33
KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK KEPADA ANAK REMAJA Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Disusun : Devi Fauziyyah NIM : 12162 Mata Kuliah : Psikologi Dosen : Ns. Titin Magdalena,SPd.S.Kep

KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK pada anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah Psikologi

Citation preview

Page 1: KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK pada anak

KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK KEPADA ANAK REMAJA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi

Disusun :

Devi Fauziyyah NIM : 12162

Mata Kuliah : PsikologiDosen : Ns. Titin Magdalena,SPd.S.Kep

AKADEMI KEPERAWATAN JAYAKARTA DINKES PEMERINTAH PROVINSI

DKI JAKARTA2013

Page 2: KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK pada anak

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini

disusun untuk menambah pengetahuan tentang kepribadian sepanjang hidup, yang

mengambil judul “ KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK KEPADA ANAK REMAJA “.

Selama penyusunan makalah ini penulis menemui banyak hambatan dan

kesulitan, namun berkat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya

makalah ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini banyak kekurangan, hal ini

dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, maka dari itu

penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk

kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

pada umumnya.

Jakarta, September 2013

Devi Fauziyyah

i

Page 3: KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK pada anak

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS..............................................................................3

2.1 Konsep Stres..........................................................................................3

2.1.1 Pengertian Stres.........................................................................3

2.1.2 Sumber Stres..............................................................................4

2.1.3 Jenis Stres..................................................................................4

2.1.4 Model Stres................................................................................5

2.1.5 Tahapan Stres............................................................................6

2.1.6 Mengatasi Stres.........................................................................7

2.2 Konsep Perkembangan Remaja.............................................................8

2.2.1 Pengertian Masa Remaja...........................................................8

2.2.2 Aspek Perkembangan Remaja...................................................9

2.2.3 Perkembangan Psikis...............................................................11

2.2.4 Perilaku Seksual Remaja.........................................................14

2.2.5 Perilaku Menyimpang Masa Remaja.......................................17

BAB III PENUTUP.................................................................................................18

3.1 Kesimpulan..........................................................................................18

3.2 Saran....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................19

ii

Page 4: KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK pada anak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata stres biasa digunakan untuk mengartikan reaksi seseorang dalam

mengahadapi suatu masalah. Stres bisa timbul akibat hal-hal sepele. Misalnya,

terjebak keadaan macet. Kejadian lebih serius dapat mengubah hidup seseorang,

misalnya kematian orang terdekat atau orang tercinta. Stress kerap kali disebut

sebagai penyebab masalah kesehatan nomor satu. Walau stress itu sendiri tak dapat

menyebabkan kematian, pengaruhnya bisa membuat kematian. Banyak hal yang dapat

menyebabkan stress dalam kehidupan sehari-hari. Tanda-tanda stress dapat muncul di

tubuh dengan berbagai bentuk. Stress yang dialami tiap orang berbeda-beda. Gejala-

gejala stres mencakup mental, sosial dan fisik. Hal-hal ini meliputi kelelahan,

kehilangan atau meningkatnya napsu makan, sakit kepala, sering menangis, sulit tidur

dan tidur berlebihan. Melepaskan diri dari alkohol, narkoba, atau perilaku kompulsif

lainnya sering merupakan indikasi-indikasi dari gelaja stres. Perasaan was-was,

frustrasi, atau kelesuan dapat muncul bersamaan dengan stres. Stres sebenarnya positif

bagi kita, asalkan dalam porsi sedang-sedang saja, karena bisa membangkitkan sistem

kekebalan dan mengasah otak. Sedangkan stres berat dapat menyebabkan kita rentan

terkena penyakit. Stres dapat memicu penyakit maag, darah tinggi, asma dan migren.

Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa stres berat bisa memperburuk penyakit

degeneratif kronis, yaitu penyakit yang menyerang fungsi organ atau jaringan tubuh

seperti penyakit rematik. Sementara stres yang tersembunyi akan lebih berbahaya bagi

kesehatan karena kita tidak menyadari adanya masalah. Stress sebenarnya dapat

membantu ingatan, terutama pada ingatan jangka pendek dan tidak terlalu kompleks.

Stress dapat menyebabkan peningkatan glukosa yang menuju otak, yang memberikan

energi lebih pada neuron. Hal ini, sebaliknya, meningkatkan pembentukan dan

pengembalian ingatan. Di sisi lain, jika stress terjadi secara terus-menerus, dapat

menghambat pengiriman glukosa dan mengganggu ingatan. Gejala stres yang

berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam tingkat produktivitas,

kemangkiran, dan perputaran karyawan, selain juga perubahan dalam kebiasaan

makan, pola merokok, konsumsi alkohol, bicara yang gagap, serta kegelisahan dan

ketidakteraturan waktu tidur.

Page 5: KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK pada anak

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah meliputi :

1. Apa itu stres

2. Apa itu Remaja ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep stress dan

konsep perkembangan anak.

Page 6: KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK pada anak

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Stress

2.1.1 Pengertian Stress

Setiap orang pernah mengalami stress, dan orang yang normal dapat

beradaptasi dengan stress jangka panjang atau stress jangka pendek hingga

stress tersebut berlalu. Stress dapat dijadikan sebagai stimulus untuk

perubahan dan perkembangan, sehingga dalam hal ini dapat dianggap positif

atau bahkan perlu. Meskipun demikian, stress yang terlalu berat dapat

mengakibatkan sakit, penilaian yang buruk, dan ketidakmampuan untuk

bertahan. Stress dapat didefinisikan sebagai, “respon adaptif, dipengaruhi

oleh karakteristik individual atau proses psikologi, yaitu akibat dari tindakan,

situasi, atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik dan atau

psikologis terhadap seseorang” (Ivaneevich dan Matteson, 1980 dalam

Kreitner dan Kinicki, 2004).

Claude Bernard, 1867, (dalam Potter dan Perry, 1997)adalah salah

seorang psikolog pertama yang mengakui adanya dampak positif yang

ditimbulkan stress. Menurutnya, perubahan dalam lingkungan internal dan

eksternal dapat mengganggu fungsi organisme sehingga penting bagi

organisme tersebut untuk beradaptasi terhadap stressor agar dapat bertahan.

Stessor merupakan stimuli yang mengawali atau memicu perubahan yang

menimbulkan stress. Stressor mewakili kebutuhan yang tidak terpenuhi, bisa

berupa kebutuhan fisiologis, psikologis, social, lingkungan, spiritual, dan

sebagainya.

Walter Cannon, 1920, mempelajari respon fisiologis terhadap naiknya

emosi dan menekankan fungsi adaptif reaksi “fight – or – flight (menghadapi

atau lari dari stress). Sementara Hans Seyle, 1976, menyatakan bahwa stress

merupakan situasi dimana suatu tuntutan yang sifatnya tidak spesifik dan

mengharuskan seseorang memberikan respons atau mengambil tindakan.

Page 7: KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK pada anak

2.1.2 Sumber Stresor

Stressor faktor yang menimbulkan stress, dapat berasal dari sumber

internal (yaitu diri sendiri) maupun eksternal (yaitu keluarga, masyarakat,

dan lingkungan).

Internal, faktor internal stress bersumber dan diri sendiri. Stresor individu

dapat timbul dari tuntutan pekerjaan atau beban yang terlalu berat, kondisi

keuangan, ketidakpuasan dengan fisik tubuh, penyakit yang dialami, mase

pubertasi, kanikteristik atau sifat yang dimiliki, dan sebagainya.

Eksternal, faktor eksternal stress dapat bersumber dari keluarga,

masyarakat, dan lingkungan Stresor yang berasal dari keluarga disebabkan

oleh adanya perselisihan dalam keluarga, perpisahan orang – tua, adanya

anggota keluarga yang mengalami kecanduan narkoba, dan sebagainya.

Sumber stressor masyarakat dan lingkungan dapat berasal dari lingkungan

pekerjaan lingkungan social atau lingkungan fisik. Sebagai contoh, adanya

atasan yang tidak pernah puas di tempat kerja, iri terhadap teman – teman

yang status sosialnya lebih tinggi, adanya polusi udara dan sampah di

lingkungan tempat tinggal, dan lain – lain.

2.1.3 Jenis Stress

Ditinjau dari penyebabnya, stress dapat disebabkan ke dalam

beberapa jenis berikut :

Stress Fisik merupakan stress yang disebabkan oleh keadaan fisik,

seperti suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, suara bising, sinar

matahari yang terlalu menyengat, dan lain – lain.

Stress Kimiawi merupakan stress yang disebabkan oleh pengaruh

senyawa kimia yang terdapat pada obat – obatan, zat beracun asam, basa,

faktor hormon atau gas, dan lain – lain.

Stress Mikrobiologis merupakan stress yang disebabkan oleh kuman,

seperti virus, bakteri, atau parasit.

Stress Fisiologis merupakan stress yang disebabkan oleh gangguan

fungsi organ tubuh, anatar lain gangguan struktur tubuh, fungsi jaringan,

organ ,dan lain – lain.

Page 8: KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK pada anak

Stress Proses Tumbuh Kembang merupakan stress yang disebabkan oleh

proses tumbuh kembang seperti pada masa pubertas, pernikahan, dan

pertambahan usia.

Stress Psikologis attau Emosional merupakan stress yang disebabkan

oleh gangguan situasi psikologis atau ketidakmampuan kondisi

psikologis untuk menyesuaikan diri, misalnya dalam hubungan

interpersonal, social budaya, atau keagamaan.

2.1.4 Model Stress

Akar dan dampak stress dapat dipelajari dari sisi medis dan model

teori perilaku. Model stress ini dapat digunakan untuk membantu pasien

mengatasi respon yang tidak sehat dan tidak produkif terhadap stressor.

Model Berdasarkan Respons

Model stress ini menjelaskan respons atau pola respons tertentu

yang dapat mengidentifikasikan stressor. Model stress yang

dikemukakan oleh Selye, 1976, menguraikan stress sebagai respons

yang tidak spesifik dari tubuh terhadap tuntutan yang dihadapinya.

Stress ditunjukan oleh reaksi fisiologis tertentu yang disebut sindrom

adaptasi umum (general adaptation syndrome – GAS).

Model Berdasarkan Adaptasi

Model ini menyebutkan empat faktor yang menentukan apakah

suatu situasi menimbulkan stress atau tidak (Mechanic, 1962), yaitu :

1. Kemampuan untuk mengatasi stress.

2. Praktik dan norma dari kelompok atau rekan – rekan pasien yang

mengalami stress.

3. Pengaruh lingkungan social dalam membantu seseorang

menghadapi stressor.

4. Sumber daya yang dapat digunakan untuk mengatasi stressor.

Model Berdasarkan Stimulus

Model ini berfokus pada karakteristik yang bersifat

mengganggu atau merusak dalam lingkungan. Riset klasik yang

menggunakan stress sebagai stimulus telah menghasilkan skala

penyesuaian ulang social, yang mengukur dampak dari peristiwa –

peristiwa besar dalam kehidupan seseorang terhadap penyakit yang

Page 9: KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK pada anak

dideritanya (Holmes dan Rahe, 1976). Topik ini akan dibahas lebih

lanjut di bagian selanjutnya.

Asumsi – asumsi yang mendasari model ini adalah :

1. Peristiwa – peristiwa yang mengubah hidup seseorang merupakan

hal normal yang membutuhkan jenis dan waktu penyesuaian yang

sama.

2. Orang adalah penerima stress yang pasif, persepsi mereka terhadap

suatu peristiwa tidaklah relevan.

3. Semua orang memiliki ambang batas stimulus yang sama dan sakit

akan timbul setelah ambang batas tersebut terlampaui.

Model Berdasarkan Transaksi

Model ini memandang orang dan lingkungannya dalam

hubungan yang dinamis, resiprokal, dan interaktif. Model yang

dikembangkan oleh Lazarus dan Folkman ini menganggap stressor

sebagai respon perseptual seseorang yang berakar dari proses

psikologis dan kognitif. Stress berasal dari hubungan anatar orang dan

lingkungannya.

2.1.5 Tahapan Stress

Stress yang dialami seseorang dapat melalui beberapa tahapan,

menurut Van Ambreg tahun 1979. Tahapan stress dapat terbagi menjadi

enam taha diantaranya :

Tahap Pertama

Merupakan tahap yang ringan dari stress yang ditandai dengan

adanya semangat bekerja besar, penglihatannya tajam tidak seperti

pada umumnya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan yang tidak

seperti biasanya, kemudian merasa senang akan pekerjaan akan tetapi

kemampuan yang dimilikinya semakin berkurang.

Tahap Kedua

Pada stress tahap kedua ini seseorang memiliki cirri sebagai

berikut adanya perasaan letih sewaktu bangun pagi yan semestinya

segar, terasa lelah sesudah makan siang, cepat lelah menjelang sore,

sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman, denyut jantung

Page 10: KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK pada anak

berdebar – debar lebih dari biasanya, otot – otot punggung dan tengkuk

semakin tegang dan tidak bisa santai.

Tahap Ketiga

Pada tahap ketiga ini apabila seseorang mengalami gangguan

seperti pada lambung dan usus seperti adanya keluhan gastritis, buang

air besar tidak teratur, ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak

tenang, gangguan pola tidur seperti sukar mulai untuk tidur, terbangun

tengah malam dan sukar kembali tidur, lemah, terasa seperti tidak

memiliki tenaga.

Tahap Keempat

Tahap ini seseorang akan mengalami gejala pekerjaan yang

menyenangkan terasa membosankan, semula tanggap terhadap situasi

menjadi kehilangan kemampuan untuk merespon secara kuat, tidak

mampu melaksanakan kegiatan sehari – hari, adanya gangguan pola

tidur, sering menolak ajakan karena tidak bergairah, kemampuan

mengingat dan konsentrasi menurun karena adanya perasaan ketakutan

dan kecemasan yang tidak diketahui penyebabnya.

Tahap Kelima

Stress tahap ini ditandai dengan adanya kelelahan fisik secara

mendalam, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan

sederhana, gangguan pada system pencernaan semakin berat dan

perasaan ketakutan dan kecemasan semakin meningkat.

Tahap Keenam

Tahap ini merupakan tahap puncak dan seseorang mengalami

kepanikan dan perasaan takut mati dengan ditemukan gejala seperti

detak jantung semakin keras, susah bernafas, terasa gemetar seluruh

tubuh dan berkeringat, kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan.

2.1.6 Mengatasi Stress

Untuk mencegah dan mengatasi stress agar tidak sampai ke tahap

yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara :

Pengaturan diet dan nutrisi

Istirahat dan tidur

Olahraga atau latihan teratur

Page 11: KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK pada anak

Berhenti merokok

Tidak mengkonsumsi minuman keras

Pengaturan berat badan

Pengaturan waktu

Terapi psikoformaka

Terapi somatic

Psikoterapi

Terapi psikoreligius

2.2 Konsep Perkembangan Remaja

2.2.1 Pengertian Masa Remaja

Masa remaja atau yang sering dikenal dengan istilah “Adolesense”

yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Secara psikologis, masa

remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa,

usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih

tua melainkan berada ditingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam

masalah hak. Integritas dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek

afaktif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga

perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari

cara berfikir remaja ini memungkinkan untuk mencapai integritas dalam

hubungan social orang dewasa, yang kenyataannya merupakan cirri khas yang

umum dari periode perkembangan ini. Menurut hukum di Amerika Serikat ini,

individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, bukan

21 tahun seperti sebelumnya. Perpanjangan masa remaja, setelah individu

matang secara seksual dan sebelum diberi hak serta tanggung jawab orang tua

dewasa mengakibatkan kesenjangan antara apa yang secara popular dianggap

budaya remaja dan budaya dewasa. Budaya kawula muda menekankan

kesegaran dan kelengahan terhadap tanggung jawab dewasa. Budaya ini

memiliki hirarki sosialnya sendiri, keyakinannya sendiri, gaya

penampialannya sendiri, nilai-nilai dan norma perilakunya sendiri.

2.2.2 Aspek Perkembangan Remaja

Page 12: KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK pada anak

Semua individu khususnya remaja akan mengalami perkembangan

baik fisik maupun psikis yang meliputi aspek-aspek intelektual, sosial, emosi,

bahasa, moral dan agama.

1. Perkembangan Fisik

Dalam perkembangan remaja, perubahan yang tampak jelas adalah

perubahan fisik. Tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh

orang dewasa yang disertai dengan berkembangnya kapasitas reproduktif.

Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan ciri-ciri seks

primer dan ciri-ciri seks sekunder.

a. Hormon – hormon Seksual

Dalam perkembangan hormon - hormon seksual remaja, ditandai

dengan cirri-ciri yaitu cirri-ciri seks rpimer dan sekunder.

Ciri – ciri Seks Primer

Pada masa remaja primer ditandai dengan sangat cepatnya

pertumbuhan testis yaitu pada tahun pertama dan kedua. Kemudian

tumbuh secara lebih lambat, dan mencpai ukuran matangnya pada

usia 20 tahun. Lalu penis luai bertambah panjang, pembuluh mani

dan kelenjar prostate semakin membesar. Matangnya organ-organ

seks tersebut memungkinkan remaja pria (sekitar 14-15 tahun)

mengalami “mimpi basah”.

Pada remaja wanita, kematangan orga-organ seksnya ditandai

dengan tumbuhnya rahim vagina dan ovarium secara cepat pada

masa sekitar 11-15 tahun untuk pertama kalinya mengalami

“menarche” (menstruaasi pertama). Menstruasi awal sering disetai

dengan sakit kepala, sakit punggung dan kadang-kadang kejang

serta merasa lelah, depresi dan mudah tersinggung.

Ciri – ciri Seks Sekunder

Pada remaja ditandai dengan tumbuhnya rambut pubik/bulu

kopak disekitar kemaluan dan ketiak, terjadi prubahan suara,

tumbuh kumis dan  tumbuh gondok laki / jakun. Sedangakan pada

wanita ditandai dengan tumbuh rambut pubik/ bulu kapok disekitar

kemaluan dan ketiak, bertambah besar buah dada dan bertambah

besarnya pinggul.

Page 13: KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK pada anak

b. Pubertas

Perubahan Eksternal

Perempuan Laki-laki

TinggiUsia 17 dan 18 tahun mencapai

tinggi yang matang.

Rata-rata anak laki-laki setahun

sesudahnya.

BeratPeruahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan

tinggi

Proporsi

tubuh

Berbagai anggota tubuh lambat laun mencapai perbandingan tubuh

yang baik.

Perubahan Internal

1. Sistem Pencernaan

Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk

pipa, usus bertambah besar, hati bertambah berat dan

kerongkongan bertambah panjang.

2. Sistem Peredaran Darah

Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia 17-18

tahun beratnya 12 kali berat pada waktu lahir.

3. Sistem Pernapasan

Kapasitas paru-paru remaja perempuan hamper matang pada

usia 17 tahun,  remaja laki-laki mencapai tingkat kematnagn

beberapa tahun kemudian.

4. Jaringan Tubuh

Perkemngan kerangka berhenti rata-rata pada usia 18 tahun

Jaringan. Selain tulang terusberkembang sampai tulang

mencapai umuran matang, khususnya bagi perkembangan

jaringan otot.

2.2.3 Perkembangan Psikis

Page 14: KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK pada anak

1. Aspek Intektual

Perkembangan intelektual (kognitif) pada remaja bermula pada umur 11

atau 12 tahun. Remaja tidak lagi terikat pada realitas fisik yang konkrit,

remaja mulai mampu berhadapan dengan aspek-aspek yang hipotesis dan

abstrak dari realitas. Bagaimana dunia ini tersusun tidak lagi dilihat

sebagai satu-satunya alternatif yang mungkin terjadi, misalnya aturan-

aturan dari orang tua, status remaja dalam kelompok sebayanya dan aturan-

aturan yang diberlakukan padanya tidak lagi dipandang sebagai hal-hal

yang mungkin berubah. Kemampuan-kemampuan berpikir yang baru ini

memungkinkan individu untuk berpikir secara abstrak, hipotesis dan

kontrafaktual, yang nantinya akan memberikan peluang pada individu

untuk mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala hal.

2. Aspk Sosial

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam

hubungan sosial atau proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap

norma-norma kelompok, moral dan tradisi. Meleburkan diri menjadi satu

kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. Aspek ini meliputi

kepercayaan akan diri sendiri, berpandangan objektif, keberanian

menghadapi orang lain, dan lain-lain.

Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan

untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut

sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong

remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau

lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau percintaan. Pada

masa ini berkembangan sikap cenderung menyerah atau mengikuti opini,

pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Ada

lingkungan sosial remaja (teman sebaya) yang menampilkan sikap dan

perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan misalnya: taat beribadah,

berbudi pekerti luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga beberapa remaja yang

terpengaruh perilaku tidak bertanggung jawab teman sebayanya, seperti :

mencuri, free sex, narkotik, miras, dan lain-lain. Remaja diharapkan

memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti kemampuan untuk

Page 15: KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK pada anak

mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi baik di

lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Berikut ini ciri-ciri penyesuaian sosial remaja, diantaranya :

Di Lingkungan Keluarga

1. Menjalin hubungan yang baik dengan orang tua dan saudaranya.

2. Menerima otoritas orang tua (menaati peraturan orang tua).

3. Menerima tanggung jawab dan batasan (norma) keluarga.

4. Berusaha membantu anggaran kalau sebagai individu atau

kelompok.

Di Lingkungan Sekolah

1. Bersikap respek dan mentaati peraturan.

2. Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah.

3. Menjalin persahabatan dengan teman sebaya.

4. Hormat kepada guru, pemimpin sekolah atau staf lain.

5. Berprestasi di sekolah.

Di Lingkungan Masyarakat

1. Respek terhadap hak-hak orang lain.

2. Menjalin dan memelihara hubungan dengan teman sebaya atau

orang lain.

3. Bersikap simpati dan menghormati terhadap kesejahteraan orang

lain.

4. Respek terhadap hukum, tradisi dan kebijakan-kebijakan

masyarakat.

3. Aspek Emosi (Afektif)

Page 16: KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK pada anak

Perkembangan aspek emosi berjalan konstan, kecuali pada masa

remaja awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun) pada masa

remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya,

diselingi rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi

dalam dirinya. Pada masa remaja tengah rasa senang datang silih berganti

dengan rasa duka, kegembiraan berganti dengan kesedihan, rasa akrab

bertukar dengan kerenggangan dan permusuhan. Gejolak ini berakhir pada

masa remaja akhir (18– 21 tahun).

Pada masa remaja tengah anak terombang-ambing dalam sikap

mendua (ambivalensi) maka pada masa remaja akhir anak telah memiliki

pendirian, sikap yang relatif mapan. Mencapai kematangan emosial

merupakan tugas yang sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat

dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama

lingkungan-lingkungan keluarga dan teman sebaya. Apabila lingkungan

tersebut kondusif maka akan cenderung dapat mencapai kematangan

emosional yang baik, seperti adolesensi emosi (cinta, kasih, simpati,

senang menolong orang lain, hormat dan menghargai orang lain, ramah)

mengendalikan emosi (tidak mudah tersinggung, tidak agresif, optimis dan

dapat menghadapi situasi frustasi secara wajar). Tapi sebaliknya, jika

seorang remaja kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau

pengakuan dari teman sebaya, maka cenderung mengalami perasaan

tertekan atau ketidaknyamanan emosional, sehingga remaja bisa berealisi

agresif (melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi, senang

mengganggu) dan melarikan diri dari kenyataan (melamun, pendiam,

senang menyendiri, meminum miras dan narkoba).

4. Aspek Bahasa

Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat

berkomunikasi baik alat komunikasi lisan, tulisan, maupun menggunakan

tanda-tanda dan isyarat. Bahasa remaja adalah bahasa yang telah

berkembang, baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya

lingkungan teman sebaya sedikit banyak lebih membentuk pola

perkembangan bahasa remaja. Pola bahasa remaja lebih diwarnai pola

bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya.

Page 17: KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK pada anak

Pada umumnya remaja akhir lebih memantapkan diri pada bahasa

asing tertentu, menggemari literatur yang mengandung nilai-nilai filosofis,

etnis dan religius. Penggunaan bahasa oleh remaja lebih sempurna serta

perbendaharaan kata lebih banyak. Kemampuan menggunakan bahasa

ilmiah mulai tumbuh dan mampu diajak berdialog seperti ilmuwan.

5. Aspek Moral

Perkembangan moral pada remaja menurut teori Kohlberg menempati

tingkat III: pasca konvensional stadium 5, merupakan tahap orientasi

terhadap perjanjian antara remaja dengan lingkungan sosial. Ada hubungan

timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial dan masyarakat. Pada

tahap ini remaja lebih mengenal tentang nilai-nilai moral, kejujuran,

keadilan kesopanan dan kedisiplinan. Oleh karena itu moral remaja harus

sesuai dengan tuntutan norma-norma sosial.

Selain itu peranan orang tua sangat penting. Dalam membantu moral

remaja, orang tua harus konsisten dalam mendidik anaknya, bersikap

terbuka serta dialogis, tidak otoriter atau memaksakan kehendak.

6. Aspek Agama

Pemahaman remaja dalam beragama sudah semakin matang,

kemampuan berfikir abstrak memungkinkan remaja untuk dapat

mentransformasikan keyakinan beragama serta mengapresiasikan kualitas

keabstrakan Tuhan.

2.2.4 Perilaku Seksual Remaja

1. Faktor-faktor penyebab seksualitas Pada Remaja

Salah satu fenomena kehidupan remaja yang sangat menonjol adalah

terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas.

Penelitian – penelitian secara biologis-phisiologis membuktikan bahwa

pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks seseorang telah sampai pada taraf

matang dalam usia – usia awal remaja akhir, bahkan ada juga remaja yang

mengalaminya dala 1-2 tahun sebelum akhir remaja awal. Proses produksi

kelnjar-kelenjar seks (gonads) akan tetap aktif dalam masa remaja akhir ini

bahkan sampai masa dewasa dan masa tua. Bagi wanita, akan berakhir

Page 18: KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK pada anak

produksihormon tersebut pada saat mengalami “menopause” (berhenti

menstruasi).

Gonads bukan saja berpengaruh pada penyempurnaan tubuh (khusus

yang berhubungan dengan cirri-ciri seks sekunder), melainkan juga

berpengaruh jauh pada kehidupan-kehidupan psikis, moral, dan social

remaja. Kehidupan psikis yang mendapat pengaruh kuat adalah minat

remaja terhadap lawan jenis kelamin.

  Adapun kematangan seksual sudah mulai sekitar umur 12 tahun

sampai 18 tahun, akan tetapi tidak sema pada semua orang karena

beberapa sebab, antarta lain karena konstitusi jasmaniah dan rohaniah dari

ras (suku bangsa) adanya perbedaan iklim, cara hidup yang berbeda, milliu

yang mempengaruhi.

Terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap kehidupan sexual

ini sangat dipengaruhi oleh faktor perubahan-perubahan fisik selama

pubertas. Terutama kematangan organ-organ seksual dan perubahan-

perubahan hormonal, mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan

seksual dalam diri remaja. Dorongan seksual remaja ini sangat tinggi,

bahkan lebih tinggi dari dorongan seksual orang dewasa. Sebagai anak

muda yang belum memiliki pengalaman tentang seksual, tidak jarang

dorongan-dorongan seksual ini menimbulkan ketegangan fisik dan psikis.

Kelainan dan Gangguan Seksual

Untuk melepaskan diri dari ketegangan seksual, remaja mencoba

mengekspresikan dorongan seksualnya dalam berbagai bentuk tingkah laku

seksual, mulai dari melakukan aktivitas berpacaran (dating), berkencan,

bercumbu, sampai dengan melakukan kontak seksual. Dari sekian banyak

bentuk tingkah laku seksual yang diekspresikan remaja, slah satunya yang

paling umum dilakukan adalah masturbasi. Dalam suatu investigasi yang

dilakukan Haas, 1979 (dalam Santrock, 1998), ditemukan bahwa

masturbasi sudah merupakan aktivitas seksual yang lumrah dikalangan

remaja. Lebih dari satu per tiga remaja laki-laki dan satu setengah remaja

perempuan melakukan masturbasi satu kali seminggu atau lebih. Penelitian

Jones dan Barlow, 1990 (dalam Dacey & Kenny, 1997), juga menyatakan

bahwa frekuensi masturbasi remaja pria lebih sering dari remaja

perempuan, sebagaimana terlihat dalam tabel berikut.

Page 19: KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK pada anak

Frekuensi Masturbasi

Frekuensi Laki-laki (%) Perempuan (%)

Setiap hari Dua kali seminggu Satu kali seminggu Satu kali dua minggu Satu kali sebulan Lebih satu kali sebulanTidak pernah

026,518,414,312,212,216,3

04,310,64,38,525,546,8

SUMBER : diadaptasi dari Dacey & Kenny (1997)

Kebanyakan ahli psikologis di Barat (misalnya Kinsey et.al, 1953;

McCary, 1978) memandang masturbasi sebagai suatu bentuk ekspresi

seksual remaja yang normal. Sebabtidak ada fakta yang menegaskan

bahwa masturbasi merupakan aktivitas yang berbahaya. Kebanyakan

dokter jiwa juga memperkirakan bahwa tidak ada bahaya intrinsic dalam

masturbasi dan mempercayainya sebagai suatu yang normal, cara sehat

bagi remaja untuk menyalurkan dorongan seksual mereka. Meskipun

demikian, beberapa remaja yang melakukan masturbasi mempunyai

perasaan malu, bersalah, dan perasaan takut kalau mereka berkembang

menjadi sindrom masturbasi yang berlebihan. Dalam hal ini, masturbasi

tetap dilakukan, sekalipun anak merasa sangat menyesal. Perasaan ini

diperkuat oleh rasa keseian dan fantasi, yang pada gilirannya

menyebabkan terjadinya depresi (Dacey & Kenny, 1997). Pendidikan Seks

Pelajaran pendidikan seks di SMP dan SMA penting untuk memupuk

konsep mengenai peran pria dan wanita yang tradisional. Pelajaran ini

menekankan bahwa peran feminine berorientasi pada keluarga dan bahwa

wanita lebih memperoleh kepuasan sebagai istri, ibu dan pengatur rumah

tangga dari pada keberhasilan dalam dunia pengusaha atau dunia

professional. Menurut Deutsch dan Gilbert, banyak remaja sebagai akibat

dari teman – teman sebaya, tertarik dengan lawan jenis ditarik kearah yang

berlawanan, yakni situasi mematangkan konflik.

2.2.5 Perilaku Menyimpang Pada Masa Remaja

Page 20: KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK pada anak

Ada sejumlah perubahan pandangan dunia luar yang dapat

menyebabkan konflik-konflik / penyimpangan dalam diri remaja, yaitu

sebagai berikut. Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsiten.

Kadang-kadang mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereke tidak

mendapat kebebasan penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang

dewasa. Seringkali mereka masih dianggap anak kecil sehingga menimbulkan

kejengkelan pada diri remaja kejengkelan yang mendalam dapat berubah

menjadi tingkah laku emosional.

1. Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda

untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalu remaja laki-laki memilih

banyak teman perempuan, mereka mendapat prediakt popular dan

mendatangkan kebanggaan. Sebaliknya, apabila remaja putrid

mempunyai banyak teman laki-laki sering dianggap tidak baik atau

bahkan mendapat predikat yang kurang baik. Penerapan nilai yang

berbeda semacam ini jika tidak disertai dengan pemberian pengertian

secara bijaksana dapat menyebabkan remaja bertingkah laku emosional.

2. Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak

bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkna remaja tersebut

kedalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilai-

nilai moral. Misalnya, penyalahgunaan obat terlarang, minum minuman

keras, serta tindak criminal dan kekerasan. Perlakuan dunia luar

semacam ini akan sangat merugikan perkembangan emosional remaja.

Ada beberapa bentuk berprilaku menyimpang yang dilakukan oleh

remaja, diantaranya :

1. Pesta malam yang menimbulkan sisi negative remaja.

2. minum- minuman keras.

3. obat-obat terlarang, banyak remaja yang mencoba obat-obatan

terlarang karena “HARUS DICOBA”, meskipun beberapa saat

kemudian menjadi kecanduan.

BAB III

Page 21: KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK pada anak

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi abnormal, atau

sering disebut juga perilaku abnormal atau abnormal behavior adalah perilaku

maladaptif; kemudian ada juga yang menyebutnya mental disorder, psikopatologi,

emotional discomfort, mental illness (penyakit mental) atau ganguan mental, sampai

insanity (kegilaan).

3.2 Saran

Dengan mempelajari psikologi abnormal kita bisa mengetahui tentang point-point

yang belum pernah kita dapatkan jadi dengan adanya makalah ini kita bisa belajar tentang

bagaimana mempelajari psikologi abnormal. Dan dalam pembuatan makalah ini kita harus

mencantumkan referensi, sehingga dalam pembuatan makalah selanjutnya disarankan untuk

menggunakan referensi dan yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Page 22: KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK pada anak

Merriem-Webster OnLine. (2013) “Abnormal Psychology”. Terdapat pada:http://www.aolsvc.merriem-webster.aol.com/. Diakses pada 8 September 2013

Indonesiapsikologi Online. (2013) “Pengeertian abnomla”. Terdapat pada :http://indonesiapsikologi.blogspot.com/2013/05/pengertian-abnormal.html. Diakses pada 8 September 2013.

Syipa-Wordpress Onlone. (2013 ) http://www.syifa.wordpress.com 2013. Gaul vs Konsumtif.Diakses Pada 8 September 2013

Blogspot Online. (2013) “perilaku-abnormal” http://dhesny-hon.blogspot.com/perilaku- abnormal.html Diakses Pada 8 September 2013