Upload
others
View
20
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB III
METODOLOCI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi Penelitian
Penulis dalam penelitian ini akan menggunakan penel itian survei dengan
membagikan kuesioner kepada para pengunjung di Nina Fair Price, dilengkapi
interview dan pengisian kuesioner oleh konsumen ini diisi di Nina Fair Price.
Penulis juga menggunakan data-data dari literatur yang relevan dengan judul
penelitian.
Penulis akan bertanya kepada konsumen Nina Fair Price tentang faktor
lokasi, faktor kelengkapan produk, faktor kualitas pelayanan, dan faktor persepsi
konsuinen yang mempengaruhi kepuasan mereka.
B. Teknik Penarikan Sampel
Penelitian ini dilakukan terhadap pengunjung lima Nina Fair Price.
Sampel akan dipilih quota, incidental (Hadi,2000:226-228).
- pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri
atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat
dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
jika dasar quotum digunakan yang penting adalah jumlah
subyek yang akan diselidiki ditetapkan lebih dahulu. Selanjutnya penyelidikan
segera dilaksanakan jika quotum itu telah dipastikan.
-
18
19
- yang dijadikan anggota sampel adalah apa atau saja yang
kebetulan dijumpai di tempat-tempat tertentu
Dalam penelitian ini sampel diambil dari konsumen yang datang secara
kebetulan untuk setiap Nina Fair Price pada saat peneliti ada di pasar swalayan
tersebut.
C. Pengukuran Konsep
Kuesioner yang dibagikan akan diukur menggunakan Skala Likert. Cara
pengukuran adalah dengan menghadapkan seorang responden dengan sebuah
pernyataan dan kemudian diminta untuk memberikan jawaban : “Sangat setuju”,
“Setuju”, “Cukup”, “Tidak Setuju.’, dan “Sangat ’Tidak Setuju’. Jawaban-jawaban
ini diberi skor 1 sampai 5 untuk pertanyaan dan untuk pertanyaan
diberi skor 5 sampai 1 .
D. Metode dan Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian ini akan menggunakan metode survei yang membagikan
kuesioner kepada para pengunjung Nina Fair Price di Nina Fair Price, dilengkapi
dengan dan pengisian kuesioner oleh konsumen ini diisi di Nina Fair
Price. Penulis juga menggunakan data-data dari literatur yang relevan dengan
judul penelitian.
Pengambilan sampel dibatasi dengan prosedur yang ditentukan oleh
penulis sebagai berikut .
21
Keterangan : SS = Sangat Setuju S = Setuju
TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju
c =cukup
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan program SPS-2000 (Seri Program
Statitstik) oleh Sutrisno Hadi. Peneliti menggunakan SPS-2000 ini karena proses
pengolahan datanya mudah dan lengkap.
Uji analisis yang akan digunakan adalah uji Analisis Regresi untuk
mengetahui hubungan antar faktor dan uji ANOVA untuk mengetahui perbedaan
antar faktor diantara lima Nina Fair Price.
I
1. Uji Signifikansi
Menurut Hadi (2000:23-24) terdapat lima macam statistik yang &pat diuji
signifikansinya melalui program ini adalah statistik F, t, R, r dan Kai Kuadrat.
Cara menjalankan program ini ialah dengan memasukkan harga statistik
hitung yang telah ditemukan, lalu memberitahukan derajat kebebasan db-nya,
maka akan diberitahukan berapa peluang ralat p statistik anda dan bagaimana
tingkat signifikansinya.
22
Peneliti menggunakan program ini karena peneliti tidak memerlulian lag1
Tabel Statistik yang sering digunakan untuk menemukan taraf signifikansi
suatu statistik yang baru dihitung. Kaidah yang digunakan untuk
menginferensikan tingkat signifikansi dari besarnya peluang ralat p yang
dihasilkan, yaitu kaidah konvensional.
Tabel 3.3 .
p50.01 sangat signifikan p50.05 siLwifikan
nir-signifikan
1 . Uji Prasyarat / Uji Analisis Butir (Anabut)
Modul Anabut disiapkan untuk keperluan menguji kesahihan dan keandalan
alat ukur, ada tiga langkah yang perlu diikuti secara tertib dalam menguji alat
ukur, yaitu :
a. Menguji Kesahihan Butir dalam tiap Faktor.
Menurut Hadi (2000:92) sahih berarti syah atau absyah. dalam
kepustakaan bahasa inggris kesahi han disebut validity. Dalam beberapa
buku bahasa Indonesia sahih disebut validitas atau validita. Sahih sering
didefinisikan sebagai mampu mengungkapkan dengan ‘jitu’ apa yang
hendak diungkapkan.
Menurut Indriantoro&Supomo ( 1999: 18 1 ) ada t i p pendekatan yang
dapat digunakan untuk mengukur validitas :
1 ) Content (Face) Validity merupakan salah satu konsep pengukuran
validitas dimana suatu instrumen dinilai memiliki content validity j i b
23
mengandung butir-butir pertanyaan yang memadai dan representatif
untuk mengukur sesuai dengan yang diinginkan penellti.
2) adalah konsep pengukuran validitas yang
menguji tingkat akurasi dari instrumen yang baru dikembangkan. Uji
dilakukan dengan cara menghitung koefisien
korelasi antara skor yang diperoleh dari penggunaan instrumen baru
dengan penggunaan instrumen lain yang telah ada sebelumnya yang
memiliki kriteria yang relevan. Instruinen baru memiliki validitas yang
tinggi j i ka koefisien korelasinya ti nggi .
3 ) Suatu instrumen dirancang untuk mengukur
construct tertentu merupakan konsep pengukuran
validitas dengan cara menguj i apakah suatu instrumen mengukur
construct sesuai dengan yang diharapkan.
Hadi (2000:94-95) menyatakan syarat yang ditentukan untuk
mempertahankan suatu butir dalam program ini adalah :
1) butir berkolerasi positif dengan faktor,
2) dengan p maksimum 0.05 dalam uji satu-ekor.
Program ini berlaku untuk butir-butir dikotomi (berskala dua) yang
menampung jawaban atau respon dengan dua alternatif seperti benar dan
salah atau setuju dan tidak setuju serta butir-butir nirdikotomi (pilihan
ganda) adalah butir angket yang menggunakan skala Likert (sangat setuju,
setuju, tidak mempunyai pendapat, tidak setuju, sama sekali tidak setuju).
24
Pengolahan ini dilakukan sedikitnya dalam dua proses, proses yang
pertama adalah menghitung korelasi antara skor butir (X) dengan skor
kompositnya, skor faktor (Y) melalui rumus momen tangkar
moment) :
dengan = korelasi momen tangkar
Proses kedua adalah menghitung korelasi bagian-total melalui rumus
korelasi bagian-total
Adapun rumus korelasi bagian-total adalah :
Setelah itu dilakukan uji signifikan pada taraf signifikansi yang agak
longgar (p=0,100). Jika korelasi momen tangkar disebut dan korelasi
bagian-total disebut yang diuji signifikansinya adalah ini, bukan
Oleh karena pada umumnya lebih kecil daripada , maka mungkin
saja terjadi - nya signifikan, tetapi - nya nirsignifikan.
Putaran analisis pertama adalah putaran dengan taraf signifikansi 10
persen. Jika semua butirnya sahih pada taraf signifikansi 10% program
akan menurunkan taraf signifikansi menjadi 9%, 8%, dan seterusnya,
sampai taraf signifikansi yang digunakan sebagai kaidah, yaitu 5%.
b. Menguji Keandalan Butir dalam tiap Faktor.
Menurut Hadi (2000:93) keandalan atau keterandalan (reliabilitas;
reliabilita; reliability) informasi ilmiah dikaitkan dengan kernantapan atau
stabilitas ungkapan sekiranya dilakukan pengamatan berulang-ulang.
Suatu informasi dapat dinyatakan andal sekiranya diadakan amatan
ulangan hasilnya tetap mantap atau stabil seperti yang diungkapkan
semula. Informasi yang andal akan menjadi informasi yang tahan uji
karena walaupun diuji-ulang hasilnya tetap mantap.
Indriantoro&Supomo ( 1 999: 1 80) menyatakan bahwa konsep
reliabilitas dapat diukur melalui tiga pendekatan, yaitu :
1) Koefisien Stabilitas
Suatu penelitian yang menggunakan data primer, setidaknya berkaitan
dengan empat hal :
a) subyek yang diteliti,
b) construct yang diukur,
e ) instrumen pengukur, dan
d) saat pengukuran.
Peneliti kemungkinan bermaksud untuk menggunakan instrumen
pengukur construct yang sama terhadap subyek penelitian tertentu
sebanyak dua kali pada saat yang berbeda. Perbedaan waktu antara
pengukuran yang satu dengan pengukuran yang lain dapat berupa
bilangan hari, minggu, bulan, atau bahkan tahun. Peneliti dalam hal ini
bermaksud untuk menguj i stabilitas jawaban responden dari suatu
26
waktu ke waktu berikutnya dengan cara menghitung koefisien korelasi
dari skor jawaban responden yang diukur dengan instrumen yang sama
pada saat yang berbeda. Proses pengujian stabilitas yang dikenal juga
dengan pada dasarnya untuk mengetahui
reliabilitas data berdasarkan stabilitas atau konsistensi jawaban
responden. Salah satu metode statistik yang umumnya digunakan
untuk mengukur koefisien stabilitas atau teknik ini adalah
Pearson correlation.
Koefisien Ekuivalensi
Pengukuran reliabilitas dapat juga dilakukan dengan menggunakan
instrumen pengukur yang berbeda untuk mengukur suatu construct
terhadap subyek penelitian tertentu pada saat yang sama. Pendekatan
yang juga disebut ini lebih menekankan
pada perbedaan bentuk instrumen, sedang subyek penelitian, construct
dan saat pengukurannya adalah sama. Peneliti melalui pendekatan ini
menguji korelasi skor jawaban responden untuk mengetahui koefisien
ekuivalensi antara skor jawaban dengan menggunakan instrumen
pengukuran yang berbeda.
Reliabilitas Konsistensi Internal
Pengujian terhadap konsistensi internal yang dimiliki oleh suatu
instrumen merupakan alternatif lain yang dapat dilakukan oleh peneliti
untuk menguji reliabilitas, disamping pengukuran koefisien stabilitas
dan ekuivalensi. Konsep reliabilitas menurut pendekatan ini adalah
27
konsistensi diantara butir-butir pertanyaan atau pernyataan dalam suatu
instrumen. Tingkat keterkaitan antar butir pertanyaan atau pernyataan
dalam suatu instrumen untuk mengukur tertentu
menunjukkan tingkat reliabilitas konsistensi internal instrumen yang
bersangkutan. Untuk mengukur konsistensi internal, peneliti hanya
memerlukan sekali pengujian dengan menggunakan teknik statistik
tertentu terhadap skor jawaban responden yang dihasilkan dari
penggunaan instrumen yang bersangkutan. Ada tiga macam teknik
yang dapat digunakan untuk mengukur konsistensi internal, yaitu :
a) b) Kuder-Richardson # 20, dan
c) Cronbach’s alpha.
Menurut Hadi (2000:96-97) ada tiga program yang dapat dipilih untuk
menguji keandalan, ialah :
1) Teknik KR-20
KR-20 atau Kuder-Richardson formula-20 terutama disediakan
untuk menguji keandalan butir-butir tes yang
(1) dinilai benar-salah (dikotomi);
(2) tingkat kesukarannya seimbang atau hampir seimbang; dan
( 3 ) merupakan tes kemampuan bukan test kecepatan
(speeded test).
Rumus KR-20 adalah sebagai berikut:
28
= korelasi keandalan KR-20 V = variansi; n = jumlah kasus; t =total p = proporsi jawaban benar q = proporsi jawaban salah = 1-p
2) Teknik Alpha
Teknik Alpha dari Cronbach menghasilkan koefisien Alpha. Syarat
pertama dari KR-20, yaitu syarat dikotomi tidak diperlukan dalam
teknik Alpha, tetapi dua syarat lainnya tetap berlaku. Jika teknik Alpha
diterapkan pada butir-butir dikotomi hasilnya akan sama dengan
KR-20.
Rumusnya adalah :
= korelasi keadaan Alfa; = jumlah variansi Bagian I
V, = variansi total
3) Teknik Hoyt
Teknik Hoyt ini lebih maju daripada teknik-teknik sebelumnya
dalam arti tidak lagi terlalu ditentukan oIeh ikatan-ikatan syarat
tertentu. Hoyt bisa digunakan untuk butir-butir dikotomi dan
nirdikotomi, tak lagi terikat untuk butir-butir yang tingkat
kesukarannya seimbang atau hampir seimbang, dapat digunakan untuk
menguji tes ataupun angket, dan jika ada jawaban yang ‘kosong’
kasusnya bisa digugurkan saja.
29
Rumusnya:
= korelasi keandalan Hoyt; Ve = Variansi Subyek; Vr = Variansi ralat; variansi residu
Dalam penelitian ini menggunakan teknik Hoyt, karena teknik ini lebih
maju dibandingkan teknik-teknik yang lain.
c. Menguji Kesahihan Faktor dalam Instrumen.
Program ini diperlukan hanya j ika instrumen mempunyai faktor lebih
dari satu. Rumus-rumus yang digunakan untuk uji-kesahihan butir, yaitu
rumus korelasi momen tangkar dan rumus korelasi bagian-total.
Keluaran program ini adalah suatu matriks antar korelasi, beserta uji
signifikansinya, sebuah tabel mengenai sumbangan efektif tiap-tiap faktor.
Sumbangan efektif ini dianalisis melalui Analisis Regresi dengan skor
faktor sebagai X dan skor komposit faktor (skor total) sebagai Y. Rumus
untuk menghitung sumbangan efektif itu adalah sebagai berikut:
Rumus:
SR% = Sumbangan Relatif, = Koefisien Determinasi.
Adapun Sumbangan Relatif SR% diperoleh dari rumus :
I Jkreg.i Harga mutlak Jumlah Kuadrat Faktor ke-i Jkreg.t Harga mutlak Jumlah Kuadrat Total (semua faktor)
Uji Asumsi
Pada umumnya model-model analisis statistik inferensial yang digunakan
para peneliti untuk menguji data penelitiannya didasarkan pada asumsi-asumsi
tertentu. Asumsi dapat diartikan sebagai anggapan. Jadi dalam menerapkan
suatu model untuk menguji data para peneliti mendasarkan diri pada
anggapan-anggapan tertentu.
Menu modul Uji Asumsi :
a. Uji Normalitas sebaran
Model statistik yang digunakan untuk uji normalitas itu adalah Kai
Kuadrat (x’). Ini merupakan Kai Kuadrat yang khusus, karena frekuensi
teoretisnya dijabarkan dari frekuensi teoretis sebaran normal. Kaidah yang
digunakan adalah jika p>0.05 maka sebarannya dinyatakan normal, dan
sebaliknya jika ~ 5 0 . 0 5 sebarannya dinyatakan tidak normal(dalam uji satu-
ekor)
Uji normalitas menerima sekaligus lebih dari satu variabel yang akan
diuji. Masukan yang diperlukan jumlah variabel yang hendak diuji,
nomor-nomor variabel tersebut, dan nama-namanya.
Rumus:
db b-1 = frekuensi yang diobservasi
= frekuensi yang diharapkan db = derajat kebebasan b = jumlah kategori baris
b. Uji Linieritas Hubungan
Menurut Hakitn (2000:309) linieritas hubungan antara variabel
dependen dan independen adalah linier. Penentuan linieritas hubungan
menurut Hakim (2000:327-330) dapat dilakukan melalui 3 cara
1) Penentuan apakah ada hubungan yang signifikan antara variabel X dan
Y dengan menguji (slope yang sesungguhnya) adalah sama dengan
nol. Jika hipotesis ini ditolak, maka kita akan mengambil kesimpulan
bahwa terdapat bukti adanya hubungan linier. Hipotesis nol dan
hi po tesi s alternatifnya adalah sebagai berikut ;
: = 0 (tidak ada hubungan)
: 0 (ada hubungan)
Nilai statistik ujinya :
= koefisien fungsi regresi sampel = slope yang sesungguhnya =standar eror sampel = standar eror penaksiran
n = ukuran sampel X, = nilai sampel dari x
Dan uji statistik mengikuti distribusi t dengan derajat bebas n - 2,
karena nilai t hitung > t tabel, kita menolak . Maka kita dapat
32
mengambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan linier yang
signifikan diantara variabel x dan y.
2) Membentuk sebuah selang keyakinan untuk penafsiran dan
kemudian menentukan nilai hipotesis adalah termasuk dalam
interval.
Penaksiran selang keyakinan dari akan dihasil kan dengan
menggunakan ruin us :
Jika nilainya lebih dari nol, maka kita dapat menyimpulkan bahwa
terdapat hubungan linier positif yang signifikan diantara variabel x dan
variabel y. Jika interval tersebut meliputi angka nol, inaka
kesimpulannya adalah tidak ada hubungan yang signifikan.
3) Metode ketiga untuk menandai adanya hubungan linier di antara dua
variabel adalah dengan menggunakan koefisien korelasi, sampel r. Ada
atau tidak adanya hubungan linier di antara x dan y dapat diuji dalam
bentuk koefisien korelasi dengan hasil yang sama (ekuivalen). Uji
terhadap keberadaan hubungan linier adalah sama dengan penentuan
apakah ada korelasi yang signifikan di antara mereka. Koefisien
korelasi populasi p dihipotesiskan sama dengan nol. Maka hipotesis
nol dan hipotesis alternatifnya akan menjadi :
: = 0 (tidak ada korelasi)
: p 0 (ada korelasi)
33
Statistik uji untuk menentukan eksistensi dari korelasi yang signifikan
diberikan oleh persamaan :
t = statistik uji r = koefisien korelasi sampel
= koefisien korelasi populasi n = ukuran sampel
= koefisien determinasi
Program-program korelasi, regresi, dan anakova dalam SPS berasumsi
hubungan yang linier. Sebagai akibatnya, j ika hubungan antara variabel
bebas X dengan variabel terikat Y tidak linier, maka korelasi yang
dihasilkan bisa sangat rendah, walaupun sebenarnya korelasinya cukup
tinggi jika digunakan model korelasi atau regresi yang tidak linier.
Sebelum melakukan uji korelasi atau regresi, sebaiknya dilakukan dulu uji
linieritas, untuk memastikan apakah derajat hubungannya linier atau
kuadratik (pangkat dua) atau dalam derajat yang lebih tinggi lagi, misalnya
kubik (pangkat tiga), kuartrik (pangkat empat), dan seterusnya.
Linier tidaknya korelasi disimpulkan dari peluang ralat p ‘Beda’-nya.
Beda itu sendiri sebenarnya menguji signifikansi perbedaan antara korelasi
linier dan korelasi kuadratik. Perbedaan itu diuji melalui harga F dalam
sumber perbedaan tersebut. Jika p beda < 0.050 maka beda dinyatakan
signifikan, sedang jika p beda > 0.05 inaka perbedaan antara kedua itu
dinyatakan nirsignifikan. Jika perbedaannya tidak signifikan maka derajat
34
hubungan yang dipakai adalah derajat hubungan yang lebih rendah,
misalnya derajat hubungan linier. Sebaliknya jika p-beda < 0.05, maka
korelasinya akan dinyatakan kuadratik, dan tentu peneliti lebih untung
menggunakan model kuadratik daripada model linier, sebab dengan model
kuadratik diperoleh korelasi yang lebih tinggi daripada menggunakan
model linier.
Uji Homogenitas Variansi Antar Kelompok
Uji homogenitas hendak untuk menguji apakah dua atau lebih kelompok
adalah homogen (sama) sehubungan dengan suatu distribusi sifat tertentu.
Prosedur pengujiannya menggunakan rumus Kai Kuadrat :
Ada empat model uji homogenitas variansi antar kelompok yang tersedia
dalam SPS, yaitu :
a. Uji Homogenitas Variansi F-max Hartley
b. Uji Homogenitas Variansi C-Cochran
c. Uji Homogenitas Variansi Bartlett
d. Uji Homogenitas Variansi Pasangan Besar/KeciI
dan jumlah itu sudah dipandang cukup untuk keperluan perbandingan.
4. Uji Analisis
a. Analisis Regresi Berganda
Definisi : suatu proses melakukan estimasi untuk memperoleh suatu
hubungan fungsional antara variabel acak Y yang biasa disebut sebagai
35
variabel teri kat dengan variabel X yang disebut
variabel bebas Persamaan regresi digunakan untuk
memprediksi nilai Y untuk nilai X tertentu.
Persamaan regresi ini merupakan suatu persamaan mateinatis yang
mendefinisikan suatu hubungan antara 2 variabel dan setelah persamaan
regresi diperoleh kemudian digunakan untuk mencari Y regresi (nilai Y
prediksi). Caranya adalah dengan memasukkan setiap nilai X kedalam
persamaan regresi untuk memperoleh nilai Y prediksi.
Keterangan: Y' = nilai Y prediksi a =intercept b = slope atau rata-rata Y prediksi jika X = variabel bebas e = kesalahan prediksi
Untuk menghitung a dan b digunakan rumus sebagai berikut :
atau
36
b. Analisis Korelasi
Bila analisis regresi berusaha memprediksi bentuk hubungan antara
variabel Y dan variabel X tertentu, analisis korelasi berusaha menghitung
arah dan kekuatan hubungan antara variabel Y dan variabel X.
Kekuatan dan arah hubungan antara 2 variabel diukur dengan
koefisien korelasi bertanda + (positif) atau - (negatif), dengan angka yang
Semakin mendekati + I , koefisien korelasi menunjukkan adanya
hubungan positif dan kuat. Koefisien korelasi yang mendekati -1
menunjukkan hubungan negatif dan kuat. Jika koefisien korelasi
mendekati 0, memberikan indikasi bahwa variabel memiliki hubungan
yang lemah.
Untuk mencari koefisien korelasi digunakan rumus:
I
n = jumlah pasangan data X = variabel bebas Y = variabel terikat
c. Analisis ANOVA
(ANOVA) digunakan untuk menguji hipotesis
tentang perbedaan lebih dari dua rata-rata populasi. Langkah-langkah
pengujian ANOVA dibedakan menjadi dua : One Way ANOVA dan Two
37
Penelltian ini menggunakan karena hanya
memperhitungkan satu faktor yang menyebabkan variasi.
Langkah-langkah pengujian :
1 ) Menentukan dan
selalu menyatakan tidak ada perbedaan diantara rata-rata beberapa
populasi. Sedangkan menyatakan satu atau lebih rata-rata populasi
tidak sama dengan rata-rata populasi lainnya.
2) Menentukan daerah penerimaan dan
Berbeda dengan pengujian hipotesis yang menggunakan distribusi Z
atau t, pengujian dengan metode ANOVA menggunakan distribusi F.
Ciri-ciri distribusi ini adalah: kontinyu, bernilai nol atau positif,
distribusi condong ke kanandan tidak pernah memotong sumbu datar.
Titik kritis pada daerah penerimaan dan dicari dengan bantuan
tabel F. Titik kritis ditentukan oleh taraf nyata dan derajat bebas
atau (df).
Derajat bebas terdiri dari:
- Nuinerator = k - 1
- Denominator = k(n- 1 )
dimana : k = jumlah kolom n = jumlah elemen tiap kolom
Sedangkan a adalah Level of Significance atau Taraf Nyata, yang
menunjukkan besarnya kemungkinan penerimaan
38
Besarnya a ditentukan oleh peneliti, berkisar antara 25% sampai 0.1 YO.
Tapi yang paling umum digunakan adalah sebesar 5%.
3) Menentukan nilai statistik uji
Nilai statistik uji atau disebut F-ratio atau F-test dihitung dengan
rumus:
F-ratio = Variance Between Sample Variance Within Sample
Residual Variation
Untuk menghitung F-ratio digunakan tabel ANOVA sebagai berikut:
4) Membandingkan nilai F-ratio dengan daerah penerimaan dan
diterima jika F-ratio lebih kecil dari titik kritis dan ditolak jika
F-ratio lebih besar dari titik kritis.
5 ) Mengambil kesimpulan
Jika diterima artinya kita menerima hipotesis yang menyatakan
bahwa rata-rata populasi tidak berbeda.
39
Menurut Hadi (2000:52-53) ANOVA inengemban dua tugas penting,
yaitu melakukan uji-F dan melakukan uji-t. Uji-F (Fisher) merupakan uji
secara keseluruhan yang akan menyimpulkan apakah secara
keseluruhan perbedaan rerata antara dua kelompok (atau lebih) atau antara
dua amatan ulang (atau lebih) signifikan atau tidak.
Sedangkan uji-t (Student) merupakan uji-joli atau uji pasangan
yaitu uji perbedaan rerata antara dua kelompok atau antara dua
amatan ulangan. Jika jumlah kelompok atau jumlah amatan ulangannya
hanya dua, uji-t ini tidak perlu dilakukan, karena harga t-nya (jika
dikerjakan) akan sama dengan akar bilangan F. Dengan kata lain, uji-t
dikerjakan hanya jika jumlah kelompok atau jumlah amatan ulangnya
lebih dari dua.
Uji-t yang dilakukan setelah uji F ini disebut uji-t pasca uji-F, atau
post hoc t-test atau Dalam ilmu statistika dikenal
banyak uji-t pasca. Dalam program-program ANOVA dalam SPS model
uji-t pasca yang dipilih adalah uji-t Scheffe.
Asumsi dasar ANOVA (Hadi,2000:52) sebagai berikut :
1) asumsi yaitu bahwa sebaran variabel terikat
yang dibandingkan reratanya mengikuti sebaran
normal (tidak menyimpang secara signifikan dari sebaran normal baku
dari Gauss).
2) asumsi yaitu bahwa variansi antar kelompok
yang satu dengan kelompok lainnya, atau variansi antara amatan
40
ulangan yang satu dengan amatan ulangan lainnya, adalah homogen
(tidak berbeda secara signifikan).
3) variabel terikatnya merupakan variabel sinambung atau numerik
4) kelompok-kelompok yang di bandingkan merupakan kelompok yang
terpisah pilah satu sama lain