15
Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 1 Januari 2013. 87 ISSN: 1411-9587 KONSORSIUM TUMBUHAN ANTI MOLUSKA UNTUK MENGENDALIKAN KEONG MAS HAMA TANAMAN PADI Baiq Farista, Suripto, Erin Ryantin Gunawan dan Kurniasih Sukenti Program Studi Biologi Fakultas MIPA Universitas Mataram ABSTRAK Penelitian ini diarahkan untuk mengembangkan pemberdayaan sejumlah jenis tumbuhan anti moluska yang selektif fisiologis dan aplikasinya yang selektif ekologis untuk mengendalikan keong mas hama tanaman padi. Data mortalitas keong mas diolah dengan menggunakan program analisis probit untuk menentukan LC 50. Hasil menunjukkan, bahwa preferesi keong mas terhadap tanaman padi tidak dipengaruhi oleh variasi kultivar akan tetapi dipengaruhi oleh umur tanaman padi. Tanaman padi 10 hari dan 20 hari lebih disukai oleh keong mas daripada tanaman padi 60 hari. Keong mas berusia enam bulan mempunyai kecepatan makan tanaman padi dua kali lipat dari keong mas berusia tiga bulan an empat kali lipat dari eong mas berusia satu bulan. Keberadaan keong mas dan aplikasi molusisida di lapangan tidak mempengaruhi keanekaragaman moluska di sawah padi. Sifat anti moluska terhadap keong mas dari C. gigantea, C. rotundus, P. angulata dan S. grandiflora ditunjukkan terutama oleh fraksi ekstrak non-polar, dengan LC 50 berturut-turut adalah 29,19 ppm, 18,84 ppm, 22,17 ppm dan 546,53 ppp, sedangkan sifat anti muluska dari S. sesban terutama ditunjukkan oleh fraksi ekstrak polar, dengan LC 50 164,55 ppm. Golongan senyawa yang terutama aktif anti moluska dari C. gigantea, C. rotundus, P. angulata, S. grandiflora dan S. sesban berturut- turut adalah alkaloid, steroid, asam fenolat, dan saponin. Kata-kata kunci: tumbuhan anti moluska, preferensi dan kecepatan makan keong mas, kultivar dan umur padi, keanekaragaman jenis moluska ABSTRACT This research was conducted for developing a number of physiological selective antimollusk plants species and ecological selective application for controlling of gold snail (keong mas), fest of rice plant. Data of gold snail mortality were analyzed using probit analysis for LC 50 determination. The results of this research show, that preferesi of gold snail to rice plant was not influenced by varieties of cultivar, but it was influenced by the age of rice plant. The rice plants of 10 and 20 days old were like more by gold snail compare to the rice plant at the age of 60 days. The feeding speed to rice plant of gold snail of 6 months old was double compare to gold snail of 3 months old, and four time faster than keong mas of 1 month old. The present of gold snail and aplication of molusisida on the field were no effects to the diversity of mollusk in paddy field (sawah). Characteristics of antimollusk to gold snail of C. gigantea, C. rotundus, P. angulata and S. grandiflora were shown basically by non-polar extract fraction, with LC 50 were 29.19 ppm, 18.84 ppm, 22.17 ppm and 546.53 ppp, respectively. Mainwhile, characteristic of antimollusk of S. sesban was basically shown by polar extract fraction, with LC 50 was 164.55 ppm. The active antimollusk compaun groups of C. gigantea, C. rotundus, P. angulata, S. grandiflora and S. sesban were alkaloid, steroid, asam fenolat, dan saponin, respective. Kata-kata kunci: rice plant, antimollusk, gold snail, cultivar, diversity of mollusk, and paddy field

Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska - Universitas Mataram

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska - Universitas Mataram

Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska …………..

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 1 Januari 2013. 87 ISSN: 1411-9587

KONSORSIUM TUMBUHAN ANTI MOLUSKA UNTUK MENGENDALIKANKEONG MAS HAMA TANAMAN PADI

Baiq Farista, Suripto, Erin Ryantin Gunawan dan Kurniasih SukentiProgram Studi Biologi Fakultas MIPA Universitas Mataram

ABSTRAKPenelitian ini diarahkan untuk mengembangkan pemberdayaan sejumlah jenis tumbuhan antimoluska yang selektif fisiologis dan aplikasinya yang selektif ekologis untuk mengendalikankeong mas hama tanaman padi. Data mortalitas keong mas diolah dengan menggunakanprogram analisis probit untuk menentukan LC50. Hasil menunjukkan, bahwa preferesi keongmas terhadap tanaman padi tidak dipengaruhi oleh variasi kultivar akan tetapi dipengaruhioleh umur tanaman padi. Tanaman padi 10 hari dan 20 hari lebih disukai oleh keong masdaripada tanaman padi 60 hari. Keong mas berusia enam bulan mempunyai kecepatan makantanaman padi dua kali lipat dari keong mas berusia tiga bulan an empat kali lipat dari eongmas berusia satu bulan. Keberadaan keong mas dan aplikasi molusisida di lapangan tidakmempengaruhi keanekaragaman moluska di sawah padi. Sifat anti moluska terhadap keongmas dari C. gigantea, C. rotundus, P. angulata dan S. grandiflora ditunjukkan terutama olehfraksi ekstrak non-polar, dengan LC50 berturut-turut adalah 29,19 ppm, 18,84 ppm, 22,17 ppmdan 546,53 ppp, sedangkan sifat anti muluska dari S. sesban terutama ditunjukkan olehfraksi ekstrak polar, dengan LC50 164,55 ppm. Golongan senyawa yang terutama aktif antimoluska dari C. gigantea, C. rotundus, P. angulata, S. grandiflora dan S. sesban berturut-turut adalah alkaloid, steroid, asam fenolat, dan saponin.

Kata-kata kunci: tumbuhan anti moluska, preferensi dan kecepatan makan keong mas,kultivar dan umur padi, keanekaragaman jenis moluska

ABSTRACTThis research was conducted for developing a number of physiological selective antimolluskplants species and ecological selective application for controlling of gold snail (keong mas),fest of rice plant. Data of gold snail mortality were analyzed using probit analysis for LC50determination. The results of this research show, that preferesi of gold snail to rice plant wasnot influenced by varieties of cultivar, but it was influenced by the age of rice plant. The riceplants of 10 and 20 days old were like more by gold snail compare to the rice plant at the ageof 60 days. The feeding speed to rice plant of gold snail of 6 months old was double compareto gold snail of 3 months old, and four time faster than keong mas of 1 month old. The presentof gold snail and aplication of molusisida on the field were no effects to the diversity ofmollusk in paddy field (sawah). Characteristics of antimollusk to gold snail of C. gigantea,C. rotundus, P. angulata and S. grandiflora were shown basically by non-polar extractfraction, with LC50 were 29.19 ppm, 18.84 ppm, 22.17 ppm and 546.53 ppp, respectively.Mainwhile, characteristic of antimollusk of S. sesban was basically shown by polar extractfraction, with LC50 was 164.55 ppm. The active antimollusk compaun groups of C. gigantea,C. rotundus, P. angulata, S. grandiflora and S. sesban were alkaloid, steroid, asam fenolat,dan saponin, respective.

Kata-kata kunci: rice plant, antimollusk, gold snail, cultivar, diversity of mollusk, and paddyfield

Page 2: Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska - Universitas Mataram

Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska …………..

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 1 Januari 2013. 88 ISSN: 1411-9587

PENDAHULUANi Indonesia, keong mas semuladibudidayakan untuk penghias atauuntuk konsumsi manusia. Namun

saat ini keong mas telah menyebar kebeberapa propinsi termasuk Aceh, SumateraSelatan, Jambi, Jawa Tengah, Bali dan NusaTenggara Barat, dan menjadi salah satu hamapenting tanaman padi. Serangan keong masbiasanya semakin meluas seiring denganturunnya hujan. Populasi keong mas bisamenurun pada saat terjadi kemarau yangberkepanjangan, namun setelah hujan mulaiturun , serangan keong mas kembali meluas(Anon., 2005; Anon., 2007).

Keong mas merupakan gastropodaair tawar yang habitat asalnya di daerahAmerika Selatan (Edra, 1989) dan diIndonesia keong mas merupakan hewanpendatang baru, yang semula dipeliharauntuk penghias di akuarium dan kemudiandipelihara di kolam-kolam untuk konsumsimanusia. Namun saat ini di beberapa propinsidi indonesia, keong mas telah menyebar kesawah-sawah dan menjadi hama tanamanterutama tanaman padi (Suripto et al., 2005).Beberapa laporan telah memperkenalkannama-nama ilmiah untuk keong mas yangsaat ini ada di Indonesia, diantaranya adalahPomacea canaliculata, P. cuprina, P.doliodes, P. gigas, P. glacula, P. insularia,dan P .lineata (Edra, 1989; Sastroutomo,1990 dalam Suripto et al., 2005; Munandar,1993).

Menurut Ristiyanti (1992 dalamMunandar 1993), ada dua jenis keong yangsering dijumpai di lahan sawah padi diIndonesia saat ini. Jenis pertama ukurannyalebih kecil (diameter cangkangnya tidak lebihdari 5 cm), cangkangnya berwarna kuningkeemasan, menara cangkang tinggi dengankanal yang dalam. Rumpun telurnyaberwarna putih kecoklatan. Reproduksinyalamban, hanya bertelur dua kali setiap bulan.Keong mas ini tidak rakus, dan hanyamenyukai tanaman air yang lunak. Keongmas dengan ciri-ciri ini menurut Machfudz

dan Ristiyanti, 1992 dalam Munandar, 1993),nama jenisnya disebut P. canaliculata. Jeniskeong mas yang kedua ukurannya lebih besar(diameter cangkangnya 5 hingga 8 cm)warna cangkang kuning kusam, menaranyarendah dengan kanal yang dalam. Lajureproduksinya sangat cepat, dapat bertelur 4hingga 8 kali perbulan. Setiap kali bertelurdapat menghasilkan 25 hingga 320 butir telurdengan masa inkubasi bervariasi, yaitu 10hingga 15 hari, tergantung pada suhu danmikrolingkungannya. Rumpun telurnyaberwarna merah, sehingga keong mas inisering disebut keong murbai. Keong mas inisangat rakus dan berpotensi menjadi hamaperusak tanaman. Dalam penelitian inidigunakan jenis keong mas yang disebutkanke dua yaitu jenis Pomacea speciosa.

Kedudukan keong mas yangdigunakan dalam penelitian ini dalamsistematika hewan menurut Adalla-Morallo-Rejesus, 1989; Machfudz, 1992 dalamMunandar, 1993) adalah sebagai berikut: (1)Filum : Mollusca, (2) Kelas : Gastropoda,(3)Bangsa : Caenogastropoda, (4) Suku :Pilidae, (5) Marga : Pomacea, dan (6) Jenis :Pomacea speciosa.

Di Filipina keong mas tumbuh danberkembang 10 kali lebih cepat dari keongpribumi (Lacanilao 1990). Keongmas`mempunyai masa hidup dua hingga tigatahun. Periode reproduksinya sangat panjang,yaitu mulai dari usia dua bulan setelah keluardari telur sampai berumur dua sampai tigatahun (Saxena et al., 1990; Guerrero, 1989).

Fase paling kritis serangan keong masterhadap tanaman padi sangat pendek, yaitusaat padi masih di pesemaian sampaitanaman padi berumur tiga minggu setelahtanam. Hal ini karena batang dan daun padidalam kisaran umur tersebut belum banyakmengandung silika sehingga bersifat lunakdan lebih disukai oleh keong mas (Sumangil,1989). Dalam waktu 10 hingga 15 menit,seekor keong mas dapat memakan habis saturumpun padi berumur 20 hari setelah tanam.Tanaman padi yang berumur lebih dari satu

D

Page 3: Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska - Universitas Mataram

Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska …………..

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 1 Januari 2013. 89 ISSN: 1411-9587

bulan tidak tampak adanya kerusakan yangberat walaupun ditempati keong oleh mas,dibanding tanaman padi yang yang berumurkurang dari satu bulan. Atienza & Adalla(1989) juga telah melaporkan, bahwapemindahan bibit padi setelah ke lahanpertanaman setelah berumur lebih dari 40hari dapat mengurangi resiko kerusakantanaman padi akibat serangan keong mas.Berdasarkan hasil percobaan di laboratosium, keong mas dapat menyebabkan tingkatkerusakan yang sama pada beberapa kultivarpadi seperti IR-64, Pelita, Cisanggarung danCipunagara (Suripto et al., 2005).

Sampai sejauh ini, keong mas diFilipina selain merusak tanaman padi,dilaporkan juga mampu memakan danmerusak tanaman-tanmanan penting yanglain seperti jagung dan jeruk . Jugadilaporkan, bahwa sekitar 25 jenis tanamandapat dimakan oleh keong mas ini (Atienza& Adalla,1989). Penanggulangan keong massecara biologis juga pernah dilakukan dengancara melepaskan hewan itik atau babi kelahan sawah padi. Namun cara ini hanyadapat dilakukan pada lahan tanaman padiyang sudah dewasa atau setelah tanamanpadi sudah dipanen (Suripto et al., 2008).

Perhatian manusia terhadap bahanmolusisida alami asal tumbuhan sudahdimulai sejak tahun 1930-an, yaitu sejakditemukannya siput air tawar sebagai vektorskistosomiasis (Kloos & McCullough 1987).Namun, pengendalian siput vektor tersebutyang dilakukan dengan menggunakanmolusisida sintesis dapat mengakibatkantimbulnya permasalahan baru berupakematian organisme lain yang bukan sasaran,sementara resistensi siput sasaran menjadimeningkat.

Lebih dari 1000 jenis tumbuhan,termasuk 600 jenis di Cina telah diujiaktivitas molusisidanya. Namun hanyasebagian kecil yang digunakan langsunguntuk pengendalian siput. Hal tersebutkarena sebagian besar diketahui tidak efisien(memerlukan konsentrasi aplikasi yangsangat tinggi), tidak mudah dilakukan oleh

petani (bagian tumbuhan yang terlalu kerasuntuk digiling), menimbulkan efek sampingyang tidak menyenangkan seperti spekrumsitotoksik yang sangat lebar, kelarutanrendah dalam air, dan tidak mudahterdegradasi di alam setelah aplikasi, dansebgaian lagi belum diketahui spektrum efektoksiknya sehingga belum direkomendasikanuntuk penggunaan langsung di lapangan(Kloos & McCullough, 1987; Marston &Hostettmann, 1985.

Penelitian sifat anti moluska perludiarah untuk menemukan jens-jenistumbuhan yang memilki aktivias antimoluska dengan spektrum efek toksik yangsempit (selektivitas secara fisiolgis tinggi)untuk mengendalikan jenis moluska hama,seperti keong mas hama tanaman padi.Dalam pencarian molusisida tumbuhan yangefektif dan selektif, ada empatkecenderungan yang dapat diidentifikasi:Tumbuhan digunakan dalam bentuk ekstrakatau ditempatkan langsung dalam habitatsiput: bahan aktif diidentifikasi dan diisolasi;bahan tumbuhan diperiksa lebih lanjut untukmenentukan stabilitasnya di bawah kondisifisiokimia lapangan dan toksisitasnyaterhadap siput sebagai organisme sasaran danterhadap organisme lainnya yang bukansasaran pengendalian (Kloos & McCullough,1987). Karaktersitika yang digunakansebagai dasar pemilihan tumbuhan sebagaisumber molusisida adalah meliputi(Adewunmi & Sofowora, 1980; Hamburger& Hostettmann, 1991).

Berdasarkan petunjuk mengenaihubungan antara golongan senyawa denganaktivitasnya sebagai agen anti moluska, makabahan aktif anti moluska dari tanaman dapatditarik dengan menggunakan teknik ekstraksisecara bertingkat, dengan menggunakan seripelarut yang kepolarannya meningkat.Menurut Harborne (1987), ekstraksibertingkat dimaksudkan untuk mendapatkanbahan aktif tertentu dengan kadar lebihtinggi pada fraksi tertentu bila dibandingkandengan hasil ekstraksi tunggal.

Page 4: Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska - Universitas Mataram

Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska …………..

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 1 Januari 2013. 90 ISSN: 1411-9587

Berbagai langkah penanggulangankeong mas di sawah padi sebenarnya telahdilakukan. Pengendalian keong mas secaramekanik dan biologis, seperti yang pernahdilakukan di Filipina dengan carapemasangan perangkap telur, pemungutanlangsung dan pengerahan itik ke sawah padidirasakan kurang praktis, karena keong mastelah menyebar dan menempati lahan yangsangat luas (Guzman & Enriquez 1989;Imperial, 1989; Kenmore, 1989;Sumangil,1989). Pengendalian keong massecara kimiawi juga pernah dilakukan, yaitudengan Brestan dan Dimotrin, namunpenggunaanya terbatas karena dapatmencemari sawah dan menyebabkankematian ikan-ikan di sawah (Suripto et al.,2008). Untuk menekan timbulnya masalahpencemaran dalam pengendalian keong masini maka perlu dipelajari pemakaianmolusisida dari sejumlah jenis tumbuhan asalIndonesia yang berpotensi memiliki aktivitasanti moluska.

Penelitian ini diarahkan untukmengembangkan pemberdayaan sejumlahjenis tumbuhan anti moluska yang efektif,aman lingkungan dan feasible bagi petaniuntuk mengendalikan keong mas hamatanaman padi. Tujuan khusus dari penelitianini adalah sebagai berikut: (1).Mengkofirmasi golongan senyawa yang aktifanti moluska dari masing-masing fraksiekstrak tumbuhan yang dipelajari. (2).Mengetahui preferensi dan kecepatan makandari berbagai usia keong mas terhadapberbagai kultivar dan umur tanaman padi.(3). Keanekaragaman jenis moluska di

berbagai kategori sawah padi hubungannyadengan invasi keong mas dan aplikasimolusisida. (4). Mengetahui toksisitas akutletal dari setiap fraksi ekstrak tumbuhan yangdipelajari terhadap keong mas. (5).Mengetahui selektivitas molusisida secarafisiologis dari masing-masing jenis tumbuhantersebut berdasarkan toksisitasnya terhadapkelompok organismo non-sasaran, yangmeliputi ikan mas dan tanaman padi. (6).Mengetahui stabilitas bahan molusisidaekstrak dari masing-masing jenis tumbuhanyang dipelajari selama waktu penyimpanandan selama waktu aplikasi. Tujuan 5 dan 6ingin dicapai pada penelitian periode tahunke dua.

BAHAN DAN METODE

Seleksi dan Koleksi Bahan TumbuhanAnti Moluska

Seleksi jenis tumbuhan anti moluskayang akan dievaluasi kinerja anti moluskanyauntuk mengendalikan keong mas hamatanaman padi didasarkan atas kriteria seleksitumbuhan molusisida menurut Adewumi &Sofowora (1980) dan dikembangkan olehHamburger & Hostettmann (1990), danpotensial untuk dikembangkan di Indonesia(Suripto, et al., 2008).

Berdasarkan kriteria tersebut di atas,maka ditetapkan lima jenis tumbuhan antimoluska yang akan dievaluasi kinerja antimoluskanya dalam penelitian ini, yaitusebagai berikut (Tabel 1).

Tabel 1. Daftar nama jenis tumbuhan anti moluska yang dipelajari

No. Nama Jenis Nama Lokal Suku Organ yangDigunakan

1. Calotropis gigantea Biduri Euphorbiaceae daun

2. Cyperus rotundus Teki Cyperaceae daun

3. Physalis peruviana Cecendet Fabaceae daun

4. Sesbania grandiflora Turi Fabaceae daun

5. Sesbania sesban Jayanti Fabaceae daun

Page 5: Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska - Universitas Mataram

Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska …………..

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 1 Januari 2013. 91 ISSN: 1411-9587

Keong mas yang akan digunakandalam penelitian ini bibitnya dikoleksi daridaerah pesawahan di desa Tanjung. Keongmas ini dikembangbiakkan dari ekotpe yangganas dengan ciri rumpun telurnya berwarnamerah, warna cangkangnya kuning kusam,menara cangkang pendek dengan kanal yangdalam. Ikan mas dikoleksi dari kolam ternakdi Desa Sayang-sayang Lombok Barat.

Untuk uji mortalitas di laboratorium,keong mas dan ikan mas yang digunakanmasing-masing mempunyai usia dan ukuranyang berimbang, yaitu usia keong mas sekitarsatu bulan dengan diameter cangkang sekitar1 cm, sedangkan usia ikan mas sekitar duabulan dengan ukuran bobot tubuh sekitar 80gram. Sedangkan untuk uji preferensi dankecepatan makan, keong mas yangdigunakan berasal dari tiga kelompok usia, 1,3 dan 6 bulan. Sebelum uji hayati dilakukan,semua hewan uji diaklimatisasi terlebihdahulu dalam kondisi-kondisi yang samadengan kondisi percobaan di akuarium.

Untuk uji hayati setiap fraksi ekstrakyang dihasilkan pada pertumbuhan tanamanpadi, digunakan kultivar padi Ciherang.Sedangkan untuk uji preferensi dankecepatan makan dari keong mas, digunakantiga kultivar tanaman padi, yaitu Cibogo,Cigeulis, dan Ciherang, masing-masingdalam tiga umur tanaman padi, yaitu 10, 20,dan 60 hari setelah tanam.

Ekstraksi BertingkatGuna menarik senyawa aktif anti

moluska, dalam hal ini khususnya darigolongan saponin triterpen dari simplisia,maka akan dilakukan ekstraksi cair-padatsecara bertingkat, dengan menggunakan seripelarut yang kepolarannya meningkatberturut-turut, yaitu petroleum eter (PE),diklorometan (DCM), dan etanol (EtOH).Pemilihan pelarut berdasarkan tingkatkepolarannya ini bertujuan untuk melarutkansemua golongan senyawa aktif dari simplisiasesuai dengan kepolarannya. Setiap tahapekstraksi dilakukan dengan cara maserasi

simplisia, yang dilanjukan dengan soxhletasisesuai dengan prosedur yang dikembangkanoleh Harborne (1987 dalam Suripto et al.,2008). Ekstrak murni masing-masing fraksidiperoleh dengan cara menguapkan pelarutpada tingkat ekstraksi yang bersangkutan,dengan menggunakan penguap putar vakumdan setelah dipindahkan ke dalam cawan,ekstrak kental yang dihasilkan dikesatkanlebih lanjut di dalam ruang penguapan.

Sebelum digunakan untuk uji hayati,masing-masing fraksi ekstrak yangdihasilkan diperiksa kandungan aktif antimoluskanya, dalam hal ini khusunyagolongan saponin triterpen denganmenggunakan kromatografi lapis tipis (KLT),menurut metode yang dikembangkanHarborne (1987 dalam Suripto et al., 2008),yang menggunakan pelat silika gel G/uv 254nm sebagai fase diam dengan sistempengembang satu arah. Pada KLT yangmenggunakan fase pengembang heksan-EtOAc (1:1) dan dengan penampak bercakCHCl3, sampel yang memperlihatkan bercakdengan warna kuning dan coklat merahmenandai adanya golongan senyawa saponin.KLT juga dilakukan dengan menggunakanpengembang BuOH-H2O (1:1), yang akanmenghasilkan serapan di bawah ג 254 nm,untuk membandingkan bilangan rf setiapsampel ekstrak dengan saponin strandar.

Preferensi dan Kecepatan Makan olehKeong Mas Terhadap Tanaman Padi

Uji preferensi dan kecepatan makanoleh keong mas terhadap tanaman padidilakukan dengan menggunakan rancanganblok acak lengkap menurut variasi usiakeong mas ( 1, 3 dan 6 bulan setelah menetasdari telur) dan variasi kultivar (Cibogo,Cigelis, dan Ciherang) serta umur (10, 20,dan60 hari setelah tanam) tanaman padi.Variabel yang diamati untuk preferensiadalah frekuensi jumlah rumpun masing-masing kultivar dan umur tanaman padi yangdirusak oleh keong mas berbagai usia.Variabel yang diamati untuk kecepatan

Page 6: Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska - Universitas Mataram

Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska …………..

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 1 Januari 2013. 92 ISSN: 1411-9587

makan adalah bobot tanaman padi berbagaikultivar dan umur yang dimakan per rumpunper hari oleh keong mas menurut variasi usia.Data diolah secara deskriptif untukmenggambarkan usia keong mas yang relatifpaling berbahaya terhadap tanaman padi danmenggambarkan kultivar dan umur tanamanpadi yang relatif paling rentan terhadapserangan keong mas.

Keanekaragaman Jenis Moluska DiBerbagai Kategori Lahan Sawah Padi

Pengamatan keanekaragaman jenismoluska diamati pada tiga kategori lahansawah padi, yaitu sawah yang diinvasi keongmas dan diaplikasikan molusisida, sawahyang diinvasi keong mas tetapi tidakdiaplikasikan molusisida, dan sawah yangtidak diinvasi oleh keong mas. Untukmasing-masing kategori diambil tiga contohareal lahan sawah.

Dari masing-masing contoh areallahan sawah, pengamatan dilakukan dalam10 plot kuadrat 1m2 yang disebar secaraacak. Contoh setiap jenis moluska yangdiketemukan dalam semua contoh areadiidentifikasi di Laboratorium BiologiUniversitas Mataram. Data kepadatan(jumlah individu per plot) setiap jenis diolahuntuk menentukan keanekaragaman jenismoluska (indeks Shannon-Winner) di setiapcontoh aeral pada masing-masing kategorilahan sawah padi.

Uji HayatiUji hayati setiap fraksi ekstrak dari

masing-masing jenis tumbuhan anti moluskayang dipelajari dilakukan terhadap keongmas menurut metode standar dari APHA(Clesceri et al. , 1989 dalam Suripto et al.,2008). Masing-masing unit uji hayati inidilakukan menurut rancangan percobaanacak lengkap dengan menggunakan enamtaraf konsentrasi perlakuan ekstrak, dansetiap perlakuan menggunkan menggunakanempat ulangan. Data mortalitas keong masdari masing-masing unit uji hayati diolahdengan menggunakan program analisis probit

(Busvine-Nash, 1974 dalam Suripto et al.,2008) untuk menentukan LC50 (konsentrasiyang menyebabkan kematian 50% populasihewan uji) masing-masing eksrak tumbuhanuji terhadap keong mas. Cara kerja (mode ofaction) anti moluska dari bahan molusisidamasing-masing ekstrak tumbuhan ini jugadipelajari.

Analisis DataData preferensi dan kecepatan makan

keong mas diolah secara deskriptif untukmenggambarkan usia keong mas yang relatifpaling ganas dan kultivar serta umur tanamanpadi yang relative paling rentan terhadapserangan keong mas. Data keanekaragamanjenis moluska juga diolah secara deskriptifuntuk menggambarkan pengaruh invasikeong mas dan aplikasi molusisida terhadapkeanekaragaman jenis moluska di sawahpadi. Data mortalitas keong mas di masing-masing unit uji hayati fraksi ekstraktumbuhan studi diolah dengan menggunakanprogram analisis probit untuk menentukanLC50, yaitu konsentrasi yang mematikan 50%hewan uji.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Preferensi Makan oleh Keong MasTerhadap Tanaman Padi

Tingkat kesukaan atau pemilihan(preferensi) makan oleh keong mas terhadaptanaman padi menurut variasi cultivar danumur tanaman padi juga dapat dijadikansebagai salah satu dasar untuk membuatstrategi ekologis pengendalian keong mashama tanaman padi. Hasil menunjukan,bahwa variasi cultivar tanaman padi, dalamhal ini cultivar Cibogo, Cigeulis, danCiherang tidak menyebabkan perbedaan yangberarti terhadap tingkat kesukaan keong masuntuk memakan tanaman padi tersebut. Hasiltersebut mendukung hasil pengamatansebelmnya ang dilakukan terhadap kultivar-kultivar tanaman padi yang lain seperti C4,PELITA, dan Cipunara (Anon, 2003).

Page 7: Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska - Universitas Mataram

Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska …………..

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 1 Januari 2013. 93 ISSN: 1411-9587

Sebaliknya, faktor umur tanaman padi(berlaku pada semua kultivar yan diuji)sangat mempengaruhi tingkat kesukaankeong mas makan tanaman padi tersebut.Tanaman padi usia 10 hari setelah tanamkira-kira delapan kali lebih disukai oleh

keong mas dibanding tanaman padi usia 60hari setelah tanam. Tanaman padi usia duabulan juga masih termasuk sangat disukaikeong mas, yaitu sekitar tujuh kali lebihdisukai dibanding tataman padi usa 60 hari(Gambar 1).

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Cibogo Cigeulis Ciherang

% ju

mla

h ru

mpu

n pa

diya

ng d

imak

an(m

g/ha

ri/in

divi

du)

Gambar 1. Preferensi makan oleh keong mas menurut variasi kultivar dan umur tanamanpadi.

Hasil di atas menunjukkan, bahwamasa kritis tanaman padi terhadap serangankeong mas adalah pada masa tanaman padiberumur kurang dari 20 hari. Dengandemikian, aplikasi mlusisida untukmengendalikan keong mas hama tanamanpadi sebaiknya dilakukan pada masa tanamanpadi sebelum berumur 20 hari setelah tanam.

Kecepatan Makan dari Keong MasTerhadap Tanaman Padi

Sebagai salah satu dasar untukmembuat strategi ekologis pengendalian

keong mas hama tanaman padi adalahinformasi mengenai tingkat kerakusannya,dalam hal ini kecepatan makan menurutvariasi usia keong mas terhadap berbagaikultivar tanaman padi. Hasil menunjukan,bahwa kecepatan makan tanaman padi (bobottanaman padi yang dimakan per hari oleh perindividu keong mas) oleh keong mas usiaenam bulan adalah dua kali lebih tinggi darikeong mas usia tiga bulan atau empat kalilebih tinggi dari keong mas usia satu bulan(Gambar 2).

Padi 10 hari

Padi 20 hari

Padi 60 hari

Page 8: Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska - Universitas Mataram

Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska …………..

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 1 Januari 2013. 94 ISSN: 1411-9587

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

Keong 1 Bulan Keong 3 bulan Keong 6 bulan

Bobo

t Pad

i Dim

akan

(mg/

hari)

Cibogo

Cigeulis

Ciherang

Gambar 2. Kecepatan makan oleh berbagai usia keong mas terhadap berbagai kultivartanaman padi.

Namun demikian, di lapangan keogmas usia tiga bulan adalah kelompok usiayang relatif paling berbahaya karenakepadatannya yang jauh lebih tinggi (sekitar10 kali) dari kelompok usia enam bulan.Variasi kultivar tanaman padi yang diuji,dalam hal ni kultivar Cibogo, Cigeulis, danCiherang tidak menyebabkan perbedaan yangberarti terhadap kecepatan makan dari keongmas tersebut (Gambar 3). Laporan lainmenyebutkan, bahwa keong mas dewasa bisaempat kali lebih rakus dari keong mas anakan(usia 1 hingga 2 bulan)(Anon., 2007).Dengan demikian, pengendalian keong masdapat digunakan dengan srategi yang samauntuk ke tiga kultivar tanaman padi tersebut.

Keanekaragaman Jenis Moluska DiSawah Padi yang Dinvasi Keong Mas danDiaplikasikan Molusiisida

Keanekaragaman jenis moluskadiamati pada tiga kategori sawah padi, yaitusawah yang diinvasi keong mas dandiaplikasikan molusisida, sawah yangdiinvasi keong mas tetapi tidak diaplikasikanmolusisida, dan sawah yang tidak diinvasioleh keong mas.

Hasil menunjukkan, bahwa perpedaankeanekaragaman jenis moluska di berbagaisawah padi yang diamati tidak berhubungandengan kategori ada tidaknya invasi keongmas maupun diaplikasikan atau tidaknyamolusisida. Perbedaan keanekaragaman jenismoluska berbagai sawah padi yang diamatilebih disebabkan oleh perbedaan sampel(ulangan) sawah yang berhubungan denganperbedaan lokasi, dan bukan oleh pebedaankategori tersebut di atas (Tabel 2, Gambar3).

Page 9: Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska - Universitas Mataram

Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska …………..

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 1 Januari 2013. 95 ISSN: 1411-9587

Tabel 2. Keanekaragaman jenis moluska di berbagai kategori sawah padiTempat dan

Jumlah KuadratKategori Sawah Jumlah

JenisNilai H’ Jenis Moluska Dominan

Tanjung 10 Diinvasi keong mas 4 0,3192 Pomacea canaliculatadan diaplikasikanMolusisida(Kategori A)

Gondang 10 sda 5 0,5503 Pomacea canaliculataPemenang 10 sda 4 0,3530 Pomacea canaliculataKarangPule

10 Diinvasi keong mastetapi tidakdiaplikasikanmolsisida(Kategori B)

5 0,4000 Pomacea canaliculata

Pagutan 10 sda 5 0,32300 Pomacea canaliculataPejanggik 10 sda 3 0,3650 Pamilia ariana

Jonggat 10Tidak diinvasikeong mas(Kategori C)

4 0,2600 Melonoides sp.

Sukarara 10 sda 5 0,6217 Melonoides sp.Pujut 10 sda 5 0,5917 Elimia sp.

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

Nila

i Kea

neka

raga

man

Kategori AKategori BKategori C

Gambar 3. Keanekaragaman jensi moluska pada berbagai kategori sawah padi

Hasil di atas mempunyai makna,bahwa penekanan populasi keong mas tidakberpotensi mengubah keanekaragaman jenismoluska di sawah padi tersebut. Demikianpula penggunaan molusisida, ternyata tidakmenyebabkan berkurangnya nilaikeanekaragaman jenis moluska. Hal tersebutmungkin karena bahan molusisida berupasaponin yang digunakan mudah dan cepatterdegradasi dalam air selama aplikasi. Padahasil uji hayati juga ditunjukkan, bahwa

larutan ekstrak daun S. sesban sebagai bahananti moluska alami setelah dibiarkan selama24 jam dalam air menjadi tidak aktif lagi(mortalitas keong mas 0%). Sesuai denganpenelitian sebelumnya (Suripto et al., 2005;Suripto et al., 2007) bahwa disampingmemiliki selektivitas fisiologis yang tinggi,bahan aktif anti moluska dari fraksi ekstrak-etanol dari daun S. sesban juga cukup stabilselama penyimpanan ekstrak satu bulan dan

Page 10: Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska - Universitas Mataram

Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska …………..

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 1 Januari 2013. 96 ISSN: 1411-9587

dalam simplisia selama penyimpanan tidaklebih dari satu tahun.

Toksisitas Akut Letal dari BerbagaiFraksi Ekstrak Daun Tumbuhan AntiMoluska

Semua fraksi ekstrak daun darimasing-masing jenis tumbuhan anti moluska

yang dipelajari bersifat toksik letal terhadapkeong mas, namun dengan toksisitas berbeda.Dari daun C. gigantea, fraksi ekstrak-heksandengan konsentrasi 10 ppm sudahmenyebabkan kematian keong mas,sedangkan pada fraksi air, kematian keongmas mulai tampak pada konsentrasi 156 ppm(Gambar 4 dan 5).

Dari daun C. rotundus, fraksi ekstak-heksan dengan konsentrasi 5 ppm sudahmenyebabkan kematian keong mas,

sedangkan pada fraksi air, kematian keongmas mulai tampak pada konsentrasi 1198ppm (Gambar 6 dan 7).

0

20

40

60

80

100

120

0 156 205 253 302 350

Konsentrasi (ppm)

Mor

talit

as (%

)

0

20

40

60

80

100

120

0 10 20 30 40 50

Konsentrasi (ppm)

Mor

talit

as (%

)

Gambar 4. Mortalitas keong maspada perlakuan fraksi ekstak-airdari daun C. gigantea

Gambar 5. Mortalitas keong maspada perlakuan fraksi ekstak-heksandari daun C. gigantea

0

20

40

60

80

100

0 1198 1324 1450 1576 1702

Konsentrasi (ppm)

Mor

talita

s (%

)

0

20

40

60

80

100

0 5 10 15 20 30

Konsentrasi (ppm)

Mor

talit

as (%

)

Gambar 6. Mortalitas keong maspada perlakuan fraksi ekstak-airdari daun C. rotundus

Gambar 7. Mortalitas keong maspada perlakuan fraksi ekstak-heksandari daun C. rotundus

Page 11: Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska - Universitas Mataram

Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska …………..

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 1 Januari 2013. 97 ISSN: 1411-9587

Dari daun P. angulata fraksi ekstak-heksan dengan konsentrasi 5 ppm sudahmenyebabkan kematian keong mas,

sedangkan kematian keong mas pada fraksiair mulai tampak pada konsentrasi 289 ppm(Gambar 8 dan 9).

Dari daun S. grandiflora fraksiekstrak-air dan fraksi ekstrak-heksanmempunyai toksisitas yang relatif samaterhadap keong mas, yaitu pada konsentrasi

200 ppm frasi ekstrak-hesan atau 271 ppmfraksi ekstrak-air masing-masing sudahmenyebabkan kematan keong mas sekitar10%. (Gambar 10 dan 11).

Dari daun S. sesban fraksi ekstak-airdengan konsentrasi 157 ppm sudahmenyebabkan kematian lebih dari 50% keong

mas, sedangkan pada fraksi-heksan, kematiankeong mas sekitar 10% mulai tampak padakonsentrasi 200 ppm (Gambar 12 dan 13).

0

20

40

60

80

100

0 289 527 768 1003 1241

Konsentrasi (ppm)

Mor

talit

as (%

)

0

20

40

60

80

100

120

0 5 15 20 30 40

Konsentrasi (ppm)

Mor

talit

as (%

)Gambar 8. Mortalitas keong maspada perlakuan fraksi ekstak-airdari daun P. angulata

Gambar 9. Mortalitas keong maspada perlakuan fraksi ekstak-heksandari daun P. angulata

0

20

40

60

80

100

120

0 271 497 723 949 1175

Konsentrasi (ppm)

Mor

talit

as (%

)

0

20

40

60

80

100

120

0 200 300 500 800 1000

Konsentrasi (ppm)

Mos

talit

as (%

)

Gambar 10. Mortalitas keong maspada perlakuan fraksi ekstak-airdari daun S. grandiflora

Gambar 11. Mortalitas keong maspada perlakuan fraksi ekstak-heksandari daun S. grandiflora

Page 12: Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska - Universitas Mataram

Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska …………..

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 1 Januari 2013. 98 ISSN: 1411-9587

Berdasarkan hasil analisis probitdiketahui, bahwa kandungan aktif antimoluska pada daun C. rotundus, C. gigantea,P. angulata dan S. grandiflora terutamaterdapat pada fraksi ekstrak non-polar, yaitufraksi-heksan. Hal ini karena fraksi ekstrak-heksan masing-masing dari ke tiga jenistumbuhan tersebut menunjukkan harga LC50yang jauh lebih rndah, yang berartitoksisitasnya lebih tinggi dibanding fraksi

ekstrak polarnya, yaitu fraksi ekstrak-air.Kandungan aktif anti moluska dari S. sesbanrelatif lebih tinggi pada fraksi polar, yaitufraksi ekstrak-air. Harga LC50 fraksi ekstrak-air dari daun tumbuhan tersebut lebih rendahdaripada fraksi non polarnya, yaitu fraksiekstrak-heksan. Harga LC50 dari ke duafraksi ekstrak masing-masing jenis tumbuhananti moluska terhadap keong mas yangdipelajari dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Konsentrasi letal dari berbagai fraksi ekstrak daun tumbuhan anti moluskaterhadap keong mas.

Jenis Tumbuhan LC50 (ppm)

Fraksi Ekstrak Air Fraksi Ekstrak Heksan

C. gigantea 278,6215255 29,1943754

C. rotundus 1609,329251 18,84427546

P. angulata 1154,951951 22,17217696

S. grandiflora 978,2680486 546,5331833

S. sesban 164,4830967 231,5508686

Berdasarkan pemeriksaan fitokmiadiketahui, bahwa golongan senyawa dari C.gigantea, C. rotundus, P. angulata, S.grandiflora, dan S. sesban, yang terutamaaktif anti moluska terhadap keong mas

berturut-turut adalah adalah alkaloid, steroid,asam fenolat, dan saponin. Dari senyawa-senyawa tersebut, bahan aktif anti moluskaberupa saponin, dalam hal ini khususnya darijenis S. sesban merupakan golongan senyawa

020406080

100120

0 78,7 157 236 315 393

Konsentrasi (ppm)

Mor

talit

as (%

)

020406080

100120

0 200 250 300 350 400

Konsentrasi (ppm)

Mor

talit

as (%

)

Gambar 13. Mortalitas keong maspada perlakuan fraksi ekstak-airdari daun S. sesban

Gambar 14. Mortalitas keong maspada perlakuan fraksi ekstak-heksandari daun S. sesban

Page 13: Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska - Universitas Mataram

Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska …………..

yang mudah larut dalam air, sehingga mudahditarik dengan menggunakan air. Kelarutanbahan molusisida yang tinggi dengan air inimerupakan kelebihan tersendiri, yaitumemudahkan petani untuk mengaplikasikanmolusisida asal tumbuhan tersebut.

Namun demikian, tahapan penelitianperlu dilakukan selanjutnya untuk menjawabmasalah selektivitas anti moluska darimolusisida asal tumbuhan tersebut. Dala halini spektrum efek toksik bahan molusisidaterhadap organisme non sasaran seperti ikanair tawar dan tanaman padi perlu segeradipelajari. Demikian pula stabilitas bahanmolusisida tumbuhan selama masapenyimpanan dan selama masa aplikasi perludipelajari karena merupakan aspek yangsangat penting bagi upaya peningkatanefisiensi dan upaya penyelamatanlingkungan.

KESIMPULAN

Preferesi keong mas terhadaptanaman padi tidak dipengaruhi oleh variasikultivar akan tetapi dipengaruhi oleh umurtanaman padi. Tanaman padi 10 hari dan 20hari lebih disukai oleh keong mas daripadatanaman padi 60 hari. Keong mas berusiaenam bulan mempunyai kecepatan makantanaman padi dua kali lipat dari keong masberusia tiga bulan an empat kali lipat darieong mas berusia satu bulan. Keberadaankeong mas dan aplikasi molusisida dilapangan tidak mempengaruhikeanekaragaman moluska di sawah padi.

Sifat anti moluska terhadap keongmas dari C. gigantea, C. rotundus, P.angulata dan S. grandiflora ditunjukkanterutama oleh fraksi ekstrak non-polar,sedangkan sifat anti muluska dari S. sesbanterutama ditunjukkan oleh fraksi ekstrakpolar. Golongan senyawa yang terutamaaktif anti moluska dari C. gigantea, C.rotundus, P. angulata, S. grandiflora dan S.sesban berturut-turut adalah alkaloid, steroid,asam fenolat, dan saponin.

DAFTAR PUSTAKA

Adalla, C.B. & B. Morrallo-Rejeus (1989).The golden apple snail, Pamacea sp. Apest of lowland rice in the Philippines.In : Sluges and Snails in WorldAgriculture ( Ed.:I Henderson). BritishCrop Protection Council.London. p:417-422.

Adewunmi, C.O. & E.A. Sofowora (1980).Preliminary screening of some plantextracts for molluscicidal activity.Planta Med. 39:57-65.

Anon. (2003) Kecepatan dan PreferensiMakan Keong Mas terhadap TanamanPadi. Laporan tidak dipublikasikan.PAU Ilmu Hayati. Institut TehnologiBandung.

Anon. (2005). Hama keong mas serangratusan hektar sawah. Republika online(01-07-2005).http://www.republika.co.id

Anon. (2007). Keong mas serang tanamanpadi. Kompas Cybermedia (24-01-2007). http://www.kompas.com

Atienza, F.C. & C.B. Adalla ( 1989).Farmer’s current control practiesagainst the golden snail (Pomacea sp.)in the Philippines. In: EnvironmmentalImpact of The Golden Snail (Pomaceasp.) on Rice Farming System in ThePhilippines (Eds:B. Ocosta &R.S.V.Pullin ). International Center forLiving Aquatic ResourcesManagement. Manila p:13-14.

Edra, F.A. (1989). Introduction of the goldensnail and escalation of its infestation ofPhilippine riceland. In: EnvironmentalImpact of The Golden Snail ( Pomaceasp.) on Rice Farming System in ThePhilippines ( Eds.: B.O. Acosta &R.S.V.Pullin ). International Center forLiving Aquatic ResourcesManagement. Manila p: 11-12.

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 1 Januari 2013. 99 ISSN: 1411-9587

Page 14: Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska - Universitas Mataram

Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska …………..

Guerrero, L. (1989). The biology og thegolden snail in relation to Philippineconditions. In: Environmental Impact ofThe Golden Snail ( Pomacea sp.) onRice Farming System in ThePhilippines ( Eds.: B.O. Acosta &R.S.V.Pullin ). International Center forLiving Aquatic ResourcesManagement. Manila p: 10-11.

Guzman, E.D. & F.B. Enriquez (1989).Nonchemical strategies to reducegolden snail damage to rice. In:Environmental Impact of The GoldenSnail ( Pomacea sp.) on Rice FarmingSystem in The Philippines ( Eds.: B.O.Acosta & R.S.V.Pullin). InternationalCenter for Living Aquatic ResourcesManagement. Manila p: 12-13.

Hamburger, M. & K. Hostettmann (1991) .Bioactivity in plants: The link betweenphytochemistry and medicinephytochemistry. Phytochemistry. 30(12):3864-3874.

Harborne, J.B. (1988). Introduction toEcological Biochemistry. AcademicPress London.

Imperial, E (1989) Practical managementtechniques to reduce golden snaildamage in lowland rice. In:Environmental Impact of The GoldenSnail ( Pomacea sp.) on Rice FarmingSystem in The Philippines ( Eds.: B.O.Acosta & R.S.V.Pullin). InternationalCenter for Living Aquatic ResourcesManagement. Manila p: 14-15.

Kenmore, P. (1989). Control through farmingmethods. In: Environmental Impact ofThe Golden Snail ( Pomacea sp.) onRice Farming System in ThePhilippines ( Eds.: B.O. Acosta &R.S.V.Pullin). International Center forLiving Aquatic ResourcesManagement. Manila p: 7-8.

Kloos, H. & F.S. McCullough (1987). Plantwith recognized molluscicidal activity.In: Plant Molluscicides (Eds.: B.O.Acosta & K.E. Mott). John Wiley andSons Ltd. Chichester. New York.Brisbane.Toronto. Singapore. p:45-108.

Lacanilao, F. (1990) reproduction of thegolden apple snail, egg mass, haching,and incubation. Philipp. J. Sci. 119(2):95-105.

Marston, A. & K. Hostettmann (1985). Plantmolluscicides. Phytochemistry.24 (4):639-652.

Munandar, A. (2003). Serba-serbi KeongMurbei dan Keong Mas. Laporan tidakdipublikasikan. Balai Penelitian danPengembangan Zoologi. LIPI. Bogor.

Saxena, R.C., de Larsa, A.V. & H.D. Husto(1987). Golden snail: A pest of rice. Int.Rice Newsl. 12 (1): 24-25

Sumangil, J.P. (1989). Biological control. In:Environmental Impact of The GoldenSnail ( Pomacea sp.) on Rice FarmingSystem in The Philippines ( Eds.: B.O.Acosta & R.S.V.Pullin). InternationalCenter for Living Aquatic ResourcesManagement. Manila p: 26-27.

Suripto, Jupri, H.A. & G. Tresnani (2005).Spektrum efek toksik berbagai fraksiekstrak daun jayanti terhadap keongmas dan tanaman padi, J. BiologiTropis. 8:15-20.

Suripto, Gunawan, E.R., Tresnani, G. & H.A.Jupri (2007). Pengembangan KinerjaAnti Moluska dari Tanaman Jayanti{sesbania sesban (L.) Merr. untukMengendalikan Keong Mas HamaTanaman Padi.. Laporan tidakdipublikasikan. Lembaga PenelitianUniversitas Mataram.

Suripto, Gunawan, E.R., Tresnani, G. & H.A.Jupri (2008). Pengembangan KinerjaAnti Moluska dari Tanaman Jayanti

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 1 Januari 2013. 100 ISSN: 1411-9587

Page 15: Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska - Universitas Mataram

Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska …………..

{sesbania sesban (L.) Merr. untukMengendalikan Keong Mas HamaTanaman Padi.. Laporan tidakdipublikasikan. Lembaga PenelitianUniversitas Mataram.

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 1 Januari 2013. 101 ISSN: 1411-9587