Upload
vunga
View
254
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
Kondisi Bulu Babi (Echinoidea) dan Habitatnya
di Pulau Buyu Lingga
Yudi Kusniadi, Risandi Dwirama Putra, Rika Kurniawan
ABSTRAK
KUSNIADI, YUDI.Kondisi Bulu Babi (Echinoidea) Dan Habitatnya di Pulau
Buyu Lingga. Tanjungpinang Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing oleh Risandi Dwirama
Putra dan Rika Kurniawan.
Penelitian mengenai Kondisi Bulu Babi (Echinoidea) Dan Habitatnya telah
dilakukan di perairan Pulau Buyu kabupaten Lingga. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengentahui jenis habitat bulu babiPulau Buyu kabupaten Lingga.
Penelitian ini dilakukan dengan metode purposif sampling bedasarkan area yang
menjadi habitat bulu babi dari survei dan informasi masyarakatUnderwater Visual
Census (UVC). Hasil penelitian ditemukan 2 spesies dari 3 tipe habitat yaitu :
pasir berkarang, pasir berbatu dan pasir berlumpur. Total rata-rata habitat bulu
babi Diadema savignyi 171 dan Astropiga radiate 209 perluasan area.
Kata kunci : kondisi, habitat bulu babi, lingga
PENDAHULUAN
Perairan Pulau Buyu merupakan perairan laut yang masuk kedalam kawasan
Desa Rejai, Kabupaten Lingga yang merupakan suatu area lokasi yang lengkap
yang memiliki ekositem lamun, terumbu karang serta mangrove yang saling
2
berdampingan.Perairan ini menyimpan potensi keanekaragaman biota yang cukup
tinggi, meliputi sumberdaya ikan, krustasea, moluska, serta biota
Echinodermata.Habitat alami ini merupakan wilayah yang dimanfaatkan oleh
biota sebagai kawasan perlindungan diri dan rumah bagi ancaman pemangsa
dalam rantai makanan pada ekosistem laut serta berperan sebagai rumah untuk
regenerasi dan perkembangbiakan organisme akuatik sehingga dapat
bereproduksi. Sehingga habitat berperan penting sebagai fungsinya untuk
penunjang keberadaan populasi biota, (Wulandewi 2015).
Bulu babiatau Echinoideamerupakan salah satu jenis biota perairan yang
berasal dari filum Echinodermata yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Pulau
Buyu. Hewan ini merupakan biota yang dapat dikonsumsi dengan dimanfaatkan
gonadnya dan dapat dijual sebagai komoditi ekonomis. Masyarakat Pulau
Buyusehinggadari waktuke waktu eksploitasi dari Echinoideaini mengalami
peningkatan, (Ningsih 2015).
Studi mengenai berbagai aspek biologibulu babi telah dilakukan di berbagai
tempat di dunia,meliputi studi mikrohabitatnya. Keberadaan bulu babi di kawasan
padang lamun berkaitan erat dengan aktivitas makannya sebagai grazer utama
pada daerah padang lamun, (Agustia 2016). Bulu babiyang beradadikawasan
Pulau Buyu sering dieksploitasi oleh masyarakat setempat karena gonadnya untuk
dikonsumsi, akan mempengaruhi keseimbangan ekosistem yang berada di
Perairan Pulau Buyu.Namun sejauh ini belum adanya data terkini yang valid
mengenai jenis habitat dan aspek lain terkait komunitas hewan bulu babi.Maka
dari itu perlu dilakukan penelitian mengenai jenis, kelimpahan dan habitat, serta
3
kondisi morfologi bulu babidi Pulau Buyu, Lingga serta untuk memberikan
informasi mengenai habitat bulu babi yang terdapat di Pulau Buyu, Lingga.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2017 hingga Juli 2017 di perairan
Pulau Buyu, Desa Rejai, Kecamatan Senayang, Kabupaten Lingga, Provinsi
Kepulauan Riau.
Gambar 1. Lokasi Penelitian Perairan Pulau Buyu, Lingga.
Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah snorkel dan
masker, camera underwater, multitester, refractometer, secchi disc, alat bedah set,
jangka sorong, nampan paraffin, ice box dan buku identifikasi.
4
Prosedur Penentuan Lokasi
Penentuan lokasi pengambilan sampel bulu babi dilakukan dengan metode
purposive sampling.Yakni penentuan lokasi sampling bedasarkan area yang
menjadi habitat bulu babi dari survei dan informasi masyarakat.Adapun lokasi
pengambilan bulu babidilakukan pada area yang banyak dijumpai bulu babi yaitu
area penangkapan masyarakat sekitar perairan Pulau Buyu. Untuk melakukan
pengukuran kelimpahan bulu babi pada lokasi sampling digunakan luasan pada
metode Underwater Visual Census (UVC) adalah 100 x 20 m2.
Tabel 1. Koordinat Lokasi Penelitian.
No. X Y Ket
1 104.384597 0.220912 Area 1
2 104.388223 0.215960 Area 2
Sumber Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data
sekunder yang dieroleh dari berbagai sumber.Data primer merupakan data yang
diambillangsungoleh penelitidilapangan, sedangkan data sekunder yang
digunakan merupakan data yang diperoleh dari sumber lain.Jenis data pada
penelitian ini secara rinci dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Jenis data penelitian.
No. Jenis Data Variabel Perolehan Data
1. Data Primer - Jenis bulu babi
- Kelimpahan bulu babi
- Jenis Habitat bulu babi
- Data perairan
- Bentuk morfologi bulu babi
- Data lapangan
- Datalapangandanpengolahan
komputasi
- Data lapangan
- Pengukuran lapangan
- Pengamatan laboratorium
2. Data Sekunder - Demografi wilayah
- Literatur
- Data kantor Desa
- Buku, jurnal, laporan ilmiah, skripsi,
tesis dan sumber lain yang terkait
dengan penelitian.
5
Pengambilan Sampel Bulu Babi
Pengambilan sampel bulu babi dilakukan pada area terumbu karang dan
padang lamun dengan cara Underwater Visual Census (UVC). Pengambilannya
dilakukan dengan melaukan pencatatan terhadap biota Bulu babi yang ditemukan
disepanjang lokasi penelitian. Setiap bulu babi yang diperoleh untuk setiap jenis
diidentifikasi serta diteliti dengan mengambil 3 individu untuk pengamatan jenis
habitat dan morfologinya di laboratorium.
Identifikasi Jenis
Mengidentifikasi jenis bulu babi tidak bisa dilakukan dengan hanya
membandingkan gambar.Karena bisa mengakibatkan salah identifikasi, untuk
dapat memastikan jenis bulu babi sangat disarankan menggunakan buku
identifkasiyang lengkap. Setelah melakukan pengukuran morfometrik, diperoleh
data shet morfometrik,selanjutnya lakukan pencocokan dan pembandingan dengan
deskripsi bukuidentifikasi sesuai dengan jenis yang diduga tersebut, dan
bandingkan dengan bentuk morfologi sampel.
Setelah dilakukan pengamatan morfologi dari sampel bulu babi yang didapat,
kemudian dilakukan identifikasi bulu babi dan jenis bulu babi tersebut dengan
mencocokkan atau membandingkan warna, bentuk tubuh, berat dan panjang duri
bulu babi dengan data yang ada di buku “Echinodermata: Other urchins, brittle
stars, sea cucumbers, crinoids Underwater Field Guide”, (Brueggeman 1998).
Setelah itu hasil identifikasi jenis bulu babi ini didokumentasikan dengan
menggunakan kamera digital.
6
Pengamatan Habitat
Pengamatan habitat dilakukan dengan cara menyelam dan memperhatikan serta
mendokumentasikan bulu babi yang menempel pada berbagai tipe habitat. Setelah
itu mencatat jenishabitat yang ditempati oleh bulu babi dari masing-masing jenis.
Habitat dibedakan atas beberapa jenis yakni: pasir berkarang, pasir berbatu, pasir
berlumpur. Pedoman pengamatan habitat bulu babi dapat di lihat pada tabel 3.
Tabel 3. Tabel pengamatan habitat.
Jenis bulu-babi
Habitat
Pasir berkarang Pasir berbatu Pasir berlumpur
Area I Diadema savignyi
Astropiga radiate
Area 2 Diadema savignyi
Astropiga radiate
Area 3 Diadema savignyi
Astropiga radiate
Jumlah
Diberikan tanda untuk memastikan jenis habitat bulu babi, (Agustia 2016).
Keterangan : () Di jumpai
(-) Tidak di jumpai
Kelimpahan Jenis
Kepadatan jenis adalah jumlah individu persatuan luas. Kepadatan masing-
masing jenis pada setiap stasiun dihitung dengan, menggunakan rumus Odum,
(Anwar2015).
Di = ni/A
Dimana :
Di = Kepadatan Jenis (ind/ha)
ni = Jumlah Total Individu
A = Luas area sampling UVC ( 100 x 20 m2= 0,2 ha)
7
Pengamatan Morfologi
Pengamatan morfologi dari bulu babi ini dilakukan dengan cara menggunting
duri bulu babi menggunakan gunting, kemudian melakukan pembedahan secara
horizontal menggunakan gergaji besi, setelah itu dilakukan pengamatan bagian
organ dalam tubuh bulu babi tersebut. Cara pembedahan bulu babi ini mengacu
pada bahan ajar “Avertebrata Air”, Swignyo et al. (2005).Setelah bulu babi
dibedah, kemudian ditandai bagian organ dalam tubuh bulu babi tersebut seperti
mulut, anus dan lain-lain. Setelah itu hasil pengamatan ini didokumentasikan
dengan menggunakan kamera digital.
Pengamatan morfologi dilakukan dengan mengenal aspek-aspek terkait dengan
morfologi diantaranya dapat dilihat pada tabel4.
Tabel 4. Variabel dalam aspek pengamatan morfologi.
No. Komponen Keterangan
1. Weight berat bulu babi
2. Height Length panjang standar bulu babi antara sisi abural hingga sisi oral
3. Bentuk Duri Bentuk atau corak duri-duri pada bulu babi
4. Mulut Letak bagian mulut
5. Pangkal duri Bentuk pangkal duri
6. Lubang Kaki Tabung Bentuk lubang kaki tabung bulu babi
7. Dokumentasi Setiap sampel yang diukur akan didokumentasikan dengan
kode tanggal_no.sampel.
Parameter Perairan
Parameter kualitas perairan diukur untuk mengetahui kondisi perairan tempat
hidup bulu babi di Pulau Buyu. Pengamatan perairan meliputi: suhu, salinitas,
arus, kecerahan, pH dan DO.
Tabel 5. Parameter Kualitas Air.
No Parameter Alat Satuan Keterangan
1 Suhu Multitester oC Insitu
2 Salinitas Refractometer o/oo Insitu
3 Arus Fload tracking m/s Insitu
4 Kecerahan Sechi disk m Insitu
8
5 Derajat keasaman Multitester mg/L Insitu
6 Oksigenterlarut Multitester mg/L Insitu
Analisa Data
Setelah sampel diteliti dan dianalisis dilaboratrium, data yang diperoleh dari
hasil analisis dilaboratrium akan disajikan dalam bentuk gambar dan tabel yang
pembahasannya dilakukan secara deskriptif. Jenis habitat diamati dengan tipikal
habitat pasir berkarang, pasir berbatu, maupun pasir berlumpur.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Jenis
Dari hasil amatan, didapatkan 2 spesies bulu babi yang ada di perairan Pulau
Buyu yakni jenis Diadema savignyi dan Astropiga radiatesecara jelas dapat
dilihat pada gambar 2.
Diadema savignyi Astropiga radiate
Klasifikasi
Kelas : Echinoidea
Ordo : Diadematoida
Family :Diadematidae
Genus : Diadema
Spesies : Diadema savignyi
Klasifikasi
Kelas : Echinoidea
Ordo : Astropigatoida
Family :Astropigatidae
Genus : Astropiga
Spesies : Astropiga radiate
9
Gambar 2. Hasil identifikasi jenis bulu babi
Jenis bulu babi Diadema savignyi terletak pada ciri utamanya duri-duri yang
panjang dan lancip dibandingkan dengn jenis lain, duri-duri jenis bulu babi
Diadema paling panjang. Menurut Rumahlatu (2012), bahwa
Diademasavignyiatau Astropiga radiateseluruhtubuhnya serta duri-durinya
bewarna hitam, biasanya dijumpai cincinputih dan ungu yang mencolok disekitar
duburnya. Durinya panjangbisa mencapai 10 cm atau lebih lancip bagai jarum dan
sangat rapuh. Menurut Purwandatama dan Suryanti (2014), dapat diketahui bahwa
bulu babiAstropyga radiate memiliki bentuk cangkang memipih, memiliki duri
yang tebal panjang, berwarna hitam dan putih polos serta memiliki bentuk tubuh
bulat putih.
Kelimpahan Jenis
Kelimpahan jenis bulu babi yang dijumpai di perairan Pulau Buyu tersaji pada
grafik seperti gambar 3.
Gambar 3. Kelimpahan jenis bulu babi
Diadema savignyi Astropiga radiate
Kelimpahan 83 45
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Ke
limp
ahan
(in
d/h
a)
Kelimpahan Bulu Babi
10
Diketahui bahwa kelimpahan jenis bulu babi Diadema savignyi adalah sebesar
83 ind/ha dan pada jenis Astropiga radiate lebih rendah yakni 45 ind/ha. Hasil
yang diperoleh di Pulau Buyu tergolong rendah jika dibandingkan dengan
kelimpahan dari hasil penelitian (Triana et al. 2015), yakni pada kisaran 160 –
2230 ind/ha. Namun menurut Yusron (2012), kelimpahan bulu babi umumnya
berkisar antara 100 – 400 ind/ha. Kondisi bulu babi di perairan Pulau Buyu
tergolong sedikit dengan kelimpahan yang kecil dipengaruhi oleh adanya
pengeboman, potasium, ketidak sesuaian kondisi perairan seperti salinitas yang
terlalu rendah meskipun parameter perairan yang lain sudah cukup baik.
Jenis Diadema savignyi
Untuk pengenalan bagian tubuh secara umum dari jenis bulu babi Diadema
savignyi disajikan pada gambar 4.
Gambar 4. Kondisi Morfologi bulu babi Diadema savignyi
Tabel 5. Ukuran morfometrik bulu babi Diadema savignyi
Ukuran Morfometrik Satuan Hasil Ukur
Rata-rata Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
Bobot Tubuh Gram 40 35 35 36.7
Panjang Vertical Cm 2.38 2.66 2.27 2.4
Panjang Horizontal Cm 5.28 4.99 4.36 4.9
1 2
3
4
Keterangan :
1. Mulut
2. Duri
3. Pangkal duri
4. Kaki tabung
Bentuk duri hitam memanjang
dan permukaan duri tidak rata
dengan bagian ujung duri
meruncing.
11
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bulu babi Diadema savignyi memiliki
bentuk duri hitam memanjang dan permukaan duri tidak rata dengan bagian ujung
duri meruncing. Bobot tubuh rata-rata sebesar 36,7 gram, panjang secara vertikal
sebesar 2,4 cm dan panjang horizontal sejauh 4,9 cm.
Penelitian Akerinaetal.(2015),berat total bulu babiDiadema savignyirata-rata
beratnya adalah 61,0 g dengan persentase masing-masing yakni duri 17,37%,
cangkang 46,72%, gonad 8,03%,dan bagian lainnya 16,88%. Mengacu pada hasil
penelitian Aprilia et al. (2012), bahwa bagian bulu babi yang paling berat adalah
bagian cangkang. Berat sampel kering cangkang laut mencapai sebesar 90 gr. Jika
dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan, berat cangkang yang
diperoleh tergolong kecil mungkin saja dipengaruhi oleh ukuran bulu babi yang
diambil.
Jenis Astropiga radiate
Untuk pengenalan bagian tubuh secara umum dari jenis bulu babi Astropiga
radiate disajikan pada gambar 5.
Gambar 5. Kondisi Morfologi bulu babi Astropiga radiate
1
2 3
4
Keterangan :
1. Mulut
2. Duri
3. Pangkal duri
4. Kaki tabung
Bentuk duri hitam kecoklatan
lebih pendek dan permukaan duri
tidak rata dengan bagian ujung
duri lebih halus dan agak tumpul.
12
Tabel 8. Ukuran morfometrik bulu babi Astropiga radiate
Ukuran Morfometrik Satuan Hasil Ukur
Rata-rata Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
Bobot Tubuh Gram 32 35 44 37.0
Panjang Vertical Cm 2.49 2.52 2.73 2.6
Panjang Horizontal Cm 4.59 4.53 5.2 4.8
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bulu babi Astropiga radiate memiliki
bentuk duri hitam kecoklatan lebih pendek dan permukaan duri tidak rata dengan
bagian ujung duri lebih halus dan agak tumpul. Bobot tubuh rata-rata
sebesar367,0 gram, panjang secara vertikal sebesar 2,6 cm dan panjang horizontal
4,8 cm.
Tipe Habitat Bulu babi
Tipe habitat bulu babi untuk jenis yang dijumpai dapat dilihat secara kelas
seperti pada tabel 9 berikut.
Tabel 9. Tipe Habitat Bulu babi.
Jenis Pasir berkarang Pasir berbatu Pasir berlumpur
Diadema savignyi √ √ -
Astropiga radiate √ √ -
Jenis bulu babi Diadema savignyidan jenis Astropiga radiatemasing-masing
dijumpai pada 3 tipe habitat yakni Pasir berkarang, Pasir berbatu danPasir
berlumpur. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandewi (2015), menyatakan
bahwa pada sebaran jenis bulu babi secara vertikal sebagianbesar jenis dari famili
Diadematidae. Habitat dan sebaran bulu babi beradapada pola sebaran terumbu
karang dan lamun. Jenis Diadema savignyi memiliki sebaran yang tidak merata,
hal ini didugakarena kondisi yang berbeda pada tiap titikstasiun.
Untuk lebih jelasnya, sebaran jenis habitat bulu babi dapat di lihat secara rinci
pada gambar 6.
13
Gambar 6. Data pengamatan habitat bulu babi
KESIMPULAN
Hewan bulu babi (echinoidea) yang ditemui pada lokasi penelitian terdapat 2
spesies bulu babi yakni jenis Diadema savignyi dan Astropiga radiate. Jenis bulu
babi Diadema savignyidan jenis Astropiga radiatemasing-masing dijumpai pada 2
tipe habitat yakni pasir berkarang dan pasir berbatu. Morfologi bulu babi Diadema
savignyi dan Astropiga radiatedari hasil pengamatan di laboraturium dikatakan
berbeda dari bentuk duri, warna dan ujung duri. Nilai kelimpahan jenis bulu babi
Diadema savignyi dan Astropiga radiatetergolong rendah.
UCAPAN TERIMAKASIH
1. Allah SWT.
2. Kedua Orang Tua dan Keluarga.
3. Bapak Dr. Agung Dhamar Syakti, S.Pi., DEA selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan.
4. Ibu Ita Karlina, S.Pi., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Kelautan.
5. Bapak Chandra Joei Koenawan, S.Pi., M.Si selaku Pembimbing Akademik.
Area I Area 2 Area 3 JUMLAH
Jenis bulu-babi 0 0 0 0 0 0
Pasir berkarang 41 21 31 27 36 15 171
Pasir berbatu 44 24 64 28 29 20 209
Pasir berlumpur 0 0 0 0 0 0 0
0
50
100
150
200
250
JUM
LAH
PER
IN
DIV
IDU
DATA PENGAMATAN HABITATB BULU BABI
14
6. Bapak Risandi Dwirama Putra, S.T., M.Eng dan Bapak Rika kurniawan,
S.Pi., M.Si selaku Pembimbing Skripsi.
7. Ibu Ita Karlina, S.Pi., M.Si dan Ibu Fadhliyah Idris, S.Pi., M.Si selaku
Penguji Skripsi.
8. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.
9. Teman-teman Seperjuangan IKL dan MSP Angkatan 2011. dan
10. Teman-teman Ngopi Squad yang Berjuang Bersama Sampai Akhir.
DAFTAR PUSTAKA
Agustia, 2016.Mikrohabitat bulu babi (echinoidea) pada wilayah intertidal pulau
kapota kawasan taman nasional wakatobi sulawesi tenggara. Skripsi.
Universitas Halu Uleo. Kendari. 54 hlm.
Akerina.F.O, Nurhayati. T, dan Ruddy S. 2015.Isolasi dan Karakterisasi Senyawa
Antibakteri dari Bulu Babi. Jurnal JPHPI. 18 (1):61-72.
Anwar. C, Muzahar, dan Karlina. I. 2015. Bioekologi Bulu babi (Echinoidea) di
Perairan Laut Teluk Dalam Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang
Kabupaten Bintan. Jurnal penelitian. Programme Study of Marine Science
Marine Science and Fisheries Faculty, Maritime Raja Ali Haji University,
Tanjungpinang. 1-9.
Aprilia, H.A., Pringgenies, D., Yudianti, E. 2012. Uji Toksisitas Ekstrak
Kloroform Cangkang dan Duri Landak Laut (Diadema setosum) Terhadap
Mortalitas Nauplius Artemia sp. 1 (1):75-83.
Bruggeman, P. 1998. Echinodermata: Other Urchins, Brittle Stars, Sea
Cucumbers, Crinoids Underwater Field Guide. Revista Ciencia y Tecnología
del Mar 29(1): 78 p.
Ningsih. R. W. 2015. Studi Keanekaragaman Teripang (Holothuridae) Dan Bulu
babi (Echinoidae) Di Perairan Pantai Desa Sungai Bakau Kecamatan Kumai
Kabupaten Kotawaringin Barat. Skripsi. Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Jurusan Pendidikan Mipa Program Studi Tadris Biologi. Institut Agama Islam
Negeri (Iain) Palangka Raya. 86 hlm.
Purwandatama, R.W., Suryanti, C.A. 2014. Kelimpahan Bulu Babi (Sea Urchin)
pada Karang Massive dan Branching di Daerah Rataan dan Tubir di Legon
Boyo, Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa. Jurnal Biologi. 3
(2) 17-26.
15
Rumahlatu. D. 2012. Aktivitas Makan dan Pertumbuhan Bulu babi Diadema
setosum Akibat Paparan Logam Berat Kadmium. Jurnal Ilmu Kelautan. 17
(4):183-189.
Suwignyo, S., Widigdo, B., Wardianto, Y. 2005. Avertebrata Air (Jilid 1).
Penebar Swadaya. Jakarta. 208 hlm.
Triana, R., Elfidasari, D,. Vimono, I.B. 2015. Identifikasi Echinodermata di
selatan Pulau Tikus, Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta. Jurnal
Pros sem nas masy biodiv indon. 1 (3) 455-459.
Yusron, E. 2012. Keanekaragaman Ekhinodermata di Perairantalise,
Minahasautara. Jurnal Bawal. 4 (3) 185-193.
Wulandewi, N. 2015. Jenis dan Densitas Bulu Babi (Echinoidea) di Kawasan
Pantai Sanur dan Serangan Denpasar- Bali. Jurnal Simbiosis. 3 (1): 269-280.