37
MAKALAH PERANAN KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM ORGANISASI DISUSUN OLEH : PERA WAHYUNI NUR AZURA BARA BIMA HARDIKA ZURRIAT FASTAWA DIDI ALVIAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU

Komunikasi Persuasif Dalam Organisasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Komunikasi Persuasif Dalam Organisasi

Citation preview

MAKALAH PERANAN KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM ORGANISASI

DISUSUN OLEH : PERA WAHYUNI NUR AZURA BARA BIMA HARDIKA ZURRIAT FASTAWA DIDI ALVIAN

ILMU KOMUNIKASIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIKUNIVERSITAS RIAUPEKANBARU2013/2014DAFTAR ISI

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR DAFTAR ISI....... BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ....... 2. Rumusan Masalah BAB II PEMBAHASAN1. pengertian organisasi. .2.fungsi komunikasi dalam organisasi..............................3.pengertian komunikasi persuasif............................................................................................ 4. peranan komunikasi persuasif dalam organisasiBAB III PENUTUP1. Kesimpulan ......................................................................................................................REVISI DAN PENAMBAHANDAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUANLatar Belakang Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukanorang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi.Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentukdari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalamkelompok ataupun organisasi, selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakanmasalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari atasan danbawahannya. Di antara kedua belah pihak (atasan dan bawahan) harus ada two waycommunications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itudiperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerjasamatersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial maupunkebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu keinginanmasing-masing individu, untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapatmemberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan. Hubungan yang dilakukan oleh unsur pimpinan antara lain kelangsungan hidupberorganisasi untuk mencapai perkembangan ke arah yang lebih baik denganmenciptakan hubungan kerja sama dengan bawahannya. Hubungan yang dilakukanoleh bawahan sudah tentu mengandung maksud untuk mendapatkan simpati daripimpinan yang merupakan motivasi untuk meningkatkan prestasi kerja ke arah yanglebih baik. Hal ini tergantung dari kebutuhan dan cara masing-masing individu,karena satu sama lain erat hubungannya dengan keahlian dan tugas-tugas yang harusdilaksanakanKomunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiranpesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasitertentu. Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubunganhierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Komunikasi organisasi melibatkan bentuk-bentuk komunikasi antarpribadi dankomunikasi kelompok. Pembahasan komunikasi organisasi antara lain menyangkutstruktur dan fungsi organisasi, hubungan antarmanusia, komunikasi dan prosespengorganisasian serta budaya organisasi. Komunikasi organisasi diberi batasansebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantungsatu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan horisontal.Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi baik organisasipemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi perusahaan, maka sasaranyang dituju pun akan beraneka ragam, tapi tujuan utamanya tentulah untukmempersatukan individu-individu yang tergabung dalam organisasi tersebut.

Rumusan Masalah Adapun makalah ini disusun dengan rumusan masalah sebagai berikut 1. Apakah yang dimaksud dengan organisasi? 2. Apakah yang dimaksud dengan komunikasi? 3. Bagaimana hubungan komunikasi terhadap organisasi? 4. Apakah yang dimaksud dengan komunikasi dalam organisasi? 5. Bagaimana model komunikasi dalam organisasi? 6. Apa fungsi komunikasi dalam organisasi? 7. Bagaimana proses komunikasi dalam organisasi? 8. Apa saja gaya komunikasi yang dapat diterapkan dalam organisasi dan bagaimanakah gambaran umum mengenai masing-masing gaya komunikasi tersebut? 9.peranan komunikasi persuasif dalam organisasi

BAB IIPEMBAHASANOrganisasi dan Komunikasi Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang secara harfiahberarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. EveretM.Rogers dalam bukunya Communication in Organization, mendefinisikanorganisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untukmencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas. Robert Bonnington dalam buku Modern Business: A Systems Approach,mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen mengoordinasikansumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugasdan wewenang. Sedangkan untuk istilah komunikasi (communication) berasal dari Bahasa Latincommunicatus yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama. Dengandemikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yangbertujuan untuk mencapai kebersamaan. Menurut Webster New Collogiate Dictionarydijelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi di antaraindividu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.Hovland, Janis & Kelley menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses melaluimana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya(khalayak). Sedangkan Berelson & Steiner berpendapat bahwa komunikasi adalahsuatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melaluipenggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain-lain. 4 Hubungan Ilmu Komunikasi dengan Organisasi Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannyayang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuanorganisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yangberlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apayang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dansebagainya. Jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untukbahan telaah untuk selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatuorganisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkuporganisasi dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilakukan.2.3 Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesanorganisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi(Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui olehorganisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupacara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harusdilakukan dalam organisasi. Misalnya adalah memo, kebijakan, pernyataan, jumpapers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yangdisetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepadaanggotanya secara individual. Komunikasi dalam organisasi adalah juga dapat diartikan sebagai komunikasidi suatu organisasi yang dilakukan pimpinan, baik dengan para karyawan maupundengan khalayak yang ada kaitannya dengan organisasi, dalam rangka pembinaankerja sama yang serasi untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi (Effendy,1989:214). Price (1997) mendefinisikan komunikasi organisasi sebagai derajat atau tingkatinformasi tentang pekerjaan yang dikirimkan organisasi untuk anggota dan diantara anggota organisasi. Tujuan komunikasi dalam organisasi adalah untuk membentuksaling pengertian (mutual understanding) sehingga terjadi kesetaraan kerangkareferensi (frame of references) dan kesamaan pengalaman (field of experience)diantara anggota organisasi. Komunikasi organisasi harus dilihat dari berbagai sisiyaitu pertama komunikasi antara atasan kepada bawahan, kedua antara karyawanyang satu dengan karyawan yang lain, ketiga adalah antara karyawan kepada atasan.Hubungan komunikasi antara atasan dan bawahan juga tidak bisa dilepaskan daribudaya paternalistik yaitu atasan jarang sekali atau tidak pernah memberikan kepadabawahannya untuk bertindak sendiri, untuk mengambil inisiatif dan mengambilkeputusan. Hal ini disebabkan karena komunikasi yang dilakukan oleh atasan kepadabawahan bersifat formal dimana adanya struktur organisasi yang jauh antara atasandengan bawahan. Sehingga konsekuensi dari perilaku ini bahwa para bawahannyatidak dimanfaatkan sebagai sumber informasi, ide, dan saran. Komunikasi memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan kepada parakaryawan tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka mengerjakannyadan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika sedang berada dibawah standar (Robbins, 2002). Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam kehidupan kerja. Hal inimudah dipahami sebab komunikasi yang tidak baik bisa mempunyai dampak yangluas terhadap kehidupan organisasi, misal konflik antar pegawai, dan sebaliknyakomunikasi yang baik dapat meningkatkan saling pengertian, kerjasama dan jugakepuasan kerja .Mengingat yang bekerjasama dalam suatu organisasi dalam rangkamencapai tujuan merupakan sekelompok sumber daya manusia dengan berbagaikarakter, maka komunikasi yang terbuka harus dikembangkan dengan baik. Dengandemikian masing-masing karyawan dalam organisasi mengetahui tanggung jawab danwewenang masing masing. Karyawan yang mempunyai kompetensi komunikasi yang baik akan mampumemperoleh dan mengembangkan tugas yang diembannya, sehingga tingkat kinerja karyawan menjadi semakin baik. Komunikasi memegang peranan penting di dalammenunjang kelancaran aktivitas karyawan di perusahaan. Komunikasi organisasi merupakan suatu proses dinamik yang berfungsi sebagaialat utama bagi sukses atau tidaknya organisasi dalam hubungannya denganlingkungan tugas. Pincus (1986) menemukan komunikasi berhubungan positif dengankinerja, tetapi tidak sekuat hubungan antara komunikasi dengan kepuasan. Chen etal., (2006) menyatakan komunikasi organisasi berhubungan positif dengan komitmenorganisasi dan kinerja dan berhubungan negatif dengan tekanan pekerjaan. Namundemikian Rodwell (1998) menyatakan bahwa variabel komunikasi berhubungannegatif dengan kinerja. Model Komunikasi dalam Organisasi Model komunikasi yang paling sederhana adalah adanya pengirim, berita(pesan) dan penerima seperti gambar berikut ini : Model ini menunjukkan 3 unsur esensi komunikasi. Bila salah satu unsurhilang, komunikasi tidak dapat berlangsung. Sebagai contoh adalah seseorang dapatmengirimkan pesan, namun apabila tidak ada yang menerima atau yang mendengar,komunikasi tidak akan terjadi. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalahsebagai berikut: a) Fungsi informatif Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.b) Fungsi regulatif Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu: Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau instruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.c) Fungsi persuasif Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.d) Fungsi integratif Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.2.6 Proses Komunikasi dalam Organisasi Terdapat 2 proses komunikasi dalam organisasi, yaitu proses komunikasiinternal dan proses komunikasi eksternal. a) Komunikasi Internal Merupakan pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan dalam struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam perusahaan, sehingga pekerjaan berjalan (operasi dan manajemen). Adapun Empat Dimensi Komunikasi dalam organisasi, yaitu : 1. Downward communication Yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah: Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.2. Upward communication Yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah: Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya Komunikasi ke atas menjadi terlalu rumit dan menyita waktu dan mungkin hanya segelintir kecil manajer organisasi yang mengetahui bagaimana cara memperoleh informasi dari bawah. Sharma (1979) mengemukakan 4 alasan mengapa komunikasi ke atas terlihat amat sulit: Kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka Perasaan bahwa atasan mereka tidak tertarik kepada masalah yang dialami pegawai Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan pegawai Perasaan bahwa atasan tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang disampaikan pegawai 3. Horizontal communication Yaitu komunikasi yang berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah: Memperbaiki koordinasi tugas Upaya pemecahan masalah Saling berbagi informasi Upaya pemecahan konflik Membina hubungan melalui kegiatan bersama 4. Interline communication Yaitu tindak komunikasi untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional. Spesialis staf biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas-saluran ini karena biasanya tanggung jawab mereka berhubungan dengan jabatan fungsional. Karena terdapat banyak komunikasi lintas-saluran yang dilakukan spesialis staf dan orang- orang lainnya yang perlu berhubungan dalam rantai-rantai perintah lain, diperlukan kebijakan organisasi untuk membimbing komunikasi lintas-saluran.b) Komunikasi EksternalAdalah komunikasi antara pimpinan organisasi (perusahaan) dengan khalayakaudience di luar organisasi. Contoh dari komunikasi eksternal, yaitu : Komunikasi dari organisasi kepada khalayak yang bersifat informatif. Contohnya adalah Majalah, Press release/media release, Artikel surat kabar atau majalah, Pidato, Brosur, Poster, Konferensi pers, dll. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Gaya Komunikasi Gaya komunikasi atau communication style akan memberikan pengetahuankepada kita tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketikamereka melaksanakan tindakan berbagi informasi dan gagasan. Sementara padapengaruh kekuasaan dalam organisasi, kita akan mengkaji jenis-jenis kekuasaan yangdigunakan oleh orang-orang dalam tataran manajemen sewaktu mereka mencobamempengaruhi kemampuan berkomunikasi dalam organsasi, kita akan diajak untukmemikirkan bagaimana mendefinisikan tujuan kita sehubungan dengan tugas dalamorganisasi, bagaimana kita memilih orang yang tepat untuk diajak bekerjasama danbagaimana kita memilih saluran yang efektif untuk melaksanakan tugas tersebut. Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkatperilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu(a specialized set of intexpersonal behaviors that are used in a given situation).Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yangdipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yangtertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantungpada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver). a. The Controlling style Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one- way communications. Pihak-pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan- pandangannya. Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha menjual gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.b. The Equalitarian style Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication). Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindakan berbagi informasi (share) di antara para anggota dalam suatu organisasi.c. The Structuring style Gaya komunikasi ini lebih memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut. Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.d. The Dynamic style Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen). Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah menstimulasi atau merangsang pekerja ataupun karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.e. The Relinguishing style Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain. Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.f. The Withdrawal style Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut. Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikansuatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Olehkarena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi. Komunikasi PersuasifRonald L. Applbaum dan Karl W.E Anatol (1974:12) dalam Komunikasi Persuasif mendefinisikan komunikasi persuasif sebagai berikut : Komunikasi yang kompleks ketika individu atau kelompok mengungkapkan pesan (sengaja atau tidak sengaja) melalui caracara verbal dan non verbal untuk memperoleh respon tertentu dari individu atau kelompok lain.Adapun Dedy Djamaluddin menjelaskan sebagai berikut : Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bersifat mempengaruhi tindakan, perilaku, pikiran dan pendapat tanpa dengan cara paksaan, baik itu fisik maupun non-fisik.Kedua kutipan di atas dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa dalam berkomunikasi persuasif, argumen komunikator seyogyanya masuk akal atau logis, sehingga komunikan merasa yakin akan pesan persuasif yang disampaikannya dan akhirnya mau berperilaku sesuai kehendak komunikator. Karakteristik komunikator sangat penting untuk mencapai tujuan persuasifnya, sebab yang berpengaruh bukan hanya pesan persuasifnya saja, tetapi kondisi komunikator juga turut berpengaruh. Komunikator tidak akan dapat mempengaruhi atau bahkan merubah sikap, tindakan dan pendapat seseorang hanya dengan mengatakannya saja.

Karakteristik Komunikator Dalam Proses PersuasifEfektifitas dan keberhasilan komunikasi persuasif tidak bisa lepas dari kredibilitas komunikator dan kepiawaiannya mengemas pesan-pesan yang meyakinkan audiens (komunikan) tentang kebenaran dan pentingnya pesan yang ia sampaikan. Memang, dalam sebuah proses komunikasi, pesan yang diterima audiens bukan hanya ditentukan oleh isi pesannya saja, melainkan oleh berbagai faktor, dan faktor tersebut yang terpenting adalah komunikator. Aristoteles mengatakan bahwa komunikator pada hakikatnya tidak hanya mengkomunikasikan sebuah pesan, tetapi dirinya sendiri adalah pesan itu sendiri. Sesungguhnya ada 3 komponen dalam karakteristik sumber atau komunikator, yaitu credibility, attractiveness dan power (kekuasaan), yang dapat dijelaskan sebagai berikut 1) Credibility (kredibilitas)Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikan tentang sifat-sifat komunikator, meliputi :a. Kredibilitas adalah persepsi komunikan.b. Kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator yang selanjutnya disebut dengan komponen-komponen kredibilitas. Komponen-komponen kredibilitas terdiri dari 2 hal yang paling penting, yaitu keahlian dan kepercayaan. Keahlian adalah kesan yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Komunikator yang dinilai tinggi dianggap sebagai cerdas, mampu, ahli dan berpengalaman. Kepercayaan adalah kesan komunikan tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya, apakah komunikator dinilai jujur, tulus, bermoral, adil, etis atau bahkan sebaliknya. Karena kredibilitas itu masalah persepsi, jadi kredibilitas dapat berubah-ubah tergantung pada pelaku persepsi atau komunikan, topic yang dibahas dan situasi pada penyampaian pesan. Kredibilitas seorang komunikator dapat berubah bila terjadi perubahan khalayak, topik dan waktu. Koehler, Annatol, dan Applbaum (1978:144-147) menambahkan 4 komponen dalam kredibilitas yaitu:21(1) Dinamisme, komunikator memiliki dinamisme bila dipandang sebagai bergairah, bersemangat, aktif, tegas dan berani.(2) Sosialbilitas, kesan komunikan tentang komunikator sebagai orang yang periang dan senang bergaul.(3) Kooreientasi, merupakan kesan komunikan tentang komunikatorsebagai orang yang mewakili kelompok yang disenangi danmewakili nilai-nilai.(4) Karisma, digunakan untuk menunjukkan suatu sifat yang luar biasa dimiliki oleh komunikator yang menarik dan mengendalikan komunikan seperti magnet menarik benda-benda sekitarnya.2) Attractiveness (atraksi)Atraksi ini lebih kepada bentuk fisik, daya tarik fisik, ganjaran, kesamaan dan kemampuan. Atraksi fisik menyebabkan komunikator menarik dan karena ia menarik sehingga mempunyai daya persuasif. Daya tarik fisik ini dapat berupa paras wajah yang cantik atau tampan dan dalam berpakaian. Sedangkan yang dimaksud dengan kesamaan adalah kesamaan sikap dan kepercayaan. Seseorang akan mudah berempati dan merasakan perasaan orang lain yang dipandangnya sama dengan dirinya, yang dapat berupa kepercayaan, sikap, maksud dan nilai-nilai sehubungan dengan suatu persoalan.3) Power (kekuasaan)Kekuasaan adalah kemampuan untuk menimbulkan ketundukan.Kekuasaan menyebabkan seorang komunikator dapat memaksakan kehendaknya pada orang lain karena ia mempunyai sumber daya yang penting. Berdasarkan sumber daya yang dimiliki seorang komunikator, kekuasaan dapat dibedakan sebagai berikut :a) Kekuasaan koersif Kemampuan komunikator untuk mendatangkan ganjaran atau hukuman pada komunikan. Ganjaran dan hukuman itu dapat berupa personal misalnya benci dan suka atau impersonal, misalnya pemecatan dan kenaikan pangkat.b) Kekuasaan keahlianKekuasaan ini berasal dari pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan keahlian yang dimiliki oleh komunikator. Misalnya seorang guru memberikan pekerjaan rumah kepada muridnya untuk lebih memahami mata pelajaran yang telah disampaikan di kelas.c) Kekuasaan rujukanDi sini komunikan menjadikan komunikator sebagai kerangka rujukan untuk menilai dirinya, komunikator dikatakanmemiliki kekuasaan rujukan bila ia berhasil menanamkan kekaguman pada komunikan.d) Kekuasaan legalKekuasaan ini berasal dari seperangkat peraturan atau norma yang menyebabkan komunikator berwenang untuk melakukan suatu tindakan. Seperti Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota dan lain sebagainya. Kekuasaan timbul dari interaksi antara komunikator dengan komunikan. Jenis apapun kekuasaan yang dipergunakan, kekuasaan adalah pengaruh yang paling lemah dibandingkan dengan kredibilitas dan atraksi, sehingga selayaknya kekuasaan digunakan setelah kredibilitas dan atraksi berhasil diterapkan pada komunikan.

Proses Komunikasi PersuasifKomunikasi persuasif terdiri dari beberapa proses sebagai berikut:1) Landasan sikap Menurut Martin Fisbein, sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberikan reaksi yang menyenangkan, tidak menyenangkan atau netral terhadap suatu obyek atau sekumpulan obyek. Komunikator harus menghubungkan pesannya dengan memotivasi faktor-faktor dalam pikiran komunikan. Jika komunikator menginginkan suatu sikap positif terhadap komunikan maka hubungkan dengan pemenuhan kebutuhan, tujuan dan ungkapan nilai-nilai yang mendasar. Terdapat empat macam argumen yang membentuk hubungan antara faktor motivasi dengan obyek persuasi, yaitu :a) Argumen kontigensi Hubungan kontigensi adalah sebab-akibat atau juga disebut hubungan kemungkinan. Persuasi yang dilakukan dengan cara ini diambil dari pemikiran bahwa tanggapan yang benar terhadap obyek komunikasi akan menghasilkan pemuasan kebutuhan, pencapaian tujuan atau ungkapan nilai. Setiap komunikasi persuasif dalam menggunakan fakta-fakta untuk membangun mata rantai sebab-akibat antara komunikator dengan memotivasi komunikan maka komunikator tersebut menggunakan hubungan kontigensi.b) Argumentasi kategorisasi Argumen kategorisasi adalah bagian dari seluruh argumentasi dengan cara mendahulukan alasan-alasan kemudian disusul dengan tujuan dari proses komunikasi tersebut. Sebagai contoh seorang pedagang memberikan alasan kalau ingin barang yang lebih bagus mutunya dan dilanjutkan dengan harus memilih barang yang harganya lebih mahal. Berarti pedagang tersebut menggunakan argumentasi kategorisasi. c) Argumentasi persamaan atau perbandingan Argumentasi ini menghubungkan komunikan dengan obyek lain yang diketahui oleh komunikator sehingga komunikan akan memandang komunikator sebagai orang yang menyenangkan. Misalnya : seorang pedagang membandingkan merk produk yang laku keras di pasaran dengan merk produk yang akan dibeli oleh konsumen.

d) Argumentasi koinsidental Argumentasi koinsidental adalah argumen yang dipandang sebagai kebiasaan. Argumentasi ini tidak dapat dibentuk dengan pembuktian dan penataran, akan tetapi berkaitan dengan penyajian obyek persuasi atau komunikan dan pesanpesan motivasi didalam konteks yang sama.

Media Komunikasi PersuasifDidalam komunikasi persuasif, juga dikenal adanya beberapa media, yaitu:1. Verbal Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tertulis. Komunikasi verbal merupakan karakteristik khusus manusia, tidak ada makhluk lain yang dapat menyampaikan macam-macam arti melalui kata-kata. Kata-kata dapat juga dimanipulasi untuk menyampaikan secara eksplisit sejumlah arti.Kata-kata yang disebut juga dengan bahasa dapat didefinisikan menjadi 2, yaitu fungsional dan formal:a. Fungsional Melihat bahasa dari segi fungsinya, sehingga diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan atau ide. Bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan diantara anggota-anggota kelompok sosial. Bahasa juga diberi arti secara arbiter (semaunya) oleh kelompok-kelompok social tertentu.b. Formal Menyatakan bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa. Dedi (2001) mengatakan Setiap bahasa mempunyai peraturan-peraturan sendiri bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaian agar dapat memberikan arti. Bahasa dalam proses komunikasi harus dapat dipahami dan mempunyai kesamaan makna oleh kedua belah pihak antara komunikator dan komunikan. Kesamaan terjadi bila komunikator dan komunikan berasal dari kebudayaan, status sosial, pendidikan dan ideologi yang sama, maksimal mempunyai sejumlah pengalaman yang sama.Ada tiga fungsi bahasa dalam proses komunikasi persuasif, antara lain:1) Bahasa untuk menyatakan diri Berbagai cara yang menjadi kebiasaan seseorang dalam berbahasa telah tertanam secara mendalam di alam bawah sadar, sehingga bahasa mencerminkan struktur diri dan pandangan seseorang. Namun sebenarnya, karena diri seseorang tersusun dari banyak diri yang berbeda, yang masing-masing mewujudkan dirinya sendiri pada setiap waktu dengan berbagai cara, maka terdapat beberapa aspek penggunaan bahasa yang secara sadar berubah-ubah dari satu pembicaraan ke pembicaraan lainnya, dari satu situasi ke situasi lainnya. 2) Bahasa untuk mengkomunikasikan makna Fungsi kedua ini adalah untuk membantu komunikan memahami makna pesan setepat mungkin.3) Bahasa untuk mengkomunikasikan perasaan dan nilai Fungsi yang ketiga ini adalah untuk membantu komunikator mengisyaratkan pada komunikan suatu perasaan, sikap dan nilai yang diutarakan komunikator tersebut.2. Non-verbal Komunikasi non-verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata, komunikasi ini menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, intonasi nada (tinggirendahnya nada), kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dansentuhan-sentuhan. Komunikasi non verbal ini paling banyak pengaruhnya dalam proses komunikasi persuasif, karena dalam prosesnya komunikan lebih banyak dan lebih mempercayai tandatanda non-verbal daripada verbal. Menurut Mark L. Knapp, fungsi komunikasi non-verbal dalam hubungannya dengan komunikasi verbal, dibagi menjadilima, antara lain :a. Repetisi Mengulang kembali gagasan atau ide yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya : setelah menjelaskan penolakan makan biasanya disusul dengan menggelengkan kepala berkali-kali.b. Substitusi Menggantikan komunikasi verbal. Misalnya bila menunjukkan persetujuan, maka akan menganggukkan kepala.c. Kontradiksi Menolak pesan verbal atau memberikan makna lain terhadap komunikan. Misalnya memuji prestasi teman tetapi dengan mencibirkan bibir.d. Komplemen Melengkapi dan memperkaya pesan non-verbal. Misalnya bila terluka, maka mimik wajah akan memberikan makna sesakit apa luka itu diderita.e. Aksentuasi Menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, betapa jengkelnya komunikator terhadap komunikan sambil memukul meja.f. Bentuk Komunikasi Persuasif Bentuk komunikasi persuasif yang dilakukan oleh Dai Abdul Haq S.Ag dalam penelitian ini adalah secara tatap muka atau bentuk komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi sebenarnya adalah bukan sekadar komunikasi yang terjalin antara dua orang tanpa perantara media (face to face). Burgoon dan Ruffner (1978) mengatakan bahwa komunikasi antar pribadi harus dibedakan dari berbicara di muka umum maupun komunikasi di dalam kelompok. Komunikasi antar pribadi juga harus mampu mencerminkan bahwa manusia yang berkomunikasi mampu mengekspresikan kehangatan, keterbukaan, dukungan terhadap pihak yang sedang diajak berkomunikasi.Sebagaimana penjelasan diatas, ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua individu merupakan komunikasi antar pribadi (Liliweri, 1991). Sifat-sifat komunikasi antar pribadi itu adalah :1. Melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan non verbal.2. Melibatkan perilaku spontan, tepat, dan rasional.3. Komunikasi antar pribadi tidaklah statis, melainkan dinamis.4. Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi, dan koherensi (pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya).5. Komunikasi antar pribadi dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.6. Komunikasi antar pribadi merupakan suatu kegiatan dan tindakan.7. Melibatkan di dalamnya bidang persuasif. (Lita (2004)

Penerapan Komunikasi PersuasifKegiatan komunikasi dalam hal ini adalah proses perpindahan informasi, bisa dikatakan telah ada sejak terbentuknya masyarakat dan telah menjadi bagian dari kehidupan keseharian manusia. menurut Suratman (1999) mengatakan bahwa 70% waktu bangun manusia digunakan untuk berkomunikasi. Disatu sisi pada hakikatnya komunikasi adalah fitrah manusia, selam manusia masih mempunyai naluri ingin tahu dan ingin menyampaikan sesuatu kepada sesamanya, maka selama itu akan ada kegiatan komunikasi.Komunikasi adalah suatu aspek kehidupan manusia yang paling mendasar, penting, dan kompleks. Kehidupan sehari-hari kita sangat dipengaruhi oleh komunikasi kita sendiri dengan orang lain, bahkan oleh pesan yang berasal dari orang yang kita tidak tahu (we can not not communication). Karena ke-kompleks-an komunikasi, maka Little John mengatakan, komunikasi adalah sesuatu yang sulit untuk didefinisikan. Sementara itu, menurut ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain, agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Dalam ilmu komunikasi, kita mengenal adanya komunikasi persuasif, yaitu komunikasi yang bersifat mempengaruhi audience atau komunikannya, sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Demikian pula dalam kegiatan organisasi, komunikasi persuasif layak diperlukan untuk mengembangan kemampuan verbal dan pemahaman antara karyawan dan pimpinannya.. Gambaran Diskripsi Hubungan Komunikasi Persuasif dengan Budaya Kerja dan Kinerja Karyawan Dalam proses komunikasi, ada lima elemen dasar yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dengan istilah Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect. Kelima elemen dasar tersebut adalah Who (sumber atau komunikator), Says What (pesan), in Which Channel (Saluran), to Whom (Penerima), with What Effect (Efek atau dampak). Lima elemen dasar dari komunikasi yang dikemukakan oleh Harold Laswell di atas akan bisa membantu para komunikator dalam menjalankan tugas mulianya. Berhasil tidaknya suatu komunikasi tergantung dari kelima elemen dasar tersebut. Bagaimana komunikator bisa mempengaruhi komunikannya, sehingga bisa bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator, bahkan bisa merubah sikap dan perilaku dari komunikan tersebut. Namun, komunikator, pesan, saluran yang bagaimana yang akan bisa merubah sikap dan perilaku komunikan, serta perubahan yang bagaimana yang diharapkan harus menjadi perhatian sangat besar bagi kita semua. Dalam ilmu komunikasi, kita mengenal adanya komunikasi persuasif, yaitu komunikasi yang bersifat mempengaruhi audience atau komunikannya, sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Menurut K. Andeerson, komunikasi ersuasive didefinisikan sebagai perilaku komunikasi yang mempunyai tujuan mengubah keyakinan, sikap atau perilaku individu atau kelompok lain melalui transmisi beberapa pesan. Sedangkan menurut R. Bostrom bahwa komunikasi persuasif adalah perilaku komunikasi yang bertujuan mengubah, memodifikasi atau membentuk respon (sikap atau perilaku) dari penerima.Komunikasi persuasif ini dapat dipergunakan dalam kegiatan usaha, khususnya usaha yang menekankan kepada kegiatan jasa. Yang dikehendaki dalam komunikasi persuasif adalah perubahan perilaku, keyakinan, dan sikap yang lebih mantap seolah-olah perubahan tersebut bukan atas kehendak komunikator akan tetapi justru atas kehendak komunikan sendiri. Persuasi yaitu menggunakan informasi tentang situasi psikologis dan sosiologis serta kebudayaan dari komunikan, untuk mempengaruhinya, dan mencapai perwujudan dari apa yang diinginkan oleh message Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi kita menjadi persuasif atau bisa mempengaruhi orang lain. Komunikasi persuasif dapat dikatakan sebagai petunjuk dan penafsiran pesan antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Definisi tersebut lebih menekankan pada aspek fungsional (Objektif), sedangkan bila dilihat dari interperstasi (Subjektif) dapat dipandang sebagai proses penciptaan makna atas sebuah interaksi (Pace & Faules 2001).Kondisi ini dimungkinkan terjadi sebagai akibat kurang terjadinya komunikasi dua arah (timbal bailk) antara karyawan dan pimpinan, sehingga apa yang menjadi keinginan mereka dapat langsung direspon oleh pimpinan. Berbeda dengan item apakah pimpinan memperhatikan saat anda sedang bekerja sebanyak 70% mengatakan pada bahwa ada perhatian dari pimpinan saat karyawan sedang melakukan pekerjaan dan hanya 30% yang menyatakan tidak ada perhatian dalam melakukan pekerjaan.Komunikasi persuasif dikatakan gagal, ketika mengikuti sosialisasi pada seminar di suatu perguruan tinggi yang dimana audiencenya adalah mahasiswa dan masyarakat umum yang mempunyai pendidikan dan pengalaman yang jauh lebih tinggi dari komunikator. Seandainya pada saat itu para komunikator yang hadir kurang menguasai program yang dibawa, tentunya masyarakat tidak akan puas, bahkan mungkin tidak akan berpengaruh pada perubahan sikap yang diharapkan. Ketidak-kredibelan komunikator juga sering disampaikan oleh masyarakat sendiri, dengan cara membandingkan antara fasilitator yang satu dengan fasilitator lainnya. Kemudian trustworthiness (dapat dipercaya) juga sangat penting bagi komunikator supaya komunikasi yang dilakukannya menjadi persuasif. Ketika seorang komunikator yang sudah tidak dipercaya oleh komunikan, apapun yang disampaikannya tidak akan didengar oleh komunikannya.

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanDemikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokokdalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karenaterbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referansi yang ada hubungannyadengan makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberi kritikdan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini danpenulisan makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis khususnya juga para pembaca yangbudiman pada umumnya.3.1 Kesimpulan Organisasi adalah suatu tempat dimana terdapat kesamaan tujuan untuk mencapainya bersama-sama melalui jenjang kepangkatan dan pembagian tugas dimana manajemen mengordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang. Berelson & Steiner berpendapat bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain- lain. Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Komunikasi dalam organisasi adalah juga dapat diartikan sebagai komunikasi di suatu organisasi yang dilakukan pimpinan, maupun dengan khalayak yang ada kaitannya dengan organisasi, dalamrangka pembinaan kerja sama yang serasi untuk mencapai tujuan dan sasaranorganisasi (Effendy,1989: 214).Model komunikasi yang paling sederhana adalah adanya pengirim, berita(pesan) dan penerima.Komunikasi memiliki empat fungsi, yaitu fungsi informatif, regulatif,persuasif, dan integratif.Terdapat 2 proses komunikasi dalam organisasi, yaitu proses komunikasiinternal dan proses komunikasi eksternal.Gambaran umum yang diperoleh dari uraian mengenai gaya komunikasi diatas adalah bahwa the equalitarian style of communication merupakan gayakomunikasi yang ideal. Sementara tiga gaya komunikasi lainnya: structuring,dynamic dan relinguishing dapat digunakan secara strategis untukmenghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisasi. REVISI DAN PENAMBAHAN1. Komunikasi persuasif berupa aliran dari bawah ke atas, contohnya seperti seorang karyawan yang ingin mempersuasifkan atasannya untuk menaikkan gaji kerjanya. Cara dari karyawan itu untuk mempersuasifkan atasannya adalah dengan menunjukkan data statistik bahwa hasil kerjanya selama ini yang dia kerjakan, hasilnya selalu maksimal. Dengan adanya data dari karyawan tersebut maka, otomatis atasannya akan mempertimbangkan, kemudian setelah di pertimbangkan, karyawan tersebut mendapatkan kenaikan gaji.2. Komunikasi persuasive dalam organisasi agar efektif dapat dilakukan dengan cara mempelajari teknik teknik mempersuasifkan seseorang. Tugas seorang pemimpin dalam mempersuasifkan anggotanya di dalam organisasi. Pemimpin harus memiliki kredibilitas yang tinggi, agar anggotanya dapat mengikuti apa yang di katakan oleh pemimpinnya. Berikut adalah hal yang harus dimiliki oleh pemimpin.a. Kesiapan: gaya komunikasi yang meyakinkan memerlukan persiapan yang matang, contohnya: materi pembahasan.b. Kesungguhan: kesungguhan akan menimbulkan kepercayaan komunikan terhadap apa yang disampaikan.c. Ketulusan: komunikator yang terampil dapat menstimulasikan faktor ketulusan agar menghindari kesan palsu dalam pikiran komunikan.d. Kepercayaan:muncul dengan penguasaan diri dan situasi secara sempurna (bukan takabur), sebelum dapat memancarkan kepastian.e. Ketenangan: ketenangan yang ditunjukkan komunikator akan menimbulkan kesan pada komunikan bahwa Ia berpengalaman dan mengusasi persoalan yang disampaikan.f. Keramahan: keramahan tidak berarti kelemahan, tetapi pengekspresian sikap etis.g. Kesederhanaan: keaslian menunjukkan keaslian dan kemurnian sikap.3.Dalam komunikasi persuasif organisasi, anggota anggota tersebut pasti memiliki persepsi persepsi sendiri. Jadi peran dari pemimpinnya itulah yang terpenting dalam menyatukan pendapat pendapat yang berbeda dari anggota organisasi itu, dengan cara pemimpin menjelaskan kepada anggotanya perepsi mereka benar, namun jika ada yang lebih benar, maka yang lebih benar itulah yang di pilih untuk hasil yang terbaik bagi organisasi.

DAFTAR PUSTAKA. http://www.uinsuska.info/perpustakaan/attachments/025_KOMUNIKASI%20 DALAM%20MANAJEMEN%28oleh%20SUHAIMI%20D,%20M.Si%29.pdf (diakses pada tanggal 28 Januari 2011)2. http://www.mediaindonesia.com/read/2011/02/08/201854/126/101/Drydocks- World-Graha-Pecat-600-Pekerja-Tanpa-Alasan-Jelas (diakses pada tanggal 10 Februari 2011)3. http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_organisasi (diakses pada tanggal 2 Februari 2011)4. http://www.batan.go.id/mediakita/current/mediakita.php?group=Inovasi&arti kel=inv2&hlm=1-3 (diakses pada tanggal 28 Januari 2011)5. http://adiprakosa.blogspot.com/2007/12/teori-komunikasi-organisasi.html (diakses pada tanggal 25 Januari 2011)6. http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2069026-fungsi-komunikasi- dalam-organisasi/ (diakses pada tanggal 28 Januari 2011)7. http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/iklim-komunikasi-dalam- organisasi.html (diakses pada tanggal 28 Januari 2011)8. http://info-gua.blogspot.com/2010/05/pengaruh-komunikasi-organisasi- terhadap.html (diakses pada tanggal 28 Januari 2011)9. http://joejoe.blogdetik.com/2010/05/20/komunikasi-dalam-organisasi/ (diakses pada tanggal 8 Februari 2011)10. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/komunikasi-dalam-organisasi-9/ (diakses pada tanggal 28 Januari 2011) 19