Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI FUNDRAISING YANG DILAKUKAN BAZIS DKI JAKARTA
UNTUK MENCAPAI TARGET
PENERIMAAN DANA ZAKAT INFAK DAN SEDEKAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah ( S.E.Sy)
Oleh :
ARIF KHAMDAN
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1431 H / 2010 M
STRATEGI FUNDRAISING YANG DILAKUKAN BAZIS DKI JAKARTA
UNTUK MENCAPAI TARGET
PENERIMAAN DANA ZAKAT INFAK DAN SEDEKAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah ( S.E.Sy)
Oleh :
ARIF KHAMDAN
NIM: 105046101585
Pembimbing
Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH,MA,MM NIP. 197107011998032002
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1431 H / 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul STRATEGI FUNDRAISING YANG DILAKUKAN BAZIS DKI JAKARTA UNTUK MENCAPAI TARGET PENERIMAAN ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 25 November 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 25 November 2010 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof.Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH.,MA.,MM NIP. 195505051982031012
PANITIA UJIAN
1. Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag ( ……..……….) NIP. 197107011998032002
2. Sekretaris : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag.,MH (………..……..) NIP. 197407252001121001
3. Pembimbing : Prof.Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH.,MA.,MM (……….……...) NIP. 195505051982031012
4. Penguji I : Dr. Asep Saepudin Jahar, MA (…….………...) NIP. 196912161996031001
5. Penguji II : Mu’min Roup, M.Ag, MA. (……….……...) NIP. 150 281 979
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa tulisan ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 1 September 2010
Arif Khamdan
i
ABSTRAKSI
Arif Khamdan, 105046101585, “strategi fundraising yang dilakukan BAZIS DKI Jakarta untuk mencapai target penerimaan dana zakat, infak dan sedekah”, program strata 1 (S1), konsentrasi Perbankan Syariah, program studi muamalat, fakultas syariah dan hukum , universitas islam negeri (UIN) syarif hidayatullah Jakarta, 2010.
Strategi fundraising adalah strategi yang dilakukan sebuah lembaga untuk
mengumpulkan dana. dalam hal lembaga amil zakat maka fundraising dapat di artikan sebagai strategi yang dilakukan sebuah lembaga zakat untuk dapat mengumpulkan/ menggalang dana zakat, infak dan sedekah.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penulis menggambarkan
permasalahan dengan didasari pada data-data yang ada lalu dianalisis lebih lanjut kemudian diambil sebuah kesimpulan. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dalam bentuk tidak berstruktur dengan responden yaitu kasubag infokom BAZIS DKI Jakarta Bpk. Sukiyana , S.Sos. sedangkan data skunder diperoleh dari hasil kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian ini.
Selain membahas tentang strategi fundraising yang dilakukan BAZIS DKI
Jakarta, penelitian ini juga membahas mengenai bagaimana upaya BAZIS DKI Jakarta dalam memaksimalkan potensi zakat, infak dan sedekah yang ada di wilayah DKI Jakarta untuk mencapai target penerimaan zakat, infak dan sedekah yang telah ditetapkan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi fundraising yang dilakukan oleh
BAZIS DKI Jakarta melliputi: Kebijakan fundraising, Program sosialisasi, Konsep komunikasi, Manajemen kemitraan dengan perusahaan, Pencarian sumber ZIS kintemporer dan Manajemen motivasi dan control. Sedangkan upaya untk memaksimalkan potensi zakat yang ada diwilayah DKI Jakarta ini dilakukan dengan membentuk petugas operasional yang ada di tingkat kecamatan dan kelurahan serta dibentuk satuan unit kerja di BAZIS Provinsi sendiri, dan dengan dikeluarkannya instruksi gubernur no. 34 Tahun 2008 untuk memaksimalkan zakat profesi bagi para pegawai negeri sipil (PNS) di wilayah DKI Jakarta. Kemudian dibentuk juga event peduli Ramadhan yang mempertemukan langsung antara muzakki dan mustahik dalam satu tempat.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai bagian
dari tugas akademik di Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Salawat beriring salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah memperjuangkan agama islam sehingga kita bisa
merasakan indahnya nikmat iman dan islam serta memberikan tuntunan kepada
ummat manusia menuju akhlakul karimah.
Penulis berharap skripsi ini dapat memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana (S1) dalam bidang Ekonomi Islam dari Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi berjudul “Strategi Fundraising Yang Dilakukan BAZIS DKI Jakarta
Untuk Mencapai Target Penerimaan Dana Zakat Infak dan Sedekah” ahirnya dapat
diselesaikan sesuai harapan penulis. Dalam penyelesaian skripsi ini tentunya ada
banyak kesulitan yang penulis hadapi, baik dalam pengumpulan bahan dan lain
sebagainya. Namun berkat kesungguhan penulis dan bantuan dari berbagai pihak,
segala kesulitan tersebut dapat diatasi. Kebahagiaan yang tak ternilai bagi penulis
adalah dapat mempersembahkan yang terbaik kepada orang tua, keluarga dan orang-
orang tercinta yang selalu mendukung penulis serta pihak-pihak yang turut andil
dalam mensukseskan harapan penulis.
iii
Sebagai bentuk penghargaan yang tak ternilai, izinkanlah penulis menyampaikan
ucapan terimakasih seluas-luasnya kepada:
1. Prof. Dr. Drs. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan
sekaligus sebagai pembimbing yang telah ikhlas membagi ilmu dan waktunya
untuk membimbing penulis.
2. Dr. Euis Amalia, M.Ag. Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang mensahkan proposal skripsi penulis.
3. H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., MH. Sekretaris Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang tak kenal lelah dalam memberikan ilmu dan berbagai pengalaman yang
sangat berharga bagi penulis.
5. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam memberikan fasilitas untuk mengadakan studi
perpustakaan.
6. Pimpinan dan staf Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah (BAZIS) Provinsi DKI
Jakarta hususnya Bpk. Sukiyana, S.Sos selaku Kasubag Infokom dan Bpk.
iv
Djunaidi Mansyur, selaku Kasubag Umum yang banyak membantu penulis dalam
mencari dan mengumpulkan data untuk penyelesaian skripsi ini. Kepada Mas
Agam, terimakasih atas bantuannya.
7. Orangtua tercinta, Ayahanda M. Amin dan Ibunda Sa’adah. Salam sujud penulis
haturkan atas kesabaran, keihlasan, perhatian dan cinta kasih yang tak pernah
pudar serta doa yang tak henti-hentinya kepada Allah SWT. Senantiasa agar
penulis meraih kesuksesan belajar dan prestasi yang gemilang, juga atas
perjuangan mereka yang telah mendidik dan mengayomi serta mengajarkan
makna kehidupan.
8. Seluruh keluarga penulis, Kakak (Mba Eni dan Mas Sugeng) dan (Mas Hanif dan
Mba Emi) terimakasih atas segala kasih dan sayang kalian serta dukungan moral
dan materil yang tak terhingga kepada penulis. Adinda Noviana Ventikadari
terimakasih atas dukungan dan motivasi yang telah di berikan sehingga penulis
dpt menyelesaikan skripsi.
9. Seluruh pihak yang telah banyak berjasa dalam proses penyelesaian skripsi ini,
hususnya PS (Perbankan Syariah) kelas B angkatan 2005 yang tak bisa
disebutkan namanya satu persatu namun tidak mengurangi sedikitpun rasa
terimakasih dari penulis.
Ahirnya atas segala bantuan dari semua pihak, penulis berterima kasih dan berdoa
kepada Allah SWT semoga apa yang telah diberikan dijadikan sebagai amal kebaikan
v
dan manfaat serta mendapat pahala yang setimpal baik di dunia maupun di akherat
kelak. Dan mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amiiin.
Jakarta, 4 September 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………………………... i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah …………………………. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………... 7
D. Tinjauan Studi Terdahulu ……………………………………… 8
E. Obyek Penelitian ………………………………………………. 9
F. Metode Penelitian ………..…………………………………… 10
G. Sistemetika Penulisan …………………………………………. 11
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Strategi Fundraising ………………………………………….. 12
B. Pengertian Badan Amil Zakat, Infak dan Sedekah.................... 19
C. Landasan Hukum ZIS …........................................................... 22
D. Syarat-syarat Zakat…................................................................. 24
E. Sasaran Zakat, Infak dan Sedekah ……………………………. 26
F. Hikmah dan Manfaat Zakat, Infak dan Sedekah ……………... 28
vii
G. Pola Penghimpunan Zakat, Infak dan Sedekah ………………. 31
BAB III GAMBARAN UMUM BAZIS PROVINSI DKI JAKARTA
A. Sejarah Berdiri ........................................................................... 33
B. Dasar Hukum ............................................................................. 36
C. Visi dan Misi .............................................................................. 37
D. Tujuan dan Prinsip Pengelolaan Zakat BAZIS DKI Jakarta … 38
E. Sasaran Pengumpulan Zakat di DKI Jakarta ............................. 39
F. Tugas Pokok dan Fungsi ............................................................ 41
G. Perkembangan ………………………………………………… 42
H. Struktur Organisasi BAZIS DKI Jakarta ……………………... 45
BAB IV ANALISIS STRATEGI FUNDRAISING BAZIS DKI JAKARTA
A. Strategi Fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta …………… 53
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Fundraising BAZIS
Provinsi DKI Jakarta…..………………………………………. 63
C. Analisis Pencapaian Target Pengumpulan Zakat BAZIS Provinsi
DKI Jakarta (Dari Tahun 2004- 2009) ………………………… 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………… 69
B. Rekomendasi………………………………………………….. 71
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………………… 74
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Badai krisis ekonomi yang melanda negeri ini sejak tahun 1997 belum
juga dapat diatasi. Berbagai dampak yang timbul dari krisis ekonomi sangatlah
banyak, mulai dari pengangguran sampai pada angka kemiskinan yang kian
meningkat. Tidak sampai disitu saja, akibat dari jumlah kaum miskin yang
meningkat mengakibatkan mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi dan
pendidikan bagi anak-anak mereka.
Belum juga krisis ekonomi 1997 dapat di atasi, muncul lagi penyakit
yang serupa bahkan lebih berbahaya untuk perekonomian yaitu krisis ekonomi
global. Sadar atau pun tidak sadar akibat krisis ekonomi global kali ini sudah
sangat jauh merambah dalam berbagai strata masyarakat. Dimana-mana
pengangguran semakin bertambah, income perkapita drastis menurun karena
beberapa industri mulai merampingkan tenaga kerja atau mulai mulai meliburkan
tenaga kerja tanpa batas waktu. Senada dengan hal itu investor-investor lokal dan
asing pun mulai menarik saham dalam industri-industri di Indonesia1. Apabila
krisis ekonomi seperti yang telah disebutkan di atas tidak segera diatasi, maka
ketimpangan sosial ekonomi akan semakin lebar, sehingga akan memicu
kerawanan sosial.
1 http: //metris-community.com
2
Kemiskinan yang terjadi akan menambah jurang pemisah antara kaum
miskin dengan kaum yang berpunya (kaya). Padahal Islam telah mengajarkan
kepada kita untuk berbuat baik terhadap sesama, tidak terkecuali terhadap orang
miskin dengan cara memberikan sedikit harta kita yaitu berupa zakat. Zakat
diharapkan dapat meminimalisir kesenjangan pendapatan antara orang kaya dan
miskin. Disamping itu, zakat juga diharapkan dapat meningkatkan atau
menumbuhkan perekonomian, baik pada level individu maupun pada level soial
masyarakat.2
Zakat merupakan kewajiban orang berpunya (kaya) terhadap orang
miskin dan merupakan hak orang miskin. Maka zakat dapat berfungsi untuk
menolong, membantu dan membina mereka terutama fakir miskin ke arah
kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi
kehidupan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah SWT. terhindar
dari bahaya kekufuran sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki, dan hasad yang
mungkin timbul dari kalangan mereka. Ketika mereka melihat orang kaya yang
memiliki harta cukup banyak.3
Dari fungsi yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari pemberian
zakat adalah untuk melepaskan mereka dari jerat kemiskinan kearah yang lebih
baik dan sejahtera. Dengan tujuan inilah maka Allah mewajibkan zakat dan
2 Nurdin Mhd. Ali. Zakat sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal. (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada 2006), h.2 3 Didin Hafiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern (Jakarta: Gema Insani, 2004,
cetakan ke empat), h.10
3
menjadikannya sebagai pondasi terhadap keberlangsungan islam di muka bumi
dengan cara mengambil zakat tersebut dari orang-orang yang mampu dan kaya.4
Sebagaimana firman Allah dalam surat at-taubah : 60 yang artinya : “Ambillah
zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu
(menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”5
Dari tujuan pemberian zakat di atas menunjukkan bahwa betapa
pentingnya zakat, baik bagi muzakki (pemberi zakat) maupun bagi mustahik
(penerima zakat). Bagi muzakki, zakat berfungsi sebagai sarana untuk
membersihkan dan mensucikan harta mereka serta dapat menumbuhkan rasa
kasih sayang dan kepedulian terhadap kaum miskin. Sedangkan bagi mustahik,
zakat dapat melepaskan mereka dari jerat kemiskinan menuju pada kehidupan
yang lebih baik dan sejahtera. Semua ini akan terwujud jika pemberdayaan zakat
dilakukan secara terorganisir, namun kenyataannya pemberian zakat di Indonesia
masih banyak yang menggunakan model konvensional yaitu para muzakki
(pemberi zakat) lagsung memberikan zakat kepada mustahik (penerima zakat)
disekitar tempat tinggalnya.
4 Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan (Jakarta:
Zikrul, 2005, cet.1),h.27 5 Al Qur’an dan Terjemahan
4
Apabila zakat dikelola dengan baik oleh pemerintah maupun lembaga
zakat non-pemerintah, bukan mustahil kemiskinan di Indonesia sedikit demi
sedikit akan berkurang dan lama kelamaan kemiskinan di Indonesia akan habis.
Dalam perkembangan di Indonesia, pembagian zakat dibagi menjadi 2
(dua) yaitu bantuan sesaat dengan pola tradisional (konsumtif) dan pemberdayaan
(produktif)6.
Pengelolaan zakat tidak hanya sebatas pemberdayaan dana zakat saja,
tetapi yang terpenting sebenarnya adalah pengumpulan atau penghimpunan dana
zakat. Bagaimana mungkin sebuah lembaga zakat akan melakukan pemberdayaan
ekonomi ummat apabila tidak didukung dengan penerimaan atau penghimpunan
dana zakat yang memadai. Oleh karena itu peran pengumpul zakat (Amil) harus
semaksimal mungkin agar perolehan dana zakat lebih optimal.
Di Indonesia, bertepatan pada hari rabu tanggal 20 September 2006
menjadi babak baru dunia perzakatan Indonesia. Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) yang dibentuk dengan SK Presiden RI Nomor 8 Tahun 2001
meleburkan diri dengan dompet dhu’afa (DD) Republika yang merupakan sebuah
lembaga pengelolaan zakat berbasis masyarakat yang dibentuk tahun 1993.
Melalui sinergi ini diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan
6 Lili Bariadi, dkk. Zakat dan Wirausaha (Jakarta: CED, cetakan pertama 2005), h.34
5
penghimpunan dana zakat sebanyak-banyaknya untuk didistribusikan secara rapi
dan tepat sasaran sesuai hukum islam.7
Sebelum sinergi itu terjadi, BAZNAS berhasil mengumpulkan dana 32
Milyar setahun, sementara Dompet Dhu’afa (DD) mengumpulkan dana 50 Milyar
setahun. Jumlah keseluruhan dana yang terhimpun adalah 82 Milyar. Ini
merupakan sebuah langkah besar umat islam dalam rangka mewujudkan
termobilisasinya potensi zakat sebesar 19,3 Triliyun.( Harian Republika, 22
September 2006:7).8
Pengelolaan zakat di Indonesia mengalami perubahan yang cukup
menggembirakan. Dulu pengelolaan zakat masih bersifat terbatas, tradisional dan
individual, maka saat ini pengelolaan zakat telah menggunakan unsur-unsur
profesionalisme dan manajemen yang modern. Hal ini tidak terlepas dari lahirnya
Undang-Undang No.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dengan Keputusan
Menteri Agama (KMA) No. 581 tahun 1999 tentang pelaksanaan Undang-
Undang No.38 tahun 1999 dan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Urusan Haji No.D/291 tahun 2000 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Zakat9.
Undang-undang RI Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat
Bab III pasal 6 dan pasal 7 mengatakan bahwa lembaga pengelolaan zakat di
7 Rusli Hasbi, “sejarah perkembangan zakat”, seminar dan training strategi pengelolaan dana
zakat/ infak bagi masjid, 9 Agustus 2009 , h.7 8 Ibid., h.9 9 Kuntoro Noor Aflah,dkk, Zakat dan Peran Negara, (Jakarta: Forum Zakat (FOZ) cetakan
pertama 2006), h.80
6
Indonesia terdiri dari dua macam, yaitu badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga
Amil Zakat (LAZ). Badan Amil Zakat dibentuk oleh pemerintah, sedangkan
Lembaga Amil Zakat didirikan oleh masyarakat.10 Dengan adanya Undang-
Undang tentang zakat di atas maka banyak berdiri lembaga-lembaga zakat baik
yang didirikan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat.
Atas dasar permasalahan di atas maka saya tertarik untuk mengambil
judul “Strategi Fundraising yang dilakukan BAZIS DKI Jakarta untuk
Mencapai Target Penerimaan Zakat Infak dan Sedekah” dalam skripsi saya.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Agar penelitian ini terarah dan permasalahan yang dibahas tidak
melebar maka penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut:
a. Strategi fundraising BAZIS DKI Jakarta untuk mencapai target
penerimaan zakat
b. Faktor pendukung dan penghambat fundraising BAZIS DKI Jakarta
c. Tempat penelitian adalah BAZIS DKI Jakarta
d. Objek penelitian adalah strategi fundraising BAZIS DKI Jakarta tahun
2009
10 Didin Hafiduddin,Ibid,. h.130
7
2. Perumusan masalah
a. Bagaimana strategi fundraising yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta
untuk mencapai target penerimaan zakat.
b. Apa faktor pendukung dan penghambat fundraising BAZIS DKI Jakarta
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian.
a. Untuk mengetahui strategi fundraising yang dilakukan oleh BAZIS DKI
Jakarta.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat fundraising BAZIS
DKI Jakarta.
c. Untuk mengetahui siapa yang menetapkan target penerimaan zakat
BAZIS DKI Jakarta.
2. Manfaat penelitian.
1) Manfaat akademis:
a. Setelah mengetahui strategi fundraising BAZIS DKI Jakarta,
diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan bagi para mahasiswa
Fakultas Syariah dan Hukum tentang strategi fundraising.
b. Memberikan pemahaman bagi para akademisi hususnya Fakultas
Syariah dan Hukum untuk melakukan kajian mendalam tentang
ekonomi kerakyatan melalui zakat.
8
2) Manfaat praktis:
a. Agar masyarakat mengetahui dan memahami strategi fundraising yang
dilakukan BAZIS DKI Jakarta dalam meningkatkan pendapatan zakat,
sehingga dapat berpartisipasi dalam menyalurkan zakat kepada BAZIS
DKI Jakarta.
b. Sebagai bahan masukan bagi BAZIS DKI Jakarta dalam menerapkan
dan mengembangkan pengelolaan zakat terutama mengenai strategi
fundraising.
D. Tinjauan Studi Terdahulu
1. Strategi Fundraising Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al Azhar peduli umat oleh
Umroha Almaal (S1 Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Dari hasil skripsi yang telah ditulis dapat disimpulkan bahwa strategi
fundraising LAZ Al Azhar peduli umat dalam mencapai tujuan zakat antara
lain melakukan sosoialisasi secara berkesinambungan kepada masyarakat
dengan cara menyebarkan pamphlet, news letter, brosur, spanduk dan
sebagainya. Mengoptimalkan media informasi tentang keberadaan LAZ Al
Azhar peduli umat, melakukan kerjasama dengan instansi lain dalam hal
pengumpulan dana penyaluran zakat serta mengadakan forum diskusi atau
tatap muka langsung berupa presentasi tentang kegiatan LAZ Al Azhar Peduli
ummat.
9
Faktor pendukung fundraising LAZ Al Azhar Peduli Ummat antara
lain: lembaga ini didirikan sesuai dengan Undang Undang RI No.30 tahun
1999 tentang pengelolaan zakat serta keputusan menteri agama RI No. 373
tahun 2003 tentang pelaksanaan UPZ. LAZ Al Azhar memiliki banyak UPZ
(Unit Pengumpul Zakat) yang tersebar dibeberapa daerah. Teknologi yang
digunakan on line 24 jam. sedangkan penghambat fundraising LAZ Al Azhar
Peduli Ummat antara lain kurangnya sosialisasi kepada masyarakat sehingga
LAZ Al Azhar hanya diketahui oleh kalangan tertentu saja.
2. Manajemen penghimpunan dan pendayagunaan Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS)
dan wakaf uang melalui teknologi informasi pada Lembaga Amil Zakat
(LAZ) Portalinfaq, oleh Wahyuddin (S1 Jurusan Manajemen Dakwah,
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Dari judul skripsi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa proses
penghimpunan dana zis dan wakaf uang pada lembaga ini selain
menggunakan internet sebagai one stop servicvenya, para personildari
lembaga ini juga melakukan penghimpunan secara konvensional. Begitu juga
dengan proses pendayagunaan dana zis dan wakaf uang. Kemudian strategi
yang dilakukan portalinfaq agar dana yang tgerkumpul dapat tepat sasaran
ditempuh upaya seperti memberi kebebasan kepada setiap muzakki untuk
memilih program-program yang sedang berjalan atau yang akan dilaksanakan,
melakukan sosialisasi melalui media-media komunikasi serta mengirim pesan
singkat via e-mail yang berisikan ajakan untuk memmbayar zakat.
10
E. Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah (BAZIS)
Provinsi DKI Jakarta yang beralamat di Gedung Prasada Sasana Karya Lt.3. Jl.
Suryopranoto No. 8 Jakarta Pusat.
F. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Sebagai tingkat wacana, maka metode penelitian ini adalah kualitatif
yaitu suatu metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis dari sumber-sumber yang diperoleh.
2. Objek Penelitian
Penulis melakukan penelitian kepada strategi fundraising Badan Amil
Zakat Infak dan Shodaqoh (BAZIS) DKI.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan judul
skripsi, penulis menggunakan teknik pengumpulan sebagai berikut:
a. Observasi
Untuk mendapatkan data yang konkrit, maka penulis mengadakan
kunjungan dan pengamatan langsung terhadap BAZIS DKI.
b. Wawancara
Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya dengan si
11
penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan
interview guide (panduan wawancara)11.
c. Dokumentasi
Dokumentasi dipakai untuk melengkapi data-data yang diperlukan dan
juga untuk mengerahui segala sesuatu yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti antara lain mencari data berupa buku, catatan,
transkrip, bulletin, makalah dan sebagainya.
4. Teknik Analisa Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode Deskriptif
analisis yaitu suatu teknik analisisdata dimana penulis membaca,
mempelajari, memahami dan kemudian menguraikan semua data yang
diperoleh lalu membuat analisa- analisa komprehensif sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitian.
G. Teknik Penulisan
Teknik penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini mengacu
kepada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.
11 Moh. Nazir. Metode Penelitian.( Bogor: Ghalia Indonesia, cet ke enam, 2005) h.193
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Strategi Fundraising
1. Pengertian Strategi
Secara etimologis, strategi berasal dari kata majemuk bahasa yunani;
stratos (artinya pasukan) dan agein (artinya memimpin), jadi strategi berarti
hal memimpin pasukan.1 Sedangkan menurut istilah, strategi berarti hal- hal
yang berkenaan dengan cara dan usaha menguasai dan mendayagunakan
sumber daya suatu masyarakat, suatu bangsa, untuk mencapai tujuannya.2
Pendekatan strategis pada hakekatnya mempunyai lima ciri-ciri berikut:3
a. Ia memusatkan perhatian kepada kekuatan, kepada power. Kekuatan
adalah bagaikan fokus pokok di dalam pendekatan strategis.
b. Ia memusatkan perhatian kepada analisis dinamik, analisis gerak, analisis
aksi.
c. Strategi memusatkan perhatian kepada tujuan yang ingin dicapai serta
gerak untuk mencapai tujuan tersebut.
d. Strategi memperhitungkan faktor- faktor waktu (sejarah: masa lampau,
masa kini dan terutama masa depan) dan faktor lingkungan.
1 Ali Moertopo. Strategi kebudayaan. (Jakarta: CSIS. 1978), cet I, H. 7 2 Ibid. 3 Ibid.
13
e. Strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari
peristiwa- peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan,
kemudian mengadakan analisis mengenai kemungkinan-kemungkinan
serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah- langkah yang dapat
diambil, dalam rangka bergerak menuju kepada tujuan itu.
Sehingga dalam hal pengumpulan zakat, strategi dapat diartikan
sebagai cara atau usaha yang dilakukan oleh lembaga zakat untuk
mendayagunakan semua sumber daya yang ada (dalam hal ini adalah para
muzakki) dalam rangka mencapai tujuan zakat.
2. Pengertian Fundraising
Yang dimaksud dengan Fund Raising dalam kamus Inggris-Indonesia
adalah pengumpulan uang (dana). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia yang dimaksud dengan pengumpulan adalah proses, cara, perbuatan
pengumpulan; perhimpunan; pengerahan4. Sedangkan yang dimaksud dengan
dana adalah uang yang disediakan untuk suatu keperluan; biaya; pemberian;
hadiah; derma5.
4 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), edisi ke 3
hal.612 5 Ibid, h.234
14
3. Prinsip Menggalang Dana (Fundraising).6
a. Lembaga harus melakukan jemput bola
Sebuah penelitian yang diadakan oleh sebuah organisasi amal besar
menanyakan kepada orang-orang yang tidak memberi sumbangan alasan
utama mereka tidak memberi sumbangan. Jawabannya sederhana saja:
mereka tidak pernah diminta untuk memberikan sumbangan.
Beberapa penggalang dana tidak memanfaatkan peluang yang ada
untuk memperoleh dana, beberapa lagi melakukannya, teteapi tidak terlalu
efektif. Tujuan fundraising zakat adalah memperoleh dana zakat, tetapi
sering dilupakan bahwa imbauan agar orang berbuat sesuatu, permintaan
agar orang membayar zakat adalah bagian yang sangat penting dari
imbauan yang disampaikan.
b. Pendekatan pribadi
Banyak penggalang dana/ amil yang lebih suka mengirimkan surat
meminta zakat. Ini bukan cara yang efektif untuk mendapat sumbangan.
Anda perlu memikirkan masak-masak bagaimana melakukan pendekatan
yang terbaik kepada muzakki. Ada dua cara yang patut dipertimbangkan:
pertama, adakan pertemuan pertemuan di program- program lembaga,
disitu calon muzakki dapat melihat kegiatan lembaga dan bertemu
langsung dengan kelompok-kelompok dhuafa yang menerima dana zakat.
Cara ini adalah cara yang paling efektif. Kedua, gambarkan kegiatan
6 Michael Norton. Menggalang Dana. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia), 2002), h. 11
15
lembaga dengan rekaman video, atau dengan foto-foto kepada calon
muzakki.
c. Memahami sudut pandang muzakki, munfik dan mutasoddik
Dalam diri muzakki mungkin timbul berbagai perasaan dan pikiran
ketika ia memutuskan akan memberikan zakatnya pada lembaga zakat
tertentu. Seorang penggalang dana zakat harus memahami proses ini.
Memberikan zakat dilandasi oleh keyakinan, harapan dan kemurahan hati.
Keyakinan bahwa Lembaga Amil Zakat (BAZ) benar-benar mewakili apa
yang diperjuangkan dan akan berperan sebagai saluran yang efisien bagi
zakat yang telah dikeluarkan oleh muzakki.
d. Menggalang dana berarti menjual
Fundraising zakat adalah sebuah proses yang terdiri atas dua tahap.
Tahap pertama, menunjukkan kepada calon muzakki bahwa ada
kebutuhan penting yang dapat Lembaga Amil Zakat (LAZ) penuhi melalui
kegiatan lembaga. Jika mereka sependapat bahwa kebutuhan itu penting,
dan perlu dilakukan sesuatu yang berarti untuk itu, dan jika mereka
sependapat bahwa lembaga anda sedang melakukan sesuatu yang berarti
untuk mengadakan perubahan, dan jika lembaga dapat menunjukkan
kepada mereka bahwa dukungan dari merekaakan dapat membuahkan
hasil yang lebih baik lahi, maka akan mudah meminta mereka untuk
memberikan sumbangan.
16
e. Kepercayaan dan hubungan masyarakat
Orang lebih suka memberi sumbangan kepada lembaga dan kegiatan
yang sudah mereka kenal. Ini berarti reputasi dan hubungan masyarakat
yang baik sangat penting.
f. Muzakki tidak tahu berapa harus memberi
Satu masalah adalah donor tidak tahu harus memberi berapa besar.
Mereka mungkin tidak ingin memberi terlalu besar. Tetapi, dipihak lain
mereka juga mungkin tidak ingin memberi terlalu sedikit agar tidak dikira
kikir.
g. Mengucapkan terimakasih
Mengucapkan terima kasih sangatlah penting. Mengucapkan terima
kasih berarti menghargai kedermawanan seseorang. Mengucapkan
terimakasih juga sebuah tindakan untuk kepentingan sendiri dalam arti
yang baik, yaitu muzakki merasa lebih dihargai oleh lembaga zakat, dan
akan memberikan zakatnya lagi dimasa depan.
h. Keterlibatan dan kesungguhan berbuat untuk jangka panjang
Yang lembaga perlukan sebenarnya orang yang memberikan
(membayar) zakat secara teratur dan dalam jumlah yang cukup besar.
Untuk mencapai hal ini berarti lembaga harus mengajak muzakki (orang
yang berzakat) agar mau terlibat dalam kegiatan lembaga dan sungguh-
sungguh membantu mencapai tujuannya.
17
i. Tanggung jawab dan melapor.
Sebuah lembaga harus memberi laporan kepada donor (muzakki)
sebagai syarat mendapat sumbangan (zakat). Tetapi walau tidak harus
sekalipun, sebaiknya lembaga memberikan laporan kepada donor
(muzakki), untuk menunjukkan kepadanya bahwa dana sumbangannya
(zakatnya) digunakan dengan efektif.
4. Perumusan Strategi Fundraising
a. Menentukan kebutuhan
Titik tolak dalam merumuskan strategi fundraising adalah menentukan
kebutuhan organisasi, hal ini dapat dilakukan pada tiga tingkat:7
1) Agar bisa terus melakukan kegiatan
2) Meningkatkan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan yang terus
bertambah
3) Perkembangan organisasi di masa depan
b. Perkembangan organisasi
Disamping tugas-tugas menyangkut dana, sebuag organisasi juga perlu
membiayai kegiatan sendiri dan masa depannya. Ada beberapa factor yang
perlu dipertimbangkan:8
1) Pengembangan modal
2) Dana Abadi (Corpus Fund)
7 Ibid, h. 51 8 Ibid, h. 54
18
3) Mengurangi hidup bergantung pada pihak luar dan mengembangkan
sumber dana independen
4) Mengembangkan landasan keanggotaan dan pendukung
5) Kemampuan berdiri sendiri untuk jangka panjang
c. Mengidentifikasi sumber daya
Dalam menyusun strategi fundraising titik tolak yang baik adalah
mengidentifikasi sumber-sumber dana yang mungkin dapat digali:9
1) Dukungan dari perorangan, diajak menjadi anggota atau memberi
sumbangan
2) Sumbangan besar selama hidup, dan warisan setelah meninggal
3) Dukungan dari kegiatan fundraising, seperti meminta sumbangan dari
masyarakat, mengadakan malam hiburan dan acara masal lainnya
4) Pemberian dalam bentuk barang (oleh perorangan atau lembaga amil
zakat (LAZ))
5) Hibah dari lembaga pemerintah pusat maupun dari lembaga non
pemerintah
6) Hibah dari lembaga donor internasional atau nasional
7) Hibah dari yayasan internasional atau lokal.
9 Ibid, h. 57
19
d. Menilai peluang
Butir-butir di atas adalah gambaran yang cukup lengkap mengenai
sumber dana yang dapat digali. Sebelum memutuskan sumber-sumber
mana yang akan digali, perlu diperhatikan faktor-faktor berikut ini:10
1) Pengalaman dimasa lalu
2) Pendukung yang sewajarnya
3) Organisasi macam apa yang akan dibentuk
4) Gaya dalam melakukan kegiatan
5) Sumber daya dan keahlian yang dimiliki
6) Sumber dana yang ada sekarang
7) Peluang yang terbuka
8) Siapa saja yang kita kenal
B. Pengertian Badan Amil Zakat, Infak dan Sedekah
1. Pengertian Badan
Badan adalah tubuh, jasad manusia keseluruhan ; awak, dan sebagainya-
sekumpulan orang dalam suatu organisasi atau kelompok yang melakukan
suatu kegiatan tertentu.11
2. Pengertian Zakat
Secara bahasa kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al barakatu
“keberkahan”, al namaa “pertumbuhan dan perkembangan”, ath thaharatu
10 Ibid, h. 60 11 Amran YS Chaniago, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2002),
cetakan ke-V, h. 49
20
“kesucian” dan ash shalahu “keberesan”. Sedang secara istilah, adalah bagian
dari harta dengan persyaratan tertentu yang Allah SWT mewajibkan kepada
pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan
persyaratan tertentu pula.12
Sedangkan menurut istilah, zakat adalah:
a. Sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-
orang yang berhak.
b. Mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri juga disebut zakat.
c. Mengeluarkan sebagian dari harta benda atas perintah Allah, sebagian
sedekah wajib kepada mereka yang telah ditetapkan menurut syarat-syarat
yang telah ditentukan oleh hukum islam.13
d. Merupakan salah satu rukun islam: yaitu kewajiban yang dibebankan atas
harta kekayaan tiap pribadi muslim wanita atau pria, bahkan anak-anak
yang belum akil balik.14
Dari pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa zakat adalah
sejumlah harta yang diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya
dengan jumlah dan persyaratan yang ditentukan oleh hukum islam.
12 Didin Hafiduddin, Zakat dalam perekonomian modern. Ibid, h.7 13 Drs. H. Moh Rifa’i, Fiqh Islam Lengkap, (Semarang: CV. Toha Putra, 2003), h.346) 14 Pemerintah DKI, Pedoman Pengelolaan ZIS, (Jakarta, 1992), h.2.
21
3. Pengertian Infak
a. Kata Infak dapat berarti mendermakan atau memberikan rezeki (karunia
Allah) atau menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ihlas
dan karena Allah SWT.
b. Infak adalah pengeluaran derma setiap kali seorang muslim menerima
rezeki (kurnia) dari Allah sejumlah yang dikehendaki dan direlakan oleh si
penerima zakat tersebut.15
c. Infak adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang setiap kali ia
memperoleh rizki, sebanyak yang dikehendakinya sendiri16.
Sehingga dari pengertian di atas zakat dapat diartikan bahwa infak
adalah mengeluarkan/ mendermakan rizki yang telah diterima oleh seorang
muslim kepada orang lain sebanyak yang dikehendakinya dengan rasa ikhlas
dan karena Allah.
4. Pengertian Sedekah
Sedekah adalah keseluruhan amal kebaikan yang dilakukan setiap
muslim untuk menciptakan kesejahteraan sesame umat manusia, termasuk
untuk kelestarian lingkungan hidup dan alam semesta ciptaan illahi guna
memperoleh hidayah dan ridho Allah AWT.17
15 H. Cholid Fadlullah, Mengenal Hukum ZIS dan Pengamalannya di DKI Jakarta, (Jakarta:
BAZIS DKI Jakarta, 1993), h.6. 16 Mohammad Daud Ali. Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf. (Jakarta: UI-Press, cetakan
pertama 1988). H. 23 17 Fadlullah, Mengenal Hukum ZIS dan Pengamalannya di DKI Jakarta, h. 7.
22
C. Landasan hukum ZIS
1. Al Quran
a. QS. At Taubat: 103
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.
b. QS. Adz Dzariat: 15-19
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air (15). Sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan (16). Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam (17). Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar (18). Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian (19)”
c. QS. At Taubat: 71
23
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
2. Hadis
a. Hadis yang diriwayatkan dari Abi Kabsyah Al-Anmari r.a, bahwa Nabi
SAW bersabda:
ةملظم دبع ملا ظلو ةقدص نم الم صقانم هوظفحاا فثیدح مكثدحاو نھیلع مسقا ةاتلث
رقف ابب ھیلع اهللا حتا فلا ةلاسم ابب دیع حتافلا وزع اهللا هادز الا اھیلع ربصف
“Ada 3 perkara yang aku bersumpah atasnya dan aku akan menyampaikan satu hadis kepada kalian, maka hafalkan dan peliharalah: (1) Harta tidak akan berkurang karena sedekah, (2) tidaklah seorang hamba di dzalimi, lalu dia brersabar menghadapinya melainkan Allah akan menambah kemuliaan baginya, (3) tidaklah seorang hamba membuka pintu meminta-minta, melainkan Allah akan membukakan pintu kefakiran baginya”.
b. Hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad serta At Tirmidzi dan beliau
mensahihkannya. Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW
bersabda:
هرھم كما یربي احدكم مكدحاا لھیبریف ھنیمیذھا بخایو تاقدالص لبقی لجو زع اهللا نا
دحا لثم ریصتل ةمقالل نا حتي ھلیصفوا هولفوا
24
“Sesungguhnya Allah menerima sedekah dan mengambilnya dengan tangan kanan-Nya, lalu Dia mengembangkannya untuk salah seorang dari kalian, sebagaimana salah seorang dari kalian mengembangkan anak kudanya, sehingga satu suap pun bisa menjadi sebesar gunung uhud”.18
D. Syarat-syarat Wajib Zakat.19
1. Merdeka
Menurut kesepakatan ulama, zakat tidak wajib atas hamba sahaya karena
hamba sahaya tidak mempunyai hak milik. Tuannyalah yang memiliki apa
yang ada ditangan hambanya.
2. Islam
Menurut ijma’, zakat tidak wajib atas orang kafir karena zakat merupakan
ibadah mahdhah yang suci sedangkan orang kafir bukan orang yang suci.
3. Baligh dan berakal
Keduanya dipandang sebagai syarat oleh madzhab Hanafi. Dengan demikian,
zakat tidak wajib diambil dari harta anak kecil dan orang gila sebab keduanya
tidak termasuk dalam ketentuan orang yang wajib mengerjakan ibadah; seperti
shalat dan puasa, sedangkan menurut jumhur, keduanya bukan merupakan
syarat.
4. Harta yang wajib dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati
18 Syaih As Sayyid SAbiq, Panduan Zakat Menurut Al Quran dan As Sunnah, cet.I, (Bogor:
Pustaka Ibnu Katsir,2005), h. 19 Wahbah Al Zuhayly. Zakat: Kajian Berbagai Mazhab (terjemahan). (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, cetakan ke enam, 2005). H. 98
25
Harta yang mempunyai criteria ini ada 5 jenis, yaitu: a) uang, emas, perakbaik
yang berbentuk uang logam maupun uang kertas; b) barang tambang dan
barang temuan; c) batrang dagangan; d) hasil tanaman dan buah-buahan; dan
e) menurut jumhur, binatang ternak yang mearumput sendiri (sa’imah) ; atau
menurut Mazhab Maliki, binatang yang diberi makan oleh pemiliknya
(ma’lufah).
5. Harta yang dizakati telah mencapai nisab atau senilai dengannya
Maksudnya ialah nisab yang ditentukan oleh syara’ sebagai tanda kayanya
seseorang dan kadar-kadar berikut yang mewajibkannya zakat.
6. Harta yang dizakati adalah milik penuh
Para Fuqoha berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud harta milik.
Apakah yang dimaksud dengannya ialah harta milik yang sudah berada
ditangan sendiri, ataukah harta milik yang hak pengeluarannya berada
ditangan seseorang, dan ataukah harta yang dimiliki secara asli.
7. Kepemilikan harta telah mencapai setahun, menurut hitungan tahun qomariah.
Pendapat ini berdasarkan hadis Nabi saw. berikut: “tidak ada zakat dalam
suatu harta sampai umur kepemilikannya mencapai setahun”.
8. Harta tersebut bukan merupakan harta hasil utang
Mazhab Hanafi memandangnya sebagai syarat dalam semua zakat selain zakat
harts (biji-bijian dan yang menghasilkan minyak nabati), sedangkan Mazhab
Hanbali memandangnya sebagai syarat dalam semua harta yang dizakati,
26
penerj. Mazhab Maliki sendiri berpendapat bahwa syarat tersebut ditujukan
untuk zakat emas dan perak, bukan untuk harts, binatang ternak, atau barang
tambang. Adapun Mazhab Syafi’I berpendapat bahwa hal di atas tidak
termasuk syarat.
9. Harta yang akan dizakati melebihi kebutuhan pokok
Mazhab Hanafi mensyaratkan agar harta yang wajib dizakati terlepas dari
utang dan kebutuhan pokok sebab orang yang sibuuk mencari harta untuk
kedua hal ini sama dengan orang yang tidak mempunyai harta.
E. Sasaran Zakat, Infak dan Sedekah
Dalam Al Qur,an telah disebutkan siapa saja yang berhak menerima zakat
(dalam surat At Taubah: 60) yaitu: fakir, miskin, pengurus-pengurus zakat
(‘amil), mu’allaf, budak, orang yang berhutang, orang yang berjuang dijalan
Allah (fi sabilillah) dan ibnu sabil20.
1. Fakir (fuqara’)
Fakir yaitu orang yang tidak memiliki harta benda dan pekerjaan yang mampu
mencukupi kebutuhan sehari-hari.
2. Miskin (masakin)
Miskin adalah orang yang memiliki pekerjaan, tetapi penghasilannya tidak
dapat dipakai untuk memenuhi hajat hidupnya.
3. Pengurus zakat (‘amil)
20 Wahbah Zuhayly. Ibid, h. 280
27
Pengurus zakat (‘amil) adalah orang-orang yang bekerja memungut zakat.
Panitia ini disyaratkan harus memiliki sifat kejujuran dan menguasai hokum
zakat.
4. Mu’allaf
Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain orang-orang yang lemah
niatnya untuk memasuki islam.
5. Budak
Para budak disini menurut jumhur ulama ialah para budak muslim yang telah
membuat perjanjian dengan tuanya (al mukkatabun) untuk dimerdekakan dan
tidak memiliki uang untuk membayar tebusan atas diri mereka, meskipun
mereka telah bekerja keras dan membanting tulang mati-matian.
6. Orang yang berhutang
Mazhab hanafi mengatakan orang yang berutang ialah orang yang betul-betul
memiliki utang dan tidak memiliki apa-apa selain uutangnya itu.
7. Orang yang berjuang di jalan Allah (fi sabilillah)
Yang termasuk dalam kelompok ini ialah para pejuang yang berperang dijalan
Allah yang tidak digaji oleh markas komando mereka karena yang mereka
lakukan hanyalah berjuang.
8. Orang yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil)
Ibnu sabil adalah orang-orang yang bepergian (musafir) untuk melaksakan
suatu ,hal yang yang baik (tha’ah) tidak termasuk maksiat.
28
F. Hikmah dan Manfaat Zakat, Infak dan Sedekah
1. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya,
menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi,
menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan ketenangan
hidup, sekaligus memberisihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki.
Firman Allah dalam surat Ibrahim: 7
“Dan (angatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan. Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
2. Karena zakat merupakan hak mustahik, maka zakat berfungsi untuk
menolong, membantu dan membina mereka terutama fakir miskin kea rah
kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepad Allah
SWT. Terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri,
dengki dan hasad yang mungkin timbul dari kalangan mereka, ketika mereka
melihat orang kaya yang memiliki harta cukup banyak. Zakat sesungguhnya
bukanlah sekedar memenuhi kebutuhan para mustahik, terutama fakir miskin,
yang bersifat konsumtif dalam waktu sesaat, akan tetapi memberikan
kecukupan dan kesejahteraan kepada mereka dengan cara menghilangkan
29
ataupun memperkecil penyebab kehidupan mereka menjadi miskin dan
menderita.
3. Sebagai pilar amal bersama (jama’i) antara orang-orang kaya yang
berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan
untuk berjihad di jalan Allah, yang karena kesibukannya tersebut, ia tidak
memiliki waktu dan kesempatan untuk berusaha dan berihtiar bagi
kepentingan nafkah diri dan keluarganya. Allah SWT berfirman dalam surat
Al- Baqarah: 273
“(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah, mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kayak arena memelihara diri dari meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah) maka sesungguhnya Allah maha mengetahui”.
4. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana dan prasarana yang
harus dimiliki umat islam, seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial
maupun ekonomi, sekaligus sarana pengembangan kualitas sumberdaya
manusia muslim. Hampir semua ulama sepakat bahwa orang yang menuntut
30
ilmu berhak menerima zakat atas nama golongan fakir dan miskin maupun
sabilillah.
5. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukanlah
membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian dari hak
orang lain dari harta kita yang kita usahakan dengan baik dan benar sesuai
dengan ketentuan Allah SWT yang terdapat dalam suat Al-Baqarah: 267, dan
hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dalam hadis
tersebut Rasulullah saw bersabda:
لولغ نع ةقدص لبقا یل اهللا نا
“Allah swt tidak akan menerima sedekah (zakat) dari harta yang di dapat secara tidak sah”.
6. Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah saatu
instrumen pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola dengan baik,
dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan
pendapatan, economic with equity. Munzir Khaf menyatakan zakat dan sistem
pewarisan islam cenderung kepada distribusi harta yang egaliter dan bahwa
sebagai manfaat dari zakat, harta akan selalu beredar. Akumulasi harta di
tangan seseorang atau sekelompok orang kaya saja, secara tegas dilarang
Allah swt. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran Surat Al Hasyr: 7
… …
“… Agar harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kamu…”.
31
7. Dorongan ajaran islam yang begitu kuat kepada orang-orang yang beriman
untuk berzakat, berinfak dan bersedekah menunjukkan bahwa ajaran islam
mendorong umatnya untuk mampu bekerja dan berusaha sehingga memiliki
harta kekayaan yang disamping dapat memenuhi kebutuha hidup diri dan
keluarganya, juga berlomba-lomba menjadi muzakki dan munfik. Zakat yang
di kelola dengan baik akan mampu membuka lapangan kerja dan usaha yang
luas. Dengan demikian, zakat menurut Yusuf Al-Qaradhawi adalah ibadah
maaliyah al ijtima’iyyah, yaitu ibadah di bidang harta yang memiliki fungsi
strategis, penting dan menentukan dalam membangun kesejahteraan
masyarakat.
G. Pola Penghimpunan Zakat, Infak Dan Sedekah
Pengumpulan zakat tidak dapat dilakukan dengan paksaan terhadap muazakki,
melainkan muzakki melakukan dengan kesadaran sendiri, menghitung sendiri
jumlah hartanya yang harus dibayarkan kewajibannya. Dalam hal, muzakki tidak
dapat menghitung sendiri harta dan kewajiban zakatnya, muzakki dapat meminta
bantuan kepada BAZ/LAZ atau lembaga pengelola zakat (LPZ). Idealnya, LPZ
menyediakan panduan dalam penghimpunan dana, jenis dana dan cara dana itu
diterima. Organisasi pengelola menetapkan jenis dana yang akan diterima sebagai
sumber dana. Setiap jenis dana memiliki karakteristik sumber dan konsekuensi
pembatasan berbeda yang harus dipenuhi oleh pengelola zakat.21
21 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: CED, 2005). h. 20.
32
Jenis dana yang dapat dihimpun organisasi pengelola aazakat tidak terbatas
hanya zakat. Selain zakat, dana yang dapat dihimpun menurut UU No. 38 Tahun
1999 tentang Pengelolaan Zakat dan realitas di masyarakat adalah sebagai
berikut: infak sedekah, wasiat, waris, kafarat, wakaf, hibah lembaga lain, hibah
dari pemerintah, dan lain-lain.22
Ada tiga cara dana zakat diterma, yaitu: melalui transfer di Bank, bayar di
LPZ, atau jemput bola. Termasuk dalam cara dana diterima adalah pilihan tempat
dari masing-masing cara tersebut. Artinya di Bank mana LPZ membuka rekening,
dilokasi mana membuka counter atau wilayah mana yang akan dilayani dengan
jemput bola merupakan bagian dari cara dana diterima. Organisasi pengelola
zakat dapat memilih salah satu, dua, atau menggunakan tiga cara sekaligus.
Pemillihan cara penerimaan dana disesuaikan dengan tempat kedudukan
organisasi dan target muzakki guna kemudahan akses.23
22 Ibid., h. 21. 23 Ibid., h. 22.
33
BAB III
GAMBARAN UMUM BAZIS PROVINSI DKI JAKARTA
A. Sejarah Berdiri1
Badan amil zakat, sebagai cikal bakal BAZIS sekarang digagas sejak awal
berdirinya orde baru. Tepatnya, ketika sebelas ulama tingkat nasional
mengadakan pertemuan pada tanggal 24 Septembar 1968 di Jakarta. Ulama-ulama
itu adalah Prof.Dr. Hamka, KH. Ahmad Azhari, KH Moh. Syukri Ghazali, Moh.
Sodry, KH. Taufiqurrohman, KH. Moh. A. Malik Ahmad, Abdul Kadir, dan KH.
M.A. Zawawy. Mereka menyarankan diadakan sebuah badan untuk pelaksanaan
zakat di Indonesia. Hal ini dipertegas oleh presiden Soeharto ketika
menyampaikan pidatonya pada peringatan Isra mi’raj, tanggal 26 oktober 1968.
Pada saat itu beliau mengajak ummat islam untuk mengamalkan ibadah zakat
secara konkret dengan mengintensifkan pengumpulan zakat sehingga hasilnya
menjadi lebih terarah.
Selanjutnya, soeharto, presiden RI saat itu, mengeluarkan Surat Perintah No.
07/PRN/10/1968 tanggal 31 Oktober 1968 yang isinya adalah perintah kepada
Alamsyah Ratuperwiranegara, M. Azwar Hamid dan ali Afandy untuk membantu
presiden dalam pengadministrasian peneriman zakat.
1 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: CED, 2005). h.92.
34
Sebelum adanya seruan Presiden, BAZ sendiri sebenarnya sudah berdiri
berdasarkan peraturan mentri Agama tahun 1968 tentang pembentukan badan
amil zakat yang bertugas melaksanakan pemungutan dan pengumpulan zakat mal
dan zakat fitrah. Hanya saja, mungkin pelaksanaannya dilapangan saat itu masih
tersendat.
Di tingkat daerah, seruan Presiden soeharto direspon secara positif. Gubernur
DKI Jakarta, misalnya, saat itu ali Sadikin, mengeluarkan SK Gubernur DKI
Jakarta No. Cb-14/8/18/68 tentang pembentukan amil zakat berdasarkan syariat
islam pada tanggal 5 Desember 1368. Mulai saat itu, secara resmi BAZ DKI
Jakarta berdiri dari tingkat propinsi, kotamadya, kecamatan, hingga kelurahan.
Inilah cikal bakal yang sebenarnya. Dari BAZIS DKI yang pada saat itu masih
bernama BAZ karena memang kegitannya masih terbatas pada pengumpulan dana
zakat saja.
Seiring dengan berjalannya waktu, pengumpulan dana zakat oleh BAZ DKI
diperluas lagi, bukan hanya terbatas pada zakat, tetapi juga meliputi infak dan
sedekah. Perluasan ini dituangkan dalam SK Gubernur DKI Jakarta No.
D.III/14/6/51/73 tentang pembentukan badan amil zakat dan infak sedekah
(BAZIS) DKI Jakarta yang dikeluarkan pada tanggal 22 desember 1973.
Berdasarkan keputusan ini, maka dana yang dikumpulkan oleh BAZIS menjadi
lebih luas spektrumnya.
35
Pada awal pembentukanya, BAZIS DKI Jakarta berada langsung di bawah
gubernur DKI Jakarta. Namun, pada proses yang lebih lanjut, dirasakan adanya
keperluan untuk mengadakan perubahan di bidang struktur, agar BAZIS lebih
leluasa lagi dalam gerak organisasinya maka, tahun 1991, dikeluarkan SK
Gubernur DKI Jakarta No. 859 tentang susunan dan tata kerja BAZIS DKI
Jakarta. Dengan surat keputusan ini kepemimpinan BAZIS, yang tadinya
dipegang langsung oleh Gubernur, dilimpahkan kepada aparat teknis yang bersifat
professional dan fungsional. Sejak saat itu pula, BAZIS menjadi perangkat
pelaksanaan pemerintah daerah yang mandiri, karena bersifat non-struktural.
Pada tahun 1998, Gubernur DKI Jakarta kembali mengeluarkan surat keputusan
Nomor 87 tentang susunan dan tata kerja BAZIS DKI Jakarta. Berdasarka SK
ini, nama pimpinan BAZIS berubah dari ketua menjadi kepala BAZIS. Sementara
itu, BAZIS tingkat kotamadya diganti pula menjadi pelaksana BAZIS kotamadya.
Satu hal yang menarik adalah bahwa mulai tahun 1974 dana oprasional tidak lagi
diambil dari dana zakat, tetapi diganti dengan subsidi dari pemerintah. Ini berarti,
dana zakat bisa disalurkan kepada para mustahik secara keseluruhan, karena hak
amil, dalam hal ini untuk oprasional BAZIS, yang sebesar 2,5 % manjadi utuh.
Pada tahun 2002, Gubernur DKI Jakarta mengeluarkan dua surat keputusan
yang berkaitan dengan BAZIS, yaitu, SK No. 120 dan SK No. 121. Yang
pertama, mengenai organisasi dan tata kerja badan amil zakat, infaq, Shadaqah
propinsi khusus ibu kota jakarta; dan yang kedua mengenai pengelolaan zakat,
36
infaq, dan shadaqah badan amil zakat, infaq, dan shadaqah propinsi daerah khusus
ibukota Jakarta. Berdasarkan SK ini, istilah badan Pembina tidak dipergunakan,
tetapi diganti dengan dewan pertimbangan dan komisi pengawas. Dengan kedua
SK ini diharapkan organisasi BAZIS menjadi lebih efisien dan pola pengelolaan
dana zakatnya menjadi lebih optimal, professional, amanah, dan transparan.
B. Dasar Hukum.2
Sejalan dengan perkembangan BAZIS produk-produk hukumnya senantiasa
disesuaikan, terutama lahirnya UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat
memberikan implikasi sangat luas pada lembaga pengelola zakat ini, diantaranya
adanya tuntutan profesional, transparansi, akuntabilitas, dan kemandirian. Dasar
hukum yang membentengi posisi BAZIS Provinsi DKI Jakarta saat ini adalah:
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 34 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
daerah.
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan
zakat.
2 BAZIS Provinsi DKI Jakarta dan Institut Manajemen Zakat, Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta, cet.I, (Jakarta: BAZIS Provinsi DKI Jakarta, 2006), h.13.
37
4. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 373 tahun 2003 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 tentang Pengelolaan
Zakat.
5. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 120 tahun
2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Amil Zakat, Infak dan
Sedekah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
6. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 121 tahun
2002 tentang Pola Pengelolaan Zakat, Infak dan Sedekah Badan Amil Zakat,
Infak dan Sedekah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
7. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 26 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Dana Zakat, Infak dan Sedekah
pada Badan Amil Zakat, Infak dan Sedekah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta.
8. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 51 Tahun
2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengumpulan dan Pendayagunaan Zakat,
Infak dan Sedekah oleh Badan Amil Zakat, Infak dan Sedekah Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
C. Visi dan misi.3
Visi : Menjadi badan pengelola ZIS yang unggul dan terpercaya
3 Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, h.82.
38
Misi : Mewujudkan optimalisasi pengelolaan ZIS yang amanah,
professional, transparan, akuntabel, dan mandiri di Jakarta
menuju masyarakat yang sejahtera, berdaya, dan bertaqwa.
D. Tujuan dan Prinsip Pengelolaan Zakat BAZIS DKI Jakarta.4
Pengelolaan zakat, infak, dan sedekah oleh BAZIS DKI Jakarta bertujuan
untuk:
1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat, inpaq,
dan shadaqah sesuai dengan tuntunan agama;
2. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial;
3. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat, infak dan sedekah.
Untuk mencapai tujuan tadi, BAZIS DKI Jakarta dalam pengelolaan zakat
selalu berprinsip kepada 6 hal:
1. Prinsip syariah dan moral keagamaan. Artinya, pengelolaan zakat, infaq, dan
shadaqah berlandaskan pada syariah dan moral agama islam.
2. Prinsip kesadaran umum. Artinya, pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah
hendaknya mempunyai dampak positif dalam menumbuh-kembangkan
kesadaran bagi muzakki, munfiq, dan mustahaddik untuk melaksanakan
kewjibanya.
4 Ibid.,h.82.
39
3. Prinsip manfaat. Artinya, pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah harus
memberikan manfaat yang sebesr-besarnya untuk kemaslahatan umat.
4. Prinsip koordinasi. Artinya, dalam pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah
hendaknya terjalin koordinasi secara harmonis antar berbagai intansi/ lembaga
tekait, agar tercipta efisiensi dan efektifitas yang optimal.
5. Prinsip keterpaduan. Artinya, dalam pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah
secara menyeluruh diperlukan adanya keterpaduan antar berbagai intansi/
lembaga terkait, dan keterpaduan antar ulama dan umara.
6. Prinsip produktif rasional. Artinya, dalam pendayagunaan dana zakat, infaq
dan shadaqah hendaknya diarahkan secara produktif dan rasional untuk lebih
memudahkan bagi para pembayar zakat, BAZIS DKI Jakarta sudah
mengeluarkan pedoman tentang jenis harta dan zakat yang harus dibayarkan.
E. Sasaran pengumpulan Zakat di DKI Jakarta.5
Adapun yang menjadi sasaran pengumpulan zakat (sumber zakat) adalah
seluruh warga muslim yang berada di DKI Jakarta yang dibagi ke dalam tiga
kelompok.
1. Masyarakat umum yang dikoordinasikan oleh kepala kelurahan dan dibantu
oleh ketua RT/RW serta tokoh agama dan pemuka masyarakat.
5 Ibid.,h.83.
40
2. Karyawan/pegawai yang dikoordinasikan oleh kepala kelurahan, kecamatan,
kotamadya dan BAZIS unit satuan kerja.
3. Para pengusaha nasional, hartawan, dan dermawan yang dikoordinasikan
langsung oleh kepala BAZIS DKI Jakarta atas nama gubernur kepala daerah.
Untuk menjaring dana dari tiga kelompok ini, Gubernur DKI Jakarta antara
lain melakukan:
1. Seruan pengumpulan sedekah sebagai gerakan amal social setiap setahun
sekali. Seruan itu dikeluarkan pada waktu menjelang bulan ramadhan melalui
BAZIS DKI Jakarta dengan mengedarkan map gerakan amal social.
2. Pengiriman surat kepada kanwil departemen agama dan kepala dinas
pendidikan dan pengajaran DKI Jakarta yang berisi harapan dan himbauan
agar setiap lembaga pendidikan merintis dan mendidik anak-anak
SD/madrasah untuk sadar berinfak di bawah bimbingan guru atau kepala
sekolah masing-masing.
3. Pengiriman surat yang sama kepada walikotamadya, camat dan lurah agar
mengumpulkan zakat diwilayahnya masing-masing.
4. Menghimbau para calon jamaah haji untuk membersihkan harta yang akan
mereka pergunakan.
5. Untuk pengusaha nasional, hartawan, dan dermawan, di samping surat seruan,
juga diberikan kesempatan untuk bersilaturahmi dan menyerahkan ZIS secara
langsung kepada Gubernur.
41
F. Tugas Pokok dan Fungsi.6
Sesuai dengan BAB II Pasal 3 Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.
120 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Amil Zakat, Infak dan
Sedekah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, maka tugas pokok BAZIS
Provinsi DKI Jakarta adalah:
1. Menyelenggarakan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infak dan
sedekah sesuai dengan fungsi dan tujuannya.
2. Dalam melaksanakan tugasnya BAZIS bersifat obyektif dan transparan.
Sedangkan yang menyangkut fungsi, sebagaimana BAB II Pasal 3 Keputusan
Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 120 di atas, maka fungsi BAZIS Provinsi
DKI Jakarta mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Penyusunan program kerja
2. Pengumpulan segala macam zakat, infaq dan shadaqah dari masyarakat
termasuk pegawai di wilayah Provinsi DKI Jakarta
3. Pendayagunaan zakat, infak dan edekah sesuai dengan ketentuan hukumnya
4. Penyuluhan kepada masyarakat dalam upaya peningkatan kesadaran
menunaikan ibadah zakat, infak dan sedekah
5. Pembinaan pemanfaatan zakat, infak dan sedekah agar lebih produktif dan
terarah
6 BAZIS Provinsi DKI Jakarta dan Institut Manajemen Zakat, Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta., h.17.
42
6. Koordinasi, bimbingan dan pengawasan kegiatan pengumpulan zakat, infak
dan sedekah yang dilaksanakan oleh pelaksana pengumpulan BAZIS
7. Penyelenggaraan kerja sama dengan Badan Amil, Zakat, Infak dan Sedekah
dan Lembaga Amil Zakat yang lain
8. Pengendalian atas pelaksanaan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infak
dan sedekah
9. Pengurusan fungsi-fungsi ketatausahaan, perlengkapan, kerumahtanggaan dan
sumber daya manusia.
G. Perkembangan.7
Dimulai pada tahun 1999, tepatnya sejak keluarnya Undang-undang Republik
Indonesia No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, babak baru BAZIS
Provinsi DKI Jakarta dimulai. Lembaga ini terus berbenah. Bak meteor melesat,
BAZIS Provinsi DKI Jakarta melaju dengan pesat. Hal ini terlihat dari jumlah
penghimpunan ZIS yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Dalam kurun 6
tahun terahir misalnya, terkumpul ZIS berturut-turut Rp 8,4 Milyar (2001), Rp
11,5 Milyar (2002), Rp 14,1 Milyar (2003), dan Rp 16,2 Milyar (2004). Bahkan
pada tahun 2005 BAZIS berhasil mengumpulkan dana ZIS sebesar Rp 18,4
Milyar.
7 Ibid.,h.18.
43
Prestasi tersebut menempatkan BAZIS Provinsi DKI Jakarta sebagai penerima
ZAKAT AWARD 2004 pada IMZ (Institut Manajemen Zakat) untuk kategori
Penghimpunan Dana, Kategori Pendayagunaan, dan Kategori Transparansi.
Meskipun demikian, BAZIS Provinsi DKI Jakarta tidak pernah menepuk dada,
tetap berusaha meningkatkan performance-nya. Upaya penghimpunan,
pendayagunaan dan mobilisasi sumber daya yang ada terus-menerus dilakukan.
Tak lain, hal ini dilakukan agar masyarakat benar-benar dapat merasakan
kehadiran BAZIS.
Ada beberapa hal yang dibenahi BAZIS Provinsi DKI Jakarta untuk
meningkatkan performance-nya yaitu: melakukan rekayasa terhadap manajemen
organisasi, manajemen keuangan dan Sistem Informasi Manajemen. Dalam hal
manajemen organisasi ditetapkan Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas, dan
Badan Pelaksana. Dengan tiga formasi ini proses pelaksanaan penghimpunan dan
pendistribusian ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta berjalan dengan penuh
pertimbangan dan pengawasan.
Hal ini dapat dilihat dari keterlibatan berbagai kalangan masyarakat dalam
struktur organisasi, seperti ulama, cendekia, tenaga profesional, praktisi pengelola
zakat, LSM, dan unsur pemerintah. Job-job diduduki oleh kalangan profesional.
Misalnya di bagian keuangan adalah orang yang berlatarbelakang pendidikannya
di bidang keuangan, di bagian akuntansi diduduki oleh accounting, dan
seterusnya.
44
Sebagai lembaga yang berada di bawah naungan pemerintah Daerah DKI
Jakarta, hubungan birokrasi tidak dapat dihindarkan. Hanya saja, saat ini
intervensi birokrasi tidak begitu kental. Dan ini membuat gerakan BAZIS menjadi
lincah.
Tak ketinggalan, Teknologi Informasi pun dijamah. Dengan mengedepankan
akuntabilitas, kredibilitas, dan transparansi, BAZIS Provinsi DKI Jakarta
membuat sistem online. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat dapat mengakses
informasi BAZIS Provinsi DKI Jakarta dengan mudah. Baik yang berkaitan
dengan informasi penghimpunan ZIS maupun pendistribusiannya. Inilah spirit
dari tujuan pelayanan yang termaktub dalam Surat Keputusan Gubernur No. 121
tahun 2002. sehingga dapat dikatakan bahwa pasca lahirnya Undang-undang
Republik Indonesia No. 38 tahun 1999 BAZIS Provinsi DKI Jakarta meningkat
dengan pesat.
Berbeda dengan sebelum dikeluarkannya Undang-undang Republik Indonesia
No. 38 tahun 1999. saat itu BAZIS masih kental dengan birokrasi, belum
transparan, kredibel dan akuntabel. Hal ini dapat dilihat dari hasil penghimpunan
dana ZIS yang jauh di bawah sebelum Undang-Undang ini dikeluarkan.
Ada dua pendekatan yang digunakan untuk bantuan modal usaha produktif
ini, yaitu: pendekatan mudharabah dan qordhul hasan. Pendekatan mudhorobah
adalah bantuan yang diberikan kepada para pedagang kecil yang ada di pasar-
pasar tradisional. Bantuan ini diberikan melalui Baitul Maal wa Tamwil.
45
Sedangkan pendekatan qordhul hasan adalah bantuan tanpa bunga yang
diberikan kepada para pedagang kecil di sekitar pemukiman.
Dalam upaya menciptakan carachter building, BAZIS Provinsi DKI Jakarta
memberikan bantuan biaya pendidikan kepada siswa tingkat Madrasah Ibtidaiyah
sampai Perguruan Tinggi. Begitu pula para guru, lembaga sosial keagamaan,
kesehatan dan lain-lain.
Ibarat akar sebatang pohon yang menghujam ke bawah tanah. BAZIS Provinsi
DKI Jakarta tak tampak di permukaan, tapi masyarakat merasakan manfaatnya.
Ketimbang harus gembar-gembor publikasi nama BAZIS Provinsi DKI Jakarta
dengan dana yang besar, lebih baik dana itu disalurkan kepada masyarakat. Ini
akan lebih realitas. “Bila tangan kanan memberi usahakan tangan kiri jangan
sampai mengetahui,” begitulah BAZIS Provinsi DKI Jakarta memberikan bantuan
kepada kaum lemah. Sebagaimana pesan agama, jangan sampai pendistribusian
ZIS membuat para mustahik merasa terhina dan rendah, justru dengan ZIS dapat
mengangkat status quo (kondisi kedhuafaan dan kehinaan) para mustahik.
H. Struktur Organisasi Bazis DKI Jakarta.8
Organisasi BAZIS terdiri dari tiga lembaga utama (berdasarkan SK Gubernur
DKI No. 120 tahun 2002), yaitu:
1. Dewan pertimbangan
8 Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, h.91.
46
2. Komisi pengawas
3. Badan pelaksana
Susunan dewan pertimbangan BAZIS DKI Jakarta ditetapkan oleh gubernur
dan mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Memberikan pertimbangan tentang pengembangan hokum dan pemahaman
seputar zakat, infaq dan shadaqah
2. Memberikan pertimbangan, saran dan pendapat dalam kebijaksanaan
pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq, dan shadaqah
3. Menampung dan menyalurkan pendapat umat islam tentang pengembangan,
pengumpulan, dan pendayagunaan zakat, infaq, dan shadaqah
Susunan komisi pengawas juga ditetapkan oleh Gubernur dan bertugas untuk
melaksanakan pengawasan internal terhadap pengelolaan zakat, infaq, dean
shadaqah. Dewan Pertimbangan dan Komisi Pengawas bertanggung-jawab
kepada Gubernur.
Anggota dewan pertimbangan dan komisi pengawas terdiri dari unsur Ulama,
Umaro, DPRD, Tokoh Masyarakat, Pengusaha Nasional dan Cendikiawan
Muslim.
Susunan Organisasi Badan Pelaksana adalah:
1. Kepala
Tugas dari kepala BAZIS adalah:9
9 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: CED, 2005). h.92.
47
a. Memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi BAZIS
b. Memimpin dan mengkoordinasikan kegitan sekretariat,bidang, pelaksana
BAZIS kotamadya/kabupaten, Administrasi termasuk petugas oprasional
BAZIS kecamatan, kelurahan, dan unit satuan kerja.
2. Wakil kepala
Wakil kepala BAZIS mempunyai tugas sebagai berikut:10
a. Membantu kepala dalam memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi BAZIS
b. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan yang dilimpahkan kewenangan- nya
oleh kepala
c. Mewakili kepala apabila berhalangan melaksanakan tugas dan fugsinya
d. Melaksanakan pengendalian administrative pelaksana kegiatan BAZIS
3. Sekretariat
Sekretariat, bertugas melaksanakan koordinasi, kondolidasi, internal dan
pengendalian administrasi kegiatan BAZIS yang berhubungan dengan fingsi-
fungsi pembinaan dan administrasi kegegewaian sumberdaya manusia; tata
rumah tangga dan inventarisasi kantor, serta informasi dan komunikasi yang
membawahi aplikasi fungsi sistem informasi manajemen BAZIS.11
Untuk melaksanakan tugas-tugas di atas, sekretariat yang dipimpin oleh
seorang kepala sekretariat itu mempunyai fungsi:
10 Ibid, h.92-93.
11 Ibid, h. 93.
48
a. Penyusunan surat-menyurat dan kearsipan
b. Pengurusan perlengkapan dan kerumah-tanggaan
c. Pembinaan sumber daya manusia
d. Pelaksana urusan kepegawaian
e. Pengelolaan keuangan anggaran yang bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah
f. Pelaksanaan hubungan masyarakat dan penyuluhan
g. Pengembangan sistem informasi dan manajemen
h. Pembentukan dan pembinaan jaringan kerja
i. Penelitian dan pengembangan
j. Penyusunan program kerja
4. Bidang pengumpulan
Bidang pengumpulan mempunyai tugas melaksanakan usaha-usaha
pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah. Untuk mendukung tugas ini, bidang
pengumpulan mempunyai fungsi:12
a. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pengumpulan zakat, infaq, dan
shadaqah. Dari sumber-sumber yang mencakup wilayah,korporat dan
peroranga
b. Pengembangan upaya-upaya pengumpulan zakat,infaq, dan shadaqah.
12 Ibid, h. 95.
49
c. Pendataan muzaki, munfiq, dan mustasaddik dan memasukan data tersebut
ke dalam SIM BAZIS
d. Pembinaan terhadap muzaki, munfiq, dan mustahaddiq terutama untuk
menjaga silaturahim dan komunikasi serta citra BAZIS
e. Penyiapan bahan laporan pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah
5. Bidang pendayagunaan
Selanjutnya tugas dari bidang pendayagunaan adalah adalah
melaksanakan usaha-usaha pelayanan dan pembinaan mustahik serta
pengembangan usaha produktif. Untuk melaksanakan tugas ini, bidang
pendayagunaan mempunyai fungus sebagai berikut:13
a. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendayagunaan zakat, infaq, dan
shadaqah
b. Penelitian (seleksi persyaratan) calon mustahik
c. Pendistribusian zakat, infaq, dan shadaqah kepada para mustahik
d. Pencatatan penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah
e. Pengembangan pendayagunaan infaq, dan shadaqah untuk usha-usaha
produktif
f. Pembinaan mustahik
g. Penyiapan bahan laporan pendayagunaan zakat, infaq, dan shadaqah
13 Ibid, h. 96.
50
6. Bidang dana
Selanjutnya bidang dana mempunyai tugas menerima, membukukan, dan
menyalurkan hasil penerimaan zakat, infaq, dan shadaqah, menyusun dan
mengelola anggaran, serta menyusun dan mengelola anggaran, serta
menyusun laporan keuangan. Untuk melaksanakan tugas ini, bidang dana
mempunyai fungsi:14
a. Penerimaan hasil pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah
b. Pembukuan penerimaan dan pengeluaran zakat, infaq, dan shadaqah
c. Pengeluaran hasil pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah
d. Pelaporan penerimaan dan pengeluaran zakat, infaq, dan shadaqah
e. Penyusunan dan pengelolaan anggaran
7. Pelaksana BAZIS kotamadya/kabupaten Administrasi
Di setiap kotamadya/kabupaten administrasi dibentuk pelaksanaan BAZIS
kotamadya/kabupaten administrasi pelaksana ini bertanggung jawab secara
administrative kepada kepala BAZIS, sedangkan secara taktis, bertanggung
jawab kepada walikota atau bupati.15
Tugas dari pelaksana kotamadya/kabupaten Administrasi adalah
melaksanakan pengumpulan dan penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah.
14 Ibid, h. 98.
15 Ibid, h. 99.
51
Untuk melaksanakan tugas ini, pelaksana kotamadya/kabupaten administratif
mempunyai fungsi:
a. Pendataan muzakki, munfiq dan mutashaddiq termasuk sumber-sumber
zakat, infaq, dan shadaqah baru serta mustahik di wilayah
kotamadya/kabupaten Administrasi masing-masing
b. Pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah dari sumber-sumber zakat, infaq,
dan shadaqah
c. Penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah kepda mustahik
d. Pengkoordinasian pengumpulan dan penyaluran zakat, infaq, dan
shadaqah yang dilakukan oleh perangkat tingkat kecamatan dan kelurahan
e. Pengelolaan umum ketatausahaan
f. Pelaporan kegiatan pengumpulan dan penyaluran zakat, infaq, dan
shadaqah di wilayah kotamadya/kabupaten Administratif
52
Dalam bentuk diagram, struktur organisasi BAZIS bisa digambarkan
sebagai berikut:
Struktur Organisasi BAZIS Jakarta
GUBERNUR
KOMISI PENGAWAS
DEWAN PERTIMBANGAN
KEPALA WK. KEPALA
SEKRETARIAT
SUBBAG UMMUM,
SUBBAG HUMAS
SUBBAG INFOKOM
SUBBAG LITBANG
SUBBAG LITBANG
SEKSI KAS
SEKSI
AKUNTAN
BIDANG PENDAYAGUNAAN
BIDANG PENGUMPULAN
SEKSI HINPUN
MUZAKKI
SEKSI BINA
MUZAKKI
SEKSI LAYANAN
MUSTAHIK
SEKSI BINA USAHA
SEKSI
LAYANAN MUSTAHIK
PELAKSANA BAZIS KODYA. KB ADM
SEKSI AKUNTAN
SUBBAG TATA
SEKSI
PENYALURAN
SEKSI PENGUMPULAN
53
BAB IV
ANALISIS STRATEGI FUNDRAISING BAZIS DKI JAKARTA
A. Strategi Fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta
Strategi fundraising adalah hal-hal yang berkenaan dengan cara dan usaha
menguasai dan mendayagunakan sember daya yang tersedia guna mencapai
tareget penghimpunan dana yang telah ditetapkan. Setidaknya ada enam strategi
fundraising yang dilakukan oleh BAZIS Provinsi DKI Jakarta guna mencapai
target penghimpunan dana ZIS yang telah ditetapkan, yaitu kebijakan, program
sosialisasi, konsep komunikasi, manajemen kemitraan dengan perusahaan,
pencarian ZIS kontemporer, serta manajemen motivasi dan kontrol.1
1. Kebijakan Fundraising
Yang dimaksud kebijakan disini adalah kebijakan internal BAZIS
Provinsi DKI Jakarta terkait segmentasi pendonor (muzakki, munfik dan
mutasoddik) dan tata cara penghitungan zakat.
a. Segmentasi pendonor
Bazis provinsi dki Jakarta mengelompokkan sumber penghimpunan
dana zis kedalam beberapa segmen,2 yaitu:
1) Masyarakat umum yang dikoordinasikan oleh lurahyang dibantu ketua
RT/RW serta tokoh agama dan pemuka masyarakat.
1 BAZIS Provinsi DKI Jakarta dan Institut Manajemen Zakat, Manajemen ZIZ BAZIS
Provinsi DKI Jakarta, cet.I, (Jakarta: BAZIS Provinsi DKI Jakarta, 2006), h.65 2 Ibid., h.67
54
2) Karyawan/ pegawai, yang di koordinasikan oleh kelurahan,
kecamatan, kotamadya dan BAZIS unit satuan kerja.
3) Para pengusaha nasional, hartawan dan dermawan yang
dikoordinasikan langsung oleh BAZIS Provinsi atas nama gubernur.
4) Infak dan sedekah via sms.
5) Nasabah bank.
6) Jemaah calon haji dan umroh.
b. Teknik penghitungan zakat
Sebagaimana tercantum dalam pasal 14 UU RI No. 38 Tahun 1999
tentang pengelolaan zakat, ada beberapa hal yang patut menjadi perhatian
dalam hal penghitungan zakat, yaitu:3
1) Muzakki melakukan penghitungan sendiri hartanya dan kewajiban
zakatnya berdasarkan hukum agama. Hukum agama yamng dimaksud
salah satunya adalah mengenai zakat perniagaan dan provesi berlaku
ketentuan nisbahnya sebesar 85 gram emas dalam waktu satu tahun
dan besar zakatnya adalah 2,5%.4
2) Bila muzakki tidak bisa menghitung sendiri harta dan kewajiban
zakatnya, maka Badan Amil Zakat memberikan bantuan kepada
muzakki untuk menghitungnya.5
3 Ibid., h. 68 4 Sukiyana, Wawancara Pribadi, Jakarta, 20 April 2010 5 Ibid.
55
2. Program Sosialisasi
Memberikan pemahaman ZIS kepada masyarakat bukanlah proses
yang instan. Keberhasilan ini bergantung pada bagaimana kesungguhan ajaran
ZIS didakwahkan terus menerus ke dalam masyarakat. Karena penyadaran ini
bukan hanya terhenti pada kemauan masyarakat untuk menunaikannya. Tetapi
diharapkan juga masyarakat mampu menjadikannya sebagai gerakan yang
menyeluruh dan mampu menggerakkan masyarakat yang lain untuk
menunaikannya pula.
Bagi sebagian masyarakat, menunaikan ZIS masih menghadapi
kendala. Karena diantara mereka masih ada yang belum mengetahui hukum
ZIS, peran ZIS, dan fungsi amil (BAZIS), siapa yang termasuk muzakki,
munfik dan mutasoddik, bagaimana membayar ZIS serta harus kemana
membayarnya.
Sebagai implementasi tugas dan fungsinya, BAZIS Provinsi DKI Jakarta
melaksanakan langkah-langkah sosialisasi yang secara umum adalah:6
a. Mengadakan kerjasama secara teknis dengan lembaga/ instansi lain dalam
hal penyuluhan dan penghimpunan ZIS.
b. Mengadakan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi yang bersifat teknis
(bukan kebijaksanaan) dengan semua pihak, agar penghimpunan ZIS
optimal.
6 BAZIS Provinsi DKI Jakarta dan Institut Manajemen Zakat,. Ibid., h. 70
56
c. Mengadakan kerjasama dengan lembaga profesi sejenis sebagai mitra atau
sinergi dalam penyuluhan zakat, infak dan sedekah.
Adapun kegiatan sosialisasi yang dilakkan BAZIS Provinsi DKI Jakarta
diantaranya:7
a. Menyediakan sarana internet dengan situs internet dengan homepage:
http://www.bazisdki.go.id, email: webmaster@bazis dki.go.id, yang
memuat kebutuhan informasi tentang ZIS secara lengkap yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
b. Bagi yang ingin berhubungan langsung dengan kantor BAZIS, disediakan
saluran telepon khusus (hotline) dengan nomor: (021) 3144023, 3901367
dan faksimili (021) 3144579.
c. Selain itu penyebarluasan informasi secara intensif dan berkesinambungan
diupayakan pula melalui media dakwah, cetak, elektronik, penerbitan
majalah, buku, leaflet, banner, baliho, pemasangan spanduk, dan lain-lain.
d. BAZIS Provinsi DKI Jakarta juga menitipkan pesan dakwah untuk
menunaikan ZIS kepada para da’I dan khotib jumat agar ummat
khususnya kaum aghniya lebih paham tentang ZIS dan kemudian sadar
untuk menunaikannya.
7 Ibid., h.70
57
3. Konsep Komunikasi8
Komunikasi terdiri dari dua jenis, yaitu komunikasi vertikal dan
komunikasi horisontal. Komunikasi vertikal terdiri dari komunikasi ke bawah,
biasanya dari manajemen puncak secara hierarkis dalam bentuk instruksi,
saran, peringatan, dan penilaian kepada bawahan. Sedangkan komunikasi ke
atas adalah komunikasi dari bawahan ke atas. Biasanya dalam bentuk laporan
keuangan, laporan perkembangan program yang dijalankan BAZIS, seperti
laporan dari Supervise Program (SP) tentang perkembangan kerjasama BMT
dengan pedagang kecil di 5 wilayah DKI Jakarta.
Komunikasi horizontal adalah komunikasi yang sejajar. Dalam
kaitannya dengan BAZIS Provinsi DKI Jakarta, maka komunikasi ini adalah
komunikasi antara personal pegawai dengan pegawai lain. Dan komunikasi
horisontal antara bidang dengan bidang yang lain. Komunikasi ini dilakukan
untuk mensinkronkan berbagai program yang ada.
Perkembangan BAZIS Provinsi DKI Jakarta yang prestisius tidak
lepas dari keterbukaan lembaga ini terhadap berbagai perkembangan yang
ada. Dalam hal ini, BAZIS Provinsi DKI Jakarta menganggap perlunya
membuka komunikasi dengan berbagai kalangan masyarakat. Karena dengan
komunikasilah BAZIS Provinsi DKI Jakarta dapat berkembang seperti
sekarang.
8 Ibid., h.73
58
Sebagai lembaga dengan system yang modern, upaya komunikasi tidak
hanya pada ketersampaian pesan kepada khalayak. Tetapi juga berbarengan
dengan komunikasi kelembagaan. Komunikasi kelembagaan ini terkait
dengan citra lembaga. Betapapun juga lembaga sebagai pengelolaan harus
dapat membangun komunikasi yang dialogis dengan masyarakat baik sebagai
pemberi maupun sebagai penerima. Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat
menaruh kepercayaan terhadap lembaga pengelola. Adapun upaya itu
meliputi:
a. Transparansi pengelolaan. Hal ini dibuktikan dengan publikasi
pengelolaan kepada khalayak melalui media cetak, media online, dan
keterlibatan Komisi Pengawas, akuntan publik, dan Badan Pengawas
daerah dalam kontrol kelembagaan.
b. Modernisasi pengelolaan, yang dicirikan dengan penerapan teknologi
informasi berbasis komputer dan internet serta SOP yang berlaku.
c. Publikasi. Sebagai lembaga yang didirikan untuk publik, BAZIS Provinsi
DKI Jakarta secara rutin mempublikasikan perkembangan pemikiran,
program, dan informasi pengelolaan melalui Majalah Peduli Umat sebagai
media milik BAZIS Provinsi DKI Jakarta, dan media massa yang lain.
Upaya ini dilakukan untuk memberikan untuk memberikan informasi
sekaligus penggalangan dana ZIS.
59
4. Manajemen Kemitraan dengan Perusahaan
Dalam rangka mengoptimalkan potensi ZIS, BAZIS Provinsi DKI Jakarta
menjalin hubungan dengan berbagai perusahaan yang ada di Jakarta. Disini
letak perbedaan BAZIS Provinsi DKI Jakarta dengan lembaga pengelola zakat
yang lain. BAZIS Provinsi DKI Jakarta memiliki power yang lebih. Power
dalam arti daya tekan maupun image di hadapan perusahaan. Tetapi dalam hal
ini bukan berarti BAZIS Provinsi DKI Jakarta menggunakan secara
sewenang-wenang. Dengan kelebihan ini BAZIS Provinsi DKI Jakarta telah
memiliki database dan peta perusahaan yang ada di Jakarta. Untuk itu bentuk
kemitraan yang dilakukan BAZIS Provinsi DKI Jakarta dengan perusahaan
adalah:9
a. Mengadakan kerjasama secara teknis dengan perusahaan dalam hal
penyuluhan dan penghimpunan ZIS. Upaya ini dilakukan secara
koordinatif. Hal ini dilakukan agar penyuluhan dan penghimpunan ZIS
diperusahaan lebih optimal.
b. Mengadakan kerjasama teknis pembayaran ZIS dengan bank dan
perusahaan jasa komunikasi. Misalnya kerjasama dengan PT. Manajemen
Qolbu dalam SMS infak dan penyimpanan dana ZIS di Bank Syariah.
c. Mempertemukan pengusaha (muzakki, munfik dan mutasoddik) dengan
mustahik. Acara ini disebut dengan “Event Peduli Ramadhan”. Dalam
acara tersebut kita mengundang muzakki dan mustahiknya dalam satu
9 Ibid., h.76
60
waktu. Jadi di samping mereka menyerahkan zakat sebagai kewajibannya,
pada saat itu juga kita menyerahkan pendayagunaan yang menjadi hak
para mustahik. Jadi penyaerahan zakat kepada mustahik disaksikan
langsung oleh muzakki.10
d. Setiap tahun gubernur mengeluarkan seruan penghimpunan sedekah
sebagai gerakan amal sosial. Seruan ini dikeluarkan pada waktu menjelang
bulan Ramadhan oleh BAZIS Provinsi DKI Jakarta, pelaksanaannya
dengan mengedarkan map GAR (Gerakan Amal Sosial Ramadhan).
5. Pencarian Sumber ZIS Kontemporer
Meski banyak yang menilai terus mengalami peningkatan dalam
penggalangan dana ZIS, BAZIS Provinsi DKI Jakarta tidak pernah berhenti
mencari sumber-sumber baru. Karena potensi ZIS, terutama di Jakarta, masih
banyak yang belum terjamah. Dengan potensi SDM dan Sistem Informasi
modern yang sudah ada dan berkembang itu, maka BAZIS Provinsi DKI
Jakarta terus melakukan beragam inovasi dalam rangka menambah jumlah isi
pundit-pundi. Upaya yang dilakukan dalam mencari sumber ZIS kontemporer
ini antara lain adalah:11
a. Menggarap Jamaah Haji plus dan Umroh.
b. Mendekati kalangan professional. Selama ini upaya ini baru sebatas
pribadi mereka dan belum menyentuh lembaga. Karena itu BAZIS
10 Sukiyana, Wawancara Pribadi, Jakarta, 20 April 2010 11BAZIS Provinsi DKI Jakarta dan Institut Manajemen Zakat,. Ibid., h.78
61
Provinsi DKI Jakarta melakukan pendekatan, baik secara kelembagaan
maupun personal kepada kalangan professional ini.
6. Manajemen Motivasi dan Kontrol12
Prestasi yang diraih BAZIS Provinsi DKI Jakarta seperti saat ini tidak
lepas dari motivasi dan kontrol. Motivasi adalah dorongan yang timbul pada
diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Sedangkan kontrol dapat
diartikan sebagai pengawasan dan pengendalian.
a. Motivasi
Dalam kaitannya dengan motivasi, ada dua hal penting yang
dillakukan pihak manajemen BAZIS Provinsi DKI Jakarta kepada semua
unsur yang ada di dalamnya yaitu motivasi instrinsik dan motivasi
ekstrinsik.
1) Motivasi intrinsik
Motivasi ini adalah dorongan yang muncul dari dalam diri
seseorang. Dengan motivasi ini, para petugas BAZIS Provinsi DKI
Jakarta diharapkan dapat bekerja dengan ikhlas. Karena bekerja di
BAZIS adalah bekerja untuk kemaslahatan umat, dimana pahalanya
tidak tampak secara langsung. Bekerja di BAZIS adalah tabungan
dunia akhirat yang tidak mudah didapatkan di tempat lain. Motivasi ini
secara kontinu dan berjenjang selalu disampaikan pihak pimpinan
kepada pegawai BAZIS yang ada di semua tingkatan.
12 Ibid., h.79
62
2) Motivasi ekstrinsik
Merupakan dorongan yang munculdari luar diri seseorang.
Secara inmdividu bagi pegawai BAZIS yang berprestsai akan
diberikan penghargaan dan hadiah. Secara geografis, bagi wilayah
yang berprestasi juga diberikan penghargaan misalnya dengan
menjadikan wilayah tersebut sebagai wilayah percontohan BAZIS.
Hadiah yang diberikan dapat berupa piagam atau umrah yang
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Hadiah
ini diberikan sekali dalam satu tahun.motivasi ini berdampak positif
karena dapat meningkatkan penghimpunan ZIS dan kinerja pegawai
BAZIS di masing-masing wilayah.
b. Kontrol/ pengawasan
Sebagai lembaga yang memiliki spirit agama, tentunya semua unsur di
BAZIS Provinsi DKI Jakarta sedapat mungkin berbuat sesuai dengan
koridor agama. Kontrol atau pengawasan merupakan proses amar ma’ruf
nahi munkar dengan pengawasan diharapkan dapat menjamin tercapainya
tujuan organisasi. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari rencana organisasi,
karena pengawasan merupakan usaha untuk mengembalikan, meluruskan,
dan mengantisipasi berbagai penyimpangan agar sesuai dengan
perencanaan.
Upaya pengawasan dilakukan BAZIS Provinsi DKI Jakarta ada yang
bersifat preventif. Pengawasan ini dilakukan dengan penertiban
63
administrasi, keuangan, dalam penghimpunan, pendistribusian,
pendayaguanaan dan pengembangan ZIS. Namun secara rinci upaya ini
dilakukan dengan hal-hal berikut:
1) Dalam hal penghimpunan upaya kontrol ini dilakukan dengan
menertibkan, kartu kendali, kupon, Formulir Menghitung Zakat
Sendiri (MZS), formulir, tanda bukti setoran ZIS, pembukaan, dan
akuntansi.
2) Menurunkan tim setiap 2 bulan untuk melakukan control pembukuan.
3) Berkoordinasi dengan Badan Pengawas Daerah (BAWASDA).
4) Melibatkan Akuntan Publik setiap tahun untuk mengaudit keuangan
dari program yang diselenggarakan BAZIS. Auditor ini dipilih secara
terbuka.
5) Membuat Standar Operasional Prosedure (SOP). Dengan SOP ini
diharapkan pengelolaan BAZIS memiliki system yang terkontrol.
6) Adanya Dewan Pertimbangan dan Komisi Pengawas.
B. Faktor Pendukung dan penghambat Strategi Fundraising BAZIS DKI
Jakarta
Mudah dan sulitnya pencapaian tujuan Strategi Fundraising BAZIS DKI
Jakarta tidak terlepas dari faktor-faktor yang mendukung dan menghambat
Strategi Fundraising yang di jalankan oleh BAZIS DKI Jakarta. Adapun faktor
pendukung dan penghambat Strategi Fundraising BAZIS DKI Jakata adalah:
64
1. Faktor Pendukung Strategi Fundraising BAZIS DKI Jakarta
Posisi BAZIS Provinsi DKI Jakarta yang merupakan satu-satunya
pengelola ZIS dibawah pemerintahan Provinsi DKI Jakarta menyebabkan
Strategi Fundraising mereka berjalan lancar. Setidaknya ada dua strategi
BAZIS Provinsi DKI Jakarta yang dapat berjalan efektif karena posisi
strategis ini yaitu manajemen kemitraan dan sumber ZIS kontemporer.
BAZIS Provinsi DKI Jakarta mempunyai kredibilitas yang cukup baik
dihadapan perusahaan-perusahaan yang ada di Jakarta terkait posisi mereka
yang berada di bawah pemerintahan Provinsi DKI Jakarta. Dengan demikian,
BAZIS Provinsi DKI Jakarta tidak mengalami kesulitan untuk menjalin
kerjasama dengan perusahaan-perusahaan dan pengusaha untuk menyalurkan
ZIS-nya di BAZIS Provinsi DKI Jakarta.
Untuk menambah kepercayaan mereka terhadap BAZIS DKI Jakarta,
BAZIS DKI Jakarta juga mempertemukan pengusaha (muzakki, munfik dan
mutasoddik) dengan mustahik secara langsung. Acara ini disebut dengan
“Event Peduli Ramadhan”. Dalam acara tersebut kita mengundang muzakki
dan mustahiknya dalam satu waktu. Jadi di samping mereka menyerahkan
zakat sebagai kewajibannya, pada saat itu juga kita menyerahkan
pendayagunaan yang menjadi hak para mustahik. Jadi penyaerahan zakat
kepada mustahik disaksikan langsung oleh muzakki.13
13 Sukiyana, Wawancara Pribadi, Jakarta, 20 April 2010
65
Selain itu, dengan adanya dukungan kekuasaan dari Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta dapat dengan mudah mencari sumber-sumber dana ZIS.
Misalnya instruksi gubernur DKI Jakarta No. 34 tahun 2008 yang
menganjurkan seluruh Pegawai Negeri di lingkungan pemerintahan yang telah
mencapai nisab untuk membayarkan zakatnya di BAZIS Provinsi DKI
Jakarta. Atau contoh lainnya, pemerintah provinsi DKI Jakarta menetapkan
penambahan dana ZIS pada harga tiket masuk tempat-tempat wisata di Jakarta
yang dikelola oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta, seperti Kebun Binatang
Ragunan, MONAS (Monument Nasional) dan Taman Mini Indonesia Indah
(TMII).14
Keunggulan-keunggulan yang disebutkan di atas hanya dimiliki oleh
BAZIS Provinsi DKI Jakarta dan tidak dimiliki oleh Lembaga Amil Zakat
(LAZ) yang lain. Dan hal ini menjadi peluang bagi BAZIS Provinsi DKI
Jakarta untuk menghimpun dana ZIS sesuai target yang telah ditetapkan.
2. Faktor Penghambat Strategi Fundraising BAZIS DKI Jakarta
Untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga pasti ada hambatan
yang akan dilaluinya, tak terkecuali dengan BAZIS DKI Jakarta. Setidaknya
ada dua faktor yang menjadi kelemahan strategi Fundraising BAZIS DKI
Jakarta, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
14 Sukiyana, Wawancara Pribadi, Jakarta, 20 April 2010
66
Faktor internal yang menjadi penghambat strategi fundraising BAZIS
DKI Jakarta adalah kurang gencarnya sosialisasi yang dilakukan BAZIS DKI
Jakarta sehingga pengetahuan masyarakat tentang zakat minim.
Kemudian faktor eksternal yang menjadi penghambat strategi
fundraising BAZIS DKI Jakarta seperti pengetahuan masyarakat DKI Jakarta
yang masih minim15, dan keberadaan Lembaga Amil Zakat, Infak dan
Sedekah (LAZIS) yang lain, serta budaya masyarakat tentang berzakat yang
masih suka membayarkan zakat, infak atau sedekahnya langsung kepada
mustahik.
Keberadaan Lembaga Amil Zakat (LAZ) dari organisasi
kemasyarakatan dan bahkan partai politik islam merupakan salah satu faktor
penyebab tidak tercapainya target fundraising di BAZIS Provinsi DKI Jakarta.
Para pengikut suatu organisasi kemasyarakatan atau simpatisan partai politik
tertentu, dari berbagai profesi, biasanya sangat loyal dan percaya terhadap
organisasi kemasyarakatan atau partai politik yang mereka ikuti. Termasuk
dalam hal penyaluran dana ZIS.
Kecenderungan seperti ini membuat Strategi Fundraising BAZIS
Provinsi DKI Jakarta mengalami hambatan. Dalam posisi ini, BAZIS Provinsi
DKI Jakarta perlu mendorong para fundraisernya untuk memberikan
informasi-informasi tentang program-program BAZIS Provinsi DKI Jakarta
15 Sukiyana, Wawancara Pribadi, Jakarta, 20 April 2010
67
kepada calon donor (muzakki, munfik dan mutasoddik) dari segmen ini. Selain
itu, BAZIS Provinsi DKI Jakarta bisa jadi merekrut orang-orang dari
organisasi masyarakat dan partai politik islam tersebut atau orang-orang yang
dekat dengan mereka untuk dijadikan fundraiser.
C. Analisis Pencapaian Target Pengumpulan Zakat BAZIS Provinsi DKI
Jakarta (dari tahun 2004-2009)
Efektifitas Strategi Fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat dari
keberhasilan penghimpunan dana sesuai target yang ditetapkan. Pada tahun 2009
BAZIS DKI Jakarta menargetkan dapat mengumpulkan dana zakat, infak dan
sedekahnya sebesar 35M, namun hasilnya sangat memuaskan dan melebihi target
sampai 44M16. Selain itu, efektifitas Strategi Fundraising juga dapat dilihat dari
peningkatan dana Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) yang terhimpun dari waktu ke
waktu.
Dalam setiap lembaga pasti ada target yang harus dicapai dalam waktu satu
tahun ke depan, begitu pula BAZIS Provinsi DKI Jakarta juga menentukan target
penerimaan ZIS-nya setiap tahun. Yang menentukan target penerimaan Zakat,
Infak dan Sedekah pada BAZIS Provinsi DKI Jakarta adalah wilayah yang
ditetapkan dalam rapat kerja yang dihadiri oleh kepala-kepala BAZIS di tingkat
wilayah, kemudian para camat, lurah dan BAZIS provinsi DKI Jakarta sebagai
16 Sukiyana, Wawancara pribadi, Jakarta, 20 April 2010
68
fasilitator, kemudian tiap wilayah menetapkan sendiri target atau kemampuan
mereka mengumpulkan zakatnya.17
Pencapaian BAZIS Provinsi DKI Jakarta sejak tahun 2004-2009 sangat
mengagumkan. Pada tahun 2004 BAZIS Provinsi DKI Jakarta berhasil
menghimpun dana ZIS sebesar 16,258 M. setahun kemudian, dana ZIS yang
berhasil dihimpun naik sebesar 13,7% menjadi 18,483 M. pada tahun 2006, dana
ZIS yang dihimpun naik sebesar 17,8% dari tahun sebelumnya menjadi 21,771 M.
prestasi ini berlanjut ketika pada tahun 2007, BAZIS Provinsi DKI Jakarta
berhasil menghimpun dana sebesar 27,214 M atau naik 25% dari tahun
sebelumnya. Pada tahun 2008, kenaikan penghimpunan ZIS menurun dari
kenaikan tahun sebelumnya, yaitu hanya meningkat sebesar 9,3% saja menjadi
29,748 M. namun, penurunan persentasi penambahan dana ZIS pada tahun 2008
ditutupi dengan kegemilangan di tahun berikutnya. Pada tahun 2009 dana ZIS
yang berhasil dihimpun sebesar 44,224 M atau naik signifikan dari tahun
sebelumnya sebesar 48,7%.
Keberhasilan BAZIS Provinsi DKI Jakarta meningkatkan penghimpunan dana
ZIS dari tahun ke tahun tersebut merupakan bukti efektifitas Strategi Fundraising
yang diterapkan selama ini. Dengan demikian, Strategi Fundraising tersebut dapat
terus diterapkan dengan dibarengi langkah-langkah inovatif untuk
mengoptimalkan penghimpunan dana dari sumber-sumber yang belum dikelola
secara maksimal. 17 Ibid.
69
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa kesimpulan dan
rekomendasi sebagai berikut;
A. KESIMPULAN
Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian tentang strategi
fundraising yang dilakukan oleh BAZIS Provinsi DKI Jakarta yaitu:
1. Untuk mencapai target peneriman zakat, infak dan sedekah, BAZIS Provinsi
DKI Jakarta menerapkan strategi fundraising dalam 2 sisi, yaitu dari segi
internal dan external. Segi internal ini mencakup konsep komunikasi (yaitu
komunikasi vertikal yang terdiri dari komunikasi ke bawah biasanya dalam
bentuk instruksi, saran, peringatan dan penilaian kepada bawahan dan
komunikasi ke atas dalam bentuk laporan keuangan, laporan perkembangan
program yang dijalankan BAZIS DKI Jakarta. Dan komunikasi horizontal
yaitu komunikasi antar staf maupun antar divisi), dan manajemen motivasi
dan control/ pengawasan.
Sedangkan dari segi eksternal meliputi kebijakan fundraising (dalam
bentuk segmentasi prndonor dan teknik penghitungan zakat), program
sosialisasi dan manajemen kemitraan dengan perusahaan serta pencarian
sumber ZIS kontemporer.
70
2. Faktor pendukung dan penghambat fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta
a. Faktor pendukung fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta
Posisi BAZIS Provinsi DKI Jakarta yang merupakan satu-satunya
pengelola ZIS dibawah pemerintahan Provinsi DKI Jakarta menyebabkan
Strategi Fundraising mereka berjalan lancar. Setidaknya ada dua strategi
BAZIS Provinsi DKI Jakarta yang dapat berjalan efektif karena posisi
strategis ini yaitu manajemen kemitraan dan sumber ZIS kontemporer.
Dengan adanya dukungan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta,
BAZIS DKI Jakarta dapat dengan mudah mencari sumber-sumber dana
ZIS. Misalnya untuk menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan
dan pengusaha untuk menyalurkan ZIS-nya, serta instruksi gubernur DKI
Jakarta No. 34 tahun 2008 yang menganjurkan seluruh Pegawai Negeri
Sipil di lingkungan pemerintahan yang telah mencapai nisab untuk
membayarkan zakatnya di BAZIS Provinsi DKI Jakarta
b. Faktor penghambat fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta
Setidaknya ada dua faktor yang menjadi kelemahan strategi
Fundraising BAZIS DKI Jakarta, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yang menjadi penghambat strategi fundraising
BAZIS DKI Jakarta adalah kurang gencarnya sosialisasi yang dilakukan
BAZIS DKI Jakarta sehingga pengetahuan masyarakat tentang zakat
minim. sedangkan faktor eksternal yang menjadi penghambat strategi
fundraising BAZIS DKI Jakarta seperti pengetahuan masyarakat DKI
71
Jakarta yang masih minim1, dan keberadaan Lembaga Amil Zakat, Infak
dan Sedekah (LAZIS) yang lain, serta budaya masyarakat tentang
berzakat yang masih suka membayarkan zakat, infak atau sedekahnya
langsung kepada mustahik.
B. REKOMENDASI
c. Terlalu banyaknya segmen muzakki, munfik dan mutasoddik yang di bidik
oleh BAZIS Provinsi DKI Jakarta di hawatirkan dalam penghimpunan/
penghimpunan dana Zakat, Infak dan Sedekah tidak maksimal, sehingga
target dana ZIS yang telah ditentukan tidak tercapai.
d. Diharapkan kepada BAZIS Provinsi DKI Jakarta untuk lebih menggali lagi
sumber-sumber ZIS kontemporer namun tidak melupakan sumber-sumber ZIS
yang telah ada.
e. Bagi masyarakat luas hususnya calon muzakki, munfik dan mutasoddik di
wilayah ibukota DKI Jakarta diharapkan agar mempercayakan penyaluran
dana zakat, infak dan sedekahnya pada BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Karena
secara struktural BAZIS DKI Jakarta berada dalam struktur pemerintahan
Provinsi DKI Jakarta yang mengetahui keadaan ekonomi warganya sehingga
dalam penyalurannya akan lebih tepat sasaran.
1 Sukiyana, Wawancara Pribadi, Jakarta, 20 April 2010
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an dan Terjemahan
Aflah, Kuntoro Noor, dkk. Zakat dan Peran Negara. Jakarta: FOZ (Forum Zakat) Ali, Mohammad Daud. Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf,cet.I. Jakarta: UI Press, 1988.
Almaal, Umroha. “Strategi Fundraising Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al Azhar peduli umat.” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.
Al Zuhayly, Wahbah. Zakat: Kajian Berbagai Madzhab (terjemahan), cet. VI. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005. Bariadi, Lili. Zakat dan Wirausaha, cet.I. Jakarta: CED (Center for Entrepreneurship Development), 2005.
BAZIS Provinsi DKI Jakarta dan Institut Manajemen Zakat. Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta, cet.I, Jakarta: BAZIS Provinsi DKI Jakarta, 2006. Chaniago, Amran YS. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, cet. V. Bandung: Pustaka
Setia, 2002. Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke 3. Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Fadlullah, Cholid. Mengenal Hukum ZIS dan Pengamalannya di DKI Jakarta. Jakarta:
BAZIS DKI Jakarta, 1993. Hafiduddin, Didin. Zakat dalam Perekonomian Modern, cet.IV. Jakarta: Gema Insani, 2004.
Hasbi, Rusli, “sejarah perkembangan zakat”, seminar dan training strategi pengelolaan dana zakat/ infak bagi masjid, 9 Agustus 2009
Http: //metris-community.com/dampak-krisis-ekonomi-global. Ali Moertopo. Strategi kebudayaan, cet I. Jakarta: CSIS. 1978. Nazir, Moh. Metode Penelitian, cet ke enam. Bogor: Ghalia Indonesia, 2005. Norton, Michael. Menggalang Dana. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002.
Nurudin Mhd. Ali. Zakat Sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006. Pemerintah DKI, Pedoman Pengelolaan ZIS. Jakarta, 1992. Qaradhawi, Yusuf. Spektrum Zakat dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan, cet.I. Jakarta: Zikrul, 2005. Rifa’i, Moh. Fiqh Islam Lengkap. Semarang: CV. Toha Putra, 2003. Sabiq, Syaih As Sayyid. Panduan Zakat Menurut Al Quran dan As Sunnah, cet.I. Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2005. Subhan, Arief dan Kilun Yusro. Islam yang Berpihak: Filantropi Islam dan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Dakwah Press, 2007. Yusanto, Muhammad Ismail dan Muhammad Karebet Widjajakusuma. Menejemen Strategi; Prespektif Syariah. Cet I. Jakarta: Khairul Bayaan, 2003.
Wahyuddin “Manajemen penghimpunan dan pendayagunaan Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS) dan wakaf uang melalui teknologi informasi pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) Portalinfaq.” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.
Pedoman Wawancara
Nama : Sukiyana, S. Sos
Umur : 44 Tahun
Jabatan : Kasubag Infokom
Hari/ tanggal : Selasa, 20 April 2010
Waktu : 10.10 – 1030 WIB
Tempat : BAZIS Provinsi DKI Jakarta (Gedung Prasada Sasana
Karya Lt.3)
A. Strategi fundraising yg dilakukan oleh BAZIS Provinsi DKI Jakarta untuk
mencapai target penerimaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS).
1. Upaya apa yg dilakukan BAZIS Provinsi DKI Jakarta untuk menumbuhkan
kesadaran berzakat kepada warga Ibu Kota yg wajib mengeluarkan zakat?
Jawab:
Upaya-upaya dari kita yaitu dengan mengadakan sosialisasi kepada
masyarakat melalui tokoh-tokoh ulama, tokoh-tokoh masyarakatnya,
kemudian kepada unit kerja juga kita adakan sosialisasi. Karena sasaran kita
bukan cuma masyarakat, tapi dari beberapa sasaran kita garap semua. Jadi dari
masyarakat, dari pegawai, dari pejabat, termasuk disini kita juga menjalin
mitra kerja dengan Bank, bagi mereka yang tidak sempat menyampaikan
zakat melalui petugas kita, mereka juga bisa transfer melalui bank, tapi yang
paling pokok adalah sosialisasi.
2. Upaya apa saja yg dilakukan BAZIS Provinsi DKI Jakarta untuk menarik para
muzakki agar membayar zakatnya melalui BAZIS Provinsi DKI Jakarta?
Jawab:
Ya itu tadi yang pertama kalau kita di masyarakat tentunya dengan
pendekatan. Pendekatan kepada mereka melalui petugas operasional, karena
disana ditingkat kecamatan dan kelurahan terdapat petugas PO namanya yaitu
Petugas Operasional itu sebagai kepanjangan tangan dari BAZIS Provinsi,
jadi mereka itu yang mengadakan pendekatan-pendekatan langsung kepada
masyarakat. Bagaimana di unit kerja? Ya itu kita melakukan pendekatan,
seperti halnya untuk meningkatkan zakat karyawan caranya bagaimana, kita
menggunakan instruksi gubernur, tapi sebelumnya kita sudah menghitung
dulu berapa sih penghasilan pegawai, sudah masuk wajib zakat atau belum.
Mungkin dulu belum tapi ketika sudah ada tambahan TKG , peningkatan
pendapatan kemudian dihitung, ternyata mereka sudah kena wajib zakat, nah
untuk mengetuk hati mereka itu cara pendekatan melalui tangan gubernur
yaitu dengan instruksi gubernur No. 34 Tahun 2008.
3. Selain kesadaran pribadi, menurut Bapak hal apa yang mendorong muzakki
membayar zakat di BAZIS Provinsi DKI Jakarta?
Jawab:
Dengan mengadakan sosialisasi, yang pertama bisa dalam bentuk penyuluhan,
yaitu bisa sosialisasi dalam bentuk penyuluhan kepada masyarakat , kita
menjelaskan tentang ketentuan-ketentuan yang ada di BAZIS Provinsi DKI
Jakarta, yang perlu diketahui bahwa sekarang perkembangan BAZIS sudah
cukup baik, dari dulu terbentuk tahun 1968 perkembangan sudah luar biasa,
dulu mungkin kita BAZIS hanya dikenal ditingkat provinsi tetapi ketika kita
sudah dibentuk ditingkat kota, kemudian kecamatan dan kelurahan kita dibuat
petugas operasional maka perkembangan dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan-peningkatan. Kita bisa lihat itu dari hasil pengumpulan tahun
2007 itu kita sudah mencapai 27M kemudian tahun 2008 kita sudah mencapai
29M bahkan tahun 2009 kemarin yang kita targetkan 35M itu sudah mencapai
44M. itu tadi saya bilang jadi kita sasarannya jangka panjang yaitu selain dari
masyarakat sendiri kemudian dari pegawai/ pemerintah, kemudian bank-bank,
BUMD bahkan mungkin yang akan datang ini kita akan mengarah kepada
tempat-tempat wisata yaitu kita akan mengacu.
4. Apakah ada strategi fundraising husus yang saat ini diterapkan oleh BAZIS
Provinsi DKI Jakarta untuk meningkatkan penerimaan Zakat, Infak dan
Sedekah (ZIS)?
Jawab:
Pasti, jadi mekanisme yang sudah kami katakana tadi itu melalui masyarakat
itu ada PO disana, melalui unitkerja juga ada PO juga disana. Kemudian Bank
mitra sudah kita jaring, bagi mereka yang tidak bisa langsung ke loket kita
bisa langsung melalui Bank mitra, tapi ada event-event tertentu yang bisa
menggugah hati para muzakki, termasuk disitu nanti kita adakan acara dibulan
puasa. Biasanya masyarakat kita lebih cenderung kalau di bulan puasa katanya
mengeluarkan zakat itu lebih afdol. Makanya kita bentuk “Event Peduli
Ramadhan”, di situ yang kita undang adalah para muzakki dari kalangan
pejabat, pengusaha dan dari kalangan yang lainnya. Dalam acara tersebut,
muzakkinya kita undang dan mustahiknya juga kita undang. Jadi di samping
mereka menyerahkan zakat sebagai kewajibannya, pada saat itu juga kita
menyerahkan pendayagunaan yang menjadi hak para mustahik. Jadi
penyerahan zakat kepada mustahik disaksikan langsung oleh muzakki. Jadi
event itu sangat bagus karena mempertemukan muzakki dan mustahik dalam
satu tempat, makanya “Event Peduli Ramadhan” kita adakan setiap tahun
secara rutin dan itu langsung dihadiri oleh gubernur.
5. Dalam pengumpulan zakat, apakah BAZIS Provinsi DKI Jakarta meminta
secara langsung (jemput bola) kepada muzakki atau muzakki yang datang
sendiri ke BAZIS Provinsi DKI Jakarta untuk menyetorkan zakatnya?
Jawab:
Nah ini, dulu kita masih menggunakan jemput bola dengan petugas-petugas
kita yang ada dibawah (ditingkat kelurahan maupun ditingkat kecamatan)
yaitu petugas PO kita adakan jemput bola. Untuk muzakki-muzakki yang ada
di kelurahan dan kecamatan, mereka itu sekarang penyetorannya kalau dulu
dia langsung melalui petugas kita ditingkat kota maupun kabupaten
setorannya, tapi sekarang kita untuk tahun 2010 ini sudah kita rubah melalui
“Banking System”, jadi ketika mereka sudah mendapatkan setoran dari
masyarakat maupun dari unit kerja, maka mereka harus langsung setor ke
Bank dan mereka ke BAZIS kota hanya membuat laporan saja.
6. Bagaimana teknik penghitungan zakat yang dilakukan BAZIS Provinsi DKI
Jakarta? Apakah muzakki menghitung sendiri kewajiban zakatnya atau pihak
BAZIS yang menghitungkan kewajiban zakatnya?
Jawab:
Ada dua macam, jadi pertama sepenuhnya kita serahkan kepada mereka,
karena yang tahu persis sebetulnya mereka, hanya mungkin caranya yang
mereka belum paham karena itu kan ada saratnya, kalau zakat jelas nisabnya
itu kan ada 85 gram emas kemudian haulnya 1 tahun yang harus dikeluarkan
2,5% nah begitu, dengan ketentuan seperti itu kita sarankan kepada mereka
untuk menghitung zakatnya sendiri, kecuali mereka yang minta petunjuk
kepada kita, kita kasih petunjuk. Jadi dua sistem itu kita dipakai, kalau mereka
tidak bisa menghitung sendiri kita bantu kemudian mereka baru menyetorkan
2,5%, itu biasanya untuk mereka yang punya usaha dan tidak sempat
menyetor langsung ke loket tinggal mereka menyetornya bisa langsung
melalui bank mitra yang sudah kita tunjuk. Ada beberapa bank yang kita
tunjuk seperti BCA, BNI, Bank MANDIRI dan lain-lain.
7. Selain masalah zakat, apakah BAZIS Provinsi DKI Jakarta tetap menjaga
komunikasi yang baik kepada muzakki, Misalnya mengadakan konsultasi
keagamaan atau lainnya?
Jawab:
Ya itu ada, karena disini supaya diketahui bahwa BAZIS provinsi DKI Jakarta
ini tidak berdiri sendiri karena disitu ada dewan pertimbangan yang kebetulan
dijabat langsung oleh wakil gubernur dan untuk anggota-anggotanya itu dari
para ulama termasuk MUI, itu sebagai wakil dewan pertimbangan kemudian
disitu ada komisi pengawas, komisi pengawas itu juga kita melibatkan dari
unsur masyarakat, perwakilan masyarakat, dari anngota dewan, kemudian dari
tokoh ulama, dan tokoh cendekiawan. Nah itu juga kita adakan komunikasi
dengan mereka bagaimana untuk meningkatkan zakat, itu tadi terutama untuk
mengetuk hati mereka, makanya kita sudah menampilkan melalui televisi,
media cetak, tokoh-tokoh kita minta untuk mengadakan sosialisasi tentang
zakat.
8. Apakah ada penghargaan yang diberikan BAZIS Provinsi DKI Jakarta kepada
muzakki sebagai ucapan terimakasih karena telah mempercayakan BAZIS
Provinsi DKI Jakarta untuk menyalurkan zakatnya.
Jawab:
Ada, ada suatu penghargaan yang kita kasih terutama kepada mereka-mereka
yang tidak sempat membayar ke kita dan itu melalui bank yang penting
mereka bisa menyampaikan struk dari bank itu ke kita, nanti kita berikan surat
kepada mereka bahwa zakat yang mereka salurkan melalui bank ini sudah
kami terima dengan baik dan kami ucapkan terimakasih.
9. Siapakah yang mengaudit dana zakat, infak dan sedekah (ZIS) yang
terkumpul di BAZIS Provinsi DKI Jakarta? Kemudian apakah hasil audit itu
diberikan kepada muzakki sebagai laporan?
Jawab:
Jadi gini, untuk di BAZIS provinsi DKI Jakarta ini ada dua pembinaan yang
pertama itu pembinaan melalui jalur BAZISnya sendiri yang di dampingi
langsung oleh inspektorat dan kita adakan monitoring atau pemeriksaan secara
rutin dan kemudian setiap tahun juga kita adakan rapat komisi pengawas, nah
komisi pengawas ini kemudian minta bantuan kepada akuntan publik dan
hasilnya di sebarluaskan melalui media cetak supaya para muzakki yang
menyalurkan zakatnya tahu bahwa ini hasil zakatnya, ada beberapa media
diantaranya Media Indonesia, Koran Tempo dan bisa di akses melalui web
BAZIS.
B. Faktor pendukung dan penghambat fundraising BAZIS DKI Jakarta.
1. Apakah setiap orang yang bekerja di BAZIS Provinsi DKI Jakarta mempunyai
kesungguhan untuk mewujudkan tujuan BAZIS Provinsi DKI Jakarta,
terutama untuk pencapaian target dana zakat yang dikumpulkan?
Jawab:
Ya pasti, karena disini setiap saat diadakan koordinasi baik itu koordinasi
dengan antar staf kita sendiri maupun koordinasi dengan wilayah melalui
BAZIS kota, itu kita adakan koordinasi, kemudian untuk mencapai target itu,
itu kan yang menentukan target itu bukan kita, jadi justru wilayah, jadi setiap
tahun kita mengadakan rapat kerja, itu rapat kerja itu dihadiri oleh kepala-
kepala BAZIS di tingkat wilayah, kemudian para camat, lurah dan BAZIS
provinsi DKI Jakarta sebagai fasilitator. Jadi kesungguhan untuk mencapai
target zakat yang terkumpul diwujudkanj melalui rapat koordinasi dari semua
unsur BAZIS dari pusat sampai tingkat kelurahan.
2. Apakah ada pelatihan yang dilakukan BAZIS provinsi DKI Jakarta untuk
meningkatkan kemampuan meminta/ mengumpulkan zakat, infak dan sedekah
(ZIS)?
Jawab:
Ada, insaya Allah untuk tahun 2010 ini kalau tidak salah besok tanggal 29
april atau 30 april untuk pelatihan petugas-petugas operasional unit kerja. jadi
disini ada petugas operasional unit kerja, ada petugas operasional di tingkat
kecamatan dan kelurahan, kalau untuk ditingkat kecamatan dan kelurahan
sepenuhnya kita serahkan kepada wilayah untuk pembinaannya dan mereka
mengadakan pelatihan diwilayahnya masing-masing, tapi untuk di tingkat
provinsi insyaAllah langsung di koordinir oleh BAZIS provinsi. Jadi untuk
unit-unit kita misalkan dinas itu dari kita, tapi kalau kecamatan dan kelurahan
karena menyangkut kewilayahan maka diserahkan kepada tingkat wilayah,
kota dan kabupaten. Pelatihan ini kita adakan secara rutin, dengan rapat kerja
nanti sekaligus mengevaluasi apa kesulitan kita di lapangan, jadi nanti begitu
dia ada kesulitan maka kita carikan solusinya.
3. Apakah setiap staf pengumpul dana zakat, infak dan sedekah (ZIS) yang ada
di BAZIS Provinsi DKI Jakarta dibekali kemampuan lobbi yang bagus?
Jawab:
Ya itu pasti, harus ada lobbi-lobbi seperti itu terutama kepada mereka-mereka
yang usahanya sudah berhasil, (misalnya: “mereka sebagai dokter sekarang
alhamdulillah sudah berhasil, nah mungkin selama ini mereka tidak tahu
kewajiban mereka, nanti ketika kita ketuk hatinya, sudah lama jadi dokter dan
alhamdulillah sekarang sudah ada perkembangan, dan setelah dihitung
ternyata kalo begitu sudah punya kewajiban). Nah pendekatan dengan lobby-
lobby seperti itu mampu meningkatkan pendapatan zakat dan pendekatan
kepada mereka supaya ahirnya menyadari kewajibannya.
4. Berdasarkan pengalaman, Menurut bapak apakah rasa percaya diri, kesabaran
dan kemampuan bergaul dengan para staf pengumpul zakat, infak dan sedekah
(ZIS) mampu mempengaruhi besarnya dana ZIS yang terkumpul di BAZIS
provinsi DKI Jakarta?
Jawab:
Yang pertama harus tumbuh dari diri kita sendiri, nantinya dibekali dengan
pengetahuan yang cukup. Kemudian tentang kemampuan bergaul tadi
,bagaimana kita bisa bergaul dengan mereka, terutama dengan tokoh-tokoh
masyarakatnya, kalau misalkan kita mau mengambil zakat dari majlis ta’lim,
tokohnya disitu siapa, oh ustadz ini deketin mereka kapan mau ada pengajian,
kapan kita ikut kesana dan nanti disana kita sisipkan masalah zakat. Dari cara
seperti ini pengaruhnya besar, disamping kita juga meminta kepada para
muzakki tapi ada kontribusi, sampaikan kepada mereka apa kewajiban mereka
dan apa hak mereka, jadi ada timbal balik, jangan kita hanya meminta tapi kita
tidak mau memberi.
5. Sejauh ini apakah strategi fundraising yang diterapkan BAZIS Provinsi DKI
Jakarta sudah efektif untuk meningkatkan dana ZIS yang terkumpul?
“kalo belum” menurut bapak apa kelemahan strategi fundraising yang
diterapkan ini?
Jawab:
Cukup efektif karena bisa dibuktikan dengan hasil yang maksimal, hasil
pengumpulan kalau kita lihat itu mulai dari 27M, 29M sampai 44M itu luar
biasa. Ya kalau menurut hemat saya itu sudah cukup berhasil, makanya
sekarang kita membuka jaringan, memperluas sasaran zakat yang sudah ada,
dan yang sudah kita garap sekarang kita kembangkan lagi. Nah untuk di
wisata ini tidak sedikit, insyaAllah untuk yang akan datang bisa mendapatkan
target yang lebih besar, seperti Monas, Ragunan, Taman Mini. Kemudian
caranya bagaimana? Kita adakan pendekatan/ lobby dengan mereka kemudian
kalau mereka “oke bisa saya bantu”, maka kita akan mengacu kesana. Saya
kira untuk orang yang berekreasi, menyisihkan infaknya sedikit dari saku
tidak keberatan, satu orang misalkan Rp 1000,- tapi disampaikan dulu kepada
mereka ini ada infak sekian dari BAZIS provinsi DKI Jakarta pasti mereka
mau.
6. Dalam strategi fundraising yang diterapkan saat ini adakah segmentasi
muzakki, munfik dan mutasoddik dan segmen mana yang menjadi prioritas
BAZIS provinsi DKI Jakarta?
Jawab:
Untuk sementara ini semuanya merupakan prioritas, karena kita tidak tahu
soal kemampuan dari masing-masing-masing (muzakki, munfik dan
mutasoddik). Jadi insyaAllah untuk system pengumpulan ini baik itu zakatnya
maupun infaknya itu saya anggap semua prioritas. Maka bagi mereka yang
belum terkena wajib zakat maka kita mengetuk hati mereka untuk
mengeluarkan infak atau sedekahnya. Karena infak dan sedekah tidak ada
ketentuannya yang penting diawali dengan hati dan disertai dengan niat yang
ikhlas dan tulus.
7. Sejauh ini adakah kendala dalam penerapan strategi fundraising yang
diterapkan saat ini?
Jawab:
kesulitan-kesulitan yang ada dilapangan mungkin mulanya mereka itu untuk
mencapai target tidak mudah, Karena melalui pendekatan masyarakat, tidak
semua masyarakat Jakarta itu ngerti tentang zakat. Kemudian mereka kita
adakan koordinasi pembinaan kepada masyarakat yaitu dalam bentuk
sosialisasi dengan mengumpulkan mereka kemudian kita kasih penjelasan,
dan biasanya narasumber di ambil dari BAZIS Provinsi, jadi misalkan Jakarta
pusat ada 50 instansi, nah itu PO kita kumpulkan sekaligus dan nanti kita
adakan sosialisasi, kita kasih langsung narasumber dari BAZIS Provinsi.
C. Target zakat.
1. Disetiap lembaga pasti ada tujuan/ target, apakah di BAZIS provinsi DKI
Jakarta ada penargetan jumlah penerimaan zakat? Berapa target di tahun
2009? Berapa yang terkumpul? Dan siapa yang menentukan target
penerimaan zakat, infak dan sedekah?
Jawab:
Ada, dan yang menentukan target itu bukanlah kita, melainkan wilayah.
Setiap tahun kita mengadakan rapat kerja, rapat kerja itu dihadiri oleh kepala-
kepala BAZIS di tingkat wilayah, kemudian para camat, lurah dan BAZIS
provinsi DKI Jakarta sebagai fasilitator, kemudian berapa sih kamu
kemampuannya untuk tahun ini, jadi nanti masing-masing dia akan
menentukan oh saya punya kemampuannya sekian jadi nanti dirangkum
menjadi target BAZIS provinsi. Seperti halnya pada tahun 2009 target kita
cuma 35M tapi ternyata bisa mencapai 44M. nah itu kita punya terobosan-
terobosan baru melalui zakat profesi, jadi karyawan yang tadinya belum
terkena wajib zakat setelah di hitung ada tambahan ini sudah wajib zakat dan
zakatnya harus dikeluarkan, jadi pendapatan zakat antara zakat wilayah plus
zakat provinsi menjadi 44M. Jadi dari target 35M itu sudah kita lampui.
Jadi yang menentukan target pengupulan zakat adalah BAZIS pusat bersama-
sama dengan wilayah, BAZIS kota dan kabupaten. Jadi disitu tidak ada unsur
paksaan kamu sekian, kamu sekian. Jadi kemampuan ini berapa, estimasi
sekian kamu berapa saya sekian pak, makanya alhamdulillah setiap tahun
target yang kita perlakukan diwilayah secara konsisten mereka bisa tertutup.
Jakarta, 20 April 2010
Sukiyana, S. Sos Kasubag Infokom