Upload
miar-tria
View
61
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PGSD
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Komunikasi merupakan hal yang sangat fundamental. Setiap manusia pasti
melakukan komunikasi dalam setiap kegiatan sehari-hari. Manusia berkomunikasi untuk
membagi pengetahuan dan pengalaman. Seperti halnya seorang guru. Sebagai seorang guru
sekolah dasar, sudah sepatutnya kita mengerti bagaimana cara berkomunikasi dengan
baik, karena dalam kegiatan belajar mengajar pastilah terjadi komunikasi antara guru dan
peserta didik. Komunikasi akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan
dengan baik oleh penerima. Namun, tidak sedikit guru-guru yang belum mengetahui cara
berkomunikasi yang baik dan juga mendidik.
Untuk dapat berkomunikasi dengan baik ada baiknya kita mengenal definisi, teori
dan jenis komunikasi dari beberapa ahli. Pada makalah ini kami akan membahas definisi,
teori dan jenis komunikasi sebagai awal untuk dapat memiliki keterampilan komunikasi
yang mendidik.
1.2Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari komunikasi?
2. Apasaja teori-teori komunikasi?
3. Apasaja jenis-jenis komunikasi?
4. Bagaimana implementasi dalam kegiatan belajar mengajar?
2
1.3Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi.
Untuk mengetahui teori-teori komunikasi.
Untuk mengetahui jenis-jenis komunikasi.
Untuk mengetahui bagaimana implementasi dalam kegiatan belajar mengajar.
1.4Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode kajian pustaka dengan
beberapa buku sumber dan mencari sumber-sumber di internet (browsing).
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Komunikasi
Dalam proses pendidikan terjadi interaksi edukatif antara pendidik dengan peserta
didik guna mencapai tujuan pendidikan. Interaksi disini adalah komunikasi antara guru
dengan muridnya, maupun murid dengan murid. Jika dalam pembelajaran terjadi
komunikasi yang efektif, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka guruu harus memiliki kemampuan komunikasi
yang baik. Berikut adalah beberapa definisi komunikasi menurut para ahli.
Trenholm dan Jensen dalam Wiryanto mendefinisikan komunikasi adalah “A process
by which a source transmits a message to a receiver through some channel.”1 (Komunikasi
adalah suatu proses di mana sumber mentransmisikan pesan penerima melalui berbagai
saluran.)
Hoveland mendefinisikan komunuikasi adalah “The process by which an individual
(the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify, the behavior of
other individu”.2 (Komunikasi adalah proses di mana individu menstransmisikan stimulus
untuk mengubah perilaku individu yang lain.)
Gode memberi pengertian mengenai komunikasi sebagai berikut: “It is a process that
makes common to or several what was the monopoly of one or some.”3 (Komunikasi adalah
1 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Gramedia, 2004), Hal. 6.
2 Carl I. Hoveland, Social Communication (Am Phil. Soc. XCII, (Dance no. 33/Catg. Stappers), 1948), Hal. 371.
3 Alexander Gode, What is Communication? (Journal of Communication 9, 1969), Hal. 5.
4
suatu proses yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula monopoli oleh
satu atau beberapa orang.)
Cherrey dalam Arifin “Communication is essentially the relationship set up bay the
transmission of stimuli and the evocation of response”.4 (Komunikasi merupakan kaitan
hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsanngan dan pembangkitan balasannya.)
Raymond S. Ross dalam Wiryanto mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses
menyortir, memilih, dan mengirimkan symbol-simbol sedemikian rupa, sehingga
membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa
dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator.5
Everett M. Rogers dan Lawrence Kincad (1981:18) menyatakan bahwa komunikasi
adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran
informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang
mendalam.6
Menurut Lasswell dalam Wiryanto Komunikasi adalah “Who Says what in which
Channel to Whom With What Effect?7 (Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses
yang menjelaskan siapa? Mengatakan apa? Dengan saluran apa? Kepada siapa? Dengan
akibat atau hasil apa?)
Berelson dan Steiner mendefinisikan komunikasi sebagai berikut: “communication:
the transmission of information, ideas, emotions, skills, etc. by the uses of symbol...”8 4 Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas (Jakarta: Rajawali Press, 1995), Hal. 24.
5 Op. Cit., Hal. 6.
6 http://id.wikipedia.org
7 Ibid,. Hal. 7.
8 Bernard Berelson dan Gary A. Steine, Human Behavior: An Inventory of Scientific Finding (New York: Harcourt Brace javanovich, 1964), hal. 527.
5
(Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya,
dengan menggunakan symbol-simbol dan sebagainya.)
Shannon dan Weaver dan Wiryanto, bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi
manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak
terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni
dan teknologi.9
Dari beberapa definisi menurut para ahli dapat kami simpulkan secara sederhana
bahwa yang dimaksud dengan komunikasi adalah Proses dimana komunikator
mentransmisikan stimulus berupa informasi, baik sengaja atau tidak disengaja sehingga
membantu komunikan mengerti apa yang dimaksudkan komunikator.
Sedangkan komunuikasi pendidikan adalah komunikasi yang dirancang untuk
mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
2.2 Teori Komunikasi
Teori komunikasi yang dikembangkan Harold Lasswell merupakan awal pijakan
dalam mempelajari konsep komunikasi dalam pendidikan.
Teori Model Lasswell
Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah
Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model
komunikasi yang sederhana yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam
9 Op. Cit., Hal. 7.
6
saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh
seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).
Teori Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi
Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media
massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan
asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa.
Namun hasil penelitian menunjukan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah
dan asumsi stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media
massa dalam penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum.
Teori Informasi atau Matematis
Salah satu teori komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori
komunikasi selanjutnya adalah teori informasi atau teori matematis. Teori ini
merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude Shannon dan Warren Weaver
(1949, Weaver. 1949 b), Mathematical Theory of Communication.
Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan
informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter
menggunakan saluran dan media komunikasi. Titik perhatiannya terletak pada
akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang
pribadi yang bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi
yang lain. Jika efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan,
maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke
tahap-tahap dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak
7
kegagalannya. Selain itu, mazhab proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu
sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada
tindakan komunikasi.
Karya Shannon dan Weaver ini kemudian banyak berkembang setelah Perang Dunia
II di Bell Telephone Laboratories di Amerika Serikat mengingat Shannon sendiri
adalah insiyiur di sana yang berkepentingan atas penyampaian pesan yang cermat
melalui telepon. Kemudian Weaver mengembangkan konsep Shannon ini untuk
diterapkan pada semua bentuk komunikasi. Titik kajian utamanya adalah
bagaimana menentukan cara di mana saluran (channel) komunikasi digunakan
secara sangat efisien. Menurut mereka, saluran utama dalam komunikasi yang
dimaksud adalah kabel telepon dan gelombang radio.
Latar belakang keahlian teknik dan matematik Shannon dan Weaver ini tampak
dalam penekanan mereka. Misalnya, dalam suatu sistem telepon, faktor yang
terpenting dalam keberhasilan komunikasi adalah bukan pada pesan atau makna
yang disampaikan-seperti pada mazhab semiotika, tetapi lebih pada berapa jumlah
sinyal yang diterima dam proses transmisi.
Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)
Phillip Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di
dalam teori uses and gratification dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya
sebagai expectance-value theory (teori pengharapan nilai).
Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media ditentukan
oleh sikap Anda terhadap media --kepercayaan Anda tentang apa yang suatu
medium dapat berikan kepada Anda dan evaluasi Anda tentang bahan tersebut.
8
Sebagai contoh, jika Anda percaya bahwa situated comedy (sitcoms), seperti Bajaj
Bajuri menyediakan hiburan dan Anda senang dihibur, Anda akan mencari
kepuasan terhadap kebutuhan hiburan Anda dengan menyaksikan sitcoms. Jika,
pada sisi lain, Anda percaya bahwa sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup
yang tak realistis dan Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari
untuk melihatnya.
Teori Ketergantungan (Dependency Theory)
Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball-
Rokeach dan Melvin Defleur. Seperti teori uses and gratifications, pendekatan ini
juga menolak asumsi kausal dari awal hipotesis penguatan. Untuk mengatasi
kelemahan ini, pengarang ini mengambil suatu pendekatan sistem yang lebih jauh.
Di dalam model mereka mereka mengusulkan suatu relasi yang bersifat integral
antara pendengar, media. dan sistem sosial yang lebih besar.
Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and gratifications, teori ini
memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari
media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta
mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu
digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap
semua media.
Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan
sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak dalam
menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi
9
khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan sumber media massa yang
menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi sosial.
Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak, ada
beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen, survey dan riset
etnografi.
Teori Agenda Setting
Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini
adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu
akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang
dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media
diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan
dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.
Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976),
yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur
kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini berangkat dari sifat
masyarakat modern, diamana media massa diangap sebagai sistem informasi yang
memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik pada
tataran masyarakat,kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial. Secara ringkas
kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan dapat dirumuskan sebagai berikut:
10
a. Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap,
agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/
penjelasan nilai-nilai.
b. Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau
menurunkan dukungan moral.
c. Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan,
pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau
menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan perilaku
dermawan.
Teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz
(1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif
untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna
media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media
berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenhi
kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk
memuaskan kebutuhannya.
Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin, 2007):
(1) Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan (2) berbagai
kombinasi antara intra dan ekstra individu, dan juga dengan (3) struktur
masyarakat, termasuk struktur media, menghasilkan (4) berbagai percampuran
personal individu, dan (5) persepsi mengenai solusi bagi persoalan tersebut,
yang menghasilkan (6) berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau
11
penyelesaian persoalan, yang menghasikan (7) perbedaan pola konsumsi media
dan ( perbedaan pola perilaku lainnya, yang menyebabkan (9) perbedaan pola
konsumsi, yang dapat memengaruhi (10) kombinasi karakteristik intra dan
ekstra individu, sekaligus akan memengaruhi pula (11) struktur media dan
berbagai struktur politik, kultural, dan ekonomi dalam masyarakat.
Teori The Spiral of Silence
Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth
Noelle-Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya
pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum
ditentukan oleh suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa,
komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu tentang pendapatnya dalam
hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam masyarakat.
Teori Konstruksi sosial media massa
Gagasan awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori konstruksi sosial atas
realitas yang dibangun oleh Peter L Berrger dan Thomas Luckmann (1966, The
social construction of reality. A Treatise in the sociology of knowledge. Tafsir
sosial atas kenyataan: sebuah risalah tentang sosisologi pengetahuan). Mereka
menulis tentang konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun secara simultan
melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses
simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyrakat.
Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif,
subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.
Teori Difusi Inovasi
12
Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para
koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai mengenai
penyebaran dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan,
difusi (atau komunikasi), dan konsekwensi-konsekwensi. Perubahan seperti di
atas dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara eksternal
melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin
terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana
bagian dari agen-agen luar dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun
seringkali memakan waktu lama.
Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun
untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu tujuan
dari penelitian difusi adalah untuk menemukan sarana guna memperpendek
keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu inovasi akan mempunyai
konsekuensi konsekuensi – mungkin mereka berfungsi atau tidak, langsung
atau tidak langsung, nyata atau laten (Rogers dalam Littlejohn, 1996 : 336).
Teori Kultivasi
Program penelitian teoritis lain yang berhubungan dengan hasil sosiokultural
komunikasi massa dilakukan George Garbner dan teman-temannya. Peneliti ini
percaya bahwa karena televisi adalah pengalaman bersama dari semua orang,
dan mempunyai pengaruh memberikan jalan bersama dalam memandang
dunia. Televisi adalah bagian yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari kita.
Dramanya, iklannya, beritanya, dan acara lain membawa dunia yang relatif
koheren dari kesan umum dan mengirimkan pesan ke setiap rumah. Televisi
13
mengolah dari awal kelahiran predisposisi yang sama dan pilihan yang biasa
diperoleh dari sumber primer lainnya. Hambatan sejarah yang turun temurun
yaitu melek huruf dan mobilitas teratasi dengan keberadaan televisi. Televisi
telah menjadi sumber umum utama dari sosialisasi dan informasi sehari-hari
(kebanyakan dalam bentuk hiburan) dari populasi heterogen yang lainnya.
Pola berulang dari pesan-pesan dan kesan yang diproduksi massal dari televisi
membentuk arus utama dari lingkungan simbolis umum.
Garbner menamakan proses ini sebagai cultivation (kultivasi), karena televisi
dipercaya dapat berperan sebagai agen penghomogen dalam kebudayaan.
Teori kultivasi sangat menonjol dalam kajian mengenai dampak media televisi
terhadap khalayak. Bagi Gerbner, dibandingkan media massa yang lain, televisi
telah mendapatkan tempat yang sedemikian signifikan dalam kehidupan
sehari-hari sehingga mendominasi “lingkungan simbolik” kita, dengan cara
menggantikan pesannya tentang realitas bagi pengalaman pribadi dan sarana
mengetahui dunia lainnya (McQuail, 1996 : 254)
2.3 Jenis-jenis Komunikasi
Ada beberapa jenis komunikasi yaitu, komunikasi formal dan informal, komunikasi
tertulis dan lisan, komunikasi verbal dan nonverbal, komunikasi satu arah dan dua arah,
dan komunikasi efektif, efisien dan baik.
1. Komunikasi formal dan informal
Komunikasi formal adalah komunikasi yang timbul melalui garis – garis kekuasaan
yang dibuat oleh manajemen. Garis – garis ini merupakan system syaraf organisasi yang
14
diberikan melalui prosedur dan praktek. Komunikasi formal biasanya diperuntukan
bagi atasan terhadap bawahan atau dalam pendidikan murid kepada kepala sekolah
atau guru. Sedangkan adanya persamaan perasaan, kebutuhan, tugas maupun
kewajiban seseorang. komunikasi informal adalah kebalikan dari komunikasi formal,
komunikasi ini terjadi secara tidak disengaja, karena Pada dasarnya, komunikasi
informal ini tidak terikat oleh tempat dan waktu. Dalam komunikasi informal tidak
terdapat hirarki strukturalnya, oleh karena itu komunikasi informal mempunyai dua
tujuan yaitu, untuk memenuhi kebutuhan seseorang akan interaksi sosial. Dan juga
meningkatkan pelaksanaan pekerjaan organisasi dengan menciptakan alternatif, dan
lebih cepat dan lebih efisien.
2. Komunikasi tertulis dan lisan
Komunikasi tertulis dan lisan mempunyai ciri – ciri yang menguntungkan (kebaikan)
dan tidak (keburukannya). Jadi keduanya sering sama – sama digunakan untuk saling
melengkapi. Diantara keuntungan komunikasi tertulis yaitu, memberikan catatan –
catatan dan referensi yang resmi, sehingga kita dapat mempersiapkan pesan dengan
cermat dan dapat tersampaikan kebanyak orang. Sedangkan keburukan atau
kerugiannya adalah bahwa sanya pesan tertulis dapat mengakibatkan timbulnya
timbunan kertas dan tidak memberikan umpan balik dengan segera. Akibatnya akan
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengetahui apakah suatu pesan telah
diterima dan difahami dengan baik. Di bawah ini terdapat beberapa petunjuk menurut
Keith Davis dalam penyampaian komunikasi secara tertulis, yaitu :
• Gunakan kata – kata dan ungkapan yang sederhana
15
• Gunakan kata – kata yang singkat dan sudah lazim dipakai
• Nyatakan pemikiran secara logis dan langsung
• Hindari kata – kata yang tidak perlu
Sedangkan komunikasi lisan dapat berupa pertemuan tatap muka dari dua orang atau
lebih, dan pada komunikasi ini dapat berjalan secara formal atau informal dan dapat
terencana atau tidak. Kebaikan dari komunikasi lisan adalah komunikasi seperti ini
dapat memberikan pertukaran yang cepat dan mendapat umpan balik secara cepat
pula. Sedangkan keburukannya adalah tidak menghemat waktu atau jika sedang asik
akan membuang – buang waktu dan lupa waktu.
3. Komunikasi verbal dan nonverbal
Verbal berarti menggunakan kata – kata baik lisan maupun tulisan. Menurut Pitfield,
komunikasi verbal dapat berupa kontak tatap muka, wawancara, konsultan bersama,
dan pidato. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi tanpa menggunakan
kata – kata, misalnya melalui gerakan badan, penampilan, bau harum, pakaian, pakaian
seragam, ekspresi wajah, barang – barang perhiasan, mobil dan simbol isyarat lainnya.
4. Komunikasi satu arah dan dua arah
Komunikasi satu arah adalah komunikasi yang hanya menjamin penyampaian pesan
saja misalnya iklan. Komunikasi ini juga terdapat keuntungan dan kerugiannya,
16
diantaranya adalah komunikasi satu arah itu lebih cepat, menghemat waktu dan uang.
Disini sipengirim akan merasa puas karena tidak ditanyakan tetntang informasi, dan
juga dapat melindungi kekhilafan dan kesalahannya. Sedang kerugiannya terletak pada
sipenerima yang tidak mempunyai kesempatan untuk minta penjelasan pesan. Lain
halnya dengan komunikasi dua arah komunikasi ini memiliki umpan balik yang
melekat. Komunikasi ini menjamin bahwa informasi, penjelasan, dan lain – lain
diberikan lebih lanjut. Contohnya : seminar, kelompok partisipasi. Keuntungan
komunikasi ini adalah komunikasi seperti ini pasti berguna, baik bagi si pemberi pesan
maupun sipenerima pesan. Kerugiannya adalah komunikasi ini cenderung lamban dan
memakan waktu yang cukup lama.
5. Komunikasi yang efektif, efisien dan baik
Komunikasi yang efektif yaitu komunikasi yang paling cermat, sehingga maksud dan
tujuan dalam komunikasi dapat tersampaikan dan dimengerti oleh sipenerima
informasi. Komunikasi dikatakan efisien apabila berusaha untuk mengurangi sebanyak
– banyaknya waktu dan biaya dalam pertukaran informasi, namun informasi yang
disampaikan dapat dimengerti. Sedangkan komunikasi yang baik adalah komunikasi
yang terjadi apabila pengertian penerima sesuai dengan maksud yang diinginkan oleh
pengirim. Oleh karena itu ketiganya saling terkait, komunikasi yang baik harus yang
bersifat efektif, efisien, dan baik.
2.4 Implementasi Teori Komunikasi dan Informasi dalam Kegiatan Belajar
Mengajar
17
Proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses
penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/ media tertentu ke penerima
pesan. Ditinjau dari sudut unsur komunikasi, maka penjabarannya adalah sebagai berikut :
Komunikator, dapat berupa guru maupun siswa (komunikasi 2 arah)
Pesan, adalah isi/materi pelajaran yang ingin disampaikan
Saluran, berupa media yang digunakan
Kommunikan, dapat berupa guru maupun siswa (komunikasi 2 arah)
Efek, berupa feedback atau umpan balik yang diberikan oleh komunikan yang akan
menciptakan komunikasi 2 arah secara berkesinambungan.
Pesan dituangkan dalam simbol komunikasi baik verbal maupun nonverbal, proses
ini disebut sebagai encoding. Selanjutnya kommunikan (penerima pesan) menafsirkan
simbol komunikasi tersebut sehingga diperoleh maksudnya, proses ini disebut sebagai
decoding. Proses penuangan pesan ini kadang tidak dapat berlangsung lancar. Penafsiran
yang gagal atau kurang berhasil, berarti kegagalan atau kekurangberhasilan dalam
memahami apa yang didengar, dilihat atau diamatinya.
Faktor yang menghambat/penghalang komunikasi ini disebut sebagai noise. Ada 2
bentuk:
Fisik, misalnya lampu yang tidak terang, bunyi berisik, kelas yang sempit, dsb.
Psikologis, misalnya minat, intelegensi, motivasi, dsb.
Salah satu unsur dalam proses komunikasi yang sangat menonjol peranannya bagi
teknologi pendidikan adalah media. Teori-teori yang dikembangkan dari berbagai
18
penelitian tentang media komunikasi telah memberi arti tersendiri bagi teknologi
pendidikan (Miarso, 2011).
Rahardjo (1991) dalam Mustolih (2007) menyatakan bahwa media dalam arti yang
terbatas, yaitu sebagai alat bantu pembelajaran. Hal ini berarti media sebagai alat bantu
yang digunakan guru untuk:
Memotivasi belajar peserta didik
Memperjelas informasi/pesan pengajaran
Memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting
Memberi variasi pengajaran
Memperjelas struktur pengajaran.
Di sini media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan
membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta
didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar.
BAB III
PENUTUP
19
3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah Proses dimana komunikator mentransmisikan stimulus berupa
informasi, baik sengaja atau tidak disengaja sehingga membantu komunikan mengerti apa
yang dimaksudkan komunikator. Sedangkan komunuikasi pendidikan adalah komunikasi
yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Ada beberapa teori komunikasi seperti, Teori Model Lasswell, Teori Komunikasi dua
tahap dan pengaruh antar pribadi, dan Teori Informasi atau Matematis.
Ada beberapa jenis komunikasi yaitu, komunikasi formal dan informal, komunikasi
tertulis dan lisan, komunikasi verbal dan nonverbal, komunikasi satu arah dan dua arah,
dan komunikasi efektif, efisien dan baik.
Implementasi teori komunikasi dalam proses pembelajaran:
Memotivasi belajar peserta didik
Memperjelas informasi/pesan pengajaran
Memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting
Memberi variasi pengajaran
Memperjelas struktur pengajaran.
3.2 Saran
Sebaiknya sebagai calon guru kita mnggali lagi keterampilan komunikasi kita, karena
agar pembelajaran dapat mendukung peningkatan mutu pendidikan, maka dalam proses
20
pembelajaran harus terjadi komunikasi yang efektif, yang mampu memberikan
kefahaman mendalam kepada peserta didik atas pesan atau materi belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar, 1995, Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Rajawali Press.
21
Berelson, Bernard dan Gary A. Steine, 1964, Human Behavior: An Inventory of Scientific
Finding. New York: Harcourt Brace javanovich.
Fisher, B. Aubrey, 1986, Teori-teori Komunikasi. Penyunting: Jalaluddin Rakhmat,
Penerjemah: Soejono Trimo. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Gode, Alexander, 1969, What is Communication?. Journal of Communication 9.
Hoveland, Carl I., 1948, Social Communication. Am Phil. Soc. XCII, (Dance no. 33/Catg.
Stappers)
Wiryanto, 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Gramedia.
Web
http://nuramaliahdreams.blogspot.com/2010/07/komunikasi-pendidikan.html
http://id.wikipedia.org