Upload
lamhanh
View
231
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
KOMUNIKASI ORGANISASI INDONESIAN CORRUPTION WATCH (ICW)
DALAM MEREDUKSI PEMBERITAAN NEGATIF
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Inna Usholihah
NIM:109051000091
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat
atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 12 Agustus 2014
Inna Usholihah
i
ABSTRAK
Inna Usholihah
“Komunikasi Organisasi Indonesia Corruption Watch (ICW) dalam
Mereduksi Pemberitaan Negatif”
Pemberitaan negatif merupakan pemberitaan yang selalu ada dalam suatu
organisasi. Untuk mewujudkan sebuah penguatan organisasi, dalam pemberitaan
negatif suatu organisasi harus mampu berkomunikasi dan mampu mereduksi
pemberitaan negatif. Komunikasi yang efektif antar anggota dalam organisasi
dapat terwujud jika ada kerjasama yang baik, keterbukaan, dan kepercayaan.
Penerapan komunikasi yang efektif dapat melalui beberapa tahapan dalam proses
komunikasi organisasi. Pemberitaan negatif direduksi dengan menciptakan iklim
komunikasi organisasi yang baik. ICW (Indonesia Corruption Watch) merupakan
salah satu lembaga resmi di Indonesia dalam program memberantas korupsi.
Melihat konteks di atas maka pertanyaan penelitian yaitu, Bagaimana
komunikasi organisasi di ICW dalam mereduksi pemberitaan negatif?
ICW memiliki beberapa program dalam memberantas korupsi untuk mencapai
tujuan organisasi. Tujuan dalam organisasi ini adalah mampu memberantas
korupsi dan membersihkan para koruptor di Indonesia. ICW selalu mendapatkan
pemberitaan negatif dari pihak yang diragukan anti korupsinya. ICW mencoba
mereduksi pemberitaan negatif melalui tahap-tahap proses komunikasi organisasi.
Pada tahap-tahap proses komunikasi, peneliti menggunakan teori Weick mengenai
tiga tahap-tahap proses komunikasi. Weick memandang organisasi sebagai sebuah
proses, sebagai sebuah pembentukan dimana manusia mengkreasi lingkungannya
untuk melakukan sinkronisasi nilai, ide, pemikiran, sampai dengan nilai dengan
aturan-aturan yang dibuat sesuai.
Metode yang digunakan dalam menganalisis pesan pada penelitian ini adalah
metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk menghimpun data yang
aktual. Kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan data dengan
menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi dalam organisasi tersebut.
Keadaan yang penulis gambarkan disesuaikan dengan judul yang diangkat.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan data bahwa tahap-tahap
proses komunikasi dalam mereduksi pemberitaan negatif di ICW dapat terlihat
dari tiga penjabaran tahap-tahap proses komunikasi organisasi. Mereduksi
pemberitaan negatif mampu menciptakan iklim organisasi yang baik. Dengan
membangun kerjasama dengan melakukan koordinasi tindak lanjut laporan
masyarakat.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, serta memberikan daya dan
kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjunan kita Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.
Dalam Penyusunan skripsi ini, tidak sedikit rintangan yang penulis hadapi,
namun penulis tetap semangat dan tidak putus asa. Karena yakin dan
percaya bahwa Allah SWT akan memudahkan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dan Alhamdulillah skripsi ini selesai dengan baik.
Terima kasih yang tulus, penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah
membantu, membimbing dan memotivasi penulis, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik, oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu KomunikasiPenyiaran Islam Universitas Islam Jakarta, Bapak Dr.
Suparto, PHd. M.Ed selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. H.
Sunandar, M.A Selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, dan Bapak
Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum.
2. Bapak Rachmat Baihaky M.A, Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam, Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam. Dan Ibu Rini Laili Prihatini, Dra. M.Si selaku Dosen
Pembimbing Akademik.
iii
3. Siti Nurbaya, M.Si, Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar
membimbing, mengarahkan, memotivasi serta memberikan masukan
kepada penulisdalam penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh dosen dan staff fakultas Dakwah dan Ilmu komunikasi, yang telah
memberikan ilmu dan wawasan kepada penulis selama penulis menuntut
ilmu di UIN. Serta Pimpinan dan Staff Perpustakaan Utama dan
Perpustakaan Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah menyediakan literatur yang penulis butuhkan dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Orang Tua Tercinta Ayahku Drs.H.M Ali Jaya yang telah memberikan
dorongan moral, spiritual serta perhatian yang tiada putus sehingga ananda
dapat menyelesaikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. Dan tak lupa
Ibuku Hj Legi Hastuti yang tiada pernah lelah mendoakan, memberikan
dorongan, memberikan kasih sayang, perhatian dan motivasi yang luar
biasa.
6. Kepada Koordinator ICW Bapak Ade Irawan dan Bapak Chirstian Evert
Tutoroong selaku divisi investigasi dan publikasi dan Teman-teman badan
pekerja ICW, yang telah membantu penulis dalam melaksanakan
Penelitian.
7. Kakakku Birrul Muqtadir (Ace), adikku tercinta Aas Rohadatul Aisy
(kodel), Paman-pamanku Kamal Haris, Om Oji, Om Ambeng dan Tante-
tanteku Kusrini (ede), Yeyen Herawati, Susilawati, Sutinah, tante edah,
sepupuku Qiqi, Maya yang telah memberikan semangat dan motivasi yang
tak terputus.
iv
8. Teman-Teman KPI C angkatan 2009 dan teman-teman sefakultas Fidkom
2009 khususnya Resyana, Siti Rahma, Raditya, Jojo Septianto, yang tidak
pernah lelah memberikan semangat dan dukungan tiada henti.
9. Sahabat-sahabat dirumah tercinta, Prima, Mas Jack, Deny, Dicky, Robby,
Bowo yang selalu memberikan motivasi dan dukungan dalam
menyelesaikan penelitian ini.
10. Special Thanks untuk sahabat tercinta Fresly Silaban yang tidak pernah
bosan memberikan dukungan yang luar biasa, tempat berbagi, memberikan
motivasi, dan inspirasi. Sendy Darlis Alditya yang selalu mendukung,
selalu mendorong, dan mendoakan dalam menyelesaikan penelitian ini.
Demikianlah ucapan terimakasih yang tulus dari penulis, semoga Allah
SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah mendukung penulis,
sampai skripsi ini tuntas dengan baik. Penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Namun penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, dan pembaca,
serta bisa menjadi referensi bagi dunia akademik khususnya di Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Jakarta, 12 Agustus 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Pembatasan dan RumusanMasalah ........................................ 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 6
D. Metodologi Penelitian .......................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 10
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Komunikasi Organisasi ........................................................ 11
1. Pengertian Komunikasi Organisasi ................................... 11
2. Tujuan Komunikasi Organisasi ......................................... 12
3. Arus Informasi dalam Organisasi ...................................... 14
4. Iklim Komunikasi Organisasi ............................................ 18
5. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi ............................... 22
6. Dinamika Komunikasi Organisasi ..................................... 24
7. Proses Komunikasi Organisasi .......................................... 25
B. Berita dalam Kategori ............................................................. 26
1. Pengertian Berita ................................................................ 26
2. Unsur-unsur Berita ............................................................. 27
3. Jenis-jenis Berita ................................................................ 29
4. Media dalam Berita ............................................................ 31
5. Batasan Berita .................................................................... 32
vi
6. Sumber Berita .................................................................... 32
7. Berita Negatif ..................................................................... 32
C. Reduksi ................................................................................... 33
BAB III GAMBARAN UMUM INDONESIAN CORRUPTION WATCH
A. Latar Belakang dan Sejarah Singkat ICW .............................. 36
B. Visi Misi ICW ........................................................................ 38
C. Posisi ICW .............................................................................. 40
D. Prinsip ICW ............................................................................ 40
E. Struktur Organisasi ICW ........................................................ 42
F. Divisi-divisi ICW ................................................................... 42
G. Uraian Jabatan di Lingkungan Badan Pekerja ICW ............... 46
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
A. Proses Komunikasi Organisasi dalam Mereduksi Pemberitaan
Negatif dalam Teori Weick ................................................... 48
B. Mereduksi Pemberitaan Negatif Melalui Iklim Organisasi... 57
C. Bentuk Komunikasi Organisai dalam ICW .......................... 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 67
B. Saran ...................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mereduksi pemberitaan negatif merupakan bagian dari organisasi.
Organisasi menyimpan berbagai informasi. Informasi yang ada dalam
organisasi ada yang mengenai program kinerja organisasi bahkan pemberitaan
negatif. Pemberitaan negatif yang masuk bermacam-macam, ada yang sekedar
menjelek-jelekkan lewat sosial media, menyebar fitnah, membuat kampanye
negatif, bahkan menjatuhkan.
Reduksi secara harfiah merupakan pengurangan, penyempitan sebuah
proses kembali (re-ducere). Kata sifat dari reduksi adalah reduksionis.
Reduksi bisa dikatakan pula menyaring. Menyaring sebuah peristiwa atau
fenomena tersebut.1
Menyaring pemberitaan negatif dalam organisasi sangatlah perlu.
Pemberitaan negatif yang masuk setiap harinya berpengaruh kepada
organisasi. Setiap anggota mengkomunikasikan pemberitaan negatif yang
masuk. Agar lebih efektif, pemberitaan negatif dikomunikasikan dengan baik
dan disaring dengan baik.
Komunikasi organisasi merupakan penafsiran pesan di antara unit-unit
komunikasi yang bagian suatu organisasi tertentu. Dalam suatu organisasi,
unit-unit komunikasi dalam hubungan organisasi berfungsi dalam suatu
lingkungan. Lingkungan mempunyai pengaruh penting dalam organisasi.
Organisasi mempunyai aspek penting dimana dalam suatu organisasi
1 Jan Hendrik Rapar,Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1996), h.118
2
mempunyai sebuah program dengan tujuan tertentu. Komunikasi organisasi
adalah komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang berada di dalam
organisasi itu sendiri, juga antara orang-orang yang berada di dalam organisasi
dengan publik luar, dengan maksud mencapai suatu tujuan.2
Organisasi sebuah wadah yang menampung orang-orang dan objek-
objek, orang-orang dalam organisasi yang berusaha mencapai tujuan bersama.
Bila organisasi sehat, para divisi-divisi bekerja dengan cara yang sistematik
untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Organisasi meliputi pengenalan
akan struktur atau rancangan apa menghasilkan apa. Lingkungan menentukan
prinsip-prinsip pengorganisasian. Organisasi merupakan sekumpulan orang-
orang yang disusun dalam kelompok-kelompok yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama, organisasi bisa disebut juga sistem kerjasama antara
dua orang atau lebih, organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk
pencapaian tujuan bersama.3 Organisasi mempelajari perilaku
pengorganisasian, dan inti perilaku tersebut adalah komunikasi. Organisasi
berbicara agar menjadi tahu, pembicaraan merupakan kemampuan
penyesuaian organisasi. Untuk mengetahui apa yang dipikirkan organisasi,
penting sekali memeriksa perilaku-perilaku yang bertautan atau saling
berinteraksi antara para anggota organisasi tersebut. Apa yang dipercakapkan
orang-orang diantara sesama mereka menghasilkan suatu lingkungan yang
mengorganisasikan aktivitas mereka, terutama pikiran mereka.4
2 Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2000), Modul Kuliah, hal.1.3 3Dido, Pengertian, Definisi, Arti Organisasi dan Unsur-Unsurnya, Artikel ini diakses
pada tanggal 8 Juli 2014 dari dhiedotorg.wordpress.com 4 R.Wayne Pace & Don F.Faules,Komunikasi Organisasi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h.85
3
Suatu organisasi dapat juga didekati sebagai suatu objek studi.
Sebagian orang menganggap organisasi sebagai suatu subjek yang
menyenangkan dan menarik. Tujuannya untuk memahami organisasi dengan
mendeskripsikan komunikasi organisasinya, memahami kehidupan organisasi,
dan menemukan bagaimana kehidupan terwujud lewat komunikasi.
Tekanannya adalah pada bagaimana suatu organisasi dipelihara lewat proses
komunikasi pendekatan, menekankan apa yang sebenarnya terjadi dalam
organisasi dan memberikan suatu penjelasan yang jarang ditemukan dalam
pendekatan-pendekatan lain.5 Selain itu organisasi telah dibentuk sejak
manusia berada dimuka bumi, di dorong oleh tiga motif unsur dasar yaitu
orang-orang (sekelompok orang), kerjasama dan tujuan yang akan dicapai.6
Komunikasi organisasi dapat dilakukan secara formal maupun non formal.
Secara formal misalnya dengan diadakan rapat antara atasan dan bawahan,
surat memo, dan lain-lain.
Indonesia Corruption Watch (ICW) sebuah organisasi independen.
Untuk menjaga independensi sekaligus meningkatkan rasa kepemilikan publik
dan menjaga keberlangsungan program, sejak maret 2010 lalu ICW membuka
peluang donasi publik. Dengan memberi bantuan financial kepada lembaga
ini, masyarakat dapat turut serta dalam kerja-kerja pemberantasan korupsi.
Donasi yang dikumpulkan dari publik dimanfaatkan untuk menjalankan
sejumlah program ICW, diantaranya: investigasi kasus, pemantauan anggaran
sekolah, advokasi layanan kesehatan, membangun generasi pemuda melawan
korupsi, serta menyelenggarakan pendidikan antikorupsi disekolah dan
5 Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2000), Modul Kuliah, hal.1.5 6 Yayat hayati Djatmiko, Perilaku Organisasi, (Bandung: ALfabeta,2005).Cet ke-4,hal. 2
4
kampus. ICW lembaga dari sekumpulan orang yg memiliki komitmen untuk
memberantas korupsi melalui usaha-usaha pemberdayaan rakyat untuk
terlibat/berpartisipasi aktif melakukan perlawanan terhadap praktek korupsi.
ICW mengambil posisi untuk bersama-sama rakyat membangun gerakan
sosial memberantas korupsi dan berupaya mengimbangi persengkongkolaan
kekuatan birokrasi pemerintah dan bisnis. Dengan demikian reformasi di
bidang hukum, politik, ekonomi dan sosial untuk menciptakan tata kelola
pemerintahan yang demokratis dan berkeadilan sosial dapat diwujudkan.7
Hukum yang seharusnya memberikan jaminan terwujudnya keadilan
dan penegakan aturan juga tak luput dari ganasnya korupsi. Mafia peradilan
merajalela, keadilan digadaikan oleh praktek suap menyuap. Dengan
kekuasaan uang dan perlindungan politik, koruptor dapat menghirup udara
bebas tanpa perlu takut dijerat hukum. Dengan menikmati hasil dari suap
menyuap koruptor merasa mempunyai kepuasan individualis tanpa
memikirkan rakyat-rakyat jelata yang seharusnya menjadi tanggung jawab
besar oleh mereka. Sektor pemerintahan sudah tidak menjadi jaminan bagi
masyarakat. Istilah pemerintah yang “mensejahterkan masyarakat” hanya
sebuah istilah usang tanpa bukti nyata. Janji-janji yang diberikan, pembedahan
wilayah, blusukan wilayah hanya sebuah pencitraan. Tanpa disadari rakyat
dibodohi dan diberdayakan. ICW percaya bahwa pemberantasan korupsi akan
berjalan efektif jika ada perlibatan yang luas dari rakyat sebagai korbannya.
Berita negatif merupakan berita ingkar yang didalamnya berisikan
peristiwa-peristiwa yang menunjukan suatu pengingkaran. Dalam berita
7Ade Irawan, Manifesto Gerakan Anti Korupsi ICW, Artikel ini diakses pada tanggal 8
november 2013 dari www.antikorupsi.org
5
negatif menyatakan suatu maksud yang berlainan dengan pernyataan yang
sebenarnya. Berita negatif sebagian ada yang berisikan sebuah dugaan dan
juga sebuah penyangkalan dalam suatu peristiwa.8 Banyak bermacam-macam
pemberitaan negatif di ICW yang masuk. ICW organisasi yang setiap harinya
mendapat pemberitaan negatif. Beberapa contohnya seperti, ICW diduga
menerima dana asing, ICW dituding melakukan kampanye negatif terhadap
SBY ditahun 2004, dan ICW merilis 36 nama calon legislatif yang
bermasalah. Pemberitaan yang masuk pernyataannya berisikan kecaman atau
hal-hal yang mempertentangkan tentang ICW, merupakan ulah pihak-pihak
yang tidak menyukai dengan adanya ICW. Oleh karena itu, pihak-pihak yang
non pro membuat informasi yang negatif, baik non fakta atau ancaman-
ancaman.
Berdasarkan dari penjelasan di atas, penelitian ini diberi judul
“Komunikasi Organisasi Pada ICW (Indonesia Corruption Watch)
dalam Mereduksi Pemberitaan Negatif”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan masalah hanya
pada komunikasi organisasi dalam mereduksi pemberitaan negatif yang ada
di ICW (Indonesia Corruption Watch). Maka komunikasi organisasinya
pada pemberitaan negatif melalui rapat organisasi dan milis internal.
Pembatasan ini dilakukan untuk lebih fokus dan mempermudah dalam
penelitian, selain itu untuk menghindari perluasan pembahasan yang tidak
ada dengan masalah yang akan di teliti. Agar penelitian ini berjalan dengan
8Bingkai Bahasa, Kalimat Berita Negatif, Artikel ini diakses pada tanggal 8 Juli 2014 dari
bingkaibahasa.wordpress.com
6
sistematis, maka rumusan masalahnya adalah Bagaimana komunikasi
organisasi pada ICW (Indonesia Corruption Watch) dalam mereduksi
pemberitaan negatif?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berkenaan dengan pokok pemasalahan di atas, maka tujuan
penelitian adalah ingin mengetahui komunikasi organisasi di ICW dalam
mereduksi pemberitaan negatif.
2. Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat
dari segi akademisi dan praktisi, yaitu :
Secara akademis yaitu: Untuk pengembangan Ilmu komunikasi,
diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi, dan
peningkatan wawasan akademis dalam bidang komunikasi organisasi
khususnya yang terkait dengan pemberitaan negatif didalam maupun luar
organisasi.
Secara praktis yaitu: memberikan informasi bagi akademisi
dan masyarakat luas mengenai komunikasi organisasi di ICW, bagaimana
komunikasi organisasi di ICW baik secara bentuk komunikasi
organisasinya maupun iklim komunikasi organisasi yang berada di ICW.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
kualitatif, yakni penelitian yang dilalui dengan proses observasi,
7
pengumpulan data yang akurat berdasarkan fakta di lapangan disertai
wawancara dengan narasumber. “Penelitian kualitatif dilakukan dalam
situasi yang wajar (natural setting) dan data yang di kumpulkan
umumnya bersifat kualitatif.”9Alasan penulis menggunakan pendekatan
kualitatif untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi organisasi yang
terjadi di ICW (Indonesia Corruption Watch). Dengan metode ini
penulis akan mendapatkan hasil yang lebih mendalam karena dilakukan
dengan wawancara dan observasi.
2. Subjek dan Objek
Subjek penelitian disini adalah Koordinator ICW dan Divisi
Investigasi dan Publikasi karena berperan penting dalam memantau
pemberitaan-pemberitaan terbaru dalam menangani kasus korupsi baik
pemberitaan negatif maupun positif. Sedangkan objek penelitian disini
adalah proses komunikasi organisasi secara Internal dan Eksternal yang
terjadi di ICW.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data, penulis
menggunakan metode sebagai berikut:
a. Observasi
Penulis melakukan pengamatan dan pencatatan dengan
sistematik terhadap fenomena yang diselidiki. Dalam hal ini
penulis melakukan pengamatan secara langsung ke ICW di
Jl.Kalibata Timur IV/D No.6 Jakarta Selatan. ICW mereduksi
pemberitaan negatif melalui Divisi Investigasi dan Publikasi.
9Jumroni, Metode-metode Peneltian Komunikasi, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2006),
h. 41
8
Hal ini dilakukan sebagai upaya memperkecil kemungkinan
yang dapat menghambat dalam pelaksanaan penelitian. Dengan
melakukan observasi, memudahkan penulis mendeskripsikan
komunikasi organisasi di ICW dalam mereduksi pemberitaan negatif.
b. Wawancara (Interview)
Dalam wawancara, penulis memilih narasumber bapak Ade
Irawan selaku Koordinator ICW. Selain wawancara dengan
koordinator, penulis juga mewawancarai Christian Evert Tuturoong di
Divisi Investigasi dan Publikasi. Dalam proses wawancara, penulis
menggunakan beberapa media pendukung yaitu handphone, alat
tulis, foto digital, dan lain-lain.
c. Dokumentasi
Pada tahap dokumentasi, penulis mengumpulkan buku-
buku, koran, artikel, artikel dari internet yang berkaitan dengan
komunikasi organisasi dan pemberitaan negatif. Dokumentasi
memudahkan penulis dalam mencari teori-teori yang berkaitan
dengan judul skripsi.
d. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini lebih bersifat deskriptif
kualitatif, yaitu setelah data diklasifikasikan sesuai aspek data yang
terkumpul lalu diinterpretasikan secara logis. Dengan demikian akan
tergambar sejauh mana komunikasi dalam mereduksi pemberitaan
negatif, dengan melihat data-data yang diperoleh penulis melalui
observasi, dan wawancara, setelah itu dianalisis yang kemudian
disusun dalam laporan penelitian.
9
E. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti selain mengadakan kajian
pustaka dengan mengambil sumber dari buku-buku panduan yang terdapat di
perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan buku-buku lain yang
mendukung penelitian ini penelitian ini juga membandingkan dengan
penelitian terlebih dahulu yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini
sebagai pembanding. Seperti beberapa skripsi yang berjudul sebagai berikut:
Muhammad Siddiq menulis skripsinya tentang Pola Komunikasi Pada
SUB Dinas Pembinaan Mental Dalam Upaya Meningkatkan Disiplin Prajurit
Di Markas Komando Korps Marinir. Secara garis besar persamaannya adalah
membahas tentang komunikasi organisasi. Sedangkan perbedaannya adalah
skripsi yang ditulis Muhammad siddiq lebih membahas tentang upaya
meningkatkan disiplin prajurit marinir melalui pembinaan rohani sedangkan
skripsi penulis membahas tentang bagaimana mereduksi pemberitaan negatif
di ICW.
Siti Latifah menulis skripsinya tentang Komunikasi Organisasi
Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) Dalam Kaderisasi. Persamaan
skripsi ini dengan skripsi yang ditulis oleh Siti Latifah adalah sama-sama
membahas tentang komunikasi organisasi disebuah organisasi formal atau
badan lembaga. Sedangkan perbedaannya adalah terletak pada objek
penelitian yang akan dibahas.
Fitri Susilawati menulis skripsinya tentang Komunikasi Organisasi
dalam Kepemimpinan Pada Tempo Inti Media. Persamaan skripsi ini dengan
skripsi yang ditulis oleh Fitri Susilawati adalah sama-sama membahas tentang
komunikasi organisasi dalam koordinasi dan informasi antar divisi. Sedangkan
10
perbedaannya adalah skripsi yang ditulis Fitri Susilawati membahas tentang
kepemimpinan dan komunikasi organisasinya secara vertikal dari atasan ke
bawahan dari bawahan ke atasan sedangkan penulis dalam mereduksi
pemberitaan negatif di ICW komunikasi organisasinya secara internal maupun
eksternal.
F. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini sistematis, maka penulis membaginya
menjadi 5 (lima) bab, yang tiap-tiap babnya terdiri dari sub-sub. Adapun
sistematikanya adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan yang di dalamnya menguraikan tentang latar
belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metodologi penelitian, analisis data,
sistematika penulisan skripsi.
BAB II : Kajian Teori, yang di dalamnya menguraikan tentang
komunikasi organisasi dan berita negatif.
BAB III: Gambaran Umum ICW (Indonesia Corruption Watch),
membahas mengenai sejarah berdirinya, visi dan misi, Tujuan
didirikannya ICW, Program kegiatan dan struktur organisasi.
BAB IV: Temuan dan Analisa Data Lapangan, membahas tentang
komunikasi organisasi di ICW , mereduksi pemberitaan
negatif.
BAB V: Penutup, berisikan kesimpulan dan saran
11
BAB II
KAJIAN TEORI TENTANG KOMUNIKASI ORGANISASI
A. Komunikasi Organisasi
1. Pengertian Komunikasi Organisasi
Dalam buku Komunikasi Organisasi Karya R. Wayne Pace dan
Don F. Faules menjabarkan bahwa definisi komunikasi organisasi dapat
dilihat dari dua sudut pandang yaitu definisi subjektif dan definisi objektif.
Keduanya memiliki ciri khas masing-masing.
Komunikasi organisasi dalam presfektif subjektif adalah perilaku
pengorganisasian yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam
proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang terjadi. Pada
presfektif ini yang ditekankan adalah proses penciptaan makna atas
interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi.
Sedangkan dalam definisi objektif adalah kegiatan penangan pesan yang
terkandung dalam suatu batas organisasi. Pada prespektif ini yang lebih
ditekankan adalah pada komunikasi sebagai suatu alat yang
memungkinkan orang beradaptasi dengan lingkungan mereka.1
Redding dan Sanborn, Joseph Devito yang dikutip oleh Soleh
Soemirat, dkk dalam buku Komunikasi Organisasional menyatakan bahwa
“komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan baik
dalam organisasi di dalam kelompok formal maupun informal
organisasi.”2
1 R.Wayne Pace & Don F.Faules,Komunikasi Organisasi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h.33 2 Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka)
12
Komunikasi organisasi dapat juga didefinisikan sebagai proses
aliran (pengiriman dan penerimaan) pesan-pesan yang berorientasikan
tujuan di antara sumber-sumber komunikasi, dalam suatu pola, dan
melalui suatu medium atau media. Suatu unsur tambahan dalam definisi
ini ialah pola aliran pesan. Jadi ada 7 unsur dalam komunikasi
keorganisasian: sumber pengirim; sumber penerima (sasaran); pesan yang
dikirimkan; pesan yang diterima; tujuan pesan; medium atau media; dan
pola arus (yang disebut jaringan). Sumber pengirim dan sumber penerima
adalah orang-orang yang mengirim dan menerima pesan itu.3
2. Tujuan Komunikasi Organisasi
Adapun Tujuan Komunikasi Organisasi adalah sebagai berikut:
a. Memberikan informasi: mengirimkan informasi dari suatu sumber
kepada orang-orangatau kelompok-kelompok alamat komunikasi.
Berbagai jenis informasi dikirimkan dalam kebijakan organisasi,
peraturan-peraturan, perubahan-perubahan serta perkembangan dalam
organisasi dan diperlukan penyebaran yang cepat dari suatu informasi
dalam organisasi, misalnya hadiah-hadiah dan ganjaran-ganjaran
khusus yang diberikan, penyelesaian dengan serikat buruh, perubahan
besar dalam organisasi, dan sebagainya hal ini mungkin memakan
waktu lama jika organisasinya besar.
b. Umpan balik: diperlukan adanya umpan balik bagi para karyawan
tentang prestasi mereka dan bagi manajemen yang lebih tinggi tentang
pencapaian tujuan kesulitan yang dijumpai. Komunikasi umpan balik
3 Udai Pareek,Perilaku Organisasi , (Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi, 1996) h.97
13
membantu usaha mengambil langkah-langkah perbaikan dan
penyesuaian yang diperlukan, dan memberikan motovasi kepada
orang-orang untuk mengembangkan rencana-rencana yang menantang
dan realistis.4
c. Pengendalian: sistem informasi manajemen dikenal sebagai suatu
mekanisme pengendalian. Informasi diberikan untuk menjamin
pelaksanaan rencana-rencana sesuai dengan maksud semula.
Komunikasi membantu terlaksananya pengendalian seperti itu suatu
mekanisme monitor.
d. Pengaruh: informasi merupakan kekuasaan. Satu tujuan komunikasi
ialah mempengaruhi orang.
e. Memecahkan persoalan: dalam banyak hal komunikasi bertujuan
memecahkan persoalan. Komunikasi antara manajemen dan serikat
buruh tentang beberapa hal (perundingan) bertujuan menemukan suatu
penyelesaian.
f. Pengambil putusan: untuk mencapai suatu putusan diperlukan
beberapa macam komunikasi, misalnya pertukaran informasi,
pendapat, alternatif-alternatif yang ada, segi-segi menguntungkan atau
tidak menguntungkan dari tiap alternatif.
g. Mempermudah perubahan: efektivitas suatu perubahan yang diadakan
dalam suatu organisasi sebagian besar tergantung pada kejernihan dan
spontanitas komunikasi.
h. Pembentukan Kelompok: Komunikasi membantu pembangunan
hubungan. Bahkan dalam perselisihan yang berat, hubungan baik
4 Udai Pareek,Perilaku Organisasi , (Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi, 1996) h.97
14
hanya dapat dikembalikan jika proses komunikasi terus dilanjutkan.
Jika komunikasi terputus, kelompok bisa hancur.
i. Menjaga pintu: komunikasi membantu membangun hubungan
organisasi dengan luar. Organisasi dapat menggunakan lingkungannya
untuk meningkatkan efektivitasnya.
3. Arus Informasi Dalam Organisasi
Komunikasi dalam suatu perusahaan adalah unsur terpenting.
Karena dalam komunikasi adalah interaksi sosial yang ditandai adanya
pertukaran makna untuk menyatukan perilaku atau tindakan setiap
individu. Dalam berkomunikasi terdapat arus informasi yang perlu
diperhatikan, untuk itu akan dibahas berdasarkan tempat dimana khalayak
sasaran berada, yaitu komunikasi internal, komunikasi diagonal,
komunikasi eksternal.
a. Komunikasi Internal
Komunikasi internal adalah komunikasi yang terjadi di dalam
organisasi atau perusahaan. Dalam penerapan komunikasi beragam
karena sesuai dengan struktur organisasi. Komunikasi dalam organisasi
bisa terjadi diantara orang yang memiliki level kepangkatan yang
sama, diantara pimpinan dan bawahan, dan lain-lain.5
Berdasarkan alur komunikasi yang terjadi di dalam organisasi,
maka internal terbagi menjadi 4 (empat) jalur yaitu vertikal, horizontal,
diagonal, dan grapvine.
5 Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2000), Modul Kuliah, hal.2.12
15
1) Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal adalah arah arus komunikasi yang
terjadi dari atas kebawah (downward communication) dan dari
bawah ke atas (upward communication). Pada downward
communication, pimpinan menyampaikan pesan kepada bawahan.
Alur ini memiliki fungsi sebagai berikut:
a) Pemberian atau penyampaian intruksi kerja, bentuknya
perintah, arahan penerangan, manual kerja, uraian tugas.
b) Penjelasan dari pimpinan mengenai mengapa suatu tugas perlu
dilaksanakan. Hal ini ditunjukan agar pekerja mengetahui
bagaimana tugas-tugas berkaitan dengan tugas dan posisi yang
lain di organisasi dan mengapa mereka mengerjakan tugas
tersebut.
c) Penyampaiannya informasi mengenai peraturan-peraturan yang
berlaku seperti bagaimana waktu kerja, cara pengaturan gaji,
asuransi kesehatan dan lain-lain.
d) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang
berlaku seperti bagaimana waktu kerja, cara pengaturan gaji,
asuransi kesehatan, dan lain-lain.
e) Pemberi informasi bagaimana mengembangkan misi
perusahaan.6
Komunikasi juga mengalir dari bawahan ke atasan atau
upward communication. Metode yang digunakan dalam
6 Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2000), Modul Kuliah, hal.2.14
16
penyampaian informasi bisa dengan lisan, tulisan, gambar, skema,
atau kombinasi diantara semuanya. Metode upward
communication memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a) Penyampaian informasi mengenai pekerjaan yang sudah dan
yang belum selesai dilaksanakan.
b) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan.
c) Membantu pemimpin dalam pengambilan keputusan.
2) Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal yaitu arus informasi yang terjadi
secara mendatar atau sejajar di antara para pekerja dalam satu unit,
menurut Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto dalam buku
Komunikasi Organisasional, tujuan dari arus informasi antara lain:
a) Mengkoordinasikan pengerjaan tugas
b) Bertukar informasi dalam rencana dan kegiatan
c) Mengatasi masalah
d) Mendapatkan pemahaman bersama
e) Memusyawarahkan, negosiasi dan menengahi perbedaan
f) Membangun dukungan interpersonal.7
3) Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal adalah komunikasi yang terjadi di
dalam sebuah organisasi diantara seseorang dengan orang lain yang
satu sama lain berbeda dalam kedudukannya dan bagian. Dalam
komunikasi ini tidak ada perintah maupun pertanggung jawaban,
biasanya hanya menyampaikan ide.
7 Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2000), Modul Kuliah, hal.2.17
17
Komunikasi diagonal diperlukan khususnya bagi para
pekerja pada level bawah guna menghemat waktu. Dalam
penggunaan alur ini diperlukan dua syarat yakni:
a) Setiap pekerjaan melakukan komunikasi secara diagonal harus
memperoleh izin dari atasnya langsung.
b) Setiap pekerjaan yang melakukan komunikasi diagonal harus
menginformasikan hasil yang dicapai kepada atasan langsung.8
4) Grapvine
Grapvine adalah perkataan Inggris untuk tanaman anggur
dan karena tanaman ini menjalar tanpa arah dan bentuk tertentu,
kadang-kadang seperti spiral dan lingkaran yang kait mengait maka
perkataan inilah yang dipilih untuk sistem komunikasi informal.9
Komunikasi ini bebas hambatan karena berlangsung dari mulut ke
mulut, selain itu informasi yang disampaikan sering kali tidak
lengkap yang memungkinkan disalahartikan, namun begitu
umumnya 75% sampai 90% pesan grapvine akurat yang berkaitan
dengan situasi kerja.
b. Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara orang-orang
yang berada didalam dengan khalayak di luar organisasi. Adapun
tujuan utama dilaksanakan komunikasi eksternal oleh sebuah
organisasi adalah:
8 Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2000), Modul Kuliah, hal.2.20 9 Phil. Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Binacipta,
1986), Cet.Ke-4, hal.89
18
1) Untuk membina dan memelihara hubungan yang baik
2) Untuk menciptakan opini public yang menguntungkan
3) Untuk memelihara dan menjaga citra organisasi agar tetap positif 10
4. Iklim Komunikasi Organisasi
Iklim organisasi dalam suatu perusahaan sangat menentukan
kinerja karyawan, maka dari itu pemimpin harus jeli dalam menangkap
situasi dan kondisi iklim komunikasi di perusahaan tersebut. Istilah
“iklim” disini merupakan kiasan. Iklim komunikasi organisasi
menggambarkan suatu kiasan bagi iklim fisik. Iklim disini seperti
membentuk iklim fisik untuk suatu kawasan, cara orang berkreasi terhadap
suatu aspek organisasi menciptakan suatu iklim komunikasi. Iklim fisik
terdiri dari kondisi-kondisi cuaca umum mengenai suatu wilayah.11
a. Iklim Komunikasi
Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi
suatu evaluasi makro mengenai peristiwa komunikasi, perilaku
manusia, respon terhadap pegawai lainnya, harapam-harapan, konflik-
konflik antarpersonal dan kesempatan bagi pertumbuhan dan
organisasi tersebut. Iklim komunikasi berbeda dengan iklim organisasi
dalam arti iklim komunikasi meliputi persepsi-persepsi mengenai
pesan-pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang
terjadi dalam organisasi.12
10
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2000), Modul Kuliah, hal.2.21 11
R.Wayne Pace & Don F.Faules,Komunikasi Organisasi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h.146-147 12
R.Wayne Pace & Don F.Faules,Komunikasi Organisasi, (Bandung: PT Remaja) h.147
19
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulakn bahwa iklim
komunikasi berhubungan dengan persepsi-persepsi anggota perusahaan
terhadap informasi dan peristiwa yang terjadi. Dengan begitu jika
komunikasi berjalan positif diantara anggota, maka akan timbul
suasana kerja yang penuh dengan persaudaraan, para anggota
perusahaan berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah tamah, dengan
anggota lain. Hal ini dengan sendirinya dapat meningkatkan kinerja
mereka. Sedangkan iklim komunikasi yang negative dapat
menyebabkan saling curiga dan tertutup antar karyawan.
b. Iklim Organisasi
Kreeps (1986), dalam Curtis (1992) yang dikutip oleh Soleh
Soemirat, Elvinaro Ardianto dan Yenny Ratna Suminar dalam buku
Komunikasi Organisasional Menyatakan bahwa:
Iklim Organisasi adalah sifat emosional intern organisasi yang
didasarkan pada bagaimana senangnya para anggota organisasi
terhadap satu sama lain dan terhadap organisasi. Konsep tersebut
dibuat atas dasar analogi antara kondisi lingkungan bisnis dan kondisi
cuaca. Beberapa iklim kerja dikategorikan hangat dan gembira bila
orang-orang yang terlibat didalamnya diperhatikan dan diperlakukan
sesuai dengan martabatnya.13
Sebenarnya pengertian iklim organisasi belum ada kesepakatan
yang sama dari para ilmuwan. Menurut hemat penulis hal ini
dikarenakan iklim organisasi sangat kompleks cakupan
13
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2000), Modul Kuliah, hal.7.5
20
pembahasannya, karena mencakup semua unsure dasar organisasi yaitu
anggota, pekerjaan, praktik-praktik yang berhubungan dengan
pengelolaan, struktur dan pedoman. Namun dari pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi adalah suatu situasi dan
kondisi yang terjadi di dalam organisasi yang terbentuk dari perpaduan
unsur-unsur organisasi yang dapat mempengaruhi kinerja anggota
organisasi.
Dari penjabaran iklim komunikasi dan iklim organisasi di atas,
ditemukan kesamaan diantara keduanya, yaitu sama-sama dapat
mempengaruhi kinerja anggota organisasi. Setelah kita menelaah iklim
komunikasi dan iklim organisasi, maka kita akan membahas secara
keselurahan yaitu iklim komunikasi organisasi. Menurut Falcinone
yang dikutip oleh Wayne Pace dan Don F.Faules dalam buku
Komunikasi Organisasi menjelaskan bahwa:
Iklim komunikasi organisasi adalah suatu citra makro, abstrak
dan gabungan dari suatu fenomena global yang disebut komunikasi
organisasi. Kita mengasumsikan bahwa iklim berkembang dari
interaksi antara sifat-sifat suatu organisasi dan persepsi individu atas
sifat-sifat itu. Iklim dipandang sebagai suatu kualitas pengalaman
subjektif yang berasal dari persepsi atas karakter-karakter yang relative
langgeng pada organisasi.14
Untuk mengetahui iklim komunikasi organisasi dapat mengkaji
teori Charles Redding yang dikutip oleh Arni Muhammad dalam buku
14
R.Wayne Pace & Don F.Faules,Komunikasi Organisasi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h.149
21
Komunikasi Organisasi yang mengemukakan lima dimensi penting
dari iklim organisasi yaitu:
1) Supportivennes, atau bawahan mengamati bahwa hubungan
komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka membangun,
dan menjaga perasaan diri berharga, dan penting.
2) Pastisipasi membuat keputusan
3) Kepercayaan, dapat dipercaya, dan dapat menyimpan rahasia
4) Keterbukaan dan keterusterangan
5) Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja
dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi.15
Supportiveness dapat dibagi lagi menjadi beberapa kategori,
menurut Gibb yang dikutip oleh Soleh Soemirat dkk, dalam buku
Komunikasi Organisasional bahwa tingkah laku komunikasi tertentu
dari anggota organisasi mengarahkan kepada iklim supportiveness.
Diantara tingkah laku tersebut adalah sebagai berikut:
1) Deskripsi, anggota organisasi memfokuskan pesan mereka kepada
kejadian yang dapat diamati dari pada evaluasi secara subjektif
atau emosional.
2) Orientasi masalah, anggota organisasi memfokuskan komunikasi
mereka kepada pemecahan kesulitan mereka secara bersama.
3) Spontanitas, anggota organisasi berkomunikasi dengan sopan
dalam merespons situasi yang terjadi.
4) Empati, anggota organisasi memperlihatkan perhatian dan
pengertian terhadap anggota lainnya.
15
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT. Budi Aksara, 2007), Cet,Ke-8,
hal.85
22
5) Kesamaan, anggota organisasi memperlakukan anggota yang lain
sebagai teman dan tidak menekankan kepada kedudukan dan
kekuasaan.
6) Provisionalism, anggota organisasi bersifat fleksibel dan
menyesuaikan diri pada situasi komunikasi yang berbeda.16
Indikator di atas dapat dijadikan masukan bagi organisasi untuk
mengetahui apakah iklim komunikasinya positif atau negatif. Iklim
komunikasi organisasi berpengaruh besar terhadap kinerja karyawan
karena iklim komunikasi organisasi juga memberikan pedoman bagi
keputusan dan perilaku individu. Hal ini ditegaskan dengan pendapat
Guzley yang dikutip oleh Akhi. Muwafik Saleh dalam buku Fungsi
Komunikasi dalam Organisasi bahwa:
Keputusan dan perilaku individu berupa keputusan-keputusan
yang diambil oleh anggota organisasi untuk melaksanakan pekerjaan
mereka secara efektif, untuk mengikatkan diri mereka dengan
organisasi, untuk bersikap jujur dalam bekerja, untuk meraih
kesempatan dalam organisasi secara bersemangat, untuk mendukung
para rekan secara dan anggota organisasi lainnya, untuk melaksanakan
tugas secara kreatif, untuk menawarkan gagasan-gagasan inovatif bagi
penyempurnaan organisasi dan operasinya.17
5. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Dalam suatu organisasi, baik yang berorientasi untuk menarik
keuntungan (profit) maupun nirlaba (non-profit), memiliki empat fungsi
16
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2000), Modul Kuliah, hal.6.9 17
Akhi. Muwafik Saleh, Fungsi Komunikasi dalam Organisasi, Artikel ini diakses pada
tanggal 8 november 2013 dari www.muwafikcenter.blogspot.com
23
organisasi, yaitu: fungsi informative, regulative, persuasif dan intergratif.
Keempat fungsi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Fungsi Informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem proses
informasi. Maksudnya seluruh anggota dalam suatu organisasi
berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik,
dan tepat waktu.18
b. Fungsi Regulatif
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku
dalam suatu organisasi. Ada dua hal yang berpengaruh pada fungsi
regulatif ini. Pertama, atasan tau orang-orang yang berada dalam
tatanan manajemen, yaitu mereka yang memiliki wewenang untuk
mengendalikan informasi dan memberikan instruksi atau perintah.
Kedua, berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya
berorientasi pada kerja. Artinya bawahan membutuhkan kepastian
peraturan tentang pekerjaan yang boleh untuk dilaksanakan.19
c. Fungsi Persuasif
Fungsi ini lebih banyak dimanfaatkan oleh pihak pimpinan
dalam sebuah organisasi dengan tujuan untuk memperoleh dukungan
dari karyawan. Fungsi persuasif adalah penyeimbang dari pemberian
intruski. Seorang atasan harus pintar-pintar mendapatkan hati para
karyawannya maka persuasif inilah caranya. Atasan dalam
memberikan instruksi pekerjaan juga harus dibarengi dengan sikap
18
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2007),
hal.274 19
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2000), Modul Kuliah, hal.2.5
24
mengajak yang santun dan bijak. Sebab pekerjaan yang dilakukan
secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang
lebih besar dibanding jika pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan
dan kewenangannya.
d. Fungsi Intergratif
Setiap organisai berusaha untuk menyediakan saluran yang
memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan
dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yaitu, formal, seperti
penerbitan khusus dalam organisasi (newsletter) dan laporan kemajuan
organisasi; juga saluran informal, seperti perbincangan antarpribadi
dalam masa istirahat kerja, pertandingan, olahraga dan lain-lain.20
6. Dinamika Komunikasi Organisasi
Gagasan komunikasi yang lebih tradisional terpusat pada konsep
“transmisi” dan “alat”. Carey mengingatkan definisi komunikasi menitik
beratkan gagasan pengiriman, penyebaran, dan pemberian informasi
kepada orang lain untuk tujuan pengendalian. Kemudian ia
mengembangkan suatu pandangan “ritual” mengenai komunikasi yang
mengaitkan istilah tersebut dengan pembagian, partisipasi, dan asosiasi.
Gagasan serupa di kemukakan oleh Pearce yang menunjukan bahwa
komunikasi dipandang sebagai instrument yang dipakai manusia untuk
mencapai maksud-maksud tertentu. Dalam hal ini komunikasi adalah suatu
sarana pikiran, suatu alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu.21
20
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2007),
hal.276 21
R.Wayne Pace & Don F.Faules,Komunikasi Organisasi, (Bandung: PT Remaja Rosda
karya, 2010), h.257
25
7. Proses Komunikasi Organisasi
Ada tiga tahap utama dalam proses komunikasi organisasi.
Weickmenyebutkan ketiga tahap ini secara khusus sebagai berikut:
a. Tahap Pemeran
Secara sederhana berarti bahwa para anggota organisasi menciptakan
ulang lingkungan mereka dengan menentukan dan merundingkan
makna khusus bagi suatu peristiwa.
b. Tahap Seleksi
Aturan-aturan dan siklus komunikasi digunakan untuk menentukan
pengurangan yang sesuai dalam ketidakjelasan.
c. Tahap Retensi
Memungkinkan organisasi menyimpan informasi mengenai cara
organisasi itu memberi respons atas berbagai situasi.
Strategi-strategi yang berhasil menjadi peraturan yang dapat
diterapkan pada masa mendatang. Berbagai tahap tersebut saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Weick secara khusus menyimpulkan
bahwa semua tahap-tahap sebagai “pemeranan (menghimpun sesuatu
bagian dari sejumlah pengalaman untuk diperhatikan lebih lanjut), seleksi
(memasukkan seperangkat penafsiran ke dalam bagian yang dihimpun)
dan retensi (penyimpanan segmen-segmen yang sudah diinterpretasikan
untuk pemakaian pada masa mendatang)”. Aturan-aturan dan siklus
komunikasi diterapkan pada setiap tahap bila para anggota organisasi
memproses informasi.22
22
R.Wayne Pace & Don F.Faules,Komunikasi Organisasi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h.81
26
B. Berita Dalam Kategori
1. Pengertian Berita
Berita adalah laporan tentang suatu peristiwa atau kejadian.
MenurutMichael V. Charnieymengemukakan bahwa berita adalah laporan
tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang factual, penting, dan
menarik bagi sebagian pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka.
Sedangkan Wiliard C. Bleyer mengemukakan berita adalah sesuatu yang
yang terkini (baru) yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat
kabar sehingga menarik minat bagi pembaca.23
Berita merupakan suatu penuturan secara benar dan tidak memihak
dari fakta yang punya arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik
perhatian pembaca surat kabar yang memuat hal tersebut. Berita juga
laporan pertama dari kejadian penting dan dapat menarik perhatian umum.
Suatu peristiwa bisa disebut berita apabila sudah disiarkan, dilaporkan,
atau diinformasikan. Berita dalam media cetak dapat dilihat pada surat
kabar,tabloid, atau majalah. Di dalam berita, selalu terdapat informasi.
Berita bisa didefinisikan juga sebagai cerita atau keterangan mengenai
kejadian atau peristiwa yang hangat. Cerita mengenai peristiwa yang
masih hangat merupakan hal yang sangat dinanti-nantikan oleh semua
khalayak. Oleh karena itu berita dapat membantu untuk mengetahui
banyak hal yang terjadi. Dengan kata lain berita juga dapat diartikan
sebagai suatu fakta yang menarik atau sesuatu hal penting untuk diketahui
yang biasa disampaikan pada khalayak melalui sebuah media. Namun,
tidak semua fakta bisa diangkat menjadi sebuah berita oleh media, karena
23
Romli, Berita dan unsur-unsur berita, Artikel ini diakses pada tanggal 21 april 2014
dari planetxperia.blogspot.com
27
setiap fakta akan dipilah dan dipilih antara yang pantas disampaikan ke
khalayak umum.
2. Unsur-unsur Berita
Adapun unsur-unsur dalam berita tergolong dalam 5W+1H adalah
sebagai berikut:24
a. What
Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur what,yaitu
berisi pernyataan yang dapat menjawab pertanyaan apa.
b. Who
Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur who, yaitu
disertai keterangan tentang orang-orang yang terlibat dalam peristiwa.
c. When
Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsurwhen, yaitu
menyebutkan waktu kejadian peristiwa.
d. Where
Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur where, yaitu
berisi deskripsi lengkap tentang tempat kejadian.
e. Why
Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsurwhy, yaitu
disertai alasan atau latar belakang terjadinya peristiwa.
f. How
Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur how, yaitu
dapat dijelaskan proses kejadian suatu peristiwa dan akibat yang
ditimbulkan.
24
Romli, Berita dan unsur-unsur berita, Artikel ini diakses pada tanggal 21 april 2014
dari planetxperia.blogspot.com
28
Selain itu peristiwa yang layak diberitakan harus mempunyai
unsur-unsur yang dikategorikan sebagai berikut:25
a. Unsur Kepentingan
Unsur kepentingan dalam berita maksudnya pemberita
mempunyai kepentingan terhadap pembaca atau pendengar atas
peristiwa itu.
b. Unsur Perhatian Masyarakat
Unsur disini maksudnya adalah sebelum memberitakan
peristiwa harus berpikir adanya unsur perhatian masyarakat terhadap
peristiwa.
c. Unsur Emosi
Unsur Emosi maksudnya adalah ketika masyarakat setelah
membaca atau mendengar berita atau peristiwa, dampak dari berita
ituterhadap masyarakat secara psikologis.
d. Unsur Jarak Peristiwa dan Pembaca
Unsur kedekatan antara tempat dengan pembaca. Dilihat dari
unsur kepentingan, emosi dan perhatian masyarakat pun tidak ada yang
dapat diharapkan dari pembacanya. Karena dilihat dari sebuah jarak.
Akan tetapi bila jarak peristiwanya itu dekat antara tempat dengan
pembaca makan unsur kedekatan itupun dapat dipertimbangkan.
e. Unsur Keluarbiasaan
Unsur keluarbiasaan maksudnya apakah peristiwa itu di luar
kebiasaan. Peristiwa yang dapat menjadi berita ialah yang tidak biasa,
maka karena tidak biasa itulah akan menarik perhatian para pembaca
25
Heri Jauhari,Terampil Mengarang, (Bandung: Nuansa Cendikia, 2013), h.193-196
29
atau pendengar. Bila peristiwa itu sudah biasa terjadi di masyarakat,
bahkan telah menjadi rutinitas, mubazir diberitakan. Hal itu tidak akan
menambah pengetahuan dan tidak akan menarik untuk dibaca. Suatau
hal yang luar biasa itu selalu dicari orang, terutama oleh para kuli tinta
(wartawan) baik untuk sensasi maupun berita.
f. Unsur Kemanusiaan
Peristiwa yang diberitakan harus tidak bertentangan dengan
etika, norma dan moral. Selain itu, penulisan berita juga berhubungan
dengan perasaan, baik terhadap objek berita maupun terhadap
pembaca. Dengan rasa kemanusiaan, berarti kita menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia. Sejelek dan sejahat apa pun, karena
objek beritanya manusia, beritanya harus dengan batas-batas
kemanusiaan menyangkut etika, norma dan moral.
g. Unsur Kekhasan
Masalah kekhasan bergantung pada tingkat media massa
tersebut. Ada media massa tingkat nasional, provinsi dan kabupaten
atau lokal. Selain itu, disesuaikan dengan pangsa pasar atau target
pembacanya. Dengan demikian, ada koran yang mempunyai kekhasan
berita, ada yang mengutamakan berita-berita daerah, kriminal,
ekonomi, politik, dan lain-lain.
3. Jenis-Jenis Berita
Berikut ada jenis berita yang terdiri atas berita elementary, berita
intermediate, dan berita advance.26
26
Romli, Berita dan unsur-unsur berita, Artikel ini diakses pada tanggal 21 april 2014
dari planetxperia.blogspot.com
30
a. Berita Elementary
1) Straight news report adalah laporan langsung mengenai suatu
peristiwa.
2) Depth news report adalah reporter menghimpun informasi dengan
fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi
tambahan untuk peristiwa tersebut.
3) Comprehensive news merupakan laporan tentang fakta yang
bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek.
b. Berita Intermediate
1) Interpretative report lebih dari sekedar straight news dan depth
news. Berita interpretatifbiasanya memfokuskan sebuah isu,
masalah, atau peristiwa-peristiwa controversial.Namun demikian,
fokus beritanya masih berbicara mengenaifakta yang terbuktibukan
opini.
2) Feature story. Penulis mencari fakta untuk menarik perhatian
pembacanya. Penulis feature menyajikan suatu pengalaman
pembaca yang lebih bergantung pada gaya penulisan dan humor
daripada pentingnya informasi yang disajikan.
c. Berita Advance
1) Depth reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat
mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa
fenomenal atau actual.
2) Investigative reporting berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda
dengan laporan interpretative. Berita jenis ini biasanya
31
memusatkan pada sejumlah masalah dan kontroversi. Namun
demikian, dalam laporan investigative, para wartawan melakukan
penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi
tujuan. Pelaksanaannya sering illegal atau tidak etis.
3) Editoral writing adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan
berita-berita yang penting dan memengaruhi pendapat umum.
4. Media Dalam Berita
Media-media yang biasa menyampaikan berita antara lain:27
a. Media Cetak
Media ini sangat baik digunakan oleh pembaca yang ingin
mengetahui peristiwa secara detail dapat didokumentasikan melalui
media cetak bila sesuatu saat ingin mengingat peristiwa. Contohnya,
Koran, majalah, tabloid dan lain-lain.
b. Media Elektronik
Media ini sangat efektif dalam menyebarkan sebuah berita,
dikarenakan banyak orang yang tidak senang membaca dan bisa
melihat sumber peristiwa. Berita jika disiarkan melalui media ini,
memang banyak yang menyenangi. Contoh media elektronik adalah
televisi, radio dan lain-lain.
c. Media Online
Media ini kecepatan informasinya yang lebih ditekankan.
Dengan media ini mempermudah mencari atau menyebarkan berita
dengan mengakses melalui internet.
27
Anne, Pengertian dan Jenis-Jenis Berita, artikel ini diakses pada tanggal 19 april 2014
dari www.anneahira.com
32
5. Batasan Berita
Menurut Dean M.Lyle Sprencer mengatakan bahwa batasan berita
adalah kenyataan atau tulisan yang memuat ide yang benar terjadi
dilapangan dan dapat menarik perhatian para pembacanya.
6. Sumber Berita
Sumber berita selain sebagai objek yang diberitakan juga sebagai
media untuk mengumpulkan informasi. Menurut Eugene J. WebbdanJerry
R Salancik, ada empat jenis sumber berita yaitu:
a. Observasi secara langsung terhadap situasi berita yang akan ditulis.
b. Menggunakan proses wawancara.
c. Pencarian dengan melakukan penelitian bahan-bahan dengan dokumen
(riset data).
d. Dengan menjadi pelaku atau saksi dalam peristiwa tersebut (sekarang
sering disebut dengan citizen journalism.28
7. Berita Negatif
Berita negatif adalah berita yang isinya mempertentangkan atau
bertolak belakang dari suatu kepastian. Berita negatif biasanya berisikan
sebuah informasi yang negatif, yang pada intinya memberikan semacam
informasi kecaman dan menunjukan suatu pengingkaran. Berita negatif juga
bisa dinyatakan sebagai suatu berita yang berlainan dengan pernyataannya
yang sebenaranya (dipakai untuk menyangkal).29
Selain ada berita negatif, berita positif juga selalu menjadi sebuah
pemberitaan yang ada diberbagai media. Berita positif adalah berita yang
28
Bimba,Teori, batasan, sumber dalam berita, Artikel ini diakses pada tanggal 21 april
2014 dari bimbingan.org 29
Harry, Bingkai Bahasa, Artikel ini diakses pada tanggal 10 november 2013 dari
bingkaibahasa.wordpress.com
33
isinya tidak mengandung kata ingkar. Berita positif merupakan berita yang
mengandung unsur peristiwa yang positif.
1. Perbandingan Berita Negatif dan Berita Positif
Setiap berita mempunyai unsur yang negatif maupun positif. Oleh
karena itu jika pembaca tidak pintar memilah mana berita negatif dan
mana berita positif maka akan menjadi salah menafsirkan pada berita
tersebut.
Berita negatif mempunyai unsur yang negatif, pada berita tersebut
selalu menginfomasikan berita yang bertolak belakang atas peristiwa yang
ada. Berita negatif bertentangan, sangat berbeda dengan berita positif yang
selalu menginformasikan hal-hal atau fakta-fakta yang positif. Berita
positif mempunyai unsur yang baik. Bila dibandingkan berita positif dan
negatif mempunyai unsur yang berbeda. Berita negatif menginformasikan
peristiwa yang negatif sedangkan berita positif menginformasikan berita
yang positif.
C. Reduksi
Reduksi menurut secara harfiah merupakan pengurangan,
penyempitan, sebuah proses mengambil kembali (re-ducere). Kata sifat dari
reduksi adalah reduksionis. Reduksi bisa dikatakan pula yakni menyaring.
Menyaring sebuah peristiwa/fenomena untuk disampaikan kepada inti dari
peristiwa/fenomena tersebut.30
Ada tiga tahap dalam aktivitas reduksi menurut Husserl, yaitu:31
30
Jan Hendrik Rapar,Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1996), h.118 31
Jan Hendrik Rapar,Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1996), h.119
34
1. Reduksi Fenomenologis
Reduksi fenomenologis ditempuh dengan menyisihkan atau
menyaring pengalaman pengamatan pertama yang terarah pada eksistensi
fenomena. Pengalaman inderawi itu tidak, tetapi perlu disisihkan dan
disaring lebih dahulu sehingga tersingkirlah segala prasangka,
praanggapan maupun prateori, baik yang berdasarkan keyakinan
tradisional, maupun yang berdasarkan keyakinan agamis, bahkan seluruh
keyakinan dan pandangan yang telah dimiliki sebelumnya. Segala sesuatu
yang diketahui dan dipahami, lewat pengamatan biasa terhadap fenomena
itu, harus diuji sedemikian rupa dan tidak boleh diterima begitu saja.
Fenomena itu diamati dalam hubungannya dengan kesadaran tanpa
melakukan refleksi terhadap fakta-fakta yang ditemukan lewat pengamatan
itu karena yang utama dalam hidup ini ialah menemukan dan
menyingkirkan subjektivitas-subjektivitas yang merupakan penghambat
bagi fenomena itu dalam mengungkapkan hakikat dirinya.
2. Reduksi Eidetis
Reduksi eidetis adalah upaya untuk menemukan eidos atau hakikat
fenomena tersembunyi. Pada tahap ini segala sesuatu yang dianggap
sebagai hakikat fenomena yang diamati harus disaring untuk menemukan
hakikat yang sesungguhnya dari fenomena itu. Itu berarti segala sesuatu
yang dilihat harus dianalisis secara cermat dan lengkap agar tidak ada yang
terlupakan. Dalam upaya menganalisis fenomena yang diamati dengan
cermat dan lengkap, perhatian pengamat harus senantiasa terarah kepada
isi yang paling fundamental dan segala sesuatu yang bersifat paling hakiki.
35
3. Reduksi Transendental
Reduksi transendental berarti menyisihkan dan menyaring semua
hubungan antara fenomena yang diamati dan fenomena lainnya. Misalnya
saja fenomena yang diamati itu adalah diri kita sendiri, kita harus
menyadari bahwa diri kita sendiri senantiasa memiliki hubungan dengan
fenomena lainnya, yang berada diluar diri kita. Keterhubungan yang
demikian itu membuat kita senantiasa berada dalam suatu situasi yang
tertentu, seperti kita sedang makan, sedang menulis, sedang mandi, dan
sebagainya. Pengalaman-pengalaman yang demikian itu jelas merupakan
hal-hal yang harus disisihkan karena merupakan bagian dari kesadaran
empiris. Reduksi transendental harus menemukan kesadaran murni dengan
menyisihkan kesadaran empiris sehingga kesadaran diri sendiri tidak lagi
berlandaskan pada keterhubungan dengan fenomena lainnya. Kesadaran
diri yang telah bebas dari kesadaran empiris itu mengatasi pengalaman,
maka bersifat transcendental.
36
BAB III
GAMBARAN UMUM INDONESIA CORRUPTION WATCH
A. Latar Belakang dan Sejarah Singkat ICW
Korupsi kian mencemaskan setelah implementasi Otonomi Daerah.
Arah desentralisasi yang membawa semangat keadilan distributif sumber-
sumber negara yang selama 32 tahun dikuasai secara otoriter oleh pemerintah
pusat kini justru menjadi ajang distribusi korupsi dimana aktor dan areal
korupsi kian meluas. Praktek korupsi tidak lagi terorganisir dan terpusat, tetapi
sudah terfragmentasi seiring dengan munculnya pusat-pusat kekuasaan baru.
Hukum yang seharusnya memberikan jaminan terwujudnya keadilan
dan penegakan aturan juga tak luput dari ganasnya korupsi. Mafia peradilan
kian merajalela dan lembaga peradilan tak ubah laksana lembaga lelang
perkara yang membuat buncit perut aparat penegak hukum busuk. Rasa
keadilan digadaikan oleh praktek suap menyuap. Intervensi politik terhadap
proses hukum menyebabkan lembaga peradilan hanya menjadi komoditas
politik kekuasaan. Tidak ada kasus korupsi yang benar-benar divonis setimpal
dengan perbuatannya. Dengan kekuasaan uang dan perlindungan politik,
koruptor dapat menghirup udara bebas tanpa perlu takut dijerat hukum.
Tidak sedikitpun terlihat ada kemauan politik (will) dari pemerintah
untuk memberantas praktek mega korupsi. Krisis ekonomi yang dituding
banyak pihak merupakan akibat dari praktek korupsi tidak dijadikan pelajaran.
Konglomerat akbar yang melakukan kejahatan ekonomi justru diproteksi.
Utang bernilai triliunan yang seharusnya mereka bayar dibebankan kepada
37
pemerintah yang memicu hilangnya mekanisme jaring pengaman sosial seperti
penghapusan subsidi pendidikan, kesehatan, pupuk dan BBM. Korupsi telah
menyebabkan kemiskinan struktural yang kronis.
Korupsi membuat mekanisme pasar tidak berjalan. Proteksi, monopoli
dan oligopoli menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan distorsi pada distribusi
barang/jasa, dimana pengusaha yang mampu berkolaborasi dengan elit politik
mendapat akses, konsesi dan kontrak-kontrak ekonomi dengan keuntungan
besar. Persaingan usaha yang harus dimenangkan dengan praktek suap
menyuap mengakibatkan biaya produksi membengkak. Ongkos buruh ditekan
serendah mungkin sebagai kompensasi biaya korupsi yang sudah dikeluarkan
pelaku ekonomi.
Busuknya sektor pemerintah dan sektor swasta karena korupsi hanya
melahirkan kemiskinan, kebodohan dan ketidakberdayaan rakyat banyak.
Korupsi yang terjadi karena perselingkuhan kekuasaan politik dan kekuatan
ekonomi membuat semakin lebarnya jurang kesejahteraan. Karena itulah ICW
percaya bahwa pemberantasan korupsi akan berjalan efektif jika ada pelibatan
yang luas dari rakyat sebagai korbannya. ICW mengambil posisi untuk
bersama-sama rakyat membangun gerakan sosial memberantas korupsi dan
berupaya mengimbangi persekongkolan kekuatan birokrasi pemerintah dan
bisnis. Dengan demikian reformasi di bidang hukum, politik, ekonomi dan
sosial untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang demokratis dan
berkeadilan sosial dapat diwujudkan.
ICW adalah lembaga nirlaba yang terdiri dari sekumpulan orang yang
memiliki komitmen untuk memberantas korupsi melalui usaha-usaha
38
pemberdayaan rakyat untuk terlibat/berpartisipasi aktif melakukan perlawanan
terhadap praktek korupsi. ICW lahir di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1998 di
tengah-tengah gerakan reformasi yang menghendaki pemerintahan pasca
Soeharto yang demokratis, bersih dan bebas korupsi. ICW awalnya merupakan
lembaga swadaya masyarakat (LSM) berawal dari sebuah yayasan berubah
menjadi suatu perkumpulan. Perkumpulan tersebut karena ada dasar yuridis,
politik, maupun sosiologis. Dasar hokum dan politik ini hanya ingin
mensiasati UUD ormas atau UUD yayasan untuk membuat ruang gerak bagi
ICW agak sempit terutama memudahkan pihak pemerintah bisa melakukan
interfensi. Secara politik ICW merupakan suatu perkumpulan yang
memudahkan pendekatan dengan masyarakat. Dengan perkumpulan semua
masyarakat jadi terbuka bisa bergabung dan berkontribusi langsung dalam
melawan korupsi. ICW memperkuat kelompok warga agar terlibat langsung
dalam melawan korupsi. ICW sebagai fasilitator untuk mendorong adanya
gerakan masyarakat untuk melawan korupsi, apa yang dilakukan ICW lebih
banyak upaya penguatan-penguatan kepada masyarakat. Misalnya, seperti
pengorganisasian, membentuk jaringan, menyediakan alat yang bisa di pake
kelompok masyarakat dalam memberantas korupsi.
B. Visi dan Misi ICW
1. Visi ICW
ICW merupakan bentuk lembaga yang mempunyai visi yang
berbeda. Kasus korupsi untuk memberantas para koruptor. Mengontrol
segala tata negara dengan mewujudkan negara yang bebas korupsi, aman
dan memberdayakan segala aspek dari berbagai kasus pemerintah.
39
2. Misi ICW
Misi ICW adalah memberdayakan rakyat dalam:
a. Memperjuangkan terwujudnya sistem politik, hukum, ekonomi dan
birokrasi yang bersih dari korupsi dan berlandaskan keadilan sosial
dan jender.
b. Memperkuat partisipasi rakyat dalam proses pengambilan dan
pengawasan kebijakan publik.
Dalam menjalankan misi tersebut, ICW mengambil peran sebagai
berikut:
a. Memfasilitasi penyadaran dan pengorganisasian rakyat dibidang hak-
hak warganegara dan pelayanan publik.
b. Memfasilitasi penguatan kapasitas rakyat dalam proses pengambilan
dan pengawasan kebijakan publik.
c. Mendorong inisiatif rakyat untuk membongkar kasus-kasus korupsi
yang terjadi dan melaporkan pelakunya kepada penegak hukum serta
ke masyarakat luas untuk diadili dan mendapatkan sanksi sosial.
d. Memfasilitasi peningkatan kapasitas rakyat dalam penyelidikan dan
pengawasan korupsi.
e. Menggalang kampanye publik guna mendesakkan reformasi hukum,
politik dan birokrasi yang kondusif bagi pemberantasan korupsi.
f. Memfasilitasi penguatan good governance di masyarakat sipil dan
penegakan standar etika di kalangan profesi.
40
C. Posisi ICW
Berpihak kepada masyarakat yang miskin secara ekonomi politik dan
budaya.
Nilai:
1. Keadilan sosial dan keseteraan jender
Setiap laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan dan peluang
yang sama untuk berperan aktif dalam pemberantasan korupsi, memiliki
hak dan peluang yang sama didalam lembaga maupun dalam kaitannya
dengan kesempatan yang sama untuk mengakses dan mengontrol sumber
daya lembaga.
2. Demokratis
Setiap individu baik laki-laki maupun perempuan dalam setiap
pengambilan keputusan, perilaku dan pikiran, wajib menjunjung nilai
demokrasi.
3. Kejujuran
Setiap individu baik laki-laki maupun perempuan wajib
membeberkan setiap kepentingan pribadi yang berhubungan dengan
kewajibannya serta mengambil langkah-langkah untuk mengatasi benturan
kepentingannya yang mungkin timbul.
D. Prinsip ICW
1. Integritas
a. Setiap individu tidak pernah melakukan kejahatan pidana, politik,
ekonomi dan hak asasi manusia.
b. Setiap individu tidak pernah membela atau melindungi koruptor.
41
c. Setiap individu tidak boleh menempatkan dirinya di bawah
kepentingan finansial atau kewajiban lainnya dari pihak luar, baik
individu maupun organisasi yang dapat mempengaruhinya dalam
menjalankan tugas-tugas dan misi ICW.
2. Akuntabilitas
Setiap individu harus bertanggungjawab atas keputusan dan
tindakan-tindakannya kepada rakyat dan harus tunduk pada pemeriksaan
publik terhadap seluruh aktivitas di ICW.
3. Independen
a. Setiap individu tidak menjadi anggota ataupun pengurus salah satu
partai politik.
b. Setiap individu bertindak objektif dalam menghadapi pejabat negara
ataupun kelompok kepentingan tertentu.
c. Setiap individu tidak boleh membuat keputusan dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan finansial atau materi bagi dirinya sendiri,
keluarga dan konco.
4. Obyektivitas dan kerahasiaan
a. Setiap individu dalam mengambil keputusan dan tindakan harus
semata-mata berdasarkan pertimbangan kebenaran dan keadilan.
b. Setiap individu wajib merahasiakan para identitas saksi dan pelapor
kasus korupsi yang melaporkan kasus korupsi ke ICW.
5. Anti-Diskriminasi
Dalam melaksanakan tugas pemberantasan korupsi, hak dan
kewajiban di lembaga, setiap individu tidak melakukan diskriminasi baik
berdasarkan agama, ras atau golongan.
42
E. Struktur Organisasi ICW
F. Divisi – Divisi ICW
1. Divisi Penggalangan Dana dan Kampanye Publik
Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah sebuah organisasi
independen. Untuk menjaga independensi sekaligus meningkatkan rasa
kepemilikan publik dan menjaga keberlangsungan program, sejak Maret
2010 lalu ICW membuka peluang donasi publik. Dengan memberi bantuan
finansial kepada lembaga ini, masyarakat dapat turut serta dalam kerja-
kerja pemberantasan korupsi.
Donasi yang dikumpulkan dari publik dimanfaatkan untuk
menjalankan sejumlah program ICW, diantaranya; investigasi kasus,
pemantauan anggaran sekolah, advokasi layanan kesehatan, membangun
43
generasi pemuda melawan korupsi, serta menyelenggarakan pendidikan
antikorupsi di sekolah dan kampus.
Transparansi dan akuntabilitas menjadi pilar utama gerakan
antikorupsi. Untuk menjamin transparansi, setiap bulan ICW
mempublikasikan hasil perolehan donasi di website www.antikorupsi.org
Setiap tahun, laporan keuangan secara menyeluruh akan diaudit oleh
auditor independen dan diunggah ke website.
2. Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan
Pemberantasan korupsi di Indonesia, dengan segala
ketidakmaksimalannya sesungguhnya sudah mulai tumbuh sejak tahun
2004 hingga saat ini. lembaga penegak hukum konvensional seperti
Kepolisian dan Kejaksaan masih belum bisa maksimal memberantas
korupsi. alin-alih bekerjasama, yang teradi justru konflik antara penegak
hukum, seperti kasus Cicak vs Buaya beberapa waktu lalu. sementara para
mafia hukum dan peradilan semakin menjadi-jadi. disisi yang sama,
Oligarki semakin kuat menyandera berbagai lini strategis penegakan
hukum dan pemberantasan korupsi.
Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan ICW menjalankan tugas
pengawasan terhadap berbagai lembaga penegak hukum, hingga mengawal
berbagai produk hukum yang relevan dengan pemberantasan korupsi.
Beberapa program yang dijalankan diantaranya; menginisiasi gerakan
penyelamatan institusi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui
kampanye “Cicak Vs Buaya”, monitoring pemilihan pimpinan KPK serta
mengawal proses revisi UU Tindak Pidana Korupsi, UU KPK dan UU
Pencucian uang.
44
3. Divisi Monitoring Pelayanan Publik
Salah satu indikator sukses upaya pemberantasan korupsi andalah
meningkatnya kualitas pelayanan publik. Oleh karena itu, pengawasan
terhadap sektor pelayanan publik ini mutlak diperlukan untuk menjamin
rakyat benar-benar mendapatkan haknya. ICW tak pernah berhenti
mengawasi pemerintah sebagai penyedia layanan publik. Agar gaung dan
manfaatnya lebih besar, lembaga ini mengajak masyarakat untuk turut
berpartisipasi. Mereka, para pengguna layanan publik, diajak untuk
memonitor kulitas pelayanan dan manajemen dana untuk mencegah
terjadinya penyelewengan.Pemantauan kualitas pelayanan publik berbasis
masyarakat terorganisir bertujuan mewujudkan keadilan sosial dalam
pelayanan publik.Selama beberapa waktu terakhir ini, ICW fokus terhadap
pelayaan publik di sektor kesehatan, pendidikan, dan pelaksanaan ibadah
haji.
4. Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran
Negara sering kecolongan akibat kekurangan penerimaan negara
dari pajak dan bukan pajak. Membahas penerimaan negara, saat ini Divisi
Monitoring dan Analisisis Anggaran ICW fokus terhadap dua sektor
utama; penerimaan dari sumber daya alam khususnya sektor pertambangan
(industri ekstraktif) serta penerimaan negara dari pajak.
Disamping itu, Divisi MAA juga rutin melakukan pemantauan dan
advokasi terkait belanja negara dan subsidi energi. Pemantauan terhadap
industri ekstraktif, ICW mendorong renegosiasi kontrak sejumlah
perusahaan ekstraksi yang beroperasi di Indonesia agar memberikan
manfaat lebih banyak kepada negara.
45
5. Divisi Korupsi Politik
Patronase bisnis dan politik merupakan pangkal pokok terjadinya
korupsi. Cara untuk memangkasnya dengan mengimplementasikan nilai-
nilai transparansi dan mendorong keterlibatan rakyat dalam pembuatan
kebijakan.
Fokus utama kerja Divisi Korupsi Politik lebih kepada upaya
mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam sektor politik melalui
berbagai metode. Divisi ini melakukan riset dan studi mengenai patronase
politik bisnis di level lokal hingga nasional.
Divisi Korupsi Politik juga melakukan advokasi terkait isu-isu
aktual mengenai anggaran, korupsi di parlemen dan lingkungan
pemerintahan daerah.
6. Divisi Investigasi
Indonesia Corruption Watch (ICW) menginvestigasi sejumlah
kasus dugaan korupsi sekaligus menerima laporan masyarakat mengenai
kasus-kasus korupsi. Tugas Divisi Investigasi adalah melakukan review
secara mendalam sebelum melaporkan kasus-kasus tersebut kepada aparat
penegak hukum.
Hingga akhir Oktober 2011, ICW telah menerima 370 laporan dari
masyarakat. Dari jumlah itu 149 diantaranya memiliki unsur dugaan
korupsi, sedangkan sisanya adalah kasus bukan korupsi. 15 diantaranya
telah dilaporkan kepada aparat. Selain menangani investigasi kasus, divisi
ini juga melakukan advokasi terhadap implementasi Undang-Undang
Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). ICW mendukung implementasi
46
berlakunya undang-undang ini dengan mendorong terbentuknya Komisi
Informasi Daerah (KID) di 6 provinsi; Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan Bali. Selain itu ICW juga
sedang mendorong dilakukannya audit sosial oleh masyarakat terhadap
proyek-proyek pemerintah terutama di bidang layanan publik di
beberapadaerah.
G. Uraian Jabatan di Lingkungan Badan Pekerja ICW
1. Koordinator
Koordinator bertanggung jawab terhadap semua aktivitas badan
pekerja. Fungsi koordinator menjalankan kegiatan organisasi dalam rangka
melaksanakan program kerja yang telah ditetapkan oleh RUA (Rapat
Umum Anggota). Koordinator juga berperan sebagai representasi lembaga
dalam hubungan dengan pihak luar, melakukan perencanaan monitoring
dan evaluasi terhadap program, anggaran dan kinerja personel. Tugas
pokok koordinator mengkoordinir seluruh personel dibantu oleh dua orang
wakil koordinator. Menjalankan kegiatan organisasi secara terbuka.
Menyelenggarakan dan memimpin rapat pleno badan pekerja. Mengangkat
dan menghentikan anggota badan pekerja dan bertanggungjawab atas
penyusunan rencana, pelaksanaan dan evaluasi program kerja yang
meliputi kebijakan manajemen, anggaran dan program.
2. Wakil Koordinator
Wakil koordinator bertanggung jawab terhadap aktivitas sesuai
bidang dibawah tanggung jawabnya. Membantu koordinator dalam
menjalankan kegiatan lembaga yang telah ditetapkan. Tugas pokok wakil
47
koordinator adalah membantu koordinator dalam menjalankan kegiatan
organisasi secara terbuka, membantu koordinator dalam menyusun
rencana manajemen organisasi dan pertanggungjawaban atas
pelaksanaannya.
3. Program Officer
Program Officer melaksanakan segala aktivitas yang berhubungan
dengan pelaksanaan program dibidang korupsi politik. Tugas pokok
program officer melaksanakan monitoring dibidang korupsi politik
terutama dalam hubungannya dengan proses-proses politik ditingkat pusat
maupun daerah. Melakukan program kerja sesuai dengan ketetapan rapat
badan pekerja dalam hubungannya dengan korupsi politik. Melakukan
advokasi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan korupsi politik.
Melakukan riset dan analisis mengenai hal-hal yang terkait dengan bidang
korupsi politik dan menindaklajuti laporan masyarakat dibidang korupsi
politik yang telah ditetapkan dalam rapat badan pekerja.
48
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA
ICW mencoba menguatkan organisasi dengan memberantas korupsi baik
dari bidang politik, keuangan, air, listrik dan pendidikan. ICW menggunakan
kekuatannya melalui data yang akurat bukan hanya sekedar data asal-asalan.
Melalui data yang sudah di investigasi melalui tim investigasi ICW, ICW yakin
dengan penguatan data dapat memberantas para koruptor yang kian marak di
negara Indonesia.
A. Proses Komunikasi Organisasi Dalam Mereduksi Pemberitaan Negatif
berdasarkan Teori Weick
Pemberitaan negatif dari luar di ICW sudah menjadi hal biasa bagi
lembaga tersebut. Semua staff ICW sudah dihimbau bahwa untuk tidak
berbicara diruang publik bila tidak mempunyai data dan tidak mempunyai
riset semua pihak yang diragukan oleh ICW pasti mudah di tuding hal yang
negatif. Dengan data yang sudah di investigasi oleh ICW itulah cara ICW
untuk menangkal pemberitaan negatif. Berikut beberapa contoh yang menjadi
pemberitaan negatif di ICW:
1. ICW di Tuding Menerima Dana Asing
ICW dituding mendapatkan dana asing. Negara Indonesia tidak
lepas dari dana asing akan tetapi ICW menegaskan dana Asing yang ICW
terima merupakan sumbangan dari lembaga asing. ICW tidak menerima
dana APBN, APBD, IMF dan Bank dunia bila dapat dana dari lembaga
tersebut itu akan menimbulkan konflik kepentingan. ICW mempunyai
lembaga uang masyarakat dan lembaga donor asing. Meskipun berasal dari
49
donor asing ICW memastikan keuangan dapat dipertanggungjawabkan.
ICW telah secara transparan melaporkan kepada publik mengenai audit
keuangannya. Tidak ada yang salah dengan menerima sumbangan dana
dari pihak asing, pemerintahpun menerima sumbangan dana dari pihak
asing dan hampir semua pemerintah menerima hibah asing.
Saat ini pendanaan ICW dari dua jalur. Dari publik melalui
penggalangan dana publik, kedua dari lembaga donor yang itu jelas tanpa
ikatakan dan tidak ada intervensi apapun. semua Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dan Organisasi Masyarakat (Ormas), jika ingin
menerima bantuan asing harus sepengetahuan dan seizin Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Ada penyaringan di
negara bila setuju masuk harus ada sharing contract dari pemerintah.
Dalam rancangan Undang-Undang Ormas mengatur transparansi dan
akubilitas. Bahkan, jauh sebelum Undang-Undang Keterbukaan informasi
Publik ada, ICW sudah di publish.
2. ICW Dituding Lakukan Kampanye Negatif Terhadap SBY di tahun
2004
ICW membantah melakukan kampanye negatif atau black
campaign terhadap calon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pihak
ICW menerima pengiriman setumpuk berkas berisi selembaran kampanye
negatif terhadap SBY ke kalangan lembaga swadaya masyarakat (LSM),
tokoh masyarakat serta cendikiawan. Berkas tersebut berkepala surat
National Democratic Institute (NDI), akan tetapi anehnya beralamat
sekretariat Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan
Sosial (LP3ES), yakni di Jl S Parman No 81, Slipi, Jakarta 11420. Dalam
50
pengantar berkas berjudul Masih Ingat Suharto Muda? itu disebutkan,
NDI bekerja sama dengan berbagai narasumber di Indonesia mencoba
menelusuri jejak langkah Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang
Yudhoyono. Lewat rangkaian peristiwa itu SBY dicitrakan antara lain
sebagai petinggi militer antidemokrasi dan harus bertanggung jawab atas
berbagai pelanggaran HAM berat di Tanah Air. Yudhoyono disebut-sebut
menentang reformasi, mengusulkan kudeta kepada Jenderal Wiranto,
menolak partai Islam, serta mengusulkan pengampunan atas Soeharto.
ICW membantah berkas itu adalah berkas yang ICW buat dan
kirim ke kalangan LSM, tokoh masyarakat serta cendekiawan. ICW tak
ingin menduga-duga siapa yang membuat berkas itu dan siapa yang
diuntungkan dengan beredarnya berkas tersebut. Pada saat itu, ICW tidak
ingin namanya dibawa-bawa dalam persaingan elite kedua kubu dalam
pencalonan Presiden pada tahun 2004. ICW juga tidak ingin mengomentari
tentang black campaign itu karena ICW tidak memiliki kepentingan apa-
apa. ICW dan lembaga-lembaga lain sepakat melaporkan kepanitian
pengawas pemilu 2004.
3. ICW merilis 36 nama calon anggota legislatif bermasalah
ICW merilis 36 calon anggota legislatif yang diragukan anti
koruspsinya. Beberapa nama yang tercantum membantah dan menuding
ICW telah melemparkan fitnah. Pada saat itu, ada pihak yang berencana
menggugat ICW secara hukum. Berikut ini daftar 36 caleg bermasalah
versi ICW:
51
No Nama Calon
Legislatif Partai Kasus
1. Azis Syamsudin Golkar Menerima uang untuk
memperlancar proyek simulator
SIM
2. Bambang Soesatyo Golkar Menerima uang untuk
memperlancar proyek simulator
SIM
3. Idris Laena Golkar Melakukan pelanggran etika
permintaan barang atau upeti
kepada BUMN.
4. Nurdiman Munir Golkar Mendukung upaya revisi UU KPK
yang berpotensi melemahkan
kewenangan lembaga tersebut
5. Setya Novanto Golkar mengaku menyerahkan uang
1.050.000 dollar AS (sekitar Rp 9
miliar) kepada Kahar Muzakir
setelah pertemuan dengan Setya
Novanto.
6. Kahar Muzakir Golkar menerimauang 1.050.000 dollar AS
(sekitar Rp 9 miliar) setelah
pertemuan dengan Setya Novanto.
7. Melchias Markus
Mekeng
Golkar Disebut sebagai "Ketua Besar"
dalam BBM antara Mindo Rosalina
Manulang dan Angelina Sondakh
dalam kasus wisma atlet
8. Priyo Budi Santoso Golkar Nama Priyo Budi S masuk dalam
tuntutan JPU atas kasus pengadaan
Al Quran dan laboratorium yang
menyeret Dendi Prasetya dan
Zulkarnain Djabar
9. Charles Jonas
Mesang
Golkar menerima uang dari proyek
pengadaan alkes di Kemenkes
sebesar Rp 90 juta.
52
10. Edhie Baskoro
Yudhoyono
Demokrat Laporan dugaan pencemaran nama
baik oleh Ibas kepada Yulianis
dinilai oleh LPSK menghambat
pemberantasan korupsi.
11. Mirwan Amir Demokrat Saksi Mindo Rosalina M dalam
persidangan menyebutkan peran
yang bersangkutan sebagai "Ketua
Besar" yang menerima uang dari
proyek wisma atlet.
12. Jhonny Alle
Marbun
Demokrat Disebut oleh Abdul Hadi Jamal
(tersangka kasus korupsi
pembangunan dermaga dan bandara
Indonesia timur) menerima uang Rp
1 miliar dalam proyek yang sama.
13. Achsanul Qosasi Demokrat Melakukan pelanggaran etika
ringan dalam kasus permintaan
barang atau upeti kepada BUMN
14. Ignatius Mulyono Demokrat Membantu pengurusan
sertifikatHambalang atas
permintaan Anas Urbaningrum
15. Muhammad Nasir Demokrat Audit BPK menyebut nama
Muhammad Nasir termaktub dalam
akta kepemilikan PT Anugerah
Nusantara.
16. Sutan Batoeghana Demokrat Disebut oleh JPU menerima uang
dalam kasus solar home system
(SHS) dan hal tersebut juga diakui
oleh terdakwa Kosasih Abas.
17. Marzuki Ali Demokrat Pernah menyampaikan wacana
pembubaran KPK.
18. Max Sopacua Demokrat menerima uang dari proyek
pengadaan alkes di Kemenkes
sebesar 45 juta.
53
19. Mahyudin Demokrat Disebut oleh saksi Mindo Rosalina
M dalam persidangan (16/1/2012)
sebagai "Pak Ketua" yang
menerima sejumlah uang dari
pembahasan wisma atlet.
20. Herman Herry PDIP Disebut oleh saksi (AKBP Thedy
Rusmawan) dalam persidangan
kasus simulator (28/5/2013)
menerima uang untuk
memperlancar proyek simulator
SIM.
21. IWayan Koster PDIP Disebut oleh saksi Lutfi Ardiansyah
dalam persidangan tipikor
(27/1/2012) menerima uang sebesar
Rp 5 miliar dari Grup Permai
22. Said Abdullah PDIP Disebut oleh Yulianis dalam
persidangan tipikor (4/10/2012)
turut serta dalam menggiring
sejumlah proyek bersama Grup
Permai.
23. Olly Dondo
Kambey
PDIP Disebut oleh Yulianis dalam
persidangan tipikor (4/10/2012)
turut serta dalam menggiring
sejumlah proyek bersama Grup
Permai.
24. Ribka Tjiptaning PDIP Dijatuhi sanksi oleh Badan
Kehormatan DPR berupa larangan
memimpin rapat panitia khusus atau
panitia kerja di DPR terkait kasus
ayat tembakau yang hilang dalam
UU Kesehatan
25. Zulkie Firmansyah PKS Melakukan pelanggaran etika
ringan dalam kasus permintaan
barang atau upeti kepada BUMN
54
26. Adang Darajatun PKS Tidak bersedia menyampaikan
informasi keberadaan istrinya
(Nunun Nurbaeti) kepada KPK saat
Nunun menjadi buronan kasus
travel cheque.
27. Fahrie Hamzah PKS Mendorong pembubaran KPK
28. Nasir Djamil PKS Mendukung upaya revisi UU KPK
yang berpotensi melemahkan
kewenangan lembaga tersebut
29. Desmond J Mahesa Gerindra Disebut oleh saksi (AKBP Thedy
Rusmawan) dalam persidangan
kasus simulator (28/5/2013)
menerima uang untuk
memperlancar proyek simulator
SIM
30. Vonny Aneke
Panambunan
Gerindra Mantan terpidana kasus korupsi
Bandara Loa Kulu di Kutai
Kartanegara. Vonny divonis 1,5
tahun penjara (Mei 2008).
31. Pius Lustrilanang Gerindra Disebut ngotot mendukung
perencanaan gedung baru Parlemen
32. Ahmad Yani PPP Mendukung upaya revisi UU
KPKyang berpotensi melemahkan
kewenangan lembaga tersebut.
33. M Achmad Farial PPP Disebut oleh JPU menerima uang
dalam kasus solar home system
(SHS) dan hal tersebut juga diakui
oleh terdakwa Kosasih Abas.
34. Syarifudin Suding Hanura Mendukung upaya revisi UU KPK
yang berpotensi melemahkan
kewenangan lembaga tersebut.
35. Abdul Kadir Kading PKB Disebut oleh Yulianis dalam
persidangan tipikor (4/10/2012)
turut serta dalam menggiring
55
sejumlah proyek bersama Grup
Permai
36. Nazarudin
Sjamsudin
PBB Terpidana kasus dana taktis KPU
dan asuransi.
Ada tiga tahap utama dalam proses komunikasi organisasi.
Weickmenyebutkan ketiga tahap ini secara khusus sebagai berikut:
a. Tahap Pemeran
Secara sederhana berarti bahwa para anggota organisasi
menciptakan ulang lingkungan mereka dengan menentukan dan
merundingkan makna khusus bagi suatu peristiwa. ICW berperan
penting dalam memecahkan kasus korupsi melalui tahap pemeran.
“ya pasti tentunya ada ya, dalam ICW setiap anggota berperan
dalam setiap pemberitaan negatif yang masuk, setiap anggota bebas
memecahkan setiap pemberitaan negatif, semua staff/antar divisi
dihimbau untuk tidak berbicara sembarangan tanpa data, setiap
pemberitaan yang masuk tentunya mempunyai unsur yang berbeda
walaupun kita tahu dari pihak yang membuat berita tersebut itu negatif
dan berusaha menjatuhkan ICW melalui berita negatif. Jadi dari
langkah ini lah peran anggota dan antar divisi lainnya di ICW
mempunyai peran penting, dan kita tentunya semua anggota di ICW
bertanggung jawab atas pemberitaan negatif yang ada.”1
Dalam tahap ini, peran para anggota atau badan pengurus ICW
dihimbau dari awal untuk tidak menjudge suatu peristiwa tanpa
menggunakan data. Peran semua staff ICW sangat penting, bila ada
pemberitaan yang tidak sesuai dengan fakta yang ada, ICW mampu
menentukan dan merundingkan bahwa berita tersebut layak atau tidak
untuk diladeni, sebab sebagian besar pemberitaan yang masuk dalam
ICW khususnya pemberitaan negatif tentang ICW hanya kecaman dari
berbagai pihak-pihak yang mencoba menjatuhkan ICW.
1 Wawancara pribadi dengan Ade Irawan, Koordinator ICW, Jakarta, Kamis 6 Maret
2014, Pukul 20.00, Indonesia Corruption Watch
56
b. Tahap Seleksi
Aturan-aturan dan siklus komunikasi digunakan untuk
menentukan pengurangan yang sesuai dalam ketidakjelasan. ICW
mempunyai aturan main dalam menghadapi pemberitaan negatif.
“Nah setelah itu kita coba seleksi nih, ya seleksi dalam artian
kita berusaha buat menentukan mana pemberitaan negatif yang layak
kita saring atau tidak, ditanggapi atau tidak, dalam artian ada
pemberitaan negatif yang tidak jelas (hanya sekedar mencaci maki
biasa tidak jelas) ada pemberitaan negatif yang ada hubungannya
dengan kasus yang ada. istilahnya greget lah ingin diladeni, rata-rata
kita jarang meladeninya paling tidak ada lah beberapa pemberitaan
negatif ya… yang saya bilang tadi sesuai atau ada hubungannya
dengan kasus korupsi. Kita juga menyikapinya dengan santai nanti
juga ilang sendiri. Kita mecahin kasus berdasarkan data.”2
Banyak berbagai pihak yang menjudge ICW yang tidak
berhubungan dengan kasus-kasus korupsi. Mereka menjatuhkan ICW
dengan berbagai macam cara, dengan cara membuat pemberitaan
negatif. Berita negatif tersebut ada yang layak untuk disaring dan ada
yang tidak. Melalui tahap seleksi, ICW menseleksi berbagai
pemberitaan negatif melalui data atau hasil riset yang sudah
diinvestigasi oleh ICW. ICW juga punya aturan main dan menentukan
mana pemberitaan negatif harus disaring atau yang tidak jelas melalui
data tersebut. Lalu ICW mencoba mengatur siklus komunikasi kepada
pihak-pihak yang membuat pemberitaan negatif. Kapan ICW
meladeninya, semua tergantung pemberitaan tersebut seperti apa,
apakah sesuai dengan kasus yang ada atau hanya menjudge dengan
omong kosong.
2 Wawancara pribadi dengan Ade Irawan, Koordinator ICW, Jakarta, Kamis 6 Maret
2014, Pukul 20.00, Indonesia Corruption Watch
57
c. Tahap Retensi
Memungkinkan organisasi menyimpan informasi mengenai
cara organisasi itu memberi respons atas berbagai situasi. ICW
menyimpan banyak informasi baik kegiatan maupun informasi
mengenai kasus korupsi dan menuding ICW melalui pemberitaan
negatif.
“ya… merespon yaa, respon kita selama ini soal pemberitaan
negatif ya.. cukup baik ya.. dalam artian kita tetap menyikapinya
dengan baik, walaupun memang ada pemberitaan negatif yang masuk
hanya sekedar menghina atau menjelek-jelekkan dan kebanyakan
terjadi di sosial media seperti twitter, facebook, kita tetap merespon
dengan baik dengan cara kita sendiri, melalui data itu tadi. Kita juga
banyak simpan informasi ya.. informasi dari berbagai pihak-pihak
mengenai kasus korupsi, apalagi soal yang negatif-negatif tentang ICW
banyak, bahkan anggota diluar ICW atau masyarakat yang pro dengan
kita, dengan sungkannya memberikan informasi-informasi mengenai
hal tersebut. Selain itu ya.. kita juga menyimpan informasi baik
kegiatan kita dan kasus korupsi lainnya.”3
Para anggota ICW memberi respons atas pemberitaan negatif
yang ada. Melalui tahap ini ICW menyikapi segala pemberitaan negatif
dengan baik dengan melalui cara ICW sendiri dan data. Dengan
merespon pemberitaan negatif dan berbagai informasi pemberitaan
negatif yang masuk di social media ICW, merupakan sebuah
penguatan organisasi.
B. Mereduksi Pemberitaan Negatif Melalui Iklim Organisasi
Iklim Organisasi adalah sifat emosional intern organisasi yang
didasarkan pada bagaimana senangnya para anggota organisasi terhadap satu
sama lain dan terhadap organisasi. Konsep tersebut dibuat atas dasar analogi
3 Wawancara pribadi dengan Ade Irawan, Koordinator ICW, Jakarta, Kamis 6 Maret
2014, Pukul 19.00, Indonesia Corruption Watch
58
antara kondisi lingkungan bisnis dan kondisi cuaca. Beberapa iklim kerja
dikategorikan hangat dan gembira bila orang-orang yang terlibat didalamnya
diperhatikan dan diperlakukan sesuai dengan martabatnya.4
.Untuk mengetahui iklim komunikasi organisasi dikemukakan lima
dimensi penting dari iklim organisasi yaitu:
1. Supportivennes
Dalam bidang informasi publik mereka membantu dan
mempertanggungjawabkan laporan seluruh program dan kegiatan
informasi Publik kepada koordinator/wakil koordinator. membangun
kerjasama dengan melakukan koordinasi tindak lanjut laporan masyarakat.
Serta menjaga kredibilitas ICW dari segala pemberitaan negatif dengan
cara sebuah penguatan data dan informasi yang telah di analisis dari
berbagai investigasi-investigasi yang telah dilakukan. ICW mempunyai
beberapa progam yang mendukung kegiatan ICW dalam membasmi kasus
korupsi.
“Program kegiatan di ICW ada Riset, Kampanye dana advokasi, investigasi, kegiatan-kegiatan yang terkait dengan letigasi seperti Judicial review,eksaminasi, lalu kemudian gugatan-gugatan seperti citizen law swift, jadi secara umum begitu ada empat. Jadi riset, banyak riset yang dilakukan tiap divisi punya riset politik punya terkait riset-riset misalnya terkait dengan partai, DPR, pemilu kada atau pelayanan public riset-riset yang berkaitan dengan pelayanan publik, pendidikan, kesehatan, bos, atau hukum, riset-riset terkait kehutanan, analisis anggaran riset-riset terkait dengan APBN, APBD. Investigasi ya investigasi, Lalu Kampanye, kampanye seperti apa? Kampanye melalui banyak media, media internal ICW, ICW punya banyak website antikorupsi.org , beranijujurhebat, politik uang, pantau cpns, itu juga dipakai, kampanye lewat media masa itujuga dilakukan oleh ICW lalu kemudian kerjasama dengan KPK, membuat film. Lalu Investigasi biasanya menulusuri laporan-laporan dari masyarakat ICW juga terima ratusan laporan dari masyarakat. sebenarnya satu lagi yaitu Training, terutama kelompok-kelompok masyarakat
4 Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2000), Modul Kuliah, hal.7.5
59
,jaringan, traning banyak ICW punya banyak tools mulai dari training guru kritis, citizen postcard, investigasi, training monitoring pengadaan barang dan jasa, lalu kemudian penyusunan anggaran sekolah yang parsitisipasif, cara mengkritisi dana APBN dan APBD, lalu juga training soal tekhnik pemantauan kehutanan, jadi banyak training. Lalu yang lain, Oh iya yang dilakukan lain itu analisis pengumpulan dana dari publik itu juga dilakukan oleh ICW, ya paling itu yang dilakukan oleh ICW.”
5
Supportiveness dapat dibagi lagi menjadi beberapa kategori, bahwa
tingkah laku komunikasi tertentu dari anggota organisasi mengarahkan
kepada iklim supportiveness untuk sebuah penguatan organisasi.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Deskripsi
Setiap anggota organisasi memfokuskan pesan mereka kepada kejadian
yang dapat diamati dari pada evaluasi secara subjektif atau emosional.
Dengan cara mendeskripsikan pesan-pesan negatif yang ada, anggota
ICW mencoba mengamati melalui data yang ada dan mengevalusi
secara subjektif dan dibantu oleh koordinator yang fungsinya
mengkoordinasikan dan bertanggung jawab atas kejadian yang ada.
b. Orientasi masalah
anggota organisasi memfokuskan komunikasi mereka kepada
pemecahan kesulitan mereka secara bersama. ICW selalu memecahkan
sebuah masalah dengan cara mengkomunikasikannya secara
kekeluargaan dan bekerja sama untuk mereduksi pemberitaan negatif.
c. Empati
Anggota organisasi memperlihatkan perhatian dan pengertian terhadap
anggota lainnya. Setiap divisi ICW selalu memperhatikan kinerja dan
program yang sudah di buat oleh setiap divisi masing-masing.
Pemberitaan negatif yang datang setiap hari mampu menguatkan ICW
5 Wawancara pribadi dengan Ade Irawan, Koordinator ICW, Jakarta, Kamis 6 Maret
2014, Pukul 20.00, Indonesia Corruption Watch
60
dengan cara perhatian dan pengertian dengan cara masing-masing
setiap anggota.
d. Kesamaan
Anggota organisasi memperlakukan anggota yang lain sebagai teman
dan tidak menekankan kepada kedudukan dan kekuasaan. ICW
menjalin kekeluargaan dengan baik, dengan kegiatan dan program
yang ada di ICW setiap divisi memperlakukan anggota sebagai teman
dan keluarga. Tidak memandang dia koordinator atau program
manager.
e. Provisionalism
Anggota organisasi bersifat fleksibel dan menyesuaikan diri pada
situasi komunikasi yang berbeda. Profesionalisme kerja tentunya
sangat dibutuhkan disetiap organisasi ICW membuktikan bahwa setiap
situasi yang berbeda membuat setiap anggota mampu menyesuaikan
diri terhadap program kerjanya masing-masing.
2. Partisipasi membuat keputusan
Keputusan dan perilaku individu berupa keputusan-keputusan yang
diambil oelh anggota organisasi untuk melaksanakan pekerjaan mereka
secara efektif, untuk mengikatkan diri mereka dengan organisasi, untuk
bersikap jujur dalam bekerja, untuk meraih kesempatan dalam organisasi
secara bersemangat, untuk mendukung para rekan secara dan anggota
organisasi lainnya, untuk melaksanakan tugas secara kreatif, untuk
menawarkan gagasan-gagasan inovatif bagi penyempurnaan organisasi
dan operasinya.6
6 Akhi. Muwafik Saleh, Fungsi Komunikasi dalam Organisasi, Artikel ini diakses pada
tanggal 8 november 2013 dari www.muwafikcenter.blogspot.com
61
Setiap divisi ICW pastinya berpartisipasi dalam membuat
keputusan. Dari setiap rapat yang rutin dilakukan di ICW tentunya para
anggota membuat keputusan sesuai dengan kapabilitas masing-masing.
Memang pada dasarnya koordinator yang mempunyai kuasa tinggi dalam
membuat keputusan. Akan tetapi setiap solusi-solusi yang ada dari tiap
divisi tentunya disaring sehingga diputuskan sesuai keputusan koordinator.
Pemberitaan negatif yang ada ICW juga harus bisa mengantisipasi dengan
cara membuat sebuah keputusan dengan cara menyaring pemberitaan
tersebut dengan sebuah penguatan data dan investigasi.
3. Kepercayaan
Setiap anggota di ICW selalu di himbau dari awal untuk bisa
percaya satu sama lain baik dari coordinator, wakil coordinator, program
manager serta seluruh jajaran staff yang ada di ICW. Selain itu menjaga
kepercayaan satu sama lain dalam menghadapi pemberitaan negatif yang
ada selalu percaya bahwa ICW akan selalu menjadi organisasi yang utuh
dan kuat dalam menghadapi pemberitaan negatif yang ada. Tidak saling
menjatuhkan sesama divisi, tetap selalu kerjasama walaupun pemberitaan
negatif itu datang setiap harinya dari pihak-pihak yang diragukan dan anti
korupsinya.
4. Keterbukaan
Pemberitaan negatif yang ada di ICW adalah salah satu wadah
untuk membangun sebuah keterbukaan satu sama lain. ICW merupakan
lembaga atau organisai yang menjalin kekeluragaan yang sangat tinggi
sehingga setiap anggota selalu terbuka dalam masalah pemberitaan negatif.
Selalu menjaga sifat keterbukaan karena dengan menjaga sifat keterbukaan
62
setiap anggota tentunya tidak ragu untuk memberikan uneg-uneg nya
masing-masing. Pemberitaan negatif yang ada di ICW adalah salah satu
wadah untuk membangun sebuah keterbukaan satu sama lain.
5. Tujuan kinerja yang tinggi
ICW mempunyai tingkat kinerja yang tinggi. Tujuan kinerja ICW
ialah untuk membasmi para koruptor baik di bidang politik, air, listrik,
pendidikan. ICW mempunyai jelas mengkomunikasikan kesetiap anggota
untuk bekerjasama membantas korupsi. ICW melakukan berbagai riset,
investigasi dan publikasi.
C. Bentuk Komunikasi Organisai Dalam ICW (Indonesia Corrouption
Watch)
ICW adalah lembaga organisai yang mempunyai komitmen
memberantas korupsi. Banyak pihak-pihak yang anti pro korupsi tersudutkan
sehingga banyak yang mendeskriminasi ICW melalui pemberitaan negatif.
Korupsi telah menyebabkan kemiskinan struktural. Banyak konglomerat yang
melakukan kejahatan ekonomi bahkan badan pemerintahan. Krisis ekonomi di
Indonesia selalu menjadi permasalahan umum tidak asing bagi masyarakat
banyak yang menyalahgunakan ekonomi, banyak yang menggunakan praktek
ekonomi sebagai fasilitas pribadi dan menghiraukan kebutuhan masyarakat
dan negara yang tidak stabil. Banyak pengusaha yang mampu berkolaborasi
dengan berbagai elit politik sehingga mendapatkan akses dan kontrak-kontrak
ekonomi dengan keuntungan besar. Persaingan usaha yang harus dimenangkan
dengan praktek suap menyuap mengakibatkan biaya produksi membengkak.
Ongkos buruh ditekan serendah mungkin sebagai kompensasi biaya korupsi
yang sudah dikeluarkan pelaku ekonomi.
63
Dari hasil temuan peneliti ada beberapa bentuk komunikasi
organisasi yang terjalin di ICW yaitu terdiri dari:
1. Komunikasi Internal
Komunikasi internal yaitu penyampaian pesan dari komunikator
kepada komunikan yang terjadi dalam suatu lingkup komunikasi
organisasi.
Berdasarkan hasil temuan peneliti komunikasi internal terdapat di
ICW yaitu ICW menstransmisikan komunikasi internalnya lewat milis.
Dengan milis ICW dapat menginformasikan berita penting berupa
pengumuman dan informasi tentang ICW.
“Milis sebenarnya di ICW ada dua yaitu milis internal dan supporter. Milis internal fungsinya untuk koordinasi dan konsolidasi didalam ICW sendiri. Milis supporter yaitu anggota supporter ICW yang terdaftar emailnya dan kita beri informasi-informasi soal kegiatan ICW akan tetapi sifat milis supporter ini bukan public discussion forum jadi hanya untuk announcement, pengiriman berita. Kinerja milis internal otomatis hanya staff saja anggotanya sedikit diskusinya hanya berjalan di media tsb. Sedangkan milis supporter yang hanya untuk announcement saja itu kita mempunyai sekitar 3000 member yang terdaftar emailnya dan ini biasanya mereka pernah mengisi formulir sebagai supporter ICW atau pernah mengirimkan donasi public dan kita pernah melakukan penggalangan donasi public itu biasanya mereka otomatis terdaftar ke milis supporter ini. Sampai saat ini anggota milis supporter 3000 yang aktif dan frekuensi emailnya mungkin sehari 1 atau 2 announcement tentang kegiatan kita.”
7
a. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan diantara
orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya didalam organisasi.
Berdasarkan temuan peneliti dan analisis biasanya diantara per-
divisi dan badan pengurus ICW komunikasi horizontal ini akan
terjalin, seperti halnya dalam merumuskan konseptualisasi program
dan investigasi kasus korupsi kemudian di implementasikan
membentuk tim dan memilih instruktur yang berkualifikasi.
7 Wawancara pribadi dengan Christian Evert, Investigasi dan Publikasi, Jakarta, Kamis 6
Maret 2014, Pukul 19.00, Indonesia Corruption Watch
64
b. Komunikasi Vertikal
Komunikasi Vertikal terdiri dari downward communication
dan upward communication.Downward communication adalah
komunikasi dari atas kebawah. Berdasarkan apa yang saya
temukan di organisasi ICW dalam bentuk komunikasinya yaitu, dari
atas ke bawah. Adapun contohnya adalah melalui penyampaian
informasi dari Koordinator dan pengurus-pengurus antar divisi agar
turun langsung ke bawah. koordinator ICW biasanya mengkoordinir
seluruh personel dibantu oleh dua orang wakil koordinator. koordinator
juga biasa menyelenggarakan dan memimpin rapat lalu
menginformasikannya melalui wakil koordinator lalu disampaikan
kepada badan pengurus antar divisi.
Upward communication adalah komunikasi dari bawah
keatas. Biasanya bentuk komunikasi organisasi di ICW dari bawah
keatas terbentuk antara pengurus-pengurus per-divisi dan koordinator.
Contohnya seperti dalam bidang informasi publik (pelaksana program)
yang bertanggung jawab terhadap seluruh aktivitas informasi publik.
Pelaksana program selalu mengkomunikasikan dan memberikan
layanan informasi yang dibutuhkan oleh koordinator. Menyusun dan
mempertanggungjawabkan laporan seluruh program dan kegiatan
informasi publik kepada koordinator/wakil koordinator.
c. Komunikasi Diagonal
Komunikasi Diagonal adalah komunikasi silang melintasi
fungsi dan tingkat dalam organisasi. Hal ini penting dalam situasi
dimana anggota tidak dapat berkomunikasi lewat saluran keatas,
65
kebawah, ataupun horizontal. Berdasarkan apa yang saya temukan
di tubuh Koordinator ICW komunikasi diagonal ini terjadi ketika
diadakannya rapat.
“Di ICW jenis-jenis rapat ada banyak, ada rapat divisi
biasanya jadi sumber masalah pembagian pekerjaan dan jadwal
kegiatan. Lalu, ada rapat kasus, soal pelapor yang latar belakangnya
banyak karena sakit hati karena kalah tender dll, ini membuat
perdebatan apakah pelapor perlu diajak advokasi atau tidak. Ada juga
rapat koordinasi, sepertinya gak ada masalah karena tujuannya
meredam konflik supaya semua terbuka. Rapat management biasanya
dalam pemberian sangsi kepada anggota badan pekerja yang
bermasalah. Masalah lain soal pasal berapa yang bisa diapaki untuk
menjerat kasus korupsi yang dilaporkan. Lalu masalah lain cara
mendapatkan data2 pendukung laporan. Tapi, memang kerap dalam
beberapa rapat, tensi menjadi tinggi ketika ada yang mengevaluasi
yang lainnya”.8
Biasanya satu sama lain seperti koordinator
mengkoordinasikan, memberikan masukan dan kritikan terhadap
program atau kasus yang dirapatkan. Karena fungsi koordinator
menyelenggarakan dan mempimpin rapat badan pekerja. Koordinator
memberikan arahan dan menghimbau para anggota untuk mereduksi
pemberitaan negatif walaupun yang ditunjuk dan mempunyai
wewenang lebih adalah kepada Divisi Investigasi dan Publikasi.
2. Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara Koordinator
organisasi dengan organisasi lainnya. Komunikasi eksternal di ICW
biasanya Koordinator berperan sebagai representasi lembaga dalam
hubungan dengan pihak luar, komunikasi dengan pemerintah, pemerintah
asing, dan pihak lain dibidang anti korupsi.
8 Wawancara pribadi dengan Ade Irawan, Koordinator ICW, Jakarta, Kamis 6 Maret
2014, Pukul 20.10, Indonesia Corruption Watch
66
“Kinerja para anggota ICW sekarang masih sedang di evaluasi oleh
evaluator eksternal. Evaluator eksternal adalah orang yang disewa oleh
ICW untuk mengevaluasi kinerja seluruh staff ICW dalam menjalankan
program dan advokasi. Dari sisi Eksternal ICW banyak pendukung umum,
volunteer biasa, volunteer ahli, hampir semua ahli ikut membantu ICW,
mulai dari keuangan, audit dsb. ICW juga dekat dengan media masa jadi
banyak dukungan media juga dengan aparat seperti KPK, jadi itu
merupakan faktor-faktor pendukung kinerja di ICW.”9
9Wawancara pribadi dengan Ade Irawan, Koordinator ICW, Jakarta, Kamis 6 Maret
2014, Pukul 20.30, Indonesia Corruption Watch
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
ICW lembaga yang setiap harinya mendapatkan pemberitaan negatif.
Oleh karena itu ICW mampu menangkal pemberitaan negatif melalui data-
data yang sudah diinvestigasi. Dengan data yang ada ICW mampu
memecahkan pihak yang diragukan anti korupsinya baik dalam bidang politik,
air, listrik kehutanan dan pendidikan. Pihak yang diragukan anti korupsinya
geram tak terima mereka di tuding melakukan tindak korupsi akan tetapi ICW
tak lengah dengan kecaman dan geraman dari pihak tersebut. ICW hanya
berasumsi pihak tersebut diragukan anti korupsinya bukan menuding secara
sengaja. Para anggota ICW atau badan investigasi ICW sudah dihimbau dari
awal bahwa ICW tidak boleh asal menuding atau menunjuk siapa yang
melakukan tindak korupsi tanpa data yang ada. ICW mempunyai prosedur
tersendiri dalam menangani kasus korupsi.
Dana asing menjadi salah satu contoh kasus dari ICW. ICW
diberitakan memakai dana dari pihak lembaga asing untuk kepentingan ICW
akan tetapi dana tersebut sebenarnya di donorkan kepada KPK. Dana asing
tidak mengucur langsung begitu saja kepada ICW akan tetapi diproses melalui
Bappenas lalu didonorkan ke KPK.
Pemberitaan negatif bukan menjadi hal yang asing lagi bagi ICW. Oleh
karena itu pemberitaan negatif yang datang silih berganti menjadikan ICW
sebagai organisasi atau lembaga yang tidak diragukan oleh masyarakat dan
68
pemerintahan. Pemberitaan negatif juga dijadikan ICW sebagai suatu kekuatan
untuk memperkuat organisasi mereka. Melalui pemecahan kasus korupsi, ICW
yakin dengan program dan data yang sudah diinvestigasi mampu
mensejahterkan rakyat dan membersihkan para koruptor.
B. Saran
ICW mempunyai beberapa program yang berkaitan dengan kasus
korupsi. Program tersebut dijadikan suatu senjata untuk menginvestigasi para
koruptor. Komunikasi di ICW amat baik akan tetapi solidaritas tetap
ditumbuhkan. Para anggota antar divisi ikut memberikan nasihat atau
masukan. Koordinator dan wakil koordinator selalu memberikan pengarahan
yang baik. Dewan etik yang mengawasi jalannya program ICW seharusnya
bisa hadir setiap hari dan memberikan arahan dan lebih memperhatikan para
badan pekerja agar tidak ada yang molor dalam melaksankan tugasnya
masing-masing.
69
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Djamaludin Ass. Komunikasi dan Bahasa Dakwah. Jakarta: Gema Insani
Press, 1996
Bungin, H. M. Burhan, Sosiologi Komunikasi, Jakarta, 2006.
Cohen. Allan R. Effective Behavior in Organization. USA: The McGraw-Hill,
2001
Djatmiko, Yayat Hayati. Prilaku Organisasi. Bandung: Alfa Beta, 2005.
Effendi, Onong Uchyana.Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007
Effendy, Onong Ucjhana, Dinamika Komunikasi, Bandung: PT . Remaja Rosda
Effendy. Kepemimpinan dan Komunikasi. Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996
Faules,R.Wayne Pace Don f, Komunikasi Organisasi Strategi
MeningkatkanKinerja Perusahaan Bandung : PT Remaja
Rosdakarya,2010.
Gunadi, YS. Himpunan Istillah Komunikasi. Jakarta:Grasindo, 1998.
Jauhari, Heri. Terampil Mengarang dari Persiapan Hingga Prestasi. Bandung:
Nuansa cendikia, 2013
Jumroni, Suhaimi.Metode-metode Peneltian Komunikasi, Ciputat:UIN Jakarta
Press, 2006
Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Pareek, Udai. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi, 1996
Phil Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Binacipta,
1986
Pohan,Rusdin. Metodologi penelitian pendidikan, Yogyakarta : Lanarka, 2007
Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Rosdakarya, 2003
Rapar, Jan Hendrik, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1996
Rivai, Veithzal, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta : PT Raja
Grafindo persada 2006
Roudhonah, Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Press, 2007
70
Soemirat, Soleh dkk. Komunikasi Organisasional. Jakarta: Universitas Terbuka,
2000
Suprapto, Tommy. Pengantar Teori Komunikasi. Yogyakarta: Media Pressindo,
2006
Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 2002.
www.anneahira.com
planetxperia.blogspot.com
bimbingan.org
antikorupsi.org
Wawancara
Komunikasi Organisasi Pada ICW (Indonesia Corruption Watch) dalam
Mereduksi Pemberitaan Negatif
Responden : Christian Evert Tutoroong
Jabatan : IT ICW/Divisi Publikasi dan Investigasi ICW
Korespoden : Inna Usholihah
Waktu Wawancara : Kamis, 6 Maret 2014
Saya : Bagaimana Komunikasi yang terjalin di ICW?
Narasumber : Komunikasi yang dipakai di ICW yaitu milis internal, chat forum,
chat group internal karena biasanya harus ada koordinasi isu-isu yang paling
hangat perhari isu yang paling efektif di chat group. Selama ini lancar-lancar saja
biarpun berbeda divisi selalu sharing perkembangan divisi masing-masing
kesemua staff. Biarpun saya di divisi lain tapi bila saya ditanyakan tentang
program yang ditangani di divisi hukum paling tidak orang yang diluar/public
bertanya saya mengerti biarpun saya menjawab sedikit tidak secara mendalam.
Selain itu komunikasi di kantor juga lancar jadi kita diwajibkan setiap hari rabu
kumpul membicarakan kegiatan masing-masing itu apa saja lalu kedepannya
bagaimana, fungsi koordinasinya di situ. Diluar itu yang setiap hari rabu untuk
semua staff masing-masing divisi juga punya pertemuan-pertemuan sendiri
dengan programnya sendiri. Selama ini saya lihat cukup bagus dibandingkan
organisasi-organisasi lain yang forum koordinasinya kurang lancar itu bisa
menimbulkan intrik atau apapun itu, kalau di ICW saya lihat tidak ada yang
seperti itu mungkin karena sudah dibiasakan dari awal bahwa koordinasi
melibatkan semuanya.
Saya : Sejauh ini bagaimana kinerja milis di ICW?
Narasumber : Milis sebenernya di ICW ada dua yaitu milis internal dan
supporter. Milis internal fungsinya untuk koordinasi dan konsolidasi didalam ICW
sendiri. Milis supporter yaitu anggota supporter ICW yang terdaftar emailnya dan
kita beri informasi-informasi soal kegiatan ICW akan tetapi sifat milis supporter
ini bukan public discussion forum jadi hanya untuk announcement, pengiriman
berita. Kinerja milis internal otomatis hanya staff saja anggotanya sedikit
diskusinya hanya berjalan di media tsb. Sedangkan milis supporter yang hanya
untuk announcement saja itu kita mempunyai sekitar 3000 member yang terdaftar
emailnya dan ini biasanya mereka pernah mengisi formulir sebagai supporter ICW
atau pernah mengirimkan donasi public dan kita pernah melakukan penggalangan
donasi public itu biasanya mereka otomatis terdaftar ke milis supporter ini.
Sampai saat ini anggota milis supporter 3000 yang aktif dan frekuensi emailnya
mungkin sehari 1 atau 2 announcement tentang kegiatan kita.
Saya : Apakah selama ini milis ada hambatan?
Narasumber : Milis di ICW selama ini tidak ada hambatan karena fungsi milis
itu tadi hanya satu arah saja seperti pengumuman, berita-berita tentang kegiatan.
Milis yang forum hanya di internal anggotanya hanya sekitar 20 orang.
Saya : Apa saja yang sering dikomunikasikan antara dewan etik dan
pengurus IT?
Narasumber : Kalau kepada dewan etik memang komunikasinya tidak perhari
lebih banyak kalau misalnya ada isu isu yang lebih sensitive kita biasanya
konsultasi langsung kepada beliau. Akan tetapi sebenarnya fungsi dewan etik itu
tidak mempunyai fungsi koordinasi atau fungsi supervisi di ICW dengan badan
pengurus jadi sebenernya fungsi koordinasi ada tapi fungsi supervisi tidak ada jadi
kita biasanya konsultasi sifat komunikasinya itu dan itu tidak intens dan mereka
tidak meminta tiap apa harus ada namun biasanya sesuai kebutuhan saja.
Saya : Media apa yang paling dominan di ICW?
Narasumber : yang dominan kita memakai social media, kalau milis fungsinya
hanya untuk pengumuman akan tetapi intensitasnya tidak setinggi kita
menggunakan social media. Social media kita gunakan untuk setiap kegiatan
karena sangat efektif untuk mengangkat isu-isu yang kita bawa dalam kampanye
untuk melakukan penyadaran masyarakat kira-kira contohnya seperti itu.
Saya : Sejauh ini ada tidak pemberitaan negatif di ICW?
Narasumber : Kalau pemberitaan negatif setiap hari tentunya ada, tapi
pemberitaan negatif yang masuk disini tidak berkembang di milis karena fungsi
milis disini bukan untuk forum diskusi karena kalau kami buat milis jadi forum
diskusi frekuensi emailnya pasti terlalu banyak. Server kita nanti penuh dengan
email-email aja. Pemberitaan negatif itu muncul di media social bisa di facebook
atau yang paling banyak twitter. Karena biasanya orang yang tiba-tiba jadi
tersangka korupsi biasanya pendukung-pendukung mereka melakukan pembelaan
selain di tv kalau tidak di twitter.
Saya : Bagaimana sikap antara dewan etik kepada badan pengurus/badan
pengurus IT?
Narasumber : Kita biasa menyebut dewan etik itu “board” biasanya kita
koordinasi atau pemberitahuan. Kalau di ICW semua kegiatan eksekusi, pemilihan
program semuanya itu jadi otoritas prerogatif (hak yang berwenang) coordinator
(ade irawan) tapi itu melalui mekanisme rapat. Biasanya kita merapatkan seperti
kita ingin membuat program dan semuanya di putuskan dirapat tersebut.
Sementara “board” biasanya mereka membebaskan kita untuk membuat program
apa saja kita hanya mengundang kegiatan dan member pemberitahuan lalu ada
laporan pertanggung jawaban atau pemberitaan-pemberitaan seperti itu. Jadi
“board” disini tidak mengontrol kegiatan hari per hari dilepas saja, bila ada isu isu
hangat paling tidak coordinator di panggil supaya mereka lebih mengerti isunya,
bila di media perlu penjelasan langsung bicara langsung kepada mereka dan
mereka langsung bisa menjawab. Hubungan selama ini dengan dewan etik baik-
baik saja tidak ada masalah karena “board” jarang sekali dating ke ICW mungkin
karena mempunyai kesibukan masing-masing, kita membuat strategi planning
yang dibuat 5 tahun sekali dan mereka datang memberikan masukan, dan
program-progran yang akan kita buat 5 tahun kedepan mereka selalu siap untuk
membantu dan diminta datang.
Pewawancara Narasumber
Inna Usholihah Christian Evert
Wawancara
Komunikasi Organisasi Pada ICW (Indonesia Corruption Watch) dalam
Mereduksi Pemberitaan Negatif
Responden : Ade irawan
Jabatan : Koordinator ICW
Korespoden : Inna Usholihah
Waktu Wawancara : Kamis, 6 Maret 2014
Saya : Selama ini selalu ada pemberitaan negatif dari ICW, bagaimana
caranya ICW menyaring atau mereduksi pemberitaan tersebut?
Narasumber : Kalau ada fitnah-fitnah yang terlalu kita tidak perlu menanggapi
biar saja menghilang sendiri dan publik pun tahu kalau itu fitnah. Biasanya bila
koruptor yang tersudut bicaranya asal dan hal yang seperti itu kita tidak perlu
menanggapi. Tapi secara umum semua staff icw dari awal pertama masuk sudah
diajarkan supaya kita tidak boleh bicara diluar di ruang publik kalau kita tidak
mempunyai data karena bila kita tidak mempunyai data kalau kita tidak
mempunyai hasil riset tidak mempunyai data yang mendukung omongan kita, kita
pasti tentunya mudah di bilang macam-macam atau hal yang negatif-negatif, akan
tetapi bila kita mempunyai data hasil risetnya sekian angka-angkanya pun
ada,biarpun mereka menjudge kita seperti apa kita bicara berdasarkan data itulah
cara yang paling efektif dari kami untuk menangkal pemberitaan negative.
Misalnya siapa yang paling korup lembaga mana yang paling korup jangan hanya
menilai dengan omong kosong belaka “oh semua juga tahu kalau DPR paling
korup” tidak bisa kita bicara seperti itu apa dasarnya kita bicara seperti itu sudah
ada penelitan atau tidak?
Saya : Adakah tahap-tahap atau langka-langkah dalam mereduksi
pemberitaan negatif di ICW?
Narasumber : ya pasti tentunya ada ya, dalam ICW setiap anggota berperan
dalam setiap pemberitaan negatif yang masuk, setiap anggota bebas memecahkan
setiap pemberitaan negatif, semua staff/antar divisi dihimbau untuk tidak
berbicara sembarangan tanpa data, setiap pemberitaan yang masuk tentunya
mempunyai unsur yang berbeda walaupun kita tahu dari pihak yang membuat
berita tersebut itu negatif dan berusaha menjatuhkan ICW melalui berita negatif.
Jadi dari langkah ini lah peran anggota dan antar divisi lainnya di ICW
mempunyai peran penting, dan kita tentunya semua anggota di ICW bertanggung
jawab atas pemberitaan negatif yang ada. Nah setelah itu kita coba seleksi nih, ya
seleksi dalam artian kita berusaha buat menentukan mana pemberitaan negatif
yang layak kita saring atau tidak, ditanggapi atau tidak, dalam artian ada
pemberitaan negatif yang tidak jelas (hanya sekedar mencaci maki biasa tidak
jelas) ada pemberitaan negatif yang ada hubungannya dengan kasus yang ada.
istilahnya greget lah ingin diladeni, rata-rata kita jarang meladeninya paling tidak
ada lah beberapa pemberitaan negatif ya… yang saya bilang tadi sesuai atau ada
hubungannya dengan kasus korupsi. Kita juga menyikapinya dengan santai nanti
juga ilang sendiri. Kita mecahin kasus berdasarkan data. Ya… merespon yaa,
respon kita selama ini soal pemberitaan negatif ya.. cukup baik ya.. dalam artian
kita tetap menyikapinya dengan baik, walaupun memang ada pemberitaan negatif
yang masuk hanya sekedar menghina atau menjelek-jelekkan dan kebanyakan
terjadi di sosial media seperti twitter, facebook, kita tetap merespon dengan baik
dengan cara kita sendiri, melalui data itu tadi. Kita juga banyak simpan informasi
ya.. informasi dari berbagai pihak-pihak mengenai kasus korupsi, apalagi soal
yang negatif-negatif tentang ICW banyak, bahkan anggota diluar ICW atau
masyarakat yang pro dengan kita, dengan sungkannya memberikan informasi-
informasi mengenai hal tersebut. Selain itu ya.. kita juga mengkeep informasi baik
kegiatan kita dan kasus korupsi lainnya.
Saya : Apa contoh kasus atau pemberitaan negatif yang masuk di ICW?
Narasumber : Pemberitaan negatif yang masuk di ICW banyak, pemberitaan
negatif biasanya dibuat oleh lawan politik dan umumnya gossip dan gak ada
faktanya. Contohnya dana asing di tahun 2013 kemarin. Pokonya banyak, setiap
haripun selalu ada pemberitaan negatif tentang ICW. Kalau dana asing, kita sama
sekali tidak mendapatkan uang dari negara, karena yang kita kritik
penyalahgunaan uang negara, dan kita tidak menerima dana swasta juga dana dari
perusahaan kita tidak menerima juga karena itu sponsor bukan independen. Yang
disebut dana asing itu ialah dana-dana dari lembaga-lembaga pembangunan dunia
atau lembaga-lembaga asing seperti PBB, Uni Eropa,dari beberapa kedutaan yang
mempunyai program-program pembangunan di asia akan tetapi semua yang
disebut dana asing itu, sebelum kita bisa meminta kita bisa mengajukan suatu
program kepada lembaga tersebut lalu apakah mereka tertarik untuk membiayai
program ini dan biasanya beberapa ada yang tertarik. Sebelum mereka masuk ke
indonesia biasanya mereka di atur di Bappenas jadi semua itu sudah di setujui di
pemerintah dan sudah terdaftar barulah mereka bisa masuk ke lsm lsm, karena lsm
tidak mungkin meminta ke swasta dan tidak mungkin meminta ke pemerintah
karena haram. Pemberitaan negatif selain dana asing, terkadang kita dipakai untuk
menyerang salah satu lawan politik mereka, bila kita berbicara dan menyudutkan
salah satu partai lalu partai itu bilang mereka pro dengan partai X. lalu ada juga
ICW dituding buat kampanye negatif tentang SBY itu di tahun 2005, ICW merilis
36 nama caleg yang diragukan anti korupsinya.
Saya : Sejauh ini adakah pihak yang mendiskriminasi terhadap ICW?
Narasumber : Pihak-pihak yang tidak menyukai ICW banyak, biasanya terkait
orang-orang yang di duga sebagai koruptor, kita pernah terbitkan 36 nama daftar
calon legislatif yang diragukan komitmen anti korupsinya. Semua marah-marah
36 orang itu, beberapa diantaranya melaporkan teman-teman kita kepolda dituntut.
Salah satunya teman kita yakni peneliti ICW Donald Fariz yang dilaporkan dalam
pencemaran nama baik. Tapi itu sudah menjadi hal biasa di ICW sejak dulu sudah
ganti-gantian teman kita yang dilaporkan ke polisi. Kebanyak dianggap
pencemaran nama baik. Selain itu membuat isu.
Saya : Bagaimana cara mendapatkan data-data mengenai laporan-
laporan kasus korupsi?
Narasumber : Dengan cara metoda investigasi, ICW mempunyai tim investigasi,
apakah mau menyamar, curi data dan lain sebagainya.
Saya : Sejauh ini apakah ada masalah internal antar divisi?
Narasumber : Sejauh ini tidak ada, kami baik-baik saja. Paling permasalahan
internal antar divisi muncul dalam rapat. Di ICW jenis-jenis rapat ada banyak, ada
rapat divisi biasanya jadi sumber masalah pembagian pekerjaan dan jadwal
kegiatan. Lalu, ada rapat kasus, soal pelapor yang latar belakangnya banyak
karena sakit hati karena kalah tender dll, ini membuat perdebatan apakah pelapor
perlu diajak advokasi atau tidak. Ada juga rapat koordinasi, sepertinya gak ada
masalah karena tujuannya meredam konflik supaya semua terbuka. Rapat
management biasanya dalam pemberian sangsi kepada anggota badan pekerja
yang bermasalah. Masalah lain soal pasal berapa yang bisa diapaki untuk menjerat
kasus korupsi yang dilaporkan. Lalu masalah lain cara mendapatkan data2
pendukung laporan. Tapi, memang kerap dalam beberapa rapat, tensi menjadi
tinggi ketika ada yang mengevaluasi yang lainnya. Dan paling waktu rapat yang
kadang suka molor.
Saya : Bagaimana komunikasi yang terjalin antar divisi dan anggota
lainnya? Apa ada masalah?
Narasumber : Biasanya lancar, di ICW komunikasi aman-aman saja. Kalau ada
masalah langsung dibicarakan langsung terutama menyangkut personal.
Perdebatan biasanya muncul menyangkut strategi.
Saya : Bagaimana dengan dewan etik? Apakah dewan etik selalu
mengikuti rules yang ada atau berbeda juga?
Narasumber : Dewan etik itu mengawasi anak-anak ICW seperti tidak
melanggar etik. Sejauh ini belum ada yang kena hukuman dari dewan etik karena
memang belum ada yang melanggar dewan etik.
Saya : Sejauh ini bagaimana kinerja para anggota ICW?
Narasumber : Cukup bagus, sekarang masih sedang di evaluasi oleh evaluator
eksternal.
Saya : Apa itu evaluator eksternal?
Narasumber : Orang yang disewa oleh ICW untuk mengevaluasi kinerja seluruh
staff ICW dalam menjalankan program dan advokasi.
Saya : Apa saja program kegiatan di ICW
Narasumber : Program kegiatan di ICW ada Riset, Kampanye dana advokasi,
investigasi, kegiatan-kegiatan yang terkait dengan letigasi seperti Judicial
review,eksaminasi, lalu kemudian gugatan-gugatan seperti citizen law swift, jadi
secara umum begitu ada empat. Jadi riset, banyak riset yang dilakukan tiap divisi
punya riset politik punya terkait riset-riset misalnya terkait dengan partai, DPR,
pemilu kada atau pelayanan public riset-riset yang berkaitan dengan pelayanan
publik, pendidikan, kesehatan, bos, atau hukum, riset-riset terkait kehutanan,
analisis anggaran riset-riset terkait dengan APBN, APBD. Investigasi ya
investigasi, Lalu Kampanye, kampanye seperti apa? Kampanye melalui banyak
media, media internal ICW, ICW punya banyak website antikorupsi.org ,
beranijujurhebat, politik uang, pantau cpns, itu juga dipakai, kampanye lewat
media masa itujuga dilakukan oleh ICW lalu kemudian kerjasama dengan KPK,
membuat film. Lalu Investigasi biasanya menulusuri laporan-laporan dari
masyarakat ICW juga terima ratusan laporan dari masyarakat. sebenarnya satu
lagi yaitu Training, terutama kelompok-kelompok masyarakat ,jaringan, traning
banyak ICW punya banyak tools mulai dari training guru kritis, citizen postcard,
investigasi, training monitoring pengadaan barang dan jasa, lalu kemudian
penyusunan anggaran sekolah yang parsitisipasif, cara mengkritisi dana APBN
dan APBD, lalu juga training soal tekhnik pemantauan kehutanan, jadi banyak
training. Lalu yang lain, Oh iya yang dilakukan lain itu analisis pengumpulan
dana dari publik itu juga dilakukan oleh ICW, ya paling itu yang dilakukan oleh
ICW.
Pewawancara Narasumber
Inna Usholihah Ade Irawan
Foto Bersama Koordinator ICW
Ade Irawan setelah wawancara
Sesi wawancara bersama badan pengurus
divisi Investigasi dan publikasi ICW
Kantor ICW di Kalibata – Jakarta Selatan
Foto ICW penggalangan dana dan
dukungan ICW di Mall