Upload
rony-sanjaya
View
59
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah Psikologi
Citation preview
KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK KEPADA ANAK REMAJA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi
Disusun :
Devi Fauziyyah NIM : 12162
Mata Kuliah : PsikologiDosen : Ns. Titin Magdalena,SPd.S.Kep
AKADEMI KEPERAWATAN JAYAKARTA DINKES PEMERINTAH PROVINSI
DKI JAKARTA2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun untuk menambah pengetahuan tentang kepribadian sepanjang hidup, yang
mengambil judul “ KONFLIK KELUARGA BERDAMPAK KEPADA ANAK REMAJA “.
Selama penyusunan makalah ini penulis menemui banyak hambatan dan
kesulitan, namun berkat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini banyak kekurangan, hal ini
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, maka dari itu
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
pada umumnya.
Jakarta, September 2013
Devi Fauziyyah
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS..............................................................................3
2.1 Konsep Stres..........................................................................................3
2.1.1 Pengertian Stres.........................................................................3
2.1.2 Sumber Stres..............................................................................4
2.1.3 Jenis Stres..................................................................................4
2.1.4 Model Stres................................................................................5
2.1.5 Tahapan Stres............................................................................6
2.1.6 Mengatasi Stres.........................................................................7
2.2 Konsep Perkembangan Remaja.............................................................8
2.2.1 Pengertian Masa Remaja...........................................................8
2.2.2 Aspek Perkembangan Remaja...................................................9
2.2.3 Perkembangan Psikis...............................................................11
2.2.4 Perilaku Seksual Remaja.........................................................14
2.2.5 Perilaku Menyimpang Masa Remaja.......................................17
BAB III PENUTUP.................................................................................................18
3.1 Kesimpulan..........................................................................................18
3.2 Saran....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata stres biasa digunakan untuk mengartikan reaksi seseorang dalam
mengahadapi suatu masalah. Stres bisa timbul akibat hal-hal sepele. Misalnya,
terjebak keadaan macet. Kejadian lebih serius dapat mengubah hidup seseorang,
misalnya kematian orang terdekat atau orang tercinta. Stress kerap kali disebut
sebagai penyebab masalah kesehatan nomor satu. Walau stress itu sendiri tak dapat
menyebabkan kematian, pengaruhnya bisa membuat kematian. Banyak hal yang dapat
menyebabkan stress dalam kehidupan sehari-hari. Tanda-tanda stress dapat muncul di
tubuh dengan berbagai bentuk. Stress yang dialami tiap orang berbeda-beda. Gejala-
gejala stres mencakup mental, sosial dan fisik. Hal-hal ini meliputi kelelahan,
kehilangan atau meningkatnya napsu makan, sakit kepala, sering menangis, sulit tidur
dan tidur berlebihan. Melepaskan diri dari alkohol, narkoba, atau perilaku kompulsif
lainnya sering merupakan indikasi-indikasi dari gelaja stres. Perasaan was-was,
frustrasi, atau kelesuan dapat muncul bersamaan dengan stres. Stres sebenarnya positif
bagi kita, asalkan dalam porsi sedang-sedang saja, karena bisa membangkitkan sistem
kekebalan dan mengasah otak. Sedangkan stres berat dapat menyebabkan kita rentan
terkena penyakit. Stres dapat memicu penyakit maag, darah tinggi, asma dan migren.
Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa stres berat bisa memperburuk penyakit
degeneratif kronis, yaitu penyakit yang menyerang fungsi organ atau jaringan tubuh
seperti penyakit rematik. Sementara stres yang tersembunyi akan lebih berbahaya bagi
kesehatan karena kita tidak menyadari adanya masalah. Stress sebenarnya dapat
membantu ingatan, terutama pada ingatan jangka pendek dan tidak terlalu kompleks.
Stress dapat menyebabkan peningkatan glukosa yang menuju otak, yang memberikan
energi lebih pada neuron. Hal ini, sebaliknya, meningkatkan pembentukan dan
pengembalian ingatan. Di sisi lain, jika stress terjadi secara terus-menerus, dapat
menghambat pengiriman glukosa dan mengganggu ingatan. Gejala stres yang
berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam tingkat produktivitas,
kemangkiran, dan perputaran karyawan, selain juga perubahan dalam kebiasaan
makan, pola merokok, konsumsi alkohol, bicara yang gagap, serta kegelisahan dan
ketidakteraturan waktu tidur.
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah meliputi :
1. Apa itu stres
2. Apa itu Remaja ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep stress dan
konsep perkembangan anak.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Stress
2.1.1 Pengertian Stress
Setiap orang pernah mengalami stress, dan orang yang normal dapat
beradaptasi dengan stress jangka panjang atau stress jangka pendek hingga
stress tersebut berlalu. Stress dapat dijadikan sebagai stimulus untuk
perubahan dan perkembangan, sehingga dalam hal ini dapat dianggap positif
atau bahkan perlu. Meskipun demikian, stress yang terlalu berat dapat
mengakibatkan sakit, penilaian yang buruk, dan ketidakmampuan untuk
bertahan. Stress dapat didefinisikan sebagai, “respon adaptif, dipengaruhi
oleh karakteristik individual atau proses psikologi, yaitu akibat dari tindakan,
situasi, atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik dan atau
psikologis terhadap seseorang” (Ivaneevich dan Matteson, 1980 dalam
Kreitner dan Kinicki, 2004).
Claude Bernard, 1867, (dalam Potter dan Perry, 1997)adalah salah
seorang psikolog pertama yang mengakui adanya dampak positif yang
ditimbulkan stress. Menurutnya, perubahan dalam lingkungan internal dan
eksternal dapat mengganggu fungsi organisme sehingga penting bagi
organisme tersebut untuk beradaptasi terhadap stressor agar dapat bertahan.
Stessor merupakan stimuli yang mengawali atau memicu perubahan yang
menimbulkan stress. Stressor mewakili kebutuhan yang tidak terpenuhi, bisa
berupa kebutuhan fisiologis, psikologis, social, lingkungan, spiritual, dan
sebagainya.
Walter Cannon, 1920, mempelajari respon fisiologis terhadap naiknya
emosi dan menekankan fungsi adaptif reaksi “fight – or – flight (menghadapi
atau lari dari stress). Sementara Hans Seyle, 1976, menyatakan bahwa stress
merupakan situasi dimana suatu tuntutan yang sifatnya tidak spesifik dan
mengharuskan seseorang memberikan respons atau mengambil tindakan.
2.1.2 Sumber Stresor
Stressor faktor yang menimbulkan stress, dapat berasal dari sumber
internal (yaitu diri sendiri) maupun eksternal (yaitu keluarga, masyarakat,
dan lingkungan).
Internal, faktor internal stress bersumber dan diri sendiri. Stresor individu
dapat timbul dari tuntutan pekerjaan atau beban yang terlalu berat, kondisi
keuangan, ketidakpuasan dengan fisik tubuh, penyakit yang dialami, mase
pubertasi, kanikteristik atau sifat yang dimiliki, dan sebagainya.
Eksternal, faktor eksternal stress dapat bersumber dari keluarga,
masyarakat, dan lingkungan Stresor yang berasal dari keluarga disebabkan
oleh adanya perselisihan dalam keluarga, perpisahan orang – tua, adanya
anggota keluarga yang mengalami kecanduan narkoba, dan sebagainya.
Sumber stressor masyarakat dan lingkungan dapat berasal dari lingkungan
pekerjaan lingkungan social atau lingkungan fisik. Sebagai contoh, adanya
atasan yang tidak pernah puas di tempat kerja, iri terhadap teman – teman
yang status sosialnya lebih tinggi, adanya polusi udara dan sampah di
lingkungan tempat tinggal, dan lain – lain.
2.1.3 Jenis Stress
Ditinjau dari penyebabnya, stress dapat disebabkan ke dalam
beberapa jenis berikut :
Stress Fisik merupakan stress yang disebabkan oleh keadaan fisik,
seperti suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, suara bising, sinar
matahari yang terlalu menyengat, dan lain – lain.
Stress Kimiawi merupakan stress yang disebabkan oleh pengaruh
senyawa kimia yang terdapat pada obat – obatan, zat beracun asam, basa,
faktor hormon atau gas, dan lain – lain.
Stress Mikrobiologis merupakan stress yang disebabkan oleh kuman,
seperti virus, bakteri, atau parasit.
Stress Fisiologis merupakan stress yang disebabkan oleh gangguan
fungsi organ tubuh, anatar lain gangguan struktur tubuh, fungsi jaringan,
organ ,dan lain – lain.
Stress Proses Tumbuh Kembang merupakan stress yang disebabkan oleh
proses tumbuh kembang seperti pada masa pubertas, pernikahan, dan
pertambahan usia.
Stress Psikologis attau Emosional merupakan stress yang disebabkan
oleh gangguan situasi psikologis atau ketidakmampuan kondisi
psikologis untuk menyesuaikan diri, misalnya dalam hubungan
interpersonal, social budaya, atau keagamaan.
2.1.4 Model Stress
Akar dan dampak stress dapat dipelajari dari sisi medis dan model
teori perilaku. Model stress ini dapat digunakan untuk membantu pasien
mengatasi respon yang tidak sehat dan tidak produkif terhadap stressor.
Model Berdasarkan Respons
Model stress ini menjelaskan respons atau pola respons tertentu
yang dapat mengidentifikasikan stressor. Model stress yang
dikemukakan oleh Selye, 1976, menguraikan stress sebagai respons
yang tidak spesifik dari tubuh terhadap tuntutan yang dihadapinya.
Stress ditunjukan oleh reaksi fisiologis tertentu yang disebut sindrom
adaptasi umum (general adaptation syndrome – GAS).
Model Berdasarkan Adaptasi
Model ini menyebutkan empat faktor yang menentukan apakah
suatu situasi menimbulkan stress atau tidak (Mechanic, 1962), yaitu :
1. Kemampuan untuk mengatasi stress.
2. Praktik dan norma dari kelompok atau rekan – rekan pasien yang
mengalami stress.
3. Pengaruh lingkungan social dalam membantu seseorang
menghadapi stressor.
4. Sumber daya yang dapat digunakan untuk mengatasi stressor.
Model Berdasarkan Stimulus
Model ini berfokus pada karakteristik yang bersifat
mengganggu atau merusak dalam lingkungan. Riset klasik yang
menggunakan stress sebagai stimulus telah menghasilkan skala
penyesuaian ulang social, yang mengukur dampak dari peristiwa –
peristiwa besar dalam kehidupan seseorang terhadap penyakit yang
dideritanya (Holmes dan Rahe, 1976). Topik ini akan dibahas lebih
lanjut di bagian selanjutnya.
Asumsi – asumsi yang mendasari model ini adalah :
1. Peristiwa – peristiwa yang mengubah hidup seseorang merupakan
hal normal yang membutuhkan jenis dan waktu penyesuaian yang
sama.
2. Orang adalah penerima stress yang pasif, persepsi mereka terhadap
suatu peristiwa tidaklah relevan.
3. Semua orang memiliki ambang batas stimulus yang sama dan sakit
akan timbul setelah ambang batas tersebut terlampaui.
Model Berdasarkan Transaksi
Model ini memandang orang dan lingkungannya dalam
hubungan yang dinamis, resiprokal, dan interaktif. Model yang
dikembangkan oleh Lazarus dan Folkman ini menganggap stressor
sebagai respon perseptual seseorang yang berakar dari proses
psikologis dan kognitif. Stress berasal dari hubungan anatar orang dan
lingkungannya.
2.1.5 Tahapan Stress
Stress yang dialami seseorang dapat melalui beberapa tahapan,
menurut Van Ambreg tahun 1979. Tahapan stress dapat terbagi menjadi
enam taha diantaranya :
Tahap Pertama
Merupakan tahap yang ringan dari stress yang ditandai dengan
adanya semangat bekerja besar, penglihatannya tajam tidak seperti
pada umumnya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan yang tidak
seperti biasanya, kemudian merasa senang akan pekerjaan akan tetapi
kemampuan yang dimilikinya semakin berkurang.
Tahap Kedua
Pada stress tahap kedua ini seseorang memiliki cirri sebagai
berikut adanya perasaan letih sewaktu bangun pagi yan semestinya
segar, terasa lelah sesudah makan siang, cepat lelah menjelang sore,
sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman, denyut jantung
berdebar – debar lebih dari biasanya, otot – otot punggung dan tengkuk
semakin tegang dan tidak bisa santai.
Tahap Ketiga
Pada tahap ketiga ini apabila seseorang mengalami gangguan
seperti pada lambung dan usus seperti adanya keluhan gastritis, buang
air besar tidak teratur, ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak
tenang, gangguan pola tidur seperti sukar mulai untuk tidur, terbangun
tengah malam dan sukar kembali tidur, lemah, terasa seperti tidak
memiliki tenaga.
Tahap Keempat
Tahap ini seseorang akan mengalami gejala pekerjaan yang
menyenangkan terasa membosankan, semula tanggap terhadap situasi
menjadi kehilangan kemampuan untuk merespon secara kuat, tidak
mampu melaksanakan kegiatan sehari – hari, adanya gangguan pola
tidur, sering menolak ajakan karena tidak bergairah, kemampuan
mengingat dan konsentrasi menurun karena adanya perasaan ketakutan
dan kecemasan yang tidak diketahui penyebabnya.
Tahap Kelima
Stress tahap ini ditandai dengan adanya kelelahan fisik secara
mendalam, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan
sederhana, gangguan pada system pencernaan semakin berat dan
perasaan ketakutan dan kecemasan semakin meningkat.
Tahap Keenam
Tahap ini merupakan tahap puncak dan seseorang mengalami
kepanikan dan perasaan takut mati dengan ditemukan gejala seperti
detak jantung semakin keras, susah bernafas, terasa gemetar seluruh
tubuh dan berkeringat, kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan.
2.1.6 Mengatasi Stress
Untuk mencegah dan mengatasi stress agar tidak sampai ke tahap
yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara :
Pengaturan diet dan nutrisi
Istirahat dan tidur
Olahraga atau latihan teratur
Berhenti merokok
Tidak mengkonsumsi minuman keras
Pengaturan berat badan
Pengaturan waktu
Terapi psikoformaka
Terapi somatic
Psikoterapi
Terapi psikoreligius
2.2 Konsep Perkembangan Remaja
2.2.1 Pengertian Masa Remaja
Masa remaja atau yang sering dikenal dengan istilah “Adolesense”
yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Secara psikologis, masa
remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa,
usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih
tua melainkan berada ditingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam
masalah hak. Integritas dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek
afaktif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga
perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari
cara berfikir remaja ini memungkinkan untuk mencapai integritas dalam
hubungan social orang dewasa, yang kenyataannya merupakan cirri khas yang
umum dari periode perkembangan ini. Menurut hukum di Amerika Serikat ini,
individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, bukan
21 tahun seperti sebelumnya. Perpanjangan masa remaja, setelah individu
matang secara seksual dan sebelum diberi hak serta tanggung jawab orang tua
dewasa mengakibatkan kesenjangan antara apa yang secara popular dianggap
budaya remaja dan budaya dewasa. Budaya kawula muda menekankan
kesegaran dan kelengahan terhadap tanggung jawab dewasa. Budaya ini
memiliki hirarki sosialnya sendiri, keyakinannya sendiri, gaya
penampialannya sendiri, nilai-nilai dan norma perilakunya sendiri.
2.2.2 Aspek Perkembangan Remaja
Semua individu khususnya remaja akan mengalami perkembangan
baik fisik maupun psikis yang meliputi aspek-aspek intelektual, sosial, emosi,
bahasa, moral dan agama.
1. Perkembangan Fisik
Dalam perkembangan remaja, perubahan yang tampak jelas adalah
perubahan fisik. Tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh
orang dewasa yang disertai dengan berkembangnya kapasitas reproduktif.
Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan ciri-ciri seks
primer dan ciri-ciri seks sekunder.
a. Hormon – hormon Seksual
Dalam perkembangan hormon - hormon seksual remaja, ditandai
dengan cirri-ciri yaitu cirri-ciri seks rpimer dan sekunder.
Ciri – ciri Seks Primer
Pada masa remaja primer ditandai dengan sangat cepatnya
pertumbuhan testis yaitu pada tahun pertama dan kedua. Kemudian
tumbuh secara lebih lambat, dan mencpai ukuran matangnya pada
usia 20 tahun. Lalu penis luai bertambah panjang, pembuluh mani
dan kelenjar prostate semakin membesar. Matangnya organ-organ
seks tersebut memungkinkan remaja pria (sekitar 14-15 tahun)
mengalami “mimpi basah”.
Pada remaja wanita, kematangan orga-organ seksnya ditandai
dengan tumbuhnya rahim vagina dan ovarium secara cepat pada
masa sekitar 11-15 tahun untuk pertama kalinya mengalami
“menarche” (menstruaasi pertama). Menstruasi awal sering disetai
dengan sakit kepala, sakit punggung dan kadang-kadang kejang
serta merasa lelah, depresi dan mudah tersinggung.
Ciri – ciri Seks Sekunder
Pada remaja ditandai dengan tumbuhnya rambut pubik/bulu
kopak disekitar kemaluan dan ketiak, terjadi prubahan suara,
tumbuh kumis dan tumbuh gondok laki / jakun. Sedangakan pada
wanita ditandai dengan tumbuh rambut pubik/ bulu kapok disekitar
kemaluan dan ketiak, bertambah besar buah dada dan bertambah
besarnya pinggul.
b. Pubertas
Perubahan Eksternal
Perempuan Laki-laki
TinggiUsia 17 dan 18 tahun mencapai
tinggi yang matang.
Rata-rata anak laki-laki setahun
sesudahnya.
BeratPeruahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan
tinggi
Proporsi
tubuh
Berbagai anggota tubuh lambat laun mencapai perbandingan tubuh
yang baik.
Perubahan Internal
1. Sistem Pencernaan
Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk
pipa, usus bertambah besar, hati bertambah berat dan
kerongkongan bertambah panjang.
2. Sistem Peredaran Darah
Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia 17-18
tahun beratnya 12 kali berat pada waktu lahir.
3. Sistem Pernapasan
Kapasitas paru-paru remaja perempuan hamper matang pada
usia 17 tahun, remaja laki-laki mencapai tingkat kematnagn
beberapa tahun kemudian.
4. Jaringan Tubuh
Perkemngan kerangka berhenti rata-rata pada usia 18 tahun
Jaringan. Selain tulang terusberkembang sampai tulang
mencapai umuran matang, khususnya bagi perkembangan
jaringan otot.
2.2.3 Perkembangan Psikis
1. Aspek Intektual
Perkembangan intelektual (kognitif) pada remaja bermula pada umur 11
atau 12 tahun. Remaja tidak lagi terikat pada realitas fisik yang konkrit,
remaja mulai mampu berhadapan dengan aspek-aspek yang hipotesis dan
abstrak dari realitas. Bagaimana dunia ini tersusun tidak lagi dilihat
sebagai satu-satunya alternatif yang mungkin terjadi, misalnya aturan-
aturan dari orang tua, status remaja dalam kelompok sebayanya dan aturan-
aturan yang diberlakukan padanya tidak lagi dipandang sebagai hal-hal
yang mungkin berubah. Kemampuan-kemampuan berpikir yang baru ini
memungkinkan individu untuk berpikir secara abstrak, hipotesis dan
kontrafaktual, yang nantinya akan memberikan peluang pada individu
untuk mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala hal.
2. Aspk Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial atau proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap
norma-norma kelompok, moral dan tradisi. Meleburkan diri menjadi satu
kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. Aspek ini meliputi
kepercayaan akan diri sendiri, berpandangan objektif, keberanian
menghadapi orang lain, dan lain-lain.
Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan
untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut
sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong
remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau
lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau percintaan. Pada
masa ini berkembangan sikap cenderung menyerah atau mengikuti opini,
pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Ada
lingkungan sosial remaja (teman sebaya) yang menampilkan sikap dan
perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan misalnya: taat beribadah,
berbudi pekerti luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga beberapa remaja yang
terpengaruh perilaku tidak bertanggung jawab teman sebayanya, seperti :
mencuri, free sex, narkotik, miras, dan lain-lain. Remaja diharapkan
memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti kemampuan untuk
mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi baik di
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Berikut ini ciri-ciri penyesuaian sosial remaja, diantaranya :
Di Lingkungan Keluarga
1. Menjalin hubungan yang baik dengan orang tua dan saudaranya.
2. Menerima otoritas orang tua (menaati peraturan orang tua).
3. Menerima tanggung jawab dan batasan (norma) keluarga.
4. Berusaha membantu anggaran kalau sebagai individu atau
kelompok.
Di Lingkungan Sekolah
1. Bersikap respek dan mentaati peraturan.
2. Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah.
3. Menjalin persahabatan dengan teman sebaya.
4. Hormat kepada guru, pemimpin sekolah atau staf lain.
5. Berprestasi di sekolah.
Di Lingkungan Masyarakat
1. Respek terhadap hak-hak orang lain.
2. Menjalin dan memelihara hubungan dengan teman sebaya atau
orang lain.
3. Bersikap simpati dan menghormati terhadap kesejahteraan orang
lain.
4. Respek terhadap hukum, tradisi dan kebijakan-kebijakan
masyarakat.
3. Aspek Emosi (Afektif)
Perkembangan aspek emosi berjalan konstan, kecuali pada masa
remaja awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun) pada masa
remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya,
diselingi rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi
dalam dirinya. Pada masa remaja tengah rasa senang datang silih berganti
dengan rasa duka, kegembiraan berganti dengan kesedihan, rasa akrab
bertukar dengan kerenggangan dan permusuhan. Gejolak ini berakhir pada
masa remaja akhir (18– 21 tahun).
Pada masa remaja tengah anak terombang-ambing dalam sikap
mendua (ambivalensi) maka pada masa remaja akhir anak telah memiliki
pendirian, sikap yang relatif mapan. Mencapai kematangan emosial
merupakan tugas yang sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat
dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama
lingkungan-lingkungan keluarga dan teman sebaya. Apabila lingkungan
tersebut kondusif maka akan cenderung dapat mencapai kematangan
emosional yang baik, seperti adolesensi emosi (cinta, kasih, simpati,
senang menolong orang lain, hormat dan menghargai orang lain, ramah)
mengendalikan emosi (tidak mudah tersinggung, tidak agresif, optimis dan
dapat menghadapi situasi frustasi secara wajar). Tapi sebaliknya, jika
seorang remaja kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau
pengakuan dari teman sebaya, maka cenderung mengalami perasaan
tertekan atau ketidaknyamanan emosional, sehingga remaja bisa berealisi
agresif (melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi, senang
mengganggu) dan melarikan diri dari kenyataan (melamun, pendiam,
senang menyendiri, meminum miras dan narkoba).
4. Aspek Bahasa
Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat
berkomunikasi baik alat komunikasi lisan, tulisan, maupun menggunakan
tanda-tanda dan isyarat. Bahasa remaja adalah bahasa yang telah
berkembang, baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya
lingkungan teman sebaya sedikit banyak lebih membentuk pola
perkembangan bahasa remaja. Pola bahasa remaja lebih diwarnai pola
bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya.
Pada umumnya remaja akhir lebih memantapkan diri pada bahasa
asing tertentu, menggemari literatur yang mengandung nilai-nilai filosofis,
etnis dan religius. Penggunaan bahasa oleh remaja lebih sempurna serta
perbendaharaan kata lebih banyak. Kemampuan menggunakan bahasa
ilmiah mulai tumbuh dan mampu diajak berdialog seperti ilmuwan.
5. Aspek Moral
Perkembangan moral pada remaja menurut teori Kohlberg menempati
tingkat III: pasca konvensional stadium 5, merupakan tahap orientasi
terhadap perjanjian antara remaja dengan lingkungan sosial. Ada hubungan
timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial dan masyarakat. Pada
tahap ini remaja lebih mengenal tentang nilai-nilai moral, kejujuran,
keadilan kesopanan dan kedisiplinan. Oleh karena itu moral remaja harus
sesuai dengan tuntutan norma-norma sosial.
Selain itu peranan orang tua sangat penting. Dalam membantu moral
remaja, orang tua harus konsisten dalam mendidik anaknya, bersikap
terbuka serta dialogis, tidak otoriter atau memaksakan kehendak.
6. Aspek Agama
Pemahaman remaja dalam beragama sudah semakin matang,
kemampuan berfikir abstrak memungkinkan remaja untuk dapat
mentransformasikan keyakinan beragama serta mengapresiasikan kualitas
keabstrakan Tuhan.
2.2.4 Perilaku Seksual Remaja
1. Faktor-faktor penyebab seksualitas Pada Remaja
Salah satu fenomena kehidupan remaja yang sangat menonjol adalah
terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas.
Penelitian – penelitian secara biologis-phisiologis membuktikan bahwa
pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks seseorang telah sampai pada taraf
matang dalam usia – usia awal remaja akhir, bahkan ada juga remaja yang
mengalaminya dala 1-2 tahun sebelum akhir remaja awal. Proses produksi
kelnjar-kelenjar seks (gonads) akan tetap aktif dalam masa remaja akhir ini
bahkan sampai masa dewasa dan masa tua. Bagi wanita, akan berakhir
produksihormon tersebut pada saat mengalami “menopause” (berhenti
menstruasi).
Gonads bukan saja berpengaruh pada penyempurnaan tubuh (khusus
yang berhubungan dengan cirri-ciri seks sekunder), melainkan juga
berpengaruh jauh pada kehidupan-kehidupan psikis, moral, dan social
remaja. Kehidupan psikis yang mendapat pengaruh kuat adalah minat
remaja terhadap lawan jenis kelamin.
Adapun kematangan seksual sudah mulai sekitar umur 12 tahun
sampai 18 tahun, akan tetapi tidak sema pada semua orang karena
beberapa sebab, antarta lain karena konstitusi jasmaniah dan rohaniah dari
ras (suku bangsa) adanya perbedaan iklim, cara hidup yang berbeda, milliu
yang mempengaruhi.
Terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap kehidupan sexual
ini sangat dipengaruhi oleh faktor perubahan-perubahan fisik selama
pubertas. Terutama kematangan organ-organ seksual dan perubahan-
perubahan hormonal, mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan
seksual dalam diri remaja. Dorongan seksual remaja ini sangat tinggi,
bahkan lebih tinggi dari dorongan seksual orang dewasa. Sebagai anak
muda yang belum memiliki pengalaman tentang seksual, tidak jarang
dorongan-dorongan seksual ini menimbulkan ketegangan fisik dan psikis.
Kelainan dan Gangguan Seksual
Untuk melepaskan diri dari ketegangan seksual, remaja mencoba
mengekspresikan dorongan seksualnya dalam berbagai bentuk tingkah laku
seksual, mulai dari melakukan aktivitas berpacaran (dating), berkencan,
bercumbu, sampai dengan melakukan kontak seksual. Dari sekian banyak
bentuk tingkah laku seksual yang diekspresikan remaja, slah satunya yang
paling umum dilakukan adalah masturbasi. Dalam suatu investigasi yang
dilakukan Haas, 1979 (dalam Santrock, 1998), ditemukan bahwa
masturbasi sudah merupakan aktivitas seksual yang lumrah dikalangan
remaja. Lebih dari satu per tiga remaja laki-laki dan satu setengah remaja
perempuan melakukan masturbasi satu kali seminggu atau lebih. Penelitian
Jones dan Barlow, 1990 (dalam Dacey & Kenny, 1997), juga menyatakan
bahwa frekuensi masturbasi remaja pria lebih sering dari remaja
perempuan, sebagaimana terlihat dalam tabel berikut.
Frekuensi Masturbasi
Frekuensi Laki-laki (%) Perempuan (%)
Setiap hari Dua kali seminggu Satu kali seminggu Satu kali dua minggu Satu kali sebulan Lebih satu kali sebulanTidak pernah
026,518,414,312,212,216,3
04,310,64,38,525,546,8
SUMBER : diadaptasi dari Dacey & Kenny (1997)
Kebanyakan ahli psikologis di Barat (misalnya Kinsey et.al, 1953;
McCary, 1978) memandang masturbasi sebagai suatu bentuk ekspresi
seksual remaja yang normal. Sebabtidak ada fakta yang menegaskan
bahwa masturbasi merupakan aktivitas yang berbahaya. Kebanyakan
dokter jiwa juga memperkirakan bahwa tidak ada bahaya intrinsic dalam
masturbasi dan mempercayainya sebagai suatu yang normal, cara sehat
bagi remaja untuk menyalurkan dorongan seksual mereka. Meskipun
demikian, beberapa remaja yang melakukan masturbasi mempunyai
perasaan malu, bersalah, dan perasaan takut kalau mereka berkembang
menjadi sindrom masturbasi yang berlebihan. Dalam hal ini, masturbasi
tetap dilakukan, sekalipun anak merasa sangat menyesal. Perasaan ini
diperkuat oleh rasa keseian dan fantasi, yang pada gilirannya
menyebabkan terjadinya depresi (Dacey & Kenny, 1997). Pendidikan Seks
Pelajaran pendidikan seks di SMP dan SMA penting untuk memupuk
konsep mengenai peran pria dan wanita yang tradisional. Pelajaran ini
menekankan bahwa peran feminine berorientasi pada keluarga dan bahwa
wanita lebih memperoleh kepuasan sebagai istri, ibu dan pengatur rumah
tangga dari pada keberhasilan dalam dunia pengusaha atau dunia
professional. Menurut Deutsch dan Gilbert, banyak remaja sebagai akibat
dari teman – teman sebaya, tertarik dengan lawan jenis ditarik kearah yang
berlawanan, yakni situasi mematangkan konflik.
2.2.5 Perilaku Menyimpang Pada Masa Remaja
Ada sejumlah perubahan pandangan dunia luar yang dapat
menyebabkan konflik-konflik / penyimpangan dalam diri remaja, yaitu
sebagai berikut. Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsiten.
Kadang-kadang mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereke tidak
mendapat kebebasan penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang
dewasa. Seringkali mereka masih dianggap anak kecil sehingga menimbulkan
kejengkelan pada diri remaja kejengkelan yang mendalam dapat berubah
menjadi tingkah laku emosional.
1. Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda
untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalu remaja laki-laki memilih
banyak teman perempuan, mereka mendapat prediakt popular dan
mendatangkan kebanggaan. Sebaliknya, apabila remaja putrid
mempunyai banyak teman laki-laki sering dianggap tidak baik atau
bahkan mendapat predikat yang kurang baik. Penerapan nilai yang
berbeda semacam ini jika tidak disertai dengan pemberian pengertian
secara bijaksana dapat menyebabkan remaja bertingkah laku emosional.
2. Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak
bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkna remaja tersebut
kedalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilai-
nilai moral. Misalnya, penyalahgunaan obat terlarang, minum minuman
keras, serta tindak criminal dan kekerasan. Perlakuan dunia luar
semacam ini akan sangat merugikan perkembangan emosional remaja.
Ada beberapa bentuk berprilaku menyimpang yang dilakukan oleh
remaja, diantaranya :
1. Pesta malam yang menimbulkan sisi negative remaja.
2. minum- minuman keras.
3. obat-obat terlarang, banyak remaja yang mencoba obat-obatan
terlarang karena “HARUS DICOBA”, meskipun beberapa saat
kemudian menjadi kecanduan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi abnormal, atau
sering disebut juga perilaku abnormal atau abnormal behavior adalah perilaku
maladaptif; kemudian ada juga yang menyebutnya mental disorder, psikopatologi,
emotional discomfort, mental illness (penyakit mental) atau ganguan mental, sampai
insanity (kegilaan).
3.2 Saran
Dengan mempelajari psikologi abnormal kita bisa mengetahui tentang point-point
yang belum pernah kita dapatkan jadi dengan adanya makalah ini kita bisa belajar tentang
bagaimana mempelajari psikologi abnormal. Dan dalam pembuatan makalah ini kita harus
mencantumkan referensi, sehingga dalam pembuatan makalah selanjutnya disarankan untuk
menggunakan referensi dan yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Merriem-Webster OnLine. (2013) “Abnormal Psychology”. Terdapat pada:http://www.aolsvc.merriem-webster.aol.com/. Diakses pada 8 September 2013
Indonesiapsikologi Online. (2013) “Pengeertian abnomla”. Terdapat pada :http://indonesiapsikologi.blogspot.com/2013/05/pengertian-abnormal.html. Diakses pada 8 September 2013.
Syipa-Wordpress Onlone. (2013 ) http://www.syifa.wordpress.com 2013. Gaul vs Konsumtif.Diakses Pada 8 September 2013
Blogspot Online. (2013) “perilaku-abnormal” http://dhesny-hon.blogspot.com/perilaku- abnormal.html Diakses Pada 8 September 2013