untuk menutupi kepala sampai dada, kini jilbab mulai

disesuaikan dengan mode yang sedang tren. Jilbab yang saat ini ada digunakan

para remaja akhir dinilai lebih luwes dan simpel. Hal ini pula yang membuat

para remaja akhir tidak malu dan ragu menggunakan jilbab. Berkembangnya

mode membuat jilbab menjadi busana yang ngetrend karena didesain untuk

gaya dengan model-model kontemporer. Jilbab menjadi busana muslim yg

selalu mendapatkan sentuhan gaya sehingga menjadi lebih menarik dan

fashionable. Bahkan saat ini mulai dikenal dengan istilah jilbab gaul. Jilbab

gaul memiliki ciri-ciri yaitu, pakaian yang digunakan merupakan pakaian yang

ketat, transparan, dan membentuk lekuk tubuh. Kerudung yang digunakan

tidak menutupi dada dan ujungnya diikat ke belakang. Pengguna jilbab gaul

biasanya juga melengkapi tampilannya dengan dandanan menor, wewangian,

serta aksesoris yang mencolok.

Page 20: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

8

Seiring berkembangnya, jilbab kini mulai diterima di masyarakat luas.

Para penggunanya juga tidak ragu lagi untuk memodifikasi jilbab yang ada.

Beberapa kantor juga mulai mengizinkan para karyawan perempuannya

menggunakan jilbab. Di instansi pemerintahan juga mulai banyak terlihat para

perempuan yang menggunakan jilbab.

Selain itu, jilbab yang merupakan ciri khas dari perempuan muslimah

banyak ditampilkan dalam sebuah majalah. Majalah tersebut menilai bahwa

perempuan Indonesia menyukai model jilbab gaul yang saat ini menjadi tren.

Maka majalah pun berlomba-lomba menampilkan berbagai model jilbab yang

lebih fashionable. Majalah tersebut seakan-akan menjadikan jilbab sebagai

barang dagangan (komoditas) yang dapat laku dipasaran sehingga

mendapatkan keuntungan yang lebih.

Berbicara mengenai keuntungan, erat kaitannya dengan industri, dalam

hal ini yaitu industri media, karena majalah merupakan salah satu bagian dari

media cetak. Maka dari itu harus dipahami terlebih dahulu teori ekonomi

politik Vincent Mosco. Mengenai ekonomi politik, Mosco menawarkan

beberapa definisi ekonomi politik, yang boleh dibilang yang paling berguna

adalah studi tentang hubungan sosial, khususnya hubungan kekuasaan, yang

saling merupakan produksi, distribusi, dan konsumsi sumber daya. Relasi

sosial yaitu relasi antara individu dan institusi sosial yang ada dalam konteks

ekonomi, politik, dan budaya. Misal relasi gender, kekuasaan, dan lain-lain.

Relasi kekuasaan maksudnya disini adalah kemampuan kontrol orang lain,

Page 21: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

9

proses dan benda meski terjadi resistensi. Produksi adalah proses

menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan.

Dalam penelitian ini, peneliti memandang perlu melakukan penelitian

mengenai fenomena jilbab gaul. Jilbab di era sekarang ini dijadikan sebuah

komoditas untuk diangkat di media massa. Komoditas adalah segala sesuatu

yang diproduksi atau ditawarkan untuk dijual. Barang-barang dan jasa ini

selalu mempunyai asal-usul dan konsekuensi ideologis.11

Dalam konsep teoritik Mosco, selanjutnya dalam bukunya menjelaskan

“aktivitas” ekonomi politik, yang juga merupakan entry point atau pintu

masuk untuk menjelaskan fenomena ekonomi politik media atau komunikasi

terdiri dari 3 bagian, yaitu: komodifikasi (commodification), spasialisasi

(spatialization), dan strukturasi (structuration).12

Peneliti tertarik untuk meneliti majalah muslimah yang menyajikan

jilbab gaul sehingga menjadi inspirasi banyak wanita, terutama kalangan kaum

muslim yang aktif yang ingin tampil modis dengan menggunakan jilbab gaul

yang dimuat dalam majalah Annisa. Alasan peneliti memilih majalah Annisa

dikarenakan, pertama, sasaran pasar majalah Annisa mayoritas adalah

kalangan kaum muslim yang aktif yang gemar mencari trend dalam berjilbab

gaul; kedua, adanya gaya jilbab unik atau aneh yang disajikan dalam majalah

Annisa tanpa sesuai dengan syariat Islam; ketiga, para model yang digunakan

majalah Annisa mayoritas merupakan model asing, sehingga menimbulkan

11

Lull James, Media Komunikasi Kebudayaan: Suatu Pengantar Global (Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 1997), h. 223. 12

“Kajian Ekonomi Politik Media” Artikel diakses pada 3 Juni 2014 dari

http://indiwan.blogspot.com/2010/05/kajian-ekonomi-politik-media.html.

Page 22: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

10

kesan lebih menarik perhatian pembaca, keempat, penulisan setiap rubrik

dalam majalah Annisa menggunakan bahasa Inggris. Maka dari itu judul yang

diangkat oleh peneliti adalah “Komodifikasi Isi Media terhadap Trend

Berjilbab Gaul dalam Rubrik Fashion Majalah Annisa”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Untuk lebih fokus dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi

masalah pada analisis semiotika foto-foto jilbab gaul dalam majalah Annisa

yaitu pada rubrik fashion edisi Juni tahun 2013, karena pada edisi ini majalah

Annisa menyajikan gaya jilbab yang berbeda, yaitu menggunakan top lasercut

sebagai jilbab, dimana gaya jilbab ini belum pernah disajikan pada edisi

sebelumnya. Kemudian untuk membatasi penggunaan teori, peneliti hanya

membahas mengenai poin komodifikasi dari Vincent Mosco, khususnya

komodifikasi isi media, karena peneliti ingin mengetahui bagaimana Annisa

mengolah suatu barang atau jasa dari nilai guna menjadi nilai tukar. Adapun

perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana makna denotasi, konotasi dan mitos pada foto-foto jilbab gaul

muslimah dengan motif lasercut di rubrik fashion pada majalah Annisa

edisi Juni tahun 2013?

2. Bagaimanakah komodifikasi isi media mewujudkan nilai guna ke nilai

tukar di majalah Annisa?

Page 23: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

11

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini diantaranya:

1. Mendeskripsikan makna denotasi, konotasi dan mitos pada foto-foto di

rubrik fashion yang terdapat pada majalah Annisa edisi Juni tahun 2013.

2. Mendeskripsikan latar belakang, proses produksi dan konsumsi

kapitalisme yang berada di balik proses komodifikasi di majalah Annisa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini secara akademis dapat memberikan kontribusi positif pada

bidang Ilmu Komunikasi, terutama dalam konteks analisis semiotika,

terutama manfaat mengetahui makna dalam sebuah tanda di media cetak

yaitu dengan semiotika, serta dapat memberikan informasi kepada

mahasiswa/i Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang akan

menggunakan jilbab gaul yang terdapat pada rubrik fashion di majalah

Annisa serta diharapkan dapat menambah pemahaman tentang proses

komodifikasi jilbab gaul yang dibangun oleh majalah Annisa.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para praktisi

komunikasi mengenai pembelajaran tentang pemahaman penggunaan

jilbab yang syar’i, khususnya bagi mahasiswa/i Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi. Serta bagi media sendiri diharapkan agar memberikan

Page 24: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

12

fashion terutama jilbab gaul namun tetap dalam aturan agama yang

sebenarnya tanpa mengurangi makna di dalamnya.

E. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang

dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir

dan penelitian.13

Paradigma dapat dikatakan sebagai cara pandang yang

digunakan untuk memahami komplesitas yang ada dalam dunia nyata.

Paradigma tertanam kuat dalam asosiasi penganut dan praktisinya,

paradigma menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah dan juga

masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan pada mereka

mengenai apa yang harus melakukan pertimbangan eksistensial ataupun

epistimologis yang panjang.14

Penelitian ini menggunakan paradigma

konstruktivis. Paradigma konstruktivis memandang realitas kehidupan

sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi.

Karenanya, konsentrasi pada paradigma konstruktivis adalah menemukan

bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa

konstruksi itu dibentuk. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak

lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka

dan dipisahkan dari subjek sebagai pesan penyampai konstruktivisme

13

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kalitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2007), Edisi Revisi, h.49. 14

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2003), h. 9.

Page 25: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

13

menganggap subjek (komunikan) sebagai faktor central dalam kegiatan

komunikasi serta hubungan-hubungan sosial.15

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian pada skripsi ini adalah pendekatan kualitatif

dengan sifat deskriptif. Yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif

adalah suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi

pada gejala-gejala yang bersifat alamiah karena orientasinya demikian,

maka sifatnya naturalistic dan mendasar atau bersifat kealamiahan serta

tidak bisa dilakukan di laboratorium melainkan harus terjun di lapangan.16

Pendekatan kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan

sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.

Pendekatan ini lebih menekankan pada persoalan kedalaman (kualitas)

data bukan banyaknya kuantitas data.17

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah semiotika model

Roland Barthes. Menurut Barthes, pada tingkat denotasi, bahasa

menghadirkan konvensi atau kode-kode sosial yang bersifat eksplisit,

yakni kode-kode yang makna tandanya segera naik ke permukaan

berdasarkan relasi penanda dan petandanya. Dan pada tingkat konotasi,

bahasa menghadirkan kode-kode yang makna tandanya bersifat implisit,

15

Mulyadi Saputra, “Paradigma Positivisme, Konstruktivisme dan Kritis dalam

Komunikasi”, artikel diakses pada 22 Mei 2014 dari

http://terinspirasikomunikasi.blogspot.com/2012/12/paradigma-positivisme-konstruktivisme.html. 16

Muhammad Nazir, Metode Penelitian (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986), h. 159. 17

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikas (Jakarta: Kencana, 2010), Cet.

Ke-5 h. 56.

Page 26: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

14

yaitu sistem kode yang tandanya bermuatan makna-makna tersembunyi.

Makna tersembunyi ini adalah makna yang menurut Barthes merupakan

kawasan dari ideologi atau mitologi.18

4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan

observasi, wawancara dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi adalah suatu cara mengumpulkan data dengan

mengambil langsung terhadap objek atau penggantinya (misal: film,

rekonstruksi, video dan sejenisnya)19

. Ada dua macam observasi:

1. Observasi Partisipan

Observasi partisipan adalah observasi yang memungkinkan periset

atau peneliti mengamati kehidupan individu atau kelompok dalam

situasi riil, dimana terdapat setting yang riil tanpa dikontrol atau

diatur secara sistematis seperti riset eksperimental, misalnya.20

2. Observasi Non Partisipan

Observasi non partisipan adalah observasi yang dalam

pelaksanaannya tidak melibatkan penelitian sebagai partisipasi atau

kelompok yang diteliti.21

18

Tommy Christomy, Semiotika Budaya (Depok: PPKB Universitas Indonesia, 2004),

h.94. 19

Nazar Bakry, Tuntunan Praktis Metodologi Penelitian (Jakarta: CV Pedoman Ilmu

Jaya, 1994), h. 36. 20

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikas (Jakarta: Kencana, 2010), h. 112. 21

Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2001), h. 83.

Page 27: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

15

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non

partisipan karena peneliti hanya mengunjungi tempat penelitian, menelaah

apa yang ada di sana serta tidak terlibat langsung dalam pelaksanaan

penelitian sebagai partisipan yang diteliti.

b. Wawancara

Wawancara adalah teknis dalam upaya menghimpun data yang akurat

untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu

yang sesuai dengan data22

. Wawancara dilakukan untuk memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab terhadap

salah satu nara sumber. Ada dua jenis wawancara, yaitu:

1. Wawancara Terstruktur (Structured Interview)

Wawancara terstruktur adalah suatu cara mengumpulkan data atau

informasi dengan menggunakan pedoman wawancara, yang

merupakan bentuk spesifik yang berisi instruksi yang mengarahkan

peneliti dalam melakukan wawancara. Wawancara jenis ini dikenal

juga sebagai wawancara sistematis atau wawancara terpimpin23

.

2. Wawancara Mendalam (Depth Interview)

Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau

informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan

22

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian dan Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:

Bhinneka Cipta, 1996), Cet. Ke-10. h. 72. 23

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana 2010), Cet.

Ke-5. h. 101.

Page 28: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

16

agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini

dilakukan dengan berulang-ulang secara intensif.24

Wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah jenis

wawancara mendalam, peneliti langsung mewawancarai narasumber,

yaitu Ibu Avi Budimansyah selaku Director/ Publisher di majalah

Annisa dan fotografer yaitu Roy Mega Antara.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah penelitian yang mengumpulkan, membaca dan

mempelajari berbagai bentuk data tertulis (buku, majalah atau jurnal)

yang terdapat di perpustakaan. Internet atau instansi lain yang dapat

dijadikan analisis dalam penelitian ini. Peneliti mengumpulkan data

yang berhubungan dengan penelitian berupa rubrik fashion yang

terdapat pada majalah Annisa.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis

semiotika model Roland Barthes, yaitu mencari tahu makna denotasi,

konotasi dan mitos yang ada pada foto-foto yang terpilih dalam rubrik

fashion pada majalah Annisa edisi Juni 2013 serta menerapkan pada teori

komodifikasi Vincent Mosco.

Dari data yang sudah terkumpul, peneliti terlebih dahulu

menyeleksi foto-foto yang ada pada rubrik fashion, karena yang akan

24

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana 2010), Cet.

Ke-5. h. 102.

Page 29: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

17

peneliti analisis hanyalah foto yang menggunakan motif lasercut pada

jilbab.

Setelah tahap penyeleksian foto, peneliti menemukan dua foto

model asing yang menggunakan motif lasercut sebagai jilbab. Dari kedua

foto inilah peneliti akan menganalisis menggunakan semiotika Roland

Barthes yang mengikuti enam prosedur yang dapat memengaruhi foto,

setelah dianalisis kemudian peneliti menerapkan ke teori komodifikasi

Vincent Mosco.

6. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 Februari s/d 12

Agustus 2014. Penelitian ini dilakukan di perusahaan media massa cetak

majalah Annisa yang beralamat di Jalan Pangeran Antasari No. 53 Jakarta

Selatan. Telp (021) 72793518 fax. (021) 72793118 website:

www.annisamagazine.com

7. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah majalah Annisa dan objek

dalam penelitian ini adalah foto-foto di rubrik fashion tentang jilbab

menggunakan motif lasercut pada majalah Annisa.

8. Pedoman Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman

Penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi) CeQda Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

Page 30: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

18

F. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul penelitian ini, peneliti sudah mengadakan

tinjauan pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Perpustakaan Utama (PU) Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta maupun tinjauan ke perpustakaan lain. Selain dari

buku-buku yang jadi rujukan utama, data-data yang diperoleh pada penelitian

ini berfokus pada jilbab yang dijadikan fashion perempuan di media massa

cetak, khususnya majalah muslimah. Menurut pengamatan peneliti dari hasil

observasi yang peneliti lakukan sampai saat ini, hanya menemukan:

Noor Hidayati mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

yang berjudul ”Analisis Semiotika Terhadap Rubrik Mode Pada Majalah

Ummi” yang ditulis pada tahun 2011. Pada skripsi ini membahas tentang

rubrik mode yang terdapat pada majalah Ummi, pada skripsi ini menggunakan

teori semiotika Charles Sanders Peirce yakni membagi objeknya menjadi icon,

simbol, dan index.

Risqa Fadhielah mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang berjudul “Analisis Semiotika

Terhadap Rubrik Busana Pada Majalah Paras” yang ditulis pada tahun 2012.

Pada skripsi ini membahas tentang rubrik busana yang terdapat pada majalah

Paras, pada skripsi ini menggunakan teori semiotika Charles Sanders Peirce

yakni membagi objeknya menjadi icon, simbol, dan index.

Page 31: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

19

Trigustia Pusporini mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi konsentrasi Jurnalistik yang

berjudul “Analisis Semiotika Terhadap Rubrik Fashion Style Majalah

Kawanku” yang ditulis pada tahun 2009. Pada skripsi ini membahas tentang

rubrik fashion style yang terdapat pada majalah Kawanku yang diambil dari

edisi No 33-2008 sampai edisi No 36-2008 menyajikan foto fashion style yang

bertemakan pakaian model tahun 70-an dan pergantian musim. Yang mencoba

menggali makna konotasi dan denotasi yang menggunakan teori semiotika

Roland Barthes.

Aldillah Oriza Sativa mahasiswi Universitas Mercu Buana Fakultas

Ilmu Komunikasi yang berjudul “Efek Majalah Fashion Terhadap Perilaku

Konsumtif Remaja di Universitas Mercu Buana” yang ditulis pada tahun

2013.

Ericha Nur Aprilia mahasiswi Universitas Mercu Buana Fakultas Ilmu

Komunikasi yang berjudul “Komodifikasi Program Variety Eat Bulaga

Indonesia di SCTV” yang ditulis pada tahun 2013.

Dari kelima skripsi yang diteliti tersebut, ada tiga skripsi yang sama-

sama membahas mengenai makna dan simbol pada rubrik foto yang terdapat

pada majalah muslimah dengan menggukan analisis semiotika, namun pada

skripsi ketiganya hanya meneliti foto-foto yang ada pada rubrik yang berbeda

disetiap majalah yang diteliti. Dan dua skripsi dengan judul dan penelitian

yang berbeda, peneliti mendapatkan inspirasi dari kedua skripsi tersebut yang

akhirnya menyatukan antara komodifikasi majalah dan jilbab.

Page 32: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

20

Perbedaan pada skripsi ini, peneliti selain menggunakan analisis

semiotika, juga menggunakan teori ekonomi politik media dengan proses

komodifikasi.

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN: Dalam bab ini berisi tentang latar belakang

masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN TEORI: Dalam bab ini membahas

tentang teori yang digunakan sesuai dengan permasalahan. Teori ekonomi

politik media Vincent Mosco khususnya komodifikasi isi media, tinjauan

umum semiotika, teori semiotika Roland Barthes, konsep media cetak, konsep

majalah, konsep jilbab, dan jilbab gaul.

BAB III GAMBARAN UMUM: Dalam bab ini membahas tentang sejarah

singkat majalah Annisa, rubrikasi majalah Annisa, struktur redaksi majalah

Annisa.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA: Dalam bab ini berisi tentang

tanda-tanda, makna, pesan yang terdapat pada foto-foto yang terpilih dalam

rubrik fashion majalah Annisa edisi Juni 2013 dengan menggunakan teori

semiotika foto Roland Barthes yaitu denotatif, konotatif dan mitos serta

pemaknaan komodifikasi isi media di majalah Annisa.

BAB V PENUTUP: Dalam bab ini membahas mengenai kesimpulan dan saran

dari penelitian ini.

Page 33: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

21

BAB II

LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP

A. Landasan Teori

1. Komodifikasi pada Media

Istilah ekonomi politik diartikan secara sempit oleh Mosco sebagai

studi tentang hubungan-hubungan sosial, khususnya hubungan kekuasaan

yang saling menguntungkan antara sumber-sumber produksi, distribusi

dan konsumsi, termasuk didalamnya sumber-sumber yang terkait dengan

komunikasi. Dari pendapat Mosco di atas dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan kekuasaan (politik) dengan kehidupan ekonomi dalam

masyarakat. Dalam studi media massa, penerapan pendekatan ekonomi

politik memiliki tiga konsep awal, yaitu komodifikasi, spasialisasi, dan

strukturasi.

1. Komodifikasi adalah upaya mengubah apapun menjadi komoditas

atau barang dagangan sebagai alat mendapatkan keuntungan.

Dalam media massa tiga hal yang saling terkait adalah isi media,

jumlah audiens, dan iklan. Berita atau isi media adalah komoditas

untuk menaikkan jumlah audiens atau oplah. Jumlah audiens atau

oplah juga merupakan komoditas yang dapat dijual pada

pengiklan. Uang yang masuk merupakan profit dan dapat

digunakan untuk ekspansi media. Ekspansi media menghasilkan

kekuatan yang lebih besar lagi dalam mengendalikan masyarakat

melalui sumber-sumber produksi media berupa teknologi.

Page 34: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

22

2. Spasialisasi adalah cara-cara mengatasi hambatan jarak dan waktu

dalam kehidupan sosial. Dengan kemajuan teknologi komunikasi,

jarak dan waktu bukan lagi hambatan dalam praktik ekonomi

politik. Spasialisasi berhubungan dengan proses transformasi

batasan ruang dan waktu dalam kehidupan sosial. Dapat

dikatakan juga bahwa spasialisasi merupakan perpanjangan

institusional media melalui bentuk korporasi dan besarnya badan

usaha media.

3. Strukturasi atau penyeragaman yaitu ideologi secara terstruktur.

Komoditas adalah segala sesuatu yang diproduksi atau ditawarkan

untuk dijual. Barang-barang dan jasa-jasa ini selalu mempunyai asal-usul

dan konsekuensi ideologis.25

Komoditas terjadi dari adanya jangkauan kebutuhan yang luas,

baik fisik maupun kultural dan penggunaannya dapat dijabarkan melalui

berbagai cara komoditas bisa muncul dari berbagai macam kebutuhan

sosial tersebut termasuk didalamnya kepuasan jasmani sampai

pemenuhan status dalam masyarakat. Jadi nilai pakai tidak hanya terbatas

pada pemenuhan kebutuhan untuk bertahan hidup, tetapi lebih meluas

sampai kepenggunaan yang didasarkan kepada kebutuhan sosial.

Sehingga komodifikasi mengacu pada proses mengubah nilai pakai

menjadi nilai tukar dan beragam cara bagaimana proses ini kemudian

25

Lull James, Media Komunikasi Kebudayaan: Suatu Pendekatan Global (Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 1997), h. 223.

Page 35: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

23

diperluas ke dalam bidang sosial dari produk komunikasi, audiens dan

tenaga kerja yang selama ini mendapat sedikit perhatian. Proses

komodifikasi ini menggambarkan cara kapitalisme membawa modalnya

melalui perubahan nilai pakai menjadi nilai tukar.26

Adam Smith dan ekonomi klasik membedakan antara produk

yang nilainya berasal dari kepuasan keinginan dan kebutuhan spesifik

dari manusia yang disebut nilai pakai dan produk yang nilainya berasal

dari kemampuan produk tersebut untuk ditingkatkan sebagai nilai tukar.

Komoditas adalah bentuk khusus dari produk ketika produksi mereka

secara terorganisisr diatur melalui proses pertukaran.27

Dalam konsep komodifikasi ini, komunikasi merupakan arena

potensial tempat terjadinya komodifikasi. Hal ini dikarenakan

komunikasi merupakan komoditas yang sangat besar pengaruhnya karena

yang terjadi bukan hanya komodifikasi untuk mendapatkan surplus

value, tapi juga karena pesan yang disampaikan mengandung simbol dan

citra yang bisa dimanfaatkan untuk mempertajam “kesadaran” penerima

pesan.28

Terdapat dua dimensi signifikan dalam hubungan antara

komodifikasi dan komunikasi:

1. Proses dan teknologi komunikasi yang memberi kontribusi

kepada proses komodifikasi secara umum sebagai satu kesatuan.

26

Vincent Mosco, The Political Economy of Communication: Rethinking and Renewal

(London: Sage Publication, 1996), h. 141. 27

Mosco, The Political Economy of Communication: Rethinking and Renewal, h. 141-

142. 28

Mosco, The Political Economy of Communication: Rethinking and Renewal, h..134.

Page 36: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

24

2. Proses komodifikasi yang bekerja dalam masyarakat merasuk

dalam proses sosial komodifikasi sebagai suatu praktik sosial.29

Bentuk-bentuk komodifikasi dalam komunikasi:

1. Komodifikasi Isi Media

Proses komodifikasi pada komunikasi melibatkan

perubahan pesan-pesan dari sumber data sampai sistem pemikiran

dan menjadi produk ysang dapat dipasarkan. Misalnya paket

produk yang dipasarkan media dengan cara pemuatan tulisan

seorang penulis, artikel lain dan iklan dalam suatu paket yang bisa

dijual. Dari sudut pandang modal, komodifikasi isi media

dipengaruhi oleh penciptaan nilai surplus atau keuntungan. Isi

media dibuat sedemikian rupa sehingga mendatangkan

keuntungan bagi pemilik modal.30

2. Komodifikasi Khalayak

Media komodifikasi memiliki dua peran, yaitu sebagai

peran langsung pencipta surplus melalui produksi dan pertukaran

komoditas. Dan tidak langsung melalui periklanan dalam

penciptaan nilai surplus melalui sektor lain produksi komoditas.

Pengiklan juga berperan dalam menentukan isi media, sehingga

menciptakan khalayak sebagai komoditas, Smythe mengambil

ide-ide ini dengan pandangan yang berbeda dengan menekankan

pada audiens yaitu bahwa audiens adalah komoditas utama dari

29

Vincent Mosco, The Political Economy of Communication: Rethinking and Renewal

(London: Sage Publication, 1996), h..142. 30

Mosco, The Political Economy of Communication: Rethinking and Renewal, h. 146.

Page 37: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

25

media massa. Menurut Smythe, media massa tebentuk dari sebuah

proses dimana didalamnya perusahaan media memproduksi

audiens dan mengirim mereka pada pengiklan.

Dalam pandangannya, proses tersebut menciptakan

hubungan yang resiprokal yang mengikat antara media, khalayak

dan pengiklan. Program atau isi media digunakan untuk

membentuk khalayak dan pengiklan membayar perusahaan media

untuk mendapatkan akses pada khalayak ini, dengan begitu

khalayak dibawa kepada pengiklan.31

3. Komodifikasi Pekerja

Pekerja merupakan penggerak kegiatan produksi.

Pemanfaatan tenaga dan pikiran mereka secara optimal dengan

cara mengkonstruksi pikiran mereka tentang bagaimana

menyenangkannya jika bekerja dalam sebuah institusi media

massa, walaupun dengan upah yang tak seharusnya.32

Tiga aspek di atas merupakan “kendaraan” untuk mendekati dan

memahami perspektif komodifikasi dalam industri media. Dan

komodifikasi isi media dianggapnya sebagai langkah awal untuk

memahami komodifikasi dalam kegiatan komunikasi.33

Komodifikasi sering kali disamakan dengan komersialisasi,

31

Vincent Mosco, The Political Economy of Communication: Rethinking and Renewal

(London: Sage Publication, 1996), h..148. 32

“Kajian Ekonomi Politik Media” Artikel diakses pada 3 Juni 2014 dari

http://indiwan.blogspot.com/2010/05/kajian-ekonomi-politik-media.html 33

Syaiful Halim, Postkomodifikasi Media and Cultural Studies (Tangerang: Matahati Production,

2012), h. 54.

Page 38: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

26

walaupun dalam pengertiannya sedikit berbeda. Komodifikasi merujuk

pada semua nilai tukar, sedangkan komersialisasi lebih merujuk pada

nilai tukar ekonomi. Namun, komodifikasi dilihat sebagai kegiatan

produksi dan distribusi komoditas yang memiliki daya tarik agar dapat

menarik audiens sebanyak-banyaknya, tanpa mementingkan

pertimbangan konteks sosial, sehingga komodifikasi menjadi tempat

dimana proses bisnis berlangsung.

Dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan dan

menganalisis komodifikasi tentang isi media atau konten dari majalah

Annisa khususnya pada rubrik fashion.

2. Tinjauan Umum Tentang Semiotika

1. Pengertian Semiotik/ Semiologi

Semiologi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani semion

atau sign dalam bahasa Inggris, yaitu tanda. Secara singkat, semiologi

dapat diartikan sebagai suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji

tanda, misalnya seperti bahasa, sinyal, kode, dan sebagainya. Secara

terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang

mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh

kebudayaan sebagai tanda.

Secara umum, istilah semiotika atau semiotics merupakan satu

kajian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan tanda-tanda (semi/sign).

Dalam hal ini tanda-tanda yang dimaksud adalah semua hal yang

Page 39: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

27

diciptakan dan direka sebagai bentuk penyampaian informasi yang

memiliki makna tertentu.

Semiotika pada dasarnya ilmu yang mempelajari atas kode-kode,

yaitu sistem apapun yang memungkinkan kita memandang sesuatu

sebagai tanda-tanda yang bermakna. Contohnya asap menandai adanya

api, sirine mobil yang keras menandai adanya kebakaran, bila disekitar

rumah kita ada tetangga yang memasang janur maka pertanda ada

pernikahan, dan sebagainya.

Semiotika memiliki dua tokoh utama dalam perkembangan

kajiannya, yakni Charles Sanders Peirce (1839-1914) dan Ferdinand de

Saussure (1857-1913). Peirce adalah filsafat ahli logika dari Amerika

Serikat. Sedangkan Saussure mengembangkan dasar-dasar teori linguistik

umum di Eropa.

Menurut Charles Sanders Peirce, semiotika tidak lain dari sebuah

nama logika. Semiotika Peirce bermula dari ketertarikannya untuk

menyelidiki bagaimana manusia berpikir, sampai Peirce menyimpulkan

bahwa semiotika tak lain adalah sinonim untuk logika. Maksudnya

bahwa kita hanya dapat berpikir dengan sarana tanda. Sudah pasti tanpa

tanda kita tidak dapat berkomunikasi. Peirce menjelaskan logika harus

mempelajari bagaimana orang bernalar, penalaran itu, menurutnya

dilakukan melalui tanda-tanda. Tanda-tanda memungkinkan kita berpikir,

berhubungan dengan orang lain, dan memberi makna pada apa yang

ditampilkan oleh alam semesta.

Page 40: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

28

Kemudian semiotika menurut Ferdinand de Saussure, semiologi

sebuah kajian umum tentang tanda-tanda didalam masyarakat. Semiotika

merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan tanda-tanda dalam

masyarakat dapat dibayangkan ada. Ia akan menjadi bagian dari

psikologis sosial dan karenanya juga bagian dari psikologis umum. Saya

akan menyebutnya semiologi (dari bahasa Yunani, semion “tanda”).

Semiologi akan menujukkan hal-hal yang membangun tanda-tanda dan

hukum-hukum yang mengaturnya. Semiotika Saussure mengemuka dari

pikiran-pikiran yang dituliskan betdasarkan pada teori kebahasaan.

Saussure mengembangkan dasar-dasar teori linguistik umum.

Kekhasan teorinya terletak pada kenyataan bahwa ia menganggap bahasa

sebagai sistem tanda. Ia menyatakan bahwa tanda linguistik perlu

menemukan tempatnya dalam sebuah teori umum, dan untuk hal ini ia

mengusulkan nama semiologi.

Semiologi juga sama sebagai semiotika, mulai dari metode dan

analisis bahasa. Untuk menganalisis bagaimana semua sistem tanda

bekerja. Mengeksplorasi dari logika dan metodelogi dibalik komunikasi,

dan memperlihatkan bagaimana kita mengerti sebuah sistem melalui

metode semiotik, dan maksud dari komunikasi. Difokuskan terhadap

pemaknaan dan dengan jalan dimana pemaknaan akan diproduksi dan

dikirimkan.

Semiotika pada umumnya adalah studi tentang tanda dan segala

yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungan dengan

Page 41: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

29

tanda-tanda lain, pengirimnya, dan penerimanya oleh mereka yang

mempergunakannya. Dengan demikian istilah semiotika maupun

semiologi yaitu ilmu tentang tanda-tanda (the science of sign) tanpa

adanya perbedaan pengertian yang terlalu tajam. Semiologi lebih dikenal

di Eropa yang mewarisi tokoh dari Ferdinand de Saussure dengan tradisi

linguistiknya. Sedangkan semiotika lebih dipakai oleh para penutur

bahasa di Inggris mewarisi tradisi Charles Sanders Peirce.

Dalam pemikiran Peirce dikenal dengan teori segitiga makna-nya

(triangel meaning). Berdasarkan teori tersebut, semiotika berangkat dari

tiga elemen utama yang terdiri dari: tanda (sign), acuan tanda (object),

pengguna tanda (interpretant). Menurut Peirce, salah satu bentuk tanda

adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda.

Sementara interpretan adalah tanda yang ada dibenak seseorang tentang

objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila elemen-elemen tersebut

berinteraksi dalam bentuk seseorang, maka munculah makna tentang

sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut.

Contohnya, gambar rambu telepon umum. Gambarnya adalah

representamen yang berhubungan dengan misalnya, sebuah kata benda

didalam bahasa Indonesia, telepon mengacu pada suatu alat komunikasi

berupa telepon sungguhan. Kata telepon berkedudukan sebagai sebuah

representamen yang berhubungan dengan alat komunikasi jarak jauh,

dengan rujukan pada objek tertentu pula. Perkataan tersebut kemudian

menjadi representamen yang berhubungan dengan interpretan baru lagi,

Page 42: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

30

misalnya handphone atau ponsel. Kemudian representamen ponsel

tersebut berhubungan dengan interpretasi lain, misalnya gambar iklan

telepon dan seterusnya, sambung-menyambung tanpa pernah selesai.

Dalam kajian Peirce terdapat tipologi tanda yaitu, pertama adalah

ikon yakni kemiripan “rupa” (resemblance), contohnya suatu peta atau

lukisan, misalnya hubungan ikonik dengan objeknya sejauh diantara

keduanya terdapat kesamaan atau keserupaan. Kedua adalah indeks yakni

keterkaitan eksistensi diantara representasi dan objeknya. Contohnya,

ketukan pintu merupakan indeks dari ada kedatangan seseorang di rumah

kita. Ketiga adalah simbol yang merupakan tanda yang bersifat abriter

(semena-mena atau semaunya) dan konvensional berupa kesepakatan.

Tanda-tanda kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol. Misalnya

rambu lalu lintas yang hanya berupa garis putih melintang di atas latar

belakang merah. Pemaknaannya garis putih maupun bidang merah yang

menjadi latar belakangnya adalah sebuah tanda arbiter yang berdasarkan

konvensi atau kesepakatan.

Menurut pandangan Saussure tentang tanda sangat berbeda

dengan pandangan para ahli linguistik di zamannya. Saussure justru

menyerang pemahaman historis terhadap bahasa yang dikembangkan

pada abad ke-19.34

Menurutnya, definisi tanda linguistik merupakan

entitas dua sisi yang bersifat arbiter (semena-mena atau semaunya).

34

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media,

2011), h. 15

Page 43: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

31

Sisi pertama disebutnya dengan penanda (signifier), dan sisi

kedua dari tanda yaitu sisi yang diwakili secara material oleh penanda,

disebut juga sebagai petanda (signified).

Unsur penanda (signifier) merupakan aspek material tanda yang

bersifat sensoris yang dapat diindrai (sensible). Dengan kata lain penanda

adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan

apa yang ditulis atau dibaca. Sementara petanda (signified) adalah

gambaran mental, pikiran, atau konsep, merupakan aspek mental dari

tanda-tanda yang biasa disebut juga sebagai “konsep”, yakni konsep-

konsep ide didalam benak penutur. Misalnya, gambar ayam, maka

signifiernya adalah ayam tulisan “a-y-a-m”, berkokok (aspek material

dari bahasa yang dikatakan, didengar, ditulis dan dibaca). Sedangkan

signifiednya adalah berkaki dua, berbulu, berjengger (segala bentuk dan

konsep dari ayam).

Kedua elemen di atas tidak dapat dipisahkan karena saling

menyatu dan tergantung satu sama lain. Walaupun penanda dan petanda

dapat dibedakan, namun praktiknya tidak dapat dipisahkan. Tiada

penanda tanpa petanda, tiada petanda tanpa penanda. Kombinasi dari

suatu konsep dan suatu citra-bunyi inilah yang kemudian menghasilkan

tanda khususnya didalam bahasa, tanda-tanda memiliki dua karakteristik

primordial, yakni linear dan arbiter. Karakteristik pertama, linearitas

penanda berkaitan dengan dimensi kewaktuannya. Penanda-penanda

kebahasaan harus diproduksi secara beruntun, satu demi satu, tidak

Page 44: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

32

mungkin secara sekaligus atau simultan. Karakteritik kedua, kearbiteran

tanda bersangkutan dengan relasi diantara penanda dan petanda adalah

semata-mata berdasarkan konvensi atau kesepakatan.

Pada dasarnya para semiotikus melihat kehidupan sosial dan

budaya sebagai pemaknaan, bukan sebagai hakikat esensial objek.

Charles Morris memudahkan kita dalam memahami ruang lingkup kajian

semiotika yang menaruh perhatian atas ilmu tentang tanda-tanda.

Menurutnya, kajian semiotika pada dasarnya terbagi menjadi tiga cabang

penyelidikan (Branches of inquiry) yakni, sintaktik atau sintaksis, suatu

cabang penyelidikan semiotika yang mengkaji “hubungan formal

diantara suatu tanda dengan tanda-tanda lain”, dengan perkataan lain,

karena hubungan-hubungan formal ini merupakan kaidah-kaidah yang

mengendalikan tuturan dan interpretasi, pengertian sintaktik kurang lebih

adalah gramatika.

2. Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure

tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-

bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan

bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda

pada orang yang berbeda situasinya.

Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan

menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan

kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan

Page 45: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

33

konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan

Barthes ini dikenal dengan order of signification, mencakup denotasi

(makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir

dari pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan

Saussure dan Barthes meskipun tetap mempergunakan istilah signifier-

signified yang diusung Saussure.

Tanda bekerja di dua tingkatan dari pemaknaan denotasi dan

konotasi. Definisi denotasi menurut Barthes adalah sistem signifikansi

tingkat pertama. Jelasnya tingkatan tanda mengkomunikasikan dan

mengacu kepada pemaknaan dari tanda yang masuk akal. Makna

denotasi dapat diekspresikan dengan cara mendeskripsikan tanda dengan

benar.35

Jadi tanda-tanda pada tataan pertama ini hanya akan menjadi

penanda-penanda yang berhubungan dengan petanda-petanda pada

tataran kedua. Denotasi biasanya dimengerti sebagai makna harfiah,

makna yang sesungguhnya, bahkan kadang kala dirancukan dengan

referensi atau acuan. Proses signifikansi yang secara tradisional disebut

sebagai denotasi yang biasanya mengacu pada penggunaan bahasa

dengan arti yang sesuai dengan apa yang terucap.

Denotasi merupakan tingkat pertandaan hubungan antara

penandaan dan petanda antara tanda dan rujukannya pada realitas yang

menghasilkan makna sesungguhnya. Sesuatu hal yang disepakati

bersama secara general dan universal. Misalnya, kerudung yang berarti

35

Michael O‟Shaughnessy and Jane Stadler, Media and Society (New York: Oxford,

1991), h. 115.

Page 46: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

34

sebagai penutup aurat, penutup kepala, berwarna hitam, berbentuk segi

empat.

Sedangkan pengertian dari konotasi adalah tataran signifikansi

tingkat kedua, konotasi mengacu pada emosi, nilai dan asosiasi yang

menimbulkan tanda kepada para pembaca, penonton, atau pendengar.

Makna konotasi dari tanda yang dapat diekspresikan dengan cepat

melalui catatan atau pengalaman atau kenangan yang dibayangkan.36

Konotasi merupakan hubungan antara penanda dan petanda yang

didalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung.

Konotasi adalah istilah signifikansi tahap kedua yang digunakan

Barthes. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda

bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca dan nilai-nilai dari

kebudayaan. Makna konotasi adalah bagaimana cara

menggambarkannya. Konotasi bekerja dalam tingkat subjektif sehingga

kehadirannya tidak disadari. Contohnya, makna dibalik kerudung yang

berarti identitas, kesucian dan harga diri.

Konotasi identik dengan ideologi, yang disebutnya mitos, dan

berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi

nilai-nilai dominan yang berlaku dalam periode tertentu. Barthes

menempatkan ideologi dengan mitos karena ada hubungan antara

penanda konotatif dan petanda konotatif yang terjadi secara termotivasi.37

Ia juga memahami ideologi sebagai kesadaran palsu yang membuat orang

36

Michael O‟Shaughnessy and Jane Stadler, Media and Society (New York: Oxford,

1991), h. 116. 37

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 71.

Page 47: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

35

hidup di dunia tidak nyata atau imajiner dan ideal, walaupun kenyataan

hidup yang sesungguhnya tidak demikian. Ideologi ada selama

kebudayaan ada, itulah sebabnya Barthes menjelaskan berbicara tentang

konotasi sebagai suatu ekspresi budaya, misalnya seperti tokoh, latar,

sudut pandang, dan lain sebagainya.

Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu mitos yang

menandai suatu masyarakat. Mitos menurut Barthes terletak pada tingkat

kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified,

tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki

petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang

memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna

denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos. Mitos

merupakan sesuatu yang dianggap alamiah, bersifat konvensional.

Mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan

yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Didalam mitos terdapat pola

tiga dimensi penanda, petanda dan tanda. Mitos juga suatu sistem

pemaknaan tataran kedua.

Pada signifikansi tahap kedua yang berhubungan dengan isi,

tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan

menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala

alam. Mitos primitif, misalnya mengenai hidup dan mati, manusia dan

dewa, baik dan buruk. Bagi Barthes, mitos merupakan cara berpikir dari

suatu kebudayaan tentang sesuatu, cara untuk mengkonseptualisasikan

Page 48: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

36

atau memahami sesuatu. Sedangkan mitos masa kini misalnya mengenai

feminitas, maskulinitas, ilmu pengetahuan dan kesuksesan.38

Mitos

adalah suatu wahana ideologi berwujud.39

Mitos dapat berangkai menjadi

mitologi yang memainkan peranan penting dalam kesatuan-kesatuan

budaya. Sedangkan Van Zoest (1991) menegaskan, siapa pun

menemukan ideologi dalam teks dengan jalan meneliti konotasi-konotasi

yang terdapat didalamnya.

Dalam pandangan Umar Yunus, mitos tidak dibentuk melalui

penyelidikan, tetapi melalui anggapan berdasarkan observasi kasar yang

digeneralisasikan oleh karenanya lebih baik hidup dalam masyarakat.40

Misalnya, ia mungkin hidup dalam gosip kemudian ia mungkin

dibuktikan dengan tindakan nyata. Sikap kita terhadap sesuatu ditemukan

oleh mitos yang ada dalam diri kita. Mitos ini menyebabkan kita

mempunyai prasangka tertentu terhadap suatu hal yang dinyatakan dalam

mitos.

Setiap tipe tuturan, entah berupa sesuatu yang tertulis atau

sekedar representasi, verbal atau visual, secara potensial dapat menjadi

mitos.41

Artinya, tidak hanya wacana tertulis yang dapat kita baca

sebagai mitos, melainkan juga fotografi, film, pertunjukan, bahkan olah

raga dan makanan. Contohnya, di sebuah cover majalah tampak foto

seorang Negro muda yang mengenakan seragam serdadu Prancis.

38

John Fiske, Introduction to Communication Studie (London: Second Edition, 1990), h.

88. 39

Van Zoest dalam Alex Sobur, Analisis Teks Media (London: Second Edition), h. 88. 40

Umar Yunus, Mitos dan Komunikasi (Jakarta: Sinar Harapan, 1981), h. 74. 41

Kris Budiman, Semiotika Visual (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h. 41.

Page 49: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

37

Pada tataran pertama, kita dapat mengidentifikasi setiap penanda

didalam citra tersebut ke dalam konsep-konsep yang setepat mungkin,

misalnya seorang serdadu, pakaian seragam, lengan yang diangkat, mata

yang menatap ke atas dan sebuah bendera Prancis.

Pada tataran kedua, (tataran konotasi atau mitos), citra ini

memberikan makna: bahwa Prancis adalah sebuah bangsa yang besar,

dengan segenap putranya yang tanpa diskriminasi ras sedikit pun setia di

bawah lindungan benderanya. Pada tataran konotasi ini penanda-

penandanya menunjuk kepada seperangkat petanda atau fragmen ideologi

tertentu, yakni campuran dari imperialitas Prancis dan kemiliteran.

Contoh lain adalah pohon beringin yang rindang dan lebat

menimbulkan konotasi keramat karena dianggap sebagai hunian para

makhluk halus. Konotasi keramat ini kemudian berkembang menjadi

asumsi umum yang melekat pada simbol pohon beringin, sehingga pohon

beringin yang keramat bukan lagi menjadi sebuah konotasi tapi berubah

menjadi denotasi pada pemaknaan tingkat kedua. Pada tahap ini, pohon

beringin yang keramat akhirnya dianggap sebagai sebuah mitos.

Pendekatan semiotik Roland Barthes secara khusus tertuju kepada

sejenis tuturan (speech) yang disebutnya sebagai mitos.42

Menurutnya,

bahwa membutuhkan kondisi tertentu untuk dapat menjadi mitos, yaitu

dicirikan oleh hadirnya tataran signifikansi yang disebut sebagai sistem

semiologi tingkat kedua. Penanda-penanda berhubungan dengan petanda-

42

Kris Budiman, Semiotika Visual (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h.38.

Page 50: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

38

petanda kemudian menghasilkan tanda. Pada tataran signifikansi lapis

kedua inilah mitos terlahir. Aspek material mitos, yaitu penanda-penanda

pada tataran kedua sistem semiologi itu, dapat disebut sebagai retorik

atau konator-konator yang tersusun dari tanda-tanda pada sistem pertama,

sementara petanda-petandanya sendiri dapat dinamakan sebagai fragmen

ideologi.

Pembaca mudah sekali membaca makna konotatif sebagai fakta

denotatif, karena salah satu tujuan analisis semiotika adalah untuk

menyediakan metode analisis dan kerangka berpikir dan mengatasi

terjadinya salah baca (misreading) atau salah satu dalam mengartikan

makna suatu tanda.

Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja43

:

1. Signifier

(penanda)

2. Signified

(petanda)

3. Denotative Sign

(tanda denotative)

4. Connotative Signifier

(penanda konotatif)

5. Connotative Signified

(petanda konotatif)

6. Connotative Sign (tanda konotatif)

Gambar 2.1

Peta Tanda Roland Barthes

43

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 69.

Page 51: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

39

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri

atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan,

tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal

tersebut merupakan unsur material, hanya jika Anda mengenal tanda

“singa”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian

menjadi mungkin.

Jadi dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar

memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda

denotatif yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya inilah

sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi

Saussure, yang berhenti pada penandaan dalam tataran denotatif.

Pada dasarnya ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam

pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dimengerti

oleh Barthes. Dalam pengertian umum, denotasi biasanya dimengerti

sebagai makna harfiah, makna yang “sesungguhnya”, bahkan kadang

kala juga dirancukan dengan referensi atau acuan. Proses signifikasi yang

secara tradisional disebut sebagai arti yang sesuai dengan apa yang

terucap. Akan tetapi, didalam semiologi Roland Barthes dan para

pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikansi tingkat pertama,

sementara konotasi merupakan tingkat ke-dua. Dalam hal ini denotasi

justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna, dan dengan

demikian sensor atau represi politisi. Sebagai reaksi yang paling ekstrem

melawan keharfiahan denotasi bersifat opresif ini, Barthes mencoba

Page 52: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

40

menyingkirkan dan menolaknya. Baginya, yang hanya adalah konotasi

semata-mata.

3. Semiotika Foto Roland Barthes

Foto bisa bersifat secara subjektif, setiap orang memiliki cara

yang berbeda-beda dalam mengartikan makna pada sebuah foto, sangat

minim kemungkinannya dari dua orang yang berbeda memiliki detail

pemikiran yang sama persis terhadap satu foto, dan suatu foto secara

umum atau garis besar pasti akan memberikan satu makna tertentu.

Artinya, sekaya apapun variasi interpretasi makna yang dihasilkan oleh

khalayak tapi secara umum menuju ke satu fisik dan kesimpulan yang

sama.

Foto sebagai petanda atau signifier memberikan makna melalui

orang, benda atau situasi dalam foto itu sendiri. Dalam hal ini segala

sesuatu yang menjadi pusat perhatian dalam foto itu bisa dan akan

mengambil alih realitas seperti yang sebenarnya dan tergantung pada

maknanya. Orang benda, atau situasi dalam foto itu sangat berkaitan

dengan tanda, yaitu korelasi original yang diterjemahkan kepada kita dan

orang, benda, atau situasi itu menjadi tanda atau sign itu sendiri.44

Sebuah tanda atau sign menggantikan sesuatu untuk seseorang.

Dia hanya bermakna jika dia memiliki seseorang yang mengartikannya.

Meskipun demikian, semua tanda bergantung dari proses pemaknaannya

dari keberadaan khalayak yang spesifik dan konkret, yaitu mereka yang

44

Judit Williams, Decoding Adwertisments: Ideology (London: Camelot Press, 1985), h.

35.

Page 53: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

41

memperoleh dan menghasilkan semua sistem nilai dan kepercayaan.

Dalam The Photographic Message, Barthes mengajukan tiga tahapan

dalam membaca foto, yaitu perseptif, kognitif, dan etis ideologis.45

Pertama, tahap perseptif terjadi ketika seseorang mencoba

melakukan transformasi gambar ke kategori verbal, jadi semacam

verbalisasi gambar. Konotasi perspektif tidak lain adalah imajinasi

sintagnatik yang pada dasarnya bersifat perspektif (forsee). Kedua,

konotasi kognitif dilakukan dengan cara mengumpulkan beberapa

signifier yang dikalimatkan.

Barthes menunjukkan bahwa tiga cara rekayasa di atas membuka

kemungkinan untuk menurunkan signifier. Barthes menyebut signifier

pada tingkat konotatif ini dengan sebutan mitos dan signified dengan

sebutan ideologi. Ini dibangun dengan imajinasi simbolik. Ketiga, tahap

ini tidak menentukan wacana suatu foto dan ideologi atau moralitas yang

berkaitan. Kita akan mencari objektivitas pesan foto melalui prosedur

yang dapat diamati dan diukur.46

Dalam The Photographic Message Barthes juga menyebutkan

enam prosedur atau kemungkinan untuk memengaruhi gambar sebagai

analogon. Keenam langkah tersebut dapat dipandang sebagai kegiatan

menulis karena pada hakikatnya lewat prosedur tersebut seorang

fotografer dapat menentukan berbagai unsur tanda, hubungan, dan lain-

45

ST. Sunardi, Semiotika Negativa (Yogyakarta: Kanal, 2002), h. 187. 46

Sunardi, Semiotika Negativa, h. 187.

Page 54: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

42

lain yang menjadi pertimbangan utama ketika orang membaca bahasa

gambar tersebut.

Pada bahasan ini, Barthes mengemukakan enam prosedur

konotasi citra, khususnya menyangkut fotografi untuk membangkitkan

konotasi dalam proses produksi foto. Prosedur-prosedur ini terbagi dalam

dua bagian besar. Pertama, konotasi yang diproduksi melalui modifikasi

atau intervensi langsung terhadap realita itu sendiri. Maksudnya

manipulasi atau rekayasa yang secara langsung dapat memengaruhi

realitas atau kenyataan itu sendiri.

Dalam hal ini dibagi lagi menjadi tiga bagian yaitu:47

Trick effect

(efek tiruan) adalah gambar hasil rekayasa foto atau gambar yang sengaja

dibuat berlebihan dalam menyampaikan tujuan pembuatan berita. Efek

tiruan merupakan intervensi “without warning in the plane of

denotation” artinya memanipulasi gambar sampai tingkat yang

berlebihan untuk menyampaikan maksud pembuat berita.

Selanjutnya, pose (sikap) adalah gaya, posisi, ekspresi dan sikap

objek foto. Dalam mengambil foto berita seseorang, seorang wartawan

foto akan memilih objek yang sedang diambil. Kemudian, objects (objek)

adalah pemilihan dari objek itu sendiri untuk menentukan point of

interest (POI) dari sebuah foto. Objek ini ibarat perbendaharaan kata

yang siap dimasukkan ke dalam sebuah kalimat.

47

Jonathan Bignell, Media Semiotics an Introduction (USA: Manchester University Press,

1997), h. 99-102.

Page 55: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

43

Bagian yang kedua adalah konotasi yang diproduksi melalui

wilayah estetis foto yang meliputi, photogenia (fotogenia) yakni cara

atau teknik dalam pengambilan foto atau gambar. Misalnya, lighting

(pencahayaan), exposure (ketajaman foto), bluring (keburaman), panning

(efek kecepatan), moving (efek gerak), freeze (efek beku), angle (sudut

pandang pengambilan objek). Selanjutnya, aestheticism (estetisme) yaitu

format atau gambar estetika foto secara keseluruhan dan dapat

menimbulkan makna konotasi, contohnya komposisi dari sebuah foto.

Terakhir adalah syntax (sintaksis), yaitu susunan kalimat yang bercerita

atau caption dari isi foto untuk memberikan keterangan pada foto atau

gambar yang dapat membatasi dan menimbulkan makna konotasi.

3. Kerangka Konsep

a. Media Cetak

Secara harfiah pengertian media cetak bisa diartikan sebagai

sebuah media penyampai informasi yang memiliki manfaat dan terkait

dengan kepentingan rakyat banyak, yang disampaikan secara tertulis.

Dengan demikian yang dimaksud media cetak meliputi surat

kabar, majalah, serta segala macam barang cetakan yang ditujukan untuk

menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi. Sementara dalam kutipan

Page 56: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

44

Ronald H. Aderson media cetak berarti bahan bacaan yang diproduksi

secara profesional seperti buku, majalah, dan buku petunjuk.48

Media cetak mempunyai makna sebuah media yang

menggunakan bahan dasar kertas atau kain untuk menyampaikan pesan-

pesannya. Unsur-unsur utama adalah tulisan atau teks, gambar visualisasi

atau keduanya. Media cetak ini bisa dibuat untuk membantu fasilitator

melakukan komunikasi interpersonal saat pelatihan atau kegiatan

kelompok. Media ini juga bisa dijadikan sebagai bahan referensi atau

bahan bacaan atau menjadi media instruksional atau mengkomunikasikan

teknologi baru dan cara-cara melakukan sesuatu (leaflet, brosur, buklet).

Bisa juga mengkomunikasikan perhatian dan peringatan serta

mengkampanyekan suatu isu (poster) dan menjadi media ekspresi dan

karya personal (poster, gambar, kartun, komik).49

Saat ini media cetak mengalami perkembangan. Perusahaan

media cetak mulai banyak yang berdiri dan melebarkan pemasarannya

sampai pedesaan. Orang-orang yang berada jauh dari perkotaan dapat

menikmati media cetak tersebut.

Jenisnya pun menjadi bermacam-macam. Mulai dari koran harian

sampai bulanan, tabloid, majalah, dan buletin. Informasi yang diberikan

pun bukan hanya sekadar tentang politik atau ekonomi yang sedang

48

Ronald H.Anderson, Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 161. 49

Artikel diakses pada tanggal 5 Juni 2014 dari

http://media.diknas.go.id/media/document/3537. pdf.

Page 57: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

45

terjadi, tapi juga ada bidang hiburannya yang tercantum dalam media

tersebut.

Konsumen media cetak ini pun bukannya hanya dari kalangan

ekonomi menengah ke atas saja, tapi kalangan ekonomi menengah ke

bawah juga sudah dapat menikmati informasi dari media cetak tersebut.

Harga yang terjangkau oleh semua kalangan tersebut, membuat semua

kalangan mampu untuk membeli dan menikmati informasi yang

diberikan oleh media tersebut.

Jenis media cetak pun sudah bermacam-macam. Semua usia

mempunyai media cetak masing-masing. Dari anak-anak sampai orang

tua pun punya jenisnya. Media cetak berupa tabloid merupakan media

informasi yang dikonsumsi oleh kalangan anak-anak dan remaja.

Media cetak juga berusaha mengajak khalayak untuk membaca

informasi yang dibutuhkan. Media cetak berusaha menarik minat baca

khalayak untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan

oleh berita-berita yang dimuatnya, sesuai dengan fungsi media cetak,

yaitu menyebarkan informasi, mendidik,menghibur dan kontrol sosial.50

c. Majalah

Majalah adalah sebuah media publikasi atau terbitan secara

berkala yang memuat artikel-artikel dari berbagai penulis. Selain memuat

artikel, majalah juga merupakan publikasi yang berisi cerita pendek,

50

Onong Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya, 1992), h.

92.

Page 58: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

46

gambar, review, ilustrasi atau feature lainnya yang mewarnai isi dari

majalah. Majalah tidak hanya soal waktu terbit dan bentuknya saja,

melainkan juga isinya. Kalau koran lebih banyak berisi berita kejadian

aktual, ulasan berita, kolom opini, dan informasi yang bersifat

penerangan. Maka majalah lebih banyak berisi feature penyuluhan,

artikel masalah, pendirian penulisnya, cerita kocak, laporan hasil

penyelidikan, sajak dan jenis-jenis kesusastraan lainnya, seringkali

disertai foto dan ilustrasi.51

Oleh karena itu, majalah dijadikan salah satu

pusat informasi bacaan yang sering dijadikan bahan rujukan oleh para

pembaca dalam mencari sesuatu hal yang diinginkannya.

Eksistensi majalah muncul karena kebutuhan masyarakat akan

informasi beragam yang sesuai dengan gaya hidup masyarakat saat ini.

Maka tak heran banyak berbagai ragam majalah beredar saat ini, yang

disesuaikan dengan segmentasinya. Majalah dapat dibedakan menurut

pembaca pada umumnya atau kelompok pembaca yang menjadi target

pasarnya, yakni majalah dapat diklasifikasikan menurut segmen

demografis (usia atau jenis kelamin), ataupun pembedaan secara

psikografis, dan geografis atau dapat dilihat dari segi kebijakan

editorialnya. Sebagai contoh untuk majalah yang terbitnya berdasarkan

keadaaan demografis, misalnya majalah Gadis, majalah yang

diperuntukkan untuk wanita. Sedangkan majalah yang berdasarkan

pengelompokan geografis (wilayah), misalnya: majalah sekolah.

51

Slamet Suseno, Teknik Penulisan Ilmu Popular, Kiat Menulis Non-Fiksi Untuk Majalah

(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1997), h. 7.

Page 59: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

47

Berbagai bahasan artikel informasi yang diulas dalam majalah-majalah

tersebut tentunya disesuaikan dengan karakter dan gaya bahasa target

audiensnya, begitu pula dengan gaya pendekatan dalam hal tampilan atau

desain majalahnya.

Menurut Dominick, klasifikasi majalah dibagi ke dalam lima kategori

utama, yaitu52

:

1. General Consumer

Konsumen majalah ini siapa saja. Mereka dapat membeli majalah

tersebut di sudut-sudut, outlet, mall, supermall, atau toko buku lokal.

Majalah konsumen umum ini menyajikan informasi tentang produk

dan jasa yang diiklankan pada halaman tertentu.

2. Business Publication

Majalah-majalah bisnis (disebut juga trade publication) melayani

secara khusus informasi bisnis, industri atau profesi. Media ini tidak

dijual di mall, atau supermall, pembacanya terbatas pada kaum

profesional atau pelaku bisnis. Produk-produk yang diiklankan

umumnya hanya dibeli oleh organisasi bisnis atau kaum profesional.

3. Literacy Reviews and Academic Journal

Terdapat nama ribuan majalah kritik sastra dan majalah ilmiah, yang

pada umumnya memiliki sirkulasi di bawah 10 ribu, dan banyak

diterbitkan oleh organisasi-organisasi nonprofit, universitas, yayasan

52

Elvinaro Ardianto, dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. (Bandung:

Simbiosa Rekatama Media), 2007.

Page 60: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

48

atau organisasi profesional. Mereka menerbitkan empat edisi atau

kurang dari itu setiap tahunnya, dan kebanyakan tidak menerima

iklan.

4. Newsletter

Media ini dipublikasikan dengan bentuk khusus, 4-8 halaman dengan

perwajahan khusus pula. Media ini didistribusikan secara gratis atau

dijual secara berlangganan. Belakangan penerbitan newsletter telah

menjadi lahan bisnis besar.

5. Public Relations Magazines

Majalah public relations ini diterbitkan oleh perusahaan, dan

dirancang untuk sirkulasi pada karyawan perusahaan, agen,

pelanggan, dan pemegang saham. Jenis publikasi penerbitan ini

berbeda sedikit dengan periklanan, kendati menjadi bagian dari

promo organisasi atau perusahaan yang mensponsori penerbitan.

Didalam suatu majalah terkandung banyak elemen-elemen grafis

seperti gambar, tipografi, warna, ilustrasi dan elemen lainnya yang

dimana hal itu untuk memperindah isi majalah dan untuk menarik

perhatian masyarakat untuk membacanya. Majalah juga harus memiliki

konsep atau target segmentasi yang jelas dan sesuatu hal yang berbeda

dengan majalah lainnya. Agar dapat terlihat oleh masyarakat memiliki

ciri khas serta keunggulan dari majalah-majalah pesaing.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, saat ini majalah tidak

hanya terbatas dijual bebas di toko-toko atau kios-kios buku yang dibuat

Page 61: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

49

oleh suatu perusahaan untuk masyarakat umum, namun suatu organisasi

juga dapat menerbitkan majalahnya sendiri apabila kebutuhan informasi

tentang lingkup organisasi tersebut dirasa perlu.53

Terdapat beberapa karakteristik mengenai majalah, yaitu:

1. Penyajian lebih lama

Frekuensi terbit majalah pada umumnya adalah mingguan, selebihnya

dwi mingguan, bahkan bulanan. Majalah berita biasanya terbit

mingguan, sehingga para reporternya punya waktu yang cukup lama

untuk memahami dan mempelajari suatu peristiwa. Kuncinya adalah

berita-berita dalam majalah disajikan lebih lengkap, karena dibubuhi

latar belakang peristiwa. Unsur why dikemukakan secara lengkap.

Peristiwanya atau proses terjadinya peristiwa (unsur how)

dikemukakan secara kronologis.

2. Nilai aktualitas lebih lama

Apabila nilai aktualitas surat kabar hanya berumur satu hari, maka

nilai aktualitas majalah bisa satu minggu. Sebagai contoh, kita akan

menganggap usang surat kabar kemarin atau dua hari yang lalu bila

kita baca saat ini. Akan tetapi, beda dengan majalah. Majalah tidak

akan dianggap usang jika terbit dua atau tiga hari yang lalu.

Sebagaimana dialami bersama, bahwa dalam membaca majalah tidak

pernah tuntas sekaligus. Pada hari pertama mungkin hanya membaca

53

“Definisi Majalah”. Artikel diakses pada 10 Juni 2014 dari

http://rahdinalspaceart.blogspot.com/2011/11/definisi-majalah-majalahadalah-sebuah.html?m=1

Page 62: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

50

topik yang disenangi atau yang relevan dengan profesi, hari esok dan

seterusnya membaca topik yang lain sebagai referensi.54

3. Gambar atau foto lebih banyak

Jumlah halaman majalah lebih banyak, sehingga penyajian beritanya

yang mendalam, majalah juga dapat menampilkan gambar atau foto

yang lengkap, dengan ukuran besar dan kadang-kadang berwarna,

serta kualitas kertas yang dipilihkannya pun lebih baik. Foto-foto

yang ditampilkan memiliki daya tarik tersendiri, apalagi apabila foto

tersebut bersifat eksklusif.

4. Cover sebagai daya tarik

Disamping foto, cover atau sampul majalah juga memberikan daya

tarik tersendiri. Cover ibarat pakaian dan aksesorisnya pada manusia.

Cover majalah biasanya menggunakan kertas dan warna yang bagus

dengan gambar dan warna yang menjajikan. Menarik tidaknya cover

suatu majalah sangat bergantung pada tipe majalahnya, serta

konsistensi dalam menampilkan ciri khasnya.

Majalah bernafaskan Islam, khususnya yang ada di Indonesia

telah berkembang sebelum kemerdekaan. Majalah-majalah tersebut

muncul dengan tujuan mencoba menyebarkan gagasan modernisasi di

kalangan umat Islam, menyebarkan semangat pembaharuan Islam, juga

menyuarakan perjuangannya melawan kekuasaan kolonial dan pengaruh

54

Elvinarno Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah. Komunikasi Massa Suatu

Pengantar. Edisi Revisi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 121.

Page 63: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

51

asing.55

Selain itu majalah Islam juga menjadi media penyebaran ilmu

pengetahuan dan kebudayaan untuk dakwah dan pembangunan umat.56

Kebutuhan kaum muslim akan informasi dan semangat

pembaharu Islam membuat majalah-majalah Islam terus bermunculan

sampai pada era Orde Baru. Pembangunan Orde Baru yang telah

mendorong proses intelektualisasi yang pasif dan melahirkan kelas

menengah terpelajar di Indonesia, dimana mayoritas adalah berasal dari

kalangan santri atau muslim, ikut mempengaruhi muncul dan

berkembangnya media massa seperti majalah dengan kualitas yang lebih

baik.57

Pada perkembangan sampai saat ini majalah Islam semakin

beragam, kini majalah Islam bermunculan untuk kalangan yang lebih

khusus, yaitu ditujukan untuk kaum perempuan. Majalah seperti Femina

dan Kartini adalah contoh dari majalah yang didesain untuk kaum

wanita. Dengan perkembangan umat Islam seperti yang dijelaskan di

atas, bermunculan pula majalah yang dikonsep untuk perempuan muslim,

seperti Paras, Noor, Hijabella. Juga majalah Annisa.

d. Jilbab

Berdasarkan konteks pemakaian dan pengertiannya, kata jilbab

berasal dari bahasa Arab, Jalaba yang maknanya menutup sesuatu dengan

55

Kurniawan Djunaedhi, Rahasia Dapur Majalah Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Umum, 1995), h. 307. 56

Djunaedhi, Rahasia Dapur Majalah Indonesia, h. 311. 57

M. Syafi‟i Anwar, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia (Jakarta: Paramadina, 1995), h.

120.

Page 64: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

52

sesuatu yang lain sehingga tidak dapat dilihat auratnya. Para ulama

berbeda pendapat tentang pengertian jilbab. Ada yang mengatakan jilbab

itu mirip rida' (sorban). Ada juga yang mengatakan kerudung yang lebih

besar dari khimar (selendang). Sebagian lagi mengartikan dengan gina',

yaitu penutup muka atau kerudung lebar. Muhammad Said Al - Asymawi

menyimpulkan bahwa jilbab adalah gaun longgar yang menutupi sekujur

tubuh perempuan.

Jilbab pada prinsipnya adalah untuk mengendalikan diri dari

dorongan nafsu (syahwat) dan menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan

maksiat. Perempuan beriman tentu saja akan memilih busana sederhana

dan tidak berlebihan sehingga menimbulkan perhatian publik dan tidak

untuk pamer (riya').

Di lndonesia pemakaian jilbab pada perempuan muslimah bukan

hal yang aneh karena mayoritas penduduk lndonesia beragama lslam.

Setiap perempuan muslimah Indonesia memiliki pemahaman tersendiri

mengenai arti jilbab. Ada yang menganggap jilbab sebagai penutup

kepala dan ada juga yang menganggap jilbab itu sebagai pakaian komplit.

Pengertian jilbab berbeda dengan kerudung. Kerudung

merupakan kain yang digunakan untuk menutupi kepala, leher, hingga

dada, sedangkan jilbab meliputi keseluruhan pakaian yang menutup

mulai dari kepala sampai kaki, kecuali muka dan telapak tangan hingga

Page 65: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

53

pergelangan tangan. Sehingga seseorang yang mengenakan jilbab pasti

berkerudung tetapi orang yang berkerudung belum tentu berjilbab.58

Para perancang mode boleh saja mengatakan bahwa hasil

rancangannya adalah jilbab, tetapi jika hal itu tidak memenuhi syariat

sebagaimana yang diperintahkan Allah, maka itu bukanlah jilbab. Karena

dalam Islam, suatu pakaian disebut jilbab jika memenuhi syarat yang

telah ditentukan, diantaranya59

menutup seluruh badan selain yang

dikecualikan, bukan berfungsi sebagai perhiasan, kainnya harus tebal

(tidak tipis), harus longgar (tidak ketat) sehingga tidak menggambarkan

sesuatu dari tubuhnya, dan tidak menyerupai laki-laki.

Namun pada saat ini, mayoritas perempuan muslimah lebih

memahami pengertian jilbab adalah sama dengan kerudung atau hijab,

yaitu berfungsi hanya untuk menutupi kepala, leher dan dada. Bahkan

jilbab yang digunakan pada saat ini adalah jilbab yang jauh dari

ketentuan-ketentuan ajaran agama Islam, atau lebih dikenal dengan

sebutan jilbab gaul.

Seorang muslimah adalah seorang wanita yang mengaku dirinya

beriman kepada Allah dan keimanannya itu diyakini dalam hati,

diikrarkan dengan lisan dan diwujudkan dengan perbuatan sehari-hari.

Dan pengamalan dari keimanan ini adalah dengan menjalankan perintah-

perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Mengenakan jilbab

58

“Hukum Memakai Jilbab Menurut Islam”, Artikel diakses pada 3 Juni 2014 dari

http://mmn-dot-org.blogspot.com/2013/05/hukum-memakai-jilbab-menurut-islam-jilbab-

mmn.html?m=1. 59

“Kriteria Jilbab Menurut Al-Qur‟an” Artikel diakses pada 31 Januari 2014 dari http://

efrialdy.wordpress.com/2009/08/13/kriteria-jilbab-menurut-al-qur%E2%80%99an-dan-as-sunnah/

Page 66: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

54

bagi seorang wanita merupakan suatu perintah dari Allah SWT. dan

hukumnya adalah wajib yang bila dikerjakan berpahala dan bila

ditinggalkan berdosa. Allah SWT. mewajibkan wanita beriman untuk

mengenakan jilbabnya atau kerudungnya, kecuali kepada orang-orang

tertentu.

Melalui Al-Qur‟an Islam mengajarkan bahwa tujuan utama

berbusana, termasuk etika berjilbab bagi perempuan adalah semata-mata

untuk mengekspresikan ketakwaan.

“Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah

menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk

perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik.

Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-

mudahan mereka ingat. (Q.S. Al-A‟raf, 7:26).

Dan mempertegas jati diri agar terhindar dari tindakan tak

senonoh kaum laki-laki yang tidak bertanggung jawab, sesuai dengan

firman Allah SWT.

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka

menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah

mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)

nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain

kudung kedadanya,.......... (Q.S. An-Nur, 24:31).

Page 67: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

55

e. Jilbab Gaul

Seiring dengan semakin maraknya penggunaan jilbab dikalangan

wanita muslimah, mulai terjadi pergeseran makna jilbab itu sendiri. Para

muslimah yang latah berjilbab tanpa mengetahui hukum jilbab dan aturan-

aturan Syariahnya, menjadi trendsetter penggunaan jilbab yang lebih

mengarah pada tujuan mode. Inilah yang dikenal dengan fenomena jilbab

gaul. Jilbab gaul dicirikan dengan pakaian ketat, transparan dan membentuk

lekuk tubuh. Kerudung yang digunakan tidak menutupi dada dan ujungnya

diikat ke belakang. Pengguna jilbab gaul biasanya juga melengkapi

penampilannya dengan dandanan menor, wewangian serta aksesoris yang

mencolok. Yang menjadi acuan utama dalam memakai jilbab gaul ini bahwa

mereka ingin menghilangkan pandangan lama yang dianggap kurang

memihak pada para pemakai jilbab60

. Berikut adalah ciri-ciri jilbab gaul61

:

1. Jilbab gaul tidak menutup aurat secara sempurna (hanya “membungkus”

aurat).

Aurat wanita adalah seluruh tubuh, kecuali muka dan telapak

tangan. Namun, banyak dari busana muslimah saat ini, tidak menutupi

aurat secara keseluruhan. Masih ada saja celah-celah yang menampakkan

aurat. Di antaranya masih ada yang menampakkan leher, lengan, tangan,

kaki. Padahal jilbab syar‟i adalah yang menutup aurat secara sempurna,

kecuali muka dan telapak tangan saja.

60

“Dibalik Pesona Jilbab Gaul”, artikel diakses ada 3 September 2014 dari

www.Anneahira.Com/Pesona-Jilbab-Htm 61

Ust. Abu Rufaid Agus Suseno, Lc “Dosa Dibalik Jilbab Gaul”, artikel diakses pada 3

September 2014 dari https://www.facebook.com/jilbabkujilbabsyari/posts/527685580621492

Page 68: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

56

Dari Abu Dawud, dari Aisyah berkata, bahwa Asma suatu kali

mendatangi Rasulullah dengan mengenakan pakaian tipis lalu Rasulullah

berkata kepadanya,

الوسأة إذ بلغث الوحض لن جصلح أى سي هها إال هرا وهرا وأشاز ا أسواء إى

إلى وجهه وكفه

”Wahai Asma’, wanita yang telah haid (maksudnya telah baligh), tidak

boleh terlihat darinya kecuali ini, beliau mengisyaratkan ke mukanya

dan telapak tangannya.” (HR. Abu Dawud no. 4104).

2. Jilbab gaul tipis dan transparan

Menutup aurat tidak mungkin terwujud dengan pakaian tipis dan

transparan, justru dengan pakaian tipis, akan menambah fitnah dan

menjadi hiasan bagi kaum wanita. Karenanya Nabi SAW bersabda, ”Dua

golongan dari ahli Neraka yang tidak pernah aku lihat: seseorang

membawa cambuk seperti ekor sapi yang dia memukul orang-orang, dan

perempuan yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok,

kepalanya bagai punuk onta yang bergoyang. Mereka tidak akan masuk

surga dan tidak akan mendapatkan baunya,sekalipun ia bisa didapatkan

sejauh perjalanan sekian dan sekian” (HR.Muslim).

Ibnu Abdil Barr mengatakan, ”Makna „kasiyatun „ariyatun‟

(berpakaian tapi telanjang) adalah para wanita yang memakai pakaian

yang tipis yang menggambarkan bentuk tubuhnya, pakaian tersebut

belum menutupi (anggota tubuh yang wajib ditutup dengan sempurna).

Mereka berpakaian, namun hakikatnya mereka telanjang.”62

62

Jilbab Mar‟ah Mudlimah h. 125-126

Page 69: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

57

3. Jilbab gaul ketat

Memakai jilbab itu bertujuan menghindari fitnah, dan hal ini tak

mungkin terwujud dengan memakai pakaian ketat. Meskipun terkadang

pakaian ini menutupi warna kulit, namun pakaian seperti ini

menampakkan sebagian bahkan seluruh lekuk tubuh.

4. Jilbab gaul berparfum

Padahal Nabi SAW menegaskan,

شاة م لجدوا هي زحها فه ت على قى طست فوس حع سأة اس أوا اه

”Tidaklah seorang wanita memakai minyak wangi lalu keluar melewati

sebuah kaum supaya mereka mencium parfumnya, maka sesungguhnya

wanita itu adalah pezina.” (HR.Ahmad).

5. Jilbab gaul menyerupai wanita-wanita kafir

Biasanya jilbab gaul mengikuti mode yang sedang berkembang di

dunia barat kemudian dipoles sedikit dengan nuansa Islami, belum lagi

dengan model yang sedang ngetrend yang menyerupai biarawati Nasrani.

6. Jilbab gaul menarik perhatian kaum lelaki

Diantara tujuan jilbab adalah melindungi diri dari godaan lelaki

dan menghindar dari fitnah, namun jilbab gaul justru malah menarik

perhatian kaum lelaki. Bagaimana mungkin jilbab justru menarik

perhatian kaum lelaki? Hal ini disebabkan, jilbab gaul berwarna warni

dan dihiasi berbagai macam motif. Syaikh al Albani menegaskan,

“Tujuan disyari‟atkannya memakai jilbab adalah untuk menutup

perhiasan wanita, maka tidak masuk akal jika seorang wanita muslim

memakai jilbab yang penuh motif & hiasan”.

Page 70: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

58

BAB III

GAMBARAN UMUM MAJALAH ANNISA

A. Gambaran Umum Majalah Annisa

Annisa merupakan majalah yang diperuntukan bagi perempuan,

kehadirannya disesuaikan dengan perkembangan zaman melalui representasi

muslimah dalam sajian-sajiannya. Annisa menghadirkan informasi yang

mencakup semua aspek kehidupan muslimah modern sesuai dengan tren lokal

dan global, masih dalam nilai dan identitas Islam.

Annisa terbit pertama kali pada tanggal 28 November 2011. Terhitung

dari terbit pertama kali, berarti sampai saat ini Annisa sudah berusia 2,5

tahun. Dilihat dari edisi November tahun 2012 majalah Annisa memperingati

hari jadinya dalam edisi tersebut.

Nama Annisa terlahir setelah melalui beberapa tahap penyesuaian dan

penyeleksian. Sebelumnya ada beberapa pilihan nama yang akan ditetapkan,

diantaranya ada Noura, Aisya, Aisah dan Annisa. Setelah melalui proses dan

tahap penyeleksian, akhirnya Annisa ditetapkan sebagai nama majalah ini

dengan alasan karena mengingat konsep yang diusung mengenai fashion

lebih banyak dan memang majalah Annisa tujuannya diperuntukkan bagi

kaum wanita. Maka ditetapkanlah Annisa, sesuai dengan artinya yaitu wanita.

Selain itu, Annisa dipilih karena memang namanya yang simpel dan mudah

diingat oleh masyarakat. Annisa memiliki slogan women insight “wawasan

wanita”.

Page 71: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

59

Sejalan dengan perkembangan Annisa, selama satu tahun berjalan

Annisa selalu ingin memberikan sajian fashion yang up to date dan

berkualitas. Annisa merupakan majalah lokal yang ingin berkonsep

internasional, sehingga Annisa dengan segala cara menyajikan gaya busana

dan jilbab yang memang selalu berbeda dengan yang lain. Pada dasarnya

Annisa memang mengusung dan mengedepankan tentang fashion, pada saat

Annisa masih berawal dari nol, banyak sekali kesulitan atau hambatan dalam

peminjaman produk atau wardrobe yang berkualitas dan ternama. Maka pada

saat itu Annisa memutuskan untuk bekerja sama dengan PT. Trinaya Media,

yang mana didalamnya tergabung dengan beberapa majalah, lokal dan

internasional yaitu Kartini, Elle, Marie Claire, Elle Decore, dan Working

Mother. Hal ini dilakukan karena untuk mempermudah Annisa dalam

meminimalisir hambatan yang ada sebelumnya, seperti dalam peminjaman

produk yang digunakan untuk pemotretan, salah satunya misalnya dalam

produk busana.

Setelah bergabung atau bekerja sama dengan PT. Trinaya Media,

Annisa lebih mendapatkan keleluasaan dalam peminjaman produk yang bisa

dikatakan famous dan berkualitas. Karena suatu produk dapat

mempercayakan penggunaan produknya terhadap media yang dianggap layak

dan berkualitas. Dengan bergabungnya Annisa di PT. Trinaya Media inilah

Annisa dianggap majalah yang memang layak untuk menggunakan produk

yang famous. Terlebih lagi Annisa merupakan majalah muslim, sehingga

banyak ide yang didapat dalam memadupadankan busana yang modern

Page 72: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

60

dengan jilbab yang simpel namun tetap modis. Selain untuk mempermudah

dalam peminjaman produk, bekerja samanya Annisa dengan PT. Trinadia

Media yaitu untuk menambah iklan yang dimuat dalam Annisa dengan tujuan

Annisa dapat menambah income yang besar.

B. Sasaran Pembaca dan Pendistribusian Majalah Annisa

Kehadiran Annisa, sejatinya untuk referensi bacaan kaum perempuan.

Sasaran atau target pembaca dari majalah Annisa itu sendiri diantaranya

muslimah yang aktif (remaja maupun dewasa), dinamis, dan modern; usia 25-

30 tahun, mengikuti perkembangan tren dan gaya hidup terkini; memiliki

SES A-B; perempuan karir atau pengusaha perempuan, ibu rumah tangga;

memiliki mobilitas sosial dan aman secara finansial.

Jumlah sirkulasi Annisa adalah 50.000 eksemplar. Wilayah

pendistribusian majalah Annisa tersebar di Indonesia yaitu Jabotabek 60%,

Bandung 7%, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi 7%, Semarang, Solo,

Yogyakarta 8%, Surabaya 11%, dan Bali 2%.

C. Rubrikasi Majalah Annisa

Bagian yang terpenting dari majalah adalah rubrik-rubrik yang dapat

dijadikan sebagai inspirasi bagi pembaca. Rubrik merupakan ruangan yang

terdapat dalam surat kabar yang memuat isi dan berita, ruangan khusus yang

dapat dimuat dengan periode yang tetap dengan hari-hari tertentu atau

beberapa minggu sekali, yang membuat masalah masing-masing sesuai yang

ditulis rubrik tersebut.

Page 73: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

61

Majalah Annisa mempunyai empat pembahasan inti, dari empat

pembahasan inti inilah lahir rubrik-rubrik yang membahas masalah-masalah

sesuai dengan rubrik-rubrik yang ada. Berikut empat bahasan inti pada

majalah Annisa yaitu: inspirasi 20%, berita dan info komunitas 10%, fashion

dan gaya hidup 40%, panduan dan wawasan 30%. Dalam empat pembahasan

inti tersebut terdapat rubrik-rubrik yang berhubungan dengan bahasan inti

yaitu:

Inspirasi : a topic, a success, a inspiration, a story, a event, a close

Berita dan info komunitas : a mushalla, a community, a news, a review

Fashion dan gaya hidup : a editor’s choice, a style guide, a fashion news,

a beauty news, a catwalk, a street style, a style, a fashion, a hijab tutorial,

a beauty, a make over, a home, a gadget, a credit, a resto

Panduan dan wawasan : a TO Z, a health, a money, a trip, a recipe, a

couple, a halal, a parenting, a love notes.

Sesuai dengan pembahasan inti yaitu fashion dan gaya hidup yang

sebanyak 40%, Annisa memang benar telah menyajikan rubrik-rubrik

mengenai fashion lebih banyak dibandingkan dengan rubrik lainnya. Jadi

Annisa memang sesuai dengan konsep awalnya yaitu majalah fashion untuk

kaum wanita muslim yang aktif dan ingin tampil lebih modis.

D. Struktur Redaksi Majalah Annisa

Editor in Chief : Berliana Febrianti

Managing Editor : Ade Nur Sa’adah

Fashion and Beauty Writer : Dyah Ayu Amalia

Andini Aprilliana

Page 74: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

62

Features and Lifestyle Writer : Rara Peni Asih

Tri Sintarini

Editorial Secretary : Andi Bramantya

Contributor : Asma Nadia

Dida Nurhaida

Elvina Rahayu

Graphic Designer : Dhoni Nurcahyo

Ziyah Paramitasari

Photographer : Arief Prabowo

Senior Account Executive : Ria Eka Yulianti

Account Executive : Erica Fabiola

Director/ Publisher : Avi Budimansyah

Director : S. Hadi Sutarto

Published : PT. Madani Segarra Media

Berdasarkan kedudukannya masing-masing staff redaksi mempunyai

tugas-tugas sebagi berikut:

1. Editor in Chief

Editor in chief atau kepala redaksi adalah kepala utama publikasi

ini, memiliki tanggung jawab akhir untuk semua operasi dan kebijakan.

Memimpin semua departemen organisasi, serta orang yang

bertanggungjawab untuk mendelegasikan tugas kepada anggota staf serta

menjaga dengan waktu yang dibutuhkan mereka untuk menyelesaikan

tugas mereka. Tanggung jawab khas editor in chief mencakup, palang

Page 75: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

63

pengecekan fakta, ejaan, tata bahasa, menulis halaman gaya desain, dan

foto; menolak tulisan yang tampaknya menjiplak, hantu-ditulis oleh editor

lainnya sub, atau diterbitkan sebelumnya di tempat lain; mengedit konten

tersebut; berkontribusi potongan editorial; memotivasi dan

mengembangkan staf editorial; memastikan draft akhir selesai dan daerah

tidak kosong; penanganan keluhan pembaca dan mengambil tanggung

jawab untuk masalah yang dihasilkan.

2. Managing editor

Managing editor seorang redaktur pelaksana adalah anggota

senior dari tim manajemen sebuah publikasi. Tugas pokok managing

editor ialah mengkoordinasikan fungsi-fungsi editorial sebagaimana

mestinya dalam rangka memenuhi seluruh rencana penerbitan. Ia lebur

dalam totalitas kerja sama antarbagian redaksi, pemasaran, dan produksi.

Ia mengarahkan fungsi-fungsi staf redaksi dalam kaitannya dengan

pencapaian target.

3. Fashion and beauty writer

Fashion and beauty writer bertugas mencari bahan dan menulis

naskah/ artikel mengenai segala sesuatu tentang fashion dan kecantikan.

4. Features and lifestyle writer

Features and lifestyle writer bertugas mencari bahan dan menulis

naskah/ artikel mengenai gaya hidup dan hiburan.

Page 76: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

64

5. Editorial secretary

Nama lainnya ialah editorial assistant, editorial trainee, dan

assistant editor. Bertugas membantu editor di dalam mengkoordinasikan

kopi editor lepas dan pembaca proof, dan juga membantu mengurus jual

beli copyrights.

6. Contributor

Contributor adalah orang yang turut andil dalam pekerjaan sesuai

dengan jobdesk-nya, namun contributor bukan merupakan pekerja tetap

dalam suatu perusahaan tersebut.

7. Graphic designer

Graphic designer adalah profesi yang menciptakan ilustrasi,

tipografi, fotografi, atau grafis motion. Graphic designer bertugas untuk

merancang cover atau kulit muka; membuat dummy atau nomor contoh

sebelum produk di cetak dan dijual ke pasar; mendesain dan me-layout

setiap halaman dengan naskah, foto, dan angka-angka; mengatur

peruntukan halaman untuk naskah; menulis judul berita, anak judul,

caption foto, nama penulis pada setiap naskah; menulis nomor halaman,

nama rubrik, nomor volume terbit, hari terbit, dan tanggal terbit pada

setiap edisi.

8. Photographer

Photographer bertugas mengambil gambil gambar peristiwa atau

objek tertentu yang bernilai berita atau untuk melengkapi tulisan berita

Page 77: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

65

yang dibuat wartawan tulis, photographer merupakan mitra kerja yang

setaraf dengan wartawan tulisan (reporter).

9. Account executive

Tugas intim sebagai account executive adalah sebagai jembatan

antara perusahaan dengan klien/nasabah, menjadi seorang account

executive kerjanya tak lain adalah mencari klien/ nasabah/ sejenisnya

kemudian menjaganya agar bisa menjadi pelanggan setia alias loyal.

Tanggung jawab seorang account executive diantaranya, memonitor

aktifitas sales, untuk memastikan implementasi program berjalan sesuai

rencana; mengupdate account profile, untuk mengetahui profil yang

dicover /tahun sebagai informasi data; membuat sales plan dan

pelaksanaannya untuk program penunjang penjualan.

Page 78: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

66

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Majalah Annisa adalah majalah yang peduli terhadap perkembangan

fashion. Kepedulian ini terlihat dari tersedianya pembahasan inti yaitu fashion dan

gaya hidup, dimana di dalamnya memuat lebih banyak mengenai perkembangan

fashion di zaman sekarang.

Sebagai salah satu majalah muslim, tentunya Annisa pada setiap rubriknya

mengandung unsur-unsur dan nilai-nilai keislaman yang dapat menjadi inspirasi

dan bahan pendidikan maupun pembelajaran bagi pembaca-pembaca setianya.

Fashion merupakan salah satu dari rubrik yang ada dalam kategori fashion

dan gaya hidup. Sesuai dengan namanya, dalam rubrik fashion ini Annisa

menyajikan model busana dilengkapi dengan gaya jilbab yang sangat simpel,

sehingga memudahkan para pembaca yang tidak berjilbab pun dapat mengikuti

gaya atau tren yang disajikan. Untuk lebih mengetahui apakah jilbab yang

disajikan dalam Annisa sudah termasuk dalam kategori syar‟i ataukah hanya

sebagai komoditi, maka peneliti akan menganalisis foto-foto yang terdapat pada

rubrik fashion dalam tiga bahasan yaitu, denotasi, konotasi, dan mitos.

Dalam tahapan konotasi, peneliti mengikuti prosedur dari Roland Barthes yang

dapat memengaruhi sebuah foto, diantaranya trick effects, pose, objects,

photoghenia, aestheticism, dan syntax.

Page 79: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

67

A. Analisis Semiotika Roland Barthes

Gambar 1, data foto 1

A. Analisis Data Foto 1

1. Makna Denotasi

Denotasi adalah hubungan antara penanda dengan petanda

dalam sebuah tanda yang mengacu terhadap realitas eksternalnya.

Dalam mengungkap makna denotatif dari sebuah foto bisa melalui

Page 80: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

68

tahapan perseptif. Maksudnya makna paling nyata dari sebuah tanda

yang artinya makna sesungguhnya dan yang digambarkan terhadap

sebuah objek.

Dapat dijelaskan analogon atau objek yang terdapat dalam

foto yang tampak di atas, makna denotasi pada data foto 1 yaitu:

model bernama Olena, dan rancangan busana skirt as headcover oleh

Argyle & Oxford, sweater oleh Ask by Asky Febrianti, dan skirt

oleh Friederich Herman. Tema dari foto ini adalah match point.

Foto terdapat seorang model yang sedang berpose dengan

menggunakan sweater hangat yang bermotif tribal dengan beragam

warna, yaitu hijau, orange, biru, dan putih. Model menggunakan

inner ninja berwarna hitam dan jilbab lasercut berwarna silver serta

bawahan yang berwarna sama. Background berwarna putih dan

terdapat tulisan yang berbahasa Inggris dengan warna abu-abu.

2. Makna Konotasi

Makna konotasi adalah makna yang muncul berdasarkan atau

pikiran dan perasaan yang timbul terhadap suatu tanda. Menurut

Roland Barthes dalam memahami makna konotasi dari sebuah foto

yang disebut konotasi kognitif, maksudnya adalah makna yang

dikonstruksi berdasarkan imajinasi paradigmatik.

Dalam hal ini, selain pemahaman budaya atau cultural juga

bisa dari pengamatan prosedur yang berpengaruh terhadap foto atau

gambar sebagai analogon.

Page 81: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

69

2.1 Trick Effect atau Manipulasi Foto

Efek tiruan yaitu rekayasa foto dan memadukan dua

gambar sekaligus disebut manipulasi foto dengan cara menambah

atau mengurangi objek dalam foto sehingga memiliki arti yang lain

sampai tingkat yang berlebihan untuk menyampaikan tujuan si

pembuat berita atau karya.

Dalam data foto 1 ini, terlihat indikasi pemotongan

sebagian gambar atau cropping yang dilakukan untuk membuang

gambar yang dirasa tidak perlu atau mengganggu komposisi visual

dari foto ini.

Pada data foto 1 terdapat beberapa sentuhan editing,

dengan menggunakan sebuah aplikasi pengolahan data foto atau

gambar, seperti photoshop dan aplikasi sejenisnya dengan tujuan

mengatur kontras warna yang lebih baik dan merubah foto atau

gambar yang sebenarnya. Hal ini dikatakan Roy Mega Antara

(fotografer) kepada peneliti ketika wawancara.

“Editan ada dong, pasti ada editan. Tapi lebih banyak aslinya

daripada editannya. Maksudnya yang diedit itu

backgroundnya, karena pada saat shoot itu kita pakai

background putih. Kalo untuk modelnya itu paling diedit ya

dialus-alusin mukanya doang, misalnya kalo ada jerawat satu

paling dipoles. Tapi realnya ya begini fotonya karena saat itu

juga kita pakai lampu studio. Editan cropping juga terlihat di

foto ini, karena seingat saya, saat itu saya foto full body. Tapi

sebenarnya cropping itu menjadi hal yang wajar ya, itu

disesuaikan dengan kemauan editor dan juga dihasil cetak

nanti bagus atau tidak”62

.

62

Hasil wawancara dengan Roy Mega Antara selaku fotografer di majalah Annisa, pada

hari Selasa tanggal 12 Agustus 2014, pukul 16.00 WIB.

Page 82: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

70

Pada pernyataan di atas berlaku pada semua foto yang

menjadi bahan penelitian yaitu data foto 1 dan foto 2. Penjelasan

tersebut menerangkan bahwa foto-foto yang ada hanya dilakukan

editing secara sederhana, yaitu untuk membuat model terlihat lebih

cantik.

2.2 Pose

Pose (gesture) adalah sikap atau ekspresi objek yang

mempunyai arti tertentu.

Dari data foto 1, karena foto ini memang foto fashion maka

terlihat model yang sedang bergaya dengan ekspresi yang datar

namun tetap memberikan kesan eksotik dan menarik dengan

produk (jilbab gaul) yang digunakan. Dengan ekpresi seperti itu

mewakilkan karakteristik jilbab gaul yang dikenakan.

2.3 Objects

Objek merupakan benda-benda atau yang dikomposisikan

sedemikian rupa sehingga dapat diasosiasikan dengan ide-ide

tertentu dan merupakan point of interest (POI) atau pusat perhatian

dalam foto.

Pada data foto 1, point of interestnya adalah pada bagian

produk yang digunakan model yaitu sweater hangat bermotif tribal

dan dengan gaya jilbabnya yang unik. Membuat model ini terlihat

modis meskipun dengan gaya yang simpel. Point of interest ini

dikatakan oleh Roy Mega Antara (fotografer) kepada peneliti.

“Foto ini kan foto fashion ya, dimana seorang model yang

digunakan itu harus mampu untuk menonjolkan produk yang

Page 83: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

71

dia pakai, sehingga yang melihatnya menjadi tertarik pada

apa yang dia pakai dalam foto itu”63

.

Pada pernyataan di atas berlaku pada semua foto yang

menjadi bahan penelitian yaitu data foto 1 dan foto 2. Penjelasan

tersebut menerangkan bahwa foto-foto itu ingin menonjolkakan

karakteristik produk jilbab gaul yang dikenakan melalui model.

2.4 Photogenia atau Teknik Foto

Photogenia adalah seni atau taknik memotret sehingga foto

yang dihasilkan telah dibantu atau terkontaminasi dengan teknik-

teknik dalam fotografi, misalnya seperti mengatur ISO

(Internastional Standarts Organization), diafragma, speed serta

teknik lighting, exposure, blurring, angle atau cara pengambilan

foto, panning maupun moving. Untuk memperkuat hasil analisis,

maka peneliti memasukkan hasil data wawancara dengan Roy

Mega Antara selaku fotografer.

“Waktu itu saya menggunakan kamera Canon 5D Mark2,

lensanya pake Canon 70-200 F2.8. Foto ini ISOnya 100 waktu

itu modenya manual cuman kalo speednya saya engga inget,

Fnya saya rasa kayanyasih 13 speednya mungkin 160 paling

ya. Semuanya dalam pemotretan saya pake Canon. Setelah

saya terjun menjadi fotografer profesional saya menggunakan

kamera Canon, awalnya saya menggunakan kamera Nikon”.

“Untuk foto 1 dan 2 ini sama ya dari penggunaan kamera dan

ISOnya juga, karena foto ini dilakukan di studio ya, dan

menggunakan flash juga maksudnya flas gede yang ada di

studio tapi pake listrik jadi gausah pake flash dari kamera

lagi, kita cuma butuh trigger aja paling untuk nyalain

lampunya”64

.

63

Hasil wawancara dengan Roya Mega Antara selaku fotografer di majalah Annisa, pada

hari Selasa tanggal 12 Agustus 2014, pukul 16.00 WIB. 64

Hasil wawancara dengan Roya Mega Antara selaku fotografer di majalah Annisa, pada

hari Selasa tanggal 12 Agustus 2014, pukul 16.00 WIB.

Page 84: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

72

Jika dilihat dari data foto 1, teknik pengambilan gambarnya

menggunakan mode manual dengan cahaya bantuan yaitu flash

besar yang yang menggunakan listrik. Foto diambil di dalam

studio, dan menggunakan ISO 100, diafragma yang digunakan data

foto 1 sekitar f/13. Selanjutnya adalah speed (kecepatan rana

merekam gambar) yang digunakan berkisar 1/160 sesuai standar

untuk pemotretan di dalam studio (indoor).

Dalam data foto 1, fotografer mengambil sudut pandang

yang sejajar dengan mata objek. Pandangan sudut sejajar ini adalah

subjek difoto dengan posisi sama dengan kamera. Fotografer

duduk dengan kamera sejajar dengan objek. Data foto 1 ini adalah

medium shoot sehingga model terlihat lebih jelas, ini dimaksudkan

untuk menonjolkan sisi karakteristik dari jilbabnya.

2.5 Aestheticism atau Komposisi

Estetika berkaitan dengan komposisi gambar secara

keseluruhan yang menimbulkan makna tertentu. Aestheticism atau

komposisi merupakan susunan dari berbagai objek atau gambar

yang mempunyai dua sifat saling bertentangan. Bila membangun

gambar, namun juga bisa mengacaukan gambar.

Gambar pada foto ini memiliki komposisi yang pas, dimana

objek dari foto ini hanya satu sehingga foto fokus pada model,

ditambah dengan tulisan-tulisan pada background membuat foto

menjadi lebih menarik dan tidak kosong.

Page 85: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

73

2.6 Syntax

Syntax adalah penyusunan tanda-tanda menjadi satu kalimat

atau suatu makna tertentu. Syntax tidak harus dibangun lebih dari

satu foto. Dalam satu foto pun dapat dibangun syntax.

Pembentukan syntax seperti ini biasanya dibantu dengan caption.

Data foto 1 ini bukan merupakan foto jurnalistik sehingga

tidak terdapat sintax. Misalnya seperti keterangan tempat maupun

waktu pengambilan foto. Hanya saja tulisan yang menjelaskan

tentang memadupadankan pakaian yang simpel, tapi tetap terlihat

modis.

3. Mitos

Mitos yang terkandung pada data foto 1 yang dianalisis

dengan teori semiotika yang berlandaskan pada penggabungan

makna denotasi dan konotasi yang dapat dimaknai dari data foto 1

dengan tema match point adalah seorang model yang mengenakan

jilbab gaul sama saja seperti perempuan yang berjilbab tapi dengan

pakaian telanjang karena apa yang dikenakannya itu membentuk

lekuk tubuh, contohnya seperti data foto 1, model yang hanya

memakai sweater hangat bermotif tribal dan bawahan berupa rok

berwarna silver dan dipadukan dengan jilbab yang simpel pula.

Dengan mix and match seperti itu, sudah bisa ditiru karena memang

sangat simpel. Pakaian dan jilbab seperti itu merupakan model

pakaian yang casual.

Page 86: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

74

Namun jika dilihat dari ketentuan jilbab dalam kategori

syar‟i, maka data foto 1 tersebut belum dapat dikatakan jilbab syar‟i

yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Karena pada dasarnya

kriteria jilbab yang syar‟i itu adalah menutup seluruh badan selain

yang dikecualikan, bukan berfungsi sebagai perhiasan, kainnya harus

tebal (tidak tipis), harus longgar (tidak ketat) sehingga tidak

menggambarkan sesuatu dari tubuhnya, dan tidak menyerupai laki-

laki.

Dari analisis yang ada dapat terlihat bahwa, jilbab yang

digunakan oleh model asing ini memang kainnya tebal sehingga

tidak terlihat atau menerawang, inner yang digunakan tidak terlapisi

jilbab lagi, sehingga lehernya masih terlihat dan terbentuk. Pakaian

yang digunakan memang tidak menyerupai laki-laki namun masih

terlihat agak ketat sehingga sedikit menggambarkan lekukan

tubuhnya. Jilbab berwarna silver yang digunakan memang sangat

simpel, namun terlihat aneh dan mencolok karena bentuk dan

penempatan fungsinya yang kurang tepat, meskipun dari warna

pakaian dan jilbab tidak membuat menarik perhatian.

Dilihat dari teori ekonomi politik media mengenai

komodifikasi isi media, terutama dalam rubrik fashion bahwa jilbab

gaul yang digunakan oleh model itu memang pada dasarnya bukan

jilbab yang sewajarnya, maksudnya jilbab yang digunakan adalah

sebenarnya merupakan outfit yang seharusnya pemakaiannya pada

Page 87: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

75

tubuh bukan pada kepala yang dijadikan sebagai jilbab. Berikut

gambar perbandingannya.

Gambar foto 2

Dari kedua foto di atas dapat terlihat jelas, bahwa foto

sebelah kiri seorang model menggunakan outfit bermotif lasercut

berwarna silver yang dijadikan sebagai jilbab. Dan foto sebelah

kanan menggunakan outfit bermotif lasercut berwarna silver sebagai

top yang dikenakan ditubuhnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Annisa

menyajikan gaya jilbab yang trend namun belum memenuhi kategori

syar‟i, jilbab yang digunakan merupakan hasil modifikasi, yang

Page 88: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

76

bagaimana caranya agar barang atau produk tersebut dapat terlihat

lebih menarik dan unik tentunya dapat menjadi nilai jual. Hal ini

dibuktikan dengan Annisa dalam kiprahnya selama ini dalam

pemilihan model asing yang dipilih, produk yang digunakan

merupakan produk ternama (kualitas dan branded), serta modifikasi

jilbab yang semaksimal mungkin di mix and match menjadi menarik

dan unik, khususnya dalam rubrik fashion. Itu semua bertujuan agar

Annisa mendapat pemasok iklan yang lebih banyak dan tentunya

akan mendapat income yang lebih besar pula65

.

65

Wawancara dengan Ibu Avi Budimansyah selaku Director/ Publisher, pada hari Kamis

tanggal 10 Juli 2014, pukul 11.30 WIB.

Page 89: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

77

Gambar 3, data foto 2

B. Analisis Data Foto 2

1. Makna Denotasi

Denotasi adalah hubungan antara penanda dengan petanda

dalam sebuah tanda yang mengacu terhadap realitas eksternalnya.

Dalam mengungkap makna denotatif dari sebuah foto bisa melalui

tahapan perseptif. Maksudnya makna paling nyata dari sebuah tanda

yang artinya makna sesungguhnya dan yang digambarkan terhadap

sebuah objek.

Page 90: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

78

Dapat dijelaskan analogon atau objek yang terdapat dalam

foto yang tampak di atas, makna denotasi pada data foto 1 yaitu:

Model bernama Sicil, dan rancangan busana top as headcover oleh

Argyle & Oxford, jacket oleh I.K.Y.K, dan dress oleh Ask by Asky

Febrianti. Seorang model asing bergaya menggunakan gaun

bermotif yang berwana gold, coklat muda dan ungu dengan warna

dasar biru tua. Dengan gaun yang dilapisi cropped jacket polos

berwarna gold yang hanya sampai bagian dada saja. Celana

berwarna hitam polos dengan model lurus dan sedikit lebih katung.

Model juga memakai wedges berwarna hitam dengan model yang

sedikit lebih tertutup bagian depan kaki serta ada aksen tali. Model

menggunakan inner ninja berwarna hitam dan memakai jilbab

berwarna gold yang bermotif lasercut. Background berwarna putih,

dengan berbagai tulisan bahasa Inggris yang berwarna grey. Di

sebelah kanan bawah foto terdapat tulisan “pilih gaun bermotif

sebagai kunci untuk tampil simple namun berkonsep. Cropped jacket

dapat dijadikan tambahan istimewa” dengan tulisan berwarna putih.

2. Makna Konotasi

Dalam memahami makna konotasi dari sebuah foto,

digunakan enam prosedur dalam semiotik Roland Barthes. Makna

konotasi yaitu makna yang datang berdasarkan atas perasaan, pikiran

yang timbul terhadap suatu tanda. Barthes menjelaskan metode dan

beberapa prosedur yang disebut dengan tahap konotasi kognitif, yaitu

Page 91: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

79

makna yang dibangun atas dasar imajinasi paradigmatik. Selain

pemahaman cultural atau budaya juga dapat diperoleh dengan

memperhatikan beberapa perkembangan prosedur yang

mempengaruhi gambar sebagai analogon.

2.1 Trick Effect atau Manipulasi Foto

Trick effect ialah rekayasa foto dan memadukan dua

gambar sekaligus disebut manipulasi foto dengan cara menambah

atau mengurangi objek dalam foto sehingga memilki arti yang

lain sampai tingkat yang berlebihan untuk menyampaiakan tujuan

si pembuat berita atau karya.

Pada data foto 2, tidak banyak dilakukan manipulasi foto

ataupun sentuhan editing. Data foto 2 ini sama dengan data foto 1,

hanya sentuhan edit pada bagian wajah model untuk

memperhalus dan terlihat lebih cantik, begitupun dengan

background, pada saat pemotretan background berwarna putih

polos. Tapi ada yang membedakan antara data foto 1 dan foto 2

yaitu, pada data foto 2 tidak terdapat cropping, namun full body.

Ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh fotografer yang

pernyataannya ada di data foto 1.

2.2 Pose

Pose (gesture) adalah sikap atau ekspresi objek yang

mempunyai arti tertentu. Misalnya seperti gerak-gerik dari

seseorang dan arah pandang mata. Dalam prosedur ini dilihat

Page 92: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

80

kode bahasa tubuh yang ditampilkan oleh objek yang mempunyai

makna tertentu.

Dari data foto 2, model asing yang berpose dengan

mengangkat kedua tangannya yang diletakkan di pinggang, serta

menyilangkan kaki. Layaknya pose model profesional, dengan

wajah sedikit menunjukkan mimik eksotis. Seperti hasil

wawancara peneliti dengan fotografer Roy Mega Antara,

mengatakan,

“sebenernya sih kalo untuk ekpresi dari setiap model

fashion itu tidak memiliki makna tertentu ya, ekspresi

disesuaikan dengan pakaian serta bjilbab yang dikenakan.

Misalnya si model mengenakan pakaian dan jilbab untuk ke

pesta, engga mungkin dong ekspresinya cengengesan? Jadi

ekspresi itu hanya mewakili dari sisi karakteristik pakaian

dan jilbab yang ingin ditonjolkan”66

.

2.3 Objects

Objek merupakan benda-benda atau yang dikomposisikan

sedemikian rupa sehingga dapat diasosiasikan dengan ide-ide

tertentu dan merupakan point of intereset (POI) atau pusat

perhatian dalam foto.

Dari data foto 2, seorang model asing sebagai satu-satunya

point of interest atau pusat perhatian dalam foto tersebut, yaitu

ingin menonjolkan sisi karakteristik dari pakaian dan jilbab yang

dikenakan oleh model.

2.4 Photogenia atau Teknik Foto

66

Hasil wawancara dengan Roya Mega Antara selaku fotografer di majalah Annisa, pada

hari Selasa tanggal 12 Agustus 2014, pukul 16.00 WIB.

Page 93: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

81

Photogenia adalah seni memotret sehingga foto yang

dihasilkan telah menggunakan beberapa teknik-teknik memotret,

seperti lighting, exposure, blurring, angle atau cara pengambilan

foto, panning maupun moving.

Data foto 2, terlihat model yang sedang bergaya.

Fotografer memotret dengan kamera yang sejajar terhadap model.

Untuk memperkuat hasil analisis, maka peneliti memasukkan

hasil data wawancara dengan Roy Mega Antara selaku fotografer.

“Untuk foto 1 dan 2 ini sama ya dari penggunaan kamera

dan ISOnya juga, karena foto ini dilakukan di studio ya,

dan menggunakan flash juga maksudnya flas gede yang

ada di studio tapi pake listrik jadi gausah pake flash dari

kamera lagi, kita cuma butuh trigger aja paling untuk

nyalain lampunya”67

.

2.5 Aestheticism atau komposisi

Aiestheticism atau komposisi merupakan susunan dari

berbagai objek atau gambar yang mempunyai dua sifat saling

bertentangan. Bila membangun gambar, namun juga bisa

mengacauskan gambar.

Data foto 2, memang hanya terdapat satu objek foto

sehingga model tepat berada di tengah-tengah sehingga foto

terlihat lebih fokus. Dengan tambahan tulisan-tulisan pada

background foto membuat foto menjadi lebih menarik.

67

Hasil wawancara dengan Roy Mega Antara selaku fotografer di majalah Annisa, pada

hari Selasa tanggal 12 Agustus 2014, pukul 16.00 WIB.

Page 94: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

82

2.6 Syntax

Syntax adalah penyusunan tanda-tanda menjadi satu

kalimat atau suatu makna tertentu. Syntax tidak harus dibangun

lebih dari satu foto. Dalam satu foto pun dapat dibangun syntax.

Pembentukan syntax seperti ini biasanya dibantu dengan caption.

Data foto 2 ini bukan merupakan foto jurnalistik sehingga

tidak terdapat syntax. Misalnya seperti keterangan tempat maupun

waktu pengambilan foto. Hanya saja tulisan yang menjelaskan

tentang memadupadankan pakaian yang simpel, tapi tetap terlihat

modis.

3. Mitos

Mitos yang terkandung pada data foto 2 yang dianalisis dengan

teori semiotika yang berlandaskan pada penggabungan makna

denotasi dan konotasi yang dapat dimaknai dari foto 2 dengan tema

match point adalah seorang model yang mengenakan jilbab gaul sama

saja seperti perempuan yang berjilbab tapi dengan pakaian telanjang

karena apa yang dikenakannya itu membentuk lekuk tubuh. Seperti

yang dikatakan oleh Ibnu „Abdil Barr Rahimahullah mengatakan,

“Makna kasiyatun „ariyatun adalah para wanita yang memakai

pakaian yang tipis sehingga dapat menggambarkan bentuk tubuhnya,

pakaian tersebut belum menutupi (anggota tubuh yang wajib ditutupi

dengan sempurna). Mereka memang berpakaian, namun pada

Page 95: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

83

hakikatnya mereka telanjang.”68

Tidak jauh berbeda dengan foto 1,

pada foto 2 ini, model menggunakan dres bermotif dan dilapisi

cropped jacket polos berwara gold, serta menggunakan celana hitam

polos lurus dipadukan dengan wedges yang berwarna senada dengan

celana. Tidak terkecuali jilbab yang dipakai juga tidak kalah unik,

dengan motif lasercut berwarna coklat membuat penampilan semakin

terlihat anggun. Dari keanggunan jilbab gaul yang dikenakan model

terlihat lekukan tubuhnya, dan itu jelas bukan jilbab syar‟i.

Namun jika dilihat dari ketentuan jilbab dalam kategori syar‟i,

maka foto tersebut belum dapat dikatakan jilbab syar‟i yang sesuai

dengan ajaran agama Islam. Karena pada dasarnya kriteria jilbab yang

syar‟i itu adalah menutup seluruh badan selain yang dikecualikan,

bukan berfungsi sebagai perhiasan, kainnya harus tebal (tidak tipis),

harus longgar (tidak ketat) sehingga tidak menggambarkan sesuatu

dari tubuhnya, dan tidak menyerupai laki-laki.

Dari analisis yang ada dapat terlihat bahwa, jilbab yang

digunakan oleh model asing cantik ini memang kainnya tebal

sehingga tidak terlihat atau menerawang, inner yang digunakan tidak

terlapisi jilbab lagi, sehingga lehernya masih terbentuk, bahkan sama

sekali tidak menutup dada. Dalam foto kedua ini, model memakai

celana hitam model lurus, yang pada dasarnya celana memang

merupakan pakaian laki-laki, gaun yang digunakan model memang

68

Jilbab Al Mar‟ah Al Muslimah h. 125-126

Page 96: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

84

lebih panjang sehingga tidak menonjolkan bagian dari aurat, namun

jilbab gaul yang digunakan masih belum dapat dikatakan syar‟i karena

memang masih terlihat lekukan tubuhnya, serta celana yang lumayan

ketat.

Dilihat dari teori ekonomi politik media mengenai

komodifikasi isi media, terutama dalam rubrik fashion. Karena antara

data foto 1 dan data foto 2 ini masih memiliki tema yang sama, maka

dalam pemakaian jilbab gaul oleh model pada dasarnya bukan jilbab

yang sewajarnya, maksudnya jilbab yang digunakan adalah

sebenarnya merupakan outfit yang seharusnya pemakaiannya pada

tubuh bukan pada kepala yang dijadikan sebagai jilbab.

Gambar foto 4

Page 97: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

85

Dari kedua foto di atas sudah terlihat jelas bahwa foto sebelah kiri,

model menggunakan outfit yang dijadikan sebagai jilbab dengan motif

lasercut polos berwarna gold, dan sebelah kanan model menggunakan

outfit motif lasercut berwarna yang sama yaitu gold digunakan sebagai top

pada tubuhnya.

Dengan demikian Annisa menjadikan jilbab sebagai nilai jual yang

pada dasarnya dijadikan komoditi, dengan mengesampingkan bagaimana

sebenarnya jilbab yang layak atau sesuai dengan syariat Islam.

B. Analisis Pemaknaan Komodifikasi Isi Media di Majalah Annisa

Majalah Annisa merupakan majalah yang mengkomodifikasikan isi

medianya, dimana isi artikel atau gambar pada majalah Annisa dijadikan

komoditas agar mereka meraup untung yang besar. Sebagai contoh, dalam

sebuah gambar di rubrik fashion mereka mempromosikan sebuah produk

lasercut yang digunakan sebagai jilbab. Jilbab yang mereka tampilkan adalah

jilbab yang telah dimodifikasi, sehingga terlihat lebih fashionable dan unik,

sehingga menampilkan sesuatu yang berbeda dari majalah muslimah lainnya.

Perbedaan tampilan jilbab inilah yang kemudian menjadi komoditas bagi

majalah Annisa untuk mendapatkan keuntungan.

Isi media merupakan sebuah pesan sebagai komoditas yang bisa

menyenangkan khalayak, mengundang para pemasang iklan, dan

memperpanjang bisnis media, yang ditandai dengan penyajian informasi-

informasi bertema sensasional meliputi kehidupan seputar artis, dan

Page 98: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

86

selebritas, mistik atau tahayul, serbaserbi seks, juga ramah tamah yang

dilakukan politisi atau pejabat, serta dikemas secara spektakuler.69

Dalam majalah Annisa, isi media pada rubrik fashion yang mengenai

komodifikasi jilbab ini dipengaruhi karena pada dasarnya Annisa memiliki

konsep internasional yang memang bergabung dalam beberapa majalah

internasional seperti Elle, Marie Claire, Elle Decore, dan Working Mother,

sehingga tren fashion yang disajikan di Annisa merupakan pengaruh dari

majalah-majalah internasional tersebut.70

Selain rubrik fashion, terdapat juga

rubrik-rubrik lain yang tidak kalah menarik, seperti kisah para selebritis,

tokoh inspiratif, serta artikel lain mengenai keislaman juga dimuat dalam

majalah ini. Semua dikemas secara detail dan gaya bahasa ditulis semenarik

mungkin agar menarik perhatian pembaca. Dari olahan isi media tersebutlah,

Annisa dapat menarik pemasang iklan, melalui pemasang iklan itu Annisa

mendapat keuntungan. Karena semakin bagus kualitas Annisa, maka semakin

mudah untuk bekerja sama dengan perusahaan lain maka semakin banyak

pula pemasukan yang dapat diperoleh.

Proses dari komodifikasi dalam suatu program berawal dengan

mengubah data-data menjadi sistem makna oleh pelaku media menjadi

sebuah produk yang akan dijual kepada konsumen, khalayak, maupun

perusahaan pengiklan. Artinya, bahwa media tidak hanya berhenti pada

69

Syaiful Halim, Postkomodifikasi Media and Cultural Studies (Tangerang: Matahati

Production, 2012), h. 56. 70 Wawancara dengan Ibu Avi Budimansyah selaku Director/ Publisher, pada hari Kamis

tanggal 10 Juli 2014, pukul 11.30 WIB.

Page 99: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

87

proses pembentukan budaya melalui konten yang didistribusikan saja,

melainkan menjadikan budaya itu sebagai komoditas yang bisa dijual.

Vincent Mosco mengemukakan bahwa di samping ketiga bentuk

komodifikasi di atas, juga ada komodifikasi lain yang perlu untuk

diperhatikan, yaitu komodifikasi “imanen”. Sebuah iklan yang membeli

waktu tayang atau ruang dalam sebuah media massa, kemudian mendapatkan

peningkatan keuntungan dari iklan yang mereka pasang pada media massa

tersebut. Kemudian uang atau keuntungan dari proses hubungan antara media

dan khalayak, maka dapat disebut juga sebagai hasil proses komodifikasi.

Dalam hal ini, rating adalah sebuah komoditi yang penting karena

dibentuk sebagai komoditas dalam proses mengkontribusikan terhadap

produksi komoditas. Dan penting juga untuk menghubungkan advertiser

(pemasang iklan). Pemilik perusahaan dan audiens yang juga sebagai

konsumen dari produk-produk mereka. Serta bukan hanya sebagai komoditas

media, tapi telah menjadi bagian dari tahapan-tahapan perkembangan

komodifikasi komunikasi.

Dalam komodifikasi isi media dibuat sedemikian rupa sehingga

mendatangkan keuntungan bagi pemilik modal, pada majalah Annisa dalam

komodifikasi isi media ini salah satunya dengan cara, seperti:

1. Model

Pemilihan model asing sebagai model yang dipakai Annisa dalam

setiap rubriknya terutama pada rubrik fashion, menurut Annisa model

Page 100: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

88

asing lebih dapat menonjolkan atau menjual produk (jilbab gaul) yang

dikenakan.

2. Teknik fotografer

Dalam sebuah pemotretan disetiap edisi, pastinya memiliki konsep

yang berbeda-beda, dengan mengikuti konsep yang ada, fotografer

yang profesional berusaha mewujudkan sesuai permintaan, itu tidaklah

mudah harus menggunakan teknik tertentu agar mendapat hasil foto

yang bagus.

3. Gaya jilbab gaul

Gaya jilbab gaul yang ditampilkan Annisa memang berbeda dengan

majalah lainnya, karena konsep dasar Annisa sendiri mengusung

fashion internasional sehingga gaya jilbabnya sedikit lebih gaya ke

barat-baratan namun dibuat atau dikemas semenarik mungkin untuk

mendapat perhatian pembaca.

4. Iklan

Semakin baik dan bagus kualitas Annisa maka akan semakin banyak

pemasok iklan yang ingin bekerja sama dengan Annisa, dari pemasok

iklan pula dapat menghasilkan income yang besar.

Page 101: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

89

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah majalah Annisa sebagai majalah

muslimah yang memiliki rubrik fashion, dalam menyajikan foto-foto yang

dimuat dengan tema match point merupakan foto yang dapat dikategorikan

unik dalam penyajian jilbab gaul. Foto-foto ini terdapat pada edisi Juni 2013.

1. Makna denotasi, konotasi, dan mitos

1. Tahap Denotasi

Dari data foto 1 dan foto 2 yang bertemakan match point adalah semua

foto yang disajikan di rubrik fashion jilbabnya masih ketat, membentuk

lekuk tubuh, tidak menutupi dada, dan seperti pakaian laki-laki.

2. Tahap konotasi

Kedua foto yang diteliti memiliki point of interest (POI) hal ini sesuai

dengan foto yang diteliti yaitu foto fashion, maka dalam foto tersebut

harus menonjolkan sisi karakteristik dari jilbab gaul yang dikenakan,

sehingga produk tersebut bisa memikat para pembaca majalah Annisa.

Adapun tahap editing yang dilakukan hanya sedikit sentuhan aplikasi

untuk memperhalus wajah model serta mengatur kontras, cropping dan

lighting sehingga keindahan dari foto itu tidak berkurang. Jilbab gaul

yang disajikan jauh dari kategori syar’i dan hanya sebatas

mengedepankan mode dan mengesampingkan syariat Islam dalam

berjilbab.

Page 102: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

90

3. Tahap Mitoss

Dari kedua foto yang diteliti, dapat dikatakan bahwa perempuan

muslim yang mengenakan jilbab gaul itu sama saja seperti berbusana

tapi tanpa pakaian.

2. Komodifikasi Isi Media di Majalah Annisa

Dengan menyajikan jilbab gaul yang unik merupakan salah satu cara

Annisa mengkomodifikasikan isi media melalui jilbab gaul. Yang awalnya

hanya merupakan nilai guna menjadi nilai tukar.

Dalam komodifikasi isi media dibuat sedemikian rupa sehingga

mendatangkan keuntungan bagi pemilik modal, pada majalah Annisa dalam

komodifikasi isi media dalam rubrik fashion dengan cara, seperti:

1. Model

Pemilihan model asing sebagai model yang dipakai Annisa dalam

setiap rubriknya terutama pada rubrik fashion, menurut Annisa model

asing lebih dapat menonjolkan atau menjual produk (jilbab gaul) yang

dikenakan.

2. Teknik fotografer

Dalam sebuah pemotretan disetiap edisi, pastinya memiliki konsep

yang berbeda-beda, dengan mengikuti konsep yang ada, fotografer

yang profesional berusaha mewujudkan sesuai permintaan, itu tidaklah

mudah harus menggunakan teknik tertentu agar mendapat hasil foto

yang bagus.

.

Page 103: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

91

3. Gaya jilbab gaul

Gaya jilbab gaul yang ditampilkan Annisa memang berbeda dengan

majalah lainnya, karena konsep dasar Annisa sendiri mengusung

fashion internasional sehingga gaya jilbabnya sedikit lebih gaya ke

barat-baratan namun dibuat atau dikemas semenarik mungkin untuk

mendapat perhatian pembaca.

4. Iklan

Semakin baik dan bagus kualitas Annisa maka akan semakin banyak

pemasok iklan yang ingin bekerja sama dengan Annisa, dari pemasok

iklan pula dapat menghasilkan income yang besar.

B. Saran

Saran yang bisa dijadikan masukan bagi majalah Annisa untuk

perbaikan di edisi berikutnya adalah agar redaktur dalam memberikan gaya

jilbab gaul harus lebih memenuhi kriteria jilbab syar’i yang sesuai dengan

ketentuan ajaran agama Islam, karena sesungguhnya jilbab adalah penutup

aurat perempuan dan bukan hanya sekedar perhiasan untuk sekedar

“membungkus” aurat.

Page 104: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

92

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku

Ardianto, Elvinaro, dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007.

Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian dan Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Bhinneka Cipta, 1996.

Anwar, M. Syafi’i. Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia, Jakarta: Paramadina,

1995.

Bakry, Nazar. Tuntunan Praktis Metodologi Penelitian. Jakarta: CV Pedoman

Ilmu Jaya, 1994.

Barnard, Malcolm. Fashion Sebagai Komunikasi. Cara Mengkomunikasikan

Identitas Sosial, Seksual, Kelas, dan Gender. Yogyakarta: Jalan Sutra

1996.

Biagi, Shirley. Media/ Impect Pengantar Media Massa. Jakarta: Salemba

Humanika, 2010.

Bignell, Jonathan. Media Semiotics an Introduction. USA: Manchester University

Press, 1997.

Budiman, Kris. Semiotika Visual.Yogyakarta: Jalasutra, 2011.

Christomy, Tommy. Semiotika Budaya. Depok: PPKB Universitas Indonesia,

2004.

Djunaeddhi, Kurniawan. Rahasia Dapur Majalah Indonesia. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Umum, 1995.

Fachruddin, Fuad Mohd. Aurat dan Jilbab Dalam Pandangan Mata Islam.

Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya,1991.

Fiske, Johan. Introduction to Communication Studi. London: Second Edition,

1990.

Page 105: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

93

HM, Zaenuddin. The Journalist. Jakarta: Prestasi Pusta Karya, 2007.

James, Lull. Media Komunikasi Kebudayaan: Suatu Pendekatan Global.Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 1997.

Junus, Umar. Mitos dan Komunikasi. Jakarta: Sinar Harapan, 1981.

Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2006.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007.

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007.

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2003.

Nazir, Muhammad. Metode Penelitian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1986.

O’Shaughnessy, Michael and Stadler, Jane. Media and Society, New York:

Oxford, 1991.

Rakhmat, Jalaludin. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2001.

Shahab, Husein. Jilbab Menurut Al-Qur’an dan As-sunnah. Bandung: Mizan,

2008.

Sunardi, ST. Semiotika Negativa. Yogyakarta: Kanal. 2002.

Wahyu Wibowo, Indiwan Seto. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana

Media, 2011.

Williams, Judit. Decoding Adwertisments: Ideology. London: Camelot Press,

1985.

B. Sumber Internet

“Kriteria Jilbab Menurut Al-Qur’an”, diakses pada 31 Januari 2014 dari http://

efrialdy.wordpress.com/2009/08/13/kriteria-jilbab-menurut-al-

qur%E2%80%99an-dan-as-sunnah/

Page 106: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

94

Mulyadi Saputra, “Paradigma Positivisme, Konstruktivisme dan Kritis dalam

Komunikasi”, diakses pada 22 Mei 2014 dari

http://terinspirasikomunikasi.blogspot.com/2012/12/paradigma-

positivisme-konstruktivisme.html

“Kajian Ekonomi Politik Media”, diakses pada 3 Juni 2014 dari

http://indiwan.blogspot.com/2010/05/kajian-ekonomi-politik-media.html

Shidarta, “The Reasoned Actioned Theory”, diakses pada 5 Juni 2014 dari

http://dartaanekateori.blogspot.com.

“Definisi Majalah”. Artikel diakses pada 10 Juni 2014 dari

http://rahdinalspaceart.blogspot.com/2011/11/definisi-majalah-

majalahadalah-sebuah.html?m=1

“Hukum Memakai Jilbab Menurut Islam”, diakses pada 3 Juni 2014 dari

http://mmn-dot-org.blogspot.com/2013/05/hukum-memakai-jilbab-

menurut-islam-jilbab-mmn.html?m=1

“Dibalik Pesona Jilbab Gaul”, artikel diakses ada 3 September 2014 dari

www.Anneahira.Com/Pesona-Jilbab-Htm

Abu Rufaid Agus Suseno, Lc “Dibalik Jilbab Gaul”, artikel diakses pada 3

September 2014 dari

https://www.facebook.com/jilbabkujilbabsyari/posts/527685580621492

Page 107: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian
Page 108: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian
Page 109: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian
Page 110: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

Komodifikasi Isi Media terhadap Trend Berjilbab Gaul dalam Rubrik

Fashion Majalah Annisa Edisi Juni 2013

Nama Peneliti : Intan Purwatih (Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

NIM : 1110051000123

Narasumber : Ibu Avi Budimansyah

Jabatan : Director/ Publisher

Hari/Tanggal : Kamis, 10 Juli 2014

Tempat : Lantai 3, kantor ANNISA

Waktu : Pukul 11.30 WIB

1. Bagaimana sejarah kelahiran majalah ANNISA?

ANNISA pertama kali terbit itu tanggal 28 November 2012. Engga ada

tanggal berdirinya secara formal, Cuma kalo ditanya kapan ya edisi

pertamanya itu keluar pada tanggal segitu.

2. Kenapa dinamakan majalah ANNISA?

Sebenernya sih waktu itu ada beberapa nama yang menjadi pilihan,

diantaranya Noura, Aisya, Aisah dan Annisa. Tapi setelah melalui

beberapa tahap dan proses akhirnya nama Annisa-lah yang terpilih,

dikarena sesuai dengan artinya yaitu “wanita”. Dan majalah Annisa

memang merupakan majalah muslimah yang mengusung topik utamanya

mengenai fashion yang memang diperuntukkan kaum wanita. Selain

alasan tersebut juga, nama Annisa bisa lebih dikenal dan diingat oleh

masyarakat tentunya.

3. Apakah ANNISA merupakan media cetak yang berdiri sendiri atau

memang bagian dari perusahaan media lain?

Hemmm, di awal tahun kemuculan Annisa memang berdiri sendiri tidak

ada kerja sama dengan perusahaan lain, namun seiring berjalan dan

berkembangnya Annisa, mendapatkan beberapa kendala yang

mengharuskan Annisa untuk bekerja sama dengan perusahaan lain,

Page 111: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

kendala yang didapati saat itu adalah mengenai fashionnya itu sendiri,

misalnya seperti produk pakaian, jilbab atau wardrobe yang lainnya,

karena kan Annisa majalah fashion, jadi harus up to date kan, gamungkin

menyajikan fashion yang gitu-gitu aja. Nah, untuk meminimalisir kendala

tersebut maka Annisa memutuskan untuk bekerja sama dengan PT.

Trinaya Media, yang mana di dalamnya tergabung juga majalah-majalah

lokal dan international seperti Kartini, Elle, Marie Claire, Elle Decore,

dan Working Mother. Jadi saat ini Annisa tergabung di dalam PT. Trinaya

Media.

4. Apakah ada alasan lain ANNISA selain untuk mempermudah dalam

bekerja sama di PT. Trinaya Media?

Hemm, gini yah Annisa kan pengennya menyajikan fashion yang selalu up

to date ya, maksudnya pengen yang baguslah. Misalnya untuk

peminjaman produk nih, nah produk itu sendiri memilih majalah yang

kualitasnya bagus dalam menggunakan produknya, jadi misalnya gini deh,

kamu punya rancangan baju nih, nah rancangan kamu dipakai oleh ehm

misalnya artis dangdut, menurut kamu itu kurang layak untuk memakai

rancangan kamu. Nah begitu juga dengan produk pakaian, semakin bagus

kualitas majalah maka semakin mudah majalah itu untuk memakai produk

yang bagus pula. Dari situlah, Annisa ikut bergabung di PT. Trinaya

Media soalnya kan ada majalah lokal dan international juga. Selain itu

juga Annisa kan majalah muslimah, nah selain pakaian kita juga

memikirkan model jilbab yang disajikan. Nanti gimana ya model jilbabnya

kalo bajunya begini atau begini, dengan bergabung kan jadinya Annisa

lebih bisa mengeksplor model pakaian serta jilbabnya, karena Annisa

sendiri mengusung tema international. Dengan produk dan gaya jilbab

itulah yang membuat Annisa semakin mudah untuk bekerja sama dengan

perusahaan lain (pemasok iklan), yang tidak lain membuat pemasukan

Annisa menjadi lebih banyak.

Page 112: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

5. Bagaimana struktur redaksi majalah ANNISA?

Untuk struktur redaksi majalah Annisa bisa dilihat di bagian halaman awal

pada majalah Annisa.

6. Rubrik apa saja yang ada di majalah ANNISA? Tolong dijelaskan

Untuk majalah Annisa sendiri itu ada 4 topik utama ya, yang masing-

masing diantaranya terbagi lagi, maksudnya ada rubrik-rubrik lainnya.

Yaitu, Pertama Inspirasi di mana di dalamnya terdapat rubrik a topic, a

success, a inspiration, a story, a event, a close. Kedua, Berita dan info

komunitas yang terdiri dari rubruk a mushalla, a community, a news, a

review. Ketiga, Fashion dan gaya hidup, ini merupakan topik yang paling

banyak rubriknya diantara yang lain, yaitu terdiri dari rubrik a editor’s

choice, a style guide, a fashion news, a beauty news, a catwalk, a street

style, a style, a fashion, a hijab tutorial, a beauty, a make over, a home, a

gadget, a credit, a resto. Dan keempat, Panduan dan wawasan terdiri dari

rubrik a TO Z, a health, a money, a trip, a recipe, a couple, a halal, a

parenting, a love notes.

7. Mengapa dalam contents majalah ANNISA, bagian fashion dan gaya

hidup itu lebih banyak porsinya 40% dibandingkan dengan yang

lain?

Seperti yang sudah dijelaskan diawal ya, karena kan Annisa ini memang

majalah muslimah yang diperuntukkan kaum perempuan, sehingga kajian

utamanya itu memang mengenai fashion.

8. Apakah bedanya/karakteristik majalah ANNISA dibanding dengan

majalah-majalah bernafaskan Islam lainnya?

Fashionnya, Annisa lebih menonjolkan fashionnya. Karena kan Annisa itu

tujuannya menginspirasi perempuan yang tadinya engga jilbab menjadi

berjilbab. Dan setiap gaya jilbab yang disajikan itu lebih Annisa lebih

memilih model jilbab yang simpel. Annisa juga kan memakai model asing,

jadi itu sih yang membedakannya.

Page 113: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

9. Bagaimana kedudukan rubrik fashion dalam majalah ANNISA?

Apakah rubrik fashion hanya sebagai rubrik pendukung?

Rubrik fashion kan memang bagian dari rubrik topik utama yaitu fashion

dan gaya hidup, jadi rubrik fashion ini sebagai salah satu rubrik

pendukung dari topik utamanya, karena kan selain rubrik fashion juga

masih banyak rubrik pendukung lainnya yang masih berkaitan dengan

fashion namun hanya nama rubriknya saja yang berbeda.

10. Apakah busana yang ada dalam rubrik fashion sudah termasuk

busana muslimah menurut syariat Islam?

Kalau untuk dikategorikan sudah syar’i atau belum dalam pakaian maupun

jilbab, Annisa memang belum dapat dikatakan syar’i. Karena sebenarnya

Annisa ingin mneginspirasi perempuan-perempuan yang tidak berjilbab

sehingga ingin mengenakan jilbab setelah membaca Annisa. Oleh sebab

itu Annisa menyajikan pakaian serta jilbab yang simpel, yang dapat ditiru

oleh para pembaca. Dengan maksud, bahwa pakai jilbab itu engga ribet

loh, dengan pakaian yang kamu punya, itu bisa di mix and match aja.

Engga mungkin dong bagi perempuan yang masih diawal berjilbab mau

langsung menggunakan jilbab yang panjang, pakaian yang terlihat lebih

besar, pasti mereka melihatnya pun risih kan, makanya Annisa lebih

memilih model gaya yang simpel-simpel aja.

11. Bagaimana tren rubrik fashion. Apakah mengambil tren masa kini,

atau mengambil tren pada zaman dahulu lalu dikeluarkan atau

disperkenalkan kembali di zaman sekarang?

Kalo untuk tren fashion saat ini Annisa masih memakai tren pada zaman

sekarang, tidak mengambil konsep fashion pada zaman dulu, walopun ada

itu ada di rubrik a make over, dimana biasanya fashion itu di mix and

match antara fashion tren zaman dulu dengan zaman sekarang.

12. Terinspirasi dari apa untuk mendapatkan sebuah tema?

Kalo tema sendiri kita nyesuain sama momen-momen besar aja, misalnya

kaya hari raya idul fitri dan hari raya idul adha kita menyajikan gaya tren

jilbab yang berbeda dari edisi sebelumnya, kemudian seperti momen yang

Page 114: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

olahraga itu, pekan olahraga nasional, kita juga mengikuti temanya

misalnya seperti menyajikan gaya jilbab dan pakaian perempuan saat

berolahraga namun tetap bisa terlihat modis. Ya gitu aja sih ya kalo untuk

tema.

13. Mengapa model yang digunakan adalah model asing yang

mengenakan jilbab?

Kenapa ya, bisa lebih ngangkat bajunya sih ya. Jadi bajunya keliatan lebih

bagus gitu. Pengen lebih kaya international gitu. Intinya lebih bisa

menonjolkan pakaian dan jilbab yang dipakai aja.

14. Dari mana asal model asing tersebut?

Kalo untuk model itu mayoritas mereka berasal dari negara Rusia dan

Brazil.

Pewawancara

Intan Purwatih

Narasumber

Avi Budimansyah

Page 115: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

Komodifikasi Isi Media terhadap Trend Berjilbab Gaul dalam Rubrik

Fashion Majalah Annisa Edisi Juni 2013

Nama Peneliti : Intan Purwatih (Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

NIM : 1110051000123

Narasumber : Roy Mega Antara

Jabatan : Fotografer

Hari/Tanggal : Selasa, 12 Agustus 2014

Tempat : Chily Cafe, lantai dasar, Senayan Trade Centre (STC)

Waktu : Pkl.16.00 WIB

1. Apakah menjadi fotografer adalah cita-cita anda? Sudah berapa lama

anda menjadi fotografer?

Saya awalnya engga ada niat buat jadi fotografer. Saya menyukai

fotografer sudah sekitar kurang lebih 4 tahun. Sebelum tahun 2008 itu saya

tidak pernah sama sekali megang kamera, tidak bagaimana cara

menggunakanya, hanya sekedar tahu kamera pocket untuk jepret-jepret.

Dan akhirnya lama kelamaan diracunilah sama temen-temen. Dan perlahan

saya baru mencari tahu bagaimana motret foto orang yang bagus,

bukaannya mesti berapa, ISOnya mesti berapa. Selama 1 tahun itu saya

benar-benar belajar fotografi. Tapi kalo untuk menjadi fotografer

profesional saya baru sekitar 2 tahun, semenjak bergabung di ANNISA.

Dan semenjak ANNISA mulai berdiri sampai saat ini usia ANNISA sudah

2 tahun.

2. Apa latar belakang pendidikan formal anda? Apakah ada keilmuan

fotografi?

Saya dulu sama sekali tidak ada pendidikan mengenai fotografi. Karena

latar belakang pendidikan formal saya itu lulusan Ilmu Ekonomi di

STEKPI. Saya belajar fotografi secara otodidak, tidak pernah mengikuti

Page 116: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

kursus atau pelatihan motret. Awalnya saya diajak sama temen-temen, dari

situ saya mulai tertarik dan diajak hunting foto. Kalo untuk

pembelajarannya sendiri saya lebih suka sharing sama temen, karena saya

termasuk orang yang lamban dalam menangkap materi, misalnya dari

100% itu saya hanya bisa menagkap sekitar 50% saya. Jadi saya lebih s

banyak bertanya aja dan juga lebih suka baca dari buku.

3. Apakah dalam pengambilan foto, terutama dalam pengambilan foto-

foto pada rubrik fashion edisi Juni 2013, menggunakan agenda

perencanaan?

Kalo agenda perencanaan itu pasti, karena sebelumnya sudah pasti

menentukan tema, konsepnya seperti apa dan bagaimana, begitupun

dengan waktu pemotretan akan dilaksanakan kapan dan dimana itu sudah

pasti sebelumnya direncanakan terlebih dahulu.

4. Apa kamera yang digunakan pada saat pengambilan foto?

Kamera yang saya gunakan saat motret itu kamera Canon SD Mark2

dengan lensa canon 70-200 F2.8.

5. Apa kesulitan yang menghalangi pengambilan foto?

Sebenarnya tidak ada kesulitan dalam pengambilan foto, karena di sini

saya bekerja sama dengan orang-orang yang sudah profesional. Sehingga

hampir tidak ada kesulitan.

6. Bagaimana teknik pengambilan foto di rubrik fashion?

Foto ini ISOnya 100 waktu itu modenya manual cuman kalo speednya

saya engga inget, F-nya saya rasa kayanyasih 13 speednya mungkin 160

paling ya. Semuanya dalam pemotretan saya pake Canon. Setelah saya

terjun menjadi fotografer profesional saya menggunakan kamera Canon,

awalnya saya menggunakan kamera Nikon. Untuk foto 1 dan 2 ini sama ya

dari penggunaan kamera dan ISOnya juga, karena foto ini dilakukan di

studio ya, dan menggunakan flash juga maksudnya flash gede yang ada di

studio tapi pake listrik jadi gausah pake flash dari kamera lagi, kita cuma

butuh trigger aja paling untuk nyalain lampunya.

Page 117: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

7. Apakah ada estetika komposisi gambar pada foto-foto yang saya

teliti?

Oh kalo untuk estetika iya sudah pasti ada dalam sebuah foto, tapi lagi-lagi

untuk mengatur komposisi foto itu bagian dari editor karena saya hanya

bertugas untuk memotret saja.

8. Apakah foto-foto yang akan saya teliti melalui proses editing terlebih

dahulu?

Proses editing pasti ada, kalau saya hanya bagian eksekusi. Jadi ketika

saya sudah dikasih tau konsepnya apa dan gambarannya seperti apa, saya

hanya bertugas untuk merealisasikan dari konsep yang diminta. Setelah

saya memotret, hasil akhir itu bagian editor yang nantinya ingin seperti

apa dan bagaimana hasil dari foto itu sendiri.

9. Apakah pada foto-foto yang saya teliti menggunakan flash?

Pada saat motret di studio itu, flash yang digunakan itu flash yang besar.

Maksudnya menggunakan lampu yang banyak, sehingga flash pada

kamera tidak diperlukan lagi.

10. Apa saja syarat-syarat dan kriteria fotografi jurnalistik untuk

ditampilkan dalam majalah ANNISA?

Syaratnya sih menurut saya harus bagus. Dalam arti karya yang dihasilkan

itu bagus menurut fotografer, dan menurut klien. Jadi fotografer mengikuti

apa kata dari klien, misalnya dalam sebuah pemotretan klien sudah merasa

puas dengan hasil karya saya, namun menurut saya sendiri itu hasil saya

belum maksimal, karena masih bisa mendapatkan hasil yang jauh lebih

bagus dari pada itu, tapi karena klien sudah merasa puas jadi saya stop dan

mengikuti apa kata klien.

11. Terinspirasi dari apa untuk mendapatkan sebuah tema?

Tema? Untuk di ANNISA saya tidak ikut terlibat dalam menentukan tema,

tugas saya hanya sekedar memotret. Saya tinggal terima jadi aja, saya

dikasih tau tema apa dan bagaimana maunya, ketika saya sudah mendapat

gambaran ya saya langsung motret sesuai apa yang diinginkan atau

diminta.

Page 118: KOMODIFIKASI ISI MEDIA TERHADAP TREND BERJILBAB …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25504/1/INTAN... · membentuk lekuk tubuh, tidak menutupi dada dan seperti pakaian

12. Bagaimana dengan model yang difoto untuk majalah ANNISA,

khususnya pada rubrik fashion yang menggunakan model asing?

Kalo untuk model, ANNISA memang mostly menggunakan model asing.

Itu karena wajah model asing memang lebih terlihat cantik ketika dipakai

jilbab ketimbang model yang Indonesia. Tapi kalo model asing ini aslinya

itu ya biasa aja, engga cantik-cantik banget, rambutnya aja keriwil, tapi

kalo dipakein jilbab itu cocok banget.

Pewawancara

Intan Purwatih

Narasumber

Roy Mega Antara