Upload
trankhanh
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
KONSEP RANCANGAN PENETAPAN PARAMETER PROVINSI
BENGKULU 2011 SKEMA PIKIR
2
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Undang-Undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga yang menyatakan bahwa dalam mewujudkan penduduk
sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan harus menjadi titik
sentral dalam pembangunan berkelanjutan. Melalui pertumbuhan penduduk
yang seimbang dan keluarga berkualitas maka pengendalian angka kelahiran
dan penurunan angka kematian, pengarahan mobilitas penduduk,
pengembangan kualitas penduduk pada seluruh dimensinya dapat dikelola
sesuai arah yang di amanatkan oleh undang-undang tersebut, dengan demikian
penduduk menjadi sumber daya manusia yang tangguh bagi pembangunan
pembangunan secara adil dan merata menuju masyarakat adil sejahtera.
Penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan harus
menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan karena jumlah
penduduk yang besar dengan kualitas rendah dan pertumbuhan yang cepat
akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal antara kuantitas dan
kualitas penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Secara umum di Indonesia faktor penduduk masih sebagai kategori demografis,
sesuatu yang baru dapat dihitung atau dikalkulasi, namun menjadi kategori
kualitatif suatu kekuatan yang diperhitungkan karena memiliki daya saing dan
daya banding.
Keberhasilan dalam mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan
mengembangkan kualitas penduduk serta keluarga akan memperbaiki
segala aspek dan dimensi pembangunan dan kehidupan masyarakat untuk
lebih maju, mandiri, dan dapat berdampingan dengan bangsa lain dan dapat
mempercepat terwujudnya pembangunan berkelanjutan.
3
2. Isu-Isu Kependudukan
a. Persoalan Kependudukan Persoalan Kependudukan merupakan isu jangka panjang yang terasa
dampaknya pada masa mendatang, menurut Kepala Lembaga Demokrasi
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Sonny Harry B Harmadi dalam diskusi
mengenai kependudukan di Gedung DPR/MPR di Jakarta mengatakan
“Indonesia selama 2010 lebih banyak disibukkan oleh isu hukum dan mafia
peradilan, isu itu penting tetapi pemerintah tidak boleh mengabaikan isu
pembangunan jangka panjang yaitu mengenai persoalan kependudukan
merupakan isu jangka panjang yang terasa dampaknya pada 20-30 tahun
mendatang”.
Selanjutnya Sonny Harry B. Harmadi mengatakan berbagai persoalan di
Indoensia tidak lepas dari isu kependudukan. "Bahkan TKI juga bagian dari
persoalan kependudukan nasional, Isu TKI tidak terlepas dari akibat tekanan
penduduk di dalam negeri, dimana kesempatan kerja terbatas, isu lingkungan
dan perubahan iklim akibat masalah penduduk, isu sampah, banjir, transportasi,
korupsi, kemiskinan, kesehatan, KB dan sebagainya semuanya terkait dengan
penduduk.
Permasalahan kependudukan berputar pada masalah pokok demografis, yaitu
fertilitas (kelahiran), morbiditas (kesakitan), mortalitas (kematian), dan mobilitas
(migrasi), permasalahan kependudukan dapat melebar ke berbagai
permasalahan sosial ekonomi. Ketenagakerjaan dan kemiskinan adalah dua isu
yang sangat erat dan sering dianggap sebagai bagian dari permasalahan
kependudukan, arah, isi, dan strategi implementasi kebijakan kependudukan
perlu dirumuskan kembali.
b. Kebijakan Kependudukan
Arah dari kebijakan pembangunan kependudukan dan program-program
kependudukan selama ini ditujukan pada target-target kuantitatif dari parameter-
4
parameter demografis seperti penurunan angka fertilitas dan mortalitas, serta
jumlah peserta program transmigrasi. Akibatnya, di kalangan pelaksana program
biasanya diikuti dengan pendekatan yang kurang simpatik terhadap kelompok
sasaran, hasil-hasil dari kebijakan dan program dengan orientasi seperti itu jelas
tidak cukup memadai. Orientasi pada kualitas proses implementasi program
maupun hasil yang diharapkan, yaitu kualitas penduduk, sudah saatnya menjadi
arah kebijakan dan program yang baru.
Kedua, penduduk yang selama ini menjadi sasaran program seringkali tidak tahu
ke mana arah mereka akan dibawa. Hal ini terkait dengan hak untuk mengetahui
informasi kebijakan dan program kependudukan serta hasilnya. Informasi
kependudukan dalam berbagai bentuk data sejauh ini terbatas penggunaannya
pada kalangan pemerintah, akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat.
Penduduk sudah seharusnya dapat mengetahui data-data untuk mendapatkan
berbagai informasi kependudukan.
c. Jendela Kesempatan Perubahan struktur umur penduduk akibat transisi demografi jangka panjang
mepunyai dampak :
(1) Peningkatan jumlah tenaga kerja, yang apabila mendapatkan kesempatan
kerja yang produktif, akan menaikkan total output,
(3) Penumpukan kekayaan lebih besar apabila ada tabungan masyarakat yang
diinvestasikan secara produktif,
(4) Tersedianya modal manusia yang jumlahnya lebih besar apabila ada
kebijakan investasi yang diarahkan untuk meningkatkan kapasitas
sumberdaya manusia.
Bonus Demografi dan The Windows of Opportunity atau keuntungan ekonomi
dimana dua orang penduduk usia kerja hanya menanggung satu orang
penduduk bukan usia kerja, sehingga penduduk usia kerja dapat menabung,
yang pada gilirannya akan meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi.
sering dikaitkan dengan munculnya suatu kesempatan, yang dikenal sebagai
”Jendela Kesempatan”, angka rasio ketergantungan mencapai titik terendah.
5
Pendidikan, kesehatan dapat dianggap sebagai sarana investasi yang mampu
membantu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian serta
kesehatan tenaga kerja sebagai modal untuk dapat bekerja lebih produktif
sehingga dapat meningkatkan penghasilannya di masa datang.
Sektor Kependudukan dan Keluarga Berencana memerlukan life cycle approach maka perlu concerted effort dengan sektor lain yaitu kesehatan,
pendidikan, ekonomi dan ketenagakerjaan agar pembenahan Sumber Daya
Manusia (SDM) menjadi efektif.
Otonomi daerah dalam sektor kependudukan dan KB memerlukan koordinasi
dan jaringan yang lebih baik antara daerah dan pusat, antara lintas sektor dalam
konteks membangun kebijakan kependudukan dan KB nasional.
3. Masalah Kependudukan, Dampak dan Alternatif Pemecahaan
Dalam mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan keluarga
berkualitas yang dilakukan melalui upaya pengendalian angka kelahiran dan
penurunan angka kematian, pengarahan mobilitas penduduk, pengembangan
kualitas penduduk pada seluruh dimensinya, peningkatan ketahanan dan
kesejahteraan keluarga, penyiapan dan pengaturan perkawinan serta
kehamilan sehingga penduduk menjadi sumber daya manusia yang tangguh
bagi pembangunan dan ketahanan nasional, serta mampu bersaing dengan
bangsa lain, dan dapat menikmati hasil pembangunan secara adil dan merata
tidak terlepas dari berbagai masalah demografi yang dapat mengakibatkan masalah
kependudukan. Masalah tersebut perlu dilakukan penanganan serius agar
terwujudnya pembangunan berkelanjutan menuju kesejahteraan masyarakat
Indonesia.
Adapun masalah demografi tersebut antara lain menyangkut :
A. Masalah Akibat Angka Kelahiran 1. Total Fertility Rate (TFR)
2. Age Spesific Fertility Rate (ASFR)
6
a) Fertilitas semakin meningkat maka akan menjadi beban pemerintah dalam
hal penyediaan aspek fisik misalnya fasilitas kesehatan, pendidikan
ketimbang aspek intelektual.
b) Fertilitas meningkat maka pertumbuhan penduduk akan semakin
meningkat tinggi akibatnya bagi suatu negara berkembang akan
menunjukkan korelasi negative dengan tingkat kesejahteraan
penduduknya.
c) ASFR 20- 24 terus meningkat maka akan berdampak kepada investasi
SDM yang semakin menurun.
Pemecahaan Masalah Angka kelahiran, perlu ditekan melalui :
1) Partisipasi wanita dalam program KB.
2) Tingkat pendidikan wanita karena wanita mempengaruhi umur kawin pertama
dan penggunaan kontrasepsi.
3) Partisipasi dalam angkatan kerja mempunyai hubungan negatif dengan
fertilitas
4) Peningkatan ekonomi dan sosial.
B. Masalah akibat Angka Kematian
Masalah yang muncul akibat tingkat mortalitas adalah :
1) Semakin bertambahnya Angka Harapan Hidup itu berarti perlu adanya peran
pemerintah di dalam menyediakan fasilitas penampungan.
2) Perlunya perhatian keluarga dan pemerintah didalam penyediaan gizi yang
memadai bagi anak-anak (Balita).
3) Sebaliknya apabila tingkat mortalitas tinggi akan berdampak terhadap
reputasi.
Pemecahan masalah angka kelahiran dan kematian :
Angka kematian perlu ditekan :
1) Pelayanan kesehatan yang lebih baik
2) Peningkatan gizi keluarga
3) Peningkatan pendidikan (Kesehatan Masyarakat)
7
C. Masalah Komposisi Jumlah Penduduk
Penumpukan jumlah penduduk pada usia muda, yaitu usia 0 -4 tahun, usia 5-9
tahun, 10 -14 tahun dimana pada usia tersebut belum produktif masih tergantung
pada orang-orang lain terutama keluarga.
Masalah-masalah yang dapat timbul akibat keadaan demikian adalah :
1) Aspek ekonomi dan pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.
Banyaknya beban tanggungan yang harus dipenuhi biaya hidupnya oleh
sejumlah manusia produktif yang lebih sedikit akan mengurangi pemenuhan
kebutuhan ekonomi dan hayat hidup.
2) Aspek pemenuhan gizi.
Kemampuan ekonomi yang kurang dapat berakibat pada pemenuhan
makanan yang dibutuhkan baik jumlah makanan (kuantitatif) sehingga
dampak lebih lanjut adalah adanya rawan atau kurang gizi (malnutrition).
Pada gilirannya nanti bila kekurangan gizi terutama pada usia muda ( 0 -5
tahun). Akan mengganggu perkembangan otak bahkan dapat terbelakang
mental ( mental retardation ). Ini berarti mengurangi mutu SDM masa yang
akan datang.
3) Aspek Pendidikan
Pendidikan memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga diperlukan
dukungan kemampuan ekonomi semua termasuk orang tua. Apabila
kemampuan ekonomi kurang mendukung maka fasilitas pendidikan juga
sukar untuk dipenuhi yang mengakibatkan pada kualitas pendidikan tersebut
kurang
4) Lapangan Kerja
Penumpukan jumlah penduduk usia muda atau produktif memerlukan
persiapan lapangan kerja masa mendatang yang lebih luas. Hal ini
merupakan bom waktu pencari kerja atau penyedia kerja. Apabila tidak
dipersiapkan SDMnya dan lapangan kerja akan berdampak lebih buruk pada
semua aspek kehidupan.
8
Pemecahan yang diperlukan : (a) Pengendalian angka kelahiran melalui KB.
(b) Peningkatan masa pendidikan.
(c) Penundaaan usia perkawinan
D. Masalah Kependudukan dan Angkatan Kerja.
Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun
keatas, mereka terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja Penduduk
yang tergolong angkatan kerja dikenal dengan Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK).
Angka kesempatan kerja yang merupakan pebandingan antara penduduk yang
bekerja dengan angkatan kerja yang tinggi dan rasio TPAK dan Non TPAK
tampaknya tidak seimbang hal ini kemungkinan dapat menyebabkan masalah
antara lain:
(a) Produktifitas yang dihasilkan oleh sebagian kecil manusia kemungkinan bias
habis dikonsumsi sebagian besar penduduk.
(b) Pendapatan perkapita akan rendah sehingga berpengaruh pada sektor
ekonomi masyarakat.
Pemecahan Masalah :
(a) Penyediaan lapangan kerja
(b) Peningkatan mutu SDM melalui pendidikan dan keterampilan.
E. Masalah Mobilitas Penduduk di Indonesia
Masalah migrasi penduduk di Indonesia menjadi isu politik kependudukan.
1) Mobilitas Antar Pulau
2) Mobilitas Penduduk antar Pulau Propinsi
3) Mobilitas Penduduk dari Desa ke Kota
Permasalah yang Timbul : Pertumbuhan penduduk perkotaan selalu menunjukan peningkatan yang terus
menerus, hal ini disebabkan pesatnya perkembangan ekonomi dengan
perkembangan industri, pertumbuhan sarana dan prasarana jalan perkotaan.
9
Upaya Pencegahan: Pertumbuhan ekonomi masih terpusat didaerah perkotaan, sehingga penduduk
banyak pindah ke perkotaan untuk memperoleh penghidupan yang lebih layak,
sehingga perlu pemeratan pembangunan sampai ke daerah pedesaan. Keadaan
ini memungkinkan penduduk tidak lagi membangun daerah perkotaan, akan
tetapi cendrung menciptakan lapangan pekerjaan sendiri di pedesaan.
Menurut Prigno Tjiptoheriyanto upaya mempercepat proses pengembangan
suatu daerah pedesaan menjadi daerah perkotaan yang disesuaikan dengan
harapan dan kemampuan masyarakat setempat, diupaya peningkatan jumlah
penduduk yang berminat tetap tinggal di desa, diusahakan perubahan status
desa itu sendiri, dari desa "desa rural" menjadi "desa urban", dengan demikian
otomatis penduduk yang tinggal didaerahnya menjadi "orang kota" dalam arti
statistik (Surabaya Post, 23 September 1996).
Guna menekan derasnya arus penduduk dari desa ke kota, maka pola
pembangunan yang beroreantasi pedesaan perlu digalakan dengan memasukan
fasilitas perkotaan ke pedesaan, sehingga merangsang kegiatan ekonomi
pedesaan.
10
BAB II PARAMETER KEPENDUDUKAN
1. Parameter Demografi
Parameter demografi terdiri dari masalah penduduk, fertilitas, mortalitas dan
migrasi yang dapat mempengaruhi terhadap permasalahan, sehingga perlu
diperhatikan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Visi yang diamanahkan Undang - Undang Nomor 52 tahun 2009 mencapai
Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) pada tahun 2015 dimana penduduk yang
kecepatan perubahan jumlahnya bersifat konstan dan proporsi untuk masing-
masing kelompok umumnya tetap.
Wujud dari Penduduk Tumbuh Seimbang dimana Total Fertility Rate (TFR ) yaitu
rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita sampai dengan akhir
masa reproduksinya sebesar 2,1, selanjutnya Angka Reproduksi Netto (NRR)
rata-rata jumlah anak perempuan yang dilahirkan oleh seorang wanita selama
hayatnya dan akan tetap hidup sampai dapat menggantikan kedudukan ibunya,
dengan mengikuti pola fertilitas dan mortalitas yang sama seperti ibunya sebesar
1, Usia Kawin Pertama 21 tahun serta Laju Pertumbuhan Penduduk 1,1.
TFR Provinsi Bengkulu SDKI tahun 2007 sebesar 2,23 anak per wanita, pada
tahun 2015 TFR di Provinsi Bengkulu diproyeksikan sebesar 2,04 dan NRR 0,96.
Jumlah penduduk di Provinsi Bengkulu tahun 2015 di proyeksi sebesar
1.955.400 terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 993.200 dan penduduk
perempuan 962.200.
Struktur kelompok umur 0 – 14 sebesar 26,0, kelompok umur 15 – 64 tahun
sebesar 69,9 persen dan kelompok umur 65 + sebesar 4,1 persen, Dependency
Ratio 43,0 persen, Provinsi Bengkulu akan mengalami titik terendah rasio
ketergantungan pada tahun 2023 sebesar 41,54 dimana pada tahun ini provinsi
Bengkulu akan mendapatkan bonus demografi atau Jendela Kesempatan (The
Window of Opportunity)
11
Angka Harapan Hidup (Life Expectancy Rate of Birth) rata-rata perkiraan umur
yang memungkin dicapai oleh seseorang pada saat ia dilahirkan pada laki-laki di
Provinsi Bengkulu tahun 2015 sebesar 70,3, dan untuk perempuan 74,4 sedang
total angka harapan hidup 72,3 tahun.
BENGKULU
2000 2005 2010 2015 2020 2025
(2) (3) (4) (5) (6) (7)
PENDUDUK Laki-laki 739,4 821,5 906,4 993,2 1 079,6 1 163,1 Perempuan 716,1 795,9 878,1 962,2 1 046,2 1 128,5 Total 1 455,5 1 617,4 1 784,5 1 955,4 2 125,8 2 291,6 Komposisi Umur (%)
0-14 34,0 30,6 28,2 26,0 24,4 22,915-64 62,9 66,0 68,2 69,9 70,6 70,5 65+ 3,1 3,4 3,6 4,1 5,0 6,6
Dependency Ratio (%) 59,1 51,5 46,7 43,0 41,7 41,9
FERTILITAS TFR 2,45 2,24 2,12 2,04 2,00 2,00GRR 1,19 1,09 1,03 1,00 0,98 0,98NRR 1,11 1,03 0,99 0,96 0,95 0,95CBR 22,3 20,4 18,8 17,3 16,0 15,1Jumlah Kelahiran (000) 32,5 33,0 33,5 33,8 34,0 34,6
MORTALITASEo Laki-laki 64,9 66,9 68,8 70,3 71,3 71,3Eo Perempuan 68,9 70,9 72,8 74,4 75,6 75,6Eo L+P 66,8 68,9 70,7 72,3 73,4 73,4IMR Laki-laki 46,5 37,8 30,1 24,1 19,6 19,6IMR Perempuan 35,7 28,3 22,1 17,3 13,9 13,9IMR L+P 41,2 33,2 26,2 20,8 16,8 16,8CDR 5,8 5,3 5,0 5,1 5,5 6,7 Jumlah Kematian (000) 8,4 8,6 9,0 10,1 11,6 15,4
MIGRASI Net Migran Rate 4,8 4,8 4,7 4,7 4,6 4,5
PARAMETER HASIL PROYEKSI PENDUDUK 2000-2025
Parameter
(1)
Tabel II.07.3
12
Variabel yang mempengaruhi dalam Perubahan Demografi :
a. Penduduk dan Struktur Penduduk
Pergeseran struktur umur muda ke umur tua produktif akan membawa
konsekuensi peningkatan pelayanan pendidikan terutama pendidikan tinggi dan
kesempatan kerja. Sedangkan pergeseran struktur umur produktif ke umur tua
pada akhirnya akan mempunyai dampak terhadap persoalan penyantunan
penduduk usia lanjut. Bersamaan dengan perubahan sosial ekonomi
diperkirakan akan terjadi pergeseran pola penyantunan usia lanjut dari keluarga
ke institusi. Apabila keadaan ini terjadi, maka tanggung jawab pemerintah akan
menjadi bertambah berat (Kasto dalam Prijono, 1995).
Piramida Penduduk Provinsi Bengkulu Tahun 2010
Dari piramida penduduk terlihat bahwa
kelompok umur 0 – 4 tahun menjorok
keluar dibandingkan dengan kelompok
umur 5 – 9 tahun, artinya pada lima
tahun yang lalu terjadi kelahiran yang
tinggi dibandingkan dengan 10 tahun
yang lalu dalam hal ini membawa
konsekuensi penyiapan masalah
kesehatan, gizi, pendidikan.
Pada kelompok umur 20 – 29 tahun
lebih besar dibandingkan kelompok lain,
konsekuensi pemerintah harus
mnyiapkan lapangan kerja bagi
kelompok tersebut.
13
Piramida Penduduk Tahun 2011
Hasil penghitungan penduduk umur tunggal (Dihitung oleh TIM BKKBN Provinsi
Bengkulu) dapat diketahui struktur penduduk umur tunggal :
1. Penduduk umur 0 – 5 tahun sebesar 202.450 atau 11,11 persen dari total
penduduk yang membawa dampak masalah kesehatan, gizi, pendidikan
terdiri:
a. Umur 0 tahun sebesar 33.818 atau 1,86 persen,
b. Umur 1 tahun 33.921 atau 1,86 persen
c. Umur 2 tahun 33.889 atau 1,86 persen,
d. Umur 3 tahun 33.768 atau 1,85 persen,
e. Umur 4 tahun 4 tahun 33.605 atau 1,84 persen
f. Umur 5 tahun 33.450 atau 1,84 persen.
2. Usia Remaja terdiri dari :
7 – 14 sebesar 133.640
a. Usia Remaja 15 – 24 tahun sebesar 340.300 atau 18,67 persen
Penduduk provinsi Bengkulu pada tahun
2011 diproyeksi sebesar 1.822.800
terbagi penduduk laki-laki sebesar
926.300 atau 50,82 persen, penduduk
perempuan 896.500 atau 49,18 persen
dengan sex ratio 103,24 persen.pada
tahun 2015 penduduk di Provinsi
Bengkulu sebesar 1.955.400.
Pada penduduk 2011 terlihat penduduk
perempuan umur 0 – 4 tahun menjorok
keluar dibandingkan dengan penduduk
5–9 tahun, kondisi tidak menguntungkan
bagi provinsi Bengkulu. Kelahiran bayi
perempuan akan mempengaruhi
fertilitas dan NRR 1 pada tahun 2015
tidak akan tercapai
14
Usia Produktif 15 – 64 sebesar 1.241.148 atau 68,09 persen
Usia Lanjut terdiri dari :
Pra Usia Lanjut 45 – 59 tahun sebesar 262.800 atau 14,42 persen
Usia Lanjut diatas 60 tahun 108.900 atau 5,97 persen
Usia lanjut risiko tinggi diatas 70 persen 40.900 atau 2,24 persen
Masalah-masalah yang dapat timbul akibat keadaan demikian adalah :
1) Aspek ekonomi dan pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Banyaknya beban
tanggungan yang harus dipenuhi biaya hidupnya oleh sejumlah manusia
produktif yang lebih sedikit akan mengurangi pemenuhan kebutuhan ekonomi
dan hayat hidup.
2) Aspek pemenuhan gizi.
Kemampuan ekonomi yang kurang dapat pula berakibat pada pemenuhan
makanan yang dibutuhkan baik jumlah makanan (kuantitatif) sehingga dampak
lebih lanjut adalah adanya rawan atau kurang gizi (malnutrition), akan
mengganggu perkembangan otak bahkan dapat terbelakang mental ( mental
retardation ). Ini berarti mengurangi mutu SDM masa yang akan datang.
3) Aspek Pendidikan
Pendidikan memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga diperlukan
dukungan kemampuan ekonomi semua termasuk orang tua, kemampuan
ekonomi kurang mendukung maka fasilitas pendidikan juga sukar untuk
dipenuhi yang mengakibatkan pada kualitas pendidikan tersebut kurang
4) Lapangan Kerja
Penumpukan jumlah penduduk usia muda atau produktif memerlukan
persiapan lapangan kerja masa mendatang yang lebih luas. Apabila tidak
dipersiapkan SDMnya dan lapangan kerja akan berdampak lebih buruk pada
semua aspek kehidupan.
15
b. Program Keluarga Berencana Program KB merupakan variable yang sangat besar dalam pembangunan
1. Umur Kawin Pertama, Rata-rata 19,3 (SDKI Tahun 2007)
Umur Kawin Pertama menurut kelomok umur : a. 10-14 sebesar 6,3 b. 15 – 19 sebesar 45,9 c. 20 – 24 sebesar 33 d. 25 – 29 sebesar 9,7 e. 30 – 34 sebesar 1,3 f. 35 + sebesar 0,4
Jumlah anak lahir
a. 0 sebesar 2,5 b. 1-2 sebesar 51,4 c. 3-4 sebesar 31,3 d. 5-6 sebesar 11,9 e. 7+ sebesar 2,8
Peserta KB :
1. Prevalensi Moderen 70 2. Peserta KB MKJP 12,1 3. Peserta KB Non MKJP 47,6 4. Tradisional 0,7 5. Tidak ber-KB 39,5
Unmet Need 6,1, terdiri :
c. Sex Ratio (Ratio Jenis Kelamin)
Ratio Jenis Kelamin adalah perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dengan
banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu,
dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100 perempuan.
Sex Ratio di Provinsi Bengkulu pada tahun 2011 sebesar 103,32, untuk
kelompok umur 30 – 44 tahun, penduduk laki-laki lebih rendah dibandingkan
penduduk perempuan, hal ini dimungkinkan pada kelompok tersebut
16
meninggalkan provinsi Bengkulu, dan saat umur 50 tahun kembali ke provinsi
Bengkulu.
Secara lengkap Sex Ratio Provinsi Bengkulu Tahun 2011
Lokasi Laki-Laki Perempuan Total Sex ratio
0 - 4 85.600 83.400 169.000 102.64
5 – 9 85.200 82.100 167.300 103.78
10 - 14 86.300 84.300 170.600 102.37
15 - 19 85.300 82.200 167.500 103.77
20 - 24 88.200 84.600 172.800 104.26
25 - 29 87.000 85.500 172.500 101.75
30 - 34 79.500 82.200 161.700 96.72
35 - 39 70.900 73.100 144.000 96.99
40 - 44 62.600 63.100 125.700 99.21
45 - 49 57.300 54.100 111.400 105.91
50 - 54 48.200 41.100 89.300 117.27
55 - 59 34.000 28.100 62.100 121.00
60 - 64 22.000 19.000 41.000 115.79
65 - 69 14.100 12.900 27.000 109.30
70 - 74 10.000 9.900 19.900 101.01
75+ 10.100 10.900 21.000 92.66
Total 926.300 896.500 1,822.800 103.32
2. Kesehatan Ibu dan Anak
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui,
bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan
keluarganya untuk atau mempercepat pencapaian target MDGs, serta
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang
17
optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia
seutuhnya.
Pada tahun 2011 di Provinsi Bengkulu diproyeksi ibu hamil sebesar 52.445 atau
2,87 persen, dan ibu bersalin sebesar 50.070 atau 2,75 persen
Dari hasil Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu tahun 2009 kematian maternal
(MMR) di provinsi bengkulu sebesar 114, target MDGs tahun 2015 MMR
diturunkan sebesar 110 per 100.000 ibu hamil.
Variabel yang mendukung penurunan MMR dengan cara meningkatkan
kesehatan ibu, dari hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Bengkulu Tahun 2010
sebagai berikut :
Variabel RISKESDAS 2010
Kesehatan Ibu
Pemeriksaan kehamilan :
a. Pemeriksaan kehamilan ke
Tenaga Kes
b. Pemeriksaan kehamilan ke Nakes
dan Dukun
c. Pemeriksaan kehamilan ke dukun
d. Tidak periksa kehamilan
Cakupan K1, K4 dari kehamilan anak
terakhir :
a. K1
b. K1-nakes
c. K4 nakes
Tempat Bersalin :
a. Fasilitas kesehatan
b. Polindes/Poskesdas
c. Rumah/Lainnya
Kunjungan Nifas Pertama :
a. 0 -1 hr
78,8
13,3
2,8
5,1
92,1
68
55,8
27,1
0
72,9
35,3
18
b. 2 hr
c. 3-7 hr
d. 8 - 42 hr
e. > 42 hr
f. Tidak tahu kapan
g. Tidak dikunjungi
Memiliki KMS Bumil/Buku KIA
berdasarkan kehamilan anak terakhir
a. Ya diperlihatkan
b. Ya tidak diperlihatkan
c. Tidak
Pemeriksaan kehamilan pertama kali
Umur Kandungan :
a. Memeriksa kehamilan pertama
kali 0-1 bln
b. Memeriksa kehamilan pertama
kali 2 bln sebesar 21,2
c. Memeriksa kehamilan pertama
kali 3 bln sebesar 36,4
d. Memeriksa kehamilanpertama kali
4+ bln sebesar 16,7
e. Tidak tahu
Suntikan TT selama kehamilan :
a. Suntikan TT selama hamil 1 kali
b. Suntikan TT selama hamil 2 kali
c. Suntikan TT selama hamil tidak
dpt
d. Tidak tahu
Mendapat penjelasan tanda-tanda
bahaya kehamilan :
a. Penjelasan bahaya kehamilan
18,7
8,4
1,2
0
4,4
32
24
56,8
19,2
15,9
21,2
36,4
16,7
9,8
13,3
62,3
19,2
5,3
39,7
19
b. Tidak mendapat penjelasan
c. Tidak tahu
54,3
6
Kematian Bayi (IMR) di Provinsi Bengkulu hasil SDKI tahun 2007 sebesar 46,
target MDGs tahun 2015 IMR diturunkan sebesar 26 per 1.000 bayi lahir.
Menyangkut Kesehatan Anak variable yang mempengaruhi dalam penurunan
IMR menurut hasil Riset Kesehatan Dasar untuk Provinsi Bengkulu tahun 2010
sebagai berikut :
Variabel RISKESDAS 2010
Status Gizi menurut Berat
Badan/Usia
Balita Gizi Buruk
Balita Gizi Kurang
Balita Gizi Baik
Balita Gizi Lebih
Status Gizi menurut Berat
Badan/Tinggi Badan :
Balita sangat kurus
Balita kurus
Balita normal
Balita Gemuk
Jenis imunisasi dasar umur 12-23
bln:
1. BGC
2. Polio
3. DPT-HB
4. Campak
Kelengkapan Imunisasi Dasar :
1. Lengkap
2. Tidak Lengkap
4,3
11
73,7
10,9
9,7
8,1
66,7
15,5
74,2
62,1
51,6
73,3
46,7
36,7
20
3. Tidak Imunisasi
Frekuensi penimbangan umur 6-59
bl:
1. >4 kali
2. 1 - 3 kali
3. Tdk pernah
Berat Badan baru lahir :
Berat < 2500 gr sebesar
Berat 2500 – 3999 gr sebesar
Berat > 4000 gr sebesar
Kunjungan Neonatus (KN):
1. Lengkap
2. tidak lengkap
3. Tidak pernah KN
Kepemilikan KMS:
1. Dapat menunjukkan
2. Disimpan di tempat lain
3. Sudah Hilang
4. Tidak pernah memiliki
Kepemiliki KIA :
1. Dapat menunjukkan
2. Disimpan di tempat lain
3. Sudah Hilang
4. Tidak pernah memiliki
Proses mulai menyusui :
1. <1 jam
2. 1 – 6 jam
3. 7 – 23 jam
4. 24 – 47 jam 8
5. 48 jam
16,7
32,8
20,7
46,6
8,7
81,9
9,4
23
58,6
18,4
21,3
23,2
40
15,5
15,6
18,8
29,2
36,4
29,6
38,9
3,7
14,8
13
21
Perilaku terhadap kolostrom :
1. Diberikan semua 72,5
2. Dibuang sebagian 13,7
3. Dibuang semua 13,7
72,5
13,7
13,7
3 Pendidikan Melalui pendidikan akan dapat dipercepat penemuan teknologi baru sehingga
mendorong proses pembangunan, di samping itu pendidikan mempercepat
proses perobahan nilai/pola lama yang sudah tidak sesuai lagi dengan kemajuan
zaman seperti kepercayaan bahwa "banyak anak – banyak rezeki".
Tanpa Keluarga Berencana, maka betapapun kerasnya usaha untuk mengatasi
masalah pendidikan ini, sebagian besar anak-anak tetap tidak akan tertampung
dalam sekolah-sekolah atau tidak mendapatkan mutu pendidikan yang memadai,
sehingga dapat menimbulkan masalah serius bagi generasi muda.
Jika tingkat fertilitas tetap tinggi, maka proporsi anak – anak di bawah umur 15
tahun akan meningkat terus.
Proyeksi Penduduk Provinsi Bengkulu Usia Sekolah
No Umur Tahun
2011
Tahun 2015
1 < 15 29,66 27,78
2 5 - 19 505.400 510.151
3 5 - 6 66.801(3,66) 68.143(3,48)
4 7 - 13 237.165(13,01) 235.637(12,05)
5 14 - 16 101.029(5,54) 102.803(5,26)
6 17 - 19 100.406(5,51) 104.217(5,33)
22
Variabel dalam memperbaiki mutu pendidikan sebagai berikut :
Variabel
Partisipasi sekolah menurut jalus
pendidikan formal maupun non
formal sebagai berikut
SD/MI/Paket A
SMP/MIN/Paket B
SMA/MAN/Paket C
Angka Partisipasi Kasar ( APK)
SD/MI/Paket A
SMP/MIN/Paket B
Rata-rata lama sekolah penduduk
usia 15 tahun keatas
a. Penduduk laki-laki
b. Penduduk perempuan
Angka Melek Huruf penduduk usia
15 tahun keatas
a. Penduduk laki-laki
b. Penduduk perempuan
94,98
69,84
48,99
110,46
84,45
8,2
8,6
7,8
94,90
97,46
92,35
Penduduk di Provinsi Bengkulu berumur 10 tahun keatas menurut pendidikan
tertinggi yang ditamatkan pada tahun 2009 sebagai berikut : Tidak sekolah 26,27
persen, tamat SD 26,92 persen, tamat SLTP 19,06 persen, tamat SLTA sebesar
21,02 persen, tamat DI/II sebesar 0,89 persen, tamat Akademi/DIII sebesar 1,28
persen dan tamat Universitas sebesar 4,57 persen.
Untuk penduduk di Provinsi Bengkulu berumur 15 tahun keatas menurut
pendidikan tertinggi yang ditamatkan pada tahun 2009 sebagai berikut : Tidak
sekolah 21,31 persen, tamat SD 25,05 persen, tamat SLTP 21,71 persen, tamat
23
SLTA sebesar 24,18 persen, tamat DI/II sebesar 1,02 persen, tamat
Akademi/DIII sebesar 1,47 persen dan tamat Universitas sebesar 5,26 persen.
4. Mobilitas Mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara
keseluruhan, mobilitas telah menjadi penyebab dan penerima dampak dari
perubahan dalam struktur ekonomi dan sosial suatu daerah, oleh sebab itu, tidak
terlalu tepat untuk hanya menilai semata-mata aspek positif maupun negatif dari
mobilitas penduduk terhadap pembangunan yang yang ada, tanpa
memperhitungkan pengaruh kebaikannya.
Tidak akan terjadi proses pembangunan tanpa adanya mobolitas penduduk.
tetapi juga tidak akan terjadi pengarahan penyebaran penduduk yang berarti
tanpa adanya kegiatan pembangunan itu sendiri.
Aliran “new economics of migration”, bahwa perpindahan atau mobilitas
penduduk terjadi bukan saja berkaitan dengan pasar kerja, namun juga karena
adanya faktor-faktor lain. Aliran ini juga menekankan bahwa keputusan untuk
melakukan migrasi tidak semata-mata keputusan individu saja, namun terkait
dengan lingkungan sekitar, utamanya lingkungan keluarga. Dalam hal ini
keputusan untuk pindah tidak semata ditentukan oleh keuntungan maksimum
yang akan diperoleh, tetapi juga ditentukan oleh kerugian yang minimal yang
dimungkinkan dan berbagai hambatan yang akan ditemui, dikaitkan dengan
terjadinya kegagalan pasar (market failures) (Taylor; 1968; Stark; 1991).
Net Migran Rate pada tahun 2010 di provinsi Bengkulu sebesar 4,7 dan
diproyeksi pada tahun 2015 sebesar 4,7
Angka migrasi neto (mn), yaitu selisih banyaknya migran masuk dan keluar ke
dan dari suatu Provinsi dan kabupaten/kota per 1000 penduduk dalam satu
tahun, untuk Bengkulu hasil Susenas tahun 2009 Angka Migrasi Netto per
kelompok umur, menunjukkan kelompok umur 25 – 29 tahun tertinggi yaitu 19,47
persen, disusul kelompok umur 30 – 34 tahun sebesar 15,72 persen, terendah
kelompok umur 70 – 74 tahun sebesar 4,45 persen, disusul kelompok umur 75 +
sebesar 4,76 persen.
24
Untuk kelompok umur 0 – 4 tahun sebesar 6,36 persen dan 5 – 9 tahun sebesar
7,03 persen merupakan kelompok yang ikut orang tua.
Umur Laki-Laki Perempuan Laki-Laki
Perempuan
0 - 4 3,19 3,19 6,38
5 - 9 3,43 3,6 7,03
10 - 14 3,09 2,99 6,08
15 - 19 4,69 4,66 9,35
20 - 24 8,14 5,27 13,41
25 - 29 10,66 8,81 19,47
30 - 34 9,03 6,69 15,72
35 - 39 6,23 4,24 10,47
40 - 44 5,16 3,77 8,93
45 - 49 4,2 2,07 6,27
50 - 54 3,91 2,63 6,54
55 - 59 3,05 2,14 5,19
60 - 64 3,35 2 5,35
65 - 69 2,79 2,32 5,11
70 - 74 2,39 2,06 4,45
75 + 2,57 2,19 4,76
5. Tenaga Kerja Kebijakan kependudukan dan program pembangunan sosial dan ekonomi yang
dilaksanakan Indonesia selama tiga dekade yang lalu telah berhasil menurunkan
angka kelahiran dan kematian sehingga mampu menghambat laju pertumbuhan
penduduk .
Di daerah yang pertumbuhan penduduknya telah menurun, terjadi perubahan
struktur umur penduduk yang ditandai dengan penurunan proporsi anak-anak
usia di bawah 15 tahun disertai dengan peningkatan pesat proporsi penduduk
usia kerja dan peningkatan proporsi penduduk usia lanjut (lansia) secara
perlahan.
25
Sedangkan di daerah yang tingkat pertumbuhan penduduknya masih tinggi,
proporsi penduduk usia 0-14 tahun masih besar sehingga memerlukan investasi
sosial dan ekonomi yang besar pula untuk penyediaan sarana tumbuh kembang,
termasuk pendidikan dan kesehatan.
Daerah yang berhasil menekan laju pertumbuhan penduduk termasuk provinsi
Bengkulu menghadapi tantangan baru dimana peningkatan yang pesat dari
proporsi penduduk usia kerja akan berdampak pada tuntutan perluasan
kesempatan kerja. Disamping itu telah terjadi pergeseran permintaan tenaga
kerja dengan penguasaan teknologi dan matematika, yang mampu
berkomunikasi, serta mempunyai daya saing tinggi di era globalisasi.
Kesemuanya ini berkaitan dengan program bagaimana menyiapkan calon
pekerja agar mempunyai kualitas tinggi, dengan ketrampilan yang memadai.
Definisi angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja,atau punya
pekerjaan namun sementara tidak berkerja dan penganggur, sedangkan
penduduk usia kerja yang tidak termasuk angkatan kerja mencakup penduduk
yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya.
Berdasarkan hasil Susenas tahun 2009 di Provinsi Bengkulu jumlah angkatan
kerja 867.760 yang bekerja sebesar 821.706 atau 94,69 persen, sedang mencari
pekerjaan sebesar 46.054 atau 5,31 persen.
Tingkat pendidikan dari penduduk diatas 15 tahun yang bekerja menurut tingkat
pendidikan di Provinsi Bengkulu hasil Susenas 2009 terdiri Tidak sekolah atau
belum tamat SD sebesar 24,49 persen, pendidikan Tamat SD sebesar 37,37
persen, pendidikan SLTP 22,95 persen, pendidikan SLTA sebesar 14,62 persen,
pendidikan Akademi sebesar 0,07 persen, Sarjana sebesar 0,50 persen.
Penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan sebagai berikut : Pertanian
sebesar 63,37 persen, Pertambangan 1,24 persen, Industri 3,46 persen,
Listrik/Air Minum sebesar 0,10 persen, Konstruksi sebesar 3,75 persen,
Perdagangan sebesar 12,60 persen, Angkutan/Komunikasi sebesar 3,90 persen,
Bank dan Lembaga Keuangan sebesar 0,77 persen, Jasa-jasa lainnya sebesar
10,91 persen.
26
Bukan angkatan kerja sebesar 303.415 diantara sekolah sebesar 97.229 atau
32.04 dan mengurus Rumah Tangga sebesar 206.186 atau 67,96 persen.
Dari yang tidak bekerja ada 67,96 persen mengurus rumah tangga yang dapat
diasumsikan bahwa kelompok tersebut sebagian besar terdiri remaja perempuan
atau ibu-ibu, bila kedua kelompok tersebut dapat diperdayakan akan dapat
menambah atau membantu ekonomi keluarga.
Pada tahun 2009 di provinsi Bengkulu terdapat 63,42 penduduk laki-laki dan
36,58 penduduk perempuan usia 15 tahun keatas yang mencari pekerjaan atau
termasuk pengangguran terbuka yaitu penduduk yang sedang mencari
pekerjaan, atau mempersiapkan usaha, atau mereka yang tidak mencari
pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan dan meraka
yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja dan pada waktu yang
bersamaan mereka tak bekerja.
Tingkat pendidikan dari pencari kerja di Provinsi Bengkulu hasil Susenas 2009,
yang Tidak sekolah atau belum tamat SD sebesar 1.500 atau 6,06 persen,
pendidikan SLTP sebesar 5.444 atau 22 persen, pendidikan SLTA sebesar 6.775
atau 27,38 persen, pendidikan Sarjana Muda sebesar 7.330 atau 29,63 persen,
Sarjana sebesar 3.693 atau 14,93 persen.
6. Kemiskinan Pengertian kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan
pokok minimum seperti pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidika
yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.Pengertian secara secara
sederhana adalah ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yan diukur dari sisi pengeluaran.
Kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu
menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan
distribusi pendapatan, diakibatkan oleh faktor-faktor adat dan budaya suatu
daerah tertentu yang membelenggu seseorang tetap melekat dengan indikator
kemiskinan.
27
Data yang dikeluarkan oleh BPS penduduk miskin yang memiliki rata-rata
pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan di Provinsi Bengkulu
tahun 2010 sebesar 324.900 atau 18,30 persen yang tersebar di perkotaan
117.200 atau 18,75 persen dan diperdesaan sebesar 207.700 atau 18,05
persen.
Pendapatan penduduk yang termasuk dalam garis kemiskinan yaitu besarnya
nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan
dasar yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk tetap berada pada kehidupan
layak di Provinsi Bengkulu tahun 2010 daerah perkotaan sebesar 255.762 rupiah
dan daerah perdesaan sebesar 209.616 rupiah.
Dari penduduk miskin tersebut sebesar 2,75 persen masuk dalam kategori
kedalaman kemiskinan karena adanya kesenjangan pengeluaran terhadap garis
kemiskinan yang tersebar di perkotaan 3,16 persen dan perdesaan 2,53 persen.
Penduduk miskin di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 yang termasuk kategori
keparahan kemiskinan memberikan gambaran mengenai penyebaran
pengeluaran semakin tinggi nilai indeks sehingga terjadi ketimpangan
pengeluaran sebesar 0,69 persen tersebar di perkotaan 0,93 persen dan
perdesaan 0,56 persen.
7 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan indikator penting untuk mengetahui
kondisi ekonomi disuatu Negara atau wilayah dalam suatu periode tertentu, dari
PDB bila dibagi dengan penduduk pertengahan tahun merupakan Produk
Domestik Bruto per Kapita (PDRB).
Pada tahun 2009 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
konstan dimana nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar di Provinsi Bengkulu
dalam triliun/rupiah dari sector Migas sebesar 7,7 dan sector tanpa migas 7,7,
sedangkan laju pertumbuhan ekonomi dari migas 4,04 dan tanpa migas 4,04.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku dimana nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada
28
setiap tahun di Provinsi Bengkulu tahun 2009 dalam triliun/rupiah dari Migas
sebesar 15,5 dan tanpa migas 15,5, sedangka laju pertumbuhan ekonomi dari
migas 0,34 dan tanpa migas 0,37.
Rata-rata pengeluaran per Kapitan sebulan tahun 2009 secara total 377.419 dan
pengeluaran makanan 204.646.
Ukuran kemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan
disebut dengan Gini Rasio, Angka koefisien Gini terletak antara 0 (nol) yang
mencerminkan kemerataan sempurna dan dan 1(satu) menggambarkan
tidakmerataan sempurna, untuk Provinsi Bengkulu Gini Rasio pada tahun 2007
sebesar 0,34, tahun 2008 sebesar 0,33 dan tahun 2009 sebesar 0,30.
Indeks Pembangunan Manusia sebagai indeks komposit dari gabungan 4
(empat) indikator yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama
sekolah dan pengeluaran per kapita di Provinsi Bengkulu tahun 2009 sebesar
72,55 posisi pada ranking 12 dari 33 provinsi seluruh Indonesia.
8. Lingkungan Hidup Masalah lingkungan tidak berdiri sendiri, tetapi selalu saling terkait erat, antara
masalah satu dengan yang lain disebabkan karena sebuah faktor merupakan
sebab berbagai masalah, sebuah faktor mempunyai pengaruh yang berbeda dan
interaksi antar berbagai masalah dan dampak yang ditimbulkan bersifat kumulatif
(Soedradjad, 1999). Masalah lingkungan yang saling terkait erat antara lain
adalah populasi manusia yang berlebih, polusi, penurunan jumlah sumberdaya,
perubahan lingkungan global dan perang.
Pemeliharaan kualitas lingkungan ini tidak lepas dari masalah kemiskinan yang
merupakan salah satu penyebab kerusakan lingkungan di Propinsi Bengkulu.
Penduduk yang tergolong miskin, mereka hanya berorientasi kepada bagaimana
mereka mampu bertahan hidup. Jika tidak ada alternative yang lebih baik,
mereka tentunya akan berpikir jangka pendek yaitu dengan membuka lahan atau
aktivitas-aktivitas lainnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka akan
sangat sulit untuk diajak memikirkan kelestarian lingkungan dalam jangka
panjang. Untuk mengatasi hal ini, tentunya diperlukan upaya sungguh-sungguh
29
dari semua pihak yang berwenang untuk mencarikan alternatifnya, misalnya
melalui pendidikan keterampilan dimana setelah mereka terampil sudah ada
jalan untuk melakukan usaha yang sesuai dengan keterampilannya itu.
Kerangka Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) yang diadopsi oleh KLH
adalah yang dikembangkan oleh Virginia Commonwealth University (VCU) dan
BPS dengan menggunakan kualitas air sungai, kualitas udara, dan tutupan hutan
sebagai indikator. Karena keterbatasan data, kualitas lingkungan di wilayah
pesisir dan laut serta kondisi keanekaragaman hayati tidak dimasukkan dalam
perhitungan IKLH.
Hasil perhitungan Kerangka Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) tahun
2009 provinsi Bengkulu secara nasional masuk dalam ranking 4 teratas dan
untuk tingkat kepulauan Sumater masuk ranking 2(dua) dengan nilai variable
kualitas air nilai 51,19, kualitas udara 96,16, tutupan hutan 91,38 total untuk IKLH
yaitu 79,58.
Bengkulu IKLH 2009 Peringkat 4 Nilai 79,58 Data Umum Luas Wilayah 19.919 (km2) Jumlah Penduduk 1 1.667 (x 1000) Kepadatan Penduduk 88 (orang/km2) PDRB per Kapita 2 8.411 (x Rp. 1000) 1 Tahun 2009
2 Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008
PDRB menurut Lapangan Usaha, Tahun 2006 Pertanian 39,69 % Pertambangan 3,20 % Industri Pengolahan 4,08 % Listrik dan Air Bersih 0,44 % Bangunan 2,90 % Perdagangan, Hotel, Restoran 20,27 % Angkutan/Komunikasi 8,54 % Bank/Keuangan/Perumahan 4,70 % Jasa 16,19 % Data Indikator
Nilai Target Keterangan
Kualitas Air Sungai - TSS (mg/l) 11,8 - 689,3 50,00 PP 82 Tahun
2001 - COD (mg/l) 2,4 - 51,2 25,00 PP 82 Tahun
2001
30
- DO (mg/l) 0,9 - 3,4 > 4 PP 82 Tahun 2001
Kualitas Udara - SO2 (µg/m3) 6,5 - 24,6 60,00 PP 41 Tahun
1999 - NO2 (µg/m3) 32,7 - 137,4 100,00 PP 41 Tahun
1999 Luas Tutupan Hutan (Ha)
841.606 920.964 SK: 420/Kpts-II/1999
Masalah-Masalah Lingkungan :
a. Kerusakan Hutan :
Masalah utama lingkungan di Propinsi Bengkulu adalah masalah kerusakan
hutan. Sebagai contoh di Kabupaten Lebong yang mempunyai hutan seluas
134.834,72 ha yang terdiri dari 20.777,40 ha hutan lindung dan 114.057,72
ha berupa hutan konservasi, sebanyak 7.895,41 ha hutan lindung dan
2.970,37 ha cagar alam telah mengalami kerusakan. Kerusakan hutan di
kabupaten/kota lain di Propinsi Bengkulu lebih parah lagi. Pada tahun 2006,
hutan di Propinsi Bengkulu hanya tinggal 46%, yang tentu saja semakin
menurun pada tahun 2009.
b. Penurunan Keanekaragaman Hayati Kegiatan monokultur dapat menyebabkan sebagian flora, fauna dan mikrobia
musnah, kegiatan pembukaan lahan yang kurang ramah lingkungan seperti
lahan disemprot dapat menyebabkan telur-telur dan flora lainnya menjadi
tidak berkembang. Satwa liar menjadi menurun dan kemudian masuk kriteria
dilindungi. Ada delapan jenis kura-kura yang ada di Bengkulu yaitu kura
nanas, kura garis hitam, kura patah dada, beiyogo, baning coklat, labi-labi
hutan, kura pipi putih dan bulus. Baning coklat berstatus dilindungi dan
sudah terancam punah. Flora langka yang ada di Bengkulu adalah Raflesia
arnoldi, bunga bangkai dan anggrek pensil.
Punahnya ekosistem yang seimbang akan berakibat lebih lanjut berupa
ancaman yang tidak terkira seperti rawannya sumber pangan, banjir,
produksi oksigen dan lain-lain. Jadi pada akhirnya juga kerusakan ekosistem
akan dirasakan oleh manusia itu sendiri.
31
c. Kualitas Air Air yang digunakan oleh PDAM juga terindikasi tercemar batubara. Air sumur
di daerah peternakan ayam mengandung banyak E. coli yang sangat tinggi,
kerusakan hutan juga dapat menurunkan mutu air sebagai akibat
peningkatan zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi serta kekeruhan,
Kerusakan hutan juga disinyalir sebagai salah satu sebab turunnya volume
air di danau Dendam.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) provinsi Bengkulu tahun 2010,
jenis air yang digunakan bersumber dari :
1. Air Ledeng sebesar 16,1
2. Air ledeng membeli sebesar 0,8
3. Sumur bor sebesar 6,5
4. Sumur terlindungi sebesar 41,1
5. Sumur tak terlindungi sebesar 22,1
6. Mata air terlindungi sebesar 2,6
7. Mata air tak terlindungi sebesar 5,4
8. Penampungan air hujan sebesar 0,2
9. Air sungai/danau sebesar 4,6
10. Lainnya sebesar 0,6
Sedang jenis sumber air minum :
1. Air kemasan sebesar 1
2. Depot air minum sebesar 7,9
3. Air ledeng/Pam sebesar 13,2
4. Ledeng eceran sebesar 0,6
5. Sumur bor/Pompa sebesar 7,2
6. Sumur gali terlindung sebesar 39,6
7. Sumur gali tak terlindung sebesar 22,1
8. Mata air terlindung sebesar 0,5
9. Mata air tak terlindung sebesar 2,9
32
10. PAh sebesar 0,4
11. Air sungai/danau/irigrasi sebesar 4,1
12. Lainnya sebesar 0,5
Akses terhadap air minum “berkualitas” terdiri : a) Kurang baik sebesar 49;
b) Baik sebesar 51,1.
Kualitas Fisik Air Minum :
1. Keruh sebesar 10,3
2. Berwarna sebesar 6
3. Berasa sebesar 7,8
4. Berbusa sebesar 1,3
5. Berbau sebesar 3,4
6. Baik sebesar 84,1
d. Pengaruh Industri Aktivitas industri yang paling besar di Propinsi Bengkulu adalah
penambangan batubara dan indutri pertanian (perkebunan). Penambangan
batubara mempengaruhi mutu air di DAS Bengkulu-Lemau, DAS Seluma
Atas dan DAS Dikit Seblat. Pengaruh industri batubara antara lain
meningkatkan zat padat tersuspensi, zat padat terlarut, kekeruhan, zat besi,
sulfat dan ion hidrogen dalam air yang dapat menurunkan pH.
Perkebunan di Bengkulu terutama karet dan kelapa sawit. Akibat aktivitas ini
terjadi peningkatan senyawa organik pada air, adanya sisa-sisa pestisida di
DAS, peningkatan zat pada tersuspensi dan terlarut, peningkatan kadar
amonia, peningkatan kadar minyak dan lemak, mempengaruhi pH dll. DAS
yang terkena aktivitas ini adalah DAS Dikit Seblat, DAS Bengkulu-Lemau,
badan sungai Pisang (Ipuh), sungai Betung (Muko-muko), sungai Simpang
Tiga (Tais), sungai Bengkulu, dan sungai Sinaba (Ketahun).
e. Persampahan
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis, sampah
33
cukup menjadi masalah di lokasi-lokasi tertentu seperti pasar, terminal,
pertokoan dan tempat-tempat lain yang padat penduduknya. Di Propinsi
Bengkulu setiap rumah tangga menghasilkan limbah kira-kira sebanyak 0,8
kg/hari atau 288 kg per tahun.
Hasil Riset Kesehatan dasar (RISKESDAS) Provinsi Bengkulu tahun 2010
Cara penanganan sampah a) Kurang Baik sebesar 76,3; b) Baik sebesar
23,7, penangan sampah dilakukan dengan cara :
1. Diangkut petugas sebesar 19,7
2. Ditimbun dalam tanah sebesar 3
3. Dibuat kompos sebesar 0,9
4. Dibakar sebesar 53,4
5. Dibuang ke kali/parit/laut sebesar 11,7
6. Dibuang sembarang sebesar 11,3
Penampungan air limbah
1. Sarana penampungan air limbah sebesar 9,6
2. Penampungan tertutup di pekarangan sebesar 5,9
3. Penampungan terbuka di pekarangan sebesar 21,1
4. Penampungan diluar pekarangan sebesar 7,4
5. Tanpa penampungan sebesar 32,9
6. Langsung ke got/sungai sebesar 23,1
Demikian rancangan penetapan parameter untuk provinsi Bengkulu tahun 2011.
34
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
SKEMA PIKIR 1
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ………………………………..............
2. Isu-Isu Kependudukan ………………………………..
3. Masalah Kependudukan, Dampak dan Alternatif
Pemecahaan ……………………………………………
2
3
5
BAB II PARAMETER KEPENDUDUKAN
1. Parameter Demgrafi …………………………………...
2. Kesehatan bud an Anak ………………………………
3. Pendidikan ……………………………………………..
4. Mobilitas …………………………………………………
5. Tenaga Kerja …………………………………………...
6. Kemiskinan ……………………………………………..
7. Produk Domestik Regional Bruto(PDRB) ……………
8. Lingkungan Hidup ……………………………………...
10
16
21
23
24
26
27
28