135
KONSEP KHUSYŪ‘ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN PENDEKATAN SEMANTIK TOSHIHIKO IZUTSU) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Disusun oleh: Putri Sahara 11140340000125 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

KONSEP KHUSYŪ‘ DALAM AL-QUR’AN

(SUATU KAJIAN DENGAN PENDEKATAN

SEMANTIK TOSHIHIKO IZUTSU)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Agama (S.Ag)

Disusun oleh:

Putri Sahara

11140340000125

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Putri Sahara

Nim : 11140340000125

Fakultas : Ushuluddin

Jurusan/Prodi : Ilmu al-Qur’an dan Tafsir

Alamat Rumah : Jl. Raya Sungai Pua, gang Tiagan II.

Telp/HP : 089619216303

Judul Skripsi : Konsep Khusyū‘ dalam al-Qur’an (Suatu Kajian

dengan Pendekatan Semantik Toshihiko Izutsu).

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Strata satu (S1) di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan jiplakan orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 16 Oktober 2019

Putri Sahara

Page 3: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

KONSEP KHUSYŪ‘ DALAM AL-QUR’AN

(SUATU KAJIAN DENGAN PENDEKATAN SEMANTIK

TOSHIHIKO IZUTSU)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Agama (S.Ag)

Disusun oleh:

Putri Sahara

11140340000125

Di Bawah Bimbingan

Dosen Pembimbing Skripsi

Dr. Yusuf Rahman, MA.

NIP. 196702131992031002

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 4: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul KONSEP KHUSYŪ‘ DALAM AL-QUR’AN (SUATU

KAJIAN DENGAN PENDEKATAN SEMANTIK TOSHIHIKO

IZUTSU) telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin

Universitas Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal, 20

November 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Aqidah dan

Filsafat Islam

Jakarta, 20 November 2019

Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota,

Dr. Eva Nugraha, M.Ag

NIP. 19710217 199803 1 001

Sekretaris Merangkap Anggota,

Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH

NIP. 19820816 201503 1 004

Anggota

Penguji I,

M. Anwar Syarifuddin, MA

NIP. 19720518 199803 1 003

Penguji II,

Syahrullah, MA

NIP. 19780818 200901 1 016

Pembimbing,

Dr. Yusuf Rahman, MA

NIP. 19670213 199203 1 002

Page 5: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

PEDOMAN TRANSLITERASI

Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara

latin:

Arab Indonesia Inggris Arab Indonesia Inggris

ṭ ṭ ط a a ا

ẓ ẓ ظ b b ب

‘ ‘ ع t t ت

gh gh غ ts th ث

f f ف j j ج

q q ق ḥ ḥ ح

k k ك kh kh خ

l l ل d d د

m m م dz dh ذ

n n ن r r ر

w w و z z ز

h h ه s s س

’ ’ ء sy sh ش

y y ي ṣ ṣ ص

h h ة ḍ ḍ ض

Page 6: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia,

terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau

diftong, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fatḥah

I Kasrah

U Ḍammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah

sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ai a dan i أى

au a dan u أو

Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa

Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Arab Indonesia Inggris

ā ā آ

ī ī إى

ū ū أو

Page 7: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

i

ABSTRAK

Putri Sahara

Konsep Khusyū‘ dalam al-Qur’an (Suatu Kajian dengan Pendekatan

Semantik Toshihiko Izutsu)

Skripsi ini membahas konsep khusyū‘ dalam al-Qur’an dengan

menggunakan metodologi semantiknya Toshihiko Izutsu. Penafsiran

tentang khusyū‘ masih belum terkonsepkan sebagai mana mestinya dan

belum mengungkapkan makna lebih luas dari hanya sekedar bahasa yang

erat kaitannya dengan sebuah ritual ibadah. Akhirnya kata khusyū‘ ini

kadangkala dikaji hanya dalam lingkup ibadah saja. Untuk mengetahui

makna yang dalam penulis menelusuri dengan Perspektif Semantik

Toshihiko untuk menganalisis sebuah konsep yang dihasilkan dari kata

khusyū‘.

Dalam skripsi ini, penulis mengungkap makna dasar khusyū‘

adalah tunduk, merendahkan diri. Hal ini dibuktikan dari penelusuran

makna dasar, makna relasional, serta aspek sinkronik dan diakronik untuk

mendapatkan welthanschauung dari kata khusyū‘ ini. Makna dasar khusyū‘

adalah tunduk. Sedangkan makna relasionalnya adalah merendahkan diri,

tertunduk, dan takut. Hal ini terlihat ketika kata khusyū‘ menceritakan

tentang kehidupan manusia di dunia, keadaan manusia di akhirat, dan alam

semesta.

Dari penelitian ini akhirnya kita mengetahui konsep yang

terbangun dari kata khusyū‘ ini, bukan hanya sebagai kata yang fokus

untuk ritual ibadah saja melainkan terdapat konsep yang menyelimuti kata

ini yang erat kaitannya antara Allah, manusia, dan alam semesta.

Kata Kunci: Khusyū‘, Semantik, Toshihiko Izutsu

Page 8: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt., karena atas

petunjuk, taufik, cahaya ilmu dan rahmat-Nya sehingga penelitian ini

dapat terwujud dengan judul “Konsep Khusyū dalam al-Qur’an (Suatu

Kajian dengan Pendekatan Semantik Toshihiko Izutsu).” Salawat dan

salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Saw, beserta sahabat,

dan keluarganya, nabi yang membawa manusia dari zaman kegelapan

menuju zaman terang menerang dengan ilmu pengetahuan. Beliau adalah

sehebat-hebatnya manusia yang menjadi teladan dan panutan seluruh

manusia hingga akhir zaman.

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat dalam penyelesaian

pendidikan pada Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu penulis akan menerima dengan senang hati

semua koreksi dan saran-saran demi untuk perbaikan dan kesempurnaan

skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini

banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dukungan,

dana, bimbingan, arahan, masukan baik secara langsung maupun tidak

langsung. Kepada mereka penulis haturkan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya, semoga Allah memberikaan balasan

yang sebesar-besarnya dan menghitungnya sebagai amal jariyah yang

tetap mengalir hingga di akhirat kelak.

Ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada Dosen Pembimbing penulis, yaitu Bapak Dr. Yusuf

Rahman, MA. yang dengan penuh kesabaran memberikan arahan dan

bimbingan kepada penulis di tengah-tengah kesibukannya sebagai Dekan

Page 9: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

iii

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, serta

Dosen Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Terima kasih yang setinggi-tingginya juga penulis sampaikan

kepada Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, MA., selaku rektor UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku dekan

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Eva Nugraha,

MA., selaku ketua program studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, Seluruh dosen

di Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, yang telah bersedia mentranfer ilmu

kepada penulis.

Ucapan terima kasih kepada Dr. Eva Nugraha, MA.,yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga, fikiran untuk memeriksa dan

memberikan masukan atas skripsi ini. Selanjutnya ucapan terima kasih

juga kepada dosen penasehat akademik, yakni Dr. Lilik Ummi Kaltsum,

MA., yang banyak memberikan masukan kepada penulis selama penulis

menempuh pelajaran di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis kepada Lukman

Hakim yang selalu meluangkan waktu, tenaga, fikiran, serta memberikan

semangat, saran, dan dukungan penuh kepada penulis untuk segera

menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga kepada temen-temen KKN (Lusi, Riri,

Oppa, Udin, Mamat, Fitri, Aini), sahabat-sahabat yang setia meluangkan

waktu bersama penulis, serta memberi motivasi untuk segera

menyelesaikan skripsi ini.

Penyelesaian skripsi ini ditulis di antara kesibukan penulis sebagai

tenaga pengajar di LPQ al-Bayyinah, sehingga banyak waktu izin selama

penyelesaian skripsi ini. Oleh karenanya, penulis ucapkan rasa terima

kasih kepada semua jajaran LPQ al-Bayyinah yang telah memaklumi

kesibukan penulis.

Page 10: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

iv

Wa bi al-khusūs, penghargaan dan sujud ta’ẓim penulis untuk

Ayahanda Ali Umar (al-Marhūm) dan ibunda Rayana, yang dengan penuh

kasih dan sabar mendidik penulis dari kecil hingga dewasa, mengajari

untuk selalu cinta pengetahuan, dan tak henti-hentinya mendo’akan

penulis supaya menjadi pribadi yang baik dan berguna bagi agama,

bangsa, dan negara. Serta kepada kakak kandung, kakak ipar dan adek

penulis yang selalu memberikan do’a, semangat, perhatian, dan dorongan

baik moril maupun materil kepada penulis.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan doa ke

hadirat Allah Swt. Semoga amal baik semua pihak yang telah

membimbing, mengarahkan, memperhatikan dan membantu penulis

dicatat oleh Allah sebagai amal shaleh dan dibalas dengan pahala yang

berlipat ganda. Dan mudah-mudahan apa yang penulis usahakan dapat

bermanfaat. Āmīn.

Ciputat, 20 Januari 2020

Putri Sahara

Page 11: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................i

KATA PENGANTAR ............................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 6

C. Batasan dan Rumusan Masalah ...................................................... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 7

E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7

F. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 8

G. Metode Penelitian......................................................................... 14

H. Sistematika Penelitian .................................................................. 16

BAB II RESEPSI TERHADAP PENDEKATAN SEMANTIK

TOSHIHIKO IZUTSU .......................................................................... 17

A. Biografi Toshihiko Izutsu ............................................................ 17

1. Riwayat Hidup........................................................................... 17

2. Karya-Karya .............................................................................. 21

B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu .............................. 27

C. Metodologi Semantik Toshihiko Izutsu ....................................... 31

D. Skripsi dan Tesis terkait Pendekatan Semantik Toshihiko Izutsu di

UIN Jakarta .................................................................................. 35

1. Skripsi........................................................................................ 36

2. Tesis .......................................................................................... 49

BAB III DEFINISI KHUSYŪ‘ .............................................................. 55

A. Pengertian Khusyū‘ ...................................................................... 55

B. Inventarisasi Kata Khusyū‘ dalam Al-Qur’an .............................. 58

C. Kategorisasi dan Penafsiran Ayat Khusyū‘ dalam al-Qur’an ....... 62

Page 12: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

vi

BAB IV PENDEKATAN SEMANTIK TOSHIHIKO IZUTSU

TERHADAP KATA KHUSYŪ‘ DALAM AL-QUR’AN .................... 77

A. Makna Dasar ............................................................................. 77

B. Makna Relasional ...................................................................... 79

C. Analisis Sinkronik Diakronik .................................................. 105

D. Weltanschauung ...................................................................... 111

BAB V PENUTUP................................................................................ 115

A. Kesimpulan ................................................................................ 115

B. Saran ........................................................................................... 117

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 119

LAMPIRAN.......................................................................................... 123

DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM

A. Daftar Tabel

Tabel 3.1: Rekapitulasi Kata Khusyū‘ dan Derivasinya ..................... 59

B. Daftar Diagram

Diagram 4.1: Medan Semantik secara Sintagmatik ............................ 90

Diagram 4.2: Medan Semantik secara Paradigmatik ........................ 105

Page 13: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam hubungan antara manusia dengan Allah Swt yang secara

sederhana disebut sebagai ibadah, terdapat istilah khusyū‘. Dewasa ini,

kata khusyū‘ seringkali dikaitkan dengan ibadah salat. Padahal di dalam

al-Qur’an, kata khusyū‘ dan segala derivasinya disebutkan sebanyak 17

kali. Satu kali dengan fi‘il maḍī (kata kerja masa lalu), satu kali dengan

fi‘il muḍāri‘ (kata kerja masa kini dan akan datang), satu kali dengan

maṣdār (infinitif) dan selebihnya diungkapkan dengan isim fā‘il (kata

benda yang menunjukkan pelaku).1 Sedangkan kata khusyū‘ dalam al-

Qur’an mempunyai kriteria yang lebih luas dari sekedar istilah khusyū‘

yang ada dalam ibadah salat.

Khusyū‘ berasal dari kata bahasa Arab, namun term ini tidak

asing. Bahkan begitu populernya perkataan khusyū‘ ini, sehingga istilah

tersebut masuk ke dalam bahasa seseorang tanpa perlu terjemahan. Ini

seperti terminologi Islam lainnya yaitu kata salat, zakat, haji dan

sebagainya.2

Kata khusyū‘ dalam bahasa Arab merupakan bentuk maṣdār dari

khasya‘a (خشع) yang mengikuti wazan fa’ala (فعل) yang memiliki arti

tunduk (الخضوع), tenang (السكون), dan merendahkan diri )3.)التذلل Dalam

kamus al-Biṣri, khusyū‘ diartikan dengan tunduk, takluk dan

menyerah.4 Dalam kamus Mu‘jam Maqāyīs al-Lughah, (خشع)

1 Muḥammad Fu’ād ‘Abd al-Bāqī, al-Mu‘jam al-Mufahrās li Alfāẓ al-Qur’an al-

Karīm (Beirut: Dār al-Fikr, 1994), 296. 2 Muchammad Ichsan, Hanya Salat Khusyū’ yang Dinilai Allah, cet. I

(Yogyakarta: Mocomedia, 2008), 17. 3 Majduddīn Ibn Muḥammad Ibn Ya‘qūb al-Fairūzābādī al-Syairāzi, al-Qāmūs al-

Muḥīṭ, cet. VI (Damaskus: Muassasah ar-Risālah, 1998), 713. 4 Adib Bisri dan Munawwir AF, Kamus al-Bisri (Surabaya: Pustaka Progresif,

1999), 160.

Page 14: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

2

merupakan satu rangkaian huruf yang membentuk kata berindikasi

menunduk. Kata ini berarti menunduk dan mengangguk-anggukan

kepala. Khusyū‘ juga identik dengan khuḍū’, hanya saja khuḍū’

digunakan untuk tubuh dan khusyū‘ digunakan untuk suara dan

pandangan.5 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa

khusyū‘ adalah penuh konsentrasi, bersungguh-sungguh, intens,

khidmat, serius, serta penuh kerendahan hati.6

Menurut Ibn Manẓūr al-Anṣārī (w. 711 H.)7 dalam bukunya Lisān

al-‘Arab, khusyū‘ adalah mengarahkan pandangan ke bumi dan

merendahkan suara.8 Rāghib al-Aṣfahānī (w. 502 H.)9 menyamakan arti

khusyū‘ dengan ḍirā’ah (merendahkan diri).10 Hanya saja pada

umumnya kata khusyū‘ lebih banyak dipergunakan untuk anggota

tubuh, sementara ḍirā’ah (merendahkan diri) lebih banyak

dipergunakan untuk hati (ketundukan hati). Ia mengemukakan contoh

sebuah riwayat yang mengatakan, idzā ḍara’a al-qalbu khasya’at al-

jawāriḥ “ketika hati telah tunduk, ketika itu pula anggota tubuh

menjadi tunduk.”11

5 Abī Ḥusain Aḥmad Ibn Fāris Ibn Zakariyā, Mu’jam Maqāyis al-Lughat, jilid 2

(Beirut: Dār al-Fikr, 1979), 182. 6 Umi Chulsum dan Windy Novia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Surabaya:

Yoshiko, 2006), 387. 7 Nama lengkapnya adalah Muḥammad Ibn Mukrim ibn ‘Alī Abū Faḍal Jamāl al-

Dīn ibn Manẓūr al-Anṣārī, lahir pada bulan Muharram 630 /1232 M. dan wafat pada

bulan Sya’ban 711 /1311 M. Ia adalah seorang pekamus, sastrawan, sejarawan, ilmuan di

bidang fikih dan bahasa Arab. https://id.wikipedia.org/wiki/Ibn_Manzhur, diakses pada

17 Agustus 2019. 8 Ibn Manẓūr al-Anṣārī, Lisān al-‘Arab, vol. 8 (Mesir: al-Dār al-Miṣriyyāt, t.t), 71. 9 Nama lengkapnya adalah Abu al-Qāsim Ḥusain ibn Muḥammad Rāghib al-

Aṣfahānī adalah sarjana Muslim abad ke-11 dari penafsir al-Qur’an dan bahasa Arab.

https://en.wikipedia.org/wiki/Al-Raghib_al-Isfahani, diakses pada 17 Agustus 2019. 10 ‘Abdullah al-Ḥusain Ibn Muḥammad al-Dāmaghānī menjelaskan bahwa kata

khusyū’ dalam al-Qur’an mempunyai 4 (empat) makna, yaitu al-Tawāḍū‘, al-Khawf, al-

Taḍallul, dan al-Sukūn. Lihat ‘Abdullah al-Ḥusain Ibn Muḥammad al-Dāmaghānī, Al-

Wujūh wa al-Naẓā’ir li AlFāẓ Kitābillāh al-‘Azīz, vol. 1 (Kairo: t.p., 1996), 316. 11 Al-Rāghib al-Isfahānī, Mu‘jam Mufradāt AlFāẓ al-Qur’ān (Beirut: Dār al-

Kutub al-‘Ilmīyah, 2004), 167.

Page 15: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

3

Secara terminologi, para ulama tidak sepakat dalam menetapkan

batasan khusyū‘. Para Fuqahā’ memberikan pengertian khusyū‘, yaitu

rasa takut seseorang jangan sampai salat yang dikerjakannya ditolak

oleh Allah yang ditandai dengan tertunduknya pandangan mata ke

tempat sujud. Para Fuqahā’ memberikan beberapa indikasi khusyū‘

dengan memelihara gerak di luar gerak salat, seperti tidak menguap,

menoleh ke kiri dan kanan, menggerak-gerakan jari tangan,

memandang ke atas. Sementara itu, kelompok Sufi memberikan

definisi khusyū‘ yaitu menghadirkan Allah atau kebesaran-Nya di

dalam benak dan hati orang yang salat, sehingga dia larut bersama

Allah atau bersama kebesaran-Nya dan tidak menyadari keadaan di

sekitarnya.12

Terlepas dari perbedaan pendapat para ulama dalam menetapkan

batasan khusyū‘ dan kaitannya dengan pelaksanaan salat, bila diteliti

term-term khusyū‘ yang terdapat dalam al-Qur’an, akan terlihat bahwa

tidak semua term tersebut mengacu kepada makna khusyū‘ yang

disebut di atas. Selain makna tersebut, term khusyū‘ yang disebut

dalam al- Qur’an sebanyak 17 kali dalam berbagai Surah dan ayat,

mempunyai konteks yang cukup bervariasi. Terkadang khusyū‘ berarti

membenarkan apa yang diturunkan oleh Allah, misalnya pada (Q.S. Al-

Baqarah [2]: 45).13

و ٱست ع ين وا ب ٱلصب ع إ ن ل و ٱ ٱخ ع ي ل ل ب و ٱلصو و و و ن

“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan

salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang

yang khusyū‘.”

12 Muḥammad al-Zuhri, al-Shirāj al-Wahhāj (Kairo: Muṣṭafā al-Bābī al-Ḥalabī,

1933), 33-58, dan Ibn Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi’i Buku 1: Ibadah

(Bandung: Pustaka Setia, 2007), 142-151. 13 Al-Qur’an, al-Baqarah [2]: 45. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan

Terjemahannya (Jakarta: CV Darus Sunnah, 2002), 8.

Page 16: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

4

Di lain ayat, khusyū‘ mengandung arti merasa kecil, lemah, dan

kekurangan, misalnya, pernyataan Allah (Q.S. Al- Syurā [42]: 45).

ٱ و ق لل ٱلذ ين ء ام ن وا م ن ٱلذل ي نظ ر ون م ن ط رف خ ف ع و ت ر ى ه م ي عر ض ون ل و ي ه ل خ ع

ر ين اب مق يم ن ن ٱخ س ف ل ذ م ي وم ٱلق ي م ة أ ن ن ٱلظو م ر وا أ نف س ه م و أ هو يه ٱلذ ين خ س “Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam

keadaan tertunduk karena (merasa) hina, mereka melihat dengan

pandangan yang lesu. Dan orang-orang yang beriman berkata,

“Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang

merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari

kiamat.” Ingatlah, sesungguhnya orang- orang yang zalim itu

berada dalam azab yang kekal.”14

Pada tempat lain, kata khusyū‘ juga dipergunakan untuk orang-

orang yang beriman dengan melakukan ketaatan sepenuhnya kepada

Allah serta ajaran-ajaran-Nya.15 dihubungkan dengan orang-orang yang

berserah diri, beriman, taat, orang-orang yang benar, sabar, suka

bersedekah, dan berpuasa serta memelihara kehormatannya.16

Di samping pemakaian kata khusyū‘ di dalam pengertian-

pengertian di atas, di dalam al-Qur’an juga ditemukan kata itu dengan

makna lain yang dikaitkan dengan kemahakuasaan Allah, seperti Allah

mampu menghidupkan yang mati dengan mengemukakan

perumpamaan bumi yang kering tandus (khāsyi‘ah), jika Allah

menurunkan hujan maka ia menjadi hidup dan subur.17 Juga dikaitkan

dengan pembuktian dan kebenaran al-Qur’an sebagai mukjizat karena

ada tantangan dari orang kafir. Karena itu, Allah memberikan

perumpamaan jika al-Qur’an diturunkan di atas gunung maka gunung

itu akan merunduk dan pecah (خاشعا متصدعا) karena takut kepada

14 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 368. 15 QS. Alī Imrān [3]: 199. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,

77. 16 QS. al-Aḥzab [33]: 35. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,

423. 17 QS. Fuṣṣilat [41]: 39. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,

482.

Page 17: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

5

Allah.18 Di sini kata khāsyi’ disambung dengan kata mutaṣaddi‘an

untuk menguatkan perumpamaan tersebut, agar manusia berpikir.

Berdasarkan hal di atas, maka kata khusyū‘ menjadi kata kunci

yang menarik untuk dikaji dalam studi linguistik. Salah satu cabang

linguistik yang mempelajari makna sebuah kata adalah semantik.

Menurut para ahli bahasa, semantik adalah cabang dari ilmu bahasa

yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal

yang ditandainya (makna). Tanda linguistik yang dimaksud di sini

adalah seperti yang dikemukakan Ferdinand De Saussure yang terdiri

dari dua komponen yaitu, komponen yang mengartikan, yang terwujud

bentuk-bentuk bunyi bahasa dan komponen yang diartikan, atau makna

dari komponen yang pertama. Kedua komponen ini adalah tanda atau

lambang, sedangkan yang ditandai atau dilambangi adalah sesuatu yang

berada di luar sesuatu yang lazim disebut referen atau sesuatu yang

ditunjuk.19

Dalam penelitian ini penulis akan mencoba menggunakan analisis

semantik yang dikembangkan oleh Toshihiko Izutsu. Menurut

Toshihiko Izutsu semantik adalah kajian analitik terhadap istilah-istilah

kunci suatu bahasa yang mengantarkan pada pandangan dunia

masyarakat pengguna bahasa itu sendiri weltanschauung, tidak hanya

sebangai alat berbicara dan berpikir tetapi yang terpenting adalah

pengkonsepan dan penafsiran dunia yang melingkupinya.20

Semantik al-Qur’an menurut Toshihiko Izutsu harus dipahami

dengan pandangan dunia weltanschauung al-Qur’an melalui analisis

18 QS. al-Haṣr [59]: 21. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,

549. 19 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta,

2009), 2. 20 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan Dan Manusia: Pendekatan Semantik Terhadap

Al-Qur’an, Terj. Agus Fahri Husein (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003), 3.

Page 18: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

6

semantik terhadap materi-materi di dalam al-Qur’an itu sendiri, yakni

kosa kata atau istilah penting yang terdapat di dalam al-Qur’an.21

Untuk menganalisis bahasa tersebut Toshihiko Izutsu mengembangkan

beberapa langkah yang harus dilalui. Penelitian ini secara analisis akan

membahas bagaimana sebenarnya pandangan al-Qur’an tentang arti

kata khusyū‘ dengan pendekatan semantik Toshihiko Izutsu. Pilihan

semantik Izutsu sebagai pendekatan, karena ruang kerja semantiknya

mencakup bahasa pada setiap makna dasar dan makna relasional

dengan menggunakan analisis sintagmatik dan paradigmatik. Persoalan

kronologi sejarah linguistiknya akan terlihat pada masa pra-Qur’anik,

Qur’anik dan pasca-Qur’anik, sehingga akan mendapatkan pemahaman

yang komprehensif dan utuh tentang makna khusyū‘ dalam al-Qur’an.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian singkat latar belakang masalah di atas, penulis

menemukan dan mengidentifikasi suatu masalah yang timbul

kemudian. Permasalahan tersebut antara lain:

1. Sebagian besar tokoh agama sering mengaitkan kata khusyū‘ dengan

ibadah. Padahal kata khusyū‘ juga digunakan untuk keadaan manusia

pada hari kiamat, serta tentang gunung dan bumi. Dengan demikian,

bagaimana pemahaman mendalam tentang konsep khusyū‘ dalam al-

Qur’an menggunakan metode semantik Toshihiko Izutsu.?

2. Kata khusyū‘ membahas tentang keadaan manusia di dunia dan di

akhirat. Maka, bagaimana ciri-ciri manusia yang khusyu’ itu.?

3. Kata khusyū‘ dalam al-Qur’an memiliki banyak konteks ayat. Maka,

apa saja konteks ayat ayat yang menggunakan kata khusyū‘.?

21 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan Dan Manusia, 3.

Page 19: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

7

C. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dibahas di atas,

kemudian yang menjadi titik fokus dalam penelitian ini adalah kata

khusyū‘ di dalam al-Qur’an. Penulis ingin menggali lebih jauh tentang

konsep khusyū‘ di dalam al-Qur’an melalui pendekatan semantik

Toshihiko Izutsu. Penelitian ini penulis lakukan dengan cara

mengumpulkan seluruh ayat yang terdapat kata khusyū‘ di dalamnya,

untuk diteliti menurut metode semantik. Masalah yang akan dijawab

dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana konsep khusyū‘ dalam al-Qur’an menurut pendekatan

semantik Toshihiko Izutsu?

D. Tujuan Penelitian

Sebagaimana yang tertuang dalam rumusan masalah sebelumnya,

maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Menjelaskan konsep khusyū‘ menggunakan metode pendekatan

semantik Toshihiko Izutsu.

E. Manfaat Penelitian

Sehubungan dengan tujuan yang terealisasi maka diharapkan

penelitian ini dapat memberikan manfaat ke dalam dua kategori, yaitu

bersifat akademis dan bersifat praktis. Secara akademik, pertama

untuk menambah khazanah keilmuan Islam dalam kajian tafsir dengan

metode semantik tentang khusyū‘. Kedua, untuk melengkapi penjelasan

para tokoh terkait khusyū‘ yang sering dikaitkan dengan ibadah.

Ketiga, memperluas pemaknaan khusyū‘, sehingga khusyū‘ tidak selalu

tentang ibadah.

Secara praktis dari penelitian ini dapat dijadikan bahan ajar dalam

matakuliah semiotik di Fakultas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta

dapat menjadi perbandingan terhadap penelitian-penelitian berikutnya

Page 20: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

8

khususnya penelitan yang dilakukan menggunakan metode pendekatan

semantik Toshihiko Izutsu. Penelitian ini juga dapat dijadikan bahan

pertimbangan dalam menunjukkan pentingnya kajian bahasa dalam

penafsiran.

F. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa karya tulis yang penulis temukan yang secara

langsung berhubungan dengan penelitian ini, namun perlu penulis

tegaskan bahwa dalam tinjauan pustaka ini penulis lebih memusatkan

pada tema-tema yang membahas tentang khusyū‘. Adapun pendekatan

dari metode Toshihiko Izutsu yang mendalam akan dipaparkan dalam

bab II di antarannya:

1. Skripsi

Pertama, “Khusyuk dalam Salat (Perbandingan Tafsir Al-Manar

dan Tafsir Al-Munir)” yang di tulis oleh Rinawi tahun 2009. Skripsi

yang diajukan kepada Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel

Surabaya. Dalam skripsi tersebut, Rinawi hanya memfokuskan

pembahasan tentang khusyū dalam salat saja, dengan melakukan kajian

perbandingan penafsiran antara Rasyid Ridha dan Wahbah Zuhailī. 22

Kedua, sebuah skripsi yang ditulis oleh Mardiayanto dengan

judul “Urgensi Sholat Khusyū‘: Kajian Tahlīlī pada Q.S. Al-Mu’minūn

/23 : 1-2.” Dalam skripsinya Mardiyanto membahas tentang urgensi

khusyū‘ dalam salat yang terkandung dalam al-Qur’an terkhusus dalam

Surah al-Mu’minūn/23 : 1-2, sebab melakukan kemaksiatan. Khusyū‘

dalam salat sangatlah berpengaruh dengan kehidupan sehari-hari.

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang hakikat

salat, untuk mengetahui wujud salat yang terkandung dalam Q.S. al-

22 Rinawi, “Khusyuk dalam Salat: Perbandingan Tafsir Al-Manar dan Tafsir Al-

Munir.” (Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2009).

Page 21: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

9

Mu’minūn /23 : 1-2 dengan kajian tahlīlī, dan untuk menjelaskan

tentang urgensi khusyū‘ dalam salat. Dari hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa makna dan hakikat salat adalah, pertama, salat

dari segi bahasa berarti membakar dan berdoa atau meminta, sedangkan

dari segi istilah adalah bentuk penyembahan atau peribadatan kepada

Allah melalui beberapa bacaan dan gerakan tertentu yang diawali

dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Kedua, dalam surah al-

Mu’minūn [23]: 1-2, menjelaskan bahwa orang yang salat dengan

khusyū‘ dalam arti tunduk dan merendahkan diri kepada Allah akan

mendapatkan keberuntungan yang pasti, yaitu, surga. Ketiga, salat yang

khusyū‘ mampu menjadikan orang yang salat termasuk orang-orang

yang beruntung sebagaimana yang telah dijanjikan Allah swt. Dalam

surah al-Mu’minūn ayat 1-2 (pasti beruntunglah orang-orang yang

beriman, yaitu mereka yang khusyū‘ dalam salatnya). Artinya dengan

salat yang khusyū‘ akan melahirkan sikap mental positif dalam diri

mereka, yang pada akhirnya tercipta amar ma’rūf nahī mungkar.

Dalam penelitian ini, Mardianto memahami bahwa khusyū‘ dalam

salat sangatlah penting karena orang yang salat dengan khusyū‘ akan

membangun sikap mental positif pada dirinya, sehingga menjadi orang

yang selalu merasa diawasi dan takut kepada Allah dan tidak

melakukan maksiat. Jadi fokus kajian yang dilakukan oleh Mardianto

hanya sebatas khusyū‘ dalam salat.23

2. Tesis

Ketiga, tesis yang berjudul “Makna Khusyū‘ dalam al-Qur’an

(Studi Tafsir Tematik)” yang ditulis oleh Aizul Maula, merupakan

merupakan mahasiswa Pascasarjana Program Studi Ilmu al-Qur’an dan

23 Mardianto, “Urgensi Sholat Khusyu‘: Kajian Tafsir Tahlīlī pada Q.S. Al-

Mu’minun/23 : 1-2.”, (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2014).

Page 22: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

10

Tafsir, Institut Agama Islam Negeri Surakarta tahun 2018. Dalam tesis

ini ia melakukan penelitian mengenai makna khusyū‘ dalam al-Quran

secara umum. Dari penelitian ini juga diperoleh informasi bahwa

khusyū‘ dalam al-Qur’an mengandung beberapa pesan, yaitu: Pertama,

khusyū‘ merupakan sikap yang harus dihadirkan ketika salat, kedua,

khusyū‘ merupakan sikap yang melekat pada para Nabi, ketiga, khusyū‘

merupakan pujian dari Allah kepada ahli kitab yang beriman kepada

Allah, Nabi Muhammad dan al-Qur’an, keempat, khusyū‘ dalam

mengingat Allah dan al-Qur’an dapat menjauhkan seseorang dari

kefasikan, dan kelima, orang yang khusyū‘ akan mendapatkan balasan

dari Allah berupa ampunan dan pahala yang besar. Lebih lanjut,

terdapat beberapa faktor yang dapat membantu dalam meraih khusyū‘,

di antaranya adalah; iman yang benar, ilmu yang bermanfaat,

mengingat kematian, dan tadabur ayat-ayat al-Qur’an.24

Keempat, tesis Program Pacasarjana Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga yang ditulis oleh M. Zikri dengan judul “Term al-

Khusyū‘ dalam Al-Quran: Kajian Semantik”. Dalam Tesis tersebut

term khusyū‘ di dalam al-Qur’an dikaji melalui pendekatan Semantik

dengan tujuan memahami lebih jauh makna kata khusyū‘ serta makna

relasional dari kata tersebut dalam al-Quran. Kesimpulan dari

penelitian tersebut menyatakan bahwa khusyū‘ memiliki relasi makna

dengan beberapa hal dasar, yaitu: 1) hubungan Tuhan dan manusia, 2)

ibadah, 3) fitrah manusia, dan 4) ke-khannifan manusia kepada arah

yang benar.25

24 Aizul Maula, “Term al-Khusyū’ dalam al-Quran: Kajian Semantik.” (Tesis S2.,

Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2018). 25 M. Zikri, “Term al-Khusyū‘ dalam al-Quran: Kajian Semantik”, (Tesis S2.,

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga).

Page 23: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

11

Kelima, Sebuah tesis yang ditulis oleh Kusroni dengan judul

“Khusyū‘ dalam al-Qur’an (Studi Penafsiran Ismā’il Hāqi dalam Rūh

al-Bayān)”, Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsīr, Pascasarjana

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pada penelitian ini,

Kusroni memfokuskan kajiannya pada ayat-ayat khusyū‘ yang

ditujukan untuk orang-orang mukmin di dunia. Pada penelitian

tersebut, disimpulkan bahwa khusyū‘ yang ditujukan kepada orang-

orang mukmin mencakup pada dua aspek. Pertama, khusyū‘ secara

teknis meliputi khusyū‘ lahiri yakni sikap tunduk, patuh, takut kepada

Allah serta perangai yang rendah diri. Sedangkan khusyū‘ batini yakni

ketenangan hati dengan senantiasa mengingat Allah. Kedua, khusyū‘

secara praktis meliputi khusyū‘ dalam salat, yakni dengan melakukan

gerakan-gerakan dalam salat sesuai standar syari’at, dan khusyū‘ di luar

salat yakni mengimplementasikan khusyū‘ dalam arti tunduk, patuh,

tenang, dan takut kepada Allah ke dalam segala bentuk ibadah selain

salat, serta sikap rendah hati kepada sesama dalam kehidupan sosial.26

3. Buku Ilmiah

Keenam, Buku karya Abu Sangkan dengan judul “Pelatihan

Salat Khusyū‘: Salat Sebagai Meditasi Tertinggi dalam Islam”. Dalam

buku tersebut dijelaskan tentang hukum dan teori mengenai salat

khusyū‘. Di dalamnya juga dijelaskan tentang langkah-langkah konkret

untuk dapat mencapai salat khusyū‘.27

Ketujuh, Buku karya Muhammad Shaleh al-Munjid dengan judul

“Salat yang Khusyū‘ dan Langkah-langkah Mencapainya”. Di

dalamnya dijelaskan tentang beberapa upaya untuk mengundang dan

26 Kusroni, “Khusyū’ dalam al-Qur’an: Studi Penafsiran Ismā’il Hāqi dalam Rūh

al-Bayān”, (Tesis S2., Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya). 27 Abu Sangkan, Pelatihan Salat Khusyuk; Salat Sebagai Meditasi Tertinggi

dalam Islam (Pustaka UI, 2008).

Page 24: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

12

menguatkan kekhusyū‘an dalam salat. Selain itu dijelaskan juga tentang

segala penghalang dan pengganggu yang memalingkan dan

mengeruhkan rasa khusyū‘. 28

4. Jurnal

Kedelapan, karya akademik dalam bentuk artikel yang ditulis

oleh Eko Zulfikar.29 Ia merupakan mahasiswa Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Tulungagung. Dalam artikel tersebut ia membahas

tentang “Makna Ūlū al-Albāb dalam al-Qur’an: Analisis Semantik

Toshihiko Izutsu”. Dalam penelitian tersebut ia menjelaskan bahwa ūlū

al-albāb merupakan istilah yang disebutkan sebanyak 16 kali yang

terliputi dalam 10 surah di dalam al-Qur’an. Di setiap ayat yang

terdapat di berbagai surah tentunya memiliki makna yang berbeda,

sehingga membutuhkan pemahaman yang mendalam. Pengungkapan

makna ūlū al-albāb tersebut akan dianalisis dengan menggunakan

semantik al-Qur’an yang dikembangkan oleh Toshihiko Izutsu.

Semantik al-Qur’an menurut Izutsu merupakan sebuah usaha

menyingkap pandangan dunia al-Qur’an (weltanschauung) melalui

analisis semantik terhadap kosakata atau istilah-istilah kunci al-Qur’an.

Proses yang dilakukan dalam penelitian ini adalah meneliti makna

dasar dan makna relasional kata ūlū al-albāb dengan menggunakan

analisis sintagmatik dan paradigmatik, kemudian meneliti penggunaan

kosakata ūlū al-albāb pada masa pra-Qur’anik, Qur’anik dan pasca-

Qur’anik.

Kesembilan, artikel yang membahas tentang semantik Toshihiko

Izutsu. Tulisan tersebut berjudul “Analisis Semantik Kata Syukūr

28 Muhammad Shaleh al-Munjid, Salat yang Khusyuk dan Langkah-Langkah

Mencapainya (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002). 29 Eko Zulfikar, “Makna Ūlū al-Albāb dalam al-Qur’an: Analisis Semantik

Toshihiko Izutsu”. Jurnal Theologia, vol. 29, no. 1 (2018): 109-140.

Page 25: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

13

dalam al-Qur’an”, yang ditulis oleh Mila Fatmawati, Ahmad Izzan, dan

Dadang Darmawan, merupakan mahasiswa Universitas Islam Negeri

Sunan Gunung Djati Bandung.30 Dalam tulisan tersebut, Terdapat

banyak istilah dalam al-Qur’an yang berkaitan dengan kata syukūr.

Orang lazim mengartikan kata syukūr dengan makna pujian, memuji

dan berterimakasih. Kata syukūr di dalam berbagai bentuknya

ditemukan sebanyak 75 kali tersebar dalam 69 ayat dan 37 Surah,

terbagi ke dalam 18 bentuk (derivasi). Kata syukūr menjadi kata yang

menarik untuk dikaji lebih dalam untuk mengungkap makna syukūr

yang sesuai dengan makna yang disebutkan dalam al-Qur’an. kata

tersebut akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan semantik,

yaitu teori semantik Toshihiko Izutsu.

Dari telaah pustaka di atas, pembahasan tentang khusyū‘ hanya

dijelaskan secara umum berdasarkan pada pendapat para mufassir

dalam menjelaskan kata khusyū‘ di dalam al-Qur’an. Sedangkan

khusyū‘ yang dibahas dalam penelitian ini, berdasarkan semantik

Toshihiko Izutsu. Selain itu, tesis yang berjudul “Term al-Khusyū‘

dalam al-Qur’an: Kajian Semantik” walaupun memiliki term kajian

semantik yang sama dengan penelitian yang penulis lakukan, namun,

dalam tesis tersebut term khusyū‘ dikaji melalui pendekatan semantik

secara umum, yaitu mencari relasi makna khusyū‘ dengan beberapa hal

dasar dalam al-Qur’an, seperti yang dijelaskan di atas. Berbeda dengan

yang penulis teliti dalam skripsi ini, yaitu mengkaji term khusyū‘ dalam

al-Qur’an secara khusus melalui pendekatan semantik Toshihiko

Izutsu. Di samping itu, sejauh pengamatan penulis dalam karya ilmiah

lainnya, belum ada skripsi atau penelitian secara khusus membahas

30 Mila Fatmawati,dkk, “Analisis Semantik Kata Syukūr dalam al-Qur’an”. Al-

Bayan: Jurnal Studi al-Qur’an dan Tafsir 3, 1 (Juni 2018): 90-100.

Page 26: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

14

term khusyū‘ dalam al-Quran menggunakan analisis semantik

Toshihiko Izutsu. Penulis hanya menemukan term Syaiṭān, Khalīfah,

Fitnah, Ūlūl al-Albāb, Syūkur, dan Sulṭān dalam analisis semantik

Toshihiko Izutsu. Oleh karena itu, penulis dalam penelitian ini

mencoba mengkaji kata khusyū‘ dalam al-Qur’an dengan menggunakan

metode semantik yang dikembangkan oleh Toshihiko Izutsu, supaya

memberikan perspektif baru dalam memahami konsep khusyū‘ yang

dijelaskan oleh al-Qur’an.

G. Metode Penelitian

Agar penelitian ini menghasilkan hasil yang baik dan dapat

dipertanggungkan jawabkan secara ilmiah, maka diperlukan metode

yang sesuai dengan yang dikaji. Metode adalah instrumen yang

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode

menyangkut masalah cara kerja untuk memahami fokus kajian yang

menjadi sasaran dari ilmu yang bersangkutan.31 Metode penelitian

dimaksudkan agar penelitian dapat mencapai hasil optimal. Metode

dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah library research atau penelitian

kepustakaan. Yaitu penelitian yang berfokus pada literatur dan buku-

buku perpustakaan untuk menjawab permasalahan-permasalahan

yang menjadi objek penelitian. Baik literatur itu bersifat primer

maupun sekunder kemudian dianalisis dengan menggunakan

pendekatan semantik.

2. Sumber Data

31 Mohammad Soehadha, Metode Penelitian Sosial Kualitatif (Yogyakarta: SUKA

Press, 2012), 63.

Page 27: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

15

Secara umum, sumber data dalam penelitian ada dua yakni

sumber data primer dan sumber data sekunder. Dalam penelitian ini,

penulis mengambil sumber primernya dari ayat-ayat al-Qur’an yang

menggunakan term khusyū‘’ serta derivasi dan terjemahnya.

Selanjutnya, sumber data sekundernya adalah kamus klasik di

antaranya yaitu Lisān al-‘Arāb, al-Munjid fi al-Lugah wa al-‘Ālām,

Mu‘jām Mufahrāẓ li Alfaāẓ al-Qur′ān al-Karīm, Mufradāh Garrīb

al-Qur′ān, dan kamus al- Qur’an lainnya. Kitab tafsir, kitab hadis,

buku-buku, artikel-artikel, dan skripsi, dengan pokok permasalahan

yang sama dengan tema penelitian ini dan dianggap penting untuk

dikutip dan dijadikan informasi tambahan. Serta penulis

menggunakan buku-buku tentang semantik yang dalam hal ini, buku

Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik Terhadap al-

Qur’an karya Toshihiko Izutsu sebagai pisau analisis.

3. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

analitis. Metode deskriptif yang digunakan adalah untuk

memaparkan bagaimana konsep khusyū‘ dalam al-Qur’an.

Selanjutnya melakukan analisis terhadap kata khusyū‘ dalam al-

Qur’an dengan menggunakan pendekatan semantik yang digagas

oleh Toshihiko Izutsu

4. Langkah-langkah Operasional

Berikut langkah-langkah penelitian yang dilakukan:

a. Mengumpulkan ayat-ayat tentang khusyū‘ yang terdapat dalam

al-Qur’an kemudian memasukkan penafsiran-penafsiran ulama

tentang khusyū

b. Mencari makna dasar dan makna relasional kata khusyū‘.

Page 28: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

16

c. Memaparkan perkembangan makna khusyū‘ pada periode pra

quranik, quranik, dan pasca quranik, setelah itu mencari

weltanschauung kata khusyū‘ yang terdapat dalam al-Qur’an.

H. Sistematika Penelitian

Sistematika pembahasan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

Bab pertama, pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

rumusan masalah yang akan diteliti, tujuan dan kegunaan penelitian,

kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Hal ini

bertujuan untuk memberikan arahan supaya penelitian ini tetap

konsisten sistematis sesuai rencana riset.

Bab kedua, berisi tentang analisis semantik Toshihiko Izutsu. Bab

ini terbagi tiga bagian yaitu biografi Toshihiko Izutsu, semantik dan

metodologi semantik Toshihiko Izutsu, skripsi dan tesis terkait

Pendekatan Semantik Toshihiko Izutsu di UIN Jakarta.

Bab ketiga, memuat tentang definisi dan deskripsi ayat-ayat

tentang khusyū‘. Bab ini terbagi menjadi tiga sub bab. Sub-sub tersebut

adalah pengertian khusyū‘, inventarisasi kata khusyū‘ dalam al-Qur’an,

klasifikasi ayat dan penafsiran ulama tentang ayat-ayat khusyū‘.

Bab keempat, membahas tentang pendekatan semantik Toshihiko

Izutsu terhadap kata khusyū‘ dalam al-Qur’an. Yang terdiri dari tiga sub

bab yakni makna dasar dan makna relasional, sinkronik dan diakronik

khusyū‘ meliputi dari pra Qur’anik, Qur’anik dan pasca Qur’anik, dan

terakhir tentang weltanschauung.

Bab kelima, adalah penutup yang berisi kesimpulan dari seluruh

pembahasan. Serta berisi saran-saran yang ditujukan pada penelitian

selanjutnya.

Page 29: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

17

BAB II

RESEPSI TERHADAP PENDEKATAN SEMANTIK TOSHIHIKO

IZUTSU

Pandangan tentang sesuatu tidak muncul dalam ruang yang

kosong, tetapi sangat dipengaruhi oleh subyektifitas dan historitas yang

menyelimutinya. Maka pandangan tersebut harus dipahami melalui

usaha pembaca atau penafsir untuk merekonstruksi atau membangun

kembali pengalaman mental penulisnya atau mengulang proses kreatif

penulis secara utuh.1 Begitu juga halnya dengan pandangan Toshihiko

Izutsu terhadap kajian semantik al-Qur’an. Sebelum membahasnya

lebih lengkap harus dimengerti terlebih dahulu sosok pribadi dari tokoh

yang dimaksud. Oleh karena itu, dalam bab ini akan dijelaskan

mengenai riwayat hidup Toshihiko Izutsu dari sisi pengalamannya

sejak kecil, karir pendidikannya, karya-karyanya. Selain itu, bab ini

juga membahas resepsi dari para sarjana di Indonesia tentang

pandangan Toshihiko Izutsu.

A. Biografi Toshihiko Izutsu

1. Riwayat Hidup

Toshihiko Izutsu lahir di Tokyo 4 Mei 1914. Izutsu berasal dari

keluarga taat, ia telah mengamalkan ajaran Zen Buddhisme sejak kecil.

Bahkan, pengalaman bertafakur dari praktik ajaran Zen sedari muda

telah turut memengaruhi cara berpikir dan pencariannya akan

kedalaman pemikiran filsafat dan mistisisme.2

Izutsu terbiasa dalam suasana cara berpikir Timur yang berpijak

pada ketiadaan (nothingness). Ayahnya sebagai seorang guru Zen,

1 Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutik

(Jakarta: Paramadina, 1996), 135. 2 Zuhadul Izmah “Konsep Iman Menurut Toshihiko Izutsu”. Hermeneutika, vol.9,

no.1, (Juni 2015): 207.

Page 30: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

18

mengajarkan inti ajaran ini dengan menuliskan kata “kokoro” yang

berarti pikiran, di atas sebuah kertas. Tulisan ini diberikan kepada

Izutsu untuk ditatap pada waktu tertentu setiap hari. Kemudian,

ayahnya memerintahkan untuk menghapus tulisan itu dan meminta

Izutsu untuk melihat tulisan tersebut di dalam pikirannya, bukan

sebagai tulisan yang ada di atas kertas namun memusatkan pikiran pada

tulisan tersebut terus-menerus. Setelah itu, ayahnya memerintahkan

untuk menghapus kata yang ada dalam pikirannya saat itu juga, dan

memikirkan pengetahuan yang hidup dibalik kata yang tertulis.3

Dalam perjalanan intelektualnya, Izutsu membaca berbagai karya

yang ditulis oleh ahli mistik Barat. Pengalaman ini yang

mengantarkannya pada pemahaman yang sangat berlawanan dengan

keyakinan sebelumnya. Masa mudanya ia menekuni spritualisme

Timur, kemudian beralih pada spritualisme Barat dan mencurahkan

perhatiannya pada kajian filsafat Yunani. Penemuan pengalaman mistik

sebagai sumber pemikiran filsafat menjadi titik permulaan untuk

seluruh filsafat Izutsu selanjutnya. Penemuan ini menjadi asal-usul

pemikiran Izutsu ketika mengembangkan ruang lingkup aktivitas

penelitiannya pada filsafat Islam, pemikiran Yahudi, filsafat India,

filsafat Lao-Tsu Cina, filsafat Yuishiki dan Buddhisme Kegon dan

filsafat Zen.4

Gairah untuk menelusuri seluruh alam pemikiran dunia telah turut

menempatkan Izutsu pada pusaran pertikaian dan pada waktu yang

sama telah memunculkan gairah baru dalam menampilkan intisari dari

setiap kedalaman berpikir. Keluasan minat di atas terlepas dari latar

3 Ahmad Sahidah Rahem, Tuhan, Manusia Dan Alam dalam al-Qur’an;

Pandangan Toshihiko Izutsu (Pulau Pinang, Universiti Sains Malaysia Press, 2014), 138-

190. 4 Fathurahman, “Al-Qur’an dan Tafsirnya dalam Perspektif Toshihiko Izutsu”,

(Tesis S2., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2010), 67.

Page 31: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

19

belakang pendidikan Izutsu. Ia menyelesaikan pendidikan tingkat

perguruan tinggi di Universitas Keio Tokyo. Izutsu mengabdikan

dirinya sebagai dosen dan mengembangkan karir sebagai seorang

intelektual yang diakui dunia. Mengajar dari tahun 1954 hingga 1968

dan mendapatkan gelar Profesor Madya pada tahun 1950 di Universitas

yang sama.5

Wilfred Cantwell Smith sebagai pengarah kajian Islam di

Universitas MacGill Montreal Canada meminta kesediaan Izutsu

menjadi profesor tamu dari tahun 1962-1968 dan selanjutnya menjadi

profesor di Universitas ini antara tahun 1969-1975. Setelah mengajar di

MacGill, ia hijrah ke Iran untuk menjadi pengajar Imperial Iranian

Academy of Philosophy untuk memenuhi undangan koleganya, Sayyed

Hossein Nasr selama 5 tahun. Pada akhirnya ia mengakhiri karir

akademiknya sebagai profesor emiritus di Universitas Keio hingga

akhir hayatnya. Selain itu, ia juga aktif di beberapa lembaga keilmuan

seperti Academy of Arabic Language di Kairo Mesir pada tahun 1960,

Institut Internasional de Philosophy pada tahun 1971 dan Nihon

Gakushiin (The Japan Academy) pada tahun 1983. Sedangkan aktifitas

yag dilakukan di luar negara adalah Pelawat Rockefeller (1959-1961)

di Amerika Serikat dan Eranos Lecturer on Oriental Philosophy di

Switzerland antara tahun 1967-1982.6

Sebagai seorang intelektual terkenal, Izutsu menguasai lebih dari

tiga puluh bahasa asing. Dengan bakat cemerlang ini, Izutsu bisa

melakukan penelitian berbagai kebudayaan dunia dan menerangkan

secara khusus kandungan dari beragam sistem keagamaan dan filsafat

5 Zuhadul Izmah “Konsep Iman Menurut Toshihiko Izutsu”. Hermeneutika, vol.9,

no.1, (Juni 2015), 208. 6 Zuhadul Izmah, “Konsep Iman Menurut Toshihiko Izutsu, 208, dan

Fathurrahman, “Al-Qur`an dan Tafsirnya dalam Perspektif Toshihiko Izutsu”. (Tesis S2.,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), 52.

Page 32: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

20

melalui bahasa asalnya. Keluasan pengetahuannya memungkinkan

untuk melihat persoalan dari berbagai perspektif, sehingga akan

melahirkan pandangan yang menyeluruh tentang suatu masalah.7

Izutsu adalah seorang sarjana yang jenius. Kemampuan Izutsu

dalam bidang bahasa memungkinkannya untuk melakukan penelitian

terhadap kebudayaan-kebudayaan dunia dan menjelaskan secara

spesifik berbagai sistem keagamaan dan filsafat melalui bahasa aslinya.

Bidang kegiatan penelitiannya sangat luas, mencakup Filsafat Yunani

kuno, Filsafat Barat abad pertengahan, mistisisme Islam (Arab dan

Persia), filsafat Yahudi, filsafat India, pemikiran Konfusianisme,

Taoisme China, dan filsafat Zen. Keluasan pengetahuan Izutsu

memungkinkan untuk melihat persoalan dari berbagai perpektif,

sehingga dapat melahirkan pandangan yang menyeluruh tentang satu

masalah. Izutsu mampu mengkhatamkan Al-Qur’an dalam durasi

waktu 1 (satu) bulan setelah mempelajari bahasa Arab. Suatu hal

menakjubkan hasil dari kerja keras lainnya adalah terjemahan langsung

pertama al-Qur’an dari bahasa Arab ke Jepang pada tahun 1958.8

Sejauh berkenaan dengan kajian Islam, kepentingan karya Izutsu

terletak pada sebuah pemikiran yang dibentuk oleh Zen Buddhisme,

Neo-Konfusianisme, dan Shintoisme (yang merupakan unsur-unsur

pembentuk kebudayaan klasik Jepang), yang dipertemukan dengan

dunia wahyu al-Qur’an dan pemikiran Islam. Inilah yang

membedakannya dengan sarjana-sarjana orientalis yang menghasilkan

begitu banyak karya tentang pemikiran Islam yang merupakan hasil

dari tradisi yang dibentuk oleh warisan Yahudi dan Kristen. Bagi

7 Fathurahman, “Al-Qur’an dan Tafsirnya, 53. 8 Nur Ahmad, Tafsir Semantik Ala Toshihiko,

Http://Nurahmadbelajar.Blogspot.Com/2013/06/Tafsir Semantik-Ala-Toshihiko-

Izutsu.Html (Diakses Pada Tanggal 30 Mei 2015 Pukul 09:03).

Page 33: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

21

Seyyed Hossein Nasr, sebagaimana dikutip oleh Fathurrahman, bahwa

karya Toshihiko Izutsu dalam bidang kajian Islam menunjukkan betapa

pentingnya sebuah pandangan dunia yang dijadikan pijakan oleh

seorang sarjana dalam mengkaji dunia intelektual lain dan bagaimana

dangkalnya tuduhan-tuduhan yang disampaikan oleh begitu banyak

sarjana Barat menurut pengertian mereka. Baik disadari atau tidak hal

tersebut merupakan alasan yang anti-metafisis, bersifat sekuler, dan

rasionalisme abad pencerahan.9

Riwayat hidup singkat di atas dan perjalanan karir Izutsu menjadi

salah satu unsur penting untuk memahami lebih jauh terhadap

pemikirannya. Bagaimanapun juga, keutuhan pemahaman terhadap

sarjana Jepang ini akan sempurna apabila disertai dengan daftar karya

dan bagaimana beliau memulai sebuah pengkajian terhadap isu tertentu.

2. Karya-Karya

Izutsu telah menulis lebih dari 50 buku dan ratusan artikel.

Karya-karyanya meliputi semua bidang yang ia kuasai di antaranya,

Islamic Studies, Filsafat Timur dan Filsafat Barat. Semuanya ia tulis

dengan penelitian yang mendalam dan tajam. Karya-karya Izutsu ditulis

dalam bahasa Jepang dan Inggris.

Di antara karya-karya Toshihiko Izutsu adalah:10

a. Ethico-Religious Concepts in the Quran, telah diterjemahkan

ke dalam bahasa Indonesia oleh Agus Fahri Husein, dkk

dengan judul Konsep–konsep Etika Religius dalam Qur’an.

b. The Concept of Belief in Islamic Theology: A Semantical

Analysis of Iman and Islam. Buku ini telah diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia oleh Agus Fahri Husein, dkk, dengan

9 Fathurahman, “Al-Qur’an dan Tafsirnya, 67. 10 Zuhadul Izmah “Konsep Iman Menurut Toshihiko Izutsu”. Hermeneutika, vol.

9, no. 1, (Juni 2015), 209.

Page 34: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

22

judul Konsep Kepercayaan dalam Teologi Islam: Analisis

Semantik Iman dan Islam.

c. God and Man in the Koran: Semantics of the Koranic

Weltanschauung . Buku ini juga telah diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia dengan judul Relasi Tuhan dan Manusia:

Pendekatan Semantik terhadap al-Qur‟an oleh Agus Fahri

Husein, dkk.

d. Sufism and Taoism: A Comparative Study of Key

Philosophical Concepts.

e. Creation and the Timeless Order of Things: Essays in Islamic

Mystical Philosophy.

f. Toward a Philosophy of Zen Buddhism.

g. Language and Magic. Studies in the Magical Function of

Speech (1956).

h. The Metaphysics of Sabzvārī, diterjemahkan dari bahasa Arab

oleh Mehdi Mohagheg dan Toshihiko Izutso, Delmar, New

York, 1977.

i. Mollā Hādī Sabzavārī’s Šarḥ ḡorar al-farāʾed, maʿrūf be-

manẓūma-ye ḥekmat, qesmat-e omūr-e ʿāmma wa ǰawhar wa

ʿaraż.

Selain karya yang ditulis sendiri, Izutsu juga menerjemahkan

beberapa karya yang menjadi keahliannya ke dalam bahasa Jepang.11

Di dalam terjemahan ini, Ia berupaya untuk menghasilkan sebuah

pengalih bahasaan ke dalam gaya, perasaan dan makna dalam bahasa

Jepang. Karya yang dimaksud adalah:

11 Didik Musthofa, “Makna Ajal dalam al-Qur’an: Kajian Semantik Toshihiko

Izutsu.” (Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2018), 21-22.

Page 35: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

23

a. M.C D’Arcy, The Mind and Heart of Love bersama dengan

Fumiko Sanbe (1957).

b. al-Qur’an 3 jilid (1957-1958).

c. Edisi Revisi terjemahan al-Qur’an (1964)

d. Mulla Shadra, Mashair (1964).

e. Jalaluddin, Fīhi ma Fīhi (1978).

Sebagai intelektual yang sering berkecimpung dalam berbagai

isu, Izutsu juga menulis banyak jurnal dalam bahasa Jepang, yang

meliputi berbagai disiplin ilmu seperti linguistik, filsafat Islam, filsafat

Barat, filsafat Timur, etika, dan tasawuf, di antaranya:12

a. “Contemporary Development in Arabic Linguistics” di dalam

Gengo Kenkyū, no. 3, Tokyo 1939, 110-116.

b. “On the Accadian particle ma” di dalam Gengo Kenkyū, No. 4,

Tokyo 1939, 27-68.

c. “Ethical Theory of Zamakhshari” di dalam Kaikyôken, Vol. 4

No. 8, Tokyo 1940, 11-18.

d. “A Characteristic Feature of Arabic Culture” di dalam Shin

Ajia, Vol. 2 No. 10, Tokyo 1940, 82-94.

e. “Introduction to the Turkish” di dalam Keio Gijuku Daigaku

Gogaku kenkyūjo, Tokyo 1943, 109-113.

f. “Introduction to the Arabic” dalam Keio Gijuku Daigaku

Gogaku kenkyūjo, Tokyo 1943, 121-128.

g. “Introduction to the Hindi” dalam Keio Gijuku Daigaku

Gogaku kenkyūjo, Tokyo 1943, 129-131.

h. “Introduction to the Tamil,” dalam Keio Gijuku Daigaku

Gogaku kenkyūjo, Tokyo 1943, 173-177.

12 Didik Musthofa, “Makna Ajal dalam al-Qur’an: Kajian Semantik Toshihiko

Izutsu,” 22-23.

Page 36: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

24

i. “Revelation and Reason in Islam” dalam Nippon shogaku

kenkyū Hôkoku, No. 12, Tokyo 1944, 53-67.

j. “Ontology of Ibn al-‘Arabi” dalam Mita Tetsugakukai,

Tetsugaku, no. 25 dan 26 Tokyo 1944, 332-357.

k. “History of Islamic Thought” dalam Yasaka Asatarō, seia

sekaisi, Tokyo 1944, 73-110.

l. “Muhammad dalam Yasaka Asatarō,” seia sekaisi, Tokyo

1944, 249-265.

m. “Arabic Science and Technology” dalam Asatarō, seia sekaisi,

Tokyo 1944, 289-300.

n. “Arabic Philosophy” dalam Sekai Tetsugaku Kōza, Vol. 5,

Tokyo 1948, 149-305.

o. “The Mysticism of St. Bernard” dalam Mita Tetsugakukai,

Tetsugaku, No. 27, Tokyo 1952, 33-64.

Dalam penelitiannya, Izutsu ingin melakukan dialog dengan

berbagai kebudayaan di dunia. Oleh karena itu, beliau menulis buku

dalam bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar antarabangsa. Di antara

bukunya yang ditulis dengan bahasa Inggris adalah:13

a. Language and Magic: Studies in the Magical Function of

Speech. Tokyo: Keio University, 1956.

b. The Structure of the Ethical Terms in the Koran: A Study in

Semantics. Tokyo: Keio University, 1959.

c. God and Man in the Koran: Semantics of the Koranic

Weltanschauung . Tokyo: Keio Institute of Cultural and

Linguistic Studies, 1964.

13 Didik Musthofa, “Makna Ajal dalam al-Qur’an: Kajian Semantik Toshihiko

Izutsu,” 24-25.

Page 37: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

25

d. The Concept of Belief in Islamic Theology: A Semantic

Analysis of Iman and Islam. Tokyo: Keio Institute of Cultural

and Linguistic Studies, 1965.

e. Ethico-Religious Concepts in the Qur’an, Montreal: McGill

University Press, 1966

f. A Comparative Study of the Key Philosophical Concepts in

Sufism and Taoism: Ibn ‘Arabi and Lao-tzū, Chuang-tzû.

Tokyo: Keio Universiti Press, 1966-1967.

g. The Concept and Reality of Existence. Tokyo: Keio Institute of

Cultural and Social Relations, 1971.

h. Toward a Philosophy of Zen Buddhism. Tehran: Iranian

Academy of Philosophy, 1974.

i. Sufism and Taoism: A Comparative Study of Key

Philosophical Concepts. Tokyo: Iwanami Shoten Publisher,

1983. Berkeley: University of California Press, 1984

Ketika berada di Iran untuk mengajar di Institut Filsafat Izutsu

menyempatkan diri menerjemahkan karya pengarang Iran berkaitan

dengan kearifan Persia dan sekaligus menunjukkan kemampuan bahasa

Persia. Buku yang dimaksud adalah The Metaphysics of Sabzavārī yang

dilakukan bersama dengan Mehdi Mohagegh pada tahun 1977.

Keterlibatan Izutsu dalam pertukaran ilmiah antarabangsa juga

ditunjukkan di dalam berbagai jurnal, ensiklopedia dan bagian buku

sejak tahun 1960an hingga tahun 1990an yang berkisar pada persoalan

linguistik, filsafat, dan mistisisme.14 Inilah karya-karya yang dimaksud:

14 Didik Musthofa, “Makna Ajal dalam al-Qur’an: Kajian Semantik Toshihiko

Izutsu,” 25-27.

Page 38: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

26

a. “Revelation as a Linguistic Concept in Islam di dalam Japanese

Society of Medieval Philosophy”, Studies in Medieval Thought,

vol. 5, Tokyo 1962, 122-1967.

b. “The Absolute and the Perfect Man in Taoism” di dalam Eranos-

Jahrbuch, Vo. 36, Zürich 1968, 379-440.

c. “The Fundamental Structure of Sabzawī’s Metaphysics” di dalam

Shar-I Ghurar al-Farāid atau Sharh-I Manzūmah. Pt. I, Tehran

1969, 1-152.

d. “Mysticism and the Linguistic Problem of Equivocation in the

Thought of ‘Ain al-Qudât al-Hamadani” dalam Studia Islamica,

vol. 31, Paris 1970, 153-170.

e. “The Archetipal Image of Chaos in Chuang Tzu: The Problem of

the Mythopoeic Level of Discourse”. Dalam: Joshep P. Strelka,

Anagogic Qualities of Literature: Yearbook of Comparative

Criticism, Vol. 4, Pennsylvania State University Press: University

Park 1971, 269-287.

f. “The Paradox of Light and Darkness in the Garden of Mystery of

Shabastarī.” Dalam: Joshep P. Strelka, Anagogic Qualities of

Literature: Yearbook of Comparative Criticism, Vol. 4,

Pennsylvania State University Press: University Park 1971, 288-

307.

g. “The Basic Structure of Methaphysical Thinking in Islam.”

Dalam: M. Mohaghegh & H. Landolt, Collected Papers on Islamic

Philosophy and Mysticism, Tehran 1971, 39-72.

h. “The Philosophy of Zen” dalam R. Klibansky, Contemporary

Philosophy: A Survey, Firenze 1971, 500-522.

Page 39: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

27

i. “Poetry and Philosophy in Japan dengan Toyoko Izutsu” dalam R.

Klibansky, Contemporary Philosophy: a Survey, Firenze 1971,

523-548.

j. “The Structure of Selfhood in Zen Buddhism” dalam Eranos-

Jahrbuch, Vol. 38, Zürich 1971, 95-150.

Bila dicermati dengan sungguh-sungguh, karya-karya di atas

menunjukkan keteguhan Izutsu untuk menyuarakan keyakinannya

tentang kegunaan pendekatan bahasa dalam menjelaskan teks,

khususnya semantik, meskipun semantik tidak dijadikan tujuan,

melainkan sebagai sarana untuk mengungkapkan realitas yang ada di

baliknya. Untuk memahami bagaimana sebenarnya pendekatan itu

dilihat hanya sebagai cara, di bawah ini akan diuraikan kaitan antara

corak pemikiran dan karya-karyanya berdasarkan beberapa catatan

yang diungkapkan oleh para sarjana.

B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

Semantik merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu

sema yang berarti lambang atau tanda. Kata kerjanya adalah semaino

yang berarti melambangkan atau menandai. Secara khusus, yang

dimaksud dengan lambang atau tanda di sini adalah lambang atau tanda

linguistik (kebahasaan).15 Dari tanda tersebut yang didapat adalah arti

atau makna melalui petunjuk-petunjuk dalam tanda yang terdapat

dalam linguistik. Sederhananya bahwa semantik merupakan teori untuk

mendapatkan sebuah makna, atau teori arti.

Sedangkan definisi semantik secara terminologis dipahami

sebagai ilmu yang mempelajari relasi antara tanda-tanda linguistik

dengan hal-hal yang ditandainya. Atau secara sederhana, semantik

15 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta,

2013), 2.

Page 40: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

28

adalah subdisiplin linguistik yang khusus mengkaji makna bahasa. Dari

sini ia nampak mirip dan sering disamakan dengan istilah semiotika,

semiologi, semasiologi, semik, dan sememik. Akan tetapi, pada

hakikatnya semantik bersifat lebih spesifik dibanding istilah-istilah

studi kemaknaan di atas dari segi cakupan objek kajiannya.16 Objek

utama semantik adalah bahasa, sebab semantik berdasarkan pemaparan

di atas mengungkap makna atas bahasa itu sendiri. Semantik adalah

bagian dari struktur bahasa (language structure) yang berhubungan

dengan makna ungkapan dan makna suatu wicara atau sistem

penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa pada umumnya.

Semantik juga banyak membicarakan ilmu makna, sejarah makna,

bagaimana perkembangan dan mengapa terjadi perubahan makna

dalam sejarah bahasa.17

Seiring dengan berkembangnya kajian semantik, ilmu ini juga

digunakan sebagai alat untuk menganalisis berbagai literatur klasik. Al-

Qur’an sebagai salah satu literatur klasik yang penuh dengan estetika

kebahasaan dan kaya akan nilai-nilai sastra dan budaya tidak luput dari

perhatian para ahli. Semantik dianggap merupakan metode yang ideal

untuk mengungkap makna dari ayat-ayat al-Qur’an sebagaimana

kehendaki oleh Allah SWT. Dengan semantik, pergeseran dan

penyimpangan dalam pemahaman terhadap makna kosakata-kosakata

al-Qur’an di tengah masyarakat juga dapat diketahui dengan jelas.

Tokoh semantik yang dikenal sebagai pelopor kajian semantik al-

Qur’an dan dinilai konsisten mengkaji al-Qur’an melalui pendekatan

semantik adalah Toshihiko Izutsu (1914-1993). Izutsu menjelaskan

bahwa maksud semantik di sini menurutnya adalah kajian analitik

16 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, 3. 17 Muflihun Hidayatullah, “Ikhlas dalam al-Qur’an: Perspektif Semantik

Toshihiko Izutsu”. (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2018), 22.

Page 41: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

29

terhadap istilah-istilah kunci suatu bahasa dengan suatu pandangan

yang akhirnya sampai pada pengertian konseptual weltanschauung atau

pandangan dunia masyarakat yang menggunakan bahasa itu, tidak

hanya sebagai alat bicara dan berpikir, tetapi yang lebih penting lagi,

pengkonsepan dan penafsiran dunia yang melingkupinya. Dalam hal ini

ia menambahkan, bahwa apa yang disebut semantik sekarang ini adalah

susunan rumit yang sangat membingungkan. Salah satu alasannya,

semantik menurut etimologi adalah ilmu yang berhubungan dengan

fenomena makna dalam pengertian yang lebih luas dari kata, begitu

luas sehingga hampir apa saja yang mungkin dianggap memiliki makna

merupakan objek semantik.18

Kaidah semantik ini dimulai dengan membuka seluruh kosakata

al-Qur’an, semua kata penting yang mewakili konsep-konsep penting

serta menelaah apa makna semua kata itu dalam konteks al-Qur’an,

bukan konteks sempit berkaitan dengan alasan turunnya ayat tertentu,

tetapi konteks yang lebih luas. Namun, ini tidak mudah. Kata-kata atau

konsep-konsep di dalam al-Qur’an adalah tidak sederhana (simple).

Kedudukan masing-masing saling terpisah, tetapi sangat saling

bergantung dan menghasilkan makna konkrit justru dari seluruh sistem

hubungan itu. Artinya, kata-kata itu membentuk kelompok-kelompok

yang beragam, besar dan kecil, dan saling terkait satu sama lain dengan

berbagai cara, lalu pada akhirnya menghasilkan keteraturan yang

syumul, sangat kompleks dan rumit sebagai rangka kerja gabungan

konseptual. Dengan demikian, dalam menganalisis konsep-konsep

kunci individual yang ditemukan di dalam al-Qur’an, orang tidak bisa

18 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik terhadap

Al-Qur’an (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1997), 3.

Page 42: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

30

kehilangan wawasan hubungan ganda yang saling memberi muatan

dalam keseluruhan sistem.19

Al-Qur’an menurut Izutsu berdasarkan pembacaannya pada

konsep al-Qur’an itu sendiri sepenuhnya berasal dari Tuhan,

kalāmullāh.20 Sesuatu yang berseberangan dengan pendapat

mainstream para orientalis barat. Namun, menurutnya al-Qur’an secara

linguistik adalah buah karya murni dari Arab.21 Hal ini tidak berarti

Izutsu berpendapat bahwa al-Qur’an adalah buatan manusia, melainkan

ia memandang al-Qur’an sebagai murni bahasa manusia Arab, bukan

bahasa langit maupun bahasa bangsa lain seperti bahasa Syria-Aramaik

sebagaimana yang dipahami sebagian kalangan.22

Sebagai sebuah teks yang menggunakan bahasa Arab murni,

pendekatan paling efektif untuk memahami kandungan al-Qur’an

adalah melalui teori-teori bahasa Arab itu sendiri. Selain itu, di dalam

al-Qur’an, menurutnya tidak terdapat kosakata asing, bahkan tiap-tiap

kosakata memiliki latar belakang historis pada era Islam atau era pra-

Islam. Banyak kosakata yang menjadi kosakata kunci al-Qur’an

sebelumnya telah akrab dipergunakan oleh orang Jahiliyah sebagai kata

sehari-hari mereka.23

19 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 10. 20 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 165-166. 21 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 38. 22 Fathurrahman, Al-Qur’an dan Tafsirnya. 59. 23 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia: 39.

Page 43: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

31

C. Metodologi Semantik Toshihiko Izutsu

Metode analisis semantik yang digunakan oleh Toshihiko Izutsu

adalah berusaha membuat al-Qur’an menginterpretasikan konsepnya

dengan mengeksplorasi data-data yang berasal dari al-Qur’an serta

berbicara untuk dirinya sendiri. Analisis ini dalam kajian al-Qur’an

akan sangat membantu untuk memberikan pemahaman yang utuh

terhadap pemaknaan dan penafsiran suatu konsep tertentu. Konsep

pokok tersebut terkandung dalam kosakata yang termuat dalam ayat-

ayat al-Qur’an.24

Kosakata al-Qur’an dapat terbagi menjadi tiga kosakata.

Pertama, kosa kata yang hanya memiliki satu makna. Kedua, kosakata

yang memiliki dua alternatif makna. Dan ketiga, kosakata yang

memiliki banyak kemungkinan makna yang selaras dengan konteks dan

struktur dalam kalimat yang memakainya.25 Tahap awal yang dilakukan

Toshihiko Izutsu untuk mendapatkan konsep-konsep pokok yang jelas

dalam al-Qur’an adalah menemukan makna dasar dan makna

relasional.

Makna dasar adalah sebuah makna yang melekat pada kata itu

sendiri dan akan selalu terbawa dimana pun kata itu berada. Atau

makna dasar sering disebut dengan makna leksikal yaitu makna

sesungguhnya dari sebuah kata tanpa konteks tertentu. Sedangkan

makna relasional adalah sesuatu yang konotatif yang diberikan dan

ditambahkan pada makna yang sudah ada dengan meletakkan kata itu

pada posisi khusus dalam bidang khusus, berada pada relasi yang

24 M. Kholisur Rohman Fanani, “Jihad dalam al-Qur’an Perspektif Semantik

Toshihiko Izutsu”. (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah), 38. 25 Muhammad Nur Kholis Setiawan, Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar

(Yogyakarta, eLSAQ Press, 2006), 17.

Page 44: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

32

berbeda dengan semua kata-kata pentingl ainnya dalam sistem

tersebut.26

Dalam menelusuri makna relasional Toshihiko Izutsu

menggunakan dua model analisis, yaitu analisis sintagmatik dan

paradigmatik. Analisis sintagmatik adalah analisis yang berusaha

menentukan makna suatu kata dengan cara memperhatikan kata-kata

yang ada di depan dan belakang kata yang sedang dibahas dalam satu

bagian tertentu. Kata-kata tersebut memiliki hubungan ketertarikan satu

sama lain dalam membentuk suatu makna sebuah kata. Analisis

paradigmatik adalah suatu analisis yang mengompromikan kata atau

konsep tertentu dengan kata atau konsep lain yang mirip (sinonimitas)

atau sebaliknya, bertentangan (antonimitas).27

Mencari hubungan makna antar satu konsep dengan konsep lain

(integrasi antar konsep), serta mengetahui posisi konsep yang memiliki

makna yang lebih luas dan posisi konsep yang memiliki makna yang

lebih sempit sehingga menghasilkan pemahaman yang komprehensif

sesuai pandangan dunia al-Qur’an. Istilah-istilah yang digunaknan

dalam analisis ini adalah kata kunci28, kata fokus29, dan medan

semantik30 oleh Toshihiko Izutsu.31

26 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 12. 27 Zulaikhah Fitri Nur Ngaisah, “Keadilan dalam al-Qur’an: Kajian Semantik atas

Kata al-‘Adl dan al-Qisṭ” (SkripsiS1., Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2015), 14. 28 Kata kunci adalah kata-kata yang memainkan peranan yang sangat menentukan

dalam penyusunan struktur konseptual dasar pandangan dunia al-Qur’an. Toshihiko

Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 18. 29 Kata fokus adalah kata kunci yang secara khusus menunjukkan dan membatasi

bidang konseptual yang relatif independen dan berbeda dalam kosakata yang lebih besar

dan ia merupakan pusat konseptual dari sejumlah kata kunci tersebut. Kata fokus ini

menjadi prinsip penyatu. Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 18. 30 Medan semantik adalah wilayah atau kawasan yang dibentuk oleh beragam

hubungan di antaranya kata-kata dalam sebuah bahasa. Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan

dan Manusia, 20. 31 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 32.

Page 45: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

33

Pada tahapan selanjutnya, Toshihiko Izutsu menggunakan istilah

yang berhubungan dengan kesejarahan kosakata dalam al-Qur’an yang

disebut dengan semantik historis, istilah tersebut sinkronik dan

diakronik. Sinkronik adalah sudut pandang masa dimana kata tersebut

lahir dan berkembang untuk memperoleh suatu sistem kata yang statis.

Dengan sudut pandang ini, akan terlihat unsur-unsur lama yang terlepas

dalam sebuah bahasa, kemudian muncul unsur-unsur baru yang

menemukan tempatnya sendiri dalam sistem bahasa tersebut.

Sedangkan diakronik adalah pandangan terhadap bahasa yang pada

prinsipnya menitikberatkan pada unsur waktu. Dengan demikian,

secara diakronik, kosakata bentuk sekumpulan kata yang masing-

masing tumbuh dan berubah secara bebas dengan caranya sendiri yang

khas. Kemungkinan dalam suatu masa sebuah kata tersebut

mengandung makna yang penting dalam kehidupan masyarakat, dan

pada masa lain mungkin kata itu mengalami distorsi makna karena ada

kata-kata baru yang muncul. Tidak menutup kemungkinan juga sebuah

kata bisa bertahan dalam jangka waktu lama pada masyarakat yang

menggunakannya.32

Toshihiko Izutsu membagi periode waktu penggunaan kosakata

dalam tiga periode waktu, yaitu pra-Qur’anik (Jahiliyah), Qur’anik, dan

pasca-Qur’anik. Yang menjadi patokan pencarian kosakata pra-

Qur’anik adalah (1) kosa kata Badwi murni masa nomaden, (2) kosa

kata kelompok pedagang, (3) kosa kata Yahudi-Kristen. (4) syair-syair

jahiliyyah. Keempat point tersebut merupakan unsur-unsur penting

kosa kata Arab pra-Islam.33

32 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 32-33. 33 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 35.

Page 46: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

34

Pada masa Qur’anik, kosakata al-Qur’an sangat luar biasa,

bahkan tiada taranya sebagai bahasa Wahyu Ilahi, wajarlah semua

sistem pasca al-Qur’an sangat terpengaruh oleh kosa kata al-Qur’an

tersebut. Pada periode pasca-al-Qur’an, Islam banyak menghasilkan

banyak sistem pemikiran yang berbeda khususnya pada masa Abasiyah,

yakni teologi, hukum, teori politik, filsafat, tasawuf. Masing-masing

produk kultural Islam ini mengembangkan sistem konseptualnya

sendiri, kosakatnya sendiri yang mencakup sejumlah subsistem.

Dengan demikian, kita sepenuhnya berhak untuk membicarakan

kosakata teologi, Islam, kosa kata tasawuf dan yang lain-lain menurut

teknis yang berbeda-beda.34

Untuk menentukan mana kosakata dalam al-Qur’an yang dapat

dikategorikan istilah kunci membutuhkan kejelian dari pengkaji.

Sebelumnya, pengkaji terlebih dahulu harus memiliki gambaran

skematik secara umum terhadap semua objek yang ingin dikaji. Untuk

mendapatkan gambaran skematik umum ini, pengkaji dianjurkan

merujuk pada al-Qur’an lansung tanpa melalui telaah atas kajian-kajian

pemikir lain sebelumnya.35

Di antara kata kunci, ada yang menduduki tingkat teratas.

Menurut hasil dari kajian Izutsu, term “Allah” merupakan kata fokus

tertinggi dalam al-Qur’an. Semua kosakata yang ada dalam al-Qur’an

berkorelasi langsung dengan kata sentral ini. Oleh karena itu, Izutsu

tidak ragu menyebut bahwa dunia al-Qur’an pada hakikatnya bersifat

teosentris.36 Term Allah secara historis telah dikenal sejak masa pra-

Qur’anik, namun tidak memiliki posisi paling vital seperti halnya

34 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 42. 35 Fathurrahman, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 112. 36 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 24.

Page 47: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

35

ketika ia memasuki era Qur’anik dan pasca Qur’ani. Kata ini dahulunya

bernilai setara dengan kata alihah yang berarti tuhan-tuhan.37

Dalam sistem al-Qur’an, semua medan semantik termasuk di

dalamnya semua istilah kunci berada di bawah pengaruh kata fokus

sentral dan tertinggi tersebut. pengaruhnya tidak saja terhadap konsep-

konsep yang secara langsung berhubungan dengan agama dan

keimanan, tetapi juga semua gagasan moral, bahkan juga konsep-

konsep yang mewakili aspek-aspek keduniaan, seperti perkawinan dan

perceraian, warisan, perdagangan, dan lain sebagainya.38

D. Skripsi dan Tesis terkait Pendekatan Semantik Toshihiko Izutsu di

UIN Jakarta

Dari hasil penemuan penulis mengenai karya-karya terkait

pendekatan Toshihiko Izutsu yang berbentuk skripsi dan tesis, penulis

membatasi kajian ini hanya dilingkup karya sarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Hal ini dikarenakan sulitnya mendapatkan karya

sarjana di luar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara utuh. Adapun

karya ilmiah yang telah dibahas oleh sarjana di lingkup UIN Syarif

Hidayatullah mencakup lima tokoh secara keseluruhan, empat di

antaranya tertuang dalam skripsi dan hanya satu karya ilmiah yang

berupa tesis.

Toshihiko Izutsu merupakan sarjanawan yang memiliki peran

sangat signifikan dalam dunia Islam. Ia adalah salah satu sarjana yang

menggagas metode analitik semantik dalam kajian al-Quran. Menurut

Toshihiko, semantik bukanlah analisis sederhana terhadap struktur

bentuk kata maupun kajian terhadap makna asli yang melekat pada

bentuk kata tersebut (analisis etimologis), tetapi lebih penting lagi

37 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 44. 38 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 22.

Page 48: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

36

sebagai kajian analitik terhadap istilah-istilah kunci suatu bahasa

dengan suatu pandangan yang akhirnya sampai pada pengertian

konseptual weltanschauung atau pandangan dunia masyarakat yang

menggunakan bahasa tersebut. Ia melakukan pendekatan melalui

metode semantik terhadap al-Qur’an. Menurut Toshihiko sendiri bahwa

al-Qur’an memiliki pandangan dunia atau weltanshauung,39 yang dapat

dikaji dengan metode-metode khusus yang ditemukan dalam semantik

Toshihiko Izutsu. Sehingga banyak para sarjana Universitas Islam

Negeri yang merujuk terhadap semantik Toshihiko Izutsu dalam

mendapatkan pandangan melalui al-Quran itu sendiri. Diantaranya

adalah:

1. Skripsi

Pada pembahasan ini, penulis mengkaji karya ilmiah dari sarjana

yang menggeluti pemikiran Toshihiko Izutsu, terutama dalam bidang

kajian semantik. Penulis mengambil karya ilmiah berupa skripsi yang

dikhususkan di lingkup Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, setidaknya terdapat empat karya skripsi yang

membahas tentang semantik dalam karya Toshihiko Izutsu dengan

menggunakan kata kunci yang berbeda. Berikut adalah skripsi yang

membahas tentang semantik Toshihiko Izutsu:

a. Syaiful Fajar

Syaiful Fajar adalah sarjana UIN Syarif Hidayatullah angkatan

2011. Ia mengangkat tema makna syaiṭān dalam al-Qur’an dan

melakukan analisis menggunakan pendekatan semantiknya Toshihiko

Izutsu. Di bawah bimbingan dosen pembimbing Bapak Eva Nugraha,

M.Ag. Kata syaiṭān menempati posisi yang urgen kaitannya dengan

manusia. Karena ayat-ayat yang terdapat di dalam al-Qur’an

39 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 3

Page 49: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

37

menyebutkan secara berulang-ulang bahwa syaiṭān adalah musuh bagi

manusia. Oleh karena itu, manusia harus mengetahui maksud dan arti

yang sesungguhnya tentang syaiṭān dalam al-Quran.

Penelitian dalam skripsi ini berkaitan tentang makna kata syaiṭān

dalam al-Quran. Data yang digunakan adalah ayat-ayat al-Qur’an yang

membahas mengenai syaiṭān. Penelitian ini menggunakan pendekatan

semantik Toshihiko Izutsu, untuk menemukan makna kata yang

memiliki hubungan kesejarahan makna kata tersebut, sehingga

membangun konsep tentang makna kata tersebut dalam benak manusia.

Bagi Fajar, kata syaiṭān adalah kata kunci yang dapat dianalisis

melalui pendekatan semantic Toshihiko Izutsu, yaitu dengan

menelusuri makna dasar dan makna relasional yang terkandung dalam

kata tersebut dan kaitannya dengan kata-kata lain yang saling mengikat

dalam rangkaian kata sebuah kalimat dalam al-Qur’an. Kata-kata

tersebut dikaji secara sistematis, sehingga dapat melahirkan sebuah

makna yang melingkupi arti sebuah kata secara utuh.

Dalam skripsi tersebut dijelaskan mengenai definisi syaiṭān yang

berasal dari bahasa Arab yaitu syaṭana yang berarti jauh. Kata syaiṭān

disebutkan dalam empat bentuk di dalam al-Qur’an: al-syaiṭān, syaiṭān,

al-syayātīn, dan syayātīn. Masing-masing kata menunjuk pada karakter

yang berbeda. Di antaranya yaitu mengarah pada golongan jin dan

manusia. Al-Qur’an menjadikan kosakata syaiṭān sebagai term yang

senantiasa bermakna buruk untuk manusia, yaitu: menjauhkan manusia

dari menyembah Allah swt., mengganggu diri manusia dan menjadikan

manusia saling bermusuhan. Sehingga setan di dalam al-Qur’an

dikatakan bahwa ia adalah benar-benar musuh yang nyata bagi

manusia.

Page 50: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

38

Kata syaiṭān seperti dijelaskan di atas yaitu memiliki makna

dasar “jauh”. Secara sintagmatik kata syaiṭān senantiasa melingkupi

tiga makna, yaitu: yang merusak iman dan aqidah manusia, yang

merusak diri manusia, dan yang menjadi prajurit Nabi Sulaiman As.

Sedangkan secara paradigmatik kata syaiṭān menjalin hubungan

sinonimitas dengan kata al-ins, dan al-jinn. Sedangkan hubungan

antonimitas kata syaiṭān adalah rabb dan raḥmān yaitu Tuhan sendiri.

Kata syaiṭān ini pada masa pra Qur’anik dipahami sebagai

makhluk seperti jin. Sedangkan di masa Qur’anik, kata ini

dikonsepsikan sebagai sifat keburukan yang juga dimiliki manusia,

karena al-Qur’an sendiri menyebutnya dengan syayātīn al-ins wa al-

jinn. Dengan demikian secara semantik, kata syaiṭān bermakna sebagai

suatu bentuk keburukan yang ada pada diri jin dan manusia yang

mengarahkan untuk menjauhi Allah Swt. Menariknya, seperti yang

dibahas dalam skripsi ini, bahwa kata syaiṭān tidak menjadi sosok yang

berdiri sendiri seperti halnya jin dan manusia. Sebaliknya, jin dan

manusia yang sesat dan menyesatkan yang disebut al-Qur’an dengan

istilah syaiṭān.

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa, segala hal yang

menunjukkan kepada sikap yang menjauhkan dan meninggalkan Allah

adalah syaiṭān. Ia diciptakan Allah swt untuk menguji manusia dalam

kehidupannya di muka bumi ini. Seperti yang dijelaskan dalam al-

Qur’an bahwa tidaklah manusia mampu lolos dari ujian itu kecuali atas

karunia dan rahmat Allah swt.40

40 Saiful Fajar, “Konsep Syaiṭān Dalam Al-Qur’an: Kajian Semantik Toshihiko

Izutsu” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018).

Page 51: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

39

b. Asep Muhammad Pajarudin

Asep Muhammmad Pajarudin adalah sarjana UIN Syarif

Hidayatullah angkatan 2012. Ia mengangkat tema skripsi “Konsep

Munafik dalam al-Qur’an: Analisis Semantik Toshihiko Izutsu”. Di

bawah bimbingan dosen Bapak Eva Nugraha, M.Ag. Menurut Asep

Muhammad Pajarudin tafsir mengenai term munāfiq sampai hari ini

belum terkonsepkan dengan rapih dan belum mengungkapkan makna

lebih dalam seperti makna dasar dan makna relasional. Sehingga

memunculkan justifikasi makna yang berarti munafik antara umat

Islam itu sendiri. Seperti yang terjadi pada proses PILKADA DKI

Jakarta 2016 lalu. Al-Qur’an merupakan pedoman manusia yang

memiliki makna luas dan dalam, yang sebenarnya juga terdapat dalam

term munāfiq. Sehingga skripsi yang dibahas Asep ini merupakan suatu

usaha kecil dalam proses penafsiran tersebut.

Memahami kata munāfiq yang terdapat dalam al-Qur’an

membutuhkan pemaknaan yang mendalam dan menyeluruh. Sebab,

pemahaman konsep munāfiq masih menimbulkan kontroversi. Kata

munafik menjadi kata kunci menarik untuk dikaji dalam studi

linguistik, terlebih lagi al-Qur’an menjadikan kata munafik menjadi

kata kunci religius dalam Islam. Salah satu cabang linguistik yang

mempelajari makna pada sebuah bahasa adalah semantik. Semantik

diartikan oleh ahli bahasa sebagai kajian analitik terhadap istilah-istilah

kunci suatu bahasa tersebut. Pandangan ini tidak saja sebagai alat

bicara dari berpikir, tetapi lebih penting lagi pengonsepan dan

penafsiran dunia yang melingkupinya.41

41 Nur Kholis Setiawan, Al-Quran Kitab Sastra Terbesar (Yogyakarta: Elsaq

Press, 2006), 166.

Page 52: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

40

Dalam skripsi ini, Asep mengungkapkan makna dan konsep yang

terkandung di dalam kata munāfiq yang terdapat di dalam al-Qur’an

dengan menggunakan analisis semantik yang dikembangkan oleh

Toshihiko Izutsu. Proses yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

meneliti makna dasar dan makna relasional kata munāfiq dengan

menggunakan analisis sintagmatik dan paradigmatik, kemudian

meneliti penggunaan kosa kata munāfiq pada masa pra Qur’anik,

Qur’anik dan pasca Qur’anik. Kesimpulan yang dapat diambil dari

penelitian ini bahwa kata munāfiq dalam al-Qur’an berposisi sebagai

subjek (pelaku) dan objek (yang dikenai perlakuan). Dalam posisi

subjek ditujukan untuk orang atau golongan yang melakukan

kemunafikan dengan dua bentuk sikap atau perilaku, pertama, dalam

bentuk perkataan, dan kedua, dalam bentuk perbuatan. Dalam bentuk

perkatan, yang menjadi sasaran perbuatan mereka adalah kafir dan

mukmin. Dalam bentuk tindakan, yang menjadi sasaran mereka adalah

mukmin dan Allah. Menurut Asep Muhammad, bentuk sikap dan

perilaku mereka bervariatif namun tujuan akhirnya sama, yaitu mereka

mencari keuntungan, menghindar dari kerugian, dan berargumentasi.

Dalam posisi objek, maka Allah menjadi subjek. Orang-orang munafik

disejajarkan dengan kāfir, musyrik, mujrif, dan fāsik. Mereka diancam,

diperangi, dan disiksa.

Kesimpulan tersebut diperoleh setelah Asep Muhammad melihat

makna dasar kata munāfiq (membuat lubang), dan makna relasional

secara sintagmatik dan paradigmatik. Menurutnya, secara sintagmatik

kata munāfiq berelasi dengan kata kadzaba (berbohong), shudūdan

(menghalangi beribadah), khodiūn (penipu), kasala’ (malas beribadah),

riya (tidak ikhlas dalam beribadah), yakbiḍūn ‘aidihim (kikir atau tidak

mau berinfak di jalan Allah), yaktumūn (yang tersembunyi), an- nār wa

Page 53: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

41

jahannam mereka sebagai calon penghuni neraka Jahanam. Kata

munāfiq memiliki relasi paradigmatik dengan kāfir, fāsiq, musyrik,

murjifūn, dalam posisi objek dan Allah sebagai subjek. Allah menjadi

subjek maka mereka memiliki posisi yang sama dalam ketentuan Allah,

di ancam, diperangi, dan dimasukan ke dalam neraka.

c. Muflih Hidayatullah

Muflih Hidayatullah adalah sarjana UIN Syarif Hidayatullah

angkatan 2011. Ia mengangkat judul skripsi “Ikhlas dalam al-Quran:

Perspektif Semantik Toshihiko Izutsu,” di bawah bimbingan dosen

pembimbing Bapak Kusmana, MA., Ph.D. Tema makna ikhlas dalam

al-Qur’an diangkat dalam skripsi ini untuk menjawab relevansi

penggunaan ikhlas yang dikaitkan dengan musibah. Dalam menjawab

permasalahan penelitian Muflih menggunakan analisis deskriptif yaitu

dengan menggambarkan data-data yang ditemukan secara apa adanya

dan merekontruksinya melalui kategorisasi sesuai data yang didapat.

Kata ikhlas disebut dalam al-Qur’an sebanyak 31 kali dengan 14

derivasi.42 Di kalangan masyarakat umum, kata ikhlas sudah sangat

familiar. Menurut Muflih banyak masyarakat yang menggunakan kata

ikhlas saat memberi nasihat kepada orang yang sedang dilanda

musibah, misalnya dengan ucapan “yang ikhlas ya.” Si Pengucap

seolah-olah memberikan arahan kepada si pendengar agar rela atas

musibah yang sedang menimpanya. Kata ikhlas dipandang memiliki

makna rela atas sebuah musibah.

42 Muḥammad Fu’ad Abd al-Bāqī, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāẓ al-Qur’ān al-

Karīm (Mesir, Dār al-Kutub, 1945).

Page 54: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

42

Ikhlas secara etimologis memang bisa diartikan rela,43 termasuk

rela atas musibah yang sedang melanda. Tetapi istilah tersebut menurut

Muflih belum tentu memiliki arti demikian secara teologis, apalagi jika

penelusuran maknanya digali dari al-Qur’an. Faktanya seluruh ayat al-

Qur’an tentang ikhlas sama sekali tidak ada yang menjelaskan

mengenai musibah. Tidak ada kata ikhlas yang bergumul dalam satu

ayat dengan kata musibah. Oleh karena itu, jika ada penafsiran al-

Qur’an tentang ikhlas yang diartikan musibah, maka perlu diteliti lebih

jauh lagi.

Muflih menjelaskan dalam Tafsir al-Kasysyāf, bahwa ikhlas

hanya berkaitan dengan tiga hal; salat, ibadah, dan tauhid, tidak ada

uraian tentang musibah di dalamnya. Akan tetapi jika ditelusuri lebih

jauh, maka kita akan menemukan bahwa musibah dapat bersentuhan

dengan konsep ikhlas saat ikhlas dikaitkan dengan konsep tauhid; yakni

percaya bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa dan bersikap hanya

menyandarkan diri kepada Allah. Artinya, manakala ikhlas

dikembangkan dari tataran teologis ke tataran etis, maka ikhlas tidak

berbicara tentang tauhid atau keesaan Allah saja, tetapi juga dapat

diartikan sebagai suatu sikap rela menerima musibah.

Dalam penelitiannya Muflih menemukan bahwa penggunaan

ikhlas dalam al-Qur’an dengan pendekatan Toshihiko Izutsu bermakna

ketauhidan, keselamatan, dan terpilih. Hal tersebut Ia buktikan dengan

pencarian makna dasar, makna relasional serta analisis diakronis dan

sinkronis untuk mendapatkan weltanschauung. Menurut Muflih, dalam

analisis skripsinya bahwa ikhlas memiliki makna dasar yaitu murni,

sedangkan makna relasinya berkaitan dengan selamat, terpilih, khusus,

43 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ikhlas memiliki salah satu arti

rela. Misalkan meng-ikhlas-kan; merelakan: kami telah – kepergiannya.

Page 55: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

43

dan bersih. Atas dasar itulah penelitian mengenai makna ikhlas dalam

al-Qur’an perspektif semantik Toshihiko ini menghasilkan

weltanschauung (paradigma) yang kembali pada konsepsi ketuhanan

dan konsepsi manusia. Dengan demikian weltanschauung ketauhidan

adalah konsepsi tentang ketuhanan, sedangkan selamat dan terpilih

kembali kepada konsepsi manusia.

Dalam konsepsi ketuhanan, dalam skripsi tersebut dijelaskan

bahwa derivasi ikhlas dalam al-Qur’an berhubungan dengan persoalan

agama dan perintah untuk taat. Makna yang mendasar dalam konsepsi

ketuhanan adalah memurnikan. Memurnikan berarti mensucikan Allah

dari segala persifatan-Nya. Dalam hal ini yang dimaksud adalah

mengesakan Allah. Atas dasar tersebut, weltanschauung ikhlas dalam

konsepsi ketuhanan adalah mentauhidkan Allah.

Sedangkan pada konsepsi manusia, derivasi ikhlas dalam al-

Qur’an berhubungan dengan harapan, terpilih, dibersihkan serta

diselamatkan. Makna mendasar derivasi ikhlas dalam al-Qur’an adalah

suci atau bersih, baik dalam konteks penghambaan, maupun dalam

konteks terpilih (menjadi Nabi). Makna mendasar derivasi ikhlas dalam

konsepsi manusia adalah dibersihkan. Debersihkan dalam konteks

dibebaskan dan diselamatkannya dari dosa maupun siksa. Atas dasar

ini, weltanschauung derivasi ikhlas dalam konsepsi manusia berarti

keselamatan.

Atas dasar weltanschauung di atas dapat dikatakan bahwa

penggunan kata ikhlas dalam keseharian bersifat kontradiktif.

Sebagaimana dalam perspektif umum ikhlas diartikan dengan kerelaan

yang konteksnya pada ranah musibah, akan tetapi ikhlas dalam al-

Qur’an tidak menyinggung sama sekali persoalan musibah. Dari

perspektif al-Qur’an, ikhlas tidak bisa digunakan untuk konteks

Page 56: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

44

musibah. Adapun kerelaan dalam makna ikhlas seharusnya dikaitkan

dengan konteks ketaatan dalam hal ibadah kepada Allah swt. Oleh

sebab itu menurut Muflih hasil penelitiannya menggunakan perspektif

Toshihiko Izutsu tersebut menjawab relevansi penggunaan ikhlas dalam

al-Qur’an tidak ada yang berkaitan dengan musibah sama sekali.

Dengan demikian, penggunaan ikhlas yang berkaitan dengan musibah

menjadi tidak relavan.44

d. M. Kholisur Rohman Fanani

M. Kholisur Rohman Fanani merupakan mahasiswa Program

Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta angkatan 2013.45 Ia membahas mengenai

semantik Toshihiko Izutsu dengan judul ”Jihad dalam al-Qur’an

(Perspektif Semantik Toshihiko Izutsu)”. Di bawah bimbingan dosen

pembimbing Bapak Kusmana, MA., Ph.D. Menurutnya, pemahaman

jihad saat ini masih belum mengungkapkan makna lebih dalam seperti

makna dasar dan makna relasional. Sehingga istilah jihad mengalami

perbedaan pemahaman di kalangan masyarakat, bahkan telah menjadi

trend ideologi bagi sebagian umat Islam tersendiri, dengan artian

kadangkala istilah ini mengalami persempitan makna yang berakibat

pada timbulnya hal yang negatif dan juga mengalami perluasan makna

yang dapat menaikan nilai-nilai positif dalam kandungan makna jihad

tersebut.

44 Muflih Hidayatullah, “Ikhlas dalam al-Qur’an Perspektif Semantik Toshihiko

Izutsu” (Skripsi S1., Universitas Islan Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018). 45 M. Kholisur Rohman Fanani, “Jihad dalam al-Qur’an (Perspektif Semantik

Toshihiko Izutsu)” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

2018).

Page 57: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

45

Menurut Ibn Manṣūr, jihad adalah memerangi musuh,

mencurahkan segala kemampuan dan tenaga berupa perkataan,

perbuatan atau segala sesuatu yang seseorang mampu. Hans Wehr

mengartikan, jihad yaitu perjuangan, bertempur, dan perang suci

melawan musuh-musuh sebagai kewajiban agama yang haq. Beberapa

pakar yang lain juga mendefinisikan kata jihad yaitu menurut al-Raghib

al-Asfāhānī menyatakan bahwa jihad adalah mencurahkan kemampuan

dalam menahan musuh. Di dalam skripsi tersebut juga dijelaskan

bahwa jihad sendiri ada tiga macam. Pertama, berjuang melawan

musuh yang tampak. Kedua, bertujuan menghadapi setan. Ketiga

menghadapi hawa nafsu.46

Saat ini kalimat jihad banyak dihubungkan dengan kata al-ḥarb,

al-qitāl, dan al-gazwah. Padahal tidak semua kata jihad itu berarti

perang.47 Sejumlah orang yang salah mengartikan bahwa yang disebut

dengan jihad akbar adalah perjuangan melawan hawa nafsu, maka

perjuangan di bidang ekonomi, sosial, politik, dan meliter, tidak perlu

diprioritaskan.48

Term jihad dengan berbagai bentuknya, dalam al-Qur’an terulang

sebanyak 28 kali, empat kali dalam ayat makkiyah dan 24 kali dalam

ayat madaniyah.49 Adapun yang berkenaan dengan pembicaraan

konsepsi jihad dan menjelaskan tentang substansi jihad sebagai ujaran

agama terdapat tiga ayat pada tiga Surah Makkiyah dan 24 ayat pada 13

surah Madaniyah, selebihnya hanya digunakan dalam konteks lain yang

46 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an: Tafsir Mauḍu’i Berbagai Persoalan

Umat, cet. VIII (Bandung: Mizan, 1998), 40. 47 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van

Hoeve, 1996), 1394. 48 M. Chirzin, Jihad dalam al-Qur’an Telaah Normatif, Historis, dan Prospektif

(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1997), 4. 49 Muḥammad Fu’ad Abd al-Bāqī, al-Mu‘jam al-Mufahrās li Alfāẓ al-Qur’an al-

Karīm (Beirut: Dār al-Fikr, 1994), 232.

Page 58: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

46

tidak berkaitan dengan substansi jihad. Namun, secara sistematis masih

digunakan dalam pengertian jihad menurut bahasa (etimologis) berarti

kesungguhan dalam mencapai tujuan.50 Jihad merupakan bagian

integral wacana Islam sejak masa-masa awal muslim hingga

kontemporer. Pembicaraan tentang jihad dan konsep-konsep yang di

kemukakan sedikit atau banyak mengalami pergeseran dan perubahan

sesuai konteks dan lingkungan masing-masing pemikir.51

Di samping pengertian umum tersebut, ada juga pengertian

khusus yang dikemukakan oleh berbagai ulama. Imam Syafi’i

mendefinisikan makna jihad dengan memerangi kaum kafir untuk

menegakkan Islam. Pengertian inilah yang secara luas dibicarakan

dalam kitab-kitab fikih yang senantiasa dikaitkan dengan pertempuran,

peperangan, dan ekspedisi meliter.52

Sedangkan Ibn Taimiyah berkata di dalam kitabnya Muṭālib Ūlī

al-Nuhā, yaitu, jihad yang diperintahkan ada yang digunakan dengan

hati (seperti istiqamah untuk berjihad dan mengajak kepada syariat

Islam), argumentasi (memberi argumentasi kepada yang batil),

penjelasan (menjelaskan kebenaran, menghilangkan ketidakjelasan, dan

memberikan pemikiran yang bermanfaat untuk Islam), dan tubuh

(seperti berperang). Jihad wajib dilakukan jika seluruh hal tersebut bisa

dilakukan.53

50 Rohimin, Jihad: Makna dan Hikmah (Jakarta: Erlangga, 2006), 16. 51 M. Chirzin, Jihad dalam al-Qur’an Telaah Normatif, Historis, dan Prospektif,

1. 52 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam (Jakarta: Ichtar Baru

Van Hoeve, 2001), 315. 53 Yusuf Qarḍawi, Fiqih al-Jihad, terj. Irfan Maulana, dkk (Bandung: PT. Mizan

Pustaka, 2010), 5.

Page 59: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

47

Dari beberapa penjelasan ulama dan cendekiawan Muslim di atas,

pemaknaan jihad memiliki konsep yang berbeda-beda. Hal ini

dimungkinkan karena perbedaan sudut pandang dan metode

pemahaman yang digunakan dalam mengkaji makna kata tersebut.

Bagi M. Kholisur Rohman, kata jihad merupakan kata kunci yang

dapat dikaji melalui metode semantik, yaitu dengan menelusuri makna

dasar dan makna relasional yang terkandung dalam kata tersebut dan

kaitannya dengan kata-kata lain yang selain mengikat dalam rangkaian

kata sebuah kalimat dalam al-Qur’an. Kata-kata tersebut dikaji secara

sistematis, sehingga dapat melahirkan sebuah makna yang melingkupi

arti sebuah kata secara utuh.

Dalam skripsi tersebut, M. Kholisur Rohman mengungkapkan

makna yang terkandung di dalam term jihad yang terdapat pada al-

Qur’an dengan menggunakan analisis semantik yang dikembangkan

oleh Toshihiko Izutsu. Semantik menurut Toshihiko Izutsu berusaha

menyingkap pandangan dunia al-Qur’an (weltanschauung) melalui

analisis sintagmatik dan paradigmatik kemudian meneliti penggunaan

kata jihad pada masa pra Qur’anik, Qur’anik dan pasca Qur’anik.

Berdasarkan uraian yang dipaparkan, jihad sangat erat dengan

sesuatu yang sulit, susah, payah, dan sejenisnya, sehingga menuntut

kemampuan tertentu al-Qur’an menggunakan banyak istilah untuk

menunjuk jihad, di antaranya adalah al-qitāl, al-ḥarb, al-ghazwu, al-

nafr, dan al-irhāb (teror), padahal pemaknaannya tidak tepat dari

sekian term yang digunakan al-Qur’an, ditemukan bahwa masing-

masing term tersebut mempunyai karakter dan penekanan.

Term al-jihad sendiri menunjukkan bahwa jihad tidak semata-

mata mencurahkan kemampuan menghadapi musuh, kesulitan dan

kesungguhan, akan tetapi dapat diartikan pengendalian diri, bijaksana,

Page 60: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

48

dan bersabar dalam menghadapi cobaan dan penganiayaan. Term al-

qitāl memberi kesan bahwa ayat-ayatnya semua diturunkan pada

periode Madinah dan mempertegas pengertian jihad dalam konteks

perang di jalan Allah. Term al- ḥarb digunakan dalam konteks yang

berbeda-beda, yaitu perang, nama tempat (miḥrāb) dan azab.

Pernyataan perang dalam term al-ḥarb tidak selamanya berobjek

kepada orang-orang kafir tetapi juga untuk menyatakan sikap-sikap

orang munafik yang memerangi Allah dan Rasul-Nya. Term al-ghazwu

memberi kesan bahwa jihad di sini bermakna perang melawan musuh

yang nyata dengan melakukan perang fisik. Dan al-Qur’an menegaskan

bagaimana sikap yang harus diambil orang kaum mukmin dalam suatu

peperangan. Sedangkan term al-nafr memberikan pemahaman bahwa

adanya perintah dianjurkan kepada kaum muslimin agar melakukan

jihad secara fisik atau terjun langsung ke medan perang.

Kesimpulan dari skripsi tersebut bahwa kata jihad merupakan

kewajiban bagi setiap muslim sesuai dengan kesanggupan dan

kemampuan masing-masing. Namun jihad seringkali dipahami sebagai

(al-qitāl) perang, padahal jihad yang diperintahkan al-Qur’an tidak

terbatas pada jihad dalam makna perang, akan tetapi mencakup banyak

aktifitas keagamaan yang lain. Jihad dalam periode Mekkah dilakukan

bukanlah dengan perang, tetapi dengan mencurahkan segala

kemampuan menghadapi orang-orang musyrik dengan kalimat yang

menyentuh nalar dan kalbu, karena melihat situasi dan kondisi umat

Islam yang masih lemah dan belum memiliki kekuatan fisik. Sementara

jihad dalam periode Madinah, lebih cenderung diartikan dengan perang

yaitu upaya kaum muslim untuk membalas serangan yang ditujukan

kepada mereka. Dengan melalui beberapa proses seperti hijrah,

Page 61: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

49

larangan bersekutu dengan orang kafir, perintah berperang, dan

berjihad dengan harta dan jiwa.

2. Tesis

Penulis hanya menemukan satu karya ilmiah berupa tesis yang

ditulis oleh Fathurrahman dengan judul “Al-Qur’an dan Tafsirnya

dalam Perspektif Toshihiko Izutsu”. Di bawah bimbingan dosen

pembimbing Bapak Dr. Yusuf Rahman. M.A. Fathurrahman

merupakan mahasiswa Sekolah Pascasarjana Bidang Pendidikan

Bahasa Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Fathurrahman menjelaskan bahwa kajian mengenai al-Qur’an

tidak hanya dilakukan oleh umat Muslim, tetapi juga oleh kalangan

non-Muslim. Akan tetapi kelompok yang disebut terakhir tidak

memandang al-Qur’an sebagaimana kelompok pertama. Mayoritas

kaum Muslim meyakini bahwa al-Qur’an adalah kalām Allah yang

diturunkan kepada Muhammad melalui perantara Jibril, kemudian

diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara mutawātir,

yang tertulis dalam mushaf dan membacanya dianggap ibadah.54

Keyakinn demikian pada gilirannya menimbulkan ketertarikan dalam

diri kaum Muslim tersebut untuk memahami kandungan al-Qur’an,

sehingga melahirkan karya melimpah yang terhimpun dalam kitab-

kitab tafsir. Sementara non-Muslim pada umumnya memandang bahwa

al-Qur’an bukanlah firman Tuhan, tetapi sebagai ucapan Muhammad.

Ketertarikan umat Muslim untuk mengkaji al-Qur’an,

menurutnya, tentu saja tidak menimbulkan keheranan, karena al-Qur’an

adalah kitab suci dan pedoman hidup mereka, sehingga merupakan

suatu kewajiban jika mereka mencurahkan segenap perhatian dalam

54 J.J.G. Jansen, The Interpretation of the Koran in Modern Egypt (Leiden: E.J.

Brill, 1974), 1-2.

Page 62: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

50

memahami ajaran-ajarannya untuk membimbing diri mereka dalam

menempuh kehidupan yang sesuai dengan tuntunan kitab suci tersebut.

Sebaliknya, ketertarikan non-Muslim terhadap al-Qur’an sering

mengundang tanda tanya. Apa motivasi yang mendorong mereka

mendedikasikan hidupnya untuk menggeluti al-Qur’an, sementara

dalam hati mereka tidak ada keyakinan terhadap al-Qur’an dan ajaran-

ajarannya sebagai berasal dari Tuhan.

Kajian non-Muslim terhadap al-Qur’an telah muncul sejak awal

kitab suci tersebut diwahyukan kepada Muhammad dan terus berlanjut.

Sejak abad pertengahan aktivitas ini tidak bisa dipisahkan dari

orientalisme.55 Orientalisme ini memiliki akar historis sejak adanya

polemik keagamaan antara kaum Yahudi dan Kristen dengan kaum

Muslim pada masa awal. Polemik ini berlangsung bersama dengan

makin meluasnya kekuasaan kekhalifahan Islam ke Suriah,

Yarussalem, dan Mesir di belahan Timur, dan sampai ke Afrika Utara,

Spanyol, dan Sicilia di belahan Barat.

Orientalisme mulai menemukan fokusnya yang lebih jelas pada

abad ke-11, tepatnya seiring dengan pecahnya perang Salib (1096-

1291). Akibat perang Salib, kelompok intelektual di Barat mulai

menaruh perhatian terhadap Islam. Aktivitas ilmiah yang menandai

awal munculnya kajian orientalis terhadap Islam adalah penerjemahan

al-Qur’an ke dalam bahasa Latin oleh Robert dari Ketton (Robertus

Retenensis), yang selesai pada tahun 1143. Dari bahasa Latin inilah

kemudian al-Qur’an diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa Eropa.

55 Joesoef Sou’yb memberikan definisi orientalisme sebagai suatu paham atau

aliran yang berkeinginan menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan bangsa-bangsa di

Timur beserta lingkungannya. Lebih jauh ia juga mendefinisikan orientalisme dalam arti

sempit sebagai kegiatan penyelidikan ahli-ahli ketimuran di Barat tentang agama-agama

di Timur, khususnya tentang agama Islam. Joesoef Sou’yb, Orientalisme dan Islam, cet.

III (Jakarta: Bulan Ibntang, 1995), 1-2.

Page 63: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

51

Di sisi lain perang Salib juga menimbulkan kesalahpahaman

Barat terhadap Islam. Hal ini dapat dipahami karena dalam suasana

konflik perang, dengan sendirinya akan sulit melahirkan pandangan

yang positif satu sama lain. Sebab memandang Islam secara negatif,

maka dengan sendirinya sarjana-sarjana Barat juga memandang negetif

terhadap al-Qur’an.

Namun, Pandangan sarjana-sarjana non-Muslim terhadap Islam

tidak selamanya negatif. Di penghujung abad ke-16 sampai dengan

abad ke-18, yang sering disebut abad pencerahan (enlightment eges),

mulai terjadi pergeseran dalam cara pandang mereka. Kesan negatif

yang tadinya mendominasi karya-karya mereka, mulai berkurang.

Seperti pada penelitian tesis ini, bahwa pandangan positif terhadap

Islam jika diperhatikan dengan sikap terbuka, tanpa kecurigaan akan

motif-motif yang tersembunyi , kajian non-Muslim dapat membuka

horizon baru dalam kajian Islam. Untuk tujuan demikian, maka dalam

tesis tersebut melakukan penelusuran terhadap pendekatan dan karya

Toshihiko Izutsu, seorang sarjana Jepang penganut Zen Bushism,

tentang al-Qur’an. Menurutnya juga, terdapat beberapa alasan

pemilihan terhadap Toshihiko Izutsu. Pertama, tokoh tersebut

merupakan sosok intelektual yang dikenal memiliki pengetahuan yang

baik tentang Islam. Bahkan menurut Seyyed Hussein Nasr, Toshihiko

Izutsu adalah seorang sarjana terbesar pemikiran Islam yang dihasilkan

oleh Jepang dan seorang tokoh yang mumpuni di dalam bidang

perbandingan filsafat. Selain itu, Toshihiko Izutsu adalah tokoh utama

pertama pada masa kini yang melakukan kajian Islam dengan serius

tidak hanya dari perspektif non-Muslim tetapi juga non-Barat. Ia tidak

hanya melakukan perbandingan filsafat, utamanya dalam menciptakan

persinggungan serius pertama antara arus intelektual yang lebih dalam

Page 64: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

52

dan utama antara pemikiran Islam dan Timur jauh di dalam konteks

kesarjanaan modern. Sebagai pelengkap kecermelangannya, ia

menguasai lebih dari tiga puluh bahasa dunia termasuk Yahudi, Persia,

Cina, Turki, Sansekerta, dan Arab, serta beberapa bahasa Eropa

lainnya.

Kedua, ia merupakan sarjana non-Muslim yang dengan metode

dan pendekatan yang dipakainya kalau dibanding dengan sikap terbuka,

tanpa kecurigaan akan tujuan negatif yang tersebunyi dapat membuka

cakrawala baru atau mengingatkan lagi pada khazanah yang selama ini

terlupakan. Di antara sebabnya, menurut Machasin, karena kalangan

non-Muslim (outsiders) relatif dapat bersikap lebih netral terhadap

data-data historis yang tersimpan dalam karya-karya kaum Muslim

sendiri.56

Dari pembahasan tesis ini, dapat disimpulkan bahwa wahyu

sebagai suatu peristiwa linguistik supranatural merupakan konsep yang

berhubungan dengan tiga individu, yaitu Tuhan sebagai pengirim

pesan, Muhammad sebagai penerima pesan, dan Jibril sebagai

perantara (channel) dalam pengiriman pesan tersebut agar sampai

kepada penerima, yaitu Muhammad. Pemilihan bahasa Arab sebagai

bahasa al-Qur’an bukan karena superioritas bahasa ini dibanding

bahasa-bahasa lain, tetapi lebih merupakan teknis penyampaian pesan.

Dengan demikian pendapat Toshihiko Izutsu terhadap proses

pewahyuan sejalan dengan mayoritas umat Muslim yang menyatakan

bahwa al-Qur’an diturunkan Tuhan melalui perantara malaikat Jibril

dalam bahasa Arab.

56 Muchasin, “Kata Pengantar” untuk edisi terjemahan bahasa Indonesia dalam

Toshihiko Izutsu, God and Man in the Koran: Semantics of the Koranic Weltanschauung.

Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan Dan Manusia: Pendekatan Semantik Terhadap Al-

Qur’an, xiii.

Page 65: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

53

Di sisi lain, Toshihiko Izutsu menyatakan bahwa pandangan

dunia al-Qur’an bersifat teosentris. Hal ini dibuktikan bahwa tidak ada

satupun istilah kunci dalam al-Qur’an yang tidak terkait dengan kata

fokus tertinggi, yaitu Allah. Pembuktian ini dilakukan dengan

menggunakan metode analisis semantik yang dipahaminya bukanlah

analisis sederhana terhadap struktur bentuk kata maupun kajian

terhadap makna asli (makna denotatif) yang melekat pada bentuk kata

tersebut atau analisis etimologis, tetapi sebagai suatu kajian analisis

terhadap istilah-istilah kunci dari suatu bahasa dengan maksud untuk

akhirnya menangkap pandangan dunia (weltanchauung) dari orang-

orang yang menggunakan bahasa itu tidak hanya sebagai alat untuk

berbicara dan berpikir, namun lebih penting lagi sebagai alat untuk

menangkap dan menerjemahkan dunia yang mengelilinginya.

Dari empat karya skripsi mahasiswa Universitas Negeri Islam

Syarif Hidayatullah di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa dari

setiap tema yang dikemukakan berusaha menemukan makna dasar

setiap kata, kemudian mencari makna relasional yang mengelilingi

makna dasar tersebut. Kemudian melakukan analisis mendalam

terhadap kata yang ingin diteliti baik itu melalui sejarah penggunaan

kata tersebut sebelum diturunkannya al-Qur’an, pada masa diturunkan

al-Qur’an dan setelah al-Qur’an itu diturunkan. Sedangkan dari karya

ilmiah yang berupa tesis, lebih kepada al-Qur’an dan tasirnya dalam

kajian non-Muslim yang dikhususkan kepada Toshihiko Izutsu dalam

menjelaskan al-Qur’an sebagai pandangan dunia (weltanchauung). Dari

sederetan analisis yang mereka lakukan melalui langkah-langkah

kongkrit yang ditunjukkan Toshihiko, akhirnya mereka menemukan

bahwa setiap kata yang mereka kaji dan teliti memiliki wawasan yang

Page 66: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

54

luas, tidak hanya kata dengan makna yang dipahami secara umum,

namun lebih kepada konsep-konsep yang luas dari hanya sekedar kata.

Page 67: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

55

BAB III

DEFINISI KHUSYŪ‘

Pada dasarnya kata khusyū‘ merupakan salah satu kata yang tidak

asing bagi seorang muslim bahkan di seluruh dunia, terutama negara-

negara Islam. Kata ini sangat populer sehingga hampir semua muslim

mengetahui kata ini. Akan tetapi, belum semua muslim mengetahui

kata ini sesuai dengan apa yang hendak diajarkan al-Qur’an. Hal ini

terjadi karena al-Qur’an tidak memberikan definisi tentang khusyū‘, al-

Qur’an hanya memberikan patokan-patokan yang mengantarkan

seseorang kepada ke-khusyū‘an. Kata khusyū‘ sering digunakan pada

perkara ibadah terutama salat. Berdasarkan informasi ayat-ayat al-

Qur’an yg berkaitan dengan khusyū‘ maka didapati pengertian

bermacam-macam yang intinya tetap mengacu kepada ‘ketundukan dan

rasa takut’.1 Bervariasinya pengertian khusyū‘ dalam al-Qur’an ini

menunjukkan bahwa sifat khusyū‘ tidak hanya berlaku dalam satu

konteks ibadah saja seperti salat akan tetapi bisa meluas kepada

berbagai aspek baik yang berhubungan dengan ibadah maupun yang

non ibadah. Oleh karena itu, pada bagian bab ini akan dibahas

mengenai pengertian khusyū‘ menurut beberapa ulama berdasarkan

interpretasi makna di dalam al-Qur’an serta kategorisasi ayat mengenai

khusyū‘.

A. Pengertian Khusyū‘

Kata khusyū‘ merupakan bentuk masdar dari kha sya ‘a (خ ش ع)

yang mengikuti wazan fa‘ala (فعل) yang berati memiliki pengertian

tunduk ( الخضوع, tenang (السكون), dan merendahkan (التذلل).2 Dalam

1 Ahmad Ibn Faris, Mu‘jam Maqāyis al-Lughah, jilid 2 (Beirut: Dār al-Fikr, 1979),

182. 2 Adib Bisri dan Munawwir AF, Kamus al-Bisri (Surabaya: Pustaka Progresif,

1999), 160.

Page 68: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

56

kamus Mu‘jam Maqāyis al-Lughah, (خشع) merupakan satu rangkaian

huruf yang membentuk kata berindikasi menunduk. Kata ini berarti

menunduk dan mengangguk-anggukan kepala. Khusyū‘ juga identik

dengan khuḍu’, hanya saja khuḍu’ digunakan untuk tubuh dan khusyū‘

digunakan untuk suara dan pandangan.3

Dalam kamus Mahmud Yunus juga dikatakan bahwa kata

khusyū‘ berasal dari akar kata‚ khasya‘a – yakhsya‘u - khusyū‘an yang

berarti tunduk, rendah, takluk.4 Sedangkan dalam Qamūs al-Qawīm,

arti kata khusyū‘ adalah‚ tenang (al-sukūn), tunduk (al-khuḍū’), dan

merendahkan diri‛ (al-istakānah) 5.

Beberapa pendapat menyamakan antara khusyū‘ dan khuḍū’,

hanya saja al-khuḍū’ identik terjadi pada tubuh, sedangkan al-khusyū‘

terjadi pada tubuh, suara, dan pandangan.6 Sedangkan menurut Ibn

Katsir khusyū‘ pada suara dan pandangan sama artinya dengan khuḍū’

pada tubuh.7

Aṣfahānī mengatakan bahwa khusyū‘ sama artinya dengan aḍ-

ḍarā’ah, hanya saja kata al-khusyū‘ lebih banyak digunakan oleh

anggota badan, sedangkan kata aḍ-ḍarā’ah digunakan untuk sesuatu

yang terdapat di dalam hati.8 Sama halnya Ibn Qayyim berpendapat

bahwa khusyū‘ secara bahasa memiliki arti tunduk, merendah dan

3 Ahmad Ibn Faris, Mu‘jam Maqāyis al-Lughah, 182. 4 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: PT. Mahmud Yunus

Wadzuryah, 1990), 116. 5 Ibrāhīm Ahmad ‘Abdul Fatīh, al-Qamūs al-Qawīm li al-Qur’ān al-Karīm, juz 1

(Al-Azhār: Mujma’ al-Buhūs al-Islāmiyyah, 1983), 194-195. 6 Said Ibn Ali Ibn wahf al-Qahthani, Khusyuk dalam Salat Menurut al-Qur’an

dan as-Sunnah, terj. Abu Anisa Farid Abdul Aziz Qurusy (Yogyakarta: Darul Uswah,

2013), 17. 7 Ibn al-Katsir, al-Nihāyah fī Gharīb al-Hadiṡ wa al-Aṡār (Riyāḍ: al-Maktabah al-

Islamiyah, T.Th), 34. 8 Ar-Rāghib al-Aṣfahānī, al-Mufradāt fī Gharīb al-Qur’ān, jilid 1 (T.Tp:

Maktabah Nazār Mustafā al-Bāz, T.Th), 197.

Page 69: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

57

tenang.9 Al-Fayumī juga berpendapat bahwa khusyū‘ itu artinya

tunduk.10 Sedangkan menurut al-Qurtubī, khusyū‘ ialah suatu keadaan

di dalam jiwa di mana dia mewujudkan keadaan tetap (tenang) dan

merendah diri segala anggota badan.11 Dari semua uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa khusyū secara bahasa mengidentifikasikan suatu

sikap tunduk, tenang, dan merendah.

Secara istilah terdapat beberapa pendapat yang mendefinisikan

tentang khusyū‘ di antaranya adalah al- Qusyairi dalam ar-Risālat al-

Qusyairiyyah memberikan berbagai macam definisi khusyū‘ yang

diambil dari para ulama tasawuf. Di antaranya adalah takut secara

konsisten untuk kepentingan hati, tunduknya hati dengan berperilaku

baik, dan keringnya hati dan perasaan rendah ketika berada di hadapan

Allah.12 Menurut Salim al-Hilali, khusyū‘ adalah lembutnya hati

manusia, redupnya hasrat yang bersumber dari hawa nafsu dan

halusnya hati karena Allah. Sehingga menjadi bersih dari rasa sombong

dan tinggi hati. Pada saat itulah, perasaan berada di hadapan Allah akan

menguasai seorang hamba, tenteram, tenang, tunduk, terenyuh dan

tersentuhnya hati. Hati yang khusyū‘ akan selalu diikuti oleh

khusyū‘nya seluruh anggota badan. Hati yang khusyū‘ akan diikuti oleh

khusyū‘ nya pendengaran, penglihatan, kepala, wajah, dan seluruh

anggota tubuh, dan berikut segala sesuatu yang timbul darinya.13

sebagaimana sabda Rasulullah SAW. :

9 Ibn al-Qayyim al-Jauziyah, Madāriju as-Sālikin (Riyadh: Dar as-Ṣami’i, 2011),

1321. 10 Al-Fayyumī, al-Mishbāḥ al-Munīr (Beirut: Maktabah Lubnān, 1897), 65. 11 Abu Abdillah Muhammad Ibn Ahmad al-Ansārī’ al-Qurtubī, al-Jāmi’ li Aḥkām

al-Qur’ān, juz 12 (Dār al-Fikr, 1414 H/1993 M), 103. 12 Abu al-Qāsim al-Qusyairi, Al-Risālah al-Qusyairiyyah (Kairo: Dār asy-Sya’b,

1989), 168. 13 Ibn Rajab al-Hanbali, Khusyū fī Sholāt (Kairo: Dār al-Risalah, 2009), 5.

Page 70: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

58

ال س د ك وه أ و ن ن ف ال س د م ضغ ة ن ذ ا ص و ح ت ص و ح ال س د ك وه و ن ذ ا ف س د ت ف س د ي الق وب

و ه “Dan ketahuilah pada setiap tubuh ada segumpal darah yang

apabila baik maka baiklah tubuh tersebut dan apabila rusak maka

rusaklah tubuh tersebut. Ketahuilah, ia adalah hati”.14

Maka jika hati seseorang khusyū‘, pendengaran, penglihatan,

kepala, wajah dan semua anggota badannya ikut khusyū‘, bahkan

semua yang bersumber dari anggota badannya.15 Definisi mengenai

khusyū‘ menurut para mufassir ini dapat dilihat di lampiran.

B. Inventarisasi Kata Khusyū‘ dalam Al-Qur’an

Setelah melakukan penelusuran terhadap ayat-ayat al-Qur’an

yang di dalamnya memuat kata khusyū‘ melalui kitab-kitab mu’jam,

seperti al-Mu‘jam al-Mufahras li Alfāẓ al-Qurān al-Karīm karya

Muhammad Fu’ād ‘Abdul al-Bāqī, Mu‘jam Mufradāt Alfāẓ Al-Qur’ān

karya ar-Rāghib al-Aṣfahāni, Mufradāt fī Gharīb al-Qur’ān karya ar-

Rāghib al-Aṣfahāni, melalui indeks al-Qur’an. Penulis menemukan kata

khusyū‘ ini terulang sebanyak 17 kali dengan segala derivasinya dan

terdapat di 16 Surah.16

14 Zainudin Ahmad Ibn Abdul Lathif Az-Zabidi, Mukhtshar Shahih Al-Bukhari,

terj. Achmad Zaidun, Ringkasan Hadits Shaheh al-Bukhari (Jakarta: Pustaka Amani,

2002), 29. 15 Ibn al-Qayyim al-Jauziyah, Madāriju al-Sālikin, 521. 16Muḥammad Fu’ād ‘Abd al-Bāqī, al-Mu‘jam al-Mufahrās li Alāẓ al-Qur’an al-

Karīm (Beirut: Dār al-Fikr, 1994), 233.

Page 71: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

59

Tabel 3.1: Rekapitulasi kata khusyū‘ dan derivasinya:

N

o Lafaz Makna Surah Ayat Historis

Merendahk

an diri

Al-

Anbiyā’:

90

ي ن ل ل ه و و ه ي ف لست ج ن ل ل ه لن وا و أ صو حن ل ل ه ز وج ه ن م ك ل و ي دل ون ن ي س لر ل ون ف اخ ات

و ر ه يل و ك لن وا ل ر غ يل ع ن ل خ لش

Makkiyah

Merendahk

an diri,

takut,

tunduk

Asy-

Syūra: 45

و ت ر اه م ي عر ض ون ل و ع ي ه ل خ لش رف م ن الذل ي نظ ر ون م ن ط

ي و ق لل الذ ين آم ن وا ن ن خ ف

ر ين الذ ين خ س م ه ر وا أ نف س اخ لس م ي وم الق ي لم ة أ ن ن و أ هو يه

اب م ف ل ذ ق يم الظلل م

Makkiyah

خاشعين .1Merendahk

an diri

Āli

‘Imrān:

199

م ن و ن ن م ن أ هل الب ت لب ل لل و م ل أ نز ل ن ل يب م و م ل ي ؤم ن ب

م أ نز ل ن ل يه ع خ لش لل ت الل ي نل ق و يا ي عت ون ب

ن ند ر ب م ن أ ول ئ ك ل م أ جر ه م ل الل س ر يع ال س لب

Madaniyyah

Taat,

tentram,

takut.

Al-

Baqarah:

45

لصب ل و الصا و ن و است ع ين وا ب ل و ٱ اخ إ ن ل ب ي ع لش Madaniyyah

Merendahk

an diri

Al-

Aḥzāb:

35

و الم سو م لت الم سو م و الم ؤم ن لت و الق لن ت و الم ؤم ن

و الق لن ت لت و الصلد ق و الصلد ق لت و الصلب ر ين ع و الصلب ر ات و اخ لش

ع لت و الم ت ص د ق و اخ لش و الم ت ص د ق لت و الصلئ م

ف ر وج ه م و الص لئ م لت و ال لف ظ

Madaniyyah

Page 72: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

60

ا ث و ال لف ظ لت و الذاك ر ين الل ك و الذاك ر ات أ ل د الل ل م مغف ر

و أ جرا ل ظ يمل

Menunduk

kan

pandangan

An-

Nāzi’at:

9

ع ةإ Makkiyah أ بص لر ه ل خ لش

Kering dan

gersang

Al-

Fuṣṣilat:

39

ت ه أ نك ت ر ى ال رض و م ن آي ع ة ف إ ذ ا أ نز لن ل ل و ي ه ل الم لء خ لش ل اهت زت و ر ب ت ن ن ال ذ ي أ حي له

و ٱ ك ل ل م حي ي الم وت ٱ ن نه ل ش يء ق د يرإ

Makkiyah

خاشعة .2Menunduk

kan

pandangan

Al-

Ma‘ārij:

44

ع ة أ بص لر ه م ت ره ق ه م ذ لةإ خ لش ا ي ول د ون ذ ل ك الي وم الذ ي ك لن و Makkiyah

Menunduk

kan

pandangan

Al-

Qalam:

43

ع ة أ بص لر ه م ت ره ق ه م ذ لةإ خ لش السج ود و ق د ك لن وا ي دل ون ن ل

س لل م ون و ه م Makkiyah

Menunduk

terhina

Al-

Ghāsyiah

: 2

ع ةإ Makkiyah و ج وهإ ي وم ئ ذ خ لش

Menunduk خاشعون .3

kan hati

Al-

Mu’minū

n: 2

ت ع ون الذ ين ه م ف ص ا م خ لش Makkiyah

اشع .4 الخ ا Merendahk

an Diri

Al-

Aḥzāb:

35

و الم سو م لت ن ن الم سو م و الم ؤم ن لت و الق لن ت و الم ؤم ن

و الق لن ت لت و الصلد ق و الصلد ق لت و الصلب ر ين ع و الصلب ر ات و اخ لش

ع لت و الم ت ص د ق و اخ لش و الم ت ص د ق لت و الصلئ م

ف ر وج ه م و الص لئ م لت و ال لف ظ ا ث و ال لف ظ لت و الذاك ر ين الل ك و الذاك ر ات أ ل د الل ل م مغف ر

و أ جرا ل ظ يم

Madaniyyah

Page 73: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

61

Tunduk خاشعا .5

Al-

Ḥasyr:

21

ا الق رآن ل و ٱ ج ي ل ل و أ نز لن ل ه ذ عل مت ص لر أ ي ت د لل م ن ه خ لش

ب ل مث لل ن ضر خ عي ة الل و ت وك ال بر ونل ونلس ل ع وه م ي ت ف

Madaniyyah

خشعا .6tertunduk

Al-

Qomar: 7

ج ون م ن خ ععل أ بص لر ه م ي ر رإ ال جد اث ك أ م ج ر ادإ م نت ع Makkiyyah

7. عأنتخش Tunduk

hati

Al-

Ḥadīd:

16

أ ن ت ع ع أ ل ي ن ل وذ ين آم ن وام ل ن ز ل م ن ق و وب م ل ذ كر الل و

ذ ين أ وت وا ال ق و ي ب ون وا ك لل ل ل و يه م الب ت لب م ن ق يل ف ط ل

إ ق و وب ال م د ف ق س ت م و ك ث ق ون ن ه م ف لس م

Madaniyyah

8. Merendahk خشعت

an suara

Ṭāha:

108

ي ل و ي وم ئ ذ ي تي ع ون الد ال

ل ورح ن ل ه و خ ع ع ت ال صو ات ف ا ت سم ع ن ه سل

Makkiyah

خشوعا .9Tunduk Al-Isrā’:

ه م ب ون و ي ز يد و ي رون ل لأ ذق لن ي ي Makkiyah خ ع وع

Berdasarkan bentuknya, derivasi term khusyū‘ muncul sebanyak

13 kali dalam bentuk isim fā‘il, sebagaimana terdapat dalam Surah al-

Anbiyā’ ayat 90, asy-Syūra ayat 45, Āli ‘Imrān ayat 199, al-Baqarah

ayat 45, al- Aḥzāb ayat 35, al-Mu’minūn ayat 2, al- Ḥasyr ayat 21, al-

Fuṣṣilat ayat 39, an-Nāzi’at ayat 9, al- Ma‘ārij ayat 44, al-Qalam ayat

43, al-Ghāsyiah ayat 2, dan al-Qamar ayat 7.

Derivasi khusyū‘ dalam bentuk fi’il māḍi, khasya’at disebut

dalam al-Qur’an satu kali pada Surah Ṭāha ayat 108. Begitu juga

penyebutan khusyū‘ dalam bentuk fi’il muḍari’ dan Maṣdar yang

masing-masing hanya disebutkan satu kali dalam Al-Qur’an.

Penyebutan khusyū‘ dengan fi’il muḍari’ muncul pada Surah al-Ḥadīd

Page 74: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

62

ayat 16, sedangkan dalam bentuk maṣdar muncul pada Surah al-Isrā’

109.

C. Kategorisasi dan Penafsiran Ayat Khusyū‘ dalam al-Qur’an

Ayat-ayat khusyū‘ dalam al-Quran dapat dikategorikan dalam

beberapa hal berikut:

1. Khusyū‘ Sebagai Sifat yang Harus Ada dalam Salat.

Terdapat pada Q.S. Al Mu’minūn. [23]:1-2.

ع ون ع ت م خ م ف ص ا ين ه ن ون ٱلذ ؤم م و ح ٱل ق د أ ف “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu)

orang-orang yang khusyū‘ dalam sembahyangnya.”17

Allah menerangkan bahwa salah satu tanda seorang mukmin yang

beruntung adalah yang khusyū‘ dalam salatnya. Kata Qad dalam ayat

tersebut menunjukkan tahqīq bahwa Allah benar-benar memberikan

kemenangan dan keberuntungan bagi orang-orang mukmin, yang salah

satu tandanya adalah orang yang khusyū‘ salatnya.18

Terdapat beberapa pendapat tentang khusyū‘ dalam salat. Quraish

Shihab mengatakan bahwa khusyū‘ dalam ayat ini diartikan oleh

sebagian ulama sebagai rasa takut jangan sampai salat yang

dikerjakannya tertolak. Rasa takut ini ditandai dengan ketundukan mata

ke tempat sujud dan kerendahan hati.19 Sama halnya al-Ṭabarī

menambahkan pengertian khusyū‘ (خشوع), berdasarkan beberapa

riwayat yang dikemukakannya dengan menundukkan kepala dan

17 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: CV Darus

Sunnah, 2002), 343. 18Aizul Maula, “Term al-Khusyū’ dalam al-Qur’an: Studi Tafsir Tematik” (Tesis

S2., Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, Institut Agama Islam Negeri Surakarta,

2018 ), 72. 19 M. Quraish Shihab, Tafsīr al-Miṣbāh: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an,

vol. 9, 147.

Page 75: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

63

melihat tempat sujud, tenang melakukannya, tidak menoleh ke kiri dan

ke kanan, menundukkan hati dan menjaga penglihatan”20

Lain halnya al-Baghawī memahami keberuntungan bagi orang

yang khusyū‘ adalah keselamatan, dan kekekalan. yakni kekekalan

dalam surga.21 Sedangkan Abdurraḥmān Nāṣir al-Sa’dī (Pakar Tafsir

Terkini) mendefinisikan khusyū‘ dalam ayat ini adalah hadirnya hati di

hadapan Allah SWT, seraya mengkonsentrasikan hati agar terasa dekat

dengan-Nya, sehingga hati jadi tenang, gerakannya terarah, sikapnya

beradab, konsentrasi pada apa yang diucapkan dan sadar atas apa yang

dilakukan dalam salat, dari awal sampai akhir, dan jauh dari was-was

setan. Khusyū‘ merupakan ruh salat. Salat yang tidak memiliki ke

khusyū‘an adalah salat yang tidak ada ruhnya.”22

Begitu juga menurut Ibn Kaṣir orang beriman yang beruntung

meraih surga itu adalah mereka yang khusyū‘ dalam salatnya. Kalbu

mereka khusyū‘ mereka memejamkan penglihatan mereka dan

merendahkan diri serta penglihatan mereka tidak melampaui tempat

salat. Khusyū‘ dalam salat akan tercapai oleh orang yang konsentrasi

kalbunya terhadap salat, mencurahkan seluruh perhatiannya untuk salat

dan memprioritaskan salat dari perbuatan lain.23

Hal ini tentu bukanlah perkara yang mudah. Butuh kerja keras

untuk mencapai tingkatan ini. Sering kali ketika mengerjakan salat,

antara ucapan dan pikiran tidak sejalan. Lidah melafalkan bacaan al-

Qur’an, sementara hati memikirkan persoalan-persoalan di luar salat.

20 Muhammad Ibn Jarīr Ibn Yazīd Ibn Kaṡīr Ibn Gālib al-Amly Abū Ja’far al-

Ṭabarī, Jami‘ul Bayān fī Ta‘wil al-Qur’ān, cet I, juz 1 (t.tp. Muassasat al-Risālah, 2000),

9. 21 Abū Muhammad al-Husain ibn Mas’ūd al-Baghawī, Ma’ālim al-Tanzīl, juz 5,

cet. IV (t.tp. Dār al-Ṭayyibah, 1997), 408. 22 Abdu al-Raḥmān ibn Nāṣir ibn al-Sa’dī, Taisīru al-Karīmi al-Rahmān, cet I

(t.tp, Muassasah al-Risālah, 2000), 547. 23 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibn

Katsir, jilid 3 (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), 407.

Page 76: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

64

Namun demikian tidak berarti khusyū‘ tidak bisa dijangkau, karena apa

yang diperintahkan Allah sejatinya sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki manusia.

Khusyū‘ sebagai sesuatu yang berat difirmankan Allah dalam

Q.S. Al-Baqarah [2]: 45 sebagai berikut:

ع ل و ٱ ٱخ ع إ ن ي ل ل ب ن و و و و ت ع ين وا ب ٱلصب و ٱلص و ٱس“Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. dan

Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi

orang-orang yang khusyū‘.”24

Ayat di atas disebutkan dengan jelas tentang tanda orang yang

khusyū‘, yaitu mereka yang yakin akan bertemu Tuhannya. Dalam

pengertian lain orang yang khusyū‘ adalah orang yang yakin bahwa

kehidupan dunia ini hanya sementara. Sedangkan kehidupan yang kekal

adalah kehidupan akhirat.

Konsisten terhadap shalat adalah perkara yang berat kecuali bagi

orang-orang yang jiwanya khusyu’ kepada Allah, yang takut kepada

hukumnya yang berat, dan hati mereka penuh terisi iman serta mereka

memercayai adanya pertemuan dengan Allah dan adanya perhitungan

amal, sehingga mereka bersegera melaksanakan Shalat untuk

mengistirahatkan jiwa mereka, menenangkan hati mereka, dan

melenyapkan kegundahan mereka.25

Puncak iman adalah apa yang disebut dengan yakin. Yaitu suatu

pengetahuan tentang apa yang diimaninya tanpa ada sedikit pun

keraguan di dalamnya. Keyakinan seseorang akan adanya kematian,

dan kebangkitan di akhirat akan memberikan motivasi tersendiri dalam

beribadah maupun menjalani kehidupan. Yakin akan adanya kehidupan

akhirat dan pengadilan Allah merupakan salah satu tanda orang yang

24 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan, 8. 25 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir, cet. I, jilid 7 (Jakarta: Gema Insani, 2013),

118.

Page 77: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

65

khusyū‘. Sedangkan menurut Ibn Katsir sikap sabar dan salat itu

sangatlah berat kecuali bagi orang-orang yang tawadhu’ dan konsisten

mentaati semua perintah dan larangan disebabkan rasa takut mereka

kepada Allah.26

Berkaitan dengan khusyū‘ dalam salat, al-Ghazali memberikan

cara yang dapat ditempuh agar seseorang bisa menghadirkan khusyū‘

ketika salat. Pertama; Huḍūr al-Qalbi, yaitu menghadirkan hati dengan

membuang segala sesuatu yang tidak berkaitan dengan salat. Kedua, at-

Tafahhum; yaitu berusaha memahami seluruh makna bacaan dan

makna gerak salat. Menghayati, merenungkan dan merasakan secara

lahir dan batin. Antara ucapan dan kalbu sama-sama memahami dengan

benar bahwa diri kita sedang menghadap Allah, sedang berdialog atau

berkomunikasi dengan Allah.

Ketiga, at-Ta‘ẓīm, yaitu merasakan kebesaran Allah di satu sisi

dan merasakan kelemahan diri kita. Keempat, al-Haibah, yaitu sebuah

sikap yang melebihi at-Ta’ẓīm. Sebuah sikap di mana seorang hamba

tidak hanya merasakan kebesaran ilahi, namun juga merasa takut akan

kebesarannya tersebut. Kelima, ar-Rajā’ yaitu selalu menaruh harapan

besar kepada Allah. Dialah satu-satu zat yang selalu memberi harapan,

tempat kita bergantung dan meminta pertolongan. Keenam, al-Ḥaya’,

yaitu rasa malu terhadap Allah. Perasaan malu ini timbul karena kita

bukanlah pribadi yang sempurna, masih selalu lalai melakukan salah

dan dosa. Kita malu karena sering dikalahkan oleh hawa nafsu, sering

melalaikan kewajiban dan perintah-Nya.27

2. Khusyū‘ Merupakan Sikap dalam Berdo’a

26 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibn

Katsir, jilid 3, 125. 27 Abu Hāmid al-Ghazālī, Iḥya Ulūmiddin, jilid 1 (Indonesia: Dār al-Iḥya al-Kutub

al-‘Arabiyyah), 162.

Page 78: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

66

Terdapat pada Q.S. Al-Anbiyā’ [21]: 90.

لر ل ون لن وا ي س م ك و ن ه ن ل ل ه ز وج و ح و أ ص ن ل ل ه ي ن ل ل ه و و ه ي ت ج ف لس ع لش لن وا ل ن ل خ ل و ك ي ل و ر ه ي ل ون ن ل ر غ ي د ات و ف اخ

“Maka kami memperkenankan doanya, dan kami anugerahkan

kepada nya Yahya dan kami jadikan isterinya dapat mengandung.

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam

(mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa

kepada kami dengan harap dan cemas. dan mereka adalah orang-orang

yang khusyū‘ kepada kami.”28

Dalam ayat ini, Allah menceritakan sebuah kisah dari hamba-Nya

yang selalu melakukan kebaikan berupa aneka taqarrub dan ketaatan.

Allah memperkenankan doa hambanya, yakni nabi Zakariya, istrinya

yang sebelumnya mandul Allah jadikan dapat mengandung. Nabi

Zakariya dan istrinya berdoa kepada Allah dengan penuh harap dan

cemas disertai harapan mendapat pahala dari sisi Tuhannya dan takut

mendapat azabnya. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyū‘

memiliki rasa takut yang menetap dan tidak pernah sirna di hati

mereka. Ali bin Abi Ṭalḥah berkata dari Ibn ‘Abbās yakni, mereka

termasuk orang-orang yang tawadhu’ merendahkan hati, orang-orang

beriman yang membenarkan setiap apa yang diturunkan Allah.29

Sama halnya menurut Quraish Shihab kata khusyū‘ dalam ayat ini

bermakna perasaan takut yang dirasakan para nabi terpilih salah

satunya yaitu nabi Zakariya, yang takut kepada azab yang Allah

berikan, sehingga ia berdoa kepada Allah dengan perasaan harap dan

cemas (harapan agar diberikan keturunan dan cemas terhadap azab

28 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 330. 29 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibn

Katsir, jilid 3 (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), 324.

Page 79: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

67

Allah).30 Begitulah Allah menggambarkan perasaan yang dirasakan

oleh para nabi dan orang terpilih yang kuat dalam keimanan dan

ketaatannya tepada Allah. Mereka senantiasa selalu menyegerakan

perbuatan baik dan bersifat tawadhu’.

Pada ayat ini juga ditekankan bahwasanya khusyū‘ hanya

dilakukan untuk Allah semata. Dalam realita kehidupan, sering kali

manusia tunduk terhadap sesuatu yang berbau duniawi, sehingga ia

melupakan aturan-aturan Allah. Sering kali, manusia karena takut

kehilangan jabatannya, maka ia akan melakukan segala usaha agar

jabatannya tersebut tidak lepas, termasuk dengan cara-cara yang tidak

dibenarkan oleh agama. Dalam hal ini berarti dia telah tunduk kepada

jabatannya. Terkadang ada juga karena tidak sabar terhadap kemiskinan

yang melingkari kehidupannya, seseorang kemudian melakukan

tindakan-tindakan yang dilarang oleh agama. Orang yang seperti ini

berarti khusyū‘ terhadap harta dunia.31

3. Khusyū‘ Sebagai Ketundukan kepada Allah Sepenuhnya.

Terdapat pada Q.S. ‘Āli-‘Imrān [3]: 199.

ل م لل و ن ب ن ي ؤم ب ت لب ل م ل ال ن أ ه ن ن م ز ل و ل أ ن م م و ب ز ل ن ل ي أ نم ر ه ئ ك ل م أ ج ل ق و يا أ ول ن ت الل ي ت ون ب ي ع لل ع لش م خ ه ن ل ي

لب ر يع ال س د ر ب م ن ن الل س ل ن

“Dan Sesungguhnya diantara Ahli Kitab ada orang yang beriman

kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan

yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati

kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah

dengan harga yang sedikit. mereka memperoleh pahala di sisi

Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya.”32

30 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-

Qur’an, vol. 8, 500. 31 Aizul Maula, “Term al-Khusyū’ dalam Al-Quran: Studi Tafsir Tematik”, 84. 32 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 77.

Page 80: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

68

Secara umum, Ahli Kitab adalah kaum yang memiliki kitab suci.

Adapun secara khusus istilah Ahli Kitab dipakai untuk menyebut para

penganut agama sebelum datangnya Islam. Bagi mereka telah

diturunkan kitab-kitab suci seperti Injil, Taurat dan Zabur, yang

diwahyukan kepada para Rasul atau Nabi. Namun para penganut agama

yang dimaksud, lebih tampak tertuju kepada kaum Yahudi dan

Nasrani.33

Khasyi’in atau orang-orang yang khusyu’, tunduk, berendah hati.

Mereka tidak menukar apa yang ada pada mereka dengan apa yang ada

pada mereka dalam kitab taurat dan injil berupa keterangan tentang

diutusnya nabi muhammad tentang harga yang sedikit dari dunia.34

Ayat di atas menceritakan perihal sebagian Ahli Kitab yang

beriman kepada Allah dan apa saja yang diturunkan kepada nabi

Muhammad dan rasul-rasul sebelumnya. Bagi mereka balasan dari

Allah di akhirat kelak pasti akan mereka terima. Mereka tidak menukar

atau mengganti bukti-bukti nyata dengan kesenangan dunia, meskipun

melimpah. Karena bagi mereka semua itu pada hakikatnya hanyalah

perbuatan yang kecil dibandingkan dengan balasan yang nanti akan

mereka terima.35

Hal ini ditegaskan Allah dalam Q.S. ‘Āli-‘Imrān [3]: 110.

ت ل ونلس ت م ر ون ر ج ة أ خ أ م ت م خ ن ر ك ب ن م ون ل ن ال ه ن ت ر وف و ع م ل ب ن ون ؤم م م ال ه ن ا ل م و م لن خ ب ت لب ل ب ل ال ن أ ه ل و آم لل و ن ون ب ت ؤم و

ق ون لس ف م ال ث ر ه و أ ك

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar,

33 Zulyadin, “Menimbang Kontroversi Pemaknaan Konsep Ahl-al-Kitab dalam al-

Qur’an”, Jurnal Ulumuna, vol.16, no.2, (2012): 295. 34 Wahbah zuhaili jil 2 hal 551. 35 M. Quraish Shihab, Tafsīr al-Misbah: Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Quran,

vol. 2, 320.

Page 81: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

69

dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah

itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman,

dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”36

Dalam al-Qur’an ayat-ayat yang mengandung term Ahli Kitab

terkadang ditujukan untuk Yahudi dan Nasrani dan terkadang salah satu

di antara keduanya saja. Selain itu penggunaan ahli kitab juga bisa

dalam rangka pujian dan dalam rangka kecaman bahkan ancaman.

Pujian terhadap Ahli Kitab diungkapkan oleh al-Qur’an kepada mereka

yang mengakui dan beriman terhadap nabi Muhammad dan apa yang

diturunkan kepadanya berupa al-Qur’an. Di antara salah satu pujian

yang disematkan kepada mereka adalah pujian khusyū‘.37

Adapun dalam Tafsīr Jalālain diterangkan bahwa mereka

mengatakan bahwa ahli kitab yang beriman kepada Allah tersebut

seperti Abdullah bin Salam dan sahabat-sahabatnya serta Najasyi.

Mereka beriman terhadap al-Qur’an yang telah diturunkan dan juga

beriman kepada kitab sebelumnya yaitu Taurat dan Injil. Dan mereka

dalam keadaan merendahkan diri dengan artian tawāḍu’. Mereka tidak

menukar ayat-ayat Allah demi mendapatkan kedudukan dan harta

dunia, dan mereka juga tidak takut kehilangan pengaruh seperti yang

dilakukan oleh orang-orang Yahudi lainnya. Karena mereka yakin akan

memperoleh dua kali dari amal perbuatannya.38 Sebagaimana terdapat

dalam Surah al-Qaṣaṣ (sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-

Nya).

Pada ayat ini, khusyū‘ berkaitan erat dengan keimanan, di mana

seorang yang menyatakan beriman, maka selayaknya dia tunduk dan

taat kepada Allah. Seorang yang tunduk kepada Allah, maka dia akan

36 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 65. 37 Aizul Maula, “Term al-Khusyū’ dalam Al-Quran: Studi Tafsir Tematik”, 86. 38 Jalāluddīn Muhammad Ibn Ahmad al-Mahalli dan Jalāluddīn ‘Abdul al-Rahman

Ibn Abī Bakr al-Suyūṭi, Tafsīr Jalalain (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), 290-

291.

Page 82: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

70

menyampaikan kebenaran dalam kondisi dan situasi apapun. Hal

tersebut karena ketundukan kepada Allah akan menghilangkan

ketundukan-ketundukan kepada selain Allah, baik itu harta, tahta,

jabatan dan kenikmatan dunia lainnya. Hal ini berbeda dengan apa yang

dilakukan oleh mayoritas dari Ahli Kitab, terutama para pemuka

agamanya yang menyembunyikan kebenaran tentang kedatangan nabi

Muhammad yang tertulis dalam kitab mereka.39

Selain Surah Ali Imrān di atas, kata khusyū‘ yang ditujukan

kepada Ahli Kitab juga terdapat pada Surah al-Isrā’ ayat 109. Konteks

ayat ini sebenarnya lebih kepada ejekan kepada orang-orang musyrik

yang tidak mau beriman kepada Allah. Dalam Q.S. Al-Isrā’ [17]: 109.

ل ول م خ ع ه ي ز يد ون و ب ق لن ي ي رون ل لأ ذ و ي

“Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis

dan mereka bertambah khusyū‘.”40

Ayat di atas bercerita tentang ahli kitab yang beriman kepada

Allah. Ayat ini dimulai dengan sindiran Allah terhadap orang-orang

musyrik yang tidak mau beriman kepada apa yang dibawa dan

disampaikan nabi Muhammad. Kalimat ini mengandung arti bahwa

keengganan orang musyrik untuk beriman tidak berpengaruh apa-apa

terhadap Islam. Kemudian disebutkan bahwa ada segolongan kaum

yang lebih baik dari mereka, yaitu orang orang ahli kitab yang berilmu.

Ilmu tersebut menjadikan mereka beriman kepada Allah, nabi

Muhammad dan apa yang diwahyukan berupa al-Qur’an. Mereka inilah

para ulama dari ahli kitab yang lurus, yang berpegang teguh kepada

kitab mereka serta tidak mengganti dan mengubahnya.41

39 Aizul Maula, “Term al-Khusyū’ dalam Al-Quran: Studi Tafsir Tematik”, 87. 40 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 294. 41 Aizul Maula, “Term al-Khusyū’ dalam Al-Quran: Studi Tafsir Tematik”, 88.

Page 83: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

71

Ibn Kaṣir menyebutkan ayat ini menceritakan keadaan orang-

orang yang beriman setelah diberikan pengetahuan lalu diperdengarkan

al-Qur’an mereka menangis dan menyungkurkan wajah dan

membenarkan. Hingga makin bertambah tunduk patuh (khusyū‘)

kepada Allah.42 Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Q.S.

Muḥammad [47]: 17.

م و اه م ت ق ه ى و آت د م ه وا ز اد ه ت د ين اه و الذ

“Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah

menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan

ketaqwaannya.”43

Menurut Zamakhsyari dalam kitabnya al-Kasysyāf, mengartikan

ke-khusyū‘an orang yang beriman di dalam ayat ini disebabkan oleh

lembutnya hati mereka sehingga ketika dibacakan kepada mereka ayat-

ayat al-Qur’an mereka tersungkur sujud menerima kebenaran yang

diberikan dan menangis hingga membuat mata mereka sembab.44

Dari berbagai pengertian yang ada, khusyū‘ pada ayat ini

penekanannya adalah kepada ketundukan batin atau kerendahan hati.

Kerendahan hati akan mengantarkan pelakunya kepada bertambahnya

keimanan, keislaman, serta menjadikan hati menjadi lembut.45

4. Khusyū‘ dapat Melembutkan Hati

Khusyū‘ sebagaimana dikatakan oleh Hudzaifah adalah perkara

yang akan hilang dari agama. Perintah untuk khusyū‘ difirmankan

Allah dalam Q.S. Ḥadīd [57]: 16.

42 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibn

Katsir, jilid 3 (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), 108. 43 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 509. 44 Muhammad Ibn Umar az-Zamakhsyari. al-Kasysyāf ‘an Haqā’iq at-Tanzīl wa

‘Uyūn al-Aqāwīl fiī Wujūh at-Ta’wīl, jilid 3 (Riyadh: Maktabah al-‘Abikan, 1998), 559. 45 Aizul Maula, “Term al-Khusyū’ dalam Al-Quran: Studi Tafsir Tematik”, 89.

Page 84: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

72

أ ل ي ن ن ال ق و ل ن ز ل م م ر الل و ع ق و وب م ل ذ ك ع ن وا أ ن ت ين آم ل وذ ت د ف ق س م ال م ه ل ف ط لل ل و ي ي ن ق ب ت لب م ين أ وت وا ال للذ ون وا ك ي ب

ق ون م ف لس ه ن إ م ث ق و وب م و ك “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman,

untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran

yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti

orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Alkitab

kepadanya, Kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka

lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka

adalah orang-orang yang fasik.”46

Pada ayat di atas, Allah memberikan ‘itāb atau teguran kepada

umat Islam karena banyak di antara mereka yang mulai lalai mengingat

Allah SWT. Allah memperingatkan umat Islam agar tidak mengikuti

jejak orang-orang Yahudi dan Nasrani yang seiring berubahnya waktu

hati mereka menjadi keras karena mereka lalai dari Allah dan kitab

mereka. Kebanyakan mereka keluar dari ketentuan-ketentuan agama.

Pada ayat ini, khusyū‘nya hati ditujukan untuk mengingat Allah dan al-

Qur’an.47

Mengingat Allah atau yang biasa dikenal dengan zikir merupakan

salah satu jenis ibadah yang urgen dalam ajaran Islam, karena ia adalah

sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. seseorang yang merasa

dekat dengan Allah, maka senantiasa tunduk dan patuh pada-Nya.

Penggunaan kata takhsya’a dan kata qalb pada ayat ini

menunjukkan bahwa zikir yang dimaksud pada ayat ini bukan sebatas

mengingat Allah dalam pengertian sempit, namun mengingat Allah

agar menjadi pendorong utama dalam melaksanakan segala perintah

dan menjauhi segala larangan-Nya. Penggunaan kata khusyū‘

menandakan bahwa khusyū‘ dalam mengingat Allah dan al-Qur’an

46 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 540. 47 M. Quraish Shihab, Tafsīr al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an,

29.

Page 85: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

73

dapat memberikan dampak kepada lembutnya hati seseorang. Hati yang

lembut tentu saja akan mudah menerima kebenaran Allah, sedangkan

hati yang keras akan mengantarkan kepada kefasikan. Hal ini sejalan

dengan firman Allah dalam Q.S. al-Ḥasyr [59]: 19.

للذ ون وا ك ت ب ق ون و لس ف ل م ا ئ ك ه م و أ ول ه ف س م أ ن له س وا الل ف أ ن ين ن س “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada

Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri.

mereka Itulah orang-orang yang fasik.”48

Selain ditujukan untuk Allah, zikir juga ditujukan untuk al-

Qur’an. Istilah ini biasa disebut dengan tadabbur al-Qur’an. Tadabbur

adalah memikirkan dan merenungkan ayat-ayat al-Qur’an untuk dapat

memahami makna, hikmah, ataupun maksudnya.49 Seperti apa yang

dikutip oleh Ibn Katsir melalui ungkapan Hasan al-Basri bahwa, “demi

Allah, tadabbur al-Qur’an bukan dengan menghafal huruf-hurufnya

namun mengabaikan batasan batasannya, sehingga ada yang

mengatakan, aku telah membaca semua al-Qur’an, namun al-Qur’an

tidak terlihat pada akhlak dan amalannya.”50

Selain mengandung ‘itāb, Surah al- Ḥadīd ini juga mengandung

sebuah pelajaran bagi orang-orang yang mungkin hatinya sudah mulai

lalai, di mana pada Q.S. Ḥadīd [57]: 17, Allah berfirman:

ي ي وا أ ن الل و م م ال ت ل ع وب ي م ال نل ل ب وت ل و ق د ب ي د م ال رض ب عو ون ق ت ع

“Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan

bumi sesudah matinya. Sesungguhnya kami telah menjelaskan

kepadamu tanda-tanda kebesaran (kami) supaya kamu

memikirkannya.”51

48 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 549. 49 Fathor Rosy, “Kitab Tadabbur al Quran karya Bachtiar Nasir dalam Perspektif

Epistemologi” (Tesis S2., Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2017), 54. 50 Ismāil Ibn Kaṡīr, Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm., jilid 7, 64. 51 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 540.

Page 86: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

74

Pada ayat tersebut dikatakan bahwa bumi yang sudah kering,

sudah mati bisa dihidupkan kembali oleh Allah, maka hati yang keras

dan kering juga bisa dihidupkan, dilembutkan lagi dengan zikir. Hati

yang lembut akan mudah menerima kebenaran dari Allah, sedangkan

hati yang kasar akan membawa kepada kefasikan.52

5. Balasan Bagi Orang-Orang yang Khusyū‘

Bagi orang-orang yang beriman khusyū‘ adalah sebuah sikap

yang harus selalu ada dalam kehidupan di dunia. Sebagai sebuah sikap

yang terpuji, seseorang yang khusyū‘ akan diberikan pahala oleh Allah.

Di antara pahala tersebut adalah sebagaimana disebutkan dalam Q.S.

Aḥzāb [33]: 35.

لن ت لت ن ن ق ال و لن ت ق ال ن لت و ؤم م ال و ن ؤم م ال لت و و م س م ال و و م س م الع لت و اخ لش ع لب ر ات و اخ لش الص لب ر ين و ق لت و الص الصلد و ق لد و الص

الص و لئ م ق لت و الص ت ص د م ال و ق ت ص د م ال م و ه ف ر وج لت و ال لف ظ لئ م را ر و أ ج ف غ اك ر ات أ ل د الل ل م م ث ا و الذ اك ر ين الل ك الذ و ال لف ظ لت و

ل يم ل ظ “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki

dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang

tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar,

laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan

yang khusyū‘, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki

dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang

memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang

banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk

mereka ampunan dan pahala yang besar.”53

Pada ayat ini Allah berfirman tentang ampunan dan pahala yang

besar, yang salah satunya diberikan kepada orang-orang yang khusyū‘

baik perempuan maupun laki-laki. Tentang pahala orang yang khusyū‘

juga disebutkan dalam Surah Āli ‘Imrān ayat 199 sebagaimana telah

52 Aizul Maula, “Term al-Khusyū’ dalam Al-Quran: Kajian Semantik”, 96. 53 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 423.

Page 87: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

75

diungkapkan di atas. Selain itu khusyū‘ juga merupakan salah satu

faktor yang menjadikan seorang mukmin meraih keberuntungan, yaitu

orang yang akan mendapatkan balasan surga di akhirat sebagaimana

tercantum dalam Surah al-Mukminūn ayat 1-11.

Seperti apa yang diungkapkan oleh Quraish Shihab bahwa

sesungguhnya kaum lelaki dan wanita yang tunduk, percaya pada Allah

dan Rasul-Nya, melakukan ketaatan, jujur dalam perkataan, perbuatan

dan niat, tabah dalam menghadapi cobaan dalam berjuang di jalan

Allah, merendahkan diri, menyedekahkan sebagian harta bagi orang

yang membutuhkan, melakukan puasa wajib dan sunnah, menjaga

kemaluan dari hal-hal yang dilarang, serta berzikir pada Allah dengan

hati dan lisan, niscaya Allah akan memberikan pengampunan bagi

segala dosa dan pahala yang besar atas perbuatan baik mereka.54

Sedangkan Ibn Katsir mengartikan khusyū‘ dalam ayat ini adalah

diam, tentram, tenang, terkontrol, dan tawadhu’ hal yang membuat ke

khusyū‘an itu adalah rasa takut kepada Allah dan merasa diawasi oleh-

Nya. Dalam sebuah hadis dikatakan: “Beribadahlah kepada Allah

seolah-olah kamu melihat-Nya, kalaupun kamu tidak melihat-Nya Dia

melihat kamu”.55

Ini adalah gambaran orang-orang beriman yang senantiasa dalam

ketaatan kepada Allah, mereka memiliki rasa takut kepada Allah dan

selalu merasa diawasi, sehingga membuat ibadahnya sesuai dengan

petunjuk-petunjuk-Nya.

Setelah mencari dan meneliti kata khusyū‘, hingga akhirnya

penulis mengetahui definisi khusyū‘ menurut bebarapa ulama, yang

54 M. Quraish Shihab, Tafsīr al-Miṣbāh: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an,

271. 55 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibn

Katsir, jilid 3, 858.

Page 88: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

76

pada intinya, khusyū‘ secara etimologi bermakna tunduk. Sedangkan

secara terminologi menurut Imam Qusyairi adalah tunduknya hati

dengan berperilaku baik dan keringnya hati dan perasaan rendah ketika

berada di hadapan Allah. Sedangkan menurut Salim al-Hilali, khusyū‘

adalah lembutnya hati manusia, redupnya hasrat yang bersumber dari

hawa nafsu dan halusnya hati karena Allah. Sehingga menjadi bersih

dari rasa sombong dan tinggi hati. Di dalam al-Qur’an sendiri, kata

khusyū‘ terulang sebanyak 17 kali dengan segala derivasinya yang

terdapat di 16 Surah. Dan juga terdapat penafsiran dari masing-masing

ayat yang terkandung dari kata khusyū‘ yang mufasir memaknainya

tergantung dari konteks ayat tersebut. Oleh karena itu, Penemuan ini

nantinya akan mempermudah penulis untuk menjelaskan dan

membandingkan bagaimana tahapan dari metodologi semantik

Toshihiko Izutsu terhadap kata khusyū‘ dalam al-Qur’an pada bab

selanjutnya.

Page 89: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

77

BAB IV

PENDEKATAN SEMANTIK TOSHIHIKO IZUTSU TERHADAP

KATA KHUSYŪ‘ DALAM AL-QUR’AN

Semantik Toshihiko Izutsu bertujuan untuk menemukan

pandangan dunia atau weltanschauung al-Qur’an. Untuk memenuhi

tujuan tersebut, Izutsu menggunakan pendekatan strukturalisme

linguistik. Pemilihannya terhadap pendekatan ini dapat dilihat dari

keyakinannya, bahwa bahasa itu tidak hanya sebagai alat untuk

berbicara dan berpikir. Namun, lebih penting lagi sebagai alat untuk

menangkap dan menerjemahkan dunia yang mengelilinginya.1

Sebagaimana dalam penjelasan ini, penulis mengambil kata

khusyū‘ untuk dikaji secara mendalam. Kata tersebut akan dianalisis

dengan menggunakan pendekatan semantik Toshihiko Izutsu, yaitu

studi analisis terhadap istilah-istilah kunci suatu bahasa dengan suatu

pandangan yang akhirnya sampai pada pengertian konseptual atau

pandangan dunia masyarakat yang menggunakan bahasa itu, tidak

hanya sebagai alat bicara dan berpikir, tetapi yang lebih penting lagi,

pengkonsepan dan penafsiran dunia yang melingkupinya

(weltanschauung). Berikut ini adalah langkah-langkah metodologi

semantik Toshihiko Izutsu untuk menyingkap pandangan dunia al-

Qur’an.

A. Makna Dasar

Seperti yang telah dijelaskan pada bab dua sebelumnya, makna

dasar adalah sebuah makna yang melekat pada kata itu sendiri dan akan

1 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik Terhadap

Al-Qur’an, ), cet I (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997), 3.

Page 90: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

78

selalu terbawa di mana pun kata itu berada.2 Atau makna dasar sering

disebut dengan makna leksikal yaitu makna sesungguhnya dari sebuah

kata tanpa konteks tertentu. Dalam hal ini media yang representatif

digunakan untuk melacak makna secara leksikal adalah kamus.

Seperti halnya kata khusyū‘ merupakan bentuk masdar dari kha

sya ‘a (خ ش ع) yang mengikuti wazan fa ‘a la (فعل) yang berati

memiliki pengertian tunduk (الخضوع) , tenang (السكون), dan

merendahkan (التذلل).3 Dalam kamus Mu’jam Maqāyis al-Lughah, (خشع)

merupakan satu rangkaian huruf yang membentuk kata berindikasi

menunduk. Kata ini berarti menunduk.4

Dalam kamus Mahmud Yunus juga dikatakan bahwa kata

khusyū‘ berasal dari akar kata‚ khasya‘a – yakhsya‘u - khusyū‘an yang

berarti tunduk, rendah, takluk.5 Sedangkan dalam Qamūs al-Qawīm ,

arti kata khusyū‘ adalah‚ tenang (al-sukūn), tunduk (al-khuḍū’), dan

merendahkan diri (al-istakānah).6 Al-Fayumī juga berpendapat bahwa

khusyū‘ itu artinya tunduk.7 Sedangkan menurut Imām al-Qurtubī,

khusyū‘ ialah suatu keadaan di dalam jiwa di mana dia mewujudkan

keadaan tetap (tenang) dan merendah diri segala anggota badan.8 Dari

semua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa khusyū‘ secara bahasa

mengidentifikasikan suatu sikap tunduk, tenang, dan merendah.

2 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik Terhadap

Al-Qur’an, 12. 3 Adib Bisri dan Munawwir AF, Kamus al-Bisri (Surabaya: Pustaka Progresif,

1999), 160. 4 Ahmad Ibn Faris, Mu’jam Maqāyis al-Lughah, jilid 2 (Beirut: Dār al-Fikr, 1979),

182. 5 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: PT. Mahmud Yunus

Wadzuryah, 1990), 116. 6 Ibrāhīm Ahmad ‘Abdul Fatīh, al-Qamūs al-Qawīm li al-Qur’ān al-Karīm, juz I

(Al-Azhār: Mujma’ al-Buhūs al-Islāmiyyah, 1983), 194-195. 7Al-Fayyumī, al-Misbāḥ al-Munīr (Beirut: Maktabah Lubnān, 1897), 65. 8 Abu Abdillah Muhammad Ibn Ahmad al-Ansārī’ al-Qurtubi, al-Jāmi’ li Aḥkām

al-Qur’ān, juz 12 (Dār al-Fikr, 1414 H/1993 M), 103.

Page 91: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

79

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis berkesimpulan bahwa

kata khusyū‘ memiliki makna dasar tunduk, tenang dan merendah.

Sebagai makna dasar, makna ini akan selalu terbawa dimana pun kata

khusyū‘ di tempatkan dalam sebuah struktur kalimat, baik di dalam al-

Qur’an maupun di luar al-Qur’an.

B. Makna Relasional

Tahap selanjutnya setelah mengetahui makna dasar dari kata

khusyū‘ adalah menentukan makna relasionalnya. Makna relasional

seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, yaitu makna konotatif

pada makna yang sudah ada dengan meletakkan kata tersebut pada

posisi khusus dalam bidang khusus, atau makna baru yang diberikan

pada sebuah kata yang tergantung pada kalimat di mana kata tersebut

berada. Untuk mendapatkan makna relasional ini perlu dilakukan

analisis sintagmatik dan paradigmatik.

1. Analisis Sintagmatik

Analisis sintagmatik adalah suatu analisis yang berusaha untuk

menentukan makna suatu kata dengan cara memperhatikan kata yang

terletak di depan dan belakang kata yang dibahas dalam suatu bagian

tertentu.9 Oleh karena itu, pada bagian ini sangat penting untuk

dibahas, sebab sebuah kata pasti dipengaruhi oleh kata-kata yang ada di

sekelilingnya, sehingga kata khusyū‘ dapat diketahui kata-kata yang

melingkupi maknanya. Berikut ini terdapat 3 (tiga) hal yang saling

berkaitan dengan makna khusyū‘. Berikut rinciannya:

9 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan Dan Manusia: Pendekatan Semantik Terhadap

Al-Qur’an, 32.

Page 92: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

80

a. Hubungan Sintagmatik Kata Khusyū‘ Dengan Orang-Orang

Beriman

Kata khusyū‘ ketika menceritakan orang-orang beriman akan

bermakna tunduk, patuh, rasa takut dan pengharapan kepada Allah.

Dengan mentaati perintah Allah seperti melakukan perbuatan baik,

tidak menjual ayat-ayat dengan harga yang murah serta melakukan

ibadah seperti salat, zakat dan ibadah-ibadah lainnya. Makna ini

dihasilkan dari hubungan kata khusyū‘ dengan beberapa kosa kata,

diantaranya: yabkūn, lā yasytarūna biāyātillah, yusāri‘ūna fil khairāt,

shalāh, sabr. Seperti dalam Surah-Surah berikut:

1. Terdapat dalam Q.S. al-Isrā’ [17]: 109.

ل ول ع م خ ه ي ز يد ون و ب ق لن ي ي رون ل لأ ذ و ي

“Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis

dan mereka bertambah khusyū‘.”10

Pada ayat ini kata khusyū‘ bermakna tunduk dan patuh terhadap

kebenaran yang telah didengar oleh orang-orang beriman. Sehingga

ketika mereka mendengar ayat-ayat al-Qur’an mereka menyungkurkan

wajahnya seraya menangis.11 Zamakhsyarī menafsirkan untuk

memperjelas keadaan yang tersungkur sujud sambil menangis hingga

membuat mata mereka menjadi sembab.12 Kata yabkūn pada ayat ini

berelasi dengan kata khusyū‘ yang kemudian berujung pada

bertambahnya ketundukan dan kepatuhan yang mereka lakukan

semata-mata karena yakin dan percaya atas semua balasan yang nanti

akan mereka terima di akhirat kelak.

2. Pada Q.S. Āli-‘Imrān [3]: 199.

10 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: CV Darus

Sunnah, 2002), 294. 11 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibn

Katsir, jilid 3 (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), 108. 12Muhammad Ibn Umar az-Zamakhsyari. al-Kasysyāf ‘an Ḥaqā’iq At-Tanzīl wa

‘Uyūn al-Aqāwīl fiī Wujūh at-Ta’wī), jilid 3 (Riyadh: Maktabah al-‘Abikan, 1998), 559.

Page 93: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

81

ن ي ؤم ب ت لب ل م ل ال ن أ ه ن ن م ز ل و ل أ ن م م و ب ز ل ن ل ي ل أ ن م لل و ن ب م ر ه ئ ك ل م أ ج ل ق و يا أ ول ن ت الل ي ت ون ب ي ع لل ع لش م خ ه ن ل ي

لب ر يع ال س د ر ب م ن ن الل س ل ن

“Dan Sesungguhnya diantara Ahli Kitab ada orang yang beriman

kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan

yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati

kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah

dengan harga yang sedikit. mereka memperoleh pahala di sisi

Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya.”13

Ayat ini menceritakan tentang Ahli Kitab yang beriman kepada

Allah dan apa saja yang telah diturunkan kepada nabi Muhammad dan

rasul-rasul sebelumnya. Meyakini akan setiap berita yang disampaikan

dan tidak menukar bukti-bukti nyata untuk kesenangan sesaat mereka,

disebabkan mereka percaya akan mendapat balasan dari Allah di

akhirat kelak, dan mereka juga meyakini di hari pembalasan mereka

akan mendapatkan pembalasan yang lebih baik.14

Kata khusyū‘ dalam ayat ini bermakna merendahkan diri yakni

sikap tawadhu’. Kata khusyū‘ berelasi dengan kata lā yasytarūna

biāyātillah yaitu sikap mereka yang tidak memperjual belikan ayat-ayat

Allah dan tidak takut kehilangan pengaruh di kalangannya disebabkan

perkataan jujur dan tetap menyampaikan kebenaran yang diturunkan

kepada mereka. Yakni, sesuatu yang disampaikan dalam Taurat dan

Injil.15

13 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 77. 14 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh : Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-

Qur’an, vol. 2 (Jakarta : Lentera Hati, 2002), 320. 15 Jalāluddīn Muhammad Ibn Ahmad al-Mahalli dan Jalāluddīn ‘Abdul al-Rahman

Ibn Abī Bakr al-Suyūṭi, Tafsīr Jalalain (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), 290-

291.

Page 94: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

82

3. Dalam Q.S. al-Anbiyā’ [21]: 90.

ه ن ل ل ه ز وج و ح و أ ص ن ل ل ه ي ن ل ل ه و و ه ي ت ج لر ل ون وف لس لن وا ي س م ك ن ع لش لن وا ل ن ل خ ل و ك ي ل و ر ه ي ل ون ن ل ر غ ي د ات و ف اخ

“Maka kami memperkenankan doanya, dan kami anugerahkan

kepada nya Yahya dan kami jadikan isterinya dapat mengandung.

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera

dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka

berdoa kepada kami dengan harap dan cemas. dan mereka adalah

orang-orang yang khusyū‘ kepada kami.”16

Kata khusyū‘ dalam ayat ini bermakna rasa takut yang menetap

dan tidak pernah sirna di hati orang-orang beriman. Kata khusyū‘

berelasi dengan kata yusāri‘ūna fil khairāt yang akhirnya

menimbulkan rasa takut yang menetap di hati kepada Allah. Nabi

Zakariya adalah contoh orang yang selalu menyegerakan melakukan

kebaikan. Ia yang selalu membenarkan setiap apa yang diturukan Allah.

Dan ketika ia berdo’a selalu ada perasaan takut dan harap yang

dirasakan.17

4. Terdapat dalam Q.S. al-Mu’minūn [23]: 2.

م ف ين ه ع ون الذ لش ت م خ ص ا

“(yaitu) orang-orang yang khusyū‘ dalam sembahyangnya.”18

Kata khusyū‘ dalam ayat ini bermakna menundukkan. Kata ṣalāh

berelasi dengan kata khusyū‘ yang kemudian berujung dengan

menundukkan kepala. orang yang dalam salatnya ia menghadirkan

hatinya di hadapan Allah, serta mengkonsentrasikan hati agar terasa

dekat dengan-Nya, sehingga hati yang tenang akan membuat

gerakannya terarah, konsentrasi dengan apa yang diucapkan dan sadar

dengan apa yang dilakukan dalam salat, dari awal hingga akhir, dan

16 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 330. 17 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibn

Katsir, 324. 18 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 343.

Page 95: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

83

jauh dari was-was setan sehingga kepalanya hanya tertunduk ke tempat

sujud. Khusyū‘ merupakan ruh salat. Salat yang tidak memiliki ke

khusyū‘an adalah salat yang tidak ada ruhnya.”19

Sama halnya dengan pendapat Ibn Kaṣir, orang yang beruntung

meraih surga itu adalah mereka yang khusyū‘ dalam salatnya. Kalbu

mereka khusyū‘ mereka memejamkan penglihatan mereka dan

merendahkan diri serta penglihatan mereka tidak melampaui tempat

salat. Khusyū‘ dalam salat akan tercapai oleh orang yang konsentrasi

kalbunya terhadap salat, mencurahkan seluruh perhatiannya untuk salat

dan memprioritaskan salat dari perbuatan lain.20

5. Terdapat dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 45.

إ ن ي ل ل ب ن ب و الصا و و لص ت ع ين وا ب و اس ع ل و ٱ اخ لش

“Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. dan

Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi

orang-orang yang khusyū‘.”21

Kata khusyū‘ dalam ayat ini bermakna tunduk, patuh, taat. Kata

khusyū‘ berelasi dengan kata sabr yang akhirnya melahirkan sikap

tunduk, patuh, taat kepada-Allah, takut kepada pembalasan-Nya, serta

percaya kepada janji dan ancaman. Seperti apa yang dikutip Ibn Katsir

dari perkataan Ibn Jarir bahwa, makna ayat ini ialah “hai para ulama

Ahli Kitab (Yahudi), jadikanlah sabar dalam menjalankan ketaatan

kepada Allah dan sebagai penolong kalian, dirikanlah salat, mengingat

salat dapat mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar,

mendekatkan diri kepada ridha Allah, dan berat dikerjakannya kecuali

19 Abdul al-Rahmān Ibn Nāṣir ibn al-Sa‘dī, Taisīru al-Karīmi al-Raḥmān, cet. I

(t.tp, Muassasah al-Risālah, 2000), 547. 20 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibn

Katsir, 407. 21 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 8.

Page 96: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

84

bagi orang-orang yang khusyū‘”, yaitu orang-orang yang rendah diri,

berpegang teguh kepada ketaatan, dan merasa takut kepada-Nya.22

Dari keseluruhan ayat di atas merupakan penggunaan kata

khusyū‘ yang berelasikan dengan perbuatan-perbuatan seperti berbuat

baik, tidak menjual ayat-ayat Allah, salat, sabar maupun sifat dari

orang-orang yang beriman lainnya kepada Allah. Sehingga dari relasi

yang ada menimbulkan sikap penghambaan yang tunduk dan patuh

kepada Allah dan senantiasa selalu melakukan apa saja yang

diperintahkan-Nya.

b. Hubungan Sintagmatik Kata Khusyū‘ dengan Keadaan Manusia

pada Hari Kiamat

Kata khusyū‘ juga digunakan ketika menggambarkan keadaan

manusia pada hari kiamat, yang mana pandangan mereka tertunduk

hina disebabkan apa yang mereka saksikan pada hari kiamat. Adapun

secara umum ayat yang mengandung makna ini dihasilkan dari relasi

dengan kata baṣar, yaumaidzin dan yauma al-qiyāmah. Seperti pada

ayat-ayat berikut:

1. Q.S. An-Nāziāt [79]: 9.

ع ةإ لش ل خ لر ه ص أ ب

“Pandangannya tunduk.”23

Quraish Shihab berpendapat bahwa sorot mata mereka diliputi

oleh rasa duka dan hina melihat semua kejadian setelah mereka

dibangkitkan kembali yaitu hari kiamat.24

2. Q.S. Al-Qalam [68]: 43.

22 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibn

Katsir, jilid 3, 125. 23 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 584. 24 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-

Qur’an, vol. 15, 36.

Page 97: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

85

ع ة لش م خ ود و ه ج ل ون ن ل الس لن وا ي د ق د ك لةإ و م ذ ه ق م ت ره لر ه ص أ بون لل م س

“(dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi

mereka diliputi kehinaan. dan sesungguhnya mereka dahulu (di

dunia) diseru untuk bersujud, dan mereka dalam keadaan

sejahtera.”25

Menurut Ibn Kaṣir pandangan mereka tertunduk di akhirat nanti

disebabkan dosa-dosa mereka dan kesombongan mereka ketika di

dunia, maka mereka dihukum dengan kebalikan dari apa yang pernah

mereka perbuat. Ketika mereka diseru untuk bersujud di dunia, mereka

menolaknya, padahal keadaan mereka sedang sehat dan sejahtera.

Maka demikianlah mereka diazab dengan tidak mempunyai

kemampuan untuk bersujud di hari kemudian, yaitu ketika Tuhan Yang

Mahamulia lagi Mahaagung menampakkan diri-Nya, dan orang-orang

mukmin semuanya bersujud kepada-Nya, maka tiada seorang pun dari

orang-orang kafir dan orang-orang munafik yang mampu melakukan

sujud kepada-Nya, bahkan punggung mereka kembali berdiri tegak.

Tiap kali seseorang dari mereka mencoba untuk sujud, punggungnya

mental kembali ke arah kebalikan sujud, seperti keadaan mereka ketika

di dunia; maka berbeda dengan keadaan kaum mukmin.26

3. Q.S. Al-Qamar [54]: 7.

م أ اث ك د ن ال ج ون م ر ج م ي لر ه ص ل أ ب ع ع رإ خ ت ع ن ر ادإ م ج

“Sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari

kuburan seakan-akan mereka belalang yang beterbangan.”27

Menurut Quraish Shihab, pada hari kiamat pandangan orang-

orang kafir tertunduk karena dahsyatnya bencana yang mereka

25 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 567. 26 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibn

Katsir, jilid 8, 262. 27 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 530.

Page 98: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

86

saksikan. Mereka keluar dari kuburnya bagaikan belalang yang

beterbangan karena begitu banyak dan cepatnya mereka.28

4. Q.S. Al-Ma’ārij [70]: 44.

ون لن وا ي ول د وم الذ ي ك ي ل ل ك ا لةإ و ذ م ذ ق ه م ت ره لر ه ص ع ة أ ب لش خ

“Dalam keadaan mereka menekurkan pandangannya (serta)

diliputi kehinaan. Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada

mereka.”29

Menurut Ibn Katsir makna ayat ini yakni menundukkan

pandangan mata mereka serta diliputi kehinaan. Hal ini sebagai

pembalasan atas kesombongan mereka sewaktu di dunia, karena

mereka tidak mau taat kepada Allah SWT. Itulah hari yang dahulunya

diancamkan kepada mereka.30

Dari keempat contoh ayat di atas, kata khusyū‘ ketika diikuti oleh

kata baṣar akan mengindikasikan suatu keadaan di mana tertunduk

seluruh manusia termasuk orang-orang yang tidak beriman pada saat

datangnya hari kiamat. Mereka merasakan rasa takut yang sangat

dahsyat pada saat itu.

Sedangkan tiga ayat lainnya diiringi oleh kata yauma’idzin dan

yauma al-qiyāmah. Di antaranya terdapat dalam Surah:

5. Q.S. Al-Ghāsyiah [88]: 2.

ع ةإ لش ئ ذ خ وهإ ي وم و ج “Banyak muka pada hari itu tunduk terhina.”31

Qatadah mengatakan bahwa banyak wajah yang tertunduk hina.

Ibn ‘Abbās berkata: “yang membuat khusyū‘ dan mengamalkan tidak

mendatangkan manfaat.”32

28 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-

Qur’an, 458. 29 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 571. 30 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibn

Katsir, jilid 7, 294. 31 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 592.

Page 99: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

87

6. Q.S. Ṭaha [20]: 108.

و ات ل ورح ن ف ا ع ت ال ص ع ل و ل ه و خ ال ي ئ ذ ي تي ع ون الد ي وم ل ه س ع ن م ت س

“Pada hari itu manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru

dengan tidak berbelok-belok; dan merendahlah semua (lirih)

suara kepada Tuhan yang Maha Pemurah. Maka kamu tidak

mendengar kecuali bisikan saja.”33

Pada hari itu manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru

dengan tidak berbelok-belok pada saat mereka melihat kengerian hari

kiamat, mereka memenuhi seruan penyeru dengan cepat. Kemana pun

mereka diperintahkan, kesanalah mereka pergi. Seandainya pemenuhan

tersebut dilakukan oleh mereka di dunia, tentulah hal itu bermanfaat.

Akan tetapi pemenuhan mereka saat ini tidaklah berguna. dan

merendahlah semua suara kepada Tuhan yang Maha Pemurah, maka

kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja: Ibn ‘Abbās menafsirkan

khasya‘at dengan “membisu” maka kamu tidak mendengar kecuali

bisikan saja, suara lembut dan derap kaki dalam kebisuan dan

ketundukan.34

7. Q.S. Asy-Syūrā [42]: 45.

ي ف ن ط رف خ ظ ر ون م ل ي ن ن الذ م ع لش ل خ ه و ي ر ض ون ل م ي ع ت ر اه و م و يه م و أ ه ه ف س ر وا أ ن س ين خ ر ين الذ ن وا ن ن اخ لس ين آم ق لل الذ ي وم و

يم ق اب م ف ل ذ أ ن ن الظلل م ة ي لم ق ال “Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam

keadaan tunduk karena (merasa) hina, mereka melihat dengan

pandangan yang lesu. dan orang-orang yang beriman berkata:

"Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang

kehilangan diri mereka sendiri dan (kehilangan) keluarga mereka

32 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibn

Katsir, jilid 8, 456. 33 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 319. 34 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibn

Katsir, jilid 8, 268.

Page 100: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

88

pada hari kiamat. Ingatlah, sesungguhnya orang- orang yang

zalim itu berada dalam azab yang kekal.”35

Kamu akan melihat juga bahwa orang-orang zalim itu dihadapkan

ke api neraka dalam keadaan tunduk karena terhina akibat rasa amat

takut yang menimpa mereka. Mereka mencuri pandang ke arah neraka

karena takut akan bahayanya. Ketika itu, orang-orang Mukmin

mengatakan, “yang benar-benar merugi adalah orang-orang yang

menganiaya diri mereka sendiri dengan sikap ingkar. Mereka

kehilangan istri, anak dan kerabat karena tidak dapat menemui

mereka.” Allah pun lalu mengingatkan bahwa orang-orang zalim itu

akan mendapatkan azab yang kekal.36

Tiga ayat di atas menceritakan tentang tertunduknya manusia

pada hari kiamat. Manusia yang merasa rugi di akhirat karena tidak

memanfaatkan waktunya di dunia. Mereka yang tidak melakukan

ketaatan, tertunduk hina disebabkan kelalaian dan rasa takut akibat

menyaksikan azab yang akan diperoleh nantinya. Ayat ini secara umum

bercerita tentang keadaan manusia pada hari akhir. Akan tetapi lebih

kepada pembelajaran bagi orang-orang beriman tentang keadaan orang-

orang yang tidak beriman. Hal ini diketahui ketika ayat tersebut juga

disandingkan dengan berita kepada orang-orang yang beriman.

c. Hubungan Sintagmatik Kata Khusyū‘ Dengan Kuasa Allah

Korelasi Sintagmatik dalam term ini dengan kuasa Allah terdapat

pada ayat-ayat berikut:

1. Q.S. al-Fussilat [41]: 39.

زت ت لء اه م ل ال ه ن ل ل و ي ز ل ة ف إ ذ ا أ ن ع لش ت ه أ نك ت ر ى ال رض خ ن آي م و يرإ ء ق د ي ل ش و ن نه ل و ٱ ك وت ٱ م ي ي ال ح ل ل م ي له و ر ب ت و ن ن الذ ي أ ح

35 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 489. 36 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-

Qur’an, 517.

Page 101: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

89

“Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat bumi

kering dan gersang, maka apabila kami turunkan air di atasnya,

niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan yang

menghidupkannya, pastilah dapat menghidupkan yang mati.

Sesungguhnya dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”37

Kata khusyū‘ dalam ayat ini bermakna kering dan gersang. Ada

pun kaitan kata khusyū‘ di sini dengan kering dan gersangnya bumi

adalah di sebabkan ketidak berdayaan bumi, sehingga ketika Allah

turunkan hujan barulah bumi itu bergerak dan menghidupkan sesuatu

yang ada di atasnya hingga tumbuh subur. Dengan meresapnya air dan

tumbuhnya berbagai tumbuhan, bumi menjadi tampak hidup dan

bertambah besar.38

Jadi kata khusyū‘ ini ketika berelasi dengan kata bumi memiliki

makna tak berdaya sedikitpun untuk bergerak dan menumbuhkan

sesuatu di atasnya.

2. Q.S. al- Ḥasyr [59]: 21.

ي ة ع ن خ ل م ل ت ص د ل م ع لش ت ه خ ي ل ل ر أ ي رآن ل و ٱ ج ق ا ال ذ ن ل ه ز ل ل و أ نر ب ل ل ونلس ث لل ن ض ك ال م ت و ر ون الل و و ف ب م ي ت ل ع وه

“Kalau sekiranya kami turunkan Al-Qur’an Ini kepada sebuah

gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah

disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-

perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka

berpikir.”39

Kata khusyū‘ dalam ayat ini juga berelasi dengan gunung. Yang

mana Allah membuat perumpamaan untuk manusia, jika Allah

menurunkan al-Qur’an kepada sebuah gunung lalu Allah berikan akal

pada gunung tersebut sebagaimana manusia pasti kamu akan

melihatnya terpecah belah disebabkan takut kepada Allah.

37 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 482. 38 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-

Qur’an, 421. 39 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 549.

Page 102: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

90

Diagram 4.1: Medan Semantik secara Sintagmatik

Dari diagram di atas, kata khusyū‘ dapat dikategorikan kedalam

3 konsep yaitu:

a. Jika kata khusyū‘ berelasi dengan perbuatan-perbuatan manusia yang

secara lahiriyah ingin mendekatkan diri kepada Allah, maka kata

khusyū‘ di sini akan bermakna tunduk, patuh, dan takut dalam

lingkaran ketaatan kepada Allah.

b. Jika kata khusyū‘ berelasi dengan kondisi hari kiamat, maka kata

khusyū‘ di sini akan bermakna keadaan manusia yang tertunduk

pandangannya karena rasa takut dan cemas dengan keadaan yang

akan menimpanya.

c. Adapun yang ketiga, jika kata khusyū‘ berelasi dengan benda mati,

maka kata khusyū‘ di sini akan bermakna ketidak berdayaan dan

juga rasa takut kepada Allah.

Khusyū‘

Yabkūn

Ṣabr

Ṣalāt Al-Arḍ

Al-Jabal

Yaum al-Qiyāmah Āyāt al-Allāh

Abṣār

Khairāt

Page 103: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

91

2. Analisis Paradigmatik

Analisis paradigmatik ialah suatu analisis yang

mengkompromikan kata atau konsep tertentu dengan kata atau konsep

lain, baik dengan kata yang memiliki kemiripan makna ataupun dengan

kata yang maknanya berlawanan.40 Sinonim ataupun antonim adalah

hasil akhir dari analisis paradigmatik. Boleh jadi terdapat sinonim

ataupun antonim boleh jadi tidak ada. Karena pada dasarnya yang

dimaksud analisis paradigmatik oleh Izutsu adalah asosiatif menurut

Saussure. Hubungan asosiatif ini ada yang muncul, ada yang tidak

dalam ujaran. Istilah asosiatif diganti menjadi paradigmatik atas saran

pengikut Saussure, Louis Hjelmslev, seorang ahli linguistik Denmark.41

Adapun kata-kata lain yang berelasi secara paradigmatis dengan kata

khusyū‘ dalam bentuk sinonim antara lain:

a. Khasyyah

Al-Khasyyah secara bahasa adalah bentuk maṣdar dari fi'il maḍi

yang mempunyai arti takut.42 Ibnu Manẓūr خشي – يخشى – خشية

menjelaskan dalam kitab Lisān al-‘Arab bahwa

al-Khasyyah adalah al-Khauf.43 yang arti keduanya adalah takut,

namun keduanya memiliki sisi perbedaan.

Al-Rāgib Aṣfahānī menjelaskan dengan detail dan spesifik makna

khasyyah yaitu:

ل ب م و ل ن ل ك ل ذ ن و ب ل ي م ر ث ك أ ، و مإ ي ظ ع ت ه ب و ع ي فإ و : خ ة ي ع خ ا لب لء م و ع ل ا ص خ ك ل ذ ل ، و ه ن ٱ م ع ي

40 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 32. 41 Harimurti Kridalaksana, Mongin Ferdinand de Saussure, Peletak Dasar

Strukturalisme dan Linguistik Modern (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), 33. 42 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: PT Mahmud Yunus

Wadzuryah, 1972), 117. 43 Ibnu Manẓūr, Lisān al-‘Arab (Dār al-Ma‘ārif, 2008), 1129.

Page 104: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

92

Al-Khasyyah: “Rasa takut yang dilandasi dengan sikap

mengagungkan. Kebanyakan dalam penggunaan kata tersebut didasari

dengan pengetahuan mengenai hal tersebut (sesuatu yang ditakuti).

Oleh karena itu kata khasyyah tersebut dikhususkan hanya untuk para

ulama.”44 Sedangkan al-Alusi memaknai khasyyah dengan ketakutan

yang luar biasa walaupun yang takut adalah seorang yang kuat.45

Dalam al-Qur’an kata khasyyah diulang sebanyak 48 kali, dalam

22 bentuk.46 Antara lain firman Allah Q.S. Fāṭir [35]: 28 yaitu:

ن م و اب النلس و ع لم و الد ل ك و ان ه أ ل م ت و فإ و ال ن ذ ع ن ن ل ك ن الل ٱي م ه لء ل ي لد ع و م غ ف ورإ ل ز يزإ الل ن ن ال

“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata

dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam

warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah

di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah

Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”47

Al-Ṭabari menjelaskan bahwa kata khasyyah di atas adalah rasa

takut yang dimiliki oleh seseorang karena adanya pengetahuan yang ia

miliki.48 Sama halnya dengan Ar-Razi menyebutkan bahwa khasyyah

atau rasa takut tersebut dimiliki seseorang berdasarkan keilmuan yang

dimilikinya.49

Kata ‘Ulamā’ ( الماء ) yang terdapat pada ayat di atas adalah

bentuk jamak dari kata ‘ālim yang terambil dari akar kata yang berarti

mengetahui secara jelas. Karena itu, semua kata yang terbentuk dari

huruf-huruf ‘ain, lām dan mīm selalu menunjuk kepada kejelasan.

44 Al-Rāgib Aṣfahānī, Mu’jam Mufradāt Alfāẓ al-Qur’ān, 198. 45 Al-Alusi al-Bagdadi, Rūh Al-Ma’ānī: Tafsīr Al-Qur’ān al-‘Aḍīm wa al-Sab’i al-

Maṣāni, 141. 46 233-234 47 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 437. 48 Al-Ṭabari, Tafsīr al- Ṭabarī: Jāmi’ al- Bayān ‘an Ta’wīl ay al-Qur’ān (Bairūt

Syūriyā: Muassasah Risālah, 1994), 251. 49Fahkruddīn al- Rāzī, Tafsīr al-Fakhri al-Rāzi: Mafātih al-Gaibi (Dār Al- Fikr,

1981), 21.

Page 105: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

93

Seperti yang dikutip oleh M. Quraish Shihab dari ungkapan Ibn ‘Āsyūr

dan Ṭabāṭabā’i bahwa mereka memahami kata ini dalam arti ‘yang

mendalami ilmu agama’ orang yang mengenal Allah Swt. Dengan

nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan-perbuatan-Nya, sehingga hati

mereka menjadi tenang dan keraguan serta kegelisahan menjadi sirna.50

Pada Q.S. Al-Mu‘minūn [23]: 57 penggunaan kata khasyyah.

ين ن ن م الذ ن ه ي ة م ع ق ون ر ب م خ ف م ع“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan

adzab Tuhan mereka.”51

Al-Ṭabari menerangkan bahwa khasyyah pada ayat ini memiliki

makna perasaan takut yang menyebabkan seseorang akan berusaha

untuk terus berbuat baik untuk mencapai ridha Allah.52 Sedangkan

dalam kitab Mafatih al-Ghaib diterangkan bahwa khasyyah adalah rasa

takut yang disertai dengan perasaan lemah, minder dan pesimis

terhadap keagungan yang dihadapi. Dikarenakan perasaan takut

tersebut maka seseorang akan sebisa mungkin menjauhi hal-hal yang

dilarang dan berusaha untuk mencapai ridha Allah. Al-Razi

menjelaskan bahwa ayat di atas dengan menerangkan berberapa macam

ketakutan di antaranya: 53

1. Takut jangan sampai amalan baik tidak diterima-Nya.

2. Takut terhadap hamba-hamba Allah karena mengetahui kadar

kedudukan mereka.

3. Takut menyangkut waktu, jangan sampai digunakan dengan

sia-sia.

4. Takut menyangkut kalbu, jangan sampai dikotori oleh pamrih.

50 M. Quraish Shihab, Tafsīr Al-Mishbāh; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-

Qur’an, vol.11, 61. 51 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 345. 52 Al-Ṭabari, Tafsīr al- Ṭabarī, 251. 53 Fahkruddīn Al- Rāzī, Tafsīr al-Fakhri al-Rāzi: Mafātih al-Gaibi, 107.

Page 106: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

94

Jadi, dari penjelasan ayat dan penafsiran ayat di atas, dapat

diketahui bahwa khasyyah memiliki sinonim makna dengan kata

khusyū’ dari makna takut kepada Allah.

b. Khuḍū’

Kata khuḍū’ berasal dari kata kerja yang terdiri dari tiga huruf,

yaitu kha’, ḍat dan ‘ain, rangkaiannya mengandung makna tunduk dan

merendahkan diri.54 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, khuḍū’

diartikan dengan rendah hati.55 Kata khuḍū’ dalam al-Qur’an

disebutkan sebanyak dua kali yaitu dalam Q.S. al- Aḥzāb [33]: 32 dan

Q.S. Asy-Syu’arā’ [26] 26 yaitu.

ول ق ل ن ب ع ض ف ا ت ت ي ت ق لء ن ن ا ن الن س د م أ ح ك لء النب ل ست ي ن س و ن ق ق و ر ضإ و ي ه م و ع الذ ي ف ق م ي ط ر وفف ع م

“Hai isteri-isteri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang

lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam

berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit

dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.”56

Ayat ini menjelaskan tentang adab yang diperintahkan kepada

para istri nabi serta wanita lainnya. Allah memerintahkan untuk

bertakwa, maka mereka tidak seimbang dengan wanita lainnya dalam

keutamaan dan kedudukan. Dan juga janganlah para istri Nabi untuk

tunduk yaitu berbicara dengan sikap yang menimbulkan keberanian

orang bertindak yang tidak baik terhadap mereka. Menurut as-Suddi

yang dimaksud tunduk yaitu melembutkan kata-kata apabila berbicara

54 Ahmad Munawwir Warson, Kamus Al-Munawwir (Yogyakarta: Pustaka

Progressif, 1996), 347. 55 Umi Chulsum dan Windi Novia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Surabaya:

Kashiko, 2006), 378. 56 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 422.

Page 107: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

95

dengan laki-laki, sehingga berkeinginan laki-laki yang ada penyakit di

dalam hatinya untuk berniat buruk.57

Oleh karena itu, jika mengadakan pembicaraan dengan laki-laki,

maka mereka para istri nabi dan wanita lainnya dilarang merendahkan

suara yang dapat menimbulkan perasaan kurang baik terhadap kesucian

dan kehormatan mereka, terutama jika yang dihadapi itu orang-orang

fasik atau munafik yang i’tikad baiknya diragukan.58 Sedangkan dalam

Q.S. al-Syu’arā’ [26]: 4.

ع لض م ل ل خ ن لق ه لء آي ة ف ظ وت أ ل م ن الس م م ه ز ل ل و ي أ ن ن ن ن نع “Jika kami kehendaki niscaya kami menurunkan kepada mereka

mukjizat dari langit, Maka senantiasa kuduk-kuduk mereka

tunduk kepadanya.”59

Ayat ini menerangkan tentang kuasa Allah jika hendak memaksa

mereka kaum Quraisy supaya beriman, hal itu sangat mudah bagi

Allah. Namun demikian, Allah hendak memberlakukan sunnah-Nya

bahwa beriman itu bukanlah dengan paksaan dan kekerasan, tetapi

dengan kesadaran dan kemauan sendiri. Memaksa orang agar beriman

bertentangan dengan firman-Nya60 serta sunnah. Seandainya Allah

menghendaki mereka untuk beriman niscaya Allah akan menurunkan

suatu tanda yang memaksa mereka untuk mengimaninya. Akan tetapi

Allah tidak melakukannya karena Allah tidak menghendaki dari

57 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibn

Katsir, jilid. 6, 477. 58 Muhammad Ibn Jarīr Ibn Yazi Ibn Khālid Ibn Kaṣīr Abū Ja’far al-Ṭabarī, Jāmi’

al-Bayān fī Tafsīr al-Qur’ān, 422. 59 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 367. 60 QS. Al-Baqarah (2): 256.

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya

Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa

yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia

Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan

Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” Lihat Departemen Agama RI,

Al-Qur’an dan Terjemahannya, 42.

Page 108: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

96

seseorang kecuali keimanan ikhtiyari (hasil dari kemauan manusia itu

sendiri).61

Jadi, dari penjelasan ayat dan penafsiran di atas dapat diketahui

bahwa kata khuḍū’ ini memiliki sinomim makna dengan kata khusyū‘.

c. Taḍarru’

Secara bahasa taḍarru’ memiliki arti tunduk, patuh, dan

merendahkan diri.62 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata

taḍarru’ diartikan kerendahan hati, kesahajaan, kesederhanaan.63

Dalam al-Qur’an term taḍarru’ dengan berbagai perubahannya terdapat

pada delapan tempat,64 antara lain firman Allah yaitu:

م ب ه ن ذ و ك ف أ خ ي ن ق م م ون ل ن ل أ م د أ رس ل ق م و لء و الضراء ل ع وه س ي أ لرل ون ي ت ض

“Dan sesungguhnya kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada

umat-umat yang sebelum kamu. Kemudian kami siksa mereka

dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya

mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan

diri.” (Q.S. Al-An’ām [6]: 42).65

ط لن ي ت ق و وب م و ز ين ل م الع ل ب ن ق س رل وا و ن ل ت ض م ب س لءه ف و و ن ذ ج و ون م لن وا ي ع ل ك م

“Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan

tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan kami kepada

mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan setan pun

menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka

kerjakan.” (Q.S. Al-An’ām [6]: 43).66

61 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibn

Katsir, jilid 6, 140. 62 Ahmad Munawir Warson, Al-Munawir, 820. Lihat Shūq Ḍayf, et.al. Mu’jam al-

Wasīṭ, 559. 63 Umi Chulsum dan Windi Novia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 638. 64 QS. al-An’ām (6): 42, 43, 63; QS. al-Mu’minūn (23): 76; QS. al-A’rāf (7): 55,

94, 205; QS. al-Ghāshiyah (88): 6. Lihat Muhammad Fu’ād ‘Abd al-Bāqī, al-Mu’jam al-

Mufahrash li Ālfāẓ al-Qur’ān al-Karīm, 533. 65 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 132. 66 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 132.

Page 109: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

97

ي ة لئ ن ف رلل و خ ل ون ه ت ض ر ت د ي ح ل ا ب و لت ال ن ظ و م م م يب ن ي ن ج ق ل م لك ر ين ن الع ون ن م ه ل ن ب ن ه ذ أ نج لن م

“Katakanlah: “Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari

bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya

dengan rendah diri dengan suara yang lembut (dengan

mengatakan: “Sesungguhnya jika dia menyelamatkan kami dari

(bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang

bersyukur.” .” (Q.S. Al-An’ām [6]: 63).67

اب ع ذ ل م ب ه ن ذ د أ خ ل ق رل ون و ل ي ت ض م لن وا ل ر ب م و ت ب ل اس ف م “Dan sesungguhnya kami telah pernah menimpakan azab kepada

mereka68, maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan

(juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan merendahkan diri.”

.” (Q.S. Al- Mu’minūn [23]: 76).69

ين ت د ع م ل ب ا ي ة ن نه ف رلل و خ م ت ض ل وا ر بب اد“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara

yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang

yang melampaui batas.” (Q.S. Al-A’rāf [7]: 55).70

م لء و الضراء ل ع وه س ي أ ل ل ب و ه ن أ ه ذ أ خ ن ن نب ري ة م ن ل ف ق و ل أ رس م و رل ون ي ض

“Kami tidaklah mengutus seseorang Nabi pun kepada sesuatu

negeri, (lalu penduduknya mendustakan Nabi itu), melainkan

kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan

supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri.” (Q.S. Al-

A’rāf [7]: 94).71

و غ د ل ول ب ق ل ن ا ر م د ون ال ه ة و يف رلل و خ ك ت ض س ر ربك ف ن ف و اذك ن ن م ت ب لل و و الص غ لف و ال

“Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan

merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan

67 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 135. 68Yang dimaksud dengan azab tersebut antara lain kekalahan mereka pada

peperangan Badar, yang dalam peperangan itu orang-orang yang terkemuka dari mereka

banyak terbunuh atau ditawan, dan musim kering yang menimpa mereka, hingga mereka

menderita kelaparan. Hal ini dapat diketahui dari ayat sebelumnya ayat 75. 69 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 347. 70 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 157. 71 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 162.

Page 110: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

98

suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk

orang-orang yang lalai.” (Q.S. Al-A’rāf [7]: 205).72

س ل م ر يع لي ن ض م ط ع لمإ ن “Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang

berduri.” (Q.S. Al-Ghāshiyah [88]: 6).73

Semua ayat di atas, rata-rata berbicara tentang manusia

yang membangkang dan sombong kepada Allah. Mereka tidak

mau tunduk merendahkan diri untuk berdoa kepada Allah.

Sehingga ditimpakan azab kepada mereka, namun apa yang terjadi

mereka tetap tidak mau beriman justru mereka terus pada

penyimpangan dan kesesaatan mereka. Mereka terus-terusan

menyombongkan diri dan enggan untuk berdoa kepada Allah.

Jadi, dari penjelasan ayat dan penafsiran di atas dapat

diketahui bahwa kata taḍarru’ ini memiliki sinomim makna

dengan kata khusyū‘. Akan tetapi taḍarru’ lebih kepada konotasi

negatif.

d. Al-Ikhbāt

Secara etimologis الإخبات (al-ikhbāt) berarti tanah datar yang

luas.74 Mujāhid (w. 103 H) mengartikan kata al-mukhbitīn sebagai

orang-orang yang tenang. Sedangkan menurut al-Ẓahāk (w. 45 H)

seperti yang dikutip oleh ‘Alī al-Ṣabūnī bahwa ia mengartikan kata al-

mukhbitīn sebagai orang-orang yang merendahkan diri.75 M. Quraish

Shihab menjelaskan bahwa kata al-mukhbitīn ( تينالمخب ) terambil dari

kata al-khabt ( الخبت ) yaitu dataran rendah yang siap diolah guna

berbagai manfaat. Kata yang digunakan ayat ini bermakna orang yang

72 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 176. 73 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 592. 74 Muhammad Dawud, Mu’jam al-Furūq al-Dalāliyah (Kairo: Dār Gharīb, 2008),

222. Lihat, Shawqi Ḍayf, dkk., al-Mu’jam al-Wasīṭ (Kairo: Maktabah al-Shurūq al-

Dawliyah, 2008), 221. 75 Muhammad ‘Alī al-Ṣabūnī, Mukhtaṣar Tafsīr Ibn Kathīr, vol. 3 (Bairūt: Dār al-

Fikr, t.th), 543.

Page 111: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

99

berjalan di dataran rendah. Kata tersebut secara majazi bermakna orang

yang rendah hati, tidak angkuh, tulus, tidak pamrih, serta selalu siap

melakukan hal-hal yang bermanfaat.76 Bila dilihat dalam al-Qur’an,

kata al-ikhbāt (الإخبات) terulang sebanyak tiga kali dalam dua Surah.77

a. Al-Ikhbāt yang berarti merendahkan diri, sebagaimana firman Allah

Q.S. Al-Hūd [11]: 23:

لب ئ ك أ صح ت وا ن ل ر ب م أ ول ي و وا الصلل لت و أ خ ل م ن وا و ين آم ن ن الذ ون لل د ل خ م ف يه ال نة ه

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan

amal-amal shaleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka.

Mereka itu adalah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di

dalamnya.”78

Ayat ini menjelaskan mengenai nasib orang-orang yang beriman

dan beramal shaleh. Mereka selalu berserah diri kepada Allah dengan

patuh dan taat kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya, mengerjakan

berbagai kebajikan di dunia, melaksanakan ketaatan pada Allah dengan

tulus ikhlas dan meninggalkan segala yang mungkar. Mereka itu adalah

penghuni-penghuni surga yang tidak akan keluar lagi darinya, dan

mereka tidak akan mati, bahkan kekal di dalamnya untuk selamanya.79

Mereka menjadi pewaris beraneka ragam surga yang mempunyai

banyak kamar yang tinggi, pelaminan yang berderet rapi, aneka buah-

buahan yang segar, permadani yang tebal, serta berbagai keindahan

76 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-

Qur’an, vol. 8, 204. 77 Muḥammad Fu’ād ‘Abd al-Bāqī, al-Mu‘jam al-Mufahrās li Alfāẓ al-Qur’an al-

Karīm (Beirut: Dār al-Fikr, 1994), 226. 78 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 224. 79 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-

Qur’an, 402.

Page 112: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

100

yang menyenangkan, mereka memiliki kesempatan memandang kepada

rabb pencipta langit dan bumi. 80

b. Al-Ikhbāt yang berarti tunduk dan patuh, sebagaimana firman Allah

Q.S. Al-Ḥaj [22]: 34:

ة ن ب يم م م ل ر ز ق ه م الل ل و ٱ م ر وا اس بل ل ي ذك نس ن ل م و ع ة ج ل أ م ل ب و ي ت خ م ر ال ب ع وا و و م دإ ف و ه أ س م ن ل هإ و اح ع لم ف إ ل ب ال ن

“Dan bagi tiap-tiap umat telah kami syariatkan penyembelihan

(kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang

ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, Maka

Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah

kamu kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-

orang yang tunduk patuh (kepada Allah).”81

Allah telah menetapkan syariah bagi tiap-tiap manusia termasuk

di dalamnya syariah kurban. Seseorang yang berkurban berarti ia telah

menumpahkan darah binatang untuk mendekatkan dirinya kepada Allah

dan ingin mencari keridhaan Allah. Allah memerintahkan kepada

orang-orang yang berkurban itu agar mereka menyebut dan

mengagungkan nama Allah waktu menyembelih binatang kurban, dan

agar supaya mereka menyukuri nikmat Allah yang telah dilimpahkan

kepada mereka. Di antara nikmat Allah itu adalah berupa binatang

ternak, seperti unta, lembu, kambing dan sebagainya yang merupakan

rezeki dan makanan yang halal bagi mereka. Dari ayat ini dapat

dipahami bahwa orang-orang yang beriman dilarang mengagungkan

nama apapun selain dari nama Allah. Pada akhir ayat ditegaskan bahwa

Allah yang berhak disembah itu adalah Tuhan Yang Maha Esa, dan

kepercayaan tauhid itu telah dianut pula oleh orang-orang dahulu,

karena itu patuh dan taat hanya kepada Allah, mengikuti semua

perintah-perintah-Nya, menjauhi semua larangan-Nya dan melakukan

80 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibn

Katsir, jilid 4, 338. 81 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 336

Page 113: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

101

semua pekerjaan semata-mata karena-Nya dan untuk mencari

keridhaan-Nya. Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar

menyampaikan berita gembira kepada orang-orang yang tunduk, patuh,

taat, bertobat dan merendahkan dirinya kepada-Nya bahwa bagi mereka

disediakan pahala yang berlipat ganda, berupa surga di akhirat nanti.

Mereka adalah orang-orang yang ṭuma’ninah, orang-orang yang

tawadhu’ dan tunduk serta lagi ridha dengan qadha Allah dan selalu

berserah diri.82

c. Al-Ikhbāt yang berarti menerima (pasrah), sebagaimana firman

Allah Q.S. Al-Ḥaj [22]: 54:

ي ت ل ه ت خ ن وا ب ه ف ؤم ي ن رب ك ف م أ نه ال ق م ع و ل ين أ وت وا ا و م الذ ع ل ي و يم ت ق س ر اط م ن وا ن ل ص ين آم ن ن الل ل لد الذ ق و وب م و

“Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini

bahwasanya al-Qur’an itulah yang hak dari Tuhan-mu. Lalu

mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan

sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang

yang beriman kepada jalan yang lurus.”83

Pada ayat sebelumnya Allah menjelaskan tentang berbagai usaha

setan-setan beserta pengikut-pengikutnya untuk memperdayakan

manusia dengan menambah pengertian yang salah dalam ayat-ayat al-

Qur’an dan dalam agama Islam. Perbuatan mereka itu menjadi cobaan

bagi manusia, terutama bagi orang-orang yang beriman, orang-orang

yang ingkar dan sesat hatinya serta orang-orang munafik. Godaan setan

itu menambahkan sesat dan menimbulkan penyakit dalam hatinya,

sehingga kekafiran dan kemunafikan mereka bertambah. Sedang orang-

orang yang kuat imannya tidak akan tertipu oleh setan, sebab setiap

godaan setan yang datang kepadanya akan menambah kuat imannya.

82 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibn

Katsir, jilid 5, 512. 83 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 338.

Page 114: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

102

Sebaliknya orang-orang yang sesat hatinya dan ada penyakit di

dalamnya akan jauh menyimpang dari jalan yang benar. Mereka tidak

dapat lagi mengharap keridhaan Allah dan tidak akan lepas dari siksaan

Allah.84

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah melakukan yang demikian

itu agar orang-orang yang berilmu pengetahuan mengetahui dan

merenungkan segala macam hukum yang telah ditetapkan Allah,

pokok-pokok sunnatullah, segala macam subhat dan penafsiran ayat-

ayat dengan cara yang salah yang dibuat oleh setan dan pengikut-

pengikutnya. Dengan pengetahuan dan pengalaman itu diharapkan

iman mereka bertambah, meyakini bahwa Allah menjamin keaslian al-

Qur’an dari campur tangan manusia di dalamnya dan dari penafsiran

yang salah. Karena itu hendaklah orang-orang yang beriman yang telah

dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, antara iman dan

kufur menundukkan dan menyerahkan diri kepada Allah. Di samping

itu membaca ayat-ayat al-Qur’an dengan sungguh-sungguh,

melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya, menghentikan segala

larangan-Nya, baik yang berhubungan dengan ibadah, muamalat, budi

pekerti, hukum dan tata cara bergaul dalam kehidupan masyarakat.85

Jadi, dari penjelasan ayat dan penafsiran di atas dapat diketahui

bahwa kata ikhbāt ini memiliki sinomim makna dengan kata khusyū‘.

Kata ikhbāt berkonotasi positif.

84 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibn

Katsir, jilid 5, 435. 85 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibn

Katsir, jilid 5, 436.

Page 115: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

103

Selanjutnya antonim kata khusyū‘ antara lain:

a. Qaswah

Kata qaswah menjadi antonim dari kata khusyū‘. Qaswah adalah

hati yang keras yang tidak terpengaruh hatinya ketika dibacakan ayat-

ayat al-Qur’an. Berbeda halnya dengan orang-orang beriman, hati

mereka akan bergetar jika dibacakan ayat-ayat al-Qur’an atau

diingatkan tentang Allah. Seperti yang Allah jelaskan dalam Q.S. Al-

Anfāl [8]: 2.

م ه ن ذ ا ت و ي ت ل و ي و ت ق و وب م و ين ن ذ ا ذ ك ر الل و ج ن ون الذ ؤم م ل ن ن ل او ون و ك ل و ٱ ر ب م ي ت ت م ن يم لن و ت ه ز اد آي

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang

bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila

dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya),

dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”86

Qaswah beserta derivasinya dalam al-Qur’an terulang sebanyak 7

kali, yang terdiri dari kata benda sebanyak 4 kali, dipakai kata kerja

sebanyak 3 kali, dan terdapat dalam 6 Surah.87 Allah berfirman dalam

Q.S. Al-Baqarah [2]: 7:

ي د ذ ل ك ف ه ن ب ع م م ت ق و وب ب ن ن ث ق س و و د ق س لر أ و أ ش لل ج ك ر ي خ قق ف ل ي ع ل ل م ه ن ن ن م لر و ه ال ن ر م ف ج ل ي ت لر ل م ن ال ج م ل ل الل ب غ لف ل ل م م ي ة الل و ع ن خ ي ط م ل ي ه ل ل م ه ن ن ن م لء و م ه ال ن م

و ون م ت ع“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan

lebih keras lagi. padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang

mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh

ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan

diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, Karena takut

86 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 178. 87 Muḥammad Fu’ād ‘Abd al-Bāqī, al-Mu‘jam al-Mufahrās li Alfāẓ al-Qur’an al-

Karīm (Beirut: Dār al-Fikr, 1994), 545.

Page 116: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

104

kepada Allah. dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang

kamu kerjakan.”88

Kata qaswah menerangkan tentang orang yang hatinya sangat

keras itu tercela dan dalam kesesatan yang nyata. Seperti perkataan

Mālik bin Dīnār yang dikutip oleh al-Baghawī dalam tafsirnya

ma‘ālim al-tanzīl, bahwa “seorang hamba tidaklah dihukum dengan

suatu hukuman yang lebih besar daripada hatinya yang dijadikan keras.

Tidaklah Allah marah terhadap suatu kaum kecuali Dia akan mencabut

rasa kasih sayang-Nya dari mereka.89

Kata ini berlawanan dengan kata khusyū‘. Orang-orang yang

khusyū‘ merendahkan hati mereka untuk tunduk mengingat Allah.

Dalam hati mereka terdapat rasa takut akan azab Allah sehingga

melahirkan perbuatan-perbuatan yang diperintahkan oleh Allah.

Mereka taat kepada setiap perintah. Beda halnya dengan orang-orang

yang keras hatinya, mereka sombong dan mendurhakai Allah.

b. Muḥāddah

Muḥāddah adalah menyelisihi, memerangi, membangkang,

memusuhi dan melawan.90 Kata muḥāddah ini dengan segala

derivasinya terulang sebanyak 25 kali dalam 12 Surah.91 Kata ini

menjadi antonim dari kata khusyū‘, yang mana muḥāddah merupakan

salah satu karakteristik orang munafik. Seperti firman Allah dalam Q.S.

Al-Taubah [9]: 63 sebagai berikut:

88 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 12. 89 Abu Muhammad al-Husain Ibn Mas’ud al-Farra Al-Bagawī, Ma‘ālim at-Tanzīl,

jilid 1, Tahqiq Muhammad Abdullah an-Namr, Utsman Jam’ah Dhamiriya Cet.VII

(Riyāḍ: Dār Ṭayyiibah li an-Nasyr wa at-Tawzi’, 1997), 115. 90 Muhammad Ibn Umar Ibn Al-Hasan At-Tamimi Al-Bakri At-Tabaristani Ar-

Razi Fakhruddin, al- Tafsīr al- Kabīr aw Mafātīh al-Ghaib, cet. VIII (Beirut Lebanon:

Dār al-Fikr, 1981), 122 91 Muḥammad Fu’ād ‘Abd al-Bāqī, al-Mu‘jam al-Mufahrās li Alfāẓ al-Qur’an al-

Karīm, 195.

Page 117: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

105

ل لل دا ف يه نم خ ه ر ج ول ه ف أ ن ل ه ن لد د الل و ر س ن وا أ نه م و م أ ل ي عيم ع ظ ذ ل ك اخ زي ال

“Tidaklah mereka (orang-orang munafik itu) mengetahui

bahwasanya barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka

sesungguhnya neraka Jahannamlah baginya, kekal mereka di

dalamnya. itu adalah kehinaan yang besar.”92

Orang-orang munafik menyelisihi syari’at Allah dan

membangkang kepada-Nya. Apabila diseru untuk berinfak di jalan

Allah, mereka enggan, jika diseru berjihad mereka tidak laksanakan.

Mereka tidak mengerjakan salat kecuali dalam kemalasan, sehingga

yang mereka lakukan hanyalah berbagai bentuk penentangan. Lain

halnya dengan orang-orang yang khusyū‘, mereka senangtiasa

melaksanakan semua perintah dengan hanya mengharap ridha Allah.

Diagram 4.2: Medan Semantik secara Paradigmatik

C. Analisis Sinkronik Diakronik

Seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya bahwa untuk

mendapatkan analisis semantik secara mendalam, diperlukan

92 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 197.

Khusyū‘

Khuḍū’

Taḍarru’

Khasyyah

Ikhbāt

Qaswah Muḥāddah

Page 118: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

106

pendekatan sinkronik dan diakronik. Sinkronik berasal dari perpaduan

dua kata dalam bahasa yunani yaitu “syn” dan “khronos”, “Syn”

memiliki arti “dengan” dan “khronos” berarti waktu, dengan demikian

sinkronik memiliki arti mempelajari suatu bahasa pada satu zaman.

Dalam kata lain, sinkronis adalah meneliti suatu kosakata dari

perspektif tertentu yang terbatas hanya pada satu waktu tertentu. Kajian

sinkronik bisa dilakukan dengan pengkajian terhadap sejarah kata-kata

berdasarkan seluruh sistem statis atau ketika kita membandingkan dua

kata atau lebih dari bahasa yang sama maka akan memunculkan tahap-

tahap sejarah yang berbeda, yang satu sama lainnya dipisahkan oleh

interval waktu. Begitu juga dengan kosakata dalam al-Qur’an atau

bahasa al- Qur’an. Bahasa al-Qur’an memiliki proses historis yang

berlangsung selama 22 tahun dengan dua periode yaitu periode Makkah

dan Madinah. Maka kosakata al-Qur’an secara keseluruhan terbentuk

sebagai sistem yang statis sebagaimana objek kajian sinkronik ini.93

Sedangkan aspek diakronik adalah aspek sekumpulan kata yang

masing-masing tumbuh dan berubah bebas dengan caranya sendiri yang

khas. Pendekatan yang digunakan untuk melakukan studi atas

fenomena kebahasaan sesuai dengan urutan sejarah. Kajian diakronik

bahasa berkaitan dengan variasi, ragam-ragam atau dialek-alek satu

bahasa. Kemungkinan dalam suatu masa sebuah kata tersebut

mengandung makna yang penting dalam kehidupan masyarakat, dan

pada masa lain mungkin kata itu mengalami distorsi makna karena ada

kata-kata baru yang muncul. Tidak menutup kemungkinan juga sebuah

93 Ismatillah, dkk. “Makna Wali dan Auliya dalam al-Qur’an: Suatu Kajian

dengan Pendekatan Semantik Toshihiko Izutsu,” Diya al-Afkar, vol. 5 no. 02 (Desember

20016): 51.

Page 119: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

107

kata bisa bertahan dalam jangka waktu lama pada masyarakat yang

menggunakannya.94

Objek penelitian ini adalah kosa kosakata al-Qur’an, sedangkan

kosakata al-Qur’an sendiri berkaitan dengan kata kata yang sebelumnya

digunakan oleh masyarakat pra Islam. Aneka penelusuran kosa kata di

luar sistem al-Qur’an masih relevan, sepanjang hal tersebut dapat

memberi informasi yang berguna bagi pembentukan konsep semantik

al-Qur’an, terdapatnya signifikansi penggabungan semantik historis

dengan semantik sinkronik dalam menganalisis struktur kosakata al-

Qur’an, dan kandungan unsur semantik dasar sebuah kata masih ada

dimanapun kata tersebut diletakkan dan digunakan.95 Dalam analisis

semantik historis kosakata ini, toshihiko Izutsu memberi upaya

simplikasi pada persoalan ini dengan membagi kedalam tiga periode

waktu penggunaan kosakata, yaitu pra Qur’anik, Qur’anik, pasca

Qur’anik.96

1. Pra Qur’anik

Periode pra Qur’anik adalah masa sebelum Islam datang. Dalam

memahami arti kosakata pada masa pra Qur’anik, sya‘ir-sya‘ir

Jahiliyah adalah salah satu media yang representatif untuk digunakan.

Sya‘ir Jahiliyah adalah syair yang berkembang pada masa sebelum

Islam datang. Sistem pra Qur’anik juga bisa dilakukan dengan cara

melihat kosakata Badui yang memiliki pandangan dunia Arab kuno,

kosakata kelompok kafilah (pedagang), dan kosakata yang merupakan

sistem istilah-istilah religius Yahudi-Kristen yang hidup di tanah Arab.

Namun, bagi bangsa Arab kuno, sya‘ir atau puisi merupakan produk

94 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 22-23. 95 Ismatillah, dkk. “Makna Wali dan Auliya dalam al-Qur’an: Suatu Kajian

dengan Pendekatan Semantik Toshihiko Izutsu,” 45. 96 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 35.

Page 120: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

108

budaya terbesar. Sya‘ir mereka banyak bertutur tentang kisah roman

dan peperangan, solidaritas kelompok, dan mengecam musuh.97

Pada masa pra Qur’anik kata khusyū‘ memiliki beberapa makna

yang bersumber dari akar kata (خشع) artinya adalah tunduk atau

menundukkan (الخضوع). Term khusyū‘ juga bermakna menjatuhkan

atau terbenam (خسفت) dan menutupi atau menghilang (كسفت). Berkata

Abū Ṣālih al-Kilābī:

له ي ي غ م ف ب ي غ ت ت لد ك و ت لر غ اذ ن ب اك و ب ال ع و ع خ “Bintang-bintang tunduk ketika hampir jatuh dan bersembunyi

dalam keterbenamannya.”

Seperti pada syi‘ir Abu ‘Adnani, seorang yang ahli dalam syi‘ir-

syi‘ir bahasa Arab zaman Jahiliyah. Dalam sya‘irnya: # ب ي غ م ال ن م ت ن ا د ذ ن ب اك و ب ل ا ت ع ع خ ب ي غ ت ل ت لل م ى أ ب اك و ب ال ى د ي أ ت ع ض خ و

“Bintang-bintang tunduk ketika mendekati arah barat # Dan

matahari menyerahkan tangannya yang berarti condong untuk

tidak muncul.”98

Jadi pada masa pra Qur’anik kata khusyū‘ ditujukan untuk benda

mati yang ada di alam semesta seperti matahari, bintang yang mana

hanya mengandung makna lughawi saja. Dalam artian lain, term

khusyū‘ pra Qur’anik tidak berhubungan dengan keimanan dan ketaatan

seseorang kepada Allah.

2. Qur’anik

Yang dimaksud dengan masa Qur’anik di sini adalah masa di

mana Islam telah datang. Islam bersama al-Qur’an membawa konsep-

konsep baru yang berbeda dengan konsep yang telah dipegang pada

masa Jahiliyah. Maka beberapa kata kunci al-Qur’an ada yang berubah

97 Igrid Mattson, Ulumul Qur’an Zaman Kita: Pengantar untuk Memahami

konteks, Kisah, dan Sejarah Al-Qur’an (Jakarta: Zaman, 2008), 28. 98 Ibn Mandẓur, Lisān al-‘Arab (Libanon: Dār al-Ma’ārif, 1981), 1165.

Page 121: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

109

maknanya dari masa Jahiliyah kepada masa Islam, meskipun pada

dasarnya tidak menghapus makna aslinya, karena makna asli dari

sebuah kata akan selalu melekat pada kata tersebut. Hanya saja dengan

datangnya konteks yang baru, maka makna dan penggunaannya dapat

berubah bahkan cakupannya bisa meluas.

Pada periode Qur’anik, secara umum kata khusyū‘ dalam al-

Qur’an sejalan dengan pengertian khusyū‘ dalam bahasa Arab,

sebagaimana khusyū‘ dalam bahasa Arab diartikan tenang, tenggelam,

tunduk, merendahkan diri.99 Hal ini sejalan dengan khusyū‘ yang

terdapat dalam al-Qur’an yang mengacu kepada keadaan tunduk,

tenang, dan merendahkan diri. Namun ketika kata khusyū‘ menempati

sebuah sistem bahasa al-Qur’an yang membangun konsep tersendiri

pada pengguna bahasa. Maka khusyū‘ dalam al-Qur’an memiliki makna

beragam. Hal ini diketahui ketika kata khusyū‘ diiringi dengan kata

lain.

Di antaranya ketika kata khusyū‘ dikhususkan untuk manusia

akan terbangun sebuah ruang lingkup yang memperluas pandangan

tentang makna kata ini, contohnya kata khusyū‘ ketika digunakan bagi

orang-orang beriman. Kata ini menjadi tidak hanya sebatas makna

tunduk, merendah, dan tenang secara lahiriyah, namun lebih dari hal itu

khusyū‘ berhubungan dengan rohaniahnya orang-orang beriman, yang

mana hatinya tunduk kepada Allah. Jadi khusyū‘ di sini adalah

ketundukan, ketenangan, kerendahan hati mentaati Allah, dan juga rasa

takut yang teramat dalam kepada Allah SWT., yang selanjutnya akan

terlihat dari seluruh anggota tubuh, baik lahir maupun batin.

99 Majduddīn Ibn Muḥammad Ibn Ya‘qūb al-Fairūzābādī al-Syairāzi, al-Qāmūs

al-Muḥīṭ, cet. VI (Damaskus: Muassasah ar-Risālah, 1998), 713.

Page 122: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

110

Adapun ketika kata khusyū‘ digunakan untuk menceritakan

keadaan manusia pada hari kiamat, ini akan membangun konsep yang

berbeda juga yaitu lebih kepada keadaan manusia tersebut yang

tertunduk hina, lesu, yang menyesali semua perbuatan mereka di dunia.

Mereka menunduk bukan atas ketaatan melainkan atas penyesalan dan

rasa takut atas balasan apa yang nanti akan mereka terima.

Begitu juga ketika kata khusyū‘ yang ditujukan untuk benda mati

yang ada di semesta seperti bumi, gunung, memiliki makna

ketidakberdayaan semua ciptaanNya dan juga rasa takut terhadap Allah

3. Pasca Qur’anik

Periode pasca Qur’anik dalam hal ini adalah periode masa

sekarang. Pada periode ini, Islam telah menghasilkan banyak sistem

pemikiran yang berbeda dengan masa Qur’an, seperti, teologi, hukum,

teori politik, filsafat, dan tasawuf. Toshihiko Izutsu mengungkap pada

masa ini, kita berhak sepenuhnya membicarakan kosakata teologis

Islam, kosakata hukum Islam, kosakata tasawuf dan lain-lain. Menurut

pengertian teknis yang tepat sebagaimana didefinisikan dalam

bidangnya tersebut. Begitu juga dengan kata khusyū‘.

Orang-orang yang khusyū‘ adalah mereka yang menekan

kehendak nafsunya dan membiasakan dirinya menerima dan merasa

tenang menghadapi ketetapan Allah serta, selalu berharap mendapatkan

akhir yang baik. Mereka bukanlah orang yang terperdaya oleh nafsu.

Dengan itu, mereka mempersiapkan dirinya menerima dan

mengamalkan kebaikan. Mereka termasuk orang yang takut

mengarahkan pandangan mereka terhadap kesudahan sesuatu. Sehingga

Page 123: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

111

hal tersebut membuat mereka berlaku sabar yang mampu menekan

gejolak nafsu.100

Pada saat ini pun kata khusyū‘ telah mengalami perluasan makna,

seperti halnya kata ini telah dibakukan dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia yang lebih identik kepada makna penuh konsentrasi,

bersungguh-sungguh, dan penuh kerendahatian. Khusyū‘ diartikan

kelembutan hati, ketenangan sanubari yang berfungsi menghindari

keinginan keji yang berpangkal dari memperturutkan hawa nafsu

hewani, serta kepasrahan dihadapan ilahi yang dapat melenyapkan

keangkuhan, kesombongan dan sikap tinggi hati.101

D. Weltanschauung

Weltanschauung secara sederhana sering diartikan sebagai filsafat

hidup atau prinsip hidup. Setiap agama (kepercayaan), bangsa, dan

budaya, bahkan setiap orang memiliki weltanschauung masing-masing.

Pada tataran wacana ilmiah, kata ini dimaknai lebih kompleks.

Sebagaimana Fathurrahman mengutip pendapat dari dua tokoh yaitu

Ninian Smart yang mengartikan, weltanschauung adalah kepercayaan,

perasaan, dan apa saja yang terdapat dalam pikiran orang yang

berfungsi sebagai motor bagi keberlansungan perubahan sosial dan

moral. Sedangkan Thomas F. Wall memaknai weltanschauung sebagai

sistem kepercayaan asasi manusia yang integral mengenai hakikat

dirinya sendiri, realitas yang mengelilinginya, dan makna eksistensi.

Pengertian-pengertian ini menunjukkan bahwa weltanschauung

merupakan sumber kekuatan bagi keberlangsungan atau perubahan

100 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-

Qur’an, vol. 1, 223. 101 Shūq Ḍayf, Mu’jam al-Wasīṭ (Kairo: Maktabah al-Shurūq al-Dawlīyah, 2008),

244, dan Al-Rāghib al-Isfahānī, Mu’jam Mufradāt Alfāẓ al-Qur’ān Qur’ān (Beirut: Dār

al-Kutub al-‘Ilmīyah, 2004), 331.

Page 124: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

112

sosial dan moral, sekaligus merupakan landasan bagi pemahaman

realitas dan aktivitas ilmiah.102

Menurut Syed Naquib al-Attas, dari perspektif Islam, sebuah

“pandangan dunia” tidak hanya pandangan akal terhadap dunia fisik

dan keterlibatan manusia secara historis, sosial, politik, dan budaya di

dalamnya. Ia tidak berdasarkan pada spekulasi filsafat yang dirumuskan

terutama dari penyelidikan terhadap data pengalaman dan penginderaan

semata, karena semua itu terbatas dalam dunia materi saja. Pandangan

dunia menurut Islam berhubungan dengan aspek alam akhirat. Segala

sesuatu dalam Islam pada akhirnya difokuskan pada aspek akhirat,

tanpa mengabaikan aspek dunia.103

Pandangan Syed Naquib al-Attas sejalan dengan weltanschauung

al-Qur’an yang ingin diungkap Toshihiko Izutsu yang tidak hanya

berkisar pada realitas yang tampak saja, namun juga realitas yang tidak

tampak. Menurut Izutsu, analisis semantik akan membentuk sebuah

ontologi wujud dan eksistensi pada tingkat kongkrit sebagaimana

cerminan dalam ayat-ayat al-Qur’an. Tujuannya adalah untuk

memunculkan tipe ontologi hidup yang dinamik dari al-Qur’an dengan

penelaahan analisis dan metodologis terhadap konsep-konsep pokok

yang tampaknya memainkan peran yang menentukan dalam

pembentukan weltanschauung al-Qur’an. Jadi, semantik bagi Toshihiko

Izutsu tidak hanya untuk memahami makna, tetapi sekaligus budaya

yang terkandung dalam bahasa itu. Menurut Toshihiko Izutsu, hal ini

bukan pekerjaan yang mudah. Kata-kata atau konsep-konsep dalam al-

Qur’an tidak sederhana kedudukannya masing-masing terpisah, tetapi

102 Fathurrahman. “Al-Qur‟an dan Tafsirnya dalam Perspektif Toshihiko Izutsu”

(Tesis S2., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), 106 103 Syed Naqaib al-Attas, “Islamic philosophy: an introduction”, dalam journal of

Islamic philosophi 1 (2005), 11.

Page 125: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

113

memiliki ketergantungan yang sangat kuat antara satu dengan yang

lain, dan makna kongkrit dihasilkan dari seluruh sistem yang saling

berhubungan tersebut. 104

Toshihiko Izutsu berusaha untuk membiarkan al-Qur’an

menjelaskan konsepnya sendiri dan berbicara untuk dirinya sendiri,

supaya tidak terjadi eliminasi dalam memahami weltanschauung al-

Qur’an. Caranya adalah dengan mengumpulkan semua kata-kata

penting yang mewakili konsep-konsep penting seperti Allah, Islam,

Nabi, iman, kafir dan lain sebagainya, setelah itu menelaah makna kata

dalam konteks al-Qur’an. Kata-kata penting ini, oleh Toshihiko Izutsu

disebut kata kunci. Konsep ini menunjukkan bahwa tidak semua kata-

kata dalam suatu kosakata memiliki nilai yang sama dalam

pembentukan struktur dasar konsepsi ontologis yang didasari kosakata

tersebut.105

Kosakata khusyū‘ dalam al-Qur’an membentuk hubungan antara

Allah, manusia, dan alam semesta. Hubungan antara Allah dan manusia

meliputi keadaan di dunia dan diakhirat kelak. Sedangkan hubungan

Allah dan alam semesta adalah ketidakberdayaan alam karena takut

kepada Allah. Seperti yang telah dijelasakan sebelumnya bahwa kata

khusyū‘ apabila menceritakan tentang manusia ketika hidup didunia

akan merujuk kepada sikap ataupun sifat mereka sebagai manusia yang

selalu merendahkan diri kepada Allah dalam ketaatan, mereka termasuk

orang-orang yang menyegerakan perintah Allah, mereka tunduk atas

segala perintah dan larangan Allah hal ini disebabkan oleh rasa takut

yang teramat dalam kepada Allah. Sedangkan kata khusyū‘ ketika

menceritakan keadaan manusia pada hari kiamat maknanya

104 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 3-4. 105 Fathurrahman. “Al-Qur‟an dan Tafsirnya dalam Perspektif Toshihiko Izutsu,”

2010.

Page 126: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

114

merendahkan diri mereka karena hina, dan takut akan azab yang akan

menimpa mereka. Adapun ketika kata khusyū‘ berelasi dengan benda

mati seperti bumi, gunung dan lainnya. Maka, makna yang dihasilkan

akan merujuk kepada ketidakberdayaan alam atas dirinya dan juga

ketakutan yang besar atas kekuasaan Allah.

Dari semua uraian di atas dapat diketahui bahwa kata khusyū‘

akan tetap memiliki makna dasar “tunduk” yang mana semuanya

mengarah kepada satu titik ketundukan dengan rasa takut kepada Allah.

Jadi, di mana pun kata ini ditempatkan maknanya akan tetap mengarah

kepada ketundukan dengan rasa takut kepada Allah. Akan tetapi ketika

kata ini disandingkan atau digandengkan dengan kata lain maka “kata”

ini bukan lagi hanya sebagai “kata” bagi pengguna bahasa melainkan

terdapat konsep luas yang melingkupi “kata” tersebut. Seperti halnya

kata khusyū‘ sebagaimana yang telah dijelaskan di atas ketika berelasi

dengan kata lain ternyata kata ini memiliki konsep luas, yang

berhubungan dengan Allah, manusia, dan alam semesta.

Page 127: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

115

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah yang terdapat dalam bab I, maka

jawaban atas pertanyaan tersebut adalah:

Khusyū‘ dalam beberapa kamus bermakna tunduk, merendahkan

diri. Sedangkan para ulama berbeda-beda dalam menetapkan makna

khusyū‘, disebabkan perbedaan latar belakang konsentrasi keilmuan

yang dimiliki. Hal ini terlihat misalnya ketika Para Fuqaha’

memberikan pengertian khusyū‘, yaitu rasa takut seseorang jangan

sampai salat yang dikerjakannya ditolak oleh Allah SWT. Yang

ditandai dengan tertunduknya pandangan mata ke tempat sujud.

Sedangkan ahli Tasawuf mengartikan khusyū‘ yaitu takut secara

konsisten untuk kepentingan hati, tunduknya hati dengan berperilaku

baik, dan keringnya hati dan perasaan rendah ketika berada di hadapan

Allah.

Lain halnya kata khusyū‘ dalam al-Qur’an jika dikaji dengan

menggunakan analisis semantik Toshihiko Izutsu, maka akan

ditemukan sebuah konsep yang lebih luas. Bukan hanya sebagai suatu

kata dalam susunan bahasa melainkan kata ini memiliki konsep makna

yang luas.

Hal ini menjadi inti kajian yang penulis lakukan. Untuk

mengetahui konsep khusyū‘ dengan menggunaan metode semantik

Toshihiko Izutsu, diperlukan beberapa tahapan yaitu: menentukan

makna dasar. Makna dasar dari khusyū‘ adalah tunduk, sedangkan

makna relasionalnya ketika diteliti melalui aspek sintagmatik maka,

kata khusyū‘ memiliki hubungan secara sintagmatik dengan kehidupan

manusia didunia, keadaan manusia pada hari kiamat dan alam semesta.

Page 128: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

116

Sedangkan yang berhubungan dengan aspek paradigmatik seperti kata

khayyah, khuḍu’, taḍarru’, dan ikhbat dalam hal sinonim dan Qaswah

dan Muḥāddah dalam hal antonim.

Adapun dalam aspek sinkronik dan diakroniknya diketahui

bahwa sebelum al-Qur’an turun kata khusyū‘ digunakan untuk

menerangkan tentang keadaan, perubahan yang terjadi di alam semesta

seperti matahari, bintang, bumi dan lainnya. Setelah al-Qur’an turun

kata ini membangun sebuah konsep yang lebih luas terkait hubungan

Allah, manusia, dan alam semesta. Tidak hanya perihal ibadah semata,

kata ini juga mengidentifikasikan tentang kehidupan manusia di dunia

dan keadaan manusia pada hari kiamat. Serta ketidakberdayaan alam

semesta dan rasa takut kepada Allah.

Dari keseluruhan tersebut relasi yang dihadirkan merujuk kepada

suatu perasaan dan keadaan yang menghasilkan rasa takut kepada

Allah. Ketundukan manusia didunia, ketundukan manusia pada hari

kiamat, serta ketundukan gunung dan bumi kepada Allah disebabkan

oleh rasa takut yang begitu dalam. Hanya saja berbeda dalam

konteksnya.

Sehingga akhirnya memberi pandangan dunia atau

welthanschuung al-Qur’an dari kata tersebut. Yaitu welthanschuung

khusyū‘ dalam al-Qur’an berorientasi pada dua hal: Allah dan manusia.

Dalam konsep ketuhanan, derivasi khusyū‘ berhubungan dengan kuasa

Allah terhadap ciptaan-Nya. Makna dasar dari konsepsi ketuhanan

adalah tunduk secara lughawi tanpa ada unsur keimanan di dalamnya.

welthanschuung khusyū‘ dalam konsepsi ketuhanan adalah bahwa

Allah Maha Kuasa

Page 129: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

117

Sedangkan dalam konsepsi manusia. Derivasi khusyū‘

berhubungan dengan manusia di dunia dan pada hari kiamat. Makna

dasar derivasi khusyū‘ di dunia berpusat kepada orang-orang beriman

yang berhubungan dengan perbuatan mereka seperti menyungkurkan

wajah, menangisi perbuatan dosa, menyegerakan perbuatan baik, salat,

sabar, dan lainnya. Sehingga makna dasar bagi manusia beriman

ketundukan dalam ketaatan dan rasa takut dalam keimanan kepada

Allah. Sedangkan dalam konteks hari kiamat berhubungan dengan

orang kafir yang makna menghasilkan makna dasar tunduk dalam

kehinaan dan rasa takut terhadap azab yang akan menimpa mereka.

welthanschuung khusyū‘ dalam konsepsi manusia adalah tunduk

diiringi rasa takut dalam keimanan dan tunduk diiringi rasa takut

dalam kehinaan.

B. Saran

Serangkaian penelitian ini dari awal hingga akhir, tentu ini

penulis menyedari bahwa sebuah penelitian pasti tidak lepas dari

sebuah kekurangan dan kesalahan dan masih jauh dari kata sempurna.

Untuk itu, penelitian ini tidak dapat dikatakan telah selesai, tetapi

masih bisa dikaji ulang secara mendalam lagi. Akan tetapi, paling tidak

diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi khazanah keilmuan

Islam yang begitu luas. Karenanya, penyempurnaan dan pengembangan

dari penelitian ini sangat diharapkan, terutama kaitannya dengan kajian

kata khusyū‘, maupun analisis semantik perspektif Toshihiko Izutsu.

Selanjutnya penelitian mendetail yang penulis lakukan hanya

dilingkaran kata khusyū‘ dalam al-Qur’an. Namun kata-kata yang

semakna dengan khusyū‘ belum diteliti secara mendetail dan

komprehensip. Oleh karena itu penelitian ayat-ayat yang semakna

Page 130: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

118

dengan kata khusyū‘ seperti khuḍu’, taḍarru’, dan ikhbat dapat

dilakukan oleh peneliti selanjutnya.

Page 131: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

119

DAFTAR PUSTAKA

‘Abd al-Bāqī, Muḥammad Fu’ād. al-Mu‘jam al-Mufahrās li Alfāẓ al-

Qur’an al-Karīm. Beirut: Dār al-Fikr, 1994.

‘Abdul Fatīh, Ibrāhīm Ahmad. al-Qamūs al-Qawīm li al-Qur’ān al-Karīm.

Al-Azhār: Mujma’ al-Buhūs al-Islāmiyyah, 1983.

Ābādī, al-Fayrūz. al-Qāmūs al-Muḥīṭ. Damaskus: Muassasah ar Risālah,

1998.

Aṣfahānī, Ar-Rāghib. al-Mufradāt fī Gharīb al-Qur’ān. T.Tp: Maktabah

Nazār Mustafā al-Bāz, T.Th.

Al-Baghawī, Abū Muhammad al-Husain ibn Mas’ūd. Ma’ālim al-Tanzīl.

Dar al-Ṭayyibah, 1997.

Bisri, Adib dan Munawwir AF, Kamus al-Bisri. Surabaya: Pustaka

Progresif, 1999.

Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta, 2009.

Chirzin, M. Jihad dalam al-Qur’an Telaah Normatif, Historis, dan

Prospektif. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1997.

Chulsum, Umi dan Windy Novia. Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Surabaya: Yoshiko, 2006

Dahlan, Abdul Aziz. Ensiklopedia Hukum Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Baru

Van Hoeve, 1996.

Dāmaghānī, Ḥusayan bin Muḥammad. Qamus aw Ishlah Al-Wujūh wa al-

Naẓā’ir fi al-quran al-karim. Bairut: Dār al ‘Ilmi al- Malayin,

1987.

Dawud, Muhammad. Mu’jam al-Furūq al-Dalāliyah. Kairo: Dār Gharīb,

2008.

Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam. Ensiklopedia Islam. Jakarta: Ichtar

Baru Van Hoeve, 2001.

Ḍhaif,Shauqi. al-Mu’jam al-Wasīṭ. Kairo: Maktabah al-Shurūq al-

Dawliyah, 2008.

Fajar, Saiful “Konsep Syaiṭān Dalam Al-Qur’an: Kajian Semantik

Toshihiko Izutsu”. Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.

Fanani, M. Kholisur Rohman. “Jihad dalam al-Qur’an Perspektif Semantik

Toshihiko Izutsu.” Skripsi S1., Universitas Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2018.

Fathurahman. “Al-Qur’an dan Tafsirnya dalam Perspektif Toshihiko

Izutsu.” Tesis S2., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2010.

Al-Fayyumī, al-Mishbāh al-Munīr. Beirut: Maktabah Lubnān, 1897.

Hanbali, Ibn Rajab. khusyū fī Sholāt. Kairo: Dār al-Risalah, 2009.

Page 132: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

120

Hidayat, Komaruddin. Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian

Hermeneutik Jakarta: Paramadina, 1996.

Hidayatullah, Muflihun “Ikhlas dalam al-Qur’an: Perspektif Semantik

Toshihiko Izutsu.” Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2018.

Ibn ‘Āsyūr, Muhammad at-Ṭāhir. Tafsīru at-Tahrīr wa at-Tanwīr. Tunis:

ad-Dār at-Tūnisiyyah, 1984.

Ibn Atsir. an-Nihāyah fī Gharīb al-Hadiṣ wa al-Atsār. Riyadh: al-

Maktabah al-Islamiyah, T.Th.

Ibn Fāris, Ahmad. Mu’jam Maqāyis al-Lughat. Beirut: Dār al-Fikr, 1979.

Ibn Manẓūr. Lisān al-‘Arab. Kairo: al-Dār al-Miṣriyyāt, t.th.

Ibn Mas’ud dan Zainal Abidin. Fiqih Madzhab Syafi’i Buku 1: Ibadah.

Bandung: Pustaka Setia, 2007.

Ibn Sa’dī, Abdul al-Rahmān ibn Nāṣir. Taisīru al-Karīmi al-Rahmān. t.tp,

Muassasah al-Risālah, 2000.

Ichsan, Muchammad. Hanya Salat Khusyū’ Yang Dinilai Allah.

Yogyakarta: Mocomedia, 2008.

Al-Isfahānī, Al-Rāghib. Mu‘jam Mufradāt AlFāẓ al-Qur’ān. Beirut: Dār

al-Kutub al-‘Ilmīyah, 2004.

Ismatillah, dkk. “Makna Wali dan Auliya dalam al-Qur’an: Suatu Kajian

dengan Pendekatan Semantik Toshihiko Izutsu.” Diya al-Afkar,

vol. 5, no. 02 (Desember 2016): 45-51.

Izutsu, Toshihiko.Relasi Tuhan Dan Manusia: Pendekatan Semantik

Terhadap Al-Qur’an Terj Agus Fahri Husein Yogyakarta: Tiara

Wacana, 2003.

Al-Jauziyah, Ibn al-Qayyim. Madāriju as-Sālikin. Riyadh: Dar as-Ṣami’i,

2011.

Kridalaksana, Harimurti. Mongin Ferdinand de Saussure, Peletak Dasar

Strukturalisme dan Linguistik Modern. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2005.

Kusroni. “Khusyū’ dalam al-Qur’an: Studi Penafsiran Ismā’il Hāqi dalam

Rūh al-Bayān.” Tesis S2., Universitas Islam Negeri Sunan

Ampel Surabaya,

Mardianto. “Urgensi Sholat Khusyu’: Kajian Tafsir Tahlili pada Q.S. Al-

Mu’minun/23: 1-2.” Skripsi S1, Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar, 2014.

Mattson, Igrid. Ulumul Qur’an Zaman Kita. Jakarta: Zaman, 2008.

Maula, Aizul.“Term al-Khusyū’ dalam Al-Quran: Studi Tafsir Tematik.”

Tesis S2., Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2018.

Mubarakfuri, Shafiyyurrahman. Shahih Tafsir Ibn Katsir. Jakarta: Pustaka

Ibn Katsir, 2017.

Page 133: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

121

Al-Munjid, Muhammad Shaleh. Salat yang Khusyuk dan Langkah-

langkah Mencapainya. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

Musthofa, Didik. “Makna Ajal dalam al-Qur’an: Kajian Semantik

Toshihiko Izutsu.” Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri

Surakarta, 2018. Ngaisah, Zulaikhah Fitri Nur. “Keadilan dalam al-Qur’an: Kajian

Semantik atas Kata al-‘Adl dan al-Qisṭ.” Skripsi S1.,

Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2015.

Al-Qahtani, Said bin Ali. Khusyuk dalam Salat Menurut al-Qur’an dan

as-Sunnah, terj. Abu Anisa Farid Abdul Aziz Qurusy.

Yogyakarta: Darul Uswah, 2013.

Al-Qarḍawi, Yusuf Fiqih al-Jihad, terj. Irfan Maulana, dkk. Bandung: PT.

Mizan Pustaka, 2010.

Al-Qurtubi, Abu Abdillah Muhammad Ibn Ahmad al-Ansārī’. al-Jāmi’ li

Ahkām al-Qur’ān. Dār al-Fikr, 1414 H/1993.

Al-Qusyairi, Abu al-Qāsim. Ar-Risālat al-Qusyairiyah. Kairo: Dār asy-

Sya’b, 1989.

Rahem, Ahmad Sahidah Tuhan, manusia dan Alam dalam Al-Qur’an ;

Pandangan Toshihiko Izutsu, Pulau Pinang, Universiti Sains

Malaysia Press, 2014.

Rifa’i, Muhammad Nasib. Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibn

Katsir. Jakarta: Gema Insani Press, 1999.

Rinawi, “Khusyuk dalam Salat: Perbandingan Tafsir Al-Manar dan Tafsir

Al-Munir.” Skripsi S1., IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2009.

Rohimin. Jihad: Makna dan Hikmah. Jakarta: Erlangga, 2006.

Al-Ṣabūnī, Muhammad ‘Alī. Mukhtaṣar Tafsīr Ibn Kathīr. Bayrūt: Dār al-

Fikr, t.th.

Sangkan, Abu. Pelatihan Salat Khusyuk; Salat Sebagai Meditasi Tertinggi

dalam Islam. Pustaka UI, 2008.

Setiawan, Muhammad Nur Kholis. Al-Qur’an Kitab Sastra

Terbesar.Yogyakarta, eLSAQ Press, 2006.

Shihab, M. Quraish. Wawasan al-Qur’an: Tafsir Mauḍu’i Berbagai

Persoalan Umat,. Bandung: Mizan, 1998.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbah : Pesan, Kesan, Dan Keserasian

Al-Quran. Jakarta : Lentera Hati, 2002.

Soehadha, Mohammad. Metode Penelitian Sosial Kualitatif. Yogyakarta:

SUKA Press, 2012.

Sou’yb, Joesoef. Orientalisme dan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1995.

Suyūṭi, Jalāluddīn Muhammad Ibn Ahmad al-Mahalli dan Jalāluddīn

‘Abdul al-Rahman Ibn Abī Bakr. Tafsīr Jalalain. Bandung:

Sinar Baru Algensindo, 2009.

Page 134: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

122

Al-Ṭabarī, Muhammad Ibn Jarīr Ibn Yazīd Ibn Kaṣīr ibn Gālib al-Amly

Abū Ja’far. Jami’ul Bayān fī Ta’wil al-Qur’ān. t,t, Muassasat al-

Risālah, 2000.

Warson, Ahmad Munawwir. Kamus Al-Munawwir. Yogyakarta: Pustaka

Progressif, 1996.

Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT. Mahmud Yunus

Wadzuryah, 1990.

Zabidi, Zainudin Ahmad bin Abdul Lathif. Mukhtshar Shahih Al-Bukhari,

Terj. Achmad Zaidun, Ringkasan Hadits Shaheh Al-Bukhari.

Jakarta: Pustaka Amani, 2002.

Zamakhsyari. Muhammad Ibn Umar. al-Kasysyāf Haqāiq at-Tanzīl wa

‘Uyūn al-Aqāwīl fiī Wujūh at-Ta’wīl. Riyadh: Maktabah al-

‘Abikan, 1998.

Zikri, Muhammad. “Term al-Khusyū’ dalam Al-Quran: Kajian Semantik.”

Tesis S2., Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Zuhri, Muḥammad. al-Shirāj al-Wahhāj. Kairo: Muṣṭafā al-Bābī al-

Ḥalabī, 1933.

Jurnal

Al-Attas, Syed Naqaib. “Islamic Philosophy: an Introduction.” Journal of

Islamic Philsophy 1 (2005): 11.

Fatmawati, Mila, Ahmad Izzan, dan Dadang Darmawan, Al-Bayan: Jurnal

Studi al-Qur’an dan Tafsir. no. 3 (Juni 2018): 99-100.

Izmah, Zuhadul. “Konsep Iman Menurut Toshihiko Izutsu.”

Hermeneutika, vol. 9, no. 1 (Juni 2015): 209.

Internet

https://en.wikipedia.org

Page 135: KONSEP KHUSYŪ DALAM AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TOSHIHIKO IZUTSU ... B. Definisi Semantik Menurut Toshihiko Izutsu

Lampiran

Makna Khusyū Menurut Mufassir

No Mufassir Kitab Penafsiran

1 Ar-Rāghib al-

Aṣfahānī

Al-Mufradāt fī Gharīb

al-Qur’ān

Khusyū‘ sama artinya dengan aḍ-ḍarā’ah, hanya saja kata al-khusyū‘ lebih

banyak digunakan oleh anggota badan, sedangkan kata aḍ-ḍarā’ah

digunakan untuk sesuatu yang terdapat di dalam hati.

2 Ibn Katsir Al-Nihāyah fī Gharīb

al-Hadiṡ wa al-Aṡār

Beberapa pendapat menyamakan antara khusyū‘ dan khuḍū’, hanya saja al-

khuḍū’ identik terjadi pada tubuh, sedangkan al-khusyū‘ terjadi pada tubuh,

suara, dan pandangan. Sedangkan menurut Ibn Katsir khusyū‘ pada suara

dan pandangan sama artinya dengan khuḍū’ pada tubuh.

3 Ibn Qayyim Madāriju as-Sālikin Khusyū‘ secara bahasa memiliki arti tunduk, merendah dan tenang.

4 Al-Fayyumī Al-Mishbāḥ al-Munīr Al-Fayumī juga berpendapat bahwa khusyū‘ itu artinya tunduk.

5 Al-Qurtubī Al-Jāmi’ li Aḥkām al-

Qur’ān

khusyū‘ ialah suatu keadaan di dalam jiwa di mana dia mewujudkan

keadaan tetap (tenang) dan merendah diri segala anggota badan.

6 Abu al-Qāsim

al-Qusyairi

Al-Risālah al-

Qusyairiyyah

Al-Qusyairi memberikan berbagai macam definisi khusyū‘ yang diambil

dari para ulama tasawuf. Di antaranya adalah takut secara konsisten untuk

kepentingan hati, tunduknya hati dengan berperilaku baik, dan keringnya

hati dan perasaan rendah ketika berada di hadapan Allah.

7 Ibn Rajab al-

Hanbali Khusyū fī Sholāt

Khusyū‘ adalah lembutnya hati manusia, redupnya hasrat yang bersumber

dari hawa nafsu dan halusnya hati karena Allah. Sehingga menjadi bersih

dari rasa sombong dan tinggi hati.