45
KOMUNIKASI EFEKTIF ORANGTUA DENGAN REMAJA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT BINA KETAHANAN REMAJA JAKARTA 2012

Komunikasi Orang Tua Remaja mengenai Kesehatan Reproduksi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja

Citation preview

  • iKOMUNIKASI EFEKTIF ORANGTUA

    DENGAN REMAJA

    BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

    DIREKTORAT BINA KETAHANAN REMAJA

    JAKARTA 2012

  • ii

    Komunikasi Efektif Orangtua dengan Remaja

    Diterbitkan oleh :

    Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

    Hak Cipta @2012

    Direktorat Bina Ketahanan Remaja

    Cetakan Kedua

    Disusun oleh:

    Indra Wirdhana, SH, MM

    Drs. M. Edi Muin, M.Si

    Andi Ismoyo, SH

    Witri Windrawati, SE

    Dra. Purini Saptari, M.Pd

    Drs. Sugiyatna, MM

    Drs. Djafar

    Alifah Nuranti, S.Psi, MPH

    Ade Isyanah, S.Pd, MARS

    Farida Ekasari, SIP, MKM

    Masnuryati, SE

    Syahril Tanjung, SH

    Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

    Direktorat Bina Ketahanan Remaja

    Jl. Permata No. 1 Halim Perdana Kusuma - Jakarta Timur

    Telp/Fax : (021) 8009029, 8008548

    http://[email protected]

  • iii

    KATA SAMBUTAN

    Berbagai upaya telah dilakukan untuk merespon masalah remaja,

    antara lain melalui program di sekolah, masyarakat, keluarga dan

    kelompok sebaya. Dari berbagai upaya tersebut, keluarga

    terutama pola asuh orangtua, telah diidentifikasi sebagai

    pengaruh yang sangat penting dalam membentuk sikap dan

    perilaku remaja. Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan

    orangtua dengan remaja, pengawasan orangtua dan komunikasi

    orangtua dengan remaja. Di antara proses pola asuh tersebut,

    komunikasi orangtua dengan remaja diketahui berpengaruh

    terhadap pembentukkan karakter, sikap dan perilaku remaja.

    Melalui komunikasi, orangtua seharusnya menjadi sumber

    informasi dan pendidik utama tentang kesehatan reproduksi

    dalam penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja. Namun

    demikian, orangtua sering menghadapi kesulitan untuk

    membicarakan masalah tersebut kepada remajanya, begitu pun

    sebaliknya. Norma dan budaya masyarakat yang sebagian masih

    menganggap tabu tentang isu kesehatan reproduksi dapat

    menjadi penghambat terhadap pendidikan seksualitas terhadap

    remaja.

    Sekaitan hal tersebut di atas, maka disusunlah buku Komunikasi

    Efektif Orangtua dengan Remaja yang berisikan materi substansi

    program Generasi Berencana (GenRe) yang dapat digunakan

    sebagai pegangan bagi Kader BKR, Pengelola BKR, orang tua yang

    memiliki remaja, pengelola program GenRe, Remaja dan

    masyarakat peduli remaja.

    Semoga buku ini dapat bermanfaat dalam membina remaja,

    melalui pendekatan kegiatan pada kelompok Bina Keluarga

    Komunikasi Efektif Orangtua dengan Remaja

    Diterbitkan oleh :

    Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

    Hak Cipta @2012

    Direktorat Bina Ketahanan Remaja

    Cetakan Kedua

    Disusun oleh:

    Indra Wirdhana, SH, MM

    Drs. M. Edi Muin, M.Si

    Andi Ismoyo, SH

    Witri Windrawati, SE

    Dra. Purini Saptari, M.Pd

    Drs. Sugiyatna, MM

    Drs. Djafar

    Alifah Nuranti, S.Psi, MPH

    Ade Isyanah, S.Pd, MARS

    Farida Ekasari, SIP, MKM

    Masnuryati, SE

    Syahril Tanjung, SH

    Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

    Direktorat Bina Ketahanan Remaja

    Jl. Permata No. 1 Halim Perdana Kusuma - Jakarta Timur

    Telp/Fax : (021) 8009029, 8008548

    http://[email protected]

  • iv

    Remaja. Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberikan

    kontribusi dalam penyusunan buku ini, kami ucapkan terima kasih.

    Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan Taufik dan rahmatnya

    kepada kita semua. Amin.

    Jakarta, Juni 2012

    Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan

    Pemberdayaan Keluarga

    Dr. Sudibyo Alimoeso, MA

  • vKATA PENGANTAR

    Dalam rangka mewujudkan misi Pembangunan Kependudukan

    dan Keluarga Berencana Nasional, yakni mewujudkan

    pembangunan yang berwawasan kependudukan dan

    mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera, maka salah satu

    strateginya adalah meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan

    keluarga melalui pembinaan keluarga (BKB, BKR dan BKL),

    pembinaan remaja dalam menyiapkan kehidupan berkeluarga dan

    peningkatan pendapatan keluarga melalui UPPKS.

    Kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) merupakan salah satu

    kegiatan dalam Program GenRe yang dilakukan oleh keluarga

    yang mempunyai remaja untuk meningkatkan pengetahuan dan

    keterampilan orangtua atau keluarga lain dalam pembinaan

    tumbuh kembang remaja. Dengan adanya program BKR, orangtua

    diharapkan memiliki pengetahuan dan dapat menyampaikan

    pengetahuan yang mereka miliki dengan cara-cara berkomunikasi

    yang dapat diterima oleh remaja.

    Guna mendukung peningkatan pengetahuan, keterampilan dan

    pemahaman orang tua tentang bagaimana memberikan

    pembinaan dan bimbingan pada remaja melalui komunikasi

    efektif antara orang tua dengan remaja , maka disusun buku

    Komunikasi Efektif Orang Tua dengan Remaja. Dengan adanya

    buku komunikasi ini diharapkan orangtua mampu berkomunikasi

    secara efektif kepada remajanya.

    Remaja. Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberikan

    kontribusi dalam penyusunan buku ini, kami ucapkan terima kasih.

    Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan Taufik dan rahmatnya

    kepada kita semua. Amin.

    Jakarta, Juni 2012

    Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan

    Pemberdayaan Keluarga

    Dr. Sudibyo Alimoeso, MA

  • vi

    Akhirnya kepada semua pihak yang turut berpartisipasi dalam

    penyusunan buku ini, kami ucapkan terima kasih dan

    penghargaan yang setinggi - tingginya.

    Jakarta, Juni 2012

    Direktur Bina Ketahanan Remaja

    Indra Wirdhana, SH, MM

  • vii

    DAFTAR ISI

    Cover ................................................................................................ i

    Kata Sambutan .......................................................................... iii

    Kata Pengantar .......................................................................... v

    Daftar Isi ........................................................................................ vii

    Bab I : Pendahuluan ................................................................. 1

    A. Latar Belakang ....................................................................... 1

    B. Tujuan ...................................................................................... 5

    C. Sasaran Pengguna ................................................................ 5

    D. Ruang Lingkup ..................................................................... 6

    E. Batasan dan Pengertian .................................................... 6

    Bab II : Komunikasi Efektif ................................................... 9

    A. Pengertian Komunikasi ...................................................... 9

    B. Tujuan Komunikasi .............................................................. 10

    C. Manfaat Komunikasi ............................................................ 11

    D. Unsur Komunikasi ................................................................ 11

    E. Hambatan Komunikasi ....................................................... 13

    F. Aspek-Aspek Komunikasi .................................................. 14

    Bab III : Komunikasi Efektif Orangtua dengan

    Remaja .......................................................................... 17

    A. Gaya Berkomunikasi Orangtua dengan

    Remajanya ............................................................................... 17

    B. Gaya Berkomunikasi Remaja dengan Orangtuanya 18

    C. Keterampilan Komunikasi Orangtua dengan

    Remajanya ............................................................................... 19

    Akhirnya kepada semua pihak yang turut berpartisipasi dalam

    penyusunan buku ini, kami ucapkan terima kasih dan

    penghargaan yang setinggi - tingginya.

    Jakarta, Juni 2012

    Direktur Bina Ketahanan Remaja

    Indra Wirdhana, SH, MM

  • viii

    1. Mengenal Diri Orang Tua ........................................... 20

    2. Mengenal Diri Remaja ................................................. 21

    3. Mendengar Aktif ............................................................ 24

    4. Memahami Pesan Kamu dan Pesan Saya .... 26

    5. Menentukan dan Menyikapi Masalah

    Komunikasi Orangtua dengan Remaja ................. 27

    6. Mengenal Dan Menghindari Gaya

    Penghambat Komunikasi ........................................... 30

    Bab IV : Penutup ......................................................................... 35

    Daftar Pustaka ........................................................................... 37

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke

    masa dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang

    sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka

    selanjutnya. Pada tahun 2010 jumlah remaja umur 10-24

    tahun sangat besar yaitu sekitar 64 juta atau 27,6% dari

    jumlah Penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa (Sensus

    Penduduk, 2010). Melihat jumlahnya yang sangat besar, maka

    remaja sebagai generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan

    menjadi manusia yang sehat secara jasmani, rohani, mental

    dan spiritual. Faktanya, berbagai penelitian menunjukkan

    bahwa remaja mempunyai permasalahan yang sangat

    kompleks seiring dengan masa transisi yang dialami remaja.

    Masalah yang menonjol dikalangan remaja yaitu

    permasalahan seputar TRIAD KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS

    serta Napza), rendahnya pengetahuan remaja tentang

    Kesehatan Reproduksi Remaja dan median usia kawin

    pertama perempuan relatif masih rendah yaitu 19,8 tahun

    (SDKI 2007).

    Berikut gambaran perilaku remaja, berkaitan dengan risiko

    TRIAD KRR (Seksualitas, NAPZA, HIV dan AIDS), rendahnya

    pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

    dan median usia kawin pertama perempuan:

    1. Mengenal Diri Orang Tua ........................................... 20

    2. Mengenal Diri Remaja ................................................. 21

    3. Mendengar Aktif ............................................................ 24

    4. Memahami Pesan Kamu dan Pesan Saya .... 26

    5. Menentukan dan Menyikapi Masalah

    Komunikasi Orangtua dengan Remaja ................. 27

    6. Mengenal Dan Menghindari Gaya

    Penghambat Komunikasi ........................................... 30

    Bab IV : Penutup ......................................................................... 35

    Daftar Pustaka ........................................................................... 37

  • 21. Seksualitas

    Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja

    khususnya remaja yang belum menikah, cenderung

    meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian

    yang menunjukkan bahwa remaja perempuan dan remaja

    laki-laki usia 15-24 tahun yang menyatakan pernah

    melakukan hubungan seksual pranikah masing-masing 1%

    pada wanita dan 6% pada pria (SKRRI, 2007). Masih

    berdasarkan sumber data yang sama, menunjukkan

    pengalaman berpacaran remaja di Indonesia cenderung

    semakin berani dan terbuka : 1). Berpegangan tangan, laki-

    laki 69% dan perempuan 68,3%; 2).Berciuman, laki-laki

    41,2% dan perempuan 29,3% dan 3). Meraba/

    merangsang, laki-laki 26,5% dan perempuan 9,1%.

    Perilaku seksual pranikah dikalangan remaja diperkuat

    dengan data dari Depkes Tahun 2009 di 4 kota besar

    (Medan, Jakarta Pusat, Bandung dan Surabaya),

    menunjukkan bahwa 35,9% remaja mempunyai teman

    yang sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah

    dan 6,9% responden telah melakukan hubungan seks

    pranikah.

    Berdasarkan penelitian dari Australian National University

    (ANU) dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas

    Indonesia tahun 2010 di Jakarta, Tangerang dan Bekasi

    (JATABEK) dengan jumlah sampel 3006 responden (usia

  • 3pernikahan disebabkan oleh kehamilan yang tidak

    diinginkan.

    2. Napza

    Berdasarkan data hasil penelitian Badan Narkotika

    Nasional (BNN) bekerjasama dengan Pusat Penelitian

    Kesehatan Universitas Indonesia (Puslitkes UI Tahun 2008)

    menunjukkan bahwa jumlah penyalahguna narkoba pada

    tahun 2008 sebanyak 1,99 % atau sekitar 3,3 juta orang,

    tahun 2010 bertambah menjadi 3,8 juta orang (2,21%), dan

    tahun 2015 bertambah lagi menjadi 5,1 juta orang (2,8%)

    dari penduduk Indonesia berumur 10 59 tahun.

    Selanjutnya data BNN juga menunjukkan bahwa jumlah

    pengguna Napza sampai dengan tahun 2008 adalah

    115.404. Dimana 51.986 dari total pengguna adalah

    mereka yang berusia remaja (usia 16-24 tahun). Mereka

    yang pelajar sekolah berjumlah 5.484 dan mahasiswa

    berjumlah 4.055.

    3. HIV dan AIDS

    Jumlah kasus baru HIV yang dilaporkan periode Januari

    Desember 2011 sebesar 21.031 kasus, sedangkan data

    kasus AIDS yang dilaporkan periode Januari Desember

    2011 sebesar 4.162 kasus. Data tersebut merupakan

    fenomena gunung es artinya data tersebut hanya yang

    dilaporkan saja. Sedangkan untuk kasus HIV dan AIDS

    secara kumulatif sampai dengan Desember 2011, jumlah

    kasus HIV sebesar 76.879 kasus, dan jumlah kasus AIDS

    sebesar 29.879 kasus. Sedangkan persentase kumulatif

    kasus AIDS tertinggi pada kelompok umur 20 29 tahun

    atau sekitar 45.4%. Jika dikaitkan dengan karakteristik AIDS

    yang gejalanya baru muncul setalah 3 10 tahun

    1. Seksualitas

    Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja

    khususnya remaja yang belum menikah, cenderung

    meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian

    yang menunjukkan bahwa remaja perempuan dan remaja

    laki-laki usia 15-24 tahun yang menyatakan pernah

    melakukan hubungan seksual pranikah masing-masing 1%

    pada wanita dan 6% pada pria (SKRRI, 2007). Masih

    berdasarkan sumber data yang sama, menunjukkan

    pengalaman berpacaran remaja di Indonesia cenderung

    semakin berani dan terbuka : 1). Berpegangan tangan, laki-

    laki 69% dan perempuan 68,3%; 2).Berciuman, laki-laki

    41,2% dan perempuan 29,3% dan 3). Meraba/

    merangsang, laki-laki 26,5% dan perempuan 9,1%.

    Perilaku seksual pranikah dikalangan remaja diperkuat

    dengan data dari Depkes Tahun 2009 di 4 kota besar

    (Medan, Jakarta Pusat, Bandung dan Surabaya),

    menunjukkan bahwa 35,9% remaja mempunyai teman

    yang sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah

    dan 6,9% responden telah melakukan hubungan seks

    pranikah.

    Berdasarkan penelitian dari Australian National University

    (ANU) dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas

    Indonesia tahun 2010 di Jakarta, Tangerang dan Bekasi

    (JATABEK) dengan jumlah sampel 3006 responden (usia

  • 4terinfeksi, maka hal ini semakin membuktikan bahwa

    sebagian besar dari mereka yang terkena AIDS telah

    terinfeksi pada usia yang lebih muda.

    Berkaitan dengan berbagai permasalahan remaja di atas,

    maka dilakukan upaya melalui remaja dan keluarganya.

    Pendekatan kepada keluarga didasari oleh hasil Survei RPJMN

    program Kependudukan dan KB Tahun 2011 yang

    menunjukkan beberapa pola pengasuhan orangtua terhadap

    tumbuh kembang remaja dari aspek kejiwaan, mental dan

    spiritual, antara lain: a) orangtua yang menanamkan nilai-nilai

    moral dan agama kepada anak remajanya (79%), b) orangtua

    yang menyediakan waktu berkomunikasi efektif dengan anak

    remajanya (36%), c) orangtua sebagai tempat curahan hati

    bagi anak remajanya (33%), d) orangtua sebagai

    teladan/contoh/panutan bagi anak remajanya (47%).

    Masih berdasarkan hasil survey yang sama, yaitu Survei

    RPJMN Tahun 2011, tentang pengalaman keluarga dalam

    pengasuhan dan tumbuh kembang remaja dari aspek sosial,

    menunjukkan bahwa: a) orangtua yang melibatkan remaja

    dalam pemecahan masalah (15%), b) orangtua yang

    mengikutsertakan remaja dalam kegiatan sosial (41%), c)

    orangtua yang mengkursuskan remaja (24%), d) orangtua

    yang menggali potensi/bakat remaja (23%) dan e) orangtua

    yang menyekolahkan remaja (83%).

    Dari berbagai data menunjukkan bahwa keluarga melalui pola

    asuh orangtua, telah diidentifikasi sebagai pengaruh yang

    sangat penting dalam pembentukan karakter remaja,

    termasuk yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.

    Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua

    dengan remaja, pengawasan orangtua, dan komunikasi

    orangtua dengan remaja. Melalui komunikasi, orangtua

  • 5hendaknya menjadi sumber informasi dan pendidik utama

    tentang kesehatan reproduksi remaja, juga tentang

    perencanaan kehidupan remaja di masa yang akan datang.

    Namun demikian, orangtua sering menghadapi kendala

    dalam berkomunikasi kepada remajanya, begitupun

    sebaliknya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka

    diperlukan buku bacaan sebagai pegangan bagi pengelola,

    kader, dan orang tua, serta remaja.

    B. Tujuan

    Tujuan penulisan buku bacaan ini untuk dijadikan pegangan

    bagi pengelola, kader BKR, dan orang tua yang mempunyai

    remaja dalam rangka menjalin komunikasi yang efektif antara

    orang tua dengan remaja. Selain itu, diharapkan jumlah remaja

    yang berkomunikasi dengan orang tuanya semakin

    meningkat, sehingga dapat mengatasi berbagai permasalahan

    remaja.

    C. Sasaran Pengguna

    Sasaran yang terkait dengan buku ini adalah :

    1. Pengelola Program Generasi Berencana (GenRe)

    2. Pengelola BKR

    3. Kader BKR

    4. Orang tua yang memiliki remaja

    5. Remaja

    6. Masyarakat peduli remaja

    terinfeksi, maka hal ini semakin membuktikan bahwa

    sebagian besar dari mereka yang terkena AIDS telah

    terinfeksi pada usia yang lebih muda.

    Berkaitan dengan berbagai permasalahan remaja di atas,

    maka dilakukan upaya melalui remaja dan keluarganya.

    Pendekatan kepada keluarga didasari oleh hasil Survei RPJMN

    program Kependudukan dan KB Tahun 2011 yang

    menunjukkan beberapa pola pengasuhan orangtua terhadap

    tumbuh kembang remaja dari aspek kejiwaan, mental dan

    spiritual, antara lain: a) orangtua yang menanamkan nilai-nilai

    moral dan agama kepada anak remajanya (79%), b) orangtua

    yang menyediakan waktu berkomunikasi efektif dengan anak

    remajanya (36%), c) orangtua sebagai tempat curahan hati

    bagi anak remajanya (33%), d) orangtua sebagai

    teladan/contoh/panutan bagi anak remajanya (47%).

    Masih berdasarkan hasil survey yang sama, yaitu Survei

    RPJMN Tahun 2011, tentang pengalaman keluarga dalam

    pengasuhan dan tumbuh kembang remaja dari aspek sosial,

    menunjukkan bahwa: a) orangtua yang melibatkan remaja

    dalam pemecahan masalah (15%), b) orangtua yang

    mengikutsertakan remaja dalam kegiatan sosial (41%), c)

    orangtua yang mengkursuskan remaja (24%), d) orangtua

    yang menggali potensi/bakat remaja (23%) dan e) orangtua

    yang menyekolahkan remaja (83%).

    Dari berbagai data menunjukkan bahwa keluarga melalui pola

    asuh orangtua, telah diidentifikasi sebagai pengaruh yang

    sangat penting dalam pembentukan karakter remaja,

    termasuk yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.

    Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua

    dengan remaja, pengawasan orangtua, dan komunikasi

    orangtua dengan remaja. Melalui komunikasi, orangtua

  • 6D. Ruang lingkup

    Ruang lingkup buku ini terdiri dari teori komunikasi,

    komunikasi efektif orangtua dengan remaja, dan keterampilan

    komunikasi orang tua dengan remaja.

    E. Batasan dan pengertian

    1. Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari

    ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan

    perkawinan yang sah untuk dapat membentuk sebuah

    keluarga.

    2. Remaja adalah orang muda (young people) yaitu

    penduduk usia 1024 tahun (UNFPA dan WHO). Remaja

    sebagai sasaran program GenRe adalah penduduk usia 10-

    24 tahun yang belum menikah.

    3. Komunikasi adalah suatu proses pertukaran dan

    penyampaian informasi, sikap, pikiran atau perasaan

    melalui bahasa, pembicaraan, pendengaran, gerak tubuh

    atau ungkapan emosi.

    4. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu

    menghasilkan perubahan sikap pada orang lain yang bisa

    terlihat pada proses komunikasi.

    5. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang

    terdiri dari suami dan istri, atau suami istri dan anaknya

    atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.

    6. Keluarga remaja adalah keluarga yang memiliki anak

    remaja usia 10-24 tahun, dan belum menikah

    7. Program GenRe adalah suatu program yang

    dikembangkan dalam rangka penyiapan kehidupan

  • 7berkeluarga bagi remaja/mahasiswa yang diarahkan untuk

    mencapai Tegar Remaja/Mahasiswa agar menjadi Tegar

    Keluarga demi terwujudnya keluarga kecil, bahagia dan

    sejahtera.

    8. Pengelola Program GenRe adalah pejabat struktural dan

    fungsional mulai dari Tingkat Pusat yaitu Deputi KSPK,

    Direktur Bina Ketahanan Remaja; Tingkat Provinsi yaitu

    Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi, Kabid KSPK, Kasubbid

    Bina Ketahanan Remaja; Tingkat Kabupaten dan Kota yaitu

    Kepala SKPD KB, Eselon III dan Eselon IV yang menangani

    program Keluarga Berencana/Keluarga Sejahtera; Tingkat

    Kecamatan yaitu KUPTD/PPLKB/Koordinator Lapangan

    PLKB/PKB; serta pada tingkat desa dan kelurahan yaitu

    PLKB/PKB yang secara fungsional bertanggungjawab

    terhadap pengelolaan program GenRe yaitu pengelolaan

    Bina Keluarga Remaja (BKR) dan pengelolaan PIK R/M.

    9. Bina Keluarga Remaja (BKR) adalah wadah kegiatan yang

    beranggotakan keluarga yang mempunyai remaja usia 10

    24 tahun. BKR bertujuan untuk meningkatkan

    pengetahuan dan keterampilan orangtua dan anggota

    keluarga lainnya baik dalam pengasuhan dan pembinaan

    tumbuh kembang remaja maupun dalam rangka

    meningkatkan kesertaan, pembinaan, dan kemandirian

    ber KB bagi anggota kelompok.

    10. Pengelola BKR adalah orang atau lembaga yang menaruh

    minat dan melaksanakan rangkaian kegiatan Bina Keluarga

    Remaja, mulai dari perencanaan, pengorganisasian,

    pelaksanaan, sampai dengan pemantauan dan penilaian

    program.

    D. Ruang lingkup

    Ruang lingkup buku ini terdiri dari teori komunikasi,

    komunikasi efektif orangtua dengan remaja, dan keterampilan

    komunikasi orang tua dengan remaja.

    E. Batasan dan pengertian

    1. Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari

    ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan

    perkawinan yang sah untuk dapat membentuk sebuah

    keluarga.

    2. Remaja adalah orang muda (young people) yaitu

    penduduk usia 1024 tahun (UNFPA dan WHO). Remaja

    sebagai sasaran program GenRe adalah penduduk usia 10-

    24 tahun yang belum menikah.

    3. Komunikasi adalah suatu proses pertukaran dan

    penyampaian informasi, sikap, pikiran atau perasaan

    melalui bahasa, pembicaraan, pendengaran, gerak tubuh

    atau ungkapan emosi.

    4. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu

    menghasilkan perubahan sikap pada orang lain yang bisa

    terlihat pada proses komunikasi.

    5. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang

    terdiri dari suami dan istri, atau suami istri dan anaknya

    atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.

    6. Keluarga remaja adalah keluarga yang memiliki anak

    remaja usia 10-24 tahun, dan belum menikah

    7. Program GenRe adalah suatu program yang

    dikembangkan dalam rangka penyiapan kehidupan

  • 811. Kader BKR adalah anggota masyarakat yang melaksanakan

    kegiatan Bina Keluarga Remaja secara sukarela, dalam

    membina dan memberikan penyuluhan kepada orangtua

    tentang cara mengasuh dan membina anak remajanya

    dengan baik dan benar

    12. Triad KRR adalah tiga risiko yang dihadapi oleh

    remaja/mahasiswa, yaitu risiko-risiko yang berkaitan

    dengan Seksualitas, Napza, HIV dan AIDS

    13. Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut hidup

    manusia sebagai mahluk seksual, yaitu emosi, perasaan,

    kepribadian, sikap yang berkaitan dengan perilaku seksual,

    hubungan seksual dan orientasi seksual.

    14. HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu

    virus yang melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia

    15. AIDS singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome,

    yaitu sekumpulan gejala yang timbul akibat melemahnya

    sistem kekebalan tubuh, karena terinfeksi virus HIV.

    16. NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol,

    Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya, yaitu zat-zat kimiawi

    yang dimasukkan kedalam tubuh manusia baik secara oral

    (melalui mulut), dihirup (melalui hidung) atau disuntik

    yang menimbulkan efek tertentu terhadap fisik, mental

    dan ketergantungan

  • 9BAB II

    KOMUNIKASI EFEKTIF

    A. Pengertian Komunikasi

    Komunikasi adalah suatu proses pertukaran dan

    penyampaian informasi, sikap, pikiran atau perasaan melalui

    bahasa, pembicaraan, pendengaran, gerak tubuh atau

    ungkapan emosi.

    Komunikasi orangtua dengan remaja merupakan salah satu

    bentuk komunikasi interpersonal. Dalam komunikasi

    interpersonal, pembicaraan antar kedua belah pihak

    berlangsung akrab, berusaha saling memahami dan terjadi

    tanya jawab, sehingga terdapat saling pengertian. Dalam hal

    ini masing-masing pihak saling memberikan umpan balik,

    dengan terbuka, jujur, tidak berprasangka dan saling

    mendukung, demi tercapainya efektivitas komunikasi.

    Komunikasi dikatakan efektif jika dapat memberikan

    informasi, mendidik, menginstruksikan, mengajak dan

    menghibur audience termasuk remaja.

    1. Memberikan informasi adalah menyampaikan atau

    menyebarluaskan pesan (informasi) kepada orang lain.

    2. Mendidik adalah pesan (informasi) yang disampaikan

    bersifat mendidik, sehingga dapat menambah

    pengetahuan tentang informasi yang disampaikan.

    11. Kader BKR adalah anggota masyarakat yang melaksanakan

    kegiatan Bina Keluarga Remaja secara sukarela, dalam

    membina dan memberikan penyuluhan kepada orangtua

    tentang cara mengasuh dan membina anak remajanya

    dengan baik dan benar

    12. Triad KRR adalah tiga risiko yang dihadapi oleh

    remaja/mahasiswa, yaitu risiko-risiko yang berkaitan

    dengan Seksualitas, Napza, HIV dan AIDS

    13. Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut hidup

    manusia sebagai mahluk seksual, yaitu emosi, perasaan,

    kepribadian, sikap yang berkaitan dengan perilaku seksual,

    hubungan seksual dan orientasi seksual.

    14. HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu

    virus yang melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia

    15. AIDS singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome,

    yaitu sekumpulan gejala yang timbul akibat melemahnya

    sistem kekebalan tubuh, karena terinfeksi virus HIV.

    16. NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol,

    Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya, yaitu zat-zat kimiawi

    yang dimasukkan kedalam tubuh manusia baik secara oral

    (melalui mulut), dihirup (melalui hidung) atau disuntik

    yang menimbulkan efek tertentu terhadap fisik, mental

    dan ketergantungan

  • 10

    3. Menginstruksikan artinya memberikan instruksi

    (mewajibkan atau melarang) penerima untuk melakukan

    atau tidak melakukan suatu tindakan yang diperintahkan.

    4. Mengajak (persuasif) adalah pesan yang disampaikan

    dapat menimbulkan efek pada komunikan, sehingga

    dapat mempengaruhi (mengubah) pendapat, sikap dan

    perilaku orang yang diajak berkomunikasi.

    5. Menghibur artinya mengirimkan pesan-pesan yang

    mengandung hiburan kepada penerimanya, sehingga

    dapat menimbulkan perasaan senang kepada komunikan.

    Berdasarkan beberapa definisi komunikasi, maka dapat

    disimpulkan komunikasi orangtua remaja didefinisikan

    sebagai informasi atau pesan tentang seksualitas yang

    disampaikan oleh komunikator (orangtua) kepada komunikan

    (remaja). Komunikasi orangtua - remaja juga harus mencakup

    penyampaian nilai, standar dan sikap orangtua mengenai isu

    tersebut.

    B. Tujuan Komunikasi

    Tujuan dilakukannya komunikasi efektif orangtua dengan

    remaja, antara lain:

    1. Membangun hubungan yang harmonis dengan remaja

    2. Membentuk suasana keterbukaan

    3. Membuat orangtua mau mendengar remaja saat mereka

    berbicara

    4. Membuat remaja mau bicara pada saat mereka

    menghadapi masalah

  • 11

    5. Membuat remaja mau menghormati orangtua atau

    orang dewasa saat mereka berbicara

    6. Membantu remaja menyelesaikan masalahnya

    C. Manfaat Komunikasi

    Komunikasi memiliki beberapa manfaat, antara lain:

    1. Meningkatkan pengetahuan, wawasan dan kewaspadaan

    seseorang terhadap isu tertentu, sehingga bijak dalam

    mengupayakan solusinya;

    2. Mempengaruhi persepsi, keyakinan dan sikap seseorang;

    3. Mempengaruhi seseorang untuk cepat bertindak

    4. Menyangkal mitos-mitos dan persepsi yang salah di

    masyarakat tentang isu tertentu.

    D. Unsur Komunikasi

    Dalam komunikasi efektif antara kelompok satu dengan

    kelompok lain atau seseorang dengan orang lain, diperlukan

    keterlibatan beberapa unsur komunikasi, yaitu komunikator,

    komunikan, pesan dan saluran.

    1. Komunikator adalah orang atau sumber yang

    menyampaikan atau mengeluarkan rangsangan dalam

    bentuk informasi atau pesan kepada orang atau pihak lain.

    Diharapkan orang atau pihak lain tersebut memberikan

    tanggapan atau jawaban. Beberapa faktor yang

    hendaknya dimiliki oleh komunikator yang mempengaruhi

    penerimaan pesan oleh komunikan antara lain :

    3. Menginstruksikan artinya memberikan instruksi

    (mewajibkan atau melarang) penerima untuk melakukan

    atau tidak melakukan suatu tindakan yang diperintahkan.

    4. Mengajak (persuasif) adalah pesan yang disampaikan

    dapat menimbulkan efek pada komunikan, sehingga

    dapat mempengaruhi (mengubah) pendapat, sikap dan

    perilaku orang yang diajak berkomunikasi.

    5. Menghibur artinya mengirimkan pesan-pesan yang

    mengandung hiburan kepada penerimanya, sehingga

    dapat menimbulkan perasaan senang kepada komunikan.

    Berdasarkan beberapa definisi komunikasi, maka dapat

    disimpulkan komunikasi orangtua remaja didefinisikan

    sebagai informasi atau pesan tentang seksualitas yang

    disampaikan oleh komunikator (orangtua) kepada komunikan

    (remaja). Komunikasi orangtua - remaja juga harus mencakup

    penyampaian nilai, standar dan sikap orangtua mengenai isu

    tersebut.

    B. Tujuan Komunikasi

    Tujuan dilakukannya komunikasi efektif orangtua dengan

    remaja, antara lain:

    1. Membangun hubungan yang harmonis dengan remaja

    2. Membentuk suasana keterbukaan

    3. Membuat orangtua mau mendengar remaja saat mereka

    berbicara

    4. Membuat remaja mau bicara pada saat mereka

    menghadapi masalah

  • 12

    a. Dapat dipercaya. Semakin dipercaya pemberi pesan,

    maka semakin besar tingkat kepercayaan penerima.

    b. Menarik. Komunikator yang menarik dapat lebih

    dipercaya untuk mempengaruhi seseorang

    dibandingkan komunikator yang kurang menarik.

    c. Kekuasaan. Semakin besar kekuasaan komunikator,

    semakin besar tingkat kepercayaan komunikan

    terhadap pesan yang disampaikan.

    2. Komunikan adalah pihak yang menerima dan memberikan

    respon terhadap rangsangan dari komunikator, tanggapan

    dapat bersifat pasif, yaitu memahami maksud yang

    disampaikan oleh komunikan atau tanggapan aktif, yaitu

    berupa ungkapan lisan, tulisan atau berupa simbol.

    Terdapat beberapa faktor komunikan yang harus

    diperhatikan, antara lain:

    a. Demografi, antara lain: umur, jenis kelamin, ras dan

    karakteristik audience termasuk remaja.

    b. Faktor psikologis, antara lain: pengetahuan, keyakinan,

    sikap, kemampuan, keterampilan dan harapan

    audience termasuk remaja.

    3. Pesan adalah rangsangan yang dikeluarkan oleh

    komunikator kepada komunikan. Isi pesan atau informasi

    diharapkan dapat dimengerti oleh komunikan dan

    ditanggapi secara pasif ataupun aktif. Terdapat beberapa

    hal yang perlu diperhatikan dalam membuat pesan antara

    lain:

    a. Tipe pesan. Tipe pesan dapat berbentuk humoris,

    berdasarkan fakta, emosional atau perintah sehingga

  • 13

    dapat menimbulkan perhatian. Setiap tipe pesan

    tergantung dari situasi dan audience termasuk remaja.

    b. Isi pesan. Sangat penting untuk memperhatikan apa

    yang termasuk dan tidak termasuk dalam pesan. Selain

    itu, tata urut pesan juga harus diperhatikan, karena

    tata urut yang baik, dapat mempengaruhi logika dan

    emosi audience, termasuk remaja, sehingga akan

    membentuk kesan pada pesan yang disampaikan.

    c. Kesesuaian. Pesan dapat dikembangkan menjadi lebih

    sederhana agar sesuai dengan latar belakang

    komunikan, sehingga dapat cepat menimbulkan

    pemahaman.

    4. Saluran (media) dapat berupa komunikasi antar pribadi

    dan komunikasi massa. Komunikasi antar pribadi adalah

    komunikasi langsung, tatap muka antara satu orang

    dengan orang lain baik perorangan maupun kelompok.

    Komunikasi interpersonal, misalnya komunikasi antara

    konselor dengan klien, dokter dengan pasien, orangtua

    dengan remaja. Komunikasi massa, misalnya TV, radio,

    koran, spanduk.

    E. Hambatan Komunikasi

    Beberapa hal yang sering dilakukan orangtua ketika

    berkomunikasi dengan remaja, sehingga menghambat

    keberhasilan komunikasi orangtua dengan remaja, antara lain:

    1. Lebih banyak berbicara daripada mendengar

    2. Merasa tahu lebih banyak

    3. Cenderung memberi arahan dan nasihat

    a. Dapat dipercaya. Semakin dipercaya pemberi pesan,

    maka semakin besar tingkat kepercayaan penerima.

    b. Menarik. Komunikator yang menarik dapat lebih

    dipercaya untuk mempengaruhi seseorang

    dibandingkan komunikator yang kurang menarik.

    c. Kekuasaan. Semakin besar kekuasaan komunikator,

    semakin besar tingkat kepercayaan komunikan

    terhadap pesan yang disampaikan.

    2. Komunikan adalah pihak yang menerima dan memberikan

    respon terhadap rangsangan dari komunikator, tanggapan

    dapat bersifat pasif, yaitu memahami maksud yang

    disampaikan oleh komunikan atau tanggapan aktif, yaitu

    berupa ungkapan lisan, tulisan atau berupa simbol.

    Terdapat beberapa faktor komunikan yang harus

    diperhatikan, antara lain:

    a. Demografi, antara lain: umur, jenis kelamin, ras dan

    karakteristik audience termasuk remaja.

    b. Faktor psikologis, antara lain: pengetahuan, keyakinan,

    sikap, kemampuan, keterampilan dan harapan

    audience termasuk remaja.

    3. Pesan adalah rangsangan yang dikeluarkan oleh

    komunikator kepada komunikan. Isi pesan atau informasi

    diharapkan dapat dimengerti oleh komunikan dan

    ditanggapi secara pasif ataupun aktif. Terdapat beberapa

    hal yang perlu diperhatikan dalam membuat pesan antara

    lain:

    a. Tipe pesan. Tipe pesan dapat berbentuk humoris,

    berdasarkan fakta, emosional atau perintah sehingga

  • 14

    4. Tidak berusaha untuk mendengar terlebih dahulu apa

    yang sebenarnya terjadi dan yang dialami oleh remaja

    5. Tidak memberi kesempatan pada remaja untuk

    mengemukakan pendapat

    6. Tidak mencoba menerima kenyataan yang dialami

    remaja dan memahaminya

    7. Merasa putus asa dan marah karena tidak tahu harus

    bersikap atau bertindak bagaimana kepada remajanya

    F. Aspek-Aspek Komunikasi

    Dalam komunikasi interpersonal, terdapat beberapa aspek

    yang harus diperhatikan oleh komunikator agar komunikasi

    menjadi efektif, antara lain:

    1. Keterbukaan. Pengertian keterbukaan adalah adanya

    keinginan untuk membuka diri dengan orang lain untuk

    berinterkasi dan keinginan untuk memberikan tanggapan

    sejujurnya terhadap rangsangan yang diterima. Dalam

    keterbukaan, memerlukan adanya pengakuan dan sikap

    bertanggung jawab terhadap segala pikiran dan perasaan

    yang telah diungkapnya.

    2. Empati. Adanya usaha masing-masing pihak untuk

    merasakan apa yang sedang dirasakan oleh orang lain,

    dalam upaya untuk memahami orang lain. Berempati juga

    membutuhkan kepekaan agar dapat merasakan perasaan

    orang lain ketika komunikasi berlangsung. Adapun

    langkah-langkah untuk mengembangkan empati, antara

    lain:

  • 15

    a. Lebih banyak memahami keinginan, pengalaman,

    kemampuan dan kecemasan yang dirasakan orang

    lain.

    b. Menghindari penilaian baik-buruk atau benar-salah

    terhadap perilaku atau sikap orang lain.

    c. Mencoba untuk melihat masalah dari cara pandang

    (persepsi) orang lain.

    3. Dukungan. Dukungan dapat berupa ungkapan verbal dan

    non verbal. Ungkapan verbal, seperti gerakan

    menganggukkan kepala, mengedipkan mata, tersenyum

    atau tepukan tangan. Ungkapan non verbal, seperti

    memahami dan berpikir secara terbuka (mampu menerima

    pandangan orang lain).

    4. Kepositifan. Dapat dilakukan dengan memberikan sikap

    positif dan menghargai orang lain, sehingga seseorang

    mampu menghargai dirinya sendiri secara positif.

    5. Kesamaan. Adanya kesamaan pengalaman dan kesamaan

    dalam percakapan antara para pelaku komunikasi.

    Tujuannya agar mencegah terjadinya kesalahpahaman

    atau konflik.

    4. Tidak berusaha untuk mendengar terlebih dahulu apa

    yang sebenarnya terjadi dan yang dialami oleh remaja

    5. Tidak memberi kesempatan pada remaja untuk

    mengemukakan pendapat

    6. Tidak mencoba menerima kenyataan yang dialami

    remaja dan memahaminya

    7. Merasa putus asa dan marah karena tidak tahu harus

    bersikap atau bertindak bagaimana kepada remajanya

    F. Aspek-Aspek Komunikasi

    Dalam komunikasi interpersonal, terdapat beberapa aspek

    yang harus diperhatikan oleh komunikator agar komunikasi

    menjadi efektif, antara lain:

    1. Keterbukaan. Pengertian keterbukaan adalah adanya

    keinginan untuk membuka diri dengan orang lain untuk

    berinterkasi dan keinginan untuk memberikan tanggapan

    sejujurnya terhadap rangsangan yang diterima. Dalam

    keterbukaan, memerlukan adanya pengakuan dan sikap

    bertanggung jawab terhadap segala pikiran dan perasaan

    yang telah diungkapnya.

    2. Empati. Adanya usaha masing-masing pihak untuk

    merasakan apa yang sedang dirasakan oleh orang lain,

    dalam upaya untuk memahami orang lain. Berempati juga

    membutuhkan kepekaan agar dapat merasakan perasaan

    orang lain ketika komunikasi berlangsung. Adapun

    langkah-langkah untuk mengembangkan empati, antara

    lain:

  • 16

  • 17

    BAB III

    KOMUNIKASI EFEKTIF ORANG TUA

    DENGAN REMAJA

    A. Gaya Berkomunikasi Orangtua dengan Remajanya

    Pada fase remaja, mereka tidak cocok diajak berkomunikasi

    dengan gaya orang tua yang memerintah dan mengatur,

    karena mereka akan memandang orang tua sebagai sosok

    yang mengancam dan tidak mampu mengerti diri remaja.

    Untuk berkomunikasi dengan remaja, lebih cocok dengan

    gaya komunikasi layaknya seorang teman. Orang tua dapat

    mengajak anak berkomunikasi dengan santai, tidak

    memberikan penilaian, serta tidak terkesan menggurui.

    Dengan gaya komunikasi seperti ini membuat remaja merasa

    lebih aman dan nyaman dalam mendengarkan orang tua,

    karena orang tua dianggap mampu mengerti posisi serta

    keinginan diri remaja.

    Berdasarkan hasil penelitian Nuranti, 2009 kepada beberapa

    orangtua dan remaja di Yogyakarata, menunjukkan sebagian

    besar orangtua tidak mendiskusikan secara langsung

    mengenai hubungan seksual, melainkan lebih pada fungsi

    dan proses organ reproduksi, seperti menstruasi dan mimpi

    basah. Orangtua memberikan keterampilan tentang cara

    menjaga kebersihan organ reproduksi, terutama pada saat

    remaja putri sedang menstruasi. Selain itu, orangtua

    menyampaikan nilai-nilai agama dan budaya yang harus

    dipatuhi remaja setelah memasuki akhil balig. Dari sisi nilai

    agama, misalnya bagi remaja muslim harus menjalankan

    shalat 5 waktu dan cara mandi besar setelah menstruasi atau

  • 18

    mimpi basah. Dari sisi budaya, jika remaja sudah memasuki

    akhil balig diadakan syukuran dengan memasak beras merah

    dan beras putih sebagai tanda memasuki usia balig. Selain itu

    juga beberapa larangan dan anjuran bagi remaja yang sudah

    memasuki akhil balig, seperti tidak berduaan dengan lawan

    jenis di tempat sepi dan menjaga tubuhnya dari sentuhan

    oleh lawan jenis (terutama bagi remaja putri) (Nuranti, 2009).

    B. Gaya Berkomunikasi Remaja dengan Orangtuanya

    Remaja saat ini lebih nyaman berkomunikasi dengan teman

    atau sebayanya melalui jejaring sosial (misalnya facebook dan

    twitter). Tidak dapat dipungkiri bahwa bergaul jejaring sosial

    adalah hal yang sangat menyenangkan. Hanya dengan

    berbekal akun, masyarakat pengguna situs jejaring sosial

    dapat menerima dan bertukar informasi dengan siapapun

    dari seluruh penjuru dunia.

    Berdasarkan pengalaman seorang ibu, yang menceritakan

    pengalaman dengan anak remajanya, sebagai berikut : Akhir-

    akhir ini komunikasi seorang ibu dengan anak sulungnya bisa

    dibilang sedang bermasalah. Si sulung, sebut saja Arin (berusia

    17 tahun) lebih suka menyendiri di kamar. Pulang sekolah dia

    melongok ibunya sebentar untuk sekedar cium tangan terus

    langsung masuk ke kamar. Tidak ada acara ngobrol atau

    curhat-curhat dengan sang ibu. Padahal sebelumnya Arin selalu

    lengket dengan ibunya. Kalau ada masalah di sekolah, teman

    atau apapun Arin selalu cerita. Cerita-cerita gokil juga sering

    terlontar dari bibir Arin. Pokoknya Arin ini adalah pribadi yang

    ceria.

  • 19

    Melihat perubahan anaknya secara tiba-tiba membuat sang ibu

    khawatir. Ibu sudah mencoba berulang kali untuk mendekati

    Arin. Mengajaknya bicara, tapi Arin tidak memberikan respon.

    Setiap kali ditanya apa ada masalah di sekolah? Arin hanya

    menggelengkan kepalanya. Sebagai alternatif lain saya lalu

    membuka facebook dan segera meluncur ke dindingnya Arin.

    Sejenak saya amati aktifitasnya, dari ungkapan-ungkapan yang

    tertera pada beberapa statusnya saya bisa menangkap kalau

    Arin sedang bermasalah. Apalagi kalau bukan soal cinta.

    Namanya juga remaja. Dimana masa-masa itu seorang anak

    sedang mengalami masa transisi dan lagi seneng coba-coba.

    Yah lumrahlah kalau sekarang ini Arin juga pada taraf itu.

    Ada beberapa kalimat yang menyinggung tentang

    kekecewaannya terhadap ibunya. Seperti Ahk ibu payah! Gag

    boleh ngeliat anaknya seneng dikit.. Ada juga ungkapan seperti

    ini; Capek backstreet mulu. Kapan ya aku bisa seperti mereka.

    Pacaran gag pake ngumpet-ngumpet. Oh ini toh gerangan

    yang telah membuat hubungan antara ibu dan anak ini menjadi

    renggang. Hemm.. Nampaknya ada sesuatu yang musti

    dibenahin nih!

    Dari jejaring sosial tersebut, sebenarnya orang tua bisa

    memantau kegiatan anak remajanya. Bukan tidak mungkin

    jika seorang anak yang terlihat biasa-biasa saja ternyata

    sedang memendam satu permasalahan dan mereka akan

    cenderung lari ke jejaring sosialnya untuk bercurhat, bukan

    kepada orang tuanya.

    C. Keterampilan Komunikasi Orang Tua dengan Remaja

    Terdapat beberapa keterampilan komunikasi yang perlu

    dikembangkan oleh orangtua dengan remaja, antara lain :

    mimpi basah. Dari sisi budaya, jika remaja sudah memasuki

    akhil balig diadakan syukuran dengan memasak beras merah

    dan beras putih sebagai tanda memasuki usia balig. Selain itu

    juga beberapa larangan dan anjuran bagi remaja yang sudah

    memasuki akhil balig, seperti tidak berduaan dengan lawan

    jenis di tempat sepi dan menjaga tubuhnya dari sentuhan

    oleh lawan jenis (terutama bagi remaja putri) (Nuranti, 2009).

    B. Gaya Berkomunikasi Remaja dengan Orangtuanya

    Remaja saat ini lebih nyaman berkomunikasi dengan teman

    atau sebayanya melalui jejaring sosial (misalnya facebook dan

    twitter). Tidak dapat dipungkiri bahwa bergaul jejaring sosial

    adalah hal yang sangat menyenangkan. Hanya dengan

    berbekal akun, masyarakat pengguna situs jejaring sosial

    dapat menerima dan bertukar informasi dengan siapapun

    dari seluruh penjuru dunia.

    Berdasarkan pengalaman seorang ibu, yang menceritakan

    pengalaman dengan anak remajanya, sebagai berikut : Akhir-

    akhir ini komunikasi seorang ibu dengan anak sulungnya bisa

    dibilang sedang bermasalah. Si sulung, sebut saja Arin (berusia

    17 tahun) lebih suka menyendiri di kamar. Pulang sekolah dia

    melongok ibunya sebentar untuk sekedar cium tangan terus

    langsung masuk ke kamar. Tidak ada acara ngobrol atau

    curhat-curhat dengan sang ibu. Padahal sebelumnya Arin selalu

    lengket dengan ibunya. Kalau ada masalah di sekolah, teman

    atau apapun Arin selalu cerita. Cerita-cerita gokil juga sering

    terlontar dari bibir Arin. Pokoknya Arin ini adalah pribadi yang

    ceria.

  • 20

    1. Mengenal diri orang tua

    Dalam berkomunikasi terutama dengan remaja penting

    bagi orang tua harus mengenal:

    a. Kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya

    b. Kelemahan atau kekurangan yang dirasa

    mengganggu

    c. Cara memanfaatkan kelebihan dan mengatasi

    kekurangan diri

    Dengan pengenalan diri, orang tua bisa menerima diri

    apa adanya, sehingga tahu apa yang harus dirubah.

    Selain itu sebagai orang tua akan lebih percaya diri dan

    mudah menerima remajanya dengan segala kekurangan

    dan kelebihannya.

    Ada beberapa cara agar orang tua dapat mengenal diri

    mereka sendiri yaitu melalui:

    1) Menghargai diri sendiri

    Biasakan tidak membandingkan diri dengan orang

    lain, karena setiap orang itu unik. Kita dan orang lain

    pasti memiliki perbedaan.

    2) Menghargai upaya yang sudah kita lakukan

    Walaupun mungkin belum berhasil, tetapi tetap

    berusaha menghargai niat dan upaya yang telah kita

    lakukan.

    3) Menentukan tujuan hidup kita

    Sebagai orang tua tentukan tujuan dalam mendidik

    anak, ingin menjadi ibu yang menjadi panutan bagi

  • 21

    anak-anaknya atau ingin menjadi ayah yang sukses

    dalam mendidik anak.

    4) Berpikir positif terhadap diri sendiri dan orang lain

    Memandang dirinya maupun remaja dari sisi yang

    positif

    5) Mengembangkan minat dan kemampuan diri

    Bersedia menghabiskan waktu dan tenaga untuk

    belajar dan melakukan tugas sampai tujuan tercapai

    6) Mengendalikan perasaan

    Tidak mudah marah, menghadapi kesedihan secara

    wajar tidak berlebihan. Tidak mudah terpengaruh

    keadaan sesaat, dan bisa menerima penjelasan

    remaja dengan tenang.

    2. Mengenal Diri Remaja

    Penting bagi orang tua memahami perasaan remaja.

    Banyak terjadi masalah dalam berkomunikasi dengan

    remaja, yang disebabkan karena orang tua kurang dapat

    memahami perasaan remaja yang diajak bicara. Agar

    komunikasi dapat lebih efektif, orang tua perlu

    meningkatkan kemampuannya dan mencoba memahami

    perasaan remaja sebagai lawan bicara.

    Pada dasarnya kebutuhan manusia yang paling dalam

    adalah keinginan agar perasaannya dimengerti,

    didengar, dihargai, dan dirinya dapat diterima oleh orang

    lain. Dengan bersedia menerima perasaan remaja,

    menunjukkan bahwa kita menghargai remaja dan hal

    tersebut membuat mereka merasa berharga. Mereka

    akan belajar bahwa bukan hanya perasaan mereka saja

    1. Mengenal diri orang tua

    Dalam berkomunikasi terutama dengan remaja penting

    bagi orang tua harus mengenal:

    a. Kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya

    b. Kelemahan atau kekurangan yang dirasa

    mengganggu

    c. Cara memanfaatkan kelebihan dan mengatasi

    kekurangan diri

    Dengan pengenalan diri, orang tua bisa menerima diri

    apa adanya, sehingga tahu apa yang harus dirubah.

    Selain itu sebagai orang tua akan lebih percaya diri dan

    mudah menerima remajanya dengan segala kekurangan

    dan kelebihannya.

    Ada beberapa cara agar orang tua dapat mengenal diri

    mereka sendiri yaitu melalui:

    1) Menghargai diri sendiri

    Biasakan tidak membandingkan diri dengan orang

    lain, karena setiap orang itu unik. Kita dan orang lain

    pasti memiliki perbedaan.

    2) Menghargai upaya yang sudah kita lakukan

    Walaupun mungkin belum berhasil, tetapi tetap

    berusaha menghargai niat dan upaya yang telah kita

    lakukan.

    3) Menentukan tujuan hidup kita

    Sebagai orang tua tentukan tujuan dalam mendidik

    anak, ingin menjadi ibu yang menjadi panutan bagi

  • 22

    yang penting, tetapi juga perasaan orang lain sama

    pentingnya.

    a. Perasaan yang sering dialami remaja

    Dua perasaan yang sering dialami remaja adalah :

    1) Perasaan negatif. Perasaan ini antara lain berupa

    perasaan marah, kesal, bosan, bingung, kecewa,

    frustasi, merasa tidak diperhatikan, kaget, ragu-

    ragu, tidak nyaman, merasa tidak dicintai, dan

    sebagainya.

    Contoh : Udah deh, kapok aku. Aku nggak

    mau sekolah lagi. Aku benci sekolah

    2) Perasaan positif, antara lain berupa perasaan

    berani, puas, yakin pada kemampuan diri,

    senang, berminat, bangga, hebat, dan

    sebagainya.

    Contoh : Bu, aku nggak kepilih jadi tim

    volley di sekolahku. Ternyata banyak temanku

    yang mainnya lebih baik dari aku ..

    Perasaan memegang peranan yang sangat penting

    dalam berkomunikasi. Seseorang yang sedang

    dalam perasaan senang akan mudah

    berkomunikasi atau menyampaikan pikiran,

    pendapat, bahkan perasaan hatinya.

    b. Cara memahami perasaan remaja

    Untuk memahami perasaan remaja, orang tua harus

    menerima terlebih dahulu perasaan dan ungkapan

    remaja, terutama ketika ia sedang mengalami

    masalah. Ini sangat penting agar mereka merasa

  • 23

    nyaman dan mau melanjutkan pembicaraan dengan

    lawan bicara. Banyak perasaan yang dialami orang

    termasuk remaja tidak akan muncul dalam ungkapan

    atau kata-kata namun muncul dalam bahasa tubuh

    seperti tersenyum, menangis, gugup dan lain

    sebagainya.

    Melalui bahasa tubuh dapat menunjukkan

    bagaimana perasaan yang sebenarnya. Bahasa tubuh

    mempunyai pengaruh yang luar biasa dalam segala

    bentuk komunikasi dan umumnya terjadi tanpa kita

    sadari. Ungkapan wajah dan mata, gerakan anggota

    badan dan tubuh, posisi tubuh remaja, bisa memberi

    isyarat yang banyak kepada orang tua agar

    memahami perasaan remaja. Demikian pula nada

    dan tempo suara. Oleh karena itu penting bagi setiap

    orang untuk mengenal bahasa tubuh.

    Contoh bahasa tubuh:

    Bahasa tubuh: Menangis

    Makna yang disampaikan: Sedih, putus asa,

    marah, kesal, frustasi, atau terharu dan bahagia

    Bahasa tubuh: Senyum

    Makna yang disampaikan: Senang atau gembira

    Bahasa tubuh: Menghentakan kaki

    Makna yang disampaikan: Kesal atau marah

    Bahasa tubuh: gugup

    Makna yang disampaikan: Takut, malu atau ragu

    yang penting, tetapi juga perasaan orang lain sama

    pentingnya.

    a. Perasaan yang sering dialami remaja

    Dua perasaan yang sering dialami remaja adalah :

    1) Perasaan negatif. Perasaan ini antara lain berupa

    perasaan marah, kesal, bosan, bingung, kecewa,

    frustasi, merasa tidak diperhatikan, kaget, ragu-

    ragu, tidak nyaman, merasa tidak dicintai, dan

    sebagainya.

    Contoh : Udah deh, kapok aku. Aku nggak

    mau sekolah lagi. Aku benci sekolah

    2) Perasaan positif, antara lain berupa perasaan

    berani, puas, yakin pada kemampuan diri,

    senang, berminat, bangga, hebat, dan

    sebagainya.

    Contoh : Bu, aku nggak kepilih jadi tim

    volley di sekolahku. Ternyata banyak temanku

    yang mainnya lebih baik dari aku ..

    Perasaan memegang peranan yang sangat penting

    dalam berkomunikasi. Seseorang yang sedang

    dalam perasaan senang akan mudah

    berkomunikasi atau menyampaikan pikiran,

    pendapat, bahkan perasaan hatinya.

    b. Cara memahami perasaan remaja

    Untuk memahami perasaan remaja, orang tua harus

    menerima terlebih dahulu perasaan dan ungkapan

    remaja, terutama ketika ia sedang mengalami

    masalah. Ini sangat penting agar mereka merasa

  • 24

    3. Mendengar Aktif

    Mendengar aktif adalah cara mendengar dan menerima

    perasaan serta memberi tanggapan yang bertujuan

    menunjukan kepada remaja bahwa kita sungguh-

    sungguh telah menangkap pesan serta perasaan yang

    terkandung didalamnya. Hal itu dilakukan sehingga kita

    dapat memahami remaja seperti yang mereka rasakan

    bukan seperti apa yang kita lihat atau kita sangka.

    Beberapa sikap yang perlu dikembangkan oleh orang tua

    dalam mendengar persoalan remaja:

    a. Aktif dan memperhatikan bahasa tubuh dengan

    sungguh-sungguh

    b. Membuka diri dan siap mendengarkan

    c. Tidak berbicara ketika remaja berbicara

    d. Memahami apa yang dirasakan, dipikirkan, dan

    dimaksud remaja sesuai dengan kaca mata remaja,

    bukan kaca mata orang tua

    Mendengar aktif sangat tepat digunakan apabila remaja

    sedang mengalami masalah dan menunjukkan emosi

    yang kuat, atau remaja tidak menunjukkan emosi akan

    tetapi dapat ditangkap perasaannya sedang tidak

    nyaman.Dalam mendengar aktif, orang tua seolah-olah

    berperan seperti cermin, dengan memantulkan kembali,

    memaknai perasaan, serta mengulangi inti pesan yang

    diungkapkan remaja, sehingga ia merasa didengar,

    dipahami, dan didukung.

  • 25

    Contoh :

    Ana : Tono bilang dia akan ketemu aku di acara

    pertemuan remaja. Eh nggak tahunya dia nggak

    muncul, jadi aku satu-satunya orang baru di acara itu.

    Ortu : Jadi Ana malu dong ya, karena Tono tidak

    datang?

    Ketika remaja berbicara, tunggulah 10 detik sebelum

    membalas pembicaraan. Gunakan waktu ini untuk

    berpikir Apa yang sedang dirasakan remaja? dan Apa

    yang menyebabkan remaja punya perasaan seperti ini ?

    Ada beberapa cara untuk memantulkan kata-kata remaja

    kita. Misalnya : Kamu kayaknya lagi karena atau

    Kamu kelihatannya . karena

    Banyak keuntungan yang diperoleh jika kita mendengar

    aktif pada saat berkomunikasi dengan remaja, antara lain:

    1) Membantu remaja untuk mengenal, menerima dan

    mengerti perasaannya sendiri serta menemukan cara

    mengatasi perasaan dan masalahnya.

    2) Merangsang mereka untuk berbicara dan

    mengemukakan masalahnya sehingga kita dapat

    mengetahui dengan tepat apa yang sebenarnya

    dirasakan oleh remaja. Dengan demikian perasaan

    negatif tersebut sedikit demi sedikit akan hilang.

    3) Menumbuhkan rasa hangat dan mengakrabkan

    hubungan orang tua dengan remaja. Kita jadi belajar

    untuk bisa menerima keunikan remaja yang sedang

    kita dengarkan masalahnya.

    3. Mendengar Aktif

    Mendengar aktif adalah cara mendengar dan menerima

    perasaan serta memberi tanggapan yang bertujuan

    menunjukan kepada remaja bahwa kita sungguh-

    sungguh telah menangkap pesan serta perasaan yang

    terkandung didalamnya. Hal itu dilakukan sehingga kita

    dapat memahami remaja seperti yang mereka rasakan

    bukan seperti apa yang kita lihat atau kita sangka.

    Beberapa sikap yang perlu dikembangkan oleh orang tua

    dalam mendengar persoalan remaja:

    a. Aktif dan memperhatikan bahasa tubuh dengan

    sungguh-sungguh

    b. Membuka diri dan siap mendengarkan

    c. Tidak berbicara ketika remaja berbicara

    d. Memahami apa yang dirasakan, dipikirkan, dan

    dimaksud remaja sesuai dengan kaca mata remaja,

    bukan kaca mata orang tua

    Mendengar aktif sangat tepat digunakan apabila remaja

    sedang mengalami masalah dan menunjukkan emosi

    yang kuat, atau remaja tidak menunjukkan emosi akan

    tetapi dapat ditangkap perasaannya sedang tidak

    nyaman.Dalam mendengar aktif, orang tua seolah-olah

    berperan seperti cermin, dengan memantulkan kembali,

    memaknai perasaan, serta mengulangi inti pesan yang

    diungkapkan remaja, sehingga ia merasa didengar,

    dipahami, dan didukung.

  • 26

    4) Membuat remaja merasa dirinya penting dan

    berharga.

    5) Membuat remaja merasa diterima dan dipahami

    cenderung akan mudah menerima dan memahami

    orang lain.

    6) Membuat remaja mau mendengarkan orang tuanya

    sehingga mudah terjalin kerjasama

    4. Memahami Pesan Kamu dan Pesan Saya

    a. Pengertian Pesan Kamu dan Pesan Saya

    Pesan Kamu adalah cara orang tua berkomunikasi

    dengan terbiasa menggunakan bahasa Kamu. Cara

    seperti ini tidak menyampaikan akibat perilaku

    remaja terhadap orang tua tetapi berpusat pada

    kesalahan remaja, cenderung tidak membedakan

    antara remaja dan perilakunya sehingga membuat

    remaja merasa disalahkan, direndahkan, dan

    disudutkan.

    Pesan Saya lebih menekankan perasaan dan

    kepedulian orang tua sebagai akibat perilaku remaja

    sehingga remaja belajar bahwa setiap perilaku

    mempunyai akibat terhadap orang lain. Melalui

    Pesan Saya akan mendorong semangat remaja,

    mengembangkan keberaniannya, sehingga remaja

    akan merasa nyaman.

    b. Cara mempraktekkan Pesan Saya

    1) Ungkapkan perasaan orang tua yang bersangkut

    paut dengan konsekuensi perilaku remaja

  • 27

    2) Tunjukkan hal yang khusus dan positif, apa yang

    orang tua inginkan agar remaja mau melakukan.

    c. Pesan Saya terdiri dari 4, yaitu:

    1) Saya merasa (pernyataan yang mengandung

    bagaimana perasaan orang tua yang berkaitan

    dengan tingkah laku remaja yang

    mengganggu).

    2) Kapan (tingkah laku mengganggu orang tua)

    3) Karena/sebab (alasan atau penjelasan apa yang

    diperkirakan akan terjadi)

    4) Perilaku remaja yang diharapkan oleh orangtua

    Contoh :

    Ibu merasa cemas, ketika kamu tidak pulang pada

    waktunya, karena Ibu pikir ada sesuatu yang

    terjadi atas dirimu. Ibu suka kamu pulang

    menjelang pukul lima sore.

    Ibu menjadi marah, ketika kamu memperlakukan

    Ibu dengan kasar di muka umum, karena Ibu rasa

    kamu tidak menghargai Ibu. Ibu suka bila kamu

    berbicara sopan.

    5. Menentukan dan Menyikapi Masalah Komunikasi

    Orangtua dengan Remaja

    Ketika menghadapi remaja sebagai lawan bicara yang

    bermasalah, kita perlu mengetahui masalah siapa ini.

    a. Cara Menyikapi Masalah

    Setelah kita mengetahui masalah siapa, maka

    akibatnya siapa yang memiliki masalah harus

    4) Membuat remaja merasa dirinya penting dan

    berharga.

    5) Membuat remaja merasa diterima dan dipahami

    cenderung akan mudah menerima dan memahami

    orang lain.

    6) Membuat remaja mau mendengarkan orang tuanya

    sehingga mudah terjalin kerjasama

    4. Memahami Pesan Kamu dan Pesan Saya

    a. Pengertian Pesan Kamu dan Pesan Saya

    Pesan Kamu adalah cara orang tua berkomunikasi

    dengan terbiasa menggunakan bahasa Kamu. Cara

    seperti ini tidak menyampaikan akibat perilaku

    remaja terhadap orang tua tetapi berpusat pada

    kesalahan remaja, cenderung tidak membedakan

    antara remaja dan perilakunya sehingga membuat

    remaja merasa disalahkan, direndahkan, dan

    disudutkan.

    Pesan Saya lebih menekankan perasaan dan

    kepedulian orang tua sebagai akibat perilaku remaja

    sehingga remaja belajar bahwa setiap perilaku

    mempunyai akibat terhadap orang lain. Melalui

    Pesan Saya akan mendorong semangat remaja,

    mengembangkan keberaniannya, sehingga remaja

    akan merasa nyaman.

    b. Cara mempraktekkan Pesan Saya

    1) Ungkapkan perasaan orang tua yang bersangkut

    paut dengan konsekuensi perilaku remaja

  • 28

    bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Bila

    masalah itu adalah masalah remaja maka teknik

    yang digunakan adalah Mendengar Aktif. Bila

    masalah itu adalah masalah orang tua, maka teknik

    yang digunakan adalah lebih menekankan perasaan

    dan kepedulian orang tua sebagai akibat perilaku

    remaja, sehingga remaja belajar bahwa setiap

    perilaku mempunyai akibat terhadap orang lain..

    b. Manfaat menentukan masalah

    Dengan menentukan masalah, orang tua dapat

    mengetahui apa yang harus dilakukannya sehingga

    mereka bisa memutuskan apakah membiarkan

    remaja mengatasinya sendiri atau membantu

    apabila perlu. Disamping itu menentukan masalah

    dapat melatih remaja untuk mandiri dengan cara :

    1) Memahami perasaannya

    2) Mengetahui pemilik masalah

    3) Mencari kemungkinan jalan keluar

    4) Memilih mana yang akan dijalani

    5) Membuat kesepakatan untuk melaksanakan

    6) Melakukan evaluasi

    Baik masalah orang tua atau remaja pemecahannya

    dapat dilakukan dengan melibatkan remaja. Bila

    persoalan orang tua, remaja merasa dihargai. Bila

    masalah remaja, maka remaja belajar ketrampilan

    baru sehingga secara bertahap dapat mengurus

    masalahnya sendiri

  • 29

    c. Tips menentukan dan menyikapi masalah

    Tanyakanlah pada diri sendiri serangkaian

    pertanyaan di bawah ini:

    1. Apakah tingkah laku remaja mengganggu hak

    dan keselamatan kita sebagai manusia?

    - Ya

    - Tidak

    2. Apakah tingkah laku remaja mengganggu

    keselamatan remaja atau orang lain?

    - Ya

    - Tidak

    Jika jawabannya ya untuk kedua pertanyaan di atas

    maka berarti itu masalah orang tua, jika sebaliknya

    maka itu masalah remaja.

    d. Perlunya membiasakan untuk mengetahui masalah

    siapa, karena :

    1) Kita tidak mungkin menjadi seorang yang harus

    mampu memecahkan semua masalah

    2) Kita harus mengajarkan kepada remaja rasa

    tanggungjawab dalam memecahkan

    masalahnya sendiri

    3) Kita perlu membantu remaja untuk tidak terlalu

    ikut campur urusan orang lain

    4) Remaja perlu belajar mandiri

    bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Bila

    masalah itu adalah masalah remaja maka teknik

    yang digunakan adalah Mendengar Aktif. Bila

    masalah itu adalah masalah orang tua, maka teknik

    yang digunakan adalah lebih menekankan perasaan

    dan kepedulian orang tua sebagai akibat perilaku

    remaja, sehingga remaja belajar bahwa setiap

    perilaku mempunyai akibat terhadap orang lain..

    b. Manfaat menentukan masalah

    Dengan menentukan masalah, orang tua dapat

    mengetahui apa yang harus dilakukannya sehingga

    mereka bisa memutuskan apakah membiarkan

    remaja mengatasinya sendiri atau membantu

    apabila perlu. Disamping itu menentukan masalah

    dapat melatih remaja untuk mandiri dengan cara :

    1) Memahami perasaannya

    2) Mengetahui pemilik masalah

    3) Mencari kemungkinan jalan keluar

    4) Memilih mana yang akan dijalani

    5) Membuat kesepakatan untuk melaksanakan

    6) Melakukan evaluasi

    Baik masalah orang tua atau remaja pemecahannya

    dapat dilakukan dengan melibatkan remaja. Bila

    persoalan orang tua, remaja merasa dihargai. Bila

    masalah remaja, maka remaja belajar ketrampilan

    baru sehingga secara bertahap dapat mengurus

    masalahnya sendiri

  • 30

    6. Mengenal dan Menghindari Gaya Penghambat

    Komunikasi

    Dalam berkomunikasi dengan remaja, orang tua sering

    bereaksi terhadap ungkapan perasaan, pikiran, maupun

    pernyataan remaja dengan gaya yang membuat

    perasaan menjadi tidak nyaman dan merusak harga diri

    remaja, sehingga menyebabkan komunikasi menjadi

    terhambat. Oleh karena itu, orang tua diharapkan dapat

    mengenali gaya komunikasi tersebut dan berusaha

    menghindari atau tidak menggunakannya. Adapun

    beberapa gaya penghambat komunikasi, antara lain :

    a. Memerintah

    Tujuan Orang Tua: Mengendalikan situasi dan

    menyelesaikan masalah dengan cepat

    Pesan yang ditangkap remaja: Harus patuh tidak

    punya pilihan

    Contoh : Jangan mengeluh, kerjakan saja!

    b. Menyalahkan

    Tujuan Orang Tua: Memberitahu remaja kesalahannya

    Pesan yang ditangkap remaja: Tidak pernah

    benar/baik

    Contoh : Pasti kamu bikin onar lagi, apalagi yang

    kamu lakukan sampai Ayah dipanggil ke sekolah?

    c. Meremehkan

    Tujuan Orang Tua: Menunjukkan ketidakmampuan

    remaja dan orang tua lebih tahu

  • 31

    Pesan yang ditangkap remaja: Tidak berharga/merasa

    tidak mampu

    Contoh : Kamu kan belum berpengalaman, coba

    pikirkan saran Ibu

    d. Membandingkan

    Tujuan Orang Tua: Memotivasi dengan memberi

    contoh orang lain

    Pesan yang ditangkap remaja: Tidak disayang, pilih

    kasih, saya memang selalu jelek

    Contoh : Buang sampah seenaknya, lihat dong apa

    yang dikerjakan adikmu

    e. Memberi cap

    Tujuan Orang Tua: Memberitahu kekurangan dengan

    maksud remaja berubah

    Pesan yang ditangkap remaja: Itulah saya

    Contoh : Seperti anak-anak saja, cengeng

    f. Mengancam

    Tujuan Orang Tua: Supaya menurut/patuh dengan

    cepat

    Pesan yang ditangkap remaja: Cemas, takut

    Contoh : Jangan bicara begitu, awas kalau sekali lagi

    bicara seperti itu, tahu sendiri

    g. Menasehati

    Tujuan Orang Tua: Supaya remaja tahu mana yang

    baik dan buruk

    6. Mengenal dan Menghindari Gaya Penghambat

    Komunikasi

    Dalam berkomunikasi dengan remaja, orang tua sering

    bereaksi terhadap ungkapan perasaan, pikiran, maupun

    pernyataan remaja dengan gaya yang membuat

    perasaan menjadi tidak nyaman dan merusak harga diri

    remaja, sehingga menyebabkan komunikasi menjadi

    terhambat. Oleh karena itu, orang tua diharapkan dapat

    mengenali gaya komunikasi tersebut dan berusaha

    menghindari atau tidak menggunakannya. Adapun

    beberapa gaya penghambat komunikasi, antara lain :

    a. Memerintah

    Tujuan Orang Tua: Mengendalikan situasi dan

    menyelesaikan masalah dengan cepat

    Pesan yang ditangkap remaja: Harus patuh tidak

    punya pilihan

    Contoh : Jangan mengeluh, kerjakan saja!

    b. Menyalahkan

    Tujuan Orang Tua: Memberitahu remaja kesalahannya

    Pesan yang ditangkap remaja: Tidak pernah

    benar/baik

    Contoh : Pasti kamu bikin onar lagi, apalagi yang

    kamu lakukan sampai Ayah dipanggil ke sekolah?

    c. Meremehkan

    Tujuan Orang Tua: Menunjukkan ketidakmampuan

    remaja dan orang tua lebih tahu

  • 32

    Pesan yang ditangkap remaja: Sok tahu, bosan dan

    bawel

    Contoh : Sebaiknya kamu terus terang saja

    mengatakannya

    h. Membohongi

    Tujuan Orang Tua: Membuat urusan jadi gampang

    Pesan yang ditangkap remaja: Orang tua/orang

    dewasa tidak dapat dipercaya

    Contoh : Kalau tidak diselesaikan, nanti diganggu

    setan

    i. Menghibur

    Tujuan Orang Tua: Menghilangkan kesedihan atau

    kekecewaan, remaja jadi senang terus dan jangan

    larut

    Pesan yang ditangkap remaja: Senang, lupa, dan

    dimengerti melarikan masalah

    Contoh : Banyak yang seperti kamu, ya sudah jangan

    dipikirin, nanti juga hilang

    j. Mengkritik

    Tujuan Orang Tua: Meningkatkan kemampuan

    dirinya agar remaja memperbaiki kesalahan

    Pesan yang ditangkap remaja: Kurang, salah

    Contoh : Dasar pemalas, banyak bicara, tapi tidak

    mau mengerjakan

  • 33

    k. Menyindir

    Tujuan Orang Tua: Memotivasi, mengingatkan

    supaya tidak selalu melakukan seperti itu dengan

    cara menyatakan yang sebaliknya

    Pesan yang ditangkap remaja: Menyakiti hati

    Contoh : Sebentar lagi turun hujan, tumben kamu

    kok mau nyapu

    l. Menganalisa

    Tujuan Orang Tua: Mencari penyebab

    positif/negative remaja atau keselahannnya dan

    berupaya mencegahnya agar tidak melakukan

    kesalahan yang sama lagi

    Pesan yang ditangkap remaja: Ibu sok pintar

    Contoh : Ah, kamu saja yang mau libur, koq

    mengatakan bahwa teman-teman yang

    mengusulkan libur

    Pesan yang ditangkap remaja: Sok tahu, bosan dan

    bawel

    Contoh : Sebaiknya kamu terus terang saja

    mengatakannya

    h. Membohongi

    Tujuan Orang Tua: Membuat urusan jadi gampang

    Pesan yang ditangkap remaja: Orang tua/orang

    dewasa tidak dapat dipercaya

    Contoh : Kalau tidak diselesaikan, nanti diganggu

    setan

    i. Menghibur

    Tujuan Orang Tua: Menghilangkan kesedihan atau

    kekecewaan, remaja jadi senang terus dan jangan

    larut

    Pesan yang ditangkap remaja: Senang, lupa, dan

    dimengerti melarikan masalah

    Contoh : Banyak yang seperti kamu, ya sudah jangan

    dipikirin, nanti juga hilang

    j. Mengkritik

    Tujuan Orang Tua: Meningkatkan kemampuan

    dirinya agar remaja memperbaiki kesalahan

    Pesan yang ditangkap remaja: Kurang, salah

    Contoh : Dasar pemalas, banyak bicara, tapi tidak

    mau mengerjakan

  • 34

  • 35

    BAB IV

    PENUTUP

    Keluarga sebagai wahana pertama dan utama dalam

    pembangunan bangsa, memiliki peran dan tanggungjawab dalam

    mewujudkan keluarga yang berkulitas. Upaya tersebut dapat

    dilakukan melalui pembinaan kepada keluarga yang mempunyai

    remaja agar keluarga dapat mengasuh dan membina remaja

    sebagai generasi penerus yang bertanggung jawab, berakhlaq,

    dan berperilaku sehat.

    Pengasuhan dan pembinaan remaja dapat dilakukan melalui

    komunikasi efektif antara orangtua dengan remajanya.

    Komunikasi efektif antara orangtua dengan remaja telah diketahui

    merupakan pengaruh yang paling penting terhadap

    pembentukkan sikap dan perilaku remaja. Orangtua seharusnya

    menjadi sumber informasi dan pendidik utama tentang kesehatan

    reproduksi dan penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja

    Oleh karena itu, diperlukan buku komunikasi efektif antara

    orangtua dengan remaja. Buku ini berisikan substansi tentang

    gaya berkomunikasi orangtua dengan remaja, keterampilan

    komunikasi orang tua dengan remaja dan berbagai teori

    mengenai komunikasi. Buku ini diharapkan dapat dijadikan

  • 36

    sebagai pengetahuan bagi kader BKR, pengelola BKR, orang tua

    yang memiliki remaja, pengelola program GenRe, remaja dan

    masyarakat peduli remaja, dalam membina remaja.

  • 37

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Australian National University (ANU) dan Pusat Penelitian

    Kesehatan Universitas Indonesia tahun 2010.

    2. Badan Narkotika Nasional Tahun 2008

    3. BKKBN Puslitbang Keluarga Berencana dan Keluarga

    Sejahtera. Survei Indikator RPJMN Program Kependudukan

    dan Keluarga Berencana Nasional Indonesia. Jakarta 2011.

    4. Depkes Tahun 2009

    5. Kemenkes RI, 2011

    6. Nuranti, Alifah. Hubungan Antara Komunikasi Orangtua -

    Remaja dengan Sikap Terhadap Hubungan Seksual Pranikah.

    Yogyakrta 2009.

    7. SDKI 2007

    8. Sensus Penduduk, 2010

    9. Utomo dkk; 2000

    sebagai pengetahuan bagi kader BKR, pengelola BKR, orang tua

    yang memiliki remaja, pengelola program GenRe, remaja dan

    masyarakat peduli remaja, dalam membina remaja.