12
Konsepsi Manusia dalam Perspektif Hindu Konsep Hindu mengatakan bahwa manusia terdiri dari 2 unsur, yaitu jasmani dan rohani. Jasmaninya adalah badan, tubuh manusia sedangkan rohani merupakan hakekat Tuhan yang abadi, kekal, yang disebut dengan Atman. Manusia memiliki 3 lapisan badan yang disebut Tri Sarira yang terdiri dari Stula Sarira, Suksma Sarira, dan Anta Karana Sarira. Stula Sarira atau raga manusia dalam konsep Hindu terdiri dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta yaitu Pertiwi, Apah, Teja, Bayu, Akasa. Tubuh manusia merupakan Bhuana Alit atau Bhuana Sarira. Proses terbentuknya pun sama seperti proses terjadinya Bhuana Agung atau alam semesta. Sedangkan Suksma Sarira yaitu badan halus yang terdiri 3 unsur yang disebut Tri Antahkarana terdiri dari manas atau alam pikiran, Buddhi atau kesadaran termasuk didalamnya intuisi dan Ahamkara atau keakuan atau ego. Dalam Suksma Sarira terdapat unsur halus dari Panca Maha Bhuta yang disebut Panca Tan Matra yaitu ; Sabda, Sparsa, Rupa, Rasa, Gandha membentuk berbagai indra ( Panca Buddhindriya dan Panca Karmendriya). Sedangkan Anta Karana Sarira merupakan unsur rohani yaitu jiwatman sendiri yang

Konsepsi Manusia Dalam Perspektif Hindu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

menjelaskan tentang konsep manusia dalam Hindu

Citation preview

Page 1: Konsepsi Manusia Dalam Perspektif Hindu

Konsepsi Manusia dalam Perspektif Hindu

Konsep Hindu mengatakan bahwa manusia terdiri dari 2 unsur, yaitu jasmani

dan rohani. Jasmaninya adalah badan, tubuh manusia sedangkan rohani

merupakan hakekat Tuhan yang abadi, kekal, yang disebut dengan Atman.

Manusia memiliki 3 lapisan badan yang disebut Tri Sarira yang terdiri dari Stula

Sarira, Suksma Sarira, dan Anta Karana Sarira. Stula Sarira atau raga manusia

dalam konsep Hindu terdiri dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta yaitu Pertiwi,

Apah, Teja, Bayu, Akasa. Tubuh manusia merupakan Bhuana Alit atau Bhuana

Sarira. Proses terbentuknya pun sama seperti proses terjadinya Bhuana Agung

atau alam semesta. Sedangkan Suksma Sarira yaitu badan halus yang terdiri 3

unsur yang disebut Tri Antahkarana terdiri dari manas atau alam pikiran, Buddhi

atau kesadaran termasuk didalamnya intuisi dan Ahamkara atau keakuan atau

ego. Dalam Suksma Sarira terdapat unsur halus dari Panca Maha Bhuta yang

disebut Panca Tan Matra yaitu ; Sabda, Sparsa, Rupa, Rasa, Gandha membentuk

berbagai indra ( Panca Buddhindriya dan Panca Karmendriya). Sedangkan Anta

Karana Sarira merupakan unsur rohani yaitu jiwatman sendiri yang sifatnya

sama seperti paramaatman, kekal abadi.

Manusia secara harpiah, berasal dari kata manu yang artinya mahluk yang

berpikir. Jadi manusia merupakan mahluk yang telah dibekali salah satu

kelebihan dibandingkan mahluk lainnya. Dalam Hindu terdapat konsep Tri

Pramana, yang terdiri dari Bayu, Sabda , Idep. Tumbuhan hanya memiliki bayu

atau tenaga untuk tumbuh, sedangkan binatang memiliki bayu dan sabda

dimana binatang memiliki tenaga untuk bertumbuh, berkembang dan

mengeluarkan suara, sedangkan manusia memiliki ketiganya. Pikiran hanya

Page 2: Konsepsi Manusia Dalam Perspektif Hindu

dimiliki oleh manusia yang telah dibekali sejak dilahirkan. Dengan memiliki

pikiran maka diharapkan manusia mempunyai wiweka mampu membedakan

mana yang baik dan buruk. Pikiran dipakai berpikir terlebih dahulu sebelum

melakukan tindakan. Manusia juga dengan pikirannya diharapkan mengetahui

asal, tujuan dan tugas serta kewajibannya. Dengan mengetahui hal ini maka

pola hidup serta cara pandangnya terhadap kehidupan akan mampu

mengilhami setiap tindakannya sehingga tetap berada pada jalur yang benar,

sesuai etika dan ajaran-ajaran dharma yang telah diungkapkan dalam ajaran

agama. Namun manusia juga termasuk makhluk yang lemah, karena tidak

seperti binatang yang lahir begitu saja langsung bisa berdiri, terbang, berjalan

tanpa memerlukan bantuan dari yang lain. Maka hendaknya ini dipahami

terlebih dahulu untuk mengetahui dan dapat memisahkan esensi dari raga ini

yang terpisah dengan atman yang sejati.

2.2. EKSISTENSI DAN MARTABAT MANUSIA

Kata eksistensi diambil dari bahasa latin existere, yang artinya berdiri keluar

atau muncul sendiri. Yang menjadi masalah bagi eksistensi manusia karena

manusia tidak sempurna sebagai bagian dari alam atau lingkungannya. Manusia

tidak seperti hewan, yang hidup harmonis dengan lingkungan sekitarnya.

Manusia yang memiliki pikiran, manah jarang sekali merasa cukup dan utuh

sebagai bagian dari lingkungan alamnya, selalu gelisah berupaya untuk

memaknai dunia dan dirinya sendiri. Dengan demikian, manusia adalah mahluk

yang unik, yang secara konstan segera mentransendensikan tempat dan waktu

dimana dia hidup melampaui unsur fisik dan kodratinya.

Konsepsi ini dikonkretkan dalam relasi dialektis antara eksistensi manusia dan

Page 3: Konsepsi Manusia Dalam Perspektif Hindu

pengharapannya, yang merupakan transendensi dari eksistensinya. Dengan

begitu, manusia bisa dilihat dari dua dimensi. Yang pertama adalah dimensi

eksistensinya didunia ini. Yang kedua, manusia adalah mahluk yang

mentransendensikan eksistensinya itu. Dengan kata lain, manusia mampu

‘melampaui’ kediriannya. Pelampauan itulah yang disebut sebagai

pengharapan. Manusia adalah tegangan antara kediriannya dengan

pengharapannya. Permasalahan tentang manusia adalah peristiwa (tegangan)

dirinya akan cita-cita dan harapannya dengan eksistensinya, antara apa

seharusnya dia menjadi atau apa yang diinginkannya terjadi dengan apa yang

sesungguhnya dia menjadi, atau apa yang menjadi realitasnya.

Eksistensi manusia mendahului esensinya. Hal yang menjadi titik tolak utama

bagi eksistensialisme adalah, subyektifitas, yang berarti bertanggung jawab

penuh pada diri sendiri atas keputusan-keputusan yang telah dibuatnya, yang

nantinya juga akan memberikan pengaruh pada orang lain. Manusia adalah

mahluk yang sepenuhnya terlibat dalam proses penciptaan dirinya sendiri dan

dunianya. Proses penciptaan itu dilakukan dengan membuat pilihan-pilihan

dalam tindakan nyata yang kita hadapi sebagai manusia. Proses membuat

pilihan tersebut mengandaikan juga adanya proses pemberian nilai pada

tindakan dan pilihannya tersebut. Di titik inilah bisa dikatakan bahwa manusia

adalah mahluk yang memiliki dimensi transendensi dalam dirinya. Manusia

adalah mahluk yang ada bagi dirinya sendiri karena pengaruh Suksma Sarira.

Nilai manusia terletak pada usahanya untuk memberi tegangan pada paham

yang memandang manusia semata-mata sebagai apa yang telah dicapainya

dalam konteks kepemilikan, atau kekayaan. Konsep manusianya mau

menegaskan bahwa setiap manusia, baik itu yang lemah secara fisik maupun

Page 4: Konsepsi Manusia Dalam Perspektif Hindu

ekonomis, memiliki nilai pada dirinya sendiri yang harus dihargai, di luar

dimensi kekayaannya. Nilai ini berkembang seiring eksistensinya sebagai

manusia dapat ditrasformasikan dalam setiap tindakan. Pemahaman manusia

yang selalu melihat dan memandang manusia sebagai apa yang dia miliki

sehingga citra nya akan terbentuk oleh apa yang dimilikinya. Sebenarnya

manusia memiliki dimensi intrinsik dalam dirinya melampaui apa yang dia miliki

dan punyai, statusnya, kekayaannya, kemampuannya, dan sebagainya. Dimensi

intrinsik itulah yang disebut sebagai martabat manusia.

Manusia merupakan sebagai salah satu komponen penggerak roda kehidupan.

Di tangan manusia dunia ini bisa menjadi aman, seimbang, ataupun rusak.

Manusia seiring perkembangan maka pola pikiran manusia juga berubah. Juga

semakin bertambahnya jumlah manusia telah menimbulkan persaingan.

Disamping mengorbankan alam untuk dieksplorasi sampai habis-habisan, tidak

menutup kemungkinan juga sampai mengorbankan sesama. Ini telah terjadi dan

sepanjang sejarah terjadi beberapa kali. Sejak dulu sampai tahun 2000 saja

telah terjadi kurang lebih 3000 kali perang yang menelan korban. Sampai

sekarangpun secara tidak langsung akibat persaingan ini masih terjadi

pergolakan dan peperangan di beberapa negara, baik dengan alasan keamanan,

perebutan wilayah, serta berbagai masalah lainnya. Ego manusia yang selalu

ingin mempertahankan apa yang merasa menjadi haknya telah membutakan

mata hati manusia untuk terus mengejar kesenangan diri atau ingin melampaui

apa yang menjadi bagiannya. Nilai diri yang berlebihan akan membawa dampak

penghancuran yang besar bagi eksistensi manusia itu sendiri.

2.3. TUJUAN HIDUP MANUSIA

Page 5: Konsepsi Manusia Dalam Perspektif Hindu

Setiap kelahiran jika dipahami sesungguhnya manusia membawa perannya

masing-masing. Manusia yang telah melakukan perenungan secara mendalam

dengan pikiran yang jernih akan bertanya, apa sesungguhnya yang menjadi

tujuan hidupnya. Ada 2 macam tujuan hidup manusia yaitu tujuan duniawi dan

spiritual. Tujuan duniawi berupa keinginan untuk mengejar harta, kekayaan dan

keinginan. Sedangkan tujuan spiritual yaitu keinginan untuk bersatu kepada

yang hakekat dan asal yang sesungguhnya. Dalam Hindu, tujuan hidup manusia

terdapat dalam Catur Purusartha. Yang terdiri dari 4 bagian yaitu : Dharma,

Artha, Kama Moksa. Dharma merupakan ajaran kebenaran, sebagai pandangan

hidup, tuntunan hidup manusia. Artha yaitu Kekayaan yang berupa materi.

Kama merupakan keinginan dan Moksa yaitu bersatunya sang diri atau

jiwatman dengan yang lebih tinggi atau paramaatman. Jadi jelas dalam hidup

manusia selalu mengejar artha, kama dan moksa. Namun dalam mengejar artha

dan kama harus berdasarkan dharma, berdasarkan kebajikan, kebenaran bukan

dengan cara-cara yang tidak baik.

Penyatuan kepada yang hakekat merupakan tujuan yang harus dicapai manusia

dengan berdasarkan etika keagamaan dan dharma yang telah ditentukan.

Pembangkitan kesadaran bahwa kita merupakan salah satu bagian dari pada

esensi dunia ini merupakan hal yang harus dicapai agar pikiran dapat terbuka,

menyadari hakekat sang diri. Harapan tersebut dapat terwujud dengan

mengimplementasikan ajaran dharma. Dalam pustaka suci Hindu telah

disebutkan bahwa menjelma menjadi manusia merupakan suatu

keberuntungan dan hal yang utama. Dengan manas atau pikiran yang dimiliki,

maka manusia dapat menolong dirinya sendiri dari keadaan samsara dengan

jalan berkarma yang baik. Kesadaran akan mampu meluruskan pikiran yang

Page 6: Konsepsi Manusia Dalam Perspektif Hindu

selalu hanya mementingkan kehidupan duniawi.

Dalam Sàrsamuccaya 8 disebutkan ;

Mànusyam durlabham pràpya vidyullasita cañcalam,

bhavakûayem atiá kàyà bhavopakaraóesu ca.

artinya ;

Menjelma menjadi manusia itu, sebentar sifatnya, tidak berbeda dengan

kerdipan petir, sungguh sulit (didapat), karenanya pergunakanlah penjelmaan

itu untuk melaksanakan dharma yang menyebabkan musnahnya penderitaan.

Sorgalah pahalanya.

Tentang tujuan hidup manusia, setiap orang tentunya mempunyai pandangan

masing-masing, dan berdasarkan pandangannya itu mereka mengusahakan

untuk mencarinya. Dalam mewujudkan tujuan hidupnya itu, tidak sedikit orang

yang hanya mementingkan diri, egois merasa benar sendiri dan harus selalu

menang dan mampu mengalahkan yang lain. Pendidikan yang keliru, misalnya

sejak anak-anak telah ditanamkan bahwa orang tuanya berasal dari golongan

yang kaya, derajatnya tinggi, bangsawan dan memandang rendah mereka para

rakyat jelata, para pekerja, buruh, pembantu rumah tangga dan sebagainya,

pada hal belum tentu orang yang dipandang rendah martabatnya, karena lahir

dari keluarga yang dianggap rendah tidak memiliki budhi pekerti yang luhur.

Dalam kehidupan masyarakat, tidak sedikit kita memperhatikan di lingkungan

kita anak-anak yang sejak dini menganggap orang yang karena kelahiran dari

keluarga petani, peternak, buruh, nelayan dan pekerja pada umumnya derajat

dianggap rendah, mengembangkan sifat yang arogan, egostis, tidak peduli

dengan lingkungan dan minta selalu dihormati.

Dalam kehidupan modern dewasa ini, seseorang menghargai orang lain dari

Page 7: Konsepsi Manusia Dalam Perspektif Hindu

penampilannya, sikapnya yang sopan, lemah lembut, tutur katanya manis dan

ramah dan memancarkan budhi pekerti yang luhur. Orang-orang yang demikian

keadaannya, apalagi sangat giat belajar, giat bekerja, rendah hati dan ramah,

serta memiliki keimanan yang tinggi senantiasa akan mendapatkan

perlindungan Tuhan Yang Maha Esa, karena pada dirinya memancarkan kasih

sayang yang sejati. Ketika seseorang merenung dengan dalam tentang arti dan

tujuan hidupnya, maka bagi mereka yang mendalami ajaran agama Hindu,

tujuan hidup yang pertama adalah mewujudkan Dharma yakni kebajikan,

kebaikan, kebenaran, kasih sayang, taat kepada hukum dan taat kepada ajaran

agama.

2.4. TUGAS DAN KEWAJIBAN MANUSIA

Kecendrungan manusia yang lupa terhadap tujuannya karena pengaruh

kenikmatan duniawi telah merubah prilaku manusia untuk menyimpang dari

ajaran kebenaran. Kenikmatan duniawi tiada berkesudahan ini mempengaruhi

prilaku manusia sehingga jalan apapun terkadang dihalalkan. Sesuai dengan

tujuan yang mesti di capai manusia yaitu suatu penyatuan kepada yang

tertinggi, maka ini dibarengi dengan tindakan yang searah dengan tujuan

tersebut. Tujuan tersebut mustahil akan tercapai jka arah dan jalan yang

ditempuh itu salah. Maka hal pertama yang menjadi tugas manusia adalah

menjalankan Dharma. Menjalankan etika dan ajaran-ajaran yang mulai

dilupakan maka keseimbangan dunia akan terganggu. Manusia memiliki

tanggungjawab untuk menjaga keseimbangan ini. Dengan pikiran yang dimiliki,

manusia mampu membuat kehidupan ini baik maupun hancur. Untuk itulah,

tugas dan kewajiban utama manusia adalah mengamalkan dan melaksanakan

Page 8: Konsepsi Manusia Dalam Perspektif Hindu

ajaran Dharma kebajikan yang utama. Melaksanakan berbagai yadnya yang

diperuntukan untuk menjaga keseimbangan alam semesta.

Dalam Bhagawad Gita telah banyak dijelaskan tentang 4 jalan yang disebut

Catur Marga Yoga yaitu 4 jalan yang dapat ditempuh untuk mendapatkan

kebahagiaan lahir bhatin yaitu : Bhakti Yoga, Karma Yoga, Jnana Yoga, dan Raja

Yoga. Rahasia kebahagiaan dari ke 4 ajaran Yoga merupakan jalan dari hakekat

kehidupan untuk manusia agar dapat bersatu dengan Tuhan. Apapun kesulitan

kita, hendaknya kita tetap berpegang teguh pada ajaran dharma tanpa ada

keraguan yang akan dapat membuat kita kembali jatuh ke dunia materiil yang

penuh dengan kesenangan sementara. Ikatan keluarga hanya ada pada

kehidupan ini, namun jika kita sudah mengetahui konsepsi sebagai manusia,

maka hal itu tidak akan membuat goyah kesadaran kita. Setiap manusia telah

menentukan sendiri jalan hidupnya sehingga itu bukan alasan untuk berpaling

dari jalan yang telah diyakini. Seseorang tidak bisa ikut campur tangan atas

karma seseorang sehingga kita hendaknya berusaha melepaskan keterikatan

tersebut. Kesenangan duniawi hanya memberikan kebahagiaan sementara bagi

indra-indra manusia. Namun bukan kebahagiaan yang sejati, karena yang sejati

itu tak dapat dilukiskan dengan kata-kata semata.