Upload
others
View
22
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 101
Konseling Keluarga Islam Berwawasan Gender
Wildan Halid
Email: [email protected]
Institut Agama Islam Nurul Hakim Nusa Tenggara Barat
Abstrak
Konseling pernikahan adalah suatu keniscayaan yang mesti dilaksanakan oleh
segenap individu yang akan membina pernikahan bahkan yang sudah menikah
sekalipun. Pada zaman yang terus berkembang seperti sekarang ini, individu rentan
mengalami stres akibat belum menemukan pasangan yang sesuai dengan harapan,
kegagalan dalam membina rumah tangga, dan akhlak pasangan yang buruk
disebabkan minimnya pengetahuan agama dan tidak kalah urgennya yaitu keringnya
nilai spiritual yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu
pentingnya melakukan persiapan sedini mungkin untuk mempersiapkan diri baik
yang sifatnya materil maupun immateril seperti bagaimana mengenal calon pasangan
bibit bebet dan bobot dari masing-masing pasangan. Sekalipun secara garis besarnya
tidak mesti sempurna, tetapi ada hal-hal yang dapat dijadikan prioritas untuk memilih
calon pasangan. Mengutip dari sabda Rasulullah bahwa dalam memilih pasangan
sangat dianjurkan dengan melihat agamanya. Ketika agamanya bagus maka secara
substansi pribadi atau akhlaknya menunjukkan bahwa orang tersebut akan baik.
karena orang yang paham agama tentunya akan melaksanakan kewajiban sebagai
hamba sang Illahi dan menunaikan hak-hak seorang muslim. Beragama
mengejawantahkan kasih sayang dan ini berlaku bagi kedua pasangan serta tanpa
melihat perbedaan gender juga berlaku bagi kedua pasangan tanpa melupakan kodrat
sebagai lelaki dan perempuan karena masing-masing individu memiliki hak dan
kewajiban yang wajib ditunaikan dan tidak boleh lepas dari rasa saling mengerti dan
pengertian sebab dalam membina rumah tangga dengan tidak adanya rasa saling
mengerti dan pengertian akan kaku dan formal. Jika hal tersebut terjadi maka akan
menimbulkan kejenuhan dan tidak menutup kemungkinan menimbulkan
perselingkuhan sampai perceraian.
Kata kunci: gender, konseling, pernikahan.
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 102
Pendahuluan
Konseling adalah sebuah upaya atau usaha sadar yang di lakukan oleh ahlinya
yaitu mengembalikan individu ke fitrahnya. Konseling merupakan upaya kuratif dan
preventif yang dalam pemahaman yang dianut penulis adalah mazhab yang berfaham
konseling adalah satu kesatuan dengan kata bimbingan tanpa harus menaruh kata
bimbingan, sederhananya konseling pasti bimbingan begitu juga bimbingan pasti
konseling.1 Konseling sebuah ilmu yang berdiri di atas berbagai disiplin keilmuan
yang masing-masing keilmuan mempunyai peran signifikan terhadap disiplin ilmu
konseling karena sejatinya tidak ada keilmuan yang mampu berdiri sendiri tanpa di
topang dengan keilmuan yang lain artinya dalam setiap keilmuan yang berbeda tidak
ada sekat diantara keilmuan tersebut. Dari berbagai disiplin keilmuan tersebut
masing-masing ter-integrasi-interkoneksi sesuai dengan porsi atau kadarnya.
Begitu pula dengan disiplin ilmu konseling secara prosentase maka ilmu
psikologi menyumbangkan sumbangsihnya yang paling besar terhadap ilmu
konseling karena hampir tujuh puluh persen referensi dari ilmu konseling adalah ilmu
psikologi selebihnya ada antropologi, filsafat, sosiologi, kedokteran dan lain
sebagainya. Melihat relevansi kehidupan dalam berkeluarga masa ini mengalami
perubahan yang begitu drastis baik dari sisi sosial kemasyarakatan maupun sebagai
individu itu sendiri ini semua tidak lepas dari perubahan itu sendiri.
Bila melihat dari kompleksitas kehidupan berkeluarga dari sisi pandang ilmu
konseling maka sangat diperlukan adanya konseling pernikahan, dengan tujuan
mempersiapkan calon pengantin secara matang dalam membina/menjalankan biduk
rumah tangga.
1 Hasil diskusi tahun 2014 dengan Dr. Budi Astuti bertempat di UIN SUKA (beliau adalah
akademisi yang konsen di bidang konseling)
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 103
Pembahasan
1. Mengenali Calon Pasangan
Di dalam pernikahan ada dua jiwa, dua karakter, dan dua tempramen berbeda
yang dijadikan satu kesatuan yang hidup tanpa sekat atau jarak, masing-masing
mempunyai keunikan tersendiri. Perbedaan inilah yang bisa menyatukan dua
kehidupan. Meminjam istilah kelistrikan tanpa pertemuan positif dan negatif maka
lampu tidak akan menyala. Berangkat dari pemahaman ini perlu kiranya masing-
masing pasangan saling mengenal terlebih dahulu atau mengambil langkah-langkah
awal menuju jenjang pernikahan diantaranya adalah:
A. Memilih Calon Pasangan
Setiap orang memiliki daya tarik dan selera yang berbeda-beda. Daya tarik
bersifat lahir seperti kecantikan atau ketampanan, ada juga daya tarik yang menempel
di luar seperti kekayaan, pangkat, jabatan atau popularitas. Kemudian ada juga daya
tarik yang bersumber dari dalam diri seseorang, seperti kelemah lembutan, kesetiaan,
keramahan, kejujuran dan berbagai ciri kepribadian lainnya2. Selera manusia juga
berbeda-beda, ada yang lebih tertarik kepada paras, mempertimbangkan dari aspek
harta dan jabatan serta status sosial, di samping ada yang seleranya lebih pada
kualitas hatinya.
Agama adalah tuntunan hidup manusia, karena itu tuntunan agama
sejalan dengan logika dan perasaan umum manusia. Manusia diciptakan
dengan kecenderungan fitrah syahwat yang bersifat universal seperti yang
disebutkan dalam QS Ali Imran ayat 14:
ن رة م ط ن ق م ير ال اط ن ين وال ق ن ب ل اء وا س ن الن وات م ه ب الش لناس ح زي ن لاة ي ح اع ال ت ك م رث ذ ل ح ام وال ع ة والن وم س م ل ل ا ي خ ة وال ض ف ب وال ه الذ
آب م ن ال س ه ح د ن ا والله ع ي ن الد
2 Mufidah, Psikologi Keluarga Islam’berwawasan gender’(Malang: UIN Malang
Press,2008),h.79
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 104
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak,
kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan Shallallahu alaihi wasallamah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga).
Setiap manusia tertarik dengan lawan jenis, bangga memiliki anak-anak
sukses, senang memiliki harta benda yang bagus, kebun luas dan secara manusiawi
menyukai kenikmatan, kebanggaan dan kenyamanan. Ini adalah suatu hal yang wajar
karena merupakan fitrah syahwat yang dilekatkan Tuhan kepada manusia. Perlu
digaris bawahi bahwa semua itu harus berjalan sesuai koridor agama.
Karakter yang sudah menetap akan membentuk sebuah kepribadian. Menurut
Freud, kepribadian berdiri di atas tiga pilar, yaitu id,ego dan super ego, unsur hewani,
akal dan moral. Perilaku menurut Freud merupakan interaksi dari ketiga pilar
tersebut. Tetapi kesimpulan Freud manusia Adalah Homo Volens, yakni makhluk
berkeinginan yang tingkah lakunya dikendalikan oleh keinginan-keinginan yang
terpendam di dalam alam bawah sadar, satu kesimpulan yang merendahkan martabat
manusia.3
Jadi kepribadian itu berlainan dalam suatu keadaan dan situasi, antara satu
periode umur dengan periode lain. Berlainan menurut hubungannya dengan manusia
yang satu dengan yang lain, berlainan pula menurut sebab akibat dan motif-motif
yang menggerakkan kepribadian itu bertindak. Dalam hal ini, perempuan juga seperti
pria, merupakan “kepribadian manusia”, yang menjadi sasaran dari sifat yang
berlawanan ini karena adanya banyak faktor dan suasana yang berbolak balik di
dalam unsur-unsur “kepribadian”.
Karena kepribadian itu di dalam bahasa merupakan satu kata, tetapi akan
keliru sekali bila dibayangkan bahwa kepribadian itu adalah sesuatu yang hanya
terdiri dari satu unsur saja, yang berada di bawah satu nama. Karena kepribadian itu
merupakan beberapa faktor yang tidak terhitung banyaknya, diantaranya naluri
3 Ibid, h.81.
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 105
pengertian, perasaan dan hubungan timbal balik antara kepribadian dan lingkungan
tempat tinggal. Dengan kombinasi yang beraneka ragam tersebut, maka kepribadian
berada dalam gerakan yang terus menerus, yang tidak pernah tenang menuju satu arah
dalam secercah waktu.4
Jadi di dalam kepribadian tidak hanya satu keinginan saja yang terbit dalam
segala waktu dan tempat, artinya dari sumber yang satu banyak keinginan yang terbit
karena mencakup beberapa unsur yang bermacam-macam dan tidak pernah stabil.
Jika dalam memilih jodoh cenderung dipengaruhi oleh hawa nafsu, maka yang sering
terjadi adalah mengejar kenikmatan segera atau bahkan kenikmatan sesaat, bukan
pada kebahagiaan yang utuh dan selamanya. Jika dalam memilih lebih dipengaruhi
oleh tuntunan nurani dan agama, maka pertimbangannya lebih memilih pada
kebahagiaan jangka panjang walau sudah terbayang harus melampui fase-fase
kesabaran dalam menghadapi kesulitan dan kepahitan hidup.
Agama, seperti yang dianjurkan oleh nabi Muhammad Shallallahu alaihi
wasallam memberikan tuntunan dalam memilih pasangan. Ada empat pertimbangan
yang secara sosial selalu diperhatikan pada calon pasangan yang akan dipilih yaitu
harta, keturunan, kecantikan dan agama. Untuk lebih detailnya penulis menjabarkan
sebagai berikut:5
a. Faktor Harta
Salah satu kriteria memilih calon suami atau istri atas dasar kekayaan.
Tidaklah salah jika harta menjadi pertimbangan seseorang memilih calon pasangan,
karena harta dapat menghantarkan keluarga sejahtera dan terpenuhi kebutuhan
finansial dalam rumah tangga. Namun harta benda belum dapat menjamin pasangan
suami istri menemukan kebahagiaan hakiki dalam rumah tangga. Harta dapat
memberikan manfaat kepada pemiliknya, tetapi seringkali dengan harta seseorang
menjadi celaka.
4Abbas Mahmoud Al-Akkad, Wanita Dalam Alqur’an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h.79 5 Mufidah, Psikologi Keluarga Islam’berwawasan........,h.82
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 106
Beberapa kasus yang terjadi dalam rumah tangga, ketika harta menjadi alasan
memilih calon pasangan, harta dipandang dapat menyelesaikan segalanya termasuk
menyelesaikan semua masalah rumah tangga kelak. Tetapi ketika terjadi perubahan,
di mana rumah tangga mengalami krisis ekonomi, maka dapat merubah sikap
seseorang terhadap pasangannya. Dengan demikian harta memang diperlukan tetapi
bukan menjadi tujuan utama seseorang menentukan pasangannya.
Kondisi yang ideal dalam rumah tangga yakni pada diri suami dan istri
sebenarnya suatu hal yang tidaklah sepenuhnya bisa diperoleh. Namun tidak akan
menghalangi berlangsungnya suatu pernikahan yang bahagia bila kedua belah pihak
telah berbulat hati untuk bersatu dalam membina sebuah rumah tangga dengan
kesiapan mental guna menanggung segala macam resiko yang akan dihadapi dalam
perjalanan pernikahan selanjutnya.6
Di sinilah diperlukan bahkan menjadi suatu kewajiban seorang mukmin untuk
terus meningkatkan pengetahuan bagaimana membangun rumah tangga yang
harmonis atau sering kita dengar yakni keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah
tanpa ada tendensi yang lain dalam artian, refleksi penulis, yaitu berusaha dari hari ke
hari untuk terus belajar dan berusaha bagaimana religiusitas dan spritualitas dalam
diri seseorang itu bisa seirama. Karena hanya dengan dua kata kunci ini kebahagian
dalam rumah tangga bisa dicapai bahkan dalam kehidupan yang lebih luas sekalipun.
Walaupun predikat ideal sukar diperoleh sepenuhnya, alangkah baiknya bila
masing-masing pihak selalu saling memahami dan berusaha mendapatkannya di
sepanjang jalur kehidupan bersama yang akan dijalani. Taraf kesadaran dan
kesabaran yang didukung oleh pengetahuan dan pengalaman hidup yang secukupnya
sangat menunjang pencapaian tujuan-tujuan pernikahan yang akan dicapai.
b. Faktor Keturunan
6 Hasan Basri, Keluarga Sakinah ‘Tinjauan Psikologi dan Agama, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1999), h.24.
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 107
Dalam menentukan calon pasangan yang akan dijadikan suami atau istri, salah
satunya adalah faktor keturunan. Untuk melihat potensi dan kepribadian seseorang,
dapat dilihat dari mana dia berasal, siapa orang tua dan siapa keturunannya. Karena
kepribadian adalah nilai bagi stimulus sosial dan kemampuan menampilkan diri
secara mengesankan (Hilgard & Marquis). Begitu juga apa yang didefinisikan Stern
bahwa kepribadian adalah kehidupan seseorang secara keseluruhan, individual, unik,
usaha mencapai tujuan, kemampuan bertahan dan membuka diri serta kemampuan
memperoleh pengalaman.7
Membuat pertimbangan dalam memilih pasangan adalah bagian yang penting,
faktor keturunan juga sangat berperan bagaimana kepribadian itu terbentuk dan
diyakini bahwa memilih pasangan dari faktor hederitas bagian dari syarat untuk
mencapai keluarga yang sakinah. Tidaklah keliru jika faktor keturunan menjadi
pertimbangan utama dalam memilih pasangan, namun tidak boleh digunakan sebagai
kebanggaan dan kesombongan yang menyebabkan sikap eksklusif dalam interaksi
sosial di masyarakat.
Kebahagiaan rumah tangga bukan tergantung dari keturunan siapa dia berasal,
tetapi semata-mata menjadi pertimbangan bukan sebagai tujuan seseorang termotivasi
untuk menikah. Dalam membina rumah tangga yang bahagia bergantung bagaimana
masing-masing pasangan saling menerima, saling memahami, saling mengerti dan itu
ditentukan oleh kematangan atau kedewasaan berfikir yang di tunjang oleh
pengetahuan bagaimana membangun rumah tangga yang harmonis dari masing-
masing pasangan.
c. Faktor Kecantikan/Ganteng
Tuhan maha indah dan menciptakan keindahan pada makhluknya, alam
semesta ciptaan Tuhan sungguh sangat indah mencerminkan keindahan Sang
Pencipta. Manusia juga diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang terindah secara fisik
7 Alwisol ,Psikologi Kepribadian, ( Malang: UMM Press, 2014), h.7
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 108
dan psikologis. Oleh karena itu manusia didesain Tuhan untuk mengerti keindahan
dan bisa menikmati keindahan. Manusia yang mencintai keindahan secara benar pasti
dicintai Allah. Karena cinta keindahan juga merupakan sifat Allah;
“Sesungguhnya Allah itu sangat indah menyenangi keindahan”(H.R. Muslim dan
Turmuzi dari Ibnu Mas’ud).
Kecantikan atau ganteng bersifat relatif. Setiap orang memiliki selera dan
daya tarik yang berbeda terhadap lawan jenisnya. Ini menunjukkan adanya aktualisasi
diri terhadap individu yaitu individu mengalami pengalaman puncak yakni sebagai
saat-saat tatkala dunia tampak utuh dan orang itu merasa selaras dengannya tetapi
berhasil mengaktualisasikan diri tidak sama dengan kesempurnaan (Maslow).8 Ada
yang menekankan pada paras, body, serta dari sikap yang luwes.
Tetapi suatu yang bersifat fisik tidak mampu dipertahankan seiring dengan
bertambahnya usia dan juga bukan menjadi jaminan mutlak rumah tangga menjadi
sakinah. Pengalaman hidup mengajarkan bahwa banyak cinta menjadi dendam,
pasangan yang ganteng dan cantik yang awalnya mesra berubah menjadi saling
membenci, saling mendendam bahkan saling merusak dan melakukan kekerasan.
Artinya di mata kedua pasangan yang sedang dilanda kebencian, maka kecantikan
dan kegantengan sama sekali tidak mempunyai nilai bahkan menjadi bahan tambahan
bahan bakar kebencian.
Dari tiga pembahasan diatas yaitu harta, keturunan, cantik, dan ganteng bukan
menjadi faktor utama dalam memilih pasangan karena ketika yang tiga ini di jadikan
faktor utama maka Allah akan mengubah keunggulan faktor yang di anggap positif
itu menjadi bernilai negatif. Berkesesuaian dengan apa yang diperingatkan oleh Imam
Ja’far Shadik bahwa: Jika seseorang mengawini seorang wanita karena kecantikan
8 Matt Jarvis, Teori-Teori Psikologi Pendekatan Modern Untuk Memahami Perilaku,
Perasaan, &Pikiran Manusia (Bandung : Nusa Media, 2015), h.96
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 109
atau hartanya, ia akan mendapatkan apa yang dicari itu. Tapi bila ia mengawininya
karena agamanya, Allah pasti akan memberikan kecantikan dan harta.9
d. Faktor Agama
Di akhir hadist Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam berbunyi,
pilihlah yang memiliki agama, maka kalian akan beruntung, Hadist tidak
menyebutkan orang yang beragama tapi orang yang memiliki agama, disini
mengandung substansi, jadi perempuan atau lelaki adalah orang yang beragama
secara substansial atau dapat dilihat sifatnya sebagai orang mematuhi agama, artinya
secara vertikal ia tidak sanggup untuk sombong.
Secara horizontal orang yang memiliki agama secara substansial akan
berusaha secara maksimal menjadikan dirinya bermanfaat kepada manusia dan
makhluk lain karena manusia tak lain adalah pengejawantahan kasih sayang Tuhan.
Karakteristik orang yang memiliki agama akan terasa dalam berkomunikasi,
berinteraksi, bertransaksi yakni substansi agamanya akan terasa menyejukkan,
menentramkan, membangun semangat, dan menumbuhkan etos “mengagumkan”.
Dari empat kriteria pembahasan di atas merupakan bagian dari kebutuhan
dasar manusia dikarenakan dalam diri manusia terdapat tiga kebutuhan yang saling
berhubungan yaitu biologis, sosiologis dan teologis. Di mana dalam hal ini di
dasarkan pada makhluk biologis, sosial dan religi. Implikasi dari hal tersebut adalah
manusia mempunyai berbagai dimensi kehidupan yaitu bio-psiko-sosio-religius.10
Dengan agama suami dan istri akan menemukan ketenangan yang hakiki karena
jaminan rumah tangga semata-mata digantungkan kepada yang Maha Mengatur dan
Maha Bijaksana.
9 Mufidah, Psikologi Keluarga Islam’berwawasan gender’.,h.85 10 Ali Murtadho, Konseling Perkawinan persfektif Agama-Agama, (Semarang:Walisongo
Press,2009),h.43
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 110
Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki tersebut, pernikahan
sebagaimana yang telah diatur dalam hukum agama maupun negara pada dasarnya
merupakan satu proses kehidupan yang penting bagi eksistensi manusia itu sendiri.
Pernikahan pada dasarnya merupakan aktivitas hidup yang ditempuh untuk
memenuhi berbagai kebutuhan manusia, baik secara fisiologis, psikologis, sosial dan
religi.
1) Kafaah (Kesepadanan) dalam menentukan pasangan
Salah satu pertimbangan yang penting dalam menentukan calon pasangan baik
suami maupun istri adalah pertimbangan kafaah (kesepadanan). Menurut bahasa,
kafaah berarti persamaan atau perbandingan namun yang dimaksud di sini adalah
kondisi suami yang setara dengan istrinya dalam kedudukan sosial, agama, moral
(akhlak) dan ekonomi. Masyarakat berkeyakinan bahwa kesepadanan antara suami
istri menjadi salah satu faktor keharmonisan dalam rumah tangga.
Menurut Ibnu Hazm, tidak ada ukuran kesepadanan dalam perkawinan. Beliau
hanya menekankan masalah pernikahan laki-laki baik dengan perempuan pezina atau
sebaliknya perempuan baik dengan laki-laki pezina, sebagaimana di sebutkan dalam
QS. Al-Nur:3.
رك و م ش زا ا ه ك ح ن ة ي ي ن ة والزا رك ش و م ة ي ن زا ح ك ن ي ي الزان
ين ن ؤم م ى ال ل ك ع ر م ذ ل وح
Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina,
atau perempuan yang musyrik dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan
oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan
atas oran-orang yang mukmin.
Apakah ukuran yang dimaksud dakam ayat ini berlaku secara umum atau
sebuah gambaran bahwa memilih pasangan merupakan ikhtiar sehingga dalam
menentukan kriteria sesuai dengan pertimbangan umum. Dalam faktanya, Rsaulullah
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 111
shallallahu alaihi wasallam telah menikahkan para sahabat yang terkadang status
sosialnya jauh berbeda baik dari segi kebangsawanan dengan bekas budak, maupun
yang kaya dengan yang miskin. Seperti Zainab yang keturunan bangsawan dengan
Zaid bin Harisah seorang mantan hamba sahaya (budak) begitu juga dengan sahabat
yang lain seperti Miqdad dengan Dzaba’ah yang status sosialnya seperti langit dan
bumi.11
Artinya masalah kesepadanan menjadi persoalan pertimbangan khusus dan
dengan kriteria yang khusus pula. Ulama kebanyakan atau sebagian besar
menegaskan bahwa kafaah dilakukan dengan pertimbangan agama atau akhlaqul
karimah sedangkan yang lain seperti kekayaan, kecantikan, ketampanan, kedudukan
atau jabatan maupun status sosial bukan menjadi pertimbangan mutlak. Sebagaimana
disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13;
ل ائ ب ا وق وب اك م ش ع ن ل ع ى وج ث ن ر و ن ذك م م اك ن ق ل نا خ ا الناس ي ه ا ي
ير ب يم خ ل الله ع م اك ق ت د الله ن م ع ك رم ك وا ارف ع ت ل
Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Dalam ayat ini menjelaskan fitrah manusia yaitu “potensi” yang dimiliki dan
diaktualisasikan sebagamana Maslow menggambarkan bahwa manusia yang sudah
mengaktualisasikan diri sebagai orang yang sudah terpenuhi semua kebutuhannya dan
melakukan apapun yang bisa mereka lakukan yakni dengan respon yang sesuai
dengan kodrat atau kapasitas yang memajukan hubungan yang sehat dengan sesama
seperti tingkah laku yang sehat, memuaskan dan matang serta perlu diketahui bahwa
11Mufidah, Psikologi Keluarga Islam’berwawasan gender.,h.87
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 112
masing-masing kualitas muncul dari kodrat atau kapasitas yang ada pada manusia
serta hubungannya dengan kenyataan.12
Maksud dari perkawinan antara lain adalah untuk mempertemukan ciptaan
Allah Subhanahu wa Ta’ala dari berbagai perbedaan suku bangsa maupun perbedaan-
perbedaan lainnya seperti warna kulit, bahasa, budaya dan kebiasaan-kebiasaan yang
melatari suami istiri agar keduanya saling mengenal berbagai perbedaan tersebut
untuk menuju pada satu titik ketaqwaaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena
itu kafaah atau kesepadanan bersifat relatif dan kondisional.
Kasus Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menikahkan sahabatnya yang
berbeda status sosial sebagaimana uraian di atas, diikuti pula oleh sahabat Hudzaifah
yang menikahkan Salim bekas hamba sahaya dengan Hindun binti al-Walid bin
Utbah bin Rabi’ah merupakan simbol bahwa Rasulullah melakukan pembongkaran
budaya patriarki yang menganut bahwa perempuan berstatus tinggi akan turun
derajatnya di masyarakat ketika menikah dengan seorang laki-laki yang berstatus
sosial lebih rendah.
Berniat dan beriktikad yang benar dalam membangun rumah tangga adalah
keharusan yang mutlak sifatnya. Kita diajarkan bagaimana menjadi seorang yang
jujur dalam melaksanakan ajaran agama dalam hal ini khususnya terkait dengan
pernikahan yaitu jangan ada tendensi yang lain yang arahnya cenderung negatif,
Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam QS. Bayyinah ayat 5 berfirman:
و ا ؤت ة وي ل وا الص يم ق اء وي ف ن ين ح ه الد ين ل ص ل خ وا الله م د ب ع ي ل روا م ا وم
ة م ي ق ين ال ك د اة وذ ل الزك
12 Yustinus Semiun, Kesehatan Mental bagian satu, (Yogyakarta: Kanisius anggota IKAPI,
2010),h.60.
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 113
Dan mereka tidak diperintahkan kecuali agar supaya beribadah kepada ALLAH
dengan tulus ikhlas melaksanakan agama secara jujur,menegakkan shalat,membayar
zakat dan demikian itulah agama yang benar.
Niat dan tujuan pernikahan adalah semata-mata manifestasi dari rasa patuh
dan tawadhu’ kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala mengharap ridha-Nya, cinta dan
kasih sayang-Nya, bukan karena pelampiasan nafsu hewani yang bersifat biologis
semata, akan tetapi sebenarnya di dalam hubungan biologis terdapat rahasia besar.13
Dengan demikian kafaah dapat dikondisikan pada pra pengambilan keputusan untuk
menikah dan dapat pula dikondisikan secara berproses dalam kehidupan rumah
tangga sesuai dengan kondisi dan kebutuhan suami istri maupun kemaslahatan
bersama.
Penting untuk diperhatikan bahwa masyarakat muslim berkeyakinan bahwa
kesepadanan dalam agama menjadi ukuran utama. Sedangkan proses penyesuaian
untuk kesepadanan ini dapat diperhatikan pada uraian pentingnya mengenali calon
pasangan sebagai berikut.
A. Pentingnya Mengenali Calon Pasangan
Pentingnya mengenali calon pasangan adalah agar masing-masing dapat
memahami dan mengerti kepribadian pasangan dan juga beradaptasi dengan
kepribadian yang berbeda. Sebelum orang melakukan transaksi jual beli, apalagi jika
membeli sesuatu yang bernilai, pasti terlebih dahulu akan melakukan berbagai
pertimbangan, kualitas, kegunaan, harga dan selera pribadi. Jika senang, apalagi
berkualitas dan diperlukan, maka harga tidak menjadi masalah. Demikian juga orang
dalam melakukan transaksi kontrak kerja, pastilah unsur keuntungan dan keamanan
akan menjadi pertimbangan.
Mungkin menjadi bagian dari hakikat manusia untuk memuja tubuh, untuk
berusaha memahami lewat akal sehat semesta dan tempat kita di dalamnya, untuk
13 Hamdani Bukron Adzaki, Konseling dan Psikoterafi Islam cet. Ke 6, ( Yogyakarta: Al-
Manar 2008), h.91.
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 114
mencari pasangan dan menghasilkan keturunan, untuk merawat, dan mengasuh
keturunan hingga mandiri, dan untuk hidup kooperatif dengan sesama manusia.
Setiap manusia memiliki keunikan tertentu yang disebabkan oleh pembentukan gen-
gen kelahirannya dan pembentukan pengalaman-pengalaman pribadinya selama ini.
Artinya kita tidak punya kemiripan dengan siapapun di dunia ini.14
Beberapa sifat kepribadian diyakini diperoleh lewat proses pembelajaran
individu (seperti selera musik, makanan dan lain-lain) sedangkan yang lain ditentukan
secara genetis (seperti kondisi emosi), beberapa sifat menampakkan pengaruh
dominan bagi hidup manusia (seperti kecerdasan) beberapa lagi hanya memberi
pengaruh kecil, namun tetap penting untuk diperhatikan.
Akad nikah adalah kontrak seumur hidup antara dua individu di mana nereka
berdua bukan saja akan selalu bersama dalam suka dan duka. Setiap hari akan banyak
menghabiskan waktu yang harus dilakukan bersama-sama. Jika mereka tidak
mempunyai kesamaan maka kebersamaan dalam waktu yang lama akan melahirkan
kebosanan. Oleh karena itu sebelum penanda tanganan kontrak akad nikah, harus
benar-benar meneliti unsur-unsur yang akan mendukung kebersamaan dan menandai
unsur-unsur resistensi yang apa saja yang bisa mengganggu bahkan bisa menjadi bom
waktu.
Dalam pemilihan pasangan ada peranan ilmu. Perasaan cocok sering lebih
besar dibanding pertimbangan ilmiah. Jika seorang perempuan dalam pertemuan
pertama dengan seorang laki-laki langsung merasa bahwa laki-laki itu terasa ada
feeling untuk menjadi suami, meski ia belum mengetahui secara detail, biasanya
feeling itu akan menjadi faktor dominan dalam mempertimbangkan pilihan. Dan ini
adalah termasuk faktor hallo effect yakni langsung tertarik oleh penampilan.
14 Matthew H. Olson. B.R. Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadianedisi ke 8 terj.
Yudi Santoro (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2013), h.3.
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 115
Sementara itu argumen rasional berdasarkan data lengkap tentang berbagai
karakteristik memungkinkan dapat memuaskan logika, tetapi mungkin terasa kering,
karena pernikahan bukan semata logika, tetapi justru lebih merupakan masalah
perasaan. Pasangan yang dari segi infrastruktur logis mestinya bahagia, tetapi
pasangan seperti ini justru melewati harinya dengan suasana kering dan
membosankan karena hubungan lebih bersifat formal.
Berbeda dengan pasangan yang serba kekurangan, meski hidup dalam
kesahajaan, tetapi mereka kaya dengan perasaan, sehingga mereka dapat merasa
ramai dalam keberduaan, merasa meriah dalam kesunyian malam, merasa ringan
dalam memikul beban, merasa sebentar dalam mengarungi perjalanan panjang
walaupun melewati usia 40 tahun perkawinan mereka tetap serasa pengantin baru.
Kehidupan suami istri sebenarnya di mulai sejak pagi hari pertama setelah
malam resepsi. Di saat mempelai telah menjalani peristiwa penting yang
membahagiakan (malam pertama) dengan penuh kemesraan dan kebahagiaan. Suatu
pernikahan adalah mempertemukan dua orang anak cucu Adam yang berbeda jenis
kelamin dengan niat yang luhur untuk mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan
hidup.
Pernikahan juga mempertemukan dua keluarga besar dalam suatu rumpun
baru yang penuh dengan semangat kekeluargaan. Oleh karena setiap pasangan dalam
suatu rumah tangga bukan saja sayang dan mengasihi pasangannya tetapi juga
segenap sanak keluarga pasangan. Terutama mertua, sikap mengasihi dan mencintai
selalu ditunjukkan dengan penuh kelembutan dan keikhlasan hati. Sikap demikian
bukan saja menambah kecintaan dari pasangan tetapi juga akan membuahkan
hubungan kekeluargaan yang semakin akrab dan penuh hikmah serta kebahagiaan
semua pihak.
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 116
B. Hakikat Kepribadiaan
Kepribadian merupakan sekumpulan dari berbagai elemen yang ada pada diri
individu, baik elemen itu datangnya dari dalam maupun luar individu itu sendiri yang
menjadi ciri khas tersendiri yang dimunculkan di depan umum. Sedangkan kata
kepribadian itu sendiri berasal dari kata latin yaitu persona yang artinya topeng.
Setiap teori kepribadian tak lain tak bukan adalah upaya mendefinisikan kepribadian
di luar seberapa mencolok perbedaan satu definisi dengan definisi lainnya.
a. Tiga Fokus Teori Kepribadian
Kluckhohn dan Murray mengamati jika setiap manusia: (1) mirip setiap
manusia yang lain; (2) mirip beberapa manusia yang lain; dan (3) tidak mirip manusia
lain manapun. Artinya bahwa:
1. Kita semua mirip semua manusia lain sejauh adanya sebuah hakikat
manusia yang mendeskripsikan kemanusiaan kita. Salah satu tugas teoritis
kepribadian adalah mendeskripsikan apa yang dimiliki semua manusia
pada umumnya, yaitu apa yang dilengkapkan pada kita sejak lahir inilah
yang bisa menjelaskan hakikat manusia.
2. Kita mirip beberapa manusia yang lain sejauh kita berbagi sebuah budaya
yang sama dengan mereka. Contohnya, mungkin menjadi bagian hakikat
manusia untuk memuja tubuh, untuk memahami lewat akal sehat semesta
dan tempat kita dalamnya, untuk mencari pasangan dan menghasilkan
keturunan, untuk merawat dan mengasuh hingga mandiri, dan hidup
secara kooperatif dengan sesama manusia. Namun begitu, budaya tempat
kita dibesarkan itulah kemudian yang menentukan bagaimana cara
memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.
3. Kita tidak punya kemiripan dengan siapapun di dunia ini, artinya setiap
manusia memiliki keunikan tertentu, yang disebabkan oleh pembentukan
gen-gen kelahirannya, dan pembentukan pengalaman-pengalaman pribadi.
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 117
b. Faktor Penentu Kepribadian
Penjelasan yang paling awam atau paling umum tentang kepribadian sering
didasarkan kepada faktor genetik artinya ini mengimplikasikan sebuah penjelasan
berbasis genetik bagi kepribadian karena semua ciri dan sifat sudah ada di dalam
darah. Contohnya mata sipit, rambut pirang, tubuh pendek, tinggi atau tempramen
yang dimiliki individu.15
Para psikolog modern mempelajari faktor-faktor penentu bagi kepribadian
seperti faktor biologi, sosial, budaya, (genetik, sifat-sifat, masyarakat, pembelajaran,
pilihan pribadi, mekanisme bawah sadar dan proses-proses kognitif). Para teorisi
kepribadian berada di posisi unik dalam psikologi karena berkesempatan untuk
mempelajari seluruh kepribadian manusia. Kebanyakan psikolog yang lain hanya
menyoroti satu aspek manusia seperti perkembangan anak, usia anak, persepsi,
kecerdasan, pembelajaran, motivasi, ingatan atau patologi. Hanya teori kepribadian
yang berusaha menghadirkan satu gambaran lengkap tentang manusia.16
Kepribadian adalah pengorganisasian yang dinamis dalam individu, dari
sistim psiko fisik yang menentukan wataknya yang khas dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitarnya. Para psikolog juga merespon kepribadian adalah satu-
kesatuan yang terorganisir dan selalu berinteraksi di dalamnya semua organ tubuh
dan jaringan psikologisnya. Dan juga menentukan perilaku serta responnya dengan
cara yang membedakannya dari orang lain.17
a) Menuju Jenjang Pernikahan
Proses menuju jenjang pernikahan bagi sebagian orang adalah hal yang
mungkin tidak terlalu merepotkan karena ada dukungan finansial yang cukup di
keluarga kedua mempelai. Namun di satu sisi menjadi hal yang sangat merepotkan
15 Ibid.,h.4 16 Ibid.,h.11 17 Mufidah, Psikologi Keluarga Islam’berwawasan gender.,h.99
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 118
bagi kedua belah pihak karena butuh proses yang keras untuk bisa merealisasikan
atau sampai ke proses akad karena fakor finansial, serta adanya budaya yang berbeda
dalam proses pernikahan di masing-masing daerah, di daerah yang satu misalnya
cukup memenuhi rukun selesai dengan acara yang sederhana tanpa memberatkan
kedua mempelai maupun keluarga dua belah pihak terlepas dari alasan-alasan
tersebut fokus penulis adalah:
1) Kebutuhan-Kebutuhan Individu Terhadap Pernikahan
Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan
yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila
kebutuhan individu tersebut tidak terpenuhi, maka akan menunjukkan perilaku
kecewa, sebaliknya jika kebutuhan terpenuhi, akan memperlihatkan perilaku gembira
sebagai manifestasi dari rasa puas.
Bagaimanapun individu tidak bisa melepaskan diri dari kebutuhan. Menurut
Maslow hirarki kebutuhan dimulai dari18.
a. Kebutuhan fisiologis yakni makanan dan kehangatan, karena kita
tidak bisa hidup tanpa dua hal tersebut.
b. Jika kebutuhan tersebut telah terpenuhi, maka kita akan mencari
rasa aman.
c. Saat kita sudah merasa aman, maka kebutuhan berikut yang kita
cemaskan.
d. Adalah kebutuhan sosial yaitu menjadi menjadi bagian dari
kelompok dan menjalin hubungan dengan orang lain.
e. Ketika kebutuhan sosial sudah terpenuhi, kebutuhan berikutnya
yang terpenting adalah kebutuhan untuk dihargai, agar kebutuhan
18 Matt Jarvis,……93
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 119
itu terpenuhi, kita harus berprestasi, menjadi kompeten dan dapat
pengakuan sebagai orang yang berprestasi dan kompeten.
f. Begitu kebutuhan poin e terpenuhi, perhatian kita akan beralih
pada pemenuhan kebutuhan intelektual kita, termasuk didalamnya
adalah memperoleh pemahaman dan pengetahuan.
g. Kemudian kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan estetis yaitu
kebutuhan akan keindahan, kerapian dan keseimbangan.
h. Dan kebutuhan terakhir manusia adalah kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri, yaitu pemenuhan pribadi dan mencapai
potensi diri.
Adapun potensi manusia menurut Imam al Ghazali yang dikembangkan dan
dipelihara agar terlindungi dari hal-hal yang dapat mengarah kepada pemenuhan
kebutuhan tanpa mengindahkan nilai-nilai dan norma-norma agama, termasuk dalam
memenuhi kebutuhan akan pernikahan, potensi tersebut meliputi:
a. Potensi Ruhiyah yakni setiap manusia memiliki potensi ketuhanan yang
bersifat halus (latifah) merupakan daya ketuhanan atau qudrah ilahiyah
yang dimiliki setiap manusia yang fungsinya untuk mengatur empat
potensi psikis yang mencakup rabbaniyah (ketuhanan), syaithaniah
(cenderung mengikuti kemauan untuk maksiat kepada Allah), sabuiyah
(potensi yang mendorong seseorang untuk bersaing/bermusuhan), dan
bahimiyah (potensi yang memotivasi seseorang berperilaku seperti
binatang).
b. Potensi Nasfiyah, potensi ini dapat mendorong seseorang melakukan
kejahatan baik kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain atau yang
disebut dengan hawa nafsu. Potensi ini juga dapat diarahkan yang
mendorong seseorang melakukan hal-hal positif, dengan nafsu pula
seseorang mendapatkan keutamaan dan ketenangan hidup.
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 120
c. Potensi Qalbiyah yakni merupakan potensi yang dapat mempengaruhi
tingkah laku seseorang. Qalb oleh al Ghazali dibagi menjadi dua macam
yaitu berupa fisik atau yang disebut sanubari, terletak di dada bagian kiri,
dan berupa metafisik halus (latifah), menampung sifat-sifat rabbani dan
ruhani.
d. Potensi Aqliyah. Dalam Alqur’an di sebutkan kata aqliyah sebanyak 49
dalam bentuk kata kerja yang artinya memahami, mengerti, dan berfikir.
Potensi aqliyah meliputi empat macam yakni:
1. Potensi yang berfungsi membedakan manusia dengan binatang
2. Potensi yang dapat menyerap ilmu pengetahuan
3. Potensi yang dapat menyerap pengalaman
4. Potensi yang dapat mengetahui akibat dari sesuatu yang terjadi, dan
berfungsi pula untuk mengekang syahwat.19
Potensi manusia tersebut dapat memotivasi seseorang untuk melakukan
sesuatu perbuatan atau mempengaruhi tingkah laku sesseorang. Potensi-potensi
tersebut dapat dikembangkan dan diarahkan karena seseorang memiliki kemauan
yang berciri baik dan luhur. Ciri motivasi yang luhur tersebut meliputi: Al mardhiah
(motivasi untuk melakukan kebaikan), al radhiyah (motivasi untuk bersikap ikhlas
tanpa mengharap pujian atau imbalan), Al muthmainnah (mendorong seseorang untuk
membangun keharmonisan), Al kamilah (motivasi menuju kesempurnaan), dan Al
mulhamah (motivasi untuk menjauhi kemaksiatan).
Kebutuhan pernikahan dikaitkan dengan teori Imam al Ghazali di atas, bahwa
sebagaimana tujuan pernikahan adalah untuk mewujudkan keluarga sakinah,
mawaddah, dan rahmah, dapat dilakukan dengan menyelaraskan ketiganya yakni
potensi ruhaniyah manusia, motivasi dan tujuan yang akan diraih dalam pernikahan.
19AL-Ghazali, Mujmaat Rasa’il al Imam al Ghazali ( Bairut: Dar alfikr, 1996)
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 121
Motivasi seseorang untuk menikah dengan memanfaatkan empat potensi tersebut
dapat mempengaruhi terwujudnya keluarga sakinah sebagai tujuan pernikahan20.
Potensi ruhiyah dapat menghantarkan pernikahan seseorang agar menjadikan
agama sebagai landasan yang kokoh dalam membangun rumah tangga. Potensi
nafsiyah diarahkan untuk berperilaku positif terhadap keluarga, tidak melakukan
tindakan kekerasan, sikap saling membenci, curiga, dan cemburu yang dapat merusak
keharmonisan rumah tangga. Potensi qalbiyah dapat mengendalikan rumah tangga
dengan hati yang bersih, terhindar dari perbuatan yang melanggar norma agama dan
norma masyarakat, setia dan menyayangi pasangan dengan hati yang tulus ikhlas,
peka terhadap masalah rumah tangga sehingga memiliki rasa empati terhadap
pasangan dan keluarga.
Potensi aqliyah dikembangkan sebagai sarana untuk menyerap ilmu
pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan yang sangat penting dalam
meningkatkan kedewasaan seseorang, mengambil hikmah setiap peristiwa dalam
rumah tangga agar dapat meningkat menuju ke jenjang sakinah yang diharapkan.
Potensi aqliyah juga digunakan sebagai pijakan untuk mengetahui dan menganalisis
masalah keluarga, faktor-faktor penyebabnya, dampak-dampaknya, sehingga dapat
mengambil keputusan keluarga dengan bijak, tidak ada yang terdiskriminasikan dari
yang lain.21
2) Hirarki Kebutuhan Individu Terhadap Pernikahan
Manusia diciptakan dengan potensi hidup berpasang-pasangan, di mana satu
sama lain saling membutuhkan, sebagaimana uraian di atas, manusia memiliki
potensi dan motivasi beragam yang menggambarkan bahwa dalam hal melakukan
pernikahan manusia juga memiliki argumentasi tersebut karena berdasarkan macam
kebutuhan, berikut hirarki dari kebutuhan akan pernikahan adalah:
20 Mufidah, Psikologikeluarga Islam’berwawasan.....,h. 106 21Mufidah, Psikologi Keluarga Islam’berwawasan gender.,h.107
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 122
1. Kebutuhan fisiologis, seperti penyaluran hasrat pemenuhan
kebutuhan seksual yang sah dan normal.
2. Kebutuhan psikologis yakni ingin mendapatkan perlindungan, kasih
saying, ingin merasa aman, ingin melindungi dan dihargai.
3. Kebutuhan sosial yakni memenuhi tugas sosial dalam suatu adat
keluarga yang lazim bahwa menginjak usia dewasa menikah
merupakan cerminan dari kematangan sosial.
4. Kebutuhan religi yakni melaksanakan sunnah Rasulullah. Sebagai
sebuah tuntunan agama seperti yang di firmankan Allah.
رو ذك م ت لك ع ن ل ي ا زوج ن ق ل ء خ ي ل ش ن ك ومDan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat
kebesaran Allah.
ا م م وم ه س ف ن ت الرض وم ن ب ن ا ت م ا م له ق الزواج ك ل ي خ الذ ا ح ب س و م ل ع ي
Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari
apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui.
ا زواج م اك ن ق ل وخ
Dan kami jadikan kamu berpasang-pasangan,
Dari empat hirarki kebutuhan tersebut tidak bisa dielakkan bahwa hal tersebut
bagian dari sifat-sifat dasar manusia yang harus terpenuhi dalam diri setiap individu
melihat dari kacamata disiplin ilmu bimbingan konseling jika salah satu dari empat
hal tersebut tidak ada maka ada ketimpangan dalam kepribadian seorang individu
atau adanya ke“abnormal”an dalam kepribadian. Maka tugas konselor secara umum
dalam melakukan konseling adalah mengembalikan manusia kepada fitrahnya yaitu
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 123
membangkitkan potensi-potensi yang ada pada diri individu tersebut agar tidak terjadi
abnormalitas dalam pengertian umum ilmu BK.
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 124
Kesimpulan
Melihat dari uraian –uraian tersebut penulis dalam hal ini dapat mengambil
kesimpulan bahwa dalam pernikahan yang terjadi atau yang akan dialami oleh para
pasangan rumah tangga begitu kompleks sehingga begitu sangat penting untuk
memahami atau mengetahui terlebih dahulu hakikat pernikahan yang penuh makna,
tidak hanya dilihat sebagai tempat atau membentuk wadah yang legal untuk
kebutuhan seks semata, namun lebih dari itu seperti memahami /mengetahui konsep
keluarga, hak dan kewajiban masing-masing pasangan.
Serta lebih dari itu semua, yaitu menanamkan sikap, sifat dan rasa saling
pengertian antar pasangan karena tanpa rasa saling pengertian maka biduk rumah
tangga akan kaku, sebab itulah hal dasar yang perlu dipahami adalah bagaimana
memilih calon pasangan dan kesepadanan dalam menentukan pasangan. Pentingnya
mengenali pasangan dan memahami hakikat kepribadian calon pasangan serta
memahami pentingnya sebuah kepribadian sebagai faktor penentu dalam pernikahan.
Oleh sebab itu sebelum menuju ke jenjang pernikahan alangkah baiknya
masing-masing pasangan harus terlabih dahulu untuk introspeksi diri, apakah untuk
menikah sudah fasenya kebutuhan ataukah belum waktunya baik itu dilihat dari dua
sisi fisiologis dan psikologis, karena jika tidak dilihat dari dua sisi ini maka perlu
dipertanyakan niat dari pasangan apakah hanya mengejar kehalalan semata, tanpa
melihat akan ada efek jangka panjang bagi pasangan. Jika dari dua sisi tersebut belum
matang maka kemungkinan besar pasangan suami istri sulit bisa bertahan dalam
menjalani kehidupan berumah tangga atau bisa bertahan tetapi KDRT begitu besar
peluangnya terjadi, maka cita-cita keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah akan sulit
dicapai dalam kehidupan rumah tangga.
AL-INSAN Vol 1 No. 1, November 2020 125
Daftar Pustaka
Adzaki, Hamdani Bukron. 2008. Konseling dan Psikoterafi Islam cet. Ke 6 .
Yogyakarta: Al-Manar.
Al-Akkad, Abbas Mahmoud. 1976. Wanita Dalam Alqur’an. Jakarta: Bulan
Bintang
Al-Ghazali. 1996. Mujmaat Rasa’il al Imam al Ghazali. Bairut: Dar alfikr.
Alwisol. 2014. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Astuti Budi, Hasil diskusi tahun 2014 bertempat di UIN SUKA, beliau adalah
akademisi yang konsen di bidang konseling.
Basri, Hasan. 1999. Keluarga Sakinah ‘Tinjauan Psikologi dan Agama.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jarvis, Matt. 2015. Teori-Teori Psikologi ‘ Pendekatan Modern Untuk
Memahami Perilaku, Perasaan, &Pikiran Manusia. Bandung : Nusa Media.
Murtadho. Ali. 2009. Konseling Perkawinan persfektif Agama-Agama.
Semarang:Walisongo Press.
Mufidah. 2008. Psikologi Keluarga Islam’berwawasan gender’. Malang: UIN
Malang Press.
Olson.Matthew H. B.R. Hergenhahn. 2013. Pengantar Teori-Teori
Kepribadian edisi ke 8 terj. Yudi Santoro. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Semiun, Yustinus. 2010. Kesehatan Mental bagian satu. Yogyakarta: Kanisius
anggota IKAPI.