Upload
nguyenkhanh
View
232
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
KOMUNIKASI KELUARGA, SELF-ESTEEM, DAN PRESTASI
AKADEMIK MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA (TPB)
INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN AKADEMIK 2011/ 2012
PUTRI WIDHA SARI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
14
PERNYATAAN MENGENAI SRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Komunikasi Keluarga, Self-
Esteem, dan Prestasi Akademik Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB)
Institut Pertanian Bogor Tahun Akademik 2011/ 2012 adalah karya saya dengan
arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2012
Putri Widha Sari
NIM I24080075
14
ABSTRACT
PUTRI WIDHA SARI. Family Communication, Self-Esteem, and Academic Achievement of The First-Year Students of Bogor Agricultural University Academic Year 2011/2012. Supervised by EUIS SUNARTI. This study aim to analyze the family communication that consists of general family communication and parents-child communication (socio and concept-oriented communication), self-esteem, and academic achievement of the first-year students of IPB. This research involved 85 male students and 120 female students who selected with stratified propotional random sampling. Independent t-test showed that there is significant differences of communication that adopted by parents between male and female students. The regression test results show that the mother's education and father’s income had a positive effect on students self-esteem. Meanwhile, the father's education had a negative effect on students self-esteem. General family communication had a positive effect on self-esteem and a negative effect to the academic achievement of students. Socio-oriented communication that adopted by parents had a positive effect on students self-esteem. Based on these results, parents and IPB’s support system, such as counselors, should help the students to solve their problem, particularly for students who have self-esteem and academic achievement problems.
Keywords: academic achievement, family communication, students, parents-child communication, self-esteem
ABSTRAK
PUTRI WIDHA SARI. Komunikasi Keluarga, Self-Esteem, dan Prestasi Akademik Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor Tahun Akademik 2011/ 2012. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komunikasi keluarga yang diukur menjadi dua bagian, yaitu komunikasi keluarga secara umum dan komunikasi orang tua-anak (komunikasi berorientasi sosial dan konsep), self-esteem, dan prestasi akademik mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor dengan melibatkan sebanyak 85 mahasiswa dan 120 mahasiswi yang dipilih secara stratified propotional random sampling. Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan positif nyata komunikasi yang diterapkan oleh orang tua antara mahasiswa TPB laki-laki dan perempuan. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa lama pendidikan ibu, dan pendapatan ayah berpengaruh positif terhadap self-esteem mahasiswa TPB, sedangkan lama pendidikan ayah berpengaruh negatif terhadap self-esteem. Komunikasi keluarga secara umum berpengaruh positif terhadap self-esteem, dan berpengaruh negatif terhadap prestasi akademik mahasiswa TPB. Komunikasi berorientasi sosial yang diterapkan oleh orang tua berpengaruh positif terhadap self-esteem mahasiswa TPB. Berdasarkan hasil penelitian, orang tua serta sistem pendukung IPB, seperti konselor sebaiknya membantu mahasiswa TPB dalam menyelesaikan masalah, terutama bagi mahasiswa TPB yang memiliki masalah self-esteem dan prestasi akademik.
Kata kunci: komunikasi keluarga, komunikasi orang tua-anak, prestasi akademik, self-estem, mahasiswa
14
RINGKASAN PUTRI WIDHA SARI. Komunikasi Keluarga, Self-Esteem, dan Prestasi Akademik Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor Tahun Akademik 2011/ 2012. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komunikasi keluarga, self-esteem, dan prestasi akademik mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor tahun akademik 2011/2012. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1) mengetahui komunikasi keluarga secara umum, komunikasi antara orang tua dan mahasiswa TPB, self-esteem, dan prestasi akademik mahasiswa TPB; 2) menganalisis perbedaan komunikasi keluarga secara umum, komunikasi antara orang tua dan mahasiswa TPB, self-esteem, dan prestasi akademik antara mahasiswa dan mahasiswi TPB; 3) menganalisis pengaruh karakteristik mahasiswa TPB, karakteristik keluarga mahasiswa TPB terhadap self-esteem, dan juga prestasi akademik mahasiswa TPB; 4) menganalisis pengaruh komunikasi keluarga secara umum, komunikasi antara orang tua dan mahasiswa TPB terhadap self-esteem mahasiswa TPB; 5) menganalisis pengaruh komunikasi keluarga secara umum, komunikasi antara orang tua dan mahasiswa TPB, dan self-esteem terhadap prestasi akademik mahasiswa TPB.
Desain penelitian adalah cross sectional yang dilakukan di Asrama Putra dan Putri TPB (Astra dan Astri TPB) IPB Dramaga secara purposive dengan pertimbangan Astra dan Astri TPB memiliki mahasiswa dari berbagai ragam budaya di Indonesia sehingga akan didapat karakteristik yang unik dan beragam. Pengambilan data dilakukan selama 3 bulan, yaitu pada bulan Mei hingga Juli 2012. Penarikan contoh menggunakan proportional random sampling, didapat sebanyak 85 mahasiswa dan 120 mahasiswi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar mencakup data primer meliputi karakteristik keluarga mahasiswa TPB; karakteristik mahasiswa TPB; komunikasi keluarga, yang diukur menjadi dua bagian, yaitu komunikasi keluarga secara umum (nilai cronbach α= 0.878); dan komunikasi orang tua-anak (komunikasi berorientasi sosial [nilai cronbach α= 0.690] dan komunikasi berorientasi konsep [nilai cronbach α= 0.874]), self-esteem (nilai cronbach α= 0.729), dan prestasi akademik yang dikumpulkan melalui kuesioner. Data sekunder berupa jumlah populasi dan nama mahasiswa TPB IPB 2011/2012. Setelah data diperoleh, lalu diolah melalui proses pengkodean, pemasukan, pembersihan, dan analisis data. Data dan informasi yang diperoleh, dikategorikan berdasarkan Slamet (1993) kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi silang (cross tabulation). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif (rataan, standar deviasi, minimum, dan maksismum) dan analisis inferensia menggunakan uji independent-samples t-test dan uji regresi linear berganda dengan metode backward.
Usia mahasiswa TPB dalam penelitian ini berkisar antara 17 hingga 21 tahun dengan rataan umur 18,5 tahun. Hampir setengah mahasiswa (41,2%) dan mahasiswi (45,0%) merupakan anak sulung. Rataan uang saku per bulan mahasiswa adalah Rp662.000 dan mahasiswi adalah Rp673.000. Dua pertiga mahasiswa (65,9%) dan sebagian besar mahasiswi (81,7%) diterima di jalur masuk SNMPTN Undangan, sedangkan sisanya diterima lewat jalur SNMPTN Tertulis, UTMI, BUD, dan PIN. Usia ayah-ibu mahasiswa TPB hampir seluruhnya berada pada kategori dewasa madya (41-65 tahun), masih lengkap, dan
berada pada kategori keluarga sedang (5-7 orang) dengan lebih dari sepertiga mahasiswa (41,5%) dan mahasiswi (39,0%) memiliki ayah-ibu tamatan SMA/ sederajat. Hampir seperempat mahasiswa memiliki ayah yang bekerja sebagai pegawai, guru, dan dosen yang tergolong sebagai pegawai negeri sipil (PNS), sedangkan lebih dari setengah mahasiswi (59,5%) memiliki ibu yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga (IRT). Pendapatan ayah mahasiswa TPB berada di kisaran Rp1.000.001-Rp2.000.000, sedangkan pendapatan ibu mahasiswa TPB kurang dari Rp 1.000.000.
Sebaran mahasiswa TPB menunjukkan bahwa lebih dari setengah mahasiswa (52,9%) dan mahasiswi (58,4%) menyatakan bahwa masih ada anggota keluarga mahasiswa TPB yang mengatakan sesuatu yang negatif terhadap anggota keluarga lainnya ketika marah. Kurang dari 50,0 persen mahasiswa dan mahasiswi yang menyatakan bahwa orang tua mahasiswa TPB masih sering mengatakan pendapat orang tua mahasiswa TPB selalu benar dan anak seharusnya tidak berargumen dengan orang yang lebih tua. Tiga perempat mahasiswi (67,5%) menyatakan bahwa orang tua dan mahasiswa TPB sering memiliki waktu luang untuk berdiskusi ringan, sedangkan mahasiswa hanya kurang dari setengah mahasiswa TPB (42,4%). Lebih dari sepertiga mahasiswa (34,1%) dan hampir sepertiga mahasiswi (30,0%) masih sering merasa bahwa dirinya tidak berguna. Hal ini mengindikasikan bahwa masih terdapat mahasiswa TPB yang memiliki self-esteem rendah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan komunikasi orang tua dan anak antara mahasiswa dan mahasiswi (α = 0,05). Orang tua mahasiswa TPB yang menerapkan, baik komunikasi berorientasi sosial maupun komunikasi berorientasi konsep, dalam keluarga lebih tinggi mahasiswi dibandingkan mahasiswa. Hasil uji pengaruh menunjukkan bahwa self-esteem mahasiswa lebih tinggi daripada mahasiswi. Lama pendidikan ayah mahasiswa TPB berpengaruh negatif nyata, sedangkan lama pendidikan ibu, pendapatan ayah, komunikasi keluarga secara umum, dan komunikasi beorientasi sosial yang diterapkan orang tua mahasiswa TPB kepada mahasiswa TPB berpengaruh positif nyata terhadap self-esteem mahasiswa TPB. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa sebesar 18,3% faktor yang berpengaruh terhadap self-esteem mahasiswa TPB dapat dijelaskan oleh model, dimana nilai signifikansinya di bawah 0,05.
Hasil uji regresi menunjukkan bahwa sebesar 12,4% faktor yang berpengaruh terhadap prestasi akademik mahasiswa TPB dapat dijelaskan oleh model, dimana nilai signifikansinya di bawah 0,05. Hasil uji pengaruh menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh karakteristik mahasiswa TPB dan karakteristik keluarga mahasiswa TPB terhadap prestasi akademik mahasiswa TPB. Sedangkan, komunikasi keluarga secara umum berpengaruh negatif nyata terhadap prestasi akademik yang dicapai oleh mahasiswa TPB. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan terhadap keluarga sebaiknya tetap menjalin komunikasi dengan mahasiswa TPB agar dapat membantu meningkatkan self-esteem dan prestasi akademik. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengembangkan instrumen komunikasi keluarga serta dapat menambah variabel lain yang bisa diteliti, diantaranya frekuensi komunikasi dan motivasi yang diduga juga memiliki pengaruh terhadap capaian prestasi akademik mahasiswa TPB.
Kata kunci: komunikasi keluarga, komunikasi orang tua-anak, prestasi akademik, self-estem, mahasiswa
© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
14
KOMUNIKASI KELUARGA, SELF-ESTEEM, DAN PRESTASI
AKADEMIK MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA (TPB)
INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN AKADEMIK 2011/ 2012
PUTRI WIDHA SARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada Departemen Ilmu keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
14
Judul Penelitian : Komunikasi Keluarga, Self-Esteem, dan Prestasi Akademik
Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian
Bogor Tahun Akademik 2011/ 2012
Nama : Putri Widha Sari
NIM : I24080075
Disetujui,
Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si
Pembimbing
Diketahui,
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc.
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus:
14
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul ‘Komunikasi Keluarga, Self Esteem, dan Prestasi Akademik Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor Tahun Akademik 2011/ 2012’ berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai syarat kelulusan, guna memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis mengucapkan terima kasih yang ditujukan kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.S, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, dan pikirannya dengan memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi.
2. Dr. Tin Herawati, SP., M.Si. dan Alfiasari, SP., M.Si., selaku dosen penguji dan dosen pemandu seminar dan sidang yang telah bersedia memberikan saran dan masukan yang membangun kepada penulis. Ir. Melly Latifah, M.Sc., selaku dosen pembimbing akademik serta seluruh staf pengajar Departemen IKK yang telah banyak memberikan arahan, wawasan, dan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.
3. Dr. Ir. Irmansyah, M.Si., selaku kepala Badan Pengelola Asrama TPB IPB beserta staf, para Senior Resident, Lurah Gedung Asrama Putra dan Putri TPB (Yodi, Amir, Galih, Lukman, Silmi, Uswah, Niar, Nanda, Wardah), yang telah membantu penulis dalam pengambilan data penelitian, serta seluruh mahasiswa TPB angkatan 48, yang telah bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini.
4. Ayahanda Dr. Ir. Suwarto, MS. (Alm.) dan Ibunda Ir. Ermina Muhayati, selaku orang tua dan motivator kehidupan bagi penulis. Kakak penulis, Radityo Andi Dharma, S.TP. dan adik-adik penulis, Putri Wika Sari, saudara kembar sekaligus rekan satu tim dalam penelitian payung ini, Rofif Tyo Zaidan Fajar, serta Farhan Tyo Zahid Akbar, yang telah memberikan dukungan dan cinta kasih tiada tara kepada penulis. Om dan Tante, Ir. Heri Dwi Basuki, MBA., Suryana, dan Renny Damayanti, serta Putri Diyaah Bulan Tsabitah yang telah memberikan bantuan moril dan materi selama penyusunan skripsi ini.
5. Tim scripcute (Intan Islamia, Nisrina Kharisma, Raden Ifah Kholifah Pitriana, Fasih Vidiastuti Sholihah) selaku teman seperjuangan yang juga ikut memberikan kontribusi dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi dunia penelitian dan pendidikan.
Bogor, Desember 2012
Putri Widha Sari
14
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................... xix DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xx DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xx PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 Latar Belakang .................................................................................. 1 Perumusan Masalah .......................................................................... 4 Tujuan Penelitian .............................................................................. 5 Kegunaan Penelitian ......................................................................... 6 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 7 Teori Komunikasi Keluarga .............................................................. 7 Self-Esteem ........................................................................................ 11 Prestasi Akademik ........................................................................ … 12 Mahasiswa ......................................................................................... 12 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 13 KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................... 15 METODE PENELITIAN ................................................................................ 17 Desain, Lokasi, dan Waktu ............................................................... 17 Jumlah dan Cara Pemilihan responden ............................................. 17 Jenis dan Cara Pengumpulan Data .................................................... 19 Pengolahan dan Analisis Data .......................................................... 20 Definisi Operasional ......................................................................... 24 HASIL PENELITIAN ..................................................................................... 27 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 27 Karakteristik Mahasiswa TPB .......................................................... 28 Karakteristik Keluarga Mahasiswa TPB ........................................... 31 Komunikasi Keluarga ....................................................................... 35 Komunikasi Keluarga Secara Umum ................................................. 35 Komunikasi Orang Tua-Anak ........................................................... 37 Self-Esteem ........................................................................................ 40 Prestasi Akademik ............................................................................ 41 Perbedaan Komunikasi Keluarga secara Umum, Komunikasi Orang
Tua-Anak, Self-Esteem, dan Prestasi Akademik antara Mahasiswa dan Mahasiswi ................................................................................. 42
Pengaruh Karakteristik, Komunikasi Keluarga secara Umum, dan Komunikasi Orang Tua-Anak terhadap Self-Esteem ......................... 42
Pengaruh Karakteristik, Komunikasi Keluarga secara Umum, Komunikasi Orang Tua-Anak, dan Self-Esteem terhadap Prestasi Akademik ........................................................................................... 43
Pembahasan ....................................................................................... 44 SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 51 Simpulan ........................................................................................... 51 Saran ................................................................................................. 51 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 53 LAMPIRAN .................................................................................................... 57
14
DAFTAR TABEL
Halaman 1 Ahli dan pendapatnya mengenai teori komunikasi keluarga ................. 9 2 Ahli dan pendapatnya mengenai tipe-tipe pola komunikasi keluarga ... 10 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin ............................................ 19 4 Variabel, jenis data, skala, dan cara pengumpulan data ........................ 21 5 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan usia ............................................ 28 6 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan uang saku per bulan .................. 28 7 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan urutan kelahiran ........................ 29 8 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan jalur masuk ............................... 29 9 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan organisasi/ ekstrakurikuler ....... 30 10 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan fakultas ..................................... 30 11 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan kategori usia ayah-ibu .............. 31 12 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan kategori Pendidikan Terakhir
ayah-ibu ................................................................................................. 32 13 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan kategori pekerjaan ayah-ibu ..... 33 14 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan kategori pendapatan ayah-ibu ... 34 15 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan kategori kelengkapan orang tua 34 16 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan kategori besar keluarga ............. 35 17 Sebaran mahasiswa TPB yang menjawab setuju untuk pernyataan
komunikasi keluarga secara umum ....................................................... 36 18 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan kategori level dan persentase
komunikasi keluarga secara umum ....................................................... 36 19 Sebaran mahasiswa TPB yang menjawab sering untuk pernyataan
dimensi komunikasi berorientasi sosial ................................................. 38 20 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan kategori skor dimensi
komunikasi berorientasi sosial ............................................................... 38 21 Sebaran mahasiswa TPB yang menjawab sering untuk pernyataan
dimensi komunikasi berorientasi konsep ............................................... 39 22 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan kategori skor dimensi
komunikasi berorientasi konsep ............................................................ 40 23 Sebaran mahasiswa TPB yang menyetujui pernyataan self-esteem ...... 41 24 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan self-esteem ................................ 41 25 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan prestasi akademik ..................... 42 26 Hasil uji beda variabel penelitian antara mahasiswa TPB laki-laki dan
mahasiswa TPB perempuan .................................................................. 42 27 Hasil uji regresi karakteristik, komunikasi keluarga secara umum, dan
komunikasi orang tua-anak terhadap self-esteem .................................. 43 28 Hasil uji regresi karakteristik, komunikasi keluarga secara umum,
komunikasi orang tua-anak, dan self-esteem terhadap prestasi akademik ................................................................................................ 44
29 Hasil uji reliabilitas variabel komunikasi keluarga secara umum, dimensi komunikasi berorientasi sosial, dimensi komunikasi berorientasi konsep, dan self-esteem ......................................................... 59
xx
DAFTAR GAMBAR HALAMAN
1 Sistem interpersonal dalam keluarga ..................................................... 8 2 Kerangka pemikiran penelitian “Komunikasi Keluarga, Self-esteem,
dan Prestasi Akademik Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor Tahun Akademik 2011/ 2012” ........................ 16
3 Kerangka pengambilan contoh ............................................................... 18
DAFTAR LAMPIRAN HALAMAN
1 Hasil uji reliabilitas variabel komunikasi keluarga secara umum, dimensi komunikasi berorientasi sosial, dimensi komunikasi berorientasi konsep, dan self-esteem ......................................................... 59
2 Hasil uji validitas variabel komunikasi keluarga secara umum ................ 59 3 Hasil uji validitas variabel dimensi komunikasi berorientasi sosial .......... 59 4 Hasil uji validitas variabel dimensi komunikasi berorientasi konsep ....... 60 5 Hasil uji validitas variabel self-esteem ...................................................... 60
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya manusia. Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia menurut United Nations Development
Program, mengalami penurunan dari peringkat 108 pada tahun 2010 turun
menjadi 124 dari 187 negara yang disurvei (Kompas 2012). Program
penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah merupakan kunci untuk membentuk
sumber daya manusia yang berkualitas, sekaligus sebagai upaya dalam
meningkatkan IPM Indonesia. Salah satunya ditunjukkan dengan tersedianya
berbagai perguruan tinggi oleh pemerintah yang dapat menampung lulusan-
lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA). Institut Pertanian Bogor (IPB)
merupakan salah satu dari lima perguruan tinggi favorit di Indonesia dan satu-
satunya yang memiliki program Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan wajib
asrama bagi mahasiswa tahun pertama.
Setiap semester, IPB mengevaluasi akademik mahasiswa dengan hasil
evaluasi berupa Indeks Prestasi Semester (IPS). Apabila mahasiswa di tahun
pertama akademik memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di bawah 1,5,
mahasiswa tersebut terancam dikeluarkan dari IPB atau Drop Out (DO). Di
samping tuntutan terhadap nilai akademik, mahasiswa juga dihadapkan berbagai
permasalahan seperti, masalah pribadi, masalah akademik, dan masalah dengan
teman (Hernawati 2006). Hal ini membuat mahasiswa mencari solusi kepada
orang terdekat, yaitu melakukan komunikasi dengan keluarga.
Komunikasi sangat berperan penting dan memiliki dampak yang besar
dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan modal utama manusia dalam
berhubungan dan berinteraksi satu sama lain. Kesuksesan seseorang dalam
menerima dan menangkap informasi ditentukan oleh komunikasi yang dilakukan
oleh orang tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Garg et al. 2002 menemukan
bahwa faktor pribadi remaja memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap
harapan untuk keberhasilan dalam pendidikan sebesar 76 persen dan terhadap
prestasi akademik memiliki pengaruh sebesar 65 persen.
Keluarga merupakan lingkungan dimana interaksi mahasiswa terjadi
pertama kali. Interaksi individu dalam keluarga mahasiswa terjadi pada antar
2
anggota keluarga. Interaksi yang terjadi pada masing-masing anggota keluarga
mahasiswa berbeda. Hal ini dikarenakan setiap anggota keluarga mahasiswa
memiliki perilaku yang berbeda, unik, dan khas. Keluarga sebagai lingkungan
yang pertama dikenal oleh anak memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
membentuk karakter dan kepribadian anak melalui pembiasaan-pembiasaan sikap
dan perilaku yang ditanamkan sejak dini (Tjondrorini dan Mardiya 2012). Kurang
optimalnya tumbuh kembang anak, buruknya perilaku anak dan remaja atau
bahkan menurunnya prestasi akademik anak, tidak terlepas dari kedudukan
keluarga yang dianggap paling bertanggung jawab terhadap berbagai
permasalahan tersebut (Hurlock 1980, Gunarsa dan Gunarsa 2004).
Komunikasi adalah salah satu bentuk proses yang dilakukan saat
berinteraksi. Masing-masing anggota keluarga mahasiswa dapat menyampaikan
segala bentuk perasaan, rasa cinta dan kasih sayang, dukungan, serta emosi yang
disampaikan melalui komunikasi, baik dalam bentuk verbal maupun non verbal.
Komunikasi bersifat kontinuitas, dimana komunikasi akan terus terjadi selama
kehidupan masih berlangsung. Komunikasi juga merupakan salah satu cara yang
digunakan oleh mahasiswa untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial.
Kecepatan adaptasi yang dimiliki mahasiswa berbeda-beda, contohnya ketika
tinggal di lingkungan yang baru, seperti asrama. Ada yang adaptasinya cepat dan
ada pula yang lambat, tergantung dari kemampuan adaptasi dan keterampilan
komunikasi yang dimiliki masing-masing individu. Disamping mahasiswa
menggunakannya sebagai alat untuk menyampaikan pesan kepada sesama dan
makhluk lainnya, mahasiswa juga menggunakan komunikasi sebagai alat untuk
mengambil pembelajaran dari lingkungan.
Pembelajaran komunikasi pertama kali didapat oleh seseorang yakni
berawal dari keluarganya. Komunikasi keluarga diartikan sebagai suatu tindakan
dalam menangkap dan menerima informasi, ide, pikiran, dan perasaan yang
dikenal diantara anggota unit keluarga (Olson & Barnes 1985) sehingga kepuasan
berkomunikasi yang dirasakan dalam keluarga pun dapat berbeda antarindividu.
Hasil penelitian Olson dan Barnes (1985) mengungkapkan bahwa komunikasi
yang berlangsung dengan baik antara orang tua dan remaja membuat hubungan
keluarga semakin erat sehingga dapat terwujudnya kasih sayang yang akan
3
mempermudah proses penyelesaian masalah. Komunikasi yang terjadi
antaranggota keluarga mahasiswa bisa berupa komunikasi antara orang tua dan
anak maupun komunikasi antara kakak dan adik. Komunikasi dalam keluarga
merupakan komunikasi yang paling ideal. Adanya perbedaan status bukan berarti
menjadi penghalang komunikasi antara orang tua dan anak sehingga komunikasi
bukan hanya sekedar formalitas melainkan kunci sebuah kesuksesan keluarga
(Zega 2009).
Self-esteem merupakan salah satu hasil pembelajaran yang membentuk
konsep diri mahasiswa sebagai akibat dari proses komunikasi yang dilakukan
secara terus menerus oleh mahasiswa tersebut. Self-esteem terbentuk dari hasil
pembelajaran atas didikan dari lingkungan terutama keluarga. Peran keluarga
dalam menanamkan self-esteem pada anak dapat menimbulkan bias apabila pesan
yang disampaikan melalui komunikasi tidak sesuai dengan isi pesan yang
dimaksud oleh pemberi pesan. Self-esteem juga diartikan sebagai komponen, sikap
evaluatif diri, afektif penilaian yang ditempatkan pada konsep diri yang terdiri
dari perasaan layak dari penerimaan, yang dikembangkan dan dikelola sebagai
konsekuensi dari kesadaran kompetensi, perasaan berprestasi, dan umpan balik
dari dunia luar (Guindon 2002). Penelitian yang Macuka et al. (2004) menemukan
bahwa terdapat hubungan positif antara interaksi keluarga dengan self-esteem.
Hasil penelitian ini menarik untuk dikaji lebih lanjut apakah komunikasi keluarga
berpengaruh terhadap self-esteem yang selanjutnya dapat memotivasi mahasiswa
dalam pencapaian prestasi akademik.
Berbagai kajian studi litelatur yang diperoleh mengenai komunikasi
keluarga, self-esteem, dan prestasi akademik menarik untuk diteliti lebih lanjut.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui sejauh mana pengaruh yang
ditimbulkan dari komunikasi yang dilakukan antar anggota keluarga terhadap self-
esteem yang terbentuk dan bagaimana pengaruhnya prestasi akademik pada
individu, dalam penelitian ini, yaitu mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB)
Institut Pertanian Bogor.
Perumusan Masalah Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) merupakan mahasiswa
Institut Pertanian Bogor yang baru memasuki jenjang perguruan tinggi.
4
Mahasiswa TPB ini diwajibkan untuk mengikuti kegiatan asrama selama satu
tahun dalam rangka penyetaraan tingkat kemampuan akademik yang dikelola oleh
Badan Pengelola Asrama Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian
Bogor. Berdasarkan informasi dari Direktorat TPB menyatakan bahwa pencapaian
dengan prestasi akademik di atas 1,51 merupakan kewajiban yang mesti dipenuhi
oleh mahasiswa TPB sebagai syarat untuk melanjutkan studi di tahun-tahun
berikutnya. Hal ini membuat beban tersendiri bagi mahasiswa tahun pertama.
Data tahun 2008-2011 menunjukkan bahwa rata-rata indeks prestasi
kumulatif mahasiswa TPB IPB berkisar antara 2,71-2,791). Hal ini menunjukkan
bahwa rataan prestasi akademik mahasiswa TPB sejauh ini masih tergolong
sedang. Padahal tuntutan dunia kerja menghendaki lulusan-lulusan perguruan
tinggi dengan syarat indeks prestasi kumulatif minimal 3,00. Selain masalah
akademik, mahasiswa juga dihadapkan berbagai permasalahan seperti, masalah
pribadi, masalah dengan teman, serta masalah konsep diri, seperti perasaan layak
dari penerimaan sebagai konsekuensi dari kesadaran kompetensi dan perasaan
berprestasi (Garg et al. 2002; Guindon 2002; Hernawati 2006). Hal ini membuat
mahasiswa TPB mencari solusi, salah satunya melakukan komunikasi dengan
keluarga. Adanya permasalahan akademik diduga juga membuat mahasiswa TPB
melakukan komunikasi dengan keluarganya.
Setiap keluarga mahasiswa TPB pasti memberikan dukungan terhadap
mahasiswa TPB dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi,
seperti permasalahan capaian prestasi akademik dan pengembangan diri
mahasiswa. Salah satu dukungan moril yang diberikan keluarga mahasiswa ialah
dalam bentuk komunikasi keluarga, baik komunikasi keluarga secara umum
maupun komunikasi antara orang tua dan anak. Hal ini dilakukan agar anak
mendapatkan rasa aman dan nyaman serta dorongan untuk bisa melakukan yang
terbaik selama masa adaptasi tersebut. Namun, setiap keluarga mahasiswa
memiliki penerapan cara dan pola komunikasi yang berbeda sehingga komunikasi
yang dirasakan oleh masing-masing anggota keluarga mahasiswa akan berbeda
pula. Selain itu, kewajiban tinggal di asrama membuat mahasiswa TPB jauh dari
orang tua, sehingga diduga intensitas bertemu antara mahasiswa TPB dan anggota
1) Kutipan pernyataan Rektor IPB Prof. Dr. Ir. Henry Suhardiyanto, M.Sc. (Sumber: Okezone, 26 Juli 2012)
5
keluarga menjadi berkurang, yang mengakibatkan komunikasi dengan keluarga
menjadi rendah dibandingkan ketika tinggal bersama keluarga.
Pencapaian prestasi akademik juga ditengarai dipengaruhi oleh self-
esteem. Mahasiswa TPB mengalami proses pembentukan diri sebagai akibat dari
pembelajaran terhadap lingkungan yang baru sejalan dengan konsep diri yang
terus berkembang. Salah satu konsep diri yang terus berkembang adalah self-
esteem (Santrock 2007). Banyak faktor yang dapat mengembangkan self-esteem,
salah satunya adalah interaksi yang dilakukan oleh antar anggota keluarga berupa
komunikasi keluarga.
Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan utama dalam penelitian ini
adalah sejauh mana pengaruh komunikasi keluarga terhadap self-esteem yang
terbentuk, serta capaian prestasi akademik pada individu. Menjawab perumusan
masalah utama maka ditarik beberapa pertanyaan spesifik dalam penelitian ini,
yaitu:
1. bagaimana komunikasi keluarga secara umum, komunikasi antara orang tua
dan mahasiswa TPB, self-esteem, dan prestasi akademik mahasiswa TPB?
2. adakah perbedaan komunikasi keluarga secara umum, komunikasi antara orang
tua dan mahasiswa TPB, self-esteem, dan prestasi akademik antara mahasiswa
TPB laki-laki dan perempuan?
3. adakah pengaruh karakteristik contoh mahasiswa TPB, karakteristik keluarga
mahasiswa TPB terhadap self-esteem, dan juga prestasi akademik mahasiswa
TPB?
4. adakah pengaruh komunikasi keluarga secara umum, komunikasi antara orang
tua dan mahasiswa TPB terhadap self-esteem mahasiswa TPB?
5. adakah pengaruh komunikasi keluarga secara umum, komunikasi antara orang
tua dan mahasiswa TPB, dan self-esteem terhadap prestasi akademik
mahasiswa TPB?
Tujuan Penelitian Tujuan umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis komunikasi
keluarga, self-esteem, dan prestasi akademik mahasiswa Tingkat Persiapan
Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor Tahun Akademik 2011/ 2012.
6
Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut :
1. mengidentifikasi komunikasi keluarga secara umum, komunikasi antara orang
tua dan mahasiswa TPB, self-esteem, dan prestasi akademik mahasiswa TPB;
2. menganalisis perbedaan komunikasi keluarga secara umum, komunikasi antara
orang tua dan mahasiswa TPB, self-esteem, dan prestasi akademik antara
mahasiswa TPB laki-laki dan perempuan;
3. menganalisis pengaruh karakteristik contoh mahasiswa TPB, karakteristik
keluarga mahasiswa TPB terhadap self-esteem, dan juga prestasi akademik
mahasiswa TPB;
4. menganalisis pengaruh komunikasi keluarga secara umum, komunikasi antara
orang tua dan mahasiswa TPB terhadap self-esteem mahasiswa TPB;
5. menganalisis pengaruh komunikasi keluarga secara umum, komunikasi antara
orang tua dan mahasiswa TPB, dan self-esteem terhadap prestasi akademik
mahasiswa TPB.
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan
yang bermanfaat bagi pihak lain maupun yang terkait dengan masalah program
wajib asrama dan tingkat persiapan bersama, khususnya kepada:
1. peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai hubungan komunikasi
keluarga dan pengaruhnya terhadap variabel lain yang dimiliki oleh
mahasiswa TPB, seperti frekuensi, alokasi waktu, dan kualitas komunikasi
secara spesifik antara ayah-anak dan ibu-anak serta gaya pengasuhan yang
diterapkan orang tua mahasiswa TPB;
2. perguruan tinggi, memperoleh masukan tentang hasil penelitian pengaruh
komunikasi keluarga terhadap self-esteem dan prestasi akademik mahasiswa
TPB;
3. masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
gambaran agar lebih sadar akan pentingnya komunikasi keluarga;
4. mahasiswa, memperoleh masukan dalam menyikapi masalah yang terjadi
dalam komunikasi keluarga, membangun self-esteem, dan peningkatan prestasi
akademik.
7
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Komunikasi Keluarga Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan suatu cara untuk memengaruhi individu agar si
pemberi pesan (sender) dan si penerima pesan (receiver) saling mengerti pesan
yang disampaikan satu sama lain. Bentuk pesan yang disampaikan bisa berupa
perasaan, perhatian, kenyataan, ataupun ide-ide. Proses komunikasi bisa
dilakukan, baik secara langsung (tanpa media pembantu) maupun tidak langsung
(dengan media pembantu, seperti surat, telepon, dan media lain). Terdapat tiga
komponen penting dalam komunikasi, diantaranya pemberi pesan, pesan, dan
penerima pesan. Disamping itu, bahasa dan media juga merupakan komponen
yang penting dalam proses komunikasi. Bahasa jika tidak dipahami pemberi dan
penerima pesan akan menimbulkan bias dalam komunikasi. Sedangkan media
dapat mempermudah komunikasi dari segi waktu, ruang, dan jarak (Guhardja et
al. 1989).
Pengolahan proses informasi yang didapat dari berkomunikasi
menggunakan lima panca indra, yaitu penglihatan (visual), sentuhan (kinestetik),
pendengaran (auditorik), rasa, dan bau. Dari kelima panca indra tersebut, proses
komunikasi yang dilakukan diolah sehingga menjadi sebuah informasi. Sebelum
menjadi sebuah informasi, proses komunikasi melewati beberapa tahapan yang
dapat menimbulkan bias atau terjadi kesalahan dalam menerima informasi.
Pentingnya mendengarkan adalah kunci dari komunikasi yang efektif dimana
seseorang mampu mendengarkan secara aktif.
Denny (2007) mengemukakan beberapa gagasan agar komunikasi yang
dilakukan lebih baik, diantaranya bicara yang baik sebagai harapan, menghormati
orang yang diajak bicara, memberikan pujian, berbicara lebih sedikit daripada
mendengarkan, menaruh minat pada orang lain, memastikan bahwa kritikan yang
diberikan konstruktif, memastikan bahwa diri ini memahami apa yang dikatakan
sebelum menjawab, serta memaknai komunikasi sebagai alat untuk berbagi. Olson
& Barnes (1985) mengemukakan tentang teori komunikasi keluarga dimana peran
komunikasi tidak terlepas dari adanya interaksi manusia termasuk di keluarga.
Para peneliti dan ahli teori menyatakan bahwa di dalam konsep keluarga,
8
komunikasi merupakan inti dari pekerjaan yang dilakukan sehari-hari oleh
keluarga.
Komunikasi Keluarga
Perkembangan teori keluarga diawali dengan teori interaksi simbolik pada
tahun 1918. Teori ini berfokus pada suatu proses individu dalam mendefinisikan
dan menginterpretasi suatu kejadian (Sunarti 2006). Teori interaksi simbolik
dalam keluarga kemudian berkembang menjadi teori komunikasi keluarga dimana
pusat proses ide-ide yang diberikan berbentuk simbolik (Koerner & Fitzpatrick
2002). Berbagai literatur mengenai teori komunikasi keluarga pun dikumpulkan
untuk medapatkan pemahaman mengenai komunikasi keluarga (Tabel 1).
Komunikasi keluarga menurut Olson & Barnes (2004) adalah tindakan dalam
membuat informasi, ide-ide, gagasan, dan pengetahuan yang dirasakan oleh
anggota dalam unit keluarga. Komunikasi keluarga merupakan sebuah sistem
jaringan interaksi yang lebih bersifat interpersonal, dimana masing-masing
anggota keluarga mempunyai intensitas hubungan satu sama lain dan saling
tergantung2). Gambar 1 memperlihatkan sistem interaksi yang terjadi dalam
keluarga yang melibatkan orang tua (ayah dan ibu) dan dua orang anak. Semakin
banyak anggota keluarga, maka jumlah interaksi interpersonal yang terjadi akan
semakin banyak dan kompleks2).
Gambar 1 Sistem interpersonal dalam keluarga
Komunikasi keluarga secara umum dinyatakan baik apabila anggota
keluarga merasa puas, bisa saling mengungkapkan perasaannya satu sama lain
dengan saling memahami, mengerti, menghargai, mempercayai dan menyayangi
satu sama lain, sedangkan komunikasi yang kurang berkualitas mengindikasikan
Ayah Ibu
Anak Ke-1 Anak Ke-2
2) Guhardja et al., Diktat Kuliah Manajemen Sumberdaya Keluarga (Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Masyarakat, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor), 1989.
9
kurangnya perhatian, pengertian, penghargaan, kepercayaan dan kasih sayang di
antara anggota keluarga. Baik tidaknya komunikasi yang dilakukan antar anggota
keluarga dapat diukur dengan menggunakan instrumen Skala Komunikasi
Keluarga dari Olson & Barnes (2004). Pengkategorian level dibagi berdasarkan
persentase, yaitu sangat rendah (10-20%), rendah (24-44%), sedang (50-65%),
tinggi (70-83%), dan sangat tinggi (86-99%) dimana setiap level memiliki
interpretasi yang berbeda.
Komunikasi keluarga secara umum dengan level sangat rendah (10-20%)
diinterpretasikan bahwa anggota keluarga sangat prihatin dengan kualitas
komunikasi keluarga mereka. Komunikasi keluarga secara umum dengan level
rendah (24-44%) diinterpretasikan bahwa anggota keluarga cukup prihatin dengan
kualitas komunikasi keluarga mereka. Komunikasi keluarga secara umum dengan
level sedang (50-65%) diinterpretasikan bahwa anggota keluarga merasa
komunikasi keluarga mereka secara umum baik, namun masih cukup prihatin
dengan kualitas komunikasi keluarga mereka. Komunikasi keluarga secara umum
dengan level tinggi (70-83%) diinterpretasikan bahwa anggota keluarga merasa
nyaman dan puas dengan kualitas komunikasi mereka. Komunikasi keluarga
secara umum dengan level sangat tinggi (86-99%) diinterpretasikan bahwa
anggota keluarga merasa sangat puas dan positif terhadap kualitas komunikasi
keluarga mereka.
Tabel 1 Ahli dan pendapatnya mengenai teori komunikasi keluarga Ahli Teori komunikasi keluarga
Epstein, Bishop, ryan, Miller, & Keitner (1993)
Komunikasi keluarga adalah cara informasi verbal dan non-verbal yang dipertukarkan antara anggota keluarga.
Hybels & Weaver II (2004)
Semua komunikasi keluarga adalah transaksional.
Koerner & Fitzpatrick (2002)
Komunikasi keluarga merupakan formulasi dari teori umum keluarga dengan mempertimbangkan lingkungan komunikasi secara lebih spesifik yang dihadapi oleh keluarga.
Olson & Barnes (1985)
Komunikasi Keluarga yaitu tindakan dalam membuat informasi, ide-ide, gagasan, dan pengetahuan yang dirasakan oleh anggota dalam unit keluarga.
Hambatan Komunikasi Keluarga
Hambatan-hambatan yang sering terjadi dalam komunikasi biasanya, yaitu
topik pesan yang disampaikan dianggap tidak menarik, penampilan pemberi pesan
memengaruhi penerimaan isi pesan, penerima pesan tidak setuju atau tidak suka
10
dengan pesan yang dibawa oleh pemberi pesan, pemberi pesan berpura-pura
memperhatikan padahal pikirannya tidak tertuju pada pesan2). Hambatan dalam
komunikasi keluarga dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu perbedaan
umur, perbedaan jenis kelamin, nilai yang dianut, perbedaan bahasa, dan
perbedaan status sosial.
Pola Komunikasi Keluarga
Pola komunikasi keluarga terbentuk akibat komunikasi yang dilakukan
antar anggota keluarga dengan melibatkan ekspresi emosi (Mcleod et al. 1972).
Berbagai tipe-tipe pola komunikasi dikumpulkan dari para ahli sebagai hasil dari
pencarian literatur (tabel 2). Menurut McLeod & Chaffee (1972), Ritchie &
Fitzpatrick (1990) dalam Borsella (2006), model pola komunikasi keluarga
merupakan merupakan model yang dibuat untuk dapat mengukur bagaimana
komunikasi antara orang tua dan anak mempengaruhi kenyataan persepsi dan
bagaimana komunikasi tersebut berkontribusi terhadap sosialisasi anak. Berikut
disajikan pada tabel 4 macam-macam tipe-tipe pola komunikasi keluarga menurut
beberapa ahli lainnya.
Tabel 2 Ahli dan pendapatnya mengenai tipe-tipe pola komunikasi keluarga Ahli Tipe-tipe pola komunikasi keluarga
Devito (1986) Empat bentuk pola komunikasi kekuarga; - Pola komunikasi persamaan - Pola komunikasi seimbang terpisah - Pola komunikasi tak seimbang pisah - Pola komunikasi Monopoli
Peterson (1998) Empat tipe pola komunikasi keluarga - Komunikasi afektif
- Komunikasi instrumental - Komunikasi tinggi lebih dominan - Komunikasi rendah lebih dominan
McLeod et al. (1972)
Dua fundamental orientasi komunikasi keluarga - Komunikasi berorientasi sosial - Komunikasi berorientasi konsep
Komunikasi antara orang tua dan anak dapat diukur dengan menggunakan
instrumen Skala Pola Komunikasi Keluarga Mcleod (1972) yang telah
dikembangkan oleh Ritchie (1990) terdiri dari dua dimensi, yaitu komunikasi
berorientasi sosial dan komunikasi berorientasi konsep. Dalam komunikasi
berorientasi sosial, anak-anak didorong untuk mengembangkan dan memelihara
11
keharmonisan hubungan serta menghindari pertengkaran dengan orang tua mereka
dan orang lain. Sedangkan, dalam komunikasi berorientasi konsep, anak
diharapkan untuk secara terbuka mengekspresikan dan mendiskusikan ide-ide
mereka secara perorangan, termasuk orang tua mereka (Chaffee, McLeod, &
Wackman 1973).
Self-Esteem Self-esteem merupakan penilaian diri atau persepsi diri yang dilakukan
oleh seorang individu terhadap dirinya atas penghargaan, penerimaan, dan
perlakuan orang lain terhadap dirinya (Coopersmith 1967, Branden 1999). Self-
esteem memiliki banyak aspek dan berkembang dalam konteks pengembangan
pengertian seseorang terhadap identitas diri. Rosenberg (1965) membagi self-
esteem ke dalam dua komponen secara global, yaitu sikap positif dan sikap
negatif. Komponen tersebut digunakan untuk menjelaskan gambaran atau
penilaian positif seseorang terhadap dirinya serta evaluasi global seseorang
mengenai dirinya (Santrock 2007).
Penelitian terhadap 300.000 individu mengenai seberapa tinggi self-esteem
mereka, menunjukkan bahwa self-esteem akan tinggi pada masa kanak-kanak,
menurun pada masa remaja, meningkat lagi pada masa dewasa sampai masa
dewasa akhir, di mana self-esteem kembali menurun. Di samping itu, masih dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa self-esteem perempuan lebih rendah
dibandingkan self-esteem laki-laki pada hampir seluruh rentang kehidupan
(Robins et al. 2002 dalam Santrock 2007).
Menurut Bowles (1999) dalam Santrock (2007) sebuah penelitian
menunjukkan bahwa korelasi antara self-esteem dan prestasi pada anak rendah.
Temuan tersebut menunjukkan bahwa bisa jadi prestasi akademik yang rendah
dapat menyebabkan self-esteem yang rendah atau sebaliknya, self-esteem yang
rendah dapat menyebabkan prestasi akademik yang rendah. Dukungan emosional
dan persetujuan sosial yang diberikan, serta ketika anak menghadapi masalah dan
mencoba mengatasinya ketimbang menghindarinya akan meningkatkan self-
esteem anak (Compas 2004, Folkman & Moskowitz 2004, Sykes 1995 dalam
Santrock 2007).
12
Prestasi Akademik Prestasi akademik merupakan capaian hasil belajar dari kemampuan dan
kecakapan tingkah laku yang dimiliki seseorang selama beberapa waktu yang bisa
dipengaruhi oleh situasi belajar. Hasil proses belajar tersebut dapat diukur dan
dinilai dengan menggunakan tes yang memiliki standar, baik dalam bentuk lisan
maupun tulisan (Sobur 2006).
Prestasi akademik adalah penyebutan untuk memperlihatkan capaian
tingkat keberhasilan seseorang akan tujuan yang telah dicapainya atas usaha dan
kerja kerasnya untuk belajar secara optimal (Setiawan 2006). Santrock (2007)
menyatakan bahwa prestasi akademik perempuan jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan prestasi akademik laki-laki.
Mahasiswa Menurut Santrock (2003) mengenai tahapan perkembangan remaja
berdasarkan usia, mahasiswa tahun pertama akademik masuk ke dalam kategori
remaja akhir (late adolescent) yaitu usia 18-21 tahun. Susantoro (2003)
menyebutkan bahwa mahasiswa adalah kalangan muda yang berumur antara 19-
28 tahun yang memang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap
remaja ke tahap dewasa. Susantoro dalam Siregar (2006) juga menyatakan bahwa
sosok mahasiswa kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap keilmuwannya
yang dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan objektif, sistematis, dan
rasional.
Tugas-tugas perkembangan yang dihadapi mahasiswa tingkat pertama dapat
dijelaskan dengan menggunakan teori perkembangan remaja. Beberapa tugas
perkembangan bagi remaja, diantaranya menerima keadaan fisiknya, memperoleh
kebebasan emosional, mampu bergaul, menemukan model untuk diidentifikasi,
mengetahui dan menerima kemampuan sendiri, memperkuat penguasaan diri atas
dasar skala nilai dan norma, serta meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian
kekanak-kanakan (Gunarsa dan Gunarsa 2004).
13
Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Ullrich dan Kreppner (1997) mengenai kualitas
komunikasi keluarga dan prestasi akademik pada remaja awal menunjukkan
bahwa perbedaan prestasi akademik yang dimiliki di sekolah membuat remaja
melakukan perilaku komunikasi dan format yang berbeda ketika berdiskusi
dengan orang tua mereka. Hasil penelitian Farahati et al. (2011) mengenai
hubungan komunikasi keluarga dengan kontrol lokus dan self-esteem pada remaja
menunjukkan bahwa pola komunikasi keluarga mempengaruhi karakteristik
kepribadian seseorang dimana keluarga yang bebas berkomunikasi memiliki
remaja dengan self-esteem yang tinggi daripada keluarga dengan komunikasi
terbatas.
Hasil penelitian Kurniadi (2011) mengenai intensitas komunikasi keluarga
dan prestasi belajar anak menyatakan bahwa tingginya komunikasi dalam
keluarga tidak membuat prestasi anak menjadi tinggi tidak ada hubungan yang
signifikan antara komunikasi keluarga dan prestasi belajar anak. Hasil penelitian
Wulandari (2009) menemukan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan
antara self-esteem dan prestasi akademik. Begitu pula dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nurhayati (2011), hasil uji korelasi spearman tidak menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara self-esteem dengan prestasi
akademik. Hal ini sejalan dengan pernyataan Bowles (1999) dalam Santrock
(2007) yang menyatakan bahwa sebuah penelitian menunjukkan korelasi yang
rendah antara self-esteem dan prestasi pada anak.
14
17
KERANGKA PEMIKIRAN
Berdasarkan perumusan masalah, peneliti menduga terdapat pengaruh
komunikasi keluarga secara umum serta komunikasi antara orang tua dan anak
terhadap self-esteem dan juga terhadap prestasi akademik mahasiswa Tingkat
Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor. Variabel yang mendukung
penelitian ini dibagi ke dalam dua jenis, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi variabel–variabel lainnya.
Sedangkan, variabel terikat adalah variabel yang bisa dipengaruhi oleh variabel
lain. Terdapat enam variabel besar dalam penelitian ini, yaitu variabel
karakteristik mahasiswa TPB, karakteristik keluarga mahasiswa TPB, komunikasi
keluarga secara umum, komunikasi antara orang tua dan anak, self-esteem, dan
prestasi akademik mahasiswa TPB.
Variabel yang memengaruhi ditunjukkan dengan garis satu tanda panah.
Variabel karakteristik mahasiswa TPB dibagi ke dalam beberapa variabel yang
lebih spesifik lagi, diantaranya variabel usia, jenis kelamin, uang saku, urutan
anak, jalur masuk, organisasi/ kegiatan ekstrakurikuler, dan fakultas. Variabel
karakteristik keluarga mahasiswa TPB, terdiri dari variabel usia ayah-ibu,
pendidikan ayah-ibu, pekerjaan ayah-ibu, pendapatan ayah-ibu, besar keluarga,
dan kelengkapan orang tua.
Hambatan dalam komunikasi keluarga dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya perbedaan jenis kelamin dan perbedaan status sosial1). Hal ini
tidak menutup kemungkinan bahwa karakteristik mahasiswa TPB dan
karakteristik keluarga mahasiswa TPB berpengaruh terhadap self-esteem dan juga
terhadap prestasi akademik mahasiswa TPB.
Peneliti menduga bahwa terdapat pengaruh variabel komunikasi keluarga
secara umum, komunikasi antara orang tua dan anak terhadap self-esteem dan juga
terhadap prestasi akademik mahasiswa TPB serta pengaruh self-esteem terhadap
capaian prestasi akademik mahasiswa TPB. Gambar alur pemikiran dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
16
Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian “Komunikasi Keluarga, Self-esteem,
dan Prestasi Akademik Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama
(TPB) Institut Pertanian Bogor Tahun Akademik 2011/ 2012”
Keterangan:
= Memengaruhi
Karakteristik mahasiswa TPB: • Usia • Jenis Kelamin • Uang Saku • Urutan Kelahiran • Organisasi/ Kegitan
Ekstrakurikuler
Karakteristik Keluarga mahasiswa TPB:
• Usia Ayah-Ibu • Lama pendidikan Ayah-
Ibu • Pekerjaan Ayah-Ibu • Pendapatan Ayah-Ibu • Kelengkapan Orang
Tua • Besar Keluarga
Komunikasi Keluarga • Komunikasi Keluarga
secara Umum • Komunikasi Orang Tua
dan Anak - Orientasi sosial - Orientasi konsep
Self Esteem (Rosenberg 1965)
Prestasi Akademik (Indeks Prestasi)
17
METODE PENELITIAN
Desain, Lokasi, dan Waktu Desain Penelitian ini adalah cross sectional, karena data yang
dikumpulkan hanya pada satu waktu dan tidak persis sama waktunya untuk setiap
responden (Peacock dan Peacock 2011), serta menggunakan metode survei.
Metode survei adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner
yang disebarkan kepada responden (West dan Turner 2009).
Lokasi penelitian adalah di Asrama Putra dan Putri Tingkat Persiapan
Bersama (Astra dan Astri TPB) Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga.
Penentuan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan Asrama Putra
dan Putri Tingkat Persiapan Bersama (Astra dan Astri TPB) memiliki mahasiswa
dari berbagai ragam budaya di Indonesia sehingga akan didapat karakteristik yang
unik dan beragam. Pengambilan data dilakukan mulai bulan Mei sampai Juli
2012. Rangkaian waktu penelitian meliputi persiapan, pengumpulan data,
pengolahan, dan analisis data serta penyusunan laporan hasil penelitian.
Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama
(TPB) mayor program sarjana Strata Satu (S1) IPB tahun ajaran 2011/ 2012 yang
berjumlah 3.494 mahasiswa. Oleh karena populasi yang begitu besar maka dipilih
sejumlah contoh yang akan mewakili populasi. Dalam penarikan contoh,
menggunakan probability sample, yaitu teknik penarikan contoh secara acak dari
populasi yang contoh individunya memiliki variasi dasar yang sama (Babbie,
2010). Probability sample yang digunakan proportional random sampling, yaitu
individu contoh merupakan bagian dari populasi Mahasiswa Tingkat Persiapan
Bersama (TPB) dengan memperhatikan proporsi jumlah laki-laki dan perempuan.
Lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar kerangka penarikan contoh (Gambar 3).
18
Gambar 3 Kerangka pengambilan contoh
Untuk menentukan besar contoh keseluruhan dengan menggunakan rumus
Slovin berikut ini:
Keterangan: n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi mahasiswa S1 TPB IPB tahun 2011
e = error (5%)
Dengan rumus tersebut maka jumlah sampel penelitian adalah
Berdasarkan rumus Slovin, jumlah contoh yang harus diteliti adalah 360
contoh. Namun, kenyataan di lapang hanya 205 kuesioner yang dapat dipakai
dengan proporsi contoh 85 mahasiswa laki-laki dan 120 mahasiswa perempuan
sehingga error menjadi sebesar 0,07 (Tabel 3). Hal ini dikarenakan beberapa dari
kuesioner tidak diisi dikarenakan contoh tidak bersedia mengisi atau telah keluar
dari asrama. Penentuan jumlah contoh tiap subpopulasi perhitungannya sebagai
berikuti:
Dengan : Ni = Total subpopulasi tahun 2011
N = Total populasi
n = besarnya contoh
ni = besar contoh tahun 2011
Purposive
Proportional Random sampling L= 146
Mahasiswa TPB-IPB 2011/2012 (N= 3494)
Laki-laki (N1= 1449)
Perempuan (N2= 2045)
P= 214
19
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin
Subpopulasi Contoh (Slovin) Contoh yang Dipakai Persentase (%)
Laki-laki 1449 146 85 41,5 Perempuan 2045 214 120 58,5 Total 3494 360 205 100,0 Sumber: Badan Pengelola Asrama TPB IPB (2012)
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar mencakup
data primer. Cara pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan dalam bentuk kuesioner berupa self-report. Data sekunder mengenai
populasi mahasiswa TPB diperoleh dari Badan Pengelola Asrama TPB IPB
berupa jumlah mahasiswa, nomor kamar, dan jenis kelamin. Sedangkan data
sekunder berupa referensi dan pustaka diperoleh dari buku, artikel, internet, dan
literatur-literatur yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga serta dari hasil
penelitian-penelitian sebelumnya.
Kuesioner penelitian terdiri atas lima bagian, yaitu kuesioner karakteristik
mahasiswa TPB; karakteristik keluarga mahasiswa TPB; komunikasi keluarga
secara umum; komunikasi orang tua-anak; dan self-esteem contoh:
1. karakteristik mahasiswa TPB, meliputi : usia, jenis kelamin, uang saku per
bulan (saat TPB), jalur masuk, urutan kelahiran, indeks prestasi (semester
satu), organisasi/ kegiatan ekstrakurikuler, dan fakultas;
2. karakteristik keluarga mahasiswa TPB: usia ayah-ibu, pendidikan terakhir
ayah-ibu, pekerjaan ayah-ibu, pendapatan ayah-ibu, besar keluarga, dan
kelengkapan orang tua;
3. komunikasi keluarga secara umum diukur dengan menggunakan instrumen
skala komunikasi keluarga dari Olson dan Barnes (2004) sebanyak 10
pernyataan dengan Cronbach’s alpha 0.878 (Lampiran 1). Selain itu telah
dilakukan uji validitas per pernyataan (Lampiran 2). Skala yang digunakan
adalah skala Likert 0-4 dengan jawaban 0= sangat tidak setuju, 1=
kemungkinan besar kurang setuju, 2= ragu-ragu, 3= kemungkinan besar
setuju, 4= sangat setuju;
4. komunikasi orang tua-anak diukur dengan menggunakan instrumen skala
pola komunikasi keluarga dari Mcleod et al. (1972) menghasilkan dua puluh
20
tiga pernyataan dari dua komponen, yaitu komunikasi berorientasi sosial
sebanyak 10 pernyataan Cronbach’s alpha 0.690 (Lampiran 1) dan
komunikasi berorientasi konsep sebanyak 13 pernyataan dengan cronbach’s
alpha 0.874 (Lampiran 3). Selain itu telah dilakukan uji validitas per
pernyataan (Lampiran 4). Skala yang digunakan adalah skala Likert 0-3
dengan jawaban 0= tidak pernah, 1= jarang, 2= kadang-kadang, 3= sering;
5. self-esteem diukur dengan menggunakan instrumen skala self-esteem dengan
sepuluh pernyataan yang dibuat oleh Rosenberg dalam Santrock (2007)
dengan Cronbach’s alpha 0.729 (Lampiran 1). Selain itu telah dilakukan uji
validitas per pernyataan (Lampiran 5). Skala yang digunakan adalah skala
Likert 0-3 dengan jawaban 0= sangat tidak setuju, 1= tidak setuju, 2= setuju,
3= sangat setuju.
Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah dikumpulkan dari kuesioner diolah dengan komputer.
Kegiatan yang dilakukan mulai dari data entry, data cleaning, dan analisis data.
Berikut urutan kegiatan dalam pengolahan data, yaitu penyusunan code-book
sebagai panduan entri dan pengolahan data; setelah data dientri, kemudian
dilakukan cleaning data untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam
memasukkan data. Reliabilitas data dilakukan dengan menyajikan statistik
deskriptif untuk setiap peubah; pemberian skor terhadap jawaban kuesioner;
kategorisasi terhadap data; dan kemudian analisis data.
Data dan informasi yang diperoleh, dikategorikan berdasarkan Slamet
(1993) kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi silang (cross tabulation) dan
dianalisis secara deskriptif, yaitu berkenaan dengan bagaimana data dapat
digambarkan atau dimaknai, baik secara numerik (menghitung rataan) atau secara
grafis (dalam bentuk tabel), untuk mendapatkan gambaran sekilas mengenai data
tersebut, sehingga lebih mudah dibaca dan dipahami. Cara pengkategorian
variabel disajikan pada Tabel 4. Untuk mengkategorikan skor komunikasi orang
tua-anak dan self-esteem menggunakan interval kelas yang dapat dihitung dengan
cara berikut:
21
Tabel 4 Variabel, jenis data, skala, dan cara pengumpulan data Variabel Skala Kategori
Karakteristik Mahasiswa TPB Usia Rasio 0. Usia 17 tahun
1. Usia 18 tahun 2. Usia 19 tahun 3. Usia 20 tahun 4. Usia 21 tahun
Jenis Kelamin Ordinal 0. Laki-laki 1. Perempuan
Uang Saku (Rp/ Bulan) Rasio 0. ≤ 500,000 1. 500,001-1,000,000 2. 1,000,001-1,500,000 3. > 1,500,000 (sebaran data)
Urutan Kelahiran Rasio 0. Sulung 1. Tengah 2. Bungsu 3. Tunggal
Organisasi/ Kegiatan Ekstrakurikuler Ordinal 0. Tidak 1. Ya
Karakteristik Keluarga Mahasiswa TPB Usia Ayah-Ibu Rasio 0. Dewasa muda (21-40)
1. Dewasa Madya (41-65) 2. Tua (>65) Santrock (2002)
Pendidikan Terakhir Ayah-Ibu Rasio 0. Tidak Tamat SD 1. SD/ sederajat 2. SMP/ sederajat 3. SMA/ sederajat 4. Diploma 5. Sarjana (S1) 6. Pascasarjana (S2) 7. Pascasarjana (S3) (lama pendidikan dalam tahun)
Pekerjaan Ayah-Ibu Ordinal 0. Tidak Bekerja 1. Bekerja:
1.a PNS/Guru/Dosen 1.b Polisi/ Polri/TNI (AD,AL, AU1.c Pegawai/Karyawan Swasta/
BUMN/Honorer 1.d Wiraswasta/ Wirausaha/ Pedag1.e Buruh Tani/ Buruh Non-Tani1.f Lainnya (ojek, supir, pendeta, d
(sebaran data) Pendapatan Ayah-Ibu Rasio 0. ≤ 1,000,000
1. 1,000,001-2,000,000 2. 2,000,001-3,000,000 3. 3,000,001-4,000,000 4. 4,000,001-5,000,000 5. > 5,000,000 (sebaran data)
22
Tabel 4 Variabel, jenis data, skala, dan cara pengumpulan data (lanjutan) Variabel Skala Kategori
Besar Keluarga Rasio 0. Keluarga Kecil (≤ 4 orang) 1. Keluarga Sedang (5-7 orang) 2. Keluarga Besar (≥ 8 orang) (BKKBN 2005)
Kelengkapan Orang Tua Ordinal 0. Tidak Utuh 1. Utuh
Komunikasi Keluarga Secara Umum Ordinal 0. Sangat Rendah 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi 4. Sangat Tinggi
Komunikasi Orang Tua-Anak Komunikasi berorientasi sosial Ordinal 0. Rendah
1. Sedang 2. Tinggi
Komunikasi berorientasi konsep Ordinal 0. Rendah 1. Sedang 2. Tinggi
Self-esteem Ordinal 0. Rendah 1. Sedang 2. Tinggi
Prestasi Akademik (Indeks Prestasi) Rasio 0. Sangat Rendah (≤ 2,00) 1. Rendah (2,01-2,50) 2. Sedang (2,51-3,00) 3. Tinggi (3,01-3,50) 4. Sangat Tinggi (≥ 3,51)
Uji independent-samples t-test digunakan untuk melihat perbedaan
komunikasi keluarga secara umum, komunikasi orang tua-anak (komunikasi
berorientasi sosial, dimensi komunikasi berorientasi konsep), self-esteem, dan
prestasi akademik antara contoh laki-laki dan perempuan. Perbedaan rata-rata
pada variabel karakteristik ditunjukkan dengan nilai signifikansi (sig< 0,05).
Uji regresi linier berganda dalam penelitian ini menggunakan metode
backward dimana model regresi yang terbaik diambil dengan melihat nilai
Adjusted R Square. Uji regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis
pengaruh karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh terhadap self-
esteem contoh, dan juga terhadap prestasi akademik contoh; analisis pengaruh
komunikasi keluarga (komunikasi keluarga secara umum dan komunikasi orang
tua-anak) contoh terhadap self-esteem contoh, dan juga terhadap prestasi
akademik contoh; dan analisis pengaruh self-esteem contoh terhadap prestasi
23
akademik contoh yang akan dilakukan uji analisis regresi dengan menggunakan
model:
Keterangan: ŷ = peubah tak bebas x1, x2, …, xn = peubah bebas
b0 = konstanta b1, b2,…, bn = koefisien peubah bebas
ε = error
1) Uji regresi linear terhadap self-esteem
Keterangan: ŷ1 = self-esteem x10 = pekerjaan ayah
b0 = konstanta x11 = pekerjaan ibu
b(1-19) = koefisien regresi x12 = pendapatan ayah
x1 = usia x13 = pendapatan ibu
x2 = jenis kelamin x14 = besar keluarga
x3 = uang saku x15 = kelengkapan orang tua
x4 = urutan kelahiran x16 = komunikasi keluarga
x5 = organisasi/ kegiatan secara umum
ekstrakurikuler x17 = dimensi komunikasi
x6 = usia ayah berorientasi sosial
x7 = usia ibu x18 = dimensi komunikasi
x8 = lama pendidikan ayah berorientasi konsep
x9 = lama pendidikan ibu ε = Galat
2) Uji regresi linear terhadap prestasi akademik
Keterangan: ŷ1 = prestasi akademik x12 = pekerjaan ibu
b0 = konstanta x13 = pendapatan ayah
b(1-20) = koefisien regresi x14 = pendapatan ibu
x1 = usia x15 = besar keluarga
24
x2 = jenis kelamin x16 = kelengkapan orang tua
x3 = uang saku x17 = komunikasi keluarga
x4 = urutan kelahiran secara umum
x5 = organisasi/ kegiatan x18 = dimensi komunikasi
ekstrakurikuler berorientasi sosial
x7 = usia ayah x19 = dimensi komunikasi
x8 = usia ibu berorientasi konsep
x9 = lama pendidikan ayah x20 = self-esteem
x10 = lama pendidikan ibu ε = Galat
x11 = pekerjaan ayah
Definisi Operasional
Contoh adalah bagian dari populasi mahasiswa tingkat pertama Institut Pertanian
Bogor tahun akademik 2011/ 2012 yang menjadi unit analisis dalam
penelitian.
Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) adalah mahasiswa tingkat
pertama Institut Pertanian Bogor tahun akademik 2011/ 2012 yang
menjadi contoh dalam penelitian.
Mahasiswa adalah mahasiswa tingkat pertama Institut Pertanian Bogor tahun
akademik 2011/ 2012 berjenis kelamin laki-laki yang menjadi contoh
dalam penelitian.
Mahasiswi adalah mahasiswa tingkat pertama Institut Pertanian Bogor tahun
akademik 2011/ 2012 berjenis kelamin perempuan yang menjadi contoh
dalam penelitian.
Karakteristik mahasiswa TPB adalah ciri-ciri aspek sosial ekonomi yang
melekat pada contoh berupa usia, jenis kelamin, uang saku per bulan,
jalur masuk, urutan kelahiran, indeks prestasi, organisasi atau kegiatan
ekstrakurikuler, dan fakultas.
Usia adalah lama hidup yang dijalani contoh sampai dengan saat penelitian ini,
yang dinyatakan dalam tahun.
Jenis kelamin adalah perbedaan contoh yang dibedakan menjadi laki-laki dan
perempuan.
25
Uang saku per bulan adalah jumlah nilai rupiah yang diperoleh contoh untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam satu bulan.
Urutan kelahiran adalah status contoh diantara anak-anak yang ada di dalam
keluarga contoh, dibedakan menjadi anak tunggal, sulung, tengah,
bungsu.
Organisasi/ kegiatan ekstrakurikuler adalah keikutsertan contoh dalam
kegiatan berorganisasi ataupun kegiatan di luar akademik.
Fakultas adalah spesifikasi program studi sarjana yang diambil contoh sesuai
dengan sembilan bidang yang ditawarkan oleh IPB, yakni FAPERTA,
FKH, FPIK, FAPET, FAHUTAN, FMIPA, FEM, dan FEMA.
Karakteristik keluarga mahasiswa TPB adalah ciri-ciri aspek sosial ekonomi
yang melekat pada orangtua contoh berupa jenis kelamin, usia orang tua,
lama pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua,
besar keluarga, kelengkapan orang tua.
Usia ayah adalah lama hidup yang dijalani ayah contoh sampai dengan saat
penelitian ini, yang dinyatakan dalam tahun.
Usia ibu adalah lama hidup yang dijalani ibu contoh sampai dengan saat
penelitian ini, yang dinyatakan dalam tahun.
Lama pendidikan ayah adalah lama pendidikan formal yang ditempuh oleh ayah
contoh dalam tahun.
Lama pendidikan ibu adalah lama pendidikan formal yang ditempuh oleh ibu
contoh dalam tahun.
Pekerjaan ayah adalah setiap kegiatan yang dilakukan ayah contoh yang
menghasilkan uang sebagai sumber penghasilan.
Pekerjaan ibu adalah setiap kegiatan yang dilakukan ibu contoh yang
menghasilkan uang sebagai sumber penghasilan.
Pendapatan ayah adalah akumulasi gaji, upah, atau hasil yang diperoleh ayah
contoh dari pekerjaan yang dinilai dengan uang selama satu bulan.
Pendapatan ibu adalah akumulasi gaji, upah, atau hasil yang diperoleh ibu
contoh dari pekerjaan yang dinilai dengan uang selama satu bulan.
26
Kelengkapan orang tua adalah bentuk hubungan yang sedang dijalani antara
ayah dan ibu kandung contoh sampai dengan waktu penelitian apakah
tidak utuh atau utuh.
Besar Keluarga adalah jumlah anggota keluarga inti contoh yang terdiri dari
ayah, ibu, kakak, adik, serta contoh.
Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang melibatkan anggota keluarga
yang ada di dalamnya, baik komunikasi keluarga secara umum maupun
komunikasi antara orang tua dan anak.
Komunikasi keluarga secara umum adalah penilaian contoh terhadap
komunikasi yang dilakukan antara anggota dalam keluarga contoh.
Komunikasi orang tua-anak adalah pola komunikasi keluarga yang dilakukan
dalam keluarga dimana orang tua mendorong anak agar bisa
berkomunikasi. Pola komunikasi keluarga terbagi ke dalam dua dimensi,
yaitu dimensi orientasi sosial dan dimensi orientasi konsep.
Komunikasi berorientasi sosial adalah bentuk komunikasi keluarga dimana
orang tua mendorong anak untuk mengembangkan dan memelihara
keharmonisan hubungan serta menghindari pertengkaran dengan orang
tua mereka dan orang lain.
Komunikasi berorientasi konsep adalah bentuk komunikasi dimana orang tua
mendorong anak mengembangkan pandangan anak terhadap dunia dan
mendorong anak mengembangkan penilaian terhadap suatu masalah.
Self-esteem adalah penghargaan yang diberikan contoh kepada diri sendiri.
Prestasi akademik adalah capaian hasil evaluasi di perguruan tinggi yang di
dapat contoh selama belajar satu semester berupa indeks prestasi.
Indeks prestasi adalah hasil evaluasi di perguruan tinggi yang di dapat contoh
selama belajar satu semester berupa angka dari 0.00 sampai 4.00 yang
terkategori menjadi sangat rendah sampai sangat tinggi.
27
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Asrama Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB
yang terletak di dalam Kampus Institut Pertanian Bogor, Dramaga. Asrama TPB
IPB merupakan Asrama yang wajib dihuni oleh Mahasiswa Tingkat Pertama
selama satu tahun (2 semester). Asrama TPB memiliki dua lokasi, yaitu Asrama
Putra (Astra) dan Asrama Putri (Astri), Astra terdiri dari 4 gedung, yakni Gedung
C1, Gedung C2, Gedung C3, dan Gedung C4 sedangkan Astri terdiri dari lima
gedung, yakni Gedung A1, Gedung A2, Gedung A3, Gedung A4, Gedung
Rusunawa, dan Gedung Asrama Silvasari. Setiap gedung memiliki sepuluh lorong
dengan masing-masing lorong terdiri dari 13-14 yang diisi 2-4 orang per kamar.
Asrama TPB IPB telah menjadi benchmark (patokan) bagi berbagai
perguruan tinggi dalam pengelolaan asrama serta pembinaan mahasiswa. Hal ini
terlihat pada berbagai kunjungan ke asrama TPB untuk melakukan studi banding.
Selain telah menjadi benchmark bagi berbagai perguruan tinggi, Asrama Tingkat
Persiapan Bersama memiliki berbagai keunggulan lainnya diantaranya, (1)
mahasiswa mendapatkan pembinan akademik, multibudaya dan kesempatan
mengikuti program-program pengembangan diri; (2) mahasiswa mempunyai
peluang berinteraksi dengan berbagai latar belakang bidang ilmu, budaya, agama
dan suku; (3) tersedianya jasa layanan terpadu berupa klinik kesehatan, cyber
asrama (internet gratis), kantin, dan warung; (4) akses pada fasilitas akademik
dengan waktu lebih leluasa baik siang maupun malam hari (BPA Asrama 2012).
Terdapat beberapa fasilitas yang dimiliki oleh asrama TPB IPB, yakni
fasilitas gedung; terdiri dari televisi, ruang bersama, mushola, halaman tempat
jemuran, kamar mandi, tempat mencuci pakaian, dan lain-lain serta fasilitas
lorong, seperti setrika, pemanas air atau dispenser, dan lain-lain. Fasilitas kamar;
dimana masing-masing mahasiswa dapat memakai satu tempat tidur, satu meja
belajar, satu lampu belajar, rak handuk, lemari pakaian, dan gantungan pakaian.
Selain itu, terdapat fasilitas penunjang, seperti laundry atau bibi cuci, penyediaan
minuman galon, lapangan olahraga (lap.basket, lap. voli), ambulance, kantin
asrama, mini market (agri mart), pusat fotocopy, koperasi, bus transportasi, lab
komputer/ cyber mahasiswa asrama, serta penjernihan air.
28
Karakteristik Mahasiswa TPB
Usia. Rentang usia mahasiswa TPB berusia 17 hingga 21 tahun. Dari total
jumlah keseluruhan, hampir setengah mahasiswa TPB (46,8%) berada pada usia
19 tahun. Proporsi terbesar sebaran mahasiswa TPB berdasarkan usia
menunjukkan bahwa lebih dari setengah mahasiswa (50,6%) berusia 19 tahun,
sedangkan setengah mahasiswi (50,0%) berusia 18 tahun. Jika dilihat dari rata-
rata usia, rata-rata mahasiswa berusia 18,6 tahun, sedangkan mahasiswi rata-rata
berusia 18,5 tahun. Secara keseluruhan, rata-rata usia mahasiswa TPB adalah 18,5
tahun (Tabel 5).
Tabel 5 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan usia Usia (tahun) Mahasiswa (%) Mahasiswi (%) Total (%)
17 3,5 4,2 3,9 18 38,8 50,0 45,4 19 50,6 44,2 46,8 20 5,9 1,7 3,4 21 1,2 0,0 5,0
Total 100,0 100,0 100,0 Rata-rata ± SD 18,6±0,7 18,4±0,6 18,5±0,7 Min-maks 17-21 17-20 17-21
Uang Saku per Bulan. Uang saku per bulan mahasiswa TPB menyebar
pada rentang ≤ Rp500.000 hingga ≥ Rp1.500.000 dengan selang Rp500.000. Dari
total jumlah mahasiswa TPB, lebih dari setengahnya (51,7%) memiliki uang saku
pada rentang Rp500.001 hingga Rp1.000.000. Proporsi terbesar secara
keseluruhan menunjukkan bahwa lebih dari setengah mahasiswa (50,6%)
memiliki uang saku per bulan ≤ Rp500.000, sedangkan lebih dari setengah
mahasiswi (57,5%) memiliki uang saku per bulan antara Rp500.001-Rp1.000.000
(Tabel 6).
Tabel 6 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan uang saku per bulan Uang Saku (Rp/ bulan) Mahasiswa (%) Mahasiswi (%) Total (%) ≤ 500.000 50,6 39,2 43,9 500.001-1.000.000 43,5 57,5 51,7 1.000.001-1.500.000 5,9 2,5 3,9 > 1.500.000 0,0 0,8 0,5 Total 100,0 100,0 100,0
Jika dilihat dari uang saku per bulan minimal dan maksimal, mahasiswa
memliki uang saku per bulan minimal Rp300.000 dan maksimal Rp1.500.000,
sedangkan mahasiswi memiliki uang saku per bulan minimal Rp300.000 dan
maksimal Rp2.000.000. Rata-rata uang saku per bulan yang dimiliki oleh
29
mahasiswa sebesar Rp662.000, sedangkan mahasiswi sebesar Rp673.000. Secara
keseluruhan, rata-rata uang saku mahasiswa TPB adalah sebesar Rp669.000
(Tabel 6).
Urutan Kelahiran. Urutan kelahiran mahasiwa TPB dibagi ke dalam
empat kategori, yaitu anak sulung, anak tengah, anak bungsu, dan anak tunggal.
Dari total jumlah keseluruhan, hampir setengah mahasiswa TPB (43,4%)
merupakan anak sulung. Proporsi terbesar sebaran mahasiswa TPB berdasarkan
urutan kelahiran menunjukkan bahwa hampir setengah mahasiswa (41,2%)
merupakan anak sulung. Demikian pula mahasiswi, hampir setengahnya (50,0%)
merupakan anak sulung (Tabel 7).
Tabel 7 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan urutan kelahiran Urutan Kelahiran Mahasiswa (%) Mahasiswi (%) Total (%)
Sulung 41,2 45,0 43,4Tengah 28,2 30,0 29,3Bungsu 27,1 22,5 24,4Tunggal 3,5 2,5 2,9Total 100,0 100,0 100,0
Jalur Masuk. Jalur masuk mahasiwa TPB dibagi ke dalam lima kategori,
yaitu SNMPTN Undangan, SNMPTN Tertulis, UTMI, BUD, dan PIN. Dari total
jumlah keseluruhan, hampir tiga perempat mahasiswa TPB (73,1%) diterima
melalui jalur masuk SNMPTN Undangan. Proporsi terbesar sebaran mahasiswa
TPB berdasarkan jalur masuk menunjukkan bahwa dua pertiga mahasiswa
(65,9%) diterima melalui jalur masuk SNMPTN Undangan. Demikian pula
mahasiswi, sebagian besar (81,7%) diterima di jalur masuk SNMPTN Undangan.
Berdasarkan penelitian, tidak terdapat mahasiswa TPB (0,0%), baik laki-laki
maupun perempuan, yang diterima melalui jalur masuk PIN (Tabel 8).
Tabel 8 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan jalur masuk Jalur Masuk Mahasiswa (%) Mahasiswi (%) Total (%)
SNMPTN Undangan 65,9 81,7 73,1SNMPTN Tertulis 22,4 8,3 14,1UTMI 4,7 6,7 5,9BUD 7,1 3,3 4,9PIN 0,0 0,0 0,0Total 100,0 100,0 100,0
Organisasi/ Kegiatan Ekstrakurikuler. Organisasi atau kegiatan
ekstrakurikuler dibagi berdasarkan keikutsertaan mahasiswa TPB, yaitu
mahasiswa TPB yang ikut dan tidak ikut organisasi atau kegiatan ekstrakurikuler.
30
Dari total jumlah keseluruhan, lebih dua pertiga mahasiswa TPB (68,8%)
mengikuti organisasi atau kegiatan ekstrakurikuler. Proporsi terbesar sebaran
mahasiswa TPB berdasarkan keikutsertaan menunjukkan bahwa lebih dua pertiga
mahasiswa (69,4%) dan mahasiswi (68,8%) mengikuti organisasi atau kegiatan
ekstrakurikuler (Tabel 9).
Tabel 9 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan organisasi/ ekstrakurikuler Organisasi/ Ekstrakurikuler Mahasiswa (%) Mahasiswi (%) Total (%)
Ikut 69,4 68,3 68,8 Tidak ikut 30,6 31,7 31,2 Total 100,0 100,0 100,0
Fakultas. Mahasiwa TPB menyebar ke dalam sembilan fakultas yang ada
di IPB, yaitu FAPERTA, FKH, FPIK, FAPET, FAHUTAN, FATETA, FMIPA,
FEM, dan FEMA. Dari total jumlah keseluruhan, paling banyak mahasiswa TPB
(23,9%) berasal dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
dan paling sedikit (3,4%) berasal dari Fakultas Peternakan (FAPET) (Tabel 10).
Proporsi terbesar sebaran mahasiswa TPB berdasarkan fakultas
menunjukkan bahwa paling banyak, baik mahasiswa (20,0%) maupun mahasiswi
(26,7%) berasal dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Jumlah mahasiswa TPB terkecil berdasarkan fakultas berbeda antara mahasiswa
dan mahasiswi. Sebanyak 4,7 persen mahasiswa TPB laki-laki berasal dari
Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) sedangkan sebanyak 0,8 persen mahasiswi
berasal dari Fakultas Peternakan (FAPET) (Tabel 10).
Tabel 10 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan fakulstas Fakultas Mahasiswa (%) Mahasiswi (%) Total (%)
FAPERTA 11,8 9,2 10,2 FKH 4,7 3,3 3,9 FPIK 11,8 10,0 10,7 FAPET 7,0 0,8 3,4 FAHUTAN 11,8 15,8 14,2 FATETA 18,8 7,5 12,2 FMIPA 20,0 26,7 23,9 FEM 10,6 14,2 12,7 FEMA 3,5 12,5 8,8 Total 100,0 100,0 100,0
Karakteristik Keluarga Contoh
Usia Ayah-Ibu. Rentang usia ayah-ibu mahasiswa TPB dikategorikan
menjadi empat, yaitu dewasa muda (21-40), dewasa madya (41-65), tua (>65),
dan meninggal. Dari total jumlah keseluruhan, baik ayah (88,3%) maupun ibu
31
mahasiswa TPB (84,4%), sebagian besar berada pada kategori usia dewasa madya
(41-65 tahun). Proporsi terbesar sebaran keluarga mahasiswa TPB berdasarkan
usia ayah-ibu menunjukkan bahwa sebagian besar, baik usia ayah mahasiswa
(85,9%) maupun mahasiswi (90,0%), berada pada kategori usia dewasa madya.
Begitu pula dengan ibu mahasiswa (85,9%) dan mahasiswi (83,3%) (Tabel 11).
Jika dilihat dari rata-rata usia, rata-rata ayah mahasiswa berusia 50 tahun
dan ayah mahasiswi rata-rata berusia 49,8 tahun. Secara keseluruhan, rata-rata
usia ayah mahasiswa TPB adalah 50,1 tahun. Sedangkan, rata-rata usia ibu
mahasiswa TPB, baik mahasiswa maupun mahasiswi, hampir memiliki rata-rata
usia yang sama, yaitu usia 46,9 dan 46,5 tahun. Secara keseluruhan, rata-rata usia
ibu mahasiswa TPB adalah 46,7 tahun (Tabel 11).
Tabel 11 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan kategori usia ayah-ibu Usia (tahun) Mahasiswa (%) Mahasiswi (%) Total (%)
Ayah Dewasa Muda (21-40) 2,4 0,8 1,4Dewasa Madya (41-65) 85,9 90,0 88,3Tua (>65) 1,2 0,8 1,0Meninggal 10,6 8,3 9,3Total 100,0 100,0 100,0Rata-rata ± SD 50,7±5,8 49,8±4,6 50,1±5,1 Min-maks 40-70 39-70 39-70 Ibu Dewasa Muda (2140) 10,6 13,3 12,2Dewasa Madya (41-65) 85,9 83,30 84,4Tua (>65) 0,0 0,8 0,5Meninggal 3,5 2,5 2,9Total 100,0 100,0 100,0Rata-rata ± SD 46,9±5,5 46,5±5,4 46,7±5,4Min-maks 35-64 37-69 35-69
Pendidikan Terakhir Ayah-Ibu. Jenjang pendidikan terakhir ayah-ibu
mahasiswa TPB dibagi ke dalam sembilan kategori, yaitu tidak tamat SD, SD/
sederajat, SMP/ sederajat, SMA/ sederajat, diploma, sarjana (S1), pascasarjana
(S2), dan pascasarjana (S3). Dari total jumlah keseluruhan, baik ayah (41.5%)
maupun ibu mahasiswa TPB (39.0%), lebih dari seperempatnya menempuh
pendidikan sampai jenjang SMA/ sederajat (Tabel 12).
Proporsi terbesar sebaran keluarga contoh berdasarkan jenjang pendidikan
terakhir menunjukkan bahwa, baik ayah mahasiswa (38,8%) dan mahasiswi
(43,3%) maupun ibu mahasiswa (34,1%) dan mahasiswi (42,5%), lebih dari
seperempatnya mengenyam pendidikan SMA/ sederajat. Hanya 0,5 persen ayah
32
mahasiwa TPB perempuan yang mengenyam pendidikan pascasarjana (S3)
sedangkan tidak ada satupun (0,0%), baik ayah mahasiswa maupun ibu
mahasiswa dan mahasiswi, yang mengenyam pendidikan pascasarjana (S3)
(Tabel 12).
Tabel 12 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan kategori pendidikan terakhir ayah dan ibu
Pendidikan Terakhir Mahasiswa (%) Mahasiswin (%) Total (%) Ayah Tidak tamat SD 7,1 2,5 4,4 SD/ sederajat 14,1 5,8 9,3 SMP/ sederajat 3,5 5,0 4,4 SMA/ sederajat 38,8 43,3 41,5 Diploma 7,1 7,5 7,3 Sarjana (S1) 22,4 28,3 25,9 Pascasarjana (S2) 7,1 6,7 6,8 Pascasarjana (S3) 0,0 0,5 0,5 Total 100,0 100,0 100,0 Ibu Tidak tamat SD 9,4 2,5 5,4 SD/ sederajat 15,3 13,3 14,1 SMP/ sederajat 10,6 7,5 8,8 SMA/ sederajat 34,1 42,5 39,0 Diploma 4,7 8,3 6,8 Sarjana (S1) 23,5 23,3 23,4 Pascasarjana (S2) 2,4 2,5 2,4 Pascasarjana (S3) 0,0 0,0 0,0 Total 100,0 100,0 100,0
Pekerjaan Ayah-Ibu. Jenis pendidikan ayah-ibu mahasiswa TPB dibagi
ke dalam tujuh kategori, yaitu PNS/ guru/ dosen, polisi/ polri/ TNI (AD, AL, AU),
pegawai/ karyawan swasta/ BUMN/ Honorer, wiraswasta/ wirausaha/ pedagang,
buruh tani/ buruh non tani, tidak bekerja, dan lainnya (ojek, supir, pendeta,
dokter). Dari total jumlah keseluruhan, seperempat ayah mahasiswa TPB (24,9%)
bekerja sebagai PNS/ guru/ dosen, sedangkan lebih dari setengah ibu mahasiswa
TPB (59,5%) tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga (IRT) (Tabel 13).
Proporsi terbesar sebaran keluarga mahasiswa TPB berdasarkan jenis
pekerjaan menunjukkan bahwa hampir seperempat ayah mahasiswa (24,7%)
bekerja sebagai PNS/ guru/ dosen dan lebih dari seperempat mahasiswi (27,5%),
bekerja sebagai pegawai/ karyawan swasta/ BUMN/ Honorer. Sedangkan, baik
ibu mahasiswa (57,6%) maupun mahasiswi (60,8%), lebih dari setengahnya tidak
bekerja atau sebagai ibu rumah tangga (IRT) (Tabel 13).
33
Tabel 13 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan kategori pekerjaan ayah-ibu Pekerjaan Mahasiswa (%) Mahasiswi (%) Total (%)
Ayah Bekerja:
PNS/ Guru/ Dosen 24,7 25,0 24,9 Polisi/ Polri/TNI (AD,AL, AU) 4,7 1,7 2,9 Pegawai/ Karyawan Swasta/ BUMN/ Honorer
10,6 27,5 20,5
Wiraswasta/ Wirausaha/ Pedagang
16,5 21,7 19,5
Buruh Tani/ Buruh Non Tani 22,4 10,8 15,6 Lainnya (ojek, supir, pendeta) 3,5 1,7 2,4
Tidak Bekerja 17,6 11,7 14,1 Total 100,0 100,0 100,0 Ibu Bekerja:
PNS/ Guru/ Dosen 18,8 23,3 21,5 Polisi/ Polri/TNI (AD,AL, AU) 0,0 0,8 0,5 Pegawai/ Karyawan Swasta/ BUMN/ Honorer
8,2 4,2 5,9
Wiraswasta/ Wirausaha/ Pedagang
7,1 6,7 6,8
Buruh Tani/ Buruh Non-Tani 7,1 4,2 5,4 Lainnya (Dokter) 1,2 0,0 0,5
Tidak Bekerja 57,6 60,8 59,5 Total 100,0 100,0 100,0
Pendapatan Ayah-Ibu. Pendapatan keluarga dalam penelitian dipisah
menjadi pendapatan ayah dan ibu guna mendapatkan gambaran seberapa besar
masing-masing kontribusi pendapatan ayah-ibu mahasiswa TPB. Pendapatan
ayah-ibu mahasiswa TPB menyebar pada rentang ≤ Rp1.000.000 hingga ≥
Rp5.000.000 dengan selang Rp1.000.000. Dari total jumlah keseluruhan, lebih
dari seperempat ayah mahasiswa TPB (30,7%) dan hampir tiga perempat ibu
mahasiswa TPB (71,7%) memiliki pendapatan ≤ Rp1.000.000. Proporsi terbesar
sebaran keluarga mahasiswa TPB berdasarkan pendapatan menunjukkan bahwa
lebih dari sepertiga ayah mahasiswa (35,3%) dan lebih dari seperempat mahasiswi
(27,5%) memiliki pendapatan ≤ Rp1.000.000. Demikian pula, baik tiga perempat
ibu mahasiswa (74,1%) maupun lebih dari dua pertiga mahasiswi (70,0%),
memiliki pendapatan ≤ Rp1.000.000 (Tabel 14).
Jika dilihat dari pendapatan minimal dan maksimal, ayah mahasiswa
memiliki pendapatan minimal Rp0 dan maksimal Rp10.000.000, sedangkan ibu
mahasiswi memiliki pendapatan minimal Rp0 dan maksimal Rp8.000.000. Secara
keseluruhan, rata-rata pendapatan yang dimiliki oleh ayah mahasiswa TPB
34
sebesar Rp2.268.700, sedangkan ibu mahasiswa TPB sebesar Rp863.460 (Tabel
14).
Tabel 14 Sebaran mahasiswa TPB berdasarkan kategori pendapatan ayah-ibu Pendapatan Mahasiswa (%) Mahasiswi (%) Total (%)
Ayah ≤ 1.000.000 35,3 27,5 30,7 1.000.001-2.000.000 31,8 19,2 24,4 2.000.001-3.000.000 11,8 25,8 20,0 3.000.001-4.000.000 10,6 13,3 12,2 4.000.001-5.000.000 9,4 7,5 8,3 > 5.000.000 1,2 6,7 4,4 Total 100,0 100,0 100,0 Ibu ≤ 1.000.000 74,1 70,0 71,7 1.000.001-2.000.000 9,4 15,0 12,7 2.000.001-3.000.000 10,6 10,0 10,2 3.000.001-4.000.000 2,4 3,3 2,9 4.000.001-5.000.000 1,2 1,7 1,5 > 5.000.000 2,4 0,0 1,0 Total 100,0 100,0 100,0
Kelengkapan Orang Tua. Kelengkapan orang tua mahasiwa TPB dibagi
berdasarkan ke dalam dua kategori, yaitu tidak utuh dan utuh. Dari total jumlah
keseluruhan, sebagian besar ayah-ibu mahasiswa TPB (86,4%) memiliki orang tua
utuh atau pasangan lengkap. Proporsi terbesar sebaran mahasiswa TPB
berdasarkan status hubungan menunjukkan bahwa sebagian besar, baik mahasiswa
(83,5%) maupun mahasiswi (88,4%), memiliki orang tua utuh atau lengkap (Tabel
15).
Tabel 15 Sebaran mahasiwa TPB berdasarkan kategori kelengkapan orang tua Kelengkapan Orang Tua Mahasiswa (%) Mahasiswi (%) Total (%)
Tidak utuh 16,5 11,6 13,6 Utuh 83,5 88,4 86,4 Total 100,0 100,0 100,0
Besar Keluarga. Rentang besar keluarga mahasiswa TPB dikategorikan
menjadi tiga, yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-7 orang),
keluarga besar (≥ 8 orang). Dari total jumlah keseluruhan, hampir dua pertiga
keluarga mahasiwa TPB (62,4%) termasuk ke dalam kategori keluarga sedang (5-
7 orang). Proporsi terbesar sebaran keluarga mahasiwa TPB berdasarkan besar
keluarga menunjukkan bahwa, baik dua pertiga keluarga mahasiswa (63,5%)
maupun hampir dua pertiga mahasiswi (61,7%) termasuk ke dalam kategori
keluarga sedang (5-7 orang). Jika dilihat dari besar keluarga minimal dan
35
maksimal, keluarga mahasiswa memiliki besar keluarga minimal tiga orang dan
maksimal sebelas orang, sedangkan keluarga mahasiswi memiliki besar keluarga
minimal tiga orang dan maksimal dua belas orang. Secara keseluruhan, rata-rata
besar keluarga mahasiwa TPB berjumlah lima orang (Tabel 16).
Tabel 16 Sebaran mahasiwa TPB berdasarkan kategori besar keluarga Besar Keluarga Mahasiswa (%) Mahasiswi (%) Total (%)
Keluarga Kecil (≤ 4 orang) 29,4 35,0 32,7 Keluarga Sedang (5-7 orang) 63,5 61,7 62,4 Keluarga Besar (≥ 8 orang) 7,1 3,3 4,9 Total 100,0 100,0 100,0
Komunikasi Keluarga
Komunikasi keluarga merupakan tindakan dalam membuat informasi, ide-
ide, gagasan, dan pengetahuan yang dirasakan oleh anggota dalam unit keluarga
(Olson & Barnes 2004). Komunikasi dalam sebuah keluarga melibatkan anggota-
anggota keluarga yang ada di dalamnya sehingga dapat dilihat komunikasi
keluarga secara umum serta komunikasi antara orang tua dan anak.
Komunikasi Keluarga secara Umum
Komunikasi keluarga secara umum dinyatakan baik apabila anggota
keluarga merasa puas, bisa saling mengungkapkan perasaannya satu sama lain
dengan saling memahami, mengerti, menghargai, mempercayai dan menyayangi
satu sama lain, sedangkan komunikasi yang kurang berkualitas mengindikasikan
kurangnya perhatian, pengertian, penghargaan, kepercayaan dan kasih sayang di
antara anggota keluarga (Olson & Barnes, 2004).
Berdasarkan sepuluh pernyataan untuk mengukur baik tidaknya suatu
komunikasi yang terjadi dalam keluarga mahasiswa TPB, terdapat enam
pernyataan dimana mahasiwa TPB menjawab sering, memiliki persentase di atas
80,0 persen (Tabel 17). Berdasarkan keenam pernyataan mahasiwa TPB,
disimpulkan bahwa setiap anggota keluarga mahasiwa TPB merasa puas terhadap
komunikasi keluarga mahasiwa TPB, dimana tiap anggota keluarga bisa
mengungkapkan rasa cinta dan kasih sayang, saling mengerti terhadap
permasalahan yang dihadapi, saling berkata jujur, saling mengutarakan ide dan
pendapat, dan saling mengerti perasaan satu sama lain.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa empat pernyataan lain yang
persentasenya berada di bawah 80,0 persen dapat dilihat pada tabel 17. Lebih dari
36
setengah mahasiswa (52,9%) dan mahasiswi (58,4%) menyatakan bahwa masih
ada anggota keluarga mahasiwa TPB yang mengatakan sesuatu yang negatif
terhadap anggota keluarga lainnya ketika marah (Tabel 17). Hal ini
mengindikasikan bahwa keluarga mahasiswa TPB masih kurang dalam rasa saling
menghargai antara anggota keluarga dan kontrol emosi diri.
Tabel 17 Sebaran mahasiwa TPB yang menjawab setuju untuk pernyataan komunikasi keluarga secara umum No. Pernyataan Mahasiswa (%) Mahasiswi (%)
Setiap anggota keluarga: 1. Merasa puas dengan cara mereka
berkomunikasi. 88,2 79,2
2. Saling mengungkapkan rasa cinta dan kasih sayangnya.
85,9 80,9
3. Dapat saling mendiskusikan permasalahan. 82,4 80,0 4. Mencoba mengerti perasaan satu sama lain. 80,0 77,5 5. Saling mengungkapkan perasaan yang
sebenarnya. 52,9 58,4
6. Ketika mengajukan pertanyaan kepada satu sama lain, mereka mendapatkan jawaban yang sejujurnya.
77,7 77,5
7. Ketika marah, jarang saling mengatakan sesuatu yang negatif .
76,5 77,5
8. Pendengar yang sangat baik. 85,9 79,1 9. Dapat saling mengungkapkan apa yang
mereka inginkan satu sama lain. 87,0 86,6
10. Saling mendiskusikan ide-ide dan keyakinan . 68,2 71,7
Dari total jumlah keseluruhan, lebih dari seperempat komunikasi keluarga
mahasiwa TPB secara umum (30,7%) berada pada kategori sedang (50,0-65,0%).
Proporsi terbesar sebaran mahasiwa TPB berdasarkan komunikasi keluarga
mahasiwa TPB secara umum menunjukkan bahwa hampir sepertiga mahasiswa
(32,9%) berada pada kategori skor sedang (50,0-65,0%) sedangkan hampir
sepertiga mahasiswi (30,0%) berada pada kategori sangat tinggi (86,0-99,0%)
(Tabel 18).
Tabel 18 Sebaran mahasiwa TPB berdasarkan kategori level dan persentase komunikasi keluarga secara umum
Kategori Level Komunikasi Keluarga secara Umum
Mahasiswa (%) Mahasiswi (%) Total (%)
Sangat Rendah (10,00-20,00%) 3,5 5,80 4,9 Rendah (24,00-44,00%) 14,1 10,8 12,2 Sedang (50,00-65,00%) 32,9 29,2 30,7 Tinggi (70,00-83,00%) 27,1 24,2 25,4 Sangat Tinggi (86,00-99,00%) 22,4 30,0 26,8 Total 100,0 100,0 100,0
37
Komunikasi Orang Tua dan Anak
Komunikasi antara orang tua dan anak adalah komunikasi yang dilakukan
dalam keluarga yang melibatkan percakapan antara orang tua dan anak dalam
mengungkapkan serta mendiskusikan argumen, pendapat, ataupun ide satu sama
lain. Pola komunikasi keluarga, dalam penelitian ini adalah komunikasi antara
orang tua dan anak terbagi ke dalam dua dimensi, yaitu dimensi komunikasi
berorientasi sosial dan dimensi komunikasi berorientasi konsep (Chaffe et al.
1973).
Dimensi Komunikasi Berorientasi Sosial. Komunikasi berorientasi
sosial adalah bentuk komunikasi dimana orang tua mendorong anak untuk
mengembangkan dan memelihara keharmonisan hubungan serta menghindari
pertengkaran dengan membiasakan anak untuk mengungkapkan pendapat ataupun
argumen. Berdasarkan sepuluh pernyataan, terdapat sembilan pernyataan yang
memiliki persentase di bawah 50,0 persen dimana mahasiswa dan mahasiswi
menyatakan bahwa orang tua mahasiwa TPB masih sering mengatakan pendapat
orang tua mahasiwa TPB selalu benar dan anak seharusnya tidak berargumen
dengan orang yang lebih tua.
Ada beberapa hal yang menurut orang tua mahasiwa TPB seharusnya tidak
perlu dibicarakan karena mahasiwa TPB akan mengetahuinya ketika beranjak
dewasa. Hal ini mengindikasikan bahwa masih terdapat orang tua mahasiwa TPB
yang kurang mendorong mahasiwa TPB untuk mengungkapkan pendapat ataupun
argumen. Sebagian besar orang tua mahasiswa (85,9%) dan hampir seluruh orang
tua mahasiswi (95,8%) sering memberikan mahasiwa TPB nasihat. Namun, lebih
dari sepertiga mahasiswa (40,0%) dan lebih dari setengah mahasiswi (50,8%)
mengaku tidak ingin dilibatkan dalam aturan yang dibuat oleh orang tua contoh
(Tabel 19). Hal ini mengindikasikan bahwa orang tua mahasiswa dan mahasiswi
telah berusaha menjaga keharmonisan hubungan dengan menyampaikan pesan-
pesan yang baik kepada mahasiwa TPB, tetapi masih terdapat mahasiswa TPB
yang belum mendukung upaya orang tua dalam pelaksanaan aturan yang telah
dibuat.
38
Tabel 19 Sebaran mahasiwa TPB yang menjawab sering untuk pernyataan dimensi komunikasi berorientasi sosial No. Pernyataan Mahasiswa (%) Mahasiswi (%)
Orang tua mengatakan bahwa: 1. Anak akan mengetahui segala hal dengan
lebih baik ketika dewasa.*) 38,8 44,2
2. Pendapat orang tua selalu benar dan anak tidak perlu mempertanyakannya.*)
10,6
3,3
3. Anak seharusnya tidak berargumen dengan orang yang lebih tua.*)
12,9
5,8
4. Ada beberapa hal yang seharusnya tidak perlu dibicarakan.*)
10,6
11,7
Sikap orang tua: 5. Kesal jika pendapat anak berbeda dengan
mereka.*) 7,1
7,5
6. Tidak ingin mengetahui lebih lanjut, jika
tidak dapat menerima pendapat anak.*) 9,4
8,3
7. Mengharapkan anak mematuhi hal-hal yang
penting.*) 31,8
27,5
8. Biasa memberi nasihat kepada anak. 85,9 95,8 9. Menganggap bahwa menjadi bos
(menduduki suatu posisi yang tinggi) itu adalah hal yang penting.*)
28,2
18,3
Sikap anak: 10. Anak berharap dilibatkan dalam aturan
yang dibuat oleh orang tua. 40,0 50,8
Keterangan: *) Pernyataan yang dibalik
Rentang dimensi komunikasi berorientasi sosial yang diterapkan oleh
orang tua mahasiwa TPB kepada mahasiswa TPB berdasarkan kategori dibagi
menjadi tiga, yaitu rendah (5-13), sedang (14-21), dan tinggi (22-30). Dari total
jumlah keseluruhan, lebih dari setengah keluarga mahasiwa TPB (55,6%) berada
pada kategori skor sedang (14-21). Proporsi terbesar sebaran mahasiwa TPB
berdasarkan dimensi komunikasi berorientasi sosial menunjukkan bahwa lebih
dari dua pertiga keluarga mahasiswa (65,9%) berada pada kategori sedang (14-
21). Demikian pula keluarga mahasiswi, lebih dari setengahnya (55,0%) berada
pada kategori sedang (14-21) (Tabel 20).
Tabel 20 Sebaran mahasiwa TPB berdasarkan kategori skor dimensi komunikasi berorientasi sosial
Kategori Dimensi Komunikasi Berorientasi Sosial
Mahasiswa (%) Mahasiswi (%) Total (%)
Rendah (5-13) 21,2 14,20 36,6 Sedang (14-21) 65.9 55,00 55,6 Tinggi (22-30) 12,9 30,80 7,8 Total 100,0 100,0 100,0
39
Dimensi Komunikasi Berorientasi Konsep. Komunikasi berorientasi
konsep adalah bentuk komunikasi dimana orang tua mendorong anak
mengembangkan pandangan anak terhadap dunia dan mendorong anak
mengembangkan penilaian terhadap suatu masalah dengan mendiskusikan, serta
mengungkapkan ide atau gagasan secara terbuka (Mcleod et al. 1972). Secara
keseluruh pernyataan komunikasi berorientasi konsep (13 pernyataan)
menunjukkan persentase mahasiswa lebih rendah dibanding dengan persentase
mahasiswi (Tabel 21).
Tabel 21 Sebaran mahasiwa TPB yang menjawab sering untuk pernyataan dimensi komunikasi berorientasi konsep No. Pernyataan Mahasiswa (%) Mahasiswi (%)
Sikap orang tua: 1. Menanyakan pendapat anak saat berdiskusi. 44,7 68,3 2. Memberikan gagasan, kepercayaan, dan
motivasi kepada anak dalam mengahadapi permasalahan.
76,5 86,7
3. Sering berkata bahwa anak seharusnya selalu melihat permasalahan dari kedua sisi.
34,1 55,8
4. Mendukung anak-anaknya mengekspresikan perasaan.
58,8 72,5
5. Sangat terbuka dengan perasaan kepada anak. 48,2 65,0 6. Sangat senang mendengar pendapat anak,
meskipun tidak setuju. 36,5 55,0
Sikap anak: 7. Menceritakan kepada orang tua tentang apa
yang dipikirkan. 44,7 62,5
8. Menceritakan segala sesuatunya kepada orang tua.
30,6 50,8
9. Menunjukkan perasaan dan emosi kepada orang tua.
32,9 49,2
10. Sangat senang membicarakan suatu hal dengan orang tua, meskipun tidak sependapat.
30,6 60,0
Sikap orang tua dan anak: 11. Sering membicarakan aktifitas yang telah
dilakukan seharian. 41,2 63,3
12. Mempunyai waktu luang, berdiskusi ringan tentang sesuatu yang sederhana.
42,4 67,5
13. Sering membicarakan tentang perencanaan dan harapan terhadap masa depan anak.
61,2 74,2
Berdasarkan tiga belas pernyataan, terdapat enam pernyataan yang
memiliki selisih persentase di bawah 20,0 persen dimana hal ini menunjukkan
bahwa orang tua mahasiswi lebih sering mendorong untuk mengekspresikan dan
mendiskusikan ide-ide yang dimiliki daripada mahasiswa. Lima pernyataan
lainnya yang memiliki selisih persentase antara mahasiswa dan mahasiswi lebih
40
dari 20,0 persen dapat dilihat pada tabel 21. Lebih dari tiga perempat mahasiswi
(67,5%) menyatakan bahwa orang tua dan mahasiwi sering memiliki waktu luang
untuk berdiskusi ringan, sedangkan mahasiswa hanya kurang dari setengah contoh
(42,4%) (Tabel 21).
Rentang dimensi komunikasi berorientasi konsep yang diterapkan oleh
orang tua contoh kepada mahasiswa TPB berdasarkan kategori dibagi menjadi
tiga, yaitu rendah (12-21), sedang (22-31), dan tinggi (32-41). Dari total jumlah
keseluruhan, lebih dari setengah keluarga mahasiwa TPB (54,1%) berada pada
kategori tinggi (32-41). Proporsi terbesar sebaran mahasiwa TPB berdasarkan
dimensi komunikasi berorientasi konsep menunjukkan bahwa lebih dari setengah
keluarga mahasiswa (53,3%) berada pada kategori sedang (22-31). Sedangkan
keluarga mahasiswi, lebih dari dua pertiganya (68,3%) berada pada kategori skor
tinggi (32-41) (Tabel 22).
Tabel 22 Sebaran mahasiwa TPB berdasarkan kategori skor dimensi komunikasi berorientasi konsep
Kategori Dimensi Komunikasi Berorientasi Konsep
Mahasiswa (%) Mahasiswi (%) Total (%)
Rendah (12-21) 10,6 7,5 8,8 Sedang (22-31) 53,3 24,2 37,1 Tinggi (32-41) 34,1 68,3 54,1 Total 100,0 100,0 100,0
Self-Esteem
Self-esteem adalah penghargaan atau evaluasi positif yang diberikan
seseorang kepada diri sendiri (Santrock 2007). Berdasarkan sepuluh pernyataan,
terdapat tujuh pernyataan yang memiliki persentase di atas 60,0 persen dimana
mahasiswa dan mahasiswi merasa bahwa dirinya berharga. Namun, lebih dari
setengah mahasiswa (57,7%) dan hampir setengah mahasiswi (47,5%) masih
merasa rendah diri dimana mahasiwa TPB tidak merasa memiliki sesuatu yang
baik dari dirinya. Disamping itu, lebih dari sepertiga mahasiswa (34,1%) dan
hampir sepertiga mahasiswi (30,0%) masih sering merasa bahwa dirinya tidak
berguna (Tabel 23). Hal ini mengindikasikan bahwa masih terdapat mahasiswa
TPB memiliki self-esteem yang rendah.
41
Tabel 23 Sebaran mahasiwa TPB yang menyetujui pernyataan self-esteem No. Pernyataan Mahasiswa (%) Mahasiswi (%) 1. Secara keseluruhan puas dengan dirinya. 75,3 75,0 2. Sering kali merasa sebagai orang yang tidak
berguna.*) 34,1 30,0
3. Merasa memiliki kualitas-kualitas yang baik. 85,9 85,0 4. Dapat melakukan hal-hal sebaik yang
dilakukan orang lain. 81,2 77,5
5. Merasa tidak ada yang bisa dibanggakan.*) 65,8 61,7 6. Adakalanya merasa tidak ada sesuatu yang
baik pada dirinya.*) 57,7 47,5
7. Merasa bahwa dirinya berharga, setidaknya sama dengan orang lain
91,8 92,5
8. Berharap dapat lebih menghormati dirinya.*) 2,4 2,5 9. Secara umum menolak bahwa dirinya adalah
orang yang gagal.*) 85,8 89,1
10. Bersikap positif terhadap dirinya 97,7 98,3 Keterangan: *) Pernyataan yang dibalik
Rentang self-esteem mahasiswa TPB berdasarkan kategori skor dibagi
menjadi tiga, yaitu rendah (6-13), sedang (14-21), dan tinggi (22-29). Dari total
jumlah keseluruhan, tiga perempat mahasiwa TPB (75,1%) berada pada kategori
sedang (14-21). Proporsi terbesar sebaran mahasiwa TPB berdasarkan self-esteem
menunjukkan bahwa lebih dari setengah keluarga mahasiswa (67,1%) berada pada
kategori sedang (14-21). Demikian pula keluarga mahasiswi, sebagian besarnya
(80,8%) berada pada kategori sedang (14-21) (Tabel 24).
Tabel 24 Sebaran mahasiwa TPB berdasarkan self-esteem Kategori tingkat stres Mahasiswa (%) Mahasiswi (%) Total (%)
Rendah (6-13) 9,4 7,5 8,3 Sedang (14-21) 67,1 80,8 75,1 Tinggi (22-29) 23,5 11,7 16,6 Total 100,0 100,0 100,0
Prestasi Akademik
Rentang prestasi akademik mahasiwa TPB berdasarkan besar prestasi
akademik dibagi menjadi lima, yaitu sangat rendah (≤ 2,00), rendah (2,01-2,50),
sedang (2,51-3,00), tinggi (3,01-3,50), dan sangat tinggi (≥ 3,51 ). Dari total
jumlah keseluruhan, lebih dari sepertiga mahasiwa TPB (36,1%) berada pada
kategori skor tinggi (3,01-3,50). Proporsi terbesar sebaran mahasiwa TPB
berdasarkan prestasi akademik menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga
mahasiswa (36,5%) dan mahasiswi (35,8%) berada pada kategori skor tinggi
(3,01-3,50) (Tabel 25).
42
Tabel 25 Sebaran mahasiwa TPB berdasarkan prestasi akademik Prestasi akademik Mahasiswa (%) Mahasiswi (%) Total (%)
Sangat rendah (≤ 2,00) 3,5 3,3 3,4 Rendah (2,01-2,50) 9,4 7,5 8,3 Sedang (2,51-3,00) 23,5 27,5 25,9 Tinggi (3,01- 3,50) 36,5 35,8 36,1 Sangat Tinggi (≥ 3,51) 27,1 25,8 26,3 Total 100,0 100,0 100,0
Perbedaan Komunikasi Keluarga secara Umum, Komunikasi Orang Tua-Anak, Self-Esteem, dan Prestasi Akademik antara Mahasiswa dan Mahasiswi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan komunikasi
orang tua dan anak antara mahasiswa dan mahasiswi dengan nilai signifikansi di
bawah 0,05. Orang tua mahasiswa TPB yang menerapkan, baik komunikasi
berorientasi sosial maupun komunikasi berorientasi konsep, dalam keluarga lebih
tinggi mahasiswi dibandingkan mahasiswa (Tabel 26). Namun, dalam penelitian
ini tidak terdapat perbedaan komunikasi keluarga secara umum, self-esteem, dan
prestasi akademik antara mahasiswa dan mahasiswi.
Tabel 26 Hasil uji beda variabel penelitian antara mahasiswa dan mahasiswi
Variabel (skor) Rata-rata p-value Mahasiswa Mahasiswi Komunikasi Keluarga secara Umum 29,87 29,85 0,980 Dimensi komunikasi Berorientasi Sosial 17,59 19,80 0,001* Dimensi komunikasi Berorientasi Konsep 28,68 32,81 0,000** Komunikasi Orang Tua-Anak 46,27 52,61 0,027* Self-Esteem 18,33 17,52 0,126 Prestasi Akademik 3,137 3,134 0,964 Keterangan: **= nyata pada p ≤ 0,01 *= nyata pada p ≤ 0,05
Pengaruh Karakteristik, Komunikasi Keluarga secara Umum, dan Komunikasi Orang Tua-Anak terhadap Self-Esteem
Hasil uji pengaruh menggunakan metode backward menunjukkan bahwa
mahasiswa memiliki self-esteem yang tinggi daripada mahasiswi. Lama
pendidikan ayah contoh berpengaruh negatif nyata, sedangkan lama pendidikan
ibu contoh berpengaruh positif nyata terhadap self-esteem mahasiswa TPB.
Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan ayah contoh maka semakin rendah
self-esteem mahasiswa TPB. Sedangkan, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu
mahasiswa TPB maka semakin tinggi pula self-esteem mahasiswa TPB.
Pendapatan ayah mahasiswa TPB, komunikasi keluarga mahasiswa TPB
secara umum, dan komunikasi beorientasi sosial yang diterapkan orang tua kepada
mahasiswa TPB berpengaruh positif nyata terhadap self-esteem. Artinya, semakin
43
tinggi pendapatan ayah maka semakin baik pula self-esteem mahasiswa TPB.
Semakin baik komunikasi keluarga mahasiswa TPB secara umum maka semakin
baik pula self-esteem mahasiswa TPB.
Hasil penelitian selanjutnya diketahui bahwa semakin baik komunikasi
beorientasi sosial yang diterapkan orang tua kepada mahasiswa TPB maka
semakin baik pula self-esteem mahasiswa TPB. Hasil uji regresi untuk faktor-
faktor yang mempengaruhi self-esteem mahasiswa TPB diperoleh adjusted R
square sebesar 0,183. Artinya, sebesar 18,3% faktor yang berpengaruh terhadap
self-esteem mahasiswa TPB dapat dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dimana nilai signifikansinya di
bawah 0,05 (Tabel 27).
Tabel 27 Hasil uji regresi karakteristik, komunikasi keluarga secara umum, dan komunikasi orang tua-anak terhadap self-esteem
Variabel
Self-Esteem Koefisien tidak
terstandarisasi (B) Koefisien
terstandarisasi (β) Sig.
(Constant) 8,649 0,001 Jenis kelamina) -2,014 -0,269 0,001** Lama pendidikan ayah (tahun) -0,195 -0,209 0,043* Lama pendidikan ibu (tahun) 0,233 0,221 0,036* Pekerjaan ayahb) 1,441 0,094 0,203 Pendapatan ayah (rupiah) 0,495 0,197 0,020* Pendapatan ibu (rupiah) -0,366 -0,102 0,192 Kelengkapan orang tuac) -1,072 -0,113 0,110 Komunikasi Keluarga secara Umum (skor)
0,140 0,220 0,007**
Dimensi Komunikasi Berorientasi Sosial (skor)
0,188 0,236 0,001**
Dimensi Komunikasi Berorientasi Konsep (skor)
0,074 0,123 0,134
Keterangan: Adjusted R Square= 18,3%; **= nyata pada p ≤ 0,01; *= nyata pada p ≤ 0,05; a)(0= laki-laki, 1= perempuan); b)(0= tidak bekerja, 1= bekerja); c)(0= tidak utuh, 1= utuh)
Pengaruh Karakteristik, Komunikasi Keluarga secara Umum, Komunikasi Orang Tua-Anak, dan Self-Esteem terhadap Prestasi Akademik
Hasil uji regresi untuk faktor-faktor yang memengaruhi prestasi akademik
mahasiswa TPB diperoleh adjusted R square sebesar 0,124. Artinya, sebesar
12,4% faktor yang berpengaruh terhadap prestasi akademik mahasiswa TPB dapat
dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
diteliti dimana nilai signifikansinya di bawah 0,05 (Tabel 28). Hasil uji pengaruh
menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh karakteristik mahasiswa TPB dan
44
karakteristik keluarga mahasiswa TPB dalam penelitian ini terhadap prestasi
akademik mahasiswa TPB. Namun, komunikasi keluarga mahasiswa TPB secara
umum berpengaruh negatif nyata terhadap prestasi akademik yang dicapai oleh
mahasiswa TPB. Artinya, semakin rendah komunikasi keluarga mahasiswa TPB
secara umum maka semakin tinggi prestasi akademik yang diraih mahasiswa TPB.
Hal ini mengindikasikan bahwa rendahnya permasalahan yang dihadapi
mahasiswa TPB menyebabkan rendahnya komunikasi yang dilakukan kepada
keluarga secara umum, yang ditunjukkan dengan tingginya pencapaian prestasi
akademik mahasiswa TPB. Hasil penelitian menggunakan metode backward
menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya pengaruh self-esteem terhadap
prestasi akademik ditunjukkan dengan nilai signifikan model tinggi sehingga
tereleminasi dari model (tabel 28).
Tabel 28 Hasil uji regresi karakteristik, komunikasi keluarga secara umum, komunikasi orang tua-anak, dan self-esteem terhadap prestasi akademik
Variabel
Prestasi Akademik Koefisien tidak
terstandarisasi (B) Koefisien
terstandarisasi (β) Sig,
(Constant) 3,164 0,000 Urutan kelahiran 0,075 0,122 0,085 Organisasi/ kegiatan Ekstrakurikuler
0,153 0,130 0,069
Lama pendidikan ibu (tahun) 0,023 0,151 0,056 Pendapatan ayah (rupiah) -0,052 -0,140 0,072 Besar keluarga (orang) -0,034 -0,081 0,268 Kelengkapan orang tua 0,114 0,081 0,256 Komunikasi Keluarga secara Umum (skor)
-0,028 -0,304 0,000**
Dimensi Komunikasi Berorientasi Sosial (skor)
0,016 0,138 0,061
Keterangan: Adjusted R Square= 12,4%; **= nyata pada p ≤ 0,01; *= nyata pada p ≤ 0,05;
a)(0= lainnya, 1= sulung); b)(0= tidak, 1= ya); c)(0= tidak utuh, 1= utuh)
PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan grand theory interaksi keluarga yang berfokus
kepada komunikasi keluarga. Teori interaksi simbolik dalam keluarga kemudian
berkembang menjadi teori komunikasi keluarga dimana pusat proses ide-ide yang
diberikan berbentuk simbolik (Koerner & Fitzpatrick 2002). Komunikasi keluarga
menurut Olson & Barnes (2004) adalah tindakan dalam membuat informasi, ide-
ide, gagasan, dan pengetahuan yang dirasakan oleh anggota dalam unit keluarga.
45
Para ahli keluarga menyatakan bahwa komunikasi adalah aspek yang sangat
penting dalam membangun hubungan keluarga yang sehat (Chibocus et al. 2005).
Gambaran terhadap karakteristik mahasiswa TPB didapat bahwa hampir
seluruh mahasiswa TPB termasuk ke dalam kategori remaja akhir (late
adolescent) yaitu 18-21 tahun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Santrock (2003)
mengenai tahapan perkembangan remaja berdasarkan usia menyatakan bahwa
rentang usia 18-21 tahun, yang dalam penelitian ini adalah usia mahasiswa TPB,
termasuk dalam kategori remaja akhir (late adolescent). Uang saku per bulan
mahasiswa TPB menunjukkan bahwa rentang uang saku contoh menyebar pada ≤
Rp500.000 hingga ≥ Rp1.500.000 dengan rata-rata uang saku per bulan contoh
sebesar Rp669.000. Proporsi terbesar mahasiswa TPB merupakan anak sulung.
Sebagian besar mahasiswa TPB diterima melalui jalur masuk SNMPTN
Undangan. Data penelitian menunjukkan lebih dari setengah mahasiswa TPB
mengikuti organisasi atau kegiatan ekstrakurikuler, paling banyak berasal dari
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan paling sedikit
berasal dari Fakultas Peternakan (FAPET).
Karakteristik keluarga mahasiswa TPB diteliti untuk melihat sejauh mana
pengaruhnya terhadap self-esteem dan juga terhadap prestasi akademik. Gambaran
karakteristik keluarga mahasiswa TPB didapat bahwa usia ayah-ibu contoh
mahasiwa TPB secara keseluruhan berada pada kategori dewasa madya (41-65
tahun), mengacu pada Santrock (2002) yang mengkategorikan umur menjadi tiga
kelompok, dewasa muda (21-40 tahun), dewasa madya (41-65 tahun), dan Tua
(>65 tahun). Secara keseluruhan, rata-rata usia ayah mahasiswa TPB adalah 50,10
tahun. Sedangkan, rata-rata usia ibu mahasiswa TPB adalah 46,70 tahun.
Data penelitian menunjukkan bahwa pendidikan terakhir ayah-ibu
mahasiswa TPB rata-rata hanya sampai pendidikan SMA/ sederajat, seperempat
ayah mahasiswa TPB bekerja sebagai PNS/ guru/ dosen, sedangkan lebih dari
setengah ibu mahasiswa TPB tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga (IRT).
Berdasarkan penelitian, pendapatan ayah-ibu mahasiswa TPB menyebar pada
rentang ≤ Rp1.000.000 hingga ≥ Rp5.000.000 dengan rata-rata pendapatan yang
dimiliki oleh ayah mahasiswa sebesar Rp2.268.700, sedangkan ibu mahasiswa
TPB sebesar Rp863.460. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh
46
orang tua mahasiswa TPB merupakan pasangan lengkap atau utuh. Rentang besar
keluarga mahasiswa TPB menurut BKKBN (2005) dikategorikan menjadi tiga,
yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), keluarga besar (≥ 8
orang). Berdasarkan penelitian, lebih dari setengah keluarga mahasiswa TPB
termasuk ke dalam kategori keluarga sedang (5-7 orang) dengan rata-rata besar
keluarga contoh berjumlah 5 orang.
Komunikasi keluarga merupakan sebuah sistem jaringan interaksi yang
lebih bersifat interpersonal, dimana masing-masing anggota keluarga mempunyai
intensitas hubungan satu sama lain dan saling tergantung2). Komunikasi keluarga
secara umum dapat diukur dengan menggunakan instrumen Skala Komunikasi
Keluarga dari Olson & Barnes (2004). Fakta mengenai gambaran komunikasi
keluarga mahasiswa secara umum dalam penelitian ini berada pada kategori
sedang, sedangkan mahasiswi berada pada kategori sangat tinggi. Secara
keseluruhan, komunikasi keluarga mahasiswa TPB berada pada kategori sedang.
Keluarga mampu mewujudkan kasih sayang antar anggota keluarga yang satu
dengan yang lainnya sehingga hubungan keluarga semakin rapat (Olson dan
Barnes 2004). Namun, masih cukup banyak anggota keluarga yang mengeluarkan
kata-kata negatif ketika marah. Hal ini mengindikasikan bahwa masih kurangnya
anggota keluarga dalam mengontrol emosi diri. Perilaku anak dalam mengontrol
emosi berkaitan dengan gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua kepada anak
(Sunarti 2004).
Komunikasi yang dilakukan antara orang tua dan anak dengan melibatkan
ekspresi emosi dapat membentuk sebuah pola komunikasi keluarga (Mcleod et al.
1972). Menurut McLeod & Chaffee, 1972; Ritchie & Fitzpatrick (1990) dalam
Borsella (2006), model pola komunikasi keluarga merupakan merupakan model
yang dibuat untuk dapat mengukur bagaimana komunikasi keluarga memengaruhi
kenyataan persepsi dan bagaimana komunikasi tersebut berkontribusi terhadap
sosialisasi anak-anak. Pola komunikasi keluarga berdasarkan skala instrumen pola
komunikasi terbagi menjadi dua dimensi, yaitu dimensi komunikasi berorientasi
sosial dan dimensi komunikasi berorientasi konsep (Chaffe et al. 1973).
Hal menarik yang ditemukan dalam penelitian ini, diketahui bahwa orang
tua, baik mahasiswa maupun mahasiswi, dalam penerapan komunikasi
47
berorientasi sosial lebih tinggi dibandingkan komunikasi berorientasi konsep.
Orang tua mahasiswa TPB dapat mengomunikasikan kepada mahasiswa TPB
bagaimana cara menjaga keharmonisan keluarga dan hubungan sosial antara satu
sama lain dalam keluarga. Sementara itu, komunikasi berorientasi konsep yang
diterapkan orang tua mahasiswa TPB tergolong masih rendah. Orang tua
mahasiswa TPB kurang membiasakan mahasiswa TPB untuk melakukan diskusi
terbuka mengenai permasalahan-permasalahan. Namun, penerapan komunikasi
berorientasi, baik sosial maupun konsep, dalam penelitian ini mahasiswi lebih
baik daripada mahasiswa. Hal ini mengindikasikan bahwa mahasiswi lebih
terbuka terhadap perasaan dan lebih senang berdiskusi dengan orang tua
dibandingkan dengan mahasiswa.
Self-Esteem adalah gambaran atau penilaian positif seseorang terhadap
dirinya serta evaluasi global seseorang mengenai dirinya (Santrock 2007).
Berdasarkan penelitian, tiga perempat mahasiswa TPB memiliki self-esteem
dengan kategori sedang. Namun, fakta yang ditemukan dalam penelitian
ditemukan bahwa masih terdapat cukup banyak mahasiswa TPB memiliki self-
esteem yang rendah. Prestasi akademik merupakan capaian hasil belajar dari
kemampuan dan kecakapan tingkah laku yang dimiliki seseorang selama beberapa
waktu yang bisa dipengaruhi oleh situasi belajar. Hasil proses belajar tersebut
dapat diukur dan dinilai dengan menggunakan tes yang memiliki standar, baik
dalam bentuk lisan maupun tulisan (Sobur 2006). Berdasarkan penelitian, lebih
dari setengah mahasiswa TPB memiliki prestasi akademik di bawah sama dengan
3. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat mahasiswa TPB yang memiliki
prestasi akademik yang rendah. Temuan ini menunjukkan betapa pentingnya
pengadaan fasilitas layanan bimbingan dan konselor oleh pihak Institut Pertanian
Bogor guna membantu mahasiswa TPB yang membutuhkan konsultasi dalam
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi terutama masalah pribadi dan prestasi
akademik, mengingat dalam temuan penelitian ini masih terdapat self-esteem dan
indeks prestasi mahasiswa TPB yang rendah.
Hasil uji rata-rata menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dimensi
komunikasi berorientasi sosial, dimensi komunikasi berorientasi konsep, dan
komunikasi orang tua-anak antara mahasiswa dan mahasiswi. Hal ini
48
menunjukkan bahwa pola komunikasi yang diterapkan oleh orang tua mahasiswa
TPB, baik sosial maupun konsep, dirasakan lebih baik oleh mahasiswi daripada
mahasiswa. Sejalan dengan penelitian McNaughton (2000) yang menyatakan
bahwa terdapat perbedaan pada beberapa item skala pola komunikasi antara
mahasiswa dan mahasiswi.
Fakta menarik yang ditemukan dalam penelitian mengenai self-esteem
diketahui bahwa self-esteem mahasiswa lebih tinggi daripada mahasiswi. Hal ini
menguatkan pernyataan Santrock (2007) mengenai self-esteem yang menyatakan
bahwa self-esteem laki-laki lebih tinggi dibandingkan self-esteem perempuan pada
hampir seluruh rentang kehidupan. Gunarsa dan Gunarsa (2004) menyatakan
bahwa keadaan sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap kehidupan individu
dalam keluarga. Status sosial ekonomi digambarkan dengan tingkat pendidikan
dan pendapatan seseorang.
Pendidikan ayah-ibu, serta pendapatan ayah menunjukkan adanya
pengaruh terhadap self-esteem mahasiswa TPB. Semakin tinggi pendidikan ibu
mahasiswa TPB, maka semakin tinggi self-esteem mahasiswa TPB. Hal ini diduga
bahwa ibu yang berpendidikan tinggi memiliki gaya pengasuhan yang baik,
sehingga self-esteem anak berkembang dengan baik. Penelitian Wulandari (2009)
menyatakan bahwa terdapat hubungan positif nyata antara gaya pengasuhan
authoritative dengan self-esteem. Namun, semakin rendah pendidikan ayah
mahasiswa TPB maka semakin tinggi self-esteem mahasiswa TPB. Sejauh ini
belum ditemukan penelitian yang mengkonfirmasi temuan ini. Namun, diduga
rendahnya pendidikan orang tua membuat mahasiswa TPB melakukan intropeksi
terhadap dirinya sehingga mendorong mahasiswa TPB untuk lebih baik dari
ayahnya. Kemungkinan hal tersebut yang melandasi mahasiswa, yang memiliki
pendidikan ayah yang rendah, untuk meningkatkan kualitas dirinya.
Semakin tinggi pendapatan ayah mahasiswa TPB, maka semakin tinggi
pula self-esteem mahasiswa TPB. Semakin tinggi taraf kehidupan suatu
masyarakat, semakin tinggi tuntutan hidup bagi remaja (Gunarsa dan Gunarsa
2004), sehingga pendapatan ayah yang tinggi dapat mendukung untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan remaja. Apabila kebutuhan-kebutuhan ini terpenuhi, maka
anak akan merasa nyaman dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan
49
selanjutnya, salah satunya adalah pengembangan self-esteem. Namun, dalam
penelitian ini pendapatan ibu tidak menunjukkan adanya hubungan dengan self-
esteem. Secara tidak langsung, hal ini diduga terdapat pengalokasian pendapatan
yang berbeda antara ayah dan ibu yang bekerja, dimana pendapatan ayah, yang
mayoritas lebih besar dari pendapatan ibu, dialokasikan untuk biaya pendidikan
dan fasilitas keluarga. Sedangkan pendapatan ibu dialokasikan untuk biaya
keperluan rumah tangga, seperti belanja kebutuhan dapur sehari-hari.
Komunikasi keluarga secara umum dan juga komunikasi beorientasi sosial
yang diterapkan oleh orang tua kepada mahasiswa TPB berpengaruh positif
signifikan terhadap self-esteem. Semakin baik komunikasi antar anggota keluarga,
semakin tinggi berorientasi sosial yang diterapkan oleh orang tua kepada
mahasiswa TPB maka semakin baik pula self-esteem mahasiswa TPB. Hal ini
menunjukkan bahwa komunikasi yang baik dalam keluarga menandakan adanya
kenyamanan hubungan antara anggota keluarga, dimana kenyamanan hubungan
anak dengan orang tua menimbulkan kepuasan sehingga berpengaruh terhadap
terbentuknya self-esteem anak yang tinggi (Santrock 2007).
Komunikasi keluarga secara umum juga berpengaruh terhadap prestasi
akademik. Fakta yang ditemukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
komunikasi keluarga secara umum berpengaruh negatif nyata (B= -0,028 p=
0,000) terhadap prestasi akademik. Artinya penurunan satu skor komunikasi
keluarga secara umum akan meningkatkan skor prestasi akademik sebesar 0,304.
Semakin rendah komunikasi yang dilakukan antara mahasiswa TPB dan keluarga,
maka prestasi akademik yang dicapai mahasiswa TPB semakin tinggi. Hal ini
diduga tempat tinggal mahasiswa TPB yang berjauhan dari orang tua karena wajib
tinggal di asrama oleh IPB menyebabkan intensitas mahasiswa TPB dan keluarga
menjadi berkurang.
Penelitian Sari (2012) menunjukkan bahwa kemandirian mahasiswa TPB
terkategori sedang cenderung tinggi, sehingga rendahnya komunikasi
mengindikasikan bahwa mahasiswa TPB yang mandiri, memiliki prestasi
akademik tinggi. Sementara, hasil temuan penelitian Kurniadi (2001) mengenai
intensitas komunikasi keluarga dan prestasi belajar anak menyatakan bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara komunikasi keluarga dan prestasi belajar
50
anak. Kurnadi (2001) menduga bahwa hal ini ada kaitannya dengan kualitas
komunikasi yang dilakukan oleh orang tua dalam mendukung prestasi anak. Hal
ini membuat dugaan bahwa sikap orang tua yang berlebihan mengharapkan agar
anak memiliki prestasi yang tinggi dapat membuat anak merasa tertekan apabila
harapan orang tua tidak selaras dengan kemampuan ataupun minat dan pribadi
anak (Gunarsa dan Gunarsa 2004).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara self-
esteem dengan prestasi akademik. Hal ini mendukung pernyataan Bowles (1999)
dalam Santrock (2007) yang menyatakan bahwa sebuah penelitian menunjukkan
korelasi yang rendah antara self-esteem dan prestasi pada anak. Hasil penelitian
terhadap uji rata-rata menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi akademik
antara mahasiswa dan mahasiswi. Hal ini tidak sejalan dengan pernyataan
Santrock (2007) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan prestasi akademik,
dimana prestasi perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi laki-laki.
Hal ini menurut Santrock (2007) dikarenakan terdapat faktor lain yang
berhubungan dengan prestasi tidak diteliti, seperti motivasi yang mendorong anak
untuk belajar dan berprestasi.
Keterbatasan dalam penelitian, yaitu perlu adanya pengembangan
instrumen yang lebih sensitif mengenai komunikasi keluarga secara umum yang
mengarah pada pernyataan komunikasi mengenai prestasi akademik. Selain itu,
penggunaan metode self-report dengan pernyataan tertutup yang digunakan dalam
penelitian, hasil yang didapat kurang menggambarkan lebih dalam mengenai
komunikasi keluarga mahasiswa TPB.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi keluarga secara umum,
komunikasi orang tua-anak berorientasi sosial, self-esteem, dan prestasi akademik
mahasiswa TPB termasuk pada kategori sedang. Sedangkan, komunikasi
beorientasi konsep termasuk ke dalam kategori tinggi. Hasil uji rata-rata
menunjukkan bahwa komunikasi orangtua tua-anak mahasiswi lebih tinggi
daripada mahasiswa, sedangkan komunikasi keluarga secara umum, self-esteem,
dan prestasi akademik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
mahasiswa dan mahasiswi.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki self-estem
yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswi. Lama pendidikan yang ditempuh ayah
berpengaruh negatif nyata terhadap self-esteem mahasiswa TPB. Fakta yang
ditemukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa lama pendidikan yang
ditempuh ibu, pendapatan ayah, komunikasi yang dilakukan antara mahasiswa
TPB dan keluarga secara umum, serta komunikasi orang tua-anak berorientasi
sosial berpengaruh nyata terhadap self-esteem mahasiswa TPB. Hasil uji regresi
juga menunjukkan bahwa komunikasi keluarga mahasiswa TPB secara umum
berpengaruh terhadap self-esteem. Sedangkan, self-esteem mahasiswa TPB tidak
menunjukkan adanya pengaruh terhadap prestasi akademik.
Saran
Keluarga merupakan tempat yang paling utama dan pertama dalam
melakukan pembelajaran komunikasi serta membentuk dan mengembangkan self-
esteem dan prestasi anak. Oleh karena itu, keluarga sebaiknya tetap menjalin
komunikasi dengan mahasiswa TPB agar dapat membantu meningkatkan self-
esteem dan prestasi akademik. Perlu juga digali lebih dalam terhadap
permasalahan-permasalahan lainnya yang dihadapi mahasiswa TPB mengingat
masih terdapat mahasiswa TPB dari mahasiswa TPB yang memiliki self-esteem
dan prestasi akademik rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih
terdapat mahasiswa TPB yang memiliki self-esteem rendah dan hampir setengah
mahasiswa TPB memiliki indeks prestasi di bawah sama dengan 3. Oleh sebab
itu, mahasiswa TPB disarankan mengikuti berbagai program kegiatan positif yang
52
dapat membantu mengembangkan kepribadian dan potensi diri. Selain itu,
dipandang perlu adanya peningkatan sistem pendukung IPB, seperti fungsi
layanan bimbingan dan konseling guna membantu mahasiswa TPB dalam
menyelesaikan masalah, terutama bagi mahasiswa TPB yang memiliki masalah
self-esteem dan prestasi akademik. Penelitian selanjutnya disarankan untuk
mengembangkan instrumen komunikasi keluarga serta dapat menambah variabel
lain yang bisa diteliti, diantaranya frekuensi komunikasi dan motivasi yang diduga
juga memiliki pengaruh terhadap capaian prestasi akademik mahasiswa TPB.
DAFTAR PUSTAKA
Borsella AS. 2006. Family Communication Patterns and Reported Physical Child Abuse. USA: ProQuest information and Learning Company.
[BPA Asrama TPB IPB]. 2012. Keunggulan asrama. Diambil dari http://asramatpb.ipb.ac.id/index.php/keunggulan-asrama.
Branden, N. (1999). Kiat jitu meningkatkan harga diri. Alih Bahasa. Jakarta : Pustaka delapratesa.
Chaffe SH, Mcleod JM, Wackman DB (1973). Family communication patterns and adolescent political participation. In J. Dennis (Ed.), Socialization to politics, (pp. 349-364). NY: Wiley & Sons.
Chibucos TR, Leite RW, Weis DL. 2005. Family Theory. London: Sage Publications, Inc.
Coopersmith, S. (1967). The antecendents of self esteem. San Fransisco : W. H. Freeman and Company.
Denny R, Paramita A. 2007. Succeed for Yourself 3rd Edition. Hariono S Imam, penerjemah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Epstein, N. B. Bishop, D., Ryan, C., Miller, & Keitner, G., (1993). The mcmaster model view of healthy family functioning. In Froma Walsh (Eds.), Normal Family Processes (pp. 138-160). The Guilford Press: New York/ London.
Farahati, Ashtiani, Moradi. 2011. Relationship between family communication patterns and locus of control and self-esteem in adolescents. Journal of Behavioral Sciences [internet]. [diunduh 03 September 2012]; 5(3), 279-285). Tersedia pada: http://www.jbs.ir/browse.php?a_id=837&sid=1&slc _lang=en
Garg R, Kauppi C, Lewlo J, Urajnik D. 2002. A structural model of educational aspirations. Journal of Career Development, Volume 29, Issue 2, pp 87-108.
Greenberg JS. 2002. Comprehensive Strees Management 7th Edition. USA: McGraw-Hill.
Guindon MH. 2002. Toward accountability in the use of the self-esteem construct. Journal of Counseling and Development, Spring 2002, v80, (p 204-214).
Gunarsa, SD; Gunarsa YSD. 2004. Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hargie O. 1997. The Handbook of Communication Skills, 2nd Edition. London: Routledge.
Hurlock, EB. 1980. Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Istiwidayanti, Soedjarwo, penerjemah; Sijabat RM, editor. Jakarta: Erlangga. Terjemaan dari: Developmental, Psycoloy: A Life Span Approach.
Hernawati N. 2006. Tingkat Stres dan Stategi Koping Menghadapi Stres Pada Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Tahun Akademik 2005/ 2006. [artikel ilmiah]. Bogor: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.
Hsu JL, Chang KM. 2006. Purchase of clothing and its linkage to family communication and lifestyles among young adults. Journal of Fashion
54
Marketing and Management, Volume 12, No 2, Pages 147-163, 2008. Emerald Group Publishing limited.
Hybles S, Weaver II RL. 2004. Communicating Effectively Sevent Edition. New York: McGraw-Hill.
Koerner AF, Fitzpatrick MA. 2002. Toward a theory of family communication Journal of Theory Communication, Volume 12, Issue 1, Pages 70-91, Februari 2002. Internal Communication Association, Published Online.
Kurniadi A. 2011. Intensitas komunikasi keluarga dan prestasi belajar anak (studi korelasi antara intensitas komunikasi keluarga dengan prestasi belajar pelajar kelas 5 Sekolah Dasar Djama’atul Ichwan Kota Surakarta Tahun ajaran 2009-2010) [abstrak]. Digital library Universitas Sebelas Maret. http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=14865. [terhubung berkala]. [ 28 Oktober 2012].
Lin Y. 1997. Human communication. a publication of the pacific and asian communication association. Vol. 10, No. 2, pp. 121 – 135.
Nurhayati S. 2011. Analisis Kecerdasan Emosional, Kematangan Sosial, Self-Esteem, dan Prestasi Akademik pada Mahasiswa Penerima Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) IPB [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Mcnaughton. 2000. Gender differences in parent child communication patterns Journal of Communication Patterns [internet]. [diunduh 27 Februari 2012].
McLeod JM, Atkin CK, Chaffee SH. 1972. Family communicatin patterns. Public Domain, U.S. Government Publication. Page 284. Full citation below.
Olson DH, Barnes H. 2004. Family Communication. Minneapolis: Life Innovations, Inc.
Peacock J, Peacock P. 2011. Oxford Handbook of Medical Statistics. New York: Oxford University Press Inc.
Pope J. 2012. Types of Communication Pattern in Families. http://www.ehow.com/info_7948054_types-communication-patterns-families.html. [terhubung berkala]. [02 Mei 2012].
Ritchie LD, Fitzpatrick MA. 1990. Family communication patterns measuring intrapersonal perceptions of interpersonal relationships. Communication Research 17(4): 523-545.
Rosenberg M. 1965. Society and The Adolescent Self-Image. Princeton, NJ: Princeton University Press.
Rubin A, Babbie E. 2010. Research Methods for Social Work, Seventh Edition. USA: Brooks/ Cole, Cengage Learning.
Santrock JW. 2002. Life Span Development, Eighth Edition. New York: McGraw-Hill.
Santrock JW, Kristiaji WC, Sumiharti Y. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Shinto B Adelar dan Sherly Saragih, penerjemah. Jakarta: Erlangga.
Santrock JW, Hardani W. 2007. Perkembangan Anak, Edisi Ketujuh, Jilid Dua. Mila Rachmawati dan Anna Kuswanti, penerjemah. Jakarta: Erlangga.
Setiawan. 2000. Meraih Nilai Akademik Maksimal. http://www.pend-tinggi.com/nilai098+akademik.html. [terhubung berkala]. [1 Maret 2012].
55
Sobur A. 2006. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. Siregar AR. 2006. Motivasi Berprestasi Mahasiswa Ditinjau dari Pola Asuh.
[skripsi]. http://www.library.usu.ac.id. [terhubung berkala]. [1 Maret 2012].
Slamet. 1993 Analisis Kuantitatif Untuk Data Sosial. Solo: Dabara Publisher. Sunarti E. 2004. Mengasuh dengan Hati. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sunarti E. 2009. Indikator Keluarga Sejahtera: Sejarah Pengembangan, Evaluasi,
dan Keberlanjutannya. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Insitut Pertanian Bogor.
Tjondrorini, Mardiya. 2012. Komunikasi Mengokohkan Fungsi Keluarga. Jakarta: BKKBN
Ullrich M, Kreppner K. 1997. The quality of family communication and academic achievement in early adolescence. Meeting Papers [internet]. [diunduh 27 Februari 2012]. Tersedia pada: http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/search/detailmini.jsp?_nfpb=true&_&ERICExtSearch_SearchValue_0=ED409994&ERICExtSearch_SearchType_0=no&accno=ED409994
West R, Turner LH. 2009. Introducing Communication Theory: Analysis aAnd Application, 3rd Ed. New York: McGraw-Hill.
Wulandari A. 2009. Analisis persepsi gaya pengasuhan orang tua, keterampilan social, prestasi akademik, dan self-esteem mahasiswa tingkat persiapan bersama (TPB) di Institut Pertanian Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Insitut Pertanian Bogor.
Zega MI. 28 April 2009. Komunikasi Kunci Kesuksesan Keluarga. Gloria Cyber Ministries. Diambil dari http://www.glorianet.org/index.php/manati/ 1044-keluarga
54
LAMPIRAN
14
Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel komunikasi keluarga secara umum, dimensi komunikasi berorientasi sosial, dimensi komunikasi berorientasi konsep, dan self-esteem No. Variabel Cronbach’s Alpha N of Item 1. Komunikasi Keluarga Secara Umum 0,878 10 2. Dimensi Komunikasi Berorientasi Sosial 0,690 10 3. Dimensi Komunikasi Berorientasi Konsep 0,874 13 5. Self-Esteem 0,729 10
Lampiran 2 Hasil uji validitas variabel komunikasi keluarga secara umum No. Pernyataan Validitas
Setiap anggota keluarga: 1. Merasa puas dengan cara mereka berkomunikasi. 0,720** 2. Saling mengungkapkan rasa cinta dan kasih sayangnya. 0,745** 3. Dapat saling mendiskusikan permasalahan. 0,762** 4. Mencoba mengerti perasaan satu sama lain. 0,673** 5. Saling mengungkapkan perasaan yang sebenarnya. 0,586** 6. Ketika mengajukan pertanyaan kepada satu sama lain, mereka
mendapatkan jawaban yang sejujurnya. 0,625**
7. Ketika marah, jarang saling mengatakan sesuatu yang negatif . 0,671** 8. Pendengar yang sangat baik. 0,713** 9. Dapat saling mengungkapkan apa yang mereka inginkan satu sama
lain. 0,689**
10. Saling mendiskusikan ide-ide dan keyakinan . 0,770**
Lampiran 3 Hasil uji validitas variabel dimensi komunikasi berorientasi sosial No. Pernyataan Validitas Orang tua mengatakan bahwa: 1. Anak akan mengetahui segala hal dengan lebih baik ketika dewasa.*) 0,369** 2. Pendapat orang tua selalu benar dan anak tidak perlu
mempertanyakannya.*) 0,684**
3. Anak seharusnya tidak berargumen dengan orang yang lebih tua.*) 0,636** 4. Ada beberapa hal yang seharusnya tidak perlu dibicarakan.*) 0,595** Sikap orang tua: 5. Kesal jika pendapat anak berbeda dengan mereka.*) 0,696** 6. Tidak ingin mengetahui lebih lanjut, jika tidak dapat menerima
pendapat anak.*) 0,025
7. Mengharapkan anak mematuhi hal-hal yang penting.*) 0,479** 8. Biasa memberi nasihat kepada anak. 0,626** 9. Menganggap bahwa menjadi bos (menduduki suatu posisi yang tinggi)
itu adalah hal yang penting.*) 0,449**
Sikap anak: 10. Anak berharap dilibatkan dalam aturan yang dibuat oleh orang tua. 0,327** Keterangan: *) Pernyataan yang dibalik
Lampiran 4 Hasil uji validitas variabel dimensi komunikasi berorientasi konsep No. Permyataan Validitas
Sikap orang tua:: 1. Menanyakan pendapat anak saat berdiskusi. 0,647** 2. Memberikan gagasan, kepercayaan, dan motivasi kepada anak dalam
mengahadapi permasalahan. 0,652**
3. Sering berkata bahwa anak seharusnya selalu melihat permasalahan dari kedua sisi.
0,635**
4. Mendukung anak-anaknya mengekspresikan perasaan. 0,645** 5. Sangat terbuka dengan perasaan kepada anak. 0,618** 6. Sangat senang mendengar pendapat anak, meskipun tidak setuju. 0,636** Sikap anak: 7. Menceritakan kepada orang tua tentang apa yang dipikirkan. 0,669** 8. Menceritakan segala sesuatunya kepada orang tua. 0,715** 9. Menunjukkan perasaan dan emosi kepada orang tua. 0,505** 10. Sangat senang membicarakan suatu hal dengan orang tua, meskipun
tidak sependapat. 0,690**
11. Sikap orang tua dan anak: Sering membicarakan aktifitas yang telah dilakukan seharian. 0,659** 12. Mempunyai waktu luang, berdiskusi ringan tentang sesuatu yang
sederhana. 0,677**
13. Sering membicarakan tentang perencanaan dan harapan terhadap masa depan anak.
0,518**
Lampiran 5 Hasil uji validitas variabel self-esteem
No. Pernyataan Validitas 1. Secara keseluruhan puas dengan dirinya. 0,568** 2. Sering kali merasa sebagai orang yang tidak berguna.*) 0,604** 3. Merasa memiliki kualitas-kualitas yang baik. 0,578** 4. Dapat melakukan hal-hal sebaik yang dilakukan orang lain. 0,506** 5. Merasa tidak ada yang bisa dibanggakan.*) 0,731** 6. Adakalanya merasa tidak ada sesuatu yang baik pada dirinya.*) 0,665** 7. Merasa bahwa dirinya berharga, setidaknya sama dengan orang lain 0,503** 8. Berharap dapat lebih menghormati dirinya.*) 0,129 9. Secara umum menolak bahwa dirinya adalah orang yang gagal.*) 0,653** 10. Bersikap positif terhadap dirinya 0,335** Keterangan: *) Pernyataan yang dibalik
RIWAYAT PENULIS
Penulis dilahirkan di Madiun pada tanggal 13 November 1990.
Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara, pasangan
Dr. Ir. Suwarto, MS. (Alm.) dan Ir. Ermina Muhayati. Adik
dari Radityo Andi Dharma, S.TP. ini, mulai mengenal dunia
pendidikan formal pada TK Arafah tahun 1994 selama setahun.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Eria Medan (kelas
1-2), SDN Panaragan II Bogor (kelas 3-5), dan lulus pada tahun 2001 dari SDN
Polisi 5 Bogor (kelas 6). Penulis melanjutkan pendidikan ke SMPN 03 Bogor
(kelas 1-3 semester 1), dan lulus pada tahun 2004 dari SMPN 01 Lubuk Pakam
Medan (kelas 3 semester 2), lalu melanjutkan sekolah ke SMAN 01 Lubuk Pakam
Medan (kelas 1 semester 1), SMAN 05 Bogor (kelas 1 semester 2-3), hingga lulus
tahun 2007. Tahun berikutnya, 2008, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor
melalui SNMPTN tertulis bersama adik kembarnya, Putri Wika Sari, S.Si. Penulis
mendapatkan minor Sistem Informasi dari Departemen Ilmu Komputer, FMIPA.
Selama mengikuti perkuliahan, kakak dari Rofif Tyo Zaidan Fajar dan si
bungsu, Farhan Tyo Zahid Akbar ini, aktif pada beberapa organisasi
kemahasiswaan, diantaranya sebagai anggota UKM Tae Kwon Do IPB, sekretaris
divisi keputrian FORSIA, sekretaris Divisi dan anggota Divisi HR HIMAIKO
(dua periode), anggota Divisi HRD IDC, konsultan KTKA di CDC HIMAIKO,
serta anggota Tanoto Scholars IPB angkatan 4. Selain itu, penulis juga aktif
diberbagai kepanitiaan kampus, salah satunya sebagai ketua divisi acara dan
koordinator lapang ‘Pagelaran Seni Luar Biasa’, Laskar Inspirasi-PKMM (2011).
Selama menjadi mahasiswa, penulis juga sering mengikuti berbagai
kegiatan seminar dan pelatihan yang diadakan, baik di dalam maupun di luar
kampus, salah satunya sebagai peserta “Kuliah Pencegahan HIV & AIDS pada
Kalangan Remaja” oleh UNICEF, UI-IPB (2012), serta menjadi peserta magang
di “Labschool Pendidikan Karakter”, IPB-ISFA dan Green TV IPB (2012).
Penulis melaksanakan KKP di Desa Kutamendala, Tonjong, Kabupaten Brebes.
Kontak penulis: HP (+62812 8088 9017), Email ([email protected]),
FB ([email protected]), Twitter (@putriwidhasari)